SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop...

69

Click here to load reader

Transcript of SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop...

Page 1: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

SKRIPSI

IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN

PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN

PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG,

LAMONGAN - JAWA TIMUR

Oleh :

SSUCI KURNIAWATI

140911118

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2014

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 2: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

SKRIPSI

IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN

PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN

PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG,

LAMONGAN - JAWA TIMUR

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan

pada Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga

Oleh :

SUCI KURNIAWATI

NIM. 140911118

Mengetahui,

Komisi Pembimbing

Pembimbing Utama

Dr. Kismiyati, Ir., M.Si

NIP. 19590808 198603 2 002

Pembimbing Serta

Dr. Gunanti Mahasri, Ir., M.Si

NIP. 19600912 198603 2 001

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 3: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

SKRIPSI

IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN

PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN

PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG,

LAMONGAN - JAWA TIMUR

Oleh :

SUCI KURNIAWATI

NIM. 140911118

Telah diujikan pada

Tanggal : Kamis, 28 Agustus 2014

KOMISI PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA.

Anggota : Prof. Dr. Hari Suprapto, Ir., M. Agr.

Rahayu Kusdarwati, Ir., M.Si.

Dr. Kismiyati, Ir., M.Si.

Dr. Gunanti Mahasri, Ir., M.Si

Dekan

Fakultas Perikanan dan Kelautan

Universitas Airlangga

Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA

NIP. 19520517 197803 2 001

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 4: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

RINGKASAN

SUCI KURNIAWATI. Identifikasi Dan Prevalensi Endoparasit Pada

Saluran Cerna Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Di Pelabuhan Perikanan

Nusantara Brondong, Lamongan - Jawa Timur. Dosen Pembimbing Dr.

Kismiyati, Ir., M.Si. dan Dr. Gunanti Mahasri, Ir., M.Si.

Ikan tongkol merupakan salah satu ikan konsumsi yang memiliki harga

ekonomis tinggi. Nilai produksi tangkapan ikan tongkol dari tahun ke tahun selalu

mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada data statistik dari Kementerian

Kelautan dan Perikanan yang menyebutkan bahwa hasil tangkapan ikan tongkol

pada tahun 2009 sebanyak 1.420.039.707 ekor dan meningkat pada tahun 2010

sebesar 1.454.305.423 ekor.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan prevalensi endoparasit

yang terdapat pada saluran pencernaan ikan tongkol di Pelabuhan Perikanan

Nusantara Brondong, Lamongan-Jawa Timur. Penelitian ini menggunakan metode

survey melalui pengambilan sampel pada lokasi secara langsung. Sampel yang

digunakan sebanyak 150 ekor ikan dengan pengambilan sampel sebanyak empat

kali. Ukuran sampel yang digunakan rata-rata panjangnya 50 cm dan berat 1 kg.

Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah jenis dan tingkat prevalensi

endoparasit yang terdapat pada saluran pencernaan ikan tongkol di Pelabuhan

Perikanan Nusantara Brondong, Lamongan-Jawa Timur.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ikan tongkol di Pelabuhan

Perikanan Nusantara Brondong terinfeksi endoparasit dari jenis Anisakis simplex.

Prevalensi ikan tongkol di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong, Lamongan

yang terinfeksi Anisakis simplex sebanyak 10% (15 dari 150 sampel) yang

termasuk dalam kategori often.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 5: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

SUMMARY

SUCI KURNIAWATI. Identification and Prevalence of Endoparasites on

Sword Fish (Euthynnus affinis) Gastrointestinal in Nusantara Fisheries Port

Brondong, Lamongan - East Java. Academic Advisor Dr. Kismiyati, Ir.,

M.Si. and Dr. Gunanti Mahasri, Ir., M.Si.

Sword fish is one of the consumption fish which has high economic value.

Production value of sword fish’s catching annually always increases. It can be

showed by statistic of Ministry of Marine and Fisheries that remarked the result of

sword fish’s catching in 2009 was 1.420.039.707 fishes and increased in 2010 was

1.454.305.423 fishes.

The study aimed was to know both the kind and the prevalence of sword

fish gastrointestinal endoparasites at Nusantara Fisheries Port Brondong,

Lamongan-East Java. Research used survey methods using 150 fishes through

sampling at the site directly. Size sample was used rate longht 50 cm and weight 1

kg. The parameters of the study was the kind and prevalence degree of

endoparasite were found in the gastrointestinal of sword fish in Nusantara

Fisheries Port Brondong, Lamongan-East Java.

The result showed that there was only Anisakis simplex infected sword

fish at Nusantara Fisheries Port Brondong, Lamongan-East Java. The prevalence

of Anisakis simplex of sword fish at Fisheries Port Brondong, Lamongan was 10

% (15 of 150 samples), that is mean often.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 6: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas

limpahan rakhmat dan hidayah Nya, sehingga Skripsi tentang Identifikasi dan

Prevalensi Endoparasit pada Saluran Pencernaan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis)

dapat terselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi S-1 Budidaya Perairan,

Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga, Surabaya.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih belum sempurna, sehingga

kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan dan

kesempurnaan Laporan Skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga Laporan

Skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan informasi bagi semua pihak,

khususnya bagi mahasiswa Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Perikanan

dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya guna kemajuan serta perkembangan

ilmu dan teknologi dalam bidang perikanan, terutama dalam hal ilmu parasit dan

penyakit ikan.

Surabaya,September 2014

Penulis

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 7: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini, tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA., Dekan Fakultas Perikanan dan

Kelautan Universiras Airlangga dan Ketua Penguji yang telah memberikan

masukan, kritik serta saran demi kesempurnaan Skripsi ini.

2. Ibu Dr. Kismiyati, Ir., M.Si. Dosen Pembimbing pertama yang telah

banyak memberikan bimbingan, arahan dan saran yang membangun

dengan penuh kesabaran mulai dari penyusunan proposal sampai

terselesainya Laporan Skripsi ini.

3. Ibu Dr. Gunanti Mahasri, Ir., M.Si. Dosen Pembimbing kedua yang telah

memberikan arahan, petunjuk dan bimbingan sejak penyusunan usulan

hingga selesainya penyusunan Skripsi ini.

4. Bapak Prof. Dr. Hari Suprapto, Ir., M. Agr. dan Ibu Rahayu Kusdarwati,

Ir., M.Kes. Dosen Penguji yang telah memberikan masukan, kritik serta

saran demi kesempurnaan Skripsi ini.

5. Ibu Dr. Endang Dewi Masithah, Ir., MP. Dosen Wali yang telah

memberikan arahan, petunjuk dan bimbingan selama masa perkuliahan.

6. Bapak Agustono, Ir. M.Kes., Koordinator Pelaksana Skripsi.

7. Ibu Ayunda, Koordinator Laboratorium Parasit Balai Karantina Ikan

Juanda yang telah banyak memberikan informasi dan bimbingan selama

penelitian.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 8: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

8. Bapak Harnoto, Kepala Unit Syah Bandar Pelabuhan Perikanan Nusantara

Brondong yang juga membantu memberikan informasi, pengarahan, dan

mempermudah perizinan pada waktu pengambilan sampel.

9. Bapak Budiman, Koordinator Laboratorium Parasit Balai Karantina Ikan

Perak yang telah banyak memberikan informasi dan bimbingan selama

penelitian.

10. Keluargaku tercinta, Ibu, Ramah, dan adek Icha yang telah memberikan

dukungan moril dan materi serta semangat sehingga Laporan Skripsi ini

dapat terselesaikan dengan baik.

11. Mas Faiz terima kasih atas segala doa dan motivasi dalam memberikan

semangat sehingga laporan Skripsi ini dapat terselesaikan.

12. Teman-temanku Titii, Lieeya, Imas Riena, Mariha, Anabel, Ochie, Mbk

Siska Reny, Annie, Tutiek, Titii dan Reshi dan teman-teman angkatan

Gold Fish yang telah memberikan masukan dan semangat sehingga

Laporan Skripsi ini dapat terselesaikan.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 9: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ..................................................................................... iv

SUMMARY ........................................................................................ v

KATA PENGANTAR ........................................................................ vi

UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................... vii

DAFTAR ISI ........................................................................................ ix

DAFTAR TABEL ............................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... xiv

I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

1.1 Latar Balakang ....................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 4

1.3 Tujuan .................................................................................... 4

1.3 Manfaat .................................................................................. 4

II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 6

2.1 Ikan Tongkol .......................................................................... 6

2.1.1 Klasifikasi Ikan Tongkol............................................... 6

2.1.2 Morfologi Ikan Tongkol ............................................... 6

2.1.3 Habitat dan Kebiasaan Hidup ....................................... 7

2.2 Parasit pada Ikan Laut ............................................................ 8

2.2.1 Anisakis ........................................................................ 10

A. Klasifikasi ................................................................ 10

B. Morfologi ................................................................. 10

C. Daur Hidup .............................................................. 11

D. Predileksi ................................................................. 12

E. Inang......................................................................... 12

2.2.2 Camallanus caringis .................................................... 13

A. Klasifikasi ................................................................ 13

B. Morfologi ................................................................. 13

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 10: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

C. Daur Hidup .............................................................. 14

D. Predileksi ................................................................. 15

E. Inang......................................................................... 15

2.2.3 Echinostoma ................................................................. 16

A. Klasifikasi ................................................................ 16

B. Morfologi ................................................................. 16

C. Daur Hidup .............................................................. 17

D. Predileksi ................................................................. 18

E. Inang......................................................................... 18

2.2.4 Pseudosteringophorus .................................................. 19

A. Klasifikasi ................................................................ 19

B. Morfologi ................................................................. 19

C. Daur Hidup .............................................................. 20

D. Predileksi ................................................................. 21

E. Inang......................................................................... 22

2.2.5 Lecithocladium ............................................................. 22

A. Klasifikasi ................................................................ 22

B. Morfologi ................................................................. 22

C. Daur Hidup .............................................................. 23

D. Predileksi ................................................................. 24

E. Inang......................................................................... 24

III KERANGKA KONSEPTUAL .................................................... 25

IV METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 28

4.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan ............................................ 28

4.2 Materi Penelitian ..................................................................... 28

4.2.1 Alat Penelitian ............................................................... 28

4.2.2 Bahan Penelitian ........................................................... 28

4.3 Metode Penelitian .................................................................. 28

4.4 Prosedur Kerja ........................................................................ 29

4.4.1 Pengambilan Sampel ..................................................... 29

4.4.2 Pengambilan Saluran Pencernaan ................................. 30

4.4.3 Pemeriksaan Isi Saluran Pencernaan ............................ 30

4.4.4 Pewarnaan Cacing ......................................................... 32

4.4.5 Identifikasi Cacing ........................................................ 33

4.5 Parameter Penelitian ............................................................... 33

4.5.1 Parameter Utama ........................................................... 33

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 11: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

4.5.2 Parameter Penunjang .................................................... 33

4.6 Diagram Alir Penelitian ......................................................... 34

4.7 Analisis Data ........................................................................... 34

V HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 35

5.1 Hasil Penelitian ....................................................................... 35

5.1.1 Identifikasi Cacing ........................................................ 35

5.1.2 Prevalensi Endoparasit .................................................. 38

5.2 Pembahasan ............................................................................. 32

VI SIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 45

6.1 Simpulan ................................................................................ 45

6.2 Saran ...................................................................................... 45

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 46

LAMPIRAN ........................................................................................ 52

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 12: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Hasil Penghitungan Prevalensi Endoparasit pada Saluran Pencernaan

Ikan Tongkol di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong, Lamongan

- Jawa Timur .................................................................................................... 50

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 13: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Morfologi Ikan Tongkol ............................................................................... 7

2. Morfologi Anisakis ....................................................................................... 11

3. Daur Hidup Anisakis .................................................................................... 12

4. Morfologi Camallanus ................................................................................. 14

5. Daur Hidup Camallanus .............................................................................. 15

6. Morfologi Echinostoma ............................................................................... 17

7. Daur Hidup Echinostoma ............................................................................. 18

8. Morfologi Pseudosteringophorus ................................................................ 20

9. Daur Hidup Pseudosteringophorus .............................................................. 21

10. Morfologi Lecithocladium ......................................................................... 23

11. Daur Hidup Lecithocladium ....................................................................... 24

12. Bagan Kerangka Konseptual Penelitian ..................................................... 27

13. Diagram Alir Penelitian ............................................................................. 34

14. Bagian Anterior Larva Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

Menggunakan Mikroskop Binokuler ........................................................ 36

15. Bagian Posterior Larva Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

Menggunakan Mikroskop Binokuler ........................................................ 36

16. Bagian Anterior Larva Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

Menggunakan Mikroskop Lucida ............................................................. 37

17. Bagian Posterior Larva Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

Menggunakan Mikroskop Lucida ............................................................. 37

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 14: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Data Pengambilan Sampel Ikan Tongkol di Pelabuhan Perikanan

Nusantara Brondong, Lamongan-Jawa Timur ............................................ 67

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 15: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) dengan

17.499 pulau dan memiliki garis pantai sepanjang 104.000 km2

(Kementerian

Kelautan dan Perikanan, 2014). Indonesia memiliki potensi sumberdaya ikan yang

sangat besar dan keanekaragaman hayati yang tinggi. Sumberdaya tersebut

mencakup 37% dari spesies ikan di dunia. Kondisi ini merupakan potensi yang

sangat besar bagi pengembangan perikanan tangkap di Indonesia (Zamani, 2011).

Di wilayah perairan laut Indonesia terdapat beberapa jenis ikan bernilai

ekonomis tinggi antara lain: tuna, cakalang, udang, tongkol, tenggiri, kakap, cumi-

cumi, ikan-ikan karang, ikan hias, kerang, dan rumput laut (Adisanjaya, 2010).

Ikan tongkol merupakan ikan yang memiliki harga ekonomis tinggi. Ikan tongkol

termasuk dalam familia Scrombidae yang merupakan salah satu jenis ikan

konsumsi (Oktaviani, 2008). Nilai produksi tangkapan ikan tongkol dari tahun ke

tahun mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada data statistik dari

Kementerian Kelautan dan Perikanan yang menyebutkan bahwa hasil tangkapan

ikan tongkol di wilayah Indonesia pada tahun 2009 sebanyak 1.420.039.707 ekor

dan meningkat pada tahun 2010 yaitu 1.454.305.423 ekor (Kementerian Kelautan

dan Perikanan, 2010).

Ikan tongkol merupakan salah satu ikan konsumsi yang sangat digemari

masyarakat. Daging ikan tongkol memiliki cita rasa yang enak dan memiliki

kandungan gizi yang sangat dibutuhkan dan bermanfaat bagi tubuh. Kandungan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 16: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

gizi daging ikan tongkol per 100 gram yaitu terdiri dari air 69,40%, lemak 1,50%,

protein 25,00%, mineral 2,25%, dan karbohidrat 0,03%. Protein pada ikan tongkol

memiliki komposisi asam amino yang lengkap yang sangat diperlukan oleh tubuh

manusia (Andini, 2006). Mineral yang terkandung dalam daging ikan tongkol

terdiri dari magnesium, fosfor, yodium, fluor, zat besi, copper, zinc, kalsium dan

selenium. Omega 3 dan omega 6 yang terkandung dalam asam lemak berguna

untuk memperkuat daya tahan otot jantung, meningkatkan kecerdasan otak,

melenturkan pembuluh darah, menurunkan kadar trigliserida dan mencegah

penggumpalan darah (Susanto dan Fahmi, 2012).

Ikan tongkol yang hidup di perairan Indonesia sangat rentan terinfeksi

penyakit. Penyakit pada ikan dapat dibedakan menjadi dua yaitu penyakit

infeksius dan penyakit non infeksius. Penyakit infeksius adalah penyakit yang

disebabkan organisme patogen (jamur, bakteri, virus dan parasit), sedangkan

penyakit non infeksius adalah penyakit yang disebabkan oleh lingkungan, pakan,

genetik. Penyakit infeksius tidak hanya menginfeksi ikan budidaya tetapi juga

dapat menginfeksi ikan yang hidup di perairan laut (ikan hasil perikanan tangkap)

(Balai Karantina Ikan Batam, 2007).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menyebutkan bahwa parasit

dari genus Anisakis lebih banyak menyerang ikan laut. Ikan tongkol di perairan

Sulawesi Selatan positif terinfeksi cacing Anisakis dengan prevalensi sebesar 70%

(Saputra, 2011), hal ini juga terjadi pada ikan tongkol di perairan Jakarta dengan

nilai prevalensi 25% (Gunawan, 2008). Ikan kembung di perairan Jakarta Utara

pada penelitian Susanti (2008) terinfeksi cacing Anisakis dengan jumlah

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 17: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

prevalensi sebesar 61%, sedangkan pada penelitian Emelina (2008) ikan kembung

dari perairan Jakarta terinfeksi parasit dari genus Anisakis sebesar 5%, genus

Pseudosteringophorus 55%, dan genus Lecithocladium 16%. Cacing Anisakis

juga menginfeksi ikan kerapu hasil tangkapan di TPI Brondong, Lamongan

dengan prevalensi sebesar 100% (Arifudin dan Abdulgani, 2013). Penelitian

Tamba dan Damriyasa (2012) melaporkan bahwa ikan selar bentong yang diambil

dari Pasar Ikan Kedonganan, Badung positif terinfeksi Anisakis (83,8%),

Camallanus sp. (0,95%), Filum Acanthocephala (0,95%), dan Kelas Digenea

(14,3%), sedangkan ikan kakap merah di perairan Jakarta terinfeksi cacing dari

genus Anisakis dengan prevalensi 10% (Batara, 2008).

Cacing Anisakis merupakan endoparasit yang bersifat zoonosis atau dapat

menginfeksi manusia yang mengkonsumsi ikan tongkol yang terinfeksi larva

Anisakis (Pardede, 2000). Penyakit yang disebabkan oleh cacing Anisakis ini

disebut anisakiasis (Mulyanti, 2001). Endoparasit ini menyerang saluran

pencernaan manusia dan dapat menimbulkan muntah-muntah, diare, dan reaksi

alergi yang meliputi urtikaria, anafilaksis, dermatitis, gastroenteritis, sampai

gejala asma (Saputra, 2011).

Di Indonesia penelitian terhadap parasit yang bersifat zoonosis pada ikan

tongkol belum banyak dilakukan padahal ikan tongkol merupakan ikan yang

memiliki harga ekonomis tinggi dengan jumlah permintaan yang terus meningkat

sehingga perlu dilakukan penelitian tentang identifikasi dan prevalensi

endoparasit pada ikan tongkol di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong,

Lamongan-Jawa Timur.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 18: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut, maka

perumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis endoparasit apa saja yang menginfeksi saluran pencernaan ikan tongkol

(Euthynnus affinis) di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong, Lamongan-

Jawa Timur?

2. Berapakah tingkat prevalensi endoparasit yang menginfeksi saluran pencernaan

ikan tongkol (Euthynnus affinis) di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong,

Lamongan-Jawa Timur?

1.3 Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui jenis endoparasit yang menginfeksi saluran pencernaan ikan

tongkol (Euthynnus affinis) di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong,

Lamongan-Jawa Timur.

2. Mengetahui tingkat prevalensi endoparasit yang menginfeksi saluran

pencernaan ikan tongkol (Euthynnus affinis) di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Brondong, Lamongan-Jawa Timur.

1.4 Manfaat

Manfaat penelitian ini adalah untuk memberi informasi tentang berbagai

jenis endoparasit yang menyerang saluran cerna ikan tongkol (Euthynnus affinis)

serta tingkat prevalensi dari endoparasit yang menyerang saluran cerna ikan

tongkol (Euthynnus affinis) di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong,

Lamongan-Jawa Timur. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan oleh masyarakat

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 19: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

sebagai tambahan pengetahuan penyakit cacing dan protozoa pada ikan yang

memiliki potensi dapat menular pada manusia (zoonosis).

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 20: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Tongkol

2.1.1 Klasifikasi Ikan tongkol

Klasifikasi ikan tongkol menurut Saanin (1984) adalah :

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Class : Teleostei

Ordo : Perciformes

Family : Scrombidae

Genus : Euthynnus

Spesies : Euthynnus affinis

2.1.2 Morfologi Ikan tongkol

Menurut Oktaviani (2008), ikan tongkol mempunyai ciri-ciri yakni tubuh

berukuran sedang, memanjang seperti torpedo, mempunyai dua sirip punggung

yang dipisahkan oleh celah sempit. Sirip punggung pertama diikuti oleh celah

sempit, sirip punggung kedua diikuti oleh 8-10 sirip tambahan. Ikan tongkol tidak

memiliki gelembung renang. Warna tubuh pada bagian punggung ikan ini adalah

gelap kebiruan dan pada sisi badan dan perut berwarna putih keperakan.

Ikan tongkol memiliki sirip punggung pertama berjari-jari keras sebanyak

10 ruas, sedangkan yang kedua berjari-jari lemah sebanyak 12 ruas, dan terdapat

enam sampai sembilan jari-jari sirip tambahan. Terdapat dua tonjolan antara

kedua sirip perut. Sirip dada pendek dengan ujung yang tidak mencapai celah

diantara kedua sirip punggung. Sirip dubur berjari-jari lemah sebanyak 14 dan

memiliki 6-9 jari-jari sirip tambahan. Sirip-sirip kecil berjumlah 8-10 buah

terletak di belakang sirip punggung kedua (Agustini, 2000). Pada umumnya ikan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 21: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

tongkol memiliki panjang tubuh 50-60 cm. Gambar morfologi ikan tongkol

(Euthynnus affinis) disajikan pada gambar 1 dibawah ini :

Gambar 1. Morfologi ikan tongkol (Sumber : Adji, 2008)

2.1.3 Habitat dan Kebiasaan Hidup

Habitat adalah suatu lingkungan dengan kondisi tertentu dimana suatu

spesies atau komunitas hidup. Habitat yang baik akan mendukung

perkembangbiakan organisme yang hidup didalamnya secara normal (Nggajo,

2009). Habitat ikan tongkol yaitu pada perairan lepas dengan suhu 18-290C. Ikan

ini merupakan ikan perenang cepat dan hidup bergerombol (schooling) (Saputra,

2011). Menurut Djamal (1994), ikan tongkol lebih aktif mencari makan pada

waktu siang hari daripada malam hari dan merupakan ikan karnivora. Ikan

tongkol biasanya memakan udang, cumi, dan ikan teri.

Ikan tongkol mempunyai daerah penyebaran yang sangat luas yaitu pada

perairan pantai dan oseanik. Kondisi oseanografi yang mempengaruhi migrasi

ikan tongkol yaitu suhu, salinitas, kecepatan arus, oksigen terlarut dan

ketersediaan makanan. Ikan tongkol pada umumnya menyenangi perairan panas

dan hidup di lapisan permukaan sampai pada kedalaman 40 meter dengan kisaran

optimum antara 20-28°C. Penyebaran ikan tongkol di perairan Samudra Hindia

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 22: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

meliputi daerah tropis dan sub tropis dan penyebaran ini berlansung secara teratur

(Oktaviani, 2008).

2.2 Parasit pada Ikan Laut

Parasit merupakan organisme yang hidup pada atau di dalam organisme

lain dan mengambil makanan dari organisme yang ditumpanginya untuk

berkembang biak dan untuk kebutuhan metabolisme tubuh parasit tersebut

(Subekti dan Mahasri, 2010). Berdasarkan predileksi, parasit dapat dibedakan

menjadi ektoparasit, endoparasit dan mesoparasit. Ektoparasit adalah parasit yang

hidup pada bagian luar tubuh inang yaitu pada insang, sirip dan kulit. Endoparasit

adalah parasit yang hidup di dalam tubuh inang yaitu pada usus, ginjal dan hati.

Mesoparasit adalah parasit yang sebagian tubuh bersifat endoparasit dan sebagian

yang lain ektoparasit (Balai Karantina Ikan Batam, 2007).

Keberhasilan parasit dalam menginfeksi inang ditentukan oleh

keberhasilan parasit dalam menyerang, hidup dan berkembang biak di dalam

maupun di luar tubuh inang sedangkan keberhasilan parasit menyerang dan hidup

pada tubuh inang bergantung pada kemampuan parasit menembus tubuh inang,

ketersediaan kebutuhan parasit dalam tubuh inang dan kerentanan parasit

(Suhendi, 2009).

Setiap parasit yang hidup dalam tubuh inang bisa menimbulkan pengaruh

yang berbahaya bagi inang. Metabolisme dan sekresi kelenjar parasit dapat

menjadi racun bagi inang. Racun yang dihasilkan oleh sekresi kelenjar tersebut

dapat mengganggu kulit dan menyebabkan radang (Grabda, 1991). Kerusakan

tubuh dan organ internal yang berupa luka dapat menjadi tempat berkembang

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 23: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

yang baik bagi jamur dan bakteri patogen. Dalam tubuh inang terjadi persaingan

yang kuat antar parasit untuk mendapatkan ruang dan makanan. Parasit berusaha

mencapai seluruh jaringan dalam tubuh inang untuk mencari lokasi yang paling

baik. Parasit akan menempati organ target bila telah menemukan lokasi yang tepat

untuk mendapatkan makanan dan bereproduksi secara maksimal (Mulyanti,

2001).

Menurut hasil penelitian Batara (2008), Gunawan (2008), Emelina (2008),

Susanti (2008), Saputra (2011) dan Ulkhaq (2012) menyebutkan bahwa jenis

endoparasit yang banyak menyerang ikan laut di perairan Indonesia adalah

Anisakis, Camallanus, Echinostoma, Pseudosteringophorus, dan Lecithocladium.

Hal ini berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan. Saputra (2011)

melaporkan bahwa Anisakis menyerang ikan tongkol di perairan Sulawesi Selatan,

hal serupa juga terjadi pada hasil penelitian Gunawan (2008) di perairan Jakarta.

Anisakis juga ditemukan menyerang ikan kembung (Susanti, 2008), sedangkan

pada penelitian Emelina (2008) selain terserang Anisakis ikan kembung juga

terserang endoparasit dari genus Pseudosteringophorus dan genus

Lecithocladium. Ikan kakap merah di perairan Jakarta juga ditemukan terserang

Anisakis (Batara, 2008). Pada penelitian Ulkhaq (2012) dilaporkan bahwa

endoparasit yang menyerang ikan kerapu tikus adalah Camallanus carangis

dengan prevalensi 13.33% dan Echinostoma dengan prevalensi 26,67%.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 24: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

2.2.1 Anisakis

A. Klasifikasi

Klasifikasi parasit Anisakis menurut Noga (2010) yaitu :

Phylum : Nemathelminthes

Class : Nematoda

Ordo : Ascaridida

Family : Anisakidae

Genus : Anisakis

Spesies : Anisakis simplex

B. Morfologi

Cacing Anisakis memiliki warna putih dengan panjang antara 10-29 mm.

Cacing Anisakis dewasa memiliki morfologi yaitu memiliki tiga buah bibir yang

mengelilingi mulut, satu bibir terletak di dorsal dan dua bibir lainnya terletak di

sisi ventro-lateral yang berfungsi untuk menyerap bahan organik dari dinding

usus. Pada bagian anterior terdapat boring tooth yang berfungsi untuk melubangi

dinding usus halus dan untuk melekat pada mukosa usus halus agar tidak lepas

pada waktu intestinum berkontraksi mencerna makanan. Bagian ekor panjang dan

runcing serta pada bagian posterior terdapat mucron. Cacing ini memiliki lapisan

kutikula yang terlihat jelas di sepanjang tubuh. Cacing ini juga memiliki esofagus

yang berbentuk silindris atau sedikit mengalami pelebaran di bagian posterior

(Sarjito dan Desrina, 2005). Anisakis memiliki rektum yang membuka keluar

melalui anus dengan tiga kelenjar anal besar yang berasosiasi dengan rektum.

Anisakis memiliki ujung lobus yang tumpul pada pertemuan ventrikulus dan

sekum. Bagian anterior berhubungan langsung dengan appendiks dan bagian

posterior berhubungan langsung dengan sekum (Saputra, 2011).

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 25: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

Morfologi cacing Anisakis dapat dilihat pada gambar 2 dibawah ini :

Gambar 2 Morfologi Cacing Anisakis (Sumber : Grabda, 1991)

Keterangan: A: anterior, C: Posterior, I: intestine, EP: excretory pore, ED:

excretory duct, OE: esofagus, LT: larva tooth, V: ventriculus

C. Daur Hidup

Daur hidup cacing Anisakis adalah dimulai dari telur yang dikeluarkan

oleh cacing dewasa melalui feses mamalia laut yang berperan sebagai inang

definitif. Telur tersebut tenggelam ke dasar perairan dan kemudian menetas

menjadi larva stadium pertama. Larva ini kemudian dimakan oleh krustasea laut

yang berperan sebagai inang antara pertama dan dalam tubuh krustasea ini larva

berkembang menjadi larva stadium dua yang bersifat infektif. Jika krustasea

dimakan oleh ikan (inang antara kedua), maka larva akan berkembang menjadi

stadium tiga dan menetap di organ dalam inang antara kedua. Ikan yang terinfeksi

larva Anisakis apabila dimakan oleh inang definitif (mamalia laut) maka larva

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 26: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

akan berkembang menjadi cacing dewasa dalam saluran cerna inang definitif.

Cacing dewasa akan hidup dan berkembang biak dalam tubuh inang definitif

(Shih et al., 2010). Daur hidup cacing Anisakis akan disajikan pada gambar 3

dibawah ini:

Gambar 3. Daur Hidup Anisakis (Sumber : Teresa dan Ignacio, 2002)

D. Predileksi

Predileksi cacing Anisakis yaitu saluran pencernaan terutama pada bagian

usus, membran hati, otot, limpa, rongga badan dan gonad (Batara, 2008).

E. Inang

Cacing Anisakis memiliki inang definitif yaitu singa laut, anjing laut,

lumba-lumba dan paus (Saputra, 2011).

Cacing dewasa dalam saluran cerna

inang definitif

Telur dalam feses

inang definitif

L1

hidup bebas di air

L2

Inang antara I

L3

Inang antara II

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 27: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

2.2.2 Camallanus carangis

A. Klasifikasi

Klasifikasi Camallanus carangis menurut Soulsby (1986) adalah :

Phylum : Nemathelminthes

Class : Nematoda

Ordo : Camallanoidea

Family : Camallanidae

Genus : Camallanus

Spesies : Camallanus carangis

Camallanus maculatus

Camallanus acaudatus

Camallanus corderoi

B. Morfologi

Cacing Camallanus betina memiliki ukuran 10 mm sedangkan cacing

Camallanus jantan berukuran 3 mm. Bagian ujung kepala cacing membulat

sedangkan pada bagian akhir ekor cacing meruncing. Ujung anterior cacing terdiri

dari rasping organ yang berfungsi untuk menembus kedalam dinding usus dan

untuk menempatkan jangkar. Cacing parasitik ini memiliki bucal capsule yang

dilapisi kutikula yang tebal dan sepasang lekukan pada bucal capsule. Bentuk

seperti ini akan membuat cacing dapat memegang dinding usus dengan kuat dan

tidak dapat lepas. Mulut cacing Camallanus berbingkai yang dikelilingi oleh

buku-buku seperti tanduk dan pada bagian mulut ini terdapat celah sempit yang

terbuka dengan sudut yang membulat (Mahasri dkk., 2008).

Menurut Buchmann dan Bresciani (2001), cacing ini berbentuk panjang,

ramping, silindris, tidak bersegmen dengan kedua ujung meruncing, mempunyai

mulut serta anus serta memiliki rongga tubuh semu yang disebut pseudoselom.

Cacing ini memiliki sistem pencernaan yang lengkap yang dimulai dari mulut,

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 28: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

esofagus dengan dinding otot tebal, usus, rektum, dan anus (Grabda, 1991). Pada

ujung anterior tubuh terdapat modifikasi kutikuler yang disebut amphid. Amphid

merupakan alat indera yang berjumlah sepasang (Radiopoetro, 1988). Morfologi

cacing Camallanus akan disajikan pada gambar 4

Gambar 4. Morfologi Cacing Camallanus (Sumber : Moravec et al., 2008)

Keterangan: A. anterior terlihat lateral, B. anterior terlihat dorsoventral, C.

posterior, D. Vulva. Skala bar: A-C.100µm, D.200µm

C. Daur Hidup

Daur hidup Camallanus dimulai dengan telur yang dikeluarkan bersama

feses inang definitif. Telur tenggelam ke dasar perairan dan kemudian menetas

menjadi larva stadium pertama yang hidup bebas di perairan. Larva yang

berenang bebas di makan oleh inang antara I yaitu invertebrata (copepoda dan

krustasea). Larva akan berkembang menjadi larva stadium dua dalam tubuh inang

antara I. Apabila inang antara I dimakan oleh ikan (inang antara II) maka larva

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 29: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

stadium dua akan berkembang menjadi larva stadium tiga dalam tubuh inang

antara II. Apabila inang antara II dimakan oleh inang definitif yaitu burung

pemakan ikan, larva ini akan berkembang menjadi cacing dewasa pada tubuh

inang definitif dan melakukan perkembangbiakan (Monks, 2007). Daur hidup

cacing Camallanus ditunjukkan oleh gambar 5 dibawah ini :

Gambar 5. Daur Hidup Cacing Camallanus (Sumber : Martins et al., 2007).

D. Predileksi

Camallanus memiliki daerah predileksi yaitu pada dinding saluran

pencernaan ikan, rektum, dan anus (Aryani, 2012).

E. Inang

Cacing dewasa dalam saluran

cerna inang definitif

Telur dalam feses

inang definitif

L1

hidup bebas di air

L2

Inang antara I

L3

Inang antara II

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 30: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

Inang definitif cacing Camallanus yaitu burung pemakan ikan dan

memiliki inang antara dua yaitu ikan kakap dan selar (Batara, 2008).

2.2.3 Echinostoma

A. Klasifikasi

Klasifikasi Echinostoma menurut Noga (2010) adalah :

Phylum : Platyhelminthes

Class : Trematoda

Ordo : Prosostomata

Family : Echinostomatidae

Genus : Echinostoma

Spesies : Echinostoma revolutum

Echinostoma echinatum

Echinostoma caproni

B. Morfologi

Cacing ini tidak mempunyai rongga tubuh dan seluruh organ berada di

dalam rongga parenkim. Tubuh cacing berbentuk seperti daun, simetris bilateral,

pipih dorsoventral dan tidak bersegmen. Echinostoma memiliki dua alat

penghisap, satu mengelilingi mulut atau yang sering disebut sebagai batil isap oral

dan yang lain berada di dekat pertengahan tubuh atau ujung posterior yang disebut

batil isap ventral atau acetabulum. Dinding luar tubuh cacing memiliki duri atau

sisik (Levine, 1990).

Sistem ekskretoris cacing ini terdiri atas flame cells yang dihubungkan

oleh tubulus yang kemudian bersatu menjadi duktus yang lebih besar. Duktus ini

bermuara pada saluran kencing dekat ujung posterior tubuh cacing. Cacing ini

memiliki mulut dan saluran pencernaan, namun tidak memliki anus (Noble,

1989).

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 31: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

Morfologi cacing Echinostoma dapat dilihat pada gambar 6 dibawah ini :

Gambar 6. Morfologi cacing Echinostoma revolutum(Sumber : Ulkhaq, 2012)

Keterangan: AC: acetabulum (ventral sucker), OS: oral sucker, CL: collar, OV:

ovarium,CS: cirrus sac, TE: testis, UT: uterus, VT: vitellaria

C. Daur Hidup

Daur hidup cacing Echinostoma adalah cacing dewasa menghasilkan telur

yang dikeluarkan bersama feses inang definitif. Telur akan menetas menjadi

miracidium di dalam air. Miracidium secara aktif akan berenang mencari inang

antara I yaitu siput air (Lymnaea snail) dan dalam tubuh siput tersebut miracidium

akan berkembang menjadi sporokista yang selanjutnya akan berkembang menjadi

redia induk, kemudian berkembang menjadi redia anak dan berkembang lagi

menjadi cercaria. Cercaria keluar dari tubuh siput dan berenang mencari inang

antara II yaitu ikan. Cercaria berkembang menjadi metacercaria dalam tubuh

ikan. Apabila inang antara II yang mengandung metacercaria dimakan oleh inang

definitif (burung pamakan ikan) maka metacercaria akan berkembang menjadi

cacing dewasa dan melakukan reproduksi di dalam tubuh inang definitif (Subekti

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 32: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

dan Mahasri, 2010). Daur hidup cacing ini dapat dilihat pada gambar 7 dibawah

ini :

Gambar 7. Daur Hidup cacing Echinostoma (Sumber : Lee et al.,1988)

D. Predileksi

Predileksi cacing Echinostoma yaitu pada daerah usus, rektum dan caecum

(Indaryanto, 2012).

E. Inang

Cacing Echinostoma memiliki inang definitif yaitu burung pemakan ikan,

bebek dan unggas. Cacing Echinostoma memiliki inang antara dua yaitu ikan

sedangkan inang antara pertama cacing Echinostoma adalah siput Lymnea,

Heliosoma, dan Paludina (Susanti, 2008).

Cacing dewasa dalam

saluran cerna inang

definitif

Telur dalam

feses inang

definitif

miracidium

hidup bebas di air

sporokista

inang antara

I

redia

inang antara

I

cercaria

inang antara

I

metacercaria

inang antara II

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 33: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

2.2.4 Pseudosteringophorus

A. Klasifikasi

Klasifikasi Pseudosteringophorus menurut Noble (1989) adalah :

Phylum : Platyhelminthes

Class : Trematoda

Ordo : Prosostomata

Family : Fellodistomatidae

Genus : Pseudosteringophorus

Spesies : Pseudosteringophorus hoplognathi

B. Morfologi

Cacing Pseudosteringophorus memiliki bentuk tubuh pipih dan oval

memanjang, tegumen tipis, dan memiliki faring yang kecil. Tegumen pada cacing

ini memiliki tiga lapisan otot yaitu sirkular, diagonal, dan longitudinal. Kontraksi

dari ketiga otot ini dapat menyebabkan pergerakan pada tubuh cacing

Pseudosteringophorus. Cacing ini tidak memiliki kait atau organ tambahan lain

untuk menempel pada inang. Pseudosteringophorus juga memiliki dua buah

testes yang membulat dan simetris dimana testes yang satu berada di sebelah

testes yang lain dan ovarium yang terletak di anterior testes. Uterus terletak di

bagian posterior tubuh dan berisi telur dalam jumlah banyak (Olson et al., 2003).

Cacing Pseudosteringophorus dewasa memiliki predileksi pada saluran

pencernaan ikan, namun cacing ini juga dapat ditemukan di rongga mulut, paru-

paru atau organ dalam lain (Emelina, 2008). Pseudosteringophorus merupakan

endoparasit pada ikan air laut dengan predileksi pada saluran pencernaan yaitu

lambung dan usus.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 34: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

Lapisan epidermis cacing Pseudosteringophorus tidak memiliki silia dan

pada bentuk dewasa mengalami modifikasi menjadi kutikula. Cacing ini tidak

memiliki pigmen. Mulut terletak pada bagian anterior tubuh yang dilengkapi

dengan gigi-gigi kitin, memiliki alat penghisap yang terletak di sekitar lubang

mulut atau pada permukaan ventral yang digunakan sebagai alat pelekat

(Radiopoetro, 1988). Morfologi cacing Pseudosteringophorus dapat dilihat pada

gambar 8

Gambar 8. Morfologi cacing Pseudosteringophorus (Sumber : Yamaguti, 1958

dalam Emelina, 2008)

C. Daur Hidup

Daur hidup cacing Pseudosteringophorus yaitu cacing dewasa

memproduksi telur yang berbentuk oval dalam jumlah banyak dalam tubuh inang

definitif. Telur tersebut akan keluar bersama feses inang dan tenggelam pada

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 35: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

dasar perairan. Telur kemudian menetas menjadi miracidium bersilia yang akan

berenang bebas di air dan kemudian menginfeksi siput air (Planorbis) sebagai

inang antara pertama. Dalam tubuh siput, miracidium berkembang menjadi

sporokista. Sporokista berkembang menjadi redia yang akan berkembang lagi

menjadi cercaria. Cercaria akan keluar dari tubuh siput dan akan masuk ke dalam

tubuh ikan sebagai inang antara kedua. Dalam tubuh ikan cercaria berkembang

menjadi metacercaria. Apabila ikan yang mengandung metacercaria dimakan

oleh inang definitif (burung pemakan ikan) maka metacercaria akan berkembang

menjadi cacing dewasa (Susanti, 2008). Daur hidup cacing Pseudosteringophorus

dapat dilihat pada gambar 9 dibawah ini :

Gambar 9. Daur Hidup cacing Pseudosteringophorus (Sumber : Chaari et al.,

2011)

D. Predileksi

Predileksi cacing Pseudosteringophorus yaitu saluran pencernaan ikan

terutama pada usus dan lambung, rongga mulut dan anus (Emelina, 2008).

Cacing dewasa dalam

saluran cerna inang definitif

Telur dalam

feses inang

definitif

miracidium

hidup bebas di air

sporokista

inang antara

I

redia

inang antara

I

cercaria

inang antara

I

metacercaria

inang antara II

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 36: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

E. Inang

Cacing Pseudosteringophorus lebih banyak menyerang ikan laut yaitu

ikan kembung, ikan kakap dan ikan kerapu (Susanti, 2008).

2.2.5 Lecithocladium

A. Klasifikasi

Klasifikasi Lecithocladium menurut Yamaguti (1958) dalam Emelina

(2008) adalah :

Phylum : Platyhelminthes

Class : Digenea

Ordo : Prosostomata

Family : Hemiuridae

Genus : Lecithocladium

Spesies : Lecithocladium excisum

Lecithocladium angusiovum

Lecithocladium scombri

B. Morfologi

Cacing ini memiliki bentuk tubuh silindris memanjang dan terdapat dua

buah alat penghisap yang terletak di bagian oral dan ventral tubuh. Alat penghisap

yang terletak di bagian anterior tubuh disebut oral sucker sedangkan alat

penghisap yang terletak di bagian posterior tubuh disebut ventral sucker (Subekti

dan Mahasri, 2010).

Lecithocladium memiliki testes yang berjumlah dua buah yang terletak

diagonal dan ovarium yang tidak berlobus yang terletak di belakang testes. Sistem

pencernaan terdiri dari mulut, faring dan usus. Cacing ini memiliki predileksi

pada esofagus dan lambung, tetapi dapat juga ditemukan di usus, gelembung

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 37: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

renang, atau di luar saluran pencernaan ikan (Emelina, 2008). Morfologi cacing

Lecithocladium ditunjukkan oleh gambar 10

Gambar 10. Morfologi cacing Lecithocladium (Sumber : Yamaguti, 1958 dalam

Emelina, 2008)

Keterangan: 1: mulut, 2: faring. 3:saluran hermaftodit, 4: batil hisap, 5: kelenjar

prostat, 6: kantung seminal, 7: testis, 8: ovarium, 9: vitelin, 10: ekor,

11: uterus, 12: sekum, 13: lubang ekskretori.

C. Daur Hidup

Daur hidup cacing Lecithocladium dimulai dari telur yang dikeluarkan

bersama feses inang definitif kemudian menetas menjadi miracidium yang hidup

di dalam air dan aktif mencari inang antara I yaitu siput air (Lymnea dan

Heliosoma). Dalam tubuh inang antara I miracidium akan berkembang menjadi

sporokista. Sporokista selanjutnya berkembang menjadi redia dan berkembang

lagi menjadi cercaria. Cercaria keluar dari tubuh siput dan berenang mencari ikan

(inang antara II). Cercaria akan berkembang menjadi metacercaria dalam tubuh

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 38: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

ikan. Metacercaria akan menjadi cacing dewasa dalam tubuh inang definitif

(Subekti dan Mahasri, 2010). Daur hidup cacing Lecithocladium ditunjukkan oleh

gambar 11 dibawah ini :

Gambar 11. Daur Hidup cacing Lecithocladium (Sumber : Gudivada and Vankara,

2010)

D. Predileksi

Predileksi Lecithocladium yaitu pada bagian saluran pencernaan ikan

(Emelina, 2008).

E. Inang

Lecithocladium memiliki inang antara utama yaitu ikan dari genus

Decapterus, tetapi tidak menutup kemungkinan cacing ini akan menginfeksi ikan

laut jenis lain karena sifatnya yang tidak host specific (Susanti, 2008).

Cacing dewasa dalam

saluran cerna inang definitif

Telur dalam

feses inang

definitif

miracidium

hidup bebas di air

sporokista

inang antara

I

redia

inang antara

I

cercaria

inang antara

I

metacercaria

inang antara II

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 39: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

III KERANGKA KONSEPTUAL

Salah satu kendala yang muncul pada hasil perikanan tangkap adalah

penyakit. Penyakit ini disebabkan karena kualitas perairan yang menurun.

Kualitas air yang menurun dapat menyebabkan ikan stress sehingga sangat rentan

terserang penyakit. Penyakit ikan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu

penyakit infeksius dan non infeksius. Penyakit non infeksius disebabkan oleh

lingkungan, makanan dan genetis, sedangkan penyakit infeksius disebabkan oleh

virus, bakteri, jamur dan parasit (Fidyandini, 2012).

Parasit merupakan organisme yang hidup pada atau di dalam organisme

lain dan mengambil makanan dari organisme yang ditumpanginya untuk

berkembang biak dan untuk kebutuhan metabolisme tubuh parasit tersebut

(Mahasri dan Kismiyati, 2008). Menurut Balai Karantina Ikan Batam (2007),

parasit dibedakan menjadi tiga berdasarkan predileksi pada tubuh inang yaitu

ektoparasit (parasit yang hidup pada permukaan tubuh inang), mesoparasit (parasit

yang menginfeksi ikan dimana sebagian dari tubuh parasit menembus sampai

organ dalam tubuh inang sedangkan bagian tubuh lainnya berada diluar tubuh

inang) dan endoparasit (parasit yang hidup dalam tubuh inang).

Endoparasit dapat ditemukan pada bagian organ dalam inang yaitu saluran

pencernaan (terutama usus dan lambung), darah, daging dan otot (Aryani, 2012).

Endoparasit dari filum nemathelminthes ada yang bersifat zoonosis seperti cacing

Anisakis.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 40: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

Saat ini belum banyak penelitian yang mengungkapkan jenis endoparasit

yang menginfeksi ikan tongkol sehingga penelitian ini perlu dilakukan. Penelitian

ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang jenis endoparasit yang

menyerang saluran cerna ikan tongkol dengan tingkat prevalensi endoparasit

tersebut. Bagan kerangka konseptual penelitian dapat dilihat pada gambar 12

dibawah ini :

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 41: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

Ikan konsumsi

Pencemaran

Keterangan :

: Aspek yang diteliti

: Aspek yang tidak diteliti

Gambar 12. Bagan Kerangka Konseptual Penelitian

Hasil Perikanan Tangkap

Permintaan pasar tinggi

Ikan tongkol

Penyakit

jamur

Ektoparasit

bakteri parasit virus

Endoparasit

Identifikasi

Prevalensi

Saluran pencernaan darah daging otot

platyhelminthes nemathelminthes

helminthes

Kualitas air menurun

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 42: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

IV METODOLOGI

4.1 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2013. Sampel ikan diambil di

Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong, Lamongan dan identifikasi parasit

dilakukan di Laboratorium Pendidikan Fakultas Perikanan dan Kelautan

Universitas Airlangga.

4.2 Materi Penelitian

4.2.1 Alat Penelitian

Peralatan yang digunakan dalam pemeriksaan parasit yaitu nampan, pisau

bedah, pinset dan gunting. Sedangkan peralatan yang digunakan untuk identifikasi

parasit adalah objec glass, cover glass, mikroskop camera lucida, lup, pipet,

tabung centrifuge, dan mesin centrifuge.

4.2.2 Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel ikan tongkol,

tisu, aquades, NaCl, glycerine 5%, alkohol 70%, alkohol 85%, alkohol 95%,

larutan Hung’s I, dan larutan Hung’s II.

4.3 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan

pengambilan sampel secara langsung pada lokasi penelitian untuk

mengidentifikasi jenis endoparasit pada ikan tongkol. Lokasi pengambilan sampel

ikan ditentukan dengan sengaja. Metode pengambilan sampel dilakukan secara

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 43: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

acak terhadap ikan tongkol di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong,

Lamongan.

Metode survei adalah pengumpulan informasi dari sebagian populasi yang

dianggap dapat mewakili populasi tertentu. Metode ini bertitik tolak pada konsep,

hipotesis, dan teori yang sudah mapan sehingga tidak akan memunculkan teori

baru. Penelitian survei memiliki sifat verifikasi terhadap teori yang ada. Penelitian

ini bersifat deskriptif. Data hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk gambar

dan tabel, data yang terkumpul akan dianalisis secara deskriptif (Azwar, 2010).

4.4 Prosedur Kerja

4.4.1 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel ikan diusahakan dapat mewakili populasi ikan yang

ada. Sampel ikan yang diambil adalah ikan yang masih segar. Berdasarkan data

Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong (2013) tangkapan ikan tongkol per hari

sebanyak 3000 kg ikan dengan berat 1 ekor ikan sebesar 1 kg. Ikan tongkol yang

diambil sebagai sampel sebanyak 5% dari 3000 kg/ekor yaitu 150 kg/ekor. Hal ini

sesuai dengan standar yang telah dibakukan yaitu pengambilan sampel sebanyak

5-10% dari populasi (Balai Karantina Ikan Batam, 2007). Pengambilan sampel

dilakukan dengan cara aktif tanpa menunggu laporan atau informasi terjadinya

infeksi parasit. Pengambilan sampel dilakukan secara acak sebanyak empat kali,

pengambilan pertama dilakukan pada tanggal 1 Juli, kedua tanggal 8 Juli, ketiga

tanggal 15 Juli, dan keempat tanggal tanggal 22 Juli 2013. Sampel yang telah

diambil dibawa ke Laboratorium Pendidikan Fakultas Perikanan dan Kelautan

Universitas Airlangga.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 44: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

4.4.2 Pengambilan Saluran Pencernaan

Sampel ikan yang telah diambil diletakkan di atas nampan kemudian ikan

ditimbang dan diukur panjangnya. Kemudian dilakukan pembedahan ikan dengan

gunting mengarah ke anterior tubuh sampai pada bagian sirip ventral, kemudian

digunting ke arah dorsal ikan sampai pada bagian gurat sisi lalu digunting

mengarah pada bagian anal ikan. Lambung ikan bagian anterior dipotong sampai

pada bagian posterior usus, kemudian disimpan di dalam pot salep berisi alkohol

70% (Balai Karantina Ikan Batam, 2007).

4.4.3 Pemeriksaan Isi Saluran Pencernaan

Pemeriksaan isi saluran pencernaan dilakukan dengan dua metode yaitu

metode natif dan metode konsentrasi. Metode natif dilakukan dengan cara

mengeluarkan isi saluran pencernaan dengan diurut mengarah ke ujung posterior

usus. Isi saluran pencernaan yang telah keluar kemudian ditampung dalam object

glass atau cawan petri ditetesi air dan ditutup cover glass, kemudian diamati di

bawah mikroskop dengan pembesaran 100x dan 400x (Stasiun Karantina Ikan

Kelas I Hang Nadim Batam, 2010).

Menurut Mahasri dkk (2008), apabila dengan metode tersebut ditemukan

cacing maka dilakukan pewarnaan, tapi apabila tidak ditemukan cacing maka

dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan metode konsentrasi yang terdiri dari

metode pengendapan (sedimentasi) dan pengapungan. Pemeriksaan isi saluran

pencernaan dilakukan dengan metode konsentrasi yang dibagi menjadi 2, yaitu :

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 45: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

1. Metode Pengendapan (sedimentasi)

Cara kerja dalam metode sedimentasi yaitu mencampurkan feses dengan

10 ml air lalu diaduk sampai tercampur, dimasukkan ke dalam tabung centrifuge

sampai dengan satu cm dibawah permukaan tabung dan di centrifuge selama 2-3

menit dengan kecepatan 1500 rpm, larutan supernatan (permukaan) dibuang,

disisakan endapan 1 cm dari dasar tabung. lalu ditambahkan dengan air, di

centrifuge dengan kecepatan 1500 rpm selama 2-3 menit dan membuang larutan

supernatan (permukaan), endapan diambil menggunakan pipet, diletakkan pada

object glass dan ditutup dengan cover glass, pemeriksaan endapan dilakukan di

bawah mikroskop dengan pembesaran 100x dan 400x.

2. Metode Pengapungan

Metode ini dilakukan untuk mengkonsentrasikan cacing dengan cara

mengapungkan, dengan cairan yang berat jenisnya lebih besar dari berat jenis

cacing. Cairan yang digunakan adalah larutan jenuh NaCl, Cara kerja dalam

metode ini yaitu mencampurkan feses dengan 10 ml air lalu diaduk sampai

tercampur, dimasukkan ke dalam tabung centrifuge sampai dengan 1 cm dibawah

permukaan tabung dan di centrifuge selama 2-3 menit dengan kecepatan 1500

rpm, larutan supernatan (permukaan) dibuang, disisakan endapan 1 cm dari dasar

tabung. lalu ditambahkan dengan adalah larutan jenuh NaCl, dicentrifuge dengan

kecepatan 1500 rpm selama 2-3 menit kemudian ditambahkan dengan larutan

jenuh NaCl hingga permukaan larutan cembung mendekati mulut tabung lalu

menempelkan cover glass pada mulut tabung dan ditunggu selama 5 menit,

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 46: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

kemudian cover glass diletakkan di atas object glass dan diperiksa dibawah

mikroskop dengan pembesaran 100x dan 400x.

4.4.4 Pewarnaan Cacing

Pewarnaan cacing bertujuan untuk memudahkan identifikasi dan untuk

mengawetkan preparat cacing agar tahan lama. Pewarnaan cacing menggunakan

metode Semichen-Acetic Carmine. Cara pewarnaan yaitu cacing disimpan dalam

alkohol gliserin 5% lalu dicuci dengan PZ lalu difiksir diantara dua object glass

dan ikat kedua ujungnya dengan benang, object glass dimasukkan dalam alkohol

gliserin 5% selama 24 jam, lalu dimasukkan dalam alkohol 70% selama lima

menit dan dimasukkan dalam larutan carmine yang sudah diencerkan dengan

alkohol 70% dengan perbandingan 1 : 2, biarkan selama delapan jam, kemudian

cacing dilepas dari obyek glass, dipindahkan dalam larutan alkohol asam selama

dua menit (alkohol 70% + HCl) lalu dipindahkan dalam larutan alkohol basa

selama 20 menit (alkohol 70% + NaHCO3), dilakukan dehidrasi bertingkat

dengan alkohol 70% selama 5 menit, alkohol 85% selama 5 menit dan alkohol

95% selama 5 menit kemudian mounting dalam larutan Hung’s I selama 20 menit,

cacing diletakkan pada obyek glass yang bersih dan diteteskan larutan Hung’s II

di atas cacing tersebut yang berfungsi sebagai perekat pada cover glass, kemudian

menutup dengan cover glass. Preparat dikeringkan selama kurang lebih 24 jam

(Kuhlman, 2006).

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 47: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

4.4.5 Identifikasi Cacing

Identifikasi cacing dilakukan berdasarkan Kabata (1985), Grabda (1991)

dan Hoffman (1967).

4.5 Parameter Penelitian

4.5.1 Parameter Utama

Parameter utama yang diamati adalah jenis endoparasit yang menginfeksi

saluran pencernaan ikan tongkol di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong dan

tingkat prevalensi masing-masing endoparasit. Menurut Balai Karantina Ikan

Batam (2007) prevalensi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Prevalensi = Jumlah ikan yang terinfeksi X 100%

Jumlah sampel ikan yang diperiksa

4.5.2 Parameter Penunjang

Parameter penunjang pada penelitian ini adalah ukuran ikan yang meliputi

panjang dan berat tubuh ikan. Data parameter penunjang ini digunakan sebagai

data pelengkap parameter utama.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 48: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

4.6 Diagram Alir Penelitian

Diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 13 dibawah ini

Gambar 13. Diagram Alir Penelitian

4.7 Analisis Data

Data hasil identifikasi endoparasit yang menyerang ikan tongkol dianalisis

secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk gambar dan tabel. Nilai prevalensi

dihitung untuk setiap spesies parasit.

Penentuan lokasi pengambilan

sampel ikan laut

Persiapan alat dan bahan

Pengambilan sampel di Pelabuhan

Perikannan Nusantara Brondong

Identifikasi

Prevalensi

Pemeriksaan endoparasit pada

saluran pencernaan

Pembuatan preparat dengan

pewarnaan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 49: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Identifikasi Cacing

Hasil identifikasi endoparasit yang ditemukan pada saluran pencernaan

ikan tongkol berasal dari Filum Nemathelminthes, Kelas Nematoda, Ordo

Ascaridida, Famili Anisakidae, Genus Anisakis, Spesies Anisakis simplex. Cacing

Anisakis simplex yang ditemukan memiliki ciri berwarna putih, pada bagian

anterior memiliki larva tooth, excretory pore dan excretory duct yang terlihat

jelas, sedangkan pada bagian saluran pencernaan cacing terlihat esophagus,

ventriculus dan intestinum, sedangkan pada bagian posterior cacing terdapat

mucron, rectal gland dan anus yang juga terlihat jelas. Berdasarkan beberapa ciri

diatas, cacing parasitik yang ditemukan pada saluran pencernaan ikan tongkol

dapat dikategorikan adalah larva cacing Anisakis simplex stadium tiga (L3).

Identifikasi dilakukan berdasarkan Grabda (1991), Kabata (1985) dan Hoffman

(1999).

Menurut Grabda (1991) larva cacing Anisakis stadium tiga (L3) memiliki

larva tooth yang berfungsi untuk melubangi dinding usus halus dan juga berfungsi

untuk berpegangan pada mukosa usus halus agar tidak lepas pada saat intestinum

berkontraksi mencerna makanan dan juga terdapat ventriculus yang terletak antara

esofagus dan usus. Bagian ekor cacing Anisakis simplex panjang dan runcing serta

pada ujung posterior dari ekor terdapat mucron. Mucron merupakan pelebaran

kutikula. Mucron terdapat pada larva Anisakis simplex baik jantan maupun betina.

Gambar hasil identifikasi Anisakis simplex yang ditemukan pada saluran

pencernaan ikan tongkol di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong, Lamongan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 50: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

ditunjukkan Gambar 14 dan 15, sedangkan Gambar Anisakis simplex

menggunakan mikroskop lucida ditunjukkan Gambar 16 dan 17.

Gambar 14. Bagian Anterior Larva Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

Menggunakan Mikroskop Binokuler

Keterangan: Bagian anterior L3 Anisakis simplex dengan perbesaran mikroskop

binokuler 400x dan skala bar 20µm

Gambar 15. Bagian Posterior Larva Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

Menggunakan Mikroskop Binokuler

Keterangan:Bagian posterior L3 Anisakis simplex dengan perbesaran mikroskop

binokuler 400x dan skala bar 20µm

Larva tooth

mucron

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 51: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

Gambar 16. Bagian Anterior Larva Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

Menggunakan Mikroskop Lucida

Keterangan: LT: larva tooth, EP: excretory pore, ED: excretory duct, OE:

oesophagus. Bar: 20 µm

Gambar 17. Bagian Posterior Larva Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

Menggunakan Mikroskop Lucida

Keterangan: M: mucron, A: anus, G: rectal gland (kelenjar anus), I: intestinum.

Bar: 20 µm

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 52: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

5.1.2 Prevalensi Endoparasit

Prevalensi larva cacing Anisakis simplex stadium tiga pada saluran

pencernaan ikan tongkol pada setiap minggunya berbeda. Data hasil penghitungan

prevalensi larva cacing Anisakis simplex stadium tiga pada ikan tongkol dapat

dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Penghitungan Prevalensi Endoparasit pada Saluran Pencernaan

Ikan Tongkol di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong, Lamongan-Jawa

Timur

Pengambilan

Sampel

Jumlah Sampel

yang diambil

(ekor)

Jumlah Ikan yang

Terinfeksi (ekor)

Prevalensi (%)

I 30 2 6,67

II 40 2 5

III 40 6 15

IV 40 5 12,5

Jumlah 150 15 10

Berdasarkan tabel penghitungan prevalensi cacing Anisakis simplex yang

ditemukan pada saluran pencernaan ikan tongkol di Pelabuhan Perikanan

Nusantara Brondong setiap minggunya berbeda. Tingkat prevalensi cacing

Anisakis simplex pada pengambilan sampel pertama yaitu 6,67% dengan jumlah

ikan yang terinfeksi cacing dua ekor, pada pengambilan sampel kedua yaitu 5%

dengan jumlah ikan yang terinfeksi cacing dua ekor, pengambilan sampel ketiga

yaitu 15% dengan jumlah ikan yang terinfeksi cacing enam ekor, dan pada

pengambilan sampel keempat yaitu 12,5% dengan jumlah ikan yang terinfeksi

cacing 5 ekor. Total sampel ikan yang terinfeksi Anisakis simplex dari

pengambilan 150 ekor ikan sebanyak 15 ekor dengan rata-rata tingkat prevalensi

cacing Anisakis simplex pada saluran pencernaan ikan tongkol di Pelabuhan

Perikanan Nusantara Brondong sebesar 10%.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 53: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

5.2 Pembahasan

Hasil identifikasi endoparasit pada saluran pencernaan ikan tongkol

ditemukan satu jenis parasit yang sama selama empat kali pengambilan sampel.

Endoparasit yang ditemukan pada penelitian ini termasuk dalam Filum

Nemathelminthes, Kelas Nematoda, Ordo Ascaridida, Famili Anisakidae, Genus

Anisakis, dan spesies Anisakis simplex. Larva cacing Anisakis simplex yang

ditemukan adalah larva stadium tiga (L3), hal ini sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Grabda (1991) yaitu cacing Anisakis simplex pada stadium tiga

(L3) memiliki larva tooth pada bagian ujung anterior dan pada bagian posterior

terdapat mucron, selain itu cacing Anisakis simplex memiliki siklus hidup sebagai

larva stadium tiga (L3) dalam tubuh ikan .

Hasil pewarnaan cacing Anisakis simplex yang ditemukan di saluran

pencernaan ikan tongkol selain memiliki larva tooth dan mucron, pada bagian

anterior terdapat excretory pore dan excretory duct, sedangkan pada bagian

saluran pencernaan makanan terdapat esophagus, ventriculus, dan intestinum dan

pada bagian posterior terdapat anus dan kelenjar anus. Ciri morfologi cacing

Anisakis simplex hasil pewarnaan sesuai dengan ciri morfologi Anisakis simplex

pada kunci identifikasi Grabda (1991), Kabata (1985) dan Hoffman (1967).

Penelitian ini hanya menemukan satu jenis cacing yaitu Anisakis simplex,

hal ini berkaitan dengan habitat, kebiasaan makan ikan tongkol dan keberadaan

parasit. Ikan tongkol merupakan ikan pelagis yang hidup di lapisan permukaan

sampai pada kedalaman 40 meter. Ikan tongkol lebih aktif mencari makan pada

siang hari dan merupakan ikan karnivora yang memakan Thysanoessa dan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 54: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

Euphausia dari kelas krustasea (Djamal, 1994). Thysanoessa dan Euphausia

merupakan inang antara pertama bagi cacing Anisakis simplex. Inang antara

pertama yang terinfeksi L2 Anisakis simplex apabila dimakan oleh ikan tongkol

maka larva tersebut akan berkembang menjadi L3. Tidak ditemukannya cacing

Camallanus, Echinostoma, Pseudosteringophorus dan Lecithocladium juga

berhubungan dengan habitat, kebiasaan makan ikan tongkol dan keberadaan

parasit. Camallanus, Echinostoma, Pseudosteringophorus dan Lecithocladium

memiliki inang antara satu yaitu siput air (Planorbis, Lymnaea snail dan

Heliosoma) (Lymbery et al., 2002). Siput air memiliki habitat di dasar perairan

sehingga ikan tongkol kemungkinan tidak memakan siput air yang merupakan

inang antara satu dari parasit tersebut.

Cacing Anisakis simplex ditemukan di saluran pencernaan ikan tongkol

yaitu pada bagian mukosa usus. Hal ini dikarenakan pada bagian usus merupakan

tempat memproses makanan yang dapat diabsorpsi oleh cacing Anisakis simplex.

Cacing Anisakis simplex memperoleh makanan dengan cara mengabsorpsi

makanan yang terlarut dalam lumen usus ikan yaitu darah, sel jaringan, cairan

tubuh dan sari-sari makanan (Arifudin dan Abdulgani, 2013). Cacing Anisakis

simplex tidak dapat merombak bahan makanan yang belum disederhanakan karena

tidak memiliki saluran pencernaan yang sempurna dan tidak memiliki enzim

pencernaan yang dapat membantu proses pencernaan makanan (Roberts, 2000).

Cacing Anisakis simplex yang mampu hidup dalam usus ikan memiliki

kemampuan untuk resisten terhadap mekanisme pencernaan ikan baik proses

kimiawi yang terjadi dalam tubuh inang, tahan melawan respon imun inang,

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 55: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

maupun mampu bertahan di dalam usus pada kondisi anaerob karena suplai

oksigen diperoleh dengan menghisap nutrisi yang mengalir bersama pembuluh

darah vena di dalam lumen usus. Cacing Anisakis simplex memiliki struktur tubuh

yang mampu beradaptasi dengan kondisi di dalam usus ikan. Cacing ini memiliki

lapisan epidermis kulit yang dapat mensekresikan sebuah lapisan kutikula yang

berfungsi untuk melindungi tubuh cacing dari enzim-enzim pencernaan yang

dihasilkan di dalam usus ikan. Intestinum Anisakis simplex mampu melindungi

diri dari enzim pencernaan yang disekresikan oleh inang dengan cara

mensekresikan muco protein yang berfungsi untuk menetralkan enzim inang.

Parasit yang tidak memproduksi muco protein akan tercerna dalam usus halus

inang (Lorenzo, 2000).

Faktor yang mempengaruhi ikan tongkol dapat terinfeksi cacing Anisakis

simplex adalah faktor rantai makanan dan juga faktor lingkungan perairan

(Saputra, 2011). Ikan tongkol yang terinfeksi cacing Anisakis simplex yang

disebabkan oleh faktor makanan karena ikan tongkol mengkonsumsi krustasea

yang terinfeksi larva Anisakis simplex stadium dua (L2). Menurut Grabda (1991)

Anisakis simplex memiliki inang antara pertama dari krustasea yaitu Thysanoessa

dan Euphausia. Krustasea merupakan inang antara satu dalam siklus hidup cacing

Anisakis simplex. Krustasea ini apabila dimakan oleh ikan maka larva cacing

stadium dua (L2) akan berkembang menjadi larva stadium tiga (L3) dan

menginfeksi ikan (Batara, 2008). Larva stadium tiga (L3) banyak ditemukan pada

bagian usus karena larva ini mengabsorpsi makanan yang terlarut dalam lumen

usus ikan yaitu darah, sel jaringan, cairan tubuh dan sari-sari makanan (Arifudin

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 56: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

dan Abdulgani, 2013). Ikan yang terinfeksi larva cacing apabila termakan oleh

inang definitif (burung pemakan ikan, singa laut, anjing laut, lumba-lumba dan

paus) maka larva tersebut akan berkembang menjadi cacing dewasa yang akan

melakukan proses reproduksi dan menghasilkan telur yang akan dikeluarkan

bersama feses inang definitif (Shih et al., 2010).

Faktor lingkungan yang turut mempengaruhi ikan tongkol terinfeksi

cacing Anisakis simplex disebabkan karena adanya interaksi yang tidak serasi

antara ikan, kondisi lingkungan dan organisme penyakit (patogen). Interaksi yang

tidak serasi ini akan menyebabkan stress pada ikan, sehingga mekanisme

pertahanan diri yang dimiliki ikan menjadi lemah dan akhirnya mudah terserang

penyakit. Kesehatan ikan menurun atau kondisi lingkungan kurang menunjang

akan menyebabkan ikan mengalami kondisi stress, sehingga menurunkan

kemampuan mempertahankan diri dari serangan penyakit (Baladin, 2007).

Stress terjadi karena faktor lingkungan (stressor) yang meluas atau

melewati kisaran toleransi untuk ikan dan akan mengganggu fungsi fisiologis

pada ikan tersebut. Pengaruh stress pada ikan dapat menyebabkan menurunnya

sistem kekebalan tubuh ikan yang terjadi secara hormonal sehingga sangat rentan

terserang penyakit. Penyebab stress pada ikan dapat dikelompokkan menjadi

stress kimia, lingkungan dan biologis (Johnny dkk., 2011).

Tingkat prevalensi cacing Anisakis simplex pada pengambilan sampel

minggu pertama termasuk dalam kategori occasionally. Hal ini berdasarkan pada

penghitungan tingkat prevalensi parasit cacing Anisakis simplex dalam saluran

pencernaan ikan tongkol sebanyak 6,67%. Angka tersebut menunjukkan bahwa

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 57: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

cacing Anisakis simplex sedikit ditemukan pada ikan tongkol pada minggu

pertama. Pengambilan sampel pada minggu pertama sebanyak 30 ekor, sedangkan

ikan yang positif terinfeksi Anisakis simplex berjumlah 2 ekor dengan rincian

masing-masing ikan ditemukan 1 ekor cacing Anisakis simplex. Pengambilan

sampel ikan minggu kedua sebanyak 40 ekor ikan dan ditemukan parasit sebanyak

2 ekor cacing (setiap satu ekor ikan ditemukan satu parasit). Penghitungan tingkat

prevalensi cacing Anisakis simplex pada pengambilan sampel minggu kedua

termasuk dalam kategori yang sama dengan pengambilan sampel minggu pertama

yaitu termasuk dalam kategori occasionally (sedikit ditemukan pada ikan) dengan

tingkat prevalensi sebanyak 5% dan ikan yang positif terinfeksi cacing sebanyak 2

ekor dan parasit yang ditemukan juga berjumlah 2 ekor. Pengambilan sampel

minggu ketiga dan minggu keempat menggunakan jumlah sampel yang sama

yaitu sebanyak 40 ekor ikan. Penghitungan tingkat prevalensi cacing Anisakis

simplex pada minggu ketiga dan minggu keempat termasuk dalam kategori yang

sama juga yaitu often yang berarti Anisakis simplex sering ditemukan pada ikan

tongkol. Minggu ketiga ditemukan cacing Anisakis simplex sebanyak 6 ekor dari

6 ekor ikan sehingga nilai prevalensi parasit pada minggu ketiga ini sebanyak

15%, sedangkan pada minggu keempat ditemukan 5 ekor Anisakis simplex dari 5

ekor ikan dan memiliki nilai prevalensi sebanyak 12,5%. Penggolongan kategori

infeksi berdasarkan pada tingkat prevalensi ikan yang terserang parasit sesuai

dengan Williams and Williams (1996).

Tingkat prevalensi rata-rata Anisakis simplex yang ditemukan pada saluran

pencernaan ikan tongkol di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong,

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 58: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

Lamongan-Jawa Timur adalah 10% termasuk dalam kategoti often yang berarti

tingkat kejadian Anisakis simplex sering ditemukan pada saluran pencernaan ikan

tongkol di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong, Lamongan-Jawa Timur.

Hal ini kemungkinan disebabkan oleh faktor panjang tubuh ikan tongkol. Hal ini

sesuai dengan pendapat Muttaqin dan Abdulgani (2013) bahwa ikan dengan

panjang 25-37 cm memiliki nilai prevalensi dan derajat infeksi yang lebih besar

dibandingkan dengan ikan yang memiliki panjang 21-24 cm. Ikan yang lebih

besar mampu hidup lebih lama yang berarti umur ikan juga semakin bertambah,

sehingga kesempatan terinfeksi oleh larva cacing Anisakis simplex juga semakin

tinggi selama masa hidupnya. Roberts (2000) juga menyatakan bahwa

pertambahan panjang tubuh ikan mengakibatkan semakin tinggi akumulasi parasit

terhadap siklus hidup inang karena adanya pertambahan jumlah dan jenis

makanan pada ikan yang lebih besar.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 59: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

VI SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :

a. Jenis endoparasit yang menginfeksi saluran pencernaan ikan tongkol di

Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong, Lamongan adalah larva

cacing Anisakis simplex stadium tiga.

b. Tingkat prevalensi cacing Anisakis simplex yang menginfeksi saluran

pencernaan ikan tongkol di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong,

Lamongan yaitu 10% yang termasuk dalam kategori often (sering

ditemukan pada ikan).

6.2 Saran

Tingkat prevalensi cacing Anisakis simplex yang ditemukan pada saluran

pencernaan ikan tongkol di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong, Lamongan

sebanyak 10% yang termasuk dalam kategori often (sering ditemukan pada ikan)

sehingga dengan nilai tingkat prevalensi cacing Anisakis simplex tersebut

sebaiknya masyarakat lebih memperhatikan cara pengolahan ikan yang baik

sebelum mengkonsumsi ikan hasil tangkapan, karena cacing Anisakis simplex

yang ditemukan dapat berbahaya bagi kesehatan manusia (zoonosis).

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 60: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

DAFTAR PUSTAKA

Adisanjaya, N. 2010. Potensi, Produksi Sumberdaya Ikan di Perairan Laut

Indonesia dan Permasalahannya. Paper pada Seminar Potensi Hasil

Perikanan Indonesia. 25 Oktober 2010. LIPI. Jakarta. 22 hal.

Adji, A. O. 2008. Studi Keragaman Cacing Parasitik pada Saluran Pencernaan

Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) dan Ikan Tongkol (Euthynnus spp.).

Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 51

hal.

Agustini, S. D. 2000. Aplikasi Metode Schaefer : Analisis Potensi Sumberdaya

Tongkol (Scombridae) di Perairan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Jawa

Barat. Skripsi. Ilmu dan Teknologi Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 67 hal.

Andini, Y. 2006. Karakteristik Surimi Hasil Ozonisasi Daging Merah Ikan

Tongkol (Euthynnus sp.). Skripsi. Teknologi Hasil Perikanan. Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 76 hal.

Arifudin, S. dan N. Abdulgani. 2013. Prevalensi dan Derajat Infeksi Anisakis sp.

Pada Saluran Pencernaan Ikan Kerapu Lumpur (Epinephelus sexfasciatus)

di TPI Brondong Lamongan. Skripsi. Biologi. Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya.

55 hal.

Aryani, R. 2012. Identifikasi dan Prevalensi Cacing pada Saluran Pencernaan Ikan

Gurami (Osphronemus gouramy) di Desa Ngrajek Magelang Jawa Tengah.

Skripsi. Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas

Airlangga. Surabaya. 43 hal.

Azwar, S. 2010. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Hal 83.

Baladin, L.O. 2007. Studi Ketahanan Hidup Larva Anisakidae dengan Suhu

Pembekuan dan Penggaraman pada Ikan (Rastrelliger spp.). Tesis.

Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 65 hal.

Balai Karantina Ikan Batam. 2007. Laporan Pemantauan HPI/HPIK Tahun 2007.

Balai Karantina Ikan Batam. Batam. 52 hal.

Batara. R. 2008. Deskripsi Morfologi Cacing Nematoda pada Saluran Pencernaan

Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) dan Ikan Kakap Merah (Lutjanus

spp.). Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor.

Bogor. 52 hal.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 61: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

Buchmann, K. and J. Bresciani. 2001. An Introduction to Parasitic Diseases of

Freshwater Trout. Denmark: DSR Publisher.

Chaari, M., H. Derbel and L. Neifar. 2011. Oesophagotrema mediterranea

(Platyhelminthes, Digenea, Zoogonidae), Parasite of the Needlefish

Tylosurus acus imperialis (Beloniformes, Belonidae) from off Tunisia.

Journal of the De Sfax University, 33 (3) : 281-286.

Djamal, S. J. 1994. Analisis Musim dan Tingkat Pemanfaatan Ikan Tongkol

(Euthynnus affinis) di Perairan Utara Brondong, Kabupaten Lamongan,

Jawa Timur. Skripsi. Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan.

Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 76 hal.

Emelina, N. 2008. Cacing Parasitik pada Insang Ikan Kembung (Decapterus spp).

Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 56

hal.

Fidyandini, H. P. 2012. Identifikasi dan Prevalensi Ektoparasit pada Ikan Bandeng

(Chanos chanos) yang Dipelihara di Karamba Jaring Apung UPBL

Situbondo dan di Tambak Desa Bangunrejo Kecamatan Jabon Sidoarjo.

Skripsi. Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas

Airlangga. Surabaya.

Grabda, J. 1991. Marine Fish Parasitology: An Outline. Weinheim. New York.

PWN-Polish Scientific Publisher. Warszawa.

Gudivada, M. and A. P. Vankara. 2010. Population Dynamics of Metazoan

Parasites of Marine Threadfin Fish, Polydactylus sextarius (Bloch and

Schneider, 1801) from Visakhapatnam Coast, Bay of Bengal. Journal of

Yogi Vemana University, 5 (4) : 555-561.

Gunawan, S. 2008. Infestasi Cacing Parasitik pada Insang Ikan Tongkol

(Euthyunus sp). Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian

Bogor. Bogor. 75 hal.

Hoffman, G.L. 1999. Parasites Of North American Freshwater Fishes Second

Edition. New York. Cornell University Press. 539 p.

Indaryanto, F. R. 2012. Intensitas, Prevalensi dan Dominasi Parasit Cacing pada

Ikan Kembung (Rastrelliger) di Perairan Teluk Banten. Skripsi. Perikanan.

Fakultas Pertanian. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Serang. 66 hal.

Johnny, F., D. Roza dan Prisdiminggo. 2011. Kejadian Penyakit Infeksi Parasit

pada Ikan Kerapu di Keramba Jaring Apung Teluk Ekas, Kabupaten

Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Balai Besar Riset Perikanan

Budidaya Laut Gondol dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 62: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

Kabata. 1985. Parasites and Disease of Fish Culturedd in The Tropics. Taylor and

Francis. London and Philadellphia.

Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2010. Buku Tahunan Statistik Perikanan

Tangkap Indonesia. Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta. 8 hal.

Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2014. Rancangan Undang-Undang

Kelautan. Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta. 50 hal.

Kuhlmann, W.F. 2006. Preservation, Staining, and Mounting Parasite Speciment.

http://www.facstaff.unca.com. 22/05/2014. 8 hal.

Lee, S. H., L. K. Joon, W. M. Sohn, S. T. Hong, J. H. Sung and J. Y. Chai. 1988.

Metacercariae of Echinostoma cinetorchis Encysted in the Fresh Water

Snail, Hippeutis cantori, and their Development in Rats and Mice. Journal

of the Korean of Parasitology, 26 (3) : 189-197.

Levine, N. 1990. Buku Pelajaran Parasitologi Veteriner. Prof. Dr. Gatut Ashadi,

Penerjemah. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari:

Textbook Of Veterinary Parasitology.

Lorenzo, S. 2000. Usefulness of Currently Available Methods for the Diagnosis of

Anisakis simplex Allergy. Allergy, 55 : 627-633.

Lymbery, A. J., R. G. Doupe, M. A. Munshi and T. Wong. 2002. Larvae of

Contracaecum sp. Among Inshore Fish Species of Southwestern Australia.

Journal of Murdoch University of Veterinary and Biomedical Sciences, 51

: 157-159.

Mahasri, G. dan Kismiyati. 2008. Buku Ajar Parasit dan Penyakit Ikan I (Ilmu

Penyakit Protozoa Ikan dan Udang). Fakultas Kedokteran Hewan.

Universitas Airlangga. Surabaya. Hal 3-4.

Mahasri, G., S. Koesdarto, S. Subekti dan Kismiyati. 2008. Buku Ajar Parasit dan

Penyakit Ikan II (Ilmu Penyakit Nematoda dan Acanthocephala). Fakultas

Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga. Surabaya. Hal 19-21.

Mahasri, G., S. Koesdarto, S. Subekti dan Kismiyati. 2008. Buku Petunjuk

Praktikum Parasit dan Penyakit Ikan II (Ilmu Penyakit Helminth). Fakultas

Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga. Surabaya. Hal 28-30.

Martins, M. L., F. Garcia, R. S. Piazza and L. Ghiraldelli. 2007. Camallanus sp.

(Nematoda : Camallanidae) in an Ornamental Fish Xiphophorus maculatus

(Osteichthyes : Poeciliidae) Cultivated in Sao Paulo State, Brazil. Journal

of Veterinary Medicine, 59 : 5.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 63: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

Monks, N. 2007. Camallanus Worms are Among the Most Commonly

Encountered Internal Parasites for Aquarium Fish. Doctoral Thesis.

Aberdeen University of Zoology. Scotland. 50p.

Moravec, F., J. Lorber and R. Konecny. 2008. Camallanus sp. (Nematoda:

Camallanidae) and some other Adult Nematodes from Marine Fishes off

the Maldive Islands. Journal of Parasitology, 70 (1) : 61-69.

Mulyanti, R. 2001. Inventarisasi Parasit pada Ikan Kembung Perempuan

(Rastrelliger neglectus), Ikan Selar Kuning (Caranx leptolepis), dan Ikan

Belanak (Mugil sp) dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Karang Antu,

Serang, Banten. Skripsi. Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 74 hal.

Muttaqin, M. Z. dan N. Abdulgani. 2013. Prevalensi dan Derajat Infeksi Anisakis

sp. pada Saluran Pencernaan Ikan Kakap Merah (Lutjanus malabaricus) di

Tempat Pelelangan Ikan Brondong Lamongan. Jurnal Sains dan Seni

Pomits, 2 (1) : 2337-3520.

Nggajo, R. 2009. Keterkaitan Sumberdaya Ikan Ekor Kuning (Caesio cuning)

dengan Karakteristik Habitat pada Ekosistem Terumbu Karang di

Kepulauan Seribu. Tesis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.

Bogor. 120 hal.

Noble, G. 1989. Parasitologi : Biologi Parasit Hewan. Terjemahan: Wardiarto.

Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. hal 3-44.

Noga, E. J. 2010. Fish Disease Diagnosis and Treatment. 2nd

Edition. Wiley-

Balckwell. USA. 538 hal.

Oktaviani, A. 2008. Studi Keragaman Cacing Parasitik pada Saluran Pencernaan

Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) dan Ikan Tongkol (Euthynnus

spp.). Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor.

Bogor. 51 hal.

Olson, P., T. H. Cribb, V. V. Tkach, R. A. Bray and D. T. J. Littlewood. 2003.

Phylogeny and Classification of the Digenea (Platyhelminthes :

Trematoda). International Journal for Parasitology 33 : 733-755.

Pardede, H. 2000. Inventarisasi Parasit pada Ikan Laut dari Tempat Pelelangan

Ikan (TPI) Blanakan, Subang, Jawa Barat. Skripsi. Budidaya Perairan.

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 68

hal.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 64: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

Pusat Informasi Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong. 2013. Hasil

Tangkapan Harian Bulan April 2013. Pelabuhan Perikanan Nusantara

Brondong. 30 hal.

Radiopoetro.1988. Zoologi. Erlangga. Jakarta.

Roberts. 2000. Foundation of Parasitology. 6th

Edition. University of Miami.

USA.

Saputra, L. 2011. Deteksi Morfologi dan Molekuler Parasit Anisakis spp pada

Ikan Tongkol (Auxis thazard). Skripsi.Budidaya Perairan. Fakultas Ilmu

Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar. 56 hal.

Sarjito dan Desrina. 2005. Analisa Infeksi Cacing Endoparasit pada Ikan Kakap

Putih (Lates calcarifer Bloch) dari Perairan Pantai Demak. Laporan

Kegiatan Hasil Penelitian Dosen Muda. Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan. Universitas Diponegoro. Semarang. 18 hal.

Shih, H. H., C. Chun and C. S. Wang. 2010. Anisakis simplex (Nematoda:

Anisakidae) Third-Stage Larval Infection of Marine Cage Cultured Cobia,

Rachycentron canadum in Taiwan. Journal of Veterinary Parasitology, 171

(3-4) : 277-285.

Soulsby, E. J. L. 1986. Helminth , Arthopods, and Protozoa of Domesticated

Animals. 7th

ed. Baillere Tindall. London. 809 p.

Stasiun Karantina Ikan kelas I Hang Nadim. 2010. Laporan Pemantauan Hama

dan Penyakit Ikan. Batam. 57 hal.

Subekti, S. dan G. Mahasri. 2010. Buku Ajar Parasit dan Penyakit Ikan

(Trematodiasis dan Cestodiasis). Fakultas Perikanan dan Kelautan.

Universitas Airlangga. Surabaya.

Suhendi. 2009. Identiifkasi dan Prevalensi Bakteri dan Cendawan yang Terseleksi

serta Parasit pada Ikan Arwana Super Red (Scleropages formosus) yang

Sakit. Skripsi. Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Institut Pertanian Bogor. Bogor. 90 hal.

Susanti, E. 2008. Identifikasi Cacing Parasitik pada Saluran Pencernaan Ikan

Kembung (Decapterus spp.). Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut

Pertanian Bogor. Bogor. 50 hal.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 65: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

Susanto, E. dan A. S. Fahmi. 2012. Senyawa Fungsional dari Ikan, Aplikasinya

dalam Pangan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas

Diponegoro. Semarang. 8 hal.

Tamba, M. F. dan M. Damriyasa. 2012. Prevalensi dan Distribusi Cacing pada

Berbagai Organ Ikan Selar Bentong. Jurnal Parasitologi Veteriner, 1 (4) :

555-566.

Teresa, M. and J. Ignacio. 2002. Anisakis simplex : Dangerous-Dead and Alive.

Journal of the Glasgow University, 18(1) : 20-25.

Ulkhaq, M. 2012. Studi Identifikasi dan Prevalensi Endoparasit pada Saluran

Percernaan Ikan Kerapu Tikus (Cromileptes altivelis) di Keramba Jaring

Apung Unit Pengelola Budidaya Laut Situbondo, Jawa Timur. Skripsi.

Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas

Airlangga. Surabaya. 55 hal.

Zamani, N. 2011. Strategi Pengembangan Pengeolaan Sumberdaya Ikan Ekor

Kuning (Caesio cuning) pada Ekosistem Terumbu Karang di Kepulauan

Seribu. Jurnal Saintek Perikanan 6 (2) : 38-51.

Williams, E. and B. Williams. 1996. Parasites Of Offshore Big Game Fishes in

Puerto Rico and Western Atlantic. Puerto Rico: Departement of Natural

and Environmental Resources and The University of Puerto Rico.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 66: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Pengambilan Sampel Ikan Tongkol di Pelabuhan

Perikanan Nusantara Brondong, Lamongan-Jawa Timur

Pengambilan Sampel Minggu I (1 Juli 2013)

Ikan Panjang (cm) Berat (kg) Keterangan

1 52 1,28 -

2 57 1,31 -

3 49 1,26 -

4 55 1,33 -

5 52 1,20 -

6 50 1,18 -

7 48 1,11 Anisakis simplex

8 59 1,27 -

9 51 1,22 -

10 54 1,30 -

11 50 1,26 -

12 58 1,37 -

13 52 1,17 -

14 55 1,20 -

15 51 1,20 -

16 49 1,17 -

17 54 1,29 -

18 50 1,21 -

19 47 1,06 -

20 51 1,22 -

21 50 1,19 -

22 58 1,10 Anisakis simplex

23 53 1,27 -

24 49 1,14 -

25 51 1,23 -

26 55 1,19 -

27 48 1,10 -

28 52 1,27 -

29 50 1,14 -

30 53 1,23 -

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 67: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

Pengambilan Sampel Minggu II (8 Juli 2013)

Ikan Panjang (cm) Berat (kg) Keterangan

1 52 1,21 -

2 57 1,30 -

3 51 1,12 -

4 50 1,09 -

5 54 1,25 -

6 51 1,21 -

7 55 1,17 -

8 52 1,20 -

9 48 1,09 -

10 56 1,30 -

11 50 1,11 -

12 58 1,28 -

13 53 1,20 -

14 59 1,27 -

15 47 1,10 -

16 51 1,23 -

17 57 1,30 Anisakis simplex

18 53 1,19 -

19 49 1,05 -

20 55 1,27 -

21 57 1,26 -

22 53 1,17 -

23 52 1,12 -

24 55 1,15 -

25 51 1,10 -

26 55 1,20 -

27 48 1,03 -

28 52 1,12 -

29 55 1,20 -

30 51 1,13 -

31 50 1,16 -

32 53 1,20 Anisakis simplex

33 51 1,21 -

34 55 1,25 -

35 49 1,07 -

36 55 1,22 -

37 52 1,11 -

38 58 1,32 -

39 52 1,13 -

40 50 1,08 -

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 68: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

Pengambilan Sampel III (15 Juli 2013)

Ikan Panjang (cm) Berat (kg) Keterangan

1 52 1,12 -

2 50 1,11 -

3 53 1,18 -

4 50 1,08 -

5 52 1,19 -

6 54 1,24 Anisakis simplex

7 57 1,21 -

8 55 1,16 -

9 50 1,10 -

10 51 1,19 Anisakis simplex

11 55 1,23 -

12 58 1,27 -

13 51 1,09 -

14 53 1,13 -

15 56 1,22 -

16 52 1,07 Anisakis simplex

17 54 1,10 -

18 50 1,10 -

19 53 1,11 -

20 52 1,06 -

21 55 1,27 -

22 57 1,19 -

23 50 1,14 -

24 53 1,21 -

25 52 1,16 -

26 54 1,28 -

27 50 1,17 Anisakis simplex

28 55 1,23 -

29 51 1,12 -

30 56 1,20 -

31 50 1,16 -

32 48 1,08 Anisakis simplex

33 51 1,13 -

34 54 1,20 -

35 52 1,17 Anisakis simplex

36 50 1,05 -

37 52 1,10 -

38 53 1,09 -

39 50 1,07 -

40 55 1,12 -

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI

Page 69: SKRIPSI - Repositoryrepository.unair.ac.id/26337/1/KURNIAWATI, SUCI.pdf · Menggunakan Mikroskop Binokuler..... 36 15. Bagian Posterior Larva . Anisakis simplex Stadium Tiga dengan

Pengambilan Sampel Minggu IV (22 Juli 2013)

Ikan Panjang (cm) Berat (kg) Keterangan

1 53 1,10 -

2 50 1,12 -

3 51 1,09 -

4 56 1,20 -

5 52 1,14 -

6 55 1,18 -

7 50 1,08 Anisakis simplex

8 54 1,16 -

9 51 1,13 -

10 57 1,23 -

11 52 1,10 -

12 50 1,10 -

13 51 1,12 Anisakis simplex

14 48 1,06 -

15 52 1,12 -

16 56 1,18 -

17 51 1,11 -

18 52 1,14 -

19 54 1,16 -

20 50 1,10 -

21 51 1,10 Anisakis simplex

22 49 1,07 -

23 52 1,15 -

24 50 1,09 -

25 54 1,16 -

26 47 1,02 -

27 52 1,12 -

28 56 1,17 -

29 51 1,09 Anisakis simplex

30 53 1,12 -

31 56 1,19 -

32 53 1,15 -

33 50 1,12 -

34 52 1,13 -

35 55 1,17 -

36 51 1,11 -

37 47 1,05 -

38 53 1,12 Anisakis simplex

39 50 1,12 -

40 55 1,16 -

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN - JAWA TIMUR

SUCI KURNIAWATI