s_plb_0610256_chapter2.pdf

29
BAB II PEMBAHASAN A. KONSEP DASAR ADHD 1. PENGERTIAN ADHD Adanya ketidak-mampuan anak untuk memusatkan perhatiannya sangat singkat dibandingkan anak lainnya yang seusia dengannya, bila disetai hyperkatif dan tingkah laku yang impulsif gangguan tersebut adalah ADHD (Konfrensi Nasional Neurodevelopmental II, 2006). ADHD adalah gangguan psikitri pada anak yang paling banyak di jumpai . ADHD istilah popular, kependekan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder (Attention= perhatian, Deficit=berkurang, Hyperactivity= hyperkatif, Disorder yang berarti gangguan). Hyperaktivitas berasal dari dua kata yaitu hyper dan activity. Hyper berarti banyak diatas, tinggi. Activity berarti keadaan yang selalu bergerak, eksplorasi serta respon terhadap ranngsangan dari luar. Dengan demikian berdasarkan pengertian dari hiperaktivitas adalah aktivitas yang sangat tinggi atau banyak. Hiperaktivitas adalah gerakan atau aktivitas yang berlebih (Baihaqi dkk, 2005:126). Supraktekyo (1995:6) memberi pengertian tentang hiperaktif adalah suatu gejala kelambatan sebagai anak yang sulit berkonsentrasi, perhatiannya sangat mudah beralih, motorik berelebihan dan susah mengikuti perintah. Secara umum anak hiperaktif dibatasi sebagai anak yang menunjukan gejala aktivitas perilaku yang berlebihan dan terkadang terkendali. Dari batasan beberapa ahli maka dapat disimpulkan gambaran hiperaktif, sebagai berikut: a. Merupakan perilaku yang dilakukan oleh anak. b. Menunjukan ketidakmampuan untuk berkonsentrasi atau memfokuskan perhatian.

description

s_plb_0610256_chapter2.pdf

Transcript of s_plb_0610256_chapter2.pdf

  • BAB II

    PEMBAHASAN

    A. KONSEP DASAR ADHD

    1. PENGERTIAN ADHD

    Adanya ketidak-mampuan anak untuk memusatkan perhatiannya sangat singkat

    dibandingkan anak lainnya yang seusia dengannya, bila disetai hyperkatif dan tingkah laku yang

    impulsif gangguan tersebut adalah ADHD (Konfrensi Nasional Neurodevelopmental II, 2006).

    ADHD adalah gangguan psikitri pada anak yang paling banyak di jumpai .

    ADHD istilah popular, kependekan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder

    (Attention= perhatian, Deficit=berkurang, Hyperactivity= hyperkatif, Disorder yang berarti

    gangguan). Hyperaktivitas berasal dari dua kata yaitu hyper dan activity. Hyper berarti banyak

    diatas, tinggi. Activity berarti keadaan yang selalu bergerak, eksplorasi serta respon terhadap

    ranngsangan dari luar. Dengan demikian berdasarkan pengertian dari hiperaktivitas adalah

    aktivitas yang sangat tinggi atau banyak. Hiperaktivitas adalah gerakan atau aktivitas yang

    berlebih (Baihaqi dkk, 2005:126).

    Supraktekyo (1995:6) memberi pengertian tentang hiperaktif adalah suatu gejala

    kelambatan sebagai anak yang sulit berkonsentrasi, perhatiannya sangat mudah beralih, motorik

    berelebihan dan susah mengikuti perintah.

    Secara umum anak hiperaktif dibatasi sebagai anak yang menunjukan gejala aktivitas

    perilaku yang berlebihan dan terkadang terkendali. Dari batasan beberapa ahli maka dapat

    disimpulkan gambaran hiperaktif, sebagai berikut:

    a. Merupakan perilaku yang dilakukan oleh anak.

    b. Menunjukan ketidakmampuan untuk berkonsentrasi atau memfokuskan perhatian.

  • c. Tidak mampu mengontrol perilakunya.

    d. Menunjukan aktifitas berlebihan

    e. Aktifitas yang dilaukan tidak tepat, dan tidak pantas. Aktifitas itu dilakukan terus menerus

    sepanjang hari.

    Gangguan pemusatan perhatian yang disertai hiperaktif atau ADHD (Attention Deficit

    Hyperactivity Disorder), telah dijabarkan mengenai karekateristik hiperaktif selain itu anak akan

    mengalami kesulitan dalam berbagai macam hal yaitu kesulitan belajar, kesulitan berperilaku,

    kesulitan sosial dan kesulitan-kesulitan lain yang berkaitan satu sama lainnya. Namun dalam

    keadaan tertentu atau sewaktu-waktu anak ADHD seperti juga kebanyakan anak lainnya, akan

    terlihat baik-baik saja.

    Keadaan tersebut menyebabkan orang lain berfikir, bahwa anak ADHD dapat melakukan

    sesuatu jika mereka melakukannya lebih giat atau jika ada kerja sama antara orang tua dan guru

    untuk menerapkan aturan-aturan yang lebih ketat tidak banyak membantu mereka.

    Tidak adanya kendali atau ketidak-mampuan untuk menggunakan rem-diri artinya

    pengendalian dorongan-dorongan yang terjadi pada diri seseorang, merupakan persoalan utama

    yang dialami oleh anak ADHD termasuk beberapa hal diantaranya (Baihaqi dan sugiarmin,

    2006:15) :

    1. Berbicara sendiri

    2. Cara memori bekerja

    3. Cara melakukan tinjauan terhadap masa depan/ merencanakan masa depan

    4. Pengertian tentang waktu

    5. Menggeser agenda

    6. Memisahkan emosi dan fakta

  • Seorang pakar ADHD terkenal, Prof. Russsel Barkley mengemukakan bahwa suatu unsur

    kunci dari kondisi ADHD adalah ketidak mampuan untuk menghambat perilaku sehingga

    tuntutan masa depan tidak dapat dipenuhi.

    Gangguan pemusatan perhatian yang disertai hiperaktif atau ADHD (Attention Deficit

    Hyperactivity Disorder), anak akan mengalami kesulitan dalam berbagai macam hal yaitu

    kesulitan belajar, kesulitan berperilaku, kesulitan sosial dan kesulitan-kesulitan lain yang

    berkaitan satu sama lainnya. Namun dalam keadaan tertentu atau sewaktu-waktu anak ADHD

    seperti juga kebanyakan anak lainnya, akan terlihat baik-baik saja.

    Untuk mendiagnosa ADHD digunakan kriteria DSM IV yang digunakan harus terdapat 3

    gejala: hiperaktif, masalah perhatian dan masalah konduksi.

    Kriteria ADHD dari DSM IV (1994)

    Berikut ini criteria ADHD berdasarkan Diagnostic Statistic Manual :

    A.1. Kurang Perhatian

    Pada criteria ini, penderita ADHD paling sedikit mengalami 6 atau lebih gejala-gejala

    berikut dan berlangsung paling sedikit 6 bulan sampai suatu tingkatan yang maladaptive dan

    tidak konsisten dengan tingkat perkembangan.

    a. Seringkali gagal memperhatikan baik-baik terhadap sesuatu yang detail atau membuat

    kesalahan yang sembrono dalam pekerjaan sekolah dan kegiatan-kegiatan lainnya.

    b. Seringkali mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian terhadap tugas-tugas atau

    kegiatan bermain

    c. Seringkali tidak mendengarkan jika diajak berbicara secara langsung

    d. Seringkali tidak mengikuti baik-baik instruksi dan gagal dalam menjalankan tugas dan

    kegiatan

  • e. Seringkali mengalami kesulitan dalam menjalankan tugas dan kegiatan

    f. Seringkali kehilangan barang/benda penting untuk tugas-tugas dan kegiatan misalnya

    kehilangan pensil, buku,dan alat tulisa lainya.

    g. Seringkali menghindari, tidak menyukai atau enggan melaksanakan tugas-tugas yang

    membutuhkan usaha mental yang didukung seperti meyelasaikan pekerjaan sekolah atau

    pekerjaan rumah.

    h. Seringkali bingung/ terganggu oleh rangsangan dari luar

    i. Seringkali bingung/terganggu oleh rangsangan dari luar

    A.2 Hiperaktifitas Impulsivitas

    Paling sedikit enam atau lebih dari gejala-gejala hiperaktivitas impulsivitas berikutnya

    bertahan selama paling sedikit 6 bulan sampai dengan tingkatan maladaptive dan tidak dengan

    tingkat perkembangan.

    Hiperaktivitas

    a. Seringkali gelisah dengan tangan atau kaki mereka saja dan sering menggeliat di kursi

    b. Sering meninggalkan tempat duduk di dalam kelas atau dalam situasi lainnya dimana

    diharapakan agar anak tetap duduk.

    c. Sering berlarian atau naik-naik secara berlebihan dalam situasi dimana hal ini tidak tepat.

    (Pada masa remaja atau dewasa terbatas pada perasaan gelisah yang subyektif).

    d. Sering mengalami kesulitan dalam bermain atau terlibat dalam kegiatan senggang secara

    tenang.

    e. Sering bergerak atau bertindak seolah-olah dikendalikan oleh motor

    f. Sering berbicara berlebihan

  • Impulsifitas

    a. Mereka sering memberi jawaban sebelum pertanyaan selesai.

    b. Mereka sering mengalami kesulitan mengganti giliran

    c. Mereka sering menginterupsi atau menggangu orang lain. Misalnya memotong pembicaraan

    atau permainan

    B. Beberapa gejala hiperaktivitas impulsifitas atau kurang perhatian yang menyebabkan

    gangguan muncul sebelum anak berusia 7 tahun.

    C. Ada suatu gangguan di dua atau lebih setting/situasi

    D. Harus ada gangguan secara klinis , signifikan dalam fungsi sosial akademik atau

    pekerjaan

    E. Gejala-gejala tidak terjadi selama berlakunya PDD, skizofrenia atau gangguan psikotik

    lainnya dan tidak dijelaskan dengan lebih baik oleh gangguan mental lainnya.

    2. HAMBATAN ADHD

    ADHD merupakan gangguan perkembangan pada anak. Hambatan tersebut menyebabkan

    dampak bagi dirinya sendiri, keluarga, sekolah dan masyarakat.

  • Program untuk anak ADHD dimulai pada ketidak mampuan untuk memperhatikan,

    control perilaku yang rendah dan kecenderungan untuk mencari dan membutuhkan stimulus.

    Kondisi ini akan mempengaruhi motivasi, sehingga perkembangan kognitif, sosial dan motorik

    mengalami hambatan.

    Quay dan Wery (1979) menjelaskan anak ADHD mempunyai masalah memperhatikan

    dan mengontrol perilakunya. Masalah perilaku yang paling utama pada anak ADHD adalah

    ketidak-mampuan untuk mengontrol perilakunya.

    Pada umumnya memori dan kemampuan anak ADHD untuk menyimpulkan rendah,

    sehingga anak ADHD mudah lupa, gagal dalam mengingat suatu obyek dan gagal dalam

    mengerjakan tugas yang diberikan. Anak ADHD relatif sukar untuk memecahkan berbagai

    problem yang sifatnya kompleks. Kondisi tersebut mengakibatkan anak mengalami kesukaran

    disekolah. Konsekuensinya dari ini anak mengalami kesukaran disekolah.

    Pada perkembangan emosi anak ADHD mempunyai kelemahan pada system limbic

    pathway yang mempunyai tugas mengatur emosi dan perilaku. Akibatnya anak ADHD tidak

    dapat mengendalikan emosi dan tingkah lakunya (Suprapti,1994). Bohlin (1994) menjelaskan

    bahwa anak ADHD memiliki problem-problem emosi, emosinya meledak-ledak dan suka marah

    dengan tiba-tiba. Digambarkan bahwa emosi anak ADHD itu tidak masak, kematangan sosial

    emosinya sekarang, sangat sensitive, harga diri rendah, toleransi frustasi kurang (tidak sabar),

    adanya gejala depresi dan cemas (Bohlin, 1994). Melihat kondisi tersebut maka perkembangan

    emosi anak ADHD mengalami gangguan dan hambatan.

    Diakibatkan perkembangan emosi dan perilakunya yang terganggu perkembangan sosial

    anak ADHD mengalami hambatan. Bruno DAlonzo (1996) mengatakan bahwa anak ADHD

    mempunyai kemampuan bersosialisasi yang rendah, harga diri yang rendah dan sering

  • mengasingkan diri. Anak ADHD sering tidak dapat bergaul dengan teman-temannya, mereka

    cenderung tidak disukai namun anak tidak tahu cara memperbaikinya. Anak ADHD selalu

    ditolak oleh teman-temanya, karena anak ADHD menuntut perhatian, membosankan, sulit

    menunggu giliran dan sering mengulang-ngulang tugas.

    Dari terhambatnya perkembangan-perkembangan tersebut maka berpengaruh pada

    perilaku di kehidupan sehari-harinya Mempunyai anak ADHD merupakan perjuangan berat

    dalam membesarkan dan mendidiknya, berdampak pada kehidupan berkeluarga yaitu pada

    hubungan suami istri (Ayah-ibu), pada saudara kandung dan pada diri anak itu sendiri.(Sidhi,

    2006)

    Dampak dari keadaan anak ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) pada Orang

    Tua:

    1. Siklus konflik di dalam keluarga

    Siklus ini umumnya berawal dari reaksi marah orang tua, ketika anak mereka tidak mau

    tertib. Terhadap kemarahan anak itu, anak membalas dengan sikap permusuhan, akibatnya

  • pertentangan diantara mereka meningkat. Hal tersebut menciptakan suasana yang sulit dan

    tegang dalam keluarga. Akibatnya anak mulai bersikap agresif dan anti sosial diluar rumah.

    2. Frustasi dan dendam pada anak ADHD

    Ketika seseorang mengalami frustasi seringnya mengalihkan pada orang lain (mengkambing-

    hitamkan) misalnya pada saudara anak ADHD atau gurunya. Dalam keadaan bingung kedua

    orang tua saling menyalahkan, pertentangan antara kedua orang tua menyebabkan anak

    menjadi bingung dan kehilangan rasa aman.

    3. Konflik dihindari dengan mengorbankan kewibawaan orang tua

    Bila keinginan anak ADHD tidak dipenuhi sering tantrum (mengamuk) dapat memukul-

    mukul atau menangis menjerit-jerit, orang tua terpaksa memenuhi keinginan anaknya. Lama

    kelamaan orang tua kehilangan wibawa.

    4. Orang tua menjadi putus asa

    Orang tua menjadi putus asa karena adanya perkataan dari seorang anak bila dimarahi atau

    merasa bersalah ia akan mengatakan saya terlalu bodoh atau saya ingin mati

    5. Orang tua takut akan masa depan anaknya

    6. Konflik terus menerus dengan masyarakat karena perilaku anak ADHD

    7. Orang tua dihadapkan pada dilema

    - Jika anak dinyatakan pada dasarnya normal, mereka mengganggap dirinya gagal sebagai

    orang tua, karena tidak dapat mendidik anak (merasa anaknya nakal)

    - Jika anak dinyatakan sakit dan ADHD adalah gejala-gejalanya mereka mungkin terlalu

    menguasai atau melindungi anaknya.

  • - Orang tua merasa bersalah jika ada perasaan-perasaan marah, benci dan jengkel pada

    suatu waktu kepada anak ADHD.

    - Beberapa orang tua terganggu oleh impuls untuk menyakiti anaknya. Sebagian bertindak

    impuls yaitu menganiaya anaknya. Sebagian lagi dapat mengatasi impulsnya dan tidak

    memukul anaknya karena mereka takut akan membunuhnya.

    8. Perkawinan menjadi tidak harmonis

    Banyak perilaku anaknya membuat baby sister tidak kerasan, sehingga mereka tidak dapat

    lagi merasakan kebersamaan sebagai pasangan. Jika waktu luang dihabiskan untuk mengurus

    anak ADHD, hal tersebut memudahkan orang tua merasa terjerat dan dendam. Kesabaran

    menjadi tipis, mudah tersinggung, bertengkar dan situasi tegang tidak dapat dihindari.

    9. Mempengaruhi hubungan dengan keluarga besar

    Sebagian orang tua takut mengahadiri pertemuan dengan keluarga besar, karena takut

    anaknya akan dibanding-bandingkan dengan anak yang lainnya. Mereka harus mendengar

    kritikan-kritikan dan nasihat-nasihat yang tidak diharapkan.

    Dampak pada saudara kandung dirasakan karena orang tua membiarkan anak ADHD

    melakukan hal-hal yang tidak pernah dilakukan oleh mereka. Cemburu, iri dan persaingan ada

    pada keluhan saudara kandung anak ADHD. Orang tua dapat menghabiskan waktu lebih banyak

    dan perhatian untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak ADHD daripada anak lainnya.

    Terkadang saudara kandung menjadi malu karena perilaku buruk anak ADHD.

    Sedangkan dampak bagi anak ADHD itu sendiri yang sering ditemui adalah penolakan

    terhadap dirinya, ADHD berkaitan dengan tingkah lakunya dan aktivitas kognitif, seperti

  • berpikir, mengingat, menggambar, merangkum, mengorganisasikan dan fungsi mental lainnya

    (Lerner,1988).

    Disekolah guru dapat mengamati masalah-masalah yang ditimbulkan dari gangguan

    ADHD, jika tidak diidentifikasi maka sulit untuk ditangani secara tepat.umumnya masalah yang

    dihadapi oleh anak ADHD di sekolah ialah ditolak/diasingkan oleh teman-temannya, karena

    anak ADHD pada umumnya tidak dapat mengerti perasaan anak lain, sehingga mereka sering

    secara tidak sadar telah menyakiti anak lain.

    Akibat diasingkan dan penolakan dari anak lain maka anak ADHD sering marah, kadang-

    kadang disertai dengan agresivitas fisik dan kata-kata. Karena ketidakpekaannya terhadap

    perasaan anak lain mereka sering bertindak sebagai pemimpin, memberi perintah kepada teman-

    temannya. Mereka cenderung berteman dengan teman yang lebih muda, yang dapat dikuasainya,

    atau kadang-kadang dengan anak yang lebih tua, yang mungkin lebih toleran terhadap perilaku

    mereka.

    Gambaran dari masalah-masalah tersebut adalah (Baihaqi dan sugiarmin, 2006: 27):

    1. Aktifitas motorik yang berlebih

    Aktifitas motorik yang berlebih seperti berjalan-jalan dikelas atau bertindak berlebihan.

    Tindakan-tindakan tersebut cenderung mengarah pada perilaku negative yang merugikan

    orang lain dan dirinya sendiri. Masalah tersebut karena siswa kesulitan mengontrol dan

    melakukan koordinasi dalam aktifitas motoriknya sehingga tidak dapat membedakan gerakan

    yang penting ataupun yang tidak penting.

    2. Menjawab tanpa ditanya

  • Hambatannya dari masalah ini guru dituntut untuk selalu bersikap sabar. Ciri impulsif

    demikian sangat menghambat proses belajar anak , karena anak tidak dapat mengendalikan

    dirinya untuk merespon secara tepat. Dan sulit untuk mempertimbangkan atau memikirkan

    terlebih dahulu perilaku yang ditampilkan. Perilaku tersebut menghambat bagi dirinya sendiri

    ataupun orang lain.

    3. Menghindari tugas

    Karakteristik anak yang cepat bosan sekalipun dengan tugas yang menarik mengakibatkan

    masalah ini. Anak mengalami hambatan dalam menyesuaikan diri terhadap kegiatan belajar

    yang diikutinya. Keadaan tersebut dapat menimbulkan frustasi. Akibatnya anak mengalami

    kehilangan motivasi untuk belajar.

    4. Kurang perhatian

    Kesulitan dalam mendengar, mengikuti arahan dan memberikan perhatian merupakan

    masalah umum anak ADHD. Kesulitan tersebut muncul karena perhatiannya yang mudah

    teralih. Sebagian anak mempunyai kesulitan dengan informasi yang disampaikan secara

    visual, sebagian kecil lagi mempunyai kesulitan dengan informasi yang disampaikan secara

    auditif. Perhatian yang mudah teralih sangat mengahambat dalam proses belajar.

    5. Tidak menyelesaikan tugas dengan tuntas

    Masalah ini berhubungan dengan pengabaian tugas. Jika anak mengabaikan tugas, akibatnya

    anak tidak menyelesaikan tugas. Sekali saja dia mengembangakan kebiasaan belajar yang

    jelek atau disekolah atau dirumah, pola-pola tersebut akan terjadi di tempat-tempat lainnya.

    6. Binggung terhadap arahan

  • Masalah ini berpangkal pada penggunaan perhatian. Ketika perhatian anak pecah/terpencar

    maka terjadi perpecahan proses informasi yang mengakibatkan kebinguangan sehingga

    informasi anak yang diperoleh tidak utuh.

    7. Disoraganisasi aktivitas

    Pada umumnya anak ADHD mengalami disorganisasi, impulsif, ceroboh dan terburu-buru

    dalam melakukan tugas yang mengaikibatkan pekerjaan acak-acakan, bingung serta kerap

    kali ia lupa membawa tugas tersebut ke sekolah. Bila seorang anak gagal melakukan seluruh

    tugasnya karena ia lupa atau salah menginterpretasikan keperluan dalam menyelesaikan

    tugas. Walaupun ia dapat menyelesaikan tugas, kerap kali ia lupa membawa kembali tugas

    tersebut ke sekolah.

    8. Tulisan yang jelek

    Anak ADHD sering memilki tuisan tangan yang jelek . masalah ini dapat dijumpai pada

    tingkat yang berat sampai dengan ringan. Tulisan yang jelek ada hubungannya dengan

    masalah aktivitas motorik dan sikap impulsif yang terburu-buru

    9. Masalah-masalah sosial

    Meskipun masalah dalam hubungan teman sebaya tidak ditemukan pada semua anak, namun

    kecenderungan impulsif, kesulitan menguasai diri sendiri serta toleransi rasa frustasi yang

    rendah kerap kali dialami oleh anak-anak ini. Tidaklah mengherankan jika sebagian anak

    mempunyai masalah dalam kehidupan sosial, kesulitan bermain dengan aturan dan aktivitas

    lainnya yang tidak hanya terbatas disekolah, juga terjadi dilingkungan sosial lainnya.

    Hambatan atau kesukaran di sekolah dalam ketahanan atau memperhatikan sangat

    rendah, kurang adanya kontrol perilaku, dimana kemampuan ini sangat dituntut apabila anak

  • mulai sekolah dan bermain dengan teman-temannya. Penyimpangan perilaku ini akan

    mengganggu anak dalam belajar melakukan tugas-tugas perkembangan, sehingga perkembangan

    yang optimal sulit dicapai oleh anak.

    Problem anak ADHD yang lain seperti memusatkan perhatian, mengurus diri sendiri dan

    bergaul dengan anak-anak lain yang dapat menjadikan masalah ketika belajar, hambatan prestasi

    sekolah, kurang percaya diri, gerakan tidak luwes atau serampangan, hambatan pada

    perkembangan, keterampilan motorik semua ini akan mempengaruhi atau menyebabkan masalah

    perilaku dan kemampuan belajar.

    3. KEBUTUHAN ANAK ADHD

    Pada dasarnya kebutuhan anak ADHD sama dengan anak lainya, karena mereka tidak

    bisa lepas dari kesatuan mereka sebagai manusia yang harus memenuhi kebutuhan hidupnya.

    Kebutuhan anak pada umumnya ;

    1. Dasar : makanan, pakaian, tempat tinggal, kesehatan.

    2. Rasa aman : cinta, penerimaan, tidak dicela tapi diberi penjelasan.

    3. Diterima dilingkungan : teman, guru

    4. Percaya diri : mampu kuasai keterampilan tertentu seperti pelajaran, aturan, bina diri

    5. Aktualisasi diri : ada motivasi internal

  • Adanya karakteristik ADHD yang mempunyai hambatan pada perilaku belajar maka

    kebutuhan anak ADHD disesuaikan dengan karakteristiknya. Pada penjelasan mengenai

    hambatan yang berdampak pada lingkungan anak ADHD, seperti sekolah dan rumah. Maka

    kebutuhan Anak ADHD yang ditinjau dari dampak yang ditimbulkan oleh anak ADHD itu

    sendiri adalah penanganan tingkah laku. Misalnya perhatiannya mudah teralih maka dibutuhkan

    metode, strategi dan pendekatan yang berbeda. Selain itu butuhnya tim multi disipliner yang

    memberikan pelayanan kebutuhan khusus bagi siswa seperti:

    1. Tenaga kependidikan

    2. Tenaga medis seperti dokter dan terapis

    3. Psikolog untuk memantau perkembangannya

    Namun semua itu harus didukung peran serta orangtua sebagai tim multidisipliner yang

    memegang kunci keberhasilan perkembangan anak ADHD. Selain kebutuhan pokok dan

    kebutuhan tim multidisipliner yang menangani kasus siswa. Bagi anak ADHD yang mempunyai

    karakteristik mudah beralih perhatian dan hiperaktif dibutuhkan pendekatan dalam pembelajaran

    yang khusus agar anak dapat mengikuti pembelajaran.

    Ditinjau dari masalah sosial pada anak ADHD dalam hubungan teman sebaya tidak

    ditemukan pada semua anak, namun kecenderungan impulsif, kesulitan menguasai diri sendiri

    serta toleransi rasa frustasi yang rendah kerap kali dialami oleh anak-anak ini. Tidaklah

    mengherankan jika sebagian anak mempunyai masalah dalam kehidupan sosial, kesulitan

    bermain dengan aturan dan aktivitas lainnya yang tidak hanya terbatas disekolah, juga terjadi

    dilingkungan sosial lainnya. Maka anak ADHD membutuhkan program pelayanan khusus agar

    masalah tersebut sedikit demi sedikit dapat teratasi.

  • B. KONSEP PEMBELAJARAN ROLE PLAYING

    Belajar akan lebih bermakna jika anak didik mengalami apa yang dipelajari, bukan

    sekedar mengetahui apa yang dipelajari (Hernowo, 2005). Pembelajaran hendaknya dimulai

    dari apa yang disenangi anak. Bermain adalah kegiatan untuk mendapatkan kegembiraan atau

    kesenangan tanpa memikirkan hasil akhir dilakukan tanpa paksaan dari luar atau dilakukan

    dengan senang hati.

    Bermain sangat penting untuk mengembangkan keterampilan, kemampuan gerak, minat

    dan terbiasa dalam suasana kompetitif dan kooperatif dalam melakukan kegiatan kelompok.

    Bermain juga dapat dipakai untuk sarana persiapan untuk beraktifitas dan bekerja saat usia

    dewasa. Terapi bermain digunakan sebagai sarana pengbatan atau terapeutik dimana sarana

    tersebut dipakai untuk mencapai aktivitas baru dan keterampilan sesuai dengan kebutuhan terapi.

  • Mula-mula anak-anak bermain menggunakan alat atau mainan. Kemudian bermain

    menyusun sesuatu, berkembang menjadi bermain pura-pura dengan mainan, boneka bukan yang

    sesungguhnya. Mereka bertingkah seperti orang dewasa, bermain telepon menggunakannya

    mengangkut, memanggil lewat telepon bahkan seolah-olah berbicara dengan seseorang. Kadang

    mereka berperilaku atau berperan sebagai kakak laki-laki atau kakak perempuan.

    Hurlock (1963:265) mengemukakan bermain merupakan aktifitas untuk mendapatkan

    kegembiraan atau kesenangan tanpa memikirkan hasil akhir, dolakukan tanpa paksaan dari luar

    atau dilakukan dengan senang hati.

    Menumbuhkan rasa senang pada aktifitas bermain merupakan hal yang paling esensial.

    Anak-anak bermain tanpa mengenal waktu, terkadang seharian. Ketika saatnya anak merasa

    bosan maka mereka segera keluar mengundurkan diri dan menarik diri dari kegiatan tersebut.

    Mereka cenderung dapat menemukan sendiri hal yang menarik perhatiannya. Umumnya aktivitas

    bermain dilakukan oleh semua anak-anak. Kesimpulannya bahwa dalam aktivitas bermain

    cenderung dilakukan terhadap hal yang sangat penting dan cukup menyenangkan.

    Bermain tidak hanya menghabiskan waktu dan pekerjaan yang membosankan anak, tetapi

    sebaliknya bahwa bermain merupakan suatu aktivitas yang paling penting sekali terhadap

    perkembangan kepribadian yang baik dan penyesuaian diri bagi anak.

    Bermain memberikan kesempatan pada anak agar dapat berkembang, baik fisik, emosi,

    mental, social dan moral. Di dalam kehidupannya permainan itu sangat menarik perhatian anak

    karena sesuai dengan tahap perkembangannya dalam kehidupan selanjutnya.

    Permainan merupakan media untuk membentuk perilaku-perilaku yang diharapkan,

    seperti pengembangan hubungan social antar sesama teman, rasa diterima, kerjasama,

  • tanggungjawab, dan melatih agar anak dapat berprilaku sesuai dengan aturan-aturan dan

    harapan-harapan masyarakat. Perilaku manusia itu merupakan ekspresi dari ketidaksadaran. Apa

    yang dilakukan oleh anak-anak juga merupakan refleksi dari situasi kejiawaan, dengan demikian

    permainan dapat digunakan sebagai salah satu cara yang efektif dalam menangani gangguan

    emosi dan gangguan perhatian pada anak. Dengan bermain dapat menjadikan pembelajaran yang

    menyenangkan.

    Guru dapat menggunakan bermain sebagai alat untuk melakukan pengamatan dan penilaian atau suatu evaluasi anak. Bermain dapat juga digunakan oleh guru atau orang dewasa lainnya untuk membina hubungan dengan anak melalui kegiatan bermain, karena selama bermain suasananya bebas maka anak tidak merasa takut-takut untuk bermain bersama.Hal ini sangat berguna untuk membantu membina hubungan dengan anak-anak yang sulit untuk menyesuaiakan diri, namun yang perlu diingat adalah suasana yang diciptakan sedemikian rupa sehingga anak tidak merasa dipaksa atau terpaksa. (Mayke,2001).

    1. KONSEP DASAR ROLE PLAYING

    Role Playing adalah suatu bentuk permainan anak-anak yang aman dan bentuk-bentuk

    permainan yang sesuai dengan struktur lingkungan atau permainan-permainan dengan

    menggunakan boneka, rumah-rumahan, dsb. Role Playing dalam arti bermain peran atau bermain

    pura-pura.

    Role Playing (bermain peran) pada dasarnya mendramatisasi tingkah laku dalam

    hubungannya dengan masalah sosial. Dengan dramatisasi anak berkesempatan melakukan,

    menafsirkan dan memerankan suatu peranan tertentu. Metode bermain peran dapat mendorong

    siswa untuk memepelajari masalah-masalah sosial yang dapat memupuk komunikasi antar insani

    dikalangan siswa di kelas. Melalui kegiatan Role Playing siswa akan aktif membicarakan

    masalah-masalah yang ditemuinya, menginformasikan hasil pengalaman melalui kegiatan

    berbicara.

  • Jeffrey dkk (1994) mengemukakan tentang bentuk-bentuk permaianan yang dapat dipakai

    sebagai intervensi pembelajaran, salah satunya yaitu bermain pura-pura/ bermain peran. Selain

    untuk mengembangkan daya berfikir Role Playing digunakan dalam intervensi pembelajaran

    untuk mengembangakan kemampuan berbahasa.

    Bermain peran termasuk salah satu jenis bermain aktif, diartikan sebagai pemberian

    atribut tertentu terhadapa benda, situasi dan anak memerankan tokoh yang ia pilih. Dalam

    kegiatan bermain peran ini anak mempunyai peran penting. Ia melakukan impersonalisasi

    terhadap karakter yang ia kagumi atau ditakutinya baik yang ia temui di kehidupan sehari-hari

    tonton di film atau yang ia baca dari bacaan.

    Kegiatan bermain peran dapat bersifat produktif atau kreatif dan bisa juga reproduktif

    (merupakan pengulangan dari situasi yang diamati anak sehari-hari). Awalnya kegiatan bermain

    peran bersifat reproduktif berkembang menjadi produktif, anak akan memasukan unsur-unsur

    baru terhadap yang ia amati dalam hidup sehari-hari.

    Manfaat dari Pembelajaran Role Playing adalah :

    1. Membantu penyesuaian diri anak. Dengan memerankan tokoh-tokoh tertentu ia belajar

    tentang aturan-aturan atau perilaku-perilaku apa yang bisa ia terima dari orang lain, baik

    berperan sebagai ibu, ayah, guru, murid maupun pahlawan-pahlawan super.

    2. Memperoleh kesenangan dari kegiatan yang dilakukan atas usaha sendiri, belajar menjadi

    pengikut dalam artian memerankan tokoh-tokoh tertentu yang ditetapkan oleh teman

    mainnya dan tidak memerankan tokoh yang diinginkan oleh anak.

    3. Meningkatkan perkembangan bahasa yang dapat ditingkatkan karena adanya penggunaan

    bahasa didalam permainan Role Playing.

  • 4. Belajar memandang suatu masalah dari kacamata tokoh-tokoh yang ia perankan sehingga

    diharapkan membantu pemahaman sosial pada diri anak

    5. Melatih daya ingat siswa melalui tata cara bermain, cerita atau skenario dan nama-nama

    tokoh. Dengan itu diharapkan dapat meningkatkan perkembangan kognitif anak.

    Manfaat dalam pelaksanaan pembelajaran Role Play untuk anak ADHD diantaranya:

    a. Memperoleh kesenangan, kenikmatan dan kegembiraan

    b. Membantu meningkatkan perkembangan, meliputi perkembangan fisik, kognitif, emosi dan

    sosial

    c. Dapat memperbaiki perilaku menyimpang yang ada pada anak hiperaktif, seperti perilaku

    agresif, mengganggu teman, dan tidak mau mengikuti aturan-aturan.

    d. Meningkatkan daya konsentrasi

    e. Dapat mengontrol diri

    f. Mengurangi hiperaktifitas yang ditandai dengan anak dapat mengatur gerak motoriknya.

    g. Cara menyalurkan energi

    h. Kesempatan mengontrol tubuh

    i. Mengembangkan beberapa keahlian /keterampilan yang bermanfaat bagi kehidupan

    j. Mengembangan kemampuan berfikir dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan

    k. Menumbuh kembangkan kreativitas

    l. Mengeluarkan ekspresi rasa marah, cemas, khawatir, dan sedih

    m. Merasakan penderitaan orang lain

  • Contoh-contoh Role Play

    A. Permainan melakukan perjalanan

    Materi permainan perjalanan

    Karcis bus

    Peluit

    Handuk kecil untuk menghapus keringat sopir

    Uang mainan

    Majalah yang dibaca selama perjalanan

    Kacang sebagai makanan kecil selama perjalanan

    Waktu : 40 menit

    B. Permainan melakukan Jual Beli

    Materi permainan Jual Beli

    Barang untuk dijual, misalnya kacang, pisang, buku, pensil atau barang yang lainnya

    Meja untuk meletakan barang-barang

    Uang mainan

    Plastik pembungkus

    Waktu : 40 menit

  • 2. PRINSIP PEMBELAJARAN ROLE PLAYING

    Prinsip dari Role Playing menurut Hurlock (1936) adanya aktifitas dengan mendapatkan

    kegembiraan, kesenangan, yang dilakukan tanpa paksaan dilakukan dengan senang hati. Role

    Playing merupakan kesibukan sukarela yang dilakukan dalam batasan batasan tempat dan

    waktu(Hurziga, 1992).

    Role Playing merupakan salah satu prinsip permainan yang dapat dipilih untuk

    mengurangi perlaku hyperkatif, karena anak ADHD adalah anak yang mempunyai daya

    konsentrasi rendah dan tidak dapat diajak berpikir terlalu berat. Permainan Role Playing dipilih

    karena tidak banyak melibatkan kognitif, tetapi lebih banyak melibatkan aspek afeksi. Selain itu

    adanya unsur kesenangan, melalui Role Playing dapat melatih daya konsentrasi anak., perilaku

    impulsifitas dapat dikurangi demikian pula perilaku hiperaktif dapat tereduksi.

    Dalam penelitian Suharmini dan Purwadi (2002) dilaporkan bahwa Role Play cukup

    efektif untuk mengurangi kadar penyimpangan perilaku anak hiperaktif. Pada saat kegiatan

    berlangsung guru memberi bimbingan dan pengarahan (memberikan reinforcement yang positif

    baik yang negative) disanalah pembelajaran berlangsung.

    Hiperaktif termasuk salah satu penyimpangan perilaku. Myers (1994) mengemukakan

    perilaku yang menyimpang dapat direduksi dengan katarsik, hubungan dan pendekatan sosial,

    melalui permainan salah satunya.

  • Metode Role Playing

    Dalam pendekatan pengajaran bermain peran adalah salah satu pendekatan yang dapat

    ditempuh adalah untuk mengatasi kesulitan yang terjadi dalam pembelajaran siswa ADHD.

    Melalui Role Playing (bermain peran), para siswa mencoba mengeksplorasi masalah-masalah

    hubungan antar manusia dengan cara memperagakannya.

    Adapun bentuk permainan yang digunakan dalam pembelajaran adalah bentuk permainan

    yang berkaitan dengan kegiatan sehari-hari, yakni melalui Role Play. Bentuk permainan Role

    Play dalam kegiatan pembelajaran ini adalah permainan berbelanja di warung dan berbelanja di

    toko. Dengan Role Play (bermain peran) berbelanja sebagai pembeli dan penjual menuntut

    adanya suatu hubungan/interaksi agar terjalin suatu komunikasi diantara peran sebagai pembeli

    dan penjual.

    3. PROSEDUR PEMBELAJARAN ROLE PLAYING

    Prosedur kegiatan Role Playing terbagi 3 tahapan yaitu :

    Tahap 1 : Identifikasi dan Assemen

    Mengidentifikasi masalah berarti mengidentifikasi suatu kondisi tau hal yang dirasa

    kurang baik. Masalah-masalah tersebut didapatkan informasi dari orang tua , guru ataupun

    sumber yang berada dilingkungan anak. Dapat melalui wawancara ataupun data-data (record).

    Identifikasi ADHD dapat menggunakan insrumen DSM IV atau instrumen lainnya yang

    mewakili keadaan anak.

  • Aktivitas-aktivitas yang mencoba untuk memperkirakan kehidupan manusia yang

    kompleks adalah kegiatan dari asssemen. Dengan kata lain assesmen merupakan suatu kegiatan

    untuk menaksirkan, meramalkan, menilai terhadap seorang individu dengan berpedoman ciri-ciri

    atau sifat dan data-data yang berhubungan dengan individu yang bersangkutan. Guru dapat

    membuat perencanaan program dari informasi yang didapatkan dari kegiatan assemen.

    Tahap 2 : Perencanaan Program

    Setelah data dari lapangan terkumpul dari hasil assemen dan identifikasi maka

    selanjutnya adalah perencanaan program yang disesuaikan dengan karakteristik, hambatan dan

    kebutuhan anak. Suatu program harus terstruktur dan tersusun secara sistematik. Dalam program

    tercantum permasalahan yang dihadapui anak, hasil assemen dan diagnosis, riwayat keluarga,

    perilaku yang akan dirubah, kesukaan anak terhadap suatu cerita film atau dari bacaan,

    pendekatan dan metode yang akan digunakan. Pemilihan metode yang tepat akan mempercepat

    tujuan yaitu perilaku hiperaktif dapat direduksi dan gangguan yang menyertai dapat dihilangkan.

    Menurut Moeslichatoen (2004:60-62) mengatakan bahwa Rancangan kegiatan bermain

    meliputi penentuan tujuan dan tema kegiatan bermain, macam kegiatan bermain, tempat dan

    ruang bermain, bahan dan peralatan bermain dan urutan langkah bermain.

    Rancangan kegiatan Role Play (bermain peran) berbelanja di pasar dan berbelanja di toko untuk

    pembelajaran IPS, diantaranya :

    1. Menentukan Tujuan dan Tema Kegiatan Bermain

    Tujuan bermain: setelah anak-anak selesai melakukan kegiatan bermain, diharapkan anak

    dapat menguasai kemempuan berkomunikasi. Dalam hal ini, kemampuan berkomunikasi

  • secara verbal (lisan) dengan menggunakan susunan kalimat sederhana yang terdiri dari

    subjek, predikat dan objek.

    Tema bermain: berbelanja di warung dan berbelanja di toko.

    2. Menentukan Macam Kegiatan Bermain

    Kegiatan permainan yang dilakukan termasuk ke dalam jenis bermain aktif dengan Role

    Play (bermain peran) sebagai bentuk permainannya.

    Kegiatan Role Play ini dilaksanakan dalam satu kelompok saja (terdiri dari empat orang

    siswa) di bawah bimbingan dan pengarahan guru kelas.

    3. Menentukan Tempat dan Ruang Bermain

    a. Menentukan tempat di lingkungan sekolah sebagai observasi

    b. Tempat dan ruang belajar di dalam ruang kelas yang mendukung proses Role Play dalam

    kegiatan belajar mengajar

    4. Menentukan Bahan dan Peralatan Bermain

    Untuk kegiatan Role Play (bermain peran) berbelanja di warung dan berbelanja di warung

    dan berbelanja di toko ini bahan dan peralatan yang perlu dipersiapkan adala:

    1. Meja dan Kursi Penjual

    2. Barang dagangan jenis makanan dan alat-alat sekolah

    3. Uang Kertas

    5. Menentukan Urutan Langkah Bermain

    a. Menentukan siswa dan tugas dalam Role Play

    b. Permainan berbelanja di warung

  • Tahap 3 : Pelaksanaan Program

    Setelah perencanaan dibuat yang meliputi manipulasi lingkungan, menentukan

    pendekatan yang digunakan dan bagaimana guru harus bersikap maka dilanjutkan pada

    pelasanaan. Pelaksanaan dilakukan harus sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat. Selama

    pelaksanaan perlu dilakukan monitoring, sehingga dalam pelaksanaan ini memerlukan alat

    evaluasi.

    Langkah-langkah dalam pelaksanaan adalah sebagai berikut :

    1. Melaksanakan sesuai rencana yang telah dibuat

    2. Melakukan monitoring perilaku siswa, misalnya perilaku hyperkatif apakah sudah berkurang.

    3. Refleksi, dimasudkan pengungkapan terhadap hasil tindakan yang telah dilakukan sesuai

    dengan perencanaan.

    4. Tindakan Lanjut, dari hasil evaluasi dan diskusi dengan orang tua ataupun tim multidipliner

    lain ditentukan perlakuan atau tindakan apa untuk memperbaiki pelaksanaan tindakan yang

    pertama.

  • C. PELAKSANAAN ROLE PLAYING

    a. Tahap Kegiatan

    Dalam kegiatan pembelajaran dibagi menjadi 3 tahapan, tahapan-tahapan itu adalah :

    1. Tahapan persiapan yaitu kegiatan yang diarahkan kepada kesiapan siswa untuk menerima

    materi yang diberikan antara lain dengan mengkondisikan kelas agar konsentrasi dan

    perhatian siswa terkendali, pengecekan peralatan belajar, dan pengaturan tempat duduk

    selanjutnya mengarahkan siswa ke suasana belajar seperti mengadakan apersepsi untuk

    mengarah ketahapan inti pembelajaran.

    2. Tahapan inti, yaitu kegiatan proses pembelajaran yang sesuai dengan tujuan dan materi yang

    sudah ditetapkan.

    3. Tahapan Penutup, Yaitu kegiatan mengakhiri proses pembelajaran seperti pemberian tugas,

    membuat catatan/rangkuman, mengulas kembali semua hal yang telah dipelajari dan

    mengadakan evaluasi.

    b. Strategi Pengelolaan Pembelajaran

    Strategi pengelolaan pembelajaran yang dimaksud adalah komponen-komponen yang perlu

    dilakukan agar terjadi proses pembelajaran yang baik, nyaman dan menyenangkan.

    Strategi pembelajaran itu meliputi :

    1. Pemilihan lingkungan belajar : lingkungan belajar ini dipilih agar dapat menciptakan suasana

    belajar yang nyaman seperti, pengturan tempat duduk, pemilihan ruangan, apakah proses

    pembelajaran ini dilaksanakan di dalam atau di luar kelas.

  • 2. Pemilihan sumber belajar yang dapat menunjang dan memudahkan ketercapaian tujuan

    hapan pembelajran.

    3. Metode pembelajaran dan pendekatan pembelajaran :

    a. Penerapan Role Playing disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, masalah kemampuan dan

    kebutuhan siswa.

    b. Pendekatan pembelajaran dilakukan untuk membantu memudahkan guru dalam

    menyampaikan materi.

    c. Pengelolaan waktu

    Pembagian waktu dalam proses pembelajaran yang perlu diperhatikan adalah penggunaan

    waktu dalam tahapan-tahapan proses pembelajaran yaitu, berapa waktu yang digunakan pada

    saat tahapan pendahuluan proses pembelajaran, tahapan inti dan tahapan akhir.

    Penyampaian materi pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik materi pembelajaran

    itu, misalnya materi-materi pembelajaran eksak disampaikan di waktu pagi karena materi-materi

    itu memerlukan penalaran-penalaran.

  • Adapun tahap-tahap pelaksanaan pembelajaran Role Playing yang telah disebutkan diatas

    adalah:

    1. Persiapan

    Dalam melaksanakan persiapan Role Playing (bermain peran) guru terlebih dahulu menyiapkan :

    a. Program pembelajaran yaitu rencana proses kegiatan belajar mengajar yang didalamnya

    terdiri dari silabus dan RPP.

    b. Menyiapkan alat dan sumber pembelajaran yaitu :

    Menyiapkan meja tempat untuk berjualan

    Menyiapkan uang pecahan dengan nilai nominal dari Rp. 100 s/d Rp. 100.000

    Menyiapkan macam-macam makanan\

    Menyiapkan plastic untuk membungkus makanan

    Menyiapkan sumber bahan pelajaran.

    c. Metode Pembelajaran

    2. Pelaksanaan

  • Role Playing diikut oleh 10 orang anak. 9 anak regular berperan sebagai pembeli dan 1 orang

    anak ADHD berperan sebagai penjual.

    Langkah-langkah pelaksanaan Role Playing (bermain peran).

    1. Anak ADHD menawarkan barang dagangannya

    2. 2 orang anak datang untuk membeli makanan dan menanyakan harganya

    3. Anak ADHD menjawab harganya Rp. 2000,-

    4. Pembeli membeli 2 makanan yang harganya Rp. 200,-

    5. Pembeli mengeluarkan uang Rp. 10.000,-

    6. Anak ADHD mengembalikan uang kembaliannya dengan benar.

    7. Anak ADHD membungkus barang yang sudah terjual dengan rapih

    8. Anak ADHD memberikan barang tersebut

    3. Evaluasi

    Dengan menggunakan metode Role Playing jual beli anak ADHD dapat :

    1. Memusatkan perhatiannya terhadap barang dagangnya dan dapat berkonsentrasi terhadap

    pengembaliannya.

    2. Mengurangi gerak hiperaktif

    3. Tumbuhnya rasa bersosialisasi dengan teman sebaya.