sop_mangga_arumanis
-
Upload
dedy-lesmana -
Category
Documents
-
view
628 -
download
11
Transcript of sop_mangga_arumanis
1
SPO MANGGA ARUMANIS 143 KABUBUPATEN SITUBONDO
PENDAHULUAN
Kabupaten Situbondo merupakan salah satu sentra produksi utama Mangga Indonesia. Secara geografis wilayah Kabupaten Situbondo berada pada ketinggian tempat antara 1 - 1.227 m dpl dengan jenis tanah Aluvial, Latosol dan Andosol. Menurut Schmidt Ferguson, Kabupaten Situbondo mempunyai tipe iklim E dan F dengan bulan basah 3-4 bulan dan bulan kering 8-9 bulan, curah hujan rata-rata 1.000-1.500 mm/tahun.
Sebagian besar produksi dan mutu buah yang dihasilkan di Kabupaten Situbondo masih rendah (ukuran buah, warna dan rasa buah, tingkat kematangan buah tidak seragam, produktivitas buah/pohon rendah dan permukaan kulit buah tidak mulus), hal ini diakibatkan tidak diterapkannya teknologi budidaya yang baik dan benar di sentra produksi. Sebagian besar produksi masih bersumber dari kebun produksi tradisional yang sama sekali belum menerapkan teknologi budidaya yang baik dan benar.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, diperlukan Standar Prosedur Operasional (SPO) sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan produksi mangga.
1
2
Standar Prosedur Operasional (SPO) memuat alur proses budidaya sejak on-farm sampai penanganan pasca-panen.
TARGET
Target yang akan dicapai dengan penerapan SPO ini adalah tercapainya produksi optimal, mutu produksi sesuai standar mutu yang telah ditetapkan (Codex 184-1993) dan meningkatnya ekspor buah mangga. a. Target produksi yang akan dicapai untuk mangga
Arumanis 143 adalah 55 kg/pohon (tanaman berumur 10 tahun).
b. Target mutu buah yang akan dicapai dengan penerapan SPO ini antara lain : • Ukuran buah yang dihasilkan seragam • Varietas seragam • Keseragaman tingkat kematangan buah • Utuh, tidak pecah, terbelah atau terkupas • Berat/buah yang dihasilkan 30 % Grade A,
40 % Grade B dan 30 % Grade C. Grade A : > 450 gram
Grade B : 350 – 450 gram Grade C : 250 – 350 gram
• Kekerasan buah seragam, mutu super (keras), mutu I (keras) dan mutu II (cukup keras)
• Buah bebas dari bercak atau bekas hitam pada permukaan kulit
2
3
• Bebas dari tanda memar • Prosentase kecil dari kerusakan yang
disebabkan hama dan penyakit. Tingkat kerusakan buah yang diakibatkan oleh OPT adalah sebagai berikut : - Tingkat serangan lalat buah <10 % - Tingkat serangan antraknosa <5 % - Tingkat serangan penggerek buah < 5 %
• Buah aman untuk dikonsumsi • Rasa segar buah cukup baik
Ukuran Buah untuk Ekspor sesuai standar Codex 184-1993 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Ukuran Buah untuk Ekspor menurut
Standar Codex 184-1993
Kode Ukuran
Berat Buah (gram)
Perbedaan berat buah maksimum yang
diperbolehkan dalam kemasan (gram)
A 200-350 75 (180-425) B 351-550 100 (251-650) C 551-800 125 (426-925)
3
4
Tabel 2. Mutu Buah mangga menurut Standar Codex 184 -1993
Jenis Uji Satuan Mutu Super Mutu I Mutu II Keseragaman varietas
- Seragam, memenuhi semua karakteristik varietas dengan kualitas superior
Seragam, memenuhi semua karakteristik varietas dengan kualitas sedang
Seragam, memenuhi karakteristik varietas dengan memberikan kepuasan diatas persyaratan minimum
Tingkat ketuaan
- Tua, tapi belum matang (dalam proses)
Tua, tapi belum matang (dalam proses)
Tua, tapi belum matang (dalam proses)
Kekerasan - Keras Keras Cukup keras Keseragaman ukuran
- Maksimal 5% dari keseluruhan buah tidak memenuhi persyaratan, namun termasuk dalam mutu I atau berada dalam ambang toleransi perbedaan berat mutu super
10 % dari keseluruhan buah tidak memenuhi persyaratan, namun termasuk dalam mutu II atau berada dalam ambang toleransi perbedaan berat mutu sedang
10 % dari keseluruhan buah tidak memenuhi persyaratan mutu II atau persyaratan minimum, dengan perkecualian ada kerusakan (busuk, memar atau penurunan kualitas lainnya)
4
5
Jumlah mangga cacat maksimum
% 0 0 0
Kadar kotoran
- Bebas Bebas Bebas
Jumlah mangga busuk maksimum
% 0 0 0
Panjang tangkai mangga maksimum
Cm 1 1 1
5
6
KEGIATAN
Untuk peningkatan produksi dan mutu produksi buah mangga, diperlukan penanganan khusus meliputi perbaikan manajemen dan aplikasi budidaya pra-panen dan pasca panen dilapangan. Pada tanaman mangga pada usia produktif, sub kegiatan yang dinilai berkaitan erat pada tujuan dan target yang ditetapkan adalah pada tahap pemangkasan, pemupukan, pengairan, penyerbukan buatan, pengendalian hama dan penyakit, penjarangan buah, panen dan penanganan pasca panen. Secara umum agroklimat yang sesuai bagi pertanaman mangga adalah tipe iklim E dan F, 3 - 4 bulan basah, 8 – 9 bulan kering, curah hujan 1.000-1.500 mm/tahun dan kecepatan angin tidak terlalu cepat atau 10 km/jam.
Varietas mangga yang telah dilepas oleh Menteri Pertanian sampai tahun 2003 sebanyak 17 varietas dan pada masa depan varietas yang diharapkan dapat berkembang adalah varietas anjuran. Varietas anjuran komoditas mangga yang dapat dilihat pada Tabel 3.
6
7
Tabel 3. Varietas anjuran komoditas mangga
No Varietas Asal/Koleksi No/Thn
1 Golek 31 Probolingo, Jawa
Timur 890/Kpts/TP.240/11/
1984
2 Manalagi 69 Probolingo, Jawa
Timur 891/Kpts/TP240/11/
1984
3 Arumanis 143 Probolingo, Jawa
Timur 892/Kpts/TP240/11/
1984
4 Gedong Gincu Majalengka,Jawa
Barat 28/Kpts/TP.240/1/
1995
5 Sukku Masoba Enrekang,
Sulsel 29/Kpts/TP.240/1/
1995
6 Lanabbu Pinrang Sulsel 36/Kpts/TP.240/1/ 1995
7 Legong Buleleng Tejakula,
Bali 595/Kpts/TP.240/9/
1995
8 Lalijiwo 61 Durih Lokal Kraksaan (Probolinggo)
744/Kpts/TP.240/11/ 1992
9 Dodol Pineleng, Minahasa,
Sulut 503/Kpts/TP.240/10/
2000
10 Ken Layung KP. Cukurgondang,
Pasuruan 417/Kpts/TP.240/7/
2002
11 Sala-250 KP. Cukurgondang,
Pasuruan 415/Kpts/TP.240/7/
2002
12 Kraton-119 KP. Cukurgondang,
Pasuruan 430/Kpts/TP.240/7/
2002
13 Manggasari-243 KP. Cukurgondang,
Pasuruan 429/Kpts/TP.240/7/
2002
14 Gayam-315 KP. Cukurgondang,
Pasuruan 407/Kpts/TP.240/7/
2002
15 Marifta-01 KP. Arifan, Solok 416/Kpts/TP.240/7/ 2002
16 Podang Urang Kabupaten Kediri,
Jatim 336/Kpts/TP.240/6/
2003
17 Bengkulu Bengkulu 337/Kpts/TP.240/6/ 2003
Catatan : No. 1 - 4 merupakan varietas anjuran
7
8
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
Nomor I
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Persiapan Lahan
Halaman 1/7
Revisi 03
I. Persiapan Lahan A. Definisi :
Kegiatan penyiapan lahan untuk digunakan sebagai media pertumbuhan optimal bagi tanaman.
B.Tujuan :
Mempersiapkan lahan yang baik agar pertanaman mendapatkan zone/ruang perakaran yang baik. Karakteristik kesesuaian lahan bagi tanaman mangga dapat dilihat pada Tabel 4.
C. Validasi Pengalaman PT. Trigatra Rajasa D. Alat dan Bahan
a. Kertas/alat tulis/penggaris b. Bambu/golok/pisau/palu besar c. Altimeter d. Cangkul/sekop/garpu e. Gerobak dorong
I-1
9
Nomor I
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Persiapan Lahan
Halaman 2/7
Revisi 03
E. Fungsi Bahan dan Alat
a. Kertas/alat tulis/penggaris, digunakan sebagai alat tulis dalam rangka pembuatan desain kebun
b. Bambu/golok/pisau/palu besar, digunakan sebagai bahan dan alat membuat ajir
c. Altimeter digunakan sebagai alat mengukur ketinggian lahan.
d. Cangkul/sekop/garpu digunakan sebagai alat dalam proses pengolahan tanah
e. Gerobak dorong digunakan untuk mengangkut sisa-sisa kotoran/material lain pada saat pengolahan lahan.
F. Prosedur Pelaksanaan :
a. Pemetaan dan pengukuran luas kebun b. Pengkaplingan setiap blok lokasi kebun c. Melakukan perencanaan denah lokasi kebun, antara
lain menentukan lokasi pengairan/irigasi, bak penampung air, jalan masuk dan keluar kebun, tempat pengumpulan buah/hasil panen
d. Melakukan penebangan pohon besar dan kecil serta melakukan pencabutan akar tanaman yang tersisa
e. Melakukan pembabatan dan pendongkelan akar pada lahan bersemak belukar
I-2
10
Nomor I
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Persiapan Lahan
Halaman 3/7
Revisi 03
f. Melakukan pemotongan pohon menjadi bagian–
bagian kecil untuk memudahkan pengangkutan dan pembersihan lahan dari lokasi
g. Melakukan pembersihan lahan h. Hasil pembersihan lahan dikumpulkan pada lokasi
tertentu (diluar lokasi kebun), kayu ditumpuk memanjang garis kontur.
i. Pembuatan teras apabila kemiringan lahan >10 % j. Menetapkan titik-titik calon lubang tanam dengan
jarak antar lubang 10x10 meter dan dibuat lubang tanam berukuran 70x70x70 cm untuk tanah gembur, sedangkan pada tanah berbatu dibuat ukuran 100x100x100
k. Pada saat pembuatan lubang tanam, lapisan atas tanah (kedalaman 0 - 30 cm) diletakan secara terpisah dengan lapisan tanah yang berada di bagian bawahnya (kedalaman 30 – 70 cm).
l. Lubang tanam dibiarkan terbuka selama ± 2 minggu sebelum penanaman dilaksanakan.
m. Sebelum tanah dikembalikan pada lubang tanam, tanah bagian atas dicampur pupuk kandang : 20-40 kg, SP- 36 : 200 gr dan kapur 1 kg per lubang
n. Setiap kegitan persiapan lahan yang dilaksanakan harus tercatat.
I-3
11
Nomor I
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Persiapan Lahan
Halaman 4/7
Revisi 03
Tabel 4. Tabel kesesuaian lahan tanaman mangga
Kelas kesesuian lahan Karakteristik S1 S2 S3 N
Temperatur (tc) Temperatur rata-rata (° C)
22 - 28
28 - 34 18 – 22
34 - 40 15 – 18
>40 <15
Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm)
1.250 - 1.750 > 42
1.750-2.000 1000-1250 36 - 42
2.000- 2.500 750 – 1000
>2.500 > 750 < 30
Ketersediaan oksigen (o2) Drainase
Baik, agak baik
Agak terhambat
Terhambat agak cepat
Sangat terhambat
Media perakaran (rc) Tekstur Bahan kasar (%) Kedalaman tanah (cm) Gambut Ketebalan (cm) + =sisipan Pengayaan Kematangan
S, ah, h < 15 > 100 < 60 < 140 Saprik+
S, ah, h 15-35 75-100 60-140 140-200 Saprik + hemik
ak 35-55 50-75 140 - 200 200 - 400 Hemik Fibrik +
k >55 <50 >200 >400 Fibrik
Retensi hara (nr) KTK liat (cmol)
Kejenuhan basa (%) PH H2O
C- organik(%)
>16 >35 5.5 - 7,8 >1,2
≤ 16 20 - 35 5.0 - 5.5 7,8 - 8,0 0.8 - 1.2
<20 <5,0 >8,0 <0,9
Toksisitas (xc) Salinitas (ds/m)
<4
4 – 6
6 – 8
>8
I-4
12
Nomor I
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Persiapan Lahan
Halaman 5/7
Revisi 03
Soditas (xn) Alkalinitas/ESP ( %)
<15
15 - 20
20 – 25
>25
Bahaya sulpidik (xs) Kedalaman sulfidik(cm)
>125
100 - 125
60 - 100
<60
Bahaya erosi(eh) Lereng (%) Bahaya erosi(eh)
<8 sr
8 - 16 r - sd
16 - 30 b
>30 sb
Bahaya banjir(fh) Genangan
FO
-
-
> F1
Penyiapan lahan(lp) Batuan dipermukaan Singkapan batuan
<5 <5
5 - 15 5 - 15
15 - 40 15 – 40
>40 >25
Keterangan : Tektur h = halus; ah = agak halus; s = sedang; ak = agak kasar; + = gambut dengan sisipan/pengkayaan bahan mineral; Bahaya erosi sr = sangat ringan; r = ringan; sd = sedang; b = berat; sb = sangat berat. Sumber : Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pertanian
I-5
13
Nomor II
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Persiapan Benih
Halaman 1/3
Revisi 03
II. Persiapan benih A. Definisi :
Persiapan benih merupakan rangkaian kegiatan menyediakan benih mangga bermutu dari varietas unggul dalam jumlah yang cukup dan pada waktu yang tepat.
B. Tujuan :
a. Menyediakan benih bermutu varietas unggul sesuai dengan kebutuhan
b. Menjamin benih bebas hama dan penyakit c. Agar dapat tumbuh baik dan berproduksi optimal
C. Validasi
a. Pengalaman PT. Trigatra Rajasa b. Winarno dan Sunarjono, 1986. Arumanis 143,
Manalagi 69, Golek 31, Balitbu Solok. D. Bahan dan Alat
a. Benih b. Pisau/gunting c. Gerobak dorong
II-1
14
Nomor II
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Persiapan Benih
Halaman 2/3
Revisi 03
E. Fungsi Bahan dan Alat
a. Benih digunakan sebagai bahan tanaman b. Pisau/gunting untuk memotong polybag c. Gerobak dorong digunakan untuk mengangkut
benih ke lokasi lahan.
F. Prosedur Pelaksanaan : a. Menyediakan benih sesuai dengan luas lahan (100
pohon/ha) ditambah 2 - 5 % cadangan untuk penyulaman
b. Gunakan varietas benih bermutu, berlabel (biru-merah jambu) dan klonal yang sudah dilepas Arumanis 143 dengan spesifikasi sebagai berikut : - Tinggi benih antara 80-100 cm dan diameter
1-1,5 cm - Warna batang hijau tua kecoklatan, bentuk
batang lurus dan tidak bercabang. - Warna daun hijau mengkilap dan telah
membentuk 3 flush - Benih yang dipilih sebaiknya telah berumur 6
bulan atau lebih - Benih bebas dari serangan hama dan penyakit - Benih berasal dari perbanyakan vegetatif
(okulasi atau sambung pucuk/grafting)
II-2
15
Nomor II
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Persiapan Benih
Halaman 3/3
Revisi 03
c. Sumber benih harus jelas berasal dari penangkar
benih yang terdaftar dan bersertifikat, berasal dari Blok Penggandaan Mata Tempel (BPMT) yang jelas serta mempunyai batang bawah yang kuat dan tahan terhadap penyakit
d. Jaminan mutu dan produk (label/sertifikat) harus dicatat dan disimpan.
Tabel 5. Varietas Mangga Unggul/Varietas Anjuran
Komersial
No Karakteristik Arumanis 143 1 Produktivitas/Pohon (Kg) 54,7 2 Bentuk buah Jorong sedikit berparuh 3 Warna buah Hijau kebiruan 4 Citarasa Manis, aroma harum
II-3
16
Nomor III
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Penanaman
Halaman 1/3
Revisi 03
III. PENANAMAN
A. Definisi :
Merupakam rangkaian kegiatan menanam hingga tanaman berdiri tegak dan siap tumbuh dilapangan.
B. Tujuan : Menjamin benih yang ditanam tumbuh optimal
C. Validasi
Pengalaman di PT. Trigatra Rajasa D. Bahan dan Alat
a. Benih mangga berkualitas b. Cangkul/Sekop/garpu c. Gerobak dorong d. Pupuk kandang e. Pupuk an organik f. Kapur 1 kg
E. Fungsi Bahan dan Alat a. Benih mangga bermutu/berlabel, digunakan
sebagai bahan yang akan ditanam pada lubang tanam yang telah disiapkan
b. Cangkul/sekop/garpu digunakan sebagai alat dalam proses pengolahan tanah
III-1
17
Nomor III
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Penanaman
Halaman 2/3
Revisi 03
c. Gerobak dorong digunakan untuk mengangkut
benih dan sisa-sisa kotoran pada saat pengolahan lahan.
F. Prosedur Pelaksanaan :
a. Lakukan penanaman pada awal musim hujan pada sore hari agar benih mempunyai kesempatan memperoleh udara sejuk pada malam hari dan tidak langsung mendapat cahaya matahari.
b. Periksa kondisi lubang tanam c. Hitung jumlah benih yang akan ditanam d. Benih diangkut ke lokasi penanaman
(dekat lubang tanam) e. Perkiraan jumlah pekerja yang dibutuhkan (7-10
HOK/hektar) f. Sediakan pupuk. Pupuk kandang sebanyak 2000 -
4000 kg/ha, pupuk SP-36 sebanyak 20 – 40 kg/ha dan Kapur sebanyak 100 kg/ha.
g. Berikan pengarahan kepada pekerja sebelum penanaman dimulai.
h. Buka polybag/keranjang dengan cara menggunting terlebih dahulu bagian bawah setelah itu bagian samping secara hati-hati.
III-2
18
Nomor III
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Penanaman
Halaman 3/3
Revisi 03
i. Benih yang akan ditanam diperiksa terlebih
dahulu. Batang benih harus tumbuh lurus, perakarannya banyak dan tidak melingkar.
j. Letak benih harus tegak lurus. Benih okulasi dihadapkan kearah datangnya angin agar tunas tempelan tidak patah. Bila benih sambung, arah celah sambungan tegak lurus dengan arah angin
k. Benih ditanam + 5 cm di atas pangkal batang, + 25 cm di bawah sambungan okulasi,
l. Tutup lubang tanam dengan tanah galian yang dibiarkan terbuka selama 1-2 minggu sebelumnya dan tekan sedikit disamping tanah bekas polybag
m. Setelah benih ditanam ditancapkan batang kayu/bambu disisi tanaman sebagai ajir, agar tanaman dapat tumbuh tegak lurus ke atas.
n. Antara batang tanaman dan ajir diikat dengan tali, o. Membuat naungan dari jerami padi, rumput
kering dan anyaman bambu sebagai pelindung tanaman selama 1 bulan.
p. Setelah penanaman dilakukan penyiraman q. Proses kegiatan penanaman benih harus tercatat
III-3
19
Nomor IV
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pemangkasan
Halaman 1/7
Revisi 03
IV. Pemangkasan Pemangkasan tanaman mangga ada dua jenis yaitu : 1. Pemangkasan bentuk 2. Pemangkasan pemeliharaan
Pemangkasan Bentuk
A. Definisi Merupakan rangkaian kegiatan memangkas cabang/ ranting tanaman dalam rangka pembentukan kanopi. Kanopi tanaman terbentuk dengan pola 1-3-9-27, yakni 1 batang utama, 3 cabang primer, 9 cabang sekunder dan 27 cabang tersier.
B. Tujuan :
Untuk membentuk kerangka dasar tanaman agar mendukung tanaman mempunyai produktivitas tinggi.
C. Validasi
Roedhy Poerwanto. (2003). Bahan Ajar Budidaya Buah-buahan. Institut Pertanian Bogor
IV-1
20
Nomor IV
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pemangkasan
Halaman 2/7
Revisi 03
D. Bahan dan Alat
a. Gunting pangkas b. Gergaji pangkas c. Meni d. Tangga
F. Fungsi :
a. Gunting pangkas digunakan untuk memotong tunas, ranting dan cabang kecil.
b. Gergaji pangkas digunakan untuk memotong cabang besar.
c. Meni digunakan sebagai pelapis/penutup luka bekas pangkasan.
d. Kuas halus digunakan untuk mengoleskan meni pada bekas bagian tanaman yang dipangkas
e. Tangga digunakan untuk mencapai bagian tanaman yang tidak bisa dijangkau oleh tangan untuk dilakukan pemangkasan.
G. Prosedur Pelaksanaan:
a. Bentuk tanaman yang diharapkan tipe terbuka tengah dengan susunan batang utama dan cabang mengikuti pola 1-3-9-27 dan tinggi maksimum 3 meter
IV-2
21
Nomor IV
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pemangkasan
Halaman 3/7
Revisi 03
b. Pemangkasan bentuk I dilakukan sejak tanaman
masih muda (benih setinggi 80-100 cm) c. Dari batang utama dipelihara 3 cabang primer
yang letaknya membentuk sudut yang seimbang antar cabang dan terletak pada ketinggian yang berbeda. Cabang lain yang tidak dikehendaki dipangkas sampai dengan pangkal cabang.
d. Dari cabang primer tersebut masing-masing dipelihara 3 cabang sekunder, demikian seterusnya sampai terbentuk percabangan yang kompak dan kanopi pohon diarahkan membentuk setengah kubah dengan penyebaran daun merata.
e. Ulangi pemangkasan batang utama jika tunas yang tumbuh pada bidang pangkasan hanya 1 cabang
f. Lakukan pemangkasan berikutnya jika cabang yang dipelihara telah mencapai 1 meter atau 3-6 bulan setelah pemangkasan pertama, seperti syarat dan tata cara pemangkasan pertama.
IV-3
22
Nomor IV
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pemangkasan
Halaman 4/7
Revisi 03
Gambar 1. Teknik pemangkasan bentuk pada mangga
IV-4
23
Nomor IV
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pemangkasan
Halaman 5/7
Revisi 03
Pemangkasan Pemeliharaan A. Definisi
Membuang cabang/ranting yang tidak bermanfaat, merangsang munculnya tunas vegetatif pada ranting-ranting yang sebelumnya berbuah, sekaligus mengendalikan pertumbuhan tanaman yang berlebihan dan mendukung kontinuitas produksi.
B. Tujuan
Untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan produktivitas buah.
C. Validasi
a. PT. Trigatra Rajasa b. Roedhy Poerwanto. 2003. Bahan Ajar Budidaya
Buah-buahan. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor
D. Bahan dan Alat
a. Gunting pangkas b. Gergaji pangkas c. Kuas halus d. Vaselin/cat minyak
IV-5
24
Nomor IV
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pemangkasan
Halaman 6/7
Revisi 03
E. Fungsi
a. Gunting pangkas digunakan untuk memangkas/ memotong tunas air dan cabang kecil
b. Gergaji pangkas digunakan untuk memotong cabang dan batang yang terserang hama dan penyakit
c. Kuas halus digunakan sebagai alat untuk mengoles vaselin/cat minyak ke bekas tanaman yang dipangkas
d. Vaselin/cat minyak digunakan sebagai bahan penutup/pelapis luka pada bagian tanaman yang baru dipangkas
F. Prosedur Pelaksanaan :
a. Lakukan pemangkasan (pemeliharaan) pada tanaman usia produktif. Cabang-cabang atau tunas liar yang tumbuh tidak pada tempatnya harus dibuang. Demikian pula cabang-cabang air, ranting atau tunas yang sakit dipangkas agar mahkota daun memperoleh penyinaran matahari.
b. Memangkas cabang yang bersudut kecil, cabang dan ranting yang terserang hama dan penyakit, tunas air
c. Membuang dahan dan ranting yang rapat, bersilangan atau tersembunyi/terlindung.
IV-6
25
Nomor IV
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pemangkasan Pemeliharaan
Halaman 7/7
Revisi 03
d. Memangkas tajuk bagian atas yakni mundur satu
ruas ujung ranting (terminal) bekas buah dipangkas, agar dapat mempertahankan ketinggian optimal tanaman (3 m)
e. Memangkas dahan dan ranting yang pertumbuhannya kearah dalam tajuk atau kearah bawah
f. Semua kegiatan yang dilaksanakan harus tercatat.
Gambar 2 a. Pemangkasan pemeliharaan Gambar 2 b. Pemangkasan setelah panen pada mangga
Keterangan 2 a : A = Cabang atau ranting mati dan lemah serta yang diserang hama dan
penyakit B = Tunas air C = Cabang yang melebar D = Cabang yang rapat, bersilang atau terlindung E = Tajuk
26
Nomor V
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pemupukan
Halaman 1/8
Revisi 03
V. Pemupukan
Pemupukan pada tanaman mangga dibedakan menjadi 2 bagian yaitu : 1. Pemupukan untuk tanaman belum menghasilkan
(fase juvenil) 2. Pemupukan untuk tanaman sudah menghasilkan
A. Definisi
Proses kegiatan pemberian nutrisi pada tanaman agar kondisi unsur hara dalam tanah yang dibutuhkan tanaman dapat memenuhi kebutuhan. Dosis pemupukan mangga (Arumanis 143) belum produksi/menghasilkan setiap pohon dapat dilihat pada Tabel 6 :
B. Tujuan
Untuk mendapatkan pertumbuhan optimal tanaman serta mempertahankan status hara tanah.
C. Validasi
a. Pengalaman di PT. Trigatra Rajasa. b. Pusat Kajian Buah Tropika IPB. 2002. Pedoman
Penerapan Jaminan Mutu Terpadu Mangga. Bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura. 43 halaman.
V-1
27
Nomor V
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pemupukan
Halaman 2/8
Revisi 03
D. Bahan dan Alat a. Pupuk kandang/organik dan pupuk anorganik b. Cangkul c. Ember/gayung d. Beko dan sorong
E. Fungsi :
a. Pupuk kandang/organik dan pupuk anorganik, digunakan sebagai unsur tambahan hara/nutrisi yang dibutuhkan tanaman.
b. Cangkul berfungsi untuk menggali tanah c. Ember sebagai tempat/wadah air d. Beko dan sorong digunakan untuk mengangkut
bahan dan alat ke lokasi pemupukan.
G. Prosedur Pelaksanaan: a. Menghitung jumlah pupuk berdasarkan jumlah
tanaman b. Menyediakan bahan/pupuk yang akan digunakan,
sesuai kebutuhan c. Dosis pemupukan sebaiknya dilakukan
berdasarkan hasil analisis tanah dan daun
V-2
28
Nomor V
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pemupukan
Halaman 3/8
Revisi 03
d. Aplikasi pemupukan pada masa juvenile dilakukan 4-6 kali setahun
e. Pupuk organik diberikan 1 kali setahun. Pemberiannya pada akhir musim hujan sebanyak 50-100 kg per pohon.
f. Pupuk an-organik diperlukan bagi pertumbuhan vegetatif, bagi lahan basah diberikan sebanyak 4 - 6 kali/tahun, masing-masing 1/4 - 1/6 dosis anjuran (sesuai dosis anjuran pemupukan untuk tanaman belum menghasilkan pada Tabel 6). Pada lahan kering pemberiannya 2 kali/tahun (akhir musim penghujan dan awal musim penghujan)
g. Cara pemupukan - Membuat alur melingkar tanaman selebar
tajuk tanaman. - Dibuat alur dikanan dan kiri tanaman selebar
tajuk/membuat lubang parit (bentuk L) di 2 sisi kanopi
h. Setiap kegiatan pemupukan yang dilaksanakan harus tercatat.
V-3
29
Nomor V
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pemupukan
Halaman 4/8
Revisi 03
Tabel 6. Pedoman perkiraan dosis pemupukan mangga
(Arumanis 143) belum produksi/menghasilkan setiap pohon
Umur
(Tahun) Pupuk
organik (blek)
Urea (gram)
SP-36 (gram)
KCl/ZK (gram)
1 0,5 250 100 250 2 1 300 150 300 3 2 350 200 350 4 2 400 250 400
Sumber: Pedoman Pengelolaan Kebun Buah Percontohan
Direktorat Tanaman Buah Catatan :1 blek 20 liter Pemupukan untuk tanaman menghasilkan A. Definisi
Proses kegiatan pemberian nutrisi pada tanaman agar kondisi unsur hara dalam tanah yang dibutuhkan tanaman dapat memenuhi kebutuhan. Dosis nutrisi yang diberikan pada tanaman mangga yang sudah berproduksi/menghasilkan dapat dilihat pada Tabel 7.
V-4
30
Nomor V
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pemupukan
Halaman 5/8
Revisi 03
B.Tujuan : Untuk mendapatkan pertumbuhan, produksi optimal
tanaman dan mempertahankan status hara tanah
C. Validasi a. PT. Trigatara Rajasa. b. Dinas Pertanian Kabupaten Situbondo c. BPTP Jawa Timur
D. Bahan dan Alat
- Pupuk - Timbangan - Gayung - Cangkul - Selang air
E. Fungsi
a. Pupuk digunakan sebagai bahan nutrisi tanaman yang diperlukan
b. Timbangan digunakan sebagai alat untuk mengukur berat atau dosis pupuk yang diberikan pada tanaman
V-5
31
Nomor V
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pemupukan
Halaman 6/8
Revisi 03
c. Gayung digunakan sebagai alat untuk menyiram tanaman sebelum/setelah pemupukan.
d. Cangkul digunakan untuk membuat lubang/parit tempat meletakkan pupuk.
e. Selang air digunakan untuk menyiramkan air pada permukaan tanah disekitar tanaman.
F. Prosedur pelaksanaan : a. Sebelum dilakukan pemupukan, permukaan tanah
terlebih dahulu disiram dengan air untuk mendapatkan kapasitas lapang (penyiraman diberikan secukupnya dan hindari terjadinya genangan air pada permukaan tanah).
b. Setelah panen dan pemangkasan diberikan sesuai dosis. - Urea (N) ½ bagian dosis - SP 36 1/3 bagian dari dosis - KCl ¼ bagian dari dosis - Pupuk kandang 1 bagian dari dosis.
V-6
32
Nomor V
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pemupukan
Halaman 7/8
Revisi 03
b. Menjelang berbunga.
- Urea ¼ bagian dari dosis - KCl ¼ bagian dari dosis - SP-36 2/3 bagian dari dosis
c. Saat buah berukuran sebesar kelereng pemupukan diberikan : - Urea ¼ bagian dari dosis - KCl ½ bagian dari dosis
d. Pemberian pupuk organik bermanfaat memperbaiki struktur tanah. Pemberian dilakukan setiap tahun pada awal musim hujan sebanyak 50-100 kg per pohon.
Cara pemupukan - Membuat lingkaran parit dibawah kanopi/
membuat lubang parit (bentuk L) di 2 sisi kanopi
- Khusus untuk pupuk organik, diberikan agak dekat tanah
V-7
33
Nomor V
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pemupukan
Halaman 8/8
Revisi 03
Tabel 7. Pedoman perkiraan dosis pemupukan mangga
yang sudah menghasilkan setiap pohon :
Umur (Tahun)
Pupuk organik (blek)
Urea (gram)
SP-36 (gram)
KCl/ZK (gram)
5 2,5 450 300 450 6-8 3,5 500 350 500 >8 >4,5 >600 400 600
Sumber: Pedoman Pengelolaan Kebun Buah Percontohan
Direktorat Tanaman Buah Catatan :1 blek 20 liter
V-8
34
Nomor VI
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Penyiangan
Halaman 1/2
Revisi 03
VI. Penyiangan A. Definisi :
Rangkaian kegiatan menyiangi gulma yang tumbuh disekitar batang tanaman dengan mengkored, mencangkul dan atau penyemprotan herbisida.
B. Tujuan Meningkatkan daya saing tanaman dalam
memperoleh unsur hara dan air agar diperoleh pertumbuhan optimal tanaman mangga.
C. Validasi PT. Trigatra Rajasa D. Bahan dan Alat a. Kored/cangkul b. Herbisida c. Sprayer E. Fungsi Bahan dan Alat
a. Kored dan cangkul digunakan untuk menyiangi gulma yang tumbuh di bawah tajuk.
b. Herbisida digunakan sebagai bahan pemberantas gulma
VI-1
35
Nomor VI
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Penyiangan
Halaman 2/2
Revisi 03
c. Sprayer digunakan sebagai alat untuk penyemprotan herbisida
F. Prosedur Pelaksanaan :
a. Pengamatan besarnya populasi rumput/gulma disekitar tanaman. Penyiangan dilakukan dengan mencabut atau memotong rumput serta mengcangkul dan membalik tanah dimana gulma tumbuh.
b. Gulma yang tumbuh dibawah tajuk pohon perlu dibersihkan/dicabut
c. Diluar proyeksi tajuk, gulma tidak perlu dibuang habis, cukup dipotong pendek
VI-2
36
Nomor VII
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pengairan
Halaman 1/4
Revisi 03
VII. Pengairan A. Definisi
Kegiatan yang dilakukan untuk memberikan air sesuai dengan kebutuhan tanaman/sesuai fase pertumbuhan.
B.Tujuan Untuk menyediakan air yang cukup dalam rangka memenuhi kebutuhan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
C. Validasi :
a. Pengalaman di PT Trigatra Rajasa b. Roedhy Poerwanto. Pengelolaan Irigasi Kebun
Buah-Buahan. 2003. Bahan Ajar Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
c. Sri Yuniastuti. 2004. Rekomendasi Aplikasi Budidaya Mangga. BPTP Jawa Timur.
D. Bahan dan Alat :
Bahan dan alat yang digunakan diantaranya pompa air, pipa air (paralon)/selang air, keran air, bak penampungan.
VII-1
37
Nomor VII
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pengairan
Halaman 2/4
Revisi 03
E. Fungsi Bahan dan Alat :
a. Pompa air, berfungsi sebagai alat pemompa air dari sumber air. Pipa air (paralon) berfungsi sebagai alat penyalur/distribusi air.
b. Keran air berfungsi sebagai pengatur aliran air dari pompa.
c. Bak penampungan air berfungsi sebagai alat menampung/wadah air sebelum di distribusikan.
F. Prosedur Pelaksanaan :
a. Irigasi semi manual menggunakan pipa lateral atau selang plastik yang dapat dipindahkan sesuai dengan letak katup yang telah dipasang sepanjang pipa manifold.
b. Sistem irigasi permukaan dengan : 1). Sistem basin (air disiramkan sebanyak 5-10 liter/batang ke cekungan yang dibuat sebelumnya disekitar tanaman), 2). Sistem border (air dialirkan melalui cekungan yang mengikuti bentuk tajuk pohon terluar) dan 3). Sistem furrow/alur (air dialirkan melalui parit-parit disetiap sisi pada alur tanaman sesuai kebutuhan misalnya 2 - 3 minggu sekali)
VII-2
38
Nomor VII
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pengairan
Halaman 3/4
Revisi 03
c. Irigasi mikro sprinkle : pemberian air pada tanaman secara langsung pada permukaan lahan melalui sprinkle secara berkesinambungan dan perlahan pada daerah perakaran.
d. Diberikan sesuai kebutuhan dan dihindari pemberian air yang berlebihan. Pengairan dilakukan pada musim kemarau, fase pembentukan dan perkembangan buah.
e. Banyaknya air yang diberikan untuk tanaman umur > 6 tahun adalah 50 l/pohon per minggu. Pada saat musim kemarau pengairan dilakukan dengan volume 70-80 liter/pohon/minggu.
f. Pada masa sejak terbentuk buah sampai dua minggu sebelum panen kebutuhan pengairan meningkat yaitu 70-100 liter/pohon/minggu.
g. Dua minggu sebelum panen pengairan dikurangi secara perlahan-lahan dengan volume 40 liter/pohon dan menjelang buah tua pengairan tidak diberikan untuk membentuk mutu buah yang diinginkan (rasa manis, kematangan).
VII-3
39
Nomor VII
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pengairan
Halaman 4/4
Revisi 03
h. Setelah panen, pohon perlu banyak air untuk memulihkan diri dari keadaan stres ke keadaan normal. Pelaksanaannya segera diikuti dengan pemupukan berkadar N tinggi.
i. Sebaiknya pemberian air dilakukan pada sore hari. j. Setiap kegiatan pengairan yang dilaksanakan harus
tercatat.
VII-4
40
Nomor VIII
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Penjarangan Buah
Halaman 1/2
Revisi 03
VIII. Penjarangan buah A. Definisi
Rangkaian kegiatan mengurangi jumlah buah per malai, dengan membuang buah yang dianggap tidak baik untuk dipelihara dan hanya dipelihara 2-5 buah per tandan.
B. Tujuan Untuk memperoleh jumlah dan kualitas buah yang optimal.
C. Validasi Pengalaman dari PT. Trigatra Rajasa D. Bahan dan Alat Gunting pangkas E. Fungsi Gunting pangkas digunakan untuk memotong tangkai
buah
VIII-1
41
Nomor VIII
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Penjarangan Buah
Halaman 2/2
Revisi 03
F. Prosedur Pelaksanaan :
a. Penjarangan buah dilakukan pada saat buah berukuran sebesar bola pingpong
b. Memilih buah yang akan dibuang (ukuran kecil, tidak sehat, abnormal) dalam satu malai.
c. Memilih buah yang akan dipelihara (bentuk buah baik dan bebas dari hama dan penyakit)
d. Memotong tangkai buah yang tidak baik dengan menggunakan gunting pangkas
e. Buah yang ditinggalkan/dipelihara dalam satu malai antara 2-5 buah
f. Setiap kegiatan penjarangan buah yang dilaksanakan harus tercatat.
VIII-2
42
Nomor IX
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pembungkusan Buah
Halaman 1/2
Revisi 03
IX. Pembungkusan buah A. Definisi Rangkaian kegiatan pembungkusan buah. B. Tujuan:
a. Untuk meningkatkan kualitas penampilan buah. b. Melindungi buah dari benturan, sengatan sinar
matahari dan gesekan antar buah c. Melindungi buah dari serangan hama dan penyakit
(penggerek buah, kumbang buah dan lalat buah) d. Melindungi buah dari kerusakan dan gesekan pada
saat panen serta melindungi permukaaan kulit buah dari getah.
C. Validasi
a. Hasil pengalaman di PT. Trigatra Rajasa b. Hasil pengalaman di kebun Kelompok Tani
Harapan Jaya di Desa Bayeman, Kecamatan Arjasa Kabupaten Situbondo
D. Bahan dan Alat
a. Gunting/pisau b. Kertas Koran/kertas minyak c. Staples
43
Nomor IX
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pembungkusan Buah
Halaman 2/2
Revisi 03
E. Fungsi a. Gunting/pisau digunakan untuk memotong kertas
sesuai ukuran buah yang akan dibungkus b. Kertas Koran/kertas minyak digunakan sebagai
pembungkus buah c. Staples digunakan sebagai pengikat kertas
pembungkus agar kertas tidak lepas dari posisinya.
F. Prosedur Pelaksanaan :
a. Pembungkusan buah dilakukan setelah penjarangan buah selesai dilakukan.
b. Pembungkusan buah dilakukan pada saat buah berukuran sebesar bola pingpong
c. Kertas pembungkus sebaiknya diberi tanda dengan pewarna, untuk membedakan umur buah, sehingga memudahkan saat panen
d. Pada bagian bawah kertas pembungkus diberi sedikit saluran udara.
e. Setiap kegiatan pembungkusan buah yang dilaksanakan harus tercatat.
IX-1
44
Nomor
X Tanggal
6 Des. 2004 Standar Prosedur Operasional Pengendalian OPT
Halaman 1/34
Revisi 03
X. Pengendalian OPT A. Definisi : Kegiatan untuk mengendalikan hama dan penyakit
agar tanaman tumbuh optimal, produksi tinggi dan mutu buah baik.
B. Tujuan
a. Untuk menghindari kerugian ekonomi berupa kehilangan hasil (kuantitas) dan penurunan mutu (kualitas) produk.
b. Menjaga kesehatan tanaman dan kelestarian lingkungan hidup.
C. Validasi
a. Pengalaman di PT Trigatra Rajasa
b. Rosmahani dan Budiono. 2001. Pengendalian Hama dan Penyakit didasarkan pada konsep dan strategi PHT.
c. Yuniastuti, Sri. 2004. Rekomendasi Aplikasi Budidaya Mangga, BPTP Jawa Timur.
IX-2
X-1
45
Nomor X
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pengendalian OPT
Halaman 2/34
Revisi 03
d. Direktorat Tanaman Buah. 2004. Pedoman Pengelolaan Kebun Buah Percontohan. Hal 35-36
e. Rekomendasi Pengendalian OPT Buah-buahan. Direktorat Perlindungan Hortikultura. 1999.
D. Bahan dan Alat : a. Bahan
- Pestisida (insektisida, fungisida, herbisida) yang terdaftar dan diizinkan, sesuai dengan Daftar Pestisida untuk Pertanian dan Kehutanan tahun 2003.
- Bio pestisida : bahan pengendalian yang bahan aktifnya berasal dari organisme (tumbuhan, hewan dan mikroba)
- Air - Minyak tanah
X-2
46
Nomor X
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pengendalian OPT
Halaman 3/34
Revisi 03
- Deterjen - Formalin 4-8%, alkohol 70%, kloroks 1%
(Bayclin) dan lysol
b. Alat - Hand sprayer, power sprayer (alat aplikator) - Ember - Pengaduk - Takaran (skala ml dan liter) - Kuas - Pisau - Minyak tanah, air - Gunting pangkas - Gergaji - Alat/sarana pelindung: sarung tangan, masker,
topi, sepatu boot, baju lengan panjang.
X-3
47
Nomor X
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pengendalian OPT
Halaman 4/34
Revisi 03
E Fungsi Bahan dan Alat
a. Pestisida (pestisida kimiawi, biopestisida, pestisida nabati) untuk mengendalikan OPT (menurunkan populasi dan intensitas serangan OPT);
b. Musuh alami : untuk pengendalian cara biologi, dalam rangka menekan perkembangan OPT dan menjaga keseimbangan ekosistem secara alami;
c. Air sebagai bahan pencampur pestisida dan bahan pembersih;
d. Alat aplikator pestisida untuk mengaplikasikan pestisida pada tanaman;
e. Ember untuk mencampur pestisida dan air;
- Pengaduk untuk mengaduk pestisida dan air;
- Takaran (gelas ukur) untuk menakar pestisida dan air (skala cc/ml, dan liter);
- Kuas untuk mengoleskan bahan pengendalian (pestisida, kapur tohor, bubur kalifornia, bubur bordo) pada bagian tanaman yang terserang/ terinfeksi;
- Minyak tanah : untuk membakar sisa-sisa/ bagian tanaman yang terserang OPT;
X-4
48
Nomor X
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pengendalian OPT
Halaman 5/34
Revisi 02
- Deterjen :
Untuk mencuci alat aplikator;
Untuk mengendalikan hama dan penyakit tertentu;
Untuk pencampur bahan pestisida nabati;
- Alkohol 70%, formalin 4-8%, kloroks 1% (Bayclin) dan lysol. Untuk mensucihamakan (desinfektan) alat-alat pertanian (pisau, gunting pangkas dan gergaji);
- Pisau, gunting pangkas, gergaji : untuk memotong bagian tanaman yang terserang OPT;
- Alat pelindung untuk melindungi bagian tubuh dari cemaran bahan kimiawi (pestisida).
F. Prosedur Pelaksanaan
a. Lakukan pengamatan terhadap OPT secara berkala (seminggu sekali).
b. Kenali dan identifikasi gejala serangan, jenis OPT, dan musuh alaminya.
X-5
49
Nomor X
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pengendalian OPT
Halaman 6/34
Revisi 03
c. Perkirakan OPT yang perlu diwaspadai dan dikendalikan (hama lalat buah dan penyakit antraknose)
d. Tentukan ambang batas pengendalian dengan cara membuat ambang batas yang masih ditolerir. Untuk lalat buah tingkat serangan pada buah tidak >5 % (5 sampel pohon/ha ) sedangkan penyakit antraknose tingkat serangan pada buah tidak > 5 % (5 pohon/ha sebagai sampel). Pengalaman PT. Trigatra Rajasa
e. Ditetapkan alternatif pengendalian untuk hama dan penyakit : - Pengendalian hayati/biologis (pengendalian
hama dan penyakit mengunakan musuh alami) - Perbaikan teknik budidaya (mengatur jarak
tanam ideal yaitu 10 x 10 m, memperbaiki sistem pengairan dan sanitasi kebun)
- Mekanisasi (memotong/membuang bagian tanamam yang terserang kemudian memusnahkannya dan membuat perangkap untuk hama lalat buah)
- Penggunaan pestisida merupakan alternatif terakhir, Bila melewati ambang batas ekonomi, maka pestisida dapat digunakan secara berkala
X-6
50
Nomor X
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pengendalian OPT
Halaman 7/34
Revisi 03
Jenis hama yang menyerang tanaman mangga : Penggerek ranting (Sternocbetus goniocnemis).
Gejala : Hama ini menyerang jaringan daun dan epidermis ranting muda. Pada stadium larva, pupa dan dewasa mengakibatkan tunas baru tidak terbentuk, sehingga tanaman tidak dapat berbunga. Pada tingkat serangan tinggi dapat menyebabkan ranting dan daun tanaman menjadi layu dan kering. Pengendalian hama ini dilakukan dengan cara : - Pengendalian cara mekanis.
Pengendalian dilakukan dengan memotong bagian tanaman yang terserang
- Pengendalian cara biologis Dikendalikan dengan parasit dari famili
Chalcididae, namun demikian masih kurang efektif
- Pengendaliaan cara kimia Penyemprotan pestisida berbahan aktif
dimethoate seperti Kanon 400 EC dengan dosis 2 g/l air
X-7
51
Nomor X
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pengendalian OPT
Halaman 8/34
Revisi 03
Kutu putih (Planococcus lilacinus).
Gejala :
Hama ini menghisap cairan sel. Daun yang terserang mengering dan gugur. Kutu mengeluarkan cairan madu yang menjadi makanan cendawan penyebab penyakit embun jelaga dan umumnya menyerang pada musim penghujan. Pengendalian penyakit dilakukan dengan cara :
- Pengendalian cara kultur teknis
Memotong cabang dan daun yang terserang dan membakarnya.
- Pengendalian cara kimiawi
Kutu putih dikendalikan dengan insektisida berbahan aktif lambdacyhalothrin atau deltametrin, misalnya insektisida Lebaycid 550 EC dengan dosis 0,2 %.
X-8
52
Nomor X
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pengendalian OPT
Halaman 9/34
Revisi 03
Semut merah merupakan vektor hama ini, agar tidak menyebar kebagian tanaman lain, sebaiknya semut merah dikendalikan dengan insektisida berbahan aktif lambdacyhalothrin atau deltametrin misalnya lebaycid 550 dengan dosis 0,2 %.
Penggerek Batang (Rhytidodera rufomaculata).
Gejala : Menyerang batang/cabang, hingga terdapat lubang gerekan pada batang. Bagian tanaman yang terserang apabila dibelah akan terlihat lorong-lorong tempat larva. Pada tingkat serangan tinggi akan menyebabkan tanaman layu, daun rontok dan akhirnya tanaman mati. Hama ini biasanya menyerang pada saat musim hujan. Pengendalian hama ini dilakukan dengan cara : - Pengendaliaan cara mekanis
Pengendalian dilakukan dengan memungut hama lalu dikumpulkan kemudian dibakar, cabang yang terserang dipangkas lalu dimusnahkan.
X-9
53
Nomor X
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pengendalian OPT
Halaman 10/34
Revisi 03
- Pengendaliaan cara biologis Dikendalikan dengan pemanfaatan parasit
telur seperti Promuscidaea, Anagyrus dan Eupelmus. Parasit telur terlebih dahulu dibiakkan dan kemudian disebar pada lokasi kebun.
- Pengendalian cara kimiawi Penyemprotan pestisida berbahan aktif Karbofuron, betasiflutrin, mancozeb, seperti Buldok 25 EC dengan dosis 2 cc/l. Melakukan injeksi pada batang tanaman dengan insektisida monokrotophos dengan dosis 6 ml/pohon
Gambar 3. Hama penggerek batang (Sumber Foto Balitbu Solok)
X-10
54
Nomor X
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pengendalian OPT
Halaman 11/34
Revisi 03
Ulat perusak daun (Orthaga melanoporalis Hampson).
Gejala :
Hama ini merusak daun dan kadangkala pucuk muda. Akibat serangan hama ini daun menjadi patah, layu dan akhirnya mati. Hama/ulat biasanya membuat sarang dari daun mangga dan pucuk muda, biasanya menyerang pada masa peralihan musim hujan dan musim kemarau. Hama ini dapat dikendalikan dengan cara :
- Pengendalian cara Mekanis/kultur teknis
Memotong bagian tanaman yang terserang kemudian dimusnahkan.
Pengasapan dengan membakar sampah kering dan bagian atasnya ditutupi sampah basah, agar dapat dihasilkan asap dan tidak sampai terbakar. Kepulan asap yang menyebar keseluruh bagian tanaman akan mengusir keberadan hama saat berupa ngengat.
X-11
55
Nomor X
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pengendalian OPT
Halaman 12/34
Revisi 03
- Pengendalian cara kimiawi
Lakukan penyemprotan dengan insektisida berbahan aktif lambdacy-halothrin atau fenalerat, misalnya monocrotophos 15 WSC dengan dosis 6 ml/pohon
Wereng mangga (Idiocerus niveosparsus)
Gejala serangan : Hama ini menghisap cairan pada daun mangga, pucuk-pucuk muda, tangkai bunga dan buah muda, sehingga mudah rontok. Hama ini muncul pada saat peralihan musim kemarau ke musim hujan dan umumnya menyerang pertanaman mangga yang sudah berproduksi. Pengendalian hama ini dilakukan dengan cara : - Pengendaliaan cara mekanis
Pengendalian secara mekanis dapat dilakukan dengan memotong dan memusnahkan bagian tanaman yang terserang. Pengasapan dengan membakar sampah kering dan bagian atasnya ditutupi sampah basah, agar dapat dihasilkan asap dan tidak sampai terbakar. Kepulan asap yang menyebar keseluruh bagian tanaman akan mengusir keberadan hama.
X-12
56
Nomor X
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pengendalian OPT
Halaman 13/34
Revisi 03
- Pengendaliaan cara biologis
Hama ini dapat dikendalikan dengan penggunaan predator Lycosa sp, parasitoid Epipyros (Hymenop), Pipunculus sp. Predator terlebih dahulu dibiakkan kemudian disebarkan pada lokasi kebun.
- Pengendalian cara kimia Pengendalian secara kimia dilakukan pada saat pembentukan flush terakhir sebelum berbunga. Penginfusan dengan cara menyuntik pohon pada awal pembungaan dengan insektisida monocroptophos dosis 10-15 cc/pohon.
X-13
57
Nomor X
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pengendalian OPT
Halaman 14/34
Revisi 03
Gambar 4. Hama wereng mangga (Sumber Foto : Balitbu Solok)
X-14
58
Nomor X
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pengendalian OPT
Halaman 15/34
Revisi 03
Kumbang buah mangga
Gejala serangan : Terdapat bintik hitam pada permukaan kulit buah mangga. Hama ini menyerang buah dengan cara meletakkan telur pada buah muda, dan muncul pada saat peralihan musim hujan ke musim kemarau. Pengendalian hama ini dilakukan dengan cara : - Pengendaliaan secara mekanis
Pengendalian cara mekanis dapat dilakukan dengan mengumpulkan buah yang terserang lalu dibakar.
- Pengendaliaan cara biologis Hama ini dapat dikendalikan dengan penggunaan musuh alami semut rangrang, Oocophylla smaradigna dan parasitoid Flavopimpla sp.
- Pengendalian cara kimia Pengendalian secara kimia dilakukan pada saat pembentukan flush terakhir sebelum berbunga. Penyemprotan insektisida yang berbahan aktif medidation seperti Supracide 40 EC dengan dosis 2 g/l
X-15
59
Nomor X
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pengendalian OPT
Halaman 16/34
Revisi 03
Gambar 5. Kumbang buah mangga (Sumber Foto : Balitbu Solok)
X-16
60
Nomor X
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pengendalian OPT
Halaman 17/34
Revisi 03
Trips (Tripidae; Thysanoptera).
Gejala :
Hama ini menyerang permukaan bawah daun, malai bunga dan buah muda. Sehingga daun menjadi berkerut-kerut (keriting) dan mengakibatkan proses pembungaan sering gagal. Hama ini biasanya menyerang pada saat peralihan musim hujan ke musim kemarau. Pengendalian hama ini dilakukan dengan cara :
- Pengendalian cara kultur teknis
Sanitasi lingkungan dengan memusnahkan sisa-sisa tanaman dan inang lain di sekitar pertanaman
- Pengendalian cara fisik/mekanis
Memangkas bagian tanaman terserang dan dimusnahkan dengan cara dibakar.
- Pengendalian cara biologi
Dengan pemanfaatan musuh alami: Tripoctenus bohi
X-17
61
Nomor X
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pengendalian OPT
Halaman 18/34
Revisi 03
- Pengendalian cara kimiawi
Lakukan penyemprotan insektisida yang berbahan aktif protiofos seperti Tokuthion 500 EC dengan dosis 1,5 g/l air
Kutu putih (Planococcus lilacinus (Cocherell) Gejala serangan : Terdapat bintik putih pada lapisan permukaan daun. Hama ini memakan daun muda dengan cara mengisap cairan sel, akhirnya mengering dan gugur. Kutu mengeluarkan cairan madu yang menjadi makanan cendawan penyebab penyakit embun jelaga. Penyakit kutu putih biasanya menyerang pada masa peralihan misim hujan dan musim kemarau. Pengendalian hama ini dilakukan dengan cara:
- Pengendalian cara kultur teknis
Memotong cabang dan daun yang terserang dan membakarnya.
X-18
62
Nomor X
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pengendalian OPT
Halaman 19/34
Revisi 03
- Pengendalian cara kimiawi
Kutu putih menyebar ke bagian tanaman melalui semut merah, oleh karena itu semut merah harus dikendalikan dengan insektisida Lebaycid 550 EC dengan dosis 0,2 % dan insektisida yang berbahan aktif sipermetrin seperti Arrivo 30 EC dengan dosis 2,4 g/l air
Kutu sisik (Coccus viridis (Green)
Gejala serangan :
Permukaan daun kelihatan seperti layu, kemudian daun mengering dan gugur. Pada tanaman yang sudah menghasilkan, populasi yang tinggi menyebabkan kanopi terserang penyakit embun jelaga. Hama ini muncul pada saat peralihan musim hujan ke musim kemarau. Pengendalian hama ini dilakukan dengan cara:
- Pengendalian cara kultur teknis
Memotong cabang dan daun yang terserang dan membakarnya.
X-19
63
Nomor X
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pengendalian OPT
Halaman 20/34
Revisi 03
- Pengendalian cara kimiawi
Dikendalikan dengan insektisida berbahan aktif insektisida Lebaycid 550 EC dengan dosis 0,2 % dan dikrotophos 2,4 g/l.
Lalat buah (Dacus dorsalis.)
Gejala :
Pada permukaan kulit buah terdapat titik-titik hitam, titik hitam tersebut akibat tusukan lalat buah. Daging buah menjadi busuk, akibatnya buah tidak dapat dipanen karena rusak atau gugur. Lalat buah menyerang pada saat munculnya buah. Pengendalian hama ini dilakukan dengan cara :
- Pengendalian cara kultur teknis
1. Sanitasi lingkungan, yaitu pengumpulan buah-buah yang terserang, baik yang jatuh maupun yang masih di pohon. Kemudian dimusnahkan dengan menimbun yang terserang kedalam tanah (pastikan bahwa kedalaman tanah tidak memungkinkan larva dapat berkembang menjadi pupa).
2. Tanaman perangkap, yaitu menanam selasih di sekeliling kebun.
X-20
64
Nomor X
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pengendalian OPT
Halaman 21/34
Revisi 03
3. Pengasapan dengan membakar sampah kering dan bagian atasnya ditutupi sampah basah, agar dapat dihasilkan asap dan tidak sampai terbakar. Kepulan asap yang menyebar keseluruh bagian tanaman akan mengusir keberadan hama.
- Cara fisik/mekanis
1. Pembungkusan buah dengan kertas atau kantong plastik.
2. Penggunaan perangkap atraktan (bahan penarik lalat buah) dalam alat perangkap yang terbuat dari botol bekas air minum mineral yang diberi lubang untuk masuknya lalat buah. bahan atraktan: metil eugenol (ME), protein hidrolisa, atau selasih
- Cara biologi
Pemanfaatan musuh alami:
Parasitoid: Famili Braconidae (Biosteres sp. dan Opius sp.).
X-21
65
Nomor X
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pengendalian OPT
Halaman 22/34
Revisi 03
Gambar 6. Lalat buah
Penggerek buah (Noorda albizonalis Hampson)
Gejala :
Pada permukaan buah terdapat bintik-bintik, yang diakibatkan isapan hama. Pada saat hama menghisap buah bersamaan dengan meletakkan telurnya. Larva menggerek buah dan memakan jaringan dibawah kulit buah. Area yang dirusak larva menjadi busuk dan buah gugur. Penggerek buah biasanya menyerang pada saat buah sebesar bola pimpong (55-60 hari setelah induksi bunga).
X-22
66
Nomor X
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pengendalian OPT
Halaman 23/34
Revisi 03
- Pengendalian cara Kultur teknis
Buah yang gugur dikumpulkan dan dikubur dalam tanah
- Pengendalian cara fisik/mekanis
Pembungkusan buah setelah buah sebesar bola pipong.
- Pengendalian cara biologi
Memanfaatkan predator larva Rhynchium attrisium.
- Pengendalian cara kimiawi
Penyemprotan dengan insektisida berbahan aktif ethofenprox atau deltametrin seperti Decis 2,5 EC atau betasiflutrin (Buldok 25 EC) dengan dosis 2 cc/liter pada sore hari. Serangga dewasa aktif pada sore hari.
Penyakit layu benih (Phythium vexans.)
Gejala: Penyakit ini menyerang tanaman pada saat dipembibitan (polybag). Penyakit diakibatkan serangan cendawan (Phythium vexans.).
X-23
67
Nomor X
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pengendalian OPT
Halaman 24/34
Revisi 03
Gejala yang terlihat daun menjadi lembek dan lemah, berwarna hijau terang. Pada gejala lanjut daun akan mengering dan adanya bercak coklat pada pangkal daun. Selanjutnya tanaman mati. Apabila diperiksa akar menjadi busuk. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara :
- Pengendalian cara kultur teknis Menjaga jarak antar tanaman dalam polybag
agar tidak terlalu rapat, sehingga benih cukup mendapat sinar matahari. Pemberian air hanya apabila diperlukan.
- Pengendalian cara fisik/mekanis
Media tanah yang digunakan terlebih dahulu di pasteurisasi dengan cara dikukus.
- Pengendalian cara kimiawi
Pada gejala awal dilakukan penyemprotan dengan fungisida berbahan aktif benomyl 0,5 g/l air.
X-24
68
Nomor X
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pengendalian OPT
Halaman 25/34
Revisi 03
Embun tepung (Oidium mangiferae)
Gejala :
Penyakit ini menyerang permukaan daun atau ranting-ranting muda hingga tertutupi oleh lapisan tepung berwarna putih. Tepung putih ini merupakan masa dari konidia cendawan. Jaringan di bawah lapisan tepung tersebut berwarna hijau tua kebasah-basahan.
Serangan berat menyebabkan daun-daun mejadi mengeriting atau mengalami penyimpangan bentuk (malformasi), mengering, tetapi daun-daun tetap melekat pada ranting. Penyakit embun tepung biasanya menyerang pada musim hujan. Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan cara :
- Pengendalian cara kultur teknis
Sanitasi terhadap tunas atau daun-daun terinfeksi yang tidak produktif.
X-25
69
Nomor X
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pengendalian OPT
Halaman 26/34
Revisi 03
- Pengendalian cara kimiawi
Penyemprotan dengan serbuk belerang bila dijumpai serangan. Serbuk belerang yang dibutuhkan ± 40 kg per hektar dan aplikasinya hendaknya dilakukan pagi hari, saat bunga dan daun masih basah oleh embun. Bila penghembusan dilakukan saat hari telah panas dapat menimbulkan luka bakar pada bunga dan daun.
Bercak daun kelabu (Pestalotiopsis mangiferae).
Gejala : Penyakit ini menyerang pada permukaan daun, gejala awal serangan timbul bercak-bercak yang tidak teratur, berwarna kelabu keputihan. Penyakit ini sering dijumpai pada musim hujan. Penyakit ini dapat dikendalikan dengan cara : - Pengendalian secara kimia
Dengan penyemprotan fungisida yang Nimrod dengan konsentrasi 1 g/l air dan benomil dengan dosis 0,5 g/l air
X-26
70
Nomor X
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pengendalian OPT
Halaman 27/34
Revisi 03
Penyakit busuk akar (Rigidoporus microporus) Gejala : Permukaan akar berwarna hitam, pada permukaan akar terdapat benang-benang jamur berwarna putih kotor kemudian leher akar mengelupas kemudian akar busuk. Penyakit ini dapat menyebabkan kematian pada tanaman. Penyakit ini sering dijumpai pada saat musim hujan. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara :
- Pengendalian secara mekanis Dikendalikan dengan cara dibongkar dan dibakar atau dipotong bagian yang terinfeksi.
- Pengendalian cara kimia Dilakukan infus pada batang tanaman dengan menggunakan fungisida sistemik dan bagian akar yang dipotong diolesi fungisida propamocarb hidroklorida (Previcur N) dengan dosis 2 g/liter.
X-27
71
Nomor X
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pengendalian OPT
Halaman 28/34
Revisi 03
Penyakit bercak daun bakteri (Pseudomonas
mangiferae-indicae) Gejala : Penyakit ini menyerang daun muda, batang muda dan tangkai daun. Penyakit dapat dikendalikan dengan cara : - Pengendalian secara mekanis
Memotong daun/buah yang terserang dan dibakar
- Pengendalian secara kimia Penyemprotan fungisida antracol 70 WP dengan dosis 2 g/l air
Penyakit Antraknosa (Colletotrichum
gloeosporioides)
Gejala :
Pada daun terdapat bercak bulat hingga angular berwarna coklat dan kelabu ditengahnya, kadang-kadang kekuningan di tepi atau berlubang (shot hole). Pada malai bunga terdapat bercak kecil pada pucuk, panikle dan tangkai. Selanjutnya bunga menjadi kehitaman, pada buah terdapat bercak berwarna coklat hingga berwarna gelap, pada buah yang sudah matang akan menjadi busuk.
X-28
72
Nomor X
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pengendalian OPT
Halaman 29/34
Revisi 03
Kerusakan pada awalnya terjadi pada daun muda dan mengakibatkan terminal cabang tidak produktif, bunga mengering, gagalnya pembentukan pentil buah, buah gugur dan menjadi busuk. Penyakit ini biasanya menyerang pada awal musim hujan. Pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan cara :
- Pengendalian cara kultur teknis 1. Sanitasi kebun dengan memusnahkan
gulma pada saat pertunasan sampai saat panen.
2. Kumpulkan daun-daun yang jatuh di tanah dan dibakar.
3. Pemangkasan setelah panen atau sebelum pertunasan. Pemangkasan dilakukan pada daun atau cabang yang menunjukkan gejala. Pemangkasan pada kanopi bagian tengah dilakukan untuk memperbaiki sirkulasi udara dan penetrasi cahaya matahari. Hindari pemangkasan yang drastis.
X-29
73
Nomor X
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pengendalian OPT
Halaman 30/34
Revisi 03
- Pengendalian cara fisik/mekanis
Sebagai tindakan preventif, dilakukan pembungkusan buah agar terlindung dari kemungkinan adanya serangan, pembungkusan dilaksanakan pada saat buah sebesar bola pimpong.
- Cara kimiawi Penyemprotan dengan fungisida kombinasi
0,25 % mancozeb + 0,2 % dicotophos + 2 g pupuk daun/liter air dalam selang waktu 7-10 hari sekali dari saat pembentukan tunas bunga hingga fase pemasakan buah.
Embun Jelaga (Capnodium mangiferae)
Gejala :
Pada permukaan daun dan ranting terdapat lapisan tipis berwarna hitam. Lapisan berwarna hitam merupakan cendawan yang memperoleh makanan karena cairan madu yang dikeluarkan oleh hama seperti wereng mangga, kutu sisik, dan kutu putih. Embun jelaga biasanya menyerang pada musim hujan. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara :
X-30
74
Nomor X
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pengendalian OPT
Halaman 31/34
Revisi 03
- Cara kultur teknis
Memotong daun dan cabang yang telah terinfeksi.
- Pengendalian cara kimiawi
Penyemprotan Fungsida berbahan aktif Morestan 1,5 g/l air
Kudis buah (Elsinoe mangiferae)
Gejala :
Pada permukaan buah terdapat struktur yang tidak beraturan berwarna coklat tua. Setelah buah di panen meninggalkan bercak coklat yang keras dan mengering hingga mengurangi penampilan buah. Penyakit ini biasanya menyerang pada musim hujan, ketika buah sebesar kelereng. Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan cara:
X-31
75
Nomor X
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pengendalian OPT
Halaman 32/34
Revisi 03
- Pengendalian cara kultur teknis
Potong daun dan cabang yang terserang.
- Cara kimiawi
Penyemprotan fungisida Dipoliatan 4 F dengan dosis 0,2 cc/l air
Penyakit Diplodia (Diplodia natalensis)
Gejala :
Tanaman yang terserang mengeluarkan blendok yang berwarna kuning emas dari batang atau cabang, pada kulit terjadi luka yang tidak teratur. Cendawan berkembang di antara kulit dan kayu serta merusak lapisan kambium tanaman. Kayu yang telah mati berwarna hijau sampai hitam. Serangan diplodia kering umumnya lebih berbahaya karena gejala permukaan sukar diketahui. Kulit batang atau cabang tanaman yang terserang mengering, terdapat celah-celah kecil pada permukaan kulit, pada bagian kulit dan batang yang ada di bawahnya berwarna hitam kehijauan. Pada bagian celah-celah kulit terlihat adanya massa spora cendawan berwarna putih atau hitam.
X-32
76
Nomor X
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pengendalian OPT
Halaman 33/34
Revisi 03
Penyakit ini biasanya menyerang pada musim hujan. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan :
1. Pengendalian cara Kultur teknis
- Potong pohon/cabang/ranting yang terserang berat, buang kulit yang terinfeksi ringan
- Lakukan pemangkasan untuk mengurangi kelembaban tanaman.
- Pemupukan berimbang
- Bersihkan gulma
2. Pengendalian cara Mekanis/fisik
- Mengumpulkan sisa-sisa tanaman dan memotong cabang-cabang yang terserang berat lalu dibakar.
- Membongkar tanaman yang terserang berat dan dibakar.
X-33
77
Nomor X
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pengendalian OPT
Halaman 34/34
Revisi 03
3. Pengendalian cara Biologi
Mengoleskan dengan kuas agens antagonis Trichoderma spp., Gliocladium spp., Pseudomonas fluorescens atau Bacillus subtilis pada batang atau pangkal batang.
4. Pengendalian Cara kimiawi
a. Mengoleskan bubur California atau fungisida berbahan aktif benomil seperti Benlate dengan dosis 0,5 g/l air.
b. Perlakuan buah setelah panen dengan uap panas (VHT) pada suhu 52-55 oC selama 10 menit.
X-34
78
Nomor XI
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Panen
Halaman 1/3
Revisi 03
XI. Panen Kegiatan panen mangga dibagi menjadi dua bagian : 1. Waktu dan kriteria panen 2. Cara panen A. Definisi
Merupakan rangkaian kegiatan pemungutan hasil.
B. Tujuan : Untuk mendapatkan buah dengan tingkat kematangan sesuai permintaan pasar dengan mutu buah yang baik sesuai standar pasar yang dituju.
C. Validasi : Pengalaman di PT. Trigatra Rajasa. D. Bahan dan Alat
a. Gunting panen b. Keranjang bambu/plastik, c. Gudang, d. Kain halus e. Kertas f. Galah
XI-1
79
Nomor XI
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Panen
Halaman 2/3
Revisi 03
E. Fungsi Bahan dan Alat
a. Gunting panen digunakan untuk memotong tangkai buah.
b. Galah/digunakan untuk memetik buah pada ketinggian yang tidak bisa dicapai dengan tangan.
c. Keranjang bambu/plastik digunakan sebagai wadah buah.
d. Kertas digunakan sebagai pelapis/alas pada keranjang
e. Kain halus digunakan untuk melap/ membersihkan buah
f. Gudang digunakan sebagai tempat menyimpan buah.
F. Prosedur Pelaksanaan a. Kriteria Panen
- Bekas tangkai buah yang rontok kelihatan mengering seluruhnya
- Lekukan ujung buah rata/hampir hilang - Pori-pori merata dan berwarna coklat - Lapisan lilin mulai menebal pada permukaan
buah - Cabang tangkai buah telah kering 65 % - Buah tidak berbunyi nyaring bila disentil - Ukuran buah 132-140 hari setelah bunga muncul
XI-2
80
Nomor XI
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Panen
Halaman 3/3
Revisi 03
b. Waktu Panen - Waktu petik diupayakan mulai jam 09.00-
15.00 c. Cara panen
Gunakan alat yang sesuai (gunting pangkas, galah bergunting/berpisau dan dilengkapi keranjang/kantong).
Saat pemetikan, brongsong dan tangkai buah diikutkan. Tangkai buah disisakan sepanjang + 10 cm (untuk mencegah agar buah tidak terkena getah)
Buah yang masih dibungkus diletakkan dalam wadah bambu (alat pengumpul sementara di lapangan) dengan posisi tangkai menghadap kebawah sampai getah habis.
Usahakan getah dari tangkai tidak mengotori buah
Buah dalam wadah kemudian bungkusnya dibuka dan diletakkan pada keranjang yang terbuat dari plastik (< 20 kg) yang beralas kertas ditata maksimum 2 tumpukan serta diletakkan ditempat yang teduh dan ditutup (posisi buah : tangkai menghadap kebawah).
Catat waktu, lokasi panen dan jumlahnya
XI-3
81
Nomor XII
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pasca - Panen
Halaman 1/13
Revisi 03
XII. Pasca-Panen A. Definisi Merupakan rangkaian kegiatan penanganan buah
sejak dipanen hingga buah siap didistribusikan kekonsumen.
B. Tujuan
a. Menjamin keseragaman ukuran buah b. Menjamin keseragaman mutu buah c. Menjamin buah yang dihasilkan bebas dari hama
dan penyakit d. Menjamin mutu buah yang dihasilkan terjamin
sesuai dengan permintaan pasar domestik dan ekspor
e. Menjamin buah aman konsumsi
C. Validasi a. Pengalaman pasca-panen di PT. Trigatra Rajasa. b. Pengalaman pasca-panen di PT. Sata Harum. D. Bahan dan Alat
a. Gudang b. Timbangan c. Bak pencuci d. Rak
XII-1
82
Nomor XII
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pasca - Panen
Halaman 2/13
Revisi 03
e. Kain lembut/spon f. Paku g. Label /sticker h. Peti kayu/kardus i. Emulsi lilin j. Sapu k. Martil l. Termometer m. Hygrometer n. Tepol o. Benlate p. Partisi irisan kertas q. Lakban r. Kantong Plastik ukuran 30 x 40 cm s. Ruang pendingin t. Keranjang plastik
E. Fungsi a. Gudang sebagai tempat penyimpanan buah b. Timbangan berfungsi sebagai alat pengukur berat
buah berdasarkan grade c. Bak pencuci untuk mencuci buah. d. Rak berfungsi sebagai tempat pengeringan e. Kain lembut/spon untuk membersihkan buah f. Kain lembut/spon untuk membersihkan buah
XII-2
83
Nomor XII
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pasca - Panen
Halaman 3/13
Revisi 03
g. Label untuk memberikan identitas buah kualitas dan
nama produsen buah h. Peti kardus/kayu untuk kemasan buah i. Emulsi lilin digunakan sebagai pelapis kulit buah
untuk menunda kematangan buah optimal dalam kemasan
j. Paku sebagai alat penguat tutup wadah kemasan kayu.
k. Martil sebagai alat untuk mengetuk paku. l. Termometer digunakan sebagai alat untuk
mengukur suhu ruangan m. Hygrometer alat untuk mengukur kelembaban udara n. Tepol digunakan sebagai bahan yang dicampurkan
ke bak pencucian bersama air o. Benlate digunakan untuk bahan campuran pada
proses perendaman dengan air panas p. Keranjang plastik digunakan untuk wadah buah
yang selesai dilap. q. Partisi irisan kertas digunakan untuk melapisi
wadah kemasan buah r. Lakban digunakan untuk memperkuat kemasan
kardus. s. Kantong Plastik ukuran 30 x 40 cm digunakan
sebagai media kemas buah pada proses pelilinan t. Ruang pendingin sebagai tempat penyimpanan buah
XII-3
84
Nomor XII
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pasca - Panen
Halaman 4/13
Revisi 03
Pengumpulan di Gudang A. Definisi
Rangkaian kegiatan setelah panen sebelum buah diproses lebih lanjut, dikumpulkan dan disimpan dalam suatu tempat
B. Tujuan : a. Buah terhindar dari pengaruh buruk fisik/
lingkungan (angin, panas, hujan dsb), b. Buah segera bisa diproses lebih lanjut
C. Prosedur Pelaksanaan : a. Gudang disapu dan di bersihkan b. Alat pendingin udara dinyalakan pada kisaran
suhu 8 - 10°C dan kelembaban udara ≤ 90 %. c. Keranjang ditumpuk secara hati-hati (maksimum
8 tumpuk) dengan pembatas antara keranjang. d. Segala kegiatan yang dilaksanakan harus tercatat
XII-4
85
Nomor XII
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pasca – Panen
Halaman 5/13
Revisi 03
Sortasi A. Definisi Kegiatan menyeleksi dan memisahkan buah antara
yang baik dan jelek. B. Tujuan
Memisahkan buah yang baik dan tidak baik serta buah matang dan belum matang.
C. Prosedur pelaksanaan : a. Memisahkan antara buah mangga yang baik
dengan buah yang tidak baik, kemudian memotong tangkai buah yang disisakan pada saat pemetikan/panen.
b. Buah yang terpilih dimasukkan ke dalam bak penampung berisi air, bila buah tenggelam artinya buah telah matang 95%, buah melayang artinya buah belum begitu matang,
c. Buah yang tenggelam dikelompokkan terpisah dengan buah yang melayang
d. Buah yang terseleksi diletakkan di keranjang yang beralas kertas koran
e. Ditata maksimum 2 tumpukan f. Ditutup (posisi tangkai buah menghadap ke
bawah).
XII-5
86
Nomor XII
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pasca – Panen
Halaman 6/13
Revisi 03
Pencucian A. Definisi
Kegiatan membersihkan buah mangga dengan menggunakan air dari berbagai macam kotoran (getah, serangga, cendawan dsb )
B. Tujuan
Agar penampakan dan kebersihan buah mangga yang dipanen lebih baik
C. Prosedur Pelaksanaan :
a. Buah dimasukkan ke dalam bak berisi air yang diberi deterjen tepol dengan dosis 2 ml/liter, kemudian digosok dengan mengunakan kain lap/spon.
b. Penggantian air cucian setelah air keruh (+ setiap 10 kali pencucian)
c. Pembilasan dengan menggunakan air yang bersih d. Setelah buah dibilas lalu digosok dengan spon/kain
lembut
XII-6
87
Nomor XII
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pasca – Panen
Halaman 7/13
Revisi 03
Perendaman dengan Air Hangat A. Definisi Kegiatan merendam buah dalam air hangat.
B. Tujuan :
Untuk membunuh mikroba yang tidak hilang/mati pada saat pencucian
C. Prosedur Pelaksanaan : Buah direndam secara hati-hati dalam air panas
ditambah fungisida (Benlate) berkonsentrasi sangat rendah dengan dosis 0,5 gr/l dan suhu + 50 ºC selama 1 menit
XII-7
88
Nomor
XII Tanggal
6 Des. 2004 Standar Prosedur Operasional Pasca – Panen
Halaman 8/13
Revisi 03
Penirisan dan pengelapan A. Definisi
Kegiatan mengeringkan buah setelah direndam air hangat.
B. Tujuan :
Mengeringkan dan menghilangkan sisa-sisa kotoran yang masih menempel pada kulit buah.
C. Prosedur Pelaksanaan : a. Buah yang telah direndam, ditiriskan dengan
meletakkan pada rak susun dan dikering-anginkan b. Buah dilap dengan kain lap yang bersih, lembut dan
kering
XII-8
89
Nomor XII
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pasca – Panen
Halaman 9/13
Revisi 03
Grading A. Definisi
Kegiatan memilah dan mengelompokkan buah berdasarkan kriteria tertentu.
B. Tujuan : Untuk mendapatkan ukuran buah dan tingkat kematangan yang seragam.
C. Prosedur Pelaksanaan : a. Mengelompokkan buah yang telah disortir
berdasarkan diameter, ukuran, bentuk buah dan keseragaman.
b.Buah ditimbang dan dipisahkan sesuai klasnya. Grade kualitas berdasarkan beratnya adalah sebagai berikut :
A : 450-550 gram; B : 350 - <450 gram; C : 250 - < 350 gram per buah.
XII-9
90
Nomor XII
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pasca – Panen
Halaman 10/13
Revisi 03
Pelilinan A. Definisi
Kegiatan melapisi kulit buah dengan lilin.
B. Tujuan : Untuk memperpanjang daya simpan buah C. Prosedur Pelaksanaan :
a. Untuk membuat emulsi lilin standar 12 % terlebih dahulu diperlukan lilin lebah 120 g, asam oleat 20g, triethanol amin 40 g dan air panas 820 cc. Lilin dipanaskan dalam panci sampai mencair, kemudian dimasukkan dalam blender. Selanjutnya dituang sedikit demi sedikit asam oleat, triethanolamin dan air panas, larutan diblender kurang lebih dari 2-5 menit agar tercampur dengan sempurna kemudian emulsi lilin didinginkan. Emulsi lilin dapat digunakan setelah proses pendinginan selesai dilaksanakan.
b. Buah dibersihkan kemudian dicelupkan dalam emulsi lilin 6% selama 30 detik setelah itu dikering anginkan.
c. Setelah kering buah dikemas dalam kantong plastik berukuran 30 x 40 cm serta diberi lubang lima jarum dan di simpan pada suhu 10 ºC
XII-10
91
Nomor XII
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pasca – Panen
Halaman 11/13
Revisi 03
Pelabelan A. Definisi
Kegiatan menempelkan label pada buah dan kemasannya
B. Tujuan : Menunjukkan identitas produk (jenis, jumlah, berat, saat masak dan nama produsen)
C. Prosedur Pelaksanaan : 1. Label ditempelkan pada kotak kemasan 2. Sticker kecil ditempelkan pada buah sebagai
identitas klas buah dan produsen.
XII-11
92
Nomor XII
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pasca – Panen
Halaman 12/13
Revisi 03
Pengepakan A. Definisi
Kegiatan pengemasan/penyusunan buah dalam suatu wadah.
B. Tujuan :
Melindungi buah dari kerusakan fisik selama proses penyimpanan dan pengangkutan
C. Prosedur Pelaksanaan :
a. Buah dimasukkan kedalam wadah secara hati-hati dengan posisi punggung buah menghadap kebawah,
b. Wadah dilengkapi dengan partisi dan irisan kertas/styrofoam
XII-12
93
Nomor XII
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Pasca – Panen
Halaman 13/13
Revisi 03
Penyimpanan A. Definisi
Kegiatan meletakkan buah di dalam gudang B. Tujuan : Mengamankan produk sebelum proses pengangkutan C. Prosedur Pelaksanaan :
a. Buah dalam kardus disimpan dalam gudang yang bersih, temperatur 8-10 0C dan kelembaban 90 %,
b. Buah ditumpuk, untuk peti kardus maksimum 8 tumpuk dan untuk peti kayu maksimum 4 tumpuk
c. Lama penyimpanan maksimum 2 hari, d. Kardus/box yang masuk pertama harus keluar
lebih dahulu (first in first out) - Jika akan disimpan, perlu dilakukan pre-cooling,
yaitu penyimpanan buah pada tempat yang sejuk/teduh (suhu 16-20 0C)
- Tempat penyimpanan harus bebas dari hama
XII-13
94
Nomor XIII
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Distribusi
Halaman 1/3
Revisi 03
XIII. DISTRIBUSI A. Definisi
Kegiatan memindahkan buah mangga dari gudang penyimpanan ke tempat/tujuan pasar yang diinginkan.
B. Tujuan Untuk memperlancar pemasaran hasil produksi dengan tetap menjaga kondisi kesegaran buah sesuai jadwal yang telah ditentukan konsumen
C. Validasi PT. Sata Harum D. Bahan dan Alat
a. Surat jalan/surat ijin b. Kereta api/Truk dilengkapi dengan terpal atau alat
pendingin c. Kapal laut d. Pesawat terbang
XIII-1
95
Nomor XIII
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Distribusi
Halaman 2/3
Revisi 03
E. Fungsi
a. Buah dalam kemasan sebagai bahan yang didistribusikan
b. Surat jalan/surat ijin digunakan sebagai identitas pengiriman
c. Kereta api/Truk digunakan untuk mengangkut kemasan buah ke daerah/tempat sesuai tujuan dan lama perjalanan maksimal 3 hari ke tempat tujuan. Terpal digunakan untuk melindungi buah dari sengatan matahari.
d. Kapal laut digunakan untuk mengangkut kemasan buah ke daerah/tempat sesuai tujuan (antar provinsi maupun antar negara) dan lama perjalanan maksimal 7 hari ke tempat tujuan
e. Pesawat digunakan untuk mengangkut kemasan buah ke daerah/tempat (antar provinsi maupun antar negara) sesuai tujuan atau permintaan dan lama perjalanan maksimal 24 jam/1 hari ke tempat tujuan.
XIII-2
96
Nomor XIII
Tanggal 6 Des. 2004
Standar Prosedur Operasional Distribusi
Halaman 3/3
Revisi 03
F. Prosedur Pelaksanaan a. Distribusi harus tepat waktu, b. Tumpukan kardus di kendaraan maksimum 8
tumpuk, c. Ditutup rapat dengan terpal/kontainer tertutup,
agar tidak kehujanan/kepanasan d. Pemindahan kardus/peti dilakukan dengan hati-
hati.
XIII-3