stabilitas obat
-
Upload
dwi-kurniawan -
Category
Documents
-
view
870 -
download
5
Transcript of stabilitas obat
5/6/2018 stabilitas obat - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/stabilitas-obat-559ab9f1d800d 1/10
stabilitas obat
UJI STABILITAS OBAT
Tujuan
Memperkirakan waktu simpan suatu obat pada suhu kamar
Prinsip
Berdasarkan peruraian sediaan farmasi yang disebabkan oleh kenaikan suhu.Berdasarkan reaksi penetralan pada titrasi asam basa
Reaksi
H2C2O4 + 2NaOH Na2C2O4 + 2H2O
Teori
Kebanyakan bahan farmasi dapat digolongkan sebagai hidrolisis atau oksidasi. Kebanyakan obatmengandung lebih dari satu gugus fungsional dan obat ini mungkin bias terhidrolisis dan
teroksidasi bersama-sama. Reaksi lain seperti isomerisasi, epimerisasi dan fotolisis juga dapatmempengaruhi kestabilan obat dalam berbagai produk cairan, padatan, dan semisolid.
HidrolisisReaksi air dengan ester seperti etil asetat dan dengan amida seperti prokainamida dikenal sebagai
hidrolisis. Akan tetapi reaksi antara air dan ion-ion garam dari garam dari asam lemah dan basalemah juga disebut hidrolisis. Reaksi hidrolisis molekular berlangsung jauh lebih lambat
daripada hidrolisis ionik (protolisis).Hidrolisis aspirin, ditemukan oleh Edward, merupakanreaksi orde pertama dan dikatalis oleh ion
hydrogen dan hidroksil. Aspirin sangat mudah terhidrolisis di atas PH 10.
OksidasiReduksi merupakan penambahan elektron pada molekul dan oksidasi merupakanpelepasanelectron dari molekul. Dalam kimia organic, oksidasi sering dianggap sinonom dengan lepasnya
hydrogen (dehidrogenasi). Bila suatu reaksi melibatkan molekul oksigen , biasanya disebutotoksidasi, karena biasanya terjadi secara spontan dalam keadaan normal. Oksidasi sering
melibatkan radikal bebas dan yang diikuti reaksi-reaksi berantai, dan dalam fase gas dapatmengakibatkan ledakan. Radikal bebas adalah molekul atau atom yang mengandung 1 atau lebih
electron tidak berpasangan seperti R, hidroksil bebas OH, dan molekul oksigen O-O. Radikal inicenderung untuk menarik electron dari zat lain sehingga terjadi oksidasi. Oksidasi aldehid cair
seperti benzaldehid terjadi dengan suatu mekanisme radikal bebas dan dipengaruhi oleh panasdan cahaya. Dalam kebanyakan reaksi oksidasi, laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi
dari molekul pengoksidasi tetapi mungkin tidak bergantung pada konsentrasi oksigen. Reaksi ini biasa dikatalisisoleh logam berat dalam jumlah kecildan peroksida organik.
Inhibitor atau antioksidan bekerja dengan memberikan elektron dan atom hydrogen yang dapatditerima oleh radikal bebas dengn mudah, dan proses ini menghentikan reaksi berantai. Inhibitor
termasuk senyawa OH dan NH seperti pirogalol, ammonia, dan macam-macam amina.Senyawa polihidroksi fenolat dengan gugus hidroksi orto atau para tetapi bukan meta, satu
dengan lainnya berlaku sebagai antioksidan. Bentuk meta bersifat inaktif karena tidak dapatmembentuk struktur kuinoid. Atom hydrogen yang reaktif dari suatu antioksidan, seperti
5/6/2018 stabilitas obat - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/stabilitas-obat-559ab9f1d800d 2/10
hidrokuinon, dengan cepat diberikan pada R. inhibitornya diubah menjadi semikuinon, yangdistabilkan dengan resonansi sehingga tidak dapat merambatkan reaksi berantai.
Perlindungan Terhadap HidrolisisObat dapat distabilkan terhadap hidrolisis dengan menyesuaikan pH larutan pada suatu harga
dimana senyawa tersebut secara eksperimen diketahui menunjukkan konstanta laju raksi
terendah. Jika reaksi tersebut dianggap merupakan katalis asam-basa umum, dapar digunakanuntuk mengatur pH harus dipilih dengan hati-hati.Dapar tersebut harus memberikan pH optimum untuk memperoleh kestabilan dan aktivitas terapi
obat maksimum. Dalam kebanyakan kasus aktivitas terapi obat basa lemah, sepertialkaloid,pilokarpin, lebih tergantung pada basa bebas daripada garam yang terionisasi dalam
larutan. Tetapi, poat untuk penggunaan mata dapat sangat mengiritasi jika diberikan sebagai basa bebas. Lagi pula, obat-obat demikian biasanya mudah terhidrolisis dalam larutan alkali. Menurut
Hind dan Goyan, lebih baik mendapar sistem pada pH rendah dengan dapar yangmeminimumkan hidrolisis terapi, karena kapasitas dapar yang rendah memungkinkan Ph naik
secara teratur dan melepaskan obatnya pada saat obat diteteskan dalam mata.Penguraian hidrolisis dapat dicegah lebih lanjut dengan menghilangkan air. Obat ini dapat
disimpan dalam bentuk kering dan digunakan dalam bentuk kering atau disuspensikan sebagai bubuk yang larut dalam pembawa yang sesuai bila akan digunakan. Meskipun dalam bentuk
padat obat, dapat terurai. Leeson dan Mattocks meneliti penguraian aspirin dalam keadaan padatdan menemukan, ternyata hal ini bergantung pada temperatur maupun kelembaban. Sukar sekali
untuk menghilangkan kelembaban secara keseluruhan dan bila diadsorbsi pada zat padat, penguraian dapat terjadi.
Whitworth et al dan Jun et al telah menunjukkan bahwa aspirin terurai dalam basissuppositoriapolietilen glikol, dan asam sitrat dan tartrat terlihat memperlambat proses degradasi
ini. Asker dan Whitworth menemukan bahwa aspirin stabil dalam cairan silicon yang secarafarmakologi tidak aktif yang digunakan sebagai media suspensi, tidak ada penguraian yang
tercatat dalam penyimpanan selama 8 minggu pada temperature 4o dan 26oC.
Perlindungan Terhadap OksidasiInteraksi antar vitamin yang larut dalam air, menyangkut raksi oksidasi-reduksi. Oksidasi lemak dan minyak dapat diperlambat dengan hidrogenasi hasil raksi, dengan menggantikan udara dalam
wadah dengan gas inert, dan dengan penambahan antioksidan. Tokoferol secara alami terdapatdalam minyak sayuran dana berperan sebagai antioksidan yang efektif; bila tokoferol
ditambahkan pada lemak-lemak hewan, tokoferol menghasilkan bau dan rasa yang tidaka enak.Senyawa 2,6-ditertier butyl para kresol, juga dikenal sebagai pelindung terhadap ketengikandan
penurunan potensi vitamin. Antioksidan lain termasuk anisol hidroksi butilal, propel galat,tetrahidroksi dimetil bifenil, dan asam nordihidroguaiaretat(NDGA).
Obat-obat yang mudah terhidrolisis seperti asam askorbat dan efineprin (adrenalin) dapatdistabilkan dengan menghindari oksigen, mendapar larutan pada pH yang sesuai, menggunakan
pelarut bebas logam, menambah inhibitor, menghindari cahaya, menyimpan produk padatemperature rendah, dan meracun sistem oksidasi-reduksi dengan potensial tertentu.
KINETIKA DALAM WUJUD PADATPadatan murni
Penguraian padatan murni, kebalikan dari campuran yang lebih kompleks dari bermacam-macam bahan dalam sediaan obat. Cartensen dan Musa menggambarkan penguraian dari derivate asam
benzoate padat, seperti asam amino benzoate, yang terurai menjadi cairan, aniline, dan gaskarbondioksida. Setelah cairan mulai terbentuk, penguraian menjadi reaksi orde pertama dalam
5/6/2018 stabilitas obat - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/stabilitas-obat-559ab9f1d800d 3/10
larutan.Sediaan obat berbentuk padat
Penguraian obat dalam sediaan padat jauh lebih kompleks daripada penguraian yang terjadi padasenyawa tunggal murni. Reaksi tersebu mungkin orde-nol atau orde-pertama. Tetapi dalam kasus
yang sama, seperti pada senyawa murni, sukar sekali untuk membedakan antara keduanya.
Tardif mengamati ahwa asam askorbat terurai dalam tablet menurut reaksi orde-pertama semu.Dalam bentuk sediaan tablet atau sediaan padat lain, terdapat kemungkinan interaksi padat-padat.Cartensen et al telah merancang program untuk menguji kemungkinan tidak dapat
bercampuranya obat dengan bahan-bahan yang ada dalam campuran padat. Obat diaduk dengan bermacam-macam bahan tambahan dengan atau tanpa kelembaban 5%, ditutup dalam vial dan
disimpan selama 2 minggu pada temperature 35o C. pengamatan visual dilakukan dab sampeldiuji terhadap interaksi kimia dengan menggunakan kromatografi lapis tipis. Metode ini bersifat
dalam praformulasi industry, memberikan gambaran yang berguna tentang teknik untuk mengatasi kemungkinan tidak tercampurnya bahab berkhasiat dan bahan-bahan tambahan
sebelum memutuskan bentuk sediaan yang sesuai.
ANALISIS KESTABILAN YANG DIPERCEPAT
Pada masa lalu banyak perusahaan farmasi mengadakan evaluasi mengenai kestabilan sediaanfarmasi dengan pengamatan selama 1 tahun atau lebih, sesuai dengan waktu normal yang
diperlukan dalam penyimpanan dan dalam penggunaan. Metode seperti ini memakan waktu dan
tidak ekonomis. Penelitian yang dipercepat pada temperature tinggi juga banyak dilakukan oleh banyak perusahaan, tetapi kriterianya sering merupakan criteria buatan yang tidak didasrkan pada prinsip-prinsip dasar kinetik. Contohnya, cairan pada suhu 37oC mempercepat penguraian
2 kali lajunya pada temperature normal, sementara persahaan lain mengandaikan bahwa kondisitersebut mempercepat penguraian dengan 20 kali laju normal. Levy telah membuktikan bahwa
koefisisen temperature buatan dan kestabilan tidak dapat diterapkan pada sediaan-sediaan cair dan sediaan farmasi yang lain. Perkiraan waktu penyimpanan harus diiikuti dengan analisis yang
dirancang secara hati-hati untuk bermacam-macam bahan dalam produk jika hasilnya ingincukup berarti.
Metode ini dipercepat untuk produk-produk farmasi yang didasarkan pada prinsip-prinsipkinetika kimia ditunjukkan oleh Garret dan Carper. Menurut teknik ini, nilai k untuk penguraian
obat dalam larutan pada berbagai temperatur yang dinaikkan diperoleh dengan memplot beberapa fungsi konsentrasi terhadap waktu. Logaritma laju spesifik kemudian diplot terhadap
kebalikan dari temperatur mutlak dan hasil berupa garis lurus diekstrapolasi sampai temperatureruang digunakan untuk memperoleh pengukuran kestabilan obat pada kondisi penyimpanan
biasa.Pendekatan yang lebih maju untuk evaluasi kestabilan adalah kinetika nonisotermal, yang
diperkenalkan oleh Rogers pada tahun 1963. Energy aktivasi, laju reaksi dan kestabilan yangdiperkirakan diperoleh dalam satu percobaan dengan mengatur temperature untuk berubah pada
5/6/2018 stabilitas obat - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/stabilitas-obat-559ab9f1d800d 4/10
laju yang telah ditentukan sebelumnya. Temperatur dan waktu dihubungkan melalui fungsi yangsesuai, seperti :
1/T = 1/T0 + atDimana To adalah temperatur awal dan a adalah kebalikan dari konstanta laju pemanasan. Pada
setiap waktu, dalam proses, persamaan Arrhenius untuk waktu nol dan t dapat ditulis:
ln k1= ln ko - Ea/R (( 1)/(T1 ) - 1/T0 )karena temperatur merupakan fungsi dari waktu t, suatu pengukuran kestabilan k secara langsungdiperoleh pada kisar tempertur tersebut. Sejumlah variasi telah dibuat pada metode dan sekarang
memungkinkan untuk mengubah laju pemanasan selam proses atau menggabungkan laju pemanasan terprogram dengan penelitian isothermal dan menerima print out energy aktivasi, dan
kestabilan memperkirakan waktu yang direncanakan dan pada berbagai temperatur.Peneliti harus menyadari bahwa orde reaksi dapat berubah selama penelitian. Maka, penguraian
orde-nol dapat kadang-kadang menjadi orde-pertama, orde-kedua atau orde dalam pecahan danenergy aktivasi juga dapat berubah jika penguraian terjadi dengan beberapa mekanisme. Pada
temperatur tertentu, otokatalis yaitu percepatan penguraian oleh produk yang terbentuk dalareaksi dapat terjadi sehingga menyebabkan perkiraan kestabilan pada temperatur ruang dengan
kenaikan temperatur menjadi tidak mungkin.
Alat dan Bahan
Alat :Erlenmeyer
BuretStatif
Corong
Beaker glassThermometer Penangas air
Volum pipetBahan :
Larutan NaOH 0,096 NLarutan asam oksalat 0,1 N
PhenolptaleinLarutan asetosal 4% + Na sitrat 10% (1000 ml)
Prosedur
Pembakuan NaOH :Dibuat larutan NaOH 0,096 N.
Ditambahkan indikator fenoftalen.Dibakukan dengan larutan asam oksalat 0,1 N.
Pembuatan larutan Asetosal :
Dibuat larutan asetosal 4% sebanyak 1000 mL dengan cara Natrium Sitrat dilarutkan dalam 1000mL aquadest.
5/6/2018 stabilitas obat - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/stabilitas-obat-559ab9f1d800d 5/10
Diambil sebanyak 250 mL, kemudian dipanaskan pada suhu 500 selama 10 menit.Dimasukan asetosal ke dalam labu ukur, kemudian ditambahkan larutan Natrium Sitrat sebanyak
350 mL, dikocok, dan ditambahkan sampai 1000 mL.
Penetapan kadar
Disiapkan alat dan bahanAsetosal yang telah di buat dibagi menjadi 250mlSimpan Asetosal di dalam Erlenmeyer lalu panaskan sampai suhu mencapai 30o lalu penentuan
kadar awal dengan waktu 0 menit dan penentuan kadar berikutnya dengan interval (30,60,90,120menit)
Dipipet Asetosal sebanyak 10ml dengan menggunakan volume pipet dan dimasukkan kedalamerlenmeyer
Ditambahkan 4 tetes phenolptalein ke dalam Erlenmeyer tersebutLalu titrasi dengan menggunakan larutan baku sekunder yaitu NaOH sampai terbentuk warna
merah roseCatat berapa volumenya
Data Pengamatan dan Perhitungan
Suhu Waktu Pengukuran Konsentrasi asetosal, C (g/100 ml) C/Co Ln C/Co1 2
25o 0 25 24,9 0,2395 1 0
30 25,2 25,2 0,2419 1,0100 -0,009960 24,3 24,4 0,2337 0,9758 0,024590 24,3 24,3 0,2332 0,9737 0,0267
120 24,3 24,3 0,2332 0,9737 0,0267
30o 0 24,4 24,2 0,2333 1 0
30 24,6 24,4 0,2352 1,0081 -0,008160 25 24,5 0,2376 1,0184 -0,0183
90 24,8 25,2 0,2400 1,0206 -0,0283120 24,9 25,5 0,2419 1,0369 -0,0367
40o 0 24,3 25 0,2366 1 030 24,4 24,7 0,2357 0,9962 -0,0039
60 25,3 25,4 0,2434 1,0286 -0,028290 26,25 27,5 0,2580 1,0904 -0,0866
120 26,4 27 0,2563 1,0833 -0,0846
5/6/2018 stabilitas obat - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/stabilitas-obat-559ab9f1d800d 6/10
60o 0 26,1 26 0,2501 1 0
30 28,3 28,7 0,2736 1,0939 -0,089860 33 29,2 0,2986 1,1939 -0,1772
90 33,2 33,6 0,3206 1,2819 -0,2483
120 34,2 34,4 0,3283 1,3127 -0,2721
Perhitungan :
Perhitungan ln C/Co = -ktPerhitungan hasil titrasi:
Diketahui:Volume asetosal (V2) = 10 ml
Konsentrasi NaOH (N1) = 0,096 NKonsentrasi asetosal (C) yang dilakukan pada suhu 30o:
Volume NaOH (N1/Co/C) = 24,95 ml N1 . V2 = N2 . V2
0,096 . 24,95 = N2 . 10 N2 = 0,2395 N
Volume NaOH (N1/C) = 24,35 ml
N1 . V2 = N2 . V20,096 . 24,35 = N2 . 10 N2 = 0,2337 N
Volume NaOH (N1/C) = 24,75 ml N1 . V2 = N2 . V2
0,096 . 24,75 = N2 . 10 N2 = 0,2376 N
Volume NaOH (N1/C) = 24,30 ml N1 . V2 = N2 . V2
0,096 . 24,30 = N2 . 10 N2 = 0,2333 N
Volume NaOH (N1/C) = 24,30 ml N1 . V2 = N2 . V2
0,096 . 24,30 = N2 . 10 N2 = 0,2333 N
Konsentrasi asetosal (C) yang dilakukan pada suhu 30o:
Volume NaOH (N1/Co/C) = 24,3 ml N1 . V2 = N2 . V2
5/6/2018 stabilitas obat - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/stabilitas-obat-559ab9f1d800d 7/10
0,096 . 24,3 = N2 . 10 N2 = 0,2333 N
Volume NaOH (N1/C) = 24,5 ml
N1 . V2 = N2 . V20,096 . 24,5 = N2 . 10 N2 = 0,2352 N
Volume NaOH (N1/C) = 24,75 ml N1 . V2 = N2 . V2
0,096 . 24,75 = N2 . 10 N2 = 0,2376 N
Volume NaOH (N1/C) = 25 ml N1 . V2 = N2 . V2
0,096 . 25 = N2 . 10 N2 = 0,2400 N
Volume NaOH (N1/C) = 23,4 ml N1 . V2 = N2 . V2
0,096 . 25,2 = N2 . 10 N2 = 0,2419 N
Konsentrasi asetosal (C) yang dilakukan pada suhu 40o:
Volume NaOH (N1/Co/C) = 24,65 ml N1 . V2 = N2 . V2
0,096 . 24,65 = N2 . 10 N2 = 0,2366 N
Volume NaOH (N1/C) = 24,55 ml
N1 . V2 = N2 . V20,096 . 24,55 = N2 . 10 N2 = 0,2357 N
Volume NaOH (N1/C) = 25,35 ml N1 . V2 = N2 . V2
0,096 . 25,35 = N2 . 10 N2 = 0,2433 N
Volume NaOH (N1/C) = 26,87 ml N1 . V2 = N2 . V2
0,096 . 26,87 = N2 . 10 N2 = 0,2579 N
Volume NaOH (N1/C) = 26,70 ml
N1 . V2 = N2 . V20,096 . 26,70 = N2 . 10
N2 = 0,2563 N
Konsentrasi asetosal (C) yang dilakukan pada suhu 60o:Volume NaOH (N1/Co/C) = 26,05 ml
5/6/2018 stabilitas obat - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/stabilitas-obat-559ab9f1d800d 8/10
N1 . V2 = N2 . V20,096 . 26,05 = N2 . 10
N2 = 0,25001 NVolume NaOH (N1/C) = 28,50 ml
N1 . V2 = N2 . V2
0,096 . 28,50 = N2 . 10 N2 = 0,2736 NVolume NaOH (N1/C) = 31,10 ml
N1 . V2 = N2 . V20,096 . 31,10 = N2 . 10
N2 = 0,2986 NVolume NaOH (N1/C) = 33,4 ml
N1 . V2 = N2 . V20,096 . 33,4 = N2 . 10
N2 = 0,3206 NVolume NaOH (N1/C) = 23,4 ml
N1 . V2 = N2 . V20,096 . 34,3 = N2 . 10
N2 = 0,3293 N
PembahasanPada percobaan ini larutan titran dibuat dengan mencampurkan asetosal 4% dan Asam sitrat 10%
dalam 100ml. Larutan dibuat sebanyak 1000 ml tanpa mengurangi kadar tersebut yang telahditentukan. Larutan dibuat dengan melarutkan asetosal dengan etanol secukupnya kemudian
dicampurkan dengan larutan natrium sitrat (natrium sitrat dilarutkan dengan aquadest) dan di-add-kan dengan aquadest sampai 1000ml. Asetosal yang berupa serbuk hablur putih dilarutkan
dalam alkohol bukan dalam aquadest karena asetosal sukar larut dalam aquadest tetapi mudahlarut dalam etanol. Sedangkan Natrium sitrat berupa hablur tidak berwarna atau serbuk halus
putih dilarutkan dengan pembawa aquadest bukan dengan etanol karena Natrium sitrat dalametanol praktis tidak larut tetapi mudah larut dalam air. Larutan dibuat dalam labu ukur 1000 ml
agar volumenya lebih tepat dan lebih akurat karena labu ukur merupakan alat kimia yangmempunyai nilai akurasi tinggi dibandingkan dengan gelas beaker.
Penentuan stabilitas obat dilakukan dengan melakukan titrasi zat uji dengan larutan baku NaOH.Sebelum dititrasi larutan titer (sampel) dipanaskan terlebih dahulu dalam penangas air sampai
suhu 30oC. Pemanasan dilakukan bukan dengan api langsung melainkan dengan penangas air karena jika dilakukan dengan api langsung akan menyebabkan kenaikan suhu yang sangat cepat,
sementara dalam praktikum ini dibutuhkan suhu yang konstan.Indikator yang digunakan adalah indikator fenolftalein yang memiliki rentang pH 8,0-10,0.
5/6/2018 stabilitas obat - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/stabilitas-obat-559ab9f1d800d 9/10
Titrasi dihentikan apabila telah mencapai titik akhir titrasi yang ditandai dengan berubahnyawarna larutan dari tidak berwarna menjadi warna merah muda atau pink-rose yang konstan.
Perubahan warna ini merupakan tanda bahwa larutan baku primer telah bereaksi sempurnadengan larutan baku sekunder. Titrasi dilakukan duplo untuk memperoleh data yang lebih akurat.
Berdasarkan teori volume titrasi pertama dengan volume titrasi kedua tidak boleh mempunyai
rentang atau selisih diatas 0,5ml. Oleh karena itu titrasi harus dilakukan dengan benar-benar telitisehingga hasil yang diperoleh semaksimal atau seakurat mungkin. Sebelum digunakan NaOHterlebih dahulu dibakukan dengan asam oksalat 0,1N dan indikator fenolftalein, hal ini bertujuan
untuk mengetahui kadar sebenarnya dari NaOH yang digunakan, yang nantinya digunakan dalam perhitungan.
Titrasi larutan zat uji dilakukan dengan suhu yang tetap (30oC) tetapi dengan waktu pemanasanyang berbeda (0menit, 30menit, 60menit, 90menit, dan 120menit). Tujuan dari perbedaan waktu
pemanasan ini adalah untuk mengetahui seberapa besar energi aktivasi yang diperlukan untuk masing-masing zat uji. Energi aktivasi dapat digunakan untuk memperkirakan kestabilan dari
komponen titer atau sampel (Aspirin). Dari data pengamatan yang diperoleh, volume titran yangdibutuhkan untuk menitrasi masing-masing larutan zat uji tidak jauh berbeda satu sama lain atau
hanya mempunyai selisih antara 0-0,5 ml hal ini dikarenakan zat uji yang digunakan/dititrasiadalah sama baik dalam volume maupun suhu hanya yang membedakan adalah lama pemanasan.
Metode pengujian stabilitas obat dengan kenaikan temperatur tidak dapat diterapkan untuk semua jenis sediaan terutama untuk produk yang mengandung bahan pensuspensi seperti
metilselulosa yang menggumpal pada pemanasan, protein yang mungkin didenaturasi, salep dansuppositoria yang yang meleleh pada kondisi temperatur yang sedikit dinaikkan. Oleh karena itu,
praktikan harus teliti dalam memilih metode pengujian stabilitas suatu obat atau suatu sediaanobat.
Selain temperatur, stabilitas obat dapat dipengaruhi juga oleh efek pengemasan dan penyimpanan. Sediaan berupa larutan masa simpannya relatif lebih singkat dibandingkan dengan
bentuk sediaan padat, karena sediaan larutan mudah terurai dan bereaksi dengan keadaan
sekitarnya atau lingkungannya (suhu dan cahaya). Misalnya, Jika suatu larutan obat disimpandalam kondisi terlalu panas, ada kemungkinan botol(yang merupakan wadah umum untuk larutan) berinteraksi atau bereaksi dengan obat-obat yang terdapat di dalam botol tersebut. Selain
itu perlu diperhatikan juga, bahwa jika suatu sediaan obat berupa larutan telah dibuka darikemasannya atau wadahnya, stabilitas obat tersebut tidak sama lagi seperti stabilitas obat semula
yang masih tersegel(masih dalam kemasan) sehingga waktu kadaluarsanya pun tidak akan sama persis seperti yang tertera pada kemasan obat tersebut karena obat yang telah dibuka segelnya
(wadahnya/botolnya) akan berinteraksi langsung dengan udara luar dan keadaan sekitarnya yangakan menurunkan kestabilan obat tersebut.
Kesimpulan
Dari data pengamatan dan pembahasan yang ada diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa:Stabilitas obat sangat di pengaruhi oleh perubahan suhu, semakin tinggi suhu maka stabilitas
suatu obat menurun.Semakin lama pemanasan maka semakin turun stabilitas obat
Expired date cairan asetosal berkurang dengan bertambahnya suhu, yaitu:Suhu 25oC = 1,45 Jam
Suhu 30oC = 2, 24 JamSuhu 40oC = 0,26 Jam
5/6/2018 stabilitas obat - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/stabilitas-obat-559ab9f1d800d 10/10
Suhu 60oC = 0,94 Jam
DAFTAR PUSTAKA
Alfred Martin, James Swarbrick, dan Arthur Cammarata. 2008. Farmasi Fisik: Dasar-Dasar Farmasi Fisik Dalam Ilmu Farmasetika Edisi Ketiga, Jilid 2. Jakarta: UI-PressAnonym. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan Indonesia
Giancoli, Douglas C. 1998. Fisika Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta : ErlanggaLachman Leon. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jilid III. Edisi III. Penerbit Universitas
Indonesia. Jakarta.Prof. Dr. Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Jakarta : Rineka Cipta
SK Dogra, S. Dogra. 1990. Kimia Fisika dan Soal-Soal. Jakarta : UI-Press