SKRIPSI PENGARUH PEMBERIAN AIR REBUSAN DAUN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/584/2/143210061 Ellin Puji...

126
SKRIPSI PENGARUH PEMBERIAN AIR REBUSAN DAUN SALAM TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT PADA LANSIA (Studi di Posyandu Lansia Desa Sepanyul) ELLIN PUJI APRILLIA 143210061 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG 2018

Transcript of SKRIPSI PENGARUH PEMBERIAN AIR REBUSAN DAUN …repo.stikesicme-jbg.ac.id/584/2/143210061 Ellin Puji...

SKRIPSI

PENGARUH PEMBERIAN AIR REBUSAN DAUN SALAM TERHADAP

PENURUNAN KADAR ASAM URAT PADA LANSIA

(Studi di Posyandu Lansia Desa Sepanyul)

ELLIN PUJI APRILLIA

143210061

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2018

i

PENGARUH PEMBERIAN AIR REBUSAN DAUN SALAM TERHADAP

PENURUNAN KADAR ASAM URAT PADA LANSIA

(Studi di Posyandu Lansia Desa Sepanyul)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada

Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Pada Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang

Ellin Puji Aprillia

143210061

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2018

ii

iii

iv

v

vi

vii

viii

MOTTO

“ Hidup itu bagaikan kupu-kupu dimana untuk menjadi indah perlu perjuangan

yang tidak mudah”

“ Belajar, Berusaha dan Berdoa”

ix

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan karunia dan hidayah-

Nya sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan tepat waktu. Karya tulis ini saya

persembahkan kepada :

1. Kedua orang tua saya, ayah Yatemo dan Ibu tercinta Partiningsih yang selalu

memberikan cinta kasih tak terhingga dan doa yang tulus untuk anak-anaknya.

Terimakasih untuk setiap tetes keringat untuk biaya pendidikan saya. Bahagia

kalian tujuan saya.

2. Adik serta keluarga yang selama ini memberikan dukungan saya untuk dapat

menyelesaikan pendidikan Sarjana.

3. Semua dosen yang telah memberikan bimbingan selama saya kuliah di STIKES

ICME JOMBANG.

4. Ibu Inayatur Rosyidah, S.Kep., Ns., M.Kep dan Ibu Iva Milia Hani R, S.Kep.,

Ns., M.Kep, terimakasih karena telah meluangkan waktunya dan penuh sabar

dalam memberikan bimbingan dalam mengerjakan tugas akhir. InsyaAllah

dospem tercinta. terimakasih pula kepada Bapak H. Imam Fatoni, S.KM., MM

selaku peguji utama.

5. Mas dodik santoso, lelaki yang sabarnya berlebih yang sudah menjadi teman,

sahabat dan yang terkasih terimakasih untuk support yang tak pernah henti.

6. Teman-teman Abah Squad’s yang selalu berperan di balik layar mendukung

saya dalam mengerjakan tugas akhir dan memberikan pengalaman baru.

7. Teman-teman kelompok 2 yang telah banyak membantu, menemani,

mengajarkan dan mengingatkan dalam mengerjakan tugas akhir.

8. Teman teman kelas VIII-B program studi S1 keperawatan yang 4 tahun ini

sudah berjuang bersama dalam meraih cita-cita.

9. Semua orang yang pernah hadir dalam hidup saya, terimakasih atas pelajaran

hidupnya.

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga

peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Pemberian Air

Rebusan Daun Salam Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Pada Lansia (Studi

di Posyandu Lansia Desa Sepanyul)”. Pada penyusunan skripsi ini penulis banyak

mendapatkan bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, peneliti mengucapkan

terimakasih kepada : H. Imam Fatoni, S.KM.,MM. selaku Ketua STIKes ICMe

Jombang, Inayatur Rosyidah, S.Kep.,Ns., M.Kep. selaku Ketua Program Studi

Sarjana Keperawatan dan Pembimbing I, Iva Milia Hani R, S.Kep.,Ns., M.Kep.

selaku Pembimbing II yang telah memberikan banyak memberikan arahan dan

saran dalam penyusunan skripsi ini. Bapak Ibu dosen program studi Sarjana

Keperawatan STIKes ICMe Jombang beserta stafnya, Puskesmas Blimbing Gudo

yang telah memberikan ijin, Kepala Desa Sepanyul yang telah memberikan ijin

penelitian, Kedua orangtua yang selalu memberi dukungan baik moril maupun

materil selama menempuh pendidikan, dan teman-teman sejawat Ilmu

Keperawatan yang telah memberikan semangat dalam penyusunan skripsi ini.

Penyusunan skripsi ini, peneliti menyadari sebagai manusia biasa masih

banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun

sangat diharapkan dari pembaca. Besar harapan peneliti semoga skripsi ini

bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu keperawatan.

Jombang, 24 Juli 2018

Penulis

xi

ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN AIR REBUSAN DAUN SALAM TERHADAP

PENURUNAN KADAR ASAM URAT PADA LANSIA

( Studi di Posyandu Lansia Desa Sepanyul )

Oleh : Ellin Puji Aprillia

Kadar asam urat pada lansia akan mengalami peningkatan diatas normal. Peningkatan

produksi asam urat terjadi akibat : produksi asam urat berlebih, pembuangan asam urat

berkurang, kombinasi produksi asam urat berlebih dan pembuangan berkurang. Daun

salam memiliki senyawa flavonoid yang membantu mengeluarkan kadar asam urat. Tujuan

penelitian untuk menganalisis pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap

penurunan kadar asam urat pada lansia di Posyandu Lansia Desa Sepanyul.

Desain penelitian menggunakan analitik pra-eksperimental dengan one-group pre-

post test design. Populasi dalam penelitian adalah semua lanjut usia 60-74 tahun di

posyandu lansia desa sepanyul sebanyak 33 lansia. Sampel penelitian sebanyak 30 lansia

dengan teknik sampling menggunakan simple random sampling. Instrumen penelitian

pemberian air rebusan daun salam dengan lembar observasi dan pengukuran asam urat

menggunakan GCU. Pengolahan data editing, coding, scoring, tabulating, analisa data

menggunakan uji Wilcoxon.

Hasil penelitian sebelum pemberian air rebusan daun salam seluruh lansia memiliki

kadar asam urat tidak normal sebanyak 30 lansia (100%). Setelah pemberian air rebusan

daun salam hampir seluruh lansia memiliki kadar asam urat normal sebanyak 26 lansia

(86,7%). Uji statistik Wilcoxon didapatkan nilai p = 0,000 <α = 0,05 maka H1 diterima.

Kesimpulan penelitian ini ada pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap

penurunan kadar asam urat pada lansia di posyandu lansia desa sepanyul.

Kata kunci : lansia, asam urat, daun salam

xii

ABSTRACT

EFFECT GIVING BAY LEAVES WATER TO DECREASE URIC ACID LEVELS IN

ELDERLY

(At Posyandu Lansia Desa Sepanyul)

By: Ellin Praise Aprillia

Levels uric acid elderly will experience an increase above normal. Increased

production uric acid results from: excess uric acid production, reduced uric acid removal,

combination excess uric acid production and reduced disposal. The laurel leaves have

flavonoid compounds that help remove uric acid levels. The purpose study to analyze the

effect water supply of bay leaves decoction decrease uric acid levels in elderly in Posyandu

Lansia Desa Sepanyul.

The study design used pre-experimental analytics with one-group pre-post test design.

The population in the study were all elderly people aged 60-74 at posyandu lansia desa

sepanyul as much as 33 elderly. The sample of research is 30 elderly with sampling

technique using simple random sampling. Instrument research giving water decoction of

bay leaves observation sheet and measurement of uric acid using GCU. Data processing

editing, coding, scoring, tabulating, data analysis using Wilcoxon test.

The result the research before giving boiled water of bay leaves all elderly have

abnormal uric acid level of 30 elderly (100%). After administration boiled water leaf

greetings almost all elderly have normal uric acid level as many as 26 elderly (86,7%).

Statistical test with p-value = 0,000 <α = 0.05 then H1 is accepted.

The conclusion this study is the effect of water supply boiled bay leaves to decrease

uric acid levels in elderly in Posyandu Lansia Desa Sepanyul.

Keywords: elderly, gout, bay leaf

xiii

DAFTAR ISI

SAMPUL LUAR ................................................................................................

SAMPUL DALAM ............................................................................................. i

PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................ ii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ................................................................ iii

PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................ iv

PERSETUJUAN PROPOSAL/SKRIPSI ........................................................... v

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... vii

MOTTO .............................................................................................................. viii

HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... ix

KATA PENGANTAR ....................................................................................... x

ABSTRAK ......................................................................................................... xi

ABSTRAC ......................................................................................................... xii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvi

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………xvii

DAFTAR LAMPIRAN ……...……………………………………..........xviii

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1 Latar belakang .................................................................................. 1

1.2 Rumusan masalah ............................................................................. 3

1.3 Tujuan penelitian .............................................................................. 4

1.3.1 Tujuan umum ....................................................................... 4

1.3.2 Tujuan khusus ...................................................................... 4

1.4 Manfaat penelitian ............................................................................ 4

1.4.1 Manfaat teoritis .................................................................... 4

1.4.2 Manfaat praktis ..................................................................... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 6

2.1 Konsep lansia ............................................................................................... 6

2.1.1 Definisi lansia ................................................................................... 6

2.1.2 Batasan lanjut usia ............................................................................ 6

2.1.3 Proses menua .................................................................................... 6

2.1.4 Teori-teori proses menua .................................................................. 7

2.1.5 Perubahan-perubahan pada lansia .................................................... 9

2.2 Konsep daun salam ...................................................................................... 17

2.2.1 Definisi ............................................................................................. 17

2.2.2 Sifat kimia dan efek farmakologis ................................................... 18

xiv

2.2.3 Manfaat daun salam untuk kesehatan .............................................. 19

2.2.4 Penggunaan dalam pengobatan tradisional ...................................... 21

2.3 Konsep asam urat ......................................................................................... 22

2.3.1 Definisi ............................................................................................. 22

2.3.2 Etiologi ............................................................................................. 24

2.3.3 Cara pemeriksaan kadar asam urat ................................................... 26

2.3.4 Klasifikasi ........................................................................................ 26

2.3.5 Gejala ............................................................................................... 27

2.3.6 Organ tubuh yang berpotensi terserang ............................................ 27

2.3.7 Faktor resiko ..................................................................................... 28

2.3.8 Pencegahan ....................................................................................... 28

2.3.9 Upaya penanganan awal ................................................................... 29

2.4 Pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan kadar

asam urat pada lansia ................................................................................... 30

BAB 3 KERAGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS ............................... 32

3.1 Kerangka konseptual .................................................................................... 32

3.2 Hipotesis ....................................................................................................... 33

BAB 4 METODE PENELITIAN .................................................................... 34

4.1 Jenis penelitian ............................................................................................. 34

4.2 Rancangan penelitian ................................................................................... 35

4.3 Waktu dan tempat penelitian ........................................................................ 36

4.3.1 Waktu penelitian .............................................................................. 36

4.3.2 Tempat penelitian ............................................................................. 36

4.4 Populasi, sampel dan sampling .................................................................... 36

4.4.1 Populasi ............................................................................................ 36

4.4.2 Sampel .............................................................................................. 36

4.4.3 Sampling .......................................................................................... 37

4.5 Kerangka kerja ............................................................................................. 38

4.6 Identifikasi variabel ...................................................................................... 39

4.7 Definisi operasional ..................................................................................... 40

4.8 Pengumpulan dan analisis data ..................................................................... 41

4.8.1 Bahan dan alat .................................................................................. 41

4.8.2 Instrumen........................................................................................... 41

4.8.3 Prosedur penelitian ........................................................................... 41

4.8.4 Cara analisis data............................................................................... 42

4.8.5 Analisa data ...................................................................................... 45

4.9 Etika penelitian ............................................................................................. 46

4.10 Keterbatasan penelitian .............................................................................. 49

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 50

5.1 Hasil penelitian.............................................................................................. 50

5.1.1 Gambaran umum tempat penelitian ..................................................... 50

5.1.2 Data umum ........................................................................................... 51

xv

5.1.3 Data khusus ......................................................................................... 52

5.2 Pembahasan .................................................................................................. 55

5.2.1 Kadar asam urat sebelum pemberian air rebusan daun salam pada

lansia di Posyandu Lansia Desa Sepanyul .......................................... 55

5.2.2 Kadar asam urat sesudah pemberian air rebusan daun salam pada

lansia di Posyandu Lansia Desa Sepanyul .......................................... 60

5.2.3 Analisa kadar asam urat sebelum dan sesudah pemberian air rebusan

daun salam pada lansia di Posyandu Lansia Desa Sepanyul ............... 62

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 65

6.1 Kesimpulan .................................................................................................. 65

6.2 Saran ............................................................................................................. 65

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 67

LAMPIRAN

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 One-group pre-post test design ……………………………... 35

Tabel 4.2 Definisi operasional pengaruh pemberian air rebusan daun

salam terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia di

Posyandu Lansia Desa Sepanyul …………………………… 40

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin

studi di Posyandu Lansia Desa Sepanyul pada bulan mei

2018 ………………………………………………………… 51

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia studi di

Posyandu Lansia Desa Sepanyul pada bulan mei 2018 ……... 52

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan riwayat asam

urat studi di Posyandu Lansia Desa Sepanyul pada bulan mei

2018 ………………………………………………………… 52

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pola makan studi

di Posyandu Lansia Desa Sepanyul pada bulan mei 2018 …... 52

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kadar asam urat

sebelum pemberian air rebusan daun salam di Posyandu

Lansia Desa Sepanyul pada bulan mei 2018 ………………... 53

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kadar asam urat

sesudah pemberian air rebusan daun salam di Posyandu

Lansia Desa Sepanyul pada bulan mei 2018 ………………... 53

Tabel 5.7 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kadar asam urat

sebelum dan sesudah pemberian air rebusan daun salam di

Posyandu Lansia Desa Sepanyul pada bulan mei 2018 ……... 54

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka konseptual pengaruh pemberian air rebusan

daun salam terhadap penurunan kadar asam urat pada

lansia di Posyandu Lansia Desa Sepanyul Kecamatan

Gudo …………………………………………………….. 32

Gambar 4.1 Kerangka kerja pengaruh pemberian air rebusan daun

salam terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia di

Posyandu Lansia Desa Sepanyul

………………………… 38

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal penelitian

Lampiran 2 Permohonan menjadi responden

Lampiran 3 Lembar persetujuan menjadi responden

Lampiran 4 Lembar observasi

Lampiran 5 Standart operasional prosedur pemeriksaan kadar asam urat

Lampiran 6 Standart operasional prosedur pembuatan air rebusan daun

salam

Lampiran 7 Surat pernyataan perpustakaan

Lampiran 8 Surat izin pengambilan data

Lampiran 9 Surat balasan studi pendahuluan dari puskesmas

Lampiran 10 Surat izin penelitian dari dinas kesehatan

Lampiran 11 Surat izin penelitian dari puskesmas

Lampiran 12 Surat balasan penelitian dari puskesmas

Lampiran 13 Surat selesai penelitian dari puskesmas

Lampiran 14 Tabulasi data umum

Lampiran 15 Lembar observasi pemeriksaan kadar asam urat sebelum

pemberian air rebusan daun salam pada lansia

Lampiran 16 Lembar observasi pemeriksaan kadar asam urat sesudah

pemberian air rebusan daun salam pada lansia

Lampiran 17 Tabulasi data khusus

Lampiran 18 Hasil uji SPSS

Lampiran 19 Lembar konsultasi

Lampiran 20 Daftar hadir peserta ujian proposal skripsi kelompok lain

Lampiran 21 Dokumentasi penelitian

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gout Artritis merupakan salah satu penyakit radang sendi. Gout artritis

dalam masyarakat lebih dikenal dengan nama asam urat. Asam urat

merupakan hasil dari pemecahan purin didalam tubuh yang terdapat didalam

darah dan urin. Setiap orang memiliki asam urat di dalam tubuh karena pada

setiap metabolisme normal dihasilkan asam urat. Asam urat yang terdapat di

dalam tubuh kita tentu saja kadarnya tidak boleh berlebihan (Ode, 2012).

Pemicu peningkatan kadar asam urat salah satunya proses penuaan pada

lansia. Menurut WHO lansia merupakan seseorang yang berusia diatas 60

tahun. Lansia mengalami proses penuaan dengan begitu secara progresif akan

kehilangan daya tahan tubuh terhadap infeksi dan akan menumpuk semakin

banyak distorsi metabolik dan struktural yang disebut sebagai penyakit

degeneratif. Penyakit degeneratif yang sering dialami lansia salah satunya

asam urat. Perjalanan asam urat ditandai dengan rasa nyeri pada kaki dan

hasil pemeriksaan kadar asam urat lebih pada laki – laki >7, sedangkan pada

perempuan >5,7 (IP.Suiraoka, 2012). Penatalaksanaan asam urat salah

satunya dengan menggunakan pemberian air rebusan daun salam.

Data World Heatlh Organization (2007) penderita asam urat sekitar 230

juta, akan terus meningkat pada tahun 2020. Kejadian asam urat akan terus

meningkat baik pada negara maju maupun negara berkembang. Sedangkan

2

jumlah lanjut usia di Indonesia yaitu 18,1% jiwa. Pada tahun 2014, jumlah

penduduk lanjut usia di Indonesia menjadi 18,781 juta jiwa dan di perkirakan

pada tahun 2025, jumlahnya mencapai 36 juta jiwa, Jika di lihat sebaran

penduduk lansia menurut provinsi, presentase lansia diatas 10% sekaligus

paling tinggi ada di provinsi Jawa timur (10,40%) (Ning Sri Rahayu, 2016).

Dari data (Dinkes Jombang, 2014) di ketahui bahwa jumlah lansia pada tahun

2016 terdapat 182,096, tertinggi berada di kecamatan gudo sebanyak 7.392

lansia dan sasaran pra lansia dan lansia yaitu 10.481 total lansia yang berada

di Kabupaten Jombang adalah 71%. Penderita asam urat di Indonesia

sebanyak 11,9% dan di Jawa Timur sebanyak 26,4% (Kemenkes RI, 2013).

Penderita asam urat di Jombang sebanyak 16.225 orang. Pendapat ini sesuai

dengan laporan hasil penelitian bahwa penderita asam urat di Sulawesi

Selatan dari waktu ke waktu semakin meningkat, menunjukan asam urat

menyerang 10% pada laki-laki dan 4% pada perempuan (Dinaria, 2015). Dari

hasil studi pendahuluan yang di lakukan di Desa Sepanyul menunjukan dari

134 lansia yang aktif posyandu 65 lansia yang memiliki kadar asam urat

berlebih.

Faktor penyebab asam urat meliputi usia, obesitas, pola makan tinggi

purin, konsumsi alkohol berlebih, penggunaan obat-obatan yang

meningkatkan asam urat, cedera sendi dan stress. Dampak dari kadar asam

urat yang berlebih menyebabkan nyeri terutama pada malam hari atau pagi

hari bangun tidur, kesemutan, bengkak, panas dan kemerahan pada sendi

yang terserang (Ode, 2012). Kadar asam urat yang tinggi dan tidak dilakukan

pengobatan akan menimbulkan asam urat kronik. Masyarakat akan

3

melakukan pemeriksaan ke pelayanan kesehatan dan dilakukan pemeriksaan

asam urat menggunakan fotometer maupun stick apabila dampak yang

dirasakan sudah mengganggu dalam aktivitas sehari-hari. Daun salam

mengandung flavonoid yang dapat menurunkan kadar asam urat dalam darah

dan menghindari gejala inflamasi (Dinaria, 2015). Dengan flavonoid dalam

air rebusan daun salam bermanfaat untuk megurangi kadar asam urat dalam

darah dan dapat mengurangi rasa nyeri pada kaki yang biasa timbul ketika

terjadi peningkatan kadar asam urat (Agoes, 2010).

Pengobatan asam urat dapat menggunakan terapi farmakologi seperti

allopurinol, ibuprofen, piroxicam, dan dexamethasone maupun non

farmakologi seperti tempuyung, daun salam, daun sendok, daun seledri dan

sambiloto (Sustrani, Alam & Hadibroto 2004). Penggunaan terapi

farmakologi secara terus menerus dapat menimbulkan efek samping pada

tubuh, oleh karena itu diperlukan alternatif lain yang akan lebih efektif dan

terjamin keamananya untuk tubuh. Sebagian masyarakat belum mengetahui

manfaat daun salam untuk mengurangi kadar asam urat yang terdapat dalam

darah yang dapat digunakan sebagai terapi non farmakologi. Daun salam

selain digunakan untuk bumbu dapur juga dapat di manfaatkan sebagai terapi

non farmakologi untuk menurunkan asam urat dalam darah. Efektivitas akan

dirasakan dengan pemberian air rebusan daun salam selama 7 hari sebanyak

1 kali perhari.

Dari hasil studi pendahuluan dan wawancara pada tanggal 15 februari

2018 dengan sebagian lansia yang aktif dalam posyandu dan mengalami

peningkatan kadar asam urat belum mengetahui manfaat daun salam untuk

4

menurunkan kadar asam urat. Sehingga dengan melihat fenomena yang ada

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “pengaruh pemberian air

rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia”.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap

penurunan kadar asam urat pada lansia di Posyandu Lansia Desa Sepanyul

Kecamatan Gudo Kabupaten Jombang ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Menganalisis pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap

penurunan kadar asam urat pada lansia di Posyandu Lansia Desa Sepanyul.

1.3.2 Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi kadar asam urat pada lansia sebelum pemberian air

rebusan daun salam.

b. Mengidentifikasi kadar asam urat pada lansia sesudah pemberian air

rebusan daun salam.

c. Menganalisis pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap

penurunan kadar asam urat pada lansia di Posyandu Lansia Desa

Sepanyul.

5

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat pada perkembangan

ilmu keperawatan khususnya tentang keperawatan medikal bedah untuk

menurunkan kadar asam urat pada lansia dengan menggunakan pengobatan

non farmakologi pemberian air rebusan daun salam.

1.4.2 Manfaat praktis

a. Bagi petugas kesehatan, perawat dan puskesmas

Pemberian air rebusan daun salam pada lansia dengan asam urat dapat

digunakan untuk pengobatan non farmakologi.

b. Bagi lansia di tempat penelitian

Air rebusan daun salam dapat digunakan lansia sebagai obat non

farmakologi dalam upaya menurunkan kadar asam urat.

c. Bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian yang diadakan hendaknya menjadi referensi

tambahan untuk pengembangan pengetahuan dalam pendidikan dan

perlengkapan bahan pustaka tentang pengaruh pemberian air rebusan

daun salam terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia.

d. Bagi peneliti selanjutnya

Dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya tentang

pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan kadar

asam urat lansia dengan gout.

6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep lansia

2.1.1 Definisi lansia

Menurut World Organization Health (WHO) lansia adalah sesorang

yang berusia lebih dari 60 tahun. Lansia bukan suatu penyakit tetapi

merupakan tahap akhir dari proses kehidupan yang di tandai dengan

penurunan kemampuan tubuh (Bandiyah, 2009).

2.1.2 Batasan lanjut usia

Usia dijadikan patokan untuk lanjut usia. Usia 60 – 65 tahun dianggap

sebagai lansia. Menurut World Organization Health (WHO) dalam

(Bandiyah, 2009), ada 4 tahapan lanjut usia yaitu :

1. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun.

2. Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun

3. Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun

4. Usia sangat tua (very old) usia >90 tahun.

2.1.3 Proses menua

Menjadi tua (menua) adalah suatu keadaan yang terjadi didalam

kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang

tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu tetapi dimulai dari mulai

kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti bahwa

manusia sudah melalui berbagai tahap kehidupan mulai neonatus, toddler,

pra sekolah, sekolah, remaja, dewasa dan lansia. Menua merupakan tahap

7

tubuh dalam mencapi titik maksimal, setelah itu tubuh menyusut di

karenakan berkurangnya jumlah sel –sel dalam tubuh akibatnya tubuh akan

mengalami penurunan fungsi secara bertahap (Padila, 2013).

Daya tahan tubuh terhadap rangsangan dari luar juga akan mengalami

penurunan sehingga secara progresif akan kehilangan daya tahan tubuh

terhadap infeksi dan terjadi penumpukan distorsi metabolik dan struktural

yang disebut penyakit degeneratif (IP.Suiraoka, 2012). Beberapa jenis

penyakit degeneratif yang akan dialami lansia meliputi hipertensi, diabetes

mellitus, asam urat, stroke, asterosklerosis.

2.1.4 Teori-teori proses menua

Banyak definisi yang menjelakan tentang proses menua. Proses menua

bersifat individual : dimana proses menua pada setiap orang berbeda-beda,

terjadi pada usia yang beda, memiliki gaya hidup yang berbeda-beda pula

dan tidak ada faktor yang dapat mencegah proses menua (Padila, 2013).

Teori-teori penuaan dapat digolongkan sebagai berikut :

1. Teori biologis

Menurut Bandiyah (Chapter, 2009) Teori biologis mencakup

beberapa hal meliputi:

a. Teori genetik dan mutasi

Menurut teori genetik dan mutasi, semua terprogram secara

genetik untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat

dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul

DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.

8

b. Pemakaian dan rusak kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-

sel tubuh lelah.

c. Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut

teori akumulasi dari produk sisa.

d. Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.

e. Tidak ada perlindungan tubuh terhadapa radiasi, penyakit dan

kekurangan gizi.

f. Reaksi dari kekebalan sendiri.

g. Immunology slow theory

Menurut immunology slow theory, sistem imun menjadi efektif

dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh yang

dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.

h. Teori stres

Teori stres mengungkapkan menua terjadi akibat hilangnya sel-

sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat

mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha,

dan stres yang menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.

i. Teori radikal bebas

Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya

radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen

bahan- bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini

menyebabkan sel-sel tidak dapat melakukan regenerasi.

9

j. Teori rantai silang

Pada teori rantai silang diungkapkan bahwa reaksi kimia sel-sel

yang tua menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan

kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastisitas kekacauan,

dan hilangnya fungsi sel.

k. Teori program

Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang

akan membelah setelah sel tersebut mati.

2. Teori kejiwaan social

Menurut Bandiyah (2009) teori kejiwaan social meliputi :

a. Aktivitas atau kegiatan (Activity Theory)

Teori ini menyatakan bahwa lansia yang sukses adalah lansia

yang aktif dan banyak ikut dalam kegiatan sosial.

b. Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)

Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada lanjut

usia dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki.

c. Teori pembebasan (Didengagement Theory)

Teori menyatakan bahwa semakin bertambahnya usia,

seseorang akan berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari

kehidupan social dan akan lebih menarik diri.

2.1.5 Perubahan-perubahan pada lansia

Menjadi tua atau menua membawa pengaruh serta perubahan

menyeluruh baik fisik, sosial, mental dan moral spiritual, yang semuanya

saling berkaitan antara satu bagian dengan yang lainnya. Lansia perlu

10

beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi, padahal dalam

kenyataannya semakin tua maka akan semakin sulit beradaptasi (Padila,

2013). Perubahan-perubahan yang terjadi antara lain:

1. Perubahan fisik

a. Sel

Lebih sedikit jumlahnya, lebih besar ukuranya, berkurangnya

jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan tubuh dan

berkurangnya cairan intraseluler, menurunnya proporsi protein di

otak, otot ginjal darah, dan hati, jumlah sel otak menurun,

terganggunya mekanisme perbaikan sel, otak menjadi atrofi,

beratnya berkurang 5 – 10% (Bandiyah, 2009).

b. Sistem persyarafan

Berat otak menurun 10 – 20%. Gangguan yang terjadi karena

penurunan sistem persyarafan meliputi: hubungan persyarafan

menurun, lambat dalam bereaksi, terjadi stress, pengecilan syaraf

panca indra sehingga terjadi berkurangnya penglihatan,

berkurangnya pendengaran, saraf pencium dan perasa mengecil,

kurang sensitif terhadapa sentuhan, kulit lebih sensitif terhadap

perubahan suhu yang terjadi (Bandiyah, 2009).

c. Sistem Pendengaran

Presbiakusis adalah hilangnya kemampuan pendengaran pada

telinga dalam. Terutama terhadap bunyi suara atau nada–nada yang

tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata–kata, terjadinya

pengumpulan serumen karena peningkatan keratin, pendengaran

11

bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan

jiwa atau stres (Bandiyah, 2009).

d. Sistem penglihatan

Sfingter pupil timbul sclerosis dan hilangnya respon terhadap

sinar kornea lebih terbentuk bola, katarak menyebabkan gangguan

penglihatan, meningkatnya ambang pengamatan sinar, daya adaptasi

terhadap kegelapan lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya

gelap, hilangnya daya akomodasi, berkurangnyanya lapang

pandang, menurunya daya membedakan warna biru atau hijau

(Padila, 2013).

e. Sistem kardiovaskuler

Elastisitas dinding aorta menurun, katup jatung menebal dan

menjadi kaku kemampuan jantung memompa darah menurun 1%

setiap tahun seudah berumur 20 tahun, hal ini menyebkan merunnya

kontraksi dan volumenya, kehilangan elastisitas pembuluh darah,

kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi,

perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa

menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg

(Bandiyah, 2009).

f. Sistem pengaturan temperatur tubuh

Hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu thermostat, yaitu

menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi berbagai faktor

yang mempengaruhinya. Sebagai akibat sering ditemui temperatur

tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologik ± 35°C ini akibat

12

metabolisme yang menurun, keterbatasan refleks menggigil dan

tidak memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya

aktifitas otot (Bandiyah, 2009).

g. Sistem respirasi

Otot–otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku

menurunya aktifitas dari sillia, paru-paru kehilangan elastisitas,

kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih berat, kapasitas

pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun,

alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang, O²

pada arteri menurun menjadi 75 mmHg, CO² pada arteri tidak

terganti, kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot

pernafasan akan menurun seiring dengan pertambahan usia

(Bandiyah, 2009).

h. Sistem gastrointestinal

Kehilangan gigi penyebab utama adanya periodontal diase

yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi

kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk, indera pengecap

menurun adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi indra

pengecap (±80%) hilangnya sensitifitas dari saraf pengecap di lidah

terutama rasa manis dan asin, hilangnya sensitifitas dari saraf

pengecap tentang rasa asin, asam dan pahit, esophagus melebar, rasa

lapar menurun, asam lambung menurun, waktu mengosongkan

menurun, peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi, fungsi

13

absorpsi melemah, liver makin mengecil dan tempat penyimpanan

menurun, berkurangnya aliran darah (Bandiyah, 2009).

i. Sistem reproduksi

Menciutnya ovari dan uterus, atrovi payudara, pada laki-laki

testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya

penurunan secara berangsur–angsur, dorongan seksual menetap

sampai usia diatas 70 tahun yaitu kehidupan seksual dapat

diupayakan sampai masa lanjut usia, hubungan seksual secara

teratur membantu mempertahankan kemampuan seksual, tidak perlu

cemas karena merupakan perubahan alami, selaput lendir vagina

menurun, permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang,

terjadi perubahan–perubahan warna (Bandiyah, 2009).

j. Sistem gastourinaria

Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme

tubuh, melalui urine darah ke ginjal, disaring oleh satuan terkecil

dari ginjal yang disebut nefron, kemudian mengecil dan nefron

menjadi atrofi, nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat,

vesika urinaria (kandung kemih) ototnya menjadi lemah,

kapasitasnya menurun menyebabkan frekuensi buang air seni

meningkat, vesika urinaria sudah dikosongkan pada pria lanjut usia

sehingga mengakibatkan meningkatkan retensi urin, atrovi vulva

dan vagina, tetapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati

berjalan terus sampai tua (Bandiyah, 2009).

14

k. Sistem endokrin

Produksi dari hampir semua hormon menurun, fungsi

paratiroid dan sekresinya tidak berubah, pertumbuhan hormon ada

tetapi tidak rendah dan hanya ada didalam pembuluh darah,

berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH, dan LH, menurunya

aktifitas tiroid, menurunnya BMR (basal metabolic rate), dan

menurunnya daya pertukaran zat, menurunnya produksi aldosteron,

menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya progesteron,

estrogen, dan testeron (Bandiyah, 2009).

l. Sistem integumen

Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak,

permukaan kulit kasar dan bersisik (karena kehilangan proses

kratinasi serta perubahan ukuran dan bentuk–bentuk sel epidermis),

menurunya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit

menurun yaitu produksi serum menurun, gangguan pegmentasi

kulit, kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu, rambut

dalam hidung dan telingga menebal, bekurangnya elastisitas akibat

dari menurunnya cairan dan vaskularisasi, pertumbuhan kuku lebih

lambat, kuku jari menjadi lebih keras dan rapuh, kuku kaki

bertumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk, kelenjar keringat

berkurang jumlah dan fungsinya, kuku menjadi pudar, kurang

bercahaya (Bandiyah, 2009).

15

m. System muskuluskeletal (musculoskeletal system)

Dewasa lansia yang melakukan aktifitas secara teratur tidak

kehilangan massa atau tonus otot dan tulang sebanyak lansia yang

tidak aktif. Serat otot berkurang ukuranya. Dan kekuatan otot

berkurang sebanding penurunan massa otot. Penurunan massa dan

kekuatan otot, demeneralisasi tulang, pemendekan fosa akibat

penyempitan rongga intravertebral, penurunan mobilitas sendi,

tonjolan tulang lebih meninggi (terlihat). Tulang kehilangan density

(cairan) dan makin rapuh, kifosis pinggang, pergerakan lutut dan

jari–jari pergelangan terbatas, discus intervertebralis menipis dan

menjadi pendek (tingginya berkurang), persendian membesar dan

menjadi rapuh, tendon mengerut dan mengalami sclerosis, atrofin

serabut otot sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot–otot

kram menjadi tremor, otot–otot polos tidak begitu berpengaruh

(Padila, 2013).

2. Perubahan mental

Faktor–faktor yang mempengaruhi perubahan mental yaitu

perubahan fisik khususnya organ perasa kesehatan umum, tingkat

pendidikan, keturunan (hereditas), dan lingkungan.

3. Kenangan

Kenangan (memory) terdiri dari kenangan jangka panjang

(berjam–jam sampai berhari–hari yang lalu mencakup beberapa

perubahan), dan kenangan jangka pendek atau seketika (0-10 menit,

kenangan buruk).

16

4. I.Q. (Intellegentian Quantion )

I.Q. (Intellegentian Quantion ) tidak berubah dengan informasi

matematika dan perkataan verbal, berkurangnya penampilan, persepsi

dan ketrampilan psikomotor terjadinya perubahan pada daya

membayangkan karena tekanan–teanan dari faktor waktu (Bandiyah,

2009).

Semua organ pada proses menua akan mengalami perubahan

struktural dan fisiologis, begitu juga otak. Perubahan ini disebabkan

karena fungsi neuron di otak secara progresif. Kehilangan fungsi ini

akibat menurunnya aliran darah ke otak, lapisan otak terlihat berkabut

dan metabolisme di otak lambat. Selanjutnya sangat sedikit yang di

ketahui tentang pengaruhnya terhadap perubahan fungsi kognitif pada

lanjut usia (Padila, 2013). Perubahan kognitif yang di alami lanjut usia

adalah demensia, dan delirium.

5. Perubahan psikologis

Lanjut usia akan mengalami perubahan–perubahan psikososial

seperti (Padila, 2013) :

a. Pensiun, nilai seseorang sering diukur produktifitasnya, identitas

dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Lansia yang mengalami

pensiun akan mengalami rangkaian kehilangan yaitu finansial

(income berkurang), status (dulu mempunyai jabatan posisi yang

cukup tinggi, lengkap dengan segala faselitasnya), teman/kenalan

atau relasi, dan pekerjaan atau kegiatan.

17

b. Merasakan atau sadar akan kematian (sence of awareness of

mortality)

c. Perubahan dalam cara hidup yaitu memasuki rumah perawatan,

bergerak lebih sempit.

d. Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic derivation)

meningkatkan biaya hidup pada penghasilan yang sulit,

bertambahnya biaya pengobatan

e. Penyakit kronis dan ketidakmampuan.

f. Kesepian akibat pengasingan dari lingkungan social.

g. Gangguan saraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian.

h. Gangguan gizi akibat kehilangan penghasilan atau jabatan sehingga

mengalami kekurangan ekonomi.

i. Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan

teman teman dan famili serta pasangan.

j. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap

gambaran diri

2.2 Konsep daun salam

2.2.1 Definisi

Tanaman salam memiliki nama latin Eugenia polyantha Wight dan

nama ilmiah Syzygium polyantha Wight (Tersono, 2006). Menurut falsafah

jawa tanaman salam mempunyai makna yang tersirat, filosofi yang dapat

diambil dari pohon salam berarti keselamatan. Ciri-ciri biologi pohon salam

: pohon salam tumbuh tegak lurus setinggi >25 meter, daun salam berwarna

18

hijau dengan ujung tajam, memiliki bunga berwarna putih dan wangi yang

tumbuh di dahan yang tidak berdaun, buah pohon salam berukuran kecil dan

berwarna kehitaman. Tanaman salam mudah dibudidayakan di berbagai

jenis tanah (Mardiana, 2013).

Pohon salam memiliki banyak manfaat bagi masyarakat mulai dari

batang, kulit batang, daun salam dan buah salam. Daun salam merupakan

bagian yang paling banyak dimanfaatkan masyarakat. Daun salam dikenal

masyarakat untuk penyedap masakan. Masyarakat menggunakan daun

salam untuk memasak dengan memasukan beberapa lembar daun salam

segar maupun kering kedalam masakan untuk membuat masakan lebih

beraroma harum. Selain sebagai penyedap masakan daun salam juga dapat

digunakan sebagai terapi non farmakologi untuk berbagai penyakit

berbahaya contohnya stroke, kolesterol, radang lambung kencing manis dan

juga termasuk asam urat (Agoes, 2010).

2.2.2 Sifat kimia dan efek farmakologis

Daun salam memiliki bau yang wangi sehingga banyak masyarakat

yang menggunakan sebagai bahan penyedap masakan. Selain untuk

pengobatan daun salam juga juga dapat digunakan sebagai tanaman herbal.

Selain dari daun salam bagian lain dari pohon salam yang bisa digunakan

sebagai tanaman obat meliputi akar, buah, dan kulit batang, namun yang

paling banyak digunakan oleh masyarakat yaitu daun salam (Putra, 2016).

Daun salam dapat digunakan sebagai pengobatan herbal untuk kolesterol,

gout artritis, diabetes mellitus, hipertensi, gastritis, dan diare. Oleh badan

POM, daun salam telah ditetapkan sebagai salah satu dari sembilan tanaman

19

yang digunakan sebagai tanaman herbal yang telah diuji secara klinis untuk

mengatasi masalah kesehatan tertentu. Menurut Mardiana (2013) beberapa

sifat kimia dan efek farmakologis meliputi:

1. Flavonoid adalah senyawa polifenol yang sesuai dengan struktur

kimianya terdiri dari flavonol, flavon, flavanon, isoflavon, katekin,

antosianidin dan kalkon. Manfaat flavonoid sebagai diuretik sehingga

memperbanyak produksi urin. Flavonoid juga sebagai anti inflamasi

sehingga dapat mencegah terjadinya peradangan pada tulang.

2. Kandungan vitamin pada daun salam bermanfaat untuk meningkatkan

kekebalan tubuh dari penyakit dan peningkat imunitas pada tubuh.

3. Kandungan zat tanin pada daun salam menurunkan tekanan darah

tinggi.

4. Minyak atsiri sebagai analgesik sehingga mampu menghilangkan rasa

nyeri ketika berjalan.

2.2.3 Manfaat daun salam untuk kesehatan

Tanaman salam dikenal sebagai salah satu tanaman yang sering

dimanfaatkan masyarakat untuk pengobatan alternatif. Menurut buku

Profesor Hembing dalam Handayani (2013) tentang tumbuhan berkhasiat

pohon salam (Syzygium Polyanthum) terutama daunnya bisa mengatasi

gangguan asam urat, kolesterol, radang, lambung, diare dan masih banyak

lagi. Manfaat daun salam untuk kesehatan meliputi:

1. Mengurangi dislipidemia, khususnya hipertrigliseridemia

Senyawa yang mampu menurunkan kadar nitrigliserida adalah

niasin, serat, tannin, dan vitamin C. Mekanisme kerja tannin yaitu

20

bereaksi dengan protein mukosa dan sel epitel usus sehingga

menghambat penyerapan lemak (Dorlan, 2002). Berdasarkan hal

tersebut maka daun salam dapat dipakai sebagai bahan obat untuk

menurunkan kadar trigliserida pada manusia (Harismah & Chusniatun,

2016).

2. Menurunkan kadar LDL

Daun salam dapat menurunkan kadar LDL kolesterol sesuai dosis

yang diberikan karena daun salam mengandung senyaawa aktif

quercetin yang terkandung dalam flavonoid selain sbagai antioksidan

dapat juga menghambat sekresi dari Apo-B100 ke intestinum sehingga

jumlah Apo-B akan mengalami penurunan. Apo-B merupakan

pembentuk LDL, sehingga menurunkan LDL karena jumlah Apo-B

mengalami penurunan (Harismah & Chusniatun, 2016).

3. Menurunkan kadar asam urat

Flavonoid yang terdapat dalam daun salam dapat digunakan

sebagai diuretik (zat peluruh) dan penghilang rasa nyeri (analgetik).

(Tersono, 2006).

2.2.4 Penggunaan dalam pengobatan tradisional

Menurut Agoes (2010) daun salam dapat berkhasiat sebagai obat. Cara

mengolah daun salam untuk pengobatan beberapa penyakit :

1. Asam urat

Sediakan 7-15 lembar daun salam, rebus menggunakan air

sebanyak 700 cc , panaskan hingga mendidih dan air tersisa 200 cc. Rasa

rebusan daun salam agak manis dengan khas bau salam. Dapat diminum

21

dalam keadaan hangat maupun dingin. Minum selama 7 hari untuk hasil

yang efektif.

2. Diare

Cuci 15 lembar daun salam segar. Rebus dengan air sebanyak 200

cc selam 15 menit. Tambahkan sedikit garam. Konsumsi dalam keadaan

dingin.

3. Kencing manis

Cuci 7-15 daun salam. Rebus dengan air sebanyak 3 gelas sisakan

1 gelas. Konsumsi dalam keadaan dingin 1 gelas sekaligus sebelum

makan. Lakukan 2 kali sehari.

4. Menurunkan kolesterol

Cuci 10-15 daun salam. Rebus dengan air sebanyak 3 gelas sisakan

1 gelas. Konsumsi dalam keadaan dingin 1 gelas sekaligus di malam

hari. Lakukan setiap hari.

5. Menurunkan tekanan darah tinggi

Cuci 7-10 daun salam. Rebus dengan air sebanyak 3 gelas sisakan

1 gelas. Konsumsi dalam keadaan dingin setengah gelas.

6. Maag/gastritis

Cuci bersih 15-20 lembar daun salam segar. Rebus dengan air

sebanyak 500 ml selama 15 menit. Tambahkan gula secukupnya setelah

dingin minum airnya. Lakukan setiap hari hingga rasa perih dan penuh

di lambung hilang.

22

7. Mabuk alkohol

Cuci 1 genggam buah salam masak kemudian tumbuk sampai

halus. Peras hasil tumbukan, minum airnya sekaligus.

8. Kudis/gatal-gatal

Untuk pengobatan luar, ambil daun, kulit, batang atau akar

seperlunya. Tumbuk hingga halus kemudian balurkan ke bagian tubuh

yang mengalami gatal-gatal.

2.3 Konsep asam urat

2.3.1 Definisi

Gout berasal dari kata “Gutta” yang berarti tetesan. Gout salah satu

penyakit arthritis (radang sendi). Gout adalah penyakit kelainan

metabolisme purin dimana terjadi produksi purin secara berlebihan

sehingga terjadi penumpukan purin di dalam darah secara berlebihan.

Peningkatan produksi asam urat menyebabkan peradangan pada sendi

hingga pembengkakan (Suiraoka, 2012). Gangguan metabolisme purin

menyebabkan kadar asam urat dalam darah tinggi yang selanjutnya akan

mudah mengkristal akibat metabolisme purin yang tak sempurna. Kurang

lebih 20-30% penyakit asam urat terjadi akibat sintesa purin dalam jumlah

yang besar dan sekitar 75% akibat kelebihan produksi asam urat tetapi

pengeluarannya tidak sempurna (Suiraoka, 2012).

Asam urat merupakan hasil dari katabolisme purin. Purin merupakan

kelompok struktur kimia pembentuk DNA. Asam urat adalah asam yang

berbentuk kristal-kristal yang merupakan hasil akhir dari metabolisme

23

purin. Secara ilmiah purin terdapat didalam tubuh setiap manusia dan pada

semua makanan dari sel hidup baik berupa tanaman contohnya sayur, buah,

kacang-kacangan dan hewan contohnya daging, jeroan, ikan sarden (Ode,

2012). Asam urat dimiliki setiap tubuh manusia karena setiap proses

metabolisme menghasilkan asam urat, tetapi asam urat di dalam darah tidak

boleh berlebihan. Asam urat yang berlebih disebabkan pemicu contohnya

makanan tinggi purin. Bahaya yang timbul dari asam urat berlebih :

gangguan ginjal, jantung koroner, diabetes mellitus dan radang sendi

(Suriana, 2014).

Pada orang yang normal jumlah pool asam urat sekitar 1000 mg dengan

kecepatan metabolisme sekitar 600 mg/hari. Kandungan normal natrium

urat didalam serum <7 mg/dl. Berdasarkan hasil laboratorium klinis, kadar

asam urat normal pada wanita 2,4-5,7 mg/dl dan pada pria 3,4-7,0 mg/dl.

Pada anak-anak kadar asam urat berkisar 3,0-4,0 mg/dl namun setelah

memasuki masa pubertas kadar asam urat pada anak prian mencapai 5,2

mg/dl (Suiraoka, 2012).

2.3.2 Etiologi

Menurut Suiraoka (2012) berdasarkan patofisiologi, peningkatan kadar

asam urat terjadi akibat :

1. Produksi asam urat berlebih

Peningkatan produksi asam urat terjadi akibat peningkatan

kecepatan biosintesa purin dari asam amino untuk membentuk inti sel

DNA dan RNA. Peningkatan asam urat juga bisa disebabkan asupan

makanan kaya protein dan purin atau asam nukleat berlebihan pada

24

jeroan, makanan laut, kaldu kental, dan lain-lain serta hasil pemecahan

sel yang rusak akibat obat tertentu. Penguraian purin yang terlalu cepat

pada olahraga berlebihan dan kelainan darah juga akan menyebabkan

peningkatan kadar asam urat (Suiraoka, 2012).

2. Pembuangan asam urat berkurang

Asam urat akan meningkat dalam darah jika pembuangannya

terganggu. Sekitar 90% penderita asam urat mengalami gangguan ginjal

dalam pembuangan asam urat. Penderita asam urat akan mengeluarkan

asam urat 40% lebih sedikit dari orang normal.

Secara normal pengeluaran asam urat akan meningkat jika

kadarnya meningkat dalam darah akibat asupan purin dari luar atau

pembentukan purin. Dalam tubuh terdapat enzim urikinase untuk

mengoksidasi asam urat menjadi alotinin yang mudah dibuang. Kalau

terjadi gangguan pada enzim urikinase akibat proses penuaan atau strees

maka terjadi hambatan pembuangan asam urat sehingga kadar asam urat

akan naik. Hambatan pembuangan asam urat juga terjadi akibat

gangguan fungsi ginjal (Suiraoka, 2012).

3. Kombinasi produksi asam urat berlebih dan pembuangan berkurang

Mekanisme kombinasi keduanya terjadi pada kelainan intoleransi

fruktosa, defisiensi enzim tertentu yaitu glukosa 6-fosfat. Pada kelainan

tersebut akan diproduksi asam laktat yang berlebihan sehingga

pembuangan asam urat akan menurun karena terjadi kompetisi antara

asam laktat dengan asam urat, keadaan seperti ini akan memperparah

25

asam urat. Kekurangan glukosa 6-fosfat menyebabkan mengalami asam

urat sejak bayi atau asam urat dini (Suiraoka, 2012).

Konsumsi alkohol berlebih menyebabkan asam urat kombinasi

diatas. Alkohol yang berlebihan mengandung purin tinggi sehingga

meningkatkan produksi asam urat, selain itu alkohol mengandung asam

laktat tinggi sehingga menghambat pembuangan kadar asam urat.

Faktor penyebab lain yang dapat menimbulkan kadar asam urat dalam

darah meningkat, yaitu :

1. Faktor keturunan

2. Pola makan tinggi protein dan purin

3. Konsumsi alkohol berlebihan

4. Hambatan pembuangan asam urat karena penyakit

5. Penggunaan obat-obatan tertentu

6. Penggunaan antibiotik secara berlebihan

7. Obesitas

8. Faktor lain seperti stress, cedera sendi dan hipertensi.

2.3.3 Cara pemeriksaan kadar asam urat

Pemeriksaan laboratorium penting dilakukan baik untuk menegakan

diagnosis maupun penatalaksanaan bagi penderita asam urat. Menurut

Dalimartha (2008) beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk

mengetahui kadar asam urat :

a) Kristal MSUM (Monosodium Urat Monohidrat)

Diagnosis pasti gout ditegakkan berdasarkan ditemukannya Kristal

MSUM (Monosodium Urat Monohidrat) pada cairan sendi.

26

b) Kadar asam urat darah

Pemeriksaan kadar asam urat darah nilainya sangat terbatas dalam

dalam mendiagnosis asam urat. Hal ini disebabkan pada asam urat akut

sering kali kadarnya ditemukan dalam batas normal.

c) Ekskresi asam urat urin per 24 jam

Penentuan jumalah kadar asam urat di urin selama 24 jam penting untuk

menentukan pengobatan. Selama 3-5 hari sebelum pemeriksaan

dilakukan, penderita tidak boleh makan makanan yang mengandung

purin dan alkohol. Alkohol dapat mempengaruhi pengeluaran asam urat

melalui ginjal.

d) Pemeriksaan darah lengkap, fungsi hati dan fungsi ginjal.

2.3.4 Klasifikasi

Penyakit asam urat digolongkan menjadi 2 macam mencakup :

1. Penyakit gout primer

Penyebab penyakit gout primer belum diketahui. Diduga berkaitan

dengan faktor genetik dan faktor hormonal yang mengganggu sistem

metabolisme yang mengakibatkan tubuh tidak mampu mengeluarkan

asam urat dan terjadi penumpukan asam urat di dalam tubuh (Ode,

2012).

2. Penyakit gout sekunder

Penyebab gout sekunder antara lain karena meningkatnya produksi

asam urat karena nutrisi yaitu makanan tinggi purin. Penyebab lain

adalah obesitas, obat-obatan, penyakit kulit, diabetes mellitus (Ode,

2012).

27

2.3.5 Gejala

Gejala yang timbul apabila kadar asam urat didalam darah berlebih

meliputi (Ode, 2012) :

1. Kesemutan dan linu.

2. Nyeri terutama malam hari atau pagi hari saat bangun tidur.

3. Sendi yang terkena asam urat terlihat bengkak, kemerahan, panas, dan

nyeri luar biasa pada malam maupun pagi hari.

2.3.6 Organ tubuh yang berpotensi terserang

Asam urat merupakan salah satu jenis reumatik atau radang sendi.

Terjadi karena penumpukan kristal-kristal asam urat pada persendiaan ,

sehingga bagian persendian yang akan mudah terserang asam urat. Menurut

Suriana (2014) organ-organ pesendian yang mudah terserang asam urat

antara lain : ujung jari, ibu jari, sendi lutut, pergelangan kaki, punggung

kaki, siku dan lutut.

2.3.7 Faktor resiko

Faktor resiko asam urat akan meningkat setealah memasuki usia lebih

dari 40 tahun. Hormon esterogen pada wanita membantu pengeluaran kadar

asam urat, sehingga wanita menopause memiliki faktor resiko terjadi

peningkatan kadar asam urat sama dengan pria. Faktor resiko lain seperti

gaya hidup, obesitas, alkohol juga dapat meningkatkan kadar asam urat

dalam darah (IP.Suiraoka, 2012).

2.3.8 Pencegahan

Penyakit asam urat pada umumnya sulit dicegah tetapi beberapa faktor

pencetusnya dapat dihindari. Usaha terbaik yang dapat dilakukan dengan

28

makan tidak berlebihan. Jika sudah terlanjur menderita gangguan asam urat

sebaiknya membatasi hal-hal yang dapat memperburuk keadaan contohnya

makanan tinggi purin.

Menurut Saraswati (2009) dalam IP.Suiraoka (2012) pengelompokan

makanan berdasarkan kandungan purinnya adalah sebagai berikut :

1. Golongan A : makanan yang mengandung purin tinggi (150—800

mg/100 gram bahan makanan): hati, ginjal,otak, jantung, paru-paru,

jeroan, udang, kerang, tape, abon daging, alkohol serta makanan dalam

kaleng.

2. Golongan B : makanan yang mengandung purin sedang (50-150 mg/100

gram bahan makanan) : kerang-kerangan, kacang-kacangan, bayam,

kembang kol, buncis, jamur, singkong, pepaya, kangkung.

3. Golongan C : makanan yang mengandung purin lebih ringan (0-50

mg/100 gram bahan makanan) : keju, susu, telur, sayuran dan buah-

buahan.

2.3.9 Upaya penanganan awal

Asam urat tinggi tidak mengancam jiwa, tetapi akan beresiko negatif

terhadap kesehatan tubuh, karena dapat berpotensi menimbulkan penyakit

lain. Penanganan awal pada asam urat perlu dilakukan mengingat dampak

negatif yang akan ditimbulkan. Menurut Suriana (2014) apabila tubuh

merasakan tanda-tanda kadar asam urat dalam darah tinggi perlu tindakan

penanganan awal yang meliputi :

1. Diet asam urat perlu dilakukan yaitu dengan menjaga pola makan agar

tidak memicu naiknya kadar asam urat.

29

2. Kadar asam urat diturunkan secara perlahan dengan mengkonsumsi

terapi non-farmakologi, antara lain :

1. Pemberian air rebusan daun salam

3. Hindari melakukan diet asam urat terlalu ketat.

4. Memperbanyak konsumsi air putih untuk mengurangi gangguan pada

ginjal.

5. Rutin melakukan pemeriksaan kadar asam urat.

6. Penggunaan terapi farmakologi jangka panjang dengan pengawasan

dokter, jenis terapi antara lain :

1. Obat urikosurik, contohnya Prebenesid.

2. Obat penghambat xantin oksidase, contohnya Allopurinol.

2.4 Pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan

kadar asam urat pada lansia

Asam urat adalah hasil akhir dari metabolisme yang dimiliki oleh

semua orang. Asam urat dalam tubuh kadarnya tidak boleh berlebihan (Ode,

2012). Asam urat yang berlebih akan menimbulkan penyakit. Penyembuhan

asam urat dapat menggunakan terapi farmakologi dan terapi non

farmakologi. Daun salam adalah salah satu tanaman yang dapat digunakan

sebagai terapi non farmakologi dengan cara merebus 10-15 lembar daun

salam dengan air 700 cc gelas biarkan mendidih samapi tersisa 200 cc,

setelah itu saring dan minum 1 kali 1 gelas setiap hari. Daun salam

mengandung flavonoid sehingga dapat digunakan sebagai peluruh kencing

(diuretik). Sebagai diuretik salam mampu memperbanyak produksi urine

30

pada tubuh sehingga dapat menurunkan kadar asam urat dalam darah

melalui urine.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Yankusuma & putri (2016)

tentang pengaruh rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat

di Desa Malanggaten Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar

tahun 2016 dengan jenis penelitian quasi eksperimental dengan rancangan

penelitian pretest-posttest. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

penderita asam urat di Desa Malanggaten sebanyak 20 orang. Sampel

sebanyak 12 orang sesuai dengan kriteria inklusi dengan teknik sampling

dengan purposive sampling. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan ada

pengaruh rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat.

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Dinaria (2015) tentang

pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap asam urat pada wanita

menopause. Jenis penelitian yang digunakan inferensia kuantitatif. Desain

penelitian yang digunakan menggunakan pre-eksperimen dengan rancangan

one group prepost and posttest design. Seluruh wanita menopause yang

menderita asam urat sebanyak 45 orang di kelurahan gundi sebagai populasi

dalam penelitian . Sampel yang digunakan dalam penelitian sebanyak 16

orang dengan menggunakan teknik sampling menggunakan purposive

sampling. Instrument yang digunakan dalam penelitian dengan lembar

observasional. Hasil dari penelitian tersebut ada pengaruh pemberian air

rebusan daun salam terhadap asam urat pada wanita menopause.

Menurut Tersono (2006) menjelaskan manfaat daun salam sebagai

diuretik (peluruh kencing) dan analgetik (penghilang nyeri), sebagai

31

diuretik daun salam mampu memperbanyak produksi urin sehingga

menurunkan kadar asam urat darah yang dikeluarkan melalui urin. Sebagai

analgesik, daun salam mampu menghilangkan rasa sakit saat berjalan.

32

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka konseptual

Kerangka konseptual adalah model konseptual yang berkaitan dengan

bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara

logis faktor yang dianggap penting untuk dijadikan masalah (Hidayat,

2017).

Keterangan :

: Diteliti : Pengaruh

: Tidak Diteliti : Hubungan

Gambar 3.1 Kerangka konseptual pengaruh pemberian air rebusan daun salam

terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia di posyandu

lansia Desa Sepanyul Kecamatan Gudo.

Upaya penanganan asam urat :

1. Diet asam urat perlu dilakukan yaitu dengan

menjaga pola makan agar tidak memicu

naiknya kadar asam urat.

2. Kadar asam urat diturunkan secara perlahan

dengan mengkonsumsi terapi non-

farmakologi, antara lain :

1. Pemberian air rebusan daun salam

3. Hindari melakukan diet asam urat terlalu

ketat.

4. Memperbanyak konsumsi air putih untuk

mengurangi gangguan pada ginjal.

5. Rutin melakukan pemeriksaan kadar asam

urat.

6. Penggunaan terapi farmakologi jangka

panjang dengan pengawasan dokter, jenis

terapi antara lain :

1. Obat urikosurik, contohnya Prebenesid.

2. Obat penghambat xantin oksidase,

contohnya Allopurinol.

Suriana (2014)

Turun Tetap

Lansia yang terdiri

dari usia 60-74

tahun.

Mengalami peningkatan kadar asam

urat darah. Kadar asam urat normal :

Laki-laki : 3,4-7,0 mg/dl

Perempuan : 2,4-5,7 mg/dl

(Suiraoka, 2012)

Meningkat

Faktor yang meningkatkan kadar asam urat

berdasarkan patofisiologi :

1. Produksi asam urat berlebih

2. Pembuangan asam urat berkurang

3. Kombinasi produksi asam urat berlebih dan

pembuangan berkurang

(Suiraoka, 2012)

33

3.2 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau

pertanyaan penelitian. Menurut La Biondo-Wood dan Haber (1994) di dalam

buku karangan Nursalam (2017), hipotesis adalah suatu pernyataan asumsi

tentang hubungan antara dua atau lebih variable yang diharapkan bisa

menjawab suatu pertanyaan dalam penelitian. Setiap hipotesis terdiri dari

suatu unit atau bagian dari permasalahan. Pada penelitian ini hipotesis yang

di ambil adalah :

H1 : Ada pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan

kadar asam urat lansia di posyandu lansia Desa Sepanyul Kecamatan

Gudo Jombang.

34

BAB 4

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data untuk tujuan

dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2013). Metode penelitian adalah hasil akhir dari

suatu tahap keputusan yang dibuat peneliti berhubungan dengan bagaimana suatu

penelitian dapat dilakukan sesuai harapan yang dinginkan (Nursalam, 2017).

Penelitian yang dilakukan dengan judul “pengaruh pemberian air rebusan daun

salam terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia studi dilakukan di Posyandu

Lansia Desa Sepanyul”. Pada bab ini akan menguraikan tentang jenis penelitian,

rancangan penelitian, waktu dan tempat penelitian, populasi, sampel dan sampel,

kerangka kerja, identifikasi variabel, definisi operasional, pengumpulan dan

analisis data dan etika penelitian.

4.1 Jenis penelitian

Desain atau rancangan penelitian adalah suatu strategi dalam penelitian

untuk pengontrolan maksimal beberapa faktor yang mempengaruhi hasil

akurasi (Nursalam, 2017). Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini

adalah penelitian eksperimental yaitu penelitian yang memberikan perlakuan

kepada objek yang dapat mengendalikan variabel secara tegas yang

menyatakan ada hubungan sebab akibat (Hidayat, 2017).

Desain dalam penelitian ini adalah analitik pre-eksperimental. Pre

eksperimental adalah rancangan penelitian yang digunakan untuk mencari

hubungan sebab-akibat dengan adanya keterlibatan peneliti dalam manipulasi

terhadap variabel bebas (Nursalam, 2017).

35

4.2 Rancangan penelitian

Rancangan penelitian adalah hal yang sangat penting dalam penelitian

yang memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi akurasi dari hasil penelitian (Nursalam, 2017).

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah one-

group pre-post test design adalah mengungkapkan hubungan sebab akibat

dengan melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek di observasi dua

kali yang pertama sebelum di intervensi, kemudian di observasi lagi setelah

dilakukan intervensi (Nursalam, 2017). Penelitian ini menganalisis pengaruh

pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat pada

lansia studi di Posyandu Lansia Desa Sepanyul. Rancangan penelitian dalam

penelitian dapat dilihat pada table 4.1.

Tabel 4.1 One-group pre-post test design

Subjek Pre Perlakuan Post

K O I OI

Waktu 1 Waktu 2 Waktu 3

Keterangan :

K : subjek (lansia yang mengalami peningkatan kadar asam urat)

O : observasi kadar asam urat sebelum pemberian air rebusan daun salam

I : intervensi (pemberian air rebusan daun salam)

OI : observasi kadar asam urat sesudah pemberian air rebusan daun salam

(Nursalam, 2017)

36

4.3 Waktu dan tempat penelitian

4.3.1 Waktu penelitian

Penelitian dimulai dari penyusunan proposal sampai dengan penusunan

laporan skripsi yang dimulai dari bulan Februari sampai Juni 2018.

Pengambilan data dilaksanakan pada bulan April-Mei 2018.

4.3.2 Tempat penelitian

Penelitian dilaksanakan di Posyandu Lansia Desa Sepanyul yang

termasuk dari Wilayah Kerja Puskesmas Blimbing.

4.4 Populasi, sampel dan sampling

4.4.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek yang digunakan dalam penelitian

(Notoatmodjo, 2010). Populasi harus memenuhi kriteria yang telah ditetapkan

dalam penelitian (Nursalam, 2017). Populasi dalam penelitian ini adalah

semua lanjut usia 60-74 tahun bersedia menjadi responden, mengalami

peningkatan kadar asam urat, tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan

tertentu yang dapat menurunkan kadar asam urat di Posyandu Lansia Desa

Sepanyul sebanyak 33 orang.

4.4.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi subjek dalam

penelitian melalui sampling yang harus sesuai dengan kriteria yang telah

ditentukan (Nursalam, 2017). Menurut Nursalam (2017) perhitungan besar

sampel menggunakan rumus sebagai berikut :

𝑛 =𝑁

1 + 𝑁 (𝑑)2

37

Keterangan :

n = besar sampel

N = besar populasi

d = tingkat signifikan (d=0,05)

jadi untuk menghitung besar sampel dalam penelitian adalah :

𝑛 =𝑁

1 + 𝑁 (𝑑)2

𝑛 =33

1 + 33 (0,05)2

𝑛 =33

1 + 33 ( 0,0025)

𝑛 =33

1 + 0,0825

𝑛 =33

1,0825

𝑛 = 30,48 = 30

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian lanjut usia 60-74 tahun

bersedia menjadi responden, mengalami peningkatan kadar asam urat, tidak

sedang mengkonsumsi obat-obatan tertentu yang dapat menurunkan kadar

asam urat di Posyandu Lansia Desa Sepanyul sebanyak 30 orang.

4.4.3 Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat

mewakili populasi (Nursalam, 2017). Teknik pengambilan sampel pada

penelitian ini adalah probability sampling dengan jenis simple random

sampling. Untuk melakukan sampling jenis ini dengan menuliskan nama

responden dalam kertas kemudian diambil secara acak.

38

4.5 Kerangka kerja

Gambar 4.1 Kerangka kerja pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan

kadar asam urat pada lansia di Posyandu Lansia Desa Sepanyul.

Identifikasi Masalah

Populasi

Semua lanjut usia 60-74 tahun bersedia menjadi responden, mengalami peningkatan

kadar asam urat, tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan tertentu yang dapat

menurunkan kadar asam urat di Posyandu Lansia Desa Sepanyul sebanyak 33 orang

Sampel

Sebagian lanjut usia 60-74 tahun bersedia menjadi responden, mengalami peningkatan

kadar asam urat, tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan tertentu yang dapat

menurunkan kadar asam urat di Posyandu Lansia Desa Sepanyul sebanyak 30 orang.

Sampling

Simple random sampling

Pengumpulan data

Dengan mengukur kadar asam urat pada responden

Pra

Pengukuran kadar

asam urat sebelum

pemberian air

rebusan daun

salam

Perlakuan

Pemberian air

rebusan daun

salam sebanyak 1

kali dalam 7 hari

Post

Pengukuran kadar

asam urat setelah

pemberian air

rebusan daun

salam

Pengolahan Data

Editing, Coding, Skoring, Tabulating

Penyusunan Laporan Akhir

Penyusunan Proposal

Rancangan Penelitian

Analitik Pra-eksperimental dengan One-group pre-post test

design

Penyajian Data

Analisis Data

Uji Wilcoxon

39

4.6 Identifikasi variabel

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai

berbeda terhadap sesuatu seperti benda, manusia (Soeparto, dkk. 2000 dalam

Nursalam, 2017). Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat,

atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan dari satuan penelitian

(Notoatmodjo, 2010). Variabel terdapat 2 jenis yaitu :

1. Variabel independen (bebas)

Variabel independen sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel

bebas adalah variabel yang mempengaruhi sehingga timbul variabel

dependen (Hidayat, 2017). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

pemberian air rebusan daun salam.

2. Variabel dependen (terikat)

Variabel dependen atau variable terikat adalah variabel yang

dipengaruhi oleh variabel bebas (Hidayat, 2017). Variabel ini bergantung

pada variabel bebas terhadap perubahan yang terjadi. Variabel terikat

dalam penelitian ini adalah penurunan kadar asam urat pada lansia.

40

4.7 Definisi operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang

diamati (di ukur) dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2017).

Definisi operasional pada penelitian ini dapat dilihat pada table 4.2.

Tabel 4.2 Definisi operasional pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap

penurunan kadar asam urat pada lansia di Posyandu Lansia Desa

Sepanyul.

Variabel Definisi

operasional

Parameter Alat ukur Skala Skor dan kriteria

Independen

Pemberian

air rebusan

daun salam

Memberikan

air rebusan

daun salam

yang

dibuatkan

oleh peneliti

sebanyak 1

gelas perhari

setiap pagi

selama 7

hari.

1. 200 ml air

rebusan

daun

salam

2. Diberikan

sekali

sehari

selama 7

hari

3. Diminum

pagi hari

setelah

makan

sebelum

jam 9

- - -

Dependen

Penurunan

kadar asam

urat

Penurunan

yang terjadi

pada ukuran

hasil akhir

dari

metabolisme

dalam tubuh.

Pengambilan

sampel darah

untuk

pemeriksaan

kadar asam

urat sebelum

dan sesudah

intervensi

Alat ukur

menggunakan

GCU

(Glucose,

Cholesterol,

Uric Acid)

dengan

pengambilan

sampel darah

O

R

D

I

N

A

L

Skor :

Laki-laki : 3,4-7,0

mg/dl

Perempuan :

2,4-5,7 mg/dl

Kriteria :

1. Kadar asam

urat meningkat

apabila hasil

pemeriksaan

post > pre

2. Kadar asam

urat menurun

apabila hasil

pemeriksaan

pre > post

3. Kadar asam

urat tetap

apabila hasil

pemeriksaan

pre dan post

tetap

( Sevilia &

Mumpuni 2014)

41

4.8 Pengumpulan dan analisis data

4.8.1 Bahan dan alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian berupa daun salam sebanyak 7

lembar, air 700 ml, alcohol swab dan stik uric acid. Sedangkan alat yang

digunakan dalam penelitian panci, gelas ukur, kompor, GCU (Glucose,

Cholesterol, Uric Acid), lembar observasi, bolpoint.

4.8.2 Instrumen

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk

pengumpulan data. Instrumen digunakan untuk mendapatkan data yang

relevan dengan tujuan penelitian (Arikunto, 2010). Pada penelitian ini

instrumen yang digunakan variabel kadar asam urat adalah lembar observasi

pengukuran kadar asam urat dari hasil pemeriksaan asam urat menggunakan

GCU pada responden sebelum dan sesudah pemberian air rebusan daun

salam.

4.8.3 Prosedur penelitian

Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Melakukan identifikasi masalah yang ingin diteliti dan mengajukan tema

dan judul kepada pembimbing

2. Menyusun proposal penelitian

3. Mengurus surat pengantar penelitian dari STIKES ICME Jombang yang

ditujukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang

4. Mengajukan ijin penelitian kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang

dengan tembusan Puskesmas Blimbing Jombang

42

5. Melakukan studi pendahuluan dan melakukan wawancara di Puskesmas

Blimbing Jombang.

6. Melengkapi proposal penelitian sampai dengan pelaksanaan ujian

proposal penelitian

7. Menjelaskan kepada calon responden tentang penelitian yang akan

dilakukan dan bila bersedia menjadi responden dipersilahkan untuk

menandatangani informed consent

8. Menjelaskan kepada responden tentang pemeriksaan kadar asam urat

9. Melakukan pemeriksaan kadar asam urat dengan GCU pada responden

sebelum diberikan air rebusan daun salam

10. Responden diminta untuk minum air rebusan daun salam yang disediakan

peneliti sebanyak 7x dalam 7 hari (setiap hari)

11. Setelah pemberian air rebusan daun salam selam 7 kali dalam 7 hari

dilakukan pemeriksaan kadar asam urat dengan GCU

12. Setelah data yang dibutuhkan terkumpul maka dilakukan pengumpulan

data kemudian melakukan pengolahan data dan melakukan analisa data

13. Terakhir dilakukan penyusunan laporan hasil penelitian

4.8.4 Cara analisis data

1. Editing

Editing adalah kegiatan pengecekan dari hasil yang telah di tulis

dilembar observasi (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini akan

dilakukan editing setelah data dikumpulkan diperiksa dengan segera

berkenaan dengan ketepatan dan kelengkapan pengisian lembar observasi.

Konsistensi serta kesesuaian juga perlu diperhatikan untuk menguji

43

hipotesis atau menjawab tujuan penelitian sehingga akan memudahkan

untuk pengolahan selanjutnya.

2. Coding

Coding adalah mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi

angka. Setelah semua lembar observasi diedit selanjutnya dilakukan

pengkodean (Notoatmodjo, 2010). Kegiatan Kegiatan mengklarifikasi

data atau pemberian data-data pada setiap kategori yang sama, diperoleh

dari sumber data yang telah diperiksa kelengkapannya. Coding akan

berguna untuk memasukan data. Kode dibuat dalam bentuk angka atau

huruf yang akan memberikan petunjuk pada data yang akan dianalisis.

a. Data umum

a) Kode responden

(a) Responden 1 : 1

(b) Responden 2 : 2

(c) Responden 30 : 30

b) Kode jenis kelamin

(a) Laki-laki : 1

(b) Perempuan : 2

c) Kode usia

(a) Usia 45-59 tahun : 1

(b) Usia 60-74 tahun : 2

(c) Usia 75-90 tahun : 3

(d) Usia >90 : 4

44

d) Kode riwayat asam urat

(a) Tidak pernah : 1

(b) Pernah : 2

e) Kode pola makan

(a) Tidak diet purin : 1

(b) Diet purin : 2

(c) Diet purin ketat : 3

b. Data khusus

a) Kadar asam urat sebelum pemberian air rebusan daun salam

(a) Tidak normal : 1

(b) Normal : 2

b) Kadar asam urat sesudah pemberian air rebusan daun salam

(a) Tidak normal : 1

(b) Normal : 2

3. Scoring

Scoring adalah memberikan nilai berupa angka dari hasil pengukuran

yang sudah dilakukan untuk memperoleh data. Pemberian skor sebagai

berikut :

a. Variabel asam urat

Kadar asam urat tetap : 0

Kadar asam urat menurun : 1

Kadar asam urat meningkat : 2

45

2. Tabulating

Tabulating adalah menyusun data yang telah lengkap sesuai dengan

variabel yang dibutuhkan kedalam tabel distribusi frekuensi

(Notoatmodjo, 2010). Setelah diperoleh hasil dengan cara perhitungan,

hasil dimasukan kedalam kategori nilai yang telah di buat.

Adapun hasil pengolahan data dapat diinterprestasikan dengan skala

sebagai berikut : (Arikunto, 2010)

0% : tidak seorang pun

1-25% : sebagian kecil

26-49% : hampir setengahnya

50% : setengahnya

51-74% : sebagian besar

75-99% : hampir seluruhnya

100% : seluruhnya

4.8.5 Analisis data

1. Univariat

Analisa univariat yaitu analisa yang dilakukan dengan tujuan untuk

menjelaskan karakteristik variabel (Notoatmodjo, 2010). Analisis

univariat dalam penelitian bertujuan untuk menjelaskan karakteristik

masing-masing variabel yang diteliti, pada penelitian ini adalah

penurunan kadar asam urat. Kadar asam urat diukur dengan menggunakan

GCU. Hasil pemeriksaan kadar asam urat di interpretasikan menjadi :

a. Kadar asam urat meningkat

b. Kadar asam urat menurun

46

c. Kadar asam urat tetap

(Sevilia & Mumpuni 2014)

2. Bivariat

Analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini

menggunakan uji non parametric yaitu Uji Wilcoxon. Uji tersebut dapat

digunakan dengan menggunakan bantuan komputerisasi program SPSS

(Statistic Product Servise Solution) for windows release 20. Analisis

bivariat pada penelitian ini bertujuan untuk menganalis pengaruh

pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat

pada lansia di Posyandu Lansia Desa Sepanyul dengan pengambilan

keputusan sebagai berikut :

a. p < 𝛼 = 0,05 maka H1 diterima yang berarti ada pengaruh pemberian

air rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat pada

lansia di Posyandu Lansia Desa Sepanyul.

b. p > 𝛼 = 0,05 maka H1 ditolak tidak ada pengaruh pemberian air

rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia

di Posyandu Lansia Desa Sepanyul.

4.9 Etika penelitian

Untuk dapat melakukan penelitian, faktor yang cukup penting dan tidak

boleh ditinggalkan adalah adanya ijin penelitian dari pimpinan lembaga atau

institut yang dipilih menjadi tempat penelitian. Untuk memperoleh ijin

tersebut langkah yang ditempuh oleh peneliti adalah mendapatkan

47

rekomendasi dari ketua Program studi Sarjana Keperawatan STIKES ICME

Jombang. Setelah semua surat ijin selesai, barulah peneliti melakukan

penelitian dengan memperhatikan tentang etika dalam penelitian. Menurut

Hidayat (2017) masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah

sebagai berikut :

1. Informed Concent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan

informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan

penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka

harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia,

maka peneliti harus menghormati hak responden.

Informed consent yang akan digunakan dalam penelitian ini ada

dalam lampiran. Sebelum peneliti memberikan informed consent peneliti

menjelaskan dahulu kepada populasi dalam penelitian. Yang dijelaskan

meliputi definisi, tujuan, manfaat, cara penggunaan, dan sistem kerja

dalam pelaksanaan penelitian. Setelah dijelaskan populasi mengisi

informed consent bila setuju menjadi responden dalam penelitian. Dengan

informed consent tersebut responden akan mengikuti jalannya penelitian

dengan baik karena responden sudah setuju dari awal.

48

2. Anonymity (tanpa nama)

Masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek

penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama

responden pada lembar observasi pengukuran kadar asam urat dan hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian

yang akan disajikan.

Dalam penelitian ini nama responden tidak dituliskan secara detail

cukup diberi kode R1-R30 di dalam lembar observasi pengukuran kadar

asam urat. Sehingga peneliti harus mengingat kode setiap pasien agar

tidak terjadi kesalahan dalam penulisan hasil di lembar observasi

pengukuran kadar asam urat.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil

penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua

informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti,

hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.

Kerahasiaan dalam penelitian ini akan terjaga karena data-data yang

diperoleh dari respoden hanya peneliti yang melihat dan tidak untuk

dibaca oleh kelompok. Setelah data-data sudah dimasukan dan

pengolahan data lembar observasi pengukuran kadar asam urat akan di

bakar.

49

4.10 Keterbatasan penelitian

Keterbatasan penelitian dalam penelitian tentanng pengaruh pemberian

air rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia studi

di Posyandu Lansia Desa Sepanyul meliputi :

1. Waktu pemeriksaan sesudah pemberian air rebusan daun salam tidak

dilakukan pada waktu yang tepat yaitu 2-4 jam setelah pemberian

dikarenakan pemeriksaan sesudah dilakukan secara mandiri (door to

door).

2. Peneliti belum dapat memberikan dosis yang tepat sesuai dengan kadar

asam urat sebelum sehingga dapat memberikan hasil yang optimal,

pemberian dosis masih disamaratakan antara kadar asam urat yng lebih

tinggi dan lebih rendah.

50

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil penelitian

Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil dan pembahasan dari penelitian

tentang pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan

kadar asam urat pada lansia di Posyandu Lansia Desa Sepanyul Kecamatan

Gudo Kabupaten Jombang yang telah dilaksanakan pada mei 2018. Proses

yang dilakukan selama penelitian meliputi pengukuran kadar asam urat dan

pemberian air rebusan daun salam. Langkah yang dilakukan pertama kali

menjelaskan tentang tujuan dan manfaat penelitian, pengisian informed

consent, melakukan pengukuran kadar asam urat sebelum intervensi sebagai

hasil pre, setelah itu diberikan air rebusan daun salam selama 7 hari setiap

pagi, dan terakhir dilakukan pegukuran kadar asam urat kembali sebagai hasil

post.

5.1.1 Gambaran umum tempat penelitian

Posyandu Lansia Desa Sepanyul termasuk dalam wilayah kerja

Puskesmas Blimbing. Struktur organisasi posyandu lansia terdiri dari Kepala

Desa sebagai pelindung, bidan desa sebagai pembina, istri kepala desa sebagai

ketua, dan 10 kader lansia yang terdiri dari wakil ketua, sekretaris dan

bendahara. Posyandu lansia desa sepanyul dilakukan 1 bulan sekali di balai

desa. Lansia yang aktif mengikuti posyandu sebanyak 134 lansia terdiri dari

13 laki-laki dan 121 perempuan. Kegiatan dalam posyandu lansia meliputi

penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan dilakukan setahun sekali

51

pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan, pengobatan dan

pemberian gizi. Kegiatan dilaksanakan oleh seluruh kader bersama dengan

bidan desa. Pemeriksaan kesehatan seperti pemeriksaan kadar glukosa, uric

acid dan cholesterol dilakukan oleh bidan desa. Selain kegiatan diatas di

posyandu lansia juga dilakukan penyuluhan baik dari bidan desa maupun dari

puskesmas blimbing, penyuluhan kesehatan oleh puskesmas blimbing

dilakukan sebanyak 3 bulan sekali.

5.1.2 Data umum

Karakteristik data umum responden menguraikan tentang karakteristik

responden yang meliputi : 1) Jenis kelamin 2) Usia 3) Riwayat asam urat dan

4) Pola makan.

1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin studi di

Posyandu Lansia Desa Sepanyul pada bulan Mei 2018. No Jenis kelamin Jumlah Presentase (%)

1 Laki-laki 2 6,7

2 Perempuan 28 93,3

Jumlah 30 100

Sumber : Data Primer, 2018

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa hampir seluruh responden

berjenis kelamin perempuan sebanyak 28 lansia (93,3%).

52

2. Karakteristik responden berdasarkan usia

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia studi di Posyandu

Lansia Desa Sepanyul pada bulan Mei 2018. No Usia Jumlah Presentase (%)

1 Usia 45-59 tahun 0 0

2 Usia 60-74 tahun 30 100

3 Usia 75-90 tahun 0 0

4 Usia >90 tahun 0 0

Jumlah 30 100

Sumber : Data primer, 2018

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa seluruh responden berusia 60-

74 tahun sebanyak 30 lansia (100%).

3. Karakteristik responden berdasarkan riwayat asam urat

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan riwayat asam urat studi di

Posyandu Lansia Desa Sepanyul pada bulan Mei 2018.

No Riwayat asam urat Jumlah Presentase (%)

1 Tidak pernah 0 0

2 Pernah 30 100

Jumlah 30 100

Sumber : Data primer, 2018

Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa seluruh responden

mempunyai riwayat asam urat sebanyak 30 lansia (100%).

4. Karakteristik responden berdasarkan pola makan

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pola makan studi di

Posyandu Lansia Desa Sepanyul pada bulan Mei 2018.

No Pola makan Jumlah Presentase (%)

1 Tidak diet 1 3,3

2 Diet purin 29 96,7

3 Diet purin ketat 0 0

Jumlah 30 100

Sumber : Data primer, 2018

Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa hampir seluruh responden

diet purin sebanyak 29 lansia (96,7 %).

5.1.3 Data khusus

Data khusus responden dalam penelitian meliputi : 1) Karakteristik kadar

asam urat sebelum pemberian air rebusan daun salam, 2) Karakteristik kadar

53

asam urat sesudah pemberian air rebusan daun salam, 3) Karakteristik kadar

asam urat sebelum dan sesudah pemberian air rebusan daun salam. Hasil

ulasan deskripsi data khusus berupa tabel sebagai berikut :

1. Karakteristik responden berdasarkan kadar asam urat sebelum pemberian

air rebusan daun salam

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kadar asam urat sebelum

pemberian air rebusan daun salam di Posyandu Lansia Desa Sepanyul

pada bulan Mei 2018.

No Kadar asam urat Jumlah Presentase (%)

1 Normal 0 0

2 Tidak normal 30 100

Jumlah 30 100

Sumber : Data primer, 2018

Berdasarkan tabel 5.5 diatas dapat diketahui bahwa sebelum

pemberian air rebusan daun salam diketahui bahwa seluruh responden

memiliki kadar asam urat tidak normal sebanyak 30 lansia (100%).

2. Karakteristik responden berdasarkan kadar asam urat sesudah pemberian

air rebusan daun salam

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kadar asam urat sesudah

pemberian air rebusan daun salam di Posyandu Lansia Desa Sepanyul

pada bulan Mei 2018.

No Kadar asam urat Jumlah Presentase (%)

1 Normal 26 86,7

2 Tidak normal 4 13,3

Jumlah 30 100

Sumber : Data primer, 2018

Berdasarkan tabel 5.6 diatas dapat diketahui bahwa sesudah

pemberian air rebusan daun salam selama 7 hari diketahui bahwa hampir

seluruh responden memiliki kadar asam urat normal sebanyak 26 lansia

(86,7%).

54

3. Karakteristik responden berdasarkan kadar asam urat sebelum dan

sesudah pemberian air rebusan daun salam

Tabel 5.7 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kadar asam urat sebelum

dan sesudah pemberian air rebusan daun salam di Posyandu Lansia

Desa Sepanyul Mei 2018.

No Kadar asam urat

Sebelum pemberian Setelah pemberian

Jumlah Presentase

(%) Jumlah

Presentase

(%)

1 Normal 0 0 26 86,7

2 Tidak normal 30 100 4 13,3

Jumlah 30 100 30 100

Hasil Uji Statistik

Wilcoxon

P = 0,000

Sumber : Data primer, 2018

Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat data kadar asam urat pada lansia

di Posyandu Lansia Desa Sepanyul sebelum pemberian air rebusan daun

salam diketahui bahwa seluruh responden memiliki kadar asam urat tidak

normal sebanyak 30 orang lansia (100%) dan sesudah pemberian air

rebusan daun salam diketahui bahwa hampir seluruh responden memiliki

kadar asam urat normal sebanyak 26 orang lansia (86,7 %).

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan Uji Wilcoxon

dengan bantuan SPSS 18 dengan tingkat signifikasi 0,05 diperoleh hasil p

=0,000 yang berarti p > 0,05 yaitu H1 diterima yang berarti ada pengaruh

pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat

lansia di Posyandu Lansia Desa Sepanyul.

55

5.2 Pembahasan

5.2.1 Kadar asam urat sebelum pemberian air rebusan daun salam pada lansia di

Posyandu Lansia Desa Sepanyul

Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa sebelum pemberian air rebusan

daun salam, seluruh responden memiliki kadar asam urat tidak normal

sebanyak 30 lansia (100%). Menurut peneliti peningkatan kadar asam urat

pada lansia dikarenakan beberapa faktor diantaranya usia, jenis kelamin, pola

makan. Selain itu lansia yang memiliki riwayat kadar asam urat tidak normal

akan mengalami kekambuhan apabila tidak dapat mengontrol pola makan

dengan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Suiraoka (2012) bahwa faktor

penyebab asam urat meliputi keturunan, pola makan, hambatan pembuangan

asam urat. Menurut Anjarwati (2010) meningkatnya kadar asam urat

disebabkan dari beberapa faktor yaitu faktor makanan tinggi purin, usia, jenis

kelamin, obat tertentu, dan mengkonsumsi alkohol. Produksi asam urat di

dalam tubuh meningkat ini merupakan penyebab karena mengkonsumsi

makanan yang berkadar tinggi purin seperti daging, jeroan, bayam, kacang,

kangkung, kerang, kembang kol, buncis, dan kepiting. Keadaan ini akan

membuat metabolisme makanan tersebut membentuk asam urat yang akhirnya

membuat tingginya kadar asam urat dalam darah.

Setelah dilakukan penelitian dari 30 responden pada tabel 5.2 diketahui

bahwa seluruh responden berusia 60-74 tahun yaitu sebanyak 30 lansia

(100%). Menurut peneliti usia berkaitan dengan peningkatan asam urat, lansia

akan mengalami perubahan baik fisik, mental dan psikologis. Salah satu

perubahan fisik lansia yaitu penurunan fungsi ginjal yang mengakibatkan

56

peningkatan kadar asam urat pada lansia dikarenakan ginjal tidak mampu

mengeluarkan purin dengan baik sehingga terjadi pengendapan purin terus-

menerus. Pada laki-laki semakin tinggi usia maka akan terjadi penumpukan

asam urat dalam darah, sama halnya dengan perempuan yang sudah

memasuki usia 60 tahun akan mengalami penurunan hormon esterogen yang

dapat membantu mengeluarkan asam urat. Selain itu responden yang telah

memasuki usia lansia akan mudah mengalami peningkatan kadar asam urat,

dimana asam urat merupakan salah satu penyakit degeneratif yang akan

dialami lansia. Kadar asam urat pada responden bervariasi antara responden

satu dengan responden lainnya sehingga efek yang dirasakan dari responden

berbeda-beda, hal ini terlihat dari hasil pengukuran kadar asam urat yang telah

dilakukan berbeda-beda dan keluhan responden sebagian nyeri pada kaki

terutama pada jari, tumit dan punggung kaki.

Pendapat tersebut ditunjang oleh Suiraoka (2012) bahwa dalam tubuh

terdapat enzim urikinase untuk mengoksidasi asam urat menjadi alotonin

yang mudah dibuang, apabila terjadi gangguan pada enzim urikinase akibat

proses penuaan maka terjadi hambatan pembuangan asam urat sehingga asam

urat dalam darah akan naik, selain karena gangguan enzim urikinase

pembuangan asam urat terganggu akibat penurunan proses filtrasi ginjal di

glomerulus ginjal, penurunan ekskresi dalam tubulus ginjal dan peningkatan

absorpsi kembali, sedangkan dua pertiga bagian asam urat dibuang oleh ginjal

melalui urine, sehingga penurunan fungsi ginjal sebagai hambatan utama

pembuangan asam urat.

57

Selain usia, jenis kelamin menjadi faktor yang dapat meningkatkan kadar

asam urat. Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa hampir seluruh responden

adalah perempuan sebanyak 28 lansia (93,3%). Menurut peneliti responden

dalam penelitian ini mengalami peningkatan kadar asam urat walaupun

hampir seluruh responden adalah perempuan, namun responden perempuan

dalam penelitian ini sudah memasuki masa menopause, sehingga beresiko

sama dengan laki-laki. Peningkatan kadar asam urat dapat dikarenakan jenis

kelamin, jenis kelamin memiliki peranan penting dalam terjadinya

peningkatan asam urat, dimana laki-laki lebih mudah mengalami peningkatan

kadar asam urat, secara alami kadar asam urat dalam darah pada laki-laki

cenderung lebih tinggi daripada perempuan. Perempuan akan mengalami

peningkatan kadar asam urat pada masa menopause dikarenakan hormon

dalam tubuh mengalami penurunan sehingga resiko terjadinya peningkatan

kadar asam urat pada perempuan menopause, pada masa menopause akan

mengalami peningkatan asam urat jika diikuti dengan kurang tepatnya pola

makanan sehari-hari akibatnya peluang terjadi peningkatan akan lebih tinggi.

Hal ini sesuai dengan pendapat Ode (2012) pada umumnya laki-laki

lebih banyak terserang asam urat dan kadar asam urat laki-laki cenderung

meningkat sejalan dengan bertambahnya usia, sedangkan wanita lebih lebih

kecil presentasinya dimana peningkatan sejalan dengan masa menopause.

Menurut Dalimartha (2008) kadar rata-rata asam urat dalam darah tegantung

dengan jenis kelamin, sebelum pubertas kadar asama urat pada laki-laki 3,5

mg/dL setelah pubertas meningkat secara bertahap mencapai 5,2 mg/dL. Pada

perempuan kadar asam urat tetap rendah baru pada usia pra menopause

58

kadarnya sampai 4 mg/dL, setelah menopause mencapai 4,7 mg/dL bahkan

lebih.

Faktor lain yang menyebabkan peningkatan kadar asam urat dalam darah

adalah pola makan. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian

besar responden melakukan diet purin sebanyak 29 lansia (96,7%). Pola

makan memiliki peranan penting dalam peningkatan kadar asam urat salah

satunya disebabkan oleh meningkatnya asupan purin dari luar kedalam tubuh.

Hal ini juga dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukan bahwa 1

responden mengalami peningkatan kadar asam urat karena selama 7 hari

responden tidak melakukan diet purin sama halnya dengan responden yang

lain. Menurut peneliti hampir seluruh responden menyatakan susah untuk diet

purin secara baik karena semua makanan mengandung zat purin namun kadar

zat purin beragam ada yang rendah, tinggi dan sedang. Makanan dengan tinggi

purin sangat beresiko meningkatkan kadar asam urat. Untuk menjaga agar

kadar asam urat dalam tubuh tetap terkontrol pada rentang normal sebaiknya

harus tetap memperhatikan makanan yang dikonsumsi.

Hal ini sesuai dengan pendapat Suiraoka (2012) bahwa peningkatan

produksi asam urat disebabkan asupan makanan kaya protein dan purin

berlebihan seperti jeroan, makanan laut, dan kaldu kental. Diet purin yang

dilakukan sebaiknya juga sewajarnya saja dikarenakan diet ketat purin justru

akan meningkatkan kadar asam urat dalam darah karena dalam kondisi puasa

tubuh akan memecah lebih banyak otot ketimbang lemak dan lebih banyak

lagi keton tubuh akan dibuat. Padahal keton akan menghambat pengeluaran

asam urat.

59

Faktor terakhir yaitu riwayat asam urat. Pada tabel 5.3 diketahui bahwa

seluruh responden yang mengalami peningkatan kadar asam urat memiliki

riwayat pernah mengalami asam urat sebelumnya yaitu sebanyak 30 lansia

(100%). Menurut peneliti sebagian besar responden menyatakan sebelumnya

sudah memiliki riwayat asam urat. Kekambuhan dapat disebabkan beberapa

hal seperti pola makan, merokok dll, kemudian dilakukan pengobatan untuk

menurunkan kadar asam urat dan mengurangi rasa sakit pada penderita asam

urat, dari hasil lembar observasi menunjukan bahwa dari 30 responden

seluruhnya memiliki riwayat asam urat. Pendapat tersebut ditunjang oleh

Sustrani (2006) bahwa rasa sakit pada persendian akan berkurang beberapa

hari kemudian seiring dengan menurunnya kadar asam urat, tapi akan muncul

kembali pada interval yang tidak tentu jika terjadi peningkatan kadar asam

urat, serangan susulan akan berlangsung lebih lama.

Dari pembahasan diatas, berdasarkan usia, jenis kelamin, pola makan

dan riwayat asam urat sangat berpengaruh dalam peningkatan kadar asam

urat. Di posyandu lansia responden yang mengalami asam urat diberikan obat-

obatan untuk mengatasi radang atau rasa sakit yaitu analgesik dari golongan

AINS (Anti Inflamasi Non Steroid) atau NSAID (Non Steroidal Anti

Inflamatory Drugs) seperti ibuprofen, ketoprofen dan allopurinol untuk

mengatasi penimbunan asam urat. Namun penggunaan obat-obatan dalam

jangka panjang akan menimbulkan efek yang merugikan, oleh karena itu

diperlukan pengobatan nonfarmakologi sebagai alternatif intervensi dari

asuhan keperawatan asam urat pada lansia.

60

Daun salam dapat digunakan sebagai pengobatan non-farmakologi untuk

menurunkan kadar asam urat dalam darah. Daun salam dapat dimanfaatkan

dalam keadaan kering maupun segar, namun lebih baik dalam keadaan segar

dikarenakan daun salam yang kering telah mengalami proses penguapan

sehingga kandungan dari daun salam berkurang. Pendapat tersebut ditunjang

oleh Mardiana (2013) bahwa daun salam selain sebagai bumbu pelengkap

masakan, daun salam berkhasiat untuk mengobati beberapa penyakit meliputi

: kadar gula darah, diare, sakit perut, kolesterol, maag, dan asam urat.

Kandungan kimia yang terdapat dalam tumbuhan ini adalah minyak atsiri,

tannin, dan flavonoida.

5.2.2 Kadar asam urat sesudah pemberian air rebusan daun salam pada lansia di

Posyandu Lansia Desa Sepanyul

Pada tabel 5.6 menunjukan bahwa sesudah pemberian air rebusan daun

salam, diketahui bahwa hampir seluruh responden mengalami penurunan

kadar asam urat dengan kadar asam urat normal sebanyak 26 lansia (86,7 %)

dan kadar asam urat tidak normal 4 lansia (13,3 %).

Hasil pengukuran kadar asam urat yang didapatkan sesudah pemberian

air rebusan daun salam selama 7 hari mengalami penurunan, hal ini di buktikan

dengan hampir seluruh responden sesudah pemberian air rebusan daun salam

mengalami penurunan kadar asam urat dari 100% tidak normal menjadi 13,3%

tidak normal. Menurut peneliti penurunan kadar asam urat yang terjadi

diakibatkan dari kandungan yang terdapat didalam daun salam yang mampu

mengeluarkan asam urat dalam darah sehingga terjadi penurunan kadar asam

urat pada responden, pengeluaran kadar asam urat dibantu oleh flavonoid yang

61

mampu membantu mengeluarkan asam urat melalui urine dengan cara

memperbanyak produksi urin.

Hal ini sesuai dengan pendapat Adi (2006) bahwa penggunaan air

rebusan daun salam dapat menjadi alternatif pengobatan. Daun salam dapat

memperbanyak produksi urin sehingga dapat mengeluarkan asam urat, selain

itu mampu menghilangkan rasa sakit yang ditimbulkan. Menurut Herliana

(2013) khasiat yang terkandung dalam daun salam mempunyai beberapa

senyawa- senyawa seperti minyak atsiri, tannin, dan flavonoid yang banyak

terdapat dalam daunnya. Kandungan dalam daun salam tersebut yang dapat

menurunkan kadar asam urat dengan jalan menghambat kerja ezim xantin

oksidase sehingga dapat menghambat pembentukan asam urat.

Pada tabel 5.6 menunjukan bahwa sesudah pemberian air rebusan daun

salam, diketahui bahwa sebagian kecil responden memiliki kadar asam urat

tidak normal sebanyak 4 lansia (13,3). Kadar asam urat pada lansia tidak

seluruhnya normal sesudah pemberian air rebusan daun salam. Menurut

peneliti hal ini disebabkan karena faktor-faktor yang meliputi kepatuhan diet

lansia dan kadar asam urat sebelum pemberian air rebusan daun salam. Rata-

rata penurunan kadar asam urat setelah pemberian air rebusan daun salam 0,6

mg/dL sedangkan dari 4 lansia yang memiliki kadar asam urat tidak normal

tersebut diawal lebih tinggi dari lansia yang lain. Selain itu kepatuhan diet juga

mempengaruhi kadar asam urat hal ini dapat dilihat dari lansia yang tidak

patuh diet mengalami peningkatan kadar asam urat.

Hal ini sesuai pendapat Wijayakusuma (2006) bahwa penyebab utama

meningkatnya kadar asam urat dalam darah karena gangguan metabolisme

62

asam urat salah satunya disebabkan karena mengonsumsi makanan yang

mengandung tinggi purin, oleh karena itu penderita dianjurkan diet purin untuk

mengurangi pembentukan asam urat.

5.2.3 Analisa kadar asam urat sebelum dan sesudah pemberian air rebusan daun

salam pada lansia di Posyandu Lansia Desa Sepanyul

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 30 responden dengan

pengukuran kadar asam urat yang dilakukan sebelum pemberian air rebusan

daun salam dan sesudah pemberian air rebusan daun salam didapati pada tabel

5.7 menunjukan bahwa dari 30 responden sebelum pemberian air rebusan daun

salam seluruh responden memiliki kadar asam urat tidak normal sebanyak 30

lansia (100%) dan sesudah pemberian air rebusan daun salam sebagian kecil

responden memiliki kadar asam urat tidak normal sebanyak 4 lansia (13,3%),

hal ini sama dengan sebelum pemberian air rebusan daun salam dari 30

responden tidak seorangpun memiliki kadar asam urat normal dan sesudah

pemberian air rebusan daun salam hampir seluruh responden mengalami

penurunan kadar asam urat menjadi normal sebanyak 26 lansia (86,7%). Dari

data diatas dapat menunjukan bahwa sebelum pemberian air rebusan daun

salam seluruh responden memiliki kadar asam urat tidak normal dan sesudah

pemberian air rebusan daun salam mengalami hampir seluruh responden

mengalami penurunan menjadi normal.

Berdasarkan analisis statistic dengan menggunakan Uji Wilcoxon dengan

bantuan SPSS 18 dengan tingkat signifikasi 𝛼 = 0.05 diperoleh hasil p = 0,000

yang berarti p < 0,05 yaitu H1 diterima yang artinya ada pengaruh pemberian

63

air rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia di

Posyandu Lansia Desa Sepanyul.

Menurut peneliti, menurunnya kadar asam urat pada lansia dari lansia

dengan asam urat tidak normal ke normal dikarenakan kandungan dalam daun

salam yang dapat membantu memproduksi urine sehingga mampu

mengeluarkan asam urat lebih banyak melalui urine. Berdasarkan penelitian

yang telah dilakukan terdapat pengaruh yang signifikan antara pemberian air

rebusan daun salam dengan penurunan kadar asam urat pada lansia. Hal ini

dapat digunakan sebagai salah satu terapi non-farmakologi yang dapat

dilakukan untuk menurunkan kadar asam urat. Pemberian air rebusan daun

salam digunakan dalam jangka waktu lama tanpa meimbulkan efek samping

dengan penggunaan yang benar.

Faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan kadar asam urat sesorang

meliputi usia, jenis kelamin, riwayat asam urat serta pola makan. Usia dan

jenis kelamin akan meningkatkan kadar asam urat diakibatkan semakin menua

usia asam urat dalam tubuh akan menumpuk sedangkan proses penuaan

menurunkan fungsi ginjal dalam mengeluarkan asam urat melalui urin, selain

proses penuaan lansia dengan riwayat asam urat akan mengalami kekambuhan

apabila konsumsi makan yang tidak tepat. Namun dalam penelitian ada 1

responden yang mengalami peningkatan kadar asam urat dikarenakan faktor

pola makan, responden tidak melakukan diet purin.

Hal ini sesuai dengan pendapat Dalimartha (2008) pengobatan tradisional

untuk asam urat dapat berupa akar-akaran atau berupa tanaman, adapun

tanaman tradisional yang dapat digunakan untuk pengobatan asam urat salah

64

satunya yaitu daun salam sebagai peluruh kencing (diuretik) dan penghilang

rasa nyeri (analgetik), sebagai diuretik daun salam dapat memperbanyak

produksi urin sehingga dapat menurunkan kadar asam urat dalam darah,

sebagai analgetik daun salam mampu menghilagkan rasa sakit saat berjalan.

Berdasarkan analisa penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti selama

7 hari didapatkan hasil yang signifikan terhadap penurunan kadar asam urat

pada lansia, dari hasil penelitian pada tabel 5.6 menunjukan dari 30 lansia

menjadi 4 lansia dengan asam urat tidak normal. Maka ada pengaruh

pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat pada

lansia di Posyandu Lansia Desa Sepanyul.

65

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Kadar asam urat pada lansia sebelum pemberian air rebusan daun salam

adalah seluruhnya tidak normal.

2. Kadar asam urat pada lansia sesudah pemberian air rebusan daun salam

adalah hampir seluruhnya normal.

3. Ada pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan kadar

asam urat pada lansia di Posyandu Lansia Desa Sepanyul.

6.2 Saran

1. Bagi petugas kesehatan, perawat dan puskesmas

Hasil penelitian dapat diterapkan pada lansia untuk menurunkan kadar

asam urat. Diharapkan petugas kesehatan untuk menjelaskan pentingnya

menjaga kadar asam urat tetap normal.

2. Bagi responden

Bagi responden diharapkan memperhatikan dosis penggunaan sesuai

yang telah di demontrasikan peneliti agar tidak menimbulkan masalah

sesudah pemberian air rebusan daun salam dan dapat memberikan manfaat

yang maksimal.

66

3. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian yang

lebih spesifik untuk mengetahui dosis yang tepat sesuai dengan kadar asam

urat sehingga dapat diketahui secara tepat dosis dan sejauh mana tingkat

penurunannya.

67

DAFTAR PUSTAKA

Adi, L. T., 2006. Tanaman Obat & Jus Untuk Asam Urat & Reumatik. Jakarta: Agro

Media Pustaka.

Agoes, A., 2010. Tanaman Obat Indonesia. 2 ed. Jakarta: Salemba Medika.

Arikunto, S., 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka

Aksara.

Bandiyah, S., 2009. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha

Medika.

Chusniatun, H. kun (2016) ‘Pemanfaatan Daun Salam (Eugenia Polyantha) sebagai

Obat Herbal dan Rempah Penyedap Makanan’, 19(2), pp. 110–118.

Penelitian, A., Universitas, F. and Purwokerto, M. (2014) ‘Pengaruh Pemberian Air

Rebusan Daun Salam (’, XVII(2), pp. 22–26.

Dalimartha, S., 2008. Herbal Untuk Pengobatan Reumatik. Jakarta: Penebar

Swadaya.

Dinaria, 2015, Pengaruh Pemberian Air Rebusan Daun Salam Terhadap Kadar

Asam Urat Pada Wanita Menopause, hh. 2-9, Skripsi Akademi Kebidanan

Griya Husada Surabaya

Handayani, T., 2013. Khasiat Ampuh Akar-Batang-Daun. s.l.:Infra Pustaka.

Herliana, E., 2013. Penyakit Asam Urat Kandas Berkat Herbal. Jakarta: FMedia.

Hidayat, A. A. A., 2017. Metodologi Penelitian Keperawatan dan Kesehatan.

Jakarta: Salemba Medika.

Mardiana, L., 2013. Daun Ajaib Tumpas Penyakit. Jakarta: Penebar Swadaya.

Notoatmodjo, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam, 2017. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis.

Jakarta: Salemba Medika.

68

Nursalam, Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis. 2017.

Jakarta: Salemba Medika.

Ode, S. L., 2012. Asuhan Keperawatan Gerontik Berstandarkan Nanda NIC, NOC

Dilengkapi Teori dan Contoh Kasus Askep. Yogyakarta: Nuha Medika.

Padila, 2013. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.

Putra, W. S., 2016. Kitab Herbal Nusantara : Aneka Resep & Ramuan Tanaman

Obat Untuk Berbagai Gangguan Kesehatan. Yogyakarta: Katahati.

Sevilia, Desi Alvionita Vivit Dwi & Mumpuni Dwiningtyas, 2014, Pengaruh

Konsumsi Jus Nanas Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Pada Lansia

Di UPT Werdha Mojopahit Mojokerto, STIKES Pemkab Jombang

IP.Suiraoka., 2012. Penyakit Degeneratif Mengenal, Mencegah dan Mengurangi

Faktor Resiko 9 Penyakit Degeneratif. Yogyakarta: Nuha Medika.

Suriana, N., 2014. Herbal Sakti Atasi Asam Urat. Depok: Mutiara Allamah Utama.

Yankusuma, D dan Putri P, 2016, Pengaruh Rebusan Daun Salam Terhadap

Penurunan Kadar Asam Urat Di Desa Malanggaten Kecamatan

Kebakkramat Kabupaten Karanganyar, Kosala JIK, vol.4 no.1 hh. 90-96

Wijayakusuma, H., 2006. Atasi rematik dan asam urat ala Hembing. Jakarta : Puspa

Swara.

69

Lampiran 1

JADWAL KEGIATAN

No Jadwal

kegiatan

Bulan

Februari Maret April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pemilihan

tempat

penelitian

2 Perumusan

masalah

3 Pengajuan

judul

4 Konsultasi

proposal

5 Revisi

proposal

6 Ujian proposal

7 Revisi

proposal

8 Pengambilan

data

9 Pengolahan

data

10 Penyusunan

laporan skripsi

11 Konsultasi

skripsi

12 Ujian skripsi

13 Revisi skripsi

70

Lampiran 2

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada :

Yth. Calon responden

Ditempat

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Program Studi Ilmu

Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang:

nama : Ellin Puji Aprillia

NIM : 143210061

Saat ini sedang mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh pemberian air

rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia di Posyandu

Lansia Desa Sepanyul”. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat

pada lansia.

Penelitian ini tidak berbahaya dan tidak merugikan lansia sebagai responden.

Kerahasiaan semua informasi yang telah diberikan akan dijaga dan hanya

digunakan untuk kepentingan penelitian saja. Lansia yang tidak bersedia menjadi

responden diperbolehkan tidak ikut berpartisipasi dalam penelitian. Lansia yang

bersedia menjadi responden, saya mohon untuk menandatangani lembar

persetujuan penelitian. Atas perhatian dan kerjasamanya, kami ucapkan

terimakasih.

Hormat kami

(Ellin Puji Aprillia)

71

Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Dengan surat ini saya menyatakan bahwa saya bersedia/tidak bersedia* untuk

menjadi responden dalam penelitian dengan judul “Pengaruh pemberian air rebusan

daun salam terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia di Posyandu Lansia

Desa Sepanyul”. Yang akan dilaksanakan oleh saudari Ellin Puji Aprillia

Saya telah mengetahui maksud dan tujuan dari penelitian ini sesuai dengan

penjelasan dari peneliti yang sudah disampaikan kepada saya.

Demikian secara sukarela dan tidak ada paksaan dari siapapun dalam saya

membuat surat pernyataan ini.

Jombang, April 2018

Responden

( )

*coret yang tidak perlu

72

Lampiran 4

LEMBAR OBSERVASI

Judul : Pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap

penurunan kadar asam urat pada lansia

Nama :

Hari dan tanggal :

No kode responden :

Petunjuk pengisian :

1. Tuliskan data umum sesuai dengan pertanyaan.

2. Jawaban tidak boleh lebih dari satu

A. Data umum

Nama :

Usia :

Jenis kelamin :

Riwayat asam urat :

Pola makan :

B. Hasil pemeriksaan kadar asam urat

Tanggal Kadar asam urat sebelum Tanggal Kadar asam urat sesudah

73

Lampiran 5

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR PEMERIKSAAN KADAR

ASAM URAT

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR

PEMERIKSAAN KADAR ASAM URAT

METODE STICK

Pengertian Pemeriksaan asam urat adalah suatu prosedur

pemeriksaan darah untuk mengetahui kadar asam

urat dalam darah dalam 1 desi liter.

Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk

pemeriksaan asam urat

Prosedur 1. Alat dan bahan

a. Asam urat meter (Easy Touch)

b. Stik asam urat

c. Jarum lancet

d. Alkohol swab

2. Pelaksanaan

a. Siapkan jarum lanset, sesuaikan kedalaman

jarum.

b. Mengusap ujung jari tengah atau manis

dengan menggunakan alcohol swab

c. Menghidupkan alat pemeriksaan asam urat

d. Masukan stik asam urat ke alat, tunggu hingga

muncul tanda darah

e. Selanjutnya tusuk ujung jari klien dengan

jarum lancet yang sudah disediakan, tekan

hingga keluar darah

f. Menempelkan stik asam urat ke darah untuk

memasukkan darah ke stik secukupnya atau

hingga asam urat meter berbunyi

g. Tunggu hingga hasil keluar, membaca hasil

sesuai dengan yang ada di LCD asam urat

meter

h. Catat pada lembar observasi

74

Lampiran 6

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR PEMBUATAN AIR REBUSAN

DAUN SALAM

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR

PEMBUATAN AIR REBUSAN DAUN

SALAM

Pengertian Daun yang dapat digunakan dalam masakan

maupun pengobatan tradisional

Manfaat Pengobatan :

1. Asam urat

2. Diare

3. Kolesterol

4. Diabetes mellitus

5. Hipertensi

6. Gastritis

Indikasi 1. Alergi dengan daun salam

Prosedur 1. Alat dan bahan

a. Daun salam 7 lembar

b. Gelas ukur

c. Air putih 700 ml

d. Panci

e. Kompor

2. Prosedur pembuatan

a. Cuci daun salam hingga bersih

b. Masukan air sebanyak 700 ml ke dalam panci

c. Masukan daun salam ke dalam panci yang

sudah diisi air, panaskan hingga mendidih dan

sisakan 200 ml

d. Saring airnya sehingga terpisah dengan daun

salam

e. Masukan air rebusan daun salam kedalam

gelas yang telah disediakan

f. Minum air rebusan daun salam pagi hari

75

Lampiran 7

SURAT PERNYATAAN PERPUSTAKAAN

76

Lampiran 8

SURAT IZIN STUDI PENDAHULUAN DAN PENELITIAN

77

Lampiran 9

SURAT BALASAN STUDI PENDAHULUAN

78

Lampiran 10

SURAT IZIN PENELITIAN DARI DINKES

79

Lampiran 11

SURAT IZIN PENELITIAN DARI PUSKESMAS

80

Lampiran 12

SURAT BALASAN PENELITIAN DARI PUSKESMAS

81

Lampiran 13

SURAT SELESAI PENELITIAN DARI PUSKESMAS

82

Lampiran 14

TABULASI DATA UMUM

PENGARUH PEMBERIAN AIR REBUSAN DAUN SALAM TERHADAP

PENURUNAN KADAR ASAM URAT PADA LANSIA

Kode

Responden Jenis Kelamin Usia

Riwayat Asam

Urat Pola Makan

1 2 2 2 2

2 2 2 2 2

3 2 2 2 2

4 2 2 2 2

5 2 2 2 2

6 2 2 2 2

7 2 2 2 2

8 2 2 2 2

9 2 2 2 2

10 2 2 2 2

11 2 2 2 2

12 2 2 2 2

13 2 2 2 2

14 2 2 2 2

15 2 2 2 2

16 2 2 2 2

17 1 2 2 2

18 2 2 2 2

19 2 2 2 2

20 2 2 2 2

21 2 2 2 2

22 2 2 2 2

23 2 2 2 2

24 1 2 2 2

25 2 2 2 1

26 2 2 2 2

27 2 2 2 2

28 2 2 2 2

29 2 2 2 2

30 2 2 2 2

83

Keterangan :

Jenis kelamin

Laki –laki : 1

Perempuan : 2

Usia

45-59 tahun : 1

60-74 tahun : 2

75-90 tahun : 3

>90 tahun : 4

Riwayat asam urat

Tidak pernah : 1

Pernah : 2

Pola makan

Tidak diet purin : 1

Diet purin : 2

Diet ketat purin : 3

84

Lampiran 15

LEMBAR OBSERVASI PEMERIKSAAN KADAR ASAM URAT SEBELUM

PEMBERIAN AIR REBUSAN DAUN SALAM PADA LANSIA

Tanggal

pemeriksaan

Kode

responden

Kadar

Asam Urat Kategori Coding

7 mei 2018

1 5,8 tidak normal 1

2 6 tidak normal 1

3 5,8 tidak normal 1

4 5,9 tidak normal 1

5 5,8 tidak normal 1

6 8 tidak normal 1

7 7,8 tidak normal 1

8 6,9 tidak normal 1

9 10,2 tidak normal 1

10 6,3 tidak normal 1

11 7,5 tidak normal 1

12 6,4 tidak normal 1

13 5,9 tidak normal 1

14 6,1 tidak normal 1

15 6,1 tidak normal 1

16 10,7 tidak normal 1

17 8,2 tidak normal 1

18 6,3 tidak normal 1

19 7,2 tidak normal 1

20 8 tidak normal 1

21 9,7 tidak normal 1

22 7,7 tidak normal 1

23 6 tidak normal 1

24 8 tidak normal 1

25 10,2 tidak normal 1

26 6,3 tidak normal 1

27 6,2 tidak normal 1

28 6,6 tidak normal 1

29 5,8 tidak normal 1

30 5,9 tidak normal 1

Rata-rata 7.2

Keterangan :

Tidak normal : 1

Normal : 2

85

Lampiran 16

LEMBAR OBSERVASI PEMERIKSAAN KADAR ASAM URAT

SEBELUM PEMBERIAN AIR REBUSAN DAUN SALAM PADA LANSIA

Tanggal

pemeriksaan

Kode

Responden

Kadar Asam

Urat Kategori Skor

13 mei 2018

1 5,1 normal 2

2 5,7 normal 2

3 5,1 normal 2

4 5,6 normal 2

5 4,2 normal 2

6 5,5 normal 2

7 5,5 normal 2

8 4 normal 2

9 9 tidak normal 1

10 4,3 normal 2

11 5,4 normal 2

12 5,4 normal 2

13 5,1 normal 2

14 4,5 normal 2

15 5,7 normal 2

16 8,8 tidak normal 1

17 6,8 normal 2

18 5,7 normal 2

19 5 normal 2

20 4,7 normal 2

21 8 tidak normal 1

22 5,1 normal 2

23 5,3 normal 2

24 7 normal 2

25 12,2 tidak normal 1

26 4,8 normal 2

27 4,7 normal 2

28 5,2 normal 2

29 5,2 normal 2

30 4,6 normal 2

Rata-rata 6.6

Keterangan :

Tidak normal : 1

Normal : 2

86

Lampiran 17

TABULASI DATA KHUSUS

PERBANDINGAN KADAR ASAM URAT SEBELUM DAN SESUDAH

PEMBERIAN AIR REBUSAN DAUN SALAM PADA LANSIA DENGAN

ASAM URAT TIDAK NORMAL

Kode

Responden

Sebelum Sesudah Kriteria

Perubahan

Tekanan

Darah

Skor Hasil

Pemeriksaan Kategori

Hasil

Pemeriksaan Kategori

1 5,8 1 5,1 2 Menurun 1

2 6 1 5,7 2 Menurun 1

3 5,8 1 5,1 2 Menurun 1

4 5,9 1 5,6 2 Menurun 1

5 5,8 1 4,2 2 Menurun 1

6 8 1 5,5 2 Menurun 1

7 7,8 1 5,5 2 Menurun 1

8 6,9 1 4 2 Menurun 1

9 10,2 1 9 1 Menurun 1

10 6,3 1 4,3 2 Menurun 1

11 7,5 1 5,4 2 Menurun 1

12 6,4 1 5,4 2 Menurun 1

13 5,9 1 5,1 2 Menurun 1

14 6,1 1 4,5 2 Menurun 1

15 6,1 1 5,7 2 Menurun 1

16 10,7 1 8,8 1 Menurun 1

17 8,2 1 6,8 2 Menurun 1

18 6,3 1 5,7 2 Menurun 1

19 7,2 1 5 2 Menurun 1

20 8 1 4,7 2 Menurun 1

21 9,7 1 8 1 Menurun 1

22 7,7 1 5,1 2 Menurun 1

23 6 1 5,3 2 Menurun 1

24 8 1 7 2 Menurun 1

25 10,2 1 12,2 1 Meningkat 2

26 6,3 1 4,8 2 Menurun 1

27 6,2 1 4,7 2 Menurun 1

28 6,6 1 5,2 2 Menurun 1

29 5,8 1 5,2 2 Menurun 1

30 5,9 1 4,6 2 Menurun 1

Rata-rata 7.2 6.6

87

Keterangan :

Kadar asam urat

Tidak normal : 1

Normal : 2

Kriteria perubahan kadar asam urat

Tetap : 0

Menurun : 1

Meningkat : 2

88

Lampiran 18

HASIL UJI SPSS

Descriptives

[DataSet0]

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

usia 30 2 2 2.00 .000

jenis kelamin 30 1 2 1.93 .254

riwayat asam urat 30 2 2 2.00 .000

pola makan 30 1 2 1.97 .183

pretest 30 1 1 1.00 .000

postest 30 1 2 1.87 .346

Valid N (listwise) 30

FREQUENCIES VARIABLES=Jeniskelamin Usia Riwayatasamurat Polamakan

pre post

/ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

[DataSet0]

Statistics

jenis

kelamin usia

riwayat

asam urat

pola

makan Pretest Postest

N Valid 30 30 30 30 30 30

Missing 0 0 0 0 0 0

Frequency Table

jenis kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid laki-laki 2 6.7 6.7 6.7

perempuan 28 93.3 93.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

89

usia

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid 60-74 tahun 30 100.0 100.0 100.0

riwayat asam urat

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid pernah 30 100.0 100.0 100.0

pola makan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid tidak diet 1 3.3 3.3 3.3

diet 29 96.7 96.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Pretest

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid tidak normal 30 100.0 100.0 100.0

Postest

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak normal 4 13.3 13.3 13.3

normal 26 86.7 86.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

CROSSTABS

/TABLES=Jeniskelamin BY pre

/FORMAT=AVALUE TABLES

/CELLS=COUNT

/COUNT ROUND CELL.

90

Crosstabs

[DataSet0]

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

jenis kelamin * Pretest 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%

jenis kelamin * Pretest Crosstabulation

Count

Pretest

Total tidak normal

jenis kelamin laki-laki 2 2

perempuan 28 28

Total 30 30

CROSSTABS

/TABLES=Usia BY pre

/FORMAT=AVALUE TABLES

/CELLS=COUNT

/COUNT ROUND CELL.

Crosstabs

[DataSet0]

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

usia * Pretest 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%

91

usia * pretest Crosstabulation

Count

pretest

Total tidak normal

usia 60-74 tahun 30 30

Total 30 30

CROSSTABS

/TABLES=Riwayatasamurat BY pre

/FORMAT=AVALUE TABLES

/CELLS=COUNT

/COUNT ROUND CELL.

Crosstabs

[DataSet0]

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

riwayat asam urat *

Pretest

30 100.0% 0 .0% 30 100.0%

riwayat asam urat * Pretest Crosstabulation

Count

Pretest

Total tidak normal

riwayat asam urat pernah 30 30

Total 30 30

CROSSTABS

/TABLES=Polamakan BY pre

/FORMAT=AVALUE TABLES

/CELLS=COUNT

/COUNT ROUND CELL.

Crosstabs

[DataSet0]

92

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pola makan * Pretest 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%

pola makan * Pretest Crosstabulation

Count

Pretest

Total tidak normal

pola makan tidak diet 1 1

diet 29 29

Total 30 30

CROSSTABS

/TABLES=Polamakan BY post

/FORMAT=AVALUE TABLES

/CELLS=COUNT

/COUNT ROUND CELL.

Crosstabs

[DataSet0]

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pola makan * Postest 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%

pola makan * Postest Crosstabulation

Count

Postest

Total tidak normal normal

pola makan tidak diet 1 0 1

diet 3 26 29

Total 4 26 30

93

CROSSTABS

/TABLES=pre BY post

/FORMAT=AVALUE TABLES

/CELLS=COUNT

/COUNT ROUND CELL.

Crosstabs

[DataSet0]

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pretest * Postest 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%

Pretest * Postest Crosstabulation

Count

Postest

Total tidak normal normal

Pretest tidak normal 4 26 30

Total 4 26 30

NPAR TESTS

/WILCOXON=pre WITH post (PAIRED)

/MISSING ANALYSIS.

NPar Tests

[DataSet0]

Wilcoxon Signed Ranks Test

94

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

Postest - Pretest Negative Ranks 0a .00 .00

Positive Ranks 26b 13.50 351.00

Ties 4c

Total 30

a. Postest < Pretest

b. Postest > Pretest

c. Postest = Pretest

Test Statisticsb

Postest -

Pretest

Z -5.099a

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Based on negative ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

95

Lampiran 19

LEMBAR KONSULTASI BIMBINGAN SKRIPSI

MAHASISWA PROGRAM S1-ILMU KEPERAWATAN

STIKES INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG

TAHUN 2018

Nama Mahasiswa : Ellin Puji Aprillia

NIM : 143210061

Judul Skripsi : Pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan

kadar asam urat pada lansia

Pembimbing : Inayatur Rosyidah, S.Kep.,Ns., M.Kep

NO TANGGAL HASIL KONSULTASI DAN SARAN-

SARAN

TANDA

TANGAN

96

Jombang , ………………………2018

Mengetahui,

Ketua Program Studi S1 Koordinator Skripsi

Inayatur Rosyidah, S. Kep.,Ns., M.Kep Endang Y, S. Kep.,Ns., M.Kes

LEMBAR KONSULTASI BIMBINGAN SKRIPSI

MAHASISWA PROGRAM S1-ILMU KEPERAWATAN

STIKES INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG

TAHUN 2018

Nama Mahasiswa : Ellin Puji Aprillia

NIM : 143210061

Judul Skripsi : Pengaruh pemberian air rebusan daun salam

terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia

Pembimbing : Iva Milia Hani R, S.Kep.,Ns., M.Kep

NO TANGGAL HASIL KONSULTASI DAN

SARAN-SARAN

TANDA

TANGAN

97

Jombang , ………………………2018

Mengetahui,

Ketua Program Studi S1 Koordinator Skripsi

Inayatur Rosyidah, S. Kep.,Ns., M.Kep Endang Y, S. Kep.,Ns., M.Kes

LEMBAR KONSULTASI BIMBINGAN SKRIPSI

MAHASISWA PROGRAM S1-ILMU KEPERAWATAN

STIKES INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG

TAHUN 2018

Nama Mahasiswa : Ellin Puji Aprillia

NIM : 143210061

Judul Skripsi : Pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap

penurunan kadar asam urat pada lansia

Pembimbing : Inayatur Rosyidah, S.Kep.,Ns., M.Kep

NO TANGGAL HASIL KONSULTASI DAN

SARAN-SARAN

TANDA

TANGAN

98

Jombang , ………………………2018

Mengetahui,

Ketua Program Studi S1 Koordinator Skripsi

Inayatur Rosyidah, S. Kep.,Ns., M.Kep Endang Y, S. Kep.,Ns., M.Kes

LEMBAR KONSULTASI BIMBINGAN SKRIPSI

MAHASISWA PROGRAM S1-ILMU KEPERAWATAN

STIKES INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG

TAHUN 2018

Nama Mahasiswa : Ellin Puji Aprillia

NIM : 143210061

Judul Skripsi : Pengaruh pemberian air rebusan daun salam

terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia

Pembimbing : Iva Milia Hani R, S.Kep.,Ns., M.Kep

NO TANGGAL HASIL KONSULTASI DAN

SARAN-SARAN

TANDA

TANGAN

99

Jombang , ………………………2018

Mengetahui,

Ketua Program Studi S1 Koordinator Skripsi

Inayatur Rosyidah, S. Kep.,Ns., M.Kep Endang Y, S. Kep.,Ns., M.Kes

Lampiran 20

DAFTAR HADIR PESERTA UJIAN PROPOSAL SKRIPSI

KELOMPOK LAIN PRODI S1 KEPERAWATAN STIKES ICME JOMBANG TAHUN 2018

NAMA MAHASISWA : Ellin Puji Aprillia

NIM : 14321 0061

KELOMPOK BIMBINGAN : 2

100

Koordinator Skripsi

Endang Y, S.Kep.,Ns., M.Kes

Lampiran 21

DOKUMENTASI PENELITIAN

Pretest

101

102

103

104

Pemberian setiap hari

105

106

Postest

107