SOP BENCANA ALAM

21
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH JAWA TIMUR RESORT PONOROGO STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) PENANGGULANGAN BENCANA ALAM I. PENDAHULUAN 1. Umum a. Dampak yang di timbulkan akibat bencana alam baik secara langsung maupun tidak langsung, jangka pendek atau jangka panjang dengan adanya korban manusia, hilangnya harta benda, kerusakan fasilitas umum maupun kerugian material lainnya akan sangat berpengaruh kepada kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat. b. Perlu adanya ketanggap segeraan dari berbagai pihak yang terkait dalam penanganan bencana alam yang selama ini terkesan lamban dan kurang terkoordinir dalam merespon bencana yang terjadi. c. Peran serta masyarakat sangat diperlukan dalam penanggulangan bencana alam, mengingat sebagaian besar masyarakat di wilayah Kabupaten Ponorogo masih belum mengerti dan memahami dalam penanganannya. d. Sebagaimana yang telah diamanatkan oleh undang-undang bahwa Polri bertugas untuk melindungi, mengayomi, melayani masyarakat dan menegakkan hukum perlu mengambil langkah-langkah yang cepat dan tepat guna mengantisipasi dan menanggulangi bencana alam yang terjadi. e. Dengan demikian maka perlu adanya suatu prosedur yang mengatur kegiatan terhadap seluruh fungsi maupun

Transcript of SOP BENCANA ALAM

Page 1: SOP BENCANA ALAM

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH JAWA TIMUR

RESORT PONOROGO

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P )PENANGGULANGAN BENCANA ALAM

I. PENDAHULUAN

1. Umum

a. Dampak yang di timbulkan akibat bencana alam baik secara langsung maupun tidak langsung, jangka pendek atau jangka panjang dengan adanya korban manusia, hilangnya harta benda, kerusakan fasilitas umum maupun kerugian material lainnya akan sangat berpengaruh kepada kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat.

b. Perlu adanya ketanggap segeraan dari berbagai pihak yang terkait dalam penanganan bencana alam yang selama ini terkesan lamban dan kurang terkoordinir dalam merespon bencana yang terjadi.

c. Peran serta masyarakat sangat diperlukan dalam penanggulangan bencana alam, mengingat sebagaian besar masyarakat di wilayah Kabupaten Ponorogo masih belum mengerti dan memahami dalam penanganannya.

d. Sebagaimana yang telah diamanatkan oleh undang-undang bahwa Polri bertugas untuk melindungi, mengayomi, melayani masyarakat dan menegakkan hukum perlu mengambil langkah-langkah yang cepat dan tepat guna mengantisipasi dan menanggulangi bencana alam yang terjadi.

e. Dengan demikian maka perlu adanya suatu prosedur yang mengatur kegiatan terhadap seluruh fungsi maupun unsur yang terkait agar tidak terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaan penanggulangan bencana alam.

2. Maksud dan tujuan

a. Maksud

Standar Operasional Prosedur (SOP) penanggulangan bencana alam ini disusun sebagai pedoman dalam pelaksanaan penggulangan bencana alam di jajaran Polres Ponorogo.

/b. Tujuan….

Page 2: SOP BENCANA ALAM

2

b. Tujuan

Sebagai masukan kepada pimpinan dan memberikan gambaran kepada unsur pelaksana dilapangan agar diperoleh kesamaan tindak dalam menentukan langkah pelaksanaan penanggulanagan rusuh massa serta menentukan langkah penyelesaian masalah yang timbul dan segera dapat diatasi secara cepat tepat dan terpadu, dengan memperhitungkan resiko-resiko kerugian sekecil mungkin sehingga tercipta situasi dan kondisi kamtibmas yang aman terkendali.

3. Dasar

a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

b. Undang-undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan

Bencana Alam

c. Surat Telegram Kapolda Jatim Nomor : STR / 25 / I / 2008 / Biro Ops

tanggal 9 Januari 2008 tentang antisipasi terjadinya bencana alam dan

ancaman Kontijensi lainnya.

d. Surat Telegram Kapolda Jatim Nomor : STR / 109 / I / 2008 / Biro Ops

tanggal 30 Januari 2008 tentang petunjuk dan arahan guna antisipasi

bencana alam di wilayah Jawa Timur.

4. Tata urut

I. PENDAHULUAN

II. TUGAS POKOK

III. AZAS - AZAS

IV. HAKEKAT ANCAMAN

V. PELAKSANAAN PENGAMANAN

VI. KONSIGNES

VII. KOMANDO PENGENDALIAN

VIII. PENUTUP

II. TUGAS POKOK

1. Tugas Pokok Polres Ponorogo

Polres Ponorogo beserta seluruh jajaran dan perkuatannya serta unsur terkait siap melaksanakan antisipasi dan penanganan bencana alam dengan mengedepankan pendekatan humanis.

Page 3: SOP BENCANA ALAM

3

2. Rincian tugas pokok

a. Unsur pimpinan

Dalam pelaks tugas penanggulangan bencana alam dipimpin dan dikendalikan langsung oleh Kapolres Ponorogo yang dibantu oleh Wakapolres Ponorogo serta Kabagops Polres Ponorogo.

b. Unsur pelaksana

1) Satintelkam Polres Ponorogo

2) Satreskrim Polres Ponorogo

3) Satsamapta Polres Ponorogo

4) Satlantas Polres Ponorogo

5) Bagbinamitra Polres Ponorogo

6) Polsek / ta / tif Jajaran Polres Ponorogo

c. Unsur pendukung

1) Subbaglog Polres Ponorogo

2) Urtelematika Polres Ponorogo

3) Urdokkes Polres Ponorogo

4) Unit P3D Polres Ponorogo

d. Unsur BKO

7) Brimob Kompi C Madiun sebanyak 1 ssk

8) Polresta Madiun sebanyak 1 ssk

9) Polres Madiun sebanyak 1 ssk

10) Polres Magetan sebanyak 1 ssk

11) Polres Ngawi sebanyak 1 ssk

12) Polres Pacitan sebanyak 1 ssk

13) Perlibatan dari unsur TNI disesuaikan dengan kebutuhan

e. Unsur bantuan instansi samping / potensi masyarakat

1) Pemkab Ponorogo

2) Dinas Kesehatan Kab. Ponorogo

3) Dinas Perhubungan Kab. Ponorogo

4) Satkorlak Pemkab Ponorogo

5) Satpol PP Pemkab Ponorogo

6) Satpam

/7. Linmas……

Page 4: SOP BENCANA ALAM

4

7) Linmas

8) Kwarcab Pramuka Kab. Ponorogo

9) Orari Ponorogo

10) Rapi Ponorogo.

III. Azas legalitas

Dalam pelaksanaan pengamanan rusuh massa, petugas dilapangan harus bisa mengendalikan emosi, tidak bertindak sendiri-sendiri, akan tetapi bertindak secara prosedural, profesional, proporsional dan apabila eskalasi meningkat maka kegiatan darurat ( kekuatan paksa pasukan ) dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip dasar tentang penggunaan kekuatan paksa oleh aparat penegak hukum sesuai dengan Konferensi PBB Nomor 8 tahun 1990 di Kuba dengan berlandaskan sebagai berikut :

2. Azas Legalitas

3. Azas Manfaat

4. Azas Pencegahan

5. Azas Keseimbangan

6. Azas Retro Aktif

IV. Hakekat ancaman

1. Bentuk – bentuk ancaman

a. Karakteristik massa

1) Jumlah massa ( sangat besar, besar meluas )

2) Sifat ( pasif dan aktif )

3) Asal usul ( heterogen, homogen )

b. Tindakan massa

1) Protes dan menghina dengan lisan dan tulisan

2) Lempar, rusak, bakar, curi sarana umum dan milik individu

3) Ancam keselamatan aparat, pejabat danmasyarakat

c. Sarana / alat bantu

1) Alat transportasi : becak, spd motor, mobil, truk, bus, dll

2) Alat bantu sound system, spanduk, bendera, tongkat, brosur, dll.

d. Lokasi huru – hara

1) Satu lokasi

2) Lebih adari satu lokasi huru hara yang terjadi bersamaan

/e. Akibat yang timbul……

Page 5: SOP BENCANA ALAM

5

e. Akibat yang timbul

1) Hambat administrasi pemerintahan, kemasyarakatan dan pembangunan

2) Merusak harta benda, tubuh dan jiwa manusia

3) Ancam kehidupan bernegara dan mengarah pemberontakan

2. Tingkatan situasi

a. Situasi aman

1) masyarakat bebas dari tekanan ancaman keresahan dan ketakutan

2) masyarakat dalam jalankan kehidupan dan penghidupan berjalan tertib dan tentram

3) tidak bersifat konflik yang bersifat laten

4) administrasi pemerintahan dan pembangunan berfungsi dengan baik dan normal

b. Situasi rawan

1) keadaan rawan apabila konflik telah tinggalkan stadium laten

2) timbul keresahan sosial yang menghambat pelaksanaan administrasi pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.

c. Situasi gawat

1) Konfik telah berkembang dari keresahan sosial menjadi ketegangan sosial.

2) Terjadi aksi secara fisik dan pembulatan yang mengganggu stabilitas keamanan

d. Situasi krisis

1) Terjadi gangguan gawat / darurat yang mengancam stabilitas nasional

2) Terjadi konfik terbuka dan tindakan anarkhis yang tidak dapat diatasi dengan penanggulangan berdasarkan ketentuan / prosedur biasa.

3. Sasaran

f. Orang

1) Elemen masyarakat / kelompok / LSM dan mahasiswa yang melakukan unras

2) elemen masyarakat / kelompok / LSM dan mahasiswa yang tidak mau unras

/3) Pejabat …..

Page 6: SOP BENCANA ALAM

6

3) pejabat pemerintah

4) para provokator yang pengaruhi elemen masyarakat / kelompok / LSM dan mahasiswa yang lakukan unras

5) tokoh – tokoh politik dan pendukung pro dan kontra

6) masyarakat umum yang menerima dampak unras

g. Barang

1) Perjalanan yang digunakan oleh demonstran

2) Kendaraan yang di gunakan untuk mobilitas demonstran

3) Selebaran / spanduk yang digunakan untuk memprovokasi masa

4) Kendaraan umum yang menerima dampak akibat adanya unras

h. Tempat

1) Kantor Pemda dan Proyek-proyek Vital

2) Kantor DPRD

3) Kampus

4) Tempat-tempat yang digunakan sebagai transit (Aloon-aloon, Kantor kesekretariatan ormas/LSM, Lapangan-lapangan, toko-toko dan perusahaan-perusahaan).

5) Route yang di lewati unras.

4. Parameter (berkaitan dengan pasal 9(2) UU No.9 tahun 1998) batas luar dari tempat tertutup atau terlindungi (bandara, daerah basis TNI, Kantor Pemerintahan dan Obyek Vital lainnya). Dengan ketentuan:

a. Kantor pusat pemerintahan 100m dari pagar luar.

b. Daerah militer / basis militer 150 m dari pagar luar.

c. Obyek vital (sesuai kondisi lapangan) 300 s/d 500 m dari pagar luar.

d. Yellow line garis batas (warna kuning) yang tidak boleh dilewati oleh pengunjuk rasa dalam melakukan giat penyampaian pendapat di muka umum (unjuk rasa).

V. PELAKSANAAN PAM

1. Metode

a. Terbuka : turjagawali

b. Tertutup : lidik, pam, gal

2. Cara bertindak

i. Kegiatan negosiasi

Page 7: SOP BENCANA ALAM

7

1) Negosiasi

a) Sebelum pelaksanaan

(1) Negosiasi ini dilakukan terhadap :

(a) Korlap

(b) Penyandang dana

(c) Aktor intelektual

(d) Pejabat terkait

(e) Pejabat sasaran unras

(2) Tujuannya :

(a) Mengurangi jumlah massa

(b) Aspirasi dapat disalurkan dengan baik

(c) Cegah suasana panas sejak dini

(d) Cegah pengerahan massa yang lebih banyak

2) Negosiasi saat persiapan unras ( titik kumpul ) :

a) Penyiapan transportasi oleh korlap

b) Swiping benda / alat yang membahayakan

c) Kesiapan pengawalan

d) Himbau tertib dalam perjalanan ( tertib lalin )

3) Selama perjalanan :

a) Tertib berlalu lintas

b) Tertib diatas kendaraan

c) Tidak anarkis selama perjalanan

4) Negosiasi pada lokasi unras :

a) Penempatan parkir

b) Penempatan massa

c) Himbau tidak anarkis

5) Negosiasi selesai unras

a) Tertib berlalu lintas

b) Tidak anarkis selama perjalanan

c) Penyiapan transportasi kembalinya massa

j. Kegiatan penyekatan

1) Menempatkan paket kekuatan ditiap titik sekat

/2) Membatasi……

Page 8: SOP BENCANA ALAM

8

2) Membatasi gerakan massa dan meluasnya huru hara dengan cara menyekat di titik – titik sekat ( accses control ) yang ditentukan agar massa dari luar security area tidak dapat masuk ke daerah pengamanan sentra – sentra (internal security area )

3) Riksa / razia terhadap orang - orang yang tidak berkepentingan dari daerah pam

4) Keluarkan orang - orang yang tidak berkepentingan dari daerah pam

5) Mengidentifikasi pelaku huru - hara

6) Menolong korban huru hara

7) Mengatur dan mengalihkan arus lalu lintas

8) Kekuatan personil pengamanan di tiap titik sekat disesuaikan kondisi dan situasi lapangan

k. Kegiatan Pengaturan Lalin

1) Melaksanakan pengaturan arus lalin

2) Melaksanakan penutupan dan pengalihan arus lalin

3) Melakukan patroli pengamanan

4) Memasang rambu-rambu sementara untuk melancarkan arus lalin

5) Dilaksanakan oleh minimal 2 ( dua ) orang personil lantas

l. Kegiatan pengendalian massa

1) Bendung dan dorong massa yang berusaha mendekati obyek sasaran

2) Memecah belah massa

3) Amankan dan isolasi penggerak huru - hara yang tertangkap

4) Tutup jalur jalan tertentu

5) Cegah penonton pengembira menyatu dengan pelaku huru - hara

6) Mengatasi kelompok huru – hara yang telah terpecah - pecah

7) Kegiatan dalmas harus mengacu pada Perkap Nopol 16 tahun 2006

m. Kegiatan PHH Brimob

1) Adakan peralihan / lintas ganti dengan Dalmas Brimob Kompi C Madiun

2) Isolasi dan mengatasi gerak pelaku kerusuhan agar tidak meluas ke tempat-tempat lain dan agar massa penonton tidak ikut gabung dengan perusuh

/3) Giring dan desak…….

Page 9: SOP BENCANA ALAM

9

3) Giring dan desak massa keluar daerah Pam (internal security area) menuju lokasi pembubaran selanjutnya pecah massa menjadi kelompok-kelompok kecil untuk dibubarkan

4) Menemukan dan menangkap pimpinan penggerak massa

5) Adakan pembersihan daerah / sektor / obyek dari sisa - sisa perusuh atau kemungkinan adanya bahan peledak yang dipasang oleh massa

6) Mengadakan konsolidasi dan rehabilitasi

n. Kegiatan penegakan hukum

1) Melaksanakan penyelidikan dan sidik terhadap pelaku kriminalitas

2) Kumpulkan keterangan / informasi yang berkaitan dengan pelaku / saksi - saksi dan barang bukti

3) Lakukan identifikasi terhadap pelaku / saksi - saksi dan barang bukti

4) Ungkap / tangkap pelaku (aktor intelektual, pelaksana lapangan) dan melakukan penyidikan sesuai dengan perbuatan pidana yang dilakukan dan mengajukan Berkas Perkara ke JPU

o. Pengamanan obyek / proyek vital

1) Jenis Obyek / Proyek Vital

a) Sentra Politik Pemerintahan ( Propinsi, Kota, Kabupaten )

b) Sentra Perdagangan

c) Sentra Transportasi

d) Sentra Industri

e) PDAM, PLN, Gardu Induk Listrik, Kantor Perbankan

f) Kantor Media Elektronik (Radio Swasta, Dll )

g) Dll

2) Kuat personil pengamanan sesuai tingkatan situasi

a) Aman

(1) Kuat personil5 orang personil gabungan pamka dan pamtup

(2) Cara bertindak

(a) Patroli

(b) Sambang

(c) Penjagaan bila perlu

Page 10: SOP BENCANA ALAM

10

b) Rawan

(1) Kuat personil

1 sst personil gabungan pamka dan pamtup

(2) Cara bertindak

(a) Patroli

(b) Penjagaan

(c) Pemeriksaan terhadap orang yang keluar masuk

c) Gawat

(1) Kuat personil

(a) 1 sst pamka

(b) 2 unit pamtup

(c) Tambahan perkuatan tergantung perkembangan situasi

(2) Cara bertindak

(a) Penjagaan

(b) Kawal karyawan / vip perusahaan

(c) Evakuasi karyawan / vip

(d) Masyarakat umum dilarang masuk

(e) Ambil alih pengamanan obyek / proyek vital

d) Krisis

(1) Kuat personil

(a) 2 sst pamka

(b) 3 unit pamtup

(c) Tambahan perkuatan tergantung perkembangan situasi

(2) Cara bertindak

(a) Ambil alih pengamanan obyek / proyek vital

(b) Kendalikan kegiatan obyek / proyek vital

(c) Masyarakat umum dilarang masuk

(d) Kawal karyawan / VIP

(e) Evakuasi karyawan / VIP

Page 11: SOP BENCANA ALAM

11

3. Mekanisme back up satuan terdekat bila terjadi kontijensi di satuan kewilayahan (lampiran 1).

VI. KONSIGNES

7. Standar Operasional Prosedur ( SOP ) penanggulangan bencana alam diberlakukan setelah ada pernyataan dari Kapolres selaku Kasatgas Pam Res setelah mendapat persetujuan satuan atas dan berkoordinasi dengan Muspida setempat.

8. Seluruh personil yang terlibat dalam penanggulangan bencana alam berada di bawah kendali Kapolres selaku Kasatgas Pam Res.

9. Penanggulangan bencana alam berakhir setelah ada pernyataan Kapolres setelah mendapat persetujuan satuan atas dan berkoordinasi dengan Muspida.

VII. KOMANDO DAN PENGENDALIAN

10. Komando

a. Secara umum Kodal berada pada Kapolres Ponorogo dengan dibantu oleh Wakapolres dan Kabagops Polres.

b. Posko berada di Ruang Siaga Ops Polres.

11. Perhubungan

a. Menggunakan sarana yang tersedia dengan memanfaatkan pusat kodal operasi.

b. Penggunaan sandi disesuaikan dengan prosedur yang berlaku.

12. Struktur organisasi (lampiran 2)

13. Uraian tugas (lampiran 3)

VIII. PENUTUP

Demikian Standar Operasional Prosedur (SOP) penanggulangan bencana alam ini dibuat untuk dijadikan petunjuk dan pedoman Polres Ponorogo dan Jajarannya serta unsur pelaksana di lapangan dalam menanggulangi dan mengendalikan bencana alam di wilayah Polres Ponorogo.

Ponorogo, Januari 2011

KEPALA KEPOLISIAN RESORT PONOROGO

Drs. MAS GUNARSO, S.H., M.Si.AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 67120332

Page 12: SOP BENCANA ALAM

12

Page 13: SOP BENCANA ALAM

13

BACK UP SATWIL TERDEKAT BILA TERJADI KONTIJENSI

: TUJUAN SERPAS

: TERJADI KONTIJENSI

Page 14: SOP BENCANA ALAM

PENANGGUNGJAWAB PAMKAPOLRES PONOROGO

KOORDINATOR PAMKABAGOPS POLRES PONOROGO

WAKIL PENANGGUNG JAWAB PAMWAKA POLRES PONOROGO

14

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIADAERAH JAWA TIMUR

RESORT PONOROGO

URAIAN TUGAS PEJABAT PENANGGULANGAN BENCANA ALAM

Ponorogo, Januari 2011

KEPALA KEPOLISIAN RESORT PONOROGO

Drs. MAS GUNARSO, S.H., M.Si.AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 67120332

PENGENDALI FUNGSI

KASATGAS PAM

Page 15: SOP BENCANA ALAM

15

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIADAERAH JAWA TIMUR

RESORT PONOROGO

URAIAN TUGAS PEJABAT PENANGGULANGAN BENCANA ALAM

1. Penanggung Jawab / Wakil Penanggung Jawab Pengamanan

a. Mengkoordinir unsur pelaksana & unsur bantuan yang dilibatkan.

b. Melaksanakan pemantauan, pulbaket & monitoring perkembangan situasi

c. Menetapkan dan mengambil langkah tindakan pengamanan serta penanggulangan

d. Menentukan pembagian tugas kepada unsur yang terlibat.

e. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan tugas satuan kewilayahan dan fungsi pendukung

f. Melaporkan setiap perkembangan situasi kepada satuan atas.

2. Koordinator Pam

a. Mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan penanggulangan bencana alam.

b. Melaksanakan kegiatan pullahjianta

c. Memberikan saran / masukan kepada penanggung jawab pengamanan

d. Melaksanakan tugas administrasi terkait pelaksanaan penanggulangan bencana alam.

3. Pengendali Fungsi

a. Menyiapkan dukungan pers sesuai dgn permintaan & kemampuan masing – masing satuan.

b. Mengantisipasi perlibatan personel kepada setiap eskalasi keamanan

c. Membuat perkiraan keadaan secara terus menerus agar didapat rumusan dukungan terbaik

d. Siapkan bantuan sesuai dengan permintaan & kemampuan masing – masing satuan

/4. Kasatgas Pam......

Page 16: SOP BENCANA ALAM

16

4. Kasatgas Pam

a. Memelihara Kesiapan & Kesamaptaan Pasukan Serta Kelengkapannya

b. Pengendalian Pasukan Agar Tetap Bertindak Secara Profesional & Proporsional

c. Memahami Psikologi Dan Komunikasi Massa

d. Melaporkan Kepada Satuan Atas Setiap Perkembangan Situasi

Ponorogo, Januari 2011

KEPALA KEPOLISIAN RESORT PONOROGO

Drs. MAS GUNARSO, S.H., M.Si.AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 67120332

Page 17: SOP BENCANA ALAM

17

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIADAERAH JAWA TIMUR

RESORT PONOROGO

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR

( S O P ) PENANGGULANGAN BENCANA ALAM

Ponorogo, Januari 2011