SOP - HTR - FTR
-
Upload
ihwaan-ukhrawii-alii -
Category
Documents
-
view
52 -
download
1
description
Transcript of SOP - HTR - FTR
Standart Operating Procedure
(SOP)
Peringatan Hari Tematik
“ Hari Tanpa Rokok “
(HTR)
Oleh:
KAJIAN STRATEGIS (KASTRAT) WILAYAH 4
IKATAN SENAT MAHASISWA KEDOKTERAN INDONESIA
PERIODE 2012/2013
No Action No Move, No Move No Changes
A. Pendahuluan
Hari Tanpa Rokok (HTR) merupakan salah satu hari tematik yang diperingati pada tanggal 31 Mei, Hari Tanpa Rokok ini sebelumnya
diistilahkan sebagai HariTanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day) yang telah ditetapkan sejak tahun 1987 oleh anggota WHO
(World Health Organization) melalui sidang umum kesehatan dunia pada 7 April 1987. Hari Tanpa Rokok ini bertujuan untuk
mengingatkan dunia akan bahaya rokok bagi kesehatan, dengan demikian diharapkan perokok pemula dan kematian akibat rokok dapat
ditekan.Mungkin sebagian besar dari kita sebagai warga negara Indonesia belum mengetahui perihal Hari Tanpa Rokok. Yang hanya
terpampang selama ini melalui berbagai media adalah iklan rokok yang perkasa, namun, kalau orang ditanya tentang HARI TANPA
ROKOK itukapan? Jawabnya pasti “TIDAK TAHU”. Bila pun tahu, mereka juga tidak peduli, rokok layaknya beras yang sudah
menjadi kebutuhan bagi para pemakainya, sungguh memprihatinkan. Berbagai banyak fakta yang telah ditemukan tentang
bahaya dari merokok, namun tetap saja belum bisa menyadarkan dan menekan angka konsumsi rokok, bahkan Di Indonesia sendiri
Menurut WHO sekitar 150 juta penduduknya adalah perokok dengan konsumsi rokok total hingga 220 miliar batang per tahun. Tahun 2011
ini Indonesia menduduki peringkat ke tiga konsumsi rokok terbanyak di Asia, setelah Cina dan India.
Asap rokok yang mengandung lebih dari 4.000 jenis senyawa kimia, 60 jenis diantaranya bersifat karsinogenik, mencemari udara dan
menganggu kesehatan lingkungan. Biaya ekonomi dan sosial yang ditimbulkan akibat konsumsi tembakau terus meningkat dan beban
peningkatan ini sebagian besar ditanggung oleh masyarakat miskin. Angka kerugian akibat rokok setiap tahun mencapai 200 juta dolar
Amerika, sedangkan angka kematian akibat penyakit yang diakibatkan merokok terus meningkat. Di Indonesia, jumlah biaya konsumsi
tembakau tahun 2005 yang meliputi biaya langsung di tingkat rumah tangga maupun biaya tidak langsung karena hilangnya produktivitas
akibat kematian dini, sakit dan kecacatan berjumlah US$ 18,5 Milyar atau sea dengan Rp 167,1 Triliun. Jumlah tersebut adalah 5 kali lipat
lebih tinggi dari pemasukan cukai sebesar Rp 32,6 Triliun atau setara dengan US$ 3,62 Milyar pada tahun 2005 (1US$ = Rp 8.500,-).
Jumlah perokok di seluruh dunia kini mencapai 1,2 Milyar jiwa dan 800 Juta diantaranya merupakan warga negara-negara
berkembang.Indonesia merupakan negara ketiga dengan jumlah perokok terbesar di dunia setelah Cina dan India.
Begitu banyak hal buruk terjadi karena dampak konsumsi rokok. Peningkatan konsumsi rokok mengakibatkan peningkatan beban
penyakit akibat rokok dan bertambahnya angka kematian akibat rokok. Rokok membunuh 1 dari 10 orang dewasa di seluruh dunia, dengan
angka kematian dini mencapai 5,4 juta jiwa pada tahun 2005. Tahun 2030 diperkirakan angka kematian perokok di dunia akan mencapai 10
juta jiwa, dan 70% diantaranya berasal dari negara berkembang. Saat ini 50% kematian akibat rokok terjadi di negara berkembang. Bila
kecenderungan ini terus berlanjut, sekitar 650 juta orang akan terbunuh oleh rokok, yang setengahnya berusia produktif dan akan kehilangan
umur hidup (lost life)sebesar 20 sampai 25 tahun.
Berdasarkan Fakta-fakta inilah ditambah dengan telah disahkannya PP No 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang
Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan, paling tidak diharapkan membawa angin segar bagi kita semua
sebagai solusi yang solutif dalam mengatasi permasalahan bahaya rokok dan penekanan angka konsumsi rokok di indonesia, sehingga
semua elemen masyrakat merasakan kebermanfaatan dari pengendalian rokok di Indonesia. kita sebagai mahasiswa kedokteran yang selama
31 tahun ini telah membangun rumah kita bersama melalui Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia, Mahasiswa Kedokteran
merupakan kaum intelektual yang mampu menyuarakan aspirasi rakyat, suatu kaum pemikir kritis yang mampu membawa perubahan tanpa
membutuhkan kekuasaan, sehingga bebas dari kepentingan kelompok tertentu, hal ini disebut mahasiswa sebagai agen of change.
Mahasiswa Kedokteran juga sebagai pengawas dan pengawal serta turut serta dan berpartisipasi aktif dalam berbagai kebijakan-kebijakan
serta peraturan dan regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah, tingkat intelektualitasnya membuatnya mampu mengimbangi lihainya kata-
kata politis yang terbungkus rapi dengan idealisme bangsa yang disebut dengan sebuah undang-undang. Mahasiswa juga mampu
memberikan solusi dari permasalahan-permalasahan yang terjadi di masyarakat, semua hal ini disebut dengan mahasiswa sebagai agent of
development. DanSebagai seorang mahasiswa kedokteran khususnya, kita juga berperan sebagai agent of health yang turut serta dalam
menyehatkan bangsa Indonesia dengan kemampuan profesi yang kita miliki.
Berkaitan tentang peran kita sebagai MahasiswaKedokteran Indonesia, maka Bidang Kajian dan Strategis (Kastrat) Wilayah 4 ISMKI
sebagai Motor Pergerakan Mahasiswa serta Fungsi Pencerdasan dan Pengawalannya,menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) berupa
panduan penyelenggaraan kegiatan, berkaitan tentang peringatan tematik “Hari Tanpa Rokok (HTR)” didalam SOP akan disampaikan
beberapa rekomendasi teknis kegiatan yang dilaksanakan untuk peringatan puncak Hari Tanpa Rokok pada 31 Mei 2013, Diharapkan
seluruh institusi dari wilayah 4 bisa menjadikan SOP ini sebagai pedoman dalam pelaksanaan peringatan tersebut, sehingga tujuan yang
ingin kita capai bersama yakni pengendalian rokok di indonesia dan terciptanya lingkungan yang bebas rokok dapat terealisasi dan terasakan
kebermanfaatannya.
B. Tujuan
1. Mengoptimalkan fungsi Kastrat ISMKI wilayah 4,wadah katalisator yang sinergis dengan nasional dan berbasis keragaman potensi
Kastrat institusi di wilayah 4 dalam pelaksanaan hari tematik.
2. Merevitalisasi koordinasi baik hubungan intra maupun ekstra‐ISMKI (lembaga kesehatan dan non‐kesehatan, kecuali partai politik
dalam rangka pergerakan kajian strategis kesehatan.
3. Meningkatkan partisipasi mahasiswa kedokteran wilayah 4 dalam memperingati urgensi hari‐hari bersejarah/peringatan nasional (Fokus
Kastrat adalah HTR (Hari Tanpa Rokok), tapi tidak menutup kemungkinan untuk peringatan hari tematik lainnya seperti Hari
Mahasiswa Kedokteran Indonesia).
4. Terlaksananya kajian dan penetapan FTR (Fakultas Tanpa Rokok) di institusi.
5. Menyampaikan rekomendasi solutif kepada stakeholder sebagai reposisi gerakan mahasiswa kedokteran Indonesia
C. Waktu Pelaksanaan
Bulan Mei 2013, Puncak Peringatan 31 Mei 2013 (Hari Tanpa Rokok)
D. Rencana Kegiatan
Partisipasi aktif dari Kastrat wilayah 4 beserta delegasi Kastrat institusi di wilayah 4 dalam rangka memanfaatkan momentum tematik
dengan pelaksanaan kegiatan terpusat pada institusi atau centre kota di setiap wilayah, audiensi kepada stakeholder, ataupun publikasi
serentak di media massa. Kegiatan ini tetap bersumber dari mahasiswa kedokteran Indonesia.
Bentuk kegiatan berupa aksi reposisi gerakan mahasiswa kedokteran, pencerdasan secara langsung (penyuluhan, dll) maupun tidak
langsung (penyebaran poster, artikel, dan video).
Pengirimkan delegasi CCT (Cigarette Control Team) dalam momentum HTR.
Rekomendasi Kegiatan :
berupa Seminar berSKP tiap institusi tentang Pemanfaatan Tembakau Selain Rokok dan Pengendalian Dampak Rokok dan
bahayanya, Flash mob akbar se-ISMKI wil.4 di acara car free day tiap kota dan lomba fotografi tentang dokumentasi rokok dan
bahayanya. Pelaksanaan program kerja dari kegiatan ini diserahkan sepenuhnya pada institusi agar tidak ada beban bagi
institusi masing-masing.
Berkaitan dalam Peringatan tematik Hari Tanpa Rokok pada tanggal 31 Mei, staff Pengurus Harian Kastrat Wilayah 4 ISMKI akan
mengirimkan pengantar kajian ke Email setiap insitusi di wilayah 4, tentang urgensi dari Peringatan Hari Tanpa Rokok, dalam hal ini
untuk penyebarluasan pengantar ini akan bekerjasama dengan bidang KHIK Wilayah 4 ISMKI. Pengantar kajian ini diharapkan bisa
menstimulasi, memassifkan serta membantu kastrat insitusi dalam hal penyebarluasan informasi tentang peringatan Hari Tanpa Rokok,
sehingga di harapkan setelah tersebarnya Pengantar Kajian ini, dari Kastrat insitusi sendiri dapat meninjau kembali sehingga dapat
menghasilkan hasil kajian yang lebih baik yang akan disebarluaskan di lingkungan institusi masing-masing.
E. SWOT Teknis
Strenght (Kekuatan)
Memiliki anggota tim yang ketersebarannya cukup untuk memenuhi kebutuhan institusi wilayah 4.
Komitmen seluruh PHW Kastrat wilayah 4.
Dukungan dari berbagai pihak untuk memfasilitasi pengumpulan kajian hingga penindaklanjutan kajian.
Komunikasi yang terus terjaga dengan institusi khususnya bidang kastrat isntitusi
Hasil kegiatan lebih mudah untuk disosialisasikan dan diaplikasikan secara generalisasi di tiap institusi
Weakness (Kelemahan)
Iklim mahasiswa yang kurang kritis dalam menanggapi sebuah isu.
Geografis wilayah 4 yang berjauhan, sehingga kurang memungkinkan untuk memantau perkembangan semua institusi secara langsung.
Koordinasi dengan stakeholder yang banyak mengalami hambatan.
Minimnya kesadaran mahasiswa tentang urgensi isu‐isu yang dikaji.
Hasil kegiatan yang belum dapat tersosialisasikan dengan baik.
Opportunity (Peluang)
Pencerdasan tentang isu‐isu secara berkala dapat dilaksanakan bersama dengan institusi.
Pengembangan Katrat dan pola pikir Kastrat mulai diterapkan.
Koordinasi dan penyampaian isu dari berbagai daerah dapat ter‐cover.
Keterbukaan stakeholder dalam menerima saran dan pemikiran kritis dari mahasiswa FK.
Threat (Ancaman)
Perbedaan waktu diwilayah anggota Kastratwil 4.
Penyerataan kegiatan terhambat karena perbedaan jadwal akademik.
Kurangnya pemantauan karena terkendala jarak dan biaya transportasi.
Minimnya pengetahuan koordinator Kastrat institusi akan pentingnya koordinasi antar pengurus Kastrat se‐wilayahnya atau dengan
PHW.
F. Sasaran Kegiatan
Institusi yang merupakan anggota ISMKI Wilayah 4
G. Indikator Keberhasilan
1. Terselenggaranya peringatan hari tematik.
2. Terselenggaranya peringatan Hari Tanpa Rokok (HTR) minimal 7 institusi di wilayah 4 yang melaksanakannya dengan ditunjukkan
dengan laporan pelaksanaan kegiatan (berita acara ataupun dokumentasi kegiatan) kepada wilayah.
3. Terkumpulnya data institusi sebagai Fakultas Tanpa Rokok (FTR) yang dapat ditunjukkan baik berupa kajian, deklarasi, ataupun Surat
Keputusan diinstitusi, minimal 7 dari 14 institusi diwilayah 4 yang sudah mempunyai bidang Kastrat.
H. Penanggung Jawab
Ihwan Ukhrawi Aly
Email : [email protected]
Contact Person : +6285255567823
Lampiran
PANDUAN UMUM ADVOKASI
FAKULTAS TANPA ROKOK (FTR)
1. LATAR BELAKANG
Udara yang sehat dan bersih hak bagi setiap orang, sehingga segala kegiatan yang dapat menyebabkan pencemaran udara perlu dicegah,
termasuk yang bersumber dari asap rokok. Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan dapat mengakibatkan bahaya kesehatan
bagi individu dan masyarakat baik selaku perokok aktif maupun perokok pasif. Upaya perlindungan terhadap bahaya rokok bagi kesehatan perlu
dilakukan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Tidak mudah untuk mengubah kebiasaan merokok di sembarang tempat yang dibenarkan selama bertahun-tahun. Merokok di dalam
ruangan tertutup sangat membahayakan kesehatan khususnya bagi bukan perokok karena asap yang mengandung ribuan zat beracun akan
berputar-putar di ruangan dan menempel di setiap benda yang ada, siap untuk dilepaskan lagi dan diisap oleh bukan perokok. Ventilasi terbukti
tidak efektif menghilangkan partikel-partikel beracun di asap rokok.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No 19 tahun 2003 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan, pemerintah daerah wajib
mewujudkan kawasan tanpa rokok. Yakni di tempat umum, sarana kesehatan, tempat kerja dan tempat yang secara spesifik digunakan untuk
belajar mengajar, arena bermain anak, tempat ibadah dan angkutan umum.Perguruan Tinggi sebagai salah satu lembaga pendidikan dimana
tempat orang menimba ilmu tentunya membutuhkan lingkungan yang sehat khususnya terbebas dari gangguan asap rokok.
Berkaitan menjadikan kampus sebagai kawasan tanpa rokok, perlunya mahasiswa dalam mengambil peran untuk menginisiasi dan
merealisasikan kampus mereka menjadi kawasan tanpa rokok, melalui panduan umum advokasi fakultas tanpa rokok , panduan umum ini
merupakan panduan umum tentang perlunya Kawasan Tanpa Rokok dan bagaimana cara mengembangkannya di lingkungan institusi
pendidikan khususnya di perguruan tingi serta sekaligus sebagai langkah advokasi untuk memperoleh komitmen yang tinggi dalam
mengembangkan Kawasan Tanpa Rokok. Panduan ini masih jauh dari kesempurnaan maka dari itu perlunya masukan kritik dan saran, semoga
panduan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
2. TUJUAN
Tujuan penetapan Kawasan Fakultas Tanpa Rokok adalah :
a. menurunkan angka kesakitan dengan cara merubah perilaku masyarakat kampus untuk hidup sehat;
b. meningkatkan produktivitas kerja dan pencapaian prestasi belajar yang optimal;
c. mewujudkan kualitas udara yang sehat dan bersih bebas dari bahaya asap rokok;
d. menurunkan angka perokok dan mencegah perokok baru;
e. mewujudkan generasi muda yang sehat.
3. SASARAN
a. Pimpinan Fakultas beserta jajarannya
b. Peserta didik (Mahasiswa)
c. Tenaga kependidikan (Dosen).
d. Unsur lainnya (tenaga administrasi, pegawai).
4. MANFAAT
Penetapan Kawasan Fakultas Tanpa Rokok merupakan upaya perlindungan untuk masyarakat (Dosen/Pegawai/Mahasiswa) terhadap risiko
ancaman gangguan kesehatan karena lingkungan tercemar asap rokok.
5. LANGKAH – LANGKAH ADVOKASI KAWASAN FAKULTAS TANPA ROKOK DI DEKANAT FAKULTAS
Bidang Kajian dan Strategis (Kastrat) Badan Ekesekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kedokteran yang akan melakukan upaya advokasi
dan pengembangan fakultas sebagai kawasan bebas rokok di lingkungan kampusnya, dapat melakukan beberapa serangkaian rekomendasi
langkah-langkah advokasi sebagai berikut :
Persiapan Awal
Kastrat Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kedokteran yang berinisiatif menjadikan kampusnya sebagai fakultas tanpa rokok
menyusun kerangka konsep dan materi teknis tentang kawasan tanpa rokok, setelah itu melakukan upaya advokasi kepada pemangku kebijakan
di lingkungan dekanat fakultas untuk memperoleh dukungan kebijakan, dana dan fasilitasi. Hasil yang akan dicapai adalah melakukan advokasi
dengan menjelaskan urgensi dari kawasan tanpa rokok di lingkungan fakultas dan keuntungannya jika dikembangkan kawasan tanpa rokok di
fakultas. Dari upaya advokasi ini, pihak pemangku kebijakan di lingkungan fakultas dalam hal ini dekan, menyetujui untuk dikembangkannya
kawasan tanpa rokok di lingkungan fakultas dalam hal ini tempat-tempat umum seperti ruang kuliah, ruang praktikum, ruang tutorial, kantin,
tempat ibadah, perpustakaan, ruang administrasi dekanat seperti tata usaha, perlengkapan, serta tempat-tempat yang dianggap perlu sebagai
ruangan kawasan tanpa rokok.
Yang perlu dilakukan setelah ini oleh Bidang Kajian Strategi (Kastrat) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) adalah sebagai berikut :
A. Analisis Situasi
Kastrat BEM melakukan pengkajian ulang tentang ada tidaknya kebijakan kawasan tanpa rokok di fakultasnya serta mengambil rujukan
di tingkat universitas tentang aturan yang berkaitan tentang kawasan tanpa rokok, serta bagaimana perilaku sasaran (Dosen/Pegawai/Mahasiswa)
terhadap kebijakan kawasan fakultas tanpa rokok. Kajian ini bertujuan untuk memperoleh data sebagai dasar dalam pengusulan pembuatan
kebijakan kepada dekan sebagai pimpinan fakultas.
B. Pembentukan Komite atau Kelompok Kerja Penyusunan Kebijakan Kawasan Fakultas Tanpa Rokok
Kastrat BEM mengadakan pertemuan yang dimana mengundang sasaran (pimpinan(dekan) beserta
jajarannya/dosen/pegawai/mahasiswa) hanya berupa perwakilan misalnya hanya mengundang pihak yang berkepentingan di lembaga yang
berada dalam naungan fakultas (misal dekan, wakil dekan, pimpinan tata kelola fakultas, dosen-dosen ataupn pegawai serta perwakilan setiap
organisasi kemahasiswaan yang berada dalam naungan BEM (pengurus BEM, perwakilan tiap-tiap Himpunan Mahasiswa Jurusan ataupun Unit
Kegiatan Mahasiswa di lingkungan fakultas) sebaiknya pertemuannya dalam bentuk forum diskusi yang dirangkaikan dengan sebuah kegiatan,
semacam seminar, workshop ataupun diskusi tentang urgensi bahaya rokok dan urgensi penetapan kawasan tanpa rokok di lingkungan
pendidikan khususnya di lingkungan kampus fakultas kedokteran. Yang dimana forum diskusi ini bertujuan untuk :
• Menyampaikan maksud, tujuan dan manfaat Kawasan Fakultas Tanpa Rokok.
• Membahas rencana kebijakan tentang pemberlakuan Kawasan Fakultas Tanpa Rokok.
• Meminta masukan tentang penerapan Kawasan Tanpa Rokok, antisipasi kendala dan sekaligus alternatif solusi.
• Menetapkan penanggung jawab Kawasan Fakultas Tanpa Rokok dan mekanisme pengawasannya.
• Membahas cara sosialisasi yang efektif bagi Dosen/Pegawai/Mahasiswa
Hasil yang diharapkan adalah semua pihak menyetujui untuk dibentuk komite atau kelompok kerja penyusunan kebijakan kawasan fakultas
tanpa rokok yang disahkan oleh Dekan.
C. Membuat Kebijakan Kawasan Fakultasa Tanpa Rokok
Komite atau kelompok kerja membuat kebijakan yang jelas mengenai tujuan dan cara melaksanakannya
D. Penyiapan Infrastruktur antara lain :
• Membuat surat keputusan dari pimpinan tentang penanggung jawab dan pengawas Kawasan Tanpa Rokok di tempat proses
belajar mengajar.
• Instrumen pengawasan.
• Materi sosialisasi penerapan Kawasan Fakultas Tanpa Rokok.
• Pembuatan dan penempatan tanda larangan merokok.
• Mekanisme dan saluran penyampaian pesan tentang Kawasan Fakultas Tanpa Rokok di tempat-tempat umum seperti ruang kuliah, ruang
praktikum, ruang tutorial, kantin, tempat ibadah, perpustakaan, ruang administrasi dekanat seperti tata usaha, perlengkapan, dll. melalui
penempelan poster, stiker larangan merokok dan lain sebagainya.
• Pelatihan bagi pengawas Kawasan Tanpa Rokok atau diistilahkan sebagai Cigarette Control Team (CCT)
E. Sosialisasi Penerapan Kawasan Fakultas Tanpa Rokok
• Sosialisasi penerapan Kawasan Fakultas Tanpa Rokok di lingkungan internal bagi Dosen/Pegawai/Mahasiswa
• Sosialisasi tugas dan penanggung jawab dalam pelaksanaan Kawasan Fakultas Tanpa Rokok.
F. Penerapan Kawasan Fakultas Tanpa Rokok
• Penyampaian pesan Kawasan Fakultas Tanpa Rokok kepada Dosen/Pegawai/Mahasiswa melalui poster, tanda larangan merokok,
pengumuman, pengeras suara dan lain sebagainya.
• Pelaksanaan pengawasan Kawasan Fakultas Tanpa Rokok.
G. Pengawasan dan Penegakkan Hukum
• Pengawas Kawasan Fakultas Tanpa Rokok di tempat proses belajar mengajar mencatat pelanggaran dan menerapkan sanksi sesuai peraturan
yang berlaku.
• Melaporkan hasil pengawasan kepada penanggung jawab kawasan fakultas tanpa rokok, baik diminta atau tidak.
Contoh redaksi sanksi dalam aturan/kebijakan kawasan fakultas tanpa rokok
SANKSI
Sanksi dapat dikenakan kepada pimpinan bagian/unit yang melakukan pembiaran dan juga kepada setiap orang yang terbukti merokok di tempat
yang dinyatakan sebagai kawasan bebas asap rokok.
a. Pimpinan dan/atau Ketua/Kepala Bagian atau unit apabila terbukti membiarkan orang merokok di kawasan dilarang merokok, dapat dikenakan
sanksi administrasi berupa :
1) peringatan tertulis dari Pimpinan Fakultas;
2) denda sebesar Rp 50.000,- atau kelipatannya sesuai dengan frekuensi pembiaran
b. Setiap orang yang terbukti merokok di kawasan dilarang merokok, dapat dikenakan sanksi berupa denda:
Sebesar Rp 50.000,- untuk pelanggar pertama dan kelipatannya sesuai dengan frekuensi pelanggaran
c. Pembantu/Wakil Dekan II bertanggung jawab untuk penjatuhan sanksi bagi dosen dan tenaga administrasi dan Pembantu/Wakil Dekan III
bertanggung jawab bagi penjatuhan sanksi bagi mahasiswa.
Denda yang terkumpul akan dipergunakan untuk kegiatan promosi kesehatan dan peningkatan kualitas kesehatan bagi masyarakat kampus
H. Pemantauan dan Evaluasi
Melakukan Pemantauan dan Evaluasi secara berkala setiap 6 bulan atau 1 tahun tentang kebijakan yang telah dilaksanakan, serta melakukan
kajian berkaitan masalah yang timbul selama pelaksanaan kebijakan, dan akan menjadi rekomendasi dan evaluasi dari kebijakan yang telah
dilaksanakan
Indikator Evaluasi Kebijakan Kawasan Fakultas Tanpa Rokok
Evaluasi Jangka Pendek (4-6 bulan) Evaluasi Jangka Panjang (1-3 Tahun)
1. Adanya tanda Kawasan Tanpa Rokok yang dipasang
2. Adanya media promosi Kawasan Tanpa Rokok.
1. Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok diterima dan dilaksanakan oleh
pimpinan (Dekan) beserta jajarannya dan Dosen/Pegawai/Mahasiswa
2. Dipatuhi dan dimanfaatkannya fasilitas yang mendukung Kawasan
Fakultas Tanpa Rokok.
3. Tidak ada penjual rokok di sekitar tempat –tempat umum seperti
kantin, dan lain sebagainya
4. Dosen/Pegawai/Mahasiswa yang tidak merokok bertambah banyak.
5. Semua Dosen/Pegawai/Mahasiswa tidak merokok di Kawasan
Tanpa Rokok.