sosiologi olahraga

23
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan sosial budaya dalam olahraga banyak fenomena sosial yang berpengaruh terhadap dinamika interaksi sosial-budaya masyarakat. Hal itu sejalan dengan perkembangannya olahraga akan terus mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan kebudayaan. Banyak pendapat para tokoh pendidikan yang kemudian berdampak terhadap peradaban manusia. Terkait tentang arti pentingnya pendidikan bagi manusia yang mempunyai kesehatan secara lahiriah maupun rohaniah. Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup, pendidikan jasmani, olahraga dan Sosiologi olahraga jika dipahami dan dimengerti bagi masyarakat luas maka akan memiliki peranan sangat penting, yaitu memberikan kesempatan kepada semua lapisan masyarakat untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan bersosial antar masyarakat yang satu dengan masyarkat yang lain. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat. Pendidikan memiliki sasaran pedagogis, oleh karena itu pendidikan kurang lengkap tanpa adanya pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, karena gerak sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk

Transcript of sosiologi olahraga

Page 1: sosiologi olahraga

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini perkembangan sosial budaya dalam olahraga banyak fenomena sosial yang

berpengaruh terhadap dinamika interaksi sosial-budaya masyarakat. Hal itu sejalan dengan

perkembangannya olahraga akan terus mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan

kebudayaan. Banyak pendapat para tokoh pendidikan yang kemudian berdampak terhadap

peradaban manusia. Terkait tentang arti pentingnya pendidikan bagi manusia yang mempunyai

kesehatan secara lahiriah maupun rohaniah. Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia

yang berlangsung seumur hidup, pendidikan jasmani, olahraga dan Sosiologi olahraga jika

dipahami dan dimengerti bagi masyarakat luas maka akan memiliki peranan sangat penting,

yaitu memberikan kesempatan kepada semua lapisan masyarakat untuk terlibat langsung dalam

berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan bersosial antar masyarakat

yang satu dengan masyarkat yang lain. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk

membina pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk

pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat. Pendidikan memiliki sasaran pedagogis, oleh karena

itu pendidikan kurang lengkap tanpa adanya pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, karena

gerak sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan dirinya

sendiri yang secara alami berkembang searah dengan perkembangan zaman.

Olahraga sebenarnya merupakan suatu bagian dari ilmu-ilmu sosial. Hal ini ditunjukkan,

didalam pendidikan olahraga dan ilmu pengetahuan olahraga adalah pendekatan bio-medical,

dan sebagai kegiatan organis tubuh manusia saja ( STO, 1976), yaitu menurut pendekatan yang

selama ini mendominasi pengetahuan olahraga, maka prestasi-prestasi para atlet itu ditentukan

oleh kondisi fisik yang sempurna semata-mata (Lueshen, 1998). Kalau dijabarkan, maka menurut

pendekatan ini, faktor-faktor yang menentukan suatu prestasi dari suatu kegiatan olahraga dari

para atlet itu adalah dimulai dari faktor-faktor kondisi organis dari tubuh yang dianggap paling

menentukan ke kepribadian dan sosial, dan lalu faktor-faktor kebudayaan.

Didalam kenyataan, justeru yang terjadi adalah sebaliknya, yaitu suatu prestasi olahraga

yang hebat tidaklah semata-mata ditentukan oleh suatu prestasi olahraga yang hebat tidaklah

semata-mata ditentukan oleh suatu kondisi fisik yang sempurna tetapi bahkan sebaliknya

Page 2: sosiologi olahraga

ditentukan oleh suatu jumlah kontrol yang merupakan sebagian dari struktur sosial yang ada

dalam suatu masyarakat yang bersangkutan. Dengan demikian, kalau dijabarkan maka urutan-

urutan dari suatu prestasi olahraga terjadi dari kebudayaan yang merupakan faktor yang paling

menentukan ke faktor faktor sosial, lalu ke kepribadian dan yang terakhir adalah faktor-faktor

organik dari tubuh atlet yang bersangkutan.

Dalam tulisan ini, yang akan diuraikan olahraga sebagaimana dilihat dari pandangan

ilmu-ilmu sosial, dan khususnya hubungan antara olahraga dengan masyarakat dan kebudayaan.

Dan pentingnya studi-studi tentang olahraga bagi perkembangan teori-teori ilmu-ilmu sosial dan

bagi kepentingan-kepentingan praktis. Berbicara tentang sosiologi olahraga kaitanya dengan

olahraga sebagai fenomena sosial, maka yang akan dibahas dalam makalah ini adalah

hubungannya dengan perkembangan interaksi masyarakat atau anak didik dalam

mengembangkan sosialisasi perkembangan olahraga. Perkembangan pendidikan manusia akan

berpengaruh terhadap dinamika sosial-budaya masyarakatnya. Sejalan dengan itu, pendidikan

akan terus mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan kebudayaan. Banyak

pendapat para tokoh pendidikan yang kemudian berdampak terhadap peradaban manusia.

Pendidikan adalah proses penyesuian diri secara timbal balik antara manusia dengan alam,

dengan sesama manusia atau juga pengembangan dan penyempurnaan secara teratur dari semua

potensi moral, intelektual, dan jasmaniah manusia oleh dan untuk kepentingan pribadi dirinya

dan masyarakat yang ditujukan untuk kepentingan tersebut dalam hubungannya dengan Allah

Yang Maha Pencipta sebagai tujuan akhir. Sejalan dengan pendidikan yang penulis uraikan

diatas maka dalam sejarah dan perkembangan pendidikan olahraga di Indonesia penulis dapat

menarik suatu garis yang kian lama kian menanjak. Masyarakat Indonesia yang dinamis akan

mengakui bahwa persekutuan hidup itu hidup dan tidak hanya mengalami pengaruh pikiran dan

kemampuan manusia individu saja bahkan juga mengalami pengaruh zaman dalam

perkembangan ilmu pengetahuan modern seperti sekarang ini. Olahraga memberi kesempatan

yang sangat baik untuk menyalurkan tenaga dengan jalan yang baik di dalam lingkungan

persaudaraan dan persahabatan untuk persatuan yang sehat dan suasana yang akrab dan gembira.

Tetapi kini kita menghadapi kubu-kubu yang kuat baik yang merupakan alam pikiran, sikap

hidup, tradisi dan kebiasaan yang semuanya adalah peninggalan penjajahan ditambah dengan

feodalisme semenjak 350 tahun yang lalu. Dan kadang-kadang kubu-kubu itu tidak dapat kita

lihat tetapi dapat kita rasakan karena sembunyi di dalam diri manusia. Karena itu kita harus

Page 3: sosiologi olahraga

menyelami alam pikiran pandangan dan sikap seseorang untuk dapat membantu dia membuang

sisa-sisa penjajahan yang masih bersarang dalam dirinya untuk secara sadar membantu gerakan

olahraga.

Dalam hal ini prestasilah yang memegang peranan dan merupakan faktor yang tidak

dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Prestasi yang kita miliki selain mengangkat nama dan

mengharumkan derajat bangsa Indonesia di dunia, suatu prestasi yang tinggi oleh seorang

olahragawan Indonesia dapat membangkitkan dalam diri warga Negara, rasa bangsa yang

sebesar-besrnya, semangat kebangsaan yang menyala-nyala dan jiwa persatuan yang sehebat-

hebatnya sehingga terbangkit kekuatan-kekuatan baru pada dirinya dan mempunyai hasrat yang

benar untuk ikut di dalam gerakan keolahragaan. Dalam dunia keloahragaan banyak kaitannya

dengan bagaimana cara beradaptasi dan berinteraksi dengan lingkungan, Maka ilmu pendidikan

sosiologi harus di fahami dan diterapkan oleh masyarakat terutama para olahragawan,

Page 4: sosiologi olahraga

BAB II

PEMBAHASAN

A. Fenomena Pengaruh Kurikulum Penjas

Perubahan kurikulum pendidikan yang dilakukan pemerintah memberikan dampak yang

sangat besar terhadap pencapaian tujuan pendidikan itu sendiri. Perubahan kurikulum itu sendiri

dengan sendirinya akan  menentukan juga arah dari pendidikan. Tentunya perubahan

kurikulumm  ini seharusnya memiliki dasar yang kuat dan bukan didasari oleh faktor politik

yang sedang berkuasa.

Penetapan kurikulum pendidikan di Indonesia sebenarnya sudah dimulai dari tahun

1947. Pada waktu itu hanya 4 mata pelajaran; Penjas/IPA/bahasa/Psikologi mungkin saja yang

memang dianggap penting dan yang ada hanya pelajaran itu saja. Namun yang tercatat sebagai

awal penetapan kurikulum dimulai sejak tahun 1974 kemudian terus berkembang sampai

sekarang pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Perubahan yang terjadi pada

kurikulum mamerlukan waktu kurang lebih setiap sepuluh tahun. Namun yang menjadi

pertanyaan yang mendasar apakah perubahan kurikulum ini disebabkan karena telah tuntasnya

pencapain tujuan? atau karena kurikulum tersebut sudah tidak relevan dengan kondisi zaman saat

itu.

Perubahan kurikulum pendidikan ini jika karena fator pertama tentunya bangsa

indonesia harusnya sudah berada pada kondisi yang mana telah dirancang sesuai harapan.

Namun jika karena faktor yang kedua maka sesungguhnya arah pendidikan bangsa ini tidak

memiliki visi yang jelas. Jika pendidkan dalam bangsa tidak memiliki visi yang jelas bagaimana

mungkin akan melaksanakan misi pendidikan. Jadi wajar saja bangsa indonnesia tidak

mempunyai bentuk pada saat ini. Jika di katakan sebagai orang timur yang memiliki tatakrama

sopansantun yang lembut yang terjadi saat ini tidaklah demikian. Jika berpikiran dan memilki

budaya barat juga tidak mencapai kemajuan dalam segala sendi kehidupan yang menguasai iptek

seperti negara-negara maju yang ada  di benua Amerika, Eropa dan lainya.

Perjalanan perkembangan kurikulum pendidikan dimulai dari tahun :

1. Tahun 1950 ada kurikulum SD yang disebut “Rencana Pelajaran Terurai”.

2. Tahun 1960 muncul “Kurikulum Kewajiban Belajar Sekolah Dasar”.

3. Tahun 1968 dikenal “Kurikulum 1968″ pengganti “Kurikulum 1950″.

Page 5: sosiologi olahraga

4. Tahun 1970 muncul “Kurikulum Berhitung” diganti dengan pelajaran matematika modern.

5. Tahun 1975 disebut “Kurikulum 1975″ yang fokus pada pelajaran matematika dan

Pendidikan Moral Pancasila serta Pendidikan Kewarnegaraan.

6. Pada tahun 1984 menyempurnakan Kurikulum 1975 dengan “Cara Belajar Siswa Aktif”

(CBSA).

7. Tahun 1991 CBSA dihentikan lalu muncul “Kurikulum 1994″.

8. Tahun 2004 dikenal “Kurikulum Berbasis Kompetensi” (KBK), yang dipelesetkan jadi

Kurikulum Berbasis Kebingungan.

9. Terakhir tahun 2006 muncul “Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan” (KTSP).

Entah berapa tahun lagi ada kurikulum baru yang membuat bingung semua pihak. Siswa kita

jangan dijadikan “kelinci percobaan”.

Pergantian kurikulum yang dilakukan sama  halnya dengan pergantian nama untuk

penjas yang terjadi pada era kemerdekaan. Namun secara prinsipnya tetap tidak terjadi

perubahan hanya berganti nama saja. Sepertinya setiap pergantian kurikulum pendidikan dari

satu periode ke periode selanjutnya tidak pernah memberikan keberpihakan pada pendidikan

jasmani. Pada kurikulum tahun yang berlaku pada tahun 1980-an jumlah jam pendidikan jasmani

hanya 3 jam pelajaran perminggu untuk tingkat SD sampai dengan SMA. Begitu juga pada 

kurikulum di era tahun 1990-an juga tidak memiliki penigkatan. Bahkan untuk kurikulum di  era

tahun 2000-an yang sudah mengalami perubahan  sebanyak tiga kali namun masih saja tidak

memberikan  perubahan yang berarti bagi pendidikan jasmani.

Campur tangan pemerintah dalam menentukan arah pendidikan tidak bisa dipisahkan

dari kepentingan politis siapa yang menjabat pada saat itu. Sedangkan pendidikan merupakan hal

yang bersih seharusnya terlepas dari segala kepentingan  apapun. Jika dilihat dari sejarah pada

tahun 1945 bahwa pendidikan jasmani dijadikan alat untuk dapat mempersiapkan ketahanan

negara yang berbentuk latihan militer. Melalui pendidikan jasmani mampu membangkitkan rasa 

nasionalisme yang tinggi, sebagai media pembentukan karakter yang dilakukan pada waktu itu.

Hal ini membuktikan bahwa sebenarnya kurikulum yang disusun oleh pemerintah tidak lepas

dari apa yang  menjadi tujuan dari pemegang kekuasaan dan kondisi saat itu. Sehingga bisa jadi

kurikulum pendidikan di Indonesia ini berbasis kondisi dan situasi bukan berdasarkan rancangan

jauh kedepan yang memiliki pandangan-pandangan masa depan yang ingin di rancang mau jadi

apa nantinya.

Page 6: sosiologi olahraga

Memanglah demikian jika pendidikan tidak lepas dari tanggung jawab pemerintah

karena dengan pendidikan akan dapat membentuk warga negara yang sesuai dengan harapan dari

negara tersebut. Oleh karena itulah perlunya dan pentingnya disusun kurikulum yang akan

menajdi rel pada saat berjalanya program pendidikan. Namun yang sangat disayangkan bahwa

kurikulum yang ada di negra ini yang telah berjalan selama kurun waktu kurang lebih selama 68

tahun terhitung sejak indonesia merdeka belum memberikan arah yang sanagt jelas mau dibawa

kemana pendidikan kita. Secara undang-undang sudah sangat jelas arah tujuan pendidikan

namun di dalam kurikulum sebagai pelaksana dari undang-undang malah tidak mencerminkan

arah pencapaiannya. Pencapaian yang didasarkan pada skala jangka pendek (setiap tahun,

menegah, dan pendapaian antara.

Sepanjang perjalanan perkembangan kurikulum yang dimulai dari tahun 1950 proporsi

untuk pendidikan jasmani seakan-akan dikesampingkan dari sistem pendidikan seolah-olah

sudah kurang diangggap penting. Yang terjadi saat itu lebih ditekankan pada mata pelajaran

berhitung atau matematika sampai tahun 1975. Pada era tahun 1975  sampai  era tahun 90 an

merupakan dipandang sebagai era propaganda politik dari pengusa pada saat itu yang lebih

dikenal dengan masa orde baru. Penekanan kurikulum adalah pada bagaimana dapat

mempertahankan kekuasaan dengan dalih pembentukan kewarganegaraan melalui bidang studi

Pendidikan Moral Pancasila (PMP). Propaganda dilakukan dengan memberikan pandangan-

pandangan terhadap peristiwa sejarah yang belum dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya

setelah diketahui kebenaran sejarah saat ini. Masa itu pelajaran di kenal dengan mata pelajaran

Pergerakan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB). Memang jika di amati di Indonesia keberadaan

dan kdudukan pendidikan tidak lepas dari kepentingan politik yang seharusnya bersih dari unsur-

unsur tersebut. Karena pada prinsipnya tujuan pendidikan adalah untuk membentuk kematangan

mental dan sikap manusia secara indiviual sehingga menjadi manusia yang bermanfaat untuk

negara juga orang lain.

Kurikulum pendidikan yang dipakai saat ini adalah Kurikulum Tingkat satuan

Pendidikan (KTSP), untuk pelaksanaan pendidikan jasmani jika dipandang lalu disesuaikan

dengan kondisi keadaan yang sudah maju dan modern maka ditemukan kelemahan dan 

kekurangan. Pelaksanaan  pendidikan jasmani terdapat pembatasan-pembatasan pada aktivitas

cabang olahraga, pembatasan ini dilakukan dalam bentuk pembagian cabang olahraga wajib dan

pilihan. Jika  hal ini yang dilakukan bagaimana dengan peserta didik yang harus bisa pada

Page 7: sosiologi olahraga

cabang olahraga wajib sedangkan ia sendiri tidak berminat atau menyukai melalui aktivitas itu,

sehingga pada saat pelaksanaan penjas peserta didik melakukan dengan rasa terpaksa.

Bagaimana mungkin akan mencapaia hasil yang optimal jika dilakukan engan rasa terpaksa.

Seharusnya pada pendidikan jasmani tidak perlu dilakukan pembatasan pendekatan cabang

olahraga. Hal ini juga bertentangan dengan folosofis dari KTSP yang menekankan pelaksanaan

di sesuaikan dengan kondisi sekolah serta lingkungan. Seperti halnya untuk daerah pesisir pantai,

sungai kegiatan penjas lebih cocok pendekatannya melalui aktivitas air; berenang, dayung dan

lainnya. bukan penekannya untuk sepak bola, volly dan lain-lain namun jika ada peserta didik

yang berminat juga tidak dilarang dilaksanakan.   

B. Pendidikan jasmani saat ini

Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh manusia dalam rangka

menciptakan generasi yang lebih baik pada masa yang akan datang. Beragai cara  sudah di

tempuh guna mensiasati supaya apa yang dicita-citakan dan apa yang menjadi tujuan dari

pendidikan itu sendiri dapat terwujud. Oleh karenanya keterlaksanaan sebuah proses pendidikan

tergantung dari apa yang direncanakan yang tertuang dalam cita-cita pendidikan itu sendiri.

Sehingga untuk mencapai tujuan pendidikan secara utuh dan menyeluruh perlu adanya langkah

dan rencana stratejik .

Setiap mata pelajaran memiliki ciri karakteristik tersendiri, secara langsung maupun

tidak langsung  dengan sendirinya dari mata pelajaran memiliki hubungan dan keterkaitan antara

mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lain. Masing-masning memiliki peran dan

fungsi sendiri dan saling mendukung dalam pencapaian hasil belajar dari peserta didik.  Oleh

karena itu tidak dapat memandang bahwa mata pelajaran yang satu lebih penting dari mata

pelajaran yang lain. Sehingga karena dianggap penting maka mengorbankan mata pelajaran yang

dianggap tidak penting seperti pengaturan jumlah jam pelajaran. Seperti kondisi yang terjadi saat

ini beban  belajar para peserta didik lebih berat untuk mata pelajaran yang di laksanakan pada

Ujian Nasional (UN). Jika dilihat secara kuantitas jam belajar maupun secara beban materi yang

harus dipelajari. Jika hal ini dibiarkan   terus berlarut berkepanjangan akan dapat mengakibatkan

tidak seimbangnya pertumbuhan para peserta didik, apalagi tanpa disokong dengan kondisi fisik

yang bugar. Kehadiran dari semua mata pelajaran yang diberikan secara utuh menurut

proporsinya dan jika dilaksanakan sesuai dengan peran dan fungsinya akan membentuk peserta

Page 8: sosiologi olahraga

didik  yang memiliki pertumbuhan secara seimbang. Tidak memandang perkembangan jasmani

itu lebih penting dari perkembangan intlektualnya atau sebaliknya memandang perkembangan

intlektual itu lebih penting dari perkembanagn jasmaninya. Atau mengedapankan kedua aspek

tersebut, perkembangan jasmani dan kecerdasannya  sementara mengabaikan dari perkemangan

perilaku  dan mentalnya. Oleh karena itu maka setiap mata pelajaran memiliki arti, fungsi dan

peran tersendiri yang sama pentingnya.

Setiap mata pelajaran memang memiliki ciri khusus seperti pada mata pelajaran

matematika, bahasa, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Agama , Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

lebih dominan pada ranah kognitif.  Artinya bagaimana otak bekerja lebih di optimalkan untuk

mampu terus berfikir. Sedangakan secara khusus yang menangani pada aspek fisik hanya mata

pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan saja. Mata pelajaran Pendidikan Jasmani

bertanggung jawab sepenuhnya terhadap perkembanagn fisik seluruh peserta didik di sekolah.

Melalui pendidikan  jasmani seluruh peserta didik diharapkan dapat  memiliki tubuh yang sehat

dan bugar.  Karena dengan memiliki tubuh yang sehat tentunya peserta didik barulah bisa

melakukan aktivitas belajar dengan nyaman. Sehingga diharapkan nantinya akan dapat dengan

memudahkan meraih prestasi belajar yang maksimal.

Pelaksanaan pembelajaran disekolah khusunya pada mata pelajaran pendidkan jasmani

keberhasilannya sangat dipengaruhi oleh faktor guru. faktor guru memegang peran yang sangat

strategis. Karena keseharaian tugas seorang guru penjas memiliki intensitas  yang tinggi karena

selain menyelesaikan tugas yang ada disekolah, juga harus menyelesaikan tugas yang ada

dirumah untuk menyiapkan rencana pembelajaran untuk esok hari.  Karena pada prinsipnya

tugas seorang guru penjas tidak dapat digantikan oleh guru mata pelajaran yang lain. Oleh karena

itu seorang guru pendidkan jasmani dituntut untuk dapat bekeja secara profresional sebagai

seorang guru.

Guru pendidikan jasmani adalah individu yang memeperoleh pendidikan akademik

dan/atau profesional dari bidang penjas dalam berbagai jenjang serta memiliki seperangkat

kemapuan dan kewenangan untuk melakasanakan pendididkan melalui aktivitas fisik. Hal yang

serupa juga dikatakan bahwa guru penjas yang profesional harus memenuhi persyaratan sebagai

berikut:

1. Memiliki kemampuan merencanakan dan merancang program pembelajaran harian,

mingguan, catur wulan dan tahunan.

Page 9: sosiologi olahraga

2. Kemampuan mendidik melalui aktivitas jasmani.

3. Kemampuan mengevaluasi pembelajaran.

4. Kemampuan menggunakan hasil evaluasi untuk kegiatan remidial.

Sehingga sebenarnya guru penjas yang profesional adalah guru yang memiliki segenap

kemampuan yang digunakan untuk mendidik sehingga dapat mengembangkan peserta didik

secara selaras dan seimbang. Perkemangan peserta didik yang selaras dan seimbang satu

diantaranya adalah ditandai dengan dimilikinya kemampaun secara fisik berupa kondisi badan

yang sehat, jauh dari penyakit dikarenakan berfungsinya sistem kekebalan tubuh.  Untuk dapat

memiliki sistem kekebalan tubuh maka peserta didik harus senantiasa menjaga tingkat derajat

kesehatan atau kebugaran jasmaninya.

Pelaksanaan pendidikan  jasmani disamping karena faktor guru juga dipengaruhi oleh

faktor-faktor yang lain seperti; sarana dan prasarana olahraga baik yang ada disekolah maupun

yanga ada dilingkungan masyarakat sebagai sarana untuk latihan, faktor biaya yang tersedia yang

mendukung kegiatan pendidikan jasmani.

Pelaksanaan pembelajaran pada pendidikan jasmani yang terjadi saat ini telah terjadi

perubahan arah dan tujuan. Yang terjadi di lapangan saat ini di kalangan para guru penjas sendiri

terdapat dulisme pandangan terhadap konsep tentang pendidikan jasmani di sekolah.

1. Pandangan pertama memandang penjas sebagai sarana untuk membantu mencapai

perkembangan peserta didik secara menyeluruh. Sehingga arah tujuan  yang ingin dicapai

adalah kesegaran jasmani peserta  didik.

2. Pandangan yang kedua adalah pendidikan jasmani merupakan mata pelajaran yang berdiri

sendiri, memiliki tujuan prestasi olahraga sehingga guru berupaya menjadikan peserta

didiknya untuk menjadi atlet. Merupakan suatu kebanggan bagi guru jika muridnya bida

menjadi atlet dan terus menajdi juara.

Konsep tentang pendidikan jasmani menurut pandangan yang pertama, bahwa para guru

memahami konsep ini memang seperti apa yang diharapakan dalam pendidikan jasmani yang

sebenarnya.  Artinya tujuan dari pelaksaan dalam PBM adalah agar pererta didik memiliki

kesegran jasmani sehingga akan dapat mengembangkan kemampuan seluruh organ da sistem

syaraf, peredaran darah, otot, persendian dan tulang pada tubuh sehingga akan membantu para

peserta didik dengan mudah untuk mencapai prestasi belajar pada mata pelajaran lain.

Page 10: sosiologi olahraga

Menurut pandangan kelompok yang kedua memahami konsep tentang pendidikan jasmani

adalah bahwa pendidikan jasmani adalah mata pelajaran sendiri yang memiliki tujuan untuk

mencapai prestasio dalam bidang olah raga.nSehingga di dalam PBM yang dilakukan bagaimana

supaya siswa mampu memiliki keterapilan teknik gerakan. Sehingga aktivitas mulai dari SD,

SMP dan SMA jika dilihat dari arah dan tujuan tidak lagi sesuai dengan harapan.

Permasalahannya adalah para guru memiliki pandangan dan tujuan yang berbeda-beda. Sehingga

pada tataran pelaksanaanya dilakukan sesuai dengan keingginan dari masing-masing  guru.

Pandangan dari kebanyakan guru pendidikan jasmani bahwa pelaksanaan pendidikan jasmani

adalah untuk mencapai prestasi karena pada usia sekolah sudah ada  perlombaan dan

pertandingan yang dilaksanakan sampai tingkat nasional (O2SN). Sehingga  menyebabkan guru

berlomba-lomba menjadikan peserta didiknya untuk menjadi atlet, sehingga secara tidak

langsung akan memberikan dampak positif  kepada guru bersangkutan. Jika padangan-

pandangan  ini yang menyebabkan maka dapat disimpulkan bahwa faktor pemahaman konsep

tentang pendidikan jasmani oleh para guru juga satu dari penyebab mengapa peserta didik tidak

menjadi bugar.

Keberhasilan dalam proses pembelajaran yang dilakukan seorang guru tergantung pada

perencanaan yang buat sebelum pelaksanaan permbelajaran. Sehingga arah dan alur pelaksanaan

pembelajaran menjadi lebih jelas, yang disesuaikan dengan tujuan dari pembelajaran. Oleh

karena itu untuk mengetahui apakah proses pembelajaran sudah mencapai tujuan maka

diperlukanlah evaluasi sebagai alat kontrol yang mencakup kegiatan pengukuran dan penilaian.

Yang terjadi di lapangan sekarang ini pada saat pembelajaran para guru mengalami kebingungan

untuk melaksanakan penilaian, apakah penilaian terhadap proses dari pembelajaran yang

dijadikan indikator pengukuran dari penilaian atau penilaian terhadap hasil atau produk.

Sehingga bentuk penilaian yang digunakan pada saat pembelajaran menjadi sangat beragam.

C. Pokok-pokok pikiran

1. Pengaruh Pemahaman Konsep tentang Penjas

Melakukan perubahan dalam rangka memperbaiki satu kondisi pendidikan jasmani yang

sudah kacau bukanlah perkara yang mudah untuk dilakukan. Untuk dapat mewujudkan

perubahan maka terlebih dahulu harus dimulai  dengan merubah paradigma (mindsett) atau cara

pandang para guru penjas yang selama ini telah mengakar cukup lama dalam pikiran. perubahan

Page 11: sosiologi olahraga

tidak dapat langsung dilakukan secara seluruh  dan serempak namun dimulai dari skala yang

kecil, kemudian meningkat pada skala yang lebih luas. Oleh sebab itu langkah pertama yang

harus dilakukan adalah memberikan pemahaman konsep tentang pendidikan jasmani kepada para

guru dengan benar. karena jika salah dalam memahami konsep dari pendidikan jasmani maka

tidak akan pernah mencapai tujuan.

Untuk dapat memahami konsep pendidikan jasmani  dengan benar maka seoarang guru

penjas dituntut untuk mengerti makna yang terkandung dalam pendidikan jasmani itu secara utuh

dan enyeluruh. Artinya seorang guru penjas harus memahami tentang filosofis  dari pendidikan

jasmani yang mencakup tiga syarat:

Seorang guru pendidikan jasmani harus paham terhadap definisi dari pendidikan jasmani.

Seorang guru pendidikan jasmani  harus  paham tentang kemanfaatan dari pendidikan

jasmani.

Seorang guru pendidikan jasmani memahami bagaimana untuk melaksanakannya.

Pertama memahami definisi dari pendidikan jasmani diartikan sebagai kemampuan

seorang guru pendidikan jasmani untuk menempatkan kedudukan dari mata pelajaran yang

diampunya  terhadap mata pelajaran yang lain. Guru pendidikan jasmani harus mampu

memposisikan bahwa pendidikan jasmani itu setara dan sama pentingnya dengan mata pelajaran

yang lain. Hal yang mendasari bahwa pendidikan jasmani setara dan sama pentingnya dengan

mata pelajaran yang lain adalah karena setiap mata pelajaran memiliki karakteristik yang

berbeda. Artinya aspek yang akan dikembangakan dari peserta didik melalui proses

pembelajaran dari setiap mata pelajaran tentu berbeda. Karena pada mata pelajaran selain

pendidikan jasmani (ilmu alam, ilmu sosial dan matematika) aspek yang dikembangkan dari

peserta didik adalah aspek kecerdasan otak (kognitif) dan aspek afektif. Sehingga untuk

mengembangkan aspek fisiknya (yang mencakup psikomotor) merupakan tanggung dari mata

pelajaran pendidkan jasmani sepenuhnya. Sehingga inilah maksud dari makna “bagian integral 

dari pendidikan keseluruhan”. adalah bagaimana memposisikan kedudukan pendidiakn jasmani

sebagai mana penjelasan  di atas.

Selama ini yang terjadi para guru pendidikan jasmani memahami konsep dari

pendidikan jasmani “bagian integral dari pendidikan keseluruhan” adalah memandang

pendidikan jasmani itu sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri sama halnya dengan mata

pelajaran lainnya. Sehingga kecendrungan keberadaan dari pendidikan jasmani juga untuk

Page 12: sosiologi olahraga

mengembangkan aspek kognitif peserta didik. Yang harus disadari oleh guru pendidikan jasmani

bahwa kecerdasan yang merupakan hasil dari fungsi otak, merupakan bagian dari tubuh secara

keseluruhan. Apabila satu diantara organ bagian tubuh terganggu karena sakit, maka seluruh

sistem organ tubuh ikut terganggu pula. Hal ini dikeranakan seluruh organ yang ada dalam tubuh

saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Oleh karena itu keberadaan pendidikan jasmanai

di sekolah adalah untuk mempersiapkan tubuh sebagai pondasi dasar untuk mengembangakan

segala potensi  dari peserta  didik baik ranah kognitif, afektif dan psikomotor yang semuanya

bersemayam dalam tubuh.

Kedua guru pendidikan jasmani harus memahami manfaat dari pendidikan jasmani. Jika

berbicara tentang manfaat maka seorang guru pendidikan jasmani harus  bertanya pada dirinya,

untuk apa saya ada disini (ada di sekolah)?, apa yang akan saya berikan untuk sekolah? untuk

peserta didik? Pertanyaan-pertanyan di atas merupakan dasar bagi seoarang  guru untuk

memahami tentang kemanfaatan dari pendidikan jasmani. Oleh karena itu seorang guru

pendidikan jasmani agar supaya pendidikan jasmani dapat memberikan manfaat maka ia harus

mampu mencapai tujuan dari pendidikan jasmani. Berdasarkan pengertiannya bahwa tujuan dari

pendidikan jasmani  “meningkatkan individu secara organik, neomusular, intlektual, dan

emosional”. Yang menjadi penekanan dalam tujuan pendidikan jasmani yang utama adalah

faktor perkembangan peserta didik dari sisi perkembangan organik serta perkembangan

neomuskular. Bericara tentang perkembangan organik dan neomuscular maka akan berkaitan

tentang kondisi fisik secara keseluruhan. Berkembangnya  fungsi organ (organik) dan sistem

syaraf (neouscular) peserta didik, hal ini erat kaitannya dengan fungsi dan sistem kerja oragan itu

secara maksial. Oleh karena itu agar seluruh sistem ini dapat  berfungsi dengan baik maka syarat 

utama adalah peserta didik harus berbadan sehat. Derajat kesehatan peserta didik dapat dilihat

dari kesegaran  jasmaninya. Semakin tinggi tingkat kesegaran jasmani maka dapat dipastikan

fungsi organ dan sistem syaraf akan berfungsi secara optimal.

Peran dan fungsi pendidkan jasmani  yang utama di sekolah adalah bagaimana seluruh

warga sekolah, terutama peserta didik agar senantiasa terus dalam keadaan sehat. Karena dengan

kondisi badan sehat peserta didik dapat belajar dengan tenang tanpa mengalami gangguan.

Tubuh perseta didik yang sehat ditandai dengan berfuingsinya seluruh organ secara normal dan

maksial pada saat belajar, sehingga menghasilkan daya konsentrasi yang tinggi untuk dapat

menerima materi pelajaran. Agar dapat menghasilkan daya konsentarsi yang tinggi  maka

Page 13: sosiologi olahraga

diperlukan asupan oksigen (O2) ke otak. Banyaknya asupan oksigen (O2) sangat tergantung dari

kualitas sistem peredaran darah yang ada. Sedangkan sitem peredaran darah dipengaruhi oleh

kapasitas kerja jangtung. Kapasitas kerja jangtung erat kaitannya dengan kondisi kesegaran

jasmani. Oleh karena itu agar peserta didik memiliki daya konsentrasi yang tinggi maka syarat

utama adalah  harus memilki tingkat kesegaran  jasmani yang baik.

Selama ini banyak para guru pendidikan jasmani memahami fungsi dari pendidikan

jasmani adalah sama seperti mata pelajaran yang lain. Sehingga tujuan yang akan di capai di

dalam pembelajaran sama seperti dengan mata pelajaran yang lain. Sedangkan aspek yang

seharusnya dikembangkan sebagai tujuan utama, dari peserta didik malah diabaikan. Sehingga

yang terjadi saat ini dirasakan mata pelajaran pendidikan jasmani dianggap menjadi tidak penting

oleh kebanyakan guru bahkan oleh para kepala sekolah. Mengapa demikian? karena  mata

pelajaran pendidikan jasmani selama ini dirasakan tidak memberikan kontribusi yang berarti bagi

dunia pendidkan. Bahkan materi-materi dalam pembelajaran dalam pendidikan jasmani bagi para

peserta didik menjadi beban tambahan baru. Hal ini disebakan karena harus banyak menghafal

segala kejadian-kejadian dan fenomena dalam dunia olahraga yang sebenarnya tidak

memberikan manfaati dalam kehidupan nyata.

Ketiga guru pendidikan jasmani harus paham bagaimana melaksanakan pembelajaran

pendidikan jasmani. Pendidikan jasmani dirasakan memberikan manfaat apabila guru pendidikan

jasmani mampu mencapai tujuan dari pendidikan jasmani. Sehingga untuk dapat mencapai

tujuan maka syarat utama adalah pelaksanaan di dalam pembelajaran harus mencerminkan

pencapain dari tujuan pendidikan jasmani.  Artinya rancangan dan pelaksanaan proses dari

pembelajaran pendidikan jasmani memang benar-benar mengarah pada sasaran yang akan di

capai dalam tujuan pendidikan jasmani. Sehingga muatan dan arah dari pembelajaran yang

dilakukan berisikan aktivitas-aktivitas jasmani yang mampu menimbulkan minat  seluruh peserta

didik untuk secara aktif   berpartisipasi.

Sehingga bentuk pembelajaran pendidikan jasmani pada saat berlangsungnya proses

pembelajaran bukanlah ditekankan pada pencapaian penguasaan keterampilan gerak  cabang

olahraga bagi peserta didik. Melainkan bagaimana peserta didik tersebut harus memiliki

kesegaran jasmani melalui aktivitas-aktivitas yang ia sukai dengan cara apapun. Aktivitas yang

menjadi media dalam pencapaian kesegaran jasmani tidak terbatas pada satu cabang olahraga

ataupun diarahkan pada cabang olahraga tertentu. Pesrta didik diberi kebebasan untuk memilih

Page 14: sosiologi olahraga

satu, dua atau lebih cabang olahraga yang ia sukai. Selain untuk mengembangakan gerak

multilateral penekanan yang utama adalah untuk  mencapai kesegaran jasmaninya.

2. Dualisme Profesi pada Guru Penjas

Seorang guru pendidikan jasmani sebenarnya pada dirinya telah melekat dualisme profesional yang selama ini mungkin tidak disadari. Artinya ia sebagai pendidik  dan juga sekaligus sebagai seorang pelatih. Artinya sebagai pendidik atau guru maka tak kala ia sedang berada di depan kelas pada saat pembelajara berlangsung (intrkurikuler). Namun ia juga sebagai seorang pelatih pada saat proses berlangsungnya latihan yang dilaksanakan di luar jam pembelajaran sekolah (ekstrkurikuler). Sehingga kesalahan yang terjadi selama  ini adalah tertukarnya peran dari dualisme yang ada pada diri guru pendidikan jasmani. Jika proses pembelajaran  yang dilaksanakan disekolah menekankan peserta didik untuk mampu menguasai teknik keterapilan cabang olah raga, maka tentunya implikasi  dari pencapaian teknik keterapilan adalah berorientasi pada efektifitas gerak untuk mencapai hasil   prestasi maksial. Sebenarnya jika  ini yang telah  dilakukan oleh seluruh guru pendidikan jasamani  maka kesalahan dalam pelakasanaan pendidkan jasmani telah terjadi selama ini.   Karena tugas ini merupakan tugas seorang pelatih. Karena tugas utama seorang guru pendidkan jasmani adalah mengupayakan agar peserta didik sehat dan bugar. Sehingga seharusnya jika pada saat pelaksanaan pembelajaran di sekolah maka atribut yang ia pakai adalah baju guru pendidikan jasmani yang memiliki arah tujuan untuk meningkatkan kesegaran jasmani. Sedangakan pada saat ia melatih maka ia  menggunakan baju pelatih yang memiliki arah tujuan untuk meningkatkan kemapuan gerak maksial, yang mengarah dengan keterapilan gerak.

Page 15: sosiologi olahraga

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan