SKRIPSI - mohulilabshor.files.wordpress.com · pengaruh sistem pendidikan asrama di perguruan...
Transcript of SKRIPSI - mohulilabshor.files.wordpress.com · pengaruh sistem pendidikan asrama di perguruan...
PENGARUH SISTEM PENDIDIKAN ASRAMA DI PERGURUAN TINGGI TERHADAP PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
PADA MAHASISWA PROGRAM INTENSDI INSTITUT DIROSAT ISLAMIYAH AL
SUMENEP MADURA JAWA TIMUR
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
INSTITUT DIROSAT ISLAMIYAH ALSUMENEP MADURA JAWA TIMUR
i
SISTEM PENDIDIKAN ASRAMA DI PERGURUAN TINGGI TERHADAP PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
PADA MAHASISWA PROGRAM INTENSDI INSTITUT DIROSAT ISLAMIYAH AL-AMIEN PRENDUAN
SUMENEP MADURA JAWA TIMUR 2016/2017
SKRIPSI
Oleh:
Moh. Ulil Abshor NIMKO : 2013.4.037.0101.1.001804
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT DIROSAT ISLAMIYAH AL-AMIEN PRENDUANSUMENEP MADURA JAWA TIMUR
TAHUN 2017
SISTEM PENDIDIKAN ASRAMA DI PERGURUAN TINGGI TERHADAP PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
PADA MAHASISWA PROGRAM INTENSIF AMIEN PRENDUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
AMIEN PRENDUAN
PENGARUH SISTEM PENDIDIKAN ASRAMATERHADAP
PADA MAHASISWA PROGRAM INTENSIFDI INSTITUT DIROSAT ISLAMIYAH AL
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sa
pada Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Institut Diro
NIMKO:
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
INSTITUT DIROSAT ISLAMIYAH ALSUMENEP MADURA JAWA TIMUR
ii
SISTEM PENDIDIKAN ASRAMA DI PERGURUANTERHADAP PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
MAHASISWA PROGRAM INTENSIFINSTITUT DIROSAT ISLAMIYAH AL-AMIEN PRENDUAN
SUMENEP MADURA TAHUN 2016/2017
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah
Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien PrenduanSumenep Madura
Disusun oleh:
MOH ULIL ABSHOR NIMKO: 2013.4.037.0101.1.001804
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT DIROSAT ISLAMIYAH AL-AMIEN PRENDUANSUMENEP MADURA JAWA TIMUR
TAHUN 2017
DI PERGURUAN TINGGI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
MAHASISWA PROGRAM INTENSIF AMIEN PRENDUAN
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat rjana Pendidikan Islam
pada Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Amien Prenduan
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
AMIEN PRENDUAN
iii
iv
v
MOTTO
Memulai dengan penuh keyakinan
Menjalankan dengan penuh keikhlasan
Menyelesaikan dengan penuh kebahagiaan
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Saya persembahkan Skripsi ini kepada:
Ayahanda Muchlas dan ibunda Siti Muchlisoh yang tidak kenal lelah merawat dan
mendidik kami putra-putrinya dalam pendidikan yang islami, mudah-mudahan Allah
SWT membalas kebaikan antuma dengan balasan yang setimpal.
Pimpinan dan Pengasuh Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep Madura Dr.
KH. Ahmad Muhammad Tidjani, MA yang telah banyak mendidik, membimbing
kami untuk selalu istiqamah dalam ibadah sebagai bekal di akhirat kelak.
Rektor Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan Sumenep Madura, Dr. KH.
Ghozi Mubarok, MA yang telah banyak memberikan ilmu dan wawasan kepada kami,
mudah-mudahan ilmunya menjadi barokah bagi kami yang telah banyak mengenyamnya
demi membentuk pribadi kami menjadi manusia berilmu dan berakhlak mulia melalui
proses pendidikan.
Dekan Fakultas Tarbiyah, Ust. Dr, H. Mashuri Toha M.Pd, yang telah membantu
penulis sehingga dapat menyelasaikan penelitian ini.
Mudirul Ma’had lilbanin, KH. Mujami’ Abdul Musyfie, Lc, yang telah banyak
membina dan membimbing kami dalam proses pendidikan kami di pondok pesantren ini.
Para pembimbing yang telah memberikan waktu dan tenaganya memberikan bimbingan
dengan sabar dan penuh keikhlasan, yaitu Dr. Mashuri Toha, M. Pd dan Moh. Maqbul
Mawardi, S.Psi.,M.PSDM
Guru-guruku yang terhormat, yang senantiasa membimbing dan membinaku dengan
penuh kesabaran dan penuh keihklasan.
Seluruh keluargaku yang tidak mungkin saya sebutkan satu-persatu yang telah banyak
memberikan dukungan moral dan spritual.
Seluruh teman-teman seperjuangan, khususnya di marhalah LEATHER DE EKZAZ
yang saling bahu membahu dan mengingatkan untuk dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini. Kalian semua bukan hanya menjadi teman dan adik yang baik, kalian adalah
saudara bagiku!!
Buat seseorang yang masih menjadi rahasia illahi, berada di relung hati menanam benih
yang berharap tumbuh alami berakar kuat di dalam hati. yang pernah singgah ataupun
yang belum sempat berjumpa, terima kasih untuk semua-semuanya yang pernah tercurah
vii
untukku. Untuk seseorang di relung hati percayalah bahwa hanya namamu yang selalu
kusebut-sebut dalam benih-benih doaku, semoga keyakinan dan takdir ini terwujud, atas
ridho dan izin Allah SWT.
Menjalani labirin kehidupan Untuk ribuan tujuan yang ingin dicapai, untuk jutaan
impian yang akan dikejar, untuk sebuah pengharapan, agar hidup jauh lebih bermakna
dan berwarna, hidup tanpa mimpi ibarat arus sungai. Mengalir tanpa tujuan,di temani
sampah kebusukan. Mimpi dengan mata tertutup akan berbeda dengan mimpi yang ada
saat mata terbuka.
Terus belajar, berusaha, dan berdoa untuk menggapainya.
Jatuh berdiri lagi. Kalah mencoba lagi. Gagal Bangkit lagi.
Never give up!
Diberikan kesempatan kedua kali mungkin aja terjadi disetiap orang
Tetapi jangan mengulangi kesalahan yang sama untuk yang kedua kalinya
viii
ix
ABSTRAK
Moh Ulil Abshor, 2017 : pengaruh sistem pendidikan asrama di perguruan tinggi terhadap pendidikan multikultural pada mahasiswa program Intensif. Di Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan Sumenep Madura tahun 2016-2017, skripsi prodi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan.
Pembimbing I : Dr. Mashuri Toha, M.Pd Pembimbing II: Moh Maqbul Mawardi, S.Psi.,M.PSDM Kata kunci : Pendidikan Asrama, Pendidikan Multikultural
Indonesia merupakan bangsa dengan tingkat keragaman yang tinggi, akhir-akhir ini indonesia dihadapkan pada beberapa konflik yang dilatar belakangi perbedaan, baik itu perbedaan agama, suku, ras, dan budaya. Dalam hal ini, pendidikan dinilai gagal dalam menjalankan salah satu perannya, yaitu mewujudkan masyarakat yang dapat menciptakan kerukunan dan perdamaian dalam hidup bertoleransi, demokrasi, kesetaraan, dan keadilan. Oleh karena itu sistem pendidikan berasrama sangat baik menjadi faktor dalam penanaman karakter di setiap individu dalam hidup bersosial, kemandirian, disiplin, persudaraan dan persatuan. Pendidikan asrama sangatlah positif dalam menanggulangi pengaruh negatif keanekaragaman budaya yang hidup di tengah-tengah masyarakat termasuk di perguruan tinggi. Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien prenduan adalah lembaga yang mengunakan sistem pendidikan asrama bagi para mahasiswa yang berasal dari plosok-plosok nusantara, setiap individunya memiliki ragam kebudayaan yang berbeda-beda hidup bersatu dalam asrama.
Pendekatan yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan metode kuesioner dan dokumentasi. Subjek penelitian ini adalah semua mahasiswa program Intensif Di Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan. Teknik analisis data yang digunakan adalah pengumpulan data, penyajian data, uji instrument, validitas dan reabilitas, dan diakhiri dengan penarikan kesimpulan.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian korelasi yang menggunakan tehnik jenis simple random sampling, yang jumlah respondenya 30 orang. Sedangkan tehnik pengumpulan datanya menggunakan koeseoner atau angket sebagai metode pokok dan dokementasi sebagai metode penunjang.
Dari hasil analisis data dengan menggunakan regresi linier sederhana dengan bantuan software SPSS 24.0 angka diperoleh r hitung 0, 752. Setelah dikonsultasikan dengan r tabel pada N=30, dengan taraf interval kepercayaan 5%= 0,361. Diperoleh kesimpulan bahwa sistem pendidikan asrama di perguruan tinggi terhadap pendidikan multikulktural padamahasiswa program intensif di Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan dikategorikan pengaruhnya cukup.
x
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puja dan puji syukur hanya untuk Allah SWT. Yang telah
menciptakan manusia dalam bentuk yang sempurna. Allah yang maha Bijaksana. Karena,
ternyata tak satupun kewajiban yang dibebankan kepada hambanya suatu amal yang sia-sia, dan
tidak ada kewajiban yang diberikan berada diluar batas kemampuan hambanya.
Sholawat beserta salam senantiasa tetap tertuju pada Nabi Muhammad saw. beserta
keluarga dan para sahabatnya. Semoga Allah meridhoi pasukan dan kelompoknya dan siapa saja
yang mengikuti langkah-langkahnya. Semoga kita tergolong menjadi umatnya yang mendapat
safa’atnya kelak di hari akhir dimana pada hari itu tidak ada makhluk apapun yang bisa memberi
pertolongan kecuali dari Nabi Muhammad saw.
Dengan selesainya skripsi ini peneliti tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih yang
setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan sumbangan atau bantuan baik
moral maupun spiritual. Semoga niat baik dan bantuan yang telah diberikan mendapatkan
balasan yang setimpal dari Allah SWT Amien ya rabbalalamin.
Selanjutnya dengan segala kerendahan hati peneliti menyampaikan rasa banyak terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. KH. Ahmad Fauzi Tidjani, MA. selaku pimpinan dan pengasuh PP. Al-Amien
prenduan.
2. Dr. KH. Ghozi Mubarok, MA. selaku Rektor IDIA Prenduan.
3. KH. Mujammi Musfyie, Lc. selaku Mudir Ma’had lil Banin.
4. Para pembimbing Dr. Mashuri Toha, M.Pd selaku pembimbing I dan Moh.Maqbul
Mawardi, S.Psi.,M.PSDM selaku pembimbing II. Tanpa mereka semua mustahil
rasanya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.
xi
5. Civitas Akademika, dan PJ Niha’ie IDIA Prenduan Ust Lukman Nur Hakim S.Kom.I.
dan Ust Fauzi Al-Mahdi S.Kom.I. yang telah memberikan dorongan, bimbingan, dan
motivasi serta kemudahan sehingga Proposal Penelitian ini dapat terselesaikan dengan
tepat waktu.
6. Kepada kedua Orang Tua, kakak, dan keluargaku yang ada di Nganjuk. Yang selalu
mendukung baik finansial, spiritual, Motivasi dan do’a yang setiap waktu dipanjatkan.
Terima kasih atas pendidikan yang telah engkau tanamkan kepadaku selama ini. Semoga
segala jasa-jasamu yang begitu besar mendapatkan pahala dari Allah SWT Amien.
Akhirnya, peneliti berdo’a dan berharap, semoga karya ini dapat bermanfa’at khususnya
bagi penulis dan umumnya bagi pembaca yang budiman, selanjutnya kritik dan saran yang
membangun senantiasa penulis harapkan demi kesempurnaan karya ini. Terima kasih dan
mohon maaf atas segala kekurangan.
Prenduan, 14 Februari 2017
Peneliti,
Moh. Ulil Abshor
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ........................................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................................ v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ................................................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................................ xiii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 14
C. Tujuan Penelitian..................................................................................................... 14
D. Kegunaan Penelitian ................................................................................................ 15
E. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................................... 16
F. Asumsi Penelitian .................................................................................................... 18
G. Hipotesis Penelitian................................................................................................. 19
H. Defenisi Istilah ........................................................................................................ 20
I. Sistematika Pembahasan ......................................................................................... 22
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis Tentang Sistem Pendidikan Asrama ........................................... 24
1. Pengertian Sistem .............................................................................................. 24
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sistem Pendidikan................................... 27
3. Pengertian Pendidikan Asrama ......................................................................... 31
4. Dasar Hukum Pendidikan Asrama..................................................................... 33
5. Tujuan Pendidikan Asrama................................................................................ 34
xiii
6. Prinsip Pendidikan Asrama……………………………………………………. 35
7. Faktor-Faktor Perkembangan Sistem Pendidikan Asrama…………………….. 38
8. Jenis-Jenis Sistem Pendidikan Asrama………………………………………… 40
B. Tinjauan Teoristik Tentang Pendidikan Multikultural ............................................ .. 41
1. Pengertian Pendidikan Multikultural ................................................................ .. 41
2. Pendidikan Multikultural Dalam Persepektif Islam .......................................... .. 45
3. Nilai-Nilai Pendidikan Multikultural ................................................................ .. 47
4. Pradigma Pendidikan Multikultural .................................................................. .. 49
5. Tujuan Pendidikan Multikultural…...........................................………………... 50
6. Pendekatan Pendidikan Multikultural……………………………………..…… .51
C. Hubungan Sistem Pendidikan Asrama Dengan Pendidikan Multikultur............. 53
D. Kajian Terdahulu………………………………………………………………. 59
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian .............................................................................................. 61
B. Populasi dan Sampel ............................................................................................... 62
C. Instrumen Penelitian ................................................................................................ 64
D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................................... 66
E. Teknik Analisis Data ............................................................................................... 73
BAB IV : LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Tahap Persiapan ...................................................................................................... 75
B. Tahap Pelaksanaan .................................................................................................. 76
C. Tahap Penyajian Data.............................................................................................. 76
D. Data Hasil Angket .................................................................................................. 88
E. Analisis Data........................................................................................................... 93
F. Pembuktian Hipotesis.............................................................................................. 95
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................................. 101
B. Saran-Saran ............................................................................................................. 102
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Jenis Tabel Halaman
1.1 Dependen Variabel X
1.2 Dependen Variabel Y
3.1 Jumlah Mahasiswa Intensif
3.2 Dependen Variabel Y
3.3 Dependen Variabel Y
4.1 Data mahasiswa Intensif
4.2 Penentuan Skor Angket Favoriable
4.3 Penentuan Skor Angket Unfavoriable
4.4 Uji Validitas
4.5 Hasil Reliability statistic variable X
4.6 Hasil Reliability statistic variable Y
4.7 Model Summary
4.8 Anova
4.9 Coefficients
5.0 Interpretasi nilai “r”
xv
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 : ANGKET PENELITIAN
LAMPIRAN 2 : PEDOMAN DOKUMENTASI
LAMPIRAN 3 : DAFTAR NAMA RESPONDEN
LAMPIRAN 4 : DATA MAHASISWA INTENSIF
LAMPIRAN 5 : ITEM-ITEM CORRELATION MATRIX VARIABLE X
LAMPIRAN 6 : ITEM-ITEM CORRELATION MATRIX VARIABLE Y
LAMPIRAN 7 : SKOR ANGKET VARIABLE X
LAMPIRAN 8 : SKOR ANGKET VARIABLE Y
LAMPIRAN 9 : SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN
LAMPIRAN 10 : SURAT KETERANGAN MELAKUKAN PENELITIAN
LAMPIRAN 11 : JADWAL PENELITIAN
LAMPIRAN 12 : KARTU KONSULTASI
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tidak seperti kebanyakan sistem pendidikan di seluruh dunia, sistem pendidikan
Amerika adalah khas di alam. Dalam membangun "pendidikan universal untuk semua," sekolah
publik Amerika sistem mendorong cita-cita akses pendidikan dan kesempatan yang sama bagi
semua citizens. Sebaliknya, ketika konsep-konsep tersebut diuji, teori menentang praktek. Untuk
menjelaskan lebih lanjut, Afrika-Amerika, penduduk asli-Amerika, Asia-Amerika, dan dalam
imigran masyarakat kontemporer dari berbagai latar belakang, secara historis telah terpinggirkan
dan dikeluarkan dari menerima akses yang adil dan kesempatan dalam pendidikan publik.
Dengan demikian, pendidikan multikultural sebagai alternatif pendidikan, upaya untuk
menganalisis secara kritis kesenjangan dalam kemaluan sistem pendidikan, dan menyarankan
strategi untuk dimasukkan lebih lanjut dari kelompok marjinal.1
Begitu juga dalam era yang semakin maju dan canggih seperti sekarang, kemajuan
teknologi begitu pesat dan memberikan dampak yang besar, baik positif atau pun negatif
terhadap perkembangan pola pikir anak-anak dan remaja bahkan sampai mempengaruhi gaya
hidup mereka yang hedonis dan narsis.
Era globalisasi saat ini bangsa Indonesia harus bisa sejajar dengan bangsa–bangsa lainya
yang lebih dahulu memperoleh kemampuan dalam bidang sains dan teknologi, walaupun akses
negatif dari kemajuan teknologi harus kita antisipasi dengan pemgembangan sumber daya
manusia melalui peningkatan pendidikan. Dengan pendidikan, seseorang bisa mengembangkan
skill, bakat, serta kreatifitas yang dimilikinya.
1 Caroline Mwonga, Boarding Accomodation A Design Guide, (London, The Stationery Office,1996), h. 2.
xvii
Pendidikan Indonesia adalah pendidikan yang sekular-materialistik. Hal ini terlihat pada
UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 Bab VI tentang Jalur, Jenjang, dan Jenis Pendidikan bagian
kesatu (Umum) pasal 15 yang berbunyi: Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum,
kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus. Terlihat jelas dalam pasal ini
adanya dikotomi pendidikan, yaitu pendidikan agama dan umum.2
Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi
sumber daya manusia dan peserta didik dengan cara mendorong dan menfasilitasi kegiatan
belajar mereka. Sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas hidup, pada intinya bertujuan untuk
memanusiakan manusia, mendewasakan, serta merubah dan meningkatkan kualitas hidup.
Manusia dididik agar bisa berpikir dalam menjalani kehidupannya, seperti firman allah dalam
Al-Quran Shaad ayat 29 yang berbunyi :
Artinya : Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya
mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang
yang mempunyai fikiran.(Q.S, shaad, 29)3
Untuk mewujudkan sebuah pendidikan tentunya harus ada iklim pembelajaran baru yang
inovatif sesuai lingkungan dengan melihat keberadaan peserta didik dan perkembangan zaman,
iklim dan lingkungan yang kiranya dapat menumbuh kembangkan potensi-potensi peserta didik
dalam dunia pendidikan. Sebagaimana yang telah kita lihat sekarang ini lingkungan dan
pergaulan yang ada di luar sana sangat memprihatinkan. Pendidikan yang bermutu juga akan
mempengaruhi perkembangan politik generasi selanjutnya yang berkualitas muncul dari Negara
2Depdiknas, Diakses Pada 15 November 2016 Dari http://www.Depdiknas.go.id. 3 Al-Hikmah, Al-Quran Dan Terjemahnya, (Bandung, CV Penerbitan Diponegoro, 2014), h. 455.
xviii
yang berkualitas, karena pendidikan yang berkualitas akan mempengaruhi peradaban suatu
bangsa. Apabila hal itu terjadi maka akan mempengaruhi sistem ekonomi yang baik.4
Pendidikan Intercultural tidak dapat hanya sederhana 'menambahkan' ke kurikulum reguler.
Ini perlu perhatian lingkungan belajar secara keseluruhan, serta dimensi lain dari proses
pendidikan, seperti kehidupan sekolah dan pengambilan keputusan, pendidikan dan pelatihan
guru, kurikulum, bahasa pengantar, metode pengajaran dan interaksi mahasiswa, dan bahan
pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan melalui masuknya berbagai perspektif dan suara.
Perkembangan inklusif kurikulum yang berisi belajar tentang bahasa, sejarah dan budaya dari
kelompok-kelompok non-dominan dalam masyarakat adalah salah satu contoh penting.5
Oleh karena itu, Pendidikan merupakan sebuah sistem yang terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik dapat
mengembangkan potensi dirinya secara aktif sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat.6 Maka dari itu harus ada inovasi atau hal yang baru dalam
proses pembelajaran yang bisa membawa perubahan. Lembaga pendidikan juga harus kreatif
dalam mendidik demi terciptanya peserta didik yang berpotensi dan berkembang.
Untuk mengatisipasi gejolak kerusakan moral para penerus bangsa tentunya sistem
pendidikan asrama sangatlah memiliki keungulan yang lebih dari pendidikan-pendidikan yang
lain, karena sistem pendidikan asrama menanamkan pendidikan dan pembinaan akhlak, sosial,
dan kemandirian, para penghuni asrama dididik langsung oleh para ahlinya yaitu para kyai dan
4. Kartini Karton, Quo Vadis Tujuan Pendidikan, ( Bandung, Bandar Maju, 1991), h. 101. 5 Fontenoy, Unesco Guidelines On Intercultur Education, (Paris, UNESCO, 2006), h. 19.
6Pupuh Fathurrahman, Dasar Dasar Kependidikan, (Bandung: Pustaka Setia,2011), h.21.
xix
guru-guru profesional dalam penanaman pendidikan. Yang dari setiap individu memiliki
perbedaan sosial, budaya, dan kepribadian.7
Maka dari itu diperlukan upaya-upaya mencari alternatif pendekatan sebagai
upaya memberikan layanan pendidikan tinggi terbaik di mana-mana dilakukan. Pendidikan
tinggi sebagai lembaga pencetak pemimpin bangsa ke depan dihadapkan pada kenyataan yang
semakin berat, komplek, pelik, sehingga tidak sederhana untuk dihadapi. Tuntutan kualitas
pendidikan yang seharusnya diberikan, sebagai akibat semakin kerasnya tantangan kehidupan ke
depan itu, tidak sekedar menyangkut akademik tetapi juga harus disempurnakan dengan karakter
yang terpuji.8
Ketika masyarakat memutuskan seperti yang banyak terlambat dilakukan-untuk perubahan
sistem pendidikan 'elitis' menjadi satu yang akan melayani massa rakyat, dan ketika lanjut
memutuskan untuk menggunakan sistem yang sebagai alat untuk perkembangan nasional, itu
dilanda oleh banyak berbagai persoalan baru. Salah satunya adalah bahwa dilemanya lebih
banyak orang ingin lebih melakukan pendidikan, mereka tidak semestinya menginginkan jenis
pendidikan yang dalam keadaan baru yang paling melayani sendiri masa depan kepentingan
mereka dan kepentingan terbaik pembangunan nasional. Kebanyakan siswa sendiri berharap
bahwa pendidikan akan membantu mereka mendapatkan pekerjaan yang baik di masyarakat
berkembang. Tapi pekerjaan mereka lebih sering di didik dengan memamerkan kewibawaan
dalam jabatan pekerjaan, ditetapkan di masa lalu, saya tidak sesuai dengan jabatan baru dengan
mengembalikan tenaga kembali tenaga pada pertumbuhan ekonomi. Ketika insentif struktur
ulang dan tuntutan mempekerjakan meminta dari pasar juga kembali memantulkan yang jabatan
7 Sutrisno, Problem Dan Solusi Pendidikan Asrama, Diakses Pada 20/10/2016 Dari http//:Sutris02.Wordpress.Com 8 Imam Suprayogo, Universitas Islam Unggulan (UIN- Malang Press,2009), h. 187.
xx
lama kembali, berulang adalah pemisahan serius antara kebutuhan tenaga kerja bangsa dan
tuntutan tenaga kerja yang sebenarnya.9
Maka dari itu problem-problem sosial yang semakin tidak mudah dihadapi, misalnya
korupsi yang dilakukan oleh para elite bangsa, ancaman narkoba yang semakin tidak gampang
diatasi, radikalisasi agama hingga mengkhawatirkan banyak pihak, bentrokan antar mahasiswa
di kampus dan juga di luar kampus, plagiarisme, dan berbagai persoalan lainnya ternyata
berakar dan atau bersumber dari karakter yang kurang kokoh.10
Menghadapi persoalan tersebut, pimpinan perguruan tinggi mau tidak mau, dituntut tidak
saja harus sibuk menjalankan tugas rutin memimpin penyelenggaraan perkuliahan,
kegiatan penelitian di laboratorium, pengabdian pada masyarakat, melainkan juga
harus mencari cara terbaik agar kualitas pendidikan tinggi yang sebenarnya bisa diraih.
Dengan melengkapi kampusnya dengan asrama sebagai ma’had yang dimaksudkan untuk
menjawab persoalan tersebut di muka.11
Ada berbagai persoalan mendasar yang harus dihadapi oleh perguruan tinggi untuk
meningkatkan kualitasnya. Misalnya, bahwa kemampuan mahasiswa di bidang bahasa asing
masih rendah, baik bahasa Arab maupun Bahasa Inggris. Kelemahan di bidang bahasa asing itu
akan menjadikan mahasiswa tidak mungkin diajak untuk meningkatkan kualitas akademiknya
oleh karena, kebanyakan literatur yang tersedia di perpustakaan atau di tempat lainnya
kebanyakan berbahasa asing.12
Selain itu, para mahasiswa terutama di awal masuk pada umumnya masih memerlukan
bimbingan dari kampus secara intensif. Adaptasi peralihan status dari siswa sekolah menengah
menjadi mahasiswa rupanya tidak selalu mudah dialami oleh setiap orang. Manakala pada saat
9 Philip H. Coombs, The Word Edicational Crisis, (New York, Oxford University Press, 1968), h. 7-8.
10 Ibid., h.188. 11 Ibid., h.188. 12 Ibid., h. 189.
xxi
itu, mereka gagal menemukan lingkungan yang tepat, maka kegagalan akan dimulai dari sana.
Pada umumnya mahasiswa baru menjadi sasaran pengaruh dari berbagai jenis organisasi yang
belum tentu relevan dengan kegiatan kampusnya. Bagi mahasiswa baru, sekedar memilih afiliasi
organisasi, oleh karena mereka masih baru, memerlukan bimbingan yang cukup.13
Pada awal menjadi mahasiswa, mereka seharusnya belajar tentang bagaimana membangun
budaya akademik kampus, misalnya tentang cara berpikir ilmiah, berdisiplin dalam penggunaan
waktu, dan seterusnya, ternyata semua itu terkalahkan oleh kegiatan organisasi yang tidak selalu
jelas orientasinya. Mahasiswa baru yang kebetulan tidak mendapatkan bimbingan secara cukup
akan menjadi korban. Bahkan mereka menjadi kebingungan antara keharusan mengembangkan
akademik atau segera bergabung dalam berorganisasi.14
Persoalan mahasiswa yang mengakibatkan budaya akademik tidak tumbuh dengan
semestinya berawal dari proses permulaan menjadi mahasiswa itu. Atas dasar kenyataan
dan penilaian tersebut maka asrama bisa menjadi alternatif agar bisa mengurangi berbagai
persoalan tersebut di muka. Melalui asrama maka kemampuan bahasa asing, wawasan atau
cara berpikir ilmiah, kemampuan berorganisasi atau hidup bersama di tengah perbedaan bisa
dikembangkan. Selain itu dengan adanya asrama, bagi mahasiswa baru bisa beradaptasi
dengan kegiatan akademik kampus secara mudah.15
Oleh karena itu, keberadaan asrama atau ma’had sebenarnya bukan sebatas dimaksudkan
untuk membantu para mahasiswa untuk mendapatkan tempat tinggal, melainkan dijadikan
sebagai bagian penting dari pendidikan di perguruan tinggi. Berbagai kegiatan, mulai dari
pengenalan kampus, peningkatan kemampuan bahasa asing, kegiatan ritual,
berorganisasi, saling mengenal dan memahami dalam hidup berasrama, semua itu tidak
13 Ibid., h. 190. 14 Imam Suprayoga, Pendidikan Tinggi Asrama, Diakses Pada 13 November 2016 Dari http://Uin-
Malang.ac.id. 15 Imam Suprayogo, Pendidikan…….,h.194-195.
xxii
akan mudah diperoleh di tempat lain. Ke depan, lebih-lebih dikaitkan dengan pendidikan
karakter, maka asrama atau ma’had seharusnya dijadikan alternatif sebagai penyempurna
dalam peningkatan pendidikan, termasuk di perguruan tinggi.16
Selain pendidikan karakter ini juga diharapkan mampu menimbulkan jiwa kepemimpinan.
Jiwa kepemimpinan sangat penting bagi mahasiswa, sebab mahasiswa sebagai agen perubahan
dipersiapkan untuk menjadi pemimpin umat di masa yang akan datang, pemimpin yang mampu
mengatur hidupnya dengan ilmu yang dimiliki dengan penuh tanggung jawab serta penuh
dedikasi tanpa selalu bergantung kepada orang lain.17
Keterampilan memimpin tidak bisa diperoleh dengan hanya membaca buku tentang
kepemimpinan. Oleh karena itu, dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan selalu mengandung
tanggung jawab dan kepemimpinan. Pembelajaran kepemimpinan dan kemandirian di sekolah
asrama melekat dalam kegiatan-kegiatan mahasiswa, diantaranya dalam kegiatan
ekstrakulikuler dan organisasi mahasiswa. Sistem pembelajaran selama 24 jam di sekolah
asrama dengan lingkungan yang unik dan memberikan dorongan kepada mahasiswa untuk tidak
hanya aktif di kelas saja, tetapi juga aktif di luar kelas dengan berpartisipasi dalam kegiatan
ekstrakurikuler maupun kegiatan lain. Hal ini diharapkan memberi kesempatan bagi mahasiswa
untuk belajar kepemimpinan.18
Demi memenuhi kebutuhan pendidikan yang diharapkan dan dibutuhkan, para pakar dunia
pendidikan Islam memandang perlu modernisasi sistem pendidikan. Yang dapat
mengembangkan potensi, baik secara jasmani dan rohani. Dari proses pendidikan yang
dijalankan maka akan membawa manusia itu berpikir yang kritis, global, dan mandiri. Karena,
16 Ibid., h. 192. 17 Peranan Sekolah Berasrama, Di Akses Pada 20/10/2016 Dari http://www.Masdayat.web.id. 18 Peranan Sekolah Berasrama, Di Akses Pada 20/10/2016 Dari http://www.masdayat.web.id.
xxiii
tidak dapat dipungkiri lagi bahwa perkembangan dan kemajuan dunia sekarang ini merupakan
perwujudan dari cipta, rasa, dan karsa yang diperoleh dari proses pendidikan.19
Untuk mewujudkan sebuah pendidikan yang sesuai kebutuhan masyarakat modern dan
pendidikan di masa depan akan mempunyai paradigma baru berkaitan dengan pendidikan
demokrasi yang mengakui adanya pluralitas budaya sekaligus memperkuat rasa persatuan
nasional dari suatu Negara dan bangsa. Bahwasanya pendidikan multikultural menghargai
berbagai jenis kebudayaan yang sekalian memperkuat solidaritas dan rasa bersatu dari
komunitas tersebut dari suatu bangsa di dalam kehidupan global yang penuh persaingan dan
kerja sama. Maka dari itu pendidikan multikultural haruslah bisa mengajari peserta didik belajar
hidup dalam perbedaan agama, sosial, budaya dan bisa saling membangun percaya sesama
manusia serta saling pengertian dalam menjunjung sikap saling menghargai dan keterbukaan
dalam berfikir.20
Multikultural adalah keragaman budaya, sementara secara etimologi, istilah
multikulturalisme dibentuk dari kata multi (banyak) kultur (budaya), dan isme (aliran/paham)
adapun secara hakiki, dalam kata multikulturalisme itu terkandung pengakuan dan martabat
manusia yang hidup dalam komunitasnya dengan kebudayaannya masing-masing yang unik21.
Sedangkan kultur tidak bisa di lepaskan dengan 4 tema penting yaitu : agama, ras, suku, dan
budaya.22
19 Boarding School Dan Perananya Dalam Pengembangan Pendidikan Islam, Diakses Pada 20/10/2016 Dari
http//: bhaktiandi.blogspot.co.id. 20 Chirul Mahfud, Pendidikan Multikultural, (Yogyakarta, Pustaka Belajar, 2008), h. 200-201. 21Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 75. 22Ain Al-Rofiq Dawam, Emoh Sekolah, (Yogyakarta: Inspeal Ahimsa Karya Press, 2003), h. 99-100.
xxiv
Hal ini senada dengan peryataan Prudence Crandall dalam Dardi Hasim. Bahwa pendidikan
multikultural adalah pendidikan yang memperhatikan secara sungguh-sungguh terhadap latar
belakang peserta didik baik dari aspek keragaman suku , ras, agama, dan budaya. 23
Sementara itu jika multikultural dibawa ke ranah pendidikan yang kemudian muncul kata
pendidikan multikultural yang menurut James A. Banks bisa dipahami sebagai pendidikan untuk
people of color. Yang artinya pendidikan yang didalamnya terdapat berbagai macam manusia,
atau pendidikan yang ditujukan kepada melihat keragaman manusia, lebih dari itu pendidikan
yang menyikapi realitas keragaman yang ada pada diri manusia baik secara individu atau
sebagai makhluk sosial. Pengertian tersebut bisa di temukan bahwa pendidikan multikultural
adalah pendidikan yang berkaitan dengan keragaman manusia, jadi segala bentuk yang
pendidikan yang di situ menempatkan sebuah keragaman manusia adalah inti dari pendidikan
multikultural. Selain itu, pendidikan multikultural dapat diartikan sebagai pendidikan mengenai
keragaman kebudayaan. Dan pendidikan multikultural ingin mengekplorasi perbedaan sebagai
keniscayaan (anugerah tuhan).24
Dalam pendidikan Indonesia, kita baru saja mempunyai undang-undang yang baru
mengenai pendidikan nasional yaitu undang-undang No. 20 tahun 2003. Dalam undang-undang
ini menjanjikan hal-hal positif. Tetapi sayang sekali pengaturan antara pendidikan dan
kebudayaan tidak digubris dalam undang-undang ini. Kecuali di pasal 4 ayat 1 sedikit digubris
mengenai masalah nilai-nilai kultur sebagai prinsip pendidikan yang memperhatikan nilai-nilai
kultur dan kemajemukan bangsa. Karena undang-undang ini hanya mengurus tentang cita-cita
reformasi meningkatkan mutu yang diatur dengan standarisasi.25 Setelah menyimak lahirnya dan
berkembangnya multikulturalisme yang telah melaksanakan praktek pendidikan multukultural,
23H.A. Dardi Hasyim Dan Yudi Hartono, Pendidikan Multikultural Di Sekolah, (Surakarta: UPT Penerbitan Dan
Percetakan UNS, 2009), h.28. 24. Mahfud Choirul, Pendidikan Multikultural (Yogyakarta,Pustaka Belajar, 2008), h.175. 25 Pepi Leistyna. Defening And Designing Multiculturalisme, Chapter One: Critical Multicultural Education: What
Is It? h. 9-33.
xxv
tiba saatnya kita menyusun konsep pendidikan multikultural yang kiranya dapat berkembang di
tanah air sesuai dengan kondisi budaya dan sosial yang ada di tanah air.26
Kemudian, bagaimana kita mensikapi perbedaan-perbedaan tersebut dengan penuh toleran
sejalan dengan pemikiran di atas Muhaemin el Mahady berpendapat secara sederhana
pendidikan multikultural diartikan sebagai pendidikan tentang keragaman kebudayaan dalam
merespon perubahan demografis dan kultur lingkungan masyarakat atau bahkan secara
keseluruhan (global).27 Dari gejolak gambaran tersebut maka sangatlah diperlukan peran semua
kompetensi lembaga pendidikan khususnya untuk lebih memperhatikan dasar-dasar pendidikan
sesuai sosial dan budaya secara dini kepada peserta didik, agar mereka terhindar dari dampak
negatif globalisasi dan modernisasi.
Pendidikan multikultural sudah merupakan suatu pendidikan yang dibutuhkan oleh
masyarakat modern, karena mereka alat untuk membina dunia yang aman dan sejahtera, dimana
suku bangsa didalam suatu Negara dan bangsa-bangsa di dunia ini bisa duduk bersama, saling
menghargai, dan saling membantu. Dan pendidikan ini dibutuhkan untuk meluaskan pandangan
seseorang bahwa kebenaran tidak dimonopoli oleh dirinya sendiri atau kelompoknya sendiri
tetapi kebenaran dapat pula dimiliki oleh kelompok yang lain. Bahwasanya pendidikan
multikultural ini mengajak mahasiswa untuk menerima perbedaan yang ada pada sesama
manusia sebagai hal-hal yang alamiyah dan menanamkan kesadaran kepada mahasiswa akan
keragaman, kesetaraan, kemanusiaan, keadilan, dan nilai-nilai demokrasi yang diperlukan dalam
beragam aktivitas sosial.28
Sebuah perguruan tinggi Universitas Islam Malang dalam penanaman nilai-nilai pendidikan
multikultural didasari oleh prinsip-prinsip yaitu prinsip keterbukaan, prinsip toleransi, prinsip
26 Mahfud Choirul, Pendidikan Multikultural…….. 27. Ibid., h.176. 28 Nurani Soyomukti, Pendidikan Berperspektif Globalisasi, (Jogjakarta, Ar-Ruzz Media,2008), h.80.
xxvi
satu dalam perbedaan, dan prinsip islam rahmatan lil’alamin sebagai leader. Dalam
implementasi nilai-nilai pendidikan multikultural Universitas Islam Malang mengunakan
multiticultural knowing dan Multikultural feeling. Dalam nilai-nilai pendidikan multikultural
memberikan dampak yang positif terhadap sikap toleransi mahasiswa UNISMA, sikap ini untuk
bisa membuat mahasiswa berinteraksi dan bekerja sama dengan siapa saja dengan tanpa ada
sikap saling curiga, sikap toleransi ini juga termasuk sebuah satu bagian dalam multicutural
action, dimana hidup bersama dalam suasana yang harmonis hanya bisa dicapai jika setiap
individu mahasiswa memiliki sikap toleransi.29
Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan Ini adalah sebuah lembaga pendidikan yang
ada dibawah naungan pondok pesantren, dan pendidikan asrama yang ada dikhususkan untuk
mahasiswa program intensif, oleh karena itu program Intensif adalah program unggulan yang
ada di kampus ini. Mahasiswa Intensif ini datang dari berbagai plosok nusantara Indonesia
untuk menuntut ilmu agama dan ilmu umum, untuk menghadapi mahasiswa yang berbagai
macam individu sangat berat tantanganya bagi pendidikan asrama karena kemungkinan adanya
konflik antara individu atau kelompok yang ada, oleh karenanya untuk menanggulangi konflik
yang terjadi dari perbedaan-perbedaan individu dengan menanamkan ilmu keislaman yang
diajarkan diperkuliahan pagi, mereka diajarkan berbagai pengetahuan dan disiplin ilmu sesuai
visi dan misi perguruan tinggi. Tujuanya adalah untuk mencetak sarjana muslim yang beriman
sempurna, berilmu luas, beramal sejati dan profesional di segala bidang keilmuan guna
melaksanakan pengabdian terhadap masyarakat, bangsa dan tanah air. Yang paling utama adalah
penanaman ketaatan, yaitu taat pada aturan yang ada dan pemimipin, selain itu juga harus
menjunjung tinggi motto pondok Al-Amien prenduan yaitu “berdiri diatas dan untuk semua
golongan”. Maksud dari motto ini adalah tidak membeda-bedakan satu dengan yang lain yang
mempunyai sosial, budaya, yang berbeda untuk menghindari konflik antar individu, hidup
29 Ahmad Muzakkil Anam, Tesis Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Multikultural Di Perguruan Tinggi (Studi
Kasus Di Universitas Islam Malang) Pdf
xxvii
bersama dalam suasana yang harmonis dengan menaati panca jiwa pondok dan aturan yang udah
di buat oleh pimpinan, semuanya itu akan tercapai dengan baik dengan adanya ketaatan.30
Jika dicermati Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien prenduan ini, memiliki tiga program
yaitu regular, plus dan intensif. Khusus program intensif yang mayoritas mahasiswanya tinggal
di asrama dan mereka berasal dari berbagai daerah di nusantara. Dan mahasiswa ini selama 24
jam mendapatkan pendidikan agama maupun umum. Selain belajar, mahasiswa yang tinggal di
asrama harus juga bisa beradaptasi dan bersosial dengan mahasiswa yang lain, yang setiap
pribadi antara satu dengan yang lain memiliki latar belakang yang beda, bukan hanya itu bahkan
mereka mempunyai banyak perbedaan suku, ras, dan budaya. Oleh karenanya, tidak bisa di
pungkiri akan adanya perpecahan antara individu ataupun kelompok.31
Dari latar belakang inilah peneliti merasa tertarik untuk mendalami dan mengkaji lebih
dalam tentang pengaruh sistem pendidikan asrama terhadap pendidikan multikultural yang
mengambil objek di lembaga Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien prenduan khususnya pada
mahasiswa program intensif, bahwasanya mahasiswa program intensif ini menjadi program
unggulan di Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien prenduan. Para mahasiswa ini mendapatkan
beragam pendidikan yang sudah dirancang oleh lembaga sebagai mewujudkan visi dan misi dari
perguruan. Oleh karena itu peneliti mengangkat judul dalam penelitian ini yakni : Pengaruh
Sistem Pendidikan Asrama Di Pergururan Tinggi Terhadap Pendidikan Multikultural
Mahasiswa Pada Program Intensif Di Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana dideskripsikan di atas, maka masalah
penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
30 Wawancara, KH, Mujammi’ Abdul Musfie, Lc. (Pada 15 November 2016, Jam 18.30 Wib). 31 Muksin, Skripsi Cara Mengatasi Konflik Di Perguruan Tinggi Pesantren, 2015.
xxviii
1. Adakah pengaruh sistem pendidikan asrama di perguruan tinggi terhadap pendidikan
multikultural mahasiswa pada program intensif di Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien
Prenduan?
2. Seberapa besar pengaruh sistem pendidikan asrama di perguruan tinggi terhadap pendidikan
multikultural mahasiswa pada program intensif di Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien
Prenduan?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan suatu hal yang akan diperoleh
setelah penelitian.32 Oleh karena itu, berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang
hendak dicapai peneliti dalam penelitian ini adalah:
1. Ingin mengetahui ada tidaknya pengaruh sistem pendidikan asrama di perguruan tinggi
terhadap pendidikan multikultural mahasiswa pada program intensif di Institut Dirosat
Islamiyah Al-Amien Prenduan.
2. Ingin mengetahui seberapa besar pengaruh sistem pendidikan asrama di perguruan tinggi
terhadap pendidikan multikultural mahasiswa pada program intensif di Institut Dirosat
Islamiyah Al-Amien Prenduan.
D. Kegunaan Penelitian
Setiap penelitian harus mengandung nilai manfa’at, sebab tidak ada penelitian jika tidak
berguna. Biasanya kegunaan penelitian ditujukan kepada pihak-pihak yang berkaitan kepada
dunia penelitian.33
Setelah mengetahui tujuan penelitian ini, maka diharapkan penelitian ini dapat berguna
bagi:
1. Bagi Lembaga Yang Diteliti,
32Muhammad Rusli, Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif (Sumenep: LP3M PARAMADANI,2013).h.34. 33Muhammad Rusli Metode Penelitian ….h.34.
xxix
Tulisan ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan dan evaluasi pendidikan
multikultural pada mahasiswa program intensif di Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien
Prenduan.
2. Bagi Fakultas Tarbiyah,
Sebagai sumbangsih kepustakaan dalam pengembangan pendidikan Fakultas Tarbiyah
Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI)
3. Bagi Peneliti Yang Lain
Sebagai bahan informasi pendahuluan bagi peneliti lain yang serupa di masa yang akan
datang tetapi dengan jenis penelitian dan pendekatan yang berbeda, serta penelitian ini dapat
memberikan inspirasi untuk melakukan dan mengembangkan penelitian lebih lanjut.
4. Bagi Pembaca
Sebagai informasi dan khasanah ilmu pengetahuan bagi pembaca dalam memahami
bagaimana sistem pendidikan asrama di perguruan tinggi terhadap pendidikan multikultural
pada mahasiswa program intensif di Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan.
5. Bagi Peneliti Sendiri
Selaku calon sarjana pendidikan, tulisan ini diharapkan menjadi konsentrasi lebih lanjut
sehingga dapat mengetahui bagaimana bentuk sistem pendidikan asrama di perguruan tinggi
terhadap pendidikan multikultural pada mahasiswa program intensif di Institut Dirosat
Islamiyah Al-Amien Prenduan.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk mempermudah peneliti dalam melaksanakan penelitian ini, maka peneliti
menentukan ruang lingkup penelitian sehingga yang akan diteliti terfokus. Maka peneliti
menguraikan ruang lingkup penelitian yang dirumuskan dalam uraian variabel dan beberapa
indikatornya sebagaimana berikut :
1. Materi Penelitian
xxx
Adapun yang menjadi permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah tentang pengaruh
sistem pendidikan asrama di perguruan tinggi terhadap pendidikan multikultural mahasiswa
pada program intensif di Institut Dirosat Islamiyah Al Amien prenduan.
Untuk mempermudah pembahasan dalam penelitian ini, maka peneliti membuat ruang
lingkup batasan dengan menjadikan dua variabel sebagai berikut :
a. Pendidikan Asrama sebagai variable bebas (independent variable) dari penelitian ini, yang
selanjutnya disebut variable X dengan beberapa indikator sebagai berikut :
xxxi
Tabel 1.1
Tabel variable X (pendidikan asrama)
Dependen Variabel X (Pendidikan Asrama)34
Variabel X Indikator
Pendidikan Asrama
a. Keteladanan
b. Latihan dan pembiasaan
c. Ibrah
d. Pendidikan melalui nasehat
e. Kedisiplinan
f. Kemandirian
g. Persaudaraan dan Persatuan
b. Pendidikan multikultural sebagai variable terikat ( Dependen variable ) dalam penelitian ini,
yang selanjutnya disebut variable Ydengan indikator sebagai berikut :
Tabel 1.2
Tabel variable Y (pendidikan multikultural)
Dependen Variabel Y (Pendidikan Multikultural)35
Variabel Y Indikator
Pendidikan Multikultural
a. Toleransi
b. Demokrasi/Kebebasan
c. Kesamaan/Kesetaraan
d. Keadilan
2. Lokasi Penelitian
34 Panduan-Asrama-PPG-Unsyiah_Opt.Pdf Diakses Pada 20/10/2016 Dari http://ppg.fkip.unsyiah.ac.id 35 Salmiwati, Urgensi Pendidikan Agama Islamdalam Pengembangan Nilai-Nilai Multikultural, (Jurnal Al-Ta’lim:
Vol,20 No.1,2013), h.338.
xxxii
Adapun lokasi yang dijadikan objek penelitian ini untuk mendapatkan data dalam rangka
melengkapi kajian pembahasan skripsi adalah mahasiswa pada program intensif di Institut
Dirosat Islamiyah Al Amien Prenduan.
3. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah suatu yang menjadi sasaran penelitian. Maka yang menjadi
subyek penelitian disini adalah para mahasiswa program intensif di Institut Dirosat
Islamiyah Al-Amien Prenduan.
4. Waktu Penelitian
Adapun waktu pelaksanakan penelitian ini akan dilakukan pada tahun akademik 2016-
2017, tepatnya pada bulan September 2016 hingga bulan Maret 2017.
F. Asumsi Penelitian
Anggapan dasar disebut juga Asumsi atau postulat. Dalam konteks penelitian anggapan
dasar adalah suatu titik tolak yang diakui kebenarannya atau dianggap benar tanpa harus
dibuktikan terlebih dahulu oleh peneliti.
Sementara menurut Winarko Surakhmad anggapan dasar atau postulat adalah sebuah titik
tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh peneliti. Setiap penelitian dapat membuat
postulat yang berbeda. Bisa saja antar peneliti memiliki suatu anggapan dasar yang berbeda
terhadap suatu hal.36 Sementara dalam penelitian ini peneliti berasumsi bahwa:
1. Sistem adalah satu kesatuan yang sinergis terdiri atas berbagai komponen yang saling
berhubungan dan bekerja sama secara efektif dalam mencapai tujuan. Setiap komponen
saling menunjang satu sama lain dalam menentukan arah arah yang menjadi target
pencapaian dalam organisasi.37
36 Ibid,. h. 41. 37 Salahuddin Anas, Filsafat Pendidikan,(Bandung, CV. Pustaka Ceria, 2011), h.183.
xxxiii
2. Pendidikan umumnya sebagai suatu process of engendering essential meaning, proses
permunculan makna-makna yang essensial. Enam pola makna yang esensial dapat
dimunculkan melalui analisis kemungkinan cara-cara pemahaman manusia yang berbeda-
beda. Enam pola yang dimaksudkan adalah simbolik, empirik, sinoetik, etik, dan sinoptik
yang masing-masing memiliki bidang-bidang tersendiri.38
3. Pendidikan multikultural adalah suatu cara untuk mengajarkan keragaman (teaching
diversity) pendidikan multikultural menghendaki rasionalisasi etis, intelektual, sosial dan
pragmatis secara inter-relatif: yaitu mengajarkan ideal-ideal inklusivisme, pluralisme, dan
saling menghargai semua orang.39
G. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara atas masalah-masalah yang diteliti.
Maksudnya bahwa kebenaran suatu hipotesis masih harus diuji atau diverifikasi dengan data
yang akan dikumpulkan.40 dari postulat diatas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
38 Abdul Latif, Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan,(Bandung, PT Refika Aditama, 2009), h.7. 39 Zakiyuddin Baidhawy, Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural,(Jakarta,PT Gelora Aksara Pratama), h.8. 40Ibid…..h.44.
xxxiv
1. Hipotesis Kerja (Ha)
Ada pengaruh sistem pendidikan asrama di perguruan tinggi terhadap pendidikan
multikultural mahasiswa pada program intensif di Institut Dirosat Islamiyah Al Amien
prenduan.
2. Hipotesis Nihil (Ho)
Tidak ada pengaruh sistem pendidikan asrama di perguruan tinggi terhadap pendidikan
multikultural mahasiswa pada program intensif di Institut Dirosat Islamiyah Al Amien
prenduan.
H. Defenisi Istilah
Untuk menghindari penafsiran yang salah dari masing-masing pembaca, penulis
menganggap perlu memberikan penjelasan dan batasan istilah-istilah dalam judul maupun isi
sesuai dengan yang penulis maksud. Adapun batasan istilah dalam penelitian ini adalah :
1. Pengaruh dalam kamus besar bahasa Indonesia di definisikan sebagai daya yang ada atau
timbul dari suatu (orang, Benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan
seseorang.41 maksud pengaruh dalam penelitian ini adalah pengaruh sistem pendidikan
asrama di perguruan tinggi terhadap pendidikan multikultural mahasiswa pada program
intensif di Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan.
2. Sistem berasal dari bahasa Yunani “sistema”, yang berarti sehimpunan bagian atau
komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan suatu keseluruhan. Zahara
idris (1987) mengemukakan bahwa sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri atas komponen-
komponen atau elemen-elemen atau unsur-unsur sebagai sumber-sumber yang mempunyai
hubungan fungsional yang teratur, tidak sekedar acak, yang saling membantu untuk mencapai
suatu hasil. Sistem dapat digunakan untuk menunjukkan pada suatu cara atau metode.42
Maksud sistem dalam penelitian ini adalah sistem pendidikan asrama di perguruan tinggi
41Hasan Alwi,Dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,2001), h. 245. 42Ihsan Fuad, Dasar-Dasar Kependidikan,(Jakarta:PT Asdi Mahasatya, 2005), h.107.
xxxv
terhadap pendidikan multikultural mahasiswa pada program intensif di Institut Dirosat
Islamiyah Al-Amien Prenduan.
3. Pendidikan Asrama untuk mengetahui pengertian dari pendidikan asrama lebih baik kita lihat
dari arti dari kata- kata satu persatu. Pendidikan berarti proses pengubahan sikap dan tata
laku seseorang atau kelompok orang di dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan latihan.43 Asrama berarti bangunan tempat tinggal bagi orang-orang yang
bersifat homogen.44 Jika kita gabungkan pendidikan asrama adalah sebuah pendidikan dan
pengajaran yang semua muridnya tinggal di asrama dan orang- orangnya bersifat homogen,
tidak lain identik dengan pesantren, dan pendidikan asrama ini tidak lepas dengan pendidikan
dengan sistem pengawasan 24 jam dengan aturan-aturan yang sudah dibuat dengan
sedemikian rupa. Maka yang dimaksud pendidikan asrama dalam penelitian adalah
pendidikan asrama di perguruan tinggi terhadap pendidikan multikultural mahasiswa pada
program intensif di Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan.
4. Perguruan tinggi adalah sebuah jenjang pendidikan yang dibuka secara umum setalah
menamatkan jenjang pendidikan Sekolah Menengah Ke Atas (SMA).45 Istilah lain dari
perguruan tinggi biasanya disebut dengan kampus atau dunia akademik dan tidak bisa kita
pungkiri bahwa kampus atau perguruan tinggi melahirkan generasi-generasi emas. Dari pada
itu maka yang dimaksud dalam penelitian ini perguruan tinggi adalah lembaga pendidikan
tertinggi yang ada di bawah naungan Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan.
5. Pendidikan multikultural adalah sebuah pendidikan yang dapat kita rumuskan sebagai studi
keanekaragaman kultur, hak asasi manusia, dan pengurangan dan penghapusan berbagai jenis
prasangka demi membangun suatu kehidupan masyarakat yang adil dan tentram.46 Jadi
pendidikan multikultural dapat kita rumuskan menjadi suatu pendidikan yang
43Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta Balai Pustaka, 1996), h. 53. 44Ibid, h. 204. 45Akademi Indonesia, Di Akses Pada 20 September 2016 Dari http://www.academicindonesia.com/ 46Ibid, h.201
xxxvi
mengembangkan kesadaran atas kebangaan seseorang terhadap bangsanya. Maka maksud
pendidikan multikultural di dalam penelitian ini adalah pendidikan yang pemikiran dan
perilaku yang diharapkan bisa jadi sama dengan apa yang telah dipelajari. Mereka juga
berhadapan dengan orang-orang lain yang berasal dari kebudayaan yang berbeda.
6. Mahasiswa program intensif adalah mahasiswa yang datang dari berbagai plosok nusantara
dan berbaur menjadi satu di asrama dengan membawa niat dan keinginan kuat untuk
menuntut ilmu formal atau non formal. Mereka dididik dengan sistem pengawasan 24 jam
penuh bersama dengan ustad dan kyai. Program intensif adalah program unggulan yang ada
di kampus Institut Dirasat Islamiyah Al-Amien Prenduan.
I. Sistematika Pembahasan
Secara keseluruhan proposal skripsi ini terdiri dari bagian, yaitu pembahasan teoritis dan
pembahasan empiritis. Dari dua pokok pembahasan ini kemudian peneliti menjabarkan kembali
menjadi lima bab. Adapun perincian dari masing-masing bab yang ke lima tersebut adalah :
Bab I adalah pendahuluan yang terdiri dari : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,
Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Asumsi Penelitian, Hipotesis Penelitian, Ruang
Lingkup Penelitian, Batasan Istilah, Dan Sistematika Pembahasan.
Bab II adalah tinjauan teoritis yang terdiri dari. Tinjauan tentang sistem pendidikan meliputi
pengertian sistem pendidikan, faktor-faktor pengembangan sistem pendidikan, jenis-jenis sistem
pendidikan, keunggulan sistem pendidikan, kelemahan sistem pendidikan. pengertian
pendidikan multukultural, pradigma pendidikan multikultural, pendekatan pendidikan
multikultural.
Bab III menguraikan tentang metode penelitian yang terdiri dari : rancangan penelitian,
populasi dan sampel, instrument penelitian, teknik pengumpulan data, dan tehnik analisis data.
xxxvii
Bab IV menguraikan tentang laporan penelitian, yang meliputi tahap persiapan, tahap
pelaksanaan, tahap pengajian data, analisis data dan pembuktian hipotesis.
Bab V berisi kesimpulan dan saran-saran yang merupakan penutup dari skripsi ini.
xxxviii
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Kajian pustaka, umumnya berisi kajian teori terhadap variable yang akan diteliti, yang
meyangkut defenisi konsep atau variable serta hubunganya dengan konsep atau variable lain.
Fungsi landasan teori ini sebagai alat analisis data secara deduktif maupun induktif, jadi pada
bagian ini yang penting dijabarkan tentang konsep-konsep atau variabel-variabel yang ada pada
judul penelitian. Dan jika memungkinkan dicantumkan pula konsep yang dianggap dapat
mendukung permasalahan penelitian. Sebab landasan teori ini merupakan bahan yang digunakan
sebagai alat analisis temuan penelitian padabagian pembahasan penelitian.47
A. Tinjauan Tentang Sistem Pendidikan Asrama
1. Pengertian Sistem
Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri atas komponen-komponen atau elemen-elemen
atau unsur-unsur sebagai sumber-sumber yang mempunyai hubungan fungsional yang teratur,
tidak sekedar acak, yang saling membantu untuk mencapai suatu hasil (product) menurut
Zahara Idris dalam H. Fuad Ihsan pendidikan merupakan suatu usaha untuk mencapai suatu
tujuan pendidikan. Suatu usaha pendidikan menyangkut 3 unsur pokok yaitu sebagai berikut:
1. Unsur masukan ialah peserta didik dengan berbagai ciri-ciri yang ada pada diri peserta
didik itu (antara lain, bakat, minat, kemampuan, keadaan jasmani).
2. Unsur usaha adalah proses pandidikan yang terkait berbagai hal, seperti pendidik,
kurikulum, gedung sekolah, buku, metode belajar, dan lain-lain.
3. Unsur hasil uasaha adalah hasil pendidikan yang meliputi hasil belajar (yang berupa
pengetahuan, sikap dan keterampilan) setelah selesainya suatu proses belajar mengajar
tertentu.
47
IDIA, Pedoman Penulisan Karya Ilmiyah Edisi Revisi 2016
xxxix
Pendidikan merupakan suatu sistem yang mempunyai unsur-unsur tujuan/sasaran
pendidikan, peserta didik, pengelola pendidikan, struktur atau jenjang, kurikulum dan
peralatan/fasilitas.48
Dalam pengertian umum sistem pendidikan adalah jumlah keseluruhan dari bagian-
bagiannya yang saling bekerjasama untuk mencapai hasil yang diharapakan berdasarkan atas
kebutuhan yang telah ditentukan. Setiap sistem pasti mempunyai tujuan, dan semua kegiatan
dari semua komponen atau bagian-bagiannya adalah diarahkan untuk tercapainya tujuan
terebut. Karena itu, proses pendidikan merupakan sebuah sistem, yang disebut sebagai sistem
pendidikan.49
Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mencapai tujuan pendidikan. Suatu usaha
pendidikan menyangkut tiga unusur pokok, yaitu unsur masukan, unsur proses usaha itu
sendiri, dan unsur hasil usaha. Hubungan ketiga unsur itu dapat digambarkan sebagai berikut:
Proses Pendidikan Sebagai Suatu Sistem Masukan usaha pendidikan ialah peserta didik
dengan berbagai ciri-ciri yang ada pada diri peserta didik itu antara lain (bakat, minat,
kemampuan, keadaan jasmani). Dalam proses pendidikan terkait berbagai hal, seperti
pendidik, kurikulum, gedung sekolah, buku, metode mengajar, dan lain-lain, sedangkan hasil
pendidikan dapat meliputi hasil belajar (yang berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan)
setelah selesainya suatu proses belajar mengajar tertentu. Dalam rangka yang lebih besar,
hasil proses pendidikan dapat berupa lulusan dari lembaga pendidikan (sekolah) tertentu.50
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sistem Pendidikan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menjelaskan bahwa “pendidikan merupakan
suatu sistem yang mempunyai unsur-unsur tujuan/ sasaran pendidikan, peserta didik,
pengelola pendidikan, struktur/ jenjang, kurikulum dan peralatan/fasilitas.” Selanjutnya
48 H. Fuad Ihsan. 2003. Dasar-Dasar Kependidikan.( Jakata: Rineka Cipta), h. 107. 49 Hasbullah. 2003. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan.( Jakarta: Raja Grafindo Persada), h. 123. 50 Arifin, M. Pendidikan Sebagai Suatu Sistem, (Jakarta: Golden Terayon Press, 2003), h.107
xl
dijelaskan bahwa setiap unsur dalam sistem pendidikan ini saling berkaitan dan pengaruh
mempengaruhi Dalam aktivitas pendidikan ada enam faktor pendidikan yang dapat
membentuk pola interaksi atau saling mempengaruhi namun faktor integratirnya terutama
terletak pada pendidikan dengan segala kemampuan dan keterbatasannya.51 Keenam faktor
pendidikan tersebut meliputi:
1. Faktor Tujuan
Dalam praktek pendidikan, baik lingkungan keluarga, disekolah maupun
dimasyarakat luas, banyak sekali tujuan pendidikan yang diinginkan oleh pendidik agar
dapat dicapai oleh peserta didiknya.52
2. Faktor Pendidik
Guru sebagai pendidik menurut jabatan menerima tanggung jawab dari tiga pihak
yaitu orang tua, masyarakat dan negara.53
3. Faktor Peserta Didik
Dalam pendidikan tradisional, peserta didik dipandang sebagai organisme yang pasif,
hanya menerima informasi dari orang dewasa. Kini dengan makin cepatnya perubahan
sosial, dan berkat penemuan teknologi, maka komunikasi antar manusia berkembang amat
cepat. Peserta didik dalam usia dan tingkat kelas yang sama bisa memiliki profil materi
pengetahuan yang berbeda-beda.54
4. Faktor Isi/Materi Pendidikan
51 Fuad Ikhsan, Dasar-Dasar kependidikan, (Jakarta, PT Rinekacipta, 2003), h. 7-10. 52
Ibid,. h, 8. 53
Ibid,. h, 8. 54
Ibid,. h. 9.
xli
Yang dimaksud dalam arti/materi pendidikan adalah segala sesuatu oleh pendidik
langsung diberikan kepada peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.55
5. Faktor Metode Pendidikan
Metode adalah cara yang didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan.
Untuk menentukan apakah sebuah metode dapat disebut baik diperlukan patokan yang
bersumber pada beberapa faktor. Faktor yang menentukan adalah tujuan yang akan
dicapai.56
55
Ibid,. h. 9. 56
Ibid,. h. 10.
xlii
6. Faktor Situasi Lingkungan
Situasi lingkungan mempengaruhi proses dan hasil pendidikan. Situasi lingkungan ini
meliputi lingkungan fisik, lingkungan teknis dan lingkungan sosial-kultural.57
Kemudian, Frederich harbison dan Charles A Myers dalam bukunya yang berjudul
“Education Manpower and Economic Growth Stategis of Human Resource Development”
mengemukakan beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pendidikan adalah
sebagai berikut: 58
a. Faktor Historis
Menurut Harbison dan Mayer dalam Arifin faktor sejarah pertumbukan masyarakat
ditentukan oleh tiga hal yang saling berkaitan, yaitu pendidikan, kemampuan manusia dan
pertumbuhan ekonomi.59
b. Faktor Geografis
Manusia atau bangsa hidup disuatu lingkungan alam tertentu yang berbeda-beda
situasi dan kondisi alamiahnya. Maka berbeda pula tuntutan hidup akibat pengaruh faktor
geografis, dan itu juga mempengaruhi sistem pendidikan yang diperlukan di Negara-
Negara yang bersangkutan.60
c. Faktor Kehidupan Ekonomi
Faktor ekonomi sangat erat kaitannya dengan faktor geografis, sebab pembangunan
ekomoni suatu Negara bergantung pada faktor geografis, oleh karena faktor geografis
mengandung sumber kekuatan baik yang berupa modal material maupun modal dasar
mental spiritual penduduknya.61
d. Politik Nasional
57
Ibid,. h, 10. 58 Arifin, Ilmu Perbandingan Pendidikan, (Jakarta: Golden Terayon Press, 2003), h. 108-133. 59
Ibid,. h. 113. 60
Ibid,. h. 115. 61
Ibid,. h. 118.
xliii
Antara ekonomi dan politik hampir tak dapat dipisahkan, karena pembangunan
ekonomi memerlukan politik yang stabil, sedang stabilitas politik juga memerlukan
stabilitas ekonomi, satu sama lain saling pengaruh-mempengaruhi dan saling
memperkokoh.62
e. Faktor Kehidupan Agama
Agama yang dipeluk oleh rakyat suatu Negara menduduki tempat penting dalam
sistem kehidupan masyarakat. Mengingat peran dan pengaruh agama dalam kehidupan
masyarakat disuatu Negara, maka jika dikaitkan dengan sistem pendidikan yang
dikembangkan dalam suatu msyarakat, dapat menimbulkan dampak seperti, di Negara
yang menindas kehadupan beragama secara mutlak menguasai sistem pendidikan.63
f. Faktor Kesukuan
Pengaruh kesukuan dibeberapa Negara terhadap sistem pendidikan menyebabkan
timbulnya pemisahan dan perpecahan kehidupan masyarakat atau bangsa kedalam
golongan-golongan yang saling berkonfrontasi antara yang satu sama lain. Dibeberapa
Negara seperti Amerika perbedaan warna kulit menyebabkan pemisahan sistem
pendidikan yang dapat menimbulkan sentiment rasialis.64
g. Tingkat Kemajuan Peradaban
Setiap Negara atau bangsa di dunia ini memiliki kemampuan yang berbeda dalam
membangun dirinya sendiri untuk memcapai tingkat kemajuan peradaban bangsa itu
sendiri.65
Selain faktor-faktor di dalam ada faktor-faktor di luar sistem pendidikan yang memiliki
pengaruh kuat terhadap penyelenggaraan pendidikan tersebut oleh Issac Leon Kandel disebut
sebagai intangible factors, seperti latar belakang sosial, ekonomi, politik, kebudayaan,
62
Ibid,. h. 122. 63
Ibid,. h. 125. 64
Ibid,. h. 130. 65
Ibid,. h. 133.
xliv
ideologi, agama, sejarah, pandangan hidup, keyakinan, orientasi nilai serta pemikiran-
pemikiran hasil keputusan dari beberapa konfernsi internasional tentang pendidikan. Faktor-
faktor intangible tadi penting untuk dipelajari selain mempelajari sistem pendidikan yang ada
dalam suatu negara-bangsa. Hal ini dilakukan rangka untuk lebih bisa mengerti dan
memahami tentang potret penyelenggaraan sistem pendidikan dalam suatu negara-bangsa
tersebut.66
3. Pengertian Pendidikan Asrama
Pendidikan berasrama merupakan program pendidikan yang komprehensif-holistik
mencakup pendidikan keagamaan, pengembangan akademik, life skills (soft skillshard skills),
memupuk wawasan kebangsaan, dan membangun wawasan global, yang digunakan sebagai
bagian integral dalam sistem penyelenggaraan Program PPG untuk menghasilkan calon guru
profesional yang memiliki kompetensi utuh, unggul dan berkarakter.67
Asrama berarti bangunan tempat tinggal bagi orang-orang yang bersifat homogen.68
Pendidikan berarti proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang di
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.69 Dan Islam berarti
agama yang diajarkan oleh nabi Muhammad saw. berpedoman pada kitab suci Al Qur'an,
yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah swt.70 Jika kita gabungkan, maka berarti
sebuah bangunan yang menjadi tempat tinggal bagi sekelompok orang yang bersifat
homogen, untuk mendidik dan mengajarkan agama Islam. Tentu saja pengertian ini identik
dengan sebuah pesantren.
Pendidikan dengan kelengkapan asrama atau pendidikan berasrama bukan sesuatu yang
baru dalam konteks pendidikan di Indonesia. Telah lama lembaga-lembaga pendidikan di
Indonesia menerapkan konsep pendidikan berasrama dalam wujud ”Pondok Pesantren”, tidak
66 Arif Rohman, Pendidikan Komparatif, (Yogyakarta: Laksbang Grafika, 2010), h. 55. 67 Ibid., h. 10. 68 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h. 53. 69 Ibid., h. 204. 70 Ibid., h. 340.
xlv
terkecuali pondok pesantren modern sebagai perkembangan dari pondok pesantren
tradisional tetap konsisten menjadikan asrama sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
sistem pendidikan pesantren. Pondok Pesantren dapat dikatakan menjadi cikal-bakal
pendidikan berasrama di Indonesia. Dalam perkembangan selanjutnya, lembaga pendidikan
formal persekolahan juga menerapkan sistem pendidikan berasrama. Bahkan dalam
perkembangan akhir-akhir ini cukup banyak bermunculan sekolah yang melengkapi
fasilitasnya dengan asrama, dikenal dengan sekolah berasrama (boarding school)71
Banyak sekolah yang menerapkan sistem pendidikan berasrama (boarding school)
didasarkan atas pertimbangan untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih utuh, yang
mencakup cipta, rasa, karsa, dan karya sehingga menghasilkan lulusan yang tidak hanya
unggul dalam berpikir tetapi juga berkepribadian mulia. Pemikiran tersebut muncul sebagai
konsekuensi dari kenyataan bahwa pada umumnya sekolah non-asrama terkonsentrasi pada
kegiatan-kegiatan akademik sehingga banyak aspek lain dari kehidupan anak yang tidak
tersentuh. Hal ini terjadi karena keterbatasan waktu yang ada dalam pengelolaan program
pendidikan pada sekolah non-asrama. Sebaliknya, pendidikan berasrama dapat menerapkan
program pendidikan yang komprehensif-holistik mencakup keagamaan, pengembangan
akademik, life skills (soft skills dan hard skills), wawasan kebangsaan dan membangun
wawasan global. Untuk dapat mewujudkan tujuan pendidikan tersebut, maka lingkungan,
kehidupan, dan kepengasuhan asrama perlu ditata, dikelola dan dilengkapi dengan perangkat
aturan yang dapat menghasilkan lingkungan yang berfungsi sebagai wahana pembentukan
karakter, penanaman nilai-nilai moral keagamaan, dan penguatan akademik..72
Karena itu, keberadaan asrama memiliki peran strategis, berfungsi tidak hanya sebagai
lingkungan tempat tinggal dan lingkungan belajar tetapi juga merupakan lingkungan
71 Derektorat Pembelajaran, Panduan-Asrama PPG 2016 Pdf. 72 Ibid., h. 6.
xlvi
pergaulan sosial yang membantu membentuk kepribadian para penghuninya. Pola asrama
diharapkan memberikan pengaruh positif bagi pengembangan karakter mahasiswa.73
4. Dasar Hukum Pendidikan Berasrama
Dasar hukum penyelenggaraan pendidikan berasrama bagi peserta program asrama
yaitu:74
1. UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2. UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
3. UU Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
4. PP Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan.
5. PP Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru.
6. Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru.
7. Permendiknas Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Konselor.
8. Permendikbud Nomor 87 Tahun 2013 tentang Program Pendidikan Profesi Guru
Prajabatan.
9. Permenristekdikti Nomor 44 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi.
10. Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Nomor 17g/DIKTI/Kep/2013
tentang Penetapan Perguruan Tinggi Penyelengara Rintisan Program Pendidikan Profesi
Guru Prajabatan.
5. Tujuan Pendidikan Berasrama
Tujuan pendidikan berasrama adalah untuk menumbuh kembangkan peserta didik:75
1. Menjadi pribadi yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
73 Ibid., h. 7. 74 Ibid., h. 10. 75 Ibid., h. 10-11.
xlvii
2. Menjadi pribadi yang berprestasi, memiliki kecakapan hidup, sehat jasmani dan rohani;
3. Menjadi pribadi yang unggul dan berkarakter (jujur, cerdas, tangguh, bermoral luhur,
mandiri, dan disiplin).
4. Menjadi pribadi yang mampu berkomunikasi dengan baik, peka dan peduli pada sesama,
serta mampu beradaptasi dengan lingkungan yang majemuk;
5. Menjadi pribadi yang memiliki rasa cinta tanah air dan wawasan kebangsaan dan
wawasan global; dan Memiliki sikap dan jiwa pendidik (guru) yang mau dan mampu
berperan sebagaI orang tua kedua di sekolah
6. Prinsip Pendidikan Berasrama
Untuk menyiapkan calon guru yang profesional, unggul dan berkarakter seperti yang
diharapkan dalam tujuan pendidikan berasrama, maka perlu memperhatikan prinsip sebagai
berikut.76
1. Keteladanan
Secara psikologis manusia memerlukan keteladanan untuk mengembangkan sikap
dan perilaku terpuji. Keteladanan adalah pendidikan dengan cara memberikan contoh
nyata bagi para peserta. Pengelola asrama harus senantiasa memberikan teladan yang
baik bagi para penghuninya dalam kehidupan kesehariannya.
2. Latihan Dan Pembiasaan
Upaya menyiapkan calon guru yang berkarakter, peserta di asrama perlu melakukan
latihan untuk membiasakan bertindak taat terhadap norma-norma yang berlaku dalam
kehidupan sehari-hari. Prinsip ini diterapkan dalam bentuk keteraturan hidup yang diatur
dalam jadwal kegiatan harian yang dimulai dari bangun pagi sampai istirahat malam.
Kegiatan harian meliputi ibadah/doa baik pribadi maupun bersama, makan bersama,
belajar bersama, memelihara kenyamanan asrama dan aktivitas lain yang diprogramkan
76 Ibid., h. 11-12.
xlviii
dalam keseluruhan proses selama peserta menjalani pendidikan profesi guru. Latihan dan
pembiasaan ini pada akhirnya akan menjadi budaya yang terpatri dalam diri peserta.
3. Ibrah (Mengambil Hikmah/Lesson Learnt)
Pengertian ibrah atau Lesson Learnt adalah mengambil hikmah dari setiap peristiwa
yang dialami manusia untuk mengetahui intisari suatu kejadian yang disaksikan,
diperhatikan, dipertimbangkan, diukur dan diputuskan secara rasional sehingga
kesimpulannya dapat mempengaruhi hati untuk tunduk kepada-Nya. Prinsip ini dapat
dilakukan melalui kisah-kisah, fenomena alam, atau peristiwa yang terjadi baik di masa
lalu maupun sekarang melalui proses refleksi kritis dan mendalam.
4. Pendidikan Melalui Nasihat
Nasihat adalah pemberian peringatan atas kebaikan dan kebenaran dengan cara
tertentu yang dapat menyentuh hati untuk mengamalkannya. Nasihat ini mengandung
tiga unsur: (a) uraian tentang kebaikan dan kebenaran yang harus dilakukan oleh peserta,
seperti sopan-santun, ibadah berjamaah, dan kerajinan dalam beramal baik; (b) motivasi
dalam melakukan kebaikan; dan (c) peringatan tentang bahaya akibat melanggar
larangan. Prinsip ini juga memberikan amanah kepada para peserta untuk memiliki sikap
saling mengingatkan hal-hal kebaikan di antara sesama penghuni asrama.
5. Kedisiplinan
Prinsip ini dimaksudkan untuk menjadikan peserta memiliki sikap ketaatan terhadap
aturan, pedoman, atau tata tertib yang telah ditentukan. Kedisiplinan akan mendorong
peserta untuk bisa menghormati satu sama lain, menjamin kenyamanan para peserta,
sehingga kehidupan di asrama berlangsung secara harmonis. Penerapan prinsip ini
memerlukan ketegasan dan kebijaksanaan. Ketegasan mengharuskan pengurus asrama
memberikan sanksi bagi peserta yang melanggar. Kebijaksanaan berarti bahwa pengurus
asrama harus berbuat adil dan arif dalam memberikan sanksi yang bersifat edukatif.
xlix
Peserta harus memahami dan menerima segala bentuk konsekuensi dari
ketidakdisiplinan yang dilakukannya, dan menyadari untuk tidak mengulanginya.
6. Kemandirian
Kemandirian merupakan kesanggupan dan kemampuan peserta untuk belajar dan
berlatih mengurus segala kepentingannya sendiri, sehingga tidak menyandarkan
kehidupannya kepada bantuan atau belas kasihan orang lain. Dengan prinsip
kemandirian ini, peserta mampu memahami dan memiliki kekuatan serta ketabahan
dalam menghadapi tantangan hidup.
7. Persaudaraan Dan Persatuan
Kehidupan peserta di asrama senantiasa diliputi oleh suasana keakraban,
persaudaraan, dan gotong royong karena segala suka dan duka dirasakan bersama.
Suasana kehidupan asrama yang demikian, menjadikan peserta yang berasal dari latar
belakang asal daerah, suku, bahasa, adat istiadat, budaya, dan agama yang berbeda akan
terjalin keakraban, persaudaraan, dan persatuan di antara mereka. Prinsip ini sangat
diperlukan terutama untuk mendukung pelaksanaan tugas setelah mereka lulus dan
mengabdi menjadi guru di berbagai pelosok tanah air.77
Pendidikan asrama tidak terlalu di kenal di dunia global mereka lebih mengenal dengan
sebutan boarding school. Boarding school terdiri dari dua kata yaitu boarding dan school.
Boarding berarti asrama, dan school berarti sekolah. Boarding school adalah sekolah asrama
yang mana peserta didik, para guru dan pengelola pendidikak tinggal di asrama yang berada
di lingkungan sekolah dalam kurun beberapa waktu tertentu.78
7. Faktor-Faktor Perkembangan Sistem Pendidikan Asrama
77 Ibid., h. 12. 78Bahtiar. Dalam Boarding School Dan Peranannya Dalam Pengembangan Pendidikan Islam Di Akses Pada 20
September 2016 Dari http://bhakti-ardi.blogspot.com/
l
Keberadaan Boarding School adalah suatu konsekuensi logis dari perubahan
lingkungan sosial dan keadaan ekonomi serta cara pandang religiousitas masyarakat.
Dijelaskan sebagai berikut:
1. Lingkungan sosial yang kini telah banyak berubah, terutama di kota-kota besar.
Sebagian besar penduduk tidak lagi tinggal dalam suasana masyarakat yang homogen,
kebiasaan lama bertempat tinggal dengan keluarga besar satu klan atau marga telah
lama bergeser ke arah masyarakat yang hetrogen, majemuk, dan plural. Hal ini
berimbas pada pola perilaku masyarakat yang berbeda karena berada dalam pengaruh
nilai-nilai yang berbeda pula. Oleh karena itu, sebagian besar masyarakat yang terdidik
dengan baik menganggap bahwa lingkungan sosial seperti itu sudah tidak lagi kondusif
bagi pertumbuhan dan perkembangan intelektual dan perkembangan anak.
2. Keadaan ekonomi masyarakat yang semakin membaik, mendorong pemenuhan
kebutuhan di atas kebutuhan dasar seperti kesehatan dan pendidikan. Bagi kalangan
menengah atas yang baru muncul akibat tingkat pendidikan mereka yang cukup tinggi
sehingga mendapatkan posisi-posisi yang baik dalam lapangan pekerjaan berimplikasi
pada tingginya penghasilan mereka. Hal ini mendorong niat dan tekad untuk
memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anak melebihi pendidikan yang telah
diterima oleh orang tuanya.
3. Cara pandang religiusitas masyarakat telah, sedang, dan akan terus berubah.
Kecenderungan terbaru masyarakat perkotaan sedang bergerak ke arah yang semakin
religius. Indikatornya adalah semakin diminati dan semaraknya kajian dan berbagai
kegiatan keagamaan. Modernitas membawa implikasi negatif dengan adanya ketidak
seimbangan antara kebutuhan rohani dan jasmani. Untuk itu masyarakat tidak ingin hal
yang sama akan menimpa anak-anak mereka. Intinya, ada keinginan untuk melahirkan
li
generasi yang lebih agamis atau memiliki nilai-nilai hidup yang baik mendorong orang
tua mencarikan sistem pendidikan alternatif.79
8. Jenis-Jenis Sistem Pendidikan Asrama.
Ada beberapa jenis-jenis sistem pendidikan asrama yang ada di Indonesia diantaranya
adalah:
1. Menurut Sistem Bermukim Siswa :
a. All Boarding School : Seluruh siswa tinggal di asrama kampus atau sekolah.
b. Boarding Day School : Mayoritas siswa tinggal di sekolah dan sebagian lagi
dilingkungan sekitar kampus atau sekolah.
c. Day Boarding : Mayoritas tidak tinggal di kampus meskipun ada sebagian yang tetap
tinggal di kampus atau sekolah.
2. Menurut Jenis Siswa :
a. Junior Boarding School : Sekolah yang menerima murid dari tingkat SD s/d SMP,
namun biasanya hanya SMP saja.
b. Co-Educational School : Sekolah yang menerima siswa laki-laki dan perempuan.
c. Boys School : Sekolah yang menerima siswa laki-laki saja.
d. Girl School : Sekolah yang menerima siswa perempuan saja.
e. Pre-professional arts School : Sekolah khusus untuk seniman.
f. Religius School : Sekolah yang kurikulumnya mengacu pada agama tertentu.
g. Special needs Boarding School : Sekolah untuk anak-anak yang bermasalah dengan
sekolah biasa.80
B. Tinjauan Tentang Pendidikan Multikultural
1. Pengertian Pendidikan Multukultural
79Ginandjar Kartasasmita, Peran Pondok Pesantren Dalam Membangun Sumber Daya Manusia Indonesia Yang
Berkualitas, Diakses Pada 23 Desember 2016 Dari www.ginandjar.com
80Bhaktiar Ardi,”Dalam Boarding School Dan Peranannya Dalam Pengembangan Pendidikan Islam”Diakses Pada
10 September 2016 http://bhakti-ardi.blogspot.com
lii
Multikultural adalah keragaman budaya. Sementara secara etimologi, istilah
multikulturalisme di bentuk dari kata multi (banyak), kultur (budaya), dan isme
(aliran/paham), adapun secara hakiki, dalam kata multikulturalisme itu terkandung
pengakuan akan martabat manusia yang hidup dalam komunitasnya dengan kebudayaanya
masing-masing yang unik.81 Sedangkan kultur (budaya) itu sendiri tidak bisa dilepaskan
dengan empat tema penting yaitu: agama, (aliran), ras, (etnik), suku, dan budaya. Hal ini
mengandung arti bahwa pembahasan multikultural mencakup tidak hanya perbedaan
budaya saja, melainkan masuk pula di dalamnya kemajemukan agama, ras, maupun etnik.
82
Multikulturalisme ini pun suatu konsep di mana sebuah komunitas dalam konteks
kebangsaan dapat mengakui keragaman, perbedaan, dan kemajemukan budaya, baik ras,
suku, etnis, dan agama. Sebuah konsep yang memberikan pemahaman kita bahwa sebuah
bangsa yang plural atau majemuk adalah bangsa yang dipenuhi dengan budaya-budaya
yang beragam atau muitikultural. Bangsa yang multikultur adalah bangsa yang terdiri dari
kelompok-kelompok etnik atau budaya yang ada dapat hidup berdampingan secara damai
dalam prinsip coexintence yang ditandai oleh ketersediaan untuk menghormati budaya
lain. Sehingga, multikulturalisme tidak hanya mengakui adanya keragaman budaya,
melainkan juga menghendaki adanya penghormatan dari masng-masing budaya yang
berbeda. 83
Dengan demikian paradigma multikultural memberi pelajaran kepada kita untuk
memiliki apresiasi dan respect terhadap budaya dan agam-agama lain. Atas dasar ini maka
penerapan multikulturalisme menuntut kesadaran dari masing-masing budaya lokal untuk
81 Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural, (Yogyakarta, Pustaka Belajar,2010), h. 75. 82 Ainur Al-Rofiq Dawan, Emoh Sekolah, (Yogyakarta:Inspel Ahimsa Karya Press,2003), h. 99-100. 83 Nanih Mahendrawati Dan Ahmad Syafi’e, Pengembangan Masyarakat Islam: Dari Ideology, Strategi Sampai
Tradisi, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2001), h. 34.
liii
saling mengakui dan menghormati keanekaragaman identitas budaya yang dibalut
semangat kerukunan dan perdamaian.84
Sebagaimana diketahui, pendidikan di Indonesia terbagi menjadi dua: pendidikan
agama dan pendidikan nasional. Pendidikan yang dilaksanakan sekarang khususnya di
Indonesia mengunakan metode kajian yang bersifat dikotomis. Maksudnya, pendidikan
agama berbeda dengan pendidikan nasional, pendidikan agama lebih menekankan pada
disiplin ilmu yang bersifat normative establist, dan jauh dari realitas kehidupan,
sedangkan pendidikan nasional lebih cenderung pada akal dan inteligensi. Oleh sebab itu
sulit menemukan sebuah konsep pendidikan yang benar-benar komperansif dan integral. 85
Di antara topik yang layak dibahas disini adalah adalah sifat dasar manusia, dimensi
manusia, dan kebutuhan manusia. Mengugkap hakikat manusia dari pindidikan
multikultural menjadi signifikan karena beberapa hal yaitu:
Pertama, pendidikan multikultural memandang bahwasannya manusia mempunyai
dimensi yang harus diakomudir dan dikembangkan secara keseluruhan. Orientasi
pendidikan multikultural adalah untuk “memanusiakan kemanusiaan manusia“ maksudnya
adalah pengakuan akan pluralitas, hitrogenitas, dan keragaman manusia itu sendiri,
keragaman ini bisa berupa ideologi, agama, paradigma, pola pikir, kebutuhan, strata sosial,
suku, etnis, ras, budaya, nilai-nilai tradisi dan sebagainya.86
Kedua, pendidikan multikultural tidak mentolerir kesimpangan kurikulum pendidikan
multikultural mengakui dan menghargai adanya perbedaan filosofi keilmuan. Filosofi
keilmuan tersebut tidak harus dikonfrontasikan, apalagi menjangal dengan mengatakan
bahwa salah satunya lebh unggul dan lebih benar dari pada yang yang lainnya, sesuai
84 Salmiwati, Urgensi Pendidikan Agama Islam Dalam Mengembangkan Nilai-Nilai Multicultural, Jurnal Al-
Ta’lim (Vol.20, No.1, 2013), h.337. 85Dawam Ainurrofiq, Pendidikan Multikultural, (Mitra Fajar Indonesia, 2006), h. 42. 86
Ibid,. h. 42.
liv
dengan dimensi manusia yang beragam maka seseorang akan mengembngkan dirinya
sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya.87
Ketiga, pendidikan multkultur mencoba menjadi jembatan emas bagi keterpisahan
lembaga pendidikan dari kemausiaan masyarakat, hal itu berdasarkan asumsi pendidikan
multikutural senantiasa mengakomodir semua keinginan dan kebutuhan masyarakat.
Artinya pendidikan multikultural tidak membeda bedakan kebutuhan yang bersifat
intelektual, spiritual, material, emosional, etikal estetikal, sosial ekonomikal, dan
transcendental dari seluruh masyarakat yang berbeda stratanya.88
Keempat, pendidikan multikultural menghendaki biaya pendidikan menjadi ringan
dan dapat digapai oleh seluruh masyarakat. Ironis ketika sebuah lembaga pendidikan
berjanji untuk memanusiakan manusia, tetapi banyak manusia terganjal untuk mengikuti
pendidikan itu karna ketidak adanya biaya.89
Sementara itu, James A. Bank dalam Dawam menyatakan bahwa pendidikan
multikultural memiliki lima dimensi yang saling berkaitan.yaitu:
1. Content Integration, yaitu mengintegrasikan berbagai budaya dan kelompok untuk
mengilustrasikan konsep mendasar, generalisasi dan teori dalam mata pelajaran atau
disiplin ilmu.
2. The Knowledge Construction Proses, yaitu membawa siswa untuk memahami,
menyelidiki menentukan bagaimana melibatkan penerimaan budaya, dari berbagai
bingkai perspektif yang dengannya dibangun sebuah konstruksi pengetahuan yang
baru.
87
Ibid,. h. 43. 88
Ibid,. h. 43. 89
Ibid,. h. 44.
lv
3. An Equity Pedagogy, yaitu menyesuaikan metode pengajaran dengan cara belajar
siswa dalam rangka mengfasilitasi prestasi akademik siswa yang beragam baik dari
segi ras, budaya, ataupun strata sosial.
4. Prejudice Reduction, yaitu fokus pada karakter-karakter dan nilai-nilai kebudayaan
peserta didik yang dengannya pendidik dapat memodifikasi pembelajaranya.
5. An Empowering School Culture, yang bisa dilakukan dengan melatih kelompok untuk
berpartisipasi dalam olahraga, berinteraksi dengan seluruh staf dan siswa yang
berbeda etnis dan ras dalam upaya menciptakan budaya akademik.90
Kelima dimensi diatas, adalah penyempurna dari dimensi pendidikan multikultural
James A. Banks, karena dalam tulisannya sebelumnya, menyebutkan bahwa dimensi
pendidikan multikultural adalah Content integration, The knowledge construction, An
equity pedagogy, An empowering school culture, dan the school a social system.91
Artinya : konten integrasi, pengembangan pengetahuan, pedagogi ekuitas, pemberdayaan
budaya sekolah, sistem sekolah sosial.
2. Pendidikan Multikultural Dalam Perspektif Islam
Islam, dikenal sebagai suatu perangkat ajaran dan nilai, yang meletakkan konsep dan
doktrin yang merupakan rahmatan lil al-alamin. Sebagai ajaran yang memuat nilai-nilai
normatif, maka islam dengan ajaran yang menghargai dimensi pluralis-multikultural.
Begitu bagus dan indahnya islam dalam memandang dan menepatkan martabat dan harkat
manusia baik sebagai makhluk individu maupun sebagai anggota sosial. Dalam Al-Quran
dijelaskan tentang kewajiban seorang muslim untuk menjadi juru damai, yaitu senantiasa
menjaga kedamaian dan kerukunan hidup dalam lingkungannya sebagaimana firman allah
yang artinya: “tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan mereka, kecuali pembicaraan
90 Mahfud Choirul, Pendidikan Multikultural (Celelban Timur UH III/548 Yogyakarta, 2008), h.177. 91 Ibid., 185.
lvi
rahasia dari orang yang menyuruh mendekati, menyenangi, dan mengharapkan obyek
tertentu, sedangkan sikap negatif memiliki kecendrungan untuk menjauhi, menghindari,
membenci, tidak menyukai obyek tertentu.92
Kemudian, secara umum, tingkat dari yang disampaikan oleh Soekidjo Notoatmojo,
bahwa sikap itu memiliki empat tingkatan, diantaranya:93
a. Menerima
Menerima itu diartikan bahwa orang mau dan memprhatikan stimulus yang di
berikan.94
b. Merespon
Memeberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi karena dengan suatu usaha menjawab pertanyaan
dan mengerjakan tugas yang diberikan. Terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah
adalah berarti orang itu menerima ide tersebut.95
c. Menghargai
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain
terhadap suatu indikasi sikap tingkat tiga.96
d. Bertanggung Jawab
Bertanggung jawab atas semua sesuatu yang sudah dipilihnya dengan segala
resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi.97
3. Nilai-Nilai Pendidikan Multikultural
92 Heri Purwanto, Pengantar Prilaku manusia Untuk Perawatan,(Jakarta,EGC,1998), h. 63. 93 Soekidjo Notoatmojo, Pendidikan Dan Prilaku Kesehatan, (Jakarta, Rineka Cipta,2003), h. 132. 94
Ibid,. h. 132. 95
Ibid,. h. 133. 96
Ibid,. h. 133. 97
Ibid,. h. 134.
lvii
Dalam pendidikan multikultural setidaknya di dapati beberapa nilai multikultural dalam
pendidikan yaitu:98
1. Nilai Toleransi
Toleransi merupakan kemampuan untuk mendapat kehormatan sifat-sifat dasar,
keyakinan, dan prilaku yang dimiliki orang lain. Selain itu, toleransi juga bisa dipahami
sebagai sifat atau sikap menghargai, membiarkan atau membolehkan pendirian orang
lain yang bertentangan dengan kita.atau dengan kata lain, hakikat toleransi adalah
hidup berdampingan secara damai dan salingb menghargai di antara keragaman.99
2. Nilai Demokrasi/Kebebasan
Jika dilihat seiring berjalannya waktu, penggunaan istilah demokrasi ini pun terus
berkembang di masyarakat, meskipun demikian, demokrasi tetap mensyarakat adanya
keterlibatan rakyat dalam mengambil keputusan, adanya kebebasan dan kemerdekaan
yang diberikan atau dipertahankan dan dimiliki oleh warga negara, adanya sistem
perwakilan yang efektif, dan akhirnya adanya sistem pemilihan yang menjamin
dihormatinya prinsip ketentuan mayoritas.100
Jika nilai demokrasi ini dibawa keranah pendidikan, maka mengandung pengertian
adanya pandangan hidup yang mengutarakan persamaan hak dan kewajiban serta
perlakuan yang sama di dalam berlangsungnya proses belajar mengajar antara
pendidikan dan peserta didik, serta keterlibatan lembaga pendidikan.
3. Nilai Kesamaan/Kesetaraan
Kesetaraan yang dimiliki kata dasar setara bisa disinonimkan dengan kesederajatan
yang mempunyai kata dasar sederajat. Kesetaraan dan kesederajatan ini menunjukkan
98. Salmiwati, Urgensi Pendidikan Agama Islamdalam Pengembangan Nilai-Nilai Multikultural, (Jurnal Al-
Ta’lim: Vol,20 No.1,2013), h. 338. 99
Ibid,. h. 338. 100
Ibid,. h. 338.
lviii
adanya tingkatan yang sama, kedudukan yang sama, tidak lebih tinggi atau lebih rendah
satu sama lain.101
Kemudian jika dibawa keranah pendidikan adalah proses pendidikan yang tidak
menjadikan dan memperlakukan peserta didik satu lebih spesial dari peserta didik
lainya, atau sebaliknya menjadikan salah satu peserta didik lebih rendah dari peserta
lainya dengan alasan apa pun. Apakah itu terkait dengan fasilitas yang diberikan atau
perlakuan dari pendidik atau lembaga pendidikan itu sendiri.102
4. Nilai Keadilan
Keadilan memiliki kata dasar adil, atau dalam bahasa arab kata adl. Kata ini
memiliki arti sama atau seimbangyang berarti pengakuan dan perlakuan yang sama
antara hak dan kewajiban. Dalam hal ini, keadilan dapat diartikan sebagai membagi
sesama banyak, atau memberikan hak yang sama kepada orang- orang atau kelompok
dengan status yang sama.103
Selain itu, keadilan bisa diartikan dengan memberi hak yang seimbang dengan
kewajiban, atau memberi sesuai dengan porsi yang kebutuhannya.104
Jika keempat nilai tersebut benar ingin diberikan dalam pendidikan multikultural,
maka setidaknya diperlukan indikator yang bertujuan untuk pedoman
pengimplementasian nilai-nilai muktikultural di atas atau belum.105
4. Pradigma Pendidikan Multikultural
Istilah pendidikan multikultural secara estimologi terdiri dari dua item. Yaitu
pendidikan dan multikultural. Pendidikan yang artinya sebagai proses pengembangan sikap
dan prilaku seseorang atau sekelompok orang dalam rangka mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran, pelatihan, proses perbuatan dan cara-cara yang mendidik.
101
Ibid,. h. 339. 102
Ibid,. h. 339. 103
Ibid,. h. 339. 104
Ibid,. h. 339. 105
Ibid,. h. 339.
lix
Sedangkan istilah multikultural sebenarnya kata dasar yang mendapat awalan. Kata dasar
itu adalah kultur yang berarti kebudayaan , kesopanan, atau pemeliharaan sedang awalnya
adalah multi yang berarti banyak, ragam, atau aneka. Demikian denga multikultural berarti
keragaman kebudayaan, aneka, kesopanan, atau banyak pemeliharaan. Disini sebagai
keragaman budaya sebagai keragaman latar belakang seseorang.106
Dari pegertian pendidikan multikultural diatas maka dapat diambil berapa pemahaman
sebagai berikut :107
1. Pendidikan multikultural merupakan sebuah proses pengembangan. Pengembangan
adalah sebuah proses yang meningkatkan sesuatu yang sejak awal atau sebelumnya
sudah ada
2. Pendidikan multikultural adalah mengembangkan seluruh potensi manusia. Karna pada
dasarnya pendidikan mengembangkan seluruh potensi manusia.
3. Pendidikan multikultural adalah pendidikan yang menghargai pluralitas dan
heterogenitas. Pluralitas dan heterogenitas adalah sebuah keniscayaan ketika berada
pada sebuah masyarakat sekarang ini.
4. Pendidikan multikultural adalah pendidikan yang menghargai dan menjunjung tinggi
keragaman budaya, etnis, suku, dan aliran agama.108
Demikian hakekat pendidikan multikultural yang melintasi batas-batas primodial
manusia. Batas-batas modern dewasa ini selalu menghantui manusia yang berfikir waras
berdasarkan (trilogy common sense), yaitu akal rasio, hati nurani, dan nilai-nilai
kemanusiaan.109
106
Ibid,. h. 72. 107
Ibid,. h. 72. 108Ibid., h.73. 109
Ibid,. h. 73.
lx
5. Tujuan Pendidikan Multikultural
Pada dasarnya tujuan pendidikan multikultural selaras dengam tujuan pendidikan
secara umum. Yaitu mencetak peserta didik tidak hanya mampu mengembangkan potensi
dirinya dalam penguasaan ilmu pengetahuan, seni, dan teknologi, melainkan mampu
mengembangkan dan menerapkan nilai-nilai universal dalam kehidupan. Kemudian secara
spesifik menurut Gorski dalam Ali Maksum menjelaskan bahwa tujuan pendidikan
multikultural adalah sebagai berikut:110
1. Setiap pesrta didik mempunyai kesempatan mengembangkan prestasi mereka.
2. Peserta didik belajar bagaimana belajar dan berfikir secara kritis.
3. Mendorong peserta didik dalam mangambil peran aktif dalam pendidikan, dengan
menghadirkan pengalaman-pengalaman mereka dalam konteks belajar.
4. Mengakomodasi segala macam gaya belajar.
5. Mengapresiasi kontribusi dari kelompok-kelompok berbeda.
6. Mengembangkan sikap positif terhadap kelompok-kelompok yang mempunyai latar
belakang yang berbeda.
7. Untuk menjadi wraga negara yang baik di sekolah maupun di masyarakat.
8. Belajar bagaimana menilai pengetahuan dari perspektif yang berbeda.
9. Untuk mengembangkan identitas etnis, nasional, dan global.
10. Mengembangkan ketrampilan-ketrampilan mengambil keputusan dan analisis secara
kritis.111
6. Pendekatan Pendidikan Multikultural
Mendesain pendidikan multikultur dalam tatanan masyarakat yang penuh permasalahan
mengandung tantangan yang tidak ringan. Perlu disadari bersama bahwa pendidikan
multikultural tidak sebatas “merayakan keragaman” apa lagi tatanan masyarakat yang masih
110
Ibid,. h. 74. 111 Ali Maksum, Pluralisme Dan Multikulturalisme;Paradigma Baru Pendidikan Islam Di Indonesia, (Malang, Aditya Media Publishing,2011), h. 222.
lxi
penuh dengan diskriminasi dan bersifat rasis. Dengan demikian pendidikan multikulturl lebih
tepat diarahkan sebagai advokasi untuk menciptakan siswa toleran. Untuk mencapai sasaran
tersebut ada beberapa pendekatan dalam proses pendidikan multikultural di antaranya yaitu
:112
1. Tidak lagi menyamakan pandangan pendidikan dengan persekolahan atau pendidikan
multikultural dengan sekolah-sekolah formal. Pandangan yang lebih luas mengenai
pendidikan sebagai transmisi kebudayaan membebaskan pendidikan dari asumsi keliru
bahwa tanggung jawab primer mengembangkan kompetensi kebudayaan di kalangan
anak didik semata-mat di tangan mereka.
2. Menghindari pandangan yang menyamakan kebudayaan pendidikan dengan kelompok
etnik. Artinya tidak perlu mengasumsikan kebudayaan pendidikan semata-mata dengan
kelompok-kelompok etnik.
3. Karena pengembangan kompetensi dalam suatu “kebudayaan baru” biasanya
membutuhkan interaksi inisiatif dengan orang-orang yang mempunyai kompetensi
4. Pendidikan multikultural meningkatkan kompetensi dalam beberapa kebudayaan.
5. Kemungkinan bahwa pendidikan formal dan non formal meningkatkan kesadaran
tentang kompetensi dalam beberapa kebudayaan.113
Jadi dapat dipahami bahwasanya ke lima pendekatan diatas harus diselaraskan dengan
kondisi yang ada. Sehingga individu-individu tersebut dapat memenuhi kebutuhan mereka dan
menyerap watak sosial.114
C. Hubungan Sistem Pendidikan Asrama Terhadap Pendidikan Multikultural
112
Ibid,. h. 223. 113Ibid., h.193. 114
Ibid,. h. 194.
lxii
Dalam beberapa tahun terakhir, lembaga pendidikan dengan sistem asrama (boarding
school) terus mengalami perkembangan, baik sekolah maupun perguruan tinggi. Dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikannya, lembaga-lembaga pendidikan formal itu pun mulai
mengadopsi sistem yang selama ini dikembangkan oleh pesantren.115
Pentingnya pendidikan dengan sistem asrama disuarakan oleh pihak Depdikbud setelah
menyadari bahwa kualitas pendidikan kita, khususnya prosentasi kelulusan sekolah-sekolah kita
makin merosot dibandingkan dengan kualitas dan prosentasi pendidikan dari negara-negara
seperti Finlandia, Jerman, AS, dan negara-negara maju lainnya. Dengan kultur-kultur yang
memungkinkan para siswa/mahasiswa itu nantinya akan menjadi pemimpin yang terbaik di
masa depan. Pembinaan dan pendampingan terjadi dalam seluruh aspek kehidupan mulai dari
bangun pagi hingga istirahat malam, mulai pembinaan rohani lewat, Sharing Kitab Suci dan
kegiatan-kegiatan lainnya yang mendatangkan manfaat bagi peningkatan kualitas hidup para
siswa/mahasiswa untuk menjadi pemimpin di masa yang akan datang. Pembinaan intelektual
lewat jalur Kurikulum juga ditekankan sejalan dengan penekanan pada pembinaan jalur
seminari. malahan pembinaan pada jalur Kurikulum harus lebih banyak ditekankan pada awak
Seminaris itu.116
Dan pada hakikatnya siswa/mahasiswa adalah satu-kesatuan yang utuh, yang mungkin
berbeda dengan lainnya. Jadi, tiap orang memiliki karakteristik masing-masing.117
Karakteristik adalah sifat-sifat yang perlu diteliti berkenaan dengan kekhasan yang
membedakan seseorang dengan orang lainnya. Menurut H.A.R Tilaar, pendidikan multikultural
biasanya memiliki ciri tujuanya membentuk "manusia budaya" dan menciptakan "masyarakat
berbudaya (berperadaban)". Sonia Nieto, seorang profesor, penulis, sekaligus guru di bidang
115 Sekolah Berasrama Tiru Sistem Pesantren. Diakses Pada 08/02/2017, Dari http://www.man3malang.com/ 116 Sistem Pendidikan Berasrama Di Akses Pada 26 Januari 2017 Dari http://blasmkm.com 117 Oemar Hamalik, Manajemen Belajar Di Perguruan Tinggi, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2003), h. 11.
lxiii
multikulturalisme, mendefinisikan karakteristik pendidikan multikultural dalam konteks sosio-
politik, ditujukan kepada masyarakat dan proses pendidikan, bahwa elastisitas (kemampuan)
dalam pendidikan sebagai bentuk tetap dan statis. Ada tujuh karakteristik yang disampaikan
oleh Nieto, yaitu:118
a. Antiracist Education (Pendidikan Yang Tidak Membenci Ras Orang Lain). Pendidikan anti-
rasis membuat anti-diskriminasi eksplisit dalam kurikulum dan mengajarkan siswa
keterampilan untuk memerangi rasisme dan bentuk lain dari penindasan.
b. Basic Education (Pendidikan Dasar). Hak dasar dari semua siswa untuk terlibat dalam inti
dan akademisi adalah sebuah kebutuhan mendesak bagi semua siswa.
c. Important for All Students (Penting bagi Semua Siswa). Dalam hal ini semua siswa berhak
dan membutuhkan pendidikan yang inklusif dan ketat.
d. Pervasive (Luas). Pendidikan multikultural menekankan pendekatan yang menembus
seluruh pengalaman pendidikan, termasuk iklim sekolah, lingkungan fisik, kurikulum, dan
hubungan terhadap sesama.
e. Education for Sosial Justice (Pendidikan untuk Keadilan Sosial). Siswa diajak secara
langsung untuk melakukan tindakan sosial di lingkungannya.
f. Education as Process (Pendidikan adalah Suatu Proses). Siswa dan institusi pendidikan
dalam melakukan proses pendidikan melibatkan masyarakat (komite sekolah) dalam
meningkatkan prestasi belajar, lingkungan belajar, preferensi belajar siswa dan variabel
budaya.
g. Critical Pedagogy (Pendidikan Kritis). Dalam berfikir kritis siswa dipengaruhi oleh budaya,
bahasa, keluarga, sekolah, artistik, dan pengalaman pendidikan. Siswa dituntut untuk
118
Ibid,. h. 12.
lxiv
melakukan perubahan pemikiran dari kesadaran pasif, magis menuju kesadaran kritis
melalui tindakannya.119
Selain pendapat dari Sonia Nieto ada beberapa pihak yang mengemukakan bahwa
karakteristik pendidikan multikultural dibagi menjadi tiga, sebagaimana yang dijelaskan
oleh Abdullah Aly. Ketiga karakteristik tersebut, antara lain:120
1. Berprinsip pada Demokrasi, Kesetaraan, dan Keadilan
Prinsip demokrasi, kesetaraan, dan keadilan merupakan prinsip yang mendasari pendidikan
mutikultural, baik pada level ide, proses, maupun gerakan. Ketiga prinsip ini
menggarisbawahi bahwa semua anak memiliki hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan.
2. Berorientasi kepada Kemanusiaan, Kebersamaan, dan Kedamaian
Untuk mengembangkan prinsip demokrasi, kesetaraan, dan keadilan dalam kehidupan
bermasyarakat, terutama di masyarakat yang heterogen diperlukan orientasi hidup yang
universal. Di antara orientasi hidup yang universal adalah kemanusiaan, kebersamaan, dan
kedamaian. Orientasi hidup yang universal ini merupakan titik orientasi bagi pendidikan
multikultural. Dengan demikian, pendidikan multikultural menentang adanya praktik-
praktik hidup yang menodai nilai-nilai kemanusiaan, kebersamaan, dan kedamaian seperti
kekerasan, perusuhan, konflik, dan individualistik.
3. Mengembangkan Sikap Mengakui, Menerima, dan Menghargai Keragaman
Untuk mengembangkan orientasi hidup kepada kemanusiaan, kebersamaan, dan kedamaian
di tengah-tengah masyarakat yang majemuk diperlukan sikap sosial yang positif. Sikap
sosial positif ini menurut Donna M. Gollnick dan Lawrence A. Bloom, antara lain
mengambil bentuk kesediaan untuk mengakui, menerima, dan menghargai keragaman.
Pendidikan multikultural memiliki perhatian kuat terhadap pengembangan sikap-sikap
119 Pendidikan-Multikultural-Dalam-Islam Di Akses Pada 27 Januari 2017 Dari http://ranahpai.blogspot.nl. 120 Pesantren-Modern-Dan-Pendidikan-Multikulturalisme Di Akses Pada 28 Januari 2017 Dari https://vivixtopz.wordpress.com.
lxv
sosial yang positif tersebut. Dengan demikian, pendidikan multikultural menolak sikap-
sikap sosial yang cenderung rasial, stereotip, dan berprasangka buruk kepada orang atau
kelompok lain yang berbeda suku, ras, bahasa, budaya, dan agama.
Maka Pendidikan dengan model asrama merupakan model pendidikan yang ideal seperti
yang diinginkan oleh pemerintah melalui Depdikbud. Ada beberapa nilai positif dengan adanya
pendidikan dengan sistem asrama ini yakni:121
a. Pendidikan Seminari menekankan pentingnya kebersamaan dalam kehidupan berkomunitas
(asrama). Kehidupan berkomunitas menandakan persekutuan hidup bersama. Di dalamnya
terjadi saling koreksi, saling memahami, saling belajar, saling bertegur sapa, saling
melayani dan saling memberi dalam kebersamaan dan solidaritas persaudaraan. Kehidupan
komunitas memberi warna tertentu dalam kebersamaan. Bakat dan kemampuan individu
merupakan warna tersendiri bagi kegembiraan dan harapan bersama dalam komunitas itu.
b. Pendidikan dengan model asrama memungkinkan orang mampu menyusun jadwal dan
mampu melaksanakan jadwal itu dengan penuh disiplin. Pendidikan asrama sering dibuat
berdekatan dengan pendidikan Kurikulum agar para siswa dengan bantuan bimbingan dari
salah seorang guru pembimbing yang telah ditentukan dapat mendiskusikan sendiri
jadwalnya dan mampu melaksanakan jadwal-jadwal yang telah disusunnya secara bagus
dan dengan tertib. Melalui sistem asrama orang dapat dengan baik melakukan semua
kegiatan dengan penuh disiplin dan tanggung jawab. Kedisiplinan menjadi kata kunci dalam
pendidikan berasrama.
c. Pendidikan asrama memungkinkan benih-benih intelektual, pembinaan emosi, benih-benih
afeksi dan pembinaan spiritual-religius dapat disemaikan dengan baik. Benih-benih
intelektual seperti kesempatan lebih banyak untuk berdiskusi dan mendalami bahan-bahan
121 Musa Asy’arie. Pendidikan Multikultural Dan Konflik Bangsa Diakses Pada 28 Januari 2017 Dari http://www.kompas.com.
lxvi
ajar, kesempatan lebih banyak untuk mengunjungi perpustakaan, membaca buku-buku yang
bermutu dan menulis menjadi lebih banyak tersedia. Di dalam sistem asrama juga
disampaikan pembinaan emosi manusia. Kesabaran, kerendahan hati, ketabahan dan
keuletan merupakan hal-hal yang bisa diperoleh melalui latihan-latihan di dalam sitem
pendidikan berasrama di sekolah dengan model pendidikan berasrama. Pendidikan
berasrama juga dapat meningkatkan afeksi manusia. Afeksi ialah kemampuan mencintai,
kemampuan untuk memberi kasih kepada orang lain dengan penuh keihlasan hati.
d. Pembinaan sikap dan kemandirian. Melalui sistem asrama sikap-sikap manusia bisa
diarahkan dan dibimbing ke arah yang lebih baik. Peraturan dalam asrama menjadi faktor
yang menentukan sikap-sikap tersebut. Taat kepada peraturan dengan semua tuntutan
kehidupan asrama menjadi tuntutan yang mutlak perlu bila para siswa ingin bertumbuh
menjadi manusia yang baik dan berkualitas di masa depan.
e. Pendidikan kepemimpinan dan character para siswa. Melalui pendidikan berasrama
pendididikan character para siswa semakin dipertinggi. Pendidikan character para siswa
seperti pembinaan dan pembentukkan kebudayaan para siswa lewat latihan menari dan
menyanyi serta latihan-latihan yang memungkinkan pengembangan kebudayaan para siswa
menjadi meningkat. Peningkatan Character manusia juga dicapai melalui disiplin, latihan
olah raga, latihan bela diri, dan lain-lain. Hal-hal itu dapat mempertinggi character dan
kemampuan kepemimpinan para siswa. Untuk itu para pembimbing harus memampu
menyusun program kegiatannya secara tertulis dan rapi.122
D. Kajian Terdahulu
Untuk mendukung penelitian yang mengunakan metode sistem pendidikan asrama ini
sebagai berikut :
122 Sistem Pendidikan Berasrama. Di Akses Pada 26 Januari 2017 Dari http://blasmkm.com
lxvii
“ kualitas belajar siswa dalam sistem boarding school smp islam raden paku blotongan
kecamatan sidorejo kota SalaTiga tahun 2012”
penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas belajar dalam sistem pendidikan asrama
dapat meningkatkan kualitas belajar siswa karena siswa tidak hanya belajar ilmu pengetahuan
tapi juga mendapatkan ilmu agama dan ilmu kemandirian hidup.123 “pendidikan karakter
dalam sistem boarding school di MAN Wonosari Gunung Kidul Yogyakarta”. Penelitian ini
menunjukkan bahwa sistem pendidikan asrama dapat mengembangkan nilai karakter kepada
tuhan dengan penanaman karakter agama secara khaffah, dan pengembangan nlai-nilai
karakter kepada sesama manusia bahwa kewajiban manusia bisa beradaptasi dengan
lingkungan sekitar.124
Penelitian diatas memiliki ciri khas masing-masing sesuai dengan judul yang diangkat
dalam penelitiannya. Yaitu sama-sama mengangkat sistem pendidikan asrama sebagai
variable bebasnya. Sedangkan perbedaanya terletak pada objek penelitiannya, dimana
penelitian diatas mengambil objek yang diteliti pada anak tingkat MTS/SMP dan SMK/SMA,
tentunya berbeda dengan mahasiswa dimana anak MTS/SMP sebagai remaja awal yang
tentunya berada dalam suasana pencarian identitas diri dan masa transisi, sehingga sulit untuk
menjalani kehidupan yang mandiri. Sedangkan anak SMK/SMA sebagai anak remaja yang
beranjak dewasa tentunya cukup matang cara berfikirnya sehingga cukup bisa mengatur diri
sendiri tanpa tergantung pada orang lain. Sedangkan mahasiswa adalah remaja yang sudah
mempunyai tanggung jawab terhadap dirinya dan mereka bisa hidup mandiri dan berbaur
dengan orang yang mempunyai perbedaan ras, budaya, dan latar belakang yang berbeda-
beda. 123Unsy Minan, Kualitas Belajar Siswa Dalam System Boarding School Smp Islam Raden Paku Blotongan
Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2012, (Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga).
124Kholidah Ummi, Pendidikan Karakter Dalam System Boarding School Di Man Wonosari Gunung Kidul Yogyakarta , (Skripsi Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam Dan Keguruan Uin Sunan Kali Jaga Yogyakarta,2011).
lxviii
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian korelasional.
Pada awal aplikasi penelitiannya seorang peneliti merumuskan akan metode yang ingin
digunakan dalam sebuah penelitian dengan memenuhi prosedur-prosedur penelitian serta
bagaimana cara, urutan atau termasuk langkah-langkah yang harus dilakukan. Karena, dengan
itu peneliti akan mudah melakukan sebuah penelitian dengan baik, sistematis dan sesuai dengan
aturan karya ilmiah.
Pada bab ini akan menjelaskan tentang metode penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini, berupa: rancangan penelitian, populasi dan sampel, intrumen penelitian, teknik
pengumpulan data, dan terakhir teknik analisis data.
A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian pada dasarnya merupakan perencanaan suatu kegiatan sebelum
dilaksanakan. Kegiatan ini mencakup komponen penelitian yang diperlukan. Rancangan
penelitian yang peneliti kemukakan di atas berarti persiapan, kemungkinan dan perlengkapan.
Sementara rancangan penelitian dalam penelitian ini adalah menggunakan rancangan
penelitian korelasional, yaitu penelitian yang tujuan untuk mengetahui hubungan korelatif
antar variabel. Sehingga peneliti dalam merancang penelitian ini sedikitnya terdapat dua
variabel. Adapun variabel yang diteliti harus dapat diukur dalam kolompok obyek. Jenis
rancangan ini hanya mampu mengungkap saling hubungan antar variabel dengan variabel
lainnya.125
Adapun sebagai variable bebas (X) dalam penelitian ini adalah sistem pendidikan
asrama, dan sebagai variable terikat (Y) adalah pendidikan multikultural. Penelitian ini ingin
125M. Rusli.., h. 75.
lxix
mengetahui hubungan/korelasi sistem pendidikan asrama di perguruan tinggi terhadap
pendidikan multikultural pada mahasiswa program intensif Institut Dirosat Islamiyah Al-
Amien Prenduan Sumenep Madura tahun 2016-2017.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dan sampel dalam penelitian kuantitatif merupakan istilah yang sangat lazim
dipakai. Populasi diartikan sebagai jumlah kumpulan unit yang akan diteliti karakteristik atau
cirinya. Namun jika populasinya terlalu luas, maka penelitian harus mengambil sampel dari
populasi yang telah didefinisikan.126
Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan
waktu yang kita tentukan. Jadi, populasi berhubungan dengan data, bukan manusianya. Kalau
setiap manusia memberikan suatu data, maka banyaknya atau ukuran populasi akan sama
dengan banyaknya manusia.127
Sementara pengertian sampel adalah sebagian anggota populasi yang memiliki
karakteristik yang sama. Sedangkan sampling adalah kegiatan menetukan sampel. Sampel
yang ideal adalah sampel yang bersifat refresentatif. Artinya, sampel mempunyai dan
mewakili karakteristik yang sama dengan populasi. Sampling yang benar apabila hasil
penelitiannya dapat digeneralisasikan/berbaku bagi populasi.
Adapun dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis simple random sampling,
simple random sampling adalah teknik pengambilan sampel sederhana (simple) yang
dilakukan secara acak dengan tidak memperhatikan tingkatan dalam populasi. Prinsipnya
setiap subyek dalam populasi memiliki kemungkinan yang sama menjadi anggota sampel
karena populasi bersifat homogen. Teknik ini baik digunakan pada populasi yang tidak
terlalu besar dan bersifat homogen128.
126Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif (Malang: UIN Malang Press, 2008), h. 222. 127S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 118. 128 Ibid., h. 85-86.
lxx
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Intensif di Institut
Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan. Melihat jumlah mahasiswa intensif di Institut Dirosat
Islamiyah Al-Amien Prenduan berjumlah 89 mahasiswa, menurut Sugiono mengutip
pendapatnya Roscoe mengatakan bahwa sebagai pedoman untuk menetukan ukuran sampel
dalam penelitian adalah sebagai berikut:
a. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500.
b. Sampel yang berbentuk kategori (pria,wanita, nelayan, petani, dll.) maka jumlah anggota
sampel masing-masing kategori minimal 30.
Berdasarkan dari pernyataan diatas maka dalam penelitian ini mengambil sampel dari
populasi mahasiswa intensif yang diambil yaitu berjumlah 30 mahasiswa.
Tabel 3.1
Jumlah mahasiswa intensif
No Mahasiswa Jumlah
01 Semester 1 28
02 Semester 3 17
03 Semester 5 24
04 Semester 7 20
Jumlah Total 89 mahasiswa
Sumber Data: Data populasi mahasiswa intensif di Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien
Prenduan.
C. Instrumen Penelitian
lxxi
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk memperoleh pengumpulan
data dalam rangka memecahkan masalah penelitian atau mencapai tujuan penelitian.129
Adapun instrumen dalam penelitian ini adalah metode angket, metode wawancara, dan
metode dokumentasi.
Adapun metode angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode angket
tertutup, yakni angket yang jawabannya sudah disediakan untuk dipilih oleh responden.
Sementara metode wawancara yang digunakan adalah wawancara bebas terpimpin, yakni
wawancara yang dilaksanakan dengan membawa pedoman wawancara yang isinya berupa
garis-garis besar apa saja yang akan ditanyakan. Dan sementara metode dokumentasi
digunakan dalam penelitian ini guna memperkaya data penelitian. Adapun intrumen
tersebut sebagaimana kisi-kisi berikut:
Table 3.2
Dependen Variable X
Dependen Variabel X (Pendidikan Asrama)
Nomer Soal Variabel X Indikator
Pendidikan
Asrama
a. Keteladanan
b. Latihan dan Pembiasaan
c. Ibrah
d. Pendidikan melalui nasehat
e. Kedisiplinan
f. Kemandirian
g. Persaudaraan dan Persatuan
1-2
3-4
5-6
7-8
9-10
11-12
13-14
129Muhammad Rusli Dan Hisyam El Qadrie., h. 92.
lxxii
Tabel 3.3
Dependen variable Y
Dependen Variabel Y (Pendidikan Multikultur) Nomor Soal
Variabel Y Indikator
Pendidikan
Multikultural
a. Toleransi
b. Demokrasi/Kebebasan
c. Kesamaan/Kesetaraan
d. Keadilan
1-3
4-5
6-7
8-10
Dalam metode angket ini, peneliti menyediakan 28 pertanyaan untuk variabel X dan 20
untuk variabel Y. Kesemua itu dengan lima alternatif jawaban pilihan (a, b, c, d, e) yang
penyusunannya didasarkan pada indikator sebagaimana diuraikan diatas.
Alasan penggunaan metode statistik untuk analisis data adalah statistik membantu
menarik kesimpulan melalui cara-cara yang dapat dipertanggung jawabkan mampu membuat
ramalan-ramalan. Disamping itu statistik juga membantu memilih prosedur yang ringkas dan
ekstra dalam berfikir serta mampu meringkas hasil penelitian sehingga mudah diketahui oleh
pihak yang ingin mengetahuinya.
D. Pengumpulan Data
Dalam upaya mendapatkan, menggali serta mengumpulkan data-data yang diperlukan
dalam penelitian ini maka penulis menggunakan metode-metode sebagai berikut:
1. Metode Angket
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk di jawabnya.130
130Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 142.
lxxiii
Adapun metode angket yang penulis gunakan dalam penelitian ini mengunakan
Skala Likert, Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena
sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai
variabel penelitian.131
Skala Likert adalah skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat,
dan persepsi seseorang atau sekelompok orang mengenai suatu gejala atau fenomena
pendidikan. Dalam skala Likert terdapat dua bentuk pernyataan yaitu pernyataan positif
yang berfungsi untuk mengukur sikap positif, dan pernyataan negative yang berfungsi
untuk mengukur sikap negative objek sikap.
Dengan skala likert, variabel yang akan dijabarkan menjadi indikator variabel,
kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai tolak ukur untuk menyusun item-item
instrument yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai
sangat negatif yang dapat berupa kata-kata antara lain : Sangat Setuju (SS), Setuju (S),
Tidak Setuju (TS), Sangat tidak Setuju (STS).
skala likert dimana item-item atau pernyataan dibagi menjadi item-item yang
favorable (suatu pernyataan sikap dapat berisikan hal-hal positif mengenai objek sikap,
yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau memihak objek sikap) dan unfavorable (suatu
pernyataan sikap yang berisi hal-hal negatif mengenai objek sikap, yaitu yang bersifat
tidak mendukung ataupun kontra terhadap objek sikap yang akan diungkap). Adapun
alternatif pilihan jawaban baik item favorable maupun item unfavorable adalah jawaban
dengan menggunakan kategori respon tingkat kesetujuan yang mempunyai variasi
131 Ibid., h. 93.
lxxiv
jawaban sebagai berikut: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat
Tidak Setuju (STS).132
Skor untuk item favorable skoring:
1 = Sangat tidak setuju
2 = Tidak setuju
3 = Netral
4 = Setuju
5 = Sangat Setuju
Sedangkan untuk item unfavorable dibalik
5 = Sangat tidak setuju
4 = Tidak setuju
3 = Netral
2 = Setuju
1 = Sangat Setuju
Penggunaan skala ini merupakan metode pokok untuk mendapatkan informasi dari
responden tentang ada tidaknya pengaruh sistem pendidikan asrama di perguruan tinggi
terhadap pendidikan multikultural pada mahasiswa program intensif di Institut Dirosat
Islamiyah Al-Amien Prenduan.
2. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi dapat diartikan sebagai metode penelitian untuk memperoleh
keterangan-keterangan dari catatan-catatan atau peristiwa. Dalam penelitian ini, metode
dokumentasi dipakai untuk mencari dan meneliti data-data yang berkaitan dengan judul
proposal skripsi ini untuk memperkaya data yang didapatkan.
132 Metode Penelitian Diakses Pada 11 November 2016. Dari A-Research.Upi.Edu.Pdf
lxxv
3. Uji Instrumen
Dalam pengujian instrumen ada dua jenis yaitu try out terpilih dan try out terpakai,
pada penelitian ini untuk Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan uji coba
atau try out terpakai yaitu pengambilan data satu kali namun digunakan untuk dua
keperluan sekaligus yaitu uji coba alat ukur (perhitungan validitas dan reliabilitas) dan
uji hipotesis. Try out terpakai dilakukan dengan pertimbangan subjek yang sulit ditemui
dan padatnya aktivitas yang dilakukan subjek penelitian. Pelaksanaan try out terpakai
pada mahasiswa Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien pada program Intensif yang sesuai
dengan karakteristik yang telah ditentukan. Pengumpulan data dilakukan dengan
memberikan angket secara langsung pada obyek penelitian.
Proses pengumpulan data dilakukan dengan cara menemui subjek secara langsung.
Pada saat pengambilan data penulis membagikan skala kepada obyek penelitian, penulis
bisa melakukan penelitian pada 30 obyek yang memenuhi syarat untuk diskor dan
dianalisis. Selanjutnya peneliti memberi skor pada setiap skala uji coba dan penelitian
yang terkumpul untuk diuji validitas dan reliabilitas.133
4. Validitas dan Reliabilitas
a. Pengujian Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan sesuatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu
mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang
diteliti secara tepat.Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh
mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas
yang dimaksud.
Cara yang dipakai dalam menguji tingkat validitas adalah dengan variabel
internal, yaitu menguji apakah terdapat kesesuaian antara bagian instrumen secara
133 Rizam Yudinar, Metode Penelitian, ( Jakarta, Pustaka Progres, 2000), h. 90.
lxxvi
keseluruhan. Untuk mengukurnya menggunakan analisis butir. Pengukuran pada
analisis butir yaitu dengan cara skor-skor yang ada kemudian dikorelasikan dengan
menggunakan Rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson
sebagai berikut:
rxy
NN
N
yxxy
yyxx2222
Dengan Pengertian :
rxy : koefisien korelasi antara x dan y rxy
N : Jumlah Subyek
X : Skor item
Y : Skor total
∑X : Jumlah skor items
∑Y : Jumlah skor total
∑X2 : Jumlah kuadrat skor item
∑Y2 : Jumlah kuadrat skor total
( Suharsimi Arikunto, 2002 : 146 )
Kesesuaian harga rxy diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan
rumus diatas dikonsultasikan dengan tabel harga regresi moment dengan korelasi
harga rxy lebih besar atau sama dengan regresi tabel, maka butir instrumen tersebut
valid dan jika rxy lebih kecil dari regresi tabel maka butir instrumen tersebut tidak
valid.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan
sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Pada penelitian
ini untuk mencari reliabilitas instrumen menggunakan rumus alpha α, karena instrumen
lxxvii
dalam penelitian ini berbentuk angket atau daftar pertanyaan yang skornya merupakan
rentangan antara 1-5 dan uji validitas menggunakan item total, dimana untuk
mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau
soal bentuk uraian maka menggunakan rumus alpha α:
Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya,
maksudnya apabila dalam beberapa pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok yang
sama diperoleh hasil yang relatif sama. Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan
dengan menggunakan tekhnik Formula Alpha Cronbach dan dengan menggunakan
program SPSS for windows.
Rumus :
α =
xS
jS
k
k2
2
11
Keterangan :
α = koefisien reliabilitas alpha
k = jumlah item
Sj = varians responden untuk item I
Sx = jumlah varians skor total
Indikator pengukuran reliabilitas menurut Sekaran yang membagi tingkatan
reliabilitas dengan kriteria sebagai berikut :
Jika alpha atau r hitung:
1. 0,8-1,0 = Reliabilitas baik
2. 0,6-0,799 = Reliabilitas diterima
lxxviii
3. kurang dari 0,6 = Reliabilitas kurang baik
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisa data merupakan salah satu teknik penyajian data untuk menemukan
jawaban atas tertanyaan yang diperoleh dari hasil penelitian. Metode analaisa data sangat
penting dalam suatu kegiatan penelitian, metode analisa data ini untuk menguji kebenaraan
atau membuktikan hipotesa.
Untuk menganalisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik
karena data yang akan dianalisa berwujud angka-angka atau bersifat kuantitatif.
Untuk menganalisa data yang telah peneliti kumpulkan dari responden, peneliti akan
menggunakan analisa data yang sesuai dengan penelitian ini. Rumus yang akan dipergunakan
adalah rumus uji regresi linier.134 Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:
Keterangan:
Ŷ = Variabel terikat yang di proyeksikan (baca Y bertopi)
X = Variabel bebas
a = Nilai Konstanta
b = Nilai arah sebagai penentu ramalan (predeksi) yang menunjukkan nilai peningkatan
(+) atau nilai penurunan (-) variable.
Alasan peneliti mengguankan rumus Uji Regresi Linier dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
134Mohammad Rusli....., h. 132.
Ŷ = a+bX
lxxix
1. Adakah hubungan yang positif dan signifikan pengaruh antara Variabel X yaitu sistem
pendidikan asrama di perguruan tinggi Dengan Variabel Y yaitu pendidikan nultikultural
pada mahasiswa program intensif di Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien
2. Ingin Mengetahui seberapa besar pengaruh antara Variabel X yaitu pengaruh sistem
pendidikan asrama di perguruan tinggi Dengan variable Y yaitu pendidikan multikultural
pada Mahasiswa progam Intensif di Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan.
Untuk menjawab persamaan regresi diatas maka harusmencari nilai a dan b terlebih dahulu
dengn mengunakan rumus sebagai berikut :
Rumus : � =� ∑��(∑�)(∑�)
�∑���(∑�)�
Rumus : a =∑�
�− �
∑�
�
lxxx
BAB IV
LAPORAN PENELITIAN
A. Tahap Persiapan
Dalam penelitian ini langkah-langkah yang dilakukan oleh penulis sebagai berikut:
1. Penulis mengadakan studi kelayakan terhadap masalah yang akan diteliti, serta studi
perpustakaan (literatur) yang berkaitan dengan materi-materi yang akan digunakan
dalam penelitian pada tanggal 25 Agustus 2016.
2. Mengajukan judul kepada Kajur Tarbiyah IDIA Prenduan pada tanggal 04 September
2016.
3. Menghadap kepada pembimbing untuk mengkonsultasikan judul yang akan penulis teliti
untuk memperoleh persetujuan pada tanggal 09 September 2016.
4. Penulis menggarap proposal sekitar hampir 2 bulan mulai dari tanggal 10 September
sampai 01 november 2016.
5. Proposal penelitian disetujui oleh pembimbing untuk di seminarkan pada tanggal 01
November 2016.
6. Penulis mengajukan proposal penelitian kepada PJ Ni’aie untuk diseminarkan pada
tanggal 02 November 2016.
7. Propoal diseminarkan pada tanggal 04 November 2016.
8. Mengurusi surat izin penelitian di fakultas tarbiyah IDIA Prenduan pada tanggal 15
Januari 2017.
lxxxi
B. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh penulis dalam tahap pelaksanaan penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Menyebarkan angket kepada responden, yang dilakukan oleh penulis, pada tanggal 26
Januari 2017.
2. Mengumpulkan angket yang berisi jawaban dari responden, pada tanggal 27 Januari
2017.
3. Mentabulasi data dari hasil angket dengan memberi skor kepada masing-masing
pertanyaan yang ada, pada tanggal 27 Januari 2017 - 28 Januari 2017.
4. Pencatatan dokumentasi yang berkaitan dengan judul penelitian (profil Institut Dirosat
Islamiyah Al-Amien Prenduan, nama-nama responden dan data mahasiswa intensif)
pada tanggal 28 Januari 2017.
C. Tahap Penyajian Data
1. Data Hasil Dokumentasi
a. Sejarah singkat berdirinya IDIA Prenduan
Pendirian Institut Dirosat Islamiyah AL-AMIEN Prenduan merupakan jawaban
atas harapan masyarakat dan para alumni terhadap perguruan tinggi yang representatif di
lingkungan Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan. Demi kepentingan tersebut, maka
dimulailah rintisan pendirian lembaga pendidikan perguruan tinggi pada tahun 1980.
Tiga tahun kemudian (tahun 1983), kunjungan Prof. Dr. H. Munawir Sjadzali, MA.
menjadi berkah. Selaku Menteri Agama Republik Indonesia saat itu, beliau meresmikan
lembaga pendidikan tinggi Al-Amien Prenduan dengan nama Pesantren Tinggi Al-
Amien Prenduan yang disingkat PTA Prenduan.
lxxxii
Fakta akan harapan dan kebutuhan masyarakat terhadap urgensi pendidikan
tinggi pasca pesantren terbukti benar. Kali pertama menerima mahasantri, Pesantren
Tinggi Al-Amien Prenduan dibanjiri peminat, baik alumni Al-Amien Prenduan sendiri
maupun alumni pondok-pondok pesantren lain di Indonesia. Karenanya, pimpinan PTA
pada saat itu memberlakukan seleksi masuk yang ketat, dengan mempertimbangkan
kualitas intelektual dan moral para calon mahasantri yang mendaftarkan diri ke PTA.
Karena proses seleksi yang ketat ini, Pesantren Tinggi Al-Amien Prenduan kemudian
dikenal sebagai tempat berkumpulnya para santri dengan kualitas pemahaman agama
yang dapat diandalkan.
Dalam perkembangannya, kehadiran mahasantri PTA memberi pengaruh istimewa
terhadap geliat pendidikan di Pondok Pesantren Al-Amien, terutama dalam dinamika
keilmuan para santri. Tidak hanya bagi santri, beragam aktivitas dakwah dan
pemberdayaan umat yang dilaksanakan secara kontinyu juga berpengaruh positif bagi
masyarakat di sekitar Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan. Hingga kini, sejak
mewisuda alumni pertamanya, PTA Prenduan telah melahirkan pimpinan-pimpinan
pesantren, tokoh-tokoh agama, dan aktivis-aktivis dakwah yang disegani di wilayah
nusantara.
Dua tahun kemudian (tahun 1985), pengurus Yayasan Al-Amien Prenduan
mengubah nama Pesantren Tinggi Al-Amien menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Al-
Amien (STIDA) Prenduan. Perubahan nama tersebut merupakan langkah maju bagi
pengembangan perguruan tinggi yang sesuai dengan peraturan pemerintah, namun
dengan tetap mempertahankan kualitas sistem, orientasi pendidikan, serta nilai-nilai
kepesantrenan yang sejak awal dicanangkan oleh Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan.
Pada tahun 1996 M., kegigihan pengurus Yayasan Al-Amien Prenduan untuk
mewujudkan perguruan tinggi yang representatif dijawab dengan disetujuinya proposal
lxxxiii
penambahan program studi (prodi) oleh tim Kopertais wilayah IV Surabaya. Status dan
nama STIDA pun beralih rupa menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Amien
Prenduan, dengan membuka dua program studi/jurusan: Bimbingan dan Penyuluhan
Islam/BPI (Dakwah), dan Pendidikan Agama Islam/PAI (Tarbiyah).
Perlahan namun pasti, prestasi demi prestasi institusional diraih oleh STAI Al-
Amien Prenduan. Tak berapa lama kemudian, lewat Surat Keputusan Badan Akreditasi
Nasional dengan nomor: 019/BAN-PT/Ak-IV/VIII/2000, STAI dinyatakan terakreditasi
dengan nilai maksimum. Jalan menuju idealisme kian nampak di depan mata. Harapan
bagi terwujudnya sebuah perguruan tinggi Islam yang representatif semakin gamblang
terhampar di hadapan. Segera setelah turunnya hasil akreditasi itu, sebuah tim dibentuk
untuk merealisasikan langkah berikutnya, yaitu merencanakan penambahan beberapa
program studi (prodi), sebagai syarat bagi peningkatan status kelembagaan menjadi
institut.
Tanpa menunggu lama, rencana itu pun terealisasi, ditandai dengan dibukanya
satu fakultas dan empat program studi baru pada tahun akademik 2001-2002, yaitu: 1.
Komunikasi & Penyiaran (KPI) di Fakultas Dakwah, 2. Pendidikan Bahasa Arab (PBA)
di Fakultas Tarbiyah, serta 3. Tafsir/Hadits (sekarang menjadi Ilmu al-Qur’an dan
Tafsir) dan Aqidah/Filsafat (sekarang menjadi Ilmu Aqidah) di Fakultas Ushuluddin.
Dengan peresmian itu, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Amien Prenduan pun
berganti nama menjadi Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan yang kemudian
mendapatkan pengakuan resmi seiring turunnya surat Keputusan dari Dirjen Binbaga
Islam Departemen Agama RI. No. : Dj.II/144/2002.
Dalam upaya untuk meneguhkan eksistensinya sebagai perguruan tinggi Islam
yang representatif, Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan terus melakukan
inovasi-inovasi baru dalam bentuk kerjasama dengan berbagai perguruan tinggi dalam
lxxxiv
negeri maupun luar negeri, baik dalam bidang sarana prasarana, pengembangan sumber
ekonomi dan peningkatan sumber daya manusia. Dengan jalinan relasi kerjasama yang
telah ditempuh ini, Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan mengalami kemajuan
yang sangat pesat dan mampu melahirkan output dengan kualitas yang tinggi.
Sistem perkuliahan di Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan memiliki
sifat dan karakter yang unik dibandingkan dengan kampus lain pada umumnya. Nilai
keunikan itu terletak pada upaya mengintegrasikan sistem perkuliahan akademik seperti
yang berlaku di perguruan tinggi modern pada umumnya dengan sistem pendidikan
pesantren. Sehingga dari hasil sistem perkuliahan yang integratif tersebut, Institut
Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan mampu melahirkan generasi-generasi intelektual
yang mutafaqqih fiddien dan mundzirul qoum.135
b. Visi, Misi dan Tujuan
1) Visi IDIA Prenduan
Menjadi Perguruan Tinggi Islam terkemuka dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan pembinaan karakter unggul berlandaskan Iman Sempurna, Ilmu Luas
dan Amal Sejati pada tahun 2025.
2) Misi IDIA Prenduan
a. Menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran profesional yang Islami dan
Ma’hadi.
b. Melanesian penelitan berstandar nasional dan internasional.
c. Melaksanakan pengabdian masyarakat yang memberdayakan dan
meningkatkan taraf kehidupan manusia.
135 Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan, “Visi & Misi” Diakses Pada 10 Mei 2016 Di http://idia.ac.id/sejarah-2/
lxxxv
d. Menyelenggarakan tata kelola yang kredibel, transparan, akuntabel dan
bertanggung jawab serta adil.136
3) Tujuan IDIA Prenduan
a) Mencetak sarjana muslim yang memiliki pribadi unggul sehingga mampu menjadi
mundzirul qoum yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan mampu
menyebarluaskannya di tengah-tengah masyarakat.
b) Mencetak sarjana muslim yang mampu mengamalkan ilmu pengetahuan, teknologi
dan keislaman bagi kemaslahatan umat.
c) Mencetak sarjana muslim yang mampu mengembangkan ilmu pengetahuan,
teknologi dan keislaman melalui penelitian dan pengabdian.
d) Mencetak sarjana muslim yang mampu menjadi tauladan bagi masyarakatnya.
c. Keadaan Mahasiswa
1) Sistem Rekrutmen
Sistem rekrutmen yang digunakan dalam seleksi penerimaan mahasiswa baru
Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan dibedakan berdasarkan tiga program
yang ditawarkan, yakni:
a) Program Intensif
Program Intesif adalah program unggulan kampus Putih Institut Dirosat
Islamiyah Al-Amien Prenduan yang pada tataran aplikasinya senantiasa berupaya
merealisasikan system pendidikan perguruan tinggi yang islami sehingga sangat
cocok bagi para alumni MA/SLTA/ Se-Derajat ataupun pondok pesantren yang
136 Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan , “Visi & Misi” Diakses Pada 10 Mei 2016 Di http://idia.ac.id
lxxxvi
berhasrat nyantri sekaligus kuliah. Ragam kegiatan program ini dioptimalkan
untuk membentuk dan menjadikan mahasiswa/i-nya sebagai mahasantri yang
cerdas secara spiritual, emosional dan intelektual serta memiliki pengetahuan
keorganisasian dan teknologi.
b) Program Plus
Program strata 1 yang secara khusus disediakan bagi calon mahasiswa/i yang
berstatus sebagai tenaga edukatif di Tarbiyatul Mu’allimien al-Islamiyah (TMI),
Ma’had Tahfidh al-Amien (MTA) serta lembaga-lembaga lainnya yang berada di
bawah naungan yayasan al-Amien Prenduan. Mahasiswa/i program ini hanya aktif
mengikuti kegiatan akademik saja, karena di samping kuliah, mahasiswa/i program
ini memiliki tugas pengabdian di lembaganya masing-masing. Selain mengikuti
program akademik, mahasiswa/i program ini wajib membuat tugas skripsi dalam
Bahasa asing (Arab dan Inggris).
c) Program Reguler
Program strata 1 yang disediakan bagi masyarakat umum (selain 2 program di
atas) yang hanya ingin mengikuti program kuliah saja tanpa mengikuti program
pendidikan pesantren. Program ini sangat cocok bagi para alumni SLTA/SMA dan
yang sederajat yang tidak bermukim di lembaga pondok Pesantren al-Amien
Prenduan dan memiliki tugas dan kesibukan di luar, sehingga hanya fokus pada
program perkuliahan saja. Selain seleksi berdasarkan jenis program di atas, seleksi
masuk menggunakan Tes Potensi Akademik (TPA), Psikotes dan Tes Kesehatan.
d. Suasana Akademik
lxxxvii
Suasana akademis yang kondusif diformat secara islami, ma’hadi, tarbawi, dan
indonesi dalam kurikulum yang fleksibel dan dinamis, hidup dan kehidupan, yang
berlangsung secara full day (mulai bangun tidur sampai tidur kembali) melalui berbagai
kegiatan dan penyediaan sarana dan prasarana yang menunjang pencapaian visi, misi dan
tujuan, terdeskripsikan dalam buku Pendoman Akademik, dan Tengko (Teng Komando)
Mahasiswa.
e. Rasio Antara Jumlah Dosen Dan Mahasiswa.
Rasio antara jumlah dosen dan mahasiswa Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien
Prenduan Sumenep Madura yakni 1/10 (1 orang dosen untuk 10 mahasiswa).
2. Kurikulum Yang Digunakan.
a. Kesesuaian dengan visi, misi, sasaran dan tujuan
Kurikulum yang diterapkan disesuaikan dengan visi, misi, sasaran, dan tujuan
jurusan PAI, dengan membekalkan kompetensi-kompetensi profesionalisme guru
secara teoretik dan praktik dalam mata kuliah-mata kuliah yang diajarkan dengan
komposisi 70% (teori) : 30% (praktik) lewat PPL dan KKN ditambah Magang
praktek mengajar dan mengelola lembaga pendidikan selama 1 (satu) tahun bagi
mahasiswa program unggulan (intensif).
b. Relevansi Dengan Tuntutan Dan Kebutuhan Stakeholders
Lulusan program dirancang untuk memenuhi kebutuhan pendidik agama di
tingkat SLTA. Karena itu, kurikulum program studi PAI disesuaikan dengan tuntutan
dan kebutuhan untuk menjadi pendidik di tingkat SLTA dengan melibatkan
stakeholder (pengguna) dalam perumusan kurikulum.
c. Struktur Dan Isi Kurikulum.
lxxxviii
Struktur kurikulum terdiri dari MKDU (Mata Kuliah Dasar Umum), MKDK
(Mata Kuliah Dasar Keahlian), MKK (Mata Kuliah Keahlian) dengan isi kurikulum.
d. Kompetensi Lulusan Yang Diharapkan
1) Memiliki pengetahuan tentang agama Islam secara komprehensif.
2) Memiliki pengetahuan tentang teori dan metodologi dalam pendidikan.
3) Memiliki pengetahuan tentang teori dan metodologi dalam pendidikan Islam.
4) Terampil mengajar Pendidikan Agama Islam.
5) Memiliki komitmen keberagamaan dan keilmuan di bidang Pendidikan Agama
Islam.
e. Derajat integrasi materi pembelajaran (intra dan antar disiplin ilmu) tertata secara
berjenjang mulai dari MKDU sebagai dasar keilmuan yang kemudian dikembangkan
pada MKDK dan diperdalam di MKK sehingga terkonstruk paradigma keilmuan dan
profesionalisme keguruan secara komprehensip lewat pembelajaran secara teoretik
dan praktik.
f. Kurikulum lokal yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat terdekat dan kepentingan
internal lembaga yakni: Kepesantrenan, Logika, Bahasa Arab III & IV, Bahasa
Inggris III & IV, Filsafat Islam, Perbandingan Agama & Aliran, Dunia Islam
Kontemporer, Orientalisme, Metodologi Penelitian Kuantitatif, dan Metodologi
Penelitian Kualitatif, Metodologi Penelitian Pendidikan, SPI di Indonesia,
Pengelolaan Pendidikan, Kepemimpinan Pendidikan, Supervisi Pendidikan,
Manajemen Personalia & Kesiswaan, Manajemen Keuangan, dan Filsafat Pendidikan.
g. Mata kuliah pilihan yang merujuk pada harapan/kebutuhan mahasiswa secara
individual/kelompok mahasiswa tertentu, yakni: mata kuliah kepesantrenan
lxxxix
h. Peluang bagi mahasiswa untuk mengembangkan diri terbuka lebar seperti; pemberian
beasiswa (ikatan dinas) untuk melanjutkan studi yang lebih tinggi bagi yang
berprestasi, dibuka kesempatan untuk menjadi asisten dosen.
2. Data Hasil Angket
Sebagaimana yang telah penulis paparkan di BAB III bahwasanya pengumpulan
data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner atau angket yang merupakan metode
pokok dalam pengumpulan data, karena analisis yang digunakan adalah skala likert, skala
likert dimana item-item atau pernyataan dibagi menjadi item-item yang favorable dan
unfavorable maka dilakukan penskoran sebagai berikut :
Tabel 4.2
Penentuan Skor Jawaban Angket favoriabel Jawaban pertanyaan Skor Sangat tidak setuju 1
Tidak setuju 2 Netral 3 Setuju 4 Sangat Setuju 5
Tabel 4.3 Penentuan Skor Jawaban Angket Unfavoriabel
Jawaban pertanyaan Skor Sangat tidak setuju 5
Tidak setuju 4 Netral 3 Setuju 2 Sangat Setuju 1
2. Persiapan Alat Ukur
Pada penelitian kali ini peneliti membuat sendiri alat ukurnya yaitu berupa skala.
Peneliti menggunakan skala terpakai (try-out terpakai) sehingga hanya satu kali saja
menyebarkan skala. Alasan peneliti tidak menggunakan metode try-out (menggunakan uji
coba skala) dan menggunakan metode try-out terpakai (tanpa uji coba skala) karna
kesibukan sampel subjek penelitian, karena pada saat penelitian objek penelitian di
xc
sibukkan dengan kegiatan pondok dan kuliah, sehingga peneliti hanya sekali menyebarkan
angket untuk melaksanakan penelitian, karena itulah peneliti memutuskan untuk
menggunakan metode ini.
Alat ukur yang digunakan terdiri dari dua buah skala yang disebar kepada 30 subjek.
Setelah skala disebar, peneliti melakukan analisis aitem. Peneliti membuat indikator yang
sesuai dengan teori-teori yang telah ada, selanjutnya peneliti menyusun blueprint,
menyusun aitem pertanyaan dan menentukan mana saja aitem yang favorable (yang
mendukung) dan aitem yang unfavourable (tidak mendukung) serta menentukan jumlah
aitem yang akan disebar. Setelah instrumen tersebut disetujui oleh dosen pembimbing.
Selanjutnya peneliti menyebarkan angket pada 30 mahasiswa Intensif yang berada di
asrama Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan, Analisis secara kuantitatif
menggunakan program komputer Statistical Package for Social Science (SPSS) for
Windows 24.0 untuk mengetahui nilai validitas dan reliabilitas skala.
3. Pengukuran Analisis Isi Validitas Dan Reliabilitas
a. Uji Validitas
Uji validitas pada kuisioner berfungsi untuk menguji apakah item pernyataan
yang ada dalam kuisioner dapat dijadikan alat ukur atau tidak. Item pernyataan dalam
dikatakan valid jika nilai Momen Pearson diatas
0,361.
xci
Tabel 4.4
Uji Validitas
Variable Indikator Item Corelasi Item-Item
Correlations
Keterangan
Variable X Keteladanan X1 favoriable X2 favoriable X15 unfavoriable X16 unfavoriable
0,324 0,089 0,261 0,155
Tidak valid Tidak valid Tidak valid Tidak valid
Latihan dan pembahasan
X3 favoriable X4 favoriable X17 unfavoriable X18 unfavoriable
0,523**
0,462* 0,830** 0,580**
Valid Valid Valid Valid
Ibrah X5 favoriable X6 favoriable X19 unfavoriable X20 unfavoriable
0,338 0,341 0,791** 0,813**
Tidak valid Tidak valid
Valid Valid
Pendidikan melalui nasehat
X7 favoriable X8 favoriable X21 unfavoriable X22 unfavoriable
0,049 0,539**
0,540** 0,151
Tidak valid Valid Valid
Tidak valid Kedisiplinan X9 favoriable
X10 favoriable X23 unfavoriable X24 unfavoriable
0,605** 0,115
0,630** 0,476**
Valid Tidak valid
Valid Valid
Kemandirian X11 favoriable X12 favoriable X25 unfavoriable X26 unfavoriable
0,362* 0,560** 0,534** 0,536**
Valid Valid Valid Valid
Persaudaraan dan persatuan
X13 favoriable X14 favoriable X27 unfavoriable X28 unfavoriable
0,120 0,446*
0,474** 0,578**
Tidak valid Valid Valid Valid
Variable Y Toleransi Y1 favoriable Y2 favoriable Y3 favoriable Y11 unfavoriable Y12 unfavoriable Y13 unfavoriable
0,144 0,247
0,447*
0,532**
0,532**
0,482**
Tidak Valid Tidak Valid
Valid Valid Valid Valid
Demokrasi/kebebasan
Y4 favoriable Y5 favoriable Y14 unfavoriable Y15 unfavoriable
0,554**
0,606**
0,636**
0,575**
Valid Valid Valid Valid
Kesamaan/kesetaraan
Y6 favoriable Y7 favoriable Y16 unfavoriable Y17 unfavoriable
0,375*
0,678**
0,504**
0,411*
Valid Valid Valid Valid
Keadilan Y8 favoriable Y9 favoriable
0,808**
0,702** Valid Valid
xcii
P
ada pengujian sebanyak 30 lembar dapat diketahui bahwa hasil uji validitas kuesioner untuk
semua variabel, baik variabel independen dan dependen memiliki nilai Korelasi Momen Pearson
diatas 0,361. Hal ini membuktikan bahwa semua item pernyataan di dalam kuesioner valid. Dan
item pertanyaan nilai korelasi momen pearson dibawah 0,361 hal ini membuktikan bahwa
semua item pertanyaan di dalam kuesioner tidak valid.
b. Uji Realibilitas
Uji realibilitas berfungsi untuk menguji apakah item pernyataan di dalam kuisioner dapat
dipercaya atau dapat diandalkan. Untuk menginterpretasikan tinggi rendahnya realibilitas
instrumen, sebagai pedoman indikator pengukuran menurut Sekaran yang membagi
tingkatan reabilitas dengan kriteria sebagai berikut :
Jika alpha atau r hitung :
1. 0,8-0,1 = Reabilitas Baik
2. 0,6-0,799 = reabilitas diterima
3. Kurang dari 0,6 = Reabilitas kurang baik
Untuk pengambilan nilai reliabilitas sebaiknya angka reliabel diatas 0,6, jadi nilai
Conbrach Alpha diatas 0,6. Dari hasil uji mengunakan SPSS 24.00 for windows.
Tabel 4.5 Hasil Reabilitas Statistics X
Reliability Statistics
Y10 favoriable Y18 unfavoriable Y19 unfavoriable Y20 unfavoriable
0,619**
0,510**
0,585**
0,625**
Valid Valid Valid Valid
xciii
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha
Based on
Standardized
Items N of Items
,723 ,867 29
Tabel 4.6 Hasil Reabilitas Statistics Y
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha
Based on
Standardized
Items N of Items
,741 ,886 21
Uji realibilitas dilakukan dengan melihat nilai Cronbach's Alpha. Dari hasil pengujian
reliabilitas seperti yang dicantumkan pada tabel diatas menunjukkan bahwa tiap variable X
memiliki nilai 0,723 dan variable Y memiliki nilai 0,741. Nilai Cronbach's Alpha diatas 0,6. Ini
sesuai dengan Indikator pengukuran reliabilitas menurut Sekaran yang membagi tingkatan
reliabilitas dengan kriteria di atas. Jika dilihat dari nilai minimum Cronbach's Alpha yaitu 0,6
dapat disimpulkan bahwa variabel pernyataan dalam kuesioner tersebut Reliabilitas Diterima.
D. Analisis Data
Analisis ini untuk mengetahui pengaruh antara variabel X (sistem pendidikan asrama)
dan variabel Y (pendidikan multikultural). Perhitungan nilai a dan b dapat dilakukan dengan
menggunakan program SPSS 24.0 for windows. Berikut ini adalah tabel hasil perhitungan
regresi linier dengan menggunakan program SPSS 24.0 for windows:
Tabel 4.7
Model summary
Model Summary
xciv
Tabel diatas menjelaskan tentang besarnya nilai korelasi/hubungan yang dilambangkan
dengan (R), yaitu sebesar 0,752. Sedangkan pada kolom R Square menjelaskan besarnya
persentase (%) pengaruh variabel Independent (X) terhadap variabel Dependent (Y) yang
disebut dengan koefisien determinasi. Dari Tabel diperoleh nilai koefisien determinasi (R2)
sebesar 0,566 artinya bahwa pengaruh variabel (sistem pendidikan asrama) terhadap variabel
(pendidikan multikultural) adalah sebesar 56,6%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel
lain di luar penelitian.
Tabel 4.8
Tabel Anova
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 1195,572 1 1195,572 23,488 ,000b
Residual 916,228 18 50,902
Total 2111,800 19
a. Dependent Variable: x
b. Predictors: (Constant), y
Tabel ANOVA fungsinya adalah untuk menjelaskan apakah ada pengaruh yang signifikan
antara variabel sistem pendidikan asrama (X) terhadap variabel pendidikan multikultural (Y).
Dari output tersebut nilai F hitung = 23,488 dengan tingkat signifikansi < probabilitas (0,000
< 0,05) maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel pendidikan
multikultural (Y).
Tabel 4.9
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,752a ,566 ,542 7,13453
a. Predictors: (Constant), y
xcv
Regresi Linier Sederhana
Pada tabel (Coefficientsa), pada kolom B nilai Constant (a) adalah 47,469, sedangkan nilai
pendidikan multikultural (b) adalah 0,780, sehingga persamaan regresi dapat ditulis:
Rumus: Y = a + bX
(Y = 47,469 + 0,780)
Koefisien b dinamakan koefisien arah regresi yang menyatakan perubahan rata-rata variabel
Y untuk setiap perubahan variabel X sebesar satu satuan. Perubahan ini merupakan pertambahan
bila b bertanda positif (+) dan penurunan bila b bertanda negatif.
E. Pembuktian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini penulis menggunakan uji T yaitu pada tingkat
keyakinan (Convidance interval 95%) atau tingkat kesalahannya (Alpha) a sebesar 0,05. Uji T
dilakukan untuk melihat bagaimana pengaruh variabel penjelas terhadap variabel terkait secara
partial. Adapun penguji hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Ho: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara variable sistem pendidikan asrama (X )
terhadap pendidikan multikultural (Y).
Ha: Ada pengaruh yang signifikan antara variable sistem pendidikan asrama (X ) terhadap
pendidikan multikultural (Y).
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
95,0% Confidence Interval
for B
B Std. Error Beta
Lower
Bound Upper Bound
1 (Constant) 47,469 12,776 3,716 ,002 20,628 74,309
Y ,780 ,161 ,752 4,846 ,000 ,442 1,118
a. Dependent Variable: x
xcvi
Jika nilai Sig > 0,05 maka Ho diterima (artinya tidak ada pengaruh yang signifikan)
Jika nilai Sig < 0,05 maka Ho ditolak (artinya ada pengaruh yang signifikan)
Maka dari contoh penelitian diatas, bahwa nilai Sig adalah 0,000 yang berarti lebih kecil dari
0,05 (0,000 < 0,05), maka Ho ditolak.
Persamaan regresi ini menampilkan uji signifikansi dengan Uji t yaitu untuk mengetahui
apakah ada pengaruh yang signifikan antara variabel sistem pendidikan asrama (X) secara
parsial terhadap variabel pendidikan multikultural (Y).
Maka dapat dilihat dari output (tabel coefficients) diketahui nilai t hitung adalah 4,846 dan
nilai t tabelnya adalah 0,361 yang berarti nilai t hitung lebih besar (t hitung > t tabel). dengan
demikian demikian dapat dinyatakan bahwa hipotesis kerja (HI) yang menyatakan bahwa ada
Pengaruh Sistem Pendidikan Asrama Di Perguruan Tinggi Terhadap Pendidikan Multikultural
Pada Mahasiswa Intensif Di Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan, Diterima.
Artinya ; Nilai t hitung lebih besar dari t tabel, yang berarti : sistem pendidikan asrama (X)
berpengaruh signifikan terhadap pendidikan multikultural (Y).
Mencari nilai tabel t dengan kriteria:
Tingkat signifikansi 5%
Df = Jumlah sampel – jumlah variabel (df) n-k = 30 – 2 = 28
n = jumlah sampel
k = jumlah variabel
maka (5% : 100 = 0,05). Sehingga nilai t tabel dari 28 pada kolom 0,05 adalah sebesar
0,361.
Sekarang kita sudah dapat mengetahui nilai t tabel dari 28 (Rumus: n-k) (30-2 = 28) adalah
sebesar 0,361.
Setelah kita mengetahui nilai t tabel maka langkah selanjutnya kita bandingkan dengan nilai
t hitung hasil dari output program SPSS 24.0 adalah sebesar 4,846, (4,846 > 0,361) Karena nilai
xcvii
t hitung lebih besar dari t tabel. Maka hipotesis nihil (HO) yang menyatakan, tidak ada Pengaruh
Sistem Pendidikan Asrama Di Perguruan Tinggi Terhadap Pendidikan Multikultural Pada
Mahasiswa Intensif Di Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan,Ditolak.
Artinya: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara sistem pendidikan asrama (X) terhadap
pendidikan multikultural (Y). Dari output diatas (tabel coefficients) diketahui nilai t hitung =
0,442 dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 maka Ho Ditolak.
artinya: Ada pengaruh yang signifikan antara variabel sistem pendidikan asrama (X) terhadap
variabel pendidikan multikultural (Y).
Diketahui nilai constant-Nya (konstanta) adalah : 47.469 dan nilai pendidikan multikultural-
nya adalah 0,780. dari keterangan tersebut kita dapat memperoleh Persamaan regresi-nya
sebagai berikut:
Y = 47.469 + 0.780X
Penjelasan-nya :
a. Konstanta (a) = 47.469
Artinya: apabila sistem pendidikan asrama (X) sama dengan nol (tidak ada perubahan),
maka pendidikan multikultural pada mahasiswa program intensif di Institut Dirosat
Islamiyah Al-Amien Prenduan (Y) sebesar 47.469.
b. Koefisien regresi (b) = 0,780
Koefisien regresi positif (searah), sebesar 0,780 artinya, jika sistem pendidikan asrama
(X) meningkat sebesar 1 satuan, maka pendidikan multikultural (Y) akan meningkat sebesar
0,780. artinya; jika sistem pendidikan asrama meningkat sebesar 0,780 maka pendidikan
multikulturalnya juga akan meningkat sebesar 0,780.
xcviii
Setelah diketahui bahwa variabel sistem pendidikan asrama (X) berpengaruh terhadap
pendidikan asrama (Y), maka tahapan berikutnya adalah:
Mencari tahu seberapa besar kontribusi yang diberikan variabel sistem pendidikan asrama
(X) terhadap pendidikan multikultural (Y)
Pada Tabel Model Summary di kolom R Square disana terdapat angka 0,566 artinya bahwa
sistem pendidikan asrama memberikan kontribusi sebesar 0,566 (0,566 x 100% = 56,6%) atau
berkontribusi sebesar 56,6 % terhadap pendidikan multikultural, sedangkan sisanya sebesar
43,4% dijelaskan oleh variabel lain diluar model.
R2 (Koefisien determinasi/ R Square) ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan variabel independen (X) dalam menjelaskan secara komprehensif terhadap variabel
dependen (Y). Maka semakin besar Nilai R2 mengindikasikan semakin besar kemampuan
variabel independen (X) dalam menjelaskan variabel dependen (Y). Nilai koefisien determinasi
menunjukkan persentase nilai variabel dependen (X). Jadi semakin besar nilai R2 semakin tepat
model regresi yang dipakai sebagai alat analisis.
Dalam pengertian yang lebih sederhana, koefisien determinasi ini berfungsi sebagai nilai
yang menjelaskan seberapa besar kontribusi variabel independen (X) berpengaruh terhadap
variabel dependen (Y). Kemudian besaran nilainya dinyatakan dalam bentuk persentase (%).
Adapun untuk mengetahui sejauh mana hubungan signifikan tersebut, maka perlu di
konsultasikan dengan interpretasi nilai “r” sebagai berikut:
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 ,752a ,566 ,542 7,13453
a. Predictors: (Constant), y
xcix
Tabel 5.0
Tabel Interpretasi nilai “r” 137
Besarnya Nilai r Interpretasi
Antara 0,800 sampai dengan 1,00
Antara 0,600 sampai dengan 0,800
Antara 0,400 sampai dengan 0,600
Antara 0,200 samapai dengan 0,400
Antara 0,000 sampai dengan 0,200
Timggi
Cukup
Agak rendah
Rendah
Sanagat rendah (tak berkorelasi)
Jadi menurut tabel interpretasi nilai “r” ternyata dapat diketahui bahwa hasil r =
0,752 berada diantara 0.600 sampai dengan 0.800 yang memiliki nilai katagori Cukup.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis kerja menyatakan bahwa Sistem
Pendidikan Asrama di Perguruan Tinggi Terhadap Pendidikan Multikultural Pada Mahasiswa
Program Intensif Di Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan, termasuk katagori
Cukup.
137 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Peraktik..., h. 319.
c
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian di atas, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan
terhadap penelitian ini berdasarkan rumusan masalah yang di identifikasikan di bab I di
antaranya ialah :
1. Berdasarkan penelitian di atas Untuk mengetahui ada dan tidaknya Pengaruh Sistem
Pendidikan Asrama terhadap Pendidikan Multikultural Pada Mahasiswa Intensif maka
dapat ditunjukkan oleh t hitung sebesar 4,846 yang lebih besar dari t tabel 0,361. Ini
menunjukkan bahwa ada Pengaruh yang signifikan Sistem Pendidikan Asrama terhadap
Pendidikan Multikultural Pada Mahasiswa Intensif Di Institut Dirosat Islamiyah Al-
Amien Prenduan.
2. Berdasarkan penelitian di atas Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Sistem
Pendidikan Asrama terhadap Pendidikan Multikultural Pada Mahasiswa Intensif dapat di
tunjukkan oleh Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,566. Ini menunjukkan bahwa
Pengaruh Sistem Pendidikan Asrama terhadap Pendidikan Multikultural Pada
Mahasiswa Intensif sebesar 56,6% sedangakan sisanya sebesar 43,4% dipengaruhi oleh
faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini.
ci
B. Saran
Setelah melihat hasil penelitian ini, maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut
:
1. Bagi Lembaga Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan, disarankan agar selalu
memberikan sistem pendidikan yang terbaik kepada mahasiswa intensif dan fasilitas yang
dibutuhkan untuk belajar mahasiswa intensif sesuai dengan apa yang dibutuhkan dan selalu
menanamkan karakter yang baik di setiap Individu Mahasiswa dengan meningkatkan mutu
pendidikan.
2. Bagi Mahasiswa Intensif, hendaknya selalu meningkatkan kesadaran dan usahanya dalam
rangka meningkatkan pengetahuanya sehingga dapat memperoleh wawasan yang luas serta
bisa selalu beradaptasi dengan lingkungan yang ada, dengan saling menghargai dan
menghormati antar individu dan kelompok.
cii
DAFTAR PUSTAKA
Ainurrofiq Dawam, Pendidikan Multikultural. Mitra Fajar Indonesia, 2006.
Akademi Indonesia, Di Akses Pada 20 September 2016 Di http://www.academicindonesia.com
Al-Hikmah, Al-Quran Dan Terjemahnya, Bandung. Cv Penerbitan Diponegoro, 2014.
Alwi Hasan,Dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,2001.
Anas Salahuddin, Filsafat Pendidikan. Bandung, Cv. Pustaka Ceria, 2011.
Ardi Bhaktiar,”Dalam Boarding School Dan Peranannya Dalam Pengembangan Pendidikan Islam” Diakses Pada 10 September 2016 http://bhakti-ardi.blogspot.com
Arifin, Ilmu Perbandingan Pendidikan, Jakarta: Golden Terayon Press, 2003.
Arifin, M. Pendidikan Sebagai Suatu Sistem, Jakarta: Golden Terayon Press, 2003.
Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Peraktik.......
Asy’arie Musa. Pendidikan Multikultural Dan Konflik Bangsa Diakses Pada 28 Januari 2017 Dari http://www.kompas.com
Bahtiar Dalam Boarding School Dan Peranannya Dalam Pengembangan Pendidikan Islam Di Akses Pada 20 September 2016 Di http://bhakti-ardi.blogspot.com/
Baidhawy Zakiyuddin, Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural, Jakarta,Pt Gelora Aksara Pratama.
Boarding School Dan Perananya Dalam Pengembangan Pendidikan Islam, Diakses Pada 20/10/2016 Di http//: bhaktiandi.blogspot.co.id
Dawam Ain Al-Rofiq, Emoh Sekolah. Yogyakarta: Inspeal Ahimsa Karya Press, 2003.
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta Balai Pustaka, 1996.
Depdiknas, Diakses Pada 15 November 2016 Dari http://www.depdiknas.go.id
Derektorat Pembelajaran, Panduan-Asrama Ppg 2016 Pdf.
Fathurrahman Pupuh, Dasar Dasar Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia,2011.
Fontenoy, Unesco Guidelines On Intercultur Education, Paris, UNESCO, 2006.
Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, Jakarta:Pt Asdi Mahasatya, 2005.
H. Ihsan Fuad. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakata: Rineka Cipta. 2003.
H.A. Hasyim Dardi Dan Hartono Yudi, Pendidikan Multikultural Di Sekolah. Surakarta: Upt Penerbitan Dan Percetakan Uns, 2009
ciii
Hamalik Oemar, Manajemen Belajar Di Perguruan Tinggi, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2003.
Hasbullah. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada 2003.
Ikhsan Fuad, Dasar-Dasarkependidikan, Jakarta, Pt Rinekacipta, 2003.
Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan, “Visi & Misi” Diakses Pada 10 Mei 2016 Di http://idia.ac.id/sejarah-2/
Kartasasmita Ginandjar, Peran Pondok Pesantren Dalam Membangun Sumber Daya Manusia Indonesia Yang Berkualitas, Dalam www.ginandjar.com
Karton Kartini, Quo Vadis Tujuan Pendidikan, Bandung. Bandar Maju, 1991.
Kasiram Moh., Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif, Malang: Uin Malang Press, 2008.
Kh, Mujammi’ Abdul Musfie, Lc. (Pada 15 November 2016, Jam 18.30 Wib)
Latif Abdul, Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan. Bandung, Pt Refika Aditama, 2009.
Mahendrawati Nanih Dan Syafi’e Ahmad, Pengembangan Masyarakat Islam: Dari Ideology, Strategi Sampai Tradisi, Bandung: Remaja Rosdakarya,2001.
Mahfud Chirul, Pendidikan Multicultural. Yogyakarta, Pustaka Belajar, 2008.
Mahfud Choirul, Pendidikan Multicultural, Celelban Timur Uh Iii/548 Yogyakarta, 2008.
Mahfud Choirul, Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Maksum Ali, Pluralisme Dan Multikulturalisme;Paradigma Baru Pendidikan Islam Di Indonesia, Malang, Aditya Media Publishing,2011
Margono S. Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Metode Penelitian Diakses Pada 11/11/2016 Dari A-Research.Upi.Edu.Pdf Menurut, Hadi, Dalam Rizam Yudinar (2000: 90)
Minan Unsy, Kualitas Belajar Siswa Dalam System Boarding School Smp Islam Raden Paku Blotongan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2012, (Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga).
Muksin, Cara Mengatasi Konflik Di Perguruan Tinggi Pesantren, 2015.
Muzakkil Ahmad Anam, Tesis Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Multikultural Di Perguruan Tinggi. Studi Kasus Di Universitas Islam Malang, Pdf.
civ
Mwonga Caroline, Boarding Accomodation A Design Guide, London, The Stationery Office,1996
Notoatmojo Soekidjo, Pendidikan Dan Prilaku Kesehatan, Jakarta, Rineka Cipta,2003.
Panduan-Asrama-Ppg-Unsyiah_Opt.Pdf Diakses Pada 20/10/2016 Di http://ppg.fkip.unsyiah.ac.id
Pendidikan Multikultural Dalam Islam Di Akses Pada 27 Januari 2017 Dari http://ranahpai.blogspot.nl.
Peranan Sekolah Berasrama, Di Akses Pada 20/10/2016 Di http://www.masdayat.web.id
Pesantren Modern Dan Pendidikan Multikulturalisme Di Akses Pada 28 Januari 2017 Dari https://vivixtopz.wordpress.com
Purwanto Heri, Pengantar Prilakumanusia Untuk Perawatan, Jakarta,Egc,1998.
Rohman Arif, Pendidikan Komparatif, Yogyakarta: Laksbang Grafika, 2010.
Rusli Muhammad, Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif Sumenep: Lp3m Paramadani,2013.
Salmiwati, Urgensi Pendidikan Agama Islam Dalam Mengembangkan Nilai-Nilai Multikultural, Jurnal Al-Ta’lim Vol.20, No.1, 2013.
Sekolah Berasrama Tiru Sistem Pesantren Diakses Pada 08/02/2017, Dari http://www.man3malang.com/Sekolah-Berasrama-Tiru-Sistem-Pesantren/
Sistem Pendidikan Berasrama Di Akses Pada 26 Januari 2017 Dari http://blasmkm.com
Soyomukti Nurani, Pendidikan Berperspektif Globalisasi, Jogjakarta, Ar-Ruzz Media,2008
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2013.
Suprayoga Imam, Pendidikan Tinggi Asrama, Diakses Pada 13 November 2016 Di http://uin-malang.ac.id
Suprayogo Imam, Universitas Islam Unggulan. Uin- Malang Press,2009
Sutrisno, Problem Dan Solusi Endidikan Asrama, Diakses Pada 20/10/2016 Di http//:sutris02.wordpress.com
Ummi Kholidah, Pendidikan Karakter Dalam System Boarding School Di Man Wonosari Gunung Kidul Yogyakarta , (Skripsi Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam Dan Keguruan Uin Sunan Kali Jaga Yogyakarta,2011.
cv
ANGKET PENELITIAN
1. Identitas Responden
Nama : .........................................
Semester : .........................................
Asal : .........................................
2. Petunjuk
a. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai dengan pendapat anda.
b. Setiap satu pertanyaan dijawab satu jawaban.
c. Jawaban yang benar dan jujur sangat diharapkan.
3. Materi Angket Variabel X (sistem pendidikan asrama)
1. KH. Mujammi’ merupakan panutan yang diteladani bagi mahasiswa intensif ?
a. STS b. TS c. TT d. S e. SS
2. Para mualim merupakan teladan bagi para a’dhoknya?
a. STS b. TS c. TT d. S e. SS
3. Saya selalu berlatih untuk bisa mentaati aturan yang di terapkan di lingkungan asrama ?
a. STS b. TS c. TT d. S e. SS
4. Saya selalu membiasakan untuk sholat lima waktu berjamaah ?
a. STS b. TS c. TT d. S e. SS
5. Saya selalu mengambil hikmah dari setiap kegiatan yang berlangsung di asrama ?
a. STS b. TS c. TT d. S e. SS
6. Saya selalu mengambil pelajaran dari materi yang diberikan oleh para Kyai?
a. STS b. TS c. TT d. S e. SS
7. Saya bisa menerima teguran dari orang lain demi kebaikan saya ?
a. STS b. TS c. TT d. S e. SS
cvi
8. Saya selalu menerima nasehat dari para Kyai untuk menjadi lebih baik dalam menjalani
hidup?
a. STS b. TS c. TT d. S e. SS
9. Saya selalu berusaha tidak telat pergi kekampus ?
a. STS b. TS c. TT d. S e. SS
10. Saya berusaha mengerjakan pekerjaan saya sendiri ?
a. STS b. TS c. TT d. S e. SS
11. Saya selalu pergi kemushola sebelum disuruh oleh muallim untuk ke mushola ?
a. STS b. TS c. TT d. S e. SS
12. Saya berusaha tidak meminta bantuan orang lain dalam melakukan pekerjaan saya ?
a. STS b. TS c. TT d. S e. SS
13. Saya selalu akrab dengan teman-teman di asrama ?
a. STS b. TS c. TT d. S e. SS
14. Saya selalu gotong rotong dalam mengerjakan pekerjaan ?
a. STS b. TS c. TT d. S e. SS
15. KH.Mujammi’ tidak selalu menjadi panutan yang diteladani di intensif ?
a. STS b. TS c. TT d. S e. SS
16. Tidak semua muallim bisa menjadi teladan bagi a’dhoknya?
a. STS b. TS c. TT d. S e. SS
17. Saya tidak pernah melatih diri saya untuk taat aturan yang diterapkan di lingkngan
asrama ?
a. STS b. TS c. TT d. S e. SS
18. Saya jarang mengikuti kegiatan ya ada di asrama?
a. STS b. TS c. TT d. S e. SS
19. Saya jarang mengambil hikmah dari peristiwa kejadian orang lain untuk hidup saya ?
cvii
a. STS b. TS c. TT d. S e. SS
20. Saya tidak bisa mengambil pelajaran dari setiap kegiatan yang saya ikuti?
a. STS b. TS c. TT d. S e. SS
21. Saya tidak terbiasa di nasehati oleh orang lain untuk kebaikan saya ?
a. STS b. TS c. TT d. S e. SS
22. Saya jarang menerima teguran dari kyai?
a. STS b. TS c. TT d. S e. SS
23. Saya selalu telat pergi kekampus ?
a. STS b. TS c. TT d. S e. SS
24. Saya sering meminta bantuan orang lain dalam menyelesaikan tugas ?
a. STS b. TS c. TT d. S e. SS
25. Saya sering telat untuk sholat berjamaah lima waktu di mushola ?
a. STS b. TS c. TT d. S e. SS
26. Saya tidak pernah menyelesaikan pekerjaan saya sendiri?
a. STS b. TS c. TT d. S e. SS
27. Saya selalu menolak ajakan teman saya dalam melakukan kebaikan ?
a. STS b. TS c. TT d. S e. SS
28. Saya jarang mengikuti gotong royong bersih-bersih di lingkungan asrama ?
a. STS b. TS c. TT d. S e. SS
4. Materi Angket Variabel Y (Pendidikan multikultural)
1. Saya selalu bisa menerima pemikiran orang lain meski berbeda dengan pemikiran saya ?
a. STS b. TS c. TT d. S e. SS
2. Saya selalu menghormati orang yang lebih senior dari pada saya ?
a. STS b. TS c. TT d. S e. SS
3. Saya bisa beradaptasi dengan orang yang berbeda daerah di asrama ?
cviii
a. STS b. TS c. TT d. S e. SS
4. Saya selalu bersedia menerima hukuman jika saya salah ?
a. STS b. TS c. TT d. S e. SS
5. Saya selalu mengikuti kegiatan yang berlangsung di lingkungan asrama ?
a. STS b. TS c. TT d. S e. SS
6. Saya mendapat fasilitas yang sama dengan yang lain di asrama ?
a. STS b. TS c. TT d. S e. SS
7. Saya mendapat hukuman yang sama seperti yang lainnya apabila saya melanggar ?
a. STS b. TS c. TT d. S e. SS
8. Saya mendapat jam belajar yang sama dengan teman-teman?
a. STS b. TS c. TT d. S e. SS
9. Saya selalu mengikuti kegiatan yang berlangsung di asrama dengan teman-teman ?
a. STS b. TS c. TT d. S e. SS
10. Saya mendapatkan tugas yang sama dengan teman-teman?
a. STS b. TS c. TT d. S e. SS
11. Saya tidak bisa menerima pemikiran orang lain yang berbeda pemikiran saya ?
a. STS b. TS c. TT d. S e. SS
12. Saya tidak pernah menghormati orang yang lebih senior dari pada saya ?
a. STS b. TS c. TT d. S e. SS
13. Saya tidak bisa beradaptasi dengan orang yang berbeda daerah dari saya ?
a. STS b. TS c. TT d. S e. SS
14. Saya tidak bersedia menerima hukuman jika saya bersalah ?
a. STS b. TS c. TT d. S e. SS
15. Saya jarang mengikuti kegiatan yang berlangsung di asrama ?
a. STS b. TS c. TT d. S e. SS
cix
16. Saya tidak mendapat fasilitas yang sama dengan yang lain di asrama ?
a. STS b. TS c. TT d. S e. SS
17. Saya selalu mendapat hukuman yang berbeda dengan yang lain di asrama ?
a. STS b. TS c. TT d. S e. SS
18. Saya tidak pernah mendapat jam untuk belajar dengan teman-teman?
a. STS b. TS c. TT d. S e. SS
19. Saya jarang mengikuti kegiatan yang berlangsung dengan teman-teman yang lain ?
a. STS b. TS c. TT d. S e. SS
20. Saya selalu mendapatkan tugas yang lebih sulit dari teman-teman yang lainnya?
a. STS b. TS c. TT d. S e. SS
KETERANGAN :
STS : Sangat Tidak Setuju S : Setuju
TS : Tidak Setuju SS : Sangat Setuju
TT : Tidak Tahu
cx
Lampiran II
PEDOMAN DOKUMENTASI
PENGARUH SISTEM PENDIDIKAN ASRAMA DI PERGURUAN TINGGI TERHADAP PENDIDIKAN
MULTIKULTURAL PADA MAHASISWA PROGRAM INTENSIF
INSTITUT DIROSAT ISLAMIYAH AL-AMIEN PRENDUAN
NO Variabel Indikator Data Yang Ingin Di
Peroleh
Data Yang Di
Peroleh
01 Variabel X
h. Keteladanan
i. Latihan dan
pembiasaan
j. Ibrah
k. Pendidikan
melalui
nasehat
l. Kedisiplinan
m. Kemandirian
n. Persaudaraan dan
Persatuan
Profil kampus Institut
Dirosat Islamiyah Al-
Amien
Profil kampus
Institut Dirosat
Islamiyah Al-Amien
Terlampirkan
02 Variable Y
e. Toleransi
f. Demokrasi/Kebebasan
g. Kesamaan/Kesetaraan
h. Keadilan
Data Mahasiswa Data Mahasiswa
Terlampirkan
cxi
Lampiran III
Data Mahasiswa Intensif
No Nama mahasiswa Semester Alamat 1 Saiful effendi II Sampang 2 Muzakir II Palangkaraya 3 Marsudi II Ketapang 4 Hasan II Samarinda 5 Husen II Samarinda 6 Ahmad fadilah II Samarinda 7 Hasanudin II Flores 8 Hisyamudin II Ketapang 9 Ilhamsyah II Ketapang 10 Taqiyuddin II Bogor 11 Ahmad Thohir II Ketapang 12 Hendro II Ketapang 13 Noorjaya yusup II Flores 14 Abror II Pamekasan 15 Abdul wahid II Palangkaraya 16 Rahmad hidayat II Probolinggo 17 Ato’ullah II Ketapang 18 Agus wahyudi II Palembang 19 Abdul karim II Kal-Bar 20 Ahmad junaidi. K II Jember 21 Junaidi II Indramayu 22 Firman hadidi II Jember 23 Syaiful rizal II Sumenep 24 Suhaimen sulaiman II Flores 25 Rajab II Sukabumi 26 Dipo septi .R II Bangkalan 27 Joko sumarno II Palembang 28 Syaiful hakim II Sukabumi
29 David Ardi kusuma IV Palembang 30 Muhammad Husin IV Kalimantan Tengah 31 Zulkarnain IV Surabaya 32 Moh Khairul Umam IV Sumenep 33 Adi IV Sumenep 34 Safri IV Jambi 35 Zainnullah IV Kalimantan Tengah 36 ABD Halim IV Sumenep 37 Ramadhan IV Kalimantan 38 Sayadi IV Sampang 39 Yudha Kusuma IV Kalimantang Tengah 40 M. Ibnu Dinar IV Riau 41 Fery IV Garit 42 Zainul Arifin IV Surabaya
cxii
43 Muamar IV Kalimantan Barat 44 Misdar IV Bangkalan 45 Supriyadi IV Sampang
46 Muhammad David VI Pelembang 47 Rahmad Ramdan VI Sampang 48 Slamet Riyadi VI Jember 49 Robert Aji S VI Palembang 50 Ahmad Fauzi VI Kalimantan 51 Nasmir VI Lampung Barat 52 Ahamad Ma’ruf VI Serang-Banten 53 Teguh Purnomo Putra VI Sumenep 54 Mahfudz Fauzi VI Bekasi 55 Haigal Ameer VI Banyuwangi 56 Sutri Yono VI Palembang 57 Achmad Zulkornain VI Banjar Masin 58 Muhammad Muhaidin VI Kalimantang Tengah 59 Ade Alan Maulana VI Cirebon 60 Achmad Taufiq VI Lombok 61 Abdul Wahid VI Lumajang 62 Joni Iskandar VI Kalimantan tengah 63 Moh Sa’id VI Sapeken 64 M Budiman Saputra VI Palembang 65 A Taufiqur Rohman VI Pelembang 66 Imam Turmidi VI Jember 67 Nurhadi Irawan VI Bangkalan 68 Ma’ud VI Sampang 69 M Ali Bagas VI Lombok tengah
70 Neci Calter VIII Palembang 71 Abd Khaliq VIII Sampang 72 Ardi Binurillah VIII Sapeken 73 Moh Ulil Abshar VIII Nganjuk 74 Rian Nopri VIII Pelembang 75 Ahmad Vanhas Al-Mahdi VIII Surabaya 76 M. Fathul Huda A VIII Cirebon 77 Muhammad Khoirul Basyar VIII Riau 78 Lalu Ediyanto VIII Lombok Utara 79 Zainullah VIII Sapeken 80 Badrul Munir VIII Palembang 81 Kholilurrahman VIII Sampang 82 Muallim VIII Sampang 83 Darma Wirawan VIII Sapeken 84 Edi Sutarto VIII Riau 85 M Ali Yunus VIII Lombok 86 Ambo Saka VIII Sulawesi 87 Fakrul Ajma’in VIII NTT 88 Ahmad Syahri Kamil VIII Palembang
cxiii
89 Amri Yusro VIII Sumenep
cxiv
Lampiran III
DAFTAR NAMA RESPONDEN
No Nama Responden Semester Alamat 1 M. muzakir II Kalimantan Tengah 2 Hasanudin II Flores 3 Husin II Kalimantan Timur 4 Ahmad Fadhilah II Kalimantan Timur 5 Hasan II Kalimantan Timur 6 Noorjaya Yusup II Flores 7 Rahmat Hidayat II Probolinggo 8 Abdul Wahid II Kalimantan Tengah 9 M. Taqiyuddin II Bogor 10 Firman hadidi II Jember
11 A taufiqurrahman VI Palembang 12 Mahfudz Fauzi VI Bekasi 13 Ahmad ma’ruf VI Banten 14 Moch Muhaidin VI Kalimantan Tengah 15 Nasmir VI Palembang 16 Robert Aji Saputra VI Palembang 17 Mohammad david VI Palembang 18 Ahmad Fauzi VI Kalimantan Barat 19 Munir VI Palembang 20 Joni Iskandar VI Kalimantan Tengah
21 Muhammad Husin IV Kalimantan Tengah 22 Yudha Kusuma IV Kalimantan Tengah 23 David Ardi Kusuma IV Palembang 24 Safri IV Jambi 25 Feri Hidayat IV Garut 26 Ahmad Zulkarnain Siregar IV Medan 27 Ramadhan IV Kalimantan tengah 28 Misdar IV Bangkalan 29 Sayadi IV Sampang 30 Zainul Arifin IV Surabaya
cxv
No Skor angket variabel X favoriable
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 01 5 4 5 5 5 5 3 5 4 5 5 5 4 5 02 5 4 4 4 5 4 4 5 4 2 4 4 5 5
03 5 3 4 5 3 4 4 4 5 4 5 4 3 4 04 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 05 5 3 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 06 4 3 5 5 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 07 5 5 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 5 5 08 4 2 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 5 5 09 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 10 5 4 4 5 4 5 4 5 4 4 4 2 5 4 11 5 4 5 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 12 5 4 4 5 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 13 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 14 5 5 4 5 4 4 4 4 4 5 4 2 5 4 15 4 4 3 3 5 4 2 4 5 5 4 5 3 3 16 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 17 5 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 1 2 18 5 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 2 4 4 19 4 4 4 4 5 5 5 5 2 4 5 2 4 2 20 5 4 4 5 5 5 4 5 4 4 4 4 5 5 21 5 4 4 5 5 4 5 4 4 4 3 3 5 4 22 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 3 5 4 23 5 1 5 5 5 5 5 5 5 2 5 2 5 5 24 5 1 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 5 25 5 2 4 5 5 5 5 4 2 4 2 3 5 5 26 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 3 4 3 27 4 3 5 5 5 5 4 5 4 3 4 4 5 4 28 4 4 5 4 5 4 5 4 3 5 4 3 4 3 29 5 4 4 4 4 4 5 5 4 4 3 4 4 4 30 5 5 4 4 5 4 4 5 4 3 3 4 5 4
cxvi
No Skor Angket Variabel X Unfavoriable jumlah 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
01 4 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 02 3 4 4 5 4 4 4 5 2 1 5 3 4 4 03 4 1 5 5 4 4 4 2 5 4 5 5 5 5 04 3 2 5 5 5 5 5 2 5 4 5 5 5 5 05 4 1 4 4 4 4 4 2 4 2 4 2 4 4 06 4 1 4 4 4 4 2 2 5 5 5 5 5 5 07 5 5 5 4 5 5 4 4 5 3 4 5 3 3 08 4 1 4 4 4 4 4 1 4 2 4 4 4 4 09 5 2 5 4 5 5 5 1 4 5 4 5 5 5 10 5 2 4 5 4 5 4 2 4 2 4 5 4 5 11 5 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 12 4 2 4 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 13 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 14 4 2 2 3 2 2 4 1 2 2 2 2 3 2 15 4 1 4 4 5 3 4 5 4 4 1 4 5 5 16 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 5 4 4 17 5 1 4 5 5 5 5 2 5 5 4 2 2 2 18 5 2 4 2 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 19 4 2 2 3 2 3 2 4 2 2 2 2 2 2 20 5 4 4 4 5 4 4 2 4 5 4 5 4 5 21 5 3 4 4 4 4 4 2 3 3 4 4 4 4 22 5 4 3 4 4 3 3 2 3 2 4 3 5 4 23 5 1 4 5 5 5 5 5 4 1 4 4 4 4 24 4 1 4 2 4 4 3 2 3 2 4 4 4 4 25 4 2 3 4 4 3 3 2 3 2 4 3 4 1 26 3 1 4 4 4 3 4 2 3 3 3 4 3 3 27 2 1 4 4 5 4 5 2 4 4 5 4 4 4 28 3 4 2 3 4 4 5 3 4 2 2 4 3 4 29 4 2 3 3 3 2 3 2 3 3 5 2 3 3 30 5 2 4 4 4 4 5 5 4 4 3 3 4 4
cxvii
No resp
Skor angket variabel Y favoriable Skor angket variabel Y Unfavoriable Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
01 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 74
02 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 3 2 2 4 4 4 81
03 3 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 93
04 3 5 4 4 5 4 4 4 5 4 3 5 5 5 5 5 5 4 5 4 88
05 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 85
06 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 94
07 3 4 4 5 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 5 5 4 79
08 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 89
09 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 96
10 5 4 4 5 4 4 5 5 5 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 5 88
11 2 4 4 4 4 4 4 4 2 2 2 4 4 4 3 4 4 4 4 4 71
12 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 78
13 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 79
14 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 2 4 4 2 2 4 72
15 5 4 4 4 2 1 4 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 4 5 4 85
16 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 75
17 5 1 5 5 4 5 5 5 5 4 5 1 2 5 5 4 4 4 4 2 80
18 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 2 4 4 4 76
19 4 4 4 4 2 4 4 2 3 4 2 2 1 2 2 4 3 3 3 4 61
20 4 5 4 5 5 4 5 5 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4 5 4 89
21 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 79
22 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 5 4 3 4 3 3 3 76
23 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 90
24 5 5 5 5 5 5 2 2 5 2 1 4 1 1 4 4 4 4 4 4 72
25 5 5 5 5 5 4 5 5 5 3 3 3 4 4 4 1 2 3 1 2 74
26 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 77
27 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 78
28 4 3 2 4 1 3 2 2 1 3 2 4 5 3 5 3 5 2 4 2 60
29 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 2 67
30 4 5 4 4 4 5 5 4 5 4 4 5 4 4 5 4 4 3 4 5 86
cxviii
Lampiran
JADWAL PENELITIAN
No Aktivasi Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar
1 Konsultasi judul
2 Konsultasi latar belakang
3 Revisi latar belakang
4 Konsultasi kajian pustaka
5 Konsultasimetode penelitian
6 ACC pembimbing I
7 ACC pembimbing II
8 Seminar proposal
9 Angket ACC
10 Pelaksanaan penelitian
11 Pengolahan data analisis
12 Penyusunan laporan
13 Skripsi ACC
14 Munaqosah skripsi
THE INFLUENCE OF THEMULTICULTURAL EDUCATION AGAINS
FOR STUDENT INTENSIVE PROGRAMIN THE AL-AMIEN PRENDUAN INSTITUTE FO
NIMKO:
AL-AMIEN PRENDUAN INSTITUTE FOR ISLAMIC STUDIES
cxix
THE INFLUENCE OF THE EDUCATIONAL SYSTEM IN COLLEGE DORM MULTICULTURAL EDUCATION AGAINS
FOR STUDENT INTENSIVE PROGRAMAMIEN PRENDUAN INSTITUTE FOR ISLAMIC STUDIES
MINI THESIS
By:
MOH ULIL ABSHOR NIMKO: 2013.4.037.0101.1.001804
AMIEN PRENDUAN INSTITUTE FOR ISLAMIC STUDIESSUMENEP MADURA
EAST JAVA 2017
SYSTEM IN COLLEGE DORM MULTICULTURAL EDUCATION AGAINST
FOR STUDENT INTENSIVE PROGRAM R ISLAMIC STUDIES
AMIEN PRENDUAN INSTITUTE FOR ISLAMIC STUDIES
THE INFLUENCE OF THEMULTICULTURAL EDUCATION AGAINS
FOR STUDENT INTENSIVE PROGRAMIN THE AL-AMIEN PRENDUAN INSTITUTE FO
Submited As a Part Of Requirements To Obtain Scholar Degree (S
In The Islamic Education Of Tarbiyah Faculty
Al-Amien Prenduan Institute For Islamic Studies Sumenep Mad
NIMKO:
AL-AMIEN PRENDUAN INSTITUTE FOR ISLAMIC STUDIES
cxx
THE INFLUENCE OF THE EDUCATIONAL SYSTEM IN COLLEGE DORM MULTICULTURAL EDUCATION AGAINS
FOR STUDENT INTENSIVE PROGRAMAMIEN PRENDUAN INSTITUTE FOR ISLAMIC STUDIES
Submited As a Part Of Requirements To Obtain Scholar Degree (S
In The Islamic Education Of Tarbiyah Faculty
Amien Prenduan Institute For Islamic Studies Sumenep Mad
MINI THESIS
By:
MOH ULIL ABSHOR NIMKO: 2013.4.037.0101.1.001804
AMIEN PRENDUAN INSTITUTE FOR ISLAMIC STUDIESSUMENEP MADURA
EAST JAVA 2017
SYSTEM IN COLLEGE DORM MULTICULTURAL EDUCATION AGAINST
FOR STUDENT INTENSIVE PROGRAM R ISLAMIC STUDIES
Submited As a Part Of Requirements To Obtain Scholar Degree (S-1)
In The Islamic Education Of Tarbiyah Faculty
Amien Prenduan Institute For Islamic Studies Sumenep Madura
AMIEN PRENDUAN INSTITUTE FOR ISLAMIC STUDIES
cxxi
cxxii
DEDICATION
This mini thesis is dedicated To:
My Father Muchlas and My Mother Siti Muchlisah
The Leader of Al-Amien Prenduan Islamic Boarding School KH. Dr. Ahmad
Muhammad Tidjani, MA.
The Rector of Al-Amien Prenduan Institute for Islamic Studies KH. Dr. Ghozi
Mubarok, MA
All My Teacher’s and Family
All My Friends
cxxiii
MOTTO
Started with confidence
Running with full sincerity
Finish with full of happiness
cxxiv
PREFACE
All praises and thanks are extended to the presence to the Gods I swt, the most
benevolent most merciful who always provide guidance for anyone who desired and provide
ease after difficultly.
Blessing and greeting still gushing bestowed upon our master the prophet Muhammad
SAW which has brought us from the time of ignorance towards are filled with knowledge the
can distinguish good and bad things.
Upon completion of this many thesis writter’s of course, after passing through various
experiences complicated and various other constraint’s, all this of course is still in need of
improvement in many ways. Great expectations, hopefully this simple research became an
immortal work of sincere writer, so as to bring benefit all readers, especially personal author.
The author would like to thanks you for all the help, guidance, advice, criticism, prayer
and motivation to our respected.
1. KH. Dr. Ahmad Muhammad Tidjani, MA, as a leader and care Boarding School
Al-Amien Prenduan.
2. Rector Al-Amien Prenduan Institute for Islamic Studies KH. Dr. Ghozi
Mubarok, MA, along with the lecturers who have been educating.
3. Father and Mother, Family who do not cease to pray and give encouragement to
authors.
4. Dr. Mashuri Toha, M.Pd as first counselor, and Moh.Maqbul Mawardi, S.Psi,
M.PSDM. as second counselor who has to take time to guide and direct the
author.
5. Academics and responsible niha’ie IDIA Prenduan, Ust. Lukman Nur hakim,
S.Kom.I which has given impetus and motivation, and ease that this thesis can
be resolved.
6. The Teachers who have to educate me since childhood, that you for the services
you’ve given to the author until this moment, only God that should give
rewarded on your good deeds.
7. All the gardens of friends, corps LEATHER DE EKZAZ which has provided
assistance to the author in completing this thesis.
cxxv
8. All those who have helped and supported the author in completing this work,
which author may not mention one by one.
Finally, that author pray, hopefully they all good a reply that deserves reward from
Allah SWT, for his services to the constituent. Furthermore, criticism and constructive
suggestions for the perfection constantly authors expect this work, thanks you and we
apologize for any shortcomings.
Sumenep, 14 february 2017
Author
Moh Ulil Abshor
cxxvi
ABSTRACT
Moh Ulil Abshor, 2017 : The Influence Of The Educational System In College Dorm
Multicultural Education Against For Student Intensive Program In
Al-Amien Prenduan Institute For Islamic Studies, The Thesis For
Islamic Religious Education, Tarbiyah Faculty of Al-Amien
Prenduan Institute For Islamic Studies .
Supervisor I : Dr. Mashuri Toha, M.Pd
Supervisor II : Moh Maqbul Mawardi, S. Psi,M,PSDM
Keywords : College Education. Multicultural Education
Indonesia is a nation with a high level of diversity, lately Indonesia faced with several
conflicts against the background of a difference, be it differences in religion, race, ethnicity and
culture. In this case, education considered to have failed in performing one role, namely to
realize a society that can create harmony and peace in life tolerance, democracy, equality, and
justice. Therefore the boarding school system very well be a factor in the cultivation of character
in each individual life social skills, self-reliance, discipline, brotherhood and unity. Boarding
school is very positive in tackling the negative effects of cultural diversity that lives in the midst
of society, including in universities. In Al-Amien Prenduan Institute For Islamic Studies are
institutions that use the boarding school system for students coming from corner archipelago,
each individual has a variety of different cultures living in a dorm.
The approach used by the researchers in this study is quantitative data collection
techniques using questionnaires and documentation. The subjects were all students of Intensive
program In Al-Amien Prenduan Institute For Islamic Studies. Data analysis technique used is
data collection, data presentation, test instrument, validity and reliability, and ends with a
conclusion.
This research includes studies correlations using simple random sampling technique
type, the number of respondenya 30 people. While data collection techniques using koeseoner or
questionnaire as the principal method and dokementasi as a method of support.
From the results of data analysis using simple linear regression with SPSS 24.0 was
obtained figures count r 0, 752. After consultation with r table at N = 30, with a level of 5%
confidence interval = 0.361. The conclusion was that the education system in college dorms to
Multicultural Education Against For Student Intensive Program In Al-Amien Prenduan Institute
For Islamic Studies categorized significant influence. Multicultural Education Against For
Student Intensive Program In Al-Amien Prenduan Institute For Islamic Studies
cxxvii
TABLE OF CONTENT
Consultation note …………………………………………………………………………...ii
Dedication …………………………………………………………………………………..iii
Motto ……………………………………………………………………………………......iv
Preface ……………………………………………………………………………………....v
Abstraction ………………………………………………………………………………....vii
Chapter I: Introduction
A. Research Contest.…………………...……………………………………………….. 1
B. Research Focus....……………………………………………………………………. 2
C. Research Purposes....………..........………………………………………………….. 3
D. Usability Research..........…………………………………………………………….. 3
Chapter II: Research Report
Chapter III: Closing
cxxviii
THE INTRODUCTION
A. BACKGROUND
Several years ago, the government through the Department of Education never voiced
the importance of education to the dormitory system. The importance of educational system
hostel voiced by the Department of Educational after realizing that the quality our education,
especially the percentage of completion of our schools is declining compared to the quality of
educational and the percentage of developed countries more.
Comparison of the quality and the percentage of graduation students / students Indonesia
with countries that have shown that the acquisition of the quality and the percentage of students
passing us very far below other developed countries. Adult education is the application of the
system of boarding has begun at a particular school dormitory whereas the educational system
has long existed in This Indonesian invaders since the time that is known by islamic Boarding
School. Surely dorm education system has the advantage over the other education, because
educational systems hostel imparting education and fostering moral, social, and self-reliance,
because the boarder directly learners by teachers, professional and under the supervision of a
full 24 hours.
Similarly positive things from boarding the education system. Certainfirst of all is how
we are able to create a model of coaching and persekolah boarding with the ideals that we have
reconstructed earlier. The creation of a school with hostel culture of cost, time and great energy.
But the results will be visible will be great too. Hostelnot only a place of education and training,
but also a database identification of the pupils through efforts to improve the ability and self-
integration high in terms of emotional, intellectual, spiritual, character, independence and
demeanorattitudes necessary for the qualities or values that we pursue in such education.
cxxix
In essence the boarder is a unified whole that may differ with each other, because each
individual has characteristics of each, by looking at the background of each individual certainly
come from various regions in the archipelago with the diversity of race, ethnicity, and culture.
Characteristics are the attributes that need to be investigated with regard to the
particularities that distinguish one person with another person, the education multicultural
usually characterized destination formed man of culture and create a cultured human.
It temporarily the multicultural education understood as education people of It
temporarily the multicultural education understood as education people of Colour. Which means
that education is in it has a wide range Colour. Which means that education is in it has a wide
range human or an education that is directed to look at human diversity either individually or as
social beings, of such understanding is found that multicultural education is education relating to
diversity humans, so education that puts human diversity is at the core of multicultural
education. Multicultural education as education about cultural diversity and want to explore the
differences is a necessity grace of god.
B. FORMULATION OF THE PROBLEM
Based on the background of the problems as described above, then This research
problems can be identified as follows:
1. Is there any influence of the education system in college dorms to multicultural
education students in the intensive program at the Al-Amien Prenduan Institute For
Islamic Studies?
2. How much influence the educational system in college dorms to multicultural education
students in the intensive program at the Al-Amien Prenduan Institute For Islamic
Studies?
cxxx
C. REASON FOR SELECTION OF TITLE
Having noted that the authors describe the background, there are some grounds on which
the author chose the title "The Effect of Educational System Against hostel Multicultural
Educational in Student Intensive Program In Al-Amien Prenduan Institute For Islamic Studies
"These reasons are as follows:
1. Boarding school system is a system that is being developed today in the world of
education not only in Indonesia but also in other countries.
2. This system has a well-planned education management believed capable print quality
seeds.
3. Many schools that have not properly manage its educational system so that the outputs
produced less have a proud achievement and many conflicts between individuals or
groups.
D. RESEARCH METHODS
To measure these variables and the level of influence the relationship between variable
with each other, in this study the researchers used type of quantitative research. The population
used in this study were all student intensive program by using retrieval techniques sample in
student intensive program by using retrieval techniques sample in student intensive program by
using retrieval techniques sample in stratified random through questionnaire method and
documentation on student intensive second half, IV, and VI At the Al-Amien Prenduan Institute
For Islamic Studies. Object studied the educational system at the dormitory to multicultural
education Student intensive program. There are two types of data in this study, which the first is
primary data obtained through a questionnaire distributed to the second semester students of the
intensive program, IV, and VI At the Al-Amien Prenduan Institute For Islamic Studies. While
secondary data obtained by quoting from the data sourcestudy sites to complete the primary
cxxxi
data. Based on the data collected then the existing research is a quantitative research. After all
the data collected then the next step is to analyze the data with enumeration or statistical test.
This study is quantitative research because the data type is ordinal.
cxxxii
THE DISCUSSION.
Based on research done on the effect of educational systems hostel is there any influence
on the educational system in the dorm to multicultural education Student intensive program, and
how much influence the education system to the hostel multicultural education in student
intensive program, then used a linear regression simple and using SPSS 24.0 for Windows.
conducted on 30 respondents. Results from these studies that the influence of the boarding
school system multicultural education by 56.6% while the rest influenced by other factors.
In addition, researchers also conducted research on the presence and absence influences
dorm education systems to multicultural education. From the output value of f count =23.488
with a significance level <probability (0.000 <0.05) that significant value smaller than the
probability of HO Denied, while significant test with test of t known from output coefficients of
4.846 and t table value of 0.361, which means t known from output coefficients of 4.846 and t
table value of 0.361, which means t known from output coefficients of 4.846 and t table value of
0.361, which means t count is greater than t table (t> t table), the HI working hypothesis is
stated BE ACCEPTED.
The calculation is based on research about the presence and absence Influence
Educational System Boarding Against Multicultural Education in Student Intensive Program at
the Al-Amien Prenduan Institute For Islamic Studies.
Of all the researches that here been done from various categories, then can be concluded
with the interpretation of the value of "r", the table models summary results value "r" of 0.752 is
between 0,600 up to 0,800 which has a value Quite category.
. Table Interpretation value "r"
cxxxiii
The amount of value r Interpretation
Between 0,800 up to 1.00
Between 0,600 up to 0,800
Between 0,400 up to 0,600
Between 0.200 samapai with 0,400
Between 0.000 up to 0.200
High
Enough
rather low
Low
Very low (not correlated)
And through this research, it will prove there any relationship significant between the
education system at the dormitory to multicultural education Student intensive program. Then
adjustments ranking for eacheach variable. After ranking tailored known, then finding the
differencebetween independent variables and the dependent variable. From the results of
calculationsusing SPSS version 24 obtained correlation coefficient of: 0,000. Relationship
between education system variables hostel (X) with multicultural education variable (Y) has a
significant connection.
cxxxiv
CLOSING
Based on the data processing and statistical tests that have been done, it can be with
drawn conclusion that through a statistical test the influence of the education system to the
hostel multicultural education in an intensive program student relationships significant. Thus it
can be concluded that end: " There was a significant correlation between the educational system
to education dormitory " There was a significant correlation between the educational system to
education dormitory multicultural student intensive program. With so hypothesis proved ". By
multicultural student intensive program. With so hypothesis proved ". By multicultural student
intensive program. With so hypothesis proved ". By There fore it can be concluded that the
activity of the respondent in the education system dorm effect on multicultural education in
students an intensive program at the Al-Amien Prenduan Institute For Islamic Studies.
cxxxv
�ثير �ثير منهج تعليم المسكن في تربية تعدد الثقافات لطلاب البر�مج المكثف
.بجامعة الأمين الإسلامية برندوان سومنب
سومنب مادورا
2017-2016:للعام الجامعي
البحث العلمي
:بقلم
بصارالأ ولىأ محمد
2013.4.037.0101.1.001804: رقم دفتر القيد
كلية التربيه من قسم التربية الإسلامية
امعة الأمين الإسلامية برندوان سومنب مادورابج
2017- 2016:للعام الجامعي
cxxxvi
بجامعة الأمين �ثير منهج تعليم المسكن في تربية تعدد الثقافات لطلاب البر�مج المكثف
الإسلامية برندوان سومنب مادورا
2017-2016:للعام الجامعي
البحث العلمي
:بقلم
بصارالأ ولىأ محمد
2013.4.037.0101.1.001804: رقم دفتر القيد
كلية التربيه من قسم التربية الإسلامية
مية برندوان سومنب مادورابجامعة الأمين الإسلا
م 2017-2016:للعام الجامعي
cxxxvii
cxxxviii
الشعار
بدأت مع الثقة
عمل مع الإخلاص الكاملا
�لسعادة مع الانتهاء مليئا
cxxxix
الأهداف
:أهدى هذا البحث العلمي إلى
ةأبي محلص وأمي ستى محلىص .1
جامعة الأمين الإسلامية برندوان المحبوبة .2
وأخص �لذكر . الإبتدائية، والثانوية، والعالية، والجامعة دارسيع المدرسين والمعلمين فى المجم .3
.قد شجعني للتعلم طول الحياة اج مظهر الدين علي حسينالشيخ الح
DE EXZAZ LEATHER جميع أصحابي وأصدقائي فى مرحلة .4
cxl
التمهيد
ليحكم بين الناس فيما الحمد � الذى بعث النبيين مبشرين ومنذرين وأنزل معهم الكتاب �لحق
الصلاة والسلام على من لانبي بعد الذى قد أخرج الناس من الزمان الجاهلي إلى الزمان . اختلفوا فيه
.العلمي
�ثير : "شكر الله الباحث على هدايته حتى انتهت كتابة هذا البحث العلمي تحت الموضوع
بجامعة الأمين الإسلامية المكثفمج البر�لطلاب تعدد الثقافات في تربية منهج تعليم المسكن
وكان فيه النقصان والأخطاء فلذلك . وكان انتهاء هذا البحث بعد أن جاوز الباحث العوائق". برندوان
.لكل من الباحث والقارئ عاف� عسى أن يجعل هذا البحث وادعو الله. الطلب من كل النقد والإقتراح
ع المساعدات والدعاء من جميع الجهات بجامعة إنتهاء كتابة هذا البحث لاينفصل عن جمي
:الأمين الأسلامية برندوان، الا الشكر العميق على كل
كياهى الحاج الدكتور أحمد محمد فوزي تيجاني مي برندوان، سلارئيس معهد الأمين الإ .1
الذى صدقني لطلب العلم والخبرات فى معهد الأمين الإسلامي برندوان الماجستير
.را المحبوبسومنب مادو
.الدكتور غازي مبارك الماجستير كياهى الحاجرئيس جامعة الأمين الإسلامية برندوان .2
.كياهى الحاج جعفر صادق الماجستيرعميق كلية الدعوة .3
cxli
طه ير و هشم الدكتورالمشرف الأول و رئيس قسم التوجيه و المشورة الإسلامية .4
شكرا جزيلا على ردي الماجستيراو بول مالأستاذ مقوالمشرف الثانى ،الماجستير
.الإصلاح، والتقويم، والإشرف، والقيادة، خلال كتابة هذا البحث العلمي
الذين قد ميالحك ناملقوالأستاذ ادقص جعفرالأستاذ الحاج لبرامج النهائية ؤولو امس .5
.نبهوا الباحث عند الغفل على الوظائف النهائية
أمد الله عمرهما في شحذ همتي والدعاء المستمر لي لصةمحستي وأمي محلصإلى أبي .6
.�لتوفيق والسعادة
.أخواني الذين قد سعدوا الباحث مالا وفكرا ودعا� .7
.الذين قد رافقوا الباحث عند تعلم علوم الله الواسعة وكل آسذة .8
موني الذين رافقونى وعل DE EXZAS LEATHERأصحابي وأصدقائي فى الصف والمرحلة .9
.الصحبة والحب والتكيف طوال الحياة في هذه الجامعة
جزاكم الله خيرا كثيرا على جميع الدعاء والتشجيع خلال سكوني فى جامعة الأمين الأسلمية
.برندوان سومنب فى إ�اء هذا البحث العلمي
ي تى يكون هذا البحث العلمأرجو من جميع قراء هذا البحث العلمي الإقتراح والنصيحة ح
.الدنيا والأخرة، أمينالله تعالى ان يكون عملنا عملا صالحا �فعا فى وأدعجيدا،
cxlii
الفهرس
أ ......................................................صفحة الموضوع
ب........................................................ تقرير المشرف
ج.............................................................. الشعار
د............................................................. الأهداف
ه.............................................................. التمهيد
ط....................... ......................................الفهرس
ي ............................................................ الملخص
1.................................................. الباب الأول المقدمة
1............................................. أساسيات البحث . أ
3............................................ مشكلات البحث . ب
3............................................... أهداف البحث . ت
4............................................... منهجية البحث . ث
5................................................... الباب الثاني البحث
cxliii
9................................................. الباب الثالث الإختتام
9..................................................... الإستنباط . أ
cxliv
الملخص
لإسلامية بجامعة الأمين ا �ثير منهج تعليم المسكن في تربية تعدد الثقافات لطلاب البر�مج المكثف .أولى الأبصارمحمد
.برندوان
الماجستير مشهوري طه الأستاذ الدكتور: المشريف الأول
الأستاذ مقبول ماوردي الماجستير: المشرف الثاني
تربية تعدد الثقافات، منهج تعليم المسكن :الكلمة الرئيسية
ديد من إندونيسيا هي دولة ذات مستوى عال من التنوع، في الآونة الأخيرة واجهت إندونيسيا الع
في هذه الحالة، التعليم . الصراعات الخلفية الفرق، سواء كان ذلك في اختلاف الدين أو العرق أو العنصر، والثقافة
يعتبر فاشلا في أداء دور واحد، ألا وهو تحقيق ا�تمع الذي يمكن أنتخلق الانسجام والسلام في تسامح الحياة
في كل فإن نظام المدارس الداخلية أن يكون جيدا جدا عاملا في زراعة حرف و�لتالي. والديمقراطية والمساواة والعدالة
مدرسة داخلية إيجابية جدا . مراد مهارات الحياة الاجتماعية والاعتماد على الذات، والانضباط والإخاء والوحدةالأ
بجامعة الأمين . لجامعاتفي معالجة الآ�ر السليبة للتنوع الثقافي الذي يعيش في وسط ا�تمع، بما في ذلك في ا
هي المؤسسات التي تستخدم نظام مدرسة داخلية للطلاب القادمين من أرخبيل، كل فرد لديه الإسلامية برندوان
.مجموعة متنوعة من الثقافات المختلفة التي تعيش معا في المهاجع
. ستخدام الاستبيا�ت والو�ئقنهج المتبع من قبل الباحثين في هذه الدراسة تقنيات جمع البيا�ت الكمية �الم
تقنية تحليل البيا�ت .بجامعة الأمين الإسلامية برندوان وكانت الموضوعات الجميع الطلاب في البر�مج المكثف
.المستخدمة لجمع البيا�ت، وعرض البيا�ت، أداة الاختبار، والصدق والثبات، وينتهي إلى نتيجة
تبادلة البسيطة �ستخدام العينة العشوائية نوع التقنية، وعدد من يتضمن هذا البحث دراسة العلاقات الم
بينما تقنيات جمع البيا�ت �ستخدام السائل أو استبيان كطريقة رئيسية وكأسلوب من . شخصا 30المشاركين
.الو�ئق الداعمة
على أرقام العد تم الحصول SPSS) (24.0 من نتائج تحليل البيا�ت �ستخدام الانحدار الخطي البسيط مع
وكان . 0361,=فاصل الثقة ٪5، مع مستوى N = 30وبعد التشاور مع الجدول ص في. 752، 0ص
كثف في المبر�مج الالاستنتاج أن نظام التعليم في المبنى المكون من كلية على التعليم المتعدد الثقافات في طلاب
.تصنيف �ثير كبير بجامعة الأمين الإسلامية برندوان
cxlv
لباب الأول المقدمةا
أساسيات البحث .ا
منذ عدة سنوات، والحكومة من خلال وزارة التربية والتعليم أعرب أبدا على أهمية
التي عبر عنها وزارة التربية منهج تعليم المسكنأهمية التعليم . منهج تعليم المسكنالتعليم
از مدارسنا هو في الانخفاض والتعليم بعد أن أدرك أن نوعية التعليم لدينا، وخاصة نسبة انج
.مقارنة نوعية التعليم والنسبة المئوية للبلدان المتقدمة الأخرى
طالب في إندونيسيا مع البلدان التي / قارنة بين نوعية ونسبة اجتياز تلميذ الم
أظهرت أن الاستيلاء على نوعية ونسبة الطلبة الناجحين لنا أقل بكثير جدا من البلدان
تعدد تربية وقد وجدت اليوم وقد بدأ تنفيذ التعليم مع نظام الصعود في . رىالمتقدمة الأخ
مدرسة معينة في حين أن نظام التعليم منذ فترة طويلة في اندونيسيا منذ أ�م الثقافات
.المحتلين يعرف المدارس الإسلامية الداخلية
مة التعليم نزل لديه ميزة على تعليم الآخرين، لأن أنظ منهج تعليم المسكن�لتأكيد
حدود المتعلمين لأن توفير التعليم وتعزيز الأخلاقي والاجتماعي، والاعتماد على الذات،
.ساعة كاملة 24مباشرة من قبل المعلمين، والمهنية، وتحت إشراف مدة
�لطبع في المقام الأول هو . يجابية مماثلة من الصعود إلى نظام التعليملاشياء إلاأ
قد اعيد س داخلية مع المثل العليا التيعلى خلق نموذج للتدريب ومدار كيف ونحن قادرون
إنشاء المدرسة مع ثقافة نزل من حيث التكلفة والوقت والجهد . بناؤها في وقت سابق
cxlvi
نزل ليست فقط مكا� . ولكن النتائج سوف تكون واضحة ستكون كبيرة جدا. كانت كبيرة
ت لتحديد الطلاب من خلال الجهود المبذولة للتعليم والتدريب، ولكن أيضا قاعدة بيا�
رف ، والحامل وعالية �لنفس من حيث العاطفة والفكر والروحلتحسين قدرات التك
.لصفات أو القيم أن نسعى في هذا النوع من التعليموالاستقلال والمواقف اللازمة ال
عض، قد تكون مختلفة مع بعضها الب على الحدود هو كل واحد موحد في جوهرها
لأن كل فرد له خصائصه الخاصة، لمعرفة خلفية كل فرد، والذي جاء �لتأكيد من مختلف
.المناطق في الأرخبيل مع تنوع العرق، والثقافة
لخصوصيات التي �الخصائص هي الصفات التي يجب أن يتم التحقيق فيما يتعلق
تتميز تشكيل مع شخص آخر، والتعليم متعدد الثقافات وعادة ما اواحد اتميز شخص
.لبشري وخلق ثقافة البشريةالغرض ا
وهو ما يعني أن التعليم .تعليم اللون الثقافاة وفي الوقت نفسه فهم التعليم المتعدد
هو في أن لديها مجموعة واسعة من الإنسان أو تعليم موجهة للنظر في تنوع البشر، سواء
يم المتعدد الثقافات والتعليم بشكل فردي أو ككائنات اجتماعية على أساس وجد أن التعل
المتعلقة �لتنوع البشري، لذلك التعليم الذي يضع التنوع البشري جوهر التعليم متعدد
التعليم متعدد الثقافات مثل التعليم حول التنوع الثقافي وترغب في استكشاف . الثقافات
.الفرق هو ضرورة من نعمة الله
cxlvii
مشكلات البحث .ب
ن المشاكل كما هو موضح أعلاه، ثم يمكن التعرف على مشكلة استنادا إلى خلفية م
:هذا البحث على النحو التالي
بجامعة المكثفالبر�مج لطلاب تعدد الثقافات في تربية �ثير منهج تعليم المسكنھل .1
؟ .الأمين الإسلامية برندوان سومنب
بجامعة المكثفالبر�مج لطلابتعدد الثقافات في تربية �ثير منهج تعليم المسكنكم .2
؟.الأمين الإسلامية برندوان سومنب
أهداف البحث. ت
عند اطلاعه على خلفية أن مقدم البلاغ المبين، وهناك العديد من الأسباب التي
دد الثقافات صعود نظام التعليم ضد التعليم متعأثر " تصبح أساسا للمؤلف اختار عنوان
:كما يلي هذه الأسباب " الأمين الإسلامية برندوانجامعة لطلاب في البر�مج المكثف ا
نظام مدرسة داخلية هو النظام الذي يتم تطويره اليوم في عالم التعليم ليس فقط في .1
.اندونيسيا ولكن أيضا في بلدان أخرى
يعتقد أن إدارة التعليم المخطط لها بشكل جيد لتكون منهج تعليم المسكنويتميز هذا .2
.اعة البذور الجيدةقادرة على طب
cxlviii
جيد بحيث المخرجات أقل لها منهج تعليم المسكنلا يتم الاحتفاظ العديد من المدارس .3
.تحقيق �لفخر والعديد من الصراعات بين الأفراد أو الجماعات
منهجية البحث. ث
لقياس هذه المتغيرات ومستوى العلاقة بين المتغيرات التي تؤثر على بعضها البعض،
وتسكان المستخدمالوكان . ه الدراسة استخدم الباحثون نوعا من البحث الكميفي هذ
العشوائية الطبقية العينات في هذه الدراسة جميع طلاب بر�مج مكثف �ستخدام تقنيات
طالب المكثف بر�مج الفصل الدراسي الثاني، والرابع، الو�ئق في المن خلال الاستبيا�ت
كائن درس هو نظام مدرسة داخلية للتعليم . سلامية برندوانبجامعة الأمين الإوالسادس
هناك نوعان من البيا�ت في هذه الدراسة، . كثفال بر�مجالمتعدد الثقافات في طلاب
الأول هو البيا�ت الأولية التي تم الحصول عليها من خلال استبيان وزع على الطلاب من
. بجامعة الأمين الإسلامية برندوانع، والسادس بر�مج الفصل الدراسي الثاني المكثف، والراب
بيا�ت الثانوية التي حصلت عليها نقلا عن مصدر البيا�ت موقع لاستكمال الفي حين أن
واستنادا إلى البيا�ت التي تم جمعها، والأبحاث القائمة هو البحث . بحث البيا�ت الأولية
لية هي لتحليل البيا�ت �ستخدام بعد جمع كافة البيا�ت ثم فإن الخطوة التا. الكمي
.هذا البحث هو البحث الكمي لنوع البيا�ت هو ترتيبي. الحسا�ت الإحصائية أو الاختبار
cxlix
البحث الباب الثاني
من نزل عن وجود أي �ثير منهج تعليم المسكنبناء على الأبحاث التي أجريت حول �ثير
ب، ومدى المكثف الطلابر�مج التعدد الثقافات في على التعليم الم منهج تعليم المسكنالمهجع
ب، ثم الطلاكثف المبر�مج النزل على التعليم المتعدد الثقافات في منهج تعليم المسكن�ثير
30أجريت على . ويندوز )SPSS 24.0( استخدام الانحدار الخطي البسيط واستخدام أدوات
تعدد في التعليم منهج تعليم المسكنالمترتبة على ر نتائج هذه الدراسات إلى أن الآ�. المشاركين
.في حين أن بقية تتأثر العوامل الأخرى ٪56.6من الثقافات
و�لإضافة إلى ذلك، أجرى الباحثون أيضا الأبحاث على وجود وعدم وجود نظام نفوذ
وى مع مست F = 23.488 من قيمة الانتاج من العد. مدرسة داخلية للتعليم متعدد الثقافات
رفض، بين HO أن القيمة هي أصغر بكثير من احتمال (0.05> 0.000(احتمال > الدلالة
يعني ر أكبر 0،361 (t tabel) و t hitung( 4.846(ش معاملات يعرف من يرتبار كبلخا
ساب على البحث الحويستند . قبلم ، ذكرت فرضية عمل)t hitung > t tabel(من ر الجدول
الصعود ضد التعليم متعدد الثقافات في البر�مج منهج تعليم المسكنثير عن وجود وعدم وجود �
.بجامعة الأمين الإسلامية برندوان المكثف للطلاب
"ص" من مختلف الفئات، يمكن الاستنتاج مع تفسير قيمة جميع الأبحاث التي تم القيام �ا
0800حتى 0600 ما بين 0.752قيم جدول نموذج من "ص" يتضح من نتائج موجزة من
.والتي لديها فئة القيمة، من فضلك
cl
"ص" الجدول قيمة التفسير
التفسير كمية من المقاومة الحرارية
1،00إلى 0800بين
0800حتى 0600بين
بين 0400 0600حتى
0.400إلى 0.200بين
0.2000.000بينحتى
تين
جميلة
منخفضة نوعا ما
قليلة
(طةلا المتراب(سانزقليلةجات
علاقة ذات دلالة إحصائية بينومن خلال هذا البحث ، بعد ذلك سوف يثبت وجود أي
نيفات ثم التعديلات تص. كثفالمبر�مج التعدد الثقافات في طلاب في التعليم منهج تعليم المسكن
من . معروفة، ثم إيجاد الفرق بين المتغيرات المستقلة والمتغير التابعبعد ترتيب مصمم . لكل متغير
: التي تم الحصول عليها معامل الارتباط من ْ)24SPSS( نتائج العمليات الحسابية �ستخدام
.لديه علاقة كبيرة (Y) تعدد الثقافاتتربية مع (X) منهج تعليم المسكنالعلاقة بين . 0000
cli
الباب الثالث الإختتام
الإستنباط . أ
، فإنه يمكن استنتاج اصائية التي تم القيام �واستنادا إلى معالجة البيا�ت والاختبارات الإح
في النزل على طلاب التعليم متعدد منهج تعليم المسكنأن من خلال اختبار إحصائي �ثير
.بنهايةالستنتاج لاو�لتالي فإنه يمكن ا. كثف لديه علاقة كبيرةالمبر�مج الالثقافات
في التعليم متعدد الثقافات في طلاب سكنمنهج تعليم المعلاقة ذات دلالة إحصائية بين هناك":أن
ولذلك يمكن أن نخلص إلى أن نشاط المدعى عليه في ."مع ذلك ثبت فرضية. كثفالمبر�مج ال
بجامعة الأمين الإسلامية المكثفالبر�مج لطلاب تعدد الثقافات في تربية �ثير منهج تعليم المسكن
.برندوان سومنب