SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK...

124
SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK PIDANA PEREDARAN NARKOTIKA GOLONGAN I DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA INDONESIA (Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 145. PK/PID.SUS/2016) Diajukan kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Nabila Salsabila NIM: 1113043000034 KONSENTRASI PERBANDINGAN HUKUM PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017

Transcript of SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK...

Page 1: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

SKRIPSI

SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK PIDANA PEREDARAN

NARKOTIKA GOLONGAN I DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA

ISLAM DAN HUKUM PIDANA INDONESIA

(Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 145. PK/PID.SUS/2016)

Diajukan kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Nabila Salsabila

NIM: 1113043000034

KONSENTRASI PERBANDINGAN HUKUM

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017

Page 2: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah
Page 3: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah
Page 4: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan kebutuhan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukanlah hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 05 Desember 2017

Nabila Salsabila

NIM: 1113043000034

Page 5: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

v

ABSTRAK

Nabila Salsabila. NIM: 1113043000034. Judul Skripsi ini adalah "Sanksi

Pengulangan (Resdivis) Tindak Pidana Peredaran Narkotika Golongan I Dalam

Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Indonesia (Analisis Putusan

Mahkamah Agung Nomor 145. PK/PID.SUS/2016)." Fokus utama studi ini adalah

bagaimana menganalisis penjatuhan sanksi bagi pelaku pengulangan (residivie)

tindak pidana peredaran narkotika golongan I dan ditinjau dari aspek hukum pidana

Islam dan hukum pidana Indonesia serta menganalisis dalam putusan Mahkamah

Agung No. 145/PK.PID.SUS/2016. Program Studi Perbandingan Mazhab Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439 H / 2017 M. x + 98 Halaman.

Studi ini bertujuan untuk mengetahui lebih mendalam mengenai: pertama,

penjatuhan sanksi bagi pelaku pengulangan (residivie) tindak pidana narkotika

golongan I dalam dua perspektif, yaitu hukum pidana Islam dan hukum pidana

Indonesia; kedua, analisis putusan dengan kasus yang terkait tindak pidana

pengulangan (residivis) peredaran narkotika golongan I dalam putusan Mahkamah

Agung No. 145. PK/PID.SUS/2016.

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian yuridis normatif

(penelitian hukum normatif), yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan meneliti

bahan pustaka atau data sekunder belaka. Sesuai dengan karakteristik kajiannya,

maka penelitian ini menggunakan metode library research (kajian kepustakaan)

dengan jenis penelitian kualitatif.

Studi ini menyimpulkan bahwa penjatuhan sanksi bagi pelaku pengulanganan

tindak pidana peredaran narkotika golongan I ditinjau dari aspek hukum pidana Islam

ialah dijatuhkannya sanksi had dan takzir, dan ditinjau dari aspek hukum pidana

Indonesia adalah berupa pidana pokok (denda, kurungan, penjara dan pidana mati),

lalu dengan jumlah/lamanya pidana bervariasi, untuk pidana penjara minimal 4

sampai 20 tahun dan seumur hidup dan juga adanya pemberatan pidana apabila tindak

pidana didahului dengan pemufakatan jahat, dilakukan secara terorganisir, dilakukan

oleh korporasi, dilakukan dengan menggunakan anak di bawah umur serta apabila

adanya pengulangan (residivie). Adapun untuk sanksi pengulangan (residivie) dalam

KUHP pada pasal 486 dan Pasal 144 ayat (1) Undang-undang No. 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

1/3 dari maksimum pidana yang diancamkan.

Kata Kunci : Residivis, Narkotika Golongan I

Pembimbing : 1. Dr. H. M. Nurul Irfan, M. Ag.

2. Muhammad Ainul Syamsu, SH, MH.

Daftar Pustaka: 1976 s/d 2016

Page 6: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur yang selalu penulis panjatkan kehadirat Allah SWT.

karena berkat limpahan rahmat, hidayah dan inayah-Nya maka skripsi ini

dapat diselesaikan dengan baik. Salam dan shalawat semoga selalu

tercurahkan pada Baginda Rasulullah Muhammad SAW.

Selanjutnya penulis ingin sampaikan rasa terima kasih yang tak

terhingga kepada semua pihak yang membantu kelancaran penulisan skripsi

ini, baik berupa dorongan moril maupun materiil. Tanpa bantuan dan

dukungan tersebut, sulit dan berat rasanya bagi penulis untuk menyelesaikan

penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis secara khusus ingin

menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Phil. Asep Saepudin Jahar, M.A., selaku Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum serta para Pembantu Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta;

2. Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si., selaku Ketua Program Studi

Perbandingan Madzhab dan Ibu Hj. Siti Hanna, S. Ag., Lc., MA., selaku

Sekretaris Program Studi Perbandingan Madzhab;

3. Bapak Dr. H. Abdul Halim, MA., selaku Dosen Penasehat Akademik

Penulis;

4. Bapak Dr. H. M. Nurul Irfan, M. Ag., dan Bapak Ainul Syamsu, SH, MH.,

selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan arahan, saran

dan ilmunya hingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik;

5. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mendidik dan mengajarkan

„Ilmu dan Akhlaq yang tidak ternilai harganya, sehingga penulis dapat

Page 7: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

vii

menyelesaikan studi di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta;

6. Pimpinan dan seluruh karyawan perpustakaan Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta;

7. Kedua orang tua tercinta Ayahanda dan Ibunda serta kakak dan adik, yang

telah mencintai penulis dengan segenap jiwa dan raga, baik doa maupun

dukungan sehingga dengan ridha mereka penulis mampu berada pada titik

seperti saat ini;

8. Sahabat penulis Suci Rahmawati, S. IP, Anya Kurniadi Putri, S. Sos,

Wayan Sri Fitriani, Sayidatu Syarifah, S. Sos, Miftahul Jannah, yang

selalu menemani dan menyemangati penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini.

9. Keluarga Besar PMH angkatan 2013 dan Ladies PMH 2013 yang telah

menemani serta memberi dukungan, sehingga penulis mampu

menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Sebagai akhir kata semoga Allah Subhanahu Wata’ala memberikan

balasan yang berlimpah atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis

sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Dan juga semoga apa yang telah

kalian berikan menjadi berkah dan amal kebajikan serta bermanfaat bagi kita

semua. Amin.

Jakarta, 05 Desember 2017

Penulis

Page 8: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI ................................ iii

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................... iv

ABSTRAK ................................................................................................................ v

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... viii

PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ......................................................................... 7

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................... 8

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 9

E. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 10

F. Metode dan Teknik Penelitian ......................................................... 11

G. Sistematika Penulisan ....................................................................... 14

BAB II SANKSI PIDANA DAN PENGULANGAN (RESIDIVIE) DALAM

HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA

A. Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana

Indonesia .......................................................................................... 16

1. Sanksi Pidana Dalam Hukum Islam ............................................ 16

2. Sanksi Pidana Dalam Hukum Indonesia ..................................... 20

B. Pengulangan (Residivie) Dalam Hukum Pidana Islam dan Hukum

Pidana Indonesia .............................................................................. 32

1. Pengulangan (Residivie) Dalam Hukum Pidana Islam ................ 32

Page 9: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

ix

2. Pengulangan (Residivie) Dalam Hukum Pidana Indonesia ......... 35

BAB III TINDAK PIDANA PEREDARAN NARKOTIKA GOLONGAN I

TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA DI

INDONESIA

A. Hukum Pidana Islam ........................................................................ 41

1. Pengertian Jarimah ...................................................................... 41

2. Macam-Macam Jarimah .............................................................. 43

3. Jarimah Pengedaran Narkotika .................................................... 47

B. Hukum Pidana di Indonesia ............................................................. 52

1. Pengertian Tindak Pidana .......................................................... 52

2. Tindak Pidana Khusus ............................................................... 57

3. Tindak Pidana Pengedaran Narkotika Golongan I ..................... 60

BAB IV ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 145.

PK/PID.SUS/2016

A. Isi Putusan Pengadilan Mahkamah Agung No. 145.PK/PID.SUS/2016

.......................................................................................................... 65

B. Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Pengulangan Tindak Pidana

Pengedaran Narkotika Golongan I Putusan Mahkamah Agung No.

145.PK/PID.SUS/2016 ...................................................................... 77

C. Analisis Hukum Pidana Di Indonesia Terhadap Pengulangan Tindak

Pidana Pengedaran Narkotika Golongan I Putusan Mahkamah Agung

No. 145.PK/PID.SUS/2016 ............................................................... 85

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................... 92

B. Saran ................................................................................................ 94

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 95

LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................................... 99

Page 10: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

x

PEDOMAN TRANSLITERASI

Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari tulisan

asing (terutama Arab) ke dalam tulisan Latin. Pedoman ini diperlukan

terutama bagi mereka yang dalam teks karya tulisnya ingin menggunakan

beberapa istilah Arab yang belum dapat diakui sebagai kata bahasa Indonesia

atau lingkup masih penggunaannya terbatas.

a. Padanan Aksara

Berikut ini adalah daftar akasara Arab dan padanannya dalam

aksara Latin:

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

ا

Tidak dilambangkan

بb

Be

تt

Te

ثts

te dan es

جj

Je

حh

ha dengan garis bawah

خkh

ka dan ha

دd

De

ذdz

de dan zet

رr

Er

زz

Zet

Page 11: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

xi

سs

es

شsy

es dan ye

صs

es dengan garis bawah

ضd

de dengan garis bawah

طt

te dengan garis bawah

ظz

zet dengan garis bawah

ع

koma terbalik di atas hadap

kanan

غgh

ge dan ha

فf

Ef

قq

Qo

كk

Ka

لl

El

مm

Em

نn

En

وw

We

هh

Ha

ء

Apostrop

يy

Ya

Page 12: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

xii

b. Vokal

Dalam bahasa Arab, vokal sama seperti dalam bahasa Indonesia,

memiliki vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

Untuk vokal tunggal atau monoftong, ketentuan alih aksaranya sebagai

berikut:

Tanda Vokal

Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

a Fathah ــــــــــ

i Kasrah ــــــــــ

u Dammah ــــــــــ

Sementara itu, untuk vokal rangkap atau diftong, ketentuan alih

aksaranya sebagai berikut:

Tanda Vokal

Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

_ي__ ai

a dan i

_و__ au

a dan u

c. Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa

Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal

Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

â ـــــاa dengan topi diatas

î ـــــىi dengan topi atas

Page 13: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

xiii

û ـــــوu dengan topi diatas

d. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan

huruf alif dan lam( ال ), dialihaksarakan menjadi huruf “l” (el), baik diikuti

huruf syamsiyyahatau huruf qamariyyah. Misalnya:

al-ijtihâd الإجثهاد =

الرخصة = al-rukhsah, bukan ar-rukhsah

e. Tasydîd (Syaddah)

Dalam alih aksara, syaddah atau tasydîd dilambangkan dengan

huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah.

Tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu

terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah.

Misalnya:

al-syuî ‘ah, tidak ditulis asy-syuf ‘ah = الشفعة

f. Ta Marbûtah

Jika ta marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri (lihat

contoh 1) atau diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2), maka huruf ta

marbûtah tersebut dialihaksarakan menjadi huruf “h” (ha). Jika huruf ta

marbûtah tersebut diikuti dengan kata benda (ism), maka huruf tersebut

dialihasarakan menjadi huruf “t” (te) (lihat contoh 3).

No Kata Arab Alih Aksara

syarî ‘ah شزيعة 1

al- syarî ‘ah al-islâmiyyah الشزيعة الإسلامية 2

Muqâranat al-madzâhib مقارنة المذاهب 3

Page 14: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

xiv

g. Huruf Kapital

Walau dalam tulisan Arab tidak dikenal adanya huruf kapital,

namun dalam transliterasi, huruf kapital ini tetap digunakan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Perlu

diperhatikan bahwa jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka

huruf yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri

tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Misalnya, البخاري = al-

Bukhâri, tidak ditulis al-Bukhâri.

Beberapa ketentuan lain dalam EYD juga dapat diterapkan dalam

alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring atau cetak

tebal. Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama yang berasal

dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meski akar

kara nama tersebut berasal dari bahasa Arab. Misalnya: Nuruddin al-

Raniri, tidak ditulis Nûr al-Dîn al-Rânîrî.

h. Cara Penulisan Kata

Setiap kata, baik kata kerja (fi’l), kata benda (ism) atau huruf

(harf), ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara

dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan di atas:

No Kata Arab Alih Aksara

al-darûrah tubîhu al-mahzûrât الضرورة تبيح المحظورات 1

al-iqtisâd al-islâmî الإقتصاد الإسلامي 2

usûl al-fiqh أصول الفقه 3

al-‘asl fi al-asyyâ’ al-ibâhah الأصل في الأشياء الإباحة 4

al-maslahah al-mursalah المصلحة المرسلة 5

Page 15: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kata narkotika bukan lagi istilah asing bagi masyarakat mengingat begitu

banyak berita, baik dari media cetak maupun elektronik yang memberikan informasi

tentang penggunaan narkotika dan bagaimana korban dari berbagai kalangan dan usia

berjatuhan akibat penggunaannya.1

Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1997, pengertian

narkotika adalah:

Pasal 1

Zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis

maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan

dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-

golongan sebagaimana terlampir dalam undang- undang (UU No. 22 Tahun

1997) atau kemudian ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan.

Ketersediaan narkotika di satu sisi merupakan obat yang bermanfaat di bidang

pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan namun

di sisi lain menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila

disalahgunakan. Untuk melakukan pencegahan dan penyediaan narkotika demi

kepentingan pengobatan dan pelayanan kesehatan, maka salah satu upaya pemerintah

ialah dengan melakukan pengaturan secara hukum tentang pengedaran, impor,

ekspor, menanam, penggunaan narkotika secara terkendali dan dilakukan pengawasan

yang ketat.

Untuk mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap

narkotika yang sangat merugikan dan membahayakan kehidupan masyarakat, bangsa,

dan Negara, maka diperlukan perubahan UU Nomor 22 Tahun 1997 Tentang

1AR. Sujono, Komentar dan Pembahasan Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), h. 1

Page 16: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

2

Narkotika, untuk mengatur upaya pemberantasan terhadap tindak pidana narkotika

melalui ancaman sanksi pidana, yaitu berupa: pidana penjara, pidana seumur hidup,

atau pidana mati. Di samping itu, UU Nomor 35 Tahun 2009 juga mengatur

mengenai pemanfaatan Narkotika untuk kepentingan pengobatan dan kesehatan serta

mengatur tentang rehabilitasi medis dan sosial.2

Sebagaimana diketahui kejahatan narkotika sudah sedemikian rupa sehingga

perlu pengaturan yang sangat ketat bahkan cenderung keras. Perumusan ketentuan

pidana yang berkaitan dengan pemberantasan tindak pidana narkotika dan prekursor

narkotika telah dirumuskan sedemikian rupa dengan harapan akan efektif serta

mencapai tujuan yang dikehendaki, oleh karena itu penerapan ketentuan pidana

Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika haruslah pula dilakukan

secara ekstra hati-hati. Pemahaman yang benar atas setiap ketentuan pidana yang

telah dirumuskan akan menghindari kesalahan dalam praktik.

Setidaknya ada dua hal pokok yang dapat ditemukan dari rumusan pidana

dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yaitu adanya

semangat memberantas peredaran tindak pidana narkotika dan prekursor narkotika

serta perlindungan terhadap pengguna narkotika. Konsekuensi kedua semangat

tersebut adalah peredaran tindak pidana narkotika dan prekursor narkotika diberikan

sanksi keras, sedangkan pengguna narkotika didorong memperoleh perawatan melalui

rehabilitasi. Semangat memberantas peredaran tindak pidana narkotika dan prekursor

narkotika serta melindungi pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika

dengan mendorong menjalani rehabilitasi medis maupun rehabilitasi sosial tidak

hanya merupakan slogan semata, bahkan dirumuskan sebagai tujuan Undang-undang

Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika sebagaimana Pasal 4 huruf c dan d sebagai

berikut:

2 Siswanto S, Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika, (Jakarta: PT Rineka Cipta

2012), h. 1

Page 17: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

3

Pasal 4

c. memberantas peredaran gelap Narkotika dan prekursor Narkotika

d. menjamin pengaturan upaya rehabilitasimedis dan sosial bagi

penyalahguna dan pecandu Narkotika.

Itu berarti bahwa ada pemisahan besar berkaitan dengan pengaturan ketentuan

Pidana UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, yaitu:

1. Mengenai pemberantasan peredaran narkotika dan;

2. Mengenai penyalah guna narkotika dan pecandu narkotika.

Pemberantasan peredaran narkotika ditemukan antara lain dalam ketentuan

Pasal 111 sampai dengan Pasal 126 UU No. 35 Tahun 2009, hanya dapat dikenakan

kepada seorang dalam kerangka "peredaran" baik dalam perdagangan bukan

perdagangan maupun pemindahtanganan, untuk kepentingan pelayanan kesehatan

dan pengembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi (Pasal 35), sehingga tidak boleh

begitu saja secara serampangan misalnya seorang penyalahguna narkotika diajukan

ke persidangan dan dikenakan ketentuan-ketentuan tersebut. Disadari dan diperlukan

ketelitian dan kehati-hatian dalam menentukan apakah penyalahguna narkotika atau

pengedar narkotika. Penegak hukum khususnya para hakim harus berhati-hati dalam

menjatuhkan pidana yang didasarkan ketentuan Pasal 111 sampai Pasal 126,

pemeriksaan haruslah dilakukan dengan teliti dan cermat. Jumlah narkotika sebagai

barang bukti serta keterangan para saksi juga ahli setidak-tidaknya dapat dijadikan

acuan apakah benar-benar sebagai penyalahguna atau memang ada motif berkaitan

dengan "peredaran" narkotika dan prekursor narkotika.Bisa jadi dalam jumlah yang

menurut penilaian rasional sedikit, namun apabila dengan pemeriksaan yang teliti

oleh saksi ahli dinyatakan jumlah yang sedikit bukanlah merupakan jumlah yang

wajar untuk dipakai/digunakan sendiri. Sehingga jumlah yang menurut penilaian

rasional sedikit bukanlah jaminan akan dikonsumsi sendiri, bisa terjadi dari jumlah

Page 18: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

4

yang sedikit terbukti sebagian dari peredaran. Pembahasan unsur-unsur dari pasal

ketentuan pidana Pasal 111 UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dapat

dikemukkan sebagai berikut3:

Pasal 111

(1) setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menanam,

memelihara,memiliki,menyimpan, menguasai, atau menyediakan

NarkotikaGolongan I dalam bentuk tanaman, dipidana dengan pidana

penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas)

tahun dan pidana paling sedikit Rp. 800.000.000 (delapan ratus juta

rupiah) dan paling banyak Rp. 800.000.000.000 (delapan miliar rupiah).

(2) dalam hal perbuatan menanam, memelihara, memiliki, menyimpan,

menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk

tanaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beratnya melebihi 1 (satu)

kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon, pelaku dipidana penjara

paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan

pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di tambah

1/3 (sepertiga).

Dalam Islam hukum tentang Narkotika memang tidak secara tersurat

membahas hukum persoalan ini tetapi jelas terdapat keharaman Narkotika dengan

cara menqiyaskan dengan perbuatan lain yakni, Syurbu Al-khamr (Meminum

Khamr).Terdapat illat yang dapat menyamakan keduanya, ialah sama-sama

menyebabkan mabuk. Setiap jenis dan bentuk obat-obatan terlarang yang terus

bermunculan setelah enam abad pertama adalah haram sama seperti minuman keras.

Karena semuanya memiliki efek mengacaukan kesadaran akal.Semua bahaya dan

dampak buruk minuman keras ada pada semua jenis narkotika dan obat-obatan

terlarang.Bisnis narkotika dan obat-obatan terlarang baik membeli, menjual,

menyelendupkan, mengedarkan dan memasarkan adalah haram.4

3AR. Sujono, Komentar dan Pembahasan Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika, h. 226

4Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu Jilid 7, (Damaskus: Darul Fikr 2007), h. 457

Page 19: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

5

Dijelaskan dari pengqiyasan antara khamr dan narkotika di Al-Qur‟an dan

Hadits sebagai berikut:

(

09)

(09)

Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamr,

berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah5, adalah

Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar

kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak

menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum)

khamr dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan

sembahyang; Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu)”.(Qs.

Al-Maidah / 5: 90-91)

Dalam hadits Ibnu „Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa

sallam menyatakan:

وكل مسكر حرام كل مسكر خر

Artinya: “Setiap yang memabukan adalah khamr dan setiap khamr adalah

haram.” (HR. Muslim no. 2003)

5Al Azlaam artinya: anak panah yang belum pakai bulu. orang Arab Jahiliyah menggunakan

anak panah yang belum pakai bulu untuk menentukan Apakah mereka akan melakukan suatu

perbuatan atau tidak. Caranya Ialah: mereka ambil tiga buah anak panah yang belum pakai bulu.

setelah ditulis masing-masing Yaitu dengan: lakukanlah, jangan lakukan, sedang yang ketiga tidak

ditulis apa-apa, diletakkan dalam sebuah tempat dan disimpan dalam Ka'bah. bila mereka hendak

melakukan sesuatu Maka mereka meminta supaya juru kunci ka'bah mengambil sebuah anak panah itu.

Terserahlah nanti Apakah mereka akan melakukan atau tidak melakukan sesuatu, sesuai dengan tulisan

anak panah yang diambil itu. kalau yang terambil anak panah yang tidak ada tulisannya, Maka undian

diulang sekali lagi.

Page 20: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

6

حمولة ن انس قال: لعن رسول الله ص ف الخمر عشرة: عاصرىا و معتصرىا و شارب ها و حاملها و ع

الد

شت راة لو. )رواه التمذى و ابن ما

شتي لذا و الد

جو ف نيل اليو و ساقي ها و بائعها و آكل ثنها و الد

(471: 5الاوطار

Artinya: Dari Anas ia berkata, “Rasulullah SAW melaknat tentang khamr

sepuluh golongan : 1.yang memerasnya, 2.pemiliknya (produsennya), 3.yang

meminumnya, 4. yang membawanya (pengedar), 5. yang minta diantarinya, 6.

yang menuangkannya, 7. yang menjualnya, 8. yang makan harganya, 9. Yang

membelinya, 10. yang minta dibelikannya”.(HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

(dalam Nailul Authar juz 5 hal. 174).

Para ulama sepakat para pelaku khamr ditetapkan sanksi hukum had, yaitu

hukum dera sesuai dengan berat ringannya tindak pelanggaran yang dilakukan oleh

seseorang. Terhadap pelaku pidana yang mengonsumsi minuman memabukkan

dan/atau obat-obat yang membahayakan, sampai batas yang membuat gangguan

kesadaran, menurut pendapat Imam Abu Hanifah dan Imam Malik akan dijatuhkan

hukuman cambuk sebanyak 80 kali. Menurut Imam Syafii hukumannya hanya 40

kali. Namun pada riwayat yang menegaskan bahwa jika pemakai setelah dikenai

sanksi masih melakukan beberapa kali (empat kali) maka hukumannya adalah

hukuman mati. Sanksi tersebut dikenakan kepada para pemakai yang telah mencapai

usia dewasa dan berakal sehat, bukan atas keterpaksaan, dan mengetahui kalau benda

yang di konsumsinya memabukkan.6

Namun di sini penulis akan lebih menspesifikasikan tentang inti penulisan

skripsi ini, bukan tentang tindak pidana narkotika semata melainkan tentang residivie

(pengulangan) pada tindak pidana Narkotika khususnya untuk pengedar gelap

narkotika golongan I mengingat betapa sangat berkembangnya bisnis

pengkontribusian narkotika yang sehingga kerap kali didapat para pelaku tindak

6 Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam (Jakarta: Sinar Grafika 2007), h. 101

Page 21: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

7

pidana ini melakukan kembali pelanggaran tersebut. Dalam UU Narkotika di atur

pada Pasal 144 tentang residivie narkotika yaitu:

Pasal 144

(1) setiap orang yang dalam jangka waktu3 tahunmelakukanpengulangan

tindak pidana sebagaimana di maksud dalam Pasal 111, Pasal 112,

Pasal 113, Pasal 114, Pasal 115, Pasal 116, Pasal 117, Pasal 118, Pasal

119, Pasal 120, Pasal 121, Pasal 122, Pasal 123, Pasal 124, Pasal 125,

Pasal 126, Pasal 127 ayat (1), Pasal 128 ayat (1), dan Pasal 129 pidana

maksimumnya ditambah dengan 1/3 (sepertiga).

(2) Ancaman dengan tambahan 1/3 (sepertiga) sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) tidak berlaku bagi pelaku tindak pidana yang dijatuhi

dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara

20 (dua puluh) tahun.

Tindak pidana peredaran gelap narkotika khususnya pada golongan I ini akan

di bahas beserta sanksinya melalui dua sudut pandang kacamata, yaitu dari sisi

hukum positif Indonesia dan Hukum Islam dalam perspektif Fiqh Jinayah. Untuk itu

penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian ini dan menuangkannya dalam

bentuk Skripsi yang berjudul "Sanksi Pengulangan (Residivie) Tindak Pidana

PeredaranNarkotika Golongan I dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan

Hukum Pidana Indonesia (Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 145.

PK/PID.SUS/2016)".

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, beberapa masalah

yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Bagaimana proses hukum perkara pidana dalam hukum pidana Islam dan hukum

pidana di Indonesia dalam pengulangan tindak pidana?

2. Apakah persamaan dan keterkaitan antara hukum pidana Islam dan hukum pidana

di Indonesia dalam pengulangan tindak pidana?

Page 22: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

8

3. Bagaimana tindak pidana atau jarimah pengedaran narkotika golongan I?

4. Bagaimana penjatuhan sanksi pengulangan tindak pidana dalam hukum pidana

Islam dan hukum pidana di Indonesia?

5. Bagaimana penjatuhan sanksi pengulangan tindak pidana pengedaran narkotika

dalam hukum pidana Islam dan hukum pidana di Indonesia?

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah

Penelitian ini menjelaskan apa sebetulnya dan bagaimana pola pengaturan

tentang pengulangan tindak pidana pengedar narkotika golongan I serta bagaimana

penjatuhan sanksi hukum dari apa yang telah terkandung didalam hukum pidana

Islam dan hukum pidana di Indonesia

Untuk mendapatkan pembahasan yang objektif, maka dalam skripsi ini

penulis membatasi, meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Pengulangan yang penulis maksud terdapat dalam hal seseorang telah di

pidana yang berdiri sendiri, di antara perbuatan mana satu atau lebih telah

dijatuhi hukuman oleh pengadilan.7

2. Tindak pidana peredaran narkotika yang penulis maksud adalah orang

yang melakukan kegiatan penyaluran narkotika. Narkotika golongan I

adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan

ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai

potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.

Antara lain : Tanaman koka, tanaman ganja, opium, MDMA, Amfetamin,

ekstasi, selanjutnya ada 65 Jenis (Lampiran I UU Narkotika).8

7 Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, (Jakarta: Raja Grafindo Persada: 2010), h.191

8http://iusyusephukum.blogspot.co.id/2015/10/makalah-tentang-narkoba-menurut-

hukum.html

Page 23: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

9

3. Hukum pidana Islam yang penulis maksud, adalah Fiqh Jinayah yang

membahas tentang sanksi pengulangan, khususnya tindak pidana

peredaran narkotika golongan I.

4. Hukum Pidana Indonesia yang penulis maksud, adalah peraturan

perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

Dari pembahasan masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana analisis hukum pidana Islam terhadap penjatuhan sanksi yang

diberikan kepada pelaku pengulangan tindak pidana peredaran narkotika

golongan I dalam putusan Mahkamah Agung No. 145.

PK/PID.SUS/2016?

2. Bagaimana analisis hukum pidana Indonesia terhadap penjatuhan sanksi

yang diberikan kepada pelaku pengulangan tindak pidana peredaran

narkotika golongan I dalam putusan Mahkamah Agung No. 145.

PK/PID.SUS/2016?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini selain bertujuan untuk memenuhi tugas akademik guna

memperoleh gelar Sarjana Hukum Strata I Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, juga didorong beberapa

tujuan yang berkaitan dengan isi pembahasan di dalamnya::

a. Untuk mengetahui penjatuhan sanksi pengulangan tindak pidana

peredaran narkotika golongan I.

b. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan antara hukum pidana

Islam dan hukum pidana Indonesia terhadap sanksi pengulangan

tindak pidana peredaran narkotika golongan I.

Page 24: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

10

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi Program Studi Perbandingan Mazhab, Konsentrasi

Perbandingan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Memberi sumbangan pemikiran dan menambah literatur mengenai

sanksi pengulangan tindak pidana pengedar narkotika dan juga

sumbangan pemikiran bagi khazanah ilmu pengetahuan dan literasi

pada Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

c. Manfaat Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi pemikiran atau informasi awal bagi penelitian

selanjutnya.

d. Manfaat Praktis, dengan adanya penelitian ini dapat digunakan

sebagai bahan acuan atau pertimbangan bagi hakim atau pihak-pihak

yang terkait dalam mempertimbangkan suatu perkata yang

berkenaan dengan pengaruh maaf bagi pelaku tindak pidana serta

solusi hukum yang tepat dan bisa diterapkan di pengadilan.

E. Tinjauan Pustaka

Berbicara mengenai pengulangan tindak pidana, sudah ada skripsi dan buku-

buku atau penelitian yang membahas tentang pengulangan dan sanksinya. Misalnya,

pada pembahasan sebelumnya dari pelacakan ilmiah Mahasiswa (skripsi) di Fakultas

Hukum Universitas Andalas tahun 2008 terdapat skripsi yang ditulis oleh Bobby

Arneldi, yang berjudul "Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Sebagai

Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Pelaku Tindak

Pidana Narkotika di Pengadilan Negeri Kelas 1 A Padang"dalam skripsinya

membahas tentang pengulangan kejahatan berupa narkotika yang di tekankan pada

praktik lapangan pada pengadilan Negeri Kelas I A Padang dan membahas

Page 25: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

11

tentangpertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap pelaku pidana

narkotika (residivie). 9

Skripsi selanjutnya berjudul "Analisis Yuridis Sosiologis Tentang

Penyelesaian Pengulangan Tindak Pidana Oleh Anak Pasca Disahkannya

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak (Studi Kasus

Perkara Nomor 12/Pid.Sus/2014/PN.Smg)"oleh Dewi Arifah dari Fakultas Hukum

Universitas Negeri Semarang tahun 2015.Dalam penelitian ini yang menjadi

permasalahan adalah bagaimana penyelesaian perkara anak dalam kasus Nomor

12/Pid.Sus/2014/PN.Smg dan bentuk perlindungan hukum terhadap anak dalam

memutuskan perkara recidive dengan nomor perkara 12/Pid.Sus/2014/PN.Smg.10

Dari uraian di atas, sudah ada literatur yang membahas tentang pengulangan

(residive) secara umum. Untuk itu di sini penulis membedakan serta lebih

memfokuskan penulisan skripsi mengenai "Sanksi Pengulangan (Residivie) Tindak

Pidana Peredaran Narkotika Golongan I dalam Perspektif Hukum Pidana Islam

dan Hukum Pidana Indonesia (Analisis PutusanMahkamah Agung No. 145.

PK/PID.SUS/2016)"

F. Metode dan Teknik Penelitian

1. Jenis Penelitian

Untuk penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif, yaitu

suatu strategi inquiri yang menekankan pencarian makna, pengertian, konsep,

9Bobby Arneldi, Pengulangan Tindak Pidana(Residivis) Sebagai Pertimbangan Hakim

Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Narkotika di Pengadilan Negeri Kelas

1 A Padang, (Fakultas Hukum Universitas Andalas, 2008)

10Dewi Arifah, Analisis Yuridis Sosiologis Tentang Penyelesaian Pengulangan Tindak

Pidana Oleh Anak Pasca Disahkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan

Anak (Studi Kasus Perkara Nomor 12/Pid.Sus/2014/PN.Smg), (Fakultas Hukum Universitas Negeri

Semarang, 2005)

Page 26: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

12

karakteristik, gejala, simbol, maupun deskripsi tentang suatu fenomena; fokus dan

multimetode, bersifat alami dan holistik; mengutamakan kualitas, menggunakan

beberapa cara, serta disajikan secara narratif. Dapat dikatakan pula penelitian

kualitatif adalah untuk menemukan jawaban terhadap suatu fenomena atau

pertanyaan melalui aplikasi prosedur ilmiah secara sistematis.11Penelitian ini

merupakan penggabungan dari penelitian normatif dan penelitian empiris.

Penelitian normative dilakukan dengan cara mempelajari data-data sekunder

berupa buku-buku dan perundang-undangan yang terkait dengan masalah yang

dibahas. Sedangkan penelitian empiris dilakukan dengan menganalisa penetapan

Mahkamah Agung.

2. Pendekatan Penelitian

Dalam menghimpun bahan yang dijadikan skripsi dalam penelitian ini

penulis menggunakan pendekatan penelitian yuridis normatif (penelitian hukum

normatif), yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan meneliti bahan pustaka

atau data sekunder belaka.12

Sesuai dengan karakteristik kajiannya, maka

penelitian ini menggunakan metode library research (kajian kepustakaan) dengan

pendekatan kualitatif.

Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin dalam bukunya yang

berjudul metode penelitian hukum menjelaskan bahwa pada penelitian hukum

normatif, peraturan perundangan yang menjadi objek penelitian menjadi sumber

data primer dalam penelitian yang dilakukan.13

Maka dalam skripsi ini penulis

mengkaji ketentuan-ketentuan yang termuat dalam berbagai aturan pidana dalam

hukum pidana Islam dan KUHP atau Undang-Undang.

11

Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan, (Jakarta:

Kencana, 2014), h.329.

12Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat),

(Jakarta: Rajawali Perss,2001), h.13.

13 Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta:

Lembaga Penelitian, 2010), h. 38.

Page 27: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

13

3. Sumber Data

Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data

yaitu dengan menggunakan study pustaka (library research). Studi pustaka dalam

penelitian ini dilakukan guna mengeskplorasi teori-teori tentang konsep dan

pemahaman khususnya terkait dengan tema penelitian yakni sistem pemrosesan

perkara pidana dalam hukum pidana Islam dan hukum pidana di Indonesia, dan

mengulas penetapan perkara yang dikeluarkan Mahkamah Agung dalam perkara

peredaran narkotika.

4. Jenis Data

Data-data yang dipergunakan dalam penelitian skripsi ini dapat dibedakan

menjadi tiga, yaitu:

a. Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat,dalam hal ini adalah

kitab-kitab, buku-buku dan literatur yang berkaitan dengan hukum pidana

Islam dan hukum pidana Indonesia dalam penjatuhan sanksi pengulangan

(residivie) tindak pidana peredaran narkotika golongan I. Putusan

Pengadilan Negeri Jakarta Barat dan putusan Mahkamah Agung terkait

kasus peredaran narkotika yang penulis teliti,

b. Sekunder, yaitu yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum

primer, seperti misalnya, hasil-hasil penelitian, hasil karya dari kalangan

hukum, serta beberapa pendapat yang bisa mendukung penelitian ini dan

seterusnya.

c. Tersier, yakni bahwa yang memberikan petunjuk maupun penjelasan

terhadap bahan hukum primer dan sekunder; contohnya kamus,

ensiklopedia, dan media elektronik yang berkaitan dengan pembahasan.

Page 28: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

14

5. Analisis Data

Dari bahan hukum yang sudah terkumpul baik bahan hukum primer

maupun bahan hukum sekunder penulis klasifikasikan.Setelah itu penulis

menganalisis menggunakan metode kualitatif,14

yaitu menggunakan penafsiran

hukum, penalaran hukum dan argumentasi rasional.Kemudian data tersebut

penulis uraikan dalam bentuk narasi sehingga menjadi kalimat yang jelas dan

dapat dipahami. Metode analisis data dugunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Content Analysis (Analisis Isi) yaitu dengan menganalisis putusan

Pengadilan Negeri Jakarta dan Mahkamah Agung dalam perkara

peredaran narkotika.

b. Komparasi yaitu dengan membandingkan penetapan penjatuhan sanksi

pada pelaku pengulangan tindak pidana peredaran narkotika golongan I

dalam hukum pidana Islam dan hukum pidana Indonesia.

6. Teknis Penulisan

Teknik penulisan dalam pembuatan skrips ini mengacu kepada buku

pedoman penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Syarif Hidayatullah

Jakarta tahun 2017.15

G. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan penelitian ini, sama halnya dengan sistematika penulisan

pada penelitian-penelitian lainnya, yaitu dimulai dari kata pengantar, daftar isi, dan

dibagi menjadi bab dan sub bab serta diakhiri dengan kesimpulan dan saran. Untuk

lebih jelasnya pembagian bab-bab sebagai berikut:

BAB I Merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari latar belakang

masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan rumusan

14

Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan,h. 400.

15 Fakultas Syariah dan Hukum Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017, Buku Pedoman

Penulisan Skripsi, (Jakarta:Fakultas Syariah dan Hukum Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017).

Page 29: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

15

masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, metode dan teknik

penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan umum sanksi dan pengulangan (residivie), terbagi

menjadi dua sub bab, yang pertama tinjauan umum tentang

sanksi menurut hukum pidana Islam dan hukum pidana di

Indonesia dan yang kedua tinjauan umum tentang pengulangan

(residivie) menurut hukum pidana Islam dan hukum pidana di

Indonesia.

BAB III Tindak pidana pengedaran narkotika golongan I yang terdiri

dari dua sub bab, yang pertama tentang pengertian

Jarimahyang kedua tentang macam-macam jarimah dan

jarimah pengedar narkotika, yang ketiga dan keempat tindak

pidana pengedar narkotika menurut hukum pidana Islam dan

yang sub bab kedua, tentang pengertian tindak pidana, tindak

pidana khusus dan tindak pidana peredaran narkotika

golongan I menurut hukum pidana di Indonesia.

BAB IV merupakan pembahasan inti, yaitu tinjauan hukum pidana

Islam dalam putusan Mahkamah Agung No. 145.

PK/PID.SUS/2016. meliputi; analisis penjatuhan sanksi

pengulangan tindak pidana pengedaran narkotika dalam hukum

pidana Islam dan hukum pidana di Indonesia

BAB V Penutup, yang terdiri dari dua sub bab, yang pertama

kesimpulan dan yang kedua saran-saran.

Page 30: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

16

BAB II

SANKSI PIDANA DAN PENGULANGAN (RESIDIVIE) DALAM HUKUM

PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA

A. Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana di Indonesia

1. Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Islam

Hukuman dalam bahasa Arab disebut 'uqubah. Lafaz 'uqubah menurut

bahasa berasal dari kata عقب yang sinomimnya خلفهو جاء بعقبةartinya

mengiringnya dan datang dibelakangnya.16

Dalam pengertian yang agak

mirip dan mendekati pengertian istilah, barangkali lafaz tersebut bisa diambil

dari lafaz عاقب yang sinonimnya جزاه سواء بما فعل, artinya membalasnya sesuai

dengan apa yang dilakukannya.17

Dari pengertian yang pertama dapat dipahami bahwa sesuatu disebut

hukuman karena ia mengiringi perbuatan dan dilaksanakan sesudah

perbuatan itu dilakukan. Sedangkan dari pengertian yang kedua dapat

dipahami bahwa sesuatu disebut hukuman karena ia merupakan balasan

terhadap perbuatan menyimpang yang telah dilakukannya.

Tujuan dijatuhkannya hukuman adalah untuk memperbaiki keadaan

manusia, menjaga dari kerusakan, menyelamatkan dari kebodohan, menuntun

dan memberikan petunjuk dari kesesatan, mencegah dari kemaksiatan, serta

merangsang untuk berlaku taat.18

16

Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Fikih Jinayat (Jakarta:

Sinar grafika, 2004), h. 13

17W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1976),

h. 364

18Abdul Qadir Audah, At-Tasyri' al-Jina'I al-Islamiy Muqaranan bil Qanun Wad'iy,

Penerjemah TimTsalisah.Hukum Pidana Islam ( Bogor: PT Kharisma Ilmu), hlm.19

Page 31: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

17

Kaidah dasar yang menjadi asas hukuman dalam hukum Islam

dipertalikan kepada dua dasar pokok19

:

a. Sebagian bertujuan untuk memerangi tindak pidana tanpa

memedulikan si pelaku tindak pidana.

b. Sebagian yang lain bertujuan untuk memerhatikam si pelaku tanpa

melalaikan tujuan untu memerangi tindak pidana.

Maksud pokok hukuman atau sanksi adalah untuk memelihara dan

menciptakan kemaslahatan manusia dan menjaga mereka dari hal-hal yang

mafsadah,karena Islam itu sebagai rahmatan lil' alamin, untuk memberi

petunjuk dan pelajaran kepada manusia. Hukuman atau sanksi ditetapkan

demikian untuk memperbaiki individu menjaga masyarakat dan tertib sosial.

Bagi Allah sendiri tidaklah akan mendharatkan kepada-Nya apabila manusia di

muka bumi ini melakukan kejahatan dan tidak akan memberi manfaat kepada

Allah apabila manusia di muka bumi taat kepada-Nya.20

Terakhir hukuman itu

harus bersifat umum: maksudnya berlaku bagi semua orang, karena semua

manusia sama dihadapkan hukum.21

a. Tujuan dan Macam-Macam Hukum

1) Tujuan Hukuman

Hukuman diterapkan meskipun tidak disenangi dengan

mencapai kemaslahatan bagi individu dan masyarakat. Dengan

demikian, hukuman yang baik adalah22

:

(a) Harus mampu mencegah seseorang dari berbuat maksiat.

Atau menurut ibn Hammam dalam Fathul Qadir bahwa

19

Ibid, h. 20

20Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Fikih Jinayat, h. 137

21Ibid,. h. 138

22A. Dzajuli, Fiqh Jinayah, Upaya Menanggulangi Kejahatan dalam Islam, (Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2000), h. 26

Page 32: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

18

hukuman atau sanksi itu untuk mencegah sebelum

terjadinya perbuatan (preventif) dan menjeratkan setelah

terjadinya perbuatan (represif).23

(b) Batas tertinggi dan terendah suatu hukuman sangat

tergantung kepada kebutuhan masyarakat maka hukuman

diperberat. Demikian pula sebaliknya bila kebutuhan

kemaslahatan masyarakat menghendaki ringannya

hukuman, maka hukumannya diperingan.24

(c) Memberikan hukuman kepada orang yang melakukan

kejahatan itu bukan berarti membalas dendam, melainkan

sesungguhnya untuk kemaslahatannya, seperti dikatakan

oleh ibn Taimiyah bahwa sanksi atau hukuman itu

disyariatkan sebagai rahmat Allah bagi hamba-Nya dan

sebagai cerminan dari keinginan Allah untuk ihsan kepada

hamba-Nya. Oleh karena itu sepantasnyalah bagi orang

yang memberikan hukuman kepada orang lain atas

kesalahannya harus bermaksud melakukan ihsan dan

memberi rahmat kepadanya, seperti seorang bapak yang

memberi pelajaran kepada anaknya dan seperti seorang

dokter yang mengobati pasiennya.

(d) Hukuman adalah upaya terakhir dalam menjaga seseorang

supaya tidak jatuh ke dalam maksiat. Sebab dalam konsep

Islam seorang manusia akan terjaga dari berbuat jahat.

2) Macam-macam Hukuman

23

Imam As-Syawkani, Fathul Qadir, IV, (Beirut-Libanon, 2007), cet-4, h. 12.

24Al-Mawardi, Al-Ahkam as-Sulthaniyah, (Maktabah Ibn Dar Qutaibah-Kuwait, 1989), h. 206

Page 33: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

19

Hukuman dibagi menjadi beberapa macam sesuai dengan

tindak pidananya.

(a) Hukuman ditinjau dari segi terdapat atau tidak terdapat nashnya

dalam al-Quran dan al-Hadits. Maka hukuman dapat menjadi dua:

1. Hukuman yang ada nashnya, yaitu hudud, qishash, diyat, dan

kafarah , misalnya, hukuman bagi pezina, pencuri, perampok,

pemberontak, pembunuh, dan orang yang mendzihar istrinya.

2. Hukuman yang tidak ada nashnya, hukuman ini disebutkan

dengan hukuman takzir, seperti percobaan melakukan tindak

pidana, tidak melaksanakan amanah, saksi palsu, dan melanggar

aturan lalu lintas.25

(b) Ditinjau dari segi hubungan antara satu hukuman dengan hukuman

lain, hukuman dapat dibagi menjadi empat:

1. Hukuman pokok (al-'uqubah al-ashliyah), yaitu hukuman yang

asal bagi satu kejahatan, seperti hukuman mati bagi pembunuh

dan hukuman jilid seratus kali bagi pezina ghayr muhshan.

2. Hukuman pengganti (al-'uqubat al-badaliyah), yaitu hukuman

yang menempati tempat hukuman pokok apabila hukuman pokok

itu tidak dapat dilaksanakan karena suatu alasan hukum, seperti

hukuman diyat/denda bagi pembunuh sengaja yang di maafkan

qishasnya oleh keluarga korban atau hukuman takzir apabila

karena suatu alasan hukum pokok yang berupa had tidak dapat

dilaksanakan.

3. Hukuman tambahan (al-'uqubat al-taba'iyah), yaitu hukuman

yang dijatuhkan kepada pelaku atas dasar mengikuti hukuman

pokok, seperti terhalangnya seorang pembunuh untuk mendapat

waris dari harta terbunuh.

25

Ibid, h. 27

Page 34: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

20

4. Hukuman pelengkap (al-'uqubat al-takmiliyah), yaitu hukuman

yang di jatuhkan sebagai pelengkap terhadap hukuman yang telah

dijatuhkan, seperti mengalungkan tangan pencuri yang telah di

potong lehernya. Hukuman ini harus berdasarkan hakim

tersendiri.

(c) Ditinjau dari segi kekuasaan hakim yang menjatuhkan hukuman,

maka hukuman dapat dibagi dua:

1. Hukuman yang memiliki satu batas tertentu, dimana hakim

tidak dapat menambah atau mengurangi batas itu, seperti

hukuman had.

2. Hukuman yang memiliki dua batas , yaitu batas tertinggi dan

batas terendah, dimana hakim dapat memilih hukuman yang

paling adil dijatuhkan kepada terdakwa, seperti dalam kasus-

kasus maksiat yang di ancam dengan takzir.

(d) Ditinjau dari sasaran hukum, hukuman dibagi menjadi empat:

1. Hukuman badan, yaitu hukuman yang di kenakan kepada badan

manusia, seperti hukuman jilid.

2. Hukuman yang dikenakan kepada jiwa, yaitu hukuman mati.

3. Hukuman yang dikenakan kepada kemerdekaan menusia,

seperti hukuman penjara atau pengasingan.

4. Hukuman harta, yaitu hukuman yang dikenakan kepada harta,

seperti diyat, denda, dan perampasan.26

2. SanksiPidana Dalam Hukum Pidana Indonesia

26

Ibid, h. 28-30

Page 35: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

21

Pemidanaan dapat diartikan sebagai tahap penetapan sanksi dan juga

tahap pemberian sanksi dalam hukum pidana. Hal ini dapat disimak dalam

pendapat Sudarto yang menyatakan bahwa pemberian pidana in abstracto

adalah menetapkan stelsel sanksi hukum pidana yang menyangkut

pembentuk undang-undang. Sedangkan pemberian pidana in concerto

menyangkut berbagi badan yang kesemuanya mendukung dan melaksanakan

stelsel sanksi hukum pidana itu.27

Biladihubungkan dengan keseluruhan sistem pemidanaan, penetapan

sanksi yang pada hakikatnya merupakan kewenangan beberapa instansi,

maka dapat dianalogikan bahwa jatuhnya tahap pemidanaan itu dari instansi

ke instansi yang lain harus seperti air pegunungan yang mengalir tertib dan

indah meskipun terdapat getaran-getaran. Dalam konteks penerapan sanksi

"getaran-getaran" di sini sebagai contoh tentang kemungkinan terjadinya apa

yang disebut dengan disparitas pidana (disparity of sentencing).28

Pengertian sederhana dari hukuman ialah ancaman yang bersifat

penderitaan dan siksaan.Sanksi atau hukuman bersifat penderitaan karena

hukuman itu di maksudkan sebagai hukuman terhadap pelanggaran yang

dilakukan oleh seseorang terhadap kepentingan hukum yang dilindungi

hukum pidana.29

Disebut juga bahwa sanksi pidana adalah suatu hukuman sebab akibat,

sebab adalah kasusnya dan akibat adalah hukumnya, orang yang terkena

akibat akan memperoleh sanksi baik masuk penjara ataupun jenis sanksi lain

yang bersifat nestapa yang diancamkan atau dikenakan terhadap perbuatan

27

Sudarto, Hukum Dan Hukum Pidana, (Alumni Bandung, 1986), h. 42

28Teguh Prasetyo, Kriminalisasi Dalam Hukum Pidana, (Bandung: Nusa Media 2010), h.

34

29 Ismu Gunadi, Cepat dan Mudah Memahami Hukum Pidana, (Jakarta: Prenadamedia Group

2014), h. 65

Page 36: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

22

atau pelaku perbuatan pidana atau tindak pidana yang dapat menganggu atau

membahayakan kepentingan hukum. Sanksi pidana pada dasarnya merupakan

suatu penjamin untuk merehabilitasi perilaku dari pelaku kejahatan tersebut,

namun tidak jarang bahwa sanksi pidana diciptakan sebagai suatu ancaman

dari kebebabasan manusia itu sendiri.Sedangkan Roslan Saleh menegaskan

bahwa pidana adalah reaksi atas delik, dan ini berwujud suatu nestapa yang

dengan sengaja dilimpahkan negara kepada pembuat delik.30

Dalam terminologi sanksi adalah akibat hukum bagi ketentuan

undang-undang.Ada sanksi administratif, ada sanksi perdata dan ada sanksi

pidana.31

Menurut ketentuan Pasal 10 KUHP terdapat beberapa jenis hukuman

yang dapat dijatuhkan pada seseorang yang telah melakukan tindak pidana,

dimana hukuman yang akan dijatuhkan itu dapat berupa:32

A. Pidana Pokok

1. Pidana Mati

a. Pengaturan Pidana Mati di Indonesia

Penerapan pidana mati dalam praktik sering menimbulkan

perdebatan di antara yang setuju dan yang tidak setuju.Bagaimanapun

pendapat yang tidak setuju adanya pidana mati, namun kenyataan

yuridis formal pidana mati memang dibenarkan.Ada beberapa pasal di

dalam KUHP yang berisi ancaman pidana mati, seperti makar

30

Adam Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana I , (Jakarta: Grafindo Persada 2011), h. 81

31 Andi Hamzah, Terminologi Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika 2007), h. 138

32Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), h.117

Page 37: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

23

pembunuhan terhadap presiden (Pasal 104), pembunuhan berencana

(Pasal 340), dan sebagainya.33

Di Indonesia pidana mati dicantumkan dalam Kitab Undang-

undang Hukum Pidana (KUHP) dan Undang-undang di luar KUHP

juga masih merumuskan ancaman pidana mati dalam sanksi

pidananya.Pasal-pasal mengenai pidana mati di dalam seluruh KUHP

sebenarnya merupakan terjemahan dari Wetboek Strafrecht voor

Nederlandch-Indie yang diberlakukan pemerintah kolonial Belanda di

Hindia-Belanda (Indonesia) sejak tahun 1918. Padahal, di Belanda

sendiri pidana mati sudah dihapus sejak tahun 1870 dan setelah di

Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, melalui pasal II Aturan

peralihan UUD 1945 pidana mati tetap dipertahankan sampai kini,

bahkan dalam rancangan KUHP yang baru juga masih dikenal pidana

mati, walaupun tidak disebutkan sebagai salah satu pidana dalam

kelompok pidana pokok, melainkan dikategorikan sebagai pidana yang

bersifat khusus dan selalu alternatif.34

b. Pengaturan Pidana Mati dalam Perundang-undangan

Indonesia35

1) Pengaturan Pidana Mati dalam KUHP

Perbuatan-perbuatan atau tindak pidana yang diancam dengan

pidana mati oleh KUHP antara lain: Pasal 104, Pasal 111 ayat

(2), Pasal 124 ayat (3), Pasal 140 ayat (3), Pasal 340, Pasal

365 (4), Pasal 444 KUHP, Pasal 479 k ayat (2) dan Pasal 479

o ayat (2).

33

Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan, (Jakarta: Sinar Grafika 2000), h. 13 34

Nata Sukam Bangun, "Eksistensi Pidana Mati Dalam Sistem Hukum Indonesia" Jurnal

Ilmiah (Yogyakarta: Universitas Atma Jaya, 2014), h. 4

35Ibid, h. 6

Page 38: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

24

2) Pengaturan Pidana Mati di luar KUHP antara lain:

(a) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 Tentang

Psikotropika Pasal 59 ayat (2)

(b) Pasal 36 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 Tentang

Pengadilan Hak Asasi Manusia

(c) Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1999

Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

(d) Pasal 6 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 Tentang

Penetapan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor

1 Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Terorisme

(e) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika:

1. Pasal 113 ayat (2)

2. Pasal 114 ayat (2)

3. Pasal 118 ayat (2)

4. Pasal 119 ayat (2)

5. Pasal 121 ayat (2)

6. Pasal 144 ayat (2)

2. Pidana Penjara

Menurut Andi Hamzah, menegaskan bahwa "pidana penjara

merupakan bentuk pidana yang berupa kehilangan kemerdekaan". Pidana

penjara atau pidana kehilangan kemerdekaan itu bukan hanya dalam bentuk

pidana penjara tetapi juga berupa pengasingan.36

36

Andi Hamzah, Sistem Pidana Dan Pemidanaan di Indonesia, (Jakarta: Pradya Paramita,

1993), h. 85-86

Page 39: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

25

Dalam Pasal 10 KUHP, ada dua jenis pidana hilang kemerdekaan

bergerak, yakni pidana penjara dan pidana kurungan. Dari sifatnya

menghilangkan dan membatasi kemerdekaan bergerak, dalam arti

menempatkan terpidana dalam suatu tempat (Lembaga Pemasyarakatan)

dimana terpidana tidak bebas keluar masuk dan di dalamnya wajib untuk

tunduk, menaati dan menjalankaan semua peraturan tata tertib yang berlaku,

maka kedua jenis pidana itu tampaknya sama. Akan tetapi, dua jenis pidana

itu sesungguhnya berbeda jauh, adapun perbedaannya yaitu sebagai berikut.37

1. Pidana kurungan mengancam pada tindak pidana yang lebih ringan

dari pada pidana penjara. Pidana kurungan banyak diancam pada

jenis pelanggaran. Sementara pidana penjara banyak diancamkan

pada jenis kejahatan.

2. Ancaman hukuman maksimum umum dari pidana penjara (yakni

15 tahun) lebih tinggi dari pada ancaman maksimum umum pidana

kurungan (yakni 1 tahun). Pada keadaan pemberatan pidana

kurungan dapat diperberat namun tidak lebih dari 1 tahun 4 bulan

(Pasal 18 ayat (2)), sedangkan untuk pidana penjara dapat

diperberat, misalnya dalam perbarengan dan pengulangan dapat

dijatuhi pidana penjara dengan ditambah sepertiganya, oleh karena

itu pidana penjara maksimum 15 tahun bisa menjadi 20 tahun.

3. Pelaksanaan pidana penjara dapat dilakukan di Lembaga

Pemasyarakatan di seluruh Indonesia (dapat berpindah-pindah).

Pidana kurungan dilaksanakan di Lembaga Pamsyarakatan dimana

ia berdiam ketika putusan hakim dijalankan.

4. Narapidana kurungan dengan biaya sendiri dapat sekadar

meringankan nasibnya dalam menjalankan pidananya menurut

aturan yang ditetapkan (hak pistole).

37

Ibid

Page 40: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

26

5. Pelaksanaan pidana denda tidak dapat diganti dengan pelaksanaan

pidana penjara, namun bisa diganti dengan pidana kurungan

disebut kurungan pengganti denda.

Stelsel pidana penjara, menurut Pasal 12 ayat (1), dibedakan

menjadi pidana penjara seumur hidup dan pidana penjara sementara

waktu. Pidana penjara seumur hidup diancamkan pada kejahatan-

kejahatan yang sangat berat, yakni sebagai pidana alternatif dari

pidana mati, seperti pada Pasal 104, 365 ayat (4), 368 ayat (2) dan

berdiri sendiri dalam arti tidak sebagai aternatif pidana mati tetapi

sebagai alternatifnya adalah pidana penjara sementara setinggi-

tingginya 20 tahun, misalnya Pasal 106, 108 ayat (2). Pada pidana

penjara sementara waktu, paling rendah 1 hari dan paling tinggi 15

tahun. Pidana penjara sementara waktu dapat (mungkin) dijatuhkan

melebihi dari 15 tahun secara berturut-turut, yakni dalam hal yang

ditentukan dalam Pasal 12 ayat (3) yakni sebagai berikut38

:

1) Dalam hal kejahatan-kejahatan yang hakim boleh memilih: (a)

apakah akan menjatuhkan pidana mati atau pidana penjara

seumur hidup atau pidana penjara sementara maksimum 20

tahun, atau (b) dalam hal kejahatan-kejahatan tertentu yang

memang diancam dengan pidana penjara maksimum 20 tahun

sebagai alternatif dari pidana penjata seumur hidup.

2) Dalam hal terjadinya: (a) perbarengan, atau (b) pengulangan

atau (c) kejahatan-kejahatan yang berkaitan dengan pasal 52

pada kejahatan-kejahatan yang diancam dengan pidana penjara

sementara maksimum 15 tahun.

Sejak tahun 1964, istilah penjara bagi suatu tempat untuk

menjalankan pidana penjara sudah diganti dengan istilah

Lembaga Pemasyarakatan walaupun pelaksanaannya tetap

memakai dasar peraturan kepenjaraan lama. Perubahan nama

menjadi Lemabaga Pemasyarakatan (LAPAS) itu mempunyai

hubungan dengan gagasan Dr. Saharjo (Menteri Kehakiman

waktu itu) untuk menjadikan LAPAS bukan sebagai suatu

38

Adam Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana I, h. 32-38

Page 41: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

27

tempat yang semata-mata menghukum dan menderitakan

orang, tetapi suatu tempat untuk membina atau mendidik

orang-orang yang telah berkelakuan menyimpang agar setelah

menjalani pembinaan di dalam LAPAS dapat menjadi orang-

orang baik dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan

masyarakat.

3. Pidana Kurungan dan Kurungan Pengganti

Dalam beberapa hal pidana pidana kurungan adalah sama dengan

pidana penjara, yaitu sebagai berikut39

:

1. Mengenal maksimum umum, maksimum khusus dan minimum

umum. Maksimum umum pidana penjara 15 Tahun dalam keadaan

tertentu bisa diperberat maksimum 20 Tahun, dan pidana kurungan

maksimum umum 1 tahun yang dapat diperpanjang maksimum 1

tahun 4 bulan. Minimum umum sama-sama 1 hari. Sementara

maksimum khusus disebutkan pada setiap rumusan tindak pidana

tertentu sendiri-sendiri, yang tidak sama bagi setiap tindak pidana,

bergantung dari pertimbangan berat ringannya tindak pidana yang

bersangkutan.

2. Orang yang dipidana kurungan dan pidana penjara diwajibkan

untuk menjalankan (bekerja) pekerjaan tertentu walaupun

narapidana kurungan lebih ringan dari narapidana penjara.

3. Pidana kurungan dan pidana penjara mulai berlaku apabila

terpidana tidak ditahan, yaitu pada hari putusan hakim (setelah

mempunyai kekuatan tetap) dijalankan/dieksekusi, yaitu pada saat

pejabat kejaksaan mengeksekusi dengan caara melakukan tindakan

paksa memasukan terpidana ke dalam Lembaga Pemasyarakatan.

39

Ibid, h. 38-39

Page 42: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

28

1) Pidana Kurungan Pengganti

Pidana kurungan pengganti adalah pidana denda yang tidak

dibayar oleh terpidana.Dapat juga dijatuhi pidana kurungan pengganti,

apabilaa terpidana tidak membayar harga taksiranyang ditentukan dari

barang rampasan yang tidak diserahkan oleh terpidana. Dalam hal ini

sebelum pemidanaan, barang-barang tersebut belum disita, atau

dengan perkataan lain masih dalam penguasaan tersangka. Bahkan

dapat juga dijatuhkan apabila biaya pengumuman hakim yang

dibebankan kepada terpidana tidak dibayar.Dalam perkembangan

penjatuhan pidana denda dan kewajiban membayar harga tafsiran

barang rampasan yang tidak diserahkan oleh terpidana atau kewajiban

ganti rugi oleh terpidana, umumnya kepada terpidana tidak dijatuhkan

pidana kurungan pengganti. Kalaupun terpidana ditahan bukan

merupakan kurungan pengganti, melainkan alat pemaksa agar

terpidana memenuhhi kewajibannya, bahkan dalam rangka penemuan

kewajiban ini dapat dilakukan seperti acara juru sita dalam hukuman

pidana.40

2) Pidana Denda41

Pidana denda adalah hukuman berupa kewajiban seseorang

untuk mengembalikan keseimbangan hukum atau menebus dosanya

dengan pembayaran sejumlah uang tertentu. Minimum pidana denda

adalah Rp. 0,25 (dua puluh lima sen) x 15, meskipun tidak di tentukan

secara umum melainkan dalam pasal-pasal tindak pidana yang

bersangkutan dalam Buku I dan Buku II KUHP. Diluar KUHP biasanya

40

Ibid, h. 122

41Ibid, h. 123

Page 43: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

29

ditentukan adakalanya dalam 1atau 2 pasal bagian terakhir tindak

pidana yang ditentukan dalam pasal yang mendahuluinya.

Jika terpidana tidak mampu membayar pidana denda yang

dijatuhkan kepadanya, maka dapat diganti dengan pidana kurungan.

Pidana ini kemudian disebut pidana kurungan pengganti, maksimal

pidana kurungan pengganti adalah 6 bulan, dan boleh menjadi 8 bulan

dalam hal terjadi pengulangan, perbarengan atau penerapan Pasal 52

atau Pasal 52a KUHP.

Untuk beberapa perundang-undangan hukum pidana ketentuan

dalam Pasal 30 ayat 2 tidak ditetapkan.Hal ini ditentukan terutama

kepada penyelesaian tindak pidana di mana titik berat penyelesaiannya

diharapkan untuk kelancaran pengisisan kas negara (Pasal 14 Undang-

Undang No. 7 Tahun 1955 Tentang Tindak Pidana Ekonomi).

B. Pidana Tambahan

1. Pencabutan Hak-Hak Tertentu

Dalam Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Tindak

Pidana Korupsi diatur mengenai pidana tambahan pencabutan hak-hak

tertentu seperti yang tertuang dalam Pasal 18 ayat (1) huruf d

"Pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak tertentu atau

penghapusan seluruh atau sebagian keuntungan tertentu, yang telah atau

dapat diberikan oleh pemerintah kepada terpidana"

Lebih jelasnya dalam KUHP diatur mengenai hak-hak tertentu

yang dapat dicabut dalam putusan hakim diatur dalam Pasal 35 ayat (1)

menyebutkan:

Page 44: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

30

(1) Hak-hak terpidana yang dengan putusan hakim dapat dicabut

dalam hal-hal yang ditentukan dalam kitab undang-undang ini,

atau dalam aturan umum lainnya ialah:

a. Hak memegang jabatan pada umumnya atau jabatan

yang tertentu;

b. Hak memasuki Angkatan Bersenjata;

c. Hak memilih dan dipilih dalam pemilihan yang diadakan

berdasarkan aturan-aturan umum;

d. Hak menjadi penasehat hukum atau pengurus atas

penetapan pengadilan, hak menjadi wali, wali pengawas,

pengampu atau pengampu pengawas, atas orang yang

bukan anak sendiri;

e. Hak menjalankan kekuasaan bapak, menjalankan

perwalian atau pengampuan atas anak sendiri;

f. Hak menjalankan mata pencarian tertentu.

2. Perampasan Barang-Barang Tertentu

Pidana ini dapat dijatuhkan apabila ancaman pidana penjara

tidak lebih dari tujuh tahun atau jika terpidana hanya dikenakan

tindakan, dalam perampasan barang-barang tertentru diatur dalam

Pasal 39 KUHP, adapun barang-barang yang dirampas adalah42

:

1. Barang milik terpidana atau orang lain yang seluruhnya atau

sebagian besar diperoleh dari tindak pidana.

2. Barang yang ada hubungannya dengan terwujudnya tindak

pidana.

3. Barang yang digunakan untuk mewujudkan atau

mempersiapkan tindak pidana.

4. Barang yang digunakan untuk menghalang-halangi

penyidikan tindak pidana.

5. Barang yang dibuat atau diperuntukkan bagi terwujudnya

tindak pidana.

42

Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan, h. 22

Page 45: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

31

Ada tiga prinsip dasar dari pidana perampasan barang tertentu, ialah43

:

1. Hanya diancamkan dan dapat dijatuhkan terhadap dua jenis

barang tersebut dalam pasal 39 KUHP itu saja;

2. Hanya diancamkan dan dapat dijatuhkan oleh hakim ada

kejahatan saja, dan tidak ada pada pelanggaran

3. Hanya diancamkan dan dapat dijatuhkan oleh hakim atas

barang-barang milik terpidana saja. Kecuali ada beberapa

ketentuan:

(a) Yang menyatakan secara tegas terhadap barang yang bukan

milik terpidana;

(b) Tidak secara tegas menyebutkan terhadap barang, baik

barang milik terpidana atau bukan.

3. Pengumuman Putusan Hakim

Dalam sistem pemidanaan di Indonesia, pengumuman putusan

hakim diatur sebagai salah satu pidana tambahan yang diatur dalam

Pasal 10 KUHP.Dalam pasal tersebut disebutkan bahwa salah satu

pidana tambahan disamping pidana pokok adalah Pengumuman

Putusan Hakim. Lebih lanjut ketentuan ini diatur dalam Pasal 43

KUHP yang menyatakan apabila hakim memerintahkan suatu putusan

diumumkan berdasarkan kitab undang-undang ini atau iuran lain,

maka ia harus menetapkan pula bagaimana cara melaksanakan

perintah itu atas biaya terpidana. Pengaturan pengumuman putusan

hakim ini dalam Pasal 43 KUHP dapat dikatakan dipengaruhi Article

36 WvS Belanda dimana pengumuman putusan termasuk sanksi

tambahan yang telah ditentukan tindak pidananya dan biaya publikasi

43

Adam Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana I, hal. 49-50

Page 46: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

32

ditanggung oleh terpidana. Sebagai sebuah pidana tambahan,

pengumuman putusan hakim ini tidak dapat dijatuhkan pada semua

tindak pidana. Menurut Mardjono Reksodiputro, karena tujuannya

yang dapat menganggu atau merusak nama baik seseorang dalam

masyarakat, maka pidana tambahan ini hanya dapat dipertimbangkan

oleh hakim apabila memang hal tersebut diancamkan dalam rumusan

tindak pidana.44

B. Pengulangan (Residivie) Dalam Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana di

Indonesia

1. Pengulangan (Residivie) Dalam Hukum Pidana Islam

Dalam istilah hukum konvensional mutakhir, pengertian pengulangan

tindak pidana (al-'aud) adalah dikerjakannya suatu tindak pidana oleh

seseorang sesudah ia melakukan tindak pidana lain yang telah mendapat

keputusan akhir. Artinya, pengulangan tindak pidana harus timbul dalam

berulang-ulangnya tindak pidana dari orang tertentu setelah ia mendapat

keputusan terakhir atas dirinya pada salah satu atau pada sebagiannya.

Perbedaan antara pengulangan tindak pidana (al-'aud) dan gabungan tindak

pidana (ta'adud al-jara'im) adalah sebagai berikut, dalam gabungan tindak

pidana, ketika pelaku melakukan tindak pidana terakhir-dari beberapa tindak

pidana yang diperbuatnya tindak pidana tindak pidana yang dilakukan

sebelumnya belum mendapat keputusan akhir. 45

Pengulangan kejahatan menurut hukum pidana Islam yaitu sama

dengan hukum pidana Indonesia namun dalam hal syarat-syarat seseorang

dikatakan melakukan kejahatan ulang (residivie) dan masalah hukumannya

44

Mardjono Reksodiputro, Pembaharuan Hukum Pidana: Kumpulan Karangan Buku

Keempat, (Jakarta: Pusat Pelayanan Keadilan dan Pengabdian Hukum UI, 2007), h. 64

45Abdul Qadir Audah, At-Tasyri' al-Jina'I al-Islamiy Muqaranan bil Qanun Wad'iy,Juz III,

Penerjemah TimTsalisah. Hukum Pidana Islam ( Bogor: PT Kharisma Ilmu, 2008), h. 163

Page 47: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

33

berbeda dengan hukum pidana Indonesia. Kalau menurut hukum pidana

Islam, apabila seorang dianggap telah melakukan pengulangan jarimah ada

tiga syarat yaitu46

:

1. Orang yang telah dijatuhi hukuman jinayah kemudian ia melakukan

jarimah jinayah lagi.

2. Orang yang dijatuhi hukuman penjara satu tahun atau lebih, dan

ternyata ia melakukan sesuatu jarimah sebelum lewat lima tahun dari

masa berakhir hukuman atau dari masa hapusnya hukuman karena

daluwarsa.

3. Orang yang dijatuhi hukuman karena jinayat dengan hukuman

kurungan atau kurungan kurang dari satu tahun atau dengan hukuman

denda, dan ternyata dia melakukan jinayat lagi sebelum lewat lima

tahun maka, hukumannya sama dengan jinayah-jinayah sebelumnya.

Hal ini sudah jelas, bahwasanya syarat seseorang dikatakan melakukan

pengulangan kejahatan menurut hukum pidana Indonesia sama namun hukum

pidana Islam tidak memberikan tambahan hukuman jika pelaku kejahatan

mengulanginya lagi. Tetapi memberikan hukuman sesuai dengan jinayah

sebelumnya.

Hukum pidana Islam tidak menerangkan ada tambahan hukuman

ketika seorang melakukan jarimah ulang.Namun ada salah satu hadits yang

menerangkan apabila seorang melakukan jarimah berulang-ulang maka

hukumannya adalah dibunuh. Hadits ini diriwayatkan oleh Ahli Sunan dari Nabi

Muhammad saw. Dari berbagai riwayat, salah satunya riwayat dari Imam Nasa'i

bahwasanya Rasulullah saw. bersabda:

46

Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1990), cet-IV, h.

325

Page 48: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

34

شرب فاجلدوه, إن ث شرب فاجلدوه, إن ث شرب الرابعة ف قت لوه من شرب الخمر فاجلدوه, إن ث

Artinya: "barang siapa yang minum khamr, maka cambuklah! Kemudian jika ia

minum lagi, cambuklah, kemudian jika ia minum lagi, maka cambuklah! Dan

jika ia minum keempat kalinya, maka dihukum mati". (HR. Imam Nasa'i)47

Seorang pelaku tindak pidana peminum khamr harus dijatuhi hukuman

yang telah ditetapkan sebelumnya untuk tindak pidana tersebut, tetapi bila pelaku

kembali mengulangi lagi tindak pidana yang pernah dilakukannya, hukuman

yang dijatuhkan kepadanya adalahsama sampai ia megulang tindak pidana

sebanyak tiga kai. Apabila ia terus mengulangi tindak pidana tersebut sampai

empat kali, ia dapat dijatuhi hukuman mati atau hukuman penjara seumur hidup.

Kewenangan untuk menentukan hukuman tersebut diserahkan kepada penguasa

dengan memandang kondisi tindak pidana dan pengaruhnya terhadap

masyarakat.48

Kesimpulannya, hukum Islam telah menetapkan aturan-aturan pokok

pengulangan tindak pidana secara keseluruhan.Meskipun demikian, para fuqaha

tidak membedakan antara pengulangan umum dan pengulangan khsusus, juga

antara pengulangan sepanjang masa dan pengulangan berselang waktu.Perincian

mengenai pengulangan tindak pidana ini bisa diatur oleh diatur oleh penguasa

dengan memerhatikan hal-hal yang dapat mewujudkan kemaslahatan umum.49

47

Ibnu Taimiyah, As-Siyasah Asy-Syar'iyah Fi Islahir Raa'I wa Ra'iyyah, terjemah, Rofi'

Munawar, Etika Politik Islam, (Surabaya: Risalah Gusti, 1999), h. 100

48Ibid

49Ibid, h. 164

Page 49: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

35

2. Pengulangan (Residivie) Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana

Indonesia

Residivie atau pengulangan tindak pidana berasal dari bahasa Perancis

yaitu Re dan Cado.Re berarti lagi dan Cado berarti jatuh, sehingga secara

umum dapat diartikan sebagai melakukan kembali perbuatan-perbuatan

kriminal yang sebelumnya biasa dilakukannya setelah dijatuhi pidana dan

menjalani penghukumannya.50

Atau apabila seseorang melakukan beberapa

perbuatan yang merupakan beberapa delik yang berdiri yang atas satu atau

lebih perbuatan telah dijatuhi hukuman oleh hakim.51

Budiono menyatakan bahwa residivie adalah:

"Kecenderungan individu atau sekelompok orang untuk mengulangi

perbuatan tercela, walaupun ia sudah pernah dihukum karena melakukan

perbuatan itu."52

Pengulangan atau residivie terdapat dalam hal seseorang telah

melakukan beberapa perbuatan yang masing-masing merupakan tindak

pidana yang berdiri sendiri, di antara perbuatan mana satu atau lebih telah

dijatuhi hukuman oleh pengadilan.Pertanyaan sangat mirip dengan gabungan

dari beberapa perbuatan yang dapat dihukum dan dalam pidana mempunyai

arti, bahwa pengulangan merupakan dasar yang memberatkan hukuman.

Dalam hukum pidana di Indonesia khususnya dalam hal pidana yang

merujuk pada KUHP, dijelaskan pada pasal 486 bahwasanya pemberatan

50

Recidivism Among Juvenille Offenders: An Analysis of Timed to Reappearance in Court,

(Australian Institute of Criminology, 199), h. 8. Lihat Muhammad Hafiluddin Khaeril, Tinjauan

KriminologisTerhadap Anak Sebagai Residivis di Kota Makassar, (Skripsi Fakultas Hukum

Universitas Hasanuddin, 2014), h. 36

51Sathocid Kartanegara, Hukum Pidana, Kumpulan Kuliah Bagian Dua: Balai Lektur

Mahasiswa, h. 233

52Budiono, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Karya Agung ) h. 416. . Lihat

Muhammad Hafiluddin Khaeril, Tinjauan KriminologisTerhadap Anak Sebagai Residivis di Kota

Makassar, (Skripsi Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, 2014), h. 36

Page 50: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

36

pidana pada residivie dapat ditambah 1/3 dari maksimum pidana yang di

ancamkan.53

Alasan hukuman dari pengulangan sebagai dasar pemberatan hukuman

ini adalah bahwa seseorang yang telah dijatuhi hukuman dan mengulangi

lagi melakukan kejahatan, membuktikan bahwa ia telah memiliki tabiat

buruk. Jahat karenanya di anggap sangat membahayakan bagi keamanan dan

ketertiban masyarakat.54

Pengulangan diatur dalam:

1) Pasal 486 KUHP

2) Pasal 487 KUHP

3) Pasal 488 KUHP

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar suatu perbuatan

dianggap sebagai pengulangan tindak pidana atau residivie, yaitu55

:

a. Pelakunya adalah orang yang sama.

b. Terulangnya tindak pidana dan untuk tindak pidana terdahulu telah

dijatuhi pidana oleh suatu keputusan hakim.

c. Si bersalah harus pernah menjalani seluruhnya atau sebagian

hukuman penjara yang di jatuhkan terhadapnya atau dibebaskan

sama sekali dari hukuman tersebut.

d. Keputusan hakim tersebut tidak dapat diubah lagi atau sudah

berkekuatan hukum tetap.

e. Pengulangan terjadi dalam jangka waktu tertentu.

Akan tetapi, apabila mereka ternyata mengulang kembali melakukan

kejahatan, hal ini membuktikan bahwa mereka itu tidak dapat ditakuti-takuti

53

Moeljatno, Kitab-Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), (Jakarta: Bumi Aksara, 1994),

h. 204-205

54Ibid

55Muhammad Hafiluddin Khaeril, Tinjauan KriminologisTerhadap Anak Sebagai Residivis di

Kota Makassar, (Skripsi Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, 2014), h.37

Page 51: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

37

lagi.Kriminologi menganggap, bahwa dasar hukum bagi residivie di anggap

kurang tepat, berhubung seseorang yang telah menjalani hukuman sudah

tidak takut lagi untuk menjalani hukuman. Akan tetapi, ancaman hukuman

yang belum pernah menjalani hukuman, hingga orang itu juga akan takut

untuk melakukan sesuatu kejahatan.56

Pengulangan atau residive secara umum ialah apabila seseorang

melakukan sesuatu tindak pidana dan untuk di jatuhkan pidana padanya,

akan tetapi dalam jangka waktu tertentu57

:

a. Sejak setelah pidana tersebut dilaksanakan seluruhnya atau

sebagian, atau

b. Sejak pidana tersebut seluruhnya dihapuskan, atau apabila

kewajiban menjalankan/melaksanakan pidana itu belum

kadaluwarsa, ia kemudian melakukan tinda pidana lagi.

Dari pembatasan tersebut diatas, dapat ditarik syarat-syarat yang harus

dipenuhi yaitu58

:

a. Pelakunya sama,

b. Terulangnya tindak pidana, yang untuk tindak pidana terdahulu

telah dijatuhi pidana (yang sudah mempunyai kekuatan yang tetap)

c. Pengulangan terjadi dalam jangka waktu tertentu.

2. Jenis-Jenis Pengulangan Residivie

Ada beberapa jenis residivie apabila ditinjau dari sudut penempatan

ketentuan pidana untuk pengulangan (residivive, dapat diperbedakan

antara59

:

56

Ibid

57Ibid

58Ibid

59Ibid, h. 38

Page 52: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

38

a. Ketentuan umum mengenai pengulangan. Penempatanya di dalam

ketentuan umum (di KUHP tidak diatur).

b. Ketentuan khusus mengenai pengulangan. Penempatanya di suatu

bab atau beberapa pasal akhir dari suatu buku (di KUHP pada buku

ke II) atau disuatu pasal dari suatu bab tindak pidana.

c. Ketentuan yang lebih khusus lagi mengenai pengulangan. Ia hanya

berlaku untuk pasal yang bersangkutan, atau untuk beberapa pasal

yang mendahuluinya (di KUHP pada buku ke III).

Apabila ditinjau dari sudut jenis tindak pidana yang diulangi maka

dapat diperbedakan antara60

:

a. Pengulangan (residivie) umum, yaitu tidak dipersoalkan

jenis/macam tindak pidana yang terdahulu yang telah dijatuhi

pidana, dalam perbandingannya dengan tindak pidana yang

diulangi, misalnya pada tahun 1973 A melakukan pembunuhan.

Ia dipidana 3 tahun dan telah menjalaninya, setelah itu pada tahun

1977 ia melakukan pencurian. Hal ini adalah merupakan

pengulangan, dalam hal ini melakukan pengulangan tindak

pidana.

b. Pengulangan khusus, yaitu apabila tindak pidana yang diulangi

sama atau sejenis. Kesejenisannya itu misalnya:

4. Kejahatan terhadap keamanan negara: makar untuk

membunuh presiden, penggulingan pemerintahan,

pemberontakan dan lain sebagainya:

5. Kejahatan terhadap tubuh/nyawa orang: penganiayaan,

perampasan kemerdekaan, perampasan jiwa dan lain

sebagainya:

60

E.Y. Kanter dan S.R Sianturi, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia Dan Penerapannya,

(Jakarta: Storia Grafika, 2001), h. 410

Page 53: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

39

6. Kejahatan terhadap kehormatan: penghinaan, penistaan dan

lain sebagainya

7. Kejahatan terhadap kesusilaan: pemerkosaan, perzinahan dan

lain sebagainya:

8. Kejahatan terhadap harta benda: pemerasan, pencurian

penggelapan, penipuan dan lain sebagainya.

Apabila penulis mengambil kesimpulan, maka dapat disimpulkan

bahwasanya sanksi adalah bagian dari pemidanaan, dimana sanksi atau yang

disebut dengan hukuman adalah suatu balasan yang bersifat penyiksaan atau

penderitaan bagi siapa saja yang telah melakukan kejahatan atau tindak

pidana.Adapun pengaturan tentang jenis dan berat ringannya diatur pada Kitab

Undang-Undang atau Undang-Undang tindak pidana tertentu dan terkadang

penjatuhan sanksi dapat dijatuhkan oleh wewenang hakim yang disebut

dengan yurisprudensi. Mengenai sanksi dalam hukum pidana Islam tidak jauh

berbeda dalam definisinya, Al-Quran dan Sunnah juga sudah diatur dalam

jarimah had dan qishash, dan adapun tindak pidana yang tidak dipaparkan

dalam Al-Quran akan dijatuhkan sanksi berupa takzir. Tujuan dijatuhkannya

sanksi kepada seseorang yang telah melakukan kejahatan tidak lain adalah

untuk memberikan efek jera serta memberikan kemaslahatan untuk

masyarakat luas.

Pengulangan atau residivie adalah pengulangan tindak pidana. Di

mana seseorang telah melakukan tindak pidana lalu sedang menjalani masa

hukuman, ia kembali mengulangi tindak pidana yang sama ataupun pada

tindak pidana yang berbeda. Hukuman pada pengulangan tindak pidana dalam

KUHP diatur pada Pasal 486 bahwasanya pemberatan pidana pada

residiviedapat ditambah 1/3 dari maksimum pidana yang di ancamkan.

Namun, pengulangan tindak pidana bisa menjadi salah satu hal pemberat

Page 54: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

40

pidana pada tindak pidana tertentu yang akan membuat penjatuhan hukuman

akan lebih berat daripada yang diatur pada KUHP.

Page 55: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

41

BAB III

TINDAK PIDANA PENGEDARAN NARKOTIKA GOLONGAN I TINJAUAN

HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA

A. Tindak Pidana dalam Islam

1. Pengertian Jarimah

Secara etimologis, tindak pidana dalam hukum Islam disebut jarimah

:Secara etimologi jarimah adalah .(الجناية) atau jinayah (الجريمة)

الجريمة ىي الجرم و الذنب والخطأ

Artinya: "Jarimah yaitu melukai, berbuat dosa dan kesalahan"61

Secara terminologis pengertian jarimah adalah:

الجريمة في الشريعة الإ سلامية بانها محظورات شرعية زجر الله عنها بحد أو تعزير

Artinya:"Jarimah dalam syariah Islam yaitu larangan-larangan syara' yang

diancam oleh Allah swt. Dengan hukuman had atau takzir."62

Pengertian jarimah sebagaimana dikemukakan oleh Imam Al-

Mawardi adalah sebagai berikut:

ها بحد أو ت عزير الجرائم محظورات شرعية زجر الله ت عالى عن

Artinya:"Jarimah adalah perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh syara' yang

diancam oleh Allah dengan hukuman had atau takzir"63

61

Lowis Ma'luf, al-Munjid fi al-Lughoh wa al I'lam, (Beirut: Dar al-Masyriq, 1975), h. 518

62 Abd. Al-Qadir Audah, al Fiqh al-Jina'i al- Islami, (Qathirah: Dar al-Turats, T,Th), Jilid I,

h. 67, lihat Al-Mawardi. Al-Ahkam Al-Sulthaninyyah. Lihat Pula Mardani, Penyalahgunaan Narkoba

Dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum Pidana Nasional.

63 Abu Al-Hasan Al-Mawardi, Al-Ahkam As-Sulthaniyah, (Mesir: Musthafa Al-Baby Al-

Halaby, cet III, 1975), h. 219

Page 56: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

42

Menurut Abdul Qadir Audah pengertian jinayah adalah sebagai berikut.

فالجناية اسم لفعل محرم شرعا, سواء وقع الفعل على ن فس أو مال أو غي ذالك

Artinya:"Jinayah adalah suatu istilah untuk perbuatan yang dilarang oleh

syara' baik perbuatan tersebut mengenai jiwa, harta, atau lainnya."64

Larangan-larangan tersebut adakalanya berupa mengerjakan perbuatan

yang dilarang, atau meninggalkan perbuatan yang diperintahkan.Dengan

perkataan syara' pada pengertian tersebut, yang dimaksud bahwa sesuatu

perbuatan baru dianggap jarimah apabila dilarang oleh syara'.Juga perbuatan

atau tidak berbuat dianggap sebagai jarimah, kecuali apabila diancam

hukuman terhadapnya.65

Kata al-Jinayat merupakan bentuk jamak dari jinayah.Kata itu berasal

dari jana-yajni yang berarti mengambil. Istilah jana ast-tsamrah (mengambil

buah) digunakan jika seseorang memetik langsung dari pohon. Istilah jana

'ala qaumihi jinayatan digunakan jika seseorang berbuat dosa terhadap

kaumnya, jika ia membuat kesalahan atau dosa yang wajib atas sanksi.66

Jinayat dalam definisi syar'i bermakna setiap pekerjaan yang

diharamkan.Makna pekerjaan yang diharamkan adalah setiap pekerjaan yang

dilarang syar'i karena adanya dampak negatif; karena bertentangan dengan

agama, membahayakan jiwa, akal, harga diri, ataupun harta.67

Dapat disimpulkan oleh penulis, bahwa pengertian jarimah adalah

sebagai bentuk ancaman uqubah (hukuman) dari perbuatan dosa atau

64

Abd Qadir Audah, At-Tasyri' Al-Jinaiy Al-Islamiy, Juz I, (Beirut: Dar Al-Kitab Al-'Arabi),

h. 67

65 Mardani, Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum Pidana

Nasional, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), h. 13

66 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, (Beirut: Dar Al-Fikr), h. 323

67 Ibid

Page 57: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

43

perbuatan yang dilarang oleh syara' baik melukai badan dan jiwa atau

mengambil harta orang lain.

2. Macam-Macam Jarimah

Jarimah dilihat dari berat ringannya terbagi menjadi tiga, yaitu:

a. Qishash

Secara etimologi qishash berasal dari kata قصصا –ي قص –قص yang

berarti تتبعه mengikuti; menelusuri jejak atau langkah. Hal ini

sebagaimana firman Allah:

لك ما كنا نب اٱر ف غ قال ذ اءاثارها قصص على تدArtinya: "Musa berkata: "Itulah (tempat) yang kita cari". Lalu keduanya

kembali, mengikuti jejak mereka semula"(QS. Al-Kahfi (18): 64)

Adapun arti qishash secara terminologi yang dikemukakan oleh

Al-Jurjani, yaitu mengenakan sebuah tindakan (sanksi hukum) kepada

pelaku persis seperti tindakan yang dilakukan oleh pelaku tersebut

(terhadap korban).68

Sementara itu dalam Al-Mu'jam Al-Wasit,qishash

diartikan dengan menjatuhkan sanksi hukum kepada pelaku tindak pidana

sama persis dengan tindak pidana yang dilakukan, nyawa dengan nyawa

dan anggota tubuh.69

Dengan demikian penghilangan nyawa pelaku

adalah akibat dari perbuatannya menghilangkan nyawa orang lain terlebih

dahulu.

68

Ali bin Muhammad Al-Jurjani, Kitab Al-Ta'rifat, (Jakarta: Dar Al-Hikmah), hl. 176 Lihat

M. Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta: AMZAH, 2013)

69 Ibrahim Anis, dkk., Al-Mu'jam Al-Wasit, (Mesir: Majma' Al-Lughah Al-Arabiyyah, 1972),

cet.ke-2, h. 740. Lihat M. Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta: AMZAH, 2013), h. 4

Page 58: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

44

b. Jarimah Hudud

Secara etimologis, hudud merupakan bentuk jamak dari kata had

yang berarti الدنع (larangan, pencegahan). Adapun secara terminologis, Al-

Jurjani mengartikan sebagai sanksi yang telah ditentukan yang wajib

dilakasanakan secara haq karena Allah swt.70

Sementara itu, sebagian ahli fiqh sebagaimana dikutip oleh Abdul

Qadir Audah, berpendapat bahwa had ialah sanksi yang telah ditentukan

secara syara'.71

Lebih lengkap dari kedua definisi di atas, Nawawi Al-Bantani

mendefinisikan hudud, yaitu sanksi yang telah ditentukan dan wajib

diberlakukan kepada seseorang yang melanggar suatu pelanggran yang

akibatnya sanksi itu dituntut baik dalam rangka memberikan peringatan

pelaku maupun dalam rangka memaksanya.72

Dengan lebih mendetail.Al-Sayyid Sabiq mengemukakan bahwa

hudud secara bahasa berarti pencegahan.Sanksi-sanksi kemaksiatan

disebut dengan hudud, karena pada umumnya dapat mencegah pelaku dari

tindakan mengulang pelanggaran. Adapun arti kata had mengacu kepada

pelanggaran sebagaimana firman Allah (QS. Al-Baqarah (2): 187),

"Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya."73

70

Ali bin Muhammad Al-Jurjani, Kitab Al-Ta'rifat, (Jakarta: Dar Al-Hikmah), h. 88. Lihat M.

Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta: AMZAH, 2013), h. 14

71Abdul Qadir Audah, Al-Tasyri' Al-Jina'I Al-Islami, h. 343

72 Muhammad Nawawi bin Umar Al-Bantani Al-Jawi, Qut Al-Habib Al-Gharib Tausyikh 'ala

Fath Al-Qarib Al-Mujib, (Semarang: Toha Putera), h. 245. . Lihat M. Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh

Jinayah, (Jakarta: AMZAH, 2013), h. 14

73 Al-Sayyid Sabiq, Fiqh Al-Sunnah,jilid II, h. 228

Page 59: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

45

Lebih lanjut Al-Sayyid Sabiq menjelaskan bahwa had (hudud)

secara terminologis ialah sanksi yang telah ditetapkan untuk melaksanakan

hak Allah. Dengan demikian, takzir tidak termasuk ke dalam cakupan

definisi ini karena penentuannya diserahkan menurut pendapat hakim

setempat.Demikian halnya qishash yang tidak termasuk dalam cakupan

hudud karena merupakan hak sesama manusia untuk menuntut balas dan

keadilan.74

Ditinjau dari dominasi hak, terdapat dua jenis hudud, yaitu hudud

yang termasuk hak Allah dan hudud yang termasuk hak manusia. Menurut

Abu Ya'la, hudud jenis pertama adalah semua jenis sanksi yang wajib

diberlakukan kepada pelaku karena ia meninggalkan semua hal yang

diperintahkan, seperti shalat, puasa, zakat dan haji. Adapun hudud dalam

kategori kedua adalah jenis sanksi yang diberlakukan kepada seseorang

karena ia melanggar larangan Allah, seperti berzina, mencuri, dan

meminum khamr.75

Hudud jenis kedua ini terbagi menjadi dua. Pertama, hududyang

minuman keras, pencurian, dan pemberontakan. Kedua, hudud yang

merupakan hak manusia, seperti had qadzaf dan qishash.76

Kemudian jika ditinjau dari segi materi jarimah, hudud terbagi

menjadi tujuh, yaitu hudud atas jarimah zina, qadzaf, meminum minuman

keras, pembrontakan, murtad, pencurian, dan perampokan.77

74

Ibid

75 Abu Ya'la, Al-Ahkam Al-Sulthaniyyah, (Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah, 1983), h. 260.

Lihat M. Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta: AMZAH, 2013), h. 16

76 Ibid

77 M. Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqih Jinayah, h. 17

Page 60: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

46

c. Jarimah Takzir

Takzir berasal dari kata at-Ta'zir (menurut bahasa) yang bermakna

permuliaan dan pertolongan. Hal ini sesuai firman Allah swt.,

وتسبحوىبكرةوأصيلا وت عزروه وت وق روه ۦبٱللو ورسولو منوا لتؤ

Artinya: "supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya,

menguatkan (agama)-Nya, membesarkan-Nya. Dan bertasbih kepada-Nya di

waktu pagi dan petang"(QS. Al-Fath (48): 9)

Maksud takzir di dalam ayat itu adalah mengagungkan dan

menolong agama Allah.Ia juga bermakna celaan. Misalnya, jika dikatakan

'azzara fulanun fulanan, berarti si fulan telah mencela si fulan sebagai

peringatan dan pelajaran atas kesalahan yang dilakukannya. Namun,

definisi takzir menurut syara' adalah hukuman yang bersifat mendidik atas

dosa yang tidak dijelaskan oleh had (sanksi) dan kafaratnya

(penebusnya).78

Menurut Abdul Qadir Audah, takzir adalah pengajaran yang tidak

ada aturannya oleh hudud dan merupakan jenis sanksi yang diberlakukan

karena melakukan beberapa tindak pidana yang di mana oleh syariat tidak

ditentukan dengan sanksi hukuman tertentu.79

Sedangkan menurut Wahbah Zuhaili, sanksi-sanksi dalam takzir

adalah hukuman-hukuman yang secara syara' tidak ditegaskan mengenai

ukurannya.Syariat hukum Islam memberikan wewenang kepada penguasa

negara untuk memutuskan sanksi terhadap pelaku tindak pidana yang

sesuai dengan perbuatan pidana yang dilakukannya. Sanksi-sanksi takzir

78

Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, h. 375

79 Abdul Qadir Audah, Al-Tasyri' Al-Jina'i Al-Islamiyyah, h. 52

Page 61: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

47

ini sangat beragam sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat, taraf

pendidikan masyarakat, dan berbagai keadaan lain manusia dalam berbagai

masa dan tempat.80

Menurut M. Nurul Irfan dalam bukunya Fiqh Jinayah,

mendefinisikan takzir ialah sanksi yang diberlakukan kepada pelaku

jarimah yang melakukan pelanggaran-baik berkaitan dengan hak Allah

maupun hak manusia dan tidak termasuk ke dalam kategori hukuman

hudud atau kafarat. Karena takzir tidak ditentukan secara langsung oleh

Al-Quran dan hadits, maka ini menjadi kompetensi penguasa setempat.

Dalam memutuskan jenis dan ukuran sanksi takzir, harus tetap

memperhatikan petunjuk nash secara teliti karena menyangkut

kemaslahatan umum.81

Semua jenis tindak pidana yang tidak secara tegas diatur oleh Al-

Quran atau hadits.Aturan teknis, jenis, dan pelaksanaannya ditentukan oleh

penguasa setempat.Bentuk jarimah ini sangat banyak dan tidak terbatas,

sesuai dengan kejahatan yang dilakukan akibat godaan setan dalam diri

manusia.82

3. Jarimah Pengedaran Narkotika

Narkoba (narkotika dan obat/bahan berbahaya) tidak dijelaskan secara

gamblang dalam Islam.Al-Quran hanya menyebutkan istilah

80

Wahbah Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh, (Beirut: Dar Al-Fikr, 1997), cet. Ke-4,

jilid VII, h. 5300

81 M. Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, h. 140

82 Muhammad Abu Zahrah, Al-Jarimah wa Al-Uqubah fi Fiqh Al-Isslami, Al-Jarimah. Lihat

M. Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta: AMZAH, 2013)

Page 62: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

48

khamr.Meskipun demikian, jika suatu hukum belum ditentukan statusnya,

dapat diselesaikan melalui metode qiyas.83

Dalam Kamus Al-Munjid fil Lughah wal I'lam, narkotika

diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dengan kata رات خد

yang berasal dariالد

akar kata ر خ ر –د تدي ر –يد yang berarti hilang rasa, bingung, membius,

menutup, gelap, atau mabuk.84

Sementara itu secara terminologis narkoba ialah:

الدخدرات عرفها البعض بأنها ىي كل مادة يتتب على تناولذا ىالك للجسم وتأثي على العقل

تكون عادة الادمان التى تحرمها القوانين الوضعية واشهر انواعها الحشيش والافيون حتى تكاد تذىب و

والدورفين والذوريين والكوكايين والكات

Artinya: "Narkotika adalah setiap zat yang apabila dikonsumsi akan merusak

fisik dan akal, bahkan terkadang membuat orang menjadi gila atau mabuk.

Hal yang demikian dilarang oleh undang-undang positif yang popular seperti:

ganja, opium, morpin, heroin, kokain, dan kat"85

Pertama kali narkoba digunakan untuk kepentingan pengobatan dan

menolong orang sakit. Sejak zaman prasejarah, manusia sudah mengenal zat

psikoaktif berupa dedaunan, buah-buahan, akar-akaran, dan bunga dari

berbagai jenis tanaman yang sudah lama diketahui manusia purba akan efek

farmatologinya. Sejarah mencatat, ganja sudah digunakan orang sejak tahun

83

Muhammah Khudori Bik, Ushul, Al-Fiqh, (Beirut: Dar Al-Fikr, 1986), h. 334. Lihat M.

Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta: AMZAH, 2013), h. 172

84 Luis Ma'luf, Al-Munjid fi Al-Lughah wa Al-A'lam, (Beirut: Dar Al-Masyriq, 1975), h. 170.

Lihat M. Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta: AMZAH, 2013)

85 Azat Husnain, al- Muskirat wa al-Mukhaddirat baina al-Syari'ah wa al-Qanun, (Riyad:

1984), h. 187. Lihat Mardani, Penyalahgunaan Narkobba Dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum

Pidana Nasional.

Page 63: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

49

2700 SM. Opium pun telah digunakan bangsa Mesir kuno untuk menenangkan

orang yang sedang menangis.Meskipun demikian, di samping zat-zat tersebut

digunakan untuk pengobatan, tidak jarang pula digunakan untuk

kenikmatan.86

Dalam kehidupan Arab jahiliah, tradisi meminum minuman keras

sangat kental sehingga tidak dipisahkan.Budaya itu dianggap sebagai

kenikmatan tertinggi dan merupakan prestasi tersendiri ketika seseorang

sedang mabuk.87

Sementara itu, hasyis (ganja) telah disalahgunakan oleh Hasyasyin88

(salah satu sekte Syiah Isma'iliyah). Nizar Al-Muntasir, putra sulung Al-

Muntasir (Khalifah Fatimiyah, 427-428) H/1036-1094 M), memanfaatkan

sekte ini untuk membentuk negara Isma'iliyah Nizariyah. Pemimpin

Hasyasyin menuntut kesetiaan pengikutnya dengan membuat mereka mabuk.

Dengan cara ini merasakan kenikmatan, sehingga mereka bersedia mati untuk

memperoleh kembali kenikmatan "surgawi" itu. Ketika pemimpin hasyasyin

memerintahkan pengikutnya untuk membunuh seorang pejabat, ia berjanji

akan membawa si pengikut kembali ke surga jika berhasil melaksanakannya.89

Seiring dengan peralihan zaman yang ditandai dengan kemajuan

teknologi, maka manusia dapat mengolah zat-zat psikoaktif tersebut dengan

86

Danny I. Yatim, Kepribadian, Keluarga, dan Narkotika: Tinjauan Sosial-

Psikologis,(Jakarta: Arcan, 1989), cet. Ke-1, h. 51. Lihat M. Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah,

(Jakarta: AMZAH, 2013),

87 Mardani, Penyalahgunaan Narkoba; Dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum Pidana

Nasional, h. 90

88 Kata hasyasyin berasal dari kata Arab hasyasyiyyun atau hasyasiyyin yang artinya para

pengguna hasyis (sejenis tumbuhan pembius dan pengantar mabuk). Lihat M. Nurul Irfan dan

Masyrofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta: AMZAH, 2013)

89 Hasan Muarif Ambari, et.al., Ensiklopedia Islam, (Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoeve, 1996),

jilid I, h. 185-187. Lihat M. Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta: AMZAH, 2013)

Page 64: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

50

cara yang canggih pula. Pada tahun 800-an manusia telah dapat menemukan

proses penyulingan. Sebelumnya minuman keras hanya memiliki kadal

alkohol kurang dari 15% karena dibuat dengan fermentasi alamiah.Sementara

itu hubungan antarbangsa di dunia yang juga bertambah pesat.Berawal dari

bangsa Barat yang berhasil menemukan zat psikoaktif di wilayah Asia, Afrika,

dan Amerika menyebabkan tersebarnya zat tersebut ke seluruh penjuru dunia.

Begitu pula dengan kemajuan di bidang teknologi telekomunikasi dan media

massa, berimplikasi pada tersebarnya zat psikoaktif dan semakin

bertambahnya sebagai yang terbaru terkait narkoba ini.90

a. Status Hukum Penyalahgunaan Narkoba

(1) Status Hukum Pemakai, Produsen, dan Pengedar Narkoba

Menurut Hukum Pidana Islam

Status hukum narkoba dalam konteks fiqh memang tidak

disebutkan secara langsung, baik dalam al-Quran maupun sunnah,91

karena belum dikenal pada masa Nabi. Al-Quran hanya berbicara tentang

pengharaman khamr yang dilakukan secara gradual (al-tadri fi al-

tasyri').Meskipun demikian, ulama telah sepakat bahwa menyalahgunakan

narkoba itu haram, karena dapat merusak jasmani dan rohani umat

manusia. Oleh karena itu, menurut Ibnu Taimiyah dan Ahmad Al-Hasary,

jika memang belum ditemukan status hukum penyalahgunaannarkoba

90

Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah (Jakarta: AMZAH, 2013), h. 176

91 Hikmah di haramkannya khamr adalah karena khamr induk kejahatan, dapat melalaikan

dari mengingat Tuhan, menutup hati merusak jasmani dan harta, serta menyebabkan timbulnya

permusuhan sesama manusia. Sementara itu, hikmah diharamkannya khamr secara gradual adalah

karena mengonsumsi khamr sudah menjadi kebiasaan orang-orang jahiliah. Seandainya diharamkan

sekaligus maka akan memberatkan mereka. Lihat Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam

Perspektif Hukum Islam dan Hukum Pidana Nasional.

Page 65: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

51

dalam Al-Quran dan sunnah,92

maka para ulama mujtahid

menyelesaikannya dengan pendekatan qiyas.93

Menurut Ahmad Muhammad Assaf, telah terjadi kesepakatan

ulama tentang keharaman khamr dan pelbagai jenis minuman yang

memabukkan. Sementara itu menurut Ahmad Al-Syarbasi, tanpa

diqiyaskan dengan khamr pun, ganja dan narkotika dapat dikategorikan

sebagai khamr karena dapat menutupi akal.

Oleh karena itu, dapatlah disimpulkan bahwa memakai, menjual,

membeli, memproduksi, dan semua aktivitas yang berkenaan dengan

narkoba adalah haram. Hal ini disebabkan narkoba lebih berbahaya

banding khamr94

Seperti hadits yang Anas Bin Malik riwayatkan:

حمولة ن انس قال: لعن رسول الله ص ف الخمر عشرة: عاصرىا و معتصرىا و شار ع

ب ها و حاملها و الد

شت راة لو. )رواه التمذى و ابن ما

شتي لذا و الد

جو ف نيل اليو و ساقي ها و بائعها و آكل ثنها و الد

(471: 5الاوطار

Artinya: Dari Anas ia berkata, “Rasulullah SAW melaknat tentang khamr

sepuluh golongan : 1.yang memerasnya, 2.pemiliknya (produsennya), 3.yang

meminumnya, 4. yang membawanya (pengedar), 5. yang minta diantarinya, 6.

92

Menurut Ibnu Taimiyah yang disadurkan oleh Ahmad Al-Hasary, komentar reaksi ulama

pertama kali berkenaan dengan penyalahgunaan narkoba, yaitu pada akhir tahun 600 Hijriah. Pada

masa itu kekuasaan di bawah kendali bangsa Tartar di bawah kepemimpinan Raja Genghis Khan.

Lihat Ahmad Al-Hasary, Al-Siyasah Al-Jazariyyah, (Beirut: Dar Al-Jail), jilid II, hlm. 39

93 Qiyas Jali yaitu menyamakan sesuatu hukum yang lebih tinggi kepada sesuatu hukum yang

lebih rendah disebabkan persamaan illat hukumnya. Narkoba Dianalogikan dengan khamr. Lihat

Muhammad Khudari Bik, Ushul Fiqh (Beirut: Dar Al-Fikr, 1988), h. 334. Lihat pula Sayyid Sabiq,

Fiqh al-Sunnah (Beirut: Dar al-Arabiyyah, 1978), cet III juz, h. 330.

94M. Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah (Jakarta: AMZAH, 2013), h. 177

Page 66: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

52

yang menuangkannya, 7. yang menjualnya, 8. yang makan harganya, 9. Yang

membelinya, 10. yang minta dibelikannya”.(HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

(dalam Nailul Authar juz 5 hal. 174).

(2) Metode Istinbath Hukum Qiyas

Secara bahasa qiyasberarti ukuran, mengetahui ukuran sesuatu.

Membandingkan, atau menyamakan sesuatu dengan yang lain.

Pengertian qiyas dalam terminologi erdapat beberapa definisi yang

dikemukakan para ulama ushul fiqh, sekalipun redaksinya berbeda

tetapi mengandung pengertian yang sama. Menurut Saifuddin al-

Amidi mendefinisikan qiyasdengan:

"mempersamakan'illat yang ada pada furu' dengan 'illat yang

ada pada asal yang diistinbathkan dari hukum asal".

Wahbah Zuhaili mendefinisikan qiyas dengan:

"menyatakan sesuatu yang tidak disebutkan hukumnya dalam

nash dengan sesuatu yang disebutkan hukumnya oleh nash,

disebabkan kesatuan 'illat hukum antara keduanya".95

Para ulama ushul fiqh menetapkan Qiyas memiliki empat

rukun, yaitu96

:

1. Ashl )الأصل(

2. Far'u )الفرع(

3. 'Illat )العلة(

4. Hukm al-Ashl )حكم الأصل(

Dalam kasus yang penulis teliti yaitu peredaran narkotika

golongan I yang tidak terdapat pada nash dapat di-qiyas-kan seperti

uraian di bawah ini:

95

Wahbah Zuhaili, Fiqh Al- Islam Wa Adillatuhu, Jilid III, h. 170

96Nasrun Haroen, Ushul Fiqh I, (Jakarta: Logos Publishinh House, 1996), h. 65

Page 67: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

53

1. Ashl )الأصل(, menurut para ahli ushul fiqh, merupakan objek

yang telah ditetapkan hukumnya oleh ayat al-Quran, hadits

Rasulullah saw. Atau ijma' misalnya pengharaman

narkotika dengan meng-qiyas-kannya kepada khamryang

telah ditetapkan hukumnya melalui nash. Menurut para ahli

ushul fiqh yang dikatakan al-Ashl itu adalah nash yang

menentukan hukum, karena nash inilah yang akan

dijadikan patokan penentuan hukum furu'. Dalam kasus

narkotika yang di-qiyas-kan pada khamr , maka menjadi

ashl menurut ayat 90-91 surat al-Maidah.

2. Far'u)الفرع(, adalah objek yang akan ditentukan hukumnya,

yang tidak ada nash atau 'ijma yang tegas dalam

menentukan hukumnya, seperti narkotika.

3. 'Illat )العلة(, adalah sifat yang menjadi penyebab terjadinya

hukum, dalam kasus khamr yang menjadi 'illat-nya adalah

memabukkan.

4. Hukm al-Ashl )حكم الأصل(, adalah hukum syara' yang

ditentukanoleh nashatau ijma'. Adapun hukum yang

ditetapkan pada far'u pada dasarnya merupakan hasil dari

qiyas dan karenanya tidak termasuk rukun.

Hukum narkotika, dari hasil pembahasan dan penelitiaannya,

narkotika adalah sesutau yang mengandung zat yang memabukkan atau

merusak badan, seperti halnya dengan khamr. Zat yang memabukkan

inilah yang menjadi penyebab diharamkannya khamr. Hal ini sesuai

dengan firman Allah dalam suratal-Maidah ayat 5. Dengan demikian

telah ditemukan hukum untuk narkotika sendiri, karena 'illat-nya

keduanya sama yakni memmabukkan.Kesamaan 'illat antara kasus

Page 68: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

54

yang tidak ada nash-nya dengan hukum yang ada nash-nya dalam Al-

Quran atau hadits.Menyebabkan adanya kesatuan hukum.

b. Sanksi terhadap Pelaku Penyalahgunaan Narkotika Menurut

Hukum Pidana Islam

Ulama berbeda pendapat mengenai sanksi terhadappelaku

penyalahgunaan narkoba jika dilihat menurut hukum pidana Islam. Ada

yang berpendapat sanksinya adalah had dan ada pula yang berpendapat

sanksinya adalah takzir. Berikut ini penjelasannya97

:

(1) Ibnu Taimiyah dan Azat Husnain berpendapat bahwa pelaku

penyalahgunaan narkoba diberikan sanksi had, karena narkoba

dianalogikan dengan khamr.98 Yaitu hukum dera sesuai dengan

berat ringannya tindak pelanggaran yang dilakukan oleh

seseorang. Terhadap pelaku pidana mengonsumsi minuman

memabukkan atau obat-obat yang membahayakan, sampai batas

yang membuat gangguan kesadaran, menurut pendapat Hanafi

dan Malik akan dijatuhkan hukuman cambuk sebanyak 80 kali.

Menurut Syafi'i hukumannya hanya 40 kali.99

(2) Wahbah Zuhaili dan Ahmad Al-Hasari berpendapat bahwa

pelaku penyalahgunaan narkoba diberikan sanksi ta'zir karena:

1) Narkoba tidak ada pada masa Rasulullah saw;

97

Ibid, h. 178

98 Harus dikemukakan bahwa menganalogikan narkoba dengan khamr memang perlu

dikaitkan dengan asas legalitas dalam hukum pidana. Asas ini melahirkan kaidah turunan berupa

adanya larangan analogi dalam hukum pidana. Andi Hamzah berpendapat bahwa korupsi tidak bisa

diqiyaskan dengan mencuri, sehingga koruptor tidak boleh dihukum potong tangan. Namun dalam

hukum pidana Islam, larangan penggunaan qiyas justru sebagai bentuk kejumudan hukum pidana

Islam. Lihat M. Nurul Irfan dalam "Revitalisasi kias dalam Hukum Pidana Islam", al-Manahij, jurnal

kajian Hukum Islam, vol.2 2 Juli 2011, h. 223, STAIN Purwokerto

99 Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), h. 101

Page 69: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

55

2) Narkoba lebih berbahaya dibandingkan dengan khamr; dan

3) Narkoba tidak diminum, seperti halnya khamr.

Menurut pendapat penulis, bahwasanya narkotika berstatus haram

karena zatnya yang dapat memabukkan dan dapat diqiyaskan keharamannya

dengan khamr. Lalu, dalam hukum penyalahgunaan narkotika dalam hukum

pidana Islam adalah lebih mengarah kepada penjatuhan sanksi takzir, karena

selain yang dijabarkan oleh Wahbah Zuhaili dan Ahmad Al-Hasari bahwa

narkotika tidak ada pada masa Rasulullah saw dan tidak secara gamblang

dijabarkan dalam Al-Quran dan Sunnah.

B. Hukum Pidana di Indonesia

1. Pengertian Tindak Pidana

Tindak pidana disebut juga delik, delik berasal dari bahasa Latin, yakni

delictum. Dalam bahasa Jerman disebut delict, dalam bahasa prancis disebut

delit, dan dalam bahasa Belanda disebut delict.100

Dalam Kamus Besar Bahas

Indonesia, arti delik diberi batasan sebagai berikut.101

"Perbuatan yang dapat dikenakan hukuman karena merupakan

pelanggaran terhadap undang-undang; tindak pidana."

Istilah yang umum dipakai dalam perundang-undangan Indonesia ialah

"tindak pidana", suatu istilah yang sebenarnya tidak tepat, karena delik itu

dapat dilakukan tanpa berbuat atau bertindak, yang disebut pengabaikan

(Belanda: nalaten; Inggris, negligence) perbuatan yang diharuskan.102

100

Leden Marpaung, Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), h. 7

101 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka,

2001). Lihat Leden Marpaung, Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana, h. 7

102 Andi Hamzah, Terminologi Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h. 48

Page 70: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

56

Dalam hukum pidana Belanda tindak pidana memakai istilah

Strafbaar Feit, kadang juga delict yang berasal dari bahasa latin "delictum"

oleh karena KUHP Indonesia bersumber pada Wetboek Van Strafrect Belanda,

maka istilahnyapun sama yaitu Strafbaar Feit. Dan sekarang timbul masalah

dalam menerjemahkan arti dari Strafbaar Feit itu sendiri ke dalam bahasa

Indonesia.Moeljatno dan Roeslan Saleh memakai istilah "perbuatan pidana",

meskipun tidak untuk menerjemahkan Strafbaar Feit itu.Sedangkan Utrecht

menerjemahkan Strafbaar Feit menjadi peristiwa pidana. Menurut van der

Hoeven, rumusan tersebut tidak tepat karena yang dapat dihukum bukan

perbuatannya tetapi manusianya. Moeljatno memakai istilah "perbuatan

pidana" untuk kata "delik".Menurut beliau, kata "tindak" lebih sempit

cakupannya daripada "perbuatan".Kata "tindak" tidak menunjukkan pada hal

yang abstrak seperti perbuatan, tetapi hanya menyatakan keadaan yang

kongkret. Tetapi A.Z Abidin menambahkan bahwa lebih baik memakai istilah

umum yang digunakan oleh para sarjana, yaitu "delik" (dan bahasa latin,

delictum) dan istilah delik juga dipakai oleh hampir semua penulis seperti

Roeslan Saleh dan Oemar Seno Adji.103

Menurut G.A van Hamel, sebagaimana yang diterjemahkan oleh

Moeljatno, Strafbaar Feit adalah kelakuan orang (menselijke gedraging) yang

dirumuskan dalam wet, yang bersifat melawan hukum, yang patut dipidana

(strafwaardig) dan dilakukan dengan kesalahan.104

Menurut Moeljatno, perbuatan pidana hanya mencakup perbuatan saja,

sebagaimana dikatakannya bahwa:

103

Sianturi, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, (Jakarta: Alumni

Ahaem-Petehaem,1996), h. 203

104 Moeljatno, Azas-Azas Hukum Pidana, (Jakarta: Bina Aksara, 1984), cetakan ke-2, h. 56.

Lihat Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia, h. 58

Page 71: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

57

"perbuatan pidana hanya menunjuk kepada sifatnya perbuatan saja,

yaitu sifat dilarang dengan ancaman dengan pidana kalau dilanggar"105

Dapat disimpulkan bahwa istilah (term) "Strafbaar Feit" yang telah

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, yaitu106

:

1) Perbuatan Pidana

2) Peristiwa Pidana

3) Tindak Pidana

4) Perbuatan Pidana

5) Delik

Dalam bukunya, Sathocid Kartanegara mengutip pendapat Simons

tentang unsur-unsur delik, yaitu107

:

a. Suatu perbuatan manusia (menselijk hendelingen) dengan

hendeling dimaksudkan tidak saja perbuatan (een doen), akan

tetapi juga mengakibatkan (een nalat ten).

b. Perbuatan itu dilarang dan diancam dengan hukuman oleh undang-

undang.

c. Perbuatan itu harus dilakukan oleh seseorang yang dapat

dipertanggungjawabkan, artinya dapat dipersalahkan karena

melakukan perbuatan tersebut

Dan juga berdasarkan aliran Monistis108

, Simons mengemukakan

adanya unsur subjektif dan objektif dari Strafbaar Feit antara lain109

:

105

Ibid, h. 59

106 P.A.F Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, (Bandung: PT Citra Aditya

Bakti, 1997), h. 172

107 Sathocid Kartanegara, Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu: Balai Lektur

Mahasiswa, h. 65

108 Aliran ini tidak ada pemisah antara criminal act dengan criminal responsibility

Page 72: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

58

a. Subjektif

1) Orangnya mampu bertanggung jawab

2) Adanya kesalahan (dolusdan culpa)

b. Objektif

1) Perbuatan orang

2) Akibat dari perbuatan

3) Adanya keadaan tertentu yang menyertai perbuatan-perbuatan seperti

dalam Pasal 281 KUHP yang sifatnya openbaar atau di muka umum.

Moeljatno dalam aliran Dualistis110

mengemukakan unsur-unsur

Strafbaar Feit yang harus dipenuhi ialah:

a. Perbuatan

b. Memenuhi rumusan dalam undang-undang (syarat formil)

c. Syarat formil itu harus ada karena keberadaan asas legalitas yang

terdapat dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP yang berbunyi nullum

delictum nulla poena sine praevia poenali yang artinya tiada ada

suatu perbuatan tindak pidana, tiada pula dipidana, tanpa adanya

undang-undang hukum pidana terlebih dahulu.

Dapat disimpulkan, bahwa Strafbaar Feit atau bisa disebut juga delik,

peristiwa pidana, adalah perbuatan yang dilarang undang-undang, yang

diancam dengan hukuman apabila terpenuhi unsur-unsurnya.

Setelah unsur-unsur tindak pidana, terdapat beberapa jenis tindak

pidana, di antaranya111

:

109

Sudarto, Hukum Pidana 1A-1B, (Semarang: Universitas Diponegoro, 1990), h. 3. Lihat

Lihat Nandang Alamsah Deliarnoor dan Sigid Suseno, Modul I, Pengertian dan Ruang Lingkup Tindak

Pidana Khusus.h. 10. Website: http://www.pustaka.ut.ac.id/lib/wp-

content/uploads/pdfmk/HKUM4309-M1.pdf

110 Aliran ini memisahkan criminal act dengan criminal responsibility.

Page 73: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

59

1. kejahatan (misdrijven) dan pelanggaran (overtredingen). Kejahatan

diatur dalam buku II KUHP, sedangkan pelanggaran diatur dalam

buku III KUHP. Tetapi, dalam KUHP tidak ada penjelasan

pengertian dari kejahatan maupun pelanggaran. Kejahatan adalah

delik-deik yang melanggar kepentingan hukum dan juga

membahayakan secara konkrit atau nyata, sedangkan pelanggaran

merupakan wets delict atau delik undang-undang yang hanya

membahayakan in abstracto saja.112

2. Terdapat delik formil dan delik materiil. Delik formil adalah tindak

pidana yang dirumuskan sedemikian rupa sehingga memberikan

arti bahwa inti dari larangan itu adalah melakukan suatu perbuatan

tertentu. Pada delik formil disebut hanya suatu perbuatan tertentu

yang dapat dipidana. Misalnya, sumpah palsu atau Keterangan

Palsu, diatur dalam Pasal 242 KUHP. Lalu delik materiil, terdapat

akibat tertentu dengan atau tanpa menyebut perbuatan tertentu,

maka dari itu siapa yang menimbulkan akibat yang dilarang

tersebut yang dipertanggungjawabkan dan dipidana.113

3. Delik Dolus dan delik Culpa. Delik dolus memliki unsur

kesengajaan, sedangkan delik culpa memuat unsur kealpaan dalam

tindakannya.

4. Terdapat juga delik commissionis (aktif) dan delik ommisionis

(pasif). Yang dimaksud dengan delik aktif yaitu perbuatan fisik,

dapat berupa suatu gerakan atau gerakan-gerakan dari bagian tubuh

111

Nandang Alamsah Deliarnoor dan Sigid Suseno, Modul I, Pengertian dan Ruang Lingkup

Tindak Pidana Khusus.h. 10. Website: http://www.pustaka.ut.ac.id/lib/wp-

content/uploads/pdfmk/HKUM4309-M1.pdf

112 Andi Hamzah, Asas-asas HukumPidana,(Jakarta: Rineka Cipta, 1994), h. 99

113 Ibid

Page 74: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

60

manusia misalnya pencurian yang diatur dalam Pasal 362 KUHP

dan penganiayaan yang diatur dalam Pasal 351 KUHP.

5. Delik aduan dan delik biasa. Delik aduan merupakan tindak pidana

yang dapat dilakukan penuntutan pidana apabila terlebih dahulu

adanya pengaduan oleh berhak yang mengajukan pengaduan, yaitu

korban atau wakilnya atau keluarga atau orang diberi kuasa khusus

untuk melakukan pengaduan. Sedangkan delik Biasa adalah tindak

pidana yang dilakukannya penuntutan terhadap pelakunya tidak

diisyaratkan adanya pengaduan dari yang berhak.

2. Tindak Pidana Khusus

Tidak ada pendefinisian tindak pidana khusus secara baku. Akan

tetapi, berdasarkan Memori Penjelasan (Memori van Toelichting/MvT) dari

Pasal 103 KUHP, istilah "Pidana Khusus" dapat diartikan sebagai perbuatan

pidana yang ditentukan dalam perundangan tertentu di luar KUHP.114

Sebagaimana dikemukakan oleh K. Wantjik Saleh Ihwal latar

belakang timbulnya tindak pidana khusus:

"Apa yang tercantum dalam KUH Pidana pasti tidak dapat mengikuti

perkembangan zaman.Selalu timbul berbagai perbuatan yang tidak disebut

oleh KUH Pidana sebagai suatu perbuatan yang merugikan masyarakat dan

melawan hukum, maka Penguasa/Pemerintah dapat mengeluarkan suatu

peraturan atau undang-undang yang menyatakan bahwa suatu perbuatan

menjadi tindak pidana. Berhubung tindak pidana tersebut tidak berada di

dalam KUH Pidana, maka disebut Tindak Pidana di luar KUH Pidana"115

Rochmat Soemitro (1991), mendefinisikan tindak pidana khusus

sebagai tindak pidana yang diatur tersendiri dalam undang-undang khusus,

114

Adam Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana I, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013),h. 13

115Aziz Syamsuddin, Tindak Pidana Khusus, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), h. 13

Page 75: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

61

yang memberikan peraturan khusus tetntang cara penyidikannya, tuntutannya,

pemeriksannya, maupun sanksinya yang menyimpang dari ketentuan yang

dimuat dalam KUHP.116

Namun, T.N Syamsah berpendapat bahwa pengertian tindak pidana

khusus harus dibedakan dari pengertian ketentuan pidana khusus.Pidana

khusus pada umumnya mengatur tentang tindak pidana yang dilakukan dalam

bidang tertentu atau khusus (di luar KUHP) seperti di bidang perpajakan,

imigrasi, perbankan yang tidak diatur secara umum dalam KUHP atau yang

diatur menyimpang dari ketentuan pidana umum. Sedangkan, tindak pidana

khusus adalah tindak pidana yang diatur sendiri oleh undang-undang khusus,

yang memberikan peraturan khusus tentang cara penyidikannya, tuntutannya,

pemerikasaannya maupun sanksinya yang menyimpang dari ketentuan yang

dimuat dalam KUHP yang lebih ketat atau lebih berat. Tetapi, jika tidak

diberikan ketentuan yang menyimpang, ketentuan KUHP umum tetap

berlaku.117

Tindak pidana khusus itu sangat merugikan masyarakat dan negara,

maka perlu diadakan tindakan cepat dan perlu diberi wewenang yang lebih

luas kepada penyidik dan penuntut umum, hal ini agar dapat mencegah

kerugian yang lebih besar.Macam-macam tindak pidana khusus misalnya

tindak pidana ekonomi, tindak pidana korupsi, tindak pidana narkotika serta

tindak pidana HAM berat.118

116

Ibid

117 T.N Syamsah, Tindak Pidana Perpajakan, (Bandung: Alumni, 2011), h. 51. Lihat

Nandang Alamsah Deliarnoor dan Sigid Suseno, Modul I, Pengertian dan Ruang Lingkup Tindak

Pidana Khusus.h. 19. Website: http://www.pustaka.ut.ac.id/lib/wp-

content/uploads/pdfmk/HKUM4309-M1.pdf

118 Ibid, h. 52

Page 76: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

62

Titik tolak kekhususan suatu peraturan perundang-undangan khusus

dapat dilihat dari perbuatan yang diatur, masalah subjek tindak pidana, pidana

dan pemidanaannya.Subjek hukum tindak pidana khusus diperluas, tidak saja

meliputi orang pribadi melainkan juga badan hukum (korporasi).Sedangkan

dari aspek masalah pemidanaan, dilihat dari pola perumusan ataupun pola

ancaman sanksi, tindak pidana khusus menyangkut 3 (tiga) permasalahan

yakni tindak pidana, pertanggungjawaban pidana, serta pidana dan

pemidanaan.119

Ruang lingkup tindak pidana khusus tidak bersifat tetap, tetapi dapat

berubah sesuai dengan apakah ada penyimpangan atau menetapkan sendiri

ketentuan khusus dari Undang-undang pudana yang mengatur substansi

tersebut.120

3. Tindak Pidana Pengedaran Narkotika Golongan I

Di dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,

narkotika didefinisikan sebagai zat atau obat yang berasal dari tanaman atau

bukan tanaman, baik sintesis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang

dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam UU No.

35 Tahun 2009.121

Pembentukan Undang-Undang Narkotika memliki empat tujuan,

yakni122

:

119

Aziz Syamsuddin, Tindak Pidana Khusus, h. 13

120 Ibid

121Ibid, h. 90

122 Ruslan Renggong, Hukum Pidana Khusus, Memahami Delik-Delik di Luar KUHP,

(Jakarta: Prenamedia Group, 2016), h. 121

Page 77: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

63

a. Menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan

kesehatan dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi.

b. Mencegah, melindungi, dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari

penyalanhgunaan narkotika.

c. Memberantas peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika

d. Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial.

Dalam undang-undang ini diatur rumusan unsur-unsur tindak pidana

narkotika dan sanksi pidana yang dikenakan, sebagai berikut123

:

Pasal 111 ayat (1)

"Setiap orang tanpa hak atau melawan hukum menanam, memelihara,

memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I

dalam bentuk tanaman. Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4

(empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling

sedikit Rp 800.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.

8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah)"

Pasal 111 ayat (2)

"Dalam hal ini perbuatan menanam, memelihara, memliki, menyimpan,

menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau

melebihi 5 (lima) batang pohon Pelaku dipidana dengan pidana penjara

seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling

lama 20 (dua puluh) tahun dan dipidana denda maksimum sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dan ditambah 1/3 (sepertiga)"

Pasal 112 ayat (1)

"Setiap orang tanpa hak atau melawan hukum, memiliki, menyimpan,

menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I bukan tanaman.

Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling

123

Ibid, h. 125

Page 78: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

64

lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 500.000.000,00

(lima ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 8.000.000.000,00 (delapan

miliar rupiah)"

Pasal 112 ayat (2)

"Dalam hal perbuatan memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan

Narkotika Golongan I bukan tanaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

beratnya melebihi 5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana penjara

seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling

lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga)"

Pasal 113 ayat (1)

"Setiap orang tanpa hak atau melawan hukum, memproduksi, mengimpor,

mengekspor, atau menyalurkan Narkotika Golongan I. Dipidana dengan

pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama15 (lima belas)

tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar

rupiah) dan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)"

Pasal 113 ayat (2)

"Dalam hal perbuatan memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau

menyalurkan Narkotika Golongan I sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

mengakibatkan orang lain mati atau cacat permanen, Pelaku dipidana dengan

pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat

5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda

maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga)"124

Didalam bukunya, Ridha Ma'roef mengatakan bahwa Narkotika ialah

Candu, Ganja, Cocaine, dan Zat-zat yang mentahnya diambil dari benda-

benda termasuk yakni Morphine, Heroin, Codein Hashisch, Coccaine. Dan

termasuk juga Narkotika sintetis yang menghasiljan zat-zat, obat yang

tergolong dalam Hallucinogen dan Stimulan.125

124

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.

125 Ridha Ma'roef, Narkotika, Masalah dan Bahayanya, (Jakarta: PT Bina Aksara, 1987), h.

15

Page 79: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

65

Menurut Pasal 1 angka 1 UU Narkotika pengertian Narkotika adalah:

"Zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis

maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan

dapat menimbulkan ketergantungan."

Narkotika mengacu pada sekelompok senyawa kimia yang berbahaya

apabila digunakan tidak pada dosis yang tepat.Bahaya itu berupa candu dan

ketagihan yang tidak bisa berhenti.Hal ini dikarenakan di dalam narkotika

terkandung senyawa adiktif yang bersifat adiksi bagi pemakainya.Penggunaan

narkotika dapat menyebabkan hilangnnya kesadaran dan si pengguna dapat

dengan mudah melupakan segala permasalahan yang di hadapi.Pemakai

dibuat seperti diatas awan dan selalu merasa bahagia.Inilah yang kemudian

mendorong banyak orang yang sedang diliputi masalah beralih mencari

kesenangan dengan mengonsumsi obat-obatan terlarang ini.126

Adapun penggolongan dan jenis narkotika digolongkan sebagai berikut:127

1. Golongan I

Dalam penggolongan narkotika, zat atau obat golongan I

mempunai potensi ang sangat tinggi dan mengakibatkan

ketergantungan.Oleh karena itu di dalam penggunaanna hana

diperuntukkan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak

dipergunakan dalam terapi.Pengertian pengembangan ilmu pengetahuan,

termasuk di dalamna untuk kepentingan medis ang sangat terbatas. Jenis

golongan I ada 65 macam, antara lain:

126

Arya Fitri, "Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Peredaran Narkotika (Studi Kasus

Putusan No. 61/Pid.Sus/2013/PN. Jo)." (Skripsi S-1 Fakultas Hukum, Universitas Hasanuddin, 2014),

h. 13

127Ibid, h. 20

Page 80: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

66

1. Tanaman Papaver Somniferum L dan semua bagian-bagiannya termasuk

buah dan jeraminya, kecuali bijinya.

2. Opium mentah, yaitu getah yang membeku sendiri, diperoleh dari buah

tanaman Papaver Somniferum L yang hanya mengalami pengolahan

sekedar untuk pembungkus dan pengangkutan tanpa memperhatikan

kadar morfinnya.

3. Opium masak terdiri dari:

a.candu, hasil yang diperoleh dari opium mentah melalui suatu rentetan

pengolahan khususnya dengan pelarutan, pemanasan dan peragian

dengan atau tanpa penambahan bahan-bahan lain, dengan maksud

mengubahnya menjadi suatu ekstrak yang cocok untuk pemadatan.

b.j jicing, sisa-sisa dari candu setelah dihisap, tanpa memperhatikan apakah

candu itu dicampur dengan daun atau bahan lain.

c.jicingko, hasil yang diperoleh dari pengolahan jicing.

4. Tanaman koka, tanaman dari semua genus Erythroxylon dari

keluarga Erythroxylaceaetermasuk buah dan bijinya.

5. Daun koka, daun yang belum atau sudah dikeringkan atau dalam bentuk

serbuk dari semua tanaman genus Erythroxylon dari

keluarga Erythroxylaceae yang menghasilkan kokain secara langsung

atau melalui perubahan kimia.

6. Kokain mentah, semua hasil-hasil yang diperoleh dari daun koka yang

dapat diolah secara langsung untuk mendapatkan kokaina.

7. Kokaina, metil ester-1-bensoil ekgonina.

8. Tanaman ganja, semua tanaman genus genus cannabis dan semua

bagian dari tanaman termasuk biji, buah, jerami, hasil olahan tanaman

ganja atau bagian tanaman ganja termasuk damar ganja dan hasis.

9. Tetrahydrocannabinol, dan semua isomer serta semua bentuk stereo

kimianya.

Page 81: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

67

10. Delta 9 tetrahydrocannabinol, dan semua bentuk stereo kimianya.

11. Asetorfina : 3-0-acetiltetrahidro-7a-(1-hidroksi-1-

metilbutil)-6, 14-endoeteno-oripavina

12. Acetil - alfa - metil fentanyl : N-[1-(a-metilfenetil)-4-piperidil]

asetanilida

13. Alfa-metilfentanil : N-[1-(a-metilfenetil)-4-piperidil]

propionanilida

14. Alfa-metiltiofentanil : N-[1-]1-metil-2-(2-tienil)etil]-4-

piperidil] priopionanilida

15. Beta-hidroksifentanil : N-[1-(beta-hidroksifenetil)-4-piperidil]

propionanilida

16. Beta-hidroksi-3-metil-

fentanil

: N-[1-(beta-hidroksifenetil)-3-metil-

4piperidil] propionanilida

17. Desmorfina : Dihidrodeoksimorfina

18. Etorfina : tetrahidro-7a-(1-hidroksi-1-metilbutil)-

6,14-endoeteno-oripavina

19. Heroina : Diacetilmorfina

20. Ketobemidona : 4-meta-hidroksifenil-1-metil-4-

propionilpiperidina

21. 3-metilfentanil : N-(3-metil-1-fenetil-4-piperidil)

propionanilida

22. 3-metiltiofentanil : N-[3-metil-1-[2-(2-tienil)etil]-4-

piperidil] propionanilida/td>

23. MPPP : 1-metil-4-fenil-4-piperidinol propianat

(ester)

24. Para-fluorofentanil : 4'-fluoro-N-(1-fenetil-4-piperidil)

propionanilida

25. PEPAP : 1-fenetil-4-fenil-4-piperidinolasetat

Page 82: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

68

(ester)

26. Tiofentanil : N-[1-[2-(2-tienil) etil]-4-piperidil]

propionanilida

27. BROLAMFETAMINA,

nama lain DOB

: (±)-4-bromo-2, 5-dimetoksi-a-

metilfenetilamina

28. DET : 3-[2-(dietilamino) etil] indol

29. DMA : (+)-2, 5-dimetoksi-a-metilfenetilamina

30. DMHP : 3-(1,2-dimetilheptil)-7 ,8,9, 10-

tetrahidro-6,6,9-trimetil-6H-

dibenzo[b,d] piran-1-ol

31. DMT : 3-[2-(dimetilamino) etil] indol

32. DOET : (±)-4-etil-2,5-dimetoksi-a-

metilfenetilamina

33. ETISIKLIDINA,

nama lain PCE

: N-etil-1-fenilsikloheksilamina

34. ETRIPTAMINA : 3-(2aminobutil) indole

35. KATINONA : (-)-(S)-2-aminopropiofenon

36. (+)-LISERGIDA,

nama lain LSD, LSD-25

: 9,10-didehidro-N, N-dietil-6-

metilergolina-8 β-karboksamida

37. MDMA : (±)-N, a-dimetil-3,4-(metilendioksi)

fenetilamina

38. Meskalina : 3,4,5-trimetoksifenetilamina

39. METKATINONA : 2-(metilamino )-1-fenilpropan-1-on

40. 4-metilaminoreks : (±)-sis-2-amino-4-metil-5-fenil-2-

oksazolina

41. MMDA : 5-metoksi-a-metil-3, 4-(metilendioksi)

fenetilamina

42. N-etil MDA : (±)-N-etil- a -metil-3, 4-(metilendioksi)

Page 83: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

69

fenetilamina

43. N-hidroksi MDA : (±)-N-[a -metil-3, 4-(metilendioksi)

fenetil]hidroksilamina

44. Paraheksil : 3-heksil-7,8,9, 10-tetrahidro-6,6, 9-

trimetil-6H-dibenzo [b,d] piran-1-ol

45. PMA : p-metoksi- a –metilfenetilamina

46. psilosina, psilotsin : 3-[2-(dimetilamino) etil]indol-4-ol

47. PSILOSIBINA : 3-[2-(dimetilamino) etil]indol-4-il

dihidrogen fosfat

48. ROLISIKLIDINA,

nama lain PHP,PCPY

: 1-(1-fenilsikloheksil) pirolidina

49. STP, DOM : 2,5-dimetoksi- a, 4-dimetilfenetilamina

50. TENAMFETAMINA,

nama lain MDA

: a -metil-3,4-(metilendioksi)

fenetilamina

51. TENOSIKLIDINA,

nama lain TCP

: 1-[1-(2-tienil) sikloheksil]piperidina

52. TMA : (±)-3,4,5-trimetoksi- a –

metilfenetilamina

53. AMFETAMINA : (±)- a –metilfenetilamina

54. DEKSAMFETAMINA : (+)- a –metilfenetilamina

55. FENETILINA : 7-[2-[(a -metilfenetil)

amino]etil]teofilina

56. FENMETRAZINA : 3- metil- 2 fenilmorfolin

57. FENSIKLIDINA,

nama lain PCP

: 1-(1-fenilsikloheksil) piperidina

58. LEVAMFETAMINA,

nama lain levamfetamina

: (-)-(R)- a –metilfenetilamina

59. Levometamfetamina : (-)- N, a –dimetilfenetilamina

Page 84: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

70

60. MEKLOKUALON : 3-(o-klorofenil)- 2-metil-4 (3H)-

kuinazolinon

61. METAMFETAMINA : (+)-(S)-N, a –dimetilfenetilamina

62. METAKUALON : 2- metil- 3-o-to lil-4 (3H)- kuinazolinon

63. ZIPEPPROL : a - (a metoksibenzil)-4-(β-

metoksifenetil)-1-piperazinetano

64. Opium Obat

65. Campuran atau sediaan opium obat dengan bahan lain bukan narkotika

2. Narkotika Golongan II

Narkotika pada golongan ini adalah yang berkhasiat terhadap

pengobatan dan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat

dipergunakan dalam terapi dan untuk tujuan pengembangan ilmu

pengetahuan.Narkotika golongan ini mempunyai potensi tinggi

megakibatkan ketergantungan. Daftar narkotika golongan II antara lain:

1. Alfasetilmetadol : alfa-3-asetoksi-6-dimetil amino-4,4-

difenilheptana

2. Alfameprodina : alfa-3-etil-1-metil-4-fenil-4-

propionoksipiperidina

3. Alfametadol : alfa-6-dimetilamino-4,4-difenil-3-heptanol

4. Alfaprodina : alfa-l, 3-dimetil-4-fenil-4-propionoksipiperidina

5. Alfentanil : N-[1-[2-(4-etil-4,5-dihidro-5-okso-l H-tetrazol-

1-il)etil]-4-(metoksimetil)-4-piperidinil]-

Nfenilpropanamida

6. Allilprodina : 3-allil-1-metil-4-fenil-4-propionoksipiperidina

7. Anileridina : asam 1-para-aminofenetil-4-fenilpiperidina)-4-

karboksilat etil ester

Page 85: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

71

8. Asetilmetadol : 3-asetoksi-6-dimetilamino-4, 4-difenilheptana

9. Benzetidin : asam 1-(2-benziloksietil)-4-fenilpiperidina-4-

karboksilat etil ester

10. Benzilmorfina : 3-benzilmorfina

11. Betameprodina : beta-3-etil-1-metil-4-fenil-4-

propionoksipiperidina

12. Betametadol : beta-6-dimetilamino-4,4-difenil-3-heptanol

13. Betaprodina : beta-1,3-dimetil-4-fenil-4-propionoksipiperidina

14. Betasetilmetadol : beta-3-asetoksi-6-dimetilamino-4, 4-

difenilheptana

15. Bezitramida : 1-(3-siano-3,3-difenilpropil)-4-(2-okso-3-

propionil-1-benzimidazolinil)-piperidina

16. Dekstromoramida : (+)-4-[2-metil-4-okso-3,3-difenil-4-(1-

pirolidinil) butil]-morfolina

17. Diampromida : N-[2-(metilfenetilamino)-propil]propionanilida

18. Dietiltiambutena : 3-dietilamino-1,1-di (2'-tienil)-1-butena

19. Difenoksilat : asam 1-(3-siano-3,3-difenilpropil)-

4fenilpiperidina-4-karboksilat etil ester

20. Difenoksin : asam 1-(3-siano-3,3-difenilpropil)-4-

fenilisonipekotik

21. Dihidromorfina

22. Dimefheptanol : 6-dimetilamino-4,4-difenil-3-heptanol

23. Dimenoksadol : 2-dimetilaminoetil-1-etoksi-1,1-difenilasetat

24. Dimetiltiambuten

a

: 3-dimetilamino-1,1-di-(2'-tienil)-1-butena

25. Dioksafetil butirat : etil-4-morfolino-2, 2-difenilbutirat

26. Dipipanona : 4, 4-difenil-6-piperidina-3-heptanona

27. Drotebanol : 3,4-dimetoksi-17-metilmorfinan-6ß,14-diol

Page 86: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

72

28. Ekgonina, termasuk ester dan derivatnya yang setara dengan ekgonina

dan kokaina

29. Etilmetiltiambute

na

: 3-etilmetilamino-1, 1-di-(2'-tienil)-1-butena

30. Etokseridina : asam1-[2-(2-hidroksietoksi)-etil]-

4fenilpiperidina-4-karboksilat etil ester

31. Etonitazena : 1-dietilaminoetil-2-para-etoksibenzil-5-

nitrobenzimedazol

32. Furetidina : asam 1-(2-tetrahidrofurfuriloksietil) 4

fenilpiperidina-4-karboksilat etil ester)

33. Hidrokodona : Dihidrokodeinona

34. Hidroksipetidina : asam 4-meta-hidroksifenil-1-metilpiperidina-4-

karboksilat etil ester

35. Hidromorfinol : 14-hidroksidihidromorfina

36. Hidromorfona : Dihidrimorfinona

37. Isometadona : 6-dimetilamino- 5 -metil-4, 4-difenil-3-

heksanona

38. Fenadoksona : 6-morfolino-4, 4-difenil-3-heptanona

39. Fenampromida : N-(1-metil-2-piperidinoetil)-propionanilida

40. Fenazosina : 2'-hidroksi-5,9-dimetil- 2-fenetil-6,7-

benzomorfan

41. Fenomorfan : 3-hidroksi-Nfenetilmorfinan

42. Fenoperidina : asam1-(3-hidroksi-3-fenilpropil)-4-

fenilpiperidina-4-karboksilat etil ester

43. Fentanil : 1-fenetil-4-N-propionilanilinopiperidina

44. Klonitazena : 2-para-klorbenzil-1-dietilaminoetil-5-

nitrobenzimidazol

45. Kodoksima : dihidrokodeinona-6-karboksimetiloksima

Page 87: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

73

46. Levofenasilmorfa

n

: (1)-3-hidroksi-N-fenasilmorfinan

47. Levomoramida : (-)-4-[2-metil-4-okso-3,3-difenil-4-(1pirolidinil)

butil] morfolina

48. Levometorfan : (-)-3-metoksi-N-metilmorfinan

49. Levorfanol : (-)-3-hidroksi-N-metilmorfinan

50. Metadona : 6-dimetilamino-4, 4-difenil-3-heptanona

51. Metadona

intermediat

: 4-siano-2-dimetilamino-4, 4-difenilbutana

52. Metazosina : 2'-hidroksi-2,5,9-trimetil-6, 7-benzomorfan

53. Metildesorfina : 6-metil-delta-6-deoksimorfina

54. Metildihidromorfi

na

: 6-metildihidromorfina

55. Metopon : 5-metildihidromorfinona

56. Mirofina : Miristilbenzilmorfina

57. Moramida

intermediat

: asam (2-metil-3-morfolino-1, 1difenilpropana

karboksilat

58. Morferidina : asam 1-(2-morfolinoetil)-4-fenilpiperidina-4-

karboksilat etil ester

59. Morfina-N-oksida

60. Morfin metobromida dan turunan morfina nitrogen pentafalent lainnya

termasuk bagian turunan morfina-N-oksida, salah satunya kodeina-N-

oksida

61. Morfina

62. Nikomorfina : 3,6-dinikotinilmorfina

63. Norasimetadol : (±)-alfa-3-asetoksi-6metilamino-4,4-

difenilheptana

64. Norlevorfanol : (-)-3-hidroksimorfinan

Page 88: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

74

65. Normetadona : 6-dimetilamino-4,4-difenil-3-heksanona

66. Normorfina dimetilmorfina atau N-demetilatedmorfina

67. Norpipanona : 4,4-difenil-6-piperidino-3-heksanona

68. Oksikodona : 14-hidroksidihidrokodeinona

69. Oksimorfona : 14-hidroksidihidromorfinona

70. Petidina

intermediat A

: 4-siano-1-metil-4-fenilpiperidina

71. Petidina

intermediat B

: asam4-fenilpiperidina-4-karboksilat etil ester

72. Petidina

intermediat C

: Asam1-metil-4-fenilpiperidina-4-karboksilat

73. Petidina : Asam1-metil-4-fenilpiperidina-4-karboksilat etil

ester

74. Piminodina : asam 4-fenil-1-(3-fenilaminopropil)- piperidina-

4-karboksilat etil ester

75. Piritramida : asam1-(3-siano-3,3-difenilpropil)-4 (1-

piperidino)-piperdina-4-karboksilat amida

76. Proheptasina : 1,3-dimetil-4-fenil-4-propionoksiazasikloheptana

77. Properidina : asam1-metil-4-fenilpiperidina-4-karboksilat

isopropil ester

78. Rasemetorfan : (±)-3-metoksi-N-metilmorfinan

79. Rasemoramida : (±)-4-[2-metil-4-okso-3,3-difenil-4-(1-

pirolidinil)-butil]-morfolina

80. Rasemorfan : (±)-3-hidroksi-N-metilmorfinan

81. Sufentanil : N-[4-(metoksimetil)-1-[2-(2-tienil)-etil -4-

piperidil] propionanilida

82. Tebaina

83. Tebakon : Asetildihidrokodeinona

Page 89: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

75

84. Tilidina : (±)-etil-trans-2-(dimetilamino)-1-fenil-3-

sikloheksena-1-karboksilat

85. Trimeperidina : 1,2,5-trimetil-4-fenil-4-propionoksipiperidina

86. Garam-garam dari Narkotika dalam golongan tersebut di atas.

3. Narkotika Golongan III

Narkotika Golongan ini adalah narkotika yang berkhasiat dalam

pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan tujuan

pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan

menyebabkan ketergantungan. Golongan narkotika untuk golongan III

antara lain:

1. Asetildihidrokodeina

2. Dekstropropoksifena : a-(+)-4-dimetilamino-1,2-difenil-3-metil-2-

butanol propionate

3. Dihidrokodeina

4. Etilmorfina : 3-etil morfina

5. Kodeina : 3-metil morfina

6. Nikodikodina : 6-nikotinildihidrokodeina

7. Nikokodina : 6-nikotinilkodeina

8. Norkodeina : N-demetilkodeina:

9. Polkodina : Morfoliniletilmorfina

10. Propiram : N-(1-metil-2-piperidinoetil)-N-2-

piridilpropionamida

11. Buprenorfina : 21-siklopropil-7-±-[(S)-1-hidroksi-1,2,2-

trimetilpropil]-6,14-endo-entano-6,7,8,14-

tetrahidrooripavina

12. Garam-garam dari Narkotika dalam golongan tersebut di atas

Page 90: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

76

13. Campuran atau sediaan difenoksin dengan bahan lain bukan narkotika

14. Campuran atau sediaan difenoksilat dengan bahan lain bukan narkotika

Kesimpulan yang dapat penulis ambil adalah pidana yang diancamkan

kepada pelaku penyalahgunaan narkotika untuk dirinya sendiri tidak dianggap

sebagai sebuah tindakan pidana karena berstatus tidak membahayakan orang

lain, namun walaupun kejahatan ini termasuk dalam Undang-Undang sebagai

ancaman pidana, tentu saja hukuman ini tidak menyiksa dan bersifat

penyembuhan (treatment) dan menjalani rehabilitasi bagi si pelaku. Namun,

untuk pelaku penyalahgunaan narkotika bagi orang yang memproduksi,

mentrasito, mengekspor, mengimpor, mengedarkan narkotika, hukumannya

adalah lebih berat dari pelaku yang hanya menyalahgunakan bagi dirinya

sendiri, karena ini adalah dapat disebut sebagai tindak pidana yang dapat

membahayakan dirinya sendiri dan juga dapat membahayakan orang lain.

Page 91: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

77

BAB IV

ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG

NOMOR 145. PK/PID.SUS/2016

A. Putusan Pengadilan Mahkamah Agung No. 145. PK/PID.SUS/2016.128

a. Kronologi Kasus

Awal mula perbuatan Fredi Budiman sang Pengedar Narkoba ini

dimulai pada Maret tahun 2009 lalu. Fredi Budiman didapat pada

kediamannya di Apartemen Taman Surya, Cengkareng, Jakarta Barat sebuah

barang sabu-sabu seberat 500 gram, dari penggeledahan itu Fredi Budiman

diganjar hukuman 3 tahun 4 bulan penjara.

Setelah terbebas dari hukuman penjara tersebut, Fredi kembali

melakukan tindak pidana pada tahun 2011, penangkapan itu dimulai saat

polisi menggeledah mobilnya dan didapatkan barang bukti berupa 300 gram

heroin dan 450 gram bahan pembuat ekstasi. Terkait kasus itu Fredi Budiman

divonis 9 tahun penjara.

Namun, baru setahun mendekam di balik jeruji besi Lembaga

Pemasyarakan Cipinang, ia kembali berulah menjadi residiviedengan

mendatangkan pil ekstasi dalam jumlah yang besar dari Cina, ia masih bisa

mengorganisasi penyendupan sebanyak 1.412.475 pil ekstasi dari Cina.129

Pada surat dakwaan Primair Jaksa/Penuntut Umum Kejaksaan Negeri

Jakarta Barat dijelaskan sebagai berikut:

128

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat No. 145 145/PK/PID.SUS/2016

www.putusan.mahkamahagung.go.id

129http://megapolitan.kompas.com/read/2013/07/27/1145459/Freddy.Budiman.Bandar.Narkoti

ka.sejak.2009

Page 92: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

78

Peristiwa pidana ini melibatkan terdakwa Fredi Budiman Alias Budi

Bin H.Nanang Hidayat bersama-sama:

1. Hani Sapta Pribowo Bin H.M Gatot Edi,

2. Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong,

3. Muhamad Muhtar Alias Muhamad Moektar,

4. Abdul Syukur Alias Ukung Bin Meiji,

5. Achmadi Alias Madi Bin Samin130

Pada hari Jumat tanggal 25 Mei 2012 sekira pukul 19.00 WIB

setidak-tidaknya pada waktu lain dalam tahun 2012, bertempat di Jalan Kamal

Raya Kelurahan Cengkareng Timur Jakarta Barat, atau setidak-tidaknya di

tempat lain yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri

Jakarta Barat, yang tanpa hak atau melawan hukum dalam hal perbuatan

menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menjadi perantara dalam jual

beli, menukar, menyerahkan, atau menerima Narkotika golongan I,

sebagaimana dimaksud ayat (1) yang dalam bentuk bukan tanaman, percobaan

atau pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana narkotika dan

prekursor narkotika jenis Ekstasi sebanyak 1.412.476 (satu juta empat ratus

dua belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau setara dengan lebih

kurang 380.996,9 (tiga ratus delapan puluh ribu sembilan ratus sembilan

puluh sembilan koma sembilan) gram. Perbuatan tersebut dilakukan terdakwa

dengan cara sebagai berikut:

Bahwa awalnya sekitar tahun 2009 Chandra Halim Alias Akiong Bin

Tingtong kenal dengan Wang Chang Shui (Warga Negara Hongkong) di

Hong kong dalam perkenalan tersebut terdakwa Chandra Halim Alias Akiong

Bin Tingtong minta bantuan untuk menagih hutang uang kepada 4 (empat)

130

Disidangkan terpisah di Peradilan Militer

Page 93: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

79

orang warga Negara Cina dan mulai dari saat itulah hubungan Chandra Halim

alias Akiong Bin Tingtong dengan Wang Chang Shui sangat dekat.

Bahwa pada mulanya perkenalan Chandra Halim Alias Akiong Bin

Tingtong dengan terdakwa Fredi Budiman di dalam RUTAN Cipinang satu

kamar dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo yang saat itu terdakwa Fredi

Budiman menyampaikan kalau ada kiriman narkotika dari luar negeri yang

melalui pelabuhan Tanjung Priok agar melalui terdakwa Fredi Budiman

karena dia dianggap orang yang bisa mengurus di pelabuhan dan kemudian

hal tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong ceritakan kepada

Wang Chang Shui, kemudian juga terdakwa Fredi Budiman sudah pernah

berbisnis narkotika dengan Chandra Halim Alias Akiong yang masih tersisa

hutang yang belum dibayar oleh terdakwa Fredi Budiman sebesar Rp.

5.000.000.000,- (Lima Miliyar Rupiah).

Sebelumnya Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong juga pernah

dikirimi narkotika jenis shabu sebanyak 6 (enam) kilogram oleh Wang Chang

Shui yang saat itu terdakwa terima melalui hotel Ibis Jakarta Pusat dan saat itu

juga Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong kerjasama dengan terdakwa

Fredi Budiman, karena pada saat itu juga terdakwa Fredi Budiman

menyanggupi untuk ambil shabu tersebut dengan kesepakatan terdakwa

Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong dan mendapat Rp.

35.000.000.000,- (Tiga Puluh Lima Juta Rupiah) perkilonya.

Bahwa selain terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

kenal dengan Fredi Budiman di dalam penjara juga mengenal dengan Hani

Sapta Pribowo Alias Bowo yang satu kamar tahanan dengan terdakwa Fredi

Budiman yang dikenalkan oleh terdakwa Fredi Budiman, dalam perkenalan

Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong tersebut terdakwa Fredi Budiman

Page 94: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

80

jelaskan bahwa Hani Sapta Pribowo Alias Bowo adalah penguasa pelabuhan

Tanjung Priok dan punya usaha di sana.

Bahwa setelah Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong kenal

dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo mulai saat itu sering banyak

petermuan keduanya termasuk juga Terdakwa Fredi Budiman, dalam

pertemuan tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong menanyakan

kepada Hani Sapta Pribowo Alias Bowo tentang pengiriman barang dari luar

negeri melalui jalur yang aman yang dimaksudnya jalur yang tidak diperiksa

oleh bea dan cukai, lalu Hani Sapta Pribowo Alias Bowo menelepon Abdul

Syukur Alias Ukung dari situlah awalnya Hani Sapta Pribowo Alias Bowo

memperkenalkan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong dengan Abdul

Syukir Alias Ukung melalui handphone.

Kemudian sekitar tahun 2011 ada pertemuan antara Chandra Halm

Alias Akiong Bin Tingtong, Hani Sapta Pribowo dan Terdakwa Fredi

Budiman bertempat di kamar (Terdakwa Fredi Budiman yang satu kamar

dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo) di penjara dalam pertemuan tersebut

Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong bermaksud akan mengirim

dispenser dari Cina melalui jalurnya Hani Sapta Pribowo Alias Bowo telah

menyanggupi apa saja yang akan dikirim oleh Chandra Halim Alias Akiong

Bin Tingtong dan juga Hani Sapta Pribowo Alias Bowo telah memberikan

alamat PRIMKOP KALTA kepada Chandra Halim Alias Akiong Bin

Tingtong.

Bahwa mulanya teman Chandra Halim Alias Akiong yang bernama

Whang Chang Shui mau mengimpor barang dari Cina berupa dispenser

sekitar tahun 2011, dengan adanya impor dispenser Hani Sapta Pribowo Alias

Bowo menghubungi Abdul Syukur Alias Ukung dengan menyuruh anak

buahnya bernama Sani untuk meminta kop surat PRIMKOP KALTA lalu

Page 95: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

81

Abdul Syukur Alias Ukung menghubungi Supriadi yang kemudian Supriadi

memberikan kop asli PRIMKOP KALTA namun Supriadi berpesan kepada

Abdul Syukur Alias Ukung yang mengatakan supaya fotokopinya saja

diberikan kepada Hani Sapta Pribowo Alias Bowo namun pengiriman

dispenser batal.

Lalu Hani Sapta Pribowo Alias Bowo menghubungi Abdul Syukur

Alias Ukung lagi yang menyampaikan bahwa order kali ini adalah impor

barang berupa aquarium, lalu pada tanggal 26 Maret 2012 sekira pukul 15.00

WIB Abdul Syukur Alias Ukung mengirim sms kepada Hani Sapta Pribowo

Alias Bowo yang isinya memberitahukan alamat PT. PRIMER KOPERASI

KALTAS (Bais TNI) di Jalan Kalibata Raya No. 24 Jakarta Selatan. Karena

ada permintaan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo minta alamat tersebut untuk

pengiriman barang impor berupa aquarium (Fish Tank) dari Cina.

Bahwa sebelum bulan Mei 2012 Terdakwa Fredi Budiman sepakat

dengan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong akan mengirim ekstasi

berupa sampel 500.000 (lima ratus ribu) butir, setelah itu awal Mei 2012

Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong datang ke kamar (Terdakwa Fredi

Budiman satu kamar dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo) kedatangan

Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong menanyakan alamat PRIMKOP

KALTA yang saat itu Hani Sapta Pribowo Alias Bowo memberikan alamat

PRIMKOP KALTA dan memastikan aman 1000% untuk impor barang karena

ada jalur kuning dan saat itu juga Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

mengatakan kepada Hani Sapta Pribowo Alias Bowo akan ada kiriman

container TGHU 0683898 yang berisikan aquarium yang di dalamnya berisi

ekstasi sebanyak 12 (dua belas) karton/dus yang di dalamnya berisi narkotika

jenis ekstasi sebanyak 1.412.476 (satu juta empat ratus dua belas ribu emapat

ratus tujuh puluh enam) butir atau setara dengan kurang lebih 380.996,9 (tiga

Page 96: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

82

ratus delapan puluh ribu sembilan ratus sembilah puluh enam koma sembilan)

gram.

Bahwa terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong datang ke

kamar atau sel Fredi Budiman yang mengatakan bahwa narkotika jenis ekstasi

berasal dari Cina dengan menggunakan kontainer TGHU 0683898 harga di

Cina seharga Rp. 800,00 (delapan ratus rupiah) perbutir dengan biaya

seluruhnya berikut ongkos kirim Rp. 15.000,00 (lima belas ribu rupiah)

perbutir, Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong juga mengatakan kepada

terdakwa Fredi Budiman kalau mau berpartisipasi harus membayar uang

muka sebanyak Rp. 625.000.000,- (enam ratus dua puluh lima juta rupiah)

karena terdakwa Fredi Budiman tidak ada uang sejumlah itu lalu Terdakwa

Fredi Budiman minta bantuan kepada Babe Alias Edi Kuncir sebesar Rp.

500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) dikirim melalui transfer internet

banking BCA rekening atas nama Lina sedangkan sisa uang Rp.

125.000.000,- (seratus dua puluh lima juta rupiah) adalah uang milik Fredi

Budiman langsung dibayarkan kepada Yu Tang sehingga uang yang dikirim

kepada Wang Chang Shui sebesar Rp. 625.000.000,- (enam ratus dua puluh

lima juta rupiah) dan narkotika jenis ekstasi tersebut dijual di Indonesia

dengan harga Rp. 45.000,- (empat puluh lima ribu rupiah) perbutir.

Bahwa jika narkotika jenis ekstasi tersebut sudah di gudang di

Indonesia, Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong mendapat fee dari

Wang Chang Shui sebesar Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) dan

selain itu juga Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong menjanjikan dari

jumlah narkotika jenis ekstasi tersebut;

- Terdakwa Fredi Budiman menerima upah sebesar 10%

- Hani Sapta Pribowo Alias Bowo menerima upah sebesar 10%

- Yu Tang mendapat upah sebesar 30%

Page 97: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

83

- Abdul Syukur Alias Ukung dan Supriyadi mendapat upah dari

Terdakwa Hani Sapta Pribowo Alias Bowo;

Bahwa kemudian sekitar tanggal 4 Mei 2012 Yu Tang kembali

membesuk Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong dengan menyerahkan

Bill of Lading, Packing List dan Invoice asli dan dokumen asli tersebut kepada

Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong serahkan langsung kepada

terdakwa Fredi Budiman serta Yu Tang rencana akan menyerahkan sendiri

sampel atau contoh ekstasi kepada terdakwa Fredi Budiman selanjutnya

menyuruh Hani Sapta Pribowo Alias Bowo mengirim dokumen tersebut

melalui fax kepada Adbul Syukur Alias Ukung yang selanjutnya terdakwa

Fredi Budiman menyuruh Hani Sapta Pribowo Alias Bowo untuk memberikan

nomor telepon Abdul Syukur Alias Ukung kepada Chandra Halim Alias

Akiong Bin Tingtong.

Kemudian terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

setelah mendapat nomor telepon Abdul Syukur Alias Ukung dari Hani Sapta

Pribowo Alias Bowo lalu menelepon Abdul Syukur Alias Ukung menanyakan

fax sudah terima atau belum juga menanyakan biaya pengeluaran barang

tersebut lalu dijawab oleh Abdul Syukur Alias Ukung fax sudah diterima dan

mengenai harga akan dibicarakan terlebih dahulu dengan pengurus PT.

PRIMER KOPERASI KALTA.

Bahwa nomor handphone yang biasa Chandra Halim Alias Akiong

Bin Tingtong pakai adalah 021-83818119 dengan HP merk Esia warna biru

saat sebelum ditangkap tanggal 30 Juni 2012 disembunyikan di gudang mesin

air yang tidak jauh dari kamar Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong dan

satu lagi handphone merk Esia warna oren dengan nomor 021-95939562 yang

Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong gunakan komunikasi dengan

Abdul Syukur Alias Ukung, Supriadi dan Yu Tang namun handphone tersebut

sudah dibuang oleh Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong dan nomor

Page 98: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

84

handphone milik Abdul Syukur yang biasa Chandra Halim Alias Akiong Bin

Tingtong hubungi seputar perihal fax dan besar biaya yang akan dikeluarkan.

Kemudian container TGHU 0683898 20 fit tiba di pelabuhan Tanjung

Priuk sekitar tanggal 10 Mei 2012, selanjutnya pada tanggal 22 Mei 2012

disegel oleh pihak Bea dan Cukai ternyata di dalam kontainer tersebut

berisikan 12 (dua belas) karton yang di dalamnya ada narkotika jenis ekstasi

sebanyak 1.412.476 (satu juta empar ratus dua belas ribu empat ratus tujuh

puluh enam) butir atau setara dengan kurang lebih 380.996,9 (tiga ratus

delapan puluh ribu sembilan ratus sembilan puluh enam koma sembilan) gram

dan ada aquarium serta berisikan makanan ikan sedangkan biaya pengeluaran

melalui PRIMKOP KALTA untuk kontainer 20 fit yang normal biayanya Rp.

60.000.000-, (enam puluh juta rupiah) sampai dengan Rp. 65.000.000,- (enam

puluh lima juta rupiah) akan tetapi kontainer TGHU 0683898 yang menjadi

barang bukti dalam perkara ini dibayar Rp. 90.000.000,- (Sembilan puluh juta

rupiah).

Bahwa kemudian pada hari Jumat tanggal 25 Mei 2012 sekira jam

19.00 WIB bertempat di Jalan Kayu Besar Raya Kapuk Kamal Cengkareng

Jakarta Barat tertangkap Muhamad Mukhtar Alias Muhamad Moektar yang

sedang memandu truk trailer yang membawa kontainer yang berisikan

Narkotika jenis ekstasi sebanyak 1.412.476 (satu juta empat ratus dua belas

ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau setara dengan kurang lebih

380.996,9 (tiga ratus delapan puluh ribu sembilan ratus sembilan puluh enam

koma sembilan) gram berikut yang lainnya termasuk terdakwa yang dilakukan

pemeriksaan lebih lanjut hingga disidangkan.

Bahwa perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa percobaan atau

pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana narkotika menawarkan

untuk dijual, menjual, membeli, menjadi perantara dalam jual beli, menukar,

Page 99: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

85

menyerahkan, atau menerima Narkotika Golongan I sebagaimana dimaksud

ayat (1) yang dalam bentuk bukan tanaman, Narkotika jenis ekstasi sebanyak

1.412.476 (satu juga empat ratus dua belas ribu empat ratus tujuh puluh enam)

butir atau setara dengan kurang lebih 380,996,9 (tiga ratus delapan puluh ribu

sembilan ratus sembilan puluh enam koma sembilan) gram dan tidak ada izin

dari yang berwenang;

Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam

pasal 114 ayat (2) jo. Pasal 132 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 Tentang Narkotika.

Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada amar putusan nya No.

2267/Pid.Sus/2012/PN.JKT.BAR tanggal 15 Juli 2013. Menyatakan terdakwa

Fredi Budiman Alias Budi Bin H. Nanang Hidayat terbukti secara sah dan

meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana "pemufakatan jahat untuk

melakukan tindak pidana tanpa hak dan melawan hukum membeli, menjual,

dan menjadi perantara dalam jual beli narkotika Golongan I bukan tanaman

beratnya melebihi 5 (lima) gram", menjatuhkan pidana terhadap terdakwa

dengan Pidana "MATI", dan denda sebanyak RP. 10.000.000.000,- (sepuluh

miliyar rupiah), menjatuhkan pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya

untuk mempergunakan alat komunikasi segera setelah putusan ini diucap.

Lalu, terhadap Pengadilan Tinggi Jakarta pada amar putusan nya No.

389/PID/2013/PT.DKI tanggal 25 November 2013. Menerima permintaan

banding dari terdakwa dan Penuntut Umum, serta menguatkan putusan

Pengadilan Negeri Jakarta Barat No. 2267/Pid.Sus/2012/PN.JKT.BAR

tanggal 15 Juli 2013 yang dimohonkan banding, membebankan terdakwa

untuk membayar biaya perkara.

Membaca putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 1093

K/Pid.Sus/2014 tanggal 04 September 2014 yang amar putusan nya menolak

Page 100: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

86

permohonan Kasasi dari Pemohon Kasasi: Fredi Budiman Alias Budi Bin H.

Nanang Hidayat, serta membebankan biaya perkara kepada Terdakwa.

Lalu setelah dirasa tidak adil dengan putusan pada Mahkamah

Agung yang menolak pemohonan Kasasi oleh Pemohon Kasasi yaitu Fredi

Budiman Alias Budi H. Nanang Hidayat, terpidana melalui Penasehat Hukum

nya mengajukan Peninjauan Kembali berdasarkan Surat Kuasa No.

001/PK/PID.SUS/UBR/XII/2015 tanggal 02 Desember 2015. Alasan-alasan

peninjauan kembali yang diajukan oleh Pemohon Peninjauan

Kembali/Terpidana pada pokoknya adalah:

"Alasan terdapat kedaan baru yang menimbulkan dugaan kuat bahwa yang

jika keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang masih berlangsung

hasilnya akan berupa putusan bebas ataupun putusan lepas dari segala

tuntutan hukum atau tuntutan penuntun umum tidak dapat diterima atau

terhadap perkara itu diterapkan ketentuan pidana yang lebih ringan"

Keadaan baru yang dimaksud adalah dengan ditemukannya Bukti

Novum PK berupa, putusan Pengadilan Militer Tinggi II Jakarta atas nama

Supriadi dengan Perkara No. 88-K/BDG/PMT-II/AU/IX/2013, yang mana

putusan Bukti Novum PK perkara a quo tersebut diperoleh dari website

Mahkamah Agung Republik Indonesia. Dengan ditemukannya Bukti Novum

PK, alasan-alasan Pemohon Peninjauan Kembali dapat diuraikan sebagai

berikut:

a. Terhadap putusan Tingkat Kasasi Mahkamah Agung No. 1093

K/Pid.Sus/2014, jo. Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta No.

389/Pid/2013/PT.DKI, jo. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta

Barat No. 2267/PID.SUS/2012/PN.JKT.BAR khususnya di dalam

dictum putusannya telah khilaf memutus Pemohon Peninjauan

Kembali/Terdakwa bersalah dengan hukuman Pidana Mati.

Page 101: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

87

b. Bahwa dengan adanya Bukti Novum PK menyangkut Putusan atas

nama Supriadi yang mana peran di dalamnya turut membantu Sdr.

Fredi Budiman dalam prekursor narkotika sebagaimana yang telah

dijelaskan kronologinya di atas.

c. Peran Supriadi yang ada di dalam Bukti Novum PK tersebut

adalah tidak jauh berbeda dengan peran Pemohon Peninjuan

Kembali/Terdakwa seperti yang dituangkan dalam Pertimbangan

Majelis Hakim Agung tingkat Kasasi No. 1093 K/Pid.Sus/2014

telah mempertimbangkan bahwa Pemohon Peninjauan

Kembali/Terdakwa mempunyai peran yang besar dan signifikan

yaitu kurang lebih sama dengan peran saksi Chandra Halim, Wang

Chang Shui, Abdul Syukur, Supriadi dan Yu Tang.

d. Dalam penjatuhan vonis pidananya adalah sangat jauh berbeda

yang mana Terdakwa Fredi Budiman divonis dengan pidana mati

sedangkan Supriadi divonis dengan pidana penjara 7 (tujuh) tahun

penjara. Maka, penjatuhan vonis tersebut perbandingannya antara

langit dan bumi (sangat jauh berbeda).

e. Dengan pertimbangan Majelis Hakim Agung tingkat Kasasi

berpendapat bahwa perbuatan Terdakwa Fredi Budiman (Pemohon

Peninjauan Kembali) sama dengan perbuatan Terdakwa lain salah

satu di antaranya Terdakwa Supriadi, maka seharusnya hukuman

pidana yang diberikan kepada Pemohon Peninjauan Kembali juga

kurang lebihnya tidak jauh berbeda dengan Terdakwa Supriadi.

f. Bukti Novum PK selain membuktikan adanya perbedaan vonis di

antara Terdakwa Fredi Budiman dengan Terdakwa Supriadi akan

tetapi juga membuktikan adanya pertentangan antara putusan

dalam perkara Fredi Budiman dengan putusan perkara lain yaitu

perkara Supriadi di antaranya adalah menyangkut pasal-pasal serta

unsur-unsur yang dinyatakan terbukti terhadap diri Terpidana

Page 102: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

88

Fredi Budiman dan Supriadi telah terjadi adanya perbedaan serta

pertentangan.

g. Bahwa oleh sebab itu dengan ditemukannya Bukti Novum PK ini,

Pemohon Peninjauan Kembali harapkan bisa diterima dan dipakai

sebagai bahan pertimbangan agar bisa merubah hukuman pidana

mati Terdakwa Fredi Budiman setidak-tidaknya merubahnya

menjadi hukuman pidana lebih ringan lagi, atau setidak-tidaknya

bisa merubahnya dari hukuman pidana mati menjadi pidana

penjara seumur hidup atau pidana sementara dalam waktu tertentu.

b. Pertimbangan Hukum Hakim

Terhadap alasan Peninjauan Kembali dari Pemohon Peninjauan

Kembali adanya novum dengan mengajukan bukti PK tidak dapat dibenarkan,

sebab membandingkan pidana yang dijatuhkan terhadap pemohon Peninjauan

Kembali dengan yang dijatuhkan Supriadi dalam perkara di Pengadilan

Militer Tinggi II Jakarta, No. 88 – K/BDG/PMT-II/AU/IX/2013 tanggal 20

September 2013 bukan merupakan fakta dan keadaan baru, dimana masing-

masing terpidana mempunyai peran dan tanggungjawab yang berbeda

sebagaimana telah disebutkan dengan pertimbangan yang cukup dan benar

menurut hukum dalam putusan Judex Facti dan Judex Juris.

Bahwa alasan peninjauan kembali dari Pemohon Peninjauan

Kembali/Terpidana adanya putusan yang saling bertentangan dengan cara

membandingkan pidana yang dijatuhkan terhadap Supriadi tidak dapat

dibenarkan sebab walaupun kedua perkara tersebut dalam kasus yang sama,

akan tetapi peran dan tanggungjawab masing-masing Terpidana berbeda.

Untuk Terpidana Fredi Budiman Alias Budi Bin H. Nanang peran dan

tanggungjawabnya telah dipertimbangkan dengan tepat dan benar dalam

putusan Judex Facti dan Judex Juris.

Page 103: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

89

Terhadap alasan peninjauan kembali dari Pemohon Peninjauan

Kembali/Terpidana adanya kekhilafan Hakim atau kekeliruan yang nyata

dalam putusan Judex Facti dan Judex Juris tersebut telah dipertimbangkan

dengan tepat dan benar bahwa Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana

terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana

sebagaimana didakwakan dalam Dakwaan Primair melanggar Pasal 114 ayat

(2) jo. Pasal 132 ayat (1) Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika.

Menimbang, bahwa oleh karena alasan peninjauan kembali dari

Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana tidak memenuhi ketentuan Pasal

263 ayat (2) dan (3) KUHAP maka berdasarkan ketentuan Pasal 263 ayat (2)

huruf a KUHAP permohonan peninjauan kembali dari Pemohon Peninjauan

Kembali/Terpidana harus ditolak dan menetapkan putusan yang dimohonkan

peninjauan kembali tetap berlaku.

Menimbang, bahwa oleh karena permohonan peninjauan kembali dari

Pemohon Peninjauan Kembali/Terpidana ditolak, dan Terpidana tetap dijatuhi

Pidana Mati, maka biaya perkara pada pemeriksaan peninjauan kembali

dibebankan kepada Negara.

B. Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Pengulangan Tindak Pidana

Pengedaran Narkotika Golongan I Putusan Mahkamah Agung No.

145.PK/PID.SUS/2016

Narkotika memang tidak dijelaskan secara gamblang dalam hukum Islam,

Al-Quran hanya menerangkan istilah khamr serta status hukum tentang

pengharaman khamr itu sendiri. Karena narkotika belum dikenal pada masa

Rasulullah Saw, namun meskipun demikian, ulama telah sepakat bahwa

narkotika sama dengan status pengaharamannya dengan khamr, begitupula

Page 104: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

90

peminum khamr dan juga penyalahguna narkotika itu sendiri, karena dirasa dapat

memabukkan dan merusak jasmani dan rohani umat manusia.

Ibnu Taimiyah dan Ahmad Al-Hasary berpendapat, jika memang belum

ditemukan status hukum penyalahgunaan narkotika dalam Al-Quran dan Sunnah,

maka para ulama mujtahid menyelesaikannya dengan pendekatan qiyas.131

Menurut Ahmad Muhammad Assaf, telah terjadi kesepakatan ulama

tentang keharaman khamr dan pelbagai jenis minuman yang memabukkan.

Sementara itu menurut Ahmad Al-Syarbasi, tanpa diqiyaskan dengan khamr pun,

ganja atau narkotika dapat dikategorikan sebagai khamr karena dapat

memabukkan.132

Dalam hadits Ibnu „Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa

sallam menyatakan:

كل مسكر خر وكل مسكر حرام

Artinya: “Setiap yang memabukan adalah khamr dan setiap memabukkan

adalah haram.” (HR. Muslim no. 2003)

Memakai, menjual, membeli, memproduksi, dan aktivitas yang berkenaan

dengan narkotika adalah haram, hal ini disebabkan narkotika jauh lebih berbahaya

dari khamr itu sendiri.133

Seperti hadits yang menerangkan di bawah ini:

131

Muhammad Khudari Bik, Ushul Fiqh, (Beirut: Dar Al-Fikr, 1988), h. 334. Lihat Sayyid

Sabiq, Fiqh al-Sunnah, (Beirut: Dar al-Arabiyyah,1978), cet III, h. 330

132M. Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta: AMZAH, 2013), H. 177

133Ibid

Page 105: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

91

حمولة ن انس قال: لعن رسول الله ع

ص ف الخمر عشرة: عاصرىا و معتصرىا و شارب ها و حاملها و الد

شت راة لو. )رواه التمذى و ابن ما

شتي لذا و الد

جو ف نيل اليو و ساقي ها و بائعها و آكل ثنها و الد

(471: 5الاوطار

Artinya: Dari Anas ia berkata, “Rasulullah SAW melaknat tentang khamr

sepuluh golongan : 1.yang memerasnya, 2.pemiliknya (produsennya), 3.yang

meminumnya, 4. yang membawanya (pengedar), 5. yang minta diantarinya, 6.

yang menuangkannya, 7. yang menjualnya, 8. yang makan harganya, 9. Yang

membelinya, 10. yang minta dibelikannya”.(HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

(dalam Nailul Authar juz 5 hal. 174).

Lalu tentang sanksi pelaku pengedaran narkotika menurut hukum pidana

Islam ada yang berpendapat dijatuhkan sanksi had dan adapula yang berpendapat

bahwa sanksi pelaku penyalahgunaan narkotika harus dijatuhkan sanksi takzir.

Dijatuhkannya sanksi had menurut Ibnu Taimiyah dan Azat Husnain adalah

karena narkotika itu sendiri dianalogikan dengan khamr. Sedangkan Wahbah

Zuhaili dan Ahmad Al-Hasari berpendapat dijatuhkannya sanksi takzir

mempunyai alasan karena narkotika tidak ada pada masa Rasulullah Saw,

narkotika lebih berbahaya dibanding dengan khamr dan narkotika belum tentu

diminum, seperti halnya khamr.134

Yaitu hukum dera sesuai dengan berat

ringannya tindak pelanggaran yang dilakukan oleh seseorang. Terhadap pelaku

pidana mengonsumsi minuman memabukkan atau obat-obat yang

membahayakan, sampai batas yang membuat gangguan kesadaran, menurut

pendapat Hanafi dan Malik akan dijatuhkan hukuman cambuk sebanyak 80 kali.

Menurut Syafi'i hukumannya hanya 40 kali.135

Terhadap sanksi yang dijatuhkan kepada Sdr. Fredi Budiman karena

perbuatan melawan hukumnya mengedarkan narkotika golongan I berupa 300

134 Ibid, h. 178

135 Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), h. 101

Page 106: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

92

gram heroin, 27 gram, dan 450 gram bahan pembuat ekstasi. Terkait perbuatan itu

Sdr. Fredi Budiman divonis 9 tahun penjara. Dalam hal ini, apabila ditinjau dari

penjatuhan sanksi pada aturan hukum pidana Islam, bisa dikategorikan pada

penjatuhan sanksi jenis takzir.

Menurut Abdul Qadir Audah, takzir adalah pengajaran yang tidak ada

aturannya oleh hudud dan merupakan jenis sanksi yang diberlakukan karena

melakukan beberapa tindak pidana yang di mana oleh syariat tidak ditentukan

dengan sanksi hukuman tertentu.136

Sedangkan menurut Wahbah Zuhaili, sanksi-sanksi dalam takzir adalah

hukuman-hukuman yang secara syara' tidak ditegaskan mengenai

ukurannya.Syariat hukum Islam memberikan wewenang kepada penguasa negara

untuk memutuskan sanksi terhadap pelaku tindak pidana yang sesuai dengan

perbuatan pidana yang dilakukannya. Sanksi-sanksi takzir ini sangat beragam

sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat, taraf pendidikan masyarakat, dan

berbagai keadaan lain manusia dalam berbagai masa dan tempat.137

Karena dalam

aturan hukum pidana Islam, jarimah penyalahgunaan narkotika bisa dibilang

tindak pidana kontemporer yang belum ada pada masa Rasulullah, maka

penjatuhan sanksi terhadap Sdr. Fredi Budiman pun bisa disimpulkan sesuai

dengan aturan hukum pidana Islam yang pertama (sebelum melakukan residivie).

Namun, baru setahun mendekam di balik jeruji besi Lembaga

Pemasyarakan Cipinang, ia kembali menjadi residivie dengan mendatangkan pil

ekstasi dalam jumlah yang besar dari Cina, ia masih bisa mengorganisasi

136

Abdul Qadir Audah, Al-Tasyri' Al-Jina'i Al-Islamiyyah, h. 52

137 Wahbah Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh, (Beirut: Dar Al-Fikr, 1997), cet. Ke-4,

jilid VII, h. 5300

Page 107: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

93

penyendupan sebanyak 1.412.475 pil ekstasi dari Cina.138

Kasus yang diperbuat

oleh Sdr. Fredi Budiman ini bisa disebut dengan pengulangan tindak pidana

(residivie).

Istilah pengulangan tindak pidana dalam hukum pidana Islam disebut al-

'aud. Pengulangan tindak pidana dapat didefinisikan sama dengan definisi hukum

pidana di Indonesia, yaitu dikerjakannya suatu tindak pidana oleh seseorang

sesudah ia melakukan tindak pidana lain yang telah mendapat keputusan atau

sedang menjalani hukuman. pengulangan kejahatan menurut hukum pidana Islam

sama dengan hukum pidana di Indonesia namun dalam hal syarat-syarat seorang

dikatakan melakukan kejahatan ulang (residivie) dan masalah hukumannya

berbeda dengan hukum pidana Indonesia, kalau menurut hukum pidana Islam,

seseorang dianggap telah melakukan pengulangan jarimah apabila memenuhi tiga

syarat yaitu139

:

1. Orang yang telah dijatuhi hukuman jinayah kemudian ia

melakukan jarimah jinayah lagi.

2. Orang yang dijatuhi hukuman penjara satu tahun atau lebih, dan

ternyata ia melakukan sesuatu jarimah sebelum lewat lima tahun

dari masa berakhir hukuman atau dari masa hapusnya hukuman

karena daluwarsa.

3. Orang yang dijatuhi hukuman karena jinayat dengan hukuman

kurungan atau kurungan kurang dari satu tahun atau dengan

hukuman denda, dan ternyata dia melakukan jinayat lagi sebelum

lewat lima tahun, maka hukumannya sama dengan jinayah-jinayah

sebelumnya.

138

http://megapolitan.kompas.com/read/2013/07/27/1145459/Freddy.Budiman.Bandar.Narkoti

ka.sejak.2009 139

Ahmad Hanafi, Asas-Asas Pidana Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1990), cet- IV, h. 325

Page 108: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

94

Dalam pengulangan tindak pidana sudah jelas, bahwasanya syarat

seseorang dikatakan melakukan pengulangan kejahatan menurut hukum

pidana Indonesia sama namun hukum pidana Islam tidak memberikan

tambahan hukuman jika pelaku kejahatan mengulanginya lagi.

Dalam hadits tindak pidana pengulangan meminum khamr, pelaku

dijatuhkan sanksi serupa yaitu jilid dan apabila ia mengulang jarimah syurbu

al-khamrkembali sebanyak tiga kali, apabila sudah keempat kali maka sanksi

nya adalah hukuman mati.

Terhadap putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat kepada Sdr. Fredi

Budiman yang memvonis pidana mati terkait perbuatannya yang diputus pada

tanggal 15 Juli 2013, terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan

tindak pidana "pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana tanpa hak

dan melawan hukum membeli, menjual, dan menjadi perantara dalam jual beli

Narkotika Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (lima) gram",

menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan Pidana Mati, dan denda

sebanyak RP. 10.000.000.000,- (sepuluh miliyar rupiah), dan menjatuhkan

pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan alat

komunikasi. Walaupun proses litigasi tindak pidana yang dilakukan Sdr. Fredi

Budiman sampai ke tingkat Banding, namun Pengadilan Tinggi Jakarta tetap

menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat, dilihat pada amar

putusannya No. 389/PID/2013/PT.DKI yang diputus pada tanggal 25

November 2013.

Begitu pula terhadap putusan Mahkamah Agung pada permohonan

Kasasi yang tidak dapat dikabulkan oleh Majelis Hakim pada amar

putusannya No. 1093 K/Pid.Sus/2014 tanggal 04 September 2014. Lalu, pada

upaya hukum terakhir yang diupayakan melalui Penasehat Hukum Sdr. Fredi

Budiman yaitu Peninjauan Kembali dengan ditemukannya Bukti Novum

Page 109: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

95

berupa putusan Pengadilan Tinggi Militer terhadap Terdakwa Supriadi pada

putusan No. 88-K/BDG/PMT-II/AU/IX/2013 yang tidak lain adalah salah satu

partner pemufakatan tindak pidana pengedaran narkotika golongan I jenis

ekstasi, dalam amar putusannya tersebut Pengadilan Tinggi Militer hanya

memvonis Terdakwa Supriadi dengan hukuman 7 (tujuh) tahun penjara, dan

inilah yang digunakan sebagai temuan baru berupa Bukti Novum oleh

Penasehat Hukum Sdr. Fredi Budiman untuk mengajukan Peninjauan

Kembali.

Namun, Majelis Hakim tidak mengabulkan permohonan Peninjauan

Kembali yang diajukan Pemohon melalui Penasehat Hukum nya, dengan dalih

bahwasanya Bukti Novum berupa putusan Pengadilan Tinggi Militer pada

putusan No. 88-K/BDG/PMT-II/AU/IX/2013 terhadap Terdakwa Supriadi

tidak dapat disebut dengan temuan baru atau Bukti Novum sebagai salah satu

syarat mengajukan Peninjauan Kembali. Oleh karena itu, Mahkamah Agung

pada amar putusannyaNo. 145. PK/PID.SUS/2016 menolak Pemohon

Peninjauan Kembali dan tetap menjatuhkan vonis berupa pidana mati kepada

Sdr. Fredi Budiman.

Apabila ditinjau dari aturan hukum pidana Islam, terhadap kasus

penyelundupan narkotika, maka yang memproduksi, memakainya,

mengerdarkannya, menjual dan membelinyaadalah sama haramnya dan

diberikan sanksi serupa seperti meminum khamr.

حمولة ن انس قال: لعن رسول الله ص ف الخمر عشرة: عاصرىا و معتصرىا و شارب ها و حاملها و ا ع

لد

شت راة لو. )رواه التمذى و ابن ماجو ف نيل اليو و ساقي ها و بائعها و آكل ثن

شتي لذا و الد

ها و الد

(471: 5الاوطار

Page 110: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

96

Artinya: Dari Anas ia berkata, “Rasulullah SAW melaknat tentang khamr

sepuluh golongan : 1.yang memerasnya, 2.pemiliknya (produsennya), 3.yang

meminumnya, 4. yang membawanya (pengedar), 5. yang minta diantarinya, 6.

yang menuangkannya, 7. yang menjualnya, 8. yang makanharganya, 9. Yang

membelinya, 10. yang minta dibelikannya”.(HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

(dalam Nailul Authar juz 5 hal. 174).

Dari sini dapat disimpulkan, bahwasanya penjatuhan sanksi

pengulangan tindak pidana pengedaran narkotika antara aturan penjatuhan

sanksi pidana Islam terhadap putusan Mahkamah Agung pada putusan No.

145. PK/PID.SUS/2016 terhadap terdakwa Sdr. Fredi Budiman adalahtidak

sama pada praktiknya. Adapun hal yang membedakannya adalah Sdr. Fredi

Budiman dalam kasus tersebut baru melakukan pengulangan tindak pidana

kedua kalinya, dalam hukum pidana Islam pelaku pengulangan tindak pidana

syurbu al-khamr dijatuhkan hukuman mati apabila ia telah melakukannya

sebanyak empat kali.

C. Analisis Hukum Pidana Di Indonesia Terhadap Pengulangan Tindak

Pidana Pengedaran Narkotika Golongan I Putusan Mahkamah Agung No.

145.PK/PID.SUS/2016

Di dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,

narkotika didefinisikan sebagai zat atau obat yang berasal dari tanaman atau

bukan tanaman, baik sintesis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang

dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam UU No. 35

Tahun 2009.140

140

Aziz Syamsuddin, Tindak Pidana Khusus, h. 90

Page 111: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

97

Pengaturan tentang narkotika memang tidak terdapat pada KUHP,

narkotika adalah salah satu dari banyak permasalahan yang telah diatur oleh

undang-undang khusus, maka dari itu narkotika bisa disebut dengan tindak pidana

khusus.

Rochmat Soemitro (1991) mendefinisikan tindak pidana khusus sebagai

tindak pidana yang diatur tersendiri dalam undang-undang khusus, yang

memberikan peraturan khusus tentang cara penyidikannya, tuntutannya,

pemeriksannya, maupun sanksinya yang menyimpang dari ketentuan yang dimuat

dalam KUHP.141

Mengenai perbuatan tindak pidana dan penjatuhan sanksi yang telah diatur

pada Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, perbuatan-

perbuatan yang dinyatakan sebagai tindak pidana adalah sebagai berikut142

:

a. Menanam, memelihara, menyimpan, menguasai, menyediakan

Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman (Pasal 111);

b. Memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan narkotika

Golongan I bukan tanaman (Pasal 112);

c. Memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan Narkotika

Golongan I (Pasal 113);

d. Menawarkan untuk dijual, membeli, menerima, menjadi perantara

dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan Narkotika Golongan I

(Pasal 114);

e. Membawa, mengirim, mengangkut, mentrasito Narkotika Golongan I

(Pasal 115);

141

Ibid

142 Tri Fajar Nugroho, Penjatuhan Pidana Mati Terhadap Pelaku Pengedar Narkotika,

(Skripsi S1, Fakultas Hukum, Universitas Lampung, 2016), h. 26

Page 112: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

98

f. Setiap orang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika

Golongan I terhadap orang lain atau memberikan Narkotika Golongan

I untuk digunakan orang lain (Pasal 116).

Adapun untuk penjatuhan sanksi pidana dan pemidanaan terhadap tindak

pidana Narkotika adalah sebagai berikut143

:

a. Jenis sanksi dapat berupa pidana pokok (denda, kurungan, penjara dalam

waktu tertentu/seumur hidup, dan pidana mati), pidana tambahan

(pencabutan izin usaha/pencabutan hak tertentu).

b. Jumlah/lamanya pidana bervariasi untuk denda berkisar antara Rp.

800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) sampai Rp. 10.000.000.000,00

(sepuluh miliar rupiah) untuk tindak pidana narkotika, untuk pidana

penjara minimal 4 sampai 20 tahun dan seumur hidup.

c. Ada pemberatan pidana terhadap tindak pidana yang didahului dengan

pemufakan jahat, dilakukan secara terorganisasi, dilakukan oleh korporasi,

dilakukan dengan menggunakan anak belum cukup umur dan apabila ada

pengulangan (residivie).

Terhadap putusan yang telah diputus terhadap Terdakwa Fredi

Budiman terkait perbuatannya melawan hukum telah pada awalnya

mengedarkan narkotika golongan I berupa 300 gram heroin, dan 450 gram

bahan pembuat ekstasi. Terkait perbuatan itu Sdr. Fredi Budiman divonis 9

tahun penjara, kemudian terhadap putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat

kepada Sdr. Fredi Budiman yang memvonis pidana mati terkait perbuatannya

yang diputus pada tanggal 15 Juli 2013, terbukti secara sah dan meyakinkan

bersalah melakukan tindak pidana "pemufakatan jahat untuk melakukan

tindak pidana tanpa hak dan melawan hukum membeli, menjual, dan menjadi

perantara dalam jual beli Narkotika Golongan I bukan tanaman beratnya

melebihi 5 (lima) gram", menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan

143

Ibid, h. 28

Page 113: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

99

Pidana Mati, dan denda sebanyak RP. 10.000.000.000,- (sepuluh miliyar

rupiah), dan menjatuhkan pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya

untuk mempergunakan alat komunikasi. Walaupun proses litigasi tindak

pidana yang dilakukan Sdr. Fredi Budiman sampai ke tingkat Banding, namun

Pengadilan Tinggi Jakarta tetap menguatkan putusan Pengadilan Negeri

Jakarta Barat, dilihat pada amar putusannya No. 389/PID/2013/PT.DKI yang

diputus pada tanggal 25 November 2013.

Begitu pula terhadap putusan Mahkamah Agung pada permohonan

Kasasi yang tidak dapat dikabulkan oleh Majelis Hakim pada amar

putusannya No. 1093 K/Pid.Sus/2014 tanggal 04 September 2014. Lalu, pada

upaya hukum terakhir yang diupayakan melalui Penasehat Hukum Sdr. Fredi

Budiman yaitu Peninjauan Kembali dengan ditemukannya Bukti Novum

berupa putusan Pengadilan Tinggi Militer terhadap Terdakwa Supriadi pada

putusan No. 88-K/BDG/PMT-II/AU/IX/2013 yang tidak lain adalah salah satu

partner pemufakatan tindak pidana pengedaran narkotika golongan I jenis

ekstasi, dalam amar putusannya tersebut Pengadilan Tinggi Militer hanya

memvonis Terdakwa Supriadi dengan hukuman 7 (tujuh) tahun penjara, dan

inilah yang digunakan sebagai temuan baru berupa Bukti Novum oleh

Penasehat Hukum Sdr. Fredi Budiman untuk mengajukan Peninjauan

Kembali.

Namun, Majelis Hakim tidak mengabulkan permohonan Peninjauan

Kembali yang diajukan Pemohon melalui Penasehat Hukum nya, dengan dalih

bahwasanya Bukti Novum berupa putusan Pengadilan Tinggi Militer pada

putusan No. 88-K/BDG/PMT-II/AU/IX/2013 terhadap Terdakwa Supriadi

tidak dapat disebut dengan temuan baru atau Bukti Novum sebagai salah satu

syarat mengajukan Peninjauan Kembali. Oleh karena itu, Mahkamah Agung

pada amar putusannyaNo. 145. PK/PID.SUS/2016 menolak Pemohon

Page 114: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

100

Peninjauan Kembali dan tetap menjatuhkan vonis berupa pidana mati kepada

Sdr. Fredi Budiman.

Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya bahwasanya

Terdakwa Fredi Budiman bisa dikategorikan melakukan pengulangan tindak

pidana pemufakatan jahat dan terorganisir melakukan penyelundupan

sebanyak 1.412.475 pil ekstasi dari Cina.

Dalam hukum pidana di Indonesia khususnya dalam hal pidana yang

merujuk pada KUHP, dijelaskan pada pasal 486 dan juga pada Pasal 144 ayat

(1) Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika bahwasanya

pemberatan pidana pada residivie dapat ditambah 1/3 dari maksimum pidana

yang di ancamkan.144

Alasan hukuman dari pengulangan sebagai dasar pemberatan hukuman

ini adalah bahwa seseorang yang telah dijatuhi hukuman dan mengulangi lagi

melakukan kejahatan, membuktikan bahwa ia telah memiliki tabiat buruk.

Jahat karenanya di anggap sangat membahayakan bagi keamanan dan

ketertiban masyarakat.

Apabila ditinjau dari sudut kacamata Undang-undang No. 35 Tahun

2009 Tentang Narkotika Pasal 144 ayat (1) menyebutkan:

Pasal 144 ayat (1) UU Narkotika

Setiap orang yang dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun melakukan pengulangan

tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111, Pasal 112, Pasal 113,

Pasal 114, Pasal 115, Pasal 116, Pasal 117, Pasal 118, Pasal 119, Pasal 120,

Pasal 121, Pasal 122, Pasal 123, Pasal 125, Pasal 126, Pasal 127 ayat (1),

Pasal 128 ayat (1) dan Pasal 129 pidana maksimumnya ditambah dengan 1/3

(sepertiga).

144

Moeljatno, Kitab-Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), (Jakarta: Bumi Aksara, 1994),

h. 204-205

Page 115: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

101

Maka menurut analisis penulis, penjatuhan sanksi terhadap Sdr. Fredi

Budiman setelah dijatuhkannya sanksi pada tindak pidana pengedaran

narkotika yang pertama yaitu pidana 9 (sembilan) tahun penjara, dimana baru

setahun mendekam di balik jeruji, Sdr. Fredi Budiman telah melakukan

kembali tindak pidana yang sama atau bisa disebut juga dengan tindak pidana

pengulangan khusus, yaitu tindak pidana yang diulangi sama atau sejenis,

seharusnya sanksi hanya ditambah 1/3 dari maksimum pidana yang

diancankam dan jumlah masa kurungan sebagai sanksi pidana menjadi 12

(dua belas) tahun penjara.

Namun pada faktanya, Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada amar

putusannya No. 2267/Pid.Sus/2012/PN.JKT.BAR tanggal 15 Juli 2013 telah

menjatuhkan pidana mati atas Terdakwa Fredi Budiman. Kemudian, setelah

ditelaah kembali hal-hal pemberat yang menjadi pertimbangan hukum hakim

pada putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat

No.2267/Pid.Sus/2012/PN.JKT.BAR adalah sebagai berikut:

a. Perbuatan terdakwa bertentangan dengan program pemerintah

Republik Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas

peredaran gelap narkotika dan penyalahguna narkotika.

b. Bahwa jumlah barang bukti narkotika berupa ekstasi tersebut

sangat banyak yaitu 1.412.476 butir dengan berat 380.996,9 gram

yang dapat merusak banyak bangsa Indonesia.

c. Perbuatan Terdakwa merupakan bagian dari jaringan narkotika

internasional yang berada di Indonesia.

d. Perbuatan terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih

menjalani hukuman dalam perkara narkotika sebelumnya.

e. Perbuatan terdakwa dilakukan dari Rumah Tahanan

Negara/Lembaga Pemasyarakatan, tempat di mana terdakwa

seharusnya sadar dan merenungi diri untuk berbuat baik di masa

Page 116: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

102

yang akan datang, tetapi terdakwa justru melakukan tindak

pidana narkotika.

Oleh karena itu, penjatuhan sanksi pidana mati terhadap Sdr. Fredi

Budiman dirasa menjadi keputusan yang tepat oleh Majelis Hakim Pengadilan

Negeri Jakarta Barat dan dikuatkan pula pada putusan tingkat Banding, dilihat

pada amar putusannya No. 389/PID/2013/PT.DKI yang diputus pada tanggal

25 November 2013.

Dari sini dapat disimpulkan, bahwasanya penjatuhan sanksi

pengulangan tindak pidana pengedaran narkotika antara aturan penjatuhan

sanksi pidana Indonesia terhadap putusan Mahkamah Agung pada putusan

No. 145. PK/PID.SUS/2016 terhadap terdakwa Sdr. Fredi Budiman dapat

dikatakan berbeda dengan ketentuan KUHP, dimana penjatuhan sanksi untuk

Residivie hanya ditambah 1/3 (sepertiga) dari jumlah masa kurungan penjara

yang dijatuhkan pengadilan sebelumnya.Di mana sanksi kurungan penjara

sebelumnya 9 (sembilan) tahun penjara dan seharusnya ditambah 1/3

(sepertiga) nya menjadi 12 (dua belas) tahun penjara.Namun adapun alasan

perbedaannya karena adanya pertimbangan hukum hakim yang diyakini

menjadi alasan pemberat terhadap penjatuhan sanksi terdakwa.

Page 117: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

103

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis menguraikan dan menganalisis pembahasan skripsi yang

berfokus tentang penjatuhan sanksi pengulangan tindak pidana peredaran narkotika

golongan I berdasarkan hukum pidana Islam dan hukum pidana di Indonesia putusan

Mahkamah Agung No. 145. PK/PID.SUS/2016, maka penulis menyimpulkan bahwa:

a. Dalam hukum pidana Islam penjatuhan sanksi untuk tindak pidana

peredaran narkotika adalah dengan dijatuhkannya sanksi had atau sanksi

takzir. Sanksi had disebabkan narkotika sendiri telah diqiyaskan dengan

khamr secara illat hukumnya dan sanksi takzir beralasan karena narkotika

sendiri adalah sesuatu yang baru dan belum ada pada zaman Rasulullah

Saw.Yaitu hukum dera sesuai dengan berat ringannya tindak pelanggaran

yang dilakukan oleh seseorang. Terhadap pelaku pidana mengonsumsi

khamr atau obat-obat yang membahayakan, sampai batas yang membuat

gangguan kesadaran, menurut pendapat Imam Abu Hanifah dan Imam

Malik akan dijatuhkan hukuman cambuk sebanyak 80 kali. Menurut Imam

Syafi'i hukumannya hanya 40 kali. Adapun untuk penjatuhan sanksi untuk

pengulangan (residivie) peredaran narkotika golongan I adalah sama

seperti sanksi jarimah sebelumnya. Apabila dijatuhkan sanksi had maka

sanksi pengulangan (residivie) tindak pidana setelahnya akan diberatkan

dengan cara ditambah dengan jenis sanksi yang sama, begipula dengan

sanksi takzir, maka sanksi pengulangan (residivie) tindak pidana

setelahnya adalah juga diberatkan dengan ditambah dengan jenis sanksi

yang sama. Terhadap putusan Mahkamah Agung No. 145

PK/PID.SUS/2016 atas nama terdakwa Sdr. Fredi Budiman yang telah

dijatuhi hukuman mati oleh Pengadilan Negeri Jakarta Barat tidak

Page 118: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

104

samapraktiknya pada aturan hukum pidana Islam, yang mana pelaku

pengedaran narkotika golongan I ini baru mengulang tindak pidana nya

dua kali, dalam hukum pidaa Islam seseorang dijatuhi hukuman mati

dalam kasus peredaran narkotika yang di-qiyas-kan pada jarimah syurbu

al-khamr adalah ketika telah mengulanginya sebanyak empat kali.

b. Dalam hukum pidana di Indonesia, penjatuhan sanksi pada peredaran

narkotika telah diatur pada Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika, di mana penjatuhan sanksi berupa pidana pokok

(denda, kurungan, penjara dan pidana mati), lalu dengan jumlah/lamanya

pidana bervariasi. Untuk denda berkisar antara Rp. 800.000.000,00

(delapan ratus juta rupiah) sampai Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar

rupiah), untuk pidana penjara minimal 4 sampai 20 tahun dan seumur

hidup dan juga adanya pemberatan pidana apabila tindak pidana didahului

dengan pemufakatan jahat, dilakukan secara terorganisir, dilakukan oleh

korporasi, dilakukan dengan menggunakan anak di bawah umur serta

apabila adanya pengulangan (residivie). Adapun untuk sanksi pengulangan

(residivie) dalam KUHP pada pasal 486 dan Pasal 144 ayat (1) Undang-

undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada

residivie tindak pidana dapat ditambah 1/3 dari maksimum pidana yang

diancamkan. Apabila Sdr Fredi Budiman pada putusan Pengadilan Negeri

Jakarta Barat telah melakukan tindak pidana peredaran narkotika dan telah

divonis 9 tahun kurungan penjara, maka seharusnya pada tindak pidana

peredaran narkotika yang diulanginya hanya dijatuhi masa hukuman

penjara 9 tahun dan ditambah 1/3 (sepertiga) dari masa hukuman pertama,

yaitu 12 tahun kurungan penjara. Dalam putusan Mahkamah Agung No.

145. PK/PID.SUS/2016 pada pertimbangan hukum menyatakan bahwa

temuan baru atau bukti Novum yang berupa putusan Pengadilan Tinggi

Militer pada putusan No. 88-K/BDG/PMT-II/AU/IX/2013 terhadap

Terdakwa Supriadi tidak dibenarkan dan disebut sebagai temuan baru atau

Page 119: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

105

bukti Novum oleh Majelis Hakim sebagai salah satu syarat untuk

mengajukan Peninjauan Kembali. Oleh karena itu, Mahkamah Agung

pada amar putusannya telah menolak Peninjauan Kembali dan tetap

menjatuhkan vonis berupa pidana mati kepada Terdakwa Fredi Budiman

dengan alasan pemberatan pidana salah satunya berupa pengulangan

(residivie) tindak pidana dalam kasus peredaran narkotika golongan I yang

telah menjadi pertimbangan hakim pada putusan Pengadilan Negeri

Jakarta Barat No. 2267/Pid.Sus/2012/PN.JKT.BAR. Adapun pemberatan

pidana yang dimaksud adalah perbuatan terdakwa telah dilakukan

berulang kali dan masih menjalani hukuman dalam perkara narkotika

sebelumnya dan perbuatan terdakwa dilakukan dari Rumah Tahanan

Negara/LembagaPemasyarakatan, tempat di mana terdakwa seharusnya

sadar dan merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang,

tetapi terdakwa justru melakukan tindak pidana narkotika.

B. Saran

Sebagai akhir dari penulisan skripsi ini, penulis ingin menyampaikan

beberapa buah pikiran sebagai saran, yang memungkinkan bermanfaat bagi

masyarakat atau aparat penegak hukum dalam menghadapi masalah tindak pidana

pengulangan peredaran narkotika. Saran-saran tersebut adalah:

1. dalam konsep penjatuhan sanksi pada tindak pidana, konsep penegakan

hukum bahwasanya semua orang memiliki kedudukan yang sama di depan

hukum (equality before the law). Artinya tidak ada lagi pengecualian bagi

siapapun pelaku yang melanggarnya, termasuk dalam tindak pidana

pemufakatan jahat dalam mengorganisir tindak pidana peredaran

narkotika, dimana seharusnya apabila terdakwa satu menjalani pidana

mati, terdakwa yang lain juga harus menjalani pidana yang sama. Karena

apabila dalam tindak pidana ini terdakwa yang lain hanya menjalani

Page 120: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

106

pidana penjara sebagaimana majelis hakim putuskan, akan memungkinkan

bahwasanya pengulangan (Residivie) tindak pidana akan kembali

diperbuat.

2. Untuk penegak hukum pidana (polisi, jaksa, hakim, terutama lapas) agar

lebih tanggap dalam mengawasi kegiatan-kegiatan yang dianggap

melanggar aturan hukum di dalam lapas oleh narapidana yang sedang

menjalani masa hukuman, agar pengorganisiran kejahatan di dalam lapas

bisa dapat dicegah segera mungkin.

3. Kepada masyarakat hendaknya lebih sadar akan hukum dan

jugamengetahui hak serta kewajibannya di mata hukum yang berlaku di

Indonesia agar dapat menghindari kejadian seperti kasus yang penulis

teliti.

Page 121: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

107

DAFTAR PUSTAKA

Buku-buku

Ali, Mahrus, Dasar-dasar Hukum Pidana, Jakarta: Sinar Grafika, 2011.

Ali, Zainuddin, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2007.

Al-Kahlani, Muh Ibn Ismail, Subul As-Salam, Mesir, Syarikah Maktabah Wa

Mataba'ah Musthafa Al-Baby Al-Halaby.

Al-Mawardi, Abu Al-Hasan,Al-Ahkam as-Sulthaniyah, Maktabah Ibn Dar Qutaibah-

Kuwait, 1989.

Al-Quran Al-Karim

As-Syawkani, Imam, Fathul QadirIV, cet-4, Beirut-Libanon, 2007.

Audah, Abd Al-Qadir, At-Tasyri Al-Jinai Al-islami. Juz 1, Dar Al-Kitab Al-Arabi,

Beirut.

__________________, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam. Jilid I, Bogor: PT.

Kharisma Ilmu.

Az-Zuhaili, Wahbah, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Jilid 7, Damaskus: Darul Fikr

2007.

Chazawi, Adam, Pelajaran Hukum Pidana I, Jakarta: Grafindo Persada 2011.

Dzajuli, Ahmad, Upaya Menanggulangi Kejahatan Dalam Islam, Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2000.

Gunadi, Ismu, Cepat dan Mudah Memahami Hukum Pidana, Jakarta: Prenadamedia

Group 2014.

Hamzah, Andi, Terminologi Hukum Pidana, Jakarta: Sinar Grafika 2007.

______________Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta: Rineka Cipta, 1994.

______________Sistem Pidana Dan Pemidanaan di Indonesia, Jakarta: Pradya

Paramita, 1993.

Hanafi, Ahmad, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, cet ke-4, Jakarta: Bulan Bintang,

1990.

Page 122: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

108

Haroen, Nasrun, Ushul Fiqh I, Jakarta: Logos Publishing House, 1996.

Hendra Purwaka, Tommy, Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: PUAJ,2007.

Ibrahim, Johnny, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif. Cet. ke-2,

Jakarta: Bayu Media Publishing, 2006.

Kanter, E.Y, dan Sianturi, S.R, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia Dan Penerapannya,

Jakarta: Storia Grafika, 2001.

Kartanegara, Sathochid, Hukum Pidana, Kumpulan Kuliah Bagian Dua: Balai Lektur

Mahasiswa.

Lamintang, P.A.F, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung: PT Citra

Aditya Bakti, 1997.

Ma'luf, Lowis, al-Munjid fi al-Lughoh wa al I'lam, Beirut: Dar al-Masyriq, 1975.

Maramis, Frans, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia, Jakarta: Rajawali

Press, 2013.

Mardani, Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum

Pidana Nasional, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008.

Ma'roef, Ridha, Narkotika, Masalah dan Bahayanya, Jakarta: PT Bina Aksara, 1987.

Marpaung, Leden, Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana, Jakarta: Sinar Grafika, 2005.

Moeljatno, Kitab-Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Jakarta: Bumi Aksara,

1994.

Munawar, Rofi', Etika Politik Islam, Surabaya: Risalah Gusti, 1999.

Nurul Irfan, Muhammad, dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, Jakarta: AMZAH, 2013.

Poerwadarminta, W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: PN Balai Pustaka,

1976.

Prasetyo, Teguh, Kriminalisasi Dalam Hukum Pidana, Bandung: Nusa Media 2010.

______________Hukum Pidana, Jakarta: Rajawali Press, 2011

Reksodiputro,Mardjono, Pembaharuan Hukum Pidana: Kumpulan Karangan Buku

Keempat, Jakarta: Pusat Pelayanan Keadilan dan Pengabdian Hukum UI,

2007.

Renggong, Ruslan, Hukum Pidana Khusus, Memahami Delik-Delik di Luar KUHP,

Jakarta: Prenamedia Group, 2016.

Page 123: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

109

Sabiq, Sayyid, Fiqh al-Sunnah, cet ke-3, juz III, Beirut: Dar al-Arabiyyah, 1978.

Sianturi, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, Jakarta: Alumni

Ahaem-Petehaem,1996.

Siswanto, Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika. Jakarta: PT Rineka

Cipta, 2012.

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum. Cet. ke-3, Jakarta:UI,Press, 1986.

Sudarto, Hukum Dan Hukum Pidana, Alumni Bandung, 1986.

Sujono, AR, Komentar dan Pembahasan Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009

tentang Narkotika, Jakarta: Sinar Grafika, 2011.

Syamsuddin, Aziz, Tindak Pidana Khusus, Jakarta: Sinar Grafika, 2011.

Waluyo, Bambang, Pidana dan Pemidanaan, Jakarta: Sinar Grafika 2000.

Wardi Muslich, Ahmad, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Fikih Jinayat,

Jakarta: Sinar Grafika, 2004.

Zuhaili, Wahbah, Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh, cet ke-4, jilid VII, Beirut: Dar Al-

Fikr, 1997.

Undang-undang/Putusan

Putusan Mahkamah Agung No.145 PK/PID.SUS/2016.

Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan Kitab Undnag-undang Hukum Acara

Pidana (KUHP & KUHAP)

Kitab Undang-undang Psikotropika Narkotika dan Zat Adiktif lainnya.

Fakultas Syariah dan Hukum Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012,Buku Pedoman

Penulisan Skripsi, Jakarta:Fakultas Syariahdan Hukum Syarif Hidayatullah

Jakarta tahun, 2012.

Page 124: SKRIPSI SANKSI PENGULANGAN (RESIDIVIE) TINDAK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41580...Tentang Narkotika bahwasanya sanksi pada residivis tindak pidana dapat ditambah

110

Skripsi

Arifah, Dewi, Analisis Yuridis Sosiologis Tentang Penyelesaian Pengulangan Tindak

Pidana Oleh Anak Pasca Disahkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2014 Tentang Perlindungan Anak (Studi Kasus Perkara Nomor

12/Pid.Sus/2014/PN.Smg), (Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang,

2005).

Arneldi, Bobby, Pengulangan Tindak Pidana(Residivie) Sebagai Pertimbangan

Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Pelaku Tindak Pidana

Narkotika di Pengadilan Negeri Kelas 1 A Padang, Fakultas Hukum

Universitas Andalas, 2008.

Fitri, Arya, "Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Peredaran narkotika (Studi

Kasus Putusan No. 61/Pid.Sus/2013/PN. Jo)." (Skripsi S-1 Fakultas Hukum,

Universitas Hasanuddin, 2014.

Hafiluddin Khaeril, Muhamad, Tinjauan KriminologisTerhadap Anak Sebagai

Residivie di Kota Makassar, (Skripsi Fakultas Hukum Universitas

Hasanuddin, 2014.

Website/Jurnal Online

Bangun, Nata Sukam, "Eksistensi Pidana Mati Dalam Sistem Hukum Indonesia"

Jurnal Ilmiah, Yogyakarta: Universitas Atma Jaya, 2014.

http://iusyusephukum.blogspot.co.id/2015/10/makalah-tentang-narkoba-

Delianoor, Nandang Alamsah, dan Suseno, Sigid, Modul I, Pengertian dan Ruang

LingkupTindak Pidana Khusus. http://www.pustaka.ut.ac.id/lib/wp-

content/uploads/pdfmk/HKUM4309-M1.pdf

www.putusan.mahkamahagung.go.id

http://megapolitan.kompas.com/read/2013/07/27/1145459/Freddy.Budiman.Bandar.N

arkotika.sejak.2009