slhd-buku-1

125
i PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO BADAN LINGKUNGAN HIDUP, RISET DAN TEKNOLOGI INFORMASI (BALIHRISTI) STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO TAHUN 2013

description

slhd

Transcript of slhd-buku-1

Page 1: slhd-buku-1

 

PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO

BADAN LINGKUNGAN HIDUP, RISET DAN TEKNOLOGI INFORMASI (BALIHRISTI)

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO TAHUN 2013

Page 2: slhd-buku-1

 

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH

PROVINSI GORONTALO

2012

Diterbitkan oleh: Badan Lingkungan Hidup, Riset dan Teknologi Informasi

(BALIHRISTI) Provinsi Gorontalo

Page 3: slhd-buku-1

ii 

GUBERNURGORONTALO

SAMBUTAN

Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, dengan tersusunnya Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Provinsi Gorontalo Tahun 2013 sesuai dengan yang direncanakan.

Laporan SLHD merupakan sarana publik untuk melakukan pengawasan Tata Praja Lingkungan (Good Environmental Governance) di daerah. SLHD sebagai landasan publik untuk berperan dalam menentukan kebijakan pembangunan berkelanjutan bersama-sama dengan lembaga eksekutif, legislative dan yudikatif. Laporan ini menyajikan data dan informasi kondisi lingkungan hidup; permasalahan; hasil pemantauan dan evaluasi; serta program dan kebijakan dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di Provinsi Gorontalo.

Saya yakin masih terdapat kekurangsempurnaan dalam laporan ini,

namun demikian saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan terlibat dalam penyusunan laporan ini. Semoga Karya Nyata kita dalam mewujudkan percepatan pembangunan diberbagai bidang serta peningkatan ekonomi masyarakat yang berkeadilan di Provinsi Gorontalo terus berlanjut dimasa mendatang.

Wabillahi Taufik Walhidayah Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu.

Gorontalo, Oktober 2013

Gubernur,

TTD

Drs. Hi. RUSLI HABIBIE, M.Ap

Page 4: slhd-buku-1

iii 

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena

atas rahmat dan karunianya BALIHRISTI Provinsi Gorontalo

dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Status

Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Provinsi Gorontalo tahun

2013.

Laporan SLHD merupakan wujud kepedulian pemerintah terhadap lingkungan

hidup sebagai akuntabilitas publik dengan menggunakan pendekatan P-S-R

(Pressure, State, Response).

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD), diharapkan dapat

memberikan informasi dibidang lingkungan hidup khususnya di wilayah

Provinsi Gorontalo, sehingga sehingga dapat meningkatkan upaya perlindungan

dan pengelolaan lingkungan hidup.

Akhirnya semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan

petunjukNya serta memberikan kekuatan kepada kita semua dalam

melaksanakan pembangunan yang berwawasan lingkungan.

Kepala Badan,

TTD

Ir. NONTJE LAKADJO

Page 5: slhd-buku-1

 

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH

PROVINSI GORONTALO

2013

Diterbitkan oleh: Badan Lingkungan Hidup, Riset dan Teknologi Informasi

(BALIHRISTI) Provinsi Gorontalo

Page 6: slhd-buku-1

ii 

GUBERNURGORONTALO

SAMBUTAN

Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, dengan tersusunnya Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Provinsi Gorontalo Tahun 2013 sesuai dengan yang direncanakan Penyusunan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) merupakan amanat Undang – Undang Nomor 32 tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang mewajibkan Pemerintah Pusat dan Daerah untuk melaksanakan penyusunan

laporan tentang pengelolaan lingkungan hidup dan menyebarluaskannya kepada masyarakat. Laporan SLHD merupakan sarana publik untuk melakukan pengawasan Tata Praja Lingkungan (Good Environmental Governance) di daerah. SLHD sebagai landasan publik untuk berperan dalam menentukan kebijakan pembangunan berkelanjutan bersama-sama dengan lembaga eksekutif, legislative dan yudikatif. Laporan ini menyajikan data dan informasi kondisi lingkungan hidup; permasalahan; hasil pemantauan dan evaluasi; serta program dan kebijakan dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di Provinsi Gorontalo.

Saya yakin masih terdapat kekurangsempurnaan dalam laporan ini, namun demikian saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan terlibat dalam penyusunan laporan ini. Semoga Karya Nyata kita dalam mewujudkan percepatan pembangunan diberbagai bidang serta peningkatan ekonomi masyarakat yang berkeadilan di Provinsi Gorontalo terus berlanjut dimasa mendatang.

Wabillahi Taufik Walhidayah Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu.

Gorontalo, 2013

Gubernur,

RUSLI HABIBIE

Page 7: slhd-buku-1

iii 

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang

Maha Kuasa, karena atas izin dan perkenan-Nya BALIHRISTI

Provinsi Gorontalo dapat menyelesaikan penyusunan Laporan

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Provinsi Gorontalo

tahun 2013.

Laporan SLHD merupakan wujud kepedulian pemerintah terhadap

lingkungan hidup sebagai akuntabilitas publik dengan menggunakan pendekatan P-S-R

(Pressure, State, Response).

Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD), diharapkan dapat memberikan

informasi dibidang lingkungan hidup khususnya di wilayah Provinsi Gorontalo,

sehingga sehingga dapat meningkatkan upaya perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup.

Akhirnya semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan

petunjukNya serta memberikan kekuatan kepada kita semua dalam

melaksanakan pembangunan yang berwawasan lingkungan.

Kepala Badan,

Ir. NONTJE LAKADJO

Page 8: slhd-buku-1

iv 

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................ i

SAMBUTAN ................................................................. ii

KATA PENGANTAR ........................................................ iii

DAFTAR ISI ................................................................ iv

DAFTAR TABEL ............................................................ vi

DAFTAR GAMBAR .......................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN .................................................... I-1

A. Gambaran Umum Provinsi Gorontalo ........................................................... I-2

B. Isu-Isu Utama Lingkungan di Provinsi Gorontalo .................................... I-4

BAB II KONDISI LINGUNGAN & KECENDERUNGANNYA ............. II-1

A. LAHAN DAN HUTAN ..................................................................................... II-1

B. KEANEKARAGAMAN HAYATI .................................................................... II-7

C. AIR ...................................................................................................................... II-22

D. UDARA .............................................................................................................. II-47

E. LAUT, PESISIR DAN PANTAI ................................................................... II-53

F. IKLIM ................................................................................................................. II-63

G. BENCANA ALAM ............................................................................................. II-65

BAB III TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN ......................... III-1

A. KEPENDUDUKAN ........................................................................................... III-1

B. PEMUKIMAN .................................................................................................... III-6

C. KESEHATAN ................................................................................................... III-10

D. PERTANIAN ..................................................................................................... III-11

E. INDUSTRI ........................................................................................................ III-15

F. PERTAMBANGAN ............................................................................................ III-16

G. ENERGI .............................................................................................................. III-19

H. TRANSPORTASI ............................................................................................. III-20

Page 9: slhd-buku-1

I. PARIWISATA .................................................................................................. III-22

J. LIMBAH B3 ....................................................................................................... III-24

BAB IV PENGELOLAAN LINGKUNGAN .................................. IV-1

A. REHABILITASI LINGKUNGAN ................................................................. IV-1

B. AMDAL ............................................................................................................... IV-3

C. PENEGAKAN HUKUM ..................................................................................... IV-4

D. PERAN SERTA MASYARAKAT .................................................................. IV-5

E. KELEMBAGAAN ............................................................................................... IV-8

DAFTAR PUSTAKA

Page 10: slhd-buku-1

vi 

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Persentase Kemiringan Lereng Lahan Provinsi Gorontalo ....... II- 3

Tabel 2.2. Luas Kawasan Hutan Provinsi Gorontalo menurut

SK Menhut No 325 Tahun 2010 .................................................... II-4

Tabel 2.3. Luas lahan kritis di Provinsi Gorontalo ........................................ II-5

Tabel 2.4. Keadaan Flora dan Fauna yang Dilindungi Provinsi Gorontalo. II-9

Tabel 2.5. Tipe Ekosistem Kawasan TNBNW ............................................... II-12

Tabel 2.6. Status Mutu Air Sungai Paguyaman .............................................. II-29

Tabel 2.7. Status Mutu Air Sungai Bone ......................................................... II-33

Tabel 2.8. Status Mutu Air Sungai Buladu ..................................................... II-35

Tabel 2.9. Status Mutu Air Sungai Taluduyunu ............................................. II-38

Tabel 2.10. Status Mutu Air Sungai Bolango ................................................... II-40

Tabel 2.11. Luas dan Kedalaman Danau Limboto ............................................. II-42

Tabel 2.12. Luas dan Volum air Danau Limboto menurut elevasi. ................ II-42

Tabel 2.13. Parameter Pengukuran Udara di Provinsi Gorontalo................. II-47

Tabel 2.14. Kualitas Udara di Titik Pantau Kab. Pohuwato ........................... II-48

Tabel 2.15. Kualitas Udara di Titik Pantau Kab. Boalemo ............................. II-49

Tabel 2.16. Kualitas Udara di Titik Pantau Kab. Bone Bolango .................... II-49

Tabel 2.17. Kualitas Udara di Titik Pantau Kab. Gorontalo .......................... II-50

Tabel 2.18. Kualitas Udara di Titik Pantau Kab. Gorontalo Utara .............. II-51

Tabel 2.19. Kualitas Udara di Titik Pantau Kota Gorontalo 2011 ................ II-52

Tabel 2.20. Kondisi Terumbu Karang di Provinsi Gorontalo .......................... II-53

Tabel 2.21. Status Mutu Air Laut di Perairan Terumbu Karang di

Kawasan Teluk Tomini Tahun 2008 ............................................... II-56

Tabel 2.22. Status Kondisi Hutan Mangrove Teluk Tomini

di Provinsi Gorontalo 2008 ...................................................... II-57

Tabel 2.23. Status Mutu Air Laut di Perairan Ekosistem Mangrove

di Kawasan Teluk Tomini 2008 ....................................................... II-58

Tabel 2.24. Status Mutu Air Laut di Perairan Padang Lamun di

Kawasan Teluk Tomini 2008 ........................................................... II-60

Tabel 2.25. Status Mutu Air Laut di Perairan Kawasan Pelabuhan

Page 11: slhd-buku-1

vii 

di Kawasan Teluk Tomini Tahun 2008 .......................................... II-62

Tabel 2.26. Status Mutu Air Laut di Perairan Wisata Bahari di

Kawasan Teluk Tomini Tahun 2008 .............................................. II-62

Tabel 3.1. Jumlah Penduduk Gorontalo, Perumbuhan dan

Kepadatannya menurut Kabupaten/Kota tahun 2012 ............... III-2

Tabel 3.2. Populasi ternak di Gorontalo tahun 2012 ........................................ III-14

Page 12: slhd-buku-1

viii 

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Peta Administrasi Provinsi Gorontalo ........................................ I-1

Gambar 1.2. Danau Limboto, dilihat dari Dembe Kota Gorontalo. ............. I-7

Gambar 2.1. Persentase Luas Daerah menurut Kabupaten/Kota

di Provinsi Gorontalo ...................................................................... II-1

Gambar 2.2. Grafik penggunaan lahan di Provinsi Gorontalo 2012 ............ II-2

Gambar 2.3. Peta Kawasan Hutan Provinsi Gorontalo ................................... II-3

Gambar 2.4. Persentase luas lahan (ha) berdasarkan tingkat ke-kritisan

di Provinsi Gorontalo ...................................................................... II-5

Gambar 2.5. Persentase Konversi Hutan di Provinsi Gorontalo. ................. II-6

Gambar 2.6. Bunga bangkai di Kecamatan Tapa Kabupaten

Bone Bolango .................................................................................... II-8

Gambar 2.7. Babirusa, fauna endemik Sulawesi. ............................................ II-14

Gambar 2.8. Mangga Dulamayo ........................................................................... II-15

Gambar 2.9. Ikan-ikan Danau Limboto .............................................................. II-17

Gambar 2.10. Ikan Nike .......................................................................................... II-21

Gambar 2.11. Peta Sungai Paguyaman ................................................................. II-27

Gambar 2.12. Peta Sungai Bone ............................................................................ II-30

Gambar 2.13. Sungai Buladu ................................................................................... II-33

Gambar 2.14. Peta Sungai Buladu ......................................................................... II-34

Gambar 2.15. Peta Sungai Taluduyunu ................................................................ II-37

Gambar 2.16. Danau Limboto, foto udara ........................................................... II-41

Gambar 2.17. Peta Batimetri Danau Limboto .................................................... II-43

Gambar 2.18. Peta Peyebaran Eceng Gondok di Danau Limboto ................... II-44

Gambar 2.19. Pengerukan Danau Limboto .......................................................... II-45

Gambar 2.20. Peta sebaran terumbu karang di Perairan Provinsi

Gorontalo .......................................................................................... II-53

Gambar 2.21. Kondisi terumbu karang Teluk Tomini di

Provinsi Gorontalo .......................................................................... II-55

Gambar 2.22. Lokasi-Lokasi Pemantauan Kualitas Air Laut ............... II-61

Gambar 2.23. Suhu rata-rata bulanan di Provinsi Gorontalo 2012 .............. II-63

Page 13: slhd-buku-1

ix 

Gambar 2.24. Curah hujan di Provinsi Gorontalo 2012.................................... II-64

Gambar 2.25. Peta daerah rawan banjir di Provinsi Gorontalo ..................... II-65

Gambar 2.26. Rumah dan lahan terendam banjir di Limboto ......................... II-63

Gambar 2.27. Jumlah kejadian banjir di Gorontalo menurut bulan

selama tahun 2012 .......................................................................... II-67

Gambar 2.28. Anak-anak bermain di depan rumah saat banjir

di Sungai Bolango ............................................................................ II-67

Gambar 2.29. Korban banjir mengungsikan peralatan ke tempat

yang kering ....................................................................................... II-68

Gambar 2.30. Korban banjir beristirahat di jalan .......................................... II-68

Gambar 2.31. Pengemudi bentor menuci bentor ............................................... II-69

Gambar 2.32. Pengguna jalan terpaksa berputar menghindari area banjir II-63

Gambar 2.33. Sampah dibawa arus banjir menumpuk di jembatan .............. II-63

Gambar 3.1. Rumah adat Gorontalo, Dulohupa ................................................ III-1

Gambar 3.2. Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan menurut

Kabupaten/Kota tahun 2012 ........................................................ III-2

Gambar 3.3. Piramida penduduk Gorontalo tahun 2012 ................................ III-3

Gambar 3.4. Siswa SD menyeberangi sungai menuju sekolah ..................... III-4

Gambar 3.5. Suasana belajar di sebuah Sekolah Dasar ............................... III-4

Gambar 3.6. Kampus UNG .................................................................................... III-5

Gambar 3.7. Gedung Rektorat Universitas Gorontalo di Limboto ............. III-5

Gambar 3.8. Nelayan mengangkat ikan hasil tangkapan di Pusat

Pelelangan Ikan Gorontalo ............................................................ III-6

Gambar 3.9. Nelayan di Danau Limboto ............................................................ III-6

Gambar 3.10. Jumlah rumah tangga perikanan di Provinsi Gorontalo

tahun 2011-2012 ............................................................................. III-7

Gambar 3.11. Salah satu hunian penduduk miskin ............................................ III-7

Gambar 3.12. Truk pengangkut sampah menuju KIPS Talumelito ................ III-9

Gambar 3.13. KIPS Talumelito dan TPA Pohuwato .......................................... III-9

Gambar 3.14. Jumlah tenaga kesehatan di Provinsi Gorontalo

tahun 2012........................................................................................ III-10

Gambar 3.15. Rumah Sakit dr. Aloei Saboe ....................................................... III-10

Gambar 3.16. Gedung sementara Rumah Sakit dr. Ainun Hasri Habibie.... III-11

Gambar 3.17. Tren perkembangan produksi padi tahun 2007 – 2011 ......... III-12

Page 14: slhd-buku-1

Gambar 3.18. Sawah ................................................................................................ III-12

Gambar 3.19. Perkebunan kelapa di pesisir Sungai Bone ............................... III-13

Gambar 3.20. Grafik trend perkembangan produksi jagung

tahun 2007 - 2011 .......................................................................... III-13

Gambar 3.21. Lahan pertanian di perkotaan berubah menjadi pemukiman III-14

Gambar 3.22. Pabrik tepung kelapa ...................................................................... III-16

Gambar 3.23. Perusahaan Tambang PT. Gorontalo Mineral ........................... III-16

Gambar 3.24. PETI ................................................................................................... III-17

Gambar 3.25. Pemantauan PETI ............................................................................ III-18

Gambar 3.26. Salah SPBU di Kota Gorontalo .................................................... III-19

Gambar 3.27. Pilihan sumber energi masyarakat .............................................. III-20

Gambar 3.28. ‘Oto sewa’ .......................................................................................... III-20

Gambar 3.29. Terminal 1942 Andalas .................................................................. III-21

Gambar 3.30. Kapal membongkar muatan di Pelabuhan Gorontalo ............... III-21

Gambar 3.31. Kawasan Wisata Pantai Botutonuo di Bone Bolango ............... III-22

Gambar 3.32. Perkampungan Terapung Suku Bajo ........................................... III-23

Gambar 3.33. Hotel Maqna ..................................................................................... III-23

Gambar 4.1. Ruang terbuka hijau di halaman RS. dr. Hasri

Ainun Habibie, Limboto ................................................................. IV-1

Gambar 4.2. Ruang terbuka hijau di Kabila, Bone Bolango ........................... IV-2

Gambar 4.3. Penanaman pohon di halaman Kantor Bupati

Gorontalo Utara .............................................................................. IV-2

Gambar 4.4. Suasana Rapat komisi Amdal Provinsi Gorontalo .................... IV-3

Gambar 4.5. Penindaklajutan pengaduan masyarakat .................................... IV-4

Gambar 4.6. Kegiatan lingkungandi Sekolah Adiwiyata ................................ IV-6

Gambar 4.7. Pelatihan Pemanfaatan sedimen Danau Limboto

untuk batu bata ............................................................................... IV-6

Gambar 4.8. Grafik Anggaran pengelolaan lingkungan hidup Balihristi .... IV-7

Gambar 4.9. Grafik komposisi pegawai Balihristi menurut pendidikan ..... IV-8

Page 15: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

I- 1 -

BAB I

PENDAHULUAN

Pemanfaatan sumber daya alam diharapkan dapat memacu pembangunan Provinsi

Gorontalo di lain pihak juga diharapkan lestari sehingga pembangunan dapat

berkelanjutan. Pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang tidak dilakukan

sesuai dengan daya dukungnya dapat menimbulkan krisis pangan, krisis air, krisis energi

dan kerusakan lingkungan. Sumberdaya alam di Provinsi Gorontalo saat ini menghadapi

tantangan dan tekanan yang semakin kuat dan nyata.

A. GAMBARAN UMUM PROVINSI GORONTALO

a. Letak Geografis dan Luas Wilayah

Provinsi Gorontalo dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 tahun 2000, dan

secara administratif terpisah dari Provinsi Sulawesi Utara sejak tanggal 16 Februari 2001.

Provinsi Gorontalo terletak di Pulau Sulawesi bagian Utara memiliki 1 kota dan 5

Kabupaten.

Gambar 1.1. Peta Adminstratif Provinsi Gorontalo

Page 16: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

I- 2 -

Bentangan geografi berada di antara 121°23’ – 123°43’ Bujur Timur dan 0°19’ –

1°15’ Lintang Utara, dengan luas 12.435 km2 dan jumlah penduduk tahun 2012 tercatat

1,084,192 jiwa.

Batas-batas wilayah Provinsi Gorontalo yaitu:

Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Buol dan Toli Toli (Sulawesi Tengah

dan Laut Sulawesi).

Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Parigi Moutong (Sulawesi Tengah).

Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dan

Bolaang Mongondow Selatan (Sulawesi Utara).

Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Tomini.

b. Kondisi Geologi

Wilayah Kota Gorontalo, secara geologis terdiri atas endapan danau, batu gamping,

deorit bone, dan batu gunung api. Di Kota Utara didominasi oleh endapan danau; di Kota

Barat, disamping ditemukan endapan danau, juga terdapat batu gamping terumbu; di Kota

Selatan terdapat diorit bone dan batuan gunung. Berdasarkan Peta Geologi dari Direktorat

Geologi (Tjetje Appandi, 1977) di Kota Gorontalo dijumpai batuan gunung api (berupa

breksi gunung api, tufa, dan lava yang mengandung batu apung berwarna kuning); batuan

gamping koral berwarna putih, pejal pada perbukitan; batuan beku terobosan Granodiorit,

dijumpai menerobos batuan gunung api maupun batu gamping terjal di wilayah Kota

Selatan; dan alluvium berupa lumpur, pasir dan kerikil pada satuan morfologi daratan.

Wilayah Kabupaten Gorontalo dibangun oleh batuan granodiorite, rhiolite, andesit,

basalt, alluvium, estuarine marine dan fandefosit. Sementara, wilayah Kabupaten

Pohuwato terdiri atas sedimen lepas. Sedimen lepas banyak tersebar di Kecamatan

Paguyaman, Kecamatan Tilamuta, dan Kecamatan Paguat bagian selatan. Sedimen padu

banyak ditemukan di Kecamatan Paguyaman bagian utara, Kecamatan Tilamuta bagian

tengah dan utara. Kecamatan Popayato umumnya memiliki banyak batuan beku malihan.

Wilayah Kabupaten Boalemo dibangun oleh batuan granodiorite, rhiolite, andesit,

basalt, alluvium, estuarine marine dan fandefosit. Sementara, wilayah Kecamatan

Tilamuta banyak tersebar sedimen lepas, sedimen padu.

Sementara di wilayah Kabupaten Gorontalo Utara berdasarkan peta satuan lahan

dan status lembar Atinggola skala 1:250.000, yang diterbitkan Pusat Penelitian Agroklimat

Page 17: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

I- 3 -

Bogor, bahwa formasi geologi yang terdiri dari Breksi Wubudu, Diorite dan Vulkanik

Bilungala.

c. Topografi

Permukaan tanah di Provinsi Gorontalo sebagian besar adalah perbukitan dan

pegunungan dengan ketinggian yang berbeda-beda. Gunung Tabongo yang terletak di

Kabupaten Boalemo merupakan gunung yang tertinggi dengan ketinggian 2.100 m di atas

permukaan laut. Sedangkan Gunung Litu-Litu yang terletak di Kabupaten Gorontalo

merupakan gunung terendah dengan ketinggian 884 m di atas permukaan laut. Di samping

mempunyai banyak gunung, provinsi ini juga memiliki banyak sungai. Sungai terpanjang

adalah Sungai Paguyaman yang terletak di Kabupaten Boalemo dengan panjang aliran 99,3

km. Sungai terpendek adalah Sungai Bolontio dengan panjang aliran 5,3 km yang terletak

di Kabupaten Gorontalo Utara.

Informasi menyangkut jenis tanah yang mencakup seluruh wilayah Provinsi

Gorontalo saat ini hanya tersedia dalam skala Tanah Tinjau (skala 1 : 250.000) dengan

sistem kelasifikasi Dudal dan Supratoharjo. Meskipun demikian, di lokasi tertentu,

khususnya di Kabupaten Gorontalo, telah tersedia data sampai skala semi detail

berdasarkan sistem Taxonomi Tanah. Informasi menyangkut kondisi tanah dalam skala

Provinsi, terutama didasarkan pada Peta Tanah Tinjau yang ada. Informasi dari peta tanah

semi detail dimanfaatkan jika terjadi keraguan dalam pengambilan keputusan peruntukan

kawasan, khususnya untuk lokasi yang termasuk wilayah Kabupaten Gorontalo.

Berdasarkan Peta Tanah Tinjau tersebut, di Provinsi Gorontalo ditemukan tanah

yang diklasifikasikan sebagai Aluvial, Grumusol, Andosol, Latosol, Podsolik dan Litosol.

Berdasarkan sifat-sifatnya, tanah-tanah ini mempunyai kemampuan lahan (potensi

pengembangan sebagai kawasan atau lahan budidaya dan faktor penghambat) yang

bervariasi dari rendah sampai tinggi. Tanah Aluvial yang terbentuk pada topografi datar,

sebagai contoh, memiliki potensi yang besar untuk dibudidayakan, walaupun di sejumlah

lokasi tertentu mempunyai hambatan yang serius dalam hal drainase permukaan. Tanah

Lithosol di lain pihak, selain tidak layak untuk dibudidayakan, karena dangkal dan berbatu,

juga sangat peka terhadap erosi dan proses degradasi.

Berdasarkan petunjuk teknis yang diberikan sesuai SK Menteri Pertanian No.

837/Kpts/Um/1980, tanah Lithosol (berdasarkan Peta Tanah Tinjau terdapat di Kabupaten

Bualemo, berbatasan dengan wilayah Sulawesi Tengah) dikategorikan sebagai sangat peka

Page 18: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

I- 4 -

erosi dan diperuntukkan hanya sebagai kawasan hutan lindung. Sementara, tanah-tanah

lainnya dinilai boleh dibudidayakan, tetapi dengan tetap memperhatikan pengendalian

faktor-faktor pembatas masing-masing.

Berdasarkan hasil survei dan pemetaan tanah tingkat tinjau (skala 1 : 250.000) yang

dilakukan oleh Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor (1992), tanah di wilayah

Kabupaten Gorontalo termasuk dalam ordo (menurut Taxonomi Tanah, USDA): Alfisols

(dominan), Inceptisols, Entisols, Vertisols dan Mollisols. Kelas kemampuannya bervariasi

dari Kelas I sampai Kelas VIII dengan faktor pembatas dominan berupa bahaya erosi dan di

beberapa lokasi berupa drainase.

Jika didasarkan pada kondisi tanah, kebanyakan lahan di wilayah Provinsi Gorontalo

dapat dibudidayakan, kecuali yang diklasifikasikan sebagai Lithosol, walaupun sebagian di

antaranya memerlukan usaha pengelolaan yang spesifik, berdasarkan kendala masing-

masing. Yang menjadi pembatas utama bagi pengembangannya adalah faktor kondisi

lereng.

B. ISU-ISU UTAMA LINGKUNGAN DI PROVINSI GORONTALO

Salah satu modal pembangunan daerah adalah sumberdaya alam yang sangat

terbatas. Secara umum, hampir seluruh potensi sumberdaya alam dan komponen

lingkungan hidup di Provinsi Gorontalo cenderung mengalami penurunan kualitas dan

kuantitasnya dari waktu ke waktu. Status Lingkungan Hidup Provinsi Gorontalo 2013

mengungkap secara umum potret lingkungan hidup, khususnya dalam hubungannya dengan

pembangunan serta upaya-upaya pengelolaan lingkungan hidup di era otonomi daerah.

Beberapa permasalahan lingkungan hidup di Provinsi Gorontalo yang harus segera

ditangani adalah kerusakan Danau Limboto, penurunan kualitas air sungai dan danau akibat

erosi, penambangan emas tanpa izin (PETI), perusakan hutan dan lahan, kerusakan

terumbu karang dan mangrove, rendahnya tingkat ketaatan kegiatan dan atau usaha untuk

melakukan upaya pengelolaan lingkungan, kebersihan dan kehijauan kota (clean and green

city) yang belum merata antar Kabupaten/Kota, kesadaran masyarakat terhadap

kelestarian lingkungan hidup masih rendah, longsor dan banjir yang terjadi setiap tahun.

Danau Limboto yang merupakan salah satu ‘landmark’ ekosistem Provinsi Gorontalo

sudah dalam kondisi kritis. Danau ini terletak di DAS sungai Bone Bolango, berada di

Page 19: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

I- 5 -

ketinggian 4,5 m diatas permukaan laut (dpl) dan memiliki luas ± 3000 ha (penelitian tahun

2002). Penelitian terdahulu pada tahun 1962 melaporkan luas Danau Limboto jauh lebih

besar yakni 4250 ha. Ini merupakan sebuah degradasi ekosistem yang sangat

memprihatinkan. Semakin luasnya tutupan gulma eceng gondok di permukaan air danau

menjadi pencemar biologis yang semakin mempercepat pendangkalan danau Limboto.

Upaya pelestarian dengan pengerukan danau sudah dimulai pemerintah. Peran serta

masyarakat untuk melestarikan danau dilakukan melalui pelatihan untuk memanfaatkan

eceng gondok dan sedimen danau.

Gambar 1.2. Danau Limboto, dilihat dari Dembe Kota Gorontalo.

Provinsi Gorontalo memiliki banyak sungai kecil dan besar. Diantaranya yang utama

adalah Sungai Bone, Sungai Bolango, Sungai Paguyaman, Sungai Buladu, dan Sungai

Taluduyunu. Beberapa diantara sungai-sungai ini telah mengalami pencemaran mulai dari

tercemar ringan sampai tercemar sedang. Kerusakan sungai berupa sedimentasi akibat

berbagai kegiatan di segmen hulu seperti peladangan yang berpindah-pindah, pembuangan

limbah domestik dari pemukiman yang padat di daerah sempadan sungai, dan kegiatan

Pertambangan Emas Tanpa Ijin (PETI). Masyarakat di sekitar sungai masih membuang

limbah rumah tangga dan limbah kegiatan PETI langsung ke badan air mengakibatkan

turunnya kualitas air sungai. Hal ini tampak dari peningkatan kadar Hg, BOD, COD, E. coli

dan Colifom.

Pada kualitas tanah umumnya tanah kritis di Provinsi Gorontalo adalah lahan yang

tidak pernah digunakan karena keadaan fisik tanah curam, lalu menjadi tempat aktivitas

Page 20: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

I- 6 -

penambangan galian C, berupa pasir gunung dan produksi batu bata. Beberapa penduduk

masih melaksanakan aktifitas pertanian secara intensif dilahan-lahan kritis tanpa adanya

perlakuan konservasi. Hal ini berimplikasi kerusakan lingkungan khususnya bentangan lahan

di daerah tersebut dan dampak negatif bagi daerah di bawahnya. Secara umum, lahan

kritis merupakan salah satu indikator adanya degradasi lingkungan, sebagai akibat dari

berbagai jenis pemanfaatan sumberdaya lahan yang kurang bijaksana di dalam Unit Daerah

Aliran Sungai (DAS). Lahan kritis yang terdapat di dalam suatu DAS, sebagaimana karakter

dari ruang DAS itu sendiri disamping mempunyai dampak lokal yaitu produktivitas lahan

dan kesejahteraan masyarakat rendah, juga mempunyai efek eksternal seperti kejadian

banjir, tanah longsor dan rusaknya berbagai fasilitas publik di bagian hilir.

Bencana alam yang sering terjadi di Provinsi Gorontalo adalah banjir. Lokasi

kejadian ada di setiap Kabupaten dan Kota. Masalah utama terjadi bencana banjir setiap

tahun di Kota Gorontalo yaitu adalah penyusutan dan pendangkalan sebagian besar daerah

di Danau Limboto yang beralih menjadi pemukiman dan lahan pertanian, dan kerusakan

pada DAS Bolango-Bone. Banjir bandang dan tanah longsor yang sering terjadi merupakan

indikasi rusaknya daerah tangkapan air di bagian hulu.

Masalah sampah masih menjadi persoalan yang tiada hentinya. Pertambahan

penduduk dan arus urbanisasi yang pesat telah menyebabkan timbulan sampah pada

perkotaan semakin tinggi dan harus dikelola setiap hari. Di satu sisi kemampuan

pemerintah rendah sementara di sisi lain kesadaran masyarakat juga rendah. Bahkan

sebagian masyarakat menganggap bahwa masalah sampah tanggung jawab pemerintah

semata. Sebagian masyarakat juga beranggapan sampah bukanlah masalah bila tidak

berada di sekitarnya. Walaupun pemerintah Daerah Kota Gorontalo telah memberikan

pelayanan dengan memungut retribusi sampah yang rendah namun kesadaran masyarakat

dapat dikatakan masih belum optimal mengenai masalah sampah. Pengangkutan sampah ke

TPA juga terkendala jumlah kendaraan yang kurang mencukupi dan kondisi peralatan yang

sudah tua. Masalah lainnya adalah pengelolaan TPA yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah

yang ramah lingkungan dan belum diterapkannya pendekatan reduce, reuse dan recycle (3

R).

Pelibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah menjadi. Berbagai program dan

kegiatan yang lingkungan yang dilakukan pemerintah daerah Provinsi dan kabupaten kota

kepada masyarakat terus dilakukan. Beberapa penghargaan atas upaya itu menunjukkan

adanya harapan. Pada tahun 2013 ada tiga kota di Gorontalo meraih penghargaan Adipura.

Page 21: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

I- 7 -

Selain itu paya melibatkan dunia pendidikan dalam pengelolaan lingkungan dilakukan

melalui program Adiwiyata. Peningkatan jumlah sekolah yang menerima penghargaan

Adiwiyata tingkat nasional dari 3 di tahun 2011 menjadi 8 sekolah di tahun 2013

memberikan harapan dalam penangan lingkungan di Gorontalo melalui generasi muda.

Page 22: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 1 -

BAB II

KONDISI LINGKUNGAN DAN KECENDERUNGANNYA

A. Lahan dan Hutan

Hutan dan lahan merupakan sumberdaya alam yang mempunyai berbagai fungsi baik

ekologi, ekonomi, sosial maupun budaya, yang diperlukan untuk menunjang kehidupan

manusia dan makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu perlu dilakukan pengendalian

kerusakan dan pencemaran lahan dan hutan.

a. Lahan

Lahan merupakan ekosistem daratan yang terdiri dari lingkungan fisik dan biotik,

serta daya dukungnya berkaitan dengan perikehidupan dan kesejahteraan hidup manusia.

Lingkungan fisik mencakup relief (topografi), iklim, tanah, dan air. Sedangkan lingkungan

biotik meliputi hewan, tumbuhan, dan manusia.

Luas daerah Provinsi Gorontalo adalah 1.243.500 ha yang berada di 6 wilayah

kabupaten/kota. Daerah terluas adalah kabupaten Pohuwato yaitu 445.560 ha atau 35,83%

area dan lahan terkecil adalah Kota Gorontalo dengan luas 6.596 ha atau 0,53 %.

Persentase Luas Daerah menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Gorontalo diperlihatkan

dalam Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Persentase Luas Daerah menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Gorontalo.

13.97%

15.21%

17.24%

0.53%

17.22%

35.83%

Persentase Luas Daerah menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Gorontalo

Boalemo

Bone Bolango

Gorontalo

Gorontalo Kota

Gorontalo Utara

Pohuwato

Page 23: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 2 -

Selanjutnya keenam Kabupaten Kota ini secara administrasi dibagi kedalam 77

kecamatan dan 732 desa dan kelurahan. Desa terbanyak ada di Kabupaten Gorontalo dan

Kabupaten Bone Bolango.

Menurut hasil analisis peta penutupan lahan 2011-2012 Direktorat Jenderal

Planologi Hutan yang dilakukan Balai Pemantapan Kawasan Hutan Provinsi Gorontalo,

Penggunaan lahan di wilayah Provinsi Gorontalo terbesar adalah sebagai hutan yaitu 59,85%

lahan atau 720,606 ha. Lalu diikuti oleh lahan kering seluas 291807 ha atau 24,23%, sawah

2,99%, perkebunan 2,25% dan non pertanian 10,23%.

Persentase tutupan lahan di Gorontalo disajikan pada Gambar 2.2

 

Gambar 2. 2. Grafik penggunaan lahan di Provinsi Gorontalo 2012

Sedangkan menurut pengolahan data citra satelit oleh Dinas Kehutanan dan

Pertambangan tahun 2009 terlihat penggunaan lahan 60,8% daratan di Gorontalo

merupakan kawasan hutan, lahan untuk non pertanian sebesar 1,32% (15.796 ha),

pertanian lahan kering 18,5% (220.684 ha), perkebunan 2,3% (27.150 ha) dan sawah 2,8%

(33431 ha) serta pengunaan lahan lainnya sebesar 14% (168.935 ha).

Lahan di Gorontalo memiliki kelerengan yang beragam. Kelas lereng terbesar adalah

Kelas E dengan kemiringan >40% yaitu meliputi 68,65% lahan. Kelerengan kelas A dengan

kemiringan 0 – 2% meliputi 10,52% lahan. Selanjutnya kelerengan Kelas B,C, dan D

berturut-turut 6,07%, 5,45%, dan 9,33% dari luas lahan.

0

10

20

30

40

50

60

10.23

2.99

24.24

2.25

59.85

0.44

Series1

Persentase tutupan lahan di Provinsi Gorontalo

Page 24: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 3 -

Tabel 2.1. Persentase Kemiringan Lereng Lahan Provinsi Gorontalo Sumber: RPJMD Prov Gorontalo 2012 - 2017

No Kelas Lereng 

Kemiringan (%) 

Luas (Ha) 

Persentase (%) 

1  A  0‐2  128,552  10.52 

2  B  2‐8  74,122  6.07 

3  C  8‐15  66,528  5.45 

4  D  15 ‐ 40  113,997  9.33 

5  E  > 40  838,355  68.63 

 Persentase (%)  1,221,554  100 

 

b. Hutan

Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya

alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu

dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang

ditunjuk dan atau ditetapkan oleh Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai

hutan tetap.

Luas kawasan hutan di Provinsi Gorontalo ditetapkan melalui SK Meneteri

Kehutanan RI No. 325/Menhut-II/2010 tentang Penunjukan Kawasan Hutan Provinsi

Gorontalo, yakni seluas 824.668 ha. Kawasan hutan Gorontalo menurut fungsinya meliputi

Gambar 2.3 Peta Kawasan Hutan Provinsi Gorontalo. (Sumber RTRW Prov. Gorontalo, 2010-2030)

Page 25: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 4 -

hutan lindung (HL) seluas 204.608 ha (24,8%); hutan konservasi 196.653 ha (23,8%); hutan

produksi terbatas (HPT) 251.097 ha (30,5%); hutan produksi tetap (HP) 89.879 ha (10,9%)

dan hutan produksi konversi (HPK) 82.431 ha (10%).

Tabel 2.2.Luas Kawasan Hutan Provinsi Gorontalo

menurut SK Menhut No 325 Tahun 2010

Perubahan status kawasan hutan di wilayah Provinsi Gorontalo berdasarkan SK

Menteri Kehutanaan RI No.324/Menhut-II/2010 tentang Perubahan peruntukan kawasan

hutan menjadi bukan kawasan hutan adalah seluas ± 22.605 Ha, Perubahan antar fungsi

kawasan hutan seluas ± 55.553 Ha, dan penunjukan bukan kawasan hutan menjadi kawasan

hutan seluas ± 3.787 Ha di kabupaten Gorontalo, Kabupaten Boalemo, Kabupaten Bone

Bolango dan Kabupaten Gorontalo Utara.

Berdasarkan data RTRW Provinsi Gorontalo 2010-2030, kawasan hutan di Provinsi

Gorontalo terdiri atas Cagar Alam 39846 ha, Taman Nasional 156251 ha, Hutan Lindung

203073 ha, Hutan Produksi 90453 ha, Hutan Produksi Terbatas 253064 ha Hutan Produksi

Konservasi 79743 ha. Dengan demikian kawasan lindung dan konservasi di Provinsi

Gorontalo akan dipertahankan menjadi 399.170 ha. Kawasan ini terdiri dari kawasan

lindung nasional seluas 196.097 ha dan kawasan lindung provinsi seluas 203.073 ha. Oleh

karena itu untuk mengantisipasi perkembangan penduduk dan pembangunan akan

dilakukan perubahan kawasan hutan menjadi kawasan budidaya secara bertahap. Dengan

demikian perbandingan peruntukan kawasan yakni 16.28% kawasan konservasi, 16.79%

kawasan lindung, dan 67% kawasan budidaya.

Sebaran jenis penutup lahan bila ditinjau dari kondisi lereng adalah sebagai berikut :

hutan tersebar pada kondisi lahan berlereng >15%; permukiman, tubuh air, sawah, lahan

Kawasan Hutan  Luas (Ha) 

Hutan Konservasi 

Hutan Lindung 

Hutan Produksi Terbatas 

Hutan Produksi Tetap 

Hutan  Produksi  yang  dapat 

dikonversi 

± 196.653

± 204.608 

± 251.097 

± 89.879 

± 82.431 

Jumlah  ± 824.668 

Page 26: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 5 -

terbuka berada pada lahan datar dengan lereng <8%; sedang semak belukar dapat dijumpai

pada lereng 8-45%, biasanya berupa lahan tandus yang kritis.

Tabel 2.3.Luas lahan kritis di Provinsi Gorontalo

Kabupaten/Kota  Luas (km2) Kritis (Ha) 

Persen Kritis thd luas daerah 

Persentase thd total lahan kritis 

Boalemo  173661  41147  23.69 15.96 

Bone Bolango  189149  40798  21.57 15.82 

Gorontalo  214348  70076  32.69 27.18 

Gorontalo Utara  214186  75358  35.18 29.23 

Gorontalo Kota  6596  4432  67.19 1.72 

Pohuwato  445560  26005  5.84 10.09 

Provinsi Gorontalo  1243500  257816  20.73 100.00 

 

Data lahan kritis menurut Dinas Kehutanan dan Pertambangan Provinsi Gorontalo

sebanyak 257.816 ha lahan masuk kategori kritis dengan 29,2% berada di Kabupaten

Grontalo Utara, diikuti 27, 18% di Kabupaten Gorontalo,

Berdasarkan analisis BP DAS Bone Bolango, lahan di Provinsi Gorontalo dikategorikan

20.361 ha (1,6%) dalam kondisi tidak kritis, 370.475 ha (30%) potensi kritis, 586.594 ha

(47,5%) agak kritis, 185.152 ha (15%) kritis, dan 72.545 ha (5,9%) sangat kritis. DAS yang

paling tinggi jumlah lahan sangat kritisnya adalah DAS Batudaa Pantai mencapai 18,7% dari

luas area DAS diikuti oleh DAS Sumalata mencapai 14,3%.

 

Gambar 2.4 Persentase luas lahan (ha) berdasarkan tingkat ke-kritisan di Provinsi

Gorontalo.

1.6

30.0

47.5

15.0

5.9

Tidak  Kritis Potensial  Kritis Agak  Kritis

Kritis Sangat  Kritis

Page 27: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 6 -

Luas lahan kritis di Provinsi Gorontalo pada hutan konservasi sebesar 92.353 ha

(46,74%), Hutan lindung 59.434 ha (35,91%), Hutan produksi 52.915 ha (52,56%), hutan

produksi terbatas 152.200 ha (44,44%), dan hutan konversi sebesar 14.683 ha (72,80%).

Penebangan hutan pada fungsi hutan adalah sbb : pada hutan produksi sebesar 483,1 Ha,

pada hutan lindung, 165,4 Ha, dan pada hutan konservasi sebesar 197,6 Ha.

Meluasnya lahan kritis di Gorontalo disebabkan oleh beberapa hal antara lain:

Perambahan dan penebangan hutan secara illegal (illegal logging)

Konversi hutan menjadi lahan pertanian dan perkebunan

Perladangan berpindah

Pembakaran hutan dan lahan

Penambangan Emas tanpa Izin (PETI) di areal hutan.

Dampak perluasan lahan kritis yaitu:

Terjadinya banjir dibeberapa lokasi.

Penurunan produktivitas lahan lahan.

Menurunnya keanekaragaman hayati ditandai berkurangnya populasi hewan endemik

Gorontalo seperti babi rusa, anoa, dan ayam hutan.

Erosi tanah yang mengarah pada proses penggurunan.

Menurunnya kualitas air sungai.

Gambar 2.5. Persentase Konversi Hutan di Provinsi Gorontalo.

Kerusakan hutan yang terdata oleh Dinas Kehutanan penyebab utamanya adalah

peladang berpindah yang mengakibatkan 81,7% dan kebakaran hutan mengakibatkan 18%

6.0

26.9

59.7

0.0 0.07.4

0.0

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

60.0

70.0

Page 28: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 7 -

dari kerusakan yang terjadi. Penyebab lainnya adalah illegal logging, dan perambahan

hutan.

B. KEANEKARAGAMAN HAYATI

Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman berbagai makhluk hidup mulai dari

hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme, termasuk gen yang dimiliki, serta ekosistem yang

menjadi lingkungan hidupnya. Keanekaragaman hayati ialah fungsi-fungsi ekologi atau

layanan alam, berupa layanan yang dihasilkan oleh satu spesies dan/atau ekosistem (ruang

hidup) yang memberi manfaat kepada spesies lain termasuk manusia.

Di Provinsi Gorontalo terdapat 16 flora khas yaitu: (1) Gadung (Bitule, Ondote),

Dioscorea Hispida Dennts, dari famili Dioscoreaceae, tanaman ini dapat dimakan

umbinya, (2) nam nam, Namu namu, Cynometra Cauliflora L. famili Caesalpiniaceae,

ordo Rosales; (3) Belimbing Buluh, B. botol, Averrhoa Bilimbi L, famili Oxalidaceae; (4)

Mangga embacang, Dulamayo, Mangifera Caesia Jack ex Wall, famili Anacardiaciae; (5)

Kapulasan, Bolangaso, Nephelium Ramboutan-ake (labill) (Nephelium Mutabile BI),

(Atinggola), famili Sapindaceae, (6) Durian, Duea, Durio Zibethinus Murr, famili

Bombacaceae; (7) Rukem, Lobe-lobe; Flacourtia inermis Roxb, famili Flacourtiaceae; (8)

Molahengo, Eugenia Densiflora Duthie, famili Myrtaceae; (9) Buni, Takuti, Antidesma

Bunius Spreng, famili Euphorbiaceae; (10) Pisang Tanduk, Musa Paradisiaca, famili

Musaceae; (11) Srikaya, Annona Squamosa L. famili Annonaceae; (12) Aren, Pohon saguer,

Seho, Bagiso, Arenga Pinnata (Wurmb) Merr, famili Arecaceae; (13) Ceremai, Tili, Cerme,

Phyllanthus Acidus (L.) Skeels, famili Euphorbiaceae; (14) Jagung, Binte, Zea Mays L.;

(15) Padi lading, Oryza Sativa L. famili Poaceae; (16) Sukun, Amu, Artocarpus altilis

famili Moraceae.

Tanaman-tanaman tersebut sebagian mulai langka, akan tetapi masih dapat

ditemukan di beberapa tempat. Kelangkaan tersebut selain disebabkan oleh populasinya

yang rendah, juga disebabkan beberapa hal, sebagai berikut:

(1) masuknya tumbuhan buah-buahan eksotis seperti mangga arumanis, manalagi dan golek

yang rasanya enak serta berbuah cepat;

(2) Terjadi pergeseran cita rasa terutama generasi muda yang lebih menyukai buah anggur

daripada takuti atau lili;

(3) Durian di Kecamatan Atinggola terancam punah, karena sebagian besar diserang hama;

Page 29: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 8 -

(4) Program pemerintah seperti menanam jagung hibrida yang produksinya lebih

menjanjikan dibandingkan dengan jagung lokal.

Sedangkan jenis fauna yang dilindungi di Gorontalo mencakup 8 (delapan) jenis

hewan menyusui, 18 (delapan belas) jenis burung, 10 (sepuluh) jenis reptil, 3 (tiga) jenis

katak, 5 (lima) jenis ikan, 3 (tiga) jenis keong, 2 (dua) jenis serangga, dan satu jenis

kalajengking. Diantaranya berstatus endemik dan terancam punah. Tabel 2.3 memuat

keadaan hewan dan tumbuhan yang dilindungi di provinsi Gorontalo.

Gambar 2.6. Bunga bangkai di Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango

Page 30: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 9 -

Tabel 2.4 Keadaan Flora dan Fauna yang Dilindungi Provinsi Gorontalo

No. Golongan Nama spesies Status 1. Hewan menyusui 1. Babi Rusa Hewan Langka

2. Anoa Hewan Langka 3. Tarsius 4. Musang (Paradoxurus Hermaproditus) 5. Primata Macaca hecki 6. Tikus Bunomys fratorum 7. Tikus Maxomys hellwaldii 8. kelelawar Rousettus Celebensis

Hewan Langka Terancam Terancam Endemic Endemic Terancam

2. Burung 1. Burung Maleo Hewan Langka 2. Burung Rangkong Hewan Langka 3. Burung Raja Udang 4. Raja Udang Biru 5. Gosong Sula 6. Walik Manomiti 7. Kringkring Dada-Kuning 8. Serindit Paruh Merah 9. Udang Merah Sulawesi 10. Raja Udang Pipi-Ungu 11. Sikatan Leher-Merah 12. Kepundang Sungu Belang 13. Kuntul Besar 14. blekok Sawah 15. Elang Alap Ekor-Totol 16. Burung Madu Sepah Raja 17. Pelanduk Sulawesi 18. Kehicap Ranting

Hewan Langka Endemic Terancam Terancam Terancam Terancam Terancam Terancam Terancam Terancam Berlimpah Berlimpah Berlimpah Berlimpah Berlimpah Berlimpah

3. Reptil 1. Penyu Tempayau Hewan Langka 2. Buaya Hewan Langka 3. Penyu Belimbing 4. Bunglon 5. Iguana 6. Ular Phyton Reticulatus 7. Biawak Varanus Salvator 9. Ular Hitam Elaphe cf Euruthrea 10. Ular Rhabdophis Callitus 11. Tokek Gekko gecko

Hewan Langka Hewan Langka Hewan Langka Hewan Langka Hewan Langka Terancam Terancam Hewan Langka

4. Amphibi 1. Katak Bufo Celebensis Endemic 2. Katak Rana Celebensis Belimpah 3. Katak Limnonectes Modestus Berlimpah

5. Ikan 1. Ikan Paus Hewan Langka 2. Ikan Duyung Hewan Langka 3. Ikan Lumba-lumba 4. Payangga 5. Manggabai

Hewan Langka Terancam Terancam

6. Keong 1. Kepala Kambing Hewan Langka 2. Triton Hewan Langka 3. Batu Laga/Siput Hijau Hewan Langka

7. Serangga 1. Kupu-kupu Raja Hewan Langka 2. Tawon Hewan Langka 3. Kalajengking Hewan Langka

8. Tumbuh-tumbuhan 1. Kantong Semar Terancam 2. Anggrek Bulan Terancam 3. Beringin 4. Tili Phylanthus Acidus 5. Takuti Antidesma Bunius 6. Srikaya Annona Squamosa 7. Amu Moraceae 8. Sterculiacea 9. Namu-namu Cyanometra Cauliflora 10. Belimbing Botol Averrhoa Bilimbi 11. Dulamayo 12. Rambutan Hutan Nephelium Muabile 13. Lobe-Lobe Flacourtia Inermis 14. Molahengo Eugenia Densiflora 15. Kikimoputio Zea Mays 16. Chionanthus 17. Gmelina Arborea

Terancam Endemic Endemic Endemic Endemic Endemic Endemik Endemic Endemic Endemic Endemic Endemic Endemic Berlimpah Berlimpah

Keterangan : Pilihan status adalah endemik, terancam, dan berlimpah Sumber : Badan Lingkungan Hidup, Kab. Boalemo 2009

 

Page 31: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 10 -

a. Kabupaten Bone Bolango

Taman Nasional Bogani Nani Wartabone yang terletak di Kabupaten Bone Bolango

merupakan wilayah pengelolaan hutan yang penting. Sejak Tahun 1982, Pemerintah

Republik Indonesia telah menetapkan perubahan status beberapa kawasan suaka alam

menjadi taman nasional diantaranya cagar alam Ujung Kulon dan Baluran.

Syarat suatu kawasan ditetapkan menjadi kawasan lindung dan kawasan konservasi

menurut MacKinnon dkk (1993) adalah apabila memiliki ciri-ciri berikut: 1). karakteristik

atau keunikan ekosistem (fauna endemik, ekosistem pegunungan tropika); 2). spesies

khusus yang diminati, nilai kelangkaan, atau terancam, misalnya badak dan burung; 3).

keanekaragaman spesies; 4). landskap atau ciri geofisik yang bernilai estetika atau

pengetahuan (glasier, mata air panas, air terjun); 5). fungsi perlindungan hidrologi;

tanah, air dan iklim lokal; 6). fasilitas untuk rekreasi alam, wisata (pemandangan

pegunungan, satwa liar yang menarik); 7). tempat peninggalan budaya.

Berdasarkan kriteria tersebut maka suatu unit manajemen kawasan konservasi, baik

yang ditetapkan sebagai kawasan suaka alam (Cagar Alam dan Suaka Margasatwa) maupun

kawasan pelestarian alam (Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Taman Wisata Alam)

secara berkelanjutan perlu ditinjau ulang kerangka pengelolaan, melalui sistem

perencanaan yang memadai. Pengeloaan Taman Nasional sebagai salah satu bentuk

kawasan pelestarian alam dengan berbagai fungsi memerlukan perencanaan yang baik.

Taman Nasional merupakan aset bangsa dan menjadi bagian kawasan hutan yang

memiliki strategi yang penting untuk dijaga kelestariannya. Ada beberapa kriteria

kelestarian hutan yang tidak terlepas dari fungsi konservasi, produksi, sosial dan

ekosistem, yaitu: status areal yang memiliki dasar hukum jelas; tegakan hutan yang

memadai untuk suatu ekosistem; pengaturan pemanfaatan (apabila memang diperlukan

tidak berlebihan dengan kemampuannya); dilakukan perlindungan, pemeliharaan dan

rehabilitasi dibeberapa bagian kawasan tertentu yang diperlukan; dan memiliki organisasi

personal yang efektif dan efisien.

Tujuan penetapan hutan lindung yaitu untuk melindungi dan membina suatu

kawasan yang karena kondisi wilayahnya (kelerengan, jenis tanah, dan intensitas curah

hujan). Fungsi utama hutan lindung adalah untuk keperluan konservasi tanah dan air

dalam kaitannya dalam pengaturan tata air, pencegahan banjir dan erosi serta

pemeliharaan kesuburan tanah, di samping itu dapat dimanfaatkan pula sebagai sarana

rekreasi atau keperluan lainnya.

Page 32: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 11 -

Terkait dengan fungsi tersebut, TNBNW memiliki multi-manfaat sebagai beriku :

1). Perlindungan hidrologi;

2). Perlindungan kesuburan tanah dan produktivitas lahan;

3). Pengaturan stabilitas iklim, media penyerbukan alami bagi vegetasi dan

tanaman;

4). Perlindungan sumberdaya genetik;

5). Laboratorium bagi penelitian dan pendidikan;

6). Obyek rekreasi dan wisata alam.

Kawasan lindung di Kabupaten Bone Bolango berdasarkan spasial ekologis seluas

134.156,83 Ha. Dari luasan tersebut, kawasan konservasi Taman Nasional Bogani Nani

Wartabone luasnya sebesar 104.744 ha. Penetapan Kawasan ini menjadi kawasan

konservasi, didasarkan pada kekhasan yang dimiliki oleh ekosistem dari kawasan tersebut.

Ekosistem yang memiliki karakteristik yang khas, dapat ditandai oleh ketinggian tempat

dari muka laut yang tinggi, suhu yang sejuk, lereng yang curam, curah hujan yang relatif

tinggi, rawan terhadap longsor dan bencana gunung api dan kekhasan satwa dan

ekosistemnya. Kekhasan tersebut memberikan keterbatasan dalam pemanfaatan oleh

manusia sehingga memerlukan suatu pola pengelolaan yang spesifik.

Ada beberapa masalah yang mendasar yang terjadi di kawasan TNBNW, yaitu:

(1) Di kawasan konservasi dan hutan lindung terdapat permukiman penduduk yang

secara administrasi, pemerintah daerah menetapkan sebagai bagian Desa di wilayahnya;

(2) Perambahan hutan/ perladangan;

(3) Pembakaran hutan;

(4) Penebangan dan pemburuan liar.

(5) Penambang emas tanpa ijin (PETI) melakukan penambangan secara tradisional;

Perubahan kondisi taman nasional dengan adanya kerusakan dan pemanfaatan yang

menyimpang dari fungsi utamanya perlu dilakukan perbaikan atau rehabilitasi. Namun

informasi tentang kondisi Taman Nasional Bogani Nani Wartabone sampai saat ini belum

banyak tersedia, utamanya kondisi ekosistem unik yaitu flora dan fauna endemik

dikawasan tersebut. Di dalam kawasan TNBNW terdapat 4 (empat) tipe ekosistem utama

(Tabel 2.4).

Soerjani pada tahun 1997 melakukan penelitian di lokasi penambangan menemukan

flora-flora yang perlu diselamatkan, yaitu: 1). Dyospyros cauliflora (Ebenaceae) kayu

hitam; 2). Pterospermum sp. (Sterculiaceae) kayu keras; 3). Pometia pinnata

Page 33: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 12 -

(Sapindaceae), dan jenis fauna yang perlu diselamatkan yaitu 1). Anoa kecil (Bubalus

quarlesi); 2). Babirusa (Babirousa babirusa); 3). Tarsius (tarsius spectrum); 4). Babi hutan

(sus celebensis); 5). Kera hitam (macaca nigra nigrescens).

Tabel 2.5 Tipe Ekosistem Kawasan TNBNW

No  Tipe Ekosistem  Uraian 

1  Hutan lumut  Pada  ketinggian  di  atas  1600  m  dpl,  disekitar  puncak 

pegunungan 

2  Hutan hujan 

pegunungan rendah 

Pada  ketinggian  1000‐1600 m  dpl,  kanopi  rendah  dan 

sedikit  terbuka.  Pada  ketinggian  1600  m  ditemukan 

lumut  yang  menempel  pada  pohon.  Vegetasi  bawah 

cukup tebal, dengan jenis‐jenis rotan, pandan, dan paku‐

pakuan 

3  Hutan hujan dataran 

rendah (hutan 

pamah) 

Ditemukan  pada  ketinggian  300‐1000 m  dpl,  umumnya 

terletak di atas batuan vulkanis. 

4  Hutan sekunder  Terdapat  pada  daerah  bekas  penambangan  yang  tidak 

terpelihara dan tidak terkena kebakaran 

Keterangan: Jenis flora di dalam tipe hutan sekunder meliputi Piper adundum, Melastoma malabathricum; Lantana camara, dan Musa sp, serta tutupan rerumputan lebat.

Jenis-jenis flora yang khas dan memiliki nilai cukup tinggi dari segi konservasi

maupun potensi pengembangannya antara lain: bunga bangkai; hanjuang hijau; berbagai

jenis rotan dan palem, paku-pakuan; beberapa jenis anggrek; beberapa jenis tumbuhan

berkayu yang potensial untuk usaha kehutanan seperti: cempaka, kenanga, agathis, kayu

hitam, kayu besi, eucalypthus, dan beberapa jenis bambu.

Jenis flora yang dominan di kawasan TNBNW adalah jenis-jenis Ficus. Jenis-jenis flora

sesuai dengan tipe ekosistemnya dapat dirinci sebagai berikut. Jenis-jenis vegetasi di

daerah hutan hujan dataran rendah antara lain adalah:

a. Familia Lauraceae. contoh: Garcinia sp

b. Familia Myristicaceae,

c. Familia Miliaceae. contoh Sandoricum sp, Dysoxylum sp

d. Familia Anacardiaceae, contoh Dracontomelon sp, Swintonia sp, dan Spondias sp,

Page 34: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 13 -

e. Familia Sapotaceae: Palaquium spp

f. Familia Sterculiaceae: Scephium sp, Ptersopermum sp dan Heritria sp.

Jenis-jenis lain yang tumbuh di hutan hujan dataran rendah pada tanah Alluvial,

antara lain adalah: Pometia pinnaca; Octomeles sumatrana; Duabanga moluccana; Ficus

sp; Eugenia sp; Dischopia sp; Artocarpus sp.

Barrie (2007) melaporkan bahwa: “Corpse flowers or Titan Arum (amorphophallus

titanum) have been found in Tulabolo village, Bone Bolango District, Gorontalo Province,

northern Sulawesi Island. The flower, which looked like Rafflesia Arnoldii flower, usually

bloomed in rainy season. “In the rainy season, local residents` plantation areas are usually

covered fully by hundreds of ‘corpse flowers`, which produce bad smell,”. The local

authorities could check the flowers to confirm their species and promote them for a tourist

attraction.`Corpse` flowers are found only in Indonesia`s equatorial tropical rainforests of

Sumatra, Kalimantan and Java islands. It was first discovered in Sumatra by Italian

botanist Odoardo Beccari in 1878”.

Sebagai zona rimba, di kawasan ini terdapat berbagai jenis flora dan fauna. Jenis

flora yang dapat ditemukan, di antaranya: sekitar 400 jenis pohon, 241 jenis tumbuhan

tinggi, 120 jenis paku-pakuan, 100 jenis tumbuhan lumut, serta 90 jenis anggrek, termasuk

famili Orrchide (anggrek putih). Sementara jenis fauna, di antaranya: 24 jenis mamalia,

125 jenis aves, 11 jenis reptilia, 2 jenis amfibia, 38 jenis kupu-kupu, 200 jenis kumbang,

dan 19 jenis ikan.

Keistimewaan TNBNW ini terletak pada keanekaragaman tumbuhan (flora) dan

satwa (fauna) yang sebagian besar merupakan tumbuhan dan satwa khas (endemik) Pulau

Sulawesi. Di kawasan ini ditemukan berbagai macam tumbuhan khas dan langka, seperti:

Palem Matayangan (Pholidocarpus ihur), kayu hitam (Diospyros celebica), kayu besi

(Intsia spp.), kayu kuning (Arcangelisia flava), dan bunga bangkai (Amorphophallus

companulatus). Beberapa satwa khas, seperti: monyet hitam/yaki (Macaca nigra-nigra),

monyet dumoga bone (Macaca nigrescens), tangkasi (Tarsius spectrum-spectrum),

musang sulawesi (Macrogalidia musschenbroekii-musschenbroekii), anoa besar (Bubalus

depressicornis), anoa kecil (Bubalus quarlesi), babirusa (Babyrousa babirussa celebensis).

Page 35: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 14 -

Babirusa (Babyrousa babyrousa) yang bertumbuh seperti babi, mempunyai taring

panjang yang melengkung ke atas dan tidak makan umbi-umbian, tetapi makan buah-buah

yang jatuh; anoa besar (Bubalus depresicornus). Anoa kecil (Bubalus quar-lesi) sering

disebut sebagai kerbau kerdil. Musang sulawesi (Macrogalidia musschenbroeckii) sudah

sulit sekali ditemui. Kuskus beruang (Phalanger ursinus) dan kuskus kerdil (Phalanger

celebensis) adalah mamalia yang hidup bergantung di pepohonan. Beberapa ragam jenis

kelelawar juga ditemukan dan salah satu jenis di antaranya diduga sebagai jenis endemik

Sulawesi.

Jenis aves yang paling unik adalah burung maleo (Macrosephalon maleo). Burung

maleo (Macrocephalon) adalah salah satu satwa endemik yang merupakan maskot kawasan

ini. Burung ini sangat unik, ukuran badannya hampir sama dengan ayam, bahkan telurnya 6

kali lebih berat telur ayam. Burung ini meletakkan telurnya di dalam tanah atau pasir

sedalam 30-40 cm di sekitar sumber air panas yang ada di kawasan ini. Anak burung maleo

yang baru berumur satu hari muncul dari dalam tanah atau pasir. Burung maleo

(macrocephalon) salah satu satwa khas (endemik) yang merupakan maskot kawasan ini.

Selain atraksi burung maleo, berbagai obyek wisata lain yang ada di kawasan ini, yaitu: air

terjun, sumber air panas, danau, dan situs peninggalan sejarah.

Gambar 2.7. Babirusa, fauna endemik Sulawesi.

Page 36: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 15 -

Jenis endemik lainnya adalah julang sulawesi (Rhyticetos cassidix), burung berparuh

besar yang memiliki warna bulu hitam, ekor dan paruh kuning, serta berjambul merah.

Burung ini termasuk bertubuh paling besar dibandingkan dengan 54 jenis rangkong yang

tersebar di daerah tropis Asia dan Afrika.

Lokasi TNBNW secara administatif, terletak di antara dua provinsi, yakni di

Kabupaten Bolaang Mongondow, Provinsi Sulawesi Utara dan di Kecamatan Suwawa dan

Bonepantai, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Secara keseluruhan pengelolaan

Taman Nasional Bogani Nani Wartabone terdiri atas 3 Seksi yang membawahi 11 Resort,

dan khusus wilayah Gorontalo dikelola oleh Seksi Konservasi Wilayah I Limboto yang terdiri

atas : Resort Bone Pantai; Resort Bone; Resort Bolango; Resort Tulabolo-Pinogu.

Curah hujan di kawasan TNBNW berkisar antara 1.700 hingga 2.200 mm/tahun dan

temperatur udara berkisar antara 21,5 °C hingga 31 °C. Di kawasan ini terjadi musim

penghujan antara bulan November hingga April, sedangkan musim kemarau terjadi antara

bulan April hingga November. Waktu baik untuk berkunjung ke kawasan ini, yaitu bulan

April sampai dengan September.

Gambar 2.8 Mangga Dulamayo 

Page 37: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 16 -

b. Kabupaten Gorontalo

Wilayah Kabupaten Gorontalo memiliki area berlereng datar hingga terjal, dengan

jenis penutup lahan berupa hutan, kebun campuran, semak, belukar, lahan terbuka,

permukiman, sawah, tubuh air dan rerumputan. Berbagai vegetasi yang berada di wilayah

provinsi sebagian besar dapat ditemukan di wilayah Kabupaten Gorontalo. Contoh jenis-

jenis flora penting, antara lain adalah sebagai berikut :

1. Cyanometra Cauliflora (Caesal-piniaceae) atau Namu-namu, pohon

2. Averrhoa Bilimbi L. (Oxalidaceae) atau Balimbing Botol, pohon

3. Mangifera Caesia (Anacardiaceae) atau Dulamayo, pohon, ditemukan di Kecamatan

Tapa.

4. Nephelium Muabile (Sapindaceae) atau Rambutan Hutan, pohon,

5. Flacourtia Inermis (Flacourtiaceae) atau Lobe-lobe, pohon

6. Eugenia Densiflora (Myrtaceae) atau Molahengo, pohon

7. Antidesma Bunius (Euphorbiaceae) atau Takuti, pohon

8. Annona Squamosa (Annonaceae) atau Srikaya, pohon

9. Phyllanthus Acidus (Euphorbiaceae) atau Tili, pohon

10. Artocarpus Altilis (Moraceae) atau Amu, pohon

11. Zea Mays (Poaceae) atau Kikimoputio, herba

Danau Limboto merupakan danau yang terletak dalam DAS Limboto yang merupakan

salah satu DAS dalam Wilayah Sungai Limboto-Bolango-Bone memiliki keragaman hayati

yang tinggi. Ada 17 spesies ikan dari 12 famili, terdiri dari 9 jenis ikan asli dan 8 jenis ikan

introduksi yang terdapat di danau tersebut.

Permukaan perairan danau ditumbuhi enceng gondok dan rerumputan, yang terjadi

karena proses sedimentasi di dasar danau. Luas sebaran eceng gondok dan tanaman lainnya

mencapai sekitar 70 % dari luasan danau. Eceng gondok terdapat dibagian tengah, barat,

utara dan tenggara. Konsentrasi terbesar berada dibagian tengah. Penyebaran eceng

gondok dan jenis tanaman mengapung lainnya sangat dipengaruhi oleh musim. Eceng

gondok bergerak dari Barat-Utara ke Timur dan Selatan.

Page 38: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 17 -

(a)

(b) (c)

Gambar.2.9. Ikan-ikan endemik Danau Limboto : (a) Manggabai (b) Ikan Saribu (c) Huluu.

c. Kabupaten Gorontalo Utara

Dilokasi ini juga terdapat pos pengamatan dan perlindungan jenis tumbuhan dan

hewan oleh dinas kehutanan. Pada lokasi ini ditemukan hampir 35 jenis pohon dengan jenis

pohon yang dominan adalah Nantu (Palaquium obtusifolium Burck), Cempaka, Meranti dan

Pangi (Panggium edule Reinw). Beberapa flora dan fauna yang ditemukan disepanjang

bantaran Sungai Buladu diantaranya ; 21 jenis pohon diantaranya Bambu Biasa, Bambu

kuning, Aren, Kelapa, Mangga, Sukun, Nangka, Ikan: Gabus, Belut, Lele, Payangga, Hulu’u,

Mujair, Nike, Mikrozoobentos, Siput air, Kepiting, Udang, dan Keong.

Keanekaragaman hayati pantai untuk jenis manggrove di pantai utara yang dominan

adalah Rhizophora apiculata dan Aegiceras corniculatum. Di Kecamatan Anggrek, dilakukan

penanaman magrove, jenis Rhizopora apiculata untuk mereboisasi kawasan pesisir. Di

Page 39: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 18 -

Pulau Payunga dan Pulau Saronde, ditemukan ada beberapa jenis vegetasi lamun yang

termasuk dalam kondisi yang sangat baik, yang pada umumnya didominasi oleh Enhalus dan

Thallasia. Di Pulau Saronde juga ditemukan jenis Cymodocea serrulata.

d. Kabupaten Boalemo

Kabupaten Boalemo memiliki Suaka Marga Satwa Nantu. Hutan Nantu sangat penting

bagi masyarakat Gorontalo sebagai daerah tangkapan air dan menjadi hulu Sungai

Paguyaman, salah satu sungai besar (panjang 99.3 km) di Sulawesi bagian utara. Jenis

tanaman pada bagian hulu sungai ini terdapat berbagai jenis kayu-kayuan, diantaranya:

agatis, nantu, jati, rotan, kelapa, bambu, pisang, mangga, kemiri, kapuk, dan nangka.

Hutan Nantu merupakan habitat terbaik berbagai jenis satwa liar seperti babirusa,

anoa, Macaca heckii, tarsius dan lebih dari 90 jenis burung, termasuk 35 jenis yang

endemik Sulawesi. Dalam Hutan Nantu terdapat kolam Adudu, mata air panas asin

mengandung belerang yang disukai berbagai jenis satwa liar, terutama babi rusa. Menurut

DR. Ir. Lynn Clayton, peneliti asal Inggris yang telah melakukan penelitian di Hutan Nantu

selama 20 tahun sejak tahun 1988, diperkirakan satwa babirusa ke kolam untuk

memperoleh berbagai mineral, melindungi perut mereka agar tidak menjadi terlalu asam

dan perlindungan dari racun yang ada di biji buah “Pangi”, salah satu makanan kesukaan

babirusa. Babirusa dan satwa hutan Nantu sangat terancam oleh perdagangan daging

hewan liar untuk dijual ke pasar-pasar di Minahasa, Sulawesi Utara.

e. Kabupaten Pohuwato

Sungai Taluduyunu melewati Kota Marisa Kabupaten Pohuwato. Sungai ini

termasuk pada tipe subsekuen yang bersifat Permanen berbentuk (U lebar) sampai (U)

dengan pola aliran (Orientasi di Peta). Kondisi fisik sungai Taluduyunu mempunyai tingkat

kedalaman pada bagian hulu dan hilir mencapai 100 cm, lebar sungai bagian hulu 90 m dan

bagian hilir 20 m. Kecepatan arus 102,3 m3/detik bagian hulu dan 1,17 m3/detik bagian

hilir, Debit air cukup besar yang mengalir dari wilayah hulu 102,3 m3/detik bagian hilir

23,4 m3/detik.

Lokasi aliran sungai Taluduyunu lahan sudah di jadikan dialih fungsi menjadi

perkebunan jagung rakyat dan tanaman tebu oleh masyarakat. Jenis tanaman pada bagian

hulu masih terdapat kayu-kayuan seperti : Agatis, Nantu, Jati, dan Rotan serta tanaman

Page 40: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 19 -

budidaya seperti kelapa, bambu, pisang, mangga, kemiri, kapuk, dan nangka. Sedang jenis

fauna yang terdapat dikawasan aliran Sungai Taluduyunu seperti : Buaya, ular, rangkong,

kelelawar, kera, babirusa, ayam hutan. Wilayah pertambangan Gunung Pani berada pada

Kawasan Cagar Alam Panua, yang merupakan perlindungan burung maleo (panua). Kondisi

di lapangan, kawasan bagian timur perbukitan Gunung Pani berupa hutan lebat, bagian

barat sebagian tertutup hutan, perladangan dan sebagian berupa pemukiman.

Berdasarkan data yang diperoleh bahwa Provinsi Gorontalo secara keseluruhan

kawasan hutannya menunjukkan tingkat keanekaragaman jenis tumbuhan dan hewan yang

cukup tinggi meskipun kawasan-kawasan tersebut pernah dieksploitasi oleh perusahan

kayu, namun kondisi vegetasi masih memungkinkan untuk proses regenerasi alami sehingga

tegakan hutan menjadi pulih kembali.

f. Kota Gorontalo

Jenis tanaman yang terdapat di kota Gorontalo menyebar di seluruh wilayah

kecamatan dengan jumlah bervariasi. Tumbuhan yang umum ditemukan adalah jenis

tanaman obat dan tanaman hias yang ditanam di pekarangan rumah atau di kebun.

Perkembangan Kota Gorontalo sebagai pusat kegiatan Jasa dan perdagangan menyebabkan

perubahan lahan-lahan terbuka hijau menjadi pemukiman, perkantoran, hotel, dan

tempat-tempat usaha. Pemukiman terbatas lahannya, sehingga untuk memanfaatkan lahan

pekarangan yang sempit, masyarakat menanam tanaman berpohon kecil atau menanam

pohon-pohon dalam pot. Jenis tumbuhan yang banyak ditanam adalah tanaman obat,

tanaman hias dan tanaman buah. Selain dapat menciptakan suasana sejuk dan indah, juga

berfungsi sebagai bahan-bahan bumbu dapur dan obat alami.

Tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai tanaman obat dan tanaman hias diantaranya

adalah cempaka (Michelia champaka), jempiring (Gardena sp), kamboja (Plummeria

accuminata), kembang sepatu (Hibiscus sp), kemuning (Murraya paniculata), kumis kucing

(Orthosiphon spicatus), lidah buaya (Aloe vera), pohon merah, (Euphorbia pulcherrima),

puring (Codiacum sp), soka (Ixora sp), tapak dara (Vinca rosea) dan lain-lain. Sedangkan

tanaman buah diantaranya adalah mangga (Mangifera indica), alpokat (Porsea odoratum),

jambu biji (Psidium guajava), jeruk nipis (Citrus aurantifolia), nangka (Arthocarpus

heterophylla), rambutan (Nephelium lappaceum), dan sawo kecik (Manikaya kauki).

Beberapa jenis tanaman ditanam untuk penghijauan kota dan tanaman hias juga

berfungsi sebagai paru-paru kota, misalnya akasia (Acasia sp), asam (Tamarindus indica),

Page 41: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 20 -

bungur (Lagerstromia sp), kembang kertas (Bougenvillea spectabilis), kelapa (Cocos

nucifera), palm raja (Oreodoxa regia), angsana (Pterocarpus indicus), ketapang dan lain-

lain.

Jenis pohon yang ditanam memiliki beberapa aspek (fungsi), misalnya tanaman

beraspek estetika seperti Jempiring (Gardena sp), Kembang kertas (Bougenvillea

spectabilis) , Varigata (Varigata sp), Glodog Tiang, Kelapa (Cocos nucifera) dan Puring

Bangkok (Codiaeum sp), Palm raja (Oreodoxa regia), Anggrek Bandung, Kana Presiden,

Sansivera dan lain-lain. Terdapat juga tanaman yang memiliki aspek konservasi seperti

Angsana (Pterocarpus indicus), Gendayaan, Spatudia, Mahoni (Sweitenia mahagoni),

Kembang Kuning dan Ketapang.

Keanekaragaman hayati satwa daratan di wilayah Kota Gorontalo terdapat spesies

yang meliputi kelas amfibi, reptil, aves, dan mamalia. Spesies amfibi yang ditemukan

adalah Rana sp dan Bufo sp. Jenis reptil yang ditemukan meliputi biawak (Varanus

salvator) ditemukan terutama di bagian utara Kota Gorontalo, bunglon (Bronchocela

jubata), serta iguana (Iguana iguana) yang sudah jarang ditemukan, sementara jenis kadal

(Mabouya multifasciata) dan tokek (Gecko gecko) masih sering dijumpai. Spesies reptil

yaitu Kura-kura (Cuora amboinensis) dan Penyu (Chelonia sp.) ditemukan di perairan Pantai

Gorontalo meskipun sudah langka, sedangkan 4 jenis Ular (Lycodon aulicus, Ptyas karros,

Acrochordus granulatus dan Cerberus rhynchops) dapat ditemukan di beberapa tempat.

Jenis unggas (Aves) yang dapat ditemukan di wilayah Kota Gorontalo diantaranya

ayam (Gallus gallus) dan bebek (Anas sp) yang cukup berlimpah, dipelihara penduduk

dalam skala kecil atau peternakan karena nilai ekonomisnya tinggi, serta ayam (Gallus

varrius) hutan di wilayah pinggiran kota, sementara spesies merpati (Columba livia)

dipelihara penduduk.

Komunitas burung di wilayah Kota Gorontalo lebih didominansi oleh jenis-jenis burung

air, di antaranya: Pecuk-padi belang (Phalacrocorax melanoleucos), Pecuk ular asia

(Anhinga melanogaster), Cangak abu (Ardea cinerea), Kuntul besar (Egretta alba), Kuntul

perak (Egretta intermedia), Blekok sawah (Ardeola speciosa), Kowak malam kelabu

(Nycticorax nycticorax), Gajahan besar (Numenius arquata), Trinil semak (Tringa glareola)

dan Raja udang erasia (Alcedo sp).

Jenis-jenis yang menyebar secara merata pada hampir seluruh kawasan adalah dari

famili Ardeidae seperti : Cangak laut (Ardea sumatrana), Cangak abu (Ardea cinerea),

Cangak merah (Ardea purpurea), Kuntul besar (Egretta alba), Kuntul perak (Egretta

intermedia), Blekok sawah (Ardeola speciosa), Kowak malam kelabu (Nycticorax

Page 42: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 21 -

nycticorax), Gajahan besar (Numenius arquata), Raja udang biru (Alcedo coerulescens),

Belibis kembang (Dendrocygna arcuata), dan Kakatua (Cacatua sp).

Keanekaragaman jenis burung di wilayah Kota Gorontalo, baik burung daratan

maupun burung air tergolong tinggi. Sedangkan dari keutuhan dan perkembangan

populasinya sudah menurun. Beberapa jenis burung sudah tidak muncul lagi pada habitat

yang diamati, yang ditemui pun populasinya juga sangat menurun.

Jenis mamalia terdiri dari hewan-hewan peliharaan di kawasan pemukiman, hewan

ternak yang dibudidayakan, maupun liar. Beberapa spesies mamalia seperti Musang

(Paradoxurus hermaphroditus) sudah jarang ditemukan.

Keragaman hayati tumbuhan perairan di wilayah Kota Gorontalo meliputi vegetasi

alga laut, dan lamun yang ditemukan di sepanjang wilayah lautan dan pesisir pantai Kota

Gorontalo. Vegetasi mangrove sudah tidak ditemukan akibat berubah jadi pemukiman

penduduk disepanjang pantai Kota Gorontalo.

Status sumber daya makro-alga yang ada di wilayah ini masih cukup baik, hal ini

disebabkan oleh tingkat eksploitasi terhadap sumber daya tersebut masih relatif rendah.

Jenis-jenis makro-alga tersebut banyak yang belum diteliti tentang fungsi dan kegunaan

sumber daya ini.

 

 

   

 

 

 

(a) (b)

Gambar.2.10. Ikan Nike, (a) Foto nike (b) Nelayan menangkap ikan nike di Teluk

Gorontalo

Keanekaragaman Hayati Ikan di Ekosistem Pesisir dan Lautan berupa Kerapu lumpur

(Eunephilus sp), Baronang (Siganus javus), Bandeng (Chanos chanos), dan Kakap (Lates

calcarifer), serta beberapa jenis lain yang dikenal masyarakat Gorontalo sebagai ikan

Page 43: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 22 -

Bubara, layang, nike, kakap, cakalang, ekor kuning, tongkol oci, tamako, antoni,

malalugis, serta tandipang.

Jenis ikan tawar yang dijumpai diantaranya banyak hidup di danau Limboto seperti

ikan nila, mujair, gabus, ikan mas, koan, kepiting dan udang serta jenis ikan endemik

danau Limboto seperti ikan payangga, huluu, dan ikan manggabai. Sebagian jenis ikan-ikan

air tawar ini juga hidup di sungai Bone, Sungai Bolango, dan Sungai Tamalate yang

melintasi Kota Gorontalo.

C. AIR

Air merupakan sumber kehidupan yang tidak dapat tergantikan oleh apapun juga.

Tanpa air manusia, hewan dan tanaman tidak akan dapat hidup. Air terdapat di Wilayah

Sungai/WS atau DAS dan Cekungan Air Tanah (CAT). Air menjadi Isu dan Indikator Utama

Ekosistem DAS dengan jargon masalah Too Much, Too Little, dan Too Dirty. Dimana too

much menyebabkan banjir, too little menimbulkan kekeringan, dan too dirty menimbulkan

masalah pencemaran.

1. Sumberdaya Air Permukaan

Wilayah Provinsi Gorontalo memiliki tiga Daerah Aliran Sungai (DAS) utama, masing-

masing DAS Randangan, DAS Paguyaman dan DAS Limboto Bolango Bone. Di luar dari ketiga

DAS utama tersebut, juga ditemukan banyak DAS-DAS kecil lainnya yang umumnya terdapat

di hampir seluruh wilayah pegunungan di pinggiran kawasan pantai. Air dari DAS-DAS kecil

ini bermuara di Teluk Tomini untuk DAS di bagian Selatan Provinsi dan di Laut Sulawesi

untuk DAS di bagian Utara Provinsi.

Sungai-sungai kecil yang bermuara di utara antara lain S. Bulontio, S. Boliohuto, S.

Sumalata, S. Dulakapa, S. Buluto, S. Buluoka, S. Monano, S. Tolongio, S. Ilangata, S.

Kwandang dan S. Bubode. Sungai-sungai yang bermuara di selatan antara lain S. Tamboo,

S. Tombulilato, S. Sogisadaa, S. Taludaa, S. Sinabayuga, S. Potoila, S. Bobaa, S. Tumbihe

dan Sungai Tilamuta. Dua sungai kecil lainnya, yaitu S. Taluhubongo dan S. Dutula Dua

bermuara di Danau Limboto yang airnya selanjutnya mengalirkan airnya ke Teluk Tomini.

Sungai-sungai kecil tersebut berasal dari jajaran Pegunungan Tilong Kabila,

Perantanan, Bone, dan Loba serta jajaran gunung-gunung lain yang tingginya bervariasi

Page 44: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 23 -

dari 520 m (G. Pobolu) sampai 2.065 m (G. Boliohuto). Karena kepentingannya yang sangat

vital, berikut ini akan diuraikan lebih jauh ketiga DAS utama di Provinsi Gorontalo.

1.1. Daerah Aliran Sungai Randangan

DAS ini melintasi Kecamatan Popayato, Marisa dan Paguat dan bermuara di pantai

Marisa. Luas DAS ini adalah sekitar 290.000 ha dengan panjang sungai utama sekitar 115

km. Mayoritas (sekitar 80 %) dari wilayah DAS ini berada pada daerah dengan topografi

berbukit dan bergunung dengan kemiringan lereng > 40 %, sehingga seyogyanya harus

diperuntukkan sebagai kawasan lindung.

Oleh karena pola aliran sungai DAS ini adalah denritik dan pararel, air yang dialirkan

dengan cepat mencapai hilir. Akibatnya, wilayah hilir DAS menjadi rentan banjir.

Kerusakan lahan dan erosi di wilayah hulu, misalnya karena kegiatan penambangan atau

pertanian, akan menghasilkan tingkat sedimentasi yang tinggi di wilayah hilir. Oleh karena

itu, pengelolaan lahan dan kegiatan usaha di wilayah hulu perlu dilakukan melalui program

yang disusun berdasarkan perencanaan yang tepat dan dilaksanakan dengan konsekwen.

Pengelolaan DAS Randangan secara tepat menjadi sangat penting karena tiga alasan.

Pertama, karena di wilayah hulu DAS terdapat sumber daya alam yang potensial, khususnya

untuk pertanian, peternakan dan pertambangan, yang bila dikelola dengan tepat akan

berguna bagi masyarakat. Pemanfaatan sumberdaya alam di wilayah hulu DAS, bila tidak

dikelola dengan benar, akan memberi konflik bagi kepentingan keberadaan DAS lainnya,

termasuk resiko banjir dan sedimentasi. Kedua, wilayah hilir DAS ini merupakan daerah

potensial bagi pertanian dan perikanan. Ketiga, DAS Randangan merupakan sumber air

utama untuk mendukung berbagai kegiatan pengembangan di Kabupaten Pohuwato.

1.2. Daerah Aliran Sungai (DAS) Paguyaman

DAS Paguyaman melintasi dua kabupaten, di bagian baratnya adalah wilayah

Kabupaten Boalemo, sedangkan di sebelah timurnya Kabupaten Gorontalo. Adapun

wilayah yang dilewati adalah Kecamatan Tilamuta, Paguyaman, dan Tibawa, kemudian

bermuara di Teluk Paguyaman. DAS ini memiliki luas sekitar 250.000 ha. Sungai utama DAS

ini yang panjangnya sekitar 99,3 km. Sedikitnya 70 % dari wilayah DAS mempunyai

topografi bergunung sampai berbukit dengan kemiringan lereng > 40 %.

Dengan topografi berbukit dan pegunungan ini, sungai utama DAS Paguyaman

berbentuk lembah dalam, sehingga mampu menampung debit aliran air tinggi. Tidak

diperoleh data debit sungai di provinsi ini, tetapi berdasarkan hasil pengukuran oleh PLN

(1985) dan DPU (1987) Provinsi Sulut, Sungai Paguyaman adalah yang tertinggi kecepatan

Page 45: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 24 -

arusnya (23,4 sampai sampai 63,4 m/detik) dengan kedalaman sungai mencapai 76 cm

(Tabel 4.2).

Dengan potensi seperti itu, Sungai Paguyaman dinilai memiliki produktivitas air yang

besar, sehingga dapat memenuhi kebutuhan air untuk pertanian dan kebutuhan lainnya.

Namun, yang merisaukan adalah ada indikasi bahwa fluktuasi debit tahunannya terus

menjadi lebih besar, mengindikasikan proses degradasi lahan di wilayah DAS ini yang terus

berlangsung.

Potensi kerusakan DAS Paguyaman memang besar karena beberapa alasan. Pertama,

karena luas DAS yang besar, mencakup kawasan budidaya yang besar. Kedua, topografi

wilayah hulu DAS yang kondusif bagi proses erosi. Ketiga, konflik pengelolaan di masa

depan, karena wilayah DAS ini melintasi dua kabupaten berbeda, walaupun mayoritas

berada di Kabupaten Boalemo. Dengan demikian, model pengelolaan DAS yang singkron

dengan program pengembangan wilayah lintas kabupaten perlu dirumuskan dengan baik.

1.3. Daerah Aliran Sungai (DAS) Bolango-Bone

DAS Bolango-Bone sesungguhnya dibangun oleh dua DAS berbeda, DAS Bolango dan

DAS Bone, keduanya bermuara di Teluk Gorontalo. DAS Bone jauh lebih besar dari pada

DAS Bolango. Secara bersama-sama, DAS Bolango-Bone mempunyai luas sekitar 265.000 ha

dengan panjang sungai utama sekitar 100 km. Sama dengan kedua DAS utama lainnya di

Provinsi Gorontalo, DAS Bolango-Bone juga didominasi (80 %) oleh wilayah dengan

kemiringan lereng >40 %. Artinya, DAS ini juga rentan terhadap proses degradasi yang

cepat jika kawasan hulu dari catchment areanya dikelola secara tidak tepat.

DAS ini sangat rentan terhadap banjir. Ini terlihat pada frekwensi banjir yang terjadi

di Kota Gorontalo. DAS Bolango-Bone (terutama DAS Bolango) memberi kontribusi besar

terhadap sedimentasi Danau Limboto yang saat ini lebih banyak berbentuk daratan dari

pada perairan, karena sebagian besar dari mangkuk danau telah berubah menjadi daratan.

Hal yang menggembirakan adalah, kualitas air Sungai Bone yang masih tampak jernih.

Meskipun demikian, dari berbagai sumber, termasuk dari interpretasi gambar citra landsat

(rekaman Oktober 2000), diketahui bahwa sebagian dari kawasan DAS ini telah mulai

terbuka.

Danau Limboto merupakan bagian penting dari ekosistem perairan Kota Gorontalo.

Danau Limboto mempunyai banyak fungsi, seperti penyangga banjir (terutama dari Sungai

Page 46: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 25 -

Bolango), menstabilkan suplai air tanah wilayah sekitar, sumber perikanan air tawar, obyek

wisata air, memberikan nilai estetika bagi kota Gorontalo dan sarana pendidikan. Fungsi-

fungsi ini telah berkurang drastis dan nyaris hilang sama sekali.

Rusaknya lingkungan DAS Bolango dan daerah tangkapan di pinggiran danau di kota

Gorontalo merupakan penyebab utama pendangkalan dan penciutan areal danau.

Berdasarkan kenampakan fisik sungai-sungai yang bermuara ke danau, maka sungai-sungai

di bagian selatan (dengan topografi curam, lebih terganggu dan berhubungan langsung

dengan danau) diperkirakan memiliki sumbangan sedimentasi lebih tinggi dibandingkan

sungai-sungai bagian barat dan tengah. Penyuburan perairan danau turut yang mendorong

tumbuhnya gulma air mempercepat proses pendangkalan danau.

Meskipun luas danau berkurang cepat dan sedimentasi berlangsung cepat, fluktuasi

kedalaman danau antara kedalaman maksimum dan minimum serta kedalaman rata-rata

tidak banyak berubah, khususnya antara periode 1988 sampai 1998. Data ini kontradiktif

dengan kenyataan bahwa proses sedimentasi danau terus berlangsung. Kemungkinan, pada

lokasi tertentu dari danau (pada lokasi pengukuran kedalaman) perubahan kedalaman

danau tidak banyak mengalami perubahan. Meskipun demikian, tetap tampak adanya

kecenderungan peningkatan rasio kedalaman maksimum terhadap kedalaman minimum.

Berdasarkan pengukuran tahun 1995, rata-rata sedimen tersuspensi dalam aliran

rendah mencapai 8,2 ton/hari, sedangkan rata-rata sedimen tersuspensi dalam aliran tinggi

5300 ton/hari. Debit inlet dalam periode aliran terendah (8 bulan) adalah 2,8 m3/detik

dan inlet dalam periode aliran tinggi (4 bulan ) sedikitnya 5,3 m3/detik. Dengan gambaran

seperti itu, dan mengingat topografi lingkungan Danau Limboto yang datar, maka dapat

dipastikan bahwa laju sedimentasi dan pendangkalan atau penciutan luas danau akan

berlangsung dengan cepat.

Di samping DAS dan danau, Provinsi Gorontalo juga mempunyai banyak jaringan

irigasi yang terdistribusi di ketiga kabupaten. Di Kabupaten Gorontalo, terdapat jaringan-

jaringan irigasi Posso, Molalahu, Lomaya, Alo, Pilohayanga, Huludupitango, Hunggalua,

Pohu, Alale, Bongo, Tolinggula, Mohiolo dan Potanga. Di Kabupaten Bualemo, terdapat

jaringan irigasi Bunuyo, Bongotua, Karangetan, Taluduyunu, Lemito, Randangan Kiri,

Paguyaman Kiri, Marisa IV, Molosipat dan Popayato.

Mengingat air sungai, danau, air tanah dan air hujan sangat dibutuhkan oleh

masyarakat maka perlu diperhatikan pemanfaatan maupun pemeliharaannya. Hal ini

Page 47: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 26 -

disebabkan karena untuk mendapatkan air yang baik sesuai dengan standar tertentu

tidaklah mudah karena tergantung pada banyak faktor penentu.

Walaupun penetapan standar air yang bersih tidak mudah, namun ada kesepakatan

bahwa air yang bersih tidak ditetapkan pada kemurnian air, akan tetapi didasarkan pada

keadaan normalnya. Apabila terjadi penyimpangan dari keadaan normal maka hal itu

berarti air tersebut telah mengalami pencemaran. Saat ini banyak keluhan dari masyarakat

Gorontalo bahwa ada beberapa daerah yang memiliki PETI (Penambangan Emas Tanpa

Izin) ataupun Industri-industri yang menimbulkan pencemaran di wilyah sungai. Untuk itu

Badan Lingkungan Hidup Provinsi Gorontalo melakukan pemantauan terhadap kualitas air

sungai, dan danau, untuk air hujan dan air sumur saat ini belum ada pemantauan dari Dinas

yang terkait. Kualitas air sungai dan danau dapat di lihat pada tabel-tabel berikut. Saat ini

pemantauan kualitas air sungai hanya di 5 Lokasi yang dipantau yaitu: Sungai Paguyaman,

Sungai Bolango, Sungai Buladu, Sungai Taluduyunu dan Sungai Bionga.

a. Sungai Paguyaman

Sungai Paguyaman merupakan salah satu sungai besar diwilayah Propinsi Gorontalo

yang menjadi batas geografi antara dua kabupaten, yaitu kabupaten Gorontalo dan

kabupeten Boalemo. Aliran Sungai Paguyaman mencakup beberapa daerah di Gorontalo.

Wilayah aliran Sungai Paguyaman mencakup Paguyaman, Boliyohuto, Wonosari, Tibawa,

Tilamuta, Dulupi dan Mananggu dengan total Panjang Sungai 99,3 km.

Bagian hulu sungai ini terdapat di daerah kawasan hutan Nantu sebuah kawasan

hutan suaka alam serta bermuara di Teluk Tomini. Sungai ini selain mengalirkan air dari

arah barat, juga menerima debit tambahan dari beberapa anak-anak sungai. Kondisi

sempadan dan bantaran banyak digunakan masyarakat untuk areal pemukiman dan

perkebunan.

Kondisi fisik sungai Paguyaman berdasarkan hasil pengukuran menunjukan bahwa

tingkat kedalaman pada bagian hulu mencapai 70 cm dan bagian hilir 10 cm, lebar sungai

bagian hulu 12 m dan bagian hilir 19 m. Kecepatan arus 1,38 m3/detik bagian hulu dan

0,79 m3/detik bagian hilir, Debit air cukup besar yang mengalir dari wilayah hulu 25,9

m3/detik pada bagian hilir berkurang hingga 4,85 m3/detik.

Page 48: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 27 -

Kualitas Air Sungai Paguyaman

Hasil Pemantauan Kualitas Air Sungai Paguyaman tahun 2012 bagian hulu, tengah

dan hilir dengan metoda analisis Indeks Pencemaran disajikan dalam Tabel 2.5.

Berdasarkan data tersebut, bahwa kualitas air Sungai Paguyaman Bagian Hulu sudah

masuk kategori cemar sedang untuk baku mutu air Kelas I dan Kelas II.

Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan

atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan

tersebut. Kelas II adalah air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana

rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman,

dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan

tersebut.

Beberapa parameter sudah melebihi baku mutu yang dipersyaratkan. Untuk mutu

air kelas 2, Sungai Paguyaman bagian hulu memiliki kadar TSS = 2356 mg/L melebihi baku

mutu 50 mg/L, kadar BOD = 6.96 mg/L dengan baku mutu 3 mg/L.

Gambar. 2.11. Peta Sungai Paguyaman

Page 49: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 28 -

Kadar oksigen terlarut, DO berkisar 5.8 mg/L, masih memenuhi syarat yakni

minimal 4 mg/L. Sementara itu kadar COD di hulu 17.4 mg/L dengan baku mutu 25 mg/L.

Nilai pH pemantauan 7,66 dan masih berada dalam rentang pH yang dipersyaratkan dalam

baku mutu yaitu 6 – 9. Konsentrasi padatan terlarut atau TDS berkisar 100 mg/L masih

berada dalam baku mutu yaitu 1000 mg/L. Sedangkan kadar coliform total 3300 masih

memenuhi syarat dengan baku mutu = 5000/ 100 ml. Kadar nitrat 0.16 mg/L masih

dibawah baku mutu 10 mg/L. Kadar amoniak juga masih memenuhi syarat kualitas air kelas

1 yaitu 0.2 dengan baku mutu 0.5 mg/L.

Parameter kimia yang dipantau adalah kadar Hg atau merkuri. Bagian hulu Sungai

paguyaman saat pemantauan memiliki kadar merkuri 0.0919 mg/L, yang sudah jauh diatas

baku mutu 0,002 mg/L.

Kualitas air Sungai Paguyaman pada Bagian Tengah juga sudah masuk kategori

cemar sedang untuk baku mutu air Kelas II. Kadar TSS = 2558 mg/L melebihi baku mutu 50

mg/L, kadar BOD = 6.96 mg/L dengan baku mutu 3 mg/L. Kadar coliform total 7900 sudah

melampaui syarat dengan baku mutu = 5000/ 100 ml. Kadar merkuri 0.0094 mg/L, yang

sudah empat kali lipat dibanding baku mutu 0,002 mg/L.

Kadar oksigen terlarut, DO pada bagian tengah Sungai Paguyaman berkisar 6.1

mg/L, masih memenuhi syarat yakni minimal 4 mg/L. Sementara itu kadar COD di bagian

tengah ini 17.4 mg/L dengan baku mutu 25 mg/L. Nilai pH untuk semua titik pemantauan

berkisar 7,61, nilai ini masih berada dalam rentang pH yang dipersyaratkan dalam baku

mutu yaitu 6 – 9. Konsentrasi padatan terlarut atau TDS berkisar 110 mg/L masih berada

dalam baku mutu yaitu 1000 mg/L. Kadar nitrat 0.23 mg/L masih dibawah baku mutu 10

mg/L. Kadar amoniak juga masih memenuhi syarat kualitas air kelas 1 yaitu 0.1 dengan

baku mutu 0.5 mg/L.

Kualitas air pada bagian hilir Sungai Paguyaman saat pemantauan dilakukan masuk

kategori cemar ringan untuk baku mutu air Kelas II. Kadar TSS = 254 mg/L melebihi baku

mutu 50 mg/L, kadar BOD = 10.44 mg/L dengan baku mutu 3 mg/L. Kadar coliform total

26000 sudah melampaui syarat dengan baku mutu = 5000/ 100 ml. Sementara itu kadar

COD di bagian ini 26.1 mg/L melampaui syarat dengan baku mutu 25 mg/L. Kadar merkuri

0.0063 mg/L, yang sudah tiga kali lipat dibanding baku mutu 0,002 mg/L.

Kadar oksigen terlarut, DO pada bagian hilir Sungai Paguyaman berkisar 6.2 mg/L,

masih memenuhi syarat yakni minimal 4 mg/L. Nilai pH untuk semua titik pemantauan

berkisar 7,6, nilai ini masih berada dalam rentang pH yang dipersyaratkan dalam baku

Page 50: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 29 -

mutu yaitu 6 – 9. Konsentrasi padatan terlarut atau TDS berkisar 100 mg/L masih berada

dalam baku mutu yaitu 1000 mg/L.

Pada bagian hulu, tengah dan hilir sungai Paguyaman terdapat kegiatan

Pertambangan Emas Tanpa Ijin (PETI) menggunakan merkuri dan sianida. Dari hasil

pemantauan ini Kadar merkuri (Hg) di bagian hulu, tengah, maupun hilir sudah berada

diatas baku mutu yang dipersyaratkan yaitu 0,002 mg/L untuk kelas dua.

Sedangkan kadar pencemar bakteri Coli meningkat dari hulu ke hilir diperkirakan

karena aktivitas masyarakat yang semakin meningkat jumlahnya ke arah hilir.

Status Mutu Air

Status mutu air Sungai Paguyaman pada bagian Hulu, Tengah, dan Hilir pada

pemantauan tahun 2012 disajikan pada Table 2.6.

Table 2.6 Status Mutu Air Sungai Paguyaman

No  Lokasi Sampling  Status Mutu 

Kelas 1 Kelas 2 

1  Bagian Hulu CEMAR SEDANG CEMAR SEDANG 

2  Bagian Tengah CEMAR SEDANG CEMAR SEDANG 

3  Bagian Hilir CEMAR RINGAN CEMAR RINGAN 

Sumber: Hasil Analisis Balihristi Provinsi Gorontalo, 2012

Sungai ini telah mengalami sedimentasi akibat berbagai kegiatan di segmen hulu

seperti peladangan yang berpindah-pindah, padatnya pemukiman di daerah sempadan

sungai menyebabkan peningkatan volume limbah domestik ke sungai melalui aliran

permukaan. Di sekitar Sempadan Sungai Paguyaman terdapat Pabrik Gula dan kegiatan

Pertambangan Emas Tanpa Ijin (PETI) Buladu yang limbahnya masuk ke Sungai Totopo dan

Sungai Totopo akan bermuara ke Sungai Paguyaman dan selanjutnya akan bermuara ke

Teluk Tomini.

Hasil penelitian Badan Penelitian, Pengembangan, dan Pengendalian Dampak

Lingkungan Daerah (Balitbangpedalda) Propinsi Gorontalo pada Tahun 2005 menyimpulkan

bahwa Sungai Tatopo di Bumela telah tercemar logam berat Merkuri (Hg) yang diakibatkan

oleh kegiatan PETI. Kandungan Merkuri pada sampel air mencapai 0,010 mg/l. Angka ini

melebihi ambang batas kandungan Merkuri yang dipersyaratkan pada PP 82 diakibatkan

Page 51: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 30 -

oleh kegiatan PETI. Kandungan Merkuri pada sampel air mencapai 0,002 mg/l. Penelitian

lain yang dilakukan oleh Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSLH) Institut Teknologi Bandung

(ITB) Tahun 2006 menyimpulkan bahwa 2 (dua) sungai lainnya di Propinsi Gorontalo, yaitu:

Sungai Motomboto dan Mopuya di Kecamatan Suwawa dan Bone Pantai juga telah tercemar

logam Merkuri / air raksa (Hg).

b. Sungai Bone

Sungai Bone melintasi wilayah Kabupaten Bone Bolango dan Kota Gorontalo

mempunyai panjang 119,13 km yang. Sungai ini termasuk tipe subsekuen-permanen dengan

bentuk linier dan termasuk dalam kawasan DAS Limboto Bolango Bone.

Kondisi sempadan Sungai Bone bervariasi, Pada Bagian hulu sempadan sungai dalam

kondisi sehat, arus air cukup deras dan berpotensi terjadinya infiltrasi dan ruang gerak air

secara lateral. Sebaliknya, pada bagian Tengah dan Hilir kondisi sempadan sungai tidak

sehat, tebing sungai rapuh, kondisi penampang sungai melebar, erosi relatif horisontal dan

sering terjadinya Chanel bar yang cukup luas sehingga berpotensi terjadinya banjir.

Gambar 2.12 Peta Sungai Bone

Page 52: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 31 -

Kondisi biofisik Sungai Bone

Berdasarkan hasil pengukuran tingkat kedalaman pada bagian hulu mencapai 50 cm

dan bagian hilir cm, lebar sungai bagian hulu 100 m dan bagian hilir 100-200 m. Kecepatan

arus 1,44 m/detik bagian hulu dan 0,95 m/detik bagian hilir.

Kulitas Air Sungai Bone

Berdasarkan pemantauan tahun 2011 kualitas air sungai Bone bagian hulu tidak

memenuhi syarat karena beberapa parameter sudah melebihi baku mutu yang

dipersyaratkan, seperti kadar BOD = 5,06 mg/L dengan baku mutu 3 mg/l, Timbal = 34,9

mg/L dengan baku mutu 0,03 mg/L, Total Coliform = >2.400.000/100 mL dengan baku

mutu 5.000/100 mL dan Coli Tinja = 4.300/100 mL dengan baku mutu 1.000/100 mL.

Berdasarkan data pemantauan tersebut kualitas air Sungai Bone bagian tengah tidak

memenuhi syarat karena beberapa parameter sudah melebihi baku mutu yang

dipersyaratkan, seperti kadar BOD = 5,98 mg/l dengan baku mutu 3 mg/L, Total Coliform =

460.000 MPN/100 mL dengan baku mutu 5.000/100 mL.

Kualitas air Sungai Bone bagian hilir juga tidak memenuhi syarat karena beberapa

parameter sudah melebihi baku mutu yang dipersyaratkan, seperti kadar BOD = 6,32 mg/L

dengan baku mutu 3 mg/L dan Total Coliform = 1.100.000 mL/100 dengan baku mutu

5.000/100 ml.

Sedangkan secara umum nilai parameter yang diukur umumnya bervariasi antar

ketiga bagian aliran. Nilai pH untuk semua titik pemantauan berkisar 7.5 – 7.9, nilai ini

masih berada dalam range pH yang dipersyaratkan dalam baku mutu yaitu 6–9.

Konsentrasi TSS pada pemantauan ini berkisar 1.48 di bagian hulu dan bagian

tengah, serta di bagian hilir 36 mg/L. Nilai ini masih dalam batas baku mutu yang

dipersyaratkan yaitu 50 mg/L. Sementara itu nilai TDS berkisar 1.05 mg/L di bagian hulu

dan tengah dan 80,5 mg/L di bagain hilir. Nilai TDS ini masih di bawah baku mutu 1000

mg/L.

Konsentrasi BOD terdeteksi di semua titik pemantauan berkisar 5.06 – 6,32 mg/L,

BOD tertinggi berada di lokasi bagian, namun secara keseluruhan nilai ini sudah melebihi

baku mutu yang dipersyaratkan yaitu 3 mg/L. Nilai COD terdeteksi disemua titik berkisar

Page 53: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 32 -

antara 12,64 – 15,80 mg/L, nilai ini masih berada dibawah baku mutu yang dipersyaratkan

yaitu maksimal 25 mg/L.

Kadar nitrat terdeteksi di semua titik pemantauan berkisar 0,48 – 0,59 mg/L. Nilai

ini masih berada dibawah baku mutu yang dipersyaratkan yaitu 10 mg/L. Nilai nitrat

tertinggi di lokasi bagian hilir yaitu 10 mg/L. Konsentrasi nitrit disemua titik <0,01 mg/L,

masih berada di bawah baku mutu yang dipersyaratkan yaitu 0,06 mg/L.

Kadar Merkuri yang terdeteksi pada semua titik masih berada dibawah baku yang

dipersyaratkan yaitu berkisar antara <0,001 mg/L dengan baku mutu 0,002 mg/L. Kadar

sianida terdeteksi <0,01 mg/L di semua titik, masih dibawah baku mutu 0,02 mg/L.

Hal perlu kajian lebih lanjut mengingat di hulu sungai Bone terdapat kegiatan

Pertambangan Emas Tanpa Ijin (PETI) yang menggunakan merkuri dan sianida. Limbah

pengolahan bijih emas langsung dibuang ke aliran Sungai Bone.

Timbal yang terdeteksi berkisar antara 34,90 mg/L dibagian hulu, <0,01 mg/L,

dibagian tengah, dan <0,03 mg/L dibagain hilir. Nilai timbal pada bagian hulu berada

diatas baku mutu, sedangkan nilai pada bagian tengah dan hilir masih berada dibawah baku

mutu yang dipersyaratkan yaitu 0,01 mg/L.

Coliform yang terdeteksi disemua titik berkisar antara 460.000 – >2.400.000

MPN/100 mL, nilai tersebut sudah berada diatas baku mutu yang dipersyaratkan dengan

baku mutu 5.000 MPN/100 mL. Sedangkan Coli Tinja yang terdeteksi disemua titik

pemantauan adalah 90 - 4.300 MPN/100 mL. Nilai Coli Tinja tertinggi pada titik

pemantauan bagian hulu yaitu 4.300 MPN/100 mL dan sudah berada diatas baku mutu yang

dipersyaratkan yaitu 1000 MPN/100ml. Sedangkan pada titik pantau bagian tengah dan

bagian hilir justru lebih rendah yaitu 90 MPN/100 mL. Hal ini perlu penelitian lebih lanjut

karena dari hasil pemantauan 80% masyarakat yang berada di bantaran Sungai Bone tidak

memiliki Sarana Pembuangan Tinja sehingga pada umumnya masyarakat membuang

tinjanya langsung ke sungai.

Status Mutu Air Sungai Bone

Status mutu air Sungai Bone pada bagian Hulu, Tengah, dan Hilir pada pemantauan

tahun 2011 disajikan pada Table 2.7.

Page 54: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 33 -

Gambar 2.13 Sungai Buladu

Table 2.7. Status Mutu Air Sungai Bone

 

No 

 

Lokasi Sampling 

Status Mutu Air Sungai 

Kelas 1 Kelas 2 

1  Bagian Hulu  CEMAR RINGAN  CEMAR RINGAN 

2  Bagian Tengah  CEMAR RINGAN  CEMAR RINGAN 

3  Bagian Hilir  CEMAR RINGAN  CEMAR RINGAN 

Sumber: Balihristi, 2011 

c. Sungai Buladu

Sungai Buladu melewati Desa Buladu dan

Desa Hulawa Kecamatan Sumalata Kabupaten

Gorontalo Utara dengan panjang 13,7 km.

Sungai ini termasuk tipe subsekuen-permanen

dengan bentuk (V). Sungai Buladu mengalir dari

arah selatan ke utara serta bermuara di Teluk

Sumalata. Sungai Buladu merupakan sumber air

bagi masyarakat di Desa Buladu dan sekitarnya.

Sungai Buladu berfungsi sebagai area konservasi

yang dikelola untuk mempertahankan kondisi

lingkungan Daerah Aliran Sungai agar tidak terdegradasi. Wilayah ini menyimpan air dengan

tutupan vegetasi lahan yang memadai. Bagi masyarakat di Kecamatan Sumalata, Sungai

Buladu bermanfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, kebutuhan pertanian, air bersih,

serta perikanan.

Dalam penelitian tahun 2001 dilaporkan bahwa jenis flora yang terdapat di

kawasan Sungai Buladu berupa kayu-kayuan, rotan, dan tanaman budidaya. Jenis-jenis

kayu memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi seperti, kayu cempaka, besi, kayu merah,

meranti dan nantu. Penebangan yang tidak terkontrol dari pohon tersebut dapat

mengakibatkan penurunan nilai dari segi konservasi maupun potensi pengembangan.

Page 55: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 34 -

Sungai ini termasuk tipe subsekuen-permanen dengan bentuk (V). Kondisi

sempadan sering terjadi erosi. Sungai Buladu mengalir dari arah barat ke timur serta

bermuara di Teluk Sumalata. Sungai ini selain mengalirkan air dari arah Utara, juga

menerima debit tambahan dari beberapa anak-anak sungai. Sungai Buladu mempunyai

kedalaman mencapai 50 cm pada bagian hulu dan bagian hilir 30 cm, lebar sungai bagian

hulu 12 m dan bagian hilir 16,8 m. Kecepatan arus 0,64 m/detik bagian hulu dan 0,29

m/detik bagian hilir

Kondisi sempadan Sungai Buladu pada Bagian hulu dalam kondisi sehat, arus air

cukup deras, memungkinkan terjadinya infiltrasi, ruang gerak secara lateral serta aliran

dasar sungai relatif stabil. Sebaliknya, pada bagian Tengah dan Hilir kondisi sempadan

sungai tidak sehat, tebing sungai rapuh, kondisi penampang sungai melebar, erosi relatif

horisontal dan sering terjadinya Chanel bar yang cukup luas sehingga berpotensi terjadinya

banjir.

Kualitas Air Sungai Buladu

Kualitas air Sungai Buladu Bagian Hulu tidak memenuhi syarat karena beberapa

parameter sudah melebihi baku mutu yang dipersyaratkan. Untuk mutu air kelas dua,

parameter yang melampaui baku mutu adalah kadar TSS = 148 mg/l dengan baku mutu 50

mg/l, BOD = 15,36 mg/l dengan baku mutu 3 mg/l, COD = 34.8 mg/L dengan baku mutu 25

mg/L dan kadar raksa = 0.0054/100 mg/L dengan baku mutu 0.002 mg/L. Kadar Merkuri

(Hg) perlu dikaji secara mendalam karena adanya kegiatan Pertambangan Emas Tanpa Ijin

(PETI) di sekitar sungai tersebut yang sudah dilakukan sejak zaman penjajahan Belanda.

Gambar 2.14. Peta Sungai Buladu

Page 56: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 35 -

Kualitas air Sungai Buladu Bagian Tengah juga sudah tidak memenuhi syarat karena

beberapa parameter sudah melebihi baku mutu yang ditetapkan. Untuk mutu air kelas dua,

parameter yang melampaui baku mutu adalah kadar TSS = 614 mg/l dengan baku mutu 50

mg/l, BOD = 6,96 mg/l dengan baku mutu 3 mg/l, dan kadar raksa = 0.0058/100 mg/L

dengan baku mutu 0.002 mg/L.

Sementara itu kualitas air Sungai Buladu Bagian Hilir tidak memenuhi syarat karena

beberapa parameter sudah melebihi baku mutu yang ditetapkan. Untuk mutu air kelas dua,

parameter yang melampaui baku mutu adalah kadar TSS = 59 mg/l dengan baku mutu 50

mg/l, BOD = 6,96 mg/l dengan baku mutu 3 mg/l, dan kadar raksa = 0.007/100 mg/L

dengan baku mutu 0.002 mg/L.

Parameter lingkungan lainnya seperti TDS, NO3, NH3, dan Timbal masih dibawah

baku mutu masing-masing. Demikian juga dengan jumlah bakteri coli tinja yang berkisar 20

– 400 dengan baku mutu 1000 /100 ml. sedangkan total coli di bagian tengah sudah

melampaui dengan jumlah 6000 /100 ml dengan baku mutu 5000/100 mL.

Nilai pH untuk semua titik pemantauan berkisar 7.59 – 7.88, nilai ini masih berada

dalam kisaran pH yang dipersyaratkan dalam baku mutu yaitu 6 – 9. Konsentrasi TDS

berkisar 40 – 70 mg/L, nilai ini masih berada dibawah baku mutu yang dipersyaratkan yaitu

1000 mg/L.

Konsentrasi DO terdeteksi di semua titik pemantauan berkisar 6.7 – 7 mg/L. Ini

masih bagus karena baku mutu minimal DO untuk kelas dua adalah 4.

Status Mutu Air

Tabel 2.8 Status Mutu Air Sungai Buladu

 

No 

 

Lokasi Sampling 

Status Mutu Air Sungai 

Kelas 1  Kelas 2 

1  Bagian Hulu  CEMAR RINGAN CEMAR RINGAN 

2  Bagian Tengah  CEMAR RINGAN  CEMAR RINGAN 

3  Bagian Hilir  CEMAR RINGAN  CEMAR RINGAN 

Sumber: Balihristi, 2012

Page 57: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 36 -

Status mutu air Sungai Buladu pada bagian Hulu, Tengah dan Hilir pada pemantauan

tahun 2012, berdasarkan hasil perhitungan Status mutu air Sungai Buladu dengan

menggunakan Metode Indeks Pencemaran didapatkan Nilai Indeks Pencemaran seperti pada

Tabel 2.8.

Sungai Buladu terletak di wilayah Kabupaten Gorontalo Utara dan bermuara di Laut

Sulawesi. Sungai ini telah mengalami sedimentasi akibat berbagai kegiatan di segmen hulu

seperti peladangan yang berpindah-pindah, padatnya pemukiman di daerah sempadan

sungai menyebabkan peningkatan volume limbah domestik ke sungai melalui aliran

permukaan. Di sekitar Sempadan Sungai Buladu terdapat pemukiman penduduk dan

kegiatan Pertambangan Emas Tanpa Ijin (PETI) Buladu yang limbahnya masuk ke Sungai

Buladu dan bermuara ke Laut Sulawesi. Masyarakat yang tinggal di bantaran Sungai Buladu

pada umumnya adalah masyarakat penambang dari berbagai wilayah di Provinsi Gorontalo

dan bahkan berasal dari luar Gorontalo, seperti Makassar, Sulawesi Tengah dan Sulawesi

Tenggara. Masyarakat di sekitar Sungai Buladu langsung membuang limbah rumah tangga

dan limbah hasil proses pengolahan emas ke Sungai Buladu. Hal ini akan berakibat

terhadap penurunan kualitas air sungai terutama pada peningkatan kadar Hg, BOD, TSS,

dan Colifom.

Permasalahan yang sering terjadi di Sungai Buladu adalah pembuangan limbah cair

pertambangan emas tanpa izin, sedimentasi, erosi serta masalah sampah. Tumpukan

sampah pada bagian hulu disebabkan oleh sisa-sisa kayu penebangan dan tumbang

sedangkan pada bagian hilir sampah bersumber dari Limbah Domestik (kertas, plastik,

botol, besi, sisa-sisa makanan, dan lain sebagainya). Kondisi bantaran di sepanjang sungai

Buladu mengalami degradasi berat, kondisi fisik air Sungai Buladu bagian tengah sampai ke

hilir sepanjang hari kondisinya keruh akibat logam merkuri (Hg), erosi dan limbah

domestik. Untuk mengatasi permasalahan ini maka beberapa langkah yang dapat dilakukan

:

Penanaman pohon di daerah bantaran sungai,

Melakukan sosialisasi di masyarakat pentingnya kelestarian sungai,

Memberdayakan masyarakat dalam pengawasan kawasan hutan serta

Menindak tegas pengambilan kayu secara illegal

Page 58: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 37 -

d. Sungai Taluduyunu

Sungai Taluduyunu melewati Kota Marisa Kabupaten Pohuwato. Sungai ini termasuk

pada tipe subsekuen yang bersifat Permanen berbentuk (U lebar) sampai (U) dengan pola

aliran (Orientasi di Peta). Kondisi fisik Sungai Taluduyunu mempunyai tingkat kedalaman

pada bagian hulu dan hilir mencapai 100 cm, lebar sungai bagian hulu 90 m dan bagian hilir

40 m.

Gambar 2.15. Peta Sungai Taluduyunu

Kondisi sempadan sungai

pada bagian hulu sangat lebar,

endapan pasir dan batu di tengah

sungai serta potongan pohon yang

tumbang banyak ditemui di bagian

hulu sungai. Kondisi aliran dasar

sungai relatif tidak stabil, tebing di

sisi luar sempadan tidak terlindung

dari pengikisan dan erosi. Pada

bagian tengah kondisi sempadan sungai mempunyai batas yang jelas. Sempadan

dipergunakan sebagai lahan perkebunan di sisi luar sempadan terlindung dari pengikisan

dan erosi. Tebing relatif kuat karena ditunjang oleh vegetasi yang cukup lebat, sempadan

sungai dipakai sebagai pemukiman, erosi relatif horisontal, hanya sedikit terjadi endapan

pada badan bagian pinggir sungai. Pada bagian hilir lebar sempadan tidak memadai

terjadinya infiltrasi sehingga berpotensi banjir, tebing di sisi luar sempadan tidak

terlindung dari pengikisan dan erosi. Tebing relatif rapuh fungsi sempadan tidak dapat

berjalan dengan baik.

Kualitas Air Sungai Taluduyunu

Berdasarkan pemantauan tahun 2012 kualitas air Sungai Taluduyunu Bagian Hulu

tidak memenuhi syarat karena beberapa parameter sudah melebihi baku mutu yang

dipersyaratkan. Untuk mutu air kelas dua, parameter yang melampaui baku mutu adalah

kadar BOD = 9,94 mg/l dengan baku mutu 3 mg/l, kadar raksa = 0.0862 mg/L dengan baku

mutu 0.002 mg/L, Coli tinja = 1100 MPN/100mL dengan baku mutu 1.000/100 ml, dan

Total Coliform = 70.000 MPN/100 mL dengan baku mutu 5.000/100 ml.

Page 59: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 38 -

Kualitas air Sungai Taluduyunu Bagian Tengah juga sudah tidak memenuhi syarat

karena beberapa parameter sudah melebihi baku mutu yang ditetapkan. Untuk mutu air

kelas dua, parameter yang melampaui baku mutu adalah kadar COD = 26.1 mg/l dengan

baku mutu 25 mg/l, BOD = 10,44 mg/l dengan baku mutu 3 mg/l, dan Total Coliform =

33000 MPN/100 mL dengan baku mutu 5.000 MPN /100 ml.

Sementara itu kualitas air Sungai Taluduyunu Bagian Hilir tidak memenuhi syarat

karena beberapa parameter sudah melebihi baku mutu yang ditetapkan. Untuk mutu air

kelas dua, parameter yang melampaui baku mutu adalah kadar TSS = 1596 mg/l dengan

baku mutu 50 mg/l, BOD = 15.36 mg/l dengan baku mutu 3 mg/l, COD = 34.8 mg/l dengan

baku mutu 25 mg/l, dan kadar raksa = 0.0944 mg/L dengan baku mutu 0.002 mg/L. Coli

tinja = 26000 MPN/100mL dengan baku mutu 1.000/100 ml, dan Total Coliform = 110.000

MPN/100 mL dengan baku mutu 5.000/100 ml.

Parameter lingkungan lainnya seperti TDS, NO3, NH3, dan Timbal masih dibawah baku

mutu masing-masing. Nilai pH untuk semua titik pemantauan berkisar 7. 9 – 8.07, nilai ini

masih berada dalam kisaran pH yang dipersyaratkan dalam baku mutu yaitu 6 – 9.

Konsentrasi TDS berkisar 45.8 – 90 mg/L, nilai ini masih berada dibawah baku mutu yang

dipersyaratkan yaitu 1000 mg/L. Konsentrasi DO terdeteksi di semua titik pemantauan

berkisar 5.4 – 5.6 mg/L. Ini masih baik karena baku mutu minimal DO untuk kelas dua

adalah 4.

Status Mutu Air

Table 2.9. Status Mutu Air Sungai Taluduyunu

 

No 

 

Lokasi Sampling 

Status Mutu Air Sungai 

Kelas 1  Kelas 2 

1  Bagian Hulu  CEMAR SEDANG  CEMAR SEDANG 

2  Bagian Tengah CEMAR RINGAN CEMAR RINGAN 

3  Bagian Hilir  CEMAR SEDANG  CEMAR SEDANG 

Sumber: Balihristi, 2012

Page 60: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 39 -

Status mutu air Sungai Taluduyunu pada bagian Hulu, Tengah dan Hilir pada

pemantauan tahun 2012, berdasarkan hasil perhitungan Status mutu air Sungai Taluduyunu

dengan menggunakan Metode Indeks Pencemaran didapatkan Nilai Indeks Pencemaran

seperti pada tabel 2.10.

Sungai Taluduyunu terletak di wilayah Kabupaten Pohuwato dan bermuara di Teluk

Tomini. Sungai ini telah mengalami sedimentasi akibat berbagai kegiatan di segmen hulu

seperti peladangan yang berpindah-pindah, padatnya pemukiman di daerah sempadan

sungai menyebabkan peningkatan volume limbah domestik ke sungai melalui aliran

permukaan. Di sekitar Sempadan Sungai Taluduyunu terdapat pemukiman penduduk dan

kegiatan Pertambangan Emas Tanpa Ijin (PETI) Taluduyunu yang limbahnya masuk ke badan

sungai. Masyarakat di sekitar langsung membuang limbah rumah tangga dan limbah hasil

proses pengolahan emas ke Sungai Taluduyunu. Hal ini akan berakibat terhadap penurunan

kualitas air sungai terutama pada peningkatan kadar Hg, BOD, TSS, dan Colifom.

e. Sungai Bolango

Sungai Bolango memiliki panjang 43 km, mengalir di DAS Bolango seluas 31.946,7 ha.

Sungai ini berhulu di Kabupaten Bone Bolango, melintasi batas Kabupaten Gorontalo dan

bermuara di Kota Gorontalo. Menurut data pengukuran tahun 2009 debit maksimum Sungai

Bolango tercatat 100 m3/detik. Sedangkan debit minimum 0 – 32,3 m3/detik. Sungai ini

menjadi sumber air baku PDAM dan untuk irigasi di Kabupaten Bone Bolango, Kabupaten

Gorontalo, dan Kota Gorontalo.

Kualitas Air Sungai Bolango

Berdasarkan pemantauan tahun 2012 kualitas air Sungai Bolango Bagian Hulu tidak

memenuhi syarat karena beberapa parameter sudah melebihi baku mutu yang

dipersyaratkan. Untuk mutu air kelas dua, parameter yang melampaui baku mutu adalah

kadar TDS = 3150 mg/l dengan baku mutu 1000 mg/l, kadar COD = 26.6 mg/L dengan baku

mutu 25 mg/L, dan Coli tinja = 1600 MPN/100mL dengan baku mutu 1.000 MPN/100 ml.

Sedangkan kadar DO = 3.33 mg/l juga sudah melewati persyaratan dengan baku mutu

minimal 4 mg/l.

Kualitas air Sungai Bolango Bagian Tengah juga sudah tidak memenuhi syarat karena

beberapa parameter sudah melebihi baku mutu yang ditetapkan. Untuk mutu air kelas dua,

parameter yang melampaui baku mutu adalah kadar TDS = 3030 mg/l dengan baku mutu

Page 61: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 40 -

1000 mg/l, dan Total Coliform = 120.000 MPN/100 mL dengan baku mutu 5.000 MPN /100

ml. Sedangkan kadar DO = 2.96 mg/l juga sudah melewati persyaratan dengan baku mutu

minimal 4 mg/l.

Sementara itu kualitas air Sungai Bolango Bagian Hilir tidak memenuhi syarat

karena beberapa parameter sudah melebihi baku mutu yang ditetapkan. Untuk mutu air

kelas dua, parameter yang melampaui baku mutu adalah kadar TDS = 3000 mg/l dengan

baku mutu 50 mg/l, dan Total Coliform = 120.000 MPN/100 mL dengan baku mutu

5.000/100 ml. Sedangkan kadar DO = 2.87 mg/l juga sudah melewati persyaratan dengan

baku mutu minimal 4 mg/l.

Parameter lingkungan lainnya seperti TSS, NO3, NH3, Raksa, dan Timbal masih dibawah

baku mutu masing-masing. Nilai pH untuk semua titik pemantauan berkisar 7.97, nilai ini

masih berada dalam kisaran pH yang dipersyaratkan dalam baku mutu yaitu 6 – 9.

Konsentrasi TSS berkisar 12.5 mg/L, nilai ini masih berada dibawah baku mutu yang

dipersyaratkan yaitu 50 mg/L.

Kadar raksa 0.0005 mg/L masih dibawah baku mutu 0,002 mg/L untuk air kelas dua. Ini

menunjukkan kegiatan yang menggunakan merkuri di hulu sungai seperti penambangan

emas belum signifikan.

Status Mutu Air

Status mutu air Sungai Bolango pada bagian Hulu, Tengah dan Hilir pada

pemantauan tahun 2012, berdasarkan hasil perhitungan Status mutu air Sungai Bolango

dengan menggunakan Metode Indeks Pencemaran didapatkan Nilai Indeks Pencemaran

seperti pada Tabel 2.10.

Table 2.10 Status Mutu Air Sungai Bolango

 

No 

 

Lokasi Sampling 

Status Mutu Air Sungai 

Kelas 1  Kelas 2 

1  Bagian Hulu  CEMAR RINGAN CEMAR RINGAN 

2  Bagian Tengah  CEMAR RINGAN  CEMAR RINGAN 

3  Bagian Hilir  CEMAR RINGAN  CEMAR RINGAN 

Sumber: Balihristi, 2012

Page 62: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 41 -

Sungai Bolango bermuara di Teluk Tomini. Sungai ini telah mengalami sedimentasi

akibat berbagai kegiatan di segmen hulu seperti peladangan yang berpindah-pindah dan

padatnya pemukiman di daerah sempadan sungai. Masyarakat di sekitar langsung

membuang limbah rumah tangga ke Sungai. Hal ini akan berakibat terhadap penurunan

kualitas air sungai pada peningkatan kadar TDS dan Colifom dan penurunan DO.

f. Danau Limboto

Perairan danau merupakan kekayaan alam yang tidak hanya memiliki peran fungsional

bagi kawasan dan penduduk disekitarnya. Keindahan serta fenomena alam yang ada

padanya menjadi aset bagi kawasan itu sendiri. Demikian pula halnya dengan Danau

Limboto bagi Provinsi Gorontalo menjadi bagian yang tak terpisahkan dari detak kehidupan

sekelilingnya. Danau ini dikelilingi oleh 6 (enam) kecamatan yaitu: Kecamatan Limboto,

Telaga, Telaga Biru, Batuda’a, Tabongo, dan Kota Barat yang merupakan wilayah Kota

Gorontalo. Danau ini merupakan muara dari 23 sungai, empat diantaranya yang utama

yaitu: Sungai Alo, Sungai Daena, Sungai Bionga dan Sungai Molalahu.

Gambar 2.16. Danau Limboto, foto udara.Tampak eceng gondok menutupi permukaan

Danau Limboto terletak di DAS Sungai Bone Bolango yang terhampar pada ketinggian

4,5 m di atas permukaan laut (dpl) dengan luas ± 3000 ha berdasarkan penelitian tahun

2002. Pada tahun 1962 luas Danau Limboto sebesar 4.250 ha. Ini merupakan sebuah

degradasi ekosistem yang sangat memprihatinkan.

Page 63: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 42 -

Table 2.11 Luas dan Kedalaman Danau Limboto

Tahun Luas (ha) Kedalaman (m)

1932 8.000 30

1970 4.500 15

2003 3.054,8 4

2010 2.537,2 2-2,5

Perubahan kondisi Danau Limboto saat ini terlihat karena setiap tahun terjadi

penyusutan luas dan pendangkalan terutama disebabkan kurangnya air yang tertahan dan

sedimentasi akibat penggundulan hutan di bagian hulu. Tekanan pertumbuhan penduduk di

sekitar danau juga ikut mempercepat seperti illegal logging, penimbunan sampah, dan

illegal fishing.

Tabel 2.12. Luas dan Volum air Danau Limboto menurut elevasi.

Elevasi (m dpl) A (Ha) V (m3)

6 5,121 135,581,261

5.5 4,677 111,102,966

5 4,262 88,739,959

4.5 4,051 67,955,765

4 3,826 48,233,932

3.5 2,926 31,215,321

3.2 2,308 23,404,283

3 1,963 19,120,778

2.5 1,503 10,443,549

2 929 4,283,709

1.5 385 900,497

Page 64: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 43 -

Dalam kurun tahun 1930 sampai 20010 rata-rata Danau Limboto mengalami

pendangkalan sebesar 35 cm/tahun. Sedangkan rata-rata penyusutan luas sekitar 70

ha/tahun.

Gambar 2.17. Peta Batimetri Danau Limboto

Penyusutan luas dan pendangkalan fisik Danau Limboto juga menyebabkan terjadinya

penurunan populasi dan jenis biota perairan danau. Tahun 1977 produksi tangkapan

sebesar 2.960 ton dan tahun 2007 produksi tangkapan tinggal sebesar 616 ton. Ini sama

dengan penurunan produksi tangkapan sampai 2.344 ton atau 79,19% dalam kurun waktu

20 tahun. Sedangkan produksi perikanan Danau Limboto tahun 2010 tercatat sebesar 457

ton.

Berbagai aktivitas masyarakat di sekitar dan di dalam kawasan danau juga

mengancam dan memperburuk kelestarian fungsi danau. Perkembangan terakhir

menunjukkan sebagian wilayah permukaan danau sudah ditempati oleh masyarakat.

Okupasi yang dilakukan dikawasan Danau Limboto sampai saat ini:

1. Okupasi tanah timbul oleh masyarakat

- Sawah 637 ha

- Ladang 329 ha

- Perkampungan 1.272 ha

Page 65: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 44 -

- Lainnya 42 ha

2. Okupasi badan air meliputi:

- Luas areal Bibilo sekitar 131 ha

- Luas areal Karamba sekitar 51.531 m2

- Jumlah karamba sebanyak 2.559 buah, dengan ukuran 5 x 5 m2

Penyebaran Eceng Gondok

Luas sebaran eceng gondok sudah mencapai sekitar 30 - 40% dari luasan danau. Eceng

gondok terdapat hampir di semua bagian danau. Konsentrasi terbesar berada dibagian

tengah. Penyebaran eceng gondok dan jenis tanaman mengapung lainnya sangat

dipengaruhi oleh musim angin. Eceng gondok akan bergerak dari Barat-Utara ke Timur dan

Selatan.

Hasil Pemantauan kualitas air Danau Limboto yang dilakukan oleh PUSARPEDAL tahun

2010 memperlihatkan jumlah oksigen terlarut atau DO berkisar 2,76 - 5,08 mg/L dan baku

mutu 3 mg/L. Kadar BOD berkisar 1,5 – 3,2 mg/L dengan baku mutu 3 mg/L. Sedangkan

sulfida 0,015 - 0,031 mg/L dengan baku mutu 0,002 mg/L.

 

Gambar 2.18. Peta Peyebaran Eceng Gondok di Danau Limboto (Sumber: Balihristi, 2008)

Page 66: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 45 -

Gambar 2.19 Pengerukan Danau Limboto (atas) Kondisi bagian danau sebelum pengerukan,

(bawah)lokasi yang sama setelah pengerukan.

Berbagai upaya dilakukan untuk melestrikan Danau Limboto. Diantaranya:

1. Pembersihan Danau Limboto yang melibatkan masyarakat di sekitar danau dan

aparat TNI.

2. Pelatihan Pengolahan Pupuk Organik di Desa Timoto Kec. Telaga.

Page 67: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 46 -

3. Pelatihan pembuatan kerajinan dari batang eceng gondok di Desa Iluta.

4. Pelepasan Ikan Koan untuk memakan eceng gondok.

5. Pelatihan pemanfaatan sedimen danau untuk batu bata bagi masyarakat sekitar

danau.

6. Pengerukan sedimen danau.

Sejak tahun 2012 Pemerintah Provinsi Gorontalo bekerjasama dengan Pemerintah

Pusat telah memulai upaya pengerukan sedimentasi Danau Limboto. Sampai tahun 2013

pengerjaan dilakukan pada area utara danau yang berbatasan dengan Pentadio Resort.

Pengerukan yang diupayakan sedalam tiga meter. Pinggir danau akan dibatasi dengan

tanggul sekaligus sebagai jalan melingkar yang akan menjadi batas danau sehingga okupasi

oleh penduduk kedalam danau selama ini bisa dihentikan.

2. Sumberdaya Air Tanah

Mengacu pada Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Sumberdaya Air Sulawesi

Utara (1999), potensi air tanah Provinsi Gorontalo dibagi dalam dua kawasan, yaitu

kawasan DAS Bolango-Bone dan kawasan Paguyaman-Randangan.

2.1. Daerah Aliran Sungai Bolango-Bone

Kawasan ini tertutup oleh endapan aluvium, memiliki permukaan air tanah dangkal

dan akifernya tergolong produktif sedang (debit sumur 10 L/detik). Air tanah di kawasan

ini tidak terpengaruh oleh pergantian musim tahunan. Namun, rusaknya kawasan resapan

air hujan diprediksi akan mereduksi derajat infiltrasi air, karena terjadi penyumbatan pori-

pori lapisan tanah bagian atas.

2.2. Daerah Aliran Sungai Paguyaman-Randangan

Kawasan ini terdiri dari formasi batuan gunung api (lava, lahar, tufa, breksi) dan

batuan sedimen lepas atau setengah padu (kerikil, pasir, dan lempung). Akifernya memiliki

produktivitas yang tergolong rendah, bahkan di beberapa tempat tidak terdapat air tanah

terutama di daerah hilir dan hulu, sedangkan di daerah muara menghasilkan air payau.

Page 68: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 47 -

D. UDARA

Pekembangan daerah Propinsi Gorontalo memberikan pengaruh terhadap kondisi

udara berupa pencemaran. Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi

fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan

manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak

properti.

Masalah pencemaran udara yaitu kualitas udara yang tidak dapat memenuhi kualitas

udara yang dipersyaratkan. Dalam mencapai kualitas udara yang diinginkan, perlu

dilakukan upaya-upaya pengendalian pencemaran udara, salah satunya melalui pengukuran

dan pemantauan terhadap kualitas udara.

Pemantauan kualitas udara pada Bulan April tahun 2011 menunjukkan bahwa kualitas

udara di Provinsi Gorontalo tergolong baik karena masih berada di bawah baku mutu udara

yang dipersyaratkan (Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Baku Mutu Udara

Ambien Nasional). Parameter yang diukur dalam pemantauan tersebut adalah empat

parameter yaitu CO, SO2, NO2, dan O3. Pemantauan tersebut dilaksanakan pada setiap

kabupaten yang mewakili tiga lokasi penting meliputi jalur transportasi, perkantoran, dan

permukiman. Untuk Kota Gorontalo dilakukan pada empat titik pantau dengan tambahan

pusat perekonomian.

Tabel 2.13. Parameter Pengukuran Udara di Provinsi Gorontalo

No  Parameter  Lama 

Pengukuran 

Baku Mutu  Metode 

1  CO  1 jam  30.000 g/m3  NDIR 

2  SO2  1 jam 900 g/m3  Pararosanilin 

3  NO2  1 jam  400 g/m3  Zalman 

4  O3  1 jam  235 g/m3  Chemiluiminescent 

Sumber: Balihristi, 2011

Data-data hasil pengukuran di yang dilakukan oleh BALIHRISTI Provinsi Gorontalo dan

Balai Teknologi Kesehatan Lingkungan (BTKL) Manado yang dilakukan di 6 Kabupaten/Kota

di Provinsi Gorontalo ditampilkan berikut ini.

Page 69: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 48 -

Kabupaten Pohuwato

Kualitas udara ambien di Kabupaten Pohuwato menunjukkan bahwa secara umum masih

memenuhi syarat karena semua parameter yang diukur masih dibawah bakumutu udara

ambient nasional.

Tabel 2.14. Kualitas Udara di Titik Pantau Kab. Pohuwato

No  Parameter  Baku Mutu Titik Pantau 

    Kantor 

Bupati 

Jl . Trans. 

Sulawesi  

Terminal 

Marisa 

1  SO2  900 g/m3    39  52  38 

2  CO  30.000 g/m3  7.706 10.112 8.420 

3  NO2  400 g/m3  38,6  26,9  38,2 

4  O3  235 g/m3  58  78  46 

Sumber: Balihristi Provinsi Gorontalo, 2011

Kualitas udara ambien di Kabupaten Pohuwato menunjukkan bahwa secara umum

masih memenuhi syarat karena semua parameter yang diukur masih dibawah bakumutu

udara ambient nasional. Konsentrasi SO2 berkisar 38 – 62 g/m3 dengan baku mutu 900

g/m3. Kadar CO yang terukur 6,742-10,112 g/m3. Nilai ini masih dibawah baku mutu

30.000 g/m3. Kadar NO2 terukur antara 26,9-38,6 g/m3. Sedangkan konsentrasi ozon, O3

antara 46 – 78 g/m3. Dari ketiga titik pantau, Jl. Trans Sulawesi memiliki nilai tertinggi

untuk dua parameter yaitu CO dan O3.

 

Kabupaten Boalemo

Kualitas udara ambien di Kabupaten Boalemo diperlihatkan dalam tabel.

Konsentrasi SO2 berkisar 28 – 78 g/m3 dengan baku mutu 900 g/m3. Kadar CO yang

terukur 6,742-14,448 g/m3. Nilai ini masih dibawah baku mutu 30.000 g/m3. Kadar NO2

terukur antara 42,69-63,3 g/m3. Sedangkan konsentrasi ozon, O3 antara 58 – 117 g/m3.

Dari ketiga titik pantau, Jl. Trans Sulawesi di Desa Lamu memiliki nilai tertinggi untuk tiga

parameter yaitu CO, SO2 dan NO2. Secara umum masih memenuhi syarat karena semua

parameter yang diukur masih dibawah baku mutu udara ambien nasional.

Page 70: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 49 -

Tabel 2.15. Kualitas Udara di Titik Pantau Kab. Boalemo

No  Parameter  Baku Mutu  Titik Pantau 

      Kantor 

Bupati 

Jl . Trans. 

Sulawesi  

Terminal 

Tilamuta 

1  SO2  900 g/m3 33 78 28 

2  CO  30.000 g/m3 9.151  14.448  6.742 

3  NO2  400 g/m3 42,6  63,3  48,1 

4  O3  235 g/m3 117 58 53 

Sumber: Balihristi Provinsi Gorontalo, 2011

Kabupaten Bone Bolango

Hasil pemantauan kualitas udara Kabupaten Bone Bolango disajikan dalam tabel.

Tabel 2.16 Kualitas Udara di Titik Pantau Kab. Bone Bolango

No  Parameter  Baku Mutu  Titik Pantau 

      Kantor 

Bupati 

Desa 

Oluhuta 

Desa Bubeya 

1  SO2  900 g/m3 26 52 27 

2  CO  30.000 g/m3 10.836  8.228  8.428 

3  NO2  400 g/m3 43,9  24,22  17,9 

4  O3  235 g/m3 39 97 78 

Sumber: Balihristi Provinsi Gorontalo, 2011

Konsentrasi SO2 berkisar 26 – 52 g/m3 dengan baku mutu 900 g/m3. Kadar CO

yang terukur 8.228 - 10.836 g/m3. Nilai ini masih dibawah baku mutu 30.000 g/m3. Kadar

NO2 terukur antara 17,9 - 43,9 g/m3. Sedangkan konsentrasi ozon, O3 antara 39 – 97

g/m3. Dari ketiga titik pantau, Desa Oluhuta sebagai wakil pemukiman memiliki nilai

tertinggi untuk dua parameter yaitu SO2 dan O3. Dua parameter lain tertinggi di Kantor

bupati Bone Bolango. Tingginya parameter SO2 dan O3 di desa Oluhuta karena pemukiman

Page 71: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 50 -

ini berada di jalur transportasi paling ramai di Bone Bolango bahkan lebih ramai daripada

Desa Bubeya. Sedangkan tingginya parameter NO2 dan CO di Kantor Bupati Bone Bolango

perlu diteliti lebih jauh karena di kompleks ini jarang perumahan dan berada di jalur

transportasi yang tidak sibuk. Secara umum kualitas udara ambien di Kabupaten Bone

Bolengo masih memenuhi syarat.

Kabupaten Gorontalo

Hasil pemantauan kualitas udara Kabupaten Gorontalo disajikan dalam tabel 2.16.

Konsentrasi SO2 berkisar 45 – 97 g/m3 dengan baku mutu 900 g/m3. Kadar CO yang

terukur 9.873 - 14.936 g/m3. Nilai ini masih dibawah baku mutu 30.000 g/m3. Kadar NO2

terukur antara 21,6 - 74,4 g/m3. Sedangkan konsentrasi ozon, O3 antara 58 – 78 g/m3.

Dari ketiga titik pantau, Shopping Center sebagai wakil pusat perbelanjaan memiliki nilai

tertinggi untuk dua parameter yaitu SO2 dan NO2. Dua parameter lain tertinggi di Jl. Raya

Limboto.

Tabel 2.17 Kualitas Udara di Titik Pantau Kab. Gorontalo

No  Parameter  Baku Mutu  Titik Pantau 

      Kantor 

BLH 

Shopping 

Center 

Jl. Raya 

Limboto 

1  SO2  900 g/m3  45 97 84 

2  CO  30.000 g/m3  9.873  9.873  14.936 

3  NO2  400 g/m3  21,6  74,4  27,5 

4  O3  235 g/m3  58 73 78 

Sumber: Balihristi Provinsi Gorontalo, 2011

Tingginya parameter SO2 dan NO2 di Shopping Center karena pusat perekonomian

yang merupakan pasar utama di Kota Limboto. Disamping itu di Shopping Center

bersebelahan dengan Terminal Limboto. Sedangkan tingginya parameter CO dan O3 di Jl.

Raya Limboto karena merupakan jalur transportasi yang paling sibuk di Kota Limboto.

Page 72: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 51 -

Secara umum kualitas udara ambien di Kabupaten Gorontalo masih memenuhi syarat

kualitas udara ambien.

Kabupaten Gorontalo Utara

Hasil pemantauan kualitas udara Kabupaten Gorontalo Utara disajikan dalam tabel 2.17.

Konsentrasi SO2 terukur berkisar 38 – 62 g/m3 dengan baku mutu 900 g/m3. Kadar CO

yang terukur 6.020 – 8.420 g/m3. Nilai ini masih dibawah baku mutu 30.000 g/m3. Kadar

NO2 terukur antara 14,2 - 38,6 g/m3. Sedangkan konsentrasi ozon, O3 antara 46 – 58

g/m3. Kantor BLH memiliki tiga parameter dengan nilai tertinggi, yaitu SO2, NO2 dan O3.

Sedangkan kadar CO tertinggi ditemukan di Jl. Raya Molingkapoto yang memrupakan jalur

Jl. Trans Sulawesi.

Tabel 2.18. Kualitas Udara di Titik Pantau Kab. Gorontalo Utara

No  Parameter  Baku Mutu Titik Pantau 

      Kantor 

BLH 

Perum 

Molingkapoto 

Jl. Molingkapoto

1  SO2  900 g/m3 62  49  38 

2  CO  30.000 g/m3 6.742 6.020 8.420 

3  NO2  400 g/m3 38,6  14,2  38,2 

4  O3  235 g/m3 58  58  46 

 

Kota Gorontalo

Hasil pemantauan kualitas udara ambien pada 4 (empat) titik di Kota Gorontalo

menunjukkan bahwa kualitas udara ambient masih memenuhi syarat karena 4 (empat)

parameter yang diukur masih berada dibawah baku mutu yang dipersyaratkan. Konsentrasi

SO2 berkisar 22 – 45 g/m3 dengan baku mutu 900 g/m3. Kadar CO yang terukur 4.216 -

19.265 g/m3. Nilai ini masih dibawah baku mutu 30.000 g/m3. Kadar NO2 terukur antara

16,8 – 21,6 g/m3. Sedangkan konsentrasi ozon, O3 antara 36 – 78 g/m3. Dari ketiga titik

Page 73: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 52 -

pantau, Pasar Sentral memiliki nilai tertinggi untuk semua parameter baik SO2, CO, NO2

dan O3.

Tingginya semua nilai parameter di Pasar Sentral Kota Gorontalo karena

merupakan salah pusat perdagangan yang paling sibuk dan berdekatan dengan terminal

Angkutan Kota. Pasar Sentral juga dilewati jalan yang ramai dilalui kendaraan. Sedangkan

kompleks Kantor Walikota memiliki nilai tertinggi yang sama dengan pasar Sentral untuk

dua parameter, yaitu parameter NO2 dan SO2. Secara umum kualitas udara ambien di Kota

Gorontalo masih berada dibawah baku mutu sehingga masih memenuhi syarat.

Tabel 2.19. Kualitas Udara di Titik Pantau Kota Gorontalo 2011

No Parameter Baku Mutu

Titik Pantau

Kantor Walikota

Pemukiman Awara

Pasar Sentral

Terminal 1942

1 SO2 900 g/m3

45 22 45 42

2 CO 30.000 g/m3

9.873 4.216 19.265 8.226

3 NO2 400 g/m3

21,6 16,8 21,6 18,4

4 O3 235 g/m3

58 36 97 39

Sumber: Balihristi Provinsi Gorontalo, 2011

Page 74: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 53 -

E. LAUT, PESISIR DAN PANTAI

Wilayah Provinsi Gorontalo memiliki dua wilayah pesisir pantai, yaitu pesisir selatan

yang mengahadap perairan Teluk Tomini dan pesisir utara menghadap ke perairan Laut

Sulawesi. Pantai utara memiliki panjang garis 217.7 km dan pantai selatan memiliki

panjang garis pantai 438.1 km.

 

Gambar 2.20. Peta sebaran terumbu karang di Perairan Provinsi Gorontalo

Sumber: Peta Sebaran Terumbu Karang, Bakosurtanal 2009

Salah satu potensi pesisir di Provinsi Gorontalo adalah terumbu karang. Sumberdaya

pesisir ini diperkirakan berada dalam ambang kerusakan. Tingkat kerusakan diperkirakan

mencapai 40%. Apabila tidak dilakukan tindakan konservasi secepatnya maka kerusakan

akan semakin meluas. Terumbu karang di bagian selatan Provinsi Gorontalo yang berada di

Teluk Tomini terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu terumbu karang tepian (fringing reef) dan

terumbu karang cincin (atol).

Tabel 2.20. Kondisi Terumbu Karang di Provinsi Gorontalo

No.  Lokasi Terumbu Karang  Kondisi Tutupan 

Karang (%) 

1.  Payunga  30 – 40 

2.  Saronde  30 – 50 

3.  Pulau Dulupi  50 – 70 

Page 75: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 54 -

4.  Pulau Asiangi  50 – 80 

5.  Pulau Lamua Daa 50 – 80

6.  Pulau Raja 50 – 80

7.  Pulau Popaya 50 – 80

8.  Teluk Kwandang 10 ‐20

9.  TPI Tilamuta  10 

10.  Torsiaje  10 

11.  Pantai Massa  15 ‐30 

12.  Taman Laut Olele  58 

Sumber: Balihristi, 2009 

Terumbu karang di bagian tengah mencakup wilayah di selatan Boliohuto kemudian

sebelah selatan Paguat hingga sebelah selatan Marisa. Jenis terumbu karang terdiri atas

terumbu karang tepian (fringing reef), baik yang berada di tepian daratan (Pulau Sulawesi)

maupun di pulau-pulau. Terumbu karang tepian daratan tersebar di sepanjang pantai

selatan daratan Pulau Sulawesi.

Terumbu karang tepian terdapat hampir di semua pulau-pulau (lito) yaitu: Batade,

Dulupi, Lahengo, Wulungiyo Ombulo, Wulungiyo Tambe, Wulungiyo Olikani, Libuiyo

Tilamuta, Mohupombo Daa, Mohupombo Kiki, Molopinggulo, Lipo Biato, Montuli, Bitila,

Puntu, Pomolia Kiki, Pomolia Daa, Lolahe, Taludahe, Dulawono, Tomelo. Di setiap pulau

selain terumbu karang terdapat pula pasir yang cukup luas sedangkan lamun relatif sedikit.

Secara umum kondisi terumbu karang di wilayah ini relatif masih baik.

Terumbu karang di bagian barat mencakup wilayah di selatan Wulungiyo Wonggarasi

kemudian sebelah selatan Lemito hingga sebelah selatan Wulungiyo Alumbanga. Terumbu

karang tepian (fringing reef), terdapat di tepian daratan (Pulau Sulawesi) dan di pulau-

pulau. Terumbu karang tepian daratan tersebar di selatan Wonggarasi hingga di selatan

Yiliyala.

Terumbu karang tepian pulau terdapat hampir di semua pulau (lito) yaitu: Limboku

Kiki, Monji Kiki, Banggo Daa, Banggo Kiki, Puntu Daa, Molioto, Olinggobe, Imama,

Keakease, Samauna, Huliahedaa, Payata, Lamua Kiki, Lamua Daa, Dudepo, Pasigiogo,

Paniki, Ulipan, Putia, Ngeo, Burung, Maraati, dan Pajongge Daa. Disetiap pulau selain

Page 76: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 55 -

terumbu karang terdapat pula pasir yang cukup luas dan lamun relatif sedikit. Secara

umum kondisi terumbu karang di wilayah ini juga relatif masih baik.

 

Gambar 2.21. Kondisi terumbu karang Teluk Tomini di Provinsi Gorontalo

Kondisi terumbu karang di sekitar pulau-pulau masih relatif baik dibandingkan

dengan di daerah pesisir yang berdekatan dengan massar daratan utama. Kondisi karang di

Pulau Payunga dan Pulau Saronde misalnya, menunjukkan kondisi karang yang termasuk

sedang dengan tingkat penutupan karang hidup berkisar 30-60%.

Kondisi karang di teluk Kwandang tingkat sedimentasinya relatif cukup tinggi. Hal

ini menunjukkan nilai penutupan karang hidup yang relatif rendah sekitar 10-20%.

Terumbu Karang di Laut Sulawesi

Terumbu karang di Bagian Utara Provinsi Gorontalo yaitu yang berada di Laut

Sulawesi terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu terumbu karang tepian (fringing reef) dan

terumbu karang cincin (atol).

Terumbu karang di bagian timur mencakup wilayah sekitar Pelabuhan Kwandang.

Jenis terumbu karang yaitu terumbu karang tepian (fringing reef). Terumbu karang

tersebar di pantai pulau-pulau yang ada di sebelah utara Pelabuhan Kwandang maupun di

Page 77: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 56 -

sepanjang pantai daratan Pulau Sulawesi. Terumbu karang antara lain terdapat di pulau-

pulau (lito): Botubotuo, Limboso-1, Limboso 2, Kamposo, Manggala, Bohu, Otilade,

Saaronde, Bogisa, Mohinggito, Huliahu Daa, Huliahu Bunggu, dan Huha. Selain terumbu

karang terdapat pula material pasir dalam sebaran sedang dan lamun (seagrass) dalam

sebaran relatif sedikit.

Berdasarkan sebaran pasir yang merupakan pecahan karang yang hanya sedang,

maka diperkirakan kondisi terumbu karang di wilayah ini relatif sedang hingga baik.

Table 2.21 Status Mutu Air Laut di Perairan Terumbu Karang

di Kawasan Teluk Tomini Tahun 2008

Titik Pantau  Lokasi  Status Mutu Air 

Nilai IP  Ket 

TPK 2 

 

TPK 3 

Desa Bajo Tilamuta Kab. 

Boalemo 

Pantai Wisata Olele Kab. 

Bone Bolango 

6,3576

 

 

8,03 

Cemar Sedang 

 

Cemar Sedang 

Sumber: Hasil perhitungan status mutu air sesuai dengan pedoman yang tercantum dalam keputusan MENLH No.115 tahun 2003

Terumbu karang di utara bagian barat mencakup wilayah di utara Bolontio Barat.

Jenis terumbu karang terdiri atas terumbu karang tepian dan terumbu karang cincin.

Terumbu karang tepian tersebar di sepanjang pantai daratan Pulau Sulawesi dalam luasan

relatif sempit. Adapun terumbu karang cincin (atol) dijumpai jauh dari pantai sebanyak 2

buah. Material pasir yang cukup luas terdapat di sekitar atol tersebut, sedangkan lamun

(seagrass) dalam jumlah relatif sedikit. Di sekitar karang dekat dengan pantai hampir tidak

terdapat lamun. Hal ini karena laut di sekitar pantai tersebut cukup curam dan dalam.

Secara umum kondisi terumbu karang di wilayah utara bagian barat ini relatif masih baik.

Page 78: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 57 -

Hutan Mangrove

Kondisi ekosistem mangrove mengalami nasib yang sama dengan terumbu karang.

Pengamatan penutupan tajuk dan kerapatan pohon mangrove di beberapa lokasi

pemantauaan di Gorontalo menunjukkan kondisi hutan mangrove mengalami perusakan.

Sebagian dari wilayah Provinsi Gorontalo diarahkan untuk kawasan hutan mangrove.

Kawasan hutan mangrove ditetapkan berdasarkan penyebaran hutan mangrove saat ini

ditambah dengan areal-areal yang dinilai baik ditumbuhi mangrove. Tahun 2010,

berdasarkan SK Menhut No 325 Tahun 2010 Hutan Mangrove di Provinsi Gorontalo seluas

13.645 ha. Hasil pengamatan ini menunjukkan bahwa pantai selatan Provinsi Gorontalo

masih memiliki kondisi hutan mangrove yang relatif baik, dimana jenis yang paling

dominan adalah xylocarpus sp dan Rhizopora mucronata. Berdasarakan hasil kajian

kerapatan jenis untuk tingkat pohon adalah 10.294 ind/ha. Jenis-jenis mangrove lainnya

yang ditemukan adalah Ceriops, Brugeria gymnorhiza, Excocaria, Rhizopora stylosa,

Rhizopora apiculata, Avicennia marina, dan Avicennia alba. Plot kawasan hutan mangrove

ini selain dikaitkan dengan kebutuhan konservasi dan sejalan dengan rencana

pengembangan tambak. Kawasan hutan mangrove terutama menyebar di wilayah pantai

selatan Kabupaten Boalemo seluas 2.412 ha, di Kabupaten Pohuwato 7.786 ha dan sebagian

di pantai Utara Kabupaten Gorontalo seluas 3.447 ha. Luas total area hutan mangrove di

seluruh Gorontalo sekitar 13.645 ha. Kawasan mangrove ini sangat penting untuk

mendukung pengembangan perikanan tambak yang akan menjadi salah satu andalan

Tabel 2.22. Status Kondisi Hutan Mangrove Teluk Tomini di Provinsi Gorontalo 2008.

Page 79: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 58 -

perekonomian Provinsi Gorontalo. Kawasan mangrove ini juga diperlukan untuk menjaga

kelestarian potensi wilayah pantai dan meredam proses abrasi pantai. Kondisi mangrove di

daerah Kwandang masih relatif baik khususnya pada kawasan green belt, walaupun

sebagian telah dibabat menjadi tambak. Masyarakat setempat juga masih memanfaatkan

pohon bakau sebagai bahan bangunan untuk rumah, pagar dan juga digunakan sebagai kayu

bakar. Beberapa daerah seperti di Kecamatan Anggrek, masyarakat juga telah mencoba

untuk melakukan penanaman magrove dari jenis Rhizopora apiculata untuk mereboisasi

kawasan pesisir yang dulu mangrovenya telah dibabat. Dampak aktivitas pembangunan di

kawasan pantai utara ini perlu diantisipasi agar tidak selalu mengorbankan ekosistem

pesisir yang ada.

Di Kecamatan Tilamuta, kondisi sebagian besar mangrove yang masih tersisa masih

dalam kondisi baik, walaupun sudah mengalami pembabatan pada beberapa daerah. Jenis

yang paling dominan adalah jenis Rhizophora mucronata, yang secara nyata melindungi

kawasan pantai dari hempasan gelombang yang kemungkinan menyebabkan abrasi.

Kondisi mangrove di Torsiaje juga masih relatif baik khususnya pada kawasan green

belt, walaupun sebagian telah dibabat menjadi tambak. Masyarakat setempat juga masih

memanfaatkan pohon bakau sebagai bahan bangunan untuk rumah, pagar dan juga

digunakan sebagai kayu bakar.

Table 2.23. Status Mutu Air Laut di Perairan Ekosistem Mangrove di Kawasan Teluk Tomini

2008

Titik Pantau  Lokasi Status Mutu Air 

Nilai IP  Ket 

TPM 5 

 

TPM 6 

Desa Lamu Botumoito Kab. 

Boalemo 

Desa Bajo Torosiaje Kab. 

Pohuwato 

6,96638 

 

7,0592 

Cemar Sedang 

 

Cemar Sedang 

Sumber: Hasil perhitungan status mutu air sesuai dengan pedoman yang tercantum dalam keputusan MENLH No.115 tahun 2003

Page 80: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 59 -

Kondisi mangrove di Pantai Utara juga sebagian masih relatif baik, namun

pembukaan tambak nampaknya semakin meluas dan perlu segera diatur dengan kebijakan

yang ketat agar tidak menyebabkan kerusakan yang semakin parah. Jenis manggrove yang

dominan di pantai utara adalah Rhizophora apiculata dan Aegiceras corniculatum.

Beberapa daerah seperti di Kecamatan Anggrek, masyarakat juga telah mencoba untuk

melakukan penanaman magrove dari jenis Rhizopora apiculata untuk mereboisasi kawasan

pesisir yang dulu mangrovenya telah dibabat.

Dampak aktivitas pembangunan di kawasan pantai utara ini perlu diantisipasi agar

tidak selalu mengorbankan ekosistem pesisir yang ada.

Padang Lamun

Padang lamun adalah ekosistem khas laut dangkal di perairan hangat dengan dasar

pasir dan didominasi tumbuhan lamun, sekelompok tumbuhan anggota bangsa Alismatales

yang beradaptasi di air asin. Padang lamun hanya dapat terbentuk pada perairan laut

dangkal (kurang dari tiga meter) namun dasarnya tidak pernah terbuka dari perairan

(selalu tergenang). Ia dapat dianggap sebagai ekosistem antara ekosostem mangrove dan

terumbu karang.

Lamun (sea grass) adalah tumbuhan berbunga yang telah menyesuaikan diri hidup di

bawah permukaan air laut. Lamun tumbuh tegak, berdaun tipis yang bentuknya seperti

pita dan berakar jalar. Tunas-tunas tumbuh dari rhizoma, yaitu bagian rumput yang

tumbuh menjalar di bawah permukaan dasar laut.

Secara umum, kondisi pada lamun di Provinsi Gorontalo masih tergolong cukup baik,

terutama di daerah pulau-pulau dimana kondisi kualitas airnya masih relatif baik. Misalnya

di Pulau Payunga dan Pulau Saronde, ditemukan ada beberapa jenis vegetasi lamun yang

termasuk dalam kondisi yang sangat baik, yang pada umumnya didominasi oleh Enhalus dan

Thallasia. Di Pulau Saronde juga ditemukan jenis Cymodocea serrulata.

Di Desa Bajo dan di Desa Torsiaje ditemukan padang lamun dalam bentuk hamparan

yang cukup luas dengan kerapatan yang masih relatif baik. Namun demikian pada lokasi

seperti teluk di Kwandang dan sekitar TPI Tilamuta kondisi padang lamunnya sudah

termasuk kategori jelek dengan kepadatan rendah. Suspensi parikel-partikel yang cukup

tinggi di perairan pada kawasan ini bukan hanya mengurangi tingkat kecerahan perairan,

Page 81: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 60 -

tetapi juga secara langsung menutupi permukaan daun vegetasi lamun sehingga

menyebabkan lamun tersebut mengalami kematian atau tidak bisa berkembang dengan

baik.

Table 2.24. Status Mutu Air Laut di Perairan Padang Lamun di Kawasan Teluk Tomini 2008

Titik Pantau  Lokasi  Status Mutu Air 

Nilai IP Ket 

TPL 2 

 

TPL 3 

Desa Bajo Tilamuta Kab. 

Boalemo 

 

Pantai Wisata Bolihutuo 

Kab. Boalemo 

6,7766 

 

6,552 

Cemar 

Sedang 

 

Cemar 

Sedang 

Sumber: Hasil perhitungan status mutu air sesuai dengan pedoman yang tercantum dalam keputusan MENLH No.115 tahun 2003

Status Mutu Air Laut Teluk Tomini

Kualitas lingkungan pesisir laut Teluk Tomini juga sangat dipengaruhi oleh kondisi

kualitas lingkungan DAS yang ada di sekitarnya. Hasil pemantauan kualitas air laut di

wilayah Teluk Tomini di Provinsi Gorontalo tahun 2008 menunjukkan bahwa Jumlah

Coliform total untuk lokasi Pelabuhan Kota Gorontalo sebesar 2500 MPN/100 mL, nilai

tersebut melebihi baku mutu Kep Men LH No. 51 tahun 2004 tentang Pengendalian

Pencemaran dan/atau Perusakan Laut untuk kualitas air laut untuk perairan pelabuhan

yaitu 1000 MPN/100 mL. Konsentrasi DO di lokasi Muara Sungai Bone, daerah wisata olele

dan di muara Sungai Paguyaman yaitu masing-masing 4,8 mg/L, 4,5 mg/L dan 4,5 mg/L,

tidak memenuhi baku mutu Kep Men LH No. 51 tahun 2004 tentang Pengendalian

Pencemaran dan/atau Perusakan Laut untuk kualitas air laut untuk wisata bahari yaitu > 5

mg/L. Konsentrasi BOD di masing-masing lokasi tersebut adalah 11,5 mg/L, 12,5 mg/L dan

10,5 mg/L, dimana nilai-nilai tersebut diatas baku mutu Kep Men LH No. 51 tahun 2004

tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut untuk kualitas air laut untuk

wisata bahari yaitu 10 mg/L.

Page 82: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 61 -

Kadar pH, warna, kekeruhan dan TSS untuk semua lokasi terdeteksi, dimana nilai

pH berkisar 7,5 – 7,8, warna 5,5 – 16,7, kekeruhan 2,5 – 3,8 dan TSS 17,5 – 19,5 mg/L,

tetapi nilai-nilai tersebut masih dibawah baku mutu yang dipersyaratkan (pH=6,5 – 8,5,

warna = 30 mg/L, kekeruhan = 5 dan TSS = 5 mg/L). Nilai TSS erat kaitannya dengan

kekeruhan, untuk lokasi titik 5 yang mempunyai nilai TSS tinggi (19,5 mg/L) ternyata

mempunyai nilai kekeruhan 3,8 NTU.

Kadar pH, warna, kekeruhan dan TSS untuk semua lokasi terdeteksi, dimana nilai pH

berkisar 7,5 – 7,8, warna 5,5 – 16,7, kekeruhan 2,5 – 3,8 dan TSS 17,5 – 19,5 mg/L, tetapi

nilai-nilai tersebut masih dibawah baku mutu yang dipersyaratkan (pH=6,5 – 8,5, warna =

30 mg/L, kekeruhan = 5 dan TSS = 5 mg/L). Nilai TSS erat kaitannya dengan kekeruhan,

untuk lokasi titik 5 yang mempunyai nilai TSS tinggi (19,5 mg/L) ternyata mempunyai nilai

kekeruhan 3,8 NTU.

Kadar pH, warna, kekeruhan dan TSS untuk semua lokasi terdeteksi, dimana nilai pH

berkisar 7,5 – 7,8, warna 5,5 – 16,7, kekeruhan 2,5 – 3,8 dan TSS 17,5 – 19,5 mg/L, tetapi

nilai-nilai tersebut masih dibawah baku mutu yang dipersyaratkan (pH=6,5 – 8,5, warna =

Gambar 2.22 Lokasi-Lokasi Pemantauan Kualitas Air Laut di Kawasan Pesisir Laut Teluk Tomini yang terdapat di Provinsi Gorontalo

Page 83: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 62 -

30 mg/L, kekeruhan = 5 dan TSS = 5 mg/L). Nilai TSS erat kaitannya dengan kekeruhan,

untuk lokasi titik 5 yang mempunyai nilai TSS tinggi (19,5 mg/L) ternyata mempunyai nilai

kekeruhan 3,8 NTU.

Table 2.25. Status Mutu Air Laut di Perairan Kawasan Pelabuhan

di Kawasan Teluk Tomini Tahun 2008

Titik 

Pantau 

Lokasi Status Mutu Air 

Nilai IP  Ket 

TPP 2 

 

TPP 3 

Pelabuhan Kota 

gorontalo  

 

Pelabuhan TPI 

Tilamuta Kab. Boalemo 

1,6439 

 

1,9481 

Cemar Ringan 

 

Cemar Ringan 

Sumber: Hasil perhitungan status mutu air sesuai dengan pedoman yang tercantum dalam keputusan MENLH No.115 tahun 2003

Konsentrasi DO dan BOD di semua lokasi di daerah wisata bahari terdeteksi. Kadar

DO terendah dan BOD 5 tertinggi adalah di lokasi titik 3, 4 dan 5 dengan kadar DO berkisar

antara 4.5 mg/L sampai 4.8 mg/L dan kadar BOD 5 berkisar antara 10.5 mg/L sampai 12.5

mg/L.

Table 2.26. Status Mutu Air Laut di Perairan Wisata Bahari

di Kawasan Teluk Tomini Tahun 2008

Titik 

Pantau 

Lokasi  Status Mutu Air 

Nilai IP Ket 

TPW 2 

 

TPW 3 

Pantai Wisata Olele Kab. 

Bone Bolango  

Pantai Wisata Bolihutuo 

Kab. Boalemo 

6,3265 

 

6,356 

Cemar Sedang 

 

Cemar Sedang 

Sumber:  Hasil  perhitungan  status mutu  air  sesuai  dengan  pedoman 

yang tercantum dalam keputusan MENLH No.115 tahun 2003

Page 84: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 63 -

Gambar 2.23. Suhu rata-rata bulanan di Provinsi Gorontalo 2012 (Sumber: Stasiun Meteorologi Bandara Jalaludin, 2013)

26.6 26.6

26.927.1

27.4

26.8

26.3

27.1 27.1

27.6

27.227.0

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

Suhu udara rata‐rata bulanan di Provinsi Gorontalo tahun 2012

Suhu (°C)

Konsentrasi DO untuk lokasi tersebut tidak memenuhi persyaratan baku mutu yaitu

> 5 mg/L dan konsentrasi BOD untuk ke 3 lokasi tersebut diatas baku mutu yang

dipersyaratkan yaitu 10 mg/L.

F. IKLIM

Untuk kepentingan pengembangan wilayah, semua faktor iklim, khususnya hujan,

suhu, angin dan kelembaban udara, adalah penting. Iklim memberi implikasi signifikan

pada perumusan kebijakan alokasi penggunaan ruang, misalnya dalam penentuan kawasan

lindung dan budidaya serta kebijakan pengelolaan sumberdaya alam. Untuk kabupaten-

kabupaten di Provinsi Gorontalo, kebijakan pengelolaan sumberdaya air, misalnya, adalah

aspek yang harus mendapat prioritas tinggi. Jika hasil optimal dan berkesinambungan

hendak dicapai, rumusan kebijakan ini harus menjadi dasar bagi arah pengembangan

wilayah.

Berdasarkan peta iklim Oldeman dan Darmiyati, Provinsi Gorontalo secara rata-rata

beriklim yang relatif kering. Wilayah terkering (iklim E2 dengan rata-rata kurang dari 3

bulan per tahun bercurah hujan lebih dari 200 mm) meliputi seluruh kawasan pantai

selatan Kabupaten Boalemo dan sebagian Kota Gorontalo. Sementara, wilayah yang relatif

lebih basah (iklim C1 dan C2, dengan 5 sampai 6 bulan basah per tahun) ditemukan di

sepanjang wilayah Utara Provinsi Gorontalo.

Menurut klasifikasi iklim yang dikemukakan Schmidt Fergusson diperoleh nilai Q

(perbandingan rata-rata bulan kering dengan bulan basah) sebesar 25 % sehingga daerah ini

termasuk tipe iklim B yaitu beriklim basah.

 

Page 85: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 64 -

Gambar 2.23. Curah hujan di Provinsi Gorontalo 2012 (Sumber: Stasiun Meteorologi Bandara Jalaludin)

109130

67

159

116

205244

107

46

154

412

27

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

Curah Hujan di Provinsi Gorontalo tahun 2012 

Curah hujan (mm)

Berdasarkan data pada Stasiun Bandara Jalaludin suhu udara rata-rata bulanan di

Provinsi Gorontalo dalam tahun 2012 berkisar antara 26,3 - 27, °C. Bulan Juli adalah bulan

yang mengalami suhu rata-rata lebih paling rendah dibanding bulan lainnya. Suhu rata-rata

tertinggi pada bulan Oktober. Suhu minimum terjadi di bulan Februari yaitu 22,2 °C.

Sedangkan suhu maksimum terjadi di bulan Agustus mencapai 34,2°C.

Curah hujan bulanan rata-rata selama tahun 2012 berkisar antara 27 – 244 mm.

Curah hujan tertinggi terdapat di bulan Juli yaitu 244 mm dan terendah pada bulan

Desember sebanyak 27 mm. Sedangkan jumlah hari hujan terbanyak ada pada bulan

Februari sebanyak 24 hari. Kelembaban udara di Gorontalo termasuk tinggi. Rata-rata

kelembaban pada tahun 2012 mencapai 82,58 persen.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Stasiun Meteorologi Jalaludin Gorontalo,

curah hujan untuk periode 5 (lima) tahun terakhir, yaitu dari tahun 2005 hingga 2009

berkisar antara 1.226 – 2.289mm/tahun, dengan hari hujan per tahun berkisar 157 – 248

hari hujan, dengan rata-rata curah hujan 126,5 mm/tahun dan 15 hari hujan.

 

 

 

 

Page 86: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 65 -

G.BENCANA ALAM

Wilayah Gorontalo rentan terhadap bencana banjir. Pembukaan areal hutan yang dan

perubahan fungsi lahan meningkatkan intensitas banjir. Perubahan bulan musim hujan dan

lama waktu musim hujan memberikan pengaruh pada bencana banjir.

1. Bencana Banjir

Dampak yang ditimbulkan akibat banjir adalah rusaknya sarana infrastruktur daerah

sehingga menyebabkan saluran distribusi mengalami kendala. Masyarakat menderita

penyakit bawaan air, kehilangan harta, kelaparan, dan hilangnya tempat berteduh.

Bahkan, banjir di Gorontalo sudah merenggut korban jiwa.

Kerugian akibat banjir ini merupakan biaya lingkungan dan sosial mahal yang harus

ditanggung masyarakat akibat kesalahan tata ruang yang kian parah. Sedangkan pasca

banjir bagi daerah yang terkena banjir seperti wabah penyakit dan rusaknya fasilitas umum

serta terkendalanya pendidikan.

Gambar 2.24. Peta daerah rawan banjir di Provinsi Gorontalo. (Sumber: RTRW Prov.

Gorontalo 2010-2030)

Page 87: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 66 -

Gambar 2.26. Rumah dan lahan terendam banjir di Limboto.

Setelah banjir reda, bukan tidak mungkin berbagai penyakit menular akan

menjangkiti masyarakat seperti demam berdarah, malaria dan diare," pasca banjir

biasanya banyak genangan air di lingkungan tempat tinggal masyarakat yang dapat menjadi

sarang nyamuk menyebarkan penyakit.

Musibah banjir tidak hanya dialami oleh para korban yang rumahnya terendam

banjir, warga yang rumahnya tidak terendam juga mengalami dampaknya. Di antaranya

pemadaman listrik, tidak tersedianya air bersih, dan terbatasnya pasokan makanan. Hal itu

terutama dialami oleh warga di seputar banjir.

Bencana banjir yang mulai sering terjadi adalah banjir bandang. Hujan lebat bebera

jam saja bisa mendatangkan banjir dengan membawa lumpur dan bahkan batang kayu. Hal

ini terjadi karena maraknya illegal logging dan perambahan hutan di hulu daerah aliran

sungai. Kemampuan tanah dalam menahan air saat musim hujan berkurang sehingga bila

terjadi hujan, air kurang meresap ke dalam tanah. Tanah yang sudah mengikat air biasanya

ditahan oleh akar-akar pohon sehingga tidak ikut mengalir bersama air permukaan ke hilir.

Karena kayu sudah ditebangi maka tanah yang mengandung air ini ikut meluncur ke hilir.

Tanah bercampur air menuruni lereng membentuk aliran berlumpur. Makin ke hilir makin

semakin besar sehingga bisa menimbulkan bencana saat melewati kawasan pemukiman.

  Selama tahun 2012

Wilayah Provinsi Gorontalo

mengalami 36 kali bencana

banjir. Kejadian banjir yang

terbanyak terjadi di Kabupaten

Bone Bolango dan Kabupaten

Gorontalo, yakni masing-

masing sembilan kali.

Sedangkan daerah yang paling

sedikit mengalami kejadian

banjir adalah Kabupaten

Pohuwato dan Kota Gorontalo,

yaitu masing-masing tiga kali.

Kalau dilihat dari waktu

kejadian, bulan yang paling

banyak terjadi banjir adalah bulan Januari, Maret dan Mei, masing-masing enam kejadian.

Bulan yang tidak terjadi bencana banjir adalah bulan Agustus, September, dan Oktober.

Page 88: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 67 -

Gambar 2.28. Anak-anak bermain di depan rumah saat banjir di Sungai Bolango

Banjir yang terjadi dalam bulan Januari 2012 sebanyak enam kejadian berupa banjir

bandang. Banjir melanda Kecamatan Anggrek di Gorontalo utara pada tanggal 15 Januari

merendam 56 rumah dan 224 jiwa. Pada tanggal 21 Januari banjir bandang melanda

Kecamatan Paguat di Kabupaten Pohuwato merendam 762 rumah dan 3.173 jiwa. Pada hari

yang sama banjir bandang juga melanda Kecamatan Mananggu, Botumoito, dan Tilamuta di

Kabupaten Boalemo mengakibatkan 1.145 rumah dan satu sekolah serta 4.410 jiwa

terendam.

Gambar 2.27 Jumlah kejadian banjir di Gorontalo menurut bulan selama tahun 2012

Kecamatan Limboto Barat di Kabupaten Gorontalo mengalami banjir bandang pada

tanggal 27 Januari mengakibatkan korban 799 rumah dan 2.674 jiwa terendam. Selain itu 6

sekolah satu tempat ibadah dan satu sarana kesehatan juga ikut digenangi air.

Pada tanggal 28 Januari 2012 Kecamatan Botumoito dan Tilamuta kembali dihantam

banjir bandang. Kali ini air

merendam 690 rumah dan 2760

jiwa. Keesokan harinya tanggal

29 Januari banjir melanda

Kecamatan Botupingge dan

Kecamatan Suwawa Selatan di

Kabupaten Bone Bolango

mengakibatkan 2 rumah dan 7

jiwa terendam.

0

2

4

6

8

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

Jumlah Kejadian Banjir di Gorontalo Tahun 2012

Jumlah kejadian

Page 89: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 68 -

Gambar 2.29. Korban banjir mengungsikan peralatan ke tempat yang kering.

Gambar 2.30. Korban banjir beristirahat di jalan yang lebih tinggi sambil mengharapkan bantuan orang yang

lewat.

Daerah perbukitan yang menjadi

area tangkapan air di hampir semua

tempat kejadian rata-rata telah banyak

terbuka. Pembukaan lahan sebagian

besar adalah untuk area penanaman

jagung. Sehingga saat hujan lebat turun

air lebih banyak mengalir di permukaan

dari pada diresapkan ke dalam tanah.

Curah air hujan yang tinggi dalam waktu

yang pendek pada daerah yang

tangkapan airnya sudah mulai banyak

terbuka akan menimbulkan banjir

bandang.

Bencana banjir pada bulan Februari

2012 terjadi tiga kejadian. Pertama

pada tanggal 20 Februari 2012 melanda Kecamatan Tolangohula, Kecamatan Boliyohuto,

dan Kecamatan Bilato di Kabupaten Gorontalo. Pada hari yang sama banjir juga melanda

Kecamatan Wonosari dan Kecamatan Paguyaman di Kabupaten Boalemo. Banjir di kelima

kecamatan ini diakibatkan curah hujan yang tinggi di daerah aliran sungai Paguyaman,

tempat kecamatan-

kecamatan ini berada.

Korban yang timbul di

Kabupaten Gorontalo adalah

607 rumah dan 2239 jiwa

serta satu sekolah dan satu

sarana kesehatan terendam.

Sedangkan Korban yang

timbul di kabupaten

Boalemo adalah 495 rumah

dan 1827 jiwa terendam.

Pada tanggal 27 Februari

2012 banjir melanda Kec.

Kwandang Kabupaten

Gorontalo utara. Korban

yang timbul sebanyak 113

Page 90: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 69 -

Gambar 2.31. Pengemudi bentor menuci bentor

rumah dan 452 jiwa terendam.

Banjir melanda tiga kecamatan di tiga kabupaten pada tanggal 2 Maret 2012. Wilayah

yang mengalami bencana adalah Kecamatan Kota Selatan di Kota Gorontalo dengan korban

492 rumah dan 800 jiwa terendam, Kecamatan Limboto di Kabupaten Gorontalo dengan

112 rumah dan 440 jiwa terendam, dan Kecamatan Bulango Utara di Kabupaten Bone

Bolango 110 rumah dan 445 jiwa terendam. Bangunan kantaor Polres Limboto ikut

digenangi banjir.

Banjir terjadi akibat curah hujan

yang tinggi di DAS Bulango. Empat

hari berikutnya tanggal 6 Maret 2012

giliran Kecamatan Tomilito

Kabupaten Gorontalo Utara dilanda

banjir. Banjir merendam 178

keluarga. Pada 11 Maret 2012 Sungai

Bone meluap merendam empat

kecamatan di Bone Bolango.

Keempat kecamatan itu adalah

Suwawa, Suwawa Timur,

Botupingge, dan Kabila. Pada

tanggal 28 Maret 2012 bencana

banjir bandang melanda Kecamatan Tolinggula dan Kecamatan Anggrek di Gorontalo Utara

merendam 1001 rumah, 1612 keluarga, dan 5080 jiwa.

Bencana banjir terjadi empat kali dalam bulan April. Tanggal 1 April 2012 Kecamatan

Wonosari di Boalemo dilanda banjir mengakibatkan 297 rumah, 344 keluarga, dan 1147

jiwa terendam. Pada tanggal 5 April 2012 banjir terjadi di Kecamatan Tomilito di

Gorontalo Utara dan Kecamatan Tibawa di Kabupaten Gorontalo. Korban yang ditimbulkan

sebanyak 2 rumah 3 keluarga 13 jiwa di Kecamatan Tomilito. Sedangkan korban di

Kecamatan Tibawa sebanyak 71 rumah 74 keluarga 214 jiwa. Pada tanggal 28 April 2012

Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo dilanda banjir dengan korban sebanyak 69

keluarga dan 243 jiwa.

Memasuki bulan Mei 2012 pada tanggal 1 Kecamatan Kota Barat di Kota Gorontalo

dilanda banjir . korban yang ditimbulkan sebanyak 5 keluarga dan 24 jiwa terendam. Pada

hari yang sama bajir juga melanda Kecamatan Botupingge di Bone Bolango. Keesokan

Page 91: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 70 -

Gambar 2.32. Pengguna jalan terpaksa berputar menghindari area banjir

harinya, tanggal 2 Mei 2012 di Kecamatan Paguat Kabupaten Pohuwato sebanyak 12

keluarga dan 39 jiwa terendam banjir. Hujan tanggal 4 Mei 2012 di Kecamatan Sumalata di

Gorontalo Utara menimbulkan banjir . Akibatnya 1 keluarga dan 6 jiwa terendam.

Esoknya, 5 Mei 2012, masih di Gorontalo Utara banjir melanda Kecamatan Sumalata Timur

dan Biawu. Banjir mengakibatkan 187 keluarga dan 711 jiwa terendam.

Banjir pada tanggal 6 Mei 2012

melanda Kecamatan Tolangohula,

Boliyohuto, dan Bilato Kabupaten

Gorontalo. Akibatnya 505 keluarga

dan 1886 jiwa terendam serta 32

jiwa terpaksa mengungsi. Tanggal

13 Mei 2012 Kecamatan Gentuma

di Gorontalo Utara mengalami

banjir sehingga 213 keluarga dan

848 jiwa terendam.

Sebulan kemudian pada tanggal

11 Juni 2012 Kecamatan Tilamuta,

Paguat, dan Botumoito di Boalemo dilanda banjir menimbulkan 867 keluarga dan 848 jiwa

terendam. Tanggal 24 Juni 2012 banjir melanda Kecamatan Bone Raya di Bone Bolango,

dengan korban 63 rumah dan 263 jiwa terendam serta 83 jiwa terpaksa mengungsi. Selain

itu banjir merusak tanggul sepanjang 1 Meter dan Jalan 10 Meter serta Lahan Kering 98 Ha

Dalam bulan Juli 2012 ada tiga kejadian banjir di Gorontalo. Pada tanggal 13 Juli 2012

banjir melanda Kecamatan Biluhu dan Tibawa Kabupaten Gorontalo. Korban yang

ditimbulan adalah 187 rumah, 443 keluarga, dan 1668 jiwa terendam, serta satu orang

meninggal.

Tanggal 19 Juli 2012 banjir melanda Kecamatan Suwawa Selatan, Suwawa Timur,

Botupingge, dan Kabila Bone di Bone Bolango. Banjir di Botupingge berupa banjir bandang

dan di Kabila Bone banjir disertai longsor. Kejadian di empat kecamatan ini menimbulkan

150 rumah dan 530 jiwa terendam. Berikutnya tanggal 22 Juli 2012 Kecamatan Bone di

Bone Bolango dilanda banjir mengakibatkan 97 rumah dan 391 jiwa terendam.

Selama bulan November 2012 tercata dua kali kejadian banjir berupa banjir bandang.

Pada tanggal 1 November 2012 banjir bandang melanda Kecamatan Limboto Barat

Page 92: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 71 -

Gambar 2.33. Sampah dibawa arus banjir menumpuk di jembatan

Kabupaten Gorontalo dan tangal 2 November 2012 melanda Kecamatan Randangan

Kabupaten Pohuwato. Tidak ada data korban yang timbul pada kedua bencana ini.

Pada bulan Desember 2012 bencana

banjir terjadi sebanyak empat kali.

Tanggal 13 Desember 2012 Kecamatan

Limboto, Limboto Barat, Telaga Biru,

Bongomeme, dan Tabongo Kabupaten

Gorontalo mengalami banjir

mengakibatkan 379 rumah dan 1292 jiwa

terendam. Tanggal 15 Desember 2012

banjir melanda Kecamatan Bulango Utara

dan Suwawa di Bone Bolango

mengakibatkan 211 rumah, 227 keluarga,

dan 1307 jiwa terendam. Sedangkan

sebanyak 1236 jiwa harus mengungsi.

Tanggal 29 Desember 2012 Kecamatan Suwawa Selatan di Bone Bolango dilanda banjir dan

mengakibatkan 47 rumah terendam dan 150 jiwa mengungsi. Banjir juga merendam 98 ha

area pertanian lahan kering. Banjir terakhir tahun 2012 terjadi tanggal 30 Desember 2012

melanda Kecamatan Kota Utara, Dumbo Raya, dan Kota Selatan di Kota Gorontalo. Banjir

kali ini merendam 481 rumah, 1368 keluarga, dan 4873 jiwa. Warga yang harus mengungsi

mencapai 227 orang.

Total korban yang ditimbulkan selama tahun 2012 akibat bencana banjir adalah 5.721

rumah, 12.221 keluarga dan 43.358 jiwa terendam. Warga yang terpaksa mengungsi

sebanyak 1.728 orang dan korban meninggal sebanyak 2 orang.

Bencana banjir di Gorontalo bisa terjadi dimana seluas 140.690 ha rawan banjir dan

3.399 sangat rawan. Sedangkan dari tingkat resiko akibat banjir maka 144.298 ha lahan

masuk kategori beresiko sedang dan 748 ha beresiko tinggi.

Bencana kebakaran hutan dan lahan yang dilaporkan terjadi di kabupaten Bone Bolango

seluas 5.3 ha pada tahun 2011. Sedangkan untuk bencana kekeringan tidak ada kejadian

yang signifikan dalam kurun waktu tahun 2012 hingga 2013.

Page 93: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

II- 72 -

2. Bencana Alam Selain Banjir

Bencana alam selain banjir yang terjadi selama tahun 2012 meliputi Kebakaran, Angin

puting beliung dan Tanah longsor. Pada tanggal 20 Maret 2012 di Tilamuta Kabupaten

Boalemo terjadi kebakaran menghanguskan 19 rumah. Korban yang timbul 24 keluarga dan

97 jiwa yang semuanya terpaksa mengungsi.

Bone Bolango mengalami bencana Angin puting beliung dan Tanah longsor. Bolango Selatan

dan Kabila Angin mengalami angin puting beliung merusak 6 rumah. Korban yang rumahnya

rusak sebanyak 7 keluarga dan 31 jiwa. Tanah Longsor terjadi di Kabila Bone pada 19 Juli

2012 tetapi tidak ada korban. Pada tanggal 15 Desember 2012 tanah longsor kembali

terjadi di Kecamatan Bulango Utara, Lomaya, Bulango Ulu menyebabkan satu rumah rusak.

Kabupaten Gorontalo dilanda bencana angin puting beliung dan Tanah longsor. Angin

puting beliung melanda Kecamatan Telaga Jaya 26 Maret 2012, merusak 1 rumah dan

menimbulkan korban 3 keluarga dan 6 jiwa tetapi tidak ada yang meninggal. Tanah Longsor

terjadi di Kecamatan Telaga tanpa ada korban.

Gorontalo Utara dilanda angin puting beliung dan kebakaran. Pada tanggal 26 Maret 2012

angin puting beliung terjadi di Kecamatan Tomilito. Kejadian ini menimbulkan 15 rumah

yang dihuni oleh 82 jiwa rusak. Tanggal 10 April 2012 kebakaran terjadi Kecamatan

Tomilito menghanguskan 2 rumah yang didiami oleh 6 orang penduduk. Kecamatan

Sumalata juga dilanda kebakaran pada tanggal 4 Mei 2012 menyebabkan 1 keluarga yang

terdiri dari 6 orang ruamahnya rusak.

Kota Gorontalo dilanda angin puting beliung dan kebakaran. Pada tanggal 26 Maret 2012

angin puting beliung melanda Kecamatan Sipatana merusak 59 rumah menyebabkan

kerugian bagi 72 keluarga yang beranggotakan 271 jiwa. Kota Tengah dilanda kebakaran

pada 14 Juli 2012 menghanguskan 6 rumah yang dihuni 9 keluarga beranggotakan 58 jiwa.

Sementara itu tidak terjadi bencana alam selain banjir di Kabupaten Pohuwato selama

tahun 2012.

  

 

Page 94: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

III- 1 -

BAB III

TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN

Manusia dijadikan Allah SWT sebagai khalifah atau pengelola di muka bumi ini.

Keberadaan manusia dalam kesahariannya tentu membutuhkan sumber daya dan sekaligus

akan menghasilkan karya cipta beserta dengan sisa-sisa barang dan energi lainnya yang

tidak terpakai. Semakin meningkat jumlah manusia semakin meningkat kebutuhan akan

sumber daya dalam suatu daerah. Atau dengan kata lain semakin besar tekanan yang

diberikan kepada lingkungan di tempat itu.

Pertumbuhan penduduk beserta peningkatan pembangunan di Gorontalo tentu juga

akan menimbulkan peningkatan tekanan terhadap lingkungan. Pemahaman tentang

tekanan penduduk Gorontalo dan aktivitasnya terhadap lingkungan sangat diperlukan agar

pengelolaan lingkungan yang tepat bisa direncanakan. Perencanaan yang tepat

mengarahkan kita dalam mengelola sumber daya alam yang terbatas untuk bisa lestari dan

berkelanjutan sampai kepada generasi yang akan datang.

A. KEPENDUDUKAN

Gorontalo didiami oleh beragam etnik atau suku bangsa. Suku utama adalah penduduk asli

suku Gorontalo. Suku lainnya adalah Bugis, Sangir, Minahasa, Bolaang Mongondow, Jawa,

Bali, Jawa-Tondano, Arab, dan Cina. Suku lain dalam jumlah yang relatif sedikit seperti

Ternate, Papua, Kendari, dan suku-suku dari Sumatera dan Kalimantan. Di daerah ini

terdapat suku terasing yang dinamakan orang Polahi.

Gambar 3.1. Rumah adat Gorontalo, Dulohupa. (a) tampak depan, (b) tampak samping.

Page 95: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

III- 2 -

Tabel 3.1. Jumlah Penduduk Gorontalo, Perumbuhan dan Kepadatannya menurut

Kabupaten/Kota tahun 2012.

No.  Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk (Jiwa) 

Pertumbuhan Penduduk (%) 

Kepadatan Penduduk (Jiwa/km2) 

1  Boalemo  136,269 2.68  78 

2  Bone Bolango  147,692 2.02  78 

3  Gorontalo  368,053 1.68  172 

4  Gorontalo Utara  108,079 1.88  50 

5  Gorontalo Kota  188,761 2.37  2862 

6  Pohuwato  135,338 2.53  30 

 Total  1,084,192 

  87 

Jumlah penduduk Gorontalo tahun 2012 adalah 1.084.192 jiwa. Bila dibandingkan

dengan provinsi lain maka Gorontalo memiliki penduduk yang nomor dua paling sedikit di

Indonesia setelah Papua Barat. Sebanyak 368,053 jiwa atau 33,9% penduduk tinggal di

Kabupaten Gorontalo, yang menjadi kabupaten berpenduduk terbesar. Sedangkan

penduduk yang paling sedikit tinggal di Kabupaten Gorontalo Utara.

Gambar 3.2. Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan menurut Kabupaten/Kota tahun 2012.

67,700

73,866

182,857

52,901

96,660

67,122

68,569

73,826

185,196

55,178

92,101

68,216

0 50,000 100,000 150,000 200,000

Boalemo

Bone Bolango

Gorontalo

Gorontalo Utara

Gorontalo Kota

Pohuwato

Laki‐Laki

Perempuan

Page 96: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

III- 3 -

Pertumbuhan penduduk Provinsi Gorontalo berkisar antara 1,68% sampai 2,68%.

Pertumbuhan tertinggi ada di Kabupaten Boalemo dan yang terendah di Kabupaten

Gorontalo. Daerah dengan penduduk yang paling padat ada di Kota Gorontalo, mencapai

2.862 orang per kilometerpersegi. Sedangkan penduduk paling jarang di Kabupaten

Pohuwato hanya 30 orang per kilometer persegi. Kalau dirata-rata maka Provinsi Gorontalo

memiliki kepadatan penduduk sekitar 87 orang per kilometer persegi.

Perbandingan penduduk di Kota Gorontalo dan Kabupaten Bone Bolango lebih

banyak perempuan sedangkan pada empat kabupaten lainnya lebih banyak penduduk laki-

laki. Kelebihan laki-laki terbanyak ada di Pohuwato mencapai 0.8%. sedangkan kelebihan

perempuan terbanyak terdapat di Kota Gorontalo mencapai 2,4%. Secara keseluruhan di

Provinsi Gorontalo terdapat kelebihan laki-laki sebanyak 0,81%.

Gambar 3.3. Piramida penduduk Gorontalo tahun 2012.

Dari piramida penduduk Gorontalo yang memperlihatkan penduduk menurut

kelompok umur dan jenis kelamin, tampak bahwa penduduk Gorontalo memiliki

pertumbuhan positif dengan kelompok usia muda terutama dibawah 20 tahunlebih banyak

dari kelompok usia tua.

Pendidikan menjadi perhatian utama pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota di

Gorontalo. Jumlah siswa tingkat dasar dan menengah terdaftar tahun 2012 sejumlah

250.187 murid. Ini sekitar 25% dari penduduk Provinsi Gorontalo. Siswa SD mencapai

152.234 murid, siswa SLTP 55.378 murid, dan SLTA 42.575 murid.

‐60000 ‐40000 ‐20000 0 20000 40000 60000

0 ‐ 4

5 ‐ 9

10 ‐ 14

15 ‐ 19

20 ‐ 24

25 ‐ 29

30 ‐ 34

35 ‐ 39

40 ‐ 44

45 ‐ 49

50 ‐ 54

55 ‐ 59

60 – 64

65 ‐ 69

70 ‐ 74

75 +

Laki‐laki Perempuan

Page 97: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

III- 4 -

Jumlah siswa setiap Kabupaten/Kota sebanding dengan jumlah penduduknya. Siswa

tingkat dasar dan menengah terbanyak ada di Kabupaten Gorontalo yaitu 33,5%. Siswa yang

paling sedikit ada di Kabupaten Gorontalo Utara.

Pendidikan tinggi di Gorontalo juga mengalami perkembangan. Saat ini ada

beberapa perguruan tinggi di Gorontalo diantaranya Universitas Negeri Gorontalo,

Universitas Gorontalo, Universitas Ichsan, Universitas Muhammadiyah Gorontalo, Sekolah

Tinggi Bina Taruna, Politeknik Gorontalo, dan Politeknik Kesehatan Gorontalo.

Gambar 3.4. Siswa SD menyeberangi sungai menuju sekolah di Dumbaya Bulan,

Bone Bolango.

Gambar 3.5. Suasana belajar di sebuah Sekolah Dasar.

Page 98: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

III- 5 -

Universitas Negeri Gorontalo (UNG) pada tahun 2012 memiliki 17.240 mahasiswa

dan 639 orang dosen. Jika dibandingkan mahasiswa laki-laki dengan perempuan maka ada

58% mahasiswa perempuan. Sedangkan untuk dosen, laki-laki lebih banyak dibanding

perempuan, yakni mencapai 52,3%.

Gambar 3.6. Kampus UNG, Fakultas Ilmu Pendidikan di latar depan.

Gambar 3.7. Gedung Rektorat Universitas Gorontalo di Limboto.

Page 99: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

III- 6 -

B. PEMUKIMAN

Wilayah Gorontalo memiliki pesisir dengan panjang garis pantai total 655,8 km. Sepanjang

217,7 km berada di Pantai Utara menghadap Laut Sulawesi dan sepanjang 438,1 km di

pantaia selatan yang berada di Teluk Tomini.Penduduk Gorontalo yang tinggal di daerah

pesisir mencapai 12.539 rumah tangga.

Sedangkan penduduk yang bergerak di bidang perikanan baik perikanan tangkap

maupun budi daya mencapai 8.413 rumah tangga pada tahun 2012.

Gambar 3.8. Nelayan mengangkat ikan hasil tangkapan di Pusat Pelelangan Ikan Gorontalo.

Gambar 3.9. Nelayan di Danau Limboto

Page 100: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

III- 7 -

Gambar 3.10. Jumlah rumah tangga perikanan di Provinsi Gorontalo tahun 2011-2012.

Jumlah ini menurun dibanding tahun 2011, yang mencapai 8.471 rumah tangga.

Perubahan jumlah rumah tangga perikanan terbesar terjadi di kabupaten Gorontalo yang

mengalami penurunan sebanyak 32,2%. Sementara itu di Kabupaten Pohuwato mengalami

kenaikan sebesar 262 rumah tangga atau 13,5%.

Gambar 3.11. Salah satu hunian penduduk miskin.

Dari sekitar sejuta penduduk Gorontalo tahun 2012, yang masuk kategori Penduduk

Miskin mencapai 186,910 orang. Penduduk Miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata

pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan. Untuk tahun 2012 garis

0

500

1000

1500

2000

2500

Boalemo BoneBolango

Gorontalo GorontaloUtara

GorontaloKota

Pohuwato

2011

2012

Page 101: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

III- 8 -

kemiskinan provinsi Gorontalo ditetapkan sebesar Rp. 203.907,00. Jika dibandingkan

dengan tahun 2011, terjadi penurunan jumlah penduduk miskin sebesar 5,7%.

Jumlah Keluarga Prasejahtera Provinsi Gorontalo Tahun 2012 menurut BKKBN

Provinsi Gorontalo sebanyak 65.256 kepala keluarga. Keluarga prasejahtera terbanyak ada

di Kabupaten Gorontalo yaitu 33,4%. Bila dilihat persentase keluarga prasejahtera terhadap

jumlah penduduk dalam kabupaten maka persentase tertinggi ada di Pohuwato, yakni

sebesar 36,33% dari 32.231 Kepala Keluarga yang ada disana. Persentase KK prasejahtara

yang cukup banyak juga terdapat di kabupaten Boalemo dan Gorontalo Utara yaitu 35.3%.

Air minum adalah kebutuhan vital masyarakat. Penduduk Gorontalo memperoleh

sumber air minum melalui berbagai sumber. Sebagian besar memperoleh air dari

sambungan ledeng PDAM dan sumur, sebagian kecil menggunakan air sungai, air hujan, dan

sumur suntik. Untuk tahun 2012 terdapat 45.904 sambungan PDAM. Persentase rumah

tangga tertinggi yang memiliki sambungan pipa ledeng adalah kota Gorontalo sebesar

41,76%. Sambungan ledeng terendah di Gorontalo Utara yaitu 7,16%. Di Kota Gorontalo 21%

masyarakat menggunakan sumur dan 3,37% menggunakan sumur suntik.

Salah satu indikator pola hidup sehat masyarakat adalah tersedianya sanitasi yang layak.

Rumah tangga yang memiliki jamban sendiri mencapai 51,16%. Persentase rumah tangga

terbanyak yang memiliki jamban sendiri ada di Kota Gorontalo, yaitu mencapai

88,47%.Sedangkan persentase rumah tangga yang memiliki jamban sendiri paling sedikit

ada di Kabupaten pohuwato yakni 34,4%. Dengan demikian masih banyak masyarakat yang

buang air besar sembarangan. Penduduk yang tidak memiliki jamban ada yang buang hajat

di sungai atau tanah kosong. Masyarakat yang tinggal di pinggir sungai umumnya buang air

besar langsung ke sungai, Hal ini dapat dilihat dari tingkat pencemaran bakteri coli tinja di

sungai-sungai yang dipantau.

Timbulan limbah domestik berupa sampah oleh penduduk Gorontalo diperkirakan

mencapai 433,676.80 kg per hari. Perkiraan ini menggunakan asumsi setiap orang

menghasilkan 0,4 kg sampah per hari. Pengelolaan sampah di Provinsi Gorontalo sudah

dilakukan dengan mengoperasikan beberapa TPA. Kawasan Industri Pengelolaan Sampah

(KIPS) Talumelito merupakan tempat pemrosesan akhir sampah regional yang melayani tiga

Kabupaten/Kota, yaitu Kota Gorontalo, Kabupaten Gorontalo, dan Kabupaten Bone

Bolango.

Page 102: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

III- 9 -

Gambar 3.12. Truk pengangkut sampah menuju KIPS Talumelito.

Di kabupaten Pohuwato sudah ada TPA Botubilotahu, yang melayani Kota Marisa,

Buntulia, dan Duhiadaa sekitarnya. TPA di Kabupaten Boalemo baru mulai dioperasikan

melayani Kota Tilamuta sekitarnya. TPA di Kabupaten Gorontalo Utara masih dalam tahap

pembangunan. Sementara ini pengelolaan sampah di sana mengunakan Tempat

Pengelolaan Sampah Sementara dengan mengoptimalkan konsep 3R.

Gambar 3.13.(a) Kolam pengolahan lindi di KIPS Talumelito, (b) Landfill di TPA Pohuwato.

Jenis TPA yang dibangun adalah tipe sanitary landfill. Analisis terhadap pola

pengelolaan sampah pada landfill menunjukkan bahwa emisi gas metana justru lebih besar

dari pada pola pembuangan sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa pola yang ada di TPA

perlu peningkatan, dimana gas metana yang hanya di venting saja harus dimanfaatkan

menjadi biogas. Recovery gas metana pada TPA akan menunjang program penurunan emisi

gas rumah kaca di Provinsi Gorontalo.

Page 103: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

III- 10 -

C. KESEHATAN

Pelayanan kesahatan kepada masyarakat adalah program utama di pemerintah di Provinsi

Gorontalo. Penyakit yang paling banyak diderita masyarakat pada tahun 2012 adalah

influenza mencapai 14.876 kasus. penyakit terbanyak berikutnya adalah Diare sejumlah

14.339 kasus dan TBC Paru Klinis 3.966 kasus.

Gambar 3.14. Jumlah tenaga kesehatan di Provinsi Gorontalo tahun 2012.

Jumlah tenaga kesehatan di Provinsi Gorontalo tahun 2012 ditampilkan dalam grafik

pada Gambar 3.14.

Gambar 3.15. Rumah Sakit dr. Aloei Saboe.

38239

341296

82645

257758

207210

35131

0 200 400 600 800 1000 1200 1400

Dokter SpesialisDokter Umum

Dokter GigiPerawat

Perawat GigiBidan

FarmasiKesehatan MasyarakatKesehatan Lingkungan

GiziTerapi Fisik

Teknis Medis

Jumlah Tenaga Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2012

Page 104: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

III- 11 -

Layanan kesehatan bagi masyarakat dilakukan melalui Puskesmas dan Rumah Sakit.

Jumlah Puskesmas di Provinsi Gorontalo berjumlah 87 buah atau rata-rata satu Puskesmas

melayani 12.461 penduduk. Sedangkan jumlah rumah sakit ada 11 buah 8 pemerintah dan 3

milik swasta. Dua diantaranya berkualifikasi Kelas B yaitu rumah sakit RS. Aloei Saboe dan

RS. Dunda.

Gambar 3.16. Gedung sementara Rumah Sakit dr. Ainun Hasri Habibie.

Pemerintah Provinsi Saat ini sedang membangun rumah sakit unggulan yaitu RS.

Hasri Ainun Habibie di Limboto. Sementara ini operasional rumah sakit menempati gedung

ex-Mall Limboto.

D. PERTANIAN

Lahan pertanian basah difungsikan untuk budidaya komoditi padi sawah irigasi dan

tadah hujan, Provinsi Gorontalo memiliki 28.254 ha lahan sawah. Lahan sawah terluas ada

di Kabupaten Gorontalo mencapai 46,78 % dan terkecil di Kota Gorontalo seluas 3,33 %.

Lahan yang ditanami 2 kali setahun mencapai 82,3% dan satu kali 3,7%. Sisanya ada

yang tidak diusahakan dan tidak ditanami. Produksi per hektar berkisar 42,58 di Gorontalo

Utara hingga 55,64 kwintal/ha di Kota Gorontalo, atau rata-rata Provinsi 48,02

kwintal/ha.

Page 105: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

III- 12 -

Gambar 3.17. Tren perkembangan produksi padi tahun 2007 – 2011.

Tanaman padi dan palawija utama yang dibudidayakan di Provinsi Gorontalo

diantaranya padi sawah, padi ladang, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang kedelai, dan

kacang tanah Penggunaan pupuk untuk padi dan palawija mencapai 656130,8 ton urea dan

768130,1 ton NPK. Penggunaan pupuk terbesar pada komoditas ini adalah untuk padi

mencapai 87%, dan diikuti oleh jagung sebesar 12%.

Gambar 3.18. Sawah, (a) Petani menyiangi padi di sawah. (b) Padi yang mulai berisi.

2007 2008 2009 2010 2011

TON/Ha 200,421 237,873 256,933 253,563 273,921

 ‐

 100,000

 200,000

 300,000

TREND PERKEMBANGAN PRODUKSI PADI (TON)

TAHUN 2007 ‐ 2011

Page 106: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

III- 13 -

Gambar 3.19. Perkebunan kelapa di pesisir Sungai Bone.

Hasil perkebunan yang dominan di Provinsi Gorontalo adalah kelapa dan tebu.

Produksi kelapa tahun 2012 mencapai 61192 ton. Sedangkan tebu mencapai 28602 ton.

Hasil perkebunan lainnya adalah kemiri, coklat, aren, vanili, cengkeh, dan kopi. Saat ini

sudah ada 12 perkebunan kelapa sawit namun masih dalam tahap penyiapan lahan dan

pembibitan. Lahan terluas saat ini adalah perkebunan kelapa yang mencapai 58%lahan

perkebunan.

Gambar 3.20. Grafik trend perkembangan produksi jagung tahun 2007 - 2011.

Dengan mulai dibukanya lahan sawit maka beberapa tahun mendatang area

perkebunan kelapa sawit yang akan dominan di Gorontalo. Bila rata-rata satu perusahaan

memiliki luas 10.000 ha saja, dengan adanya 12 perusahaan sawit diperkirakan akan dibuka

seluas 120.000 ha kebun sawit. Pengunaan pupuk urea untuk perkebunan menurut

perkiraan sebanyak 30250 ton untuk kelapa dan 96.8 ton untuk coklat. Sedangkan NPK

digunakan pada perbandingan yang sama.

2007 2008 2009 2010 2011

TON/Ha 572,78 753,59 569,11 679,16 605,78

 ‐

 200,000

 400,000

 600,000

 800,000

TREND PERKEMBANGAN PRODUKSI JAGUNG (TON)

TAHUN 2007 ‐ 2011

TON/Ha

Page 107: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

III- 14 -

Gambar 3.21. Lahan pertanian di perkotaan berubah menjadi pemukiman.

Perubahan lahan pertanian untuk penggunaan lainnya mencapai 120.707 ha pada

tahun 2011. Perubahan terbesar adalah untuk sector perkebunan mencapai 87754 ha atau

72% dari perubahan lahan pertanian. Perubahan lainnya adalah untuk pemukiman dan

sektor lainnya.

Hewan ternak yang utama dikembangkan di Provinsi Gorontalo adalah sapi potong,

kambing, kuda, babi, dan sapi potong.

Tabel 3.2 Populasi ternak di Gorontalo tahun 2012.

No.  Kabupaten/Kota Sapi Perah 

Sapi Potong 

Kuda  Kambing  Babi 

1  Boalemo 0  36394  97  3753  1876 

2  Bone Bolango 16  23261  328  6815  ‐ 

3  Gorontalo 0  81327  1129  40356  0 

4  Gorontalo Utara 0  29405  41  18664  346 

5  Gorontalo Kota 0  2783  1057  12169  ‐ 

6  Pohuwato 0  29804  18  10411  2847 

  Total  16  202974  2670  92168  5069 

Page 108: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

III- 15 -

Pada tahun 2012 populasi terbanyak adalah sapi potong yang mencapai jumlah

202.974 ekor. Jumlah ini meningkat 7,2% dibanding tahun sebelumnya yang berjumlah

189.316 ekor. Hewan ternak yang kedua banyak adalah kambing sejumlah 92.168 ekor yang

meningkat sebesar 10,6%. Populasi ternak babi juga mengalami kenaikan sebesar 8,9%

menjadi 5.069 ekor. Ternak kuda yang berkurang menjadi 2670 ekor atau turun 9,6%.

Selain ternak berkaki empat juga dikembangkan ternak unggas. Populasi unggas di

Gorontalo tahun 2012 rata-rata mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya.

Tabel 3.3 Populasi unggas di Gorontalo tahun 2012.

No.  Kabupaten/Kota Ayam Kampung 

Ayam Petelur 

Ayam Pedaging 

Itik 

1  Boalemo 128174  10527  6970  10256 

2  Bone Bolango 439688  31539  113173  22517 

3  Gorontalo 370473  200250  163000  13367 

4  Gorontalo Utara 116967  5878  4056  1584 

5  Gorontalo Kota 78873  34852  247766  10611 

6  Pohuwato 206786  2305  235  10256 

   Total  1340961  285351  535200  68591 

Ayam kampung berjumlah 1340961 ekor naik 39.6%. ayam petelur naik 127%

menjadi 285.351 ekor. Populasi ayam pedaging naik sekitar 122% kalinya, dan populasi itik

naik 20%.

E. INDUSTRI

Jumlah perusahaan besar dan sedang yang terdapat di Provinsi Gorontalo dalam

tahun 2012 mencapai 20 buah yang memiliki total 7.693 pekerja. Perusahaan Gula

Gorontalo Tolangohula berada di Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Boalemo.

Perusahaan ini memiliki luas lahan tebu 1468 ha dengan produksi mencapai 280 ribu ton

gula. Perusahaan Multi Nabati Sulawesi yang berlokasi di Kabupaten Pohuwato

memproduksi minyak kelapa. Sedangkan di Isimu Kabupaten Gorontalo terdapat

Page 109: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

III- 16 -

perusahaan PT. Tri Jaya Tangguh memproduksi tepung kelapa. Namun tidak ada data

tentang jumlah produksi maupun nilai produksinya.

Gambar 3.22. Pabrik tepung kelapa, (a) Pengupasan tempurung. (b) Paket produk tepung

kelapa siap ekspor

Perusahaan industri mikro dan kecil mencapai 12.630 buah yang menyerap 31910

tenaga kerja dengan total niali produksi 510 milyar rupiah pada tahun 2012. Baik

perusahaan besar dan sedang maupun kecil mikro belum memiliki data emisi limbah.

F. PERTAMBANGAN

Bumi Gorontalo kaya akan kandungan mineral. Bahan tambang utama adalah emas dan

tembaga. Emas sudah ditambang sejak zaman penjajahan Belanda.

Gambar 3.23. Perusahaan Tambang PT. Gorontalo Mineral (a) Base camp di Sungai Mak.

(b). Inspeksi Lokasi titik bor eksplorasi di Sungai Mak.

Page 110: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

III- 17 -

Perusahaan pertambangan yang memperoleh izin mencapai 31 perusahaan dengan

luasan total 240.712 ha. Sebagian besar bergerak dalam pertambangan emas dan tembaga.

Luasan izin terbesar dimiliki perusahaan PT Rimbun Nusantara Abadi dan Gorontalo

Mineral. Hampir semuanya masih dalam tahap eksplorasi, hanya empat perusahaan yang

sudah berproduksi.

Selain perusahaan swasta, masyarakat juga melakukan aktivitas pertambangan yang

dilakukan secara manual dan tradisional sampai semi mekanik. Area pertambangan rakyat

ini tersebar di seluruh wilayah provinsi. Sebagian dari pertambangan ini terutama

pertambangan emas merupakan kegiatan illegal yang dikenal dengan Pertambangan Emas

Tanpa Izin (PETI). PETI yang utama saat ini berada di Kabupaten Gorontalo, Bone Bolango,

Pohuwato, dan Gorontalo Utara. Pengolahan bijih dilakukan dengan menggunakan merkuri

atau air raksa dan sianida. Limbah cair dari proses pengolahan dibuang langsung ke aliran

sungai di dekat penambangan.

Untuk memproses bijih emas penambang menggunakan beberapa metoda. Tiga

diantanya yakni dengan tromol (ball mill), tong (agitated tank leached) dan perendaman

(heap leaching). Metoda tromol menggunakan silinder penggiling yang diputar dengan

mesin diesel dan batu penghancur serta merkuri untuk mengekstraksi emas dari bijihnya.

Sedangkan metoda tong dan perendaman menggunakan sianida sebagai pereaksi untuk

mengekstrasi emas dari bijihnya.

Gambar 3.24 PETI, (a) Tromol pengolahan bijih emas. (b)Pembangunan tromol pengolahan

emas di pinggir Sungai Paguyaman.

Perbedaan metoda tong dengan metoda perendaman adalah proses, kapasitas, dan

waktu pengerjaan. Tong mampu mengolah bijih dalam skala besar sedangkan metoda

Page 111: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

III- 18 -

perendaman dalam skala kecil. Kapasitas tong yang ditemui memiliki diameter sekitar tiga

meter dan tinggi tiga meter. Operasional tong lebih mahal karena proses pengolahan

berlangsung dua tahap. Pertama batu bijih dihaluskan dulu dengan penggiling di tromol

sekitar 4 sampai 6 jam lalu direndam dalam tong selama tiga hari tiga malam.

Sementara itu metoda perendaman memiliki bak penyiraman ukuran 5 x 4 x 1,5 m

dengan kapasitas 30 meter kubik. Batuan-batuan bijih yang berukuran sebesar kepalan

tangan ditumpuk dalam bak yang diberi diding terpal plastik kedap air. Lalu tumpukan

disiram dengan larutan sianida selama satu minggu. Larutan dilewatkan ke dalam silinder

jebakan dari plastik ukuran sekitar setengah meter kubik untuk menangkap emas dengan

karbon. Kemudian larutan ditampung dalam bak penampungan larutan berukuran 2 x 2 x

1,5 meter. Larutan disirkulaikan lagi ke penyiraman. Penambahan sianida dipantau oleh

seorang operator yang ahli dalam mencampur bahan kimia pemrosesan.

Gambar 3.25 Pemantauan PETI, (a) Limbah pengolahan bijih emas dari tromol. (b)

Luncuran pemisahan bijih emas pada metoda semprot di Saripi.

Penambang emas rakyat di Kabupaten Boalemo dan Pohuwato menggunakan

metoda semprotan. Metoda ini digunakan untuk mendapatkan bijih emas lepas pada tanah

yang rapuh dan tdak berbatu. Lumpur dialirkan di atas luncuran dan bijih emas didulang

lalu ditangkap dengan air raksa. Kegiatan ini menyebabkan sungai Taluduyunu selalu keruh

kecoklatan.

Page 112: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

III- 19 -

G. ENERGI

Pasokan bahan bakar dikelola oleh Pertamina Depo Gorontalo. Bahan bakar baik premium,

solar, dan minyak tanah ini dikirim melalui Pelabuhan Gorontalo. Pasokan bahan bakar gas

dilakukan melalui pelabuhan Anggrek. Penyaluran kepada masyarakat konsumen dilakukan

oleh Statiun Pengisian BBM Untuk Umum (SPBU), Agen Minyak Tanah (AMT), Agen Premium

& Minyak Solar (APMS), Stasiun Pengisian Premium Diesel Nelayan (SPPDN), serta Premium

Solar Packed Dealer (PSPD). Saat ini tercatat 16 (enam belas) SPBU, 2 (dua) SPPDN dan

masing-masing satu AMPS dan PSPD di seluruh Gorontalo.

Gambar 3.26. Salah SPBU di Kota Gorontalo

Disamping itu Pertamina Depo Gorontalo juga melayani penyaluran bahan bakar

untuk industri dan pertahanan/ keamanan (TNI dan Polri). Sedangkan penyaluran minyak

tanah melalui 8 (delapan) agen utama.

Jumlah bahan bakar yang disalurkan pada tahun 2011 mencapai 99.147 kilo liter

premium dan 30.709 kilo liter solar, minyak tanah 4.550 kilo liter per bulan. Sedangkan

pertamax masih sedikit yaitu 18 kilo liter per bulan. Dengan demikian konsumsi bahan

bakar terbanyak adalah premium mencapai 73%, diikuti solar 22% dan minyak tanah 3%.

Page 113: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

III- 20 -

Gambar 3.27. Pilihan sumber energi masyarakat: kayu bakar, tempurung kelapa, dan gas

elpiji.

Bahan bakar solar selain digunakan untuk transportasi juga digunakan pada sektor

industri. Ada sebanyak 78 buah perusahaan yang menggunakan solar dalam usaha mereka.

Sebagian bergerak di pembangunan jalan dan jembatan, sebagiana industry rotan, industry

jagung, dan pegolahan minyak kelapa.

H. TRANSPORTASI

Alat transportasi bertambah dengan pesat di Provinsi Gorontalo dalam beberapa tahun

terakhir . Pada tahun 2012 jumlah kendaraan roda dua 215.990 buah.

Gambar 3.28 ‘Oto sewa’, Angkutan kota yang melayani antar kota kabupaten.

Page 114: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

III- 21 -

Mobil penumpang 13.971 buah, bus 704 buah, mobil barang 12.328 buah, dan mobil khusus

153 buah. Kendaraan yang dominan adalah sepeda motor dimana mencapai 88,83% dari

total kendaraan. Rata-rata satu dari empat penduduk Gorontalo memiliki sepeda motor.

Sarana terminal untuk transportasi ada 18 terminal bus dan angkutan darat, 5 di

kota Gorontalo, 5 di pohuwato, 2 di Boalemo, dan 6 di Kabupaten Gorontalo. Terminal

utama untuk antar kota dalam provinsi ada di Pasar Sentral. Sedangkan terminal Antar kota

antar provinsi di Terminal 1942 Andalas.

Gambar 3.29. Terminal 1942 Andalas.

Pelabuhan laut di Provinsi Gorontalo ada lima buah. Tiga pelabuhan berada di

pantai Selatan dan dua di pantai utara. Pelabuhan laut yang ada di utara adalah Pelabuhan

Anggrek dan Pelabuhan Kwandang. Sedangkan Pelabuhan di selatan adalah Pelabuhan

Gorontalo, Pelabuhan Ferry Gorontalo, dan Pelabuhan Tilamuta.

Gambar 3.30. Kapal membongkar muatan di Pelabuhan Gorontalo.

Page 115: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

III- 22 -

Gorontalo dapat dicapai melalui jalur penerbangan udara. Ada dua buah Pelabuah

Udara yaitu Bandara Jalaludin Gorontalo dan Bandara Imbodu. Saat ini yang beroperasi

hanya Pelabuhan Jalaludin yang memiliki luas area 36 ha. Bandara ini melayani

penerbangan setiap hari.

I. PARIWISATA

Gorontalo kaya dengan potensi wisata. Saat ini ada 64 area wisata yang sudah

dikembangkan, tersebar di seluruh kabupaten/kota. Sektor ini paling banyak berupa wisata

alam. Wisata alam yang umum adalah pantai, wisata bawah laut,pemandaian air panas,dan

air terjun.

Gambar 3.31. Kawasan Wisata Pantai Botutonuo di Bone Bolango.

Wisata pantai yang utama adalah Pantai Libuo di Pohuwato, Pantai Botumoito di

Boalemo, Pantai Botutonuo di Bone Bolango, Tangga 2000 di Kota Gorontalo, dan Pulau

Saronde di Gorontalo Utara. Selain itu ada juga tempat wisata sejarah seperti Rumah

Pendaratan Presiden Soekarno di Desa Iluta, Kabupaten Gorontalo. Tujuan wisata lain

yang cukup menarik adalah Perkampungan Terapung Suku Bajo di Torosiaje, Pohuwato.

Page 116: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

III- 23 -

Gambar 3.32. Perkampungan Terapung Suku Bajo di Torosiaje, Pohuwato.

Pariwisata sangat ditunjang oleh tersedianya fasilitas hotel dan penginapan. Jumlah hotel

dan penginapan di Gorontalo mencapai 33 buah yang berada di semua kabupaten/kota.

Gambar 3.33. Hotel Maqna, salah satu hotel utama di Gorontalo.

Hotel-hotel ini memiliki kelas melati hingga berbintang. Jumlah kamar keseluruhan

mencapai 553 kamar. Adapun tingkat hunian kamar rata-rata sekitar 35,19%. Hotel yang

terbesar di Gorontalo saat ini adalah Hotel Maqna dan Hotel Quality.

Page 117: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

III- 24 -

J. LIMBAH B3

Selain pengelolaan limbah domestik pemerintah Provinsi Gorontalo juga memperhatikan

Pengelolaan limbah B3.

Pengelolaan limbah rumah sakit di Provinsi Gorontalo masih belum memenuhi syarat. Pada

tahun 2013 Kementerian Lingkungan Hidup melakukan penilaian Proper terhadap beberapa

rumah sakit dengan hasil semua yang dinilai masuk kategori hitam.

Balihristi bersama Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kota telah melakukan

pengawasan dan pemantauan terhadap perusahaan yang menghasilkan limbah B3 sesuai

kewenangan masing-masing. Saat ini sudah ada dua perusahaan yang mengurus perizinan

pengelolaan limbah B3.

Tabel 3.4 Perusahaan yang memiliki izin pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan

Beracun.

No. Nama 

Perusahaan 

Jenis 

Kegiatan/Usaha Jenis Izin  Nomor Izin 

1 PT  Pertamina 

Persero 

Terminal  BBM 

Gorontalo 

Penyimpanan 

Sementara LB3 

No. 660/BLH/264/VI/2011, 8 

Juni 2011 

2 PT PG Gorontalo  Industri  Pengolahan 

Gula 

Penyimpanan 

Sementara LB3 

No.  99  Tahun  2010,  5 Mei 

2010 

Keduanya diberi izin pengelolaan limbah B3 jenis penyimpaan sementara, yaitu PT

Pertamina Persero dan PT PG Gorontalo. Kedua perusahaan ini menyimpan sementara

limbah B3 mereka untuk diangkut oleh pihak pengumpul dari luar daerah.

Page 118: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

IV- 1 -

BAB IV

PENGELOLAAN LINGKUNGAN

Pembangunan di Gorontalo semakin pesat semenjak menjadi provinsi sendiri, setelah

pemekaran dari Sulawesi Utara. Tentu pembangunan membutuhkan pemanfaatan sumber

daya alam yang dimiliki daerah. Pengelolaan lingkungan yang terencana dan berkelanjutan

diperlukan agar Gorontalo tidak menanggung akibat yang seharusnya bisa dihindari bila

kepedulian akan kelestarian lingkungan menjadi bagian dalam setiap program

pembangunan.

Permasalahan lingkungan yang mendesak untuk ditangani saat ini diantaranya adalah

penurunan kualitas air sungai dan danau akibat erosi, kerusakan Danau Limboto,

Penambangan Emas Tanpa Izin, perusakan hutan dan lahan, kerusakan terumbu karang dan

mangrove, banjir tahunan dan banjir bandang, pembuangan sampah dan limbah yang

belum sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dan kesadaran masyarakat terhadap

kelestarian lingkungan hidup yang masih rendah.

A. REHABILITASI LINGKUNGAN

Berdasarkan data dari Instansi Lingkungan Hidup di Kabupaten/Kota pada tahun 2011 dan

2012 dilakukan kegiatan penghijauan dan reboisasi. Kabupaten Bolemo melakukan

penghijauan seluas 2 ha dengan menanam 400 pohon. Pemerintah Kabupaten Gorontalo

telah melakukan penanaman sebanyak 475.103 pohon.

Gambar 4.1. Ruang terbuka hijau di halaman RS. dr. Hasri Ainun Habibie, Limboto

Page 119: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

IV- 2 -

Berdasarkan data yang ada Kabupaten Gorontalo Utara telah menanam penghijauan

pada arael 3780 ha dengan jumlah 3.760.000 pohon. Sedangkan pemerintah Kabupaten

Pohuwato telah melakukan penghijauan pada areal seluas 9600 ha.

Gambar 4.2. Ruang terbuka hijau di Kabila, Bone Bolango

Sedangkan kegiatan reboisasi pada masa yang sama telah dilakukan di Kabupaten

Gorontalo Utara seluas 240 ha dengan jumlah 330.000 pohon. Reboisasi di Kota Gorontalo

seluas 135 ha dengan jumlah 27 000 pohon.

Gambar 4.3. Penanaman pohon di halaman Kantor Bupati Gorontalo Utara

Bila dibandingkan maka area terluas untuk penghijauan dilakukan di Kabupaen

Pohuwato, dan reboisasi terluas di Kabupaen Gorontalo Utara.

Page 120: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

IV- 3 -

B. AMDAL

Dokumen izin lingkungan yang dikeluarkan selama tahun 2012 dan 2013 mencapai 16 izin

jenis Amdal. Kegiatan-kegiatan ini melalui proses penilaian dokumen oleh Komisi Amdal

tingkat Provinsi Gorontalo. Walaupun kegiatan dalam kewenangan Kabupaten Kota untuk

menilainya, pemerintah daerah bersangkutan melimpahkan kepada Komisi Amdal Provinsi.

Hal ini karena baru ada satu Komisi Amdal yang berlisensi yaitu tingkat Provinsi.

Dalam waktu ini ada enam perusahaan perkebunan sawit baru yang memperoleh

rekomendasi izin lingkungan. Dua perusahaan di Kabupaten Boalemo, tiga perusahaan di

Kabupaten Gorontalo, dan satu perusahaan di Kabupaten Gorontalo Utara. Dengan

demikian total ada dua belas perusahaan perkebunan sawit di Provinsi Gorontalo, dimana

sebelumnya ada enam perusahaan yang mendapat izin lingkungan di Kabupaten Pohuwato.

Kegiatan yang diprakarsasi pihak swasta lainnya adalah pembangunan dua buah jalan

akses kebun kelapa sawit, pembangunan PLTU Molotabu, Amdal PT.PG Tolangohula.

Kegiatan yang diprakarsai pihak pemerintah yang memperoleh izin lingkungan adalah

pembangunan Jalan Lingkar Luar Gorontalo (GORR), Rumah Sakit Provinsi, Pembangunan

Blok Plan Perkantoran, Pembangunan Obyek Wisata Pantai Bolihutuo, Pangkalan

Pendaratan Ikan, dan pembangunan Daerah Irigasi Randangan. Jumlah kegiatan swasta

yang mengurus izin lingkungan lebih banyak dibanding kegiatan pemerintah yaitu mencapai

62,5%.

Gambar 4.4. Suasana Rapat komisi Amdal Provinsi Gorontalo

Pengawasan izin lingkungan dalam tahun 2012dilakukan kepada 16 kegiatan baik yang

sudah memiliki dokumen lingkungan maupun yang belum. Dalam pengawasan ini ditemukan

sebagian besar belum taat. Beberapa kegiatan yang seharusnya memiliki Dokumen Amdal

Page 121: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

IV- 4 -

belum mengurusnya. Bagi kegiatan yang sudah memiliki dokumen pengelolaan lingkungan

tidak menyediakannya di tempat kegiatan.

C. PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Untuk memudahkan masyarakat dalam menyampaikan informasi tentang permasalahan

lingkungan maka BALIHRISTI membangun POS Pengaduan. Masyarakat dapat menyampaikan

pengaduan melalui SMS via handphone dan dikumpulkan di database website BALIHRISTI.

Selanjutnya informasi yang masuk akan diteruskan oleh petugas kepada pejabat berwenang

untuk ditindaklanjuti. Nomor telepon yang bisa dikirimi SMS adalah 081347701919.

Gambar 4.5. Penindaklajutan pengaduan masyarakat tentang Pencemaran Sungai

oleh PETI di Desa Mekar Jaya Kab. Boalemo.

Pengaduan masyarakat yang masuk keinstansi lingkungan tingkat provinsi maupun

kabupaten kota dari 2011 sampai 2013 mencapai 38 pengaduan. Yang masuk ke Balihristi

ada dua kasus. Pertama berita kematian delapan Sapi akibat pencemaran sungai oleh PETI

di Desa Mekar Jaya, Wonosari, Kabupaten Boalemo yang terjadi pada tahun 2011.

Pengaduan ini ditindaklanjuti dengan peninjauan ke lapangan. Setelah dilakukan

wawancara dan pemeriksaan keadaan sungai dan peninjauan ke lokasi penambangan emas

tanpa izin (PETI), disimpulkan sementara kematian sapi bukan karena PETI. Berita ini

adalah konflik antara pendatang yang melakukan penambangan emas dengan sistem

semprot merusak aliran sungai yang digunakan warga untuk pertanian dan keperluan

sehari-hari. Masalah ini selanjutnya dikoordinasikan dengan Pemda Boalemo melalui Kantor

Lingkungan Hidup Kabupaten.

Page 122: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

IV- 5 -

Kedua pengaduan Pencemaran Sungai Tombulilato oleh PETI, Bone Bolango pada

tahun 2012. Masalah ini ditindaklajuti dengan dengan peninjauan ke lapangan. Selanjutnya

dikoordinasikan dengan BLH Kabupaten Bone Bolango. Selama tahun 2013 tidak ada

pengaduan yang masuk kewenangan provinsi dan ditangani oleh Balihristi.

Pengaduan yang masuk ke Kabupaten Kota ditangani oleh instansi bersangkutan

dengan status semuanya telah ditindaklajuti dan diselesaikan. Jumlah pengaduan

terbanyak ada di Kota Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo Utara, mencapai tujuh

pengaduan, dan yang paling sedikit ada di Kabupaten Gorontalo, hanya dua pengaduan.

D. PERAN SERTA MASYARAKAT

Lembaga swadaya masyarakat yang terdata sebanyak 39 organisasi, dengan sebagian

berkonsentrasi kepada masalah lingkungan hidup. walaupun ada yang tidak menamakan

diri dengan ikon lingkungan, mereka tetap memiliki kepedulian untuk hal yang berkaitan

dengan permasalahan lingkungan. Organisasi non pemerintah ini biasa diundang dalam

kegiatan seminar Amdal, pelatihan-pelatihan, maupun pertemuan tidak resmi lainnya

seperti silaturahmi dalam rangka tukar informasi dan data lingkungan.

Kegiatan pengelolaan lingkungan yang melibatkan masyarakat dan lembaga non

pemerintah dalam kurun waktu tahun 2010-2013 tercatat beberapa kegitan, yang meliputi

penanaman pohon, mangrove, hutan kota, pembuatan sumur resapan, penataan taman dan

tugu, penghijauan di median jalan, hingga pembangunan depo sampah. Kegiatan-kegiatan

ini ada yang disponsori dan inisiatif oleh dinas terkait ataupun pihak swasta seperti

lembaga keuangan.

Salah satu upaya mendorong keikutsertaan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan

adalah dengan memberikan penghargaan atas pemikiran dan karya yang mereka lakukan.

Dalam tahun 2012 ada delapan sekolah menerima penghargaan adiwiyata. Tiga diantaranya

menerima predikat sekolah Adiwiyata Mandiri, yaitu SMA 1 Limboto, SMP 2 Limboto, dan

SDN 1 Limehe Timur. Lima lainnya adalah penerima penghargaan Sekolah Adiwiyata

Nasional, yaitu SMPN 1 Tapa, SMPN 1 Limboto, SDN 2 Kabila, SDN 3 Bulango Timur, SDN 6

Kabila. Bila dibandingkan dengan tahun 2011, terjadi peningkatan jumlah penghargaan

adiwiyata, yaitu dari tiga sekolah menjadi delapan sekolah.

Page 123: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

IV- 6 -

Gambar 4.6. Kegiatan lingkungandi Sekolah Adiwiyata, (a) penanaman pohon, (b) pemilahan

sampah

Dalam tahun 2013 Kementerian Lingkungan Hidup memberikan pengharagaan Adipura

kepada tiga kota di Provinsi Gorontalo. Dua kota masuk kategori Anugerah Adipura yakni

Kota Limboto di Kabupaten Gorontalo dan Kota Marisa di Kabupaten Pohuwato.Sedangkan

satu kota menerima Piagam Adipura yakni Kota Suwawa di Kabupaten Bone Bolango.

Gambar 4.7. Pelatihan Pemanfaatan sedimen Danau Limboto untuk batu bata.

Pada tahun 2012 Provinsi Gorontalo menerima 2 Kota di Provinsi Gorontalo menerima

penghargaan Adipura. Kota Limboto Kabupaten Gorontalo mendapat anugerah Piala

Adipura untuk yang kelima kalinya. Sedangkan Kota Marisa menerima sertifikat Adipura.

Page 124: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

IV- 7 -

Pada tahun 2011 Provinsi Gorontalo menerima 2 Piala Adipura. Kota yang menerima

anugerah Piala Adipura 2011 adalah Kota Boalemo dan Kota Limboto. Bila diprosentasekan,

maka pada tahun 2013 ada 50% kota di Provinsi Gorontalo masuk kategori penerima

penghargaan Adipura.

Kegiatan-kegiatan sosialisasi dan pelatihan terkait pengelolaan lingkungan hidup yang

dilakukan selama tahun 2013 melibatkan instansi terkait baik tingkat provinsi maupun

kabupaten kota serta kepada masyarakat umum.

Diantara kegiatan tersebut adalah : Pengelolaan Sampah Perkotaan Melalui Program

3R, Sosialiasi Hasil Pemantauan Kualitas Air Sungai Andagile, Sosialiasi Hasil Pemantauan

Kualitas Air Sungai Randangan, Pelatihan Pemantauan Kualitas Tanah, Pelatihan

Pemanfaatan Sedimen Danau Limboto untuk Batu Bata, Inventarisasi Gas Rumah Kaca.

E. KELEMBAGAAN

Pengelolaan lingkungan di Provinsi Gorontalo memerlukan penegakan hukum terutama

yang mempertimbangkan kondisi dan budaya daerah. Untuk menunjang penegakan hukum

di bidang lingkungan dibuat peraturan daerah Provinsi Gorontalo. Pada tahun 2013 telah

dikeluarkan Perda Provinsi Gorontalo Nomor 3 tentang Pengelolaan Sampah. Perda ini

adalah peraturan daerah yang kelima yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup

di Provinsi Gorontalo.

Gambar 4.8. Grafik Anggaran pengelolaan lingkungan hidup Balihristi (dalam milyar rupiah)

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

2012 2013

APBN

APBD

Page 125: slhd-buku-1

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI GORONTALO

IV- 8 -

Anggaran pengelolaan lingkungan hidup tingkat Provinsi Gorontalo pada tahun 2013

sebanyak 4,9 milyar naik 50 juta rupiah dibanding tahun 2012. Bila dilihat komponen APBD

terjadi penurunan dari 1,35 milyar menjadi 1 milyar. Sedangkan APBN naik dari 3,5 milyar

menjadi 3,95 milyar.

Instansi pengelola lingkungan hidup di Provinsi Gorontalo adalah Badan Lingkungan

Hidup Riset dan Teknologi Informasi disingkat BALIHRISTI. Bidang Pengelolaan Lingkungan

Hidup BALIHRISTI memiliki 3 (tiga) sub bidang yaitu Sub bidang Pengelolaan, Standarisasi,

dan Informsi Lingkungan, Sub bidang Pengendalian Dampak dan Konservasi Lingkungan, dan

Sub bidang Edukasi, Pemberdayaan Masyarakat dan Penegakan Hukum Lingkungan.

Gambar 4.9 Grafik komposisi pegawai Balihristi menurut pendidikan

Balihristi pada tahun 2013 dipimpin oleh Ir. Hj. Nontje Lakadjo dan memiliki pegawai

sebanyak 62 dua orang. Sedangkan dari kualifikasi pendidikan ada 6 laki-laki dan 9

perempuan magister atau S2. Sarjana sebanayak 14 orang laki-laki dan 18 orang

perempuan. Diploma 1 orang laki-laki dan 4 orang perempuan. Sedangkan yang tamatan

SLTA ada 4 laki-laki dan 7 perempuan.

Perbandingan pegawai balihristi 40% perempuan dan 60% laki-laki. Sampai tahun 2013

belum ada pegawai Balihristi yang menjadi staf jabatan fungsional lingkungan hidup.

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

Master (S2) Sarjana (S1) Diploma(D3/D4)

SLTA

Series1

Series2