Spesifikasi Teknis SMP 42

download Spesifikasi Teknis SMP 42

If you can't read please download the document

description

x

Transcript of Spesifikasi Teknis SMP 42

Spesifikasi Teknis DAFTAR ISI BAB XII. SYARAT-SYARAT TEKNIS .............................................................................2 PASAL 1. PEKERJAAN PERSIAPAN...............................................................................2 PASAL 2. PEKERJAAN PONDASI .................................................................................6 2.1. PEKERJAAN GALIAN TANAH ...........................................................................6 2.2. PEKERJAAN URUGAN DAN PEMADATAN ....................................................7 2.3. PEKERJAAN PONDASI FOOT PLATE.................................................................7 2.4. PEKERJAAN PONDASI BATU BELAH................................................................8 PASAL 3. PEKERJAANBETONBERTULANG................................................................9 3.1. PEKERJAAN BETON BERTULANG STRUKTUR.......................................................9 3.2. PEKERJAAN BETON BERTULANG NON STRUKTURAL...................................... 32 PASAL 4. PEKERJAAN DINDING.............................................................................. 35 4.1. PEKERJAAN DINDING BATU BATA..................................................................... 35 4.2. PEKERJAAN PLESTERAN ....................................................................................... 36 PASAL 5. PEKERJAAN ATAP..................................................................................... 37 5.1. PEKERJAANKONSTRUKSIATAPBAJAKONVENSIONAL..................................41 5.2. PEKERJAAN PENUTUP ATAP DAN LISTPLANK................................................... 44 PASAL 6. PEKERJAAN LANTAI ................................................................................. 45 6.1. PEKERJAAN PENUTUP LANTAI KERAMIK .......................................................... 45 6.2. PEKERJAAN WATERPROOFING........................................................................... 46 PASAL 7. PEKERJAAN PLAFOND............................................................................. 47 PASAL 8. PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA ........................................................... 48 8.1. PEKERJAANPINTUDANJENDELAALUMINIUM..............................................48 8.2. PEKERJAAN PINTU................................................................................................ 50 8.4. PEKERJAANPENGUNCIDANPENGGANTUNG.................................................51 8.5. PEKERJAAN KACA................................................................................................. 51 PASAL 9. PEKERJAAN SANITASI DAN PLUMBING................................................... 52 9.1. PEKERJAAN SISTEM PERESAPAN AIR KOTOR DAN AIR HUJAN ...................... 52 9.2. PEKERJAAN INSTALASI SANITASI ....................................................................... 52 9.3. PEKERJAAN PLUMBING ....................................................................................... 55 PASAL 10. PEKERJAAN FINISHING.......................................................................... 57 PASAL 11. PEKERJAAN NON STANDART ELEKTRIKAL..............59 PASAL 12. PEKERJAAN PENANGKAL PETIR.... 62 PASAL 13. PEKERJAAN SARANA ....65 PASAL 14. PENUTUP............................................................................................... 66 Pembangunan SMP N 42 Semarang -1 Spesifikasi Teknis Pembangunan SMP N 42 Semarang - 2 XII. SYARAT-SYARAT TEKNIS SPESIFIKASI TEKNIS Persyaratan Teknis Umum ini merupakan persyaratan dari segi teknis yang secara umum berlaku untuk seluruh bagian pekerjaan dimana persyaratan ini bisa diterapkan untuk Pembangunan SMP N 42 Semarang Lingkup Pekerjaan ini meliputi : Spesifikasi Teknis : . Pondasi foot plat, batu belah . Beton bertulang struktur K-250, non struktur K-175 . Lantai keramik 40x40 cm dan lantai KM/WC 20x20 cm. . Keramik dinding KM/WC ukuran 20 x 25 cm . Dinding pasangan bata plesteran dan acian. . Plafond calcium silicate board tebal 4,5 mm rangka hollow galvanis 40x40x0,4 mm, list plafond gypsum . Gording Canal C menggunakan baja konvensional dan Reng+Usuk menggunakan baja ringan, genteng beton, listplank calsiboard . . Kusen alumunium, pengunci dan penggantung, kaca, instalasi sanitasi. . Finshing cat dinding, cat plafond dan melamin. . Instalasi daya listrik. Pembangunan SMP N 42 Semarang secara umum yakni : 1). Pekerjaan Persiapan 2). Pekerjaan Pondasi 3). Pekerjaan Beton Bertulang struktur dari lantai 01 s/d lantai 03 4). Pekerjaan Dinding untuk lantai 01 5). Pekerjaan Plafond untuk lantai 01 6). Pekerjaan Utilitas untuk lantai 01 7). Pekerjaan Konstruksi atap dan penutup atap 8). Pekerjaan Finishing untuk lantai 01 9). Pekerjaan Elektrikal untuk lantai 01 finish 10). Pekerjaan sparing instalasi ME pada lantai 02 dan lantai 03 11). Pekerjaan Penangkal Petir 12). Pekerjaan Prasarana Pasal 1. PEKERJAAN PERSIAPAN 1.1. Direksi Keet 1. Bangunan Sementara Sebelum Penyedia Jasa memulai pelaksanaan pekerjaan ini diharuskan menyediakan dan mendirikan Direksi Keet berupa bangunan sementara yang terdiri atas 1 (satu) lantai berukuran lantai 4 x 12 m2. 2. Kelengkapan Direksi Keet. Sebagai kelengkapan Direksi Keet guna penyelesaian administrasi di lapangan, maka sebelum pelaksanaan pekerjaan ini dimulai Penyedia Jasa harus terlebih dahulu melengkapi peralatan-peralatan antara lain : . 1 (satu) buah meja kerja, kursi rapat 6 (enam) buah . 1 (satu) white board (1,20 x 2,40) dan peralatannya Spesifikasi Teknis Pembangunan SMP N 42 Semarang - 3 . 1 (satu) rak almari buku (sederhana) . 1 (satu) meja kerja/ meja tulis dan kursi . 1 (satu) stel meja dan kursi tamu . 1 (satu) set kelengkapan PPPK (P3K) . 1 (satu) unit Komputer dan printer Selesai pelaksanaan Kegiatan ini (Serah Terima ke II), Direksi keet dan semua peralatan/ kelengkapan tersebut pada ayat ini menjadi milik Penyedia Jasa, dengan sedemikian pembiayaan tidak perlu ditawarkan/ menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa. Alat-alat yang harus senantiasa tersedia di kegiatan untuk setiap saat yang dipergunakan oleh Kuasa Pengguna Anggaran/ Pejabat Pembuat Komitmen/ Direksi Teknis/ Konsultan Pengawas adalah : . 1 (satu) buah kamera . 1 (satu) unit komputer dan printer 1.2. Kantor dan Gudang Penyedia Jasa Dalam pelaksanaan pekerjaan ini Penyedia Jasa dapat membuat Kantor, barak-barak untuk pekerja atau gudang tempat penyimpanan bahan (Boukeet), yang sebelumnya telah mendapat persetujuan dari Kuasa Pengguna Anggaran/ Pejabat Pembuat Komitmen/ Direksi Teknis/ Konsultan Pengawas berkaitan dengan konstruksi atau penempatannya. Semua Boukeet perlengkapan Penyedia Jasa dan sebagainya, pada waktu pekerjaan berakhir (serah terima kedua) harus dibongkar. Segala biaya atas pekerjaan tersebut tidak perlu ditawarkan. 1.3. Sarana Kerja 1. Penyedia Jasa wajib memasukkan identifikasi tempat kerja untuk semua pekerjaan yang dilakukan di luar lapangan sebelum pemasangan peralatan yang dimiliki serta jadwal kerjanya. 2. Semua sarana kerja yang digunakan harus baik dan memenuhi persyaratan kerja sehingga memudahkan dan melancarkan pekerjaan. 3. Penyediaan tempat penyimpanan bahan/ material di lapangan harus aman dari segala kerusakan/ kehilangan, dan halhal yang dasar mengganggu pekerjaan lain yang sedang berjalan. 4. Kecuali ditentukan lain, Penyedia Jasa harus menyediakan akomodasi dan fasilitasfasilitas lain yang dianggap perlu misalnya, air minum, toilet yang memenuhi syaratsyarat kesehatan dan fasilitas kesehatan lainnya seperti penyediaan perlengkapan PPPK. 5. Segala biaya atas pekerjaan tersebut tidak perlu ditawarkan/ menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa. 1.4. Asuransi 1) Penyedia diwajibkan mengasuransikan tenaga kerjanya (Jamsostek); 2) Penggunaan asuransi harus sepengetahuan Pejabat Pembuat Komitmen; 3) Penggunaan asuransi dilakukan sebelum memulai pekerjaan sampai selesai. 4) Persyaratan-persyaratan asuransi harus dipenuhi oleh Penyedia dan wajib dilaksanakan. a. Keselamatan Kerja 1) Bilamana terjadi kebakaran, Penyedia harus segera mengambil tindakan dan segera memberitahukan kepada Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas). 2) Penyedia harus memenuhi/mentaati peraturan-peraturan tentang perawatan korban dan keluarganya. Spesifikasi Teknis 3) Penyedia harus menyediakan obat-obatan yang tersusun menurut syaratsyarat Palang Merah Indonesia dan setiap kali habis harus dilengkapi lagi. 4) Penyedia diwajibkan mentaati Undang-Undang Tenaga Kerja dan segera mengurus Jamsostek setelah SPMK diterbitkan. b. Pekerjaan Lain-Lain Sesuai petunjuk Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas), jika terdapat pekerjaan yang belum disyaratkan dalam pekerjaan persiapan, maka Penyedia jasa wajib melaksanakan atas biaya sendiri. 1.5. Pengaturan Jam Kerja dan Pengerahan Tenaga Kerja 1. Penyedia Jasa harus dapat mengatur sedemikian rupa dalam hal pengerahan tenaga kerja, pengaturan jam kerja maupun penempatan bahan hendaknya dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas). Khususnya dalam pengerahan tenaga kerja dan pengaturan jam kerja, dalam pelaksanaannya harus sesuai dengan peraturan perburuhan yang berlaku. 2. Penyedia Jasa harus membatasi daerah operasinya di sekitar tempat pekerjaan dan harus mencegah sedemikian rupa supaya para pekerjanya tidak melanggar wilayah bangunan-bangunan lain yang berdekatan, dan Penyedia Jasa harus melarang siapapun yang tidak berkepentingan ingin memasuki tempat pekerjaan. 3. Untuk pekerjaan ini Penyedia Jasa harus menambah jam kerja/lembur dan menambah jumlah tenaga kerja dikarenakan waktu yang mendesak. 1.6. Pekerjaan Penyediaan Air dan Daya Listrik Untuk Bekerja 1. Air untuk bekerja harus disediakan Penyedia Jasa dengan membuat sumur pompa di tapak Kegiatan atau disuplai dari luar. Air harus bersih, bebas dari debu, bebas dari lumpur, minyak dan bahanbahan kimia lainnya yang merusak. Penyediaan air sesuai dengan petunjuk dan persetujuan Pengawas Teknis/Konsultan Pengawas. 2. Listrik untuk bekerja harus, disediakan Penyedia Jasa dan diperoleh dari sambungan sementara PLN setempat selama masa pembangunan, atau penggunaan diesel untuk pembangkit tenaga listrik hanya diperkenankan untuk penggunaan sementara atas persetujuan Pengawas Teknis/Konsultan Pengawas. Daya listrik ini juga disediakan untuk Pengawas keet. 3. Segala biaya atas pemakaian daya dan air diatas tidak perlu ditawarkan/ menjadi tanggungjawab Penyedia Jasa. 1.7. Pengukuran dan Pemasangan Bouwplank 1. Pengukuran Tapak Kembali a. Penyedia Jasa diwajibkan mengadakan pengukuran dan penggambaran kembali lokasi pembangunan dengan dilengkapi keterangan-keterangan mengenai peil ketinggian tanah, letak pohon, letak batas-batas tanah dengan alat-alat yang sudah diuji kebenarannya. b. Ketidak cocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan lapangan yang sebenarnya harus segera dilaporkan kepada Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas) untuk dimintakan keputusannya. c. Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan dengan alat-alat waterpass/ Theodolite yang ketepatannya dapat dipertanggung jawabkan. Pembangunan SMP N 42 Semarang -4 Spesifikasi Teknis d. Penyedia Jasa harus menyediakan Theodolite/ waterpas beserta petugas yang melayaninya untuk kepentingan pemeriksaan Pengawas Teknis/Konsultan Pengawas. 2. Tugu Patokan Dasar (Benck Mark) a. Letak dan jumlah tugu patokan dasar ditentukan oleh Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas). Tugu patokan dasar dibuat dari kayu berpenampang sekurang-kurangnya 20 x 20 cm, tertancap kuat kedalam tanah sedalam 1 m dengan bagian yang menonjol di atas muka tanah secukupnya untuk memudahkan pengukuran selanjutnya dan sekurangkurangnya setinggi 40 cm di atas tanah. b. Tugu patokan dasar dibuat permanen, tidak bisa diubah, diberi tanda yang jelas dan dijaga keutuhannya sampai ada instruksi tertulis dari Pengawas Teknis/Konsultan Pengawas untuk membongkarnya. c. Pada setiap Tugu Patok Dasar harus tertera dengan jelas kode koordinat dan ketinggian (elevasi) nya. 3. Pengukuran dan Titik Peil (0.00) Bangunan. Penyedia Jasa harus mengadakan pengukuran yang tepat berkenaan dengan letak/ kedudukan bangunan terhadap titik patok/ pedoman yang telah ditentukan dengan memakai alat waterpass/ theodolite. Hal tersebut dilaksanakan untuk mendapatkan lantai, plafond dan sebagainya dengan hasil yang baik dan siku. Untuk mendapatkan titik peil harap diperhatikan notasi-notasi Gambar Lay Out dengan kondisi lapangan. Penyedia Jasa harus melapor pada Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas) apabila terjadi tidak kesesuaian gambar dengan kondisi lapangan. 4. Bouwplank a. Pemasangan Bouwplank 1) Penyedia Jasa bertanggungjawab atas ketepatan serta kebenaran pemasangan bouwplank/ pengukuran pekerjaan sesuai dengan referensi ketinggian, dan Bench Mark yang diberikan Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas) secara tertulis, serta bertanggungjawab atas ketinggian, posisi, dimensi, serta kelurusan seluruh bagian pekerjaan serta pengadaan peralatan, tenaga kerja yang diperlukan. 2) Bilamana suatu waktu dalam proses pembangunan ternyata ada kesalahan dalam hal keadaan tersebut diatas, maka hal tersebut merupakan tanggungjawab Penyedia Jasa serta wajib memperbaiki kesalahan tersebut dan akibat-akibatnya, kecuali bila kesalahan tersebut disebabkan referensi tertulis dari Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas). 3) Pengecekan pengukuran oleh Pengawas Teknis/Konsultan Pengawas atau wakilnya tidak menyebabkan tanggungjawab Penyedia Jasa menjadi berkurang. b. Bahan dan Pelaksanaan 1) Tiang bouwplank menggunakan kayu kruing ukuran 5/7 dipasang setiap jarak 2,00 m, sedangkan papan bouwplank ukuran 2/20 cm dari kayu meranti diketam halus dan lurus bagian atasnya dan dipasang datar (waterpass). 2) Pemasangan bouwplank harus sekeliling bangunan dengan jarak 2,00 m dari atas tepi bangunan, bouwplank tidak boleh dilepas/dibongkar dan harus tetap berdiri tegak hingga pekerjaan mencapai tahapan dinding/kolom. Pembangunan SMP N 42 Semarang -5 Spesifikasi Teknis Pasal 2. PEKERJAAN PONDASI 2.1. Pekerjaan Galian Tanah 1. Lingkup Pekerjaan Pekerjaan galian ini selain dilaksanakan untuk pondasi bangunan gedung juga dilaksanakan untuk galian konstruksi lainnya yang berada di bawah permukaan tanah. Termasuk dalam pekerjaan ini adalah pembuatan penyangga/ konstruksi penahan tanah dan pemompaan air tanah apabila diperlukan. 2. Pelaksanaan Pekerjaan Galian a. Pekerjaan galian tanah baik kedalamannya ataupun lebarnya dilaksanakan sesuai dengan penampang galian yang terdapat pada gambar rencana, pekerjaan lanjutan (tahapan pekerjaan pondasi, atau konstruksi lain di atasnya) dapat dilaksanakan bila galian tersebut sudah mendapatkan persetujuan dari Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas). b. Penyedia Jasa harus menjaga sedemikian rupa agar lubang-lubang galian tersebut tidak digenangi air yang berasal dari hujan, parit, banjir, mata air atau lain-lain sebab dengan jalan memompa, menimba, menyalurkan ke parit-parit atau lain-lain, dan biaya untuk pekerjaan tersebut harus dianggap telah termasuk dalam harga kontrak. c. Dasar dari semua galian harus waterpas/mencapai peil dasar, apabila pada dasar setiap galian masih terdapat akar-akar tanaman atau bagianbagian gembur, maka ini harus digali keluar sedang lubang-lubang tadi diisi kembali dengan pasir, dan dipadatkan sehingga mendapatkan kembali dasar yang waterpas. d. Terhadap kemungkinan adanya air di dasar galian, baik pada waktu penggalian maupun pada waktu pekerjaan pondasi harus disediakan pompa air jika diperlukan yang dapat bekerja terus menerus, untuk menghindari tergenangnya air pada dasar galian. e. Penyedia Jasa harus memperhatikan pengamanan terhadap dinding tepi galian agar tidak longsor dengan memberikan suatu dinding penahan tanah/ penunjang sementara/ lereng yang cukup. f. Juga kepada Penyedia Jasa diharuskan mengambil langkah-langkah pengamanan terhadap bangunan lain yang berada dekat dengan lubang galian yaitu dengan memberikan penunjang sementara pada bangunan tersebut sehingga dapat dijamin bangunan tersebut tidak akan mengalami kerusakan. g. Bagian-bagian yang diurug kembali harus diurug dengan tanah yang memenuhi syarat-syarat tanah urug. Pelaksanaannya secara berlapis-lapis dengan penimbrisan lubang-lubang galian yang terletak di dalam garis bangunan harus diisi kembali dengan pasir urug yang diratakan dan diairi serta dipadatkan sampai mencapai 95% kepadatan maksimum yang dibuktikan dengan test laboratorium. h. Perlindungan terhadap benda-benda berfaedah, kecuali ditunjukkan untuk dipindahkan, maka seluruh barang-barang berharga yang ditemui di lapangan harus dilindungi dari kerusakan, dan bila sampai terjadi kerusakan harus diperbaiki/ diganti oleh Penyedia Jasa. Bila suatu alat pelayanan dinas yang sedang bekerja ditemui di lapangan dan hal tersebut tidak tertera pada gambar atau dengan cara lain yang dapat diketahui, Penyedia Jasa harus bertanggungjawab untuk mengambil langkah-langkah untuk menjamin bahwa pekerjaan yang sedang berlangsung tersebut tidak terganggu. Pembangunan SMP N 42 Semarang -6 Spesifikasi Teknis i. Tanah hasil galian yang memenuhi persyaratan dengan persetujuan Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas) dapat dipergunakan sebagai bahan urugan, sedangkan kelebihan tanah hasil galian tersebut harus dikeluarkan/ dibuang keluar lokasi. j. Penyedia Jasa bertanggungjawab untuk mendapatkan lokasi pembuangan, dan termasuk biaya-biaya yang diperlukan. k. Apabila suatu galian yang telah dilaksanakan dalamnya melebihi dari yang tertera dalam gambar, maka untuk mendapatkan dasar yang kuat Penyedia Jasa harus mengisi galian yang terlalu dalam dengan bahan pasir urug tanpa ada biaya tambah. l. Untuk mempercepat pekerjaan galian Penyedia Jasa diharuskan memakai alat berat seperti escavator. 2.2. Pekerjaan Urugan Dan Pemadatan 1. Lingkup Pekerjaan Pekerjaan urugan dilaksanakan sebagai urugan peninggian halaman, bangunan maupun sebagai urugan lubang-lubang pondasi, termasuk dalam pekerjaan pemadatan untuk setiap layer urugan. 2. Persiapan untuk urugan Pengurugan tidak boleh dilaksanakan sebelum pondasi atau bagian pekerjaan yang akan ditutup/diurug atau tersembunyi oleh tanah urugan diperiksa Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas). Pada pekerjaan urugan/ peninggian permukaan tanah asal jika ada ketidak sesuaian antara keadaan lapangan dan gambar rencana Penyedia Jasa harus memberitahu secara tertulis kepada Pengawas Teknis/Konsultan Pengawas, jika tidak maka tuntutan mengenai ketidaksamaan permukaan tanah tidak akan dipertimbangkan. 3. Cara pengurugan a. Khusus untuk urugan peninggian tanah asal (site) pada ketinggian tertentu diurug dengan tanah urug yang didatangkan dari luar lokasi. b. Pengurugan harus dilakukan lapis demi lapis yang tebalnya tidak lebih dari 15-20 cm dipadatkan dengan mesin pemadat/ kompaktor yang diijinkan, khusus untuk pemadatan perkerasan jalan harus dipergunakan pemadat/mesin gilas 6 -8 ton. c. Seluruh bahan urugan harus terlebih dahulu disetujui Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas) sebelum digunakan, dan Penyedia Jasa tidak diperkenankan melakukan pengurugan tanpa kehadiran Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas). 4. Bahan-bahan urugan a. Untuk bahan urugan peninggian tanah asal (site) pada ketinggian tertentu diurug dengan tanah urug yang didatangkan dari luar lokasi. b. Bahan-bahan urugan tidak boleh mengandung lumpur dan bahan organic, kadar lumpur tidak boleh terlampau tinggi dan bahan urugan mudah untuk dipadatkan. 2.3. Pekerjaan Pondasi Foot Plate 1. Lingkup Pekerjaan Lingkup pekerjaan pondasi ini meliputi, penyediaan tenaga, bahan material dan peralatan-yang diperlukan sehingga secara keseluruhan pekerjaan pondasi ini dapat diselesaikan. Sebagai pondasi utama bangunan ini adalah pondasi foot plate, sedangkan sebagai pondasi lajur batu kali, atau pondasi tipe lain sebagaimana Pembangunan SMP N 42 Semarang -7 Spesifikasi Teknis ditunjukkan dalam gambar rencana. 2. Pedoman Pelaksanaan a. Sebelum dilaksanakan pekerjaan pondasi, Penyedia Jasa harus mengadakan pengukuran sesuai dengan jarak/ notasi yang ada dalam gambar rencana pondasi, kemudian harus dimintakan persetujuan lebih lanjut kepada Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas). b. Penyedia Jasa diwajibkan memberi laporan kepada Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas), bila ada perbedaan antara gambar detail/ konstruksi dengan gambar arsitektur atau adanya notasi yang kurang jelas untuk mendapatkan keputusan/ penjelasannya. 3. Daya dukung Foot plate Pondasi Foot Plate yang selesai dilaksanakan harus tahan memikul beban kerja. Kedalaman Foot Plate diperkirakan lebih kurang (sesuai gambar rencana), dan harus dikonfirmasikan dengan laporan perhitungan struktur. 4. Metoda Pelaksanaan a. Pengenalan Lapangan/ Site Penyedia Jasa harus mengenal lapangan sebaik-baiknya sebelum memulai pekerjaannya yang antara lain : 1). Peil existing dihubungkan dengan peil dalam gambar rencana. 2). Keadaan/ kondisi lapisan tanah. 3). Bangunan-bangunan/ fasilitas yang ada berdekatan dengan site. 4). Kedalaman muka air tanah. 5). Peralatan dan fasilitas-fasilitas yang diperlukan guna kelancaran pekerjaan Penyedia Jasa juga harus mengenal kondisi jalan-jalan umum, batasanbatasan beban jalan dan batasan/ ketentuan-ketentuan lainnya yang mungkin mempengaruhi lancarnya trasportasi/ alat-alat baik ke lapangan atau dari lapangan. Penyedia Jasa wajib untuk mencocokan kondisi volume lapangan dengan gambar rencana dan wajib untuk melaporkan secara tertulis kepada Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas). b. Pengukuran Lapangan/ Site Setting 1). Penyedia Jasa sebelum memulai pekerjaan, harus melakukan pengukuran lay out dengan menggunakan tenaga surveyor yang berpengalaman. 2). Penyedia Jasa wajib untuk melaporkan secara tertulis kepada Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas), apabila ditemukan perbedaan elevasi/ ukuran lapangan dengan yang tercantum dalam gambar rencana. 3). Penyedia Jasa wajib mengukur/ menentukan fasilitas/ utilitas yang ada di lapangan serta melaporkannya secara tertulis kepada Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas). Segala biaya yang diperlukan untuk melindungi/ memelihara fasilitas/ utilitas yang ada, termasuk memasang kembali yang rusak karena kesalahan Penyedia Jasa, pembiayaannya tanggungjawab Penyedia Jasa. 2.4. Pekerjaan Pondasi Batu Belah 1. Lingkup Pekerjaan Pekerjaan pasangan Batu Belah ini meliputi pekerjaan pondasi batu belah dan seluruh detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam gambar sesuai petunjuk Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas). Pembangunan SMP N 42 Semarang -8 Spesifikasi Teknis 2. Persyaratan Bahan a. Batu belah harus berkualitas baik dan tidak keropos, batu belah untuk pondasi harus bersih dari segala kotoran, keras dan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. b. Semen Portland harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. c. Pasir harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. d. Air untuk adukan pasangan, harus air yang bersih, tidak mengandung lumpur, minyak, asam-basa serta memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. 3. Syarat-syarat Pelaksanaan a. Diatas urugan pasir untuk pondasi lajur/pondasi bukan struktur dipasang anstamping/batu belah setebal 20 cm atau sesuai gambar. b. Pondasi batu belah menggunakan batu kali dengan adukan campuran 1 Pc : 5 Psr, adukan harus membungkus batu kali sedemikian rupa sehingga tidak ada bagian yang keropos. c. Sebelum pondasi struktur dan pondasi bukan struktur dipasang lebih dahulu dibuat profil-profil pondasi dari kayu setinggi patok galian, bentuk dan ukurannya sesuai gambar potongan pondasi. Pada pertemuan antara pondasi, kolom, dan sloof, harus disediakan stekstek tulangan yang tertanam pada pondasi sedalam 20 cm, dengan diameter dan jumlah besi sesuai dengan tulangan tersebut. Pasal 3. PEKERJAAN BETON BERTULANG 3.1. Pekerjaan Beton Bertulang Struktur 3.3.1. Lingkup Pekerjaan Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan serta pengangkutan untuk menyelesaikan semua pekerjaan sesuai dengan yang tercantum dalam gambar, serta pekerjaan yang berhubungan dengan seperti acuan/bekisting, besi dan admixtures. Untuk pekerjaan Beton Bertulang (Struktur) di haruskan hasil finishnya merupakan bentuk ekspose sesuai dengan dimensi digambar apabila terjadi kesalahan pelaksanaan, dimensi yang tidak sama (miring/menggelembung) maka perubahan pelurusan yang berupa plester aci menjadi tanggungjawab pihak Penyedia Jasa. Juga termasuk di dalam lingkup pekejaan ini adalah pengamanan baik pekerja maupun fasilitas lain di sekitar sehingga pekerjaan dapat berjalan dengan lancar dan aman. 3.3.2. Keahlian dan Pertukangan Penyedia Jasa harus membuat dengan kualitas sesuai ketentuan-ketentuan yang disyaratkan, antara lain, mutu dan penggunaannya selama pelaksanaan. Semua pekerjaan harus dilakukan oleh tenaga ahli termasuk tenaga ahli untuk acuan/ bekesting, sehingga dapat mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi. Selain itu, Penyedia Jasa wajib menggunakan tukang yang berpengalaman, sehingga sudah paham dengan pekerjaan yang sedang dilaksanakan terutama pada saat dan setelah pengecoran berlangsung. Semua tenaga ahli dan tukang tersebut harus mengawasi pekerjaan sampai pekerjaan perawatan selesai dilakukan. Untuk itu paling lambat 10 hari sebelum pekerjaan dimulai Penyedia Jasa harus mengusulkan metode kerja agar bisa disetujui Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas). Jika dipandang perlu, maka Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas) berhak untuk menunjuk tenaga ahli diluar yang ditunjuk Penyedia Jasa untuk Pembangunan SMP N 42 Semarang -9 Spesifikasi Teknis membantu mengevaluasi semua usulan Penyedia Jasa, dan biaya yang timbul menjadi beban Penyedia Jasa. 3.3.3. Persyaratan Bahan a. Semen 1) Jenis-jenis semen : a). Semen Portland (SP) Adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling klinker, terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis dan gips sebagai bahan pembantu. b). Semen Portland PoLZolan (SPP) Adalah suatu bahan pengikat hidrolis yang dibuat dengan menggiling halus klinker semen portland dan poLZolan, atau sebagai campuran yang merata antara bubuk semen portland dan bubuk poLZolan selama penggilingan atau pencampuran dapat ditambahkan bahan-bahan lain asal tidak mengakibatkan penurunan mutunya. c). Semen PoLZolan Kapur Adalah suatu bahan pengikat hidrolis yang dibuat dengan menggiling halus bahan poLZolan dengan kapur atau yang dibuat dengan mengaduk secara cermat dan merata suatu bahan poLZolan halus dengan kapur padam. d). Semen PoLZolan Putih Adalah semen hidrolis yang berwarna putih, dihasilkan dengan cara mengahaluskan klinker yang terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis bersama bahan tambahan yang biasanya adalah gips, semen portland putih dapat digunakan untuk semua tujuan didalam pembuatan adukan semen serta beton yang tidak memerlukan persyaratan khusus, kecuali warnanya yang putih. 2) Tipe-tipe semen portland dan kegunaannya : a). Tipe I : Digunakan untuk konstruksi tanpa persayaratan khusus. b). Tipe II : Digunakan untuk konstruksi dengan persyaratan tahan terhadap sulfat dan panas hidrasi yang sedang. c). Tipe III : Digunakan untuk konstruksi yang mempunyai kekuatan awal yang tinggi. d). Tipe IV : Digunakan untuk konstruksi dengan persyaratan panas hidrasi yang rendah. e). Tipe V : Digunakan untuk konstruksi dengan persyaratan sangat tahan terhadap sulfat. 3) Persyaratan Kimia dan Fisik Semen Portland. Pembangunan SMP N 42 Semarang -10 Spesifikasi Teknis Tabel 1 PERSYARATAN KIMIA SEMEN PORTLAND JENIS SEMEN PORTLAND URAIAN I II III IV V Magnesium Oksida, MgO maks. % berat 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 Belerang Trioksida, SO3 maks. % berat -Bila C3 A 8 % -Bila C3 A 8 % 3,0 3,5 3,0 -3,5 4,5 2,3 -2,3 -Hilang Pijar, maks. % berat 3,0 3,0 3,0 2,5 3,0 Bagian tidak larut maks. % berat 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 Alakali sebagai Na2O maks. % berat *) 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 Trikalsium Silikat, C3S maks. % berat **) ---35 -Dikalsium Silikat, C2S maks. % berat **) ---40 -Tetrakalsium Aluminat, C3A maks. % berat **) -8 15 7 5 Tetrakalsium Aluminoferit Ditambah 2xTrikalsium Aluminat (C4AF + C2AF) Atau maks. % berat **) ----20 Jumlah Trikalsium Silikat dan Trikalsium Aluminat (C3S + C3A) maks. % berat -58 ---Sumber : Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (SNI) Departemen Pekerjaan Umum Tabel 2 PERSYARATAN FISIS SEMEN PORTLAND STANDART JENIS SEMEN PORTLAND URAIAN I II III IV V Kehalusan -Sisa diatas ayakan 0,09 mm maks. % berat 10 10 10 10 10 -Dengan alat Blain, luas permukaan tiap satuan berat semen min. m2 /kg 280 280 280 280 280 Waktu Pengikatan dengan alat Vicat : *) Awal min. Menit 45 45 45 45 45 Akhir max jam 8 8 8 8 8 Waktu Pengikatan dengan alat Gilimor : *) Awal min. Menit 60 60 60 60 60 Akhir max jam 10 10 10 10 10 Kekekalan Bentuk Pemuatan dalam Otoklaf % maks 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 Pembangunan SMP N 42 Semarang -11 Spesifikasi Teknis Pembangunan SMP N 42 Semarang - 12 Kekuatan Tekan, kgf/ cm2 Untuk umur uji - 1 hari - - 125 - - - 1 + 2 hari 125 100 250 - 85 - 1 + 6 hari 200 175 - 70 150 - 1 + 27 hari - - - 175 210 Pengikatan Semen (false set) maks. % berat **) - - - 40 - Tetrakalsium Aluminat, C3A Penetrasi skhir, % min. 50 50 50 50 50 Panas hidrasi, maks kal/g 7 hari - 70 - 60 - 28 hari - 80 - 70 - Pemuaian karena sulfat **) 14 hari, % maks. - - - - - 0,045 Keterangan : *)Bila tidak ditentukan, maka yang berlaku adalah penentuan memakai alat vicat. **)Bila syarat ini diminta, maka syarat C4AF + C2F tidak perlu dilakukan Sumber : Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (SNI) Departemen Pekerjaan Umum 4) Persyaratan semen yang digunakan adalah : a) Semen Portland Tipe III merk HOLCIM/ GRESIK b) Semen telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan. c) Semen harus dari satu produk yang sama dan dalam keadaan baru. d) Semen yang dikirim harus terlindung dari hujan dan air. e) Semen harus terbungkus dalam LZak/ kantong asli dari pabriknya dan dalam keadaan tertutup rapat. f) Semen harus disimpan di gudang dengan ventilasi, tidak lembab dan diletakkan pada tempat yang tinggi, sehingga aman dari kemungkinan yang tidak diinginkan. g) Semen yang diragukan mutunya dan rusak akibat salah penyimpanan, seperti membatu, tidak diijinkan untuk dipakai. Bahan yang telah ditolak harus segera dikeluarkan dari lapangan paling lambat dalam waktu 2 x 24 jam/ 2 (dua) hari atas biaya Penyedia Jasa. b. Agregat 1) Agregat Halus Persyaratan agregat halus adalah sebagai berikut : a). Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras, dengan indeks kekerasan = 2,2 b). Butir-butir agregat halus harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan c). Sifat kekal, apabila diuji dengan larutan jenuh garam sulfat sebagai berikut (1) Jika dipakai Natrium Sulfat, bagian yang hancur maksimum 12 %. (2) Jika dipakai Magnesium Sulfat, bagian yang hancur maksimum 10 % Spesifikasi Teknis d). Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % (ditentukan terhadap berat kering). Yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0,060 mm. Apabila kadar lumpur melampaui 5 %, maka agregat harus dicuci. e). Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan organik terlalu banyak yang harus dibuktikan dengan percobaan warna dari Abrams-Herder. Untuk itu bila direndam larutan 3 % NaOH, cairan diatas endapan tidak boleh lebih gelap dari warna larutan pembanding. Agregat halus yang tidak memenuhi percobaan warna ini dapat juga dipakai, asal kekuatan tekan adukan agregat tersebut pada umur 7 dan 28 hari tidak kurang dari 95 % dari kekuatan adukan agregat yang sama tetapi dicuci dalam larutan 3 % NaOH yang kemudian dicuci hingga bersih dengan air, pada umur yang sama. f). Susunan besar butir agregat halus mempunyai modulus kehalusan antara 1,5-3,8 dan harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya. Apabila diayak dengan susunan ayakan yang ditentukan, harus masuk salah satu dalam daerah susunan butir menurut LZone : 1,2,3, dan 4 (SKBI/BS.882) harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : (1) Sisa diatas ayakan 4,8 mm, harus maksimum 2% berat; (2) Sisa diatas ayakan 1,2 mm, harus minimum 10% berat. (3) Sisa diatas ayakan 0,30 mm, harus minimum 15% berat g). Untuk beton dengan tingkat keawetan yang tinggi, reaksi pasir terhadap alkali harus negatif. h). Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu beton, kecuali dengan petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui; i). Agregat halus yang digunakan untuk maksud spesi plesteran dan spesi terapan harus memenuhi persyaratan (pasir pasang) 2) Agregat Kasar a). Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori. Kadar bagian yang lemah bila diuji dengan goresan batang tembaga, maksimum 5%. Kekerasan dari butir-butir agregat kasar diperiksa dengan bejana penguji dari Rudeloff dengan beban penguji 20 ton, harus dipenuhi syarat berikut : TABEL 1 KELAS DAN MUTU BETON KEKERASAN DENGAN BEJANA TEKAN RUDELOFF BAGIAN HANCUR MENEMBUS AYAKAN 2 MM MAKSIMUM % KEKERASAN DENGAN BEJANA GESER LOS ANGELES; BAGIAN HANCUR MENEMBUS AYAKAN 1,7 MM MAKSIMUM % FRAKSI BUTIR 19 30 MM FRAKSI BUTIR 9,5 19 MM Bo serta mutu B1 22 30 24 32 40 50 Beton mutu K125, K175, Dan K250 14 22 16 24 27 40 Mutu beton diatas K225 atau beton pra tekan Kurang dari 14 Kurang dari 16 Kurang dari 27 Sumber : Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (SNI) DPU. Pembangunan SMP N 42 Semarang -13 Spesifikasi Teknis b). Agregat kasar yang mengandung butir-butir pipih dan panjang hanya dapat dipakai, apabila jumlah butir-butir dan panjang tersebut tidak melampau 20% dari berat agregat seluruhnya; c). Butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan; d). Sifat kekal, apabila diuji dengan larutan Garam Sulfat, sebagai berikut : (1) Jika dipakai Natrium Sulftat, bagian yang hancur, maksimum 12%, (2) Jika dipakai Magnesium Sulfat, bagian yang hancur, maksimum 10% e). Agregat kasar tidak boleh mengandung LZat-LZat yang dapat merusak beton, seperti LZat-LZat yang reaktif alkali f). Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% (ditentukan terhadap berat kering). Apabila kadar lumpur melampaui 1%, maka agregat kasar harus dicuci; g). Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan apabila diayak dengan susunan ayakan yang ditentukan, susunan besar butir mempunyai Modulus kehalusan antara 6 7, 10 dan harus memenuhi syarat-syarat berikut; (1) Sisa diatas ayakan 38 mm, harus 0%; berat (2) Sisa diatas ayakan 4,8 mm, harus berkisar antara 90% dan 98% berat; (3) Selisih antara sisa-sisa kumulatif diatas dua ayakan yang berurutan, adalah maksimum 60% dan minimum 10% berat. h). Besar butir agregat maksimum tidak boleh lebih dari pada seperlima jarak terkecil antara bidang-bidang samping dari cetakan, sepertiga dari tebal pelat atau tiga per empat dari jarak bersih minimum diantara batang-batang atau berkas-berkas tulangan. Penyimpangan dari pembatasan ini diijinkan apabila menurut penilaian Konsultan Pengawas cara-cara pengecoran beton adalah sedemikian rupa hingga menjamin tidak terjadi sarang-sarang kerikil. c. Air untuk campuran Persyaratan air adalah sebagai berikut : 1) Air harus bersih; 2) Tidak boleh mengandung lumpur, minyak dan benda terapung lainya yang dapat dilihat secara visual; 3) Tidak mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2 gram/liter; 4) Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak beton (asam-asam, LZat organik dan sebagainya) lebih dari 15 gram/liter. Kandungan khlorida (Cl), tidak lebih dari 500 p.p.m dan senyawa sulfat tidak lebih dari 1000 p.p.m sebagai SO3; 5) Bila dibandingkan dengan kekuatan tekan adukan dan betun yang memakai air suling, maka penurunan kekuatan adukan dan beton yang memakai air yang diperiksa tidak lebih dari 10%; 6) Semua air yang mutunya meragukan harus dianalisa secara kimia dan dievaluasi mutunya menurut pemakaianya; 7) Khusus untuk beton pratekan, kecuali syarat tersebut diatas air tidak boleh mengandung Chlorida lebih dari 50 p.p.m. Pembangunan SMP N 42 Semarang -14 Spesifikasi Teknis d. Besi Besi menggunakan besi ulir (deformed bars) BJTD-40 untuk tulangan utama (D 13 keatas), sedangkan 6 s/d 12 menggunakan besi polos mutu BJTP-24 atau kecuali ditentukan lain dalam gambar. Agar diperoleh hasil pekerjaan yang baik, maka besi harus memenuhi syarat-syarat : 1). Bebas dari kotoran, bebas dari lapisan minyak, tidak karat dan tidak cacat. 2). Mutu sesuai dengan yang ditentukan. 3). Mempunyai penampang yang rata dan seragam sesuai dengan toleransi. 4). Produk Krakatau Steel/ SNI atau sekualitas. Pemakaian besi dari jenis yang tidak sesuai dengan ketentuan di atas, harus mendapat persetujuan dari Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas). Besi harus berasal dari satu pabrik (manufactures). Tidak dibenarkan untuk menggunakan produk besi yang berlainan untuk pekerjaan ini. Besi harus dilengkapi dengan mill certificate/sertifikat pabrik yang memuat label dan nomor pengecoran serta tanggal pembuatan besi. e. Material Tambahan Dalam keadaan tertentu boleh dipakai bahan campuran tambahan untuk memperbaiki sifat suatu campuran. Jenis, jumlah bahan yang ditambahkan dan cara penggunaan bahan tambahan harus dapat dibuktikan melalui hasil uji dengan campuran tambahan yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur, memperlambat atau mempercepat pengukuran dan/ atau pengerasan harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. f. Kualitas (Mutu Beton) 1) Kualitas beton yang digunakan untuk beton struktur Balok dan Plat adalah READY MIX mutu K-250 sedangkan untuk Pondasi, Sloof, Kolom dan Ring Balk menggunakan SITE MIX mutu K-250 atau sesuai yang tercantum dalam gambar rencana yang harus dibuktikan dengan pengujian seperti disyaratkan dalam spesifikasi teknis ini. 2) Untuk memastikan bahwa kualitas rencana dapat tercapai, Penyedia Jasa harus melakukan percobaan sesuai dengan yang disyaratkan oleh peraturan yang berlaku dengan mengadakan trial mix di laboratorium yang disetujui oleh Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas). 3) Desain Adukan Proporsi campuran bahan dasar harus ditentukan agar yang dihasilkan memberikan kemudahan pelaksanaan (workability) dan konsistensi yang baik, sehingga mudah dituangkan ke dalam acuan dan ke sekitar besi, tanpa menimbulkan segregasi agregat dan terpisahnya air (bleeding) secara berlebihan. Campuran harus dirancang sesuai dengan mutu yang ingin dicapai, dengan batasan dibawah ini : Pembangunan SMP N 42 Semarang -15 Spesifikasi Teknis PERSYARATAN JUMLAH SEMEN MINIMUM DAN FAKTOR AIR SEMEN MAKSIMUM UNTUK BERBAGAI MACAM PEMBETONAN DALAM LINGKUNGAN KHUSUS JUMLAH SEMEN MINIMUM PER m3 BETON (kg) NILAI FAKTOR SEMEN MAKSIMUM Beton didalam ruang bangunan : -Keadaan keliling non-korosif -Keadaan keliling korosif disebabkan disebabkan oleh 250 0,60 kondensasi atau uap korosif 325 0,52 Beton diluar ruangan bangunan : -Tidak terlindung dari hujan dan terik matahari langsung -Terlindung dari hujan dan 325 0,6 terik matahari langsung 275 0,6 Beton yang masuk kedalam tanah : -Mengalami keadaan basah dan kering berganti-ganti 325 0,55 Sumber : Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal (SNI) Departemen Pekerjaan Umum KETENTUAN MINIMUM UNTUK BETON BERTULANG KEDAP AIR JENIS BETON KONDISI LINGKUNGAN BERHUBUNGA N DENGAN FAKTOR AIR SEMEN KASIMUM TIPE SEMEN KANDUNGAN SEMEN MINIMUM kg/m3 UKURAN NOMINAL MAKSIMUM AGREGAT 40 mm 20 mm Bertulang Air tawar 0,50 Tipe I-V 280 300 atau Pra Tegang Air payau 0,45 Tipe I + PoLZolan (15-40%) atau Semen Portland PoLZolan 340 380 0,5 Tipe II atau Tipe V 290 330 Air laut 0,45 Tipe II atau Tipe V 330 370 Sumber : Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal (SNI) Departemen Pekerjaan Umum Pembangunan SMP N 42 Semarang -16 Spesifikasi Teknis Pembangunan SMP N 42 Semarang - 17 PERKIRAAN KEKUATAN TEKAN (N/mm) BETON DENGAN FAKTOR AIR-SEMEN 0,5 DAN JENIS SEMEN DAN AGREGAT KASAR YANG BISA DIPAKAI DI INDONESIA JENIS SEMEN JENIS AGREGAT KASAR KEKUATAN TEKAN (N/mm) PADA UMUR (HARI) BENTUK BENDA 3 7 28 91 UJI Semen Portland Tipe I atau Semen tahan sulfat Tipe II, V Batu tak dipecahkan 17 23 33 40 Silinder Batu pecah 19 27 37 45 Batu tak dipecahkan 20 28 40 48 Kubus Batu pecah 23 32 45 54 Semen Porland Tipe III Batu tak dipecahkan 21 28 38 44 Silinder Batu pecah 25 33 44 48 Batu tak dipecahkan 25 31 46 53 Kubus Batu pecah 30 40 53 60 Catatan : . 1 N/mm2 = 1 MN/ m2 = 1 MPa . Kuat tekan silinder = 0,83 kuat tekan kubus (150mm x 300mm) (150mm x 150mm) Sumber : Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal (SNI) Departemen Pekerjaan Umum NILAI-NILAI SLUMP UNTUK BERBAGAI PEKERJAAN BETON URAIAN SLUMP (cm) MAKSIMUM MINIMUM dinding, pelat pondasi dan pondasi telapak bertulang 12,5 5,0 Pondasi telapak tidak bertulang, kaison dan konstruksi dibawah tanah. 9,0 2,0 Pelat, balok, kolom dan dinding 15,0 7,5 Pengeras jalan 7,5 5,0 Pembetonan masal 7,5 2,5 Sumber : Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (SNI) Departemen Pekerjaan Umum 3.3.4. Pengujian Bahan a. Umum 1). Penyedia Jasa harus bertanggungjawab untuk melaksanakan segala pengujian termasuk mempersiapkan contoh benda uji dengan jumlah sesuai yang disyaratkan dalam spesifikasi/ RKS. 2). Jika pengujian dan pelaksanaan tidak memenuhi syarat, maka Penyedia Jasa harus melaksanakan pengujian ulang dengan campuran yang lain dan selanjutnya mengevaluasi kembali hasil uji tersebut hingga diperoleh hasil yang diinginkan. 3). Semua pengujian dan pemeriksaan harus dilakukan sesuai dengan pengarahan Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas). Spesifikasi Teknis 4). Untuk semua bahan semen dan besi yang dikirim ke lapangan, Penyedia Jasa harus mendapatkan salinan sertifikat pengujian dari pabrik, dimana pengujian dilakukan secara berkala, dengan cara pengujian sesuai dengan spesifikasi ini. b. Laboratorium Penguji. a. Sebelum pekerjaan dilakukan, Penyedia Jasa wajib mengusulkan suatu laboratorium penguji untuk melaksanakan pengujian material yang akan digunakan pada kegiatan ini. Laboratorium ini bertanggung jawab untuk melakukan semua pengujian dengan spesifikasi ini. b. Kecuali ditentukan lain, Penyedia Jasa harus menyediakan peralatan penguji di lapangan seperti tersebut, berikut tenaga ahli yang menguasai bidangnya. c. Alat penguji agregat kasar dan agregat halus d. Alat pengukur kadar air (moisture countent) dari agregat e. Alat pengukur kekentalan (slump) f. Alat pembuat benda uji, termasuk bak penyimpan untuk merawat benda uji pada temperatur yang normal dan terhindar dari matahari. g. Jika menggunakan readymix, maka peralatan yang disebut di atas harus disiapkan pada pabrik readymix. c. Pengujian Agregat 1). Pengujian Pendahuluan Agregat Penyedia Jasa harus melakukan pengujian pendahuluan agregat sebagai berikut : a) Sieve analysis b) Pengujian kadar lumpur dan kotoran lain c) Pengujian kekerasan dengan bejana tekan Rudeloff dan bejana geser Los Angeles d) Pengujian unsur organis e) Pengujian kadar chlorida dan sulfat Hasil pengujian tersebut harus diserahkan kepada Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas)untuk mendapatkan persetujuan a) dan b) dengan pengujian kadar air dari setiap jenis agregat harus dilakukan terhadap contoh untuk setiap trial mix. 2). Benda Uji Agregat Penyedia Jasa harus melaksanakan pengujian atas agregat yang akan digunakan untuk menghasilkan seperti yang disyaratkan, jumlah minimum untuk pengujian agregat yang dipakai untuk pekerjaan adalah sebagai berikut : Tipe Pengujian Minimum satu contoh Sieve analysis Setiap minggu Moisture content Setiap minggu Kekerasan Setiap minggu Clay, silt dan kotoran Setiap hari Kadar organis Setiap minggu Kadar chlorida dan sulfat Setiap 500 m3 Jika hasil pembuatan yang dilakukan oleh Penyedia Jasa tidak memuaskan, maka Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas)berhak untuk meminta pengujian tambahan dengan beban biaya oleh Penyedia Jasa. Dan sebaliknya mungkin jumlah pengujian dapat dikurangi jika hasil diperoleh ternyata memuaskan. Pembangunan SMP N 42 Semarang -18 Spesifikasi Teknis Pembangunan SMP N 42 Semarang - 19 d. Pengujian 1). Benda Uji Benda uji harus diberi kode/ tanda yang menunjukkan tanggal pengecoran, lokasi pengecoran dari bagian struktur yang bersangkutan. Benda uji harus diambil dari mixer, atau dalam hal menggunakan readymix, maka benda uji harus diambil sebelum dituang ke lokasi pengecoran sesuai dengan yang disyaratkan oleh Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas). 2). Jumlah Benda Uji a) Pada awal pelaksanaan, harus dibuat minimum 1 benda uji per 1,50 m3 hingga dengan cepat dapat diperoleh 30 benda uji yang pertama. Benda uji harus berbentuk kubus berukuran 15 x 15 x 15 cm3. Benda uji bentuk lainnya dapat digunakan jika disetujui oleh Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas). Selanjutnya pengambilan benda uji sebanyak 2 (dua) buah dilakukan setiap 5 m3. Benda uji tersebut ditentukan secara acak oleh Pengawas Teknis/Konsultan Pengawas. b) Jumlah benda uji untuk uji kuat tekan dari setiap mutu yang dituang pada satu hari harus diambil minimal satu kali. Pada setiap satu kali pengambilan contoh harus dibuat 2 (dua) buah spesimen kubus. Satu data hasil uji kuat tekan adalah hasil ratarata dari uji tekan dua spesimen ini yang diuji pada umur yang ditentukan, umur 7 hari dan 28 hari. c) Jika hasil uji kurang memuaskan, maka Pengawas Teknis/Konsultan Pengawas dapat meminta jumlah benda uji yang lebih besar dari ketentuan di atas, dengan biaya oleh Penyedia Jasa. d) Jumlah minimum benda uji yang harus dipersiapkan untuk setiap mutu adalah : Jenis Struktur Jumlah Minimum benda Uji Waktu Perawatan (hari) 3 7 28 Bertulang 4 - 2 2 Pratekan 6 2 2 2 3). Laporan Hasil Uji Penyedia Jasa harus membuat laporan tertulis atas uji dari laboratorium penguji untuk disahkan oleh Pengawas Teknis/Konsultan Pengawas. Laporan tersebut harus dilengkapi dengan perhitungan tekanan karakteristik. 4). Evaluasi Kualitas berdasarkan hasil uji . a) Deviasi Standart - S Deviasi standar produksi ditetapkan berdasarkan jumlah 30 buah hasil tes kubus.Deviasi yang dihitung dari jumlah contoh kubus yang kurang dari 30 bh harus dikoreksi dengan faktor pengali seperti tercantum dalam tabel berikut: n S (xi x )2 i = 1 s = n 1 Keterangan : s = deviasi standar xi = kuat tekan beton yang didapat dari masing-masing benda uji. Spesifikasi Teknis Pembangunan SMP N 42 Semarang - 20 x = kuat tekan beton rata-rata menurut rumus : n S xi x = i = 1 n n = jumlah nilai hasil uji, yang harus diambil minimum 30 buah (satu hasil uji adalah nilai uji rata-rata dari 2 buah benda uji) Data hasil uji yang akan digunakan untuk menghitung standar deviasi harus ; (1) Mewakili bahan-bahan, prosedur pengawasan mutu, dan kondisi produksi yang serupa dengan pekerjaan yang diusulkan; (2) Mewakili kuat tekan beton yang disyaratkan fc yang nilainya dalam batas 7MPa dari nilai fc yang ditentukan; (3) Paling sedikit sedikit terdiri dari 30 hasil uji yang berurutan atau dua kelompok hasil uji berurutan yang jumlahnya minimum 30 hasil uji diambil dalam prudiksi selama jangka waktu tidak kurang dari 45 hari; (4) Bila suatu produksi beton tidak mempunyai data hasil uji yang memenuhi persyaratan butir (1) diatas, tetapi hanya ada sebanyak 15 sampai 29 hasil uji yang berurutan, maka nilai deviasi standar adalah perkalian deviasi standar yang dihitung dari data hasil uji tersebut dengan faktor pengali table berikut : FAKTOR PENGALI UNTUK DEVIASI STANDAR BILA DATA HASIL UJI YANG TERSEDIA KURANG DARI 30 Jumlah Pengujian Faktor Pengali Deviasi Standar . 15 1.16 20 1.08 25 1.03 . 30 1.00 Sumber : Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal (SNI) Departemen Pekerjaan Umum (5) Bila data uji lapangan untuk menghitung deviasi standar yang memenuhi persyaratan butir (1) diatas tidak tersedia, maka kuat tekan rata-rata yang ditargetkan fc harus diambil tidak kurang dari (fc + 12) Mpa; b) Kuat Tekan rata-rata (fcr) fcr = fc + M dimana : M = k x s M = nilai tambah k = tetapan statistik yang nilainya tergantung pada presentase hasil uji yang lebih rendah dari fc Dalam hal ini diambil 5% dan nilai k = 1,64 s = deviasi standar Maka : fcr = fc + 1,64 s Spesifikasi Teknis c) Kuat Tekan Sesungguhnya Tingkat kekuatan suatu dikatakan tercapai dengan memuaskan, jika kedua syarat berikut dipenuhi: (1) Nilai rata-rata dari semua pasangan hasil uji yang masingmasing terdiri dari 4 hasil uji kuat tekan tidak kurang (fc + 0.82 N). (2) Tidak satupun hasil uji tekan di bawah rata-rata dari 2 benda uji. Bila salah satu dari kedua syarat diatas tidak dipenuhi, maka harus diambil langkah untuk meningkatkan rata-rata hasil uji kuat tekan berikutnya atas rekomendasi Pengawas Teknis/Konsultan Pengawas. e. Pengujian Besi 1). Benda Uji Besi a) Sebelum besi dipesan, Penyedia Jasa wajib mengambil benda uji besi masing-masing 2 buah dengan ukuran panjang 100 cm sesuai diameter dan mutu yang akan digunakan. Selanjutnya benda uji besi harus diambil dengan disaksikan oleh Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas) sebanyak 2 buah untuk setiap 20 ton untuk masing-masing diameter besi. Uji besi terdiri dari uji tarik dan uji lentur. b) Jika akibat suatu alasan, seperti hasil uji yang kurang memuaskan, maka Pengawas Teknis/Konsultan Pengawas berhak untuk meminta pengambilan contoh benda uji lebih besar dari yang ditentukan, dengan beban biaya oleh Penyedia Jasa. 2). Laporan Hasil Uji Besi Penyedia Jasa harus membuat dan menyusun hasil uji besi dari laboratorium penguji untuk diserahkan kepada Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas) dan laporan tersebut harus dilengkapi dengan kesimpulan apakah kualitas besi tersebut memenuhi syarat yang telah ditentukan. 3.3.5. Syarat-syarat Pelaksanaan a. Slump Selama pelaksanaan harus ada pengujian slump antara 7,5 -12,5 cm untuk umumnya, sedang tiang bor slump adalah 16 -18 cm. Cara uji slump sebagai berikut, diambil sebelum dituangkan ke dalam cetakan (bekesting). Cetakan slump dibasahi dan ditempatkan diatas permukaan yang rata. Cetakan diisi sampai kurang lebih sepertiganya. Kemudian ditusuk-tusuk 25 kali dengan besi diameter 16 mm, pajang 30 cm dengan ujung yang bulat. Pengisian dilakukan dengan cara serupa untuk dua lapisan berikutnya. Setiap lapisan ditusuk-tusuk 25 kali dan setiap tusukan harus masuk sampai dengan satu lapisan di bawahnya. Setelah bagian atas diratakan, segera cetakan diangkat perlahan-lahan dan diukur penurunannya. b. Persetujuan Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas) Sebelum tahap pelaksanaan berikutnya dilaksanakan. Penyedia Jasa harus mendapatkan persetujuan tertulis dari Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas). Laporan harus diberikan kepada Direksi Teknis paling lambat 3 hari sebelum pekerjaan dilaksanakan. Hal-hal khusus akan didiskusikan secara lebih mendalam antara semua pihak yang berkepentingan. Semua tahapan pelaksanaan tersebut harus dicatat secara jelas sehingga mudah untuk ditelusuri jika suatu saat data tersebut dibutuhkan untuk pemeriksaan. Pembangunan SMP N 42 Semarang -21 Spesifikasi Teknis c. Persiapan dan Pemeriksaan Penyedia Jasa tidak diijinkan untuk melakukan pengecoran tanpa ijin tertulis dari Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas). Penyedia Jasa harus melaporkan kepada Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas) tentang kesiapannya untuk melakukan pengecoran, sesuai dengan kesepakatan di lapangan, untuk memungkinkan Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas) melakukan pemeriksaan sebelum pengecoran dilaksanakan. Penyedia Jasa harus menyediakan fasilitas yang memadai seperti tangga ataupun fasilitas lain yang dibutuhkan agar Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas) dapat memeriksa pekerjaan secara aman dan mudah. Tanpa fasilitas tersebut, Penyedia Jasa tidak akan diijinkan untuk melakukan pengecoran. Semua koreksi yang terjadi akibat pemeriksaan tersebut harus segera diperbaiki dalam waktu 1 x 24 jam dan selanjutnya Penyedia Jasa harus mengajukan ijin lagi untuk dapat melaksanakan pengecoran. Tidak dibenarkan adanya penambahan waktu akibat koreksi yang timbul, kecuali ditentukan lain oleh Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas). Persetujuan untuk melaksanakan pengecoran tidak berarti membebaskan Penyedia Jasa dari tanggung jawab penuhnya atas ketida sempurnaan ataupun kesalahan yang timbul. Sebelum pengecoran dilakukan harus dipastikan bahwa semua peralatan yang akan tertanam di dalam sudah terletak pada tempatnya dan semua kotoran sudah dibersihkan dari lokasi pengecoran. Sedemikian pula untuk siar pelaksanaan harus dilakukan sesuai dengan persyaratan. d. Siar Pelaksanaan Penyedia Jasa harus mengusulkan lokasi siar pelaksanaan dalam gambar kerjanya. Siar pelaksanaan harus diusahakan seminimum mungkin, agar perlemahan struktur dapat dikurangi. Siar pelaksanaan tidak diijinkan untuk melalui daerah yang diperkirakan sebagai daerah basah, seperti toilet, reservoir, dll. Jika tidak ditentukan lain, maka lokasi siar pelaksanaan harus terletak pada daerah di mana gaya geser adalah minimal, umumnya terletak pada sepertiga bentang Barat dari panjang efektif elemen struktur. Pada pengecoran yang tebal dan volume yang besar, lokasi siar pelaksanaan harus dipertimbangkan sedemikian rupa, sehingga tidak menyebabkan perbedaan temperatur yang besar pada yang tersebut, yang berakibat retaknya, di samping adanya tegangan residu yang tidak diinginkan. Siar pelaksanaan dapat dibuat secara horiLZontal dan pengecoran dapat dibagi menjadi berlapis-lapis. Lokasi siar pelaksanaan tersebut harus disetujui oleh Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas). Penyedia Jasa harus sudah mempertimbangkan di dalam penawarannya, segala hal yang berhubungan dengan siar pelaksanaan seperti erstop, perekat, trowel, dsb, maupun pembersih permukaan agar dapat dijamin lekatan antara lama dan baru. Siar pelaksanaan harus bersih dari semua kotoran dan bekas yang tidak melekat dengan baik, dan sebelum pengecoran dilanjutkan, harus dikasarkan sedemikian rupa sehingga agregat besar menjadi terlihat, tetapi tetap melekat dengan baik. e. Pengangkutan dan Pengecoran Harus diangkut dengan cara sedemikian rupa, sehingga dapat tiba di lokasi kegiatan dalam keadaan yang masih memenuhi spesifikasi teknis. Jika lokasi pembuatan cukup jauh dari kegiatan, maka harus digunakan admixtures (retarder) yang dapat memperlambat proses pengerasan daripada saat diangkut ke lokasi pengecoran juga harus diperhatikan, agar tidak terjadi pemisahan antar bahan-bahan dasar pembuatan. Pembangunan SMP N 42 Semarang -22 Spesifikasi Teknis Pada saat pengecoran tinggi jatuh harus kurang dari 1,50 meter. Hal ini sangat penting agar tidak terjadi pemisahan antara batu pecah yang berat dengan pasta sehingga mengakibatkan kualitas menjadi menurun. Untuk itu harus disiapkan alat bantu seperti pipa tremi sehingga syarat ini dapat dipenuhi. Sebelum pengecoran harus dijaga agar tetap dalam kondisi plastis dalam waktu yang cukup, sehingga pengecoran dapat dilakukan dengan baik. Penyedia Jasa harus mengajukan jumlah alat dan personil yang akan mendukung pengecoran, yang dianalisa berdasarkan besarnya volume pengecoran yang akan dilakukan. Sebagai gambaran setiap alat pemadat mampu memadatkan sekitar 5 -8 m3 perjam, dan harus ditempatkan sedekat mungkin dengan lokasi akhir,sehingga masalah segregasi dan pengerasan dapat dihindarkan selama pemadatan masih bersifat plastis. 3.3.6. Pemadatan a. Alat Pemadat Yang akan dicor harus segera dipadatkan dengan alat pemadat (vibrator) dengan tipe yang disetujui oleh Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas). Pemadatan tersebut bertujuan untuk mengurangi udara pada yang akan mengurangi kualitas. Pemadatan tersebut berkaitan dengan kekentalan dan kemudahan pelaksanaan (workability). Pada cuaca panas kekentalan menjadi sangat singkat, sehingga slump yang rendah biasanya merupakan masalah. Untuk itu harus disediakan vibrator dalam jumlah yang memadai, sesuai dengan volume pengecoran yang akan dilakukan. Minimal harus dipersiapkan satu vibrator yang akan dipakai, jika ada vibrator yang rusak pada saat pemadatan sedang berlangsung. Alat pemadat harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak menyentuh besi. b. Lokasi Pemadataan yang Sulit Pada lokasi yang diperkirakan sulit untuk dipadatkan seperti pada pertemuan balok-kolom, dinding yang tipis dan pada lokasi pembesian yang rapat dan rumit, maka Penyedia Jasa harus mempersiapkan metode khusus untuk pemadatan yang disampaikan kepada Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas) paling lambat 3 hari sebelum pengecoran dilaksanakan, agar tidak terjadi keropos, sehingga secara kualitas tidak disetujui. c. Pemadatan Kembali Jika permukaan mengalami keretakan dalam kondisi masih plastis, maka tersebut harus dipadatkan kembali sesuai dengan rekomendasi Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas), agar retak tersebut dapat dihilangkan. d. Metode Pemadatan Lain Jika dipandang perlu Penyedia Jasa dapat mengusulkan cara pemadatan lain yang dipandang dapat menyebabkan perbedaan temperatur yang besar antara permukaan dan inti. Hal ini dapat menyebabkan keretakan konstruksi dan terjadinya tegangan menetap pada/ tanpa adanya beban yang bekerja. 3.3.7. Temperatur Dalam waktu 2 menit setelah contoh diambil, sebuah termometer yang mempunyai skala 5 s/d 100 derajat C, harus dimasukkan kedalam contoh tersebut sedalam 100 mm. Jika temperatur sudah stabil selama 1 menit, temperatur tersebut harus dicatat dengan ketelitian 1C. Pembangunan SMP N 42 Semarang -23 Spesifikasi Teknis 3.3.8. Perawatan a. Tujuan Perawatan Perawatan bertujuan antara lain untuk menjaga agar tidak terjadi kehilangan LZat cair pada saat pengikatan awal terjadi dan mencegah penguapan air daripada umur awal dan juga mencegah perbedaan temperatur dalam yang dapat menyebabkaan terjadinya keretakan dan penurunan kualitas. Perawatan harus dilakukan begitu pekerjaan pemadatan selesai dilakukan. b. Lama Perawatan Permukaan harus dirawat secara baik dan terus menerus dibasahi dengan air bersih selama minimal 7 hari segera setelah pengecoran selesai. Untuk elemen vertikal seperti kolom dan dinding, maka tersebut harus diselimuti dengan karung yang dibasahi terus menerus selama 7 hari. c. Perlindungan Tebal Untuk pengecoran dengan ketebalan lebih dari 600 mm, maka permukaan harus dilindungi dengan material (antara lain stiro foam) yang disetujui oleh Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas), agar dapat memantulkan radiasi akibat panas. Material tersebut harus dibuat kedap, agar kelembaban permukaan dapat dipertahankan. d. Acuan Keramik Setiap acuan yang terbuat dari Keramik, ataupun material lain yang sejenis, harus didinginkan dengan air sebelum pengecoran dilakukan. Acuan tersebut harus dihindarkan dari terik matahari langsung, karena sifatnya yang mudah menyerap dan mengantarkan panas. Perlakuan yang kurang baik akan menyebabkan retak-retak yang parah pada permukaan . e. Curing Compound Cara lain yang banyak digunakan saat ini adalah dengan menggunakan curing compound. Jenis dan tipe curing compound yang digunakan harus disetujui oleh Pengawas Teknis/Konsultan Pengawas. Harus diperhatikan agar tak terjadi penurunan temperatur yang cepat pada permukaan sehingga dapat menyebabkan keretakan pada permukaan . f. Hal-hal Lain Beberapa hal yang harus diperhatikan baik sebelum, selama maupun sesudah pengecoran adalah : 1). Usahakan agar semua material dasar yang digunakan tetap dalam kondisi terlindung dari sinar matahari, sehingga temperatur tidak tinggi pada saat pencampuran dimulai. 2). Air yang akan digunakan harus didinginkan, dengan mengganti sebagian air dengan es, sehingga temperatur menjadi lebih rendah. 3). Semen yang digunakan mempunyai hidrasi rendah. 4). Jika mungkin, tambahkan nitrogen cair ke dalam campuran. 5). Waktu antara pengadukan dan pengecoran dibatasi paling lama 2 jam. 6). Melakukan pengecoran bertahap sedemikian rupa, misalnya dengan membuat siar pelaksanaan secara horiLZontal dan perbedaan temperatur dapat dikontrol. 7). Jika mungkin diusulkan pengecoran dilakukan pada malam hari di mana temperatur lapangan sudah lebih rendah dari dibandingkan dari siang hari. Pembangunan SMP N 42 Semarang -24 Spesifikasi Teknis 8). Harus disiapkan isolasi panas yang merata pada seluruh permukaan yang terbuka untuk mencegah tiupan angin dan menjaga agar temperatur tidak terlalu berbeda pada seluruh penampang. 9). Melakukan perawatan awal segera setelah pemadatan selesai dan harus diteruskan sampai sistem isolasi terpasang seluruhnya. 10). Sediakan pelindung sehingga permukaan terlindung dari sinar matahari dan angin. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat dinding pada sekeliling daerah pengecoran dengan plastik atau material sejenis. g. Retak di Luar Batas yang Disyaratkan Jika setelah pemadatan selesai masih terjadi keretakan di luar batas yang di ijinkan, maka Penyedia Jasa harus melaporkan hal tersebut secara tertulis yang berisi antara lain metode kerja dan peralatan yang digunakan berikut komposisi campuran yang digunakan kepada Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas) untuk dievaluasi lebih lanjut. Penyedia Jasa tidak diijinkan untuk memperbaiki keretakan tersebut sebelum mendapatkan persetujuan tertulis dari Pengawas Teknis/Konsultan Pengawas. 3.3.9. Adukan yang Dibuat Ditempat (Site Mixing) Untuk mendapatkan kualitas yang baik, maka untuk yang dibuat di lapangan harus memenuhi syarat-syarat : a. Semen diukur menurut berat b. Agregat kasar diukur menurut berat c. Pasir diukur menurut berat d. Adukan dibuat dengan menggunakan alat pengaduk mesin (concrete batching plant) e. Jumlah adukan tidak boleh melebihi kapasitas mesin . f. Lama pengadukan tidak kurang dari 2 menit sesudah semua bahan berada dalam mesin pengaduk g. Mesin pengaduk yang tidak dipakai lebih dari 30 menit harus dibersihkan lebih dahulu, sebelum adukan yang baru dimulai. 3.3.10. Besi a. Produk besi Sebelum pemesanan dilakukan, maka Penyedia Jasa harus mengusulkan produk besi dilengkapi dengan brosur dan data teknis dari pabrik yang akan digunakan untuk disetujui Pengawas Teknis/Konsultan Pengawas. Besi disimpan pada tempat yang bersih dan disusun secara baik tidak merusak kualitasnya. Tempat penyimpanan harus cukup terlindung sehingga kemungkinan karat dapat dihindarkan. b. Gambar Kerja (shop drawing) dan Bar Bending Schedule (buingstaat) Pembengkokan besi harus dilakukan sesuai dengan gambar rencana dan berdasarkan standart detail yang ada. Pembengkokan tersebut harus dilakukan dengan menggunakan alat-alat (bar bender) sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan cacat patah, retak-retak dan sebagainya. Semua pembengkokan harus dilakukan dalam keadaan dingin dan pemotongan harus dengan bar cutter. Pemotongan dan pembengkokan dengan sistem panas sama sekali tidak diijinkan. Penyedia Jasa harus membuat gambar kerja pembengkokan (bending schedule) dan diajukan kepada Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas) untuk mendapatkan persetujuan. c. Bebas Karat Pemasangan dan penyetelan berdasarkan evaluasi yang sesuai dengan gambar harus sudah diperhitungkan toleransi penurunannya. Pembangunan SMP N 42 Semarang -25 Spesifikasi Teknis Sebelum dipasang, permukaan besi harus bebas dari karat, dan mendapat persetujuan tertulis dari Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas). d. Selimut Besi harus dilindungi oleh selimut sesuai gambar standar detail. Sebagai catatan, pemasangan tulangan-tulangan utama tarik/ tekan penampang harus dipasang sejauh mungkin dari garis Barat penampang, dan pemakaian selimut yang melebihi ketentuan tersebut diatas harus mendapat persetujuan tertulis dari Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas). e. Penjangkaran Pemasangan rangkaian besi yaitu kait-kait, panjang penjangkaran, penyaluran, letak sambungan dan lain-lain harus sesuai dengan gambar standart yang terdapat dalam gambar rencana. Apabila ada keraguan tentang ini maka Penyedia Jasa harus meminta klarifikasi kepada Pengawas Teknis/Konsultan Pengawas. f. Kawat dan Penunjang Penyetelan besi harus dilakukan dengan teliti, terpasang pada kedudukan yang kokoh untuk meghindari pemindahan tempat, dengan menggunakan kawat yang berukuran tidak kurang dari 16 gauge atau klip yang sesuai pada setiap tiga pertemuan. Pembesian harus ditunjang dengan beton tahu atau penunjang besi, spacer atau besi penggantung seperti yang ditunjukkan pada gambar standart atau dicantumkan pada spesifikasi ini. Penunjang-penunjang metal tidak boleh diletakkan berhubungan dengan acuan. Ikatan dari kawat harus dimasukkan ke dalam penampang, sehingga tidak menonjol dari permukaan. g. Sengkang-sengkang Untuk menjamin bahwa perilaku elemen struktur sesuai dengan rencana, maka sengkang harus diikat pada tulangan utama dan jaraknya harus sesuai dengan gambar.Akhiran/kait sengkang harus dibuat seperti yang disyaratkan pada gambar standart agar sengkang dapat bekerja seperti yang diinginkan.demikian juga untuk besi pengikat yang digunakan untuk pengikat tulangan utama. h. Beton Tahu (decking) Beton tahu harus digunakan untuk menahan jarak yang tepat pada tulangan, minimum mempunyai kekuatan yang sama dengan yang akan dicor. Jarak antara beton tahu ditentukan maksimal 100 cm. i. Penggantian Besi 1). Penyedia Jasa harus mengusahakan supaya besi yang dipasang adalah sesuai dengan apa yang tertera pada gambar. 2). Dalam hal ini di mana berdasarkan pengalaman Penyedia Jasa atau pendapatnya terdapat kekeliruan atau kekurangan atau perlu penyempurnaan pembesian yang ada maka Penyedia Jasa dapat menambah ekstra besi dengan tidak mengurangi pembesian yang tertera dalam gambar. 3). Jika Penyedia Jasa tidak berhasil mendapatkan besi yang sesuai dengan yang ditetapkan dalam gambar maka dapat dilakukan penukaran besi dengan terdekat dengan catatan: a) Harus ada persetujuan tertulis dari Pengawas Teknis/Konsultan Pengawas. b) Jumlah besi persatuan panjang atau jumlah besi ditempat tersebut tidak boleh kurang dari yang tertera dalam gambar (dalam hal ini yang dimaksud adalah jumlah luas). Pembangunan SMP N 42 Semarang -26 Spesifikasi Teknis Pembangunan SMP N 42 Semarang - 27 Khusus untuk balok portal, jumlah luas penampang besi pada tumpuan juga tidak boleh lebih jauh dari pembesian aslinya. c) Penggantian tersebut tidak mengakibatkan keruwetan pembesian di tempat tersebut atau di daerah overlap yang dapat menyulitkan pengecoran. d) Tidak ada pekerjaan tambah dan tambahan waktu pelaksanaan. j. Toleransi Besi Diameter Besi (mm) Toleransi dia (mm) Toleransi Berat (%) 6 . = 16 0.4 5 16 < . < 28 0.5 4 = 28 0.6 2 3.3.11. Toleransi Dimensi Elemen-elemen Struktur Dimensi elemen struktur seperti (pelat, balok, kolom, dinding) harus memenuhi toleransi sbb : Dimensi Elemen Struktur Toleransi Terhadap B (mm) Toleransi Selimut (mm) B = 200 9 5.0 B = 200 = 12.0 9.0 Dimana B adalah dimensi elemen struktur baik untuk lebar maupun tinggi. Pelaksanaan yang tidak memenuhi toleransi tersebut akan dievaluasi oleh Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas), untuk selanjutnya diputuskan. Semua akibat kesalahan tersebut menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa. 3.3.12. Pemasangan alat-alat di dalam/ Sparing a. Penyedia Jasa harus membuat gambar kerja yang menunjukkan secara tepat lokasi sparing yang akan terdapat pada elemen struktur. Penyedia Jasa wajib mempelajari gambar M & E dan mendiskusikan dengan pihak terkait jika terdapat keraguan tentang gambar tersebut. Kebutuhan sparing yang terjadi akibat perubahan desain harus diinformasikan segera kepada Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas) untuk mendapatkan pemecahannya. Pekerjaan membobok, membuat lubang atau memotong konstruksi yang sudah jadi harus dihindarkan dan jika diperlukan harus mendapatkan ijin tertulis dari Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas). b. Ukuran pemasangan alat-alat di dalam, pemasangan dan sebagainya, harus sesuai dengan gambar struktur maupun gambar lain yang terkait atau menurut petunjuk Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas). c. Perkuatan pada lubang-lubang untuk keperluan pekerjaan M&E harus mengikuti ketentuan yang terdapat di dalam gambar standar. Jika tidak/ belum tertera di dalam gambar maka Penyedia Jasa wajib menginformasikan hal tersebut kepada Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas) untuk mendapatkan penyelesaiannya. Spesifikasi Teknis 3.3.13. Kedap air a. Kedap air adalah yang dibuat agar tidak tembus air untuk jangka waktu yang lama. Untuk itu Penyedia Jasa wajib mengikuti segala ketentuan yang disyaratkan oleh Pemasok bahan kedap air/ waterproofing, termasuk cara pembuatan tersebut. b. Pada siar pelaksanaan harus dipasang waterstop sesuai dengan spesifikasi pabrik. Waterstop tersebut harus ditunjukkan di dalam gambar kerja/ shop drawing, sehingga rencana pengecoran harus direncanakan dengan baik. Biaya waterstop tersebut sudah termasuk dalam penawaran yang diajukan oleh Penyedia Jasa. c. Apabila terjadi kebocoraan selama masa garansi, maka Penyedia Jasa harus mengadakan perbaikan-perbaikan dengan biaya Penyedia Jasa. Prosedur perbaikan tersebut harus diusulkan oleh Penyedia Jasa dan disetujui oleh Penyedia Jasa dan disetujui oleh Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas). 3.3.14. Acuan/ Bekesting a. Umum 1). Penyedia Jasa harus membuat acuan yang dapat dipertanggungjawabkan secara struktur baik ketentuan, stabilitas maupun kekakuannya serta layak untuk digunakan. Acuan merupakan suatu bagian pekerjaan struktur yang berguna untuk membentuk struktur agar sesuai gambar rencana. 2). Jenis acuan harus sesuai dengan yang disyaratkan di dalam spesifikasi ini. Penyedia Jasa dapat mengusulkan alternatif acuan dengan catatan bahwa harus disetujui oleh Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas). Dalam penawarannya Penyedia Jasa wajib menawarkan sesuai dengan yang ditentukan di dalam spesifikasi. 3). Semua acuan yang sudah selesai digunakan harus dibongkar dan dikeluarkan dari lokasi pekerjaan.Tidak dibenarkan adanya acuan yang tertanam di dalam struktur . 4). Pada struktur kedap air, cara pemasangan acuan dan bukaan pada acuan harus dibuat sedemikian rupa, sehingga bukaan tersebut harus dapat ditutup dengan sempurna, sehingga bebas dari kebocoran. Semua acuan (ties) harus dilengkapi dengan material tertentu seperti waterhaffles, sehingga pada saat dicor akan menyatu dengan struktur. b. Lingkup Pekerjaan 1). Tenaga kerja, bahan dan peralatan Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan, peralatan seperti release agent, pengangkutan, dan pelaksanaan untuk menyelesaikan semua pekerjaan acuan sebagai cetakan sesuai dengan gambar-gambar konstruksi dan gambar-gambar disiplin lain yang berhubungan seperti diuraikan dalam syarat-syarat pelaksanaan, secara aman dan benar. 2). Detail-detail khusus Pembuatan acuan khusus sesuai perencanaan termasuk yang ditawarkan didalam penawaran Penyedia Jasa. c. Persyaratan Bahan 1). Acuan dan Penyanggah Bahan acuan yang dipergunakan dapat berbentuk baja, pasangan bata yang diplester, kayu atau material lain yang dapat Pembangunan SMP N 42 Semarang -28 Spesifikasi Teknis dipertanggungjawabkan kualitasnya. Penggunaan acuan siap pakai produksi pabrik tertentu diijinkan untuk dipergunakan, selama dapat disetujui oleh Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas). Acuan yang terbuat dari Multiplek yang dilapisi dengan sejenis kertas film, yang khusus digunakan untuk acuan sangat dianjurkan dengan tebal Multiplek minimal 12 mm. Pengaku harus dibuat dengan benar agar tidak terjadi perubahan bentuk/ ukuran dari elemen yang dibuat. Penyanggah dari kayu dapat diterima, bahan dan ukuran kayu yang digunakan harus mendapatkan persetujuan Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas). Untuk pekerjaan yang langsung yang berhubungan dengan tanah, maka sebagai lantai kerja harus dibuat dari K-175, sebagai acuan samping dari tersebut dapat menggunakan pasangan batu kali, batu bata atau material lain yang disetujui Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas). Untuk elemen tertentu seperti kolom bulat disarankan menggunakan acuan baja. 2). Release Agent Release agent harus merupakan material yang memenuhi ketentuan berikut : a). Cream emulsion b). Neatt oil dengan ditambahkan surfactant c). Release agent kimiawi yang tidak merusak Release agent disimpan dan digunakan sesuai dengan ketentuan pabrik pembuatnya. Penyedia Jasa harus memastikan bahwa release agent yang digunakan cocok dengan bahan finish yang akan digunakan. Dan jika permukaan merupakan finishing atau umum disebut exposed maka Penyedia Jasa harus memastikan bahwa permukaan yang dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas), Penyedia Jasa harus memastikan bahwa release agent tersebut tidak akan bersentuhan langsung dengan besi . d. Syarat-syarat Pelaksanaan 1). Struktur Acuan Acuan berikut elemen pendukungnya harus dianalisa sedemikian rupa, sehingga mampu memikul beban ke semua arah yang mungkin terjadi (kuat), tanpa mengalami deformasi yang berlebihan (kaku) dan harus memenuhi syarat stabilitas. Deformasi dibatasi tidak lebih dari 1/360 bentang. Peninjauan terhadap kemungkinan beban diluar beban sendiri juga harus dipertimbangkan, seperti kemungkinan beban konstruksi, angin, hujan, dan lain-lain. Semua analisa dan perhitungan acuan berikut elemen pendukungnya harus diserahkan kepada Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas) untuk mendapatkan persetujuannya, sebelum pekerjaan dilakukan. 2). Dimensi Acuan Semua ukuran-ukuran yang tercantum dalam gambar struktur adalah ukuran bersih penampang, tidak termasuk plester/ finishing. Tambahan elemen tertentu seperti bentuk/profil khusus yang tercantum dalam gambar arsitektur juga harus dipertimbangkan baik sebagai beban maupun dalam analisa biaya. Pembangunan SMP N 42 Semarang -29 Spesifikasi Teknis 3). Gambar Kerja Penyedia Jasa harus membuat gambar kerja khusus acuan berdasarkan analisa yang dilakukannya. Gambar kerja tersebut harus lengkap disertai ukuran dan detail-detail sambungan yang benar dan selanjutnya diserahkan kepada Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas) untuk persetujuannya. Tanpa persetujuan tersebut Penyedia Jasa tidak diperkenankan untuk memulai pembuatan acuan di lapangan. 4). Tanggung jawab Walaupun sudah disetujui oleh Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas), tanggung jawab sepenuhnya atas kekuatan, kekakuan, dan instabilitas acuan sepenuhnya menjadi tanggungjawab Penyedia Jasa. Jika terjadi hal-hal yang tidak sesuai dengan perkiraan ataupun kekeliruan yang mengakibatkan timbulnya biaya tambah, maka semua biaya tersebut menjadi tanggungjawab Penyedia Jasa. Acuan harus dibuat sesuai dengan yang dibuat di dalam gambar kerja. Pelaksanaan yang tidak sesuai dengan gambar kerja harus segera dibongkar. 5). Stabilitas Acuan Semua acuan harus diberi penguat datar dan silang sehingga kemungkinan bergeraknya acuan selama pelaksanaan pekerjaan dapat dihindari. Pengawas Teknis/Konsultan Pengawas berhak untuk meminta Penyedia Jasa untuk memperbaiki acuan yang dianggap tidak/ kurang sempurna dengan beban biaya Penyedia Jasa. 6). Inspeksi Pengawas Teknis/Konsultan Pengawas Semua acuan dengan penunjang-penunjang harus diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan dilakukannya inspeksi oleh Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas). 7). Detail Acuan Penyusunan acuan harus sedemikian rupa hingga pada waktu pembongkarannya tidak menimbulkan kerusakan pada bagian yang bersangkutan. 8). Jumlah Pemakaian Acuan hanya diperbolehkan dipakai maksimum 2x (dua kali), kecuali ditentukan lain oleh Pengawas Teknis/Konsultan Pengawas. Acuan yang akan dipegunakan berulang harus dipersiapkan sedemikian rupa agar dijamin permukaan acuan tetap bersih. 9). Akurasi Acuan harus dapat menghasilkan bagian konstruksi yang ukuran kerataan/ kelurusan, elevasi dan posisinya sesuai dengan gambargambar konstruksi. Toleransi ukuran dan posisi harus sesuai dengan yang tercantum dalam spesifikasi. 10). Sistem Pengaliran Air Acuan harus bersih dan dibasahi terlebih dahulu sebelum pengecoran. Harus dipersiapkan sistem pengaliran air sedemikian, sehingga pada saat dibasahi air dapat mengalir ke tempat yang diinginkan dan acuan tidak tergenang oleh air. Acuan harus dipasang sedemikian rupa sehingga akan terjadi kebocoran atau hilangnya air semen selama pengecoran, tetap lurus (tidak berubah bentuk) dan tidak bergoyang. Pembangunan SMP N 42 Semarang -30 Spesifikasi Teknis 11). Ikatan Acuan di dalam Sebelumnya dengan mendapat persetujuan dari Pengawas Teknis/Konsultan Pengawas baut -baut dan tierod yang diperlukan untuk ikatan -ikatan dalam harus diatur sedemikian, sehingga bila acuan dibongkar kembali, tidak akan merusak yang sudah dibuat. 12). Acuan Exposed Jika ada harus dilapisi dengan menggunakan release agent pada permukaan acuan yang menempel pada pemukaan. Berhubung release agent berpengaruh pula pada warna permukaan, maka pemilihan jenis dan penggunaannya harus dilakukan dengan seksama. Cara pengecoran harus diperhitungkan sedemikian rupa sehingga siar -siar pelaksanaan tidak merusak penampilan exposed tersebut. Merk dan jenis release agent yang telah disetujui bersama, tidak boleh diganti dengan merk jenis lain. Untuk itu Penyedia Jasa harus memberitahukan terlebih dahulu nama perdagangan dari release agent tersebut, data bahan-bahan bersangkutan, nama produsennya, jenis bahan-bahan mentah utamanya, cara-cara pemakainya, resiko -resiko dan keterangan lain yang dianggaap perlu untuk memperoleh persetujuan tertulis dari Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas). 13). Bukaan Untuk Pembersihan Pada bagian terendah (dari setiap phase pengecoran) dari acuan kolom atau dinding harus ada bagian yang mudah dibuka untuk inspeksi. 14). Schafolding Pada prinsipnya semua penunjang acuan harus menggunakan steiger besi (schafolding). Scaffolding tersebut harus cukup kuat dan kaku dan mudah diatur agar supaya mudah diperiksa oleh Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas). 15). Persetujuan Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas) Setelah pekerjaan di atas selesai, Penyedia Jasa harus meminta persetujuan dari Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas) dan minimum 3 (tiga) hari sebelum pengecoran Penyedia Jasa harus mengajukan permohonan tertulis untuk ijin pengecoran kepada Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas). 16). Anti Lendut (Cambers) Kecuali ditentukan lain didalam gambar, maka semua acuan untuk balok dan pelat, harus dipersiapkan dengan memakai anti lendut dengan besar sbb : Lokasi % Terhadap Bentang DiBarat Bentang balok 0.3 Diujung balok kantilever 0.5 e. Pembongkaran Acuan 1). Pembongkaran harus dilakukan dengan hati-hati, dimana bagian konstruksi yang dibongkar acuannya harus dapat memikul beban berat sendiri dan beban-beban pelaksanaannya. 2). Pembongkaran acuan dapat dilakukan setelah mencapai waktu sebagai berikut : Pembangunan SMP N 42 Semarang -31 Spesifikasi Teknis Elemen Struktur Waktu Minimum Sisi-sisi balok, kolom dan dinding 3 hari Balok dan plat (tiang penyanggah tidak dilepas) 14 hari Tiang-tiang penyangga plat 21 hari Tiang-tiang penyangga balok-balok 21 hari Waktu pembongkaran tersebut hanya merupakan kondisi normal dan harus dipertimbangkan secara khusus jika pada lantai-lantai tersebut bekerja beban rencana. Untuk mempercepat waktu pembongkaran. Penyedia Jasa dapat merencanakan dan mengusulkan metode dan perhitungan yang akan digunakan, dan usulan tersebut harus mendapat persetujuan tertulis dari Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas). Tidak ada biaya tambah untuk hal tersebut. Semua akibat yang timbul akibat usulan tersebut menjadi tanggungjawab Penyedia Jasa. 3). Setiap rencana pekerjaan pembongkaran acuan harus diajukan terlebih dahulu secara tertulis untuk disetujui Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas). 3.2. Pekerjaan Beton Bertulang Non Struktural 1. Lingkup Pekerjaan a. Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, biaya, peralatan dan alat-alat bantu yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, hingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna. b. Meliputi pekerjan beton praktis, seperti : sloof praktis, kolom praktis, ring balok praktis, balok latiu, angkur setempat, plat praktis, serta seluruh detail yang ada dalam gambar. 2. Persyaratan Bahan a. Semen Portland Yang digunakan merk HOLCIM/ GRESIK kualitas baik, terdiri dari satu jenis merk dan atas persetujuan dan harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Semen yang telah mengeras sebagian/ seluruhnya tidak dibenarkan untuk digunakan. Tempat penyimpanan harus diusahakan sedemikian rupa sehingga bebas dari kelembaban, bebas dari air dengan lantai terangkat dari tanah dan ditumpuk sesuai dengan syarat penumpukan semen. b. Pasir Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih dan bebas dari bahanbahan organis, lumpur dan sebagainya dan harus memenuhi komposisi butir serta kekerasan yang dicantumkan dalam persyaratan yang telah ditetapkan. c. Koral/ Split Digunakan koral yang bersih, bermutu baik tidak berpori serta mempunyai gradasi kekerasan sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan. Penyimpanan/ penimbunan pasir dan koral harus dipisahkan satu dengan yang lain, sehingga dapat dijamin kedua bahan tersebut tidak tercampur untuk mendapatkan perbandingan adukan yang tepat. d. Air. Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak, asam, alkali dan bahan-bahan organis/ bahan Pembangunan SMP N 42 Semarang -32 Spesifikasi Teknis lainnya yang dapat merusak dan harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Apabila dipandang perlu Pengawas Teknis/Konsultan Pengawas dapat minta kepada Penyedia Jasa supaya air yang dipakai diperiksa di laboratorium pemerikasaan bahan yang resmi dan sah atas biaya Penyedia Jasa. e. Besi. Digunakan besi polos mutu BJTP-24, tegangan leleh 2.400 kg/cm2, besi harus bersih dari lapisan minyak/ lemak dan bebas dari cacat seperti serpih-serpih dan sebagainya. Penampang besi adalah bulat dan memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Penyedia Jasa diwajibkan, bila dipandang perlu untuk memeriksa mutu besi ke laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya Penyedia Jasa. 3. Syarat-syarat Pelaksanaan a. Mutu Mutu beton yang digunakan adalah : K-175 dan harus memenuhi ketentuan-ketentuan lain sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan. b. Pembesian 1). Pembuatan tulangan harus sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan. 2). Pemasangan tulangan harus sesuai dengan gambar konstruksi. 3). Tulangan harus diikat dengan kuat untuk menjamin besi tersebut tidak berubah tempat decking sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. 4). Besi yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari lapangan kerja dalam waktu 24 jam setelah ada perintah tertulis dari Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas). c. Cara pengadukan 1). Cara pengadukan harus menggunakan molen. 2). Takaran untuk semen portland, pasir dan koral harus disetujui terlebih dahulu oleh Pengawas Teknis/Konsultan Pengawas dan tercapai mutu pekerjaan seperti yang ditentukan dalam uraian dan syarat-syarat. Selama pengadukan kekentalan adukan harus diawasi dengan jalan memeriksa slump pada setiap campuran baru. Pengujian slump, minimum 30 mm dan maksimum 75 mm. d. Pengecoran 1). Penyedia Jasa diwajibkan melaksanakan pekerjaan persiapan dengan membersihkan dan menyiram cetakan-cetakan sampai jenuh, pemeriksaan ukuran-ukuran, ketinggian, pemeriksaan penulangan, dan penempatan penahan jarak. 2). Pengecoran hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas). 3). Pengecoran harus dilakukan dengan sebaik mungkin dengan menggunakan alat penggetar untuk menjamin cukup padat dan harus dihindarkan terjadinya cacat seperti keropos yang dapat mengurangi kekuatan konstruksi. 4). Apabila pengecoran akan dihentikan dan diteruskan pada hari berikutnya maka tempat perhentian tersebut harus disetujui oleh Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas). Pembangunan SMP N 42 Semarang -33 Spesifikasi Teknis e. Pekerjaan Acuan/ Bekisting 1). Acuan harus dipasang sesuai bentuk dan ukuran yang telah ditetapkan seperti dalam gambar. Dari papan jenis kayu yang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. 2). Acuan dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan-perkuatan sehingga cukup kokoh dan dijamin tidak berubah bentuk dan tetap pada kedudukan selama pengecoran. 3). Acuan harus rapat tidak bocor, permukaannya licin, bebas dari kotoran-kotoran seperti tahi gergaji, potongan-potongan kayu, tanah dan sebagainya sebelum pengecoran dilakukan serta harus mudah dibongkar tanpa merusak permukaan . 4). Tiang acuan satu dengan yang lain harus diikat dengan papan/ balok secara cross. 5). Acuan harus dibuka setelah memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan. 6). Kayu yang dipakai papan/Multiplex dengan tebal 9 mm. 7). Penggunaan Bekisting (Formwork) harus sesuai dengan petunjuk/ spesifikasi pabrik. f. Kawat Pengikat Kawat pengikat besi/ rangka dibuat dari Baja lunak dan tidak disepuh seng, dengan diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0,40 mm. Kawat pengikat besi/ rangka harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. g. Pekerjaan pembongkaran Acuan/Bekisting hanya boleh dilaksanakan dengan ijin tertulis dari Pengawas Teknis/Konsultan Pengawas. Setelah bekisting dibuka, tidak diijinkan mengadakan perubahan apapun pada permukaan tanpa persetujuan tertulis dari Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas). h. Penyedia Jasa bertanggungjawab atas kesempurnaan pekerjaannya sampai dengan saat-saat penyerahan (selesai). i. Penyedia Jasa harus mengikuti semua peraturan, baik yang terdapat pada uraian dan syarat-syarat apapun yang tercantum dalam gambargambar atau peraturan yang berlaku baik dalam negeri maupun luar negeri. j. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Jasa harus memberikan contoh-contoh material : besi, koral, pasir, Portland cement untuk mendapat persetujuan dari Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas). k. Penyedia Jasa harus melakukan pengujian atas besi/ kubus di laboratorium yang akan ditunjuk kemudian. l. Mutu tersebut harus dibuktikan oleh Penyedia Jasa dengan mengambil benda uji berupa kubus/ silinder yang ukurannya sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan. Pembuatanya harus disaksikan oleh Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas) dan diperiksa di laboratorium konstruksi yang ditunjuk Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas). Jumlah pembuatan kubus serta ketentuan lainnya sesuai persyaratan yang telah ditentukan. m. Yang telah dicor dihindarkan dari benturan benda keras selama 3 x 24 jam setelah pengecoran. n. Harus dilindungi dari kemungkinan cacat yang diakibatkan dari pekerjaan-pekerjaan lain. Pembangunan SMP N 42 Semarang -34 Spesifikasi Teknis o. Bila terjadi kerusakan Penyedia Jasa diwajibkan untuk memperbaiki dengan tidak mengurangi mutu pekerjaan, seluruh biaya perbaikan menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa. p. Bagian setelah dicor selama dalam masa pengerasan harus selalu dibasahi dengan air terus-menerus selama 1(satu) minggu atau lebih dan apabila menggunakan curing agent pemeliharaannya sesuai standart produk (sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan). q. Bagian-bagian yang tertanam dalam beton adalah : 1) Pemasangan angkur dan lain-lain yang akan menjadi satu dengan beton bertulang. 2) Diperhatikan juga tempat untuk sparing atau instalasi. r. Hal-hal lain (Miscellaneous Items) Isi lubang-lubang dan bukaan-bukaan yang dipakai/bekas jalan kerja sewaktu pengecoran. Digunakan mutu seperti yang ditentukan dan dengan penghalusan permukaannya. Untuk pekerjaan dinding/kolom lepas cetak yang harus dicat, dilakukan dengan pengecatan cat emulsi pada saat sudah kering dan memenuhi syarat untuk dicat. Pasal 4. PEKERJAAN DINDING 4.1. Pekerjaan Dinding Batu Bata 1. Lingkup Pekerjaan a. Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, biaya, peralatan dan alat-alat bantu yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, sehingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna. b. Pasangan batu bata ini meliputi pekerjaan dinding bangunan dan seluruh detail yang disebutkan/ ditunjukkan dalam gambar dan sesuai petunjuk Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas). c. Pekerjaan ini berkaitan dengan Pekerjaan Plesteran. 2. Persyaratan Bahan. a. Batu bata yang dipasang adalah dari batu bata merah yang telah menjalani pembakaran yang sempurna dan merata berukuran 5 x 10 x 20 cm dengan mutu terbaik, dan yang disetujui Pengawas Teknis/Konsultan Pengawas. Syarat-syarat batu bata harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. b. Semen Portland harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan. c. Pasir harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. d. Air untuk adukan pasangan, harus air yang bersih, tidak mengandung lumpur, minyak, asam-basa serta memenuhi syarat yang telah ditentukan. 3. Syarat-syarat Pelaksanaan a. Seluruh dinding dari pasangan Batu bata dengan aduk campuran 1 Pc : 5 Psr, kecuali pasangan Batu bata semen trasraam. b. Sebelum digunakan Batu bata harus direndam air dalam bak hingga jenuh. c. Setelah bata terpasang dengan aduk, naat/ siar-siar harus dikeruk sedalam 1 cm dan dibersihkan dengan sapu lidi. Setelah kering permukaan pasangan disiram air. d. Dinding Batu bata sebelum diplester harus dibasahi dengan air terlebih dahulu. Pembangunan SMP N 42 Semarang -35 Spesifikasi Teknis e. Pemasangan dinding Batu bata dilakukan bertahap. Setiap tahap maksimum 24 lapis per harinya, serta diikuti dengan pengecoran kolom praktis. Bidang dinding batu-bata tebal batu dan batu yang luasnya maksimal 9 m2 harus ditambahkan kolom dan balok penguat praktis dengan ukuran kolom dan balok sesuai gambar. Sedangkan jarak antar kolom satu dengan yang lain dibuat maksimum 3 (tiga) meter. f. Pelubangan akibat pemasangan perancah pada pasangan batu bata sama sekali tidak diperkenankan. g. Pasangan batu bata yang berhubungan dengan setiap pekerjaan harus diberi penguat stek-stek besi diameter 10 mm jarak 75 cm, yang terlebih dahulu ditanam dengan baik pada bagian pekerjaan. Bagian yang tertanam dalam pasangan bata sekurang-kurangnya 30 cm, kecuali bila satu dan lain hal ditentukan lain oleh Direksi Teknis (Pengawas/Konsultan Pengawas). h. Tidak diperke