sosial_singlurus

26
Bab 2 Komponen Sosial-Ekonomi-Budaya dan Kesehatan Masyarakat Komponen Sosial-Ekonomi-Budaya dan Kesehatan Masyarakat yang akan ditelaah adalah : 1. Demografi 2. Sosial Budaya Pranata sosial, Adat Istiadat dan pola kesiasaan yang berlaku, Pendidikan dan sarana pendidikan, Agama dan sarana peribadatan, Sikap dan persepsi masyarakat. 3. Perekonomian Wilayah dan Masyarakat Pendapatan dan pola nafkah ganda, Kesempatan kerja, Pola pemilikan dan penggunaan lahan, Prasarana dan perekonomian, Pola pemanfaatan sumber daya alam, Distribusi pendapatan dan efek ganda. Bab 3 Komponen Sosial-Ekonomi-Budaya dan Kesehatan Masyarakat A. Komponen Sosial-Ekonomi-Budaya Masyarakat Pengumpuan data sosekbud Data sosial ekonomi dan budaya masyarakat meliputi data primer dan data sekunder yang diperoleh melalui : 1. Penelitian literatur, yaitu dengan mempelajari dokumen- dokumen pemerintah dan swasta dan atau penelitian terdahulu yang berkaitan dengan obyek penelitian, 2. Observasi, yaitu mengadakan pengamatan dan pencatatan terhadap fakta dan gejala obyek penelitian, 3. Wawancara berpedoman dengan responden hasil dari proses pemercontohan acak sederhana melalui : Komunikasi langsung kepada setiap responden dengan menggunakan daftar pertayaan, Partisipasi melalui kelompok diskusi terarah, dalam hal ini fasilitator menentukan topik tertentu 4. Untuk mengurangi kelemahan masing-masing teknik pengumpulan data, maka digunakan teknik triangulasi. Obyek penelitian sosial ekonomi dan budaya masyarakat dipusatkan di lokasi-lokasi atau desa-desa yang diperkirakan terkena dampak oleh kegiatan pertambangan batubara. Komponen data sosial ekonomi dan budaya masyarakat yang dikumpulkan terdiri dari :

Transcript of sosial_singlurus

Page 1: sosial_singlurus

Bab 2Komponen Sosial-Ekonomi-Budaya dan Kesehatan Masyarakat

Komponen Sosial-Ekonomi-Budaya dan Kesehatan Masyarakat yang akan ditelaah adalah :

1. Demografi2. Sosial Budaya

Pranata sosial, Adat Istiadat dan pola kesiasaan yang berlaku, Pendidikan dan sarana pendidikan, Agama dan sarana peribadatan, Sikap dan persepsi masyarakat.

3. Perekonomian Wilayah dan Masyarakat Pendapatan dan pola nafkah ganda, Kesempatan kerja, Pola pemilikan dan penggunaan lahan, Prasarana dan perekonomian, Pola pemanfaatan sumber daya alam, Distribusi pendapatan dan efek ganda.

Bab 3Komponen Sosial-Ekonomi-Budaya dan Kesehatan MasyarakatA. Komponen Sosial-Ekonomi-Budaya Masyarakat Pengumpuan data sosekbudData sosial ekonomi dan budaya masyarakat meliputi data primer dan data sekunder yang diperoleh melalui :

1. Penelitian literatur, yaitu dengan mempelajari dokumen-dokumen pemerintah dan swasta dan atau penelitian terdahulu yang berkaitan dengan obyek penelitian,

2. Observasi, yaitu mengadakan pengamatan dan pencatatan terhadap fakta dan gejala obyek penelitian,

3. Wawancara berpedoman dengan responden hasil dari proses pemercontohan acak sederhana melalui :

Komunikasi langsung kepada setiap responden dengan menggunakan daftar pertayaan,

Partisipasi melalui kelompok diskusi terarah, dalam hal ini fasilitator menentukan topik tertentu

4. Untuk mengurangi kelemahan masing-masing teknik pengumpulan data, maka digunakan teknik triangulasi.

Obyek penelitian sosial ekonomi dan budaya masyarakat dipusatkan di lokasi-lokasi atau desa-desa yang diperkirakan terkena dampak oleh kegiatan pertambangan batubara. Komponen data sosial ekonomi dan budaya masyarakat yang dikumpulkan terdiri dari :

Data demografi, Profil kesehatan, Pengelolaan kesehatan, Data sosial budaya masyarakat, Data perekonomian wilayah dan masyarakat, Produk kebijakan kewilayahan dan nasional,

Page 2: sosial_singlurus

Profil dan penelitian kelayakan perusahaan pertambangan. Penentuan Sampel Penelitian

Penentuan sampel terhadap populasi di pemukiman menggunakan pemercontohan acak sederhana (simple random sampling). Hal-hal yang diperhatikan dalam kaitan tersebut adalah sebagai berikut :

Sebaran dan jumlah responden berkenaan dengan tingkat gradasi pengaruh adanya kegiatan pembangunan,

Keterwakilan strata sosial responden Aparat dan non aparat

Metode Analisis DataMateri pokok kajian dalam komponen sosial ekonomi dan budaya masyarakat adalah :

Analisis kebijakan sektor pertambangan dan sektor terkaitnya, Analisis kependudukan, Analisis potensi ekonomi wilayah, Analisis pemanfaatan lahan sekitar wilayah pertambangan, Analisis prasarana dan sarana wilayah, Analisis fenomena sosial budaya masyarakat seitar pertambangan dan

perkiraan fenomena sosial budaya karyawan perusahaan pertambangan.

Mengingat data yang diperoleh bervariasi dan saling berkorelasi, maka digunakan :

Anaisis kualitatif dengan menggunakan analisis deskriptif Analisis kuantitatif dengan menggunakan : Analisis multivariate yakni multidementional scalling, Analisis manfaat dan biaya, Economic multiplier effect analisys.

Rangkuman metode pengambilan data untuk komponen sosekbud dapat dilihat pada tabel berikut.

TabelMetode Pengumpulan Data Sosekbud Masyarakat

No. Parameter Metode/Peralatan1. Kependudukan (demografi) :

Jumlah kepadatan, tingkat pertumbuhan, struktur dan tingkat perbandingan penduduk

Data sekunder : Data kependudukan Desa,

Kecamatan dan Kabupaten atau data sekunder lainnya

2. Sosial Ekonomi :a. Pola pemilikan dan penguasaan

sumber daya, prasarana dan sarana perekonomian lokal serta mata pencaharian

Data sekunder : Data potensi Desa,

Kecamatan dan Kabupaten Perencanaan

pembanguna kewilayahanb. Peluang kerja dan kesempatan

berusaha, pendapatan penduduk sertapola pemanfaatan sumber daya alam

Data sekunder : Penelitian literatur

Data primer Observasi Wawanacara

Page 3: sosial_singlurus

3. Sosial Budaya :a. Pranata sosial, adat istiadat,

proses sosial, akulturasi budaya, kelompok masyarakat, pelapisan sosial masyarakat, perubahan sosial, pemukiman, tingkat pendidikan dan agama yang dianut.

Data sekunder : Penelitian literatur

(literatur sosial budaya setempat dan agama, dokumentasi daerah, dan lainnya yang sejenis)

Data primer Observasi Wawanacara

b. Persepsi masyarakat terhadap rencana proyek, terhadap peluang kerja dan terhadap kaum pendatang

Data sekunder : Penelitian literatur

(hasil penelitian kemasyarakatan yang terkait)

Data primerWawanacara dengan kuisioner dan kelompok diskusi terarah terhadap responden

c. Kamtibmas Data sekunder : Penelitian literatur

dan analisis data demografi dan kesehatan masyarakat

Data primer Observasi Wawanacara dengan kelompok

diskusi masyarakat sekitard. Adaptasi ekologi dan

ketergantungan ekonomiData sekunder : Penelitian literatur

(data statistik desa, hasil penelitian mengenai keadaan masyarakat)

Data primer Observasi Wawanacara

Sedangkan analisis data tersebut di atas menggunakan rumus statistik sebagai berikut :a. Angka Pertumbuhan Penduduk

dimana :r : Angka pertumbuhan penduduk (%)Pt : Jumlah penduduk pada tahun ke-t (jiwa)P0 : Jumlah penduduk pada tahun ke-0 (jiwa)T : Lamanya waktu (interval waktu) antara P0 dan Pt

b. Kepadatan Penduduk

Page 4: sosial_singlurus

Keterangan :D = Kepadata Penduduk (jiwa/Km2)c. Rasio Jenis Kelamin

dimana : SR : Rasio jenis kelaminL : Banyaknya penduduk Laki-laki (jiwa)P : Banyaknya penduduk perempuan (jiwa)K : Konstanta (100)d. Ketergantungan Ekonomi (Angka Beban Tanggungan)

dimana :DR : Angka beban tanggungan (Dependency Ratio)P0-14 : Jumlah penduduk usia 0 – 14 tahunP60: Jumlah penduduk usia 60 tahun ke atasP15-59 : Jumlah penduduk 15 – 59 tahunK : Konstanta (100)e. Multi Dimenstional Scalling

Multi dimentional scalling adalah suatu metode dalam mendeskripsikan pendekatan antara n dari obyek ke dalam plot sebanyak r dimensi

(pengelompokan dari variabel yang ada kesamaan/kemiripan) dengan menggunakan ukuran kemiripan atau ketidakmiripan yang diketahui antar obyek-obyeknya.

Dimana : Y : Dampaka : Konstantabx1, cx2, dx3 dst : Variabelf. Economic multiplier Effect

Economic multiplier effect adalah pengaruh ganda ekonomi akibat adanya investasi yang mempengaruhi penambahan pendapatan.

Page 5: sosial_singlurus

dimana :K : Angka penggandaanC : Besarnya persentase pengeluaran dari pendapatan

Komponen Sosial Ekonomi dan BudayaA. Kependudukan

Gambaran kependudukan daerah penelitian dideskripsikan dari struktur penduduk yang meliputi kepadatan penduduk, pertumbuhan penduduk, komposisi penduduk, tekanan penduduk dan mobilitas penduduk. Dari sembilan desa yang menjadi daerah kajian dari penelitian ini, yaitu : Desa Margomulyo, Karya Merdeka, Argosari, Bukit Raya, Beringin Agung, Tani Bhakti, Sei Seluang, Salok Api Darat dan Ambarawang Darat.

Data kependuduk sembilan desa pada tahun 2008 diketahui ada 4.556 KK, total penduduk berjumlah 15.156 jiwa dengan kepadatan 56,33 jiwa/Km2.. Jumlah penduduk laki-laki berjumlah 8.306 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 7.250 jiwa dengan angka sex ratio 114,57%, artinya setiap 100 jiwa penduduk perempuan ada 114 jiwa penduduk laki-laki. Dari kesembilan desa tersebut, desa dengan jumlah penduduk tertinggi dan luas wilayah terluas adalah desa Karya Merdeka sejumlah 4.443 jiwa dengan kepadatan 45.82 jiwa/Km2. Desa dengan jumlah penduduk terendah adalah Desa Argosari sejumlah 623 jiwa dengan kepadatan 103.83, desa dengan luas wilayah paling sempit adalah desa Tani Bakti yaitu 3 Km2 sehingga memiliki tingkat kepadatan penduduk paling tinggi yaitu 405,67 jiwa/Km2, sedang persentase sex ratio penduduk laki-laki dan perempuan dari semua desa diatas 100%, daam arti bahwa setiap desa di daerah penelitian dari 100 jiwa penduduk perempuan ada 100 lebih jiwa penduduk laki-laki atau jumlah penduduk laki-laki di setiap desa lebih banyak dibandingkan dengan penduduk perempuan. Rincian gambaran kependudukan tersebut, dapat dilihat pada tabel 1 berikut.

Tabel 1Luas Desa, jumlah penduduk, sex ratio dan kepadatan penduduk

daerah penelitian.

No. Desa/Kelurahan Luas

Wilayah(Km2)

Jumlah KK

Penduduk (Jiwa)Sex

Ratio(%)

Kepadatan Pend.(jiwa/Km2)

L P Jumlah

1.  Margomulyo 18,51 289 518 470 988 110,21 53,38

2. Karya Merdeka 96,97 1.01

3 2.438 2.005 4.443 121,60 45,82

3.  Argosari 6 415 336 287 623 117,07 103,834.  Bukit Raya 20 304 644 572 1.216 112,59 60,805.  Beringin Agung 25 304 608 522 1.130 116,48 45,206.  Tani Bakti 3 390 644 573 1.217 112,39 405,677.  Sei Seluang 41,14 1.009 1.409 1.311 2.720 107,48 66,128.  Salok Api Darat 15,87 444 797 707 1.504 112,73 94,77

Page 6: sosial_singlurus

9.  Ambarawang Darat 40,18 388 912 803 1.715 113,57 42,68Jumlah 266,67 4.556 8.306 7.250 15.556 114,57 58,33

Sumber : Kecamatan Samboja Dalam Angka 2008 (diolah lagi)Pertumbuhan penduduk sembilan desa di daerah penelitian selama

tujuh tahunan (dari tahun 2001 sampai dengan 2008) diketahui cukup variatif, dimana ada dua desa memiliki pertumbuhan negatif sedang tujuh desa lainnya memiliki pertumbuhan positif. Dari perhitungan komulatif pertumbuhan penduduk dengan interval tujuh tahun diketahui desa dengan pertumbuhan terendah atau pertumbuhan negatif adalah desa Argosari yaitu -1,08% sedang desa dengan pertumbuhan penduduk tertinggi adalah desa Ambarawang Darat yaitu sebesar 4,80%. Bila dilihat secara keseluruan diketahui pertumbuhan penduduk adalah sebesar 1,77%. Rincian pertumbuhan penduduk di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 2 berikut.

Tabel 2Pertumbuhan Penduduk di Daerah Penelitian (tahun 2001 s.d 2008)

No. Desa/Kelurahan

Jumlah Penduduk (jiwa)

(t) Interval waktu

(tahun)

(r)Pertumbuhan

(%) 2001 (P0) 2008 (Pt)

1.  Margomulyo 823 988 7 2,642.  Karya Merdeka 3.989 4.443 7 1,553.  Argosari 672 623 7 -1,084.  Bukit Raya 1170 1.216 7 0,555.  Beringin Agung 1050 1.130 7 1,056.  Tani Bakti 1265 1.217 7 -0,557.  Sei Seluang 2.140 2.720 7 3,498.  Salok Api Darat 1415 1.504 7 0,889.  Ambarawang Darat 1235 1.715 7 4,80

Jumlah 13.759 15.556 7 1,77Sumber : Kecamatan Samboja Dalam Angka 2008 (diolah lagi)

Komposisi penduduk menurut kelompok umur di daerah penelitian dengan pengkatagorian usia produktif dan usia non-produktif guna menghitung tingkat beban tanggungan atau dependency ratio, secara keseluruan dari sembilan desa diketahui sebesar 57,51% dalam arti ada 57,51 jiwa penduduk non produktif menjadi tanggungan 100 jiwa penduduk produktif. Rincian tingkat beban tanggungan atau dependency ratio penduduk di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 3 berikut.

Tabel 3Jumlah Penduduk, Jumlah Penduduk Usia Produktif-Non produktif dan Tingkat

Beban Tanggungan (dependency ratio) Penduduk di Daerah Penelitian

No Desa/Kelurahan JumlahPenduduk usia (tahun) Dependenc

y Ratio (%)0 - 4 15 - 64 > 651  Margomulyo 988 289 602 97 64,122  Karya Merdeka 4.443 1.253 2.892 298 53,633  Argosari 623 193 307 123 102,934  Bukit Raya 1216 502 618 96 96,765  Beringin Agung 1130 359 685 86 64,966  Tani Bakti 1217 315 826 76 47,347  Sei Seluang 2.720 653 1.899 168 43,23

Page 7: sosial_singlurus

8  Salok Api Darat 1504 422 984 98 52,859  Ambarawang Darat 1715 536 1.063 116 61,34

Jumlah 15.556 4.522 9.876 1.158 57,51 Sumber : Kecamatan Samboja Dalam Angka 2008 (diolah lagi)

Desa dengan tingkat beban tanggungan tertinggi adalalah desa Argosari yaitu sebesar 102,93% dalam arti dari 100 jiwa penduduk produktif memiliki beban tanggungan 102,93 jiwa penduduk non-produktif. Sedang desa dengan tingkat beban tanggungan terendah adalah desa Sei seluang yaitu sebesar 43,23% dalam arti dari 100 jiwa penduduk produktif menanggung 43,23 jiwa penduduk non-produktif atau 1 jiwa penduduk non-produktif menjadi tanggungan 2 jiwa penduduk produktif. Rincian tingkat beban tanggungan masing-masing desa di daerah penelitian dapat dilihat pada gambar 1 berikut.

Gambar 1Tingkat Beban Tanggungan (dependency ratio) Penduduk di Daerah Penelitian

289

1.25

3

193

502

359

315

653

422 53

6

602

2.89

2

307

618

685 82

6

1.89

9

984

1.06

3

97

298

123

96 86 76 168

98 116

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

 MA

RG

OM

ULY

O

 KA

RY

AM

ER

DE

KA

 AR

GO

SA

RI

 BU

KIT

RA

YA

 BE

RIN

GIN

AG

UN

G

 TA

NI B

AK

TI

 SE

I SE

LUA

NG

 SA

LOK

AP

ID

AR

AT

 AM

BA

RA

WA

NG

DA

RA

T

Usia 0 - 14 tahun Usia 15 - 64 Usia > 65 tahun

64,1

2

53,6

3 102,

93

96,7

6

64,9

6

47,3

4

43,2

3

52,8

5

61,3

4

0

20

40

60

80

100

120

 MA

RG

OM

ULY

O

 KA

RY

AM

ER

DE

KA

 AR

GO

SA

RI

 BU

KIT

RA

YA

 BE

RIN

GIN

AG

UN

G

 TA

NI B

AK

TI

 SE

I SE

LUA

NG

 SA

LOK

AP

ID

AR

AT

 AM

BA

RA

WA

NG

DA

RA

T

Dependency ratio

Page 8: sosial_singlurus

Sumber : Kecamatan Samboja Dalam Angka 2008 (diolah lagi)A.1 Komposisi penduduk menurut mata pencaharian

Dari data sekunder di ketahui komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian dengan jumlah terbanyak adalah bekerja sebagai buruh. Ini menunjukkan usia produktif penduduk lebih banyak aktivitasnya pada jasa kekuatan tenaga fisik (kekuatan otot) dalam mencari rejeki untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kondisi tersebut, menunjukkan adanya ketergantungan masyarakat akan adanya pihak luar (investor) yang sangat tinggi. Meskipun potensi sumber daya alam sekitar yang sangat besar namun belum memiliki kemampuan memanfaatkannya. Rincian komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada tabel 4 berikut.

Tabel 4Komposisi Penduduk menurut Mata Pencaharian

di Daerah PenelitianNo Mata Pencaharian Jumlah1 Nelayan 2.3042 PNS/ABRI 4433 Petani 1.7314 Swasta 1.4545 Buruh 5.7796 Sektor lainnya 1.578

Total 13.289Sumber : Kecamatan Samboja dalam Angka Dalam Angka, 2006 (diolah lagi)

A.2 Tingkat Partisipasi Angkatan KerjaDampak suatu proyek pembangunan sangat berpengaruh pada jumlah

dan aktivitas tenaga kerja, untuk itu perlu dihitung partisipasi angkatan kerja berdasarkan tingkat pendidikan pada suatu kawasan. Dari data yang ada tingkat partisipasi angkatan kerja menurut tingkat pendidikan di daerah penelitian, yang terbanyak adalah angkatan kerja dengan pendidikan SLTA. Rincian tingkat partisipasi angkatan kerja menurut tingkat pendidikan di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 5 berikut.

Tabel 5Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja menurut Tingkat Pendidikan

di Daerah PenelitianNo Tingkat Pendidikan Jumlah

1 SD 292 SLTP 93 SLTA 1354 D-1/D-3 185 S-1 21

Jumlah 212Sumber : Kecamatan Samboja Dalam Angka 2006 (diolah lagi)Perentase tertinggi dari tingkat partisipasi angkatan kerja di daerah

penelitian adalah jenjang pendidikan STLA yaitu sebesar 63,68% dari keseluruan jenjang pendidikan yang ada. Selanjutnya berturut-turut berpendidikah SD sebesar 13,68%, S-1 sebesar 9.91%, D-1/D-3 sebesar 8,49% dan terakhir adalah berpendidikan SLTP sebesar 4,25%. Rincian persentase tingkat partisipasi angkatan kerja di daerah penelitian berdasar jenjang pendidikan dapat dilihat pada gambar 2 berikut.

Gambar 2

Page 9: sosial_singlurus

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Berdasar Jenjang Pendidikan di daerah Penelitian

SLTP4,25%

D-1/D-38,49%

SLTA63,68%

S-19,91%

SD13,68%

Sumber : Kecamatan Samboja Dalam Angka 2006 (diolah lagi)Dari data di atas, diketahui bahwa persentase angkatan kerja

berdasarkan jenjang pendidikan yang ada dapat dikatakan tidak berimbang antar jenjang pendidikan. Kondisi tersebut, dapat dijelaskan dari observasi di lapangan sebagaian penduduk adalah penduduk transmigrasi, sehingga cukup berkorelasi bila melihat jumlah penduduk dengan jenjang penddidkan SLTA dengan jenjang lainnya tidak berimbang.A.3 Mobilitas Penduduk

Desa-desa daerah penelitian umumnya berada jauh dari ibukota kabupaten, namun dengan ibukota provinsi Balikpapan dan Samarinda lebih dekat. Sehingga untuk sarana dan prasarana transportasi, khususnya transportasi darat telah memadai. Kondisi yang demikian menjadikan mobilitas penduduk menjadi mudah dalam melakukan aktivitasnya. Dari hasil penelitian lapangan diketahui tingkat mobilitas penduduk dari kesembilan desa adalah merata, sebagian besar penduduk berpergian lebih dari 2 kali dalam sebulan. Untuk melihat frekwensi berpergian penduduk di daerah penelitian dapat dilihat pada gambar 3 berikut :

Gambar 3Frekwensi Berpergian Penduduk di daerah Penelitian

66

,67

33

,33 5

0,0

0

55

,56 66

,67

58

,33

80

,00

53

,85

50

,00

22

,22 33

,33

16

,67 3

3,3

3

22

,22 33

,33

16

,67 3

0,7

7 41

,67

11

,11

33

,33

33

,33

11

,11

11

,11

8,3

3

3,3

3 15

,38

8,3

3

0

20

40

60

80

100

Mar

gom

ulyo

Kar

yaM

erde

ka

Arg

osar

i

Buk

it R

aya

Ber

ingi

nA

gung

Tan

i Bha

kti

Sei

Sel

uang

Sel

ok A

piD

arat

Am

bara

wan

gD

arat

Lebih 2 kali perbulan satu kali sebulan satu kali setahun

Page 10: sosial_singlurus

Sumber : Data primer (diolah)Untuk tujuan berpergian penduduk dari masing-masing desa, dari

jawaban kuisioner diketahui cukup bervariasi. Penduduk desa Margomulyo, Karya Merdeka, Argosari, Bukit Raya dan Ambarawang Darat tujuan terbanyak adalah ke kota kabupaten/kotamadya, sedang penduduk desa Tani Bhakti, Sei Seduang dan Selok Api Darat terbanyak berpergian ke kota kecamatan dan hanya desa Beringin Agung terbanyak adalah pergi ke kota provinsi. Rincian tujuan berpergian penduduk di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 4 berikut.

Gambar 4Tujuan Berpergian Penduduk di daerah Penelitian

22,2

2

26,6

7

25,0

0

33,3

3

33,3

3

41,6

7

43,3

3

46,1

5

25,0

0

44,4

4

66,6

7

50,0

0

55,5

6

22,2

2 33,3

3

30,0

0

30,7

7 41,6

7

33,3

3

6,67

25,0

0

11,1

1

44,4

4

25,0

0

26,6

7

23,0

8 33,3

3

0

20

40

60

80

100

Mar

gom

ulyo

Kar

yaM

erde

ka

Arg

osar

i

Buk

it R

aya

Ber

ingi

nA

gung

Tan

i Bha

kti

Sei

Sel

uang

Sel

ok A

piD

arat

Am

bara

wan

gD

arat

Kecamatan Kabupaten/Kotamadya Keluar provinsi

Sumber : Data primer (diolah)Adapun alasan atau motivasi berpergian penduduk di daerah

penelitian dari jawaban kuisioner, 28,68% responden adalah silaturahmi/bertemu keluarga, 22,87% menjawab jalan-jalan, 17,79 mencari kebutuhan pokok dan jawaban yang terendah adalah alasan dinas. Rincian alasan berpergian penduduk di daerah penelitian dapat di lihat pada gambar 5 berikut.

Gambar 5Alasan/Keperluan Berpergian Penduduk di daerah Penelitian

Page 11: sosial_singlurus

Mencari kebutuhansandang14,56%

Dinas2,94%

Jalan-jalan22,87%

Menjualhasil/dagangan

13,16%

Menemuikeluarga28,68%

Mencari kebutuhan

pokok17,79%

Sumber : Data primer (diolah)Dari data di atas, dapat dikatakan bahwa mobilitas masyarakat lebih

banyak digerakkan oleh kepentingan non-produktif, seperti silaturahmi, jalan-jalan dan belanja kebutuhan pokok. Sedang mobitas yang bersifat produktif, seperti dinas dan berdagang (bisnis) masih minim.B. PerekonomianB.1 Mata Pencaharian Penduduk

Dari data sekunder diketahui mata pencaharian penduduk di daerah penelitian yang terbanyak yaitu sekitar 43,49% adalah profesi buruh, profesi terbanyak selanjutnya adalah nelayan ada 17,34%, petani ada 13,03% dan profesi terendah adalah PNS/ABRI hanya 3.33% dari keseluruan jumlah penduduk yang ada di daerah penelitian. Rincian mata pencaharian penduduk di daerah penelitian dapat di lihat pada gambar 6 berikut.

Gambar 6Alasan/Keperluan Berpergian Penduduk di daerah Penelitian

Swasta10,94%

Sektorlainnya11,87%

PNS/ABRI3,33%

Nelayan17,34%

Buruh43,49%

Petani13,03%

Sumber : Kecamatan Samboja Dalam Angka 2006 (diolah lagi)Dari gambar di atas diketahui lebih dari 50% atau setengah dari

jumlah penduduk di daerah penelitian adalah bermatapencaharian sebagai buruh. Namun dari observasi di lapangan diketahui selain berprofesi buruh,

Page 12: sosial_singlurus

umumnya juga memiliki usaha sampingan, seperti bertani, tukang ojek dan membuka warung serta bidang usaha lainnya.B.2 Tingkat Pendapatan

Untuk menghitung tingkat pendapatan penduduk dapat dilihat dari nilai Standar Kebutuhan Minimun (KHM) untuk per-cacah orang di daerah penelitian. Rincian nilai Standar Kebutuhan Minimun (KHM) di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 6 berikut.

Tabel 6Nilai Standar Kebutuhan Minimun (KHM) di Daerah Penelitian

No. Kebutuhan PokokVolume

(Kg/Ltr/Btg/ Lbr/M)

Harga Satuan (Rp)

Nilai Kebutuhan

(Rp)1. Beras 145 Kg 4.500 652.0002. Ikan asin 15 Kg 16.000 240.0003. Gula 6 Kg 7.500 45.0004. Garam 10 Kg 800 80005. Minyak goreng 6 Ltr 4.400 26.4006. Minyak Tanah 65 Ltr 3.500 227.5007. Sabun 20 Btg 2.200 44.0008. Tekstil kasar 4 M 25.000 100.0009. Batik kasar 2 Lbr 50.000 100.000

Jumlah 1.443.400Sumber : Analisis Kebutuhan Pokok Propinsi Kaltim Dari data tabel di atas, diketahui nilai kebutuhan minimum untuk setiap kapita di daerah penelitian adalah Rp. 1.443.400,- perkapita pertahun. Dari nilai tersebut dapat dibuat kategori nilai tingkat kemiskinan penduduk, sebagai berikut.

a) Miskin sekali, bila pendapatan perkapita < 75% dari Rp. 1.443.400,- atau lebih kecil dari Rp. 1.082.550,-

b) Miskin, bila pendapatan perkapita antara 75% sampai dengan 125% dari Rp. 1.443.400,- atau Rp. 1.082.550,- sampai dengan Rp. 1.804.250,-

c) Hampir miskin, bila pendapatan perkapita > 125% sampai dengan 200% dari Rp. 1.443.400,- atau Rp. 1.804.250,- sampai dengan Rp. 2.886.800,-

d) Tidak miskin, bila pendapatan perkapita > 200% dari Rp. 1.443.400,- atau lebih besar dari Rp.2.886.800,-Dari hasil wawancara responden di daerah penelitian, keadaan tingkat

pendapatan peduduk pada semua strata terwakili, tingkat pendapatan penduduk di daerah penelitian yang masuk kategori cukup atau tidak miskin ada 18.38%, sedang yang hampir miskin ada 33.09%, miskin 45.59% dan miskin sekali 2.94%. Rincian tingkat pendapatan penduduk di daerah penelitian dapat dilihat pada gambar 7 berukut.

Gambar 7Tingkat Pendapatan Penduduk di daerah Penelitian

Page 13: sosial_singlurus

2,94%

33,09%

18,38%

45,59%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

< Rp. 1,082,550,- Rp. 1,082,550,- s/dRp. 1,804,250,-

> Rp. 1,804,250,- s/dRp. 2,886,800,-

> Rp. 2,886,800,-

Sumber : Data primer (diolah)B.3 Pola Pemilikan Lahan dan Penguasaan Sumber Daya Alam

Pola pemilikand dan penguasaan sumber daya alam di daerah penelitian beragam mulai dari perorangan, Badan Usaha Swasta dan Negara.Konsep pemiikan lahan mengacu pada penguasaan resmi yang dikuasai oleh lembaga resmi (pemerintah desa) serta diakuai oleh penduduk lain. Kepemilikan lahan biasanya dilegalisasi dengan sertifikat, tercatat di administrasi desa. Atas kepemilikan tersebut, penduduk dapat mengubah lahan sendiri, meminjamkan, mengeluarkan atau bahkan menjual kepada orang lain. Konsep penguasaan lahan adalah penguasaan faktual seseorang terhadap lahan, namun secara legal, orang tersebut tidak memilikinya, umpamanya lahan dikuasai atas status pinjaman, menyewa atau menggarap milik orang lain.

Berdasarkan konsep-konsep tersebut, maka diketahui pola kepemilikan dan penguasaan lahan milik penduduk yang terluas adalah lahan pertanian yaitu kebun/ladang dan sawah. Dari observasi lapangan diketahui keberadaan kebun/ladang dan sawah sebagian besar merupakan hasil membuka lahan sendiri dari area hutan dan berikutnya adalah hasil membeli dari orang lain. Rincian pola pemilikan dan penguasaan lahan dapat dilihat dari gambar 8 berikut.

Gambar 8Pola Pemilikan Dan Penguasaan Lahan Penduduk

di daerah Penelitian

Page 14: sosial_singlurus

Pinjam(Hak)pakai1,47%

PembagianTransmigrasi

8,82%

Membukalahan sendiri

43,38%

Membeli dariorang lain27,21%

Warisanorang tua13,24%

Pembagian Desa/Tanah

Adat5,88%

Sumber : Data primer (diolah)B.4 Pola Adaptasi Ekologis

Sumber daya alam yang ada di masing-masing desa daerah penelitian pada dasarnya adalah hampir sama, seperti komoditi karet, madu, aren, kebun buah, padi dan batubara serta komoditi lainnya. Komoditi tersebut, sebagian besar telah dimanfaatkan oleh masyarakat dan dieksploitasi oleh pengusaha. Bagi para petani pola adaptasi pertanian yang dilakukan secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut.

Sedangkan pemanfaatan hasil hutan oleh masyarakat yang dilakukan seperti mencari binatang buruan, madu, hasil pohon aren, memancing ikan dan mencari kayu bakar telah banyak ditinggalkan. Sedangkan air sungai yang digunakan masyarakat hanyalah sebagai transportasi air, MCK, mencari ikan dan pengairan sawah serta air minum

Dari hasil observasi pemanfaatan hasil hutan yang masih dipertahankan oleh masyarakat adalah pemanfaatan kayu api meskipun telah mengalami penurunan yang drastis. B.5 Peluang dan Kesempatan Kerja

Kegiatan PT. Singlurus Pratama akan dapat menciptakan sejumlah kesempatan kerja dan lapangan usaha, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kesempatan kerja tersebut diindikasikan dengan jumlah orang yang bekerja diharapkan dari tahun ke tahun meningkat. Dari hasil data sekunder diperkirakan tenaga kerja yang dibutuhkan oleh PT. Singlurus Pratama berdasarkan struktur organisasi dapat dilihat pada tabel 7 berikut.

Tabel 7Tenaga Kerja Yang Dibutuhkan Oleh PT. Singlurus Pratama

Berdasarkan Struktur OrganisasiNo. Formasi Jumlah1. Manager Direktur 12. General Manager 53. Manager 214. Suoervisor 555. Staf Administrasi 706. Operator Peralatan Utama 2527. Operator Peralatan Pendukung 40

Page 15: sosial_singlurus

8. Staf, Teknisi dan Bantuan Pendukung 200Jumlah Keseluruan Karyawan 644

Sumber : PT Singlurus PratamaBerdasarkan data diatas nampak penyerapan tenaga kerja bagi

masyarakat cukup banyak yaitu sekitar 644 tenaga kerja dan diharapkan dari keseuruhan jumlah tersebut 75% akan menyerap tenaga kerja lokal atau sekitar 483 orang.

Selain adanya kesempatan kerja seperti tersebut diatas, juga akan terbukanya peluang berusaha bagi masyarakat seperti berdirinya warung, toko, penyedia jada angkutan, penginapan dan sebagainya B.6 Kontribusi PT. Singlurus Pratama Terhadap Pemerintah Daerah

Keberadaan suatu proyek diharapkan akan dapat memberikan kontribusi bagi pemerintah daerah seperti pajak, sebagai dampak positif dari kehadiran suatu proyek di suatu daerah. Adapun dari proyek eksploitasi tambang batubara tersebut, PT. Singlurus Pratama telah memprediksikan besaran kontribusi/pendapatan yang didapat daerah dimana PT Singlurus Pratama beroperasi. Rincian kontribusi yang diprediksikan menjadi pendapatan daerah dapat dilihat pada table 8 berikut.

Tabel 8Kontribusi yang Diprediksikan menjadi Pendapatan Daerah

No Uraian Jumah (Rp)1. Royalty (13,5 x produksi (3juta ton) x 29 $/tahun $ 10.530.000,-2. Pajak Penghasilan 30% $ 5.500.000,-3. PBB Rp. 100.000.000,- 4. Iuran Tetap Rp. 120.000.000,-5. Pendapatan penduduk sekitar (650 pekerja x 75%) x

1.000.000Rp. 4.000.000.000,-

Sumber : PT Singlurus PratamaDari tabel diatas terlihat jumlah kontribusi PT. Singlurus Pratama

secara riil terhadap pendapatan daerah dan masyarakat cukup besar. Selain itu, adanya program comdev sebagai bentuk tanggung jawab sosial masyarakat sekitar PT. Singlurus Pratama diharapakan dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk sekitar lokasi kegiatan.B.7 Pusat Pertumbuhan

Untuk mengetahui tingkat petumbuhan ekonomi di desa, digunakan beberapa parameter yang relevan dengan hal tersebut, salah satu parameter tingkat pertumbuhan dari daerah adalah sarana dan prasarana penunjang perekonomian masyarakat yang ada di suatu wilayah. Adapaun sarana dan prasarana perekonomian di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 9 berikut.

Tabel 9Sarana dan Prasarana Perekonomian di Daerah Penelitian

No.

Jenis Jumlah

1. Koperasi 22. Pasar Umum 43. Pasar semi permanen/musiman 24. Pasar Ikan 15. Bank 16. Hotel 3

Page 16: sosial_singlurus

7. Warung/Rumah Makan 128. Restoran 12

Sumber : Kecamatan Samboja Dalam Angka 2005Dari tabel diatas, berdasarkan parameter pokok tersebut maka pada

daerah penelitian fasilitas-fasilitas ekonomi yang ada masih minim. Hal itu menunjukkan juga daerah penelitian kurang memiliki potensi yang cukup ba ntuk berkembang.B.8 Fasilitas Perhubungan dan Komunikasi

Untuk mencapai desa-desa daerah penelitian ada dua jalur yang bisa tempuh, pertama melalui jalan darat dan jalan air. Alat transportasi yang menghubungkan antar desa dan kota kecamatan, kabupaten dan ibukota provinsi teah cukup memadai. Rincian fasilitas jalan dan jembatan di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 10 berikut.

Tabel 10Fasilitas Jalan dan Jembatan di Daerah Penelitian

No. Jenis KuantitasI. Jalan1. Jalan Negara 33 km2. Jalan Provinsi 39 km3. Jalan Kabupaten/Kotamadya 20 km4. Jalan Desa 47 km

II. Jembatan1. Jembatan beton 17 buah2. Jembatan besi 7 buah3. Jembatan kayu 50 buah4. Jembatan Lain-lain 80 buahSumber : Kecamatan Samboja Dalam Angka 2005

Adapun gambaran sarana transportasi dan komunikasi yang tersedia di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 11 berikut:

Tabel 11Sarana Transportasi dan Komunikasi di Daerah Penelitian

No. Jenis Alat Jumlah1. Bus Umum 22. Mobi Dinas 63. Telepon Ada4. Kantor Pos 15. Orari 16. Pemancar Radio 17. Chanel TV Ada

Sumber : Kecamatan Samboja Dalam Angka 2005Berdasarkan data di atas, terlihat bahwa sarana dan prasarana

perhubungan di daerah penelitian telah memadai, khususnya untuk alat transportasi penduduk masyarakat. Dimana telah tersedia bis umum dan taksi sehingga cukup memudahkan aktifitas masyarakat.C. Sosial BudayaC.1 Fasilitas Pendidikan

Fasilitas pendidikan yang tersedia di kawasan ini pada umumnya Sekolah Dasar yang terbanyak sedangkan untuk jenjang Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) masih

Page 17: sosial_singlurus

minim. Rincian fasilitas pendidikan formal di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 12 berikut.

Tabel 12Fasilitas Pendidikan Formal di Daerah Penelitian

No Jenjang Pendidikan Jumlah1. Taman Kanak-kanak (TK) 42. Sekolah Dasar (SD) 403. Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 34. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) 115. Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 16. Sekoah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) 6

Total 67Sumber : Kecamatan Samboja Dalam Angka 2006Sedangkan tingkat pendidikan penduduk di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 13 berikut.

Tabel 13Tingkat Pendidikan Penduduk di Daerah Penelitian

No Jenjang Pendidikan Jumlah1. Tidak sekolah / tidak tamat SD 342. Sekolah Dasar (SD) 293. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) 94. Sekoah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) 1355. Program Diploma (D-1 s/d D-III) 186. Sarjana (S-1) 21

Total 246Sumber : Kecamatan Samboja Dalam Angka 2006Prasarana Sosial

Prasarana yang ada di daerah penelitian merupakan gambaran dari semangat dan kebersamaan masyarakatnya dalam rangka membangun desanya. Rincian sarana dan prasarana yang ada dapat dilihat pada tabel 14 berikut.

Tabel 14Sarana dan Prasarana di Daerah Penelitian

No Jenjang Pendidikan Jumlah1. Masjid 582. Langgar 693. Gereja 184. Balai Desa 185. Lapangan Olah Raga 236. Karang Taruna 3

Total 189Sumber : Kecamatan Samboja Dalam Angka 2006C.2 Nilai-nilai Budaya

Nilai budaya masyarakat berkembang sesuai dengan keadaan aam dimana mereka berada, selai adanya nilai budaya yang dianggap leluhur berasal dari kelompok etnis masig-masing. Nilai budaya yang berkembang di daerah penelitian juga erat kaitannya dengan asal daerah dan juga dominasi kelompok/suku yang ada di daerah tersebut.

Page 18: sosial_singlurus

Dari observasi lapangan menunjukkan pada desa-desa penelitian suku-suku yang ada terdiri dari Bugis, Banjar, Jawa, Sunda, Kutai dan Tator. Dengan semakin maju transportai dan komunikasi ditambah ada program transmigrasi menyebabkan telah terjadi proses asimilasi antara penduduk pendatang oleh karena itu seni budaya yang dikembangkan sering terjadi pembauran nilai-nilai budaya atar suku, khususnya dengan budaya jawa karena sebagian besar transmigran adalah dari suku jawa.

Perkembangan nilai-nilai budaya di daerah penelitian tidak terlepas dari masuknya nilai-nilai modern sehingga telah terjadi akulturasi anatara nilai-nilai tradisional dengan modern terutama dalam acara perkawinan.

Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari nampak nilai budaya gotong-royong yang dilakukan masih tampak baik berupa kerja bakti kebersihan gorong-gorong, pemeliharaan sarana ibadah dan olah raga dan lainya. Gotong royong dilaksanakan dengan semangat sukarela, namun juga ada sanksi sosial yang melekat pada budaya tersebut. Makna dari budaya tersebut, adalah sebagai bentuk dari kebersamaan dan kepedulian terhadap lingkungan, baik ingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya.

Dari hasil wawancara dengan responden diketahui beberapa nilai budaya yang masih dipertahankan oleh masyarakat dan cukup memberi warna keseharian masyarakat di daerah penelitian. Beberapa nilai budaya yang masih dipertahankan masyarakat dapat dilihat pada tabel 15 berikut.

Tabel 15Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja menurut Tingkat Pendidikan

di Daerah PenelitianNo. Nilai Budaya Uraian

1. Perbedaan Laki-laki & wanita Laki-laki sebagai pemimpin ……. dll2. Hubungan Laki-laki & Wanita Wanita harus menjaga kehormatannya … dll3. Warisan Laki-laki dapat lebih banyak …. dll4. Penghormatan terhadap Orang tua Menerima nasehat dari yang lebih tua …dll

5. Penghormatan terhadap BangsawanBerbicara dengan sopan kepda bangsawan ..dll

6. Gotong royong Kerja bakti, buwuhan ….dll7. Acara setelah panen Sedekah desa, kirin sajen ….. dll8. Acara nikah, melahirkan Buwuhan …..dll9. mulai tanam selamatan Kirim sajen, selamatan musim tanam ... dll

Sumber : Data PrimerAdapun fasilitas milik bersama atau umum yang biasa digunakan

sebagai arena aktualisasi dan sosialisasi kerukunan antar penduduk sehingga dapat melestarikan dan mempertahankan nilai-nilai budaya di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 16 berikut.

Tabel 16Fasilitas Umum yang Ada di Daerah Penelitian

No. Fasilitas Umum Jumlah1. Tempat Rekreasi 22. Taman 13. Pantai 14. Hutan lindung 15. Tempat Pertunjukan 36. Tempat Rekreasi Lain )Sejarah,Alam( 17. Bioskop 3

Page 19: sosial_singlurus

Sumber : Kecamatan Samboja Dalam Angka 2005C.3 Kelembagaan

Secara administratif dan formal, lembaga yang berfungsi di daerah ini adaah RW (Rukun Penduduk) dan RT (Rukun Tetangga), sedangkan lembaga adat di daerah ini tidak ada.

Ketua RT dan Kepala Desa si daerah ini umumnya dipilih secara langsung oleh masyarakatnya, yang dipilih dari anggota masyarakat yang dianggap mempunyai pendididkan relatif lebih baik dan menpunyai kewibawaan untuk dapat menggerakkan dan memimpin daerahnya. Dengan demikian, ketua RT dan atau Kepala Desa selain harus mampu sebagai organisatoris untuk menggerakkan masyarakat dalam rangka pembangunan juga adalah orang yang disegani.

Dari wawancara dengan beberapa responden diketahui beberapa kelebihan seseorang, sehingga dia dapat dianggap pantas untuk dipilih menjadi pemimpin atau tokoh yang disegani. Rincian

Lembaga lain yang berperan di daerah penelitan adalah LMD yang mempunyai fungsi strategis sebagai cerminan aspirasi dan demokratisasi di pedesaan. Lembaga ini selain berpera sebagai badan perencanaan di desa juga berusaha menggalang dan meningkatkan kegotongroyongan masyarakat sekitar.C.4 Proses Sosial

Salah satu indikasi adanya kohesi sosial dapat dilihat dari proses sosial yanga terjadi dari daerah yang diteliti.

Dengan semakin banykanya para pendatang yang membawa niai budayanya, kemungkinan dapat merupakan potesi konflik. Namun demikian diharapkan potensi konflik tersebut dapat ditekan dengan pola-pola penyelesaian masalah dengan bijaksana. Dari data lapangan diketahui adanya peristiwa konflik yang terekam dalam ingatan penduduk dengan frekwensi tertinggi adalah di desa Karya Merdeka dan Bukit Raya, sedang di desa-desa lainnya responden menjawab kadang-kadang dan tidak pernah. Rincian frekwensi terjadi konflik di daerah penelitian dapat dilihat pada gambar 10 berikut.

Gambar 10Frekwensi Terjadi Konflik di daerah Penelitian

0

20

40

60

80

100

Mar

gom

ulyo

Kar

yaM

erde

ka

Arg

osar

i

Buk

it R

aya

Ber

ingi

nA

gung

Tan

i Bha

kti

Sei

Sel

uang

Sel

ok A

piD

arat

Am

bara

wan

gD

arat

Sering Kadang-kadang Tidak Pernah

Page 20: sosial_singlurus

Sumber : Data primer (diolah)Secara umum dapat dikatakan konflik yang terjadi selama ini, bila

meihat jawaban responden dapat dikatakan jarang sekali walaupun ada. Adapun latar belakang atau penyebab timbulnya konflik yang terjadi adalah disebabkan kasus lahan/tanah dan hubungan muda mudi. Rincian latar belakang terjadinya konflik di daerah penelitian dapat dilihat pada gambar 11 berikut.

Gambar 11Latar Belakang Terjadinya Konflik di daerah Penelitian

Obat-obatan2,21%

Perebutan SDA3,68%

Kebisingan2,94%

Polusi Udara2,94%

PencemaranLimbah6,62%

PerebutanLahan/tanah

41,18%

-Hubungan mudamudi

19,85%

Agama0,00%

PelanggaranNilai Budaya

8,09% KecemburuanSosial2,21%

Minuman Keras6,62%

Pencurian3,68%

Sumber : Data primer (diolah)

Upaya guna penyelesaian konflik tersebut, selalu mengedepankan musyawarah mufakat antar yang bermasalah dengan ketua RT, Kepala Desa dan tokoh-tokoh masyarakat sebagai mediator. Mereka merupakan tokoh yang disegani sehingga dapat dijadikan panutan sebagai inisiator dalam menyelesaikan masalah dan dalam pengambilan keputusan yang terkait

kepentingan desa lainnya. Namun bila peyelesaian melalui musyawarah mufakat dengan semangat kekeluargaan menemui jalan buntu atau tidak berhasil diambil keputusan penyelesaian maka upaya penyeesaian dilakukan melalui hukum positif. Rincian proses penyelesaian konflik di daerah penelitian dapat dilihat pada gambar 12 berikut,

Gambar 12Proses Penyelesaian Konflik di daerah Penelitian

Page 21: sosial_singlurus

Lapor ke Polisi11,03%

Musyawarahkekeluargaan

72,06%

Rapat diKecamatan

8,09%

Rapat diKantor desa

8,82%

Sumber : Data primer (diolah)D Persepsi dan Sikap dengan Keberadaan PT. Singurus Pratama

Persepsi dan sikap positif dari masyarakat terhadap keberadaan perusahaan akan mengkondisikan iklim yang baik untuk oprasional perusahaan. Artinya dalam kegiatan perusahaan dapat berjalan dengan lancar untuk mencapai tujuannya. Dari jawaban responden atas pentanyaan yang ada di kuisioner diperoleh gambaran persepsi dan sikap masyarakat yang menyatakan setuju dengan keberadaan proyek PT. Singlurus Pratama. Rincian gambaran persepsi dan sikap masyarakat terhadap proyek PT. Singlurus Pratama dai daerah penelitian dapat dilihat pada gambar 13 berikut,

Gambar 13Gambaran Persepsi dan Sikap Masyarakat terhadap Proyek

PT. Singlurus Pratama

0

20

40

60

80

100

Mar

gom

ulyo

Kar

yaM

erde

ka

Arg

osar

i

Buk

it R

aya

Ber

ingi

nA

gung

Tan

i Bha

kti

Sei

Sel

uang

Sel

ok A

piD

arat

Am

bara

wan

gD

arat

Setuju Tidak Setuju Tidak ada pendapat

Sumber : Data primer (diolah)Beberapa alasan yang melatarbelakangi sikap setuju masyarakat

dengan keberadaan proyek PT. Singlurus Pratama terekam dalam jawaban responden, pertama ada 30,15% responden menjawab adanya pembebasan lahan dengan mendapatkan ganti rugi, 19,85% responden menjawab adanya kesempatan kerja, sedang pilihan jawaban terendah 2,94% responden adalah

Page 22: sosial_singlurus

adanya bantuan listrik. Rincian alasan masyarakat menerima keberadaan proyek PT. Singlurus Pratama dapat dilihat pada gambar 14 beriku.

Gambar 14Alasan Masyarakat menerima Keberadaan Proyek

PT. Singlurus Pratama

Meningkatkan Pendapatan

daerah4,41%

Harga lahan naik8,09%

Memberi bantuan sarana dan

prasarana desa9,56%

Kesempatanberusaha

4,41%

Perkembangan dan terbukanya

daerah16,18%

Kesempatan kerja19,85%

Bantuankesehatan

4,41%

Bantuan listrik2,94%

Pembebasan/Ganti rugi lahan

30,15%

Sumber : Data primer (diolah)