SKRIPSI - YUDI SUARDI

112
PERANAN KOMITE AUDIT DALAM MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PELAKSANAAN AUDIT INTERNAL ( Studi kasus pada PT. Ultrajaya Milk Industri & Trading Company ) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat dalam menempuh Ujian Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama Disusun oleh : Nama : Yudi Suardi NRP : 01.05.041 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS WIDYATAMA Terakreditasi (Accredited) S.K. Ketua Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) Nomor : 014/BAN- PT/AK-XII/SI/VI/2009 Tanggal 12 Juni 2009 BANDUNG 2009

Transcript of SKRIPSI - YUDI SUARDI

Page 1: SKRIPSI - YUDI SUARDI

PERANAN KOMITE AUDIT DALAM MENINGKATKAN

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN AUDIT INTERNAL

( Studi kasus pada PT. Ultrajaya Milk Industri & Trading Company )

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat

dalam menempuh Ujian Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi

pada Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama

Disusun oleh :

Nama : Yudi Suardi

NRP : 01.05.041

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS WIDYATAMA

Terakreditasi (Accredited)

S.K. Ketua Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT)

Nomor : 014/BAN- PT/AK-XII/SI/VI/2009

Tanggal 12 Juni 2009

BANDUNG

2009

Page 2: SKRIPSI - YUDI SUARDI

PERANAN KOMITE AUDIT DALAM MENINGKATKAN

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN AUDIT INTERNAL

( Studi kasus pada PT. Ultrajaya Milk Industri & Trading Company )

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat

dalam menempuh Ujian Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi

pada Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama

Disusun oleh :

Nama : Yudi Suardi

NRP : 01.05.041

Menyetujui,

Dosen Pembimbing,

( H. Supriyanto Ilyas, S.E., M.Si., Ak. )

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ekonomi,

( Dr. H. Islahuzzaman, S.E., M.Si., Ak. )

Ketua Program Studi Akuntansi,

( Eriana Kartadjumena, S.E., M.M., Ak. )

Page 3: SKRIPSI - YUDI SUARDI

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Yudi Suardi

NRP : 01.05.041

Tempat dan Tanggal Lahir : Bandung, 02 Februari 1987

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul ”Peranan Komite Audit dalam

Meningkatkan Efektivitas Pelaksanaan Audit Internal”, adalah benar dan

hasilnya sendiri. Bila terbukti tidak demikian, saya bersedia menerima segala

akibat yang telah ditetapkan. Demikian skripsi ini dibuat sebagaimana mestinya.

Bandung, 15 Desember 2009

Penulis

Yudi Suardi

Page 4: SKRIPSI - YUDI SUARDI

ABSTRAK

PERANAN KOMITE AUDIT DALAM MENINGKATKAN

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN AUDIT INTERNAL

Komite audit dalam kegiatannya meliputi melaksanakan penelaahan,

mengevaluasi dan mereview pengendalian sistem intern yang dilaksanakan oleh

audit internal, serta memberikan rekomendasi hasil laporan audit internal.

Sedangkan pelaksanaan audit internal di dalam organisasi perusahaan untuk

mengendalikan intern perusahaan yang optimal dan efektif. Pelaksanaan audit

internal diukur dari standar pelaksanaan berdasarkan Standar Profesional Audit

Internal (SPAI).

Penelitian ini dilakukan pada PT Ultrajaya Milk Industry & Trading

Company Tbk dengan data yang diperoleh dari kuesioner. Tujuan penelitian ini

dilakukan adalah untuk mengetahui kefektivitasan pelaksanaan audit internal dan

untuk mengetahui peran komite audit dalam meningkatkan efektivitas

pelaksanaan audit internal.

Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi

analisis dengan pendekatan studi kasus, sedangkan untuk memperoleh data

dilakukan dengan penelitian lapangan berupa wawancara, observasi, dan

kuesioner (data primer). Selain itu juga dilakukan penelitian kepustakaan untuk

mendapatkan data sekunder sebagai landasan teoritis yang dipakai untuk dasar

pertimbangan dengan kenyataan yang ada selama dilakukannya penelitian.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan

bahwa pelaksanaan audit internal pada PT Ultrajaya Milk Industry & Trading

Company Tbk telah dilakukan dengan efektif dan demikian pula dengan komite

audit dalam meningkatkan efektivitas pelaksanaa audit internal pada PT Ultrajaya

Milk Industry & Trading Company Tbk telah dilaksanakan dengan efektif. Hal ini

dapat dilihat dari persentase jawaban kuesioner sebesar 84.23%. Jadi hipotesis

yang penulis kemukakan, yaitu: ”Komite Audit sangat berperan dalam

meningkatkan efektivitas pelaksanaan audit internal”, dapat diterima.

Page 5: SKRIPSI - YUDI SUARDI

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Puji dan syukur hanya kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat

dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Peranan Komite Audit dalam Meningkatkan Efektivitas Pelaksanaan Audit

Internal” yang merupakan salah satu syarat dalam menempuh Ujian Sarjana

Akuntansi pada Universitas Widyatama.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini banyak mendapat

bantuan berupa bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, untuk itu pada

kesempatan ini penulis ingani mengucapakan terima kasih sebesar-besarnya

kepada:

1. Kedua orang tua, papah dan mamah tercinta serta adik-adikku, Andi dan Adie

tersayang yang telah memberikan do’a, kasih sayang, perhatian, semangat

serta dukungan moril dan materil dikehidupan penulis.

2. Bapak H. Supriyanto Ilyas, S.E., M.Si., Ak., selaku Dosen Pembimbing

yang dengan telah berkenan meluangkan waktu, tenaga, pikiran untuk

membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis dalam penyelesaian

skripsi.

3. Ibu Prof. Dr. Hj. Koesbandijah A.K., M.S., Ak., selaku Ketua Badan Pengurus

Yayasan Widyatama Bandung.

4. Bapak Dr. H. Mame S. Sutoko, Ir, DEA, selaku Rektor Universitas

Widyatama.

5. Bapak Dr. H. Islahuzzaman, S.E., M.Si., Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Widyatama.

6. Bapak Eriana Kartadjumena, S.E., M.M., Ak. selaku Ketua Program Studi

Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama.

7. Bapak Usman Sastradipraja, S.E., M.Si., AK. selaku Sekretaris Program Studi

Akuntansi S-1 Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama sekaligus dosen wali

penulis.

Page 6: SKRIPSI - YUDI SUARDI

8. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Universitas Widyatama yang telah banyak

memberikan bimbingan selama masa perkuliahan penulis.

9. Seluruh Staf dan Karyawan Universitas Widyatama yang telah banyak

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Kepada Bapak Zainal Kholiddin, S.E., selaku Staf General Affair di

PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Co., terima kasih telah mengarahkan

penulis untuk melakukan penulisan dan bersedia meluangkan waktu nya

dalam rangka penyusunan skripsi ini

11. Untuk Widya Saraswati, S.E. “Daya” dan keluarga, yang selalu memberikan

dukungan, nasihat, saran sama gemblengan nya dan bantuan materil serta

doanya yang sangat memberikan motovasi dan semangad dalam

menyelesaikan skripsi ini. Makasih ya Nyon.....

12. Buat sahabat-sahabatku Dgangstah yaitu Anna Ratna Kurnia Sari “Ano”,

Arini Sri Wahyuni “Arin”, Dewi Rahmi Azachra “Dedew”, Nida Annisa

Djayadikarta “Needa”, Widya Saraswati “Daya”, Ratih Windarti “Wewe”,

Aditya Pratama “Dower”, Ali Subrata “Abah”, Fajar Shidiq “Zay”,

Muhammad Miftah Ibrahim “Meep”, Riza Ahmad Fuazi “Iza Cribs”, Kang

Yoga “Kakang”. Sahabat yang selama ini menguatkan, meneguhkan dan

banyak mendoakan penulis. Terima kasih untuk support kalian yang tidak

terputus, untuk kesetiaan dan pengorbanan serta selalu mengajak jalan-jalan

disaat jenuh dan juga telah mengenalkan dengan seseorang yang telah sangat

berati dalam hidup ini.

13. Buat sahabat-sahabat SD Sabang anak kelas 6C yang sekarang suka ngumpul

bareng lagi.

14. Buat Om Aan, Tante Yeyen, dan Tante Santi yang selalu memberi dukungan

pada penulis.

15. Kepada teman-teman angkatan 2005, teman-teman kepanitiaan mabim

2006,2007,2008 yang telah banyak membantu penulis selama masa

perkuliahan.

16. Buat anak-anak TRASH di Jl. Taruna raya yang selalu memberikan support

juga pada penulis.

Page 7: SKRIPSI - YUDI SUARDI

17. Buat anak-anak POS Daniel, Abe, Egi, Firman, Acay, Rendy, Midun, Armi,

Berry, Robby, Arly, Dian, Abi, Opick, Candra, Dicky, Riza, Meep, Gilang,

Emir, Husni, Zam-zam, Milvan, Sukma, Anjar, Faldin, Allen, Riska, Rizny,

Achie, Mutty, Ronal, Sinyo, Dean, Ayam, Nova, Mamoth, Rangga, Atis,

Rizky, Bokir, dan semua anak Pos yang belum disebutin, intinya terima kasih

sudah bisa masuk keluarga Pos. Bisa futsal bareng.

18. Buat anak-anak Kelas B Manikam, Amel, Aty, Mayang, Guantina, Denny,

Yudi, Fajar, Rama, Ance, Riche, Anto, Nugie, Adiguna, Avip, Robby, Egi,

dan semua anak Kelas B yang belum disebutin.

Akhir kata semoga Allah SWT memberikan balasan berupa hidayah dan

karunia-Nya kepada semua pihak yang telah membantu Penulis dan semoga

skripsi ini dapat memberikan manfaat serta menambah wawasan tentang Ilmu

Akuntansi bagi siapapun yang membacanya, Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandung, 23 Maret 2009

Yudi Suardi

Page 8: SKRIPSI - YUDI SUARDI

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ........................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah ........................................................... 5

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ............................................. 6

1.4 Kegunaan Penelitian ............................................................. 6

1.5 Kerangka Pemikiran ............................................................ 7

1.6 Objek dan Metode Penelitian ............................................. 10

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................. 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12

2.1 Komite Audit ........................................................................ 12

2.1.1 Pengertian Komite Audit .......................................... 12

2.1.2 Perkembangan Komite Audit ................................. 13

2.1.3 Latar Belakang Terbentuknya Komite Audit ........... 15

2.1.4 Kompisisi dan Persyaratan Anggota Komite

Audit ......................................................................... 17

2.1.5 Tugas-tugas dan Tanggung Jawab Komite Audit .... 20

2.1.6 Wewenang dan Tanggung Jawab Komite Audit

kepada Audit Internal ............................................... 22

2.1.7 Mengembangkan Komite Audit yang Handal .......... 23

Page 9: SKRIPSI - YUDI SUARDI

2.2 Audit ..................................................................................... 24

2.2.1 Pengertian Audit ...................................................... 24

2.2.2 Jenis-jenis Audit ....................................................... 25

2.3 Audit Internal ....................................................................... 26

2.3.1 Pengertian Audit Internal ......................................... 26

2.3.2 Karakateristik Audit Internal .................................... 27

2.3.3 Tujuan dan Ruang Lingkup audit Internal ............... 28

2.3.4 Peranan Audit Internal ............................................. 31

2.3.5 Program Audit .......................................................... 34

2.3.6 Pelaksanaan Audit Internal ...................................... 36

2.3.7 Laporan Hasil Audit ................................................. 37

2.3.8 Kinerja Audi t Internal ............................................. 40

2.4 Efektivitas ............................................................................ 44

2.4.1 Pengertian Efektivitas .............................................. 44

2.4.2 Indikator efektivitas Audit Internal .......................... 45

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 49

3.1 Objek Penelitian ................................................................... 49

3.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan .................................... 49

3.1.2 Visi dan Misi PT Ultrajaya .................................... 50

3.1.3 Akta Pendirian & Akta Perubahan Anggaran

Dasar Perseroan ........................................................ 51

3.1.4 Lokasi Kantor Pusat dan Pabrik Perseroan .............. 51

3.1.5 Tata Kelola Perusahaan ............................................ 52

3.1.5.1 Anggaran Dasar Perseroan ........................ 52

3.1.5.2 Organisasi Perseroan ................................. 53

3.1.6 Struktur Organisasi Perusahaan ............................... 54

3.1.7 Job Description Perusahaan ..................................... 55

3.1.8 Proses Produksi Perusahaan ..................................... 60

Page 10: SKRIPSI - YUDI SUARDI

3.1.9 Hasil Produksi dan Daerah Pemasaran .................... 62

3.1.9.1 Hasil Produksi ........................................... 62

3.2.9.2 Daerah Pemasaran 63

3.2 Metode Penelitian ................................................................. 65

3.2.1 Metode yang Digunakan .......................................... 65

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ....................................... 65

3.2.3 Operasional Variabel ................................................ 66

3.2.4 Teknik Pengembangan Instrumen ............................ 69

3.2.5 Rancangan Analisis Data ......................................... 70

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Pelaksanaan Audit Internal .................................................. 72

4.1.1. Independensi Audir Internal PT Ultrajaya Milk

Industry .................................................................... 72

4.1.2 Pemeriksaan Audit Internal PT Ultrajaya Milk

Industry .................................................................... 72

4.1.3 Aktivitas Audit Internal PT Ultrajaya Milk

Industry .................................................................... 74

4.1.4 Prosedur Tetap (Protap) Pelaksanaan Audit

Internal ..................................................................... 76

4.2 Misi, Tugas dan Tata Laksana Komite Audit Komisaris

PT Ultrajaya Milk Industry .................................................. 81

4.2.1 Tugas Komite Audit ................................................. 81

4.2.2 Tugas Khusus ........................................................... 83

4.2.3 Tata Laksana Komite Audit ..................................... 83

4.2.4 Laporan Komite Audit ............................................. 83

4.3 Pembahasan .......................................................................... 84

4.4 Pengujian Data Analisis ....................................................... 90

Page 11: SKRIPSI - YUDI SUARDI

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan .............................................................................. 93

5.2 Saran .................................................................................... 94

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 95

LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................. 96

Page 12: SKRIPSI - YUDI SUARDI

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Hasil Produksi PT Ultra Jaya ........................................................ 64

Tabel 3.2 Indikator Variabel dan Skala Pengukuran ..................................... 67

Tabel 3.3 Indikator Variabel dan Skala Pengukuran...................................... 68

Page 13: SKRIPSI - YUDI SUARDI

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Skema Proses Produksi Susu ..................................................... 61

Page 14: SKRIPSI - YUDI SUARDI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Struktur Organisasi PT. Ultrajaya Milk Industry &

Trading Co.

Lampiran 2 : Struktur Organisasi Audit Internal PT. Ultrajaya Milk

Industry & Trading Co.

Lampiran 3 : Berita Acara Pemeriksaan Fisik Kas PT. Ultrajaya Milk

Insdustry & Trading Co.

Lampiran 4 : Berita Acara Pemeriksaan Fisik Persediaan PT.Ultrajaya

Milk Industry & Trading Co.

Lampiran 5 : Surat Pemerikaan Audit Internal PT. Ultrajaya Milk

Industry & Trading Co.

Lampiran 6 : Program Operasional Audit PT. Ultrajaya Milk

Industry & Trading Co.

Lampiran 7 : Surat Survey

Lampiran 8 : Kartu Bimbingan Skripsi

Page 15: SKRIPSI - YUDI SUARDI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Indonesia sebagai salah satu negara berkembang di kawasan Asia,

terutama Asia Tenggara secara terus menerus berusaha menggalakkan

pembangunan ekonomi, yang merupakan bidang yang selalu mendapatkan

prioritas utama. Faktor utama pertumbuhan ekonomi bersumber dari kemajuan

teknologi dan berhubungan juga dengan tingkat keahlian atau kemahiran dari

sumber daya manusia. Perseroan Terbatas (PT) sebagai salah satu pelaku ekonomi

dengan misi dan peran yang dimilikinya, saat ini mengahadapi tantangan

kompetisi global dunia usaha yang semakin besar.

Dalam era globalisasi sekarang ini telah tumbuh dan berkembang

bermacam-macam perusahaan industri berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang

satu sama lain saling bersaing dalam membangun pertumbuhan ekonomi, di

tambah lagi arus informasi yang bergerak sangat cepat, akurat, dan tepat waktu.

Perseroan Terbatas (PT) baik yang sudah go public maupun tidak atau

belum go public, kepemilikan satuan usahanya terbagi dalam saham-saham yang

dimiliki oleh para pemegang saham. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

merupakan kekuasaan tertinggi dalam Perseroan Terbatas (PT) dan

diselenggarakan sebagai tempat berkumpulnya para pemilik untuk membahas dan

mengambil keputusan atas masalah-masalah yang timbul dalam perusahaan. Bagi

perusahaan yang go public, di mana para pemegang sahamnya tersebar luas di

berbagai daerah di dalam negeri hingga bahkan di luar negeri sangatlah sulit dan

tidak praktis untuk menghadiri RUPS yang terlalu sering.

Deregulasi, desentralisasi, dan demokratisasi dalam perusahaan sebaiknya

tidak hanya menyangkut aktivitas operasionalnya saja, tetapi menyangkut

kewenangan yang dimiliki oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Untuk

itu perlu kiranya sebagian tugas dan wewenang RUPS dilimpahkan kepada

Dewan Komisaris akan terlibat langsung dalam pengelolaan perusahaan bersama

Dewan Direksi perusahaan. Dewan Komisaris umumnya terdiri dari beberapa

Page 16: SKRIPSI - YUDI SUARDI

orang dengan latar belakang pendidikan dan atau pengalaman yang berbeda-beda.

Dengan sebagian besar kewenangan RUPS dilimpahkan kepada dewan komisaris,

tidaklah mungkin dipikirkan dan ditangani sendiri oleh Dewan Komisaris. Dengan

demikian diperlukan suatu unit independen yang dinamakan Komite Audit.

Salah satu prasyarat implementasi Good Corporate Governance (GCG) di

BUMN dan perusahaan publik Indonesia adalah keberadaan Komite Audit di

dalam organisasi perusahaan. Khusus untuk BUMN, keberadaan Komite Audit

adalah suatu keharusan bagi BUMN yang telah diatur dan ditetapkan dalam

Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor : Kep-117/M-MBU/2002

yang dikeluarkan pada tanggal 1 Agustus 2002. Selain itu, Komite Audit juga

ditetapkan dalam surat keputusan dari Bapepam Nomor : KEP-41/PM/2003

tanggal 22 Desember 2003 pasal 2 tentang Emitten atau perusahaan publik wajib

memiliki Komite Audit.

Bank, BUMN, dan perusahaan publik wajib membentuk dan

mengembangkan fungsi internal audit yang independen, memiliki staf yang

kompeten, dan didukung sumber daya yang memadai. Fungsi internal audit

memberikan assessment (penilaian) atas pengendalian internal dan proses

pengelolaan risiko kepada Manajemen Senior, Direksi, Komite Audit, dan

Komisaris. Direksi dan komisaris pada bank , BUMN, dan Perusahaan Publik

diwajibkan melaporkan hasil penelitian atas efektivitas pengendalian internal pada

organisasinya termasuk kepatuhan terhadap peraturan perundangan yang berlaku,

dalam laporan tahunan perusahaan. Bank, BUMN, dan Perusahaan Publik

membentuk Komite Audit untuk membina dan mendukung internal auditor dalam

melakukan penilaian atas proses corporate governance, pengelolaan risiko, dan

pengendalian internal. Direksi bertanggung jawab atas proses corporate

governance, pengelolaan risiko, dan pengendalian internal. Dewan Komisaris

bertanggung jawab memonitor efektivitas pelaksanaannya. Oleh karena itu,

internal audit wajib menyampaikan laporannya kepada Direktur Utama dan

kepada Komisaris Utama melalui Komite Audit.

Page 17: SKRIPSI - YUDI SUARDI

Komite Audit beranggotakan auditor independen yang bertanggungjawab

dan diketuai oleh komisaris independen. Komite Audit bertanggungjawab kepada

Dewan Komisaris dan bertugas untuk memberikan pendapat profesional yang

independen tentang telaah atas informasi keuangan yang dikeluarkan perusahaan,

telaah atas ketaatan peusahaan pada peraturan perundang-undangan pasar modal

serta peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan kegiatan

perusahaan dan telaah atas kecukupan pemeriksaan yang dilakukan oleh akuntan

publik untuk memastikan semua risiko telah dipertimbangkan. Selain itu, Komite

Audit juga bertanggungjawab untuk mendorong terbentuknya struktur

pengawasan internal yang memadai, meningkatkan kualitas keterbukaan dan

pelaporan keuangan, mengkaji ruang lingkup dan ketepatan eksternal audit, biaya

eksternal audit, dan kemandirian serta objektivitas eksternal auditor.

Berdasarkan tinjauan historis dalam artikel yang ditulis oleh Hekinus

(2004 : 5) menunjukkan bahwa keberadaan Komite Audit menjadi semakin

penting terutama untuk memulihkan dan mempertinggi daya tahan perusahaan

setelah berbagai kasus kecurangan yang terjadi. Tujuan pembentukan Komite

Audit umumnya dimaksudkan untuk mempertahankan kepercayaan masyarakat

terhadap mekanisme akuntansi, auditing, serta sistem pengendalian yang lain

sehingga unsur-unsur pengendalian tersebut tetap optimal dalam sistem ekonomi

pasar.

Masih dari artikel yang dikemukakan Hekinus, disebutkan bahwa hingga

saat ini belum ada kesepakatan mengenai tolak ukur keberhasilan atau efektivitas

suatu Komite Audit. Sementara belum terdapat hasil pembuktian empiris

mengenai hal ini, Summer (1991) berpandangan bahwa Komite Audit di banyak

perusahaan belum melakukan tugasnya dengan baik. Menurut Summer, banyak

Komite Audit yang hanya sekedar melakukan tugas-tugas rutin, karena banyak di

antara mereka tidak memiliki kompetensi dan independensi yang memadai, dan

juga banyak yang belum memahami peran pokoknya. Summer berpendapat bahwa

adanya Komite Audit yang efektif akan memberi perlindungan bagi akuntan

publik yang melakukan kegiatan audit, serta mengangkat hakikat auditor internal

karena pelaksanaan fungsinya akan lebih diperhatikan.

Page 18: SKRIPSI - YUDI SUARDI

Belum efektifnya Komite Audit juga disebutkan dalam artikel Kompas

(2003) Komisaris Independen PT Indofood Sukses Makmur, Wahjudi Prakarsa

mengatakan bahwa Komite Audit belum bertindak secara benar. Menurut Hekinus

Manao selaku Kepala Pusat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Departemen

Keuangan Republik Indonesia berpendapat bahwa fakta ketidakefektifan Komite

Audit di Indonesia terlihat dari gagalnya Komite Audit pada BUMN dan bank-

bank swasta. Hekinus Manao juga mengatakan kegagalan Komite Audit ini

disebabkan beberapa fakta antara lain peran Komisaris yang oportunis,

pemahaman fungsi Komite Audit masih rendah, kendala implementasi GCG

berkaitan fungsi RUPS yang masih kurang jelas dan masih diperebutkannya

auditor eksternal.

Audit internal yang fungsinya sebagai penilai kegiatan perusahaan

seharusnya memiliki andil yang cukup besar dalam membantu perusahaan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkannya. Jasa yang diberikan oleh seorang

auditor internal bisa memberi banyak masukkkan baik untuk auditee yang

diperiksanya, untuk pihak manajemen, untuk Dewan Direksi, untuk Komite

Audit, atau bahkan untuk auditor eksternal, apabila tugasnya dilaksanakan secara

efektif. Peran penting auditor internal di dalam suatu organisasi dapat dilihat

dalam laporan survey Harvard University seperti yang dikemukakan Chamber

(1981 : 10), terdapat dalam majalah Internal Audit No. 3 tahun 1997, yaitu :

“Audit internal telah menangani sekitar 30% efisiensi dan efektivitas

kegiatan perusahaan. Di samping itu, audit internal semakin banyak

memberikan kepada manajemen di mana aktivitas audit tidak lagi berfokus

kepada keuangan, namun telah banyak ke bidang operasional antara lain

produksi, penjualan, distribusi, personalia, dsb.”

Audit internal yang merupakan alat pengendalian perpanjangan tangan

manajemen dalam melakukan fungsi pengawasan (controlling) adalah penting

untuk membantu manajemen dalam mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan.

Lebih lagi perkembangan saat ini telah menempatkan fungsi audit internal pada

posisi yang lebih penting daripada sebelumnya di mana ada pergeseran peran

audit internal dari suatu fungsi yang bertugas memberikan penilaian dan

Page 19: SKRIPSI - YUDI SUARDI

pengawasan menjadi suatu fungsi yang dapat memberikan masukkan-masukkan

operasional dan strategis.

Kenyataan ini mendorong penulis untuk mengamati apakah adanya

peranan dan hubungan Komite Audit dengan membantu audit internal dalam

meningkatkan efektivitas pelaksanaanya di dalam perusahaan. Oleh karena itu,

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai peran Komite Audit dan

hubungan dalam peningkatan efektivitas pelaksanaan audit internal di salah satu

Perusahaan yang berada di Bandung. Jika ternyata peran Komite Audit hasilnya

positif dalam efektivitas pelaksanaan yang dilakukan oleh audit internal, maka

audit internal diharapkan untuk melakukan langkah-langkah perubahan

pelaksanaannya sebagai implikasi dari adanya peranan Komite Audit sehingga

dapat lebih memberikan nilai tambah dalam mencapai tujuan perusahaan

tempatnya bekerja.

Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul : “PERANAN KOMITE AUDIT DALAM

MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PELASANAAN AUDIT INTERNAL“

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang sebelumnya, penulis

mengidentifikasi masalah yang diangkat dalam peneltian ini adalah :

1. Apakah pelaksanaan audit internal telah berjalan efektif

2. Apakah terdapat peran Komite Audit dalam meningkatkan efektivitas

pelaksanaan audit internal

Page 20: SKRIPSI - YUDI SUARDI

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dilakukan penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data yang

berhubungan dengan berperannya Komite Audit dan meningkatkan efektivitas

pelaksanaan audit internal untuk digunakan peneliti sebagai data penyusunan

skripsi. Skripsi tersebut sebagai persyaratan untuk menyelesaikan Program Studi

Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama.

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui keefektivitasan pelaksanaan audit internal.

2. Untuk mengetahui peran Komite Audit dalam meningkatkan efektivitas

pelaksanaan audit internal.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian yang berkaitan dengan peranan Komite Audit terhadap

efektivitas pelaksanaan audit internal ini diharapkan bermanfaat untuk :

1. Bagi Penulis

Kegiatan penelitian ini dapat memberikan wawasan pengatahuan atas

permasalahan yang diteliti, pengalaman dan bentuk penerapan ilmu yang telah

didapat selama kuliah.

2. Bagi Perusahaan

Diharapkan melalui penelitian ini dapat memberikan masukkan dan saran

kepada pihak perusahaan untuk mengetahui pentingnya peran Komite Audit

terhadap efektivitas audit internal dalam suatu perusahaan, dan untuk

mengevaluasi efektivitas unit audit internal di perusahaan sehingga terjadi

perbaikan di masa yang akan datang.

3. Bagi Masyarakat Umum

Diharapkan dari penelitian ini dapat menambah informasi dan wawasan

masyarakat umum mengenai peran Komite Audit terhadap efektivitas

pelaksanaan audit internal.

Page 21: SKRIPSI - YUDI SUARDI

1.5 Kerangka Pemikiran

Pada perusahaan yang masih memiliki ukuran relatif kecil di mana

operasional atau kegiatan perusahaan dapat dikerjakan beberapa orang, pemilik

atau pimpinan dapat mengawasi dan mengendalikan segala sesuatu yang terjadi

dalam perusahaan secara langsung. Namun, dengan bertambah besar dan

kompleksnya perusahaan, jarak antara manajemen dan pegawai semakin jauh.

Lebih banyak orang yang terlibat dan lebih banyak struktur yang dibutuhkan

dalam perusahaan. Oleh karena itu, penggunaan audit internal adalah sangat

penting bagi perusahaan. Mengenai pengendalian manajemen, Ratliff (2002)

mengemukakan:

“The management control process is expected to ensure that organization

is working toward its stated objectives and that required resources to

achieve such goals are available when needed”

Manajemen bertanggung jawab atas pengendalian internal organisasi dan

tanggung jawab ini diwujudkan melalui audit internal untuk mengawasi kinerja

sistem pengendalian organisasi, di mana audit internal berfungsi sebagai feedback

untuk manajemen. Audit internal merupakan fungsi dalam organisasi yang

bertugas memeriksa dan menilai aktivitas-aktivitas dalam perusahaan. Tanpa

fungsi audit internal, Dewan Direksi tidak memiliki sumber informasi internal

yang bebas mengenai organisasi, mengingat pengertian audit internal adalah :

“Internal auditing is an independent, objective assurance and consulting

activity designed to add value and improve an organization’s operations.

It helps an organization accomplish its objectives by bringing a

systematic, diciplined approach to evaluate and improve the effectiveness

of risk management, control and governance processes” (Arens et al,

2003 : 732; Pickett 2004: 3, IIA Research Foundation-IIARF-2004: xxvii).

Untuk mencapai tujuan tersebut audit internal menganalisis, menilai,

memberikan rekomendasi, memberikan bimbingan, dan memberikan informasi

sehubungan dengan aktivitas yang diperiksa. Adanya internal audit selama

ini di dalam perusahaan ternyata kurang dapat memberikan kepercayaan

yang maksimal bagi pihak publik atas efektivitas kinerja perusahaan. Maka

Page 22: SKRIPSI - YUDI SUARDI

dibutuhkan suatu pihak yang independen yang dapat menjamin kepercayaan

publik terhadap suatu perusahaan yang saat ini dikenal dengan nama Komite

Audit.

Komite Audit adalah sekelompok orang yang dipilih oleh kelompok yang

lebih besar, untuk mengerjakan pekerjaan tertentu atau untuk melakukan tugas-

tugas khusus (Hiro, 2002:8). Sebuah Komite Audit dapat melayani perusahaan

dengan sangat baik pada saat ia merupakan kelompok independen dan memiliki

tanggung jawab yang pasti, pada saat Ia memiliki akses penuh terhadap informasi

keuangan perusahaan dan pada saat diinformasikan dari semua kepentingan

manajemen.

Menurut Amin Widjaya Tunggal (2002:1), faktor-faktor yang

mempengaruhi efektivitas Board of Directors dan Komite Audit

“Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas Board of Director dan

Komite Audit suatu entitas mencakup independensi dari Komite Audit,

pengalaman dan kualitas anggotanya, tingkat keterlibatan mereka terhadap

aktivitas, ketepatan tindakan mereka, tingkat kualitas pertanyaan yang

muncul dan terus dipertanyakan kepada manajemen, serta interaks mereka

dengan auditor internal dan auditor ekstenal”.

Lingkungan pengendalian (control environment) dari suatu organisasi

secara signifikan dipengaruhi oleh efektivitas Board of Directors (Dewan

Komisaris, Direksi, dan Komite Audit). Board of Directors dan Komite Audit

umumnya bertugas untuk mengarahkan dan mengawasi suatu entitas. Mereka

bertanggung jawab untuk memonitor operasi dan kemajuan entitas, mengotorisasi

aktivitas tertentu, memberikan nasihat kepada manajemen dan mengawasi

pengendalian intern serta pelaporan keuangan.

Komite Audit harus terhindar dari campur tangan keputusan-keputusan

operasional sehari-hari. Kecuali terhadap jumlah yang terbatas dari pembentukan

suatu lingkungan kontrol yang efektif. Jika Komite Audit mengambil alih fungsi

manajemen, Ia akan kehilangan independensi dan objektivitasnya dalam

hubungan dengan manajemen.

Page 23: SKRIPSI - YUDI SUARDI

Menurut Surat Edaran Bapepam SE-03/PM/2003, Komite Audit

mempunyai fungsi Dewan Komisaris untuk :

1. Meningkatkan kualitas Laporan Keuangan.

2. Menciptakan iklim disiplin dan pengendalian yang dapat mengurangi

kesempatan terjadinya penyimpangan dalam pengelolaan perusahaan.

3. Meningkatkan efektivitas internal auditor dan eksternal auditor.

4. Mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian Dewan Komisaris.

Lebih jauh lagi menurut Hiro dan dikutip oleh Kasyful (Media Ak,

2003:49) tentang wewenang dan tanggung jawab Komite Audit kepada auditor

internal atas sebagai referensi kepada auditor internal dalam hal :

1. Melakukan penelaahan terhadap program kerja dan fungsi audit internal.

2. Melakukan pekerjaan untuk bisa membangun dan mengembangkan semua

fungsi audit internal.

3. Melakukan investigasi yang diperlukan dengan atau di bawah kewenangan

dari Kepala Audit Internal ke dalam semua aktivitas perusahaan yang

berhubungan dengan Komite Audit.

Peranan yang baik atas Komite Audit diharapkan dapat memberikan

implikasi yang baik terhadap peran yang mungkin dimainkan oleh auditor internal

dalam mencapai efektivitas pelaksanaan audit internal yang baik.

Menurut Komarudin (1994) pengertian peranan (role) dapat didefinisikan

sebagai berikut :

1. Bagian dari tugas utama yang harus dilakukan oleh seseorang dalam

manajemen.

2. Pola perilaku yang diharapkan dapat menyertai suatu status.

3. Bagian dari fungsi seseorang dalam kelompok.

4. Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi karakteristik yang ada

padanya.

5. Fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab akibat.

Page 24: SKRIPSI - YUDI SUARDI

Pelaksanaan audit internal menurut Standar Profesi Audit Internal (SPAI)

dapat terlihat dari indikator-indikator sebagai berikut :

1. Independensi atau kemandirian bagian internal audit yang membuatnya

terpisah dari berbagai kegiatan yang diperiksa dan keobjektifan para

pemeriksa intern (auditor internal).

2. Kemampuan profesional dan penggunaan kemahiran profesional secara cermat

dan seksama para pemeriksa intern.

3. Lingkup pekerjaan pemeriksaan intern.

4. Pelaksanaan kegiatan pemeriksaan intern.

5. Pemantauan tindak lanjut.

Penilaian terhadap efektif tidaknya hasil pelaksanaan yang dilakukan oleh

audit internal dilihat dari keberadaan peranan Komite Audit di dalam perusahaan

itu sendiri, serta hubungan Komite Audit dengan pihak yang berhubungan

langsung dengan auditor internal (pihak auditee), ataupun pihak lain yang ada

hubungannya dengan internal seperti pihak auditor eksternal ataupun pihak-pihak

yang terlibat dalam organisasi profesi yang diikuti oleh auditor intern.

Berdasarkan uraian kerangka pemikiran, maka penulis merumuskan

hipotesis, yaitu : “Komite Audit sangat berperan dalam Meningkatkan Efektivitas

Pelaksanaan Audit Internal”

1.6 Objek dan Metode Penelitian

1.6.1 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah peranan Komite Audit dalam meningkatkan

efektivitas pelaksanaan audit internal, yang akan diteliti dengan menggunakan

kuesioner.

Pemilihan data-data di atas didasarkan atas pertimbangan untuk

mendapatkan gambaran mengenai peranan Komite Audit dan hubungannya dalam

meningkatkan efektivitas pelaksanaan audit internal.

Page 25: SKRIPSI - YUDI SUARDI

1.6.2 Metode Penelitian

Dalam rangka mencari dan mengumpulkan data yang akan dipakai untuk

menyusun skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu

metode yang digunakan untuk menjelaskan atau menggambarkan mengenai objek

yang diteliti. Metode pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan

metode survey yaitu metode pengumpulan data dengan menggunakan pertanyaan

lisan dan tertulis. Sedangkan pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara

studi literatur. Data yang diperoleh tersebut kemudian akan diolah, dianalisis dan

diproses lebih lanjut dengan dasar-dasar teori yang telah dipelajari sehingga dari

data tersebut dapat ditarik kesimpulan.

Teknik yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah:

1. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian lapangan ini akan dilakukan dengan cara meneliti data primer yang

merupakan data yang diperoleh secara langsung dari sumber data yaitu

perusahaan tempat penelitian yang berupa kuesioner, prosedur-prosedur serta

data-data yang terkait dengan prosedur audit internal dan Komite Audit.

2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian ini gunanya untuk memperoleh data sekunder yang merupakan data

yang diperoleh dari orang atau badan lain yang belum dikumpulkan atau

belum diolah menjadi data-data yang diperlukan. Dengan cara mempelajari

buku-buku yang mempunyai hubungan dengan masalah yang diteliti dan dapat

digunakan sebagai landasan teoritis dalam menganalisis masalah, selain itu

dapat digunakan sebagai pedoman untuk melaksanakan studi dan penelitian

dalam lapangan.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Dalam penyusunan skripsi ini penelitian dilakukan di PT. Ultrajaya Milk

Industry & Trading Company Tbk, yang berlokasi di Jalan Raya Cimareme 131

Padalarang 40552- Kabupaten Bandung. Waktu penelitian dilakukan mulai dari

bulan September 2009 sampai dengan bulan November 2009.

Page 26: SKRIPSI - YUDI SUARDI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komite Audit

Telah diketahui secara umum bahwa untuk dapat bekerja secara tepat guna

dalam suatu lingkungan usaha yang kompleks, Dewan Komisaris harus

mendelegasikan beberapa tugas kepada komite-komite. Adanya komite-komite ini

merupakan suatu sistem yang bermanfaat untuk dapat melaksanakan pekerjaan

Dewan Komisaris secara lebih rinci dengan memusatkan perhatian Komisaris

kepada bidang khusus perusahaan atau cara pengelolaan yang baik (governance)

oleh manajemen. Salah satu komite yang umumnya dibentuk adalah Komite

Audit.

2.1.1 Pengertian Komite Audit

Pengertian Komite Audit adalah komite yang bertugas untuk membantu

dewan pengawas organisasi dalam memastikan efektivitas sistem pengendalian

intern dan efektivitas tugas auditor eksternal dan auditor internal (Hiro, 2004). Di

dalam perusahaan, Komite Audit sangat berguna untuk menangani masalah-

masalah yang membutuhkan integrasi dan koordinasi sehingga dimungkinkan

permasalahan-permasalahan yang signifikan atau penting dapat segera teratasi.

Pengertian Komite Audit menurut Arens et al (2006:84) adalah sebagai

berikut :

“An audit committee is a selected number of members of company’s Board

of Directors whose responsibilities include helping auditors remain

independent of management. Most audit committees are made up of three

to five or sometimes as many as seven directors who are not a part of

company management.”

Page 27: SKRIPSI - YUDI SUARDI

K.H. Spencer Picket menyatakan pengertian Komite Audit (2006:37)

sebagai berikut :

“The audit committee (AC) is a standing committee of the main board and

tends to consist of a minimum of three non-executive directors (NEDs).

Most audit committees meet quarterly and they are now found in all

business and government sectors for larger organization. The format is

normally that the CFO, external audit, CEO and CAE attend whenever

required.”

Dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa untuk

mempertahankan independensi dan kebebasan dalam melaksanakan tugasnya

anggota Komite Audit hanya terdiri atas anggota Dewan Komisaris yang bukan

termasuk manajemen perusahaan (tidak terlibat dalam menjalankan operasi

perusahaan).

2.1.2 Perkembangan Komite Audit

Perkembangan Lembaga Komite Audit di Indonesia (Hiro Tugiman, 2004)

adalah sebagai berikut :

Tanggal 5 Oktober 1995

Badan Usaha di Indonesia yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) dan

terlebih-lebih yang sudah terjun ke pasar modal (go public) sebaiknya diwajibkan

membentuk Komite Audit.

Tanggal 8 Maret 1999

Menteri Negara Pendayagunaan Badan Usaha Milik Negara (M-P.BUMN)

dengan Surat Keputusan Nomor : KEP-133/M-BUMN/1999, tentang

Pembentukan Komite Audit Bagi Badan Usaha Milik Negara yang antara lain

mengatur : Komisaris Badan Usaha Milik Negara dapat membentuk Komite Audit

(pasal 2 ayat 1).

Tanggal 6 September 1999

Setelah mengetahui Surat Keputusan yang dikelurkan pada tanggal 8

Maret 1999, Hiro khawatir kalau ada yang bertanya antara lain tentang tugas,

tanggung jawab, hak dan kewajiban dari Komite Audit. Lalu Beliau menyusun

Page 28: SKRIPSI - YUDI SUARDI

buku Contoh Anggaran Dasar Komite Audit tertanggal 6 September 1999, yang

mana Beliau selanjutnya mengirimkan buku tersebut kepada sebagian besar

Komisaris BUMN di Indonesia (semuanya dibiayai oleh PT Telkom).

Tanggal 19 Juni 2003

Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan Undang-Undang Nomor 19

tahun 2003 tanggal 19 Juni 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, antara lain

mengatur : (1) Komisaris dan Dewan Pengawas BUMN wajib membentuk Komite

Audit yang bekerja secara kolektif atau berfungsi membantu Komisaris atau

Dewan Pengawas dalam melaksanakan tugasnya (Pasal 70).

Tanggal 29 Juli 2003

Lima organisasi profesi auditor internal Indonesia yang terdiri dari : (1)

The Institute of Internal Auditors (IIA) Indonesia Chapter; (2) Forum Komunikasi

Satuan Pengawasan Internal (FKSPI BUMN/D); (3) Yayasan Pendidikan Internal

Audit (YPIA); (4) Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA); dan

(5) Perhimpunan Auditor Internal Indonesia (PAII) mengeluarkan Position Paper

# 1/ 2003, yaitu: “Rekomendasi Mengenai Peran Audit Internal dalam

Meningkatkan Corporate Governance di Indonesia”.

Rekomendasi tersebut disampaikan oleh organisasi profesi auditor internal

kapada Gubernur Bank Indonesia, Menteri BUMN, dan Ketua Badan Pengawas

Pasar Modal; yang isinya antara lain:

(1) Direksi dan Komisaris pada Bank, BUMN, dan Perusahaan Publik agar

diwajibkan melaporkan hasil penilaian atas efektivitas pengendalian intern

pada organisasinya termasuk kepatuhan tarhadap peraturan perundangan yang

berlaku,dalam laporan tahunan perusahaan.

(2) Bank, BUMN, dan Perusahaan Publik agar membentuk Komite Audit untuk

membina dan mendukung auditor internal dalam melakukan penilaian atas

proses corporate governance, pengelolaan risiko, dan pengendalian intern.

Tanggal 22 Desember 2003

Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) mengeluarkan Surat

Keputusan Nomor : KEP-41/PM/2003, tentang Pembentukan dan Pedoman

Page 29: SKRIPSI - YUDI SUARDI

Pelaksanaan Kerja Komite Audit, antara lain mengatur : Emiten atau Perusahaan

Publik wajib memiliki Komite Audit sebagaimana diisyaratkan dalam lampiran

keputusan ini, selambat-lambatnya pada tanggal 31 Desember 2004.

2.1.3 Latar Belakang Terbentuknya Komite Audit

Perkembangan teknologi setelah revolusi industri memberikan pengaruh

yang besar terhadap perkembangan perekonomian dunia. Dengan perkembangan

teknologi memungkinkan diadakannya mekanisme dan perubahan kerja di

berbagai bidang. Pola kerja lebih cepat dan tepat sehingga lebih efisien dalam

penggunaan sumber daya, dan produk yang dihasilkan lebih optimal. Perubahan

itu berdampak kepada ekspansi usaha yang semakin cepat, yang mana

mengakibatkan semakin besar modal yang dibutuhkan untuk melakukan investasi

baru. Salah satu upaya yaitu dengan melakukan penambahan modal secara go

public.

Karena kepemilikan saham yang dikuasai oleh masyarakat luas baik

nasional maupun internasional, sehingga berakibat kepada sulitnya pengambilan

keputusan pada tingkat tinggi. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sebagai

kekuasaan tertinggi dalam perusahaan, tidak mungkin diadakan sesering mungkin

karena beragamnya pemilik. Di lain pihak, banyak wewenang yang harus

diputuskan oleh RUPS di antaranya (Hiro, 1996:6-7) :

1. Melakukan perubahan dan pengesahan anggaran dasar dan anggaran rumah

tangga perusahaan.

2. Mengesahkan pertanggungjawaban atas laporan keuangan tahunan.

3. Mengangkat dan memberhentikan Dewan Direksi.

4. Mengangkat dan memberhentikan Dewan Komisaris.

5. Menyetujui pengeluaran saham baru.

6. Penunjukkan auditor internal.

7. Menyetujui dan mengesahkan revisi rencana kerja dan anggaran sampai

dengan batas tertentu.

Page 30: SKRIPSI - YUDI SUARDI

8. Menghibahkan harta perusahaan.

9. Mengesahkan dan menyetujui pembentukan perusahaan anak.

10. Menyetujui rencana penjualan aktiva tetap.

Oleh karena itu, perlu dilakukan deregulasi wewenang sehingga sebagian

tugas dan wewenang RUPS dilimpahkan kepada Dewan Komisaris. Tugas RUPS

dibatasi hanya membahas hal-hal yang sangat signifikan yaitu (Hiro, 1995:8) :

1. Pertanggungjawaban laporan keuangan.

2. Perubahan anggaran dasar perusahaan.

3. Pengangkatan Dewan Direksi dan Dewan Komisaris.

Akibat adanya pelimpahan wewenang kepada Dewan Komisaris, tugas

yang diemban Dewan Komisaris semakin berat. Untuk menangani pekerjaan

Dewan Komisaris, khususnya mengenai masalah pengendalian, dibentuklah suatu

komite, yang beranggotakan Komisaris yang tidak terlibat dalam manajemen serta

dapat dibantu oleh pihak luar yang independen. Komite itu dinamakan Komite

Audit.

Secara kuantitatif maupun kualitatif, pembentukan Komite Audit akan

banyak membantu efektivitas dan efisiensi perusahaan. Bahkan adanya Komite

Audit merupakan suatu keharusan apabila perusahaan tersebut mendaftarkan diri

pada bursa saham di New York Stock Exchange, seperti yang dikemukakan oleh

Arens (1994: 84) :

“An audit committee is required for all companies listed on the New York

Stock Exchange”

Menurut Hiro Tugiman, keuntungan yang dicapai dengan dibentuknya

suatu Komite Audit, yaitu :

1. Penggabungan keahlian khusus yang dimiliki para anggota komite yang

diperlukan untuk menyelesaikan aktivitas atau masalah tertentu.

2. Dapat memfokuskan diri secara intensif pada pokok permasalahan, sehingga

masalah dapat diselesaikan dalam periode yang relatif lebih singkat.

3. Masalah-masalah yang berlanjut untuk periode waktu yang lama dapat terus

diawasi.

Page 31: SKRIPSI - YUDI SUARDI

4. Dapat menimbulkan perasaan terlibat dan partisipasi yang tinggi dalam diri

anggota komite, karena mereka membagi tanggung jawab yang sama atas

penyelesaian masalah.

5. Anggota dapat mengembangkan keterampilan secara bersama-sama.

Dalam hal ini untuk kepentingan Dewan Komisaris, pembentukan Komite

Audit kelihatannya berarti suatu perusahaan/peningkatan penugasan dalam arti :

1. Aktif dalam mekanisme pemeriksaan, baik pemeriksaan yang dilakukan oleh

eksternal auditor maupun yang dilaksanakan oleh internal auditor.

2. Aktif dalam mengadakan penelaahan terhadap kebijakan akuntansi yang

dilaksanakan oleh perusahaan khususnya mengenai laporan keuangan.

2.1.4 Komposisi dan Persyaratan Anggota Komite Audit

Surat Keputusan Menteri P.BUMN Nomor : KEP-133/M-P.BUMN/1999

tanggal 8 Maret 1999 pasal 4 dan 5 telah mengatur komposisi dan persyaratan

anggota Komite Audit yaitu :

Pasal 4

(1) Keanggotaan Komite Audit terdiri dari sekurang-kurangnya :

a. Satu orang Komisaris

b. Dua orang ahli yang bukan merupakan pegawai BUMN yang

bersangkutan.

(2) Salah satu anggota Komisaris sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a,

bertindak sebagai Ketua Komite Audit.

Pasal 5

Persyaratan untuk dapat diangkat sebagai anggota Komite Audit adalah :

1. Memiliki integritas yang baik dan pengetahuan serta pengalaman kerja yang

cukup di bidang pengawasan / pemeriksaan dan bidang-bidang lainnya yang

dianggap perlu sehingga dapat melaksanakan fungsinya sebagaimana

tercantum dalam pasal 3 secara optimal.

Page 32: SKRIPSI - YUDI SUARDI

2. Tidak memiliki kepentingan / keterkaitan pribadi yang dapat menimbulkan

dampak negatif dan konflik kepentingan terhadap Badan Usaha Milik Negara

yang bersangkutan, misalnya :

a. Mempunyai kaitan keluarga sedarah atau semenda sampai dengan derajat

ketiga baik menurut garis lurus maupun garis ke samping dengan

pengawas atau pejabat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang

bersangkutan.

b. Mempunyai kaitan dengan rekanan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

yang bersangkutan.

3. Mampu kaitan dengan rekanan Badan Usaha Milik Negara yang bersangkutan.

Surat Keputusan Bapepam Nomor : KEP-41/PM/2003, tanggal 22

Desember 2003, tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite

Audit sebagai berikut :

Pedoman Pembentukan Komite Audit :

1. Struktur Komite Audit diangkat dan diberhentikan oleh Dewan Komisaris dan

dilaporkan kepada Rapat Umum Pemegang Saham.

2. Anggota Komite Audit yang merupakan Komisaris Independen bertindak

sebagai Ketua Komite Audit. Dalam hal Komisaris Independen yang menjadi

anggota Komite Audit lebih dari satu orang maka salah satunya bertindak

sebagai Komite Audit.

Persyaratan keanggotaan Komite Audit :

1. Memiliki integritas yang tinggi, kemampuan pengetahuan dan pengalaman

yang memadai sesuai dengan latar belakang pendidikannya, serta mampu

berkomunikasi dengan baik.

2. Salah seorang dari anggota Komite Audit memiliki latar belakang pendidikan

akuntansi atau keuangan.

3. Memiliki pengetahuan yang cukup untuk membaca dan memahami laporan

keuangan.

4. Memiliki pengetahuan yang memadai tentang peraturan perundangan di

bidang pasar modal dan peraturan perundang-undangan terkait lainnya.

Page 33: SKRIPSI - YUDI SUARDI

5. Bukan merupakan orang dalam Kantor Akuntan Publik yang memberikan jasa

audit dan atau non-audit pada Emiten atau Perusahaan Publik yang

bersangkutan dalam 1 (satu) tahun terakhir sebelum diangkat oleh Komisaris

sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Nomor VIII A2 tentang independensi

Akuntan yang memberikan jasa audit di pasar modal.

6. Bukan merupakan Karyawan Kunci Emiten atau Publik yang bersangkutan

dalam 1 (satu) tahun terakhir sebelum diangkat Komisaris.

7. Tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung pada Emiten

atau Perusahaan Publik. Dalam hal anggota Komite Audit memperoleh saham

akibat suatu peristiwa hukum maka dalam jangka waktu 6 (enam) bulan

setelah diperolehnya saham tersebut wajib mengalihkan kepada pihak lain.

8. Tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan Emiten atau Perusahaan Publik,

Komisaris, Direksi, atau Pemegang Saham Utama Emiten atau Perusahaan

Publik.

9. Tidak memiliki hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung yang

berkaitan dengan usaha Emiten atau Perusahaan Publik.

10. Tidak merangkap sebagai anggota Komite Audit pada Emiten atau

Perusahaan Publik lain pada periode yang sama.

Pedoman Kerja Komite Audit

Secara umum, Audit Committee Charter merupakan misi, wewenang,

kewajiban, dan tanggung jawab Komite Audit Charter tersebut harus mendapat

persetujuan dari Dewan Komisaris.

Page 34: SKRIPSI - YUDI SUARDI

Audit Committee Charter mendefinisikan :

1. Maksud dan tujuan secara keseluruhan.

2. Ukuran organisasi, keseringan dan waktu pertemuan.

3. Peranan dan tanggung jawab.

4. Hubungan dengan manajemen, auditor internal dan auditor eksternal.

5. Tanggung jawab pelaporan.

6. Wewenang untuk melakukan investigasi khusus.

2.1.5 Tugas dan Tanggung Jawab Komite Audit

Tugas–tugas Komite Audit seperti yang disebutkan dalam buku Audit

Internal (Hiro, 2002:3) difokuskan pada :

1. Terhadap proses pemeriksaan

Tanggung jawab tertinggi dari Komite Audit dititikberatkan kepada proses

pemeriksaan di lokasi atau area, akan tetapi lebih sering melakukan

penelaahan terhadap ruang lingkup tindak lanjut dari hasil pemeriksaan

auditor eksternal, yang menyangkut :

a. Meyakini bahwa semua temuan atau rekomendasi dari auditor telah

ditanggapi dan ditindaklanjuti oleh manajemen dengan persetujuan/

pemberitahuan kepada auditor.

b. Melakukan penelaahan dan pengujian bersama-sama dengan auditor

terhadap hasil pemeriksaan.

c. Melakukan penelaahan terhadap audit program auditor eksternal.

d. Membahas ruang lingkup pemeriksaan setelah berkonsultasi dengan

auditor.

e. Melakukan penelaahan atas efektivitas dari auditor eksternal.

2. Terhadap Laporan Keuangan

Tanggung jawab Komite Audit yang harus dilakukan dalam laporan keuangan

mencakup :

a. Melihat dan mengamati pembuatan laporan tahunan gabungan dan akun-

akun terkait serta memberikan rekomendasi yang diperlukan.

Page 35: SKRIPSI - YUDI SUARDI

b. Melakukan penelaahan tengah tahunan terhadap ikhtisar keuangan

termasuk juga perspektus perusahaan sebelum diserahkan kepada Dewan

Komisaris dan sebagai dasar untuk persetujuan.

c. Mengadakan diskusi dengan auditor dan manajemen tentang dasar atau

kebijaksanaan akuntansi yang diterapkan, kebijakan dan aplikasi dalam

penyiapan akun serta menyajikan angka yang sebenarnya ikhtisar

keuangan disertai dengan semua rincian yang diperlukan secara lengkap.

d. Mengadakan penelaahan terhadap kemungkinan adanya perubahan

perlakuan akuntansi di masa yang akan datang.

e. Melakukan penelaahan terhadap semua perubahan dari perlakuan

akuntansi serta pengaruhnya terhadap hukum perusahaan dan

melaporkannya kepada Dewan Komisaris.

3. Terhadap masalah keuangan dan pembelanjaan

Tanggung jawab Komite Audit dalam masalah keuangan dan pembelanjaan

mencakup :

a. Melakukan penelaahan terhadap posisi keuangan gabungan dengan

referensi anggaran kas, deviden yang mungkin diterima atau dibayarkan

dan laba yang diinginkan.

b. Tanggap terhadap proposal dari pejabat berwenang yang berhubungan

dengan :

1) Target keuangan, termasuk target tahunan.

2) Mengadakan pertemuan dengan kelompok penyandang dana dan

memberikan metode alternatif dalam pemilihan mitra penyandang

dana.

3) Mengadakan analisa terhadap batas pembelanjaan modal dalam satu

tahun.

c. Membuat catatan terhadap proposal untuk kegiatan pembelanjaan di atas

jumlah tertentu dan memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris.

d. Melakukan penelaahan terhadap proses pekerjaan untuk kontrak yang

nilainya lebih dari jumlah tertentu.

e. Melakukan penelaahan terhadap dasar disetujuinya investasi yang tidak

ada dalam program perusahaan.

Page 36: SKRIPSI - YUDI SUARDI

4. Terhadap sistem informasi manajemen

Komite Audit juga melakukan penelaahan terhadap sistem informasi

manajemen yang meliputi :

a. Meyakini akan kebenaran dari sistem informasi manajemen yang

dihasilkan oleh perusahaan.

b. Bertindak sebagai standing committee dari Dewan Komisaris apabila

Dewan Komisaris memberikan hal-hal yang positif tentang kelayakan

laporan keuangan dengan obyek atau perusahaan.

5. Terhadap sistem dan pengendalian

Komite Audit juga melakukan penelaahan terhadap sistem dan pengendalian

dalam bentuk :

a. Melakukan penelaahan terhadap efektivitas dari pengendalian manajemen

dan pengendalian intern.

b. Melakukan penelaahan terhadap sistem pengendalian intern.

c. Melakukan penelaahan dan pengujian yang memadai terhadap sistem

akuntansi dan pengendalian operasi.

d. Melakukan pengawasan dan koordinasi pada kebijaksanaan pengendalian

gabungan dalam hubungannya dengan sistem akuntansi.

e. Tanggap terhadap rekomendasi yang diberikan oleh eksternal auditor

dalam menyangkut akuntansi, pengendalian intern dan masalah lainnya.

f. Melakukan monitoring untuk mengetahui tingkat ketaatan dengan

kebijaksanaan/peraturan yang telah ditetapkan, anggaran, perintah, dan

prosedur yang berhubungan dengan perilaku sikap pejabat/personil

perusahaan.

2.1.6 Wewenang (Authority) dan Tanggung Jawab (Responsibility) Komite

Audit kepada Audit Internal

Menurut Hiro Tugiman, yang dikutip oleh Kasyful (MIA, 2003:49),

wewenang dan tanggung jawab Komite Audit kepada Audit Internal adalah

sebagai referensi kepada auditor eksternal dalam hal :

Page 37: SKRIPSI - YUDI SUARDI

a. Melakukan penelaahan terhadap program kerja dan fungsi audit internal.

Berdasarkan seminar nasional FKSPI BUMN/BUMD (Antonius:2003), dalam

hubungan dengan perannya untuk melakukan pengawasan terhadap fungsi

audit internal, Komite Audit harus :

1) Memberikan persetujuan atas penunjukkan dan atau pemberhentian Ketua

Audit Internal perusahaan yang diajukan oleh Presiden Direktur.

2) Melakukan review atas charter dari audit internal.

3) Melakukan review atas struktur fungsi audit internal.

4) Melakukan review atas rencana audit tahunan.

b. Melakukan pekerjaan untuk bisa membangun dan mengembangkan semua

fungsi audit internal. Komite Audit harus (berdasarkan seminar nasional

FKSPI BUMN/BUMD:2003) :

1) Memastikan bahwa fungsi audit internal memiliki metodologi, alat bantu,

dan sumber daya yang tepat dan cukup sehingga dapat memenuhi charter

mereka, dan menyelesaikan rencana tahunan audit internal.

2) Melakukan review atas semua laporan audit internal.

3) Memonitor kinerja fungsi audit internal.

4) Memastikan bahwa fungsi audit internal patuh terhadap standar-standar

profesional yang berlaku.

c. Melakukan investigasi yang diperlukan dengan atau di bawah kewenangan

dari Kepala Audit Internal ke dalam semua aktivitas perusahaan yang

berhubungan dengan Komite Audit.

d. Melakukan penelaahan dan pengujian terhadap perencanaan dan mengadakan

koordinasi antara auditor eksternal dan auditor internal untuk memberikan

pelayanan yang efektif.

2.1.7 Mengembangkan Komite Audit yang Andal

Sesuai dengan ruang lingkup Komite Audit yang terkait dengan

pengawasan risiko dan pengendalian internal yang efektif. Dewan Komisaris perlu

mengembangkan Komite Audit (dengan memperhatikan komposisi struktur,

Page 38: SKRIPSI - YUDI SUARDI

tanggung jawab dan efektivitas) yang andal. Hal yang perlu harus menjadi

perhatian pertama adalah pentingnya anggota Komite Audit memiliki keahlian

dalam bisnis, regulasi, auditing, corporate (financial) reporting, dan corporate

governance. Komite Audit bertanggungjawab untuk mengkaji hasil kerja dan

mengembangkan hubungan kerja yang erat dengan auditor eksternal atau

independen. Komite Audit juga diharapkan memiliki hubungan kerja dan

memberdayakan audit internal atau Satuan Pengawasan Intern (SPI) perusahaan

yang terwujud dengan adanya hubungan langsung.

2.2 Audit

2.2.1 Pengertian Audit

Pengertian mengenai audit internal telah banyak dikemukakan oleh para

ahli. Sebelum mengupas lebih jauh apa itu audit internal, ada baiknya bila kita

mengenal lebih dahulu kata audit itu sendiri.

Pada dasarnya, pemeriksaan atau yang lebih dikenal dengan audit

bertujuan untuk menilai apakah pelaksanaan sudah selaras dengan apa yang telah

disajikan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa audit merupakan proses

untuk membandingkan antara kenyataan dengan sesuatu yang seharusnya terjadi.

Hal ini sesuai dari pernyataan Mulyadi (2002:9) yang mendefinisikan auditing

adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh tentang kegiatan dan kejadian

ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antar pernyataan-

penyataan tersebut dengan kinerja yang telah ditetapkan serta penyampaian hasil-

hasil kepada pemakai yang berkepentingan.

Boynton (2006:6) mendefinisikan audit sebagai berikut :

“A systematic process of objectively obtaining and evaluating evidence

regarding assertions about economic actions and events to ascertain the

degree of correspondence between those assertion and established criteria

and communicating the result to interested users”.

Arens (2008:4) mendefinisikan audit (auditing) :

“Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about

information to determine and report on the degree of correspondence

Page 39: SKRIPSI - YUDI SUARDI

between and information and established criteria. Auditing should be done

by competent, independent person”

Pernyataan tersebut mendefinisikan audit sebagai suatu proses

pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat

diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seseorang yang kompeten

dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian yang

ditetapkan.

2.2.2 Jenis-jenis Audit

Ada beberapa jenis audit yang dikemukakan dan dikelompokkan oleh

Arens et al (2006, 14-15) yaitu :

1. Operational audit (Audit operasional)

Adalah suatu tinjauan terhadap setiap bagian prosedur dan metode operasi

suatu organisasi unuk menilai efisiensi dan efektivitas kegiatan entitas

tersebut. Pada akhir pemeriksaan operasional biasanya diajukan saran-saran

rekomendasi pada manajemen untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas

operasional organisasi.

2. Financial statement audit (Audit laporan keuangan)

Pemeriksaan keuangan merupakan pemeriksaan atas laporan keuangan suatu

organisasi atau perusahaan secara keseluruhan merupakan informasi terukur

yang akan diverifikasi telah disajikan sesuai dengan kriteria tertentu yang

dalam hal ini adalah prinsip akuntansi yang berlaku umum atas penyajian

laporan keuangan.

3. Compliance audit (Audit ketaatan/kepatuhan)

Pemeriksaan ketaatan merupakan proses pemeriksaan yang

mempertimbangkan apakah klien telah mengikuti atas suatu prosedur atau

peraturan tertulis yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang yang memiliki

otoritas yang lebih tinggi. Biasanya hasil atau laporan dari auditor ketaatan

tidak dilaporkan kepada pihak luar tertentu.

Page 40: SKRIPSI - YUDI SUARDI

Audit yang dilakukan dapat bermacam-macam. Cashin mengelompokkan

audit menjadi 3 (tiga) cabang seperti yang dikutip oleh Hiro (2002:4) yaitu

independent auditing (audit independen), internal audit (audit internal), dan

governmental auditing (audit pemerintah). Dengan begitu kita dapat mengatakan

bahwa audit internal merupakan bagian dari audit.

2.3 Audit Internal

2.3.1 Pengertian Audit Internal

Audit internal pada dasarnya merupakan suatu fungsi independen yang ada

di dalam perusahaan untuk melakukan pengendalian atas pengendalian internal

perusahaan.

Internal audit pada dasarnya merupakan suatu fungsi yang independen

yang ada di dalam organisasi untuk pengendalian atas pengendalian internal

perusahaan.

Adapun pengertian audit internal menurut Sawyer’s (2005:10) adalah

sebagai berikut:

“Audit internal adalah sebuah penilaian yang sitematis dan objektif yang

dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda

dalam organisasi untuk menentukan apakah:

1. Informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalakan

2. Risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan

diminimalisasi

3. Peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa

diterima telah diikuti

4. Kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi

5. Sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis

6. Tujuan organisasi telah dicapai secara efektif

Semua dilakukan dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen

dan membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggung jawabnya

secara efektif.”

Page 41: SKRIPSI - YUDI SUARDI

The Institute of Internal Auditors telah memberikan definisi baru tentang

audit internal yang dikutip oleh Aren’s (2008:9) sebagai berikut:

“Internal auditing is an independent, objective assurance and consulting

activity designed to add value and improve an organization operations. It

helps an organizations accomplish its objectives by bringing a systematic,

disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness of risk

management, control and governance processes.”

Sementara itu acuan bagi auditor internal di Indonesia dapat kita lihat pada

pernyataan tanggung jawab internal auditor yang disusun oleh Hiro Tugiman

(2006) :

“Internal auditing adalah suatu fungsi penilaian yang independen yang

dibuat dalam suatu organisasi dengan tujuan untuk menguji dan

mengevaluasi berbagai kegiatan yang dilaksanakan organisasi”.

Sedangkan di dalam SPAI (2004: 5) disebutkan bahwa definisi audit

internal adalah kegiatan assurance dan konsultasi yang independen dan obyektif,

yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan

operasi organisasi. Audit internal membantu organisasi untuk mencapai

tujuannya, melalui suatu pendekatan yang sistematis dan teratur untuk

mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengelolaan risiko, pengendalian, dan

proses governance.

2.3.2 Karakteristik Audit Internal

Dari definisi di atas terdapat lima konsep yang dikemukakan, yaitu :

Independence and objective, assurance and consulting activity, adding value,

organizational objective, and a systematic and disiplined approach. Independensi

merupakan prasyarat yang dibutuhkan dalam suatu fungsi pemeriksaan.

Courtmanche menganggap bahwa independensi dan objektivitas berkaitan erat

dalam mempengaruhi kecenderungan emosional, tetapi independensi tidak selalu

menghasilkan objektivitas.

Page 42: SKRIPSI - YUDI SUARDI

Independensi berperan pada saat auditor internal akan mengumpulkan

temuan-temuan dan membuat laporan audit. Independensi tidak lain adalah

kemampuan untuk berbicara atau menuliskan sesuatu yang benar secara bebas

tanpa rasa takut. Masih menurut Courtmanche, seseorang akan mampu bersikap

objektif jika ia mampu melihat realitas dengan tepat. Kemampuan tersebut

dipengaruhi oleh :

a. Kecerdasan

b. Pengetahuan formal/pendidikan

c. Pengetahuan yang berdasarkan pengalaman

d. Tidak adanya kecenderungan emosional, misal cinta, loyalitas, benci, takut,

kepentingan pribadi, dsb.

2.3.3 Tujuan dan Ruang Lingkup Audit Internal

Di dalam Standar Profesi Audit Internal (SPAI) yang ditulis oleh

Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal, standar yang terkait adalah Standar

Atribut 1000 tentang tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab (2004: 8) yang

menyatakan bahwa :

“Tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab fungsi audit internal harus

dinyatakan secara formal dalam Charter Audit Internal, konsisten dengan

Standar Profesi Audit Internal (SPAI), dan mendapat persetujuan dari

Pimpinan dan Dewan Pengawas Organisasi”

Tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab bagian audit internal harus

didokumentasikan secara tertulis yang formal yang di dalamnya menjelaskan

posisi audit internal dalam organisasi, kewenangan fungsi audit internal untuk

mendapatkan akses tehadap semua catatan, personil dan asset perusahaan yang

diperlukan dalam rangka pelaksanaan tugas dan juga menjelaskan ruang lingkup

fungsi audit internal.

Tujuan audit internal sebenarnya telah tersirat dalam definisi audit internal

itu sendiri, yaitu membantu seluruh anggota manajemen agar dapat melaksanakan

tanggung jawab secara efektif dengan jalan memberikan analisis, penilaian,

rekomendasi, saran dan keterangan dari operasi perusahaan yang diperiksa.

Page 43: SKRIPSI - YUDI SUARDI

Tujuan utama audit internal menurut IIA (1995:95) adalah :

“The objective of internal auditing is to assist number of organization in

the effective discharge of the responsibilities, to the end, internal auditing

furnishes them with analysis, appraisals, recommendations, counsels, and

information concerning the activities reviewed. The audit objective

includes promoting effective control at reasonable cost”.

Pengertian dari pernyataan di atas, tujuan audit internal yang

dialihbahasakan oleh Hiro Tugiman (2006:99) dapat dilihat sebagai berikut :

“Tujuan pelaksanaan audit internal adalah membantu para anggota

organisasi agar mereka dapat melaksanakan tanggungjawabnya secara

efektif. Tujuan internal mencakup pula usaha mengembangkan

pengendalian yang efektif dengan biaya yang wajar”.

Dengan kata lain, tujuan audit internal sangat luas tergantung pada besar

kecilnya organisasi dan permintaan dari manajemen organisasi yang

bersangkutan. Namun tujuan adanya audit internal dalam organisasi adalah

membantu agar para anggota organisasi dapat menjalankan tanggung jawabnya

dengan baik, sehingga setiap organisasi dapat saling bekerja sama satu sama lain,

tujuan organisasi dapat dicapai dengan mudah, dan audit internal dapat menilai

dan menyesuaikan pengendalian internal dalam organisasi agar sesuai dengan

perubahan lingkungan yang sangat cepat agar pengendalian tersebut dapat

berjalan efektif dengan biaya yang wajar.

Wewenang yang dimiliki auditor internal dalam melakukan audit adalah

kebebasan unutk me-review dan menilai kebijakan-kebijakan, rencana, prosedur,

dan sistem yang telah ditetapkan. Wewenang yang diberikan harus bersumber dari

manajemen dan disetujui oleh Dewan Direksi.

Tanggung jawab audit internal menurut Komite Ikatan Akuntan Indonesia

dalam SPAP (IAI, 2001: 322) adalah :

“Auditor internal bertanggungjawab untuk menyediakan jasa analisis dan

evaluasi, memberikan keyakinan dan rekomendasi, dan informasi lain

kepada manajemen entitas dan Dewan Komisaris, atau pihak lain yang

setara wewenang dan tanggung jawabnya tersebut, auditor internal

mempertahankan objektivitasnya yang berkaitan dengan aktivitas yang

diauditnya. Tanggung jawab penting fungsi audit internal adalah

memantau kinerja pengendalian entitas ”.

Page 44: SKRIPSI - YUDI SUARDI

Ruang lingkup audit internal menurut Hiro Tugiman (2006:99-100) bahwa

ruang lingkup audit internal menilai keefektifan sistem pengendalian internal serta

mengevaluasi terhadap kelengkapan dan keefektifan sistem pengendalian internal

serta mengevaluasi terhadap kelengkapan dan keefektifan sistem pengendalian

internal yang dimiliki organisasi, serta kualitas pelaksanaan tanggung jawab yang

diberikan. Pemeriksaan internal harus :

1. Mereview keandalan (reliabilitas dan integritas) informasi finansial dan

operasional serta cara yang dipengaruhi untuk mengidentifikasi, mengukur,

mengklasifikasikan, dan melaporkan informasi tersebut.

2. Mereview berbagai sistem yang telah ditetapkan untuk memastikan

kesesuaiannya dengan berbagai kebijaksanaan, rencana, prosedur, hukum, dan

peraturan yang dapat berakibat penting terhadap kegiatan organisasi, serta

harus menentukan apakah organisasi telah mencapai kesesuaian dengan hal-

hal tersebut.

3. Mereview berbagai cara yang digunakan untuk melindungi harta dan bila

dipandang perlu memverifikasi keberadaan harta-harta tersebut.

4. Menilai keekonomisan dan keefisiensian pengguna berbagai sumber daya.

5. Mereview berbagai operasi atau program untuk menilai apakah hasilnya

konsisten dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dan apakah

kegiatan atau program tersebut dilaksanakan sesuai dengan yang

direncanakan.

Dalam buku Standar Profesi Audit Internal (SPAI) tahun 2004, ruang

lingkup audit internal dijelaskan bahwa fungsi audit internal melakukan evaluasi

dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan proses pengelolaan risiko,

pengendalian, dan governance, dengan menggunakan pendekatan yang sistematis,

teratur, dan menyeluruh.

1. Pengelolaan risiko (Seksi 2110)

Fungsi audit internal harus membantu organisasi dengan cara mengidentifikasi

dan mengevaluasi risiko signifikan dan memberikan kontribusi terhadap

peningkatan pengelolaan risiko dan sistem pengendalian intern.

Page 45: SKRIPSI - YUDI SUARDI

2. Pengendalian (Seksi 2120)

Fungsi audit internal harus membantu organisasi dalam memelihara

pengendalian intern yang efektif dengan cara mengevaluasi kecukupan,

efisiensi, dan efektivitas pengendalian tersebut, serta mendorong peningkatan

pengendalian intern secara berkesinambungan. Berdasarkan hasil penilaian

risiko, fungsi audit internal harus mengevaluasi kecukupan dan efektivitas

sistem pengendalian intern, yang mencakup governance, kegiatan operasi dan

sistem informasi organisasi. Hal ini harus mencakup :

a. Efektivitas dan efisiensi kegiatan operasi.

b. Keandalan dan integritas informasi.

c. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.

d. Pengamanan asset organisasi.

3. Proses Governance

Fungsi audit internal harus menilai dan memberikan rekomendasi yang sesuai

untuk meningkatkan proses governance dalam mencapai tujuan-tujuan

berikut:

a. Mengembangkan etika dan nilai-nilai yang memadai di dalam organisasi

b. Memastikan pengelolaan kinerja organisasi yang efektif dan akuntabilitas

c. Secara efektif mengkomunikasikan risiko dan pengendalian kepada unit-

unit yang tepat di dalam organisasi

d. Secara efektif mengkoordinasikan kegiatan dari, dan mengkomunikasi

informasi di antara pimpinan, dewan pengawas, auditor internal, auditor

eksternal, dan manajemen.

2.3.4 Peranan Audit Internal

Peranan audit internal seperti yang disebutkan oleh Courtmanche dan

dalam Hiro (1996:16) menyatakan bahwa :

“Pengawas internal berperan untuk membantu para anggota organisasi

agar dapat menyelesaikan tanggung jawab secara efektif. Untuk tujuan

tersebut, pengawas internal menyediakan bagi mereka berbagai analisis,

penilaian, rekomendasi, nasihat, dan informasi sehubungan dengan

aktivitas yang diperiksa”.

Page 46: SKRIPSI - YUDI SUARDI

Sedangkan peranan audit internal yang dikemukakan oleh Hiro (1996:4)

adalah :

“Pemeriksa internal berperan dalam memastikan efektivitas dan

kecukupan pengendalian internal yang dijalankan dan membantu anggota

organisasi dalam menjalankan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya

sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Dan pada akhirnya

pemeriksa internal ini berperan untuk memperbaiki kinerja perusahaan

secara keseluruhan”.

Menurut modul internal auditor di Abad 21 (YPIA, 1999: 25-26)

disebutkan bahwa auditor internal memiliki 3 (tiga) peran, yaitu :

1. Watch dog: auditor internal memperhatikan dan mengingatkan, yaitu :

a. Peran sebagai watch dog melibatkan observasi, penghitungan, dan

pengecekan ulang untuk memastikan bahwa operasi perusahaan sudah

sesuai dengan hukum, peraturan, dan kebijakan organisasi.

b. Proses audit utama dari peran watch dog ini adalah compliance audit

(audit ketaatan). Audit ketaatan ini berfokus pada variasi yang ada pada

sistem (kesalahan, penghilangan, penundaan, dan kecurangan).

c. Audit ketaatan merupakan cara untuk mengidentifikasi variasi-variasi

yang ada pada sistem sehingga perbaikan bisa dilakukan.

2. Consultant : auditor internal menyarankan dan berpartisipasi, yaitu sebagai

partner dari manajemen.

a. Ruang lingkupnya : ekonomis, efisiensi, dan efektivitas.

b. Fokus pada perannya sebagai consultant adalah pemeliharaan sumber daya

perusahaan dan membantu manajemen untuk mengurusnya.

3. Catalyst : auditor internal mengarahkan dan menggerakan yang lain untuk

mematuhi kebijakan yang telah ditetapkan oleh manajemen senior. Sebagai

catalyst, auditor internal mencari dampak jangka panjang yang ada dalam

organisasi dengan memfokuskan auditnya pada nilai organisasi untuk jangka

panjang.

Page 47: SKRIPSI - YUDI SUARDI

Peran aktivitas audit internal dengan Komite Audit sesuai dengan standar

yang berlaku yaitu Standar Profesional Audit Internal (Konsorsium Organisasi

Profesi Audit Internal, 2004) yang meliputi :

1. Meminta komite untuk secara tahunan mereview dan menyetujui charter audit

internal.

2. Bersama-sama komite mereview fungsi dan tanggung jawab laporan

administrasi audit internal untuk memastikan bahwa struktur organisasi

berjalan sehingga pemeriksa internal cukup independen.

3. Di dalam charter dimuat bahwa Komite Audit mereview keputusan dan

pengangkatan Penanggungjawab Fungsi Audit Internal (PFAI), termasuk

penunjukkan dan pemberhentian serta kompensasi PFAI.

4. Di dalam charter dimuat bahwa Komite Audit mereview dan menyetujui

usulan untuk melakukan outsourcing beberapa aktivitas audit internal tertentu.

5. Membantu Komite Audit mengevaluasi kecukupan personalia, budget, dan

cakupan serat hasil pelaporan aktivitas audit internal.

6. Memberikan informasi atas koordinasi fungsi control dan monitoring lainnya,

misal : manajemen risiko, kepatuhan, security, kelangsungan bisnis, legal,

ethic, lingkungan, audit eksternal.

7. Memberikan informasi atas status, posisi rencana pemeriksaan tahunan serta

kecukupan sumber daya dalam melaksanakan tujuannya kepada manajemen

senior dan Komite Audit.

8. Melaporkan pelaksanaan rencana pemeriksaan tahunan yang telah disetujui,

termasuk tugas atau proyek khusus yang diminta oleh manajemen dan Komite

Audit.

9. Memasukkan ke dalam charter audit internal tanggung jawab dari FAI untuk

melaporkan ke Komite Audit secara tepat waktu setiap dugaan fraud yang

melibatkan manajemen atau pegawai yang secara signifikan terlibat.

Page 48: SKRIPSI - YUDI SUARDI

Audit internal dapat memberikan berbagai layanan kepada organisasi

perusahaan yaitu membantu mengevaluasi aktivitas dalam bidang-bidang :

1. Pengendalian akuntansi internal

2. Pencegahan dan pendeteksian kecurangan

3. Pemeriksaan keuangan

4. Pemeriksaan ketaatan

5. Pemeriksaan operasional

6. Pemeriksaan manajemen

7. Pemeriksaan kontrak

8. Pemeriksaan sistem informasi

9. Pengembangan kualitas internal

10. Hubungan dengan entitas di luar perusahaan

2.3.5 Program Audit

Program audit merupakan perencanaan prosedur dan teknik-teknik

pemeriksaan yang tertulis secara sistematis untuk mencapai tujuan pemeriksaan

secara efektif dan efisien. Selain berfungsi sebagai alat perencanaan juga penting

untuk mengatur pembagian kerja, memonitor jalannya kegiatan pemeriksaan,

menelaah pekerjaan yang telah dilakukan.

Konsorsium Organisasi Audit Internal (2004: 15) mendefinisikan program

audit sebagai berikut :

“Dalam merencanakan penugasan auditor internal harus

mempertimbangkan sasaran penugasan, alokasi sumber daya penugasan,

serta program kerja penugasan”.

Dari uraian di atas dapat diartikan bahwa program kerja harus menetapkan

prosedur untuk mengidentifikasi, menganalisa, mengevaluasi, dan

mendokumentasikan informasi selama penugasan. Program kerja harus

memperoleh persetujuan sebelum dilaksanakan. Penugasan atau penyesuaian atas

program kerja harus segera mendapat persetujuan.

Page 49: SKRIPSI - YUDI SUARDI

Program audit yang baik mencakup :

1. Tujuan audit dinyatakan dengan jelas dan harus tercapai atas pekerjaan yang

direncanakan.

2. Disusun sesuai dengan penugasan yang bersangkutan

3. Langkah kerja yang terperinci atas pekerjaan yang yang harus dilaksanakan

dan bersifat fleksibel, tetapi setiap perusahaan yang ada harus diketahui oleh

atasan auditor.

Tujuan yang ingin dicapai dengan adanya program audit antara lain :

1. Memberikan bimbingan prosedur untuk melaksanakan pemeriksaan

2. Memberikan checklist pada saat pemeriksaan berlangsung, tahap demi tahap

sehingga tidak ada yang terlewatkan

3. Merevisi program audit sebelumnya, jika ada perubahan standar dan prosedur

yang digunakan perusahaan.

Manfaat program audit antara lain sebagai berikut :

1. Meratanya pembagian kerja auditor

2. Program audit yang rutin hasilnya lebih baik dan menghemat waktu

3. Program audit memilih tujuan audit yang penting saja

4. Program audit yang telah digunakan dapat menjadi pedoman untuk tahun

berikutnya

5. Program audit menampung pandangan manajer atas mitra kerja

6. Program audit memberikan kepastian bahwa ketentuan umum akuntansi telah

dijalankan.

Kelemahan program audit antara lain :

1. Tanggung jawab audit pelaksanaan terbatas pada program audit saja

2. Sering menimbulkan hambatan untuk berpikir kreatif dan membangun

3. Kegiatan audit menjadi monoton

Page 50: SKRIPSI - YUDI SUARDI

2.3.6 Pelaksanaan Audit Internal

Empat langkah kerja pelaksanaan audit internal menurut Hiro Tugiman

(2006: 53-78) yaitu sebagai berikut :

1. Perencanaan pemeriksaan, dapat meliputi :

a. Penetapan tujuan pemeriksaan dan lingkup pekerjaan

b. Memperoleh informasi dasar tentang kegiatan yang akan diperiksa

c. Penentuan berbagai tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan

pemeriksaan

d. Pemberitahuan kepada para pihak yang dipandang perlu

e. Melaksanakan survei secara tepat untuk lebih mengenali kegiatan

yang diperlukan, risiko-risiko, dan pengawasan-pengawasan, untuk

mengidentifikasi area yang ditekankan dalam pemeriksaan, serta untuk

memperoleh berbagai ulasan dan sasaran dari pihak yang akan diperiksa.

f. Menilai program pemeriksaan

g. Menentukan kapan, kepada siapa hasil pemeriksaan dikomunikasikan

h. Mendapatkan persetujuan untuk perencanaan pekerjaan pemeriksaan

2. Pengujian dan pengevaluasian informasi, pemeriksaan internal haruslah

mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi, dan membuktikan kebenaran

informasi untuk mendukung hasil pemeriksaan. Proses pengujian dan

pengevaluasian informasi adalah sebagai berikut :

a. Berbagai informasi tentang seluruh hal yang berhubungan dengan tujuan

pemeriksa dan lingkup kerja haruslah dikumpulkan.

b. Informasi haruslah mencakupi, kompeten, relevan, dan berguna untuk

membuat dasar yang logis bagi temuan pemeriksaan dan rekomendasi.

c. Prosedur pemeriksaan, termasuk teknik pengujian dan penarikan contoh

yang dipergunakan, harus terlebih dahulu diseleksi bila memungkinkan

dan diperluas atau diubah bila keadaan menghendaki demikian.

d. Proses pengumpulan, analisis, penafsiran, dan pembuktian kebenaran

informasi haruslah diawasi untuk memberikan kepastian bahwa sikap

objektif pemeriksa terus dijaga dan sasaran pemeriksaan dapat dicapai.

e. Adanya kertas kerja pemeriksaan.

Page 51: SKRIPSI - YUDI SUARDI

3. Penyampaian hasil pemeriksaan, pemeriksa internal harus melaporkan hasil

pemeriksaan yang dilakukan. Pemeriksaan internal harus menyampaikan

laporan hasil pemeriksaannya.

a. Laporan tertulis setelah pekerjaan pemeriksaan selesai

b. Laporan objektif dan jelas, singkat, konstruktif dan tepat waktu

c. Laporan menyatakan tujuan dan ruang lingkup dari hasil pemeriksaan

d. Laporan mencakup rekomendasi untuk pemeliharaan dan pernyataan

kebrhasilan pelaksanaan disertai tindakan koreksi

4. Tindak lanjut Following up dimana, pekerjaan audit internal tidak berakhir

hanya sampai dengan dikeluarkannya laporan tetapi harus berlanjut dengan

memonitor untuk menentukan apakah tindakan yang tepat telah diambil dan

dilaksanakan sebagaimana diungkapkan dalam temuan-temuan dan saran audit

didalam laporan akhir audit.

2.3.7 Laporan Hasil Audit

Laporan hasil audit menurut Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal

(2004: 16-17) bahwa Auditor internal harus mengkomunikasikan hasil

penugasannya secara tepat waktu (Seksi 2400).

1. Kriteria Komunikasi (Seksi 2410)

Komunikasi harus mencakup sasaran dan lingkup penugasan, simpulan,

rekomendasi, dan rencana tindakannya.

a. Komunikasi akhir hasil penugasan, bila memungkinkan memuat opini

keseluruhan dan kesimpulan auditor internal (Seksi 2410.1).

b. Auditor internal dianjurkan untuk memberi apresiasi, dalam komunikasi

hasil penugasan, terhadap kinerja yang memuaskan dari kegiatan yang

direview (Seksi 2410.2).

c. Bilamana hasil penugasan disampaikan kepada pihak di luar organisasi,

maka pihak yang berwenang harus menetapkan pembatasan dalam

distribusi dan penggunaannya (Seksi 2410.3).

Page 52: SKRIPSI - YUDI SUARDI

2. Kualitas Komunikasi (Seksi 2420)

Komunikasi yang disampaikan baik tertulis maupun lisan harus akurat,

objektif, jelas, ringkas, konstruktif, lengkap, dan tepat waktu.

3. Pengungkapan atas Ketidakpatuhan terhadap Standar (Seksi 2430)

Dalam hal terdapat ketidakpatuhan terhadap standar yang mempengaruhi

penugasan tertentu, komunikasi hasil-hasil penugasan harus mengungkapkan :

a. Standar yang tidak dipatuhi

b. Alasan ketidakpatuhan

c. Dampak dari ketidakpatuhan terhadap penugasan

4. Diseminasi Hasil-Hasil Penugasan (Seksi 2440)

Penanggungjawab fungsi audit internal harus mengkomunikasikan hasil

penugasan kepada pihak yang berhak.

Laporan hasil audit menurut Hiro Tugiman (2006:191), bahwa laporan

hasil penugasan akan dianggap baik apabila memenuhi 4 (empat) kriteria

mendasar, yaitu :

1. Objektivitas

2. Kewibawaan

3. Keseimbangan

4. Penulisan yang profesional

Dari uraian tersebut dapat diartikan bahwa laporan hasil audit internal

dibuat setelah selesai melakukan audit, laporan ditujukan kepada manajemen.

Pada dasarnya audit internal dirancang untuk memperkuat pengendalian internal,

menentukan ditaatinya prosedur atau kebijakan yang telah digariskan oleh

manajemen dan meyakinkan bahwa pengendalian intern yang telah ditetapkan

cukup baik, ekonomis, dan efektif. Hasil pemeriksaan haruslah dikomunikasikan

secara tepat waktu baik untuk pihak di dalam organisasi, maupun di pihak luar

organisasi. Hasil laporan pemeriksaan harus mencakup sasaran, lingkup

penugasan, simpulan, rekomendasi, dan rencana tindakannya.

Page 53: SKRIPSI - YUDI SUARDI

Keempat kriteria mendasar menurut Hiro Tugiman dapat diartikan :

1. Objektivitas

Suatu laporan hasil pemeriksaan yang objektif membicarakan pokok persoalan

dalam pemeriksaan, bukan perincian prosedural atau hal-hal lain yang

diperlukan dalam proses pemeriksaan. Objektivitas juga harus dapat

memberikan uraian mengenai dunia auditee dengan tidak menunjuk pada

pribadi tertentu dan tidak menyinggung perasaan orang lain.

2. Kewibawaan

Laporan pemeriksaan tersebut harus dapat dipercaya dan mendorong para

pembacanya menyetujui substansi yang terdapat di dalam laporan tersebut.

Para pembaca belum tentu akan menerima temuan, kesimpulan, dan

rekomendasi pengawas internal dengan senang hati, namun mereka cenderung

tidak menolaknya. Mereka percaya kepada pengawas internal dan

percaya kepada laporan pemeriksaan. Dipandang dari hal tersebut,

kewibawaan merupakan inti pemeriksaan dan penulisan laporan pemeriksaan

yang efektif.

3. Keseimbangan

Laporan pemeriksaan yang seimbang adalah laporan yang memberikan

gambaran tentang organisasi atau aktivitas yang ditinjau secara wajar dan

realistis. Keseimbangan adalah keadilan.

4. Penulisan yang profesional

Laporan yang ditulis secara profesional memperhatikan beberapa unsur,

yaitu :

a. Struktur

b. Kejelasan

c. Keringkasan

d. Nada laporan

e. Pengeditan

Page 54: SKRIPSI - YUDI SUARDI

Oleh karena itu auditor internal harus melaporkan hasil pemeriksaan

kepada manajemen dan dapat mengkomunikasikan hasil pemeriksaan tersebut,

apabila terdapat penyimpangan-penyimpangan yang berarti, auditor internal

mengusulkan cara-cara perbaikannya, apabila disetujui oleh manajemen, auditor

internal akan mengawasi perbaikan tersebut.

2.3.8 Kinerja Audit Internal

Unit audit internal atau biro Satuan Pengawas Internal (SPI) merupakan

bagian yang potensial dan esensial untuk melakukan monitoring. Dan agar fungsi

ini efektif, adalah penting bahwa staf audit internal independen baik untuk

operasional maupun akuntansinya, serta melaporkan hasil auditnya langsung pada

pihak yang memiliki otoritas yang lebih tinggi dalam organisasi, baik itu pada top

management ataupun pada Komite Audit. Di samping itu, dalam perannya untuk

pengendalian intern, auditor internal yang memadai dapat memberikan kontribusi

hasil auditnya untuk mengurangi biaya auditor eksternal dengan cara memberikan

bantuan langsung pada auditor eksternal.

Manajemen atau pengelolaan yang berhasil dari satuan audit intern bukan

diukur dari volume atau jumlah temuan yang berhasil dikumpulkan, tetapi lebih

ke arah manfaat yang dapat dirasakan oleh pihak manajemen dengan hadirnya

satuan audit intern ini. Beberapa faktor yang merupakan ukuran keberhasilan

pangelolaan atau satuan audit intern, antara lain adalah :

1. Meningkatkan manfaat dan lingkungan pengawasan

2. Diikutkan oleh pimpinan perusahaan dalam diskusi berbagai masalah strategis

3. Diikutkan untuk berpartisipasi dalam berbagai telaahan bisnis

4. Meningkatkan frekuensi permintaan bantuan oleh obyek untuk memperoleh

dukungan kelancaran pelaksanaan program

5. SDM audit intern dijadikan sumber untuk menetapkan nominasi untuk

mengisi formasi jabatan

6. Peningkatan kemampuan profesionalisme auditor

7. Memperoleh umpan balik dari obyek dan para auditor sebelumnya

Page 55: SKRIPSI - YUDI SUARDI

Untuk efektif dan berhasilnya fungsi satuan audit intern, maka fungsi ini

harus didukung oleh berbagai komponen atau elemen, yakni :

1. Kelembagaan atau organisasi yang mantap

2. Sumber daya manusia yang profesional

3. Perencanaan jangka panjang

4. Budaya lingkungan yang kondusif

5. Quality assurance satuan audit intern

Dalam menjalankan fungsinya sebagai bagian dari unit audit internal,

auditor internal berpedoman pada standar, pedoman, dan prosedur. Pedoman ini

menyajikan stabilitas, kontinuitas, dan standar pelaksanaan yang dapat diterima,

serta merupakan alat untuk mengkoordinasi berbagai usaha dan tindakan para staf

dan orang-orang yang ada di dalam organisasi satuan audit intern. Pedoman dan

prosedur pengawasan dibutuhkan staf audit untuk :

1. Mencegah masing-masing individu untuk bertindak inkonsisten dan

menyimpang

2. Menetapkan standar untuk meningkatkan kinerja

3. Menyajikan kepastian bahwa produk akhir departemen audit internal

memenuhi standar yang ditetapkan top management

Kinerja unit audit internal yang baik yaitu apabila telah mengikuti dan

sesuai dengan standar yang berlaku, yaitu Standar Profesional Audit Internal

(SPAI) tahun 2004, yang meliputi :

1. Independensi dan Objektivitas

a. Independensi organisasi

Fungsi audit internal harus ditempatkan pada posisi yang memungkinkan

fungsi tersebut memenuhi tanggung jawabnya. Independensi akan

meningkat jika fungsi audit internal memiliki akses komunikasi yang

memadai terhadap pimpinan dan dewan pengawas organisasi

Page 56: SKRIPSI - YUDI SUARDI

b. Objektivitas Auditor Internal

Auditor internal harus memiliki sikap mental yang objektif, tidak memihak

dan menghindari kemungkinan timbulnya pertentangan kepentingan

(conflict of interest)

2. Keahlian dan Kecermatan Profesional

a. Keahlian

Auditor internal harus memiliki pengetahuan, keterampilan, dan

kompetensi lainnya yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawab

perorangan

b. Kecermatan profesional

Auditor internal harus menerapkan kecermatan dan keterampilan dan

kompetensi layaknya dilakukan oleh seorang auditor internal yang prudent

dan kompeten. Dalam menerapkan kecermatan profesional auditor internal

perlu mempertimbangkan :

1) Ruang lingkup penugasan

2) Kompleksitas dan materialitas yang dicakup dalam penugasan

3) Kecukupan dan efektivitas manajemen risiko, pengendalian dan proses

governance

4) Biaya dan manfaat penggunaan sumber daya dalam penugasan

5) Penggunaan teknik-teknik audit berbantuan komputer dan teknik-

teknik analisis lainnya

3. Lingkup Penugasan

Fungsi audit internal melakukan evaluasi dan memberikan kontribusi terhadap

peningkatan proses pengelolaan risiko, pengendalian dan governance, dengan

menggunakan pendekatan yang sistematis, teratur dan menyeluruh.

a. Pengelolaan risiko : Fungsi audit internal harus membantu organisasi

dengan cara mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko signifikan dan

memberikan kontribusi terhadap peningkatan pengelolaan risiko dan

sistem pengendalian intern

Page 57: SKRIPSI - YUDI SUARDI

b. Pengendalian : Fungsi audit internal harus membantu organisasi dalam

memelihara pengendalian intern yang efektif dengan cara mengevaluasi

kecukupan, efisiensi dan efektivitas pengendalian tersebut, serta

mendorong peningkatan pengendalian intern secara berkesinambungan.

Evaluasi sistem pengendalian intern harus mencakup :

1) Efektivitas dan efisiensi kegiatan operasi

2) Keandalan informasi

3) Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku

4) Pengamanan asset organisasi

c. Proses Governance

Proses governance dalam mencapai tujuan-tujuan berikut :

1) Mengembangkan etika dan nilai-nilai yang memadai di dalam

organisasi

2) Memastikan pengelolaan kinerja organisasi yang efektif dan

akuntabilitas

3) Secara efektif mengomunikasikan risiko dan pengendalian kepada

unit-unit yang tepat di dalam organisasi

4) Secara efektif mengkoordinasikan kegiatan dan mengkomunikasikan

informasi di antara pimpinan, dewan pengawas, auditor internal dan

eksternal serta manajemen

4. Pelaksanaan penugasan

Dalam melaksanakan audit, auditor internal harus mengidentifikasi,

menganalisis, mengevaluasi, dan mendokumentasikan informasi yang

memadai untuk mencapai tujuan penugasan.

a. Perencanaan penugasan: Auditor internal harus mengembangkan dan

mendokumentasikan rencana untuk setiap penugasan yang mencakup

ruang lingkup sasaran, waktu dan alokasi sumber daya

b. Mengidentifikasi, analisis dan evaluasi informasi: Auditor internal harus

mengidentifikasi informasi yang memadai, handal, relevan, dan berguna

untuk mencapai sasaran penugasan. Auditor internal harus mendasarkan

kesimpulan dan hasil penugasan pada analisis dan evaluasi yang tepat

Page 58: SKRIPSI - YUDI SUARDI

c. Komunikasi hasil penugasan: Auditor internal harus mengkomunikasikan

hasil penugasan secara tepat waktu. Komunikasi harus mencakup sasaran

dan lingkup penugasan, simpulan, rekomendasi dan rencana selanjutnya

d. Penyampaian hasil penugasan: penanggungjawab fungsi audit internal

harus mengkomunikasikan hasil penugasan kepada pihak yang berhak

5. Pemantauan Tindak lanjut

Penanggungjawab fungsi audit internal harus menyusun dan menjaga sistem

untuk memantau tindak lanjut hasil penugasan yang telah dikomunikasikan

kepada manajemen.

2.4 Efektivitas

2.4.1 Pengertian Efektivitas

Pengertian efektif secara bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

berarti dapat membawa hasil atau berhasil guna, sedangkan pengertian efektivitas

adalah suatu keadaan yang memberikan pengaruh atau keberhasilan usaha.

Efektivitas dapat digambarkan sebagai suatu keadaan yang menunjukkan

tingkat keberhasilan (atau kegagalan) kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan

yang telah ditetapkan terlebih dahulu.

Pengertian efektivitas menurut Anthony dan Govindrajan (2003:150)

adalah sebagai berikut :

“Effectiveness is the relationship between a responsibility center’s output

and it’s objective”.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa efektivitas berarti

hubungan antara output yang dihasilkan dan tujuan yang hendak dicapai oleh

perusahaan. Pada dsaranya, efektivitas merupakan derajat keberhasilan bagi suatu

perusahaan, sampai seberapa jauh suatu perusahaan dinyatakan berhasil dalam

usahanya mencapai tujuan perusahaan tersebut. Semakin besar kontribusi output

terhadap tujuan, maka semakin efektif unit tersebut.

Page 59: SKRIPSI - YUDI SUARDI

Menurut Arens et al (2006:776) mendefenisikan efektivitas sebagai

berikut :

“Effectiveness of internal control therefore a part operational auditing is

the purpose is to help on organization operate it’s business more

effectively of efficiently”

Dari definisi tersebut dikatakan efektivitas pengendalian intern merupakan

suatu bagain dari audit operasioanl tujuannya untuk membantu perusahaan untuk

menjalankan kegiatan usahanya agar lebih efektif dan efisien. Dengan kata lain,

efektivitas mengacu pada pencapaian tujuan perusahaan dan efektivitas lebih

menitikberatkan pada tingkatan keberhsilan organisasi dalam mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Jadi penilaian efektivitas adalah pencapaian sasaran yang

berkaitan dengan tujuan yang telah ditetapkan.

2.4.2 Indikator Efektivitas Audit Internal

Walaupun sampai saat ini belum ada kesepakatan mengenai indikator apa

yang digunakan untuk menilai efektivitas fungsi audit internal (Manau, 1997:21),

akan tetapi berdasarkan penelitian dari The IIA Research bahwa terdapat 15 (lima

belas) indikator efektivitas audit internal, yaitu :

1. Kelayakan dan Arti Penting Temuan Pemeriksaan beserta Rekomendasinya

(Reasonable and Meaningful Findings and Recommendations)

Tolok ukur ini untuk melihat apakah suatu temuan dan rekomendasi dari audit

internal dapat memberikan nilai tambah bagi auditee dan apakah dapat

dipergunakan oleh manajemen sebagai suatu informasi yang berharga.

2. Respon dari Obyek yang Diperiksa (Auditee’s Response and Feedback)

Berkaitan dengan tolak ukur pertama tetapi berkenan dengan umpan balik dan

respon dari auditee, apakah temuan dan rekomendasi tersebut dapat diterima

dan dioperasionalisasikan oleh auditee. Temuan pemeriksaan dan

rekomendasi dari auditor yang tidak dioperasionalisasikan dan tidak mendapat

respon dari auditee kemungkinan pula terjadi karena adanya kesalahan dalam

proses pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor atau sebab-sebab lainnya.

Page 60: SKRIPSI - YUDI SUARDI

3. Profesionalisme Auditor (Professionalisme of the Internal Audit Department)

Adapun kriteria dari profesionalisme adalah :

a. Independensi

b. Integritas seluruh personal pemeriksaan

c. Kejelian dan ketajaman review pimpinan tim pemeriksa

d. Penampilan, sikap, dan perilaku pemeriksa

e. Kesanggupan dan kemampuan dalam memberikan jawaban atas

pertanyaan-pertanyaan auditee atas permasalahan yang diajukan

f. Kemampuan tim pemeriksa dalam melakukan komunikasi dan didapatnya

tanggapan yang baik dari auditee atau manajemen puncak

g. Pendidikan dan keahlian pemeriksa

4. Tercapainya Program Pemeriksaan (Adherence to Audit Plan)

Meliputi tindakan evaluasi terhadap risiko obyek yang diperiksa serta jaminan

bahwa bidang-bidang yang berisiko tinggi telah ditempatkan sebagai prioritas

utama dalam perencanaan pemeriksaan.

5. Peringatan Dini (Absence of Surprises)

Auditor hanya mampu memberikan laporan peringatan dini baik dalam bentuk

formal maupun informal mengenai kelemahan atau permasalahan operasi

perusahaan serta kelemahan pengendalian manajemen.

6. Kehematan Biaya Pemeriksaan (Cost Effectiveness of The Internal Audit

Department)

Output dari suatu biaya pemeriksaan tidak dapat diukur. Bila pemeriksaan

yang dilakukan dapat meminimalisasi biaya tanpa mengurangi nilai tambah

yang dihasilkan, maka pemeriksaan sudah efektif ditinjau dari tolak ukur ini.

7. Pengembangan Personil (Development of People)

Jika pengembangan personil dianggap menjadi peran yang penting, maka

pimpinan auditor akan menggunakan waktunya dalam pembinaan untuk

penempatan dan pengembangan stafnya.

Page 61: SKRIPSI - YUDI SUARDI

8. Evaluasi oleh Auditor Eksternal (External Auditor Evaluation of the Internal

Audit Department)

Pendapat dari auditor eksternal terhadap auditor akan mempunyai nilai yang

tinggi bila peran auditor keuangan cukup menonjol. Namun, pada waktu-

waktu tertentu auditor eksternal dapat diminta melakukan pemeriksaan

operasional audit lainnya antara lain dalam hal :

a. Penerapan buku pedoman pemeriksaan

b. Tenaga auditor dan biaya pemeriksaan

c. Penyusunan dan rencana kerja pemeriksaan

d. Objektivitas dan independensi

e. Organisasi bagian internal auditor

f. Kebijakan pemeriksaan

9. Umpan Balik dari Manajemen Lainnya (Operating Management’s Feedback)

Umpan balik dari manajemen lainnya bersifat subjektif dan sangat

dipengaruhi oleh profesi auditor itu sendiri. Sampai sejauh mana dukungan

yang diberikan oleh para manajemen lainnya terhadap para auditor dalam

melaksanakan kegiatan pemeriksaan.

10. Meningkatnya Jumlah Pemeriksaan (Number of Requests for Audit Work)

Semakin baik dan semakin meningkat kemampuan auditor maka manfaat dari

audit ini akan semakin dirasakan. Dengan semakin dirasakannya manfaat

tersebut, maka jumlah pemeriksaan pun akan semakin meningkat seiring

dengan perkembangannya.

11. Penyajian Ikhtisar Laporan Keuangan (Audit Director’s Report)

Tolok ukur ini berisikan tentang laporan yang disusun oleh auditor yang

antara lain meliputi masalah penyelesaian laporan, perihal temuan-temuan

yang penting, dan pemanfaatan sumber daya.

12. Evaluasi dari Pimpinan terhadap Auditor (Audit Committee’s Evaluation of

Internal Audit Department)

Tugas atasan tersebut adalah untuk menentukan dan mereview pelaksanaan

tugas pemeriksaan, sehingga penilaian yang baik dari pimpinan atas auditor

akan mengindikasikan bahwa kinerja dan fungsi-fungsi pemeriksaan telah

memadai.

Page 62: SKRIPSI - YUDI SUARDI

13. Mutu Kertas Kerja Pemeriksaan (Quality of Working Paper)

Mutu kertas kerja pemeriksaan harus diperhatikan oleh auditor karena kertas

kerja pemeriksaan yang baik akan menggambarkan sistematik pelaksanaan

tugas pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor.

14. Internal Review (Result of Internal Review)

Tolok ukur ini berkenaan dengan tindakan review terutama yang dilakukan

oleh pimpinan pemeriksa dalam proses pemeriksaan, mutu dokumen, serta

review atas temuan dan rekomendasi. Review yang memadai atas pelaksanaan

pemeriksaan mengindikasikan profesionalisme yang tinggi dan menjamin

mutu hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor.

15. Penelaahan Organisasi Profesi (Peer Feedback)

Hal ini berkaitan dengan kegiatan pemeriksaan yang dapat diterima dan

dibicarakan di dalam organisasi profesi. Peranan auditor yang menonjol dalam

organisasi profesi akan meningkatkan sisi-sisi baik dalam kemampuan,

profesi, dan efektivitas dari auditor.

Page 63: SKRIPSI - YUDI SUARDI

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini yang menjadi objek penelitian adalah peranan

Komite Audit dalam meningkatkan efektivitas pelaksanaan audit internal.

Pemilihan pengukuran peran Komite Audit dan efektivitas pelaksanaan audit

internal bertujuan untuk seberapa besar peran Komite Audit terhadap efektivitas

pelaksanaan audit internal.

Dalam menyusun skripsi ini, penulis melakukan penelitian di

PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Co., Tbk. Perusahaan ini bergerak

dibidang industri makanan dan minuman ringan yang bertempat di Jl. Raya

Cimareme No. 131 Padalarang, Kab. Bandung, Jawa Barat. Perusahaan ini dipilih

sebagai objek penelitian dengan alasan bahwa di dalam perusahaan tersebut

terdapat unit yang relevan dengan materi penulisan skripsi ini.

3.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan

Bermula dari usaha keluarga yang dirilis sejak tahun 1960-an oleh Bapak

Achmad Prawirawidjaja (Alm.). PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company

Tbk (“Perseroan”) terus berkembang, dan saat ini telah menjadi salah satu

perusahaan yang cukup terkemuka di bidang industri makanan & minuman,

khususnya di bidang industri minuman aseptik yang dikemas dalam kemasan

karton. Usaha keluarga yang sejak awal telah bergerak di bidang pengolahan susu

murni itu pada tahun 1970an memasuki tahapan baru dengan menjadi pionir di

bidang industri pengolahan minuman yang diproses dengan teknologi UHT (Ultra

High Temperature) yang dikemas dalam kemasan karton.

Pada awal berdirinya, perusahaan ini merupakan Home Industry

biasa yang memproduksi beberapa macam produk mulai dari obat gosok, pasta

gigi, sampai minuman dari susu. Semua produk tersebut dipasarkan tidak secara

besar-besaran karena modal dan kemampuan produksi yang terbatas, oleh

Page 64: SKRIPSI - YUDI SUARDI

karena itu produk-produk hanya dipasarkan di daerah-daerah sekitar tempat

produksi, seperti pasar Kosambi, pasar baru dan warung-warung konsumsi rumah

tangga.

Seiring dengan berkembangnya pembangunan di Indonesia pada saat itu,

dimana mulai banyaknya perusahaan-perusahaan besar yang bermunculan dan

memiliki modal yang sangat kuat. Perusahaan-perusahaan besar tersebut mulai

memasuki pasar, memproduksi dan memasarkan produk-produknya. Hal tersebut

membuat industri-industri kecil seperti Home Industry kalah bersaing. Namun

keberhasilan CV. Jaya Murni yang merupakan cikal bakal dari PT. Ultrajaya Milk

Industry & Trading Co. Tbk, dalam memasarkan produksi susu mendorong

pemilik perusahaan untuk mendirikan perusahaan berbentuk perseroan terbatas di

daerah Padalarang, Kab. Bandung, tepatnya di Jl. Raya Cimareme No.131.

Perusahaan tersebut kemudian dikenal denga nama PT. Ultrajaya Milk

Industry & Trading Co. Tbk, atau singkatnya PT. Ultrajaya. Sebuah perusahaan

yang memproduksi berbagai macam minuman dalam kemasan. Pada awal

berdirinya, PT. Ultrajaya memiliki modal yang terbatas, oleh karena itu proses

produksinya masih dilakukan dengan cara yang relatif masih tradisional, seperti

penggunaan perapian dalam mengolah minuman-minuman yang akan diproduksi.

Seiring dengan mulai berkembangnya perusahaan, dimana volume penjualan terus

meningkat, PT. Ultrajaya melakukan pengembangan-pengembangan dengan

mulai menggunakan mesin-mesin produksi yang lebih modern dan mulai

memproduksi berbagai macam minuman kemasan baru.

3.1.2 Visi dan Misi PT. Ultrajaya

Visi PT. Ultrajaya adalah, menjadi perusahaan industri makanan dan

minuman yang terbaik dan terbesar di Indonesia, dengan senantiasa

mengutamakan kepuasan konsumen, serta menjunjung tinggi kepercayaan para

pemegang saham dan mitra kerja perusahaan.

Sedangkan Misi PT. Ultrajaya, yaitu menjalankan usaha dengan dilandasi

kepekaan yang tinggi untuk senantiasa berorientasi kepada pasar/konsumen, dan

kepekaan serta kepedulian untuk senantiasa memerhatikan lingkungan, yang

Page 65: SKRIPSI - YUDI SUARDI

dilakukan secara optimal agar dapat memberikan nilai tambah sebagai wujud

pertanggung-jawaban kepada para pemegang saham.

3.1.3 Akta Pendirian & Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan

Perseroan didirikan berdasarkan Akta No. 8 tanggal 2 November 1971,

juncto Akta Perubahan No. 71 Tanggal 29 Desember 1971, yang dibuat oleh

Komar Andasasmita S.H, Notaris di Bandung. Kedua akta tersebut telah

memeroleh persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan

keputusan No. Y.A.5/34/21 tanggal 20 Januari 1973 dan telah diumumkan dalam

Berita Acara Negara Republik Indonesia No. 34 tanggal 27 April 1973. Tambahan

No. 313. Anggaran Dasar Perseroan telah mengalami beberapa kali perubahan.

Perubahan terakhir dilakukan dengan Akta Pernyataan Keputusan Rapat

PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Co. Tbk No. 9 tanggal 20 Juni 2006 dibuat

oleh Fani Andayani S.H., Notaris di Cimahi. Pelaporan tentang perubahan akta ini

telah diterima oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

dengan No. C-20559 HT.01.04.TH.2006 tanggal 13 juli 2006, didaftarkan dalam

Daftar Perusahaan di Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Bandung

dengan TDP No. 102411500112 tanggal 26 Oktober 2000 di bawah Agenda

Pendaftaran No. 603/BH.10.24/VII/06 dan telah diumumkan dalam Berita Acara

Negara Republik Indonesia No. 68 tanggal 25 Agustus 2006, Tambahan No. 890.

3.1.4 Lokasi Kantor Pusat dan Pabrik Perseroan

Kantor Pusat dan Pabrik Perseroan berdiri di atas tanah milik Perseroan

seluas lebih dari 210.000 m2 yang terletak di Jl. Raya Cimareme No. 131,

Padalarang, Kab. Bandung. Lokasi ini sangat strategis karena terletak di daerah

lintasan hasil peternakan dan pertanian sehingga memudahkan pendistribusian

hasil produksinya. Pasokan Bahan baku susu murni dipasok oleh para peternak

sapi yang tergabung dalam Koperasi Peternak Bandung Selatan (KPBS)-

Pangalengan, Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU)-Lembang, dan

Koperasi Unit Desa Lainnya.

Page 66: SKRIPSI - YUDI SUARDI

Buah-buahan segar seperti jambu, mangga, nenas, sirsak, dan lain-lain

dipasok oleh petani buah yang tergabung dalam Koperasi Unit Desa yang berada

di Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Untuk menjaga

kelangsungan dan keteraturan pasokan bahan baku ini Perseroan membina dan

memelihara hubungan kemitraan yang sangat baik dengan para peternak sapi

perah dan petani buah. Buah-buahan lain seperti jeruk (orange), leci (lychee), dan

anggur (grape), demikian pula bahan kemasan aseptik (aseptic packaging

materials) untuk produk minuman UHT masih diperoleh secara impor.

3.1.5 Tata Kelola Perseroan

Perseroan menyadari bahwa tata kelola perusahan yang baik merupakan

hal yang sangat penting untuk diterapkan agar dapat menjaga kepercayaan para

Pemegang Saham Perseroan dan melindungi hak-haknya. Oleh karena itu,

Perseroan terus berusaha menerapkan prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik

(Good Corporate Governance) secara konsisten dan berkesinambungan, serta

terus berusaha menjadikanya sebagai landasan operasional. Prinsip dasar tata

kelola perusahaan yaitu transparasi, akuntabilitas, pertanggung-jawaban,

independensi, dan keadilan terus diusahakan untuk dikembangkan dan diterapkan.

Prinsip-prinsip dasar tersebut tercermin dalam anggaran dasar dan organ

perseroan.

3.1.5.1 Anggaran Dasar Perseroan

Sebagai badan hukum yang didirikan di Indonesia dalam kegiatan sehari-

harinya, Perseroan selalu berusaha untuk memenuhi semua ketentuan dan

peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Sehubungan dengan

itu, seluruh Anggaran Dasar Perseroan telah dirubah dan disesuaikan dengan

Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 tetang Perseroan Terbatas, dan sebagai

perusahaan terbuka Perseroan juga telah menyesuaikannya dengan Undang-

undang Pasar Modal.

Page 67: SKRIPSI - YUDI SUARDI

Di dalam Anggaran Dasar Perseroan antara lain diatur tentang tugas dan

wewenang Direksi, tugas dan wewenang Komisaris, tahun buku Perseroan, hal-

hal mengenai Rapat Umum Pemegang saham Perseroan, penggunaan laba, dan

hal-hal pokok dan penting lainnya yang diperlukan dalam mengelola sebuah

perusahaan. Semua ini cukup mencerminkan perlindungan terhadap hak dan

kepentingan dari pemegang saham Perseroan.

3.1.5.2 Organ Perseroan

Dalam UU tentang perseroan terbatas, yang dimaksudkan dengan Organ

Perseroan terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Dewan Komisaris,

dan Direksi.

RUPS merupakan Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang

tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan komisaris dalam batas yang

ditentukan dalam undang-undang dan/atau Anggaran Dasar Perseroan. RUPS

dalam Perseroan adalah Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST)

dan/atau Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB). RUPST

diselenggarakan setiap tahun atau paling lambat 6 (enam) bulan setelah periode

ditutup.

RUPST berhak untuk :

a. Mengesahkan perhitungan tahunan yang terdiri dari neraca dan perhitungan

laba rugi dari tahun buku yang baru dan yang telah diaudit oleh Akuntan

Publik.

b. Menyetujui laporan tahunan mengenai keadaan dan jalannya Perseroan.

c. Memutuskan penggunaan laba.

d. Menunjuk akuntan publik yang akan memeriksa buku-buku Perseroan.

Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan

atas kebijaksanaan Direksi dalam menjalankan Perseroan, serta memberikan

nasihat kepada Direksi. Komisaris mempunyai kewenangan untuk

memberhentikan sementara seseorang atau lebih anggota Direksi yang telah

bertindak bertentangan dengan Anggaran Dasar Perseroan atau perundang-

Page 68: SKRIPSI - YUDI SUARDI

undangan yang berlaku. Komisaris juga berwenang untuk memeriksa hasil

pembukuan Perseroan, dan meminta penjelasan Direksi tetang jalannya Perseroan.

Komisaris memiliki sedikitnya 3 (tiga) orang anggota dan sebanyak-banyaknya 5

(lima) orang anggota, dengan susunan Seorang Presiden Komisaris dan sisanya

Anggota Komisaris.

Direksi adalah Organ perseroan yang bertanggung-jawab penuh dalam

melaksanakan tugasnya untuk kepentingan Perseroan dalam mencapai maksud

dan tujuannya sebaik mungkin, dengan mengindahkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Secara umum Direksi bertugas dan bertanggung-jawab

mengelola Perseroan dalam mencapai tujuannya. Direksi juga berkewajiban untuk

menjamin bahwa semua aset Perseroan telah digunakan sesuai peruntukannya

guna kepentingan Perseroan dan para Pemegang Saham Perseroan.

Keanggotaan Direksi terdiri atas sedikitnya 3 (tiga) orang anggota Direksi

dan sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang anggota, dengan susunan seorang

Presiden Direktur dan sisanya Direktur. Anggota Direksi diangkat oleh RUPS

untuk masa jabatan selama 5 tahun yaitu sejak tanggal yang ditentukan pada

RUPS yang mengangkat mereka, sampai penutupan RUPST tahun ke-5 (lima)

setelah tanggal pengangkatan mereka.

3.1.6 Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi perusahaan merupakan syarat mutlak bagi

suatu perusahaan. Dengan adanya struktur organisasi yang sempurna, maka

akan terlihat secara jelas tanggungjawab dan wewenang setiap bagian yang ada

dalam perusahaan tersebut. Struktur yang digunakan oleh PT. Ultrajaya adalah

bentuk struktur organisasi garis dan staff. Bentuk struktur organisasi garis dan

staff ini menggambarkan hubungan antara unsur-unsur yang terdapat dalam

organisasi dan bertanggung jawab serta wewenang dalam organisasi tersebut.

(terlampir).

Bentuk garis dan arah vertikal dalam struktur tersebut memerhatikan

bahwa mereka memiliki wewenang secara langsung, dimana bawahan terlibat

dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan dan bertanggungjawab kepada atasannya.

Page 69: SKRIPSI - YUDI SUARDI

Sedangkan hubungan staff dengan arah horizontal memerlihatkan bahwa bagian

yang ada pada tingkat yang sama saling membantu dan juga membantu pada

bagian diatasnya.

Dari struktur organisasi tersebut dapat terlihat bahwa setiap bagian

memiliki tugas, tanggungjawab, dan wewenang masing-masing. Dalam

pengambilan keputusan, PT. Ultrajaya menggunakan cara sentralisasi dan

desentralisasi. Jika keputusan memengaruhi perusahaan secara keseluruhan, maka

cara yang dipakai adalah sentralisasi. Sedangkan jika keputusan yang diambil

hanya menyangkut pada suatu departemen tertentu, seperti keadaan kantor

perwakilan, maka pengambilan keputusan dilakukan dengan cara desentralisasi.

3.1.7 Job Description

Adapun uraian tugas dari masing-masing jabatan dalam PT. Ultrajaya

adalah sebagai berikut:

1. Shareholders Meeting (Rapat Umum Pemegang Saham)

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) merupakan Organ Perseroan yang

mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan

Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang dan/atau

Anggaran Dasar Perseroan. RUPS dalam perseroan adalah Rapat Umum

Pemegang Saham Tahunan (RUPST) dan/atau Rapat Umum Pemegang Saham

Luar Biasa (RUPSLB). Perseroan wajib menyelenggarakan RUPST setiap

tahun, paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun buku perseroan ditutup,

sedangkan RUPSLB dapat diselenggarakan sewaktu-waktu sesuai kebutuhan.

RUPST berhak untuk :

- Mengesahkan perhitungan tahunan yang terdiri dari neraca dan

perhitungan laba rugi dari tahun buku yang baru lalu yang telah diaudit

oleh akuntan publik,

- Menyetujui laporan tahunan mengenai keadaan dan jalannya Perseroan,

hasil-hasil yang dicapai dan hal lain yang dialami Perseroan di tahun buku

yang lalu,

Page 70: SKRIPSI - YUDI SUARDI

- Memutuskan penggunaan laba,

- Menunjuk akuntan publik yang akan memeriksa buku-buku Perseroan,

Sedangkan RUPSLB diselenggarakan untuk memutuskan hal-hal seperti :

- Perubahan anggaran dasar,

- Mengangkat dan memberhentikan Komisaris dan/atau Direksi, dan

- Memutuskan hal-hal lain yang memang menjadi kewenangannya.

2. Board of Commissioners (Komisaris)

- Melakukan pengawasan atas kebijaksanaan Direksi dalam menjalankan

Perseroan, serta memberikan nasihat kepada Direksi,

- Memberhentikan sementara seorang atau lebih anggota Direksi yang telah

bertindak bertentangan dengan Anggaran Dasar Perseroan atau perundang-

undangan yang berlaku,

- Memeriksa semua pembukuan Perseroan, dan

- Meminta penjelasan dari Direksi tentang jalannya Perseroan.

3. Audit Committee (Komite Audit)

- Bertanggung jawab kepada Komisaris,

- Membantu Komisaris dalam mengevaluasi laporan-laporan yang

disampaikan oleh Direksi Perseroan, baik berupa laporan keuangan

maupun laporan kegiatan operasional lainnya,

- Memastikan bahwa laporan keuangan Perseroan telah dibuat dan disusun

sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku, termasuk telah

diterapkannya Standar Akuntansi Keuangan Indonesia.

- Memastikan Bahwa sistem pengendalian internal telah dilaksanakan

secara memadai.

4. Board of Directors (Direksi)

- Bertugas dan bertanggungjawab mengelola Perseroan dalam mencapai

tujuannya,

- Berkewajiban untuk menjamin bahwa semua aset Perseroan telah

digunakan sesuai peruntukannya guna kepentingan Perseroan dan Para

Pemegang Saham Perseroan,

Page 71: SKRIPSI - YUDI SUARDI

- Direksi mewakili dan mengikat Perseroan baik di dalam maupun di luar

pengadilan, dan berhak melakukan untuk dan atas nama Perseroan segala

perbuatan pengurusan dan segala perbuatan pemilikan, dengan ketentuan

yang diatur dalam Anggaran Dasar Perseroan.

5. Corporate Secretary

- Bertugas sebagai penghubung antara Perseroan dengan masyarakat umum

dan memastikan bahwa Perseroan telah mematuhi ketentuan perundang-

undangan,

- Sebagai penghubung antara Perseroan dengan Para Pemegang Saham,

otoritas pasar modal, komunitas pasar modal, biro administrasi efek, media

massa, serta masyarakat umum lainnya,

- Mengikuti perkembangan Pasar Modal dan Bursa Efek, khususnya dalam

masalah ketentuan perundang-undangan dan peraturan lainnya yang

berlaku di pasar modal.

- Menjalankan dan mematuhi aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan yang

telah ditentukan di dalam Anggaran Dasar Perseroan, Undang-undang

Pasar Modal, Undang-undang Perseroa Terbatas, dan Undang-undang

serta peratuan pemerintah lain yang berlaku di Indonesia,

- Mematuhi ketentuan-ketentuan Badan Pengawas Pasar Modal & Lembaga

Keuangan (Bapepam & LK) dan Bursa Efek sehubungan dengan

kewajiban-kewajiban Perseroan sebagai perusahaan publik.

- Sekretaris Perusahaan bertanggungjawab kepada Direksi.

6. Internal Audit

- Bertanggungjawab untuk menyusun rencana, melaksanakan, melakukan

koordinasi, dan mengendalikan kegiatan-kegiatan audit di internal

Perseroan,

- Memberikan masukan berupa opini yang objektif dan independen kepada

Direksi Perseroan serta memberikan saran-saran yang diperlukan,

- Menyampaikan langsung laporan audit kepada Direksi Perseroan setalah

temuan-temuan audit disepakati oleh pihak yang diaudit.

Page 72: SKRIPSI - YUDI SUARDI

7. Sales & Distribution

- Bertanggungjawab untuk mencapai tingkat volume penjualan yang

menguntungkan bagi perusahaan,

- Bertanggungjawab untuk memelihara dan mengembangkan penjualan

yang efektif dan efisien,

- Bertanggungjawab atas kelancaran proses penjualan dan pendistribusian,

- Membuat Forecasting atau peramalan permintaan konsumen dimasa

mendatang.

8. Human Resources & General Affairs

- Bertanggungjawab terhadap urusan ketenagakerjaan,

- Menyelenggarakan program keterampilan dan pelatihan bagi tenaga kerja,

- Bertanggungjawab terhadap keamanan di lingkungan pabrik,

- Bertanggungjawab terhadap kegiatan operasional kendaraan perusahaan,

- Menjalin hubungan baik dengan pihak-pihak luar (Masyarakat, serta

pihak-pihak yang berkepentingan dengan Perseroan),

- Bertanggungjawab atas kelancaran kegiatan CSR (Corporate Social

Responsibility).

9. Manufacturing

Divisi ini dipimpin oleh seorang manager pabrik (Plant Manager) yang

bertanggungjawab atas kelangsungan kegiatan produksi secara keseluruhan

dan mengatur keseimbangan antara investasi dan produksi.

Plant Manager menbawahi enam bagian:

1) UHT Plant bertanggungjawab terhadap keseluruhan proses produksi

minuman UHT (Ultra High Temperature).

2) SCM/PD Plant (Sweet Condensed Milk/Spray Drier), bertanggungjawab

terhadap proses pembuatan susu kental manis, krimmer kental manis, dan

susu bubuk.

3) Juice Plant, bertanggungjawab terhadap pengendalian mutu bahan baku

dan proses pembuatan pulp buah/jus buah maupun konsentrat buah,

4) Quality Control (QC), bertanggungjawab terhadap pengendalian mutu

bahan baku hingga produk akhir.

Page 73: SKRIPSI - YUDI SUARDI

5) PPIC (Production Planning and Inventory Control), bertanggungjawab

terhadap perencanaan kegiatan produksi, perencanaan sumber-sumber

daya/material yang dibutuhkan dalam kegiatan produksi, penjadwalan

(scheduling) berbagai kegiatan produksi, penjadwalan tenaga kerja dan

inventory management,

6) MS (Maintenance), bertanggungjawab terhadap perbaikan dan

pemeliaharan dan mesin-mesin, penyediaan utilitas dan penanganan

limbah (Waste Treatment).

10. Marketing

- Menentukan kebijaksanaan dan strategi pemsaran, monitor penjualan,

mengevaluasi kebutuhan Pasar, mengatur pemasaran produk serta

membuat laporan administrasi pemasaran,

- Mengadakan iklan dan promosi yang efsien dan efektif,

- Pembuatan design kemasan produk, sehingga memudahkan komunikasi

visual dengan konsumen,

- Membuat Forecasting atau peramalan permintaan konsumen dimasas

mendatang.

11. Engineering

Bertangungjawab dalam pengembangan, pembangunan dan pemeliharaan fisik

perusahaan termasuk didalamnya masalah pabrik, mesin-mesin dan peralatan

perusahaan.

12. Information & Technology

- Bertanggungjawab terhadap kelancaran sistem data perusahaan melalui

sistem informasi komputer,

- Melakukan koordinasi untuk melakukan pengembangan dan

penyempurnaan dalam hal sistem dan prosedur pencatatan, pengolahan

data serta pelaporan transaksi perusahaan.

13. Finance & Accounting

Mengelola dana perusahaan, melakukan pembayaran, dan melakukan

penagihan dengan perusahaan lain diluar maupun negeri.

Page 74: SKRIPSI - YUDI SUARDI

3.1.8 Proses Produksi Perusahaan

Dalam melakukan kegiatan proses produksi terutama dalam produk

minuman susu terdapat tiga tahap proses produksi, antara lain adalah sebagai

berikut :

1. Raw Materials

Dalam memeroleh susu segar, perseroan bekerjasama dengan 4 (empat)

koperasi yang berada didaerah Jawa Barat. Susu yang berasal dari koperasi

tersebut diangkut dengan menggunakan truk tangki berkapasitas 8000-12000

liter dalam keadaan masih segar dan dingin agar mikroba tidak berkembang

dengan cepat. Setelah masuk ke pabrik, susu tersebut diolah ke bagian

reparasi. Pada tahap ini, susu diukur kadar lemaknya 1-2%, apabila lebih maka

rasa susu akan tidak enak.

2. Heat Treatment

Pada tahap ini susu dipasteurisasi, susu dipanaskan pada suhu dibawah 100º C

selama waktu tertentu. Lalu masuk pada tahap mixing atau penempatan yang

membutuhkan waktu antara 1-1,5 jam untuk volume susu 3000 liter. Lalu

masuk kedalam tangki yang berukuran lebih kecil untuk memasuki pembuatan

susu setengah jadi pada suhu sekitar 4-6º C. setelah itu susu tersebut diambil

sebanyak 2 liter sebagai sampel untuk diuji di labolatorium untuk melakukan

standarisasi apakah layak untuk dikonsumsi atau tidak.

Standarisasi ini dilakukan dengan cara menggunakan alkohol 70% sebanyak

1 ml untuk menguji kesegaran susu lalu dikocok, bila warna susu berubah

maka susu tidak layak untuk dikonsumsi serta apakah baunya berubah atau

tidak. Susu yang layak tersebut memasuki tahap Adjustment atau penyesuaian

dengan cara menambah atau mengurangi bahan. Misalnya bila susu

mengalami kelebihan dalam rasa yang terlalu manis, maka akan ditambahkan

komposisi lain untuk menyeimbangkan rasa manis yang berlebih tersebut.

Selanjutnya susu masuk tangki untuk pemanasan UHT (Ultra High

Temperature), disini susu dipanaskan pada temperatur 140º C selama 4 detik,

bertujuan untuk mensterilkan susu untuk layak dikonsumsi dan membunuh

kuman-kuman.

Page 75: SKRIPSI - YUDI SUARDI

3. Filling UHT (Ultra High Temperature)

Ini merupakan tahap akhir dalam proses produksi, merupakan tahap

pengemasan produk. Dalam pengemasan, produk tidak tersentuh oleh tangan

sama sekali karena seluruhnya dilakukan oleh mesin-mesin agar produk

benar-benar steril.

Berikut ini adalah skema proses produksi Susu Ultra di PT. Ultrajaya.

Gambar 3.1

Skema Proses Produksi Susu

Pengambilan sampel

untuk dianalisa

Pengambilan

sampel

untuk

dianalisa

Pengambilan sampel

untuk dianalisa

Keterangan :

Yang disebut Bahan-bahan lain (*) adalah :

Susu Coklat : Gula, Cacao Powder, Stabilizer CM

Susu Strawberry : Gula, Strawberry Concentrate, Stabilizer RS

Susu Mocca : Gula, Nescafe, Stabilizer RS

Sumber : PT Ultrajaya

Susu Sapi Segar

Pendingin

Filling and Packing

Bahan-bahan lain (*)

Separator

Sterilisasi UHT

(140° C), 4 detik

Mixing Tank

Cooling

Cooling

Balance Tank

Storage Tank

Paletizing Warehouse

Pasteurisasi 90°C

8-10 detik

Page 76: SKRIPSI - YUDI SUARDI

3.1.9 Hasil Produksi dan Daerah Pemasaran

3.1.9.1 Hasil Produksi

Pada tahun 1975 Perseroan memproduksi produk susu UHT dengan merk

dagang “Ultra Milk”, tahun 1978 memproduksi produk sari buah UHT dengan

merk dagang “Buavita”, tahun 1981 memproduksi produk the UHT dengan merk

dagang “The Kotak”, dan pada tahun 1982 perseroan memeroleh lisensi dari Kraft

General Food Ltd, USA, untuk memproduksi dan memasarkan produk keju

dengan merk dagang “Kraft”. Pada tahun 1994 kerjasama ini ditingkatkan dengan

didirikannya perusahaan patungan PT Kraft Ultrajaya Indonesia.

Perseroan melakukan penawaran perdana (IPO) di tahun 1990. Pada tahun

1994 Perseroan melakukan ekspansi dengan memasuki bidang industry SCM

(Sweetened Condensed Milk = Susu Kental Manis), dan Powder Milk (Susu

Bubuk) di tahun 1995. Perseroan juga membangun gudang yang dalam

pengoperasiannya menggunakan komputerisasi penuh dengan teknologi AS/RS

(Automatic Storage and Retrieval System). Sampai saat ini Perseroan telah

memproduksi lebih dari 60 macam produk dan terus berusaha untuk senantiasa

menjadi market leader di bidang industri minuman aseptik. Berikut adalah tabel

hasil produksi dan pengembangan produk yang dihasilkan :

Pengembangan Produk

1975 UHT Milk- Tetrahedron

1976 All Kind UHT- Tetrapack

1977 Buavita Juice Drink

1982 Tea Product (The Kotak, Lemon Tea, Jasmin Tea, Unsweat Tea)

1984 GOGO Juice Drink

1985 Kraft Cheese, Butter Unsalted, Sari Kacang Ijo, Sari Asem Asli

1989 Ultra Butter 340gr

1992 Pineapple Concentrate

1993 Coco Pandan

1994 Pineapple Buavita, Ultra Ginseng

1995 Teh Celup, Ultra Junior Milk

Page 77: SKRIPSI - YUDI SUARDI

1996 YOGO, Yoghurt Drink

Pengembangan Produk

1998 Susu Kental Manis Cap Manis, Cap Sapi, Cap Kincir

1999 Susu Sekolah (Bantuan dari USA untuk Negara-negara berkembang,

terutama Asia Pasifik

2000 Susu Bubuk, Morinaga Product

2001 Susu Sekolah Soya Choco (Bantuan dari USA untuk Negara-negara

berkembang, terutama Asia Pasifik)

2003 Susu Kental Manis Ultra Milk

2007 Susu Sehat Rasa Vanilla, Ultra Milk Low Fat Rasa Chocolatte, Ultra

Milk Low Fat Rasa Plain, Ultra Milk Rasa Honey, Ultra Mini Rasa

Vanilla

Sumber : PT Ultrajaya

3.1.9.2 Daerah Pemasaran

Perseroan menjual hasil produksinya ke seluruh pelosok di dalam negeri

melalui penjualan langsung (direct selling), melalui modern trade dan melalui

penjualan tidak langsung (indirect selling) yang dilakukan melalui agen atau

distributor. Penjualan langsung (direct selling) dilakukan ke toko-toko, kios-kios,

dan pasar-pasar tradisional lainnya di seluruh Pulau Jawa dengan menggunakan

armada penjualan milik perseroan yang terdapat di kantor-kantor pemasaran dan

depo-depo yang terletak di beberapa kota besar seperti Jakarta, Bandung,

Semarang, Yogyakarta, Surabaya, serta beberapa kota lainnya di Pulau Jawa.

Penjualan melalui modern trade seperti ke supermarket, hypermarket, dan mini

market yang tersebar di seluruh wilayah di Pulau Jawa juga dilakukan melalui

kantor pemasaran dan depo-depo tersebut. Sedangkan penjualan tidak langsung

(indirect selling) dilakukan ke pelanggan yang berada di luar Pulau Jawa dan

dilakukan melalui agen atau distributor yang ditunjuk yang tersebar di seluruh

Ibukota propinsi di seluruh wilayah Indonesia. Di samping penjualan di dalam

negeri Perseroan juga melakukan penjualan ekspor ke beberapa negara.

Page 78: SKRIPSI - YUDI SUARDI

Tabel 3.1

Hasil Produksi PT. Ultrajaya

Jenis Produk Merk Dagang Rasa

Susu Cair

Liquid Milk

Ultra Milk

Twin Cow

Susu Serat

Low Fat

Murni/Full Cream

Moca/Mocca

Coklat/Chocolate

Strawberri/Strawberry

Coklat/Chocolate

Coklat/Chocolate

Murni/Full Cream

Sari Buah

Fruit Juice

BUAVITA

GOGO

Jeruk/Orange

Jambu/Guava

Apel/Apple

Mangga/Mango

Sirsak/Soursop

Leci/Lychee

Jeruk/Orange

Jambu/Guava

Apel/Apple

Mangga/Mango

Sirsak/Soursop

Leci/Lychee

The

Tea

Teh Kotak

Teh Bunga

The Melati/Jasmine Tea

The Chrysanthemum/

Chrysanthemum Tea

Minuman Kesehatan/

health drinks

Sari Asam Murni Asam/Pure

Tammarind

Minuman UHT

Minuman Lainnya

Other Drinks

Kacang Ijo

Coco Pandan

Yogo

Kacang Ijo/Green Peas

Saripati Kelapa/Coconut

Milk

Yoghurt/Yoghurt Jeruk/

Orange , Strawberry

Mentega

Butter

ULTRA Tawar/Unsalted

Susu Bubuk

Powder Milk

Morinaga Rupa-rupa/Various

Makanan

Food

Susu Kental Manis

Sweeted Condensed

Milk

Cap Sapi

Cap Manis

Filled/Creamer

Filled/Creamer

Konsentrat Buah-

buahan

Fruits Consentrat

ULTRA Nanas

Sirsak

Mangga

Jambu

Lain-lain

Others

Teh Celup

Teh Bag

Teh Kotak Teh Melati

Teh Hitam Sumber : PT Ultrajaya

Page 79: SKRIPSI - YUDI SUARDI

3.2 Metode Penelitian

3.2.1 Metode yang Digunakan

Metode yang digunakan dalam melaksanakan penelitian ini adalah metode

deskriptif analitis. Metode deskriptif analitis adalah metode penelitian dengan cara

mengumpulkan data yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, serta

informasi lainnya yang diperoleh selama periode penelitian. Data dan informasi

tersebut kemudian diproses serta dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan

dasar berupa teori yang telah dipelajari, sehingga dapat memerjelas gambaran

mengenai objek yang diteliti. Tujuan dari penelitian deskriptif analitis adalah

untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, aktual, dan

akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta berhubungan fenomena yang

diselidiki.

Berdasarkan objek penelitian yang sudah dikemukakan diatas,

pengumpulan data dilakukan melalui survei. Metode survei adalah metode yang

diadakan untuk memeroleh fakta dari gejala-gejala yang ada, dan mencari

keterangan-keterangan secara aktual, baik masalah sosial, ekonomi, atau politik.

Data yang diperoleh kemudian dikumpulkan, disusun dan diolah untuk

selanjutnya dilakukan analisis sehingga menghasilkan simpulan.

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data

Dalam rangka penelitian ini, penulis menggunakan dua metode penelitian

dalam pengumpulan data yaitu :

1. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian lapangan adalah penelitian yang dilakukan dengan cara meninjau

langsung objek yang diteliti untuk memperoleh data primer, yaitu data utama

yang berhubungan langsung dengan perusahaan yang akan diteliti, melalui

cara-cara :

a. Wawancara

Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada pihak-pihak yang

Page 80: SKRIPSI - YUDI SUARDI

berwenang dan bertanggung jawab untuk memberikan data yang ada

hubungannya dengan objek penelitian.

b. Observasi

Observasi adalah suatu pengamatan yang dilakukan secara langsung

terhadap aktivitas perusahaan guna melengkapi dan membandingkan

dengan catatan-catatan yang telah diperoleh dari hasil wawancara

Kuesioner

c. Kuesioner adalah teknik pengumpulan data dengan cara memberikan

sejumlah pertanyaan kepada kepala pabrik beserta staf yang membuat

anggaran biaya produksi dan kepala produksi beserta staf yang

mengendalikan proses produksi.

2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk

memperoleh data sekunder yang akan digunakan sebagai landasan teoritis,

yang berkaitan dengan masalah yang penulis teliti. Penelitian ini dilakukan

dengan cara mempelajari buku-buku, literatur, catatan-catatan kuliah dan

sumber lain yang relevan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini,

sebagai bahan perbandingan dengan data penelitian yang diperoleh.

3.2.3 Operasional Variabel

Agar penulisan skripsi ini lebih terarah maka perlu ditentukan terlebih

dahulu variabel-variabel yang akan diteliti. Variabel adalah konsep yang diberi

lebih dari satu nilai atau sesuatu yang mempunyai variasi nilai. Berdasarkan judul

skripsi “Peranan Komite Audit dalam Meningkatkan Efektivitas Pelaksanaan

Audit Internal”, maka penulis dapat menentukan variabel sebagai berikut :

Variabel Pertama : Efektivitas Pelaksanaan Audit Internal

Variabel Kedua : Peranan Komite Audit dalam Meningkatkan Efektivitas

Pelaksanaan Audit Internal

Untuk dapat menyusun kuesioner maka harus ditetapkan terlebih dahulu

variabel-variabel yang akan diukur berserta indikator-indikatornya. Variabel dan

serta pengukuran disajikan dalam tabel operasional sebagai berikut :

Page 81: SKRIPSI - YUDI SUARDI

Tabel 3.2

Indikator Variabel dan Skala Pengukuran

Variabel Indikator Sub Indikator Skala

Pengukuran

Kelayakan dan

arti penting

temuan

pemeriksaan

beserta

rekomendasinya

a. Temuan pemeriksaan memiliki kedudukan yang

penting dalam audit internal

b. Temuan pemeriksaan yang dihasilkan oleh audit

internal dapat dijadikan sebagai suatu informasi yang berharga dalam perbaikan terhadap

pengendalian manajemen

c. Hasil rekomendasi audit internal dapat membantu

kelancaran penyelesaian pekerjaan sehari-hari

d. Rekomendasi audit internal dapat diterima dan

dioperasionalisasikan

e. Audit internal memantau perkembangan tindak

lanjut (follow up) telah dilaksanakan atas

rekomendasi yang disampaikan

f. Rekomendasi yang dilaksanakan dapat

meningkatkan pengendalian intern, efektivitas, dan

efisiensi dari unit kerja

g. Rekomendasi didiskusikan terlebih dahulu dengan

unit kerja

Feedback dan

respon dari

pihak yang

diawasi

a. Unit kerja membantu audit internal dalam

pelaksanaan proses audit

b. Dukungan top management terhadap fungsi audit

internal

Profesionalisme

Auditor

a. Staf audit internal dapat menempatkan diri sebagai

partner dari auditee

b. Staf audit internal tanggap dalam menjawab

pertanyaan atas masalah dari objek yang diperiksa

c. Staf audit internal memiliki pengetahuan yang

memadai dan menguasai bidang operasional pada

objek yang diperiksa

Tercapainya

Program

Pemeriksaan

Audit internal melakukan tindakan evaluasi terhadap

risiko obyek yang diperiksa serta jaminan bahwa

bidang-bidang yang berisiko tinggi telah ditempatkan

sebagai prioritas utama dalam perencanaan pemeriksaan

Peringatan Dini

Unit audit internal memberikan laporan peringatan dini

terhadap permasalahan kritis yang dihadapi oleh

manajemen

Kehematan

Biaya

Pemeriksaan

Audit internal mampu meminimalisasi biaya

pemeriksaan, tanpa mengurangi nilai tambah yang

dihasilkan

Pengembangan

Personil

Kepala audit internal menggunakan waktunya dalam

pembinaan (melalui pendidikan dan pelatihan) untuk

penempatan dan pengembangan stafnya

Efektivitas

Pelaksanaan

Audit

Internal

Evaluasi oleh

Auditor

Eksternal

Pada waktu-waktu tertentu auditor eksternal dapat

diminta melakukan pemeriksaan operasional audit

lainnya dalam hal penerapan buku pedoman

pemeriksaan; hal tenaga auditor dan biaya pemeriksaan;

hal penyusunan dan rencana kerja pemeriksaan; hal

objektivitas dan independensi; hal organisasi bagian

internal auditor; dan hal kebijakan pemeriksaan

Ordinal

Page 82: SKRIPSI - YUDI SUARDI

Variabel Indikator Sub Indikator Skala

Pengukuran

Umpan Balik

dari Manajemen

Lainnya

manajemen lainnya memberikan dukungan terhadap

para auditor dalam melaksanakan kegiatan pemeriksaan

Banyaknya

permintaan

audit

Unit kerja menyampaikan permintaan untuk melakukan

audit

Penyajian

ikhtisar laporan

pemerikaan

a. Temuan audit didukung dengan bukti-bukti reliabel

b. Laporan audit diselesaikan tepat waktu

c. Dilakukannya Closing Conference

d. Diterbitkannya laporan yang memuat rekomendasi,

pernyataan kepuasan kinerja, dan tindakan perbaikan

yang dilakukan terhadap temuan pemeriksaan

Evaluasi dari

Pimpinan

terhadap

Auditor

Komite Audit turut menentukan dan mereview

pelaksanaan tugas pemeriksaan

Mutu Kertas

Kerja

Pemeriksaan

Auditor internal selalu memerhatikan mutu kertas kerja

pemeriksaan

Internal Review

Pimpinan pemeriksa melakukan review di dalam proses

pemeriksaan; mutu dokumen; temuan dan rekomendasi

Penelaahan

Organisasi

Profesi

Kegiatan pemeriksaan yang dilakukan dapat diterima

dan dibicarakan di dalam organisasi profesi

Tabel 3.3

Indikator Variabel dan Skala Pengukuran

Variabel Indikator Sub Indikator Skala

Pengukuran

Penelaahan

terhadap

Program dan

Fungsi Audit

Internal.

a. Penelaahan terhadap program kerja audit internal

tiap awal dan akhir tahun.

b. Penelaahan terhadap fungsi audit internal tiap awal

dan akhir tahun.

c. Memberikan persetujuan atas penunjukkan dan atau

pemberhentian kepala audit internal yang diajukan

oleh presiden direktur

d. Melakukan review atas charter dari audit internal

tiap akhir tahun

e. Melakukan review struktur audit

internal tiap akhir tahun

Ordinal

Peranan

Komite

Audit Membangun dan

Mengembangkan

Semua Fungsi

Audit Internal

a. Membantu pembangunan dan pengembangan

fungsi audit internal yang optimal dalam setiap

penugasan yang diberikan

b. Memastikan bahwa fungsi audit internal memiliki

metodologi, alat bantu, dan sumber daya yang tepat

dan cukup sehingga dapat memenuhi charter yang

dibuat dan menyelesaikan rencana audit tahunan

c. Melakukan review atas semua laporan audit internal

tiap tahun

d. Memonitor kinerja audit internal setiap 6 bulan

sekali

Page 83: SKRIPSI - YUDI SUARDI

Variabel Indikator Sub Indikator Skala

Pengukuran

e. Memastikan bahwa fungsi audit internal secara

keseluruhan patuh terhadap standar-standar yang

berlaku

Melakukan

Investigasi yang

Diperlukan ke

Dalam Semua

Aktivitas

Perusahaan yang

Berhubungan

dengan Komite

Audit

a. Membantu dalam investigasi semua aktivitas

perusahaan baik aktivitas operasional maupun

administrasi

b. Membantu audit internal melakukan pemeriksaan

terhadap kegiatan operasional perusahaan

Melakukan

Penelaahan dan

Pengujian

terhadap

Perencanaan dan

Mengadakan

Koordinasi

antara Auditor

Eksternal dan

Auditor Internal

a. Menelaah perencanaan dalam unit audit internal

tiap awal dan akhir tahun

b. Menguji perencanaan dalam unit audit internal tiap

6 bulan sekali

c. Mengadakan koordinasi antara auditor eksternal

dan auditor internal untuk mengetahui keadaan

dalam perusahaan minimal 3 kali dalam setahun

3.2.4 Teknik Pengembangan Instrumen

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan instrumen adalah alat untuk

menghimpun data. Dalam data yang dikumpulkan terdiridaeu dua jenis, yaitu data

pirmer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari kuesioner, wawancara, dan

observasi yang merupakan hasil dari penelitian lapangan. Sedangkan data

sekunder duperoleh dari penelitian kepustakaan.

Dalam dara primer terdapat kuersioner yang merupakan suatu

penyelidikan masalah yang dilakukan dengan cara mengedarkan daftar pertanyaan

berupa formulir yang diajukan secara tertulis kepada sejumlah responden untuk

mendapatkan jawaban tertulis.

Pengumpulan data yang terdapat dalam kuesioner berasal dari variabel-

variabel yang dikembangkan dalam benruk pertanyaan-pertanyaan tertulis yang

kemudian diberikan kepada responden. Adapun kuesioner yang digunakan penulis

dalam pengunmpulan data terdiri dari dua bagian, yaitu:

Page 84: SKRIPSI - YUDI SUARDI

1. Pertanyaan Umum

Pertanyaan umum adalah pertanyaan yang menyangkut identitas umum

responden, antrara lain : nama, jenis kelamin, usia, pendidikan, melalui

pertanyaan terbuka yang jawabannya tidak ditentukan terlebih dahulu dan

responden mempunyai kebebasan dalam menentukan jawabannya.

2. Pertanyaan Khusus

Pertanyaan khusus adalah pertanyaan yang berkaitan dengan peranan Komite

Audit dalam meningkatkan efeltivitas pelaksanaan audit internal. Kuesioner

yang diajukan adalah dengan menggunakan metode pertanyaan terbuka dan

pertanyaan tertutup.

a. Pertanyaan Terbuka

Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang jawabannya tidak ditentukan

terlebih dahulu oleh penulis, sehingga responden bebas dalam memberikan

jawaban.

b. Pertanyaan Tertutup

Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang jawabannya telah ditentukan

sebelumnya dan responden tidak diberi kesempatan untuk memberikan

jawaban lain. Dalam pertanyaan tertutup ini penulis menyediakan

beberapa alternatif jawaban yaitu “Ya”,”Ragu-ragu”,”Tidak”.

3.2.5 Rancangan Analisis Data

Dalam menganalisa data diperlukan pengukuran skala ordinal, yaitu

tingkat ukuran yang memungkinkan peneliti untuk mengurutkan respondennya

dari tingkat yang paling randah ke tingkat yang paling tinggi. Atas data yang

diperoleh dari pengukuran di atas, yaitu data ordinal secara kuantitatif yang

didasrkan pada pertimbangan-pertimbangan yang mengacu pada unsur-unsur yang

mendukung variabel tersebut.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam rancangan analisis data adalah

sebagai berikut:

1. Dibuatkan tebel rekapitulasi untuk menampung jawaban responden.

2. Memasukan jawaban rersponden ke dalam tabel rekapitulasi.

Page 85: SKRIPSI - YUDI SUARDI

3. Menghitung jumlah jawaban “Ya” dari semua responden.

4. Memasukan jumlah jawaban “Ya” ke dalam rumus.

Persentase = 100%xPertanyaanJumlah

Ya""JawabanJumlah

5. Menghitung skor

6. Membandingkan atau mencocokkan skor tersebut dengan kriteria yang ada.

Adapun kriteria hasil perhitungan menggunakan klasifikasi menurut Dean J.

Champion (1990:302) dalam bukunya Basic Statistic for Social Research

sebagai berikut:

“0%-25% = No association or low association (weak association)

26%-50% = Moderately low association (moderately weak

association)

51%-75% = Moderately high association (moderately strong

association)

76%-100% = High association (strong association) up to perfect

association).”

Berdasarkan definisi di atas maka dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Efektivitas Pelaksanaan Audit Internal

Skala Pengukuran Keterangan

0%-25% Pelaksanaan tidak efektif

26%-50% Pelaksanaan kurang efektif

51%-75% Pelaksanaan cukup efektif

76%-100% Pelaksanaan sangat efektif

b. Peranan Komite Audit dalam Meningkatkan Efektivitas Pelakasanaan

Audit Internal

Skala Pengukuran Keterangan

0%-25% Komite Audit tidak berperan

26%-50% Komite Audit kurang berperan

51%-75% Komite Audit cukup berperan

76%-100% Komite Audit sangat berperan

7. Membuat kesimpulan

Page 86: SKRIPSI - YUDI SUARDI

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Pelaksanaan Audit Internal

4.1.1 Independensi Audit Internal di PT. Ultrajaya Milk Industry

Kegiatan Audit Internal pada PT. Ultrajaya Milk Industry sepenuhnya

dilaksanakan auditor internal. Berdasarkan struktur organisasi perusahaan dapat

kita ketahui bahwa kedudukan Audit Internal pada PT. Ultrajaya Milk Industry

terpisah dari bagian fungsi lainnya, dalam artian Audit Internal perusahaan

merupakan bagian dalam perusahaan yang berdiri sendiri dan tidak bergabung

dengan atau berada di bawah departemen lain, serta bertanggungjawab langsung

pada pimpinan.

Audit internal dalam melaksanakan aktivitasnya bersifat independen,

dalam arti tidak terlibat dengan kegiatan operasional perusahaan yang dapat

membiaskan independensinya, selain itu ada kemungkinan penugasan staf di

bagian Audit Iternal dirotasikan secara periodik untuk menjaga agar auditor tetap

independen.

4.1.2 Pemeriksaan Internal di PT. Ultrajaya Milk Industry

Berdasarkan ketetapan dalam surat keputusan dari Bapepam Nomor KEP-

41/PM/2003 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance pasal 22

Sistem Pengendalian Internal dan Standar Profesi Audit Internal dari Konsorsium

Organisasi Profesi Audit Internal, 12 Mei 2004, memberikan definisi mengenai

Pemeriksaan Internal Perusahaan yaitu adalah suatu jasa assurance konsultasi

yang independen den objektif yang menjadi bagian dari proses manajemen risiko,

pengendalian dan governance. Fungsi ini membantu manajemen perusahaan

dalam memonitor, mengevaluasi dan memberikan masukan perbaikan atas

eksistensi, kecukupan serta efektivitas pengendalian intern, manajemen risiko dan

proses governance perusahaan. Pemeriksaan internal memberikan rekomendasi

menuju perubahan yang memberikan nilai tambah bagi perusahaan.

Page 87: SKRIPSI - YUDI SUARDI

Kebijakan pemeriksaan internal ini meliputi: sistem pengendalian internal;

sistem manajemen risiko dan proses corporate governance secara sistematis,

teratur dan menyeluruh. Adapun isi dari Pemeriksaan Internal Perusahaan, yaitu :

1. Perusahaan melaksanakan kegiatan pemeriksaan internal sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku dan Standar Profesi Audit

Internal.

2. Perusahaan menetapkan bahwa seluruh personil pemeriksa internal tidak

diperkenankan untuk ikut serta dalam segala bentuk proses operasionalisasi

atau ikut serta secara aktif menentukan jalannya pelaksanaan perusahaan,

kecuali melakukan pemeriksaan, memberikan konsultasi dan sebagai

katalisator antar unit kerja.

3. Perusahaan memberikan kewenangan penuh kepada pemeriksa internal untuk

melakukan akses terhadap semua informasi baik berupa catatan, data dan

ataupun dalam bentuk lainnya, memasuki seluruh tempat/wilayah kerja

perusahaan, melihat seluruh aset dan seluruh aktivitas perusahaan, meminta

penjelasan kepada semua karyawan dan direksi perusahaan.

4. Perusahaan menetapkan bahwa seluruh karyawan dan direksi perusahaan

memberikan data apabila diminta dan diperlukan oleh pemeriksaan internal

perusahaan.

5. Perusahaan menetapkan bahwa seluruh pelaksana pemeriksa internal menjaga

rahasia atas seluruh informasi, data, dokumen, dan pendukung pemeriksaan

lainnya dari pihak-pihak yang tidak berhak. Pelanggaran atas hal ini akan

ditindaklanjuti oleh perusahaan dengan tuntutan hukum pidana.

6. Perusahaan menetapkan bahwa untuk mencapai keseluruhan tujuan dan ruang

lingkup pemeriksaan internal, maka kegiatan kegiatan pemeriksaan internal

meliputi perencanaan pemeriksaan, pelaksanaan pemeriksaan, komunikasi

hasil pemeriksaan, pemantauan tindak lanjut.

Page 88: SKRIPSI - YUDI SUARDI

7. Perusahaan menetapkan bahwa Komisaris, Direksi, dan seluruh karyawan

memperhatikan dan segera mengambil langkah-langkah yang diperlukan atas

segala sesuatu yang dikemukakan dalam setiap laporan hasil pemeriksaan

yang dibuat oleh Satuan Pengawasan Internal.

8. Perusahaan menetapkan bahwa strategi, perencanaan, dan pengendalian

kegiatan pemeriksaan internal dilakukan secara terpusat.

4.1.3 Aktivitas Audit Internal di PT. Ultrajaya Milk Industry

Fungsi Audit Internal sebagai pengelola aktivitas pemeriksaan perusahaan

diuraikan menjadi 6 (enam) aktivitas utama sebagai berikut :

1. Merencanakan Program Audit Internal

Mengelola kegiatan penyusunan perencanaan program Audit Internal baik

jangka panjang maupun jangka pendek yang meliputi kegiatan pemeriksaan

dan non-pemeriksaan. Penyusunan rencana pemeriksaan didasarkan penilaian

risiko yang dilakukan paling sedikit setahun sekali. Sebagai bahan masukan

penyusunan diambil dari Laporan Internal dan Eksternal, Data Monitoring,

dan Permintaan Audit dari manajemen. Penyusunan rencana non-pemeriksaan

meliputi aktivitas pemberian jasa konsultasi, penilaian dan pengembangan

aktivitas audit, training, partnership dan lain-lain.

2. Melaksanakan Program Audit

Mengelola kegiatan pelaksanaan pemeriksaan yang dilakukan melalui 3 (tiga)

tahap, yaitu :

a. Tahap persiapan pemeriksaan dengan tujuan mengumpulkan informasi

umum dan bukti pemeriksaan sebagai dasar pembuatan program

Pemeriksaan Pendahuluan seperti dasar hukum, sejarah usaha, organisasi,

daftar aktiva, prosedur kegiatan, tinjauan fisik.

b. Tahap Pemeriksaan Pendahuluan dengan tujuan memperoleh identifikasi

mengenai aspek pengendalian manajemen yang lemah sebagai dasar

penyusunan Program Pemeriksaan Lanjutan.

c. Tahap Pemeriksaan Lanjutan merupakan pemeriksaan secara rinci yang

merupakan kelanjutan dari pemeriksaan pendahuluan.

Page 89: SKRIPSI - YUDI SUARDI

3. Melaporkan Hasil Audit

Mengelola kegiatan penyusunan hingga pendistribusian laporan yang di

antaranya meliputi :

a. Konfirmasi temuan pemeriksaan dengan pihak auditee yang menghasilkan

daftar temuan rinci.

b. Penyusunan Draft Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP).

c. Konfirmasi akhir atas draft LHP dengan pimpinan tertinggi auditee.

d. Pembuatan LHP dan menyampaikannya kepada direktur utama dan pihak

yang terkait lainnya.

4. Memonitor dan Memeriksa Tindak Lanjut Temuan/Rekomendasi Mengelola

kegiatan pelaksanaan pemeriksaan tindak lanjut, yaitu :

a. Membuat daftar monitoring yang dihasilkan dari aktivitas auditee.

b. Memeriksa tindak lanjut atas temuan/rekomendasi yang telah disampaikan

melalui LHP.

c. Merekomendasikan temuan monitoring sebagai fungsi Daily Operation

Control.

5. Mengevaluasi Kinerja Auditor

Mengelola kegiatan pelaksanaan memonitor dan menilai efektivitas Program

Jaminan dan Peningkatan Kualitas Audit yang meliputi tahapan :

a. Mengumpulkan dan menganalisa LHP dan bukti pemeriksaan.

b. Membuat kuesioner yang akan diisi oleh manajemen/auditee.

c. Menganalisa isi kuesioner.

d. Membuat penilaian kinerja auditor.

6. Mengembangkan Metoda Audit

Mengelola kegiatan pelaksanaan pengembangan pemeriksaan yaitu sebagai

berikut :

a. Mengumpulkan dokumen audit dan hasil observasi kegiatan pemeriksaan

baik berupa hasil Evaluasi Kinerja Auditor maupun Riwayat atau

permasalahan yang dihadapi pemeriksa.

b. Membuat konsep/modal pemeriksaan sehingga melahirkan berbagai

alternatif konsep/model dengan menggunakan teori/teknik audit modern.

Page 90: SKRIPSI - YUDI SUARDI

c. Pengujian konsep/model pemeriksaan bersama-sama dengan pemeriksa.

d. Membuat kebijakan audit seperti : Kebijakan Pemeriksaan, Strategi

Pemeriksaan, Prosedur Pemeriksaan, Teknik dan Metoda Pemeriksaan.

4.1.4 Prosedur Tetap (Protap) Pelaksanaan Audit PT. Ultrajaya Milk

Industry

Prosedur ini merupakan panduan yang digunakan oleh Tim Audit yang

ditugaskan untuk melakukan pemerikasaan di Kantor Cabang/Kantor

Perwakilan/Stock Point.

Prosedur Tetap (protap) ini secara global terbagi ke dalam 3 (tiga) bagian

yaitu : persiapan pemeriksaan; pemeriksaan di lapangan; serta penyusunan dan

penyampaian LHP.

Berikut ini adalah rincian prosedur tetap yang harus dilakukan :

I. Persiapan Pemeriksaan

1. Tim Audit Melakukan Preliminary Audit sesuai dengan waktu yang

ditentukan.

a. Ketuan Tim bersama Supervisor menentukan Ruang Lingkup dan

Tujuan Audit yang akan dilakukan.

b. Ketua Tim melakukan pembagian tugas Preliminary Audit kepada

anggota lain.

c. Ketua Tim melakukan review da memberikan koreksi atas preliminary

dari anggota tim.

d. Ketua Tim menyusun Resume Indikasi Permasalahan yang telah

ditemukan.

2. Pembasan Hasil Preliminary Audit antara Tim Audit dengan Supervisor.

a. Ketua Tim beserta anggotanya menyampaikan Resume Indikasi

Permasalahan kepada Supervisor.

b. Audit Supervisor melakukan review dan emberikan koreksi atau

tambahan atas Resume Indikasi Permasalahan.

c. Ketua Tim melakukan revisi terhadap Resume Indikasi Permasalahan

berdasarkan koreksi atau tambahan supervisor.

Page 91: SKRIPSI - YUDI SUARDI

3. Penyampaian & Pembahasan Hasil Preliminary Audit oleh Tim Audit

dengan Internal Audit Manager.

a. Tim Audit bersama Supervisor menyampaikan Resume Indikasi

Permasalahan kepada Internal Audit Manager.

b. Internal Audit Manager melakukan review serta memberikan koreksi

atau tambahan Internal atas Resume Indikasi Permasalahan dari Tim

Audit.

c. Ketua Tim melakukan revisi atau Resume Indikasi Permasalahan

berdasarkan koreksi atau tambahan dari Internal Audit Manager.

d. Ketua Tim menugaskan anggota lain untuk membuat Kertas Kerja

Temuan Audit (Audit Notes WorksheeT) yang akan diserahkan kepada

Audit untuk ditanggapi berdasarkan Resume Indikasi Permasalahan.

4. Mempersiapkan anggaran biaya pemerikasaan

a. Ketua Tim dan Supervisor membuat anggaran pengeluaran biaya

pemeriksaan dan disampaikan kepada sekretaris untuk dibuatkan

Pengajuan Biaya Perjalanan Dinas.

b. Ketua Tim dan Supervisor melakukan review pengajuan Biaya

Perjalanan Dinas sebelum diajukan oleh sekretaris kepada Internal

Audit Manger.

5. Mempersiapkan Program dan Prosedur Audit yang akan dilakukan

a. Ketua Tim mempersiapkan Program dan Prosedur Audit yang akan

dilakukan pada saat pemeriksaan di lapangan dan disampaikan kepada

Supervisor.

b. Supervisor melakukan review dan memberikan koreksi atau tambahan

atas Program dan Prsedur Audit yang disusun oleh Ketua Tim.

c. Ketua Tim melakukan revisi Program dan Prosedur Audit berdasarkan

koreksi atau tambahan dari Supervisor.

6. Membuat Surat Tugas dan Kartu Penugasan Audit.

a. Ketua Tim membuat surat Tugas dilengkapi dengan Kartu Penugasan

Audit dan diserahkan kepada Supervisor untuk di review.

Page 92: SKRIPSI - YUDI SUARDI

b. Audit Supervisor melakukan review dan memberikan koreksi atas

Surat tugas dan Kartu Penugasan Audit.

c. Ketua Tim melakukan revisi atas Surat Tugas dan Kartu Penugasan

sebelum disampaikan kepada Internal Audit Manager.

7. Menyiapkan form KKP dan ATK.

a. Ketua Tim menugaskan anggotanya untuk menyiapkan form KKP dan

ATK.

b. Anggota Tim menyiapkan form KKP dan ATK disesuaikan dengan

kebutuhan pada saat pemeriksaan di lapangan.

8. Memindahkan file-file hasil Preliminary Audit dan pendukungnya ke

laptop.

9. Menyiapkan peralatan penunjang pelaksanaan pemeriksaan (Kamera,

Voice Recorder).

II. Pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan (Audit Fieldwork)

1. Tim Audit menyampaikan Surat Tugas Kepada pimpinan terkait

(BM/ASM/Ka.Admin/Sales Spv/Koord. Admin), dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

a. Audit Supervisor atau Ketua Tim menemui pimpinan terkait

(BM/ASM/Ka.Admin/Sales Spv/Koord. Admin).

b. Audit Supervisor atau Ketua Tim menyampaikan Surat Tugas

dan Kartu Penugasan langsung kepada pimpinan terkait

(BM/ASM/Ka.Admin/Sales Spv/Koord. Admin).

2. Tim Audit memberikan penjelasan pokok-pokok permasalahan yang

ditemukan pada saat preliminary dan harus segera ditangani oleh pimpinan

terkait (BM/ASM/Ka.Admin/Sales Spv/Koord. Admin).

3. Tim Audit menyampaikan rancana pemeriksaan lapangan (Audit

Fieldwork) serta prosedur audit yang akan dilakukan secara ringks kepada

pimpinan terkait (BM/ASM/Ka.Admin/Sales Spv/Koord. Admin).

Page 93: SKRIPSI - YUDI SUARDI

4. Dapatkan informasi penting lainnya rerkait temuan audit terdahulu dari

pimpinan (BM/ASM/Ka.Admin/Sales Spv/Koord. Admin) serta tindak

lanjut yang telah dilakukan.

5. Dapatkan informs dan ketersediaan ruangan yang dapat dipergunakan oleh

Tim Audit selama melakukan pemeriksaan lapangan.

6. Tim Audit menyampaikan indikasi permasalahan kepada personil terkait

(staf auditi) sertamemberikan penjelasan atas permasalahan yang

ditemukan, sehingga anggoaan yang diberikan oleh staf Auditi dapat

menjawab permasalahan yang terjadi.

7. Tim Audit mulai melaksanakan pemeriksaan lapangan sesuai dengan

program dan prosedur audit yang telah ditetapkan dilengkapi dengan KKP

dan dokumen pendukungnya.

8. Lakukan koordinasi dengan pimpinan terkait (BM/ASM/Ka.Admin/Sales

Spv/Koord. Admin) mengenai prosedur audit yang dilakukan sebagai

contoh :

a. Konfirmasi langsung ke customer

b. Stock Opname Gudang/Kendaraan

c. Inventarisasi fisik invoice

d. Cash Count

9. Permasalahan yang ditentukan oleh Tim Audit pada saat pemeriksaan

berlangsung dibuatkan Kertas Kerjanya dan meminta tanggapan atas

permasalahan tersebut kepada staf auditi atau pimpinan terkait

(BM/ASM/Ka.Admin/Sales Spv/Koord. Admin).

10. Dapatkan tanggapan dari staf auditi atau pimpinan terkait

(BM/ASM/Ka.Admin/Sales Spv/Koord. Admin) atas indikasi

permasalahan yang ditentukan pada saat preliminary audit.

11. Ketua Tim membuat draft Audit Finding berdasarkan Kertas Kerja

Temuan Audit yang telah dilengkapi dengan tanggapan auditi.

12. Pada saat audit berkahir Tim Audit melakukan pembahasan atas Audit

Finding, serta menyerahkan copy draft Audit Notes (ikhtisa Temuan

Audit) kepada pimpinan terkait (BM/ASM/Ka.Admin/Sales Spv/Koord.

Page 94: SKRIPSI - YUDI SUARDI

Admin), sedangkan draft Audit Notes asli yang telah ditandatangani oleh

pimpinan terkait dibawa oleh Tim Audit untuk diserahkan kepada Internal

Audit Manager.

13. Tim Audit meminta kembali Kartu Penugasan yang telah diisi oleh

pimpinan terkait (BM/ASM/Ka.Admin/Sales Spv/Koord. Admin) dan

mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak di kantor

Cabang/Perwakilan/Stock Point yang telah membantu pelaksanaan

pemeriksaan.

III. Pembuatan & Penyampaian LHP

1. Tim Audit menyerahkan draft Audit Finding kepada Internal Audit

Manager untuk dilakukan review.

2. Tim Audit melakukan pembahasan draft Audit Finding bersama

Supervisor dan Internal Audit Manager.

3. Ketua Tim melakukan revisi atas draft Audit Finding berdasarkan hasil

review dan koreksi dari supervisor dan Internal Audit Manager.

4. Ketua Tim menugaskan anggota tim untuk mendokumentasikan KKP dan

menyusunnya dalam odner disesuaikan dengan pos-pos yang diperiksa.

5. Ketua Tim dibantu oleh anggota tim menyusun draft LHP dilengkapi

dokumen-dokumen pendukungnya.

6. Ketua Tim menyampaikan draft LHP kepada Audit Supervisor untuk

dilakukan review.

7. Audit Supervisor melakukan review dan memberikan koreksi atau

tambahan atas draft LHP.

8. Ketua Tim melakukan revisi atas LHP sebelum diserahkan kepada Internal

Audit Manager.

9. Internal Audit Manager melakukan review aras draft LHP serta

memberikan koreksi atau tambahan.

10. Ketua Tim melakukan revisi atas LHP berdasarkan koreksi atau tambahan

dari Internal Audit Manager.

Page 95: SKRIPSI - YUDI SUARDI

11. Ketua Tim menyampikan kembali LHP yang telah direvisi kepada

Supervisor sebelum direview oleh Internal Audit Manager.

12. Setelah LHP disetujui oleh Internal Audit Manager, Ketua Tim membuat

Surat Pengantar LHP dengan memperhatikan nomor surat pengantar LHP

sebelumnya.

13. Tim Audit kemudian memperbanyak dan menjilid LHP tersebut untuk

pimpinan terkait di kantor cabang/perwakilan/dan pihak lain yang

berkepentingan sesuai dengan Surat Pengantar LHP.

14. LHP yang telah diperbanyak kemudian ditandatangani oleh Internal Audit

Manager, selanjutnya Ketua Tim menyerahkan LHP tersebut kepada

Sekretaris untuk dibuatkan bukti ekspedisi dan dikirimkan kepada alamat

penerima LHP.

4.2 Misi, Tugas dan Tata Laksana Komite Audit Komisaris PT. Ultrajaya

Milk Industry

4.2.1 Misi Komite Audit

1. Membantu Dewan Komisaris secara profesional dan independen dalam

mendorong perusahaan untuk bekerja efektif, efisien, mematuhi

peraturan perundangan dan melaporkan semua kegiatan dan hasil

usahanya secara transparan, akuntabel, dapat dipertanggungjawabkan,

mandiri, tidak memihak, handal, dapat dipercaya secara tepat waktu.

2. Memastikan efektivitas struktur pengendalian intern, efektivitas

pelaksanaan tugas auditor internal dan auditor eksternal dalam rangka

meningkatkan corporate governance dan pengawasan perusahaan.

4.2.2 Tugas Komite Audit

Komite Audit mempunyai tugas pokok membantu Komisaris dalam

melaksanakan tugas-tugasnya yang berkaitan dengan pengawasan laporan

keuangan, corporate governance, dan kegiatan usaha perusahaan. Dalam

melaksanakan tugas pokoknya, Komite Audit memberikan pendapat profesional

yang independen kepada Komisaris terhadap laporan atau hal-hal yang

Page 96: SKRIPSI - YUDI SUARDI

disampaikan oleh Direksi kepada Komisaris serta mengidentifikasi hal-hal yang

memerlukan perhatian Komisaris. Rincian tugas Komite Audit adalah sebagai

berikut :

1. Menilai perencanaan, pelaksanaan kegiatan dan hasil audit yang dilakukan

oleh Auditor Internal, sehingga dapat dicegah pelaksanaan audit yang tidak

memenuhi standar.

2. Menilai pelaksanaan dan hasil audit yang dilakukan oleh Auditor Eksternal

sehingga dapat dicegah pelaporan yang tidak memenuhi standar.

3. Menelaah pelaksanaan dan memberikan rekomendasi mengenai

penyempurnaan struktur pengendalian intern perusahaan.

4. Menelaah tindak lanjut yang dilakukan perusahaan terhadap keputusan

Pemegang Saham, rekomendasi Komisaris, dan rekomendasi atas temuan hasil

audit yang disampaikan oleh Auditor Eksternal dan Auditor Internal.

5. Memilih dan mengusulkan calon Auditor Eksternal kepada Komisaris beserta

besarnya honorarium/imbalan jasa untuk Auditor Eksternal tersebut.

6. Memastikan bahwa telah terdapat prosedur review yang sesuai dengan

ketentuan yang berlaku terhadap informasi berbentuk brosur, laporan

keuangan berkala, proyeksi (forecast) dan lain-lain informasi keuangan yang

dikeluarkan oleh PT. Ultrajaya Milk Industry untuk para Stakeholder (pihak

yang berkepentingan).

7. Menelaah laporan keuangan, proyeksi dan informasi keuangan lainnya yang

diterbitkan dan disampaikan oleh Direksi kepada Komisaris.

8. Menelaah kebijakan-kebijakan dan praktek akuntansi yang penting yang

dilakukan oleh perusahaan sebagaimana tertuang dalam laporan keuangan.

9. Menelaah efektivitas pelaksanaan struktur pengendalian internal perusahaan.

10. Menelaah tingkat kepatuhan pelaksanaan terhadap pemenuhan ketentuan

peraturan-peraturan yang berlaku termasuk prinsip-prinsip good corporate

governance.

11. Mengidentifikasikan hal-hal yang memerlukan perhatian Komisaris.

Page 97: SKRIPSI - YUDI SUARDI

12. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Komisaris sepanjang masih

dalam lingkup tugas dan kewajiban Komisaris berdasarkan ketentuan

perundang-undangan yang berlaku.

4.2.3 Tugas Khusus

Untuk membantu Komisaris menjalankan fungsi pengawasannya terhadap

perusahaan, Komite Audit dapat ditugaskan secara khusus untuk melakukan audit

investigasi. Pemberian tugas khusus kepada Komite Audit oleh Komisaris

dilakukan melalui perintah tertulis kepada Ketua Komite Audit dengan penjelasan

tentang :

1. Sifat pekerjaan

2. Lingkup pekerjaan

3. Tujuan dan sasaran pekerjaan

4. Waktu penugasan

4.2.4 Tata Laksana Kerja Komite Audit

1. Komite Audit bekerja berdasarkan laporan-laporan yang diterima

melalui Komisaris.

2. Komite Audit melakukan koordinasi teknis dengan Auditor Internal

dan Auditor Eksternal melalui pertemuan berkala.

3. Hal-hal lain di luar ketentuan di atas, hanya dilakukan Komite Audit

berdasarkan Perintah Tertulis dari Komisaris.

4.2.5 Laporan Komite Audit

Komite Audit wajib menyampaikan kepada Komisaris :

1. Laporan berkala, setiap 3 (tiga) bulan, berisi pokok-pokok hasil pelaksanaan

tugas sebagaimana dimaksud dalam butir 3 (tiga). Laporan ini harus

disampaikan selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari setelah Triwulan

bersangkutan berakhir yang ditandatangani oleh Ketua Komite Audit.

Page 98: SKRIPSI - YUDI SUARDI

2. Laporan kegiatan yang berisi hasil-hasil yang diperoleh dari pelaksanaan

tugas, sebagaimana yang diuraikan dalam butir 3 (tiga), disampaikan

selambat-lambatnya 3 (tiga) hari setelah pelaksanaan kegiatan berakhir yang

ditandatangani oleh Ketua Komite Audit dan anggota Komite Audit yang

melaksanakan kegiatan dimaksud.

3. Laporan khusus, yang berisi hasil pelaksanaan tugas khusus yang dimaksud

dalam butir 5 (lima). Laporan ini harus disampaikan selambat-lambatnya 10

(sepuluh) hari setelah waktu penugasan berakhir, termasuk memuat dissenting

opinion atau pendapat yang berbeda (apabila ada) dan ditandatangani oleh

seluruh anggota Komite Audit.

4.3 Pembahasan

Komite dapat membantu perusahaan dalam berhubungan, baik hubungan

dengan pihak eksternal maupun dengan pihak internal yaitu dapat berperan dalam

meningkatkan efeketivitas pelaksanaan audit internal untuk mencapai sasaran dan

tujuan perusahaan yang telah ditetapkan. Efektivitas Pelaksanaan Audit

Internal yang telah dilaksanakan dalam perusahaan sebagai berikut :

1. Kelayakan dan arti penting temuan pemeriksaan beserta rekomendasinya

Berdasarkan jawaban atas pertanyaan yang diberikan menunjukkan adanya

kualitas yang tinggi dari rekomendasi yang dihasilkan, yaitu terlihat dari

penginformasian temuan yang bisa dijadikan sebagai bahan masukan dan

pertimbangan bagi objek pemeriksa terutama dengan adanya diskusi yang

dilakukan antara tim pemriksa dengan pengawas pemeriksa yang dipimpin

oleh objek yang diperuksa sebelum penyusunan Laporan Hasil pemeriksaan

(LHP) audit internal. Dengan adanya diskusi tersebut dapat dihasilkan suatu

rekomendasi yang tepat dalam arti rekomendasi tersebut bukan hanya dapat

meminimalkan masalah dan akibat yang ditimbulkan, tetapi juga dapat

dioperasionalisasikan oleh objek yang diperiksa.

Page 99: SKRIPSI - YUDI SUARDI

2. Feedback dan respon dari pihak yang diawasi

Berdasarkan jawaban yang diberikan oleh para responden, hal ini menunjukan

bahwa indikator tersebut telah dilaksanakn dengan baik, dimana temuan dan

rekomendasi yang dihasilkan oleh audit internal dapat diterima dan

dioperasionalisasikan oleh auditee. Meskipun ada beberapa kasus di mana

auditee memperlihatkan/mengisyaratkan sikap enggan untuk diaudit.

3. Professionalisme auditor

Berdasarkan jawaban atas pertanyaan menunjukkan bahwa indikator tersebut

terlaj dilaksanakan dengan baik. Hal ini menunjukkan adanya kemampuan

auditor ke arah peningkatan profesionalisme terutama menyangkut masalah

integritas, penampilan sikap dan perilaku, ketanggapan dan kemampuan

menjawab pertanyaan dari objek yang diperiksa berkenan dengan masalah-

masalah yang timbul.

4. Tercapainya program pemeriksaan

Berdasarkan jawaban dari responden, dapat mengindikasikan bahwa indikator

ini telah dilaksanakan dengan baik dan diterapkan oleh perusahaan. Hal ini

menunjukan bahwa audit internal telah melakukan tindakan evaluasi terhadap

resiko objek yang diperiksa serta dapat memberikan jaminan, karena bidang-

bidang yang berisiko tinggi telah ditempatkan sebagai prioritas utama dalam

perencanaan pemeriksaan. Sehingga pada nantinya tidak akan mengganggu

kegiata operasional perusahaan yang dapat menyebabkan kerugian perusahaan

secara keseluruhan.

5. Peringatan dini

Berdasarkan jawaban atas pertanyaan, sikap auditor mengenai pemahaman

dan pelaksanaan dari peringatan dini dapat dilaksanakan dengan baik. Hal ini

menunjukkan peringatan dini yang diberikan baik informal maupun formal

lebih menekankan kelemahan operasi dan kelemahan pengendalian

manajemen. Dengan adanya peringatan dini yang diberikan maka auditor

internal melakukan pengendalian preventif, dimana pengendalian ini

diharapkan dapat mencegah terjadinya kerugian dan risiko tertentu karena

peringatan ini dilakukan sebelum adanya kesalahan dan penyelewengan yang

mungkin terjadi.

Page 100: SKRIPSI - YUDI SUARDI

6. Kehematan biaya pemeriksaan

Menurut para responden, audit internal sudah atau telah sanggup

meminimalisasi biaya yang harus dikeluarkan didalam melakukan

pemeriksaan, tanpa harus mengurangi nilai tambah yang dihasilkan kelak. Hal

ini tentu saja akan berdampak positif bagi perusahaan Karena baik secara

langsung ataupun tidak langsung ataupun tidak langsung dapat menghemat

kas perusahaan, yang mana dapat dialokasikan kepada bidang lain yang

membutuhkan dana lebih dalam menjalankan kegiatan opersinya. Selain itu

audit internal juga telah berhasil menerapkan 3E yakni Efektif, Efisien,

Ekonomis.

7. Pengembangan personil

Berdasarkan jawaban dari pertanyaan, para responden juga meyakini bahwa

audit internal telah melakukan atau melaksanakan pembinaan, yakni melalui

pendidikan dan pelatihan, baik itu dilaksanakan di dalam maupun di luar

perusahaan dengan tujuan para staf audit internal mendapatkan ilmu baru yag

dapat berpengaruh dalam meningkatkan dan mengembangkan potensi diri,

yang secara tidak langsung akan menambah keuntungan bagi pihak

perusahaan yang mana akan memperoleh sumber daya manusia yang lebih

baik dari segi kualitas dibanding sumber daya manusia yang dimiliki

sebelumnya.

8. Evaluasi oleh auditor eksternal

Hal ini menunjukkan bahwa indikator tersebut telah dilaksanakan dengan

baik, karena pada waktu-waktu tertentu auditor eksternal dapat diminta

melakukan pemeriksaan iperasional auait lainnya dalam hal penerpan buku

pedoman pemeriksaan; hal tenaga auditor dan biaya pemeriksaan; hal

penyusunan dan rencana kerja pemeriksaan; hal objektivitas dan independensi;

hal organisasi bagia internal auditor; dan hal kebijakan pemeriksaan. Dengan

begitu dapat diketahui bahwa auditor internal dapat berhubungan dan bekerja

sama dengan baik denagn auditor eksternal, sehingga tidak ada kesan saling

menutup-nutupi yang akan berdampak negatif bagi perusahaan kelak.

9. Umpan balik dari manajemen lainnya

Page 101: SKRIPSI - YUDI SUARDI

Di samping auditor internal bisa berhubungn baik dengan auditor eksternal

seperti yang telah diuraikan di atas (no.8), para auditor internal juga harus

dapat berhubungan baik dan bekerja sama dengan para manajemen lainnya.

Dukungan ynag diberikan para manajemen lainnya kepada para auditor di

dalam melaksanakan kegiatan pemeriksaan adalah sangat penting untuk

dilakukan. Dan hal ini telah dilakukan oleh PT Ultrajaya Milk Industry &

Trading Company Tbk, dengan berdasar kepada jawaban kuesioner yang

diberikan oleh para responden terhadap indikator tersebut.

10. Banyaknya permintaan audit

Berdasarkan jawaban dari pertanyaan, menunjukkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi banyaknya perminyaan audit telah dilaksanakan dengan cukup

baik dalam artian bahwa adanya penigkatan kualitas auditor internal dalam

memenuhi dan melayani serta membantu melalui permintaan audit work ini.

11. Penyajian ikhtisar laporan pemeriksaan

Indikator tersebut telah dilaksanakan dengan baik, dengan berdasarkan

jawaban atas pertanyaan yang menunjukkan bahwa pada umumnya temuan-

temuan audit telah didukung dengan bukti-bukti yang handal (reliabel),

temuan audit telah diselesaikan tepat waktu sesuai dengan yang direncanakan,

dan dilakukannya tahap pendiskusian dengan auditee mengenai temuan yang

diperoleh audit internal pada saat melakukan audit (closing conference).

12. Evaluasi dari pimpinan terhadap auditor

Berdasarkan jawaban dari para responden yang diperoleh menunjukkan

bahwa indikator ini cukup baik dilaksanakan dan diterapkan oleh perusahaan.

Dengan adanya campur tangan dari Komite Audit di dalam menentukan dan

melakukan review di dalam pelaksanaan tugas pemeriksaan,diharapkan akan

meminimalisasi kesalahan-kesalahan yang dapat berdampak negatif bagi

perusahaan secara keseluruhan.

13. Mutu kertas kerja pemeriksaan

Berdasarkan jawaban atas pertanyaan, menunjukkan bahwa audit internal di

PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk selalu memperhatikan

mutu dari kertas kerja pemeriksaan. Tentu saja hal ini baik bagi perusahaan

Page 102: SKRIPSI - YUDI SUARDI

karena dalam terjaganya mutu kertas kerja pemeriksaan yang diterapkan di

dalam perusahaan maka diharapkan akan menghasilkan rekomendasi-

rekomendasi yang dapat membantu kegiatan operasional perusahaan, seperti

dlam pengambilan keputusan dan dalam melakukan perbaikan-prbaikan

sehingga diperoleh 3E (efektif, efisien, ekonomis).

14. Internal review

Berdasarkan jawaban dari responden, dapat mengindikasikan bahwa indikator

ini telah dilaksanakan dan diterapkan dengan baik oleh perusahaan. Hal ini

ditunjukkan dengan turut campurnya pimpinan pemeriksa di dalam melakukan

review dari dalam proses pemeriksaan, review atas mutu dokumen, dan review

atas temuan dan rekomendasi. Ketiga review tersebut juga berfungsi

meminimalisasi kesalahan atas pemeriksaan yang telah dilakukan sebelumnya.

15. Penelaahan oraganisasi profesi

Berdasarkan jawaban yang diberikan oleh para responden, hal ini

menunjukkan bahwa indikator tersebut telah dilaksanakan dengan cukup baik

oleh perusahaan, karena kegiatan pemeriksaan yang dilakukan dapat diterima

dan dibicarakan di dalam organisasi. Hal ini menandakan adanya hubungan

dan kerjasama yang baik yang dilakukan oleh semua auditor dan juga antara

auditor dengan auditee, sehingga nantinya akan diperoleh hasil yang positif

bagi perusahaan secara keseluruhan.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat terlihat bahwa adanya Komite Audit

dalam perusahaan mempunyai peranan dalam meningkatkan efektivitas

pelaksanaan audit internal, jika pelaksanaan Komite Audit dapat ditingkatkan

maka secara otomatis pelaksanaan audit internal dapat meningkat juga. Semakin

baik Komite Audit dilaksanakan maka efektivitas pelaksanaan audit internal juga

akan semakin meningkat, tetapi sebaliknya jika Komite Audit dalam perusahaan

dijalankan dengan tidak baik atau dapat dikatakan buruk maka efeltivitas

pelaksanaan audit internal juga ridak meningkat. Pelaksanaan Komite Audit dapat

dikatakan baik dengan diharapakan agar melakukan :

Page 103: SKRIPSI - YUDI SUARDI

1. Kedudukan Komite Audit dalam orgasnisasi ditempatkan sebagai wadah yang

tergabung dengan tenaga professional untuk memberikan pelayanan dan

saran yang lebih baik. Selain itu tidak memiliki keterkaitan pribadi

yang menimbulkan dampak negative dan konflik kepentingan terhadap

PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk dan tidak berkaitan

langsung dengan Kantor Akuntan Publik sehingga tidak dipengaruhi oleh

pihak lain. Hal ini mendorong Komite Audit agar aktif dan objektif dalam

memberikan arahan atau nasihat kepada internal auditor terhadap semuua

aktivitas yang diperlukan.

2. Komite audit memiliki kompeten dan integritas, dimana sumber daya manusia

yang dimiliki oleh Komite Audit merupkan orang-orang yang memiliki

pengetahuan serta pengalaman kerja yang baik di bidang pengawasan/

pemeriksaan dan bidang keuangan serta teknis agar dapat melaksanakan

fungsinya dengan baik di PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company

Tbk. Sehingga setiap orang yang menjadi Komite Audit diwajibkan

mengetahui dan menguasai bidang akuntansi dan auditing, analisa laporan

keuangan, sistem informasi manajemen, sistem pengendalian perusahaan dan

tanggap segala perkembangan.

3. Adanya program kerja yang spesifik dan terarah sesuai dengan sasaran atau

objek pemeriksaan. Program kerja yang dilaksanakan meliputi perencanaan,

pelaksanaan dan pelaporan. Pelaksanaan Komite Audit untuk menilai atau

mereview kegiatan serta hasil yang dilakukan audit internal sehingga dapat

dicegah pelaksanaan dan pelaporan yang tidak memenuhi standar.

4. Adanya laporan ikhtisar tahuann atau penialian atas hasil aktivitas

pemeriksaan yang sesuai dengan misi dan cakupan pekerjaan pemeriksaan

yang telah diterapkan. Selain itu membuat laporan khusus yang berisi setiap

temuan tang diperkirakan dapat mengganggu perusahaan.

5. Komite audit dapat melakukan penelaahan secara intensif terhadap program

kerja dan pengembangan fungsi audit internal sehingga dapat mengetahui

efektivitas sistem pengendalian intern dan pelaksanaan tugas auditor internal.

Selain itu area spesifik dalam melakukan penelaahan seperti laporan

Page 104: SKRIPSI - YUDI SUARDI

keuangan, risiko, dan Good Corporate Goverance (GCG) yang ditugaskan

oleh komisaris.

6. Komite audit dapat membantu audit internal dalam mereview atas semua

laporan asudit internal, rencana audit internal, rencana audit tahunan, dan

charter audit internal serta membantu aduit internal dalam melakukan

pemeriksaaan terhadap kegiatan opersional perusahaan. Serta melakukan

pengawasan unruk memastikan diterpakannya risk based audit internal.

7. Komite audit dapat membuat evaluasi serta rekomendasi terhadap laporan

tahunan perusahaan dan menindaklanjuti atas perbaikan terhadap objek

pemeriksaan.

8. Komite audit dapat berkomunikasi dengan baik dengan audit internal untuk

membicarakan msalah-masalah yang sensitif sehingga tidak bertentangan

dengan kebijakan, rencana dan prosedur serta pengaturan perundangan yang

berlaku juga keandalan dan kebenaran informasi untuk mencapaitujuan

perusahaan dan sasaran program.

4.4 Pengujian Data Analisis

Untuk mengetahui sejauh mana peranan Komite Audit dalam

meningkatkan efektivitas pelakasanaan audit internal, penulis menggunakan

pengujian hipotesis dengan mengihitung persentase yang menunjukkan berapa

besar peranan Komite Audit dalam meningkatkan efektivitas pelaksanaan audit

internal. Langkah- langkah yang dilakukan dalam pengolahan kuesioner yang

diperoleh dari 10 responden adalah sebagai berikut :

1. Memisahkan tiap-tiap jawaban responden sesuai dengan jawaban yang

diberikan yaitu “Ya”, “Ragu-ragu”,dan”Tidak”.

2. Menjumlah berapa banyak jumlah jawaban “Ya”, “Ragu-ragu” dan “Tidak”.

3. Jumlah jawaban “Ya” dibagi dengan jumlah keseluruhan jawaban kuesioner

kemudian dikalikan 100%.

Page 105: SKRIPSI - YUDI SUARDI

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner diperoleh jawaban “Ya” dari

variabel “Efektivitas Pelaksanaan Audit Internal”, dan dari variabel “Peranan

Komite Audit dalam Meningkatkan Efektivitas Pelaksanaan Audit Internal”

sebanyak 438 jawaban dari jumlah keseluruhan kuesioner yaitu 520. Dengan

demikian dapat diperoleh besarnya persentase peranan Komite Audit dalam

meningkatkan efektivitas pelaksanaan audit internal dengan perhitungan sebagai

berikut :

Persentase = 100%xPertanyaanJumlah

Ya""JawabanJumlah

= 100x520

438

= 84,23%

Berdasarkan perhitungan di atas berarti Komite Audit sangat berperan

dalam meningkatkan efektivitas pelaksanaan audit internal sebesar 84.23%, hal ini

memiliki arti bahwa Komite Audit dapat dilaksanakan dengan baik, yaitu :

1. Penelaahan, yaitu Komite Audit di PT Ultrajaya Milk Industry & Trading

Company Tbk telah dilaksanakan Dengan baik yaitu terhadap program kerja

audit internal dan memonitor pelaksanaan audit internal serta dalam

pembangunan dan pengembangan fungsi audit internal yang optimal, serta

menelaah atas ketaatan perusahaan terhadap peraturan perundangan yang

berlaku dan informasi keuangan perusahaan sehingga dapat membawa

dampak positif bagi perusahaan.

2. Mengevaluasi dan mereview, Komite Audit di PT Ultrajaya Milk Industry &

Trading Company Tbk telah dilaksanakan yaitu selalu rutin dan mareview atas

semua laporan audit internal dan telah ikut membantu audit internal dalam

melakukan pemeriksaan kegiatan operasi perusahaan dengan objektif.

3. Memastikan, yaitu Komite Audit di PT Ultrajaya Milk Industry & Trading

Company Tbk telah dilaksanakan yaitu dalam memastikan efektivitas sistem

pengendalian intern dan pelaksanaan tugas audit internal dan secara sangat

Page 106: SKRIPSI - YUDI SUARDI

berperan dapat memastikan fungsi audit internal secara keseluruhan patuh

terhadap standar professional yang berlaku.

4. Merekomendasi, yaitu Komite Audit PT Ultrajaya Milk Industry & Trading

Company Tbk telah dilaksanakan dalam setiap program kerja Komite Audit

dalam laporan tahunan dan khusus, dengan memberikan saran dalam hasil

laporan pemeriksaan audit internal masih perlu ditingkatkan di bidang

operasional dan harus memahami sistem dan prosedur yang ada.

Dapat disimpulkan bahwa peranan Komite Audit dalam meningkatkan

efektivitas pelaksanaan audit internal di PT Ultrajaya Milk Industry & Trading

Company Tbk sangat berperan dalam meningkatkan efektivitas pelaksanaan audit

internal. Dengan demikian hipotesis yang dikemukakan di Bab I, yaitu : “Komite

Audit sangat berperan dalam Meningkatkan Efektivitas Pelaksanaan Audit

Internal” dapat diterima.

Page 107: SKRIPSI - YUDI SUARDI

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan analisa yang penulis lakukan pada

PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk mengenai peranan Komite

Audit dalam meningkatkan efektivitas pelaksanaan audit internal, penulis dapat

mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan audit internal pada PT Ultrajaya Milk Industry & Trading

Company dinilai telah terlaksana secara efektif, hal ini terlihat dari adanya

penerapan standar efektivitas pelaksanaan audit internal yaitu diukur dari

kelayakan dan arti penting tamuan pemeriksaan beserta rekomendasinya;

feedback dan respon dari pihak yang diawasi; profesionalisme auditor;

tercapainya program pemeriksaan; peringatan dini; kehematan biaya

pemeriksaan; pengembangan personil; evaluasi oleh auditor eksternal; umpan

balik dari manajemen lainnya; banyaknya permintaan audit; penyajian ikhtisar

laporan pemeriksaan; evaluasi dari pimpinan terhadap auditor; mutu kertas

kerja pemeriksaan; internal review; dan penelaahan organisasi profesi.

2. Adanya peranan Komite Audit dalam meningkatkan efektivitas pelaksanaan

audit internal pada PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company yang

dilakukan oleh Komite Audit dinilai memadai, hal ini dapat dilihat dari

kegiatan Komite Audit dalam melaksanakan penelaahan, mengevaluasi dan

meriview, memastikan efektivitas sistem pengendalian intern serta

memberikan rekomendasi atas hasil laporan pemeriksaan dari bagian audit

internal.

3. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan uji statistic champion

dimana memperoleh hasil 84.23% yang dapat diinterpretasikan mempunyai

peranan yang baik. Maka dari hasil tersebut mengindikasikan bahwa Komite

Audit berperan dalam meningkatkan efektivitas pelaksanaan audit internal.

Page 108: SKRIPSI - YUDI SUARDI

5.2 Saran

Setelah dilakukan penelitian atas peranan Komite Audit dalam

meningkatkan efektivitas pelaksanaan audit internal pada PT Ultrajaya Milk

Industry & Trading Company, penulis mencoba untuk mengemukakan beberapa

saran yang dimaksudkan untuk dijadikan bahan pertimbangan bagi perusahaan

untuk meningkatkan pelaksanaan Komite Audit dan efektivitas pelaksanaan audit

internal :

1. Bagi Perusahaan

a. Komite audit diperusahaan diharapkan dapat senantiasa mempertahankan

perannya berdasarkan fungsi, wewenang, dan tanggung jawabnya kepada

audit internal, mengingat peran Komite Audit dalam meningkatkan

efektivitas pelaksanaan audit internal yang terjadi pada saat ini di

PT Ultrjaya Milk Industry & Trading Company sudah dinilai baik.

b. Komite audit diharapkan dapat meningkatkan kualitas anggota dan

memperjelas criteria seleksi anggota Komite Audit. Anggota Komite

Audit harus orang-orang yang kompeten, professional, dan mempunyai

komitmen kuat untuk mengakkan prinsip GCG (independency,

transparany, and disclousure, accountability, and responsibility, and

fairness) pada korporasi di Indonesia.

c. Komite audit dan audit internal diharuskan untuk menjalin hubungan dan

berkomunikasi secara terbukan dan efektif dalam menyelesaikan masalah

yang terjadi di perusahaan baik berupa laporan keuangan, risk based audit,

dan sistem pengendalian intern.

d. Audit internal diwajibkan untuk meningkatkan pengetahuan pendidikan

yang bekerlanjutan agar mempunyai keahlian di bidang pengawasan dan

bidang akuntansi. Selain itu juga audit internal dituntut untuk lebih

memahami dan mematuhi adanya penerapan prosedur dan kebijakan

dalam kegiatan pemeriksaan diperusahaan.

e. Bagi manajemen perusahaan untuk turut menciptakan lingkunga yang

kondusif bagi audit internal agar dapat menjalankan fungsi dan perannya

secara efektif dan efeisien dalam upaya meningkatkan efektivitas

Page 109: SKRIPSI - YUDI SUARDI

pelaksanaan aduit internal. Hal ini dapat menghindari atau meminimalisir

dari tingakt role stress yang dialami oleh internal auditor, sehingga dapat

meningkatkan efektivitas pelaksanaan audit internal di perusahaan.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Menganalsis faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi efektivitas

pelaksanaan audit internal, misalnya kebijakan manajemen dan

profesionalisme auditor itu sendiri.

b. Mengganti atau menambah variabel dan indikator yang di gunakan agar

didapatkan segi penilaian yang baru, baik mengenai peran Komite Audit

internal maupun mengenai efektivitas pelaksanaan audit internal.

Page 110: SKRIPSI - YUDI SUARDI

DAFTAR PUSTAKA

Antonius Alijoyo, F. 2003, Keberadaan & Peran Komite Audit dalam Rangka

Implementasi GCG, Seminar Nasional FKSPI BUMN/BUMD.

Arens, Alvin A, and James K. Lobbecke, 2008, Auditing and Assurance Service

an Integrated Approach, 11th

Edition, New Jersey : Prentice-Hall.

Arens, Alvin A, Elder, Randal.J and Beasley, Mark.S, 2006, Auditing and

Assurance Service an Integrated Approach, 11th

Edition, New Jersey :

Pearson Education in Upper Saddle River.

Boyton, William C., Johnson, Raymond N. and Kell, Walter G., 2006, Modern

Auditing, John Wiley and Sons, Inc.

Braiotta. Jr, Louis. 1999, The Audit Committe Handbook, 3rd

Edition

FCGI, Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan

Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan), jilid II, edisi ke-2.

Goodwin, Jenny. 2003, The relationship Between The Audit Committe and The

Internal Audit Function: Evidence from Australia and New Zealand.

International Journal of Auditing, Vol. 7, Issue 3, November 2003, pp.263.

Hekinus Manao, Dr. Peranan Komite Audit dalam Pengelolaan Perusahaan;

Ulasan Historis, Teori, Praktik, & Perspektif.

Hiro Tugiman, 2004, Menuju Audit Internal Organisasi Yakting Efefektif.

___________, 2006, Audit Internal, Yayasan Pendidikan & Pelatihan Audit dan

Manajamen.

___________, 2007, Audit Internal, Yayasan Pendidikan Internal Audit.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2001, Standar Profesional Akuntan Publik, Jakarta :

Salemba Empat.

Kasyful Anwar, dkk, 2003, Komite Audit, Pengawasan dan Pengendalian

Perusahaan, Suaru Perspektif Teori, Media Akuntansi. Edisi 32, April

2003, hlm 48-51.

Kep. Menteri BUMN Nomor Kep-117/M-MBU/2002.

Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal, 2004, Standar Profesi Audit

Internal, Jakarta.

Page 111: SKRIPSI - YUDI SUARDI

Mulyadi, Puradiredja, Kanaka, 2002, Auditing, Edisi Keenam, Jakarta : Salemba

Empat.

Raider, Rob, CPA,MBA, Phd, Operational Review, Second Edition, John Willey

& Sons Inc.

Sawyer’s, Lawrence B., 2005, Internal Auditing, 5th

Edition, Jakarta : Salemba

Empat.

Surat Edaran Bapepam Nomor SE-033/PM/2002.

Page 112: SKRIPSI - YUDI SUARDI