Skripsi Masykur Khair IV

8
Oleh : Masykur Khair 142 209 0049 Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia RINGKASAN Hipertensi adalah suatu kondisi medis berupa peningkatan tekanan darah melebihi batas normal. Hipertensi esensial adalah hipertensi yang tidak/belum diketahui penyebabnya, sekitar 90% penderita hipertensi adalah hipertensi esensial. Penyakit ini juga dikenal dengan “the silent disease” karena tidak terdapat tanda-tanda atau gejala yang dapat dilihat dari luar. Perkembangan hipertensi berjalan secara perlahan, tetapi secara potensial sangat berbahaya.Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor gaya hidup yang mempengaruhi terjadinya hipertensi esensial pada pasien di Ruang Poliklinik Interna RSUD Labuang Baji Prov. Sul-Sel. Penelitian ini adalah Survei analytik dengan menggunakan desain Case Control, dengan pendekatan retrospektif. Gaya hidup yang diteliti terdiri dari kebisaan merokok, minum alkohol, konsumsi natrium, konsumsi lemak, olahraga, stress. Sampel yang digunakan adalah semua responden yang mengalami hipertensi esensial dan sebagai kontrolnya responden yang tidak menderita hipertensi, dengan metode pengambilan sample yaitu accidental sampling yang berjumlah 70 responden (35 untuk kelompok kasus dan 35 untuk kelompok kontrol). Pada analisis data dengan Chi-square dan Odds Ratio menunjukan bahwa tidak ada pengaruh kebiasaan merokok terahadap kejadian hipertensi esensial (p=1,00>0,05) dengan OR 1,292. Tidak ada pengaruh minum alkohol dengan kejadian hipertensi esensial (p=1,00>0,05) dengan OR 0,646. Ada pengaruh komsumsi natrium tinggi terhadap kejadian hipertensi esensial (p=0,01<0,05) dengan OR 3,852. Ada pengaruh kebiasaan komsumsi lemak tinggi dengan kejadian hipertensi esensial (p=0,02<0,05) dengan OR 3,778. Ada pengaruh olahraga dengan kejadian hipertensi esensial (p=0,00<0,05) dengan OR 0,222. Tidak ada pengaruh stress dengan kejadian hipertensi esensial (p=0,73<0,05) dengan OR 1,603. Berdasarkan hasil uji regresi linear, variabel yang paling berpengaruh terhadap kejadian hipertensi esensial adalah kebiasaan olahraga yaitu memiliki niali p = 0,013 (p<α) dengan kontribusi sebesar 12,25%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh antara variabel konsumsi natrium, konsumsi lemak, olahraga dengan kejadian hipertensi esensial dan tidak ada pengaruh antara kebiasaan merokok, kebiasaan minum alkohol, stress dengan kejadian hipertensi esensial di ruang poliklinik interna RSUD Labuang Baji Prov. Sulsel. Hal ini menunjukkan perlu adanya perhatian yang lebih untuk mencegah faktor penyebab hipertensi esensial dengan memperbaiki gaya hidup sehari-hari. PENDAHULUAN Penyakit yang lebih dikenal sebagai tekanan darah tinggi ini merupakan faktor resiko utama dari perkembangan penyakit jantung dan stroke. Penyakit hipertensi juga disebutkan sebagai “the silent disease” karena tidak terdapat tanda-tanda atau gejala yang dapat dilihat dari luar. Perkembangan hipertensi berjalan secara perlahan, tetapi secara potensial sangat berbahaya (Dalimartha, 2008). Di seluruh dunia, penyakit kardiovaskular menyebabkan sekitar 17 juta kematian per tahun, hampir sepertiga dari total angka seluruh kematian. Dimana dari jumlah tersebut, hipertensi menyebabkan 9,4 juta kematian di seluruh dunia setiap tahun. Hipertensi menyebabkan setidaknya 45% dari kematian akibat penyakit jantung dan 51% kematian akibat stroke. Pada tahun 2008, di seluruh dunia, sekitar 40% dari orang dewasa berusia 25 tahun telah didiagnosis dengan hipertensi, jumlah tersebut meningkat dari 600 juta pada tahun 1980 menjadi 1 miliar pada tahun 2008. Prevalensi hipertensi tertinggi adalah di kawasan Afrika yaitu 46% dari orang dewasa berusia ≥25 tahun, sedangkan prevalensi terendah sebanyak 35% ditemukan di Amerika. Secara keseluruhan, negara-negara berpenghasilan tinggi memiliki prevalensi hipertensi yang rendah yaitu 35% dibandingkan kelompok lain yaitu 40%. Lebih dari satu dari tiga orang dewasa di seluruh dunia memiliki tekanan darah tinggi. Proporsi meningkat dengan usia, dari 1 dari 10 orang berusia 20-an dan 30-an tahun sampai 5 dari 10 orang di usia 50-an tahun (WHO, 2013). FAKTOR GAYA HIDUP YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA HIPERTENSI ESENSIAL DI RUANG POLIKLINIK INTERNA RSUD LABUANG BAJI PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2013

description

Faktor Gaya Hidup yang Mempengaruhi terjadinya Hipertensi Esensial pada Pasien

Transcript of Skripsi Masykur Khair IV

Page 1: Skripsi Masykur Khair IV

Oleh :

Masykur Khair 142 209 0049

Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Muslim Indonesia

RINGKASAN Hipertensi adalah suatu kondisi medis berupa peningkatan tekanan darah melebihi batas

normal. Hipertensi esensial adalah hipertensi yang tidak/belum diketahui penyebabnya, sekitar 90% penderita hipertensi adalah hipertensi esensial. Penyakit ini juga dikenal dengan “the silent disease” karena tidak terdapat tanda-tanda atau gejala yang dapat dilihat dari luar. Perkembangan hipertensi berjalan secara perlahan, tetapi secara potensial sangat berbahaya.Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor gaya hidup yang mempengaruhi terjadinya hipertensi esensial pada pasien di Ruang Poliklinik Interna RSUD Labuang Baji Prov. Sul-Sel.

Penelitian ini adalah Survei analytik dengan menggunakan desain Case Control, dengan pendekatan retrospektif. Gaya hidup yang diteliti terdiri dari kebisaan merokok, minum alkohol, konsumsi natrium, konsumsi lemak, olahraga, stress. Sampel yang digunakan adalah semua responden yang mengalami hipertensi esensial dan sebagai kontrolnya responden yang tidak menderita hipertensi, dengan metode pengambilan sample yaitu accidental sampling yang berjumlah 70 responden (35 untuk kelompok kasus dan 35 untuk kelompok kontrol).

Pada analisis data dengan Chi-square dan Odds Ratio menunjukan bahwa tidak ada pengaruh kebiasaan merokok terahadap kejadian hipertensi esensial (p=1,00>0,05) dengan OR 1,292. Tidak ada pengaruh minum alkohol dengan kejadian hipertensi esensial (p=1,00>0,05) dengan OR 0,646. Ada pengaruh komsumsi natrium tinggi terhadap kejadian hipertensi esensial (p=0,01<0,05) dengan OR 3,852. Ada pengaruh kebiasaan komsumsi lemak tinggi dengan kejadian hipertensi esensial (p=0,02<0,05) dengan OR 3,778. Ada pengaruh olahraga dengan kejadian hipertensi esensial (p=0,00<0,05) dengan OR 0,222. Tidak ada pengaruh stress dengan kejadian hipertensi esensial (p=0,73<0,05) dengan OR 1,603. Berdasarkan hasil uji regresi linear, variabel yang paling berpengaruh terhadap kejadian hipertensi esensial adalah kebiasaan olahraga yaitu memiliki niali p = 0,013 (p<α) dengan kontribusi sebesar 12,25%.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh antara variabel konsumsi natrium, konsumsi lemak, olahraga dengan kejadian hipertensi esensial dan tidak ada pengaruh antara kebiasaan merokok, kebiasaan minum alkohol, stress dengan kejadian hipertensi esensial di ruang poliklinik interna RSUD Labuang Baji Prov. Sulsel. Hal ini menunjukkan perlu adanya perhatian yang lebih untuk mencegah faktor penyebab hipertensi esensial dengan memperbaiki gaya hidup sehari-hari.

PENDAHULUAN Penyakit yang lebih dikenal sebagai tekanan

darah tinggi ini merupakan faktor resiko utama dari perkembangan penyakit jantung dan stroke. Penyakit hipertensi juga disebutkan sebagai “the silent disease” karena tidak terdapat tanda-tanda atau gejala yang dapat dilihat dari luar. Perkembangan hipertensi berjalan secara perlahan, tetapi secara potensial sangat berbahaya (Dalimartha, 2008).

Di seluruh dunia, penyakit kardiovaskular menyebabkan sekitar 17 juta kematian per tahun, hampir sepertiga dari total angka seluruh kematian. Dimana dari jumlah tersebut, hipertensi menyebabkan 9,4 juta kematian di seluruh dunia setiap tahun. Hipertensi menyebabkan setidaknya 45% dari kematian akibat penyakit jantung dan 51% kematian akibat stroke. Pada tahun 2008, di

seluruh dunia, sekitar 40% dari orang dewasa berusia ≥25 tahun telah didiagnosis dengan hipertensi, jumlah tersebut meningkat dari 600 juta pada tahun 1980 menjadi 1 miliar pada tahun 2008. Prevalensi hipertensi tertinggi adalah di kawasan Afrika yaitu 46% dari orang dewasa berusia ≥25 tahun, sedangkan prevalensi terendah sebanyak 35% ditemukan di Amerika. Secara keseluruhan, negara-negara berpenghasilan tinggi memiliki prevalensi hipertensi yang rendah yaitu 35% dibandingkan kelompok lain yaitu 40%. Lebih dari satu dari tiga orang dewasa di seluruh dunia memiliki tekanan darah tinggi. Proporsi meningkat dengan usia, dari 1 dari 10 orang berusia 20-an dan 30-an tahun sampai 5 dari 10 orang di usia 50-an tahun (WHO, 2013).

FAKTOR GAYA HIDUP YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA HIPERTENSI ESENSIAL DI RUANG POLIKLINIK INTERNA RSUD LABUANG BAJI PROVINSI

SULAWESI SELATAN TAHUN 2013

Page 2: Skripsi Masykur Khair IV

Di Indonesia proporsi angka kematian akibat PTM meningkat dari 41,7% pada tahun 1995 menjadi 49,9% pada tahun 2001 dan 59,5% pada tahun 2007. Penyebab kematian tertinggi dari seluruh penyebab kematian adalah stroke (15,4%), disusul hipertensi, diabetes, kanker, dan penyakit paru obstruktif kronis. Kematian akibat PTM terjadi di perkotaan dan perdesaan. Data Riskesdas 2007 menunjukkan di perkotaan, kematian akibat stroke pada kelompok usia 45-54 tahun sebesar 15,9%, sedangkan di pedesaan sebesar 11,5%. Hal tersebut menunjukkan PTM (utamanya stroke) menyerang usia produktif. Sementara itu prevalensi PTM lainnya cukup tinggi, yaitu: hipertensi (31,7%), arthritis (30.3%), penyakit jantung (7.2%), dan cedera (7,5%). Menkes mengatakan, PTM dipicu berbagai faktor risiko antara lain merokok, diet yang tidak sehat, kurang aktivitas fisik, dan gaya hidup tidak sehat. Riskesdas 2007 melaporkan, 34,7% penduduk usia 15 tahun ke atas merokok setiap hari, 93,6% kurang konsumsi buah dan sayur serta 48,2% kurang aktivitas fisik (Sudarianto, 2011).

Di Indonesia, peluang masyarakat menderita hipertensi belum sebesar negara maju. Namun, ancaman penyakit ini tidak boleh diabaikan begitu saja. Terlebih bagi masyarakat perkotaan yang lebih mudah mengakses gaya hidup modern yang tidak sehat, seperti banyak mengkonsumsi makanan cepat saji, alkohol, dan merokok. Dengan gaya hidup modern tersebut, penyakit hipertensi menjadi momok yang menakutkan (Dalimartha, 2008).

Data dari Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2012 yaitu penyakit hipertensi esensial menempati urutan ke-tujuh 10 besar penyakit rawat inap di rumah sakit tahun 2010 dengan kasus pada laki-laki 8.423 dan 11.451 kasus pada perempuan dengan proporsi 42,38% pada laki-laki dan 57,62% pada perempuan. Sedangkan untuk 10 besar penyakit rawat jalan di rumah sakit tahun 2010 kasus hipertensi menempati urutan ke-delapan dengan kasus pada laki-laki 35.462 dan 45.153 kasus pada perempuan dan merupakan kasus dengan jumlah kunjungan tertinggi ke-dua setelah ISPA yang mencapai 277.846 kunjungan (Kemenkes RI, 2012).

Berdasarkan hasil surveilans PTM berbasis rumah sakit di Sulawesi Selatan pada tahun 2008, diperoleh informasi bahwa lima urutan PTM terbanyak ditemukan pada rumah sakit sentinel, yaitu kecelakaan lalu lintas (30,50%), hypertensi (17,63%), asma (7,53%), diabetes mellitus (6,65%), dan stroke (5,86%). Sedangkan lima urutan terbesar PTM penyebab kematian, yaitu hypertensi primer (22,07%), kecelakaan lalu lintas (16,61%), hypertensi sekunder (14,58%), stroke (6,66%), dan dibetes mellitus (6,28%). Sedangkan pada tahun 2009, berdasarkan survei sentinel di rumah sakit ditemukan lima penyakit tidak menular urutan terbesar, antara lain kecelakaan (29,48%), hypertensi (20,87%), asma (7,43%), tindak kekerasan (5,67%), dan diabetes mellitus

(4,99%) (Sudarianto, 2010 dan Dinkes Prov. Sulsel, 2010).

Berdasarkan data Medikal Record RSUD Labuang Baji, dimana pada tahun 2011 penderita hipertensi esensial yang dirawat di Ruang Rawat Inap RS tersebut berjumlah 2255 orang, sementara pada tahun 2012 mengalami peningkatan, dimana jumlah pasien hipertensi esensial yang dirawat di ruang rawat inap menjadi 2820 orang. Hal ini merupakan salah satu peningkatan yang cukup signifikan.

Data diatas memberikan gambaran bahwa masalah hipertensi menjadi salah satu masalah yang sangat penting, oleh karena itu perlu mendapatkan perhatian dan penanganan yang baik, mengingat prevalensinya yang tinggi dan komplikasi yang cukup barat. Agar mendapatkan gambaran yang lebih tepat maka diperlukan penelitian epidemiologi untuk mengetahui sejauh mana faktor gaya hidup dapat menimbulkan penyakit hipertensi esensial. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti tentang faktor gaya hidup yang mempengaruhi terjadinya hipertensi esensial di Ruang Poliklinik Interna di RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan, sebagai salah satu rumah sakit provinsi dengan tipe B, menjadikannya sebagai salah satu tempat rujukan dari puskesmas, rumah sakit, maupun instansi kesehatan lainya yang ada di daerah-daerah maupun kota di lingkungan Prov. Sulsel. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah “apakah faktor gaya hidup mempengaruhi terjadinya hipertensi esensial pada pasien di Ruang Poliklinik Interna RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan”. Tujuan Penelitan

Untuk mengetahui faktor gaya hidup yang mempengaruhi terjadinya hipertensi esensial pada pasien di Ruang Poliklinik Interna RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan.

METODE PENELITIAN Desain penelitian merupakan bentuk

rancangan yang digunakan dalam melakukan prosedur penelitian. Jenis ini adalah Survey Analitik yaitu survey atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi, kemudian melakukan analisa dimana korelasi antar fenomena, baik antara faktor resiko dengan faktor efek (Notoatmodjo, 2005a).

Metode yang digunakan adalah Case Control yaitu penelitian yang berusaha melihat kebelakang (backward looking) yang artinya mengumpulkan data dimulai dari efek atau akibat yang terjadi. Kemudian dari efek tersebut ditelusuri penyebabnya atau variabel-variabel yang mempengaruhi akibat tersebut (Notoatmodjo, 2005a). Gaya hidup yang diteliti terdiri dari kebisaan merokok, minum alkohol, konsumsi natrium, konsumsi lemak, olahraga, stress.

Page 3: Skripsi Masykur Khair IV

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua pasien hipertensi esensial di Ruang Poliklinik Interna RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan, yang memenuhi kriteria inklusi dan sebagai kontrolnya adalah semua responden yang memiliki karakteristik yang sama (dalam hal ini usia, jenis kelamin, dll) yang tidak menderita hipertensi.

Sampel dalam penelitian ini adalah pasien hipertensi esensial yang dirawat di Ruang Poliklinik Interna RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan sebagai dan pasien yang tidak mengalami hipertensi esensial yang memiliki kriteria yang sama sebagai kontrolnya dimana sampel yang diambil menggunakan teknik accidental sampling, yaitu sampel yang ditemui oleh peneliti selama melakukan penelitian. Penelilitian ini dilaksanakan pada tanggal 24 Mei 2013 sampai dengan 18 Juni 2013 di RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan Ruang Poliklinik Interna/Poliklink Penyakit Dalam, dimana jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 70 responden, 35 untuk kelompok kasus dan 35 untuk kelompok kontrol dan pengambilan data melalui kuisioner. HASIL PENELITIAN Data Demografi Tabel 5.1 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan

Karakteristik Jenis Kelamin, Umur, Pendidikan Terakhir, Pekerjaan, Pendapatan, dan Riwayat Keluarga dengan Hipertensi di Ruang Poliklinik Interna RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013

Karakteristik f %

1. Jenis Kelamin

a. Laki-Laki b. Perempuan

22 48

31,4 68,6

Total 70 100,0 2. Umur

a. 30-39 tahun b. 40-49 tahun c. 50-59 tahun d. ≥60 tahun

11 14 21 24

15,7 20,0 30,0 34,3

Total 70 100,0 3. Pendidikan

a. Tidak Sekolah b. SD c. SMP d. SMA e. Perguruan Tinggi

5 8 9

27 21

7,1

11,4 12,4 38,6 30,0

Total 70 100,0 4. Pekerjaan

a. Tidak Bekerja b. Petani c. Wiraswasta d. Pegawai Negeri e. Lain-Lain

11 3

13 7

36

15,7 4,3

18,6 10,0 51,4

Total 70 100,0 5. Pendapatan

a. <Rp. 500.000,- b. >Rp. 500.000,-

2

68

2,9

97,1

Total 70 100,0 6. Riwayat Hipertensi dlm Keluarga

a. Ada Riwayat b. Tidak Ada Riwayat

17 53

24,3 75,7

Total 70 100,0

Sumber : Data Primer 2013

Berdasarkan tabel 5.1, didapatkan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin sebagian besar adalah perempuan yaitu sebanyak 48 responden (68,6%), berdasarkan umur sebagian besar berusia ≥60 tahun yaitu sebanyak 24 responden (34,3%) dan yang terendah adalah berusia antara 30-39 tahun yaitu 11 orang (15,7%), berdasarkan pendidikan sebagian besar responden berpendidikan SMA yaitu terdiri dari 27 responden (38,6%) dan yang terendah adalah tidak sekolah sebanyak 5 orang (7,1%), berdasarkan pekerjaan sebagian besar responden memiliki pekerjaan lain-lain (karyawan, pensiunan, dll) yaitu sebanyak 36 responden (51,4%) dan yang terendah adalah yang bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 3 responden (4,3%), berdasarkan pendapatan sebagian besar responden memiliki pendapatan lebih dari Rp. 500.000,- yaitu sebanyak 68 responden (91,7%), berdasarkan riwayat keluarga yang memiliki penderita hipertensi dimana sebagian besar responden tidak memiliki riwayat hipertensi yaitu sebanyak 53 responden (75,7%). Analisis Univariat Tabel 5.2 : Distribusi Variabel Independen

Kejadian Hipertensi Esensial di Ruang Poliklinik Interna RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013

Variabel n % 1. Kebiasaan Merokok

a. Perokok b. Bukan Perokok

9 61

12,9 87,1

Total 70 100,0 2. Kebiasaan Minum Alkohol

a. Peminum b. Bukan Peminum

5 65

7,1 92,9

Total 70 100,0 3. Konsumsi Natrium Tinggi

a. Tinggi b. Rendah

29 41

41,4 58,6

Total 70 100,0 4. Konsumsi Lemak Tinggi

a. Tinggi b. Rendah

24 46

34,3 65,7

Total 70 100,0 5. Kebiasaan Olahraga

a. Teratur b. Tidak Teratur

28 42

40,0 60,0

Total 70 100,0

6. Stres a. Stres b. Tidak Stres

10 60

14,3 85,7

Total 70 100,0 Sumber : Data Primer 2013

Berdasarkan tabel 5.2 terlihat bahwa untuk kebiasaan merokok, sebagian besar responden bukan perokok yaitu 61 responden (87,1%). Berdasarkan kebiasaan konsumsi alkohol, sebagian besar responden tidak minum alkohol yaitu sebanyak 65 responden (92,9%). Berdasarkan kebiasaan konsuimsi natrium responden menunjukan sebagian besar responden asupan natriumnya rendah yaitu sebanyak 41 responden (58,6%). Kebiasaan konsumsi lemak responden menunjukan bahwa

Page 4: Skripsi Masykur Khair IV

sebagian besar menkonsumsi makanan yang berkadar lemaknya rendah yaitu sebanyak 46 responden (65,7%). Kebiasaan olahraga menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki kebiasaan olahraga yang tidak teratur yaitu sebanyak 42 responden (60,0%). Sementara berdasarkan stress yang dialami, menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak mengalami stress psikologis yaitu berjumlah 60 orang (85,7%). Tabel 5.3 : Distribusi Frekuensi Variabel

Dependen Kejadian Hipertensi Esensial di Ruang Poliklinik Interna RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013

Kejadian Hipertensi Esensial Jumlah

f %

Hipertensi Esensial 35 50,0 Tidak Hipertensi Esensial 35 50,0

Total 70 100,0

Sumber : Data Primer 2013

Dari tabel 5.3 diatas tergambar bahwa untuk kelompok kasus atau kelompok yang mengalami hipertensi esensial yaitu sebanyak 35 responden (50%) dan untuk kelompik kontrol atau yang tidak mengalami hipertensi esensial juga berjumlah 35 responden (50%). Analisis Bivariat Tabel 5.4 : Pengaruh Kebiasaan Merokok

dengan Kejadian Hipertensi Esensial di Ruang Poliklinik Interna RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013

Sumber : Data Primer 2013

Pada tabel 5.4 di atas terlihat bahwa terdapat 35 responden (100%) yang menderita hipertensi esensial dan 35 responden (100%) yang tidak menderita hipertensi esensial. Dimana terdapat 9 responden (12,9%) yang memiliki kebiasaan merokok dan 61 responden (87,1%) bukan perokok. Jika dihubungkan antara kejadian hipertensin esensial dengan kebiasaan merokok diperoleh hasil untuk kelompok kasus terdapat 5 responden (14,3%) memiliki kebiasaan merokok dan mengalami hipertensi esensial dan 30 responden (85,7%) yang bukan perokok tetapi mengalami hipertensi esensial. Sedangkan untuk kelompok kontrol, terdapat 4 responden (11,4%) yang tidak menderita hipertensi esensial tetapi memiliki kebiasaan merokok dan 31 responden (88,6%) yang tidak menderita hipertensi esensial dan bukan perokok.

Pada analisis data dengan Chi-square di

peroleh nilai p = 1,00 lebih besar dari nilai (0,05), artinya Ho diterima atau tidak ada pengaruh kebiasaan merokok terahadap kejadian

hipertensi esensial di ruang poliklinik interna RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan. Pada analisis dengan Odds Ratio dengan tingkat kepercayaan 95% didapatkan nilai 1,292 artinya responden yang memiliki riwayat merokok memiliki resiko 1,29 kali untuk menderita hipertensi esensial. Tabel 5.5 : Pengaruh Kebiasaan Konsumsi

Alkohol dengan Kejadian Hipertensi Esensial di Ruang Poliklinik Interna RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013

Sumber : Data Primer 2013 Pada tabel 5.5 di atas terlihat bahwa

terdapat 35 responden (100%) yang menderita hipertensi esensial dan 35 responden (100%) yang tidak menderita hipertensi esensial. Dimana terdapat 5 responden (7,1%) yang memiliki kebiasaan minum alkohol dan 65 responden (92,9%) bukan peminum. Jika dihubungkan antara kejadian hipertensin esensial dengan kebiasaan minum alkohol diperoleh hasil untuk kelompok kasus terdapat 2 responden (5,7%) yang peminum dan mengalami hipertensi esensial dan 33 responden (94,3%) yang bukan peminum tetapi mengalami hipertensi esensial. Sedangkan

untuk kelompok kontrol, terdapat 3 responden (8,6%) yang tidak menderita hipertensi esensial tetapi memiliki kebiasaan minum alkohol dan 32 responden (91,4%) yang tidak menderita hipertensi esensial dan bukan peminum.

Pada analisis data dengan Chi-square di

peroleh nilai p = 1,00 lebih besar dari nilai (0,05), artinya Ho diterima atau tidak ada

pengaruh minum alkohol dengan kejadian hipertensi esensial di ruang poliklinik interna RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan. Pada analisis dengan Odds Ratio dengan tingkat kepercayaan 95% didapatkan nilai 0,646 artinya responden yang memiliki riwayat alkohol tidak mempunyai peluang untuk menderita hipertensi esensial. Tabel 5.6 : Pengaruh Kebiasaan Konsumsi

Natrium dengan Kejadian Hipertensi Esensial di Ruang Poliklinik Interna RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013

Sumber : Data Primer 2013

Kebiasaan Merokok

Responden

Total p

Hipertensi Esensial

Tidak Hipertensi Esensial

n % n % n %

Perokok 5 14,3 4 11,4 9 12,9

1,00 Bukan perokok 30 85,7 31 88,6 61 87,1

Total 35 100 35 100 70 100

Kebiasaan Minum Alkohol

Responden

Total p

Hipertensi Esensial

Tidak Hipertensi Esensial

n % n % n %

Peminum 2 5,7 3 8,6 5 7,1

1,00 Bukan Peminum 33 94,3 32 91,4 65 92,9

Total 35 100 35 100 70 100

Kebiasaan Konsumsi Natrium

Responden

Total P

Hipertensi Esensial

Tidak Hipertensi Esensial

n % n % n %

Tinggi 20 57,1 9 25,7 29 41,4

0,01 Rendah 15 42,9 26 74,3 41 58,6

Total 35 100 35 100 70 100

Page 5: Skripsi Masykur Khair IV

Pada tabel 5.6 di atas terlihat bahwa terdapat 35 responden (100%) yang menderita hipertensi esensial dan 35 responden (100%) yang tidak menderita hipertensi esensial. Dimana terdapat 29 responden (41,4%) yang memiliki kebiasaan konsumsi natrium tinggi dan 41 responden (58,6%) yang konsumsi natriumnya rendah. Jika dihubungkan antara kejadian hipertensin esensial dengan kebiasaan konsumsi natrium tinggi diperoleh hasil untuk kelompok kasus terdapat 20 responden (57,1%) yang memiliki kebiasaan konsumsi natrium tinggi dan mengalami hipertensi esensial dan 15 responden (42,9%) yang konsumsi natriumnya rendah tetapi mengalami hipertensi esensial. Sedangkan untuk kelompok kontrol, terdapat 9 responden (25,7%) yang tidak menderita hipertensi esensial tetapi memiliki kebiasaan konsumsi natrium tinggi dan 26 responden (74,3%) yang tidak menderita hipertensi esensial dan konsumsi natriumnya rendah.

Pada analisis data dengan Chi-square

diperoleh nilai p = 0,01 lebih kecil dari nilai (0,05), artinya Ho ditolak atau ada pengaruh konsumsi natrium tinggi terhadap kejadian hipertensi esensial di ruang poliklinik interna RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan. Pada analisis dengan Odds Ratio dengan tingkat kepercayaan 95% didapatkan nilai 3,852 artinya responden yang menkonsumsi natrium tinggi mempunyai peluang 3,85 kali lebih besar untuk menderita hipertensi esensial. Tabel 5.7 : Pengaruh Kebiasaan Konsumsi

Lemak dengan Kejadian Hipertensi Esensial di Ruang Poliklinik Interna RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013

Sumber : Data Primer 2013

Pada tabel 5.7 di atas terlihat bahwa terdapat 35 responden (100%) yang menderita hipertensi esensial dan 35 responden (100%) yang tidak menderita hipertensi esensial. Dimana terdapat 24 responden (34,9%) yang memiliki kebiasaan konsumsi lemak tinggi dan 46 responden (65,7%) konsumsi lemaknya rendah. Jika dihubungkan antara kejadian hipertensin esensial dengan kebiasaan konsumsi lemak diperoleh hasil untuk kelompok kasus terdapat 17 responden (48,6%) yang memiliki kebiasaan konsumsi lemak tinggi dan mengalami hipertensi esensial dan 18 responden (51,4%) yang konsumsi lemaknya rendah tetapi mengalami hipertensi esensial. Sedangkan untuk kelompok kontrol, terdapat 7 responden (20%) yang tidak menderita hipertensi esensial tetapi memiliki kebiasaan konsumsi lemak tinggi dan 28

responden (80%) yang tidak menderita hipertensi esensial dan konsumsi lemaknya rendah.

Pada analisis data dengan Chi-square di

peroleh nilai p = 0,02 lebih kecil dari nilai (0,05), artinya Ho ditolak atau ada pengaruh kebiasaan konsumsi lemak tinggi dengan terjadinya hipertensi esensial di ruang poliklinik interna RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan. Pada analisis dengan Odds Ratio dengan tingkat kepercayaan 95% didapatkan nilai 3,778 artinya responden yang menkonsumsi makanan yang yang kadar lemaknya tinggi memiliki peluang 3,77 kali lebih besar untuk menderita hipertensi esensial dibandingkan bila tidak menkonsumsi lemak tinggi. Tabel 5.8 : Pengaruh Kebiasaan Olahraga

dengan Kejadian Hipertensi Esensial di Ruang Poliklinik Interna RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013

Sumber : Data Primer 2013

Pada tabel 5.8 di atas terlihat bahwa terdapat 35 responden (100%) yang menderita hipertensi esensial dan 35 responden (100%) yang tidak menderita hipertensi esensial. Dimana terdapat 28 responden (40%) yang memiliki kebiasaan olahraga teratur dan 42 responden (60%) yang tidak teratur. Jika dihubungkan antara kejadian hipertensin esensial dengan kebiasaan olahraga diperoleh hasil untuk kelompok kasus terdapat 8 responden (22,9%) memiliki kebiasaan

olahraga teratur dan mengalami hipertensi esensial dan 27 responden (77,1%) yang kebiasaan olahraganya tidak teratur dan mengalami hipertensi esensial. Sedangkan untuk kelompok kontrol, terdapat 20 responden (57,1%) yang tidak menderita hipertensi esensial dan memiliki kebiasaan olahraga teratur dan 15 responden (42,9%)

yang tidak menderita hipertensi esensial dan memiliki kebiasaan olahraga yang tidak teratur.

Pada analisis data dengan Chi-square di

peroleh nilai p = 0,00 lebih kecil dari nilai (0,05), artinya Ho ditolak ada pengaruh olahraga dengan kejadian hipertensi esensial di ruang poliklinik RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan. Pada analisis dengan Odds Ratio dengan tingkat kepercayaan 95% didapatkan nilai 0,22 artinya apabila responden berolahraga secara tidak teratur tidak ada peluangnya untuk mengalami hipertensi esensial.

Kebiasaan Konsumsi

Lemak

Responden

Total P

Hipertensi Esensial

Tidak Hipertensi Esensial

n % n % n %

Tinggi 17 48,6 7 20,0 24 34,3

0,02 Rendah 18 51,4 28 80,0 46 65,7

Total 35 100 35 100 70 100

Kebiasaan Olahraga

Kejadian

Total p

Hipertensi Esensial

Tidak Hipertensi

n % n % n %

Teratur 8 22,9 20 57,1 28 40,0

0,00 Tidak Teratur 27 77,1 15 42,9 42 60,0

Total 35 100 35 100 70 100

Page 6: Skripsi Masykur Khair IV

Tabel 5.9 : Pengaruh Stres dengan Kejadian Hipertensi Esensial di Ruang Poliklinik Interna RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013

Sumber : Data Primer 2013

Pada tabel 5.9 di atas terlihat bahwa terdapat 35 responden (100%) yang menderita hipertensi esensial dan 35 responden (100%) yang tidak menderita hipertensi esensial. Dimana terdapat 10 responden (14,3%) yang mengalami stress dan 60 responden (85,7%) yang tidak stress. Jika dihubungkan antara kejadian hipertensin esensial dengan faktor stress diperoleh hasil untuk kelompok kasus terdapat 6 responden (17,1%) yang mengalami stress juga hipertensi esensial dan 29 responden (82,9%) yang tidak stress tetapi mengalami hipertensi esensial. Sedangkan untuk kelompok kontrol, terdapat 4 responden (11,4%) yang tidak menderita hipertensi esensial tetapi mengalami stress dan 31 responden (88,6%) yang tidak menderita hipertensi esensial dan tidak mengalami stress.

Pada analisis data dengan Chi-square di

peroleh nilai p = 0,73 lebih besar dari nilai (0,05), artinya Ho diterima atau tidak ada pengaruh olahraga dengan kejadian hipertensi esensial di ruang poliklinik interna RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan. Pada analisis dengan Odds Ratio dengan tingkat kepercayaan 95% didapatkan nilai 1,603 artinya apabila responden mengalami stress berkepanjangan memiliki resiko 1,60 kali untuk mengalami hipertensi esensial. Analisis Multivariat Tabel 5.10 : Analisis Perbandingan Antara Faktor

Rokok, Alkohol, Konsumsi Natrium Tinggi, Konsumsi Lemak Tinggi, Olahraga, dan Stress yang Mempengaruhi Terjadinya Hipertensi Esensial di Ruang Poliklinik Interna RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013

Sumber : Data Primer 2013 Berdasarkan tabel diatas varibel yang paling

berpengaruh terhadap kejadian hipertensi esensial adalah kebiasaan olahraga yaitu memiliki

niali p = 0,013 (p<α) yang artinya memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kejadian hipertensi. Selain itu, tabel 5.10 tersebut diketahui bahwa variabel yang paling dominan pengaruhnya adalah variabel olahraga yaitu memiliki kontribusi

sebesar 12,25%.

KESIMPULAN

Dari hasil pengolahan data penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa: 1. Kebiasaan merokok mempunyai risiko 1,3 kali

mengalami hipertensi esensial pada pasien di Ruang Poliklinik Interna RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan (p>α).

2. Kebiasaan minum alkohol merupakan faktor protektif kejadian hipertensi esensial pada pasien di Ruang Poliklinik Interna RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan (p>α).

3. Konsumsi natrium tinggi mempunyai risiko 3,9 kali mengalami hipertensi esensial pada pasien di Ruang Poliklinik Interna RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan (p<α).

4. Kebiasaan konsumsi lemak tinggi mempunyai risiko 3,8 kali mengalami hipertensi esensial pada pasien di Ruang Poliklinik Interna RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan (p<α).

5. Kebiasaan olahraga meruapakan faktor

protektif kejadian hipertensi esensial pada

pasien di Ruang Poliklinik Interna RSUD

Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan (p<α).

6. Stress mempunyai risiko 1,6 kali mengalami

hipertensi esensial pada pasien di Ruang

Poliklinik Interna RSUD Labuang Baji Provinsi

Sulawesi Selatan (p>α).

Stres

Responden

Total P

Hipertensi Esensial

Tidak Hipertensi

n % N % n %

Stres 6 17,1 4 11,4 10 14,3

0,73 Tidak Stres 29 82,9 31 88,6 60 85,7

Total 35 100 35 100 70 100

Variabel OR r r2

Kontribusi (%)

p

Kebiasaan merokok

1,292 0,043 0,0018 0,18 0,975

Konsumsi alkohol

0,646 -0,055 0,0030 0,30 0,710

Komsumsi natrium tinggi

3,852 0,319 0,1018 10,18 0,076

Konsumsi lemak tinggi

3,778 0,301 0,0906 9,06 0,082

Olahraga 0,222 -0,350 0,1225 12,25 0,013

Stress 1,603 0,082 0,0067 0,67 0,928

Page 7: Skripsi Masykur Khair IV

DAFTAR PUSTAKA

Apriadji, Weird Harry. 2007. Makanan Enak untuk Hidup Sehat, Bahagia dan Awet Muda. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

________________. 2008. Health Fast Food : Hidangan Sehat Cepat Saji, Favorit Anak-Anak dan Seluruh Keluarga. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Arniati. 2007. Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi Esensial di Ruang Rawat Inap Bagian Penyakit Dalam di BPRSUD Labuang Baji Makassar. Makassar : Program Studi Ilmu Keperawatan, STIK GIA

Arwiah. 2010. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi di Ruang Poli Jantung RSU Provinsi Sultra Tahun 2010. Kendari : Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKES Mandala Waluya

Azwar, Azrul. 2002. Pedoman Umum Gizi Seimbang. Jakarta : Dirjend Bina Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan RI

Bangun, A. P.. 2005. Terapi Jus Dan Ramuan Tradisional Untuk Hipertensi. Jakarta : Agro Media Pustaka

Baradero, Mary. 2008. Klien Gangguan Ginjal. Jakarta : EGC Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Edisi 8 Volume 1. Jakarta :

EGC Bustan, M.N.. 2008. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : Rineka Cipta Corwin, Elizabeth J.. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC Dalimartha, Setiawan. 2008. Care Your Self, Hipertensi. Jakarta : Penebar Plus+ Departemen Agama RI. 2009. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta : PT. Tiga Serangkai

Pustaka Mandiri Depertemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus besar bahasa Indonesia Edisi 3. Jakarta :

Penerbit Balai Pustaka Depkes RI. 2009. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan 2005-2025. Jakarta

: Depkes RI Dinkes Prov. Sulsel. 2010. Profil Kesehatan Sulawesi Selatan 2009. Makassar : Dinkes Prov.

Sulsel Gunawan, Lany. 2007. Hipeetensi Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta : Kanisius Hamid, Aminah A.. 2010. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada

Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Tamamaung Kota Makassar Tahun 2010. Makassar : PSIK FKM UMI

Kemenkes RI. 2012. Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2012. Jakarta : Kemenkes RI Kowalski, Robert E.. 2010. Terapi Hipertensi : Program 8 Minggu Menurunkan Tekanan Darah

Tinggi dan Mengurangi Risiko Serangan Jantung dan Stroke Secara Alami. Bandung : Qanita

Mangku, Sitepoe. 2007. Usaha Mencegah Bahaya Merokok. Jakarta : Gramedia Mardiah. 2012. Faktor Resiko Gaya Hidup Pasien Hipertensi Rawat Jalan di RSUD Syekh Yusuf

Kab. Gowa Tahun 2012. Makassar : PSIK FKM UMI Medikal Record RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan. 2013 Muttaqin, Arif. 2009. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta : Salemba Medika Notoatmojdjo, Soekidjo. 2005a. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta ___________________. 2005b. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Yogyakarta :

Andi Offset Pelmer, Anna dan Williams, Bryan. 2007. Simple Guide Tekanan Darah Tinggi. Jakarta : Erlangga PERSI. 2012. Tekanan Darah Turun, Tak Berarti Sembuh dari Hipertensi.

http://www.pdpersi.co.id/content/news.php?catid=23&mid=5&nid=810. Diakses pada 9 Mei 2013

Ramayulis, Rita. 2010. Menu dan Resep untuik Penderita Hipertensi. Jakarta : Penebar Plus+ Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dan Sel ke System Edisi 2. Jakarta : EGC Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC Soeharto, Iman. 2004. Penyakit Jantung Koroner dan Serangan Jantung. Jakarta : PT. Gramedia

Pustaka Utama Sudarianto. 2010. Penyakit Tidak Menular (PTM) Tertinggi di Sulsel ; Hypertensi. http://dinkes-

sulsel.go.id/new/index.php?option=com_content&task=view&id=266&Itemid=93. Diakses pada 27 Maret 2013

Page 8: Skripsi Masykur Khair IV

________. 2011. Penyakit Tidak Menular (PTM) Penyebab Kematian Terbanyak. http://dinkes-sulsel.go.id/new/index.php?option=com_content&task=view&id=664&Itemid=102. Diakses pada 27 Maret 2013

Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC Suparto, 2000. Sehat Menjelang Usia Senja. Bandung: Remaja Rosdakarya Effset Sustrani, Lanny, dkk. 2004. Hipertensi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC WHO. 2012. World Health Statistics 2012.

http://www.who.int/mediacentre/news/releases/2012/world_health_statistics_20120516/en/index.html. Diakses pada 27 Maret 2013

_____. 2013. World Health Day 2013 : A global brief on Hypertension, Silent killer, global public health crisis. WHO/DCO/WHD/2013.2. Switzerland : WHO. http://www.who.int/cardiovascular_diseases/publications/global_brief_hypertension/en/index.html. Diakses pada 11 Mei 2013

Yogiantoro M. 2006. Hipertensi Esensial dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FK UI