SLAMET M

20
SLAMET M MITOS PADA BULAN SYURO

description

MITOS PADA BULAN SYURO. SLAMET M. MISTERI BULAN SYURO. - PowerPoint PPT Presentation

Transcript of SLAMET M

Page 1: SLAMET M

SLAMET M

MITOS PADA BULAN SYURO

Page 2: SLAMET M

MISTERI BULAN SYURO Di Jawa, bulan Muharram disebut bulan Suro. Bagi

banyak orang Jawa bulan Suro sepertinya mempunyai makna khusus. Mereka menyambutnya dengan berbagai kegiatan: ada yang nanggap wayang semalam suntuk, lek-lekan, tirakatan, memandikan pusaka-pusaka semacam keris dan tombak, dan sebagainya. Bahkan agaknya bulan Suro dianggap "gawat". Orang punya "gawe" (hajat) misalnya, menghindari bulan tersebut lantaran takut celaka atau mendapat sial. Menurut Pak Mus bagaimana kepercayaan semacam itu? Dan bagaimana pula menurut pandangan Islam?

Said (Magelang)

Page 3: SLAMET M

MISTERI BULAN SYURO Bulan Sura adalah bulan baru yang digunakan dalam

tradisi penanggalan Jawa. Di samping itu bagi masyarakat Jawa adalah realitas

pengalaman gaib bahwa dalam jagad makhluk halus pun mengikuti sistem penanggalan sedemikian rupa

Sehingga bulan Sura juga merupakan bulan baru yang berlaku di jagad gaib. Alam gaib yang dimaksudkan adalah; jagad makhluk halus ; jin, setan (dalam konotasi Jawa; hantu), siluman, benatang gaib, serta jagad leluhur ; alam arwah, dan bidadari. Antara jagad fana manusia (Jawa), jagad leluhur, dan jagad mahluk halus berbeda-beda dimensinya. 

Page 4: SLAMET M

MISTERI BULAN SYURO dalam berinteraksi antara jagad leluhur dan jagad

mahluk halus di satu sisi, dengan jagad manusia  di sisi lain, selalu menggunakan penghitungan waktu penanggalan Jawa. Misalnya; malam Jum’at Kliwon (Jawa; Jemuah) dilihat sebagai malam suci paling agung yang biasa digunakan para leluhur “turun ke bumi” untuk njangkung dan njampangai (membimbing) bagi anak turunnya yang menghargai dan menjaga hubungan dengan para leluhurnya. Demikian pula, dalam bulan Sura juga merupakan bulan paling sakral bagi jagad makhluk halus. Mereka bahkan mendapat “dispensasi” untuk melakukan seleksi alam. Bagi siapapun yang hidupnya tidak eling dan waspada, dapat terkena dampaknya.

Page 5: SLAMET M

MIATERI BULAN SYURO Dalam siklus hitungan waktu tertentu yang

merupakan rahasia besar Tuhan, terdapat suatu bulan Sura yang bernama Sura Duraka.  Disebut sebagai bulan Sura Duraka karena merupakan bulan di mana terjadi tundan dhemit. Tundan dhemit maksudnya adalah suatu waktu di mana terjadi akumulasi para dedemit yang mencari “korban” para manusia yang tidak eling dan waspadha. Karena pada bulan-bulan Sura biasa para dedhemit yang keluar tidak sebanyak pada saat bulan Sura Duraka. Sehingga pada bulan Sura Duraka biasanya ditandai banyak sekali musibah dan bencana melanda jagad manusia.

Page 6: SLAMET M

MISTERI BULAN SYURO Bulan Sura Duraka ini pernah terjadi sepanjang bulan Januari s/d Februari

2007. Musibah banyak terjadi di seantero negeri ini. 1) Di awali tenggelamnya

KM Senopati di laut Banda yang terkenal sebagai palung laut terdalam di wilayah perairan Indonesia. Kecelakaan ini memakan korban ratusan jiwa. 2) Kecelakaan Pesawat Adam Air hilang tertelan di palung laut dekat teluk Mandar, posisi di 40 mil barat laut Majene. 3) Kereta api mengalami anjlok dan terguling sampai 3 kali kasus selama sebulan. 4) Tabrakan bus di pantura, bus menyeruduk rumah penduduk. 5) Kecelakaan pesawat garuda di Yogyakarta. 6) Beberapa maskapai penerbangan mengalami gagal take off, gagal landing, mesin error dsb. 7) Jakarta dilanda banjir terbesar sepanjang masa. 8) Kapal terbakar di Sulawesi dan maluku. 9) Kapal laut di selat Karimun terbakar lalu tenggelam memakan ratusan korban berikut wartawan TV peliput berita. 10) Banjir besar di Jawa Tengah, Angin puting beliung sepanjang Pulau Jawa-Sumatra. Dan masih  banyak lagi kecelakaan pribadi yang waktu itu Kapolri sempat menyatakan sebagai bulan kecelakaan terbanyak meliputi darat, laut dan udara.

Page 7: SLAMET M

MISTERI BULAN SYURO

Atas beberapa uraian pandangan masyarakat Jawa tersebut kemudian muncul kearifan yang kemudian mengkristal menjadi tradisi masyarakat Jawa selama bulan Sura.  Sedikitnya ada 5 macam ritual yang dilakukan menjelang dan selama bulan Sura seperti berikut ini;

Page 8: SLAMET M

MISTERI BULAN SYURO 1.  Siraman malam 1 Sura; mandi besar dengan menggunakan air serta

dicampur kembang setaman. Sebagai bentuk “sembah raga” (sariat) dengan tujuan mensucikan badan, sebagai acara seremonial pertanda dimulainya tirakat sepanjang bulan Sura; lantara lain lebih ketat dalam menjaga dan mensucikan hati, fikiran, serta menjaga panca indera dari hal-hal negatif. Pada saat dilakukan siraman diharuskan sambil berdoa memohon keselamatan kepada Tuhan YME agar senantiasa menjaga kita dari segala bencana, musibah, kecelakaan. Doanya dalam satu fokus yakni memohon keselamatan diri dan keluarga, serta kerabat handai taulan. Doa tersirat dalam setiap langkah ritual mandi. Misalnya, mengguyur badan dari ujung kepala hingga sekujur badan sebanyak 7 kali siraman gayung (7 dalam bahasa Jawa; pitu, merupakan doa agar Tuhan memberikan pitulungan atau pertolongan). Atau 11 kali (11 dalam bahasa Jawa; sewelas, merupakan doa agar Tuhan memberikan kawelasan; belaskasih). Atau 17 kali (17 dalam bahasa Jawa; pitulas; agar supaya Tuhan memberikan pitulungan dan kawelasan). Mandi lebih bagus dilakukan tidak di bawah atap rumah; langsung “beratap langit”; maksudnya adalah kita secara langsung menyatukan jiwa raga ke dalam gelombang harmonisasi alam semesta.

Page 9: SLAMET M

2.   Tapa Mbisu  (membisu);  tirakat  sepanjang bulan  Sura  berupa  sikap  selalu  mengontrol ucapan mulut  agar mengucapkan  hal-hal  yang baik saja. Sebab dalam bulan Sura yang penuh tirakat, doa-doa lebih mudah terwujud. Bahkan ucapan  atau  umpatan  jelek  yang  keluar  dari mulut dapat “numusi” atau terwujud. Sehingga ucapan  buruk  dapat  benar-benar  mencelakai diri sendiri maupun  orang lain.

Page 10: SLAMET M

3.   Lebih Menggiatkan Ziarah;  pada bulan  Sura masyarakat  Jawa  lebih menggiatkan  ziarah  ke makam  para  leluhurnya  masing-masing,  atau  makam  para  leluhur  yang  yang  dahulu  telah berjasa  untuk  kita,  bagi  masyarakat,  bangsa,  sehingga  negeri  nusantara  ini  ada.  Selain mendoakan,  ziarah  sebagai  tindakan  konkrit  generasi  penerus  untuk  menghormati  para leluhurnya  (menjadi pepunden).  Cara  menghormati  dan  menghargai  jasa  para  leluhur  kita selain  mendoakan,  tentunya  dengan  merawat  makam  beliau.  Sebab  makam  merupakan monumen sejarah yang dapat dijadikan media mengenang jasa-jasa para  leluhur; mengenang dan mencontoh amal  kebaikan beliau  semasa hidupnya. Di  samping  itu kita akan selalu  ingat akan  sangkan paraning dumadi.  Asal-usul  kita  ada  di  dunia  ini  adalah  dari  turunan  beliau-beliau.  Dan  suatu  saat  nanti  kita  semua  pasti  akan  berpulang  ke  haribaan  Tuhan  Yang maha Kuasa. Mengapa harus datang ke makam, tentunya atas kesadaran bahwa semua warisan para leluhur  baik  berupa  ilmu,  kebahagiannya,  tanah  kemerdekaan,  maupun  hartanya masih  bisa dinikmati  hingga  sekarang,  dan  dinikmati  oleh  semua  anak  turunnya  hingga  kini.  Apakah sebagai  keturunannya  kita  masih  tega  hanya  dengan  mendoakan  saja  dari  rumah  ?  Jika direnungkan  secara  mendalam  menggunakan  hati  nurani,  sikap  demikian  tidak  lebih  dari sekedar menuruti  egoisme  pribadi  (hawa  nafsu  negatif)  saja.  Anak  turun  yang mau  enaknya sendiri enggan datang susah-payah ke makam para leluhurnya, apalagi terpencil nun jauh harus pergi ke pelosok desa mendoakan dan merawat seonggok makam yang sudah tertimbun semak belukar.  Betapa teganya hati kita,  bahkan  dengan  mudahnya  mencari-cari  alasan  pembenar untuk  kemalasannya  sendiri,  bisa  saja  menggunakan  alasan  supaya  menjauhi  kemusyrikan. Padahal kita semua tahu, kemusyrikan bukan lah berhubungan dengan perbuatan, tetapi berkaitan erat dengan hati.  Jangan-jangan  sudah  menjadi  prinsip  bawah  sadar  sebagian masyarakat  kita, bahwa lebih enak menjadi orang bodoh,  ketimbang menjadi  orang winasis dan prayitna tetapi konsekuensinya tidak ringan.

Page 11: SLAMET M

4.   Menyiapkan sesaji bunga setaman  dalam  wadah  berisi  air bening.  Diletakkan  di  dalam  rumah.  Selain  sebagai  sikap menghargai  para  leluhur  yang  njangkung  dan  njampangi  anak turun,  ritual  ini  penuh  dengan  makna  yang  dilambangkan  dalam uborampe.  Bunga  mawar  merah,  mawar  putih,  melati,  kantil, kenanga.  Masing-masing  bunga  memiliki  makna  doa-doa  agung kepada  Tuhan  YME  yang  tersirat  di  dalamnya  (silahkan  dibaca dalam forum tanya jawab).  Bunga-bungaan  juga  ditaburkan  ke pusara  para  leluhur,  agar  supaya  terdapat perbedaan  antara makam  seseorang  yang  kita  hargai  dan  hormati,  dengan  kuburan seekor kucing  yang  berupa  gundukan  tanah  tak  berarti  dan tidak pernah  ditaburi  bunga,  serta-merta  dilupakan  begitu  saja  oleh pemiliknya berikut anak turunnya si kucing.

Page 12: SLAMET M

5.   Jamasan pusaka;  tradisi  ini  dilakukan  dalam  rangka  merawat  atau memetri  warisan  dan  kenang-kenangan  dari  para  leluhurnya.  Pusaka memiliki segudang makna di balik wujud fisik bendanya. Pusaka merupakan buah hasil karya cipta dalam bidang seni dan ketrampilan para leluhur kita di masa silam. Karya seni yang memiliki  falsafah hidup yang begitu tinggi. Selain  itu pusaka menjadi  situs  dan monumen  sejarah,  dan memudahkan kita simpati dan berimpati oleh kemajuan teknologi dan kearifan lokal para perintis  bangsa  terdahulu.  Dari  sikap  menghargai  lalu  tumbuh  menjadi sumber  inspirasi dan motivasi bagi  generasi penerus bangsa agar berbuat lebih baik dan maju di banding prestasi yang telah diraih para leluhur kita di masa  lalu.  Bangsa  yang  besar  adalah  bangsa  yang  menghargai  para leluhurnya, para pahlawannya, dan para perintisnya. Karena mereka semua menjadi sumber inspirasi, motivasi dan tolok ukur atas apa yang telah kita perbuat  dan  kita  gapai  sekarang  ini.  Dengan  demikian  generasi  penerus bangsa tidak akan mudah tercerabut (disembeded) dari “akarnya”. Tumbuh berkembang menjadi bangsa yang kokoh, tidak menjadi kacung dan bulan-bulanan budaya, tradisi, ekonomi, dan politik bangsa asing. Kita sadari atau tidak,  tampaknya  telah  lahir megatrend  terbaru  abad  ini,  sekaligus  paling berbahaya, yakni merebaknya bentuk the newest imperialism melalui cara-cara politisasi agama.

Page 13: SLAMET M

6.  Larung sesaji; larung sesaji merupakan ritual sedekah alam. Uborampe ritual disajikan (dilarung) ke laut, gunung, atau ke tempat-tempat tertentu. Tradisi budaya ini yang paling riskan dianggap musrik. Betapa tidak, jikalau kita hanya melihat apa yang tampak oleh mata saja tanpa ada pemahaman makna esensial dari ritual larung sesaji.

Page 14: SLAMET M

  konsep  pemahaman  atau  prinsip  hati  maupun  pola  fikir  mengenai  tradisi “LARUNG“  ;  Pertama;  dalam  melaksanakan  ritual  hati  kita  tetap  teguh  pada keyakinan bahwa Tuhan adalah Maha Tunggal, dan tetap mengimani bahwa Tuhan Maha  Kuasa  menjadi  satu-satunya  penentu  kodrat.  Kedua;  adalah  nilai  filosofi, bahwa  ritual  larung  sesaji  merupakan  simbol  kesadaran  makrokosmos  yang bersifat  horisontal,  yakni  penghargaan  manusia  terhadap  alam.  Disadari  bahwa alam  semesta  merupakan  sumber  penghidupan  manusia,  sehingga  untuk melangsungkan  kehidupan  generasi  penerus  atau  anak  turun  kita,  sudah seharusnya  kita  menjaga  dan  melestarikan  alam.  Kelestarian  alam  merupakan warisan paling berharga untuk generasi penerus. Ketiga; selain kedua hal di atas, larung  sesaji  merupakan  bentuk  interaksi  harmonis  antara  manusia  dengan seluruh unsur alam semesta. Disadari pula bahwa manusia hidup di dunia berada di  tengah-tengah  lingkungan  bersifat  kasat  mata  atau  jagad  fisik,  maupun   gaib atau  jagad  metafisik.  Kedua  dimensi  jagad  tersebut  saling  bertetanggaan,  dan keadaannya  pun  sangat  kompleks. Manusia  dan  seluruh makhluk  ciptaan  Tuhan seyogyanya  menjaga  keharmonisan  dalam  bertetangga,  sama-sama  menjalani kehidupan  sebagai  makhluk  ciptaan  Tuhan.  Sebaliknya,  bilamana  dalam hubungan bertetangga (dengan alam) tidak harmonis, akan mengakibatkan situasi dan kondisi yang destruktif dan merugikan semua pihak. Maka seyogyanya jalinan keharmonisan sampai kapanpun tetap harus dijaga.

Page 15: SLAMET M

MISTERI BULAN SYURO

"Suro", seperti nama-nama bulan Jawa yang lain, bermula dari istilah bahasa Arab. Dari kata "Asyuro". Tentang "Asyuro" yang jatuh pada hari ke sepuluh Muharram, mengapa disebut demikian, ulama berbeda pendapat. (Asyuro bersumber dari kata "Asyuro" atau "Asyrah" yang berarti sepuluh).

Page 16: SLAMET M

Ada yang mengatakan, disebut demikian karena memang Asyuro itu hari yang ke sepuluh Muharram. Ada yang mengatakan karena hari itu merupakan saat mulia yang ke sepuluh dari sepuluh saat yang dimuliakan oleh Allah (sembilan lainnya adalah: bulan Rajab, Sya'ban, Ramadhan, malam Qadar, Hari Fitri, hari-hari 'Asyar, hari Arafah, hari Nahr, dan hari Jumat). Ada yang mengatakan karena hari Asyuro itu terjadi peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan 10 Nabi Allah.

MISTERI BULAN SYURO

Page 17: SLAMET M

Umat Islam sendiri menyambut bulan Muharram (Suro) sebagai awal tahun baru Hijriyah. Sedang di hari Aysuro-nya (tanggal 10 Muharram) melakukan puasa; karena ada riwayat yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. berpuasa pada hari itu, seperti misalnya yang dinyatakan oleh shahabat Ibnu Abbas r.a.:

"Ketika Nabi Saw. tiba di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi puasa pada hari Asyura, Nabi Saw. bertanya: 'Hari apa ini?' Jawab mereka: 'Hari ini hari yang baik. Pada hari ini Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuh-musuh mereka, karena itu Musa mempuasainya.' Sabda Nabi Saw.: 'Aku lebih berhak daripadamu dengan Musa. Karena itu Nabi Saw. mempuasainya dan menyusruh mempuasainya.'" (HR al-Bukhari)

MISTERI BULAN SYURO

Page 18: SLAMET M

MISTERI BULAN SYURO

Kalau kemudian ada kepercayaan bahwa bulan Suro itu merupakan "bulan gawat" atau "bulan sial", boleh jadi itu ada kaitannya dengan tragedi terbunuhnya sayyidina Huesin bin Ali xa yang terjadi pada hari Asyuro di bulan Muharram. Dalam khazanah kitab kuning sendiri, ada juga pendapat yang menghubung-hubungkan puasa Asyuro dnegan musibah Husein tersebut.

Page 19: SLAMET M

Selain itu, maaf, saya tidak tahu. Mengapa orang mengira bulan Suro itu bulan "serem", mengapa orang pada mengeluarkan senjata dan memandikannya, mengapa orang "nyiriki" bulan itu untuk melaksanakan perhelatan dan sebagainya, terus terang saya tidak tahu.

Kalau hal itu benar, artinya bulan itu memang bulan "gawat" dan "sial"m ya kasihan orang Jawa dong. Wong yang punya Suro cuma orang Jawa

Dan jika benar, Suro itu berasal dari Asyuro, seperti halnya bulan Muharram, itu saat mulia untuk sementara ulama justru saat yang penuh berkah. Wallaahu A'lam.

KH. Mustofa Bisri

Page 20: SLAMET M