Spesiofikasi Teknis

19
VI. SPESIFIKASI TEKNIS KONSTRUKSI Berikut diberikan contoh deskripsi persyaratan teknis rekonstruksi rumah tinggal 2 lantai A. Ketentuan Bangunan Tahan Gempa 1. Ketentuan Utama Secara prinsip konsep bangunan tahan gempa harus mengikuti ketentuan sebagai berikut: a. Seluruh komponen bangunan yang digunakan harus mengikuti kaidah teknis yang berlaku dan mengikuti ketentuan berbagai peraturan konstruksi, yaitu: 1) SNI 03-2847 2002 Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Bertulang untuk Bangunan Gedung 2) SNI 03-1726 2002 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung 3) SNI 03-1729 2002 Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung 4) SNI 03-1727 1989 Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung 5) Tata Cara Perencanaan Struktur Kayu (NI 5 1961: Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia dan SNI 2002: Tata Cara Perencanaan Struktur Kayu) b. Struktur kuat menahan gravitasi dan beban gempa lateral dengan memilih struktur dan bahan yang memiliki daktilitas tinggi antara lain:

Transcript of Spesiofikasi Teknis

Page 1: Spesiofikasi Teknis

VI. SPESIFIKASI TEKNIS KONSTRUKSI

Berikut diberikan contoh deskripsi persyaratan teknis rekonstruksi rumah

tinggal 2 lantai

A. Ketentuan Bangunan Tahan Gempa

1. Ketentuan Utama

Secara prinsip konsep bangunan tahan gempa harus mengikuti ketentuan

sebagai berikut:

a. Seluruh komponen bangunan yang digunakan harus mengikuti kaidah

teknis yang berlaku dan mengikuti ketentuan berbagai peraturan

konstruksi, yaitu:

1) SNI 03-2847 2002 Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Bertulang

untuk Bangunan Gedung

2) SNI 03-1726 2002 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk

Bangunan Gedung

3) SNI 03-1729 2002 Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk

Bangunan Gedung

4) SNI 03-1727 1989 Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah

dan Gedung

5) Tata Cara Perencanaan Struktur Kayu (NI 5 1961: Peraturan

Konstruksi Kayu Indonesia dan SNI 2002: Tata Cara Perencanaan

Struktur Kayu)

b. Struktur kuat menahan gravitasi dan beban gempa lateral dengan memilih

struktur dan bahan yang memiliki daktilitas tinggi antara lain:

1) Sistim struktur portal dibuat kaku

2) Pada titik pertemuan diberi pengaku/skur

3) Sumbu balok dan kolom harus simetri

c. Digunakan bahan yang ringan dan kuat, antara lain:

Page 2: Spesiofikasi Teknis

1) Penggunaan bahan untuk dinding

2) Penggunaan sistim struktur rangka kuda-kuda

3) Bahan penutup atap ringan dan kuat

d. Pondasi yang kuat diatas tanah yang stabil dengan memperhatikan

ketentuan sebagai berikut:

1) Pondasi harus sesuai dengan kebutuhan kekuatan, pembuatan harus

menerus sebagai tumpuan sloof, dan pada titik pertemuan membentuk

sudut tegak lurus

2) Panjang angkur kolom yang masuk ke pondasi minimal 50 cm (dari

muka pondasi)

3) Hubungan pondasi dan sloof diperkuat dengan angkur besi double Ø

10 mm dengan jarak 1m.

4) Fondasi harus sesuai dengan kebutuhan kekuatan (footplate, sumuran,

batu kali)

e. Bentuk denah bangunan sederhana dan simetris. Denah bangunan yang

panjang perlu dipisahkan dengan dilatasi.

f. Struktur bangunan tidak langsing (tinggi/lebar < 4)

g. Khusus untuk bangunan Negara di lingkungan pendidikan harus mengikuti

ketentuan Baku Mutu Bangunan Gedung Sekolah yang diterbitkan oleh

Departemen Pendidikan Nasional

2. Ketentuan Bangunan Rumah dengan Dinding Tembok

Page 3: Spesiofikasi Teknis

Untuk membuat bangunan dengan dinding dari tembok, sesuai ketentuan

konstruksi bangunan tahan gempa perlu diperhatikan ketentuan sebagai

berikut:

a. Persyaratan bahan yang meliputi persyaratan bata merah, batako dan

adukan untuk pasangan tembok. Semua bahan harus memenuhi

persyaratan teknis yang berlaku.

b. Pekerjaan pemasangan sangat penting karena merupakan penentu

terhadap kualitas pekerjaan pasangan tembok. Tahapan pekerjaan harus

memenuhi persyaratan teknis.

c. Perkuatan Rangka.

Perkuatan pada dinding tembok merupakan kolom, balok pondasi dan

balok pengikat keliling, bisa dibuat dari beton bertulang atau kayu.

Pemasangan banyaknya kolom praktis berdasarkan luas permukaan

dinding yang berguna untuk mencegah keruntuhan dinding akibat beban

permukaan.

Pada pelaksanaan pemasangan dinding, perlu diperhatikan hal-hal

sebagai berikut:

1) Adukan diletakan cukup untuk satu buah bata/batako diletakan dengan

cara seolah-olah pesawat udara mendarat. Dengan cara ini kita

meletakannya pada posisi yang dituju sekaligus ujungnya

menggaruk/mendorong sedikit adukan, untuk penyesuaikan posisi

cukup digeser kedepan dan belakang secara mendatar.

2) Pasangan harus tetap datar dan tegak lurus, pada pemasangan

digunakan tali pelurus. Semua siar vertikal, siar antara dinsing dan

kolom maupun balok harus terisi penuh, tebal adukan siar ± 1 cm,

dengan variasi 3 mm. Pasangan bata/batako yang baru selesai perlu

dilindungi dari hujan dan terik matahari, dengan jalan ditutup dengan

lembaran plastik, atau disirami/diperciki air tiap hari selama 1 - 2

minggu, atau cara perlindungan lainnya.

Page 4: Spesiofikasi Teknis

3) Sebagai penutup, pasangan tembok diberi plesteran untuk melindungi

tembok dari pengaruh cuaca, pengaruh mekanik dan untuk meratakan

permukaan pasangan.

4) Kecakapanpekerja

Ketrampilan kerja atau kecakapan tukang yang melaksanakan

pekerjaan pasangan adalah sangat penting karena merupakan penentu

terhadap kualitas pekerjaan pasangan.

d. Penggunaan perkuatan dengan rangka dapat dilaksanakan sebagai

berikut:

1) Bangunan tembok dengan perkuatan sangat dianjurkan untuk daerah

rawan gempa. Perkuatan pada dinding tembok adalah kolom praktis,

balok pondasi, balok pengikat atau balok keliling yang biasa disebut

rangka bangunan yang dapat dibuat dari beton bertulang maupun

kayu. Berdasarkan penelitian, perkuatan dengan rangka kayu tidak

boleh dibangun diwilayah 1, 2, 3 pada tanah lunak atau pada wilayah 1

dan 2 pada tanah keras.

2) Perkuatan dengan rangka beton bertulang.

Perkuatan dengan rangka beton bertulang boleh dibangun diseluruh

wilayah gempa. Mutu campuran beton yang dianjurkan minimum

perbandingannya adalah 1PC : 2Ps : 3Kr, bahan pasir dan kerikil harus

bersih dari lumpur. Kadar lumpur maksimum 5% untuk pasir dan 1%

untuk kerikil. Tulang utama minimum untuk kolom 4 Ø 12 mm dengan

sengkang Ø8 jarak 10 cm, sedangkan tulangan memanjang balok

menggunakan diameter minimum Ø 12 mm, dan tulangan sengkang Ø

8 jarak 15 cm. Hubungan antara balok dan kolom pinggir, dengan

panjang penyaluran 50 cm. Pada pertemuan antar dinding dibuat

kolom praktis dengan tulangan utama 4 Ø 10 dan tulangan sengkang

Ø6 jarak 15 cm.

3) Semua kolom harus dilengkapi angkur dengan Ø 8 mm panjang 30 cm,

maksimum setiap 12 lapis bata atau 6 lapis batako. Kuda-kuda

Page 5: Spesiofikasi Teknis

diangkur dengan baik ke kolom atau ke balok keliling dengan Ø 12

mm. Hubungan balok pondasi memakai angkur Ø 10 mm setiap 1 m

4) Pintu dan jendela (bukaan).Luas bukaan dinding harus lebih kecil dari

50% dari luas dindingnya. Kusen bukaan harus dipasang angkur Ø 8

mm panjang 30 cm pada setiap 12 lapis bata atau 6 lapis batako.

Untuk kusen dipakai kayu yang kering udara.

5) Pada gewel harus diberi perkuatan berupa kolom penerus dari kolom

dibawahnya, dan balok penguat pada penutup atas gewel.

6) Setiap luas dinding maksimum 9 m² harus dipasang kolom praktis

beton bertulang selain rangka beton bertulang.

e. Prinsip utama bangunan tahan gempa adalah adanya kesatuan dari

struktur bangunan, semua unsur bekerja bersama-sama sebagai satu

kesatuan, jadi tidak bekerja secara terpisah.

f. Detail sambungan antar unsur bangunan adalah sangat penting, antara lain:

1) Hubungan unsur rangka beton bertulang, rangka perkuatan dinding

balok dengan kolom, baik balok pondasi maupun balok pengikat

keliling dinding, dengan panjang penyaluran tulangan 50 cm.

2) Hubungan antara kolom pengaku dinding dengan dinding tembok

menggunakan angkur Ø 8 mm panjang 30 cm setiap 6 lapis bata atau

3 lapis batako. Begitu pula antara kusen bukaan dengan dinding

tembok menggunakan angkur Ø 8 mm

3) Rangka kuda-kuda harus diangkur Ø 12 mm, dengan baik pada kolom

atau pada balok perata keliling.

4) Hubungan sloof dengan pondasi batu kali memakai angkur Ø 10 mm

setiap jarak 1,50 meter.

5) Pemasangan dinding tembok.

Pasangan harus tetap datar dan tegak lurus, tebal adukan ± 1 cm,

dengan variasi 3 mm, semua siar terisi penuh, tebal siar sama dengan

tebal adukan. Tebal plesteran beserta acian tidak boleh lebih dari 1,5

cm, dimana tebal kamprotan 2 mm - 3 mm dan tebal acian 0,5 mm - 1

mm.

Page 6: Spesiofikasi Teknis

6) Luas bukaan dinding harus lebih kecil dari 50 % dari luas dindingnya.

Perkuatan dinding untuk luas dinding lebih kecil dari 9 m², bila lebih

ditambah kolom praktis secara proporsional.

g. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pembangunan sekolah atau

fasilitas umum adalah:

Pertama, bangunan harus terletak di atas tanah yang stabil. Kedua, denah

bangunan sebaiknya sederhana, simetris atau seragam. Ketiga, pondasi

diikat kaku dengan sloof. Keempat, setiap luasan dinding 12 meter persegi

harus dipasang kolom. Kelima, dipasang balok keliling (ring balk) yang

diikat kaku dengan kolom. Keenam, seluruh kerangka bangunan harus

terikat secara kokoh dan kaku. Tujuh, gunakan kayu kering, pilih bahan

atap yang seringan mungkin. Delapan, pilih bahan dinding seringan

mungkin, seperti papan, papan berserat, papan lapis, bilik, dll. Sembilan,

bila dinding menggunakan pasangan bata/batako, pasang anker setiap 12

lapis bata atau 6 lapis batako yang dijangkarkan ke kolom, pasangan diberi

anker yang dijangkarkan ke kolom. Sepuluh, perhatikan bahan

spesi/adukan komposisi campuran dan ikuti standar yang berlaku.

B. Spesifikasi Teknis

1. Pekerjaan Persiapan

Pekerjaan persiapan meliputi pengkoordinasian dan mempersiapkan format-

format pengendalian evaluasi pelaksanaan rehabilitasi antara lain:

a.Mempersiapkan gambar dan jadwal kerja

b.Pengukuran dan pemasangan bouwplank (kalau ada)

c. Gudang untuk menyimpan bahan material dan peralatan kerja

d.Tempat kerja untuk melaksanakan pekerjaan persiapan dan perakitan

komponen-komponen bangunan.

e. Fasilitas air bersih (disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi/kondisi

setempat )

Page 7: Spesiofikasi Teknis

f. Mengadakan dokumentasi pekerjaan mulai tahap awal sampai akhir.

2. Pekerjaan Galian/Urugan

Meliputi penggalian tanah untuk pondasi batu kali atau batu belah lainnya dan

pekerjaan lain yang memerlukan penggalian tanah dan pengurugan kembali

galian disisi pondasi.

Pengurugan yang tebalnya lebih dari 20 cm harus dilaksanakan selapis demi

selapis (10 cm) dan setiap lapisan harus di padatkan menggunakan mesin

pemadat (Compactor) atau dikerjakan secara manual sehingga tidak terjadi

penurunan tanah yang dapat mengakibatkan kerusakan pada pondasi, seperti

pondasi patah/putus pondasi mengantung ataupun kerusakan pada lantai

bangunan.

3. Pekerjaan Pondasi

Sebelum membuat pondasi, yang perlu mendapat perhatian yaitu apakah

tanah dimana pondasi tersebut akan dibuat merupakan tanah keras, tanah

basah, atau tanah berawa.

Apabila tanah akan digunakan untuk pasangan batu kali, maka tanah yang

kurang baik perlu dilakukan perbaikan dengan cara mengurug dengan sirtu

(pasir batu) hingga cukup memenuhi kekerasan.

Untuk mendukung struktur bangunan maupun dinding, diperlukan adanya

pasangan pondasi batu kali. Agar kedudukan pondasi benar-benar stabil,

maka galian tanah untuk pondasi harus mencapai tanah keras dan sekurang-

kurangnya harus sesuai dengan gambar teknis. Pada bagian alas galian

diberi lapisan pasir setebal + 10 cm kemudian dihamparkan anstamping

(pasangan batu kosong), baru diatasnya dipasang pondasi batu dengan

menggunakan spesi.

Pondasi harus kedap air, artinya tidak dapat ditembus resapan air dan tidak

meneruskan uap lembab ke bagian bangunan yang terletak diatasnya serta

tahan terhadap unsur tanah agresif, pada umumnya digunakan spesi dengan

campuran 1pc : 4 ps.

Jika ruang dibangun diatas bangunan yang sudah ada sebelumnya, maka

perlu diperhatikan apakah pondasi terdahulu telah disiapkan untuk struktur

Page 8: Spesiofikasi Teknis

bangunan bertingkat atau belum. Jika belum maka harus dilakukan

perbaikan/peningkatan kekuatan pondasi. Hal ini dapat dilakukan dengan

menambahkan sepatu atau pondasi beton (foot plat) pada bagian-bagian

tertentu yang diperlukan seperti pada setiap bagian struktur kolom.

4. Pekerjaan Dinding

Dinding pada umumnya terbuat dari pasangan batu bata, namun pada daerah

tertentu dimungkinkan dibuat dari bahan lain yang terdapat di sekitar lokasi

yang akan dikerjakan, misalnya dari papan kayu atau bahan yang lainnya.

Pada dasarnya apapun bahan/material yang digunakan untuk pembuatan

dinding semaksimal mungkin dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi

pengguna ruang tersebut.

Disamping itu karena bangunan tersebut digunakan untuk kegiatan belajar,

maka hendaknya diupayakan dinding dapat meredam suara sehingga tidak

menimbulkan kebisingan yang dapat mengganggu aktifitas pada masing-

masing ruang kelas.

a. Pekerjaan pasangan, plesteran dan sponengan

Pekerjaan pasangan batu bata untuk dinding disesuaikan dengan

kebutuhan. Setiap 12 lapis pasangan bata dipasang angkur

masuk/diikatkan ke kolom dengan Ø 10 mm. Pekerjaan plesteran meliputi

plesteran trasram (kedap air) pada kaki bangunan atau dinding lainnya

yang berhubungan langsung dengan air, plesteran dinding bata serta

sponengan sudut tembok dan sudut beton. Komposisi campuran spesi

untuk masing-masing jenis pekerjaan tersebut disesuaikan dengan

kebutuhan, berdasarkan pertimbangan fungsi dan kekuatan pasangan

atau plesteran. Untuk pasangan atau plesteran trasraam dan beton

digunakan spesi dengan campuran 1 PC : 3 Ps sedangkan untuk

pasangan dan plesteran biasa digunakan spesi dengan campuran 1 PC : 4 Ps.

Untuk memperoleh hasil pekerjaan pasangan dan plesteran yang baik

perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

Page 9: Spesiofikasi Teknis

1) Batu bata sebelum dipasang harus dibasahi sampai jenuh sehingga

dapat melekat dengan sempurna.

2) Batu bata pecah terpasang tidak lebih dari 20 % dari jumlah batu utuh

terpasang.

3) Pasangan dinding bata dilaksanakan dengan hubungan verband

siar/nat masing-masing lapisan tidak saling bertemu, tegak lurus, siku

dan rata.

4) Seluruh permukaan yang akan diplester harus dibasahi dengan air

bersih, baru kemudian di plester dengan rata, halus dan merupakan

satu bidang tegak lurus dan siku.

5) Pada bagian luar diberi lapisan acian dengan rata dan halus sehingga

bebas dari keretakan ataupun cacat-cacat lainnya

5. Pekerjaan Beton

Pekerjaan beton meliputi sloof, kolom, balok dan ringbalk dilaksanakan sesuai

dengan ketentuan teknis yang berlaku dengan mempertimbangkan faktor

keamanan terhadap gempa. Untuk beton struktural maupun non struktural

seperti kolom praktis setidak-tidaknya dibuat dengan campuran 1 PC : 2 Ps :

3 Kr dan baja tulangan U 24, dengan diameter, jumlah dan jarak pasang

sesuai ketentuan yang diatur dalam SNI 03-2847-2002. Untuk beton rabat

menggunakan campuran 1 PC : 3 Ps : 5 Kr. Pengadukan campuran,

pengangkutan, pengecoran dan pemadatan serta perawatan beton harus

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Cetakan atau bekisting

dibuat dari kayu kelas III dengan ketebalan papan minimal 2 cm atau

multiplek 8 mm, dengan balok-balok penahan dari kayu ukuran 4/6 cm atau

5/7 cm dan tiang penyangga dari kayu. Bekisting hendaknya dibuat

sedemikian rupa sehingga pada saat dilakukan pengecoran cukup kuat,

kedudukannya stabil, tidak bocor dan tidak terjadi perubahan bentuk ataupun

ukuran.

Pembongkaran bekisting hanya dapat dilakukan setelah beton mencapai

kekerasan tertentu. Pembongkaran hendaknya dilakukan dengan hati-hati,

yaitu pada saat melepas bagian-bagian/papan bekisting tidak dengan cara

Page 10: Spesiofikasi Teknis

dipukul atau menggunakan alat yang tidak semestinya, misalnya

menggunakan linggis untuk mencongkel bekisting yang dapat mengakibatkan

kerusakan.

6. Pekerjaan Kusen, Daun Pintu dan Jendela

Pekerjaan kusen, daun pintu dan jendela meliputi membuat dan memasang

serta pengecatan dengan bentuk dan ukuran sesuai dengan gambar. Jumlah

dan tata letak pintu, jendela dan ventilasi disesuaikan dengan kebutuhan

cahaya dan aliran udara yang baik, yaitu dengan memasang ventilasi silang.

Untuk kusen dan daun pintu/jendela atau ventilasi (angin-angin) dibuat dari

dari kayu dengan kelas kuat dan kelas awet 2. Semua bahan kayu harus

dipilih kayu yang cukup tua, kering dan tidak cacat. Sambungan-sambungan

kayu, baik untuk kusen maupun untuk daun pintu dan jendela dibuat

sambungan lubang dan pen dan dikunci dengan nagel (pantek/pen) sehingga

diperoleh sambungan yang kuat. Dalam pengerjaannya harus

memperhitungkan faktor iklim/cuaca yang dapat mempengaruhi konstruksi.

Daun Pintu Ruang Kelas membuka keluar dengan daun pintu double ukuran

lebar minimal masing–masing 65 cm yang terbuat dari panil. Jendela ruang

kelas menggunakan kaca bening tebal 5 mm, jalusi menggunakan papan

kayu tebal minimal 2 cm atau kaca tidak penuh dengan tebal 5 mm. Tinggi

pintu 210 cm dari muka lantai, tinggi ventilasi minimal 40 cm dari ambang

atas pintu, tinggi jendela daerah selasar minimal 110 cm dari lantai,

sedangkan pada sisi lainnya minimal 90 cm.

Daun pintu dibuat panil dengan tebal slimaran 4 cm dan isian panil tebal 3 cm.

Untuk memperoleh penerangan alami yang cukup baik disyaratkan luas

jendela minimal 20% dari luas lantai dengan daun jendela tebal 3 cm,

sedangkan luas ventilasi disyaratkan 6% sampai dengan 10% dari luas lantai

agar dapat diperoleh sirkulasi udara yang cukup baik. Model daun pintu dan

jendela disarankan dibuat khusus untuk rehabilitasi gedung sekolah dengan

subsidi dekonsentrasi sesuai dengan budaya dan ciri khas masing-masing

provinsi.

Page 11: Spesiofikasi Teknis

Untuk memperoleh ikatan yang kuat terhadap dinding, kusen harus diberi

angkur dari besi 10 mm sebanyak yang diperlukan. Semua pekerjaan kayu

yang dicat, harus dimeni dan diplamir terlebih dahulu. Pengecatan dilakukan

dengan pelapisan lebih dari satu kali sehingga diperoleh hasil yang baik, rapi,

halus dan rata.

7. Pekerjaan Pengantung, Pengunci, dan Kaca

Pekerjaan ini meliputi pemasangan engsel, grendel, pengunci untuk pintu dan

jendela, serta hak angin untuk jendela, pemasangan kaca pada daun jendela

serta penyetelan daun pintu dan jendela.

Semua bahan yang digunakan minimal harus memenuhi syarat kekuatan dan

awet sehingga dapat menahan beban dan berfungsi dalam waktu cukup

lama. Setiap daun pintu dipasang 3 (tiga) buah engsel dan jendela dipasang 2

(dua) buah engsel. Pada daun pintu dipasang pengunci lengkap dengan

handelnya, sedangkan pada daun jendela dipasang grendel dan hak angin.

Kaca yang digunakan harus memiliki permukaan yang halus dan rata dengan

tebal 5 mm. Semua pekerjaan harus dilakukan dengan rapi sehingga pintu

dan jendela berfungsi dengan sempurna.

8. Pekerjaan Pengecatan/Politur

Pekerjaan pengecatan/politur meliputi kayu kusen, daun pintu dan jendela,

ventilasi, lisplank dan balok-balok kayu yang nampak serta pengecatan

dinding dan plafon. Penggunaan jenis cat atau politur harus yang berkualitas

baik dengan komposisi warna yang serasi.

Untuk memperoleh hasil yang baik, pengecatan dinding baru dilakukan

setelah bidang plesteran dinding tersebut benar-benar kering dengan terlebih

dahulu dilapisi plamir untuk tembok. Sedangkan pengecatan kayu dilakukan

setelah permukaan kayu yang akan dicat dimeni dan diplamir. Apabila

permukaan kayu akan dipolitur, maka terlebih dahulu harus digosok sampai

halus dan rata, apabila terdapat lubang-lubang pada kayu, harus ditutup

dengan dempul kayu. Pengecatan atau politur hendaknya dilakukan minimal

tiga kali pelapisan sehingga diperoleh hasil yang baik, halus, rata dan tidak

luntur atau kusam.

Page 12: Spesiofikasi Teknis

9. Pekerjaan Lantai dan Penutup Lantai

Lantai bangunan terletak pada permukaan tanah minimal 40 cm, lantai dari

keramik yang tidak licin. Bagian dalam ruangan digunakan keramik warna

terang sedangkan bagian luar dipilih keramik dof dengan warna lebih gelap.

Pemilihan warna keramik agar dibuat yang serasi dengan warna cat/politur

sehingga secara keseluruhan dapat menampilkan sebuah bangunan yang

serasi, indah dan menarik. Sebelum dipasang keramik, bagian bawah harus

diberi urugan pasir setebal 10 cm dan dipasang rabat beton atau patahan

bata. Pemasangan penutup lantai dilakukan dengan baik sehingga diperoleh

garis nat yang lurus dan permukaan yang rata.

10. Pekerjaan Atap

Pekerjaan atap meliputi pembuatan dan pemasangan kuda-kuda, nok,

gording, usuk dan reng, balok tembok dan lisplank, serta pemasangan

penutup atap. Bahan yang digunakan adalah kayu dengan kelas kuat 2 yang

diberi lapisan pelindung hama perusak kayu.

Oleh karena lebar ruangan 10 m sedangkan kayu yang ada di pasaran pada

umumnya ukuran panjang 4 m, maka diperlukan sambungan pada rangka

kuda-kuda, balok bubungan/nok, maupun gording. Untuk penyambungan

rangka kuda-kuda kayu, yang harus diperhatikan adalah arah gaya yang

terjadi pada masing-masing batang rangka tersebut. Gaya yang terjadi

berupa gaya tekan dan gaya tarik. Pada batang yang menerima gaya tekan,

dapat dibuat sambungan lubang dan pen sedangkan batang yang menerima

gaya tarik, sambungan dapat berbentuk sambungan miring berkait atau

menggunakan alat penyambung baut. Untuk perkuatan pada sambungan

kayu dipasang plat besi (beugel) dan dibaut.

Penutup atap menggunakan bahan yang tersedia dan mudah diperoleh di

lapangan antara lain genteng, seng, asbes gelombang, sirap dsb. Untuk

penutup atap dari genteng atau sirap kemiringan dibuat ≥ 35o - 45o sedang atap

seng atau asbes gelombang kemiringan ≥ 20o - 30o.

Page 13: Spesiofikasi Teknis

Ukuran kayu yang digunakan untuk kuda-kuda umumnya 8/12 cm atau 8/15

cm yang disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk usuk umumnya digunakan

kayu berukuran 5/7 cm dan untuk reng dapat digunakan kayu ukuran 2/3 cm

atau 3/4 cm. Pemasangan usuk dan reng hendaknya pada jarak yang sesuai

dengan kebutuhan. Masing-masing jenis penutup atap memiliki ukuran yang

berbeda sehingga penggunaan ukuran kayu, baik kuda-kuda, nok dan

gording serta jarak usuk dan reng harus menyesuaikan. Apabila

menggunakan penutup atap standar pabrik, disarankan untuk memeriksa

ketentuan yang dipersyaratkan produsen.

11. Pekerjaan Langit-langit (Plafon)

Pekerjaan langit-langit meliputi pemasangan rangka dan penutup plafond.

Untuk rangka digunakan kayu minimal kelas kuat 3 dan diberi lapisan

pelindung hama perusak kayu serta bagian bawah diketam untuk

mendapatkan bidang langit-langit yang datar dan rata. Penutup plafond

menggunakan bahan kedap air ringan dan cukup kuat dengan ketebalan

minimal 4 mm. Untuk rangka plafond dapat digunakan kayu dengan ukuran

5/7 cm, dan setiap luasan 9 m2 dipasang balok penggantung plafond ukuran

6/10 cm. Hal ini dimaksudkan agar rangka plafond tersebut mampu menahan

beban pekerja instalasi atau pekerja perawatan atap di atasnya. Penutup

plafond dapat menggunakan asbes datar, kayu lapis, atau bahan lain yang

tersedia di sekitar lokasi rehabilitasi gedung sekolah dilaksanakan. Untuk

mendapatkan suhu ruangan yang cukup nyaman, disarankan ketinggian

langit-langit dibuat minimal 3,50 meter dari permukaan lantai.

12. Pekerjaan Instalasi Listrik

Untuk pekerjaan instalasi listrik dilakukan oleh orang yang memiliki keahlian

tentang instalasi listrik. Pada prinsipnya pemasangan instalasi listrik harus

memenuhi persyaratan teknis dan semua bahan yang digunakan hendaknya

berkualitas baik sehingga dapat berfungsi dengan baik dalam waktu yang

cukup lama. Setiap ruang kelas menggunakan penerangan minimal 6 titik

lampu TL 2X20 watt dan dipasang minimal 1 titik daya (stop kontak) dibagian

depan ruang kelas.

13. Pekerjaan Sumber Air Bersih, Sanitasi dan KM/WC

Page 14: Spesiofikasi Teknis

Pekerjaan sumber air bersih adalah perbaikan/pengadaan sumber air bersih

untuk kebutuhan di lingkungan sekolah dan pekerjaan sanitasi adalah

penyediaan jaringan untuk air bersih dan air kotor.

Pekerjaan KM/WC adalah perbaikan/pengadaan KM/WC minimal sejumlah 2

(dua) ruang dengan ukuran setiap ruang = 1,50 m x 2,00 m. Untuk perbaikan

ukuran dapat menyesuaikan dengan KM/WC yang sudah ada. Kloset

digunakan jenis kloset jongkok dari porselin dengan kualitas standar, dengan

penutup lantai dari keramik untuk lantai basah. Dinding bagian dalam

diupayakan dipasang keramik setinggi 1,50 m.

14. Pekerjaan Finishing dan Perapihan

Pekerjaan finishing dan perapihan merupakan pekerjaan penyempurnaan dan

merapikan pekerjaan yang pada hakekatnya telah selesai dikerjakan namun

masih perlu penyempurnaan. Sebagai contoh misalnya terdapat pintu yang

tidak dapat dibuka/ditutup dengan sempurna, maka perlu disempurnakan, jika

terdapat cat yang belum rata, maka perlu di cat ulang sampai rata dan