SSA
-
Upload
lintank-arya -
Category
Documents
-
view
112 -
download
5
description
Transcript of SSA
LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS INSTRUMEN
“ Pengenalan / Pengoperasian Alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) ”
DISUSUN OLEH :
NAMA : MULYANI
NIM : G 701 11 083
KELAS : B
HARI/TANGGAL : SABTU, 22 DES 2012
KELOMPOK : CETAR MEMBAHANA
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
DESEMBER, 2012
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini berdampak
pada makin meningkatnya pengetahuan serta kemampuan manusia. Betapa
tidak setiap manusia lebih dituntut dam diarahkan kearah lmu pengetahuan di
segala bidang. Tidak ketinggalan pula ilmu kimia yang identik dengan ilmu
mikropun tidak luput dari sorotan perkembangan iptek. Belakangan ini telah
lahir ilmu pengetahuan dan teknologi yang mempermudah dalam analisis kimia.
Salah satu dari bentuk kemajuan ini adalah alat yang disebut dengan
Spektrometri Serapan Atom (SSA).
Spektrometri Serapan Atom (SSA) dalam kimia analitik dapat
diartikan sebagai suatu teknik untuk menentukan konsentrasi unsue logam
tertentu dalam suatu cuplikan. Teknik pengukuran ini dapat digunakan untuk
menganalisis konsentrasi lebih dari 62 jenis unsur logam.Teknik Spektrometri
Serapan Atom (SSA) dikembangkan oleh suatu tim eneliti kimia Australia pada
tahun 1950-an, yang dipimpin oleh Alan Walsh, di CSIRO (Commonwealth
Science and Industry Research Organization) bagian kimia fisik di Melbourne,
Australia.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukanlah praktikum ini
untuk mengetahui instrumen Spektrometri Serapan Atom (SSA) sehingga
dapat diketahui komponen alatnya, fungsi masing-masing komponennya dan
cara menggunakan alat tersebut yang sangat bermanfaat khususnya dalam
bidang farmasi.
2
I.2 Maksud Percobaan
Mengenal instrument Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).
I.3 Tujuan Pecobaan
1. Untuk mengetahui letak atau posisi komponen alat Spektrofotometer
Serapan Atom (SSA).
2. Untuk mengetahui cara pengoperasian dari alat Spektrofotometer Serapan
Atom (SSA).
I.4 Prinsip Percobaan
Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang
tertentu, tergantung pada sifat unsurnya Spektrometri Serapan Atom (SSA)
meliputi absorpsi sinar oleh atom-atom netral unsur logam yang masih berada
dalam keadaan dasarnya (Ground state). Sinar yang diserap biasanya ialah sinar
ultra violet dan sinar tampak. Prinsip Spektrometri Serapan Atom (SSA) pada
dasarnya sama seperti absorpsi sinar oleh molekul atau ion senyawa dalam
larutan. Hukum absorpsi sinar (Lambert-Beer) yang berlaku pada
spektrofotometer absorpsi sinar ultra violet, sinar tampak maupun infra merah,
juga berlaku pada Spektrometri Serapan Atom (SSA).
I.5 Manfaat Percobaan
Dapat mengetahui instrumen Spektrofotometer serapan atom (SSA)
untuk analisis kualitatif dan kuantitatif.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Spektrofotometri dapat dibayangkan sebagai suatu perpanjangan dari
penilikan visual di mana studi yang lebih terinci mengenai pengabsorpsian energi
cahaya oleh spesies kimia memungkinkan kecermatan yang lebih besar dalam
pencirian dan pengukuran kuantitatif. Dengan mengganti mata manusia dengan
detektor-detektor radiasi lain, dimungkinkan studi absorpsi di luar daerah spektrum
tampak, dan seringkali eksperimen spektrofotometri dilakukan secara automatik
(Underwood, 2002).
Peristiwa serapan atom pertama kali diamati oleh Fraunhofer, ketika
mengamati garis-garis hitam pada spektrum matahari. Spektroskopi serapan atom
pertama kali digunakan pada tahun 1955 oleh Walsh. Spektroskopi serapan atom
digunakan untuk analisis kuantitatif unsur-unsur logam dalam jumlah sekelumit
(trace) dan sangat kelumit (ultratrace). Cara analisis memberikan kadar total unsur
logam dalam suatu sampel dan tidak tergantung pada bentuk molekul dari logam
dalam sampel tersebut. Cara ini cocok untuk analisis kelumit logam karena
mempunyai kepekaan yang tinggi (batas deteksi kurang dari 1 ppm), pelaksanaannya
relatif sederhana, dan interferensinya sedikit. Dalam garis besarnya prinsip
spektroskopi serapan atom sama saja dengan spektrofotometri sinar tampak dan
ultraviolet. Perbedaannya terletak pada bentuk spektrum, cara pengerjaan sampel dan
peralatannya (Gandjar, 2007).
Instrumentasi Spektrofotometri Serapan Atom
Sistem peralatan spektrofotometri serapan atom, terdiri atas beberapa
bagian, yaitu:
1. Sumber sinar
Sumber sinar yang lazim dipakai adalah lampu katoda berongga (hollow
cathode lamp). Lampu ini mengandung gas argon atau neon, berbentuk katoda
silindris yang mengandung logam untuk proses eksitasi, serta sebuah anoda (Gambar
2.4).
4
Ketika aliran listrik bervoltase tinggi diaplikasikan sepanjang katoda dan
anoda partikel gas terionisasi. Kenaikan voltase menyebabkan ion gas memiliki
cukup energi untuk melontarkan atom logam keluar dari katoda. Beberapa dari atom-
atom gas ini berada dalam bentuk yang tereksitasi dan mengemisikan cahaya pada
panjang gelombang yang spesifik sama dengan logam yang akan dianalisis (Lestari,
2009).
Gambar 2.4 Diagram skematik lampu katoda cekung
Neon biasanya lebih disukai karena memberikan intensitas pancaran
lampu yang lebih rendah.
Salah satu kelemahan penggunaan lampu katoda berongga adalah satu
la®mpu digunakan untuk satu unsur, akan tetapi saat ini telah banyak dijumpai suatu
lampu katoda berongga kombinasi; yakni salah satu lampu dilapisi dengan beberapa
unsure sehingga dapat digunakan untuk analisis beberapa unsur sekaligus.
2. Tempat sampel
Dalam analisis dengan spektrofotometri serapan atom, sampel yang akan
dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih dalam keadaan asas.
Ada berbagai macam alat yang dapat digunakan untuk mengubah suatu sampel
menjadi uap atom-atom yaitu : dengan nyala (flame) dan dengan tanpa nyala
(flameless).
a. Nyala (Flame)
Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa padatan atau cairan
menjadi bentuk uap atomnya, dan juga berfungsi untuk atomisasi. Pemilihan macam
bahan pembakar dan gas pengoksidasi serta komposisi perbandingannya sangat
5
mempengaruhi suhu nyala. Sumber nyala yang paling banyak digunakan adalah
campuran asetilen sebagai bahan pembakar dan udara sebagai pengoksidasi.
Nyala yang diperlukan untuk penetapan berbagai unsur, kisaran kerjanya,
dan batas deteksinya dapat dilihat pada tabel 4 dalam lampiran.
Cara Pengatoman Pada Nyala :
Pemasukan sampel ke dalam nyala dengan cara yang ajeg dan seragam membutuhkan
suatu alat yang mampu mendispersikan secara seragam di dalam nyala. Ada beberapa
cara atomisasi dengan nyala ini, yaitu:
i. Cara langsung (pembakar konsumsi total atau total consumption burner)
Pada cara ini, sampel dihembuskan (diaspirasikan) secara langsung ke dalam nyala,
dan semua sampel akan dikonsumsi oleh pembakar. Variasi ukuran kabut (droplet)
sangat besar. Diameter partikel rata-rata sebesar 20 mikron, dan sejumlah partikel ada
yang mempunyai diameter lebih besar 40 mikron. Semakin besar kabut yang
melewati nyala (tanpa semuanya diuapkan), maka efisiensinya semakin rendah.
ii. Cara tidak langsung
Pada model ini, larutan sampel dicampur terlebih dahulu dengan bahan pembakar
dan bahan pengoksidasi dalam suatu kamar pencampur sebelum dibakar. Tetesan-
tetesan yang besar akan tertahan dan tidak masuk ke dalam nyala. Dengan cara ini,
ukuran terbesar yang masuk ke dalam nyala ± 10 mikron sehingga nyala lebih stabil
dibandingkan dengan cara langsung. Masalah yang terkait dengan penggunaan cara
ini adalah adanya kemungkinan nyala membakar pencampur dan terjadi ledakan.
Akan tetapi, hal ini dapat dihindari dengan menggunakan lubang sempit atau dengan
cara mematuhi aturan yang benar terkait dengan cara menghidupkan gas.
b. Tanpa nyala (flameless)
Teknik atomisasi dengan nyala dinilai kurang peka karena atom gagal
mencapai nyala, tetesan sampel yang masuk ke dalam nyala terlalu besar, dan proses
a atomisasi kurang sempurna. Oleh karena itu, muncullah suatu teknik atomisasi yang
baru yakni atomisasi tanpa nyala. Pengatoman dapat dilakukan dalam tungku dari
grafit.
6
Sejumlah sampel diambil sedikit (untuk sampel cair diambil beberapa µl,
sementara sampel padat diambil beberapa mg), lalu diletakkan dalam tabung grafit,
kemudian tabung dipanaskan dengan sistem elektris dengan cara melewatkan arus
pada grafit. Akibat pemanasan ini, maka zat yang akan dianalisis berubah menjadi
atom-atom netral dan pada fraksi atom ini dilewatkan suatu sinar yang berasal dari
lampu katoda berongga sehingga terjadilah proses penyerapan energi sinar yang
memenuhi kaidah analisis kuantitatif.
Sistem pemanasan dengan tanpa nyala ini dapat melalui 3 tahap yaitu :
pengeringan (drying) yang membutuhkan suhu yang relatif rendah; pengabuan
(ashing) yang membutuhkan suhu yang lebih tinggi karena untuk menghilangkan
matriks kimia dengan mekanisme volatilasi atau pirolisis; dan pengatoman
(atomising) (Gandjar, 2007).
c. Monokromator
Monokromator merupakan alat yang berfungsi untuk memisahkan radiasi
yang tidak diperlukan dari spektrum radiasi lain yang dihasilkan dari Hollow Cathode
Lamp (Khopkar, 1990).
d. Detektor
Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui tempat
pengatoman. Dalam hal ini, sistem penguat harus cukup selektif untuk dapat
membedakan radiasi.
e. Sistem pembacaan
Sistem pembacaan merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan
sebagai sistem pencatatan hasil. Pencatatan hasil dilakukan dengan suatu alat yang
telah terkalibrasi untuk pembacaan suatu transmisi atau absorbsi. Hasil pembacaan
dapat berupa angka atau berupa kurva (Gandjar, 2007).
7
1.4.1 Jenis-jenis Destruksi
Metode destruksi ada dua, yaitu :
1. Metode destruksi basah
Destruksi basah merupakan perombakan sampel dengan asam-asam kuat
baik tunggal maupun campuran, kemudian dioksidasi dengan menggunakan zat
oksidator. Pelarut yang dapat digunakan untuk destruksi basah adalah asam nitrat,
asam sulfat, asam perkhlorat, asam klorida dan dapat digunakan secara tunggal
maupun campuran.
Destruksi basah dengan menggunakan asam nitrat, pertama kalinya
digunakan oleh Cerius untuk penentuan S, P, As dan logam-logam dalam senyawa
organik. Suhu pemanasan mencapai 380oC dan dipanaskan dalam tabung tertutup.
Cara selanjutnya dikembangkan oleh peneliti-peneliti berikutnya.
2. Metode destruksi kering
Destruksi kering merupakan perombakan logam organik dalam sampel
menjadi logam anorganik dengan jalan pengabuan sampel dan memerlukan suhu
pemanasan tertentu. Pada umumnya dalam destruksi kering ini dibutuhkan suhu
pemanasan antara 400 – 500oC, tetapi suhu ini sangat tergantung terhadap jenis
sampel yang akan dianalisis. Untuk menentukan suhu pengabuan dengan sistem ini
terlebih dahulu ditinjau jenis logam yang akan dianalisis. Bila oksida-oksida logam
yang terbentuk mudah menguap, maka perlakuan ini tidak memberikan hasil yang
baik, disebabkan pada suhu tertentu oksida logam tersebut sudah habis menguap.
8
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
- Spektrofotometri Serapan Atom
- Labu tentukur
- Beaker glass
3.1.2 Bahan
- NaCl fisiologis
- Baku Natrium (Na)
3.2 Cara Kerjaa. Nyalakan alat SSA
b. Pasang lampu Na pada tempatnya
c. Nyalakan software AAWin pada komputer
d. Setelah terkoneksi, pilih metode pengukuran yaitu furnace
e. Buat metode dan definisikan sampel anda pada sampel info
f. Buat kurva kalibrasi pada konsentrasi 20, 30, 40, 50, dan 608 ppm.
g. Nyalakan dan panaskan lampu hingga terdeteksi stabil
h. Lakukan align tip untuk memastikan tip dan auto-sampelr tepat pada
lubang furnace
i. Buka keran gas argon
j. Lakukan pengukuran secara simultan antara kalibrasi (blanko) dan sampel
9
3.3 Skema Kerja
10
Nyalakan alat SSA
Pasang lampu Na pada tempatnya
Nyalakan software AAWin pada komputer
Setelah terkoneksi, pilih metode pengukuran yaitu furnace
Buat kurva kalibrasi pada konsentrasi 20, 30, 40, 50, dan 608 ppm
Nyalakan dan panaskan lampu hingga terdeteksi stabil
Lakukan align tip untuk memastikan tip dan auto-sampelr tepat pada lubang furnace
Buka keran gas argon
Lakukan pengukuran secara simultan antara kalibrasi (blanko) dan sampel
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
11
4.2. Pembahasan
Spektrofotometer serapan atom (AAS) merupakan teknik analisis
kuantitafif dari unsur-unsur yang pemakainnya sangat luas di berbagai bidang
karena prosedurnya selektif, spesifik, biaya analisisnya relatif murah,
sensitivitasnya tinggi (ppm-ppb), dapat dengan mudah membuat matriks yang
sesuai dengan standar, waktu analisis sangat cepat dan mudah dilakukan. AAS
pada umumnya digunakan untuk analisa unsur, spektrofotometer absorpsi atom
juga dikenal sistem single beam dan double beam layaknya Spektrofotometer
UV-VIS. Sebelumnya dikenal fotometer nyala yang hanya dapat menganalisis
unsur yang dapat memancarkan sinar terutama unsur golongan IA dan IIA.
Umumnya lampu yang digunakan adalah lampu katoda cekung yang mana
penggunaanya hanya untuk analisis satu unsur saja.
Prinsip analisis dengan SSA adalah interaksi antara energi radiasi
dengan atom unsur yang dianalisis. AAS banyak digunakan untuk analisis
unsur. Atom suatu unsur akan menyerap energi dan terjadi eksitasi atom ke
tingkat energi yang lebih tinggi. Keadaan ini tidak stabil dan akan kembali ke
tingkat dasar dengan melepaskan sebagian atau seluruh tenaga eksitasinya
dalam bentuk radiasi. Frekuansi radiasi yang dipancarkan karakteristik untuk
setiap unsur dan intensitasnya sebanding dengan jumlah atom yang tereksitasi
yang kemudian mengalami deeksitasi. Teknik ini dikenal dengan SEA
(spektrofotometer emisi atom). Untuk SSA keadaan berlawanan dengan cara
emisi yaitu, populasi atom pada tingkat dasar dikenakan seberkas radiasi, maka
akan terjadi penyerapan energi radiasi oleh atom-atom yang berada pada tingkat
dasar tersebut. Penyerapan ini menyebabkan terjadinya pengurangan intensitas
radiasi yang diberikan. Pengurangan intensitasnya sebanding dengan jumlah
atom yang berada pada tingkat dasar tersebut.
Pada praktikum mengenai instrumen spektrofotometer serapan atom
yang dilakukan bertujuan untuk, mengetahui letak atau posisi komponen alat
spektrofotometer serapan atom (SSA), dan untuk mengetahui cara
pengoperasian dari alat spektrofotometer serapan atom (SSA).
12
Instrumen SSA, terdapat beberapa komponen penting yaitu yang
pertama adalah Lampu katoda, merupakan sumber cahaya pada AAS. Lampu
katoda memiliki masa pakai atau umur pemakaian selama 1000 jam. Lampu
katoda pada setiap unsur yang akan diuji berbeda-beda tergantung unsur yang
akan diuji, seperti lampu katoda Cu, hanya bisa digunakan untuk pengukuran
unsur Cu. Lampu katoda terdapat dua macam, yaitu lampu katoda monologam,
yang digunakan untuk mengukur satu untur. Dan lampu katoda multilogam
yang digunakan untuk pengukuran beberapa logam sekaligus.
Komponen yang kedua yaitu, tabung gas. Tabung gas pada AAS yang
digunakan merupakan tabung gas yang berisi gas asetilen. Gas asetilen pada
AAS memiliki kisaran suhu ± 20000 K, dan ada juga tabung gas yang berisi gas
N2O yang lebih panas dari gas asetilen, dengan kisaran suhu ± 30000K.
Regulator pada tabung gas asetilen berfungsi untuk pengaturan banyaknya gas
yang akan dikeluarkan, dan gas yang berada di dalam tabung. Spedometer pada
bagian kanan regulator merupakan pengatur tekanan yang berada di dalam
tabung. Gas ini merupakan bahan bakar dalam Spektrofotometri Serapan Atom.
Komponen ketiga dari AAS adalah burner. Burner merupakan bagian paling
terpenting di dalam main unit, karena burner berfungsi sebagai tempat
pancampuran gas asetilen, dan aquabides, agar tercampur merata, dan dapat
terbakar pada pemantik api secara baik dan merata. Lobang yang berada pada
burner, merupakan lobang pemantik api, dimana pada lobang inilah awal dari
proses pengatomisasian nyala api. Komopnen keempat adalah monokromator.
Berkas cahaya dari lampu katoda berongga akan dilewatkan melalui celah
sempit dan difokuskan menggunakan cermin menuju monokromator.
Monokromator dalam alat SSA akan memisahkan, mengisolasi dan mengontrol
intensitas energi yang diteruskan ke detektor. Monokromator yang biasa
digunakan ialah monokromator difraksi grating. Komponen kelima AAS adalah
detektor. Detektor merupakan alat yang mengubah energi cahaya menjadi
energi listrik, yang memberikan suatu isyarat listrik berhubungan dengan daya
radiasi yang diserap oleh permukaan yang peka. Fungsi detektor adalah
13
mengubah energi sinar menjadi energi listrik, dimana energi listrik yang
dihasilkan digunakan untuk mendapatkan data. Detektor AAS tergantung pada
jenis monokromatornya, jika monokromatornya sederhana yang biasa dipakai
untuk analisa alkali, detektor yang digunakan adalah barier layer cell. Tetapi
pada umumnya yang digunakan adalah detektor photomultiplier tube.
Photomultiplier tube terdiri dari katoda yang dilapisi senyawa yang bersifat
peka cahaya dan suatu anoda yang mampu mengumpulkan elektron. Ketika
foton menumbuk katoda maka elektron akan dipancarkan, dan bergerak menuju
anoda. Antara katoda dan anoda terdapat dinoda-dinoda yang mampu
menggandakan elektron. Sehingga intensitas elektron yang sampai menuju
anoda besar dan akhirnya dapat dibaca sebagai sinyal listrik. Komponen
keenam AAD adalah sistem pembacaan. Sistem pembacaan merupakan bagian
yang menampilkan suatu angka atau gambar yang dapat dibaca oleh mata.
Komponen ketujuh dari instrumen AAS adalah ducting. Ducting merupakan
bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau sisa pembakaran pada AAS,
yang langsung dihubungkan pada cerobong asap bagian luar pada atap
bangunan, agar asap yang dihasilkan oleh AAS, tidak berbahaya bagi
lingkungan sekitar.
Pada spektrofotometri AAS memiliki kelebihan dan kukurangan.
Kelebihan metode AAS dibandingkan dengan speltrofotometri lainnya adalah
spesifik, batas deteksi yang rendah, dan larutan yang sama bisa mengukur
unsur-unsur berlainan, pengukurannya langsung terhadap contoh, output
langsung dapat dibaca, cukup ekonomis, dapat diaplikasikan pada banyak
unsur. Sedangkan kekuranganya adalah AAS tidak mampu menguraikan zat
menjadi atom, contohnya pengaruh fosfat terhadap Cu, pengaruh ionisasi yaitu
bila atom tereksitasi sehingga menimbulkan emisi yang panjang gelombang
yang sama, serta pengaruh matriks yaitu pelarut.
14
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa ;
1. Komponen alat spektrofotometer erapan atom yaitu lampu katoda, tabung
gas (asetilen), burner, monokromator, detektor, sistem pembacaan, dan
ducting.
2. Pengoperasian alat spektrofotometer serapan atom adalah berdasarkan
interaksi antara energi radiasi dengan atom unsur yang dianalisis. Larutan
sampel diaspirasikan ke suatu nyala dalam bentuk aerosol dan unsur-unsur di
dalam sampel diubah menjadi molekul gas atom sehingga nyala
mengandung atom unsur-unsur yang dianalisis. Beberapa diantara atom akan
tereksitasi secara termal oleh nyala, tetapi kebanyakan atom tetap tinggal
sebagai atom netral dalam keadaan dasar (ground state). Atom-atom ground
state ini kemudian menyerap radiasi yang diberikan oleh sumber radiasi
yang terbuat dari unsur-unsur yang bersangkutan. Panjang gelombang yang
dihasilkan oleh sumber radiasi adalah sama dengan panjang gelombang yang
diabsorpsi oleh atom dalam nyala.
15
DAFTAR PUSTAKA
Day, R. A. dan Underwood, A. L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga.
Jakarta.
Gandjar, I. G. dan Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Cetakan 1 dan 3.
Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Hendayana, S. 1994. Kimia Analitik Instrumen. Edisi Kesatu. Cetakan I. IKIP
Semarang Press. Semarang.
Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Cetakan I. UI – Press. Jakarta.
Tim Penyusun Modul Praktikum Analisis Instrumen, 2012, Panduan Praktikum
Analisis Instrumen, Program Studi Farmasi FMIPA Untad, Palu.
16