Skripsi nurul khomariyah eka putri (092.101.030)
-
Upload
nurul-khomariyah-eka-putry -
Category
Healthcare
-
view
1.573 -
download
7
description
Transcript of Skripsi nurul khomariyah eka putri (092.101.030)
EFEKTIVITAS LATIHAN FISIK RESISTANCE EXERCISE TERHADAP
PENURUNAN GLUKOSA DARAH SEWAKTU (GDS) PADA PASIEN
DIABETES MELITUS TIPE IIDI RS. UMUM DAERAH
KOTA SEMARANG
SKRIPSIUntuk memenuhi persyaratan mencapai Sarjana Keperawatan
Oleh:
Nurul Khomariyah Eka PutriNIM: 092.101.030
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2014
EFEKTIVITAS LATIHAN FISIK RESISTANCE EXERCISE TERHADAP
PENURUNAN GLUKOSA DARAH SEWAKTU (GDS) PADA PASIEN
DIABETES MELITUS TIPE IIDI RS. UMUM DAERAH
KOTA SEMARANG
SKRIPSI
Oleh:
Nurul Khomariyah Eka PutriNIM: 092.101.030
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2014
i
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Saya yang bertanda tangan dibawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa
skripsi saya ini saya susun tanpa tindakan plagiatisme sesuai dengan ketentuan
yang berlaku di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Islam Sultan Agung
Semarang. Jika dikemudian hari ternyata saya melakukan plagiatisme, saya
bertanggungjawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh
Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
Semarang, April 2014
Nurul Khomariyah Eka Putri
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi berjudul :
EFEKTIVITAS LATIHAN FISIK RESISTANCE EXERCISE
TERHADAP PENURUNAN GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA
PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II DI RS. UMUM DAERAH
KOTA SEMARANG
Dipersiapkan dan disusun oleh :
Nama : Nurul Khomariyah Eka Putri
NIM : 092101030
Telah disahkan dan disetujui oleh pembimbing pada :
Pembimbing I Pembimbing II
Tanggal :……………………. Tanggal : …………………….
Ns. Dwi Retno S., M.Kep., Sp.KMB Ns. Furaida Khasanah , S. Kep
NIK.210998005 NIK. 210910022
iii
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Motto : “ Allah selalu bersama orang-orang yang berusaha keras”
Skripsi saya persembahkan kepada :
1. Ibu Supatri yang senantiasa hadir disaat senang maupun sedihnya penyusun
dan selalu menguatkan penyusun, adik Elma Kamila Salsabila, Rizad Fawaid
Fikiryansyah dan Ebit Nauval Fikaryansyah yang selalu memberikan
keceriaan di tengah kejenuhan penyusun dan Bapak Mukayat yang juga turut
memberikan dukungan kepada penyusun.
2. Sahabat-sahabat penyusun Utami, Mbak Nana, Helmiza, Miranti, Suis, Navia,
Syifa, Pitri, dan Anita yang juga selalu hadir disisi penyusun untuk
memberikan motivasi besar kepada penulis.
Saya berharap Skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca kedepannya.
v
PROGRAM STUDI SI KEPERAWATANFAKULTAS ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNGSkripsi, April 2014
ABSTRAK
Nurul Khomariyah Eka Putri
EFEKTIVITAS LATIHAN FISIK RESISTANCE EXERCISE TERHADAP PENURUNAN GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA PASIEN RAWAT INAP DENGAN DIABETES MELITUS TIPE II DI RS.UMUM DAERAH KOTA SEMARANG
45 hal + 10 tabel + 2 gambar + 11 lampiran + xv Latar Belakang: Kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe II cenderung tinggi akibat kelainan sekresi hormon insulin, kelainan kerja insulin atau keduanya serta karena kurangnya aktivitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai GDS sebelum dan sesudah dilakukan latihan fisik resistance exercise pada kelompok perlakuan dan juga untuk mengetahui perbedaan nilai GDS yang dilakukan latihan fisik resistance exercise pada kelompok perlakuandan pada kelompok kontrol. Metode: Desain penelitian menggunakan Quasy experimen dengan rancangan pretest-postest with control group dan metode pengambilan sampel dengan purposive sampling. Perbedaan nilai GDS sesudah dilakukan latihan fisik resistance exercise pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol di uji dengan uji t independent.Hasil: Hasil uji t independent menunjukkan ada perbedaan nilai GDS setelah dilakukan latihan pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan (p = 0,001)Simpulan: Institusi pelayanan perlu mengembangkan latihan fisik resistance exercise sebagai bagian dari program terapi pada pasien rawat inap dengan diabetes melitus tipe II serta perawat menjadikannya sebagai bagian integral dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien rawat inap dengan diabetes melitus tipe II.
Kata kunci : diabetes melitus tipe II, latihan fisik resistance exercise, glukosa darah.
Daftar pustaka : 40 ( 2000 – 2011 )
vi
PROGRAM STUDY S1 NURSINGFACULTY OF NURSINGSULTAN AGUNG ISLAMIC UNIVERSITYSkripsi, April 2014
ABSTRACT
Nurul Khomariyah Eka Putri
The Effectiveness of Physical Resistance Exercise for Lowering blood glucose on staying care patient with Diabetes Mellitus type II in General Hospital Semarang Area.
45 Pages + 10 tabels + 2 pictures + 11 appendixes +xv
Background: The blood glucose content in melitus diabetic type II tended to high arising out of anomaly insulin secretion, anomaly of insulin activity or both of them and because less activity. This study is aimed to find the value of random blood glucose before and after having physical resistance exercise in treatment group dan also to know the difference value of random blood glucose that got physical resistance exercise on treatment group and control group.
Method: This study used quasi experimen design with pretest-postest on control group and the sample method used proposive sampling. The difference value of random blood glucose after getting resistance exercise on treatment group and control group was tested with t independent testResult: The result of t independent showed there was difference value of random blood glucose after getting treatment on control group and treatment group (p=0,001)Conclusion: The service Institution need to develop physical resistance exercise as a part of theraphy program for staying care patients with diabetes melitus type II and also nurse should make it as integral part on doing nursing service on staying care patients with diabetic type II.Keywords: diabetes melitus type II, Physical resistance exercise,Blood glucose.Bibliography : 40 ( 2000 – 2011 )
vii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, nikmat, dan
ridhoNya, sehingga penulis telah diberi kesempatan untuk menyelesaikan
proposal skripsi dengan judul “Efektivitas latihan fisik resistance exercise
terhadap penurunan glukosa darah sewaktu pada pasien diabetes melitus tipe di
RS. Umum Daerah Kota Semarang”.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa
penulis banyak mendapatkan bimbingan dan saran yang bermanfaat dari berbagai
pihak, sehingga penyusunan proposal skripsi ini dapat terselesaikan sesuai dengan
yang telah penulis rencanakan. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih pada:
1. Anis Malik Thoha, M. A, Ph. D., selaku rector Universitas Islam Sultan
Agung Semarang.
2. Ibu Ns. Retno Setyawati, M.Kep, Sp.KMB, selaku Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
3. Ibu Ns. Sri Wahyuni, M.Kep, Sp.Mat selaku Kaprodi S1 Keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
4. Ibu Ns. Dwi Retno Sulistyaningsih, M.Kep, Sp.KMB, selaku Pembimbing I
yang telah sabar dan meluangkan waktu serta tenaganya dalam memberikan
bimbingan dan memberikan ilmu serta nasehat yang bermanfaat dalam
penyusunan skripsi ini.
viii
5. IbuNs. Furaida Khasanah, S. Kep. selaku pembimbing II yang telah sabar dan
meluangkan waktu dan tenaganya dalam memberikan bimbingan, ilmu dan
nasehat yang sangat berharga guna penyusunan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen pengajar dan Staff Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Islam Sultan Agung Semarang yang telah memberikan bekal ilmu
pengetahuan serta bantuan kepada penulis selama menempuh studi.
7. Kepala Ruang beserta staff di ruang penyakit dalam RS. Umum Daerah Kota
Semarang atas bantuan dan kerjasamanya.
8. Kedua orang tuaku, untuk bimbingan, semangat, nasehat, waktu, biaya, dan
semua yang telah dicurahkan padaku dengan segenap kasih dan sayangnya.
9. Pihak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang yang telah berkenan
memberikan izin untuk melakukan penelitian ditempat tersebut
Peneliti menyadari bahwa proposal skripsi ini masih sangat membutuhkan
saran dan kritik demi kesempurnaannya. Peneliti berharap proposal skripsi
keperawatan ini bermanfaat bagi banyak pihak.
Akhir kata, semoga bantuan yang telah diberikan oleh semua pihak
mendapatkan imbalan dari Allah SWT.
Semarang, April 2014
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME....................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN....................................................................... v
ABSTRAK........................................................................................................ vi
ABSTRACT..................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori........................................................................... 5
1. Diabetes Melitus................................................................ 5
a. Pengertian .................................................................. 5
b. Klasifikasi .................................................................. 5
c. Tanda dan gejala......................................................... 6
x
d. Factor resiko ............................................................... 8
e. Komplikasi ................................................................. 9
f. Patofisiologi................................................................ 10
g. Penatalaksanaan ......................................................... 11
2. Latihan fisik....................................................................... 12
a. Definisi........................................................................ 12
b. Manfaat ...................................................................... 12
c. Jenis ............................................................................ 13
d. Tahapan ...................................................................... 14
e. Prosedure .................................................................... 15
3. Glukosa darah.................................................................... 16
a. Pengertian................................................................... 16
b. Faktor- faktor ............................................................. 16
c. Nilai uji laboratorium ................................................. 18
d. Mekanisme Transportasi glukosa............................... 18
e. Fisiologi ..................................................................... 19
B. Kerangka Teori ........................................................................ 20
C. Hipotesis .................................................................................. 21
BAB III METODE PENELITIAN
A. Kerangka konsep ...................................................................... 22
B. Variabel Penelitian .................................................................. 22
C. Desain Penelitian ..................................................................... 22
D. Populasi dan Sampel ............................................................... 23
1. Populasi ............................................................................ 23
2. Sampel .............................................................................. 23
3. Teknik Pengambilan Sampel ........................................... 24
E. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 25
F. Definisi Operasional ................................................................ 25
G. Instrumen/Alat Pengukuran Data ............................................ 25
H. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 25
I. Analisa Data ............................................................................ 27
xi
1. Pengolahan Data .............................................................. 27
2. Analisa Data ..................................................................... 28
J. Etika Penelitian ....................................................................... 29
BAB IV HASIL PENELITIAN...................................................................... 30
A. Analisis univariat...................................................................... 30
B. Analisis Bivariat........................................................................ 32
BAB V PEMBAHASAN.............................................................................. 36
A. Interpretasi dan hasil diskusi..................................................... 36
B. Keterbatasan penelitian............................................................. 39
C. Implikasi keperawatan.............................................................. 39
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 41
A. Simpulan................................................................................... 41
B. Saran.......................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 43
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional ..................................................................... 25
Tabel 4.1 Hasil analisis rata – rata usia (tahun) pada kelompok perlakuan
dan kontrol .................................................................................... 30
Tabel 4.2 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dan pendidikan
pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.......................... 31
Tabel 4.3 Hasil analisis rata – rata nilai glukosa darah sewaktu (mg/dl)
untuk pengukuran pretest pada kelompok perlakuan dan control. 31
Tabel 4.4 Hasil analisis nilai glukosa darah sewaktu untuk pengukuran
posttest pada kelompok perlakuan dan control.............................. 31
Tabel 4.5 Hasil analisis distribusi kesetaraan responden berdasarkan jenis
kelamin pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan
dengan DM tipe II ......................................................................... 32
Tabel 4.6 Distribusi kesetaraaan responden berdasarkan umur pada
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan DM tipe II ... 33
Tabel 4.7 Perbedaan rata rata nilai glukosa darah sewaktu (mg/dl) pada
kelompok perlakuan Dengan DM tipe II ...................................... 33
Tabel 4.8 Perbedaan rata rata nilai glukosa darah sewaktu (mg/dl) pada
kelompok control Dengan DM tipe II ........................................... 34
Tabel 4.9 Perbedaan rata – rata nilai glukosa darah sewaktu (mg/dl) pada
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol sebelum dan setelah
dilakukan latihan fisik resistance exercise pada pasien DM tipe
II .................................................................................................... 34
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori............................................................................ 20
Gambar 3.1 Kerangka Konsep ....................................................................... 22
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Permohonan menjadi responden kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol
Lampiran 2 Surat pernyataan bersedia berpartisipasi sebagai responden dalam
penelitian
Lampiran 3 Hasil pengukuran GDS pada kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol
Lampiran 4 Alat Dan Gerakan latihan resistance exercise
Lampiran 5 Rekapitulasi Data Responden
Lampiran 6 Surat Permohonan Ijin Survey RSUD Kota Semarang
Lampiran 7 Surat Permohonan Ijin Survey Dinas Kesehatan Kota
Lampiran 8 Surat Penelitian RSUD Kota Semarang
Lampiran 9 Ethical Clearance
Lampiran 10 Riwayat Hidup
Lampiran 11 Jadwal Kegiatan Penelitian
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) atau yang lebih dikenal dengan penyakit gula
adalah kelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan tingginya kadar
glukosa darah (hiperglikemia) yang terjadi akibat gangguan sekresi insulin,
penurunan kerja insulin, atau akibat dari keduanya (American Diabetes
Association, 2011). Berdasarkan klasifikasinya DM dibedakan menjadi 4 tipe,
yaitu DM tipe I (T1DM), DM tipeII (T2DM), DM yang berhubungan dengan
keadaan atau sindrom lainnya (diabetes sekunder) dan DM gestasional (ADA
2005 ; Black & Hawks, 2009).
Prevalensi DM setiap tahunnya semakin meningkat. Data dari WHO
menunjukkan bahwa penderita DM dunia di tahun 2000 berjumlah 171 juta
dan diperkirakan meningkat menjadi 3 kali lipatnya yaitu sekitar 366 juta
penderita di tahun 2030 (WHO, 2012). Penderita Diabetes Melitus (DM)
diIndonesia secara epidemiologi diperkirakan pada tahun 2030 prevalensi
mencapai 21,3 juta orang atau merupakan negara urutan keempat dengan
jumlah perkiraan penderita DM didunia (Wild et.al, 2004). Menurut Dinas
Kesehatan Kota Semarang (2012) penyakit DM tipe II pada tahun 2011
sebanyak 45551kasus dan pada tahun 2012, rekapitulasi penyakit DM tipe II
di kota Semarang sebanyak 2408.
Diabetes Melitus dapat menimbulkan komplikasi akut ataupun
komplikasi kronis (Black &Hawks, 2009). Komplikasi akut terdiri atas
hiperglikemia, sindrome hiperglikemik dan hipoglikemia. Komplikasi kronis
terdiri atas komplikasi makrovaskuler dan komplikasi mikrovaskuler.
Komplikasi makrovaskuler dapat berupa Coronary Artery Disease (CAD),
penyakit serebrovaskuler, hipertensi penyakit vaskuler perifer dan infeksi.
Komplikasi mikrovaskuler dapat berupa retinopati, nefropati, ulkus kaki,
neuropati sensorik dan neuropati otonom. Komplikasi diatas sering terjadi
akibat tidak terkontrolnya kadar glukosa darah.
1
2
Glukosa merupakan bentuk karbohidrat yang paling penting dalam
makanan yang di serap dalam jumlah besar ke dalam darah serta di
konversikan ke dalam hati (Meyes, 2000). Salah satu pemeriksaan glukosa
darah adalah glukosa darah sewaktu yaitu glukosa darah yang pengukurannya
diambil kapan saja sesuai dengan kebutuhan tanpa memperhatikan waktu
makan atau puasa terlebih dahulu ( Yullizar, 2005). Kadar glukosa darah
pada pasien DM cenderung tinggi, sehingga dibutuhkan penatalaksanaan
khusus untuk meminimalkan terjadinya komplikasi.
Penatalaksanaan dapat berupa penatalaksanaan medis dan non medis.
Penatalaksanaan medis dengan mengkonsumsi obat ataupun dengan
pemberian insulin. Penatalaksanaan non medisdengan melakukan olahraga
atau latihan fisik yang merupakan salah satu pilar dari ke empat pilar
pengelolaan pada diabetes melitus (Soebardi dalam Sudoyo, 2006).
Latihan fisik merupakan aktivitas fisik yang dilakukan secara terencana
dengan tujuan untuk meningkatkan atau memelihara kebugaran fisik (Powers,
2007). Salah satu olah raga yang dapat dilakukan oleh penderita diabetes
adalah resistance exercise (latihan angkat beban).
Resistance exercise (latihan angkat beban) merupakan suatu latihan
sekelompok otot melawan beban dalam satu usaha (Irianto, 2006). Resistance
exercise akan melibatkan banyak otot yang aktif bergerak. Pada otot yang
aktif bergerak terjadi peningkatan kebutuhan glukosa, tetapi kadar insulin
tidak meningkat. Otot yang aktif bergerak akan meningkatkan aliran darah
sehingga lebih banyak jala-jala kapiler yang terbuka. Terbukanya jala-jala
kapiler menyebabkan lebih banyak tersedianya reseptor insulin dan reseptor
menjadi lebih aktif (Soebardi dalam Sudoyo, 2006).
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dustan et al (2002) tentang
intensitas tinggi resistance exercise terhadap peningkatan pengontrolan
glukosa darah pada pasien dengan DM tipe II menunjukkan bahwa terjadi
penurunan AIC 1,2 % - 0,9 % .
3
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Semarang tercatat kasus Diabetes Melitus tipe II selama periode
tahun 2012 sebanyak 323 kasus pasien rawat inap. Berdasarkan survei awal,
terdapat 4 pasien dengan DM tipe II yang dirawat di dua bangsal didapatkan
rata - rata glukosa darah sewaktu mencapai lebih dari 230mg/dl. Pasien
mengatakan tidak melakukan olahraga selama dirawat dan sebelum dirawat.
Pasien mengatakan bahwa resistance exercise tidak diberikan selama
menjalani perawatan di rumah sakit. Pasien tidak mengetahuibahwa latihan
fisik atau olahraga selain dapat menjaga kebugaran, juga merupakan
penatalaksanaan yang tepat untuk penyakit DM. Ketidaktahuan ini
dikarenakan kurangnya informasi sehingga peran perawat sangat dibutuhkan.
Peran perawat pada pasien diabetes melitus adalah sebagai pemberi
asuhan keperawatandan pemberi pendidikan kesehatan yaitu mampu
memberikan informasi terhadap pasien DM tipe II tentang konsep dasar
penyakit DM dan bagaimana penatalaksanaanya, salah satunya dengan latihan
fisik. Perawat memberitahukan dan mencontohkan bagaimana cara latihan
fisik yang benar dan tepat.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan penulis ingin
melakukan penelitian terkait efektivitas latihan fisikresistance exercise
terhadap penurunan glukosa darah sewaktu pada pasien DM tipe II.
B. Perumusan Masalah
Diabetes melitus adalah penyakit akibat kelainan insulin yang ditandai
dengan hiperglikemia. Diabetes melitus dapat menimbulkan berbagai
komplikasi akibat tidak terkontrolnya glukosa darah. Latihan fisik adalah
salah satu cara yang tepat untuk mengontrol kadar glukosa darah pada pasien
diabetes melitus yaitu dengan resistance exercise. Berdasarkan latar belakang
tersebut, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana
efektivitas latihan fisik yang dilakukan terhadap penurunan kadar glukosa
darah sewaktu pada pasien diabetes melitus tipe II.
4
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui efektivitas latihan fisik resistance exercise terhadap
penurunan glukosa darah sewaktu (GDS) pada penderita DM tipe II
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan karakteristik responden
b. Mengetahui kadar glukosa darah sewaktu pada kelompok perlakuan
sebelum dan setelah dilakukan latihan fisikresistance exercise
c. Mengetahui kadar glukosa darah sewaktu pada kelompok kontrol
sebelum dan setelah dilakukan latihan ROM
d. Menganalisis perbedaan kadar glukosa darah sewaktu pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuansetelah dilakukan latihan
fisik resistance exercise
D. Manfaat Penelitian
1. Profesi Keperawatan
Hasil penelitian diharapkan dapat di gunakan sebagai masukan bagi
perawat untuk tindakan keperawatan profesional dalam upaya
peningkatan mutu pelayanan didalam pemberian asuhan keperawatan
khususnya asuhan keperawatan medikal bedah
2. Institusi
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan mahasiswa
tentang efektivitas latihan fisik resistance exercise terhadap penurunan
glukosa darah sewaktu pada pasien DM tipe II untuk di jadikan bahan
penelitian selanjutnya
3. Masyarakat
Untuk memberikan informasi terhadap masyarakat mengenai efektivitas
latihan fisik resistance exercise terhadap penurunan glukosa darah
sewaktu pada pasien DM tipe II.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
Konsep dan teori yang berkaitan dengan aspek yang akan diteliti sangat
penting sebagai dasar dalam melaksanakan penelitian. Pada bab ini akan
dibahas teori dan konsep mengenai diabetes melitus, latihan fisik serta gula
darah sewaktu.
1. Diabetes Melitus
a. Definisi
Menurut American Diabetes Association (ADA), diabetes
melitus (DM) adalah kelompok penyakit metabolik yang ditandai
dengan tingginya kadar glukosa darah (hiperglikemia) yang terjadi
akibat gangguan sekresi insulin, penurunan kerja insulin, atau akibat
dari keduanya (ADA, 2011). Diabetes melitus ditandai oleh kenaikan
kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia secara terus menerus
dan disertai gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein
akibat kekurangan insulin baik kuantitatif ataupun kualitatif,
kelainan sekresi hormon insulin, kelainan kerja insulin atau
keduanya (Yullizar, 2005; Topan,2005).
b. Klasifikasi dan etiologi diabetes melitus
Menurut ADA, 2011 klasifikasi DM ada 4 tipe penyakit
diabetes melitus, yaitu :
1) Tipe I (T1DM)
Pada diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk
menghasilkan insulin oleh sel beta oleh pankreas yang rusak
karena proses autoimun, sehingga pada tipe ini pasien sangat
tergantung dengan pemberian insulin.
2) Tipe II (T2DM)
Pada dabetes tipe II terdapat dua masalah yang berhubungan
dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi
5
6
insulin. Pada kondisi resistensi insulin terjadi gangguan ikatan
antara insulin dan reseptornya pada dinding sel sehingga insulin
menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa
oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan
peningkatan glukosa dalam darah, sel sel beta pankreas akan
meningkatkan produksi insulin sehingga kadar glukosa darah
akan di pertahankan dalam keadaan normal. Namun jika sel sel
beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan
terhadap insulin, maka kadar glukosa darah meningkat dan
terjadi diabetes tipe II.
3) DM Gestasional (GDM)
Diabetes ini terjadi pada masa kehamilan, biasanya terjadi pada
trimester kedua atau ketiga, disebabkan oleh hormon yang
disekresikan oleh plasenta dan menghambat kerja insulin.
Biasanya mengakibatkan komplikasi perinatal seperti
melahirkan bayi makrosomia (bayi yang berukuran besar di atas
rata rata bayi normal).
4) DM yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
Diabetes ini disebut juga diabetes sekunder, kemungkinan
disebabkan oleh penyakit tertentu seperti pankreatitis, neoplasia
pankreas, trauma pankreas, efek obat-obatan seperti
glukokortikoid, hormon tiroid, dilantin, tiazid dan reparat yang
mengandung estrogen. Pada kondisi cacat genetik juga dapat
terjadi, seperti sindrom down, sindrom klinefelter, dan sindrom
huntington’s chorea.
c. Tanda dan gejala
Adanya penyakit diabetes melitus pada awalnya sering tidak di
rasakan dan tidak di sadari oleh pasien. Beberapa tanda dan gejala
yang perlu di perhatikan bagi pasien diabetes melitus menurut
Gustaviani (2007) dalam Sudoyo yaitu :
7
1) Poliuria
Jika kadar gula darah meningkat, maka glukosa akan
dikeluarkan melalui air kemih. Jika kadarnya lebih tinggi lagi,
ginjal akan membuang air tambahan untuk mengencerkan
sejumlah besar glukosa yang hilang, karena ginjal menghasilkan
air kemih dalam jumlah yang berlebih maka klien sering
berkemih dalam jumlah yang banyak.
2) Polidipsi
Rasa haus sering dialami oleh penderita karena banyaknya
cairan yang keluar melalui air kemih. Untuk menghilangkan rasa
haus tersebut klien banyak minum.
3) Penurunan berat badan dan rasa lemah
Penurunan berat badan berlangsung dalam waktu yang relative
singkat. Hal ini disebabkan karena sejumlah besar kalori hilang
ke dalam air kemih. Juga disebabkan karena glukosa dalam
darah tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga sel kekurangan
bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Untuk kelangsungan
hidup, sumber tenaga terpaksa di ambil dari cadangan lain yaitu
sel lemak dan otot. Akibatnya, klien kehilangan jaringan lemak
dan otot sehingga menjadi kurus.
4) Polifagi
Pasien sering kali merasa lapar yang luar biasa karena kalori
dari makanan yang di makan, setelah di metabolisasikan
menjadi glukosa darah tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan,
serta akibat dari sejumlah besar kalori telah hilang ke dalam air
kemih. Untuk mengkompensasi hal ini, pasien banyak makan.
5) Lemah
Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Suyono (2002),
bahwa penyakit diabetes melitus tidak hanya ditandai dengan
glukosuria, poliuria, polidipsi, polifagi dan penurunan berat
badan serta lemah. Tanda dan gejala lain dari diabetes melitus
adalah :
8
a) Gangguan saraf tepi / kesemutan
Pasien mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada
kaki di waktu malam sehingga mengganggu tidur.
b) Gangguan penglihatan
Gangguan penglihatan pada pasien diabetes melitus sering
di jumpai pada fase awal.
c) Gatal atau bisul
Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi pada daerah
kemaluan atau daerah lipatan kulit seperti ketiak dan di
bawah payudara. Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul
dan luka yang lama sembuhnya.
d) Keputihan
e) Gangguan ereksi
f) Pusing
g) Mual, dan berkurangnya ketahanan tubuh
d. Faktor resiko
Kriteria individu yang beresiko terkena diabetes melitus tipe II
menurut ADA (2010) dan PERKENI (2006) adalah individu yang
belum terkena diabetes melitus tetapi berpotensi untuk menderita
diabetes. Faktor resiko meliputi:
1) Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi
a) Ras dan etnik
b) Genetik ( keluarga penderita diabetes melitus)
c) Usia lebih dari 45 tahun
d) Riwayat melahirkan bayi dengan berat lebih dari 4 kg atau
pernah menderita diabetes gestasional
e) Riwayat lahir dengan berat badan rendah ( kurang dari 2,5
kg)
2) Faktor resiko yang dapat dimodifikasi
a) Kurangnya aktivitas fisik
b) Obesitas
9
c) Hipertensi ( tekanan darah lebih dari 140 / 90 mmHg)
d) Dislipidemia ( kadar trigliserida lebih dari 250 mg/dl)
e) Diit tinggi gula dan rendah serat
3) Faktor lain terkait resiko diabetes
a) Memiliki riwayat penyakit kardiovaskuler seperti stroke,
penyakit jantung koroner (PJK)
b) Memiliki riwayat toleransi glukosa terganggu (TGT) atau
riwayat glukosa darah puasa (GDP) sebelumnya
c) Penderita sindrom metabolik
e. Komplikasi
Hiperglikemia yang berkepanjangan dapat menimbulkan
komplikasi, komplikasi makrovaskuler ataupun mikrovaskuler
kronis Komplikasi mikrovaskuler kronis seperti nefropati, retinopati,
renopati. Komplikasi makrovaskuler seperti infark miokard, stroke
dan penyakit vaskuler perifer (Smeltzer & Bare, 2002).
Black & Hawks (2009) membagi komplikasi DM menjadi dua
kelompok yaitu :
1) Komplikasi akut, terdiri atas:
a) Hiperglikemia dan ketoasidosis diabetikum
Kondisi ini disebabkan oleh tidak adanya insulin atau
insulin yang tersedia dalam darah tidak cukup untuk
metabolisme karbohidrat, keadaan ini mengakibatkan
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein.
Gejala klinis yang tampak pada ketoasidosis yaitu
dehidrasi, kehilangan elektrolit dan asidosis.
b) Sindrom hiperglikemik hiperosmolar nonketotik
Merupakan suatu kondisi dimana pasien mengalami
hiperosmolaritas dan hiperglikemia yang disertai perubahan
tingkat kesadaran. Yang membedakan sindrom ini dengan
ketoasidosis adalah tidak terdapat gejala ketosis dan
asidosis. Gambaran klinis pada kondisi ini biasanya ditandai
10
dengan hipotensi, dehidrasi berat, takikardi dan tanda –
tanda defisit neurologis yang bervariasi (perubahan sensori,
kejang dan hemiparesis).
c) Hipoglikemik
Terjadi bila kadar glukosa darah kurang dari 50-60 mg/dl,
hal ini dapat terjadi akibat pemberian obat diabetes oral atau
insulin yang berlebihan, asupan makanan yang terlalu
sedikit atau karena aktivitas fisik yang terlalu berat.
2) Komplikasi kronis, terdiri atas :
a) Komplikasi makrovaskuler
Merupakan komplikasi yang mengenai pembuluh
darah arteri yang lebih besar sehingga dapat menyebabkan
aterosklerosis. Kondisi aterosklerosis dapat menimbulkan
penyakit seperti:
Coronary Artery Disease (CAD), penyakit
serebrovaskuler, hipertensi, penyakit vaskuler perifer dan
infeksi
b) Komplikasi mikrovaskuler
Merupakan komplikasi pada pembuluh darah kecil
dan komplikasi unik yang hanya terjadi pada penderita DM.
Penyakit mikrovaskuler diabetik terjadi akibat penebalan
membran basalis pembuluh kapiler. Beberapa akibat dari
gangguan pembuluh darah kapiler, antara lain : retinopati,
nefropati, ulkus kaki, neuropati sensorik dan neuropati
otonom.
f. Patofisiologi
Karbohidratterdapat dalam berbagai bentuk termasuk gula
sederhana atau monosakarida dan unit unit kimia yang kompleks
seperti disakarida dan polisakarida. Karbohidrat yang sudah ditelan
akan dicerna menjadi monosakarida akan diabsorpsi kedalam
duodenum dan jejunum proksimal. Pengabsorpsian ini menyebabkan
11
peningkatan kadar glukosa darah untuk sementara waktu dan
akhirnya akan kembali lagi ke kadar semula. Pengaturan fisiologis
kadar glukosa darah sebagian besar bergantung pada hati yang
berperan mengekstrasi glukosa, mensintesis glikogen dan melakukan
glikogenolisis. Jumlah glukosa yang diambil dan dilepaskan oleh
hati untuk digunakan oleh jaringan-jaringan perifer otot dan adiposa
bergantung pada insulin (Schteingart, 2003).
Kelainan yang mendasar pada diabetes melitus tipe II adalah
menurunnya respon sel beta pankreas dan resistensi insulin.
Penurunan respon sel beta pankreas disebabkan karena kondisi
hiperglikemia yang cukup lama sehingga saat terjadi peningkatan
glukosa darah responnya tidak efisien lagi. Resistensi insulin terjadi
akibat penurunan aktivitas biologi dihepar atau jaringan perifer yang
menyebabkan sensitifitas reseptor insulin akan menurun sehingga
respon terhadap kadar gula darah menurun walaupun produksi oleh
hepar meningkat (Guyton & Hall, 2008).
Penurunan respon sel beta pankreas dan resistensi insulin
mengakibatkan berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel-sel tubuh
sehingga konsentrasi glukosa darah akan naik, terjadi metabolisme
lemak abnormal disertai endapan kolesterol pada pembuluh darah
yang menyebabkan munculnya gejala aterosklerosis serta
berkurangnya protein dalam jaringan tubuh (Guyton & Hall, 2008;
Black, Hawk, Keene 2008).
g. Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan pada diabetes melitus adalah
pengendalian kadar glukosa darah dengan harapan timbulnya
komplikasi dapat dicegah atau diperlambat (Waspadji, 2004).
Penatalaksanaan pada diabetes melitus meliputi 4 pilar yaitu
perencanaan makanan atau terapi gizi, latihan jasmani atau aktifitas
fisik, pengobatan dengan obat anti diabetes oral serta injeksi insulin,
dan pendidikan kesehatan (PERKENI, 2006). Penatalaksanaan
12
berupa medis dan non medis. Penatalaksanaan medis adalahdengan
pemberian obat anti diabetes oral dan injeksi insulin.Penatalaksaan
non medis adalah dengan melakukan perubahan gaya hidup dengan
melakukan pengaturan pola makan yang dikenal sebagai terapi gizi
medis. Terapi gizi medis lebih difokuskan pada perubahan pola
makan yang didasarkan pada perubahan gaya hidup dan pola
kebiasaan makan serta status nutrisi. Penatalaksanaan non medis
lainnya adalah dengan meningkatkan aktivitas jasmanidengan
melakukan kegiatan sehari – hari atau olahraga serta edukasi terkait
penyakit diabetes melitus (Soebardi,2006).Salah satu komponen
penatalaksanaan diabetes melitus adalah dengan melakukan latihan
fisik (Smeltzer & Bare, 2002).
2. Latihan fisik
Latihan fisik adalah suatu kegiatan pergerakan yang dapat
meningkatkan kebugaran tubuh.
a. Definisi
Latihan fisik merupakan aktivitas fisik yang dilakukan secara
terencana dengan tujuan untuk meningkatkan atau memelihara
kebugaran fisik (Powers, 2007).
Latihan fisik atau olahraga sebaiknya dilakukan sesuai dengan
kemampuan tubuh dalam menanggapi stres yang diberikan. Jika
beban latihan yang diberikan terhadap tubuh terlalu ringan maka
tidak akan terjadi proses adaptasi. Bila diberikan beban yang terlalu
berat dan tubuh tidak mampu mentolerir akan menyebabkan
terganggunya proses homeostasis pada sistem tubuh yang dapat
berakibat kerusakan.
b. Manfaat
Pada pasien dengan diabetes melitus tipe II,latihan fisik secara
teratur dapat berpengaruh besar terhadap kondisi tubuh. Menurut
Syahbudin (2001), manfaat latihan fisik pada pasien diabetes
melitus adalah:
13
1) Menormalkan kadar glukosa darah dan lipid darah
2) Meningkatkan kerja insulin
3) Menurunkan berat badan
4) Mengurangi resiko penyakit kardiovaskuler.
Manfaat lain latihan fisik bagi diabetisi menurut
Djokromoelyanto (2007) yaitu:
1) Menurunkan kadar glukosa darah selama olahraga sampai 24
jam setelah olahraga
2) Menurunkan kadar insulin basal dimana setelah makan
3) Meningkatkan sensitivitas organ tubuh terhadap insulin
4) Memperbaiki profil lipid
5) Mengintensifkan penggunaan sumber energi tubuh
6) Memperbaiki kondisi kardiovaskuler
7) Meningkatkan kebugaran jasmani.
Latihan fisik yang dilakukan pada pasien diabetes melitus tipe
II berpengaruh terkadap penurunan kadar gula darah yaitu pada otot
otot yang aktif bergerak tidak diperlukan insulin untuk memasukkan
glukosa ke dalam sel karena pada otot yang aktif sensitivitas reseptor
insulin menjadi meningkat sehingga ambilan glukosa meningkat 7 –
20 kali lipat (Irianto, 2000).
c. Jenis latihan fisik
Jenis latihan fisik dibagi menjadi 2 kategori yaitu aerobik dan
anaerobik.
1) Aerobik
Latihan fisik aerobik adalah olahraga yang bergantung
dengan oksigen. Terdapat banyak jenis latihan fisik aerobik,
yaitu :
a) Berjalan
b) Jogging
c) Renang
d) Bersepeda
14
e) Lari
f) Aktivitas olahraga seperti sepak bola, bulu tangkis
g) Melakukan aktivitas rumah tangga seperti menyapu,
mencuci, mengepel dan berkebun
2) Latihan fisik anaerobik
Latihan fisik anaerobik adalah olahraga yang tidak
tergantung oksigen. Terdapat 2 jenis latihan anaerobik, yaitu lari
cepat dan angkat beban. Latihan fisik anerobik resistance
exercise (latihan angkat beban). Latihan anaerobik seperti
angkat beban dapat meningkatkan massa otot yang
meningkatkan penggunaan glukosa dan membantu pengendalian
glukosa darah (Devlin dalam Barnes, 2009).
Serupa dengan latihan aerobik, resistance exercise telah
dilaporkan mampu meningkatkan sensitivitas insulin ,
pengeluaran energi harian dan kualitas hidup (Poehlman, 2000;
Kell, 2001; Ades, 2005).
Latihan ini dapat dilakukan dengan mengangkat dumble
yang beratnya 0,5 kg secara berulang ulang,biasanya 8-15 kali
per latihan, dengan kontraksi otot yang berirama, kecepatan
yang bertahap dan dilakukan paling tidak 2 kali seminggu setiap
hari secara terus menerus (Barnes, 2009).
d. Tahapan latihan
Tahapan latihan adalah serangkaian proses dalam setiap
latihan, meliputi pemanasan, latihan inti, dan pendinginan. Tahapan
ini dikerjakan secara berurutan.
1) Pemanasan
Merupakan kegiatan awal yang harus dilakukan oleh
siapapun sebelum melakukan latihan fisik. Tujuan dari
pemanasan adalah menyesuaikan otot rangka untuk beradaptasi
15
terhadap pergerakan yang akan dilakukan selama latihan agar
tidak terjadi cedera. Pemanasan akan memperlebar pembuluh
darah pada daerah otot yang digerakkan sehingga meningkatkan
sirkulasi pada otot otot yang bergerak.
Pergerakan pada pemanasan meliputi gerakan ringan yang
dikerjakan secara kontinue seperti jalan ditempat atau dengan
gerakan meregang sendi dan mengulur otot (stretching).
2) Latihan inti
Latihan inti dilakukan setelah melakukan pemanasan.
Pada tahap ini dilakukan latihan secara bertahap sesuai dengan
kemampuan berdasarkan usia,jenis kelamin dan tingkat
kesehatan masing masing.
Pergerakan pada latihan inti meliputi gerakan mengangkat
beban pada ekstremitas atas yang dilakukan 8-10 kali
pengulangan setiap setnya.
3) Pendinginan
Merupakan penurunan aktivitas secara bertahap. Pada
tahap ini diharapkan tekanan darah, nadi,dan pernafasan turun
secara perlahan. Pendinginan dilakukan agar otot otot yang
digunakan selama latihan menjadi melemas sehingga
memulihkan otot otot yang baru digunakan latihan serta
mengeluarkan sisa pembakaran dalam tubuh.
Pergerakan pada pendinginan meliputi pergerakan kecil
seperti menggerakkan pergelangan tangan secara kontinue dan
dengan relaksasi panjang.
e. Prosedure latihan
1) Peralatan yang digunakan
Dalam resistance exercise ini menggunakan dumbleuntuk
tubuh bagian atas dan bagian bawah.Berat beban yang
digunakan yaitu 0,5 kg yang aman untuk usia pertengahan
( Rebecca A. et all, 2002)
16
2) Frekuensi dan intensitas
Latihan dilakukan paling tidak 2 kali dalam seminggu.
Latihan diawali dengan pemanasan dan diakhiri dengan
pendinginan. Latihan inti terdiri dari 6 pergerakan dengan
setiap pergerakan sebanyak 2 set yang melibatkan kelompok
otot utama sebanyak 8 – 10 kali pengulangan dan setiap set
dilakukan istirahat 1 menit.
3) Waktu pelaksanaan.
Latihan dengan durasi 15 – 30 menit dan dilakukan 2kali
dalam seminggu sesuai dengan prinsip latihan fisik bagi
diabetisi.
3. Glukosa darah
a. Pengertian
Glukosa darah merupakan bentuk karbohidrat yang paling
penting. Glukosa merupakan karbohidrat dalam makanan yang di
serap dalam jumlah besar ke dalam darah serta di konversikan ke
dalam hati (Meyes, 2000).
Kadar glukosa darah adalah istilah yang mengacu kepada
tingkat glukosa di dalam darah. Konsentrasi gula darah, atau tingkat
glukosa serum, diatur dengan ketat di dalam tubuh. Terdapat
beberapa pembagian pemeriksaan glukosa didalam darah salah
satunya yaitu glukosa darah sewaktu.Glukosa darah sewaktu
merupakan pemeriksaan glukosa darah kapan saja tanpa
memperhatikan makan atau puasa terlebih dahulu (Yullizar, 2005).
b. Faktor-faktor yang berhubungan dengan terkendalinya kadar glukosa
darah:
1) Faktor internal
a) Stres
Merupakan situasi dimana tuntutan non spesifik
mengharuskan individu untuk berespon yang muncul ketika
adanya ketidakcocokan antara tuntutan yang dihadapi
17
dengan kemampuan yang dimiliki. Stres pada diabetisi
dapat merubah pola makan, latihan, dan penggunaan obat
yang biasa dipatuhi sehingga menyebabkan hiperglikemia
(Smeltzer&Bare, 2002).
b) Obesitas
Obesitas menyebabkan reseptor insulin pada target sel
diseluruh tubuh kurang sensitif dan jumlahnya berkurang
sehingga insulin dalam darah tidak dapat dimanfaatkan.
c) Asupan makanan
Kadar glukosa darah sebagian tercantum dari apa
yang kita makan sehingga sewaktu makan diperlukan akan
adanya keseimbangan diet. Mempertahankan kadar gula
darah agar mendekati nilai normal dapat dilakukan dengan
asupan makanan yang seimbang sesuai dengan kebutuhan.
d) Jumlah latihan fisik atau olahraga yang dilakukan
Manfaat latihan fisik atau olahraga sebagai
penatalaksanaan diabetes sudah lama dikenal sebagai salah
satu penanggulangan penyakit DM disamping obat.
e) Perawatan, baik dengan tablet penurun glukosa darah
maupun insulin.
2) Faktor eksternal
a) Pendidikan
Pendidikan bagi pasien diabetes melitus berhubungan
dengan perilaku pasien dalam pengendalian terhadap kadar
glukosa darah agar tetap stabil. Perubahan perilaku dalam
hal ini butuh waktu yang lama namun hasil yang dicapai
bersifat tahan lama karena didasari oleh kesadaran sendiri.
b) Pengetahuan
Pasien diabetes melitus akan mampu melakukan
pengendalian kadar gula darah dengan baik bila didasari
pengetahuan tentang penyakit diabetes melitus.
18
c) Kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber informasi
Sumber informasi adalah suatu perantara sebagai
penyampaian informasi.
c. Nilai uji laboratorium glukosa darah:
1) Menurut ADA(2005) glukosa darah pada penderita diabetes
dikatakan normal atau regulasi baik bila:
a) Glukosa darah sebelum makan 90-130 mg/dl
b) Glukosa darah setelah makan kurang dari 180 mg/dl
c) Glukosa darah sewaktu kurang dari 200 mg/dl
d) Glukosa darah puasa kurang dari 126 mg/dl dengan kadar
HbAIc (hemoglobin glikat) kurang dari 7%.
2) Kriteria diagnostik diabetes melitus
Menurut konsesus PERKENI 2002, seseorang dinyatakan
diabetes melitus bila:
a) Kadar glukosa darah sewaktu (plasma vena)lebih dari 200
mg/dl disertai dengan gejala poliuri,poliphagi dan polidipsi
dan penurunan berat badan yang tidak jelas sebabnya
b) Kadar glukosa darah (plasma vena) lebih dari 126 mg/dl
c) Kadar glukosa plasma lebih dari 200 mg/dl pada 2 jam
sesudah makan atau beban glukosa 75 gram pada TTGO
(Test Toleransi Glukosa Oral).
d. Mekanisme Transportasi Glukosa pada DM
Pada orang normal karbohidrat yang dimakan akan diubah
menjadi glukosa didalam saluran cerna kemudian glukosa dibawa
oleh darah keseluruh tubuh. Glukosa dalam tubuh dipecah untuk
menyediakan energi pada sel atau jaringan dan dapat disimpan untuk
simpanan energi dalam sel sebagai glikogen (Pocock, 2004).
Glukosa pada penderita diabetes melitus sukar masuk kedalam
sel dikarenakan sedikitnya hormon insulin yang diproduksi oleh
kelenjar pankreas atau karena sel tidak dapat memberikan respon
yang baik terhadap insulin walaupun insulinnya sendiri cukup.
19
Keadaan tersebut menjadikan glukosa menumpuk di dalam darah
dan tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh dan akhirnya dibuang
melalui urin atau tersisa di dalam darah (SoebardidalamSudoyo,
2007).
e. Fisiologi latihan fisik terhadap penurunan gula darah sewaktu pada
DM tipe II
Latihan fisik pada diabetisi akan menimbulkan perubahan
metabolik, yang dipengaruhi oleh selain lama, berat latihan dan
tingkat kebugaran juga oleh kadar insulin plasma, kadar glukosa
darah, kadar benda keton dan imbangan cairan tubuh.
Pada diabetisi dengan gula darah tak terkontrol, latihan fisik
akan menyebabkan terjadi peningkatkan kadar gula darah dan benda
keton yang dapat berakibat fatal. Satu penelitian menunjukkan
bahwa pada kadar glukosa darah sekitar 332mg/dl, bila tetap
melakukan latihan fisik atau olahraga akan berbahaya bagi yang
bersangkutan. Pemberian atau keinginan untuk melakukan latihan
fisik atau olahraga sebaiknya dilakukan pada seorang diabetisi yang
kadar glukosa darah tidak lebih dari 250 ml/dl agar tidak terjadi
ketosis diabetikum (Soebardi dalam Sudoyo, 2007).
Pada otot yang aktif bergerak terjadi peningkatan kebutuhan
glukosa tetapi kadar insulin tidak meningkat. Keadaan tersebut
disebabkan karena peningkatan kepekaan reseptor insulin otot dan
pertambahan reseptor insulin otot pada saat melakukan latihan fisik
sehingga jaringan otot yang aktif disebut sebagai jaringan non-
insulin dependent. Kepekaan ini akan berlangsung lama hingga
latihan berakhir.
Pada latihan fisik akan terjadi peningkatan aliran darah,
menyebabkan lebih banyak jala-jala kapiler yang terbuka hingga
menyebabkan lebih banyak tersedia reseptor insulin dan reseptor
menjadi lebih aktif.Keadaan tersebut menyebabkan glukosa akan
dibakar untuk kebutuhan energi sehingga glukosa darah
akandipindahkan dari darah ke ototyang menyebabkan glukosa darah
akan turun (Tandra, 2008).
Diabetes melitus tipe II
Penatalaksanaan:Non medisLatihan fisikResistance exerciseTerapi giziMedisObatPemberian insulin
Manfaat latihan fisik:Menormalkan kadar glukosa darah dan lipid darah Meningkatkan sensitivitas organ tubuh terhadap insulinMemperbaiki kondisi kardiovaskulerMeningkatkan kebugaran jasmani
Penurunan glukosa darah sewaktu
20
B. Kerangka Teori
Bagan 2.1. Kerangka Teori
Keterangan : = tidak diteliti
=diteliti
Sumber : (Soebardi, 2007), (Syahbudin, 2001), (Djokromoelyanto, 2007)
21
C. Hipotesis
1. Ho : Latihan fisik resistance exercisetidak efektif terhadap penurunan
glukosa darah sewaktu (GDS) pada DM tipe II
2. Ha : latihan fisik resistance exercise efektif terhadap penurunan glukosa
darah sewaktu (GDS) pada DM tipe II
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau keterkaitan antar variabel
yang terkait dengan masalah yang diteliti dan sesuai dengan tinjauan teori dan
rumusan masalah. Kerangka konsep seringkali digambarkan dalam bagan.
Variable independent Variable dependent
Bagan 3.1 : Kerangka konsep
B. Variabel penelitian
1. Variabel independent : latihan fisik resistance exercise
2. Variabel dependent : glukosa darah sewaktu pada pasien DM tipe II
C. Desain penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasy
experimental design dengan rancangan pretest posttest with control group
karena pada penelitian ini dilakukan pengukuran glukosa darah sewaktu
sebelum diberikan perlakuan dan sesudah diberikan perlakuan. Test dilakukan
dengan melakukan pengukuran glukosa darah sewaktu menggunakan alat
glucotest. Penelitian ini melibatkan 2 kelompok yaitu kelompok pasien DM
tipe II yang dilakukan resistance exercise sebagai kelompok perlakuan dan
kelompok pasien DM tipe II yang dilakukan latihan ROM sebagai kelompok
kontrol.
22
Penurunan glukosa darah sewaktu pada pasien DM tipe II
Latihan fisik resistance exercise
23
Pretest perlakuan post test
Kelompok perlakuan:
Kelompok kontrol :
Keterangan:X : latihan fisik resistance exercise yang dilakukan selama 15
– 30 menit pada pasien rawat inap dengan DM tipe II01 dan 03 : hasil pengukuran glukosa darah sewaktu untuk kelompok
kontrol dan kelompok perlakuan pada pasien DM tipe II sebelum melakukan latihan fisik resistance exercise( pre test)
02 dan 04 : hasil pengukuran glukosa darah sewaktu untuk kelompok kontrol dan kelompok perlakuan pada pasien rawat inap dengan DM tipe II setelah melakukan latihan fisik resistance exercise ( post test )
D. Populasi dan sampel penelitian
1. Populasi
Pasien rawat inap dengan DM tipe II di Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Semarang pada bulan Januari hingga Desember 2012
sebanyak 323 pasien. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pasien rawat inap dengan DM tipe II pada bulan Januari 2014
yaitu sebanyak 22 pasien.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari jumlah populasi dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut, dimana sampel yang di ambil dari
populasi harus betul-betul representatif atau mewakili populasi tersebut
(Sugiyono, 2011).
Sampel dalam penelitian ini diambil 15 orang yang berasal dari
pasien rawat inap dengan diabetes melitus tipe II di RS. Umum Daerah
Kota Semarang. Antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya drop out
atau lost of follow up dilakukan koreksi dengan menambahkan 10 % dari
01 X 0 2
2
03 04
24
jumlah sampel yaitu menjadi 17 orang sampel ( Demsey, 2002 ). Sampel
yang didapatkan dalam penelitian ini adalah 34 responden. Dari 34
responden tersebut dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 17 orang sebagai
kelompok perlakuan dan 17 orang sebagai kelompok kontrol.
3. Teknik pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
teknik non probability sampling dengan teknik purposive sampling yaitu
mengambil responden dengan tujuan tertentu, yang dibuat sendiri oleh
peneliti berdasarkan karakteristik populasi dari penelitian tersebut
(Notoatmojo, 2007)
Sampel yang digunakan adalah responden yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi.
Kriteria inklusi:
a. Pasien rawat inap dengan DM tipe IIdi RS Umum Daerah Kota
Semarang
b. Pasien mampu berkomunikasi verbal dan non verbal
c. Pasien dengan usia 45 - 55 tahun
d. Pasien yang rutin minum obat anti diabetes (OAD)
Kriteria eksklusi:
a. Pasien dengan penurunan kesadaran
b. Pasien dengan gangguan muskuloskeletal
c. Pasien dengan glukosa darah sewaktu lebih dari 250 mg/dl dan
kurang dari 100 mg/dl
d. Pasien dengan pemberian terapi insulin
e. Pasien dengan tekanan darah lebih dari 150/80 mmHg
Jumlah sampel yang diambil berdasarkan kriteria inklusi. Jumlah
sampel yang didapatkan yaitu 17 responden sebagai kelompok perlakuan
dan 17 responden sebagai kelompok kontrol.
Peneliti menjadikan pasien di ruang Yudistira dan Nakula sebagai
kelompok perlakuan dan pasien di ruang Bima sebagai kelompok
kontrol. Pembagian kelompok ini dilakukan untuk memungkinkan kedua
kelompok tidak bertemu.
25
E. Tempat dan waktu pelaksanaan
Tempat penelitian dilakukan di RS Umum Daerah Kota Semarang.
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga Maret 2014.
F. Definisi Operasional
Variabel Definisi operasional Instrument Hasil ukur Skala
Latihan fisik resistance exercise pada pasien DM tipe II
Latihan fisik menggunakan beban berupa dumble dengan berat 0.5 kg,dengan 8 hingga 10 kali pengulangan setiap gerakan selama 15 - 30 menit, yang dilakukan minimal 2 kali selama 2 hari pada pasien rawat inap dengan DM tipe II.
Lembar observasi
0 = tidak dilakukan latihan fisik1 = dilakukan latihan fisik
Nominal
Glukosa darah sewaktu (GDS) pada pasien DM tipe II
Hasil pengukuran glukosa dalam darah pada pasien DM yang diukur sebelum latihan dimulai dan setelah 2 hari latihan
Glucotest dengan merk accucheck
Pengukuran glukosa darah sewaktu dengan menggunakan alat glucotest yang dinyatakan dalam satuan mg/dl.
Rasio
G. Instrumen penelitian
Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner yang
digunakan untuk mengetahui gambaran karakteristik responden (umur, jenis
kelamin) dan hasilnya dicatat dalam tabel. Untuk pengukuran glukosa darah
sewaktu dengan menggunakan alat glucotest dengan merk accucheck yang
sebelumnya dilakukan kalibrasi terlebih dahulu kemudian hasilnya dicatat
dan dimasukkan dalam tabel.
H. MetodePengumpulan Data
1. Prosedur administrasi
a. Peneliti mengajukan surat permohonan ijin penelitian kepada
Kaprodi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Islam Sultan Agung
Semarang untuk Direktur RS Umum Daerah Kota Semarang dan
untuk Dinas Kesehatan Kota Semarang.
26
b. Peneliti mengurus surat ijin penelitian ke RS umum Daerah Kota
Semarang untuk memperoleh ijin pengambilan data pasien dan
melakukan penelitian di ruang Yudistira, ruang Bima dan ruang
Nakula RS Umum Daerah Kota Semarang.
c. Peneliti mengikuti kode etik kepererawatan, setelah dinyatakan lolos
uji etik kemudian peneliti memulai penelitian
2. Prosedur teknis
a. Peneliti melakukan riset di ruang Yudistira, ruang Bima dan ruang
Nakula RSUD Kota Semarang.
b. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan
dilakukan serta bagaimana proses pelaksanaan penelitian kepada
kepala ruang Yudistira, Bima dan Nakula
c. Peneliti menentukan calon responden yang sesuai dengan kriteria
inklusi dan eksklusi
d. Peneliti meminta persetujuan dan menjelaskan kegiatan yang akan
dilakukan pada responden (melakukan latihan fisik resistance
exercise pada responden)
e. Menemui responden, responden setuju untuk berpartisipasi dalam
penelitian.
f. Melakukan penelitian dengan mengukur nilai GDS terlebih dahulu
sebelum memulai latihan lalu memasukkannya ke dalam lembar
observasi
g. Memulai latihan pada kelompok perlakuan yang dimulai dengan
pemanasan, pergerakan inti dengan mengangkat dumbbel 0,5 kg
untuk satu dumbbel, dan diakhiri dengan pendinginan.
h. Latihan dilakukan selama 15 menit – 30 menit dengan waktu istirahat
1 menit setiap setelah melakukan satu set.
i. Latihan dilakukan selama 2 hari dengan rentang latihan kedua
dilakukan setelah 24 jam dari latihan pertama (Eriksson et all, 2001)
j. Untuk mengetahui nilai GDS setelah dilakukan latihan fisik
resistance exercise, pengukuran dilakukan setelah 24 jam dari latihan
27
hari kedua karena effect dari resistance exercise yaitu 24 jam, lalu
memasukkan nilai GDS setelah melakukan resistance exercise
kedalam lembar observasi.
k. Terimakasih dan salam
l. Pada kelompok kontrol peneliti meminta persetujuan untuk dijadikan
sebagai kelompok kontrol.
m. Lalu peneliti mengukur GDS pada kelompok kontrol dan mencatat
hasilnya pada lembar observasi yang sudah dibuat
n. waktu pengukuran GDS kembali sama seperti kelompok perlakuan,
namun pada kelompok kontrol tidak dilakukan latihan fisik resistance
exercise dan hanya melakukan aktivitas seperti kesehariannya.
o. Memasukkan nilai GDS setelah 2 hari latihan pada lembar observasi
p. Terimakasih dan salam
I. Analisa data
1. Pengolahan data
Pengolahan data dilakukan setelah proses pengumpulan data
selesai dilakukan. Tahapan pengolahan data terbagi atas 4 tahap
(Hidayat, 2009). Tahap yang harus dilalui adalah sebagai berikut:
a. Editing
Peneliti melakukan pengecekan kelengkapan isian kuesioner,
kejelasan jawaban, dan relevansi dengan pertanyaan, peneliti
mengklarifikasi kepada responden.
b. Coding
Mengklasifikasikan data yang diperoleh dengan cara menandai
masing-masing jawaban dengan kode berupa angket, kemudian
dimasukkan kedalam lembar tabel kerja guna mempermudah
membacanya dan pengolahan data
c. Processing
Peneliti memproses data dengan cara melakukan entry data
dari masing masing responden kedalam program komputer. Data
28
dimasukkan sesuai dengan nomor responden pada kuesioner
kemudian hasil glukosa darah sewaktu dimasukkan kekomputer
dalam bentuk angka sesuai dengan yang ditentukan ketika
melakukan koding.
d. Cleaning
Peneliti mengecek kembali data yang telah dimasukkan setelah
dipastikan tidak ada kesalahan, dilakukan ditahap analisis data sesuai
jenis data.
2. Analisis data
Pengolahan analisa data dilakukan dengan komputer. Analisa data
dilakukan melalui uji statistik data.
a. Analisa univariat
Analisa univariat adalah analisis yang dilakukan untuk
menggambarkan variabel-variabel penelitian termasuk karakteristik
sampel penelitian yang meliputi umur, jenis elamin dan pendidikan
pada pasien, kadar glukosa darah sewaktu pada kelompok perlakuan
dan kelompok kontrol.
b. Analisa bivariat
Sebelum dilakukan uji statistik yang bertujuan untuk
mengetahui efektivitas latihan fisik resistance exercise sebelum dan
sesudah dilakukan perlakuan maka dilakukan uji normalitas terlebih
dahulu dengan syarat p = > 0,05. Dari penelitian ini didapatkan hasil
data pada kelompok perlakuan data terdistribusi normal dengan nilai
p = 0,175 sehingga selanjutnya dilakukan uji t berpasangan (paired-t
test). Pada kelompok kontrol data terdistribusi normal dengan nilai p
= 0,278 sehingga selanjutnya dilakukan uji t berpasangan (paired t –
test). Selanjutnya dilakukan uji t tak berpasangan (independent t-
test)antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol.
29
J. Etika Penelitian
Menurut Hidayat (2009), penelitian keperawatan adalah hal yang
krusial, karena berhadapan langsung dengan manusia, maka dari itu perlunya
etika penelitian perlu diperhatikan. Masalah etika penelitian meliputi :
1. Informed consent
Informed consent merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan
responden.Peneliti menemui calon responden yang sesuai dengan kriteria
inklusi dan eksklusi kemudian memperkenalkan diri dan menjelaskan
maksud dan tujuan peneliti. Peneliti menjelaskan prosedure penelitian
yang akan dilakukan kepada calon responden. Setelah calon responden
bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian, peneliti mengisi data
responden yang meliputi nama, umur, serta jenis kelamin dan meminta
tanda tangan pada responden sebagai bukti bersedia ikut serta dalam
penelitian.
2. Anonymity
Masalah dalam penelitian keperawatan dengan cara tidak memberikan
nama responden pada lembar data dan hanya menuliskan kode pada
lembar pengumpulan data.
3. Confidentiality
Kerahasiaan merupakan masalah etika dengan menjamin kerahasiaan dari
hasil penelitian baik informasi, ataupun masalah-masalah lain. Semua
informasi yang dikumpulkan dari responden dijaminkerahasiaan oleh
peneliti.
4. Justify
Hak responden untuk mendapatkan perlakuan yang adil dan untuk
privasi. Dalam penelitian ini responden memiliki hak untuk mendapatkan
perlakuan yang adil dan sama sebelum, selama dan setelah ikutserta
dalam penelitian. Untuk menjaga prinsip ini maka setelah penelitian
selesai dilaksanakan peneliti mengajarkan dan melatih latihan resistance
exercise pada kelompok kontrol.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini diuraikan hasil penelitian tentang efektivitas latihan fisik
resistance exercise terhadap penurunan glukosa darah sewaktu pada pasien
diabetes melitus tipe II di RS. Umum Daerah Kota Semarang. Berdasarkan data
yang diperoleh selama 4 minggu pengumpulan data, diperoleh 34 responden yang
memenuhi kriteria inklusi. Dari jumlah tersebut terdapat 2 responden yang dalam
proses penelitian menolak untuk latihan dikarenakan pusing sehingga peneliti
mencari responden lain agar jumlah responden terpenuhi. Terjadinya pusing
dikarenakan penderita diabetes sangat mudah mengalami fluktuasi metabolisme
tubuh, dalam hal ini disebabkan karena tingginya tekanan darah. Dari 34 orang
responden, 17 orang merupakan kelompok perlakuan yaitu kelompok yang
diberikan latihan fisik resistance exercise dan 17 orang sebagai kelompok kontrol
yaitu kelompok yang mendapat latihan ROM. Kedua kelompok dilakukan pretest
dan posttest kemudian hasilnya dibandingkan. Analisis statistik data hasil
penelitian ditampilkan sebagai berikut :
A. Analisis univariat
Tabel 4.1Hasil analisis rata – rata usia (tahun) pada kelompok perlakuan dan kontrol di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang tahun 2014
(n=34)Standar deviasi
variabel Mean ( SD ) Min – Mak umurKelompok perlakuan 48 2,49 45,00 – 53,00Kelompok kontrol 48 2,30 45,00 – 53,00
Berdasarkan tabel diatas diperoleh data rata – rata umur responden pada
kelompok perlakuan adalah 48 tahun dengan standar deviasi 2,49. Usia
termuda pada kelompok perlakuan adalah 45 tahun sedangkan usia tertua
adalah 53 tahun. Rata rata usia pada kelompok kontrol adalah 48 tahun
dengan standar deviasi 2,30. Usia termuda pada kelompok kontrol adalah 45
tahun dan usia tertua adalah 53 tahun.
30
31
Tabel 4.2Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin pada
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang tahun 2014
(n=34)
VariabelKelompok perlakuan Kelompok kontrol Jumlah
n % n % n %Jenis kelamin
Laki - laki 10 58,8% 8 47,1% 17 50 %Perempuan 7 41,2 % 9 52,9 % 17 50 %
Total 17 100 % 17 100% 34 100%
Berdasarkan tabel diatas diperoleh data bahwa jenis kelamin terbanyak
pada kelompok perlakuan adalah laki- laki (58,8 %) dan pada kelompok
kontrol jenis kelamin terbanyak adalah perempuan (52,9 %).
Tabel 4.3Hasil analisis rata – rata nilai glukosa darah sewaktu (mg/dl) untuk
pengukuran pretest pada kelompok perlakuan dan kontrol di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang tahun 2014
(n=34)
Variabel MeanStandar deviasi
(SD)Min-Mak
Glukosa darah sewaktu (pre test)Kelompok perlakuan 178 11,2 160 - 200Kelompok kontrol 182 8,97 165 - 200
Berdasarkan tabel diatas diperoleh rata rata nilai glukosa darah sewaktu
pada kelompok perlakuan saat pretest adalah 178 dengan standar deviasi 11,2.
Nilai glukosa darah sewaktu terendah adalah 160 dan tertinggi adalah 210.
Sementara itu rata rata nilai glukosa darah sewaktu pada kelompok kontrol
saat pretest adalah 182 dengan standar deviasi ( 8,97). Nilai glukosa darah
terendah adalah 165 dan tertinggi adalah 200.
Tabel 4.4Hasil analisis nilai glukosa darah sewaktu untuk pengukuran posttest pada kelompok perlakuan dan kontrol di Rumah Sakit Umum Daerah
Kota Semarang tahun 2014(n=34)
Variabel Mean Standar deviasi (SD) Min-MakGlukosa darah sewaktu (post test)Kelompok perlakuan 152 10,7 140 - 162Kelompok kontrol 176 10,2 155 - 190
32
Berdasarkan tabel diatas diperoleh data rata rata nilai glukosa darah
sewaktu pada kelompok perlakuan setelah dilakukan latihan fisik resistance
exercise adalah 152 dengan standar deviasi 10,7. Nilai glukosa darah terendah
setelah dilakukan latihan adalah 140 dan tertinggi adalah 162. Sementara itu
pada kelompok kontrol yang tidak dilakukan latihan fisik resistance exercise
rata rata nilai glukosa darah sewaktu adalah 176 dengan standar deviasi 10,2.
Nilai glukosa darah sewaktu terendah adalah 155 dan tertinggi adalah 190.
B. Analisis Bivariat
Analisis bivariat pada penelitian ini memperlihatkan ada atau tidak
perbedaan nilai glukosa darah sewaktu sebelum dan sesudah latihan fisik
resistance exercise. Analisis bivariat juga diperlukan untuk menganalisis ada
tidaknya perbedaan nilai glukosa darah sewaktu sesudah dilakukan latihan
fisik pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Sebelum dilakukan uji
statistik pada analisis bivariat terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data.
Jika didapatkan nilai p = > 0,05 maka data terdistribusi normal. Dari uji
normalitas data didapatkan hasil p = 0,175 pada kelompok perlakuan dan p =
0,278 pada kelompok kontrol sehingga dapat disimpulkan bahwa data
terdistribusi normal.
Setelah dilakukan uji normalitas maka selanjutnya dilakukan uji
statistik analisa bivariat yang sebelumnya dilakukan uji homogenitas atau uji
kesetaraan untuk membandingkan karakteristik pada kelompok responden
yang dinilai memiliki kesamaan varians (homogen) atau tidak. Apabila hasil
homogenitas menunjukkan nilai p > 0,05 dapat disimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok sehingga kelompok
tersebut dinyatakan sebanding atau sama.
Tabel 4.5Hasil analisis distribusi kesetaraan responden berdasarkan jenis
kelaminpada kelompok perlakuan dan kelompok kontroldengan DM tipe II di RS. Umum Daerah Kota Semarang
( n = 34 )
VariabelKelompok perlakuan Kelompok kontrol
P valueN % N %
Jenis kelamin Laki - laki 10 58,8% 8 47,9% 0,507
perempuan 7 41,2% 9 52,9%
33
Hasil analisis kesetaraan jenis kelamin didapatkan nilai p = 0,507
sehingga dapat disimpulkan bahwa kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol memiliki kesetaraan jenis kelamin.
Tabel 4.6Distribusi kesetaraaan responden berdasarkan umur pada kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol dengan DM tipe II di RS. Umum Daerah Kota Semarang
(n = 34)Variabel kelompok n mean SD P value
Umur Perlakuan 17 48 2,49 0,944Kontrol 17 48 2,30
Hasil analisis kesetaraan umur didapatkan nilai p = 0,944 sehingga
dapat disimpulkan bahwa kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
memiliki kesetaraan umur.
Setelah dilakukan uji homogenitas atau kesetaraan kemudian dilakukan
analisis bivariat selanjutnya. Analisis bivariat setelah dilakukan latihan fisik
dengan hasil sebagai berikut:
1. Rata – rata nilai glukosa darah sewaktu saat pretest dan post test pada
kelompok perlakuan :
Tabel 4.7Perbedaan rata rata nilai glukosa darah sewaktu (mg/dl) pada
kelompok perlakuan Dengan DM tipe II di RS.Umum Daerah Kota Semarang
(n=17)Variabel Mean SD SE n p value
Sebelum latihan fisik resistance exercise
178 11,2 2,7 17
Setelah latihan fisik resistance exercise
152 9,0 2,1 17 0,001
Berdasarkan tabel diatas diperoleh rata-rata nilai pre test glukosa
darah sewaktu (sebelum dilakukan latihan fisik resistance exercise ) pada
kelompok perlakuan adalah 178 dengan standar deviasi 11,2. Pada
pengukuran post test (sesudah dilakukan latihan fisik resistance exercise )
pada kelompok perlakuan rata – rata nilai glukosa darah sewaktu adalah
152 dengan standar deviasi 9,0. Hasil uji statistik sebelum dan sesudah
34
latihan fisik resistance exercisedidapatkan nilai p = 0,001 maka dapat
disimpulkan ada perbedaan antara sebelum dan sesudah dilakukan latihan
fisik resistance exercise.
2. Rata – rata nilai glukosa darah sewaktu saat pre test dan post test pada
kelompok kontrol.
Tabel 4.8Perbedaan rata rata nilai glukosa darah sewaktu (mg/dl) pada
kelompok kontrolDengan DM tipe II di RS.Umum Daerah Kota Semarang
(n=17)
Variabel Mean SD SE N P value Sebelum latihan ROM 183 9,8 2,37 17Sesudah latihan ROM 170 8,9 2,14 17 0,344
Berdasarkan tabel diatas diperoleh rata – rata nilai pre test glukosa
darah sewaktu pada kelompok kontrol adalah 183 dengan standar deviasi
9,8. Pada pengukuran pos test rata – rata nilai glukosa darah sewaktu
pada kelompok kontrol adalah 170 dengan standar deviasi 8,9. Hasil uji
statistik pre test dan post test didapatkan nilai p = 0,344 yang berarti
tidak terdapat perbedaan yang berarti.
3. Perbedaan rata – rata nilai glukosa darah sewaktu pada kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol setelah dilakukan latihan fisik
resistance exercise
Tabel 4.9Perbedaan rata – rata nilai glukosa darah sewaktu (mg/dl) pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol sebelum dan setelah
dilakukan latihan fisik resistance exercise pada pasien DM tipe II di RS. Umum Daerah Kota Semarang
(n = 34)Variable mean Standar deviasi (SD) n p value
Kelompok perlakuan 152 9,0 17 0,001Kelompok kontrol 176 10,1 17
Berdasarkan tabel diatas diperoleh rata – rata nilai glukosa darah
sewaktu pada kelompok perlakuan adalah 152 dengan standar deviasi
9,0. Pada kelompok kontrol diperoleh rata – rata nilai glukosa darah
35
sewaktu adalah 176 dengan standar deviasi 10,1. Hasil uji statistik pada
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol setelah dilakukan latihan fisik
menunjukkan nilai p = 0,001sehingga dapat disimpulkan adanya
perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok. Dari data diatas dapat
disimpulkan bahwa Ho ditolak, Ha diterima.
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini membahas hasil – hasil penelitian yang telah didapatkan
berdasarkan literature yang telah diperoleh. Selain itu pada pembahasan ini juga
dijelaskan tentang keterbatasan penelitian yang telah dilakukan serta implikasi
hasil penelitian ini untuk pelayanan dan penelitian keperawatan.
A. Interpretasi dan hasil diskusi
1. Karakteristik responden
a. Umur
Hasil penelitian menunjukkan rentang umur responden pada
kelompok perlakuan berada pada rentang 45 sampai 53 tahun dengan
rata – rata 48 tahun. Sedangkan umur responden pada kelompok
kontrol juga berada pada rentang usia yang sama yaitu 45 sampai 53
tahun dengan rata – rata 48 tahun.DM tipe II terjadi pada usia setelah
30 tahun dan semakin meningkat setelah usia 40 tahun dan terjadi
prevalensi 6% pada individu dengan usia 45 sampai 64
tahunIgnavicius (2006) . Degenerasi akibat proses menua dapat
mengakibatkan perubahan anatomis, fisiologis, biokimia yang
dimulai dari jaringan, sel maupun organ termasuk sel beta pankreas
yang menghasilkan hormon insulin.
b. Jenis kelamin
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jenis kelamin
responden pada kelompok perlakuan 58,8% adalah laki - laki dan
pada kelompok kontrol 52,9 % adalah perempuan. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Esayas H. H (2011) di South
Africa bahwa jenis kelamin tidak mempengaruhi seseorang terkena
diabetes melitus. Diabetes melitus terjadi karena gaya hidup yang
salah dan tergantung bagaimana orang tersebut menjaga
kesehatannya.
36
37
c. Perbedaan nilai glukosa darah sewaktu sebelum dan sesudah latihan
fisik resistance exercise pada kelompok perlakuan
Penelitian ini menunjukkan bahwa latihan fisik resistance
exercise pada pasien dengan diabetes melitus tipe II mampu
menurunkan glukosa darah sewaktu. Rata – rata terjadi penurunan
glukosa darah sewaktu dari 178 mg/dl menjadi 152 mg/dl ( p = 0,000
dengan standar deviasi 9,0). Hasil ini mendukung sebuah studi
bahwa latihan fisik resistance exercise mampu mengontrol glukosa
darah pada pasien diabetes melitus tipe II (Irvine & Taylor 2009).
Tidak terkontrolnya glukosa darah pada pasien dengan
diabetes melitus II dapatdisebabkan oleh penurunan fungsi sel beta
pankreas, gaya hidup yang tidak sehatdan juga dikarenakan
kurangnya melakukan aktivitas atau latihan fisik. Penelitian ini
menunjukkan bahwa latihan fisik resistance exercise yang dilakukan
pada pasien diabetes melitus tipe II mampu menurunkan glukosa
darah sewaktu. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh (Dunstan, 2001) dengan hasil p value = < 0,01 yang
mengatakan bahwa pada pasien dengan DM tipe II yang melakukan
latihan fisik resistance exercise dapat mengontrol peningkatan
glukosa darah. Manfaat latihan fisik pagi diabetisi adalah
meningkatkan kebugaran jasmani, meningkatkan sensitivitas organ
tubuh terhadap insulin dan menurunkan kadar glukosa darah
( Djokromoelyanto, 2007).
Pada kelompok perlakuan dilakukan latihan fisik resistance
exercisedengan menggunakan beban berupa dumble seberat 0,5 kg
yang dilakukan selama 2 hari.Latihan dimulai dengan pemanasan
yang berupa gerakan melemaskan leher dan ekstremitas lainnya
kemudian latihan inti dengan mengangkat dumble 0,5 kg selama
beberapa sesi latihan dan diakhiri dengan pendinginan. Latihan
pertama dilakukan pada pagi atau siang hari dan latihan pada hari
kedua dilakukan dari 24 jam sejak dimulainya latihan pada hari
38
pertama. Pemberian jeda 24 jam ini dilakukan karena metabolisme
glukosa darah dalam tubuh terjadi secara berkelanjutan selama 24
jam (J.W van djick et all, 2011). Selanjutnya pengukuran kembali
nilai GDS dilakukan 24 jam dari selesai latihan pada hari kedua.
d. Perbedaan nilai glukosa darah sewaktu pada kelompok perlakuan
dan kelompok kontrol setelah dilakukan latihan fisik resistance
exercise
Setelah dilakukan latihan fisik resistance exercise selama 2
hari pada kelompok perlakuan rata – rata menunjukkan penurunan
glukosa darah hampir 30 mg/dl. Glukosa darah sewaktu ini berbeda
20 mg/dl dibanding dengan kelompok kontrol. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa ada perbedaan antara kelompok perlakuan ( p =
0,001) dengan kelompok kontrol (p = 0,344).
Hasil penelitian ini menjadi bukti bahwa nilai glukosa darah
sewaktu pada kelompok perlakuan yang dilakukan latihan fisik
resitance exercise terjadi penurunan glukosa darah sewaktu yang
lebih banyak dibanding dengan kelompok kontrol yang tidak
dilakukan latihan fisik. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Ibanez et all (2005)dengan judul Twice –
Weekly Progressive Resistance Training Decreases Abdominal Fat
and Improves Insulin Sensitivity in Older Men With Type II Diabetes
yang dimuat dalam Diabetes Careyang menyebutkan bahwa latihan
fisik resitance exercise mampu meningkatkan sensitivitas insulin
pada pasien DM tipe II sehingga dapat menurunkan glukosa darah
dengan rata – rata penurunan glukosa darah 20 – 30 mg/dl (nilai p <
0,01 ).
Hasil yang dicapai pada kelompok perlakuan menunjukkan
hasil bahwa terjadi penurunan nilai glukosa darah sewaktu akibat
peningkatan aliran darah pada saat melakukan latihan fisik sehingga
banyak jala – jala kapiler yang terbuka dan menyebabkan reseptor
insulin menjadi lebih aktif.
39
Latihan fisik resistance exercise belum banyak dilakukan pada
pasien rawat inap dengan diabetes melitus tipe II dikarenakan
keterbatasan alat. Latihan fisik juga efektif untuk mengisi kejenuhan
pada pasien rawat inap dengan diabetes melitus tipe II disamping
dapat menurunkan atau mengontrol nilai glukosa darah.
B. Keterbatasan penelitian
1. Sampel
Peneliti menerapkan kriteria dalam pemilihan sampel yang
digunakan dalam proses penelitian ini. Dalam penelitian ini peneliti
membutuhkan 34 sampel untuk penelitian. Namun ketika penelitian
sudah berjalan terdapat responden yang tidak mau melanjutkan latihan
fisik resistance exercise sehingga mencari responden lain yang sesuai
dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Penelitian ini menggunakan 2
kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Kelompok
perlakuan terdiri dari 17 orang dan kelompok kontrol juga sebanyak 17
orang.
C. Implikasi keperawatan
1. Implikasi terhadap pelayanan keperawatan di rumahsakit
Pasien rawat inap adalah pasien yang memerlukan penanganan
khusus terlebih pada pasien dengan diabetes melitus tipe II. Pada pasien
DM tipe II harus dijaga pola makanan, penanganan yang tepat dan selalu
memantau kadar glukosa darah agar tidak semakin meningkat.
Penatalaksanaan yang tepat pada pasien dengan diabetes melitus mampu
mencegah terjadinya komplikasi seperti coronary artery disease atau
ulcus diabetikum.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa latihan fisik resistance
exercise dapat menjadi wacana baru dalam pemberian asuhan
keperawatan pada pasien dengan diabetes melitus tipe II. Latihan fisik
resistance exercise ini belum banyak diterapkan pada rumah sakit di
40
Indonesia sebagai salah satu intervensi pemberian asuhan keperawatan.
Latihan fisik resistance exercise tidak terlalu menguras tenaga,
menggunakan alat yang mudah digunakan, serta gerakan yang mudah di
mengerti dan dihafal sehingga latihan ini efektiv untuk dilakukan di
ruang rawat inap. Perawat dapat mengupayakan supaya latihan ini dapat
dilakukan pada pasien rawat inap dengan diabetes melitus tipe II, serta
dapat memberikan edukasi terkait latihan fisik resistance exercise. Alat
latihan ini (dumble) di berikan ke ruangan untuk fasilitas latihan pada
pasien DM tipe II.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menguraikan tentang kesimpulan dan saran berkaitan dengan hasil
pembahasan penelitian. Bagian ini menjelaskan secara sistematis upaya menjawab
hipotesa penelitian dan tujuan.
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan
sebelumnya maka simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Rata – rata umur responden pada kelompok perlakuan adalah 48 tahun
demikian juga pada kelompok kontrol. Sebagian besar responden berjenis
kelamin laki laki pada kelompok perlakuan (58,8 %) dan sebagian besar
responden berjenis kelamin perempuan pada kelompok kontrol (52,9 %).
2. Terbukti adanya perbedaan yang signifikan rata - rata nilai glukosa darah
sewaktu pada sebelum dan sesudah di lakukan latihan fisik resistance
exercise pada kelompok perlakuan ( p = 0,001)
3. Tidak ada perbedaan yang signifikan rata – rata nilai glukosa darah
sewaktu pada sebelum dan setelah dilakukan latihan ROM pada
kelompok kontrol ( p = 0,344).
4. Latihan fisik resistance exercise terbukti mampu menurunkan nilai
glukosa darah sewaktu pada pasien dengan diabetes melitus tipe II.
B. Saran
1. Bagi pelayanan keperawatan
a. Institusi pelayanan kesehatan perlu memfasilitasi diterbitkannya
prosedur tetap (protap) tentang latihan fisik resistance exercise pada
pasien dengan diabetes melitus tipe II dan mengembangkan latihan
fisik resistance exercise sebagai salah satu program terapi dalam
pemberian asuhan keperawatan bagi pasien rawat inap dengan
diabetes melitus tipe II.
41
42
b. Institusi pelayanan kesehatan menyediakan sarana dan prasarana
yang diperlukan termasuk edukasi untuk lebih meningkatkan
manfaat latihan fisik resistance exercise pada pasien rawat inap
dengan diabetes melitus tipe II.
c. Institusi pelayanan kesehatan memfasilitasi perawat untuk
mengembangkan diri guna untuk meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan dalam melakukan latihan fisik resistance exercise pada
pasien rawat inap dengan diabetes melitus tipe II.
d. Perawat ruangan memberikan pendidikan kesehatan tentang latihan
fisik resistance exercise, mengajarkan dan memotivasi pasien untuk
melakukan latihan sesuai dengan protap yang telah ditetapkan.
e. Perawat ruangan dan dokter secara periodik memperhatikan aktivitas
fisik pasien dan menyediakan pelayanan konsultasi terkait masalah
kesehatan dan latihan fisik resistance exercise.
2. Bagi perkembangan ilmu keperawatan
a. Institusi pendidikan dan pelayanan perlu mengadakan diskusi dalam
mengembangkan tindakan keperawatan latihan fisik resistance
exercise pada pasien rawat inap dengan diabetes melitus tipe II
karena latihan fisik pada pasien rawat inap dengan DM tipe II masih
hal yang baru.
b. Organisasi profesi atau perkumpulan perawat medikal bedah perlu
memfasilitasi pengembangan ilmu dengan mengadakan pelatihan
atau seminar tentang latihan fisik resistance exercise pada pasien
rawat inap dengan diabetes melitus tipe II.
c. Masyarakat
Perawat ruangan memberikan informasi dan edukasi kepada pasien
dengan DM tipe II terkait latihan fisik resistance exercise dalam
menurunkan glukosa darah sewaktu sehingga dapat disebarkan pada
masyarakat lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ades PA, Savage PD, Brochu M, TischlerMD, Lee NM, Poehlman ET. (2005). Resistance training increases total daily energy expenditurein disabled older women with coronary heart disease. J Appl Physiol 98:1280–1285, 2005
American Diabetes Association. ( 2005 ). Diagnosis and Clasification of Diabetes Melitus. Diabetes Care, 28 : 37 – 42
American Diabetes Association. (2011). Standards of Medical Care in Diabetes. Journal Diabetes Care, 34: 511 – 561
Barnes, D.E. (2009 ). Program Olahraga Diabetes : Panduan untuk mengendalikan Kadar Glukosa Darah. Yogyakarta : Citra Aji Parama
Black J., Hawks J., Keene A. M. (2009). Medical Surgical Nursing : Clinical for Management Positive Outcomes. 8 Edition. USA : Elsevier Saunders Company
Dempsey, P.A., & Dempsey A.D. (2002). Riset Keperawatan Buku Ajar dan Latihan Edisi 4. Jakarta: EGC
Diabetes Care. ( 2006 ). Resistance Training and Type 2 Diabetes. Volume 29 no 8.
Djokomelyanto RJ. (2007). Diabetes melitus ditinjau dari berbagai aspek penyakit dalam. Badan Penerbit UNDIP Semarang : CV Agung
Dunstan DW, Zimmet PZ, Wellborn TA, et all. (2002) The Raising Prevalence of Diabetes and Impaired Glucose Tolerance The Australia Diabetes Obesity and Lifestyle. Study Diabetes Care 25: 829 – 834
Erikson J., Tuominen J., Valle T., et all. (2001). Aerobic Endurance Exercise or Circuit Type Resistance Training for Individual With Impaired Glucose Tolerance. Harm, Metab. Res 30:37 - 41
Guyton, C. A., Hall, J. E. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Hidayat, A.A. (2009). Metodelogi Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika
Ibanez J, izquirdo M, Arguelles I, Forga L, Larrion JL Garcia, Unciti M. Idoale F, Gorostiaga EM. (2005). Twice – Weekly Progressive Resistance Training Decreases Abdominal Fat and Improves Insulin Sensitivity in Older Men With Type II Diabetes, Diabetes Care 28: 662 – 667
43
44
Ignatavicius, D.,Workman, M.L. (2006). Medical Surgical Nursing: Critical Thinking For Collaborative Care .5th ed. St Louis: Missouri.
Irianto, D. P. ( 2000 ). Panduan Latihan Kebugaran Fisik. Yogyakarta : Lukman Offet
Irvine, C. and Taylor, N.F. (2009). Progressive Resistance Exercise improves Glycaemic Control in People With Type 2 Diabetes Mellitus: a systematic review. Australian Journal of Physiotherapy, 55, 237-246.
J.W. Van Dijk. R.J.F Manders et all. (2011). Both Resistance and Endurance Type Exercise Reduce the Prevalence of Hyperglicemia in Individuals With Impaired Glucose Tolerence and in Insulin Treated and Non Insulin Treated Type II Diabetic Patient. Article Diabetologia 55: 1273 - 1282
Kell RT, Bell G, Quinney A. (2001). Musculoskeletal fitness, health outcomes and quality of life. Hunter GR, McCarthy JP, Bamman MM: Sports Med 31. 863– 873.
Mayes, PA., Murray, RK., Granner, DK. ( 2000 ). Harper;s Biochemistry. 25th ed. New York : Mc. Graw – Hill
Notoatmodjo Soedjo., Dr. Prof. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan . Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmojo, S. (2010). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. ( 2006 ). Konsesus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus tipe II di Indonesia. Jakarta : PB. PERKENI
Pocock, G., Richard, CD. ( 2004 ). Human Physiology The Basic of Medicine. II Edition. New York : Oxford University
Poehlman ET, Dvorak RV, DeNino WF,Brochu M, Ades PA. (2000). Effects of resistance training and endurance training on insulin sensitivity in nonobese, young women controlled randomized trial. J Clin Endocrinol Metab 85:2463–2468
Powers, SK., Howley, ET. ( 2007 ). Exercise Physiology : Theory and Aplication to Fitness and Performance. 6 Edition. USA : Mc. Graw – Hill
Quratuaeni. ( 2009 ). Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Terkendalinya Kadar Gula Darah pada Pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat ( RSUP ) Jakarta : UIN
Rebecca A.S., Jacqueline N.E., Davit M., et all. ( 2002 ). Strength Training for Older Adult. Tufts University.
45
Schteingart, D. E. ( 2003 ). Patofisiologi Konsep Klinis Proses Proses Penyakit . Edisi 6. Jakarta : EGC
Smeltzer, SC., Bare, BG. ( 2002 ).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddarth. Edisi 8. Volume 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Sudoyo A. W., Setiyohadi B., Alwi Idrus,. dkk. ( 2007 ). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi IV. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI
Suyono, S. ( 2002 ). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Syahbudin, S. ( 2001 ). Pedoman Diabetes Melitus. Jakarta : Depkes RI
Tandra, H. (2008). Segala sesuatu yang harus anda ketahui tentang Diabetes Melitus : Panduan lengkap mengenal dan mengatasi Diabetes Melitus dengan cepat dan mudah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Topan, E. ( 2005 ). Penyakit Degeneratif. Jakarta : Elex Media Komputindo
Waspadji, S. ( 2004 ). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta : Balai penerbit FKUI
WHO. ( 2006 ). Definition and Diagnosis of Diabetes Mellitus and Intermediate Hyperglicemia. Switzerland
Wilds, S., Roglic, G., Green, A., Sicree, R., et all. ( 2004 ). Global prevalence of diabetes : estimates for the year 2000 and projections for 2030. Diabetic Care
World Health Organisation ( 2012 ). Prevalence of Diabetes Worldwide. www. who. int di akses pada 11 agustus 2013
Yullizar, D. ( 2005 ). Pedoman Pemeriksaan Laboratorium untuk Penyakit Diabetes Melitus. Jakarta : Departemen Kesehatan RI
Lampiran 1
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
KELOMPOK PERLAKUAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Nurul Khomariyah Eka Putri
NIM : 092101030
Status : Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Islam Sultan
Agung Semarang
Dengan ini mengajukan permohonan kepada Bapak/Ibu untuk bersedia
menjadi responden penelitian yang akan saya lakukan dengan judul “ Efektivitas
latihan fisik resistance exercise terhadap penurunan glukosa darah sewaktu pada
pasien diabetes melitus tipe II di RS. Umum Daerah Kota Semarang “.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penurunan glukosa darah sewaktu
pada pasien diabetes melitus tipe II setelah dilakukan latihan fisik resistance
exercise.
Keikutsertaan Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tanpa
paksaan. Peneliti menjamin bahwa penelitian ini tidak akan menimbulkan
kerugian pada Bapak/Ibu sebagai responden. Penelitian ini diharapkan dapat
menurunkan glukosa darah sewaktu pada pasien diabetes melitus tipe II. Peneliti
sangat menghargai hak Bapak/Ibu sebagai responden. Peneliti menjaga
kerahasiaan identitas atau informasi yang Bapak/Ibu berikan.
Demikian surat permohonan ini peneliti buat, atas kesediaan dan kerjasama
Bapak/Ibu peneliti mengucapkan banyak terimakasih.
Semarang, 2014
Peneliti
Nurul Khomariyah Eka Putri
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
KELOMPOK KONTROL
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Nurul Khomariyah Eka Putri
NIM : 092101030
Status : Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Islam Sultan
Agung Semarang
Dengan ini mengajukan permohonan kepada Bapak/Ibu untuk bersedia
menjadi responden penelitian yang akan saya lakukan dengan judul “ Efektivitas
latihan fisik resistance exercise terhadap penurunan glukosa darah sewaktu pada
pasien diabetes melitus tipe II di RS. Umum Daerah Kota Semarang “.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penurunan glukosa darah sewaktu
pada pasien diabetes melitus tipe II setelah dilakukan latihan fisik resistance
exercise.
Keikutsertaan Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tanpa
paksaan. Peneliti menjamin bahwa penelitian ini tidak akan menimbulkan
kerugian pada Bapak/Ibu sebagai responden. Penelitian ini diharapkan dapat
menurunkan glukosa darah sewaktu pada pasien diabetes melitus tipe II. Peneliti
sangat menghargai hak Bapak/Ibu sebagai responden. Peneliti menjaga
kerahasiaan identitas atau informasi yang Bapak/Ibu berikan.
Demikian surat permohonan ini peneliti buat, atas kesediaan dan kerjasama
Bapak/Ibu peneliti mengucapkan banyak terimakasih.
Semarang, 2014
Peneliti
Nurul Khomariyah Eka Putri
Lampiran 2
SURAT PERNYATAAN BERSEDIA BERPARTISIPASI
SEBAGAI RESPONDEN DALAM PENELITIAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : ....................................................................
Umur : ....................................................................
Pekerjaan : ....................................................................
Setelah membaca surat permohonan dan mendapat penjelasan dari peneliti
dengan ini saya bersedia berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian yang
berjudul “ Efektivitas latihan fisik resistance exercise terhadap penurunan glukosa
darah sewaktu pada pasien diabetes melitus tipe II di RS. Umum Daerah Kota
Semarang”. Saya percaya peneliti akan menjaga kerahasiaan saya sebagai
responden.
Keikutsertaan saya dalam penelitian ini tidak ada unsur paksaan dari pihak
manapun.
Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk digunakan sebagaimana
mestinya
Semarang, 2014
Yang membuat pernyataan
.........................................
Nama dan tanda tangan
Lampiran 3
Hasil pengukuran glukosa darah sewaktu pada kelompok kontrol
No Inisial/ umurGDS sebelum dilakukan
latihan fsik resistance exercise
GDS setelah 2 hari
Ttd
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
Hasil pengukuran glukosa darah sewaktu pada kelompok perlakuan
No Inisial/ umur
GDS sebelum dilakukan latihan
fsik resistance exercise
GDS setelah dilakukan latihan fsik resistance exercise selama 2 kali
dalam 2 hari
Ttd
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
Lampiran 4
Alat :1. Dumble 0,5 Kg 2 Buah
Lampiran 5
A. Data responden kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
nama sebelum sesudah nama sebelum sesudahny.n 200 170 Ny.s 200 190Ny.s 190 160 tn.t 190 190Ny.d 180 150 tn.m 185 175tn.s 170 140 Ny.j 190 181tn.j 188 120 Ny.n 180 180tn.p 175 155 Ny.n 177 170tn.k 191 162 tn.p 190 190tn.r 160 145 Ny.w 175 185tn.t 175 155 Ny.i 180 170tn.b 162 150 tn.k 165 180Ny.i 160 143 tn.y 179 160ny.m 180 145 Ny.a 180 180ny.s 177 150 Ny.k 190 190ny.e 182 150 tn.h 180 170tn.h 173 141 tn.i 193 180tn.z 171 150 tn.r 175 190tn.p 185 150 tn.d 170 185
B. Kelompok Perlakuan
1. Rata – rata umur responden
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 45 3 17,6 17,6 17,6
46 2 11,8 11,8 29,447 4 23,5 23,5 52,949 3 17,6 17,6 70,650 2 11,8 11,8 82,451 1 5,9 5,9 88,252 1 5,9 5,9 94,153 1 5,9 5,9 100,0Total 17 100,0 100,0
2. Rata – rata jenis kelamin responden
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid lakilaki 10 58,8 58,8 58,8
perempuan 7 41,2 41,2 100,0Total 17 100,0 100,0
Paired Samples Test
25,471 7,341 1,780 21,696 29,245 14,306 16 ,000sebelum - esudahPair 1Mean Std. Deviation
Std. ErrorMean Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
3. Uji normalitas pre test
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.sebelum ,093 17 ,200(*) ,971 17 ,836
4. Uji normalitas post test
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.esudah ,240 17 ,010 ,906 17 ,084
5. Uji t paired
C. Kelompok kontrol
1. Rata – rata umur responden
N Valid 17Missing 0
Mean 48,06Std. Deviation 2,304Minimum 45Maximum 53
2. Rata – rata jenis kelamin responden
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid LAKI LAKI 8 47,1 47,1 47,1
PEREMPUAN 9 52,9 52,9 100,0Total 17 100,0 100,0
Paired Samples Test
2,529 10,684 2,591 -2,964 8,022 ,976 16 ,344sebelum - sesudahPair 1Mean Std. Deviation
Std. ErrorMean Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
Independent Samples Test
,030 ,864 -6,455 32 ,000 -24,556 3,804 -32,304 -16,807
-6,452 31,473 ,000 -24,556 3,806 -32,313 -16,798
Equal variancesassumed
Equal variancesnot assumed
dataF Sig.
Levene's Test forEquality of Variances
t df Sig. (2-tailed)Mean
DifferenceStd. ErrorDifference Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
t-test for Equality of Means
3. Uji normalitas pre test
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.sebelum ,204 17 ,059 ,955 17 ,544
4. Uji normalitas post test
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.sesudah ,190 17 ,104 ,894 17 ,053
5. Uji t paired
6. Uji t independen
7. Uji homogenitas umur responden kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol
Levene Statistic df1 df2 Sig.
,183 1 32 ,672
8. Uji homogenitas Jenis Kelamin responden kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol
Levene Statistic df1 df2 Sig.
,452 1 32 ,506
9. Uji homogenitas Uji homogenitas nilai GDS Pretest pada kelompok
kontrol dan kelompok perlakuan
Levene Statistic df1 df2 Sig.
,012 1 32 ,913
Lampiran 6
Lampiran 7.
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Nurul Khomariyah Eka Putri
Tempat, Tanggal Lahir : Tuban, 01 September 1992
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat Rumah : Ds. Punggul Rejo, RT 02/ RW 04, Kec. Rengel
Kab. Tuban
Alamat Institusi : Jalan Raya Kaligawe KM.4 Semarang, Jawa
Tengah
Riwayat Pendidikan :
1. TK Bhayangkari Rengel
2. SDN Punggul Rejo 01
3. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Rengel
4. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Rengel
Lampiran 11.