Skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/22610/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jika...
Transcript of Skripsi) - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/22610/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Jika...
Partisipasi Lembaga Perlindungan Anak (LPA) dalam Upaya Perlindungan
Anak di Kabupaten Pringsewu
(Skripsi)
Oleh
Yuli Kurnia Sari
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016
ABSTRACT
Participation of Lembaga Perlindungan Anak (LPA) in the Protection of
Children in Pringsewu Regency
By
Yuli Kurnia Sari
Child protection is one of the efforts that continue to be made by the government
Pringsewu Regency in reducing the amount of violence that occurred. Child
protection efforts can not be done only by the government but there needs to be
participation of the community and community organizations focused on child
protection issues. One of the institutions that participated in the child protection
efforts is the Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Pringsewu Regency. LPA
participation in the protection of children in the District Pringsewu showed
significant gains against the violence which occurred in 2014. Therefore, it is
important to do research on the forms of participation and supporting factors and
inhibitors of LPA participation in child protection efforts. The goal is to determine
the LPA forms of participation and to identify enabling and inhibiting factors. The
method used is a qualitative research method.
The results show that the LPA form of participation in the planning stages are on
the ladder of participation Citizen Power. During the implementation phase, LPA
is able to mobilize resources, able to carry out coordination and elaboration of
programs but funding is limited. LPA form of participation in decision benefits is
horizontal participation. In the evaluation of child protection including child
protection program evaluation, evaluation data on the number of cases of
violence, the number of cases and monitoring of victims assisted. In the
implementation of this program there are several obstacles ranging from
enthusiastic people, lack of partner institutions, facilities and infrastructure, yet
there is no target. It is necessary to increase public participation, adding
infrastructure, targeting protection program.
Keywords: Participation, child protection agencies
ABSTRAK
Partisipasi Lembaga Perlindungan Anak (LPA) dalam Upaya Perlindungan
Anak di Kabupaten Pringsewu
Oleh
Yuli Kurnia Sari
Perlindungan anak merupakan salah satu upaya yang terus dilakukan oleh
pemerintah Kabupaten Pringsewu dalam mengurangi jumlah kekerasan yang
terjadi. Upaya perlindungan anak tidak dapat dilakukan hanya oleh pemerintah
saja, namun perlu ada peran serta masyarakat dan lembaga masyarakat yang
fokus terhadap masalah perlindungan anak.Salah satu lembaga yang ikut
berpartisipasi dalam upaya perlindungan anak tersebut adalah Lembaga
Perlindungan Anak(LPA) Kabupaten Pringsewu.Partisipasi LPA dalam upaya
perlindungan anak di Kabupaten Pringsewu menunjukkan hasil yang signifikan
terhadap jumlah kekerasan yang terjadi pada tahun 2014. Oleh karena itu
penting dilakukan penelitian tentang bentuk partisipasi dan faktor pendukung
serta penghambat partisipasi LPA dalam upaya perlindungan anak. Tujuannya
untuk mengetahuibentuk partisipasi LPA serta mengidentifikasi faktor
pendukung dan penghambat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
penelitian kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk partisipasi LPA dalam tahap
perencanaan berada pada tangga partisipasi CitizenPower. Pada tahap
pelaksanaan, LPA mampu menggerakkan sumber daya, mampu melaksanakan
koordinasiserta penjabaran program namun dana yang dimiliki terbatas. Bentuk
partisipasi LPA dalam pengambilan manfaat adalah partisipasi horizontal.
Dalam evaluasi perlindungan anak meliputi evaluasi program perlindungan
anak, evaluasi data jumlah kasus kekerasan, jumlah kasus yang didampingi serta
pemantauan korban.Dalam pelaksanaan program ini terdapat beberapa kendala
mulai dari antusias masyarakat, kurangnya lembaga mitra, sarana dan prasarana,
belum ada target. Maka perlu meningkatkan partisipasi masyarakat, menambah
sarana dan prasarana,penentuan target program perlindungan.
Kata kunci: Partisipasi, lembaga perlindungan anak.
Partisipasi Lembaga Perlindungan Anak (LPA) dalam Upaya Perlindungan
Anak di Kabupaten Pringsewu
Oleh
Yuli Kurnia Sari
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA ILMU ADMINISTRASI NEGARA
Pada
Jurusan Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis adalah anak keempat dari lima bersaudara yang
dilahirkan di Desa Bumiratu, Kec. Pagelaran, Kab. Pringsewu
pada tanggal 30juli 1994 dari pasangan Bapak Karimin dan
Ibu Sumarni. Pendidikan yang ditempuh oleh penulis dimulai
dari SD Negeri 2 Bumiratu pada tahun 2000-2006, kemudian
penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang menengah pertama di SMP Negeri
1Pagelaran pada tahun 2006-2009. Pendidikan jenjang menengah atas penulis
tempuh di SMA Negeri 1 Pringsewu pada tahun 2009-2012. Pada tahun 2012,
penulis diterima di Universitas Lampung pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik jurusan Administrasi Negara melalui jalur undangan.
Selama masa kuliah penulis mencoba untuk ikut aktif pada organisasi
kemahasiswaan yang ada di kampus. Keikutsertaan penulis dalam organisasi
kampus dimulai sejak penulis bergabungdengan BEM F, penulis tergabung dalam
anggota Garda Muda. Selanjutnya penulis juga bergabung dalam divisi KPK
(Kajian Pengembangan Keilmuan) Himagara FISIP Universitas Lampung. Selama
masa perkuliahan penulis mendapatkan beasiswa BidikMisi. Pada bulan Januari
2015 penulis melaksanakan kuliah kerja nyata (KKN) selama 40 hari di Kampung
Bumi Dipasena Sejahtera, Kecamatan Rawajitu Timur, Kabupaten Tulang
Bawang.
MOTTO
Barang siapa bersungguh-sungguh, sesungguhnya kesungguhannya itu adalah
untuk dirinya sendiri.
(Q.S Al-Ankabut: 6)
Jika seseorang bepergian dengan tujuan untuk mencari ilmu, maka Allah SWT
akan menjadikan perjalanannya bagaikan perjalanan menuju surga
(Nabi Muhammad SAW)
Kita berdoa kalau kesusahan dan membutuhkan sesuatu, mestinya kita juga
berdoa dalam kegembiraan besar dan saat rezeki melimpah
(Kahlil Gibran)
Perlakukan orang lain sebagaimana kamu ingin diperlakukan
(Penulis)
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap rasa syukur kepada Allah SWT
Kupersembahkan karyaku ini untuk orang-orang yang menyayangiku:
Bapak dan Mamakku Tersayang
Yang selalu menjadi sumber kekuatan untuk menjalani semua proses ini serta
yang selalu memberikan doa, dukungan, nasehat, dan kasih sayang yang tiada
henti.
Mamas-mamasku serta adikku
Yang telah memberikan dukunganuntukku selama ini, baik kuliah maupun di luar
kuliah. Terimakasih untuk kasih sayang yang telah kalian berikan.
Segenap keluarga besar yang selalu memberikan
dukungan dan doa kepadaku
Sahabat-sahabat yang selalu ada dalam perjalanan
hidupku
Para dosen dan Civitas Akademika
Yang telah memberikan bekal ilmu, dukungan, dan doa agar bisa sukses
kedepannya
Almamater tercinta Universitas Lampung
SANWACANA
Assalamuala’ikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat, karunia, dan kasih sayang-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Partisipasi Lembaga Perlindungan Anak
(LPA) dalam Upaya Perlindungan Anak di Kabupaten Pringsewu”.Skripsi ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana (S1) pada Jurusan
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
Penulis menyampaikan ucapan terimakasih sebesar-besarnya pada semua pihak
yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa karya
ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu penulis selalu mengharapkan saran
dan kritik yang membangundari pihak pembaca yang arif guna tugas selanjutnya
di masa yang akan datang. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Allah SWT;
2. Bapak Drs. Agus Hadiawan M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Lampung yang telah banyak membantu dan
memberikan kemudahan kepada penulis selama kuliah.
3. Bapak Dr. Dedi Hermawan S.Sos, M.Si selaku Kepala Jurusan Administrasi
Negara serta selaku dosen pembimbing akademik penulis yang telah banyak
membantu dan memberikan kemudahan kepada penulis selama kuliah.
4. Bapak Nana Mulyana, S.Ip., M.Si. Selaku dosen pembimbing utama skripsi
yang telah banyak memberikan masukan, saran dan nasehat serta kesabaran
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Dewie Brima Atika S.IP, M.Si selaku dosen pembimbing pembantu
skripsi yang telah banyak memberikan masukan, saran dan nasehat serta
kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Ibu Meiliyana, S.IP., M.A.Selaku dosen penguji yang telah memberikan
kritik, saran, dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan dan
menyempurnakan skripsi ini.
7. Segenap dosen pengajar atas bimbingan dan ilmu yang telah diberikan, dan
para karyawan yang telah banyak memberikan kemudahan kepada penulis
selama kuliah.
8. Ibu Nuraini selaku staf adminstrasi jurusan S-1 ilmu administrasi negara yang
telah banyak membantu dan mendukung penulis selama menyelesaikan
program study.
9. Kedua orang tuaku, Bapak Karimin sebagai bapak terhebat, bapak tersabar,
bapak tersayang bagi penulis.Bapak yang dalam diam tersimpan sejuta
impian untuk anak-anaknya. Terimakasih pak atas semua doa, dukungan,
keringat, pengorbanan bapak bagi anakmu ini dan mamak Sumarni, sosok
seorang ibu, sahabat, teman curhatpenulis. Sosok yang tidak pernah
menampakkan kesedihan kepada anak-anaknya. Sosok yang selalu
mendukung cita-sita anaknya, serta sosok yang tidak pernah lelah
memberikan nasehat kepada penulis. Terimakasih mak atas segala doa,
dukungan, kesabaran, wejangan-wejangannya. Terimakasih untuk bapak dan
mamak, dua sosok yang sangat menginspirasi penulis dalam segala hal.
Semoga ini menjadi awal yang baik bagi penulis untuk mencapai semua yang
dicita-citakan serta membahagiakan bapak dan mamak lebih dari sekarang.
Semoga dengan usaha, ikhtiar, dan doa restu mamak bapak, penulis akan
sukses dan bisa membahagiakan serta menjadi kebanggaan keluarga.
Aamiinn.
10. Ketiga mamasku, Miswanto mamas pertama penulis. Sosok yang selalu
berusaha membuat penulis tertawa dengan canda dan tawa diciptakan. Meri
Yanto mamas kedua penulis, sebagai seorang kakak yang selalu memberikan
perhatian kepada penulis. Serta Deddy Safriandi mamas ketiga penulis yang
selalu memberi dukungan penuh terhadappendidikan adiknya. Terimakasih
untuk kalian telah menjadi kakak-kakak terbaik dan terhebat bagi penulis.
Terimakasih untuk dukungan baik secara moral dan material yang telah
kalian berikan bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah.
11. Adikku tercinta Rizki Pangestu, adik dengan segala cita-cita besarnya. Adik
termanja tapi sok dewasa yang selalu mengingatkan penulis jika melakukan
kesalahan. Adik sekaligus tempat keluh kesah penulis selama ini. Inget dek
perjalanan kamu masih panjang, terus berjuang raih cita-cita kamu. Alloh
selalu bersama orang-orang yang senantiasa berusaha dek, inget itu.
Terimakasih sudah menjadi teman bagi penulis, menjadi penyemangat bagi
penulis.
12. Mbak iparku, mbak Uus dan mbak feri terimakasih untuk semua doa dan
dukungan yang diberikan kepada penulis. Tak lupa kepada dua ponakan
tercinta, Farent Rendra Pratama keponakan tante yang pinter banget di
sekolahnya. Serta Devcha Almahira Sakhi cucu perempuan mbah kakung dan
mbah uti, sekaligus keponakan tante yang tomboy. Terimakasih untuk canda
dan tawa yang kalian buat, terus menjadi keponakan yang membanggakan
yaa.
13. Sahabat-sahabat terhebatku, Ana Triatun Amaliyah (kak ana) satu SMA tapi
gak saling kenal sebelumnya dan akhirnya diperkenalkan di bangku kuliah
yang membuat kita lebih dekat sekarang, yang selalu bersama dari awal
prariset kemana-mana bareng tapi lulus duluan. Terimakasih banyak untuk
semua bantuannya, jadi tempat curhat tentang segala hal, tempat ngadu,
sampe jadi asisten turlap terhebat, maaf membuatmu selalu kerepotan sampe
harus bolak-balik pandansari-pringsewu demi menemani penulis. Nur Azizah
(njul)salah satu sosok yang paling dewasa diantara kita, selalu kangen saat
ngobrol bareng dia, nasehat-nasehat dia, ceplas-ceplosnya tapi semua sifat
kamu itu yang buat aku jadi pengen kayak kamu, tetap jadi sosok yang
menyenangkan.Kholifatul Munawaroh, S.A.N sosok yang sangat keibuan,
sabar, ramah, baik, sholehah, dan semua sifat baik mamak. Tetap jadi mamak
buat kita. Anggi Herliani, S.A.N (Sitik) yang suka galau tapi wisuda duluan.
Sahabat yang paling rajin mengingatkanskripsipenulis, pinter, baik, dan
semuanya.
14. Sahabat-sahabat kolam pemancingan haji, Nita Rianayang paling ceplas
ceplos. Sosok yang dewasa, menyenangkan serta care dengan penulis.
Sahabat yang sudah 4 tahun hidup bersama dengan penulis, mulai di Pondok
Ratu sampe sekarang di kontrakankolam haji.Arum Nilasari, tujuh tahun
kebersamaan dengan penulis. Sahabat yang paling sabar mendengarkan cerita
serta keluh kesah penulis, sabar banget liat drama yang sering banget terjadi.
Salah satu orang yang baik banget, yang selalu menemani penulis
kemanapun, dan selalu direpotin. Selanjutnya Lintang Yunita Afriana (si
bawel) yang kalo dateng bikin kosan gempar, selalu bikin ribut di kosan tapi
salah satu orang yang punya semangat tinggi banget apalagi buat lanjut S2
nya dan jalan-jalan keliling dunianya. Salah satu sahabat yang baik banget
walaupun ngeselin memang, tularin semangatnya lintang biar bisa sukses
bareng. Satu lagi si tomboyPrimadya Rosa Ayu A. walaupun baru gabung
setelah di kolam pemancingan haji tapi tetapmenjadi sahabat yang baik bagi
penulis. Terimakasih buat kalian semua, terimakasih untuk kebersamaan kita
selama ini, terimakasih untuk dukungan kalian, motivasi kalian selama ini.
15. Teman-teman kolam pemancingan haji lainnya, Dini Gunawan (Digun) dan
Diko Wijaya (Dijay)yang memperkenalkan kita dengan kolam pemancingan
haji ini sekaligus temen satu SMA penulis. Serta Rizky Alfareza, Herfian
Syahputra, Galuh, dan iwan. Terimakasih untuk kebersamaan kalian.
16. Kawan-kawan AMPERA, Rifki (nyum yang selalu senyum apapun
keadaannya) maaf ya motor pernah dirusakin,Bli Putu (pembahas setia dari
proposal sampe hasil) serta yeen dan yuyun pembahaslainnya.Ikhwan, Mas
Ageng, Quma,Bung Andre, Yogi, Ihsan, Arie rekza, Pak Endri, Serly, Putri,
Dara, Frisca, Purnama, Kirana, Melda, Chairani,Guruh, Erna, Firda, Fitri,
Lena, Anisa, Lina, Johan, Melisa, Merita, Dian, Novaria, Stephani, Si kembar
(Imam-Ipul), Eko, Icay, Ajeng, Meri, Ali, Sholeh, si cantik OlivaValerin,
Novita Sari,Silvia Tika, Dewi, Betty, Yolanda, Fadila, Rida, Topik, Bayu,
Fajar, Yoanita, Ayu, Tiara, Emi, Widji, Maya, Ariswan, Nadiril, Firdaus,
Sulaiman, Akbar, Ashita, Elin, Annisa Rachma, Berry, Rezki Anantama, dan
yang lainnya yang tidak dapat disebut satu per satu. Terima kasih atas
kebersamaannya selama ini.
17. Saudara serumah selama 40 hari serta keluarga baru di Dipasena Sejahtera
(Tulang Bawang), “Busuk” Edi Ristanto, S.T selaku kordesyang palingbaik,
walaupun kadang ngeselin. Serta sosok yang setia banget, yang mau di ajak
kemana-mana bareng.Abang Rizky Kurnia Ramadhan, abang paling manja
tapi bertanggung jawab sama adik-adiknya, abang yang dalam diam semua
kerjaan kelar talk less do more, sosok yang baik, dan selalu melindungi.
Suliswati (Bisul), teman ngobrol yang luar biasa, teman curhat sekaligus
partnermasak selama KKN. Terakhir Megayana Masta, si bungsu baik di
rumahnya maupun di tempat KKN. Sosok yang manja dan pemalu, suka salah
tingkah sendiri kalo lagi di keramaian. Terimakasih buat kalian, terimakasih
atas kebersamaan, canda tawa serta dukungannya selama ini, semoga
silaturahmi tetap terjaga.
18. Keluarga baru Bumi Dipasena Sejahtera, Ayah dan Ibu (orang tua kami
selama disana) serta Erlambang dan Duta yang udah kaya adek kita disana.
Pak wawan dan Raihan, motivator kita disana dan sampai saat ini. Pak Apri
selaku kepala pekon, Pak Nursit beserta Ibu, Pak Johan beserta keluarga, Mas
Agus, bulek afni, Bu Mar dan Abah, Ambo, serta seluruh pihak yang tidak
dapat penulis sebutkan satu per satu. Terimakasih telah menerima kami dan
membantu kami selama disana.
19. Terimakasih kepada seseorang yang pernah, sedang dan akan menjadi
pendamping bagi penulis.
20. Seluruh pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang
tidak bisa penulis sebutkan satu persatu namanya. Terimakasih atas segala
dukungannya.
Akhir kata semoga segala kebaikan dan bantuan yang diberikan kepada penulis
mendapat balasan dari Allah SWT dan penulis meminta maaf apabila ada
kesalahan yang disengaja ataupun tidak disengaja. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bandar Lampung, 09Juni 2016
Penulis
Yuli Kurnia Sari
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 10
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 10
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 10
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Tentang Partisipasi
2.1.1 Konsep Partisipasi .................................................................... 12
2.1.2 Bentuk Partisipasi ..................................................................... 14
2.1.3 Tipe Partisipasi ......................................................................... 19
2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Partisipasi ... 21
2.1.5 Faktor Penghambat Partisipasi ................................................. 21
2.1.6 Tangga Partisipasi ..................................................................... 23
2.2 Tinjauan Tentang Anak
2.2.1Pengertian Anak ......................................................................... 24
2.3 Kerangka Pikir ......................................................................................... 26
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Tipe dan Pendekatan Penelitian ......................................................... 29
3.2 Fokus Penelitian ................................................................................ 30
3.3 Lokasi Penelitian ................................................................................ 31
3.4 Jenis data ............................................................................................ 31
3.5 Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 32
3.6 Teknik Analisis Data ......................................................................... 35
3.7 Teknik Keabsahan Data .................................................................... 37
BAB IVGAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
4.1. Lembaga Perlindungan Anak ............................................................ 40
4.1.1. Latar Belakang ........................................................................... 40
4.1.2. Visi dan Misi LPA .................................................................... 41
4.1.3. Struktur Organisasi .................................................................... 42
4.1.4 Sejarah LPA ................................................................................ 43
4.2 Gambaran Umum Kabupaten Pringsewu ........................................... 43
4.2.1 SejarahKabupaten Pringsewu ................................................ 43
4.2.2Pembagian Administratif ........................................................... 45
BAB VHASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil ................................................................................................... 47
5.1.1Keterlibatan LPA DalamPengambilan Keputusan
Dalam Perlindungan Anak ................................................................... 47
5.1.2Keterlibatan LPA DalamPelaksanaan Perlindungan Anak ......... 54
5.1.3Keterlibatan LPA DalamPengambilan Manfaat
Dalam Perlindungan Anak ................................................................... 66
5.1.4 Keterlibatan LPA DalamEvaluasi Perlindungan Anak……. ..... 71
5.1.5 Faktor Pendukung dan Penghambat Partisipasi .......................... 74
5.2 Pembahasan ......................................................................................... 79
5.2.1Keterlibatan LPA DalamPengambilan Keputusan
Dalam Perlindungan Anak ................................................................... 79
5.2.2Keterlibatan LPA DalamPelaksanaan Perlindungan Anak ......... 83
5.2.3Keterlibatan LPA DalamPengambilan Manfaat
Perlindungan Anak ............................................................................... 91
5.2.4 Keterlibatan LPA DalamEvaluasi Perlindungan Anak……. ..... 94
5.2.5 Faktor Pendukung dan Penghambat Partisipasi .......................... 96
BAB VIKESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan ........................................................................................ 101
6.1. Saran .................................................................................................. 102
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pikir ............................................................................................. 28
2. Struktur Kepengurusan LPA ........................................................................ 42
3. Pembagian Wilayah Kabupaten Pringsewu ................................................. 45
4.Pembentukan Forum Anak Kecamatan ......................................................... 53
5. Kegiatan Forum Anak pringsewu ............................................................... 56
6.Pelatihan Bagi Forum Anak .......................................................................... 57
7. Formulir Biodata Klient .............................................................................. 63
8. Kegiatan Pendampingan Korban Pemerkosaan .......................................... 64
9. Kegiatan Pendampingan Kasus Anak .......................................................... 65
10. Kegiatan Peningkatan Kreatifitas Anak ..................................................... 67
11. Kegiatan Anak Bersama Masyarakat ........................................................ 69
12. Data Jumlah Kasus yang Didampingi LPA dan P2TP2A ........................ 72
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.Data Jumlah Kasus Kekerasan Terhadap Anak..………………………..3
Tabel 2. Data Jenis Kekerasan Anak...................…………………………………4
Tabel 3. Macam-macam Partisipasi ...................………………………………..16
Tabel 4. Tangga Partisipasi………......................………………………………..23
Tabel 5. Daftar Informan…………………………………………………………33
Tabel 6. Dokumentasi Penelitian…………………………………………….…..35
Tabel 7. Batas Wilayah Kabupaten Pringsewu………………………………………46
\
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Anak adalahamanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa
harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak
sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Anak adalah tunas, potensi, dan
generasi muda penerus perjuangan bangsa, memiliki peran yang strategis dan
mempunyai sifat dan ciri khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa
dan negara di masa depan.
Anak merupakan makhluk yang lemah dan belum dapat melindungi dirinya
sendiri terhadap ancaman yang muncul dari lingkungan sekitarnya.Selain itu, anak
masih tergantung dengan orang lain. Disinilah peran orang tua sebagai orang
terdekat anak bertanggung jawab atas perlindungan terhadap anak. Sehingga anak
dapat merasa aman dan nyaman berada di lingkungan sekitarnya.
Sebagai generasi penerus bangsa, tumbuh kembang anak tidak hanya menjadi
tanggung jawab orang tua, melainkan anak juga menjadi tanggungan bagi
pemerintah dan masyarakat. Seperti yang dijelaskan dalam Undang-undang
Nomor35 tahun 2014 tentang perlindungan anak pasal 20 dijelaskan bahwa
negara, pemerintah, masyarakat, keluarga dan orang tua berkewajiban dan
bertanggung jawab terhadappenyelenggaraan perlindungan anak. Peran serta
masyarakat tersebut baik secara perseorangan maupunkelompok. Hal ini
2
dijelaskan pada pasal 72 Undang-undang Nomor 35 tahun 2014 ayat 1 dan 2 yang
berbunyi (1) masyarakat berperan serta dalam perlindungan anak, baik secara
perorangan maupun kelompok.(2)peran serta masyarakat sebagaimana yang
dimaksud pada ayat 1 dilakukan oleh perseorangan, lembaga perlindungan anak,
lembaga kesejahteraan sosial, organisasi kemasyarakatan, lembaga pendidikan,
media massa dan dunia usaha.
Undang-undang Nomor 35 tahun 2014 tentang perlindungan terhadap anak
menegaskan bahwa pertanggungjawaban orang tua, keluarga,masyarakat,
pemerintah dan negara merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara
terus-menerus demi terlindunginya hak-hak anak. Rangkaian kegiatan tersebut
harusberkelanjutan dan terarah guna menjamin pertumbuhan dan perkembangan
anak, baik fisik, mental, spiritual maupun sosial. Tindakan ini dimaksudkan untuk
mewujudkan kehidupan terbaik bagi anak yang diharapkan sebagai penerus
bangsa yang potensial, tangguh, memiliki nasionalisme yang dijiwai oleh akhlak
mulia dan nilai Pancasila, serta berkemauankeras menjaga kesatuan dan persatuan
bangsa dan negara.
Adanya undang-undang yang mengatur tentang perlindungan terhadap anak
tersebut tidak serta merta menjamin seorang anak akan aman dari tindak
kekerasan. Dewasa ini angka kekerasan terhadap anak menunjukkan peningkatan
yang cukup signifikan.Seperti yang terjadi di Kabupaten Pringsewu, jumlah
kekerasan terhadap anak menunjukkan peningkatan. Peningkatan kekerasan anak
di Kabupaten Pringsewu tersebut dapat di lihat pada tabel di bawah ini.
3
Tabel 1. Data Jumlah Kasus Kekerasan TerhadapAnak
Kabupaten Pringsewu kurun waktu 2012-2014
No Tahun Jumlah Kasus
1 2012 5
2 2013 9
3 2014 19
4 2015 9
Sumber: Unit Pelayanan Perempuan dan AnakKabupaten Pringsewu,
2015
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa jumlah kekerasan terhadap anak di
Kabupaten Pringsewu dalam kurun waktu 2012-2014 mengalami peningkatan
yang cukup signifikan. Khususnya pada tahun 2014 jumlah kekerasan meningkat
dari 9 kasus di tahun 2013 menjadi 19 kasus di tahun 2014. Jika dibandingkan
dengan tahun sebelumnya yang hanya mengalami peningkatan sebesar 4 kasus
kekerasan.Baru pada tahun 2015, angka kekerasan anak mengalami penurunan
yang cukup banyak. Dimana pada tahun 2015 hanya terjadi 9 kasus kekerasan di
Kabupaten Pringsewu.
Kasus kekerasan yang terjadi di Kabupaten Pringsewu tersebut di atas meliputi
kekerasan fisik, kekerasan seksual hingga kekerasan mental yang menimpa anak-
anak dibawah umur.Kasus kekerasan yang sering menimpa anak-anak misalnya
pemukulan yang di lakukan oleh keluarga korban, pembunuhan oleh ibu tiri,
pelecehan seksual hingga pemerkosaan. Pelaku kekerasan pada anak-anak
seringkali merupakan orang-orang terdekat sang anak, misalnya teman sekolah,
tetangga bahkan yang lebih parah saat ini orang tua anak menjadi pelaku tindak
kekerasan pada anak-anaknya. (http://lampost.co/berita/2014-kasus-pencabulan-
anak-di-bawah-umur-meningkat. diakses pada 18 Oktober 2015, pukul 22:32).
Jenis kasus kekerasan yang terjadi dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
4
Tabel 2.DataJenis Kekerasan Anak
Kabupaten Pringsewu
No Jenis Kasus Rentan Usia Jumlah Persentase
1 Pemerkosaan dan Pelecehan seksual 14-16 tahun 5 35,71%
2 Pelecehan seksual 6-15 tahun 4 28,57%
3 Pembunuhan 15 tahun 1 7,15%
4 Hamil di luar nikah 17 tahun 4 28,57%
total 14 100%
Sumber: Olah Data dari Lembaga Perlindungan AnakKabupaten Pringsewu,
2014-2015
Tabel diatas menunjukkan angka kekerasan terhadap anak yang terjadi di
Kabupaten Pringsewu dalam kurun waktu Juni 2014-Mei 2015. Dari tabel
tersebut, diketahui bahwa Jenis kasus kekerasan terhadap anak yang terjadi di
Kabupaten Pringsewu dapat dikelompokkan menjadi:
1. Pemerkosaan dan Pelecehan seksual
2. Pelecehan seksual
3. Pembunuhan
4. Hamil di luar nikah
Kekerasan terhadap anak terjadi di Kabupaten Pringsewu sebagian besar
merupakan tindak kekerasan seksual yang dilakukan oleh orang-orang terdekat,
misalnya orang tua kandung korban. Anak-anak yang seharusnya mendapat
perlindungan dari orang tua dan keluarga, dewasa ini telah berbanding terbalik
dengan kenyataan yang ada. Keluarga bahkan orang tua yang bertanggung jawab
penuh terhadap kehidupan anak kini berubah menjadi tersangka dalam kasus
kekerasan terhadap anak. Walaupun tidak semua kekerasan dilakukan oleh orang
tua kandung sang anak, namun sebagian besar kasus-kasus tersebut dilakukan
oleh orang tua korban. Banyak alasan yang menyebabkan orang tua menganiaya
anaknya. Orang tua tidak lagi memperdulikan kelangsungan hidup anaknya,
5
namun hanya demi memuaskan nafsu dan amarahnya banyak orang tua tega
mencelakakan anaknya.
Perlu adanya tindakan tegas dari aparat dan pemerintah dalam upaya mengurangi
tindak kekerasan terhadap anak. Jika ini hanya dibiarkan maka tidak menutup
kemungkinan jika kasus kekerasan yang menimpa anak akan terus meluas.
Dampak yang ditimbulkan dari kasus kekerasan sangatlah besar. Bagi mental
anak, jika kasus kekerasan ini terus berlanjut maka anak akan merasa khawatir di
lingkungan keluarganya, berkurangnya rasa aman di masyarakat yang akan
menimbulkan anak sulit bergaul dengan masyarakat sekitar karena takut terjadi
kasus serupa.
Upaya perlindungan terhadap anak di Indonesia telah dilakukan sejak lama,hal ini
dapat dilihat dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 39 tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia. Dalam undang-undang tersebut sudah di bahas
mengenai perlindungan terhadap anak. Undang-undang Nomor 39 tahun 1999
telah mencantumkan tentang hak anak, pelaksanaan kewajiban dan tanggung
jawaborang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara memberikan
perlindungan pada anak. Selain itu, pemerintah juga telah mengeluarkan undang-
undang tentang perlindungan terhadap anak yaitu Undang-Undang Nomor 23
tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Namun dalam rangka meningkatkan perlindungan terhadap anak perlu dilakukan
penyesuaian beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002
tentang Perlindungan Anak. Oleh karena itu, pemerintah membentuk Undang-
undang Nomor35 tahun2014 tentang perlindungan anak. Dengan demikian
6
pembentukan undang-undang ini berdasarkan pada pertimbangan bahwa
perlindungan anak dalam segala aspeknya merupakan bagian dari kegiatan
pembangunan nasional, khususnya dalam memajukan kehidupan berbangsa dan
bernegara. Diharapkan dengan dibentuknya undang-undang ini kehidupan
berbangsa dan bernegara akan terus maju bersama dengan perkembangan anak-
anak bangsa.
Hingga saat ini pemerintah telah berupaya dalam mengurangi jumlah kekerasan
terhadap anak. Upaya Pemerintah Kabupaten Pringsewu dalam mengurangi
jumlah kekerasan terhadap anak di Kabupaten Pringsewu yaitu melalui melalui
Badan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
(Badan KB, PP dan PA), pemerintah membentuk beberapa program, diantaranya
sosialisasi, peningkatan kapasitas anak dengan membentuk forum anak, dan
workshop.
Namun program-program yang telah dibuat oleh pemerintah belum mampu
memberi dampak yang positif dalam implementasi Undang-Undang Nomor 35
tahun 2014.Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya jumlah kekerasan terhadap
anak yang terjadi di Kabupaten Pringsewu. Bahkan terjadi kenaikan jumlah kasus
kekerasan yang terjadi dari tahun 2012 hingga 2014. Disinilah peran lembaga-
lembaga yang fokus terhadap masalah perlindungan anak dibutuhkan dalam
implementasi undang-undang ini.Upaya perlindungan anak tidak bisa hanya
dilakukan oleh pemerintah, namun masyarakat dan lembaga masyarakat juga
dibutuhkan dalam upaya perlindungan anak ini.
7
Undang-undang Nomor35 tahun 2014 tentang perlindungan anak pasal 20
menjelaskan bahwa negara, pemerintah, masyarakat, keluarga dan orang tua
berkewajiban dan bertanggung jawab terhadappenyelenggaraan perlindungan
anak. Peran serta masyarakat tersebut baik secara perseorangan maupun
kelompok. Hal ini dijelaskan pada pasal 72 Undang-undang Nomor 35 tahun 2014
ayat 1 dan 2 yang berbunyi (1) masyarakat berperan serta dalam perlindungan
anak, baik secara perorangan maupun kelompok.(2)peran serta masyarakat
sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1 dilakukanoleh perseorangan, lembaga
perlindungan anak, lembaga kesejahteraan sosial, organisasi kemasyarakatan,
lembaga pendidikan, media massa dan dunia usaha.
Lembaga Perlindungan Anak Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu contoh
lembaga swadaya masyarakat dan merupakan lembaga yang bergerak di bidang
perlindungan anak. LPAmerupakanlembaga masyarakat yang bersifat independen,
guna pemantauan, pemajuan dan perlindungan hak-hak asasi anak.LPA dibentuk
atas inisiatif masyarakat yang peduli terhadap masalah anak yang berkumpul dan
membentuk suatu lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dalam bidang
perlindungan anak dan membantu pemerintah dalam upaya perlindungan anak.
LPA sebagai salah satu lembaga swadaya masyarakat (LSM), ikut andil
membantu pemerintah dalam upaya perlindungan anak.Berdasarkan Undang-
Undan Nomor35 tahun 2014, LPA sebagai lembaga swadaya masyarakat menjadi
implementor dalam undang-undang tersebut.Dimana LPA menjadi mitra
pemerintah dalam upaya perlindungan anak di Kabupaten Pringsewu.
8
Hal ini sesuai dengan konsep tata pemerintahan yang baik atau yang sering
disebut Good Governance.Billah dalam Azra (2005: 180) mengatakan bahwa
Good Governancedapat diartikan sebagai tindakan atau tingkah laku yang
didasarkan pada nilai-nilai yang bersifat mengarahkan, mengendalikan dan
mempengaruhi masalah publik untuk mewujudkan nilai-nilai itu dalam tindakan
dan kehidupan keseharian.Dengan demikian ranah Good Governance tidak
terbatas pada negara atau birokrasi pemerintahan, tetapi juga pada ranah
masyarakat sipil yang direpresentasikan oleh organisasi non-pemerintah (Ornop)
seperti lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan juga sektor swasta.Artinya dalam
konsepGood Governnance ini upaya pemerintah dalam perlindungan anak tidak
hanya sebatas tugas dan kewajiban pemerintah saja. Namun masyarakat serta
organisasi non-pemerintah juga memiliki tanggungjawab yang sama besarnya
dalam upaya perlindungan anak. Dalam hal ini Lembaga Perlindungan Anak
Kabupaten Pringsewu merupakan aktor dalam perlindungan anak.
Selain partisipasi, keterlibatan LPA dalam upaya perlindungan anak di Kabupaten
Pringsewu merupakan salah satu bentuk transparansi pemerintah dalam
perlindungan anak.Yang mana transparansi dilaksanakan untukmenciptakan
kepercayaan timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan
informasi dan menjamin kemudahan didalam memperoleh informasi.Kaitannya
dengan penelitian ini yaitu upaya menciptakan kepercayaan timbal balik anatara
pemerintah melalui Badan KB dan PP kepada masyarakat melalui LPA dalam
menyediakan informasi mengenai perlindungan anak.
9
Jumlah LSM yang ada di Kabupaten Pringsewu terbilang banyak
jumlahnya.Alasan dipilihnya LPA dalam penelitian ini adalah LPA merupakan
LSM yang yang memiliki fokus di bidang advokasi anak.Selain itu, sejak
dibentuknya LPA, upaya perlindungan anak terus dilakukan pemerintah dengan
melibatkan lembaga tersebut.Dengan adanya partisipasi tersebut upaya
perlindungan anak menunjukkan hasil yang positif.Hal ini dapat dilihat pada tabel
1 dimana jumlah kekerasan yang terjadi di Kabupaten Pringsewu berkurang
menjadi 9 kasus pada tahun 2015.Penurunan jumlah kasus anak tersebut
merupakan salah satu prestasi bagi lembaga perlindungan anak dalam
melaksanakan kegiatannya. Diharapkan dengan adanya prestasi ini dapat menjadi
pembelajaran dan contoh bagi LSM lain dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya.
Selain itu Kabupaten Pringsewu merupakan daerah otonomi baru yang diresmikan
pada 2009, sebagai daerah otonomi baru membutuhkan dukungan dari berbagai
aspek dalam melaksanakan pembangunan.Salah satunya adalah dukungan dari
lembaga-lembaga non pemerintah.LPA dibentuk pada tahun 2014 dan
berpartisipasi dengan pemerintah pada tahun 2014. Keberadaan LPA di Pringsewu
menjadi salah satu upaya pembangunan di Kabupaten Pringsewu khususnya
dalam perlindungan anak.Sebagai daerah otonomi baru apakah keberadaan LPA
sesuai dengan kebutuhan dalam upaya perlindungan anak di Kabupaten
Pringsewu.
10
Dari latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “Partisipasi Lembaga Perlindungan Anak(LPA) dalam Upaya
Perlindungan Anak di Kabupaten Pringsewu”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana Partisipasi Lembaga Perlindungan Anak(LPA) dalamUpaya
Perlindungan Anakdi Kabupaten Pringsewu?
2. Apa saja faktor penghambat dan faktor pendukung partisipasi Lembaga
Perlindungan Anak (LPA) dalamUpaya Perlindungan Anakdi Kabupaten
Pringsewu?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui partisipasi Lembaga Perlindungan (LPA) dalamUpaya
Perlindungan Anakdi Kabupaten Pringsewu.
2. Untuk mengetahui faktor penghambat dan faktor pendukung partisipasi
Lembaga Perlindungan Anak(LPA) dalamUpaya Perlindungan Anakdi
Kabupaten Pringsewu.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Manfaat teoritis
11
Secara teoritis penlitian ini akan lebih memperkaya kajian-kajian yang
berhubungan dengan kajian Ilmu Administrasi Negara yaitu Administrasi
Pembangunan yang terkait dengan partisipasi. Selain itu, sebagai pedoman
atau referensi bagi peneliti lain yang tertarik untuk mengadakan penelitian
di bidang atau permasalahan yang sama di masa yang akan datang,
khususnya yang berkaitan dengan partisipasi lembaga.
2. Manfaat praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi
Lembaga Perlindungan Anak dalam melaksanakan tugas selanjutnya
dalam upaya perlindungan anak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Tentang Partisipasi
2.1.1 Konsep Partisipasi
Dalam sebuah pembangunan, partisipasi masyarakat merupakan salah satu aspek
yang perlu diperhatikan. Pembangunan masyarakat diarahkan pada perbaikan
kondisi hidup masyarakat. Pembangunan masyarakat sebagai upaya untuk
mengubah keadaan dari yang kurang dikehendaki menuju keadaan yang lebih
baik. Oleh karena itulah partisipasi masyarakat merupakan salah satu aspek yang
dapat menentukan keberhasilan suatu pembangunan tersebut. Hal ini sejalan
dengan konsep-konseppartisipasi yang dikemukakan oleh beberapa ahli di bawah
ini.
Konsep partisipasi dikemukakan oleh beberapa ahli, di antaranya yaitu Pidarta
dalam Dwiningrum (2011:50) menyatakan bahwa partisipasi adalah pelibatan
seseorang atau beberapa orang dalam suatu kegiatan. Keterlibatan tersebut dapat
berupa keterlibatan mental dan emosional serta fisik dalam menggunakan segala
kemampuan yang dimilikinya (berinisiatif) dalam segala kegiatan yang
dilaksanakan serta mendukung pencapaian tujuan dan tanggung jawab atas segala
keterlibatan. Hal senada dikemukakan oleh Webster dalam Theresia (2014: 196)
yang mengartikan partisipasi sebagai tindakan untuk “mengambil bagian” yaitu
13
kegiatan atau pernyataan untuk mengambil bagian dari kegiatan dengan maksud
memperoleh manfaat.
Beberapa ahli lain yang juga ikut mendefinisikan partisipasi adalah Cohen dan
Uphoff dalam Dwiningrum (2011:51) yang menjelaskan bahwa partisipasi
sebagai keterlibatan dalam proses pembuatan keputusan, pelaksana program,
memperoleh kemanfaatan dan mengevaluasi program. Partisipasi dapat
ditunjukkan melalui ide-ide pembangunan yang akan dijalankan, ketanggapan
masyarakat akan fenomena-fenomena sosial yang terjadi. Hal ini yang dibutuhkan
dalam setiap pembangunan yang berbasis pada partisipasi masyarakat.
Selanjutnya menurut Chandra (2003:5) menjelaskan bahwa partisipasi sebagai
pengetahuan dan teknik yang ditunjukkan sebagai alat penyelesaian masalah-
masalah pembangunan, berjalan dan tidaknya, bergantung pada konteks-konteks
spesifik yang terkait dengan faktor-faktor struktural, norma-norma yang berlaku,
organisasi sosial, pola hubungan kekuatan, pola-pola tindakan serta intuisi-intuisi
politik yang telah digunakan sebelumnya didalam komunitas.
Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa partisipasi dapat
diartikan sebagai keikutsertaan atau keterlibatan individu atau kelompok dalam
suatu aktivitas untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Dengan
harapan, dengan adanya partisipasi ini suatu tujuan yang telah ditentukan akan
tercapai dengan maksimal.
14
Bila dikaitkan dengan penelitian ini, yang dimaksud dengan partisipasi adalah
tindakan atau perilaku yang dilaksanakan Lembaga Perlindungan Anak
Kabupaten Pringsewu dalamproses implementasi Undang-Undang Nomor 35
tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak. Yang mana keterlibatan ini sebagai salah
satu upaya mengurangi jumlah kekerasan terhadap anak yang terjadi di Kabupaten
Pringsewu.
2.1.2. Bentuk Partisipasi
Cohen dan Uphoff dalam Dwiningrum (2011:61) membedakan partisipasi
menjadi empat jenis, yaitu pertama, partisipasi dalam pengambilan keputusan.
Kedua, partisipasi dalam pelaksanaan. Ketiga, partisipasi dalam pengambilan
pemanfaatan. Keempat, partisipasi dalam evaluasi. Keempat jenis partisipasi
tersebut bila dilakukan bersama-sama akan memunculkan aktivitas pembangunan
yang terintegrasi secara potensial.
Pertama, partisipasi dalam pengambilan keputusan.Partisipasi dalam pengambilan
keputusan ini terutama berkaitan dengan penentuan alternatif dengan masyarakat
untuk menuju kata sepakat tentang berbagai gagasan yang menyangkut
kepentingan bersama.Partisipasi dalam hal pengambilan keputusan ini sangat
penting, karena masyarakat menuntut untuk ikut menentukan arah dan orientasi
pembangunan.Wujud dari partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan
ini bermacam-macam, seperti kehadiran rapat, diskusi, sumbangan pemikiran,
tanggapan atau penolakan terhadapprogram yang di tawarkan Cohen dan Uphoff
dalam Dwiningrum (2011:61). Dengan demikian partisipasi masyarakat dalam
15
pengambilan keputusan ini merupakan suatu proses pemilihan alternatif
berdasarkan pertimbangan yang menyeluruh dan rasional.
Kedua, partisipasi dalam pelaksanaan.Partisipasi dalam pelaksanaan program
merupakan lanjutan dari rencana yang telah disepakati sebelumnya, baik yang
berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, maupun tujuan.Di dalam pelaksanaan
program, sangat dibutuhkan keterlibatan berbagai unsur, khususnya pemerintah
dalam kedudukannya sebagai fokus atau sumber utama pembangunan. Menurut
Ndraha (1983) dan Cohen dan Uphoff dalam Dwiningrum (2011:62) ruang
lingkuppartisipasi dalam pelaksanaan suatu program meliputi: 1) Menggerakkan
sumber daya dan dana. 2) Kegiatan administrasi dan koordinasi, syarat-syarat
koordinasi antara lain sense of cooperation (perasaan untuk bekerjasama),
Rivalre, Team Spirit, dan Esprit De Corps(Hasibuan, 2006). 3)Penjabaran
program. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa partisipasi dalam
pelaksanaan suatu program merupakan suatu unsur penentu keberhasilan program
itu sendiri.
Ketiga, partisipasi dalam pengambilan manfaat.Partisipasi dalam pengambilan
manfaat ini tidak terlepas dari kualitas dan kuantitas dari hasil pelaksanaan
program yang bisa dicapai. Dari segi kualitas keberhasilan suatu program akan
ditandai dengan adanya peningktan output, sedangkan dari segi kualitas dapat
dilihat seberapa besar presentase keberhasilan program yang dilaksanakan, apakah
sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
16
Keempat, partisipasi dalam evaluasi.Partisipasi dalam evaluasi ini berkaitan
dengan masalah pelaksanaan program secara menyeluruh.Partisipasi ini bertujuan
untuk mengetahui apakan pelaksanaan program telah sesuai dengan rencana yang
ditetapkan atau ada penyimpangan.Secara singkat partisipasi menurut Cohen dan
Uphoff dijelaskan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 3. Macam-macam Partisipasi
Tahap Deskripsi
1. Pengambilan Keputusan Penentuan alternatif dengan masyarakat untuk
menuju sepakat dari berbagai gagasan yang
menyangkut kepentingan bersama.
2. Pelaksanaan Penggerakan sumber daya dan dana dalam
pelaksanaan merupakan penentuan keberhasilan
program yang dilaksanakan.
3. Pengambilan Manfaat Partisipasi berkaitan dari kualitas dan kuantitas
hasil pelaksanaan program yang bisa dicapai.
4. Evaluasi Berkaitan dengan pelaksanaan program secara
menyeluruh. Partisipasi ini bertujuan mengetahui
bagaimana pelaksanaan program berjalan.
Sumber: Cohen dan Uphoff dalam Dwiningrum (2011:63)
Menurut Effendi dalam Dwiningrum (2011:58) membagi partisipasi dalam dua
bentuk, yaitu:
1) Partisipasi vertikal
Disebut partisipasi vertikal karena terjadi dalam bentuk kondisi tertentu
masyarakat terlibat atau mengambil bagian dalam suatu program pihak
lain, dalam hubungan dimana masyarakat berada sebagai status bawahan,
pengikut atau klien.
2) Partisipasi horizontal
Dalam partisipasi horizontal, masyarakat mempunyai prakarsa sendiri
dimana setiap orang atau kelompok masyarakat berpartisipasi horizontal
17
satu dengan yang lainnya. Partisipasi semacam ini merupakan tanda
pemulaan timbulnya masyarakat yang mampu berkembang secara mandiri.
Sedangkan Menurut Yadav dalam Theresia (2014:198), empat bentuk partisipasi
dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Partisipasi dalam pembuatan keputusan
Setiapprogram pembangunan masyarakat (termasuk pemanfaatan
sumberdaya lokal dan alokasi anggarannya) selalu ditetapkan sendiri oleh
pemerintah pusat, yang dalam banyak hal lebih mencerminkan sifat
kebutuhan kelompok-kelompok elit yang berkuasa dan kurang
mencerminkan keinginan dan kebutuhan masyarakat banyak. Karena itu,
partisipasi masyarakat dalam pembangunan perlu ditumbuhkan melalui
dibukanya forum yang memungkinkan masyarakat banyak berpartisipasi
langsung dalam proses pengambilan keputusan tentang program-program
pembangunan di wilayah setempat atau tingkat lokal.
b. Partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan
Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan harus diartikan
sebagai pemerataan sumbangan masyarakat dalam bentuk tenaga kerja,
uang tunai, dan atau beragam bentuk lainnya yang sepadan dengan
manfaat yang akan diterima oleh masing-masing warga masyarakat yang
bersangkutan. Selain partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan, partisipasi
masyarakat juga diperlukan dalam pemeliharaan proyek-proyek
pembangunan.Karena hal ini selama ini sering dilupakan dan pada
akhirnya mengakibatkan pembangunan yang telah terlaksana tidak
berumur lama.
18
c. Partisipasi dalam pemantauan dan evaluasi pembangunan
Kegiatan pemantauan dan evaluasi program dan proyek pembangunan
sangat diperlukan.Bukan saja agar tujuannya dapat dicapai seperti yang
diharapkan, tetapi juga diperlukan untuk memperoleh umpan balik tentang
masalah-masalah dan kendala yang muncul dalam pelaksanaan
pembangunan yang bersangkutan.Dalam hal ini partisipasi masyarakat
untuk mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan perkembangan
kegiatan serta perilaku aparat pembangunan sangat diperlukan.
d. Partisipasi dalam pemanfaatan hasil pembangunan
Partisipasi dalam pemanfaatan hasil pembangunan, merupakan unsur
terpenting yang sering terlupakan. Sebab tujuan pembangunan adalah
untuk memperbaiki mutu hidup masyarakat banyak sehingga pemerataan
hasil pembangunan merupakan tujuan utama.Pemanfaatan hasil
pembangunan akan merangsang kemauan dan kesukarelaan masyarkat
untuk selalu berpartisipasi dalam setiapprogram pemabngunan yang akan
datang. Namun pemanfaatan hasil pembangunan sering kurang mendapat
perhatian pemerintah dan administrator pembangunan pada umumnya,
yang seringkali menganggap bahwa dengan selesainya pelaksanaan
pembangunan itu otomatis manfaatnya akan pasti dapat dirasakan oleh
masyarakat sasarannya. Padahal seringkali masyarakat sebagai sasaran
tidak memahami manfaat dari setiapprogram pembangunan secara
langsung, sehingga hasil pembangunan yang dilaksanakan menjadi sia-sia.
19
Dari macam-macam partisipasi yang telah di jelaskan diatas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa partisipasi dapat dibedakan menjadi empat yaitu partisipasi
dalam pengambilan keputusan, partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan, partisipasi
dalam pengambilan manfaat serta partisipasi dalam evaluasi.
2.1.3Tipe Partisipasi
Menurut Hobley dalam Theresia (2014) ada tujuhtipologi partisipasi, yaitu:
a. Partisipasi pasif atau manipulatif
Karakteristik partisipasi pasif atau manipulatif yaitu masyarakat diberitahu
apa yang sedang atau telah terjadi, pengumuman sepihak oleh pelaksana
proyek tanpa memperhatikan tanggapan masyarakat serta informasi yang
dipertukarkan terbatas pada kalangan profesional di luar kelompok
sasaran.
b. Partisipasi informatif
Dalam partisipasi informatif masyarakat hanya menjawab pertanyaan-
pertanyaan penelitian, namun tidak berkesempatan untuk terlibat dan
mempengaruhi proses penelitian. Selain itu, akurasi hasil studi
(penelitian), tidak dibahas bersama masyarakat.
c. Partisipasi konsultatif
Karakteristik partisipasi konsultatif yaitu masyarakat berpartisipasi dengan
cara berkonsultasi, orang luar mendengarkan menganalisis masalah dan
pemecahannya, tidak ada peluang untuk pembuatan keputusan bersama,
para profesional tidak berkewajiban untuk mengajukan pandangan serta
masyarakat (sebagai masukan) untuk ditindaklanjuti.
20
d. Partisipasi intensif
Masyarakat memberikan korban dan jasa untuk memperoleh imbalan
insentif berupa upah walaupun tidak dilibatkan dalam proses
pembelanjaan atau eksperimen-eksperimen yang dilakukan.Selain itu,
masyarakat tidak memiliki andil untuk melakukan kegiatan-kegiatan
setelah intensif dihentikan.
e. Partisipasi fungsional
Dalam partisipasi ini masyarakat membentuk kelompok untuk mencapai
tujuan proyek, setelah ada keputusan-keputusan utama yang disepakati.
Pada tahap awal , masyarakat tergantung pada pihak luar, tetapi secara
bertahap menunjukkan kemandiriannya.
f. Partisipasi interaktif
Dalam partisipasi ini masyarakat berperan dalam proses analasis untuk
perencanaan kegiatan dan pembentukan atau penguatan kelembagaan.
Pola ini cenderung melibatkan metode interdisipliner yang mencari
keragaman perspektif dalam proses belajar yang terstruktur dan
sistematis. Masyarakat memiliki peran untuk mengontrol atas pelaksanaan
keputusan-keputusan mereka, sehingga memiliki andil dalam keseluruhan
proses kegiatan.
g. Mandiri (self mobilization)
Dalam tahap ini masyarakat mengambil inisiatif sendiri secara bebas
(tidak dipengaruhi oleh pihak luar) untuk merubah sistem atau nilai-nilai
yang mereka miliki. Masyarakat mengembangkan kontak dengan
lembaga-lembaga lainuntuk mendapatkan bantuan-bantuan teknis serta
21
sumberdaya yang diperlukan.Dalam partisipasi ini, masyarakat memegang
kendali atas pemanfaatan sumberdaya yang ada dan atau digunakan.
2.1.4Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Partisipasi
Menurut Subakti dalam Ernis (2007:29), partisipasi publik memeiliki dua faktor
yang turut mendukung, yaitu:
a. Kesempatan, dalam hal ini adalah adanya akses untuk komunikasi dengan
pemerintah, tersedianya sarana yang mampu menampung dan
mempertimbangkan aspirasi dan kepentingan warga masyarakat dimana
kesempatan tersebut dapat dirumuskan sebagai keikutsertaan yang tidak
dihalang-halangi ataupun tidak dianggap oleh pemerintah sebagai
pengganggu keharmonisan dan kestabilan dalam masyarakat.
b. Motivasi, kaitannya adalah sebagai alat dorong yang berupa tanggung
jawab sebagai warga masyarakat. Sedangkan sumber-sumber yang
diperlukan untuk berkomunikasi dengan pemerintah diantaranya seperti
pengetahuan aparat pemerintah yang harus dihubungi, keterampilan
menulis dan berbicara, dana, harta benda dan koneksi.
2.1.5 Faktor Penghambat Partisipasi
Faktor yang dapat menghambat partisipasi menurut Dwiningrum (2011:57-58)
antara lain:
a. Sifat malas, apatis, masa bodoh, dan tidak mau melakukan perubahan di
tingkat anggota masyarakat.
22
b. Aspek-aspek tipologis
c. Geografis
d. Demografis (jumlah penduduk)
e. Ekonomi
Solekhan (2012:135) mengatakan ada dua kategori yang dapat menghambat
partisipasi, yakni:
a. Terbatasnya ruang partisipasi masyarakat
Ruang partisipasi masyarakat merupakan arena bagi masyarakat baik
individu maupun kelompok untuk dapat berpartisipasi dalam proses
penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan desa. Makna ruang disini
tidak terbatas pada makna spasial (tempat) saja, namun dapat berupa
forum, pertemuan maupun media lain yang dapat memberi peluang
masyarakat untuk mengakses secara terbuka dan adil.
b. Melemahnya modal sosial
Modal sosial merupakan serangkaian norma, jaringan dan organisasi, di
mana masyarakat mendapat akses pada kekuasaan dan sumber daya serta
di mana pembuatan keputusan dan kebijakan dilakukan (Bardhan dalam
Sholekhan, 2012:139). Dalam konteks interaksi sosial, modal sosial
terwujud dalam bentuk jaringan atau asosiasi informal seperti arisan,
jemaah tahlil dan lain sebagainya.
23
2.1.6 Tangga Partisipasi
Praktik partisipasi sebagai hak politik memerlukan keterlibatan langsung
dari warga dalam pembuatan kebijakan publik sehingga terjalin sinergi
antara warga, pemerintah dan masyarakat dalam membangun kepercayaan
publik yang menjadi modal penting dalam pemerintahan yang
desentralistik.Partisipasi masyarakat juga berarti adanya keterlibatan
langsung bagi warga dalam proses pengambilan keputusan dan kontrol
serta koordinasi dalam mempertahankan hak-hak sosialnya. Peran serta
masyarakat dapat dibedakan dalam anak tangga sebagai berikut.
Tabel 4. Tangga Partisipasi
Klasifikasi Uraian Tingkatan
Citizen Power Pada tahap ini sudah
terjadi pembagian hak,
tanggung jawab dan
wewenang antara
masyarakat dengan
pemerintah dalam
pengambilan keputusan
Kontrol masyarakat
(citizen control)
Pelimpahan kekuasaan
(delegated control)
Kemitraan
(partnership)
Tokenism Hanya sekedar formalitas
yang memungkinkan
masyarakat mendengar
dan memiliki hak untuk
memberikan suara, tetapi
pendapat mereka belum
menjadi bahan dalam
pengambilan keputusan
Penetraman (placation)
Konsultasi (consultation)
Informasi (information)
Non participation Masyarakat hanya
dijadikan objek
Terapi (therapy)
Manipulasi
(manipulation)
Sumber: Arstein dalam Dwiningrum (2011: 64)
24
2.2Tinjauan Tentang Anak
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk
anak yang masih dalam kandungan (Undang-undang Nomor 23 tahun 2002).
Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan anak adalah semua orang yang
belum berumur 18 tahun termasuk yang masih dalam kandungan orang tuanya.
Hal ini berarti setiap orang yang masih di dalam kandungan sampai yang belum
berusia 18 tahun masih dalam lindungan undang-undang perlindungan anak. Hal
ini dijelaskan pula pada Undang-undang Nomor 4 tahun 1979 tentang
kesejahteraan anak, yang berarti makna anak (pengertian tentang anak) yaitu
seseorang yang harus memproleh hak-hak yang kemudian hak-hak tersebut dapat
menjamin pertumbuhan dan perkembangan dengan wajar baik secara rohaniah,
jasmaniah, maupun sosial. Atau anak juga berahak atas pelayanan untuk
mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosial.Anak juga berhak atas
pemelihraan dan perlindungan baik semasa dalam kandungan maupun sesuadah ia
dilahirkan.
Pengerian Dari Apek Sosiologis:
Kedudukan anak dalam pengertian sosiologis memposisikan anak sebagai
kelompok sosial yang berstatus lebih rendah dari masyarakat tempat
lingkungannya berinteraksi. Pengertian anak dalam makna sosial ini lebih
mengarahkan pada perlindungan kodrati karena keterbatasan-keterbatasan yang
dimiliki oleh si anak sebagai wujud untuk berekspresi sebagaimana orang dewasa
(Fadilah, 2002:35).
25
Anak menurut Konvensi Hak Anak (KHA)
Dalam pasal 1 KHA, anak didefinisikan sebagai manusia yang umurnya belum
mencapai 18 tahun, namun diberikan juga pengakuan terhadap batasan umur yang
berbeda yang mungkin diterapkan dalam perundangan nasional.
26
2.2 Kerangka Pikir
Undang-undang Nomor 35 tahun 2014 tentang perlindungan anak merupakan
salah satu undang-undang yang dibentuk dengan tujuan mengurangi jumlah
kekerasan yang terjadi di Indonesia. Dengan demikian pembentukan undang-
undang ini berdasarkan pada pertimbangan bahwa perlindungan anak dalam
segala aspeknya merupakan bagian dari kegiatan pembangunan nasional,
khususnya dalam memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara. Diharapkan
dengan dibentuknya undang-undang ini kehidupan berbangsa dan bernegara akan
terus maju bersama dengan perkembangan anak-anak bangsa.
Upaya perlindungan terhadap anak di Indonesia telah dilakukan sejak lama, hal ini
dapat dilihat dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 39 tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia. Dalam undang-undang tersebut sudah di bahas
mengenai perlindungan terhadap anak. Undang-undang No 39 tahun 1999 telah
mencantumkan tentang hak anak, pelaksanaan kewajiban dan tanggung
jawaborang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara memberikan
perlindungan pada anak. Namun masih memerlukan suatu undang-undang
mengenai perlindungan anak sebagai landasan yuridis bagi pelaksanaan kewajiban
dan tanggung jawab tersebut.Oleh karena itu, pemerintah membentuk Undang-
undang No 35 tahun 2014 tentang perlindungan anak.
Hingga saat ini peran pemerintah belum cukup efektif dalam implementasi
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014.Hal ini dapat dilihat dari jumlah
kekerasan yang terjadi di Kabupaten Pringsewu menunjukkan peningkatan yang
cukup signifikan pada tahun 2014.Disinilah peran lembaga-lembaga yang konsen
27
terhadap masalah perlindungan anak dibutuhkan.Salah satu lembaga yang
dibentuk dalam upaya perlindungan terhadap anak di Kabupaten Pringsewu
adalah Lembaga Perlindungan Anak (LPA).
Dalam upaya perlindungan anak di Kabupaten Pringsewu, partisipasi Lembaga
Perlindungan Anak sangat dibutuhkan.Diharapkan dengan adanya LPA dapat
membantu pemerintah dalam upaya perlindungan terhadap anak.Sehingga dengan
adanya partisipasi LPA jumlah kekerasan yang terjadi di Kabupaten Pringsewu
dapat berkurang jumlahnya.Bentuk partisipasi yang dilakukan oleh LPA dapat
berupa Keterlibatan LPA dalam pengambilan keputusan dalam perlindungan
anak, Keterlibatan LPA dalam dalam pelaksanaan perlindungan anak,
Keterlibatan LPA dalam pengambilan manfaat perlindungan, serta keterlibatan
LPA dalam evaluasi perlindungan anak(Cohen dan Uphoff dalam Dwiningrum,
2011:61).
Namun dalam proses partisipasi tersebut terdapat faktor-faktor yang dapat
mendukung dan menghambat proses partisipasi. Faktor-faktor tersebut yang akan
mempengaruhi partisipasi LPA dalam melaksanakan perlindungan anak di
kabupaten pringsewu. Diharapkan dengan adanya faktor pendukung dan
penghambat dalam partisipasi tersebut, kekerasan terhadap anak di kabupaten
pringsewu berkurang.
28
Gambar 1. Kerangka Pikir
Sumber: Diolah oleh peneliti
Faktor penghambat partisipasi
Faktor pendukung partisipasi
Partisipasi LPA
Keterlibatan LPA dalam pengambilan keputusan perlindungan anak
Keterlibatan LPA dalam dalam pelaksanaan perlindungan anak
Keterlibatan LPA dalam pengambilan manfaat perlindungan anak
Keterlibatan LPA dalam evaluasi perlindungan anak
(Cohen dan Uphoff dalam Dwiningrum, 2011:61).
Dibentuklah Lembaga Perlindungan Anak (LPA)
sebagai salah satu lembaga yang konsen
terhadapperlindungan anak.
Jumlah kekerasan
anak tinggi
Undang-Undang No 35 Tahun
2014 Tentang Perlindungan Anak
Jumlah kekerasan
masih tinggi
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Tipe dan Pendekatan Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, penelitian ini bertujuan untuk meneliti bagaimana
partisipasi Lembaga Perlindungan Anak Kabupaten Pringsewu dalam
implementasi Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan
Anak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hal ini dikarenakan penelitian ini
menggambarkan fenomena atau kejadian sesuai dengan apa yang terjadi di
lapangan, di mana data yang dihasilkan berupa kata-kata tertulis berupa dokumen
serta dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Moleong, 2011: 6)
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yakni prosedur penelitian yang
menghasilkan data-data yang deskriptif berupa kata-kata tertulis atau tulisan yang
dapat diamati. Penelitian ini bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa
yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku persepsi, motivasi,
tindakan-tindakan lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk
kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah.
30
Penulis menggunakan metode tersebut adalah untuk mendapat pengetahuan
tentang partisipasi Lembaga Perlindungan Anak dalam implementasi UU No 35
tahun 2014 dengan menggambarkan fenomena atau kejadian sesuai dengan apa
yang terjadi di lapangan yang dideskripsikan melalui kata-kata tertulis atau
tulisan.
3.2 Fokus Penelitian
Sugiyono (2012: 207) menyebutkan bahwa batasan masalah dalam penelitian
kualitatif disebut dengan fokus, yang berisi pokok masalah yang masih bersifat
umum.Dengan demikian, dalam penelitian kualitatif hal yang harus diperhatikan
adalah masalah dan fokus penelitian, karena untuk memberikan batasan penelitian
yang seharusnya diteliti dan mendapatkan data sesuai dengan yang dibutuhkan
dalam penelitian tersebut.
Adapun fokus dari penelitian ini adalah:
A. Bentuk partisipasi tersebut meliputi:
1. Keterlibatan Lembaga Perlindungan Anak dalam pengambilan
keputusan dalam perlindungan anak.
2. Keterlibatan lembaga perlindungan anak dalam pelaksanaan
perlindungan anak.
3. Keterlibatan lembaga perlindungan anak dalam pengambilan manfaat
perlindungan terhadap anak.
4. Keterlibatan lembaga perlindungan anak dalam evaluasi terhadap
perlindungan anak.
(Cohen dan Uphoff dalam Dwiningrum 2011:61)
31
B. Faktor pendukung dan penghambat partisipasi.
3.3 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian ini dilakukan agar peneliti
dapat mengetahui bagaimana keadaan yang sebenarnya terhadap apa yang hendak
diteliti. Lokasi penelitian ini dilakukan di Lembaga Perlindungan Anak (LPA)
Kabupaten Pringsewu. Penulis memilih lokasi penelitian di Kabupaten Pringsewu
dikarenakan jumlah kekerasan yang terjadi di Kabupaten Pringsewu mengalami
peningkatkan yang signifikan dalam kurun waktu 2012-2014.Sehingga perlu
adanya perlindungan anak serta tindak tegas terhadappelaku tindak kekerasan
terhadap anak.
3.4 Jenis Data
Menurut Loftland dan Loftland dalam Moleong (2011:157) sumber data utama
dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, tindakan dan selebihnya adalah data
tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sama halnya dengan yang diungkapkan
sugiyono (2012:225) dikelompokkan menjadi dua, yakni jenis data primer dan
jenis data sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data, sedangkan data sekunder merupakan
sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data
misalnya melalui orang lain atau dokumen.
32
Berdasarkan sumber diatas, sumber-sumber data pada penelitian ini adalah:
A. Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang langsung dapat memberikan data
kepada pengumpul data dengan menggunakan teknik baik terstruktur maupun
mendalam, serta observasi langsung oleh peneliti mengenai partisipasi LPA dalam
implementasi Undang-undang Nomor 35 tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak.
B. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh
pihak pengumpul data primer atau pihak lain. Data ini diperoleh melalui dokumen
organisasi meliputi profil organisasi, struktur organisasi, dan studi dokumentasi
yang diperoleh dari buku, jurnal, majalah, dan internet yang dapat menjadi
referensi bagi penelitian ini.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Menurut Lofland dalam Moleong (2005:157) mengatakan bahwa sumber data
utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah
data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal ini, jenis data
dibagi kedalam kata-kata, tindakan, sumber data tertulis, foto dan lainnya. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara adalah pengumpulan data primer yang diperoleh langsung dari
hasil tanya jawab dengan informan. Menurut Stewart & Cash dalam
Hendriansyah (2012:118), wawancara diartikan sebagai sebuah interaksi yang
33
di dalamnya terdapat pertukaran atau berbagai aturan, tanggung jawab,
perasaan, kepercayaan, motif, dan informasi.
Responden atau informan yang diwawancarai dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Tabel 5. Daftar Informan
NO NAMA INFORMAN SUBSTANSI TANGGAL
WAWANCARA
1 Fauzi, S.E, M.Kom
Akt
(Ketua LPA)
1. PartisipasiLPA
dalam pengambilan
keputusan,
pelaksanaan
kegiatan,
pemantauan dan
evaluasi kegiatan,
serta pemanfaatan
hasil.
2. Faktor pendukung
dan penghambat
partisipasi
19 Maret 2016
2 Rizal Bahrul Mustofa,
S.Kom
(sekretaris LPA)
1. PartisipasiLPA
dalam pengambilan
keputusan,
pelaksanaan
kegiatan,
pemantauan dan
evaluasi kegiatan,
serta pemanfaatan
hasil.
2. Faktor pendukung
dan penghambat
partisipasi
16 Maret 2016
3 Suktari Margayani,
S.H
(Kepala bidang
pemberdayaan
perempuan dan
perlindungan anak,
Badan KB dan PP)
PartisipasiLPA
dalam pengambilan
keputusan,
pelaksanaan
kegiatan,
pemantauan dan
evaluasi kegiatan,
serta pemanfaatan
hasil.
14 Maret 2016
34
3 Ibu Sayidah
(Ibu Korban kasus
anak)
PartisipasiLPA
dalam pengambilan
keputusan,
pelaksanaan
kegiatan,
pemantauan dan
evaluasi kegiatan,
serta pemanfaatan
hasil.
14 Mei 2016
4. Bapak Imam PartisipasiLPA
dalam pengambilan
keputusan,
pelaksanaan
kegiatan,
pemantauan dan
evaluasi kegiatan,
serta pemanfaatan
hasil.
14 Mei 2016
Sumber: Diolah oleh peneliti, 2016
2. Dokumentasi
Menurut Hendriansyah (2012:143), dokumentasi adalah salah satu metode
pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-
dokumen yang dibuat oleh subjek itu sendiri atau oleh orang lain tentang
subjek. Teknik ini dilakukan untuk melengkapi data yang tidak didapatkan
dari proses wawancara. Data-data tersebut berupa data sekunder yang memuat
informasi tertentu yang bersumber dari dokumen-dokumen tertulis seperti
surat-menyurat, notulensi rapat, berita acara dan dokumen yang berupa foto-
foto.
35
Tabel 6. Dokumen Penelitian
NO DOKUMENTASI SUBSTANSI
1 Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Lembaga Perlindungan Anak Kabupaten
Pringsewu.
Dasar terbentuknya LPA,
bentuk organisasi LPA.
2 SK Lembaga Perlindungan Anak Kabupaten
Pringsewu
Dasar terbentuknya LPA,
bentuk organisasi LPA,
struktur kepengurusan
LPA
3 SK Forum Anak Pringsewu Dasar pembentukan forum
anak, struktur
kepengurusan forum
anak,maksud dan tujuan
dibentuknya forum anak,
manfaat forum anak.
4 Jumlah kekerasan terhadap anak yang
didampingi oleh LPA dan P2TP2A periode
januari 2014 sampai dengan 2015
Berisi data jumlah
kekerasan yang
didampingi oleh LPA dan
P2TP2A
Sumber: Diolah oleh peneliti, 2016
3. Observasi
Observasi adalah proses pengamatan dalam penelitian kualitatif untuk
mendapatkan informasi sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini,
hal-hal yang diamati adalah aktifitas atau kegiatan LPA itu sendiri.
3.6 Teknik Analisis Data
Menurut Sugiyono (2012: 245) Analisis Data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan dan dokumentasi, gambar, foto dan sebagainya dengan cara
mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan
yang akan dipelajari kemudian membuat kesimpulan yang mudah dipahami oleh
diri sendiri maupun orang lain. Aktivitas dalam menganalisis data kualitataif
yaitu:
36
1. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemisahan, perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang
muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Data yang diperoleh di
lokasi penelitian kemudian dituangkan dalam uraian atau laporan yang
lengkap dan terinci. Laporan lapangan selanjutnya direduksi, dirangkai,
dipilih hal-hal pokok, difokuskan pada hal-hal penting kemudian dicari
tema atau polanya.
2. Penyajian Data
Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang berguna
untuk memudahkan peneliti memahami gambaran secara keseluruhan atau
bagian tertentu dari penelitian. Batasan yang diberikan dalam penyajian
data adalah sekumpulan informasi yang tersusun dan memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Dalam penelitian ini, penyajian data diwujudkan dalam dalam bentuk
bentuk uraian dengan teks normatif, bagan, foto atau gambar dan
sejenisnya.
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan yaitu melakukan verifikasi secara terus menerus
sepanjang proses penelitian berlangsung. Peneliti berusaha untuk
menganalisis dan mencari pola, tema, hubungan persamaan, hal-hal yang
sering timbul, yang kemudian dituangkan dalam kesimpulan.
37
3.7 Teknik Keabsahan Data
Keabsahan data merupakan standar validitas dari data yang diperoleh. Untuk
menentukan keabsahan data dalam penelitian kualitatif harus memenuhi beberapa
persyaratan. Menurut moleong (2011: 324) terdapat empat kriteria keabsahan
data, yaitu:
1. Derajat Kepercayaan
Pada dasarnya derajat kepercayaan (kredibilitas) menggantikan konsep
validitas internal dari nonkualitatif. Kriteria ini berfungsi pertama,
melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan
penemuannya dapat dicapai; kedua, mempertunjukkan derajat kepercayaan
hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan
ganda yang sedang diteliti. Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh
peneliti untuk memeriksa kredibilitas atau derajat kepercayaan antara lain:
a. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Teknik triangulasi yang paling banyak
digunakan adalah pemeriksaan melalui sumber lain. Denzin dalam
moleong (2011:330) membedakan empat macam triangulasi sebagai
teknik pemerinksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode,
penyidik, teori. Peneliti menggunakan teknik keabsahan data triangulasi
dikarenakan triangulasi merupakan cara terbaik untuk menghilangkan
perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu
studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan
38
hubungan dari berbagai pandangan. Dengan kata lain penelitian ini dapat
di rechecktemuannya dengan jalan membandingkannya dengan berbagai
sumber, metode, atau teori.
b. Kecukupan Referensial
Mengumpulkan berbagai bahan-bahan, catatan, atau rekaman-rekaman
yang dapat digunakan sebagai referensi dan patokan untuk menguji
sewaktu diadakan analisis dan penafsiran data.
2. Keteralihan (transferability)
Keteralihan menyatakan bahwa generalisasi suatu penemuan dapat berlaku
atau diterapkan pada semua jenis konteks dalam populasi yang sama atas
dasar penemu yang diperoleh pada sampel yang secara representatif
mewakili populasi.
3. Kebergantungan (dependability)
Kebergantungan merupakan substitusi realibilitas dalam penelitian
nonkualitatif. Realibilitas merupakan syarat bagi validitas. Dalam
penelitian kualitataif, uji kebergantungan dilakukan dengan pemeriksaan
terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak
melakukan pemeriksaan terhadap keseluruhan proses penelitian di
lapangan, tetapi bisa memberikan data. Peneliti ini perlu di uji
dependabilit-nya. Kalau proses penelitiannya tidak dilakukan tetapi
datanya ada, maka penelitian ini tidak dependebel.
39
4. Kepastian (confirmability)
Menguji kepastian data berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan
proses yang ada dalam penelitian, jangan sampai proses tidak ada tetapi
hasilnya ada. Derajat ini dapat dicapai melalui audit atau pemeriksaan
yang cermat terhadap seluruh komponen dan proses penelitian serta hasil
penelitian.
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lembaga Perlindungan Anak Kabupate Pringsewu
Berdasarkan informasi yang didapat peneliti dari profil LPA tahun 2015 dapat
diketahui bahwa Lembaga Perlindungan Anak merupakan suatu lembaga
independen di bidang perlindungan anak dan pemenuhan hak-hak anak yang
berbasis masyarakat, untuk melakukan serangkaian keguatan atau program
perlindungan anak dan memperkuat mekanisme nasional yang kondusif bagi
perlindungan anak, selain itu juga mengenai data anggota di setiap bidang-bidang
serta data jumlah kasus kekerasan pada anak yang terjadi di Kabupaten
Pringsewu.
4.1.1 Latar Belakang
Lembaga Perlindungan Anak (LPA) berdiri pada 28 juni 2009, secara umum
dilatarbelakangi oleh masih banyaknya jumlah anak yang dilanggar hak nya dan
menjadi korban dari berbagai diskriminasi, perlakuan salah bahkan tindak
kekerasan yang tidak manusiawi terhadap anak. Selain itu dalam rangka
mengimplementasikan gerakan nasional perlindungan anak yang dicanangkan
oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 23 juli 1998, maka dibentuklah
41
LPA dengan SK Mensos No. 81/HUK/1998 Tentang Pembentukan Lembaga
Perlindungan Anak Indonesia (LPA).
Dalam perjalanannya melalui hasi Forum Nasional ke II tahun 2pp1 di Aula
Gedung Depsos RI, disepakati bahwa LPA berubah menjadi Komisioner dengan
nama Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA). Adapun untuk LPA
daerah tidak ada perubahan nama, yaitu tetap Lembaga Perlindungan Anak
Provinsi/Kabupaten/Kota/ Kecamatan.
4.1.2 Visi dan Misi LPA
Visi
Terwujudnya kondisi perlindungan anak yang optimum dalam mewujudkan anak
yang handal, berkualitas, dan berwawasan menuju masyarakat yang sejahtera dan
mandiri, terpenuhi hak-haknya dan bermartabat sebagai anak Indonesia,
terbangunnya kesadaran bahwa demi ank selamatkan bangsa, dan demi bangsa
selamatkan NKRI.
Misi
a. Meningkatkan upaya perlindungan anak melalui peningkatan
kesadaran, pengetahuan dan kemampuan masyarakat serta
meningkatkan kualitas lingkungan yang memberi peluang, dukungan
dan kebebasan terhadap mekanisme perlindungan anak memberikan
pelayanan advokasi hukum dan pendampingan pada anak agar
terpenuhi akan hak-haknya.
b. Membangun jejaring gerakan bersama untuk mencegah dan
menghapus eksploitasi, kekerasan dan trafficking terhadap anak.
42
c. Membangun kesadaran bahwa demi anak selamatkan bangsa, dan demi
bangsa selamatkan NKRI.
4.1.3 Struktur Organisasi
Struktur organisasi Lembaga Perlindungan Anak Kabupaten Pringsewu periode
2014-2018 seperti gambar di bawah ini:
Gambar 2. Struktur Kepengurusan LPA
Sumber: Dokumentasi LPA, 2016
43
4.1.4 sejarah Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kabupate Pringsewu
Dalam rangka mengimplementasikan gerakan nasional perlindungan anak yang
dicanangkan oleh Preside RI pada tanggal 23 juli1998, maka dibentuklah
Lembaga Perlindungan Anak Indonesia yang di singkat dengan dengan SK
MENSOS NO. 81/HUK/1998 Tetang Perlindungan Anak Indonesia. Dalam
perjalanannya melalui hasil Forum Nasional ke II tahun 2001 di Aula
4.2 Gambaran Umum Kabupaten Pringsewu
Pringsewu adalah salah satu kabupaten di Provinsi Lampung,
Indonesia.Kabupaten ini disahkan menjadi kabupaten dalam Rapat Paripurna DPR
tanggal 29 Oktober 2008, sebagai pemekaran dari Kabupaten Tanggamus.
Kabupaten ini Terletak 37 kilometer sebelah barat Bandar Lampung, ibu kota
provinsi.Saat ini Pringsewu disetujui menjadi kabupaten tersendiri karena
perkembangannya yang bagus, baik dari segi pendapatan daerah, taraf ekonomi
maupun pendidikan penduduk.Mata pencaharian yang utama di Pringsewu adalah
bertani dan berdagang.
4.2.1 Sejarah Kabupaten Pringsewu
Sejarah Pringsewu diawali dengan berdirinya sebuah perkampungan (tiuh)
bernama Margakaya pada tahun 1738 Masehi, yang dihuni masyarakat asli suku
Lampung-Pubian yang berada di tepi aliran sungai Way Tebu (4 km dari pusat
Kota Pringsewu ke arah selatan saat ini).Selanjutnya, 1787 tahun berikutnya yakni
pada tahun 1925 sekelompok masyarakat dari Pulau Jawa, melalui program
kolonisasi oleh pemerintah Hindia Belanda, juga membuka areal permukiman
44
baru dengan membabat hutan bambu yang cukup lebat di sekitar tiuh Margakaya
tersebut. Karena begitu banyaknya pohon bambu di hutan yang mereka buka
tersebut, oleh masyarakat desa yang baru dibuka tersebut dinamakan Pringsewu,
yang berasal dari bahasa Jawa yang artinya Bambu Seribu.
Pada tahun 1964, dibentuk pemerintahan Kecamatan Pringsewu yang merupakan
bagian dari wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Lampung Selatan sesuai dengan
Undang-undang Nomor 14 Tahun 1964, yang sebelumnya Pringsewu juga pernah
menjadi bagian dari Kecamatan Pagelaran yang juga beribukota di Pringsewu.
Dalam sejarah perjalanan berikutnya, Kecamatan Pringsewu bersama sejumlah
kecamatan lainnya di wilayah Lampung Selatan bagian barat yang menjadi bagian
wilayah administrasi Pembantu Bupati Lampung Selatan Wilayah Kotaagung,
masuk menjadi bagian wilayah Kabupaten Tanggamus berdasarkan Undang-
undang Nomor 2 Tahun 1997, hingga terbentuk sebagai daerah otonom yang
mandiri.
Kabupaten Pringsewu mempunyai luas wilayah 625 km2, berpenduduk 377.857
jiwa (data 2011) terdiri dari 195.400 laki–laki dan 182.457 perempuan.Kabupaten
Pringsewu terdiri dari 96 pekon (desa) dan 5 kelurahan, yang tersebar di 9
kecamatan, yaitu Kecamatan Pringsewu, Pagelaran, Pardasuka, Gadingrejo,
Sukoharjo, Ambarawa, Adiluwih, Kecamatan Banyumas dan Pagelaran Utara.
45
4.2.2 Pembagian administratif
Gambar 3.Pembagian wilayah kabupaten Pringsewu per kecamatan.
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Pringsewu, 2016
Kabupaten Pringsewu terdiri dari sembilan wilayah kecamatan, yaitu:
1. Kecamatan Pardasuka
2. Kecamatan Ambarawa
3. Kecamatan Pagelaran
4. Kecamatan Pagelaran Utara
5. Kecamatan Pringsewu
6. Kecamatan Gading Rejo
7. Kecamatan Sukoharjo
8. Kecamatan Banyumas
9. Kecamatan Adiluwih
46
Geografi
Secara geografis Kabupaten Pringsewu terletak diantara 104045'25"–10508'42"
BT dan 508'10"-5034'27" LS.Batas-batas wilayah Kabupaten Pringsewu adalah:
Tabel 7. Batas Wilayah Kabupaten Pringsewu
Utara Kecamatan sendang agung dan Kecamatan Kalirejo (kabupaten
lampung tengah)
Selatan Kecamatan Bulok dan Kecamatan Cukuh Balak (Kabupaten
Tanggamus)
Barat Kecamatan Pugung dan Kecamatan Air Naningan (Kabupaten
Tanggamus)
Timur Kecamatan Negeri Katon, Kecamatan Gedongtataan, Kecamatan
Waylima dan Kecamatan Kedondong (Kabupaten Pesawaran)
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Pringsewu, 2016
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebgaia berikut:
6.1.1 Bentuk Partisipasi Lembaga Perlindungan Anak dalam upaya
Perlindungan Anak di Kabupaten Pringsewu yaitupartisipasi penuh
dimana LPA terlibat dalam pengambilan keputusan, pelaksanaan kegiatan,
pengambilan manfaat dan evaluasi perlindunan anak.
6.1.2 Faktor pendukung dan penghambat partisipasi
a. Faktorpendukung
1. Stakeholder memiliki visi dan misi yang sama
Stakeholder dengan visi dan misi yang sama akan lebih mendorong
upaya perlindungan anak.
2. Adanya dukungan dari pemerintah
Dukungan pemerintah diberikan dalam bentuk finansial berupa
dana hibah pemerintah dan dukungan non-finansial yaitu lembaga
P2TP2A (lembaga pemerintah) yang fokus terhadapperlindungan
anak.
102
b. Faktor penghambat
1. Antusias masyarakat kecil
Antusiasme masyarakat dalam upaya perlindungan anak di
Kabupaten Pringsewu masih relatif kecil.
2. Lembaga mitra masih sedikit
Stakeholder atau lembaga mitra yang memiliki visi dan misi yang
sama akan memudahkan upaya perlindungan anak. Namun jumlah
lembaga mitra yang ada di Pringsewu masih sangat sedikit.
3. Sarana dan prasarana kurang
Sarana dan prasarana pendukung mobilisasi dan publikasi yang
dimiliki kurang.
4. Belum ada target
Belum ada target dalam program-program yang dilaksanakan.
Sehingga hasil dari suatu program tidak dapat dihitung.
6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka peneliti memberikan saran sebagai
berikut:
1. Bagi LPA perlu adanya peningkatan program sosialisasi tentang
perlindungan anak kepada masyarakat. Sehingga masyarakat lebih
mengerti akanpentingnya perlindungan anak. Dimana dengan adanya
kegiatan ini baik secara langsung maupun tidak langsung akan
mempengaruhi tingkat antusias masyarakat dalam upaya perlindungan
anak di Kabupaten Pringsewu.
103
2. Bagi LPAdan Pemerintah perlu adanya terget dalam suatu kebijakan atau
program. Sehingga presentase hasil dari suatu kebijakan dapat dihitung.
3. Bagi pemerintah lebih serius dalam mendukung perlindungan anak di
Kabupaten Pringsewu dengan segera membuat peraturan daerah maupun
peraturan bupati dalam perlindungan anak.
4. Bagi LPA perlu adanya peningkatan sarana dan prasarana yang
mendukung kegiatan perlindungan anak, baik sarana mobilisasi maupun
sarana publikasi. Sehingga memudahkan dalam upaya perlindungan anak.
DAFTAR PUSTAKA
Chandra,Eka dkk. 2003. Membangun Forum Warga”Implementasi Partisipasi
dan Penguatan Masyarakat Sipil”. Bandung: Yayasan AKATIGA.
Dwiningrum, Siti Irene Astuti. 2011.Desentralisasi dan Partisipasi Masyarakat
dalam Perndidikan: Suatu Kajian Teoritik dan Emprik. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Ernis.2007. Partisipasi Masyarakat Pekon dalam Program Gerakan
Pembangunan Begawi Jejama Sebetik.Skripsi.Unila.
Hasibuan, Malayu S.P. 2006. Manajemen Dasar,Pengertian, dan masalah.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Hendriansyah, Haris. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta:Salemba
Humanika.
Kaho, Josef Riwu. 1988. Prospek Otonomi Daerah di Indonesia. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
Moleong, Lexy J. 2005. Metode Penelitian kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya Pelajar.
_______. 2011. Metode Penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya
Pelajar.
Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Tarsito: Bandung.
Ndraha, Taliziduhu. 1987. Pembangunan Masyarakat mempersembahkan
masyarakat tinggal landas. Jakarta: Bina Aksara
Sugiyono. 2012.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: CV
Alfabeta.
Syahyuti.2006. 30 KonsepPenting Dalam Pembangunan Pedesaan dan Pertanian
.Jakarta: Bina Rena Pariwara.
Solekhan, Moch. 2012. Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Malang: Setara
Pers.
Theresia, Aprilia dkk. 2014. Pembngunan Berbasis Masyarakat. Bandung:
Alfabeta.
Kepada Kepala Jurusan Administrasi Negara, Fisip, Universitas Lampung. Saya
lampirkan artikel jurnal ilmiah.
Sumber Lain
Http://lampost.co/berita/2014-kasus-pencabulan-anak-di-bawah-umur-
meningkat.diakses pada 18 Oktober 2015, pukul 22:32.
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Pringsewu. diakses pada 18
Oktober 2015, pukul 21:15.
Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002Tentang Perlindungan Anak