SKRIPSI - STIKes PERINTIS COPI SKRIPSI KE...FISIK TERHADAP STATUS GIZI ATLET SEPAK BOLA PS KERINCI...

119
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, ASUPAN GIZI DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP STATUS GIZI ATLET SEPAK BOLA PS KERINCI TAHUN 2018 SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Gizi Oleh: SASFIYA NIDAYANTI NIM : 1713211118 PROGRAM STUDI S1 GIZI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS SUMBAR PADANG 2019

Transcript of SKRIPSI - STIKes PERINTIS COPI SKRIPSI KE...FISIK TERHADAP STATUS GIZI ATLET SEPAK BOLA PS KERINCI...

  • HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, ASUPAN GIZI DAN AKTIVITAS

    FISIK TERHADAP STATUS GIZI ATLET SEPAK BOLA

    PS KERINCI TAHUN 2018

    SKRIPSI

    Diajukan sebagaiSalah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

    Sarjana Gizi

    Oleh:

    SASFIYA NIDAYANTINIM : 1713211118

    PROGRAM STUDI S1 GIZI

    SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS SUMBAR

    PADANG

    2019

  • PERNYATAAN PERSETUJUAN

    Skripsi ini telah disetujui untuk diseminarkan dihadapan Tim Penguji

    Skripsi Program Studi S-1 Gizi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis

    Sumbar dan dinyatakan lulus pada tanggal : 31 Januari 2019

    Menyetujui

    Komisi Pembimbing

    Pembimbing I, Pembimbing II,

    (Dezi Ilham, M.Biomed) (Wilda Laila, M.Biomed)

    Padang, 31 Januari 2019

    Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Sumbar

    Program Studi S1 Gizi

    Ka. Prodi

    ( Widia Dara, SP, MP )

  • HALAMAN PENGESAHAN

    Judul Skripsi

    HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, ASUPAN GIZI DANAKTIVITAS FISIK TERHADAP STATUS GIZI ATLET

    SEPAK BOLA PS KERINCI TAHUN 2018

    Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh:

    SASFIYA NIDAYANTINIM : 1713211118

    Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi

    Komisi

    Pembimbing I Pembimbing II

    (Dezi Ilham, M.Biomed) (Wilda Laila, M.Biomed)

    Penguji

    (Putri Aulia Arza, SP, M.Si)

    Padang, 31 Januari 2019

    Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Sumbar

    Program Studi S1 Gizi

    Ka. Prodi

    (Widia Dara, SP, MP)

  • DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    Nama : Sasfiya Nidayanti

    Nim : 1713211118

    Tempat, Tanggal Lahir : Kerinci / 11 April 1983

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Agama : Islam

    Warga Negara : Indonesia

    Nama Orang Tua

    Ayah : Drs. Mugni Said

    Ibu : Nurhuda

    Alamat : Desa Koto Keras Kec. Pesisir Bukit .

    Sungai PenuhRiwayat Pendidikan :

    1. TK Mekar Sari Padang : tahun tamat 1989

    2. SDN No. 19 ATB Padang : tahun tamat 1995

    3. SLTPN 13 Padang : tahun tamat 1998

    4. SMAN 12 Padang : tahun tamat 2001

    5. DIII Gizi POLTEKKES KEMENKES : tahun tamat 2004

    6. S1 Gizi STIKES Perintis Sumbar : tahun tamat 2019

  • PROGRAM STUDI S-1 GIZISEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS SUMBARSkripsi, Januari 2019

    Sasfiya Nidayanti

    HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, ASUPAN GIZI DANAKTIVITASFISIK TERHADAP STATUS GIZI ATLET SEPAK BOLAPSKERINCI TAHUN 2018

    xii + 56 halaman, 19 tabel, 2 gambar, 9 lampiran

    ABSTRAK

    Indonesia sebagai negara berkembang yang terus membangun dihadapkanterhadap persaingan yang semakin berat dalam segala bidang di duniainternasional, salah satunya bidang olahraga. Berdasarkan Statistik Kemenpora(2014), Provinsi Jambi memiliki persentase tertinggi terhadap peminatan sepakbola yaitu 87,81%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungantentangpengetahuan gizi,asupan gizi dan aktivitas fisik terhadap status gizi atlet sepakbola PS Kerinci tahun2018.

    Metode penelitian ini adalah observasional bersifat analitikmenggunakandesain penelitiancross sectional. Penelitian dilaksanakan pada bulanAgustus 2018-Februari 2019. Populasi adalah semua atletyang berjumlah 31orangdengan sampel sebanyak 31 orang yang diperoleh dengan teknik Total Sampling.Analisis data terdiri dari analisis univariat dan analisis bivariat menggunakan ujistatistik chi-square.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar atlet berstatus gizinormal (58,1%). Berdasarkan analisis bivariat diketahui bahwaada hubungan yangbermakna antara pengetahuan gizi atlet (p=0,001), asupan energi (p=0,012),asupan protein (0,009) dan aktivitas fisik (0,000) dengan status gizi atlet.

    Kesimpulannya adalah ada hubungan yang bermakna antara pengetahuangizi atlet, asupan energi, asupan protein dan aktivitas fisik dengan status gizi atlet.Diharapkan bagi pemerintah setempat dan pengurus persatuan Sepak Bola PSKerinci agar berkoordinasi dengan petugas gizi dalam memberikan informasitentang gizi atlet dalam meningkatkan pengetahuan gizi atlet sehingga meningkatpula asupan dan status gizinya.

    Daftar bacaan : 38 (1995-2017)Kata Kunci : Pengetahuan, Asupan Energi, Asupan Protein, AktivitasFisik dan Status Gizi

  • STUDY PROGRAM OF NUTRITION S-1 HEALTH SCIENCE HIGH SCHOOL OF PERINTIS SUMBARThesis, January 2019

    Sasfiya Nidayanti

    THE CORRRELATION BETWEENNUTRITION KNOWLEDGE,NUTRITION INTAKE AND PHSYSICAL ACTIVITY TO THENUTRITION STATUS OFFOOT BALL ATHLETEKERINCIUNITEDYEAR 2018

    xii + 56 pages, 19 tables, 2 images, 9 attachments

    ABSTRACT

    Indonesia as a developing country that continues to develop is faced withincreasingly heavy competition in all fields in the international world, one ofwhich is the field of sports. Based on Kemenpora Statistics (2014), JambiProvince has the highest percentage of soccer specialization, which is87.81%.This study aims to determinethe corrrelation between nutritionknowledge, nutrition intake and phsysical activity to the nutrition status of football athlete Kerinci United year 2018.

    The method of this study is observational analytic usingcross-sectionalstudy design. This studywas held inAugust 2018-January 2019.Thepopulation is all of athlete, 31athlete with 31athlete sample by using TotalSamplingtechnique. Data analysis consisted of univariate analysis and bivariateanalysis using chi-square.

    The results showed that most of the nutritional status of foot ball athlete isnormal (58,1%). Based on bivariate analysis it is found that there is a significantrelationship between athlete’s nutrition knowledge (p=0,001), energy intake(p=0,012), protein intake (0,009) andphysical activity(p=0,000) withnutritionstatus of athlete.

    In conclusion,there is a significant relationship between athlete’s nutritionknowledge, energy intake, protein intake and physical activity with nutritionstatus of athlete. It is hoped that the local government and the PS Kerinci Footballunion management will coordinate with nutrition officers in providinginformation on athlete nutrition in improving athletes' nutrition knowledge so thattheir intake and nutritional status increase.

    Reading list : 38 (1995-2017)Keyword :Knowledge, Nutrition Intake and Phsycal Activity and NutritionStatus

  • KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah

    melimpahkan rahmat dan karunian-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

    Skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Gizi

    yang berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan, Asupan Gizi dan Aktivitas

    Fisik Terhadap Status Gizi Atlet Sepak Bola PS Kerinci Tahun 2018”

    Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak dibantu oleh berbagai

    pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

    1. Bapak Yendrizal Jafri, S.Kp,M.Biomed selaku Ketua STIKes Perintis Sumbar

    yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat mengikuti

    pendidikan S-1 Gizi Perintis Padang

    2. Ibu Widia Dara, SP, MP selaku Ketua Prodi S-1 Gizi Perintis Sumbar.

    3. Bapak Dezi Ilham, M.Biomed selaku dosen pembimbing I yang telah banyak

    membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

    4. Ibu Wilda Laila, M.Biomed selaku dosen pembimbing II yang telah banyak

    membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

    5. Ibu Putri Aulia Arza, SP, M.Si selaku dosen penguji skripsi yang telah banyak

    membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

    6. Bapak dan Ibu dosen beserta staf di STIKes Perintis Padang

    7. Keluarga tercinta yang telah memberikan semangat dan mengiringi dengan doa

    untuk perjuangan penulis.

    8. Teman-teman senasib dan seperjuangan yang ikut membantu penulis dalam

    menyelesaikan skripsi ini.

  • Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi

    ini masih banyak kekurangan, maka dengan segala kerendahan hati penulis

    mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan

    skripsi ini.

    Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, mudah-mudahan skripsi ini

    dapat bermanfaat bagi kita semua.

    Padang, Januari 2019

    Penulis

  • DAFTAR ISI

    PENYATAAN PERSETUJUAN................................................................................iHALAMAN PENGESAHAN....................................................................................iiABSTRAK..................................................................................................................iiiABSTRACT................................................................................................................ivKATA PENGANTAR.................................................................................................vDAFTAR ISI.............................................................................................................viiDAFTAR TABEL.......................................................................................................xDAFTAR GAMBAR..................................................................................................xiDAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................xii

    BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang...........................................................................................11.2 Rumusan Masalah......................................................................................41.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................4

    1.3.1 TujuanUmum....................................................................................41.3.2 TujuanKhusus...................................................................................4

    1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................51.4.1 Manfaat Teoritis...............................................................................51.4.2 Manfaat Praktis.................................................................................5

    1.5 Ruang Lingkup...........................................................................................6

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA2.1 Sepak Bola................................................................................................ 72.2 Status Gizi..................................................................................................7

    2.2.1 Penilaian Status Gizi......................................................................82.2.2 Indeks Antropometri....................................................................11

    2.2.2.1 Cara Mengukur Indeks Massa Tubuh............................112.2.2.2 Kategori Indeks Massa Tubuh.......................................12

    2.3 Pengetahuan Gizi.....................................................................................142.3.1 PengertianPengetahuan Gizi........................................................142.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan........................142.3.3 Cara Mengukur Pengetahuan.......................................................172.3.4 Pengetahuan Gizi Olahraga..........................................................18

    2.4 Asupan Zat Gizi.......................................................................................202.4.1 Asupan Energi..............................................................................20

    2.4.1.1 Perhitungan Energi untuk Olahragawan........................212.4.1.2 Kebutuhan Energi Berdasarkan Aktivitas Olahraga......222.4.1.3 Faktor Aktivitas Fisik.....................................................232.4.1.4 Perhitungan Energi Untuk Olahraga..............................23

    2.4.2 Asupan Protein.............................................................................242.4.3 Metode Food Recall 24 Jam.........................................................26

    2.5 Aktivitas Fisik..........................................................................................262.5.1 Definisi Aktivitas Fisik................................................................262.5.2 Manfaat Aktivitas Fisik................................................................28

    2.6 KerangkaTeori.........................................................................................282.7 Kerangka Konsep.....................................................................................30

  • 2.8 Hipotesis Penelitian..................................................................................302.9 Definisi Operasional................................................................................30

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN3.1 Desain Penelitian..................................................................................... 333.2 WaktudanLokasi Penelitian.................................................................... 333.3 PopulasidanSampel................................................................................. 33

    3.3.1 Populasi........................................................................................333.3.2 Sampel..........................................................................................33

    3.4 Metode Pengumpulan Data..................................................................... 343.4.1 Data Primer..................................................................................353.4.2 Data Sekunder..............................................................................35

    3.5 Pengolahan Data..................................................................................... 353.6 Analisis Data........................................................................................... 36

    3.6.1 Analisis Univariat.........................................................................363.6.2 Analisis Bivariat...........................................................................36

    BAB IV HASIL PENELITIAN4.1 Analisa Situasi..........................................................................................37

    4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian............................................374.1.2 Gambaran Umum Demografi.......................................................38

    4.2 Gambaran Umum Responden..................................................................384.2.1 Umur Responden..........................................................................384.2.2 Pekerjaan Responden...................................................................38

    4.3 Analisis Univariat....................................................................................394.3.1 Distribusi Status Gizi Atlet Sepak Bola PS Kerinci Tahun 2018

    ......................................................................................................394.3.2 Distribusi Pengetahuan GiziAtlet Sepak Bola PS KerinciTahun

    2018..............................................................................................394.3.3 Distribusi Tingkat Asupan EnergiAtlet Sepak Bola PS

    KerinciTahun 2018.......................................................................404.3.4 Distribusi Tingkat Asupan ProteinAtlet Sepak Bola PS Kerinci

    Tahun 2018...................................................................................404.3.5 Distribusi Aktivitas Fisik Atlet Sepak Bola PS KerinciTahun

    2018..............................................................................................404.4 Analisis Bivariat.......................................................................................41

    4.4.1 Hubungan antara Pengetahuan Gizi dengan Status Gizi AtletSepak Bola PS KerinciTahun 2018..............................................41

    4.4.2 Hubungan antara Asupan Energi dengan Status Gizi AtletSepak Bola PS KerinciTahun 2018..............................................42

    4.4.3 Hubungan antara Asupan Protein dengan Status Gizi AtletSepak Bola PS KerinciTahun 2018..............................................42

    4.4.4 Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Status Gizi AtletSepak Bola PS KerinciTahun 2018..............................................43

    BAB V PEMBAHASAN5.1 Analisis Univariat....................................................................................44

  • 5.1.1 Distribusi Status Gizi Atlet Sepak Bola PS KerinciTahun 2018......................................................................................................44

    5.1.2 Distribusi Pengetahuan GiziAtlet Sepak Bola PS KerinciTahun2018..............................................................................................44

    5.1.3 Distribusi Tingkat Asupan Energi Atlet Sepak Bola PS KerinciTahun 2018...................................................................................45

    5.1.4 Distribusi Tingkat Asupan Protein Atlet Sepak Bola PSKerinciTahun 2018.......................................................................46

    5.1.5 Distribusi Aktivitas Fisik Atlet Sepak Bola PS KerinciTahun2018..............................................................................................47

    5.2 Analisis Bivariat.......................................................................................485.2.1 Hubungan antara Pengetahuan Gizi dengan Status Gizi Atlet

    Sepak Bola PS KerinciTahun 2018..............................................485.2.2 Hubungan antara Asupan Energi dengan Status Gizi Atlet

    Sepak Bola PS KerinciTahun 2018..............................................505.2.3 Hubungan antara Asupan Protein dengan Status Gizi Atlet

    Sepak Bola PS KerinciTahun 2018..............................................525.2.4 Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Status Gizi Atlet

    Sepak Bola PS KerinciTahun 2018..............................................53

    BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN6.1 Kesimpulan..............................................................................................556.2 Saran.........................................................................................................55

    DAFTAR PUSTAKA

  • DAFTAR TABEL

    Nomor Tabel Halaman

    2.1 Tabel Kategori Batas Ambang IMT Untuk Indonesia......................................122.2 Tabel Kriteria Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO ) Untuk IMT...................122.3 Tabel BMR Untuk Laki-Laki Berdasarkan Berat Badan..................................212.4 BMR Untuk Perempuan Berdasarkan Berat Badan..........................................222.5 Kebuthan Energi Berdasarkan Aktifitas Olahraga............................................222.6 Faktor Aktifitas Fisik.........................................................................................232.7 Kebutuahan Zat Gizi (Energi dan Protein) Atlet Sepak Bola............................242.8 Jenis Aktifitas Berdasarkan PAR......................................................................274.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Atlet Sepak Bola PS Kerinci..........384.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Atlet Sepak Bola PS Kerinci

    384.3 Distribusi Status Gizi Atlet Sepak Bola PS Kerinci..........................................394.4 Distribusi Pengetahuan Gizi Atlet.....................................................................394.5 Distribusi Tingkat Asupan Energi Atlet Sepak Bola PS Kerinci......................404.6 Distribusi Tingkat Asupan Protein Atlet Sepak Bola PS Kerinci.....................404.7 Distribusi Tingkat Aktivitas Fisik Atlet Sepak Bola PS Kerinci......................414.8 Hubungan antara Pengetahuan Gizi dengan Status Gizi Atlet

    Sepak Bola PS Kerinci......................................................................................414.9 Hubungan antara Tingkat Asupan Energi dengan Status Gizi Atlet

    Sepak Bola PS Kerinci......................................................................................424.10 Hubungan antara Tingkat Asupan Protein dengan Status Gizi Atlet

    Sepak Bola PS Kerinci......................................................................................424.11 Hubungan antaraAktivitas Fisik dengan Status Gizi Atlet

    Sepak Bola PS Kerinci......................................................................................43

  • DAFTAR GAMBAR

    Nomor GambarHalaman

    1. Kerangka Teori..................................................................................................292. Kerangka Konsep..............................................................................................30

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 KuesionerLampiran 2 Grafik IMT Untuk Usia 18 Tahun KeatasLampiran 3 Hasil Analisis Aktifitas Fisik 24 jam Lampiran 4 Master TabelLampiran 5 Hasil Olah Data SPSSLampiran 6 Lembar KonsultasiLampiran 7 Surat Izin PenelitianLampiran 8 Surat Rekomendasi KesbangpolLampiran 9 Surat Keterangan PenelitianLampiran 10 Dokumentasi

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Indonesia sebagai negara berkembang yang terus membangun dihadapkan

    terhadap persaingan yang semakin berat dalam segala bidang di dunia

    internasional, salah satunya bidang olahraga. Keadaan tersebut membuat

    Indonesia mau tidak mau untuk terus mengembangkan pembinaan dalam bidang

    olahraga. Demikian pula para atletnya.

    Untuk mencapai prestasi yang maksimal, seorang atlet harus mempunyai

    kebugaran jasmani yang tinggi. Kebugaran jasmani adalah kesanggupan dan

    kemampuan tubuh untuk melakukan adaptasi terhadap pembebanan fisik yang

    diberikan kepadanya dari kerja yang dilakukan sehari-hari tanpa menimbulkan

    kelelahan yang berlebihan (Agus, 2012). Kebugaran jasmani yang tinggi

    dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur, jenis kelamin, genetik, aktivitas

    fisik, istirahat dan termasuk pemenuhan makanan dan pengaturan makanan.

    Banyak atlet yang menginginkan peningkatan atas performa mereka

    dengan melakukan latihan. Mereka sengaja meluangkan banyak waktu khusus

    untuk berlatih pada setiap minggu. Disamping meluangkan banyak waktu untuk

    berlatih, tidak jarang mereka tidak memperhatikan pengaturan gizi yang baik

    untuk dikonsumsi. Ketidakperhatian mereka bukan saja hanya oleh pengaruh

    ketidak mampuan dalam bidang ekonomi,akan tetapi biasanya hal ini disebabkan

    oleh karena atlet tersebut terlalu mengikuti selera makan saja tanpa pemilihan

    makanan yang berkhasiat atau pun nutrisi yang tepat untuk meningkatkan prestasi.

  • Status gizi merupakan kondisi kesehatan tubuh sesorang atau kelompok

    orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan penggunan zat gizi

    makanan. Pengukuran status gizi seseorang dapat dihitung menggunakan Indeks

    Massa Tubuh (IMT). Perbandingan rasio berat badan per tinggi badan sering

    digunakan untuk menilai status gizi orang dewasa untuk mengetahui apakah status

    gizi orang tersebut tergolong kurus, normal atau gemuk. (Almatsier,2009).

    Penyebab kekurangan gizi atau tidak berimbang pada atlet pada dasarnya

    sangat sederhana yaitu kurangnya pengetahuan meraka pada asupan konsumsi

    makanan terhadap kebutuhan makan seseorang. Jadi masalah sebenarnya adalah

    para atlet masih belum mengetahui tentang kebutuhan nutrisi atau gizi tubuh

    dalam keadaan berimbang.

    Pada olahraga sepakbola secara umum seorang pemain sepak bola

    memerlukan asupan energi sekitar 4500Kkal atau 1,5 kali kebutuhan energi

    orang dewasa dengan postur tubuh relatif sama. Energi yang dibutuhkan bukan

    dari suplemen atau obat-obatan tetapi dari teraturnya asupan gizi yang tepat sesuai

    dengan olahraga yang dilakukan.

    Permainan sepak bola ini merupakan permainan yang berlangsung sangat

    cepat dalam waktu yang relatif lama. Gerakan – gerakan yang dilakukan oleh

    pemain berupa lari, menendang, loncat dan sprint-sprint pendek (Depkes

    RI:2002). Asupan karbohidrat dan protein yang ideal bagi pemain berturut-turut

    adalah 6-10 g/kgbb/hari dan 1,2-1,7 g/kgbb/hari (Irianto, 2007). Pemain harus

    mengetahui jumlah dan jenis energi yang dibutuhkan agar mencapai penampilan

    yang prima. Faktor yang mempengaruhi status gizi pemain sepak bola adalah

    asupan energi, asupan protein, dan aktivitas fisik (Budi,2007)

  • Aktivitas fisik merupakan faktor yang berperan dalam status gizi

    seseorang. Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan otot-otot tubuh dan

    sistem penunjangnya. Banyaknya energi yang dibutuhkan tergantung pada

    beberapa banyak otot yang bergerak, berapa lama dan berapa berat pekerjaan yang

    dilakukan (Khomsan, 2014).

    Pada penelitian Imanuddin (2012), sebagian pengetahuan gizi atlet 62,50%

    dalam kategori sedang, tingkat kecukupan energi 66,67% dalam kategori sedang

    dan asupan kecukupan protein 75% dalam kategori cukup.

    Berdasarkan penelitian Ihsan pada tahun 2017 pada atlet sepak bola

    menunjukkan asupan energi yang masih kurang kurang (53,1%), masih memeliki

    status gizi gemuk (9,4%) dan terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan

    gizi dengan asupan protein.

    Berdasarkan Statistik Kemenpora(2014), Provinsi Jambi memiliki

    persentase tertinggi terhadap peminatan sepak bola yaitu 87,81%. Persatuan

    Sepakbola (PS) Kerinci merupakan salah satu klub sepak bola yang berada di

    Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi. PS Kerinci berlatih di lapangan bola Molten

    tebat ijuk dan Daka Sebukar. Mereka latihan setiap sore pada hari minggu dan

    rabu PS Kerinci memiliki pemain berjumlah 31 orang yang di latih oleh bapak

    Dartoni di bawah pimpinan Zainal Abidin, SH,MH.

    Berdasarkan wawancaraawal yang peneliti lakukan pada tanggal 22 April

    tahun 2018 kepada 10 sampel atlet sepak bola PS Kerinci bahwa50% atlet masih

    kurang memiliki pengetahuan tentang makanan sehat dan bergizi. Mereka masih

    memilih makanan yang mereka konsumsi sesuai dengan selera mereka tanpa

    memperhatikan kaidah asupan gizi yang seimbang. Keadaan tersebut

  • menyebabkan para atlet memiliki kondisi atau status gizi yang tidak baik bahkan

    kurang. Aktivitas fisik yang dilakukan pemain sepak bola sehari-harinya termasuk

    dalam kategori olahraga berat dan membutuhkan energi yang seimbang.

    Berdasarkan uraian diatas peneliti sangat tertarik untuk melakukan

    penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan, Asupan Gizi dan

    Aktivitas Fisik terhadap Status Gizi Atlet Sepak Bola Ps Kerinci Tahun

    2018” dimana penelitian ini belum pernah sebelumnya dilakukan di PS Kerinci.

    1.2 Rumusan Masalah

    Apakah ada hubungan pengetahuan gizi,asupan gizi dan aktivitas fisik

    terhadap status gizi atlet sepak bola PS Kerinci tahun 2018?

    1.3 Tujuan Penelitian

    1.3.1 Tujuan Umum

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungantentang pengetahuan

    gizi,asupan gizi dan aktivitas fisik terhadap status gizi atlet sepak bola PS Kerinci

    tahun 2018.

    1.3.2 Tujuan Khusus

    a. Diketahuinya distribusi frekuensi status gizi atlet sepak bola PS Kerinci

    tahun 2018.

    b. Diketahuinya distribusi frekuensi pengetahuan gizi atlet sepak bola PS

    Kerinci tahun 2018.

    c. Diketahuinya distribusi frekuensi asupan energi atlet sepak bola PS Kerinci

    tahun 2018.

  • d. Diketahuinya distribusi frekuensi asupan protein atlet sepak bola PS Kerinci

    tahun 2018.

    e. Diketahuinya distribusi frekuensi aktivitas fisik atlet sepak bola PS

    Kerincitahun 2018.

    f. Diketahuinya hubungan pengetahuan gizi dengan status gizi atlet sepak bola

    PS Kerinci tahun 2018.

    g. Diketahuinya hubungan asupan energi dengan status gizi atlet sepak bola PS

    Kerinci tahun 2018.

    h. Diketahuinya hubungan asupan protein dengan status gizi atlet sepak bola PS

    Kerinci tahun 2018.

    i. Diketahuinya hubungan aktivitas fisik dengan status gizi atlet sepak bola PS

    Kerinci tahun 2018.

    1.4 Manfaat Penelitian

    1.4.1 Manfaat Teoritis

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai perkembangan

    ilmu gizi olahraga yang difokuskan pada pengaturan gizi bagi pemain sepak bola

    agar mencapai penampilan maksimal.

    1.4.2 Manfaat Praktis

    a. Menambah pengetahuan bagi penulis dan mahasiswa gizi dalam mengatur

    gizi pemain sepak bola.

    b. Sebagai informasi bagi pemain, pelatih dan pelaku olahraga tentang ilmu

    gizi terutama gizi olahraga sepak bola.

    c. Memberikan nilai positif bagi institusi olahraga sepak bola dalam mengatur

    gizi pemain.

  • 1.5 Ruang Lingkup Penelitian

    Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan pengetahuan gizi,

    asupan gizi dan aktivitas fisik terhadap status gizi atlet sepak bola PS Kerinci

    tahun 2018.

    Variabel dependen adalah status gizi sedangkan variabel independen

    adalah pengetahuan gizi, asupan gizi dan aktivitas fisik. Data yang diperoleh

    bersadarkan hasil penimbangan berat badan dan tinggi badan pemain sepak bola

    PS Kerinci tahun 2018.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Sepak Bola

    Permainan sepak bola sangat membutuhkan energi yang tinggi dan dapat

    disetarakan dengan kebutuhan energi/kalori pekerja sangat berat. Permainan sepak

    bola memerlukan keterampilan yang berhubungan dengan kebugaran tubuh yaitu

    kekuatan atau gaya ledak otot, kecepatan dan kelincahan. Kekuatan otot yang

    tinggi sangat diperlukan oleh pemain sepak bola untuk berlari cepat, menendang

    bola, melempar bola, mempertahankan keseimbangan tubuh dan mencegah

    terjatuh saat benturan dengan pemain lawan.

    Untuk mencapai prestasi yang optimal pemain sepak bola harus memenuhi

    persyaratan tertentu. Bentuk tubuh pemain sepak bola harus ideal yaitu sehat,

    kuat, tinggi dan tangkas. Seorang pemain sepak bola harus mempunyai Indeks

    Massa Tubuh (IMT) yang normal dengan Tinggi Badan diatas rata – rata.

    Komposisi tubuh harus proporsional antara massa otot dan lemak yang berlebih.

    Hal yang harus disadari dan dipahami oleh pemain sepak bola,pelatih dan

    keluarga serta lingkungannya agar selalu menjaga kondisi kesehatannya dengan

    asupan gizi atau pengaturan makanan yang seimbang. Pengaturan makanan

    khusus harus disiapkan pada masa pelatihan, pertandingan dan pasca pertandingan

    (Depkes RI,2002).

    2.2 Status Gizi

    Menurut Almatsier (2010) status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat

    konsumsi makanan dan juga penggunaan zat-zat gizi yang diperlukan oleh tubuh

  • untuk menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan tubuh. Status

    gizi diperlukan juga untuk mempertahankan derajat kebugaran dan kesehatan,

    membantu pertumbuhan untuk menunjang prestasi olahragawan. Status gizi di

    bagi menjadi tiga kategori yaitu status gizi kurang, status gizi normal dan gizi

    lebih.

    Status gizi kurang atau yang lebih sering disebut undernutrition merupakan

    keadaan gizi seseorang dimana jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari energi

    yang dikeluarkan. Hal ini dapat terjadi karena jumlah energi yang masuk lebih

    sedikit dari anjuran kebutuhan individu (Wardlaw,2007).

    Status gizi normal merupakan suatu status gizi dimana terdapat

    keseimbangan antara jumlah energi yang masuk kedalam tubuh dan energi yang

    dikeluarkan dari luar tubuh sesuai dengan kebutuhan individu. Energi yang masuk

    dalam tubuh dpat berasal dari karbohidrat, protein ,lemak dan zat gizi lainnya

    (Nix,2005).

    Status gizi lebih (overnutrition) merupakan keadaan gizi seseorang dimana

    jumlah energi yang masuk melebihan kecukupan energi yang dikeluarkan

    (Nix,2005). Menurut Apriadji (1986) hal ini terjadi karena jumlah energi yang

    masuk melebihi kecukupan energi yang dianjurkan seseorang, akhirnya kelebihan

    zat gizi yang disimpan dalam bentuk lemak yang dapat mengakibatkan seseorang

    menjadi gemuk.

    2.2.1 Penilaian Status Gizi

    Menurut Hatriyanti, Triayanti (2007) penilaian status gizi merupakan

    penjelasan yang berasal dari data yang diperoleh dengan menggunakan berbagai

  • macam cara untuk menemukan suatu populasi atau individu yang memiliki risiko

    status gizi kurang maupun lebih. Penilaian status gizi terdiri dari dua jenis yaitu:

    1. Penilaian Langsung

    a. Antropometri

    Antropometri merupakan salah satu cara penilaian status gizi yang be

    rhubungan dengan ukuran tubuh yang disesuaikan dengan umur dan tingkat

    gizi seseorang. Pada umumnya antropomtri mengukur dimensi dan dan

    komposisi tubuh seseorang. Menurut Gibson (2005) antropometri tidak dapat

    digunakan untuk mengidentifikasi zat – zat gizi yang spesifik.

    b. Klinis

    Pemeriksaan klinis merupakan cara penilaian status gizi berdasarkan

    perubahan yang terjadi yang berhubungan erat dengan kekurangan maupun

    kelebihan asupan zar gizi. Pemeriksaan klinis dapat dilihat pada jaringan

    epitel yang terdapat di mata, kulit, rambut, mukosa mulut dan organ yang

    dekat dengan permukaan tubuh (kelenjer tiroid).

    c. Biokimia

    Pemeriksaan biokomia disebut juga cara laboratorium. Pemeriksaan

    biokimia digunkan untuk mendeteksi adanya defisiensi zat gizi pada pada

    kasus yang lebih parah lagi,dimana dilakukan pemeriksaan dalam suatu

    bahan biopsi sehingga dapat diketahui kadar zat gizi atau adanya simpanan

    dijaringan yang paling sensitif terhadap deplesi, uji ini disebut uji biokimia

    statis

  • d. Biofisik

    Pemeriksaan biofisik merupakan salah satu penilaian status gizi dengan

    melihat kemampuan fungsi jaringan dan melihat perubahan strukrur jaringan

    yang dapat digunakan dalam keadaan tertentu seperti kejadian buta senja

    2. Penilaian Tidak Langsung

    a. Survei Konsumsi Makanan

    Survei konsumsi makanan merupakan salah satu penilaian status gizi

    dengan melihat jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi oleh individu

    maupun keluarga data yang didapat berupa data kuantitatif maupun kualitatif.

    Data kuantitatif dapat mengetahui jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi

    sedangkan data kualitatif dapat diketahui frekuensi makan dan cara

    seseorang maupun keluarga dalam memperoleh pangan sesuai dengan

    kebutuhan gizi.

    b. Statistik Vital

    Menurut Hatriyanti (2007) statistik vital merupakan salah satu metode

    penilaian status gizi melalui data-data menegenai statistik kesehatan yang

    berhubungan dengan gizi seperti angka kematian menuerut umur tertentu,

    angka penyebab kesakitan dan kematian, statistik pelayan kesehatan, dan

    angka penyakit infeksi yang berkaitan dengan kekurangan gizi.

    c. Faktor Ekologi

    Penilaian status gizi dengan menggunakan faktor ekologi karena masalah

    gizi dapat terjadi karena interaksi beberapa faktor ekologi, seperti faktor

    biologis, faktor fisik dan lingkungan budaya. Menurut Supariasa (2001)

    penilaian berdasarkan faktor ekologi digunakan untuk mengetahui penyebab

  • kejadian gizi salah (malnutrition) disuatu masyarakat yang nantinya akan

    sangat berguna untuk melaksanakan intervensi gizi.

    2.2.2 Indeks Antropometri

    Indek Antropometri bisa merupakan rasio dari suatu pengukuran terhadap

    satu atau lebih pengukran yang dihubungkan dengan umur dan tingkat gizi. Salah

    satu contoh dari indeks antropometri adalah Indeks Massa Tubuh (IMT) atau

    yang disebut dengan Body Mass Indeks (BMI) (Supariasa, 2014).

    IMT merupakan alat sedehana untuk memantau status gizi orang dewasa

    khususnya yang berkaitan dengan kekurangan atau kelebihan berat badan, maka

    mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai

    usia harapan hidup yang lebih panjang. IMT hanya dapat digunakan untuk orang

    dewasa yang berumur diatas 18 tahun.

    Dua parameter yang berkaitan dengan pengukuran IMT terdiri dari:

    1. Berat Badan

    Berat badan merupakan salah satu parameter massa tubuh yang paling

    sering digunakan yang dapat mencerminkan junlah dari beberapa zat gizi seperti

    protein, lemak, air dan mineral. Untuk mengukur IMT, berat badan dihubungkan

    dengan tinggi badan.

    2. Tinggi Badan

    Tinggi badan merupakan parameter ukuran panjang dan dapat

    merefleksikan pertumbahan skeletal (tulang).

    2.2.2.1 Cara Mengukur Indeks Massa Tubuh

    Indeks massa tubuh diukur dengan cara menbagi berat badan dalam satuan

    kilogram dengan tinggi badan dalam satuan meter kuadrat (Depekes RI, 2017)

  • IMT = Berat Badan (kg)Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)

    2.2.2.2 Kategori Indeks Massa Tubuh

    Untuk mengetahui status gizi seseorang maka ada kategori ambang batas

    IMT yang digunakan seperti yang terlihat pada tabel 2.1

    Tabel 2.1Kategori Batas Ambang IMT Untuk Indonesia

    Kategori IMTKurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0

    Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,1 – 18,4Normal 18,5 – 25,0Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0

    Kelebihan berat badan tingkat berat ≥ 27,0(Sumber Depkes RI, 2017)

    Tabel 2.2Kriteria OrganisasiKesehatan Dunia (WHO) Untuk IMT

    Kategori IMTKurus < 18,5

    Normal 18,5 – 24,9Kegemukan 25,0 – 29,9

    Obesitas Tingkat I 30,0 – 34,9Obesitas Tingkat II 35 – 39,9Obesitas Tingkat III > 40

    (Sumber: Depkes,RI 2017)

    1. Gizi Seimbang

    Gizi seimbang merupakan susunan makanan sehari-hari yang

    mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan

    tubuh dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi makanan,

    aktivitas fisik, kebersihan dan berat badan ideal. Prinsip Gizi Seimbang (PSG)

    divisualisasikan sesuai dengan budaya dan pola makan setempat.

    Bentuk tumpeng dengan nampannya di Indonesia disebut dengan

    Tumpeng Gizi Seimbang (TGS) yng dirancang untuk membantu memilih

  • makanan dengan jenis dan jumlah yang tepat, sesuai dengan berbagai kebutuhan

    menurut usia (bayi, balita, remaja, dewasa dan usia lanjut) dan sesuai dengan

    keaadaan kesehatan (hamil, menyusui, aktivitas fisik, sakit) (Irianto,2014). Gizi

    seimbang dapat ditentukan dengan menggunakan IMT (Indeks Massa Tubuh), gizi

    seimbang apabila skor berada di angka 18,5 – 25 (Depkes,2014).

    2. Gizi Kurang

    Menurut Guthrie (1995), gizi kurang disebabkan oleh ketidakseimbangan

    antara asupan energi (energi intake) dengan kebutuhan gizi. Dalam hal ini terjadi

    ketidakseimbangan negatif yaitu asupan lebih sedikit dari kebutuhan. Secara

    umum, kekurangan gizi menyebabkan beberapa gangguan dalam proses

    pertumbuhan, mengurangi produktivitas kerja dan kemampuan berkosentrasi,

    struktur dan fungsi otak, pertahanan tubuh serta perilaku (Almatsier, 2003). Gizi

    kurang dapat ditentukan dengan menggunakan IMT (Indeks Massa Tubuh), gizi

    kurang di angka 17 – 18,5 dan kurang dari 17 (Depkes, 2014).

    3. Gizi Lebih

    Ketidak seimbangan asupan energi (energy intake) dengan kebutuhan gizi

    mempengaruhi status gizi seseorang. Ketidakseimbangan positif terjadi apabila

    asupan energi lebih besar dari pada kebutuhan sehingga mengakibatkan kelebihan

    berat badan atau gizi lebih (Guthrie,1995). Makanan dengan kepadatan energi

    yang tinggi banyak mengandung lemak atau gula ditambahkan dan kurang

    mengandung serat) turut menyebabkan sebagian besar keseimbangan energi yang

    positif ini.

    Selanjutnya penurunan pengeluaran energi akan meningkatkan

    keseimbangan energi yang positif. Faktor yang menyebabnya adalah aktivitasfisik

  • golongan masyarakat rendah, efek toksis yang membahayakan, kelebihan energi,

    kemajuan ekonomi, kurang gerak, kurang pengetahuan gizi akan gizi seimbang

    dan tekanan hidup (stress). Akibat dari kelebihan gizi di antaranya obesitas,

    penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes, jantung koroner, hepatitis, dan

    penyakit empedu serta usia harapan hidup semakin menurun. Gizi lebih dapat

    dapat ditentukan dengan menggunakan IMT (Indeks Massa Tubuh), gizi lebih di

    angka 25 – 27 dan lebih dari 27 dikatakan obesitas (Depkes,2014).

    2.3 Pengetahuan Gizi

    2.3.1 Pengertian Pengetahuan

    Pengetahuan merupakan dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

    penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca

    indra penglihatan, pendengaran, penciuman, ras dan raba. Sebagian besar

    pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).

    Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia tentang benda,

    sifat, keadaan dan harapan-harapan. Pengetahuan dimiliki oleh semua suku bangsa

    di dunia. Meraka memperoleh pengetahuan melalui pengalaman, institusi, wahyu,

    logika atau kegiatan-kegiatan yang bersifat coba-coba. Jadi pengetahuan adalah

    segala sesuatu yang diketahui manusia dan terjadi setelah orang melakukan

    penginderaan. Terhadap suatu objek tertentu.

    2.3.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

    Menurut Notoatmodjo (2007) terdapat beberapa faktor yang

    mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu :

    a. Pendidikan

  • Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

    kemapuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

    Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang

    makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan

    tinggi maka seseorang cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang

    lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin

    banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat

    erat kaitan dengan pendidikan, maka orang tersebut akan semakin luas pula

    pengetahuannya.

    Namun perlu ditekankan bahwa orang yang berpendidikan rendah tidak

    berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak

    mutlak diperoleh di pendidikan formal akan tetapi dapt juga diperoleh pada

    pendidikan non formal. Pengetahuan sseorang tentang sesuatu obyek juga

    mengandung dua aspek positif dan negatif. Kedua aspek ini lah yang akhirnya

    akan menentukan sikap sseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak ospek

    postif dari obyek yang diketahui akan menumbuhkan sikap positif terhadap obyek

    tersebut (Wawan, 2010).

    b. Mass media / informasi

    Majunya tekhnologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang

    dapt mempengaruhi pengetahuan tentang informasi baru. Informasi yang

    diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat bmemberikan

    pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan

    pengetahuan. Sebagai sarana komunikasi berbagai bentuk media massa seperti

    televisi, surat kabar, radio, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar

  • terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian

    informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang

    berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru

    mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya

    pengetahuan terhadap hal tersebut.

    c. Sosial buadaya dan ekonomi

    Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran

    apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan berubah

    pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juaga akan

    menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk keperluan tertentu,

    sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

    d. Lingkungan

    Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik

    lingkungan fisik, biologis maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap

    proses masuknya pengetahuan kedalam individu yang berada dalam lingkungan

    tersebut. Hal ini terjadi karena direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

    e. Pengalaman

    Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk

    memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali

    pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa

    lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan

    pengetahuan dan keterampilan profesional serta pengalaman belajar selama

    bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang

  • merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik bertolak

    dari maslah nyata dalam bidang kerjanya

    f. Usia

    Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.

    Semakin bertambah usia akan semakin berkembang daya tangkap dan pola

    pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Dua sikap

    tradisional mengenai jalannya perkembangan selama selama hidup:

    1) Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai

    dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah

    pengetahuannya.

    2) Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua

    karna mengalami kemunduran fisik maupun mental. Dapat diperkirakan

    bahwa IQ akan menurun sejalan bertambahnya usia, khususnya pada

    kemampuan yang lain seperti misalnya kosa kata dan pengetahuan umum.

    2.3.3 Cara Mengukur Pengetahuan

    Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

    yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

    responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ukur dapat disesuaikan

    dengan tingkatan pengetahuan (Notoatmodjo, 2005).

    Adapun pertanyaan yang dapay dipergunakan untuk pengukuran

    pengetahuan secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu

    pertanyaan subjektif misalnya jenis pertanyaan essay dan pertanyaan objektif

    misalnya pertanyaan pilihan ganda (multiple choice), betul-salah dan pertanyaan

    menjodohkan. Pertanyaan objektif khususnya pertanyaan pilihan ganda lebih

  • disukai dalam pengukuran pengetahuan karena lebih mudah disesuaikan dengan

    pengetahuan yang akan diukur dan penilaiannya akan lebih cepat. Nilai nol jika

    responden menjawab salah dan nilai satu jika menjawab pertanyaan benar. Karena

    penelitian yang digunakan adalah deskriptif maka uji analisa secara statistik

    dimana hasil pengolahan data hanya berupa uji proporsi.

    Uji proporsi tersebut mengacu pada rumus

    P = F x 100% N

    Keterangan:

    P = Persentase

    F = Jumlah pertanyaan yang benar

    N = Jumlah semua pertanyaan

    Selanjutnya hasil penguran pengetahuan ini akan dibagi menjadi tiga

    kategori yatu baik, cukup dan kurang. Kategori baik bila mampu menjawab

    dengan benar > 75% pertanyaan, cukup bila pertanyaan dijawab benar sebanyk

    60-75 %, kurang bila menjawab pertanyaan pertanyaan < 70% (Arikunto,2010).

    2.3.4 Pengetahuan Gizi Olahraga

    Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan tentang makanan dan zat gizi,

    sumber-sumber zat gizi pada makanan, makanan yang aman dikonsumsi sehingga

    tidak menimbulkan penyakit dan cara mengolah yang baik agar zat gizi dalam

    makanan tidak hilang serta bagaimana hidup sehat (Notoatmodjo, 2003). Tingkat

    pengetahuan seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dala pemilihan

    makanan yang pada akhirnya berpengaruh pada keadaan gizi yang bersangkutan.

  • Pengetahuan gizi meliputi pengetahuan tentang pemilihan bahan makanan

    dan konsumsi sehari-hari dengan baik dan memberikan semua zat gizi yang

    dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Pemilihan dan konsumsi bahan makanan

    berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik atau optimal terjadi

    apabila tubuh memperoleh cukup zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Status gizi

    kurang terjadi apabila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat guzi

    essensial. Sedangkan status gizi lebih terjadi apabila tubuh memperoleh zat gizi

    dalam jumlah yang berlebihan sehingga menimbulkan efek yang membahayakan

    (Almatsier,2011).

    Pengetahuan gizi khususnya pada atlet mempunyai peranan yang sangat

    penting dalam pemilihan makanan dan minuman yang tepat. Hal ini bertujuan

    untuk menunjang peningkatan ketahanan fisik dan diharapkan pada waktunya atlet

    dapat menunjang prestasinya yang terbaik (Abidin dalam mutmainah,2014).

    Federasi sepak bola dunia menyatakan bahwa gizi berperan dalam

    keberhasilan satu tim. Namun demikian sebagian besar asupan gizi atlet tidak

    tepat karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman atlet dalam memilih

    makanan, kurangnya edukasi tentang pentingnya gizi olahraga prestasi gizi atlet

    dan juga pelatih, pengurus serta kurangnya ketersediaan tenaga dan kesehtan yang

    memahami dan memiliki kompetensi dalam ilmu gizi olahraga berprestasi.

    Peranan gizi dalam olahraga prestasi menuntut tenaga gizi dan kesehatan yang

    terampil untuk menjaga secara khusus dan intensif kebutuhan zat gizi atlet

    (Kemenkes RI,2014).

    2.4 Asupan Zat Gizi

  • Makanan untuk seorang atlet harus mengandung semua zat gizi yang

    dibutuhkan untuk mengganti zat-zat gizi dalam tubuh yang berkurang akibat

    digunakannya zat gizi tersebut untuk aktivitas olahraga. Menu seorang atlet harus

    mengandung semua zat gzi yang diperlukan yaitu karbohidrat, protein, lemak,

    vitamin, mineral dan air (Poedyasoro, 2008).

    2.4.1 Asupan Energi

    Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup, menunjang

    pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik. Energi yng diperoleh dari

    karbohidrat, lemak dan protein yang ada dalam makanan menentukan nilai energi

    (Almatsier, 2009).

    Energi diperlukan untuk kelangsungan proses-proses di dalam tubuh

    seperti proses peredaran darah dan sirkulasi darah, denyut jantung, pernafasan,

    pencernaan, proses fisiologi lainnya untuk bergerak atau melakukan pekerjaan

    fisik. Energi dalam tubuh dapat timbul karena adanya pembakaran karbohidrat,

    protein dan lemak karena itu agar energi tercukupi perlu pemasukan makanan

    yang cukup dengan mengkonsumsi makanan yang cukup dan seimbang

    (Isdaryati,2007).

    Kebutuhan energi seseorang menurut FAO/WHO adalah konsumsi energi

    yang berasal dari makanan yang diperlukan untuk menutupi pengeluaran energi

    seseorang bila ia mempunyai ukuran dan komposisi tubuh dengan tingkat aktivitas

    yang sesuai dengan kesehatan jangka panjang dan yang memungkinkan

    pemeliharaan aktivitas fisik yang dibutuhkan secara sosial dan ekonomi

    (Almatsier,2009).

  • Sumber energi yang berkosentrasi tinggi adalah bahan makanan sumber

    lemak seperti lemak dan minyak, kacang-kacangan dan biji-bijian. Setelah itu

    bahan makanan sumber karbohidrat, seperti padi-padian, umbi-umbian dan gula

    murni. Semua makanan yang dibuat dari dan dengan bahan makanan tersebut

    merupakan sumber energi (Almatsier,2009).

    Kekurangan energi terjadi bila konsumsi energi melalui makanan kurang

    dari energi yang dikeluarkan. Tubuh akan mengalami keseimbangan energi

    negatif. Akhirnya berat badan berkurang dari berat badan seharusnya (ideal)

    (Almatsier,2009).

    Kelebihan energi terjadi bila konsumsi energi melalui makanan melebihi

    energi yang dkeluarkan. Kelebihan energi akan diubah menjadi lemak tubuh.

    Akibatnya terjadi berat badan lebih atau kegemukan. Kegemukan bisa disebabkan

    oleh kebanyakan makan, dalam hal karbohidrat, lemak maupun protein, tetapi

    juga karena kurang bergerak. Kegemukan dapat menyebakan gangguan dalam

    fungsi tubuh,merupkan resiko untuk menderita penyakit kronis, seperti diabetes

    melitus, hipertensi, penyakit jantung koroner, penyakit kanker dan dapat

    memperpendek harapan hidup (Almatsier,2009).

    2.4.1.1 Perhitungan Energi Untuk Olahragawan

    Angka metabolisme basal (AMB) atau Basal Metabolic Rate (BMR)

    adalah kebutuhan energi minimal yang dibutuhkan tubuh untuk menjalankan

    proses tubuh yang vital (Poedyasmoro, 2008).

    Tabel 2.3.BMR untuk Laki-Laki berdasarkan Berat Badan

    Berat Badan (Kg) Usia 10-18TahunUsia 18-30

    TahunUsia 30-60

    Tahun55 1625 Kalori 1514 Kalori 1499 Kalori

  • 60 1713 Kalori 1589 Kalori 1556 Kalori65 1801 Kalori 1664 Kalori 1613 Kalori70 1889 Kalori 1739 Kalori 1670 Kalori75 1977 Kalori 1814 Kalori 1727 Kalori80 2065 Kalori 1889 Kalori 1785 Kalori85 2154 Kalori 1964 Kalori 1842 Kalori90 2242 Kalori 2039 Kalori 1899 Kalori

    (sumber: Poedyasmoro, 2008)

    Tabel 2.4.BMR untuk Perempuan berdasarkan Berat Badan

    Berat Badan (Kg) Usia 10-18TahunUsia 18-30

    TahunUsia 30-60

    Tahun40 1224 Kalori 1075 Kalori 1167 Kalori45 1291 Kalori 1149 Kalori 1207 Kalori50 1375 Kalori 1223 Kalori 1246 Kalori55 1424 Kalori 1296 Kalori 1288 Kalori60 1491 Kalori 1370 Kalori 1329 Kalori65 1557 Kalori 1444 Kalori 1369 Kalori70 1624 Kalori 1516 Kalori 1410 Kalori75 1691 Kalori 1529 Kalori 1450 Kalori

    (sumber: Poedyasmoro, 2008)

    2.4.1.2 Kebutuhan Energi Berdasarkan Aktivitas Olahraga

    Tabel 2.5Kebutuhan Energi Berdasarkan Aktivitas Olahraga

    Aktivitas olahraga Berat Badan (Kg)50 60 70 80 90Sepak bola 7 8 9 10 12Balap sepedaa.9 km/jamb.15 km/jamc.Bertanding

    358

    4610

    4712

    5819

    6915

    Bulu tangkis 5 6 7 7 9Bola Basket 7 8 10 11 12Bola voli 2 3 4 4 5Dayung 5 6 7 8 9Golf 4 5 6 7 8Hokey 4 5 6 7 8Jalan Kakia.10 menit/kmb.8 menit/kmc.5 menit/km

    5610

    6712

    7815

    81017

    91119

    Lari

  • a.5,5 menit/kmb.5 menit/kmc.4,5 menit/kmd.4 menit/km

    10101113

    12121315

    14151518

    15171821

    17192021

    Renanga.gaya bebasb.gaya punggungc.gaya dada

    898

    101010

    111211

    121313

    141515

    Senam 3 4 5 5 6Senam aerobika.pemulab.terampil

    57

    68

    79

    810

    913

    Tenis lapangana.rekreasib.bertanding

    49

    410

    512

    514

    615

    Tenis meja 3 4 5 5 6Tinjua.latihanb.bertanding

    117

    138

    1510

    1811

    2012

    Yudo 10 12 14 15 17(sumber:Poedyasmoro, 2008)

    2.4.1.3 Faktor Aktivitas Fisik

    Tabel 2.6Faktor Aktivitas

    Tingkat Aktivitas Faktor Aktivitas ( x BMR )Laki-Laki Perempuan

    Istirahat ditempat tidur 1,2 1,2Kerja sangat ringan 1,4 1,4Kerja ringan 1,5 1,5Kerja ringan sedang 1,7 1,6Kerja sedang 1,8 1,7Kerja berat 2,1 1,8Kerja berat sekali 2,3 2,0

    (sumber: Poedyasmoro, 2008)

    2.4.1.4 Perhitungan Energi Untuk Olahraga

    Langkah-langkah menghitung kebutuhan energi untuk olahragawan :

    1) Tentukan status gizi

    2) Tentukan BMR

  • 3) Tentukan faktor aktivitas fisik,hitung kebutuhan energi berdasarkan

    aktivitas fisik

    4) Tentukan kebutuhan energi dari aktivitas olahraga. Hitung kebutuhan

    energi ditambah aktivitas olahraga

    Tabel.2.7Kebutuhan Zat Gizi (Energi dan Protein) Atlet Sepak Bola

    JenisKelamin

    BeratBadan(kg)

    Umur10-18 18-30 30-60

    Energi(kal)

    Protein(gram)

    Energi(kal)

    Protein(gram)

    Energi(kal)

    Protein(gram)

    Laki-Laki 55 3515 55 3268 55 3238 5560 3730 60 3455 60 3389 6065 3907 65 3603 65 3502 6570 4122 70 3790 70 3654 7075 4299 75 3939 75 3767 7580 4514 80 4126 80 3920 8085 4693 85 4274 85 4033 8590 4947 90 4500 90 4223 90

    Perempuan 40 2540 40 2242 40 2414 4045 2668 45 2380 45 2489 4550 2833 50 2557 50 2604 5055 2960 55 2694 55 2679 5560 3127 60 2870 60 2794 6065 3253 65 3009 65 2869 6570 3419 70 3182 70 2984 7075 3547 75 3324 75 3059 75

    (Depkes,RI. 2002)

    2.4.2 Asupan Protein

    Istilah protein berasal dari kata Yunani proteos, yang berarti utama atau

    yang didahulukan. Kata ini diperkenalkan oleh seorang ahli kimia Belanda,

    Gerardus Mulder (1802-1880), karena ia berpendapat bahwa protein adalah zat

    yang paling penting dalam setiap organisme (Amatsier, 2009).

    Protein merupakan kompenen penting atau kompenen utama sel hewan dan

    manusia. Oleh karena sel itu merupakan pembentukan tubuh kita, maka protein

  • yang terdapat dalam makanan berfungsi sebagai zat utama dalam pembentukan

    dan pertumbuhan tubuh (Poedjiadi, 2009).

    Protein mempunyai fungsi penting yaitu fungsi pertumbuhan,

    memperbaiki sel tubuh yang rusak, bahan pembentuk plasma kelenjar, hormon

    dan enzim, cadangan energi jika terjadi kekurangan dan menjaga keseimbangan

    asam-basa darah (Sandjaja, 2009).

    Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik dalam

    jumlah maupun mutu, seperti telur, susu, daging, unggas, ikan dan kerang.

    Sumber protein nabati adalah kacang kedelai dan hasilnya, seperti tempe dan tahu,

    serta kacang-kacangan lain (Almatsier,2009). Kebutuhan ptotein umumnya adalah

    10-20% dari energi total (Almatsier,2011). Jumlah protein yang

    direkomendasikan untuk seorang atlet sedikit berbeda dengan orang biasa

    (BetterHealth, 2013):

    a) Masyarakat umum dan aktif, jumlah protein yang direkomendasikan perhari

    adalah 0,8-1 g/kg BB. Berarti seseorang dengan berat badan 60 kg harus

    mengonsumsi protein sekitar 45-60 g.

    b) Atlet dengan olahraga intensitas sedang, atlet yang latihan selama 45-60

    menit sehari dianjurkan untuk mengonsumsi protein sekitar 1-1,2 g/kg BB

    perhari.

    c) Atlet dengan olahraga intensitas berat (kecepatan dan beban), atlet yang

    latihan dalam jangka waktu lama (lebih dari 1 jam) atau yang latihannya

    berhubungan dengan beban (seperti angkat besi), dianjurkan untuk

    mengonsumsi protein sekitar 1,2-1,7 g/kg BB perhari.

  • 2.4.3 Metode Food Recall 24 Jam

    Hasil pengukuran asupan zat gizi merupakan indikator status gizi yang

    paling umum digunakan. Cara ini secara rutin dilakukan dilakukan dalam survei

    gizi nasional, penilaian epidemiologi dan penelitian gizi perorang.

    Memperkirakan asupan makanan dari seseorang tidak mudah untuk dilakukan

    (Almatsier,dkk, 2011).

    Tingkat asupan zat gizi,dengan menggunakan rumus sebagai berikut

    (Cynthia,2012) :

    % Tingkat asupan Gizi = Asupan Zat Gizi x 100 %Kebutuhan zat gizi

    Dalam metode recall 24 jam seorang ahli gizi terlatih menanyakan kepada

    responden yang mungkin merupakan subjek untuk mengingat secara rinci semua

    makanan dan minuman yang dikonsumsi selama 24 jam yang lalu atau pada hari

    yang lalu, termasuk cara memasak dan merek makanan bila dalam bentuk

    kemasan. Suplemen mineral dan vitamin juga dicatat, demikian pula produk

    makanan yang difortifikasi. Jumlah makanan biasanya diperkirakan dalam ukuran

    rumah tangga dan dicatat pada lembar data (Almatsier,dkk,2011).

    2.5 Aktivitas Fisik

    2.5.1 Defenisi Aktivitas Fisik

    Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot-otot tubuh dan

    sistem penunjangnya. Selama melakukan aktivitas fisik, otot membutuhkan energi

    di luar metabolisme untuk bergerak,sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan

    tambahan energi untuk menghantarkan zat-zat gizi dan oksigen keseluruh tubuh

    dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh. Banyaknya energi yang dibutuhkan

  • tergantung pada berapa banyak otot yang bergerak, berapa lama dan berapa berat

    pekerjaan yang dilakukan (Almatsier, 2009).

    Menurut FAO/WHO/UNU (2004) besarnya aktivitas fisik yang dilakukan

    seseorang dalam 24 jam dinyatakan dalam Physical Activity Level (PAL) atau

    tingkat aktivitas fisik. PAL dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

    PAL =∑ ( PAR X Alokasi waktu tiap aktivitas )24 Jam

    Keterangan:

    PAL = Physical Activity Level (tingkat aktivitas fisik)

    PAR= Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk

    jenis aktivitas per satuan waktu tertentu)

    Aktivitas fisik kemudian dikategorikan menjadi tiga kategori, yaitu :

    Ringan 1,40≤PAL≤1,69),

    Sedang (1,70≤PAL≤1,99),

    Berat (2,00≤PAL≤2,39) (FAO/WHO/UNU 2001).

    Jenis aktivitas fisik yang dilakukan contoh dikelompokkan menjadi 18

    jenis aktivitas berdasarkan PAR seperti yang terlihat pada Tabel :

    Tabel 2.8Jenis Aktivitas Fisik berdasarkan PAR

    Kategori Jenis aktivitas PAR ( kkal/mnt )Pria WanitaRingan Tidur

    BerbaringDuduk diamBerpakaianMembacaMenonton TVMendengar Radio

    11,21,22,41,21,61,6

    11,21,23,31,31,71,4

    Sedang BerdiriKebersihan diri

    1,42,3

    1,52,3

  • Makan dan minumBerjalanIbadah

    1,42,11,5

    1,62,51,5

    Berat Mencuci bajuMenyapu MengepelSenamOlahraga

    ---

    3,56,6

    2,82,34,44,26,3

    Sumber : (FAO/WHO/UNU 2004).

    2.5.2 Manfaat Aktivitas Fisik

    Aktivitas Fisik secara teratur memiliki efek menguntungkan terhadap

    kesehatan yaitu:

    1) Terhindar dari penyakit jantung, stroke, osteoporosis, kanker, tekanan darah

    tinggi, diabetes, dan lain-lain

    2) Berat badan terkendali

    3) Otot lebih lentur dan tulang lebih kuat

    4) Bentuk tubuh menjadi ideal dan proposional

    5) Lebih percaya diri

    6) Lebih bertenaga dan bugar

    7) Secara keseluruhan keadaan kesehatan menjadi lebih baik ( Depkes RI, 2006)

    2.6 Kerangka Teori

    Pengetahuan gizi khususnya pada atlet mempunyai peranan yang sangat

    penting dalam pemilihan makanan dan minuman yang teapat. Hal ini bertujuan

    untuk menunjang peningkatan ketahanan fisik dan diharapkan pada waktunya atlet

    dapat menunjang prestasinya yang terbaik. Sementara Federasi sepak bola dunia

    juga menyatakan bahwa gizi berperan dalam keberhasilan satu tim. Namun

    demikian sebagian besar asupan gizi atlet tidak tepat karena kurangnya

  • pengetahuan dan pemahaman atlet dalam memilih makanan, kurangnya edukasi

    tentang pentingnya gizi olahraga prestasi gizi atlet dan juga pelatih, pengurus serta

    kurangnya ketersediaan tenaga dan kesehatan yang memahami dan memiliki

    kompetensi dalam ilmu gizi olahraga berprestasi. Status gizi diperlukan juga

    untuk mempertahankan derajat kebugaran dan kesehatan, membantu pertumbuhan

    untuk menunjang prestasi olahragawan. Faktor yang mempengaruhi status gizi

    pemain sepak bola adalah asupan energi, asupan protein, dan aktivitas fisik (Budi,

    2007).

    Sumber :Apriadji, 1986 modifikasiadiningsih 2003, Mardatillah 2008

    Gambar 1 : Kerangka Teori

    Individu

    Pengetahuan

    Biologis

    Umur Jeniskelamin

    STATUS

    GIZI

    Asupangizi

    Energi Protein

    Aktivitasfisik

  • 2.7 Kerangka Konsep Penelitian

    Variabel independent Variabel Dependent

    Gambar 2 : Kerangka Konsep

    2.8 Hipotesis Penelitian

    2.8.1 Adanya hubungan pengetahuan gizi dengan status gizi atlet PS Kerinci

    Tahun 2018.

    2.8.2 Adanya hubungan asupan energi dengan status gizi atlet PS Kerinci Tahun

    2018.

    2.8.3 Adanya hubungan asupan protein dengan status gizi atlet PS Kerinci Tahun

    2018.

    2.8.4 Adanya hubungan aktivitas fisik dengan status gizi atlet PS Kerinci Tahun

    2018.

    2.9 Definisi Operasional

    Berdasarkan variabel penelitian yaitu variabel tingkat pengetahuan gizi

    olahraga, asupan energi, protein, lemak dan status gizi pada atlet sepakbola.

    No Namavariabel

    DefinisiOperasional

    CaraUkur

    Alat Ukur Hasil Ukur Skala

    Variabel Dependen1 Status

    GiziKeadaan gizi saatpengukurandilakukan

    Penimbangan beratbadan dan

    Beratbadan:Timbangan

    0= status gizikurang:

  • berdasarkan indeksantropometri (IMT/U) yang dibagi kedalam kategori

    pengukuran tinggibadan

    injak digitalTinggibadan:Microtoise

    1= status gizinormal:18,5 – 24,9Kg/ m22=Status gizilebih: ≥25 Kg/m2(balitbangkes,2013)

    Variabel Independen1 Pengetah

    uan giziKemampuanresponden dalammenjawabpertanyaan yangdiajukan di dalamkuesioner tentanggizi seimbang

    Wawancara

    Kuesio -ner 0=Kurang: <75% darijawaban benar1=Baik: ≥75%dari jawabanbenar(Arikunto,2010)

    Ordinal

    2 Tingkatasupanenergi

    Asupan yangdidapat dari rata-rata konsumsienergi dalammakanan danminuman yangdikonsumsiresponden selamadua haridibandingkandengan AKG

    Wawancara

    Food Recall1x24 jamselama 2hari(Gibson,2005)

    0=Kurang:(

  • (2,00≤PAL≤2,39) (FAO/WHO,2004)

  • BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Desain Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian survey yang bersifat deskriptif analitik

    dengan desain cross sectional study untuk mengetahui hubungan pengetahuan

    gizi,asupan gizi dan aktifitas fisik terhadap status gizi atlet sepak bola PS Kerinci.

    Dalam metode cross sectional, Variabel sebab dan akibat yang terjadi pada objek

    penelitian diukur atau dikumpulkan dalam waktu bersamaan (Soekidjo, 2010).

    3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

    Waktu penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus 2018 – Februari 2019.

    Penelitian ini dilakukan pada pemain PS Kerinci.

    3.3 Populasi dan sampel

    3.3.1 Populasi penelitian

    Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pemain persatuan sepak bola

    (PS) Kerinci.

    3.3.2 Sampel Penelitian

    Dalam penelitian ini penarikan sampel menggunakan metode total

    sampling. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh pemain yang mengikuti

    latihan PS Kerinci yaitu sebanyak 31 orang dan keseluruhannya berjenis kelamin

    laki-laki.

  • 3.4 Metode Pengumpulan Data

    Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan jenis

    data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder

    3.4.1 Data Primer

    Pengumpulan data primer dilakukan dengn menggunakan kuesioner yang

    berisi daftar pertanyaan dan pilihan jawaban yang dilakukan dengan metode

    wawancara. Data primer penelitian meliputi :

    1. Data karakteristik individu (nama, umur, suku dan alamat) yang diperoleh

    dengan wawancara langsung dengan alat bantu kuesioner

    2. Data antropometri meliputi berat badan dan tinggi badan yang diperoleh

    melalalui pengukuran secara langsung dengan menggunakan alat untuk

    mengukur berat badan yaitu timbangan injak yang berkapasitas 120 kg dan

    alat untuk mengukur tinggi badan yaitu microtoise dengan ketelitian 0,1 cm

    selanjutnya hasil pengukuran dibandingkan dengan klasifikasi IMT

    berdasarkan Kemenkes 2008

    3. Data pengetahuan gizi olahraga dikumpulkan dengan cara pertanyaan

    kuesioner untuk melihat pengetahuan responden

    4. Data asupan energi dan protein yang dikumpulkan melalui kuesioner food

    recall selama 2 hari

    5. Data status gizi yang diukur dengan indeks massa tubuh (IMT) untuk dewasa

    ( diatas 18 tahun ) dan Z-Score untuk IMT/U bagi umur dibawah 18 tahun

    dengan melakukan pengukuran langsung dengan menggunakan timbangan

    injak digital untuk berat badan dan microtise untuk tinggi badan.

  • 3.4.2 Data Sekunder

    Data sekunder diperoleh dari PS Kerinci berupa profil PS Kerinci.

    3.5 Pengolahan Data

    Pengolahan data dilakukan secara manual dan menggunakan alat bantu

    komputer. Langkah-langkah pengolahannya adalah sebagai berikut:

    1. Mengedit Data (editing)

    Melakukan pengecekan untuk melihat kelengkapan kuesioner yang diisi.

    Apabila ada kuesioner yang belum lengkap terisi atau terjadi kesalahan dalam

    pengisian dilengkapi kembali dengan mengunjungi responden penelitian.

    2. Mengkode data (coding)

    Membuat kode pada jawaban dari pertanyaan yang diberi kode dan membuat

    skor pada jawaban dari pertanyaan yang di beri skor dalam kuesioner.

    3. Memasukan data (entry)

    Data yang telah diberi kode pada kuesioner selanjutnya dimasukkan ke dalam

    program computer sesuai dengan template yang telah dibuat.

    4. Membersihkan data (cleaning)

    Data yang telah di entri, dilakukan pembersihan dengan cara memeriksa

    apakah ada kesalahan atau tidak dengan cara melihat distribusi frekuensi

    setiap variable.

    5. Mengolah Data (Processing)

    Dilakukan dengan menggunakan program statistik kuesioner dibuat dengan

    memberikan skor dan kode pada masing-masing pertanyaan yang telah

    ditentukan, kemudian hasil pengolahan data disajikan dalam bentuk table

    distribusi.

  • 3.6 Analisis Data

    Proses analisa data dapat dilakukan dengan dua tahap analisa univariat dan

    bivariat.

    3.6.1 Analisa Univariat

    Bertujuan untuk melihat distribusi frekuensi setiap variabel yaitu

    pengetahuan, asupan gizi, aktifitas fisik dengan status gizi

    3.6.2 Analisa Bivariat

    Bertujuan untuk membuktikan adanya hubungan yang bermakna atau tidak

    antara variabel dependent (status gizi) dan variabel independent (pengetahuan,

    asupan gizi, aktifitas fisik) maka dilakukan analisa bivariat. Uji statistik yang

    digunakan adalah uji chi-square untuk mengetahui hubungan variabel independen

    dengan variabel dependen secara statistik. Jika p < 0,05 maka terdapat hubungan

    yang bermakna secara statistik.

  • BAB IV

    HASIL PENELITIAN

    4.5 Analisa Situasi

    4.5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    Persatuan sepak bola PS Kerinci biasa melakukan latihan di lapangan

    Molten dan lapangan Daka.

    a. Lapangan Molten

    Lapangan Molten berada di desa Tebat Ijuk dengan luas lapangan 100 x 65

    cm. Batas-batas wilayah desa Tebat Ijuk yaitu :

    Sebelah Utara : berbatasan dengan desa Belui

    Sebelah Selatan : berbatasan dengan desa Koto Tuo

    Sebelah Barat : berbatasan dengan desa Sekungkung

    Sebelah Timur : berbatasan dengan desa Kemantan

    b. Lapangan Daka Sebukar

    Lapangan Daka Sebukar berada di desa Sebukar dengan luas lapangan 70

    x 110 cm. Batas-batas wilayah desa Sebukar yaitu :

    Sebelah Utara : berbatasan dengan desa Hiang

    Sebelah Selatan : berbatasan dengan desa Semerah

    Sebelah Barat : berbatasan dengan desa Pendung Hiang

    Sebelah Timur : berbatasan dengan desa Koto Iman

  • 4.5.2 Gambaran Umum Demografi

    Persatuan sepak bola PS kerinci tahun 2018 memiliki pemain sebanyak 31

    orang. Dan pengurus cabang persatuan sepak bola PS Kerinci terdiri dari 11

    orang.

    4.6 Gambaran Umum Responden

    4.6.1 Umur Responden

    Distribusi responden berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel berikut ini.

    Tabel. 4.1.Distribusi Responden Berdasarkan Umur

    Umur responden Jumlah (n) Persentase (%)Remaja (13-19 Tahun) 5 16,1Dewasa Muda (20-30 Tahun) 26 83,9

    Total 31 100

    Dari tabel 4.1 diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar umur

    responden berada pada kategori dewasa muda (20-30 tahun) yaitu 26 orang

    (83,9%).

    4.6.2 Pekerjaan Responden

    Distribusi responden berdasarkan pekerjaannya dapat dilihat pada tabel di

    bawah ini.

    Tabel. 4.2.Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjan

    Pekerjaan Responden Jumlah (n) Persentase (%)Siswa 2 6,5Mahasiswa 18 58,1Tani 4 12,9Lain-lain 7 22,6

    Total 31 100

    Dari tabel 4.2 diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pekerjaan

    responden adalah mahasiswa yaitu sebanyak 18 orang (58,1%).

  • 4.7 Analisis Univariat

    4.7.1 Distribusi Status Gizi Atlet Sepak Bola PS Kerinci Tahun 2018

    Dalam penelitian ini status gizi dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu

    kurang, normal dan lebih. Hasil penelitian dapat kita lihat pada tabel 4.3.

    Tabel 4.3.Distribusi Status Gizi Atlet Berdasarkan IMT Sepak Bola

    PS Kerinci Tahun 2018

    No Status GiziMenurutIMT Jumlah (n) Persentase (%)1 Kurang 13 41,92 Baik 18 58,13 Lebih 0 0,0

    Total 31 100

    Dari tabel 4.3 dapat disimpulkan bahwa kurang dari separuh status gizi

    responden berdasarkan IMT adalah kurang yaitu sebanyak 13 orang (41,9%).

    4.7.2 Distribusi Pengetahuan Gizi Atlet Sepak Bola PS Kerinci Tahun 2018

    Dalam penelitian ini pengetahuan gizi atlet dikelompokkan menjadi 2

    kategori yaitu kurang dan baik. Hasil penelitian dapat kita lihat pada tabel 4.4.

    Tabel 4.4.Distribusi Tingkat Pengetahuan Gizi Atlet Sepak Bola

    PS Kerinci Tahun 2018

    No PengetahuanGizi Jumlah (n) Persentase (%)1 Kurang 12 38,72 Baik 19 61,3

    Total 31 100

    Dari tabel 4.4 dapat disimpulkan bahwa kurang dari separuh pengetahuan

    atlet masih kurang yaitu sebanyak 12 orang (38,7%).

  • 4.7.3 Distribusi Asupan Energi Atlet Sepak Bola PS Kerinci Tahun 2018

    Dalam penelitian ini asupan energi menjadi 2 kategori yaitu kurang dan

    baik. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.5.

    Tabel 4.5.Distribusi Asupan Energi Atlet Sepak Bola PS Kerinci Tahun 2018

    No Asupan Energi Jumlah (n) Persentase (%)1 Kurang 24 77,42 Baik 7 22,6

    Total 31 100

    Dari tabel 4.5 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar tingkat asupan

    energi atlet masih kurang yaitu sebanyak 24 orang (77,4%).

    4.7.4 Distribusi Asupan Protein Atlet Sepak Bola PS Kerinci Tahun 2018

    Dalam penelitian ini asupan protein dikelompokkan menjadi 2 kategori

    yaitu kurang dan baik. Hasil penelitian dapat kita lihat pada tabel 4.6. berikut :

    Tabel 4.6.Distribusi Asupan Protein Atlet Sepak Bola PS Kerinci Tahun 2018

    No Asupan Protein Jumlah (n) Persentase (%)1 Kurang 15 48,42 Baik 16 51,6

    Total 31 100

    Dari tabel 4.6 diatas dapat disimpulkan bahwa hampir separuh tingkat

    asupan protein atlet masih kurang yaitu sebanyak 15 orang (48,4%).

    4.7.5 Distribusi Aktivitas Fisik Atlet Sepak Bola PS Kerinci Tahun 2018

    Dalam penelitian ini aktivitas fisik dikelompokkan menjadi 3 kategori

    yaitu ringan, sedang, berat. Hasil penelitian dapat kita lihat pada tabel 4.7. berikut

    ini :

  • Tabel 4.7.Distribusi Aktivitas Fisik Atlet Sepak Bola PS Kerinci Tahun 2018

    No Aktivitas Fisik Jumlah (n) Persentase (%)1 Ringan 2 6,52 Sedang 14 45,13 Berat 15 48,4

    Total 31 100

    Dari tabel 4.7 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar atlet melakukan

    aktivitas fisik yang berat yaitu sebanyak 15 orang (48,4%).

    4.8 Analisis Bivariat

    4.8.1 Hubungan antaraPengetahuanGizi dengan Status Gizi Atlet SepakBola PS Kerinci Tahun 2018

    Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan gizi dengan status gizi

    atlet digunakan uji chi-square yang disajikan pada tabel 4.8 berikut ini:

    Tabel 4.8.Hubungan antara Pengetahuan Gizi dengan Status Gizi Atlet Sepak Bola

    PS Kerinci Tahun 2018

    PengetahuanGizi Atlet

    Status Gizi Total p ValueTidak Normal Normalf % f % F %

    0,001Kurang 8 25,8 4 12,9 12 38,7Baik 5 16,1 14 45,2 19 51,3Total 13 41,9 18 58,1 31 100

    Berdasarkan tabel 4.8 diatas dapat disimpulkan bahwa status gizi tidak

    normal lebih besar pada atlet dengan pengetahuan yang kurang (25,8%)

    dibandingkan dengan atlet dengan pengetahuan yang baik (16,1%). Hasil uji

    statistik dengan uji Chi-Square diketahui p = 0,001 (p>0,05), berarti ada

    hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi atlet dengan status gizi.

  • 4.8.2 Hubungan antara Asupan Energi dengan Status Gizi Atlet Sepak BolaPS Kerinci Tahun 2018

    Untuk mengetahui hubungan antara asupan energi dengan status gizi

    digunakan uji chi-square yang disajikan pada tabel 4.9 berikut.

    Tabel 4.9.Hubungan antara Asupan Energi dengan Status Gizi Atlet Sepak Bola

    PS Kerinci Tahun 2018

    Asupan EnergiStatus Gizi Total p ValueTidak Normal Normal

    F % f % f %

    0,012Kurang 13 41,9 11 35,5 24 77,4Baik 0 0,0 7 22,6 7 22,6Total 13 41,9 18 58,1 31 100

    Berdasarkan tabel 4.9 dapat disimpulkan bahwa status gizi yang tidak

    normal lebih besar pada atlet dengan asupan energi yang kurang (41,9%)

    dibandingkan dengan atlet dengan asupan energi yang baik (0,00%). Hasil uji

    statistik dengan uji Chi-Square diketahui p = 0,012 (p

  • Berdasarkan tabel 4.10 dapat disimpulkan bahwa status status gizi yang

    tidak normal lebih besar pada atlet dengan asupan protein yang kurang (32,3%)

    dibandingkan dengan atlet dengan asupan protein yang baik (9,7%). Hasil uji

    statistik dengan uji Chi-Square diketahui p = 0,009 (p

  • BAB V

    PEMBAHASAN

    5.1 Analisis Univariat

    5.1.1 Distribusi Atlet Berdasarkan Status Gizi di PS Kerinci Tahun 2018

    Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian status gizi atlet

    berdasarkan IMT yang normal adalah 58,1%, sedangkan atlet yang kurus ada

    41,9%. Artinya lebih dari separuh status gizi atlet sudah normal. Kemungkinan

    hal ini disebabkan karena masih rendahnya pengetahuan dan kurangnya asupan

    para atlet tentang gizi sehingga berpengaruh terhadap status gizinya.

    Hal ini sejalan dengan Riyadi (2004) dalam Mustamin, dkk (2010)

    menyatakan bahwa berat badan merupakan salah satu parameter yang

    memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap

    perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit

    infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang

    dikonsumsi.

    5.1.2 Distribusi Atlet Berdasarkan Pengetahuan Gizi di PS Kerinci Tahun2018

    Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa kurang dari separuh

    pengetahuan atlet sudah masih kurang yaitu 38,7%. Meskipun begitu masih

    banyak atlet yang tidak menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini

    disebabkan karena informasi yang didapat oleh para atlet hanya dari pelatihnya

    saja, itupun hanya garis besarnya saja yang dijelaskan oleh pelatihnya. Hasil dari

    analisis pengetahuan gizi diketahui bahwa dari pertanyaan yang diajukan tentang

    pengetahuan gizi, sebagian besar atlet jawabannya salah untuk pertanyaan tujuan

  • pengaturan makan bagi atlet. Hal ini disebabkan karena kurang pahamnya atlet

    tujuan dari pengaturan makan tersebut. Dan sebagian dari atlet mengatakan untuk

    mencegah terjadinya penyakit. Untuk itu diharapkan kepada pelatih dan

    berkoordinasi dengan ahli gizi setempat untuk lebih jelas lagi dalam memberikan

    informasi kepada para atlet agar meningkatnya pengetahuan gizi para atlet.

    Pengetahuan yang tinggi tidak selalu dipengaruhi oleh pendidikan yang

    tinggi, seseorang dengan pendidikan rendah namun sering memperoleh informasi-

    informasi tentang kesehatan akan memperoleh pengetahuan yang tinggi.

    Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek positif

    dan negatif. Kedua aspek ini lah yang akhirnya akan menentukan sikap

    seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak ospek positif dari obyek yang

    diketahui akan menumbuhkan sikap positif terhadap obyek tersebut (Wawan,

    2010).

    Kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan

    dalam kehidupan sehari-hari merupakan sebab penting gangguan gizi (Suhardjo,

    2003 dalam Ridwan, 2010).

    5.1.3 Distribusi Tingkat Asupan Energi Atlet Sepak Bola PS Kerinci Tahun2018

    Dari hasil penelitian dapat diketahui tingkat asupan energinya masih

    kurang yaitu 77,4%. Angka ini menunjukkan bahwa sebagian besar atlet

    makannya tidak teratur dan tidak seimbang. Hal ini disebabkan karena memang

    pola makan yang salah. Hal ini diketahui dari pekerjaan yang sebagian dari atlet

    adalah siswa dan mahasiswa. Jadi mereka lebih banyak menghabiskan waktu di

    lingkungan sekolah dan kampus. Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa

    mereka tidak sempat dan jarang sekali sarapan pagi dirumah karena takut

  • terlambat sampai disekolah atau dikampus. Pada saat mereka disekolah ataupun

    dikampus mereka juga kurang mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang.

    Hal ini sejalan dengan Husaini (2002) dalam Pertiwi (2012) yang

    menyatakan bahwa asupan gizi yang seimbang juga digunakan untuk

    mempertahankan status gizi, membentuk otot, mencapai tinggi badan yang

    optimal, memelihara kondisi tubuh serta menjaga kesegaran jasmani. Dalam tubuh

    olahragawan harus selalu tersedia cadangan energi yang sewaktu-waktu dapat

    dimobilisasikan untuk menghasilkan energi. Cadangan energi tersimpan dalam

    otot dan hati sebagai glikogen. Jika cadangan glikogen dalam tubuh sedikit, maka

    olahragawan akan cepat lelah karena kehabisan tenaga (Moehji, 2003 dalam

    Sugiarto, 2012).

    Pernyataan ini diperkuat oleh Sediaoetama (2010) dalam Zildanti (2016)

    menyatakan bahwa energi dibutuhkan individu untuk memenuhi kebutuhan energi

    basal, menunjang proses pertumbuhan dan untuk aktivitas sehari-hari. Energi

    dapat diperoleh dari protein, lemak dan karbohidrat yang ada di dalam bahan

    makanan.

    5.1.4 Distribusi Tingkat Asupan Protein Atlet Sepak Bola PS KerinciTahun 2018

    Dari hasil penelitian dapat diketahui hampir separuh tingkat asupan

    proteinnya masih kurang yaitu 48,4%.Hal ini berbeda dengan tingkat asupan

    energinya yang masih sangat kurang kurang yaitu lebih dari 50%. Mengkonsumsi

    makanan yang tidak seimbang menjadi faktor yeng menyebabkan perbedaan hal

    tersebut. Dari hasil wawancara diketahui bahwa mereka lebih sering

    mengkonsumsi makanan tinggi protein seperti telur saja. Ada yang mengkonsumsi

    telur ayam kampung mentah dan ada juga yang dibuatkan makanan dan minuman

  • dari telur. Dan pada saat mereka makan sebagian dari mereka lebih banyak yang

    mengkonsumsi lauk dari pada nasi. Sementara kebutuhan tubuh untuk

    menghasilkan energi tidak hanya dari lauk saja melainkan dibutuhkan juga dari

    karbohidrat dan lemak.

    Kebutuhan energi pada saat berolahraga dapat dipenuhi melalui sumber

    energi yang tersimpan di dalam tubuh yaitu melalui pembakaran karbohidrat,

    pembakaran lemak, serta kontribusi sekitar 5% melalui pemecahan protein.

    Diantara ketiganya, simpanan protein bukanlah merupakan sumber energi yang

    langsung dapat digunakan oleh tubuh dan protein baru akan terpakai jika

    simpanan karbohidrat ataupun lemak tidak lagi mampu untuk menghasilkan

    energi yang dibutuhkan oleh tubuh

    Protein berperan sebagai zat pembangun komponen dan struktur jaringan

    tubuh yang rusak seperti otot, dan berperan dalam pembentukan enzim, hormon,

    neurotransmitter, dan antibodi. Metabolisme protein dalam tubuh atlet

    dipengaruhi oleh asupan energi dimana asupan energi yang optimal akan

    mengoptimalkan metabolisme protein di dalam tubuh. Selain itu juga dipengaruhi

    oleh asupan karbohidrat, asupan protein dari makanan, asam amino, interaksi

    antara zat gizi, hormon, jenis kelamin, dan status hidrasi (Driskell, 2007)

    5.1.5 Distribusi Aktivitas Fisik Atlet Sepak Bola PS Kerinci Tahun 2018

    Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa atlet yang melakukan aktivitas

    fisik yang berat adalah 48,4%. Angka ini menunjukkan masih beratnya aktivitas

    fisik atlet. Hal ini disebabkan karena memang hampir sebagian atlet melakukan

    aktivitas yang berat tiap harinya. Berdasarkan informasi yang didapat para atlet

    memang rajin mengikuti latihan. Jika pada saat mereka tidak latihan, mereka tetap

  • bermain sepak bola pada sore harinya. Adapun jika salah satu dari mereka tidak

    hadir bukan karena malas, tapi karena alasan tertentu. Misalnya seperti hasil

    analisis ada salah satu dari atlet yang tidak hadir dikarenakan sedang kuliah.

    Sementara untuk persiapan para pemain tidak hanya dari latihan fisik saja

    namun juga pemenuhan asupan gizi yang cukup. Asupan gizi dibutuhkan untuk

    memperbaiki atau mengganti sel yang rusak (Ernita, 2004 dalam Novitasari, dkk,

    2016). Menurut Almatsier (2010) banyaknya energi yang dibutuhkan tergantung

    pada berapa banyak otot yang bergerak, berapa lama, dan berat pekerjaan/aktivitas

    yang dilakukan dan sepak bola termasuk dalam kategari aktivitas yang berat.

    5.2 Analisis Bivariat

    5.2.1 Hubungan antara Pengetahuan Gizi dengan Status Gizi Atlet SepakBola PS Kerinci Tahun 2018

    Dari hasil penelitian dapat diketahuibahwa prevalensi atlet yang

    pengetahuannya kurang dengan status gizi tidak normal lebih besar yaitu 25,8%

    dibandingkan dengan atlet yang pengetahuannya baik dengan status gizi tidak

    normal yaitu 16,1%. Dari hasil uji statistik dapat diketahui bahwa ada hubungan

    yang bermakna antara pengetahuan gizi dengan status gizi atlet.

    Hasil ini sejalan dengan Suhardjo (2003) dalam Ridwan (2010) yang

    menyatakan pengetahuan gizi memegang peranan sangat penting dalam

    menggunakan makanan yang baik sehingga dapat mencapai keadaan gizi yang

    cukup. Pernyataan ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Suryaputra dan

    Munadhiroh (2012) yang menyatakan bahwa tingkat pengetahuan gizi remaja

    merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi status gizi pada remaja.

    Adanya perbedaan hasil uji dalam hal hubungan antara pengetahuan gizi dengan

  • status gizi menjelaskan bahwa pengetahuan gizi bukanlah hubungan sebab akibat