Soal Akuntansi Forensik dan Fraud Examination #2

download Soal Akuntansi Forensik dan Fraud Examination #2

of 12

description

Soal Akuntansi Forensik

Transcript of Soal Akuntansi Forensik dan Fraud Examination #2

Tugas 2 Akuntansi Forensik dan Fraud ExaminationLaporan untuk memenuhi Tugas ke-2 Mata kuliah Akuntansi Forensik dan Fraud ExaminationDisusun oleh:

Achmad Syafii

115020307111034

Akuntansi CA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

20141. Buat 1 kasus yang mencakup 5W + 2H?Kepala Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Tapung Raya, Masril (40) ditahan polisi. Ia terbukti melakukan transfer uang Rp1,6 miliar dan merekayasa dokumen laporan keuangan. Perbuatan tersangka diketahui oleh tim penilik/pemeriksa dan pengawas dari BRI Cabang Bangkinang pada hari Rabu 23 Februari 2011 Tommy saat melakukan pemeriksaan di BRI Unit Tapung. Tim ini menemukan kejanggalan dari hasil pemeriksaan antara jumlah saldo neraca dengan kas tidak seimbang. Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan cermat, diketahui adanya transaksi gantung yaitu adanya pembukuan setoran kas Rp 1,6 miliar yang berasal BRI Unit Pasir Pengaraian II ke BRI Unit Tapung pada tanggal 14 Februari 2011 yang dilakukan Masril, namun tidak disertai dengan pengiriman fisik uangnya. Kapolres Kampar AKBP MZ Muttaqien yang dikonfirmasi mengatakan, Kepala BRI Tapung Raya ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan di sel Mapolres Kampar karena mentransfer uang Rp1,6 miliar dan merekayasa laporan pembukuan. Kasus ini dilaporkan oleh Sudarman (Kepala BRI Cabang Bangkinang dan Rustian.Martha pegawai BRI Cabang Bangkinang. Masril telah melakukan tindak pidana membuat atau menyebabkan adanya pencatatan palsu dalam pembukuan atau laporan maupun dalam dokumen laporan kegiatan usaha, laporan transaksi atau rekening Bank (TP Perbankan). Tersangka dijerat pasal yang disangkakan yakni pasal 49 ayat (1) UU No. 10 tahun 1998 tentang perubahan atasUU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan dangan ancaman hukuman 10 tahun, kata Kapolres.

Polres Kampar telah melakukan penyitaan sejumlah barang bukti dokumen BRI serta melakukan koordinasi dengan instansi terkait, memeriksa dan menahan tersangka dan 6 orang saksi telah diperiksa dan meminta keterangan ahli.WHAT?

Kasus fraud dan perekayasaan laporan pembukuan.WHO?

Masril (Kepala Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Tapung Raya)WHERE?

Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Tapung Raya

WHEN?

14 Februari 2011

WHY?

Karena mentransfer uang Rp1,6 miliar dan merekayasa laporan pembukuan.

HOW?

Masril telah melakukan tindak pidana membuat atau menyebabkan adanya pencatatan palsu dalam pembukuan atau laporan maupun dalam dokumen laporan kegiatan usaha, laporan transaksi atau rekening Bank (TP Perbankan).HOW MUCH?

Rp1,6 miliar2. Fraud Star? Cari indikator (variabel) apa maksudnya? Indikatornya apa?1. Pressure (tekanan), yaitu adanya insentif/tekanan/kebutuhan untuk melakukan fraud. Tekanan dapat mencakup hampir semua hal termasuk gaya hidup, tuntutan ekonomi, termasuk hal keuangan dan non keuangan.

Indikator:

1. Serakah2. Gaya hidup lebih darikemampuannya3. Utang pribadi yang tinggi4. Pemberian kredit yang buruk5. Kerugian keuangan pribadi6. Kebutuhan keuangan yangtidak diharapkan sebelumnya2. Opportunity (peluang), yaitu situasi yang membuka kesempatan untuk memungkinkan suatu kecurangan terjadi. Peluang tercipta karena adanya kelemahan pengendalian internal, ketidakefektifan pengawasan manajemen, atau penyalahgunaan posisi atau otoritas. Kegagalan untuk menetapkan prosedur yang memadai untuk mendeteksi aktivitas kecurangan juga meningkatkan peluang terjadinya kecurangan.

Indikator:

1. Lack of Detection2. Ignorance/Apathy3. Lack of Audit Trail3. Rationalization (Rasionalisasi), yaitu adanya sikap, karakter, atau serangkaian nilai-nilai etis yang membolehkan pihak-pihak tertentu untuk melakukan tindakan kecurangan, atau orang-orang yang berada dalam lingkungan yang cukup menekan yang membuat mereka merasionalisasi/membenarkan tindakan fraud.

Indikator:

1. Mereka berhutang padaku2. Saya hanya meminjam uang3. Tidak aka nada yang tersakiti4. Saya pantas mendapat lebih5. Ini untuk alas an yang baik6. Kita akan membereskan pembukuan secepat kita membereskan masalah kecil dalam keuangan7. Ini untuk anak saya yang sakit4. Capasity (Kekuasaan) Kekuasaan cenderung korup adalah ungkapan yang sering kita dengar, atau dalam bahasa Inggrisnya adalah Power tends to corrupct. Kekuasaan dapat dikatakan melekat pada jabatan ataupun pada diri orang tersebut, penjelasannya adalah sebagai berikut: 1. Position Power, kekuasaan yang melekat pada posisi seseorang dalam sebuah organisasi. 2. Personal Power, kekuasaan yang berada pada pribadi orang tersebut sebagai hubungan sosialnya.Indikator:

1. Tidak mendapat pengakuan yg layak atas pekerjaan2. Ketidak puasan dg pekerjaannya3. Kakut kehilangan pekerjaan4. Ber-angan2 dipromosikan5. merasa tdak mendapat kompensasi yang layak5. Integrity (kejujuran) adalah bertindak konsisten sesuai dengan nilai-nilai dan kebijakan organisasi serta kode etik profesi. Mengkomunikasikan maksud, ide dan perasaan secara terbuka, jujur dan langsung sekalipun dalam negoisasi yang sulit dengan pihak lain.Indikator:

1. Budaya sikap yang berpihak kepada kebenaran dan sikap moral yang terpuji.

2. Budaya berani untuk mengendalikan diri sendiri, berani menolak dan bertindak melawan segala kebatilan yang bertentangan dengan hati nuraninya.

3. Menjadi orang baik, lebih membahagiakan. Apa iya?Walau menjadi orang yang penting itu memang baik, tapi intinya, mari kita sepakat, bahwa menjadi orang yang baik itu jauh lebih penting. Lebih menentramkan hati, lebih membahagiakan, dan lebih menyenangkan bagi orang lain. Batu yang keras bisa luluh karena tetesan air yang lembut, seolah dengannya Allah ingin menyadarkan kita, sifat-sifat kelembutan dan kebaikan akan bisa menghilangkan kekerasan dan kejelekan. Asalkan kita bisa istiqomah, dan menetapi kebaikan itu.

Banyak orang kaya, atau punya wajah enak dipandang, tetapi akhlaqnya buruk, tak pantas ditiru. Banyak artis kaya, cantik, tapi perilaku tak pantas ditiru.Sesungguhnya Allah tidak melihat wajah dan hartamu, tapi Dia melihat hati dan perbuatan-perbuatanmu. (HR. Muslim)Hati urusan Allah, pertanggungjawabannya mungkin tidak bisa kita ketahui kecuali setelah Allah menampakkannya di Hari Kiamat. Sedangkan perbuatan, maka sejak di dunia, kita harus bertanggung jawab. Berapa orang yang sudah kita sakiti lahir dan batinnya? Kalau kita tidak segera meminta maaf, maka tuntutan di Akhirat akan jauh lebih berat.

Tak perlu menghancurkan orang lain, memfitnah orang lain, mencuri (korupsi), hanya demi uang, hanya demi jabatan. Karena Allah tidak akan menanyakan kita akan memiliki seberapa banyak harta atau berada pada posisi apa kita di tengah masyarakat. Allah hanya menginginkan kita berbuat sebaik mungkin, di mana pun dan bagaimana pun kita ditempatkan dalam kehidupan ini. Miskin, tetap Islam. Kaya, tetap Islam. Jadi gubernur, tetap Islam. Jadi rakyat biasa, tetap Islam. Beramal sebaik mungkin, bergaul dengan orang sebaik mungkin.(Dialah) yang menciptakan kehidupan dan kematian untuk menguji kalian siapa di antara kalian yang paling baik perbuatannya (QS Al Mulk: 2)Kalau sudah begini, menjadi orang baik adalah keharusan dan prinsip. Biarlah orang berkata dan berbuat apa saja di sekitar kita, di televisi, di koran-koran, tapi prinsip baik harus selalu kita pegang teguh. Biarlah kata orang, susah menjadi orang baik, dan tak akan kebagian lezatnya dunia kalau tidak ikut-ikutan gila. Karena, itulah ujian bagi orang-orang yang meyakini Hari Perhitungan dan Pembalasan Amal.Neraka itu dikelilingi hal-hal yang menyenangkan, dan surga diliputi hal-hal yang tak disukai. (HR. Bukhari & Muslim)4. Good Governance itu apa? Dan seperti apa? (tata kelola yang baik)Good Governance adalah, merupakan sistem tata kelola yang baik sehubungan dengan pelayanan terhadap masyarakat luas. Dalam meningkatkan atau membentuk Good Governance maka tidak bisa dipungkiri akan melibatkan berbagai pihak. Pihak-pihak terkait ini nantnya harus mau melakukan perubahan guna memajukan atau meningkatkan perfoma demi terciptanya Good Governance. Secara umum ada 3 pihak yang langsung berkaitan dengan proses perbaikan menuju Good Governance yaitu Negara, masyarakat sipil, dan sektor swasta.5. FOSA atau COSA? Predication (prediksi) apa itu?Fraud-oriented system audit (FOSA) adalah kajian sistem yang bertujuan untuk mengidentifikasikan potensi fraud secara umum. Sedangkan Corruption-oriented systems audit (COSA) bertujuan untuk mengidentifikasi potensi korupsi.

FOSA dapat dilakukan oleh organisasi itu sendiri. Pada perusahaan swasta FOSA dikerjakan oleh auditor internal; auditor internal & bagian hukum; atau unit yang ditunjuk oleh komite audit. Kalau organisasi tersebut tidak mempunyai keahlian yang diperlukan, ia dapat meminta jasa kantor akuntan publik yang memberikan jasa khusus untuk itu.

Sistematika Fosa dan Cosa

LANGKAH PERTAMA adalah mengumpulkan materi untuk menilai adanya potensi fraud dalam sistem dari entitas yang dikaji.

Peralatan FOSA yang dipergunakan adalah :

1.Memahami entitas dengan baik. Secara umum suatu lembaga mempunyai kekuasaan dan kekuatan tertentu. Kekuasaan dan kekuatan tersebut cenderung dan mutlak akan korup. Pelaksana FOSA/COSA bukan saja harus menginventarisasi kekuasaan dan wewenang yang diberikan oleh ketentuan perundang-undangan, tetapi kekuasaan yang sengaja direkayasa oleh lembaga atau oknum dilembaga tersebut. Kekhasan entitas membawa pola korupsi yang khas pula. Tidak jarang pola potensi korupsi berlangsung sejak beberapa pemerintahan yang lalu hingga sekarang. Potensi korup ini terjadi karena struktur dan prosesnya memang dirancang untuk para rent seekers.

2.Segitiga fraud. Pelanggaran kerah putih adalah pelanggaran terhadap hukum yang terkena sanksi tertentu dan yang meliputi pemanfaatan kedudukan pelakunya yang mempunyai kekuasaan ekonomi, pengaruh atau kepercayaan dalam lembaga yang sebenarnya mempunyai legitimasi ekonomi dan politik hukum namun disalahgunakan untuk keuntungan ilegal demi kepentingan pribadi atau kelompok.

3.Wawancara, bukan interogasi. Wawancara adalah percakapan non formal yang digunakan para pelaksana FOSA/COSA dalam mengumpulkan informasi yang dibutuhkan dalam penyelidikan dari oknum terkait tanpa adanya unsur kekerasan.

4.Kuesioner. Tidak jarang entitas meminta pelaksanaan FOSA dilakukan melalui kuesioner. Sesudah pelaku mengembalikan kuesioner yang diisinya, pelaksana FOSA wajib memastikan bahwa jawaban atas kuesioner tersebut memang benar.

5.Observasi. Dengan melakukan observasi di lapangan, pelaksana bisa melihat situasi dilapangan. Seperti, pelayanan publik yang sesuai dengan prosedur yang berlaku atau tidak.

6.Sampling dan timing. Unsur dadakan adalah kunci sukses pelaksanaan FOSA.

7.Titik lemah dalam sistem pengadaaan barang atau jasa.

8.Profiling. Hal ini bukan sesuatu yang baru dalam dunia kriminolog. Dalam tulisan Lombroso yang dikutip oleh Tuanakotta di tahun 2012 menyatakan bahwa faktor keturunan merupakan penyebab tingkah laku para kriminal. Selain itu, profiling juga mengamati psikis dan psikologis dari pelaku fraud.

9.Analisis data. Dalam hal ini yang dititik beratkan adalah sofwarre yang dapat melacak data yang dicoba untuk dimusnahkan oleh pelaku, lebih dikenal sebagai computer forensic. Computer forensic adalah ilmu tentang pemulihan dan analisis dari data yang disimpan secara elektronik, sedemikian rupa sehingga data itu andal dalam proses litigasi atau proses hukum lainnya.

Potensi fraud dan resiko yang ditimbulkan dalam sistem dari entitas yang bersangkutan dapat dilihat pada:

1)Kelemahan sistem dan kepatuhan. Istilah yang digunakan bermacam-macam yang salah satunya adalah sistem pengendalian internal dimana pelaksana FOSA berusaha untuk melihat kelemahan dari sistem tersebut yang membuka peluang siapapun untuk melakukan fraud.

2)Benalu. Yang disebut benalu dalam pembahasan ini adalah para stakeholders yang dalam ilmu ekonomi dikenal sebagai rent seekers. Pelaksana FOSA menelusuri sistem yang mengatur hubungan entitas dengan para stakeholders, dan menganalisa bila terjadi kelemahan dari sistem tersebut sehingga berpotensi terjadinya fraud.Dari mana pelaksana FOSA memperoleh informasi ?

1.Entitas yang bersangkutan dan seluruh strukturnya merupakan sumber informasi penting yang bersifat normatif. Mungkin peraturan perundang-undangan dan peraturan internal yang ada di entitas tersebut sudah tidak berlaku, sehingga membuat lemahnya sistem pengendalian internal.

2. Pressure groups. Ini seperti informasi yang berasal dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM); media cetak; media elektronik yang dapat menyajikan laporan investigatif yang tajam dan terpercaya.

3.Whistleblowers. Informasi yang didapatkan dari sini tidak bisa dijadikan pedoman, hanya bisa dijadikan sumber referensi. Karena tidak semua orang yang melaporkan fraud yang terjadi didalam entitasnya memiliki niat yang baik. Biasanya ini merupakan barisan orang sakit hati karena beberapa hal yang terjadi dimasa lalu.

4.Masyarakat sering kali berani melaporkan ketidakberesan dalam suatu entitas, terlebih bila mereka adalah korban dari ketidak adilan yang dilakukan entitas tersebut.

Pelaksana FOSA bisa memanfaatkan data historis yang memberi petunjuk tentang titik-titik rawan fraud di entitas tersebut :

a)Disektor publik seperti KPK, biasanya sudah ada kajian mengenai entitas-entitas yang diindikasi melakukan fraud.

b)Mungkin dimasa lalu sudah ada perkara pengadilan; atau kasus yang masih berjalan; atau kasus yang ditutup; atau kasus yang di SP3-kan karena berbagai alasan.

c)Kajian tentang persepsi korupsi. Dilakukan oleh transparency international (TI) untuk memperbaiki kehidupan jutaan manusia di seluruh dunia dengan momentum bagi gerakan pemberantasan korupsi. TI didirikan sejak 1993 dengan memiliki 90 cabang yang tersebar diseluruh dunia, termasuk Indonesia.

d)World Bank mendokumentasikan praktik-praktik korupsi di berbagai negara termasuk Indonesia. Beberapa bagian dari dokumentasi tersebut memberikan petunjuk mengenai praktik korupsi di sektor publik yang merupakan referensi historis; atau referensi pembanding.

LANGKAH KEDUA adalah menganalisis dan menyimpulkan berbagai informasi yang diperoleh dalam langkah pertama.

1)Pelaksana FOSA menggabungkan berbagai analisis tentang potensi fraud dan resiko yang dihadapi yang mungkin tidak sejalan satu sama lain dan ada unsur kesengajaan.

2)Pelaksana FOSA melakukan analisis kesengajaan untuk mengetahui perbedaan diantara analisis yang telah dilakukan dan juga tanggapan dari entitas terhadap kesimpulan sementara

3)Setelah melakukan analisi dalam langkah kedua dan analisis kesengajaan, mondorong terjadinya proses check dan recheck.

LANGKAH KETIGA adalah memberikan kesimpulan mengenai potensi fraud dan resiko dari fraud tersebut. Pelaksana FOSA akan memberikan rekomendasi kepada entitas untuk menghukum para pelaku fraud sesuai dengan tingkat kesalahannya.

Pengertian Prediksi

Prediksi adalah suatu proses memperkirakan secara sistematis tentang sesuatu yang paling mungkin terjadi di masa depan berdasarkan informasi masa lalu dan sekarang yang dimiliki, agar kesalahannya (selisih antara sesuatu yang terjadi dengan hasil perkiraan) dapat diperkecil. Prediksi tidak harus memberikan jawaban secara pasti kejadian yang akan terjadi, melainkan berusaha untuk mencari jawaban sedekat mungkin yang akan terjadi.

Teknik PrediksiBerdasarkan teknik yang digunakan untuk memprediksi maka prediksi dapatdibagi menjadi dua bagian yaitu prediksi kualitatif dan prediksi kuantitatif.a)Prediksi Kualitatif

Prediksi kualitatif didasarkan atas data kualitatif pada masa lalu. Metoda kualitatif digunakan jika data masa lalu dari variabel yang akan diprediksi tidak ada, tidak cukup atau kurang dipercaya. Hasil prediksi yang dibuat sangat tergantung pada individu yang menyusunnya.Hal ini penting karena hasil prediksi tersebut ditentukan berdasarkan pemikiran yang bersifat judgement atau opini, pengetahuan dan pengalaman dari penyusunnya.Oleh karena itu metode kualitatif ini disebut juga judgemental, sudjective, intuitive.b)Prediksi Kuantitatif

Prediksi kuantitatif didasarkan atas data kuantitatif pada masa lalu.Hasilprediksi yang dibuat sangat tergantung pada metode yang dipergunakan dalamprediksi tersebut. Dengan metoda yang berbeda akan diperoleh hasil prediksi yang berbeda. Hal yang perlu diperhatikan dari penggunaan metoda tersebut adalah baik tidaknya metoda yang digunakan dan sangat ditentukan dari penyimpangan antara hasil prediksi dengan kenyataan yang terjadi.Metoda yang baik adalah metoda yang memberikan nilai-nilai perbedaan atau penyimpangan yang mungkin. Prediksi kuantitatif hanya dapat digunakan apabila terdapat tiga kondisi sebagai berikut:

Adanya informasi tentang keadaan yang lain.

Informasi tersebut dapat dikuantifikasikan dalam bentuk data.

Dapat diasumsikan bahwa pola yang lalu akan berkelanjutan pada masa yang akan datang.6. Bagaimana bentuk reportnya berupa Chart & matrix?Bentuk report Chart itu bisa dikatakan berbentuk obat nyamuk.

Keterangan : Penyelidik bisa menggunakan laporan yang berbentuk Chart seperti ini. Yaitu, penyelidik harus berputar untuk memberi pertanyaan kepada saksi yang melihat, mendengar, dan yang mengalami kejadian guna untuk mengetahui apakah ada salah satu saksi tersebut yang terlibat atau tidak. Penyelidik yang disebutkan biasanya dilakukan oleh RESKRIM (reserser) untuk menanyakan saksi saksi terlebih dahulu kemudian baru menanyakan ke si pelaku. Kemudian penyelidik baru bisa mengambil keputusan siapa pelaku yang sebenarnya.Sedangkan bentuk Matrix adalah menyusun data yang disajikan dalam Diagram Matrix, untuk menemukan lebih banyak indikator umum yang akan membedakan dan memberi kejelasan jumlah besar kompleks informasi saling terkait.Laporan Bentuk Matrix bisa berbentuk Kotak:

Saksi yang melihatSaksi yang mendengarSaksi yang mengalami

Keterangan:

..............................Keterangan :

.............................Keterangan:

.............................

Penggunaan dari data Matrix adalah untuk:

Menyelidiki faktor-faktor yang mempengaruhi sejumlah item yang berbeda, untuk menentukan hubungan umum, Menentukan apakah atau tidak item logis yang sama juga memiliki efek faktor yang sama, dan Menemukan kelompok-kelompok barang secara logis berbeda yang memiliki efek faktor yang sama.REFERENSI Tuanakotta, Theodorus M. 2010. Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif,Edisi 2. Jakarta: Salemba 4.12