SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

72
PENGARUH PENAMBAHAN WHEY KEJU DENGAN BAKTERI ASAM LAKTAT (BAL) Pediococcus pentosaceus DALAM PAKAN TERHADAP KUALITAS KARKAS AYAM PEDAGING SKRIPSI Oleh : Prisma Haris Pradana NIM : 105050113111030 PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015

Transcript of SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

Page 1: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

PENGARUH PENAMBAHAN WHEY KEJU DENGAN

BAKTERI ASAM LAKTAT (BAL) Pediococcus

pentosaceus DALAM PAKAN TERHADAP

KUALITAS KARKAS AYAM PEDAGING

SKRIPSI

Oleh :

Prisma Haris Pradana

NIM : 105050113111030

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015

Page 2: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

PENGARUH PENAMBAHAN WHEY KEJU DENGAN

BAKTERI ASAM LAKTAT (BAL) Pediococcus

pentosaceus DALAM PAKAN TERHADAP

KUALITAS KARKAS AYAM PEDAGING

SKRIPSI

Oleh :

Prisma Haris Pradana

NIM : 105050113111030

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Peternakan

Universitas Brawijaya

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015

Page 3: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

PENGARUH PENAMBAHAN WHEY KEJU DENGAN

BAKTERI ASAM LAKTAT (BAL) Pediococcus

pentosaceus DALAM PAKAN TERHADAP

KUALITAS KARKAS AYAM PEDAGING

SKRIPSI

Oleh :

Prisma Haris Pradana

NIM : 105050113111030

Telah dinyatakan lulus dalam ujian Sarjana

Pada Hari/Tanggal :

Menyetujui,

Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing Utama :

Prof.Dr.Ir. Woro Busono, MS. ...................... .............

NIP. 19560403 198103 1 002

Pembimbing Pendamping :

Dr.Ir. Eko Widodo, M.Agr.Sc.M.Sc ...................... .............

NIP. 19631002 198802 1 001

Penguji :

Dr. Ir. Imam Thohari, MP ...................... .............

NIP. 19590211 198601 1 002

Dr. Ir. Edhy Sudjarwo, MS ...................... .............

NIP. 19570629 198403 1 001

Dr. Ir Osfar Sjofjan, M.Sc ....................... .............

NIP. 19600422 198811 0 1 001

Mengetahui,

Dekan

Prof.Dr.Ir. Kusmartono

NIP. 19590406 198503 1 005

Page 4: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

i

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Blitar, pada tanggal 22

Maret 1992 yang merupakan putra pertama dari dua

bersaudara pasangan Bapak Mamik Samsul Hadi dan Ibu

Sastriana. Pendidikan penulis diawali dari SDN

Slemanan 2 Kabupaten Blitar dan lulus tahun 2004.

Tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di

SMP Negeri 1 Udanawu Kabupaten Blitar lulus pada

tahun 2007. Penulis melanjutkan pendidikan di MA

Ma’arif Udanawu lulus pada tahun 2010. Tahun 2010

penulis diterima sebagai mahasiswa S1 Program Studi

Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya

Malang dengan jalur Bidik Misi. Penulis mengikuti

organisasi Eksekutif Mahasiswa Universitas Brawijaya

tahun 2010 sebagai staf sosial masyarakat. Barisan Orang

Sukses tahun 2012, pada tahun yang sama penulis ikut

pelatihan Inseminasi buatan di BBIB Singosari.

Page 5: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat,

Taufik dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan laporan skripsi dengan judul “Pengaruh

Penambahan Whey Keju Dengan Bakteri Asam Laktat (BAL)

Pediococcus pentosaceus Dalam Pakan Terhadap Kualitas

Karkas Ayam Pedaging”. Penulis mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Bapak Mamik Samsul Hadi, Ibu Sastriana dan adik M.

Arfian Dwi Cahyo serta seluruh keluarga yang telah

memberikan dorongan baik moril maupun materil serta doa

yang tidak lelahnya dipanjatkan untuk kelancaran dan

kesuksesan penulis dalam menyelesaikan skripsi.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Kusmartono, selaku Dekan Fakultas

Peternakan Universitas Brawijaya Malang.

3. Ibu Dr. Ir. Sucik Maylinda, MS, selaku ketua Program

Studi Peternakan yang telah membina dan memberikan

arahan dalam proses kelancaran studi.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Woro Busono, MS, dan Dr. Ir. Eko

Widodo, M.Agr.Sc. M.Sc. selaku Dosen Pembimbing

Utama yang yang telah meluangkan waktunya dalam

membimbing, memberikan saran dan kritik selama proses

penyusunan proposal hingga penulisan skripsi ini.

5. Bapak Dr. Ir. Imam Thohari, MP, Dr. Ir. Edhy Sudjarwo,

MS dan Dr. Ir. Osfar Sjofjan, M.Sc, selaku dosen penguji

yang telah memberikan masukan serta pengarahan selama

proses revisi penulisan skripsi ini.

6. My everything Afsilia Intan Sari yang membantu,

mendukung dan mendampingi selama perkuliahan

berlangsung hingga saat ini. Thank’s beibh.

Page 6: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

iii

7. Ahmad Wijayanto, Intan Kumala, Poppy, Ilga yang selalu

memberikan pengarahan dan motivasi untuk

menyelesaikan skripsi ini.

8. Iwan, Satria, Didit, Teguh, Tiyan, Mukhlas, Yudha, Mega,

Andik, Afi, Fidia, Esy, Eko, Reza, sahabat terbaik yang

selalu ada dan memberi semangat dalam suka maupun

duka.

9. Teman – teman TS 16 Nayaka, Udin, Diska, Mail, Ali,

Fakris, Abdul, Joe, Hanafi, Tri dan ibu Soponyono yang

selalu memberikan dukungan.

Semoga Allah SWT, memberikan balasan atas segala

bantuan yang telah diberikan baik secara langsung maupun

tidak langsung. Penulis berharap kritik dan saran untuk

kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga

karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya

dan pembaca pada umumnya.

Malang, Januari 2015

Penulis

Page 7: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

iv

EFFECT OF ADDITION WITH WHEY LACTIC ACID

BACTERIA (LAB) Pediococcus pentosaceus IN FEED ON

BROILER CARCASS QUALITY

Prisma Haris Pradana1)

, Woro Busono2)

and Eko Widodo2)

1) Student at Animal Husbandry Faculty, University of

Brawijaya, Malang.

2) Lecturer at of Animal Production Department, Animal

Husbandry Faculty, University of Brawijaya, Malang.

ABSTRACT

This study aimed to determine the amount of whey with

the addition of lactic acid bacteria Pediococcus pentosaceus

that give the best carcass percentage, abdominal fat deposition

and breast meat. The materials used were 144 female broiler

chickens of Lohman strain aged of 1 day. The method used

was a field experiment with a Completely Randomized Design

consisting of 4 treatments and 6 replications. The treatments

used were P0 = Control feed, P1 = Control feed + 1% whey

with 1 ml of Pediococcus pentosaceus, P2 = Control feed +

2% whey with 1 ml of Pediococcus pentosaceus, P3 = Control

feed + 3% whey with 1 ml of Pediococcus pentosaceus. Date

were analyzed using analysis of variance and if there was a

significant influenced will be tested by Duncan’s. It was

concluded that the addition of up to 3% whey with 1 ml of

lactic acid bacteria Pediococcus pentosaceus can not increase

the percentages of broiler carcass, breast meat deposition and

abdominal fat of broiler.

Keywords: percentage carcass, abdominal fat, breast meat

deposition

Page 8: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

v

PENGARUH PENAMBAHAN WHEY KEJU DENGAN

BAKTERI ASAM LAKTAT (BAL) Pediococcus

pentosaceus DALAM PAKAN TERHADAP

KUALITAS KARKAS AYAM PEDAGING

Prisma Haris Pradana1)

, Woro Busono2)

dan Eko Widodo2)

1. Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya

Malang

2. Dosen Prorgam Studi Produksi Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Brawijaya Malang

RINGKASAN

Perbaikan kualitas produksi ternak dapat dilakukan

dengan cara penambahan feed additive pada pakan.

Penggunaan feed additive dikalangan peternak unggas

kebanyakan berjenis antibiotik sintetis. Antibiotik sintetis

dapat menimbulkan residu terhadap animal product yang

mengakibatkan toksin dan alergi pada konsumen. Bakteri yang

digunakan Pediococcus pentosaceus yang diberikan dapat

memacu pertumbuhan mikroba yang menguntungkan dan

membunuh bakteri patogen disamping juga mampu

menghasilkan asam laktat yang dapat menghasilkan pH rendah

sehingga menghasilkan suasana asam pada ileum dan

duodenum, dengan peningkatan pH asam maka Pediococcus

pentosaceus dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen

sehingga populasi bakteri asam laktat menjadi

meningkat,sehingga penyerapan makanan optimal dan dapat

meningkatkan kualitas karkas ayam broiler.

Penelitian dilaksanakan di Jl. Telaga warna Blok C nomer

231 Kelurahan Tlogomas Malang dimulai tanggal 25 April

sampai dengan 30 Mei 2014. Penelitian ini bertujuan untuk

menentukan jumlah penambahan whey keju dengan bakteri

Page 9: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

vi

asam laktat (BAL) Pediococcus pentosaceus yang

memberikan penampilan terbaik terhadap persentase karkas,

lemak abdominal dan deposisi daging dada.

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jumlah

penambahan whey keju dengan bakteri asam laktat (BAL)

Pediococcus pentosaceus yang memberikan penampilan

terbaik terhadap persentase karkas, lemak abdominal dan

deposisi daging dada. Hasil penelitian ini diharapkan dapat

dijadikan sebagai metode pemakaian probiotik dalam pakan

dengan memanfaatkan whey dengan bakteri asam laktat (BAL)

Pediococcus pentosaceus.

Materi yang digunakan adalah 144 ekor ayam pedaging

strain Lohman betina umur 1 hari (DOC) dengan nilai

koefisien keragaman sebesar 10,0%. Metode yang digunakan

adalah percobaan lapang dengan Rancangan Acak Lengkap

(RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 6 ulangan. Perlakuan

yang digunakan adalah P0 = Pakan basal, P1 = Pakan basal +

1% whey dengan 1 ml Pediococcus pentosaceus, P2 = Pakan

basal + 2% whey dengan 1 ml Pediococcus pentosaceus, P3 =

Pakan basal + 3% whey dengan 1 ml Pediococcus

pentosaceus. Variabel yang diamati meliputi persentase

karkas, lemak abdominal dan deposisi daging dada. Data yang

dihasilkan kemudian dianalisis menggunakan analisis ragam.

Uji lanjut yang digunakan adalah uji duncan’s.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan whey

keju dengan 1 ml bakteri asam laktat (BAL) Pediococcus

pentasaceus tidak memberikan pengaruh yang nyata. Rata-rata

persentase karkas adalah P0 (67,9 ± 0,9), P1 (67,7±1,0), P2

(67,9 ± 0,9), P3 (68,8 ± 0,7). Rata-rata deposisi daging dada

adalah P0 (19,1 ± 0,6), P1 (19,4 ± 0,6), P2 (19,7 ± 0,3), P3

(21,1 ± 1,0). Rata-rata lemak abdominal adalah P0 (1,6 ± 0,1),

P1 (1,6 ± 0,2), P2 (1,8 ± 0,2), P3 (1,7 ± 0,1).

Disimpulkan bahwa penambahan whey keju sampai 3%

dengan 1 ml bakteri asam laktat (BAL) Pediococcus

pentosaceus belum dapat meningkatkan persentase karkas

Page 10: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

vii

ayam pedaging, deposisi daging dada ayam pedaging dan

persentase lemak abdominal. Penambahan whey keju dengan

Pediococcus pentosaceus dalam pakan tidak berpengaruh

terhadap kualitas karkas namun dapat menjadikan alternatif

untuk produk daging ayam yang sehat.

Page 11: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

ix

DAFTAR ISI

RIWAYAT HIDUP ................................................. i

KATA PENGANTAR ............................................ ii

ABSTRACT ............................................................. iv

RINGKASAN .......................................................... vi

DAFTAR ISI .......................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN … ......................................... xii

DAFTAR SINGKATAN ........................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ................................... 1

1.1. Latar Belakang .................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .............................. 2

1.3. Tujuan Penelitian ............................... 3

1.4. Kegunaan Penelitian .......................... 3

1.5. Kerangka Pikir ................................... 4

1.6. Hipotesis ............................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................... 6

2.1. Ayam Pedaging ................................... 6

2.2. Kebutuhan Ayam Pedaging .............. 8

2.3. Whey Keju ........................................ 10

2.4. Probiotik ............................................. 11

2.5. Bakteri Asam Laktat ......................... 13

2.6. Bobot Potong .................................... 14

2.7. Persentase Karkas ............................. 15

2.8. Deposisi Daging Dada ...................... 17

2.9. Lemak Abdominal ............................ 18

Page 12: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

x

BAB III METODE PENELITIAN ..................... 19

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ............ 19

3.2. Materi Penelitian .............................. 19

3.3.1. Ayam Pedaging ...................... 19

3.3.2. Kandang ................................... 19

3.3.3. Pakan ...................................... 20

3.3. Metode Penelitian ............................. 20

3.4. Variabel Penelitian ........................... 21

3.4.1. Persentase Bobot Karkas ....... 21

3.4.2. Deposisi Daging Dada ........... 21

3.4.3. Persentase Lemak Abdominal .. 22

3.5. Analisis Data .................................... 22

3.6. Batasan Istilah .................................. 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............. 24

4.1. Pengaruh Perlakuan Terhadap Persentase

Bobot Karkas .................................... 24

4.2. Pengaruh Perlakuan Terhadap Persentase

Deposisi Daging Dada ....................... 26

4.2. Pengaruh Perlakuan Terhadap Persentase

Lemak Abdominal ............................. 27

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN .............. 29

5.1. Kesimpulan ....................................... 29

5.2. Saran .................................................. 29

DAFTAR PUSTAKA ............................................. 30

LAMPIRAN ............................................................ 40

Page 13: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Data Produksi Ternak Kabupaten/Kota Di

Jawa Timur ........................................................... 6

2. Penampilan Produksi Ayam Pedaging Strain

Lohmann ............................................................. 7

3. Standar Kebutuhan Zat Makanan Pada Ayam

Pedaging ............................................................. 9

4. Rata-rata Persentase Bobot Karkas, Deposisi

Daging Dada Ayam dan Persentase Lemak

Abdominal .......................................................... 25

5. Konsumsi Energi dan Protein Ayam

Pedaging ............................................................... 28

Page 14: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Suhu Kandang Selama Penelitian ...................... 40

2. Data Bobot Badan Awal Ayam Pedaging ............ 42

3. Persentase Karkas Ayam Pedaging ...................... 49

4. Analisis Ragam Persentase Karkas .................... 50

5. Persentase Deposisi Daging Dada Ayam

Pedaging .............................................................. 52

6. Analisis Ragam Deposisi Dada Ayam

Pedaging .............................................................. 53

7. Persentase Lemak Abdominal ........................... 55

8. Analisis Ragam Persentase Lemak

Abdominal ........................................................... 56

Page 15: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

xiii

DAFTAR SINGKATAN

BAL = Bakteri Asam Laktat

BLAST = Basic Local Alignment Search Tool

Ca = Calsium

CFU = Colony Forming Units

CRD = Completely Randomized Design

DOC = Day Old Chick

Dkk = Dan kawan - kawan

EM = Energi metabolis

FCR = Feed Convertion Ratio

H2O2 = Hidrogendioksida

Kkal = Kilo Kalori

LK = Lemal Kasar

PK = Protein Kasar

RAL = Rancangan Acak Lengkap

RPA = Rumah Potong Ayam

Page 16: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Ayam pedaging memerlukan pakan yang berkualitas

tinggi untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam batasan

waktu yang diharapkan. Bahan pakan yang baik akan

menunjang keberhasilan peternakan tersebut, sehingga

berbagai produsen pakan membuat pembaruan untuk

mendapatkan produksi optimal. Probiotik merupakan pakan

tambahan dalam bentuk mikroba hidup yang menguntungkan,

melalui perbaikan keseimbangan mikroorganisme dalam

saluran pencernaan (Fuller, 1997). Probiotik tergolong dalam

makanan fungsional, bahan makanan ini mengandung

komponen - komponen yang dapat meningkatkan kesehatan

ternak dengan cara memanipulasi komposisi bakteri yang ada

dalam saluran pencernaan ternak.

Penggunaaan bakteri asam laktat (BAL) merupakan salah

satu jenis mikroba yang dapat digunakan dalam pakan maupun

minum sebagai probiotik. Menurut Timmerman, Veldman,

Elsen, Rombouts and Beynen (2006), pada umumnya

penggunaan bakteri asam laktat sebagai probiotik dalam pakan

ternak sudah banyak diteliti, namun di indonesia produksi

bakteri asam laktat pada umumnya digunakan pada industri

peternakan besar sehingga menyebabkan implementasinya

sulit diaplikasikan pada peternakan rakyat karena harganya

yang mahal.

Aditif berbagai biakan mikroba probiotik pada ayam

seperti Lactobacillus acidophilus mempunyai dampak positif

terhadap penampilan ayam seperti pertumbuhan, produksi

telur dan efisiensi penggunaan pakan. Probiotik

Page 17: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

2

mempunyai beberapa pengaruh yang positif bagi kesehatan,

diantaranya hipokolesterolemik, yaitu menurunkan konsentrasi

kolesterol serum darah baik pada manusia maupun pada

ternak (Daud, 2006). Gunawan dan Sundari (2003),

menyatakan bahwa probiotik tidak meninggalkan residu

dan tidak mengakibatkan resistensi, sehingga aman bagi

manusia. Bakteri asam laktat yang potensial adalah

Pediococcus pentosaceus. Bakteri ini merupakan salah satu

bakteri yang baik sekali tumbuh di media air dan tepung serta

salah satu genus bakteri asam laktat yang menghasilkan

senyawa peptida (Nettles dan Barefoot, 1993).

Hasil penelitian menyatakan bahwa Probiotik bakteri

asam laktat dadih Sijunjung adalah Pediococcus pentosaceus

dengan tingkat kesamaan dengan Gen Bank data mencapai

99% melalui analisis BLAST. Pemberian probiotik

Pediococcus pentosaceus dan menurunkan kadar kolesterol

secara nyata (P<0,01) pada dosis 2 ml dari 39,50 menjadi

32,19. Mampu meningkatkan tinggi villi ileum secara nyata

(P<0,01) pada dosis 2 ml dari 0,32 menjadi 0,35 (Trisna,

2012).

Dari kajian diatas maka peneliti tertarik untuk mengetahui

efek pemanfaatan whey keju sebagai media bakteri asam laktat

Pediococcus pentosaceus sebagai bahan antibiotik alami,

mengetahui pengaruhnya terhadap kualitas karkas ayam

potong (pedaging), meliputi persentase karkas, persentase

lemak abdominal dan deposisi daging dada.

1.2 Rumusan Masalah

Pediococcus pentosaceus adalah salah satu bakteri asam

laktat (BAL) yang potensial, bakteri ini merupakan salah satu

bakteri yang dapat tumbuh dimedia cair dan tepung dengan

Page 18: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

3

baik. Whey keju merupakan hasil samping produksi keju yang

berbentuk cair dan memiliki sifatasam sehingga merupakan

acidifier untuk berkembangnya bakteri asam laktat seperti

Pediococcus pentosaceus. Kandungan laktosa dan nutrisi

essensial whey keju merupakan subtrat yang baik untuk

pertumbuhan mikroorganisme. Penelitian yang dilakukan

saputri (2012), pengunaan Pediococcus pentosaceus pada itik

dapat meningkatkan keseimbangan mikroflora usus dengan

persentase perbandingan bakteri asam laktat 95,9% dan

patogen 4,1%. Menurut Gunawan dan Sundari (2003),

penggunaan probiotik dalam pakan dapat meningkatkan bobot

badan ayam pedaging. Penggunaan probiotik dalam pakan

juga mampu menekan konversi pakan.

Berdasarkan uraian tersebut maka permasalahan yang

dapat diambil dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh

penambahan whey keju dengan bakteri asam laktat

Pediococcus pentosaceus dalam pakan terhadap kualitas

karkas ayam pedaging meliputi persentase karkas, deposisi

daging dada dan persentase lemak abdominal.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

penambahan whey keju dengan bakteri asam laktat

Pediococcus pentosaceus dalam pakan terhadap kualitas

karkas ayam pedaging yang dihasilkan.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

metode pemakaian probiotik dalam pakan dengan

memanfaatkan whey dengan bakteri asam laktat Pediococcus

pentosaceus.

Page 19: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

4

1.5 Kerangka Pikir

Industri pengolahan susu tidak sedikit yang menghasilkan

whey. Whey merupakan hasil samping dari pengolahan

keju yang dihasilkan dari satu tahapan dalam proses

pembuatan keju. Whey kebanyakan perusahaan keju hanya

menjadikannya suatu limbah karena nilai ekonomisnya

sangat rendah. Whey memiliki potensi besar sebagai media

yang mudah dalam perkembangan bakteri asam laktat. Bakteri

asam laktat yang potensial adalah Pediococcus pentosaceus.

Bakteri tersebut merupakan salah satu bakteri yang baik sekali

tumbuh di media air dan tepung serta salah satu genus bakteri

asam laktat yang menghasilkan senyawa peptida (Nettles dan

Barefoot, 1993).

Penggunaan probiotik lokal bakteri asam laktat sebagai

probiotik dalam pakan unggas terbukti dapat memperbaiki

kinerja ayam pedaging dan petelur, meningkatkan daya tahan

tubuh ternak terhadap serangan penyakit (Iriyanti dan

Rimbawanto, 2001). Probiotik sebagai mikroba hidup atau

sporanya yang dapat hidup atau berkembang dalam usus, dan

dapat menguntungkan inangnya baik secara langsung maupun

tidak langsung dari hasil metabolitnya, sehingga mikroba yang

menguntungkan dapat berkembang dengan baik (Kompiang,

2009).

Cole (1991), menyatakan bahwa probiotik merupakan

salah satu alternatif pakan tambahan pada ternak yang sehat

dan aman bagi lingkungan. Mikroba prebiotik mampu

memproduksi substansi berguna, dapat menurunkan populasi

mikroba patogen, meningkatkan kesehatan dan daya

imunitas ternak (Ziemer dan Gibson, 1998). Penggunaan

probiotik yaitu untuk menstabilkan mikroflora pencernaan dan

berkompetisi dengan bakteri patogen, dengan demikian

Page 20: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

5

probiotik harus mencapai usus dalam keadaan hidup dalam

jumlah yang cukup. Berbagai jenis mikroorganisme yang

digunakan sebagai probiotik diisolasi dari isi usus, mulut, dan

kotoran ternak atau manusia. Mikroorganisme yang banyak

digunakan sebagai probiotik yaitu strain Lactobacillus,

Bifidobacterium, Bacillus spp., Streptococcus, yeast dan

Saccharomyces cereviceae. Mikroorganisme tersebut harus

non-patogen, gram positif, strain yang spesifik, anti

Escherichia coli, tahan terhadap cairan empedu, hidup,

melekat pada mukosa usus, dan minimal mengandung 3 x 1010

CFU/g (Pal and Chattophadhyay, 2006).

1.6 Hipotesis

Pengaruh penambahan whey keju dengan bakteri asam

laktat Pediococcus pentosaceus dalam pakan terhadap kualitas

karkas ayam pedaging meliputi persentase karkas, deposisi

daging dada, dan menurunkan lemak abdominal.

Page 21: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ayam Pedaging

Ayam pedaging adalah ayam ras yang mampu tumbuh

cepat sehingga dapat menghasilkan daging dalam waktu relatif

singkat 5-6 minggu. Suprijatna, Atmomarsono dan

Kartasudjana (2005), menyatakan bahwa karakteristik ayam

tipe pedaging yaitu bersifat tenang, bentuk tubuh besar,

pertumbuhan cepat, bulu merapat tubuh, kulit putih, dan

produksi telur rendah. Berbagai strain unggul ayam pedaging

banyak tersedia, salah satunya adalah Lohmann. Ciri-ciri dari

strain ini adalah warna bulu putih, kulit kuning, jengger merah

terang serta berkaki pendek dan besar. Pemeliharaan dalam

waktu 35 hari dapat mencapai bobot badan hidup 1,8–1,9

kg/ekor (Anonimous, 2008).

Berdasarkan data, produksi ayam pedaging

Kabupaten/Kota di Jawa Timur tahun 2010–2012 mengalami

peningkatan yaitu 140.109.891 ekor, 159.671.244 ekor dan

tahun 2011–2012 mengalami peningkatan sebanyak

100.578.868 ekor dan 162.844.899 ekor (Anonimous, 2014).

Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Data Produksi Ternak Kabupaten/Kota Di Jawa Timur

No Produksi

Daging (Kg)

Tahun

2010

Tahun

2011

Tahun

2012

1 Ayam Buras 38.373.287 37.509.018 38.502.223

2 Ayam Petelur 17.138.648 7.423.699 11.154.667

3 Ayam Pedaging 159.671.244 100.578.868 162.844.899

4 Itik 1.905.749 2.403.491 2.849.014

5 Entok 369.453 469.649 676.332

Sumber : Dinas Peternakan Jawa Timur (2013)

Page 22: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

7

Karkas ayam biasanya dibagi menjadi 4 bagian, yaitu

dada, paha, punggung, dan sayap. Komponen karkas terdiri

dari jaringan kulit, tulang, daging dan lemak (Soeparno, 1992).

Bobot karkas berhubungan erat dengan pertumbuhan dan

bobot badan akhir (Mugiyono, 2001). Kualitas karkas

dipengaruhi oleh faktor sebelum pemotongan antara lain

genetik, spesies, bangsa, jenis ternak, jenis kelamin, umur dan

pakan (Abubakar, 2003).

Masa pemeliharaan ayam pedaging dibagi menjadi dua

yaitu periode starter dengan umur 1-3 minggu dan periode

finisher dengan umur lebih dari 3 minggu. Penanganan yang

baik pada ayam pedaging periode starter akan dapat

memaksimalkan produksinya, sebaliknya bila penanganannya

buruk produksinya tidak dapat optimal (NRC, 1994).

Penampilan produksi ayam pedaging strain Lohmann yang di

produksi oleh PT. Multibreeder Adirama Indonesia Tbk.

Setiap Minggu mengalami peningkatan yang cenderung cepat,

sehingga pada umur 35 hari bobot badan ayam dapat mencapai

1707 g/ekor. Penampilan produksi ayam pedaging dapat

dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Penampilan Produksi Ayam Pedaging Strain

Lohmann

Umur

(hari)

PBB

(g/ekor)

Konsumsi

Pakan

(g/ekor/hari)

Konsumsi

Pakan

Kumulatif

(g/ekor)

Bobot

Badan

(g)

Konversi Pakan

0 - - - - -

1 7,0 12 12 49 0,239

7 21,0 24 116 140 0,832

14 47,5 61 415 392 1,061

21 63,0 104 1018 802 1,270

28 64,5 125 1831 1249 1,567

35 65,5 146 2785 1707 1,632

Sumber : Anonimous (2008)

Page 23: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

8

2.2 Kebutuhan Pakan Ayam Pedaging

Pakan yang baik dapat memenuhi nutrisi yang sesuai

dengan kebutuhan ayam, seperti karbohidrat, protein, lemak,

vitamin dan mineral. Ayam tipe pedaging pakan yang

diberikan mengandung energi yang tinggi dengan tujuan

meskipun konsumsi pakan berkurang, konsumsi energi masih

dalam batas yang mencukupi bagi pertumbuhan daging ayam.

Achmanu dan Muharlien (2011), menyatakan bahwa

pemberian Energi Metabolis yang tinggi pada ayam pedaging

memberikan angka konversi yang lebih rendah, sehingga lebih

efisien dalam mendapatkan bobot badan.

Zat makanan diperlukan oleh ternak untuk tumbuh dan

berproduksi sehingga harus terdapat dalam pakan. Suprijatna,

Atmomarsono, dan Kartasudjana (2005), menyatakan bahwa

pakan adalah campuran berbagai macam bahan organik dan

anorganik yang diberikan kepada ternak untuk memenuhi

kebutuhan zat-zat makanan yang diperlukan bagi

pertumbuhan, perkembangan, dan reproduksi. Zat-zat

makanan merupakan substansi yang diperoleh dari bahan

pakan yang dapat digunakan ternak bila tersedia dalam bentuk

yang telah siap digunakan oleh sel, jaringan, dan organ.

Pertumbuhan dan produksi maksimal, jumlah dan kandungan

zat makanan yang diperlukan ternak harus mencukupi. Rasyaf

(1995), menyatakan bahwa karbohidrat, lemak, dan protein

merupakan sumber energi pada unggas. Kebutuhan zat

makanan pada ayam pedaging periode starter dan finisher

berbeda, terutama dalam energi metabolis. Periode starter

energi metabolis yang dibutuhkan sebanyak 3100 kkal/kg,

sedangkan periode finisher 3200 kkal/kg. Standar Kebutuhan

Zat Makanan pada Ayam Pedaging dapat dilihat pada Tabel 3.

Page 24: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

9

Tabel 3. Standar Kebutuhan Zat Makanan pada Ayam

Pedaging

Zat Makanan (%) Periode

Starter Finisher

EM (Kkal/kg) 3100 3200

PK 22 20

LK 5-8 5-8

SK 3-5 3-5

Ca 0,9-1,0 0,9-1,0

P 0,9-1,0 0,7-1,0

Lisin 1,2 1

Methionin 0,50 0,38

Sumber : Wahju (2004)

Fungsi utama dari karbohidrat dalam tubuh adalah

menyediakan energi untuk proses - proses dalam tubuh hewan

tersebut (Tillman, Hartadi, Reksohadiprodjo, Prawirokusomo

and Lebdosoekojo, 1998). Menurut Wahju (2004), kebutuhan

karbohidrat bagi ayam biasanya dinyatakan dalam bentuk

energi. Lemak merupakan sumber energi tinggi dan ekonomis

dalam pakan unggas, tetapi dalam pakan kandungan lemak

dibatasi penggunaannya karena kandungan lemak yang

berlebihan mengakibatkan ternak diare dan pakan mudah

tengik (rancidity) (Suprijatna, dkk., 2005). FCR didapat dari

pembagian jumlah pakan selama pemeliharaan dengan total

bobot badan ayam. Nilai FCR lebih rendah dari patokan

standar, maka kualitas pakan bagus dan efisien (Zulkarnaen,

2013).

Page 25: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

10

2.3 Whey Keju

Whey adalah serum susu yang dihasilkan dari industri

pembuatan keju setelah proses pemisahan kasein dan lemak

selama pengendapan susu. Whey dikenal sebagai hasil

samping industri pangan, khususnya dari pembuatan produk

susu keju. Whey tersebut merupakan polutan terbesar dari hasil

samping produksi keju. Setiap kg keju yang diproduksi akan

menghasilkan 8 sampai 9 l whey cair. Anwar, AlBaarri, dan

Legowo (2012), menyatakan bahwa mekanisme koagulasi

kasein membedakan whey menjadi dua, yaitu whey manis

(rennet whey) dan whey asam (quark whey). Whey manis

diperoleh dari koagulasi protein secara enzimatik dan

umumnya bebas dari kalsium, sedangkan whey asam diperoleh

dari koagulasi kasein dengan asam (proses pengasaman) dan

umumnya mengandung kalsium laktat. Whey manis

mempunyai pH sekitar 5-7, sedangkan whey asam sekitar 4-5,

serta mengandung laktosa (4-7%) dan protein (0,6-1,0%).

Whey kaya akan protein, mineral dan karbohidrat

sehingga whey tidak hanya di pandang sebagai limbah tetapi

sebagi sumber nutrisi yang masih bisa diolah kembali.

Kandungan laktosa di dalam whey yang cukup tinggi

memungkinkan whey masih dapat digunakan sebagai substrat

untuk menghasilkan produk yang melalui proses biokimia

seperti asam laktat disamping itu komposisi whey yang masih

mengandung nutrisi tinggi, sangat mendukung untuk

pertumbuhan bakteri asam laktat yang membutuhkan senyawa

kompleks dalam pertumbuhannya (Maunatin, 2010).

2.4 Probiotik

Pemberian probiotik meningkatkan bobot badan dari

ayam pedaging, juga dikemukakan oleh Arun, Rao, Raju and

Page 26: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

11

Sharma (2006), menyatakan bahwa pemberian probiotik

meningkatkan bobot badan, meningkatkan nafsu makan dan

menurunkan kolesterol dan kadar triliserida dari ayam

pedaging. Menurut Langhout (2000), asam organik dapat

menurunkan produksi toksin oleh bakteri dan mengubah

morfologi di dinding usus halus dan mengurangi kolonisasi

bakteri patogen.

Cole (1991), menyatakan bahwa probiotik merupakan

salah satu alternatif pakan tambahan pada ternak yang sehat

dan aman bagi lingkungan. Mikroba prebiotik mampu

memproduksi substansi berguna, dapat menurunkan populasi

mikroba patogen, meningkatkan kesehatan dan daya

imunitas ternak (Ziemer and Gibson, 1998). Satu dari alasan

penggunaan probiotik yaitu untuk menstabilkan mikroflora

pencernaan dan berkompetisi dengan bakteri patogen, dengan

demikian strain probiotik harus mencapai usus dalam keadaan

hidup dalam jumlah yang cukup. Berbagai jenis

mikroorganisme yang digunakan sebagai probiotik diisolasi

dari isi usus, mulut, dan kotoran ternak atau manusia.

Probiotik dapat meningkatkan kesehatan dengan

mekanisme sebagai berikut ini: (1) produksi senyawa

antimikroba seperti asam laktat, asam asetat, karbondioksida,

H2O2, bakteriosin, reuterin, dan senyawa penghambat lainnya

yang dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme patogen,

(2) kompetisi dalam penyerapan nutrient, dan sisi penempelan

pada sel epitel usus, produksi mukus, (3) menstimulasi sistem

imunitas dan mampu mengubah aktivitas metabolisme

mikroba dalam saluran pencernaan (Hoover, 2000). Genus

bakteri yang tergolong kepada BAL adalah Carnobacterium,

Enterococcus, Lactobacillus, Lactococcus, Leuconostoc,

Pediococcus, Streptococcus, Propionibakterium yang

Page 27: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

12

mempunyai potensi untuk digunakan sebagai probiotik

(Nettles dan Barefoot, 1993).

Waspodo (2001), menyatakan bahwa probiotik tidak

hanya menjaga keseimbangan ekosistem, namun juga

menyediakan enzim yang mampu mencerna serat kasar,

protein dan lemak. Probiotik mengekskresi glutamate dan

meningkatkan proses absorpsi dalam usus. Karyadi (2003),

menyatakan bahwa prebiotic substansi dari makanan yang

tidak dicerna, dan secara selektif meningkatkan pembiakan

dan aktivitas bakteri yang menguntungkan pada usus.

Penambahan kombinasi probiotik dengan prebiotik dalam

pakan dapat meningkatkan jumlah bakteri probiotik didalam

usus, prebiotik berperan sebagai nutrisi bagi bakteri probiotik

sehingga mampu tumbuh dengan baik dan mempengaruhi

aktivitas enzim dalam usus sehingga meningkatkan proses

absorpsi lemak dalam usus.

2.5 Bakteri Asam Laktat

Bakteri asam laktat adalah kelompok bakteri gram-positif

yang mampu mengubah karbohidrat menjadi asam laktat.

Asam laktat yang menghasilkan BAL dapat memberikan efek

bakterisidal untuk bakteri lain karena dapat menurunkan pH

lingkungan menjadi 3 sampai 4,5 sehingga pertumbuhan

bakteri lain termasuk bakteri pembusuk akan terhambat.

Mikroorganisme ini berperan dalam perubahan tekstur,

aroma, warna, kecernaan dan kualitas nutrisi produk

fermentasi (Kusmiati dan Malik, 2002).

Karakterisasi bakteri asam laktat yang dapat digolongkan

ke dalam bakteri probiotik adalah diketahui sebagai materi

yang tidak berbahaya, dapat hidup selama dilakukan proses

dan penyimpanan, memiliki efek antagonis terhadap bakteri

Page 28: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

13

patogen, toleran terhadap asam lambung, getah pankreas dan

cairan empedu serta mampu melindungi epitelium inangnya.

Probiotik memberikan efek fisiologis terhadap kesehatan di

dalam pencegahan dan terapi penyakit seperti antikolesterol,

antihipertensi, intoleran laktosa, anti karsinogenik, gangguan

saluran pencernaan serta alergi. Pemberian perhatian pada

kesehatan inangnya penambahan probiotik harus

memperhatikan konsentrasi antara 107–10

11 CFU/g/hari untuk

manusia dan 107–10

9 CFU/g/hari untuk hewan, sehingga dapat

berperan untuk menurunkan kadar kolesterol (Yunenshi,

2011).

Bakteri asam laktat adalah salah satu jenis mikroba yang

dapat digunakan dalam pakan maupun minum sebagai

probiotik. Bakteri asam laktat yang potensial adalah

Pediococcus pentosaceus, bakteri ini merupakan salah satu

bakteri yang dapat tumbuh dengan baik di media cair dan

tepung (Nettles and Barefoot, 1993). Menurut Saputri (2012),

pemberian probiotik Pediococcus pentosaceus meningkatkan

jumlah koloni bakteri asam laktat dan meningkatkan

keseimbangan mikroflora usus itik. Miklofora pada usus

apabila mengalami peningkatan akan semakin memaksimalkan

penyerapan nutrisi pakan sehingga penggunaan pakan lebih

efisien dan produksi ayam pedaging akan semakin tinggi.

Pediococcus pentosaceus yang diberikan dapat memacu

pertumbuhan mikroba yang menguntungkan dan membunuh

bakteri patogen disamping juga mampu menghasilkan asam

laktat yang dapat menghasilkan pH rendah sehingga

menghasilkan suasana asam pada duodenum dan ileum,

dengan peningkatan pH asam maka Pediococcus pentosaceus

dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen sehingga

Page 29: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

14

populasi bakteri asam laktat menjadi meningkat (Trisna,

2012).

2.6 Bobot Karkas

Sebagaimana diketahui bahwa karkas potong erat

kaitannya dengan konsumsi pakan. Tinggi konsumsi pakan

maka zat makanan yang masuk kedalam tubuh juga akan

semakin baik yang pada akhirnya akan meningkatkan bobot

karkas yang dihasilkan. Begitu pula sebaliknya jika pakan

yang dikonsumsi sedikit. Pada masa pertumbuhan protein

dalam jumlah tinggi dengan dengan kualitas dan kuantitas

makanan karena kekurangannya pembentukan daging untuk

mengakibatkan berkurangnya pembentukan daging untuk

mempertahankan kerangka yang normal. Wahju (2004),

menyatakan bahwa kecepatan pertumbuhan seekor ternak

tergantung kepada sifat genetik, pemeliharaan, temperatur

lingkungan, serta jumlah dan kualitas makanan yang

diberikan. Tillman dkk. (1998), menyatakan bahwa

pertumbuhan ternak sangat dipengaruhi oleh pakan yang

dikonsumsinya.

2.7 Persentase Karkas

Karkas ayam biasanya dibagi menjadi 4 bagian, yaitu

dada, paha, punggung, dan sayap. Komponen karkas terdiri

dari jaringan kulit, tulang, daging dan lemak (Soeparno,

1994). Bobot karkas berhubungan erat dengan

pertumbuhan dan bobot badan akhir (Mugiyono, 2001).

Kualitas karkas dipengaruhi oleh faktor sebelum

pemotongan antara lain genetik, spesies, bangsa, jenis ternak,

jenis kelamin, umur dan pakan (Abubakar, 2003). Tujuan

produksi pada peternakan ayam pedaging adalah karkas

(daging), sedangkan lemak yang ada pada karkas merupakan

Page 30: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

15

hasil sampingan dan merupakan limbah dari suatu rumah

potong ayam (RPA). Karkas adalah ayam yang sudah dipotong

bersih tanpa kepala, cakar dan jeroan (hati, jantung, ginjal,

rempela, usus). Bobot karkas merupakan gambaran dari

produksi daging dari seekor ternak dan pengukuran bobot

karkas merupakan suatu faktor yang penting dalam

mengevaluasi hasil produksi ternak. Semakin bobotnya

karkas, maka keuntungan peternak akan semakin bertambah.

Brakey, Havestein, Scheideler, Ferke and Rives (1993),

persentase karkas berhubungan dengan jenis kelamin, umur

dan bobot badan. Karkas meningkat seiring dengan

meningkatnya umur dan bobot badan. Hasil yang sama

diperoleh Tillman dkk. (1998), menyatakan bahwa pada

umumnya meningkatnya bobot badan ayam diikuti oleh

menurunnya kandungan lemak abdominal yang menghasilkan

produksi daging yang tinggi. Soeparno (1992), menyatakan

faktor yang mempengaruhi karkas adalah bangsa, jenis

kelamin, umur, bobot tubuh, hormon dan makanan. Umur

berpengaruh terhadap bobot karkas yang disebabkan oleh

adanya perubahan alat - alat tubuh terutama penambahan dari

lemak karkas.

Pemberian Pediococcus pentosaceus pada itik pitalah

dapat menurunkan trigliserida daging itik. Penurunan

Trigliserida pada itik pitalah tidak berarti juga menurunkan

bobot badan pada itik, karena meskipun dengan pemberian

probiotik kadar trigliserida (lemak) diturunkan, probiotik juga

bisa meningkatkan performa dari itik yaitu meningkatkan

bobot badan, karena nafsu makan dan juga sistim imun

meningkat. Ignatova, Sredkova and Marasheva (2009),

menyatakan pemberian probiotik meningkatkan bobot badan

dari ayam pedaging, juga dikemukakan oleh Arun et al (2006),

Page 31: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

16

menyatakan bahwa pemberian probiotik meningkatkan bobot

badan, meningkatkan nafsu makan dan menurunkan kolesterol

dan kadar triliserida dari ayam pedaging.

Ayam pedaging juga di pasarkan dalam bentuk potongan-

potongan komersial. Proposal bagian - bagian karkas seperti

paha memiliki persentase 10%, sayap sebanyak 15%, betis

17% dan dada 30% dari bobot karkas. Bobot dada dan

punggungnya dapat di belah dua, sehingga potongan karkas

komersial berjumlah 10 bagian. Bobot karkas berbeda-beda

untuk setiap umurnya seperti pada umur 8 minggu memiliki

bobot karkas sekitar 1,995 g dengan persentase bagian -

bagian karkas yaitu lemak abdominal 4,3%, sayap 9,6%, betis

13,0%, paha 16,6%, dada bertulang 34,2% dan dada tanpa

tulang 22,6% (Adams, 2002).

Persentase karkas tidak banyak berpengaruh terhadap

kualitas karkas namun penting pada penampilan ternak

sebelum dipotong. Pembeli ternak akan memperkirakan nilai

karkas dari penampilan ternak sewaktu ternak tersebut masih

hidup. Persentase pembelian karkas terlalu tinggi misalnya 1%

saja, faktor - faktor yang mempengaruhi persentase karkas

adalah konformasi tubuh dan derajat kegemukan. Ternak yang

gemuk, persentase karkasnya tinggi dan umumnya berbentuk

tebal seperti balok (Kartasudjana, 2001).

2.8 Deposisi Daging Dada

Daging didefinisikan sebagai urat daging (otot) yang

melekat pada kerangka, kecuali urat daging bagian bibir,

hidung, dan telinga yang berasal dari hewan yang sehat

sewaktu dipotong. Istilah daging biasanya dibedakan dari

karkas. Perbedaan pengertian daging dengan karkas terletak

pada kandungan tulangnya. Daging biasanya susah tidak

Page 32: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

17

mengandung tulang, sedang karkas adalah daging yang belum

dipisahkan dari tulang atau kerangkanya (Risma, Riyanti dan

Purnama, 2009). Kualitas karkas dan daging dipengaruhi oleh

faktor sebelum pemotongan, antara lain genetik, spesies,

bangsa, tipe ternak, jenis kelamin, umur, pakan serta otot

daging (Rizal, 2006). Deposisi daging dada diperoleh dengan

membandingkan berat daging dada dan berat hidup.

Komposisi daging antara lain tersusun oleh air, karbohidrat,

protein, lemak, vitamin, dan mineral. Kadar masing-masing

zat makanan dalam daging adalah 75% terdiri dari air, 20%

protein, 5% lemak, karbohidrat dan mineral (Khotimah, 2002).

Faktor pakan perkembangan daging dada juga dipengaruhi

oleh jenis kelamin, umur, faktor genetik, dan strain ayam

(Rizal, 2006).

2.9 Lemak Abdominal

Lemak pada tubuh ternak terbagi atas subkutan (bawah

kulit), bawah perut, dalam otot (intramuskuler). Lemak

abdominal adalah lemak yang berada di bagian bawah perut

(rongga perut). Lemak abdominal ternak jantan lebih banyak

dan semakin bertambah umur semakin tinggi jumlahnya.

Bagian tubuh yang digunakan untuk menyimpan lemak pada

ternak adalah bagian sekitar perut yang disebut lemak

abdomen. Lemak abdomen merupakan salah satu komponen

lemak tubuh yang terletak pada rongga perut. Persentase

lemak abdominal diperoleh dari penimbangan lemak yang

terdapat pada rongga abdomen dengan bobot hidup unggas

dikalikan 100% (Resnawati, 2004).

Resnawati (2004), menyatakan bahwa persentase lemak

abdominal pada ayam pedaging berkisar antara 1,50-2,11%.

Pilliang dan Djojosoebagio (2006), menyatakan bahwa

Page 33: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

18

jaringan adiposa merupakan jaringan yang berperan

menyimpan lemak. Penyimpan lemak yaitu rongga perut

(abdomen). Persentase lemak abdomen dipengaruhi oleh umur

pemeliharaan dan tingkat energi pakan. Lemak abdomen akan

meningkat pada ayam yang diberi pakan dengan protein dan

energi rendah. Energi yang berlebihan akan disimpan dalam

bentuk lemak dalam jaringan - jaringan. Bagian tubuh yang

digunakan untuk menyimpan lemak pada ayam adalah bagian

sekitar perut (abdomen). Lemak merupakan salah satu

penyusun jaringan untuk menyimpan energi dalam tubuh,

secara bertahap lemak diambil dari peredaran darah dan

disimpan terutama di bawah kulit dan perut (Syamsuhaidi,

1997).

Mahfudz (1999), menyatakan bahwa jumlah pemberian

pakan yang semakin menurun akan berpengaruh pada kadar

lemak abdominal yang menurun. Syahruddin (2002),

meyatakan bahwa penurunan konsumsi energi akan diikuti

oleh penurunan lemak abdominal yang terbentuk pada daging.

Pemeliharaan secara intensif akan memungkinkan pergerakan

ternak terkontrol, sehingga energi yang dikeluarkan oleh

ternak akan mengalami kelebihan energi dan disimpan dalam

bentuk lemal - lemak abdomen. Fungsi lemak abdomen yaitu

sebagai cadangan energi untuk menjamin homeostatis kalori,

sebagai bantalan terhadap benturan, dan sebagai penahan

dingin waktu suhu lingkungan menurun (Mahfudz, 1999).

Page 34: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

19

BAB III

MATERI DAN METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Lapang Universitas

Tribuana. Jl. Telaga Warna blok C. Tlogomas Malang.

Penelitian dilakukan selama 5 minggu dimulai pada tanggal 14

April 2014 hingga 18 Mei 2014.

3.2 Materi Penelitian

3.2.1 Ayam Pedaging

Penelitian ini menggunakan ayam pedaging strain

Lohman dengan jenis kelamin betina untuk menyeragamkan

jenis kelamin dan data yang didapatkan lebih akurat. Ayam

yang digunakan umur 8 hari yang diperoleh dari PT.

Wonokoyo Jaya Corporindo Karangploso. Total ayam

pedaging yang digunakan sebanyak 144 ekor dengan rincian 4

perlakuan 6 ulangan dan setiap ulangan berisi 6 ekor ayam.

Rata - rata bobot badan ayam sebelum perlakuan adalah 114,8

+ 11,4 g dan nilai koefisien keragaman sebesar 10% seperti

dalam Lampiran 2.

3.2.2 Kandang

Kandang yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sistem litter sebanyak 24 unit ukuran 80 x 80 x 80 cm per unit.

Setiap unit kandang berisi 6 ekor ayam pedaging. Kandang

diberi tempat pakan dan tempat minum serta dilengkapi

dengan lampu pijar 25 watt. Suhu di tempat penelitian

diperlihatkan pada Lampiran 1. Rataan suhu pagi hari

mencapai 29°C, siang hari 30°C dan sore hari 29°C. Koefisien

keragaman bobot badan awal 10% dapat dilihat pada

Lampiran 2.

Page 35: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

20

3.2.3 Pakan

Pakan perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah pakan yang disusun sendiri tanpa mengandung

antibiotik berdasarkan kebutuhan zat makanan untuk ayam

pedaging periode starter dan finisher. Pakan periode strarter

diberikan mulai DOC sampai minggu ketiga sedangkan pakan

periode finisher diberikan mulai minggu keempat sampai akhir

pemotongan yang terdiri dari jagung, bekatul, dan konsentrat.

Pemberian whey dengan Pediococcus pentosaceus diberikan

pada tingkat yang berbeda pada setiap perlakuan. Pemberian

pakan dan minum diberikan secara add-libitum. Whey keju

didapatkan CV Karya Brawijaya “Rumah Yoghurt”.

3.3 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah percobaan

lapang dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap

(RAL) dan apabila terdapat perbedaan pengaruh yang nyata

maka akan dilanjutkan dengan uji Duncan. Perlakuan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah 4 perlakuan dengan 6

kali ulangan sehingga terdapat 24 unit percobaan. Pakan

perlakuan yang digunakan pada masing-masing perlakuan

disusun dengan pakan yang sama dan berdasarkan kebutuhan

dari ternak. Pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari, yaitu

pada pagi dan siang hari. Perlakuan yang diberikan adalah

sebagai berikut :

Percobaan dilakukan dengan 1 perlakuan kontrol dan

pemberian whey dengan konsentrasi berbeda, pakan perlakuan

yang digunakan adalah :

P0 = Pakan basal

P1 = Pakan basal + 1% whey dengan 1 ml Pediococcus

pentosaceus

Page 36: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

21

Deposisi daging dada

Persentase karkas

P2 = Pakan basal + 2% whey dengan 1 ml Pediococcus

pentosaceus

P3 = Pakan basal + 3% whey dengan 1 ml Pediococcus

pentosaceus

Pemberian pakan perlakuan berupa whey dan

Pediococcus pentosaceus dilakukan pada hari ke 8. Whey

dengan Pediococcus pentosaceus diberikan pada ayam dengan

cara dicampur pada pakan dan adlibitum pada pemberian

minum. Pengukuran pertambahan bobot badan dilakukan

setiap minggu dengan menimbang ternak satu per satu

kemudian di rata - rata bobot setiap unitnya. Konsumsi pakan

diperoleh dari pemberian pakan dikurangi dengan pakan sisa

yang diambil setiap pagi hari.

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Persentase Bobot Karkas

Bobot karkas diperoleh dengan menimbang ayam setelah

dipotong dikurangi bulu, kaki, kepala, leher dan organ dalam.

Persentase karkas dihitung dengan rumus sebagai berikut :

3.4.2. Deposisi daging dada

Deposisi daging dada yaitu bobot daging dada dibagi

bobot hidup dikali 100%. Deposisi daging dada dapat dihitung

dengan rumus :

Page 37: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

22

Persentase lemak abdominal

Deposisi daging dada diperoleh dengan menimbang bobot

daging dada diambil 6 ekor ayam setiap perlakuan.

3.4.3. Persentase lemak abdominal

Persentase lemak abdominal didapat dari lemak yang

terdapat pada lapisan yang menempel antara otot abdominal

dan usus. Persentase lemak abdominal dapat dihitung dengan

rumus :

3.5 Analisis data

Data yang diperoleh selama penelitian meliputi

persentase karkas, deposisi daging dada, dan menurunkan

lemak abdominal dianalisa menggunakan percobaan lapang

dengan Rancangan acak lengkap. Uji lanjut yang digunakan

memakai uji Duncan’s. Model statistik Rancangan acak

lengkap adalah :

Yij = µ + γi + Σij

Keterangan :

Yij : Nilai pengamatan pada perlakuan ke-i ulangan ke-j

µ : Nilai tengah umum

γi : pengaruh perlakuan ke-i

Σij : kesalahan (galat) percobaan pada perlakuan

i : 1, 2, 3,....

j : 1, 2, 3,....

3.6 Batasan Istilah

1. Whey keju adalah hasil samping dari industri pembuatan

keju, merupakan cairan bening berwarna kuning yang

diperoleh dari penyaringan dan pengepresan dalam proses

pembuatan keju.

Page 38: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

23

2. Bakteri asam laktat adalah kelompok bakteri gram positif

yang mampu mengubah karbohidrat menjadi asam laktat.

3. Probiotik adalah mikroorganisme hidup yang diberikan

kepada ternak yang mempunyai efek positif bagi ternak

yang mengkonsumsi.

Page 39: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

24

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data hasil penelitian penambahan 1-3% whey keju

dengan 1 ml Pediococcus pentosaceus terhadap kualitas

karkas ayam pedaging persentase karkas, deposisi daging dada

dan persentase lemak abdominal dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rata-rata persentase karkas, Deposisi daging dada

dan Persentase lemak abdominal

Variabel

penelitian

Perlakuan Persentase

karkas (%)

Deposisi daging

dada (%)

Persentase

lemak

abdominal

(%)

P0 66,7 ± 0,8 19,1 ± 0,6 1,6 ± 0,1

P1 67,7 ± 1,0 19,4 ± 0,6 1,6 ± 0,2

P2 67,9 ± 0,9 19,7 ± 0,3 1,8 ± 0,2

P3 68,8 ± 0,7 21,1 ± 1,0 1,7 ± 0,1

4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Persentase Bobot

Karkas

Penambahan whey keju dengan 1 ml Pediococcus

pentosaceus memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata

(P>0,05) terhadap kualitas karkas. Hasil penelitian ini sesuai

dengan penelitian Tarigan, Sjofjan, dan Djunaidi (2013),

menyatakan bahwa penggunaan probiotik dalam pakan tidak

berbeda nyata terhadap persentase karkas sedangkan berat

karkas dipengaruhi bobot hidup. Hal ini juga didukung oleh

Safingi et al. (2013), dengan menggunakan berbagai macam

probiotik yaitu bakteri asam laktat, Lactobacillus sp.,

Page 40: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

25

Bacillus sp. menunjukkan hasil yang sama dengan perlakuan

kontrol. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian

Gunawan dan Sundari (2003), menyatakan bahwa

penggunakan probiotik Starbio sebanyak 0,25% dalam pakan

dapat meningkatkan bobot badan ayam pedaging hingga umur

6 minggu dan memperbaiki pemanfaatan serat kasar dalam

pakan sampai dengan 6%. Hasil penelitian Siregar, Sabrani

dan Soeprawiro (1982), menyatakan bahwa persentase karkas

ayam pedaging bervariasi antara 65-75% dari bobot badan.

Protein dalam pakan merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi bobot karkas ayam.

Protein adalah zat makanan yang diperlukan untuk

pertumbuhan serta pembentukan dan perbaikan jaringan

(Tillman et al., 1998). Hal ini sesuai dengan pendapat

Resnawati (2004), menyatakan paha merupakan bagian karkas

yang banyak mengandung daging sehingga perkembangannya

banyak dipengaruhi oleh kandungan protein pakan. Hal ini

dapat dipahami, karena persentase bobot karkas merupakan

perbandingan bobot karkas dengan bobot hidup, sehingga

bobot hidup yang besar akan diikuti pula oleh bobot karkas

yang besar pula, dan sebaliknya. Bobot hidup yang tidak

berbeda umumnya persentase karkas tidak berbeda. Wahju

(2004) menyatakan bahwa tingginya bobot karkas ditunjang

oleh bobot hidup akhir sebagai akibat pertambahan bobot

hidup ternak. Shanin dan Abd El Azeem (2005), menyatakan

bahwa karkas ayam yang diberi pakan dengan kandunga tinggi

serat, baik dengan kandungan protein tinggi ataupun rendah

memiliki proporsi bobot karkas dengan tulang yang lebih

tinggi daripada ayam yang diberi pakan dengan kandungan

Page 41: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

26

rendah serat, baik dengan kandungan protein tinggi ataupun

rendah.

4.2 Pengaruh Perlakuan Terhadap Deposisi Daging Dada

Ayam

Penambahan whey keju dengan 1 ml Pediococcus

pentosaceus pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0,05)

terhadap deposisi daging dada. Hasil tersebut sama dengan

penelitian Agustina, Purwanti dan Zainuddin (2007),

menyatakan bahwa penggunaan probiotik Lactobacillus sp.

sebanyak 2,5 ml/l dan 5,0 ml/l air minum sebagai tambahan

pakan pada ayam pedaging tidak memberikan pengaruh

terhadap pertambahan bobot badan ayam pedaging.

Pertambahan bobot yang diperoleh adalah 552,2 g/minggu dan

521,3 g/minggu, sedangkan pada P0 adalah 545,1 g/minggu.

Hasil penelitian ini juga tidak berbeda dengan hasil penelitian.

Wibowo, Achmanu dan Muharlien (2013), penggunaan

probiotik yang menghasilkan rata – rata persentase daging

dada adalah 19,6% dari bobot karkas.

Hasil tersebut lebih rendah dibandingkan dengan

pendapat Lippens, Room, De Groote and Decuypere (2000)

yang menyatakan berat daging dada merupakan 26,5% dari

bobot karkas. Selle, Huang and Muir (2003), menyatakan

bahwa berat daging dada 24% dari berat karkas. Menurut

Hayse dan Morion (1973), menyatakan bahwa persentase

deposisi daging dada sejalan dengan bertambahnya berat

karkas dan berat hidup. Besarnya daging dada ayam pedaging,

karena sebagai besar otot yang merupakan komponen karkas

terdapat di sekitar dada (Jull, 1979).

Page 42: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

27

4.3 Pengaruh Perlakuan Terhadap Persentase Lemak

Abdominal

Hasil penelitian menyatakan bahwa penambahan whey

keju sampai dengan 3% ditambah 1ml Pediococcus

pentasaceus tidak dapat menurunkan persentase lemak

abdominal. Menurut Anggorodi (1985), menyatakan bahwa

penimbunan lemak dapat terjadi karena kelebihan energi

setelah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok dan

untuk produksi dan penimbunan lemak ini dipengaruhi oleh

bangsa, galur, sistem kandang, umur, dan jenis kelamin.

Tarigan, Sjofan Dan Djunaidi (2013), menyatakan bahwa

penimbunan lemak dipengaruhi oleh faktor genetik, jenis

kelamin, pertumbuhan, ransum, umur pemotongan dan strain.

Summers and Leeson (1984), menyatakan bahwa dalam

keadaan normal bobot lemak abdominal berkisar antara 1,6–

3,5% dari bobot hidup. Hasil penghitungan konsumsi energi

dan protein diperlihatkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Konsumsi Energi dan Protein Ayam Pedaging

Perlakuan Konsumsi Energi

(Kkal/hari)

Konsumsi

Protein (%/hari)

P0 274.9 16.7

P1 278.4 17.0

P2 285.0 17.4

P3 281.0 17.1

Tabel 5 menunjukkan rata – rata konsumsi energi 274.9-

285.0 Kkal/hari. Hasil penghitungan lemak abdominal yang

didapatkan 1,6-1,8% dari bobot hidup. Menurut Resnawati

(2004), menyatakan bahwa persentase lemak abdominal ayam

pedaging umur lima minggu yaitu 1,50-2,11%. Farran, Khalil,

Page 43: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

28

Uwayjan and Ashkarian (2000), menyatakan bahwa ayam

pedaging strain Lohmann yang dipelihara selama 49 hari

memiliki persentase lemak abdominal sekitar 1,30-1,32%,

lebih rendah dari yang dilaporkan pada penelitian ini.

Page 44: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

29

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Disimpulkan bahwa penambahan whey keju sampai 3%

dengan 1 ml bakteri asam laktat Pediococcus pentosaceus

belum dapat meningkatkan persentase karkas, deposisi daging

dada dan persentase lemak abdominal.

5.2 Saran

Penambahan whey keju dengan Pediococcus pentosaceus

dalam pakan tidak berpengaruh terhadap kualitas karkas

namun dapat disarankan menjadikan alternatif untuk produk

daging ayam yang sehat.

Page 45: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

30

DAFTAR PUSTAKA

Abubakar. 2003. Mutu Karkas Ayam Hasil Potongan

Tradisional Dan Penerapan Sistem Hazard

Analisis Cortical Control Poin. Jurnal Litbang

Pertanian 22 (1): 23-31.

Achmanu dan Muharlien. 2011. Ilmu Ternak Unggas. UB

Press. Malang.

Adams, C. A. 2000. The Role of Nutricines in Health and

Total Nutrition. Proc. The Journal of Animal

Sciences. 12:17-24.

Agustina, L., S. Purwanti dan D. Zainuddin. 2007.

Penggunaan Probiotik (Lactobacillus sp.) Sebagai

Imbuhan Pakan Broiler. Fakultas Peternakan

Universitas Hasanuddin, Makassar.

Anggorodi, R. 1985. Ilmu Makanan Ternak Unggas. Jakarta.

Universitas Indonesia.

Anonimous. 2013. Data Produksi Ternak Kabupaten/Kota Di

Jawa Timur http://disnak.jatimprov.go.id/ web/

layananpublik/datastatistik/statistikproduksi.

Diakses 3 Mei 2014.

Anonimous. 2008. Lohmann Meat pedaging Stock

Performance Objectives. http://www.aviagen.com.

Diakses tanggal 20 Maret 2014.

Anwar, M. S., A. N. Albaarri dan A. M. Legowo. 2012.

Volume Gas, pH dan Kadar Alkohol Pada Proses

Produksi Bioetanol Dari Acid Whey Yang

Difermentasi Oleh Saccharomyces cerevisiae.

http://journal.ift.or.id/files/M.%20S.%20Anwar%2

014 13 3136.pdf. Diakses 2 Mei 2014.

Page 46: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

31

Arun, K., S. V. R. Rao., M. V. L. N. Raju And S. R. Sharma.

2006. Dietary Suplementation of Lactobacillus

Sporogenes on Performance an Serum

Biochemico-Lipid Profile of broiler Chicken. The

Journal of Poultry Science. 43 = 235-240.

Brakey, J., G. B. Havestein., S. E. Scheideler., P. R. Ferket

and D. C. Rives. 1993. Relationship Of Sex,

Age And Body Weight To Broiler Carcass

Yield And Offal Production. The Journal of

Animal Sciences. 72:1137-1145.

Cole, D. J. A. 1991. The role of The Nutritionist In

Designing Feed For The Future In Feed

Industry. T.P. Lyons (Ed). Proceeding Altech’s.

Seventh Annual Symposium. Altech Technical

Publication. Nicholasville Kentucky :1–2.

Daud, M. 2006. Persentase dan Kualitas Karkas Ayam

Pedaging yang Diberi Probiotik dan Prebiotik

dalam Pakan. Program Studi Ilmu Ternak Sekolah

Pascasarjana IPB. Bogor.

Donald, S. R., C. C. Raver., T. Hayes and B. Richardson.

2002.Preliminary Construct and Concurrent

Validity of the Preschool Self-regulation

Assessment (PSRA) for Feld-Based Research.

University of Chicago, IL, United states.

Farran, M.T., R. F. Khalil., M. G. Uwayjan and V. M.

Ashkarian. 2000. Performance and Carcass Quality

of Commercial Broiler Strains. Journal Applied.

Poultry Research. 9 : 252–257.

Fuller, R. 1997. Probiotic 2. Aplication and Practical Aspects.

1st. Ed. Chapman and Hall, London.

Page 47: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

32

Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi. Edisi Keempat

Gajah Mada Press. Yogyakarta.

Gunawan dan Sundari. 2003. Pengaruh Penggunaan Probiotik

Dalam Ransum Terhadap Produktivitas Ayam.

Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Hayse, P. L and W. Morion. 1973. Eviscerated Yield,

Component Parts, And Meat, Skin and Bone

Ration In The Chicken Broiler. The Journal of

Poultry Science. 52:718-722.

Hoover, D. G. 2000. Microorganism and Their Products in the

Preservation of Foods. In : B.M. Lund, T.C.Baird-

Parker, G.W. Gould (Eds). The Microbiological

Safety and Quality of Food. Aspen Publisher, Mary

land.

Ignatova, M., V. Sredkova and V. Marasheva. 2009. Effect of

Dietary Inclusion of Probiotic on Chickens

Performance and Some Blood Indices.

Biotechnology In Animal Husbandry, 25 (5-6):

1079-1085.

Iriyanti, N., L. Istinganah dan S. Mugiyono. 2013.

Penggunaan Berbagai Jenis Probiotik Dalam

Ransum Terhadap Produksi dan Bobot Telur Ayam

Arab. Fakultas Peternakan. Universitas Jenderal

Soedirman. Purwokerto. Jurnal Ilmiah Peternakan

1 (1): 338–346.

Jull, M. A. 1979. Poultry Husbandry Third Edition. Mc Graw

Hill. Publishing co. Ltd. New Delhi.

Kartasudjana, R. 2001. Teknik Inseminasi Buatan Pada

Ternak. http://www. depdiknas.com. Diakses

tanggal 10 September 2011.

Page 48: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

33

Karyadi, E. 2003. Prebiotik memiliki manfaat sangat besar.

http//www.kompas.com/kesehatan/news/0308/26/0

84340 .htm [20 Maret 2014].

Khotimah, K. 2002. Pengaruh Ekstrak Jeruk Nipis Dan

Metode Pengolahan Pada Kualitas Daging

Pedaging. http://digilip.si.itb,ac.id/print.php.id=

jiptumm-gdl-Res2002-ir5311-jeruk.

Kompiang, I. P. 2009. Pemanfaatan Mikroorganisme sebagai

Probiotik untuk Meningkatkan Produksi Ternak

Unggas di Indonesia. Jurnal Pengembangan Inovasi

Pertanian 2 (3) : 177-191.

Kusmiati dan A. Malik. 2002. Aktivitas Bakteriosin dari

Bakteri Leuconostoc mesenteroides pada Berbagai

Media. Makara, Kesehatan. 6 (1): 38-45.

Langhout, P. 2000. New Additives for broiler chicken. Feed

Mix. The International Journal on feed Nutrition

and Technology 9 (6):24-27.

Leeson, S and J. D. Summers. 1980. Production and

Carccas Characteristic of The Pedaging Chicken.

The Journal of Animal Sciences. 59 : 786-798.

Lippens, M., G. Room., G. De Groote and E. Decuypere.

2000. Early and Temporary Quantitative Food

Restriction of Broiler Chickens. 1. Effects on

Performance Characteristics. Mortality and Meat

Quality. The Journal of Animal Sciences. 41:343-

354.

Page 49: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

34

Lohakare, J. D,. B. J. Chae and T. W. Hahn. 2004. Effects of

Feeding Methods (Feed vs. Water) of Vitamin E on

Growth Performance and Meat Quality of Broilers.

Asian-Australasian. The Journal of Animal

Sciences. 17 (8): 1112-1117.

Mahhfudz, L. D. 1999. Intensifikasi Penanaman Padi Dengan

Pemeliharaan Itik Di Sawah. Fakultas Diponegoro

Semarang.

Maunatin, A. 2010. Fermentasi whey keju oleh Lactobacillus

sp. untuk produksi isomer asam laktat. Universitas

Islam Negeri Maliki Malang. Malang.

Mugiyono, S. 2001. Pengaruh campuran pakan komersil

dan dedak padi yang ditambah CaCO3 dan

premix terhadap pertumbuhan ayam kampung

periode starter. Jurnal Agrisistem. 2 (1): 17–25

Nettles, C. G and S. F. Barefoot. 1993. Biochemical and

Genetic Characteristics of Bacteriocin of Food-

Associated Lactic Acid Bakteria. Journal of Food

Protection. 56: 338-356

NRC. 1994. Nutrient Requirement of Poultry. National

Academy Press. Washington D.C.

Pal, A and P. Chattophadhyay. 2006. Purification and

Immobilization of an Aspergillus terreus xylanase:

Use of Continuous Fluidized Column Reactor.

Indian. Journal Biotechnology. 5: 163–168.

Prabowo. 2007. Budidaya Ayam Pedaging/Potong dengan

Teknologi NASA. http://www.poultryindonesia.

com/modules.php?name=Forums&file=viewtopic

&t=208.Diakses 20 Maret 2014.

Page 50: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

35

Pilliang, W. G dan S. Djojosoebagio. 1990. Fisiologi Nutrisi

Volume 1. Ilmu Hayati Press IPB Bogor.

Purborani, P. 2009. Pengaruh Penggunaan Afkiran Marning

dalam Pakan Terhadap Penampilan Produksi Ayam

Pedaging. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas

Brawijaya. Malang.

Putnam, P. A. 1991. Handbook of Animal Science. London:

CAB International.

Rasyaf, M. 1995. Pengelolaan Usaha peternakan Ayam

Pedaging. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Resnawati, H. 2004. Bobot Potongan Karkas Dan Lemak

Abdomen Ayam Ras Pedaging Yang Diberi Pakan

Mengandung Tepung Cacing Tanah (Lumbricus

rubellus).http://peternakan.litbang.deptan.go.id/full

teks/ semnas/pro04-75.pdf. Diakses 2 Mei 2014.

Risma, R., Riyanti dan E. S. Purnama. 2009. Uji Kualitas

Fisik dan Kebusukan Karkas Pedaging di Pasar-

pasar Tradisional Kota Bandar Lampung dan

Metro. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian

Universitas Lampung. Lampung.

Rizal, Y. 2006. Ilmu Nutrisi Unggas. Andalas University

Press. Padang.

Rose, S. P. 1997. Principles of Poultry Science. CAB Int,.

Wall-ingford, UK.

Safingi, A., M. Mufti, dan N. Iriyanti. 2013. Penggunaan

Berbagai Jenis Probiotik Dalam Ransu Ayam Arab

Terhadap Konsumsi Pakan Dan Income Over Feed

Cost. Fakultas Peternakan Universitas Jenderal

Soedirman, Purwokerto.

Page 51: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

36

Salminen, S., E. Isolauri and E. Salminen. 1996. Clinical Uses

of Probiotics for Stabilizing the Gut Mucosal

Barrier: Successful strains and Future Challenges.

Antonie van Leeuwenhoek 70: 347–358.

Saputri, F. 2012. Pengaruh Pemberian Probiotik Bakteri Asam

Laktat (BAL) Pediococcus pentosaceus terhadap

Keseimbangan Mikroflora Usus dan Trigliserida

Daging Itik Pitalah. Universitas Andalas. Padang.

Tesis.

Sari, M. L., F. N. L. Lubis dan L. D. Jaya. 2014.Pengaruh

Pemberian Asap Cair Melalui Air Minum Terhadap

Kualitas Karkas Ayam Pedaging. Jurnal Agripet.

14No.1:71-75. http://jurnal.unsyiah.ac.id/agripet/

article/ viewFile/1208/1106. Diakses 2 Mei 2014.

Selle, P. H., K. H. Huang and W. I. Muir. 2003. Effects o f

Nutrient Specifications and Xylanase Plus Phytase

Supplementation of Wheat-based Diets on Growth

Performance and Cayircass Traits of Broiler 10: 7-

8.

Siregar, A. P., M. Sabrani dan Soeprawiro. 1982. Teknik

Beternak Ayam Pedaging di Indonesia. Cetakan

Kedua. Margie Group, Jakarta.

Shanin, K. A and F. Abd El Azeem. 2006. Effects of Breed,

Sex and Diet and Their Interactions on Fat

deposition and Partitioning among Depots of

Broiler Chickens. Arch. Tierz. Dummerstorf 49

(2) : 181–193.

Steel, R. G. D dan J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur

Statistika Suatu Pendekatan Biometrik. Cetakan

ke-2. Diterjemahkan oleh Bambang Sumantri.

Jakarta. PT. Gramedia.

Page 52: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

37

Summers, J. D and S. Leeson. 1984. Nutrition Repmts

International 40: 29.

Sundari, S. 1986. Toleransi Ayam Pedaging Terhadap

Kandungan Serat Kasar, Serat Detrgen Asam,

Lignin Dan Silika Dalam Pakan Yang

Mengandung Tepung Daun Alang - Alang.

Disertasi. Fakultas Pasca Sarjanan IPB. Bogor.

Soeparno. 1992. Tekhnologi Pengawasan Daging. Institut

Pertanian Bogor. Bogor.

________. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada

University Press, Yogyakarta. Halaman. 5-6;11-

12.

________. 1994. Komposisi Tubuh dan Evaluasi Daging Dada

sebagai Pedoman Penilaian Kualitas Produk

Ayam Kampung Jantan. Buletin Peternakan.16.

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

________. 2005. Ilmu Dan Teknologi Daging. UGM press.

Yogyakarta.

Suprijatna, E., U. Atmomarsono dan R. Kartasudjana. 2005.

Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya.

Jakarta.

Syahruddin, E. 2002. Penggunaan eceng gondok fermentasi

dalam ransum terhadap kandungan kolesterol dan

sistem pencernaan ayam broiler. Jurnal Peternakan

dan Lingkungan. Vol. 08. No. 02 Juni. 44-47.

Syamsuhaidi. 1997. Penggunaan Duckweed (family

Lemnaccae) sebagai Pakan Serat Sumber Protein

dalam Ransum Ayam Pedaging. Disertasi Program

Pascasarjana IPB, Bogor.

Page 53: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

38

Tarigan, R., O. Sjofan dan I. Djunaidi. 2013. Pengaruh

Penambahan Probiotik Selulolitik (Cellulomonas

sp) dalam pakan Terhadap Kualitas Karkas, Lemak

Abdominal dan Berat Organ dalam Ayam

Pedaging. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak.

Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya.

Malang.

Tillman, A. D., H. Hartadi., S. Reksohadiprodjo., S.

Prawirokusomo dan S. Lebdosoekojo. 1998. Ilmu

Makanan Ternak Dasar. Cetakan ke-5.

Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.

Timmerman, H. M., A. Veldman., E. V. Elsen., F. M.

Rombouts and A. C. Beynen. 2006. Mortality and

Growth Performance of broilers Given Drinking

Water Supplemented with Chicken-specific

Probiotics. The Journal of Animal Sciences.

85:1383–1388.

Trisna, W. N. 2012. Identifikasi Molekuler Dan Pengaruh

Pemberian Probiotik Bakteri Asam Laktat (BAL)

Asal Dadih Dari Kabupaten Sijunjung Terhadap

Kadar Kolestrol Daging Pada Itik Pitalah Sumber

Daya Genetik Sumatera Barat. http://pasca.unand.

ac.id. Diakses 3 Mei 2014.

Wahju, J. 1985. Cara Pemberian dan Cara Penyusunan

Ransum Unggas. Fakultas Peternakan. Institut

Pertanian Bogor. Bogor.

Waspodo, I. S. 2001. Efek Probiotik, Prebiotik dan

Synbiotik bagi Kesehatan. http//www.kompas.

com/kompas-cetak/0109/30/iptek/efek22.htm [30

September 2003].

Page 54: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

39

Wibowo, A., Achmanu dan Muharlien. 2013. Penggunaan

Tepung Kemangi dalam Pakan terhadap Persentase

Karkas, Persentase bagian Karkas, Disposisi

Daging Dada, Efisiensi Pakan dan Lemak

Abdominal pada Ayam Pedaging. Jurusan Nutrisi

dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan.

Universitas Brawijaya. Malang.

Winarsih, W. 2005. Pengaruh Probiotik dalam

Pengendalian Salmonellosis Subklinis pada

Ayam : Gambaran Patologis dan Performan.

Disertasi S3 Pascasarjana IPB. Bogor.

Yunenshi, F. 2011. Pengaruh Pemberian Probiotik

Pediococcus pentosaceus Asal Fermentasi Kakao

Hibrid Terhadap Penurunan Kolestol Telur Itik.

Universitas Andalas. Padang. Tesis.

Ziemer, C. J and G. R. Gibson. 1998. Aoverview of

Proboitic, Prebiotic and Symbiotic in the

Functional Food Concept. Prospectives and

Future Strategies. International dairy Journal

8:473-479.

Zulkarnaen, D. 2013. Lebih Sukses dan Untung Beternak

Ayam Pedaging. Dafa Publishing. Surabaya.

Page 55: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

40

Lampiran 1. Suhu kandang selama penelitian

Tanggal Umur ayam

(hari)

Suhu (oC)

Pagi Siang Sore

26 April 2014 1 30 32 29

27 April 2014 2 31 33 29

28 April 2014 3 29 31 30

29 April 2014 4 30 32 29

30 April 2014 5 30 31 29

01 Mei 2014 6 31 31 29

02 Mei 2014 7 30 31 30

03 Mei 2014 8 31 32 30

04 Mei 2014 9 30 31 29

05 Mei 2014 10 29 31 30

06 Mei 2014 11 31 32 30

07 Mei 2014 12 30 31 31

08 Mei 2014 13 31 30 30

09 Mei 2014 14 29 31 30

10 Mei 2014 15 28 31 30

11 Mei 2014 16 29 31 30

12 Mei 2014 17 28 30 31

13 Mei 2014 18 29 31 29

14 Mei 2014 19 30 31 30

15 Mei 2014 20 28 31 30

16 Mei 2014 21 30 31 30

17 Mei 2014 22 28 29 29

18 Mei 2014 23 27 29 29

19 Mei 2014 24 28 29 29

20 Mei 2014 25 28 30 28

21 Mei 2014 26 28 29 29

Page 56: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

41

22 Mei 2014 27 27 30 29

23 Mei 2014 28 28 29 28

24 Mei 2014 29 28 30 28

25 Mei 2014 30 28 29 27

26 Mei 2014 31 26 29 27

27 Mei 2014 32 27 29 28

28 Mei 2014 33 28 30 29

29 Mei 2014 34 27 29 28

30 Mei 2014 35 28 29 29

Jumlah 1010 1065 1022

Rata-rata 28,9 30,4 29,2

SD 2,9 1,4 2,2

Page 57: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

42

Lampiran 2. Bobot Badan Awal Ayam Pedaging (g)

Perlakuan Ulangan Bobot Badan Rata-Rata

P0 U1 104 116.2

97

114

128

122

132

U2 113 113.7

119

124

122

100

104

U3 135 125.5

124

126

137

99

132

U4 107 116.8

135

112

116

101

130

U5 138 117.0

133

139

Page 58: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

43

Lanjutan Lampiran 2

98

99

95

U6 126 117.8

102

134

118

125

102

P1 U1 115 115.8

133

115

116

118

98

U2 100 111.8

109

108

106

118

130

U3 108 118.3

117

120

135

112

118

U4 118 110.5

Page 59: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

44

Lanjutan Lampiran 2

121

100

99

110

115

U5 110 109.7

102

106

116

104

120

U6 110 109.5

115

108

110

105

109

P2 U1 112 109.3

100

114

99

115

116

U2 123 121.7

120

113

119

125

130

U3 123 114.7

Page 60: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

45

Lanjutan Lampiran 2

117

105

112

108

123

U4 114 116.7

123

117

126

105

115

U5 119 116.0

104

119

123

125

106

U6 105 110.3

121

102

102

105

127

P3 U1 147 126.7

144

140

98

95

136

Page 61: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

46

Lanjutan Lampiran 2

U2 104 109.2

103

103

120

120

105

U3 123 115.7

113

120

109

110

119

U4 101 109.0

103

112

102

113

123

U5 117 111.2

102

123

103

108

114

U6 112 112.8

128

111

99

Page 62: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

47

Lanjutan Lampiran 2

112

115

Total 16535

Rata-rata 114.8

Standar deviasi "SD" 11.4

Koefisien keragaman "KK" (%) 10.0

Perhitungan

SD =

1

2

n

xxi

= 1-144

2114.8)115(.....

2114.8)97(

2)4.11104(

= 143

8.18672

= 11.4

KK = x

SD x 100

= 8.114

4.11x 100

= 10%

Page 63: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

48

Lanjutan Lampiran 2

Kesimpulan : Dari perhitungan koefisien keragaman, materi

penelitian dianggap seragam karena angka

koefisien keragaman %10 .

Page 64: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

49

Lampiran 3. Persentase Karkas Ayam Pedaging

Perlakuan Ulangan Bobot potong

(g)

Bobot karkas

(g)

Persentase

karkas (%)

P0

1 1485 973 65.5

2 1285 877 68.2

3 1524 1030 67.6

4 1485 994 66.9

5 1362 868 63.7

6 1317 894 67.9

P1

1 1424 1004 70.5

2 1402 901 64.3

3 1352 925 68.4

4 1260 870 69.0

5 1052 706 67.1

6 1307 877 67.1

P2

1 1173 814 69.4

2 1402 907 64.7

3 1315 912 69.4

4 1401 930 66.4

5 1285 895 69.6

6 1394 951 68.2

P3

1 1470 995 67.7

2 1262 840 66.6

3 1199 841 70.1

4 1285 889 69.2

5 1503 1029 68.5

6 1358 958 70.5

Page 65: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

50

Lampiran 4. Analisis Ragam Persentase Karkas (g)

Perlakuan Ulangan

Total Rata-

rata SD

1 2 3 4 5 6

P0 65.5 68.2 67.6 66.9 63.7 67.9 399.9 66.7 0.8

P1 70.5 64.3 68.4 69.0 67.1 67.1 406.4 677 1.0

P2 69.4 64.7 69.4 66.4 69.6 68.2 407.7 67.9 0.9

P3 67.7 66.6 70.1 69.2 68.5 70.5 412.6 68.8 0.7

Total 273.1 263.8 275.5 271.

5

269.

0

273.

7

1626.

6 271.1 3.3

Faktor koreksi (FK) = txr

Yijt

i

r

j

2

1 1

= 2

64

6.1626

x

= 110246.1

Jumlah kuadrat (JK) total =

t

i

r

jFKYij

1 1

2

= (65.52+68.2

2+…..+70.5

2) - 110246.1

= 82.6

Page 66: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

51

Lanjutan Lampiran 4

Jumlah kuadrat (JK) perlakuan = FKr

t

i

r

jYij

2

1 1

=

1102466

26.412

27.407

24.406

29.399

= 13.6

Jumlah kuadrat (JK) galat = JK total – JK perlakuan

= 82.6-13.6

= 69.0

Tabel Analisis Ragam Persentase Karkas

Sb Db Jk Kt F hitung F tabel

0.05 0.01

Perlakuan 3 13.6 4.5 1.3 3.1 4.9

Galat 20 69.0 3.4

Total 23 82.6

F hitung<F tabel

Berdasarkan tabel analisis F hitung <F tabel,

menunjukkan bahwa diantara perlakuan tidak meningkatkan

persentase karkas ayam pedaging.

Page 67: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

52

Lampiran 5. Deposisi Daging Dada Ayam Pedaging

Perlakuan Ulangan Bobot

potong (g)

Bobot

daging

dada (g)

Deposisi

daging

dada (%)

P0

1 1485 256 17.2

2 1285 261 20.3

3 1524 295 19.4

4 1485 275 18.5

5 1362 251 18.4

6 1317 275 20.9

P1

1 1424 292 20.5

2 1402 257 18.3

3 1352 278 20.6

4 1260 248 19.7

5 1052 178 16.9

6 1307 263 20.1

P2

1 1173 226 19.3

2 1402 285 20.3

3 1315 264 20.1

4 1401 274 19.6

5 1285 260 20.2

6 1394 259 18.6

P3

1 1470 326 22.2

2 1262 254 20.1

3 1199 240 20.0

4 1285 267 20.8

5 1503 282 18.8

6 1358 338 24.9

Page 68: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

53

Lampiran 6. Analisis Ragam Deposisi Daging Dada Ayam

Pedaging (g)

Perlakuan Ulangan

Total Rata-

rata SD

1 2 3 4 5 6

P0 17.2 20.3 19.4 18.5 18.4 20.9 114.7 19.1 0.6

P1 20.5 18.3 20.6 19.7 16.9 20.1 116.1 19.4 0.6

P2 19.3 20.3 20.1 19.6 20.2 18.6 118.0 19.7 0.3

P3 22.2 20.1 20.0 20.8 18.8 24.9 126.8 21.1 1.0

Total 79.2 79.1 80.0 78.5 74.3 84.5 475.7 79.3 2.5

Faktor koreksi (FK) = txr

Yijt

i

r

j

2

1 1

= 2

64

7.475

x

= 9426.8

Jumlah kuadrat (JK) total =

t

i

r

j

FKYij1 1

2

= (17.22+20.3

2+…..+24.9

2)- 9426.8

= 59.5

Page 69: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

54

Lanjutan Lampiran 6

Jumlah kuadrat (JK) perlakuan = FKr

Yijt

i

r

j

2

1 1

=

8.94266

8.1260.1181.1167.114 2222

= 14.6

Jumlah kuadrat (JK) galat = JK total – JK perlakuan

= 59.5-14.6

= 44.9

Tabel Analisis Ragam Deposisi Daging Dada

Sb Db Jk Kt Fhitung F table

0.05 0.01

Perlakuan 3 14.6 4.9 2.2 3.1 4.9

Galat 20 44.9 2.2

Total 23 59.5

F hitung<F tabel

Berdasarkan tabel analisis F hitung <F tabel,

menunjukkan bahwa diantara perlakuan tidak meningkatkan

deposisi daging dada.

Page 70: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

55

Lampiran 7. Persentase Lemak Abdominal

Perlakuan Ulangan Bobot potong

(g)

Bobot lemak

abdominal

(g)

Persentase

lemak

abdominal (%)

P0

1 1485 29.1 2.0

2 1285 18.7 1.5

3 1524 19.9 1.3

4 1485 26.3 1.8

5 1362 16.4 1.2

6 1317 23.9 1.8

P1

1 1424 25.1 1.8

2 1402 30.2 2.2

3 1352 13.4 1.0

4 1260 22.4 1.8

5 1052 15.0 1.4

6 1307 21.5 1.6

P2

1 1173 20.6 1.8

2 1402 23.0 1.6

3 1315 35.8 2.7

4 1401 27.3 2.0

5 1285 19.4 1.5

6 1394 16.9 1.2

P3

1 1470 25.7 1.7

2 1262 16.5 1.3

3 1199 22.5 1.9

4 1285 24.0 1.9

5 1503 32.7 2.2

6 1358 18.3 1.4

Page 71: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

56

Lampiran 8. Analisis Ragam Persentase Lemak Abdominal

(%)

Perlakuan Ulangan

Total Rata-

rata SD

1 2 3 4 5 6

P0 2.0 1.5 1.3 1.8 1.2 1.8 9.5 1.6 0.1

P1 1.8 2.2 1.0 1.8 1.4 1.6 9.8 1.6 0.2

P2 1.8 1.6 2.7 2.0 1.5 1.2 10.8 1.8 0.2

P3 1.7 1.3 1.9 1.9 2.2 1.4 10.3 1.7 0.1

Total 7.2 6.6 6.9 7.4 6.3 6.0 40.4 6.7 0.7

Faktor koreksi (FK) = txr

Yijt

i

r

j

2

1 1

= 2

64

4.40

x

= 68.0

Jumlah kuadrat (JK) total =

t

i

r

j

FKYij1 1

2

= (2.02+1.5

2+…..+1.4

2)-68.0

= 3.3

Page 72: SKRIPSI Oleh : NIM : 105050113111030

57

Lanjutan Lampiran 8

Jumlah kuadrat (JK) perlakuan = FKr

Yijt

i

r

j

2

1 1

=

0.686

3.108.108.95.9 2222

= 0.2

Jumlah kuadrat (JK) galat = JK total – JK perlakuan

= 3.3-0.2

= 3.1

Tabel Analisis Ragam Persentase Lemak Abdominal

SD DB Jk Kt F

hitung

F tabel

5% 1%

Perlakuan 3 0.2 0.1 0.4 2.7 4.2

Galat 20 3.1 0.2

Total 23 3.3

F hitung < F tabel

Berdasarkan tabel analisis F hitung <F tabel,

menunjukkan bahwa diantara perlakuan tidak menurunkan

persentase lemak abdominal.