Stabilitas Obat

46
Laboratorium Farmasetika Jurusan Farmasi FIKES UIN Alauddin Makassar “STABILITAS OBAT” OLEH: OLEH: KELOMPOK I (SATU) GELOMBANG I (SATU) ABULKHAIR ABDULLAH (70100111001) AGUS SALIM (70100111003) AHMAD ZAKIR (70100111004) AZWAR NASHIR AS (70100111017) FADLI DZULHIDAYAT (70100111024) Asisten Pembimbing HERIANA

description

Laporan Lengkap

Transcript of Stabilitas Obat

Page 1: Stabilitas Obat

Laboratorium Farmasetika

Jurusan Farmasi FIKES

UIN Alauddin Makassar

“STABILITAS OBAT”

OLEH:

OLEH:

KELOMPOK I (SATU)

GELOMBANG I (SATU)

ABULKHAIR ABDULLAH (70100111001)

AGUS SALIM (70100111003)

AHMAD ZAKIR (70100111004)

AZWAR NASHIR AS (70100111017)

FADLI DZULHIDAYAT (70100111024)

Asisten Pembimbing

HERIANA

GOWA

2013

Page 2: Stabilitas Obat

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stabilitas obat merupakan kemampuan suatu sediaan berada dalam

batas spesifikasi yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan

penggunaan untuk menjamin identitas, kualitas, kekuatan, dan kemurnian

produk tersebut.

Sediaan obat dan kesmetika yang stabil merupakan sediaan yang

masih berada pada batas yang dapat diterima selama periode penyimpanan

dan penggunaan dimana sifat dan karakteristiknya sama dengan yang

dimilikinya saat dibuat.

Sebagai seorang farmasis, perlu dipelajari dan diketahui tentang

pengujian stabilitas serta hal-hal atau faktor-faktor yang mempengaruhi

kestabilan suatu obat sehingga dalam formulasi dapat diformulasikan suatu

obat yang benar-benar baik terkhusus kstabilannya. Karena obat tidak

selamanya stabil, adakalanya obat akan mengalami kerusakan sebelum

dikonsumsi, tergantung dari sediaan farmasinya seperti sifat kimia obat dan

faktor-faktor lingkungan seperti sifat kimia obat dan faktor-faktor lingkungan

seperti suhu, kelembapan, dan lainnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukanlah praktikum farmasi

fisika dengan percobaan stabilitas obat.

B. Maksud dan Tujuan

1. Maksud Percobaan

Mengetahui dan memahami cara penentuan kestabilan suatu obat

pada suhu dan pH tertentu.

2. Tujuan Percobaan

a. Menentukan konstanta kestabilan obat dari amoxicilin pada suhu

40 °C, 50 °C, dan 60 °C serta pada pH 4, 5, dan 6.

b. Menentukan waktu paruh obat dari amoxicilin pada suhu suhu 40 °C,

50 °C, dan 60 °C serta pada pH 4, 5, dan 6.

c. Menentukan suhu dan pH yang paling stabil dari amoksisilin.

Page 3: Stabilitas Obat

C. Prinsip Percobaan

Penentuan stabilitas dari amoksisilin pada berbagai pH dan suhu

berdasarkan nilai konstanta kecepatan reaksi (k) dan waktu paruh yang

diperoleh dari grafik hubungannya antara waktu dan konsentrasi dimana

konsentrasi amoksisilin ditetapkan dengan metode iodometri menggunakan

titran Na2S2O3 0,1 N ditandai perubahan warna dari biru menjadi bening.

Page 4: Stabilitas Obat

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Stabilitas obat adalah kemampuan obat atau produk untuk

mempertahankan sifat dan katakteristiknya agar sama dengan yang

dimilikinya pada saat dibuat atau diproduksi. Identitas, kekuatan, kualitas,

dan kemurnian dalam batasan yang ditetapkan sepanjang periode

penyimpanan dan penggunaan (Joshita, 2008 : 4).

Stabilitas sediaan farmasi tergantung pada profil sifat fisika dan kimia

pada sediaan yang dibuat (termasuk eksipien dan sistem kemasan yang

digunakan untuk formulasi sediaan) dan fraksi lingkungan seperti suhu,

kelembapan, dan cahaya (Joshita, 2008 : 5).

Beberapa jenis perubahan stabilitas obat atau produk farmasi yang

diperlakukan untuk dipertimbangkan adalah perubahan fisika, kimia, dan

mikrobiologi. Stabilitas fisika meliputi penampilan, konsistensi, warna,

aroma, rasa, kekerasan, kerapuhan, kelarutan, pengendapan, perubahan berat,

adanya uap, bentuk, dan ukuran partikel (Jenkins, 1957 : 73).

Stabilitas kimia meliputi degradasi formulasi obat, kehilangan potensi

(bahan aktif), kehilangan bahan-bahan tambahan (pengawet, antioksidan, dan

lainnya). Stabilitas mikrobiologi meliputi perkembangbiakan mikroorganisme

pada sediaan non steril, sterilisasi, dan perubahan fektivitas pengawet

(Jenkins, 1957 : 73).

Adapun efek-efek tidak diinginkan yang potensial dari ketidakstabilan

produk farmasi yaitu hilangnya zat aktif, naiknya konsentrasi zat aktif, bahan

obat berubah, hilangnya keseragaman kandungan, menurunnya status

mikrobiologi, hilangnya kekedapan kemasan, modifikasi faktor hubungan

fungsional, serta faktor lingkungan seperti suhu, kelembapan, dan cahaya

(Joshita, 2008 : 8).

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kestabilan suatu zat antara

lain: panas, cahaya, kelembapan, oksigen, pH mikroorganisme, dan bahan-

bahan tumbuhan yang dipergunakan dalam formula sediaan obat. Sebagai

Page 5: Stabilitas Obat

contoh, senyawa-senyawa ester merupakan zat yang mudah terhidrolisis

dengan adanya lembab sedangkan vitamin C sangat mudah sekali mengalami

oksidasi. Pada umumnya, penentuan kestabilan suatu obat zat padat dapat

dilakukan melalui perhitungan kinetika kimia. Cara ini tidak memerlukan

waktu lama sehingga cukup praktis digunakan dalam bidang farmasi (Tim

Dosen, 2009 : 77).

Kestabilan suatu zat merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam

membuat formulasi suatu sediaan farmasi. Hal ini penting mengingat suatu

sediaan biasanya diproduksi dalam jumlah besar dan memerlukan waktu yang

lama untuk sampai ke tangan pasien yang membutuhkan. Obat yang disimpan

dalam jangka waktu lama dapat mengalami penguraian dan mengakibatkan

dosis yang diterima pasien berkurang. Adanya hasil uraian zat tersebut

bersifat toksik sehingga dapat membahayakan jiwa pasien. Oleh karena itu,

perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan sutau zat

sehingga dapat dipilih pembuatan sediaan yang tepat sehingga kestabilan obat

terjaga (Tim Penyusun, 2008 : 50).

Proses laju merupakan hal dasar yang perlu diperhatikan bagi setiap

orang yang berkaitan dengan bidang kefarmasian, mulai dari pengusaha obat

sampai ke pasien. Pengusaha obat harus dengan jelas menunjukkan bahwa

bentuk obat atau sediaan yang dihasilkannya cukup stabil sehingga dapat

disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama dimana obat tidak berubah

menjadi zat tidak berkhasiat atau racun. Ahli farmasi harus mengetahui

ketidakstabilan potensial obat yang dibuatnya. Dokter dan penderita harus

diyakinkan bahwa obat yang digunakannya akan sampai pada tempat

pengobatan dalam konsentrasi yang cukup untuk mencapai efek pengobatan

yang diinginkan (Swarbick, 2008 : 145).

Pada umumnya, penentuan kestabilan suatu zat dapat dilakukan

dengan cara kinetika kimia karena tidak memerlukan waktu lama. Menurut

Hukum Aksi Massa, kecepatan reaksi adalah sebanding dengan hasil kali

konsentrasi molar reaktannya yang masing-masing dipangkatkan dengan

jumlah molekulnya (Fitrah, 2012 : 13).

Page 6: Stabilitas Obat

aA + bB cC + dD

V = K [A]a [B]b

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi : (Fitrah,

2012 : 13)

1. Temperatur

2. Kekuatan ion

3. Pengaruh pH

4. Adanya katalis

Dahulu untuk mengevaluasi kestabilan suatu sediaan farmasi

dilakukan pengamatan pada kondisi dimana obat tersebut disimpan, misalnya

pada temperatur kamar. Ternyata metode ini memerlukan waktu lama dan

tidak ekonomis. Sekarang untuk mempercepat analisis dapat dilakukan “Tes

Stabilitas Dipercepat”, yaitu dengan mengamati perubahan konsentrasi pada

suhu tinggi. Dengan membandingkan dua harga k dan temperatur yang

berbeda dapat dihitung energi aktivasinya sehingga k pada suhu kamar pun

dapat dihitung. Harga k pada suhu kamar dapat juga dihitung dari grafik

antara log 1 dengan 1/T. Dengan demikian batas kadaluarsa suatu sediaan

farmasi dapat diketahui dengan tepat (Fitrah, 2012 : 14).

B. Uraian Bahan

1. Amoksisilin (Dirjen POM, 1995 : 95)

Nama resmi : AMOXICILLINUM

Nama lain : asam(2S,5R,6R)-6-[(R)-(-)-2-amino-2-(P-

hidroksiferoII)asetamido]-3,3-dimetil-7-okso-4-HO-J-

azabisiklo[3,2,0]-heptana-2-

karboksilattrihidrat[61336-70-0]

Rumus molekul : C16H19N3O5S.3H2O

Berat molekul : 419,45

Rumus bangun :

Page 7: Stabilitas Obat

Pemerian : serbuk hablur putih, praktis tidak berbau

Kelarutan : sukar larut dalam air dan metanol, tidak larut dalam

benzena, dalam karbon tetraklorida dan dalam

kloroform

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, pada suhu kamar

terendah

Kegunaan : sebagai sampel

pH : antara 3,5-6,0

2. Aquadest (Dirjen POM, 1979 : 96)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : air suling, aquadest, air baterig

Rumus molekul : H2O

Berat molekul : 18,20

Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak

mempunyai rasa

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : sebagai pelarut

3. Asam Klorida (Dirjen POM, 1979 : 53)

Nama resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM

Nama lain : asam klorida

Rumus molekul : HCl

Berat molekul : 36,46

Pemerian : cairan, tidak berwarna, berasap, bau merangsang, jika

diencerkan dengan 2 bagian air asap dan bau hilang

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : sebagai pemberi suasana asam

4. Iodium (Dirjen POM, 1979 : 316)

Nama resmi : IODUM

Nama lain : iodium, iodum

Rumus molekul : I

Berat molekul : 126,91

Page 8: Stabilitas Obat

Pemerian : keping atau hablur, berat, mengkilat, seperti logam,

hitam kelabu, bau khas

Kelarutan : larut dalam lebih kurang 350 bagian air, dalam 13

bagian etanol (95%) P, dalam lebih kurang 80 bagian

gliserol P dan dalam lebih kurang 4 bagian karbon

disulfida P, larut dalam kloroform P dan dalam

kerbontetraklorida P

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : sebagai pembentuk warna biru dengan indikator kanji\

5. Kalium Biftalat (Dirjen POM, 1979 : 686)

Nama resmi : KALIUM HIDROGENFTALAT

Nama lain : kalium biftalat

Rumus molekul : CO2H.C6H4.CO2K

Pemerian : serbuk hablur, putih

Kelarutan : larut perlahan-lahan dalam air, larut jernih, tidak

berwarna

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : sebagai bahan pembuat larutan dapar

6. Kalium Iodida (Dirjen POM, 1979 : 330)

Nama resmi : KALII IODIDUM

Nama lain : kalium iodida

Rumus molekul : KI

Berat molekul : 166,00

Pemerian : hablur heksahedral, transparan atau tidak berwarna,

opak dan putih, atau serbuk butiran putih, higroskopik

Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut

dalam air mendidih, larut dalam etanol (95%) P,

mudah larut dalam gliserol P

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : sebagai komposisi dalam pembuatan I2 0,1 N

Page 9: Stabilitas Obat

7. Kanji (Dirjen POM, 1979 : 694)

Nama resmi : STARCH

Nama lain : amilum, pati, kanji

Rumus bangun :

Pemerian : serbuk putih, hablur

Kelarutan : larut dalam air panas, membentuk atau menghasilkan

larutan agak keruh

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : sebagai indikator

8. Natrium Dihidrogenfosfat (Dirjen POM, 1979 : 409)

Nama resmi : NATRII DIHYDROGENPHOSPHAS

Nama lain : natrium dihidrogenfosfat

Rumus molekul : NaH2PO4.2H2O

Berat molekul : 156,01

Pemerian : hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak

berbau, rasa asam dan asin

Kelarutan : larut dalam 1 bagian air

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : sebagai komposisi pembuatan larutan dapar pH 5 dan

dapar pH 6

9. Natrium Hidroksida (Dirjen POM, 1979 : 412)

Nama resmi : NATRII HYDROXYDUM

Nama lain : natrium hidroksida, NaOH

Rumus molekul : NaOH

Berat molekul : 40,00

Pemerian : bentuk batang, butiran, massa hablur atau keeping,

kering, keras, rapuh dan menunjukkan susunan

Page 10: Stabilitas Obat

hablur, mudah meleleh basah, sangat alkalis dan

korosif, segera menyerap karbon dioksida

Kelarutan : sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol 95 % P

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : sebagai penghidrolisis

10. Natrium Karbonat (Dirjen POM, 1979 : 400)

Nama resmi : NATRII CARBONAS

Nama lain : natrium karbonat

Rumus molekul : Na2CO3.H2O

Berat molekul : 124,00

Pemerian : hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih

Kelarutan : mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air

mendidih

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : sebagai komposisi dalam pembuatan Na2S2O3 0,1 N

11. Natrium Tiosulfat (Dirjen POM, 1979 : 428)

Nama resmi : NATRII THIOSULFAS

Nama lain : natrium tiosulfat, hipo

Rumus molekul : Na2S2O3

Berat molekul : 248,17

Pemerian : hablur besar tidak berwarna atau serbuk hablur kasar,

dalam udara lembab meleleh basah, dalam hampa

udara pada suhu di atas 33o merapuh

Kelarutan : larut dalam 0,5 bagian air, praktis tidak larut dalam

etanol (95%) P

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : sebagai titran

Page 11: Stabilitas Obat

C. Prosedur Kerja

1. Pembuatan larutan asetosal :

Timbang 25,0 g asetosal dan 50 g natrium sitrat. Larutkan natrium sitrat

dalam air panas, dinginkan. Larutkan asetosal dalam larutan natrium

sitrat tersebut, kemudian tambahkan air sampai 500 mL.

2. Masukkan 25 mL larutan ke dalam 18 tabung. Simpan tabung-tabung

tersebut di dalam penangas air yang mempunyai suhu 40, 60, dan 80 oC

masing-masing 6 buah tabung.

3. Setelah pemanasan selama 10 menit, ambil satu tabung dan tiap

temperatur. Dinginkan dalam lemari es sampai temperatur kamar.

Tentukan konsentrasi awal larutan untuk tiap temperatur.

4. Tentukan konsentrasi masing-masing larutan setelah 1, 2, 3, 4, dan 5 jam

dihitung dari penentuan konsentrasi awal (jadi lama pemanasan 1 jam 10

menit, 2 jam 10 menit, dan seterusnya).

5. Penentuan konsentrasi asetosal :

pipet 5,0 mL larutan dari titrasi dengan larutan baku NaOH 0,1 N dengan

menggunakan indikator fenolftalein, hitung kadar asetosal.

6. Tentukan tingkat reaksi penguraian (orde reaksi) dengan cara

perhitungan dan cara grafik.

7. Hitung energi aktivasi (Ea) dengan menggunakan pemanasan Arrhenius.

8. Hitung waktu paruh pada suhu kamar.

(Fitrah, 2012 : 14-15)

Page 12: Stabilitas Obat

BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah batang

pengaduk, botol semprot, buret, erlenmeyer, gelas kimia, gelas ukur, kaki

tiga, klem, lemari pendingin, neraca analitik, pembakar spiritus, penangas

air, pipet tetes, statif, stopwatch, dan termometer.

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah aluminium

foil, amoksisilin, asam klorida, dapar pH 4, dapar pH 5, dapar pH 6,

dapar pH 8, iodida, kanji, natrium hidroksida, natrium tiosulfat.

B. Cara Kerja

1. Pembuatan Larutan

a. Dapar pH 4

Dibuat dengan mancampur 50 mL kalium biftalat 0,2 M

dengan 0,1 mL asam klorida 0,2 N dan diencerkan dengan air bebas

karbondioksida P secukupnya hingga 200 mL.

b. Dapar pH 5

Dibuat dengan mencampur 50 mL kalium biftalat 0,2 M

dengan sejumlah natrium hidroksida 0,2 N 22,6 mL dan diencerkan

dengan air bebas karbondioksida P secukupnya hingga 200 mL.

c. Dapar pH 6

Dibuat dengan mencampur 50 mL kalium dihigrogenfosfat

0,2 M dengan sejumlah natrium hidroksida 0,2 N 5,6 mL dan

diencerkan dengan air bebas karbondioksida P secukupnya hingga

200 mL.

d. Dapar pH 8

Dibuat dengan mencampur 50 mL kalium dihidrogenfosfat

0,2 M dengan sejumlah natrium hidroksida 0,2 N 46,1 mL dan

Page 13: Stabilitas Obat

diencerkan dengan air bebas karbondioksida P secukupnya hingga

200 mL.

e. Natrium Tiosulfat 0,1 N

Dibuat dengan melarutkan 26 g natrium tiosulfat P dan

200 mg natrium karbonat P dalam air bebas karbondioksida P segar

secukupnya hingga 1000 mL.

f. Indikator Kanji

Ditimbang 500 mg pati, dilarutkan dengan 5 mL air dan

ditambahkan air sambil diaduk hingga 100 mL.

g. Natrium Hidroksida 0,01 N

Ditimbang 0,4001 g NaOH dan dilarutkan dalam air dan

dicukupkan hingga 1000 mL.

h. Asam Klorida 0,01 N

Ditimbang 0,3647 g HCl dan dilarutkan dalam air hingga

1000 mL air.

i. Larutan I2

Dilarutkan 12,69 g iodum P dalam larutan 18 g kalium iodida

P dalam 100 mL air, diencerkan dengan air secukupnya hingga

1000 mL.

2. Penentuan Stabilitas Amoksisilin

a. Pengaruh Suhu

- Disiapkan alat dan bahan.

- Ditimbang 50 mg amoksisilin, dilarutkan dalam 100 mL dapar

pH 8.

- Dibagi larutan ke dalam 3 gelas kimia masing-masing 30 mL.

- Dipanaskan gelas kimia pertama pada suhu 40 °C, diukur suhu

dengan termometer hingga suhu 40 °C, dicuplik 2 mL larutan

setiap 0 menit, 15 menit, dan 30 menit. Setiap 2 mL pada

rentang waktu tertentu dibagi ke dalam 2 erlenmeyer.

- Ditambahkan 5 mL dapar pH 4 pada erlenmeyer I, ditambahkan

NaOH 0,01 N 1 mL, dikocok selama 5 menit.

Page 14: Stabilitas Obat

- Ditambahkan 1 mL HCl 0,01 N dan 10 mL I2 0,1 N dan

didiamkan di tempat gelap selama 10 menit.

- Ditambahkan 2-3 tetes indikator kanji, dan dititrasi dengan

Na2S2O3 0,1 N hingga larutan biru menjadi bening. Volume

titrasi yang diperoleh adalah V1.

- Dimasukkan 5 mL dapar pH 4 pada erlenmeyer II, ditambahkan

10 mL I2 0,1 N dan didiamkan di tempat gelap selama 10 menit.

- Ditambahkan indikator kanji 2-3 tetes dan dititrasi dengan

Na2S2O3. Volume titrasi yang diperoleh adalah V2.

- Diulangi cara kerja penentuan V1 dan V2 dengan suhu 50 °C dan

60 °C.

b. Pengaruh pH

- Disiapkan alat dan bahan.

- Ditimbang 25 mg amoksisilin.

- Dilarutkan dalam 50 mL dapar pH 4, dipanaskan hingga suhu

50 °C dan dijaga agar tetep konstan. Larutan dicuplik 2 mL

setiap 0 menit, 15 menit, dan 30 menit dan dibagi masing-

masing 1 mL ke dalam dua erlenmeyer.

- Ditambahkan 5 mL dapar pH 4 pada erlenmeyer I, ditambahkan

NaOH 0,01 N 1 mL, dikocok selama 5 menit.

- Ditambahkan 1 mL HCl 0,01 N dan 10 mL I2 0,1 N dan

didiamkan di tempat gelap selama 10 menit.

- Ditambahkan 2-3 tetes indikator kanji, dan dititrasi dengan

Na2S2O3 0,1 N hingga larutan biru menjadi bening. Volume

titrasi yang diperoleh adalah V1.

- Dimasukkan 5 ml dapar pH 4 pada erlenmeyer II, ditambahkan

10 mL I2 0,1 N dan didiamkan di tempat gelap selama 10 menit.

- Ditambahkan indikator kanji 2-3 tetes dan dititrasi dengan

Na2S2O3. Volume titrasi yang diperoleh adalah V2.

- Diulangi cara kerja penentuan V1 dan V2 dengan dilarutkan pada

30 mL dapar pH 5 dan dapar pH 6 dan pada suhu 50 °C.

Page 15: Stabilitas Obat

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

A. Tabel Pengamatan

1. Pengaruh Suhu

SuhuWaktu

40 °C 50 °C 60 °CV1 V2 V1 V2 V1 V2

01530

0,60,60,7

0,60,80,8

0,60,40,5

0,70,50,9

0,80,50,7

11

0,52. Pengaruh pH

pHWaktu

4 5 6V1 V2 V1 V2 V1 V2

01530

0,30,50,6

1,20,90,7

0,71,40,6

0,60,60,3

10,50,4

1,40,90,7

B. Perhitungan

% Kadar = (V 2- V1 ) .N.Bst

Bs ×100%

Bst = BMev

= 419,458

= 52,43125

1. Pengaruh Suhu

a. Perhitungan Kadar

1) Suhu 40 oC

% K0 =(0,6-0,6 ) .0,1.52,4312550

×100 %

= 0 %

% K15=(0,8-0,6 ) .0,1.52,4312550

×100 %

= 2,096 %

% K30=(0,8-0,7 ) .0,1.52,4312550

×100 %

= 1,049 %

Page 16: Stabilitas Obat

2) Suhu 50 oC

% K1=(0,7-0,6 ) .0,1.52,4312550

×100 %

= 1,049 %

% K15=(0,5-0,4 ) .0,1.52,4312550

×100 %

= 1,049 %

% K30=(0,9-0,5) .0,1.52,4312550

×100 %

= 4,194 %

3) Suhu 60 oC

% K1=(1-0,8) .0,1.52,4312550

×100 %

= 2,096 %

% K15=(1-0,5) .0,1.52,4312550

×100 %

= 5,242 %

% K30=(0,5-0,7 ) .0,1.52,4312550

×100 %

= -2,096 %

b. K dan t1/2

t% K Log % K

40 oC 50 oC 60 oC 40 oC 50 oC 60 oC

0 0 1,049 2,096 - 0,021 0,321

15 2,096 1,049 5,242 0,321 0,021 0,720

30 1,049 4,194 -2,096 0,021 0,623 -

Suhu 40 oC y = 0,1035 + 0,0007x

Suhu 50 oC y = -0,0793 + 0,020067x

Suhu 60 oC y = 0,214083 + 0,004683x

K = b x 2,303 t1/2= 0,693K

- K 40 oC - t1/2 40 oC

Page 17: Stabilitas Obat

= 0,0007 x 2,303

= 1,6121 x 10-3

- K 50 oC

= 0,020067 x 2,303

=0,046214

- K 60 oC

= 0,004683 x 2,303

= 0,010785

= 0,693

1,6121 x 10−3

= 113,217

- t1/2 50 oC

= 0,693

0,046214

= 14,994

- t1/2 60 oC

=

0,6930,046214

=14,994

2. Pengaruh pH

a. Perhitungan kadar

1) pH 4

% K0 =(1,2-0,3 ) .0,1.52,4312525

×100 %

= 18,875 %

% K15=(0,9-0,4 ) .0,1.52,4312525

×100 %

= 10,485 %

% K30=(0,8-0,7 ) .0,1.52,4312525

×100 %

= 2,0972 %

2) pH 5

% K0 =(0,6-0,7 ) .0,1.52,4312525

×100 %

= -2,0972 %

% K15=(0,6-1,4 ) .0,1.52,4312525

×100 %

= -16,778 %

Page 18: Stabilitas Obat

% K30=(0,3-0,6 ) .0,1.52,4312525

×100 %

= -6,292 %

3) pH 6

% K0 =(1,4-1) .0,1.52,4312525

×100 %

= 8,389 %

% K15=(0,9-0,5) .0,1.52,4312525

×100 %

= 8,389 %

% K30=(0,7-0,4 ) .0,1.52,4312525

×100 %

= 6,292 %

b. K dan t1/2

t% K Log % K

pH 4 pH 5 pH 6 pH 4 pH 5 pH 6

0 18,875 -2,0972 8,389 1,276 - 0,924

15 10,485 -16,778 8,389 1,021 - 0,924

30 2,0972 -6,292 6,292 0,322 - 0,799

pH 4 y = 1,35 – 0,0318x

pH 5 y = (tidak terdefinisi / math error)

pH 6 y = 1,14742 – 0,017983x

k = b x 2,303 t1/2= 0,693K

- K pH 4

= 0,0378 x 2,303

= 0,07324

- K pH 5

= -

- K pH 6

= 0,017983 x 2,303

= 0,041415

- t1/2 pH 4

= 0,6930,07324

= 9,461

- t1/2 pH 5

= -

- t1/2 pH 6

Page 19: Stabilitas Obat

= 0,6930,041415

=16,732

Page 20: Stabilitas Obat

C. Grafik

1. Pengaruh suhu

a. Waktu dengan % K

1) Suhu 40 oC

0 15 300

0.5

1

1.5

2

2.5

2) Suhu 50 oC

0 15 300

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

4.5

3) Suhu 60 oC

0 15 30

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

5

6

Page 21: Stabilitas Obat

b. Waktu dengan log % K

1) Suhu 40 oC

0 15 300

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

0.3

0.35

2) Suhu 50 oC

0 15 300

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

3) Suhu 60 oC

0 15 300

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

Page 22: Stabilitas Obat

2. Pengaruh pH

a. Waktu dengan % K

1) pH 4

0 15 3002468

101214161820

2) pH 5

0 15 30

-18

-16

-14

-12

-10

-8

-6

-4

-2

0

3) pH 6

0 15 300123456789

Page 23: Stabilitas Obat

b. Waktu dengan % log K

1) pH 4

0 15 300

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

2) pH 5

0 15 300

2

4

6

8

10

12

data tidak terdefinisi / math error

3) pH 6

0 15 300.7

0.75

0.8

0.85

0.9

0.95

Page 24: Stabilitas Obat

D. Reaksi

1. Reaksi antara sampel dengan penghidrolisis

2. Reaksi antara sampel dengan reduktor

3. Reaksi antara reduktor dengan indikator

I2 +

+H2O+ NaoH

Na

+ I2+ 2I-

O-

I===

===I

Page 25: Stabilitas Obat

4. Reaksi antara reduktor dengan titran

+ 2 Na2S2O4

+ 2NaI +

Na2S4O6

I======I

Page 26: Stabilitas Obat

BAB IV

PEMBAHASAN

Stabilitas adalah faktor penting kualitas, keamanan, dan kemanjuran dari

produk obat. sebuah produk obat yang tidak cukup stabil dapat mengakibatkan

perubahan fisik (seperti kekerasan, pemisahan fase, dan lain-lain) serta

karakteristik kimia (pembentukan risiko tinggi dekomposisi obat).

Stabilitas obat adalah kemampuan suatu obat untuk mempertahankan sifat

dan karakteristiknya agar sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat

(identitas, kekuatan, kualitas, kemurnian) dalam batas yang ditetapkan sepanjang

periode penyimpanan dan penggunaan sehingga mampu memberikan efek terapi

yang baik dan menghindari efek toksik.

Hal-hal yang paling diperhatikan dalam penentuan kestabilan suatu zat

dengan cara kinetika kimia adalah :

1. Kecepatan reaksi

2. Suhu

3. Kekuatan ion

4. pH

Maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui dan memahami cara

penentuan kestabilan suatu obat serta menerangkan faktor apa saja yang

mempengaruhi kestabilan suatu bahan obat dan waktu paruh suatu obat. Adapun

tujuan dari uji stabilitas obat itu sendiri yaitu untuk menentukan umur simpan dari

suatu sediaan obat dan obat yang beredar tersebut stabil dalam jangka waktu yang

lama dalam suhu kamar.

Waktu paruh atau t ½ adalah periode penggunaan dan penyimpanannya

dimana suatu produk tetap memenuhi spesifikasinya jika disimpan dalam

wadahnya yang sesuai dengan kondisi atau waktu yang diperlukan untuk

hilangnya konsentrasi setengahnya.

Percobaan ini menggunakan amoksisilin tablet dengan melihat pengaruh

yang disebabkan oleh suhu dan pH. Pada percobaan ini, sampel amoksisilin

dipanaskan pada berbagai tingkatan suhu yaitu 40 oC, 50 oC, dan 60 oC serta pada

berbagai pH yaitu pH 4, pH 5, dan pH 6 kemudian dipanaskan pada suhu 50 oC.

Page 27: Stabilitas Obat

Sampel dicuplik tiap menit 0, 15, dan 30 ketika suhu mencapai suhu yang

ditetapkan pada percobaan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana

pengaruh suhu yang terlalu lama terhadap sediaan obat. Kemudian setiap 1 mL

cuplikan ditambahkan dapar pH 4 sebanyak 5 mL untuk membuat larutan sedikit

asam. Ditambahkan NaOH 0,01 N sebanyak 1 mL kemudian dikocok selama 5

menit agar terjadi reaksi antara senyawa di dalamnya dan memberikan pengaruh

terhadap kestabilan obat (mempercepat reaksi). Selanjutnya ditambahkan HCl

0,01 N sebanyak I mL untuk mengubah suasana yang basa karena penambahan

asam akan mengubah menjadi netral atau sedikit asam. Hal ini dilakukan karena

reaksi antara kanji-iodida dan natrium tiosulfat berlangsung cepat dalam suasana

sedikit asam karena titrasi yang digunakan pada percobaan ini adalah titrasi

redoks dengan metode titrasi tidak langsung (iodometri). Kemudian ditambahkan

I2 0,1 N sebanyak 10 mL untuk membentuk warna biru ketika bereaksi dengan

indikator kanji dan disimpan pada tempat gelap agar I2 tidak teroksidasi oleh

pengaruh lingkungan seperti udara dan cahaya dimana hipoioid (HIO) akan terurai

menjadi H+, I-, dan O2. Setelah 10 menit, ditambahkan 2-3 tetes indikator kanji

untuk menunjukkan TAT dan dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N. Volume titrasi ini

disebut V1.

Adapun perlakuan kedua untuk cuplikan 1 mL sampel amoksisilin yaitu

ditambahkan 5 mL dapar pH 4 kemudian 10 mL I2 0,1 N dan didiamkan di tempat

gelap selama 10 menit. Ditambahkan 2-3 tetes indikator kanji dan dititrasi dengan

Na2S2O3 0,1 N. Volume titrasi ini disebut V2.

Perbedaan antara V1 dan V2 adalah, pada V1 ditambahkan NaOH dan HCl

untuk menguji kecepatan reaksi penguraian obat dengan reaksi hidrolisis, yaitu

reaksi oleh air yang dikatalisis oleh ion hidrogen (asam) atau ion hidroksil (basa).

Pengujian selanjutnya yaitu terhadap pengaruh pH, dengan melarutkan

amoksisilin pada larutan dapar pH 4, dapar pH 5, dan pH 6. Perubahan nilai pH

mempengaruhi degradasi dari banyak senyawa obat dalam larutan dapat

dipercepat atau diperlambat senyawa ekponensial oleh nilai pH yang naik atau

turun dari rentang pH-nya. Nilai pH yang di luar rentang dan paparan terhadap

temperatur yang tinggi dari obat secara signifikan.

Page 28: Stabilitas Obat

Dalam percobaan ini digunakan metode titrasi tidak langsung (iodometri).

Iodometri adalah titrasi redoks yang melibatkan perpindahan elektron antara titran

dengan analit. Pada iodometri, sampel yang bersifat oksidator direduksi dengan

kalium iodida berlebih dan akan menghasilkan iodium yang selanjutnya dititrasi

dengan larutan baku natrium tiosulfat. Banyak volume natrium tiosulfat yang

digunakan sebagai titran setara dengan iodium yang dihasilkan dan setara dengan

banyaknya sampel.

Berdasarkan hasil percobaan diperoleh hasil, pada pengaruh suhu 40 oC,

persen kelarutan obat tertinggi pada suhu 15 oC. Grafik suhu 40 oC terlihat naik

turun dengan semakin naiknya waktu pemanasan. Pada suhu 50 oC, persen

kelarutan meningkat dengan semakin lamanya pemanasan hingga menit ke 30.

Sedangkan pada suhu 60 oC, persen kelarutan berfluktuasi seiring meningkatnya

waktu pemanasan. Jika dibandingkan pada tiap suhu, pada menit 0, persen

kelarutan semakin meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi

pemanasan atau suhu, maka semakin meningkat penguatan suatu obat sebab

dipengaruhi oleh kecepatan reaksi yang meningkat dengan peningkatan suhu.

Sedangkan pada pengaruh pH, persen kelarutan meningkat dan tinggi pada

pH 4. Nilai pH yang diberikan pada amoksisilin dapat mempercepat atau

memperlambat degradasi obat tergantung apakah pH amoksisilin atau tidak, jika

nilai pH yang diberikan pada amoksisilin berada di luar rentang pH amoksisilin,

maka akan mudah terdegradasi. Tetapi rentang amoksisilin adalah 3,5-6,0

sedangkan dapar pH yang diberikan pada sampel adalah ph 4, pH 5, dan pH 6

yang masih berada dalam rentang pH, sehingga kemungkinan tidak terjadi

degradasi yang signifikan terhadap sampel.

Berdasarkan hasil volume titrasi, V2 lebih besar dari V1. Hal ini

dikarenakan pada perlakuan V1 terjadi hidrolisis dengan adanya penambahan

asam dan basa, H+ dan OH- yang dilepaskan oleh senyawa asam dan basa

merupakan katalisator pada hidrolisis sampel. Namun, ada beberapa volume

dimana V2 lebih besar dari V1 sehingga dalam perhitungan tidak diperoleh nilai k

dan t ½. Ada dua hal penting yang sering menyebabkan kesalahan dalam titrasi

yang melibatkan iodida, yaitu :

Page 29: Stabilitas Obat

1. Kehilangan iodida yang disebabkan sifat yang mudah menguap.

2. Larutan iodida yang asam dioksidasi oleh oksigen di udara.

3. TAT titrasi yang berlebih.

Dalam dunia farmasi, penentuan kestabilan suatu obat sangatlah penting.

Stabilitas adalah faktor penting kualitas keamanan dan kemajuan dari produk obat.

Sebuah produk obat yang tidak cukup stabil dapat mengakibatkan perubahan fisik

(seperti kekerasan, menilai pembubaran, pemisahan fase, dan lain-lain) serta

karakteristik kimia (pembentukan risiko tinggi dekomposisi obat). Dengan

mengetahui stabilitas obat maka dapat diperkirakan bagaimana waktu paruh,

waktu kadaluarsa, dan kelayakan obat hingga sampai ke pasien terhadap faktor

perubahan suhu, pH, cahaya, udara, dan faktor fisika-kimia lainnya.

Page 30: Stabilitas Obat

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan, dapat disimpulkan bahwa semakin

tinggi suhu yang diberikan pada sampel amoksisilin maka semakin mudah

terurai. Sedangkan perubahan nilai pH masih berada pada rentang pH

amoksisilin sehingga degradasi obat tidak signifikan.

B. Kritik dan Saran

1. Laboratorium

Penuntunnya diperjelas dan diperbaiki lagi karena banyak prosedur yang

tidak sesuai pada saat praktikum seperti alat dan bahan yang digunakan

kadang tidak sesuai.

2. Asisten

Dalam menjelaskan kepada praktikan, jangan terlalu cepat karena banyak

praktikan yang kurang mengerti. Namun penjelasannya jelas dan singkat,

mudah dimengerti. Terima kasih telah membimbing kami semua.

Page 31: Stabilitas Obat

DAFTAR PUSTAKA

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : DEPKES RI

Jenkins. 1957. Farmasi Fisika. Yogyakarta : UGM Press

Joshita. 2008. Obat-Obat untuk Paramedis. Jakarta : UI Press

Fitrah, Muh., dkk. 2012. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Makassar :

UIN Alauddin Makassar

Tim Dosen FMIPA. 2009. Farmasi Fisika untuk Universitas. Yogyakarta :

UGM Press

Tim Penyusun. 2008. Penuntun Farmasi Fisika. Jakarta : UI Press

Swarbick. 1990. Farmasi Fisika. Jakarta : UI Press

Page 32: Stabilitas Obat

SKEMA KERJA

1. Pengaruh Suhu

Amoksisilin 50 mg + dapar pH 4 100 mL

30 mL 40 oC 30 mL 50 oC 30 mL 60 oC

0’, 15’, 30’

1 mL 1 mL

+ Dapar pH 4 5 mL + dapar pH 4 5 mL

+ NaOH 0,01 N 1 mL + 10 mL I2 0,1 N

kocok 5 menit diamkan di tempat gelap

+ HCl 0,01 N 1 mL + ind. Kanji 2-3 tetes

+ I2 0,1 N 1 mL Titrasi Na2S2O3 0,1 N

diamkan di tempat gelap 10’

+ Indikator kanji 2-3 tetes

Titrasi Na2S2O3 0,1 N

V1 V2

Page 33: Stabilitas Obat

2. Pengaruh pH

Amoksisilin 25 mg

50 mL dapar pH 4 50 mL dapar pH 5 50 mL dapar pH 6

50oC

0’, 15’, 30’

1 mL 1 mL

+ Dapar pH 4 5 mL + dapar pH 4 5 mL

+ NaOH 0,01 N 1 mL + 10 mL I2 0,1 N

kocok 5 menit diamkan di tempat gelap

+ HCl 0,01 N 1 mL + ind. Kanji 2-3 tetes

+ I2 0,1 N 1 mL Titrasi Na2S2O3 0,1 N

diamkan di tempat gelap 10’

+ Indikator kanji 2-3 tetes

Titrasi Na2S2O3 0,1 N

V1 V2