SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN …repository.unair.ac.id/57144/2/PK BP 109-16 Roh p.pdf · Bioplastik...
Transcript of SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN …repository.unair.ac.id/57144/2/PK BP 109-16 Roh p.pdf · Bioplastik...
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
i
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
SKRIPSI
PENGARUH PENAMBAHAN GLUTARALDEHIDA TERHADAP
KARAKTERISTIK FILM BIOPLASTIK KITOSAN TERPLASTIS
CARBOXY METHYL CELLULOSE (CMC)
Oleh:
MUHAMMAD ALI ROHMAN
MASOHI – MALUKU TENGAH
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ii
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Muhammad Ali Rohman
NIM : 141211132123
Tempat, tanggal lahir : Masohi, 31 Januari 1995
Alamat : Jalan Cempaka RT. 05 RW. 01 Raci Tengah Sidayu
Gresik 61153 / 089601562038
Judul Skripsi : Pengaruh Penambahan Glutaraldehida Terhadap
Karakteristik Film Bioplastik Kitosan Terplastis CMC
Pembimbing : 1. Dr. Laksmi Sulmartiwi, S.Pi., MP.
2. Kustiawan Tri Pursetyo, S.Pi., M.Vet.
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa hasil tulisan laporan Skripsi yang saya
buat adalah murni hasil karya saya sendiri (bukan plagiat) yang berasal dari Dana
Penelitian : Mandiri / Proyek Dosen / Hibah / PKM (coret yang tidak perlu).
Di dalam skripsi / karya tulis ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian
tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau
meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang saya aku seolah-olah
sebagai tulisan saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya,
serta kami bersedia :
1. Dipublikasikan dalam Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Fakultas
Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga;
2. Memberikan ijin untuk mengganti susunan penulis pada hasil tulisan
skripsi / karya tulis saya ini sesuai dengan peranan pembimbing skripsi;
3. Diberikan sanksi akademik yang berlaku di Universitas Airlangga,
termasuk pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh
(sebagaimana diatur di dalam Pedoman Pendidikan Unair 2010/2011 Bab.
XI pasal 38 – 42), apabila dikemudian hari terbukti bahwa saya ternyata
melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain yang seolah-
olah hasil pemikiran saya sendiri
Demikian surat pernyataan yang saya buat ini tanpa ada unsur paksaan dari
siapapun dan dipergunakan sebagaimana mestinya.
Surabaya, 24 Agustus 2016
Yang membuat pernyataan,
Muhammad Ali Rohman
NIM. 141211132123
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA iii
iii
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
SKRIPSI
PENGARUH PENAMBAHAN GLUTARALDEHIDA TERHADAP
KARAKTERISTIK FILM BIOPLASTIK KITOSAN TERPLASTIS
CARBOXY METHYL CELLULOSE (CMC)
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan Pada
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga
Oleh :
MUHAMMAD ALI ROHMAN
NIM. 141211132123
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Pembimbing Utama,
Dr. Laksmi Sulmartiwi, S.Pi., MP.
NIP. 19720302 199702 2 001
Pembimbing Serta,
Kustiawan Tri Pursetyo, S.Pi., M.Vet.
NIP. 19831106 201012 1 003
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
iv
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
SKRIPSI
PENGARUH PENAMBAHAN GLUTARALDEHIDA TERHADAP
KARAKTERISTIK FILM BIOPLASTIK KITOSAN TERPLASTIS
CARBOXY METHYL CELLULOSE (CMC)
Oleh :
MUHAMMAD ALI ROHMAN
NIM. 141211132123
Telah diujikan pada
Tanggal : 24 Agustus 2016
KOMISI PENGUJI SKRIPSI
Ketua : Dr. Endang Dewi Masithah, Ir., MP.
A n g g o t a : Dr. Rr. Juni Triastuti, S.Pi., M.Si.Ir
Annur Ahadi Abdillah, S.Pi., M.Si.
Dr. Laksmi Sulmartiwi, S.Pi., MP.
Kustiawan Tri Pursetyo, S.Pi., M.Vet.
Surabaya, 24 Agustus 2016
Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Airlangga
Dekan,
Dr. Mirni Lamid, drh., M.P.
NIP. 19620116 199203 2 001
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
v
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
RINGKASAN
MUHAMMAD ALI ROHMAN. Pengaruh Penambahan Glutaraldehida
Terhadap Karakteristik Film Bioplastik Kitosan Terplastis Carboxy Methyl
Cellulose (CMC). Dosen Pembimbing : Dr. Laksmi Sulmartiwi, S.Pi., MP.
dan Kustiawan Tri Pursetyo, S.Pi., M.Vet.
Bioplastik merupakan salah satu jenis plastik yang hampir keseluruhannya
terbuat dari bahan yang dapat diperbarui dan mudah terdegradasi oleh tanah
(Stevens, 2002). Bioplastik berbahan dasar kitosan terplastis CMC memiliki hasil
Scanning Electron Microscope (SEM) yang penuh dengan pahatan (Saputra,
2012). Hal ini menunjukan bahwa CMC tidak bisa membentuk ikatan silang pada
film kitosan, sehingga perlu ditambahkan crosslinking agent salah satunya adalah
glutaraldehyde. Glutaraldehida dapat menimbulkan ikatan silang sehingga matriks
makin rapat dan kuat tarik semakin tinggi (Purwatiningsih dkk., 2007).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan
glutaraldehida terhadap karakteristik film bioplastik kitosan terplastis CMC.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan
dan 5 ulangan. Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsentrasi
glutaraldehida 0% (kontrol); 3,5%; 4% dan 4,5%.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan nilai rata-
rata ketebalan 0,1-0,3 mm; kuat tarik 37,24-120,04 KgF/cm2; persen pemanjangan
4,09-28,28 %; laju transmisi uap air 5,8-13,37 g/m2/hari dan waktu degradasi
sempurna 7-134 hari. Hasil analisis SEM menunjukan bahwa permukaan
mikroskopis film bioplastik berbahan dasar kitosan terplastis CMC dengan
penambahan glutaraldehida memiliki pori-pori yang rapat, kompak dan tidak
ditemukan pahatan pada struktur mikroskopis film. Hal ini menunjukan bahwa
glutaraldehyde berikatan silang dengan kitosan dan CMC.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
vi
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
SUMMARY
MUHAMMAD ALI ROHMAN. The Effect of Glutaraldehyde Againts
Characteristics of Chitosan Bioplastic Film Plasticized With Carboxy Methyl
Cellulose (CMC). Academic Advisor : Dr. Laksmi Sulmartiwi, S.Pi., MP. and
Kustiawan Tri Pursetyo, S.Pi., M.Vet.
Bioplastic is one of plastic made from materials that can be degraded
(Stevens, 2002). Bioplastic made from chitosan with the addition CMC as a
plasticizer produce the result of SEM analysis which are resulting having fracture
(Saputra, 2012). The fracture is induced by chitosan which is not crosslinked with
CMC, therefore crosslinker agent is needed. Glutaraldehyde is one of crosslinker
agent that capable to form a cross bond which it can increase in tensile strength
film bioplastic (Purwatiningsih dkk, 2007).
This study aims to determine the influence of the addition of
glutaraldehyde against characteristics of chitosan film bioplastic plasticized with
carboxy methyl cellulose (CMC). This study uses a Completely Randomized
Design (CRD), which consists of four treatments and five replications. Treatment
used in this study is use of concentration glutaraldehyde solution that is 0%
(without glutaraldehyde /control), 3.5%, 4% and 4.5%.
Based on research, it can be seen that the average thickness of the
bioplastic film is range between 0.1-0.3 mm; tensile strenght 37.24-120.04
KgF/cm2; percent elongation 4.09-28.28 %; water vapour transmission rate 5.8-
13.37 g/m2/day and complete degradability time 7-134 day. Microscopic
structures of biplastic film observed by the scanning electron microscope (SEM)
to know the internal structure of the bioplastic film. SEM analysis resulted that
bioplastic film with addition glutaraldehyde having a compact and closed pore.
Glutaraldehyde as a crosslinker agent capable to form a cross bond between
chitosan and CMC.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
vii
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rakhmat, taufiq serta
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi tentang Pengaruh
Penambahan Glutaraldehida Terhadap Karakteristik Film Bioplastik Kitosan
Terplastis Carboxy Methyl Cellulose (CMC). Skripsi ini disusun sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi
Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga
Surabaya.
Penulis berharap semoga Skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan
informasi kepada semua pihak, khususnya bagi mahasiswa Fakultas Perikanan
dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya guna kemajuan serta perkembangan
ilmu dan teknologi dalam bidang perikanan, terutama teknologi industri hasil
perikanan.
Surabaya, 04 Agustus 2016
Penulis
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
viii
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
UCAPAN TERIMAKASIH
Pada kesempatan ini, dengan penuh rasa hormat penulis haturkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Dr. Mirni Lamid, drh., MP. selaku Dekan Fakultas Perikanan dan
Kelautan Universitas Airlangga Surabaya
2. Ibu Dr. Laksmi Sulmartiwi, S.Pi., MP. selaku Dosen Pembimbing Pertama
dan Bapak Kustiawan Tri Pursetyo, S.Pi., M.Vet. selaku Dosen
Pembimbing Kedua sekaligus Dosen Wali yang telah memberikan arahan,
masukan serta bimbingan sejak penyusunan usulan hingga penyelesaian
Skripsi ini
3. Ibu Dr. Endang Dewi Masithah, Ir., MP., Ibu Dr. Rr. Juni Triastuti, S.Pi.,
M.Si. dan Bapak Annur Ahadi Abdillah, S.Pi., M.Si. sebagai Dosen
Penguji yang telah memberikan masukan, kritik dan saran atas
penyempurnaan Skripsi ini
4. Bapak Agustono Ir., M.Kes. selaku koordinator Skripsi yang telah
memberikan bimbingannya
5. Bapak M Zakiyul Fikri, S.Pi., M.Si., dan Bapak Eka Saputra, S.Pi., M.Si.,
yang telah memberikan saran untuk penelitian ini
6. Seluruh dosen dan staf Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas
Airlangga yang telah membantu dalam pelaksanaan dan penyelesaian
Skripsi ini
7. Bapak Abdurrahman Chozein, Ibu Husnul Khotimah, Kakak Elis Fathma
Suryani, S.Pd.I., Adik Abdul Hakim Mubarok dan Adik Putri Asyiqotul
Maula yang selalu memberikan dukungan dan semangat
8. Fajar Rasyid, Sabrina Dhimas, Nanik Setyorini, Donovan, Riantika dan
Ined Rery yang senantiasa memberikan semangat dan dukungan untuk
menyelesaikan penyusunan Skripsi ini.
9. Teman-teman angkatan 2012 Program Studi Budidaya Perairan Fakultas
Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ix
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii
RINGKASAN ....................................................................................................... iv
SUMMARY .......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
UCAPAN TERIMAKASIH................................................................................. vii
DAFTAR ISI........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 3
1.3 Tujuan ................................................................................................... 3
1.4 Manfaat ................................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 4
2.1 Kitosan ............................................................................................................ 4
2.2 Film Bioplastik ...................................................................................... 6
2.3 Carboxy Methyl Cellulose (CMC) ........................................................ 10
2.4 Glutaraldehida ....................................................................................... 11
BAB III KONSEPTUAL PENELITIAN DAN HIPOTESIS ............................... 12
3.1 Kerangka Konseptual Penelitian............................................................ 12
3.2 Hipotesis Penelitian ............................................................................... 14
BAB IV METODOLOGI ...................................................................................... 16
4.1 Tempat dan Waktu ................................................................................. 16
4.2 Materi Penelitian .................................................................................... 16
4.2.1 Peralatan Penelitian ..................................................................... 16
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
x
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
4.2.2 Bahan Peneltian ........................................................................... 16
4.3 Prosedur Penelitian ................................................................................ 16
4.3.1 Rancangan Peneltian.................................................................... 16
4.3.2 Variabel Penelitian ...................................................................... 18
4.3.2 Prosedur Kerja ............................................................................. 18
A. Pembuatan Film Bioplastik ..................................................... 18
B. Karakterisasi Film Bioplastik ................................................... 19
4.4 Parameter Pengamatan........................................................................... 21
4.5 Analisis Data .......................................................................................... 21
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 23
5.1 Hasil ....................................................................................................... 23
5.1.1 Ketebalan............................................................................ 24
5.1.2 Kuat Tarik .................................................................................... 25
5.1.3 Persen Pemanjangan .................................................................... 26
5.1.4 Laju Transmisi Uap Air ............................................................... 27
5.1.5 Waktu Degradasi Sempurna ........................................................ 28
5.1.6 Pengamatan Scanning Electrone Microscope (SEM) ................. 29
5.2 Pembahasan ........................................................................................... 30
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 40
6.1 Kesimpulan ............................................................................................ 40
6.2 Saran ...................................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 41
LAMPIRAN.......................................................................................................... 48
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xi
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Nilai Degree of Deacetilation (DD) dari berbagai sumber kitosan ................ 5
5.1 Perbandingan karakteristik film bioplastik dengan standar. ............................ 24
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xii
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Perbedaan struktur kitin, kitosan dan selulosa .. .......................................... 4
2.2 Struktur CMC ................................................................................................ 10
2.3 Struktur glutaraldehida .................................................................................. 11
3.1 Kerangka konseptual penelitian .................................................................... 15
4.1 Diagram alir penelitian .................................................................................. 22
5.1. Film bioplastik dengan penambahan 1 mL glutaraldehida 0% ; 3,5 %; 4 %
dan 4,5 % .. ............................................................................................................ 23
5.2 Grafik ketebalan ............................................................................................ 24
5.3 Grafik kuat tarik ............................................................................................ 25
5.4 Grafik persen pemanjangan........................................................................... 26
5.5 Grafik laju transmisi uap air (WVTR) .......................................................... 27
5.6 Grafik waktu degradasi sempurna ................................................................. 28
5.7 Struktur mikroskopis film bioplastik ............................................................. 30
5.8 Crosslinking kitosan dengan glutaraldehida ................................................. 31
5.9 Ikatan silang CMC-glutaraldehida ................................................................ 33
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xiii
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Data pengukuran ketebalan ............................................................................ 47
2. Analisis ragam (ANOVA) ketebalan ............................................................. 48
3. Data kuat tarik (KgF/cm2) .............................................................................. 49
4. Analisis ragam (ANOVA) kuat tarik ............................................................. 50
5. Data persen pemanjangan (%) ....................................................................... 51
6. Analisis ragam (ANOVA) persen pemanjangan ............................................ 52
7. Data pengukuran laju transmisi uap air (WVTR) .......................................... 53
8. Analisis ragam (ANOVA) laju transmisi uap air ........................................... 54
9. Data uji waktu degradasi sempurna (hari) ..................................................... 55
10. Analisis ragam (ANOVA) waktu degradasi sempurna .................................. 56
11. Contoh perhitungan ........................................................................................ 57
12. Dokumentasi penelitian ................................................................................. 59
13 Karakteristik bahan ........................................................................................ 62
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xiv
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Plastik merupakan jenis pengemas yang sering digunakan dalam kehidupan
sehari-hari sebagai kemasan primer, sekunder maupun tersier. Kemasan plastik
yang beredar dan dimanfaatkan dalam kegiatan sehari-hari umumnya merupakan
plastik sintetik. Plastik sintetik tidak dapat terdegradasi oleh mikroorganisme
sehingga disebut non-biodegradable (Borghei et al., 2010), dikarenakan plastik
sintetik ini tersusun atas phthalate ester atau diethyl hexyl phthalate (DEHP) yang
sukar diuraikan oleh mikroorganisme (Koswara, 2006).Pembakaran limbah plastik
sintetik akan menghasilkan gas yang beracun dan berbahaya seperti hidrogen
sianida (HCN) dan karbon monoksida (CO) sebagai hasil dari pembakaran tidak
sempurna dan menjadi salah satu penyebab dari terjadinya pemanasan global
(Ahmann and Dorgan, 2007).
Berdasarkan data dari Kementrian Lingkungan Hidup tahun 2012, sampah
yang dihasilkan penduduk Indonesia rata-rata sekitar 2,5 Liter/hari (Hendrawan,
2012) dan sampah plastik sekitar 5,4 juta ton/tahun (Khoriah, 2014). Berdasarkan
data tersebut, perlu adanya solusi dalam mengurangi penggunaan plastik sintetik
yakni salah satunya dengan meningkatkan produksi dan penggunaan plastik
biodegradable (bioplastik). Pemanfaatan bahan alam sebagai penyusun bioplastik
telah banyak dilakukan penelitian salah satunya adalah kitosan (Katili dkk., 2013).
Pemanfaatan kitosan sebagai film bioplastik mengacu pada salah satu karakteristik
kitosan yaitu Degree of Deacetilation (DD). Nilai DD menunjukan gugus asetil
yang berhasil tereliminasi dari kitosan. Semakin rendah nilai DD maka gugus
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 2
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
asetil semakin sedikit sehingga ikatan hidrogen yang terbentuk semakin kuat.
Derajat deasetilasi yang tinggi menunjukkan kemurnian dari kitosan yang
dihasilkan (Suptijah dkk., 1992).
Bioplastik merupakan salah satu jenis plastik yang hampir keseluruhannya
terbuat dari bahan yang dapat diperbarui dan mudah terdegradasi oleh tanah
(Stevens, 2002). Film berbahan dasar kitosan dapat dimanfaatkan sebagai
pengawet daging (Miskiyah dkk., 2015) dan pelapis pada sosis ataupun dodol
(Harris, 2001). Keuntungan film bioplastik sebagai kemasan primer produk
pangan adalah dapat melindungi produk pangan, penampakan asli produk dapat
dipertahankan serta aman bagi lingkungan (Kinzel, 1992). Fungsi dan penampilan
bioplastik bergantung pada sifatnya yang ditentukan oleh komposisi bahan
disamping proses pembuatan dan metode aplikasinya (Rodriguez et al., 2006).
Bioplastik yang dihasilkan dari kitosan karapas udang memiliki tekstur yang
kaku, sehingga perlu ditambahkan bahan pemlastis (plasticizer).
Plasticizer merupakan bahan non volatil, bertitik didih tinggi yang jika
ditambahkan pada material lain akan merubah sifat dari material tersebut dengan
mengurangi kekakuan polimer sehingga diperoleh lapisan yang elastis dan
fleksibel (Nurhayati dan Agusman, 2011). Carboxy Methyl Cellulose (CMC)
aman dikonsumsi karena tidak beracun dan secara umum tidak menimbulkan
alergi serta bersifat inert (Kamal, 2010). Berdasarkan penelitian yang telah
dilaksanakan oleh Saputra (2012) mengenai penambahan Carboxy Methyl
Cellulose (CMC) sebagai plasticizer, hasil Scanning Electron Microscope (SEM)
menunjukan bahwa CMC tidak bisa membentuk ikatan silang pada film kitosan,
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 3
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
sehingga perlu ditambahkan crosslinking agent. Glutaraldehida merupakan salah
satu crosslinking agent yang dapat menimbulkan ikatan silang sehingga matriks
makin rapat dan kuat tarik semakin tinggi (Purwatiningsih dkk., 2007).
Berdasarkan hal tersebut, dilakukan penelitian mengenai pengaruh penambahan
glutaraldehida terhadap karakteristik film bioplastik kitosan terplastis CMC.
1.2 Perumusan Masalah
Apakah penambahan glutaraldehida berpengaruh terhadap karakteristik
film bioplastik kitosan terplastis CMC ?
1.3 Tujuan
Mengetahui pengaruh penambahan glutaraldehida terhadap karakteristik
film bioplastik kitosan terplastis CMC.
1.4 Manfaat
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
pengaruh penambahan glutaraldehida terhadap karakteristik film bioplastik kitosan
terplastis CMC.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 4
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kitosan
Kitosan merupakan senyawa golongan karbohidrat yang dapat dihasilkan
dari limbah hasil laut (Harini dkk., 2004). Kitosan merupakan turunan dari kitin.
Struktur kimia kitin mirip dengan selulosa, hanya dibedakan oleh gugus yang
terikat pada atom C2. Jika pada selulosa gugus yang terikat pada atom C2 adalah
OH, maka pada kitin yang terikat adalah gugus asetamida. (Muzzarelli, 1985).
Kitosan merupakan senyawa dengan rumus kimia poli (2-amino-2-dioksi-β-D-
Glukosa) yang dapat dihasilkan dengan proses hidrolisis kitin menggunakan basa
kuat. Perbedaan struktur kitin, kitosan dan selulosa dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Perbedaan struktur kitin, kitosan dan selulosa
(Kusumaningsih dkk., 2004)
Proses utama dalam pembuatan kitosan, meliputi penghilangan protein dan
kandungan mineral melalui proses deproteinasi dan demineralisasi yang masing-
Kitin Kitosan
Selulosa
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 5
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
masing dilakukan dengan menggunakan larutan basa dan asam. Selanjutnya,
kitosan diperoleh melalui proses deasetilasi dengan cara memanaskan dalam
larutan basa (Tolaimatea et al., 2003; Rege and Lawrence, 1999).
Tahap deproteinasi dilakukan dengan menambahkan NaOH. Protein ini
akan larut dengan adanya NaOH (Kusumaningsih dkk., 2004). Deproteinasi
bertujuan untuk memisahkan protein pada bahan dasar cangkang. Menurut
Kurniasih dan Kartika (2011), deproteinasi adalah memisahkan atau melepaskan
ikatan-ikatan antara protein dan kitin. Tahap demineralisasi yaitu penghilangan
mineral (CaCO3) dari cangkang kerang yang dilakukan dengan penambahan HCl.
Asam klorida dalam proses demineralisasi akan melarutkan garam-garam kalsium.
Tahap deasetilasi merupakan tahap dalam mereduksi gugus asetil dilakukan
dengan menambahkan larutan NaOH pada kitin. Deasetilasi kitin akan
menghilangkan gugus asetil dan menyisahkan gugus amino yang bermuatan
positif sehingga kitosan bersifat polikationik (Fehragucci, 2012). Ornum (1992)
menyatakan bahwa nilai derajat deasetilasi berbanding terbalik dengan jumlah
gugus asetil dan berat molekul kitosan sehingga ikatan hidrogen yang terbentuk
semakin kuat dan mutu kitosan semakin baik. Nilai DD kitosan dari berbagai
sumber dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Nilai Degree of Deacetilation (DD) dari berbagai sumber kitosan
No Jenis DD Refrensi
1 Cangkang kerang simping Amusium sp. 71,37% Cakasana dkk, 2014
2 Cangkang kerang darah Anadara sp. 69,72% Cakasana dkk, 2014
3 Cangkang bekicot Achatina fulica 74,78 –
77,99%
Kusumaningsih dkk,
2004
4 Cangkang rajungan Portunus pelagicus 70,7% Rochima, 2007
5 Karapas udang Macrobrachium
sintagense 72,88%
Zulfikar dan Anak
AIR, 2006
6 Karapas udang Litopenaeus vannamei 88,19% Pamugkas, 2015
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 6
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
Manfaat kitin dan kitosan di berbagai bidang industri diantaranya dalam
industri farmasi, biokimia, bioteknologi, biomedikal, pangan, gizi, kertas, tekstil,
pertanian, kosmetik, membran dan kesehatan (Sulistiyoningrum dkk., 2013). Saat
ini terdapat lebih dari 200 aplikasi dari kitin dan kitosan serta turunannya di
industri makanan, pemrosesan makanan, bioteknologi, pertanian, farmasi,
kesehatan, dan lingkungan. (Balley and Ollis, 1977). Biopolimer kitosan potensial
untuk diaplikasikan dalam pengolahan limbah, obat-obatan, pengolahan makanan
dan bioteknologi (Savant et al., 2000). Kitosan juga dapat digunakan sebagai
penjerat logam Zn, Cd, Cu, Pb, Mg dan Fe (Knorr, 1984).
2.2. Film Bioplastik
Bioplastik merupakan salah satu jenis plastik yang hampir keseluruhannya
terbuat dari bahan yang dapat diperbarui dan mudah terdegradasi oleh tanah
(Stevens, 2002), dapat meningkatkan kualitas warna, aroma, dan tekstur produk,
serta untuk mengontrol pertumbuhan mikroba pada produk yang dilapisinya
(Krochta and Johnston, 1997). Film bioplastik diklasifikasikan ke dalam tiga
kategori berdasarkan sumbernya yaitu hidrokoloid (protein dan polisakarida),
lemak (asam lemak, asilgliserol atau malam) dan komposit (campuran hidrokoloid
dan lemak). Salah satu bahan dari golongan hidrokoloid adalah polisakarida yang
memiliki beberapa kelebihan, diantaranya selektif terhadap oksigen dan
karbondioksida serta penampilan tidak berminyak. Film bioplastik relatif tahan
terhadap perpindahan oksigen dan karbondioksida, namun kurang tahan terhadap
uap air (Pagella et al., 2002).
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 7
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
Biodegradasi merupakan proses pemecahan struktur material oleh aktivitas
mikroorganisme yang melibatkan serangkaian rekasi enzimatik (Krieg and Hall,
1984). Plastik sintetik membutuhkan waktu sekitar 100 tahun agar dapat
terdekomposisi oleh alam, sementara bioplastik dapat terdekomposisi 10 hingga
20 kali lebih cepat. Bioplastik yang terbakar tidak menghasilkan senyawa kimia
yang berbahaya (Huda dan Feris, 2007). Adapun faktor yang mempengaruhi
kecepatan degradasi plastik antara lain faktor lingkungan, meliputi cuaca dan
kelembaban udara. Faktor lainnya adalah temperatur, cahaya, pH, kandungan
oksigen, kandungan air, keberadaan organisme pengurai dan kondisi plastik yang
meliputi luas permukaan, titik leleh, elastisitas, dan kristalinitas mempunyai
peranan penting dalam proses biodegradasi (Tokiwa et al., 2005).
Pada pembuatan film bioplastik kitosan digunakan pelarut berkekuatan ion
rendah. Pelarut yang biasa digunakan adalah asam asetat 1 - 2% (v/v) (Knorr,
1982). Kitosan akan lebih kompak sebagai membran polimer dengan pelarut
berkekuatan ionik rendah disebabkan oleh densitas muatan yang tinggi sehingga
apabila digunakan pelarut berkekuatan ionik tinggi, ikatan hidrogen pada molekul
kitosan akan terganggu sehingga konformitas menjadi bentuk acak (Fehragucci,
2012).
Perbedaan jenis asam berpengaruh pada perbedaan kuat tarik. Park et al.
(2002) menyatakan bahwa penggunaan asam asetat menghasilkan kuat tarik
terbesar, diikuti oleh asam malat, laktat, dan sitrat. Hal ini dikarenakan berat
molekul kitosan lebih tinggi pada pelarut asam asetat dibandingkan pada ketiga
larutan asam lainnya. Dalam larutan asam asetat, kitosan menunjukkan bentuk
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 8
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
dimer sehingga menghasilkan interaksi antarmolekul yang relatif kuat (Nurhayati
dan Agusman, 2011). Hal ini juga diperkuat oleh Kerch and Korkhov (2010),
bahwa kitosan dengan berat molekul tinggi menghasilkan kuat tarik yang lebih
tinggi dibandingkan dengan berat molekul rendah.
Karakteristik dari film bioplastik yaitu kuat tarik (tensile strength), kuat
tusuk (puncture srength), persen pemanjangan (% elongation), elastisitas dan
biodegradabilitas (Skurtys et al., 2009). Kuat tarik adalah gaya tarik maksimum
yang dapat ditahan oleh sebuah film. Parameter ini menggambarkan gaya
maksimum yang terjadi pada film. Hasil pengukuran ini berhubungan erat dengan
jumlah plasticizer yang ditambahkan pada proses pembuatan film. Penambahan
plastisizer lebih dari jumlah tertentu akan menghasilkan film dengan kuat tarik
yang lebih rendah (Lai et al., 1997). Nilai kuat tarik minimal film berdasarkan
standar industri pengemas makanan adalah 0,39 MPa atau 4 kgf/cm2.
Menurut Isnawati (2008), bahwa nilai persen pemanjangan yang tinggi
mengindikasikan film bioplastik yang dihasilkan tidak mudah putus karena
mampu menahan beban dan gaya tarik yang diberikan. Hal ini didukung dengan
pendapat Theresia (2003), bahwa semakin tinggi nilai persen pemanjangan maka
akan semakin plastis, sebaliknya semakin rendah akan bersifat rapuh. Nilai persen
pemanjangan minimum film berdasarkan standar industri pengemas makanan
adalah 70%.
Ketebalan merupakan salah satu karakteristik film bioplastik yang sangat
penting. Ketebalan yang melebihi standar akan berpengaruh pada organoleptik
produk dan jika ketebalan dibawah standar mengindikasikan bahwa film bioplastik
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 9
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
tersebut mudah sobek. Nilai ketebalan maksimum film berdasarkan standar
industri pengemas makanan adalah 0,25 mm.
Laju transmisi uap air merupakan parameter yang juga harus diperhatikan
pada penggunaan film bioplastik sebagai pengemas produk pangan (Nurhayati dan
Agusman, 2011). Film dengan laju transmisi uap air rendah akan menahan
terjadinya transmisi uap air dari lingkungan ke produk sehingga dapat menekan
pertumbuhan mikroba. Nilai laju transmisi uap air maksimum film berdasarkan
standar industri pengemas makanan adalah 7,0 g/m2/hari. Nilai laju transmisi uap
air dipengaruhi oleh ketebalan film. Semakin tebal edible film yang dihasilkan
maka semakin tinggi kemampuannya untuk menghambat laju gas dan uap air,
namun, ketebalan yang tinggi akan berpengaruh terhadap organoleptik produk.
Nilai ketebalan maksimum film berdasarkan standar industri pengemas makanan
adalah 0,25 mm.
Waktu degradasi sempurna merupakan waktu yang diperlukan untuk terurai
di dalam tanah secara keseluruhan (100%). Perhitungan waktu degradasi
sempurna film bioplastik merupakan hal yang penting untuk mengetahui sifat
biodagradable yang dimiliki film bioplastik. Berdasarkan standar ASTM D-6002
untuk biodegradasi film bioplastik membutuhkan 60 hari untuk terurai secara
keseluruhan (100%).
Film bioplastik berbahan dasar kitosan dapat dimanfaatkan sebagai
pengawet daging (Miskiyah dkk., 2015) dan pelapis pada sosis ataupun dodol
(Harris, 2001), sehingga dapat mengurangi produksi sampah non-biodegradable.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 10
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
2.3. Carboxy Methyl Cellulose (CMC)
Menurut Damat (2008), karakteristik fisik film bioplastik dipengaruhi oleh
jenis bahan serta jenis dan konsentrasi plasticizer yang dapat meningkatkan
fleksibilitas dengan mengurangi gaya intermolekul sepanjang rantai polimer
(Septiana, 2009). Plasticizer secara umum meningkatkan permeabilitas film
terhadap gas, uap air dan zat-zat terlarut (Caner et al., 1998).
Carboxy Methyl Cellulose (CMC) merupakan rantai polimer yang terdiri
dari unit molekul selulosa. Setiap unit anhidroglukosa memiliki tiga gugus
hidroksil dan beberapa atom hidrogen dari gugus hidroksil tersebut disubstitusi
oleh carboxymethyl (Kamal, 2010). Struktur CMC dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2. Struktur CMC (Kamal, 2010)
Sifat CMC antara lain mudah larut dalam air dingin maupun air panas, dapat
membentuk lapisan dan bersifat stabil terhadap lemak. Berdasarkan sifat hidrofilik
CMC, maka penambahan CMC akan memperbaiki sifat mekanik film bioplastik.
Hal ini disampaikan oleh Katili dkk. (2013) yang menggunakan gliserol
sebagai plasticizer, dimana sifat gliserol dan CMC adalah sama yakni hidrofilik.
Menurut Katili dkk. (2013) penambahan plasticizer akan mengurangi gaya
intermolekul sehingga mobilitas antar rantai molekul polimer meningkat dan
menyebabkan film menjadi elastis.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 11
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
2.4. Glutaraldehida
Glutaraldehida adalah suatu senyawa organik dengan rumus molekul
C5H8O2 / CH2(CH2CHO)2. Struktur glutaraldehida dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3. Struktur glutaraldehida (Anitha et al., 2012)
Menurut New Jersey Department of Health and Senior Services (1997),
glutaraldehida dapat dimanfaatkan dalam penyamakan kulit, komposisi dalam
sinar X-ray dan sebagai agen crosslinking. Purwatiningsih (2007) menyatakan
bahwa penambahan glutaraldehida menimbulkan ikatan silang sehingga matriks
makin rapat. Asto dkk. (2015) menjelaskan bahwa penambahan NaOH
(deasetilasi) dan glutaraldehid pada kitin akan menimbulkan ikatan silang antara
gugus amina (NH2) dengan glutaraldehid. Ikatan silang terjadi antara gugus
aldehid dari glutaraldehida berikatan dengan gugus amino bebas pada kitosan.
Gugus aldehid tersebut sangat reaktif terhadap gugus amina pada kitosan sehingga
apabila direaksikan, gugus aldehida akan berikatan kovalen dengan gugus amina
dan menghubungkan antara polimer kitosan.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 12
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
III KERANGKA KONSEPTUAL PENELITIAN DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual
Film bioplastik merupakan plastik yang bersifat mudah terurai
(biodegradable) sehingga ramah lingkungan. Bahan dasar pembuatan film
bioplastik terdiri dari lipid (asam lemak dan asil gliserol), hidrokoloid (protein dan
polisakarida) dan komposit. Kitosan dipilih sebagai bahan dasar pembuatan film
bioplastik karena kitosan merupakan salah satu bagian dari polisakarida yang
memiliki beberapa kelebihan, diantaranya selektif terhadap oksigen dan
karbondioksida serta penampilan tidak berminyak. Film bioplastik relatif tahan
terhadap perpindahan oksigen dan karbondioksida, namun kurang tahan terhadap
uap air (Pagella et al., 2002).
Aplikasi kitosan sebagai pengganti plastik sintetik telah banyak dilakukan
penelitian. Kitosan mengandung gugus amida dan gugus hidroksil yang bersifat
kereaktifan tinggi sehingga ikatan hidrogen terbentuk kuat. Kitosan sebagai film
bioplastik didasarkan atas sifat kitosan yang mudah terurai, tidak beracun (LD50
16 gr/kg BB), dapat membentuk film yang kuat dan merupakan penghalang yang
baik terhadap oksigen (Butler et al., 1996). Dasar terbentuknya tekstur film adalah
terbentuknya ikatan hidrogen sehingga film yang dihasilkan memiliki tekstur yang
kaku. Untuk mengurangi sifat kaku maka perlu ditambahkan plasticizer dengan
konsentrasi yang tepat sehingga didapatkan karakteristik yang elastis. Plasticizer
akan melemahkan ikatan hidrogen internal (intermolekul dan intramolekul
kitosan) sehingga mobilitas polimer meningkat sehingga film yang dihasilkan
memiliki karakteristik yang elastis (Kester dan Fennema, 1989).
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 13
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
Jenis plasticizer antara lain gliserol, sorbitol dan carboxy methyl cellulose (CMC).
Pemilihan CMC sebagai plasticizer didasarkan atas sifat homogenisasi yang cepat
dibandingkan dengan jenis plasticizer lainnya yakni 15 menit. Penambahan CMC
sebagai plasticizer telah dilaporkan oleh Saputra (2012) bahwa CMC menurunkan
nilai kuat tarik pada film bioplastik dikarenakan CMC tidak berikatan dengan
kitosan sehingga perlu ditambahkan crosslinking agent sebagai pengikat antara
CMC dan kitosan. Terdapat tiga jenis agen penaut silang (crosslinking agent)
yakni heksametilenadisosianat, glutaraldehida dan epiklorohidrin. Penggunaan
glutaraldehida sebagai agen penaut silang pada film kitosan adalah karena
glutaraldehida sebagai crosslinking agent akan bereaksi dengan gugus amida
(NH2) pada kitosan, sedangkan heksametilenadisosianat dan epiklorohidrin hanya
akan bereaksi dengan gugus hidroksil (OH), dimana gugus hidroksil pada kitosan
telah bereaksi sebelumnya dengan asam asetat (CH3COOH).
Penambahan glutaraldehida sebagai bahan pembentuk ikatan silang telah
banyak dilakukan penelitian. Makin tinggi konsentrasi glutaraldehida yang
ditambahkan, maka kekuatan gel akan makin besar. Hal ini jelas terlihat
mengingat fungsi glutaraldehida dalam pembuatan gel adalah sebagai pembentuk
ikatan silang (Sugita dkk., 2007).
Glutaraldehida sebagai crosslinking agent berperan dalam mengikat
kitosan dan CMC dengan adanya ikatan silang yang terjadi antara gugus
karbooksil (C=O) pada glutaraldehida dengan gugus amin (NH2) pada kitosan
(Leceta and Guerrero, 2012) dan gugus hidroksil (OH) pada CMC (Asma et al.,
2013). Adanya ikatan silang antara kitosan dan glutaraldehida akan meningkatkan
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 14
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
kekuatan mekanik matriks gel (Rohindra et al., 2004) sehingga film yang
dihasilkan akan sesuai dengan standar industri pengemas makanan. Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan oleh Saputra (2012), film kitosan terplastis CMC
memiliki karakteristik ketebalan berkisar antara 0,10-0,22 mm, kuat tarik 12,90–
25,50 kgf/cm2 dan persen pemanjangan 16,95–20,45%.
3.2 Hipotesis
H0 : Penambahan glutaraldehida tidak berpengaruh terhadap karakteristik film
bioplastik kitosan terplastis CMC.
H1 : Penambahan glutaraldehida berpengaruh terhadap karakteristik film
bioplastik kitosan terplastis CMC.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 15
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
Gambar 3.1. Kerangka konseptual penelitian
Ikatan silang antara gugus karboksil pada
glutaraldehida dengan gugus amin pada kitosan dan
gugus hidroksil pada CMC
Matriks film makin rapat
Film bioplastik sesuai standar industri pengemas
makanan
Keterangan :
: aspek yang diteliti
: aspek yang tidak diteliti
CMC
Plasticizer
Sorbitol
Gliserol
Melemahkan gaya tarik
ikatan hidrogen
Mobilitas polimer
meningkat
CMC tidak berikatan
silang dengan kitosan
Crosslinking agent
Epiklorohidrin
Glutaraldehida
Heksametilenadisosianat
Kitosan
Gugus amida
(-NH2)
Gugus hidroksil
(-OH)
Asam asetat (CH3COOH)
Film bersifat kaku
Ikatan hidrogen
Film bioplastik
Hidrokoloid Lipid Komposit
Asil gliserol
(malam)
Asam Lemak Polisakarida Protein
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 16
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
IV METODOLOGI
4.1 Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kering Fakultas Perikanan
dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya. Karakterisasi film bioplastik
dilaksanakan di Unit Layanan Pengujian (ULP) Fakultas Farmasi Universitas
Airlangga Surabaya dan Laboratorium Energi Institut Teknologi Sepuluh
Nopember Surabaya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari – Mei 2016.
4.2 Materi Penelitian
4.2.1 Peralatan Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain beaker glass 100
mL, gelas ukur 100 mL, hotplate, magnetic stirer, tisu, handglove, masker gas,
kaca mata pelindung, timbangan analitik, cruss tang, sendok, batang statif, clamp,
oven dan cetakan 15 cm x 15 cm.
4.2.2 Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kitosan yang
didapatkan dari PT. Biotech Surindo, asam asetat, glutaraldehida dan Carboxy
Methyl Cellulose (CMC).
4.3 Metode Penelitian
4.3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan setiap perlakuan dilakukan lima
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 17
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
ulangan sehingga didapatkan 20 (dua puluh) satuan penelitian. Ciri-ciri RAL
adalah media dan bahan percobaan seragam dan sumber keragaman hanya satu
yaitu perlakuan disamping pengaruh acak (Kusriningrum, 2015). Empat perlakuan
yang diberikan antara lain :
Perlakuan A (kontrol) : Film bioplastik dengan komposisi 2 gram kitosan dan 0,1
% CMC.
Perlakuan B : Film bioplastik dengan komposisi 2 gram kitosan, 0,1 %
CMC dan 1 mL glutaraldehida 3,5 %.
Perlakuan C : Film bioplastik dengan komposisi 2 gram kitosan, 0,1 %
CMC dan 1 mL glutaraldehida 4,0 %.
Perlakuan D : Film bioplastik dengan komposisi 2 gram kitosan, 0,1 %
CMC dan 1 mL glutaraldehida 4,5 %.
Persentase penambahan 1 mL glutaraldehida didasarkan pada penelitian
Sugita dkk. (2007) bahwa matriks gel kitosan optimum didapatkan pada
penambahan 1 mL glutaraldehida 4% (v/v) yang memberikan nilai kekuatan, titik
pecah, ketegaran, pembengkakan dan pengerutan berturut-turut adalah 881,4385
g/cm2, 1,0267 cm, 8,5179 g/cm, 4,5313 g dan 1,6280 g.
Pengacakan dalam penelitian bertujuan untuk memberikan peluang yang
sama pada setiap satuan penelitian dan untuk menghindari bias atau setidak-
tidaknya untuk memperkecil bias yang mungkin ada dalam percobaan
(Kusriningrum, 2010). Metode pengacakan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan cara lotre.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 18
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
4.3.2 Variabel Penelitian
Terdapat tiga variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel bebas, variabel
terikat, dan variabel kontrol.
Variabel bebas : Konsentrasi glutaraldehida.
Variabel terikat : Laju transmisi uap air, ketebalan, kuat tarik,perpanjangan putus
dan waktu degradasi sempurna.
Variabel control : Jenis kitosan, alat (ukuran cetakan, ketelitian alat, bentuk
cetakan), bahan (konsentrasi pelarut, kemurnian), suhu
(pengeringan dan proses pembuatan film), waktu, volume
larutan film bioplastik dan metode pembuatan film bioplastik.
4.3.3 Prosedur Kerja
Terdapat beberapa tahapan yang akan dilakukan dalam penelitian ini,
yaitu:
A. Pembuatan Film Bioplastik
Pembuatan film bioplastik mengacu pada Butler et al. (1996) yang
dimodifikasi oleh Saputra (2012). Sebanyak 2 gram kitosan dilarutkan dalam 100
mL asam asetat 1% dan dipanaskan pada suhu 60 °C selama 15 menit kemudian
ditambahkan 0,1% CMC dan diaduk menggunakan magnetic stirer selama 15
menit. Pengadukan dilakukan untuk mencegah terbentuknya gumpalan. Sebanyak
1 mL glutaraldehida dengan ragam konsentrasi 3,5% ; 4,0% dan 4,5% (v/v)
ditambahkan tetes demi tetes, sedangkan pada perlakuan kontrol tidak
ditambahkan glutaraldehida. Setelah larutan homogen, selanjutnya dituangkan
pada cetakan akrilik 15 cm x 15 cm dan didiamkan pada suhu 60 °C selama 3 jam.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 19
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
B. Karakterisasi Film Bioplastik
Karakterisasi meliputi ketebalan, kuat tarik, perpanjangan putus laju
transmisi uap air dan waktu degradasi sempurna. Ketebalan diukur menggunakan
Microcal Meshmer (ASTM D-1005) yang dilakukan pada lima tempat berbeda
dan hasilnya didapatkan dari rata-rata kelima pengukuran tersebut. Kekuatan tarik
adalah tegangan maksimum sampel sebelum putus sedangkan perpanjangan putus
adalah pertambahan panjang yang didapatkan hingga film putus. Kekuatan tarik
dan perpanjangan putus diukur menggunakan alat Tensile Strenght and
Elongation Test Strograph (ASTM D-882). Kuat tarik ditentukan berdasarkan
gaya maksimum saat film putus dan perpanjangan putus ditentukan dari
pemanjangan (cm) hingga film putus dengan cara membandingkan pertambahan
panjang dan panjang awal film.
Laju transmisi uap air (ASTM E-96) dilakukan dengan meletakan film
berukuran 5x5 cm pada permukaan atas wadah yang berisi 10 mL aquades dan
diletakan pada desikator selama 1 hari (24 jam). Perhitungan laju transmisi uap air
didasarkan pada pertambahan berat film setelah pengujian, waktu dan luas film.
Waktu degradasi sempurna (complete degradability time) merupakan
parameter yang menunjukan kualitas plastik sehingga dapat digolongkan dalam
Kuat tarik (kgf/cm2) = Gaya Kuat Tarik .
Luas Penampang (cm2)
% E = Pertambahan panjang x 100%
Panjang awal
WVTR = Pertambahan berat film (gram)
Waktu uji (hari) x luas film (m2)
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 20
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
plastik biodegradable atau non-biodegradable. Pengukuran Waktu degradasi
sempurna (complete degradability time) mengacu pada Pimpan, et al. (2001).
Preparasi bioplastik untuk uji degradabilitas dilakukan dengan memotong film
bioplastik dengan ukuran 5 cm x 1 cm kemudian dikeringkan dalam desikator dan
ditimbang berat sebelum penguburan (W0). Sampel dikubur dalam tanah selama
waktu uji yang ditentukan oleh peneliti dan selanjutnya sampel diambil dari tanah,
dibersihkan dari kotoran yang melekat dan dimasukan dalam desikator serta
dilakukan penimbangan berat aahir setelah penguburan (W1). Persentase
kehilangan berat, perkiraan waktu terdegradasi sempurna dan laju degradabilitas
dapat dihitung menggunakan rumus berikut :
Analisis struktur permukaan film dilakukan dengan Scanning Electrone
Microscope (SEM) (Toya et al., 1986) yang dilakukan dengan cara menempelkan
film pada specimen holder. Film yang akan di analisis, dipotong ukuran 8 mm dan
dibersihkan dari kotoran yang menempel serta pemberian coating pada film
berupa emas-paladium yang bertujuan agar specimen dapat menghantarkan listrik
ketika dipotret. Prinsip kerja SEM yakni dengan pancaran yang diradiasi terhadap
% Kehilangan Berat = W0 – W1 x
100%
W0
Waktu Degradasi Sempurna = 100% x waktu uji
% Kehilangan Berat
Laju Degradabilitas = (W0 – W1)
Waktu uji
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 21
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
specimen. Analisis SEM dilakukan untuk mengetahui struktur permukaan film
yang berhubungan dengan ikatan yang terjadi antara kitosan, CMC dan
glutaraldehida.
4.4 Parameter Pengamatan
Parameter dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu parameter utama
dan parameter pendukung. Parameter utama dalam penelitian ini adalah ketebalan,
kuat tarik, persen perpanjangan, laju transmisi uap air dan waktu degradasi
sempurna, sedangkan parameter pendukung penelitian adalah karakteristik kitosan
yang meliputi Degree of Deacetylation (DD), kadar abu, viskositas dan kelarutan
kitosan.
4.5 Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini selanjutnya akan dianalisis
menggunakan sidik ragam (ANOVA) untuk mengetahui pengaruh tiap perlakuan
terhadap karakteristik film bioplastik. Apabila ada perbedaan yang nyata maupun
sangat nyata, maka akan dilakukan uji lanjut Duncan untuk mengetahui perlakuan
terbaik. Uji Duncan bertujuan untuk membandingkan perlakuan mana yang
menghasilkan hasil terbaik (Kusriningrum, 2012). Penentuan perlakuan terbaik
juga didasarkan atas standar industri pengemas makanan JIS 2-1707 dan ASTM
D-6002.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 22
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
Gambar 4.1. Diagram alir penelitian
A1
A2
A3
A4
A5
B1
B2
B3
B4
B5
C1
C2
C3
C4
C5
D1
D2
D3
D4
D5
Persiapan alat dan bahan
Pembuatan film bioplastik
D (4,5%) A (0%) B (3,5%) C (4%)
Karakterisasi
Ketebalan Kuat tarik Persen
pemanjangan
Analisis data
Waktu degradasi
sempurna
Scanning Electrone Microscope (SEM)
Laju transmisi
uap air
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 23
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa film bioplastik dengan penambahan
konsentrasi gutaraldehida yang berbeda memiliki karakteristik yang berbeda pula.
Adapun film bioplastik yang terbentuk pada masing-masing perlakuan dapat
dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar 5.1. Film bioplastik dengan penambahan 1 mL glutaraldehida (a) 0% ;
(b) 3,5 % ; (c) 4 % dan (d) 4,5 %.
Penampakan fisik film bioplastik tanpa penambahan glutaraldehida
memiliki warna lebih jernih dibandingkan dengan film bioplastik dengan
penambahan glutaraldehida yang memiliki warna coklat pekat. Film bioplastik
dengan penambahan glutaraldehida 4,5% memiliki warna coklat yang paling
pekat dibandingkan dengan film bioplastik dengan penambahan 3,5% dan 4%.
Karakteristik film bioplastik antara lain adalah ketebalan, kuat tarik, persen
pemanjangan, laju transmisi uap air dan waktu degradasi sempurna. Adapun
penilaian karakteristik film bioplastik hasil penelitian dibandingkan dengan
standar industri pengemas makanan (JIS 2-1707 dan ASTM D-6002) dapat dilihat
pada Tabel 5.1.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 24
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
Tabel 5.1. Perbandingan karakteristik film bioplastik dengan standar
Parameter Perlakuan
Standar 0 % 3,5 % 4 % 4,5%
Ketebalan (mm) 0,3 0,21 0,1 0,15 Maksimal
0,25 mm
JIS
2-1707
Kuat tarik
(KgF/cm2)
41,96 53,41 120,04 84,61 Minimal
4 KgF/cm2
Perpanjangan
putus (%) 28,28 6,39 4,09 6,21
Minimal
70 %
Laju transmisi
uap air
(g/m2/hari)
13,37 6,57 5,8 6,28 Maksimal
7 g/m2/hari
Waktu
degradasi
sempurna (hari)
7 42 134 70 60 hari ASTM
D-6002
5.1.1. Ketebalan
Rata-rata hasil pengujian ketebalan film bioplastik pada perlakuan A adalah
0,3 mm; B 0,21 mm; C 0,1 mm; dan D 0,15 mm. Grafik nilai rata-rata ketebalan
film bioplastik kitosan terplastis CMC dengan agen penaut silang glutaraldehida
dapat dilihat pada Gambar 5.2.
Gambar 5.2. Grafik ketebalan film bioplastik kitosan terplastis CMC dengan
penambahan konsentrasi glutaraldehida berbeda
Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) menunjukan bahwa penambahan
glutaraldehida berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap ketebalan film bioplastik
(Lampiran 2). Hasil uji lanjut Duncan menunjukan bahwa rata-rata nilai ketebalan
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 25
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
perlakuan glutaraldehida 0% berbeda nyata dengan perlakuan glutaraldehida 4 dan
4,5% namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan glutaraldehida 3,5%,
sedangkan pada perlakuan 4 dan 4,5% tidak berbeda nyata satu dengan lainnya.
Berpedoman pada standar industri pengemas makanan, maka film bioplastik yang
dihasilkan pada penelitian ini masih memenuhi standar untuk dikategorikan
sebagai bioplastik pengemas makanan. Standar maksimal ketebalan bioplastik
pengemas makanan adalah 0,25 mm (JIS 2-1707).
5.1.2. Kuat Tarik
Rata-rata hasil pengujian kuat tarik film bioplastik pada perlakuan A adalah
41,96 KgF/cm2; B 53,41 KgF/cm
2; C 120,04 KgF/cm
2; dan D 84,61 KgF/cm
2.
Grafik nilai rata-rata kuat tarik film bioplastik kitosan terplastis CMC dengan
penambahan berbagai konsentrasi glutaraldehida dapat dilihat pada Gambar 5.3.
Gambar 5.3. Grafik kuat tarik film bioplastik kitosan terplastis CMC dengan
penambahan konsentrasi glutaraldehida berbeda
Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) menunjukan bahwa terdapat perbedaan
yang nyata (P<0,05) antar perlakuan (Lampiran 4). Hasil uji lanjut Duncan
menunjukan bahwa perlakuan glutaraldehida 4% berbeda nyata dengan 0 dan
3,5% namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan glutaraldehida 4,5%.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 26
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
Berpedoman pada standar industri pengemas makanan, standar minimal kuat tarik
adalah 4 KgF/cm2 (JIS 2-1707), sehingga hasil dari penelitian ini masih memenuhi
standar untuk dikategorikan sebagai bioplastik pengemas makanan.
5.1.3. Persen Pemanjangan
Rata-rata hasil pengujian nilai persen pemanjangan film bioplastik pada
perlakuan A adalah 28,28%; B 6,39%; C 4,09%; dan D 6,21%. Hasil analisis sidik
ragam (ANOVA) menunjukan bahwa penambahan glutaraldehida berpengaruh
nyata (P<0,05) terhadap persen pemanjangan film bioplastik. Grafik nilai rata-rata
persen pemanjangan film bioplastik kitosan terplastis CMC dengan penambahan
berbagai konsentrasi glutaraldehida dapat dilihat pada Gambar 5.4.
Gambar 5.4. Grafik persen pemanjangan film bioplastik kitosan terplastis CMC
dengan penambahan konsentrasi glutaraldehida berbeda
Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) menunjukan bahwa terdapat perbedaan
yang nyata (P<0,05) antar perlakuan (Lampiran 6). Hasil uji lanjut Duncan
menunjukan bahwa perlakuan glutaraldehida 0% berbeda nyata dengan perlakuan
glutaraldehida 3,5%; 4% dan 4,5%. Berpedoman pada standar industri pengemas
makanan, standar minimal persen pemanjangan adalah 70% (JIS 2-1707). Hasil
persen pemanjangan pada penelitian ini berkisar antara 4,09-28,28% sehingga
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 27
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
masih belum memenuhi standar untuk dikategorikan sebagai bioplastik pengemas
makanan untuk karakteristik persen pemanjangan.
5.1.4. Laju Transmisi Uap Air
Rata-rata hasil pengujian laju transmisi uap air (water vapour transmission
rate / WVTR) film bioplastik pada perlakuan A adalah 13,37 g/m2/hari; B 6,57
g/m2/hari; C 5,8 g/m
2/hari; dan D 6,28 g/m
2/hari. Hasil analisis sidik ragam
(ANOVA) menunjukan bahwa penambahan glutaraldehida berpengaruh nyata
(P<0,05) terhadap laju transmisi uap air film bioplastik. Grafik nilai rata-rata hasil
pengujian laju transmisi uap air film bioplastik kitosan terplastis CMC dengan
penambahan berbagai konsentrasi glutaraldehida dapat dilihat pada Gambar 5.5.
Gambar 5.5. Grafik laju transmisi uap air (WVTR) film bioplastik kitosan
terplastis CMC dengan penambahan konsentrasi glutaraldehida
berbeda
Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) menunjukan bahwa terdapat perbedaan
yang nyata (P<0,05) antar perlakuan (Lampiran 8). Hasil uji lanjut Duncan
menunjukan bahwa perlakuan glutaraldehida 0% berbeda nyata dengan perlakuan
glutaraldehida 3,5%; 4% dan 4,5%. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka
bioplastik kitosan terplastis CMC dengan penambahan glutaraldehida memenuhi
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 28
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
syarat sebagai pengemas makanan dengan nilai laju transmisi uap air kurang dari
7 g/m2/hari (JIS 2-1707).
5.1.5. Waktu Degradasi Sempurna
Rata-rata hasil waktu degradasi sempurna film bioplastik pada perlakuan A
adalah 7 hari, B 42 hari, C 134 hari dan D 70 hari. Hasil analisis sidik ragam
(ANOVA) menunjukan bahwa penambahan glutaraldehida berpengaruh nyata
(P<0,05) terhadap waktu degradasi sempurna film bioplastik. Grafik nilai rata-rata
hasil pengujian waktu degradasi sempurna film bioplastik kitosan terplastis CMC
dengan penambahan berbagai konsentrasi glutaraldehida dapat dilihat pada
Gambar 5.6.
Gambar 5.6. Grafik waktu degradasi sempurna film bioplastik kitosan
terplastis CMC dengan penambahan konsentrasi glutaraldehida berbeda
Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) menunjukan bahwa terdapat perbedaan
yang nyata (P<0,05) antar perlakuan (Lampiran 10). Hasil uji lanjut Duncan
menunjukan bahwa perlakuan glutaraldehida 0% berbeda nyata dengan perlakuan
glutaraldehida 4% dan 4,5% namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan
glutaraldehida 3,5%. Berpedoman pada standar plastik biodegradable (ASTM D-
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 29
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
6002), maka hasil penelitian ini menunjukan bahwa film bioplastik kitosan
terplastis CMC dan tertaut silang glutaraldehida membutuhkan waktu yang lebih
lama yakni 42-134 hari untuk terurai secara keseluruhan.
5.1.6. Pengamatan Scanning Electrone Microscope (SEM)
Pengamatan mikroskopis struktur permukaan film bioplastik menggunakan
Scanning Electrone Microscope (SEM). Pengamatan dilakukan pada film
bioplastik yang memiliki nilai karakteristik terbaik. Film bioplastik dengan
penambahan glutaraldehida 4% memiliki rata-rata nilai laju transmisi uap air
terendah yakni 5,8 g/m2/hari. Karakteristik laju transmisi uap air merupakan salah
satu indikator terbentuknya ikatan silang antara kitosan, CMC dan glutaraldehida.
Semakin rendah nilai laju transmisi uap air maka glutaraldehida semakin baik
berikatan dengan CMC dan kitosan dengan menutup pori-pori film. Hasil
pengamatan SEM menunjukan bahwa permukaan mikroskopis film bioplastik
berbahan dasar kitosan terplastis CMC dengan penambahan glutaraldehida
memiliki pori-pori yang rapat, kompak dan tidak ditemukan pahatan pada struktur
mikroskopis film. Hasil yang berbeda dapat dilihat pada hasil pengamatan film
bioplastik kitosan terplastis CMC tanpa penambahan glutaraldehida yang
memiliki pori-pori tidak rapat dan banyak terdapat pahatan (Saputra, 2012). Hasil
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 30
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
analisis struktur mikroskopis permukaan film bioplastik menggunakan SEM dapat
dilihat pada Gambar 5.7.
Gambar 5.7. Struktur mikroskopis film bioplastik tanpa penambahan
glutaraldehida (Saputra, 2012) (a). Struktur mikroskopis film bioplastik dengan
penambahan glutaraldehida 4% (Dokumentasi penelitian) (b)
Pada Gambar 5.7 (a), dapat dilihat bahwa banyak pahatan pada permukaan
film. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak terdapat ikatan silang antara kitosan
dan CMC sehingga pori-pori matriks lebar. Penambahan glutaraldehida
menimbulkan ikatan silang antara kitosan dan CMC sehingga matriks semakin
rapat (Gambar 5.7. b).
5.2. Pembahasan
Pengamatan warna film bioplastik dilakukan secara fisik dengan mengamati
warna pada masing-masing perlakuan. Penampakan fisik film bioplastik tanpa
penambahan glutaraldehida memiliki warna jernih sedangkan penampakan fisik
film bioplastik dengan penambahan glutaraldehida memiliki warna coklat pekat.
Kenampakan coklat pekat ditimbulkan oleh penambahan glutaraldehida yang
merupakan cairan coklat sehingga penambahan glutaraldehida dengan konsentrasi
berbeda akan menghasilkan film bioplastik dengan kenampakan warna yang
berbeda pula. Semakin tinggi konsentrasi glutaraldehida yang ditambahkan maka
a b
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 31
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
warna yang dihasilkan pada film bioplastik akan semakin pekat. Kenampakan film
bioplastik akan berpengaruh terhadap organoleptik produk yang akan dikemasnya
sehingga akan menurunkan daya tarik konsumen terhadap produk tersebut.
Penambahan glutaraldehida dalam penelitian ini mengacu pada fungsi
glutaraldehida sebagai agen penaut silang (crosslinking agent) sehingga
glutaraldehida dapat mengisi rongga antara CMC dan kitosan. Glutaraldehida
sebagai crosslinking agent berperan dalam mengikat kitosan dan CMC dengan
adanya ikatan silang yang terjadi antara gugus aldehid (C=O) pada glutaraldehida
dengan gugus amin (NH2) pada kitosan (Leceta and Guerrero, 2012) dan gugus
hidroksil pada CMC (Asma et al., 2014). Ikatan silang yang terjadi antara kitosan,
glutraraldehida dan CMC akan menurunkan rata-rata nilai ketebalan, persen
pemanjangan dan waktu degradasi sempurna, sedangkan pada rata-rata nilai kuat
tarik akan mengalami peningkatan. Ikatan silang antara kitosan dan glutaraldehida
dapat dilihat pada Gambar 5.8.
Gambar 5.8. Crosslinking kitosan dengan glutaraldehida (Goncalves et al., 2005).
Ketebalan merupakan karakteristik film bioplastik yang berhubungan
dengan organoleptik produk. Bioplastik sebagai pengemas makanan primer
berpengaruh pada aspek rasa dan kenampakan sedangkan sebagai kemasan
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 32
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
sekuder, bioplastik berpengaruh pada aspek kenampakan. Bioplastik yang terlalu
tipis akan mudah mengalami kerusakan berupa sobek serta fungsinya sebagai
pelindung produk akan terganggu. Namun bioplastik yang terlalu tebal akan
berpengaruh terhadap rasa dari produk yang dilapisi dan akan mengganggu
kenampakan produk.
Pada penelitian ini, film bioplastik dengan penambahan glutaraldehida
memiliki ketebalan berkisar antara 0,1-0,21 mm. Nilai ini lebih rendah jika
dibandingkan dengan film bioplastik tanpa penambahan agen penaut silang yakni
0,3 mm. Semakin tinggi konsentrasi penambahan glutaraldehida maka akan
semakin banyak kitosan yang tertarik dengan CMC sehingga rongga antar
komponen akan semakin kecil yang diikuti dengan penurunan nilai rata-rata
ketebalan film. Faktor yang dapat mempengaruhi ketebalan film adalah sifat dan
komposisi bahan (Sara, 2015). Penambahan komposisi bahan akan meningkatkan
ketebalan film yang dihasilkan jika bahan tambahan tersebut memiliki sifat tidak
larut pada larutan bioplastik. Glutaraldehida merupakan cairan berwarna coklat
yang larut sempurna dalam larutan bioplastik kitosan terplastis CMC. Kelarutan
sempurna dibuktikan oleh tidak adanya gumpalan pada larutan bioplastik setelah
pencampuran. Glutaraldehida akan bekerja mengisi rongga pada matriks film
sehingga tidak akan meningkatkan nilai rata-rata ketebalan film.
Mengacu pada standar JIS 2-1707 yang menyebutkan bahwa maksimal
ketebalan bioplastik adalah 0,25 mm, maka perlakuan terbaik pada karakteristik
ketebalan didapatkan pada film bioplastik dengan penambahan glutaraldehida
3,5% yang memiliki nilai ketebalan 0,21 mm. Hal ini dikarenakan film bioplastik
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 33
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
tanpa tanpa penambahan glutaraldehida memiliki nilai ketebalan yang melebihi
standar yakni 0,3 mm.
Kuat tarik merupakan besar gaya yang diperlukan hingga bioplastik putus.
Nilai kuat tarik rendah berarti bioplastik tersebut mudah rusak dan nilai kuat tarik
tinggi mengindikasikan bahwa bioplastik yang dihasilkan dapat melindungi
produk dari gangguan mekanik berupa benturan ataupun gesekan antar produk.
Nilai rata-rata kuat tarik film bioplastik dengan penambahan glutaraldehid berkisar
antara 53,41-120,04 KgF/cm2. Nilai ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan film
bioplastik tanpa penambahan glutaraldehida yakni 41,96 KgF/cm2. Penambahan
glutaraldehida dengan kosentrasi berbeda juga berpengaruh pada nilai rata-rata
kuat tarik yang dihasilkan. Penambahan glutaraldehida yang lebih tinggi akan
meningkatkan ikatan silang sehingga matriks film semakin rapat dan diperlukan
gaya yang lebih besar dibandingkan matriks film dengan penambahan konsentrasi
glutaraldehida yang lebih rendah dan atau tanpa penambahan glutaraldehida.
Purwatiningsih (2007) menyatakan bahwa makin tinggi konsentrasi
glutaraldehida, titik pecah matriks gel makin kecil karena ikatan silang matriks
makin rapat, sehingga kedalaman penetrasi pada saat gel pecah menjadi kecil,
dengan begitu maka kuat tarik film akan semakin tinggi. Ikatan silang antara CMC
dan glutaraldehida dapat dilihat pada Gambar 5.9.
Gambar 5.9. Ikatan silang CMC-glutaraldehida (Asma et al., 2014)
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 34
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
Mengacu pada standar JIS 2-1707 yang menyebutkan bahwa minimal nilai
kuat tarik bioplastik adalah 4 KgF/cm2, maka perlakuan terbaik pada karakteristik
kuat tarik didapatkan pada film bioplastik dengan penambahan glutaraldehida 4%
yang memiliki nilai kuat tarik tertinggi yakni 120,04 KgF/cm2.
Persen pemanjangan merupakan persentase penambahan panjang film yang
diukur dari panjang awal hingga didapatkan panjang ahir setelah pegujian. Nilai
rata-rata persen pemanjangan film bioplastik dengan penambahan glutaraldehid
berkisar antara 4,09-6,39%. Nilai ini lebih rendah jika dibandingkan dengan film
bioplastik tanpa penambahan glutaraldehida yakni 28,28%. Penambahan
glutaraldehida dengan kosentrasi berbeda juga berpengaruh pada nilai rata-rata
persen pemanjangan yang dihasilkan. Semakin tinggi konsentrasi glutaraldehida
yang ditambahkan, maka ikatan silang yang terbentuk juga akan semakin
meningkat. Ikatan silang antara kitosan, glutaraldehida dan CMC akan membuat
struktur film semakin rapat dan pori-pori mengecil sehingga peningkatan
konsentrasi glutaraldehida akan menurunkan nilai persen pemanjangan. Nilai
persen pemanjangan merupakan indikator elastisitas plastik. Semakin tinggi nilai
persen pemanjangan maka plastik memiliki karakteristik makin elastis dan
melindungi produk lebih bagus.
Mengacu pada standar JIS 2-1707 yang menyebutkan bahwa minimal nilai
persen pemanjangan bioplastik adalah 70%, maka perlakuan terbaik pada
karakteristik persen pemanjangan didapatkan pada film bioplastik dengan
penambahan glutaraldehida 0% yang memiliki nilai persen pemanjangan tertinggi
yakni 28,28%.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 35
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
Laju transmisi uap air merupakan parameter yang menunjukan kualitas
bioplastik dalam mempertahankan kualitas produk yang akan dikemasnya. Nilai
laju transmisi uap air yang tinggi mengindikasikan bahwa bioplastik memiliki
pori-pori besar sehingga uap air dapat dengan mudah melewati matriks film.
Semakin tinggi aktivitas uap air yang melewati matriks film maka kualitas film
tersebut juga semakin rendah dikarenakan film kurang baik dalam melindungi
produk dari serangan bakteri yang terbawa oleh uap air dari lingkungan sekitar.
Air juga merupakan media pertumbuhan bakteri, sehingga semakin tinggi laju
transmisi uap air, maka bakteri akan mudah berkembang biak pada produk yang
dikemas dan menurunkan kualitas produk.
Nilai rata-rata laju transmisi uap air film bioplastik dengan penambahan
glutaraldehid berkisar antara 5,8-6,57 g/m2/hari. Nilai ini lebih rendah jika
dibandingkan dengan film bioplastik tanpa penambahan glutaraldehida yakni
13,37 g/m2/hari. Penambahan glutaraldehida dengan konsentrasi yang berbeda
memiliki rata-rata nilai laju transmisi uap air yang berbeda pula. Penambahan
glutaraldehida 4% memiliki nilai laju transmisi uap air terendah yakni 5,8
g/m2/hari. Hal ini mengindikasikan bahwa glutaraldehida telah berikatan dengan
CMC dan kitosan sehingga menutup pori-pori film dan menghambat laju transmisi
uap air. Konsentrasi glutaraldehida bertolak belakang dengan nilai laju transmisi
uap air. Semakin tinggi konsentrasi glutaraldehida yang ditambahkan maka ikatan
silang yang terbentuk akan semakin banyak sehingga menutup pori-pori film.
Mengacu pada standar JIS 2-1707 yang menyebutkan bahwa minimal nilai
laju trasnmisi uap air bioplastik adalah 7 g/m2/hari, maka perlakuan terbaik pada
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 36
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
karakteristik laju trasnmisi uap air didapatkan pada film bioplastik dengan
penambahan glutaraldehida 4% yang memiliki nilai laju trasnmisi uap air terendah
yakni 5,8 g/m2/hari.
Waktu degradasi sempurna (complete degradability time) merupakan
parameter yang menunjukan kualitas plastik sehingga dapat digolongkan dalam
plastik biodegradable atau non-biodegradable. Perhitungan waktu degradasi
sempurna dilakukan dengan melakukan estimasi yang didasarkan pada persen
kehilangan berat plastik pada waktu uji penguburan dalam tanah. Hasil rata-rata
waktu degradasi sempurna film bioplastik dengan penambahan glutaraldehida
adalah 42-134 hari. Nilai ini lebih besar jika dibandingkan dengan hasil rata-rata
waktu degradasi sempurna film bioplastik tanpa penambahan glutaraldehida yakni
7 hari. Peningkatan konsentrasi glutaraldehida diikuti dengan peningkatan waktu
degradasi sempurna film bioplastik. Hal ini dikarenakan semakin banyak ikatan
silang yang terbentuk antara glutaraldehida dengan kitosan dan CMC sehingga
memerlukan waktu yang lebih lama untuk memecah polimer-polimer yang
berikatan kuat menjadi monomer.
Mengacu pada standar ASTM D-6002 yang menyebutkan bahwa
biodegradasi film bioplastik membutuhkan 60 hari untuk terurai secara
keseluruhan (100%), maka perlakuan terbaik pada karakteristik waktu degradasi
sempurna didapatkan pada film bioplastik dengan penambahan glutaraldehida 0%
yang memiliki waktu degradasi sempurna terendah yakni 7 hari.
Lama waktu terdegradasi film bioplastik dari penelitian ini lebih tinggi jika
dibandingkan dengan film bioplastik dari pati kulit singkong dengan pemlastis
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 37
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
gliserol yang membutuhkan waktu degradasi sempurna selama 14 hari (Anita
dkk., 2013). Shakina dkk., (2012) berpendapat bahwa kemampuan degradasi
plastik dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti jenis tanah, jenis mikroba, dan
kelembaban. Lama waktu degradasi juga dipengaruhi oleh komponen yang
terkandung dalam film bioplastik dimana pada penelitian ini terdapat tiga
komponen (kitosan, CMC dan glutaraldehida) sedangkan pada penelitian Anita
dkk., (2013) hanya terdapat dua komponen (gliserol dan pati). Perbedaan jumlah
komponen penyusun juga diikuti dengan peningkatan jumlah ikatan silang yang
terdapat pada matriks film. Ikatan yang semakin banyak dan kuat akan
memerlukan waktu yang lebih lama untuk terdegradasi sempurna dibandingkan
matriks film yang memiliki ikatan lebih sedikit.
Menurut Sihaloho (2011), bahwa proses degradasi biodegradable film
kemasan pada tanah dimulai dengan tahap degradasi kimia yaitu dengan proses
oksidasi molekul menghasilkan polimer dengan berat molekul yang lebih rendah.
Tahapan selanjutnya adalah degradasi oleh mikroorganisme (bakteri, jamur dan
alga) serta aktivitas enzim. Mikroba dalam mendegradasi partikel organik dengan
menghasilkan enzim ekstraseluler untuk mendegradasi partikel ke ukuran yang
lebih kecil dan dapat larut dalam air.
Grafik hasil rata-rata nilai ketebalan bertolak belakang dengan nilai kuat
tarik dan waktu degradasi sempurna namun berbanding lurus dengan nilai persen
pemanjangan dan laju transmisi uap air. Penurunan rata-rata nilai ketebalan
dikarenakan adanya peningkatan jumlah ikatan silang sehingga komponen-
komponen akan terikat dan menurunkan nilai ketebalan. Pori-pori matriks akan
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 38
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
semakin mengecil sehingga dapat menurunkan laju transmisi uap air yang
melewati film dan memudahkan film mengalamai pemanjangan dikarenakan tidak
adanya ikatan silang yang menahan komponen penyusun film. Seiring dengan
menurunnya nilai ketebalan yang diakibatkan oleh meningkatnya jumlah ikatan
silang, maka nilai kuat tarik akan mengalami peningkatan. Semakin banyak ikatan
silang dalam matrik film maka gaya yang dapat ditahan oleh film pun semakin
besar. Begitu pula dengan parameter waktu degradasi sempurna, penguraian oleh
mikroorganisme di dalam tanah akan semakin lama dengan meningkatnya jumlah
ikatan silang yang terdapat dalam matriks film.
Ada dua faktor yang menyebabkan hubungan antar parameter, diantaranya
adalah proses pembuatan film bioplastik dan sifat bahan penyusunnya. Nilai
ketebalan akan berbanding lurus dengan nilai transmisi uap air dan persen
pemanjangan jika pada proses pembuatan film bioplastik kurang homogen
dikarenakan masih adanya rongga pada matriks film. Namun nilai ini bisa bertolak
belakang jika pengadukan yang dilakukan dengan baik sehingga didapatkan
matriks film yang memiliki struktur kompak dan rapat dan dapat menekan nilai
laju transmisi uap air. Sifat komponen penyusun juga berpengaruh dalam
hubungan antar parameter. Komponen penyusun yang bersifat hidrofilik akan
meningkatkan nilai laju transmisi uap air, meskipun matrik film memiliki struktur
mikroskopis yang rapat dan berpori kecil.
Pengamatan mikroskopis permukaan film bioplastik dilakukan dengan
analisis Scanning Electrone Microscope (SEM). Hasil analisis SEM menunjukan
bahwa film bioplastik memiliki permukaan yang berpori rapat. Hal ini
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 39
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
mengindikasikan bahwa glutaraldehida berikatan silang dengan CMC dan kitosan
yang dapat dibuktikan dengan rendahnya nilai laju transmisi uap air yang dimiliki
film bioplastik dengan penambahan glutaraldehida 3,5% yakni 6,57 g/m2/hari.
Matriks film dengan pori-pori yang rapat akan dapat melindungi produk yang
dikemasnya dari bakteri yang terbawa oleh udara dari lingkungan.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 40
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Penambahan glutaraldehida berpengaruh terhadap karakteristik film
bioplastik kitosan terplastis CMC
2. Peningkatan konsentrasi glutaraldehida dapat menurunkan rata-rata nilai
ketebalan persen pemanjangan dan laju transmisi uap air namun di sisi lain
dapat meningkatkan nilai kuat tarik dan waktu degradasi sempurna
3. Nilai karakteristik film bioplastik pada penambahan glutaraldehida 4 dan
4,5% tidak berbeda nyata pada karakteristik ketebalan, kuat tarik, persen
pemanjangan dan laju transmisi uap air.
4. Hasil Pengamatan mikroskopis struktur permukaan film bioplastik
menggunakan Scanning Electrone Microscope (SEM) menunjukan bahwa
film bioplastik kitosan terplastis CMC dengan agen penaut silang
glutaraldehida memiliki struktur yang kompak dan berpori kecil.
6.2 Saran
1. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka disarankan agar pada
penelitian selanjutnya dilakukan penambahan bahan yang dapat
mengurangi warna coklat pekat menjadi warna putih jernih, sehingga film
bioplastik yang dihasilkan tidak berpengaruh terhadap organoleptik
produk yang akan dikemasnya.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 41
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
DAFTAR PUSTAKA
Ahmann, D and J. R. Dorgan. 2007. Bioenginering for Pollution Prevention
Though Development of Biobased Energy and Materials State of the
Science Report. EPA/600/R-07/028. 76-78.
Anita, Z., Fauzi, A dan Hamidah H. 2013. Pengaruh Penambahan Gliserol
Terhadap Sifat Mekanik Film Biodegradasi Dari Pati Kulit Singkong. Jurnal
Teknik Kimia. Universitas Sumatra Utara. 2(2).
Anitha, A., N. S. Rejinold, D. B. Joel, V. N. Shanti and J. Rangasamy. 2012.
Approaches for Functional Modification or Cross-Linking of Chitosan. John
Wiley and Sons, Ltd.
Asma, C., E. Meriem, B. Mahmoud and B. Djaafer. 2014. Physicochemical
Characterization of Gelatin-CMC Composite Edible Film From Polyion-
Complex Hydrogels. J Chil Chem Soc, 59 (1) : 2279-2283
[ASTM] Annual Standard and Technical Measurement D-6002. 1996. Standard
Guide for Assesing the Compostability of Enviromentally Degradable
Plastics. West Conshohocken. United States.
[ASTM] Annual Standard and Technical Measurement D-882. 1983. Standard
Test Methods for Tensile Prooperties of Thin Plastic Sheeting. West
Conshohocken. United States.
[ASTM] Annual Standard and Technical Measurement D-1005. 1983. Standard
Test Methods for Measurement of Dry Film Thickness of Organic Coatings
Using Micrometer. West Conshohocken. United States.
[ASTM] Annual Standard and Technical Measurement E-96. 1983. Standard Test
Methods for Water Vapour Transmission of Materials. West Conshohocken.
United States.
Asto, E. S., Darjito dan M. M. Khunur. 2015. Pengaruh pH dan Lama Kontak
pada Adsorpsi Ion Logam Cu2+
Menggunakan Kitin Terikat Silang
Glutaraldehida. Kimia Student Journal. 1 (1).
Balley, J. E. and D. F. Ollis. 1977. Biochemical Engineering Fundamental. Mc.
Graw Hill Kogakusha, Ltd. Tokyo.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 42
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
Borghei, Mehdi, K. Abdolreza, K. Shahrzad, O. Abdolrasoul and H. J. Amir.
2010. Microbial Biodegradable Potato Starch Based Low Density
Polyethylene. African Journal of Biotechnology, 26 (9) : 4075-4080.
Butler, B. L., P. J. Vernago, R. F. Testin, J. M. Bunn and J. L. Wiles. 1996.
Mechanical and Barier Properties of Edible Chitosan Films as Affected by
Composition and Storage. Journal Food Science, 61 (5) : 953-955.
Caner, C., P. J. Vergano and J. L. Wiles. 1998. Chitosan Film Mechanical and
Permeation Properties as Affected by Acid, Plasticizer and Storage. Journal
of Food Science, (63) :1049-1052.
Damat. 2008. Efek Jenis dan Konsentrasi Plasticizer Terhadap Karakteristik
Edible Film dari Pati Garut Butirat. Agriteknologi, 16 (3) : 333-339.
Fehragucci, H. 2012. Pengaruh Penambahan Plasticizer dan Kitosan Terhadap
Karakter Edible Film Ca-Alginat. Skripsi. Universitas Sebelas Maret.
Surakarta.
Goncalves, V. L., C. M. L. Mauro, T. F. Valfredo and C.B. Rozangela. 2005.
Effect of Crosslinking Agents on Chitosan Microspheres in Controlled
Release of Diclofenac Sodium. Polimeros. (5) : 1.
Harini, N., S. Winarni dan E. Setyaningsih. 2004. Pemanfaatan Teknologi
Pengolahan Limbah Kulit / Kepala Udang Menjadi Chitosan Untuk
Ingredient Pembuatan Permen di Home Industri Kebon Agung Kepanjen
Malang. Fakultas Pertanian. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.
Jurnal Dedikasi, 1 (2).
Harris, H. 2001. Kemungkinan Penggunaan Edible Film dari Pati Tapioka untuk
Pengemas Lempuk. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 3 (2) : 99-106.
Hendrawan, P. 2012. Indonesia Hasilkan 625 Juta Liter Sampah Sehari.
http://www.tempo.com. 13 Januari 2016.
Huda, T dan F. Feris. 2007. Karakteristik Fisikokimiawi Film Plastik
Biodegradable dari Komposit Pati Singkong Ubi Jalar. Jurnal Penelitian dan
Sains, 4 (2) : 3-10.
Isnawati, R. 2008. Kajian Rasio Mentega dan Chitosan Dalam Edible Film Protein
Pollard Terhadap Sifat Fisik Telur Ayam. Skripsi. Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya. Malang.
[JIS] Japanesse Industrial Standard 2-1707. 1975. Japanese Standards
Association. Japan.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 43
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
Kamal, N. 2010. Pengaruh Bahan Aditif CMC (Carboxy Methyl Selulose)
Terhadap Beberapa Parameter pada Larutan Sukrosa. Jurnal Teknologi, (1) :
78-84.
Katili, S., B. T. Harsunu dan S. Irawan. 2013. Pegaruh Konsentrasi Plasticizer
Gliserol dan Komposisi Khitosan dalam Zat Pelarut Terhadap Sifat Fisik
Edible Film dari Khitosan. Jurnal Teknologi, 6 (1) : 29-38.
Kerch, G and V. Korkhov. 2010. Effect of Storage Time and Temperature on
Structure, Mechanical and Barrier Properties of Chitosan-Based Films.
Springer. Europe Food Research Technology.
Kester, J. J. and O. Fennema. 1989. Edible Film And Coatings : A View. Food
Technology, 40 (12) : 47-59
Khoriah, F. 2014. Edible Plastic (Plastik Layak Santap) Solusi Green Ekonomi
Indonesia. http://beranda-miti.com. 13 Januari 2016.
Kinzel, B. 1992. Protein Rich Edible Coating Food. Agricultural research, 20-21.
Knorr, D. 1982. Functional Properties of Chitin and Chitosan. Journal Food
Science, 47 : 36-38.
Knorr, D. 1984. Dye Binding Properties of Chitin and Chitosan. Journal Food
Science.
Koswara, S. 2006. Biodegradable Film Derived from Chitosan and Homogenized
Cellulose. Chemical Research.
Krieg, N. R and J. G. Hall. 1984. Bergey’s Manual of Systematic Bacteriology.
Vol.1
Krochta, J. M. and D. M. Johnston. 1997. Edible and Biodegradable Polymer Film
: Changes & Opportunities. Food Technology, 51.
Kurniasih, M dan D. Kartika. 2011. Sintesis dan Karakterisasi Fisika-Kimia
Kitosan. Jurnal Inovasi, 5 (1) : 42-48.
Kusriningrum. 2010. Perancangan Percobaan. Airlangga University Press.
Surabaya.
Kusriningrum. 2015. Buku Ajar Perancangan Percobaan. Penerbit Dani Abadi.
Surabaya.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 44
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
Kusumaningsih, T., A. Masykur dan U. Arief. 2004. Pembuatan Kitosan dari
Kitin Cangkang Bekicot (Achatina fulica). Biofarmasi, 2 (2) : 64-68.
Lai, H. M., G. W. Padua and L. S. Wei. 1997. Properties and Microsrucure of
Zein Sheets Plastisized with Palmitic and Stearic Acids. Cereal Chemistry,
74 (1) : 83-90.
Leceta, I. dan Guerrero, K. 2012. Functional Properties of Chitosan-Based Films.
Journal of Carbohydrate Polymers. 93 : 339– 346
Miskiyah, Juniawati dan S. I. Evi. 2015. Potensi Edible Film Anti Mikroba
Sebagai Pengawet Daging. Buletin Peternakan, 39 (2) : 129-141.
Muzzarelli, R. A. A. 1985. Chitin in The Polysaccharides. Aspinall (ed) Academic
press Inc. Orlando. San Diego.
New Jersey Department of Health and Senior Services. 1997. Glutaraldehude :
Guidelines for Safe Use and Handling in Health Care Facilities. Trenton.
New Jersey.
Nurhayati dan Agusman. 2011. Edible Film Kitosan Dari Limbah Udang Sebagai
Pengemas Pangan Ramah Lingkungan. Squalen, 6(1).
Ornum, J. U. 1992. Shrimp Waste Must It Be Wasted. Infofish, 6 : 48-51.
Pagella, C., G. Spigno, and D. M. DeFaveri. 2002. Characterization of Starch
Based Edible Coatings. Food and Bioproducts Processing, 80 : 193-198.
Pamungkas, F. H. 2015. Preparasi Kitosan dari Limbah Kulit Udang Vannamei
(Litopenaeus vannamei) dan Optimasi Aplikasinya Sebagai Antimikroba.
Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
Park, S. Y., K. S. Marsh and J. W. Rhim. 2002. Characteristics of Different
Molecular Weight Chitosan Films Affected by The Type of Organic
Solvents. Journal of Food Science, 67 (1) : 194-197.
Pimpan, Vimolvan, R. Korawan dan P. Mulika. 2001. Preliminary Study on
Preparation of Biodegradable Plastic from Modified Cassava Starch. Journal
Science Chulalongkom University, 26(2).
Purwatiningsih S, A. Sjachriza dan Rachmanita. 2007. Sintesis dan Optimalisasi
Gel Chitosan-Karboksimetil Selulosa. Journal Alchemy, 6 : 57-62.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 45
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
Rege, P. R and H. B. Lawrence. 1999. Chitosan Processing : Influence of Process
Parameters During Acidic and Alkaline Hydrolysis and Effect of the
Processing Sequence on the Resultant Chitosan’s Properties. Carbohydrat
Research, 321 : 235–245.
Rochima, E. 2007. Karakterisasi Kitin dan Kitosan Asal Limbah Rajungan
Cirebon Jawa Barat. Buletin Teknologi Hasil Perikanan, 10(1).
Rodriguez M., J. Oses, K. Ziani, and J. I. Mate. 2006. Combined Effect of
Plasticizers and Surfactants on the Physical Properties of Starch Based
Edible Films. Food Research International, 39 : 840-846.
Rohindra, D. R., V. N. Ashvenn and R. K. Jagjit. 2004. Swelling Properties of
Chitosan Hydrogel. The South Pacific Journal of Natural Science, 22(1) :
32-35
Sara, N. E. M. 2015. Karakteristik Edible Film Berbahan Dasar Whey Dangke dan
Agar Dengan Penambahan Konsentrasi Sorbitol. Skripsi. Universitas
Hasanudin. Makassar.
Savant., D. Vivek and J. A. Torres. 2000. Chitosan Based Coagulating Agents for
Treatment of Cheddar Cheese Whey. Biotechnology Progress, 16 : 1091-
1097.
Septiana. 2009. Formulasi dan Aplikasi Edible Coating Berbasis Pati Sagu dengan
Penambahan Minyak Sirih pada Paprika (Capsicum annum var Athena).
Skripsi. Fakultas Teknik Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Saputra, Eka. 2012. Penggunaan Edible Film dari Kitosan Dengan Plasticizer
Karboksimetilselulosa (CMC) sebagai Pengemas Burger Lele Dumbo.
Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Shakina J., Sathiya L. K dan Allen G. R. G. 2012. Microbial Degradation of
Synthetic Polyesters from Renewable Resources. Indian Journal of Science,
1(1) : 21-28.
Sihaloho, E. B. 2011. Evaluasi Biodegradabilitas Plastik Berbahan Dasar
Campuran Pati dan Polietilen Menggunakan Metode Enzimatik, Konsorsia
Mikroba dan Pengomposan. Skripsi. Fakultas Tenik. Universitas Indonesia.
Depok.
Skurtys, O., C. Acevedo, F. Pedreschi, J. Enrione, F. Osorio and J. M. Aguilera.
2009. Food Hydrocolloid Edible Films and Coatings. Department of Food
Science and Technology. Universidad de Santiago de Chile. Chile.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 46
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
Stevens, E. S. 2002. Green Plastic: An Introduction to the New Science of
Biodegradable Plastics. New Jersey : University Press.
Sugita, P., Achmad S dan Dwi W. 2007. Sintesis dan Optimalisasi Gel Kitosan-
Alginat. Jurnal Sains dan Teknologi Industri, 9(1) : 22-26.
Sugita, P., A. Sjachriza dan Rachmanita. 2006. Sintesis dan Optimalisasi Gel
Kitosan-Karboksimetilselulose. Prosiding Seminar Nasional. Himpunan
Kimia Indonesia. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sulistiyoningrum R. S., J. Suprijanto dan A. Sabdono. 2013. Aktivitas Antibakteri
Kitosan dari Cangkang Kerang Simping Pada Kondisi Lingkungan yang
Berbeda : Kajian Pemanfaatan Limbah Kerang Simping (Amusium sp).
Journal of Marine Research, 2 (4) : 111-117.
Suptijah P, Salamah E, Sumaryanto H, Purwaningsih S dan Santoso J. 1992.
Pengaruh Berbagai Isolasi Khitin Kulit Udang Terhadap Mutunya. Jurnal
Penelitian Perikanan Indonesia, 3 (1) : 1-9
Theresia, V. 2003. Aplikasi dan Karakterisasi Sifat Fisik Mekanik Plastik
Biodegradable dari Campuran LLDPE dan Tapioka. Skripsi. Fakultas
Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Tokiwa Y, P. C. Buenaventurada, U. U. Charles and A. Seiichi. 2005.
Biodegradability of Plastics. International Journal of Molecular Sciences, 10
: 3722-3742.
Tolaimatea, A., J. Desbrieresb, M. Rhazia and A. Alaguic. 2003. Contribution to
the Preparation of Chitins and Chitosans With Controlled Physico-Chemical
Properties. Polym. Journal. 44 : 7939–7952.
Toya, T., R. Jotaki and A. Kato. 1986. Spesimen Preparation in EPMA and SEM.
JEOL training center EP section.
Zulfikar dan Anak A. I. R. 2006. Isolasi dan Karakterisasi Fisikokimia-Fungsional
Kitosan Udang Air Tawar (Macrobrachium sintagense de Man.). Jurnal
Teknologi Proses, 5 (2) : 120-128.
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
LAMPIRAN Lampiran 1. Data pengukuran ketebalan film bioplastik
Ulangan
Perlakuan
A B C D
Pengukuran ke- Rata-
rata
Pengukuran ke- Rata-
rata
Pengukuran ke- Rata-
rata
Pengukuran ke- Rata-
rata 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 0,6 0,5 0,6 0,1 0,2 0,4 0,3 0,15 0,1 0,05 0,1 0,14 0,25 0,1 0,1 0,05 0,1 0,12 0,15 0,05 0,05 0,1 0,1 0,09
2 0,1 0,1 0,4 0,3 0,2 0,22 0,3 0,4 0,45 0,25 0,5 0,38 0,05 0,1 0,05 0,05 0,15 0,08 0,15 0,15 0,1 0,1 0,5 0,13
3 0,2 0,2 0,3 0,4 0,3 0,28 0,4 0,45 0,4 0,3 0,05 0,32 0,2 0,25 0,05 0,15 0,05 0,14 0,15 0,1 0,2 0,3 0,25 0,2
4 0,3 0,2 0,3 0,7 0,8 0,46 0,3 0,05 0,05 0,05 0,05 0,1 0,05 0,05 0,1 0,15 0,1 0,09 0,1 0,1 0,2 0,15 0,2 0,15
5 0,1 0,3 0,1 0,1 0,1 0,14 0,2 0,1 0,15 0,1 0,1 0,13 0,5 0,05 0,1 0,1 0,15 0,11 0,2 0,05 0,2 0,3 0,2 0,19
Rata-rata 0,3 0,21 0,1 0,15
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
Lampiran 2. Analisis ragam (ANOVA) ketebalan film bioplastik
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 49
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
Lampiran 3. Data kuat tarik (KgF/cm2) film bioplastik
Ulangan
Perlakuan
A B C D
F t l Kuat tarik F t l Kuat tarik F t l Kuat tarik F t l Kuat tarik
1 2,85 0,08 2 41,78 1,82 0,014 2 65,07 1,7 0,012 2 70,8 1,67 0,009 2 92,78
2 2,24 0,044 2 50,9 2,05 0,038 2 26,97 2,3 0,008 2 143,7 3 0,013 2 115,38
3 2,8 0,056 2 50 1,9 0,032 2 29,77 3,7 0,014 2 132,14 1,62 0,02 2 40,5
4 2,9 0,092 2 35,62 1,64 0,01 2 82,17 2,3 0,009 2 127,7 3,97 0,015 2 132,3
5 1,17 0,028 2 31,52 1,64 0,013 2 63,07 2,77 0,011 2 125,9 1,6 0,019 2 42,105
Rata-rata 41,96 53,41 120,04 84,61
Keterangan :
F : Gaya (KgF)
t : Tebal film bioplastik (cm)
l : Lebar film bioplastik (cm)
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 50
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
Lampiran 4. Analisis ragam (ANOVA) kuat tarik film bioplastik
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 51
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
Lampiran 5. Data persen pemanjangan (%) film bioplastik
Ulangan
Perlakuan
A B C D
ℓ0 Δℓ E ℓ0 Δℓ E ℓ0 Δℓ E ℓ0 Δℓ E
1 60 20,83 34,71
60 2,05 3,41 60 1,69 2,81 60 2,92 4,8
2 60 14,71 24,51
60 5,23 8,71 60 4,02 6,7 60 6,43 10,71
3 60 19,25 32,08
60 2,93 4,88 60 3,06 5,1 60 0,5 0,8
4 60 21,83 36,38
60 3,13 5,21 60 2,11 3,51 60 4,16 6,93
5 60 8,25 13,75
60 5,86 9,76 60 1,39 2,31 60 4,69 7,81
Rata-
rata
28,28 6,39 4,09 6,21
\\
‘.
Ulangan
Persen Pemanjangan
(dalam %)
Persen Pemanjangan (transformasi
√y+0,5)
A B C D A B C D
1 34,71
3,41 2,81 4,8 5,93 1,97 1,8 2,3
2 24,51
8,71 6,7 10,71 5,1 3,03 2,7 3,34
3 32,08
4,88 5,1 0,8 5,7 2,31 2,36 1,14
4 36,38
5,21 3,51 6,93 6,07 2,4 2 2,72
5 13,75
9,76 2,31 7,81 3,77 3,2 1,67 2,88
Keterangan :
ℓ0 : Panjang awal (mm)
Δℓ : Pertambahan panjang (mm)
E : Elongation (%)
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 52
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
Lampiran 6. Analisis ragam (ANOVA) persen pemanjangan film bioplastik
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
Lampiran 7. Data pengukuran laju transmisi uap air (WVTR) film bioplastik
Ulangan
Perlakuan
A B C D
W0 W1 ΔW WVTR W0 W1 ΔW WVTR W0 W1 ΔW WVTR W0 W1 ΔW WVTR
1 0,2331 0,2507 0,0176 7,04 0,239 0,2588 0,0198 7,92 0,211 0,2149 0,0039 1,56 0,2338 0,2462 0,0124 4,96
2 0,2754 0,3017 0,0263 10,52 0,2223 0,2363 0,014 5,6 0,307 0,3203 0,0133 5,32 0,2074 0,2244 0,017 6,8
3 0,5383 0,5907 0,0524 20,96 0,2426 0,264 0,0214 8,56 0,3001 0,3192 0,0191 7,64 0,244 0,2658 0,0218 8,72
4 0,4371 0,4658 0,0341 13,64 0,1756 0,1847 0,0091 3,64 0,2816 0,3025 0,0209 8,36 0,2436 0,257 0,0134 5,36
5 0,2906 0,3273 0,0367 14,68 0,2525 0,2703 0,0178 7,12 0,2316 0,247 0,0154 6,16 0,2651 0,279 0,014 5,6
Rata-rata 13,37 6,57 5,8 6,28
Keterangan :
W0 : Berat awal film bioplastik (gram)
W1 : Berat ahir film bioplastik (gram)
ΔW : Selisih berat film bioplastik (gram)
WVTR : Water Vapour Transmission Rate
(g/m2/hari)
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 54
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
Lampiran 8. Analisis ragam (ANOVA) laju transmisi uap air
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 55
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
Lampiran 9. Data uji waktu degradasi sempurna (hari)
Ulangan
Perlakuan
A (0%) B (3,5%) C (4%) D (4,5%)
W0 W1 KB LD WDS W0 W1 KB LD WDS W0 W1 KB LD WDS W0 W1 KB LD WDS
1 0,0924 0 100 15,4 6 0,081 0,0737 9,01 1,21 67 0,1311 0,1271 3,05 0,67 196 0,1194 0,1116 6,53 1,3 92
2 0,227 0 100 37,83 6 0,1254 0,1077 14,11 2,95 43 0,1022 0,0934 8,61 1,46 70 0,1297 0,1206 7,01 1,51 86
3 0,1513 0 100 25,21 6 0,1203 0,1025 14,79 2,96 41 0,1424 0,1366 4,07 0,97 148 0,1318 0,1144 13,2 2,9 46
4 0,1584 0,0101 93,62 24,71 7 0,1216 0,1035 14,88 3,01 41 0,1315 0,1258 4,33 0,95 139 0,13 0,1216 6,46 1,4 93
5 0,125 0,0065 94,8 19,75 7 0,1148 0,07 39,02 7,46 16 0,1382 0,1309 5,3 1,21 114 0,1405 0,1107 21,2 4,96 29
Rata-
rata
97,68 24,58 7
18,36 3,51 42
5,07 1,05 134
10,88 2,41 70
Keterangan :
W0 : Berat sebelum penguburan (gram)
W1 : Berat setelah penguburan (gram)
KB : Kehilangan berat (%)
LD : Laju degradabilitas (mg/hari)
WDS : Waktu degradasi sempurna (hari)
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 56
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
Lampiran 10. Analisis ragam (ANOVA) waktu degradasi sempurna
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 57
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
Lampiran 11. Contoh perhitungan
a. Kuat tarik
b. Persen pemanjangan (% Elongation)
c. Laju transmisi uap air (Water Vapour Transmission Rate)
Kuat tarik (KgF/cm2) = Gaya Kuat Tarik (KgF)
Tebal x lebar Perlakuan A1 :
F = 2,85 KgF t = 0,08 cm l = 2 cm
Kuat tarik = 2,85 = 41,78 KgF/cm2
2 x 0,08
% E = Pertambahan panjang x
100%
Panjang awal Perlakuan A1 :
ℓ0 = 60 mm Δℓ = 20,83 mm
%E = 20,83 x 100 % = 34,71 %
60
Perlakuan A1 :
ΔW = 0,0176 gram T = 1 hari (24 jam) A = 0,0025 m2
WVTR = 0,0176 = 7,04 g/m2/hari
1 x 0,0025
WVTR = Pertambahan berat film (gram)
Waktu uji (hari) x luas film (m2)
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 58
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
Lampiran 11. Contoh perhitungan (lanjutan)
d. Waktu degradasi sempurna
Waktu Degradasi Sempurna = 100% x waktu uji
% Kehilangan Berat
Perlakuan A1 :
W0 : 0,0924 gram W1 :0 gram
% Kehilangan Berat = 0,0924 – 0 x 100% = 100%
0,0924
Laju Degradabilitas = 0,0924 – 0 = 0,0154 gram/hari = 15,4 mg/hari
6 hari
Waktu Degradasi Sempurna = 100 % x 6 hari = 6 hari
100 %
% Kehilangan Berat = W0 – W1 x 100%
W0
Laju Degradabilitas = (W0 – W1)
Waktu uji
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 59
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
Lampiran 12. Dokumentasi penelitian
Asam asetat 1% CMC Glutaraldehida
Kitosan Masker gas Cetakan kaca
Preparasi uji laju transmisi uap air
Pembuatan film
bioplastik Pengujian kuat tarik dan
persen pemanjangan
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 60
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
Lampiran 12. Dokumentasi penelitian (lanjutan)
Pelabelan pada wadah uji
Desain wadah uji
Micrometer secrup Pengujian laju transmisi
uap air
Pengujian degradabilitas Scanning Electrone Microscope (SEM)
Pengujian kuat tarik dan persen
pemanjangan
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 61
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
Lampiran 12. Dokumentasi penelitian (lanjutan)
Film bioplastik sebelum penguburan
Film bioplastik setelah penguburan
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 62
SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN GLUTA… M. ALI ROHMAN
Lampiran 13. Karakteristik bahan
Carboxy Methyl Cellulose (CMC)
Kitosan