SKRIPSI SISTEM INSTALASI LISTRIK DI LABORATORIUM JURUSAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN … · 2020. 11....

110
SKRIPSI SISTEM INSTALASI LISTRIK DI LABORATORIUM JURUSAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKAJENE KEPULAUAN Oleh : MUHAMMAD NUR MUHAMMAD IHWAL 105 82 11131 18 105 82 11038 16 PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

Transcript of SKRIPSI SISTEM INSTALASI LISTRIK DI LABORATORIUM JURUSAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN … · 2020. 11....

  • SKRIPSI

    SISTEM INSTALASI LISTRIK DI LABORATORIUM JURUSAN

    TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN POLITEKNIK

    PERTANIAN NEGERI PANGKAJENE KEPULAUAN

    Oleh :

    MUHAMMAD NUR MUHAMMAD IHWAL

    105 82 11131 18 105 82 11038 16

    PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    2020

  • SKRIPSI

    SISTEM INSTALASI LISTRIK DI LABORATORIUM JURUSAN

    TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN POLITEKNIK

    PERTANIAN NEGERI PANGKAJENE KEPULAUAN

    Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

    Teknik Pada Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik

    Universitas Muhammadiyah Makassar

    Oleh :

    MUHAMMAD NUR MUHAMMAD IHWAL

    105 82 11131 18 105 82 11038 16

    PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    2020

  • i

    SISTEM INSTALASI LISTRIK DI LABORATORIUM JURUSAN

    TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN POLITEKNIK

    PERTANIAN NEGERI PANGKAJENE KEPULAUAN

    Skripsi

    Diajukan sebagai salah satu syarat untuk

    Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

    Program Studi Teknik Elektro

    JurusanTeknik Elektro

    Fakultas Teknik

    Disusun dan diajukan Oleh

    MUHAMMAD NUR MUHAMMAD IHWAL

    105 82 11131 18 105 82 11038 16

    PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    2020

  • ii

  • iii

  • iv

    KATA PENGANTAR

    Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

    Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

    Penyayang, Penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah

    melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis

    dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “SISTEM INSTALASI LISTRIK DI

    LABORATORIUM JURUSAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL

    PERIKANAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKAJENE

    KEPULAUAN”. Dan tak lupa pula penulis haturkan shalawat serta salam kepada

    junjungan kita baginda Muhammad SAW sebagai Rahmatan Lil Alamin.

    Skripsi ini disusun guna melengkapi salah satu persyaratan untuk

    memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik

    Universitas Muhammadiyah Makassar. Skripsi ini dibuat berdasarkan pada data

    penulis peroleh selama melakukan penelitian, baik data yang di peroleh dari studi

    literatur, hasil pengamatan langsung maupun hasil bimbingan dari dosen

    pembimbing

    Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan berbagai

    pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

    yang sebanyak banyaknya kepada:

    1. Bapak Ir. Hamzah Al Imran, S.T., M.T. Selaku Dekan Fakultas Teknik

    Universitas Muhammadiayah Makassar.

  • v

    2. Ibu Adriani, S.T., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro Fakultas

    Teknik Universitas Muhammadiyah Makassar dan Ibu Rahmania, S.T.,

    M.T. selaku Sekretaris Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

    Muhammadiyah Makassar.

    3. Bapak Dr. Ir. Zahir Zainuddin, M. Sc. Selaku Pembimbing I dan Ibu

    Adriani, S.T., M.T. Selaku Pembimbing II yang telah memberikan waktu,

    arahan serta ilmu selama bimbingan penulis.

    4. Para Staff dan Dosen yang membantu penulis selama melakukan studi di

    Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah

    Makassar.

    5. Ketua Jurusan, Pranata Laboratorium Pendidikan (PLP) dan Staff Tenaga

    Kependidikan Jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan Politeknik

    Pertanian Negeri Pangkep yang mengizinkan dan membimbing selama

    melakukan penelitian.

    6. Rekan-rekan Mahasiswa Konversi 2018, Mahasiswa Non Reguler angkatan

    2018, Mahasiswa Reguler angkatan 2016 tanpa terkecuali, terima kasih

    telah memberikan warna suka dan duka serta atas kebersamaan yang ternilai

    sehingga mampu melewati setiap tahap proses studi ini.

    Penulis ucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada Kedua Orang

    Tua, Isteri dan Puteri-Puteri tercinta, Kakak serta ananda Musma Rukmana,

    S. Pd., M. Pd. dan keluarga besar atas segala bantuan, dukungan, motivasi

    dan do’a yang tulus dan ikhlas.

  • vi

    Akhir kata penulis sampaikan pula harapan semoga skripsi ini dapat

    memberikan manfaat yang cukup berarti khususnya bagi penulis dan bagi

    pembaca pada umumnya. Semoga Allah SWT, senantiasa selalu memberikan

    rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Aamiin.

    Billahi Fi Sabilil Haq Fastabiqul Khairat

    Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

    Pangkep, Oktober 2020

    Penulis,

  • vii

    SISTEM INSTALASI LISTRIK DI LABORATORIUM JURUSAN

    TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN POLITEKNIK

    PERTANIAN NEGERI PANGKAJENE KEPULAUAN

    Muhammad Nur1, Muhammad Ihwal.

    2

    1,2 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiayah

    Makassar

    E-Mail:1

    [email protected],[email protected]

    ABSTRAK

    Abstrak; Muhammad Nur 105 82 11131 18, Muhammad Ihwal 105 82 11038 16. Sistem

    Instalasi Listrik di Laboratorium Jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan

    Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan (dibimbing oleh Zahir Zainuddin dan Adriani). Penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui besarnya kapasitas penghantar

    dan pengaman, serta kaitan antara besarnya kapasitas penghantar dan pengaman yang

    terpasang dengan besarnya beban yang ada di Laboratorium Jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan. Tahapan

    penelitian yaitu: mulai penelitian; studi literatur; pengambilan data; pengolahan data;

    penyusunan hasil dan kesimpulan; dan selesai. Instrumen penelitian terdiri atas:

    instrumen data penghantar; instrumen data pengaman; dan instrumen data beban. Berdasarkan analisis data, diperoleh data penggunaan penghantar dimana salah satu hasil

    analisis didapatkan KHAmaks sebesar 30,4 Ampere, penampang yang dipakai adalah kabel

    NYA 2,5 mm2, sedangkan berdasarkan PUIL 2011 untuk jenis penghantar NYA 2,5 mm

    2

    KHA sebesar 32 Ampere. Pada pemilihan pengaman berdasarkan salah satu hasil analisis

    didapatkan Inom sebesar 9,470 Ampere seharusnya pengaman yang dipilih adalah MCB 10

    Ampere saja, ternyata yang terpasang adalah MCB 40 Ampere. Dengan pertimbangan

    bahwa beban tersebut menggunakan motor listrik didapatkan Inom sebesar 16,234 Ampere, seharusnya pengaman yang dipilih adalah MCB 20 Ampere saja sedang yang dipilih

    pengaman MCB 40 Ampere. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa

    besarnya kapasitas penghantar dan pengaman, serta kaitan antara besarnya kapasitas penghantar dan pengaman yang terpasang dengan besarnya beban yang ada di

    Laboratorium Jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan Politeknik Pertanian Negeri

    Pangkajene Kepulauan adalah sudah sesuai dengan Peraturan Umum Intalasi Listrik

    (PUIL) 2011.

    Kata Kunci: Penelitian studi literatur, kapasitas penghantar, kapasitas

    pengaman, data beban, PUIL 2011.

    mailto:[email protected],[email protected]

  • viii

    STUDY OF ELECTRICAL INSTALLATION SYSTEM IN THE

    LABORATORY OF FISHERIES PRODUCT PROCESSING TECHNOLOGY,

    PANGKAJENE ISLANDS STATE AGRICULTURAL POLYTECHNIC

    Muhammad Nur1, Muhammad Ihwal.

    2

    1,2Department of Electrical Engineering, Faculty of Engineering, Muhammadiayah

    University Makassar

    E-Mail:1

    [email protected],[email protected]

    ABSTRACT

    Abstract; Muhammad Nur 105 82 11131 18, Muhammad Ihwal 105 82 11038 16. Study of Electrical Installation System in the Laboratory of Fisheries Product Processing

    Technology, Pangkajene Islands State Agricultural Polytechnic (Supervised by Zahir

    Zainuddin and Adriani). The study aims to know the amount of carrying and safety

    capacity, as well as the relationship between the amount of carrying and safety capacity installed with the amount of load in the Laboratory of the Department of Fisheries

    Product Processing Technology, Pangkajene Archipelago State Agricultural Polytechnic.

    The research stages namely: start research; study of literature; data retrieval; data processing; preparation of results and conclusions; and finished research. The instruments

    of the research consisted namely: conducting data instrument; safety data instruments;

    and load data instruments. Based on the data analysis, The data obtained from the use of the conductor where one of the results of the analysis obtained KHAmax of 30.4 Ampere,

    the cross section used was the NYA cable 2.5 mm2, while based on PUIL 2011 for the

    type of conductor NYA 2.5 mm2 KHA was 32 Ampere. In the selection of safety, based

    on one of the results of the analysis, it was found that Inom was 9.470 Ampere. The safety chosen should be the MCB 10 Ampere only, it turns out that the installed one is

    MCB 40 Ampere. With the consideration that the load using an electric motor is obtained

    by Inom of 16,234 Ampere, the safety chosen should be the MCB 20 Ampere only while the MCB 40 Ampere safety is chosen. Based on the results of the research, it can be

    concluded that The magnitude of the carrying and safety capacity, as well as the

    relationship between the amount of carrying and safety capacity installed with the amount

    of load in the Laboratory of the Department of Fisheries Product Processing Technology, Pangkajene Archipelago State Agricultural Polytechnic, is in accordance with the 2011

    General Regulation of Electrical Installation (PUIL).

    Keywords: Research study literature, carrying capacity, safety capacity, load

    data, PUIL 2011.

    mailto:[email protected],[email protected]

  • ix

    DAFTAR ISI

    HALAMAN SAMPUL

    HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

    HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii

    HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... iii

    KATA PENGANTAR ............................................................................... iv

    ABSTRAK ................................................................................................ vii

    ABSTRACT ............................................................................................. viii

    DAFTAR ISI ............................................................................................. ix

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xii

    DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiii

    DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiv

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang .................................................................. 1

    1.2 Rumusan Masalah ............................................................. 3

    1.3 Tujuan Penelitian .............................................................. 4

    1.4 Batasan Masalah ............................................................... 4

    1.5 Manfaat Penelitian ............................................................ 5

    1.6 Metode Penelitian ............................................................. 5

    1.7 Sistematika Penulisan ....................................................... 6

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Definisi Instalasi Listrik .................................................... 8

    2.2 Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) ....................... 9

  • x

    2.3 Prinsip-prinsip Dasar Instalasi Listrik .............................. 10

    2.4 Penghantar ........................................................................ 11

    2.4.1 Jenis Penghantar ................................................... 12

    2.4.2 Jenis Kabel ........................................................... 13

    2.4.3 Pemilihan Penghantar ........................................... 21

    2.4.4 Pengaman ............................................................. 25

    2.4.5 Penerangan ........................................................... 31

    2.5 Daya Listrik ...................................................................... 33

    2.6 Faktor Daya ....................................................................... 36

    2.7 Beban Listrik .................................................................... 37

    2.7.1 Klasifikasi Beban Listrik ...................................... 37

    2.7.2 Karakteristik Beban Listrik ................................... 39

    BAB III METODE PENELITIAN

    3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian ............................................. 41

    3.1.1 Waktu ................................................................... 41

    3.1.2 Lokasi Penelitian ................................................... 41

    3.2 Jenis Penelitian ................................................................. 41

    3.3 Alat dan Bahan ................................................................ 42

    3.4 Metode Analisis Data ........................................................ 42

    3.5 Jenis Data dan Sumber Data Yang Diperlukan .................. 43

    3.6 Metode Penelitian ............................................................ 43

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Gambaran Umum Jurusan Teknologi Pengolahan

  • xi

    Hasil Perikanan ................................................................. 45

    4.2 Panel-Panel Distribusi ....................................................... 46

    4.3 Data Beban pada Setiap Panel ........................................... 49

    4.4 Analisis Pemilihan Penghantar .......................................... 55

    4.5 Analisis Pemilihan Pengaman ........................................... 62

    4.6 Simulasi Pemakaian Energi Listrik dan Biaya

    Pemakaian Energi Listrik .................................................. 69

    BAB V PENUTUP

    5.1 Kesimpulan ........................................................................ 75

    5.2 Saran ................................................................................. 76

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 77

    LAMPIRAN ............................................................................................. 78

  • xii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Judul Halaman

    2.1 Kabel NYA .............................................................................. 15

    2.2 Kabel NYM ............................................................................. 15

    2.3 Kabel NYAF ............................................................................ 16

    2.4 Kabel NYY .............................................................................. 16

    2.5 Kabel NYFGbY ....................................................................... 17

    2.6 Kabel Aluminum Conduct Steel Reinforced (ACSR) ................ 17

    2.7 Kabel All Aluminium Alloy Conductor (AAAC) ........................ 18

    2.8 Beberapa contoh jenis kabel: (1) Kabel NYA;

    (2) Kabel NYM; (3) Kabel NYAF; (4) Kabel NYY;

    (5) Kabel NYFGbY; (6) ACSR; (7) Kabel AAAC;

    (8) Kabel ACAR tampak dari permukaan; dan

    (9) Kabel ACAR tampak dari depan ........................................ 19

    2.9 Konstruksi Mini Circuit Breaker (MCB) .................................. 26

    2.10 Konstruksi MCB 3 phase dan MCB 1 phase ............................ 27

    2.11 Moulded Case Circuit Breaker (MCCB) .................................. 28

    2.12 Earth Leakage Circuit Breaker (ELCB) ................................... 28

    2.13 Prinsip-prinsip Earth Leakage Circuit Breaker (ELCB) ........... 29

    2.14 Thermal Over Load Relay (TOLR) .......................................... 30

    3.1 Diagram Alur Penelitian .......................................................... 43

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    Tabel Judul Halaman

    2.1 Rugi Tegangan ......................................................................... 24

    4.1 Data Beban Pada Kelompok R1 Panel Mini Plant .................... 49

    4.2 Data Beban Pada Kelompok R2 Panel Mini Plant .................... 50

    4.3 Data Beban Pada Kelompok S1 Panel Mini Plant ..................... 50

    4.4 Data Beban Pada Kelompok S2 Panel Mini Plant ..................... 51

    4.5 Data Beban Pada Kelompok T1 Panel Mini Plant .................... 51

    4.6 Data Beban Pada Kelompok T2 Panel Mini Plant .................... 52

    4.7 Data Beban Pada Kelompok R Panel Perancangan Industri ...... 52

    4.8 Data Beban Pada Kelompok S Panel Perancangan Industri ...... 53

    4.9 Data Beban Pada Kelompok R1 Panel Gedung Agroindustri .... 53

    4.10 Data Beban Pada Kelompok R2 Panel Gedung Agroindustri .... 53

    4.11 Data Beban Pada Kelompok R3 Panel Gedung Agroindustri .... 53

    4.12 Total Daya Terpasang Laboratorium Program Studi

    Agroindustri ............................................................................ 55

    4.13 Hasil Analisis Pengaman Tiap Beban ....................................... 56

    4.14 Hasil Analisis Pengaman Tiap Beban ....................................... 63

    4.15 Simulasi Pemakaian Energi Listrik .......................................... 70

  • xiv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran Judul

    1 Surat Permintaan Data Dalam Penyelesaian Tugas Akhir

    2 Surat Persetujuan Penelitian

    3 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian

    4 Tabel PUIL Kemampuan Hantar Arus (KHA)

    5 Single Line Instalasi Listrik Laboratorium

    6 Gambar Instalasi Listrik Laboratorium

    7 Dokumentasi Pada Saat Penelitian

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Tenaga listrik memiliki peran yang sangat penting dalam suatu

    industri. Semakin berkembangnya suatu industri semakin besar pula tenaga

    listrik yang di perlukan untuk memenuhi kebutuhan industri tersebut. Hal ini

    bisa kita lihat dalam kehidupan sehari–hari, hampir setiap bangunan

    membutuhkan energi listrik seperti sekolah atau kampus, perkantoran, rumah

    sakit, hotel, dan sebagainya. Dalam operasionalnya, gedung-gedung

    bertingkat tersebut pasti memerlukan sistem perancangan distribusi daya

    listrik yang baik dan berkualitas.

    Gedung yang megah dengan berbagai arsitektur mewah belum

    menjamin terciptanya suasana nyaman bila tidak didukung oleh instalasi

    listrik yang baik. Resiko kebakaran, boros listrik, dan suasana yang tidak

    nyaman jika instalasi listriknya asal jadi. Kebakaran dapat terjadi karena

    hubungan singkat ataupun karena kabel yang digunakan tidak memenuhi

    syarat. Arus yang berlebihan dapat menyebabkan kabel terbakar. Tidak

    adanya sistem pentanahan (grounding system) juga menjadi salah satu

    pemicu. Untuk itu diperlukan perancangan instalasi listrik yang baik dan

    ekonomis, khususnya untuk kabel instalasi listrik dan sistem pentanahan

    (Siahaan & Laia, 2019). Setiap gedung bertingkat memiliki konsep sistem

    distribusi kelistrikan yang berbeda-beda. Sistem tersebut dirancang dan

    dibangun untuk memasok daya listrik dimulai dari instalasi sumber sampai

  • 2

    dengan instalasi beban (Resmiawanto & Cholilurrahman, tanpa tahun, dalam

    Septiawan, 2012).

    Instalasi tenaga listrik merupakan salah satu bagian yang sangat

    penting dalam pembangunan gedung atau bangunan untuk melindungi

    keselamatan manusia dan hewan yang berada di daerah sekitar sehingga aman

    dari sengatan listrik. Mengingat masih sering terjadinya kebakaran pada suatu

    bangunan baik rumah, pasar maupun gedung-gedung yang penyebabnya

    diduga karena hubung singkat atau secara umum karena listrik. Pada suatu

    rumah atau bangunan pun masih banyak ditemukan instalasi listrik yang

    mengabaikan Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL), Standar Nasional

    Indonesia (SNI) dan tidak memperhatikan ketentuan dari keamanaan dan

    teknologi modern dan juga estetika keindahan (Prok, Tumaliang, & Pakiding,

    2018).

    Kualitas instalasi listrik sangat bergantung pada pelaksanaan dan

    penerapan standar instalasi listrik. yaitu PUIL 2011 dan peraturan lain yang

    menunjang. Pemberlakuan peraturan tersebut adalah untuk menjamin

    keselamatan manusia, ternak dan harta benda, serta syarat utama penyediaan

    tenaga listrik dapat dilaksanakan secara aman, handal dan akrab lingkungan.

    Setelah jangka waktu tertentu instalasi listrik diduga akan mengalami

    perubahan parameter listrik baik secara kualitas maupun kuantitas.

    Pemasangan dan penambahan instalasi listrik dengan perlengkapan-

    perlengkapan yang tidak didasari pengetahuan tentang instalasi listrik dapat

  • 3

    berbahaya apabila tidak dilakukan pemeliharaan serta pengamanan terhadap

    peralatan listrik yang ada.

    Penghantar yang sudah lama dan sering digunakan, tahanan isolasinya

    akan mengalami penurunan kualitas. Penurunan kualitas isolasi tersebut dapat

    mengakibatkan kebocoran arus pada penghantar. Hal ini disebabkan karena

    terkena panas dari aliran arus listrik dalam kurun waktu tertentu. Apabila

    kawat penghantar terlalu kecil dapat menyebabkan isolasi menjadi rusak atau

    meleleh akibat panas dari hantaran arus, rusaknya isolasi penghantar dapat

    menyebabkan terjadinya hubung singkat. Oleh sebab itu harus dilakukan

    pengukuran untuk mengetahui sejauh mana kelayakan tahanan isolasinya.

    Berdasarkan hal yang telah dikemukakan di atas, maka dalam skripsi

    ini, peneliti mencoba membahas mengenai “Sistem Instalasi Listrik di

    Laboratorium Jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan Politeknik

    Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan”.

    1.2 Rumusan Masalah

    1.2.1 Bagaimana besarnya kapasitas penghantar dan pengaman yang

    terpasang di Laboratorium Jurusan Teknologi Pengolahan Hasil

    Perikanan Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan?

    1.2.2 Bagaimana kaitan antara besarnya kapasitas penghantar dan

    pengaman yang terpasang dengan besarnya beban yang ada di

    Laboratorium Jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan

    Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan?

  • 4

    1.3 Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah antara lain:

    1.3.1 Untuk mengetahui besarnya kapasitas penghantar dan pengaman

    yang terpasang di Laboratorium Jurusan Teknologi Pengolahan

    Hasil Perikanan Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene

    Kepulauan.

    1.3.2 Untuk menganalisis kaitan antara besarnya kapasitas penghantar

    dan pengaman yang terpasang dengan besarnya beban yang ada di

    Laboratorium Jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan

    Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan.

    1.4 Batasan Masalah

    Agar permasalahan yang dibahas lebih spesifik dan pencerahannya

    juga lebih tepat sesuai dengan rumusan masalah yang dipaparkan di atas,

    maka dalam penyusunan skripsi ini penulis memilih batasan-batasan masalah

    yang akan dibahas untuk dicari pemecahannya, antara lain:

    1.4.1 Besarnya kapasitas penghantar dan pengaman yang terpasang.

    1.4.2 Kaitan antara besarnya kapasitas penghantar dan pengaman yang

    terpasang dengan besarnya beban yang ada.

  • 5

    1.5 Manfaat Penelitian

    1.5.1 Bagi Mahasiswa

    a. Sebagai sarana dalam menyelesaikan suatu permasalahan sesuai

    bidang keahlian dan untuk mempersiapkan diri dalam dunia kerja.

    b. Sebagai penerapan teori yang didapat di bangku kuliah di kehidupan

    sehari-hari.

    1.5.2 Bagi Perusahaan/Instansi

    a. Untuk mempermudah mengetahui pemakaian atau beban yang

    terpasang pada setiap labolatorium di Jurusan Teknologi Pengolahan

    Hasil Perikanan Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan.

    b. Menambah wawasan serta menambah pengetahuan tentang instalasi

    listrik.

    1.6 Metode Penelitian

    Pada skripsi ini penulis melakukan penelitian dan pengambilan data

    yang dilakukan dengan metode :

    1.6.1 Metode Literatur

    Dalam metode ini penulis mempelajari dan mengambil bahan

    referensi dari buku, jurnal, dan bahan tulisan yang bersumber pustaka

    yang relevan untuk mendukung skripsi ini.

  • 6

    1.6.2 Metode Observasi

    Dalam hal ini, penulis melakukan pengamatan langsung ke tempat

    yang akan diteliti dan melakukan pengambilan data terhadap obyek yang

    diteliti.

    1.6.3 Metode Interview

    Dalam metode ini, penulis melakukan diskusi/konsultasi secara

    langsung dengan pihak-pihak yang telah memahami aspek yang

    berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.

    1.7 Sistematika Penulisan

    Untuk mempermudah pembahasan dan pemahaman tentang Sistem

    Instalasi Listrik di Laboratorium Jurusan Teknologi Pengolahan Hasil

    Perikanan Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan, maka penulis

    membuat sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi ini yaitu sebagai

    berikut:

    BAB I PENDAHULUAN

    Dalam bab ini berisi mengenai latar belakang, rumusan masalah,

    tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah serta sistematika

    penulisan dari hasil penelitian yang dilakukan.

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    Bab ini menjelaskan tentang teori-teori pendukung yang berkaitan

    dengan judul penelitian.

  • 7

    BAB III METODE PENELITIAN

    Bab ini menjelaskan tentang waktu dan tempat penelitian, jenis

    penelitian, alat dan bahan yang digunakan, metode analisis data, jenis data

    dan sumber data serta metode penelitian yang berisi langkah-langkah dalam

    proses melakukan penelitian.

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    Bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian, perhitungan serta

    pembahasan terkait judul penelitian.

    BAB V PENUTUP

    Bab ini merupakan penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran

    terkait judul penelitian.

    DAFTAR PUSTAKA

  • 8

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Definisi Instalasi Listrik

    Instalasi listrik adalah saluran listrik beserta gawai maupun peralatan

    yang terpasang baik di dalam maupun di luar bangunan untuk menyalurkan

    arus listrik. Rancangan instalasi listrik harus memenuhi ketentuan PUIL 2011

    dan peraturan yang terkait dalam dokumen seperti UU Nomor 18 Tahun 1999

    tentang jasa konstruksi, Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1995 tentang

    Usaha Penunjang Tenaga Listrik dan peraturan lainnya.

    Instalasi listrik adalah peralatan yang terpasang di dalam maupun di

    luar bangunan untuk menyalurkan arus listrik. Secara umum instalasi listrik

    dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

    (1) Instalasi penerangan listrik

    (2) Instalasi daya listrik

    Pemasangan instalasi listrik harus lebih diutamakan pada keselamatan

    manusia terhadap bahaya sentuhan serta kejutan arus, keamanan instalasi

    listrik beserta perlengkapannya dan keamanan gedung serta isinya terhadap

    kebakaran akibat listrik.

    Dalam terminologi instalasi dikenal istilah antara lain: (1) Instalasi

    sirkuit utama yaitu instalasi antara titik pasok milik perusahaan listrik atau

    panel generator sampai panel hubung bagi utama. Instalasi sirkuit cabang yaitu

    instalasi antara panel hubung bagi utama dengan panel hubung bagi

  • 9

    berikutnya dan seterusnya; (2) Instalasi sirkuit akhir yaitu instalasi antara

    panel hubung bagi akhir sampai titik pemakaian (Machdi, 2016).

    2.2 Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL)

    Maksud dan tujuan Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) ini

    ialah agar pengusahaan instalasi listrik terselenggara dengan baik, untuk

    menjamin keselamatan manusia dari bahaya kejut listrik, keamanan instalasi

    listrik beserta perlengkapannya, keamanan gedung serta isinya dari kebakaran

    akibat listrik, dan perlindungan lingkungan. Disamping Persyaratan Umum

    Instalasi Listrik (PUIL) ini, harus pula diperhatikan ketentuan yang terkait

    dalam dokumen berikut:

    a) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, beserta

    Peraturan Pelaksanaannya;

    b) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan;

    c) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan

    Hidup;

    d) Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 tentang Penyediaan dan

    Pemanfaatan Tenaga Listrik;

    e) Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1995 tentang Usaha Penunjang

    Tenaga Listrik.

    Dalam perancangan sistem instalasi listrik harus diperhatikan tentang

    keselamatan manusia, makhluk hidup lain dan keamanan harta benda dari

    bahaya dan kerusakan yang bisa ditimbulkan oleh penggunaan instalasi listrik.

  • 10

    Selain itu, berfungsinya instalasi listrik harus dalam keadaan baik dan sesuai

    dengan maksud penggunaannya (Prok, Tumaliang, & Pakiding, 2018).

    2.3 Prinsip-prinsip Dasar Instalasi Listrik

    Menurut Prok, Tumaliang, & Pakiding (2018), Beberapa prinsip

    dasar instalasi listrik yang harus menjadi pertimbangan pada pemasangan

    instalasi listrik. Adapun prinsip dasar tersebut ialah sebagai berikut:

    a) Keandalan, artinya bagaimana peralatan listrik melakukan kemampuannya

    dalam waktu tertentu dengan baik. seluruh peralatan yang dipakai pada

    instalasi tersebut haruslah handal baik secara mekanik maupun secara

    elektrik. Keandalan juga berkaitan dengan sesuai tidaknya pemakaian

    pengaman jika terjadi gangguan, contohnya bila terjadi suatu kerusakan

    atau gangguan harus mudah dan cepat diatasi dan diperbaiki agar

    gangguan yang terjadi dapat diatasi.

    b) Ketercapaian, artinya dalam pemasangan peralatan instalasi listrik yang

    relatif mudah dijangkau oleh pengguna pada saat mengoperasikannya dan

    tata letak komponen listrik tidak susah untuk dioperasikan, sebagai contoh

    pemasangan saklar tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah.

    c) Ketersediaan, artinya kesiapan suatu instalasi listrik dalam melayani

    kebutuhan baik berupa daya, peralatan maupun kemungkinan perluasan

    instalasi. Apabila ada perluasan instalasi tidak mengganggu sistem

    instalasi yang sudah, tetapi kita hanya menghubungkannya pada sumber

    cadangan yang telah diberi pengaman.

  • 11

    d) Keindahan, artinya dalam pemasangan komponen atau peralatan instalasi

    listrik harus ditata sedemikian rupa, sehingga dapat terllihat rapi dan indah

    serta tidak menyalahi peraturan yang berlaku.

    e) Keamanan, artinya harus mempertimbangkan faktor keamanan dari suatu

    instalasi listrik, agar supaya aman dari tegangan sentuh ataupun aman pada

    saat pengoperasian.

    f) Ekonomis, artinya biaya yang dikeluarkan dalam pemasangan instalasi

    listrik harus diperhitungan dengan teliti dengan pertimbangan-

    pertimbangan tertentu sehingga biaya yang dikeluarkan dapat sehemat

    mungkin tanpa harus mengesampingkan hal-hal di atas.

    2.4 Penghantar

    Komponen-komponen perancangan instalasi listrik ialah bahan-

    bahan yang diperlukan oleh suatu sistem sebagai rangkaian kontrol maupun

    rangkaian daya. Dimana rangkaian kontrol dan rangkaian daya ini dirancang

    untuk menjalankan fungsi sistem sesuai dengan deskripsi kerja. Penghantar

    ialah suatu benda yang berbentuk logam ataupun non logam yang bersifat

    konduktor atau dapat mengalirkan arus listrik dari satu titik ke titik yang lain

    (Badaruddin, 2010). Konduktor yang baik adalah yang memiliki tahanan jenis

    yang kecil. Pada umumnya logam bersifat konduktif. emas, perak, tembaga,

    alumunium, zink, besi berturut-turut memiliki tahanan jenis semakin besar.

    Jadi sebagai penghantar emas adalah sangat baik, tetapi karena sangat mahal

  • 12

    harganya, maka secara ekonomis tembaga dan alumunium paling banyak

    digunakan.

    2.4.1 Jenis Penghantar

    Penghantar dapat berupa kabel ataupun berupa kawat penghantar.

    Kabel ialah penghantar yang dilindungi dengan isolasi dan keseluruhan inti

    dilengkapi dengan selubung pelindung bersama, contohnya ialah kabel NYM,

    NYA dan sebagainya. Sedangkan kawat penghantar ialah pengahantar yang

    tidak diberi isolasi contohnya ialah BC (bare conductor), penghantar

    berlubang (hollow conductor), acsr (allumunium conductor stell reinforced),

    dan sebagainya (Prok, Tumaliang, & Pakiding, 2018).

    Secara garis besar, penghantar dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

    a) Penghantar berisolasi: dapat berupa kawat berisolasi atau kabel, batasan

    kawat berisolasi adalah rakitan penghantar tunggal, baik serabut maupun

    pejal yang diisolasi (NYA, NYAF, dan sebagainya). Batasan kabel ialah

    rakitan satu penghantar atau lebih, baik itu penghantar serabut ataupun

    pejal, masing-masing diisolasi dan keseluruhannya diselubungi pelindung

    bersama.

    b) Penghantar tidak berisolasi, merupakan pengahantar yang tidak dilapisi

    oleh isolator, contoh penghantar tidak berisolasi BC (bare conductor).

    Jenis-jenis isolasi yang dipakai pada penghantar listrik meliputi isolasi dari

    PVC (Poly Vinyl Chlorid).

  • 13

    2.4.2 Jenis Kabel

    Kabel listrik adalah kawat penghantar berisolasi sebagai media untuk

    menyalurkan energi listrik dari satu tempat ke tempat lain dan juga untuk

    membawa sinyal informasi dari satu tempat ke tempat lain. Sebuah kabel

    listrik terdiri dari isolator dan konduktor, kecuali untuk kabel grounding, kabel

    TT (Tegangan Tinggi), kabel SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra

    Tinggi), biasanya ada yang tidak dibungkus dengan isolator.

    Kabel merupakan materi inti dalam transmisi dan distribusi tenaga

    listrik. Oleh karena itu, dibutuhkan kualitas sistem isolasi yang baik pada

    kabel listrik untuk mendukung stabilitas sistem. Maka, dibutuhkan pengujian

    tegangan tinggi untuk memberikan jaminan bahwa kabel listrik tersebut dapat

    dipakai pada tegangan normalnya untuk waktu yang tak terbatas. Salah

    satunya dengan pengujian tegangan tembus isolasi kabel tegangan arus bolak-

    balik (AC) (Rufina, Ratnata, & Hasbullah, 2014).

    Pemilihan kabel yang tepat akan memastikan kelancaran penyaluran

    energi listrik dari sumber ke beban. Ketika terjadi gangguan maka kabel tidak

    akan terbakar, akan tetapi gangguan tersebut akan terbaca terlebih dahulu oleh

    pemutus. Semua penghantar yang digunakan harus dibuat dari bahan yang

    memenuhi syarat, sesuai dengan tujuan penggunaannya, serta telah diperiksa

    dan diuji menurut standar penghantar yang dikeluarkan atau diakui oleh

    instansi yang berwenang. Ukuran penghantar dinyatakan dalam ukuran luas

    penampang penghantar intinya dan satuannya dinyatakan dalam mm²

    (Waskito & Syahrial, 2013).

  • 14

    Untuk menentukan luas penampang suatu penghantar digunakan

    rumus :

    A =

    mm

    2 ................................. (2.1)

    Keterangan :

    A = luas penampang kawat (m²)

    ρ = massa jenis kawat (Ωm)

    l = panjang kawat (m)

    R = Hambatan kawat (Ω)

    Dilihat dari jenisnya, penghantar dapat dibedakan yaitu:

    2.4.2.1 Kabel Instalasi

    Kabel instalasi biasa digunakan pada instalasi penerangan. Beberapa

    jenis kabel yang biasa dipakai dalam instalasi listrik, yaitu:

    (a) Kabel NYA

    Kabel NYA berinti tunggal, berlapis bahan isolasi PVC, untuk

    instalasi luar atau kabel udara. Kode warna isolasi ada warna merah,

    kuning, biru dan hitam sesuai dengan peraturan PUIL. Lapisan isolasinya

    hanya 1 lapis sehingga mudah cacat, tidak tahan air (NYA adalah tipe

    kabel udara) dan mudah digigit tikus. Agar aman memakai kabel tipe ini,

    kabel harus dipasang dalam pipa/conduit jenis PVC atau saluran tertutup.

    Sehingga tidak mudah menjadi sasaran gigitan tikus, dan apabila ada

    isolasi yang terkelupas tidak tersentuh langsung oleh orang.

  • 15

    Gambar 2.1 Kabel NYA

    (b) Kabel NYM

    Kabel NYM memiliki lapisan isolasi PVC (biasanya warna putih

    atau abuabu), ada yang berinti 2, 3 atau 4. Kabel NYM memiliki lapisan

    isolasi dua lapis, sehingga tingkat keamanannya lebih baik dari kabel

    NYA (harganya lebih mahal dari NYA). Kabel ini dapat dipergunakan di

    lingkungan yang kering dan basah, namun tidak boleh ditanam.

    Gambar 2.2 Kabel NYM

    (c) Kabel NYAF

    Kabel NYAF merupakan jenis kabel fleksibel dengan penghantar

    tembaga serabut berisolasi PVC. Digunakan untuk instalasi panel-panel

    yang memerlukan fleksibelitas yang tinggi.

  • 16

    Gambar 2.3 Kabel NYAF

    (d) Kabel NYY

    Kabel NYY memiliki lapisan isolasi PVC (biasanya berwarna

    hitam), ada yang berinti 2, 3 atau 4. Kabel NYY dipergunakan untuk

    instalasi tertanam (kabel tanah), dan memiliki lapisan isolasi yang lebih

    kuat dari kabel NYM (harganya lebih mahal dari NYM). Kabel NYY

    memiliki isolasi yang terbuat dari bahan yang tidak disukai tikus.

    Gambar 2.4 Kabel NYY

    (e) Kabel NYFGbY

    Kabel NYFGbY ini digunakan untuk instalasi bawah tanah, di

    dalam ruangan di dalam saluran-saluran dan pada tempat-tempat yang

    terbuka dimana perlindungan terhadap gangguan mekanis dibutuhkan,

  • 17

    atau untuk tekanan rentangan yang tinggi selama dipasang dan

    dioperasikan.

    Gambar 2.5 Kabel NYFGbY

    (f) Kabel Aluminum Conduct Steel Reinforced (ACSR)

    Kabel ACSR merupakan kawat penghantar yang terdiri dari

    aluminium berinti kawat baja. Kabel ini digunakan untuk saluran-saluran

    transmisi tegangan tinggi, dimana jarak antara menara atau tiang

    berjauhan, mencapai ratusan meter, maka dibutuhkan kuat tarik yang

    lebih tinggi, untuk itu digunakan kawat penghantar ACSR.

    Gambar 2.6 Kabel Aluminum Conduct Steel Reinforced (ACSR)

  • 18

    (g) Kabel All Aluminium Alloy Conductor (AAAC)

    Kabel ini terbuat dari aluminium-magnesium-silicon campuran

    logam, keterhantaran elektris tinggi yang berisi magnesium silicide, untuk

    memberi sifat yang lebih baik. Kabel ini biasanya dibuat dari paduan

    aluminium 6201. AAAC mempunyai suatu anti karat dan kekuatan yang

    baik, sehingga daya hantarnya lebih baik.

    Gambar 2.7 Kabel All Aluminium Alloy Conductor (AAAC)

    Jenis kabel yang banyak digunakan dalam instalasi bangunan seperti

    ditunjukkan pada Gambar 2.8 berikut.

  • 19

    Gambar 2.8 Beberapa contoh jenis kabel: (1) Kabel NYA; (2) Kabel NYM; (3)

    Kabel NYAF; (4) Kabel NYY; (5) Kabel NYFGbY; (6) ACSR; (7) Kabel AAAC;

    (8) Kabel ACAR tampak dari permukaan; dan (9) Kabel ACAR tampak dari

    depan

    Menurut Machdi (2016), ketentuan yang harus diperhatikan di dalam

    pemasangan kabel NYA sebagai berikut:

    a) Untuk pemasangan tetap dalam jangkauan tangan, kabel NYA harus

    dilindungi dengan pipa instalasi.

    b) Di ruang lembab, kabel NYA harus dipasang dalam pipa PVC untuk

    pemasangannya.

    c) Kabel NYA tidak boleh dipasang langsung menempel pada plesteran atau

    kayu, tetapi harus dilindungi dengan pipa instalasi.

  • 20

    d) Kabel NYA boleh digunakan di dalam alat listrik, perlengkapan hubung

    bagi dan sebagainya.

    e) Kabel NYA tidak boleh digunakan diruang basah, ruang terbuka, tempat

    kerja atau gudang dengan bahaya kebakaran atau ledakan.

    Sedangkan ketentuan-ketentuan untuk pemasangan kabel NYM

    adalah sebagai berikut:

    a) Kabel NYM boleh dipasang langsung menempel atau ditanam pada

    plesteran, di ruang lembab atau basah dan ditempat kerja atau

    gudang dengan bahaya kebakaran atau ledakan.

    b) Kabel NYM boleh langsung dipasang langsung pada bagian-bagian lain

    dari bangunan, konstruksi, rangka dan lain sebagainya. Dengan syarat

    pemasangannya tidak merusak selubung luar kabel.

    c) Kabel NYM tidak boleh dipasang di dalam tanah.

    Dalam hal penggunaan, kabel instalasi yang terselubung memiliki

    beberapa keuntungan dibandingkan dengan instalasi di dalam pipa, yaitu:

    (a) Lebih mudah dibengkokkan; (b) Lebih tahan terhadap pengaruh asam, uap

    atau gas; (c) Sambungan dengan alat pemakai dapat ditutup lebih rapat.

    2.4.2.2 Kabel Fleksibel

    Kabel fleksibel biasanya digunakan untuk peralatan yang sifatnya

    tidak tetap atau berpindah-pindah dan di tempat kemungkinan adanya

    gangguan mekanis atau getaran dengan peralatan yang harus tahan terhadap

    tarikan dan gesekan (Prok, Tumaliang, & Pakiding, 2018).

  • 21

    2.4.3 Pemilihan Penghantar

    Menurut Prok, Tumaliang, & Pakiding (2018), dalam pemilihan jenis

    penghantar yang akan digunakan dalam suatu instalasi dan luas penghantar

    yang akan dipakai dalam instalasi tersebut ditentukan berdasarkan 6

    pertimbangan, yaitu:

    1) Kemampuan Hantar Arus

    Kemampuan hantar arus (KHA) adalah arus maksimum yang dapat

    dialirkan dengan kontinyu oleh penghantar pada keadaan tertentu tanpa

    menimbulkan kenaikan suhu yang melampaui nilai tertentu (Nurfitri,

    2016).

    Untuk menentukan luas penampang penghantar yang diperlukan

    maka, harus ditentukan berdasarkan atas arus yang melewati penghantar

    tersebut. Arus nominal yang melewati suatu penghantar dapat ditentukan

    dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

    Untuk arus bolak balik satu fasa : 𝐼 =

    A ............... (2.2)

    Untuk arus bolak balik tiga fasa : 𝐼 =

    A ............... (2.3)

    Keterangan :

    I = Arus nominal (A)

    P = Daya aktif (W)

    V = Tegangan (V)

    Cos φ = Faktor daya

    Kemampuan hantar arus yang dipakai dalam pemilihan penghantar

    adalah 1,25 kali dari arus nominal yang melewati penghantar tersebut.

  • 22

    Apabila kemampuan hantar arus sudah diketahui maka tinggal

    menyesuaikan dengan tabel untuk mencari luas penampang yang

    diperlukan.

    KHA kabel dapat diketahui dengan mengikuti arus maksimal

    pada circuit breaker atau dapat dirumuskan sebagai berikut :

    KHA = 1,2 x Ibreaker ......................................................................... (2.4)

    Keterangan :

    KHA = Kuat Hantar Arus

    Ibreaker = Arus maksimal pada circuit breaker

    Penentuan KHA penghantar pada suatu kondisi tertentu dapat

    dirumuskan sebagai berikut :

    KHAmaks = KHAPUIL x Fkt x Fkp ........................................................ (2.5)

    Keterangan :

    KHAPUIL = kemampuan hantar arus berdasar PUIL

    Fkt = faktor koreksi temperatur

    Fkp = faktor koreksi penempatan

    Berdasarkan Tabel KHA (Kemampuan Hantar Arus) di PUIL

    2011, untuk kabel jenis NYA untuk pemasangan di udara, KHA terus

    menerus adalah sebagai berikut:

    Luas penampang kabel 1,5 mm2 = 24 A

    Luas penampang kabel 2,5 mm2 = 32 A

    Luas penampang kabel 4 mm2 = 42 A

    Luas penampang kabel 6 mm2 = 54 A

  • 23

    Luas penampang kabel 10 mm2 = 73 A

    Luas penampang kabel 16 mm2 = 98 A

    Sedangkan untuk kabel jenis NYM, KHA terus menerus berdasarkan

    PUIL 2011 adalah sebagai berikut:

    Luas penampang kabel 1,5 mm2 = 18 A

    Luas penampang kabel 2,5 mm2 = 26 A

    Luas penampang kabel 4 mm2 = 34 A

    Luas penampang kabel 6 mm2 = 44 A

    Luas penampang kabel 10 mm2 = 61 A

    Luas penampang kabel 16 mm2 = 82 A

    2) Susut Tegangan

    Susut tegangan merupakan rugi yang diakibatkan resistansi dan

    reaktansi pada kabel penghantar. Kerugian tegangan atau susut tegangan

    dalam saluran tenaga listrik adalah berbanding lurus dengan panjang

    saluran dan beban, berbanding terbalik dengan penampang saluran.

    Kerugian ini dalam persen ditentukan dalam batas-batas tertentu.

    Misalnya di PT. PLN berlaku pada tegangan 5%,-10 % dari tegangan

    pelayanan (Prok, Tumaliang, & Pakiding, 2018).

    Rugi tegangan biasanya dinyatakan dalam satuan persen % dalam

    tegangan kerjanya yaitu:

    ΔU (%) =

    ....................................... (2.6)

    Besarnya rugi tegangan (%) yang diijinkan dapat dilihat pada Tabel

    2.1 berikut ini :

  • 24

    Tabel 2.1 Rugi Tegangan

    ΔV (%) Penggunaan Jaringan

    0,5 Dari jala-jala ke KWh meter

    1,5 Dari KWh meter ke rangkaian penerangan

    3,0 Dari KWh meter ke motor atau rangkaian daya

    3) Kondisi Suhu

    Setiap penghantar memiliki suatu resistansi (R), jika penghantar

    tersebut dialiri oleh arus maka terjadi rugi-rugi I2R, yang kemudian rugi-

    rugi tersebut berubah menjadi panas, jika dialiri dalam waktu t detik

    maka panas yang terjadi ialah I2Rt, jika dialiri dalam waktu yang cukup

    lama ada kemungkinan terjadinya kerusakan pada penghantar tersebut,

    oleh karena itu dalam pemilihan penghantar faktor koreksi juga

    diperhitungkan (Ismansyah, 2009).

    4) Kondisi Lingkungan

    Didalam pemilihan jenis penghantar yang digunakan harus

    disesuaikan dengan kondisi dan tempat penghantar tersebut akan

    ditempatkan atau dipasang. Apakah penghantar tersebut akan ditanam di

    dalam tanah atau di udara (Machdi, 2016).

    5) Kekuatan Mekanis

    Penentuan luas penampang penghantar kabel juga harus

    diperhitungkan apakah kemungkinan adanya tekanan mekanis ditempat

    pemasangan kabel itu besar atau tidak, dengan demikian dapat

  • 25

    diperkirakan besar kekuatan mekanis yang mungkin terjadi pada kabel

    tersebut (Ismansyah, 2009).

    6) Kemungkinan Perluasan

    Setiap instalasi listrik dirancang dan dipasang dengan perkiraan

    adanya penambahan beban dimasa yang akan datang, oleh karena itu

    luas penampang penghantar harus dipilih lebih besar minimal satu

    tingkat diatas luas penampang sebenarnya, tujuannya adalah jika

    dilakukan penambahan beban maka penghantar tersebut masih

    mencukupi dan susut tegangan yang terjadi akan kecil (Machdi, 2016).

    2.4.4 Pengaman

    Pengaman adalah suatu peralatan listrik yang digunakan untuk

    melindungi komponen listrik dari kerusakan yang diakibatkan oleh gangguan

    seperti arus beban lebih ataupun arus hubung singkat.

    Fuse atau sekring adalah perangkat proteksi arus lebih, ia memiliki

    sebuah elemen yang secara langsung dipanaskan oleh bagian dari arus dan

    dihancurkan bila suatu arus melebihi arus yang ditentukan (Santoso, 2014).

    Menurut Prok, Tumaliang, & Pakiding (2018), fungsi dari pengaman

    dalam distribusi tenaga listrik adalah:

    a) Isolasi, yaitu untuk memisahkan instalasi atau bagiannya dari catu daya

    listrik untuk alasan keamanan.

    b) Kontrol, yaitu untuk membuka atau menutup sirkuit instalasi selama

    kondisi operasi normal untuk tujuan operasi perawatan.

  • 26

    c) Proteksi, yaitu untuk pengaman kabel, peralatan listrik dan manusianya

    terhadap kondisi tidak normal seperti beban lebih, hubung singkat dengan

    memutuskan arus gangguan dan mengisolasi gangguan yang terjadi.

    2.4.4.1 Mini Circuit Breaker (MCB)

    MCB atau pemutus tenaga berfungsi untuk memutuskan suatu

    rangkaian apabila ada arus yamg mengalir dalam rangkaian atau beban listrik

    yang melebihi kemampuan. Misalnya adanya korsleting dan lainnya. Pemutus

    tenaga ini ada yang untuk satu phase dan ada yang untuk 3 phase. Untuk 3

    phase terdiri dari tiga buah pemutus tenaga 1 phase yang disusun menjadi satu

    kesatuan. Pemutus tenaga mempunyai 2 posisi, saat menghubungkan maka

    antara terminal masukan dan terminal keluaran MCB akan kontak. Pada posisi

    saat ini MCB pada kedudukan 1 (ON), dan saat ada gangguan MCB dengan

    sendirinya akan melepas rangkaian secara otomatis kedudukan saklarnya 0

    (OFF), saat ini posisi terminal masukan dan keluaran MCB tidak sambung.

    MCB dalam kerjanya membatasi arus lebih menggunakan gerakan

    dwilogam untuk memutuskan rangkaian. Dwilogam ini akan berkerja dari

    panas yang diterima oleh karena energi listrik yang timbul (Prok, Tumaliang,

    & Pakiding, 2018).

    Gambar 2.9 Konstruksi Mini Circuit Breaker (MCB)

  • 27

    Gambar 2.10 Konstruksi MCB 3 phase dan MCB 1 phase

    2.4.4.2 Moulded Case Circuit Breaker (MCCB)

    MCCB merupakan sebuah pemutus tenaga yang memiliki fungsi

    sama dengan MCB, yaitu mengamankan peralatan dan instalasi listrik saat

    terjadi hubung singkat dan membatasi kenaikan arus karena kenaikan beban.

    Hanya saja yang membedakan MCCB dengan MCB adalah casingnya, dimana

    untuk MCB tiga fasa memiliki casing dari tiga buah MCB satu fasa yang

    dikopel secara mekanis sementara MCCB memiliki tiga buah terminal fasa

    dalam satu casing yang sama. Itulah sebabnya MCCB dikenal sebagai Molded

    Case Circuit Breaker (Ismansyah, 2009).

    Jika dilihat dari segi pengaman, maka MCCB dapat berfungsi

    sebagai pengaman gangguan arus hubung singkat dan arus beban lebih. Pada

    jenis tertentu pengaman ini, mempunyai kemampuan pemutusan yang dapat

    diatur sesuai dengan yang diinginkan (Azzam, 2017).

  • 28

    Gambar 2.11 Moulded Case Circuit Breaker (MCCB)

    2.4.4.3 Earth Leakage Circuit Breaker (ELCB)

    Earth Leakage Circuit Breaker merupakan sakelar yang bekerja

    berdasarkan arus bocor yang dirasakannya dengan memutus rangkaian dari

    sumber. Arus bocor sendiri ada yang langsung mengalir ke bumi dan ada juga

    arus bocor yang mengalir ke tubuh makhluk hidup yang menyentuh badan

    peralatan yang mengalami kegagalan isolasi. Dari konstruksinya, sakelar ini

    terdiri dari sebuah mekanik pemutus, penghantar fasa, inti trafo arus seimbang

    dan penghantar netral (Ismansyah, 2009).

    Gambar 2.12 Earth Leakage Circuit Breaker (ELCB)

  • 29

    Prinsip kerja ELCB sistem fasa tunggal ditunjukkan pada Gambar

    2.13. Bila tidak ada arus bocor (ke tanah atau tubuh manusia) maka jumlah

    arus yang mengalir dalam kedua penghantar (N dan L1) sama dengan nol.

    Sehingga trafo arus (CT) tidak mengalami induksi dan trigger elektromagnet

    tidak aktif. Namun sebaliknya bila ada arus bocor, maka jumlah resultan arus

    tidak sama dengan nol, CT menginduksikan tegangan dan mengaktifkan

    trigger sehingga alat pemutus daya ini bekerja memutuskan beban dari sumber

    (Zukardi, Zain & Muliawan, 2019).

    Gambar 2.13 Prinsip-prinsip Earth Leakage Circuit Breaker (ELCB)

    Dalam keadaan normal, jumlah arus yang dilingkari oleh inti

    transformator sama dengan nol. Apabila ada arus bocor ke tanah, keadaan

    seimbang akan terganggu. Karena itu dalam inti transformator timbul suatu

    medan magnetik yang membangkitkan tegangan dalam kumparan sekunder.

    Apabila arus bocor tersebut mencapai pada suatu harga tertentu maka relay

  • 30

    pada ELCB bekerja melepaskan kontak-kontaknya (Zukardi, Zain &

    Muliawan, 2019).

    2.4.4.4 Thermal Over Load Relay (TOLR)

    Thermal Over Load Relay (TOLR) seperti yang terlihat pada

    Gambar 2.14 adalah suatu pengaman beban lebih. Menurut PUIL 2011 Ayat

    510.5.4.1 Proteksi beban lebih (arus lebih) dimaksudkan untuk melindungi

    motor, dan perlengkapan motor, terhadap pemanasan berlebihan sebagai

    akibat beban lebih atau akibat motor tak dapat diasut. Beban lebih atau arus

    lebih pada waktu motor beroperasi, bila bertahan cukup lama, akan

    mengakibatkan kerusakan atau pemanasan yang berbahaya pada motor

    tersebut.

    Gambar 2.14 Thermal Over Load Relay (TOLR)

  • 31

    2.4.5 Penerangan

    Intensitas penerangan atau iluminansi di suatu bidang adalah fluks

    cahaya yang jatuh pada 1 m² dari bidang itu. Intensitas penerangan (E)

    dinyatakan dengan satuan lux (lm/m²). Intensitas penerangan harus ditentukan

    berdasarkan tempat dimana pekerjaan dilakukan. Bidang kerja umumnya

    80 cm di atas lantai (Indra & Kamil, 2011).

    Instalasi penerangan merupakan salah satu hal yang terpenting di

    dalam sebuah bangunan, instalasi ini berkaitan dengan tingkat pencahayaan

    ruangan. Terdapat ruangan-ruangan yang harus memiliki tingkat pencahayaan

    yang cukup tinggi agar dapat memaksimalkan fungsi dari ruangan tersebut.

    Perhitungan intensitas penerangan dapat dilakukan dengan

    menentukan langkah-langkah sebagai berikut:

    a. Menentukan data ukuran ruangan:

    Panjang dan lebar ruangan (m)

    Tinggi ruangan (m) Tinggi bidang kerja (m)

    b. Menentukan faktor indeks ruang

    K =

    lux ................................................ (2.7)

    Keterangan :

    K = faktor indeks ruang

    t = tinggi lampu dari bidang kerja (m)

    p = panjang ruang (m)

    l = lebar ruangan (m)

    A = luas ruangan ( m2 )

  • 32

    Menurut Prok, Tumaliang, & Pakiding (2018), instalasi listrik

    dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

    a) Instalasi Daya: rangkaian listrik yang biasanya digunakan pada kebutuhan

    daya. Misalnya trafo distribusi, motor listrik, AC dan lainnya.

    b) Instalasi Penerangan: rangkaian listrik yang biasanya digunakan pada

    beban-beban penerangan.

    Berdasarkan keserasian kerja, kegunaan intalasi listrik antara lain:

    a) Mengihindari bahaya yang dapat ditimbulkan akibat tegangan sentuh dan

    kejutan arus yang dapat mengancam keselamatan manusia.

    b) Untuk menciptakan suatu sistem instalasi yang dapat diandalkan tingkat

    keamanannya.

    c) Untuk menghindari kerugian-kerugian yang dapat ditimbulkan akibat

    kebakaran yang disebabkan oleh kegagalan suatu perancangan.

    Menurut Prok, Tumaliang, & Pakiding (2018), berdasarkan

    perencanaan, maka ketentuan yang diperlakukan:

    a) Pengunaan isolasi penghantar untuk arus bolak balik.

    Fasa 1 (R) berwarna merah

    Fasa 2 (S) berwarna kuning

    Fasa 3 (T) berwarna hitam

    Netral (N) berwarna biru

    Pentahanan (PE) berwarna hijau loreng kuning

    b) Kotak kontak harus dipasang pada dinding/tembok kurang lebih 1,2 m

    diatas permukaan lantai.

  • 33

    c) Saklar (pelayanan) harus dipasang pada dinding/tembok sekurang

    kurangnya 1,2 m diatas permukaan lantai. Hal ini sesuai dengan semua

    pemutus daya harus mempunyai daya pemutus sekurang kurangnya sama

    dengan arus hubung singkat yang dapat terjadi pada sistem instalasi

    tersebut.

    2.5 Daya Listrik

    Daya Listrik (Electrical Power) adalah jumlah energi yang diserap

    atau dihasilkan dalam sebuah sirkuit/rangkaian. Sumber Energi seperti

    Tegangan listrik akan menghasilkan daya listrik sedangkan beban yang

    terhubung dengannya akan menyerap daya listrik tersebut. Dengan kata lain,

    daya listrik adalah tingkat konsumsi energi dalam sebuah sirkuit atau

    rangkaian listrik. Kita mengambil contoh Lampu Pijar dan Heater (pemanas),

    Lampu pijar menyerap daya listrik yang diterimanya dan mengubahnya

    menjadi cahaya sedangkan Heater mengubah serapan daya listrik tersebut

    menjadi panas. Semakin tinggi nilai Watt-nya semakin tinggi pula daya listrik

    yang dikonsumsinya.

    Sedangkan berdasarkan konsep usaha, yang dimaksud dengan daya

    listrik adalah besarnya usaha dalam memindahkan muatan per satuan waktu

    atau lebih singkatnya adalah jumlah energi listrik yang digunakan tiap detik

    (Saifuddin, Jufri & Rahman, 2018).

    Berdasarkan definisi tersebut, perumusan daya listrik adalah seperti

    di bawah ini:

  • 34

    W = V. I. t ................................................................................. (2.8)

    W = P . t ..................................................................................... (2.9)

    Maka daya dapat ditulis:

    P =

    ..................................................................................... (2.10)

    Keterangan :

    W = Banyaknya energi yang ditimbulkan (Joule)

    I = Arus yang mengalir (Ampere)

    t = Waktu yang dibutuhkan (Sekon)

    V = Tegangan (Volt)

    Menurut Saifuddin, Jufri & Rahman (2018), daya listrik terdiri atas

    3 jenis, yaitu:

    1) Daya Semu

    Dari persamaan P = V.I.cos φ, hasil perkalian V dengan I disebut

    daya semu dan disimbolkan dengan S.

    S = V.I .................................................................................... (2.11)

    Satuan dari daya semu adalah Volt Ampere (VA).

    Secara vektoris daya semu merupakan penjumlahan daya aktif

    dengan daya reaktif. Hal ini akan tampak jelas dengan menggunakan

    segitiga daya dan akan dijelaskan berikut. Hubungan antara daya semu

    dengan daya aktif dapat dirumuskan sebagai berikut:

    Daya aktif (Watt) = daya semu (VA) x faktor daya P = V.I.cosφ

    dengan S = V.I

    sehingga P = S.cosφ ......................................................................... (2.12)

  • 35

    Daya semu secara konvensional dipakai sebagai ranting peralatan

    listrik seperti generator, transformator dan mesin-mesin listrik.

    2) Daya Aktif

    Daya aktif disebut juga dengan daya nyata, karena daya ini

    merupakan daya listrik yang pengaruhnya terhadap beban dapat

    dirasakan secara nyata, seperti menyalanya lampu listrik (instalasi

    penerangan), adanya kopel (Torsi) yang dihasilkan oleh motor-motor

    listrik. Daya nyata diberi simbol P dalam satuan Watt, dengan hubungan

    matematisnya adalah:

    P = V.I.cos φ (Watt) ............................................................... (2.13)

    3) Daya Reaktif

    Daya reaktif adalah daya yang timbul akibat adanya reaktansi pada

    sistem. Reaktansi dapat berupa reaktansi induktif atau rektansi kapasitif.

    Reaktansi induktif terjadi karena adanya komponen induktor dalam

    sistem. Induktor biasanya berbentuk kumparan, yang dililitkan pada inti

    magnetik.

    Besarnya induktansi suatu sistem diukur dalam Henry, dan

    disimbolkan dengan L. Satu Henry didefinisikan arus listrik berubah

    pada laju satu ampere setiap detik, dengan ggl lawan rata-rata

    diinduksikan sebesar satu volt.

    Reaktansi kapasitif terjadi akibat adanya komponen kapasitor

    dalam sistem. Kapasitor diidentifikasi dengan dua buah konduktor yang

    dipisahkan oleh bahan isolasi. Besarnya kapasitansi suatu sistem diukur

  • 36

    dalam satuan farad. Kapasitansi satu farad didefinisikan bila tegangan

    yang dikenakan pada sistem sebesar satu volt yang menyebabkan

    kapasitor mengambil muatan sebesar satu coulomb.

    Daya reaktif merupakan daya yang tidak nyata efeknya, tidak

    seperti daya semu atau daya aktif. Daya reaktif efeknya berupa adanya

    fluksi magnet. Karena itu dalam diagram fasor, daya reaktif biasanya

    dinyatakan pada sumbu imajiner, yaitu sumbu vertikal dari suatu

    diagram fasor. Sedangkan untuk sumbu horizontal adalah daya aktif, dan

    diagram fasornya dapat digambar dalam segitiga daya.

    Daya aktif merupakan hasil perkalian dari V.I.cosφ sedangkan

    daya reaktif merupakan hasil perkalian dari VI sin φ dan disimbolkan

    dengan Q. Sehingga : Q = V.I.sinφ (VAR)

    2.6 Faktor Daya

    Faktor daya didefinisikan sebagai perbandingan antara daya aktif

    (Watt) dengan daya semu (VA) pada rangkaian arus bolak-balik.

    ........................................... (2.14)

    ...................................................... (2.15)

    Dinamakan sudut faktor daya, sudut ini menentukan kondisi arus

    tertinggal atau mendahului tegangan.

    a) Jika cos φ > 0, faktor daya lagging yaitu arus tertinggal dari tegangan.

    b) Jika cos φ < 0, faktor daya leading yaitu arus mendahului tegangan.

    c) Jika = 0, faktor daya = 1, yaitu arus dan tegangan sefasa.

  • 37

    Harga faktor daya bergantung pada besarnya beda fasa antara arus dan

    tegangan. Jika arus dan tegangan sefasa, maka faktor daya = 1. Contohnya

    lampu pijar, tidak ditemukan sifat-sifat induktif dan kapasitif, sehingga daya

    yang tertera pada lampu tersebut dalam watt akan sama denga volt ampere

    yang serap dari jaringan.

    Jika arus dan tegangan berbeda fase 90˚ seperti dalam rangkaian

    induktif dan kapasitif murni, maka faktor daya = nol. Dalam rangkaian, baik

    yang mengandung tahanan maupun reaktansi, harga faktor daya berkisar

    antara 0 dan 1. Faktor daya yang ideal dalam suatu rangkaian adalah satu.

    2.7 Beban Listrik

    2.7.1 Klasifikasi Beban Listrik

    Secara umum beban yang dilayani oleh sistem distribusi tenaga listrik

    dibagi menjadi beberapa sektor, yaitu : sektor perumahan, sektor industri,

    sektor komersial dan sektor usaha. Masing-masing sektor beban tersebut

    mempunyai karakteristik-karakteristik beban yang berbeda, sebab hal ini

    berkaitan dengan pola konsumsi energi pada masing-masing konsumen di

    sektor tersebut. Karakteristik beban yang banyak disebut dengan pola

    pembebanan pada sektor perumahan ditunjukkan oleh adanya fluktuasi

    konsumsi energi elektrik yang sangat besar. Hal ini disebabkan konsumsi

    energi elektrik tersebut lebih dominan di malam hari. Sedangkan pada sektor

    industri, fluktuasi konsumsi energi sepanjang hari akan hampir sama,

    sehingga perbandingan beban puncak dengan beban rata-rata hampir

  • 38

    mendekati satu. Beban pada sektor komersial dan usaha mempunyai

    karakteristik yang hampir sama, hanya pada sektor komersial akan

    mempunyai beban puncak yang lebih tinggi pada waktu malam hari (Jumadi

    & Tambunan, 2015).

    Menurut Jumadi & Tambunan (2015), berdasarkan jenis konsumsi

    energi listrik, secara garis besar, beban listrik dapat diklasifikasikan ke

    dalam:

    (1) Beban Rumah Tangga

    Beban listrik rumah tangga pada umumnya berupa lampu untuk

    penerangan, alat-alat rumah tangga, seperti : kipas angin, pemanas air,

    lemari es, dan lain-lain.

    (2) Beban Komersial

    Beban komersial (bisnis) pada umumnya terdiri atas penerangan

    untuk reklame, kipas angin, penyejuk udara, dan alat-alat listrik lainnya

    yang diperlukan untuk restoran, hotel dan juga perkantoran. Beban ini

    secara drastis naik di siang hari untuk beban perkantoran dan pertokoan,

    dan akan menurun di sore hari.

    (3) Beban Industri

    Beban Industri dibedakan dalam skala kecil dan skala besar, untuk

    skala kecil banyak beroperasi pada siang hari sedangkan industri skala

    besar sekarang ini banyak yang beroperasi sampai dengan 24 jam.

  • 39

    (4) Beban Fasilitas Umum

    Pengklasifikasian beban ini sangat penting, artinya bila kita akan

    melakukan analisa karakteristik beban untuk suatu sistem yang sangat

    besar. Perbedaan yang paling prinsip dari empat jenis beban diatas, selain

    dari daya yang digunakan dan juga waktu pembebanannya. Pemakaian

    daya pada beban rumah tangga akan lebih dominan pada pagi dan malam

    hari, sedangkan pada beban komersial lebih dominan pada siang dan sore

    hari. Konsumsi energi listrik pada sektor industri akan lebih merata

    karena banyaknya industri yang bekerja siang dan malam. Dilihat dari sisi

    ini, jelas pemakaian daya pada industri akan lebih menguntungkan karena

    kurva bebannya akan lebih merata, sedangkan pada beban fasilitas umum

    lain lebih dominan pada siang dan malam hari.

    2.7.2 Karakteristik Beban Listrik

    Menurut Jumadi & Tambunan (2015), dalam sistem listrik arus bolak-

    balik (AC) karakteristik beban listrik dapat diklasifikasikan menjadi tiga

    macam, yaitu:

    (1) Beban Resistif (R)

    Beban resistif, yaitu beban yang terdiri dari komponen tahanan

    ohm saja (resistance), seperti elemen pemanas (heating element) dan

    lampu pijar. Beban jenis ini hanya mengkonsumsi beban aktif saja dan

    mempunyai faktor daya sama dengan satu tegangan dan arus sefasa.

  • 40

    (2) Beban Induktif (L)

    Beban induktif, yaitu beban yang terdiri dari kumparan kawat yang

    dililitkan pada suatu inti, seperti : (coil), transformator, dan solenoida.

    Beban ini dapat mengakibatkan pergeseran fasa (phase shift) pada arus

    sehingga bersifat tertinggal sebesar 900 terhadap tegangan (lagging). Hal

    ini disebabkan oleh energi yang tersimpan berupa medan magnetis yang

    akan mengakibatkan fasa arus bergeser menjadi tertinggal terhadap

    tegangan. Beban jenis ini menyerap daya aktif dan daya reaktif.

    (3) Beban Kapasitif (C)

    Beban kapasitif, yaitu beban yang memiliki kemampuan

    kapasitansi atau kemampuan untuk menyimpan energi yang berasal dari

    pengisian elektrik (electrical discharge) pada suatu sirkuit. Komponen

    ini dapat menyebabkan arus terdahulu terhadap tegangan (leading).

    Beban jenis ini menyerap daya aktif dan mengeluarkan daya reaktif.

  • 41

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

    3.1.1 Waktu

    Penelitian skripsi ini dilakukan selama 2 bulan, dimulai pada bulan

    Agustus sampai dengan bulan September 2020.

    3.1.2 Lokasi Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Teknologi

    Pengolahan Hasil Perikanan Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene

    Kepulauan Program Studi Agroindustri.

    3.2 Jenis Penelitian

    Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan dimana

    sebagian besar data diperoleh dari pengamatan langsung atau dengan kata lain

    penulis melakukan survei langsung dengan objek yang akan diteliti.

    Penelitian ini merupakan jenis penelitian studi literatur dan analisis data,

    dimana sampel diambil dari Laboratorium Mini Plant, Laboratorium

    Agroindustri, Laboratorium Perancangan Industri dan Laboratorium

    Pengujian Mutu.

  • 42

    3.3 Alat dan Bahan

    3.3.1. Alat Penelitian

    a. Alat Tulis

    b. AVO Meter

    c. Tang Ampere

    d. Test Pen

    e. Jangka Sorong

    3.3.2. Bahan Penelitian

    a. Logsheet Data Beban

    b. Panel Distribusi

    c. Komputer Pengolahan Data

    d. Kertas

    3.4 Metode Analisis Data

    Melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing dan berdiskusi

    dengan Pranata Laboratoratorium Pendidikan (PLP) dan teknisi Laboratorium

    Jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan Politeknik Pertanian Negeri

    Pangkajene Kepulauan Program Studi Agroindustri. Metode yang dilakukan

    adalah metode analisis kuantitatif, dimana data yang diperoleh ditelaah dengan

    cara menghitung menggunakan rumus yang ada. Selanjutnya hasil dari

    perhitungan tersebut dibandingkan dengan teori-teori atau aturan yang ada,

    apa sudah sesuai atau belum sesuai.

  • 43

    3.5. Jenis Data dan Sumber Data Yang Diperlukan

    Data-data diperoleh di Laboratorium Jurusan Teknologi Pengolahan

    Hasil Perikanan Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan Program

    Studi Agroindustri. Data-data yang diperlukan antara lain data tentang besar

    kapasitas pengaman dan penghantar yang ada di laboratorium serta besarnya

    daya yang terpasang di laboratorium.

    3.6 Metode Penelitan

    Adapun proses dari penelitian yang dilakukan dalam pembuatan

    skripsi ini adalah:

    Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian

    Mulai

    Studi Literatur

    Pengolahan Data:

    Analisis kuantitatif

    Hasil dan Kesimpulan

    Selesai

    Pengambilan Data :

    1. Data Penghantar

    2. Data Pengaman

    3. Data Beban

    Data Lengkap Tidak

    Ya

  • 44

    Metode ini berisikan langkah-langkah yang ditempuh penulis

    dalam menyusun skripsi ini. Metode penelitian dimulai dengan

    pengumpulan literatur, pengambilan dan pemprosesan data awal,

    perumusan langkah-langkah :

    1. Studi kepustakaan

    2. Pengambilan data pengaman yang dipakai dan luas penampang yang

    terpasang serta data beban yang ada di Laboratorium Jurusan

    Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan Politeknik Pertanian Negeri

    Pangkajene Kepulauan Program Studi Agroindustri.

    3. Pengolahan atau analisis

    a. Penentuan besar kapasitas pengaman dan penghantar yang ada di

    laboratorium.

    b. Penentuan besarnya daya yang terpasang di laboratorium

    c. Menyimpulkan hasil penelitian.

    4. Penyusunan laporan

  • 45

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Gambaran Umum Jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan

    Politeknik Pertanian didirikan dalam lingkup Universitas Hasanuddin

    (UNHAS) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

    Nomor 0124/U/1979, dengan nama Politeknik Pertanian UNHAS, dan terdiri atas

    dua Jurusan yaitu Jurusan Teknologi Perikanan Budidaya dan Jurusan Teknologi

    Penangkapan Ikan. Pada tahun 1992 Politeknik Pertanian UNHAS mendirikan

    satu Jurusan baru, yaitu Jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan (TPHP).

    Politeknik Pertanian UNHAS secara resmi berdiri sendiri dan berganti

    nama menjadi Politeknik Pertanian Negeri Pangkep. Berdasarkan Surat Keputusan

    Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 083/O/1997 menetapkan

    kemandirian Politeknik Pertanian pada tanggal 26 Juni 1998. Politeknik Pertanian

    UNHAS secara resmi berdiri sendiri dan berganti nama menjadi Politeknik

    Pertanian Negeri Pangkep. Oleh karena salah satu persyaratan kemandirian

    Politeknik Pertanian adalah harus mempunyai minimal 3 jurusan, maka izin

    operasional Jurusan TPHP mengacu pada SK Kemandirian Politeknik Pertanian.

    Jurusan TPHP pada mulanya hanya terdiri dari satu program studi

    yaitu program studi TPHP itu sendiri. Selanjutnya terbentuk program studi baru

    yaitu program studi Agroindustri yang telah melaksanan kegiatan akademik sejak

    pada tahun 2009 namun baru memperoleh SK izin operasional pada tahun 2012

    melalui SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 311/E/O/2012 tertanggal

    4 September 2012.

  • 46

    Jumlah dosen di program studi Agroindustri sebanyak 18 orang,

    pendidikan terakhir dosen dengan kualifikasi Strata 2 (S2) sebanyak 6 orang,

    dosen dengan kualifikasi Strata 3 (S3) sebanyak 8 orang dan 4 orang diantaranya

    saat ini sedang menempuh pendidikan Strata 3 (S3), dengan tenaga kependidikan

    sebanyak 11 orang, 9 Orang Pranata Laboratorium Pendidikan (PLP) dan teknisi

    serta 2 orang staff administrasi.

    Program studi Agroindustri memiliki 4 laboratorium yaitu

    Laboratorium Mini Plant, Laboratorium Agroindustri, Laboratorium Perancangan

    Industri dan Laboratorium Pengujian Mutu. Penyaluran energi listrik ke

    laboratorium dilayani oleh 3 buah panel yaitu Panel Mini Plant, Panel

    Perancangan Industri dan Panel Gedung Agroindustri.

    Sumber energi listrik di Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene

    Kepulauan disuplai dari PLN dengan 2 buah trafo dengan total kapasitas terpasang

    sebesar 296,5 kVA dan system back up suplai daya listriknya oleh 3 buah

    generator-set berkapasitas 190 kVA.

    4.2 Panel-Panel Distribusi

    Laboratorium pada Program Studi Agroindustri Jurusan TPHP di

    lengkapi 3 buah panel distribusi tegangan rendah yaitu :

    a. Panel Mini Plant

    b. Panel Perancangan Industri

    c. Panel Gedung Agroindustri

  • 47

    4.2.1 Panel Mini Plant

    Panel distribusi ini melayani 2 buah laboratorium yaitu laboratorium

    mini plant dan laboratorium agroindustri. Pada panel ini terpasang sebuah

    MCCB 75 A, 3 fasa untuk membatasi daya sebesar 43.190 W, menggunakan

    kabel jenis kabel twisted 4x25 mm2 yang menghubungkan dari sumber jala-

    jala PLN. Panel ini dibagi menjadi 6 kelompok yaitu :

    1. Kelompok R1 menggunakan kabel penghantar NYA 2,5 mm2 dan

    pengaman MCB 32 A yang melayani sebahagian besar beban instalasi

    daya pada laboratorium mini plant.

    2. Kelompok R2 menggunakan kabel penghantar NYA 2,5 mm2 dan

    pengaman MCB 32 A yang melayani beban instalasi penerangan pada

    laboratorium mini plant.

    3. Kelompok S1 menggunakan kabel penghantar NYA 2,5 mm2 dan

    pengaman MCB 32 A yang melayani beban AC dan sebagian insalasi daya

    pada laboratorium agroindustri.

    4. Kelompok S2 menggunakan kabel penghantar NYA 2,5 mm2 dan

    pengaman MCB 32 A yang melayani beban AC pada laboratorium mini

    plant.

    5. Kelompok T1 menggunakan kabel penghantar NYA 2,5 mm2 dan

    pengaman MCB 32 A yang melayani beban instalasi daya pada

    laboratorium agroindustri.

  • 48

    6. Kelompok T2 menggunakan kabel penghantar NYA 2,5 mm2 dan

    pengaman MCB 16 A yang melayani beban instalasi penerangan pada

    laboratorium agroindustri.

    4.2.2 Panel Perancangan Industri

    Panel distribusi ini melayani beban yang ada pada laboratorium

    perancangan industri. Pada panel ini menggunakan sistem 3 fasa dan terpasang

    3 buah MCB sebagai pembagi kelompok untuk membatasi daya sebesar

    56.887,6 W, menggunakan kabel jenis kabel twisted 4x10 mm2 yang

    menghubungkan dari sumber jala-jala PLN. Panel ini dibagi menjadi 3

    kelompok yaitu :

    1. Kelompok R menggunakan kabel penghantar NYA 2,5 mm2 dan

    pengaman MCB 40 A yang melayani semua beban instalasi penerangan

    pada laboratorium perancangan industri.

    2. Kelompok S menggunakan kabel penghantar NYA 2,5 mm2 dan

    pengaman MCB 40 A yang melayani beban AC pada laboratorium

    perancangan industri.

    3. Kelompok T menggunakan kabel penghantar NYA 2,5 mm2 dan

    pengaman MCB 45 A yang melayani semua beban yang ada pada ruangan

    lain.

    4.2.3 Panel Gedung Agroindustri

    Pada panel ini melayani beban yang ada pada laboratorium pengujian

    mutu dan runagan yang lain. Pada panel ini terpasang sebuah MCCB 250 A

    dengan sistem 3 fasa, menggunakan kabel jenis kabel twisted 4x25 mm2 yang

  • 49

    menghubungkan dari sumber jala-jala PLN. Panel ini dibagi menjadi 9

    kelompok, 6 kelompok melayani beban pada ruangan lain. Sedang untuk 3

    kelompok khusus melayani beban sebesar 7.576 W dengan pembagian

    kelompok sebagai berikut :

    1. Kelompok R1 menggunakan kabel penghantar NYA 2,5 mm2 dan

    pengaman MCB 32 A yang melayani beban sebuah AC.

    2. Kelompok R2 menggunakan kabel penghantar NYA 2,5 mm2 dan

    pengaman MCB 32 A yang melayani beban sebuah AC yang lain di

    laboratorium pengujian mutu.

    3. Kelompok R3 menggunakan kabel penghantar NYA 2,5 mm2 dan

    pengaman MCB 32 A yang melayani beban semua instalasi penerangan

    dan instalasi daya yang ada di laboratoarium pengujian mutu.

    4.3 Data Beban pada Setiap Panel

    4.3.1 Panel Mini Plant

    Panel distribusi mini plant melayani 2 buah laboratorium yaitu

    laboratorium mini plant dan laboratorium agroindustri.

    a. Kelompok R1

    Tabel 4.1 Data Beban Pada Kelompok R1 Panel Mini Plant

    No Nama Beban Jumlah Daya (Watt)

    1 Mesin Pengaduk Bumbu 1 HP 2 1492

    2 Mesin Estruder 1 526

    3 Mesin Pengaduk 0,5 HP 1 373

    4

    Mesin Meat Separator (Mesin

    Pemisah Daging dan tulang

    ikan)

    1 1119

    5 Meat Ball Mixer (Mesin 1 2970

  • 50

    Pencampur Daging)

    6 Mesin Pembuat Es 1 820

    7 Mesin Pengemas Otomatis

    0,75 HP 1 559,5

    8 Mesin Pencampur 0,5 HP 2 746

    9 Cilling Cutter 1 2500

    10 Mesin Mixer Fomac 1 750

    11 Meat Grinder 1 240

    12 Mesin Spinner 0,75 HP 1 559,5

    13 Food Processor 650 W 2 1300

    14 Juicer 1 650

    15 Freezer 1 110

    16 Vacum Sealer 150 W 3 450

    17 Hand Sealer 1 300

    18 Blender 350 W 2 700

    19 Mixer 200 W 3 600

    20 Mesin Pompa Air 1x286 W 2 572

    Sub total 1 16.765

    b. Kelompok R2

    Tabel 4.2 Data Beban Pada Kelompok R2 Panel Mini Plant

    No Nama Beban Jumlah Daya (Watt)

    1 Lampu 1x10,5 W 11 115,5

    2 Dispenser 1 420

    3 Kipas Angin 110 W 2 220

    4 Printer 1 143

    5 Personal Computer 1 495

    6 Rice Cooker 1 395

    Sub total 2 1.788,5

    c. Kelompok S1

    Tabel 4.3 Data Beban Pada Kelompok S1 Panel Mini Plant

    No Nama Beban Jumlah Daya (Watt)

    1 Air Conditioning 1x900 W 1 900

    2 Air Conditioning 1x1680 W 1 1680

    3 Mesin Pompa Air 1x286 W 2 572

    Sub total 3 3.152

  • 51

    d. Kelompok S2

    Tabel 4.4 Data Beban Pada Kelompok S2 Panel Mini Plant

    No Nama Beban Jumlah Daya (Watt)

    1 Air Conditioning 1x1680 W 1 1680

    Sub total 4 1.680

    e. Kelompok T1

    Tabel 4.5 Data Beban Pada Kelompok T1 Panel Mini Plant

    No Nama Beban Jumlah Daya (Watt)

    1 Mesin Las 1x900 W 2 1800

    2 Meat Ball Machine (Pencetak Bakso) 1 1100

    3 Mesin Spray Dryer 1 650

    4 Mesin Spinner 1 1800

    5 Mesin Spinner 0,5 HP 1 373

    6 Mesin Pemotong 0,5 HP 1 373

    7 Mesin Pengering 1 150

    8 Mesin Pengaduk Dodol 0,75 HP 1 559,5

    9 Mesin Destilator 1 200

    10 Mesin Vacum Frying 1 220

    11 Mesin Penyangrai Kopi 1 175

    12 Mesin Pengemas 1 800

    13 Bowl Cutter (Adonan Bakso) 1 370

    14 Mesin Perajam 0,5 HP 1 373

    15 Mesin Adonan 0,5 HP 1 373

    16 Hand Sealer 1 400

    17 Food Cutter 1x750 W 1 750

    18 Food Cutter 1x650 W 1 650

    19 Mesin Gerinda Tangan 1x600 W 5 3000

    20 Mesin Bor Tangan 1x350 W 2 700

    21 Mesin Gerinda Duduk 1 350

    22 Kompressor 0,5 HP 1 373

    23 Mesin Parut 1 200

    24 Blender 1x350 W 2 700

    25 Blender 1x280 W 1 280

    26 Mixer 1 170

    Sub total 5 16.889,5

  • 52

    f. Kelompok T2

    Tabel 4.6 Data Beban Pada Kelompok T2 Panel Mini Plant

    No Nama Beban Jumlah Daya (Watt)

    1 Lampu 1x18 W 16 288

    2 CPU Komputer 1 660

    3 Monitor Komputer 1 330

    4 Printer Epson 1 110

    5 Dispenser 1x550 W 2 1100

    6 Dispenser 1x350 W 1 350

    7 Rice Cooker 1 77

    Sub total 6 2.915

    Total daya terpasang pada panel Mini Plant sebesar 43.190 W (Sub total 1

    s/d Sub total 6).

    4.3.2 Panel Perancangan Industri

    a. Kelompok R

    Tabel 4.7 Data Beban Pada Kelompok R Panel Perancangan Industri

    No Nama Beban Jumlah Daya (Watt)

    1 Lampu TL 1x92,4 W 4 369,6

    2 CPU Komputer 1x660 W 22 14520

    3 Monitor Komputer 1x330 W 22 7260

    4 UPS 1x1250 22 27500

    5 Printer Canon 1 120

    6 LCD 1 630

    7 Kipas Angin 1x85 W 1 85

    8 Kipas Angin 1x110 W 2 220

    9 Dispenser 1 350

    10 PC 1 1320

    11 Vacum Cleaner 1 1000

    12 Server Jaringan 1 33

    Sub total 1 53.407,6

  • 53

    b. Kelompok S

    Tabel 4.8 Data Beban Pada Kelompok S Panel Perancangan Industri

    No Nama Beban Jumlah Daya (Watt)

    1 Air Conditioning 1x900 W 2 1800

    2 Air Conditioning 1x1680 W 1 1680

    Sub total 2 3.480

    Total daya terpasang pada panel Perancangan Industri sebesar 56.887,6

    W (Sub total 1 + Sub total 2).

    4.3.3 Panel Gedung Agroindustri

    a. Kelompok R1

    Tabel 4.9 Data Beban Pada Kelompok R1 Panel Gedung Agroindustri

    No Nama Beban Jumlah Daya (Watt)

    1 Air Conditioning 1x980 W 1 980

    Sub total 1 980

    b. Kelompok R2

    Tabel 4.10 Data Beban Pada Kelompok R2 Panel Gedung Agroindustri

    No Nama Beban Jumlah Daya (Watt)

    1 Air Conditioning 1x900 W 1 900

    Sub total 2 900

    c. Kelompok R3

    Tabel 4.11 Data Beban Pada Kelompok R3 Panel Gedung Agroindustri

    No Nama Beban Jumlah Daya (Watt)

    1 Lampu TL 1x30 W 9 270

    2 Kipas Angin 1x90 W 2 180

    3 Kulkas 1 154

    4 Dispenser 1 350

  • 54

    5 Mikroskop Elektrik (Olympus CX21)

    1x1050 2 2100

    6 Timbangan Digital 1 12

    7 Magnetic Heated Stripper (HMS 79) 1 250

    8 Hor Air Oven (YCO-NO1) 1 250

    9 Alat Tembak Lem 1x20 W 4 80

    10 Mixer 1 200

    11 Blender 1x350 W 3 1050

    12 Food Cutter 1 650

    13 Vacum Sealer 1 150

    Sub total 3 5.696

    Total daya terpasang pada panel Gedung Agroindustri sebesar 7.576 W (Sub

    total 1 s/d Sub total 3).

    Berdasarkan data beban yang terdapat pada Tabel 4.1 - 4.11,

    didapatkan besar daya terpasang keempat laboratorium yang terdapat di

    Program Studi Agroindustri Jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan

    Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan sebesar 107.653,6 Watt.

    Dalam penggunaan peralatan tenaga listrik dikenal arus star yang bisa

    membuat jumlah daya meningkat sehingga diperlukan space atau margin

    penambahan daya apalagi untuk beban yang menggunakan motor listrik

    dengan star mempunyai arus pengasutan yang besar, maka pada

    Laboratorium di Program Studi Agroindustri Jurusan Teknologi Pengolahan

    Hasil Perikanan Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan diberikan

    margin daya ditambah sekitar 150 % dari daya terpasang menjadi P(space) =

    107.653,6 x 1,5 = 161.480,4 watt, sehingga total daya sebesar 269.134 Watt.

    Hasil penjumlahan secara lengkap untuk daya terpasang dapat dilihat pada

    Tabel 4.12

  • 55

    Tabel 4.12 Total Daya Terpasang Laboratorium Program Studi Agroindustri

    Nama Panel Kelompok Daya (Watt)

    Mini Plant

    R1 16.765

    43.190

    R2 1.788,5

    S1 3.152

    S2 1.680

    T1 16.889,5

    T2 2.915

    Perancangan Industri R 53.407,6

    56.887,6 S 3.480

    Gedung

    Agroindustri

    R1 980

    7.576 R2 900

    R3 5.696

    Sub Total 107.653,6

    Margin (space) 150 % 161.480,4

    TOTAL 269.134

    4.4 Analisis Pemilihan Penghantar

    Analisa untuk pemilihan jenis penghantar yaitu harus terlebih dahulu

    harus diketahui arus maksimum tiap beban (sebagai dasar KHAmin kabel yang

    akan digunakan). Sebagai contoh perhitungan diambil dari Panel Mini plant

    kelompok R1 beban Cilling Cutter dengan daya sebesar 2500 W. Berdasar

    rumus 2.2 didapatkan:

    Inom =

    Ampere

    =

    Ampere = 16,233 Ampere

    Berdasar rumus 2.4 didapat:

  • 56

    KHAmin = 1,2 x Inom

    = 1,2 x 16,233 = 19,481 Ampere

    Berdasarkan PUIL 2011 tabel 7.3-1 untuk jenis penghantar NYA 2,5 mm2,

    KHA = 32 Ampere. Berdasar rumus 2.5 diperoleh:

    KHAmaks = KHAPUIL x Fkt x Fkp

    = 32 x 1 x 0,95

    = 30,4 Ampere

    Terlihat bahwa KHAmaks sebesar 30,4 Ampere ≥ KHAmin sebesar

    19,481 Ampere, sehingga dari hasil perhitungan dan perencanaan jenis

    penghantar yang digunakan telah memenuhi syarat. Menurut PUIL 2011

    tabel 7.3-1 KHA 30,4 Ampere telah tepat menggunakan penghantar NYA

    dengan luas penampang 2,5 mm2. Hasil perhitungan secara lengkap

    untuk analisis penghantar pada beban lainnya dapat dilihat pada tabel 4.13

    Tabel 4.13 Hasil Analisis Penghantar Tiap Beban

    Nama

    Panel

    Kelom

    pok

    Nama

    Beban

    Daya

    (Watt)

    Inom

    (A)

    KHAmin

    (A)

    KHAmaks (A)

    Jenis/luas

    penampang

    kabel (mm2)

    Terpsg Analisis Terpsg Analisis

    Mini

    Plant R1

    Mesin

    Pengaduk

    Bumbu

    1492 9,688 11,626 32 30,4 NYA

    2,5 mm2

    NYA 1,5

    mm2

    Mesin

    Estruder 526 3,416 4,099 32 30,4

    NYA

    2,5 mm2

    NYA 1,5

    mm2

    Mesin

    Pengaduk 0,5

    HP

    373 2,422 2,906 32 30,4 NYA

    2,5 mm2

    NYA 1,5

    mm2

    Mesin Meat

    Separator

    (Mesin

    Pemisah

    1119 7,266 8,719 32 30,4 NYA

    2,5 mm2

    NYA 1,5

    mm2

  • 57

    Daging dan

    tulang ikan)

    Meat Ball

    Mixer

    (Mesin

    Pencampur

    Daging)

    2970 19,286 23,143 32 30,4 NYA

    2,5 mm2

    NYA 1,5

    mm2

    Mesin

    Pembuat Es 820 5,325 6,390 32 30,4

    NYA

    2,5 mm2

    NYA 1,5

    mm2

    Mesin

    Pengemas

    Otomatis

    0,75 HP

    559,5 3,633 4,360 32 30,4 NYA

    2,5 mm2

    NYA 1,5

    mm2

    Mesin

    Pencampur

    0,5 HP

    746 4,844 5,813 32 30,4 NYA

    2,5 mm2

    NYA 1,5

    mm2

    Cilling

    Cutter 2500 16,234 19,481 32 30,4

    NYA

    2,5 mm2

    NYA 1,5

    mm2

    Mesin Mixer

    Fomac 750 4,870 5,844 32 30,4

    NYA

    2,5 mm2

    NYA 1,5

    mm2

    Meat

    Grinder 240 1,558 1,870 32 30,4

    NYA

    2,5 mm2

    NYA 1,5

    mm2

    Mesin

    Spinner 0,75

    HP

    559,5 3,633 4,360 32 30,4 NYA

    2,5 mm2

    NYA 1,5

    mm2

    Food

    Processor

    650 W

    1300 8,442 10,130 32 30,4 NYA

    2,5 mm2

    NYA 1,5

    mm2

    Juicer 650 4,221 5,065 32 30,4 NYA

    2,5 mm2

    NYA 1,5

    mm2

    Freezer 110 0,714 0,857 32 30,4 NYA

    2,5 mm2

    NYA 1,5

    mm2

    Vacum

    Sealer

    150 W

    450 2,922 3,506 32 30,4 NYA

    2,5 mm2

    NYA 1,5

    mm2

    Hand Sealer 300 1,948 2,338 32 30,4 NYA

    2,5 mm2

    NYA 1,5

    mm2

    Blender

    350