Skripsi Rasmini Nim 4105066
-
Upload
yelius-jeye-wardane -
Category
Documents
-
view
86 -
download
0
Transcript of Skripsi Rasmini Nim 4105066
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam era globalisasi dituntut tenaga kerja yang terampil dan bermutu
tinggi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berperan. Salah
satu ilmu yang mendukung kemajuan teknologi adalah ilmu fisika. Fisika
adalah ilmu yang mempelajari kejadian-kejadian alam, atau yang berhubungan
dengan alam, baik secara nyata maupun abstrak. Untuk mendapatkan
pengetahuan tentang ilmu fisika, maka siswa harus menempuh proses belajar
mengajar yang baik. Belajar akan lebih berhasil bila telah diketahui tujuan
yang ingin dicapai. Salah satu cara untuk memperoleh pengetahuan fisika
yang baik dan untuk mengatasi berbagai kelemahan dalam proses belajar
mengajar adalah menerapkan pembelajaran dengan pendekatan dan metode
mengajar yang berbeda.
Untuk mencapai suatu hasil belajar yang maksimal, banyak aspek yang
mempengaruhinya, di antaranya aspek guru, siswa, metode pembelajaran dan
lain-lain. Pelajaran fisika adalah pelajaran yang mengajarkan berbagai
pengetahuan yang dapat mengembangkan daya nalar, analisa, sehingga hampir
semua persoalan yang berkaitan dengan alam dapat dimengerti. Untuk dapat
mengerti fisika secara luas, maka harus dimulai dengan kemampuan
pemahaman konsep dasar yang ada pada pelajaran fisika. Berhasil atau
tidaknya seorang siswa dalam memahami pelajaran fisika sangat ditentukan
oleh pemahaman konseptual. Pelajaran fisika menurut sebagian pelajar,
merupakan pelajaran yang sulit dipahami dan tidak menarik sehingga hasil
belajar fisika siswa menjadi kurang baik.
1
Hal ini dapat dilihat dari masih rendahnya hasil belajar fisika siswa di
SMP Negeri 2 Lubuklinggau kelas VIII pada semester II 2009/2010. Di kelas
VIII 3 yang mendapat nilai 6,5 sebanyak 30 siswa dan yang mendapat nilai
sebanyak 10 siswa, sedangkan dikelas VIII 4 yang mendapatkan nilai
6,5 sebanyak 25 siswa dan yang mendapat nilai sebanyak 15 siswa
(Sumber: Guru Mata Pelajaran Fisika SMP Negeri 2 Lubuklinggau, tahun
2009/2010).
Dari data tersebut siswa yang mendapat nilai kurang dari 50 %.
Hal ini berarti bahwa ketuntasan belajar belum tercapai, karena siswa
dikatakan tuntas perorangan apabila mendapat nilai 6,5 keatas. Secara klasikal
ketuntasan belajar secara perorangan mencapai 85 % lebih dari jumlah
seluruh siswa kelas tersebut (Depdikbud, 1994 : 37).
Rendahnya tingkat pemahaman siswa terhadap pembelajaran sangat
tergantung oleh banyak hal, secara umum dapat dikatakan kesulitan dalam
memahami suatu pelajaran dapat ditinjau dari beberapa hal yaitu dari segi
materi, guru, siswa, dan strategi pengajaran. Sedangkan rendahnya hasil tes
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu kurangnya sarana
dan prasarana belajar mengajar, kurangnya kreatifitas siswa dalam belajar
serta tidak adanya variasi dalam penggunaan metode pendekatan
pembelajaran. Sesuai dengan penyataan Hudoyo (dalam Rena, 2004:1) :
“Guru seharusnya memilih pendekatan mengajar yang sesuai dengan pokok bahasan yang diajarkan. Karena apabila guru tidak tepat memilih pendekatan mengajar dengan pokok bahasan yang diajarkan dapat menimbulkan kesulitan siswa dalam memahami pengajaran. Selain memilih pendekatan mengajar yang sesuai dengan pokok bahasan yang diajarkan, guru harus mempertimbangkan perkembangan intelektual siswa serta kemampuan dan kesiapan siswa tersebut ”.
2
Pendekatan mengajar yang akan digunakan adalah pendekatan formal
dan informal. Melalui pendekatan formal, pembahasan pelajaran fisika dalam
mengenal suatu rumus dengan membahas turunannya atau membuktikan
terlebih dahulu kebenarannya dengan menggunakan definisi-definisi atau
rumus-rumus dan sifat-sifatnya. Dan pendekatan informal, pembahasan
pelajaran fisika dalam mengenalkan suatu rumus atau definisi-definisi tanpa
membahas penurunannya atau membuktikan terlebih dahulu kebenarannya.
Kelebihan dari pendekatan formal adalah siswa dapat memahami darimana
dan bagaimana rumus itu diperoleh sehingga pembelajaran akan lebih
bermakna. Sedangkan kelebihan dari pendekatan informal adalah tidak banyak
menghabiskan waktu.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti menetapkan dan memilih
judul penelitian : “ Perbandingan Hasil Belajar Fisika Antara Penggunaan
Pendekatan Formal dan Informal Pada Materi Tekanan Kelas VIII Di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran
2009/2010”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini adalah : “Adakah perbedaan dari perbandingan hasil belajar
siswa antara penggunaan pendekatan formal dan pendekatan informal pada
kelas VIII di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Lubuklinggau ?”
C. Ruang Lingkup Penelitian
Agar permasalahan tidak terlalu luas dan tidak menyimpang dari
3
sasaran yang sebenarnya, maka masalah yang akan dibahas dalam penelitian
ini adalah :
1. Penelitian ini dilakukan di SMP N 2 Lubuklinggau pada kelas VIII
semester dua tahun pelajaran 2009/2010
2. Materi yang diajarkan adalah tekanan
3. Hasil belajar fisika yang dimaksud dalam penelitian ini hanya dibatasi
pada aspek kognitif siswa yang dapat dilihat dari nilai yang diperoleh dari
tes hasil belajar.
D. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan latar belakang dan masalah maka tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui perbandingan hasil belajar siswa yang diajarkan
dengan menggunakan pendekatan formal dan informal.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah
1. Bagi siswa, dapat meningkatkan keaktifan siswa, menumbuhkan rasa
kebersamaan siswa, dan tentunya peningkatan hasil belajar dan
keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar.
2. Bagi guru, sebagai informasi bagi guru, khususnya guru fisika mengenai
pembelajaran dengan menggunakan metode pendekatan formal dan
informal.
3. Bagi penulis, menambah pengalaman dan wawasan berpikir bagi penulis
terutama tentang penelitian ilmiah.
4. Bagi sekolah, menjadi bahan acuan dalam meningkatkan mutu
pendidikan sekolah.
4
F. Penjelasan Istilah
1. Pendekatan pembelajaran adalah arah atau kebijaksanaan yang ditempuh
oleh guru atau siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dilihat dari
materi itu disajikan.
2. Pendekatan berdasarkan cara menjelaskannya adalah pendekatan
formal dan pendekatan informal (Suyitno dkk, 1997:23-25).
5
BAB IIKAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoretik
1. Belajar dan Pembelajaran
Ausubel (dalam Nasution, 2005:158) menyatakan bahwa belajar
dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi, yaitu dimensi yang
berhubungan dengan penyajian informasi atau materi pelajaran kepada
siswa dan dimensi yang menyangkut bagaimana para siswa
menghubungkan informasi yang diperoleh dengan struktur kognitif yang
telah ada. Usaha untuk mencapai perubahan-perubahan tingkah laku
dinamakan belajar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Slameto ( 2003:2)
bahwa : “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Dalam pembelajaran fisika dikenal istilah-istilah pendekatan,
metode, teknik dan strategi pembelajaran. Untuk membedakan istilah-
istilah tersebut, Suyitno dkk (1997:22) menjelaskan :
a. Pendekatan pembelajaran adalah arah atau kebijaksanaan yang
ditempuh oleh guru atau siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran
dilihat dari materi itu disajikan.
b. Metode mengajar adalah cara megajar yang digunakan untuk
mengajarkan semua materi pembelajaran misalnya : metode ceramah,
inquiry, tanya jawab dan sebagainya.
c. Teknik mengajar adalah cara mengajar yang memerlukan bakat khusus
(keahlian khusus)
6
6
d. Strategi pembelajaran adalah siasat yang dipandang tepat dalam
pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Untuk memilih strategi dalam proses belajar mengajar yang
melingkupi pemilihan metode, teknik, dan pendekatan mengajar fisika,
guru harus menguasai teori belajar fisika. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Hudoyo (dalam Rena, 2004:8) bahwa :
“Teori belajar dapat membantu guru dalam menyampaikan bahan pengajaran pada siswa, dengan memahami teori guru akan memahami proses terjadinya belajar manusia, guru mengerti bagaimana memberikan stimulasi sehingga siswa menyukai belajar, guru dapat memprediksi secara jitu tentang keberhasilan siswa”.
Agar siswa lebih memahami konsep maka pembelajaran dibantu
dengan alat peraga yang berfungsi untuk lebih mengefektifkan komunikasi
antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran di sekolah.
Dalam proses pembelajaran guru mempunyai peranan yang sangat
menentukan karena dalam proses terjadinya hubungan timbal balik antara
guru dengan siswa. Walau bagaimanapun baiknya sistem pendidikan di
sekolah, alat apapun yang digunakan dan bagaimanapun anak didiknya,
pada akhirnya tergantung pada guru dan pemanfaatan semua komponen
yang ada (tujuan, bahan, metode, dan alat penilaian).
Dalam pembelajaran fisika, ketika guru melakukan demonstrasi
suatu eksperimen yang memberikan hasil yang tidak terduga, hal ini akan
menimbulkan perbedaan konseptual dalam diri siswa, dan ini akan
memotivasi siswa untuk mengerti mengapa hasil eksperimen tersebut
berbeda dengan apa yang dipikirkannya. Dengan demikian, keadaan
ketidakpastian yang diciptakan oleh guru telah menimbulkan rasa ingin
tahu siswa, dan siswa akan termotivasi untuk mengurangi ketidakpastian
7
dalam dirinya tersebut.
2. Mengajar Fisika
Mengajar adalah tugas yang berat, karena guru harus berhadapan
dengan sekelompok siswa yang memiliki karakter serta daya tangkap yang
berbeda-beda, yang masing-masingnya memerlukan bimbingan dan
pembinaan untuk mencapai tahap kedewasaan. Setelah terjadinya
pendidikan dan pengajaran diharapkan para siswa dapat menjadi manusia
yang sadar akan tanggungjawabnya.
Hal yang perlu diperhatikan oleh guru adalah tidak setiap materi
pelajaran merupakan hal menarik bagi para siswa dan juga setiap siswa
tidak memiliki perhatian yang sama pada mata pelajaran yang sama pula.
Oleh karena itu, guru diharuskan untuk memberikan motivasi dalam
membangkitkan bakat, minat dan perhatian siswa terhadap materi
pelajaran yang sedang diajarkan. Selain itu, adanya pemusatan kepada
materi pelajaran juga sangat diperlukan. Untuk mencapai tujuan tersebut,
seorang guru dapat melakukan berbagai cara, antara lain:
a. Mengadakan selingan yang menarik, namun tetap sesuai dengan etika
mengajar.
b. Menggunakan alat peraga yang tepat guna.
c. Memaparkan tujuan dan manfaat yang akan dicapai dalam mempelajari
materi tersebut.
d. Mengaplikasikannya dengan contoh yang sering terjadi dalam
kehidupan sehari-hari, dan lain sebagainya.
Usaha dalam memberikan variasi mengajar dengan mewujudkan
bahan yang diajarkan secara nyata, baik dalam bentuk benda aslinya
maupun benda tiruan berupa model. Diharapkan dengan peragaan para
8
siswa dapat mengamati dengan jelas dan pengajaran pun lebih tertuju pada
tercapainya hasil yang diinginkan. Upaya untuk mewujudkan dan
menggunakan alat-alat peraga siswa harus aktif memperhatikan,
mengamati, mencatat, mengatur dan mencoba. Sehingga kekhawatiran
akan sifat yang cenderung hanya verbalistis dapat dihindari.
Dalam mempelajari semua bidang pelajaran atau ilmu
pengetahuan, siswa sebaiknya dibiasakan untuk berkonsentrasi.
Konsentrasi adalah menentukan suatu pokok tertentu dari keseluruhan
bahan pelajaran dalam rangka melaksanakan tujuan sekolah serta
memperhatikan kebutuhan siswa dalam lingkungan tersebut.
Konsentrasi sebagai usaha pemusatan perhatian dan kegiatan siswa
dalam mencari jawaban serta menemukan cara pemecahan masalah yang
dihadapi, dapat mendorong pemusatan perhatian siswa serta kesediaan
mereka dalam melakukan penyelidikan dan menemukan sesuatu yang
mempunyai arti dan nilai bagi kehidupannya kelak. Untuk
pelaksanaannya, siswa dihadapkan pada suatu pemusatan perhatian yang
merupakan suatu unit yang pemecahannya melibatkan beberapa pelajaran.
Dengan begitu, siswa akan dapat mengetahui keterkaitan yang erat di
antara mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lain.
Setiap siswa merupakan individu yang berbeda-beda, hal tersebut
terlihat dari perbedaan jasmani, karakter, intelegensi, bakat, minat, hobi,
daya tangkap dalam menerima materi pelajaran,kecepatan dan ketepatan
dalam menganalisa.
Pengembangan hal-hal tesebut sangat memerlukan adanya
dukungan dari guru, sehingga semua hal tersebut mencapai arah
perkembangan yang diharapkan. Harapan itu dapat ditunjang melalui
9
rencana pengajaran individu di samping yang utama (yaitu perencanaan
pengajaran yang bersifat klasikal). Maka diperlukan pengelompokan siswa
dengan kriteria kemampuan masing-masing individu.
Evaluasi juga diperlukan yang bertujuan untuk mengukur sejauh
mana perkembangan siswa dalam materi pada mata pelajaran yang
dimaksud. Selain dari hal tersebut, evaluasi memiliki arti penting dalam
dunia pendidikan, yaitu untuk memperoleh data pembuktian yang akan
menunjukkan tingkat kemampuan dan keberhasilan siswa dalam mencapai
tujuan instruksional dan kurikuler. Hasil evaluasi tersebut juga dapat
dijadikan untuk mengukur ataupun menilai sejauh mana efektivitas dan
efisiensi kegiatan belajar mengajar dengan metode yang dilaksanakan.
3. Pendekatan dalam Pembelajaran Fisika
Pelajaran fisika adalah pelajaran yang mengajarkan berbagai
pengetahuan yang dapat mengembangkan daya nalar, analisa, sehingga
hampir semua persoalan yang berkaitan dengan alam dapat dimengerti.
Untuk dapat mengerti fisika secara luas, maka harus dimulai dengan
kemampuan pemahaman konsep dasar yang ada pada pelajaran fisika.
Berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam memahami tentang pelajaran
fisika sangat ditentukan oleh pemahaman konsep.
Untuk mendapatkan pengetahuan tentang ilmu fisika, maka siswa
harus menempuh proses belajar mengajar yang baik. Belajar akan lebih
berhasil bila telah diketahui tujuan yang ingin dicapai. Salah satu cara
untuk memperoleh pengetahuan fisika yang baik dan untuk mengatasi
berbagai kelemahan dalam proses belajar mengajar adalah menerapkan
pembelajaran dengan pendekatan yang berbeda. Disini penulis
10
memaparkan 2 pendekatan yang berbeda yaitu pendekatan formal dan
informal.
Kata Pendekatan secara harfiah berarti hampiran, jalan, tindakan
mendekati. Menurut Suyitno dkk (1997:23-25) : “ Pendekatan berdasarkan
cara berpikirnya yaitu pendekatan deduktif dan induktif. Pendekatan
berdasarkan kedalaman materinya yaitu pendekatan spiral dan pendekatan
non spiral. Pendekatan berdasarkan cara menjelaskannya yaitu pendekatan
formal dan pendekatan informal. Pendekatan berdasarkan teknik
pemecahan soalnya yaitu pendekatan sintetik dan pendekatan analitik”.
4. Pendekatan formal dan informal
Menurut Sudjana (dalam Rena, 2004:10) “Pendekatan formal
adalah pembahasan pelajaran fisika yang berdasarkan sistem aksioma
unsur dan istilah yang didefinisikan, serta sifat-sifat yang sudah dibuktikan
kebenarannya”. Sedangkan menurut Suyitno dkk (1997:27)” Pendekatan
formal adalah pembahasan pelajaran fisika yang diberi secara urut dan
rinci atau lengkap, terstruktur serta bukti yang lengkap dijiwai oleh
kebenaran konsisten”. Pendekatan formal / khusus adalah pelaksanaan
latihan artikulasi secara khusus atau formal serta memiliki program untuk
masing-masing anak. Program tersebut didasarkan pada hasil asesmen
pengucapan bunyi bahasa masing-masing anak (Hernawati, 2010:1).
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan, pendekatan
formal adalah cara pembahasan pelajaran fisika secara khusus dalam
mengenalkan suatu rumus dengan membahas penurunannya atau
membuktikan terlebih dahulu kebenarannya dengan menggunakan
11
definisi-definisi atau rumus-rumus atau sifat-sifat terdahulu yang susah
terbukti kebenarannya.
Sedangkan pendekatan informal adalah cara pembahasan pelajaran
fisika dalam mengenal suatu rumus atau definisi-definisi atau sifat-sifat
tanpa membahas penurunannya atau membuktikan terlebih dahulu
kebenarannya (Suyitno dkk, 1997:30). Sedangkan menurut Hernawati
(2010:1) bahwa pendekatan informal atau umum, merupakan pelaksanaan
latihan artikulasi yang tidak diprogramkan secara khusus, namun
terintegrasi dalam pembelajaran mata pelajaran lainnya dan dilaksanakan
oleh guru kelas/bidang studi.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan, pendekatan
informal adalah cara pembahasan pelajaran fisika secara umum dalam
mengenalkan suatu rumus tanpa membahas penurunannya atau
membuktikan terlebih dahulu kebenarannya.
5. Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan formal dan
informal
a. Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan formal
Berdasarkan pengertian pendekatan formal diatas diatas, maka
langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan formal adalah :
1. Prainstruksional
Sebagai bahan apersepsi dengan menggunakan metode
ekspositori, siswa diingatkan tentang definisi-definisi atau rumus-rumus
yang telah dipelajari siswa sebelumnya sebagai bahan guru dan siswa
untuk membahas penurunan rumus yang baru dikenal siswa
2. Intruksional
12
Kegiatan belajar mengajar yang harus ditempuh dalam proses
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan formal adalah
a. Dengan menggunakan metode ekspositori, guru dan siswa harus
membahas terlebih dahulu penurunan rumus atau membuktikan
rumus-rumus yang baru dikenal siswa dengan menggunakan
definisi-definisi atau rumus-rumus atau sifat-sifat terdahulu yang
telah terbukti kebenarannya.
b. Setelah guru dan siswa membahas penurunan rumus yang baru
dikenal siswa, guru langsung memberikan contoh penyelesaian soal-
soal yang berkaitan dengan rumus yang dibahas
c. Guru memberikan soal-soal latihan kepada seluruh siswa, dan siswa
yang mengerjakan soal-soal yang diberikan guru.
3. Evaluasi atau Tindak lanjut
a. Penilaian proses belajar mengajar
b. Guru melakukan pemantauan dan penilaian proses belajar mengajar
melalui pengamatan
c. Penilaian hasil belajar
Untuk memeriksa pekerjaan siswa dalam mengerjakan soal-soal
latihan yang diberkan guru, guru menunjuk beberapa siswa untuk
mengemukakan hasil pekerjaannya secara tertulis dipapan tulis,
dengan cara setiap siswa mengerjakan satu soal.
d. Guru dan siswa menarik kesimpulan dari proses pembelajaran yang
dilakukan.
e. Jika penilaian hasil belajar belum berhasil, guru hendaknya
memberikan pekerjaan rumah. Jika penilaian hasil belajar berhasil,
13
guru perlu memberikan PR, agar penguasaan siswa terhadap bahan
pengajaran lebih dalam dan lebih luas.
b. Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan informal
Berdasarkan pengertian pendekatan informal maka langkah-langkah
pembelajaran dengan pendekatan informal adalah :
1. Instruksional
Kegiatan belajar mengajar yang harus ditempuh dalam proses
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan informal adalah :
a. Dengan metode ekspositori, guru dan siswa membahas rumus yang
baru dikenal siswa, guru langsung memberikan contoh penyelesaian
soal-soal yang berkaitan dengan rumus yang dibahas.
b. Guru memberikan soal-soal latihan kepada seluruh siswa, dan siswa
mengerjakan soal-soal yang diberikan guru.
2. Evaluasi atau Tindak lanjut
a. Penilaian proses belajar mengajar
b. Guru melakukan pemantauan dan penilaian proses belajar
mengajar melalui pengamatan
c. Penilaian hasil belajar
Untuk memeriksa pekerjaan siswa dalam mengerjakan
soal-soal latihan yang diberkan guru, guru menunjuk beberapa siswa
untuk mengemukakan hasil pekerjaannya secara tertulis
dipapan tulis, dengan cara setiap siswa mengerjakan satu soal.
d. Guru dan siswa menarik kesimpulan dari proses pembelajaran yang
dilakukan.
Jika penilaian hasil belajar belum berhasil, guru hendaknya
memberikan pekerjaan rumah. Jika penilaian hasil belajar berhasil,
14
guru perlu memberikan PR, agar penguasaan siswa terhadap
bahan pengajaran lebih dalam dan lebih luas.
6. Kelebihan dan kelemahan pendekatan formal dan informal
Menurut Sudjana (1996:27) kelebihan pendekatan formal yaitu
siswa dapat memahami darimana dan bagaimana rumus itu diperoleh
sehingga pembelajaran akan lebih bermakna, pembelajaran dengan
pendekatan formal sesuai dengan ciri-ciri dan karakteristik pengajaran
fisika modern, sedangkan pada pendekatan informal tidak banyak
menghabiskan waktu.
Adapun kelemahan pendekatan formal dan informal, yaitu pada
pendekatan formal lebih banyak menghabiskan waktu dan sulit diikuti
oleh siswa yang kurang atau tidak menguasai pengetahuan prasyarat,
sehingga pembelajaran kurang bermakna. Sedangkan kelemahan
pendekatan informal yaitu tidak sesuai dengan sifat fisika sebagai sistem
deduktif, siswa kurang memahami dari mana dan bagaimana rumus itu
diperoleh sehingga pembelajaran kurang bermakna dan pembelajaran
dengan pendekatan informal tidak sesuai dengan ciri-ciri dan karakteristik
pengajaran fisika yang modern.
7. Materi Pokok Tekanan
a. Pengertian Tekanan
Tekanan adalah besarnya gaya yang bekerja pada benda tiap satuan
luas permukaan bidang tekan. Bidang atau permukaan yang dikenai gaya
disebut bidang tekan, sedangkan gaya yang diberikan pada bidang tekan
disebut gaya tekan.
15
b. Tekanan pada zat padat
Besarnya suatu tekanan pada suatu benda tergantung pada besarnya
gaya tekan yang kita berikan terhadap benda tersebut, namun semakin
besar luas bidang tekan suatu benda maka semakin kecil tekanan yang
terjadi. Dengan demikian, tekanan berbanding lurus dengan gaya tekan
dan berbanding terbalik dengan luas bidang tekan. Secara matematis,
besaran tekanan dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut :
(Subiyanto, 1991:73-74)
Keterangan :
P = tekanan (N/m2)
F = gaya tekanan ( N)
A = luas bidang (m2)
Satuan tekanan dalam Sistem International (SI) adalah N/m2. Satuan
ini juga disebut pascal (Pa).1 Pa = 1 N/m2.
c. Tekanan pada zat cair
Tekanan Hidrostatis adalah tekanan yang terjadi di bawah air.
Tekanan ini terjadi karena adanya berat air yang membuat cairan tersebut
mengeluarkan tekanan. Tekanan di dalam zat cair bergantung pada
kedalamannya, semakin dalam maka semakin besar tekanannya. Tekanan
juga bergantung pada kepekatan zat cairnya, semakin besar massa jenis
suatu zat cair, semakin besar pula tekanan pada kedalaman tertentu.
Dengan kata lain tekanan suatu zat cair sebanding dengan besarnya massa
jenis.
Zat cair massa jenisnya lebih besar akan memberikan tekanan
hidrostatis yang lebih besar pula. Selain kedalaman atau ketinggian dari
16
permukaan dan massa jenis, tekanan hidrostatis juga dipengaruhi
oleh percepatan gravitasi bumi sehingga tekanan hidrostatis juga
dipengaruhi oleh percepatan gravitasi bumi sehingga tekanan hidrostatis
dirumuskan:
P = ρ.g.h (Nurgana, 2006:185)
Keterangan :
p = tekanan (N/m2)
=
g = percepatan gravitasi (m/s2)
h = tinggi zat cair (m)
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa tekanan berbanding lurus
dengan massa jenis zat cair dan kedalaman di dalam zat cair. Pada
umumnya tekanan pada kedalaman yang sama dalam zat cair yang serba
sama adalah sama.
1. Hukum Pascal
Hukum pascal menyatakan bahwa tekanan yang diberikan pada
zat cair di ruang tertutup akan diteruskan ke segala arah dengan
sama rata. Sehingga dapat ditulis persamaan sebagai berikut:
P1 = P2
(Nurgana, 2006:186)
2. Bejana berhubungan
Bentuk permukaan dasar atau bentuk tabung yang saling
berhubungan tidak mempengaruhi permukaan air.
17
Adapun alat-alat yang menggunakan prinsip bejana berhubungan
di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Cerek
Cerek adalah alat untuk memudahkan ketika menumpahkan air
minum pada gelas. Ketika cerek dimiringkan permukaan air di dalam
cerek selalu rata sehingga memudahkan air keluar dari corong sesuai
dengan kemiringannya.
b. Penyimpat Datar
Penyimpat datar adalah alat yang terbuat dari selang plastik yang
diisi air. Alat ini digunakan oleh tukang bangunan untuk mengukur
ketinggian suatu tempat pada permukaan tanah yang tidak rata.
Penyimpat datar yang dibuat pabrik disebut water pass.
c. Sumur
Keberadaan air di dalam sumur pompa ataupun sumur
tradisional disebabkan oleh berlakunya prinsip bejana berhubungan.
Oleh karena itu, sumur harus berada di bawah permukaan air tanah
supaya airnya tidak pernah kering.
3. Hukum Archimedes
Berdasarkan percobaan seorang ahli fisika yang bernama
Archimedes, yakni berat benda ketika di dalam air menjadi lebih
ringan. Gaya ini disebut gaya apung atau gaya ke atas (FA). Jadi gaya
apung sama dengan berat benda di udara di kurangi dengan berat
benda di dalam air.
FA = wu-wa (Subiyanto, 1991:94)
Keterangan :
FA = gaya apung atau gaya ke atas (N)
18
wu = gaya berat benda di udara (N)wa = gaya berat benda di dalam air (N)
Besarnya gaya apung ini bergantung pada banyaknya air yang
didesak oleh benda tersebut. Semakin besar air yang didesak maka
semakin besar pula gaya apungnya. Hukum Archimedes yang
menyatakan bahwa apabila suatu benda dicelupkan ke dalam zat cair,
baik sebagian atau seluruhnya, benda akan mendapat gaya apung (gaya
ke atas) yang besarnya sama dengan berat zat cair yang didesaknya
(dipindahkan) oleh benda tersebut. Secara matematis ditulis sebagai
berikut:
FA = wf
Karena wf = mf.g
dan
maka (Subiyanto, 1991:94)
Keterangan:
FA = gaya apung (N) = massa jenis zat cair (kg/m3)
V = volume zat cair didesak atau volume benda yang tercelup (m3)g = konstanta gravitasi atu percepatan gravitasi (m/s2)
Massa jenis suatu benda adalah massa persatuan volume. Massa
jenis benda yang terapung di permukaan air lebih kecil dari pada
massa jenis air. Keadaan benda di dalam air dapat disimpulkan
sebagai berikut:
a. Benda terapung jika massa jenis benda lebih kecil dari pada massa
jenis zat cair.
b. Benda melayang jika massa jenis benda sama besar dengan massa
jenis zat cair.
19
c. Benda tenggelam jika massa jenis benda lebih besar dari massa jenis
zat cair.
d. Tekanan Udara
Tekanan udara sangat mempengaruhi cuaca. Terjadinya angin
merupakan salah satu hal yang disebabkan oleh perbedaan tekanan udara.
Semakin besar perbedaan tekanan udaranya, semakin kencang angin yang
berhembus sehingga terjadi keseimbangan tekanan. Perbedaan tekan ini
dipicu oleh perbedaan suhu akibat pemanasan sinar matahari.
1. Ketinggian Mempengaruhi Tekanan Atmosfer.
Tekanan udara (tekanan atmosfer) disebabkan oleh berat udara
yang menekan lapisan atmosfer bagian bawah sampai ke ketinggian
tertentu. Tekanan atmosfer dapat dimisalkan sebagai tekanan zat cair.
Semakin dalam suatu zat cair maka semakin besar tekanannya, begitu
pula tekanan atmosfer. Mulai dari bagian atas atmosfer bumi hingga ke
bawah akan semakin besar sehingga beratnya semakin besar. Dengan
kata lain semakin rendah permukaannya semakin besar tekanan
udaranya. Sebaliknya semakin tinggi permukaannya bumi semakin akan
semakin rendah tekanan udaranya. Tekanan udara dipermukaan laut
sama dengan satu atmosfer (1 atm = 76cmHg), setiap kenaikan 100 m,
tekanan udara berkurang sebesar 1 cmHg.
2. Alat Ukur Tekanan
a. Barometer fortin
Barometer raksa disebut barometer fortin karena yang
pertama membuatnya adalah seorang ahli fisika berkebangsaan
Prancis Nicolas Fortin. Barometer ini dapat mengukur dengan teliti
20
karena dilengkapi engan skala nonius atau skala vernier seperti
halnya dalam jangka sorong.
b. Barometer logam
Barometer logam disebut barometer aneroid. Barometer ini
banyak digunakan di badan meteorologi dan geofisika untuk
memperkirakan cuaca dengan mengukur tekanan udaranya.
Barometer logam bisa juga disebut barometer kering, barometer ini
lebih praktis untuk dibawa dan skalanya mudah dibaca karena
berbentuk lingkaran.
8. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah produk tingkah laku siswa yang dikehendaki
yang benar-benar terjadi. Menurut Abdurrahman (dalam Rena, 2004:5),
hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui
kegiatan belajar.
Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai dari yang
dikerjakan dan diusahakan sedangkan belajar adalah kegiatan manusia
yang bersifat manusiawi. Berdasarkan pengertian ini dapat diartikan
bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam
proses belajar. Menurut Slameto (2003:11) yaitu:
“ Belajar merupakan interaksi antara “keadaan internal dan proses kognitif siswa” dengan “stimulus dari lingkungan”, proses kognitif tersebut menghasilkan suatu hasil belajar. Hasil belajar tersebut terdiri dari informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap, dan siasat kognitif. ”
Dari kutipan di atas dapat dinyatakan bahwa proses pembelajaran
sangat berpengaruh terhadap hasil belajar, sehingga guru dituntut untuk
21
dapat menggunakan strategi yang tepat dalam proses pembelajaran.
Strategi yang digunakan guru selama proses belajar mengajar
diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
Hasil belajar adalah suatu yang diperoleh siswa setelah melakukan
kegiatan belajar. Hasil belajar meliputi aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Pada penelitian ini peneliti hanya mengamati aspek kognitif.
Hasil belajar dari aspek kognitif merupakan kemampuan siswa dalam
bidang pengetahuan, pengalaman, penerapan, analisis, sintesis, dan
evaluasi, baik secara proses maupun di akhir pembelajaran. Hasil akhir
dapat diketahui dengan menggunakan salah satu indikator yaitu tes. Hasil
tes ini kemudian dianalisis oleh peneliti dan diberi penilaian.
Slameto (2003:55) menyatakan bahwa '”berhasil atau tidaknya
seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi
pencapaian hasil belajar yaitu berasal dari dalam diri orang yang belajar
dan ada pula dari luar dirinya”. Faktor yang berasal dari dalam diri orang
yang belajar disebut faktor internal, yang tergolong faktor internal antara
lain:
a) faktor kesehatan, meliputi faktor kesehatan jasamani dan rohani,
b) faktor intelegensi dan bakat,
c) faktor minat dan motivasi,
d) cara belajar.
Sedangkan faktor yang berasal dari luar diri orang yang belajar disebut
faktor eksternal, yang tergolong faktor eksternal antara lain:
a) keluarga, meliputi ayah, ibu dan anak-anak serta famili yang menjadi
penghuni rumah;
b) sekolah, meliputi keadaan sekolah tempat belajar;
22
c) masyarakat, meliputi keadaan masyarakat di sekitar tempat tinggal;
d) lingkungan sekitar, meliputi keadaan lingkungan, bangunan rumah,
suasana sekitar, keadaan lalu lintas, iklim dan sebagainya.
B. Hipotesis dan Kriteria Pengujian Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap suatu
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul
(Arikunto, 2002:64). Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
“ ada perbedaan dari perbandingan hasil belajar fisika antara penggunaan
pendekatan formal dan informal. pada kelas VIII di Sekolah Menengah
Pertama Negeri 2 Lubuklinggau ”.
Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan hipotesis sebagai berikut :
Ho = Tidak ada perbedaan yang signifikan dari perbandingan hasil belajar
siswa yang diajarkan dengan pendekatan formal dan informal di
kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Lubuklinggau Tahun
ajaran 2009/2010.
Ha = Ada perbedaan dari perbandingan hasil belajar siswa yang diajarkan
dengan pendekatan formal dan informal di kelas VIII Sekolah
Menengah Pertama Negeri 2 Lubuklinggau Tahun ajaran 2009/2010.
Dalam penelitian ini menggunakan uji t dengan derajat kebebasan 5%,
dengan kriteria pengujian terima Ha jika thitung > t tabel dan Ho ditolak.
23
BAB IIIMETODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen, dimana
siswa dikelompokkan menjadi dua kelas, yaitu kelas yang diberi
pembelajaran dengan pendekatan formal dan kelas yang diberi pembelajaran
dengan pendekatan informal.
Metode eksperimen merupakan metode yang digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya akibat dari perlakuan yang diberikan pada subjek
selidik (Arikunto, 2002:272). Didalam suatu eksperimen ilmiah dituntut
sedikitnya dua grup, yang satu ditugaskan sebagai grup pembanding,
sedangkan grup yang satu lagi sebagai grup yang dibandingkan (Supardi,
2007:3-4).
Pada penelitian ini dilaksanakan pretest-posttest dengan melibatkan
dua kelompok yang membandingkan antara pendekatan formal dengan
pendekatan informal. Desain penelitian menunjukkan kerangka konseptual
yang akan dilakukan dalam penelitian. Desain penelitian yang digunakan
adalah control group pretest-posttest design secara umum menurut Supardi
(2007:4)
Tabel 3.1Desain Penelitian
Group pretest Treatment posttest
E1 T1 Xf T2
E2 T1 Xi T2
24
24
Keterangan :
E1 : Eksperimen dengan menggunakan pendekatan formalE2 : Eksperimen dengan menggunakan pendekatan informalT1 : Pretest T2 : PosttestXf : Pembelajaran dengan pendekatan formalXi : Pembelajaran dengan pendekatan infomal
B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah gejala yang bervariasi, yang menjadi objek
penelitian (Arikunto,2002:104). Variabel eksperimental adalah kondisi yang
hendak diteliti bagaimana pengaruhnya terhadap suatu gejala. Maka variabel
penelitian ini adalah :
1. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi. Variabel bebas dalam
penelitian ini yaitu pendekatan formal dan pendekatan informal.
2. Variabel terikat adalah variabel yang terpengaruh. Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah hasil belajar fisika setelah diberi perlakuan.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil
menghitung maupun penghitung pengukuran kuantitatif maupun kualitatif
mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang
lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya (Sudjana,1996:6).
Adapun populasi dalam penelitian ini seluruh siswa kelas VIII SMP N 2
Lubuklinggau tahun Pelajaran 2009/2010.
25
Tabel 3.2Populasi Penelitian
Sumber : TU SMP Negeri 2 Lubuklinggau, Tahun pelajaran 2009/2010
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang dipilih
(Arikunto, 2001:104) dari seluruh siswa kelas VIII secara acak untuk
dijadikan sebagai sampel penelitian. Digunakan teknik ini karena setiap
kelas dari seluruh subjek mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih
sebagai sampel (Arikunto, 2002:120). Kemudian dari dua kelas yang
dipilih dan diundi secara acak untuk menentukan kelas yang diberi
pembelajaran dengan pendekatan formal, dan kelas yang diberi
pembelajaran dengan pendekatan informal.
Tabel. 3.3Jumlah Sampel
Kelas JumlahPendekatan Formal VIII.3 42Pendekatan Informal VIII.4 41
Jumlah 3Sumber : TU SMP Negeri 2 Lubuklinggau, Tahun pelajaran 2009/2010
D. Teknik Pengumpulan Data
Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
VIII.1 20 20 40
VIII.2 21 19 40
VIII.3 22 20 42
VIII.4 22 19 41
VIII.5 22 20 42
VIII.6 20 20 40
VIII.7 20 20 40
VIII.8 21 20 41
VIII.9 21 19 40
26
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data menggunakan
instrumen berupa lembar tes.
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk
mengukur ketrampilan, pengetahuan, kemampuan atau bakat yang dimiliki
oleh individu (Arikunto,2002:103).
Metode ini diberikan pada siswa sampel setelah pembelajaran pokok
bahasan tekanan dilakukan. Tes ini disusun dalam bentuk soal-soal essai yang
terdiri dari 5 butir soal dan dilaksanakan pada jam pelajaran fisika, sehingga
tidak mengganggu jam pelajaran lain. Penilaian diberikan berdasarkan skor
yang telah ditentukan oleh penulis.
E. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul, maka data tersebut diolah sehingga dari hasil
pengolahan tersebut nantinya dapat diambil suatu kesimpulan untuk
membuktikan kebenaran hipotesis yang telah dirumuskan.
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data hasil belajar siswa
sebagai berikut :
1. Mencari rata-rata hitung yang disusun dalam daftar distribusi frekuensi,
dengan menggunakan rumus:
(Sudjana, 1996:67)
Keterangan :
= Nilai rata-rata sampelfi = Frekuensi xi = Titik tengah nilai tes
Berdasarkan daftar distribusi frekuensi pada Lampiran B, maka
didapat nilai rata-rata kemampuan awal kelas yang diberi pembelajaran
dengan pendekatan formal dan kelas yang diberi pembelajaran
27
dengan pendekatan informal adalah 8,4 dan 8,175. Sedangkan nilai
rata-rata kemampuan akhir untuk kelas yang diberi pembelajaran
dengan pendekatan formal dan kelas yang diberi pembelajaran
dengan pendekatan informal adalah 38,5 dan 32,4.
2. Menghitung simpangan baku, dengan rumus:
(Sudjana, 1996:93)
Keterangan :
S = Simpangan baku xi = Titik tengah nilai tes
= Nilai rata-rata sampeln = Banyaknya siswa dalam sampelfi = Frekuensi
Berdasarkan data pada Lampiran B, didapat simpangan baku untuk
kemampuan awal kelas yang diberi pembelajaran dengan pendekatan
formal dan kelas yang diberi pembelajaran dengan pendekatan
informal adalah 3,58 dan 3,84. Sedangkan untuk kemampuan akhir kelas
yang diberi pembelajaran dengan pendekatan formal dan kelas
yang diberi pembelajaran dengan pendekatan informal dengan
simpangan baku 7,05 dan 6,09.
3. Menentukan Uji Normalitas Data ( )
Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui kenormalan data.
Rumus yang digunakan dalam uji normalitas adalah uji kecocokan chi-
kuadrat ( ) yaitu:
(Arikunto, 2002: 290)
Keterangan :
= Harga chi-kuadrat yang dicari
28
fo = Frekuensi dari hasil observasi fe = Frekuensi dari hasil estimasi
Selanjutnya hitung dibandingkan dengan tabel dengan derajat
kebebasan (dk) = k - 1. Dimana k adalah banyaknya kelas interval.
Adapun kriteria pengujiannya : jika hitung < tabel, maka dapat dinyatakan
bahwa data berdistribusi normal. Dari data yang didapat pada Lampiran B
menunjukkan bahwa nilai data tes awal maupun tes akhir untuk
kelas yang diberi pembelajaran dengan pendekatan formal dan
kelas yang diberi pembelajaran dengan pendekatan informal lebih kecil
daripada , maka data terdistribusi normal.
4. Uji Homogenitas
(Sudjana, 1996:249)
Keterangan :
= Varians Terbesar
= Varians Terkecil
Kriteria pengujiannya adalah F hitung < Ftabel , maka kedua kelompok
data mempunyai varians sama.
Dari data yang didapat pada Lampiran B menunjukkan bahwa varians
kedua kelompok yang dibandingkan pada tes awal dan tes akhir pada
taraf kepercayaan = 5% adalah homogen karena Fhitung < Ftabel.
5. Uji t
(Sudjana, 1992:241)
Keterangan :
29
= Perbedaan rata-rata kedua sampel1 = Nilai rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan dengan
pendekatan formal2 = Nilai rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan dengan
pendekatan informal
= Simpangan baku hasil belajar siswa yang diajarkan dengan pendekatan formal
= Simpangan baku hasil belajar siswa yang diajarkan dengan pendekatan informal
= Jumlah sampel hasil belajar siswa yang diajarkan dengan pendekatan formal
= Jumlah sampel hasil belajar siswa yang diajarkan dengan pendekatan informal
Sesuai dengan kriteria pengujian Jika < tabelt maka tidak
berbeda secara signifikan, artinya tidak ada perbedaan yang berarti atau
hipotesis ditolak dan Ho diterima, jika > tabelt atau tabelt < maka
terdapat perbedaan sehingga Ha diterima dan Ho ditolak.
Berdasarkan hasil perhitungan data pada Lampiran B, didapat
harga thitung lebih besar dibandingkan dari t tabel ( 4,122 > 1,66) sehingga Ha
diterima dan Ho ditolak. Jadi hipotesis yang menyatakan ada perbedaan
hasil belajar fisika antara penggunaan pendekatan formal dan informal
pada kelas VIII di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Lubuklinggau dan
dapat diterima kebenarannya.
F. Uji Validitas dan Reliabelitas Instrumen
Untuk mendapatkan alat evaluasi yang kualitasnya baik Instrumen
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar. Tes
tersebut digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa mengenai tekanan.
Sebelum instrumen digunakan dalam penelitian instrumen tersebut di uji coba
30
terlebih dahulu pada siswa soal tes yang diambil dari materi tekanan. Uji
coba instrumen dilaksanakan dikelas X SMA Bakti Keluarga Lubuklinggau
yang diikuti 30 siswa. Uji coba ini dimaksudkan untuk mengetahui validitas,
reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran soal. Dengan demikian
instrumen yang digunakan dalam penelitian ini telah diketahui validitas,
reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran soal.
1. Uji Validitas Tes
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat
kevalidan suatu instrument. Dengan demikian uji validitas bertujuan
untuk mengukur valid tidaknya suatu instrument. Rumus yang digunakan
dalam uji validitas ini adalah rumus koefisien Produk Moment yaitu :
rxy = (Arikunto,
2002:225)
Keterangan :
rxy = Koefisien korelasiN = Jumlah sampelX = Skor untuk tiap butir soalY = Skor total
Interprestasi yang lebih rinci mengenai nilai tersebut terbagi
dalam kategori sebagai berikut :
tidak valid validitas sangat rendah validitas rendah validitas sedang validitas tinggi validitas sangat tinggi
Hasil perhitungan uji validitas dapat dilihat pada Tabel berikut :
Tabel 3.4Hasil Analisis Validitas
31
NoSoal
rxy Ket thitung ttabel Ket
1 0,40 Tidak Valid 1,85 2,05 Tidak Signifikan
2 0,51 Valid 3,77 2,05 Signifikan
3 0,50 Valid 3,06 2,05 Signifikan
4 0,58 Valid 3,77 2,05 Signifikan
5 0,33 Tidak Valid 1,85 2,05 Tidak Signifikan
6 0,55 Valid 3,48 2,05 Signifikan
7 0,54 Valid 3,32 2,05 Signifikan
8 0,65 Valid 4,53 2,05 Signifikan
9 0,44 Valid 2,60 2,05 Signifikan
10 0,54 Valid 3,40 2,05 Signifikan
Berdasarkan analisis hasil uji coba tes hasil belajar, nilai r product
moment untuk N = 30 dengan derajat kepercayaan ( ) diperoleh
rtabel = 0,312 ternyata rhitung > rtabel maka korelasi tersebut adalah signifikan
dalam arti soal yang digunakan merupakan alat ukur yang sudah valid.
2. Uji Reliabilitas
1) Menghitung jumlah varians tiap butir soal dengan rumus:
Suherman dan Sukjaya (1990:193)
Hasil perhitungan varians butir-butir soal dapat dilihat pada
Tabel 3.5 sebagai berikut :
Tabel 3.5Perhitungan Varians Dari Data Hasil Uji Coba Tes
No Soal
32
1 57 93 81,225 0,394
2 48 68 57,600 0,360
3 43 57 46,225 0,323
4 42 58 44,100 0,386
5 30 38 22,500 0,386
220 314 251,65 1,809
Untuk mengetahui reliabilitas tes berbentuk uraian digunakan
rumus Alpa, yang dikemukakan oleh Suherman dan Sukjaya (1990:194)
sebagai berikut :
Keterangan :
= Reliabilitas instrument = Banyak butir soal
= Jumlah varians skor tiap butir soal
= Jumlah varians skor total
Interpretasi mengenai nilai r11 dibagi ke dalam kategori-kategori
sebagai berikut: ( dalam Sukjaya dan Suherman, 1990:177)
r11 = 0,20 Reliabilitas sangat rendah 0,20 < r11 < 0,40 Reliabilitas rendah 0,40 < r11 < 0,60 Reliabilitas sedang 0,60 < r11 < 0,80 Reliabilitas tinggi 0,80 < r11 < 1,00 Reliabilitas Sangat baik
Setelah hasil data uji coba dianalisis dengan menggunakan rumus
Alpa diatas (Lampiran A) diperoleh koefisien reliabelitas sebesar 0,58. Ini
berarti soal tes tersebut mempunyai derajat reliabelitas yang sedang,
sehingga dipercaya sebagai alat ukur.
3. Tingkat Kesukaran
33
Tingkat kesukaran adalah kemampuan tes tersebut dalam menjaring
banyaknya subjek peserta tes yang dapat mengerjakan dengan betul. Jika
banyak subjek peserta tes yang dapat menjawab dengan benar maka taraf
kesukaran tes tersebut tinggi. Sebaliknya jika hanya sedikit dari subjek yang
dapat menjawab dengan benar maka taraf kesukarannya rendah. Karena
jumlah data lebih dari 30, maka untuk keperluan perhitungan tingkat
kesukaran (IK) butir soal tersebut diambil 27% kelompok atas dan 27%
kelompok bawah. Untuk taraf kesukaran dinyatakan dengan IK dan dicari
dengan rumus:
(Sukjaya dan Suherman, 1990:213)
Keterangan :
IK : Indeks kesukaran JSA : Jumlah skor kelompok atasJSB : Jumlah skor kelompok bawahSIA : Jumlah skor ideal kelompok atasSIB : Jumlah skor ideal kelompok bawah
Klasifikasi Interpretasi untuk indeks kesukaran adalah sebagai
berikut: (Sukjaya dan Suherman, 1990:213)
IK = 0,00 Soal terlalu sukar0,00 < IK < 0,30 Soal sukar0,30 < IK < 0,70 Soal sedang 0,70 < IK < 1,00 Soal mudah
IK < 1,00 Soal terlalu mudah
Dari hasil perhitungan (Lampiran A) dapat dikemukakan
rekapitulasi hasil analisis tingkat kesukaran tes seperti pada Tabel 3.5
berikut :
Tabel 3.6Tingkat Kesukaran
No Soal
JSA JSB SIA SIB IK
Kriteria
34
1 32 28 120 120 0.5 Sedang
2 37 26 120 120 0.53 Sedang
3 63 38 150 150 0.70 Mudah
4 52 35 150 150 0.58 Sedang
5 49 32 150 150 0.54 Sedang
6 71 50 180 180 0.70 Mudah
7 54 39 150 150 0.71 Mudah
8 40 31 150 150 0.47 Sedang
9 57 42 150 150 0.76 Mudah
10 60 33 180 180 0.20 Sukar
4. Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan tes tersebut dalam memisahkan
antara subjek yang pandai dengan subjek yang kurang pandai. Rumus yang
digunakan untuk mengetahui daya pembeda setiap butir tes adalah
(Sukjaya dan Suherman, 1990:201)
Keterangan :
DP : Daya pembeda JSA : Jumlah skor kelompok atasJSB : Jumlah skor kelompok atasSIA : Jumlah skor ideal kelompok atasKlasifikasi interpretasi untuk daya pembeda adalah: (Sukjaya dan
Suherman, 1990:202)
DP = 0,00 Sangat jelek0,00 < DP < 0,20 Jelek 0,20 < DP < 0,40 Cukup 0,40 < DP < 0,70 Baik 0,70 < DP < 1,00 Sangat baik
35
Dari hasil perhitungan (Lampiran A) dapat dikemukakan
rekapitulasi hasil analisis daya pembeda tes seperti pada Tabel 3.6
Tabel 3.7Daya Pembeda
No Soal Daya Pembeda Kriteria
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
0,18
0,35
0,27
0,20
0,18
0,22
0,23
0,24
0,32
0,38
Jelek
Cukup
Cukup
Jelek
Jelek
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Dari hasil perhitungan di atas ternyata rhitung > rtabel dimana rtabel =
0,312 dengan N = 30 derajat kepercayaan = 5% hal ini berarti bahwa
korelasi tersebut adalah signifikan. Dalam arti bahwa alat ukur yang
digunakan untuk mengumpulkan data reliabel dengan kata lain alat ukur
tersebut dapat digunakan untuk mendapatkan data penelitian.
36
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2
Lubuklinggau kelas VIII yaitu kelas VIII.3 sebagai kelas yang diberi
pembelajaran dengan pendekatan formal dan kelas VIII.4 sebagai kelas yang
diberi pembelajaran dengan pendekatan informal. Pelaksanaan tes awal kelas
yang diberi pembelajaran dengan pendekatan formal diikuti oleh semua
siswa dan kelas yang diberi pembelajaran dengan pendekatan informal juga
diikuti oleh semua siswa. Sebelum dilaksanakan tes akhir terlebih dahulu
dilaksanakan pre-test yang berfungsi untuk mengetahui kemampuan awal
siswa tentang materi tekanan dari masing-masing siswa sebelum dilakukan
kegiatan pembelajaran. Data tersebut digunakan untuk menentukan perbedaan
hasil belajar antara kedua kelas. Dari data hasil tes akhir, peneliti dapatkan
setelah kedua kelas mendapat perlakuan yang berbeda dalam pembelajaran
fisika pada materi tekanan.
B. Analisis Data
1. Kemampuan Awal Siswa
Kemampuan awal siswa sebelum mengikuti pembelajaran materi
tekanan merupakan data penelitian yang diperoleh dari tes awal. Tes awal
berfungsi untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada suatu materi
tekanan. Soal tes awal menggunakan lima buah soal berbentuk essay.
Dari hasil tes awal diperoleh nilai rata-rata untuk kelas yang diberi
pembelajaran dengan pendekatan formal dengan nilai rata-rata 8,4
37
37
dan simpangan baku 3,58. Sedangkan untuk kelas yang diberi
pembelajaran dengan pendekatan informal dengan nilai rata-rata 8,175 dan
simpangan baku 3,84. Untuk lebih jelasnya nilai rata-rata dan simpangan
baku hasil tes awal ditunjukkan pada Tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1Rata-Rata ( ) Dan Simpangan Baku (S)
Hasil Pretes Siswa
KelasRata-rata
( )Simpangan Baku
(S)
Pembelajaran dengan pendekatan formal
Pembelajaran dengan pendekatan informal
8,4
8,175
3,58
3,84
2. Kemampuan Akhir Siswa
Kemampuan siswa dalam penguasaan materi tekanan merupakan
hasil belajar setelah mengikuti proses pembelajaran. Dibandingkan dengan
kemampuan awal siswa maka terdapat peningkatan pada kemampuan
akhir.
Dari perhitungan pada lampiran B, diperoleh hasil rekapitulasi dari
hasil tes akhir dengan nilai rata-rata dan simpangan baku kelas yang diberi
pembelajaran dengan pendekatan formal masing-masing 38,5 dan 7,05
sedangkan nilai rata-rata dan simpangan baku kelas yang diberi
pembelajaran dengan pendekatan informal 32,4 dan 6,09. Untuk lebih
jelasnya nilai rata-rata dan simpangan baku hasil tes akhir ditunjukkan
pada Tabel 4.2 berikut :
38
Tabel 4.2Rata-Rata ( ) dan Simpangan Baku (S)Hasil Post-test Kemampuan Akhir Siswa
Kelas Rata-rata ( ) Simpangan Baku (S)
Pembelajaran dengan pendekatan formal
38,5 7,05
Pembelajaran dengan pendekatan informal
32,4 6,09
3. Perbandingan Hasil Tes Awal dan Tes Akhir
Berdasarkan data hasil tes awal diketahui bahwa perbandingan
hasil tes awal antara kelas pembelajaran dengan pendekatan formal dan
kelas pembelajaran dengan pendekatan informal adalah 1:1 dengan
masing-masing simpangan baku untuk kelas pembelajaran dengan
pendekatan formal dan kelas pembelajaran dengan pendekatan informal :
3,58 dan 3,84.
Dari hasil analisis data didapat bahwa perbandingan hasil belajar
fisika antara kelas pembelajaran dengan pendekatan formal dan kelas
pembelajaran dengan pendekatan informal adalah 38 : 32. Hal ini ditinjau
dari nilai rata-rata kelas pembelajaran dengan pendekatan formal adalah
38,5 dan nilai rata-rata kelas pembelajaran dengan pendekatan informal
adalah 32,4 dengan masing-masing simpangan baku untuk kelas
pembelajaran dengan pendekatan formal dan kelas pembelajaran dengan
pendekatan informal 7,05 dan 6,09. Untuk lebih jelasnya, perbandingan
hasil belajar fisika antara kelas pembelajaran dengan pendekatan formal
dan kelas pembelajaran dengan pendekatan informal ditunjukkan pada
Grafik 4.1 berikut :
39
Grafik 4.1 : Perbandingan hasil belajar fisika antara pendekatan formal dan pendekatan informal
4. Pengujian Hipotesis
Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah ” ada perbedaan
dari perbandingan antara hasil belajar fisika dengan menggunakan
pendekatan formal dan informal pada kelas VIII di Sekolah Menengah
Pertama Negeri 2 Lubuklinggau”.
Untuk menguji hipotesis tersebut maka dilakukan pengujian
hipotesis secara statistik sebagai berikut :
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data hasil tes
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas adalah uji kecocokan chi-
kuadrat ( ) dan berdasarkan ketentuan perhitungan statistik mengenai
40
uji normalitas data dengan taraf kepercayaan = 5 %, jika
, maka masing-masing data berdistribusi normal, di luar itu maka data
tidak berdistribusi normal.
Tabel 4.3Uji Normalitas Tes Awal Dan Tes Akhir
Kelas dk Kesimpulan
Pembelajaran dengan
pendekatan informal
1. Tes Awal
2. Tes Akhir
4,1493
4,13945
4
4
9,49
9,49
Normal
Normal
Pembelajaran dengan
pendekatan formal
1. Tes Awal
2. Tes Akhir
2,234468
7,84168
4
4
9,49
9,49
Normal
Normal
Berdasakan Tabel 4.3, dapat dikemukakan bahwa untuk kelas
pembelajaran dengan pendekatan informal data tes awal yaitu
4,1493 dan tes akhir yaitu 4,13945, sedangkan untuk kelas
pembelajaran dengan pendekatan formal data tes awal yaitu
2,234468 dan tes akhir yaitu 7,84168. Sesuai ketentuan pengujian
normalitas dengan menggunakan uji (Chi Kuadrad) bahwa pada taraf
kepercayaan = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = 4, untuk tes awal
dan tes akhir kelas pembelajaran dengan pendekatan informal
sedangkan untuk kelas pembelajaran dengan pendekatan formal masing
masing tes awal dan akhir mempunyai (dk) = 4, dengan untuk
kelas pembelajaran dengan pendekatan informal 9,49 dan 9,49.
Dari data yang terdapat pada Tabel menunjukkan bahwa nilai
data tes awal maupun tes akhir untuk kelas yang diberi
41
pembelajaran dengan pendekatan formal dan kelas yang diberi
pembelajaran dengan pendekatan informal lebih kecil daripada
sehingga tes awal dan tes akhir berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan bertujuan untuk menguji tentang
kesamaan varians dan varians yang sama menunjukan varians yang
homogen. Berdasarkan ketentuan perhitungan statistik tentang
homogenitas varians dengan taraf kepercayaan = 0,05 jika Fhitung < Ftabel,
maka varians kedua kelompok homogen. Hasil uji homogenitas varians
tes awal dan akhir kedua kelompok dapat dilihat pada Tabel 4.4
Tabel 4.4Hasil Uji Homogenitas Skor Tes Awal dan Tes Akhir
F hitung dk Ftabel Kesimpulan
Tes Awal 1,02 (40;40) 1,69 Homogen
Tes Akhir 1,344 (40;40) 1,69 Homogen
Dari Tabel 4.4, dapat dikemukakan bahwa varians kedua
kelompok yang dibandingkan pada tes awal Fhitung = 1,02 dan tes akhir
Fhitung = 1,344 dengan taraf kepercayaan = 0,05 dan Ftabel = 1,69.
Karena Fhitung < Ftabel , maka kedua varians tersebut dinyatakan homogen.
c. Uji Kesamaan Dua Rata-rata
42
Berdasarkan uji normalitas dan homogenitas, maka kedua
kelompok data tes awal adalah normal dan homogen begitu juga hasil
tes akhir adalah normal dan homogen. Dengan demikian uji kesamaan
dua rata-rata antara kelas yang diberi pembelajaran dengan pendekatan
formal dan kelas yang diberi pembelajaran dengan pendekatan
informal untuk data tes awal dan tes akhir dapat dilihat pada Tabel 4.5
Pada Tabel 4.5 menunjukkan bahwa hasil analisis uji t mengenai
kemampuan awal siswa menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas
yang diberi pembelajaran dengan pendekatan formal dan kelas yang
diberi pembelajaran dengan pendekatan informal tidak mempunyai
perbedaan karena thitung < ttabel dengan kepercayaan = 0,05.
Tabel 4.5Uji Kesamaan Rata-Rata Tes Awal Dan Tes Akhir
thitung dk ttabel Kesimpulan
Tes Awal 0,263 78 1,66 thitung < ttabel Ho diterima
Tes Akhir 4,122 78 1,66 thitung > ttabel Ho ditolak
Setelah diberikan pembelajaran yang berbeda untuk kelas yang
diberi pembelajaran dengan pendekatan formal dan kelas yang diberi
pembelajaran dengan pendekatan informal terdapat peningkatan skor
hasil belajar. Peningkatan hasil belajar tersebut dianggap sebagai hasil
belajar siswa untuk kelas yang diberi pembelajaran dengan pendekatan
formal dan kelas yang diberi pembelajaran dengan pendekatan
informal.
43
Dari hasil uji normalitas tes awal dan tes akhir kemudian data
dianalisis dengan menggunakan uji-t. Dalam penelitian ini
menggunakan hipotesis komparatif yang ditentukan berdasarkan bunyi
kalimat hipotesis itu sendiri. Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini
adalah ” Ada perbedaan dari perbandingan hasil belajar siswa antara
penggunaan pendekatan formal dan informal”.
Dengan kriteria pengujian hipotesis diperlakukan hipotesis nol
(Ho) dan hipotesis kerja (Ha) yaitu :
Ho = Tidak ada perbedaan yang signifikan dari perbandingan hasil
belajar antara penggunaan pendekatan formal dan informal.
Ha = Ada perbedaan yang signifikan dari perbandingan hasil belajar
antara penggunaan pendekatan formal dan informal.
Dari Tabel 4.5, dapat dikemukakan bahwa thitung pada tes awal
adalah 0,263 dengan ttabel = 1,66 dan dk = 78, sesuai dengan kriteria
dapat disimpulkan bahwa thitung < ttabel, maka Ho diterima sedangkan pada
tes akhir dengan thitung = 4,122 dan dk = 78, karena thitung > ttabel maka
Ho ditolak.
Maka dari hasil pengujian hipotesis dapat dikatakan bahwa
hipotesis yang menyatakan ada perbedaan dari perbandingan hasil
belajar fisika antara penggunaan pendekatan formal dan informal dan
dapat diterima kebenarannya.
44
C. Pembahasan
Berdasarkan data tes kemampuan awal siswa didapat nilai rata-rata
kelas yang diberi pembelajaran dengan pendekatan formal dan kelas yang
diberi pembelajaran dengan pendekatan informal yaitu 8,4 dan 8,175. Hal ini
berarti hasil tes awal siswa antara kelas yang diberi pembelajaran dengan
pendekatan formal dan kelas yang diberi pembelajaran dengan pendekatan
informal relatif sama. Demikian juga dengan data tes kemampuan akhir siswa
yaitu nilai rata-rata kelas yang diberi pembelajaran dengan pendekatan
formal dan kelas yang diberi pembelajaran dengan pendekatan informal yaitu
38,5 dan 32,4, perbedaan yang sangat signifikan ini dapat ditunjukkan pada
Lampiran B.
Dari hasil analisis data tes akhir diketahui bahwa perbandingan hasil
belajar fisika antara kelas pembelajaran dengan pendekatan formal dan kelas
pembelajaran dengan pendekatan informal adalah 38 : 32. Hal ini ditinjau dari
nilai rata-rata kelas pembelajaran dengan pendekatan formal adalah 38,5 dan
nilai rata-rata kelas pembelajaran dengan pendekatan informal adalah 32,4
dengan masing-masing simpangan baku untuk kelas pembelajaran dengan
pendekatan formal dan kelas pembelajaran dengan pendekatan informal 7,05
dan 6,09. Hal ini berarti bahwa ada perbedaan dari perbandingan hasil belajar
fisika antara penggunaan pendekatan formal dan informal dan dapat diterima
kebenarannya.
Dan berdasarkan Tabel Chi Kuadrad ( ) yang ada pada Lampiran B,
dapat diketahui bahwa bila dk = 4 dan kesalahan 5%, maka harga Chi Kuadrad
tabel ( ) adalah 9,49. Dari hasil uji normalitas tes awal kelas yang diberi
pembelajaran dengan pendekatan formal didapat nilai Chi Kuadrad hitung (
) adalah 2,234468. Karena (2,234468) lebih kecil dibandingkan
45
harga (9,49) maka data tes awal kelas yang diberi pembelajaran dengan
pendekatan formal dinyatakan berdistribusi normal. Sedangkan untuk tes
akhir kelas yang diberi pembelajaran dengan pendekatan formal sesuai
dengan Tabel Chi Kuadrad yang ada pada Lampiran B, dapat diketahui
bahwa bila dk = 4 dan kesalahan 5%, maka harga Chi Kuadrad tabel ( )
adalah 9,49. Dari hasil uji normalitas tes akhir kelas yang diberi pembelajaran
dengan pendekatan formal didapat nilai Chi Kuadrad hitung ( ) adalah
7,84168. Karena (7,84168) lebih kecil dibandingkan harga
(9,49) maka data tes akhir kelas yang diberi pembelajaran dengan
pendekatan formal dinyatakan berdistribusi normal.
Untuk hasil tes awal dan akhir kelas yang diberi pembelajaran dengan
pendekatan informal berdasarkan Tabel Chi Kuadrad pada Lampiran B,
diketahui bahwa bila dk = 4 dan kesalahan 5%, maka harga Chi Kuadrad tabel
( ) adalah 9,49. Dari hasil uji normalitas tes awal kelas yang diberi
pembelajaran dengan pendekatan informal didapat nilai Chi Kuadrad hitung (
) adalah 4,1493. Karena (4,1493) lebih kecil dibandingkan harga
(9,49) maka data tes awal kelas yang diberi pembelajaran dengan
pendekatan informal dinyatakan berdistribusi normal sedangkan tes akhir
kelas yang diberi pembelajaran dengan pendekatan informal mempunyai dk
= 4 dan kesalahan 5%, maka harga Chi Kuadrad tabel ( ) adalah 9,49.
Dari hasil uji normalitas tes akhir kelas yang diberi pembelajaran dengan
pendekatan informal didapat nilai Chi Kuadrad hitung ( ) adalah
4,13945. Karena (4,13945) lebih kecil dibandingkan harga
46
(9,49) maka data tes akhir kelas yang diberi pembelajaran dengan
pendekatan informal dinyatakan berdistribusi normal.
Dari hasil uji homogenitas varians dengan taraf kepercayaan α = 0,05
< , maka varians kedua kelompok homogen. Hasil uji
homogenitas varians tes awal = 1,02 dan = 1,69 dan varians tes
akhir = 1,344 dan = 1,69 maka karena Fhitung < Ftabel , maka kedua
varians tersebut dinyatakan homogen.
Berdasarkan hasil analisis data dari dua kelas, terdapat perbedaan hasil
belajar antara kelas yang diberi pembelajaran dengan pendekatan formal dan
kelas yang diberi pembelajaran dengan pendekatan informal. Dengan
menggunakan uji t didapat thitung pada tes awal adalah 0,263 dengan ttabel = 1,66
dan dk = 78, sesuai dengan kriteria jika thitung < ttabel, maka Ho diterima
sedangkan pada tes akhir dengan thitung = 4,122 dan dk = 78, karena thitung >
ttabel maka Ho ditolak.
Maka dari hasil pengujian hipotesis dapat dikatakan bahwa hipotesis
yang menyatakan ada perbedaan dari perbandingan hasil belajar fisika antara
penggunaan pendekatan formal dan informal dapat diterima.
47
BAB VSIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan dari perbandingan hasil belajar fisika antara yang diajarkan dengan
pendekatan formal dan hasil belajar fisika yang diajarkan dengan pendekatan
informal di kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Lubuklinggau
tahun ajaran 2009/2010 pada pokok bahasan tekanan.
B. Saran
Sehubungan dengan hasil penelitian ini, maka peneliti
mengemukakan saran sebagai berikut :
1. Dalam menyampaikan materi guru hendaknya dapat menentukan
pendekatan yang tepat agar dapat mengetahui pengetahuan prasyarat yang
dimiliki oleh siswa.
2. Sebelum membahas pelajaran yang baru, hendaknya guru menjelaskan
terlebih dahulu pelajaran sebelumnya yang ada kaitannya dengan pelajaran
yang akan dibahas agar guru mengetahui apakah pelajaran tersebut bisa
dilanjutkan.
48
48
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi.2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi.2002. Penelitian Tidakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara
Depdikbud. 1994. GBPP (Garis-garis Besar Program Pengajaran) SMU, Jakarta: Depdikbud.
Hernawati Tati. 2010. Pendekatan dan Metode Pembelajaran Artikulasi dan Optimalisasi Fungsi Pendengaran.online.
Karnoto .1996. Mengenal Analisis Tes (ANATES). Bandung : FIP IKIP Bandung.
Karnoto. 1991. Buku Fisika Kelas II SMP. Jakarta : Erlangga.
Nurgana, Endi. 2006. Buku Fisika SMA Kelas X. Bandung: Yudistira.
Nasution, 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Pepi Rena, 2004. Studi Perbandingan Hasil Belajar Menggunakan Pendekatan Formal dan Informal Di SMA Swasta Lubuklinggau. Skripsi tidak diterbitkan. Palembang: Jurusan MIPA Universitas PGRI Palembang.
Slameto, 2003. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Sudjana. 1996. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sudjana. 1992. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suherman dan Sukjaya.1990. Penunjuk Praktik Untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijaya Kusuma.
Supardi. 2007. Penelitian Eksperimen Di Bidang Pendidikan. Online.
Suyitno, dkk.1997. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Malang : IKIP Malang
49
PERHITUNGAN VALIDITAS TES UJI COBA
dan
Validitas soal butir 1
= 0,40 Validitas rendah = 5,8
Validitas soal butir 2
=
=
50
=
= 0,51 Validitas Sedang
Validitas soal butir 3
Validitas tinggi
Validitas soal butir 4
Validitas soal butir 5
51
Validitas Sedang
Validitas soal butir 6
55 Validitas Sedang
Validitas soal butir 7
52
46 Validitas Sedang
Validitas soal butir 8
46 Validitas Sedang
Validitas soal butir 9
53
40 Validitas Sedang
Validitas soal butir 10
73 Validitas Sedang
54
PERHITUNGAN RELIABILITAS TES UJI COBA
dengan
55
= 0,52 = 0,85
= 1,7 = 1,97
= 1,05 = 2,27
56
= 1,53 = 1,31
= 1,17 = 2,12
= 13,18
=
=
=
= 57,02
Masukkan ke rumus Alpha :
57
=
=
=
=
= 0,85
DAYA PEMBEDA
1. 2.
= =
=0,06 (Jelek) = 0,18 (Jelek)
3. 4.
= =
= 0,33 (Cukup) = 0,22 (Cukup)
5. 6.
= =
58
= 0,22 (Cukup) = 0,23 (Cukup)
7. 8.
= =
= 0,20 (Cukup) = 0,12 (Jelek)
9. 10.
= =
= 0,20 (Cukup) = 0,30 (Cukup)
TINGKAT KESUKARAN
1. 2.
= =
= 0,5 (Sedang) = 0,525 (Sedang)
3. 4.
= =
= 0,67 (Mudah) = 0,58 (Sedang)
5. 6.
= =
= 0,54 (Sedang) = 0,67 (Sedang)
7. 8.
59
= =
= 0,62 (Sedang) = 0,47 (Sedang)
9. 10.
= =
= 0,66 (Sedang) = 0,52 (Sedang)
Panjang Kelas
Data tertinggi = 16 dan data terendah = 3
Rentang = data tertinggi – data terendah
= 16 - 3
= 13
Banyak kelas ditentukan dengan rumus sturges, yaitu:
K = 1+ 3,3 log n
= 1+ 3,3 (log 40)
= 1+(3,3) (1,602599)
= 1+ 5,286797971
= 6,286797971 (dibulatkan menjadi 6)
Dengan demikian banyak kelas ada 9, selanjutnya penulis
menentukaan panjang kelas interval dengan rumus sebagai berikut:
Panjang kelas (P) =
60
=
= 2,2 (dibulatkan menjadi 2)
Tabel 4.1Perhitungan Rata-rata dan Simpangan Baku
Tes Awal Kelas Pendekatan Formal
Kelas Interval
fi xi fi . xi xi - (xi - )2 fi (xi - )2
2 - 4 7 3 21 - 5,4 29,16 204,125 - 7 8 6 48 - 2,4 5,76 46,088 - 10 14 9 126 0,6 0,36 5,0411 - 13 8 12 96 3,6 12,96 103,6814 - 16 3 15 45 6,6 43,56 130,68Jumlah 40 45 336 3,25 91,18 489,6Rata-rata ( ) = 8,4Simpangan Baku (s) = 3,58
=
= 8,4
Harga varians ( ) adalah sebagai berikut :
=
61
=
=
= 3,58
Jadi dari pengolahan diatas didapat harga varians (S )= 3,58
Panjang Kelas
Data tertinggi = 48 dan data terendah = 30
Rentang = data tertinggi – data terendah
= 48 - 30
= 18
Banyak kelas ditentukan dengan rumus sturges, yaitu:
K = 1+ 3,3 log n
= 1+ 3,3 (log 40)
= 1+(3,3) (1,602599)
= 1+ 5,286797971
= 6,286797971 (dibulatkan menjadi 6)
Dengan demikian banyak kelas ada 9, selanjutnya penulis
menentukaan panjang kelas interval dengan rumus sebagai berikut:
Panjang kelas (P) =
=
= 3
Tabel 4.3Perhitungan rata-rata dan simpangan baku
Tes akhir kelas pendekatan formalKelas fi xi fi . xi xi - (xi - )2 fi (xi
- )2
62
Interval30 - 33 5 31,5 157,5 - 7 49 24534 - 37 15 35,5 532,5 - 8,04 64,64 969,638 – 41 10 39,5 395 - 4,04 16,32 163,242 - 45 5 43,5 217,5 -0,04 0,0016 0,00846 - 49 5 47,5 237,5 3,96 15,68 78,4Jumlah 40 201,5 1540 - 20,2 241,60 1456,208
Rata-rata ( ) = 38,5
Simpangan Baku (s) = 7,05
=
= 38,5
Harga varians ( ) adalah sebagai berikut :
=
=
=
= 7,05
63
Panjang Kelas
Data tertinggi = 15 dan data terendah = 3
Rentang = data tertinggi – data terendah
= 15 - 3
= 12
Banyak kelas ditentukan dengan rumus sturges, yaitu:
K = 1+ 3,3 log n
= 1+ 3,3 (log 40)
= 1+(3,3) (1,602599)
= 1+ 5,286797971
= 6,286797971 (dibulatkan menjadi 6)
Dengan demikian banyak kelas ada 9, selanjutnya penulis
menentukaan panjang kelas interval dengan rumus sebagai berikut:
Panjang kelas (P) =
=
= 2
Tabel 4.4Perhitungan rata-rata dan simpangan baku
Tes awal pendekatan informalKelas
Intervalfi xi fi . xi xi - (xi - )2 fi (xi
- )2
2 - 4 8 3 24 -5,175 26,78 214,24
5 - 7 10 6 60 - 2,175 4,73 47,3
8 – 10 12 9 108 0,825 0,68 8,16
11 - 13 5 12 60 3,825 14,63 73,15
14 - 16 5 15 75 6,825 46,58 232,9
Jumlah 40 60 327 4,225 93,4 575,75
Rata-rata ( ) = 8,175Simpangan Baku (s) = 3,84
64
= 8,175
Jadi nilai rata-rata kelas VIII 4 (X2) = 8,175
Harga varians ( ) adalah sebagai berikut :
=
=
=
= 3,84
Berdasarkan pengelolaan diatas didapat harga varians ( ) = 3,84
Panjang Kelas
65
Data tertinggi = 42 dan data terendah = 22
Rentang = data tertinggi – data terendah
= 43 - 22
= 21
Banyak kelas ditentukan dengan rumus sturges, yaitu:
K = 1+ 3,3 log n
= 1+ 3,3 (log 40)
= 1+(3,3) (1,602599)
= 1+ 5,286797971
= 6,286797971 (dibulatkan menjadi 6)
Dengan demikian banyak kelas ada 9, selanjutnya penulis
menentukaan panjang kelas interval dengan rumus sebagai berikut:
Panjang kelas (P) =
=
= 3,5 (Dibulatkan menjadi 4)
Tabel 4.5Perhitungan rata-rata dan simpangan baku
Tes akhir kelas pendekatan informalKelas
Intervalfi xi fi . xi xi - (xi - )2 fi (xi
- )2
21 - 25 7 23 161 - 9,4 88,36 618,5226 - 30 9 28 252 - 4,4 19,36 112,3631 - 35 9 33 297 0,6 0,36 3,2436 - 40 12 38 456 5,6 31,36 376,3241 - 45 3 43 129 10,6 112,36 337,08Jumlah 40 167,5 1295 3 251,8 1447,52Rata-rata ( ) = 32,4Simpangan Baku (s) = 6,09
66
=
= 32,4
Harga varians ( ) adalah sebagai berikut :
=
=
=
= 6,09
Berdasarkan pengelolaan diatas didapat harga varians ( ) = 6,09
67
UJI NORMALITAS TES AWAL KELAS FORMAL
Kelas Interval
Batas Kelas xi - L ( )2
1,5 - 6,9 - 1,93 0,47322 - 4 0,1111 7 4,444 2,556 6,533 1,470
4,5 - 3,9 - 1,09 0,36215 - 7 0,2634 8 10,536 - 2,536 6,43 0,6102ssss 7,5 - 0,9 - 0,25 0,0987
8 - 10 0,3211 14 12,844 1,156 1,336 0,10410,5 2,1 0,59 0,2224
11 - 13 0,1998 8 7,992 0,008 0,000064 0,00000813,5 5,1 1,42 0,4222
14 - 16 0,0659 3 2,636 0,364 0,1325 0,0502616,5 8,1 2,26 0,4881
Jumlah 40 2,234468
2,234468 < 9,49
Kesimpulan : Data berdistribusi Normal
68
UJI NORMALITAS TES AKHIR KELAS FORMAL
Kelas Interval
Batas Kelas xi - L ( )2
29,5 - 9 - 1,27 0,398030 - 33 0,14 5 5,6 - 0,6 0,36 0,0643
33,5 - 5 - 0,70 0,258034 - 37 0,2023 15 8,092 6,908 47,720 5,8972
37,5 - 1 - 0,14 0,055738 – 41 0,2185 10 8,74 1,26 1,5876 0,1816
41,5 3 0,42 0,162842 - 45 0,1757 5 7,028 - 2,028 4,113 0,5852
45,5 7 0,99 0,338546 - 49 0,1021 5 4,084 0,916 0,839 0,20544
49,5 11 1,56 0,4406Jumlah 40 7,84168
7,84168 < 9,49
Kesimpulan : Data berdistribusi Normal
69
UJI NORMALITAS TES AWAL KELAS INFORMAL
Kelas Interval
Batas Kelas xi - L ( )2
1,5 - 6,675 - 1,73 0,45822 - 4 0,1293 8 5,172 2,825 8,1567 1,5771
4,5 - 3,675 - 0,95 0,32895 - 7 0,2614 10 10,456 - 0,456 0,2079 0,0198
7,5 - 0,675 - 0,17 0,06758 – 10 0,2933 12 11,732 0,268 0,0718 0,006
10,5 2,325 0,60 0,225811 - 13 0,1904 5 7,616 - 2,264 5,1256 0,673
13,5 5,325 1, 38 0,416214 - 16 0,068 5 2,736 2,264 5,126 1,8734
16,5 8,325 2,16 0,4846Jumlah 40 4,1493
4,1493 < 9,49
Kesimpulan : Data berdistribusi Normal
70
UJI NORMALITAS TES AKHIR KELAS INFORMAL
Kelas Interval
Batas Kelas xi - L ( )2
20,5 - 11,9 - 1,95 0,474421 - 25 0,1036 7 4,144 2,856 8,1567 1,9683
25,5 - 6,9 - 1,13 0,370826 - 30 0,2491 9 9,964 - 0,964 0,9292 0,0932
30,5 - 1,9 - 0,31 0,121731 - 35 0,3096 9 12,384 - 3,384 11,451 0,9246
35,5 3 0,49 0,187936 - 40 0,2203 12 8,812 3,188 10,1633 1,1533
40,5 8,1 1,33 0,408241 - 45 0,076 3 3,04 - 0,04 0,0016 0,0005
45,5 13,1 2,15 0,4842Jumlah 40 4,13945
4,13945 < 9,49
71
Kesimpulan : Data berdistribusi Normal
72
UJI HOMOGENITAS
1. Skor Tes Awal Kelas pendekatan formal dan Kelas pendekatan Informal
a. Data : = 3,8
= 3,84
b. Hipotesis yang diuji
Ho = Hipotesis pembanding, kedua Varians sama/homogen
Ha = Hipotesis kerja, kedua varians tidak sama/tidak homogen
c. Nilai Fhitung
Simpangan baku pendekatan Informal lebih besar dari pada simpangan
baku kelas pendekatan formal maka :
=
= 1,02
d. Nilai F tabel
Nilai F tabel dengan derajat kebebasan (dk) = 40 – 1 = 39 dan 40 - 1 = 39 dan
= 0,05. Nilai F dengan dk = (39;39) tersebut tidak terdapat didalam tabel,
maka nilai Ftabel ditentukan dengan menggunakan harga F yang lain yang
ber-dk = (40;40). Jadi nilai Ftabel = 1,69
73
e. Uji Hipotesis
F hitung = 1,02 dan Ftabel = 1,69 karena F hitung < Ftabel, maka Ho diterima. Dengan
demikian kedua varians skor tes awal adalah sama (homogen)
2. Skor Tes Akhir Kelas pendekatan formal dan Kelas pendekatan Informal
a. Data : = 7,05
= 6,09
b. Hipotesis yang diuji
Ho = Hipotesis pembanding, kedua varians sama/homogen
Ha = Hipotesis kerja, kedua varians tidak sama/tidak homogen
c. Nilai Fhitung
Simpangan baku kelas pendekatan Informal lebih besar dari pada
simpangan baku kelas pendekatan formal maka :
=
= 1,344
d. Nilai F tabel
Nilai F tabel dengan derajat kebebasan (dk) = 40 – 1 = 39 dan 40 - 1 = 39 dan
= 0,05. Nilai F dengan dk = (39;39) tersebut tidak terdapat didalam tabel,
maka nilai Ftabel ditentukan dengan menggunakan harga F yang lain yang
ber-dk = (40;40). Jadi nilai Ftabel = 1,69
e. Uji Hipotesis
74
F hitung = 1,344 dan Ftabel = 1,69 karena F hitung < Ftabel, maka Ho diterima.
Dengan demikian kedua varians skor tes akhir adalah sama (homogen)
UJI KESAMAAN DUA RATA-RATA
75
1. Uji kesamaan rata-rata skor tes awal
Hipotesis yang akan diuji adalah :
Ho = Hipotesis pembanding, rata-rata skor tes awal kelas pendekatan formal
dan kelas pendekatan Informal adalah sama.
Ha = Hipotesis kerja, rata-rata skor tes akhir kelas pendekatan formal lebih
besar dari skor tes kelas pendekatan Informal.
a. Data:
8,4 = 3,8
8,175 = 3,84
Indeks e untuk kelas pendekatan formal dan indeks k untuk kelas
pendekatan Informal.
b. Nilai thitung
Berdasarkan hasil analisis untuk skor tes awal maka:
dengan s2 =
Terlebih dahulu dicari simpangan baku gabungan antara dua kelompok
yaitu :
s2 =
=
=
76
=
s =
s = 3,82
=
=
=
= 0,263
2. Uji kesamaan rata-rata skor tes akhir
Hipotesis yang akan diuji adalah :
Ho = Hipotesis pembanding, rata-rata skor tes awal kelas pendekatan formal
kurang dari atau sama dengan rata-rata kelas pendekatan Informal.
Ha = Hipotesis kerja, rata-rata skor tes akhir kelas pendekatan formal lebih
besar dari skor tes kelas pendekatan Informal.
a. Data:
38,5 = 7,05
32,4 = 6,09
Indeks e untuk kelas pendekatan formal dan indeks k untuk kelas
pendekatan Informal .
b. Nilai thitung
77
Berdasarkan hasil analisis untuk skor tes awal maka:
dengan s2 =
Terlebih dahulu dicari simpangan baku gabungan antara dua kelompok
yaitu :
s2 =
=
=
=
s =
s = 6,59
=
=
=
= 4,122
78
Lampiran 1DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Rasmini dilahirkan di lubuklinggau, propinsi Sumatera Selatan pada tanggal 6
juli 1986. Dia putrid dari keempat dari enam bersaudara dari pasangan Sulaiman
dan Hadida.
Pada tahun 1992 Sekolah Dasar Negeri 1 lubuklinggau,tamat tahun 1998.
Kemudian meneruskan studinya di Sekolah Menengah Pertama BK
Lubuklinggau, tamat tahun 2000. Kemudian melanjutkan studinya di Sekalah
Menengah Umum BK Lubuklinggau, tamat tahun 2004. Selanjutnya ia mengikuti
studi program S1 pada STKIP-PGRI Lubuklinggau, Jurusan MIPA, Program studi
Pendidikan FISIKA.
Sedangkan menurut djamarah (2000: ) : “Biasanya orang menginginkan
pendekatan yang lebih formal”. Pendekatan yang ditempuh oleh guru atau siswa
dalam memahami dan memperjelas materi untuk mencapai tujuan pembelajaran
secara sungguh-sungguh (Nasution, 2005:139)
79
Berdasarkan analisis hasil uji coba tes hasil belajar, maka
rekapitulasi hasilnya sebagai berikut :
Tabel 3.4Rekapitulasi Hasil Uji Coba Tes Hasil Belajar
No Soal
ValiditasTingkat
KesukaranDaya Pembeda Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
0,40
0,51
0,80
0,70
0,49
0,55
0,46
0,46
0,40
0,73
Rendah
Sedang
Tinggi
Tinggi
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Rendah
Tinggi
0,5
0,53
0,67
0,58
0,54
0,67
0,62
0,47
0,66
0,52
Mudah
Sedang
Sedang
Sedang
Mudah
Mudah
Sedang
Mudah
Sedang
Sedang
0,18
0,35
0,27
0,20
0,18
0,22
0,23
0,24
0,32
0,38
Jelek
Cukup
Cukup
Jelek
Jelek
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Tidak Dipakai
Dipakai
Dipakai
Dipakai
Tidak Dipakai
Dipakai
Dipakai
Dipakai
Dipakai
Dipakai
80