SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030
Transcript of SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030
PENGARUH PENAMBAHAN WHEY KEJU DENGAN
BAKTERI ASAM LAKTAT (BAL) Pediococcus
pentosaceus DALAM PAKAN TERHADAP
KUALITAS KARKAS AYAM PEDAGING
SKRIPSI
Oleh :
Prisma Haris Pradana
NIM : 105050113111030
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
PENGARUH PENAMBAHAN WHEY KEJU DENGAN
BAKTERI ASAM LAKTAT (BAL) Pediococcus
pentosaceus DALAM PAKAN TERHADAP
KUALITAS KARKAS AYAM PEDAGING
SKRIPSI
Oleh :
Prisma Haris Pradana
NIM : 105050113111030
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
PENGARUH PENAMBAHAN WHEY KEJU DENGAN
BAKTERI ASAM LAKTAT (BAL) Pediococcus
pentosaceus DALAM PAKAN TERHADAP
KUALITAS KARKAS AYAM PEDAGING
SKRIPSI
Oleh :
Prisma Haris Pradana
NIM : 105050113111030
Telah dinyatakan lulus dalam ujian Sarjana
Pada Hari/Tanggal :
Menyetujui,
Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing Utama :
Prof.Dr.Ir. Woro Busono, MS. ...................... .............
NIP. 19560403 198103 1 002
Pembimbing Pendamping :
Dr.Ir. Eko Widodo, M.Agr.Sc.M.Sc ...................... .............
NIP. 19631002 198802 1 001
Penguji :
Dr. Ir. Imam Thohari, MP ...................... .............
NIP. 19590211 198601 1 002
Dr. Ir. Edhy Sudjarwo, MS ...................... .............
NIP. 19570629 198403 1 001
Dr. Ir Osfar Sjofjan, M.Sc ....................... .............
NIP. 19600422 198811 0 1 001
Mengetahui,
Dekan
Prof.Dr.Ir. Kusmartono
NIP. 19590406 198503 1 005
i
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Blitar, pada tanggal 22
Maret 1992 yang merupakan putra pertama dari dua
bersaudara pasangan Bapak Mamik Samsul Hadi dan Ibu
Sastriana. Pendidikan penulis diawali dari SDN
Slemanan 2 Kabupaten Blitar dan lulus tahun 2004.
Tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di
SMP Negeri 1 Udanawu Kabupaten Blitar lulus pada
tahun 2007. Penulis melanjutkan pendidikan di MA
Ma’arif Udanawu lulus pada tahun 2010. Tahun 2010
penulis diterima sebagai mahasiswa S1 Program Studi
Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
Malang dengan jalur Bidik Misi. Penulis mengikuti
organisasi Eksekutif Mahasiswa Universitas Brawijaya
tahun 2010 sebagai staf sosial masyarakat. Barisan Orang
Sukses tahun 2012, pada tahun yang sama penulis ikut
pelatihan Inseminasi buatan di BBIB Singosari.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat,
Taufik dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan skripsi dengan judul “Pengaruh
Penambahan Whey Keju Dengan Bakteri Asam Laktat (BAL)
Pediococcus pentosaceus Dalam Pakan Terhadap Kualitas
Karkas Ayam Pedaging”. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Mamik Samsul Hadi, Ibu Sastriana dan adik M.
Arfian Dwi Cahyo serta seluruh keluarga yang telah
memberikan dorongan baik moril maupun materil serta doa
yang tidak lelahnya dipanjatkan untuk kelancaran dan
kesuksesan penulis dalam menyelesaikan skripsi.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Kusmartono, selaku Dekan Fakultas
Peternakan Universitas Brawijaya Malang.
3. Ibu Dr. Ir. Sucik Maylinda, MS, selaku ketua Program
Studi Peternakan yang telah membina dan memberikan
arahan dalam proses kelancaran studi.
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Woro Busono, MS, dan Dr. Ir. Eko
Widodo, M.Agr.Sc. M.Sc. selaku Dosen Pembimbing
Utama yang yang telah meluangkan waktunya dalam
membimbing, memberikan saran dan kritik selama proses
penyusunan proposal hingga penulisan skripsi ini.
5. Bapak Dr. Ir. Imam Thohari, MP, Dr. Ir. Edhy Sudjarwo,
MS dan Dr. Ir. Osfar Sjofjan, M.Sc, selaku dosen penguji
yang telah memberikan masukan serta pengarahan selama
proses revisi penulisan skripsi ini.
6. My everything Afsilia Intan Sari yang membantu,
mendukung dan mendampingi selama perkuliahan
berlangsung hingga saat ini. Thank’s beibh.
iii
7. Ahmad Wijayanto, Intan Kumala, Poppy, Ilga yang selalu
memberikan pengarahan dan motivasi untuk
menyelesaikan skripsi ini.
8. Iwan, Satria, Didit, Teguh, Tiyan, Mukhlas, Yudha, Mega,
Andik, Afi, Fidia, Esy, Eko, Reza, sahabat terbaik yang
selalu ada dan memberi semangat dalam suka maupun
duka.
9. Teman – teman TS 16 Nayaka, Udin, Diska, Mail, Ali,
Fakris, Abdul, Joe, Hanafi, Tri dan ibu Soponyono yang
selalu memberikan dukungan.
Semoga Allah SWT, memberikan balasan atas segala
bantuan yang telah diberikan baik secara langsung maupun
tidak langsung. Penulis berharap kritik dan saran untuk
kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga
karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
dan pembaca pada umumnya.
Malang, Januari 2015
Penulis
iv
EFFECT OF ADDITION WITH WHEY LACTIC ACID
BACTERIA (LAB) Pediococcus pentosaceus IN FEED ON
BROILER CARCASS QUALITY
Prisma Haris Pradana1)
, Woro Busono2)
and Eko Widodo2)
1) Student at Animal Husbandry Faculty, University of
Brawijaya, Malang.
2) Lecturer at of Animal Production Department, Animal
Husbandry Faculty, University of Brawijaya, Malang.
ABSTRACT
This study aimed to determine the amount of whey with
the addition of lactic acid bacteria Pediococcus pentosaceus
that give the best carcass percentage, abdominal fat deposition
and breast meat. The materials used were 144 female broiler
chickens of Lohman strain aged of 1 day. The method used
was a field experiment with a Completely Randomized Design
consisting of 4 treatments and 6 replications. The treatments
used were P0 = Control feed, P1 = Control feed + 1% whey
with 1 ml of Pediococcus pentosaceus, P2 = Control feed +
2% whey with 1 ml of Pediococcus pentosaceus, P3 = Control
feed + 3% whey with 1 ml of Pediococcus pentosaceus. Date
were analyzed using analysis of variance and if there was a
significant influenced will be tested by Duncan’s. It was
concluded that the addition of up to 3% whey with 1 ml of
lactic acid bacteria Pediococcus pentosaceus can not increase
the percentages of broiler carcass, breast meat deposition and
abdominal fat of broiler.
Keywords: percentage carcass, abdominal fat, breast meat
deposition
v
PENGARUH PENAMBAHAN WHEY KEJU DENGAN
BAKTERI ASAM LAKTAT (BAL) Pediococcus
pentosaceus DALAM PAKAN TERHADAP
KUALITAS KARKAS AYAM PEDAGING
Prisma Haris Pradana1)
, Woro Busono2)
dan Eko Widodo2)
1. Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
Malang
2. Dosen Prorgam Studi Produksi Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya Malang
RINGKASAN
Perbaikan kualitas produksi ternak dapat dilakukan
dengan cara penambahan feed additive pada pakan.
Penggunaan feed additive dikalangan peternak unggas
kebanyakan berjenis antibiotik sintetis. Antibiotik sintetis
dapat menimbulkan residu terhadap animal product yang
mengakibatkan toksin dan alergi pada konsumen. Bakteri yang
digunakan Pediococcus pentosaceus yang diberikan dapat
memacu pertumbuhan mikroba yang menguntungkan dan
membunuh bakteri patogen disamping juga mampu
menghasilkan asam laktat yang dapat menghasilkan pH rendah
sehingga menghasilkan suasana asam pada ileum dan
duodenum, dengan peningkatan pH asam maka Pediococcus
pentosaceus dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen
sehingga populasi bakteri asam laktat menjadi
meningkat,sehingga penyerapan makanan optimal dan dapat
meningkatkan kualitas karkas ayam broiler.
Penelitian dilaksanakan di Jl. Telaga warna Blok C nomer
231 Kelurahan Tlogomas Malang dimulai tanggal 25 April
sampai dengan 30 Mei 2014. Penelitian ini bertujuan untuk
menentukan jumlah penambahan whey keju dengan bakteri
vi
asam laktat (BAL) Pediococcus pentosaceus yang
memberikan penampilan terbaik terhadap persentase karkas,
lemak abdominal dan deposisi daging dada.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jumlah
penambahan whey keju dengan bakteri asam laktat (BAL)
Pediococcus pentosaceus yang memberikan penampilan
terbaik terhadap persentase karkas, lemak abdominal dan
deposisi daging dada. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan sebagai metode pemakaian probiotik dalam pakan
dengan memanfaatkan whey dengan bakteri asam laktat (BAL)
Pediococcus pentosaceus.
Materi yang digunakan adalah 144 ekor ayam pedaging
strain Lohman betina umur 1 hari (DOC) dengan nilai
koefisien keragaman sebesar 10,0%. Metode yang digunakan
adalah percobaan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 6 ulangan. Perlakuan
yang digunakan adalah P0 = Pakan basal, P1 = Pakan basal +
1% whey dengan 1 ml Pediococcus pentosaceus, P2 = Pakan
basal + 2% whey dengan 1 ml Pediococcus pentosaceus, P3 =
Pakan basal + 3% whey dengan 1 ml Pediococcus
pentosaceus. Variabel yang diamati meliputi persentase
karkas, lemak abdominal dan deposisi daging dada. Data yang
dihasilkan kemudian dianalisis menggunakan analisis ragam.
Uji lanjut yang digunakan adalah uji duncan’s.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan whey
keju dengan 1 ml bakteri asam laktat (BAL) Pediococcus
pentasaceus tidak memberikan pengaruh yang nyata. Rata-rata
persentase karkas adalah P0 (67,9 ± 0,9), P1 (67,7±1,0), P2
(67,9 ± 0,9), P3 (68,8 ± 0,7). Rata-rata deposisi daging dada
adalah P0 (19,1 ± 0,6), P1 (19,4 ± 0,6), P2 (19,7 ± 0,3), P3
(21,1 ± 1,0). Rata-rata lemak abdominal adalah P0 (1,6 ± 0,1),
P1 (1,6 ± 0,2), P2 (1,8 ± 0,2), P3 (1,7 ± 0,1).
Disimpulkan bahwa penambahan whey keju sampai 3%
dengan 1 ml bakteri asam laktat (BAL) Pediococcus
pentosaceus belum dapat meningkatkan persentase karkas
vii
ayam pedaging, deposisi daging dada ayam pedaging dan
persentase lemak abdominal. Penambahan whey keju dengan
Pediococcus pentosaceus dalam pakan tidak berpengaruh
terhadap kualitas karkas namun dapat menjadikan alternatif
untuk produk daging ayam yang sehat.
ix
DAFTAR ISI
RIWAYAT HIDUP ................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................ ii
ABSTRACT ............................................................. iv
RINGKASAN .......................................................... vi
DAFTAR ISI .......................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN … ......................................... xii
DAFTAR SINGKATAN ........................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ................................... 1
1.1. Latar Belakang .................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .............................. 2
1.3. Tujuan Penelitian ............................... 3
1.4. Kegunaan Penelitian .......................... 3
1.5. Kerangka Pikir ................................... 4
1.6. Hipotesis ............................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................... 6
2.1. Ayam Pedaging ................................... 6
2.2. Kebutuhan Ayam Pedaging .............. 8
2.3. Whey Keju ........................................ 10
2.4. Probiotik ............................................. 11
2.5. Bakteri Asam Laktat ......................... 13
2.6. Bobot Potong .................................... 14
2.7. Persentase Karkas ............................. 15
2.8. Deposisi Daging Dada ...................... 17
2.9. Lemak Abdominal ............................ 18
x
BAB III METODE PENELITIAN ..................... 19
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ............ 19
3.2. Materi Penelitian .............................. 19
3.3.1. Ayam Pedaging ...................... 19
3.3.2. Kandang ................................... 19
3.3.3. Pakan ...................................... 20
3.3. Metode Penelitian ............................. 20
3.4. Variabel Penelitian ........................... 21
3.4.1. Persentase Bobot Karkas ....... 21
3.4.2. Deposisi Daging Dada ........... 21
3.4.3. Persentase Lemak Abdominal .. 22
3.5. Analisis Data .................................... 22
3.6. Batasan Istilah .................................. 22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............. 24
4.1. Pengaruh Perlakuan Terhadap Persentase
Bobot Karkas .................................... 24
4.2. Pengaruh Perlakuan Terhadap Persentase
Deposisi Daging Dada ....................... 26
4.2. Pengaruh Perlakuan Terhadap Persentase
Lemak Abdominal ............................. 27
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN .............. 29
5.1. Kesimpulan ....................................... 29
5.2. Saran .................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA ............................................. 30
LAMPIRAN ............................................................ 40
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Data Produksi Ternak Kabupaten/Kota Di
Jawa Timur ........................................................... 6
2. Penampilan Produksi Ayam Pedaging Strain
Lohmann ............................................................. 7
3. Standar Kebutuhan Zat Makanan Pada Ayam
Pedaging ............................................................. 9
4. Rata-rata Persentase Bobot Karkas, Deposisi
Daging Dada Ayam dan Persentase Lemak
Abdominal .......................................................... 25
5. Konsumsi Energi dan Protein Ayam
Pedaging ............................................................... 28
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Suhu Kandang Selama Penelitian ...................... 40
2. Data Bobot Badan Awal Ayam Pedaging ............ 42
3. Persentase Karkas Ayam Pedaging ...................... 49
4. Analisis Ragam Persentase Karkas .................... 50
5. Persentase Deposisi Daging Dada Ayam
Pedaging .............................................................. 52
6. Analisis Ragam Deposisi Dada Ayam
Pedaging .............................................................. 53
7. Persentase Lemak Abdominal ........................... 55
8. Analisis Ragam Persentase Lemak
Abdominal ........................................................... 56
xiii
DAFTAR SINGKATAN
BAL = Bakteri Asam Laktat
BLAST = Basic Local Alignment Search Tool
Ca = Calsium
CFU = Colony Forming Units
CRD = Completely Randomized Design
DOC = Day Old Chick
Dkk = Dan kawan - kawan
EM = Energi metabolis
FCR = Feed Convertion Ratio
H2O2 = Hidrogendioksida
Kkal = Kilo Kalori
LK = Lemal Kasar
PK = Protein Kasar
RAL = Rancangan Acak Lengkap
RPA = Rumah Potong Ayam
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Ayam pedaging memerlukan pakan yang berkualitas
tinggi untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam batasan
waktu yang diharapkan. Bahan pakan yang baik akan
menunjang keberhasilan peternakan tersebut, sehingga
berbagai produsen pakan membuat pembaruan untuk
mendapatkan produksi optimal. Probiotik merupakan pakan
tambahan dalam bentuk mikroba hidup yang menguntungkan,
melalui perbaikan keseimbangan mikroorganisme dalam
saluran pencernaan (Fuller, 1997). Probiotik tergolong dalam
makanan fungsional, bahan makanan ini mengandung
komponen - komponen yang dapat meningkatkan kesehatan
ternak dengan cara memanipulasi komposisi bakteri yang ada
dalam saluran pencernaan ternak.
Penggunaaan bakteri asam laktat (BAL) merupakan salah
satu jenis mikroba yang dapat digunakan dalam pakan maupun
minum sebagai probiotik. Menurut Timmerman, Veldman,
Elsen, Rombouts and Beynen (2006), pada umumnya
penggunaan bakteri asam laktat sebagai probiotik dalam pakan
ternak sudah banyak diteliti, namun di indonesia produksi
bakteri asam laktat pada umumnya digunakan pada industri
peternakan besar sehingga menyebabkan implementasinya
sulit diaplikasikan pada peternakan rakyat karena harganya
yang mahal.
Aditif berbagai biakan mikroba probiotik pada ayam
seperti Lactobacillus acidophilus mempunyai dampak positif
terhadap penampilan ayam seperti pertumbuhan, produksi
telur dan efisiensi penggunaan pakan. Probiotik
2
mempunyai beberapa pengaruh yang positif bagi kesehatan,
diantaranya hipokolesterolemik, yaitu menurunkan konsentrasi
kolesterol serum darah baik pada manusia maupun pada
ternak (Daud, 2006). Gunawan dan Sundari (2003),
menyatakan bahwa probiotik tidak meninggalkan residu
dan tidak mengakibatkan resistensi, sehingga aman bagi
manusia. Bakteri asam laktat yang potensial adalah
Pediococcus pentosaceus. Bakteri ini merupakan salah satu
bakteri yang baik sekali tumbuh di media air dan tepung serta
salah satu genus bakteri asam laktat yang menghasilkan
senyawa peptida (Nettles dan Barefoot, 1993).
Hasil penelitian menyatakan bahwa Probiotik bakteri
asam laktat dadih Sijunjung adalah Pediococcus pentosaceus
dengan tingkat kesamaan dengan Gen Bank data mencapai
99% melalui analisis BLAST. Pemberian probiotik
Pediococcus pentosaceus dan menurunkan kadar kolesterol
secara nyata (P<0,01) pada dosis 2 ml dari 39,50 menjadi
32,19. Mampu meningkatkan tinggi villi ileum secara nyata
(P<0,01) pada dosis 2 ml dari 0,32 menjadi 0,35 (Trisna,
2012).
Dari kajian diatas maka peneliti tertarik untuk mengetahui
efek pemanfaatan whey keju sebagai media bakteri asam laktat
Pediococcus pentosaceus sebagai bahan antibiotik alami,
mengetahui pengaruhnya terhadap kualitas karkas ayam
potong (pedaging), meliputi persentase karkas, persentase
lemak abdominal dan deposisi daging dada.
1.2 Rumusan Masalah
Pediococcus pentosaceus adalah salah satu bakteri asam
laktat (BAL) yang potensial, bakteri ini merupakan salah satu
bakteri yang dapat tumbuh dimedia cair dan tepung dengan
3
baik. Whey keju merupakan hasil samping produksi keju yang
berbentuk cair dan memiliki sifatasam sehingga merupakan
acidifier untuk berkembangnya bakteri asam laktat seperti
Pediococcus pentosaceus. Kandungan laktosa dan nutrisi
essensial whey keju merupakan subtrat yang baik untuk
pertumbuhan mikroorganisme. Penelitian yang dilakukan
saputri (2012), pengunaan Pediococcus pentosaceus pada itik
dapat meningkatkan keseimbangan mikroflora usus dengan
persentase perbandingan bakteri asam laktat 95,9% dan
patogen 4,1%. Menurut Gunawan dan Sundari (2003),
penggunaan probiotik dalam pakan dapat meningkatkan bobot
badan ayam pedaging. Penggunaan probiotik dalam pakan
juga mampu menekan konversi pakan.
Berdasarkan uraian tersebut maka permasalahan yang
dapat diambil dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh
penambahan whey keju dengan bakteri asam laktat
Pediococcus pentosaceus dalam pakan terhadap kualitas
karkas ayam pedaging meliputi persentase karkas, deposisi
daging dada dan persentase lemak abdominal.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
penambahan whey keju dengan bakteri asam laktat
Pediococcus pentosaceus dalam pakan terhadap kualitas
karkas ayam pedaging yang dihasilkan.
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
metode pemakaian probiotik dalam pakan dengan
memanfaatkan whey dengan bakteri asam laktat Pediococcus
pentosaceus.
4
1.5 Kerangka Pikir
Industri pengolahan susu tidak sedikit yang menghasilkan
whey. Whey merupakan hasil samping dari pengolahan
keju yang dihasilkan dari satu tahapan dalam proses
pembuatan keju. Whey kebanyakan perusahaan keju hanya
menjadikannya suatu limbah karena nilai ekonomisnya
sangat rendah. Whey memiliki potensi besar sebagai media
yang mudah dalam perkembangan bakteri asam laktat. Bakteri
asam laktat yang potensial adalah Pediococcus pentosaceus.
Bakteri tersebut merupakan salah satu bakteri yang baik sekali
tumbuh di media air dan tepung serta salah satu genus bakteri
asam laktat yang menghasilkan senyawa peptida (Nettles dan
Barefoot, 1993).
Penggunaan probiotik lokal bakteri asam laktat sebagai
probiotik dalam pakan unggas terbukti dapat memperbaiki
kinerja ayam pedaging dan petelur, meningkatkan daya tahan
tubuh ternak terhadap serangan penyakit (Iriyanti dan
Rimbawanto, 2001). Probiotik sebagai mikroba hidup atau
sporanya yang dapat hidup atau berkembang dalam usus, dan
dapat menguntungkan inangnya baik secara langsung maupun
tidak langsung dari hasil metabolitnya, sehingga mikroba yang
menguntungkan dapat berkembang dengan baik (Kompiang,
2009).
Cole (1991), menyatakan bahwa probiotik merupakan
salah satu alternatif pakan tambahan pada ternak yang sehat
dan aman bagi lingkungan. Mikroba prebiotik mampu
memproduksi substansi berguna, dapat menurunkan populasi
mikroba patogen, meningkatkan kesehatan dan daya
imunitas ternak (Ziemer dan Gibson, 1998). Penggunaan
probiotik yaitu untuk menstabilkan mikroflora pencernaan dan
berkompetisi dengan bakteri patogen, dengan demikian
5
probiotik harus mencapai usus dalam keadaan hidup dalam
jumlah yang cukup. Berbagai jenis mikroorganisme yang
digunakan sebagai probiotik diisolasi dari isi usus, mulut, dan
kotoran ternak atau manusia. Mikroorganisme yang banyak
digunakan sebagai probiotik yaitu strain Lactobacillus,
Bifidobacterium, Bacillus spp., Streptococcus, yeast dan
Saccharomyces cereviceae. Mikroorganisme tersebut harus
non-patogen, gram positif, strain yang spesifik, anti
Escherichia coli, tahan terhadap cairan empedu, hidup,
melekat pada mukosa usus, dan minimal mengandung 3 x 1010
CFU/g (Pal and Chattophadhyay, 2006).
1.6 Hipotesis
Pengaruh penambahan whey keju dengan bakteri asam
laktat Pediococcus pentosaceus dalam pakan terhadap kualitas
karkas ayam pedaging meliputi persentase karkas, deposisi
daging dada, dan menurunkan lemak abdominal.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ayam Pedaging
Ayam pedaging adalah ayam ras yang mampu tumbuh
cepat sehingga dapat menghasilkan daging dalam waktu relatif
singkat 5-6 minggu. Suprijatna, Atmomarsono dan
Kartasudjana (2005), menyatakan bahwa karakteristik ayam
tipe pedaging yaitu bersifat tenang, bentuk tubuh besar,
pertumbuhan cepat, bulu merapat tubuh, kulit putih, dan
produksi telur rendah. Berbagai strain unggul ayam pedaging
banyak tersedia, salah satunya adalah Lohmann. Ciri-ciri dari
strain ini adalah warna bulu putih, kulit kuning, jengger merah
terang serta berkaki pendek dan besar. Pemeliharaan dalam
waktu 35 hari dapat mencapai bobot badan hidup 1,8–1,9
kg/ekor (Anonimous, 2008).
Berdasarkan data, produksi ayam pedaging
Kabupaten/Kota di Jawa Timur tahun 2010–2012 mengalami
peningkatan yaitu 140.109.891 ekor, 159.671.244 ekor dan
tahun 2011–2012 mengalami peningkatan sebanyak
100.578.868 ekor dan 162.844.899 ekor (Anonimous, 2014).
Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Data Produksi Ternak Kabupaten/Kota Di Jawa Timur
No Produksi
Daging (Kg)
Tahun
2010
Tahun
2011
Tahun
2012
1 Ayam Buras 38.373.287 37.509.018 38.502.223
2 Ayam Petelur 17.138.648 7.423.699 11.154.667
3 Ayam Pedaging 159.671.244 100.578.868 162.844.899
4 Itik 1.905.749 2.403.491 2.849.014
5 Entok 369.453 469.649 676.332
Sumber : Dinas Peternakan Jawa Timur (2013)
7
Karkas ayam biasanya dibagi menjadi 4 bagian, yaitu
dada, paha, punggung, dan sayap. Komponen karkas terdiri
dari jaringan kulit, tulang, daging dan lemak (Soeparno, 1992).
Bobot karkas berhubungan erat dengan pertumbuhan dan
bobot badan akhir (Mugiyono, 2001). Kualitas karkas
dipengaruhi oleh faktor sebelum pemotongan antara lain
genetik, spesies, bangsa, jenis ternak, jenis kelamin, umur dan
pakan (Abubakar, 2003).
Masa pemeliharaan ayam pedaging dibagi menjadi dua
yaitu periode starter dengan umur 1-3 minggu dan periode
finisher dengan umur lebih dari 3 minggu. Penanganan yang
baik pada ayam pedaging periode starter akan dapat
memaksimalkan produksinya, sebaliknya bila penanganannya
buruk produksinya tidak dapat optimal (NRC, 1994).
Penampilan produksi ayam pedaging strain Lohmann yang di
produksi oleh PT. Multibreeder Adirama Indonesia Tbk.
Setiap Minggu mengalami peningkatan yang cenderung cepat,
sehingga pada umur 35 hari bobot badan ayam dapat mencapai
1707 g/ekor. Penampilan produksi ayam pedaging dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Penampilan Produksi Ayam Pedaging Strain
Lohmann
Umur
(hari)
PBB
(g/ekor)
Konsumsi
Pakan
(g/ekor/hari)
Konsumsi
Pakan
Kumulatif
(g/ekor)
Bobot
Badan
(g)
Konversi Pakan
0 - - - - -
1 7,0 12 12 49 0,239
7 21,0 24 116 140 0,832
14 47,5 61 415 392 1,061
21 63,0 104 1018 802 1,270
28 64,5 125 1831 1249 1,567
35 65,5 146 2785 1707 1,632
Sumber : Anonimous (2008)
8
2.2 Kebutuhan Pakan Ayam Pedaging
Pakan yang baik dapat memenuhi nutrisi yang sesuai
dengan kebutuhan ayam, seperti karbohidrat, protein, lemak,
vitamin dan mineral. Ayam tipe pedaging pakan yang
diberikan mengandung energi yang tinggi dengan tujuan
meskipun konsumsi pakan berkurang, konsumsi energi masih
dalam batas yang mencukupi bagi pertumbuhan daging ayam.
Achmanu dan Muharlien (2011), menyatakan bahwa
pemberian Energi Metabolis yang tinggi pada ayam pedaging
memberikan angka konversi yang lebih rendah, sehingga lebih
efisien dalam mendapatkan bobot badan.
Zat makanan diperlukan oleh ternak untuk tumbuh dan
berproduksi sehingga harus terdapat dalam pakan. Suprijatna,
Atmomarsono, dan Kartasudjana (2005), menyatakan bahwa
pakan adalah campuran berbagai macam bahan organik dan
anorganik yang diberikan kepada ternak untuk memenuhi
kebutuhan zat-zat makanan yang diperlukan bagi
pertumbuhan, perkembangan, dan reproduksi. Zat-zat
makanan merupakan substansi yang diperoleh dari bahan
pakan yang dapat digunakan ternak bila tersedia dalam bentuk
yang telah siap digunakan oleh sel, jaringan, dan organ.
Pertumbuhan dan produksi maksimal, jumlah dan kandungan
zat makanan yang diperlukan ternak harus mencukupi. Rasyaf
(1995), menyatakan bahwa karbohidrat, lemak, dan protein
merupakan sumber energi pada unggas. Kebutuhan zat
makanan pada ayam pedaging periode starter dan finisher
berbeda, terutama dalam energi metabolis. Periode starter
energi metabolis yang dibutuhkan sebanyak 3100 kkal/kg,
sedangkan periode finisher 3200 kkal/kg. Standar Kebutuhan
Zat Makanan pada Ayam Pedaging dapat dilihat pada Tabel 3.
9
Tabel 3. Standar Kebutuhan Zat Makanan pada Ayam
Pedaging
Zat Makanan (%) Periode
Starter Finisher
EM (Kkal/kg) 3100 3200
PK 22 20
LK 5-8 5-8
SK 3-5 3-5
Ca 0,9-1,0 0,9-1,0
P 0,9-1,0 0,7-1,0
Lisin 1,2 1
Methionin 0,50 0,38
Sumber : Wahju (2004)
Fungsi utama dari karbohidrat dalam tubuh adalah
menyediakan energi untuk proses - proses dalam tubuh hewan
tersebut (Tillman, Hartadi, Reksohadiprodjo, Prawirokusomo
and Lebdosoekojo, 1998). Menurut Wahju (2004), kebutuhan
karbohidrat bagi ayam biasanya dinyatakan dalam bentuk
energi. Lemak merupakan sumber energi tinggi dan ekonomis
dalam pakan unggas, tetapi dalam pakan kandungan lemak
dibatasi penggunaannya karena kandungan lemak yang
berlebihan mengakibatkan ternak diare dan pakan mudah
tengik (rancidity) (Suprijatna, dkk., 2005). FCR didapat dari
pembagian jumlah pakan selama pemeliharaan dengan total
bobot badan ayam. Nilai FCR lebih rendah dari patokan
standar, maka kualitas pakan bagus dan efisien (Zulkarnaen,
2013).
10
2.3 Whey Keju
Whey adalah serum susu yang dihasilkan dari industri
pembuatan keju setelah proses pemisahan kasein dan lemak
selama pengendapan susu. Whey dikenal sebagai hasil
samping industri pangan, khususnya dari pembuatan produk
susu keju. Whey tersebut merupakan polutan terbesar dari hasil
samping produksi keju. Setiap kg keju yang diproduksi akan
menghasilkan 8 sampai 9 l whey cair. Anwar, AlBaarri, dan
Legowo (2012), menyatakan bahwa mekanisme koagulasi
kasein membedakan whey menjadi dua, yaitu whey manis
(rennet whey) dan whey asam (quark whey). Whey manis
diperoleh dari koagulasi protein secara enzimatik dan
umumnya bebas dari kalsium, sedangkan whey asam diperoleh
dari koagulasi kasein dengan asam (proses pengasaman) dan
umumnya mengandung kalsium laktat. Whey manis
mempunyai pH sekitar 5-7, sedangkan whey asam sekitar 4-5,
serta mengandung laktosa (4-7%) dan protein (0,6-1,0%).
Whey kaya akan protein, mineral dan karbohidrat
sehingga whey tidak hanya di pandang sebagai limbah tetapi
sebagi sumber nutrisi yang masih bisa diolah kembali.
Kandungan laktosa di dalam whey yang cukup tinggi
memungkinkan whey masih dapat digunakan sebagai substrat
untuk menghasilkan produk yang melalui proses biokimia
seperti asam laktat disamping itu komposisi whey yang masih
mengandung nutrisi tinggi, sangat mendukung untuk
pertumbuhan bakteri asam laktat yang membutuhkan senyawa
kompleks dalam pertumbuhannya (Maunatin, 2010).
2.4 Probiotik
Pemberian probiotik meningkatkan bobot badan dari
ayam pedaging, juga dikemukakan oleh Arun, Rao, Raju and
11
Sharma (2006), menyatakan bahwa pemberian probiotik
meningkatkan bobot badan, meningkatkan nafsu makan dan
menurunkan kolesterol dan kadar triliserida dari ayam
pedaging. Menurut Langhout (2000), asam organik dapat
menurunkan produksi toksin oleh bakteri dan mengubah
morfologi di dinding usus halus dan mengurangi kolonisasi
bakteri patogen.
Cole (1991), menyatakan bahwa probiotik merupakan
salah satu alternatif pakan tambahan pada ternak yang sehat
dan aman bagi lingkungan. Mikroba prebiotik mampu
memproduksi substansi berguna, dapat menurunkan populasi
mikroba patogen, meningkatkan kesehatan dan daya
imunitas ternak (Ziemer and Gibson, 1998). Satu dari alasan
penggunaan probiotik yaitu untuk menstabilkan mikroflora
pencernaan dan berkompetisi dengan bakteri patogen, dengan
demikian strain probiotik harus mencapai usus dalam keadaan
hidup dalam jumlah yang cukup. Berbagai jenis
mikroorganisme yang digunakan sebagai probiotik diisolasi
dari isi usus, mulut, dan kotoran ternak atau manusia.
Probiotik dapat meningkatkan kesehatan dengan
mekanisme sebagai berikut ini: (1) produksi senyawa
antimikroba seperti asam laktat, asam asetat, karbondioksida,
H2O2, bakteriosin, reuterin, dan senyawa penghambat lainnya
yang dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme patogen,
(2) kompetisi dalam penyerapan nutrient, dan sisi penempelan
pada sel epitel usus, produksi mukus, (3) menstimulasi sistem
imunitas dan mampu mengubah aktivitas metabolisme
mikroba dalam saluran pencernaan (Hoover, 2000). Genus
bakteri yang tergolong kepada BAL adalah Carnobacterium,
Enterococcus, Lactobacillus, Lactococcus, Leuconostoc,
Pediococcus, Streptococcus, Propionibakterium yang
12
mempunyai potensi untuk digunakan sebagai probiotik
(Nettles dan Barefoot, 1993).
Waspodo (2001), menyatakan bahwa probiotik tidak
hanya menjaga keseimbangan ekosistem, namun juga
menyediakan enzim yang mampu mencerna serat kasar,
protein dan lemak. Probiotik mengekskresi glutamate dan
meningkatkan proses absorpsi dalam usus. Karyadi (2003),
menyatakan bahwa prebiotic substansi dari makanan yang
tidak dicerna, dan secara selektif meningkatkan pembiakan
dan aktivitas bakteri yang menguntungkan pada usus.
Penambahan kombinasi probiotik dengan prebiotik dalam
pakan dapat meningkatkan jumlah bakteri probiotik didalam
usus, prebiotik berperan sebagai nutrisi bagi bakteri probiotik
sehingga mampu tumbuh dengan baik dan mempengaruhi
aktivitas enzim dalam usus sehingga meningkatkan proses
absorpsi lemak dalam usus.
2.5 Bakteri Asam Laktat
Bakteri asam laktat adalah kelompok bakteri gram-positif
yang mampu mengubah karbohidrat menjadi asam laktat.
Asam laktat yang menghasilkan BAL dapat memberikan efek
bakterisidal untuk bakteri lain karena dapat menurunkan pH
lingkungan menjadi 3 sampai 4,5 sehingga pertumbuhan
bakteri lain termasuk bakteri pembusuk akan terhambat.
Mikroorganisme ini berperan dalam perubahan tekstur,
aroma, warna, kecernaan dan kualitas nutrisi produk
fermentasi (Kusmiati dan Malik, 2002).
Karakterisasi bakteri asam laktat yang dapat digolongkan
ke dalam bakteri probiotik adalah diketahui sebagai materi
yang tidak berbahaya, dapat hidup selama dilakukan proses
dan penyimpanan, memiliki efek antagonis terhadap bakteri
13
patogen, toleran terhadap asam lambung, getah pankreas dan
cairan empedu serta mampu melindungi epitelium inangnya.
Probiotik memberikan efek fisiologis terhadap kesehatan di
dalam pencegahan dan terapi penyakit seperti antikolesterol,
antihipertensi, intoleran laktosa, anti karsinogenik, gangguan
saluran pencernaan serta alergi. Pemberian perhatian pada
kesehatan inangnya penambahan probiotik harus
memperhatikan konsentrasi antara 107–10
11 CFU/g/hari untuk
manusia dan 107–10
9 CFU/g/hari untuk hewan, sehingga dapat
berperan untuk menurunkan kadar kolesterol (Yunenshi,
2011).
Bakteri asam laktat adalah salah satu jenis mikroba yang
dapat digunakan dalam pakan maupun minum sebagai
probiotik. Bakteri asam laktat yang potensial adalah
Pediococcus pentosaceus, bakteri ini merupakan salah satu
bakteri yang dapat tumbuh dengan baik di media cair dan
tepung (Nettles and Barefoot, 1993). Menurut Saputri (2012),
pemberian probiotik Pediococcus pentosaceus meningkatkan
jumlah koloni bakteri asam laktat dan meningkatkan
keseimbangan mikroflora usus itik. Miklofora pada usus
apabila mengalami peningkatan akan semakin memaksimalkan
penyerapan nutrisi pakan sehingga penggunaan pakan lebih
efisien dan produksi ayam pedaging akan semakin tinggi.
Pediococcus pentosaceus yang diberikan dapat memacu
pertumbuhan mikroba yang menguntungkan dan membunuh
bakteri patogen disamping juga mampu menghasilkan asam
laktat yang dapat menghasilkan pH rendah sehingga
menghasilkan suasana asam pada duodenum dan ileum,
dengan peningkatan pH asam maka Pediococcus pentosaceus
dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen sehingga
14
populasi bakteri asam laktat menjadi meningkat (Trisna,
2012).
2.6 Bobot Karkas
Sebagaimana diketahui bahwa karkas potong erat
kaitannya dengan konsumsi pakan. Tinggi konsumsi pakan
maka zat makanan yang masuk kedalam tubuh juga akan
semakin baik yang pada akhirnya akan meningkatkan bobot
karkas yang dihasilkan. Begitu pula sebaliknya jika pakan
yang dikonsumsi sedikit. Pada masa pertumbuhan protein
dalam jumlah tinggi dengan dengan kualitas dan kuantitas
makanan karena kekurangannya pembentukan daging untuk
mengakibatkan berkurangnya pembentukan daging untuk
mempertahankan kerangka yang normal. Wahju (2004),
menyatakan bahwa kecepatan pertumbuhan seekor ternak
tergantung kepada sifat genetik, pemeliharaan, temperatur
lingkungan, serta jumlah dan kualitas makanan yang
diberikan. Tillman dkk. (1998), menyatakan bahwa
pertumbuhan ternak sangat dipengaruhi oleh pakan yang
dikonsumsinya.
2.7 Persentase Karkas
Karkas ayam biasanya dibagi menjadi 4 bagian, yaitu
dada, paha, punggung, dan sayap. Komponen karkas terdiri
dari jaringan kulit, tulang, daging dan lemak (Soeparno,
1994). Bobot karkas berhubungan erat dengan
pertumbuhan dan bobot badan akhir (Mugiyono, 2001).
Kualitas karkas dipengaruhi oleh faktor sebelum
pemotongan antara lain genetik, spesies, bangsa, jenis ternak,
jenis kelamin, umur dan pakan (Abubakar, 2003). Tujuan
produksi pada peternakan ayam pedaging adalah karkas
(daging), sedangkan lemak yang ada pada karkas merupakan
15
hasil sampingan dan merupakan limbah dari suatu rumah
potong ayam (RPA). Karkas adalah ayam yang sudah dipotong
bersih tanpa kepala, cakar dan jeroan (hati, jantung, ginjal,
rempela, usus). Bobot karkas merupakan gambaran dari
produksi daging dari seekor ternak dan pengukuran bobot
karkas merupakan suatu faktor yang penting dalam
mengevaluasi hasil produksi ternak. Semakin bobotnya
karkas, maka keuntungan peternak akan semakin bertambah.
Brakey, Havestein, Scheideler, Ferke and Rives (1993),
persentase karkas berhubungan dengan jenis kelamin, umur
dan bobot badan. Karkas meningkat seiring dengan
meningkatnya umur dan bobot badan. Hasil yang sama
diperoleh Tillman dkk. (1998), menyatakan bahwa pada
umumnya meningkatnya bobot badan ayam diikuti oleh
menurunnya kandungan lemak abdominal yang menghasilkan
produksi daging yang tinggi. Soeparno (1992), menyatakan
faktor yang mempengaruhi karkas adalah bangsa, jenis
kelamin, umur, bobot tubuh, hormon dan makanan. Umur
berpengaruh terhadap bobot karkas yang disebabkan oleh
adanya perubahan alat - alat tubuh terutama penambahan dari
lemak karkas.
Pemberian Pediococcus pentosaceus pada itik pitalah
dapat menurunkan trigliserida daging itik. Penurunan
Trigliserida pada itik pitalah tidak berarti juga menurunkan
bobot badan pada itik, karena meskipun dengan pemberian
probiotik kadar trigliserida (lemak) diturunkan, probiotik juga
bisa meningkatkan performa dari itik yaitu meningkatkan
bobot badan, karena nafsu makan dan juga sistim imun
meningkat. Ignatova, Sredkova and Marasheva (2009),
menyatakan pemberian probiotik meningkatkan bobot badan
dari ayam pedaging, juga dikemukakan oleh Arun et al (2006),
16
menyatakan bahwa pemberian probiotik meningkatkan bobot
badan, meningkatkan nafsu makan dan menurunkan kolesterol
dan kadar triliserida dari ayam pedaging.
Ayam pedaging juga di pasarkan dalam bentuk potongan-
potongan komersial. Proposal bagian - bagian karkas seperti
paha memiliki persentase 10%, sayap sebanyak 15%, betis
17% dan dada 30% dari bobot karkas. Bobot dada dan
punggungnya dapat di belah dua, sehingga potongan karkas
komersial berjumlah 10 bagian. Bobot karkas berbeda-beda
untuk setiap umurnya seperti pada umur 8 minggu memiliki
bobot karkas sekitar 1,995 g dengan persentase bagian -
bagian karkas yaitu lemak abdominal 4,3%, sayap 9,6%, betis
13,0%, paha 16,6%, dada bertulang 34,2% dan dada tanpa
tulang 22,6% (Adams, 2002).
Persentase karkas tidak banyak berpengaruh terhadap
kualitas karkas namun penting pada penampilan ternak
sebelum dipotong. Pembeli ternak akan memperkirakan nilai
karkas dari penampilan ternak sewaktu ternak tersebut masih
hidup. Persentase pembelian karkas terlalu tinggi misalnya 1%
saja, faktor - faktor yang mempengaruhi persentase karkas
adalah konformasi tubuh dan derajat kegemukan. Ternak yang
gemuk, persentase karkasnya tinggi dan umumnya berbentuk
tebal seperti balok (Kartasudjana, 2001).
2.8 Deposisi Daging Dada
Daging didefinisikan sebagai urat daging (otot) yang
melekat pada kerangka, kecuali urat daging bagian bibir,
hidung, dan telinga yang berasal dari hewan yang sehat
sewaktu dipotong. Istilah daging biasanya dibedakan dari
karkas. Perbedaan pengertian daging dengan karkas terletak
pada kandungan tulangnya. Daging biasanya susah tidak
17
mengandung tulang, sedang karkas adalah daging yang belum
dipisahkan dari tulang atau kerangkanya (Risma, Riyanti dan
Purnama, 2009). Kualitas karkas dan daging dipengaruhi oleh
faktor sebelum pemotongan, antara lain genetik, spesies,
bangsa, tipe ternak, jenis kelamin, umur, pakan serta otot
daging (Rizal, 2006). Deposisi daging dada diperoleh dengan
membandingkan berat daging dada dan berat hidup.
Komposisi daging antara lain tersusun oleh air, karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, dan mineral. Kadar masing-masing
zat makanan dalam daging adalah 75% terdiri dari air, 20%
protein, 5% lemak, karbohidrat dan mineral (Khotimah, 2002).
Faktor pakan perkembangan daging dada juga dipengaruhi
oleh jenis kelamin, umur, faktor genetik, dan strain ayam
(Rizal, 2006).
2.9 Lemak Abdominal
Lemak pada tubuh ternak terbagi atas subkutan (bawah
kulit), bawah perut, dalam otot (intramuskuler). Lemak
abdominal adalah lemak yang berada di bagian bawah perut
(rongga perut). Lemak abdominal ternak jantan lebih banyak
dan semakin bertambah umur semakin tinggi jumlahnya.
Bagian tubuh yang digunakan untuk menyimpan lemak pada
ternak adalah bagian sekitar perut yang disebut lemak
abdomen. Lemak abdomen merupakan salah satu komponen
lemak tubuh yang terletak pada rongga perut. Persentase
lemak abdominal diperoleh dari penimbangan lemak yang
terdapat pada rongga abdomen dengan bobot hidup unggas
dikalikan 100% (Resnawati, 2004).
Resnawati (2004), menyatakan bahwa persentase lemak
abdominal pada ayam pedaging berkisar antara 1,50-2,11%.
Pilliang dan Djojosoebagio (2006), menyatakan bahwa
18
jaringan adiposa merupakan jaringan yang berperan
menyimpan lemak. Penyimpan lemak yaitu rongga perut
(abdomen). Persentase lemak abdomen dipengaruhi oleh umur
pemeliharaan dan tingkat energi pakan. Lemak abdomen akan
meningkat pada ayam yang diberi pakan dengan protein dan
energi rendah. Energi yang berlebihan akan disimpan dalam
bentuk lemak dalam jaringan - jaringan. Bagian tubuh yang
digunakan untuk menyimpan lemak pada ayam adalah bagian
sekitar perut (abdomen). Lemak merupakan salah satu
penyusun jaringan untuk menyimpan energi dalam tubuh,
secara bertahap lemak diambil dari peredaran darah dan
disimpan terutama di bawah kulit dan perut (Syamsuhaidi,
1997).
Mahfudz (1999), menyatakan bahwa jumlah pemberian
pakan yang semakin menurun akan berpengaruh pada kadar
lemak abdominal yang menurun. Syahruddin (2002),
meyatakan bahwa penurunan konsumsi energi akan diikuti
oleh penurunan lemak abdominal yang terbentuk pada daging.
Pemeliharaan secara intensif akan memungkinkan pergerakan
ternak terkontrol, sehingga energi yang dikeluarkan oleh
ternak akan mengalami kelebihan energi dan disimpan dalam
bentuk lemal - lemak abdomen. Fungsi lemak abdomen yaitu
sebagai cadangan energi untuk menjamin homeostatis kalori,
sebagai bantalan terhadap benturan, dan sebagai penahan
dingin waktu suhu lingkungan menurun (Mahfudz, 1999).
19
BAB III
MATERI DAN METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Lapang Universitas
Tribuana. Jl. Telaga Warna blok C. Tlogomas Malang.
Penelitian dilakukan selama 5 minggu dimulai pada tanggal 14
April 2014 hingga 18 Mei 2014.
3.2 Materi Penelitian
3.2.1 Ayam Pedaging
Penelitian ini menggunakan ayam pedaging strain
Lohman dengan jenis kelamin betina untuk menyeragamkan
jenis kelamin dan data yang didapatkan lebih akurat. Ayam
yang digunakan umur 8 hari yang diperoleh dari PT.
Wonokoyo Jaya Corporindo Karangploso. Total ayam
pedaging yang digunakan sebanyak 144 ekor dengan rincian 4
perlakuan 6 ulangan dan setiap ulangan berisi 6 ekor ayam.
Rata - rata bobot badan ayam sebelum perlakuan adalah 114,8
+ 11,4 g dan nilai koefisien keragaman sebesar 10% seperti
dalam Lampiran 2.
3.2.2 Kandang
Kandang yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sistem litter sebanyak 24 unit ukuran 80 x 80 x 80 cm per unit.
Setiap unit kandang berisi 6 ekor ayam pedaging. Kandang
diberi tempat pakan dan tempat minum serta dilengkapi
dengan lampu pijar 25 watt. Suhu di tempat penelitian
diperlihatkan pada Lampiran 1. Rataan suhu pagi hari
mencapai 29°C, siang hari 30°C dan sore hari 29°C. Koefisien
keragaman bobot badan awal 10% dapat dilihat pada
Lampiran 2.
20
3.2.3 Pakan
Pakan perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pakan yang disusun sendiri tanpa mengandung
antibiotik berdasarkan kebutuhan zat makanan untuk ayam
pedaging periode starter dan finisher. Pakan periode strarter
diberikan mulai DOC sampai minggu ketiga sedangkan pakan
periode finisher diberikan mulai minggu keempat sampai akhir
pemotongan yang terdiri dari jagung, bekatul, dan konsentrat.
Pemberian whey dengan Pediococcus pentosaceus diberikan
pada tingkat yang berbeda pada setiap perlakuan. Pemberian
pakan dan minum diberikan secara add-libitum. Whey keju
didapatkan CV Karya Brawijaya “Rumah Yoghurt”.
3.3 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah percobaan
lapang dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dan apabila terdapat perbedaan pengaruh yang nyata
maka akan dilanjutkan dengan uji Duncan. Perlakuan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 4 perlakuan dengan 6
kali ulangan sehingga terdapat 24 unit percobaan. Pakan
perlakuan yang digunakan pada masing-masing perlakuan
disusun dengan pakan yang sama dan berdasarkan kebutuhan
dari ternak. Pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari, yaitu
pada pagi dan siang hari. Perlakuan yang diberikan adalah
sebagai berikut :
Percobaan dilakukan dengan 1 perlakuan kontrol dan
pemberian whey dengan konsentrasi berbeda, pakan perlakuan
yang digunakan adalah :
P0 = Pakan basal
P1 = Pakan basal + 1% whey dengan 1 ml Pediococcus
pentosaceus
21
Deposisi daging dada
Persentase karkas
P2 = Pakan basal + 2% whey dengan 1 ml Pediococcus
pentosaceus
P3 = Pakan basal + 3% whey dengan 1 ml Pediococcus
pentosaceus
Pemberian pakan perlakuan berupa whey dan
Pediococcus pentosaceus dilakukan pada hari ke 8. Whey
dengan Pediococcus pentosaceus diberikan pada ayam dengan
cara dicampur pada pakan dan adlibitum pada pemberian
minum. Pengukuran pertambahan bobot badan dilakukan
setiap minggu dengan menimbang ternak satu per satu
kemudian di rata - rata bobot setiap unitnya. Konsumsi pakan
diperoleh dari pemberian pakan dikurangi dengan pakan sisa
yang diambil setiap pagi hari.
3.4 Variabel Penelitian
3.4.1 Persentase Bobot Karkas
Bobot karkas diperoleh dengan menimbang ayam setelah
dipotong dikurangi bulu, kaki, kepala, leher dan organ dalam.
Persentase karkas dihitung dengan rumus sebagai berikut :
3.4.2. Deposisi daging dada
Deposisi daging dada yaitu bobot daging dada dibagi
bobot hidup dikali 100%. Deposisi daging dada dapat dihitung
dengan rumus :
22
Persentase lemak abdominal
Deposisi daging dada diperoleh dengan menimbang bobot
daging dada diambil 6 ekor ayam setiap perlakuan.
3.4.3. Persentase lemak abdominal
Persentase lemak abdominal didapat dari lemak yang
terdapat pada lapisan yang menempel antara otot abdominal
dan usus. Persentase lemak abdominal dapat dihitung dengan
rumus :
3.5 Analisis data
Data yang diperoleh selama penelitian meliputi
persentase karkas, deposisi daging dada, dan menurunkan
lemak abdominal dianalisa menggunakan percobaan lapang
dengan Rancangan acak lengkap. Uji lanjut yang digunakan
memakai uji Duncan’s. Model statistik Rancangan acak
lengkap adalah :
Yij = µ + γi + Σij
Keterangan :
Yij : Nilai pengamatan pada perlakuan ke-i ulangan ke-j
µ : Nilai tengah umum
γi : pengaruh perlakuan ke-i
Σij : kesalahan (galat) percobaan pada perlakuan
i : 1, 2, 3,....
j : 1, 2, 3,....
3.6 Batasan Istilah
1. Whey keju adalah hasil samping dari industri pembuatan
keju, merupakan cairan bening berwarna kuning yang
diperoleh dari penyaringan dan pengepresan dalam proses
pembuatan keju.
23
2. Bakteri asam laktat adalah kelompok bakteri gram positif
yang mampu mengubah karbohidrat menjadi asam laktat.
3. Probiotik adalah mikroorganisme hidup yang diberikan
kepada ternak yang mempunyai efek positif bagi ternak
yang mengkonsumsi.
24
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data hasil penelitian penambahan 1-3% whey keju
dengan 1 ml Pediococcus pentosaceus terhadap kualitas
karkas ayam pedaging persentase karkas, deposisi daging dada
dan persentase lemak abdominal dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Rata-rata persentase karkas, Deposisi daging dada
dan Persentase lemak abdominal
Variabel
penelitian
Perlakuan Persentase
karkas (%)
Deposisi daging
dada (%)
Persentase
lemak
abdominal
(%)
P0 66,7 ± 0,8 19,1 ± 0,6 1,6 ± 0,1
P1 67,7 ± 1,0 19,4 ± 0,6 1,6 ± 0,2
P2 67,9 ± 0,9 19,7 ± 0,3 1,8 ± 0,2
P3 68,8 ± 0,7 21,1 ± 1,0 1,7 ± 0,1
4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Persentase Bobot
Karkas
Penambahan whey keju dengan 1 ml Pediococcus
pentosaceus memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata
(P>0,05) terhadap kualitas karkas. Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian Tarigan, Sjofjan, dan Djunaidi (2013),
menyatakan bahwa penggunaan probiotik dalam pakan tidak
berbeda nyata terhadap persentase karkas sedangkan berat
karkas dipengaruhi bobot hidup. Hal ini juga didukung oleh
Safingi et al. (2013), dengan menggunakan berbagai macam
probiotik yaitu bakteri asam laktat, Lactobacillus sp.,
25
Bacillus sp. menunjukkan hasil yang sama dengan perlakuan
kontrol. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian
Gunawan dan Sundari (2003), menyatakan bahwa
penggunakan probiotik Starbio sebanyak 0,25% dalam pakan
dapat meningkatkan bobot badan ayam pedaging hingga umur
6 minggu dan memperbaiki pemanfaatan serat kasar dalam
pakan sampai dengan 6%. Hasil penelitian Siregar, Sabrani
dan Soeprawiro (1982), menyatakan bahwa persentase karkas
ayam pedaging bervariasi antara 65-75% dari bobot badan.
Protein dalam pakan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi bobot karkas ayam.
Protein adalah zat makanan yang diperlukan untuk
pertumbuhan serta pembentukan dan perbaikan jaringan
(Tillman et al., 1998). Hal ini sesuai dengan pendapat
Resnawati (2004), menyatakan paha merupakan bagian karkas
yang banyak mengandung daging sehingga perkembangannya
banyak dipengaruhi oleh kandungan protein pakan. Hal ini
dapat dipahami, karena persentase bobot karkas merupakan
perbandingan bobot karkas dengan bobot hidup, sehingga
bobot hidup yang besar akan diikuti pula oleh bobot karkas
yang besar pula, dan sebaliknya. Bobot hidup yang tidak
berbeda umumnya persentase karkas tidak berbeda. Wahju
(2004) menyatakan bahwa tingginya bobot karkas ditunjang
oleh bobot hidup akhir sebagai akibat pertambahan bobot
hidup ternak. Shanin dan Abd El Azeem (2005), menyatakan
bahwa karkas ayam yang diberi pakan dengan kandunga tinggi
serat, baik dengan kandungan protein tinggi ataupun rendah
memiliki proporsi bobot karkas dengan tulang yang lebih
tinggi daripada ayam yang diberi pakan dengan kandungan
26
rendah serat, baik dengan kandungan protein tinggi ataupun
rendah.
4.2 Pengaruh Perlakuan Terhadap Deposisi Daging Dada
Ayam
Penambahan whey keju dengan 1 ml Pediococcus
pentosaceus pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0,05)
terhadap deposisi daging dada. Hasil tersebut sama dengan
penelitian Agustina, Purwanti dan Zainuddin (2007),
menyatakan bahwa penggunaan probiotik Lactobacillus sp.
sebanyak 2,5 ml/l dan 5,0 ml/l air minum sebagai tambahan
pakan pada ayam pedaging tidak memberikan pengaruh
terhadap pertambahan bobot badan ayam pedaging.
Pertambahan bobot yang diperoleh adalah 552,2 g/minggu dan
521,3 g/minggu, sedangkan pada P0 adalah 545,1 g/minggu.
Hasil penelitian ini juga tidak berbeda dengan hasil penelitian.
Wibowo, Achmanu dan Muharlien (2013), penggunaan
probiotik yang menghasilkan rata – rata persentase daging
dada adalah 19,6% dari bobot karkas.
Hasil tersebut lebih rendah dibandingkan dengan
pendapat Lippens, Room, De Groote and Decuypere (2000)
yang menyatakan berat daging dada merupakan 26,5% dari
bobot karkas. Selle, Huang and Muir (2003), menyatakan
bahwa berat daging dada 24% dari berat karkas. Menurut
Hayse dan Morion (1973), menyatakan bahwa persentase
deposisi daging dada sejalan dengan bertambahnya berat
karkas dan berat hidup. Besarnya daging dada ayam pedaging,
karena sebagai besar otot yang merupakan komponen karkas
terdapat di sekitar dada (Jull, 1979).
27
4.3 Pengaruh Perlakuan Terhadap Persentase Lemak
Abdominal
Hasil penelitian menyatakan bahwa penambahan whey
keju sampai dengan 3% ditambah 1ml Pediococcus
pentasaceus tidak dapat menurunkan persentase lemak
abdominal. Menurut Anggorodi (1985), menyatakan bahwa
penimbunan lemak dapat terjadi karena kelebihan energi
setelah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok dan
untuk produksi dan penimbunan lemak ini dipengaruhi oleh
bangsa, galur, sistem kandang, umur, dan jenis kelamin.
Tarigan, Sjofan Dan Djunaidi (2013), menyatakan bahwa
penimbunan lemak dipengaruhi oleh faktor genetik, jenis
kelamin, pertumbuhan, ransum, umur pemotongan dan strain.
Summers and Leeson (1984), menyatakan bahwa dalam
keadaan normal bobot lemak abdominal berkisar antara 1,6–
3,5% dari bobot hidup. Hasil penghitungan konsumsi energi
dan protein diperlihatkan pada Tabel 5.
Tabel 5. Konsumsi Energi dan Protein Ayam Pedaging
Perlakuan Konsumsi Energi
(Kkal/hari)
Konsumsi
Protein (%/hari)
P0 274.9 16.7
P1 278.4 17.0
P2 285.0 17.4
P3 281.0 17.1
Tabel 5 menunjukkan rata – rata konsumsi energi 274.9-
285.0 Kkal/hari. Hasil penghitungan lemak abdominal yang
didapatkan 1,6-1,8% dari bobot hidup. Menurut Resnawati
(2004), menyatakan bahwa persentase lemak abdominal ayam
pedaging umur lima minggu yaitu 1,50-2,11%. Farran, Khalil,
28
Uwayjan and Ashkarian (2000), menyatakan bahwa ayam
pedaging strain Lohmann yang dipelihara selama 49 hari
memiliki persentase lemak abdominal sekitar 1,30-1,32%,
lebih rendah dari yang dilaporkan pada penelitian ini.
29
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Disimpulkan bahwa penambahan whey keju sampai 3%
dengan 1 ml bakteri asam laktat Pediococcus pentosaceus
belum dapat meningkatkan persentase karkas, deposisi daging
dada dan persentase lemak abdominal.
5.2 Saran
Penambahan whey keju dengan Pediococcus pentosaceus
dalam pakan tidak berpengaruh terhadap kualitas karkas
namun dapat disarankan menjadikan alternatif untuk produk
daging ayam yang sehat.
30
DAFTAR PUSTAKA
Abubakar. 2003. Mutu Karkas Ayam Hasil Potongan
Tradisional Dan Penerapan Sistem Hazard
Analisis Cortical Control Poin. Jurnal Litbang
Pertanian 22 (1): 23-31.
Achmanu dan Muharlien. 2011. Ilmu Ternak Unggas. UB
Press. Malang.
Adams, C. A. 2000. The Role of Nutricines in Health and
Total Nutrition. Proc. The Journal of Animal
Sciences. 12:17-24.
Agustina, L., S. Purwanti dan D. Zainuddin. 2007.
Penggunaan Probiotik (Lactobacillus sp.) Sebagai
Imbuhan Pakan Broiler. Fakultas Peternakan
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Anggorodi, R. 1985. Ilmu Makanan Ternak Unggas. Jakarta.
Universitas Indonesia.
Anonimous. 2013. Data Produksi Ternak Kabupaten/Kota Di
Jawa Timur http://disnak.jatimprov.go.id/ web/
layananpublik/datastatistik/statistikproduksi.
Diakses 3 Mei 2014.
Anonimous. 2008. Lohmann Meat pedaging Stock
Performance Objectives. http://www.aviagen.com.
Diakses tanggal 20 Maret 2014.
Anwar, M. S., A. N. Albaarri dan A. M. Legowo. 2012.
Volume Gas, pH dan Kadar Alkohol Pada Proses
Produksi Bioetanol Dari Acid Whey Yang
Difermentasi Oleh Saccharomyces cerevisiae.
http://journal.ift.or.id/files/M.%20S.%20Anwar%2
014 13 3136.pdf. Diakses 2 Mei 2014.
31
Arun, K., S. V. R. Rao., M. V. L. N. Raju And S. R. Sharma.
2006. Dietary Suplementation of Lactobacillus
Sporogenes on Performance an Serum
Biochemico-Lipid Profile of broiler Chicken. The
Journal of Poultry Science. 43 = 235-240.
Brakey, J., G. B. Havestein., S. E. Scheideler., P. R. Ferket
and D. C. Rives. 1993. Relationship Of Sex,
Age And Body Weight To Broiler Carcass
Yield And Offal Production. The Journal of
Animal Sciences. 72:1137-1145.
Cole, D. J. A. 1991. The role of The Nutritionist In
Designing Feed For The Future In Feed
Industry. T.P. Lyons (Ed). Proceeding Altech’s.
Seventh Annual Symposium. Altech Technical
Publication. Nicholasville Kentucky :1–2.
Daud, M. 2006. Persentase dan Kualitas Karkas Ayam
Pedaging yang Diberi Probiotik dan Prebiotik
dalam Pakan. Program Studi Ilmu Ternak Sekolah
Pascasarjana IPB. Bogor.
Donald, S. R., C. C. Raver., T. Hayes and B. Richardson.
2002.Preliminary Construct and Concurrent
Validity of the Preschool Self-regulation
Assessment (PSRA) for Feld-Based Research.
University of Chicago, IL, United states.
Farran, M.T., R. F. Khalil., M. G. Uwayjan and V. M.
Ashkarian. 2000. Performance and Carcass Quality
of Commercial Broiler Strains. Journal Applied.
Poultry Research. 9 : 252–257.
Fuller, R. 1997. Probiotic 2. Aplication and Practical Aspects.
1st. Ed. Chapman and Hall, London.
32
Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi. Edisi Keempat
Gajah Mada Press. Yogyakarta.
Gunawan dan Sundari. 2003. Pengaruh Penggunaan Probiotik
Dalam Ransum Terhadap Produktivitas Ayam.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hayse, P. L and W. Morion. 1973. Eviscerated Yield,
Component Parts, And Meat, Skin and Bone
Ration In The Chicken Broiler. The Journal of
Poultry Science. 52:718-722.
Hoover, D. G. 2000. Microorganism and Their Products in the
Preservation of Foods. In : B.M. Lund, T.C.Baird-
Parker, G.W. Gould (Eds). The Microbiological
Safety and Quality of Food. Aspen Publisher, Mary
land.
Ignatova, M., V. Sredkova and V. Marasheva. 2009. Effect of
Dietary Inclusion of Probiotic on Chickens
Performance and Some Blood Indices.
Biotechnology In Animal Husbandry, 25 (5-6):
1079-1085.
Iriyanti, N., L. Istinganah dan S. Mugiyono. 2013.
Penggunaan Berbagai Jenis Probiotik Dalam
Ransum Terhadap Produksi dan Bobot Telur Ayam
Arab. Fakultas Peternakan. Universitas Jenderal
Soedirman. Purwokerto. Jurnal Ilmiah Peternakan
1 (1): 338–346.
Jull, M. A. 1979. Poultry Husbandry Third Edition. Mc Graw
Hill. Publishing co. Ltd. New Delhi.
Kartasudjana, R. 2001. Teknik Inseminasi Buatan Pada
Ternak. http://www. depdiknas.com. Diakses
tanggal 10 September 2011.
33
Karyadi, E. 2003. Prebiotik memiliki manfaat sangat besar.
http//www.kompas.com/kesehatan/news/0308/26/0
84340 .htm [20 Maret 2014].
Khotimah, K. 2002. Pengaruh Ekstrak Jeruk Nipis Dan
Metode Pengolahan Pada Kualitas Daging
Pedaging. http://digilip.si.itb,ac.id/print.php.id=
jiptumm-gdl-Res2002-ir5311-jeruk.
Kompiang, I. P. 2009. Pemanfaatan Mikroorganisme sebagai
Probiotik untuk Meningkatkan Produksi Ternak
Unggas di Indonesia. Jurnal Pengembangan Inovasi
Pertanian 2 (3) : 177-191.
Kusmiati dan A. Malik. 2002. Aktivitas Bakteriosin dari
Bakteri Leuconostoc mesenteroides pada Berbagai
Media. Makara, Kesehatan. 6 (1): 38-45.
Langhout, P. 2000. New Additives for broiler chicken. Feed
Mix. The International Journal on feed Nutrition
and Technology 9 (6):24-27.
Leeson, S and J. D. Summers. 1980. Production and
Carccas Characteristic of The Pedaging Chicken.
The Journal of Animal Sciences. 59 : 786-798.
Lippens, M., G. Room., G. De Groote and E. Decuypere.
2000. Early and Temporary Quantitative Food
Restriction of Broiler Chickens. 1. Effects on
Performance Characteristics. Mortality and Meat
Quality. The Journal of Animal Sciences. 41:343-
354.
34
Lohakare, J. D,. B. J. Chae and T. W. Hahn. 2004. Effects of
Feeding Methods (Feed vs. Water) of Vitamin E on
Growth Performance and Meat Quality of Broilers.
Asian-Australasian. The Journal of Animal
Sciences. 17 (8): 1112-1117.
Mahhfudz, L. D. 1999. Intensifikasi Penanaman Padi Dengan
Pemeliharaan Itik Di Sawah. Fakultas Diponegoro
Semarang.
Maunatin, A. 2010. Fermentasi whey keju oleh Lactobacillus
sp. untuk produksi isomer asam laktat. Universitas
Islam Negeri Maliki Malang. Malang.
Mugiyono, S. 2001. Pengaruh campuran pakan komersil
dan dedak padi yang ditambah CaCO3 dan
premix terhadap pertumbuhan ayam kampung
periode starter. Jurnal Agrisistem. 2 (1): 17–25
Nettles, C. G and S. F. Barefoot. 1993. Biochemical and
Genetic Characteristics of Bacteriocin of Food-
Associated Lactic Acid Bakteria. Journal of Food
Protection. 56: 338-356
NRC. 1994. Nutrient Requirement of Poultry. National
Academy Press. Washington D.C.
Pal, A and P. Chattophadhyay. 2006. Purification and
Immobilization of an Aspergillus terreus xylanase:
Use of Continuous Fluidized Column Reactor.
Indian. Journal Biotechnology. 5: 163–168.
Prabowo. 2007. Budidaya Ayam Pedaging/Potong dengan
Teknologi NASA. http://www.poultryindonesia.
com/modules.php?name=Forums&file=viewtopic
&t=208.Diakses 20 Maret 2014.
35
Pilliang, W. G dan S. Djojosoebagio. 1990. Fisiologi Nutrisi
Volume 1. Ilmu Hayati Press IPB Bogor.
Purborani, P. 2009. Pengaruh Penggunaan Afkiran Marning
dalam Pakan Terhadap Penampilan Produksi Ayam
Pedaging. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas
Brawijaya. Malang.
Putnam, P. A. 1991. Handbook of Animal Science. London:
CAB International.
Rasyaf, M. 1995. Pengelolaan Usaha peternakan Ayam
Pedaging. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Resnawati, H. 2004. Bobot Potongan Karkas Dan Lemak
Abdomen Ayam Ras Pedaging Yang Diberi Pakan
Mengandung Tepung Cacing Tanah (Lumbricus
rubellus).http://peternakan.litbang.deptan.go.id/full
teks/ semnas/pro04-75.pdf. Diakses 2 Mei 2014.
Risma, R., Riyanti dan E. S. Purnama. 2009. Uji Kualitas
Fisik dan Kebusukan Karkas Pedaging di Pasar-
pasar Tradisional Kota Bandar Lampung dan
Metro. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung. Lampung.
Rizal, Y. 2006. Ilmu Nutrisi Unggas. Andalas University
Press. Padang.
Rose, S. P. 1997. Principles of Poultry Science. CAB Int,.
Wall-ingford, UK.
Safingi, A., M. Mufti, dan N. Iriyanti. 2013. Penggunaan
Berbagai Jenis Probiotik Dalam Ransu Ayam Arab
Terhadap Konsumsi Pakan Dan Income Over Feed
Cost. Fakultas Peternakan Universitas Jenderal
Soedirman, Purwokerto.
36
Salminen, S., E. Isolauri and E. Salminen. 1996. Clinical Uses
of Probiotics for Stabilizing the Gut Mucosal
Barrier: Successful strains and Future Challenges.
Antonie van Leeuwenhoek 70: 347–358.
Saputri, F. 2012. Pengaruh Pemberian Probiotik Bakteri Asam
Laktat (BAL) Pediococcus pentosaceus terhadap
Keseimbangan Mikroflora Usus dan Trigliserida
Daging Itik Pitalah. Universitas Andalas. Padang.
Tesis.
Sari, M. L., F. N. L. Lubis dan L. D. Jaya. 2014.Pengaruh
Pemberian Asap Cair Melalui Air Minum Terhadap
Kualitas Karkas Ayam Pedaging. Jurnal Agripet.
14No.1:71-75. http://jurnal.unsyiah.ac.id/agripet/
article/ viewFile/1208/1106. Diakses 2 Mei 2014.
Selle, P. H., K. H. Huang and W. I. Muir. 2003. Effects o f
Nutrient Specifications and Xylanase Plus Phytase
Supplementation of Wheat-based Diets on Growth
Performance and Cayircass Traits of Broiler 10: 7-
8.
Siregar, A. P., M. Sabrani dan Soeprawiro. 1982. Teknik
Beternak Ayam Pedaging di Indonesia. Cetakan
Kedua. Margie Group, Jakarta.
Shanin, K. A and F. Abd El Azeem. 2006. Effects of Breed,
Sex and Diet and Their Interactions on Fat
deposition and Partitioning among Depots of
Broiler Chickens. Arch. Tierz. Dummerstorf 49
(2) : 181–193.
Steel, R. G. D dan J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur
Statistika Suatu Pendekatan Biometrik. Cetakan
ke-2. Diterjemahkan oleh Bambang Sumantri.
Jakarta. PT. Gramedia.
37
Summers, J. D and S. Leeson. 1984. Nutrition Repmts
International 40: 29.
Sundari, S. 1986. Toleransi Ayam Pedaging Terhadap
Kandungan Serat Kasar, Serat Detrgen Asam,
Lignin Dan Silika Dalam Pakan Yang
Mengandung Tepung Daun Alang - Alang.
Disertasi. Fakultas Pasca Sarjanan IPB. Bogor.
Soeparno. 1992. Tekhnologi Pengawasan Daging. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
________. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta. Halaman. 5-6;11-
12.
________. 1994. Komposisi Tubuh dan Evaluasi Daging Dada
sebagai Pedoman Penilaian Kualitas Produk
Ayam Kampung Jantan. Buletin Peternakan.16.
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
________. 2005. Ilmu Dan Teknologi Daging. UGM press.
Yogyakarta.
Suprijatna, E., U. Atmomarsono dan R. Kartasudjana. 2005.
Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Syahruddin, E. 2002. Penggunaan eceng gondok fermentasi
dalam ransum terhadap kandungan kolesterol dan
sistem pencernaan ayam broiler. Jurnal Peternakan
dan Lingkungan. Vol. 08. No. 02 Juni. 44-47.
Syamsuhaidi. 1997. Penggunaan Duckweed (family
Lemnaccae) sebagai Pakan Serat Sumber Protein
dalam Ransum Ayam Pedaging. Disertasi Program
Pascasarjana IPB, Bogor.
38
Tarigan, R., O. Sjofan dan I. Djunaidi. 2013. Pengaruh
Penambahan Probiotik Selulolitik (Cellulomonas
sp) dalam pakan Terhadap Kualitas Karkas, Lemak
Abdominal dan Berat Organ dalam Ayam
Pedaging. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak.
Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya.
Malang.
Tillman, A. D., H. Hartadi., S. Reksohadiprodjo., S.
Prawirokusomo dan S. Lebdosoekojo. 1998. Ilmu
Makanan Ternak Dasar. Cetakan ke-5.
Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.
Timmerman, H. M., A. Veldman., E. V. Elsen., F. M.
Rombouts and A. C. Beynen. 2006. Mortality and
Growth Performance of broilers Given Drinking
Water Supplemented with Chicken-specific
Probiotics. The Journal of Animal Sciences.
85:1383–1388.
Trisna, W. N. 2012. Identifikasi Molekuler Dan Pengaruh
Pemberian Probiotik Bakteri Asam Laktat (BAL)
Asal Dadih Dari Kabupaten Sijunjung Terhadap
Kadar Kolestrol Daging Pada Itik Pitalah Sumber
Daya Genetik Sumatera Barat. http://pasca.unand.
ac.id. Diakses 3 Mei 2014.
Wahju, J. 1985. Cara Pemberian dan Cara Penyusunan
Ransum Unggas. Fakultas Peternakan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Waspodo, I. S. 2001. Efek Probiotik, Prebiotik dan
Synbiotik bagi Kesehatan. http//www.kompas.
com/kompas-cetak/0109/30/iptek/efek22.htm [30
September 2003].
39
Wibowo, A., Achmanu dan Muharlien. 2013. Penggunaan
Tepung Kemangi dalam Pakan terhadap Persentase
Karkas, Persentase bagian Karkas, Disposisi
Daging Dada, Efisiensi Pakan dan Lemak
Abdominal pada Ayam Pedaging. Jurusan Nutrisi
dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan.
Universitas Brawijaya. Malang.
Winarsih, W. 2005. Pengaruh Probiotik dalam
Pengendalian Salmonellosis Subklinis pada
Ayam : Gambaran Patologis dan Performan.
Disertasi S3 Pascasarjana IPB. Bogor.
Yunenshi, F. 2011. Pengaruh Pemberian Probiotik
Pediococcus pentosaceus Asal Fermentasi Kakao
Hibrid Terhadap Penurunan Kolestol Telur Itik.
Universitas Andalas. Padang. Tesis.
Ziemer, C. J and G. R. Gibson. 1998. Aoverview of
Proboitic, Prebiotic and Symbiotic in the
Functional Food Concept. Prospectives and
Future Strategies. International dairy Journal
8:473-479.
Zulkarnaen, D. 2013. Lebih Sukses dan Untung Beternak
Ayam Pedaging. Dafa Publishing. Surabaya.
40
Lampiran 1. Suhu kandang selama penelitian
Tanggal Umur ayam
(hari)
Suhu (oC)
Pagi Siang Sore
26 April 2014 1 30 32 29
27 April 2014 2 31 33 29
28 April 2014 3 29 31 30
29 April 2014 4 30 32 29
30 April 2014 5 30 31 29
01 Mei 2014 6 31 31 29
02 Mei 2014 7 30 31 30
03 Mei 2014 8 31 32 30
04 Mei 2014 9 30 31 29
05 Mei 2014 10 29 31 30
06 Mei 2014 11 31 32 30
07 Mei 2014 12 30 31 31
08 Mei 2014 13 31 30 30
09 Mei 2014 14 29 31 30
10 Mei 2014 15 28 31 30
11 Mei 2014 16 29 31 30
12 Mei 2014 17 28 30 31
13 Mei 2014 18 29 31 29
14 Mei 2014 19 30 31 30
15 Mei 2014 20 28 31 30
16 Mei 2014 21 30 31 30
17 Mei 2014 22 28 29 29
18 Mei 2014 23 27 29 29
19 Mei 2014 24 28 29 29
20 Mei 2014 25 28 30 28
21 Mei 2014 26 28 29 29
41
22 Mei 2014 27 27 30 29
23 Mei 2014 28 28 29 28
24 Mei 2014 29 28 30 28
25 Mei 2014 30 28 29 27
26 Mei 2014 31 26 29 27
27 Mei 2014 32 27 29 28
28 Mei 2014 33 28 30 29
29 Mei 2014 34 27 29 28
30 Mei 2014 35 28 29 29
Jumlah 1010 1065 1022
Rata-rata 28,9 30,4 29,2
SD 2,9 1,4 2,2
42
Lampiran 2. Bobot Badan Awal Ayam Pedaging (g)
Perlakuan Ulangan Bobot Badan Rata-Rata
P0 U1 104 116.2
97
114
128
122
132
U2 113 113.7
119
124
122
100
104
U3 135 125.5
124
126
137
99
132
U4 107 116.8
135
112
116
101
130
U5 138 117.0
133
139
43
Lanjutan Lampiran 2
98
99
95
U6 126 117.8
102
134
118
125
102
P1 U1 115 115.8
133
115
116
118
98
U2 100 111.8
109
108
106
118
130
U3 108 118.3
117
120
135
112
118
U4 118 110.5
44
Lanjutan Lampiran 2
121
100
99
110
115
U5 110 109.7
102
106
116
104
120
U6 110 109.5
115
108
110
105
109
P2 U1 112 109.3
100
114
99
115
116
U2 123 121.7
120
113
119
125
130
U3 123 114.7
45
Lanjutan Lampiran 2
117
105
112
108
123
U4 114 116.7
123
117
126
105
115
U5 119 116.0
104
119
123
125
106
U6 105 110.3
121
102
102
105
127
P3 U1 147 126.7
144
140
98
95
136
46
Lanjutan Lampiran 2
U2 104 109.2
103
103
120
120
105
U3 123 115.7
113
120
109
110
119
U4 101 109.0
103
112
102
113
123
U5 117 111.2
102
123
103
108
114
U6 112 112.8
128
111
99
47
Lanjutan Lampiran 2
112
115
Total 16535
Rata-rata 114.8
Standar deviasi "SD" 11.4
Koefisien keragaman "KK" (%) 10.0
Perhitungan
SD =
1
2
n
xxi
= 1-144
2114.8)115(.....
2114.8)97(
2)4.11104(
= 143
8.18672
= 11.4
KK = x
SD x 100
= 8.114
4.11x 100
= 10%
48
Lanjutan Lampiran 2
Kesimpulan : Dari perhitungan koefisien keragaman, materi
penelitian dianggap seragam karena angka
koefisien keragaman %10 .
49
Lampiran 3. Persentase Karkas Ayam Pedaging
Perlakuan Ulangan Bobot potong
(g)
Bobot karkas
(g)
Persentase
karkas (%)
P0
1 1485 973 65.5
2 1285 877 68.2
3 1524 1030 67.6
4 1485 994 66.9
5 1362 868 63.7
6 1317 894 67.9
P1
1 1424 1004 70.5
2 1402 901 64.3
3 1352 925 68.4
4 1260 870 69.0
5 1052 706 67.1
6 1307 877 67.1
P2
1 1173 814 69.4
2 1402 907 64.7
3 1315 912 69.4
4 1401 930 66.4
5 1285 895 69.6
6 1394 951 68.2
P3
1 1470 995 67.7
2 1262 840 66.6
3 1199 841 70.1
4 1285 889 69.2
5 1503 1029 68.5
6 1358 958 70.5
50
Lampiran 4. Analisis Ragam Persentase Karkas (g)
Perlakuan Ulangan
Total Rata-
rata SD
1 2 3 4 5 6
P0 65.5 68.2 67.6 66.9 63.7 67.9 399.9 66.7 0.8
P1 70.5 64.3 68.4 69.0 67.1 67.1 406.4 677 1.0
P2 69.4 64.7 69.4 66.4 69.6 68.2 407.7 67.9 0.9
P3 67.7 66.6 70.1 69.2 68.5 70.5 412.6 68.8 0.7
Total 273.1 263.8 275.5 271.
5
269.
0
273.
7
1626.
6 271.1 3.3
Faktor koreksi (FK) = txr
Yijt
i
r
j
2
1 1
= 2
64
6.1626
x
= 110246.1
Jumlah kuadrat (JK) total =
t
i
r
jFKYij
1 1
2
= (65.52+68.2
2+…..+70.5
2) - 110246.1
= 82.6
51
Lanjutan Lampiran 4
Jumlah kuadrat (JK) perlakuan = FKr
t
i
r
jYij
2
1 1
=
1102466
26.412
27.407
24.406
29.399
= 13.6
Jumlah kuadrat (JK) galat = JK total – JK perlakuan
= 82.6-13.6
= 69.0
Tabel Analisis Ragam Persentase Karkas
Sb Db Jk Kt F hitung F tabel
0.05 0.01
Perlakuan 3 13.6 4.5 1.3 3.1 4.9
Galat 20 69.0 3.4
Total 23 82.6
F hitung<F tabel
Berdasarkan tabel analisis F hitung <F tabel,
menunjukkan bahwa diantara perlakuan tidak meningkatkan
persentase karkas ayam pedaging.
52
Lampiran 5. Deposisi Daging Dada Ayam Pedaging
Perlakuan Ulangan Bobot
potong (g)
Bobot
daging
dada (g)
Deposisi
daging
dada (%)
P0
1 1485 256 17.2
2 1285 261 20.3
3 1524 295 19.4
4 1485 275 18.5
5 1362 251 18.4
6 1317 275 20.9
P1
1 1424 292 20.5
2 1402 257 18.3
3 1352 278 20.6
4 1260 248 19.7
5 1052 178 16.9
6 1307 263 20.1
P2
1 1173 226 19.3
2 1402 285 20.3
3 1315 264 20.1
4 1401 274 19.6
5 1285 260 20.2
6 1394 259 18.6
P3
1 1470 326 22.2
2 1262 254 20.1
3 1199 240 20.0
4 1285 267 20.8
5 1503 282 18.8
6 1358 338 24.9
53
Lampiran 6. Analisis Ragam Deposisi Daging Dada Ayam
Pedaging (g)
Perlakuan Ulangan
Total Rata-
rata SD
1 2 3 4 5 6
P0 17.2 20.3 19.4 18.5 18.4 20.9 114.7 19.1 0.6
P1 20.5 18.3 20.6 19.7 16.9 20.1 116.1 19.4 0.6
P2 19.3 20.3 20.1 19.6 20.2 18.6 118.0 19.7 0.3
P3 22.2 20.1 20.0 20.8 18.8 24.9 126.8 21.1 1.0
Total 79.2 79.1 80.0 78.5 74.3 84.5 475.7 79.3 2.5
Faktor koreksi (FK) = txr
Yijt
i
r
j
2
1 1
= 2
64
7.475
x
= 9426.8
Jumlah kuadrat (JK) total =
t
i
r
j
FKYij1 1
2
= (17.22+20.3
2+…..+24.9
2)- 9426.8
= 59.5
54
Lanjutan Lampiran 6
Jumlah kuadrat (JK) perlakuan = FKr
Yijt
i
r
j
2
1 1
=
8.94266
8.1260.1181.1167.114 2222
= 14.6
Jumlah kuadrat (JK) galat = JK total – JK perlakuan
= 59.5-14.6
= 44.9
Tabel Analisis Ragam Deposisi Daging Dada
Sb Db Jk Kt Fhitung F table
0.05 0.01
Perlakuan 3 14.6 4.9 2.2 3.1 4.9
Galat 20 44.9 2.2
Total 23 59.5
F hitung<F tabel
Berdasarkan tabel analisis F hitung <F tabel,
menunjukkan bahwa diantara perlakuan tidak meningkatkan
deposisi daging dada.
55
Lampiran 7. Persentase Lemak Abdominal
Perlakuan Ulangan Bobot potong
(g)
Bobot lemak
abdominal
(g)
Persentase
lemak
abdominal (%)
P0
1 1485 29.1 2.0
2 1285 18.7 1.5
3 1524 19.9 1.3
4 1485 26.3 1.8
5 1362 16.4 1.2
6 1317 23.9 1.8
P1
1 1424 25.1 1.8
2 1402 30.2 2.2
3 1352 13.4 1.0
4 1260 22.4 1.8
5 1052 15.0 1.4
6 1307 21.5 1.6
P2
1 1173 20.6 1.8
2 1402 23.0 1.6
3 1315 35.8 2.7
4 1401 27.3 2.0
5 1285 19.4 1.5
6 1394 16.9 1.2
P3
1 1470 25.7 1.7
2 1262 16.5 1.3
3 1199 22.5 1.9
4 1285 24.0 1.9
5 1503 32.7 2.2
6 1358 18.3 1.4
56
Lampiran 8. Analisis Ragam Persentase Lemak Abdominal
(%)
Perlakuan Ulangan
Total Rata-
rata SD
1 2 3 4 5 6
P0 2.0 1.5 1.3 1.8 1.2 1.8 9.5 1.6 0.1
P1 1.8 2.2 1.0 1.8 1.4 1.6 9.8 1.6 0.2
P2 1.8 1.6 2.7 2.0 1.5 1.2 10.8 1.8 0.2
P3 1.7 1.3 1.9 1.9 2.2 1.4 10.3 1.7 0.1
Total 7.2 6.6 6.9 7.4 6.3 6.0 40.4 6.7 0.7
Faktor koreksi (FK) = txr
Yijt
i
r
j
2
1 1
= 2
64
4.40
x
= 68.0
Jumlah kuadrat (JK) total =
t
i
r
j
FKYij1 1
2
= (2.02+1.5
2+…..+1.4
2)-68.0
= 3.3
57
Lanjutan Lampiran 8
Jumlah kuadrat (JK) perlakuan = FKr
Yijt
i
r
j
2
1 1
=
0.686
3.108.108.95.9 2222
= 0.2
Jumlah kuadrat (JK) galat = JK total – JK perlakuan
= 3.3-0.2
= 3.1
Tabel Analisis Ragam Persentase Lemak Abdominal
SD DB Jk Kt F
hitung
F tabel
5% 1%
Perlakuan 3 0.2 0.1 0.4 2.7 4.2
Galat 20 3.1 0.2
Total 23 3.3
F hitung < F tabel
Berdasarkan tabel analisis F hitung <F tabel,
menunjukkan bahwa diantara perlakuan tidak menurunkan
persentase lemak abdominal.