spektrometergamma(1)
-
Upload
elsa-fitri -
Category
Documents
-
view
325 -
download
2
Transcript of spektrometergamma(1)
1
SPEKTROMETER GAMMA
Spektrometer gamma adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk
melakukan analisis zat radioaktif yang memancarkan radiasi gamma. Setiap
radionuklida mempunyai tenaga yang berbeda dan tertentu dan bersifat spesifik.
Hal ini digunakan sebagai dasar dalam analisis secara kualitatif. Analisis secara
kuantitatif dilakukan berdasarkan nilai cacahan dari spektrum yang dipancarkan.
Sebelum digunakan dalam pengukuran, terlebih dahulu sistem spektrometer
gamma dikalibrasi dengan sumber standar untuk menentukan hubungan antara
nomor salur dan energi gamma (keV), secara umum hubungan antara nomor salur
dengan energi gamma merupakan hubungan yang linier dan dapat ditentukan
dengan persamaan
Y= a+bx (1)
dengan : Y adalah energi gamma (keV), a dan b adalah bilangan konstanta linier,
dan X adalah nomor salur (channel). Efisiensi tiap-tiap energi gamma
mempunyai nilai tertentu dan untuk menghitung efisiensi tiap-tiap energi
digunakan persamaan
εγ = ( Ns – Nbg )/(At pγ) (2)
dimana: εγadalah efisiensi pada energi gamma teramati (%), N
s adalah laju cacah
standar (cacah per waktu), NBG
adalah laju cacah latar (cacah per waktu), At
adalah aktivitas pada saat pengukuran (Bq), dan Ργadalah limpahan (yield) energi
gamma tertentu (%).
Spektrometer gamma mempunyai batas kemampuan pengukuran pada laju
cacah yang rendah. Untuk itu perlu perlu diketahui batas kemampuan pengukuran
suatu detektor atau berapa deteksi minimum yang bisa dicapai oleh detektor
nuklir. Harga minimum kemampuan mendeteksi suatu detektor dapat dihitung
menggunakan persamaan berikut :
MDA = k2 + 2CDL = 2,71 + 4,653σB (3)
dimana k merupakan konstanta dengan nilai tertentu (k=1,645 untuk selang
kepercayaan 95%), CDL(critical detection limit) adalah batas deteksi kritis yang
2
nilainya sama dengan 2,326σB dan σB merupakan standar deviasi dari pencacahan
tanpa menggunakan sampel radioaktif (Tsoulfanidis, 1995).
Agar dapat mengidentifikasi isotop radioaktif, spektrometer gamma
dilengkapi dengan suatu perangkat lunak untuk kalibrasi dan mencocokkan puncak-
puncak energi foton (photopeak) dengan suatu pustaka data nuklir. Untuk memahami
puncak-puncak energi spektrum maka dibutuhkan pengetahuan tentang interaksi
radiasi sinar gamma dengan materi.
Untuk memeriksa radiasi gamma dibutuhkan alat yang disebut spektrometer
yang terdiri dari detektor radiasi gamma, rangkaian elektronika penunjang, dan alat
yang disebut multichannel pulse-height analyzer (MCA). Rangkaian elektronika, catu
daya tegangan tinggi dan rangkaian MCA kini telah dibuat secara terintegrasi dan
onboard pada slot komputer PC. Dengan perangkat lunak khusus, komputer PC dapat
berfungsi sebagai MCA dengan kemampuan pengolahan dan analisis yang lebih baik.
Gambar 1 : Perangkat-perangkat elektronik yang dipakai pada sistem spektrometer gamma
Pencacahan menggunakan spektrometer gamma diawali dengan terjadinya
interaksi radiasi dengan detektor. Detektor yang digunakan bisa berbentuk planar
dan koaksial (lihat Gambar3-13). Yang mempunyai bentuk planar biasanya
hanyalah detektor Ge kemurnian tinggi, sedangkan detektor koaksial biasa
3
merupakan detektor Ge kemurnian tinggi ataupun detektor Ge(Li) (Susetyo &
Wisnu, 1988).
Gambar 2: Bentuk-bentuk detektor pada spektrometer gamma
Detektor koaksial mempunyai dua keunggulan dibadingkan detektor
planar. Pertama, detektor koaksial dapat dibuat dalam volume yang relatif besar
dan dengan demikian detektor itu mempunyai efisiensi yang tinggi. Kedua,
detektor koaksial mempunyai kapasitansi yang tidak sebanding dengan luas
detektor seperti yang berlaku pada detektor planar. Karena noise penguat awal
adalah fungsi kapasitansi detektor maka detektor koaksial akan menghasilkan
noise elektronik yang rendah.
Susunan detektor
Salah satu detektor spektrometer gamma adalah detektor HPGe (High
Purity Germanium). Adapun susunan detektor secara umum ditunjukan pada
gambar dan setiap detektor harus memiliki bagian-bagian sebagai berikut :
Gambar 3 : Susunan detektor HPGe
Pendingin detektor
Pelindung panas (thermal shield)
4
Susunan menuju alat listrik (mount for electrical contacts)
Pelindung dari getaran luar
Jalur masuk foton
Pendingin detektor
Sistem pendingin detektor menggunakan dewar berkapasitas 30 liter yang
diisi dengan nitrogen cair. Namun saat ini sudah terdapat detektor dengan dewar
kecil yang hanya menampung beberapa liter nitrogen cair dan dimaksudkan
mendinginkan detektor untuk beberapa jam atau sehari. Ukuran dewar yang kecil
ini biasanya dipakai pada spektrometer gamma portabel untuk pengukuran di
lapangan. Detektor HPGe yang didinginkan sangat penting dalam mengurangi
noise akibat adanya arus bocor.
Vakum kualitas tinggi
Vakum kualitas tinggi diperlukan untuk mengurangi pengumpulan
kontaminan pada permukaan detektor yang menyebabkan penururan kinerja
detektor. Kontaminasi pada permukaan yang menyekat detektor dapat
menimbulkan tegangan jatuh. Ruang vakum seperti ini dibuat oleh pabrik dengan
menempatkan beberapa bahan pengabsorbsi di dalam sistem untuk menjebak gas-
gas yang terakumulasi sewaktu-waktu.
Pelindung panas (thermal shield)
Karena bagian luar alat berada pada temperatur ruang dan detektor berada
pada suhu mendekati 77K, maka dibutuhkan pelindung panas untuk mencegah
terjadinya transfer energi panas dari permukaan luar ke detektor (Debertin &
Helmer). Metode pemvakuman digunakan untuk mencegah transfer panas secara
konduksi dan konveksi, sedangkan bahan reflektif (reflective material) digunakan
untuk mencegah hantaran radiasi panas.
Susunan kontak listrik (mount for electrical contacts)
Susunan detektor harus menyediakan keperluan kontak listrik dan
penyekatan. Setiap detektor yang digunakan dalam pencacahan radiasi diberikan
tegangan bias yaitu berkisar antara ratusan sampai 4000Volt. Untuk tegangan bias
yang sangat tinggi dapat memungkinkan terjadinya tegangan breakdown pada
sistem. Hal yang seperti itu dapat dengan mudah merusak transistor pada bagian
depan penguat awal dan dengan demikian sistem vakum harus dibuka untuk
5
memperbaiki dan mengkondisikan kembali permukaan detektor. Pengondisian
kembali ini biasanya dapat merubah karakteristik detektor dan harus dilakukan
kalibrasi alat.
isolasi getaran luar (isolation from external vibration)
Bagian ini harus diperhatikan dengan baik, karena getaran dari luar dapat
menimbulkan sejumlah gangguan (noise) yang menghalangi pengamatan pulsa-
pulsa yang dibuat oleh foton dan dapat menimbulkan sejumlah besar cacah
spektrum yang tidak diperlukan.Pada sistem detektor semikonduktor terdapat
bagian yang bersifat microphonic, yaitu bagian yang peka terhadap getaran luar.
Bagian yang peka sebagai contoh adalah tabung vakum yang terdapat pada
komponen penguat sinyal detektor.
Jendelamasuk foton
Pada susunan detektor HPGe (Gambar 3) terdapat perangkat detektor yang
secara langsung mempengaruhi efisiensi detektor yaitu atenuasi foton di bagian
depan susunan detektor atau lebih dikenal dengan jendela masuk foton (entrance
window for photons). Bagian ini terbuat dari Aluminium atau Berilium, tetapi
untuk kebutuhan tertentu terbuat dari tembaga atau bahan lain. Berilium
digunakan untuk mengurangi atenuasi foton pada energi rendah, khususnya untuk
Si(Li), Ge bentuk planar dan detektor Ge koaksial tipe-n. Tembaga dan
magnesium baru-baru ini digunakan untuk mengurangai radiasi latar (background
radiation) pada bahan detektor.
Proses fisis pada detektor HPGe
Prinsip kerja alat ukur radiasi didasarkan pada interaksi radiasi (alpha,
betha, dan gamma) terhadap material detector yang sedemikian rupa sehingga
respon dari alat akan sebanding dengan efek radiasi atau sebanding dengan sifat
radiasi yang diukur. Bahan-bahan yang dipakai sebagai detektor radiasi dapat
berupa gas, kristal NaI(TL) dan bahan semikonduktor. Setiap radiasi yang
mengenai bahan-bahan detektor tersebut kemungkinan peristiwa yang terjadi
adalah proses ionisasi, eksitasi dan absorbsi (untuk radiasi alpah dan betha).
Sedangkan radiasi gamma yang mengenai bahan detektor akan terjadi peristiwa
efek fotolistrik, efek compton dan produksi pasangan. Secara keseluruhan,
6
masing-masing peristiwa itu dapat membebaskan elektron dari bahan yang
mengikatnya yang pada akhirnya nanti terdeteksi sebagai pulsa listrik.
Secara khusus, detektor HPGe (High Purity Germanium) adalah salah satu
jenis detektor semikonduktor yang sering digunakan. Detektor HPGe atau
detektor semikonduktor umumnya merupakan detektor yang kemajuannya
mengikuti perkembangan dalam teknologi semikonduktor. Oleh karena itu
pemahaman tentang cara kerja detektor HPGe tidak lepas dari teori mengenai
karakteristik bahan semikonduktor.
Diagram energi pada bahan semikonduktor dapat digambarkan sebagai
berikut :
Gambar 4 : Tingkatan energi pada bahan semikonduktor
Gambar diatas menunjukan diagram energi dari atom semikonduktor
murni (intrinsik) yang mana atom-atomnya tidak tereksitasi (tidak dikenai energi
luar). Kondisi ini dicapai ketika suhu mendekati 0°K.
Sebuah bahan semikonduktor murni pada temperatur ruang beberapa
elektronnya dapat meloncati pemisah energi(energi gap) dari pita valensi menuju
pita konduksi.
Gambar 5 : Eksitasi elektron pada bahan semikonduktor ketika dikenai energi dari luar
7
Setiap elektron yang naik ke pita konduksi akibat datangnya energi dari luar,
maka akan berakibat munculnya lubang (hole) pada pita valensi dan selanjutnya
membentuk pasangan elektron-lubang (electron-hole pair). Rekombinasi terjadi
ketika elektron pada pita konduksi kehilangan energi dan kembali mengisi
kekosongan atau lubang pada pita valensi.
Bahan semikonduktor murni tidak dapat menghantarkan listrik dengan
baik karena sedikitnya elektron bebas pada pita konduksi dan hole pada pita
valensi. Oleh karena itu bahan semikonduktor harus dimodifikasi dengan
menambahkan elektron bebas atau hole untuk meningkatkan konduktivitasnya dan
dapat diaplikasikan sebagai detektor. Penambahan elektron bebas atau hole
dilakukan dengan mendoping atau menambahkan atom pengotor. Bahan
semikonduktor dapat didoping dengan atom pengotor pentavalen (memiliki 5
elektron valensi) seperti Fosfor dan Arsen dan atom pengotor trivalen (memiliki 3
elektron valensi) seperti Boron dan Gallium. Atom-atom pengotor seperti arsen,
fosfor dan antimony menjadikan bahan semikonduktor tipe-n ( elektron sebagai
pembawa mayoritas) sedangkan pengotor berupa Boron dan Gallium membentuk
bahan semikonduktor tipe-p (hole sebagai pembawa mayoritas).
Gambar 6 : i. Bahan semikonduktor yang telah diberi atom pengotor pentavalen menghasilkan
bahan semikonduktor tipe-n
ii. Bahan semikonduktor yang telah diberi atom pengotor trivalen menghasilkan
bahanSemikonduktor tipe-p
Dalam teknologi semikonduktor dikenal istilah sambungan pn (pn
junction). Tanpa adanya sambungan pn ini setiap peralatan elektoronika termasuk
detektor radiasi yang terbuat dari bahan semikonduktor tidak dapat bekerja.
Sambungan pn diilustrasikan pada gambar
8
Gambar 7 : Proses fisis yang terjadi pada sambungan p-n
Daerah n memiliki banyak elektron konduksi sedangkan daerah p memiliki
banyak hole. Pada keadaan tanpa tegangan eksternal, elektron konduksi pada
daerah n bergerak ke semua arah secara acak. Ketika daerah n dan daerah p baru
digabungkan beberapa elektron yang berada dekat sambungan bergerak melewati
daerah p dan berkombinasi dengan hole yang berada dekat sambungan (Gambar
7).
Setiap elektron yang melewati sambungan dan berkombinasi dengan hole,
atom pentavalen di dekat sambungan kelebihan elektron dan menjadi ion positif.
Demikian juga ketika elektron berkombinasi dengan hole di daerah p,
menghasilkan atom trivalent dekat sambungan sebagai ion negatif.
Hasil dari proses ini menghasilkan sejumlah besar ion positif dan negatif
di dekat sambungan pn. Elektron-elektron pada daerah n harus mengatasi baik
gaya tarik dari ion positif dan gaya tolak dari ion negatif ketika ingin pindah
menuju daerah p. Keadaan ini akan terus terjadi sambil membentuk depletion
region, hingga akhirnya terjadi keadaan setimbang dimana sangat sedikit sekali
elektron yang dapat melewati sambungan pn.
Detektor HPGe merupakan detektor dengan sambungan p-i-n dimana i
berarti intrinsik. Detektor HPGe dibuat dengan menguapkan lapisan litium pada
daerah tipe-p dari kristal germanium pada suhu ±400°C dalam sebuah evaporator
hampa selama beberapa menit. Litium dalam hal ini adalah atom donor yang
berfungsi mengkompensasi atom-atom akseptor yang masih terdapat pada
material detektor. Lapisan litium yang sudah diuapkan kemudian berdifusi
kedalam kristal dalam jangka waktu singkat dan jarak yang pendek (Debertin &
Helmer, 1988). Selanjutnya tegangan bias balik yang diberikan pada sambungan
9
pn akan mendorong pembawa mayoritas dari kedua sisi sambungan dan
membentuk depletion region yang besarnya sebanding dengan banyaknya atom-
atom akseptor yang terkompensasi. Proses kompensasi ini sedemikian rupa
sehingga selisih antara atom akseptor dan atom litium mendekati nol dan sifat-
sifat semikonduktor mendekati bahan intrinsik.
Gambar 8: Mekanisme deteksi radiasi nuklir oleh detektor HPGe
Kemudian jika terdapat radiasi nuklir yang menembus detektor HPGe maka di
dalam depletion region timbul pasangan lobang-elektron (electron-hole pair)
seperti yang tampak pada Gambar 8. Medan listrik yang ditimbulkan oleh bias
balik akan membawa muatan keluar depletion region masuk ke daerah di luar p-n
junction. Jumlah muatan yang terbebaskan sebading dengan energi radiasi dan ini
menimbulkan pulsa listrik.
Namun elektron-elektron yang terksitasi ke pita konduksi melalui interaksi
radiasi, elektron tereksitasi secara termal, dan mode eksitasi ini menghasilkan
cacah noise. Untuk mengurangi noise ini, detektor harus dioperasikan pada
temperatur yang rendah. Temperatur yang sering dipakai mendekati 77°K dengan
menggunakan nitrogen cair. Adapun susunan detektor dan pendingin ditunjukan
pada gambar berikut :
10
Gambar 9: Sistem pendingin pada detektor HPGe
Perangkat Elektronik Spektrometer Gamma
Power supply
Untuk mengumpulkan muatan yang dibentuk dalam detektor, beda
potensial harus diberikan pada ujung-ujung detektor. Beda potensial optimum
umumnya dispesifikasikan oleh pabrik manufaktur detektor dan biasanya berkisar
antara ratusan volt hingga 4000 V. Tegangan ini dipilih untuk menghindari
terjadinya breakdown dan memancarkan bunga api listrik (arcing). Beda tegangan
harus stabil untuk memelihara kesamaaan gradien tegangan dalam detektor.
Penguat awal
Penguat awal terletak diantara detektor dan penguat. Alat ini mempunyai
beberapa fungsi sebagai berikut :
- untuk melakukan penguatan awal terhadap pulsa keluaran detektor
- untuk melakukan pembentukan pulsa pendahuluan
- untuk mencocokkan impedansi keluaran detektor dengan kabel signal
masuk ke penguat
- untuk mengadakan perubahan muatan menjadi tegangan pada pulsa
keluaran detektor.
Selain itu penguat awal juga memegang peranan dalam menurunkan derau (noise).
11
Sebaiknya penguat awal dipasng sedekat mungkin dengan detektor. Pada
detektor semi-konduktor biasanya penguat awal sudah merupakan satu kesatuan
dengan sistem cryostat detektor.
Ada dua jenis penguat awal yaitu penguat awal peka tegangan dan
penguat awal peka muatan.
Penguat awal peka tegangan mempunyai kelebihan dalam hal memiliki
rasio signal/derau yang tinggi, akan tetapi mempunyai kelemahan dalam hal
stabilitas. Oleh karena itu dalam spektrometri-γ lebih sering digunakan penguat
awal peka muatan. Bentuk penguat awal pada spektrometer gamma dapat dilihat
pada gambar berikut :
Gambar 10 : Rangkaian penguat awal peka muatan
Ketika radiasi datang mengenai detektor, maka akan menimbulkan
muatan-muatan sehingga menimbulkan beda potensial yang merupakan masukan
bagi rangkaian penguat awal. Pada saat yang bersamaan, beda potensial yang nilai
sama juga muncul pada resistor sementara muatan mulai terisi pada kapasitor.
Makin banyak muatan yang terisi pada kapasitor, beda potensial pada resistor
akan turun secara eksponensial danpulsa keluaran yang terbentuk dari peristiwa
ini disebut pulsa ekor (tail pulse).
12
Gambar 11: Pulsa ekor
Bentuk pulsa ekor ini tergantung dari konstanta waktu τ yang nilainya sama
dengan RC (τ=RC).Semakin singkat konstanta waktu τ semakin sedikit muatan
yang terisi pada kapasitor, sedangkan jika konstanta waktu τ semakin besar,
kapasitor akan makin dipenuhi oleh muatan listrik (Gambar 11).
Apabila aktivitas sinar-γ yang dideteksi cukup besar maka pulsa satu akan
tumpang tindih dengan pulsa yang lain. Gejala ini dinamakan pile up dan
mengakibatkan perubahan tinggi tiap individu pulsa, sehingga harus diatasi.
Untuk mengatasi hal itu pulsa-pulsa dapat dipendekkan dengan jalan
mendiferensialkan pulsa-pulsa tersebut dengan suatu rangkaian pendiferensial RC.
Gambar 5-12 menunjukan pulsa-pulsa sebelum dan sesudah dipendekkan.
Gambar 5-12: Gejala pile-up. i)Sebelumdipendekan, ii) Setelah dipendekan
Pulsa yang dihasilkan oleh suatu rangkaian pendifierensial biasanya belum
bisa diproses oleh penganalisis salur ganda. Dengan demikian pulsa dibentuk
lebih lanjut menggunakan rangkaian pengintegral. Apabila digunakan gabungan
satu rangkaian pendiferensial dan satu rangakaian pengintegral akan diperoleh
13
pulsa unipolar. Apabila pulsa masukan didiferensialkan dua kali dan kemudian
baru diintegralkan maka akan muncul pulsa bipolar.
(i) (ii)
Gambar 5-13 : i. Pulsa bipolar ; ii. Pulsa unipolar
Sebuah penguat dalam spektrometer gamma bisa mempunyai dua macam
keluaran yaitu unipolar dan bipolar. Keluaran unipolar biasanya digunakan
apabila detektor yang dipakai adalah detektor semikonduktor sedangkan keluaran
bipolar biasanya digunakan dalam pemakaian detektor NaI(Tl).
Pulsa-pulsa keluaran yang terbentuk dari penguat awal akan dilanjutkan ke
rangkaian penguat berikutnya. Pulsa yang telah dibentuk dan diperkuat itu dikirim
menuju suatu alat yang dapat memisahkan pulsa-pulsa menurut tingginya. Alat
tersebut mempunyai banyak memori, yang dinyatakan dalam cacah salur yang
dimilikinya. Alat semacam ini dinamakan penganalisis salur ganda (multi channel
analyzer). Pulsa dengan tinggi tertentu akan dicatat cacahnya dalam salur dengan
nomor salur tertentu. Data numerik hasil pncacahan tersebut setiap saat
diakumulasikan dalam salur itu, sampai waktu pencacahan selesai. Sebagai
hasilnya, secara analaog dapat dilihat spektrum-γ pada layar penganalisis salur
ganda atau memalui plotter. Data numerik dapa juga dikeluarkan melalui printer,
teletype writer dan lain-lain. Sistem pembentukan spektrum semacam ini disebut
analisis tinggi pulsa (pulse height analysis). Perangkat spektrometer-γ yang
modern biasanya dilengkapi dengan unit pengolahan data berupa mikrokomputer.
Penguat
Pulsa keluaran detektor telah diubah dari pulsa muatan ke pulsa tegangan oleh
penguat sinyal. Selanjutnya pulsa tersebut dikirim sebagai masukan dari penguat.
Penguat yang dipakai tentu saja adalah jenis penguat peka tegangan yang biasa
14
disebut juga sebagai penguat linier. Di sini pulsa dipertinggi sampai mencapai
amplitudo yang dapat dianalisis dengan alat penganalisis tinggi pulsa.
Gambar 5-14: Penguat elektronik
Salah satu jenis penguat yang sering digunakan pada berbagai aplikasi
adalah Op-Amp.Simbol Op-Amp standar ditunjukan pada Gambar 5-14. Ia
memiliki dua terminal masukan, masukan inverting(-) dan masukan
noninverting(+), dan satu terminal keluaran. Untuk beropersasi, Op-Amp
membutuhkan sumber tegangan DC postif dan negatif, seperti terlihat pada
Gambar 5-14. Biasanya simbol terminal tegangan DC ini dihilangkan untuk
penyederhanaan rangkaian. Walaupun demikian, penyederhanaan ini telah
dimengerti oleh para peminat elektronika.
Penguat pada spektrometer gamma harus bersifat linier, sehingga masukan
dan keluaran nilainya sesuai.Agar Op-Amp berfungsi sebagai penguat yang linier,
maka Op-Amp dirangkai menggunakan konsep umpan- balik negatif (negative
feedback) yang diilistrasikan pada Gambar-5-15.
Gambar 5-15 : Rangkaian umpan-balik negatif. a) inverting, b) non-inverting
Rangkaian umpan-balik negatif ditunjukan oleh sebuah tahanan yang
menghubungkan antara terminal keluaran dan terminal masukan (Gambar 5-
15).Dengan metode seperti ini tegangan keluaran yang dikembalikan lagi menuju
daerah masukan akan memiliki sudut fase yang berlawanan terhadap sinyal
masukan. Dari proses ini diperoleh keluaran baik inverting maupun non-inverting
15
yang hampir identik. Oleh karena itu akan menghasilkan keluaran akhir yang
lebih stabil.
Gambar 5-16 : Rangkaian penguat linier spektrometer gamma
Rangkaian penguat linier yang lebih kompleks dan mengunakan konsep
umpan-balik negative dapat dilihat pada Gambar 5-16. Rangkaian ini merupakan
salah satu rangkaian penguat linier yang dibuat di Badan Tenaga Nuklir Nasional
(BATAN). Cara kerja penguat linier ini adalah, IC LM 318 yang pertama
merupakan rangkaian penguat yang mana harga penguatannya dapat diatur dengan
merubah harga tahanan padapotensiometer 10 kΩ. Adapun besar penguatan (gain)
merupakan hasil pembagian dari tahanan feed back ditambah harga tahanan pada
posisi Rp1 dibagi dengan tahanan depan (1,5 kΩ). IC LM 318 yang kedua
merupakan rangkaian pulse shapping untuk membentuk pulsa menjadi Gaussian.
Jadi pulsa ekor yang keluar dari penguat awal dibentuk sekali lagi untuk
mendapatkan pulsa yang jauh lebih sempit dengan waktu timbul lebih lambat dan
waktu jatuh lebih cepat. Oleh karena itu pembentukan pulsa disini dititik beratkan
pada decay time pulsa yang harga konstanta waktunya ditentukan oleh nilai
Resistor feedback (Rf) dan Condensator feedback (Cf). Pada keluaran penguat
linierakan keluar pulsa berbentuk Gaussian dengan tinggi pulsa maksimum 10 V.
Pada spektrometer gamma perubahan penguatan yang besar dari penguat
linier diatur oleh tombol coarse gain sedang perubahan penguatan yang kecil dan
kontinyu diatur oleh tombol fine gain. Kebanyakan penguat yang dipakai dalam
16
spektrometri-γ mempunyai penguatan dengan jangkauan mulai dari lima sampai
dua ribu.
Bentuk pulsa keluaran penguat ditentukan antara lain oleh pertimbangan
perbandingan signal/derau dan kecocokan dengan kemampuan kerja peralatan
elektronik berikutnya (penganalisis tinggi pulsa). Kedua kriteria tersebut biasanya
bertentangan satu dengan yang lain sehingga bentuk pulsa yang dihasilkan
penguat biasanya merupakan kerjasama antara bentuk untuk perbandingan
signal/derau optimum dan bentuk yang paling baik diterima oleh alat penganalisis
tinggi puncak.
Biasanya sebuah penguat mempunyai dua macam keluaran yaitu keluaran
unipolar dan bipolar. Pemilihannya tergantung pada detektor apa yang dipakai.
Jika yang dipakai detektor semikonduktor maka biasanya dipilih keluaran unipolar
tetapi jika digunakan detektor NaI(Tl) biasanya dipilih keluaran bipolar. Keluaran
bipolar juga dipilih untuk laju cacah cuplikan yang tinggi.
Selain itu dalam penguat spektroskopi biasanya juga terdapat tombol
”shaping time” yang mengatur waktu pembentukan pulsa. Shaping time
berhubungan dengan daya pisah sistem. Makin tinggi shaping time makin tinggi
pula daya pisah sistem. Untuk pengukuran spektrometri-γ biasanya dipilih shaping
time di sekitar 1μs.
Pembentukan pulsa dilakukan dengan cara mendifferensialkan pulsa
tersebut. Pendifferensial pulsa keluaran penguat awal yang berupa pulsa ekor akan
menghasilkan suatu pulsa yang mempunyai bagian di bawah garis dasar. Hal ini
tidak diinginkan karena dapat menurunkan daya pisah sistem pada laju cacah yang
tinggi. Untuk mengatasi persoalan tersebut dilakukan penyesuaian pole-zero.
Biasanya pada sebuah penguat di antara tombol-tombolnya terdapat sebuah
sekerup kecil untuk melakukan penyesuaian pole-zero. Tentu saja penyesuaian ini
harus dilakukan dengan memutar-mutar sekerup tersebut sambil mengamati pulsa
keuaran dalam layar oscilloscope yang dipasang untuk maksud itu.
17
(a)
(b)
Gambar 5-17: Kompensasi pole-zero. i) Sebelum, ii) Sesudah
MCA (multi channel analyzer)
Multi Channel Analyzer (MCA) merupakan salah satu alat yang
dibutuhkan dalam memeriksa besarnya radiasi yang terdeteksi. MCA dapat
memisahkan dan melakukan pengukuran terhadap beberapa proses secara real
time. Pemisahan ini berdasarkan beberapa sifat-sifat proses tersebut, dan proses-
proses tersebut dikelompokan pada tempat penyimpanan untuk keperluan
perhitungan yang dinamakan salur(channel).
Gambar 5-18: Salah satu contoh MCA
Rangkaian MCA, rangkaian elektronika dan catu daya tegangan tinggi kini
telah dibuat secara terintegrasipada slot komputer PC. Dengan perangkat lunak
khusus, komputer PC dapat berfungsi sebagai MCA dengan kemampuan pengolahan
dan analisis yang lebih baik.Dalam hal ini perangkat lunak yang digunakan untuk
menganalisis hasil pencacahan adalah Maestro-32.
18
Gambar 5-19: MCA yang telah tergabung dengan CPU
Untuk memulai menggunakan Maestro-32 klik Start pada taskbar
window, kemudian Programs, Maestro 32 dan Maestro for windows (lihat
Gambar 20).
Gambar 20 : Memulai maestro-32
Kemudian akan muncul tampilan awal beserta fitur-fiturnya sebagai
berikut :
1. Tittle bar, menunjukan nama program dan nama sumber dengan
spektrum yang berada pada tampilan jendela komputer.
2. Menubar, pada bagian ini terdiri dari beberapa pilihan menu yang
dapat digunakan untuk menganalisis secara cepat. Pilihan pada
menubar terdiri dari file, acquire, calculate, services, ROI,
dispalay dan window.
3. Tool bar, berada dibawah menu bar yang terdiri dari icon-icon
yang digunakan ketika menginginkan kembali (recall) spektrum,
menyimpan file, menjalankan dan menghentikan akuisisi data dan
mengatur skala spektrum baik vertikal maupun horizontal.
4. Detector list, yang menampilkan hasil pencacahan (spketrum)
detector yang sedang aktif dan buffer.
5. Spektrumarea, merupakan daerah yang menampilkan deretan
spektrum-spektrum yang berasal dari sumber yang dicacah.
CPU yang terintegrasi MCA
19
6. Expanded spektrum view, menunjukan semua atau sebagian dari
histogram.
7. Full spektrum view, menunjukan semua tampilan histogram dari
file dan memori detector.
8. ROI status area, berada pada sisi kanan menu bar yang
mengindikasikan apakah pemberi tanda ROI sedang aktif atau
tidak (Mark atau Unmark).
9. Status side bar, menyediakan informasi mengenai waktu
pencacahan, waktu dan tanggal serta sejumlah tombol yang
digunakan untuk memindahkan dengan mudah puncak-puncak
spektrum, ROI dan catatan pada library.
10. Marker information line, berada di bawah spektrum yang terdiri
dari penanda salur, energi dan isi salur.
11. Supplementary information line, berada di bawah marker
information line yang digunakan untuk menunjukan isi library,
menunjukan hasil perhitungan tertentu, pesan peringatan atau
instruksi.
Gambar 21 : Tampilan awal dan fitur maestro
20
Disamping melalui fitur-fitur tersebut dapat juga dilakukan secara singkat dengan
memakai tombol-tombol yang terdapat pada keyboar. Tombol-tombol tersebut
ditunjukan pada Lampiran II.
Prosedur pencacahan sample radioaktif
Objek yang diukur menggunakan spektrometer gamma adalah bahan
radioaktif atau disebut sebagai sumber standar. Sumber standar yang akan diukur
menggunakan spektrometer gamma perlu disiapkan dengan baik terlebih dahulu
agar selama pengukuran tidak menimbulkan bahaya kontaminasi baik pada
manusia, detektor, tempat kerja dan sebagainya.
Gambar 22: Phantom yang terbuat dari fiberglass yang sudah diisi cairan I-131
Sumber standar dalam hal ini adalah sumber standar gamma yang terdiri
dari I-131 berbentuk cair beserta larutan pengemban NaOH 0,1M ke dalam
sebuah phantom. Phantom terbuat dari fiberglassyang mensimulasikan bagian dari
suatu objek yang memiliki karakteristik penyerapan serupa dengan objek tersebut.
Sebelum melakukan pengukuran, phantom yang sudah terisi sumber
standar ini dibungkus dengan baik ke dalam sebuah plastik mika kemudian
dimasukan lagi ke dalam sebuah wadah marinelli. Hal ini untuk mencegah
kontaminasi radiasi ketika sewaktu-waktu ternyata phantom yang dibuat terdapat
kebocoran.
Gambar 23: Bentuk wadah marinelli yang terdapat diatas detektor
21
Tahap selanjutnya adalah melakukan pengukuran cacah latar. Cacah latar
adalah cacah yang dilakukan tanpa menggunakan sumber standar. Hal ini
dilakukan karena spektrometerg gamma yang dibiarkan bekerja tanpa diberi
sumber standar, ternyata pada layar penganalisis salur ganda (Multichannel
Analyzer) tetap akan didapatkan spektrum gamma yang terdiri dari banyak
puncak. Spektrum-spektrum ini berasal dari zat radioaktif alam seperti 40K, 226Ra
dan deret peluruhan 232Th, 238U dan sebagainya. Uranium, Radium dan Thorium
adalah unsur-unsur radioaktif alam yang memiliki kelimpahan yang tinggi di
bumi. disamping itu juga cacah latar bisa juga berasal dari ruang cacah yang dapat
terdeteksi oleh alat yang dipakai.
Jika persiapan diatas selesai dilakukan, phantom diletakan tepat diatas
detektor dari spektrometer gamma yang sudah diberi pelindung dari cobalt (Pb)
dan pengukuran sumber standar dapat dimulai. Pengukuran ini dilakukan dalam
rentang waktu tertentu sesuai dengan kebutuhan. Hasil yang diperoleh akan
tampak pada layar monitor berbentuk puncak-puncak spketrum yang selanjutnya
dapat dianalisis.
Gambar 5-24: Tampilan pencacahan yang terdapat pada layar monitor
Analisis hasil pencacahan
Hasil pencacahan sampel radioaktif yang sudah diperoleh file spektrumnya
sebaiknya disimpan apabila tidak ingin dianalisis langsung. Langkah-langkah
penyimpanan file ini persis sama ketika menyimpan file pada computer untuk
kebutuhan yang lain yaitu dengan mengklik tombol file pada toolbar→save
22
as→beri nama file pada kolom file name→OK. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tampilan berikut ini :
Gambar 25: Tampilan ketika menyimpan file
Kemudian jika ingin membuka kembali file yang disimpan tersebut, maka klik
File→Recall Spektrum→klik file yang akan dibuka→OK. Setelah itu akan
tampil bentuk spektrum pada gambar berikut :
Gambar 26 : Tampilan pada saat membuka kembali file
23
Gambar 27: Spektrum hasil pencacahan sampel 131I
Zat radioaktif 131I adalah pemancar beta yang diikuti oleh gamma dengan
energi gamma 364,48 keV (81,6%), 636,97 keV (7,12%) dan 722,89 keV
(1,78%).Intensitas (yield) terbesar pada energi gamma 364,5 keV sebesar 81,6%
(Candra dkk, 2009).Gambar 5-25 merupakan plot spektrum dari sampel radioaktif 131I yang dicacah yang mana pada sumbu X menyatakan energi (keV) dan sumbu
Y menyatakan jumlah cacah. Berdasarkan plot tersebut, ternyata puncak-puncak
spektrum yang diperoleh sesuai dengan nilai energi gamma yang dipancarkan oleh
zat radioaktif 131I. Hal ini juga menunjukan bahwa spektrometer gamma yang
digunakan masih bagus untuk pengukuran sampel radioaktif.
Langkah-langkah dalam meROI
Pencacahan sampel yang telah dicacah dalam rentang waktu tertentu harus
dianalisis. Analisis dilakukan dengan melakukan ROI (Region of Interest) atau
memberikan tanda pada spektrum hasil pencacahan. Langkah-langkah yang
dilakukan ketika melakuakan ROI pada spektrum yaitu klik ROI pada menu bar
kemudian pilih mark. Pilih puncak spektrum yang diinginkan dilakukan secara
manual dengan menggerakan garis vertical pada layar ke kiri dan ke kanan
sehingga daerah atau puncak yang ditandai akan berubah warna. Biasanya setiap
orang akan memilih puncak-puncak spektrum yang diperlukan saja. Misalnya
pada suatu pencacahan terdapat sample radioaktif yang memiliki 10 puncak
spektrum, namun kadang-kadang yang ditandai hanya beberapa saja tergantung
kebutuhan penelitian. Jika terjadi kesalahan dan ingin menghapus kembali tanda
24
ini, maka digunakan tombol unmark. Secara umum ini ditunjukan pada gambar
berikut beserta tampilan sepektrum yang telah ditandai.
Gambar 28: Tombol mark untuk menandai spektrum yang dianalisis
Gambar 5-29: Puncak-puncak spektrum yang telah diberi tanda
Setelah memberikan tanda ROI, sebaikinya hasil ini disimpan dengan
mengklik ROI→Save File→berikan nama pada file dan yang terakhir OK.
Gambar 30: Tampilan ketika menyimpan file ROI
Selanjutnya ROI yang sudah diberi tanda, informasi yang diperoleh dari
penandaan ini akan disajikan dalam bentuk tabel. Langkah-langkah yang
25
dilakukan yaitu klik File→ROI Report→ centang Print to File→ OK. Langkah-
langkah ini ditunjukan pada gambar berikut :
Gambar 31: Tampilan ketika menyajikan hasil analisis sampel dalam bentuk table
Sedangkan tabel yang dihasilkan sebagai berikut :
Tabel-1 : Hasil analisis sampel radioaktif menggunakan software
Dari tabel hasil analisis tersebut dapat dilihat bahwa nilai limpahan (yield)
tertinggi terdapat pada rentang energi 363,02 keV-369,29 keV yaitu yang
direperesentasikan pada kolom net (sehari-hari disebut net area), diikuti rentang
energi 635,20 keV-642,47 keV dan yang terakhir adalah 721,42 keV-728,03 keV.
Energi-energi tersebut selalu muncul dengan limpahan yang paling tinggi ketika
mengukur sampel yang mengandung zat 131I. Inilah yang memberikan perbedaan
radionuklida 131I dibandingkan radionuklida yang lain. Pengukuran sampel-
sampel radioaktif yang lain juga akan menghasilkan rentang energi tertentu yang
memiliki limpahan energi tertentu pula. Oleh karena itu dengan mencocokan
besarnya energi radiasi yang diperoleh selama pengukuran dengan energi radiasi
yang terdapat pada tabel data radionuklida akan dapat diketahui zat radioaktif apa
saja yang terkandung pada sampel.
Cacah latar, kalibrasi efisiensi dan batas deteksi terendah (BDT)Melalui analisis yang dilakukan menggunakan software Maestro-32
diperoleh hasil pencacahan radiasi latar sebagai berikut :
26
Tabel-2 : Hasil analisis radiasi latar menggunakan software
Dari tabel tersebut, rentang energi 363,02 keV-369,29 keV memiliki nilai cacah
latar yang jauh lebih tinggi dibandingkan rentang energi yang lain. Adanya nilai
cacah latar yang terbaca ini kemungkinan disebabkan oleh adanya radiasi di
sekitar spektrometer gamma yang tidak bisa diproteksi oleh pelindung detektor
yang terbuat dari timbal.
Setelah melakukan pencacahan radiasi latar, tahap selanjutnya adalah
mengkalibrasi spektromter gamma. Walupun kalibrasi spektrometer gamma ada
dua jenis yaitu kalibrasi energi dan kalibrasi efisiensi, namun pada Praktik Kerja
Lapang ini hanya melakukan kalibrasi efisiensi, karena dalam praktik ini
kandungan radionuklida pada sampel sudah diketahui jenisnya, padahal untuk
mengetahui kandungan radionuklida suatu sampel harus mencocokan energi dan
nomor salur pada hasil pencacahan yang tidak lain merupakan langkah dalam
kalibrasi energi.
Dari hasil kalibrasi efisiensi dengan menggunakan sampel radioaktif 131I
dengan lima aktivitas yang berbeda diperoleh efisiensi deteksi sebagai berikut :
Tabel-3 : Efesiensi detektor pada aktivitas sampel yang berbeda
Sampel ke- Aktivitas (Bq) Laju cacah (cps) Efisiensi (cps/Bq)
1 1377 22±0,20 0,01998±0,00018
2 2754 43±0,28 0,01923±0,00012
3 4131 62±0,34 0,01848±0,00010
4 5508 83±0,39 0,01856±0,00009
5 6885 124±0,43 0,02218±0,00077
Dari tabel tersebut terlihat bahwa efisiensi terkecil berada pada kalibrasi ketiga
dengan nilai (0,01848±0,00010) cps/Bq dan efisiensi tertinggi diperoleh pada
kalibrasi yang kelima yaitu (0,02218±0,00077) cps/Bq. Ini juga menunjukan
efisiensi dari masing-masing pengukuran sampel radioktif memiliki perbedaan
27
yang tidak terlalu kecil. Padahal efisiensi detektor seharusnya memiliki nilai yang
sama atau hampir bersamaan walaupun aktivitasnya berbeda-beda. Perbedaan
nilai efisiensi ini kemungkinan disebabkan oleh posisi sampel terhadap detektor
yang tidak tepat dan berubah-ubah dan mempengaruhi kuantitas energi radiasi
yang mengenai detektor.
Disamping menyajikan nilai efisiensi, Tabel-3 juga menunjukan hubungan
antara aktivitas sampel dan laju pencacahan. Semakin besar aktivitas sampel, nilai
laju cacah ikut meningkat. Hasil ini sesuai karena telah diketahui bahwa aktivitas
merupakan peluruhan zat radioaktif per satuan waktu. Peluruhan ini diikuti
dengan pelepasan energi-energi radiasi diantaranya radiasi α, β dan γ. Sehingga
nilai aktivitas yang besar berarti zat radioaktif melepaskan sejumlah energi radiasi
yang besar. Dan telah diketahui juga bahwa respon detektor yang dilengkapi
dengan sejumlah perangkat elektronik akan sebanding dengan besarnya energi
yang mengenai detektor tersebut. Jika hubungan antara aktivitas sampel dengan
laju cacah disajikan dalam bentuk grafik akan kurva kalibrasi seperti berikut :
Gambar 32 : Kurva kalibrasi detektor untuk sampel 131I
Kurva kalibrasi tersebut memiliki persamaan y=0,017x-6,4 dan korelasi R=0,985,
dimana y adalah laju cacah dan x merupakan aktivitas sampel. Karena aktivitas
dan laju cacah sebanding, maka kurva kalibrasi yang dihasilkan seharusnya
berbentuk linier. Akan tetapi pada kurva kalibrasi tersebut, data-data yang
28
letaknya di bagian akhir sedikit menyimpang dari garis linier. Penyimpangan ini
kemungkinan disebabkan oleh posisi sampel radioaktif yang tidak tepat
menghadap detektor sehingga mengurangi ketepatan hasil pengukuran.
Adapun untuk batas deteksi terendah, perhitungannya dilakukan
menggunakan persamaan 3. Dari persamaan tersebut, nilai batas deteksi terendah
dipengaruhi oleh standar deviasi cacah latar (σB). Nilai cacah latar yang diperoleh
pada pengukuran spektrometer gamma adalah sebesar 0,0013 cps. Setelah nilai ini
dimasukan ke persamaan 3 diperoleh batas deteksi terendah dengan nilai 2,72 cps
untuk selang kepercayaan 95%. Jika nilai ini dimasukan ke persamaan kurva pada
Gambar 32, maka hasilnya setara dengan 536,5 Bq. Nilai batas deteksi terendah
ini tergolong cukup kecil dan ini disebabkan karena pengukuran sampel radioaktif
yang dilakukan menggunakan pelindung yang terbuat dari timbal (Pb) setebal 5
cm, sehingga menghalangi radiasi dari lingkungan yang menuju detektor dan tidak
akan mempengaruhi respon detektor.
29
DAFTAR PUSTAKA
Ardisasmita, Syamsa, Pengembangan Spektrometer Sinar-Gamma Dengan Sistem
Identifikasi Isotop Radioaktif Menggunakan Metode Jaringan Syaraf
Tiruan, Pusat Pengembangan Teknologi Informasi dan Komputasi –
BATAN.
Bunawas dkk, 2006, Pengembangan Wbc Mobile Untuk Pemantauan
Kontaminasi Interna Pada Kedaruratan Nuklir di PTKMR-BATAN,
Prosiding Seminar Nasional Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan II,
Puspitek Serpong.
Candra dkk, 2009, Pembuatan Sumber Standar 133Ba Sebagai Simulator 131I,
Prosiding Seminar Nasional ke-15 Teknologi dan Keselamatan PLTN
Serta Fasilitas Nuklir, Surakarta.
Debertin, K. & Helmer, R.G, 1988, Gamma and X-Ray Spectrometry with
Semiconductor Detectors,Elsevier Science Publishers B.V, Amsterdam.
Floyd, Thomas, 2001, Electronics Fundamentas, Circuits, Devices, and
Applications 5th edition, Prentice Hall, New Jersey.
Fishbane dkk, 2005, Physics For Scientist And Engineers With Modern Physics,
Pearson Prentice Hall, New Jersey
Gautreau, Ronald & Savin, William, 2006, Schaum’s Outlines Fisika Modern
Edisi Kedua, Erlangga, Jakarta.
Giancoli, Douglas, 2005, Physics, Principles with Applications 6th edition,
Pearson Prentice Hall, New Jersey.
Knoll, Glenn F, 2000, Radiation Detection and Measurement 3th edition, John
Wiley and Son.Inc, New York.
Krane, Kenneth S., 2008, Fisika Modern, UI-Press, Jakarta.
Kristiyanti, 2009, Analisis Perhitungan Aktivitas Iodium untuk Diagnosis Pasien
Tiroid, Proseding Pertemuan Ilmiah Rekayasa Perangkat Nuklir PRPN-
BATAN, Serpong.
Maestro-32 User Manual, 2006, ORTEC, USA.
Martin, James E, 2006, Physics for Radiation Protection, A handbook 2th edition,
JohnWiley and Son, USA.
30
Malvino, Paul A, 1985, Aproksimasi Rangkaian Semikonduktor; Pengantar
Transistor dan Rangkaian Terpadu edisi keempat, Erlangga, Jakarta.
Susetyo, Wisnu, 1988, Spektrometri Gamma dan Penerapannya Dalam Analisis
Pengaktifan Neutron, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Tedjasari, Suminar R, 1994, Kalibrasi Alat Cacah Seluruh Tubuh untuk
Pencacahan Kelenjar Gondok, Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan
Radiasi dan Lingkungan, Jakarta.
Tsoulfanidis, Nicholas, 1995, Measurement and Detection of Radiation 2th edition,
Taylor & Francis, Whasington DC.
Wardana, wisnu, 2007, Teknologi Nuklir Proteksi Radiasi Dan Aplikasinya, Andi
Yogyakarta.
Young & Freedman, 2008, University Physics with Modern Physics 12th edition,
Pearson Adison Wesley, New York.