skripsi mutilasi

86
GAMBARAN MOTIVASI DAN KESIAPAN UNTUK BERUBAH PADA NARAPIDANA KASUS MUTILASI (Studi Narapidana Mutilasi di Rutan Jambe Kelas I Kab. Tangerang) Disusun Oleh : Dukut Pamungkas 46107010003
  • Upload

    egad87
  • Category

    Law

  • view

    204
  • download

    8

Transcript of skripsi mutilasi

Page 1: skripsi  mutilasi

GAMBARAN MOTIVASI DAN KESIAPAN UNTUK BERUBAH PADA NARAPIDANA KASUS MUTILASI

(Studi Narapidana Mutilasi di Rutan Jambe Kelas I Kab. Tangerang)

Disusun Oleh :

Dukut Pamungkas46107010003

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MERCUBUANA

2013

Page 2: skripsi  mutilasi
Page 3: skripsi  mutilasi

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan

Lembar Pernyataan

Abstrak

Kata Pengantar

Daftar Isi...................................................................................................................i

Daftar Bagan dan Tabel...........................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1. Latar Belakang Masalah.....................................................................1

1.2. Rumusan Masalah............................................................................7

1.3. Tujuan Penelitian................................................................................7

1.4. Manfaat Penelitian..............................................................................7

1.5. Sistematika Penulisan.......................................................................9

BAB II LANDASAN TEORI................................................................................11

2.1. Transtheoritical Model Stage of Change..........................................11

2.1.1. Pengertian Transtheoritical Model of Change........................11

2.1.2. Tahap Perubahan Perilaku dengan Transtheoritical Model...13

2.2. Pengertian Perilaku...........................................................................14

2.2.1. Perubahan Perilaku.................................................................17

2.3. Kesiapan Untuk Berubah..................................................................18

2.4. Mutilasi.............................................................................................19

2.4.1. Pengertian Mutilasi.................................................................19

2.4.2. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Mutilasi..........................20

Page 4: skripsi  mutilasi

2.4.3. Jenis-jenis Mutilasi..................................................................21

2.5. Remaja..............................................................................................22

2.5.1. Pengertian Remaja..................................................................22

2.5.2. Karakteristik Remaja..............................................................24

2.6. Kenakalan Remaja...........................................................................31

2.6.1. Pengertian Kenakalan Remaja................................................31

2.6.2. Ciri-ciri Kenakalan Remaj......................................................31

2.6.3. Bentuk Kenakalan Remaja. .....................................................32

2.6.4. Faktor Yang Mempengaruhi Kenakalan Remaja...................36

2.7. Pengertian Narapidana......................................................................39

2.8. Pengertian Rutan..............................................................................39

2.9. Kerangka Berpikir............................................................................41

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................42

3.1. Metode Penelitian............................................................................42

3.2. Subjek Penelitian..............................................................................42

3.3. Karakteristik Subjek.........................................................................43

3.4. Metode Pengumpulan Data..............................................................43

3.4.1. Wawancara.............................................................................43

3.4.2. Observasi...............................................................................44

3.4.3. Prosedur Pengambilan Subjek...............................................45

3.5. Alat Bantu Penelitian......................................................................45

3.6. Prosedur Analisis Data.....................................................................46

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................48

DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................50

LAMPIRAN 1 Informed Concent..............................................................51

Page 5: skripsi  mutilasi

LAMPIRAN 2 PedomanWawancara.........................................................55

LAMPIRAN 3 Pedoman Observasi...........................................................61

LAMPIRAN 4 Dokumentasi......................................................................63

JADWAL RENCANA PELAKSANAAN................................................64

Page 6: skripsi  mutilasi

BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan

permasalahan penelitian, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, isu etis,

cakupan penelitian, dan sistematika penelitian.

1.1. Latar Belakang Masalah

Remaja merupakan usia dimana seseorang mengalami suatu masa

peralihan antara masa kanak-kanak dan dewasa (Steinberg, 2002). Menurut Jean

Piaget, pada awal masa remaja, pikiran menjadi abstrak, konseptual, dan

berorientasi-masa depan (future oriented), Ia menyebutkan masa ini sebagai

stadium operasional formal. Hurlock (1999) memberi batasan usia kronologis

remaja yaitu antara 13 hingga 18 tahun. Remaja sering dihubungkan dengan

penyimpangan dan ketidakwajaran, karena adanya perubahan yang terjadi pada

masa remaja meliputi perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional

(Santrock, 2003).

Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja tersebut membuat

remaja menjadi pribadi yang penuh gejolak emosi serta dipenuhi ketidak

Page 7: skripsi  mutilasi

2

seimbangan sehingga mudah terpengaruh oleh lingkungan. Keingintahuan yang

besar pada remaja, pengaruh negatif media dan lingkungan bermain, kondisi

keluarga yang kurang kondusif (kesibukan orang tua, pola asuh yang kurang tepat,

dan kondisi keluarga yang kurang harmonis) menjadi faktor yang berpengaruh

terhadap penyimpangan pada masa remaja (Masngudin, 2004). Salah satu bentuk

penyimpangan pada masa remaja adalah kasus kriminal yang dilakukan oleh

remaja. Kasus kriminal yang sering dilakukan oleh remaja adalah melanggar

ketertiban (pasal 154-181 KUHP), kejahatan susila (pasal 281-297 KUHP),

penganiayaan (pasal 351-355 KUHP), pencurian (pasal 362-364 KUHP),

perampokan (pasal 365 KUHP), kejahatan narkotika (UU No. 135/09),

penggunaan senjata tajam (UU Darurat No. 23/51), dan kekerasan terhadap anak

(UU No. 23/02). Kasus–kasus tersebut membawa remaja berurusan dengan

lembaga hukum dan beberapa remaja yang divonis bersalah kemudian menjalani

masa-masa berada dirumah tahanan sebagai narapidana (Widianti, 2011).

Narapidana adalah individu pelaku tindak pidana yang telah diputus

bersalah oleh majelis hakim dan dihukum penjara selama kurun waktu tertentu,

kemudian ditempatkan dalam rumah tahanan sebagai tempat pelaksanaan

hukuman tersebut (Atmasasmita, 1995).

Lembaga pemasyarakatan atau yang lebih dikenal dengan nama Lapas

sebagai salah satu institusi penegakan hukum merupakan muara dari peradilan

pidana yang menjatuhkan pidana penjara kepada para terpidana. Hal lain yang

terjadi adalah berubahnya fungsi Lembaga Pemasyarakatan didalam

Page 8: skripsi  mutilasi

3

menempatkan narapidana. Namun sekarang tidak hanya Lembaga

Pemasyarakatan yang berfungsi menampung narapidana. Rutan atau Rumah

Tahanan juga difungsikan sebagai tempat penampungan narapidana. Berdasarkan

pasal 38 ayat (1) jo. Penjelasan PP No. 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan

KUHAP, Menteri dapat menetapkan Lapas tertentu sebagai Rutan.Kemudian,

dengan adanya Surat Keputusan Menteri Kehakiman No. M.04.UM.01.06 Tahun

1983 tentang Penetapan Lembaga Pemasyarakatan Tertentu sebagai Rumah

Tahanan Negara, Lapas dapat beralih fungsi menjadi Rutan, dan begitu pula

sebaliknya. Mengingat kondisi banyak Lapas telah melebihi kapasitas, karenanya

terdakwa yang telah menjalani hukuman di Rutan, yang seharusnya pindah dari

Rutan untuk menjalani hukuman ke Lapas, banyak yang tetap berada di dalam

Rutan hingga masa hukuman mereka selesai (Alina, 2012).

Rumah tahanan merupakan suatu institusi yang diberi kewenangan untuk

memperbaiki perilaku pelanggar hukum (Atmasasmita, 1995). Pengertian Rumah

Tahanan Negara menurut Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Pasal 1

Nomor 2 disebutkan bahwa “Rumah Tahanan Negara selanjutnya disebut

RUTAN adalah tempat tersangka atau terdakwa ditahan selama proses

penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan”. Rumah tahanan

adalah suatu tempat untuk orang-orang yang dalam masa penahanan. Penahanan

adalah upaya paksa menempatkan tersangka atau terdakwa di suatu tempat yang

telah ditentukan, karena alasan dan dengan cara tertentu (UU No. 8 tahun 1981

tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP) pasal 1) Beccaria (1998 dalam, Sriati &

Widiasih, 2009).

Page 9: skripsi  mutilasi

4

Remaja yang baru pertama kali menjalani hukuman di rumah tahanan

dituntut untuk mampu beradaptasi dan bersosialisasi dengan peraturan penjara

yang sangat menekan, rutinitas kehidupan penjara yang sangat membosankan, dan

kehidupan sosial bersama narapidana lain yang sering terjadi keributan,

pemerasan, dan tindakan kekerasan yang dirasakan sebagai suatu penderitaan lain

disamping hukuman pidana sendiri (Atmasasmita, 1995). Kecenderungan anak

berbuat kriminal, kebanyakan disebabkan kondisi eksternal, bukan dorongan

kesadaran diri. Menyedihkan ketika anak dimasukkan ke dalam lembaga yang

sebetulnya sebagai tempat atau proses pembinaan ternyata tidak lagi terbuka

untuk memperbaiki masa depannya. Data dunia menyebutkan bahwa 50% sampai

dengan 70% anak yang dibebaskan dari proses pembinaan di lembaga

pemasyarakatan itu menjadi residivis (Distia, 2008). Pemberian jaminan adanya

kepastian hukum di Indonesia dijelaskan oleh Sudarsono (1995 dalam Handayani

2010), terutama mengenai hukum pidana. Kepastian hukum ini tidak hanya

ditujukan bagi pelaku tindak pidana dalam usia dewasa, tetapi juga untuk anak

yang belum dewasa, termasuk remaja. Menurut Prinst (1997 dalam, Handayani

2010 ), penjatuhan hukuman dan pengadilan terhadap anak maupun remaja yang

melakukan tindak kejahatan ada kalanya dilakukan untuk mempertanggung

jawabkan perbuatan yang telah dilakukannya. Sesuai hukum pidana anak,

Sudarsono (1995 dalam, Handayani 2010) menerangkan bahwa remaja yang

bersalah dan harus menjalani pidana penjara, maka ia akan menjalani pidana di

penjara khusus atau biasa dikenal dengan Lembaga Pemasyarakatan Anak. Fungsi

mengenai Lembaga Pemasyarakatan Anak adalah tempat pendidikan dan

Page 10: skripsi  mutilasi

5

pembinaan bagi Anak Didik Pemasyarakatan yang meliputi Anak Pidana, Anak

Negara, dan Anak Sipil (Mulyadi, 2005). Pembinaan Anak Didik Pemasyarakatan

ditempatkan di Lembaga Pemasyarakatan Anak yang harus terpisah dari Lembaga

Pemasyarakatan orang dewasa. Lembaga Pemasyarakatan Anak ini berisi para

terdakwa tindak pidana dengan batasan umur sampai 18 tahun, sehingga penghuni

Lembaga Pemasyarakatan Anak ini sebagian besar adalah para narapidana remaja.

Berdasarkan ketentuan Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 tetang

Pemasyarakatan, khususnya Pasal 14 mengenai hak-hak narapidana, merupakan

dasar bahwasanya narapidana harus diperlakukan dengan baik dan manusiawi

dalam satu sistem pembinaan yang terpadu. Tujuan pidana penjara dititik beratkan

pembinaan narapidana. Pembinaan adalah satu bagian dari proses rehabilitasi

watak dan perilaku narapidana selama menjalani hukuman hilang kemerdekaan,

sehingga ketika mereka keluar dari Rumah Tahanan (Rutan) mereka telah siap

berbaur kembali dengan masyarakat. Karena pidana penjara itu sudah mempunyai

tujuan, maka tidak lagi tanpa arah atau tidak lagi seakan-akan menyiksa.

Pelaksanaan pembinaan narapidana di Rumah Tahanan adalah sebagai jalan

keluar untuk membina dan juga untuk mengembalikan narapidana ke jalan yang

benar. Perilaku-perilaku menyimpang yang dulu pernah mereka lakukan

diharapkan tidak akan terjadi lagi dan mereka dapat berubah menjadi anggota

masyarakat yang bertingkah laku baik (Puspaningtyas, 2011).

Perubahan perilaku ke arah yang lebih baik pada narapidana remaja yang

sudah tentunya melalui proses atau tahapan dan tahapan itulah yang ingin peneliti

Page 11: skripsi  mutilasi

6

ketahui, dengan mengacu kepada suatu teori yang tepat untuk mengetahui

bagaimana tahapan perubahan perilaku yang terjadi pada narapidana remaja yang

telah menjalani masa hukuman di Rumah Tahanan melalui model transteori.

Model transteori merupakan model modifikasi perilaku yang

dikembangkan oleh W.F Prochaska. Prochaska menemukan bahwa perubahan

perilaku lebih rumit dari pada yang dijelaskan oleh banyak teori. Prochaska

meninjau teori yang sudah ada dengan psikoterapi termasuk psikoanalitik,

humanistik/eksistensial, gestalt/eksperiensial, kognitif, dan perilaku ilmu

pengetahuan. Akhirnya Prochaska mengambil kesimpulan bahwa semua teori ini

mempunyai kelebihan dalam membantu orang mengubah perilaku mereka, tetapi

juga memiliki keterbatasan. Kemudian Prochaska memasukkan proses perubahan

perilaku dari semua teori tersebut ke dalam Transtheoritical. Prochaska (1979,

dalam Riska, 2010).

Lalu Prochaska mengembangkannya menjadi model modifikasi perilaku

untuk masalah kenakalan remaja dan masalah sosial (Sugiarto, 2010). Dengan

pendekatan yang berpijak pada model perubahan intensional yang terintegrasi dan

berfokus pada proses pengambilan keputusan individu yang mengandung unsur

perilaku, kognitif dan emosi, maka model ini dapat dipakai untuk mengetahui

bagiaman tahapan perubahan perilaku pada narapidana remaja yang memiliki

banyak perilaku negatif.

Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian ini agar dapat mengetahui

dan memahami bagaimanakah gambaran tahapan perubahan perilaku dengan

Page 12: skripsi  mutilasi

7

model transteori pada narapidana remaja dilingkungan Rutan Jambe Kelas I Kab

Tangerang.

Dalam melaksanakan penelitian terhadap topik ini, peneliti menggunakan

pendekatan penelitian kualitatif dengan tujuan untuk mendapatkan Gambaran

Tahapan Perubahan Perilaku Dengan Transtheoritical Model Pada Narapidana

Remaja Di Rutan Jambe Kelas I Kab Tangerang secara spesifik dan menyeluruh.

Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan observasi dan

wawancara mendalam terhadap para subjek.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan

utama yang ingin diteliti dalam penelitian ini adalah :

“Bagaimanakah gambaran tahapan perubahan perilaku dengan Transtheoritical

Model pada narapidana remaja di Rutan Jambe Kelas I Kab Tangerang?”

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai tahapan

perubahan perilaku dengan Transtheoritical Model pada narapidana remaja di

Rutan Jambe Kelas I Kab Tangerang.

1.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan yang ingin dicapai dari

penulisan proposal ini, diharapakan proposal ini dapat memberikan manfaat bagi

pembacanya. Manfaat yang dimaksud adalah manfaat dari segi praktis dan

teoritis.

Page 13: skripsi  mutilasi

8

Secara teoritis, diharapkan proposal ini dapat memberikan manfaat sebagai

berikut :

1) Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

informasi berdasarkan bukti ilmiah mengenai tahapan perubahan perilaku

dengan Transtheoritical Model pada narapidana usia remaja di lingkungan

Rumah Tahanan (Rutan) Jambe Tigaraksa Kab Tangerang dan memberi

penjelasan yang cukup komprehensif mengenai permasalahan peneliti

yang telah disebutkan sebelumnya bagi pihak Rutan.

2) Selain itu penelitian ini juga di harapkan dapat menjadi bahan bagi

pengembangan wacana psikologi remaja dan psikologi sosial.

3) Memperkaya khasanah penelitian psikologi terutama mengenai tahapan

perubahan perilaku dengan Transtheoritical Model pada narapidana

khususnya narapidana remaja yang berada dilingkungan Rutan Jambe

Tigaraksa Kab Tangerang.

4) Menjadi bahan masukkan yang berguna bagi masyarakat pada umumnya

dan mahasiswa-mahasiswi psikologi khususnya dalam melihat gambaran

para narapidana remaja dalam menjalani kehidupannya.

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat :

1) Bagi remaja, Sebagai bahan acuan khususnya untuk remaja agar dapat

memperoleh informasi yang tepat dan benar tentang bagaimana gambaran

perilaku dirinya dengan harapan dapat berperilaku sesuai dengan aturan

dan norma – norma yang berlaku dalam masyarakat

Page 14: skripsi  mutilasi

9

2) Bagi orang tua, Diharapkan penelitian ini dapat menjadi salah satu acuan

khususnya orang tua agar dapat memperhatikan dan membimbing anak-

anak mereka yang usianya masih remaja agar terhindar hal- hal yang

negatif.

3) Bagi peneliti, Bagi peneiti, selanjutnya dapat menambah pengetahuan dan

wawasan tentang gambaran tahapan perubahann perilaku sehingga dapat

dilakukan penelitian lanjutan dan menjadi bahan awal masukan untuk

berdiskusi dalam mengembangkan penelitian.

4) Bagi Lembaga pemasyarakatan, Diharapkan penelitian ini menjadi bahan

informasi dan edukasi bagi Lembaga pemasyarakatan dalam pembinaan

narapidana khususnya yang berusia remaja.

1.5. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan proposal ini terdiri atas 3 bab, yaitu Pendahuluan,

Landasan Teori, Metode Penelitian.

BAB 1 Pendahuluan

Pada Bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang timbulnya masalah

yang mendasari penelitian ini, mengapa penelitian ini dilakukan, serta penjelasan

mengenai tujuan dari penelitian ini.

BAB II Landasan Teori

Pada Bab ini menjabarkan tinjauan kepustakaan yang menjelaskan

berbagai teori-teori mengenai Transtheoritical Model, Perubahan Perilaku,

Kesadaran untuk berubah (readiness to change), Pengertian remaja, Pengertian

Page 15: skripsi  mutilasi

10

Narapidana, Narapidana Remaja, Pengertian Rumah Tahanan, Perubahan Perilaku

pada Narapidana Remaja.

BAB III Metode Penelitian

Pada Bab III ini terdapat penjelasan mengenai metode penelitian kualitatif

yang digunakan, penjelasan mengenai seubjek penelitian, alasan pemilihan dan

karakteristik subjek, juga diuraikan prosedur penelitian, instrumen penelitian dan

teknik analisis data yang digunakan.

Page 16: skripsi  mutilasi

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini akan diuraikan mengenai teori-teori yang menjadi landasan

penelitian. Bagian pertama menjelaskan pengertian Transtheoritical Model,

tahapan-tahapan Transtheoritical Model, dilanjutkan dengan bagian kedua yaitu

pembahasan mengenai Remaja, karakteristik remaja, tugas perkembangan remaja.

Bagian ketiga adalah pembahasan mengenai pengertian narapida, narapidana

remaja, pengertian rumah tahanan dan perubahan perilaku pada narapidana

remaja.

2.1. Motivasi

2.1.1 Definisi Motivasi

Beberapa ahli yang melakukan penelitian mengenai motivasi mengatakan

bahwa meskipun motivasi merupakan hal yang dapat setiap saat ditemui karena

mendasari terjadinya sebagian besar tingkah laku, memberikan penjabaran

mengenai apa itu motivasi bukanlah merupakan hal yang mudah. Namun

demikian beberapa ahli mencoba memberikan pendapat mengenai definisi

motivasi. Salah satu definisi tersebut diantaranya adalah:

“the chief problem that the psychologist is concerned with, when he speaks

of motivation, is not arousal activity but its patterning and direction. The

term motivation then refers: 1. To the existence of an organized phase

Page 17: skripsi  mutilasi

12

sequence, 2. To its direction or content, 3. To its persistence in a given

direction, or stability of content”

2.1. Transtheoritical Model of The Stage of Change

2.1.1 Pengertian Transtheoritical Model of The Stage of Change

Model Transteori ditemukan oleh W.F. Prochaska (Prochska &

DiClemente, 1993 dalam Riska, 2010 ) model transteori ini adalah gabungan

konstruk dari beberapa teori lain yang secara terintegrasi dipakai sebagai salah

satu model intervensi masalah sosial. Model transteori mencoba menerangkan

serta mengukur perilaku dengan tidak bergantung pada perangkap teoritik

tertentu. Prochaska dan peneliti lainnya menemukan bahwa perubahan perilaku

lebih rumit dari pada yang dijelaskan oleh banyak teori. Mereka meninjau teori

yang sudah ada dengan psikotherapi termasuk psychoanalitic,

humanistic/eksistensial, gestalt/eksperiensial, kognitif dan perilaku ilmu

pengetahuan. Akhirnya mereka mengambil kesimpulan bahwa semua teori ini

mempunyai kelebihan dalam membantu orang mengubah perilaku mereka, tetapi

juga memiliki keterbatasan. Kemudian mereka memasukkan proses perubahan

perilaku dari semua teori tersebut ke dalam model transteori Prochaska (1979,

dalam Riska, 2010).

Page 18: skripsi  mutilasi

13

Model transteori sejalan dengan teori-teori rasional atau teori-teori

pembuatan keputusan terutama dalam mendasarkan diri pada proses-proses

kognitif untuk menjelaskan perubahan perilaku (Prochaska. et.al, 1979 dalam,

Riska 2010). Transtheoritical of Model of change didasarkan pada asumsi bahwa

perubahan perilaku merupakan suatu proses dan bahwa setiap orang berada dalam

tingkatan yang berlainan berkaitan dengan motivasi dan kesiapan untuk berubah.

Manusia pada berbagai tingkatan proses perubahan dapat menarik manfaat dari

intervensi yang berbeda. Dengan kata lain, metode yang digunakan untuk suatu

hasil yang diinginkan tidak berlaku secara umum karena setiap orang tidak selalu

berada pada tingkatan atau tahapan kesiapan yang sama.

Model teori perubahan perilaku, yang telah dijadikan dasar dalam

mengembangkan intervensi yang efektif untuk perubahan perilaku. Model

transteori menjelaskan bagaimana individu mengubah masalah perilaku atau

mendapatkan perilaku positif. Pendekatan yang dilakukan dalam model ini adalah

dengan menggunakan pendekatan riset aksi (action research), konsep partisipasi,

dan pemberdayaan komunitas (community development) melalui tahapan-tahapan

Procontemplation, Contemplation, Pereparation, Action sampai Maintenance

(Riska, 2010).

2.1.2 Tahapan Perubahan Transtheoritical Model of Stage Change

Transtheoritical Model yang diperkenalkan oleh James Prochaska, John

Norcross dan Carlo DiClemente (1994) dalam W. F, Velicer, dkk. (1998),

menggambarkan bahwa seseorang dianggap berhasil dan permanen mengadopsi

suatu perilaku bila telah melalui lima tahap perubahan meliputi:

Page 19: skripsi  mutilasi

14

1. Pra Perenungan (Precontemplation)

Tahap manakala seseorang tidak peduli untuk melakukan aksi terhadap

masa depan yang dapat diperkirakan, biasanya diukur dalam enam bulan

berikutnya. Orang pada tahap ini disebabkan oleh tidak tahu atau kurang

tahu mengenai konsekuensi suatu perilaku atau mereka telah mencoba

berubah beberapa kali dan patah semangat terhadap kemampuan

berubahnya.

2. Perenungan (Contemplation)

Tahap manakala seseorang peduli untuk berubah pada enam bulan

berikutnya. Mereka lebih peduli kemungkinan perubahan tetapi seringkali

peduli terhadap konsekuensi secara akut. Keseimbangan antara biaya dan

keuntungan perubahan dapat menimbulkan amat sangat ambivalen,

sehingga dapat menahan seseorang dalam tahap ini untuk waktu yang

lama.

3. Persiapan (Preparation)

Tahap manakala seseorang peduli melakukan aksi dengan segera di masa

mendatang, biasanya diukur bulan berikutnya. Mereka telah secara khusus

melakukan beberapa aksi yang signifikan pada tahun sebelumnya.

4. Aksi (Action)

Tahap manakala seseorang telah membuat modifikasi yang spesifik dan

jelas pada gaya hidupnya selama enam bulan terakhir. Karena aksi ini

dapat diamati, perubahan perilaku sering disetarakan sebagai aksi. Dalam

Page 20: skripsi  mutilasi

15

Transtheoritical Model, aksi hanya satu dari lima tahap, tidak semua

modifikasi perilaku disebut sebagai aksi.

5. Pemeliharaan (Maintenance)

Tahap manakala seseorang berupaya untuk mencegah kambuh tetapi

mereka tidak menerapkan proses perubahan sesering aksinya. Mereka

tidak tergiur untuk kembali dan meningkatkan dengan lebih percaya diri

untuk melanjutkan perubahannya. Pada tahap ini perilaku baru menjadi

stabil atau kecil kemungkinannya kembali kepada pola lama, tetapi tetap

mungkin dapat kambuh (relapse). Relapse selalu mungkin terjadi pada

tahap action dan maintenance. Relapse dapat terjadi dengan berbagai

penyebab.

2.1.3 Subproses Perubahan Perilaku

Terdapat sepuluh subproses menjadi bagian dari proses perubahan perilaku

sehingga individu sampai ke tahap maintenance. Ke sepuluh subproses tersebut

diklasifikasikan ke dalam dua kelas yaitu experiental processes yang terjadi pada

lima proses awal dan lima proses berikutnya dinamakan behavioral processes.

Untuk lebih jelasnya kesepuluh proses tersebut sebagai berikut:

I. Proses Perubahan: Pengalaman (experiental)

1) Consciousness Raising

Proses ini melibatkan peningkatan kesadaran akan penyebab, konsekuensi

dan penyembuhan

2) Dramatic Relief

Page 21: skripsi  mutilasi

16

Proses ini melibatkan peningkatan pengalaman secara emosional yang

diikuti pengurangan pengaruh dari

3) Enviromental Reevaluation

Mengkombinasikan penilaian secara efektif dan kognitif tentang

4) Social Liberation

Melibatkan peningkatan kesempatan sosial atau alternatif bagi para

5) Self Reevaluation

Mengkombinasikan penilaian secara afektif dan kognitif tentang citra diri

yang berhubungan atau tidak berhubungan

II. Proses Perubahan: Perilaku (Behavioral)

6) Stimulus Control

Memindahkan hal-hal yang menjadi pencetus (cue)

7) Helping Relationship

Mengkombinasikan keperdulian, kepercayaan, keterbukaan, dan

peneriamaan sebagai dukungan untuk perubahan ke arah perilaku yang

sehat.

8) Counter Conditioning

Pembelajaran perilaku sehat baru untuk menggantikan perilaku bermasalah

9) Reinforcement Management

Menyediakan konsekuensi untuk langkah-langkah perbaikan yang

dilakukan. Penggunaan hukuman (punishment) juga dapat diterapkan

tetapi dengan tetap berpegangan reinforcement lebih efektif pada proses

perubahan ini.

Page 22: skripsi  mutilasi

17

10) Self Liberation

Keyakinan bahwa seseorang dapat sembuh dan membuat komitmen

dengan keyakinan tersebut (Velicer, Prochaska, Fava, Norman & Redding,

1998).

2.2 Perilaku

2.2.1 Pengertian Perilaku

Perilaku yaitu suatu fungsi dari interaksi antara seseorang individu dengan

lingkungannya, baik yang diamati secara langsung ataupun yang diamati secara

tidak langsung.Pada umumnya perilaku manusia berbeda, karena dipengaruhi oleh

kemampuan yang tidak sama. Pada dasarnya kemampuan ini amat penting

diketahui untuk memahami mengapa seseorang berbuat dan berperilaku berbeda

dengan yang lain. Jadi dengan kata lain perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh

organisme yang bersangkutan ( Thoha, 1979).

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup)

yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk

hidup mulai tumbuh-tumbuhan, binatang sampaidengan manusia itu berperilaku,

karena mereka mempunyai aktifitas masing-masing (Notoatmodjo, 2007)

Menurut Notoatmodjo (2007) dilihat dari bentuk respon stimulus ini

maka perilaku dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:

1) Perilaku tertutup (covert behavior)

Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas

padaperhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi

Page 23: skripsi  mutilasi

18

pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati

secara jelas oleh orang lain.

2) Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam atau praktik

(practice) yang dengan mudah diamati atau dilihat orang lain .

Menurut Notoadmodjo (2003) seseorang yang menerima atau mengadopsi

perilaku baru dalam kehidupannya dalam 3 tahap, yaitu : pengetahun, sikap,

praktek atau tindakan.

1). Pengetahuan

Pengetahuan merupakan Justified true believe. Artinya seseorang

individu membenarkan kebenaran atas kepercayaan berdasarkan

observasinya mengenai dunia. Jadi bila seseorang menciptakan

pengetahuan, ia menciptakan pemahaman atas suatu situasi baru dengan

cara berpegang pada kepercayaan konstruksi dari kenyataan, dibandingkan

sesuatu yang benar secara abstrak. Penciptaan pengetahuan tidak hanya

merupakan kompilasi dari fakta-fakta, namun suatu proses yang unik pada

manusia yang sulit disederhanakan atau ditiru. Penciptaan pengetahuan

melibatkan perasaan dan system kepercayaan (belief system) dimana

perasaaan atau system kepercayaan itu bisa tidak disadari. Misalnya,

seorang waria mempunyai pengetahuan mengenai kondom setelah dia

dapat melihat atau memegang dan menggunakan kondom tersebut.

Pengetahuan merupakan sesuatu yang eksplisit sekaligus dihayalkan.

Beberapa pengetahuan dapat dituliskan di atas kertas, diformulasikan

Page 24: skripsi  mutilasi

19

dalam bentuk-bentuk kalimat-kalimat, atau diekspresikan dalam bentuk

gambar. Untuk mengenali nilai dari pengetahuan hayalan dan memahami

bagaimana menggunakannya.

Penciptaan pengetahuan secara efektif bergantung pada konteks yang

memungkinkan terjadinya penciptaan tersebut. Konteks yang dimaksud

adalah ruang bersama yang dapat memicu hubungan-hubungan yang

muncul.

2. Sikap

Sikap bisa diartikan sebagai suatu syarat untuk munculnya suatu

tindakan.Konsep itu kemudian berkembang semakin luas dan digunakan

untuk menggambarkan adanya suatu niat yang khusus atau umum,

berkaitan dengan kontrol terhadap respons pada keadaan tertentu

(YOUNG, 1956). Adapun menurut Ancok (1985) yang mengartikan sikap

adalah suatu bentuk sikap positif atau negatif, tergantung pada segi positif

atau negatif dari komponen pengetahuan.

3. Tindakan

Terdapat hubungan yang erat antara sikap dan tindakan.Hal ini

didukung oleh pengertian sikap yang menyatakan bahwa sikap merupakan

kecenderungan untuk bertindak. Tindakan akan tampak lebih konsisten

dengan sikap bila suatu sikap individu dapat melakukan negosiasi dengan

kelompok atau bagian dari anggotanya.

Menurut Notoatmojo (2003) terdapat beberapa tingkatan dari

tindakan/praktek, yaitu :

Page 25: skripsi  mutilasi

20

a) Persepsi, yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan

tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

b) Respons terpimpin, yaitu dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang

benar atau sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek

tingkat dua.

c) Mekanisme, yaitu apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan

benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka

ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.

d) Adaptasi, yaitu suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang

dengan baik.

2.2.2 Perubahan Perilaku

Perilaku (dalam Notoatmojo, 2003) adalah apa yang dikerjakan oleh

organisme, baik dapat diamati secara langsung atau secara tidak langsung. Secara

lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respons organisme atau seseorang

terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek tersebut.

Perilaku manusia itu sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang

sangat luas. Benyamin Bloom (1908 dalam, Notoatmojo 2003), membagi perilaku

itu ke dalam 3 domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-kawasan tersebut

tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan

untuk kepentingan tujuan pendidikan. Bahwa dalam tujuan suatu pendidikan

adalah mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut, yang

Page 26: skripsi  mutilasi

21

terdiri dari ranah kognitif (cognitif domain), ranah afektif (affective domain) dan

ranah psikomotor (psychomotor domain). Ketiga domain ini diukur dari:

a) Pengetahuan individu terhadap informasi yang diterima (knowledge)

b) Sikap atau tanggapan individu terhadap informasi yang diterima (attitude).

c) Praktek atau tindakan yang dilakukan oleh individu sehubungan dengan

informasi yang diterima (practice).

2.3 Kesiapan Untuk Berubah (readiness to change)

2.3.1 Definisi Kesiapan Untuk Berubah (readiness to change)

Konsep kesiapan atau ‘readiness’ pertama kali dikemukakan oleh

Jacobson pada tahun 1957, dasar dari kesiapan sebagai sebuah konstruk yang unik

terbentuk melalui beberapa model teoritis yang mengacu pada proses perubahan

(Alaydrus, 2011). Kesiapan mengindikasikan kemauan untuk memberikan energi

fisik maupun mental demi terjadinya perubahan (Cummings & Worley, dalam

Alaydrus, 2011). Menciptakan kesiapan merupakan tindakan proaktif dari para

agen perubahan untuk mempengaruhi kepercayaan, sikap, maupun perilaku dari

para target perubahan (Applebaum & Wohl, dalam Alaydrus, 2011).

Kesiapan untuk berubah (readiness to change) merupakan sebuah sikap

yang komperhensif yang dipengaruhi secara stimultan oleh apa yang berubah (the

content), bagaimana perubahan tersebut dilakukan (the proses), keadaan dimana

perubahan tersebut akan berlangsung (the context) dan karakteristik dari orang

yang diminta untuk melakukannya (the individuals) yang terliputi secara bersama-

Page 27: skripsi  mutilasi

22

sama terefleksi ke dalam tingkatan seseorang atau sekelompok orang secara

kognitif dan emosional untuk cenderung menerima, embarce dan mengadopsi

perubahan yang dipersiapkan yang direncanakan untuk mengganti keadaan saat

ini (Fadhila, 2012).

Menurut Holt (2003, dalam Fadhila, 2012) kesiapan untuk berubah adalah

sebuah sikap yang komperhensif yang dipengaruhi secara simultan oleh hal apa

yang berubah, bagaimana perubahan tersebut dilakukan, keadaan dimana

perubahan tersebut akan berlangsung dan karakteristik dari orang yang diminta

untuk melakukannya yang terliputi secara bersama-sama terefleksi ke dalam

tingkatan menerima dan mengadopsi perubahan yang dipersiapkan serta yang

direncanakan untuk mengganti keadaan saat ini.

Sedangkan menurut Hanpachern (1997) konsep tentang kesiapan untuk

berubah berusaha untuk menjelaskan tentang kondisi-kondisi penting yang harus

ada sebelum seseorang dapat berhasil dalam menghadapi perubahan. Lebih lanjut

Hanpachen menjelaskan tentang resistensi terhadap perubahan. Pada fase awal,

biasanya akan terjadi resistensi, setelah berjalan, maka orang akan lebih terbuka

terhadap perubahan dan mulai mencari kesempatan untuk dapat berkembang

seiring perubahan tersebut. Ketika seseorang sudah semakin sadar dan memahami

arti perubahan tersebut, maka resistensi akan hilang dan akan terjadi komitmen

terhadap perubahan tersebut. Hanpachen (dalam Fadhila, 2012).

Page 28: skripsi  mutilasi

23

Perubahan menurut Robbins (2003) berkaitan dengan membuat segala

sesuatunya menjadi berbeda. Menurut Backer (1995), kesiapan individu untuk

berubah melibatkan keyakinan, sikap dan intensi individu sesuai dengan

perubahan yang dibutuhkan. Individu dapat mendukung atau menolak untuk

berubah, tergantung pada perubahan lingkungan, tipe perubahan yang

diperkenalkan, dan karakteristik orang yang ingin diubah dan change agent. Oleh

karena itu, intervensi untuk meningkatkan kesiapan untuk berubah adalah hal

yang penting. Rendahnya kesiapan untuk berubah dapat menyebabkan rendahnya

motivasi untuk berubah, atau bahkan melakukan tindakan-tindakan aktif untuk

menolak perubahan.

2.3.2 Dimensi Kesiapan Untuk Berubah (readiness to change)

Menurut Bouckenooghe & Devos (2007, dalam Susilowati, 2012) terdapat

tiga dimensi utama pada kesiapan untuk berubah (readiness to change), yaitu

dimensi emotional component, cognitive component, dan intentional component.

Berikut uraian dimensi-dimensi yang membentuk kesiapan untuk berubah:

1) Komponen Emosi (Emotional Component)

Komponen emosi atau afektif ini merujuk pada bagaimana perasaan

seorang individu terhadap perubahan yang terjadi dan melibatkan aspek

emosional dalam menghadapi perubahan.

2) Komponen Kognitif (Cognitive Component)

Page 29: skripsi  mutilasi

24

Komponen kognitif ini merujuk pada apa yang sebenarnya dipikirkan oleh

seseorang terhadap perubahan yang terjadi, berhubungan dengan pikiran

akan manfaat atau kerugian yang mungkin dia dapatkan dari perubahan

yang terjadi.

3) Komponen Intensi (Intentional Component)

Komponen intensi ini terkait dengan energi atau usaha yang dikeluarkan

atau digunakan seorang individu selama proses perubahan berlangsung

dan melibatkan komitmen dalam melaksanakan perubahan.

2.4 Mutilasi

2.4.1 Pengertian Mutilasi

Mutilasi adalah aksi yang menyebabkan suatu atau beberapa bagian tubuh

manusia tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya. Selain itu mutilasi dapat

diartikan juga pemotongan atau perusakan mayat, tidak jarang mempunyai motif

kejahatan seksual, dimana tidak jarang tubuh korban dirusak, dipotong-potong

menjadi beberapa bagian. Dari sisi ilmu kriminologi, secara definitif yang

dimaksud dengan mutilasi adalah terpisahnya anggota tubuh yang satu dari

anggota tubuh lainnya oleh sebab yang tidak wajar (Yurdan, 2010).

Mutilasi merupakan sebuah kebudayaan yang pada dasarnya telah terjadi

selama ratusan bahkan ribuan tahun. Maraknya metode mutilasi ini digunakan

oleh para pelaku kejahatan karena berbagai faktor, yaitu karena kondisi psikis dari

Page 30: skripsi  mutilasi

25

seseorang dimana terjadi gangguan terhadap kejiwaannya, selain itu faktor dari

sosial, faktor ekonomi, dan keadaan rumah tangga dari pelaku (Yurdan, 2010).

2.4.2 Faktor-faktor Penyebab Mutilasi

Faktor yang menyebabkan pelaku kejahatan pembunuhan melakukan

mutilasi yaitu menghilangkan identitas korban agar penyidikan yang dilakukan

menjadi sulit dan sulit pula untuk melakukan identifikasi korban. Selain itu

memudahkan pelaku kejahatan menyembunyikan atau membuang tubuh korban.

Selain itu faktor yang menyebabkan terjadinya mutilasi ialah faktor

kejiwaan, biologis dan sosiologis pelaku. Karena seseorang yang melakukan

mutilasi tentunya ada penyebab yang mempengaruhi orang tersebut melakukan

mutilasi, diantaranya yaitu faktor keluarga, lingkungan, maupun memang adanya

gangguan psikis dari orang tersebut.

Namun tidak semua pelaku mutilasi merupakan kelainan jiwa. Karena

mutilasi dapat dilakukan dalam keadaan masih hidup ataupun dalam keadaan

korban tidak lagi bernyawa. Mutilasi hanya mungkin dilakukan dalam keadaan

seseorang tersebut tidak stabil, misalnya dalam keadaan seorang pelaku tersebut

panik, ketakutan atau emosi yang berlebihan. Karena tidak semua orang dapat

melakukan mutilasi, hanya orang-orang yang mempunyai kemampuan tertentu

yang dapat mencabut nyawa orang lain.

Dengan ini ada dua hal atau penyebab mutilasi dilakukan, pertama mutilasi

dilakukan untuk menghilangkan jejak atau barang bukti. Dengan cara memotong

Page 31: skripsi  mutilasi

26

atau menyayat tubuh korban, sehingga akan membuat korban sulit di identifikasi

dengan harapan agar penyidikan akan menjadi sulit dan sekaligus memudahkan

pelaku untuk menyimpan atau membuang mayat korban. Kedua, mutilasi

dilakukan dengan alasan dendam kepada korban sehingga kematian korban

dengan cara sadis yang diinginkan oleh pelaku. Dengan demikian mutilasi dengan

alasan untuk menghilangkan jejak dan mutilasi dengan alasan dendam pribadi

merupakan dua hal yang berbeda (Yurdan, 2010).

2.4.3 Jenis-jenis Mutilasi

Mutilasi memiliki beberapa dimensi, seperti dimensi perencanaan

(direncanakan-tidak direncanakan), dimensi pelaku (individu-kolektif), dan

dimensi ritual atau inisiasi, serta dimensi kesehatan atau medis. Dengan demikian,

perbuatan memutilasi tidak dapat dipukul rata sebagai tindak kriminal yang dapat

dikenakan sanksi pidana. Dari berbagai macam jenis mutilasi, secara umum

setidaknya tindak pidana mutilasi dibagi menjadi dua bagian yaitu:

1. Mutilasi defensif (defensive mutilation), atau disebut juga sebagai

pemotongan atau pemisahan anggota badan dengan tujuan untuk

menghilangkan jejak setelah pembunuhan terjadi. Motif rasional dari

pelaku adalah untuk menghilangkan tubuh korban sebagai barang bukti

atau untuk menghalangi diidentifikasinya potongan tubuh korban.

Page 32: skripsi  mutilasi

27

2. Mutilasi Ofensif (offensive mutilation), adalah suatu tindak rasional yang

dilakukan dalam keadaan mengamuk, “frenzied state of mind”. Mutilasi

kadang dilakukan sebelum membunuh korban.

Untuk dapat mengkategorikan mutilasi sebagai tindak pidana

dipergunakan kategori bahwa sebuah tindakan haruslah memenuhi beberapa

persyaratan, yaitu tindakan tersebut telah diatur di dalam ketentuan hukum

sebagai tindakan yang terlarang baik secara formil atau materil. Sampai saat ini

belum ada satupun ketentuan hukum pidana yang mengatuir tindak pidana

mutilasi ini secara jelas dan tegas baik umum maupun khusus (Hasibuan, 2010).

2.4.4 Gambaran Kepribadian Pelaku Mutilasi

2.7 Narapidana

2.7.1 Definisi Narapidana

Seseorang yang terpidana menjalani masa hukumannya di dalam penjara

statusnya menjadi narapidana.

“Terpidana adalah seseorang yang dipidana berdasarkan putusan

pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.”

“Narapidana adalah seseorang yang dipidana berdasarkan putusan

pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap”

(UU No.12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan).

Di Lapas (Lembaga Pemasyarakatan), narapidana digolongkan

berdasarkan jenis kelamin, Usia, jenis kasus dan lama masa hukuman. Narapidana

Page 33: skripsi  mutilasi

28

wanita dan pria di tempatkan di Lapas yang terpisah, demikian pula antara

narapidana anak-anak, remaja, dan dewasa, ditempatkan di Lapas yang berbeda.

Selain itu dibedakan pula antara narapidana yang tersangkut kasus politik atau

subversi dan narapidana kriminal, dan dibedakan pula antara narapidana dengan

kasus kriminal dengan kekerasan dan tanpa kekerasan. Yang termasuk dalam

kriminal dengan kekerasan adalah pembunuhan dengan mutilasi.

2.7.2 Narapidana Pembunuhan Mutilasi

Narapidana pembunuhan mutilasi adalah narapidana yang menjalani

pidana yang ditempatkan di rumah tahanan atau di lembaga pemasyarakatan

karena kasus pembunuhan mutilasi. Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan

penelitian pada narapidana pembunuhan dengan mutilasi, karena subjek pada

penelitian berada di rumah tahanan dengan kasus pembunuhan mutilasi.

2.7.3 Maksud dan Tujuan Penahanan

Penahanan merupakan tidandakan menghentikan kemerdekaan seseorang,

sedangkan kemerdekaan itu adalah hak azasi manusia. Maksud dan tujuan

penahanan secara jelas digambarkan dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana

(KUHP) dan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) agar tidak

diartikan penahanan sebagai usaha legal mencabut kemerdekaan hak asasi

seseorang atau sekelompok individu. Dalam dua Kitab di atas diuraikan secara

sistematis alasan, prosedur, dan metode penahanan sehingga diharapkan tidak

bertentangan dengan HAM.

Page 34: skripsi  mutilasi

29

Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) merupakan

undang-undang yang sangat menjunjung tinggi martabat dan harkat manusia,

karena itu penahanan di Rumah Tahanan Negara mempunyai maksud dan tujuan

yang terdapat di dalam Kitab Undang-undang Acara Pidana.

Di dalam pasal 21 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana pada ayat

1 berbunyi:

“Perintah penahanan atau penahanan lanjutan dilakukan terhadap

seorang tersangka atau terdakwa yang diduga keras melakukan tindak pidana

berdasarkan bukti yang cukup, dalam hal adanya keadaan yang menimbulkan

kekhawatiran bahwa tersangkan atau terdakwa akan melarikan diri merusak atau

menghilangkan barang bukti, dan atau mengulangi tindak pidana”

Dari uraian tersebut diatas dapat diambil kesimpulan bahwa penahanan

dimaksudkan 1) Agar tidak menimbulkan kekhawatiran tersangka atau terdakwa

akan melarikan diri, 2) Agar tersangka atau terdakwa tidak merusak atau

menghilangkan barang bukti, 3) Agar tersangka atau terdakwa tidak mengulangi

tindak pidana lagi.

Di dalam pasal 20 KUHAP berbunyi:

Ayat 1. Untuk kepentingan penyidikan, penyidik atau penyidik pembantu

atas perintah penyidik sebagaimana di maksud dalam 11

berwenang melakukan penahanan.

Page 35: skripsi  mutilasi

30

Ayat 2. Untuk kepentingan penuntutan, penuntut umum melakukan

penahanan atau penahanan lanjutan.

Ayat 3. Untuk kepentingan pemerikasaan hakim di sidang pengadilan

dengan penetapannya berwenang melakukan penahanan.

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa tujuam penahanan

adalah 1) untuk kepentingan penyidikan, 2) Untuk kepentingan penuntutan 3)

Untuk kepentingan pemerikasaan oleh hakim di sidang pengadilan.

2.8 Rumah Tahanan

2.8.1 Definisi Rumah Tahanan

Rumah tahanan merupakan suatu institusi yang diberi kewenangan untuk

memperbaiki perilaku pelanggar hukum (Atmasasmita, 1995). Pengertian Rumah

Tahanan Negara menurut Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Pasal 1

Nomor 2 disebutkan bahwa “Rumah Tahanan Negara selanjutnya disebut

RUTAN adalah tempat tersangka atau terdakwa ditahan selama proses

penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan”. Rumah tahanan

adalah suatu tempat untuk orang-orang yang dalam masa penahanan. Penahanan

adalah upaya paksa menempatkan tersangka atau terdakwa di suatu tempat yang

telah ditentukan, karena alasan dan dengan cara tertentu (UU No. 8 tahun 1981

tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP) pasal 1) Beccaria (1998 dalam, Sriati &

Widiasih, 2009).

Page 36: skripsi  mutilasi

31

2.8.2 Gambaran Umum Rumah Tahanan Jambe Kelas 1 A Kab. Tangerang

Berdasarkan pemetaan di Kab. Tangerang. Rumah Tahanan (Rutan) Jambe

terletak di.......?? kamu isi ya alamat lengkap rutannya. Kamu juga bikin susunan

organisasi yang ada di rutan jambe

Page 37: skripsi  mutilasi

32

2.9 Kerangka Berpikir

Jenis-jenis Pembunuhan

Mutilasi

Faktor-faktor Penyebab Pembunuhan Disertai

Mutilasi

Sanksi Hukuman

Menjadi Narapidana

Menjalani Hukuman dan Kehidupan di LAPAS

sosial

Gambaran Psychological Well-Being

Faktor-faktor yang mempengaruhi Psychological well-being

Dimensi-dimensi Psychological Well-Being

Psikologis

Melakukan Kejahatan/Tindak Pidana

Pembunuhan Disertai Mutilasi

Menjalani Hukuman di Lembaga Pemasyarakatan

Kehidupan dalam Lapas & Hubungan dengan

sesama penghuni Lapas

Aktivitas sehari-hari yang dilakukan di

Lapas

Perasaan yang dirasakan berdasarkan aktivitas

yang dilakukan di Lapas bersama penghuni Lapas

Page 38: skripsi  mutilasi

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang permasalahan penelitian, pendekatan

kualitatif, subjek penelitian, metode pengumpul data, dan prosedur penlitian.

3.1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan peneliti adalah metode kualitatif dimana

penyusun mendeskripsikan serta menjabarkan permasalahan yang ingin diteliti.

Penelitian kualitatif menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif

(Poerwandri, 2009). Menurut Basuki, 2006 (dalam Anjar 2007) penelitian

kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang

mendalam tentang masalah-masalah manusia dan sosial. Penelitian dilakukan

untuk mengembangkan pemahaman, penelitian membantu mengerti dan

menginterpretasikan apa yang ada dibalik peristiwa (Poerwandri, 2009).

3.2. Subjek Penelitian

Menurut Poerwandri (2009) menyatakan bahwa penelitian kualitatif berfokus

pada kedalaman dan proses kualitatif cenderung dilakukan dengan jumlah kasus

yang sedikit. Jumlah partisipan sangat tergantung pada apa yang ingin diketahui

peneliti, tujuan penelitian . Dalam penelitian ini, jumlah subjek yang digunakan

Page 39: skripsi  mutilasi

34

oleh penelitiadalah sebanyak tigaorang , yang mana mereka sudah sesuai dengan

karakterisktik subjek penelitian. Pada penelitian ini subjek dibatasi pada

narapidana dengan usia remaja.

3.3. Karakteristik Subjek

Adapun karakteristik dari subjek penelitian adalah :

1. Remaja laki-laki (usia 17-20 tahun)

2. Telah melakukan tindak pidana / kejahatan dan menjadi

Narapidana di Rutan Jambe Kelas I Kab. Tangerang

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Wawancara

Meleong (2006) menyakan bahwa wawancara merupakan percakapan

dengan maksud tertentu.Percakapan ini dilakukan oleh dua orang, yaitu

pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai

(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan. Susan Stainback dalam

Sugiyono (2010) mengemukakan bahwa dengan wawancara , maka peneliti

mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam

menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, yang tidak bisa ditemukan

melalui observasi. Sugiyono (2010) mengungkapkan , wawancara terbagi menjadi

wawancara tidak terstuktur dan wawancara semi terstruktur.

Penelitian ini menggunakan wawancara semi terstruktur. Wawancara ini

lebih bebas dan bertujuan menemukan permasalahan secara lebih terbuka.

Dimana pihak yang diajak wawancara dimintai pendapat, ide- idenya sesuai

Page 40: skripsi  mutilasi

35

dengan tujuan yang ingin dicapai peneliti yaitu ingin mengetahuigambaran

tahapan perubahan perilaku dengan metode tranteoritikal pada narapidana usia

remaja dilingkungan Rutan Jambe Tigaraksa Kelas I Kab. Tangerang.

3.4.2. Observasi

Istilah observasi berasal dari bahasa latin yang berarti “ melihat “ dan

memperhatikan”. Observasi yang berarti pengamatan bertujuan mendapatkan data

tentang suatu masalah sehingga diperoleh pemahaman sebagai alat pembuktian.

Obervasi merupakan suatu kegiatan memperhatikan secara akurat , mencatata

fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam

fenomena tersebut (Poerwandri, 2009).

Observasi merupakan metode pengumpulan data esensial dalam penelitian,

terutama penelitian kualitatif.Tujuannya adalah mendeskripsikan setting yang

dipelajari.Aktivitas yang berlangsung, orang- orang yang terlibat dan makna

kejadian dari persepktif mereka (Poerwandri, 2009). Menurut Sugiyono (2010),

observasi dapat dibedakan menjadi observasi terstruktur dan tidak terstruktur.

Penelitian ini menggunakan observasi tidak tersetruktur, dimana peneliti

tidak mempersiapkan secara sistematis tentang apa yang diobservasi. Peneliti

dapat melakukan pengamatanbebas, mencatat hal menarik, melakukan analisi dan

membuat kesimpulan.

Page 41: skripsi  mutilasi

36

3.4.3. Prosedur Pengambilan Subjek

Dalam penelitian kualitatif, subjek umumnya diperoleh dengan purposif

dimana sampel tidak diambil secara acak tetapi mengikuti kriteria tertentu sesuai

dengan penelitian yang dilakukan (Poerwandari, 1998). Menurut Patton (dalam

Poerwandari, 2001), mengemukakan sepuluh macam metode pengambilan

sampel dalam penelitian kualitatif. Berdasarkan permasalahan tujuan dari

penelitian ini, maka pengambilan sampel yang digunakan adalah berdasarkan teori

atau berdasarkan konstruk opersional (theory-based/operational construct

sampling). Sampel dipilih dengan kriteria tertentu, berdasarkan teori atau konstruk

operasional sesuai studi-studi sebelumnya, atau sesuai tujuan peneliti. Hal ini

dilakuakan agar sampel sungguh-sungguh mewakili (bersifat representatif

terhadap) fenomena yang dipelajari.

3.5 Alat Bantu Penelitian

Dalam pengambilan data pada wawancara dan observasi diperlukan alat

bantu untuk mempermudah peneliti dalam mengumpulkan data, yaitu :

1. Pedoman wawancara

Pedoman berisi pertanyaan-pertanyaan yang dikembangkan sesuai

dengan tujuan penelitian berdasarkan teori- teori yang berkaitan dengan

masalah, sehingga wawancara tidak menyimpang dari tujuan

penelitian.Peneliti akan memakai pedoman wawancara umum, yang

mencantumkan isu dan fenomena yang harus diungkap. Pedoman tersebut

digunakan untuk mengingatkan peneliti mengenai aspek-aspek yang harus

Page 42: skripsi  mutilasi

37

dibahas, sekaligus sebagai pengecek apakah aspek-aspek relevan yang

dieksplorasi lebih lanjut dalam penelitian tersebut.

2. Alat perekam

Alat perekam bisa menjadi alat bantu efektif karena dapat merekam

semua isi pembicaraan. Dengan begitu diharapkan proses wawancara

dapat berjalan lancer dan peneliti berkosentrasi penuh pada isi

wawancara.Alat perekam ini baru akan digunakan setelah peneliti

mendapatkan izin dari subjek karena dalam hal ini menyangkut etika

dalam penelitian.

3. Buku Catatan

Digunakan untuk mencatat hal- hal yang terjadi pada subjek

wawancara berlangsung.Yang perlu diperhatikan dalam mencatat jangan

sampai subjek merasa terganggu atau hilang konsentrasi.

4. Informed Concent

Merupakan lembar persetujuan yang diberikan sebelum diadakannya

penelitian dan ditanda tangani oleh subjek yang merupakan tanda

kesediaan dari subjek untuk berpartisipasi dalam penelitian.

3.6 Prosedur Analisis Data

Prosedur untuk memudahkan analisis interpretasi data adalah :

1. Memilih hasil wawancara yang terekam dalam digital voice

recorder kemudian dibuat transkripnya secara verbatim.

2. Membaca hasil verbatim berulang kali untuk memperoleh

gambaran diri dari masing-masing subjek sesuai tujuan penelitian.

Page 43: skripsi  mutilasi

38

3. Membuat analisis kasus dan membuat setiap subjek.

4. Membuat kesimpulan mengenai gambaran secara umum dan

faktor–faktor yang berkaitan, diskusi dari hasil penelitian, dan

saran untuk subjek serta penelitian selanjutnya (Poerwandri, 2009).

Page 44: skripsi  mutilasi

39

DAFTAR PUSTAKA

Poerwandari, K. (2009). Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. Depok: LPSP3. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Santrock, J.W. (2002). Life span development (Perkembangan Masa Hidup). Edisi lima. (Terjemahan). Jakarta: Erlangga.

Santrock, J.W. (2003). Adolesence (Perkembangan Remaja) Edisi Keenam. (Terjemahan). Jakarta. Penerbit: Erlangga.

Sarwono, Sarlito Wirawan. (2001). Psikologi Sosial. Jakarat: Balai Pustaka.Sarwono, Sarlito Wirawan. (2010). Psikologi Remaja. Jakarta: P.T Raja Grafindo

Persada.Soekanto, S. 1982. Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: CV Rajawali.Nashori, Fuad. Psikologi Sosial Islami. Bandung: PT. Refika Aditama.Poerwandari, K. (2010). Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku

Manusia. Depok: LPSP3 UI.Hurlock, E.B. (1980). Psikologi perkembangan suatu rentang kehidupan. Jakarta:

Erlangga.Singgih D.Gunarsa, Psikologi Remaja, 2007, (Jakarta: BPK Gunung Mulia), hlm.

3.Kartini Kartono, Kenakalan Remaja, 2003 (Jakarta: PT. Rajagrafindo), hlm. 107-

109.Kartono, Dra. Katini.(2006). Patologi Sosial 2-Kenakalan Remaja.Jakarta : PT.

Raja Grafindo Persada.Sugiarto, Indriani, (2010). Program Bimbingan Konseling Berbasis Model

Transteori untuk Menanggulangi Perilaku Bullying Siswa (Penelitian dan Pengembangan di SMK Negeri 11 Kota Bandung). Skripsi Fakultas Ilmu Pendidiklan. Universitas Pendidikan.

Noviani, Mia, (2011). Efektivitas Program Bimbingan Dan Konseling Berbasis Model Transteori untuk Menanggulangi Perilaku Bullying Siswa (Penelitian Pra Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMA Pasundan Di SMK Negeri 11 Kota Bandung Tahun Ajaran 2008/2009). Skripsi Fakultas Ilmu Pendidiklan. Universitas Pendidikan.

Riska, Mutia, (2010). Layanan Responsif Bimbingan Dan Konseling Berbasis Model Transteori untuk Mengatasi Perilaku Merokok Pada Remaja (Penelitian Terhadap Siswa SMP Pasundan 3 Kota Bandung Tahun Ajaran 2010/2011). Skripsi Fakultas Ilmu Pendidiklan. Universitas Pendidikan.

Sriati, Aat, Yulianti & Widiasih, Restuning. (2009) Gambaran Orientasi Masa Depan Narapidana Remaja Sebelum Dan Setelah Pelatihan Di Rumah Tahanan Negara Kelas 1 Bandung. Jurnal Psikologi Volume 10 No. XIX Oktober 2008 – Februari 2009 Hal 97.

Widianti, Efri. (2011). Pengaruh Terapi Logo Dan Terapi Suportif Kelompok Terhadap Ansietas Remaja Di Rumah Tahanan Dan Lembaga Pemasyarakatan Wilayah Provinsi Jawa Barat. Thesis Fakultas Ilmu Keperawatan. Universitas Indonesia. Depok.

Page 45: skripsi  mutilasi

40

Alina, Yuyun, Mita. (2012) Penempatan Narapidana Di Dalam Rumah Tahanan Dalam Konteks Sistem Penegakan Hukum Pidana Di Indonesia. Jurnal Volume 1, No 4 Tahun 2012. Fakultas Hukum. Universitas Diponegoro.

Syaffie, M. Raka., NRH. Dra. Frieda., & Kahija, La, YF. ) Stop Smoking Studi Kualitatif Terhadap Pengalaman Mantan Pecandu Rokok Dalam Menghentikan Kebiasaannya. Jurnal Fakultas Psikologi. Universitas Diponegoro. Semarang.

Handayani, Puspa, Tri. (2010). Kesejahteraan Psikologis Narapidana Remaja Di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kutoarjo. Skripsi Fakultas Psikologi. Universitas Diponegoro. Semarang.

Yurdan, Mochamad, (2010). Perlunya Ketentuan Tentang Tindak Pidana Mutilasi Dalam Hukum Pidana Di Indonesia (Studi Kasus No. 2133/Pid.B/2006/PN.Bks). Skripsi Fakultas Hukum. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta.

Hasibuan, Parlindungan, Ahmad (2010). Peranan Satuan Kriminal Dalam Mengungkap Tindak Pidana Mutilasi (Studi Lapangan Di Polresta Medan). Skripsi Fakultas Hukum. Universitas Sumatera Utara. Medan.

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/369/jbptunikompp-gdl-mohabdurah-18433-3-babii.d-c.pdf

Page 46: skripsi  mutilasi

41

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Informend Concent

Lampiran 2 : Pedoman Wawancara

Lampiran 3 : Pedoman Observasi

Lampiran 4 : Pedoman DokumentasI

Page 47: skripsi  mutilasi

42

Lampiran 1 Informed Concent

Informed Concent

Judul penelitian :

Undangan :

Saya ingin meminta kesedian anda untuk berpartisipasi dalam penelitian

ini .Silahkan membaca lembar persetujuan ini dan jika anda memiliki pertanyaan,

Anda tidak perlu ragu untuk menanykana kepada saya.

Tujuan Penelitian :

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tahapan perubahan

perilaku dengan model tranteoritikal pada narapidana usia remaja di Lingkungan

Lembaga Pemasyarakan Jambe Kab. Tangerang.

Keterlibatan Partisipan :

Dalam partisipasi anda selama penelitian ini saya meminta kesediaan anda

meluangkan waktu dan melakukan beberapa hal, yaitu :

a) Meminta anda membaca dan menandatangani surat persetujuan partisipasi

dalam penelitian;

b) Melakukan wawan cara

Page 48: skripsi  mutilasi

43

c) Melakukan wawancara lanjutan apabila diperlukan untuk melengkapi

informasi

Jika ada sesuatu hal yang mebuat anda terganggu selama proses wawancara, Anda

berhak untuk mengundurkan diri.

Penjelasan Prosedur ;

Saya akan mewawancarai anda dengan menggunakan alat perekan suara .

Rekaman ini akan saya jaga kerahasiannya. Dalam wawancara , saya akan

bertanya kepada anda mengenai pengalaman anda yang berkaitan dengan

penelitian ini.

Untuk menjaga kebenaran dalam penelitian ini, Anda berhak untuk membaca

transkrip wawancara yang akan dibuat dalam bentuk tertulis, untuk melihat

apakah transkrip itu sesuai dengan yang telah ada katakana atau tidak. Jika ada

kesalahan dalam transkrip, anda bisa memberitahu saya.Semua informasi yang

anda berikan benar- benar dijaga kerahasiannya.

Manfaat dan Resiko :

Penelitian ini nanyinya diharapkan bermanfaat untuk diajukan sebagai syarat

kelulusan sarjana Psikologi Universitas Mercubuana.

Penelitian ini tidak memiliki resiko yang akan membahayakan anda secara psikis

maupun secara fisik.

Jaminan Kerahasian :

Page 49: skripsi  mutilasi

44

Kerahasiaan anda akan saya jaga. Saya tidak akan menyebutkan nama anda. Saya

hanya akan memberikan nama samara. Semua informasi yang anda berikan akan

saya jaga kerahasiannya sehingga identitas anda tetap saya lindungi. Wawancara

akan direkam da kemudian diketik. Semuia informasi menjadi rahasia peneliti.

Hasil penelitian ini akan dipublikasikan sebagai skripsi

Hak untuk berpartisipasi dan Mengundurkan diri :

Anda akan berpartisipasi dalam peneitian ini secara sukarela dan anda bisa

menarik diri dari penelitian ini kapan pun anda inginkan . Salinan surat

persetujuan ini akan menjadi milik anda untuk disimpan.

Saya memahami semua informasi diatas dan dengan ini menyatakan untuk

berpartisipasi dalam penelitian ini

Tanda tangan Partisipan Tanggal

Inisial. Saya menyetujui perekaman

wawancara.

Page 50: skripsi  mutilasi

45

Saya telah menjelaskan penelitian ini kepada partisipan / subjek diatas sebelum

meminta persetujuannya untuk terlibat dalam penelitian ini.

Tanda Tangan Peneliti Tanggal

Peneliti

Mahasiswi Fak. Psikologi UMB Dosen Fak. Psikologi UMB

Page 51: skripsi  mutilasi

46

Lampiran 2 : Pedoman Wawancara

Pedoman Wawancara

Gambaran Tahapan Perubahan Perilaku Dengan Trantheoritical Model

Pada Narapidana Remaja Di Rutan Jambe Kelas I Tigaraksa Kab.

Tangerang

Data diri

1. Nama :

2. Tempat lahir :

3. Usia :

4. Agama :

5. Suku :

6. Jumlah saudara :

7. Pendidikan :

8. Pekerjaan :

9. Alamat :

10. Masa hukuman :

11. Masa hukuman yang sudah dijalani :

12. Jenis Kasus :

13.

Page 52: skripsi  mutilasi

47

Latar belakang subyek , minat subjek dan prestasi subjek

1. Bisa diceritakan mengenai masa kecil dan remaja anda?

2. Bagaimana hubungan anda dengan keluarga ,saudara-saudara, dan

lingkungan ?

3. Apa pekerjaan ornag tua dan keluarga?

4. Bagaimana kondisi keluarga anda?

5. Bagaimana cara kedua orangtua anda mengasuh dan mendidik anda dan

saudara- saudara anda?

6. Apa kegemaran , hobi dan kesukaan anda ?

7. Apakah anda masih bersekolah atau sudah bekerja atau bahkan tidak

bekerja ?

8. Jika anda sudah bersekolah dan sudah bekerja, dimana anda bekerja dan

bersekolah ?

9. Bagaiamana prestasi anda disekolah, di Universitas atau di dalam

pekerjaan anda ?

Pergaulan dengan teman sebaya, lingkungan

1. Anda sekolah dimana?

2. Siapa teman- teman yang paling dekat dengan anda?

3. Kegiatan apa yang anda sering lakukan dengan teman – teman anda?

4. Bagaimana dengan kondisi keluarga teman- teman anda?

5. Apakah keluarga anda mengijinkan anda bergaul dengan anda?

6. Apakah keluarga melarang anda dan membatasi anda ddalam bergaul

dengan teman- teman anda?

Page 53: skripsi  mutilasi

48

Kenakalan Remaja

1. Kenakalan – kenakalan apa saja yang anda telah lakukan?

2. Apakah orang tua atau keluarga melarang anda dan pernah memberi sanksi

kepada anda dengan kenakalan yang anda telah lakukan?

3. Bersama siapa saja anda melakukan kenakalan – kenakalan tersebut?

4. Kenakalan seperti apa yang paling parah atau buruk yang telah anda

lakukan ?

5. Mengapa kamu melakukan kenakalan- kenalan tersebut, apa tujuannya?

6. Apa yang kamu rasakan setelah kamu melakukan kenakalan tersebut?

Menjadi Narapidana di Rutan Jambe Kelas I Kab. Tangerang

1. Kapan anda di tangkap oleh Polisi ?

2. Bisa anda jelaskan terkait kasus apa anda ditahan oleh Polisi ?

3. Bersama siapa saja anda melakukan kasus tersebut ?

4. Apakah sebelum melakukan perbuatan tersebut , anda sudah mengetahui

konsekuensinya?

5. Kapan anda masuk Lembaga Pemasyarakatan, berapa vonis siding

dipengadilan ?

6. Bagaiamana kondisi Lembaga Pemasyarakatan tersebut?

7. Apa yang kamu rasakan pada saat baru pertama kali anda memasuki

Lembaga Pemasyarakatan tersebut?

8. Apakah anda mengalamin perlakuan yang kasar, diskriminatif dari

narapidana lainnya ?

Page 54: skripsi  mutilasi

49

9. Apa yang anda sering rasakan, pikirkan dengan keadaan anda sebagai

narapidana?

10. Apakah keluarga anda, teman- teman anda pernah menjenguk anda ?

11. Bagaimana sikap mereka terhadap anda dengan status anda sebagai

narapidana ?

12. Kegiatan apa yang anda isi sehari- harinya didalam lembaga

pemasyarakatan ?

Tahap- tahap perubahan perilaku

a. Tahap Pra-perenungan (Precontemplation)

1. Apakah anda merasa bahwa kenakalan yang anda lakukan adalah tidak

benar?

2. Apakah anda membutuh dukungan, semangat dari orang tua, keluarga dan

teman- teman anda ?

3. Mengapa anda membutuhkan dukungan, semangat dari orang tua,

keluarga dan teman- teman anda?

4. Untuk apa dukungan , semangat dari orang tua, keluarga dan teman- teman

anda ?

b. Tahap Kontemplasi

1. Apakah anda akan mengulangi kenakalan- kenakalan anda?

2. Jika anda tidak mengulangi kenakalan anda, mengapa anda tidak

mengulanginya?

3. Apakah anda mampu untuk tidak melakukan kenakalan –kenakalan

kembali?

Page 55: skripsi  mutilasi

50

4. Apakah anda membutuhkan dorongan, bantuan , semangat dari orang tua,

keluarga untuk tidak melakukan kenakalan –kenakalan kembali ?

c. Tahap persiapan / preparation

1. Apa cita-cita anda?

2. Apakah cita- cita anda sudah terwujud ?

3. Bagaimana mewujudkan cita-cita anda?

4. Apakah masih mungkin anda bisa mewujudkan cita-cita atau kenginan

anda tersebut?

5. Apayang anda lakukan setelah anda keluar dari penjara ini, apakah masih

akan berusaha mewujudkan cita-cita / keinginan anda?

d. Tahap Tindakan / Action

1. Hal baik apa yang anda sudah lakukan di lembaga pemasyarakatan,

berikan contohnya?

2. Mengapa anda mau melakukan hal baik tersebut ?

3. Apakah sebelumnya tidak pernah , jarang , atau sering melakukan hal baik

tersebut ?

4. Dengan hal- hal yang postif yang sudah anda lakukan selama di lembaga

pemasyarakatan apakah anda merasa lebih baik?

5. Apakah orang tua anda, keluarga anda, teman- teman anda mendukungnya

dan memberikan motivasi kepada anda ?

e. Tahap pemeliharaan

1. Sudah berapa lama anda melakukan hal- hal yang positif selama di

Lembaga Pemasyarakatan?

Page 56: skripsi  mutilasi

51

2. Apakah anda merasa lebih baik dengan hal positif anda sudah lakukan?

3. Apakah anda akan tetap melakukannya selama di lembaga

Pemasyarakatan dan sudah keluar dari lembaga Pemasyarakatan?

4. Bagaiamana orang tua, keluarga, teman menanggapi hal postif yang sudah

anda lakukan selama ini ?

5. Kiat- kiat apa yang anda lakukan untuk menjaga hal postif yang anda

sudah lakukan selama di Lembaga Pemasyarakatan ?

f. Tahap Termination

1. Apakah anda yakin dengan hal postif yang anda lakukan anda tidak akan

mengulangi perbuatan anda?

2. Apakah anda sudah merasa jera, kapok sehingga anda yakin tidak akan

mengulangi kenakalan anda?

3. Sekarang apakah anda sudah memahami konsekuensi dan akibat yang

ditimbulkan dari kenakalan- kenakalan yang anda buat ?

4. Agar anda tidak mengulangi kenakalan anda, apa yang anda butuhkan ?

5. Apakah anda masih membutuhkan dukungan, motivasi dari orang tua

keluarga, dan teman- teman anda ?

Page 57: skripsi  mutilasi

52

Lampiran 3 : Pedoman Observasi

Pedoman Observasi

Gambaran Tahapan Perubahan Perilaku Dengan Model Tranteoritikal Pada

Narapidana Remaja Di Lingkungan Lembaga Pemasyarakatan Jambe

Tigaraksa Kab. Tangerang

Pengamatan Variabel Indikator

Subyek Interaksi social - Dengan

Narapidana usia

remaja

- Dengan

Narapidana Usia

dewasa

- Dengan Orang tua

dan keluarga

- Dengan Teman

- Dengan sipir /

penjaga lembaga

Page 58: skripsi  mutilasi

53

pemasyarakatan

Sikap dan perilaku - Saat wawancara

- Saat berbicara

dengan orang lain

(teman, narapida

lainnya, keluarga)

Lampiran 4: Pedoman Dokumentasi

Page 59: skripsi  mutilasi

54

Pedoman Dokumentasi

Gambaran Tahapan Perubahan Perilaku Dengan Model Tranteoritikal Pada

Narapidana Remaja Di Rutan Jambe Kelas 1 Kab. Tangerang

Dokumen arsip

1. Data Subyek

a. Identitas Subyek

b. Riwayat Hidup

c. Karakteristik Subyek

JADWAL RENCANA KEGIATAN SKRIPSI

Page 60: skripsi  mutilasi

55

NO KEGIATAN TANGGAL

1. Penjelasan mengenai bentuk dan konsep proposal

skripsi serta penetapan tugas-tugas16-23 Sept.2012

2. Pencarian judul proposal skripsi seminar terapan 30 Sept.2012

3. Penetapan judul dan konsep proposal 07 Okt. 2012

4. Pencarian referensi jurnal-jurnal yang berhubungan

dengan tema yang akan diangkat. Pencarian

berlangsung di univ. Mercubuana, Universitas

Indonesia, Gramedia di berbagai Mall

24 Okt. 2012

5. Pembuatan jurnal dan pembuatan BAB I 24 Okt.-10

Nov.2012

6. Pengumpulan BAB I (UTS seminar psikologi

terapan)

11 Nov.2012

7. Revisi BAB I 18 Nov.2012

8. Presentasi konsep untuk BAB I- BAB III

16 Des.2012

9. Revisi presentasi konsep proposal

10. Pencarian bahan dan data dalam pembuatan BAB

II-BAB III

17 Des.12-26

Jan.13

11. Pengumpulan BAB I – BAB III (UAS seminar 28 Jan.13

Page 61: skripsi  mutilasi

56

psikologi terapan)

12. Pengajuan judul skripsi Maret 2013

13. Bimbingan Skripsi

14. Pencarian referensi bahan dan data dari tema yang

terkait

15. Pembuatan BAB I- BAB III

16. Sidang Proposal Skripsi

17. Revisi dan pembuatan BAB IV – BAB V

18. Sidang Skripsi

19. Wisuda