Skripsi Wahasarna
-
Upload
yelius-jeye-wardane -
Category
Documents
-
view
67 -
download
3
Transcript of Skripsi Wahasarna
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan pada hakekatnya berlangsung dalam suatu proses. Proses itu
berupa transformasi nilai-nilai pengetahuan, teknologi dan keterampilan. Selain
itu, pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan
martabat manusia yang diperoleh melalui proses yang panjang dan berlangsung
sepanjang kehidupan. Keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama dan
utama bagi setiap anak yang lahir, tumbuh dan berkembang secara manusiawi
dalam mencapai kematangan fisik dan mental masing-masing anak. Di dalam
keluarga, setiap anak memperoleh pengaruh yang mendasar sebagai landasan
pembentukan pribadinya.
Untuk lebih meningkatkan potensi pada diri anak, orang tua tidak hanya
mendidik anaknya di rumah, akan tetapi mereka mengirimkan atau menitipkan
anaknya ke sekolah (menyekolahkan anak), agar dapat memenuhi tuntutan zaman
sekaligus meningkatkan pendidikan pada anak tersebut. Sekolah merupakan
lembaga pendidikan kedua yang bertugas membantu keluarga dalam membimbing
dan mengarahkan perkembangan serta pendayagunaan potensi tertentu yang
dimiliki siswa atau anak, agar mampu menjalankan tugas-tugas kehidupan sebagai
manusia, sebagai anggota masyarakat, ataupun sebagai individual. Sekolah
merupakan pendidikan yang berlangsung secara formal artinya terikat oleh
peraturan-peraturan tertentu yang harus diketahui dan dilaksanakan. Di sekolah,
murid atau anak tidak lagi diajarkan oleh orang tua, akan tetapi gurulah sebagai
pengganti orang tua. Pada umummya orang berpendapat bahwa pelajaran fisika
merupakan pelajaran yang cukup sulit dan rumit. Oleh karena itu, guru-guru fisika
perlu memahami dan menerapkan multi metode mengajar fisika. Tujuan antara
lain, pengajaran fisika dapat membangkitkan motivasi belajar siswa. Dalam
pembelajaran tercipta pola interaksi yang bervariasi, baik guru dengan siswa,
siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa. Penggunaan variasi pola interaksi
ini dimaksudkan agar tidak menimbulkan kejenuhan, kebosanan dan
menghidupkan suasana kelas. Dengan kata lain pola interaksi di arahkan untuk
memotivasi siswa untuk belajar.
Proses belajar-mengajar akan berjalan dengan baik kalau metode yang
digunakan betul-betul tepat, kerena antara pendidikan dengan metode saling
berkaitan. Menurut Darajat (1996:86). Pendidikan adalah usaha atau tindakan
untuk membentuk manusia. Disini guru sangat berperan dalam membimbing anak
didik kearah terbentuknya pribadi yang diinginkan. Sedangkan metode adalah
suatu cara dan siasat penyampaian bahan pelajaran tertentu dari suatu mata
pelajaran, agar siswa dapat mengetahui, memahami mempergunakan dan
menguasai bahan pelajaran. (Daradjat, 1995:1) Selain itu juga dalam proses
belajar mengajar terjadi interaksi dua arah antara pengajar dan peserta didik.
Kedua kegiatan ini saling mempengaruhi dan dapat menentukan hasil
belajar. Untuk menyampaikan pelajaran dengan baik agar siswa lebih mudah
memahami pelajaran, seorang guru selain harus menguasai materi, dia juga
dituntut untuk dapat terampil dalam memilih dan menggunakan metode mengajar
yang tepat untuk situasi dan kondisi yang dihadapinya. Seorang guru sangat
dituntut untuk dapat memiliki pengertian secara umum mengenai sifat berbagai
metode, baik mengenai kebaikan metode maupun mengenai kelemahannya.
Ada beberapa metode yang dikenal dalam pembelajaran, yaitu metode
ceramah, metode demonstrasi, metode pemberian tugas, metode eksperimen,
metode tanya-jawab, dan sebagainya. Dengan memilih metode yang tepat,
seorang guru selain dapat menentukan output atau hasil lulusan dari lembaga
pendidikan, juga merupakan landasan keberhasilan lembaga pendidikan, dan juga
menjadi pengalaman yang di senangi bagi anak didik. Oleh karena itu, untuk
dapat menciptakan suasana belajar yang kreatif dalam mata pelajaran fisika, guru
dapat memilih salah satu metode yaitu: metode demonstrasi.
Metode demonstrasi adalah cara belajar dengan cara memperagakan atau
mempertunjukan sesuatu di hadapan murid, yang dilakukan di dalam maupun di
luar kelas. Menurut Rasyad (2002:8) dengan menggunakan metode demonstrasi,
guru telah memfungsikan seluruh alat indera murid, karena proses belajar
mengajar dan pembelajaran yang efektif adalah bila guru mampu memfungsikan
seluruh panca indera murid. Jadi metode demonstrasi ini sangat bermanfaat untuk
merangsang keaktifan siswa dalam proses balajar mengajar karena mampu
memfungsikan seluruh panca indera siswa. Berdasarkan uraian di atas, maka
peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh pembelajaran dengan metode
demonstrasi terhadap hasil belajar siswa di tingkat SMP dengan judul “Pengaruh
Metode Demonstrasi terhadap Hasil Belajar Fisika Pokok Bahasan Getaran Siswa
Kelas VIII SMP Negeri 9 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2009/2010”.
B. Rumusan Masalah
Penelitian ini akan membahas tentang metode demonstrasi, sehingga
rumusan masalah pada penelitian ini adalah: “Apakah ada pengaruh metode
demonstrasi terhadap hasil belajar fisika siswa Kelas VIII SMP Negeri 9
Lubuklinggau?”
C. Batasan Masalah
Agar tidak terjadi penyimpangan dari ruang lingkup permasalahan yang
akan diteliti dan keterbatasan peneliti baik dari segi tenaga, kemampuan, maupun
biaya penulis perlu mengadakan pembatasan masalah yaitu materi yang akan
diberikan adalah pokok bahasan getaran. Hasil belajar yang akan diteliti dalam
penelitian ini adalah hasil belajar fisika yang bersifat kongnitif pada kelas
eksperimen dengan menggunakan metode demonstrasi dan kelas kontrol dengan
metode konveksional di SMP Negeri 9 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2009/2010.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh metode demonstrasi terhadap hasil hasil belajar fisika siswa VIII SMP
Negeri 9 Lubuklinggau.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapakan dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai masukan bagi siswa, bahwa pembelajarn fisika dengan metode
demonstrasi dapat melatih siswa berfikir dengan cepat dan tersusun logis,
siswa akan lebih aktif dan mandiri dalam memahami informasi secara
langsung dalam yang diajarkan.
2. Sebagai bahan masukan bagi guru, diharapkan memberikan alternatif metode
mengajar yang efektif dalam meningkatkan kegiatan belajar mengajar
khususnya dalam bidang studi fisika demi peningkatkan kualitas pendidikan
yang lebih baik di masa yang akan datang
3. Sebagai masukan bagi sekolah, bahwa dengan penerapan metode demonstrasi
dalam proses belajar mengajar dapat mencapai sasaran yang tepat.
F. Anggapan Dasar
Yang menjadi anggapan dasar dari penelitian ini adalah metode
demonstrasi membuat pelajaran lebih jelas dari pembelajaran yang tidak
menggunakan metode demonstrasi.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoritik
1. Pengertian Belajar
“Belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya” (Slameto, 2003:2).
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Hampir
semua pengetahuan, kecakapan, kebiasaan, kegemaran, keterampilan dan sikap
seseorang terbentuk dan berkembang disebabkan oleh belajar. Kegiatan belajar
dapat terjadi kapanpun dan dimanapun kita berada, misalnya disekolah, di rumah,
di jalan, di kantor, di masyarakat, dan sebagainya walaupun banyak kegiatan
belajar yang dapat dilihat secara nyata tetapi masih banyak pihak yang masih
belum mengetahui apa yang sebenarnya yang disebut dengan “belajar”.
Tugas guru adalah mengajar dan membimbing siswa, sedangkan tugas
siswa adalah belajar dan mendapatkan ilmu serta wawasan. Dari keseluruhan
proses pendidikan disekolah, kegiatan belajar-mengajar merupakan kegiatan yang
paling pokok. Hal ini bearti berhasil tidaknya pencapaian pendidikan banyak
tergantung kepada bagaimana proses belajar mengajar yang dialami siswa sebagai
peserta didik. Menurut Sudjana (2002:28) belajar adalah suatu proses yang
ditandai dengan adanya perubahan dalam diri seseorang. Perubahan sebagai hasil
dari proses belajar dapat ditunjukkan berbagai bentuk seperti perubahan
pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan,
kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.
Walaupun terdapat perbedaan antara beberapa ahli tetapi secara prinsip
intinya belajar merupakan suatu proses untuk mencapai suatu tujuan yaitu
perubahan kearah yang lebih baik. Perubahan tersebut adalah perubahan
pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap yang menetap.
2. Hasil Belajar
Dalam proses belajar mengajar sebagai pengajar dan sekaligus pendidik
memegang peran dan tanggung jawab yang besar dalam rangka membantu
meningkatkan keberhasilan siswa, keberhasilan siswa dalam proses belajar
mengajar dipengaruhi oleh kualitas pengajaran. Proses belajar mengajar
dilaksanakan dengan maksud untuk melakukan perubahan pada diri siswa.
Perubahan ini dapat dilihat dari hasil akhir yang diperoleh siswa. Hasil akhir ini
diidentikkan dengan hasil belajar.
Menurut Sudjana (2002:61) bahwa tujuan pengajaran atau tujuan
instruksional adalah rumusan pernyataan mengenai kemampuan atau tingkah laku
yang diharapkan dimiliki siswa setelah ia menerima proses pengajaran. Tujuan
pengajaran adalah niat atau harapan yang harus dikuasai oleh siswa. Dengan
perkataan lain adalah hasil belajar yang diharapkan dikuasai oleh siswa setelah
mereka diberikan pengajaran oleh guru. Dari uraian sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar adalah pencapaian tujuan pembelajaran yang
merupakan hasil dari kegiatan belajar dan perubahan tingkah laku yang
diharapkan pada diri siswa setelah melakukan proses belajar-mengajar.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Untuk memperoleh pengalaman didalam belajar, seseorang menghadapi
motif dari diri dan lingkungannya. Dengan kata lain banyak faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar seseorang. (Slamento, 2003) faktor-faktor yang
mempengaruhi tersebut dapat digolongkan menjadi dua yaitu:
a. Faktor Internal
Faktor Intern adalah faktor-faktor yang berasal dari diri siswa itu sendiri
yang dalam hal ini akan dibagi menjadi tiga faktor, yaitu:
1. Faktor Jasmaniah
a) Faktor Kesehatan
Sehat bearti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya
atau bebas dari penyakit. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap
belajarnya.
b) Cacat Tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang
sempurna mengenai tubuh atau badan. Karena keadaan cacat tubuh juga
mempengaruhi belajar.
2. Faktor Psikologis
Belajar memerlukan kesiapan rohani dan ketenangan yang baik. Ada tujuh
faktor yang tergolong psikologis yang mempengaruhi balajar, yaitu:
a) Intelegensi
Kemempuan perpikir yang dimiliki oleh seseorang peserta didik. Apabila
tingkat intelegensi siswa tesebut rendah maka ia akan sulit menerima
pelajaran yang diberikan oleh seorang pengajar.
b) Perhatian
Perhatian menurut Ghazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu
pun semata-mata tertuju pada sekumpulan objek.
c) Minat
Minat menurut Hilgard minat adalah kecenderungan yang tetap
memperhatikan dan mengenai beberapa kegiatan.
d) Bakat
Bakat adalah potensi atau kecakapan dasar yang dibawa oleh anak sejak
lahir. Setiap individu mempunyai bakat yang berbeda-beda. Jika bahan
pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil
belajarnya lebih baik.
e) Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang
dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru.
f) Kesiapan
Kecakapan menurut James Drever adalah kesediaan untuk memberi
response atau bereaksi. Kesediaan yang timbul dalam diri seseorang dan
juga berhubungan dengan kematangan berarti kesiapan untuk
melaksanakan kecakapan.
3. Faktor Eksternal
a) Lingkungan keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa
bagaimana cara orang tua mendidik, bagaimana dukungan harmonis antara
anggota keluarga, suasana rumah dan evaluasi keluarga.
b) Lingkungan sekolah yang meliputi
1) Interaksi Guru dan Murid
Guru yang kurang berinteraksi dengan murid bisa menyebabkan proses
belajar mengajar kurang lancar. Siswa merasa ada jarak dengan guru,
maka sulit untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan belajar.
2) Hubungan Antar Murid
Hubungan yang kurang bijaksana, dan tidak pernah mengadakan
pendekatan dengan murid, tidak pernah mengetahui bahwa didalam
kelas itu ada group yang saling bersaing secara tidak krontruktif malah
makin bisa melatar belakangi perkalihan antara pelajar. Guru harus
mampu membina jiwa kelas supaya dapat hidup bergotong-royong
dalam belajar kelompok.
3) Media Pendidikan
Dengan banyaknya jumlah anak yang masuk sekolah maka mutlak
diperlukan alat-alat yang membantu lancarnya belajar anak yang
jumlahnya besar, misalnya buku-buku diperpustakaan, alat-alat
laboratorium atau media pendidikan lainnya.
4) Kurikulum
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada
siswa. Sebagian besar kegiatannya adalah menyajikan bahan pelajaran
agar siswa menerima atau menguasai dan mengembangkan bahan
pelajaran.
4. Pengertian Metode Pembelajaran
Dalam metodelogi pembelajaran agama Islam pengertian metode adalah
suatu cara “seni” dalam mengajar (Ramayulis, 2001:107). Perumusan tujuan yang
sejelas-jelasnya merupakan persyaratan terpenting sebelum seorang guru
menentukan dan memilih metode mengajar yang tepat. Untuk mencapai hasil
yang diharapkan, hendaknya guru dalam menerapkan metode terlebih dahulu
melihat situasi dan kondisi yang paling tepat untuk dapat diterapkan suatu metode
tertentu, agar dalam situasi dan kondisi tersebut dapat tercapai hasil proses
pembelajaran dan membawa peserta didik kearah yang sesuai dengan tujuan
pendidikan. Proses pembelajaran yang dilakukan mengacu pada tiga aspek, yaitu:
penguasaan sejumlah pengetahuan, keterampilan dan sikap tertentu sesuai dengan
isi proses belajar mengajar tersebut (Ramayulis, 2001:73).
Dari uraian tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa metode
pembelajaran adalah suatu atau cara yang dilakukan oleh guru (pendidikan)
dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa yang bertujuan agar murid
dapat menerima dan menanggapi serta mencerna pelajaran dengan mudah secara
efektif dan efisien, sehingga apa yang menjadi tujuan dari pembelajaran tersebut
dapat tercapai dengan baik.
5. Metode Demonstrasi
a. Pengertian Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan suatu metode dimana guru memainkan
peranan yang penting kejelasan dari suatu yang dipertunjukan dan diterangkan
sangat tergantung dari cara guru itu menjelaskan dan bagaimana cara guru itu
memperlihatkannya. Djamarah dan Aswanzain ( 3006:09-91) mengatakan bahwa
metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan atau
memperlihatkan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda tertentu yang
sedang dipelajari baik sebenarnya ataupun tiruan yang sering disertai dengan
penjelasan lisan. Penggunaan metode demonstrasi selalu diikuti dengan
eksperimen. Apapun yang didemonstrasikan baik oleh guru maupun siswa,
apabila tanpa diikuti dengan eksperimen tidak akan mencapai hasil yang efektif.
Menurut Rasyad (2002:8), metode demonstrasi adalah cara pembelajaran
dengan meragakan, mempertunjukkan atau memperlihatkan sesuatu di hadapan
murid di kelas atau di luar kelas. Sanjaya (2007:150) mengatakan bahwa metode
demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan
mempertunjukan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu,
baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Sebagai metode penyajian,
demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam
proses demonstrasi peran siswa hanya sekedar memperhatikan, akan tetapi
demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret. Dari uraian di atas,
dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi adalah suatu metode dimana
seseorang guru memperagakan langsung suatu hal yang kemudian diikuti oleh
murid sehingga ilmu atau keterampilan yang didemonstrasikan lebih bermakna
dalam ingatan masing-masing murid.
b. Langkah-langkah Dalam Mengaplikasikan Metode Demonstrasi
Menurut Sanjaya (2007:151-152) untuk melaksanakan metode
demonstrasi yang baik atau efektif, ada beberapa langkah yang harus dipahami
dan digunakan oleh guru, yaitu:
1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang harus dilakukan:
a) Rumusan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setalah proses demonstrasi
berakhir. Tujuan ini meliputi beberapa aspek seperti aspek pengetahuan,
sikap, atau keterampilan tertentu.
b) Persiapan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan.
Garis-garis besar langkah demonstrasi diperlukan sebagai panduan untuk
menghindari kegagalan.
c) Lakukan uji coba demonstrasi. Uji coba meliputi segala peralatan yang
diperlukan.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan ada beberapa langkah yang dilakukan:
a) Langkah Pembukaan
Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus diperhatikan,
diantaranya:
1) Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat
memperlihatkan dengan jelas apa yang didemonstrasikan
2) Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa.
3) Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh siswa.
b) Langkah Pelaksaan Demonstrasi
1) Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa
untuk berpikir.
2) Ciptakan suasana yang menyejukan dengan menghindari suasana yang
menegangkan.
3) Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan
memperhatikan reaksi seluruh siwa.
4) Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih
lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu.
c) Langkah Mengakhiri Demonstrasi
Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri
dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan
demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk
menyakinkan apakah siswa memahami proses demonstrasi itu atau tidak. Selain
memberikan tugas yang relevan, ada baiknya guru dan siswa melakukan evaluasi
bersama tentang jalanya proses demonstrasi itu untuk perbaikan selanjutnya.
Setelah perencanaan-perencanaan tersusun sebaiknya diadakan uji coba terlebih
dahulu agar penerapan dapat dilaksanakan dengan efektif dan tercapai tujuan
belajar mengajar yang telah ditentukan dengan mengadakan uji coba dapat
diketahui kekurangan dan kesalahan praktek secara lebih dini dan dapat peluang
untuk memperbaiki dan menyempurnakannya.
Langkah selanjutnya dari metode ini adalah realisasi yaitu saat guru
memperagakan atau mempertunjukkan suatu proses atau cara melakukan sesuatu
sesuai materi yang diajarkan. Kemudian siswa disuruh untuk mengikuti atau
mempertunjukkan kembali apa yang telah dilakukan guru. Dengan demikian
unsur-unsur manusiawi siswa dapat dilibatkan baik emosi, intelegensi, tingkah
laku serta indera mereka, pengalaman langsung itu memperjelas pengertian yang
ditangkapnya dan memperkuat daya ingatnya mengetahui apa yang dipelajarinya.
Untuk mengetahui sejauh mana hasil yang dicapai dari penggunaan metode
demonstrasi tersebut diadakan evaluasi dengan cara menyuruh murid
mendemonstrasikan apa yang telah didemonstrasikan atau dipraktekkan guru.
c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi Dalam Proses Belajar
Mengajar
Menurut Sanjaya ( 2007:150-151), sebagai suatu metode pembelajaran,
metode demonstrasi memiliki beberapa kelebihan diantaranya:
1. Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat dihindari, sebab
siswa disuruh langsung memerhatikan bahan pelajaran yang dijelaskan.
2. Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tak hanya mendengar,
tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.
3. Dengan cara mengamati langsung siswa akan memiliki kesempatan untuk
membandingkan antara teori dan kenyataan. Dengan demikian siswa akan
lebih menyakini kebenaran materi pembelajaran.
Sanjaya (2007:150-151) juga melakukan bahwa di samping memiliki
beberapa kelebihan, metode demonstrasi juga memiliki beberapa kelemahan,
diantaranya:
1. Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang. Sebab tanpa
persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal sehingga dapat menyebabkan
metode ini tidak efektif lagi.
2. Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tepat yang memadai
yang bearti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal
dibandigkan dengan ceramah.
3. Demonstrasi memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru yang khusus,
sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional.
6. Materi Pelajaran
a. Pengertian Getaran
Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali kita melihat atau membuat benda
bergetar. Misalnya bandul jam yang bergerak bolak-balik secara teratur, senar
gitar yang bergetar ketika dipetik, beduk atau drum yang dipukul, pegas yang
diberi beban bergerak ke atas dan ke bawah, dan benda-benda lainnya yang
mengalami getaran. Semua benda tersebut akan bergetar apabila kita beri
simpangan. Benda yang bergetar ada yang dapat dilihat dengan mata kasat karena
simpangan yang kita berikan besar dan ada pula yang tidak dapat dilihat oleh mata
karena simpangan yang diberikan kecil sekali. Jadi dapat disimpulkan bahwa
getaran adalah gerak bolak-balik secara berkala (dalam selang waktu yang sama)
melalui titik keseimbangan.
b. Macam-macam getaran
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap benda dapat melakukan getaran,
misalnya gerak melingkar jam, dawai biola yang digesek, benda yang diikatkan
pada pegas, dan sayap serangga yang sedang terbang.
1. Getaran Tunggal
Ada beberapa macam getaran, misalnya getaran tunggal, getaran selaras,
dan getaran ayunan bandul. Mistar plastik bergerak bolak-balik melalui titik
keseimbangan atau titik b. Mistar melakukan satu getaran dari:
A-B-A-C-A atau A-C-A-B-A
B-A-C-A-B atau C-A-B-A-C
hal ini menunjukkan bahwa mistar plastik dapat bergetar. Getaran semacam ini
disebut getaran tunggal.
2. Getaran Selaras
Getaran selaras dapat dicontohkan oleh getaran pegas. Benda akan
bergerak ke atas dan ke bawah melalui titik keseimbangan (titik Q). Benda yang
diikatkan pada pegas bergetar satu getaran dari:
R-Q-P-Q-R ( jika ditarik ke bawah) atau P-Q-R-Q-P (jika ditarik ke atas). Getaran
semacam ini disebut getaran selaras.
3. Getaran Ayunan Bandul
Pernakah kalian melihat jam dinding yang memiliki bandul? jam tersebut
bergerak bolak-balik memalui titik keseimbangan (titik A). Benda yang
digantungkan pada tali bergetar satu getaran dari:
O-A-O-B-O atau O-B-O-A-O
A-O-B-O-A atau B-O-A-O-B. Gerakan semacam ini disebut getaran ayunan
bandul.
4. Amplitudo
Jarak antara kedududkan benda yang bergetar pada suat saat dengan
kedududkan seimbangnya disebut simpangan. Adapun simpangan yang terbesar
disebut amplitudo. Pada getaran tunggal, amplitudo dinyatakan sebagai jarak deri
A-B atau dari A-O. Pada getaran selaras, amplitudonya adalah jarak dari A-O atau
dari O-A. Dapat di lihat pada gambar 2.1 di bawah ini:
B O
A
( Gambar 2.1. Getaran ayunan bandul)
c. Periode dan Frekuensi Suatu Getaran
1. Periode
Untuk menyelidiki periode suatu getaran, dapat dilakukan kegiatan dengan
menggunakan benda yang digantungkan pada pegas. Jika waktu untuk melakukan
10 getaran adalah 20 sekon, waktu untuk melakukan 1 getaran adalah
sekon ini disebut periode getaran. Jadi dapat disimpulkan bahwa periode yaitu
waktu yang diperlukan untuk melakukan 1 kali getaran. Periode getaran
dilambangkan dengan T. Dalam SI, satuan periode adalah sekion (s). Untuk
simpangan yang berbeda-beda asalkan simpangan tidak terlalu bias maka periode
getaran besarnya tetap. Periode tidak bergantung pada simpangannya atau
amplitudonya. Beban yang lebih besar akan menghasilkan periode yang lebih
besar juga. Periode tidak dipengaruhi oleh amplitudo, tetapi oleh konstanta pegas
dan massa beban.
2. Periode dan sifat Sinusoidal GHS
Peiode osilator harmonis sederhana ternyata bergantung pada kekakuan
pegas dan juga pada massa m yang berosilasi. Tetapi walupun tampaknya aneh
perode tidak bergantung pada amplitudo. Kita dapat menurunkan rumus untuk
periode gerak harmonis sederhana (GHS), dan ini dapat dilakukan dengan
menbandingkan GHS dengan benda yang berotasi membentuk lingkaran. Dari
“lingkaran acuan” yang sama ini kita bisa mendapatkan hasil kedua yang berguna
untuk rumus untuk posisi massa yang berosilasi sebagai fungsi waktu. Tentu saja,
tidak ada yang berotasi dalam lingkaran ketika sebuah pegas berosilasi linier,
tetapi kesamaan metematisnyalah yang kita anggap berguna di sini. Sekarang
bayangkan massa m yang berputar berlawanan arah jarum jam membentuk
lingkaran dengan radius A, dengan laju konstan V0. (dilihat dari atas), gerakan
tersebut merupakan lingkaran pada bidang xy. Tetapi seseorang yang melihat
gerakan dari samping melihat gerakan osilasi mundur maju, dan bergerak satu
dimensi ini tepat berhubungan dengan gerak harmonis sederhana, sebagaimana
akan kita lihat sekarang.
Untuk melihat bahwa gerak –x ini analong dengan GHS, mari kita hitung
besar komponen x dari kecepatan V0 yang diberi label v, kedua segitiga yang
melibatkan θ adalah sama, sehingga
atau
Dengan demikian proyeksi ke sumbu x dari sebuah benda yang berputar
membentuk lingakaran memiliki gerak yang sama seperti massa di ujumh pegas.
Sekarang kita dapat menetukan periode GHS karena sama dengan benda berputar
yang menbentuk satu lingkaran penuh. Pertama kita lihat bahwa kecepatan V0
sama dengan keliling lingkaran (jarak) debagi periode T
Kita selesaikan untuk periode T
Dari persamaan jadi A/V0 = dengan demikian
Periode bergantung pada massa m dan konstanta pegas k, tetapi bukan
pada amplitudo. Bahwa makin pada besar massa, makin lama periode; dan makin
kaku pegas tersebut, makin singkat periode. Karena massa yang lebih besar bearti
inersia yang lebih besar dan dengan demikian reaksi yang lebih lambat
(percepatan lebih kecil). Dan k, yang lebih besar bearti gaya yang lebih besar dan
dengan demikian reaksi yang lebih cepat (percepatan lebih besar). Sesuai dengan
pernyataan di atas tidak hanya berlaku untuk pegas, tetapi untuk semua jenis gerak
harmonis.
2. Frekuensi
Ciri lain dari suatu getaran ditandai adanya frekuensi getaran. Frekuensi
getaran didefinisikan sebagai jumlah getaran yang terjadi dalam datu detik. Satuan
frekuensi adalah Hertz (HZ) atau getaran per detik. Mengingat frekuensi
menyatakan jumlah getaran dalam satu sekon, sedangkan periode menyatakan
waktu yang diperlukan untuk satu kali getaran, maka makin banyak jumlah
getaran dalam waktu tertentu, makin pendek waktu getaranya sehingga terdapat
hubungan antara periode (T) dengan frekunsi (f), yaitu: T = atau f =
Karena f = kita juga dapat menuliskan bahwa
f = =
Keterangan:
T : Periode (detik)
f : Frekuensi (HZ)
Contoh soal:
Sebuah bandul seperti pada gambar ditarik kesamping (diberi simpangan).
Sehingga bandul bergerak bolak-balik (bergetar). Ternyata, bandul melakukan 10
getaran dalam waktu 5 detik. Berapakah periode getaran bandul tersebut?
B A O
Penyelesaian:
Waktu yang diperlukan untuk 10 kali geratan adalah 5 detik, bearti waktu yang
diperlukan untuk 1 kali getaran (periode).
= detik
= 0.5 detik Dengan demikian, periode bandul tersebut adalah 0.5 detik.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Dari penelitian yang dilakukan oleh Khusnah yang berjudul “Pengaruh
penerapan metode demonstrasi terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran
matematika di MAN 2 Lubuklinggau semester II tahun pelajaran 2005/2006”,
dengan rumusan masalah apakah ada pengaruh yang signifikan penerapan metode
demonstrasi terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika di MAN
2 Lubuklinggau. Menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan terhadap hasil
belajar siswa dengan menggunakan metode demonstrasi. Penelitian ini dilakukan
di MAN 2 Lubuklinggau.
C. Hipotesis penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah: “Ada pengaruh metode
pembelajaran demonstrasi terhadap hasil belajar fisika siswa kelas VIII SMP
Negeri 9 Lubuklinggau”.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen.
Metode eksperimen merupakan metode yang mengungkap hubungan antara dua
variabel atau lebih untuk mencari pengaruh yang diakibatkan oleh variabel bebas
terhadap variabel terikat. Penelitian jenis eksperimen mengharuskan peneliti
membuat perencanaan yang matang dan dilaksanakan peneliti dalam rangka
mengumpulkan data untuk menguji hipotesis. Penelitian eksperimen memberikan
perlakuan terhadap variabel (manipulasi) kemudian mengamati konsekuensi atas
perlakuan yang telah diberikan. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
kelompok eksperimen X1 pembelajaran dengan metode demonstrasi, dan
kelompok kontrol X2 pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah
sedangkan variabel terikat pada penelitian ini adalah hasil belajar siswa.
B. Rencana Penelitian
Recana penelitian merupakan cara atau bentuk penelitian yang akan
dilakukan dalam penelitian. Penelitian yang akan dilaksanakan yaitu studi
eksperimen berbentuk pretes-postes. Group design yaitu penelitian yang
melibatkan dua kelompok, satu kelompok eksperimen dan yang lain sebagai kelas
kontrol. Kelompok eksperimen diberi pembelajaran dengan metode demonstrasi
sedangkan kelompok kontrol diberi pembelajaran biasa yaitu pembelajaran yang
biasa diberikan oleh guru dengan metode ceramah.
Berdasarkan uraian diatas, maka desain penelitian dapat digambarkan
sebagai berikut:
Group Sampel Acak Pretes Treatment Postes
Kelompok Kontrol A O X1 O
Kelopmpok Eksperimen A O X2 O
Keterangan:
A = Sampel Acak
O = Tes awal (pretes) dan tes akhir (postes) pada kelompok
eksperimen maupun kontrol.
X1 = Pembelajaran dengan metode demonstrasi.
X2 = Pembelajaran dengan metode ceramah.
C. Populasi dan sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002:102).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMP Negeri 9
Lubuklinggau tahun pelajaran 2009/2010 yang terdiri dari 6 kelas dan berjumlah
223 orang. secara lengkap populasi penelitian dapat dilihat pada tabel 3.1 pada
halaman 25.
Tabel 3.1Populasi Penelitian
No KelasJenis kelamin
Laki-lakiJumlah
PerempuanJumlah
1
2
3
4
5
6
VIIIA
VIIIB
VIIIC
VIIID
VIIIE
VIIIF
18
23
19
22
22
23
17
17
19
18
18
17
35
40
38
40
40
40
Jumlah 126 90 223
(Sumber: Tata Usaha SMP Negeri 9 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2009/2010)
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari subjek yang diteliti (Arikunto, 2002:104).
Pengambilan sampel penelitian dilakukan secara acak (random) karena setiap
kelas mempunyai kemampuan yang sama (berdasarkan hasil wawancara dengan
guru bidang kurikulum). Setelah dilakukan pengundian maka yang terpililah
sebagai sample yaitu kelas VIIIF sebagai kelas eksperimen dan kelas VIIIE sebagai
kelas kontrol dengan perincian seperti tabel 3.2
Tabel 3.2Sampel Penelitian
No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
1
2
VIIIE
VIIIF
22
23
18
17
40
40
Jumlah 43 29 80
D. Teknik Pengumpukan Data
Untuk memperoleh data penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan
tes kepada siswa dan menilai hasil tes tersebut, yang kemudian hasil tes ini
disebut sebagai hasil belajar. Tes adalah seretetan pertanyaan atau latihan serta
alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelengensi,
kemampaun atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto,
2002:127). Tes akan diberikan langsung kepada siswa tentang sub pokok bahasan
getaran yang berjumlah 5 soal dalam bentuk essay berstruktur.
E. Instrumen Penelitian
Insrument adalah suatu alat yang digunakan dalam penelitian untuk
mengumpulkan data. Sesuai dengan jenis data dalam penelitian ini maka instumen
yang digunakan yaitu tes hasil belajar, dalam penelitian ini hasil belajar
dilaksanakan setelah berakhir satu materi pokok. Tes yang penulis gunakan dalam
penelitian ini adalah tes yang berbentuk essay. Langkah-langkah yang penulis
lakukan dalam membuat tes adalah sebagai berikut:
1. Menyusun tes
Tes yang penulis susun terdiri dari soal-soal dalam bentuk essay. Dalam
penyusunan tes tersebut penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menentukan tujuan mengadakan tes yaitu untuk mendapatkan hasil belajar.
b. Menbuat batasan terhadap bahan yang akan diuji yaitu materi pokok suhu.
c. Menyusun kisi-kisi soal tes hasil belajar fisika.
d. Menyusun soal-soal dalam bentuk tes, soal yang diujikan berbentuk essay yang
berjumlah 7 soal yang terdiri dari atas 1, 2, 3, 4a, 4b, 4c, 5
2. Melaksanakan uji coba tes
Suatu tes dapat dipercaya apabila soal yang digunakan akurat atau sudah
memiliki validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda yang tinggi.
Agar soal yang disusun itu memiliki kriteria yang baik, maka soal tersebut perlu
diuji cobakan terlebih dahulu. Kemudian dianalisis untuk mendapatkan kriteria
tersebut. Dalam penelitian ini penulis melakukan uji coba tes di SMP Negeri 9
Lubuklinggau.
3. Analisis item
Suatu tes dikatakan baik, jika setelah dilaksanakan hasilnya dapat
memberikan gambaran perbedaan antara anak yang cepat dengan anak yang tidak
cepat. Setelah uji coba dilaksanakan analisis item untuk melihat baik tidaknya
suatu tes. Seperti dikemukakan oleh Arikunto (2002:209), yaitu: “Analisis soal
antara lain bertujuan untuk mengadakan identifikasi soal-soal yang baik, kurang
baik dan soal yang jelek. Dengan analisis soal dapat diperoleh iformasi tentang
kejelekan sebuah soal dan petunjuk untuk mengadakan perbaikan”. Dalam
melaksanakan analisis item secara khusus ada 4 hal yang perlu diselidiki yaitu:
a.Validitas
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan
kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan
kriterium (Arikunto, 2001:69). Teknik yang digunakan untuk mengetahui tingkat
validitas adalah teknik korelasi product momet yang dikemukakan oleh Person
yaitu:
rxy =
Keterangan:
rxy = Keofisien korelasi
n = Banyak subjek
X = Skor butir soal
Y = Skor total
∑x = Jumlah seluruh skor total dari x
∑y = Jumlah seluruh skor total dari y
Interpretasi lebih rinci mengenai nilai rxy tersebut dibagi ke dalam
beberapa kategori sebagai berikut: Guilford, J.P. (dalam Sukasno, 2006:49) adalah
sebagai berikut:
rxy 0,00 Tidak valid
0,00 < rxy 0,20 Validitas sangat rendah
0,20 < rxy 0,40 Validitas rendah (kurang)
0,40 < rxy 0,60 Validitas sedang (cukup)
0,60 < rxy 0,80 Validitas tinggi (baik)
0,80 < rxy 1,00 Validitas sangat tinggi (sangat baik)
Untuk menentukan keberartian dari koefisien validitas digunakan uji t
seperti yang dikemukakan Sudjana (2002:380) dengan rumus sebagai berikut:
Digunakan taraf nyata = α, jika –t < t ,
maka hipotesis diterima (tidak signifikan). Dalam hal lainnya hipotesis ditolak
(signifikan) dengan kata lain butir soal tersebut dikatakan valid.
Berdasarkan hasil analisis (lampiran B) validitas butir soal hasilya dapat
dilihat pada tabel 3.3 berikut:
Tabel 3.3Hasil Analisis Validitas Butir Soal
NomorSoal
Nilai rxy thitung ttabel Keterangan
1 0,59 4,28 2,04 Valid/ tinggi2 0,57 5,45 2,04 Valid/sedang3 0,27 1,61 2,04 Valid/rendah4 0,83 9,68 2,04 Valid/tinggi5 0,17 1,00 2,04 Valid/sangat rendah6 0,58 5,6 2,04 Valid/sedang7 0,81 8,56 2,04 Valid/tinggi
Taraf kesalahan ( α) = 5% = 0,05
ttabel = t
=
=
= 2,04
b. Reliabilitas Tes
Realiabilitas yaitu apabila tes dapat memberikan hasil yang relatif tetap
sama (konsisten) ketika tes tersebut diberikan pada waktu maupun tempat yang
berbeda. Reliabilitas memberi pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut
sudah baik (Arikunto, 2006:178). Untuk mengetahui reliabilitas tes bentuk uraian
digunakan rumus alpha
(Arikunto, 2002: 171)
Keterangan:
= Reliabilitas intrumen
= Jumlah varians butir
Si² = Varians skor total
n = Banyaknya butir soal
Interpretasi lebih rinci mengenai nilai tersebut dibagi ke dalam beberapa
kategori sebagai berikut: Guilford (dalam Sukasno, 2006: 61) yaitu:
Reliabilitas sangat rendah
Reliabilitas rendah
Reliabilitas sedang (cukup)
Reliabilitas tinggi (baik)
Reliabilitas sangat tinggi
c. Tingkat Kesukaran
Sebuah soal tes handaknya tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar.
Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa mempertinggi usaha
memecahkannya, sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa
akan menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk memecahkan soal
tersebut.
Suatu hal yang harus diperhitungkan oleh seorang perancang tes adalah
mempertimbangkan tingkat kesukaran soal. Untuk menghitung tingkat kesukaran
butir soal uraian dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
IK = (Sukasno, 2006:79)
Keterangan:
IK = Indeks tingkat kesukaran
JSA = Jumlah skor kelompok atas
JSB = Jumlah skor kelompok bawah
SIA = Jumlah skor ideal kelompok atas
SIB = Jumlah skor ideal kelompok bawah
Kriteria indeks tingkat kesukaran butir soal yang digunakan seperti yang
dikemukakan oleh (Arikunto, 1997:99) adalah sebagai berikut:
IK = 0,00 (soal terlalu sukar)
0,00 < IK 0,30 (soal sukar)
0,30 < IK 0,70 (soal sedang)
0,70 < IK ≤ 1,00 (soal mudah)
Hasil analisis tingkat kesukaran butir soal (lampiran B) dapat dilihat pada
tabel 3.4 pada halaman 32.
Tabel 3.4Hasil Analisis Tingkat Kesukaran
No Soal
JumlahSkor kel.Atas
JumlahSkor kel.
Bawah
JumlahSkor
Ideal kel.Atas
JumlahSkor
Ideal kel.Bawah
Tingkat Kesukaran
Ket
1 90 54 135 135 0,53 Sedang2 90 58 135 135 0,55 Sedang3 39 22 117 117 0,26 Sukar4 91 65 135 135 0,58 Sedang5 44 18 108 108 0,26 Sukar6 87 66 135 135 0,57 Sedang7 86 58 135 135 0,53 Sedang
d. Daya Pembeda
Daya pembeda yang dimaksud adalah bahwa soal tersebut dapat
membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Dalam
menghitung daya pembeda (DP) butir soal berbentuk uraian, maka digunakan
rumus sebagai berikut:
DP = atau DP = (Sukasno, 2006:76)
Keterangan:
DP = Daya beda
JSA = Jumlah skor kelompok atas
JSB = Jumlah skor kelompok bawah
SIA = Jumlah skor ideal kelompok atas
SIB = Jumlah skor ideal kelompok bawah
Klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda yang digunakan sebagai berikut:
DP ≤ 0,00 (Sangat jelek)
0,00 < DP ≤ 0,20 (Jelek)
0,20 < DP ≤ 0,40 (Cukup)
0,40 < DP ≤ 0,70 (Baik)
0,70 < DP ≤ 1,00 (Sangat baik)
Hasil perhitungan daya pembeda tes (lampiran B) dapat dilihat pada tabel 3.5.
Tabel 3.5Hasil Analisis Daya Pembeda
No Soal
JumlahSkor kel.Atas
JumlahSkor kel.
Bawah
JumlahSkor
Ideal kel.Atas
JumlahSkor
Ideal kel.Bawah
Daya Pembeda
Ket
1 90 54 135 135 0,27 Cukup2 90 58 135 135 0,23 Cukup3 39 22 117 117 0,15 Jelek4 91 65 135 135 0,20 Cukup5 44 18 108 108 0,19 Jelek6 87 66 135 135 0,23 Cukup7 86 58 135 135 0,21 Cukup
Berdasarkan analisis hasil uji coba tes belajar, maka soal no. 3 dan no. 5
tidak digunakan, dan rekapitulasi hasil uji coba tes dapat dilihat pada tabel 3.6.
Tabel 3.6Rekapitulasi Hasil Uji Coba Tes
No Soal
ValiditasTingkat
KesukaranDaya Pembeda Keterangan
1 0,59 Sedang 0,53 Sedang 0,27 Cukup Soal dapat digunakan2 0,57 Sedang 0,55 Sedang 0,23 Cukup Soal dapat digunakan3 0,27 Rendah 0,26 Sukar 0,15 Jelek Soal tidak digunakan4 0,87 Tinggi 0,58 Sedang 0,20 Cukup Soal dapat digunakan
5 0,17 Sangat Rendah
0,26 Sukar 0,19 Jelek Soal tidak digunakan
6 0,58 Sedang 0,57 Sedang 0,23 Cukup Soal dapat digunakan7 0,81 Tinggi 0,53 Sedang 0,21 Cukup Soal dapat digunakan
4. Pelaksanaan Tes
Setelah melaksanakan proses pembelajaran dengan metode demonstrasi
maka dilaksanakan tes. Tes akhir ini diberikan kepada kedua kelas sampel yaitu
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes yang diberikan pada kelas sama dan
jadwal pelaksanaan tes untuk kedua kelas serentak, hal ini untuk mengindari
saling tukar informasi yang akan mempegaruhi tes.
F. Teknik Analisis Data
1. Menentukan Skor Rata-rata dan Standar Deviasi
Menentukan skor rata-rata dan standar deviasi pada tes awal dan tes akhir,
data hasil belajar pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Dengan rumus:
(Sudjana 2002:67)
S = (Sudjana 2002:93)
Keterangan:
: Nilai rata-rata hasil belajar siswa
xi : Nilai siswa secara keseluruhan
n : Banyak data
S : Standar deviasi
2. Uji Normalitas
Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui kenormalan data, rumus
yang digunakan adalah uji kecocokan χ² ( chi kuadrat) yaitu:
(Sudjana 2002:145)
Keterangan:
= Harga chi-kuadrat yang dicari
= Frekuensi dari hasil observasi
= Frekuensi dari hasil yang diharapkan
Selanjutnya hitung dibandingkan table, jika hitung < tabel, dengan derajat
kebebasan (dk) = J-1. Dimana J adalah banyaknya kelas interval. Maka dapat
dinyatakan bahwa data berdistribusi normal. Dalam hal lainnya, data tidak
berdistribusi normal.
3. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas varians antara kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol dimaksudkan untuk mengetahui keadaan varian kedua kelompok sama
ataukah berbeda. Pengujian homogenitas ini menggunakan uji varians dua buah
peubah. Dengan demikian hipotesis yang akan diuji adalah:
Ho = Hipotesis pembanding, kedua varians sama atau homogen.
Ha = Hipotesis kerja, kedua varians tidak sama atau tidak homogen.
Diman dk1 = (n1- 1) dan dk2 = (n2-1)
Uji Statistik yang digunakan uji F, dengan rumus: Fhitung =
S1² = Varians terbesar
S2² = Varians terkecil
Dengan kriteria pengujiannya adalah Ho jika Fhitung < α ( n1- 1 ; n2-1) dan
tolak Ho jika mempunyai harga-harga lain. (Sudjana, 2002:249)
4. Uji kesamaan Dua Rata- rata
Uji kesamaan dua rata- rata ini digunakan untuk menguji kesamaan antara
dua rata-rata data, dalam hal ini antara data kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol.
Ho = Hipotesis pembanding, kedua rata-rata sama.
Ha = Hipotesis kerja, rata-rata skor kelompok eksperimen lebih besar dari rata-rata
skor kelompok kontrol
a. Jika kedua data berdistribusi normal dan homogen, maka uji statistik yang
digunakan adalah uji-t dengan rumus:
t = dengan: S² = (Sudjana, 2002:239)
Keterangan:
= Nilai rata-rata kelompok eksperimen.
= Nilai rata-rata kelompok kontrol.
n1 = Jumlah siswa kelompok eksperimen.
n2 = Jumlah siswa kelompok kontrol.
S = Simpangan baku gabungan.
S1² = Simpangan baku kelompok eksperimen.
S2² = Simpangan baku kelompok kontrol
Kriteria pengujiannya adalah : terima Ho jika t < t(1-α) dan tolak Ho jika
t =(n 1 + n 2 -2). (Sudjana, 2002:239)
b. Jika kedua data berdistribusi normal dan tidak homogen, maka uji statistika
yang digunakan adalah uji - t semu (t’) dengan rumus:
t’ = Sudjana (2002:243)
Kriteria pengujiannya adalah tolak H0 jika t’ dan terima H0 jika
terjadi sebaliknya. Dengan = , = dan =
.
G. Prosedur Penelitian
Tahapan atau prosedur yang akan dilaksanakan meliputi:
1. Tahap persiapan, dalam hal ini dimulai dengan membuat rancangan
pembelajaran, rancangan instrumen, kisi-kisi instrumen dan pertimbangan uji
coba instrumen.
2. Tahap pelaksanaan, dalam hal ini dimulai dengan mengadakan penelitian
dengan memberikan tes awal sebanyak 5 soal sebelum mengadakan atau
memberikan pembelajaran yaitu dengan metode demonstrasi untuk kelas
eksperimen dan tidak dengan metode demonstrasi untuk kelas kontrol. Pada
akhir pembelajaran diberikan tes akhir (postes) untuk hasil belajar juga
sebanyak 5 soal baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
3. Tahap analisa data, meliputi pengumpulan atau penskoran, analisis dan
menarik kesimpulan.
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian
Penelitian dilaksanakan dari tanggal 17 Maret 2010 sampai dengan 04
April 2010 di SMP Negeri 9 Lubuklinggau. Adapun populasi dalam penelitian ini
adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Lubuklinggau, yang berjumlah 223 siswa.
Yang terdiri dari enam kelas dan untuk sample penelitian ini, peneliti mengambil
secara acak dari 6 kelas yang ada dan dari hasil pengundian diperoleh sampel
terpilih kelas VIIIF dan VIIIE yang berjumlah 80 siswa. Yang terdiri atas kelas
eksperimen dalam hal ini kelas VIIIF dengan jumlah 40 siswa dan kelas kontrol
yaitu kelas VIIIE dengan jumlah siswa 40 siswa.
Dalam penelitian ini, peneliti mendapat data dengan menggunakan metode
tes yaitu tes tertulis. Tes tertulis tersebut diberikan kepada kedua kelas sample,
yang dilakukan sebelum dan sesudah penelitian. Dimana kelas eksperimen
diberikan pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi dan kelas
kontrol diberikan pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah.
1. Kemampuan Awal Siswa
Kemampuan awal siswa sebelum mengikuti pembelajaran materi pokok
getaran adalah merupakan kemampaun yang dimiliki oleh siswa sebelum
mengikuti pembelajaran yang akan diberikan. Kemampaun awal tersebut
mengambarkan kesiapan siswa dalam menerima yang akan disampaikan oleh
guru. Tes awal (pre-test) ini dilakukan pada pertemuan pertama yaitu diikuti oleh
40 siswa pada kelas eksperimen dan 40 siswa pada kelas kontrol. Pelaksanaan tes
awal (pre-test) bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa terhadap
penguasaan materi getaran masing-masing kelas, sebelum dilakukan
pembelajaran. Dari hasil perhitungan, data hasil belajar siswa kelas eksperimen
dan kelas kontrol terdapat pada lampiran dan dinyatakan pada tabel 4.1 dan 4.2
Tabel 4.1. Tabel distribusi Frekuensi Nilai Pre-test kelas eksperimen
Kelas Interval
10-17 4 13,5 54 -27 729 2916
18-25 2 21,5 43 -19 361 722
26-33 8 29,5 236 -11 121 968
34-41 8 37,5 300 -3 9 72
42-49 6 45,5 273 5 25 150
50-57 5 53,5 267,5 13 169 845
58-65 7 61,5 430,5 21 441 887
Jumlah 1604 6520
Tabel 4.2. Tabel distribusi Frekuensi Nilai Pre-test kelas kontrol
Kelas Interval
10-17 5 13,5 67,5 -26 676 3380
18-25 3 21,5 64,5 -18 324 972
26-33 5 29,5 147,5 -10 100 500
34-41 6 37,5 225 -2 4 24
42-49 7 45,5 318,5 6 36 252
50-57 8 53,5 428 -6 36 288
58-65 6 61,5 309 12 144 864
Jumlah 1560 6280
Grafik hubungan antara nilai pre-test kelas eksperimen dengan nilai pre-
test kelas kontrol terlihat pada grafik di bawah ini:
Nilai rata-rata
40,5
39,5 Simpangan baku 12,69 12,93Keterangan:
= Kelas Eksperimen
= Kelas Kontrol
Berdasarkan tabel dan grafik di atas, bahwa tes awal kelas eksperimen dan
kelas kontrol dapat diketahui nilai rata-rata dan simpangan bakunya, untuk kelas
VIIIF sebagai kelas eksperimen, yang pembelajarannya menggunakan metode
demonstrasi yaitu 40,5 dan 12,93. Sedangkan nilai rata-rata dan simpangan baku
untuk kelas VIIIE sebagai kelas kontrol, yang pembelajarannya menggunakan
metode ceramah yaitu 39,5 dan 12,69. Untuk data selengkapnya ada pada
lampiran.
2. Kemampaun Akhir Siswa
Kemampauan akhir siswa dalam penguasaan materi getaran, merupakan
hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Kemampuan akhir
diperoleh melalui tes akhir, pelaksanaan tes akhir dimaksud untuk mengetahui
hasil belajar siswa setelah mengikuti proses belajar-mengajar pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Dari perhitungan, data hasil belajar siswa pada
kelas eksperimen dan kontrol terdapat pada lampiran dan dinyatakan pada tabel
4.3 dan 4.4 distribusi frekuensi berikut ini:
Tabel 4.3. Tabel distribusi Frekuensi Nilai Post-test kelas eksperimen
Kelas Interval
54-59 5 56,5 282,5 -18,5 342,25 1711,25
60-65 8 62,5 500 -12,5 156,25 1250
66-71 4 68,5 274 -6,5 42,25 169
72-77 3 74,5 223,5 -0,5 0,25 0,75
78-83 10 80,5 805 5,5 30,25 302,5
84-89 3 86,5 259,5 11,5 132,25 396,75
90-95 7 92,5 647,5 17,5 306,25 2143,75
Jumlah 2992 5974
Tabel 4.4. Tabel distribusi Frekuensi Nilai Post-test kelas kontrol
Kelas Interval
54-59 6 56,5 339 13,5 182,25 1093,5
60-65 10 62,5 625 7,5 56,25 562,5
66-71 8 68,5 548 1,5 2,25 18
72-77 7 74,5 521,5 4,5 20,25 141,75
78-83 4 80,5 322 10,5 110,25 441
84-89 3 86,5 259,5 16,5 272,25 816,75
90-95 2 92,5 185 22,5 506,25 1012,5
Jumlah 2802 4086
Grafik hubungan antara nilai Post-test kelas eksperimen dengan nilai post-
test kelas kontrol terlihat pada grafik di bawah ini:
Nilai rata-rata
75,0
70,1 10,24 12,38 Simpangan bakuKeterangan:
= Kelas Eksperimen
= Kelas Kontrol
Berdasarkan tabel dan grafik di atas, bahwa tes akhir kelas eksperimen dan
kelas kontrol dapat diketahui nilai rata-rata dan simpangan bakunya, untuk kelas
VIIIF sebagai kelas eksperimen, yang pembelajarannya menggunakan metode
demonstrasi yaitu 75,0 dan 12,38. Sedangkan nilai rata-rata dan simpangan baku
untuk kelas VIIIE sebagai kelas kontrol, yang pembelajarannya menggunakan
metode ceramah yaitu 70,1 dan 10,24. Untuk data selengkapnya ada pada
lampiran.Berdasarkan analisis tabel dan grafik diatas, skor tes akhir menunjukkan
bahwa skor rata-rata siswa kelas eksperimen juga lebih tinggi dibandingkan
dengan skor rata-rata kelas kontrol.
B. Pengujian Hipotesis
Untuk dapat menarik kesimpulan dari data post-test maka dilakukan
pengujian hipotesis secara statistik. Adapun yang menjadi hipotesis dalam
penelitian ini adalah “Ada pengaruh metode pembelajaran demonstrasi terhadap
hasil belajar fisika siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Lubuklinggau”. Sebelum
pengujian dilakukan terlebih dahulu diadakan uji normalitas dan uji homogenitas
varians dari data tersebut.
1. Uji Normalitas
Sebelum analisis statistik dilakukan, perlu dilakukan pemeriksaan
keabsahan sampel yang digunakan, yaitu dengan cara menguji data penelitian
dengan pengujian normalitas dan homogenitas sampel. Hal ini dimaksudkan agar
hasil uji statistik dapat diterima keabsahannya. Berdasarkan ketentuan perhitungan
statistik mengenai uji normalitas data dengan taraf kepercayaan α = 0,05 jika
< maka data berdistribusi normal.
Hasil uji normalitas data tes awal dan tes akhir untuk kedua kelompok
dapat dilihat pada 4.5.
Tabel 4.5. Hasil Uji Normalitas Skor Tes Awal dan Tes Akhir
N0 dk Kesimpulan
1Kelas Eksperimen1.Tes Awal2. Tes Akhir
9,8079,497
66
12,612,6
NormalNormal
2
Kelas Kontrol1.Tes Awal2. Tes Akhir
11,2044,32
66
12,612,6
NormalNormal
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa nilai data tes awal
maupun akhir untuk kelas eksperimen dan control lebih kecil dari pada (
< ). Karena < maka data tersebut dapat
dikatakan/disimpulkan berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas ini bertujuan untuk melihat apakah data pre-test dan pos-
test pada kedua kelas sample mempunyai varians yang homogen atau tidak.
Sample yang diambil dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Yang berasal dari
satu populasi siswa SMP Negeri 9 Lubuklinggau pada pelajaran fisika.
Untuk menguji homogenitas, digunakan statistik uji- F dengan rumus:
F = =
a. Untuk tes awal ( kelas eksperimen dan kelas kontrol )
a) Data : S1 = 12,93 dan S2 = 12,69
S1 = simpangan baku kelas eksperimen
S2 = simpangan baku kelas kontrol
b) Hipotesis yang akan diuji
Ho = Hipotesis pembanding, kedua varians sama/homogen
Ha = Hipotesis kerja, kedua tidak sama/ tidak homogen
c) Nilai Fhitung
F = = = = 1,04
d) Nilai Ftabel
Nilai Ftabel dengan derajat kebebasan dk = 40 - 1 =39, dk = 40 - 1 = 39 dan α
= 0,05. nilai F dengan dk = (39,39) tersebut tidak terdapat di dalam tabel,
maka nilai Ftabel ditentukan dengan harga F yang lain yang ber dk = (39,39).
Jadi nilai Ftabel (0,05) (39,39) = 1,69
e) Uji Hipotesis
Fhitung =1,04 dan Ftabel =1,69 karena Fhitung < Ftabel maka Ho diterima. Dengan
demikian kedua varians skor tes awal (kelas eksperimen dan kelas kontrol)
adalah homogen.
b. Untuk tes akhir ( kelas eksperimen dan kelas kontrol
a) Data : S1 = 12,38 dan S2 = 10,24
S1 = simpangan baku kelas eksperimen
S2 = simpangan baku kelas kontrol
b) Hipotesis yang akan diuji
Ho = Hipotesis pembanding, kedua varians sama/homogen
Ha = Hipotesis kerja, kedua tidak sama/ tidak homogen
c) Nilai Fhitung
F = = = = 1,46
d) Nilai Ftabel
Nilai Ftabel dengan derajat kebebasan dk = 40 - 1 =39, dk = 40 - 1 = 39 dan α
= 0,05. nilai F dengan dk = (39,39) tersebut tidak terdapat di dalam tabel,
maka nilai Ftabel ditentukan dengan harga F yang lain yang ber dk = (39,39).
Jadi nilai Ftabel (0,05) (39,39) = 1,69
e) Uji Hipotesis
Fhitung =1,46 dan Ftabel = 1,69 karena Fhitung < Ftabel maka Ho diterima. Dengan
demikian kedua varians skor tes akhir (kelas eksperimen dan kelas kontrol)
adalah homogen.
Hasil uji homogenitas varians tes awal dan tes akhir pada α = 0,05 dapat di
lihat pada tabel 4.6
Tabel 4.6Uji Homogenitas Skor Tes Awal dan Akhir
Kegiatan Fhitung Dk Ftabel KeteranganTes Awal 1,04 (39;39) 1,69 HomogenTes Akhir 1,46 (39;39) 1,69 Homogen
Berdasarkan perhitungan dan tabel 4.6 menunjukkan bahwa varians kedua
kelompok yang dibandingkan pada tes awal dan tes akhir adalah homogen, karena
Fhitung < Ftabel . pada taraf kepercayaan α = 0,05.
1. Uji Kesamaan Dua Rata-rata
Setalah diketahui bahwa pada tes awal dan akhir berada pada sebaran
normal dan homogen. Dengan demikian pada uji kesamaan dua rata-rata antara
kelas eksperimen dan kontrol untuk data tes awal dan tes akhir dapat
menggunakan uji kesamaan dua rata-rata hipotesis yang akan diuji adalah:
Ho = Pembanding, rata-rata skor kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama
Ha = Hipotesis, rata-rata skor kelas eksperimen lebih besar dari rata-rata skor
kelas kontrol.
a. Uji kesamaan dua rata-rata skor tes awal
1 Data :
= 40,1 S1 = 12,93 n1 = 40
= 39,0 S1 = 12,69 n1 = 40
Indeks 1 untuk kelas eksperimen dan indeks 2 untuk kelas kontrol.
2 Nilai thitung
Kedua kelompok data adalah berdistribusi normal dan homogen, maka
menggunakan uji-t dengan rumus:
t = dengan: S² =
Terlebih dahulu dicari simpangan baku gabungan kedua kelompok, yaitu:
S² =
S² =
S² =
S² =
S² =
S² =
S² = 12,81
Setelah didapat nilai simpangan bakunya, maka dicari nilai thitung dengan
menggunakan uji-t dengan rumus:
t =
t =
t =
t =
t =
t = 0,39
3. Nilai ttabel
Nilai ttabel dengan derajat kebebasan dk = n1 + n2 – 2 = 40 + 40 - 2 = 78
dan α = 0,05. Nilai ttabel dengan dk 78 tidak terdapat dalam tabel, maka
nilai ttabel ditentukan dengan menggunakan harga t yang lain ber-dk = 120.
jadi nilai ttabel = t0,975(120) = 1,98
4. Uji Hipotesis
thitung = 0,39 dan ttabel = 1,98 karena thitung < ttabel¸ maka Ho diterima. Dengan
demikian kedua rata-rata skor tes awal (kelas eksperimen dan kelas
kontrol) adalah sama.
Berdasarkan hasil perhitungan sebelum diperoleh thitung = 0,39. derajat
kebebasan dk = n1 + n2 – 2 = 78 dan α = 0,05, maka nilai ttabel = t(1-α) = t(0,95) =1,98.
Dari hasil terdebut maka terima Ho karena thitung < ttabel dengan demikian rata-rata
kelas eksperimen dan rata-rata kelas kontrol adalah sama.
b. Uji kesamaan dua rata-rata skor tes akhir
1. Data :
= 75,0 S1 = 12,38 n1 = 40
= 70,1 S1 = 10,24 n1 = 40
Indeks 1 untuk kelas eksperimen dan indeks 2 untuk kelas kontrol.
2. Nilai thitung
Kedua kelompok data adalah berdistribusi normal dan homogen, maka
menggunakan uji-t dengan rumus:
t = dengan: S² =
Terlebih dahulu dicari simpangan baku gabungan kedua kelompok, yaitu:
S² =
S² =
S² =
S² =
S² =
S² =
S² = 11,36
Setelah didapat nilai simpangan bakunya, maka dicari nilai thitung dengan
menggunakan uji-t dengan rumus:
t =
t =
t =
t =
t = 2,00
3. Nilai ttabel
Nilai ttabel dengan derajat kebebasan dk = n1 + n2 – 2 = 40 + 40 - 2 = 78
dan α = 0,05. Nilai ttabel dengan dk 78 tidak terdapat dalam tabel, maka
nilai ttabel ditentukan dengan menggunakan harga t yang lain ber-dk = 120.
jadi nilai ttabel = t0,975(120) = 1,98
4. Uji Hipotesis
thitung = 2,00 dan ttabel = 1,98 karena thitung > ttabel¸ maka Ho ditolak. Dengan
demikian rata-rata skor kelas eksperimen lebih besar dari pada rata-rata
skor kelas kontrol.
Berdasarkan hasil perhitungan sebelum diperoleh thitung = 2,00. derajat
kebebasan dk = n1 + n2 – 2 = 78 dan α = 0,05, maka nilai ttabel = t(1-α) = t(0,975) =1,98.
Dari hasil terdebut maka tolak Ho karena thitung > ttabel dengan demikian bearti
bahwa rata-rata kelas eksperimen lebih besar dari pada rata-rata kelas kontrol.
Dari uji-t untuk tes awal dan tes akhir diatas dapat dilihat pada tabel 4.7
Tabel 4.7Uji Kesamaan Dua Rata-rata Tes Awal dan Akhir
Kegiatan Fhitung Dk Ftabel Keterangan
Tes Awal 0.39 78 1,98 Thitung < Ttabel Ho diterima
Tes Akhir 2,00 78 1,98 Thitung> Ttabel Ho ditolak
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap sampel yang
berjumlah 80 siswa yang terdiri dari kelas VIIIF berjumlah 40 siswa dan kelas
VIIIE berjumlah 40 siswa. Berdasarkan perhitungan analisis data hasil uji
hipotesis didapat bahwa thitung > ttabel yaitu 2,00 > 1,98 maka Ha diterima. Dengan
demikian hipotesis yang berbunyi:“ Ada pengaruh metode pembelajaran
demonstrasi terhadap hasil belajar fisika siswa kelas VIII SMP Negeri 9
Lubuklinggau”. Adanya perbedaan tersebut ditandai dengan besarnya nilai rata-
rata hasil belajar siswa yang menggunakan metode demostrasi adalah 75,0 dan
simpangan bakunya adalah 12,38. Sedangkan nilai rata-rata hasil belajar siswa
yang menggunakan metode ceramah adalah 70,1 dan simpangan bakunya 10,24.
Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar kelas eksperimen lebih meningkat dari
pada kelas kontrol.
Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang menggunakan metode
demonstrasi lebih berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dari pada
pembelajaran yang menggunakan metode ceramah. Dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa nilai yang diperoleh siswa kelas VIIIF yang pembelajarannya
menggunakan metode demonstrasi lebih baik dari siswa kelas VIIIE yang
pembelajarannya menggunakan metode ceramah.
Pada kelas yang mengguanakan metode demonstrasi, dalam pelaksanaanya
terlebih dahulu guru menjelaskan secara singkat materi yang akan dibahas seperti
memberikan contoh-contoh benda yang ada disekitar lingkungan kita yang dapat
melakukan gerataran, contohnya tali gitar yang dipetik, drum yang dipukul, mobil
yang melewati didepan rumah kita dan banyak contoh lain-lainya. dan proses
pembelajarannya menggunakan alat peraga. Pada pertemuan pertama guru
mendemonstrasikan percobaan bandul dan pegas untuk dapat mendefinisikan
pengertian dari getaran dan dapat menyebutkan macam-macam getaran.
Untuk selanjutnya guru mengarahkan dan memberikan penjelasan kepada
siswa hasil demonstrasi tersebut dan guru memberikan beberapa soal untuk
mengetahui sejauh mana siswa tersebut memahami materi yang telah diajarkan.
Siswa menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru serta menanyakan kepada
guru tentang apa yang belum dipahaminya.
Pada kelas yang menggunakan metode ceramah, pada awal pembelajaran
guru menjelaskan materi yang akan diajarkan tanpa menggunakan alat peraga,
selanjutnya dari materi yang disampaikan guru memberikan soal untuk
mengetahui sejauh mana siswa tersebut memahami materi yang telah diberikan.
Peneliti melihat bahwa banyak kekurangan pada kegiatan pembelajaran pada kelas
yang diajarkan dengan metode ceramah karena kurang aktifnya siswa pada saat
berlangsungnya kegiatan proses belajar mengajar. Sedangkan pada kelas yang
menggunakan metode demonstrasi, siswa aktif mengamati demonstrasi yang
diperagakan oleh guru dan perwakilan dari temannya.
Hal ini menunjukkan bahwa sesuai dengan teorinya Djamarah dan
Aswanzain ( 3006:09-91) mengatakan bahwa metode demonstrasi adalah cara
penyajian pelajaran dengan memperagakan atau memperlihatkan kepada siswa
suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik sebenarnya
ataupun tiruan yang sering disertai dengan penjelasan lisan. Jadi metode
demonstrasi ini sangat bermanfaat untuk merangsang keaktifan siswa dalam
proses balajar mengajar karena mampu memfungsikan seluruh panca indera
siswa. dimana pembelajaran menggunakan alat peraga lebih dapat menarik
perhatian siswa dan membuat pembelajaran lebih mudah dipahami, sehingga
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
BAB VSIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap kedua sampel
diketahui nilai rata-rata tes awal dan akhir kelas VIIIF sebagai kelas eksperimen
adalah 40,1dan 75,0. Sedangkan nilai rata-rata tes awal dan akhir kelas VIIIE
sebagai kelas kontrol adalah 39,0 dan 70,1. Dapat diambil kesimpulan bahwa
dengan menggunakan metode demonstrasi dalam pelaksanaan pembelajaran fisika
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Lubuklinggau
Tahun Pelajaran 2009/2010. Sedangkan dengan menggunakan metode ceramah
dalam pelaksanaan pembelajaran fisika kurang meningkatkan hasil belajar siswa.
Hal ini dapat dilihat dari sampel nilai rata-rata tes awal dan akhir siswa yang
menggunakan metode demonstrasi lebih baik dibandingkan dengan metode
ceramah setelah kegiatan pembelajaran.
B. Saran
Adapun saran yang dapat peneliti sampaikan berdasarkan hasil penelitian
yaitu:
1. siswa diharapkan lebih memperhatikan materi yang dijelaskan oleh guru
didepan kelas, agar materi yang diajarkan lebih dipahami dan dimengerti
sehingga termotivasi untuk belajar lebih giat lagi.
2. Guru hendaknya dalam menetapkan metode pembelajaran dapat menggunakan
metode demonstrasi sebagai salah satu alternatif yang dapat membantu
meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Disekolah supaya menyiapkan sarana penunjang dalam mengoptimalkan
penerapan metode demonstrasi dalam proses belajar mengajar agar dapat
mencapai sasaran yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2002. Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
-------------. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Darajdat, Zakiah. 1996. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Douglac C. Giancoli, 2001. FISIKA Edisi kelima jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswanzain. 2006. Srtategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rieka Cipta.
Hartanto dan Satria Reza Widya. 2007. Fisika Mengungkap Fenomena Alam. Klaten: Cempaka Putih.
Khusnah, Nur. 2006. Pengaruh penerapan metode demonstrasi terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika di MAN 2 Lubuklinggau Semester II Tahun Pelajaran 2005/2006. Skripsi STKIP-PGRI Lubuklinggau: Tidak dipublikasikan.
Prasodjo, Budi. 2003. Fisika Teori dan Aplikas. Bogor: Yudhistira
Ramayulis. 2001. Metodologi pengajaran agama islam. Jakarta: Kalam Mulya
Rasyad, Aminuddin. 2002. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama. Jakarta: Bumi Aksara.
Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Suryana, D. Belajar Aktif Fisika. Jakarta: Departemen pendidikan Nasional.
Sudjana, 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sukasno, 2006. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Lubuklinggau: Tidak dipublikasikan.
Suherman dan Sukjaya. 1990. Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika . Bandung: Wijayakusumah.
SOAL TES KEMAMPUAN SISWA
PADA MATERI GETARAN
Mata pelajaran : IPA - FISIKA
Sekolah : SMP Negeri 9 Lubuklinggau
Materi Pokok : Getaran
Waktu : 2 x 40 Menit
A. Petunjuk Mengerjakan Soal
1. Tulis nama dan kelas pada lembar jawaban
2. Bacalah soal dengan teliti sebelum mengerjakan
3. kerjakan soal yang mudah terlebih dahulu
B. Soal
1. Apa yang dimaksud dengan getaran? Berikan contohnya!
2. Apakah yang dimaksud dengan:
a. Periode
b. Frekuensi
3. Sebuah benda melakukan 120 getaran dalam waktu 1 menit. Berapakah
frekuensi dan periodenya?
4. Sebuah titik yang bergetar dengan 240 getaran setiap menit mempunyai
amplitudo 4 cm. Tentukan periode dan frekuensinya?
5. Sebuah pegas yang diberi beban bergetar setelah ditarik ke bawah dari titik
seimbangnya (O). Ternyata, gerakan pegas dari titik seimbang O ke titik
tertinggi A memerlukan waktu 0.5 detik. Berapakah periode dan frekuensi
getaran pegas tersebut?