SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

97
SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI ISTISHNA’ (Studi Kasus Jual Beli Batu Bata Di Desa Sumber Agung Kec. Seputih Mataram Lampung Tengah) Oleh: Suci Hadiyanti NPM.13104514 Jurusan : Ekonomi Syariah (Esy) Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO 1439/2018

Transcript of SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

Page 1: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

SKRIPSI

PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI ISTISHNA’

(Studi Kasus Jual Beli Batu Bata Di Desa Sumber Agung

Kec. Seputih Mataram Lampung Tengah)

Oleh:

Suci Hadiyanti

NPM.13104514

Jurusan : Ekonomi Syariah (Esy)

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO

1439/2018

Page 2: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

ii

ii

PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI ISTISHNA‟

(Studi Kasus Jual Beli Batu Bata di Desa Sumber Agung

Kec. Seputih Mataram Lampung Tengah)

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Memenuhi Sebagai Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE)

Oleh:

Suci Hadiyanti

NPM.13104514

Pembimbing I : Siti Zulaikha, S.Ag., MH

Pembimbing II : Imam Mustofa, M.S.I

Jurusan : Ekonomi Syariah (Esy)

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO

1439/2018

Page 3: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

iii

iii

Page 4: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

iv

iv

Page 5: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

v

v

PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI ISTISHNA’

(Studi Kasus Jual Beli Batu Bata di Desa Sumber Agung

Kec. Seputih Mataram Lampung Tengah)

ABSTRAK

Oleh

SUCI HADIYANTI

Islam memberikan keleluasan untuk memilih untuk membatalkan akad

jual beli atau meneruskan akad jual yaitu dalam bentuk hak khiyar. Begitupun

dalam jual beli yang menggunakan sistem istshna‟ atau pemesanan. Diadakannya

khiyar oleh syara‟ agar antara penjual dan pembeli dapat memikirkan

kemaslahatan masing-masing lebih jauh, supaya tidak terjadi penyesalan

dikemudian hari lantaran merasa tertipu atau rugi. Dengan demikian, penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui penerapan hak khiyar pada jual beli istishna‟ dalam

jual beli batu bata desa Sumber Agung Kec. Seputih Mataram Lampung Tengah.

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan

metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi,

wawancara dan dokumentasi, serta teknik analisis data kualitatif dengan

menggunakan metode berfikir induktif. Yaitu pengambilan kesimpulan dimulai

dari pertanyaan atau fakta-fakta khusus menuju pada kesimpulan yang bersifat

umum. Data dan fakta hasil pengamatan lapangan disusun, diolah, dikaji

kemudian ditarik maknanya dalam pernyataan atau kesimpulan yang bersifat

umum.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan hak khiyar dalam

transaksi jual beli batu bata secara umum sudah sesuai dengan konsep istishna‟

meskipun belum maksimal, karena tidak semua penjual memahami arti khiyar.

Dalam praktiknya, penjual akan memberikan ganti rugi kepada pembeli jika batu

bata yang dijual terdapat kerusakan setelah terjadi transaksi jual beli. Namun,

tidak semua kerusakan batu bata diganti rugi oleh penjual. Hanya sebagian saja

dari kerusakan batu bata yang diganti. Hal ini yang menjadikan penerapan khiyar

dalam transaksi jual beli batu bata belum maksimal.

Page 6: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

vi

vi

Page 7: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

vii

vii

MOTTO

Artinya: (Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji

(yang dibuat)nya dan bertakwa, Maka Sesungguhnya Allah menyukai

orang-orang yang bertakwa. (QS. Al-Imron (3): 76)

Page 8: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

viii

viii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Puji Syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta

berkahnya kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan

lancar.

Skripsi ini peneliti persembahkan kepada:

1. Ayahanda Hadi Sutrisno dan Ibunda Seri yang selalu memberikan cinta,

kasih sayang, membimbing, mendo‟akan juga memberikan dukungan baik

moril maupun materil demi keberhasilan studiku. Terimakasih atas

cintamu, sayangmu, lelahmu, pesanmu, dukamu dan marahmu adalah jalan

yang indah bagiku.

2. Adikku Endah Aulia yang selalu mendukung dan mendoakan dengan tulus

sehingga saya mampu untuk melanjutkan pendidikan.

3. Untuk sahabat-sahabatku tersayang khususnya (Umi N.f, Septi, Ro‟is,

Azizah, Lilis) yang telah banyak membantu baik dalam mencari ilmu

maupun memberi dukungan moril dan senantiasa bersama dalam suka

maupun duka selama menuntut ilmu di Kampus tercinta.

4. Rekan-rekan seperjuangan. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam angkatan

2013, terutama keluarga besar Ekonomi Syariah kelas B angkatan 2013.

Terimakasih atas persahabatan yang telah kalian tebarkan.

5. Almamaterku tercinta Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro.

Page 9: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

ix

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas

limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Penelitian skripsi ini adalah sebagai salah satu bagian dari persyaratan untuk

menyelesaikan pendidikan program Strata Satu (S1) Jurusan Ekonomi Syariah

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Metro guna memperoleh gelar Sarjana

Ekonomi (S.E). Selama menyelesaikan skripsi ini, peneliti telah menerima banyak

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih peneliti

sampaikan kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Hj. Enizar, M.Ag, selaku Rektor IAIN Metro.

2. Ibu Dr.Widhiya Ninsiana, M.Hum selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Islam.

3. Ibu Rina El maza, M.E.Sy selaku Ketua Jurusan Ekonomi Syariah.

4. Ibu Siti Zulaikha, S.Ag., MH, selaku Dosen Pembimbing Akademik dan

Dosen Pembimbing I yang di tengah kesibukannya, beliau masih dengan

sabar membimbing dan memberikan pengarahan sehingga skripsi ini dapat

peneliti selesaikan.

5. Bapak Imam Mustofa, M.S.I, selaku Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan waktu, bimbingan, motivasi dan petunjuk sehingga skripsi

ini dapat peneliti selesaikan.

6. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Jurusan Ekonomi

Syariah yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan dan pengalaman

kepada peneliti.

7. Bapak Marno dan Bapak Dartam selaku pemilik industri batu bata yang

telah memberikan izin untuk melakukan penelitian sehingga skripsi ini

dapat peneliti selesaikan.

8. Masyarakat pembeli batu bata yang bersedia memberikan informasi yang

peneliti butuhkan sehingga skripsi ini dapat peneliti selesaikan.

9. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah

membentu peneliti sehingga skripsi ini dapat peneliti selesaikan.

Page 10: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

x

x

Page 11: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

xi

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iv

ABSTRAK ........................................................................................................ v

HALAMAN ORISINALITAS PENELITIAN .............................................. vi

HALAMAN MOTTO ...................................................................................... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... viii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ix

DAFTAR ISI ..................................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1

B. Pertanyaan Penelitian .............................................................................. 7

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian .............................................................. 8

D. Sistematika Penulisan ............................................................................. 8

E. Penelitian Relevan ................................................................................... 10

BAB II LANDASAN TEORI

A. Jual Beli Istishna‟ .................................................................................... 13

1. Pengertian Istishna‟ ........................................................................... 13

2. Dasar Hukum Istishna‟ ..................................................................... 14

3. Rukun dan Syarat Istishna‟ ............................................................... 16

4. Ketentuan Jual Beli Istishna‟ ............................................................ 17

B. Hak Khiyar .............................................................................................. 19

1. Pengertian Khiyar.............................................................................. 19

Page 12: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

xii

xii

2. Macam-Macam Hak Khiyar .............................................................. 20

3. Hikmah Disyariatkannya Khiyar ...................................................... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Dan Sifat Penelitian........................................................................ 26

B. Sumber Data ........................................................................................... 27

C. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 29

D. Teknik Penjamin Keabsahan Data ......................................................... 32

E. Teknis Analisa Data ............................................................................... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................................................... 34

1. Sejarah dan Profil Desa Sumber Agung Kecamatan Seputih Mataram

Lampung Tengah ............................................................................. 34

2. Visi dan Misi Desa Sumber Agung Kecamatan Seputih Mataram

Lampung Tengah ............................................................................. 38

B. Penerapan hak khiyar pada jual beli Istishna‟ di Desa Sumber Agung

Kecamatan Seputih Mataram Lampung Tengah ..................................... 39

C. Analisis penerapan hak khiyar pada jual beli Istishna‟ di Desa Sumber

Agung Kecamatan Seputih Mataram Lampung Tengah ........................ 45

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................. 52

B. Saran ........................................................................................................ 52

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

Page 13: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

xiii

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Keputusan Bimbingan

2. Out Line

3. Alat Pengumpulan Data

4. Surat Izin Research

5. Surat Tugas Research

6. Nota Dinas

7. Kartu Bimbingan Konsultasi Skripsi

8. Dokumentasi

Page 14: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum mengenai muamalah telah dijelaskan oleh Allah di

dalam Al-Qur‟an dan dijelaskan pula oleh Rasulullah dalam As-Sunah

yang suci. Muamalah inilah yang harus digali manusia dari masa kemasa

karena seiring dengan perkembangan hidup manusia yang selalu berubah.1

Pada dasarnya manusia dalam kehidupannya dituntut melakukan suatu

usaha untuk mendatangkan hasil dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya.

Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia selalu berinteraksi dengan

sesamanya untuk mengadakan transaksi ekonomi, salah satunya adalah

jual beli.

Jual beli merupakan salah satu aktivitas bisnis yang sudah

berlangsung cukup lama dalam masyarakat. Transaksi jual beli yang sudah

menjadi kegiatan sehari-hari di masyarakat ini bermacam-macam baik

dalam bentuk barang yang telah jadi maupun barang yang belum jadi atau

barang mentah yang mulanya harus memesan terlebih dahulu. Ada

beberapa jenis transaksi jual beli dalam Islam, salah satunya yaitu

transaksi jual beli istishna‟. Istisna‟ yaitu akad jual barang pesanan di

1Mujiatun Ridawati, Konsep Khiyar „Aib Dan Relevansinya Dengan Garansinya dalam

Tafaqquh (Lombok: IAI Qamarul Huda Bagu Lombok Tengah) Vol.1, no.1, Juni 2016, h. 58.

Page 15: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

2

antara dua belah pihak dengan spesifikasi dan pembayaran tertentu.

Barang yang dipesan belum diproduksi atau tidak tersedia dipasaran.2

Syarat utama istishna‟ adalah spesifikasi barang dapat

ditentukan dengan jelas. Selanjutnya kedua belah pihak harus berakal

(cakap bertindak hukum), kerelaan (tidak ingkar janji), menyatakan

kesanggupan untuk membuatkan barang tersebut, barang yang dipesan

mempunyai kriteria dan ukuran yang jelas, dan barang yang dipesan tidak

termasuk barang yang dilarang agama.3

Penjual menerima pesanan dari pembeli. Kemudian penjual

berusaha membuat barang pesanan yang dipesan oleh pembeli berdasarkan

spesifikasi yang telah disepakati. Kedua belah pihak bersepakat atas harga

serta sistem pembayaran, apakah pembayaran dilakukan dimuka, melalui

cicilan atau ditangguhkan sampai suatu waktu pada masa yang akan

datang.4 Kontrak istishna‟ menciptakan kewajiban moral bagi perusahaan

untuk memproduksi barang pesanan pembeli. Sebelum perusahaan mulai

memproduksinya, setiap pihak dapat membatalkan kontrak dengan

memberitahukan sebelumnya kepada pihak yang lain. Namun, apabila

perusahaan sudah memulai produksinya, kontrak istishna‟ tidak dapat

diputuskan sepihak.

2 Siti Mujiatun, Jual Beli Dalam Perspektif Islam: Salam Dan Istisna‟, Dalam Jurnal Riset

Akuntansi dan Bisnis, (Sumut: Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sumater Utara)

vol.13, No.2, September 2013, h. 203 3 Nurul Huda, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis, (Jakarta:

Kencana, 2012), h. 55 4 Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema

Insani, 2001), Edisi 1, Cet. Ke-2, h. 113

Page 16: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

3

Meskipun waktu penyerahan tidak harus ditentukan dalam akad

istishna‟, pembeli dapat menetapkan waktu penyerahan maksimum yang

berarti bahwa jika perusahaan terlambat memenuhinya, pembeli tidak

terikat untuk menerima barang dan membayar harganya. Namun, harga

dalam istishna‟ dapat dikaitkan dengan waktu penyerahan. Jadi, boleh di

sepakati bahwa apabila terjadi keterlambatan penyerahan harga dapat di

potong jumlah tertentu perhari keterlambatan.5

Islam memberikan keleluasan untuk memilih untuk

membatalkan akad jual beli atau meneruskan akad jual yaitu dalam bentuk

hak khiyar.6 Khiyar dibagi menjadi tiga macam:

1. Khiyar Majlis

Khiyar majlis yaitu penjual dan pembeli boleh memilih

antara dua pilihan meneruskan atau membatalkan akad jual beli

tersebut selama keduanya masih berada di tempat jual beli. Khiyar

majlis diperbolehkan dalam semua bentuk jual beli. Hal ini didasarkan

pada hadis RasulullahSAW yang diriwayatkan Bukhori dan Muslim

yakni: “Penjual dan pembeli boleh khiyar selama belum berpisah”.

Dari hadis tersebut diketahui bahwa bila keduanya telah berpisah dari

tempat akad tersebut, maka khiyar majlis tidak berlaku lagi, batal.

2. Khiyar Syarat

Khiyar syarat ialah penjualan yang di dalamnya disyaratkan

sesuatu baik oleh penjual maupun oleh pembeli seperti seseorang

berkata “saya jual rumah ini dengan harga Rp. 100.000.000,00 dengan

syarat khiar selama tiga hari. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah

SAW yaitu: “engkau boleh khiyar pada segala barang yang telah

engkau beli selama tiga hari tiga malam” (Riwayat Baihaqi dan Ibnu

Majah).

3. Khiyar „Aib

Khiyar „Aib (cacat) ialah hak memilih di mana pembeli

boleh mengembalikan barang yang dibelinya apabila pada barang yang

dibeli terdapat cacat pada benda yang diperjualbelikan dan cacat itu

tidak diketahui pemiliknya pada saat akad berlangsung. Seperti yang

diriwayatkan Ahmad dan Abu Dawud dari Aisyah r.a bahwa seseorang

5 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), h.96

6 Shobirin, Jual Beli Dalam Pandangan Islam, dalam Jurnal Bisnis (Kudus: STAIN

KUDUS) Vol. 3, No. 2, Desember 2015, h. 256

Page 17: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

4

membeli budak, kemudian budak tersebut disuruh berdiri di dekatnya,

didapatinya pada diri budak itu kecacatan, lalu diadukan kepada Rasul,

maka budak itu dikembalikan pada penjual.7

Diadakannya khiyar oleh syara‟ agar kedua orang tersebut dapat

memikirkan kemaslahatan masing-masing lebih jauh, supaya tidak terjadi

penyesalan dikemudian hari lantaran merasa tertipu atau rugi.

Praktek kegiatan jual beli yang berkembang di masyarakat,

penjual sering kurang memperhatikan tingkat kepuasan konsumen. Salah

satu contoh jual beli dengan pemesanan terhadap barang yang belum jadi

yaitu jual beli dalam bidang industri batu bata. Namun setelah diteliti,

tidak sedikit barang yang dikirim mengalami cacat atau rusak ketika

sampai ditangan pembeli.8

Penjual memiliki kecenderungan untuk mempersempit tanggung

jawabnya. Penjual bertanggung jawab dengan memberikan batasan waktu

kepada pembeli, apabila terdapat cacat dari barang yang di pesan. Padahal

tidak jarang pembeli baru menemukan cacat barang tersebut setelah masa

yang disediakan oleh penjual jatuh tempo. Tentu saja hal tersebut sangat

merugikan bagi pembeli karena ia tidak mendapatkan barang dengan

kondisi yang semestinya dan tidak senilai dengan harga yang dibayarkan.9

Dilihat dari praktek lapangan yang terjadi di desa Sumber

Agung Kecamatan Seputih Mataram, pelaksanaan jual beli batu bata

dengan cara dipesan, inilah yang kita kenal dengan jual beli Istishna‟.

7 Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013) h. 84.

8 Yulia Hafizah, Khiyar Sebagai Upaya Mewujudkan Keadilan Dalam Bisnis Islam,dalam

Jurnal At-Taradhi (Manado: Universitas Sam Ratulangi), Vol. 3/No. 2 /Desember/2012, h. 165. 9 Chandra Dewi Puspitasari, Tanggung Jawab Developer untuk Menanggung Cacat

Tersembunyi dalam Perjanjian Jual Beli Rumah Perumahan, dalam Jurnal Penelitian

Humaniora(Yogyakarta: FISE UNY), Vol 12, no 2, Oktober 2007, h. 4.

Page 18: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

5

Pelaksanaan jual beli istishna‟ biasanya menunggu waktu beberapa

minggu sampai batu bata yang dipesan benar-benar selesai dan dapat

digunakan oleh pihak pemesan. Para pemesan tidak hanya yang

berdomisili di desa Sumber Agung bahkan banyak pesanan dari berbagai

desa-desa tetangga.

Berdasarkan hasil pra-survey penelitian lapangan tepatnya di

Desa Sumber Agung Kecamatan Seputih Mataram Lampung Tengah,

peneliti mewawancarai Bapak Marno salah satu penjual batu bata di desa

Sumber Agung. Menurut beliau, pelaksanaan jual beli batu bata yang

dilakukan oleh masyarakat di desa Sumber Agung adalah menggunakan

sistem pemesanan. Batu bata yang di pesan dari pembeli bukan hanya

seribu atau dua ribu batu bata saja, biasanya mencapai puluhan ribu batu

bata dalam sekali pesan. Batu bata yang di pesan biasanya dikirim dengan

menggunakan mobil truk. Batu bata yang dimasukkan ke dalam mobil

dibantu oleh kuli yang bekerja di industri tersebut. Dari sekian banyak

melakukan pengiriman dan pembuatan pesanan itu, ada juga pembeli yang

komplain dengan alasan terjadi ketidaksesuaian yang telah di pesan

dengan yang di kirimkan atau dibuatkan oleh penjual kepada si pembeli.

Kesalahan-kesalahan yang terjadi di antaranya dari bentuk batu bata yang

rusak ketika dikirim, atau waktu pengiriman yang tidak sesuai dengan

yang diperjanjikan.10

10

Prasurvey dengan Bapak Marno Selaku Pemilik Industri Batu Bata, 24 September

2017.

Page 19: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

6

Cacat atau rusaknya batu bata tersebut bisa berupa retaknya batu

bata yang sebelumnya tidak diketahui oleh pembeli karena sistem

pembelian berupa pemesanan tetapi hal ini tidak diberitahukan penjual.

Bisa juga disebabkan karena bercampurnya batu bata yang mempunyai

kualitas bagus dan jelek ketika hendak diangkut ke mobil dan dikirim ke

pembeli. Namun terkadang cacat yang ada pada batu bata tersebut

disebabkan karena rusak ketika sedang dalam pengiriman ke lokasi atau

tempat kediaman pembeli.

Penjual yang mengetahui kerusakan tersebut banyak yang tidak

mau mengganti rugi batu bata tersebut dan akhirnya pembeli yang merasa

dirugikan. Sedangkan dalam Islam ketika seorang pembeli menemukan

adanya cacat barang yang terdapat dalam objek jual beli maka dia

mempunyai hak untuk mengembalikan barang tersebut dan mendapat ganti

yang sesuai.

Berdasarkan pra-survey dilapangan, Susanto selaku kuli

mengatakan bahwa cara jual beli batu bata tersebut dilakukan dengan si

pembeli memberikan uang muka kepada penjual agar dibuatkan batu bata.

Kemudian setelah jadi, barulah batu bata tersebut dikirim menggunakan

mobil ke kediaman pembeli. Menurut Susanto, dia sudah memasukkan

batu bata dengan kualitas bagus, tapi masih ada pembeli yang komplain

dengan alasan batu bata itu rusak ketika sampai di lokasi.

Berdasarkan keterangan bapak Dalijo selaku pembeli, beliau

merasa dirugikan ketika memesan batu bata kepada penjual dengan

Page 20: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

7

perjanjian hanya dua minggu dan penjualpun menyetujuinya. Akan tetapi

setelah waktu tiba, batu bata yang dipesan belum selesai. Dan ketika batu

bata itu sampai dirumahnya, terdapat batu bata yang rusak. Namun ketika

dia komplain dengan penjual, penjual tidak mau mengganti rugi atas

kerusakan tersebut. Dengan alasan bahwa penjual sudah memasukkan batu

bata dengan kualitas bagus ketika hendak mengirimnya.11

Berdasarkan kenyataan dan keterangan itulah yang

melatarbelakangi penulis untuk meneliti lebih jauh mengenai penerapan

hak khiyar dalam jual beli pesanan dan membahasnya lebih lanjut dalam

bentuk skripsi yang penulis beri judul “Penerapan Hak Khiyar Pada Jual

Beli Istishna‟ (Studi Kasus Jual Beli Batu Bata desa Sumber Agung Kec.

Seputih Mataram Lampung Tengah)”.

B. Pertanyaan Penelitian

Melihat permasalahan yang ada dalam latar belakang masalah,

maka timbul pertanyaan yaitu: Bagaimana penerapan hak khiyar pada jual

beli istishna‟ dalam jual beli batu bata desa Sumber Agung Kec. Seputih

Mataram Lampung Tengah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai oleh peneliti dalam penelitian ini adalah

untuk mengetahui penerapan hak khiyar pada jual beli istishna‟ dalam

11

Prasurvey dengan dengan beberapa pembeli batu bata Kabupaten Lampung Tengah, 15

Mei 2017.

Page 21: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

8

jual beli batu bata desa Sumber Agung Kec. Seputih Mataram

Lampung Tengah.

2. Manfaat Penelitian

a. Secara Teoritis

Manfaat penelitian ini, secara teoritis adalah sebagai bentuk

penerapan terhadap ilmu pengetahuan, terutama terkait peneraan

hak khiyar dalam jual beli istishna‟ dan alat pemahaman mendalam

mengenai hak khiyar dalam jual beli istishna‟.

b. Secara Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai

bahan masukan pengetahuan serta bahan bacaan bagi pihak-pihak

yang ingin mengetahui tentang penerapan hak khiyar pada jual beli

istishna‟ dan hal-hal yang terkait dengan hal tersebut.

D. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan merupakan bab pertama dari proposal penelitian

yang akan menghantarkan pembaca untuk mengetahui apa yang akan

diteliti, mengapa diteliti dan untuk apa penelitian ini dilakukan. Dalam bab

ini dipaparkan bahwa adanya ketidaksesuaian antara teori dengan praktek

mengenai penerapan hak khiyar pada jual beli istishna‟ dalam jual beli

batu bata yang terjadi di desa Sumber Agung Kec. Seputih Mataram

Lampung Tengah. Dengan demikian, peneliti tertarik untuk meneliti

penerapan hak khiyar pada jual beli istishna‟ dalam jual beli batu bata

Page 22: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

9

yang terjadi di desa Sumber Agung Kec. Seputih Mataram Lampung

Tengah.

BAB II LANDASAN TEORI

Landasan teori merupakan bab kedua dalam proposal ini yang

membahas teori-teori yang berhubungan dengan hak khiyar dalam jual beli

istishna‟. Pada bab ini peneliti membahas tentang penerapan hak khiyar

dan hal-hal yang terkait dengan jual beli istishna‟. Kemudian dilanjutkan

dengan konsep umum jual beli istishna‟ yang mencakup pengertian dan

dasar hukum jual beli istishna‟, syarat dan rukun jual beli istishna‟,

perjanjian jual beli dan hak khiyar.

BAB III METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan bab yang membahas mengenai

metode penelitian yang digunakan dalam penelitian seperti, sifat dan jenis

penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik penjamin

keabsahan data dan teknik analisis data. Penelitian ini bersifat deskriptif

dengan teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara,

observasi dan dokumentasi. Dalam penelitian ini sumber data primer

adalah penjual, pembeli serta kuli batu bata di desa Sumber Agung

Kecamatan Seputih Mataram, sedangkan sumber data sekunder diperoleh

peneliti melalui buku-buku, jurnal-jurnal dan situs internet. Kemudian

teknik keabsahan data berupa triangulasi dan teknik analisa deskriptif yang

akan memudahkan peneliti untuk mencapai tujuan penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Page 23: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

10

Bab hasil penelitian dan pembahasan berisi tentang temuan

peneliti yang diperoleh dari lapangan dengan metode penelitian yang telah

ditentukan sebelumnya. Dalam bab ini dipaparkan tentang penerapan hak

khiyar yang terjadi dalam jual beli istisna‟ dalam jual beli batu bata

tersebut kemudian diuraikan dengan paparan teori sebelumnya, sehingga

diperoleh hasil analisa data.

BAB V PENUTUP

Penutup memuat temuan pokok dan kesimpulan, kesimpulan

diambil peneliti dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab

sebelumnya. Kesimpulan ini ditarik guna menjawab pertanyaan penelitian.

Dalam bab penutup ini juga terdapat saran-saran serta rekomendasi

terhadap penerapan hak khiyar pada jual beli istishna‟ yang terjadi di desa

Sumber Agung Kecamatan Seputih Mataram Lampung Tengah.

E. Penelitian Relevan

Penelitian relevan berisi tentang uraian hasil penelitian terdahulu

yang relevan dengan persoalan yang akan dikaji. Beberapa penelitian

relevain ini antara lain:

Penelitian skripsi, Jurnal penelitian Wilda Karima

“Implementasi Prinsip Khiyar E-Commerce Tahun 2010”12

. Penelitian ini

mengupas permasalahan khiyar E-Commerce dilakukan berdasarkan

kesepakatan antara pelaku usaha atau penjual dengan para konsumen

tentang adanya pembatalan perjanjian maupun pengembalian terhadap

12

Wilda Karima, “Jual Beli Melalui Media Elektronik E-Commerce Tahun 2015”, dalam

jurnal perpustakaan unsyiah.ac.id, (Banda Aceh: Penerbit Fakultas Hukum Universitas Syiah

Kuala), 4/ Desember 2015

Page 24: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

11

suatu barang yang memilliki kerusakan atau cacat tersembunyi.

Kesimpulan yang didapat adalah pelaksanaan hak khiyar dalam praktik

perdagangan melalui elektronik (e-commerce). Perbedaannya terletak pada

obyek penelitian fokus tentang pelaksanaan hak khiyar dalam praktik

perdagangan melalui elektronik (e-commerce).

Penelitian, Laporan akhir Sri Sumaryanih, “Khiyar Dalam Jual

Beli Menurut Hukum Islam Dan Hukum Perdata Tahun 2010”13

, khiyar

dalam hukum islam dengan hukum perdata memiliki tujuan yang sama

yaitu mewujudkan ketertiban, keamanan dan melindungi hak asasi

manusia. Perbedaannya yaitu tidak ada penelitian terhadap penerapan

khiyar dilapangan.

Penelitian ketiga skripsi Indah Widiyani, “Tinjauan Ekonomi

Islam Terhadap Pelaksanaan Hak Khiyar „Aib Dipasar Seputih Banyak

Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2015”14

. Indah Widiyani, mahasiswa

IAIN metro dalam penelitiannya, menerangkan hak khiyar „aib yang

terjadi diseputar pasar seputih banyak, menyimpulkan bahwa apabila

setelah terima uang dan barang tapi ternyata memiliki aib yang diketahui

oleh pembeli maka boleh dilakukan pembatalan (khiyar „aib). Artinya

pelaksanaan khiyar aib di pasar Seputih Banyak sudah sesuai dengan

tinjauan ekonomi islam.

13

Sri Sumaryanih, “ Khiyar Dalam Jual Beli Menurut Hukum Islam Dan Hukum Perdata

Tahun 2010”, Skripsi IAIM NU Metro Tahun 2010. 14

Indah Widiyani, “ Tinjauan Ekonomi Islam Tentang Pelaksanaan Hak Khiyar „Aib Di

Pasar Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2015 ”, Skripsi IAIN Metro Tahun

2015.

Page 25: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

12

Dari beberapa hasil penelitian yang dikemukaan di atas, dapat

diketahui bahwa penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti ini memiliki

kajian yang berbeda, walaupun memiliki fokus kajian yang sama pada

tema-tema tertentu. Akan tetapi dalam penelitian yang akan dikaji oleh

peneliti ditekankan pada jual beli batu bata yang kemungkinan tidak ada

kejujuran penjual, tanggung jawab penjual, serta belum diterapkannya hak

khiyar pada bata yang diperjual belikan di desa Sumber Agung Kecamatan

Seputih Mataram Lampung Tengah.

Page 26: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Jual Beli Istishna’

1. Pengertian Istishna’

Istishna‟ secara etimologis adalah masdar dari sitashna‟

asy-sya‟i, yaitu meminta membuat sesuatu.

1 Istishna‟ secara terminologi berarti memeinta kepada

seseorang untuk dibuatkan suatu barang tertentu dengan spesifikasi

tertentu. Istishna juga diartikan sebagai akad untuk membeli barang

yang akan dibuat dari seseorang. Jadi, dalam akad istishna‟ barang

yang menjadi objek adalah barang-barang buatan atau hasil karya.

Bahan dasar yang digunakan untuk membuat barang tersebut berasal

dari orang yang membuatnya.2

Ba‟i istishna adalah jual beli antara pemesan dengan

penerima pesanan atas sebuah barang atas spesifikasi tertentu.3

Menurut para ulama bai‟ istishna‟ (jual beli dengan pesanan)

merupakan suatu jenis khusus dari akad bai‟ as-salam (jual beli

salam). Barang yang dipesan belum diproduksi atau tidak tersedia di

1 Mardani, Ayat-Ayat dan Hadits Ekonomi Syariah, (Jakarta: Rajawali Press, 2011), h.199

2 Imam Mustofa, Fiqih Mu‟amalah Kontemporer, (Lampung: STAIN Jurai Siwo Metro

Lampung, 2014), h. 78 3 Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2010), h. 136

Page 27: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

14

pasaran. Pembayarannya dapat secara kontan atau dengan cicilan

tergantung kesepakatan kedua belah pihak.4

Istishna‟ merupakan akad kontrak jual beli barang antara

dua pihak berdasarkan pesanan dari pihak lain, dan barang pesanan

akan diproduksi sesuai dengan peifikai yang telah di sepakati dan

menjualnya dengan harga dan cara pembayarannya yang telah disetujui

terlebih dahulu.5

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa

istishna‟ adalah pemesanan barang kepada pihak lain sebagai pembuat,

dimana pemesan memberikan klasifikasi yang akan dipesan. Dalam

kontrak ini, pembuat barang menerima pesanan dari pembeli. Pembuat

barang lalu berusaha melalui orang lain untuk membuat atau membeli

barang menurut spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya

kepada pembeli akhir.

2. Dasar Hukum Istishna’

Landasan syari‟ah mengenai transaksi istishna‟ terdapat

dalam Al-Qur‟an surat Al-Baqarah ayat 282, yang berbunyi:

6

4 Siti Mujiatun, Jual Beli Dalam Perspektif Islam: Salam Dan Istisna‟, Dalam Jurnal Riset

Akuntansi dan Bisnis, (Sumut: Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sumater Utara)

vol.13, No.2, September 2013, h. 212 5 Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 146

6 QS. Al-Baqarah (2): 282

Page 28: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

15

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah

tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu

menuliskannya” (Q.S. Al-Baqarah: 282)

Dari ayat diatas diketahui bahwa ketika hendak melakukan

kegiatan bermuamalah dengan waktu yang ditentukan, hendaknya

menulis transaksi yang dilakukan.

Landasan hukum persyarikatan akad istishna‟ didasarkan

pada hadits Nabi SAW. Diceritakan Nabi SAW pernah memesan agar

dibuatkan cincin dari perak, seperti yang dijelaskan pada hadits

dibawah ini:

صهي الله عهي وسهم كان اراد أن عه اوس رضي الله عى ان وبي الله

خاتم. يكتب إنى انعجم فقيم ن إن انعجم لا يقبهىن إلا كتابا عهي

ف ة. قال كأوى أوظر إنى بيا ض ى يذي.فاصطىع خاتما مه فض7

Artinya: “Dari Anas r.a. sesungguhnya Nabi Saw. Pada suatu hari

hendak menuliskan surat kepada raja non Arab. Lalu, dikabarkan

kepada beliau “sesungguhnya raja-raja non Arab tidak sudi menerima

surat yang tidak distempel”, maka beliau beliaupun memesan agar ia

dibuatkan cincin stempel dari bahan perak. Anas mengisahkan

“seakan-akan sekarang ini aku dapat menyaksikan kemilau putih di

tangan beliau”.

Maksud dalam hadits di atas yaitu Rasulullah juga

melakukan akad dengan cara pemesanan seperti dalam jual beli

istishna‟.

7 H.R. Muslim

Page 29: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

16

Menurut ulama Malikiyah, Syafi‟iyyah, dan Hanabilah,

akad jual beli istishna‟ diperbolehkan atau sah dengan landasan akad

jual beli salam, dengan catatan terpenuhinya syarat-syarat

sebagaimana disebutkan dalam salam. Diantaranya: adanya serah

terima modal (pembayaran) di majlis secara tunai.8

Madzhab Hanafi menyetujui kontrak istishna‟ dikarenakan

adanya alasan-alasan berikut:

a. Masyarakat telah banyak mempraktikannya secara luas tanpa

adanya keberatan sama sekali.

b. Dalam istishna‟ terdapat atas kebutuhan masyarakat. Orang banyak

sekali memerlukan barang yang tidak tersedia di pasar sehingga

cenderung melalukan kontrak untuk membuatkan barang.

c. Jual beli istishna‟ diperbolehkan atau sah sesuai dengan aturan

umum, selama tidak bertentangan dengan aturan syariah.9

3. Rukun dan Syarat Jual Beli Istisna’

a. Rukun Jual Beli Istishna‟

Rukun istishna‟ menurut Hanafiyah adalah ijab dan kabul. Akan

tetapi menurut jumhur ulama, rukun istishna‟ ada tiga, yaitu:

1) „Akid (para pihak yang berakad) yaitu: shani‟ (produsen/penjual)

dan mustashni‟ (orang yang memesan/konsumen), atau pembeli.

2) Ma‟qud „alaih (objek akad), yaitu „amal (pekerjaan), barang

yang dipesan dan harga.

3) Sighat ijab dan qabul.10

8 Dimyauddin Djwaini, Pengantar Fiqh, h. 138

9 Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani

Pers, 200), h. 113 10

Rozalinda, Fikih Ekonomi Syariah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h. 104

Page 30: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

17

b. Syarat Jual Beli Istishna‟

1) Objek akad (atau produk yang dipesan) harus dinyatakan secara

rinci: jenis, ukuran dan sifatnya. Syarat ini sangat penting

untuk menghilangkan unsur jihalah dan gharar.

2) Produk yang dipesan berupa hasil pekerjaan atau kerajinan

yang mana masyarakat lazim memesannya, seperti sepatu,

perabot rumah tangga, dan lain-lain.

3) Waktu pengadaan produk tidak dibatasi. Jika dibatasi dengan

waktu tenggang tertentu, maka ia menjadi akad salam.11

4. Ketentuan Jual Beli Istishna’

Ada tiga ketentuan tentang jual beli istishna‟.12

a. Pertama, ketentuan tentang pembayaran:

1) Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa

uang, barang atau manfaat.

2) Pembayaran dilakukan sesuai dengan kesepakatan.

3) Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan utang.

b. Kedua, ketentuan tentang barang

1) Harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui sebagai utang.

2) Harus dapat dijelaskan spesifikasinya

3) Penyerahannya dilakukan kemudian.

11

Gufron A. Mas‟adi, Fiqih Mu‟amalah Kontekstual, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2002), h. 149 12

Siti Mujiatun, Jual Beli Dalam Perspektif Islam: Salam dan Istishna‟ dalam Jurnal

Riset Akuntansi dan Bisnis, h. 214

Page 31: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

18

4) Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan

berdasarkan kesepakatan.

5) Pembeli (mustashni‟) tidak boleh menjual barang sebelum

menerimanya.

6) Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis

sesuai kesepakatan.

7) Dalam hal terdapat cacat atau barang tidak sesuai dengan

kesepakatan, pemesan memiliki hak khiyar (hak memilih)

untuk melanjutkan atau membatalkan akad.

c. Ketiga, penyerahan barang sebelum atau pada waktunya13

.

1) Penjual harus menyerahkan barang tepat pada waktunya

dengan kualitas dan jumlah yang telah disepakati.

2) Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas yang lebih

tinggi penjual tidak boleh meminta tambahan harga.

3) Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas yang lebih

rendah dan pembeli rela menerimanya, maka ia tidak boleh

menuntut pengurangan harga (diskon).

4) Penjual dapat menyerahkan barang lebih cepat dari waktu yang

disepakati dengan syarat: kualitas dan jumlah barang sesuai

dengan kesepakatan, dan ia tidak boleh menuntut tambahan

harga.

13

Ibid h. 215

Page 32: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

19

5) Jika semua atau sebagian barang tidak tersedia pada waktu

penyerahan, atau kualitasnya lebih rendah dan pembeli tidak

menerimanya, maka ia memiliki dua pilihan. Pertama,

membatalkan kontrak dan meninta kembali uangnya. Kedua,

menunggu sampai barang tersedia.

B. Hak Khiyar

1. Pengertian Khiyar

Kata khiyar berasal dari bahasa arab berarti pilihan.

Pembahasan khiyar dikemukakan ulama fiqih dalam permasalahan

menyangkut transaksi dalam bidang perdata khususnya masalah

ekonomi, sebagai salah satu hak bagi kedua belah pihak yang

melakukan transaksi tersebut.14

Secara terminologi khiyar adalah

mencari kebaikan dari dua perkara, yaitu melangsungkan atau

meninggalkan jual beli.

Hak khiyar ditetapkan dalam Islam untuk menjamin

kerelaan dan kepuasan timbal balik pihak-pihak yang melakukan jual

beli. Dari satu segi memang khiyar ini tidak praktis karena

mengandung ketidakpastian suatu transaksi, namun dari segi kepuasan

pihak yang melakukan transaksi, khiyar ini termasuk jalan yang

terbaik.15

Landasan hukum khiyar dalam Al-Qur‟an memang tidak

dijelaskan secara rinci. Al-qur‟an hanya menyebutkan secara garis

14

Nasrun Haroen, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), h. 129 15

Nizaruddin, Fiqih Muamalah, (Yogyakarta: Idea Press, 2013) h. 122

Page 33: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

20

besar bahwa dalam pengelolaan harta tidak boleh dengan cara bathil

sebagaimana disebutkan dalam AL-Qur‟an Surah AN-Nisa ayat 29:

) :99انىساء)

Artinya: “hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian

memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil kecuali dengan

jalan perniagaan berlaku dengan suka sama suka diantara

kamu...(Qs. An-Nisa‟: 29)16

Yang diperbolehkan dalam memakan harta orang lain

adalah dengan jalan perniagaan yang saling “berkeridhaan” (suka

sama suka) di antaramu (kedua belah pihak). Walaupun kerelaan

adalah sesuatu yang tersembunyi di lubuk hati, tetapi indikator dan

tanda-tandanya dapat terlihat. Ijab dan qabul, atau apa saja yang

dikenal dalam adat kebiasaan sebagai serah terima adalah bentuk-

bentuk yang digunakan hukum untuk menunjukkan kerelaan. Artinya

penting dalam bertransaksi itu harus saling ridho. Oleh karena itu

Islam memberikan hak khiyar terhadap orang yang melakukan jual

beli.

16

QS. AN-Nisa: 29.

Page 34: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

21

2. Macam-Macam Hak Khiyar

a. Khiyar Majlis

Khiyar majlis adalah tempat yang dijadikan

berlangsungnya transaksi jual beli. Imam Syafi‟i dan Ahmad

berpendapat bahwa apabila jual beli telah terjadi, kedua belah

pihak mempunyai hak khiyar majlis selama mereka belum berpisah

dan menetapkan pilihannya untuk melangsungkan jual belinya.

Alasan Imam Syafi‟i adalah hadis: penjual dan pembeli

mempunyai hak khiyar majlis selama keduanya belum berpisah.17

Terkadang seseorang membeli barang kepada orang lain

karena membutuhkannya, tetapi kemudian ia menyesal karena

kemahalan harga atau adanya sesuatu yang tidak diharapkan pada

barang yang dibelinya. Oleh karena itu Rasulullah menetapkan

bagi setiap pihak untuk mempunyai hak khiyar setelah ijab qabul

untuk meneruskan atau meninggalkan jual beli selama masih dalam

satu majlis. Apabila salah seorang meninggalkan tempat akad, hak

khiyar bagi kedua pihak sudah hilang.

b. Khiyar Syarat

Khiyar syarat yaitu jika kedua pihak yang mengadakan

transaksi dengan mengajukan syarat adanya khiyar dalam akadnya

17

Siah Khosyi‟ah, Fiqih Muamalah Perbandingan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2014) h.

126

Page 35: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

22

atau setelah akad, yaitu semasa khiyar berlangsung, dalam tempo

sama-sama diketahui oleh kedua belah pihak.18

Khiyar syarat batal dengan ucapan dan tindakan pembeli

terhadap barang yang dibelinya dengan cara mewakafkan,

menghibbahkan atau membayar harga tersebut. Karena

tindakannya tersebut menunjukkan keridhaannya atas akad jual

beli. Rasulullah bersabda:

)رواي انبيهقي( نيال اوت بانخيار في كم سهعة ابتعتها ثلاث

Artinya: “Kamu boleh khiyar pada setiap benda yang telah dibeli

selama tiga hari tiga malam” (Riwayat Baihaqi).

Dari hadits diatas diketahui bahwa masa khiyar syarat paling lama

hanya tiga hari tiga malam terhitung dari waktu akad yang

dilakukan.

Khiyar syarat sama halnya dengan khiyar majlis hanya

berlaku pada akad-akad yang umum saja, yaitu jenis akad yang

dapat dibatalkan oleh kerelaan pihak yang menyelenggarakannya

seperti akad jual beli, ijarah (yang bersifat mengikat kedua belah

pihak).19

Sebab-sebab berakhirnya khiyar syarat adalah sebagai

berikut :

18

Saleh Al-Fauzan, Fiqih Sehari-Hari, diterjemahkan oleh Abdul Hayyie Al-Kattani,dkk,

dengan judul asli Al-Mulakhsul Fiqhi, (Jakarta: Gema Insani, 2005), h. 378 19

Yulia Hafizah, Khiyar Sebagai Upaya Mewujudkan Keadilan Dalam Bisnis Islam, dalam Jurnal At-Taradhi (Manado: Universitas Sam Ratulangi), Vol. 3/No. 2 /Desember/2012, h.

166

Page 36: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

23

1) adanya pembatalan akad.

2) melewati batas waktu khiyar yang telah disepakati/ditetapkan.

Ada perbedaan pendapat tentang batas waktu khiyar, menurut

Imam Syafi‟I dan Abu Hanifah berpendapat bahwa jangka

waktu khiyar adalah tiga hari, sedangkan menurut Imam Malik

jangka waktu khiyar adalah sesuai dengan kebutuhan.

3) terjadi penambahan atau pengembangan dalam penguasaan

pihak pembeli baik dari segi jumlah seperti beranak atau

mengembang.

4) terjadi kerusakan pada objek akad. Jika kerusakaan tersebut

terjadi dalam penguasaan pihak penjual maka akadnya batal

dan berkhirlah khiyar. Namun apabila kerusakaan terjadi dalam

penguasaan pihak pembeli maka berakhirlah khiyar namun

tidak membatalkan akad.20

c. Khiyar „Aib

Khiyar „aib yaitu suatu hak yang diberikan kepada

pembeli dalam kontrak jual beli untuk membatalkan atau

meneruskan kontrak jika si pembeli menemukan cacat dalam

barang yang telah dibelinya sehingga menurunkan nilai barang

itu.21

Hak ini telah digariskan oleh hukum, dan pihak-pihak yang

terlibat tidak boleh melanggarnya dalam kontrak.

20

Shobirin, Jual Beli Dalam Pandangan Islam, dalam Jurnal Bisnis (Kudus: STAIN

KUDUS) Vol. 3, No. 2, Desember 2015, h. 258. 21

Mardani, Ayat-Ayat dan Hadits Ekonomi Syariah, h. 106

Page 37: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

24

Ketetapan adanya khiyar mensyaratkan adanya barang

pengganti, baik diucapkan secara jelas atau tidak, kecuali ada

keridhoan dari yang akad. Sebaliknya, jika tidak tampak adanya

kecacatan, barang pengganti tidak diperlukan lagi.22

Apabila akad telah dilakukan dan pembeli telah

mengetahui adanya cacat pada barang tersebut dan mereka tidak

menganggap kekurangan tersebut suatu cacat yang dapat

mengurangi nilai jual atau nilai barang maka akadnya sah dan tidak

ada lagi khiyar setelahnya. Alasannya ia telah rela dengan barang

tersebut beserta kondisinya.

Namun jika pembeli belum mengetahui cacat barang

tersebut dan mengetahuinya setelah akad, maka akad tetap

dinyatakan benar dan pihak pembeli berhak melakukan khiyar

antara mengembalikan barang atau meminta ganti rugi sesuai

dengan adanya cacat.

Khiyar „aib bisa dijalankan dengan syarat sebagai

berikut23

:

1) Adanya cacat setelah akad atau sebelum diserahkan, yakni

cacat tersebut telah lama ada.

2) Pembeli tidak mengetahui adanya cacat ketika akad dan ketika

menerima barang. Sebaliknya, jika pembeli sudah mengetahui

22

Rachmat Syafe‟i, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001) h. 116 23

Ibid h.117

Page 38: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

25

adanya cacat ketika menerima barang, maka khiyar tidak

berlaku sebab ia dianggap rida.

3) Pemilik barang tidak mensyaratkan agar pembeli

membebaskan jika ada cacat. Dengan demikian, jika penjual

mensyaratkannya, tidak ada khiyar. Jika pembeli

membebaskannya, maka hak khiyar gugur.

3. Hikmah Disyariatkannya Khiyar

Islam telah memberikan hak memilih bagi pihak yang

melakukan akad. Hal itu diharapkan pihak yang mengadakan akad

tersebut dapat melakukan urusannya dengan leluasa dan dapat melihat

kemaslahatan yang ada di belakang transaksi tersebut. Sehingga, ia

dapat mengedepankan hal-hal yang mengandug kebaikan dan

menghindari hal-hal yang tidak ada maslahatnya.24

Hikmah disyariatkannya khiyar adalah untuk kemaslahatan

bagi pihak-pihak yang melakukan akad itu sendiri, memelihara

kerukunan hubungan baik serta menjalin cinta kasih diantara sesama

manusia. Adakalanya pembeli barang merasa menyesal membeli

barang karena alasan tertentu, maka dia berniat mengurungkannya.

Sekiranya hak khiyar tidak ada, akan menimbulkan penyesalan.25

Dengan disyariatkannya khiyar bertujuan untuk menghindari manusia

dari hal-hal demikian, sehingga keharmonisan, kerukunan, dan

keselamatan akan terjakin di antara sesama manusia.

24

Saleh al-Fauzan, Fiqih Sehari-hari, h. 377 25

Enang Hidayat, Fiqih Jual Beli, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015) h. 32

Page 39: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Sifat Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field

research). Penelitian lapangan merupakan suatu metode untuk

menemukan secara khusus dan realistis apa yang tengah terjadi pada

suatu saat di tengah masyarakat.1 Penelitian lapangan biasanya

membuat catatan lapangan secara ekstensif yang kemudian dibuatkan

kodenya dan dianalisis dalam berbagai cara.2Tujuan penelitian

lapangan adalah untuk mempelajari secara intensif tentang latar

belakang keadaan sekarang, dan interaksi lingkungan suatu unit sosial,

individu, kelompok, lembaga atau masyarakat.3 Penelitian lapangan di

sini adalah peneliti akan meneliti penerapan hak khiyar pada jual beli

istishna‟ dalam jual beli batu bata yang akan dilakukan kepada penjual

dan pembeli batu bata di desa Sumber Agung Kecamatan Seputih

Mataram Lampung Tengah.

1 Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial, (Bandung: Mandar Maju, 1996),

h. 32. 2Lexy j Moleong, Metodelagi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosadakarya,

2014), h. 26. 3Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, ( Jakarta: Pt Bumi Aksara,

2007), h. 46.

Page 40: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

27

2. Sifat Penelitian

Melihat dari permasalahan yang ada, maka penelitian ini

bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang

berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekedar

berdasarkan data-data, juga menyajikan data menganalisis dan

menginterpretasikan.4 Menurut Juliansyah Noor penelitian deskriptif

adalah penelitian yang mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa,

kejadian, yang terjadi saat sekarang.5Menurut Husein Umar, deskriptif

adalah menggambarkan sifat sesuatu yang berlangsung pada saat

penelitian dilakukan dan memerikasa sebab-sebab dari suatu gejala

tertentu.6

Dengan sifat penelitian tersebut, peneliti dapat mengkaji

persoalan secara objektif dari objek yang diteliti, dengan data-data

yang diperlukan. Sifat penelitian ini dimaksudkan untuk

menggambarkan penerapan hak khiyar pada jual beli istishna‟ dalam

jual beli batu bata di desa Sumber Agung Kecamatan Seputih Mataram

Lampung Tengah.

B. Sumber Data

Sumber data di dalam penelitian adalah subyek dari mana data

dapat diperoleh. Menurut Lofland sumber data di dalam penelitian utama

kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan

4Ibid,

5Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group,

2011), h. 34. 6Husein Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta : PT.Raja

Grafindo Persada,2009), h.22.

Page 41: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

28

seperti dokumen-dokumen, sumber data tertulis, foto, dan lain-lain.7 Di

dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua sumber yaitu sumber data

primer dan sumber data sekunder.

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer merupakan yang langsung memberikan

data kepada pengumpul data.8 Sumber data primer ini diperoleh

melalui penjual dari batu bata di desa Sumber Agung Kecamatan

Seputih Mataram Lampung Tengah, kuli dari industri batu bata, dan

pembeli batu bata tersebut. Di desa Sumber Agung terdapat lima

penjual batu bata yang menjual batu bata siap pakai, namun peneliti

hanya melakukan penelitian pada dua penjual saja, yaitu penjual batu

bata terbesar di desa Sumber Agung.

Sumber data dari masyarakat dipilih berdasarkan teknik

sampling. Teknik sempling yang penulis gunakan adalah purposive

sampling, yaitu teknik pengambilan sempel sumber data dengan

pertimbangan tertentu. Memilih orang sebagai sempel, yaitu dengan

memilih orang yang benar-benar mengetahui atau memiliki

kompetensi dengan topik penelitian.9 Sesuai dengan purposive

sampling dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 10 orang pembeli

di desa Sumber Agung maupun luar desa Sumber Agung.

7 Lexy J. Moleong, Metode penelitian Kualitatif, h.157.

8Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. 91.

9 Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Rajawali Press,2012), h.79.

Page 42: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

29

2. Sumber Data Skunder

Sumber data skunder merupakan data yang diperoleh dari

pihak lain yang tidak berkaitan langsung dengan penelitian ini, seperti

data yang diperoleh dari perpustakaan dan sumber-sumber lain yang

tentunya bisa membantu terkumpulnya data yang berguna untuk

penelitian ini.10

Dengan demikian sumber data skunder adalah sumber

data yang diperoleh dari pihak lain yang tidak terkait dengan sumber

primer penelitian. Sumber data skunder yang digunakan peneliti

meliputi buku Fikih Ekonomi Syariah karangan Rozalinda, buku Fiqih

Mu‟amalah Kontemporer karangan Imam Mustofa, buku Fiqih

Muamalah karangan Nizaruddin dan kepustakaan ilmiah lainya yang

terkait dengan hak khiyar dan jual beli istishna‟.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara mengumpulkan data

yang dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian.11

Teknik

kualitatif menghasilkan deskripsi lisan untuk menggambarkan kekayaan

dan kompleksitas kejadian yang terjadi dalam rancangan alamiah dari

sudut pandang partisipan.12

Metode pengumpulan data yang umumnya

digunakan dalam kancah penelitian kualitatif adalah wawancara,

observasi, dan focus group discusion. Menurut Juliansyah Noor, cara

pengumpulan data dapat menggunakan teknik wawancara (interview),

10

Sumardi Suryabrata, Metodologi Penelitian , ( Jakarta: Rajawali Press, 2014), h. 39. 11

Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian,h. 138. 12

Uhar Suharsa Putra, Metode Penelitian Kuatitati, Kualitatif, dan Tindakan,(Bandung:

Rafika Aditama, 2012), h. 208.

Page 43: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

30

angket (questisionnaere), pengamatan (observation), studi dokumentasi

dan focus group discussion (FGD).13

Berdasarkan hal tersebut, akan

digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang

sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti.14

Observasi berarti

mengumpulkan data langsung dari lapangan. Pengamatan merupakan

pengumpulan data dimana peneliti mencatat informasi sebagaimana

yang mereka saksikan selama penelitian. Penyaksian terhadap

peristiwa-peristiwa itu bisa dengan melihat, mendengarkan,

merasakan, yang kemudian dicatat seobjektif mungkin.15

Untuk

mendapatkan informasi terkait permasalahan dilapangan, peneliti

melakukan observasi nonpartisipan. Observasi nonpartisipan peneliti

tidak terlibat langsung dan hanya sebagai pengamat independen.16

Observasi nonpartisipan dilakukan dengan metode

observasi tidak terstruktur untuk mengamati tentang penerapan hak

khiyar pada jual beli istishna‟ dalam jual beli batu bata di desa

Sumber Agung Kecamatan Seputih Mataram Lampung Tengah.

13

Ibid, 14

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,

2015),h.145 15

W. Gulo, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Grasindo, 2002) ,h. 116. 16

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, h.145

Page 44: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

31

2. Wawancara

Menurut Moh Nazir, wawancara adalah proses memperoleh

keterengan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil

bertatap muka antar si penanya atau pewawancara dengan si penjawab

atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview

guide (panduan wawancara).17

Sementara itu menurut W. Gulo

berpedapat dalam bukunya metodologi penelitian bahwa wawancara

adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan responden.

Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya jawab dalam hubungan

tatap muka, sehingga gerak dan mimik responden merupakan pola

media yang melengkapi kata-kata secara verbal.18

Teknik wawancara ini dimaksudkan untuk memperoleh

data yang akurat dari sumber data primer yang dibutuhkan untuk

penelitian, wawancara akan dilakukan dengan pemilik atau penjual

batu bata. Untuk mendapatkan informasi tentang penerapan hak

khiyar pada jual beli istishna‟ dalam jual beli batu bata di desa

Sumber Agung, maka peneliti melakukan wawancara kepada bapak

Marno dan Dartam sebagai pemilik usaha industri batu batu, Susanto,

Edi, dan Irawan sebagai kuli, Dalijo, Yanto, Subandi, Darsono, Muji

dan Sutarjo merupakan pembeli yang bertempat tinggal di desa

Sumber Agung.

17

Moh Nazir, Metode penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), h 54. 18

W. Gulo, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Grasindo, 2002) h. 119.

Page 45: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

32

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan pengumpulan dan pemilihan dari

dokumen seperti rekaman masa lalu yang ditulis atau dicetak dapat

berupa catatan anekdot, surat, buku harian, dan dokumen dokumen.19

Metode ini dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang terkait

hak khiyar dan penerapannya pada jual beli istishna‟. Seperti

tanggapan masyarakat mengenai penerapan hak khiyar pada jual beli

batu bata di Desa Sumber Agung Seputih Mataram Lampung Tengah.

Dokumentasi ini digunakan untuk memperkuat data yang

dikumpulkan sebagai bukti nyata guna mendapatkan data yang

diperlukan secara maksimal.

D. Teknik Penjamin Keabsahan Data

Penelitian ini menggunakan teknik penjamin keabsahan data

triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai suatu pembanding terhadap data itu.20

Peneliti

dapat menggunakan berbagai sumber data, teori, metode dan investigator

agar informasi yang disajikan konsisten.21

Kemudian dapat pula

membandingkan suatu wawancara dengan suatu dokumen yang berkaitan.

Dengan teknik ini peneliti akan membandingkan data yang diperoleh dari

19

Ibid, 20

Lexy J Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 330. 21

Suraya Murcitaningrum, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam, (Bandar Lampung:

Ta,Lim Press, 2013), h. 40

Page 46: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

33

teknik pengumpulan data sebagai penjamin keabsahan data yang akan

digunakan.

E. Teknik Analisa Data

Penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif. Menurut

Lexy J. Moleong mengutip pendapat Bagdon yang dipaparkan dalam

bukunya yang berjudul Metode Penelitian Kualitatif, bahwa analisis data

kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat

dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan

apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada

orang lain. 22

Data yang telah terkumpul dianalisis secara induktif dan

berlangsung secara terus menerus. Analisis data yang diakukan meliputi

mereduksi data, menyajikan data, display data, menarik kesimpulan dan

melaksanakan verifikasi.23

Oleh karena itu, di dalam penelitian ini peneliti

menggunakan metode berpikir induktif yaitu analisis yang berangkat dari

data-data khusus yang diperoleh dari penjual dan pembeli batu bata,

kemudian menarik sebuah kesimpulan umum mengenai penerapan hak

khiyar pada jual beli istishna‟ dalam jual beli batu bata di desa Sumber

Agung Kecamatan Seputih Mataram Lampung Tengah.

22

Lexy J Moloeng, Metodelagi Penelitian Kualitatif,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014),

h. 248. 23

Uhar Suharsaputra, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan, h.216

Page 47: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Dan Profil Desa Sumber Agung Kecamatan Seputih

Mataram Lampung Tengah

Awal mula terbentuknya kampung Sumber Agung bermula

dari pada pertengahan tahun 1963. Jatran mengembangkan proyek

transmigrasi di Lampung.1 Bertepatan dengan pengembangan Propinsi

pada tahun 1964 disyahkan sebagai Propinsi baru dengan bepusat di

Tanjung Karang, meliputi 3 ( Tiga ) daerah Kabupaten yaitu :

a. Kabupaten Lampung Selatan di Tanjung Karang.

b. Kabupaten Lampung Tengah di Metro.

c. Kabupaten Lampung Utara di Kota Bumi.

Keberadaan di kabupaten Lampung Tengah, penduduk asli

Lampung dan suku Jawa hasil Koloni 1936. Program transmigrasi ini

dlanjutkan masa Pemerintahan Bapak Suharto tahun 1963, diantaranya

sebagian ada di Lampung Tengah, termasuk Kampung Sumber Agung,

terletak di Jalur Way Seputih. Kemudian Jtran dibentuk dengan desa

persiapan berdasarkan Abjad N,O,P,Q,R,S,T,U,V,W, Kampung Sumber

1 Hasil wawancara dengan bapak Supriyanto selaku Kepala Desa Sumber Agung pada

tanggal 15 November 2017

Page 48: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

35

Agung, berada di urutan Huruf ”S” kemudian ditetapkan nama Desa

”SUMBER AGUNG”.2

Secara geografis desa Sumber Agung terletak di dataran

rendah dengan ketinggian tanah dari permukaan air laut 41 M, banyak

curah hujan 2.000 – 3.000 Mm/ Tahun dan suhu udara rata-rata 27-30

oC. Adapun jarak dari pusat pemerintahan kecamatan 3 Km.

3

Sedangkan batas wilayah kelurahan desa Sumber Agung

yaitu sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan kampung Varia Agung.

b. Sebelah Timur berbatasan dengan kampung Rama Iendra.

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan kampung Rejosari Mataram

d. Sebelah Barat berbatasan dengan kampung Utama Jaya.

Setelah Sumber Agung menjadi desa definitif sekitar tahun

1964, yang dihuni beberapa rombongan transmigrasi dengan 400

Kepala Keluarga. Setelah itu langsung diadakan pemilihan kepala desa,

dengan calon 2 (dua) yaitu Bapak Tukiran dan Bapak Zaini. Kemudian

sebagai pemenangnya adalah Bapak Tukiran dan Bapak Zaini

ditetapkan sebagai sekretaris desa yang kemudian jabatan itu dikenal

dengan sebutan Carik.4

Tabel 1. Sejarah Pemerintahan Desa

Nama-Nama /Lurah/Kepala Desa

2 Ibid

3Dokumentasi profil Desa Sumber Agung Kecamatan Seputih Mataram Lampung Tengah

4Hasil wawancara dengan bapak Sutino selaku sekretaris desa (carik) di Desa Sumber

Agung pada tanggal 17 November 2017

Page 49: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

36

Kampung Sumber Agung

No Periode Nama Kepala Desa

1 1964-1965 Tukiran

2 1965-1966 Mukiran

3 1966-1971 Enceh

4 1971-1973 Suwono

5 1973-1975 Hasanudin

6 1975-1983 Sakidi

7 1983-1988 Riswanto

8 1988-1999 Sugiharto

9 1999-2007 Sudarno

10 2007 s/d Sekarang Supriyanto

Sumber: Dokumentasi tentang profil Desa Sumber Agung Kecamatan

Seputih Mataram Kabupaten Lampung Tengah tahun 2016.

a. Data Penduduk

1) Jumlah Penduduk menurut Usia

a) Kelompok Pendidikan

NO INDIKATOR JUMLAH

1 00 – 15 Tahun 1.142 Orang

2 15 – 55 Tahun 1.339 Orang

3 Diatas 55 Tahun 954 Orang

TOTAL 3.435 Orang

Sumber: Dokumentasi RPJM Desa Sumber Agung Kecamatan Seputih

Mataram Kabupaten Lampung Tenga

b) Kelompok Tenaga Kerja

NO INDIKATOR JUMLAH

Page 50: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

37

1 15 – 20 Tahun 540 Orang

2 20 – 30 Tahun 900 Orang

3 30 – 40 Tahun 1100 Orang

4 40 – 50 Tahun 450 Orang

5 50 Tahun keatas 202 Orang

TOTAL 3.192 Orang

Sumber: Dokumentasi RPJM Desa Sumber Agung Kecamatan Seputih

Mataram Kabupaten Lampung Tengah

2) Jumlah Penduduk menurut Mata Pencaharian

a) Pegawai Negeri Sipil : 17 Orang

b) TNI/POLRI : 2 Orang

c) Karyawan Swasta : 310 Orang

d) Wiraswasta/Pedagang : 27 Orang

e) T a n i : 1877 Orang

f) Buruh : 142 Orang

g) Pertukangan : 66 Orang

h) Pensiunan : 2 Orang

i) J a s a : 31 Orang5

2. Visi dan Misi Desa Sumber Agung Kecamatan Seputih Mataram

Lampung Tengah

5Dokumentasi profil Desa Sumber Agung Kecamatan Seputih Mataram Lampung Tengah

Page 51: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

38

a. Visi Desa

Mewujudkan kampung Sumber Agung menjadi kampungmandiri

melalui bidang pertanian dan industri kecil.

Nilai – nilai yang melandasi :

1. Selama bertahun-tahun Kampung Sumber Agung menyandang

gelar sebagai Kampung merah atau miskin sebuah sebutan yang

sangat tidak membanggakan padahal sumber daya yang ada

cukup memadai, tetapi penangananya belum maksimal.

2. Sebagian besar warga petani dan buruh tani juga ada yang

memelihara hewan ternak meski dalam skala kecil , biasanya

hanya digunakan untuk investasi jangka pendek.6

b. Misi Desa

1. Terwujudnya kampung Sumber Agung yang mandiri secara

ekonomi dengan adanya peran dari Pemerintah.

2. Mewujudkan satu kesatuan masyarakat hukum dengan segala

potensinya dalam sistim pemerintah dan di wilayah Kampung

Sumber Agung.

3. Menciptakan suatu kondisi kehidupan yang kreatif, produktif

dan partisipatif sehingga mampu memenuhi kebutuhannya

sendiri.7

B. Penerapan Hak Khiyar Pada Jual Beli Istishna’ Di Desa Sumber

Agung Kecamatan Seputih Mataram Lampung Tengah

6 Hasil wawancara dengan bapak Supriyanto selaku Kepala Desa Sumber Agung pada

tanggal 15 November 2017 7 Ibid

Page 52: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

39

Jual beli istishna‟ yang dilakukan di Desa Sumber Agung pada

umumnya disebut dengan jual beli pesanan barang yang dibuat sesuai

dengan keinginan konsumen. Dalam pembuatan batu bata harus dipesan

terlebih dahulu, karena dalam pembuatan batu bata membutuhkan waktu

yang lama sampai batu bata tersebut siap pakai. Pada jual beli tersebut

tidak menggunakan syarat apapun jika ingin memesan barang yang akan

dibuat.8 Pemesan hanya menjelaskan mengenai kriteria barang yang akan

dipesan tersebut. Cara pembayarannya bisa dilakukan dengan cara

diangsur atau melunasinya ketika barangnya sudah jadi. Keuntungan

menggunakan sistem pesanan dalam jual beli batu bata adalah agar penjual

tidak terburu-buru dalam mempersiapkan batu bata tersebut karena

memang harus mengalami banyak proses dalam pembuatan batu bata.9

Menurut penjual batu bata di Desa Sumber Agung, prosedur jual

beli istishna‟ sebagai berikut:

1. Penjual dan pembeli menentukan barang yang ingin dipesan terlebih

dahulu.

2. Penjual dan pembeli membuat kesepakatan lama barang di buat atau

waktu penyelesaian barang tersebut.

3. Pembeli membayar DP/uang muka/ panjar sebesar 30%

4. Barang diantar kepada pembeli, uang dibayar lunas.10

8 Hasil wawancara dengan bapak Dartam selaku penjual batu bata di Desa Sumber Agung

pada tanggal 5 November 2017 9 Ibid

10 Hasil wawancara dengan bapak Marno selaku penjual batu bata di Desa Sumber

Agung pada tanggal 27 Oktober 2017

Page 53: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

40

Pihak pembeli membenarkan bahwa persyaratan yang diberikan

kepadanya untuk melaksanakan transaksi jual beli istishna‟ benar adanya

seperti yang dituturkan kepada penjual batu bata tersebut.11

Jual beli

pesanan atau istishna‟ yang dilakukan pada jual beli bata di desa Sumber

Agung merupakan akad yang selalu digunakan oleh para pembeli dan

penjual. Hal ini dikarenakan agar batu bata yang diinginkan sesuai dengan

waktu yang ditentukan oleh pembeli.12

Penjual dan pembeli membuat perjanjian sebelum melaksanakan

jual beli pesanan tersebut. Mengenai perjanjian jual beli batu bata,

dilakukan secara lisan atau langsung dan tidak ada perjanjian secara

tertulis. Pemesanan tersebut dapat dilakukan melalui telepon atau langsung

datang ke tempat produksi batu bata. Pihak pembeli langsung meminta

kepada penjual untuk dibuatkan batu bata dan saat itu terjadilah beberapa

perjanjian antara kedua belah pihak, kemudian terjadilah akad jual beli.

Dalam perjanjian ini penjual dan pembeli menentukan empat hal, yaitu:

1. Jumlah batu bata yang dipesan

Banyaknya batu bata yang dipesan dapat sesuai kebutuhan individu

atau untuk kebutuhan proyek. Banyaknya batu bata yang dipesan akan

mempengaruhi harga.

2. Harga

11

Hasil wawancara dengan bapak Dalijo selaku pembeli batu bata di Desa Sumber

Agung pada tanggal 30 Oktober 2017 12

Hasil wawancara dengan bapak Muji selaku pembeli batu bata pada tanggal 2

November 2017

Page 54: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

41

Harga harus ada ketika melakukan transaksi jual beli. Agar

memudahkan para pihak, baik penjual maupun pembeli dalam

bernegosiasi mengenai barang yang akan dibeli.

3. Lama proses pembuatan batu bata.

Lamanya proses pembuatan juga merupakan hal penting yang harus

dibicarakan dalam perjanjian jual beli batu bata, karena akan

mempengaruhi proses pengiriman.

4. Ketentuan bolehnya meminta ganti rugi

Hal ini disadari oleh penjual, apabila ada pembeli yang meminta ganti

rugi karena batu bata yang dikirim mengalami kerusakan. Karena hal

tersebut merupakan resiko bagi seorang penjual.13

Risiko yang dialami dalam melakukan jual beli istishna‟ ini

apabila pembeli yang telah memesan batu bata dan barang telah

diserahkan, namun pihak pembeli belum bisa membayar sisa pembayaran

yang telah dijanjikan. Oleh karena itu, penjual memberikan tenggang

waktu kepada pembeli untuk melunasi sisa pembayaran tersebut yang

seharusnya dilakukan saat penyerahan batu bata.14

Selain itu, kelalaian

penjual yang tidak mengirimkan batu bata tersebut pada waktu yang

disepakati. Hal ini bisa menyebabkan kerugian, karena ketika batu bata

tersebut sudah dibutuhkan namun belum juga dikirim oleh penjual.15

13

Hasil wawancara dengan bapak Dartam selaku penjual batu bata di Desa Sumber

Agung pada tanggal 5 November 2017 14

Ibid 15

Hasil wawancara dengan bapak Subandi selaku pembeli batu bata di Desa Sumber

Agung pada tanggal 9 November 2017

Page 55: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

42

Keterlambatan pengiriman batu bata ini disebabkan karena

sulitnya mendapatkan tanah liat. Karena curah hujan yang tinggi membuat

tanah menjadi lumpur dan tidak bisa digunakan sebagai bahan baku.16

Karena sulit mendapatkan bahan baku utama, maka terpaksa mencari

sampai keluar desa dengan jarak yang cukup jauh. Menurutnya, kalau

tidak saat musim hujan, biasanya bisa mencetak 15 ribu bata per harinya.

Sedangkan jika musim penghujan, tidak pasti berapa banyak dalam

mencetaknya.17

Tanggapan yang dilakukan pihak pembeli hanya sekedar

melakukan protes dan minta denda atas keterlambatan pengiriman batu

bata.18

Solusi yang diberikan apabila penjual terlambat atau lalai

mengirimkan batu bata tersebut dan kelalaiannya tersebut bukan

disebabkan adanya faktor kesengajaan, sehingga penjual dikenakan denda

5% dari pembayaran yang telah diterima.19

Batu bata yang sudah jadi atau yang sudah dibakar, dimasukkan

ke dalam mobil dan siap dikirim ke pembeli. Dalam memasukkan batu

bata tersebut, penjual dibantu oleh kuli. Batu bata yang dimasukkan adalah

batu bata yang memiliki kualitas bagus, batu bata yang patah akan

16

Hasil wawancara dengan bapak Edi selaku kuli batu bata di Desa Sumber Agung pada

tanggal 10 November 2017 17

Ibid 18

Hasil wawancara dengan bapak Yanto selaku pembeli batu bata pada tanggal 12

November 2017 19

Hasil wawancara dengan bapak Dartam selaku penjual batu bata pada tanggal 5

November 2017

Page 56: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

43

disisihkan dan tidak akan dimasukkan ke dalam mobil.20

Setelah itu,

penjual memberikan surat jalan kepada oleh sopir yang mengantar batu

bata, yang nantinya akan diserahkan kepada pembeli. Surat jalan tersebut

berfungsi sebagai nota atau sebagai tanda bukti bahwa batu bata tersebut

sudah dikirim.21

Namun terkadang batu bata yang dikirim banyak yang

mengalami kerusakan. Oleh karena itu pembeli mengajukan komplain

kepada penjual. Hal ini bisa disebabkan karena jalan yang rusak atau tidak

rata dan ketidakhati-hatian sopir dalam membawa mobil dan terkadang

juga ada kuli yang lalai dalam pekerjaannya. Yaitu dengan asal

memasukkan batu bata tanpa memeriksa kerusakan batu bata tersebut.22

Selain kerusakan, adanya ketidaksesuaian antara batu bata yang dipesan

dan yang dikirim maupun dari segi kualitas juga menyebabkan pembeli

mengajukan komplain.23

Penjual memberikan tenggang waktu kepada pembeli yang akan

komplain dengan keadaan batu bata yang rusak. Namun, penjual hanya

memberikan waktu tiga hari. Apabila pembeli komplain melebihi

tenggang waktu yang diberikan penjual, maka penjual tidak akan

mengganti rugi batu bata yang rusak, karena sudah melebihi batas

20

Hasil wawancara dengan bapak Susanto selaku kuli batu bata di Desa Sumber Agung

pada tanggal 27 Oktober 2017 21

Hasil wawancara dengan bapak Dartam selaku penjual batu bata pada tanggal 5

November 2017 22

Hasil wawancara dengan bapak Darsono selaku pembeli batu pada tanggal 1 November

2017 23

Hasil wawancara dengan bapak Dartam selaku penjual batu bata pada tanggal 5

November 2017

Page 57: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

44

kesepakatan.24

Dalam hal ini, secara tidak langsung penjual telah

menerapkan khiyar syarat dan khiyar aib, walaupun penjual dan pembeli

tidak memahami makna khiyar yang sebenarnya. Hal ini disebabkan

karena kurangnya ilmu pengetahuan agama masyarakat.

Bagi pembeli yang menginginkan uangnya kembali ketika ada

kerusakan pada batu bata yang dibelinya, maka penjual tidak bersedia

memberikannya. Namun penjual akan memberikan ganti rugi atas batu

bata yang rusak. Meskipun demikian, tidak semua batu bata yang rusak

diganti oleh penjual, hanya sebagian saja dari kerusakannya.25

Batu bata yang boleh dimintai ganti rugi adalah apabila 50%

dari batu bata yang dikirim mengalami rusak parah. Namun, apabila hanya

sedikit yang rusak, maka penjual tidak menerima komplain. Walaupun

demikian, hal ini dapat menyebabkan kerugian bagi pembeli.26

Meskipun

dalam perjanjian jual beli batu bata sudah disebutkan bahwa bolehnya

meminta ganti rugi yang telah disepakati kedua belah pihak, namun

penjual tidak memberikan kriteria yang jelas tentang bagaimana kerusakan

batu bata yang dimaksud. Penjual hanya mengatakan boleh meminta ganti

rugi apabila batu bata yang dikirim mengalami kerusakan. Tentu saja hal

ini menyebabkan ketidaksepahaman antara penjual dan pembeli.

24

Hasil wawancara dengan bapak Dartam selaku penjual batu bata di Desa Sumber

Agung pada tanggal 20 November 2017 25

Hasil wawancara dengan bapak Dartam selaku penjual batu bata di Desa Sumber

Agung pada tanggal 20 November 2017 26

Hasil wawancara dengan bapak Sutarjo selaku pembeli batu bata di Desa Sumber

Agung pada tanggal 19 November 2017

Page 58: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

45

C. Analisis penerapan hak khiyar pada jual beli Istishna’ di Desa

Sumber Agung Kecamatan Seputih Mataram Lampung Tengah

Istishna‟ merupakan akad jual beli barang pesanan di antara dua

belah pihak dengan spesifikasi dan pembayaran tertentu. Barang yang

dipesan belum diproduksi atau tidak tersedia di pasaran. Pembayarannya

dapat secara kontan atau dengan cicilan tergantung kesepakatan kedua

belah pihak.27

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa sistem jual

beli batu bata di desa Sumber Agung telah menggunakan konsep istishna‟.

Hal ini dapat dilihat dari 4 indikator, yaitu:

1. Berupa pesanan

Jual beli batu bata di desa Sumber Agung menggunakan sistem

pesanan. Karena batu bata adalah barang yang harus diproduksi

terlebih dahulu dan agar penjual tidak terburu-buru dalam

mempersiapkan batu bata. Selain itu, agar batu bata yang diinginkan

sesuai dengan waktu yang ditentukan pembeli.

2. Spesifikasi harus jelas

Ketika menggunakan sistem istishna‟, pembeli harus jelas

memberikan spesifikasi barang yang akan dipesannya. Seperti jual

beli batu bata di desa Sumber Agung, pembeli memberikan spesifikasi

bata yang akan dipesan. Contohnya bata yang dipesan harus halus.

27

Siti Mujiatun, Jual Beli Dalam Perspektif Islam: Salam Dan Istisna‟, Dalam Jurnal

Riset Akuntansi dan Bisnis, (Sumut: Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sumater

Utara) vol.13, No.2, September 2013, h. 212

Page 59: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

46

3. Perjanjian

Dalam jual beli istishna‟ harus ada perjanjian. Begitu pula jual beli

istishna‟ di desa Sumber Agung menggunakan akad perjanjian di awal.

Perjanjian tersebut membahas tentang jumlah batu bata yang dipesan,

harga, lama proses pembuatan batu bata, dan ketentuan bolehnya

meminta ganti rugi.

4. Cara pembayaran

Cara pembayaran dalam konsep istishna‟ tidak ditentukan atau

dilakukan sesuai kesepakatan. Bisa dilakukan di awal, diangsur, dan

diakhir. Hal ini juga yang berlaku pada pembayaran jual beli batu bata

di desa Sumber Agung. Pembeli bisa membayar ketika akad, diangsur,

atau diakhir. Pembeli juga bisa memberikan uang muka terlebih

dahulu kemudian melunasinya ketika barang sudah jadi.

Khiyar merupakan hak yang diberikan Islam untuk membatalkan

atau meneruskannya suatu akad. Dalam hal ini, khiyar yang digunakan

adalah khiyar aib. Khiyar aib merupakan pembatalan jual beli dan

pengembalian barang akibat adanya cacat dalam suatu barang yang belum

diketahui, baik aib itu ada ketika transaksi atau baru terlihat setelah

transaksi disepakati sebelum serah terima barang. Yang mengakibatkan

terjadinya khiyar disini adalah aib yang mengakibatkan berkurangnya harga

atau nilai pada barang tersebut.

Page 60: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

47

Jika transaksi telah dilakukan dan pembeli telah mengetahui

cacat pada barang tersebut, maka transaksinya sah dan tidak ada lagi

khiyar setelahnya. Hal ini dikarenakan ia telah rela dengan kondisi barang

tersebut. Namun jika pembeli belum mengetahui cacat barang tersebut dan

mengetahuinya setelah transaksi, maka transaksi tetap dinyatakan benar

dan pihak pembeli melakukan khiyar antara mengembalikan barang atau

meminta ganti rugi karena adanya cacat.

Berdasarkan hasil temuan, ini menunjukkan bahwa penjual

sudah menerapkan praktek khiyar pada jual beli istishna‟ meskipun belum

secara sempurna. Khiyar ini terjadi disebabkan oleh dua hal, yaitu:

1. Tanggung Jawab Penjual

Adanya kesadaran bahwa penjual memiliki kewajiban menanggung

kerusakan terhadap barang atau batu bata yang diperjual belikan.

2. Agar Mendapatkan Pelanggan

Dengan penjual memberikan ganti rugi atau menerapkan khiyar, maka

pembeli pun akan berlangganan kepada penjual tersebut.

Setelah menelusuri kegiatan jual beli batu bata di desa Sumber

Agung, sebenarnya mereka telah menerapkan beberapa ketentuan-

ketentuan dalam Islam. Namun, sayangnya istilah praktek khiyar menurut

Islam tidak diaplikasikan secara menyeluruh. Padahal seharusnya penjual

perlu mengetahui konsep khiyar yang harus diikuti dengan pengetahuan

macam-macam khiyar menurut Islam, karena hal tersebut merupakan

konsep dasar dalam jual beli.

Page 61: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

48

Kurangngnya terealisasi praktek khiyar secara sempurna

disebabkan karena kurangnya pengetahuan agama masyarakat seperti yang

dikatakan bapak Dartam. Beliau mengatakan bahwa sebagian dari pelaku

transaksi tidak mengetahui tentang praktek khiyar yang sesuai dengan

diajarkan syariat Islam. Maka dari itu mereka belum mengerti bagaimana

cara menghadapi permasalahan seputar gugatan pengembalian atau

pembatalan jual beli sewaktu-waktu itu terjadi. Bahkan beliau pun belum

terlalu paham dengan istilah khiyar.

Ketetapan adanya khiyar mensyaratkan adanya barang

pengganti, baik diucapkan secara jelas atau tidak, kecuali ada keridhoan

dari yang akad. Pada prakteknya, penjual di desa Sumber Agung sudah

menerapkan khiyar atau memberikan ganti rugi terhadap batu bata yang

terdapat cacat, namun ganti rugi tersebut diberikan ketika rusaknya

mencapai 50% dari batu bata yang dikirim. Padahal ketika ada batu bata

yang rusak walaupun kerusakannya tidak mencapai 50%, seharusnya

penjual harus tetap mengganti rugi semua kerusakan tersebut. Karena

apabila tidak diganti, hal tersebut dapat menyebabkan kerugian bagi

pembeli.

Kerusakan batu bata tidak hanya disebabkan karena faktor alam

seperti jalanan yang rusak ataupun kurangnya tanggung jawab sopir yang

tidak berhati-hati dalam mengantarkan batu bata. Namun, kualitas bahan

baku batu bata juga dapat menyebabkan kerusakan tersebut. Kualitas

bahan baku yang jelek dapat menyebabkan batu bata mudah hancur. Selain

Page 62: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

49

kerusakan batu bata yang menjadi masalah pembeli untuk komplain,

ketidaksesuaian antara batu bata yang dipesan dengan batu bata yang

dikirim menjadi alasan pembeli untuk komplain. Seperti yang dituturkan

bapak Dartam bahwa ada pembeli yang komplain terhadap batu bata

dikarenakan batu bata yang dikirim tidak sesuai dengan keinginannya.

Pembeli tersebut memesan batu bata dengan kualitas batu bata tersebut

harus halus, namun ketika dikirim batu bata tersebut banyak yang tidak

rata. Hal ini bukan faktor kesengajaan penjual, namun disebabkan bahan

baku yang jelek atau faktor tanah yang banyak bercampur dengan kerikil.

Oleh karena itu, penjual harus memberikan ganti rugi.

Islam telah merumuskan perkara saling rela dalam proses jual

beli sebagai landasan utama. Transaksi dianggap sah menurut Islam

apabila proses jual beli tersebut memenuhi unsur saling rela antar kedua

belah pihak. Kerelaan antara kedua belah pihak dalam bertransksi syarat

mutlak keabsahannya. Berdasarkan firman Allah SWT dalam QS. An-Nisa

(4), dan hadits Nabi riwayat Ibnu Majah: “Jual beli atas dasar kerelaan

(suka sama suka)”.28

Islam mengajarkan untuk menumbuhkan ketentraman dan

kebahagiaan dalam jual beli yang diwujudkan dalam bentuk kerelaan. Hal

ini akan terwujud dengan membangun rasa kepuasan pada masing-masing

pihak. Penjual akan melepas barang dagangannya dengan ikhlas dan

menerima uang, sedangkan pembeli memberikan uang dan menerima

28

Mardani, Fiqih Ekonomi Syariah (Jakarta: Kencana, 2012) h.105

Page 63: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

50

barang dagangannya dengan puas pula. Maka hak khiyar ditetapkan dalam

Islam untuk mengatur kerelaan dan kepuasan timbal balik pihak-pihak

yang melakukan jual beli. Dari satu segi memang khiyar ini tidak praktis

karena mengandung arti ketidakpastian suatu transaksi, namun dari segi

kepuasan pihak yang melakukan transaksi, khiyar ini termasuk jalan

terbaik dalam jual beli. Khiyar „aib bisa dijalankan dengan syarat sebagai

berikut:

4) Adanya cacat setelah akad atau sebelum diserahkan

Apabila cacat tersebut ada pada barang yang diperjual

belikan setelah akad, maka khiyar dapat dilaksanakan. Seperti halnya

jual beli batu bata di desa Sumber Agung, ketika terdapat kerusakan

batu bata ketika dalam proses pengiriman, maka khiyar bisa

dijalankan, karena kerusakan tersebut terjadi setelah akad dan bukan

sengaja disembunyikan. Oleh karena itu, penjual akan memberikan

ganti terhadap batu bata yang rusak.

5) Pembeli tidak mengetahui adanya cacat ketika akad dan ketika

menerima barang.

Seperti hal nya jual beli batu bata di desa Sumber Agung,

ketika akad pembeli tidak mengetahui akan adanya cacat atau

kerusakan pada batu bata tersebut. Maka khiyar berlaku. Namun,

apabila pembeli sudah mengetahui keadaan batu bata yang rusak

ketika akad dan menerimanya, maka khiyar tidak berlaku.

Page 64: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

51

6) Pemilik barang tidak mensyaratkan agar pembeli membebaskan jika

ada cacat. Dengan demikian, jika penjual mensyaratkannya, maka

tidak ada khiyar. Seperti hal nya penjual batu bata di desa Sumber

Agung tidak memberikan syarat kepada pembeli agar membiarkan

cacat atau kerusakan batu bata tersebut. Maka akan ada khiyar.

Namun, jika pmbeli membebaskannya maka khiyar gugur

Dalam persoalan khiyar, Islam telah mengatur secara rinci.

Adapun praktiknya berbeda-beda karena tidak sepenuhnya berpedoman

dengan ketentuan Islam. Meskipun Islam telah menata struktur praktik

khiyar dengan akurat, namun tidak mayoritas penjual yang menerapkan

prinsipnya. Adakalanya penjual yang merasa tidak mau tahu terhadap hak

pembeli karena pada dasarnya ia hanya bertujuan mencari materi semata.

Padahal perbuatan itu tanpa disadari dapat memicu permusuhan dan

putusnya silaturahmi.

Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui bahwa penerapan

khiyar dalam transaksi jual beli batu bata di desa Sumber Agung sudah

dilakukan meskipun belum maksimal karena tidak semua kerusakan

diganti oleh penjual, hanya sebagian saja dari kerusakan tersebut.

Meskipun demikian pada prakteknya, secara konsep mereka telah

melakukannya. Penjual akan memberikan ganti rugi kepada pembeli

apabila batu bata yang dikirim mengalami kerusakan setelah terjadinya

transaksi jual beli. Karena penjual tidak mengetahui adanya kerusakan

dalam batu bata yang mereka jual.

Page 65: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya dapat

disimpulkan bahwa penerapan hak khiyar dalam transaksi jual beli batu

bata secara umum sudah sesuai dengan konsep istishna‟ meskipun belum

maksimal. Walaupun penjual tidak mengenal kata “khiyar”, tetapi secara

konsep mereka telah melakukannya.

Sebagaimana khiyar „aib, penjual memberikan ganti rugi kepada

pembeli apabila barangnya terdapat kerusakan setelah terjadi transaksi.

Dalam prakteknya, penjual akan mengganti rugi kepada pembeli apabila

batu bata yang dikirim mengalami kerusakan setelah terjadi transaksi jual

beli. Karena penjual tidak mengetahui jika adanya kerusakan atau cacat

dalam batu bata yang mereka kirim. Hal ini sudah sesuai dengan konsep

khiyar dalam Islam. Namun, tidak semua kerusakan batu bata diganti rugi

oleh penjual. Kurangnya sosialisasi ilmu agama yang menyebabkan

penerapan khiyar pada jual beli batu bata di desa Sumber Agung belum

maksimal.

B. Saran

1. Bagi penjual

Penjual perlu teliti dalam memeriksa keadaan barang atau

batu bata, apakah ada kerusakan atau tidak. Kuli maupun sopir yang

Page 66: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

54

mengantarkan batu bata tersebut juga harus berhati-hati dalam

melaksanakan tugasnya. Hal ini untuk menghindari pengembalian atau

permintaan ganti rugi dari pembeli karena rusak dikemudian hari.

2. Bagi pembeli

Pembeli pun harus teliti dan memeriksa batu bata yang telah

sampai di kediamannya. Apakah batu bata tersebut mengalami

kerusakan atau tidak. Apabila terdapat kerusakan hendaknya langsung

dikonfirmasi kepada penjual agar mendapatkan ganti rugi. Karena

apabila penjual baru menyadari kerusakan batu bata dan komplain

melebihi batas yang ditetapkan penjual, maka penjual tidak akan

mengganti rugi.

Page 67: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

DAFTAR PUSTAKA

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008

Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2007.

Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2010

Enang Hidayat, Fiqih Jual Beli, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015

Gufron A. Mas‟adi, Fiqih Mu‟amalah Kontekstual, Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2002

Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, Jakarta: Rajawali Pers, 2013

Husein Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta :

PT.Raja Grafindo Persada,2009

Imam Mustofa, Fiqih Mu‟amalah Kontemporer, Lampung: STAIN Jurai Siwo

Metro Lampung, 2014

Ismail, Perbankan Syariah, Jakarta: Kencana, 2011

Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, Jakarta : Kencana Prenada Media Group,

2011

Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial, Bandung: Mandar Maju,

1996

Lexy j Moleong, Metodelagi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja

Rosadakarya, 2014

Mardani, Ayat-Ayat dan Hadits Ekonomi Syariah, Jakarta: Rajawali Press, 2011

Moh Nazir, Metode penelitian, Bogor: Ghalia Indonesia, 2005

Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema

Insani, 2001

Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Rajawali Press, 2012

Nasrun Haroen, Fiqih Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007

Page 68: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

Nizaruddin, Fiqih Muamalah, Yogyakarta: Idea Press, 2013

Nurul Huda, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis, Jakarta:

Kencana, 2012

Rachmat Syafe‟i, Fiqih Muamalah, Bandung: Pustaka Setia, 2001

Rozalinda, Fikih Ekonomi Syariah, Jakarta: Rajawali Pers, 2016

Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011

Saleh Al-Fauzan, Fiqih Sehari-Hari, diterjemahkan oleh Abdul Hayyie Al-

Kattani,dkk, dengan judul asli Al-Mulakhsul Fiqhi, Jakarta: Gema

Insani, 2005

Siah Khosyi‟ah, Fiqih Muamalah Perbandingan, Bandung: CV Pustaka Setia,

2014

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung:

Alfabeta, 2015

Sumardi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Jakarta: Rajawali Press, 2014

Suraya Murcitaningrum, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam, Bandar

Lampung: Ta,Lim Press, 2013

Uhar Suharsa Putra, Metode Penelitian Kuatitati, Kualitatif, dan Tindakan,

Bandung: Rafika Aditama, 2012

W. Gulo, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT Grasindo, 2002

Chandra Dewi Puspitasari, Tanggung Jawab Developer untuk Menanggung Cacat

Tersembunyi dalam Perjanjian Jual Beli Rumah Perumahan, dalam

Jurnal Penelitian Humaniora(Yogyakarta: FISE UNY), Vol 12, no 2,

Oktober 2007.

Mujiatun Ridawati, Konsep Khiyar „Aib Dan Relevansinya Dengan Garansinya

dalam Tafaqquh (Lombok: IAI Qamarul Huda Bagu Lombok Tengah)

Vol.1, no.1, Juni 2016

Shobirin, Jual Beli Dalam Pandangan Islam, dalam Jurnal Bisnis (Kudus: STAIN

KUDUS) Vol. 3, No. 2, Desember 2015

Siti Mujiatun, Jual Beli Dalam Perspektif Islam: Salam Dan Istisna‟, Dalam

Jurnal Riset Akuntansi dan Bisnis, (Sumut: Fakultas Ekonomi

Page 69: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

Universitas Muhammadiyah Sumater Utara) vol.13, No.2, September

2013

Yulia Hafizah, Khiyar Sebagai Upaya Mewujudkan Keadilan Dalam Bisnis Islam,

dalam Jurnal At-Taradhi (Manado: Universitas Sam Ratulangi), Vol.

3/No. 2 /Desember/2012

Page 70: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...
Page 71: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI ISTISHNA’

(Studi Kasus Jual Beli Batu Bata di Desa Sumber Agung Kecamatan Seputih

Mataram Lampung Tengah)

OUTLINE

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN

HALAMAN PENGESAHAN

ABSTRAK

HALAMAN ORISINILITAS PENELITIAN

HALAMAN MOTTO

HALAMAN PERSEMBAHAN

HALAMAN KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Pertanyaan Penelitian

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

D. Sistematika Penulisan

E. Penelitian Relevan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Jual Beli Istishna‟

1. Pengertian Istishna‟

2. Dasar Hukum Istishna‟

3. Rukun dan Syarat Istishna‟

4. Ketentuan Jual Beli Istishna‟

Page 72: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

B. Hak Khiyar

4. Pengertian Khiyar

5. Macam-Macam Hak Khiyar

6. Hikmah Disyariatkannya Khiyar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Dan Sifat Penelitian

B. Sumber Data

C. Teknik Pengumpulan Data

D. Teknik Penjamin Keabsahan Data

E. Teknis Analisa Data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

D. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

3. Sejarah Dan Profil Desa Sumber Agung Kecamatan Seputih Mataram

Lampung Tengah

4. Visi dan Misi Desa Sumber Agung Kecamatan Seputih Mataram

Lampung Tengah

E. Penerapan hak khiyar pada jual beli Istishna‟ di Desa Sumber Agung

Kecamatan Seputih Mataram Lampung Tengah

F. Analisis penerapan hak khiyar pada jual beli Istishna‟ di Desa Sumber

Agung Kecamatan Seputih Mataram Lampung Tengah

Page 73: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...
Page 74: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

ALAT PENGUMPUL DATA TENTANG PENERAPAN HAK KHIYAR

PADA JUAL BELI ISTISHNA’

(Studi Kasus Jual Beli Batu Bata di Desa Sumber Agung Kecamatan Seputih

Mataram Lampung Tengah)

A. Interview/Wawancara

1. Wawancara kepada pemilik dan kuli industri batu bata desa

Sumber Agung Kecamatan Seputih Mataram Lampung Tengah:

a. Apakah anda mengetahui tentang jual beli Istishna‟?

b. Apa alasan anda melakukan jual beli dengan sistem Istishna‟ atau

pesanan?

c. Bagaimana proses pelaksanaan jual beli dengan menggunakan

sistem pesanan dalam jual beli batu bata di Desa Sumber Agung

Kecamatan Seputih Mataram Lampung Tengah?

d. Apakah anda sudah memasukkan batu bata ke dalam mobil untuk

dijual dengan kualitas yang baik?

e. Apakah ada pembeli yang komplain terhadap batu bata yang anda

jual?

f. Hal apa yang anda lakukan apabila ada pembeli yang komplain

dengan batu bata tersebut?

g. Apakah batu bata yang sudah dibeli namun terdapat rusak boleh

dikembalikan?

h. Apabila boleh, apakah ada ketentuan dalam pengembaliannya

tersebut?

Page 75: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

i. Apakah anda akan mengganti rugi terhadap kerusakan batu bata

tersebut?

j. Berapakah batas waktu yang anda berikan terhadap komplain para

pembeli?

k. Apakah anda akan tetap mengganti rugi ketika batas waktu

komplain yang anda berikan kepada pembeli telah habis?

l. Apakah anda akan mengganti rugi apabila kerusakan batu bata

tersebut disebabkan karena faktor jalanan yang rusak?

2. Wawancara kepada pembeli batu bata di Desa Sumber Agung

Kecamatan Seputih Mataram Lampung Tengah:

a. Apakah alasan anda melakukan jual beli dengan menggunakan

sistem Istishna‟ dalam membeli batu bata tersebut?

b. Menurut anda apa kelebihan dari jual beli Istishna‟ di Desa

Sumber Agung Kecamatan Seputih Mataram Lampung Tengah?

c. Bagaimana proses pelaksanaan jual beli Istishna‟ yang anda

lakukan di Desa Sumber Agung Kecamatan Seputih Mataram

Lampung Tengah?

d. Bagaimana anda menanggapi kelalaian barang yang telah

disepakati antara anda dan pihak penjual batu bata?

e. Apa solusi yang diberikan oleh pihak penjual batu bata terhadap

permasalahan pembeli tersebut?

f. Apakah anda mendapatkan ganti rugi apabila batu bata tersebut

rusak?

Page 76: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...

B. Dokumentasi

1. Sejarah dan profil Desa Sumber Agung Kecamatan Seputih Mataram

Lampung Tengah.

2. Visi dan Misi Desa Desa Sumber Agung Kecamatan Seputih Mataram

Lampung Tengah.

3. Struktur organisasi Desa Sumber Agung Kecamatan Seputih Mataram

Lampung Tengah.

4. Dokumen terkait penerapan hak khiyar pada jual beli Istishna‟.

C. Observasi

1. Pengamatan terhadap pelaksanaan jual beli Istishna‟ di Desa Sumber

Agung Kecamatan Seputih Mataram Lampung Tengah.

2. Pengamatan terhadap penerapan hak khiyar pada jual beli Istishna‟

studi Desa Sumber Agung Kecamatan Seputih Mataram Lampung

Tengah.

Page 77: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...
Page 78: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...
Page 79: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...
Page 80: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...
Page 81: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...
Page 82: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...
Page 83: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...
Page 84: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...
Page 85: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...
Page 86: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...
Page 87: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...
Page 88: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...
Page 89: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...
Page 90: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...
Page 91: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...
Page 92: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...
Page 93: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...
Page 94: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...
Page 95: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...
Page 96: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...
Page 97: SKRIPSI PENERAPAN HAK KHIYAR PADA JUAL BELI (Studi Kasus ...