Spesiofikasi Teknis
-
Upload
jatmikonurbowo -
Category
Documents
-
view
62 -
download
1
Transcript of Spesiofikasi Teknis
VI. SPESIFIKASI TEKNIS KONSTRUKSI
Berikut diberikan contoh deskripsi persyaratan teknis rekonstruksi rumah
tinggal 2 lantai
A. Ketentuan Bangunan Tahan Gempa
1. Ketentuan Utama
Secara prinsip konsep bangunan tahan gempa harus mengikuti ketentuan
sebagai berikut:
a. Seluruh komponen bangunan yang digunakan harus mengikuti kaidah
teknis yang berlaku dan mengikuti ketentuan berbagai peraturan
konstruksi, yaitu:
1) SNI 03-2847 2002 Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Bertulang
untuk Bangunan Gedung
2) SNI 03-1726 2002 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Bangunan Gedung
3) SNI 03-1729 2002 Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk
Bangunan Gedung
4) SNI 03-1727 1989 Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah
dan Gedung
5) Tata Cara Perencanaan Struktur Kayu (NI 5 1961: Peraturan
Konstruksi Kayu Indonesia dan SNI 2002: Tata Cara Perencanaan
Struktur Kayu)
b. Struktur kuat menahan gravitasi dan beban gempa lateral dengan memilih
struktur dan bahan yang memiliki daktilitas tinggi antara lain:
1) Sistim struktur portal dibuat kaku
2) Pada titik pertemuan diberi pengaku/skur
3) Sumbu balok dan kolom harus simetri
c. Digunakan bahan yang ringan dan kuat, antara lain:
1) Penggunaan bahan untuk dinding
2) Penggunaan sistim struktur rangka kuda-kuda
3) Bahan penutup atap ringan dan kuat
d. Pondasi yang kuat diatas tanah yang stabil dengan memperhatikan
ketentuan sebagai berikut:
1) Pondasi harus sesuai dengan kebutuhan kekuatan, pembuatan harus
menerus sebagai tumpuan sloof, dan pada titik pertemuan membentuk
sudut tegak lurus
2) Panjang angkur kolom yang masuk ke pondasi minimal 50 cm (dari
muka pondasi)
3) Hubungan pondasi dan sloof diperkuat dengan angkur besi double Ø
10 mm dengan jarak 1m.
4) Fondasi harus sesuai dengan kebutuhan kekuatan (footplate, sumuran,
batu kali)
e. Bentuk denah bangunan sederhana dan simetris. Denah bangunan yang
panjang perlu dipisahkan dengan dilatasi.
f. Struktur bangunan tidak langsing (tinggi/lebar < 4)
g. Khusus untuk bangunan Negara di lingkungan pendidikan harus mengikuti
ketentuan Baku Mutu Bangunan Gedung Sekolah yang diterbitkan oleh
Departemen Pendidikan Nasional
2. Ketentuan Bangunan Rumah dengan Dinding Tembok
Untuk membuat bangunan dengan dinding dari tembok, sesuai ketentuan
konstruksi bangunan tahan gempa perlu diperhatikan ketentuan sebagai
berikut:
a. Persyaratan bahan yang meliputi persyaratan bata merah, batako dan
adukan untuk pasangan tembok. Semua bahan harus memenuhi
persyaratan teknis yang berlaku.
b. Pekerjaan pemasangan sangat penting karena merupakan penentu
terhadap kualitas pekerjaan pasangan tembok. Tahapan pekerjaan harus
memenuhi persyaratan teknis.
c. Perkuatan Rangka.
Perkuatan pada dinding tembok merupakan kolom, balok pondasi dan
balok pengikat keliling, bisa dibuat dari beton bertulang atau kayu.
Pemasangan banyaknya kolom praktis berdasarkan luas permukaan
dinding yang berguna untuk mencegah keruntuhan dinding akibat beban
permukaan.
Pada pelaksanaan pemasangan dinding, perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1) Adukan diletakan cukup untuk satu buah bata/batako diletakan dengan
cara seolah-olah pesawat udara mendarat. Dengan cara ini kita
meletakannya pada posisi yang dituju sekaligus ujungnya
menggaruk/mendorong sedikit adukan, untuk penyesuaikan posisi
cukup digeser kedepan dan belakang secara mendatar.
2) Pasangan harus tetap datar dan tegak lurus, pada pemasangan
digunakan tali pelurus. Semua siar vertikal, siar antara dinsing dan
kolom maupun balok harus terisi penuh, tebal adukan siar ± 1 cm,
dengan variasi 3 mm. Pasangan bata/batako yang baru selesai perlu
dilindungi dari hujan dan terik matahari, dengan jalan ditutup dengan
lembaran plastik, atau disirami/diperciki air tiap hari selama 1 - 2
minggu, atau cara perlindungan lainnya.
3) Sebagai penutup, pasangan tembok diberi plesteran untuk melindungi
tembok dari pengaruh cuaca, pengaruh mekanik dan untuk meratakan
permukaan pasangan.
4) Kecakapanpekerja
Ketrampilan kerja atau kecakapan tukang yang melaksanakan
pekerjaan pasangan adalah sangat penting karena merupakan penentu
terhadap kualitas pekerjaan pasangan.
d. Penggunaan perkuatan dengan rangka dapat dilaksanakan sebagai
berikut:
1) Bangunan tembok dengan perkuatan sangat dianjurkan untuk daerah
rawan gempa. Perkuatan pada dinding tembok adalah kolom praktis,
balok pondasi, balok pengikat atau balok keliling yang biasa disebut
rangka bangunan yang dapat dibuat dari beton bertulang maupun
kayu. Berdasarkan penelitian, perkuatan dengan rangka kayu tidak
boleh dibangun diwilayah 1, 2, 3 pada tanah lunak atau pada wilayah 1
dan 2 pada tanah keras.
2) Perkuatan dengan rangka beton bertulang.
Perkuatan dengan rangka beton bertulang boleh dibangun diseluruh
wilayah gempa. Mutu campuran beton yang dianjurkan minimum
perbandingannya adalah 1PC : 2Ps : 3Kr, bahan pasir dan kerikil harus
bersih dari lumpur. Kadar lumpur maksimum 5% untuk pasir dan 1%
untuk kerikil. Tulang utama minimum untuk kolom 4 Ø 12 mm dengan
sengkang Ø8 jarak 10 cm, sedangkan tulangan memanjang balok
menggunakan diameter minimum Ø 12 mm, dan tulangan sengkang Ø
8 jarak 15 cm. Hubungan antara balok dan kolom pinggir, dengan
panjang penyaluran 50 cm. Pada pertemuan antar dinding dibuat
kolom praktis dengan tulangan utama 4 Ø 10 dan tulangan sengkang
Ø6 jarak 15 cm.
3) Semua kolom harus dilengkapi angkur dengan Ø 8 mm panjang 30 cm,
maksimum setiap 12 lapis bata atau 6 lapis batako. Kuda-kuda
diangkur dengan baik ke kolom atau ke balok keliling dengan Ø 12
mm. Hubungan balok pondasi memakai angkur Ø 10 mm setiap 1 m
4) Pintu dan jendela (bukaan).Luas bukaan dinding harus lebih kecil dari
50% dari luas dindingnya. Kusen bukaan harus dipasang angkur Ø 8
mm panjang 30 cm pada setiap 12 lapis bata atau 6 lapis batako.
Untuk kusen dipakai kayu yang kering udara.
5) Pada gewel harus diberi perkuatan berupa kolom penerus dari kolom
dibawahnya, dan balok penguat pada penutup atas gewel.
6) Setiap luas dinding maksimum 9 m² harus dipasang kolom praktis
beton bertulang selain rangka beton bertulang.
e. Prinsip utama bangunan tahan gempa adalah adanya kesatuan dari
struktur bangunan, semua unsur bekerja bersama-sama sebagai satu
kesatuan, jadi tidak bekerja secara terpisah.
f. Detail sambungan antar unsur bangunan adalah sangat penting, antara lain:
1) Hubungan unsur rangka beton bertulang, rangka perkuatan dinding
balok dengan kolom, baik balok pondasi maupun balok pengikat
keliling dinding, dengan panjang penyaluran tulangan 50 cm.
2) Hubungan antara kolom pengaku dinding dengan dinding tembok
menggunakan angkur Ø 8 mm panjang 30 cm setiap 6 lapis bata atau
3 lapis batako. Begitu pula antara kusen bukaan dengan dinding
tembok menggunakan angkur Ø 8 mm
3) Rangka kuda-kuda harus diangkur Ø 12 mm, dengan baik pada kolom
atau pada balok perata keliling.
4) Hubungan sloof dengan pondasi batu kali memakai angkur Ø 10 mm
setiap jarak 1,50 meter.
5) Pemasangan dinding tembok.
Pasangan harus tetap datar dan tegak lurus, tebal adukan ± 1 cm,
dengan variasi 3 mm, semua siar terisi penuh, tebal siar sama dengan
tebal adukan. Tebal plesteran beserta acian tidak boleh lebih dari 1,5
cm, dimana tebal kamprotan 2 mm - 3 mm dan tebal acian 0,5 mm - 1
mm.
6) Luas bukaan dinding harus lebih kecil dari 50 % dari luas dindingnya.
Perkuatan dinding untuk luas dinding lebih kecil dari 9 m², bila lebih
ditambah kolom praktis secara proporsional.
g. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pembangunan sekolah atau
fasilitas umum adalah:
Pertama, bangunan harus terletak di atas tanah yang stabil. Kedua, denah
bangunan sebaiknya sederhana, simetris atau seragam. Ketiga, pondasi
diikat kaku dengan sloof. Keempat, setiap luasan dinding 12 meter persegi
harus dipasang kolom. Kelima, dipasang balok keliling (ring balk) yang
diikat kaku dengan kolom. Keenam, seluruh kerangka bangunan harus
terikat secara kokoh dan kaku. Tujuh, gunakan kayu kering, pilih bahan
atap yang seringan mungkin. Delapan, pilih bahan dinding seringan
mungkin, seperti papan, papan berserat, papan lapis, bilik, dll. Sembilan,
bila dinding menggunakan pasangan bata/batako, pasang anker setiap 12
lapis bata atau 6 lapis batako yang dijangkarkan ke kolom, pasangan diberi
anker yang dijangkarkan ke kolom. Sepuluh, perhatikan bahan
spesi/adukan komposisi campuran dan ikuti standar yang berlaku.
B. Spesifikasi Teknis
1. Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan meliputi pengkoordinasian dan mempersiapkan format-
format pengendalian evaluasi pelaksanaan rehabilitasi antara lain:
a.Mempersiapkan gambar dan jadwal kerja
b.Pengukuran dan pemasangan bouwplank (kalau ada)
c. Gudang untuk menyimpan bahan material dan peralatan kerja
d.Tempat kerja untuk melaksanakan pekerjaan persiapan dan perakitan
komponen-komponen bangunan.
e. Fasilitas air bersih (disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi/kondisi
setempat )
f. Mengadakan dokumentasi pekerjaan mulai tahap awal sampai akhir.
2. Pekerjaan Galian/Urugan
Meliputi penggalian tanah untuk pondasi batu kali atau batu belah lainnya dan
pekerjaan lain yang memerlukan penggalian tanah dan pengurugan kembali
galian disisi pondasi.
Pengurugan yang tebalnya lebih dari 20 cm harus dilaksanakan selapis demi
selapis (10 cm) dan setiap lapisan harus di padatkan menggunakan mesin
pemadat (Compactor) atau dikerjakan secara manual sehingga tidak terjadi
penurunan tanah yang dapat mengakibatkan kerusakan pada pondasi, seperti
pondasi patah/putus pondasi mengantung ataupun kerusakan pada lantai
bangunan.
3. Pekerjaan Pondasi
Sebelum membuat pondasi, yang perlu mendapat perhatian yaitu apakah
tanah dimana pondasi tersebut akan dibuat merupakan tanah keras, tanah
basah, atau tanah berawa.
Apabila tanah akan digunakan untuk pasangan batu kali, maka tanah yang
kurang baik perlu dilakukan perbaikan dengan cara mengurug dengan sirtu
(pasir batu) hingga cukup memenuhi kekerasan.
Untuk mendukung struktur bangunan maupun dinding, diperlukan adanya
pasangan pondasi batu kali. Agar kedudukan pondasi benar-benar stabil,
maka galian tanah untuk pondasi harus mencapai tanah keras dan sekurang-
kurangnya harus sesuai dengan gambar teknis. Pada bagian alas galian
diberi lapisan pasir setebal + 10 cm kemudian dihamparkan anstamping
(pasangan batu kosong), baru diatasnya dipasang pondasi batu dengan
menggunakan spesi.
Pondasi harus kedap air, artinya tidak dapat ditembus resapan air dan tidak
meneruskan uap lembab ke bagian bangunan yang terletak diatasnya serta
tahan terhadap unsur tanah agresif, pada umumnya digunakan spesi dengan
campuran 1pc : 4 ps.
Jika ruang dibangun diatas bangunan yang sudah ada sebelumnya, maka
perlu diperhatikan apakah pondasi terdahulu telah disiapkan untuk struktur
bangunan bertingkat atau belum. Jika belum maka harus dilakukan
perbaikan/peningkatan kekuatan pondasi. Hal ini dapat dilakukan dengan
menambahkan sepatu atau pondasi beton (foot plat) pada bagian-bagian
tertentu yang diperlukan seperti pada setiap bagian struktur kolom.
4. Pekerjaan Dinding
Dinding pada umumnya terbuat dari pasangan batu bata, namun pada daerah
tertentu dimungkinkan dibuat dari bahan lain yang terdapat di sekitar lokasi
yang akan dikerjakan, misalnya dari papan kayu atau bahan yang lainnya.
Pada dasarnya apapun bahan/material yang digunakan untuk pembuatan
dinding semaksimal mungkin dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi
pengguna ruang tersebut.
Disamping itu karena bangunan tersebut digunakan untuk kegiatan belajar,
maka hendaknya diupayakan dinding dapat meredam suara sehingga tidak
menimbulkan kebisingan yang dapat mengganggu aktifitas pada masing-
masing ruang kelas.
a. Pekerjaan pasangan, plesteran dan sponengan
Pekerjaan pasangan batu bata untuk dinding disesuaikan dengan
kebutuhan. Setiap 12 lapis pasangan bata dipasang angkur
masuk/diikatkan ke kolom dengan Ø 10 mm. Pekerjaan plesteran meliputi
plesteran trasram (kedap air) pada kaki bangunan atau dinding lainnya
yang berhubungan langsung dengan air, plesteran dinding bata serta
sponengan sudut tembok dan sudut beton. Komposisi campuran spesi
untuk masing-masing jenis pekerjaan tersebut disesuaikan dengan
kebutuhan, berdasarkan pertimbangan fungsi dan kekuatan pasangan
atau plesteran. Untuk pasangan atau plesteran trasraam dan beton
digunakan spesi dengan campuran 1 PC : 3 Ps sedangkan untuk
pasangan dan plesteran biasa digunakan spesi dengan campuran 1 PC : 4 Ps.
Untuk memperoleh hasil pekerjaan pasangan dan plesteran yang baik
perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Batu bata sebelum dipasang harus dibasahi sampai jenuh sehingga
dapat melekat dengan sempurna.
2) Batu bata pecah terpasang tidak lebih dari 20 % dari jumlah batu utuh
terpasang.
3) Pasangan dinding bata dilaksanakan dengan hubungan verband
siar/nat masing-masing lapisan tidak saling bertemu, tegak lurus, siku
dan rata.
4) Seluruh permukaan yang akan diplester harus dibasahi dengan air
bersih, baru kemudian di plester dengan rata, halus dan merupakan
satu bidang tegak lurus dan siku.
5) Pada bagian luar diberi lapisan acian dengan rata dan halus sehingga
bebas dari keretakan ataupun cacat-cacat lainnya
5. Pekerjaan Beton
Pekerjaan beton meliputi sloof, kolom, balok dan ringbalk dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan teknis yang berlaku dengan mempertimbangkan faktor
keamanan terhadap gempa. Untuk beton struktural maupun non struktural
seperti kolom praktis setidak-tidaknya dibuat dengan campuran 1 PC : 2 Ps :
3 Kr dan baja tulangan U 24, dengan diameter, jumlah dan jarak pasang
sesuai ketentuan yang diatur dalam SNI 03-2847-2002. Untuk beton rabat
menggunakan campuran 1 PC : 3 Ps : 5 Kr. Pengadukan campuran,
pengangkutan, pengecoran dan pemadatan serta perawatan beton harus
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Cetakan atau bekisting
dibuat dari kayu kelas III dengan ketebalan papan minimal 2 cm atau
multiplek 8 mm, dengan balok-balok penahan dari kayu ukuran 4/6 cm atau
5/7 cm dan tiang penyangga dari kayu. Bekisting hendaknya dibuat
sedemikian rupa sehingga pada saat dilakukan pengecoran cukup kuat,
kedudukannya stabil, tidak bocor dan tidak terjadi perubahan bentuk ataupun
ukuran.
Pembongkaran bekisting hanya dapat dilakukan setelah beton mencapai
kekerasan tertentu. Pembongkaran hendaknya dilakukan dengan hati-hati,
yaitu pada saat melepas bagian-bagian/papan bekisting tidak dengan cara
dipukul atau menggunakan alat yang tidak semestinya, misalnya
menggunakan linggis untuk mencongkel bekisting yang dapat mengakibatkan
kerusakan.
6. Pekerjaan Kusen, Daun Pintu dan Jendela
Pekerjaan kusen, daun pintu dan jendela meliputi membuat dan memasang
serta pengecatan dengan bentuk dan ukuran sesuai dengan gambar. Jumlah
dan tata letak pintu, jendela dan ventilasi disesuaikan dengan kebutuhan
cahaya dan aliran udara yang baik, yaitu dengan memasang ventilasi silang.
Untuk kusen dan daun pintu/jendela atau ventilasi (angin-angin) dibuat dari
dari kayu dengan kelas kuat dan kelas awet 2. Semua bahan kayu harus
dipilih kayu yang cukup tua, kering dan tidak cacat. Sambungan-sambungan
kayu, baik untuk kusen maupun untuk daun pintu dan jendela dibuat
sambungan lubang dan pen dan dikunci dengan nagel (pantek/pen) sehingga
diperoleh sambungan yang kuat. Dalam pengerjaannya harus
memperhitungkan faktor iklim/cuaca yang dapat mempengaruhi konstruksi.
Daun Pintu Ruang Kelas membuka keluar dengan daun pintu double ukuran
lebar minimal masing–masing 65 cm yang terbuat dari panil. Jendela ruang
kelas menggunakan kaca bening tebal 5 mm, jalusi menggunakan papan
kayu tebal minimal 2 cm atau kaca tidak penuh dengan tebal 5 mm. Tinggi
pintu 210 cm dari muka lantai, tinggi ventilasi minimal 40 cm dari ambang
atas pintu, tinggi jendela daerah selasar minimal 110 cm dari lantai,
sedangkan pada sisi lainnya minimal 90 cm.
Daun pintu dibuat panil dengan tebal slimaran 4 cm dan isian panil tebal 3 cm.
Untuk memperoleh penerangan alami yang cukup baik disyaratkan luas
jendela minimal 20% dari luas lantai dengan daun jendela tebal 3 cm,
sedangkan luas ventilasi disyaratkan 6% sampai dengan 10% dari luas lantai
agar dapat diperoleh sirkulasi udara yang cukup baik. Model daun pintu dan
jendela disarankan dibuat khusus untuk rehabilitasi gedung sekolah dengan
subsidi dekonsentrasi sesuai dengan budaya dan ciri khas masing-masing
provinsi.
Untuk memperoleh ikatan yang kuat terhadap dinding, kusen harus diberi
angkur dari besi 10 mm sebanyak yang diperlukan. Semua pekerjaan kayu
yang dicat, harus dimeni dan diplamir terlebih dahulu. Pengecatan dilakukan
dengan pelapisan lebih dari satu kali sehingga diperoleh hasil yang baik, rapi,
halus dan rata.
7. Pekerjaan Pengantung, Pengunci, dan Kaca
Pekerjaan ini meliputi pemasangan engsel, grendel, pengunci untuk pintu dan
jendela, serta hak angin untuk jendela, pemasangan kaca pada daun jendela
serta penyetelan daun pintu dan jendela.
Semua bahan yang digunakan minimal harus memenuhi syarat kekuatan dan
awet sehingga dapat menahan beban dan berfungsi dalam waktu cukup
lama. Setiap daun pintu dipasang 3 (tiga) buah engsel dan jendela dipasang 2
(dua) buah engsel. Pada daun pintu dipasang pengunci lengkap dengan
handelnya, sedangkan pada daun jendela dipasang grendel dan hak angin.
Kaca yang digunakan harus memiliki permukaan yang halus dan rata dengan
tebal 5 mm. Semua pekerjaan harus dilakukan dengan rapi sehingga pintu
dan jendela berfungsi dengan sempurna.
8. Pekerjaan Pengecatan/Politur
Pekerjaan pengecatan/politur meliputi kayu kusen, daun pintu dan jendela,
ventilasi, lisplank dan balok-balok kayu yang nampak serta pengecatan
dinding dan plafon. Penggunaan jenis cat atau politur harus yang berkualitas
baik dengan komposisi warna yang serasi.
Untuk memperoleh hasil yang baik, pengecatan dinding baru dilakukan
setelah bidang plesteran dinding tersebut benar-benar kering dengan terlebih
dahulu dilapisi plamir untuk tembok. Sedangkan pengecatan kayu dilakukan
setelah permukaan kayu yang akan dicat dimeni dan diplamir. Apabila
permukaan kayu akan dipolitur, maka terlebih dahulu harus digosok sampai
halus dan rata, apabila terdapat lubang-lubang pada kayu, harus ditutup
dengan dempul kayu. Pengecatan atau politur hendaknya dilakukan minimal
tiga kali pelapisan sehingga diperoleh hasil yang baik, halus, rata dan tidak
luntur atau kusam.
9. Pekerjaan Lantai dan Penutup Lantai
Lantai bangunan terletak pada permukaan tanah minimal 40 cm, lantai dari
keramik yang tidak licin. Bagian dalam ruangan digunakan keramik warna
terang sedangkan bagian luar dipilih keramik dof dengan warna lebih gelap.
Pemilihan warna keramik agar dibuat yang serasi dengan warna cat/politur
sehingga secara keseluruhan dapat menampilkan sebuah bangunan yang
serasi, indah dan menarik. Sebelum dipasang keramik, bagian bawah harus
diberi urugan pasir setebal 10 cm dan dipasang rabat beton atau patahan
bata. Pemasangan penutup lantai dilakukan dengan baik sehingga diperoleh
garis nat yang lurus dan permukaan yang rata.
10. Pekerjaan Atap
Pekerjaan atap meliputi pembuatan dan pemasangan kuda-kuda, nok,
gording, usuk dan reng, balok tembok dan lisplank, serta pemasangan
penutup atap. Bahan yang digunakan adalah kayu dengan kelas kuat 2 yang
diberi lapisan pelindung hama perusak kayu.
Oleh karena lebar ruangan 10 m sedangkan kayu yang ada di pasaran pada
umumnya ukuran panjang 4 m, maka diperlukan sambungan pada rangka
kuda-kuda, balok bubungan/nok, maupun gording. Untuk penyambungan
rangka kuda-kuda kayu, yang harus diperhatikan adalah arah gaya yang
terjadi pada masing-masing batang rangka tersebut. Gaya yang terjadi
berupa gaya tekan dan gaya tarik. Pada batang yang menerima gaya tekan,
dapat dibuat sambungan lubang dan pen sedangkan batang yang menerima
gaya tarik, sambungan dapat berbentuk sambungan miring berkait atau
menggunakan alat penyambung baut. Untuk perkuatan pada sambungan
kayu dipasang plat besi (beugel) dan dibaut.
Penutup atap menggunakan bahan yang tersedia dan mudah diperoleh di
lapangan antara lain genteng, seng, asbes gelombang, sirap dsb. Untuk
penutup atap dari genteng atau sirap kemiringan dibuat ≥ 35o - 45o sedang atap
seng atau asbes gelombang kemiringan ≥ 20o - 30o.
Ukuran kayu yang digunakan untuk kuda-kuda umumnya 8/12 cm atau 8/15
cm yang disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk usuk umumnya digunakan
kayu berukuran 5/7 cm dan untuk reng dapat digunakan kayu ukuran 2/3 cm
atau 3/4 cm. Pemasangan usuk dan reng hendaknya pada jarak yang sesuai
dengan kebutuhan. Masing-masing jenis penutup atap memiliki ukuran yang
berbeda sehingga penggunaan ukuran kayu, baik kuda-kuda, nok dan
gording serta jarak usuk dan reng harus menyesuaikan. Apabila
menggunakan penutup atap standar pabrik, disarankan untuk memeriksa
ketentuan yang dipersyaratkan produsen.
11. Pekerjaan Langit-langit (Plafon)
Pekerjaan langit-langit meliputi pemasangan rangka dan penutup plafond.
Untuk rangka digunakan kayu minimal kelas kuat 3 dan diberi lapisan
pelindung hama perusak kayu serta bagian bawah diketam untuk
mendapatkan bidang langit-langit yang datar dan rata. Penutup plafond
menggunakan bahan kedap air ringan dan cukup kuat dengan ketebalan
minimal 4 mm. Untuk rangka plafond dapat digunakan kayu dengan ukuran
5/7 cm, dan setiap luasan 9 m2 dipasang balok penggantung plafond ukuran
6/10 cm. Hal ini dimaksudkan agar rangka plafond tersebut mampu menahan
beban pekerja instalasi atau pekerja perawatan atap di atasnya. Penutup
plafond dapat menggunakan asbes datar, kayu lapis, atau bahan lain yang
tersedia di sekitar lokasi rehabilitasi gedung sekolah dilaksanakan. Untuk
mendapatkan suhu ruangan yang cukup nyaman, disarankan ketinggian
langit-langit dibuat minimal 3,50 meter dari permukaan lantai.
12. Pekerjaan Instalasi Listrik
Untuk pekerjaan instalasi listrik dilakukan oleh orang yang memiliki keahlian
tentang instalasi listrik. Pada prinsipnya pemasangan instalasi listrik harus
memenuhi persyaratan teknis dan semua bahan yang digunakan hendaknya
berkualitas baik sehingga dapat berfungsi dengan baik dalam waktu yang
cukup lama. Setiap ruang kelas menggunakan penerangan minimal 6 titik
lampu TL 2X20 watt dan dipasang minimal 1 titik daya (stop kontak) dibagian
depan ruang kelas.
13. Pekerjaan Sumber Air Bersih, Sanitasi dan KM/WC
Pekerjaan sumber air bersih adalah perbaikan/pengadaan sumber air bersih
untuk kebutuhan di lingkungan sekolah dan pekerjaan sanitasi adalah
penyediaan jaringan untuk air bersih dan air kotor.
Pekerjaan KM/WC adalah perbaikan/pengadaan KM/WC minimal sejumlah 2
(dua) ruang dengan ukuran setiap ruang = 1,50 m x 2,00 m. Untuk perbaikan
ukuran dapat menyesuaikan dengan KM/WC yang sudah ada. Kloset
digunakan jenis kloset jongkok dari porselin dengan kualitas standar, dengan
penutup lantai dari keramik untuk lantai basah. Dinding bagian dalam
diupayakan dipasang keramik setinggi 1,50 m.
14. Pekerjaan Finishing dan Perapihan
Pekerjaan finishing dan perapihan merupakan pekerjaan penyempurnaan dan
merapikan pekerjaan yang pada hakekatnya telah selesai dikerjakan namun
masih perlu penyempurnaan. Sebagai contoh misalnya terdapat pintu yang
tidak dapat dibuka/ditutup dengan sempurna, maka perlu disempurnakan, jika
terdapat cat yang belum rata, maka perlu di cat ulang sampai rata dan