Spektrum klinis artritis reumatoid
-
Upload
rachmat-gunadi-wachjudi -
Category
Health & Medicine
-
view
64 -
download
5
Transcript of Spektrum klinis artritis reumatoid
Spektrum Klinis Artritis Reumatoid
Rachmat Gunadi Wachjudi, Putri Vidianiati
Departemen/SMF Ilmu Penyakit Dalam FK UNPAD/RS Dr. Hasan Sadikin Bandung
Artritis reumatoid (AR) adalah penyakit inflamasi kronik yang ditandai oleh
pembengkakkan sendi, nyeri sendi, dan destruksi sendi sinovial, sehingga dapat menyebabkan
disabilitas yang berat dan mortalitas prematur.18 AR merupakan penyakit multisistem kronik
dengan penyebab yang tidak diketahui. AR melibatkan sendi-sendi kecil ekstremitas, khususnya
jari-jari tangan, demikian juga sendi-sendi yang lebih besar termasuk sendi bahu, sendi siku,
lutut, dan pergelangan kaki.19 AR termasuk dalam penyakit autoimun sistemik kronik dan
merupakan bentuk penyakit sendi inflamatorik yang paling umum.20
AR merupakan suatu penyakit yang tersebar luas serta melibatkan semua kelompok ras dan
etnik di dunia.19 AR mempengaruhi sekitar 0,5-1% dari populasi umum. Walaupun
prevalensinya relatif konstan di seluruh dunia, tidak tergantung lokasi geografis dan ras,
terdapat beberapa pengecualian.9 Di Cina, Indonesia, dan Philipina prevalensinya kurang dari
0,4%, baik didaerah urban maupun rural, sedangkan di populasi lain jauh lebih tinggi, seperti
Indian Pima di Amerika Utara (sekitar 5%).9,19 Penjelasannya mungkin meliputi variasi regional
dalam hal faktor perilaku, iklim, paparan lingkungan, diagnosis AR dan faktor genetik. Pada
tabel di bawah ini dapat dilihat prevalensi AR di berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia.21
Tidak ada studi insidensi yang tersedia di negara-negara berkembang.21 Dari data
sekunder yang didapat dari data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2007) yang dilakukan
Departemen Kesehatan serta data Survei Sosial Ekonomi Nasional (2007) dari Badan Pusat
Statistik (BPS), didapatkan prevalensi penyakit AR di Indonesia hanya sekitar 0,1% (1 di antara
1000-5000 orang).5 Dari hasil penelitian di Malang pada penduduk berusia di atas 40 tahun
didapatkan prevalensi AR 0.5% di daerah Kotamadya dan 0.6% di daerah Kabupaten. Hasil
survey yang dilakukan di Jawa Tengah mendapatkan prevalensi AR sebesar 0.2% di daerah rural
dan 0.3% di daerah urban. Di Poliklinik Reumatologi RSUPN Cipto Mangunkusomo Jakarta,
kasus baru AR merupakan 4,1% dari seluruh kasus baru tahun 2000 dan pada periode Januari
s/d Juni 2007 didapatkan sebanyak 203 kasus AR dari jumlah seluruh kunjungan sebanyak 1.346
orang (15,1%). Prevalensi AR lebih banyak ditemukan pada perempuan dibandingkan dengan
laki-laki dengan rasio 3 : 1 dan dapat terjadi pada semua kelompok umur, dengan angka
kejadian tertinggi didapatkan pada dekade keempat dan kelima.19
Pada berbagai studi, mortalitas pasien-pasien AR cenderung meningkat. Pada tahun
1997, AR berkontribusi terhadap 22% dari semua kematian yang disebabkan artritis dan
kondisi-kondisi reumatik lainnya Vidias. Sekitar 40% dari semua kematian pada pasien AR
disebabkan penyakit kardiovaskular, termasuk penyakit jantung iskemik dan stroke.2 Pasien AR
juga memiliki risiko yang lebih besar untuk mortalitas yang disebabkan infeksi.21
Tanda dan gejala Artritis Reumatoid (AR) sangat bervarias. Dapat timbul sewaktu-waktu
atau menetap, cenderung mengalami eksaserbasi dan remisi. Manifestasi utama AR berupa
poliartritis (sinovitis) simetris kronik yang khas mengenai tangan, pergelangan tangan dan kaki,
selanjutnya mengenai sendi lainnya seperti sendi lutut, pergelangan kaki, panggul dan lain-
lainnya. Erosi sendi sudah dapat terjadi pada awal perjalanan penyakit. Sinovium yang
mengalami inflamasi dapat menyebabkan erosi pada kartilago dan tulang dan dapat juga
menyebabkan deformitas sendi. Nyeri, bengkak, dan kemerahan adalah manifestasi sendi yang
paling umum.2 Pada kebanyakan pasien AR, awitan terjadi secara perlahan, dengan artritis
simetris terjadi dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan. Hanya sedikit pasien yang
mengalami gejala awal yang lebih cepat yaitu antara beberapa hari sampai beberapa minggu.
Pada sebagian kecil pasien, gejala muncul beberapa hari setelah kejadian tertentu, misalnya
infeksi. Erosi sendi mulai terjadi pada fase awal perjalanan penyakit.
Artritis reumatoid adalah penyakit sistemik, mengenai organ lain selain sendi, misalnya
mata, kulit, susunan saraf pusat, paru, hati, ginjal, jantung, limpa, usus dan otot. Gejala
konstitusional dapat berupa demam ringan, kelelahan, penurunan berat badan, nyeri otot, dan
pembesaran kelenjar getah bening. AR berhubungan dengan fatigue dan kekakuan yang lama
setelah istirahat.
Ada beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan pada penderita artritis reumatoid.
Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan oleh karena
penyakit ini memiliki gambaran klinis yang sangat bervariasi.
1. Gejala-gejala konstitusional, misalnya kelelahan, anoreksia, penurunan berat badan dan
demam.
2. Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan, namun
biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalang distal. Distribusi sendi yang terlibat pada AR
dapat dilihat pada gambar dan tabel di bawah ini.
Gambar 1. Keterlibatan Sendi dalam Artritis Reumatoid28
Tabel 1. Sendi yang terlibat pada Artritis Reumatoid
Sendi yang terlibat Frekuensi keterlibatan (%)
Metacarpophalangeal (MCP) 85
Pergelangan tangan 80
Proximal interphalangeal (PIP) 75
Lutut 75
Metatarsophalangeal (MTP) 75
Pergelangan kaki (tibiotalar + subtalar) 75
Bahu 60
Midfoot (tarsus) 60
Panggul (Hip) 50
Siku 50
Acromioclavicular 50
Vertebra servikal 40
Temporomandibular 30
Sternoclavicular 30
3. Kaku pagi hari lebih dari 1 jam yang pada seluruh sendi-sendi.
4. Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik. Peradangan sendi
yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang dan ini dapat dilihat pada radiogram.19
5. Deformitas yang berupa kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi, misalnya deviasi
ulnar atau deviasi jari, subluksasi sendi metakarpofalangeal, deformitas boutonniere dan swan
neck. Pada kaki terdapat protrusi kaput metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi
metatarsal. Sendi-sendi besar juga dapat terserang dan mengalami pengurangan kemampuan
bergerak terutama dalam melakukan gerak ekstensi. AR dapat menyebabkan deformitas
melalui peregangan tendon dan ligamen dan destruksi sendi melalui erosi kartilago dan tulang.
Bentuk-bentuk deformitas yang bisa ditemukan pada AR dapat dilihat pada gambar dan tabel di
bawah ini.
Gambar 2. Peradangan Sendi pada Artritis Reumatoid
Tabel 2. Bentuk-bentuk deformitas pada Artritis Reumatoid
Bentuk deformitas Keterangan
Deformitas leher angsa (swan-neck) Hiperekstensi PIP dan fleksi DIP.
Deformitas boutonnière Fleksi PIP dan hiperekstensi DIP.
Deviasi ulna Deviasi MCP dan jari-jari tangan kearah ulna.
Deformitas kunci piano (piano-key) Dengan penekanan manual akan terjadi
pergerakan naik dan turun dari ulnar styloid,
yang disebabkan oleh rusaknya sendi
radioulnar.
Deformitas Z-thumb Fleksi dan subluksasi sendi MCP I dan
hiperekstensi dari sendi interfalang.
Arthritis mutilans Sendi MCP, PIP, tulang carpal dan kapsul sendi
mengalami kerusakan sehingga terjadi
instabilitas sendi dan tangan tampak mengecil
(operetta glass hand).
Hallux valgus MTP I terdesak kearah medial dan jempol kaki
mengalami deviasi kearah luar yang terjadi
secara bilateral.
6. Nodul reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar sepertiga orang
dewasa penderita AR. Lokasi yang paling sering dari deformitas ini adalah bursa olekranon atau
di sepanjang permukaan ekstensor dari lengan; walaupun demikian nodul ini dapat juga timbul
pada tempat-tempat lainnya. Adanya nodul ini biasanya merupakan suatu petunjuk suatu
penyakit yang aktif dan lebih berat.
7. Manifestasi ekstra-artikular, misalnya di jantung (perikarditis), paru-paru (pleuritis), mata,
dan pembuluh darah. Manifestasi ekstraartikular AR dapat dilihat pada gambar dan tabel di
bawah ini.
Gambar 3. Manifestasi Ekstra-artikular Artritis Reumatoid
Tabel 3. Manifestasi Ekstra-artikular dari Artritis Reumatoid
Sistem organ Manifestasi
Konstitusional Demam, anoreksia, kelelahan (fatigue), kelemahan, limfadenopati
Kulit Nodul rematoid, accelerated rheumatoid nodulosis, rheumatoid
vasculitis, pyoderma gangrenosum, interstitial granulomatosus
dermatitis with arthritis, palisaded neutrophilic dan
granulomatosis dermatitis, rheumatoid neutrophilic dermatitis,
dan adult-onset Still disease.
Mata Sjögren syndrome (keratoconjunctivits sicca), scleritis, episcleritis,
scleromalacia.
Kardiovaskular Pericarditis, efusi perikardial, edokarditis, valvulitis.
Paru-paru Pleuritis, efusi pleura, interstitial fibrosis, nodul reumatoid pada
paru, Caplan's syndrome (infiltrat nodular pada paru dengan
pneumoconiosis).
Hematologi Anemia penyakit kronik, trombositosis, eosinofilia, Felty
syndrome ( AR dengan neutropenia dan splenomegali).
Gastrointestinal Sjögren syndrome (xerostomia), amyloidosis, vaskulitis.
Neurologi Entrapment neuropathy, myelopathy/myositis.
Ginjal Amyloidosis, renal tubular acidosis, interstitial nephritis.
Metabolik Osteoporosis.
Pasien dengan RF negatif (seronegatif) mungkin mengalami perjalanan penyakit yang
kurang agresif bila dibandingkan dengan RF positif (seropositif).
Sekitar 80% dari pasien AR juga menderita satu atau lebih komorbiditas. Terdapat
beberapa tipe ko-morbiditas yang menjadi masalah pada pasien AR, yaitu penyakit
kardiovaskular (sindrom koroner akut, fibrilasi atrial, dan stroke), penyakit paru-paru
interstisial, osteoporosis, kanker (leukemia, kanker paru-paru, limfoma, dan mieloma multipel),
dan depresi. Ko-morbiditas ini dapat meningkatkan disabilitas dan mortalitas pasien. Infeksi -
infeksi oportunistik juga meningkat, seperti tuberkulosis dan herpes zoster, yang berhubungan
dengan obat imunosupresan yang digunakan dalam AR dan juga tingkat inflamasi.
Mortalitasnya meningkat akibat adanya komplikasi kardiovaskular, infeksi, penyakit
ginjal, keganasan dan adanya komorbiditas. Inflamasi adalah pencetus yang jelas untuk
penyakit kardiovaskular. Aktivitas AR merupakan prediktor untuk kejadian kardiovaskular
mayor yang independen dari faktor-faktor risiko tradisional. RF juga berhubungan dengan 6 kali
lipat risiko kematian yang dikarenakan kardiovaskular pada AR. Mortalitas pada pasien AR
disebabkan oleh penyakit kardiovaskular (40%), kanker (17%), infeksi (14%), penyakit
muskuloskeletal (9%), penyakit respiratorik (9%) dan penyakit ginjal (6%). Prediktor yang paling
signifikan untuk mortalitas pada AR adalah status fungsional. Prediktor yang lain untuk
mortalitas meliputi beratnya penyakit (jumlah sendi yang terlibat, LED, RF positif), faktor-faktor
sosioekonomik dan penyakit ekstra-artikular.
Daftar Pustaka
1. Iskandar A, Wachjudi RG. Diagnosis dan Prinsip Penatalaksanaan Artritis Reumatoid:
Himpunan Makalah Lengkap Reumatologi Klinik Bandung. Bandung: Pusat Informasi
Ilmiah, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran UNPAD, RS Dr Hasan
Sadikin; 2014. h. 309-40.
2. Ruffing V, Bingham CO. Rheumatoid Arthritis Signs and Symptoms. Johns Hopkins
Arthritis Center. [Dikutip 10/3/2014] Diakses melalui:
http://www.hopkinsarthritis.org/arthritis-info/rheumatoid-arthritis/ra-symptoms/
3. Carmona L, Cross M, Williams B, Lassere M, March L. RA; Rheumatoid Arthritis.
Rheumatoid Arthritis. Best Practice & Research Clinical Rheumatology. 2010 [Dikutip
11/3/2014];24(6):733-45. Diakses melalui:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21665122
4. Wachjudi RG, Dewi S, Hamijoyo L, Pramudiyo R. Artritis Reumatoid: Diagnosis & Terapi
Penyakit Reumatik. Jakarta: Sagung Seto; 2006. h. 12-21.
5. Suryana BP. Gambaran Klinis dan Diagnosis Artritis Reumatoid: Himpunan Makalah
Lengkap Reumatologi Klinik Bandung. Bandung: Pusat Informasi Ilmiah, Departemen
Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran UNPAD, RS Dr Hasan Sadikin; 2014. h. 341-55.