Skripsi perbaikan

71
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang tunggak yang dikenal pula sebagai kacang tolo atau kacang dadap merupakan salah satu jenis kacang-kacangan yang sudah lama ditanam di Indonesia, tetapi belum dibudidayakan secara luas dan belum dijadikan komoditas komersial oleh petani (Rukmana dan Oesman, 2000). Tanaman ini mampu tumbuh dan berproduksi pada kisaran lingkungan yang luas, yaitu dari daerah yang beriklim kering-basah, dataran rendah-dataran tinggi, daerah subtropis-tropis dan keragaman lingkungan lainnya. Kacang tunggak merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang mempunyai prospek cukup baik untuk dikembangkan di NTT, sebab adaptasinya sangat sesuai dengan karakteristik agroklimat yang ada. Sifat-sifat unggul kacang tunggak jika dibandingkan dengan jenis kacang-kacangan lainnya adalah mudah dibudidayakan, 1

Transcript of Skripsi perbaikan

Page 1: Skripsi perbaikan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kacang tunggak yang dikenal pula sebagai kacang tolo atau kacang dadap

merupakan salah satu jenis kacang-kacangan yang sudah lama ditanam di

Indonesia, tetapi belum dibudidayakan secara luas dan belum dijadikan komoditas

komersial oleh petani (Rukmana dan Oesman, 2000). Tanaman ini mampu

tumbuh dan berproduksi pada kisaran lingkungan yang luas, yaitu dari daerah

yang beriklim kering-basah, dataran rendah-dataran tinggi, daerah subtropis-

tropis dan keragaman lingkungan lainnya.

Kacang tunggak merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang

mempunyai prospek cukup baik untuk dikembangkan di NTT, sebab adaptasinya

sangat sesuai dengan karakteristik agroklimat yang ada. Sifat-sifat unggul kacang

tunggak jika dibandingkan dengan jenis kacang-kacangan lainnya adalah mudah

dibudidayakan, toleran terhadap kekeringan, cepat menghasilkan, tahan terhadap

hama penyakit, dan dapat digunakan sebagai pemenuh kebutuhan akan kacang-

kacangan (Rukmana dan Oesman, 2000).

Kondisi NTT yang sebagian besar adalah daerah lahan kering sehingga

efisiensi penggunaan air sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan kacang tunggak.

Tanaman sangat memerlukan air yang cukup pada periode perkecambahan benih,

pembungaan dan pembesaran buah. Kadar air tanah tidak boleh kurang dari 50%.

Penyiraman merupakan salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut dan

1

Page 2: Skripsi perbaikan

meningkatkan produksi kacang tunggak. Penyiraman air akan sangat menentukan

Kandungan air tanah yang akan diserap oleh tanaman sangat ditentukan oleh

penyiraman air dan selang waktu penyiraman sangat mempengaruhi kualitas hasil

buah kacang tunggak (Pitojo, 2004).

Produktivitas kacang tunggak ditentukan oleh beberapa faktor penentu

yakni faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan diantaranya adalah

tingkat pemberian air yang belum merata. Kondisi demikian dapat dibantu dengan

teknologi penyiraman guna memenuhi kebutuhan air tanaman kacang tunggak.

Kebiasaan petani NTT melakukan penanaman kacang tunggak masih

diusahakan dalam skala kecil atau hanya sebagai tanaman sampingan, umumnya

ditanam dalam sistem tanam tumpangsari dengan tanaman-tanaman lain tanpa

input teknologi yang memadai sehingga pemberian air pada tanaman tidak merata

dan tidak mencukupi kebutuhan tanaman kacang tunggak, untuk itu dibutuhkan

pemanfaatan air bagi tanaman kacang tunggak selama masa pertumbuhan dan

perkembangannya. Penyiraman dengan interval waktu yang berbeda penting

untuk diterapkan di daerah NTT guna mengetahui kebutuhan air bagi tanaman

kacang tunggak. Pengetahuan masyarakat tentang “Pengaruh Interval Waktu

Penyiraman Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Tunggak” masih

sangat kurang, sehingga perlu kiranya penelitian ini untuk dilakukan.

2

Page 3: Skripsi perbaikan

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh interval

waktu penyiraman terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tunggak serta

mendapatkan pemberian air yang memberikan pertumbuhan dan hasil terbaik dari

kacang tunggak.

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan menjadi bahan informasi

tambahan bagi pengemban budidaya tanaman kacang tunggak, penelitian lanjutan,

pemulia tanaman dan semua pihak yang membutuhkannya.

1.3 Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah terdapat satu perlakuan dari interval waktu

penyiraman yang memberikan pertumbuhan dan hasil kacang tunggak terbaik.

3

Page 4: Skripsi perbaikan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman kacang tunggak berasal dari Afrika. Di Afrika barat, kacang

tunggak dimanfaatkan sebagai bahan sayuran. Saat ini penanaman kacang tunggak

meluas ke daerah-daerah tropis dan subtropis.

2.1 Taksonomi dan Morfologi Kacang Tunggak

Kedudukan tanaman kacang tunggak dalam tata nama (taksonomi)

menurut Hanum (1997) dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom

plantarum, Phyllum spermatophyta, Kelas angiospermae, Sub kelas dcotyledonae

dan Ordo leguminales. Tanaman ini termasuk dalam Famili leguminoceae

(papilionaceae), Genus vigna, dan Spesies Vigna unguiculata (L.) Walp.

Kacang tunggak memiliki ciri polongnya tegak ke atas dan kaku.

Penampilan visual kacang tunggak hampir sama dengan tanaman kacang panjang,

namun beberapa dijumpai tidak merambat. Batangnya lebih pendek dan berbuku-

buku. Daunnya agak kasar, melekat pada tangkai daun yang agak panjang, dengan

posisi daun bersusun tiga. Bunga berbentuk seperti kupu-kupu, terletak pada

ujung tangkai yang panjang. Buah kacang tunggak berukuran lebih kurang 10 cm,

berbentuk polong berwarna hijau, dan kaku. Biji kacang tunggak berbentuk

bulat panjang, agak pipih dengan ukuran 4 mm - 6 mm x 7 mm - 8 mm, dan

berwarna kuning kecokelat-cokelatan (Rukmana dan Oesman, 2000).

Akar tanaman kacang tunggak menyebar pada kedalaman tanah antara

30 cm - 60 cm. Sifat penting dari akar tanaman kacang tunggak adalah dapat

4

Page 5: Skripsi perbaikan

bersimbiosis dengan bakteri rhizobium sp., untuk mengikat nitrogen bebas (N2)

dari udara yang kemudian di bentuk menjadi nodula-nodula (bintil-bintil) akar.

Menurut Rukmana dan Oesman (2000), bahwa hasil penelitian para ahli pertanian

menunjukan tiap hektar kacang tunggak dapat menghasilkan 198 kg nodula/tahun,

setara dengan 440 kg urea. Menanam kacang tunggak dapat memberikan dua

manfaat bagi tanah yaitu sebagai penutup tanah (vegetasi) tanah pengendali erosi

dan penghasil nodulu akar sebagai sumber nitrogen penyubur tanah. Penelitian

dan pengembangan kacang tunggak antara lain untuk menghasilkan varietas

unggul, yaitu varietas yang memiliki daya hasil tinggi, berumur pendek (genjah),

dan toleran terhadap penyakit bercak daun serta virus CMMV (Cowpea Mild

Mottle Virus). Perbaikan varietas kacang tunggak dilakukan melalui persilangan,

seleksi dan evaluasi terhadap varietas introduksi maupun varietas lokal.

2.2 Syarat Tumbuh Kacang Tunggak

Tanaman kacang tunggak mempunyai daya adaptasi yang luas terhadap

lingkungan tumbuh. Tanaman kacang tunggak dapat tumbuh dan berproduksi baik

di dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian kurang lebih 1500 m di

atas permukaan laut (dpl). Meski demikian, daerah yang paling cocok untuk

menghasilkan produksi yang optimal adalah dataran rendah sampai ketinggian

500 m dpl. Keadaan daerah yang mendukung pertumbuhan dan optimalisasi

produksi kacang tunggak adalah yang mempunyai suhu udara 200 C-250 C,

kelembaban udara 50%-80%, curah hujan antara 600 mm-1.500 mm/tahun, dan

cukup mendapat sinar matahari (Rukmana dan Oesman, 2000).

5

Page 6: Skripsi perbaikan

Tanaman kacang tunggak tahan terhadap kekeringan, sehingga cocok

dikembangkan di lahan kering (tegalan) dan lahan sawah tadah hujan,

dibandingkan dengan jenis kacang-kacangan lainnya. Tanaman kacang tunggak

memiliki kelebihan, yaitu dapat tumbuh diberbagi jenis tanah, termasuk tanah

yang asam dan kering. namun, kondisi tanah yang paling ideal bagi pertumbuhan

kacang tunggak adalah tanah yang porus, banyak mengandung bahan organik

(humus), dapat menahan kelembapan tanah, dan mempunyai pH tanah 5,5 - 6,5

(Rukmana dan Oesman, 2000).

2.3 Manfaat dan Kandungan Gizi Kacang Tunggak

Kacang tunggak dapat dikonsumsi pada setiap tahap pertumbuhannya

sebagai sayuran. Daunnya yang bertekstur lembut merupakan sumber makanan

penting di Afrika dan disajikan sebagai sayuran hijau seperti bayam. Polong

mudanya seringkali dicampur dengan bahan makanan lainnya. biji kacang tunggak

yang berwarna hijau biasa direbus sebagai sayuran segar, atau juga dapat dikemas

dalam kaleng atau dibekukan. Biji kering yang telah matang pun dapat direbus

ataupun diolah sebagai bahan-bahan makanan kalengan (Davis, 1991)

Biji kacang tunggak yang telah matang pada pengukuran 100 g

mengandung 10 g air, 22 g protein, 1,4 g lemak, 51 g karbohidrat, 3,7 g vitamin,

3,7 g karbon, 104 mg kalsium dan nutrisi lainnya. Energi yang dihasilkannya

sekitarnya sekitar 1420 kj/100 g. Pada biji yang masih muda dalam 100 g

mengandung 88,3 air, 3 g protein, 0,2 g lemak, 7,9 g karbohidrat, 1,6 vitamin, 0,6

karbon, dan energi yang dihasilkannya sekitar 155 kj/100 g (Van der Maesen dan

Somaatmaja, 1993).

6

Page 7: Skripsi perbaikan

2.4 Hubungan Air dengan Pertumbuhan dan Hasil Tanaman

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang baik tidak terlepas dari

sifat genetiknya dan faktor lingkungan dimana tanaman itu tumbuh. Faktor

lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman

dibedakan atas lingkungan biotik dan abiotik. Lingkungan abiotik dapat dibagi

atas beberapa faktor, yaitu : suhu, air, cahaya, tanah dan atmosfir (Ismal,1979).

Air merupakan faktor utama yang sangat penting. Tanaman tidak akan

dapat hidup tanpa air, karena air adalah matrik dari kehidupan, bahkan makhluk

lain akan punah tanpa air (Haryati, 2003).

Pentingnya air bagi tumbuh-tumbuhan yakni bagian dari protoplasma (85-

90%) dari berat keseluruhan bagian hijau tumbuh-tumbuhan (jaringan yang

sedang tumbuh) adalah air. Air merupakan reagen yang penting dalam proses-

proses fotosintesa dan dalam proses-proses hidrolik serta pelarut dari garam-

garam, gas-gas dan material-material yang bergerak kedalam tumbuh-tumbuhan,

melalui dinding sel dan jaringan esensial untuk menjamin adanya turgiditas,

pertumbuhan sel, stabilitas bentuk daun, proses membuka dan menutupnya

stomata, kelangsungan gerak struktur tumbuh-tumbuhan (Ismal, 1979).

Kekurangan air akan mengganggu aktifitas fisiologis maupun morfologis,

sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan. Defisiensi air yang terus-

menerus akan menyebabkan perubahan irreversibel (tidak dapat balik) dan pada

gilirannya tanaman akan mati. Kebutuhan air bagi tanaman dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain jenis tanaman dalam hubungannya dengan tipe dan

perkembangannya, kadar air tanah dan kondisi cuaca (Fitter dan Hay, 1981).

7

Page 8: Skripsi perbaikan

Air tanah harus tersedia pada saat tanaman memerlukannya, karena air

memegang peranan penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Air

dalam tubuh tanaman merupakan komponen terbesar penyusun jaringan tanaman

yang berperan dalam mempengaruhi kebutuhan fisiologisnya. Disamping itu air

dalam tanah berfungsi sebagai pelarut dalam mengangkut unsur hara bagi tubuh

tanaman (Hakim, dkk, 1986).

Tanaman akan mampu tumbuh dengan baik bila kebutuhan airnya dapat

terpenuhi dalam jumlah dan waktu yang tepat, serta unsur hara, CO2, temperatur

dan sinar matahari yang tersedia mencukupi. Jika tanaman kekurangan air, maka

proses pertumbuhan terhambat dan hasil akan menurun (Lubis, 2000).

Pertumbuhan dan perkembangan kacang tunggak pada masa vegetatif

menuju fase generatif perlu diperhatikan untuk mendapatkan produksi yang

maksimal. Fase vegetatif sangat menentukan hasil panen yang akan dicapai,

beberapa komponen pertumbuhan vegetatif perlu dikaji dalam kaitannya dengan

sumbangan masing-masing komponen terhadap pertumbuhan biomassa, masa

transisi, dan memasuki fase generatif. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan

kita melakukan perlakuan-perlakuan untuk menstabilkan hasil dan meningkatkan

produktivitas tanaman dengan mengatur pertumbuhan yang disesuaikan dengan

pola tumbuh, kondisi iklim dan tuntutan terhadap kebutuhan air (Rita, 1998).

Tanaman apabila mendapatkan cekaman air berkepanjangan maka

tanaman tersebut akhirnya akan mati, tetapi jika memperoleh air kembali sebelum

mencapai titik layu permanen, maka tanaman masih mungkin dapat melanjutkan

pertumbuhannya (Sutoro, Iskandar dan Susanto, 1989).

8

Page 9: Skripsi perbaikan

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan kering milik petani di Kelurahan

Noelbaki Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang dan penelitian ini

berlangsung pada bulan Juli – bulan November 2008.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kacang tunggak

lokal, Pestisida (Furadan 3G, Curacron dan BayCarb) air, pupuk kandang, pupuk

Urea, SP-36 dan KCl.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah parang, linggis, hand

traktor, cangkul, ember, gembor, alat tugal, tali rafia, meteran, knapsack,

timbangan analitik, papan label, plastik sil/plastik obat, ajir dan alat tulis menulis.

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Rancangan Rencana Penelitian

Penelitian ini dirancang dengan menggunakan rancangan dasar acak kelompok

(RAK) yang merupakan perlakuan yang dikaji dalam paket pemberian air.

Adapun perlakuan yang dicobakan adalah sebagai berikut :

A1 = Penyiraman setiap hari

A2 = Penyiraman setiap dua hari sekali

9

Page 10: Skripsi perbaikan

A3 = Penyiraman setiap tiga hari sekali

A4 = Penyiraman setiap empat hari sekali

A5 = Penyiraman setiap lima hari sekali

Dengan demikian terdapat lima perlakuan. Masing-masing perlakuan

dikelompokkan ke dalam lima kelompok atas dasar arah datangnya sinar matahari,

sehingga total satuan percobaan menjadi 25 petak percobaan yang mana

penempatan perlakuannya dilakukan secara acak dengan penarikan lotre.

3.3.2 Model dan Analisis Data

Model linear yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK)

menurut Yitnosumarno (1993) adalah :

Yij = µ + σi + ßj + εij

Keterangan :

Yij : Nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan kelompok ke-j.

µ : Nilai tengah populasi

σi : Pengaruh aditif dari perlakuan ke-i (i = 1, 2, 3, 4 dan 5)

ßj : Pengaruh dari kelompok ke-j (j = 1, 2, 3, 4 dan 5)

εij : Pengaruh galat percobaan untuk perlakuan ke-i dan kelompok

ke-j

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan sidik ragam mengikuti

rancangan percobaan yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh

perlakuan. Jika ada pengaruh yang signifikan maka dilanjutkan dengan uji

Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5 %.

10

Page 11: Skripsi perbaikan

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Persiapan Lahan

Lahan yang digunakan adalah lahan kering yang sebelumnya telah

ditanami beberapa sayuran. Pengolahan lahan dilakukan dengan pembersihan

lokasi penanaman yang diikuti dengan pembuatan bedeng dengan ukuran 0,75 m x

4 m dengan jumlah bedeng sebanyak 25 unit. Jarak antara petak satu dengan petak

yang lainnya adalah 50 cm.

3.4.2 Penanaman

Penanaman dilakukan setelah pengolahan lahan. Tanaman kacang tunggak

yang diteliti merupakan tanaman asal pulau Timor yang belum diteliti secara

lanjut. Pada setiap petak terdiri dari 20 lubang tanam. Benih kacang tunggak

ditanam dengan cara ditugal sedalam 3-4 cm, jumlah benih tiap lubang tanam 2-3

biji, sebelum biji ditanam terlebih dahulu lubang tanam diberi furadan 3G. Jarak

tanam dalam baris adalah 40 cm x 40 cm.

3.4.3 Pemeliharaan

1. Penyiraman

Penyiraman dilakukan pada sore hari dengan volume air yang dibutuhkan

tanaman sesuai fase pertumbuhan tanaman kacang tunggak. Waktu

penyiramannya disesuaikan dengan perlakuan. Adapun kebutuhan air tanaman

ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

ETm = ETo x Kc x Luas Petak,

Dimana :

11

Page 12: Skripsi perbaikan

ETm : Evapotranspirasi maksimum (kebutuhan air tanaman)

Eto : Nilai Evaporasi panci selama musim kemarau yang dicatat pada

Stasiun Klimatologi Lasiana.

Kc : Koefisien Tanaman

Luas Petak : Panjang x Lebar

Hasil perhitungan kebutuhan air tanaman disajikan pada (Lampiran 2).

2. Pemupukan

Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk organik kotoran sapi 5

ton/ha atau setara dengan 1,5 kg/petak dan pupuk anorganik dengan dosis pupuk

urea 50 kg/ha atau setara 15 g/petak, SP-36 100 kg/ha atau setara 30 g/petak dan

KCl 100 kg/ha setara dengan 30 g/petak. Pemupukan diberikan pada saat 14 hari

setelah tanam (HST). Pemberian pupuk Urea, SP-36 dan KCl dilakukan sesuai

dosis yang dibutuhkan oleh tanaman dengan cara di benamkan dalam larikan

setiap tanaman sedalam 3 cm.

3. Penyulaman

Penyulaman dilakukan pada interval waktu tujuah hari setelah tanam

dengan melihat kondisi tanaman yang mati ataupun tanaman kurang subur/sehat.

4. Penjarangan

Penjarangan dilakukan pada saat tanaman telah berumur 14 hari setelah

tanam (HST). Penjarangan dilakukan dengan menggunting tanaman pada pangkal

batang yang berada di atas tanah dan menyisakan satu tanaman terbaik sehingga

tidak mengganggu perakaran tanaman yang tersisa.

5. Penyiangan

12

Page 13: Skripsi perbaikan

Penyiangan dilakukan ketika gulma terlihat mulai tumbuh yaitu dengan

mencabut tanaman pengganggu yang berada di sekitar tanaman kacang tunggak

yang dapat menghambat laju pertumbuhan tanaman kacang tunggak.

6. Pengajiran (Tiang rambat)

Pengajiran dilakukan pada umur 28 hari setelah tanam (HST). Pengajiran

bertujuan untuk menopang tanaman kacang tunggak yang tumbuh menjalar.

7. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan

pestisida yang disesuaikan dengan hama dan patogen yang menyerang tanaman

kacang tunggak. Pestisida yang digunakan adalah Curacron dan Bay-Carb sebagai

pengendali hama kutu hitam (Aphis carccivora) yang menyerang tanaman kacang

tunggak dan Furadan 3G digunakan untuk menghindari dari serangan semut.

Pestisida Curacron diberikan pada saat tanaman berumur 28 HST dan 42 HST,

sedangkan Bay-Carb digunakan pada saat tanaman berumur 49 HST.

3.4.4 Pemanenan

Pemanenan kacang tunggak dilakukan pada umur 77 HST dimana polong

tanaman telah matang yang ditandai dengan warna polong yang berwarna coklat

muda.

3.4.5 Pengamatan

Pengamatan pertumbuhan dimulai pada saat tanaman berumur 21 hari setelah

tanam (HST) yang berlangsung sampai umur berbunga yaitu 49 HST. Pengamatan

jumlah polong, bobot biji per petak dan bobot 100 biji per petak diamati saat

tanaman berumur 49 HST.

13

Page 14: Skripsi perbaikan

Adapun yang menjadi variabel pengamatan pada penelitian kacang tunggak ini

meliputi:

a) Tinggi tanaman (cm)

Menghitung mulai dari pangkal batang hingga titik tumbuh. Pengukuran

dilakukan pada umur 21 hingga 49 HST dengan interval pengamatan dua

minggu sekali.

b) Jumlah daun (helai)

Menghitung jumlah daun dari setiap tanaman. Saat pengukuran dan interval

pengamatannya sama dengan pengamatan tinggi tanaman.

c) Jumlah cabang

Menghitung jumlah cabang dari setiap tanaman. Saat pengukuran dan interval

pengamatannya sama dengan pengamatan tinggi tanaman

d) Jumlah polong per tanaman.

Menghitung jumlah polong matang dari masing-masing tanaman pada setiap

petak.

e)   Bobot biji per petak (g)

Menimbang bobot biji yang dihasilkan dari setiap petak.

f)  Bobot 100 biji per petak (g)

Menghitung bobot 100 biji kering dari setiap petak.

3.4.6 Analisis tanah awal dan akhir penelitian

14

Page 15: Skripsi perbaikan

Analisis tanah awal dan analisis tanah akhir merupakan analisis kandungan

hara tanah (N,P,K) yang dilakukan sebelum penelitian dan sesudah penelitian.

Tanah yang digunakan adalah tanah vertisol, diambil secara komposit lalu

dianalisis pada laboratorium kimia tanah dan BPTP Naibonat. Hasil analisis tanah

awal dan akhir penelitian akan digunakan untuk mengamati kandungan air yang

ada di dalam tanah.

BAB IV

15

Page 16: Skripsi perbaikan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengamatan Umum

Benih kacang tunggak yang ditanam mulai tumbuh secara merata ke

permukaan tanah pada umur 4 hari setelah benih di tanam (HST). Setelah berumur

14 hari setelah tanam (HST) nampak bahwa pertumbuhannya mulai membaik,

dimana secara visual mulai adanya perbedaan pertumbuhan sesuai dengan

perlakuan-perlakuan yang diberikan.

Benih kacang tunggak yang tidak tumbuh ataupun yang tumbuh tidak

normal dilakukan penyulaman yang dilakukan pada interval waktu dua minggu

setelah tanam. Penjarangan dilakukan dengan menyisakan 1 tanaman yang

terbaik.

Pertumbuhan dan perkembangan kacang tunggak berlangsung secara baik

dan normal, namun pada saat tanaman berumur 28 HST dan 42 HST terserang

hama kutu hitam (Aphis carccivora), untuk mengatasinya diberi pestisida

Curacron sesuai dengan dosis anjuran 10 cc untuk 15 liter air sebanyak 2 kali

dengan interval penyemprotan 14 hari. Kemudian pada saat menjelang panen

hama kutu hitam semakin merajalela, sehingga diberi lagi pestisida Bay-Carb 12

cc untuk 15 liter air sebanyak 1 kali penyemprotan, hingga akhir panen tidak ada

lagi gangguan hama yang sangat berarti pada tanaman kacang tunggak..

Tanaman memasuki fase generatif pada umur 49 HST yang ditandai

dengan munculnya bunga dengan persentase 60%. Pada umur 56 HST tanaman

kacang tunggak telah berbunga 100%. Pemanenan mulai dilakukan pada umur 77

HST.

16

Page 17: Skripsi perbaikan

4.2. Pengamatan Utama

4.2.1. Tinggi tanaman (cm)

Hasil analisis varians interval waktu penyiraman terhadap rata-rata tinggi

tanaman kacang tunggak pengamatan I (21 HST) dapat dilihat pada lampiran 3a,

pengamatan II (35 HST) pada lampiran 4a dan pengamatan III (49 HST) pada

lampiran 5a. Pengaruh interval waktu penyiraman tidak mempengaruhi tinggi

tanaman secara nyata pada pengamatan 21 HST, sedangkan pada pengamatan 35

HST dan 49 HST berpengaruh nyata. Rata-rata hasil pengamatan tinggi tanaman

setiap perlakuan disajikan pada tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman kacang tunggak

PerlakuanTinggi Tanaman (cm)

21 HST 35 HST 49 HST

Penyiraman setiap hari 7.91 a 33,79 c 89,40 d

Penyiraman 2 hari sekali 8,10 a 26,47 bc 56,20 c

Penyiraman 3 hari sekali 8,59 a 20,97 ab 43,40 b

Penyiraman 4 hari sekali 8,99 a 17,64 ab 34,60 a

Penyiraman 5 hari sekali 8,69 a 15,03 a 28,00 a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah tidak berbeda nyata pada uji DMRT 0.05

Tabel 1 menunjukkan bahwa hasil uji lanjut DMRT 5% tidak memberikan

pengaruh yang nyata pada umur 21 HST disebabkan karena pada masa

pertumbuhan tersebut akar-akar tanaman kacang tunggak masih relatif kecil,

sehingga tidak membutuhkan suplai air dalam jumlah yang banyak. Kebutuhan air

pada tanaman kacang tunggak yang relatif sedikit memungkinkan tanaman

17

Page 18: Skripsi perbaikan

tersebut tidak berpengaruh besar terhadap interval waktu penyiraman. Penyiraman

yang diberikan dalam jumlah yang banyak hanya akan mengakibatkan terjadinya

evaporasi yang tinggi. Keadaan tersebut nampak terlihat pada perlakuan

penyiraman setiap hari tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan

penyiraman setiap lima hari sekali terhadap pertumbuhan tinggi tanaman pada

umur 21 HST.

Pengamatan 35 HST dan 49 HST telah memberikan pengaruh yang nyata

terhadap tinggi tanaman. Kenyataan ini dipengaruhi oleh semakin bertambah

besar tanaman, maka semakin besar pula kebutuhan air dalam proses pertambahan

tinggi tanaman. Terlihat perlakuan penyiraman lima hari sekali pada pengamatan

35 HST dan 49 HST memberikan pengaruh paling kecil, walaupun tidak berbeda

dengan penyiraman empat hari sekali. Harjadi (1979) menyatakan bahwa

ketersediaan air sangat mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman dan

perkembangan jaringan-jaringan meristem pada titik tumbuh tanaman. Keadaan

ini berarti dengan semakin panjang interval waktu penyiraman menyebabkan

terhambatnya pertumbuhan tinggi tanaman seperti pada penyiraman empat dan

lima hari sekali.

4.2.2. Jumlah daun

Hasil analisis varians interval penyiraman terhadap rata-rata jumlah daun

kacang tunggak pengamatan pertama (21 HST) dapat dilihat pada lampiran 6a,

pengamatan kedua (35 HST) pada lampiran 7a dan pengamatan ketiga (49 HST)

pada lampiran 8a. Pengaruh interval waktu penyiraman tidak mempengaruhi

jumlah daun secara nyata pada pengamatan 21 HST dan 35 HST, sedangkan pada

18

Page 19: Skripsi perbaikan

pengamatan 49 HST berpengaruh nyata. Rata-rata hasil pengamatan jumlah daun

setiap perlakuan disajikan pada tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata jumlah daun (helai)

PerlakuanJumlah daun

21 HST 35 HST 49 HST

Penyiraman setiap hari 2,40 a 12,20 a 28,80 b

Penyiraman 2 hari sekali 2,30 a 8,80 a 26,60 b

Penyiraman 3 hari sekali 2,30 a 9,80 a 23,80 b

Penyiraman 4 hari sekali 2,18 a 7,60 a 12,40 a

Penyiraman 5 hari sekali 1,86 a 7,22 a 11,40 a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah berbeda tidak nyata pada uji DMRT 0.05

Tabel diatas menunjukkan bahwa pada umur 21 HST dan 35 HST tidak

memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun kacang tunggak. Hal ini

mengindikasikan bahwa tanaman tersebut tidak membutuhkan air yang banyak

pada masa pertumbuhan umur 21 HST dan 35 HST dalam proses pembentukan

daun. Kacang tunggak tergolong dalam tanaman yang mempunyai pertumbuhan

yang relatif sedang memungkinkan tanaman tersebut tidak membutuhkan volume

air yang banyak pada masa awal pertumbuhan dalam pembentukan helaian daun.

Pertumbuhan kacang tunggak pada umur 49 HST sudah mulai bertambah,

sehingga pada fase tersebut tanaman membutuhkan suplai air yang cukup dalam

proses fotosintesis untuk membentuk helaian-helaian daun yang baru. Hal ini

terlihat pada perbandingan antara perlakuan penyiraman setiap hari yaitu 28,80

helai yang berbeda nyata dengan perlakuan penyiraman setiap empat hari (12,40

helai) dan lima hari sekali (11,40 helai). Menurut Soemartono (1990) bahwa air

19

Page 20: Skripsi perbaikan

sangat dibutuhkan oleh tanaman dalam semua proses fisiologis tanaman termasuk

pembelahan sel dan proses pembentukan daun. Hal ini terlihat pada umur 49 HST

yang berbeda dengan pertumbuhan umur 21 HST dan 35 HST dengan

bertambahnya tinggi tanaman maka semakin besar pula kebutuhan airnya.

4.2.3. Jumlah cabang

Hasil analisis varians interval waktu penyiraman terhadap rata-rata jumlah

cabang kacang tunggak pengamatan pertama (21 HST) dapat dilihat pada

lampiran 9a, dan pengamatan kedua (35 HST) pada lampiran 10a. Pengaruh

interval waktu penyiraman ternyata tidak mempengaruhi jumlah cabang secara

nyata pada umur 21 HST, sedangkan pada umur 35 HST berpengaruh nyata. Rata-

rata hasil pengamatan jumlah cabang setiap perlakuan disajikan pada tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata jumlah cabang

PerlakuanJumlah cabang

21 HST 35 HST

Penyiraman setiap hari 1,20 a 7,20 c

Penyiraman 2 hari sekali 1,00 a 5,70 b

Penyiraman 3 hari sekali 1,20 a 2,80 a

Penyiraman 4 hari sekali 1,20 a 1,80 a

Penyiraman 5 hari sekali 1,00 a 2,00 a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah berbeda tidak nyata pada uji DMRT 0.05

Data pengamatan di atas menunjukan bahwa pada awal masa pertumbuhan

kebutuhan air oleh tanaman kacang tunggak tidak terlalu besar dalam melakukan

fotosintesis untuk membentuk cabang-cabang yang baru sehingga pada umur 21

HST tanaman kacang tunggak belum memberikan respon terhadap interval waktu

20

Page 21: Skripsi perbaikan

penyiraman yang diberikan. Terbukti pada perlakuan penyiraman setiap hari

dengan perlakuan penyiraman yang lain memberikan notasi yang sama.

Disamping itu, kacang tunggak merupakan tanaman yang tahan akan kekeringan

dan pertumbuhannya yang relatif sedang sehingga kebutuhan akan air yang

banyak dalam pembentukan cabang-cabang baru tidak menjadi prioritas utama.

Setelah bertambahnya umur tanaman, maka kebutuhan air pun menjadi

besar dalam membantu proses fotosintesis untuk pembentukan cabang-cabang

baru sehingga pada umur 35 HST sudah memberikan pengaruh yang nyata

terhadap interval waktu penyiraman. Hal ini terlihat pada perlakuan penyiraman

setiap hari, penyiraman dua hari sekali dan penyiraman tiga hari sekali dimana

jumlah cabang yang terbentuk bertambah banyak dibandingkan dengan

pertambahan jumlah cabang pada penyiraman lima hari sekali. Sedangkan pada

perlakuan penyiraman empat dan lima hari sekali persentase pertumbuhan jumlah

daunnya sangat lambat. Sesuai dengan pernyataan Wien dan Summerfield (1980)

dalam Goldworthy dan Fisher (1996) bahwa semakin tinggi tanaman, makin

besar pula kecenderungan tanaman tersebut untuk membentuk cabang dan

membutuhkan air lebih banyak.

4.2.4 Jumlah polong per tanaman

Hasil analisis varians interval waktu penyiraman terhadap rata-rata jumlah

polong per tanaman kacang tunggak dapat dilihat pada lampiran 11a. Pengaruh

interval waktu penyiraman ternyata memberikan hasil terbesar pada penyiraman

21

Page 22: Skripsi perbaikan

setiap hari dan hasil terkecil pada perlakuan penyiraman lima hari sekali.. Rata-

rata hasil pengamatan jumlah polong per tanaman setiap perlakuan disajikan pada

tabel 4.

Tabel 4. Rata-rata jumlah polong per tanaman

Perlakuan Jumlah polong

Penyiraman setiap hari 15.20 d

Penyiraman 2 hari sekali 10.00 c

Penyiraman 3 hari sekali 6.20 b

Penyiraman 4 hari sekali 4.60 ab

Penyiraman 5 hari sekali 3.00 a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah berbeda tidak nyata pada uji DMRT 0.05

Tabel 4 di atas mengindikasikan bahwa pada perlakuan penyiraman setiap

hari memberikan pengaruh jumlah tertinggi terhadap interval waktu penyiraman

sedangkan perlakuan penyiraman dua hari sekali lebih kecil dibandingkan dengan

perlakuan penyiraman setiap hari. Hal ini terjadi karena jumlah polong yang

dibentuk sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air.

Perlakuan yang memberikan kandungan air tanah yang tinggi akan

mempercepat perkembangan vegetatif serta hasil yang lebih baik. Penyiraman

yang dilakukan setiap hari menyebabkan kandungan air tanah meningkat

sehingga terjadi peningkatan tinggi tanaman, luas daun dan jumlah daun yang

terbentuk dimana hal ini erat hubungannya dengan aktivitas pembelahan sel yang

cukup aktif karena air di dalam tanah cukup tersedia. Dengan adanya ketersediaan

air, maka penyerapan air menjadi baik sehingga meningkatkan laju fotosintesis.

22

Page 23: Skripsi perbaikan

Tanaman yang mempunyai laju fotosintesis yang tinggi mengakibatkan

karbohidrat yang dihasilkan tidak hanya untuk pertumbuhan batang dan daun

tetapi juga untuk perkembangan bunga, buah dan biji (Harjadi, 1998). Selain itu,

berkaitan pula dengan mekanisme penyerbukan dimana tanaman yang

ketersediaan airnya mencukupi bagi pertumbuhan dan perkembangannya

menyebabkan muncul bunga jantan dan bunga betina secara bersamaan dengan

demikian proses penyerbukan dapat berjalan dengan baik sehingga jumlah polong

tanaman kacang tunggak yang diperoleh menjadi lebih baik.

Interval waktu penyiraman yang panjang pada perlakuan penyiraman tiga

hari sekali, empat hari sekali dan lima hari sekali mengakibatkan kurangnya

kandungan air tanah sehingga pertumbuhan tanaman menjadi terhambat.

Kurangnya kandungan air tanah menyebabkan stomata menutup, laju pergerakan

CO2 berkurang dan karbohidrat yang terbentuk semakin rendah pula. Pada kondisi

ini, ketersediaan air tanah kurang menjamin terselenggaranya semua proses

fisiologi tanaman secara baik, terutama untuk proses pembentukan polong

tanaman. Hal ini berkaitan pula dengan mekanisme penyerbukan yakni munculnya

bunga jantan terlebih dahulu sehingga proses penyerbukan menjadi terhambat

karena di saat bunga betina muncul, kemampuan serbuk sari untuk melakukan

pembuahan mulai menurun, dengan demikian jumlah polong tanaman kacang

tunggak yang terbentuk menjadi berkurang. Hal ini dipertegas oleh Harjadi (2002)

yang menyatakan bahwa tanaman yang sedang tumbuh cepat memerlukan banyak

air guna pembentukan buah secara maksimal.

4.2.5 Bobot biji per petak (g)

23

Page 24: Skripsi perbaikan

Hasil analisis varians interval waktu penyiraman terhadap rata-rata bobot

biji per petak kacang tunggak dapat dilihat pada lampiran 12a. Pengaruh interval

waktu penyiraman ternyata memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot biji

per petak. Rata-rata hasil pengamatan bobot biji per petak setiap perlakuan

disajikan pada tabel 5.

Tabel 5. Rata-rata bobot biji per petak (g)

PerlakuanBobot biji per petak (g)

Penyiraman setiap hari 159.28 a

Penyiraman 2 hari sekali 277.36 b

Penyiraman 3 hari sekali 116.42 a

Penyiraman 4 hari sekali 141.04 a

Penyiraman 5 hari sekali 96.24 a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah berbeda tidak nyata pada uji lanjut DMRT 0.05

Tabel diatas menunjukkan bahwa perlakuan penyiraman setiap dua hari

lebih baik dibandingkan dengan perlakuan penyiraman setiap hari maupun

interval waktu penyiraman tiga, empat dan lima hari sekali. Hal ini disebabkan

oleh perlakuan dengan interval waktu penyiraman dua hari sekali merupakan

penyiraman dengan tingkat kebutuhan air tanaman yang cukup dalam proses

pembentukan bobot biji kacang tunggak tunggak. Tingginya bobot biji kacang

tunggak pada perlakuan penyiraman dua hari sekali merupakan bukti bahwa untuk

mendapatkan hasil yang optimal air harus diberikan dalam jumlah yang

mencukupi kebutuhan tanaman artinya tidak terlalu banyak dan tidak terlalu

sedikit. Efisiensi pemberian air pada tanaman juga dapat berjalan dengan baik dan

tidak terjadi evaporasi yang tinggi, sehingga dapat menyebabkan rendahnya bobot

24

Page 25: Skripsi perbaikan

biji seperti halnya yang terjadi pada perlakuan penyiraman setiap hari. Kurangnya

pemberian air pun akan menyebabkan rendahnya ketersediaan air tanah, sehingga

dapat menurunkan bobot biji tanaman seperti pada perlakuan penyiraman tiga,

empat dan lima hari sekali.

Pengaruh perlakuan penyiraman tiga dan empat hari sekali menyebabkan

rendahnya ketersediaan air tanah yang mengakibatkan berkurangnya laju

fotosintesis yang berdampak pada rendahnya bobot biji tanaman kacang tunggak.

Menurut Jurgen et al dalam Kasim (1994), selama pengisian biji berlangsung,

karbohidrat yang telah terakumulasi dalam daun ditranslokasikan ke dalam biji

yang sedang berkembang.

Pertumbuhan sel merupakan fungsi tanaman yang paling sensitif terhadap

kekurangan air. Pada gilirannya hal ini menyebabkan pengurangan dalam hal

sintesis protein, sintesis dinding sel, dan pengembangan sel. Rendahnya

pemberian air pada perlakuan lima hari sekali mengakibatkan potensial air di

dalam larutan lebih rendah sehingga air yang masuk ke dalam tanaman relatif

sedikit, sedangkan air yang dibutuhkan harus cukup untuk proses perkembangan

biji. Perlakuan penyiraman lima hari sekali dapat mengurangi pembentukan

senyawa-senyawa baru yang mengakibatkan produksi polong berkurang, dimana

semakin sedikit jumlah polong maka bobot biji juga semakin menurun, Harjadi

(2002) menyatakan bahwa air juga diperlukan sebagai hara untuk pembentukan

persenyawaan baru.

4.2.6 Bobot 100 biji (g)

25

Page 26: Skripsi perbaikan

Hasil analisis varians interval waktu penyiraman terhadap rata-rata bobot

100 biji kacang tunggak dapat dilihat pada lampiran 13a. Pengaruh interval waktu

penyiraman ternyata tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot 100

biji. Rata-rata hasil pengamatan bobot 100 biji setiap perlakuan disajikan pada

tabel 6.

Tabel 6. Rata-rata bobot 100 biji (g)

PerlakuanBobot 100 biji (g)

Penyiraman setiap hari19.12

Penyiraman 2 hari sekali19.44

Penyiraman 3 hari sekali14.90

Penyiraman 4 hari sekali14.38

Penyiraman 5 hari sekali13.88

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah berbeda tidak nyata pada uji DMRT 0.05

Tabel di atas menunjukkan bahwa penyiraman yang berbeda tidak

berpengaruh terhadap bobot 100 biji. Hal ini di duga karena tanaman di pengaruhi

oleh gen yang merupakan bentuk adaptasi genetik suatu tanaman dalam

mempertahankan hasil dalam berbagai kondisi. Salah satunya adalah kondisi

jumlah air yang diberikan berbeda pada setiap perlakuannya, namun memberikan

bobot 100 biji yang sama. Sebagaimana Mugnisyah (1990) yang menyatakan

bahwa besar dan beratnya benih dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,

diantaranya adalah adanya pengaruh faktor genetik dan lingkungan.

26

Page 27: Skripsi perbaikan

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

27

Page 28: Skripsi perbaikan

Hasil penelitian pengaruh interval waktu penyiraman terhadap

pertumbuhan dan hasil kacang tunggak yang telah dilaksanakan menunjukkan

bahwa :

1. Pengaruh interval waktu penyiraman pada masa pertumbuhan vegetatif

yang terdiri dari pengamatan tinggi tanaman dan jumlah daun memberikan

respon tertinggi pada perlakuan penyiraman setiap hari.

2. Fase generatif yang meliputi jumlah cabang, jumlah polong pertanaman

dan bobot 100 biji memberikan respon yang paling besar pada perlakuan

penyiraman setiap hari namun dalam hal untuk mendapatkan bobot biji

terbaik, maka penyiraman dua hari sekali merupakan perlakuan terbaik

dalam pemanfaatan air yang optimal.

5.2 Saran

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka disarankan untuk dilakukan

penyiraman setiap hari sekali guna mendapatkan pertumbuhan dan hasil kacang

tunggak yang terbaik. Sedangkan untuk menghasilkan bobot biji tanaman

sebaiknya penyiraman dilakukan setiap dua hari sekali.

DAFTAR PUSTAKA

Davis, 1991. Dalam Proposal Penelitian 1 Universitas Padjajaran Bandung dengan Universitas Nusa Cendana Kupang, 2007.

28

Page 29: Skripsi perbaikan

Fitter, A.H. dan R.K.M. Hay. 1994. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gadjah Mada University Press, yogyakarta.

Gardner, P. Franklim, Pearce B. R, Michell L. R. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia, Jakarta.

Goldsworthy, P. R. dan N.M. Fisher, 1996. Fisiologis Tanaman Budidaya Tropik. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Hakim, N., M. Lubis, S. G. Nugroho, dan M. R. Diha. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung.

Hanum, F. 1997. Plant Resources of South East Asia. Prosea, Bogor

Harjadi, S. S. M. M., 2002. Pengantar Agronomi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Haryati, 2003. Pengaruh Cekaman Air Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Ismal, G. 1979. Ekologi Tumbuh-tumbuhan dan Tanaman Pertanian. Universitas Andalas, Padang.

Jumin, H. B., 1988. Dasar-Dasar Agronomi. Rajawali, Jakarta.

Liubana, S. 2008. Uji Daya Hasil Beberapa Aksesi Kacang Tunggak Lokal Asal Maumere Yang Ditumpangsarikan Dengan Jagung Di Tarus Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang. Skripsi Faperta Undana, Kupang.

Lubis, K. 2000. Tanggapan Tanaman Terhadap Kekurangan Air. Makalah Seminar. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Mugnisyah, W. 1990. Pengantar Produksi Benih. Rajawali Press, Jakarta.

Pitojo, S. 2005. Bertanam Tomat. Penebar Swadaya, Jakarta.

Rita, I, R. 1998. Pengaruh Jumlah Cabang Utama Terhadap Efisiensi Penggunaan Air pada Tanaman Tomat Selama Fase Vegetatif. Skripsi Faperta Undana, Kupang.

Rukmana, R. dan Y. Y. Oesman. 2000. Kacang Tunggak, Budi Daya dan Prospek Usaha Tani. Kanisius. Yogyakarta.

29

Page 30: Skripsi perbaikan

Soemartono, 1990. Genetika Kuantitaif dan Biologi Molekuler. PAU-UGM. Yogyakarta.

Sutoro, Iskandar, S. dan Susanto, T. 1989. Pengaruh Cekaman Air dan Reaksi Pemulihan Tanaman Jagung ( Zea mays L. ) dan Sorgum (Shorgum bicolor L. ) pada Fase Pertumbuhan Vegetatif. Penelitian Pertanian Volume 9 No. 4. Balai Penelitian Tanaman Pangan, Bogor.

Van der Maesen, L, J, G. dan Somaatmadja S. 1993. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara I. Kacang-Kacangan, PROSEA. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Yitnosumarno. 1993. Perancangan Percobaan, Analisis Interpretasi. Gramedia, Jakarta.

Lampiran 1 : Denah Percobaan

30

BLOK I BLOK II BLOK III BLOK IV BLOK V

A2 A3 A4 A5 A1

A3 A4 A5 A1 A2

A5 A2 A1 A4 A3A4 A1 A2 A3 A5A1 A5 A3 A2 A4

B

U

T

S

Page 31: Skripsi perbaikan

Keterangan :

A1 = Perlakuan Penyiraman setiap hari

A2 = Perlakuan Penyiraman dua hari sekali

A3 = Perlakuan Penyiraman tiga hari sekali

A4 = Perlakuan Penyiraman empat hari sekali

A5 = Perlakuan Penyiraman lima hari sekali

Lampiran 2. Data Evaporasi Rata-rata Bulanan (mm) untuk sepuluh tahun Terakhir

Bulan 

Tahun Rata-rata Eto(mm/hari)

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Agustus 7.5 6.8 7.1 7.3 7.7 7.5 7.5 7.2 6.9 7.4 7.29

31

Page 32: Skripsi perbaikan

September 6.8 7.3 7.2 7 6.9 7.1 6.5 6.7 6.8 6.6 6.89Oktober 5.6 5.5 5.6 5.3 5.4 5.7 5.3 5.4 5.6 6.0 5.54November 4.7 5.7 5.5 5.6 5.3 5.4 5.6 5.2 5.0 5.4 5.34

Sumber : Stasiun Klimatologi Lasiana Kupang.

Luas Petak = Panjang x Lebar

= 0.75 m x 4 m

= 3 m2

= 300 dm2

Nilai Kc Tanaman :

- Periode Pertumbuhan Awal = 0.4

- Periode Vegetatif Aktif = 0.8

- Periode Pertumbuhan Maksimum = 1.15

- Periode Panen = 0.5

Fase Pertumbuhan Awal Etm = ETo x Kc mm/hari

= 7.29 x 0.4

= 2.916 mm/hari

= 0.02916 dm/hari

Kebutuhan Air tanaman Etm x Luas Petak

= 0.02916 dm/hari x 300 dm2

= 8.748 liter/petak/hari

Fase Vegetatif Aktif Etm = ETo x Kc mm/hari

= 6.89 x 0.8

= 5.512 mm/hari

= 0.05512 dm/hari

32

Page 33: Skripsi perbaikan

Kebutuhan Air tanaman Etm x Luas Petak

= 0.05512 dm/hari x 300 dm2

= 16.536 liter/petak/hari

Fase Pertumbuhan Maksimum Etm = ETo x Kc mm/hari

= 5.54 x 1.15

= 6.371 mm/hari

= 0.06371 dm/hari

Kebutuhan Air tanaman Etm x Luas Petak

= 0.06371 dm/hari x 300 dm2

= 19.113 liter/petak/hari

Fase Panen Etm = ETo x Kc mm/hari

= 5.34 x 0.5

= 2.67 mm/hari

= 0.0267 dm/hari

Kebutuhan Air tanaman Etm x Luas Petak

= 0.0267 dm/hari x 300 dm2

= 8.01 liter/petak/hari

Lampiran 3a. Data pengamatan/pengukuran tinggi tanaman kacang tunggak (cm) pengamatan I

Perlakuan     Kelompok     Total Rerata  I II III IV V    

A1 7.40 7.60 7.35 8.65 8.55 39.55 7.91A2 7.20 7.95 7.75 8.10 9.50 40.50 8.10A3 6.75 8.65 7.50 10.20 9.85 42.95 8.59

33

Page 34: Skripsi perbaikan

A4 7.20 8.95 12.40 6.20 10.20 44.95 8.99A5 7.60 7.40 13.20 6.60 8.65 43.45 8.69

T o t a l 36.15 40.55 48.20 39.75 46.75 211.40 8.46Ket. : A1 = Penyiraman tiap hari

A2 = Penyiraman 2 hari sekaliA3 = Penyiraman 3 hari sekaliA4 = Penyiraman 4 hari sekaliA5 = Penyiraman 5 hari sekali

Lampiran 3b. Analisis varians untuk tinggi tanaman kacang tunggak pengamatan I

Sumber DB JK KT

F hit   F tabelVariasi         0.05 0.01Kelompok 4 20.400 5.100        Perlakuan 4 3.914 0.978 0.35 tn 3.01 4.77Galat 16 44.543 2.784        Total 24 68.857          

Ket. : * = Berpengaruh nyata pada F (0.05) KK = 19.73%** = Berpengaruh sangat nyata pada F (0.01)tn = Berpengaruh tidak nyata pada Uji F (0.05).

Lampiran 3c. Uji Lanjut DMRT 0,05 untuk tinggi tanaman kacang tunggak pengamatan I

DMRT 0,05 = 0.75Jarak 2 3 4 5

p (16 ; 0,05) 3.00 3.15 3.23 3.30Rp 2.24 2.35 2.41 2.46

34

Page 35: Skripsi perbaikan

Perlakuan Rerata & Notasi Rank.A1 7.91 A 1A2 8.10 A 2A3 8.59 A 3A4 8.99 A 5A5 8.69 A 4

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah tidak berbeda nyata pada Uji DMRT 0.05.

Lampiran 4a. Data pengamatan/pengukuran tinggi tanaman kacang tunggak (cm) pengamatan II

Perlakuan     Kelompok     Total Rerata  I II III IV V    

A1 19.05 19.20 29.05 48.10 53.56 168.96 33.79A2 11.00 23.50 27.70 27.10 43.05 132.35 26.47A3 13.05 18.70 25.06 18.95 29.10 104.86 20.97A4 12.50 17.85 25.05 14.25 18.55 88.20 17.64A5 11.10 14.00 17.65 15.65 16.75 75.15 15.03

T o t a l 66.70 93.25 124.51 124.05 161.01 569.52 22.78 Ket. : A1 = Penyiraman tiap hari

A2 = Penyiraman 2 hari sekaliA3 = Penyiraman 3 hari sekaliA4 = Penyiraman 4 hari sekaliA5 = Penyiraman 5 hari sekali

Lampiran 4b. Analisis varians untuk tinggi tanaman kacang tunggak (cm) pengamatan II

Sumber DB JK KT F hit   F tabelVariasi         0.05 0.01Kelompok 4 1017.842 254.460        Perlakuan 4 1123.156 280.789 5.41 ** 3.01 4.77Galat 16 830.528 51.908        

35

Page 36: Skripsi perbaikan

Total 24 2971.526          

Ket. : * = Berpengaruh nyata pada F (0.05) KK = 31.63 %** = Berpengaruh sangat nyata pada F (0.01)tn = Berpengaruh tidak nyata pada Uji F (0.05).

Lampiran 4c. Uji Lanjut DMRT 0,05 untuk tinggi tanaman kacang tunggak pengamatan II

DMRT 0,05 = 3.22

Jarak 2 3 4 5p (16 ; 0,05) 3.00 3.15 3.23 3.30

Rp 9.67 10.15 10.41 10.63

Perlakuan Rerata & Notasi Rank.A1 33.79 C 5A2 26.47 Bc 4A3 20.97 Ab 3A4 17.64 Ab 2A5 15.03 A 1

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah tidak berbeda nyata pada Uji DMRT 0.05.

Lampiran 5a. Data pengamatan/pengukuran tinggi tanaman kacang tunggak (cm) pengamatan III

Perlakuan     Kelompok     Total Rerata  I II III IV V    

A1 82.00 77.00 96.00 91.00 101.00 447.00 89.40A2 60.00 55.00 56.00 47.00 63.00 281.00 56.20A3 29.00 44.00 54.00 36.00 54.00 217.00 43.40A4 21.00 26.00 49.00 26.00 51.00 173.00 34.60

36

Page 37: Skripsi perbaikan

A5 20.00 22.00 36.00 21.00 41.00 140.00 28.00T o t a l 212.00 224.00 291.00 221.00 310.00 1258.00 50.32

Ket. : A1 = Penyiraman tiap hari

A2 = Penyiraman 2 hari sekaliA3 = Penyiraman 3 hari sekaliA4 = Penyiraman 4 hari sekaliA5 = Penyiraman 5 hari sekali

Lampiran 5b. Analisis varians untuk tinggi tanaman kacang tunggak pengamatan (cm) III

Sumber DB JK KT F hit   F tabelVariasi         0.05 0.01Kelompok 4 1645.840 411.460        Perlakuan 4 11775.040 2943.760 82.84 ** 3.01 4.77Galat 16 568.560 35.535        Total 24 13989.440          

Ket. : * = Berpengaruh nyata pada F (0.05) KK = 11.85 %** = Berpengaruh sangat nyata pada F (0.01)tn = Berpengaruh tidak nyata pada Uji F (0.05).

Lampiran 5c. Uji Lanjut DMRT 0,05 untuk tinggi tanaman kacang tunggak pengamatan III

DMRT 0,05 = 2.67

Jarak 2 3 4 5p (16 ; 0,05) 3.00 3.15 3.23 3.30

Rp 8.00 8.40 8.61 8.80

37

Page 38: Skripsi perbaikan

Perlakuan Rerata & Notasi Rank.A1 89.40 D 5A2 56.20 C 4A3 43.40 B 3A4 34.60 A 2A5 28.00 A 1

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah tidak berbeda nyata pada Uji DMRT 0.05.

Lampiran 6a. Data pengamatan/perhitungan jumlah daun kacang tunggak (helai) pengamatan I

Perlakuan     Kelompok     Total Rerata  I II III IV V    

A1 2.0 2.0 2.5 3.0 2.5 12.0 2.40A2 2.0 2.0 2.5 2.0 3.0 11.5 2.30A3 2.0 2.0 2.0 2.5 3.0 11.5 2.30A4 2.0 2.5 1.4 2.0 3.0 10.9 2.18A5 1.0 2.0 1.0 2.3 3.0 9.3 1.86

T o t a l 9.0 10.5 9.4 11.8 14.5 55.2 2.21 Ket. : A1 = Penyiraman tiap hari

A2 = Penyiraman 2 hari sekaliA3 = Penyiraman 3 hari sekaliA4 = Penyiraman 4 hari sekaliA5 = Penyiraman 5 hari sekali

Lampiran 6b. Analisis varians untuk jumlah daun kacang tunggak pengamatan I

Sumber DB JK KT F hit   F tabelVariasi         0.05 0.01Kelompok 4 3.93840 0.98460        Perlakuan 4 0.87840 0.21960 1.25 tn 3.01 4.77Galat 16 2.80160 0.17510        Total 24 7.61840          

38

Page 39: Skripsi perbaikan

Ket. : * = Berpengaruh nyata pada F (0.05) KK = 18.95 %** = Berpengaruh sangat nyata pada F (0.01)tn = Berpengaruh tidak nyata pada Uji F (0.05).

Lampiran 6c. Uji Lanjut DMRT 0,05 untuk jumlah daun kacang tunggak pengamatan I

DMRT 0,05 = 0.19

Jarak 2 3 4 5p (16 ; 0,05) 3.00 3.15 3.23 3.30

Rp 0.56 0.59 0.60 0.62

Perlakuan Rerata & Notasi Rank.A1 2.40 A 5A2 2.30 A 3A3 2.30 A 3A4 2.18 A 2A5 1.86 A 1

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah tidak berbeda nyata pada Uji DMRT 0.05.

Lampiran 7a. Data pengamatan/perhitungan jumlah daun kacang tunggak (helai) pengamatan II

Pengamatan     Kelompok     Total Rerata  I II III IV V    

A1 7.0 8.0 6.0 18.0 22.0 61.0 12.20A2 6.0 9.0 8.0 8.0 13.0 44.0 8.80A3 6.0 9.0 11.0 7.0 16.0 49.0 9.80A4 6.0 8.0 10.0 6.0 8.0 38.0 7.60A5 6.0 6.5 7.6 7.0 9.0 36.1 7.22

39

Page 40: Skripsi perbaikan

T o t a l 31.0 40.5 42.6 46.0 68.0 228.1 9.12 Ket. : A1 = Penyiraman tiap hari

A2 = Penyiraman 2 hari sekaliA3 = Penyiraman 3 hari sekaliA4 = Penyiraman 4 hari sekaliA5 = Penyiraman 5 hari sekali

Lampiran 7b. Analisis varians untuk jumlah daun kacang tunggak pengamatan II

Sumber DB JK KT

F hit   F tabelVariasi         0.05 0.01Kelompok 4 150.018 37.504        Perlakuan 4 79.858 19.964 1.89 tn 3.01 4.77Galat 16 168.950 10.559        Total 24 398.826          

Ket. : * = Berpengaruh nyata pada F (0.05) KK = 35.62 %** = Berpengaruh sangat nyata pada F (0.01)tn = Berpengaruh tidak nyata pada Uji F (0.05).

Lampiran 7c. Uji Lanjut DMRT 0,05 untuk jumlah daun kacang tunggak pengamatan II

DMRT 0,05 = 1.45

Jarak 2 3 4 5p (16 ; 0,05) 3.00 3.15 3.23 3.30

Rp 4.36 4.58 4.69 4.80

Perlakuan Rerata & Notasi Rank.

40

Page 41: Skripsi perbaikan

A1 12.20 A 5A2 8.80 A 3A3 9.80 A 4A4 7.60 A 2A5 7.22 A 1

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah tidak berbeda nyata pada Uji DMRT 0.05.

Lampiran 8a. Data pengamatan/perhitungan jumlah daun kacang tunggak (helai) pengamatan III

Perlakuan     Kelompok     Total Rerata  I II III IV V    

A1 21.0 26.0 27.0 32.0 38.0 144.0 28.80A2 33.0 17.0 18.0 23.0 42.0 133.0 26.60A3 15.0 16.0 21.0 24.0 43.0 119.0 23.80A4 8.0 12.0 15.0 10.0 17.0 62.0 12.40A5 9.0 12.0 10.0 11.0 15.0 57.0 11.40

T o t a l 86.0 83.0 91.0 100.0 155.0 515.0 20.60 Ket. : A1 = Penyiraman tiap hari

A2 = Penyiraman 2 hari sekaliA3 = Penyiraman 3 hari sekaliA4 = Penyiraman 4 hari sekaliA5 = Penyiraman 5 hari sekali

Lampiran 8b. Analisis varians untuk jumlah daun kacang tunggak pengamatan III

Sumber DB JK KT

F hit   F tabelVariasi         0.05 0.01Kelompok 4 709.200 177.300        Perlakuan 4 1326.800 331.700 10.53 ** 3.01 4.77Galat 16 504.000 31.500        Total 24 2540.000          

Ket. : * = Berpengaruh nyata pada F (0.05) KK = 27.25 %

41

Page 42: Skripsi perbaikan

** = Berpengaruh sangat nyata pada F (0.01)tn = Berpengaruh tidak nyata pada Uji F (0.05).

Lampiran 8c. Uji Lanjut DMRT 0,05 untuk jumlah daun kacang tunggak pengamatan III

DMRT 0,05 = 2.51

Jarak 2 3 4 5p (16 ; 0,05) 3.00 3.15 3.23 3.30

Rp 7.53 7.91 8.11 8.28

Perlakuan Rerata & Notasi Rank.A1 28.80 b 5A2 26.60 b 4A3 23.80 b 3A4 12.40 a 2A5 11.40 a 1

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah tidak berbeda nyata pada Uji DMRT 0.05.

Lampiran 9a. Data pengamatan/perhitungan jumlah cabang pengamatan I

Perlakuan     Kelompok     Total Rerata  I II III IV V    

A1 1.0 1.0 1.0 2.0 1.0 6.0 1.20A2 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 5.0 1.00A3 1.0 1.0 2.0 1.0 1.0 6.0 1.20A4 1.0 1.0 2.0 1.0 1.0 6.0 1.20A5 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 5.0 1.00

T o t a l 5.0 5.0 7.0 6.0 5.0 28.0 1.12 Ket. : A1 = Penyiraman tiap hari

42

Page 43: Skripsi perbaikan

A2 = Penyiraman 2 hari sekaliA3 = Penyiraman 3 hari sekaliA4 = Penyiraman 4 hari sekaliA5 = Penyiraman 5 hari sekali

Lampiran 9b. Analisis varians untuk jumlah cabang pengamatan I

Sumber DB JK KT F hit F tabel

Variasi     0.05 0.01Kelompok 4 0.640 0.160        Perlakuan 4 0.240 0.060 0.55 tn 3.01 4.77Galat 16 1.760 0.110        Total 24 2.640          

Ket. : * = Berpengaruh nyata pada F (0.05) KK = 29.61 %** = Berpengaruh sangat nyata pada F (0.01)tn = Berpengaruh tidak nyata pada Uji F (0.05).

Lampiran 9c. Uji Lanjut DMRT 0,05 untuk jumlah cabang kacang tunggak pengamatan I

DMRT 0,05 = 0.15

Jarak 2 3 4 5p (16 ; 0,05) 3.00 3.15 3.23 3.30

Rp 0.44 0.47 0.48 0.49

Perlakuan Rerata & Notasi Rank.A1 1.20 a 3A2 1.00 a 1

43

Page 44: Skripsi perbaikan

A3 1.20 a 3A4 1.20 a 3A5 1.00 a 1

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah tidak berbeda nyata pada Uji DMRT 0.05.

Lampiran 10a. Data pengamatan/perhitungan jumlah cabang pengamatan II

Perlakuan     Kelompok     Total Rerata  I II III IV V    

A1 6.0 9.0 8.0 6.0 7.0 36.0 7.20A2 4.0 5.0 7.0 6.0 6.5 28.5 5.70A3 3.0 3.0 3.0 2.0 3.0 14.0 2.80A4 2.0 2.0 2.0 1.0 2.0 9.0 1.80A5 2.0 2.0 1.0 3.0 2.0 10.0 2.00

T o t a l 17.0 21.0 21.0 18.0 20.5 97.5 3.90 Ket. : A1 = Penyiraman tiap hari

A2 = Penyiraman 2 hari sekaliA3 = Penyiraman 3 hari sekaliA4 = Penyiraman 4 hari sekaliA5 = Penyiraman 5 hari sekali

Lampiran 10b. Analisis varians untuk jumlah cabang pengamatan II

Sumber DB JK KT F hit   F tabel

Variasi         0.05 0.01Kelompok 4 2.800 0.700        Perlakuan 4 116.800 29.200 34.87 ** 3.01 4.77Galat 16 13.400 0.837        Total 24 133.000          

Ket. : * = Berpengaruh nyata pada F (0.05) KK = 23.47 %** = Berpengaruh sangat nyata pada F (0.01)tn = Berpengaruh tidak nyata pada Uji F (0.05).

44

Page 45: Skripsi perbaikan

Lampiran 10c. Uji Lanjut DMRT 0,05 untuk jumlah cabang kacang tunggak pengamatan II

DMRT 0,05 = 0.41

Jarak 2 3 4 5p (16 ; 0,05) 3.00 3.15 3.23 3.30

Rp 1.23 1.29 1.32 1.35

Perlakuan Rerata & Notasi Rank.A1 7.20 c 5A2 5.70 b 4A3 2.80 a 3A4 1.80 a 1A5 2.00 a 2

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah tidak berbeda nyata pada Uji DMRT 0.05.

Lampiran 11a. Data pengamatan/perhitungan jumlah polong kacang tunggak

Perlakuan     Kelompok     Total Rerata  I II III IV V    

A1 12.0 15.0 17.0 17.0 15.0 76.0 15.20A2 10.0 11.0 9.0 9.0 11.0 50.0 10.00A3 8.0 6.0 7.0 5.0 5.0 31.0 6.20A4 5.0 5.0 5.0 4.0 4.0 23.0 4.60A5 3.0 3.0 3.0 3.0 3.0 15.0 3.00

T o t a l 38.0 40.0 41.0 38.0 38.0 195.0 7.80 Ket. : A1 = Penyiraman tiap hari

A2 = Penyiraman 2 hari sekaliA3 = Penyiraman 3 hari sekali

45

Page 46: Skripsi perbaikan

A4 = Penyiraman 4 hari sekaliA5 = Penyiraman 5 hari sekali

Lampiran 11b. Analisis varians untuk jumlah polong kacang tunggak

Sumber DB JK KT F hit   F tabel

Variasi         0.05 0.01Kelompok 4 1.600 0.400        Perlakuan 4 477.200 119.300 70.18 ** 3.01 4.77Galat 16 27.200 1.700        Total 24 506.000          

Ket. : * = Berpengaruh nyata pada F (0.05) KK = 16.72 %** = Berpengaruh sangat nyata pada F (0.01)tn = Berpengaruh tidak nyata pada Uji F (0.05).

Lampiran 11c. Uji Lanjut DMRT 0,05 untuk jumlah polong kacang tunggak

DMRT 0,05 = 0.58

Jarak 2 3 4 5p (16 ; 0,05) 3.00 3.15 3.23 3.30

Rp 1.75 1.84 1.88 1.92

Perlakuan Rerata & Notasi Rank.A1 15.20 d 5A2 10.00 c 4A3 6.20 b 3A4 4.60 ab 2

46

Page 47: Skripsi perbaikan

A5 3.00 a 1Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah tidak berbeda nyata pada Uji DMRT 0.05.

Lampiran 12a. Data pengamatan/pengukuran bobot biji per petak kacang tunggak

Perlakuan     Kelompok     Total Rerata  I II III IV V    

A1 82.4 104.0 150.8 116.4 342.8 796.4 159.28A2 306.4 254.4 253.6 300.0 272.4 1386.8 277.36A3 86.4 69.6 138.8 172.4 114.9 582.1 116.42A4 57.2 124.8 106.0 168.0 249.2 705.2 141.04A5 64.8 84.0 65.6 142.4 124.4 481.2 96.24

T o t a l 597.2 636.8 714.8 899.2 1103.7 3951.7 158.07 Ket. : A1 = Penyiraman tiap hari

A2 = Penyiraman 2 hari sekaliA3 = Penyiraman 3 hari sekaliA4 = Penyiraman 4 hari sekaliA5 = Penyiraman 5 hari sekali

Lampiran 12b. Analisis varians untuk bobot biji per petak kacang tunggak

Sumber DB JK KT

F hit   F tabelVariasi         0.05 0.01Kelompok 4 35325.77 8831.444        Perlakuan 4 100396.30 25099.076 9.05 ** 3.01 4.77Galat 16 44380.22 2773.764        Total 24 180102.29          

Ket. : * = Berpengaruh nyata pada F (0.05) KK = 33.32 %** = Berpengaruh sangat nyata pada F (0.01)tn = Berpengaruh tidak nyata pada Uji F (0.05).

47

Page 48: Skripsi perbaikan

Lampiran 12c. Uji Lanjut DMRT 0,05 untuk bobot biji per petak kacang tunggak

DMRT 0,05 = 23.55

Jarak 2 3 4 5p (16 ; 0,05) 3.00 3.15 3.23 3.30

Rp 70.66 74.19 76.08 77.73

Perlakuan Rerata & Notasi Rank.A1 159.28 a 4A2 277.36 b 5A3 116.42 a 2A4 141.04 a 3A5 96.24 a 1

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah tidak berbeda nyata pada Uji DMRT 0.05.

Lampiran 13a. Data pengamatan/pengukuran bobot 100 biji kacang tunggak Perlakuan     Kelompok     Total Rerata

  I II III IV V    A1 20.2 18.8 17.6 19.4 19.6 95.6 19.12A2 17.2 18.5 17.0 19.4 25.1 97.2 19.44A3 13.9 10.8 15.7 15.9 18.2 74.5 14.90A4 5.1 20.6 20.9 7.0 18.3 71.9 14.38A5 8.3 16.5 12.6 8.9 23.1 69.4 13.88

T o t a l 64.7 85.2 83.8 70.6 104.3 408.6 16.34 Ket. : A1 = Penyiraman tiap hari

A2 = Penyiraman 2 hari sekaliA3 = Penyiraman 3 hari sekaliA4 = Penyiraman 4 hari sekaliA5 = Penyiraman 5 hari sekali

48

Page 49: Skripsi perbaikan

Lampiran 13b. Analisis varians untuk bobot 100 biji kacang tunggak

Sumber DB JK KT

F hit   F tabelVariasi         0.05 0.01Kelompok 4 187.926 46.981        Perlakuan 4 146.526 36.631 2.12 tn 3.01 4.77Galat 16 276.790 17.299        Total 24 611.242          

Ket. : * = Berpengaruh nyata pada F (0.05) KK = 25.45 %** = Berpengaruh sangat nyata pada F (0.01) tn = Berpengaruh tidak nyata pada Uji F (0.05).

Lampiran 13c. Uji Lanjut DMRT 0,05 untuk bobot 100 biji kacang tunggak

DMRT 0,05 = 1.86

Jarak 2 3 4 5p (16 ; 0,05) 3.00 3.15 3.23 3.30

Rp 5.58 5.86 6.01 6.14

Perlakuan Rerata & Notasi Rank.A1 19.12 a 4A2 19.44 a 5A3 14.90 a 3A4 14.38 a 2A5 13.88 a 1

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah

49

Page 50: Skripsi perbaikan

tidak berbeda nyata pada Uji DMRT 0.05.

50