SKRIPSI PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM ...repository.ummat.ac.id/350/3/CAVER-BAB III.pdf1...
Transcript of SKRIPSI PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM ...repository.ummat.ac.id/350/3/CAVER-BAB III.pdf1...
1
SKRIPSI
PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN KEPALA
DESA TANAK KAKEN KECAMATAN SAKRA BARAT KABUPATEN
LOMBOK TIMUR TAHUN 2018
Oleh:
Lalu Reza Fahlevi
NIM. 21513A0013
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
2019
2
3
4
5
6
7
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Partisipasi politik pada hakikatnyan sebagai ukuran untuk mengetahui kualitas
kemampuan warga negara, dalam menginterpestasikan sejumlah syimbol
kekuasaan kebijaksanaan dalam mensejahterakan masyarakat sekaligus dengan
langkah langkahnya kedalam symbol-symbol pribadi. Kegiatan partisipasi politik
pada intinya tertuju pada dua subyek , yaitu pemilihan pemimpin dan
melaksanakan kebijakan pemimpin. Pemilihan Kepala Desa yang sering disingkat
dengan Pilkades mungkin bukan istilah yang asing lagi untuk saat ini.Sebagai
wadah untuk menampung aspirasi politik masyarakat sekaligus sarana pergantian
atau kelanjutan pemerintahan desa pilkades diharapkan mampu memenuhi
keinginan dan harapan masyarakat desa tertentu, untuk mengangkat calon yang
layak sebagai kepala desa. Pilkades merupakan sebuah instrumen dalam
pembentukan pemerintahan modern dan demokratis.
Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang yang ikut
serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih
pimpinan negara secara langsung atau tidak langsung, mempengaruhi kebijakan
pemerintah publik policy. Kegiatan ini mencakup tindakan seperti memberikan
suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat umum, mengadakan hubungan
contacting atau lobbying dengan pejabat pemerintah atau anggotaparlemen,
menjadi anggota partai atau salah satu gerakan sosial dengan direct actionnya, dan
sebagainya.
8
Menurut McClosky (2008:368) partisipasi adalah kegiatan-kegiatan sukarela
dari masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan
penguasa, dan secara langsung atau tidak langsung, dalam proses pembentukan
kebijakan umum. Huntington (2000:4) Partisipasi politik dinegara berkembang”
mengemukakan bahwa partisipasi politik adalah kegiatan warga yang bertindak
sebagai pribadi-pribadi, yang dimaksud untuk mempengaruhi pembuatan
keputusan oleh pemerintah. Partisipasi bisa bersifat individual atau kolektif,
terorganisir atau spontan, mantap atau sporadis, secara damai atau dengan
kekerasan, legal atau ilegal, efektif atau tidak efektif.
Di negara-negara demokrasi konsep partisipasi politik bertolak dari paham
bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat, yang dilaksanakan melalui kegiatan
bersama untuk menetapkan suatu tujuan-tujuan serta masa depan masyarakat itu
dan untuk menentukan orang-orang yang akan memegang suatu pimpinan.
Anggota masyarakat yang berpartisipasi dalam proses politik, misalnya pemberian
suara atau kegiatan lain, terdorong oleh keyakinan bahwa melalui kegiatan
bersama itu kepentingan mereka akan tersalur atau sekurang-kurangnya
diperhatikan dan bahwa mereka sedikit banyak dapat mempengaruhi tindakan dari
mereka yang berwenang untuk membuat keputusan yang mengikat. Dengan kata
lain, mereka percaya bahwa kegiatan mereka mempunyai efek politik.
Dalam pasal 18 Undang-undang Dasar 1945 dinyatakan bahwa, Negara
Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah-
daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi
kabupaten dan kota mempunyai pemerintah daerah yang diatur oleh undang-
9
undang. Dengan demikian penyelenggaraan pemerintah daerah menganut asas
otonomi dan tugas pembantuan, memberi kesempatan pada daerah untuk
mengurus dan menjalankan otonomi seluas-luasnya kecuali urusan pemerintah
yang oleh undang-undang ditentukan sebagai pemerintah pusat sehingga pihak-
pihak pemerintah harus mengambil tindakan langsung kepada masyarakat.
Dalam undang- undang desa nomer 6 tahun 2014, tentang penyelenggaraan
pemerintahan desa, dalam pasal 33 hurup g, membahas tentang pemilihan kepaa
desa (pilkades) dimana pemerintah kabupaten diberi hak penuh untuk
menyelenggarakan pemilihan kepala desa dengan membuat panitia di tingkat
kabupaten/kota.
Peraturan pemerintah dalam negri (PERMENDAGRI), nomer 65 tahun 2018
tentang perubahan aturan tentang pemilihan kepala desa, (PILKADES),
menyebutkan beberapa pokok pasal yang mengatur jalannya tahapan pemilihan,
pada butir pertama bupati/wali kota membentuk panitia pemilihan di kabupaten
kota yang ditetapkan dengan keputusan bupati/ wali kota. Kedua tugas panitia
pemilihan kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada pasal (1) meliputi,
merencanakan, mengkordinasikan, dan menyelenggarakan semua tahapan
pelaksanaan tingkat kabupaten kota. Selanjutnya melakukan bimbingan teknis
pelaksanaan pemiihan kepala desa, menetapkan jumlah surat suara dan kotak
suara, mempasilitasi pencetakan surat suara dan kotak suara dan melakukan
evaluasi dan pelaporan pelaksanaan hasil pemilihan.
10
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah
yang memiliki wewenang untuk mengatur dan mengurus kepentingannya sendiri
berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam
sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Prinsip
otonomi desa mencakup aspek politik, ekonomi, sosial, budaya dan
pemerintahan.Namun, sebagai catatan, prinsip daerah otonomi ini berbeda dengan
prinsip wilayah merdeka.Sebagai daerah otonom, desa memang memiliki berbagai
kebebasan untuk mengelola sumber daya yang ada di wilayahnya yang ditujukan
untuk sebesar-besar kemakmuran warganya, dalam bingkai konstitusi yang
berlaku di wilayah kedaulatan Republik Indonesia.
Dengan demikian, otonomi yang diberikan kepada desa dalam
penyelenggaraan pengelolaan desa masih dibatasi oleh aturan-aturan yang
berlakusesuai dengan tata urutan perundangan di Indonesia, serta aturan-aturan
lain yang berlaku. Hal tersebut berakibat yang mengikat dan membatasi
kewenangan desa dalam menyelenggarakan pengelolaan sumber daya di
wilayahnya demi tercapainya pembangunan dalam suatu desa.Sebagai wujud
timbal baliknya, maka Pemerintah Republik Indonesia seyogyanya telah
mengakomodasi kepentingan desa dalam penyelenggaraan pemerintahan nasional
agar desa menjadi ukuran dalam kemajuan dalam perekonomian di masyarakat
setempat. Sehingga muncullah berbagai macam produk kebijakan yang ditujukan
untuk menata penyelenggaraan pemerintahan desa, dimana berdasarkan prinsip
desentralisasi, sebagian besar kewenangan penataan penyelenggaraan
pemerintahan desa diserahkan kepada pemerintahan di level Kabupaten.
11
Berdasarkan kewenangan ini, maka Pemerintah Kabupaten menjadi ujung tombak
kewajiban pemerintah pusat untuk menata desa agar menjadi desa yang maju dan
sejahtera.
Pemerintah desa merupakan sub sitem dari sistem penyelenggaraan
pemerintah, sehingga desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakatnya. Kepala desa bertanggung jawab mengatur desanya
agar menjadi baik serta terciptanya tujuan bersama rakyat sekitar sehingga warga
bisa hidup nyaman dan tentram. Tugasnya sebagai kepala desa tidak sama dengan
presiden karena kepala desa bisa mengenal langsung dengan warga yang berada di
desa terrsebut tetapi presiden hanya interaksi dengan rakyat luas sehingga belum
mengenal langsung dengan warganya.
Kenyataan dewasa ini menunjukkan bahwa bagian terbesar masyarakat
Indonesia masih tinggal di daerah pedesaan.Dengan demikian dapat dikatakan
penduduk daerah pedesaan merupakan suatu modal dasar bagi pembangunan
nasional, yang dimiliki oleh rakyat dan bangsa Indonesia.Jumlah penduduk daerah
pedesaan yang sangat besar itu, apabila dapat dibina dengan baik, merupakan
tenaga kerja yang efektif bagi berbagai kegiatan pembanguan disegala bidang
kehidupan masyarakat.Oleh karena itu, perhatian yang besar perlu diberikan pada
peningkatan pembangunan daerah pedesaan, terutama melalui peningkatan
prakarsa dan swadaya masyarakat.
12
Dalam sistem pemerintah desa, kepala desa dipilih langsung oleh penduduk
desa dari calon yang memenuhi syarat serta mempunyai suara terbanyak. Di desa
Tanak Kaken rata-rata masyarakat sudah tahu dan mengenal calon yang akan
bertarung dalam Pilkades yang dilaksanakan pertengahan bulan April tahun 2018.
Pemilihan kepala desa kali ini ada 2 calon kepala desa yang akan dipilih
langsung oleh warga Tanak Kaken yaitu Ikhsan, dan Lalu Salikin. Di desa Tanak
Kaken terdapat 4 dusun yaitu dusun Sanggo, Tanak kaken Barat, Tongka, dan
dusun Pesanggrahan dan memiliki warga sejumlah 2.700 orang dan pemilih daftar
tetap 1.306 orang. Desa Tanak Kaken merupakan desa yang nilai
perekonomiannya terdapat dari hasil pertanian, dan tenaga kerja indonesia di luar
negri. Pada tahun 2018, warga tanak kakenakan memberikan hak suaradalam
pemilihan kepala desa serta adanya informasi yang dianggap sangat merespon
peneliti untuk melakukan penelitian didesa Tanak Kaken.
Alasan penulis memilih judul skripsi ini tentang “Partisipasi Politik
Masyarakak Dalam Pemilihan Kepala Desa Tanak Kaken, Kecamatan Sakra
Barat, kabupaten Lombok Timur Tahun 2018” agar penulis bisa mengetahui
bagaimana partisipasi masyarakat desa dalam pemilihan kepala desa tanak kaken
2018 dan faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya partisipasi
masyarakat Desa tanak kaken dalam pilkades 2018.
13
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penulisan
ini.
1. Bagaimana Partisipasi Politik Masyarakat dalam pemilihan Kepala
Desa Tanak kaken Kecamatan Sakra Barat, Tahun 2018 ?
2. Faktor Faktor apa saja yang mempengaruhi besar kecilnya partisipasi
politik masyarakat desa tanak kaken dalam Pilkades 2018?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui seperti apa partisipasi politik masyarakat dalam
pemilihan Kepala Desa Tanak kaken, Kecamatan Sakra Barat, Tahun
2018
2. Untuk mengetahui factor factor apa saja yang mempengaruhi besar
kecilnya partisipasi masyarakat desa Tanak Kaken dalam pilkades
2018
1.4 Manfaat Penelitian
Dengan adanya tulisan ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai
berikut :
1. Secara teoritis, tulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi
yang bersifat ilmiah bagi pengembangan ilmu pengetahuan,
khususnya yang berkaitan dengan judul tulisan.
2. Secara praktis, tulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
keberhasilan pelaksanaan melalui proses pembangunan politik yang
14
demokrasi melalui pelaksana Pemilu dalam pemilihan Kepala Desa
Tanak kaken Kecamatan Sakra Barat, Periode 2013-2018 dalam
kaitannya dengan partisipasi politik masyarakat.
3. Selain itu, tulisan ini juga dapat menjadi acuan bagi semua orang yang
ingin mengembangkan judul yang diangkat oleh penulis.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Telaah Pustaka
Menurut Pawito (2008) , tujuan dari telaah pustaka adalah untuk melakukan
jelajah pustaka guna mengetahui persamaan dan perbedaan dari penelitian yang
dilakukan dengan membendingkan teori dan unit analisis yang menjadi fokus
penelitian.
Penelitian yang berjudul “Partisipasi politik masyarakat desa Tanak Kaken
dalam pemilihan kepala desa Tanak Kaken Kecamatan Sakra Barat Kabupaten
Lombok Timur 2018” ini bertujuan untuk mengetahuui seperti apa partisipasi
masyarakat desa tanak kaken dalam pemilihan kepala desa yang di lakukan pada
pemilihan kepala desa 2018 lalu, serta untuk mengetahui faktor faktor apa saja
yang mempengaruhi partisipasi politik masyarakat desa tanak kaken. Sebagai
bahan pembanding dan pelengkap , penulis melakukan peninjauaan terhadap
penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan “Partisipasi Politik”. Adapun
penelitian yang peneliti jadikan sebagai bahan telaah pustaka dan bahan
pembanding sebagai berikut :
1. Penelitian yang berjudul “Partisipasi politik masyarakat desa
lembung kecamataan galis kabupaten pemeksaan dalam pelaksanaan
pemilihan kepala desa 2013”
Penelitian pertama merupakan jurnal yang ditulis oleh Agus Satmoko Adi,
merupakan dosen Ppkn, FIS, UNESA.Jenis penelitian ini adalah deskriptif
kualitatatif dengan variabel adalah partisipasi politik. Tujuan penelitian ini adalah
16
pertama unntuk mengetahui bagaimana partsisipasi politik masyarakat desa
lembung dan apa saja faktor yang melatar belakangi tingginya tingkat partisipasi
masyarakat dalam pemilihan kepala desa dengan menganalisis bagaimana
keadaan sosial budaya dan kultur masyarakat desa.
Dalam jurnal tersebut, Agus satmoko Adi menyimpulkan bahwa tingkat
partisipasi masyarakat desa lembung, kecamatan galis, kabupaten Pemekasaan
pada pemilihan kepala desa tergolong aktif, karan kesadaran politik pada
pemerintah sangat tinggi dalam memberikan dukungan kepada pemerintah
melalui pemilihan kepala desa untuk memajukan desa Lembung dan kemakmuran
masyarakat.Faktor Faktor yang melatar belakangi masyarakat desa lembung
kecamatan galis karna adanya agen agen sosialisasi politik yang sangat intens
mensosialisasikan pelaksanaan pemilihan kepala desa tersebut, masyarakat ingin
mencari sosok pemimpin demi perubahan perubahan yang ada di desa tersebut.
Subjek dari penelitian yang dilakukan Agus Satmoko Adi adalah semua
populasi pemilih, tokoh masyarakat , tokoh adat dan agen agen sosialisasi politik
yang ada di Desa Lembung Kecamatan Galis Kabupaten Pamekesan. Sementara
peneliti meneliti tentang “Partisipasi politik masyarakat desa tanak kaken dalam
pemilihan kepala desa 2018” perbedaan penelitian dengan peneliti pertama adalah
prilaku politik masyarakat dan objek penelitian.
2. Penelitian yang berjudul “Partisipasi politik dalam proses
pembangunan desa di kecamatan wori, kabupaten Minahasa utara”
Penelitian kedua merupakan jurnal yang di tulis oleh Marten L Kimbal,
merupakan dosen Politik Universitas Samaratulangi Manado pada tahun 2016.
17
Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan penelitian deskriptif dengan
memfokuskan penelitian pada partisipasi politik masyarakat dalam pembangunan
desa di kecamatan wori.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh
gambaran tentang partisipasi politik masyarakat dalam pembangunan desa.
Dalam penelitian ini Marten L Kimbal, menyimpulkan hasil penelitian
partisipasi politik masyarakat dalam pembangunan dapat diimplementasikan
dalam kelembagaan politik desa .kehadiran kelembagaan politik desa yang di
aplikasikan dalam peran BPD telah memberikan dampak yang sangat positif bagi
rakyat desa dalam kehidupan demokrasi di desa.
Hasil penelitian membuktikan bahwa pemahaman terhadap pendidikan politik
masyarakat hanya di pahami lewat proses penyelenggaraan pemilu maupun
pemilihan kepala desa. Sementara peneliti meneliti tentang “partisipasi politik
masyarakat desa tanak kaken dalam pemilihan kepala desa” .Perbedaan penelitian
kedua tersebut dengan penelitian yang di lakukan peneliti adalah fokus penelitian,
objek penelitian dan jenis penelitian.
3. Penelitian yang berjudul “ Partisipasi politik masyarakat pada
pemilihan kepala desa malang rapat, Kecamatan Gunung kijang
Kabupaten Bintan tahun 2013”
Penelitian ketiga merupakan naskah publik yang di tulis oleh Dwi Novianti
pada tahun 2015. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif menggunakan
analisis deskriptif sebagai teknik analisis data. Pada penelitian ini konsep teori
yang digunakan merupakan sebuah teori Samuel P. Huntington dan Joan Nelson
bahwa ada beberfapa sub variabel dari indikator yang dapat mempengaruhi
18
partisipasi politik masyarakat yaitu sebagai berikut: Faktor Sosial dan Faktor
politik .
Dalam jurna ini Dwi Nopita, menyimpulkan hasil dari penelitian ini
menggambarkan bahwa partisipasi politik masyarakat malang rapat pada
pemilihan kepala desa 2013 yang lalu sangat rendah yang di akibatkan oleh faktor
ekonomi masyarakat sehingga membuat masyarakat lebih mementingkan
pekerjaan ketimbang mengurus masalah politik dan juga faktor politik yang
kurangnya pendidikan masyarakat, maka dapat mempengaruhi pengetahuan
masyarakat untuk berpartisipasi.
Sementara peneliti meneliti tentang “partisipasi politik masyarakat desa tanak
kaken dalam pemilihan kepala desa” .Perbedaan penelitian ketiga tersebut dengan
penelitian yang di lakukan peneliti adalah fokus penelitian dan lokasi penelitian.
4. Penelitian yang berjudul “Prilaku Politik masyarakat dalam
pemilihan kepala desa (studi pada masyarakat desa kutasari kecamatan
cipari Kabupaten Cilacap)
Penelitian keempat merupakan jurnal yang ditulis oleh Amirotun Sholikah,
merupakan dosen tetap jurusan dakwah STAIN Purwokerto.Jenis penelitian ini
adalah kualitatif dengan analisis deskriptif, penulisan ini menggunakan fenomena
prilaku politik pada pemilihan kepala desa di pengaruhi oleh faktor lingkungan
sosial politik langsung.
Dalam jurnal ini Amirotun Sholikah, menggunakan metode pengumpulan data
antara lain dilakukan dengan teknik: observasi , wawancara mendalam dan
dokumentasi. Hasil penelitian menggambarkan bahwa sikap dan prilaku politik
19
masyarakat desa kutasari dalam pemilihan kepala desa umumnya lebih
berorientasi pada perasaan suka atau tidak suka ketimbang faktor pengetahuan
calon kepala desa yang bersangkutan.Faktor faktor yang mempengaruhi sikap dan
perilaku masyarakat tersebut diantaranya adalah keluarga, agama, sekolah dan
kelompok pergaulan mereka.
Sementara peneliti meneliti tentang “Partisipasi politik masyarakat desa tanak
kaken dalam pemilihan kepala desa 2018” perbedaan penelitian dengan peneliti
pertama adalah metodelogo penelitian dan teori yang digunakan pada tinjauan
pustaka.
5. Penelitian yang berjudul “Analisis partisipasi politik pemilih pada
pemilihan walikota belitar dengan pendekatan komunikasi politik dan
budaya politik”
Penelitian kelima merupakan jurnal yang di tulis oleh Iranto, merupakan
peneliti madaya bidang politik dan pemerintahan pada balitabang provinsi jawa
timur.Jenis dari penelitian ini adalah kualitatif dengan analisis deskiptif.Penelitian
dengan pendekatan kualitatif ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor yang
mempengaruhi partisipasi politik dan mengetahui efektipitas sosialisasi dalam
pemilihan walikota belitar.
Dalam penelitian ini irianto menarik hasil dari penel;itian yang dilakukan,
menunjukan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap partisipasi politik ada
beberapa hal antara lain: 1) faktor budaya politik partisipan,budaya politik
partisipan tersebut disebabkan oleh karna kepercayaan rakyat terhadap
penyelenggaran kota belitar dipandang baik selama lima tahun terakhir terutama
20
pada masa pemerintahan djarot syaiful hidayat. 2) faktor pelayanan publik yang
selama ini memberikan pelayanan publik yang sangat baik dan dapat memberikan
kepuasan kepada rakyat. 3)Faktor persepsi masyarakatterhadap kondisi kebebasan
berpolitik pada saat ini di belitar ikut mewarnai partisipasi mereka pada pemilihan
walikota belitar.
Sementara peneliti meneliti tentang “Partisipasi politik masyarakat desa tanak
kaken dalam pemilihan kepala desa 2018” perbedaan penelitian dengan jurnal
kelima terletak pada fokus penelitian dan metedologi penelitian.
Selanjutnya untuk mempermudah pembaca dalam memahami telaah pustaka
yang digunakan peneliti dalam penelitian ini. Berikut peneliti akan sajikan dalam
bentuk tabel.
Tabel 2.1 Telaah Pustaka Penelitian
No Penulis Judul Hasil/Kesimpulan
Relevansi
Penelitian
1 Agus
Satmoko
Adi (2013)
Dosen
Ppkn, FIS,
UNESA.
“Partisipasi
politik
masyarakat
desa lembung
kecamataan
galis
kabupaten
pemeksaan
dalam
Dalam jurnal
tersebut, Agus
satmoko Adi
menyimpulkan
bahwa tingkat
partisipasi
masyarakat desa
lembung, kecamatan
galis, kabupaten
Relevansi
penelitian ini
dengan
penelitian
penulis adalah
sama-sama
meneliti
tentang tingkat
partisipasi
21
pelaksanaan
pemilihan
kepala desa
2013”
Pemekasaan pada
pemilihan kepala
desa tergolong aktif,
karan kesadaran
politik pada
pemerintah sangat
tinggi dalam
memberikan
dukungan kepada
pemerintah melalui
pemilihan kepala
desa untuk
memajukan desa
Lembung dan
kemakmuran
masyarakat.Faktor
Faktor yang melatar
belakangi
masyarakat desa
lembung kecamatan
galis karna adanya
agen agen sosialisasi
politik yang sangat
politik
masyarakat
desa.
22
intens
mensosialisasikan
pelaksanaan
pemilihan kepala
desa tersebut,
masyarakat ingin
mencari sosok
pemimpin demi
perubahan
perubahan yang ada
di desa tersebut.
2 Marten L.
Kimbal
(2016)
dosen
Politik
Universitas
Samaratula
ngi
Manado.
“Partisipasi
politik dalam
proses
pembangunan
desa di
kecamatan
wori,
kabupaten
Minahasa
utara”
hasil penelitian
partisipasi politik
masyarakat dalam
pembangunan dapat
diimplementasikan
dalam kelembagaan
politik desa .
kehadiran
kelembagaan politik
desa yang di
aplikasikan dalam
peran BPD telah
Relevansi
penelitian ini
dengan
penelitian
penulis adalah
sama-sama
meneliti
tentang model
partisipasi
politik
masyarakat
desa.
23
memberikan dampak
yang sangat positif
bagi rakyat desa
dalam kehidupan
demokrasi di desa.
Hasil penelitian
membuktikan bahwa
pemahaman terhadap
pendidikan politik
masyarakat hanya di
pahami lewat proses
penyelenggaraan
pemilu maupun
pemilihan kepala
desa.
3 Dwi
Novianti (
2015)
“ Partisipasi
politik
masyarakat
pada pemilihan
kepala desa
malang rapat,
Kecamatan
Gunung kijang
hasil dari penelitian
ini menggambarkan
bahwa partisipasi
politik masyarakat
malang rapat pada
pemilihan kepala
desa 2013 yang lalu
sangat rendah yang
Relevansi
penelitian ini
dengan
penelitian
penulis adalah
sama-sama
meneliti
tentang
24
Kabupaten
Bintan tahun
2013”
di akibatkan oleh
faktor ekonomi
masyarakat sehingga
membuat masyarakat
lebih mementingkan
pekerjaan ketimbang
mengurus masalah
politik dan juga
faktor politik yang
kurangnya
pendidikan
masyarakat, maka
dapat mempengaruhi
pengetahuan
masyarakat untuk
berpartisipasi.
partisipasi
pada pemilihan
kepala desa.
4 Amirotun
Sholikah.
(dosen tetap
jurusan
dakwah
STAIN
Purwokerto
“Prilaku
Politik
masyarakat
dalam
pemilihan
kepala desa
(studi pada
Hasil penelitian
menggambarkan
bahwa sikap dan
prilaku politik
masyarakat desa
kutasari dalam
pemilihan kepala
Relevansi
penelitian ini
dengan
penelitian
penulis adalah
sama-sama
meneliti
25
) masyarakat
desa kutasari
kecamatan
cipari
Kabupaten
Cilacap)
desa umumnya lebih
berorientasi pada
perasaan suka atau
tidak suka
ketimbang faktor
pengetahuan calon
kepala desa yang
bersangkutan. Faktor
faktor yang
mempengaruhi sikap
dan perilaku
masyarakat tersebut
diantaranya adalah
keluarga, agama,
sekolah dan
kelompok pergaulan
mereka.
tentang prilaku
politik
masyarakat
desa.
5 Iranto
(2011),
madaya
bidang
politik dan
“Analisis
partisipasi
politik pemilih
pada pemilihan
walikota
Hasil dari penel;itian
yang dilakukan,
menunjukan bahwa
faktor yang
berpengaruh
Relevansi
penelitian ini
dengan
penelitian
penulis adalah
26
pemerintah
an pada
balitabang
provinsi
jawa timur.
belitar dengan
pendekatan
komunikasi
politik dan
budaya
politik”
terhadap partisipasi
politik ada beberapa
hal antara lain: 1)
faktor budaya politik
partisipan,budaya
politik partisipan
tersebut disebabkan
oleh karna
kepercayaan rakyat
terhadap
penyelenggaran kota
belitar dipandang
baik selama lima
tahun terakhir
terutama pada masa
pemerintahan djarot
syaiful hidayat. 2)
faktor pelayanan
publik yang selama
ini memberikan
pelayanan publik
yang sangat baik dan
dapat memberikan
sama-sama
meneliti
tentang
pendekatan
politik dan
budaya politik.
27
kepuasan kepada
rakyat. 3) Faktor
persepsi
masyarakatterhadap
kondisi kebebasan
berpolitik pada saat
ini di belitar ikut
mewarnai partisipasi
mereka pada
pemilihan walikota
belitar.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pengertian Partisipasi Politik
Partisipasi menjadi salah satu prinsip mendasar dari goodgovernment,
sehingga banyak kalangan menempatkan partisipasisebagai strategi awal dalam
mengawali reformasi 1998. Partisipasi berasal dari bahasa latin yaitu pars yang
artinya bagian dan capere yang artinya mengambil peranan dalam aktivitas atau
kegiatan politik negara. Apabila digabungkan berarti “mengambilbagian”. Dalam
bahasa inggris,participateatauparticipationberartimengambil bagian atau peranan.
Jadi partisipasi berarti mengambil peranan dalam aktivitas atau kegiatan politik
negara (Suharno, 2004:102-103).
28
Partisipasi politik adalah salah satu aspek penting suatu demokrasi.Partisipasi
politik merupakan ciri khas dari modernisasi politik.Adanya keputusan politik
yang dibuat dan dilaksanakan oleh pemerintah menyangkut dan mempengaruhi
kehidupan warga negara, maka warga negara berhak ikut serta menentukan isi
keputusan politik.Oleh karena itu yang dimaksud dengan partisipasi politik
menurut Hutington dan Nelson yang dikutip oleh Cholisin (2007:151) adalah
kegiatan warga Negara yang bertindak sebagai pribadi-pribadi yang dimaksud
untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah.
Selanjutnya Ramlan Surbakti sebagaimana yang dikutip oleh
(Cholisin2007:150) memberikan definisi singkat mengenai partisipasi politik
sebagai bentuk keikutsertaan warga negara biasa dalam menentukan segala
keputusan yang menyangkut atau mempengaruhi hidupnya.
Menurut Miriam Budiarjo, (Cholisin 2007:150) menyatakan bahwa
partisipasi politik secara umum dapat didefinisikan sebagai kegiatan seseorang
atau sekelompok orang untuk ikut secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu
dengan jalan memilih pemimpin Negara dan langsung atau tidak langsung
mempengaruhi kebijakan publik. Kegiatan ini mencakup tindakan seperti
memberikan suara dalam pemilihan umum, mengahadiri rapat umum, menjadi
anggota suatu partai atau kelompok kepentingan, mengadakan hubungan
(contacting) dengan pejabat pemerintah atau anggota perlemen, dan sebagainya.
Oleh sebab itu, di negara-negara demokrasi pada umumnyadianggap bahwa
partisipasi masyarakatnya lebih banyak, maka akan lebih baik Dalam
implementasinya tingginya tingkat partisipasi menunjukkan bahwa warga negara
29
mengikuti dan memahami masalah politik dan ingin melibatkan diri dalam
kegiatan-kegiatan itu. Sebaliknya, tingkat partisipasi yang rendah pada umumnya
dianggap sebagai tanda yang kurang baik, karena dapat ditafsirkan bahwa banyak
warga tidak menaruh perhatian terhadap masalah kenegaraan (Miriam Budiardjo,
2008: 369).
Ahli yang lain juga menyebutkan pengertian partisipasi politik:
Keith Fauls (2000:133) memberikan definisi partisipasi politik sebagai
keterlibatan secara aktif (the active engagement) dari individu atau kelompok ke
dalam proses pemerintahan. Keterlibatan ini mencakup keterlibatan dalam proses
pengambilan keputusan maupun berlaku oposisi terhadap pemerintah.
Herbert McClosky (2005:252) memberikan definisi partisipasi politik sebagai
kegiatan-kegiatan sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka
mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, dan secara langsung atau
tidak langsung, dalam proses pembentukan kebijakan umum.
Huntington dan Nelson (2000:3) Partisipasi politik sebagai Kegiatan warga
negara yang bertindak sebagai pribadi-pribadi, yang dimaksud sebagai pembuatan
keputusan oleh pemerintah.Partisipasi bisa bersifat individual atau kolektif,
terorganisir atau spontan, mantap atau secara damai atau kekerasan, legal atau
illegal, efektif atau tidak efektif.
Dari pendapat yang dikemukankan oleh para ahli di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa partisipasi politik adalah hal-hal yang berkaitan dengan
kegiatan seseorang atau sekelompok orang dalam hal penentuan atau pengambilan
30
kebijakan pemerintah baik itu dalam hal pemilihan pemimpin ataupun penentuan
sikap terhadap kebijakan publik yang dibuat oleh pemerintah untuk di jalankan,
yang dilakukan secara langsung atau tidak langsung dengan cara konvensional
ataupun dengan cara non konvensional atau bahkan dengan kekerasan (violence).
2.2.2 Faktor-faktor Partisipasi Politik
Partisipasi politik merupakan suatu aktivitas tentu dipengaruhi oleh beberapa
faktor.Menurut Ramlan Surbakti (2008:140) menyebutkan dua variablepenting
yang mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat partisipasi politik
seseorang.Pertama, aspek kesadaran politik terhadap pemerintah (sistem
politik).Yang dimaksud dalam kesadaran politik adalah kesadaran hak dan
kewajiban warga negara.Misalnya hak politik, hak ekonomi, hak perlindungan
hukum, kewajiban ekonomi, kewajiban sosial dll.Kedua, menyangkut bagaimana
penilaian serta apresiasi terhadap kebijakan pemerintah dan pelaksanaan
pemerintahnya.
Selain itu ada faktor yang berdiri sendiri (bukan variableindependen). Artinya
bahwa rendah kedua faktor itu dipengaruhi olehfaktor-faktor lain, seperti status
sosial, afiliasi politik orang tua, dan pengalaman beroganisasi. Yang dimaksud
status sosial yaitu kedudukan seseorang berdasarkan keturunan, pendidikan,
pekerjaan, dan lain-lain.Selanjutnya status ekonomi yaitu kedudukan seseorang
dalam lapisan masyarakat, berdasarkan pemilikan kekayaan. Seseorang yang
mempunyai status sosial dan ekonomi tinggi diperkirakan tidak hanya mempunyai
pengetahuan politik, akan tetapi memiliki minat serta perhatian pada politik dan
kepercayaan terhadap pemerintah (Ramlan Surbakti, 2006:144-145).
31
Sementara itu menurut Milbrath yang dikutip oleh Michael Rush dan Althof
(2000:168) memberikan alasan bervariasi mengenai partisipasi seseorang, yaitu:
1. Pertama,berknaan dengan penerimaan perangsang politik.Milbrath
menyatakan bahwa keterbukaan dan kepekaan seseorang terhadap
perangsang politik melalui kontak-kontak pribadi, organisasi dan melalui
media massa akan memberikan pengaruh bagi keikutseertaan seseorang
dalam kegiatan politik.
2. Kedua, berkenaan dengan karekteristik sosial seseorang. Dapatdisebutkan
bahwa status ekonomi, karekter suku, usia jenis kelain dan keyakinan
(agama). Karakter seseorang berdasarkan faktor-faktor tersebut memiliki
pengaruh yang relatif cukup besar terhadap partisipasi politik.
3. Ketiga, yaitu menyingkat sifat dan sistem partai tempat individuitu hidup.
Seseorang yang hidup dalam negara yang demokratis, partai-partai
politiknya cenderung mencari dukungan massa dan memperjuangkan
kepentingan massa, sehingga massa cenderung berpartisipasi dalam
politik.
4. Keempat, yaitu adanya perbedaan regional. Perbedaan inimerupakan aspek
lingkungan yang berpengaruh terhadap perbedaaan watak dan tingkah laku
individu. Dengan perbedaan regional itu pula yang mendorong perbedaan
perilaku politik dan partisipasi politik.
2.2.3 Tipologi Partisipasi Politik
A.Rahman H.I (2007: 288) menyatakan bahwa secara umum tipologi
partisipasi sebagai kegiatan dibedakan menjadi:
32
1. Partisipasi Aktif, yaitu partisipasi yang berorientasi pada proses input dan
output.
2. Partisipasi Pasif, yaitu partisipasi yang berorientasi hanya pada output,
dalam artihanya menaati peraturan pemerintah, menerima melaksanakan
saja setiap keputusan pemerintah.
3. Golongan Putih (Golput) atau kelompok apatis, karena menggapsistem
politik yang ada menyimpang dari yang dicita citakan.
Cholisin (2007:152) membedakan partisipasi politik menjadi beberapa
kategori yakni :
1. Partisipasi politik apatis
Orang yang tidak berpartisipasi dan menarik diri dari proses politik.
2. Partisipasi politik spector
Orang yang setidak tidaknya pernah ikut memilih dalam pemilihan
umum.
3. Partisipasi politik gladiator
Mereka yang secara aktif terlibat dalam proses politik, yakni
komunikator, spesialis mengadakan kontak tatap muka, aktivis partai
dan pekerja kampanye dan aktivis masyarakat.
4. Partisipasi politik pengritik
Orang orang yang berpartisipasi dalam bentuk yang tidak
konvensional.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa orientasi partisipasi politik aktif
terletak pada input dan output politik. Sedangkan partisipasi pasif terletak pada
33
outputnya saja. Selain itu juga ada anggapan masyarakat dari sistem politik yang
ada dinilai menyimpang dari apa yang dicita citakan sehingga lebihh menjurus
kedalam partisipasi politik yang apatis.
Pemberian suara dalam pilkades merupakan salah satu wujud partisipasi
dalam politik yang terbiasa.Kegiatan ini walaupun hanya pemberian suara, namun
juga menyangkut semboyan yang diberikan dalam kampanye, bekerja dalam
membantu pemilihan, membantu tempat pemungutan suara dan lainnya.
Sedangkan Olsen yang dikutip oleh A. Rahman H.I (2007:289) memandang
partisipasi sebagai dimensi utama stratifikasi sosial.Ia membagi partisipasi
menjadi enam lapisan, yaitu pemimpin politik, komunikator (Orang yang
menerima dan menyampaikan ide ide, sikap dan informasi lainnya kepada orang
lain), warga masyarakat, kelompok marginal (Orang yang sangat sedikit
melakukan kontak dengan sistem politik), dan kelompok yang terisolasi (Orang
yang jarang melakukan partisispasi politik).
Partisipasi politik juga dapat dikategorikan berdasarkan jumlah pelaku yaitu
individual dan kolektif. Individual yakni seseorang yang menulis surat berisi
tuntutan atau keluahan kepada pemerintah.Sedangkanyang dimaksud partisipasi
kolektif ialah kegiatan warganegara secara serentak untuk mempengaruhi
penguasa seperti kegiatan dalam proses pemilihan umum.
Partisipasi kolektif dibedakan menjadi dua yakni partisipasi kolektif yang
konvensional yang seperti melakukan kegiatan dalam proses pemilihan umum dan
partisipasi politik kolektif nonkonvesional (agresif) seperti pemogokan yang
tidak sah, melakukan hura hura, menguasai bangunan umum. Partisipasi politik
34
kolektif agresif dapat dibedakan menjadi dua yakni aksi agresif yang kuat dan aksi
agresif yang lemah.Suatu aksi agresif dikatakan kuat dilihat dari tiga ukuran yaitu
bersifat anti rezim (Melanggar peraturan mengenai aturan partisipasi politik
normal), mengganggu fungsi pemerintahan dan harus merupakan kegiatan
kelompok yang dilakukan oleh monoelit.Sedangkan, partisipasi politik kolektif
agresif yang lemah adalah yang tidak memenuhi ketiga syarat tersebut diatas.
Di negara negara berkembang partisipasi politik cenderung digerakan secara
meluas dan diarahkan untuk kepentingan pembangunan.Orang orang yang
melakukan demonstrasi atau memberikan suara dengan jalan tersebut tampaknya
merupakan wujud nyata dan partisipasi politik yang mudah serta menggundang
perhatian dari berbagai kalangan.
2.2.4 Bentuk Partisipasi Politik
Cholisin (2007:153) merujuk pada tinggi rendahnya kesadaran politik dan
kepercayaan pemerintah (sistem politik menjadi empat tipe yaitu partisipasi aktif,
partisipasi pasif tertekan (apatis), partisipasi militan radikal , dan partisipasi
pasif).
Partisipasi aktif, yaitu apabila seseorang memiliki kesadaran politik dan
kepercayaan kepada pemerintah tinggi.Sebaliknya jika kesadaran politik dan
kepercayaan kepada pemerintah rendah maka partisipasi politiknya cenderung
pasif-tertekan (apatis).Partisipasi militan radikal terjadi apabila kesadaran politik
tinggi tetapi kepercayaan kepada pemerintah sangat rendah.Dan apabila kesadaran
politik sangat rendah tetapi kepercayaan terhadap pemerintah sangat tinggi maka
partisipasi ini disebut tidak aktif (pasif).
35
Berbagai bentuk-bentuk partisipasi politik yang terjadi di berbagai Negara
dapat dibedakan dalam kegiatan politik yang berbentuk konvensional dan
nonkonvensional termasuk yang mungkin legal (petisi) maupun ilegal (cara
kekerasan atau revolusi). Bentuk-bentuk dan frekuensi partisipasi politik dapat
dipakai sebagai ukuran untuk menilai stabilitas sistem politik, integritas
kehidupan politik, kepuasan atau ketidak puasan warga negara.
Bentuk-bentuk partisipasi politik yang dikemukakan oleh Almondyang
dikutip oleh Mohtar Mas’oed (2011:57-58) yang terbagai dalamdua bentuk yaitu
partisipasi politik konvensional dan partisipasi politik non konvensional.Adapun
rincian bentuk partisipasi politik konvensional dan non konvensional.
1. Partisipasi Politik Konvensional
a. Pemberian suara atau voting
b. Diskusi politik
c. Kegiatan kampanye
d. Membentuk dan bergabung dalam kelompok kepentingan
e. Komunikasi individual dengan pejabat politik atau
administratif
2. Partisipasi politik nonkonvensional
a. Pengajuan petisi
b. Berdemonstrasi
c. Konfrontasi
d. Mogok
36
Kemudian David F. Roft dan Frank yang dikutip oleh A Rahman H.I (2007:
286) bentuk partisipasi warga Negara berdasarkan intensitasnya. Intensitas
terendah adalah sebagai pengamat, intensitas menengah yaitu sebagai partisipan,
dan intensitas tertinggi sebagai partisipan. Apabila intensitas kegiatan masyarakat
dalam kegiatan politik dijenjangkan maka akan membentuk piramida partisipasi
politik.
Gambar 1: Piramida partsipasi politikSumber : A Rahman HI 2007
Kelompok paling bahwah pada gambar piramida partisipasi politik yaitu
kelompok yang sama sekali tidak terlibat dan tidak melakukan kegiatan politik.
Oleh Roth dan Wilson (A Rahman H.I, 2007:287) disebut sebagai kelompok
apolitis. Kelompok yang berada di atas apolitis yaitu kelompok pengamat,
kelompok ini biasanya menghadiri rapat umum parpol, membicarakan politik,
mengikuti perkembanagan lewat media, memberikan suara dalam pemilu.
Kemudian satu tingkat di atas kelompok pengamat yaitu kelompok
partisipan.Pada kelompok ini aktivitas yang sering dilakukan seperti menjadi
petugas kampanye, anggota aktif partai, dan kelompok kepentingan dalam proyek
37
sosial.Kemudian kelompok yang paling atas di tingkat piramida adalah kelompok
aktivis.Warga yang tergabung dalam kelompok ini tergolong sedikit jumlahnya,
mereka merupakan pejabat partai sepenuh waktu, pemimpin partai atau pemimpin
kepentingan.
Adapun bentuk partisipasi yang dilakukan oleh pemuda yakni berupa
demonstrasi, pemogokan dan kegiatan protes.Cara yang biasanya dilakukan oleh
pemilih pemula untuk turut dalam partisipasi pilkades yaitu bergabung dengan
salah satu kelompok kepentingan didesa mengikuti kegiatan kampanye, serta
menghadiri diskusi politik didesa.
Ciri utama yang dimiliki pemilih pemula yaitu latar belakang tingkat
partisipasi pemilih adalah pendidikan dan jenis kelamin.Setiap komunitas
masyarakat memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Hal tersebut akan
mempunyai pengaruh terhadap tingkat partisipasi politik dalam Pilkades. Serta
menjadi bagian partisipasi dalam dinamika kegiatan politik.
2.2.4 Perilaku Memilih
Perilaku memilih adalah serangkaian kegiatan membuat keputusan yaitu
memilih atau tidak memilih (Cholisin 2004:126). Sedangkan menurut Prihatmoko
(2008:46) perilaku memilih adalah keikutsertaan warga dalam pemilu sebagi
rangkaian pembuatan keputusan.
a.Perilaku Politik
Menurut Ramlan Surbakti, (1992:131) seecara umum perilaku politik
dirumuskan sebagai kegiatan yang berkenaan dengan proses pembuatan dan
keputusan publik. Sedangkan menurut Sudijono Sastroadmodjo (1993:3) perilaku
38
politik adalah suatu kegiatan rakyat dimana masayarakat ada dalam suaru proses
meraih, mempertahankan dan mengembangkan kekuasaan. Perilaku politik
berkaitan dengan tujuan masyarakat, kebijakan mencapai tujuan, dan sistem
kekuasaan yang memungkinkan adanya suatu otoritas untuk mengatur suatu
kehidupan bermasyarakat.
Ada tiga analisis untuk melakukan kajian terhadap perilaku politik yaitu
individu aktor politik, agresi politik dan tipologi kepribadian politik. Yang
dimaksud individu aktor politik meliputi aktor politik (pemimpin), aktivis politik
dan individu warga negara biasa. Sedangkan agresi meliputi individu aktor secara
kolektif seperti birokrasi, partai politik, kelompok kepentingan dan lembaga
bangsa. Adapun yang dikaji dalam tipologi kepribadian politik yaitu tipe
kepribadian otoriter, machialvelis dan demokrat.
Dari hasil pendekatan diatas, maka tercipta sebuah model tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi perilaku politik individu aktor politik sebagai
berikut:
a. Lingkungan sosial politik tak langsung seperti sistem politik, sistem
ekonomi, sistem budaya dan sistem media massa.
b. Lingkungan sosial politik langsung yang mempengaruhi dan
membentuk kepribadian aktor seperti keluarga, agama, sekolah dan
kelompok pergaulan.
c. Struktur kepribadaian yang tercermin dalam sikap individu.
39
d. Lingkungan sosial politik langsung seperti situasi yaitu yang
memepengaruhi aktor secara langsung, ketika hendak melakukan
suatu kegiatan, seperti situasi keluarga, situasi ruang, kehadiran
orang lain, suasana kelompok, dan anacaman dalam segala
bentuknya (Ramlan Surbakti, 1992: 133)
2.2.5 Partisipasi Politik Konvensional
Gabriel A.Almo (2011:59-70). Partisipasi politik konvensional adalah bentuk
bentuk partisipasi yang umum dan lazim ditemui. Adapun rincian bentuk
partisipasi politik konvensional, yaitu:
1. Pemberian Suara
Peroses pemberian suara dalam sebuah partisipasi politik di sistem demokrasi
sudah sangat lazim digunakan, sebagai tolak ukur ikut andilnya masyarakat dalam
setiap keputusan politik disebuah negara.
2. Diskusi Politik
Di dalam sebuah negara demokrasi, diskusi politik sudah sangat lazim terjjadi
di kalangan politikus hingga di tingkat masyarakat desa, untuk menyikapi suatu
kebijakan politik pemerintah ataupun mendiskusikan penomena penomena yang
terjadi di ruang publik yang berkaitan dengan politik.
3. Kegiatan Kampanye
Proses kampanye dalam setiap pemilu sudah sangat lazim terjadi dan tertuang
dalam aturan penyelenggara pemilu baik ditingkat pemilihan presiden hingga
tingkat pemilihan kepala desa.
40
4. Bergabung Dengan Kelompok Kepentingan
Masyarakat yang ikut membentuk dan bergabung dalam kelompok
kepentingan tertentu. Kepentingan yang dimaksud dalam hal ini bisa saja
kepentingan akan politik atau kepentingan lainnya yang dasar mendatangkan sisi
positif atau manfaat baginya dan bagi para anggotanya.Tetapi seperti yang sudah
dijelaskan diatas, tentnuya kelompok kepentingan ini juga tentunya harus bisa
diterima secara umum oleh masyarakat dan tunduk terhadap aturan negara yang
berhubungan dengan konstitusi negara.
5. Bergabung Dengan Partai Politik
Bergabung dengan partai politik adalah hal yang sangat lazim dilakukan oleh
individu yang inging menjadi seorang pemimpin karna partai politik, salah satu
unsur tepenting dalam sistem demokrasi dan dijadikan sebagai kendaran politik
untuk mencapai kekuasaan.
6. Komunikasi Individual Dengan Pejabat Politik Atau Adminisratif
Komunikasi individual dengan pejabat administratif. Hal seperti ini sah – sah
saja dilakukan asalkan tidak melnggar atauran yang ada dan asalakan komunikasi
tersebut dianggap bisa diterima secara umum.
41
2.3 Kerangka Berpikir
Gambar 2.3 Kerangka Berpikir Penelitian
2.3.1 Definisi Konseptual
Definisi konseptual merupakan batasan terhadap masalah- masalah variabel
yang peneliti jadikan pedoman dalam penelitian untuk mempermudah dalam
mengoprasionalkan penelitian pada saat melakukan penelitian di lapangan. Selain
itu, definisi konseptual yaitu suatu definisi yang masih berupa konsep dan
maknanya masih sangat abstrak walaupun secara intuitif masih bisa dipahami
maksudnya.
Aspek Aspek Partisipasi Politik
a. Partisipasi masyarakat dalam
PILKADES
a. Proses Pemberian Suara
(voting)
b. Keterlibatan Masyarakat
dalam pilkades
b. Diskusi Politik
a. Sosialisasi Politik
b. Rapat Umum
c. Mengadakan hubungan dengan
Pemerintah
A. Komunikasi
Faktor Faktor Partisipasi Politik
Moderenisasi
a. Perubahan Pola Pikir
Aktor Politik
a. Prilaku Politik
42
Dengan demikian untuk memahami dan memudahkan dalam menafsirkan
banyak teori yang ada dalam penelitian ini, maka peneliti akan menentukan dan
memilih teori yang akan digunakan dalam penelitian ini serta sesuai dengan
kerangka teori penelitian. Maka beberapa definisi konseptual yang berhubungan
dengan apa yang akan diteliti dalam proposal ini, antara lain :
a. Partisipasi Politik
Secara konseptual, partisipasi politik berarti kegiatan seseorang ataupun
sekelompok orang untuk ikut serta secara aktip dalam kehidupan politik dengan
jalan memilih pemimpin negara dan terlibat dalam kebijakan pemerintah. Rakyat
yang melakukan partisipasi politik didasari asumsi bahwa kepentingan dan
kebutuhannya akan tersalurkan atau setidaknya dapat diperhatikan.
b. Tipologi Partisipasi Politik
Secara umum tipologi partisipasi politik dibedakan menjadi, Partisipasi aktif
yaitu partisipasi yang berorientasi pada proses input dan output. Partisipasi pasif ,
yaitu partisipasi yang berorientasi hanya pada output, dalam artihanya menaati
peraturan pemerintah, menerima melaksanakan saja setiap keputusan pemerintah.
Golongan putih (golput) atau kelompok apatis, karena menggapsistem politik
yang ada menyimpang dari yang dicita citakan.
c. Partisipasi Politik Konpensional
Partisipasi politik konvensional adalah bentuk bentuk partisipasi yang umum
dan lazim ditemui, seperti pemberian suara, bergabung dengan kelompok
kepentingan, brgabung dengan partai politik, dan komunikasi dengan pejabat
politik ataupun adminisratif.
43
2.3.2 Definisi Oprasional
Definisi oprasional adalah aspek penelitian yang memberikan informasi
kepada kita tentang bagaimana caranya mengukur variabel. Definisi oprasional
merupakan informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang ingin
melakukan penelitian dengan menggunakan variabel yang sama. Selain itu
definisi oprasional merupakan petunuk tentang bagaimana suatu variabel diukur
atau dapat melihat definisi oprasional suatu penelitian maka seseorang peneliti
akan dapat mengetahhui suatu variabel yang akan diteliti. Adapun definisi
oprasional dalam penelitian ini yang berdasarkan pada kerangka berpikir
penelitian yaitu
A. Aspek aspek Partisipasi Politik
1. Partisipasi masyarakat dalam PILKADES
a. Proses Pemberian Suara (voting)
b. Keterlibatan masyarakat dalam proses PILKADES
2. Diskusi Politik
a. Sosialisasi Politik
b. Rapat Umum
3. Mengadakan Hubungan Dengan Pejabat Pemerintah
a. Komunikasi
B. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Politik
1. Moderenisasi
a. Perubahan pola pikir masyarakat
b. Pendidikan (kaum Intelektual)
44
c. Kesadaran dan kepekaan Politik masyarakat
2. Aktor Politik
a. Prilaku Politik
45
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Secara garis besar metodologi penelitian dapat diartikan sebagai keseluruhan
cara berpikir yang dapat digunakan peneiti untuk menemukan jawaban atas
pertanyaan – pertanyaan di dalam penleitian, yang meliputi cara pandang dan
prinsip berpikir mengenai gejala yang diteliti, pendekatan yang digunakan,
prosedur ilmiah (metode yang akan ditempuh), termasuk dalam mengumpulkan
data, analisis data, dan penarikan kesimpulan (pawito,2008). Berikut metode
penelitian yang akan peneliti gunakan dalam melakukan penelitian :
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan
data deskriftip mengenai kata kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang
dapat diamati dari orang orang yang diteliti dengan penjelasan secara terperinci
tentang permasalahan yang berhubungan dengan teori dan data yang ada, sehingga
mendapat suatu kesimpulan (Pawito,2008).
Permasalahan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahhui secara
mendalam tentang partisipasi politik masyarakat desa tanak kaken dalam
pemilihan kepala desa tanak kaken kecamatan sakra barat kabupaten lombok
timur tahun 2018, serta untuk mengetahhui apa faktor faktor yang mempengaruhi
tinggi rendahnya partisipasi masyarakat desa tanak kaken dalam pemilihan kepala
desa tanak kaken tahun 2018 lalu.
46
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat yang dipilih oleh peneliti untuk mengadakan penelitian adalah
Kabupaten Lombok Timur, kemudian di fokuskan di Desa Tanak Kaken,
Kecamatan Sakra Barat. Alasan peneliti mengadakan penelitian di lokasi ini karna
sesuai dengan judul yang diangkat oleh peneliti, serta peneliti juga melihat dari
akses waktu, biaya dan desa tanak kaken itu sendiri mudah dicapai oeh peneliti,
penelitian ini dilakukan selama satu bulan.
2.3 Fokus Penelitian
Agar penelitian lebih terarah, maka jangkauan dari ruang lingkup penelitian
ini perlu ditegaskan. Sesuai dengan judul yang penulis angkat, oleh karena itu
peneliti ingin berfokus untuk mengamati dan meneliti bagaimana partisipasi
politik masyarakat desa tanak kaken dalam pemilihan kepala desa tahun 2018,
serta apa saja faktor faktor yang mempengaruhi partisipasi politik masyarakat
desa tanak kaken dalam pemilihan kepala desa tahun 2018.
2.4 Metode dan Dasar Penelitian
Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian deskriptif. Penelitian
deskriptif dilakukan untuk memberikan gambaran yang lebih rinci mengenai suatu
masalah, gejala yang diteliti, mengidentifikasi dan menjelaskan data yang ada
secara sistematis. Tipe deskriptif didasarkan pada peristiwa yang terjadi pada saat
peneliti sedang melakukan penelitian dilokasi. Kemudian menganalisisnya dan
membandingkannya dengan kenyataan yang ada di teori dan selanjutnya menarik
kesimpulan.
47
Dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
kepada narasumber atau informen yang berisi pertanyaan pertanyaan mengenai
hal yang berhubungan dengan rumusan masalah penelitian. Dalam penelitian ini
yang dikaji adalah bagaimana partisipasi politik masyarakat desa tanak kaken dan
faktor faktor apa saa yang mempengaruhi partisipasi politik masyarakat desa
tanak kaken dalam pemilihan kepala desa tanak kaken kecamatan sakra barat
tahun 2018.
3.5 Teknik Penentuan Informen
Penentuan informen pada penelitian ini dilakukan dengan tehnik
Pourposiv Sampling, dimana penelitian dilakukan dengan keriteria yang sudah
ditentukan ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian (Hamid Patilama,2013).
Selain itu informen penelitian adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan
informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian (Hamid
Patilama,2013). Selain itu informen penelitian adalah orang orang yang benar
paham masalah penelitian yang ingin diteliti.
3.6 Sumber Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua sumber data agar hasil data
penelitian maksimal.Data yang peneliti gunakan adalah jenis data primer dan data
skunder.
3.6.1 Data Primer
Data perimer adalah data dalam bentuk verbal atau kata – kata yang
diucapkan secara lisan, gerak gerik atau perilaku yang dilakukan oleh subjek yang
dapat dipercaya, yakni subjek penelitian atau informen yang berkenan dengan
48
variabel yang diteliti atau data yang diperoleh dari responden secara langsung
(Arikunto, 2008). Dalam penelitian ini subjek dan informen yang dipilih sebagai
sumber data perimer yaitu, yang terkait dengan objek penelitian yaitu partisipasi
masyarakat dalam pemilihan umum Kepala desa Tanak kaken, Kecamatan Sakra
barat, Kabupaten Lombok timur, yang terdiri dari kelompok penyelenggara
pemungutan suara, masyarakat desa yang memiliki hak pilih.
3.6.2 Data Sekunder
Data sekunder, adalah data yang diperoleh dari teknik pengumpulan data
yang menunjang data perimer (Arikunto 2008).Dalam penelitian ini, diperoleh
dari hasil observasi yang dilakukan oleh penulis serta dari hasil dokumentasi.
Sehingga dapat dikatakan data sekunder ini berasal dari dokumen – dokumen,
undang – undang , arsip dan data lain yang dibutuhkan peneliti untuk menambah
data penelitian.
3.7 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategi dalam
penelitin, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan
data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. (Sugiyono, 2014 : 62)
Teknik pengumpulan data dapat dilakukan menggunakan :
3.5.1 Observasi (Pengamatan)
Nasution menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu
pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta
49
mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. (Sugiyono, 2014 :
64)
3.5.2 Interview (Wawancara)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang
harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih mendalam. (Sugiyono, 2014 : 72)
3.5.3 Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Studi
dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara dalam penelitian kualitatif.(Sugiono,2014:82)
3.6 Teknik Analisa Data
Teknik pengolahan data dalam penelitian kualitatif ini menurut Miles dan
Huberman menggunakan:
3.6.1 Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka
perlu dicatat secara teliti dan rinci.Data perlu diolah menggunakan reduksi
data.Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang
pokok.Memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
(Sugiyono, 2014 : 92)
50
3.6.2 Penyajian Data
Dalam penelitian kualitatif penyajian data ini dapat dilakukan dalam bentuk
tabel, grafik, phie chard, pictogram dan sejenisnya. Melalui penyajian data
tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga
akan semakin mudah dipahami. (Sugiyono, 2014 : 95)
3.6.3 Menarik Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang
sebelumnya belum pernah ada.Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran
suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah
diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau
teori.