Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

166
EFEKTIFITAS TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI DI RS. JIWA PROF. HB SA’ANIN PADANGTAHUN 2013 KEPERAWATAN JIWA SKRIPSI Oleh: VIRGO FARESTI 09121368 1

description

fssfsd

Transcript of Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

Page 1: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

EFEKTIFITAS TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASIPERSEPSI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL

HALUSINASI PADA KLIEN DENGAN GANGGUANSENSORI PERSEPSI HALUSINASIDI RS. JIWA PROF. HB SA’ANIN

PADANGTAHUN 2013

KEPERAWATAN JIWA

SKRIPSI

Oleh:

VIRGO FARESTI09121368

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATANSTIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

2013

1

Page 2: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

EFEKTIFITAS TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL

HALUSINASI PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI DI RS. JIWA PROF. HB SA’ANIN

PADANGTAHUN 2013

KEPERAWATAN JIWA

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)dalam Program Studi S 1 Keperawatan STIKes MERCUBAKTIJAYA

Oleh:

VIRGO FARESTI09121368

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATANSTIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

2013

2

Page 3: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

PRODI S1 KEPERAWATANSTIKES MERCUBAKTIJAYA PADANG

Skripsi, Juli 2013

VIRGO FARESTIEfektifitas Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi pada Klien dengan Gangguan Sensori Persepsi Halusinasi Di RSJ Prof. Hb Sa’anin Padang Tahun 2013

ix + 58 Halaman + 3 Tabel + 9 Lampiran

ABSTRAK

Menurut WHO kejadian halusinasi di Dunia ada 450 juta jiwa, di Indonesia dari 229 juta jiwa diperkirakan 26 juta jiwa mengalami gangguan jiwa halusinasi. Sedangkan di RSJ Prof. HB Sa’anin padang ada 79 orang pasien yang mengalami halusinasi kurang dari satu tahun ini. Tujuan dari peneliti untuk mengetahui efektifitas penggunaan terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi pada klien dengan gangguan halusinasi pada klien di RSJ. Prof. HB. Sa’anin Padang tahun 2013.

Penelitian ini menggunakan quasi eksperimen yang dilakukan pada tanggal 02 juli sampai 06 juli 2013, sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik quota sampling dengan jumlah sampel 14 orang, mengunakan analisa data univariat dan bivariat.

Setelah dilakukan penelitian didapatkan efektifitas pemberian terapi aktifitas kelompok pada klien halusinasi dimana sebelum diberikan terapi frekuensi paling banyak 5x yaitu 5 orang (35,8%), dan setelah diberikan terapi aktiftas kelompok frekuensi paling banyak 4x yaitu 5 orang (35,8%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,000,maka ada perbedaan yang signifikan antara pretest d an postest terapi aktifitas kelompok. Hal ini berarti bahwa probabilitas kurang dari 0,05 sehingga Ha diterima.

Diharapkan perawat dapat mengajarkan pada klien terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi untuk mengurangi frekuensi halusinasi klien, karena terapi aktifitas kelompok stimulasi persespsi dapat mengontrol halusinasi pada klien, meningkatkan kemampuan menguji kenyataan, membentuk sosialisasi.

Daftar Pustaka (2000 – 2013)Kata kunci: Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi

i

Page 4: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

Prodi S1 NURSING STIKES MERCUBAKTIJAYA Padang

Skiripsi, July 2013

VIRGO FARESTI Effectiveness of Group Activity Therapy Stimulation Perception of The Ability to Control Hallucinations in Clients With Impaired Perception Sensory Hallucinations In RSJ Prof. Hb Sa'anin Padang in 2013

ix + 58 Page + 3 table + 9 attachment

ABSTRACT

According to the WHO word hallucination events there are 450 million people, in Indonesian than 229 million people estimated 26 million mentally deranged hallucination. While in the RSJ prof. HB Sa’anin padang there were 79 patiens who experienced hallucination is less than one year. Destination to determine the effectiveness of the use of therapeutic stimulation group activity with impaired perception of the client at the client's hallucinations in the psychiatric hospital. prof. HB. Sa'anin Padang in 2013.

 The research use of quasi-experimental carried out on 02 July until 06 July 2013, the sample in this research using a quota sampling technique with a sample of 14 people,by using analysis of the data univariat and bivariat.

After the research found the effectiveness of group therapy activities on the client before being given a hallucination in which the frequency of therapy is the most widely 5x 5 people (35.8%), and after a given treatment group aktiftas 4x frequency is at most 5 people (35.8%). Statistical test results obtained p value = 0.000, then there is a significant difference between pretest and posttest therapeutic group activities. This means that the probability is less than 0.05 so that Ha is accepted.

Nurses are expected to be taught at the client group activity stimulation therapy to reduce the frequency of hallucinations perception of the client, because persespsi stimulation therapy group activity can control the hallucinations on the client, improving the ability to test reality, forming socialization.

Reading list: (2000 - 2013) Keywords: Perception Stimulation Therapy Group Activities

ii

Page 5: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia

yang dilimpahkan-Nya sehingga penelitian tentang “Efektifitas Terapi Aktivitas

Kelompok Stimulasi Persepsi: Halusinasi Terhadap Kemampuan

Mengontrol Halusinasi Pada Klien Dengan Gangguan Halusinasi di RSJ

Prof. HB. Sa’anin Padang Tahun 2013”.

Dalam penelitian ini peneliti banyak mengalami kesulitan, namun berkat

dorongan semua pihak, skripsi ini dapat peneliti selesaikan, maka pada

kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan ucapan sebagai rasa terima kasih

yang dalam kepada:

1. Ibu Heppi Sasmita, SKp, M.Kep.,Sp.jiwa pembimbing 1 yang telah

mengarahkan dan memberikan masukan dengan penuh perhatian dan

kesabaran sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Ns. Guslinda, M.Kep.Sp.Kep.J sebagai pembimbing 2 yang telah

mengarahkan dan memberikan masukan dengan penuh kesabaran sehingga

peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Pimpinan RSJ Prof. HB Sa’anin Padang yang telah bersedia membrikan

informasi dan member izin peneliti untuk melakukan penelitian sehingga

peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Hj. Elmiyasna K, SKp,mm sebagai ketua STIKes MERCUBAKTIJAYA

padang.

5. Bapak H. Muslim, SKM sebagai ketua yayasan STIKes

MERCUBAKTIJAYA Padang.

iii

Page 6: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

6. Ibu Etri Yanti, SKp, M. Biomed Ketua Prodi S1 Keperawatan STIKes

MERCUBAKTIJAYA Padang.

7. Staf dosen dan Administrasi STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang yang

membantu dalam kelancaran skripsi ini.

8. Teristimewa kepada kedua orang tua, kakak-kakak, adik serta orang yang

menyayangiku, terima kasih atas dukungan, nasehat, pengorbanan, do’a dan

harapan yang selalu menjadi semangat disetiap langkah.

9. Teman-teman seperjuangan angkatan 2009 Program A yang telah memberikan

dukungan dan masukan serta kebersamaan yang telah kita jalani bersama

selama ini.

Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini banyak kekurangan, untuk

itu peneliti mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun dari

semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata kepada-Nya jualah penulis berserah diri dengan harapan

semoga Skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Padang, Juli 2013

Penulis,

iv

Page 7: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

DAFTAR ISI

ABSTRAK....................................................................................................... i

KATA PENGANTAR.................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL........................................................................................... vi

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................... 8

C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 8

D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Halusinasi ....................................................................................... 10

1. Pengertian ................................................................................ 10

2. Etiologi ..................................................................................... 11

3. Rentangan Respon ................................................................... 15

4. Proses terjadinya halusinasi ..................................................... 16

5. Jenis-jenis Halusinasi ............................................................... 20

6. Perilaku .................................................................................... 21

7. Kemampuan mengontrol halusinasi ......................................... 24

8. Penilaian Kemampuan Klien Dengan Mengenal Masalah Halusinasi ................................................................................. 27

9. Tanda dan Gejala Halusinasi.................................................... 27

B. Terapi Aktivitas Kelompok ........................................................... 28

1. Pengertian ................................................................................ 28

2. Tujuan Terapi Kelompok ......................................................... 29

v

Page 8: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

3. Komponen Terapi Aktivitas kelompok (TAK) ........................ 30

4. Jenis-jenis Terapi Aktivitas Kelompok .................................... 31

C. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi: halusinasi .............. 33

1. Pengertian ................................................................................ 33

2. Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi: Halusinasi ................................................................................. 33

3. Kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok stimulasi persepsi: Halusinasi ................................................................................. 33

BAB III KERANGKA PENELITIAN

A. Kerangka Teori .............................................................................. 35

B. Kerangka Konsep ........................................................................... 36

C. Hipotesis Penelitian ........................................................................ 37

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ............................................................................ 38

B. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................ 38

C. Populasi dan Sampel ...................................................................... 38

D. Variabel dan Defenisi Operasional ................................................ 39

E. Instrumen Penelitian ...................................................................... 45

F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 45

G. Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data .................................... 46

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Analisa Univariat............................................................................ 48

1. Gambaran Respon Klien Sebelum Melakukan Terapi Aktivitas Kelompok ................................................................. 48

2. Gambaran Respon Klien Sebelum Melakukan Terapi Aktivitas Kelompok ................................................................. 49

B. Analisa Bivariat .............................................................................. 50

vi

Page 9: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

BAB VI PEMBAHASAN

A. Gambaran Respon Klien Sebelum Melakukan Terapi Aktivitas Kelompok ...................................................................................... 51

B. Gambaran Respon Klien Sebelum Melakukan Terapi Aktivitas Kelompok ...................................................................................... 52

C. Efektivitas Pemberian Terapi Aktivitas Kelompok ....................... 53

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .................................................................................... 56

B. Saran ............................................................................................... 56

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vii

Page 10: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Diketahui kemampuan mengontrol halusinasi sebelum di berikan terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi pada klien dengan gangguan halusinasi di RSJ. Prof. HB. Sa’anin Padang tahun 2013 ............................................................................................... 48

Tabel 5.2 Diketahui kemampuan mengontrol halusinasi sesudah di berikan terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi pada klien dengan gangguan halusinasis di RSJ. Prof. HB. Sa’anin Padang tahun 2013 ............................................................................................... 49

Tabel 5.3 Diketahui efektifitas penggunaan terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi terhadap kemampuan mengontrol halusinasi pada klien dengan gangguan sensori persepsi halusinasi di RSJ. Prof. HB. Sa’anin Padang tahun 2013 .......................................... 50

viii

Page 11: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Jadwal Kegiatan Skripsi

Lampiran 2: Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 3: Format Persetujuan Responden

Lampiran 4: Format Wawancara

Lampiran 5: Izin Pengambilan Data

Lampiran 6: Master Tabel

Lampiran 7: Modul Terapi Aktivitas Kelompok

Lampiran 8: Tabel Frekuensi

Lampiran 9: Dokumentasi Penelitian

ix

Page 12: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut WHO, kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif

yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang

mencerminkan kedewasaan kepribadiannya (Herman, 2011). Kesehatan jiwa

adalah suatu kondisi sehat emosional, psikologis, dan sosial yang terlihat dari

hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif,

konsep ini yang positif, dan kestabilan emosional (Videbeck, 2008). Dari

beberapa pendapat ahli di atas penulis dapat menyimpulkan kesehatan jiwa

merupakan suatu kondisi sehat fisik, emosional, psikologis, dan sosial dengan

berbagai karakteristik positif secara optimal yang mencerminkan kedewasaan

kepribadian.

Gangguan jiwa ialah gejala-gejala patologik dominan berasal dari

unsur psike. Hal ini tidak berarti bahwa unsur lain tidak terganggu. Sekali lagi,

yang menderita adalah manusia seutuhnya dan bukan hanya badannya,

jiwanya atau lingkungannya (Yosep, 2011). Gangguan jiwa adalah adanya

gangguan pada fungsi kejiwaan. Fungsi kejiwaan adalah proses fikir, emosi,

kemauan dan perilaku psikomotorik termasuk bicara (Hawari, 2001). Dari

beberapa pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa gangguan jiwa merupakan

gangguan patologik dominan dari unsur psike terhadap manusia seutuhnya

yang akan mengganggu fungsi kejiwaan meliputi perubah proses fikir, emosi,

kemauan dan perilaku psikomotik termasuk bicara.

1

Page 13: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

WHO (2001) menyatakan, paling tidak ada satu dari empat orang di

dunia mengalami masalah mental. Sedangkan menurut Prof. Dr. Azrul

Azwar, Dirjen Pembinaan Kesehatan Masyarakat (Binkesmas) Depertemen

Kesehatan dan World Healt Organization (WHO, 2008), memperkirakan tidak

kurang dari 450 juta penderita gangguan jiwa ditemukan di dunia. Bahkan

berdasarkan data Studi World Bank di beberapa negara menunjukkan 8,1%

dari kesehatan global masyarakat, dan masalah gangguan kesehatan jiwa yang

menunjukkan dampak lebih besar dibandingkan dengan masalah kesehatan

yang lainnya.

Hasil penelitian menyatakan 15 persen dari populasi penduduk di

Indonesia terdeteksi mengalami gangguan kesehatan jiwa atau sekitar

34.350.000 jiwa dan persentase itu juga berlaku di semua daerah, kata Gerald,

(dalam symposium dan workshop tentang deteksi dini gangguan jiwa khusus

para dokter, 2004). Diperkirakan jumlah penduduk Indonesia berjumlah 229

juta jiwa. Data yang dikeluarkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada

tahun 2006 menyebutkan bahwa diperkirakan 26 juta penduduk Indonesia

mengalami gangguan kejiwaan, dari tingkat ringan hingga berat.

Salah satu gangguan jiwa yang merupakan permasalahan kesehatan di

seluruh dunia adalah skizofrenia. Angka kejadian skizofrenia di dunia 0,1

permil tanpa memandang perbedaan status sosial budaya (Varcarolis dan

Halter 2010). Tahun 2009 berdasarkan data dari 33 rumah sakit jiwa di

Indonesia menyebutkan bahwa penderita gangguan jiwa berat mencapai 2,5

juta orang (Waspada Online 2010). Skizofrenia adalah suatu bentuk psikosa

2

Page 14: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

fungsional dengan gangguan utama pada proses pikir serta disharmoni

(keretakan, perpecahan) antara proses pikir, afek/ emosi, kemauan dan

psikomotor disertai distorsi kenyataan, terutama karena waham dan halusinasi;

asosiasi terbagi-bagi sehingga timbul inkoherensi (Herman, 2011).

Menurut Yosep (2011), gejala positif dan negatif skizofrenia adalah:

gejala positif yaitu halusinasi selalu terjadi saat rangsangan terlalu kuat dan

otak tidak mampu menginterprestasikan respons atau pesan yang datang,

sedangkan gejala negatif yaitu klien skizofrenia kehilangan motivasi dan

apatis berarti kehilangan energi dan minat dalam hidup yang membuat klien

menjadi orang malas.

Halusinasi adalah salah satu gangguan jiwa dimana pasien mengalami

perubahan sensori persepsi: merasakan sensori palsu berupa suara,

penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan (Herman, 2011).

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai

dengan perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu berupa suara,

penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan. Pasien merasakan

stimulus yang sebenarnya tidak ada (Keliat, 2009). Penulis dapat

menyimpulkan bahwa haulsinasi adalah salah satu gangguan jiwa yang

ditandai dengan perubahan sensori persepsi berupa suara, peglihatan,

pengecapan, perabaan, dan penghiduan.

Departemen Kesehatan menyebutkan jumlah penderita gangguan jiwa

berat sebesar 2,5 juta jiwa, yang diambil dari data RSJ se-Indonesia. Untuk

propinsi Sulawesi Selatan sendiri, jumlah pasien gangguan jiwa khususnya

3

Page 15: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

yang mengalami gangguan halusinasi selama tiga tahun terakhir adalah 14.229

orang. Terbukti pada tahun 2005 terdapat sekitar 400 orang penderita

gangguan jiwa, 2006 naik menjadi 563, dan tahun 2007 bertambah lagi

menjadi 592 orang.

Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat angka kunjungan

gangguan jiwa di wilayah Provinsi Sumatera Barat, Puskesmas yang ada di

wilayah kota Padang menempati urutan pertama yakni sebanyak 9.077 orang.

Untuk urutan kedua Puskesmas yang ada di wilayah Pesisir Selatan sebanyak

8.212 orang. Urutan ketiga Puskesmas yang ada di wilayah 50 Kota sebanyak

5.630 orang, rata-rata 30% halusinasi.

RSJ. Prof. Dr. HB Sa’anin Padang adalah salah satu rumah sakit jiwa

yang ada di kota Padang, Rumah Sakit ini merupakan Rumah Sakit UPTD

Pemerintah Daerah Propinsi Sumatera Barat Kelas A dengan kapasitas 200

Tempat Tidur. Pada survei awal yang peneliti lakukan di RS jiwa Prof. Dr. HB

Sa’anin Padang pada tanggal 29 januari 2013 di ruang inap kurang dari satu

tahun, yang dirawat pada bulan oktober, November dan desember 79 pasien.

Ruang melati ada 14 orang, ruang cendrawasih 39 orang, ruang flamboyant 8

orang, merpati 12 orang pasien dengan gangguan halusinasi.

Menurut Yosep (2011), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah

terdiri dari faktor predisposisi dan faktor presipitasi. Faktor predisposisi terdiri

dari faktor perkembangan, faktor sosio kultural, faktor biokimia, faktor

psikologis, faktor genetik dan pola asuh, sedangkan faktor presipitasi dari

halusinasi berupa perilaku.

4

Page 16: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

Menurut Yosep (2009), dampak dari pasien yang mengalami halusinasi

dapat kehilangan kontrol dirinya sehingga bisa membahayakan diri sendiri,

orang lain maupun merusak lingkungan (risiko mencederai diri, orang lain dan

lingkungan). Hal ini terjadi jika halusinasi sudah sampai fase ke IV dan ke

V,di mana klien cenderung mengikuti petunjuk sesuai isi halusinasi, kesulitan

berhubungan dengan orang lain, perilaku menyerang,, risiko bunuh diri dan

membunuh, kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi (amuk, agitasi,

menarik diri), tidak mampu merespons terhadap petunjuk yang komplek dan

lebih dari satu orang (Trimelia, 2011). Dalam kondisi seperti ini, harus

dilakukan intervensi terhadap pasien untuk mengubah perilaku maladaptif

menjadi perilaku adaptif, yang dilakukan baik dsecara individu terhadap

pasien halusinasi dengan melakukan strategi pelaksana (SP) dan secara

kelompok dengan menggunakan terapi aktivitas kelompok (TAK).

Penggunaan terapi aktifitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi dalam

praktek keperawatan jiwa memberikan dampak positif dalam upaya

pencegahan, pengobatan, atau terapi serta pemulihan kesehatan jiwa

seseorang. Meningkatnya penggunaan terapi modalitas merupakan bagian dan

memberikan hasil yang positif terhadap perilaku pasien. Proses TAK stimulus

persepsi adalah merangsang atau menstimulasikan klien melalui kegiatan yang

disukainya dan mendiskusikan aktivitas yang telah dilakukan yang untuk

mencegah pencerapan panca indra tanpa ada rangsang dari luar dan bertujuan

membantu anggotanya berhubungan dengan orang lain serta mengubah

perilaku yang destruktif dan maladaptive dengan aktivitas mengenal

5

Page 17: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

halusinasi, menghardik halusinasi, melakukan kegiatan terjadwal, bercakap-

cakap, patuh minum obat. Dengan aktivitas yang telah dilakukan tersebut

sehingga klien mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang

diakibatkan oleh paparan stimulus kepadanya, serta klien dapat

mempersepsikan stimulus yang dipaparkan kepadanya dengan tepat, klien

dapat menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang dialami

sehingga bila klien mampu mengontrol maka frekuensi halusinasinya akan

menurun (Keliat,2005).

Tujuan terapi kelompok mempunyai tujuan theraupeutic dan

rehalibitasi. Tujuan umumnya yaitu: meningkatkan kemampuan menguji

kenyataan, membentuk sosialisasi, meningkatkan fungsi psikologis,

membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis seperti

kognitif dan afektif. Tujuan khusus yaitu: melatih pemahaman identitas diri,

penyaluran emosi, meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk

diterapkan sehari-hari, bersifat rehabilitative (Yosep, 2011).

Terapi aktivitas kelompok terbagi empat yaitu: terapi aktivitas

kelompok stimulasi kognitif/ persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi

sensori, terapi aktivitas kelompok orientasi realita dan terapi aktivitas

kelompok sosialisasi (Keliat, 2004).

Terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi: halusinasi ada beberapa

sesi yaitu: mengenal halusinasi, mengontrol halusinasi dengan menghardik

halusinasi, mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan, mengontrol

halusinasi dengan cara bercakap-cakap, mengontrol halusinasi dengan patuh

minum obat (Keliat, 2004).

6

Page 18: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

Hasil penelitian Simon T. M tahun 2004 di RSJ Radjiman

Widyoningrat Lawang di dapatkan perubahan yang signifikan terhadap

kemampuan mengenal realita pada pasien halusinasi yang diberikan TAK

stimulasi persepsi halusinasi. berdasarkan penelitian Sitohang L. G tahun 2010

di RSJ Provinsi Sumatera Utara Medan didapatkan penagruh yang signifikan

pelaksanaan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi halusinasi terhadap

kemampuan pasien mengontrol halusinasi.

RSJ Prof HB Saanin Padang telah melaksanakan Terapi Aktivitas

Kelompok Sejak tahun 2008 seiring dengan dibentuknya ruang MPKP.

Berdasarkan survei penulis di RSJiwa Prof HB Saanin Padang Terapi

Aktivitas Kelompok sudah dilaksanakan Diseluruh ruang rawat inap, termasuk

Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Halusinasi. Terapi Aktivitas

Kelompok Stimulasi Persepsi: halusinasi telah dilaksanakan berurutan dari

sesi 1 sampai sesi 5 dan diberikan kepada klien dengan permasalahan yang

Sama yaitu halusinasi hasilnya sangat berpengaruh yaitu frekunsi halusinasi

klien berkurang.

Berdasarkan masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti

tentang terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi terhadap kemampuan

mengontrol halusinasi pada klien dengan gangguan sensori persepsi halusinasi

RSJ. Prof. HB. Sa’anin Padang tahun 2013.

7

Page 19: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas rumusan dari

penelitian ini adalah apakah ”Efektifitas Penggunaan Terapi Aktifitas

Kelompok Stimulasi Persepsi Terhadap Kemampuan Mengontrol

Halusinasi Pada Klien Dengan Gangguan Sensori Persepsi Halusinasi di

RSJ. Prof. HB. Sa’anin Padang tahun 2013”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui efektifitas penggunaan terapi aktifitas kelompok

stimulasi persepsi pada klien dengan gangguan halusinasi pada klien di

RSJ. Prof. HB. Sa’anin Padang tahun 2013.

2. Tujuan khusus

a. Diketahui kemampuan mengontrol halusinasi sebelum di berikan terapi

aktifitas kelompok stimulasi persepsi pada klien dengan gangguan

halusinasi di RSJ. Prof. HB. Sa’anin Padang tahun 2013.

b. Diketahui kemampuan mengontrol halusinasi sesudah di berikan terapi

aktifitas kelompok stimulasi persepsi pada klien dengan gangguan

halusinasis di RSJ. Prof. HB. Sa’anin Padang tahun 2013.

c. Diketahui efektifitas penggunaan terapi aktifitas kelompok stimulasi

persepsi terhadap kemampuan mengontrol halusinasi pada klien

dengan gangguan sensori persepsi halusinasi di RSJ. Prof. HB. Sa’anin

Padang tahun 2013.

8

Page 20: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Klien

Dapat menerapkan terapi aktifitas kelompok stim ulasi persepsi

halusinasi secara teratur dan latihan menggunakan dalam kehidupan

sehari-hari.

2. Bagi Peneliti selanjutnya

Sebagai bahan masukan dan perbandingan untuk melakukan

penelitianyang di peroleh di harapkan dapat di manfaatkan bagi

perkembangan ilmu di bidang kesehatan terutama kesehatan jiwa.

3. Bagi RSJ. Prof. HB. Sa’anin Padang

Sebagai bahan masukkan atau informasi bagi perawat dan

menambahkan pengetahuan mengenai penggunaan terapi aktifitas

kelompok pada perawat yang mengelola institusi rumah sakit tersebut,

agar dapat membangkitkan motivasibagi kemajuan fungsi-fungsi

psikologis klien seperti kognitif dan afektif.

4. Institusi pendidikan

Sebagai bahan masukkan untuk penelitian labih lanjut dalam rangka

pengembang ilmu pengetahuan dan menambah wawasan tentang kajian

kejiwaan khususnya tentang penggunaan terapi aktivitas kelompok

stimulasi persepsi halusinasi.

9

Page 21: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Halusinasi

1. Pengertian

Halusinasi adalah salah satu gangguan jiwa di mana pasien

mengalami perubahan sensori persepsi: merasakan sensori palsu berupa

suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan (Herman,

2011).

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu

yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu

berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan. Pasien

merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada. (Keliat, 2009)

Menurut Varcarolis (2006), halusinasi dapat didefenisikan sebagai

terganggunya persepsi sensori seseorang, di mana tidak terdapat stimulus.

Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa

stimulus yang nyata, artinya klien menginterpretasikan sesuatu yang nyata

tanpa stimulus/ rangsangan dari luar. Halusinasi merupakan distorsi

persepsi yang muncul dari berbagai indera (Stuart & Laraia, 2005).

Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada

panca indera seorang pasien dalam keadaan sadar/ bangun, dasarnya

mungkin organik, fungsional, psikotik ataupun histerik (Maramis, 2000).

10

Page 22: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

2. Etiologi

Menurut Yosep (2009) faktor penyebab terjadinya halusinasi

adalah:

a. Faktor Predisposisi

1) Faktor Perkembangan

Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya

rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga yang menyebabkan

klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang

percaya diri dan lebih rentan terhadap stress.

2) Faktor Sosiokultural

Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak

bayi (unwanted child) akan merasa disingkirkan, kesepian, dan

tidak percaya pada lingkungannya.

3) Faktor biokimia

Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa.

Adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka didalam

tubuh akan dihasilkan zat yang dapat bersifat halusinogenik

neurokimia seperti buffofenon dan dimetytranferase (DMP). Akibat

stress berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya

neurotransmitter otak. Misalnya terjadi ketidakseimbangan

acetylcholin dan dopamine.

11

Page 23: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

4) Faktor psikologis

Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab

mudah terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini

berpengaruh pada ketidak mampuan klien dalam mengambil

keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien lebih memilih

kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.

5) Faktor genetik dan pola asuh

Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh

orang tua skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi

menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang

sangat berpengaruh pada penyakit ini.

b. Faktor presipitasi

1) Perilaku

Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga,

ketakutan, perasaan tidak aman, gelisah, dan bingung, perilaku

merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan

serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan tidak nyata.

Menurut Rawlins dan Heacock, 1993 mencoba memecahkan

masalah halusinasi berlandaskan atas hakikat keberadaan seorang

individu sebagai makhluk yang dibangun atas dasar unsure-unsur

bio-psiko-sosio-spiritual sehingga halusinasi dapat dilihat dari lima

dimensi yaitu:

12

Page 24: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

2) Dimensi fisik

Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik

seperti kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam

hingga delirium, intoksikasi alcohol dan kesulitan untuk tidur

dalam waktu yang lama.

3) Dimensi emosional

Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang

tidak dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi

dari halusinasi dapat berupa pemerintah memaksa dan menakutkan.

Klien tidak sanggup lagi menentang peristiwa tersebut hingga

dengan kondisi tersebut klien berbuat sesuatu terhadap kekuatan

tersebut.

4) Dimensi intelektual

Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu

dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi

ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri

untuk melawan implus yang menekan, namun merupakan suatu hal

yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh

perhatian klien dan tak jarang akan mengontol semua prilaku klien.

5) Dimensi sosial

Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal

dan comforting, klien menganggap bahwa hidup bersosialisasi di

13

Page 25: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

alam nyata sangat membahayakan. Klien asyik dengan

halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi

kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang

tidak didapatkan dalam dunia nyata.isi halusinasi dijadikan sistem

kontrol oleh individu tersebut, sehingga jika perintah halusinasi

berupa ancaman, dirinya atau orang lain individu cenderung untuk

itu. Oleh karena, aspek penting dalam melaksanakan intervensi

keperawatan klien dengan mengupayakan suatu proses interaksi

yang menimbulkan pengalaman interpersonal yang memuaskan,

serta mengusahakan klien tidak menyendiri sehingga klien selalu

berinteraksi dengan lingkungannya dan halusinasi tidak

berlangsung.

6) Dimensi spiritual

Secara spiritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan

hidup, rutinitas tidak bermakna, hilangnya aktifitas ibadah dan

jarang berupaya secara spiritual untuk menyucikan diri. Irama

sirkardiannya terganggu, karena ia sering tidur larut malam dan

bangun saat siang. Saat terbangun merasa hampa dan tidak jelas

tujuan hidupnya. Ia sering memaki takdir tetapi lemah dalam upaya

menjemput rejeki, menyalahkan lingkungan dan oorang lain yang

menyebabkan takdirnya memburuk.

14

Page 26: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

3. Rentang Respon

Menurut Trimelia (2011), Respons neurobiologis merupakan

berbagai respons perilaku klien yang terkait dengan fungsi otak. Gangguan

respons biologis ditandai dengan gangguan sensori persepsi halusinasi.

Gangguan respons neurobiologist yang maladaptif terjadi karena adanya:

a. Lesi pada area frontal, temporal dan limbik sehingga mengakibat kan

terjadinya gangguan pada otak dalam memproses informasi.

b. Ketidakmampuan otak untuk menyeleksi stimulus.

c. Ketidakseimbangan anatara dopamine dan neurotrasmiter lainnya.

Respons neurobiologist individu dapat diidentifikasikan sepanjang

rentang respons adaptif sampai malaadaptif, menurut stuart dan laraia,

1998 adalah sebagai berikut:

Respon adaptif Respon maladaptif

Pikiran logis Persepsi akurat Emosi konsisten

dengan pengalaman

Perilaku sesuai Hubungan sosial

harmonis

Pikiran kadang menyimpang

Ilusi Reaksi

emosional berlebih/ berkurang

Perilaku ganjil Menarik diri

Gangguan proses pikir/delusi/waham

Ketidakmampuan untuk mengalami emosi

Ketidakteraturan Isolasi sosial Halusinasi

15

Page 27: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

Respon maladaptif:

a. Perubahan proses fikir adalah waham/delusi adalah suatu bentuk

kelainan pikiran (adanya ide-ide/ keyakinan yang salah).

b. Halusinasi adalah persepsi yang salah meskipun tidak ada stimulus

tetapi klien merasakannya.

c. Ketidakmampuan untuk mengalami emosi adalah terjadi karena klien

berusaha membuat jarak dengan perasaan tertentu, kalau tidak, hal ini

akan menimbulkan kecemasan.

d. Perilaku tidak terorganisir/ketidakteraturan adalah respons

neurobilogis yang mengakibatkan terganggunya fungsi-fungsi utama

dari system syaraf pusat, sehingga tidak ada koordinasi antara isi

pikiran, perasaan dan tingkah laku (kataton, meringis,

stereotipik,avolisi).

e. Isolasi sosial adalah ketidakmampuan untuk menjalin hubungan, kerja

sama dan saling tergantung dengan orang lain.

4. Proses terjadinya halusinasi

a. Tahap I (sleep disorder)

Fase awal individu sebelum muncul halusinasi

Karakteristiknya:

Individu merasa banyak masalah, ingin menghindar dari orang

lingkungan, takut diketahui orang lain bahwa dirinya banyak masalah

dan Maslah klien makin terasa sulit, karena berbagai stressor

terakumulasi (misal: putus cinta, dikhianati kekasih, di PHK, bercerai,

16

Page 28: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

masalah dikampus dan lain-lain) setelah itu Masalah semakin terasa

menekan, support sistem kurang dan persepsi terhadap masalah sangat

buruk. Sulit tidur terus menerus sehingga terbiasa menghayal. Klien

menganggap lamunan-lamunan awal tersebut sebagai upaya

pemecahan masalah.

b. Tahap II (comforting moderate level of anxiety)

Halusinasi bersifat menyenangkan dan secara umum individu terima

sebagai sesuatu yang alami.

Karakteristiknya:

Individu mengalami emosi yang berlanjut, seperti adanya perasaan

cemas, kesepian, perasaan berdosa dan ketakutan. Individu mencoba

untuk memusatkan pemikiran pada timbulnya kecemasan dan pada

penenangan pikiran untuk mengurangi kecemasan tersebut. Individu

beranggapan bahwa pengalaman pikiran dan sensori yang dialaminya

dapat dikontrol atau dikendalikan jika kecemasannya bias diatasi.

(dalam tahap ini ada kecenderungan individu merasa nyaman dengan

hasilnya dan halusinasi bias bersifat semangat) Perilaku yang muncul

adalah menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan

bibirnya tanpa menimbulkan suara, gerakan mata cepat, respon verbal

lamban, diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikkan.

c. Tahap III (condemning severe level of anxiety)

Halusinasi bersifat menyalahgunaan, sering mendatangi individu, dan

secara umum halusinasi menjijikkan

17

Page 29: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

Karakteristiknya:

Pengalaman sensori individu menjadi sering datang dan mengalami

bias. Pengalaman sensori mulai bersifat menjijikkan dan menakutkan.

Mulai merasa kehilangan kendali dan merasa tidak mampu lagi

mengontrolnya. Mulai berusaha untuk menjaga jarak untuk menjaga

jarak antara dirinya dengan objek yang sumber yang dipersepsikan

oleh individu. Individu mungkin merasa malu karena pengalaman

sensorinya tersebut dan menarik diri dari orang lain denagn intensitas

waktu yang lama. Perilaku yang muncul adalah terjadi peningkatan

sistem syaraf otonom yang menunjukkan ansietas atau kecemasan,

seperti: pernafasan meningkat, tekanan darah dan denyut nadi

meningkat, konsentrasi menurun, dipenuhi dengan pengalaman sensori

dan mungkin kehilangan kemampuan untuk membedakan antara

halusinasi dan realita.

d. Tahap IV (controling severe level of anxiety)

Halusinasi bersifat mengendalikan, fungsi sensori menjaditidak

relevan dengan kenyataan dan pengalaman sensori tersebut menjadi

penguasa.

Karakteristiknya:

Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol individu. Klien

mencoba melawan suara-suara atau sensory abnormal yang datang.

Klien menjadi tidak berdaya dan menyerah untuk melawan halusinasi,

18

Page 30: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

sehingga memberikan halusinasi menguasai dirinya. Individu mungkin

akan mengalami kesepian jika pengalaman sensori atau halusinasinya

tersebut berakhir (dari sinilah dimulai fase gangguan psikotik).

Perilaku yang muncul: cenderung mengikuti sesuai petunjuk sesuai isi

halusinasi, kesulitan berhubunhan dengan orang lain, rentang perhatian

hanya beberapa detik/menit, gejala fisik dari kecemasan berat, seperti:

berkeringat, tremoe, ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk.

e. Tahap V (conceuring panic level of anxiety)

Halusinasi bersifat menakhlukkan, halusinasi menjadi lebih rumit dan

klien megalami gangguan dalam menilai lingkungannya.

Karakteristiknya:

pengalaman sensorinya menjadi terganggu. Halusinasi berubah

mengancam, memerintah, memarahi, dan menakutkan apabila tidak

mengikuti perintahnya, sehingga klien mulai terasa terancam. klien

merasa terpaku dan tidak berdaya melepaskan diri, klien tidak dapat

berhubungan dengan orang lain dan menjadi menarik diri. klien berada

dalam dunia menakutkan dalam waktu yang singkat atau bisa juga

beberapa jam atau beberapa hari atau selamanya/kronis (terjadi

gangguan psikotik berat). perilaku yang muncul adalah perilaku

menyerang, risiko bunuh diri atau membunuh, kegiatan fisik yang

merefleksikan isi halusinasi (amuk, agitasi,menarik diri), tidak mampu

berespons terhadap petunjuk yang komplek dan lebih dari satu orang

(Trimelia, 2011).

19

Page 31: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

5. Jenis-jenis Halusinasi

a. Halusinasi pendengaran (auditory)

Mendengar suara yang membicarakan, megejek,

menertawakan, megancam, memerintahkan untuk melakukan sesuatu

(kadang-kadang hal yang berbahaya).

Perilaku yang muncul adalah mengarahkan telinga pada sumber

suara, bicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab, menutup

telinga, mulut komat-kamit, dan adagerakan tangan.

b. Halusinasi penglihatan (visual)

Stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambar,

orang atau panorama yang luas dan kompleks, bisa yang

menyenangkan atau menakutkan.

Perilaku yang muncul adalah tatapan mata pada tempat

tertentu, menunjuk ke arah tertentu, ketakutan pada objek yang dilihat.

c. Halusinai penciuman (olfactory)

Tercium bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan, seperti bau

darah, urine atau feses atau bau harum seperti parfum.

Perilaku yang muncul adalah ekspresi wajah seperti mencium

dengan gerakan cuping hidung, mengarahkan hidung pada tempat

tertentu, menutup hidung.

d. Halusinasi pengecapan (gustatory)

Merasa mengecap sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan,

seperti raa darah urine atau feses.

Perilaku yang muncul adalah seperti mengecap, mulut seperti

gerakan mengunyah sesuatu sering meludah, muntah.

20

Page 32: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

e. Halusinasi perabaan (taktil)

Menghalami rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang

terlihat, seperti merasakan sensasi listrik dari tanah, benda mati atau

orang. Merasakan ada yang menggerayangi tubuh seperti tangan,

binatang kecil atau mahluk halus.

Perilaku yang muncul adalah mengusap, menggaruk-garuk atau

meraba-raba permukaan kulit, terlihat menggerak-gerakkan badan

seperti merasakan suatu rabaaan.

f. Halusinasi sinestetik

Merasakan fungsi tubuh, seperti darah mengalir melalui vena

dan arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine, perasaan

tubuhnya melayang diatas permukaan bumi.

Perilaku yang muncul adlah klien terlihat menatap tubuhnya

sendiri dan terlihat seperti merasakan sesuatu yang aneh tentang

tubuhnya (Trimelia, 2011).

6. Perilaku

Menurut Trimelia (2011), berikut adalah gangguan fungsi yang

akan berpengaruh pada perilaku klien dengan halusinasi:

a. Fungsi kognitif

1) Terjadi perubahan daya ingat

2) Sukar untuk menilai dan menggunakan memorinya, sehingga

terjadi gangguan daya ingat jangka panjang atau pendek

3) Menjadi pelupa dan tidak berminat

21

Page 33: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

4) Perhatian terganggu, yaitu tidak mampu mempertahankan

perhatian, mudah berlatih dan konsentrasi buruk

5) Tidak mampu mengorganisasi dan menyusun pembicaraan yang

logis dan koheren, seperti berikut:

a) Kehilangan asosiasi, yaitu pembicaraan tidak ada hubungan

antara satu kalimat lainnya dank lien tidak menyadarinya

b) Tangensial, yaitu pembicaraan yang berbelit-belit tapi tidak

sampai pada tujuan

c) Inkoheren, yaitu pembicaraan yang tidak nyambung

d) Sirkumstansial, yaitu pembicaraan yang berbelit-belit tapi

sampai pada tujuan pembicaraan

e) Fligh of ideas, yaitu pembicaraan yang meloncat dari satu topic

lainnya, masih ada hubungan yang tidak logis dan tidak sampai

pada tujuan

f) Blocking, yaitu pembicaraan berhenti tiba-tiba tanda tanpa

gangguan eksternal kemudian dilanjutkan kembali

g) Perseverasi, yaitu pembicaraan yang diulang berkali-kali.

b. Fungsi emosi (mood dan afek)

1) Mood adalah suasana emosi yang mempengaruhi kepribadian

dan fungsi kehidupan

2) Afek adalah eksprsi emosi, seperti ekspresi wajah, gerakan

tubuh dan tangan, nada suara

3) Afek yang maladaptif adalah:

22

Page 34: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

a) Afek tumpul, yaitu kurang respon emosional terhadap

pikiran/ pengalaman orang lain, seperti klien apatis

b) Afek datar, yaitu tidak tampak ekspresi suara menonton,

tidak ada keterlibatan emosi terhadap stimulus

menyenangkan atau menyedihkan

c) Afek tidak sesuai, yaitu emosi yang tidak sesuai/

bertentangan dengan stimulus yang ada

d) Afek labil, yaitu emosi yang cepat-cepat berubah-ubah

e) Reaksi berlebihan, yaitu reaksi emosi yang berlebihan

terhadap suatu kejadian

f) Ambivalensi, yaitu timbulnya dua perasaan yang

bertentangan pada waktu bersamaan.

c. Fungsi motorik

1) Agitasi adalah gerakan motorik yang menunjukkan kegelisahan

2) Tik adalah gerakan-gerakan kecil pada otot muka yang tidak

terkontrol

3) Grimasen adalah gerakkan otot muka yang berubah-ubah yang

tidak dapat dikontrol klien

4) Tremor adalah jari-jari yang tampak gemetar ketika klien

menjulurkan tangan dan merentangkan jari-jari

5) Kompilsif adalah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang

mencuci tangan, mencuci muka, mandi, mengeringkan tangan

dan sebagainya.

23

Page 35: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

d. Fungsi sosial

1) Kesepian: seperti perasaan terisolasi, terasing, kosong dan

merasa putus asa, sehingga individu terpisah dengan orang lain

2) Isolasi sosial: terjadi ketika klien menarik diri secara fisik dan

emosional dari lingkungan. Isolasi klien tergantung pada

tingakat kesedihan dan kecemasan yang berkaitan dalam

hubungan dengan orang lain. Pengalaman hubungan yang tidak

menyenangkan menyebabkan klien menganggap hubungan saat

ini membahayakan. Individu merasakan terancam setiap

ditemani orang lain karena menganggap orang lain akan

mengontrolnya, mengancam atau menuntutnya. Oleh sebab itu

individu memilih tetap mengisolasi dari pada pengalaman yang

menyedihkan terulang kembali.

3) Harga diri rendah: individu mempunyai perasaan tidak

berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan

sehingga akan mempengaruhi hubungan interpersonal.

7. Kemampuan Mengontrol Halusinasi

Kemampuan dalam mengontrol halusinasi tiap pasien selalu

dipengaruhi keadaan individu yang mengalami suatu gangguan dalam

aktivitas mental seperti berfikir sadar. Orientasi realitas, pemecahan

masalah, penelitian dan pemahaman yang berhubungan dengan koping

(Stuart, 2006).

24

Page 36: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

Kemampuan klien mengontrol halusinasi yaitu: (Keliat, 2011)

a. Menghardik halusinasi

Menghardik halusinasi adalah cara mengendalikan diri

terhadap halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang muncul.

Pasien di latih untuk mengatakan tidak pada halusinasi yang muncul

atau tidak memperdulikan halusinasinya. Jika ini dapat dilakukan,

pasien akan mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi

yang muncul. Mungkin halusinasi tetap ada, tetapi dengan kemampuan

ini, pasien tidak akan larut untuk menuruti halusinasinya. Berikut ini

tahapan intervensi yang dilakukan perawat dalam mengajarkan pasien:

1) Menjelaskan cara menghardik halusinasi

2) Memperagakan cara menghardik halusinasi

3) Meminta pasien untuk memperagakan ulang

4) Memantau penerapan cara menguatkan perilaku pasien

b. Bercakap-cakap dengan orang lain

Dapat mengontrol halusinasi. ketika pasien bercakap-cakap

dengan orang lain terjadi distraksi focus perhatian pasien akan beralih

dari halusinasi kepercakapan yang dilakukan dengan oaring lain.

c. Melakukan aktivitas yang terjadwal, pasien tidak akan mengalami

banyak waktu luang sendiri yang seringkali mencetuskan halusinasi.

oleh karena itu, halusinasi dapat dikontrol dengan cara beraktivitas

secara teratur dari bangun pagi sampai tidur malam. Tahapan

intervensi perawat dalam memberikan aktivitas yang terjadwal yaitu:

25

Page 37: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

1) Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi

halusinasi

2) Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan pasien

3) Melatih pasien melakukan aktivitas

4) Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang

telah dilatih. Upayakan pasien mempunyai dari bangun pagi

sampai tidur malam

5) Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan, memberikan penguatan

terhadap perilaku pasien yang positif

d. Meminum obat secara teratur. minum obat secara teratur dapat

mengontrol halusinasi. pasien juga dilatih untuk minum obat secara

teratur sesuai dengan program terapi dokter. Pasien gangguan jiwa

yang dirawat dirumah sering mengalami putus obat sehingga pasien

mengalami kekambuhan. Berikut ini intervensi yang dapat dilakukan

perawat agar pasien patuh minum obat:

1) Jelaskan kegunaan obat

2) Jelaskan akibat jika putus obat

3) Jelaskan cara mendapatkan obat atau berobat

4) Jelaskan cara minum obat dengan prinsip 6 benar (benar obat,

benar pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis, benar

pendokumentasian)

26

Page 38: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

8. Penilaian Kemampuan Klien dengan Mengenal Masalah Halusinasi

Nama klien :

Ruangan :

Nama perawat :

Petunjuk pengisian:

1. Beri tanda √ jika pasien mampu melaksanakan kemampuan dibawah ini

2. Tuliskan tanggal setiap dilakukan supervise (Keliat, 2011)

No Kemampuan S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7Tgl Tgl Tgl Tg

lTgl Tg

lTgl

A. Pasien1. Mengenal jenis halusinasi2. Mengenal isi halusinasi3. Mengenal waktu halusinasi4. Mengenal frekuensi halusinasi5. Mengenal situasi yang

menimbulkan halusinasi6. Menjelaskan respon terhadap

isi halusinasi7. Mampu menghardik halusinasi8. Mampu bercakap-cakap jika

terjadi halusinasi9. Membuat jadwal kegiatan

harian10.

Melakukan kegiatan harian sesuai jadwal

11.

Menggunakan obat secara teratur

9. Tanda dan Gejala Halusinasi

Menurut Stuart & Sundeen dan Carpenito (dalam Trimelia, 2011),

data subyektif dan obyektif klien halusinasi adalah sebagai berikut:

a. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai

b. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara

27

Page 39: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

c. Gerakan mata cepat

d. Respon verbal lamban atau diam

e. Diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikkan

f. Terlihat bicara sendiri

g. Menggerakkan bola mata dengan cepat

h. Bergerak seperti membuang atau mengambil sesuatu

i. Duduk terpaku, memandang sesuatu, tiba-tiba berlari ke ruangan lain

j. Disorientasi (waktu, tempat, orang)

k. Perubahan perilaku dan pola komunikasi

l. Gelisah, ketakutan, ansietas

m. Peka rangsang

n. Melaporkan adanya halusinasi

B. Terapi Aktivitas Kelompok

1. Pengertian

Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan

yang satu dengan yang lain, saling bergantung dan mempunyai norma

yang sama (Stuart & Laraia, 2001).

Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan

sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu ama lain

yang telah terlatih (Yosep, 2011).

Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui

dalam rangka waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan

tertentu (Keliat, 2004).

28

Page 40: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

2. Tujuan Terapi Kelompok

Menurut Yosep (2011), Terapi kelompok mempunyai tujuan

therapeutic dan rehabilitasi

a. Tujuan umum

1) Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan (reality testing)

2) Membentuk sosialisasi

3) Meningkatkan fungsi psikologis, yaitu meningkatkan kesadaran

tentang hubungan antara reaksi emosional diri sendiri dengan

perilaku defensive (bertahan terhadap stress) dan adaptasi

4) Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis

seperti kognitif dan afektif.

b. Tujuan khusus

1) Melatif pemahaman identitas diri

2) Peyaluran emosi

3) Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk diterapkan

sehari-hari

4) Bersifat rehalibitatif: pasien-pasien reehalibitatif adalah mereka

yang telah sembuh secara medis, tetapi perlu diiapkan fungsi dan

kemampuan untuk mandiri dan sosial ditengah masyarakat. Dari

segi rehalibitasi terapi kelompok bertujuan meningkatkan empati,

dan meningkatkan rampilan sosial, kepercayaan diri, kemampuan

29

Page 41: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

empati, dan meningkatkan pengetahuan tentang masalah-masalah

kehidupan dan pemecahannya.

3. Komponen Terapi Aktivitas kelompok (TAK)

Menurut keliat dan akemat (2004), komponen terapi aktivitas

kelompok adalah:

a. Struktur kelompok

Struktur kelompok menjelaskan batasan, komunikasi, proses

pengambilan keputusan, dan hubungan otoritas dalam kelompok.

Struktur kelompok menjaga stabilitas dan membantu mengatur pola

perilaku dan interaksi. Struktur dalam kelompok diatur dengan adanya

pemimpin dan anggota arah komunikasi dipandu oleh pemimpin,

sedangkan keputusan diambil secara bersama.

b. Besar kelompok

Jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah kelompok yang

kecil yang anggotanya berkisar antara 5-12 orang. Jumlah anggota

kelompok kecil menurut Stuart dan Laraia (2001) adalah 7-10 orang.

c. Lamanya sesi

Waktu optimal untuk satu sesi adalah 20-40 menit bagi fungsi

kelompok yang tinggi.

d. Komunikasi

Salah satu tugas pemimpin kelompok yang terpenting adalah

mengobservasi dan menganalisis pola komunikasi dalam kelompok.

e. Peran kelompok

30

Page 42: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

Pemimpin perlu mengobservasi peran yang terjadi dalam

kelompok. Ada tiga peran dan fungsi kelompok yang ditampilkan

anggota kelompok dalam kerja kelompok, yaitu (Beme & sheats, 1948

dalam Stuart & laraia, 2001) maintenance roles, task roles, yaitu focus

pada penyelesaian tugas. Individual roles adalah self-centered dan

distraksi pada kelompok.

f. Kekuatan kelompok

Kekuatan (power) adalah kemampuan anggota kelompok

dalam memengaruhi berjalannya kegiatan kelompok.

g. Norma kelompok

Norma adalah standar perilaku yamg ada dalam kelompok.

h. Kekohesifan

Kekohesifan adalah kekuatan anggota kelompok bekerja sama

dalam mencapai tujuan.

4. Jenis-jenis Terapi Aktivitas Kelompok

Menurut Keliat (2004), Terapi aktivitas kelompok dibagi empat yaitu:

a. Terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/ persepsi

Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau

stimulus yang pernah dialami. Dengan proses ini, diharapkan respon

klien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif.

Aktivitas berupa stimulus dan persepsi. Stimulus yang disediakan:

artikel/ majalah/ buku/ puisi, menonton acara TV (ini merupakan

stimulus yang disediakan); stimulus dari pengalaman masa lalu yang

31

Page 43: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

menghasilkan proses persepsi klien yang maladaptive atau distruktif,

misalnya kemarahan, kebencian, putus hubungan, pandangan negative

pada orang lain, dan halusinasi. Kemudian dilatih persepsi klien

terhadap stimulus.

b. Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori

Aktivitas digunakan sebagai stimulus pada sensoris klien.

Kemudian diobsevasi reaksi sensori klien terhadap stimulus yang

disediakan, berupa ekspresi perasaan secara nonverbal (ekspresi wajah,

gerakan tubuh). Biasanya klien tidak mau mengungkapkan komunikasi

verbal akan testimulasi emosi dan perasaannya, serta menampilkan

respon. Aktivitasyang digunakan sebagai stimulus, misalnya lagu

kesukaan klien, dapat digunakan sebagai stimulus.

c. Terpai aktivitas kelompok orientasi realitas

Klien diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien,

yaitu diri sendiri, orang lain yang ada disekeliling klien atau orang

yang dekat dengan klien, dan liungkungan yang pernah mempunyai

hubungan dengan klien. Demikian pula dengan orientasi waktu saat

ini, waktu yang alu, dan rencana kedepan. Aktivitas dapat berupa

orientasi orang, waktu, tempat, benda yang ada disekitar, dan semua

kondisi nyata.

d. Terapi aktivittas kelompok sosialisasi

Klien dibabtu untuk melakukan sosialisasi dengan individu

yang ada disekitar klien. Sosialisasi dapat pula dilakukan secara

bertahap dari interpersonal (satu dan satu), kelompok, dan massa.

Aktivitas dapat berupa latihan sosialisasi dalam kelompok.

32

Page 44: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

C. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi: Halusinasi

1. Pengertian

Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi

yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan

pengalaman dan/ atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok.

(Akemat, 2004).

2. Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi: Halusinasi

Tujuan TAK stimulasi persepsi adalah klien mempunyai

kemampuan untuk menyelesaikan masalah, yang diakibatkan oleh paparan

stimulus kepadanya. Sementara, tujuan khususnya:

a. Klien dapat mempersepsikan stimulus yang dipaparkan kepadanya

dengan tepat

b. Klien dapat menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang

dialami

3. Kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok stimulasi persepsi: Halusinasi

Menurut keliat dan akemat (2004), rangkaian kegiatan dalam terapi

aktivitas kelompok stimulasi persepsi: halusinasi terdiri dari lima sesi,

yaitu:

a. Sesi 1: kemampuan mengenal halusinasi

1) Menyebut isi halusinasi

2) Menyebut waktu terjadi halusinasi

3) Menyebut situasi terjadi halusinasi

33

Page 45: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

4) Menyebut perasaan saat halusinasi

b. Sesi 2: kemampuan menghardik halusinasi

1) Menyebutkan cara yang sel ama ini digunakan mengatasi

halusinasi

2) Menyebutkan efektivitas cara

3) Menyebutkan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik

4) Memperagakan menghardik halusinasi

c. Sesi 2: kemampuan mencegah halusinasi dengan melakukan kegiatan

1) Menyebutkan kegiatan yang bisa dilakukan

2) Memperagakan kegiatan yang bisa dilakukan

3) Menyusun jadwal kegiatan harian

4) Menyebutkan cara mengontrol halusinasi

d. Sesi 4: kemampuan bercakap-cakap untuk mencegah halusinasi

1) Menyebutkan orang yang diajak bicara

2) Memperagakan percakapan

3) Menyusun jadwal percakapan

4) Menyebutkan tiga cara mengontrol dan mencagah halusinasi

e. Sesi 5: kemampuan patuh minum obat untuk mencegah halusinasi

1) Menyebutkan 5 benar cara minum obat

2) Menyebutkan keuntungan minum obat

3) Menyebutkan akibat tidak patuh minum obat

34

Page 46: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

Gangguan jiwa adalah adanya gangguan pada fungsi kejiwaan. Fungsi kejiwaan adalah proses fikir, emosi, kemauan, dan perilaku psikomotorik termasuk bicara ( suliswati, 2005).

Skizofrenia adalah suatu bentuk psikosa fungsional dengan ganguan utama pada proses pikir serta disharmoni (keretakan, perpecahan) antara proses fikir, afek/ emosi, kemauan dan psikomotor disertai distorsi kenyataan, terutama karena waham dan halusinasi; asosiasi terbagi-bagi sehingga timbul inkoherensi (Herman, 2012).

isolasi sosial adalah keadaan ketika seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya (Keliat, 2009).

halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan (Keliat, 2009).

waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat/ terus-menerus, tetapi tidak sesuai kenyataan (Keliat, 2009).

Menurut Yosep (2011), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah terdiri dari faktor predisposisi dan faktor presipitasi. Faktor predisposisi terdiri dari faktor perkembangan, faktor sosio kultural, faktor biokimia, faktor psikologis, faktor genetik dan pola asuh, sedangkan faktor presipitasi dari halusinasi berupa perilaku.

motorikafektifkognitif

Kemampuan mengontrol halusinasi

Upaya yang dilakukan :Secara individu dan keluarga dengan melaksanakan SPSecara kelompok dengan melakukan TAK stimulasi persepsi halusinasi, yang terdiri dari lima sesi.

Peningkatan kemampuanPenurunan kemampuan

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

A. Kerangka Teori

35

Page 47: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

B. Kerangka Konsep

1. Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel bebas, yang menjadi sebab

dan yang mempengaruhi variabel dependen. Pada penelitian ini, yang

menjadi variabel indenpenden adalah terapi aktivitas kelompok stimulasi

persepsi: halusinasi. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah

terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan

pengalaman dan atau kehidupan untuk di diskusikan dalam kelompok.

(Akemat, 2004). Tujuan terapi ini adalah agar klien mempunyai

kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang diakibatkan paparan

stimulus kepadanya. Terapi aktivitas kelompok ini dapat dilakukan dengan

5 sesi yaitu: mengenal halusinasi, mengontrol halusinasi dengan cara

menghardik, mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan,

mencegah halusinasi dengan cara bercakap-cakap, mengontrol halusinasi

dengan cara patuh minum obat (Akemat, 2004).

2. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel tergantung, yang menjadi akibat

dan dipengaruhi oleh variabel independen. Pada penelitian ini, yang

menjadi variabel indenpenden adalah kemampuan mengontrol halusinasi

Menurut Keliat (2011), kemampuan mengontol halusinasi pada klien

yaitu dengan bantu klien mengenal halusinasi, perawat dapat berdiskusi

dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang di dengar, apa yang

dirasa), waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi

36

Page 48: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

yang menyebabkan halusinasi muncul dan respon pasien saat halusinasi

muncul. Melatih pasien mengontrol halusinasi. Untuk membantu pasien

agar mampu mengontrol halusinasi perawat dapat melatih pasien dengan

empat cara yang sudah terbukti dapat mengendalikan halusinasi. Keempat

cara tersebut meliputi: menghardik halusiansi, berckap-cakap dengan

orang lain, melakukan aktivitas yang terjadwal, minum obat secara

teratur.

Variabel Independen

Variabel dependen pre Variabel dependen post

C. Hipotesis Penelitian

Ha : Ada perbedaan kemampuan mengontrol halusinasi antara sebelum dan

sesudah dilakukan terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi;

halusinasi.

Kemampuan mengontrol halusinasi

Frekuensi halusinasi

Kemampuan mengontrol halusinasi

Frekeunsi halusinasi

Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi; Halusinasi

37

Page 49: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimental research

dengan one group pre-post tes yaitu satu kelompok subjek diobservasi

sebelum dilakukan intervensi kemudian diobservasi lagi setelah di intervensi.

Hal ini dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independent (terapi

aktivitas kelompok) terhadap variabel dependent (kemampuan mengontrol

halusinasi).

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dari tanggal 02 Juli sampai

tanggal 06 Juli 2013 di ruang rawat inap cendrawasih RSJ. HB. Prof. Sa’anin

Padang pada bulan Juli 2013.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh klien yang mengalami

halusinasi di RSJ Prof. Sa’anin Padang, yang berjumlah 79 orang.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik Quota

sampling dimana peneliti mengambil responden dengan penetapan

berdasarkan kapasitas yang diperlukan. Sampelnya yaitu klien yang

mengalami halusinasi, sebelumnya peneliti terlebih dahulu menyeleksi

38

Page 50: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

klien yang akan di ikut sertakan dalam terapi aktivitas kelompok, peneliti

melihat kondisi klien dimana klien harus dalam keadaan tenang dan klien

yang kooperatif yang di rawat di ruang cendrawasih RS.J Prof. HB

Sa’anin Padang tahun 2013 yang berjumlah 14 orang, yang memenuhi

Kriteria inklusi:

a. Bersedia menjadi sampel dalam penelitian ini

b. Klien yang dirawat di ruang cendrawasih RS.J Prof. HB Sa’anin

Padang

c. Klien dalam keadaan tenang

d. Klien yang kooperatif

Kriteria eklusi:

klien yang dalam keadaan tidak tenang/ dalam ruang isolasi

D. Variabel dan Defenisi Operasionel

Variabel Independen: Terapi Aktivitas Kelompok: stimulasi Persepsi

1. Variabel Indepen

Variabel intervensi dalam penelitian ini adalah terapi aktivitas

kelompok stimulasi persesi dengan melakukan terapi aktivitas kelompok

yang terbagi degan 5 sesi sehingga terjadi kemampuan mengontrol

halusinasi pada klien dengan gangguan sensori persepsi. Dengan cara

mengenal halusinasi, mengontrol halusinasi dengan cara menghardik,

mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan, mencegah

halusinasi dengan cara bercakap-cakap, mengontrol halusinasi dengan cara

patuh minum obat.

39

Page 51: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

Kerangka kerja:

Sebelum prosedur pre test dilakukan, peneliti terlebih dahulu

mempersiapkan tempat, kontrak waktu untuk dilakukan terapi aktivitas

kelompok, setelah itu peneliti menyeleksi dan mengumpulkan klien yang

memenuhi syarat untuk bisa di ikut sertakan dalam terapi aktivitas

kelompok dan langsung mengatur posisi untuk terpi aktivitas kelompok.

a. Prosedur pre test

Tahap pre test dilakukan pada hari selasa tanggal 02 juli 2013

bertempat di ruangan cendrawasih RSJ Prof. HB Sa’anin Padang,

adapun tahap-tahap pada pretest adalah sebagai berikut:

1) Meberikan lembar persetujuan kepada klien untuk menandatangani

persetujuan bersedia menjadi sampel dalam penelitian ini

2) Sebelum peneliti memulai penelitian pada responden, peneliti

terlebih dahulu memperkenalkan diri, menanyakan nama panggilan

semua klien, terapis dan klien memakaikan papan nama,

menjelaskankan maksud dan tujuan penelitian.

3) Kemudian peneliti terlebih dahulu menanyakan berapa kali

frekuensi halusinasi yang dirasakan klien muncul dalam sehari

4) Peneliti mencatat hasil yang di dapatkan (frekuensi halusinasi

klien) kedalam format wawancara.

b. Intervensi (terapi aktivitas kelompok)

Tahap intervensi dilakukan tanggal 02 juli 2013 sampai tanggal

06 juli 2013 pada jam 10.30 WIB. Setelah peneliti menanyakan

frekuensi halusinasi pada responden, responden langsung diberikan

40

Page 52: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

terapi aktivitas kelompok. Adapun langkah-langkahnya sebagai

berikut:

1) Peneliti menanyakan perasaan klien sebelum masuk kedalam tahap

kerja dan kontrak waktu,

2) Kemudian peneliti melakukan kontrak waktu selama 45 menit dan

menjelaskan aturan main pada klien

a) Pada tahap kerja sesi 1 yang dilakukan tanggal 02 juli 2013

pada jam 10.30 WIB ini peneliti sebagai therapis menjelaskan

kegiatan yang akan dilakukan yaitu mengenal suara-suara yang

didengar (halusinasi) tentang isi, waktu, situasi dan perasaan

klien saat terjadinya halusinasi, terapi meminta klien

menceritakan halusinasi, dan memberi pujian kepada klien

yang melakukan dengan baik dan simpulkan isi, waktu, situasi

dan perasaan klien dari suara-suara yang didengar.

b) Kemudian pada sesi 2 yang dilakukan pada tanggal 03 juli

2013 pada jam 10.30 WIB peneliti sebagai therapis meminta

klien menceritakan apa yang dilakukan klien pada saat

mengalami halusinasi, sampai seluruh klien mendapat giliran

atau kesempatan untuk menceritakan dan beri pujian kepada

klien, setelah itu baru peneliti menjelaskan cara mengatasi

halusinasi dengan cara menghardik halusinasi pada saat muncul

dan langsung mempraktekkannya, setelah itu peneliti meminta

semua klien mempraktekkan cra menghardik halusinasi dan

memberikan pujian kepada klien setelah mempraktekkan cara

mengahardik halusinasi.

41

Page 53: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

c) Kemudian pada sesi 3 yang dilakukan pada tanggal 04 juli

2013 pada jam 10.30 WIB peneliti menjelaskan cara ke kedua

yaitu melakukan kegiatan terjadwal dan jelaskan dengan

melakukan kegiatan terjadawal secara teratur maka akan dapat

mencegah halusinasi timbul, setelah itu terapi meminta klien

menyampaikan kegiatan yang biasa dilakukan sehari-hari dan

peneliti membagikan formulir jadwal kegiatan dan menulis

formulir yang sama di white boardm setelah itu peneliti

membimbing satu persatu klien untuk membuat jadwal

kegiatan harian klien , dan peneliti meminta klien

memperagakan kegiatn yang telah dibuat dalam jadwal

kegiatan harian klien, lalu memberikan pujian kepada klien.

d) Pada sesi ke 4 yang dilakukan pada tanggal 05 juli 2013 pada

jam 10.30 WIB ini peneliti menjelaskan penting nya bercakap-

cakap dengan orang lain, dan meminta klien menyebutkan

nama teman yang biasa dijak untuk bercakap-cakap, lalu

meminta klien menyebut kan topik pembicaraan yang biasa

dilakukan, setelah itu peneliti langsung memperagakan contoh

cara bercakap-cakap dengan orang lain setelah itu penaliti

meminta klien memperagakan contoh yang telah peneliti

berikan yaitu bercakap-cakap dan memberikan pujian kepada

semua klien yang telah memperagakan contoh bercakap-cakap

tersebut.

e) Pada sesi ke 5 yang dilakukan pada tanggal 06 juli 2013 jam

10.30 WIB ini peneliti menjelaskan penting patuh meminum

42

Page 54: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

obat, kerugian tidak patuh minum obat, peneliti meminta klien

untuk menyampaikan obat yang dimakan dan waktu

memakannya buat daftar di white board. Setelah itu peneliti

menjelaskan 5 cara minum obat yang benar dan meminta klien

menyebutkan kembali 5 cara minum obat yang benar lalu

memberikan pujian kepada klien. Kemudian peneliti

mendiskusikan perasaan klien sebelum patuh minum obat, dan

setelah teratur minum obat, lalu mendiskusikan kentungan

patuh minum obat dan tidak patuh minum obat kemudian minta

klien mengulangi lagi apa yang telah di diskusikan dan peneliti

memberikan pujian kepada klien.

3) Peneliti menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK dan

memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.,

4) Peneliti mengevaluasi pada saat TAK berlangsung dengan bantuan

formulir evaluasi

5) Peneliti mendokumentasi kemampuan yang dimiliki klien

c. Tahap post test

Setelah peneliti melakukan terapi aktivitas kelompok stimulasi

persepsi: halusinasi dari sesi1 – sesi 5, kemudian tanyakan lagi berapa

kali frekuensi halusinasi yang di alami klien muncul dalam sehari

setelah itu masukkan lagi hasil frekuensi halusinasi klien yang muncul

dalam sehari kedalam format wawancara klien.

43

Page 55: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

2. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel tergantung, yang menjadi akibat

dan dipengaruhi oleh variabel independen. Pada penelitian ini, yang

menjadi variabel independen adalah kemampuan mengontroll halusinasi.

No Variabel Defenisi Alat ukur Cara ukurHasil Ukur

Skala ukur

1. Variabel Independen: Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi

Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi diterapkan pada klien halusinasi dengan cara melakukan TAK yang terdiri lima sesi.

2 Variabel dependent: kemampuan mengontrol halusinasi

kemampuan mengontrol halusinasi dilihat dimana waktu kondisi keadaan klien dapat mengurangi frekuensi halusinasinya

Wawancara Wawancara dengan cara menanyakan frekuensi halusinasi

- mampu, apabila frekuensi halusinasiberkurang setelah dilakukan TAK-tidak mampu, apabila frekuensi halusinasi tidak berkurang setelah dilakukan TAK

Ordinal

44

Page 56: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri, karena peneliti

langsung turun ke lapangan untuk mengamati kemampuan mengontrol

halusinasi klien dengan menanyakan kepada klien berapa frekuensi sebelum

dilakukan terapa aktivitas kelompok dan berapa frekuensi klien setelah

dilakukan terapi aktivitas kelompok. Peneliti sebagai instrumen utama

memerlukan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa format

wawancara dimana alat-alat yang dipakai spidol/ papan tulis/whiteboard/

flipchart, pulpen, jadwal kegiatan harian klien, beberapa contoh obat.

F. Teknik Pengumpulan Data

Data Primer

Data primer adalah data yang berhubungan dengan variabel penelitian.

Data yang diambil adalah terapi aktivitas kelompok pada klien dengan

gangguan halusinasi di RS.J Prof sa’anin Padang tahun 2013. Sebelum dan

sesudah diberikan terapi aktivitas kelompok apakah ada perubahan

kemampuan mengontrol halusinasi.Cara pengumpulan data. Data diambil

dengan cara melihat kemampuan mengontrol halusinasi klien dengan

menggunakan format wawancara. Adapun langkah-langkah pengumpulan data

yaitu:

1. Meberikan lembar persetujuan kepada klien untuk menandatangani

persetujuan bersedia menjadi sampel dalam penelitian ini

2. Menanyakan frekuensi halusinasi klien sebelum dilakukan terapi aktivitas

kelompok

3. Melakukan terapi aktivitas kelompok

45

Page 57: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

4. Meminta klien mencobakan kembali terapi aktivitas kelompok yang telah

dilakukan

5. Tanyakan kembali frekuensi halusinasi klien sesudah dilakukan terapi

aktivitas kelompok

6. Evaluasi tindakan klien dan dokumentasikan

G. Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Peneliti menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Editing (pemeriksaan data)

Peneliti mengumpulkan data yang telah diteliti lalu diperiksa kembali

untuk memastikan data semua sesi yang di lakukan klien telah sesuai

dengan tujuan penelitian, pemeriksaan kelengkapan data serta

memeriksa keseragaman data untuk memastikan bahwa data telah

bebas dari kesalahan.

b. Entri data

Data diolah peneliti secara komputerisasi dengan program SPSS

c. Cleaning data

Setelah data diolah dengan komputerisasi ternyata data yang diolah

tidak perlu dilakukan perbaikan karena data yang diperoleh tidak ada

yang kosong atau kotor.

2. Analisa Data (Arikunto, 2005)

Setelah data terkumpul, kemudian peneliti mengklarifikasikan

dalam beberapa kelompok menurut variasi yang ada sesuai variabel

46

Page 58: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

penelitian, dan jawaban responden dimasukkan dalam tabel distribusi

frekuensi, kemudian dideskripsikan dengan menggunakan skala yang telah

di tetapkan.

a. Analisa univariat

Analisa univariat digunakan untuk mendapatkan gambaran

distribusi frekuensi independen dan variabel dependen sehingga dapat

diketahui masing-masing variabel.

b. Analisa bivariat

Data yang terkumpul berupa nilai tes pertama dan kedua.

Tujuan peneliti adalah membandingkan dua nilai dengan mengajukan

pertanyaan apakah ada perbedaan antara kedua nilai tersebut secara

signifikan. Pengujian perbedaan nilai hanya dilakukan terhadap rerata

dua nilai saja, dan untuk kseperluan itu digunakan teknik yang disebut

dengan uji-t (t-test).

Uji T-dependen bertujuan untuk menguji hipotesa adanya pengaruh

terapi aktivitas kelompok terhadap kemampuan mengontrol halusinasi

pada klien dengan gangguan sensori persepsi halusinasi. Analisa data

menggunakan uji T-dependen dengan melihat pengaruh terapi aktivitas

kelompok, bermakna p < 0,05.

47

Page 59: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dari penelitian yang telah dilakukan tanggal 02 juli sampai tanggal 06 juli

2013 efektifitas penggunaan terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi terhadap

kemampuan mengontrol halusinasi pada klien dengan gangguan sensori persepsi

halusinasi di RSJ. Prof. HB. Sa’anin Padang tahun 2013, dengan karakteristik

responden klien yang di rawat di ruang cendrawasih di RSJ. Prof. HB. Sa’anin

Padang dengan gangguan halusinasi dan klien dalam keadaan tenang. Hasil

penelitian ini dianalisis dengan analisis univariat dan uji T. Adapun hasil dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

A. Analisa Univariat

1. Gambaran Respon Klien Sebelum Melakukan Terapi Aktivitas Kelompok

Tabel 5.1Kemampuan Responden dalam Mengontrol Halusinasi Sebelum di Lakukan

Terapi Aktifitas Kelompok Stimulasi Persepsi Pada Klien dengan Gangguan Halusinasi di RSJ. Prof. HB. Sa’anin Padang

tahun 2013.

NoFrekuensi muncul halusinasi / hari

F %

1 7 2 14,32 6 4 28,63 5 5 35,84 4 1 7,15 3 1 7,16 2 1 7,17 1 - -

Total 14 100 %

48

Page 60: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa dari 14 responden sebelum

dilakukan terapi aktivitas kelompok yang frekuensi halusinasinya paling

banyak 5x satu hari yaitu 5 orang (35,8%).

2. Gambaran Respon Klien Sesudah Melakukan Terapi Aktivitas Kelompok

Tabel 5.2Kemampuan Responden dalam Mengontrol Halusinasi Sesudah di Lakukan

Terapi Aktifitas Kelompok Stimulasi Persepsi Pada Klien dengan Gangguan Halusinasis di RSJ. Prof. HB. Sa’anin Padang

tahun 2013.

NoFrekuensi muncul halusinasi / hari

F %

1 7 - -2 6 1 7,13 5 3 21,44 4 5 35,85 3 4 28,66 2 1 7,17 1 - -

Total 14 100 %

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa dari 14 responden sesudah

dilakukan terapi aktivitas kelompok yang frekuensi halusinasinya paling

banyak 4x satu hari yaitu 5 orang (35,8%).

49

Page 61: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

B. Analisa Bivariat

Efektivitas pemberian terapi aktivitas kelompok

Table 5.3Diketahui Efektifitas Penggunaan Terapi Aktifitas Kelompok Stimulasi

Persepsi Terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pada Klien dengan Gangguan Sensori Persepsi Halusinasi

di RSJ. Prof. HB. Sa’anin Padang tahun 2013.

Terapi Aktifitas

KelompokMean

Mean(Rata-rata perubahan)

SDCI

P valueUpper Lower

Pre test 5,141,214 0,699 0,811 1,618 0,000

Post test 3,93

Berdasarkan table 5.3 dapat dilihat dari uji T-dependen bahwa rata-rata

perubahan frekuensi halusinasi 1,214 dengan standar deviasi 0,699 dengan

confidence interval of diference 0,811 – 1,618 atau terjadi perubahan

penurunan frekuensi halusinasi 1 point setelah dilakukan terapi aktivitas

kelompok stimulasi persepsi dengan p value = 0,000, maka dapat disimpulkan

bahwa terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi efektif terhadap

kemampuan mengontrol halusinasi klien di ruang cendrawasih RSJ Prof. HB

sa’anin Padang.

50

Page 62: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Gambaran Respon Klien Sebelum Melakukan Terapi Aktivitas Kelompok

Hasil wawancara dari 14 responden sebelum dilakukan terapi aktivitas

kelompok yang frekuensi halusinasinya paling banyak 5x satu hari yaitu 5

orang (35,8%). Ini dilihat pada klien yang di rawat di ruang cendrawasih RSJ.

Prof. HB Sa’anin padang yang mengalami halusinasi.

Menurut penelitian Murjana W (2009), yang dilakukan di rumah sakit

jiwa propinsi bali, di dapatkan hasil bahwa sebelum dilakukan terapi aktivitas

kelompok pada pasien halusinasi, terdapat frekuensi halusinasi tinggi.

Menurut Yosep (2011), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah

terdiri dari faktor predisposisi dan faktor presipitasi. Faktor predisposisi terdiri

dari faktor perkembangan, faktor sosio kultural, faktor biokimia, faktor

psikologis, faktor genetik dan pola asuh, sedangkan faktor presipitasi dari

halusinasi berupa perilaku.

Menurut Yosep (2009), dampak dari pasien yang mengalami

halusinasi dapat kehilangan kontrol dirinya sehingga bisa membahayakan diri

sendiri, orang lain maupun merusak lingkungan (risiko mencederai diri, orang

lain dan lingkungan). Hal ini terjadi jika halusinasi sudah sampai fase ke IV

dan ke V, di mana klien cenderung mengikuti petunjuk sesuai isi halusinasi,

kesulitan berhubungan dengan orang lain, perilaku menyerang, risiko bunuh

diri dan membunuh, kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi (amuk,

51

Page 63: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

agitasi, menarik diri), tidak mampu merespons terhadap petunjuk yang

komplek dan lebih dari satu orang (Trimelia, 2011).

Menurut analisa peneliti frekuensi yang datang tersebut disebabkan

karena klien merasa tidak di terima di lingkungannya, tidak patuh minum

obat, merasa terasing, lebih cenderung menyendiri, tidak mau bersosialisasi

sehingga klien asik dengan halusinasinya sendiri.

B. Gambaran Respon Klien Sesudah Melakukan Terapi Aktivitas Kelompok

Hasil wawancara dari 14 responden sesudah dilakukan terapi aktivitas

kelompok yang frekuensi halusinasinya paling banyak 4x satu hari yaitu 5

orang (35,8%). Ini dilihat pada klien yang di rawat di ruang cendrawasih RSJ.

HB. Sa’anin padang yang mengalami halusinasi.

Hasil penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang

dilakukan Megayanti S. D (2009) setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok

pada klien dengan gangguan halusinasi, klien mampu mempersepsikan

stimulus yang dipaparkan kepadanya dan dapat menyelesaikan masalah yang

datang dari stimulus yang dialaminya, sehingga klien mengalami penurunan

frekuensi halusinasi.

Menurut (Keliat,2005), dengan aktivitas yang telah dilakukan tersebut

sehingga klien mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang

diakibatkan oleh paparan stimulus kepadanya, serta klien dapat

mempersepsikan stimulus yang dipaparkan kepadanya dengan tepat, klien

dapat menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang dialami

52

Page 64: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

sehingga bila klien mampu mengontrol maka frekuensi halusinasinya akan

menurun.

Menurut analisa peneliti ferkuensi halusinasi mengalami penurunan

dikarenakan oleh pemeberian terapi aktivitas kelompok, sehingga klien dapat

menyelesaikan masalah yang dialaminya dan mampu mempersepsikan

stimulus yang dipaparkan kepadanya.

C. Efektivitas Pemberian Terapi Aktivitas Kelompok

Berdasarkan table 5.3 dapat dilihat dari uji T-dependen bahwa rata-rata

perubahan frekuensi halusinasi 1,214 dengan standar deviasi 0,699 dengan

confidence interval of diference 0,811 – 1,618 atau terjadi perubahan

penurunan frekuensi halusinasi 1 point setelah dilakukan terapi aktivitas

kelompok stimulasi persepsi dengan p value = 0,000, maka dapat

disimpulkan bahwa terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi efektif

terhadap kemampuan mengontrol halusinasi klien di ruang cendrawasih RSJ

Prof. HB sa’anin Padang.

Dari penelitian yang di dapatkan frekuensi halusinasinya sebelum

dilakukan terapi aktivitas kelompok yang paling banyak frekuensi 5x yaitu

35,8% dan setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok terjadi penurunan

frekuensi yang paling banyak 4x yaitu 35,8%.

Hasil penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian Simon T. M

tahun 2004 di RSJ Radjiman Widyoningrat Lawang di dapatkan perubahan

yang signifikan terhadap kemampuan mengenal realita pada pasien halusinasi

yang diberikan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi halusinasi.

Penelitian yang dilakukan Sitohang L. G tahun 2010 di RSJ Provinsi Sumatera

53

Page 65: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

Utara Medan juga menunjukkan hasil yang sama dimana didapatkan pengaruh

yang signifikan pelaksanaan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi

halusinasi terhadap kemampuan pasien mengontrol halusinasi.

Pendapat Keliat, (2005), mendukung hasil penelitian dimana

penggunaan terapi aktifitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi dalam praktek

keperawatan jiwa memberikan dampak positif dalam upaya pencegahan,

pengobatan, atau terapi serta pemulihan kesehatan jiwa seseorang.

Meningkatnya penggunaan terapi modalitas merupakan bagian dan

memberikan hasil yang positif terhadap perilaku pasien. Proses terapi aktivitas

kelompok stimulus persepsi adalah merangsang atau menstimulasikan klien

melalui kegiatan yang disukainya dan mendiskusikan aktivitas yang telah

dilakukan untuk mencegah pencerapan panca indra tanpa ada rangsang dari

luar dan bertujuan membantu anggotanya berhubungan dengan orang lain

serta mengubah perilaku yang destruktif dan maladaptive dengan aktivitas

mengenal halusinasi, menghardik halusinasi, melakukan kegiatan terjadwal,

bercakap-cakap, patuh minum obat. Dengan aktivitas yang telah dilakukan

tersebut sehingga klien mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan

masalah yang diakibatkan oleh paparan stimulus kepadanya, serta klien dapat

mempersepsikan stimulus yang dipaparkan kepadanya dengan tepat, klien

dapat menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang dialami

sehingga bila klien mampu mengontrol maka frekuensi halusinasinya akan

menurun.

Dari penelitian yang dilakukan dengan 14 responden hanya 2 orang

yang tidak mampu mengontrol halusinasinya dilihat dari tidak berkurangnya

frekuensi halusinasinya yaitu 3x setiap hari. Hal ini dikarenakan klien tersebut

54

Page 66: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

frekuensi nya sudah sedikit dan klien termaksud klien lama yang akan rawat

jalan.

Menurt Akemat, (2004), tujuan terapi aktivitas kelompok stimulasi

persepsi adalah klien mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah,

yang diakibatkan oleh paparan stimulus kepadanya sementara tujuan

khususnya klien dapat mempersespsikan stimulis yang dipaparkan kepadanya

dengan tepat dan klien dapat menyelesaikan masalah yang timbul dari

stimulus yang dialami.

Menurut Keliat, (2004), terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi:

halusinasi ada beberapa sesi yaitu: mengenal halusinasi, mengontrol

halusinasi dengan menghardik halusinasi, mengontrol halusinasi dengan

melakukan kegiatan, mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap,

mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat. Dalam terapi aktivitas

kelompok stimulasi persepsi klien dilatih mempersepsikan stimulus yang

disediakan atau stimulus yang pernah dialami. Dengan proses ini, diharapkan

respon klien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif,

aktivitas berupa stimulus dan persepsi.

Menurut analisa peneliti dengan terapi aktivitas kelompok klien bisa

berinteraksi dengan teman yang lain di dalam kelompok, ikut serta di dalam

terapi aktivitas kelompok, tidak menyendiri, bisa melakukan kegiatan-

kegiatan terjadwal yang bisa memotivasi klien untuk melupakan

halusinasinya, sehingga klien mampu mengontrol halusinasinya maka

frekuensi halusinasinya berkurang.

55

Page 67: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan penulis mendapat kesimpulan

bahwa frekuensi halusinasi sebelum dilakukan terapi aktifitas kelompok

paling banyak adalah 5x yaitu 5 orang (35,8%) dan frekuensi halusinasinya

yang tidak ada 1x, setelah diberikan terapi aktifitas kelompok di RSJ HB.

Sa’anin padang mengalami penurunan frekuensi halusinasi menjadi 4x yaitu 5

orang (35,8%), pelaksanaan terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi

sangat efektif terhadap kemampuan mengontrol halusinasi klien di ruang

cendrawasih RSJ Prof. HB. Sa’anin padang tahun 2013 dengan p value =

0,000.

B. Saran

1. Diharapkan klien mampu mengikuti terapi aktifitas kelompok stimulasi

persepsi secara mandiri, latihan menggunakan dalam kehidupan sehari-

hari.

2. Bagi peneliti selanjutnya dapat menjadikan penelitian ini sebagai data

dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya.

3. Diharapkan kepada perawat RSJ Prof. HB Sa’anin Padang untuk dapat

meningkatkan lagi penerapan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi

halusinasi agar lebih baik lagi diterima oleh klien halusinasi. Karena terapi

aktivitas kelompok stimulasi persepsi halusinasi mampu mengontrol

halusinasi pada klien.

56

Page 68: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

4. Diharapkan institusi pendidikan agar dapat mendukung penelitian ini dan

sebagai bahan masukan untuk menambah wawasan tentang kajian

kejiwaan khususnya terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi

halusinasi.

57

Page 69: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsami. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka cipta

Dadang Hawari. 2001. Pendekatan holistik pada gangguan jiwa, skizofrenia. Jakata: FKUI

Herman, Ade. 2011. Buku Ajar Asuhan Jiwa. Yogyakarta: Nuhamedika

Keliat, dkk. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: Rineka cipta

Keliat, Budi Anna. Akemat. 2004. Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: EGC

Keliat, dkk. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN (Basic Course). Jakarta: EGC

Kompas. 2011. http:// health. Kompas.com/ 2012/ 02/ 06/ angka penderita gangguan jiwa. Diakses 23 Desember 2012

Notoadmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: rineka cipta

Karmelia, Yessi 2012. http://repository.unand.ac.id/id/eprint/17870. kemampuan mengontrol halusinasi. Diakses 11 april 2013

Stuart, GW, Sundeen S.j, Laraia. 2005. Principles Practice Psychiatric Nursing. Sixth edition. St.Louis, Missiouri: Mosby Year Book

Trimelia, S. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi. Jakarta: TIM

Videbeck. L. Sheila. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

W.E. Maramis. 2000. Ilmu kedokteran jiwa. Surabaya: airlangga press

Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. Jakarta. Bandung: Refika aditama

Depkes RI. 2005. Keperawatan Jiwa. Jakarta: Dirjend Pelayanan Medik Depkes RI

STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang. 2013. Buku Panduan Skripsi. STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang

58

Page 70: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

Lampiran 2

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth,

Calon Responden

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda dibawah ini adalah mahasiswa STIKes

MERCUBAKTIJAYA Padang semester VII (ttujuh) tahun Ajaran 2008/2009

yang akan bermaksud akan mengadakan penelitian:

Nama : VIRGO FARESTI

Nim : 09121368

Akan mengadakan penelitian dengan judul “Efektifitas Penggunaan Terapi

Aktifitas Kelompok Stimulasi Persepsi Terhadap Kemampuan Mengontrol

Halusinasi Pada Klien Dengan Gangguan sensori persepsi Halusinasi di RSJ. Prof.

HB. Sa’anin Padang 2013”.

Penelitian tidak menimbulkan kerugian saudara/i sebagai responden.

Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan digunakan untuk

kepentingn penelitian.

Apabila saudara/i menyetujui maka dengan ini saya mohon kesediaan

menandatangani lembaran persetujuan.

Atas perhatian saudara/i sebagai respoden, saya ucapkan terima kasih

Peneliti

VIRGO FARESTI

59

Page 71: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

Lampiran 3

FORMAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Setelah membaca dan mendengarkan penjelasan pada lembaran pertama

dan saya mengerti bahwa penelitian ini tidak berakibat buruk pada saya serta

identitas dan informasi yang saya berikan dijaga kerahasiannya. Maka saya

bersedia menjadi responden dalam penelitian yang akan dilakukan oleh

Mahasiswa MERCUBAKTIJAYA Padang yang bernama VIRGO FARESTI

dengan judul “ Efektifitas Penggunaan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi

Persepsi Terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pada Klien Dengan

Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi di RSJ. Prof. HB. Sa’anin Padang 2013”.

Demikian persetujuan ini saya buat semoga dapat dipergunakan

sebagaimana mestinya.

Padang, Maret 2013

Responden

60

Page 72: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

Lampiran 4

FORMAT WAWANCARA

No Nama responden Frekuensi pre Frekuensi post

1. tn. W 5 3

2. tn. F 4 3

3. tn. B 7 6

4. tn. Y 6 5

5. tn. I 5 4

6. tn. We 5 4

7. tn. D 6 4

8. tn. Su 6 5

9. tn. M 3 3

10. tn. M 7 5

11. tn. A 5 4

12. tn. J 5 3

13. tn. H 6 4

14. tn. S 2 2

61

Page 73: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

Lampiran 5

Tabel 5.1Diketahui kemampuan mengontrol halusinasi sebelum di berikan terapi

aktifitas kelompok stimulasi persepsi pada klien dengan gangguan halusinasi di RSJ. Prof. HB. Sa’anin Padang tahun 2013.

No Frekuensi Pre test %

1 7 2 14.32 6 4 28.63 5 5 35.84 4 1 7.15 3 1 7.16 2 1 7.17 1 - -

Total 14 101

Tabel 5.2Diketahui kemampuan mengontrol halusinasi sesudah di berikan terapi

aktifitas kelompok stimulasi persepsi pada klien dengan gangguan halusinasis di RSJ. Prof. HB. Sa’anin Padang tahun 2013.

No Frekuensi Pre test %

1 7 - -2 6 1 7.13 5 3 21.44 4 5 35.85 3 4 28.66 2 1 7.17 1 - -

Total 14 100 %

Table 5.3Diketahui efektifitas penggunaan terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi

terhadap kemampuan mengontrol halusinasi pada klien dengan gangguan sensori persepsi halusinasi di RSJ. Prof. HB. Sa’anin Padang tahun 2013.

Terapi Aktifitas

KelompokMean

Rata-rata perubahan

SDCI

P valueUpper Lower

Pre test 5,141,214 0,699 0,811 1,618 0,000

Post test 3,93

62

Page 74: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

Lampiran 6

MASTER TABEL EFEKTIVITAS PENGGUNAAN EFEKTIFITAS TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI

PERSEPSI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI

DI RS. JIWA PROF. HB SA’ANIN PADANGTAHUN 2013

NoNama

RespondenFrekuensi Pre

TestFrekuensi Post Test

Keterangan

1. tn. W 5 3 Mampu

2. tn. F 4 3 Mampu

3. tn. B 7 6 Mampu

4. tn. Y 6 5 Mampu

5. tn. I 5 4 Mampu

6. tn. We 5 4 Mampu

7. tn. D 6 4 Mampu

8. tn. Su 6 5 Mampu

9. tn. M 3 3 Tidak mampu

10. tn. M 7 5 Mampu

11. tn. A 5 4 Mampu

12. tn. J 5 3 Mampu

13. tn. H 6 4 Mampu

14. tn. S 2 2 Tidak mampu

61

Page 75: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

Lampiran 7

MODUL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSESPSI: HALUSINASI

Sesi 1: mengenal halusinasi

Tujuan:

1. Klien dapat mengenal halusinasi

2. Klien mengenal waktu terjadinya halusinasi

3. Klien mengenal situasi terjadinya halusinasi

4. Klien mengenal perasaannya pada saat terjadinya halusinasi

Setting:

1. Terapis dank lien duduk bersama dalam lingkaran

2. Tempat tenang dan nyaman

Alat:

1. Spidol

2. Papan tulis/ whiteboard/flipchart

Metode:

1. Diskusi dan tanya jawab

2. Bermain peran/ stimulasi

Langkah kegiatan

1. Persiapan

a. Memilih klien sesuai indikasi, yaitu klien dengan perubahan sensori

persepsi: halusinasi

b. Membuat kontrak dengan klien

c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

62

Page 76: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

2. Orientasi

a. Salam teraupetik

1) Salam dari terapis kepada klien

2) Perkenalan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama)

3) Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama)

b. Evaluasi/ validasi

Menanyakan perasaan klien saat ini

c. Kontrak

1) Terapis menjelaskan tujuan yang akan dilaksanakan, yaitu mengenal

suara-suara yang di dengar

2) Terapis menjelaskan aturan main berikut

a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta

izin kepada terapis

b) Lama kegiatan 45 menit

c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

3. Tahap kerja

a. Terapis akan menjelaskan tujuan yang akan di lakukan, yaitu mendengar

suara-suara yang didengar (halusinasi) tentang isinya, waktu terjadinya,

situasi terjadinya, dan perasaan klien pada saat terjadi

b. Terapis meminta klien menceritakan isi halusinasi, kapan terjadinya,

situasi yang membuat terjadi, dan perasaan klien saat terjadi halusinasi.

Mulai dari klien yang sebelah kanan, secara berurutan sampai semua klien

mendapat giliran. Hasilnya ditulis di whiteboard

63

Page 77: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

c. Beri pujian pada klien yang melakukan dengan baik

d. Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi terjadi, dan perasaan klien dari suara

yang bias didengar

4. Tahap terminasi

a. Evaluasi

1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK

2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok

b. Tindak lanjut

Terapis meminta klien untuk melaporkan isi, waktu, situasi, dan perasaan

jika terjadi hgalusinasi

c. Kontak yang akan datang

1) Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu cara mengontrol halusinasi

2) Menyepakati waktu dan tempat

Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi: evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung,

khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien

sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi halusinasi sesi 1,

kemampuan yang diharapkan adalah mengenal isi halusinasi, waktu terjadinya

halusinasi, situasi terjadinya halusinasi, dan perasaan saat terjadi halusinasi.

Formulir evaluais sebagai berikut:

64

Page 78: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

Sesi 1: TAKStimulasi Persepsi: Halusinasi

Kemampuan Mengenal HalusinasiNo Nama klien Menyebut

isi halusinasi

Menyebut waktu terjadi

halusinasi

Menyebut situasi terjadi

halusinasi

Menyebut perasaan

halusinasi

1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.

11.

12.

Petunjuk:

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.

2. Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan mengenal halusinasi: isi, waktu,

situasi, dan perasaan. Beri tanda √ jika klien mampu dan tanda x jika klien

tidak mampu.

Dokumentasi:

Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan

proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti TAK stimulasi persepsi:

halusinasi Sesi 1. Klien mampu menyebutkan isi halusinasi (menyuruh memukul),

waktu (pukul 9 malam), situasi (jika sedang sendiri), perasaan (kesal dan geram).

65

Page 79: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

Anjurkan klien mengidentifikasi halusinasi yang timbul dan menyampaikan

kepada perawat.

Sesi 2: mengontrol halusinasi dengan menghardik

Tujuan:

1. Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk mengatasi

halusiansi

2. Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi

3. Klien dapat mempergerakan cara mengahardik halusinasi

Setting:

1. Spidol dan papan tulis/ white board/ flipchart

2. Jadwal kegiatan klien

Alat:

1. Spidol dan papan tulis/ whiteboard/ flipchart

2. Jadwal kegiatan klien

Metode:

1. Diskusi dan Tanya jawab

2. Bermain peran/ simulasi

Langkah kegiatan:

1. Persiapan

a. Mengingatkan kontrak kepada klien yang mengikuti sesi 1

b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi

a. Salam terapeutik

66

Page 80: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

1) Salam terapis kepada klien

2) Klien dan terapis pakai papan nama

b. Evaluasi/ validasi

1) Terapis menanyakan perasaan klien saat ini

2) Terapis menanyakan penaglaman halusinasi yang terjadi: isi, waktu,

situasi, dan perasaan.

c. Kontrak

1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu dengan latihan satu cara

mengontrol halusinasi

2) Menjelaskan cara main, yaitu:

a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta

izin pada terapis

b) Lama kegiatan 45 menit

c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

3. Tahap kerja

a. Terapis meminta klien menceritakan apa yang dilakukan pada saat

mengalami halusinasi, dan bagaimana hasilnya. Ulangi sampai semua

klien mendapatkan giliran

b. Berikan pujian setiap klien selesai bercinta

c. Terapis menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan mengahardik

halusinasi saat halusinasi muncul

d. Terapis memperagakan cara menghardik halusinasi, yaitu: “ pergi jangan

ganggu saya “, “ saya mau bercakap-cakap dengan…”

67

Page 81: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

e. Terapis meminta masing-masing klien memperagakan cara menghardik

halusinasi dimulai dari klien di sebelah kiri terapis berurutan searah jarum

jam sampai semua peserta mendapatkan giliran

f. Terapis memberikan pujian dan mengajak semua klien bertepuk tangan

saat setiap klien selesai memperagakan menghadik halusinasi

4. Tahap terminasi

a. Evaluasi

1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK

2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok

b. Tindak lanjut

1) Terapis menganjurkan klien untuk menerapkan cara yang telah

dipelajari jika halusinasi muncul

2) Memasukkan kegiatan mengahardik dalam jadwal kegiatan harian

klien

c. Kontrak yang akan datang

1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK yang

berikutnya, yaitu belajar cara mengontrol halusinasi dengan kegiatan

2) Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK berikutnya

Evaluasi dan Dokumentasi:

Evaluasi: dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap

kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klein sesuai dengan tujuan TAK.

Untuk TAK stimulasi persepsi halusinasi sesi 2, kemampuan yang diharapkan

68

Page 82: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

adalah mengatasi halusinasi dengan menghardik. formulir evaluasi sebagai

berikut:

69

Page 83: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

Sesi 2:Stimulasi Persepsi: Halusinasi

Kemampuan Menghardik Halusinasi

NoAspek yang di nilai

Nama klien

1. Menyebutkan cara yang selama ini digunakan mengatasi halusinasi

2. Menyebutkan efektivitas cara

3. Menyebutkan cara mengatasi halusinasi dengan cara menghardik

4. Memperagakan menghardik halusinasi

Petunjuk:

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.

2. Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan menyebutkan: cara yang biasa

digunakan untuk mengatasi halusinasi, keefektikfannya, cara menghardik

halusinasi, dan memperagakannya. Beri tanda √ jika klien mampu dan tanda x

jika klien tidak mampu.

Dokumentasi: dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK

ada catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti TAK stimulasi

persepsi: halusinasi sesi 2. Klien mampu memperagakan cara mengahrdik cara

halusinasi. Anjurkan klien menggunakannya jika halusinasi muncul, khusus pada

malam hari (buat jadwal).

70

Page 84: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

Sesi 3: mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan

Tujuan:

1. Klien dapat memahami pentingnya melakukan kegiatan untuk mencegah

munculnya halusinasi

2. Klien dapat menyusun jadwal kegiatan untuk mencegah terjadinya halusinasi

Setting:

1. Terapis dank lien duduk bersama dalam lingkaran

2. Ruangan nyaman dan tenang

Alat:

1. Jadwal kegiatan harian

2. Pulpen

3. Spidol dan whiteboard/ papanm tulis/ flipchart

Metode:

1. Diskusi dan Tanya jawab

2. Bermain peran atau simulasi dalam latihan

Langkah kegiatan:

1. Persiapan

a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi 2

b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi

a. Salam terapeutik

1) Salam dari terapis kepada klien

2) Klien dan terapis pakai papan nama

b. Evaluasi/ validasi

1) Terapis menanyakan keadaan klien saat ini

71

Page 85: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

2) Terapis menanyakan cara mengontrol halusinasi yang sudah dipelajari

3) Terapis menanyakan pengalaman klien menerapkan cara menghardik

halusinasi

c. Kontrak

1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mencegah terjadinya

halusinasi dengan melakukan kegiatan

2) Menjelaskan aturan main berikut:

a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta

izin kepada terapis

b) Lama kegiatan 45 menit

c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

3. Tahap kerja

a. Terapis menjelaskan cara kedua, yaitu melakukan kegiatan sehari-hari.

Jelaskan bahwa dengan melakukan kegiatan yang teratur akan mencegah

munculnya halusinasi

b. Terapis meminta tiap klien melakukan kegiatan yang biasa dilakukan

sehari-hari, dan tulis di whiteboard

c. Terapis membagikan formulir jadwal kegiatan harian. Terapis menulis

formulir yang sama di whiteboard

d. Terapis membimbing satu persatu klien untuk membuat jadwal kegiatan

harian, dari bangun pagi sampai tidur malam. Klien menggunakan

formulir, terapis menggunakan whiteboard

e. Terapis melatih klien memperagakan kegiatan yang telah disusun

f. Berikan pujian dengan tepuk tangan bersama kepada klien yang sudah

selesai membuat jadwal dan memperagakan kegiatan

72

Page 86: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

4. Tahap terminasi

a. Evaluasi

1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah selesai menyusun jadwal

kegiatan dan memperagakannya

2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok

b. Tindak lanjut

Terapis menganjurkan klien melaksanakan dua cara mengontrol

halusinasi, yaitu menghardik dan melakukan kegiatan

c. Kontrak yang akan datang

1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya,

yaitu belajar cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap

2) Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat

Evaluasi dan dokumentasi

Evaluasi: evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung,

khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien

sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi: halusinasi sesi 3,

kemampuan yang diharapkan adalah klein melakuakn kegiatan harian untuk

mencegah timbulnya halusinasi.

73

Page 87: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

Sesi 3:Stimulasi persepsi: halusinasi

Kemampuan Mencegah Halusinasi Dengan Melakukan Kegiatan

NoAspek yang di nilai

Nama klien

1. Menyebutkan kegiatan yang dilakukan

2. Memperagakan kegiatan yang bisa dilakukan

3. Menyusun jadwal kegiatan

4. Meyebutkan dua cara mengontrol halusinasi

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.

2. Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan menyebutkan kegiatan harian

yang biasa dilakukan, memperagakan salah satu kegiatan, menyusun jadwal

kegiatan harian, dan menyebutkan dua cara mencegah halusinasi.. Beri tanda

√ jika klien mampu dan tanda x jika klien tidak mampu.

Dokumentasi: dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK

pada catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti TAK

stimulasi persepsi: halusinasi sesi 3. Klien mampu memperagakan kegiatan harian

dan menyusun jadwal. Anjurkan klien melakukan kegiatan untuk mencegah

halusinasi.

74

Page 88: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

Sesi 4: mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap

Tujuan:

1. Klien memahami pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain untuk

mencegah munculnya halusinasi

2. Klien dapat becakap-cakap dengan orang lain untuk mencegah halusinasi

Setting:

1. Terapis dank lien duduk bersama dalam lingkaran

2. Ruangan nyaman dan tenang

Alat:

1. Spidol dan whiteboard/papan tulis/ flipchart

2. Jadwal kegiatan harian klien dan pulpen

Metode:

1. Diskusi kelompok

2. Bermain peran/ simulasi

Langkah kegiatan:

1. Persiapan

a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi

b. Terapis membuat kontrak dengan klien 3

c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi

a. Salam terapeutik

1) Salam dari terapis kepada klien

2) Klien dan terapis pakai papan nama

75

Page 89: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

b. Evaluasi/ validasi

1) Menanyakan perasaan klien saat ini

2) Menanyakan pengalaman klien setelah menerapkan dua cara yang

telah dipelajari (menghardik, menyibukkan diri dengan kegiatan

terarah) untuk mencegah halusinasi

c. Kontrak

1) Terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol halusinasi dengan cara

bercakap-cakap

2) Terapis menjelaskan aturan main berikut:

a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta

izin kepada terapis

b) Lama kegiatan 45 menit

c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

3. Tahap kerja

a. Terapis menjelaskan pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain untuk

mengontrol dan mencegah halusinasi

b. Terapis meminta tiap klien menyebutkan orang yang biasa dan bias diajak

bercakap-cakap

c. Terapis meminta tiap klien menyebutkan pokok pembicaraan yang biasa

dan bias dilakukan

d. Terapis memperagakan cara bercakap-cakap jika halusinasi muncul

“suster, ada suara di telinga, saya mau ngobrol saja dengan suster“ atau

“suster saya mau ngobrol tentang kapan saya boleh pulang”

e. Terapis meminta klien untuk memperagakan percakapan dengan orang

disebelahnya

76

Page 90: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

f. Berikan pujian atas keberhasilan klien

g. Ulangi e dan f sampai semua klien dapat giliran

4. Tahap terminasi

a. Evaluasi

1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK

2) Terapis menanyakan TAK mengontrol halusinasi yang sudah dilatih

3) Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok

b. Tindak lanjut

Menganjurkan klien menggunakan tiga cara mengontrol halusinasi, yaitu

menghardik, melakukan kegiatan harian, dan bercakap-cakap

c. Kontrak yang akan datang

1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya,

yaitu belajar cara mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat

2) Terapis menyepakati waktu dan tempat

Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi: evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya

pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan

tujuan TAK. Untuk stimulasi persepsi: halusinasi sesi 4, kemampuan yang

diharapkan adalah mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap. Fomulir evaluasi

sebagai berikut:

77

Page 91: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

Sesi 4:Stimulasi persepsi: Halusinasi

Kemampuan Bercakap-cakap untuk Mencegah Halusinasi

NoAspek yang di nilai

Nama klien

1. Menyebutkan orang yang diajak bicara

2. Meperagakan percakapan3. Menyusun jadwal

percakapan4. Meyebutkan tiga cara

mengontrol dan mencegah halusinasi

Petunjuk:

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.

2. Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan menyebutkan orang yang biasa

diajak bicara, memperagakan percakapan, menyusun jadwal percakapan,

menyebutkan tiga cara mencegah halusinasi. Beri tanda √ jika klien mampu

dan tanda x jika klien tidak mampu.

Dokumentasi: dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK

pada catatan proses keperawatan tiap klien. contoh: klien mengikuti TAK

stimulasi persepsi: halusiansi sesi 4. Klien belum mampun secara lancer berckap-

cakap dengan orang lain. Anjurkan klien bercakap-cakap dengan perawat dank

lien lain di ruang rawat.

78

Page 92: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

Sesi 5: mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat

Tujuan:

1. Klien memahami pentingnya patuh minum obat

2. Klien memahami akibat tidak patuh minum obat

3. Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat

Setting:

1. Terapis dengan klien duduk bersamaan dalam lingkaran

2. Ruangan nyaman dan tenang

Alat:

1. Spidol dan whiteboard/papan tulis/ flipchart

2. Jadwal kegiatan harian

3. Beberapa contoh obat

Metode:

1. Diskusi dan Tanya jawab

2. Melengkapi jadwal harian

Langkah kegiatan:

1. Persiapan

a. Mengingatkan kan kontrak kepada klien yang telah mengikuti sesi 4

b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi

a. Salam terapeutik

1) Salam dari terapis kepada klien

2) Terapis dan klien memakai papan nama

79

Page 93: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

b. Evaluasi/ validasi

1) Menanyakan perasaan klien saat ini

2) Terapis menanyakan pengalaman klien mengontrol halusinasi setelah

menggunakan tiga cara yang telah di pelajari (menghardik,

menyibukkan diri denagn kegiatan, dan bercakap-cakap)

c. Kontrak

1) Terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol halusinasi dengan patuh

minum obat

2) Menjelaskan aturan main berikut

a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta

izin kepada terapis

b) Lama kegiatan 45 menit

c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

3. Tahap kerja

a. Terapis menjelaskan untungnya patuh minum obat, yaitu mencegah

kambuh karena obat member perasaan tenang, dan memperlambat kambuh

b. Terapis menjelaskan kerugian tidak patuh minum obat, yaitu penyebab

kambuh

c. Terapis meminta tiap klien menyampaikan obat yang dimakan dan waktu

memakannya. Buat daftar di whiteboard

d. Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar waktu

minum obat, benar orang yang minum obat, benar cara minum obat, benar

dosis obat.

80

Page 94: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

e. Minta klien menyebutkan 5 benar cara minum obat, secara bergiliran

f. Berikan pujian pada klien yang benar

g. Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat (catat di whiteboard)

h. Mendiskusikan perasaan klien setelah teratur minum obat (catat di

whiteboard)

i. Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yitu salah satu mencegah

halusinasi/ kambuh

j. Menjelaskan akibat/ kerugian tidak patuh minum obat, yaitu kejadian

halusinasi/ kambuh

k. Meminta klien menyebutkan kembali keuntungan patuh minum obat dan

kerugian tidak patuh minum obat

l. Memberikan pujian tiap kali klien benar

4. Tahap terminasi

a. Evaluasi

1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK

2) Terapis menanyakan jumlah cara mengontrol halusinasi yang sudah

dipelajari

3) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok

b. Tindak lanjut

Menganjurkan klien menggunakan 4 cara mengontrol halusinasi,

yaitu menghardik, melakukan kegiatan harian, bercakap-cakap, dan patuh

minum obat.

81

Page 95: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

c. Kontrak yang akan datang

1) Terapis mengakhiri sesi TAK stimulasi persepsi untuk mengontrol

halusinasi

2) Buat kesepakatan baru untuk TAK yang lain sesuai dengan indikasi

klien

Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi: evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya

pada tahap kerja. Aspek yang di evaluasi adalah kemampuan halusinasi sesi 5,

kemampuan klien yang di harapkan adalah menyebutkan 5 benar cara minum

obat, keuntungan minum obat, dan akibat tidak patuh minum obat. Formulir

evaluasi sebagai berikut:

82

Page 96: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

Sesi 5:Stimulasi Persepsi: Halusinasi

Kemampuan Patuh Minum Obat untuk Mencegah Halusinasi

No Nama klien Menyebutkan 5 benar cara

minum obat

Menyebutkan keuntungan minum obat

Menyebutkan akibat tidak

patuh minum obat

1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.

11.

12.

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.

2. Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan menyebutkan lima benar cara

minum obat, keuntungan minum obat, dan akibat tidak patuh minum obat..

Beri tanda √ jika klien mampu dan tanda x jika klien tidak mampu.

Dokumentasi: dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien pada

catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti sesi 5, TAK

stimulasi persepsi: halusinasi. Klien mampu menyebutkan 5 benar cara minum

obat, manfaat minum obat, dan akibat tidak patuh minum obat (kambuh).

Anjurkan klien minum obat dengan cara yang benar.

83

Page 97: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

Lampiran 8

Frequency TablePRETEST

Frequency PercentValid

PercentCumulative

PercentValid 2 1 7.1 7.1 7.1

3 1 7.1 7.1 14.34 1 7.1 7.1 21.45 5 35.7 35.7 57.16 4 28.6 28.6 85.77 2 14.3 14.3 100.0Total 14 100.0 100.0

POSTEST

Frequency PercentValid

PercentCumulative

PercentValid 2 1 7.1 7.1 7.1

3 4 28.6 28.6 35.74 5 35.7 35.7 71.45 3 21.4 21.4 92.96 1 7.1 7.1 100.0Total 14 100.0 100.0

KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid MAMPU 12 85.7 85.7 85.7 TIDAK

MAMPU2 14.3 14.3 100.0

Total 14 100.0 100.0

84

Page 98: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

T-Test

Paired Samples Statistics

Mean NStd.

DeviationStd. Error

MeanPair 1 PRETES

T5.14 14 1.406 .376

POSTEST

3.93 14 1.072 .286

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.Pair 1 PRETEST &

POSTEST14 .875 .000

Paired Samples Test

Paired Differences t dfSig. (2-tailed)

Mean

Std. Deviati

on

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the

Difference MeanStd.

Deviation

Std. Error Mean

Lowe

r Upper Lower Upper Lower Upper Lower UpperPair 1 PRETEST

- POSTEST

1.214 .699 .187 .811 1.618 6.497 13 .000

85

Page 99: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

Lampiran 9

DOKUMENTASI PENELITIAN

86

Page 100: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

Gambar penerapan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi halusinasi pada pasien halusinasi sesi 1 – sesi 5.

87

Page 101: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

LEMBAR KONSUL

Nama : Virgo FarestiNim : 09121368Nama Pembimbing : Heppi Sasmita, SKp, M.Kep.,Sp. JiwaJudul Skripsi : Efektifitas Penggunaan Terapi Aktivitas Kelompok

Stimulasi Persepsi terhadap kemampuan mengontrol halusinasi pada Klien dengan Gangguan Sensori Persepsi Halusinasi di RS. Jiwa Prof. HB Sa’anin Padang Tahun 2013.

No Hari/Tanggal Materi Konsul Hasil KonsultasiTtd

Pembimbing

88

Page 102: Skripsi Virgo Faresti Revisi 19 Agustus 2013

LEMBAR KONSUL

Nama : Virgo FarestiNim : 09121368Nama Pembimbing : Ns. Guslinda, M.Kep.,Sp. Kep.JJudul Skripsi : Efektifitas Penggunaan Terapi Aktivitas Kelompok

Stimulasi Persepsi terhadap kemampuan mengontrol halusinasi pada Klien dengan Gangguan Sensori Persepsi Halusinasi di RS. Jiwa Prof. HB Sa’anin Padang Tahun 2012

No Hari/Tanggal Materi Konsul Hasil KonsultasiTtd

Pembimbing

89