SKRIPSI - eprints.walisongo.ac.ideprints.walisongo.ac.id/9618/1/skripsi full.pdfi
skripsi lintang.docx
-
Upload
dardai-saifullah -
Category
Documents
-
view
71 -
download
9
Transcript of skripsi lintang.docx
PENGARUH PENURUNAN TARIF PAJAK PENGHASILAN SESUAI UU
NO. 36 TAHUN 2008, INSENTIF PAJAK, NON INSENTIF PAJAK
TERHADAP MANAJEMEN LABA
Studi Penelitian Pada Perusahaan yang Terdaftar Dalam Indeks LQ 45
Tahun 2009 dan 2010
S K R I P S I
Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat guna menyelesaikan studi akhir dan untuk memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomika dan BisnisUniversitas Stikubank
S e m a r a n g
Oleh :
Nama : Lintang Jingga Widua NIM : 11.05.52.0129 Program Studi : S.1 Akuntansi
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNISUNIVERSITAS STIKUBANK
S E M A R A N G2015
i
ii
iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI
Yang bertanda tangan dibawah ini saya :
Nama : Lintang Jingga Widua
NIM : 11.05.52.0129
Program Studi : Akuntansi
Menyatakan bahwa SKRIPSI yang saya susun dengan judul :
PENGARUH PENURUNAN TARIF PAJAK PENGHASILAN SESUAI UU NO. 36 TAHUN 2008, INSENTIF PAJAK, NON INSENTIF PAJAK TERHADAP MANAJEMEN LABA tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam rangkain kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan, pendapat, atau pemikiran dari penulis lain, yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri, dan atau tidak terdapat bagian atau tulisan yang saya salin, tiru atau saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Apabila saya melakukan hal tersebut diatas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri itu. Bila kemudian hari terbukti bahwa saya melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan skripsi dan hasil ujian skripsi ini.
Semarang, Agustus 2015
Yang menyatakan,
(Lintang Jingga Widua)
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan untuk bapak ibuk, sebagai tanggungjawab atas
kewajiban yang harus diselesaikan. Tanpa mereka, saya tidak akan mungkin bisa
menuntut ilmu, bersekolah sampai pada tingkat ini, terima kasih untuk segala
dukungan, usaha, dan kerja keras bapak ibuk untuk membuat kami anak-anaknya
menjadi anak-anak yang tidak hanya bisa berdiri sendiri, tetapi juga memiliki ilmu
yang bermanfaat. Juga kepada teman-teman sekelas, seangkatan, sejurusan, dan
seperjuangan, terima kasih untuk semua semangat. Karya ini juga saya
persembahkan untuk almamater tercinta, Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Stikubank. Tanpa kalian-kalian semua, saya tidak mungkin bisa
menyelesaikan ini dengan baik, benar, dan tepat waktu. Terima kasih untuk
semua.
(Lintang Jingga Widua)
v
MOTTO
Kalau kita selalu hidup dengan kata “seandainya”, kita
tidak akan pernah memiliki kesempatan untuk disyukuri
(Asma Nadia)
In this fields of life, you will lose who you actually are
until you prove who you are
(Pitch Perfect)
Bismillah dan Alhamdulillah, dua kata indah yang
memberikan kita ketenangan dalam memulai dan
mengakhiri sesuatu apapun
(Lintang)
vi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah perusahaan melakukan manajemen laba sebagai responnya terhadap penurunan tarif pajak penghasilan yang terjadi pada tahun 2008 sebesar 30% menjadi 28% pada tahun 2009 dan sebesar 25% pada tahun 2010 serta tambahan insentif sebesar 5% bagi perusahaan go public yang menyetorkan 40% saham ke Bursa Efek Indonesia (BEI). Sampel pada penelitian ini adalah 42 perusahaan yang terdapat dalam list LQ 45 selama periode tahun 2009-2010.
Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah uji beda t-test dan analisis regresi linear berganda. Uji beda t-test menggunakan one sample t-test untuk menguji apakah terdapat perbedaan nilai discretionary accrual yang signifikan baik sebelum dan sesudah penurunan tarif pajak. Sedangkan analisis regresi linear berganda digunakan untuk menguji apakah insentif pajak (perencanaan pajak) dan non insentif pajak (earnings pressure, tingkat utang, earnings bath, ukuran perusahaan, dan saham yang disetor ke BEI) mempengaruhi manajemen laba merespon penurunan tarif pajak penghasilan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahun 2009 perusahaan sampel melakukan praktik manajemen laba dengan mengurangi laba untuk memperoleh penghematan pajak yang lebih besar. Selain itu, praktik manajemen laba perusahaan dalam merespon penurunan tarif pajak penghasilan dipengaruhi oleh insentif non pajak, yaitu earnings pressure dan earnings bath.
Kata kunci : penurunan tarif pajak ppenghasilan, manajemen laba, insentif pajak, non insentif pajak
vii
ABSTRACT
This research aims to find out whether the company doing the earnings management as a response was to decrease income tax rates that occurred in 2008 by 30% to 28% in 2009 and 25% in 2010 and an additional intesif of 5% for companies that go public deposit 40% stake to the Indonesia Stock Exchange (IDX). The sample in this research are contained in the 42 companies at LQ 45’s list during the period 2009-2010.
Methods of analysis used in this study is the difference t-test and multiple linear regression analysis. Test the difference t-test using one sample t-test to test whether there is a difference between the discretionary accrual that significant before and after the decrease income tax rate. While, the multiple linear regression analysis was used to test whether tax incentives (tax planning) and non-tax incentives (earnings pressure, debt levels, earnings of bath, the size of the company, and the shares were deposited to IDX) affect the earnings management in responding to the decrase income tax rate.
The results showed that in 2009 the company sample practice earnings management by reducing profits to obtain larger tax savings. In addition, the company's earnings management practices in responding to the decrease in income tax rates are influenced by a non tax incentive. The non tax incentive are earnings pressure and earnings bath.
Key words : decrase income tax rate, earnings management, tax incentive, non tax incentive
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi yang berjudul : “Pengaruh Penurunan Tarif Pajak Penghasilan Sesuai Uu No. 36 Tahun 2008, Insentif Pajak, Non Insentif Pajak Terhadap Manajemen Laba”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam meraih derajat Sarjana Ekonomika dan Bisnis Universitas Stikubank Semarang.
Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia/ Indonesian Stock Exchange (IDX) dengan sampel yang memadai. Hasil penelitian ini memberikan bukti bahwa perubahan tarif pajak penghasilan badan, earnings pressure, dan earnings bath mempengaruhi manajemen laba. Namun penelitian ini juga memliki keterbatasan dari aspek variabel penelitian, sampel data, dan juga jangka waktu penelitiannya. Oleh karena itu pembaca yang baik yang berminat pada kajian penelitian ini perlu mempertimbangkan informasi ini sekiranya hasil penelitian ini dipergunakan sebagai referensi selanjutnya.
Dalam proses penelitian dan penyusunan laporan penelitian dalam skripsi ini, penulis tidak luput dari kendala. Kendala tersebut dapat diatasi penulis berkat adanya bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Hasan Abdul Rozak, SH, CN M.M selaku rektor Universitas Stikubank Semarang
2. Bapak Dr. Bambang Sudiyatno, MM selaku dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Stikubank yang telah memberikan kesempatan penulisan skripsi ini.
3. Ibu Pancawati Hardiningsih, SE., M.Si., A.Kt selaku dosen pembimbing yang telah mengorbankan waktu, tenaga, pikiran untuk membimbing serta memberikan saran dalam menyelesaikan laporan skripsi ini.
4. Bapak Ahmad Badjuri selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Stikubank Semarang.
5. Bapak/ibu selaku dosen penguji yang telah banyak membantu memberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi saya.
Semarang, Agustus 2015
Penyusun
Lintang Jingga Widua
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...............................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI...........................................iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ..............................................................................v
HALAMAN MOTTO .............................................................................................vi
ABSTRAK ...............................................................................................................vii
ABSTRACT .............................................................................................................viii
KATA PENGANTAR .............................................................................................ix
DAFTAR ISI ............................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................1
1.2 Perumusan Masalah ..............................................................................7
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................7
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................8
x
BAB II TELAAH PUSTAKA ................................................................................9
2.1 Landasan Teori ......................................................................................9
a. Teori Keagenan ...............................................................................9
b. Manajemen Laba..............................................................................11
c. Penurunan Tarif Pajak ....................................................................14
d. Insentif Pajak ...................................................................................15
e. Non Insentif Pajak ...........................................................................16- Earnings Pressure .....................................................................
16- Tingkat Utang ...........................................................................
17- Earnings Bath ...........................................................................
18- Ukuran Perusahaan ...................................................................
18- Saham yang Disetor .................................................................
19
2.2 Penelitian Terdahulu .............................................................................20
2.3 Pengembangan Hipotesis ......................................................................26
a. Hipotesis 1 (Penurunan Tarif Pajak dan Manajemen Laba) ...........26
b. Hipotesis 2 (Insentif Pajak dan Manajemen Laba)..........................28
c. Hipotesis 3 (Non Insentif Pajak dan Manajemen Laba)..................29- Earnings pressure dan manajemen laba.....................................
30
xi
- Tingkat utang dan manajemen laba...........................................30
- Earnings bath dan manajemen laba............................................31
- Ukuran perusahaan dan manajemen laba...................................32
- Jumlah sahan yang disetor di BEI dan manajemen laba ...........33
2.4 Model Penelitian....................................................................................35
BAB IIIMETODE PENELITIAN..........................................................................36
3.1 Objek Penelitian.....................................................................................36
3.2 Jenis dan Sumber Data...........................................................................36
3.3 Populasi dan Sampel..............................................................................37
3.4 Definisi Konsep Variabel Penelitian......................................................38
3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel.....................................40
a. Variabel Independen (Penurunan Tarif Pajak/X1)......................40
b. Variabel Independen (Tax Plan/X2)............................................44
c. Variabel Independen (Non Insentif Pajak/X3)............................45
- Earnings Pressure............................................................45
- Tingkat Utang..................................................................45
- Earnings Bath..................................................................46
xii
- Ukuran Perusahaan..........................................................46
- Saham yang disetor..........................................................47
d. Variabel Dependen (Manajemen Laba/Y)...................................47
3.6 Teknik Analisis......................................................................................47
3.7 Pengujian Syarat Penggunaan Alat Statistik..........................................49
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................55
4.1 Hasil dan Pembahasan...........................................................................55
4.2 Analisis Data..........................................................................................58
a. Statistik Deskriptif...........................................................................58
b. Uji Normalitas..................................................................................61
c. Uji Asumsi Klasik............................................................................65
d. Regresi Linear Berganda..................................................................70
e. Uji Hipotesis.....................................................................................72
f. Uji Kelayakan Model ......................................................................77
4.3 Pembahasan............................................................................................79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................90
5.1 Kesimpulan ...........................................................................................90
xiii
5.2 Keterbatasan Penelitian..........................................................................92
5.3 Implikasi Penelitian................................................................................92
5.4 Saran.......................................................................................................93
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................95
LAMPIRAN..............................................................................................................98
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Sampel Data Perusahaan dalam Daftar LQ 45 (2009-2010)..................98
Lampiran 2 Daftar Perusahaan Setelah dilakukan Purposive Sampling....................102
xiv
Lampiran 3 Statistik Deskriptif..................................................................................103
Lampiran 4 Uji Normalitas........................................................................................104
Lampiran 5 Uji Asumsi Klasik (Multikolonearitas)..................................................111
Lampiran 6 Uji Asumsi Klasik (Autokorelasi)..........................................................112
Lampiran 7 Uji Asumsi Klasik (Heteroskedastisitas)................................................113
Lampiran 8 Analisis Regresi Linear Berganda..........................................................114
Lampiran 9 Uji Hipotesis...........................................................................................115
Lampiran 10 Uji Kelayakan Model............................................................................116
Lampiran 11 Tabulasi Data (Total Akrual)................................................................117
Lampiran 12 Tabulasi Data (Non Discretionary Accrual).........................................118
Lampiran 13 Tabulasi Data (Discretionarry Accrual)................................................120
Lampiran 14 Tabulasi Data (TAXPLAN)..................................................................122
Lampiran 15 Tabulasi Data (EPRESS)......................................................................124
Lampiran 16 Tabulasi Data (DEBT)..........................................................................126
Lampiran 17 Tabulasi Data (EBATH).......................................................................127
xv
Lampiran 18 Tabulasi Data (SIZE)............................................................................128
Lampiran 19 Tabulasi Data (STOCK).......................................................................129
DAFTAR TABEL
Tabel Perusahaan yang masuk dalam Indeks LQ 45..................................................97
Tabel 4.1 Daftar Sampel Perusahaan.........................................................................101
Tabel 4.2 Hasil Statistik Deskriptif............................................................................102
Tabel 4.3 Skewness Kurtosis sebelum mengeluarkan Outlier...................................104
Tabel 4.5 Perusahaan yang Diindikasi Sebagai Outlier.............................................107
Tabel 4.6 Skewness Kurtosis setelah mengeluarkan Outlier.....................................109
Tabel 4.7 Uji Multikolonieritas..................................................................................110
Tabel 4.8 Uji Autokorelasi.........................................................................................111
Tabel 4.9 Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser................................................112
Tabel 4.10 Analisis Regresi Linear Berganda............................................................113
xvi
Tabel 4.11 Pengujian Nilai Discretionary Acrrual Tahun 2009 ................................114
Tabel 4.12 Pengujian Nilai Discretionary Accrual Tahun 2010................................116
Tabel 4.13 Hasil Uji Koefisien Determinasi..............................................................117
Tabel 4.14 Uji Statistik F...........................................................................................117
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model Kerangka Teoritis.......................................................................35
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Sebelum Mengeluarkan Outlier...........................104
Gambar 4.2 Hasil Normalitas Setelah Mengelurkan Outlier.....................................109
Gambar 4.5 Uji Heteroskedastisitas...........................................................................113
xvii
xviii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Laporan keuangan merupakan alat informasi yang banyak
digunakan untuk pengambilan keputusan baik oleh pihak
eksternal maupun internal. Sebagai pengguna laporan keuangan,
tentu setiap pihak memiliki kepentingan terhadap informasi yang
disajikan sehingga menyebabkan banyak terjadi perbedaan
kepentingan, seperti perbedaan kepentingan antara pemerintah
dan kepentingan manajemen. Manajemen menginginkan
pembayaran pajak sekecil mungkin sedangkan pemerintah
mengharapkan penerimaan pajak sebesar mungkin dari
perusahaan sebagai pendapatan negara.
Pajak merupakan faktor yang mendominasi dalam
penerimaan negara, besar kecilnya pajak yang terutang yang
harus dibayarkan oleh perusahaan tergantung dari besarnya laba
yang diperoleh perusahaan selama periode tersebut (Slamet dan
Provita, 2012). Pemerintah melakukan beberapa kali perubahan
Undang-undang perpajakan untuk meningkatkan penerimaan
pada sektor ini. Penerimaan pajak paling besar yang diterima
negara berasal dari pajak penghasilan. Pajak penghasilan
merupakan pajak yang dikenakan pada suatu objek pajak dari
1
penghasilan atau pendapatan yang diperoleh dalam satu tahun
pajak.
Dalam proses pemberlakuan, pajak penghasilan mengalami
beberapa kali perubahan. Sesuai dengan Undang-undang Nomor
36 Tahun 2008, perubahan tarif pajak yang berlaku di Indonesia
sebesar 28% berlaku mulai tahun 2009, 25% berlaku efektif
mulai tahun 2010. Dan diberikan potongan tarif sebesar 5% bagi
perusahaan go public (menjadi 23% untuk tahun 2009 dan 20%
untuk tahun 2010 ) dan minimal 40% dari saham yang disetor
diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan wajib pajak
badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp
50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) mendapat fasilitas
berupa pengurangan tarif sebesar 50% (lima puluh persen) dari
tarif nomor (1) atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian
peredaran bruto sampai dengan Rp. 4.800.000.000,00 (empat
miliar delapan ratus juta rupiah). Perubahan tarif yang terjadi
pada Undang-undang pajak penghasilan tersebut dapat
membuka peluang bagi manajemen/ pengelola perusahaan
untuk mengurangi beban pajak. Jika manajer berupaya untuk
memaksimalkan nilai perusahaan dengan meminimalkan beban
pajak, maka perubahan tarif ini akan memberikan insentif bagi
manajer untuk menurunkan laba perusahaan pada tahun
2
sebelum diefektifkannya perubahan tarif pajak tersebut
(Subagyo dan Oktavia, 2010).
Salah satu upaya yang dilakukan manajemen untuk
memperoleh keuntungan dari adanya perubahan tarif pajak
badan ini adalah tax shifting yaitu dengan memindahkan laba
tahun sebelum perubahan tarif pajak badan ke tahun sesudah
perubahan tarif pajak. Menurut akuntansi hal ini dapat diterima
karena akuntansi menganut prinsip accrual basis dimana pada
dasarnya basis akrual digunakan untuk pengakuan pendapatan
(revenue) dan beban (expense) yang dilakukan pada periode
dimana seharusnya pendapatan dan beban tersebut terjadi
tanpa memperhatikan waktu penerimaan/pengeluaran kas dari
pendapatan/beban yang bersangkutan (Maxson dan Dwi Martini,
2011). Adanya peraturan pajak baru yang memberikan
tambahan insentif sebesar 5% bagi perusahaan yang telah go
public serta adanya kompensasi 5 tahun untuk perusahaan yang
mengalami kerugiaan (loss firm), mendorong manajer untuk
memanfaatkan insentif tersebut dengan melakukan manajemen
laba. Selain insentif pajak, insentif non pajak juga turut
menyumbang peran dalam manajemen laba yang dilakukan oleh
manajer (Subagyo dan Oktavia, 2010)
Menurut Riahi dan Belkhaoui, manajemen laba adalah potensi
penggunaan manajemen akrual dengan tujuan memperoleh
3
keuntungan pribadi. Earnings atau laba sering digunakan sebagai
dasar dalam proses pembuatan keputusan berbagai pihak yang
berkepentingan. Oleh karena itu, manajer sering memanfaatkan
kesempatan untuk merekayasa angka laba dengan rekayasa
akrual untuk mempengaruhi hasil akhir dari berbagai keputusan
riil agar kinerjanya dianggap baik atau meminimalkan beban
pajak penghasilan yang harus disetorkan oleh perusahaan.
Salah satu metode yang digunakan manajer dalam melakukan
manajemen laba adalah dengan menggunakan metode
discretionary accrual. Penggunaan discretionary accrual pada
laporan keuangan menyebabkan manajemen dapat merekayasa
laba yang disajikan (Slamet dan Provita, 2012).
Perubahan tarif pajak penghasilan badan di Indonesia
merupakan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah untuk
memaksimalkan penerimaan negara yang bersumber dari pajak
penghasilan badan. Sedangkan insentif pajak adalah
pengurangan, pengecilan, atau pembebabasan dari kewajiban
pajak yang ditawarkan sebagai daya tarik untuk terlibat dalam
kegiatan ekonomi tertentu, insentif pajak merupakan aspek dari
kode pajak suatu negara yang dirancang untuk mendorong suatu
kegiatan ekonomi, insentif pajak yang diberikan salah satunya
dengan melakukan perencanaan pajak (tax planning).
Perencanaan pajak merupakan tindakan legal yang dilakukan
4
untuk meminimumkan atau mengefisiensikan jumlah pajak yang
harus dibayar perusahaan pada pemerintah. Dan non intensif
pajak yang digunakan adalah earnings pressure, tingkat utang,
earnings bath, ukuran perusahaan, dan jumlah saham yang
disetor.
Beberapa penelitian yang meneliti tentang manajemen laba
sebagai respon atas perubahan tarif pajak penghasilan badan,
diantaranya dilakukan oleh Subagyo dan Oktavia (2010). Peneliti
membuktikan bahwa perusahaan melakukan manajemen laba
sebagai respon atas perubahan tarif pajak penghasilan badan
dengan menggunakan pendekatan discretionary accrual dan
hanya dilakukan oleh perusahan yang mendapatkan laba (profit
firm) sedangkan perusahaan yang mengalami kerugian (loss
firm) tidak melakukan manajemen laba sebagai respon
perubahan tarif pajak. Maxson dan Dwi Martani (2011) juga
melakukan penelitian yang sama dan menunjukkan hasil bahwa
tidak hanya perusahaan yang memperoleh laba akan tetapi
perusahaan yang mengalami kerugian juga melakukan praktik
manajemen laba untuk merespon perubahan tarif pajak
penghasilan badan. Hasil serupa juga ditemukan oleh Oktavia
(2012), bahwa perubahan tarif pajak berpengaruh terhadap
manajemen laba. Tyani Linda dan Didik Ardiyanto (2012) juga menemukan
5
hasil yang sama bahwa perubahan tarif pajak berpengaruh terhadap manajemen
laba.
Slamet dan Provita Wijayanti (2012) meneliti tentang
pengaruh perubahan tarif pajak terhadap manajemen laba. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan tarif pajak tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba, hal tersebut berarti
bahwa perusahaan tidak melakukan praktik manajemen laba
sebaga respon atas perubahan tarif pajak. Hal serupa juga
ditemukan oleh Gede Roikhatul Baizah (2014) yang menunjukkan hasil
bahwa perubahan tarif pajak tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen laba.
Selain perubahan tarif pajak, insentif pajak juga merupakan
faktor yang mempengaruhi perusahaan melakukan manajemen
laba. Perencanaan pajak (tax plan) merupakan proksi yang
digunakan untuk mengukur insentif pajak. Penelitian yang
dilakukan oleh Oktavia (2012) memberikan hasil bahwa
perencanaan pajak mempengaruhi perusahaan dalam
melakukan praktik manajemen laba. Hasil serupa juga ditemukan
oleh Christina Ranty Sumomba (2012) dengan hasil yang menunjukkan bahwa
perencanaan pajak berpengaruh terhadap manajemen laba. Penemuan hasil yang
sama juga ditemukan oleh Tyani Linda dan Didik Ardiyanto (2012) bahwa
perencanaan pajak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Sementara Norma Saraswati (2012) menghasilkan bahwa perencanaan pajak
tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil serupa juga ditemukan oleh
6
Gede Roikhatul Baziah (2014) yang menunjukkan hasil bahwa perencanaan pajak
tidak mempengaruhi manajemen laba. Ferry Aditama dan Anna Purwaningsih
menemukan hasil serupa bahwa perencanaan pajak tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba.
Non insentif pajak adalah faktor lain yang mempengaruhi praktik
manajemen laba. Slamet dan Provita Wijayanti (2012) melakukan penelitian
tentang pengaruh non insentif pajak terhadap manajemen laba. Penelitian tersebut
membuktikan bahwa non insentif pajak dengan menggunakan earnings pressure
berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal serupa juga ditemukan oleh Subagyo
dan Oktavia (2012) bahwa earnings pressure berpengaruh positif terhadap
manajemen laba. Maxson Wijaya dan Dwi Martini (2011) menemukan hasil
serupa yaitu non insentif pajak menggunakan earnings pressure berpengaruh
positif terhadap manajemen laba. Hasil yang sama juga ditemukan oleh Tyani
Linda dan Didik Ardiyanto (2012) bahwa earnings pressure berpengaruh terhadap
manajemen laba.
Namun penelitian yang dilakukan oleh Oktavia (2012) menunjukkan hasil
yang berbeda bahwa non insentif pajak menggunakan earnings pressure tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba. Demikian juga oleh Norma Saraswati
(2012) bahwa insentif pajak dengan menggunakan earnings preassure tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal serupa juga dilakukan oleh Hildegard
Ika Putri (2012) dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa earnings
pressure tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen laba. Hasil yang sama
juga ditemukan dari penelitian Gede Roikhatul Baizah (2014) bahwa non insentif
7
pajak dengan menggunakan earnings pressure (epress) tidak berpengaruh
terhadap praktik manajemen laba.
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan diatas, peneliti mencoba
untuk menguji ulang penelitian tersebut dengan judul “PENGARUH
PENURUNAN TARIF PAJAK PENGHASILAN BADAN SESUAI UU
NOMOR 36 TAHUN 2008, INSENTIF PAJAK, DAN NON INSENTIF
PAJAK TERHADAP MANAJEMEN LABA”
1.2 Perumusan Masalah
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, ditemukan beberapa
perbedaan hasil antara satu penelitian dengan peneliti yang lain. Masing-masing
variabel memiliki hasil yang berpengaruh dan tidak berpengaruh seperti yang
telah disampaikan diatas. Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan dalam
penelitian ini adalah :
a. Apakah perusahaan-perusahaan yang terdapat dalam daftar LQ 45 melakukan
manajemen laba sebagai respon atas penurunan tarif pajak pada periode tahun
2009 dan 2010?
b. Apakah manajemen laba dipengaruhi oleh faktor insentif pajak?
c. Apakah manajemen laba dipengaruhi oleh faktor-faktor non insentif pajak?
1.3 Tujuan Penelitian
a. Untuk menguji apakah perubahan tarif pajak PPh Badan berpengaruh
terhadap manajemen laba?
b. Untuk menguji apakah faktor insentif pajak berpengaruh terhadap manajemen
laba?
8
c. Untuk menguji apakah faktor-faktor non insentif pajak berpengaruh terhadap
manajemen laba?
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan kontribusi bagi
pengembangan ilmu akuntansi keuangan dan perpajakan khususnya
penjelasan tentang pengaruh perubahan tarif pajak PPh Badan, insentif
pajak, dan non insentif pajak
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi
untuk penelitian yang akan datang berkenaan dengan pengaruh
perubahan tarif pajak PPh Badan, insentif pajak, dan non insentif
pajak
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Bagi investor, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui
hasil kinerja perusahaan sehingga dapat digunakan sebagai bahan
evaluasi atas investasi yang sudah dilakukan
b. Bagi calon investor, penelitian ini dapat digunakan dalam proses
pengambilan keputusan investasi
1.4.3 Kontribusi Kebijakan
9
a. Hasil penelitian ini bagi pemerintah (Direktorat Jenderal Pajak) dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan
tentang peraturan-peraturan perpajakan khususnya kebijakan untuk
pajak penghasilan badan.
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Landasan teori pada penelitian ini menjelaskan tentang
penjabaran teori dan argumentasi yang disusun berdasarkan
permasalahan dan hipotesis yang akan diteliti. Dalam landasan
teori ini berisi: agency theory (teori keagenan), earnings management
(manajemen laba) perubahan tarif pajak penghasilan badan,
,insentif pajak (perencanaan pajak), dan non insentif pajak
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
Agency theory memiliki asumsi bahwa masing-masing individu semata-
mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri, sehingga menimbulkan
perbedaan kepentingan antara principal dan agent. Pihak principal termotivasi
mengadakan kontrak untuk mensejahterakan dirinya dengan profitabilitas yang
selalu meningkat. Agent termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan
10
kebutuhan ekonomi dan psikologinya, antara lain dalam hal memperoleh
investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi (Tyani Linda dan Ardiyanto,
2010).
Principal tidak memiliki informasi yang cukup terhadap kinerja agent,
sedangkan agent memiliki lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri,
lingkungan kerja, dan perusahaan secara keseluruhan. Hal inilah yang
mengakibatkan adanya ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh principal
dan agent. Ketidakseimbangan informasi inilah yang disebut dengan asimetri
informasi (Yuliani, 2013).
Eisenhardt (1989) dalam Widyawanti (2014) beropini bahwa teori
keagenan dapat menggunakan tiga asumsi sifat manusia berikut: (1) pada
umumnya manusia cenderung mementingkan dirinya sendiri (self interest), (2)
manusia memiliki keterbatasan daya pikir tentang persepsi masa depan (bounded
rationality), dan (3) manusia cenderung menghindari risiko (risk averse). Maka
jika didasarkan pada ketiga asumsi dasar manusia tersebut, seorang manajer
sebagai manusia cenderung akan bertindak mengutamakan kepentingan
pribadinya (opportunistic). Jadi jika dianalogikan, perusahaan akan bertindak
sesuai apa yang diyakini harus dilakukan dengan benar demi kelangsungan
bisnisnya namun dengan cara pengelolaan manjemen di bawah kendali seorang
manajer perusahaan (agent) itu sendiri.
Banyak terjadi ketidaksesuaian informasi yang dimiliki antara agent dan
juga principal. Agent lebih banyak memiliki informasi mengenai internal
11
perusahaan dibanding principal. Hal tersebut tentu saja akan menciptakan
peluang bagi agent untuk merahasiakan beberapa informasi yang tidak diketahui
oleh principal. Perbedaan informasi yang dimiliki juga dapat menyebabkan
adanya kemungkinan bahwa manajemen (agent) tidak menyajikan laporan
keuangan yang sebenarnya kepada principal.
Terjadinya penurunan tarif pajak penghasilan badan (tahun 2009 28% dan
tahun 2010 25%) serta diberikan potongan tarif sebesar 5% bagi perusahaan go
public (menjadi 23% untuk tahun 2009 dan 20% untuk tahun 2010 ) dan minimal
40% dari saham yang disetor diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan
wajib pajak badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp
50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) mendapat fasilitas berupa
pengurangan tarif sebesar 50% (lima puluh persen) dari tarif nomor (1) atas
Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp
4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah), hal tersebut dapat
menjadi taxation motivation bagi perusahaan untuk melakukan manajemen laba.
Manajemen laba dilakukan dengan mengestimasi nilai dari discretionary accrual
dan non discretionary accrual, hal ini dikarenakan current accrual merupakan
akrual yang berpengaruh terhadap laba kena pajak (taxable income). Sehingga
mendorong manajemen untuk melakukan metode oportunistik. Metode tersebut
dijelaskan dengan teori keagenan dimana jika kinerja keuangan kurang baik,
maka manajer dapat bertindak oportunistik dengan menaikkan laba akuntansi
untuk menyembunyikan kinerja yang kurang baik tersebut. Dan jika kinerja
12
perusahaan sangat baik, manajer dapat bertindak oportunitik dengan menurunkan
laba akuntansi untuk menunda laba pada tahun yang akan datang.
2.1.2 Manajemen Laba (Earnings Management)
Menurut Scott (2003:369) dalam Yuliani (2013), manajemen laba
merupakan pilihan yang dilakukan manajemen dalam menentukan kebijakan
akuntansi untuk mencapai beberapa tujuan tertentu. Manajemen laba merupakan
tindakan pelaporan keuangan yang tidak netral dan juga memihak pada
kepentingan pihak-pihak tertentu. Dalam hal ini, manajer ikut andil besar dalam
memanipulasi laporan keuangan untuk keuntungan pribadinya. Healy dan
Wahlen (1999) menemukan bahwa manajemen laba dapat terjadi karena
bermacam-macam alasan, salah satunya untuk mempengaruhi pasar saham,
meningkatkan kompensasi manajemen, mengurangi kemungkinan pelanggaran
persetujuan peminjaman, serta untuk menghindari intervensi dari peraturan
pemerintah.
Menurut Scott (2003:383) dalam Yuliani (2013), berbagai pola yang sering
dilakukan manajer dalam earning management adalah :
1. Taking Bath
Taking a bath terjadi ketika perusahaan mengadakan reorganisasi, misalnya
pengangkatan CEO baru. Taking a bath mengakui adanya biaya pada periode
yang akan datang sebagai kerugian pada periode berjalan. Konsekuensinya,
manajer akan menghapus aktiva dengan harapan laba yang akan datang dapat
meningkat.
13
2. Income Minimization
Income minimization mirip dengan “taking a bath” tetapi lebih ekstrim, yaitu
dilakukan sebagai alasan politis pada periode laba yang lebih tinggi dengan
mempercepat penghapusan aktiva tetap dan aktiva tak berwujud, dan
mengakui pengeluaran-pengeluaran sebagai biaya.
3. Income Maximization
Income maximization merupakan cara dari manajemen untuk memaksimalkan
laba yang dilaporkan, agar bonus yang didapat lebih besar. Income
maximization dilakukan ketika perusahaan mengalami penurunan laba.
4. Income Smoothing
Income smoothing dilakukan manajer dengan meratakan laba perusahaan
untuk tujuan pelaporan terhadap pihak yang berkepentingan, terutama
investor, karena investor cenderung lebih menyukai laba yang relatif stabil
dari suatu periode ke periode berikutnya.
Ada dua jenis pencatatan, yaitu basis kas (cash basis) dan basis akrual
(accrual basis). Menurut akuntansi, cash basis adalah basis akuntansi yang
mencatat pendapatan hanya ketika kas atau setara kas diterima dan mencatat
beban ketika kas atau setara kas dikeluarkan. Sedangkan accrual basis adalah
basis akuntansi di mana pengakuan pendapatan (revenue) dan beban (expense)
dilakukan pada periode di mana transaksi pendapatan dan beban tersebut terjadi,
tanpa memperhatikan waktu penerimaan atau pengeluaran kas. Satwika dan
Damayanti (2005) dalam Yuliani (2013) menyatakan bahwa akrual merupakan
14
jumlah penyesuaian akuntansi yang dibutuhkan untuk mengubah arus kas operasi
menjadi laba bersih. Akrual dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Nondiscretionary Accrual (Normal Accrual)
Merupakan pengakuan akrual yang wajar dan tunduk pada saat standar atau
peraturan akuntansi yang berlaku umum.
2. Discretionary Accrual (Abnormal Accrual)
Merupakan pengakuan akrual yang bebas, tidak diatur, dan merupakan
pilihan kebijakan manajemen.
Banyak penelitian yang menggunakan discretionary accrual untuk
mengukur manajemen laba. Discrionary accrual merupakan pengakuan akrual
laba atau beban yang bebas dan tidak diatur dan merupakan pilihan kebijakan
manajemen. Manajer dapat memanipulasi data akuntansi dalam laporan keuangan
menggunakan discretionary accrual. Penelitian ini menggunakan discretionary
accrual untuk meneliti manajemen laba yang terkait dengan perubahan tarif pajak
yang terjadi
2.1.3 Penurunan Tarif Pajak
Pengertian pajak penghasilan sesuai dengan pasal 1 Undang Undang PPh
adalah pajak yang dikenakan terhadap subyek pajak atas penghasilan yang
diterima dalam tahun pajak. Oleh karena itu PPh disebut pajak subjektif karena
PPh melekat pada subjek yang dikenakan PPh tersebut. Berikut merupakan
perubahan tarif pajak penghasilan dari tahun 1991 sampai perubahan yang terbaru
yaitu tahun 2008.
15
UU No. 7/ 1991
Tarif – PKP
UU No. 10/
1994
Tarif – PKP
UU No. 17/ 2000
Tarif – PKP
UU No. 36/ 2008
Tarif – PKP
15%PKP s/d 10.000.000
25%PKP 10.000.000 s/d50.000.000
35%PKP diatas50.000.000
10%PKP s/d25.000.000
15%PKP 25.000.000s/d 50.000.000
35%PKP diatas50.000.000
10%PKP s/d 50.000.000
15%PKP 50.000.000 s/d100.000.000
30%PKP diatas 100.000.000
Tarif Tunggal:28% = berlaku efektif tahun 200925% = berlaku efektif tahun 2010Bisa turun sebesar 5%untuk Wajib Pajak berbentukPerseroan Terbuka yang palingsedikit 40% dari jumlahkeseluruhan saham yangdisetor, diperdagangkan di BEIdan keseluruhan saham disetordan saham tersebut dimilikipaling sedikit 300 pihak
Sumber : Undang-Undang tentang pajak penghasilan tahun 1991 sampai 2008
(www.pajak.go.id )
2.1.4 Insentif Pajak
Menurut T. Hani Handoko (2002) dalam Yuliani (2013),
insentif merupakan perangsang yang ditawarkan kepada
karyawan untuk melaksanakan kerja sesuai atau lebih tinggi dari
standar-standar yang telah ditetapkan. Yang berarti, insentif
pajak adalah suatu perangsang yang ditawarkan kepada wajib
16
pajak, dengan harapan wajib pajak termotivasi untuk patuh
terhadap ketentuan pajak. Insentif pajak ada bermacam-macam,
misalnya pemotongan pajak (tax allowance) dan pembebasan
pajak (tax holiday).
Insentif pajak adalah suatu bentuk fasilitas perpajakan dari
pemerintah kepada wajib pajak tertentu berupa penurunan tarif
pajak untuk dapat memperkecil besarnya beban pajak yang
wajib dibayar (Widyawanti, 2014) . Menurut Barry Spitz (1983)
dalam Widyawanti (2014), ada empat jenis insentif pajak yaitu:
(1) pengecualian dari pengenaan pajak, (2) pengurangan dasar
pengenaan pajak, (3) pengurangan tarif pajak, (4) penangguhan
pajak. Insentif pajak mampu memotivasi perusahaan untuk
melakukan manajemen laba sebagai bentuk penghematan pajak,
sehingga dapat disebut sebagai manajemen pajak. Tetapi,
penelitian yang dilakukan Yin dan Cheng (2004) memakai proksi
perencanaan pajak untuk mengukur insentif pajaknya. Yin dan
Cheng berpendapat bahwa upaya meminimalkan pembayaran
pajak perusahaan dibatasi oleh perencanaan pajaknya (Subagyo
dan Oktavia, 2010).
2.1.5 Non Insentif Pajak
Selain dipengaruhi oleh faktor insentif pajak, praktik manajemen laba juga
dipengaruhi oleh faktor non insentif pajak. Non insentif pajak merupakan insentif
yang dilakukan oleh perusahaan itu sendiri. Menurut penelitian yang dilakukan
17
Yin dan Cheng (2004), insentif nonpajak dapat diukur dengan earning pressure,
tingkat hutang, earning bath, ukuran perusahaan, dan kepemilikan manajerial,
serta saham yang disetor.
2.1.5.1 Earnings Pressure
Earning pressure merupakan tindakan yang dilakukan oleh perusahaan
guna menurunkan labanya. Yin dan Cheng (2004) menyatakan bahwa perusahaan-
perusahaan yang labanya telah mencapai target, penurunan laba yang dilakukan
dapat dikurangi dengan earnings pressure. Jika laba pada tahun berjalan telah
sama dengan tahun lalu, atau melebihi laba tahun lalu, maka perusahaan tertarik
untuk melakukan income smoothing, karena para investor lebih menyukai laba
yang relatif stabil (Wijaya dan Martani, 2011). Laba perusahaan yang dikurangi
dengan earnings pressure untuk melakukan income smoothing yaitu yaitu
memperhalus fluktuasi laba dari periode ke periode dengan cara memindahkan
laba ke periode yang memiliki laba tinggi ke periode yang memiliki laba rendah
(Scott, 2000). Earnings pressure juga mengimplikasikan bahwa perusahaan akan
memilih menurunkan laba sebagai respon atas penurunan tarif pajak.
2.1.5.2 Tingkat Utang
Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi dapat dilihat
berdasarkan tingkat hutang yang digunakan untuk pembiayaan dalam perusahaan.
Leverage atau utang merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui seberapa
besar kemampuan perusahaan dalam membayarkan seluruh kewajibannya (baik
18
kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang), hal tersebut dinyatakan oleh
Kasmir (2009).
Tingkat hutang perusahaan juga dapat diartikan sebagai besar kecilnya
kewajiban suatu perusahaan yang timbul dari transaksi pada waktu lalu dan harus
dibayar pada waktu yang akan datang. Tingkat hutang berbanding terbalik dengan
laba. Jadi, apabila hutang perusahaan semakin besar, maka laba perusahaan akan
semakin kecil, begitu juga sebaliknya, jika hutang perusahaan semakin kecil,
maka laba perusahaan semakin besar. Dan jika terkait dengan dunia perpajakan,
semakin besar labanya, berarti perusahaan juga akan semakin besar membayar
kewajiban pajaknya. Dengan meninjau hal tersebut, perusahaan sebisa mungkin
memperkecil labanya atau memanipulasi laba agar pembayaran kewajiban
pajaknya juga kecil. Manipulasi laba ini dapat dilakukan dengan menaikkan
tingkat utang
2.1.5.3 Earnings Bath
Earnings Bath dilakukan dengan menggeser laba periode yang memiliki
laba tinggi ke periode yang lebih rendah guna meningkatkan laba. Apabila pada
periode berjalan memiliki laba yang rendah maka perusahaan cenderung
menggeserkan laba periode mendatang ke periode berjalan untuk meningkatkan
laba periode berjalan yang rendah dan sebaliknya apabila laba periode berjalan
tinggi perusahaan cenderung menggeser laba periode berjalan ke periode
mendatang untuk mencapai target yang diharapkan. Oleh sebab itu earnings bath
dapat dilakukan untuk mempengaruhi manajemen laba.
19
2.1.5.4 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah skala besar kecilnya perusahaan yang dapat
diklasifikasikan dengan berbagai cara antara lain dengan ukuran pendapatan, total
aset, dan total ekuitas (Brigham dan Houston, 2001) dalam Paulina (2013).
Ukuran perusahaan dinyatakan dengan total aset, jika semakin besar total aset
perusahaan maka akan semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut.
Perusahaan yang memiliki total aset besar menunjukkan bahwa perusahaan
tersebut relatif lebih stabil dan mampu menghasilkan laba yang lebih besar
dibandingkan perusahaan yang memiliki total aset sedikit atau rendah. Semakin
besar ukuran perusahaan, maka semakin besar pula perhatian masyaratkat
terhadap perusahaan. kaitannya dengan manajemen laba, Scholes et. al. (1992)
dalam Tyani Linda dan Ardiyanto (2012) menemukan bahwa perusahaan besar
cenderung menggeser laba kotornya. Hal tersebut dilakukan kerena perusahaan
besar memiliki sumber daya yang memadai untuk memanipulasi proses politik
seperti yang mereka kehendaki misalnya dengan perencanaan pajak (tax
planning).
2.1.5.5 Saham Yang Disetor dan Diperdagangkan di BEI
Menurut Peraturan Menteri Keuangan PMK-238/PMK.03/2008, ada 5
(lima) hal yang diatur dalam penurunan tarif, yaitu :
1. Wajib Pajak Badan Dalam Negeri yang berbentuk Perseroan Terbuka dapat
memperoleh potongan tarif pajak penghasilan sebesar 5% lebih rendah dari
20
tarif tunggal tertinggi Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan Dalam Negeri,
sebagaimana diatur dalam pasal 17 ayat (1) huruf b Undang-Undang PPh.
2. Penurunan tarif pajak penghasilan sebagaimana dimaksud di atas diberikan
kepada Wajib Pajak apabila jumlah kepemilikan saham publiknya 40%
dan/atau lebih dari keseluruhan saham yang disetordan saham tersebut
dimiliki paling sedikit oleh 300 (tiga ratus) pihak.
3. Masing-masing pihak sebagaimana dimaksud di atas hanya boleh memiliki
saham kurang dari 5% dari keseluruhan saham yang disetor.
4. Ketentuan sebagaimana dimaksud di atas harus dipenuhi oleh Wajib Pajak
Badan dalam waktu paling singkat 6 (enam) bulan dalam jangka waktu 1
(satu) tahun pajak.
5. Waktu 6 (enam) bulan sebagaimana dimaksud di atas adalah 183 (seratus
delapan puluh tiga) hari
2.2 Penelitian Sebelumnya
Penelitian mengenai “Pengaruh Penurunan Tarif Pajak Penghasilan Badan
Sesuai UU Nomor 36 Tahun 2008, Faktor Insentif Pajak, dan Faktor-faktor Non
Insentif Pajak Terhadap Manajemen Laba” ini menggunakan beberapa acuan
penelitian terdahulu. Rangkuman dari hasil penelitian sebelumnya adalah sebagai
berikut :
No Peneliti dan Tahun
Variabel Independen
Variabel Dependen
Hasil
1. Abdul Perubahan Manaje Hasil penelitian ini
21
1 Slamet, Provita Wijayanti (2012)
tarif pajak penghasilan
Insentif pajak Non insentif
pajak
men laba menunjukkan bahwa perubahan tarif pajak penghasilan tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba karena tidak ada perbedaan nilai discretionary accrual yang berarti perubahan tarif pajak tidak direspon oleh perusahaan dengan melakukan manajemen labaInsentif pajak berpengaruh signifikan terhadap discretionary accrual dan non insentif pajak yang berpengaruh signifikan terhadap discretionary accrual adalah earnings pressure, dan saham yang disetor untuk diperdagangkan di BEI
2. Subagyo, Oktavia (2010)
Perubahan tarif pajak penghasilan
Insentif pajak
Non insentif pajak
Manajemen laba
Pada penelitian ini menunjukkan hasil bahwa perubahan tarif pajak penghasilan positif tidak signifikan (pada tahun 2008 & 2009) terhadap discretionary accrual pada perusahaan yang mengalami kerugian
22
(loss firm) hal tersebut berarti perusahaan yang mengalami kerugian (loss firm) tidak melakukan praktik manajemen laba sebagai respon atas perubahan tarif pajak Badan di Indonesia. Hasil ini memberikan keyakinan bahwa perusahaan yang mengalami kerugian (loss firm) tidak akan melakukan manajemen laba untuk meminimalkan pembayaran pajak, karena perusahaan yang mengalami kerugian (loss firm) sudah pasti tidak akan melakukan pembayaran pajak dan untuk perusahaan yang mengalami laba (profit firm) berpengaruh poisitif dan signifikan terhadap discretionary accrual, hal tersebut berarti bahwa profit firm cenderung melakukan manajemen laba sebagai respon atas perubahan tarif pajak penghasilan serta insentif pajak
23
(perencanaan pajak) berpengaruh positif signifikan dan non insentif pajak yang berpengaruh positif signifikan terhadap discretionary accrual adalah EPRESS (earning pressure)
3. Oktavia (2012)
Perubahan Tarif Pajak Penghasilan
Insentif Pajak
Non Insentif Pajak
Manajemen Laba
Pada penelitian ini menunjukkan hasil bahwa perubahan tarif pajak berpengaruh positif signifikan (perusahaan melakukan manajemen laba sebagai respon atas perubahan tarif pajak), insentif pajak berpengaruh positif signifikan dan non insentif pajak yang berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba adalah tingkat utang
4. Ferry Aditama, Anna Purwaningsih (2011)
Perencanaan Pajak
Manajemen Laba
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa perencanaan pajak tidak berpengaruh secara signifikan dengan praktik manajemen laba
5.4
Maxson Wijaya, Dwi Martini (2011)
Perubahan tarif pajak penghasilan
Kewajiban tangguhan pajak
Manajemen Laba
Pada peneletian ini menunjukkan hasil bahwa perubahan tarif pajak berpengaruh terhadap manajemen laba. Perencanaan
24
Insentif pajak
Non insentif pajak
pajak berpengaruh negatif dan berhubungan signifikan dengan manajemen laba. Kewajiaban tangguhan berpengaruh positif dan behubungan signifikan terhadap manajemen laba. Non insentif pajak yang berpengaruh terhadap manajemen laba adalah earnings ressure
6.5
Tyani Linda Ardilla, H. M. Didik Ardiyanto (2012)
Perubahan tarif pajak
Insentif pajak
Non insentif pajak
Manajemen Laba
Pada penelitian ini menunjukkan hasil bahwa perubahan tarif pajak berpengaruh signifikan terhadap discretionary accrual pd tahun 2008, sedangkan pada tahun 2009 dan 2010 menunjukkan hasil bahwa perubahan tarif pajak berpengaruh tidak signifikan terhadap discretionary accrual. Insentif pajak (tax plan) berpengaruh signifikan. Non insentif pajak yang berpengaruh signifikan terhadap discretionary accrual adalah variabel Epress, debt (utang), dan saham yang dijual
25
7. Christina Ranty Sumomba (2012)
Beban Pajak Tangguhan
Perencanaan Pajak
Manajemen Laba
Pada penelitian ini menunjukkan hasil bahwa beban pajak tangguhan berpengaruh negatif dan tidak signifikan sedangkan perencanaan pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba
8. Hildegard Ika Putri J. (2012)
Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan Institusional
Uk. Perusahaan
Praktek Good Coorporate Governance (GCG)
Manajemen Laba
Pada penelitian ini menunjukkan hasil bahwa kepemilikan manajerial negatif tidak signifikan terhadap manajemen laba, kepemilikan institusional berpengaruh negatif signifikan, ukuran perusahaan positif tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, kualitas auditor tidak berpengaruh terhadap manajemen laba
9. Norma Saraswati (2012)
Perencanaan Pajak
Non Inentif Pajak
Respon Manajemen Laba
Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa insentif pajak dengan menggunakan perencanaan pajak (tax planning) pada tahun 2007 tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, 2008 berpengaruh negatif
26
dan signifikan terhadap manajemen laba, 2009 dan 2010 tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Sedangkan non insentif pajak variabel yang berpengaruh terhadap manajemen laba adalah ERANK.
10. Gede Roikhatul Baizah (2014)
Perubahan tarif pajak
Insentif Pajak
Non Insentif Pajak
Manajemen Laba
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa perubahan tarif pajak tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, dan perencanaan pajak (tax plan) tidak berpengaruh. Sedangkan untuk non insentif pajak, variabel EBATH merupakan yang memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba
2.3 Pengembangan Hipotesis
Menurut Sugiyono (2009) hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap
rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya
disusun dalam kalimat pertanyaan. Dikatakan jawaban sementara karena jawaban
yang diberikan belum berdasarkan fakta-fakta yang empiris yang didapat dari
pengumpulan data, namun hanya sebatas teori yang relevan. Hal tersebut juga
didukung oleh pernyataan Nasution (2003) bahwa hipotesis adalah tiap
27
pertanyaan tentang suatu hal yang bersifat sementara yang belum dibuktikan
kebenarannya secara empiris. Berdasarkan uraian diatas dan hasil dari penelitian
terdahulu, maka hasil hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dirumuskan
sebagai berikut :
2.3.1 Penurunan Tarif Pajak Penghasilan dan Manajemen Laba
Pengertian pajak penghasilan sesuai dengan pasal 1 Undang-undang PPh
adalah pajak yang dikenakan terhadap subyek pajak atas penghasilan yang
diterima dalam tahun pajak. Oleh karena itu PPh disebut pajak subjektif karena
PPh melekat pada subjek yang dikenakan PPh tersebut.
Perubahan tarif pajak penghasilan yang terbaru di Indonesia terjadi pada
tahun 2008 yaitu UU No. 36 Tahun 2008 tentang perubahan ke-empat atas UU
No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan yang didukung dengan Peraturan
Menteri Keuangan PMK-238/PMK.03/2008. Ada 5 (lima) hal yang diatur dalam
penurunan tarif, diantaranya :
1. Wajib Pajak Badan Dalam Negeri yang berbentuk Perseroan Terbuka dapat
memperoleh potongan tarif pajak penghasilan sebesar 5% lebih rendah dari
tarif tunggal tertinggi Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan Dalam Negeri,
sebagaimana diatur dalam pasal 17 ayat (1) huruf b Undang-Undang PPh.
2. Penurunan tarif pajak penghasilan sebagaimana dimaksud di atas diberikan
kepada Wajib Pajak apabila jumlah kepemilikan saham publiknya 40%
dan/atau lebih dari keseluruhan saham yang disetordan saham tersebut
dimiliki paling sedikit oleh 300 (tiga ratus) pihak.
28
3. Masing-masing pihak sebagaimana dimaksud di atas hanya boleh memiliki
saham kurang dari 5% dari keseluruhan saham yang disetor.
4. Ketentuan sebagaimana dimaksud di atas harus dipenuhi oleh Wajib Pajak
Badan dalam waktu paling singkat 6 (enam) bulan dalam jangka waktu 1
(satu) tahun pajak.
5. Waktu 6 (enam) bulan sebagaimana dimaksud di atas adalah 183 (seratus
delapan puluh tiga) hari
Penurunan tarif pajak penghasilan badan menjadi sorotan utama dalam
penelitian ini. Penurunan tarif pajak yang signifikan dapat memberikan
keuntungan tersendiri terutama bagi perusahan yang telah go public, karena
dengan adanya tambahan insentif 5%. Apabila manajemen berupaya untuk
meminimalkan beban pajak, maka penurunan tarif pajak ini akan memberikan
insentif bagi manajer untuk menurunkan laba perusahaan pada tahun
diefetifkannya penurunan pajak tersebut (Tyani Linda dan Didik Ardiyanto,
2012). Selain itu, perusahaan juga cenderung akan melakukan manajemen laba
dengan menunda pengakuan laba bersih perusahaan ke tahun dimana penurunan
tarif pajak penghasilan efektif diberlakukan dan mengakui beban perusahaan
diperiode tarif pajak yang lebih tinggi (sebelum penurunan tarif pajak
penghasilan).
Penelitian tentang manajemen laba sebagai respon atas perubahan tarif
pajak penghasilan pernah dilakukan oleh Subagyo dan Oktavia (2010) bahwa
perubahan tarif pajak penghasilan berpengaruh positif terhadap praktik
manajemen laba. Hal serupa juga ditemukan oleh Maxson dan Dwi Martini (2011)
29
bahwa baik perusahaan yang memperoleh laba (profi firm) maupun perusahaan
yang mengalami rugi (loss firm), keduanya sama-sama melakukan manajemen
laba sebagai respon atas penurunan tarif pajak.
H.1 : Terdapat perbedaan manajemen laba dalam merespon penurunan
tarif pajak penghasilan periode tahun 2009 dan 2010
2.3.2 Insentif Pajak dan Manajemen Laba
Insentif pajak yang dalam hal ini diproksikan dengan perencanaan pajak
yaitu tindakan legal pengendalian transaksi terkait dengan konsekuensi potensi
pajak yang dapat mengefisiensikan jumlah pajak yang harus dibayar ke
pemerintah (Slamet dan Provita, 2012). Adanya upaya manajemen untuk
menghemat pajak, memungkinkan manajemen melakukan penghematan pajak
dengan praktik manajemen laba. Penghematan pajak yang dapat dilakukan
manajemen dalam kaitannya dengan praktik manajemen laba adalah perencanaan
pajak (tax plan)
Yin dan Cheng (2004) dalam Wijaya dan Martini (2011) menyatakan
bahwa perusahaan memiliki perencanaan pajak yang baik akan mendapatkan
keuntungan dari tax shield dan dapat meminimalisasi pembayaran pajak.
Perusahaan yang memiliki perencanaan pajak yang baik, cenderung akan
mengurangi laba bersih perusahaan guna mendapatkan keuntungan pajak.
Subagyo dan Oktavia (2010) pernah melakukan penelitian tentang
pengaruh insentif pajak terhadap manajemen laba dan menemukan bukti empiris
bahwa insentif pajak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Hasil
serupa juga ditemukan oleh Christina Ranty Sumomba (2012) dengan
30
hasil yang menunjukkan bahwa perencanaan pajak berpengaruh terhadap
manajemen laba. Berdasarkan uraian diatas, dirumuskan hipotesis sebagai berikut
H2 : Insentif pajak (perencanaan pajak) berpengaruh negatif terhadap
manajemen laba
2.3.3 Non Insentif Pajak dan Manajemen Laba
Subagyo dan Oktavia (2010) menyatakan bahwa insentif non pajak
merupakan insentif diluar pajak yang memotivasi perusahaan melakukan
manajemen laba. Non insentif pajak yang digunakan adalah earnings pressure,
tingkat utang, earnings bath, ukuran perusahaan, kepemilikan manajerial, dan
saham yang disetor di BEI. Pengembangan hipotesis untuk non insentif pajak dan
manajemen laba dijelaskan sebagai berikut :
2.3.3.1 Earnings Pressure
Earnings pressure merupakan tindakan yang dilakukan perusahaan untuk
mengurangi laba. Yin dan Cheng (2004) dalam Wijaya dan Martani (2011)
menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan yang labanya telah mencapai target,
penurunan laba yang dilakukan cenderung dikurangi dengan earnings pressure.
Adanya perbedaan dalam non insentif pajak diantara perusahaan yang
memperoleh laba (profit firm) dengan perusahaan yang mengalami kerugian (loss
firm) menentukan respon manajemen laba terhadap penurunan tarif pajak
31
penghasilan. Bagi perusahaan yang memperoleh laba (profit firm), ketika labanya
telah mencapai atau bahkan melebihi target, penurunan laba yang dilakukan untuk
tujuan pajak dapat dikurangi oleh earnings pressure guna melakukan income
smoothing. Sedangkan perusahaan yang mengalami kerugian (loss firm)
cenderung melakukan earnings bath untuk memperoleh kompensasi pajak (Tyani
Linda dan Ardiyanto, 2012)
Pada penelitian Subagyo dan Oktavia (2010) menunjukkan bahwa
earnings pressure berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Dari uraian
tersebut, dirumuskan hipotesis sebagai berikut
H3.a : Earnings pressure berpengaruh negatif terhadap manajemen laba
2.3.3.2 Tingkat Utang (Debt)
Tingkat hutang perusahaan juga dapat diartikan sebagai besar kecilnya
kewajiban suatu perusahaan yang timbul dari transaksi pada waktu lalu dan harus
dibayar pada waktu yang akan datang. Tingkat hutang berbanding terbalik dengan
laba. Jadi, apabila hutang perusahaan semakin besar, maka laba perusahaan akan
semakin kecil, begitu juga sebaliknya, jika hutang perusahaan semakin kecil,
maka laba perusahaan semakin besar.
Perusahaan yang memiliki tingkat hutang yang tinggi
cenderung akan melakukan manajemen laba dengan menggeser
laba tahun akan datang ke laba periode sekarang untuk
menaikkan labanya guna meningkatkan nilai perusahaan untuk
32
menarik minat investor. Guanther (1994) dalam Wijaya dan
Martani (2011) menyatakan bahwa perusahaan mendapatkan
keuntungan dalam bentuk pengurangan pajak yang
berhubungan dengan pembayaran bunga atas utang. Dalam hal
ini, utang bertindak sebagai tax shield karena dapat mengurangi
pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan dalam bentuk
pembayaran bunga kepada pihak yang memberikan utang. Tax
shield merupakan pengurangan tagihan pajak perusahaan yang
disebabkan oleh peningkatan jumlah beban yang dapat
mengurangi pajak. Pada penelitian Tyani Linda Ardilla dan Didik Ardiyanto
(2010) menunjukkan bahwa tingkat utang (debt) berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba. Berdasarkan uraian diatas, dirumuskan hipotesis
sebagai berikut
H3.b : Tingkat utang berpengaruh positif terhadap
manajemen laba
2.3.3.3 Earnings Bath
Earnings bath merupakan lamgkah yang dilakukan perusahaan ketika
mengalami kerugian. Menurut Chaney et al. (1995) dalam Subagyo dan Oktavia
(2010) menyatakan bahwa apabila laba yang diperoleh perusahaan rendah, maka
manajer cenderung melakukan “big bath”. Sedangkan menurut Solechan (2009)
dalam Slamet dan Provita (2012), big bath juga sering disebut taking a bath .
Taking a bath mengakui adanya biaya pada periode yang akan datang sebagai
33
kerugian pada periode berjalan. Konsekuensinya, manajer akan menghapus aktiva
dengan harapan laba yang akan datang dapat meningkat.
Earnings bath dilakukan dengan menggeser laba periode yang memiliki
laba tinggi ke periode yang lebih rendah guna meningkatkan laba. Apabila pada
periode berjalan memiliki laba yang rendah maka perusahaan cenderung
menggeserkan laba periode mendatang ke periode berjalan untuk meningkatkan
laba periode berjalan yang rendah dan sebaliknya apabila laba periode berjalan
tinggi perusahaan cenderung menggeser laba periode berjalan ke periode berjalan
untuk mencapai target yang diharapkan
Pada penelitian Gede Roikhatul Baizah (2014) menunjukkan bahwa
earnings bath berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Dari uraian
diatas, dirumuskan hipotesis sebagai berikut
H3.c : Earnings bath berpengaruh negatif terhadap manajemen laba
2.3.3.4 Ukuran Perusahaan (Size)
Guenther (1986) dalam Oktavia (2012) menemukan bukti empiris bahwa
penerapan manajemen laba yang dilakukan perusahaan juga dapat dipengaruhi
oleh non insentif pajak yaitu ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan merupakan
nilai yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan. Kaitannya dengan manajemen
laba, Scholes et. al. (1992) dalam Tyani Linda dan Didik Ardiyanto (2010)
menemukan bahwa perusahaan besar lebih cenderung menggeser laba kotornya.
Hal ini dilakukan, karena perusahaan besar memiliki sumber daya yang memadai
untuk memanipulasi proses politik seperti yang mereka kehendaki seperti tax
planning atau mengatur kegiatan mereka untuk mencapai penghematan pajak
34
yang optimal. Hipotesis ini sejalan dengan hipotesis yang ada dalam PAT, yaitu
political cost hypothesis. Political cost hyphotesis menyatakan bahwa perusahaan-
perusahaan dengan skala besar cenderung untuk menurunkan laba, dengan alasan
masalah pelanggaran regulasi pemerintah. Salah satu regulasi yang dikeluarkan
pemerintah berkaitan dengan dunia perpajakan. Jumlah pajak yang ditarik oleh
pemerintah dari perusahaan berdasarkan UU adalah sebesar laba yang diperoleh
selama periode tertentu. Oleh sebab itu, semakin besar perusahaan maka semakin
besar pula laba yang dapat diperoleh dan pajak yang harus dibayarkan kepada
pemerintah (Yuliani, 2013). Berdasarkan uraian diatas, dirumuskan hipotesis
sebagai berikut
H3.d : Size berpengaruh negatif terhadap manajemen laba
2.3.3.5 Jumlah Saham yang Disetor Untuk Diperdagangkan di BEI
Sesuai dengan peraturan undang-undang pajak penghasilan tahun 2008
bahwa tarif pajak yang berlaku yaitu tarif pajak tunggal yaitu 28% untuk tahun
2009 dan 25% untuk tahun 2010. Tetapi perusahaan go public yang minimal 40%
saham yang disetor diperdagangkan di BEI, tarif pajak bagi perusahaan go public
tersebut tarif pajak yang dikenakan 5% lebih rendah dari tarif normal yang
berlaku (28% untuk tahun 2009 dan 25% untuk tahun 2010). Dengan perbedaan
tarif bagi perusahaan go public yang 40% saham disetor diperdagangkan di BEI,
maka timbul dugaan bahwa perusahaan go public dengan minimal 40% saham
disetornya diperdagangkan di BEI akan melakukan manajemen laba dalam rangka
merespon revisi terhadap peraturan tentang tarif pajak penghasilan badan.
35
Pada penelitian Tyani Linda Ardilla dan Didik Ardiyanto (2010)
menunjukkan bahwa jumlah saham yang disetor berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba. Dari uraian diatas, dorumuskan hipotesis sebagai berikut
H3.e : Jumlah saham yang disetor untuk diperdagangkan di BEI
berpengaruh terhadap manajemen laba
2.4 Model Penelitian
36
Gambar 2.1
Model Kerangka Teoritis
Keterangan :
DA : Discretionary Accrual
EBATH : Earings Bath
TAXPLAN : Perencanaan Pajak
SIZE : Ukuran Perusahaan
EPRESS : Earnings Pressure
DEBT : Tingkat Utang
STOCK : Saham yang Disetor
BAB III
37
Penurunan Tarif PPh 2009-2010
Insentif Pajak (TAX PLAN)
Non Insentif PajakEPRESSDEBTEBATHSIZESTOCK
MANAJEMEN
LABA
METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Dalam penelitian ini penulis memilih Bursa Efek Indonesia sebagai tempat
untuk melakukan riset. Lokasi penelitian ini dipilih karena dianggap sebagai
tempat yang tepat bagi peneliti untuk memperoleh data yang diperlukan yaitu
berupa laporan keuangan. Perusahaan yang dijadikan sampel adalah perusahaan
yang masuk kedalam daftar LQ 45 di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2009
dan 2010. Peneliti memilih sampel tersebut karena perusahaan yang termasuk
dalam daftar LQ 45 adalah perusahaan dengan saham yang paling likuid dan
memiliki kapitalisasi yang besar sebagai indikator likuidasi. Indeks LQ 45
menggunakan 45 saham yang terpilih berdasarkan likuiditas perdagangan saham
dan disesuaikan setiap enam bulan (awal bulan februari dan agustus).
3.2 Jenis dan Sumber Data
Untuk memperoleh data guna melengkapi penelitian ini, maka penulis
melakukan serangkaian kegiatan sebagai berikut :
3.2.1 Jenis Data
Untuk keperluan penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder
yang diambil dari laporan keuangan perusahaan yang termasuk dalam indeks LQ
45 di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang ada di Pojok BEI Universitas Stikubank
serta website Indonesian Stock Exchange (IDX). Keuntungan data sekunder ialah
sudah tersedia, ekonomis, dan cepat didapat sedangkan kelemahannya ialah tidak
dapat menjawab secara keseluruhan masalah yang sedang diteliti dan kurang
38
akurasi karena data dikumpulkan oleh orang lain untuk tujuan tertentu dengan
metode yang tidak diketahui (Sarwono dan Suhayati, 2010).
3.2.2 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari laporan
keuangan (auditan) perusahaan yang sudah go public/terdaftar di
BEI dan dapat kita unduh dari alamat website resmi BEI
(www.idx.co.id) selama periode penelitian 2009 dan 2010. Dan melalui
kepustakaan dengan membaca dan mempelajari buku-buku, jurnal-jurnal ilmiah
dan literatur-literatur dari kepustakaan yang erat hubungannya dengan objek
penelitian.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang
go public dan termasuk dalam indeks LQ 45 yang sahamnya telah
terdaftar di BEI pada periode 2009 dan 2010.
3.3.2 Sampel
Sedangkan untuk pemilihan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode purposive sampling, merupakan metode
pengambilan sampel non-probabilitas yang disesuaikan dengan
kriteria tertentu. Beberapa kriteria yang harus dipenuhi untuk
pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah :
39
1. Perusahaan-perusahaan yang masuk dalam daftar indeks
LQ 45 di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2009 dan
2010.
2. Perusahaan-perusahaan yang konsisten (tetap) dalam
daftar indeks LQ 45 pada tahun 2009 dan 2010 di Bursa
Efek Indonesia.
3. Perusahaan telah menerbitkan laporan keuangan (auditan)
tahunan secara lengkap dan data dari laporan keuangan
tersebut memiliki keterkaitan dengan variabel dalam
penelitian selama periode 2009 dan 2010.
4. Perusahaan memperoleh laba di atas Rp
33.000.000.000,00 selama periode 2009 dan 2010.
5. Perusahaan-perusahaan yang bergerak disektor non
perbankan.
6. Perusahaan-perusahaan yang menyajikan laporan
keuangan dalam bentuk rupiah
Pertimbangan-pertimbangan diatas dibuat agar menghasilkan sampel yang
sesuai dan dapat mewakili kondisi populasi sebenarnya. Pengolahan data dalam
penelitian ini juga menggunakan analisis regresi berganda sehingga seluruh data
harus diuji dengan menggunakan uji asumsi klasik terlebih dahulu agar
menghasilkan model regresi yang baik.
3.4 Definis Konsep Variabel Penelitian
40
Pada penelitian ini ada beberapa variabel penelitian, diantaranya perubahan
tarif pajak, insentif pajak yang dirpoksikan dengan perencanaan pajak dan non
insentif pajak menggunakan earnings pressure, tingkat utang, earnings bath,
ukuran perusahaan, kepemilikan manajerial, dan jumlah saham yang disetor untuk
diperdagangkan di BEI sebagai variabel independen sedangkan manajemen laba
sebagai variabel dependen.
Perubahan tarif pajak penghasilan sudah beberapa kali dilakukan, perubahan
tarif pajak penghasilan badan terbaru di Indonesia terjadi pada tahun 2008 yaitu
Undang-undang No. 36 Tahun 2008 tentang perubahan ke-empat atas Undan-
undang No. 7 Tahun 1983 Pajak Penghasilan. Sedangkan insentif pajak yang
diproksikan dengan perencanaan pajak yaitu adalah suatu tindakan legal yang
dilakukan untuk mengefisiensikan jumlah pajak yang harus dibayar kepada
pemerintah.
Non insentif pajak yang digunakan yaitu,
1. Earnings pressure yaitu langkah yang cenderung dilakukan oleh manajemen
untuk meningkatkan laba akuntansi ketika perusahaan tidak memperoleh laba
seperti yang ditargetkan
2. Menggunakan tingkat utang, utang merupakan bagian dari struktur modal
tingkat penggunaan uutang dapat digunakan sebagai pendanaan bagi sebuah
perusahaan sehingga perusahaan yang memiliki tingkat utang tinggi akan
melakukan manajemen laba dengan menggeser laba tahun yang akan datang
ke laba periode sekarang.
41
3. Earnings bath merupakan cara untuk menggeser laba periode yang memiliki
laba tinggi ke periode yang labanya lebih rendah.
4. Ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan adalah skala besar atau kecilnya
perusahaan, ukuran perusahaan dapat dilihat dari besar aset, ekuitas, serta
ukuran pendapatannya.
5. Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham oleh manajemen yang
diukur degan prosentase jumlah saham oleh manajemen.
6. Dan yang terakhir adalah prosentase jumlah saham yang disetor untuk
diperdagangkan di BEI, berdasarkan UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan, terdapat perbedaan tarif pajak penghasilan Badan, yaitu 28%
(efektif pada tahun 2009) dan 25% (efektif pada 2010). Namun ada
pengecualian bagi perusahaan go public yang saham disetornya
diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan akan mendapat
penurunan tarif sebesar 5% dari tarif sesungguhnya, apabila minimal 40%
saham disetornya diperdagangkan di BEI.
Manajemen laba merupakan pilihan yang dilakukan manajemen dalam
menentukan kebijakan akuntansi untuk mencapai beberapa tujuan tertentu.
Manajemen laba dapat didefinisikan sebagai pelaporan keuangan yang tidak netral
(memihak).
3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Konsep dasar dari definisi operasional mencakup pengertian untuk
mendapatkan data yang akan dianalisis dengan tujuan untuk mengoperasionalkan
konsep-konsep penelitian menjadi variabel penelitian serta cara pengukurannya.
42
Adapun definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
3.5.1 Variabel Independen (X)
3.5.1.1 Penurunan Tarif Pajak/ X1
Penurunan tarif pajak penghasilan dilakukan pada periode 2009 dan 2010. Tarif
pajak penghasilan untuk periode 2009 adalah sebesar 25% sedangkan tahun 2010
tarif pajak penghasilan mendapatkan penurunan tarif sebesar 5% bagi perusahaan
go public yang menyetorkan 40% sahamnya ke Bursa Efek Indonesia. Respon
atas penurunan tarif pajak penghasilan dapat dilakukan dengan praktik manajemen
laba. Discretionary Accrual (DA) merupakan alat yang paling sering digunakan
untuk mengukur manajemen laba, discretionary accrual yang diperoleh dari error
term total akrual dengan menggunakan model Jones (1991). Model Jones yang
dimodifikasi dengan Dechow et al (1995) digunakan karena memang telah banyak
digunakan oleh peneliti dan memiliki hasil yang kuat.
Berikut perhitungan current accrual :
a. Menghitung Total Akrual
TACC¿∋¿−CFO¿ ..........(a)
Keterangan :
TACC¿ = Total akrual perusahaan i pada tahun t
NI¿ = Laba bersih (net income) i pada tahun t
CFO¿ = Kas dari operasi (cash flow operation) perusahaan i pada
tahun t
b. Menghitung Tingkat Akrual yang Normal
43
Tingkat akrual yang normal dapat dihitung dengan memisahkan
discretionary accrual dengan non discretionary accrual, yaitu
dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
TACC¿ = Total akrual perusahaan i pada tahun t
TACT¿−1 = Total aktiva perusahaan i pada tahun t-1
ΔREV¿ = Selisih antara pendapatan (revenue) perusahaan i
pada tahun t dikurangi pendapatan tahun t-1
ΔREC¿ = Piutang perusahaan i pada tahun t dikurangi
pendapatan tahun t-1
PPE¿ = Aktiva tetap perusahaan i pada tahun t
ɛ¿ = Error term perusahaan i pada tahun t
c. Menentukan Nilai Nondiscretionary Accrual
Dari regresi (b) dapat dihasilkan α1, β1, dan β2 yang dapat
digunakan untuk memprediksi nilai nondiscretionary accrual
dengan persamaan berikut ini :
44
Keterangan :
NDACC¿ = Nilai Nondiscretionary Accrual pada perusahaan i
tahun t
ɛ = Error
sedangkan nilai nondiscretionary accrual dengan akrual kelolaan
yang dideteksi dengan model khusus adalah sebagai berikut :
Keterangan :
COit = loan charge offs (pinjaman yang dihapus
bukukan)
LOANit = loans outstanding (pinjaman yang beredar)
NPAit = non performing assets (aktiva produktif yang
bermasalah), terdiri dari aktiva produktif yang
berdasarkan tingkat kolektabilitasnya
digolongkan menjadi, (a) dalam perhatian
khusus,
(b) kurang lancar, (c) diragukan, dan (d) macet
NPAit+1 = selisih non performing assets t+1 dengan non
performing assets t
45
NDAit = akrual non kelolaan
d. Menghitung Nilai Discretionary Accrual
Dari persamaan-persamaan di atas, diketahui untuk
menentukan nilai discretionary accrual dapat dilakukan
dengan cara menghitung selisih antara total akrual
pada persamaan (a) dengan nilai nondiscretionary
accrual pada persamaan (c) yang dapat ditulis
sebagai berikut:
Keterangan :
DACC¿ = Nilai discretionary accrual perusahaan i pada tahun t
3.5.1.2 Insentif Pajak (Tax Plan)/ X2
Insentif pajak dapat diartikan sebagai rangsangan yang ditawarkan kepada wajib
pajak khusunya wajib pajak badan agar termotivasi untuk mematuhi ketentuan
perpajakan. Insentif pajak merupakan suatu bentuk fasilitas perpajakan yang
bersifat legal untuk memperkecil besarnya pajak yang harus dibayarkan oleh
wajib pajak. Insentif pajak yang diproksikan dengan perencanaan pajak diberi
simbol TAXPLAN. Taxplan menggambarkan perencanaan pajak yang dilakukan
oleh perusahaan sebelum adanya reformasi perpajakan yaitu tahun 2007 dan 2008
dimana tarif pajak perusahaan masih tinggi yaitu sebesar 30%. Perencanaan pajak
(tax planning) merupakan langkah yang ditempuh oleh Wajib Pajak untuk
meminimumkan beban pajak tahun berjalan maupun tahun yang akan datang agar
46
pajak yang dibayar dapat ditekan seefisien mungkin dan dengan cara yang
memenuhi ketentuan perpajakan (Maxson dan Martani, 2011).
Perencanaan pajak pada penelitian ini dihitung dengan menggunakan
rumus berikut :
TAXPLAN 2009=∑ 2009 (28 % . PTI−CTE )
TA 2009
TAXPLAN 2010=∑ 2010(25 % .PTI−CTE )
TA 2010
Keterangan :
TAXPLAN = perencanaan pajak
PTI = pre-tax income (pendapatan sebelum pajak)
CTE = current portion of total tax expense (beban pajak kini)
TA = total assets (total aset)
3.5.1.3 Non Insentif Pajak/ X3
a. Earnings Pressure
Earnings pressure adalah tindakan perusahaan untuk meurunkan labanya ketika
laba yang dicapai sudah mencapai target atau melebihi target. Variabel EPRESS
merupakan variabel yang banyak digunakan untuk mengetahui apakah perusahaan
melakukan manajemen laba dengan income smoothing. Income smoothing adalah
cara untuk melakukan praktik manajemen laba yaitu mengurangi laba perusahaan
dengan earnings pressure. Perhitungan EPRESS dapat dilakukan dengan
menggunakan persamaan pada penelitian Yin dan Cheng (2004) dalam Maxson
dan Martini (2011) sebagai berikut :
47
EPRESS=(labatahun berjalan−labatahunlalu)
total aset pada awal tahun
b. Tingkat Utang (Debt)
Debt menggambarkan tingkat utang yang dimiliki perusahaan. Utang adalah
kewajiban yang timbul akibat dari transaksi masa lalu yang belum selesai dibayar
dan harus diselesaikan pada masa yang akan datang. Variabel ini dapat diukur
dengan menggunakan rasio kewajiban jangka panjang terhadap total asset di awal
tahun. Menurut Guanther (1994) dalam Maxson dan Martani (2011), penggunaan
angka akuntansi yang mendekati pelanggaran perjanjian persyaratan utang
mungkin tidak akan berniat untuk mengurangi laba bersih laporan keuangan untuk
mengurangi pajak. Persamaan yang digunakan untuk menghitung tingkat utang
seperti penelitian yang dilakukan oleh Bambang Sutopo, yaitu sebagai berikut :
Debt ¿Total Assets Ratio ( DAR )=Total kewajibanTotal aktiva
c. Earnings Bath
Variabel ini diberi simbol ERANK. Earnings bath dilakukan apabila perusahaan
memperoleh laba perusahaan yang kecil. Perusahaan dengan laba kecil tidak akan
meningkatkan total akrualnya namun cenderung akan mengecilkan total akrual.
Hal itu dilakukan agar perusahaan memperoleh kompensasi dimasa yang akan
datang. Variabel ini diproksikan dengan tingkat ROE perusahaan. ERANK diukur
dengan menggunakan variabel dummy. ERANK diberi angka 1 jika berada di
quartile terbawah (20% terbawah), dan ERANK diberi angka 0 untuk yang
lainnya. Hal tersebut sama seperti penelitian yang dilakukan oleh Oktavia (2012)
dan Tyani Linda, Ardiyanto (2012)
48
ROE=Total kewajibanTotal aktiva
x 100 %
d. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan (size) merupakan variabel untuk mengukur besar kecilnya
perusahaan. Ukuran perusahaan dinyatakan dengan total aset, jika semakin besar
total aset perusahaan maka akan semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut.
Perusahaan yang memiliki total aset besar menunjukkan bahwa perusahaan
tersebut relatif lebih stabil dan mampu menghasilkan laba yang lebih besar
dibandingkan perusahaan dengan total aset sedikit. Proksi ukuran perusahaan
dapat menggunakan natural log total aset. Menurut Watts dan Zimmerman (2003)
dalam Maxson dan Martani (2011), perusahaan yang lebih besar akan cenderung
menggunakan metode akuntansi yang mengurangi laba bersih laporan keuangan.
Ukuran Perusahaan (Size) = Ln (total aset)
e. Prosentase Saham yang Disetor di BEI (STOCK)
Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel dummy. Jika
saham disetor perusahaan yang diperdagangkan di BEI kurang
dari 40% maka Stock diberi angka 0, dan jika saham disetor
perusahaan yang diperdagangkan di BEI lebih besar atau sama
dengan 40% maka Stock diberi angka 1.
3.5.2 Variabel Dependen
3.5.2.1 Manajemen Laba (Y)
Manajemen laba adalah tindakan yang dilakukan manajemen
untuk menentukan kebijakan akuntansi dalam mencapai tujuan-
49
tujuan tertentu. Manajemen laba diukur dengan menggunakan
DA (discretionary accrual). Discretionary accrual (DA) adalah
komponen akrual yang berada dalam kebijakan manajer, artinya
manajer memberi intervensinya dalam proses pelaporan
akuntansi.
3.6 Teknis Analisis
Dalam proses pengolahan data serta menarik kesimpulan, maka peneliti
menggunakan program SPSS. Analisa ini digunakan untuk mengetahui pengaruh
perubahan tarif pajak penghasilan badan (X1), insentif pajak (X2), dan non
insentif pajak (X3), terhadap manajemen laba (Y) pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2010. Berdasarkan
permasalahan yang telah dirumuskan, tujuan penelitian serta memperhatikan sifat-
sifat data yang dikumpulkan, maka analisis data dalam penelitian ini dijabarkan
sebagai berikut:
1. Statistik Deskriptif dalam penelitian ini dilakukan untuk memberikan
gambaran tentang variabel-variabel penelitian yang diamati. Dalam penelitian
ini variabel bebasnya yaitu discretionary accrual, taxplan, epress, debt equity
ratio, erank, size, kepemilikan manajerial, dan stock. Variabel terikatnya
yaitu perbedaan nilai discretionary accrual tahun 2009 dan tahun 2010 pada
perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (Abdul Slamet, Provita
2012)
2. Analisis Regresi Berganda, menurut Gujarati (2012) adalah studi mengenai
ketergantungan variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel
50
independen, dengan tujuan untuk mengestimasi atau memprediksi rata-rata
populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel
independen yang diketahui.
Untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap manajemen laba,
maka digunakan alat teknik regresi linier berganda yang dimasukkan variabel
independen dan dependen ke dalam model persamaan regresi, sebagai
berikut:
DA= α0 + α1TAXPLAN + α2EPRESS + α3DER + α4ERANK + α5SIZE
+ α6STOCK + εit
Dimana :
DA = Discretionary accrual
TAXPLAN = Perencanaan pajak (Tax Plan)
EPRESS = Earning pressure
DEBT = Tingkat utang
ERANK = Tingkat ROE perusahaan
SIZE = Ukuran perusahaan
STOCK = Persentase saham disetor yang diperdagangkan di BEI
ε = Error Term
3.7 Pengujian Syarat Penggunakan Alat Statistik
Pada pengujian serta pengolahan data ada beberapa uji statistik yang
digunakan dalam SPSS. Pengujian-pengujian tersebut digunakan untuk
memperoleh hasil serta kesimpulan yang sesuai. Pengujian-pengujian yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
51
3.7.1 Uji Statistik Deskriptif
Uji statistik deskriptif digunakan untuk menguji mean (nilai
ratarata), standar deviasi, varian, maksimum, serta minimum
dari data-data yang digunakan dalam penelitian. Uji statistik
deskriptif ini, nantinya akan memberikan suatu gambaran
tentang semua variabel yang terkait dalam penelitian, yaitu
DACC, TAXPLAN, EPRESS, ERANK, DEBT, SIZE, MGTOWN, dan
presentase saham yang disetor dan diperdagangkan di BEI.
3.7.2 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui uji t dan F
mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini
dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid. Ada dua cara untuk mendeteksi
apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan
analisis statistik
3.7.1 Analisis Grafik
Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot
yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Jika
distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data
sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. Normalitas dapat
dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari
grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan
keputusan (Ghozali, 2012)
52
3.7.2 Analisis Statistik
Uji normalitas dengan grafik akan menyesatkan apabila tidak berhati-hati
secara visual terlihat normal, namun secara statistik bisa sebaliknya. Uji
statistik lain yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual
adalah uji statistik dengan menggunakan uji skewness dan uji kurtosis. Uji
skewness dan kurtosis memiliki persyaratan, yaitu:
a. Apabila nilai skewness dan kurtosis <1,98 maka data terdistribusi
normal
b. Apabilai nilai skewess dan kurtosis >1,98 maka data tidak terdistribusi
normal
3.7.3 Uji Asumsi Klasik
Model regresi yang digunakan harus menunjukkan hubungan yang
signifikan dan representatif atau disebut BLUE (Blue Linier Unbiased Estimator),
maka model regresi tersebut memenuhi asumsi klasik regresi, sehingga asumsi
dasar tersebut apabila tidak terjadi gejala autokorelasi, heteroskedastisitas, dan
multikolinearitas diantara variabel bebas dala, regresi tersebut
3.7.3.1 Uji Multikolinieritas
Menurut Ghozali (2012) menyatakan bahwa uji multikolinearitas bertujuan untuk
menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara
variabel independen. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas
didalam model regresi dengan melihat nilai tolerance > 0,10 dan lawannya nilai
53
Variance Inflation Factor (VIF) < 10 berarti data tidak ada masalah
multikolinearitas.
3.7.3.2 Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2012) uji autokorelasi bertujuan menguji apakah model regresi
linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk mendeteksi apakah terdapat
ataukorelasi atau tidak, maka uji autokorelasi yang dilakukan adalah dengan
menggunakan Run Test. Run Test sebagai bagian dari statistik non-parametik
dapat pula digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang
tinggi.
3.7.3.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji yang bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan
varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Homoskedastisitas
adalah kesamaan varians dari residual. Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heteroskedastisitas yaitu melihat hasil output SPSS melalui grafik scatterplot
antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya
SRESID (Ghozali, 2012). Cara lain yang bisa digunakan untuk mendeteksi ada
atau tidak heteroskedastisitas yaitu dengan melakukan uji glejser, uji ini
mengusulkan untuk meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen.
3.7.4 Analisis Regresi Linear Berganda
54
Analisis regresi bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependennya. Secara umum, analisis
regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan variabel terikat
(dependen) dengan variabel bebas (independen). Dalam analisis regresi, selain
mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, juga menenjukkan
arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen (Ghozali,
2011).
3.7.5 Uji Hipotesis
Langkah selanjutnya adalah teknik pengujian hipotesis. Pengujian
hipotesis ini digunakan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang
signifikan dari variabel-variabel bebas terhadap manajemen laba dengan Uji Beda
t-Test dan Uji Statistik t.
3.7.5.1 Uji Beda t-Test
Penelitian ini menggunakan jenis uji beda paired sample T-test guna menguji
apakah terdapat perbedaan nilai rata-rata discretionary accrual pada periode
penurunan pajak tahun 2009 dan 2010. Tingkat signifikansi yang ditetapkan
adalah 5% (α = 0,05) (Ghozali, 2011). Adapun pengambilan keputusannya,
sebagai berikut:
a. Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima (HA ditolak), artinya tidak
terdapat perbedaan discretionary accrual pada periode penurunan tarif
pajak penghasilan tahun 2009 dan 2010. Ini berarti perusahaan tidak
melakukan praktik earnings management guna merespon penurunan tarif
PPh badan.Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak (HA diterima),
55
artinya terdapat perbedaan discretionary accrual pada periode penurunan
tarif pajak penghasilan tahun 2009 dan 2010. Ini berarti perusahaan
melakukan praktik earnings management guna merespon penurunan tarif
PPh badan.
3.7.5.2 Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel
dependen (Ghozali, 2012:98).
Pengambilan keputusan pada uji beda t-Test dan uji statistik t dapat dilakukan
dengan melihat nilai signifikannya pada taraf kepercayaan 0,05. Jika nilai
signifikannya 0,05 maka variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen, sedangkan jika nilai signifikannya < 0,05 maka variabel
independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
3.7.6 Uji Kelayakan Model (Goodness and Fit Model)
3.7.6.1 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2012:97). Nilai koefisien
determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat
terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
dependen.
3.7.6.2 Uji Signifikan Simultan (Uji Statistik F)
56
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau
bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel dependen atau terikat (Ghozali, 2012)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskriptif Penelitian
Pada bab ini akan dibahas tentang pengelolaan data tentang respon
penurunan tarif pajak penghasilan badan tahun 2008, insentif pajak, dan non
57
insentif pajak terhadap manajemen laba. Variabel-variabel yang akan diteliti
adalah variabel dependen yaitu manajemen laba, dan variabel independen antara
lain insentif pajak yaitu perencanaan pajak, non insentif pajak meliputi earnings
pressure, tingkat hutang, earnings bath, ukuran perusahaan, dan presentase saham
yang disetor ke BEI.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdapat pada daftar
indeks LQ 45 tahun pengamatan 2009 dan 2010. Pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Purposive sampling
merupakan metode pengambilan sampel nonprobabilitas yang disesuaikan dengan
kriteria tertentu. Beberapa kriteria yang harus dipenuhi dalam penentuan sampel
ini adalah :
1. Perusahaan-perusahaan yang masuk dalam daftar indeks LQ
45 di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2009 dan 2010.
2. Perusahaan-perusahaan yang tidak keluar dari indeks LQ 45
pada saat terjadi penyesuaian (awal februari dan awal
agustus).
3. Perusahaan telah menerbitkan laporan keuangan (auditan)
tahunan secara lengkap dan data dari laporan keuangan
tersebut memiliki keterkaitan dengan variabel dalam
penelitian selama periode 2009 dan 2010.
4. Perusahaan memperoleh laba di atas Rp. 33.000.000.000,00
selama periode 2009 dan 2010.
58
5. Perusahaan-perusahaan yang bergerak disektor non
perbankan
6. Perusahaan-perusahaan yang menyajikan laporan keuangan
dalam rupiah
Berikut adalah kriteria pemilihan sampel penelitian :
Tabel 4.1
Sampel Penelitian
No. Keterangan Jumla
h
1 Perusahaan yang masuk dalam daftar indeks
LQ 45 periode 2009 dan 2010
45
2 Perusahaan-perusahaan yang keluar dari
daftar indeks LQ 45 pada saat terjadi
penyesuaian (februari dan agustus)
(14)
3 Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan
keuangan (auditan) tahunan secara lengkap
dan data dari laporan keuangantersebut
memiliki keterkaitan dengan variabel dalam
penelitian selama periode 2009 dan 2010
0
4 Perusahaan yang memperoleh laba dibawah
Rp 33.000.000.000,00 selama periode 2009
dan 2010
0
5 Perusahaan-perusahaan yang bergerak pada
sektor perbankan
(5)
6 Perusahaan-perusahaan yang menyajikan
laporan keuangan dalam dollar
(5)
Jumlah Sampel akhir 21
59
Berdasarkan kriteria yang ditetapkan pada penelitian ini, terdapat 42
sampel perusahaan yang terdapat pada indeks LQ 45 periode tahun 2009 dan 2010
yang dapat dianalisis. Sampel terdiri dari 42 perusahaan yang terdapat pada indeks
LQ 45 sebagai berikut :
Tabel 4.2
Daftar Sampel Perusahaan
No. Kode Perusahaan Nama Perusahaan
1 ADRO Adaro Energy Tbk
2 ANTM Aneka Tambang Tbk
3 ALII Astra Argo Lestari Tbk
4 ASII Astra Internasional Tbk
5 BRPT Barito Pasific Tbk
6 ELSA Elnusa Tbk
7 INDY Indika Energy Tbk
8 INTP Indocement Tunggal Perkasa Tbk
9 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
10 ISAT Indosat Tbk
11 JSMR Jasa Marga Tbk
12 KLBF Kalbe Farma Tbk
13 LPKR Lippo Karawaci
14 PGAS Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk
15 LSIP PP London Sumatera
16 SMGR Semen Gresik Tbk
17 SMCB Semen Holcim Tbk
18 TLKM Telekomunikasi Indonesia Tbk
19 TINS Timah Tbk
20 UNVR Unilever Indonesia Tbk
21 UNTR United Tractors Tbk
Sumber : www.idx.co.id
60
Jumlah sampel ada 21 perusahaan selama 2 tahun sehingga ada 42 data
perusahaan.
4.2 Analisis Data
4.2.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang
dilihat dari nilai rata-rata, standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, dan
range. Pada penelitian ini gambaran data yang akan diketahui adalah data
manajemen laba (discretionary accrual), perencanaan pajak, earnings pressure,
tingkat hutang, earnings bath, ukuran perusahaan, dan presentase saham yang
disetor. Hasil statistik deskriptif adalah sebagai berikut :
Tabel 4.3
Hasil Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DA 42 -8,8455E9 4,3661E9 -1,049917E9 2,5620082E9
TAXPLAN 42 -30,4513 19,5946 -,141010 6,8942912
EPRESS 42 -,1778 ,2710 ,024776 ,0827652
DEBT 42 ,1463 ,6677 ,407440 ,1607971
EBATH 42 0 1 ,55 ,504
SIZE 42 22,0258 25,4494 23,537326 ,9196580
STOCK 42 0 1 ,36 ,485
Valid N
(listwise)
42
Sumber : Lampiran 3 data diolah
61
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui hasil dari beberapa hal :
1. N merupakan jumlah data perusahaan yang digunakan sebagai sampel
dalam penelitian dan data yang digunakan sebanyak 42 perusahaan dalam indeks
LQ 45.
2. Mean (rata-rata) discretionary accrual adalah -1,0499 dengan standar
deviasi 2,562008. Discretionary accrual minimum adalah -8,84551 terletak pada
PT Adaro Energy Tbk tahun 2009 dan discretionary accrual maksimum adalah
4,366109 terletak pada Semen Gresik Tbk pada tahun 2010. Mean discretionary
accrual pada penelitian ini bernilai negatif maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
rata-rata perusahaan-perusahaan sampel pada penelitian inin melakukan
manajemen laba dengan cara menurunkan laba.
3. Mean atau rata-rata dari perencanaan pajak (tax plan) adalah -0,141010
dengan standar deviasi 6,8942912 perencanaan pajak minimum adalah -30,4513
terletak pada PT Timah Tbk tahun 2010 dan perencanaan pajak maksimum adalah
19,5946 terletak pada Lippo Karawaci Tbk tahun 2009. Rata-rata perencanaan
pajak bernilai negatif, yang berarti bahwa perusahaan-perusahaan sampel
cenderung tidak melakukan perencanaan pajak untuk meminimalkan pembayaran
pajaknya
4. Mean atau rata-rata earnings pressure (epress) adalah 0,024776 dengan
standar deviasi 0,0827652. Eranings pressure minimum adalah -0,1778 terletak
pada PT Timah Tbk tahun 2009 dan earnings pressure maksimum adalah 0,2710
terletak pada PT Barito Pasific Tbk tahun 2009. Rata-rata earnings pressure
62
memiliki nilai positif, yang berarti bahwa perusahaan-perusahaan sampel
melakukan earnings pressure untuk meningkatkan laba.
5. Mean atau rata-rata tingkat hutang (debt) adalah 0,407440 dengan standar
deviasi 0,1607971. Tingkat hutang minimum adalah 0,1463 terletak pada PT
Indocement Tunggal Perkasa Tbk tahun 2010 dan tingkat hutang maksimal adalah
0,6677 terletak pada PT Indosat Tbk tahun 2009. Rata-rata tingkat hutang bernilai
positif, berarti bahwa perusahaan-perusahaan sampel memiliki tingkat hutang
tinggi.
6. Mean atau rata-rata earnings bath (ebath) adalah 0,55 dengan standar
deviasi adalah 0,540. Earnings bath minimum adalah 0 dan aernings bath
maksimum adalah 1. Rata-rata aernings bath adalah 0,55 atau 55%, hal tersebut
berarti bahwa pada perusahaan-perusahaan sampel terdapat 55% perusahaan yang
memiliki ROE dibawah 20%.
7. Mean atau rata-rata ukuran perusahan (size) adalah 23,537326 dengan
standar deviasi 0,9196580. Ukuran perusahaan minimum adalah 22,0258 terletak
pada PT Elnusa Tbk tahun 2010 dan ukuran perusahaan maksimum adalah
25,4494 terletak pada PT Astra Internasional Tbk tahun 2010.
8. Mean atau rata-rata presentase saham yang disetor adalah 0,86 dengan
standar deviasi 0,485. Presentasi saham yang disetor minimum adalah 0 dan
presentase saham maksimum adalah 1. Rata-rata presentase saham yang disetor
adalah 0,86 atau 86%, hal tersebut berarti bahwa perusahaan-perusahaan sampel
pada penelitian ini terdapat 86% perusahaan yang 40% sahamnya diperdagangkan
di BEI.
63
4.2.2 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui uji t dan F
mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini
dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid (Ghozali, 2011). Ada dua cara
untuk mengetahui apakah residual terdistribusi normal atau tidak yaitu dengan
menggunakan analisis grafik dan statistik. Analisis statistik yang dapat digunakan
untuk menguji normalitas residual adalah dengan mengetahui nilai skewness dan
kurtosis sehingga apabila nilai skewness dan kurtosis >1,98 maka residual tidak
terdistribusi secara normal sehingga perlu dideteksi adanya outlier, apabila data
<1,98 maka residual terdistribusi normal. Pada awalnya nilai residual dalam
penelitian ini tidak terdistribusi normal, hal tersebut dapat dilihat pada gambar
berikut :
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas Sebelum Mengeluarkan Outlier
64
Tabel 4.4
Hasil Skewness dan Kurtosis Sebelum Mengeluarkan Outlier
Descriptive Statistics
N Std. Deviation Skewness Kurtosis
Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic Std. Error
Unstandardized Residual 42 2,17755366E9 -,236 ,365 2,112 ,717
Valid N (listwise) 42
Sumber : Lampiran 4 data diolah
Dari grafik diatas, dapat dilihat bahwa data grafik normal probability plots
menyebar disekitar garis diagonal, dan penyebarannya sedikit menjauh dari garis
diagonal. Sedangkan dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa nilai skewness <1,98
yaitu -0,6465 dan nilai kurtosis >1,98 yaitu 2,9456. Berdasarkan hasil tersebut,
maka dapat disimpulkan bahwa residual tidak terdistribusi secara normal. Untuk
membuat nilai residual terdistribusi secara normal, maka harus dilakukan deteksi
terhadap adanya data outlier.
Outlier adalah data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat
berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai
ekstrim baik untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi (Ghozali,
2011). Ada empat penyebab timbulnya data oulier yaitu kesa;ahan dalam meng-
entri data, gagal menspesifikasi adanya missing value dalam program komputer,
oulier bukan merupakan data populasi yang kita ambil sebagai sampel, dan oulier
berasal dari populasi yang kita ambil sebagai sampel tetapi distribusi dari variabel
dalam populasi tersebut memiliki nilai ekstrim dan tidak terdistribusi secara
normal.
65
Deteksi terhadap univariate outlier dapat dilakukan dengan menentukan
nilai batas yang akan dikategorikan sebagai data outlier yaitu dengan cara
mengkonversi nilai data kedalam skor standardized atau yang biasa disebut z-
score, yang memiliki nilai means (rata-rata) sama dengan nol dan standar deviasi
sama dengan satu.
Tabel 4.5
Perusahan yang Diindikasi Sebagai Outlier
No. Kode Perusahaan Nama Perusahaan Tahun
1 UNTR United Tractor Tbk 2010
2 SMGR Semen Gresik Tbk 2010
3 INTP Indocement Tunggal Perkasa Tbk 2010
4 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 2009
5 BRPT Barito Pasific Tbk 2009
6 ADRO Adaro Energy Tbk 2009
66
Hasil pengujian setelah mengelurakan data diindikasikan sebagai data
outlier adalah sebagai berikut :
Gambar 4.2
Hasil Normalitas Setelah Mengelurkan Outlier
Tabel 4.6
Hasil Skewness dan Kurtosis Setelah Mengeluarkan Outlier
Descriptive Statistics
N Std. Deviation Skewness Kurtosis
Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic Std. Error
Unstandardized Residual 36 8,86078925E8 ,618 ,393 ,803
Valid N (listwise) 36
Sumber : Lampiran 4 data diolah
Berdasarkan grafik normal probability plots dapat disimpulkan bahwa
grafik tersebut memberikan pola distribusi yang normal karena penyebarannya
67
berada disekitar garis diagonal, dan untuk skewness dan kurtosis menunjukan
bahwa dari 36 sampel perusahaan, residual terdistribusi secara normal karena nilai
skewness <1,98 yaitu sebesar 1,5725 dan kurtosis <1,98 yaitu 1,0455. Sehingga,
hal ini menunjukkan bahwa data yang digunakan pada penelitian ini sudah
memenuhi uji normalitas karena data terdistribusi normal.
4.2.3 Uji Asumsi Klasik
Model regresi yang digunakan harus menunjukkan hubungan yang
signifikan dan representatif atau disebut BLUE (Blue Linier Unbiased Estimator),
maka model regresi tersebut memenuhi asumsi klasik regresi, sehingga asumsi
dasar tersebut apabila tidak terjadi gejala autokorelasi, heteroskedastisitas, dan
multikolinearitas diantara variabel bebas dalam, regresi tersebut (Gede Roikhatul,
2014). Setelah model bersifat BLUE, maka selanjutnya dilakukan pengujian
statistik, yaitu t hitung dan f hitung.
4.2.3.1 Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. jika variabel
independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak akan ortogonal.
Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama
variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2011).
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model
regresi dapat dilihat dari nilai Tolerance dan Varian Inflation Factor (VIF).
68
Apabila nilai VIF lebih dari 10 dengan nilai Tolerance kurang dari 0,1 maka hal
tersebut berarti terjadi multikolonieritas.
Tabel 4.7
Uji Multikolonieritas
Sumber : Lampiran 5 data diolah
Dari tabel diatas menunjukkan hasil bahwa semua nilai tolerance lebih
dari 0,10 dan semua nilai VIF kurang 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
model regresi bebas dari multikolonieritas.
4.2.3.2 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan penggangu
pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem
autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang
waktu berkaitan satu sama lain. Untuk mendeteksi apakah terdapat ataukorelasi
atau tidak, maka uji autokorelasi yang dilakukan adalah dengan menggunakan
Run Test. Run Test sebagai bagian dari statistik non-parametik dapat pula
digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika
69
Coefficientsa
ModelCollinearity Statistics
Tolerance VIF1 (Constant)
TAXPLAN ,796 1,256EPRESS ,760 1,315DEBT ,637 1,570EBATH ,623 1,606SIZE ,699 1,430STOCK ,741 1,349
a. Dependent Variable: DA
antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual
adalah acak atau random, Run Test ini digunakan untuk melihat apakah data
residual terjadi secara random atau tidak (Ghozali, 2011).
Tabel 4.8
Uji Autokorelasi
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea -2,42534E8
Cases < Test Value 18
Cases >= Test Value 18
Total Cases 36
Number of Runs 16
Z -,845
Asymp. Sig. (2-tailed) ,398
a. Median
Sumber : Lampiran 6, data diolah
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai test adalah -2,42534 dan Asymp.
Sig. (2-tailed) sebesar 0,398 > 0,05, maka hipotesis nol diterima, sehingga dapat
disimpulkan bahwa residual random (acak) atau tidak terjadi autokorelasi antar
nilai residual.
4.2.3.3 Uji Heteroskedastisitas
70
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap
maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda maka disebut
heteroskedastisitas. Beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidak
heteroskedastisitas yaitu dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel
terikat (dependen) adalah ZPRED dengan residualnya SRESID.
Jika ada pola tertentu dalam grafik plot, seperti titik-titik yang ada
membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian
menyempit), maka dapat diindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika
terjadi pola yang tidak jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0
pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara lain yang bisa
digunakan untuk mendeteksi ada atau tidak heteroskedastisitas yaitu dengan
melakukan uji glejser, uji ini mengusulkan untuk meregres nilai absolut residual
terhadap variabel independen. Uji glejser memiliki persamaan regresi yaitu :
|Ut | = α + βXt + vt
Sehingga nilai residual harus diabsolutkan dengan menggunakan menu transform
dan compute dan pada penelitian ini persamaan regresi menjadi seperti berikut :
AbsUt = b0 + b1TAXPLAN + b2EPRESS + b3DEBT + b4EBATH + b5SIZE
+ b6STOCK
Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel
dependen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas, sedangkan apabila
71
variabel independen secara statistik menunjukkan hasil tidak signifikan (>0,05)
maka tidak ada indikasi terjadi heteroskedastisitas.
Gambar 4.3
Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan hasil diatas, diperoleh titik-titik data menyebar diatas dan
dibawah, atau disekitar angka 0. Titik-titik data tidak mengumpul hanya diatas
atau dibawah, namun penyebaran titik-titik data tidak membentuk pola
bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali. Penyebaran
titik-titik data tidak terjadi heteroskedastisitas.
72
Tabel 4.9
Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.B Std. Error Beta
(Constant) 1,377E8 2,777E9 ,050 ,961
TAXPLAN -13488567,925 15229236,957 -,175 -,886 ,383
EPRESS -5,532E8 1,500E9 -,075 -,369 ,715
DEBT 1,123E9 8,032E8 ,308 1,398 ,173
EBATH 1,153E8 2,534E8 ,102 ,455 ,652
SIZE 1912459,416 1,257E8 ,003 ,015 ,988
STOCK -77508077,799 2,464E8 -,064 -,315 ,755
a. Dependent Variable: ABSUT
Sumber : Lampiran 7 data diolah
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa dengan jelas menunjukkan
variabel independen tidak berpengaruh signifikan secara statistik terhadap
variabel dependen. Hal tersebut terlihat dari probabilitas signifikansinya diatas
tingkat kepercayaan yaitu 0,05 (5%). Jadi dapat disimpulkan bahwa model regresi
tidak mengandung adanya heteroskedastisitas.
4.2.4 Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linear berganda digunakan untuk menentukan apakah
hipotesis yang telah dirumuskan diterima atau ditolak dengan mendapatkan
koefisien regresi. Pengaruh variabel insentif pajak yaitu perencanaan pajak,
variabel insentif non pajak yaitu earnings pressure, tingkat hutang, earnings bath,
ukuran perusahaan, dan presentase saham yang disetor terhadap manajemen laba
yang diukur menggunakan discretionary accrual pada perusahaan yang terdaftar
73
dalam indeks LQ 45 tahun 2009 dan 2010 dapat diketahui dari analisis linear
berganda. Pengaruh dari variabel-variabel tersebut dilihat dari hasil analisis
regresi dengan menggunakan tingkat signifikan sebesar 5% atau 0,05.
Tabel 4.10
Analisis Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 4,494E9 4,506E9 ,997 ,327
TAXPLAN -27750495,356 24712011,902 -,141 -1,123 ,271 ,796 1,256
EPRESS -9,335E9 2,433E9 -,493 -3,836 ,001 ,760 1,315
DEBT -2,436E9 1,303E9 -,262 -1,869 ,072 ,637 1,570
EBATH -1,142E9 4,112E8 -,394 -2,778 ,009 ,623 1,606
SIZE -1,584E8 2,040E8 -,104 -,776 ,444 ,699 1,430
STOCK 1,643E8 3,998E8 ,053 ,411 ,684 ,741 1,349
a. Dependent Variable: DA
Sumber : Lampiran 8 data diolah
Dari tabel 4.8 diatas, hasil pengujian persamaan regresi yang telah
dilakukan diperoleh model persamaan regresi linear berganda sebagai berikut :
DAit = 4,494 – 3,35TAXPLAN – 9,335EPRESS – 2,436DER – 1,142ERANK –
1,584SIZE + 1,643STOCK + εit
Dimana :
DA = Discretionary accrual
TAXPLAN = Perencanaan pajak (Tax Plan)
EPRESS = Earning pressure
DEBT = Tingkat utang
74
ERANK = Tingkat ROE perusahaan
SIZE = Ukuran perusahaan
STOCK = Persentase saham disetor yang diperdagangkan di BEI
ε = Error Term
4.2.5 Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui hasil dari penelitian, apakah
hipotesis dapat diterima atau ditolak. Pengujian hipotesis pertama dengan
menggunakan uji One Sample T-Test, sedangkan untuk pengujian hipotesis 2
sampai dengan hipotesis 7 menggunakan regresi linear berganda.
4.2.5.1 One Sample T-Test
Pengujian hipotesis ini pada prinsipnya adalah untuk menguji apakah
terdapat manajemen laba yang dilakukan perusahaan-perusahaan yang terdaftar di
indeks LQ 45 tahun 2009 dan 2010 setelah diberlakukannya peraturan perpajakan
yang baru, yaitu UU No. 36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan (PPh).
Pengujian One Sample T-Test ini dilakukan dengan cara membandingkan nilai
discretionary accrual. Jika nilai signifikan <0,05, maka H0 ditolak dan H1
diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat praktek manajemen laba
yang dilakukan perusahaan. Sedangkan jika nilai signifikan >0,05, maka H0
diterima dan H1 ditolak, hal tersebut berarti tidak terdapat praktek manajemen
laba.
Apabila nilai DA (discretionary acrrual) negatif dan signifikan, hal
tersebut berarti bahwa perusahaan melakukan manajemen laba dengan cara
menurunkan laba. Jika nilai DA (discretionary acrrual) positif dan signifikan,
75
maka perusahaan melakukan manajemen laba dengan cara menaikkan laba. Untuk
melihat gambaran mengenai manajemen laba yang dikur dengan discretioanry
accrual pada perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ 45 tahun 2009 dan
2010, disajikan tabel berikut :
Tabel 4.11
Pengujian Nilai Discretionary Acrrual Tahun 2009
One-Sample Statistics
N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
DA09 18 -1,131840E9 1,6076276E9 3,7892146E8
One-Sample Test
Test Value = 0
t df Sig. (2-tailed)
Mean
Difference
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
DA09 -2,987 17 ,008 -1,1318399E9 -1,931294E9 -3,323855E8
Sumber : Lampiran 9 data diolah
Berdasarkan hasil diatas, nilai rata-rata DA (discretionary accrual) tahun
2009 adalah -1,13184. Hasil pengujian menunjukkan t adalah -2,987 dengan
signifikan lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,008. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pada tahun 2009 terdapat praktek manajemen laba dengan cara menurunkan laba.
76
Tabel 4.12
Pengujian Nilai Discretionary Accrual Tahun 2010
One-Sample Statistics
N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
DA10 18 -6,187175E8 1,3105998E9 3,0891134E8
One-Sample Test
Test Value = 0
t df Sig. (2-tailed) Mean Difference
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
DA
10
-2,003 17 ,061 -6,1871749E8 -1,270463E9 33028472,0334
60
Sumber : Lampiran 9 data diolah
Bedasarkan hasil pengujian diatas, nilai rata-rata DA (discretionary
accrual) pada tahun 2010, dimana dikenakan tarif 25% dan dikurangi 5% untuk
perusahan yang menyetor 40% sahamnya di Bursa Efek Indonesia adalah -
6,18717 yang berarti bahwa ada laporan laba yang cenderung dilaporkan lebih
kecil. Hasil pengujian menunjukkan bahwa t adalah -2,003 dengan signifikan
lebih besar dari 0,05 yaitu 0,061. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa, pada
tahun 2010 perusahaan tidak melakukan manajemen laba dengan cara
menurunkan laba.
77
4.2.5.2 Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Uji ini digunakan untuk menentukan pengaruh perencanaan pajak,
earnings pressure, tingkat hutang, earnings bath, ukuran perusahaan, dan
presentase saham yang disetor terhadap manajemen laba secara parsial pada
perusahaan yang teerdaftar dalam indeks LQ 45 tahun 2009 dan 2010. Pengujian
secara individual dilakukan dengan menggunakan tingkat signfikan 5% atau
sebesar 0,05. Jika nilai signifikan < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Jika
nilali signifikan > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Berdasarkan pada tabel 4.10 yang sudah dicantumkan diatas, dapat
diketahui hasil bahwa :
1. Pengaruh perencanaan pajak (TAXPLAN) terhadap manajemen laba (DA)
Berdasarkan dari hasil uji t, variabel perencanaan pajak (TAXPLAN)
menunjukkan t-hitung -1,123 dengan tingkat signifikan 0,271. Hasil pengujian
menunjukkan nilai signifikan TAXPLAN 0,271 > 0,05 dan nilai t-hitung sebesar
sebesar -1,123 sehingga dapat dibuktikan bahwa H2 ditolak, dengan arti bahwa
tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara perencanaan pajak terhadap
manajemen laba pada perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ 45 tahun 2009
sampai 2010.
78
2. Pengaruh earnings preesure (EPRESS) terhadap manajemen laba (DA)
Berdasarkan dari hasil uji t, variabel earnings pressure (EPRESS) menunjukkan
nilai t-hitung sebesar -3,386 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,001. Hasil
pengujiaan menunjukkan nilai signifikan EPRESS 0,001 < 0,05 dan nilai t-hitung
sebesar -3,386, sehingga dapat dibuktikan bahwa H3 diterima, dengan arti bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara earnings pressure terhadap manajemen
laba pada perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ 45 tahun 2009 sampai 2010.
3. Pengaruh tingkat hutang (DEBT) terhadap manajemen laba (DA)
Berdasarkan dari hasil uji t, variabel tingkat hutang (DEBT) menunjukkan nilai t-
hitung sebesar -1,869 dengan tingkat signifikan 0,072. Hasil pengujian
menunjukkan nilai signifikan sebesar 0,072 > 0,05 dan nilai t-hitung sebesar -
1,869 sehingga dapat dibuktikan bahwa H3 ditolak, dengan arti bahwa tidak
terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat hutang terhadap manajemen laba
pada perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ 45 tahun 2009-2010
4. Pengaruh earnings bath (EBATH) terhadap manajemen laba (DA)
Berdasarkan dari hasil uji t, variabel earnings bath (EBATH) menunjukkan nilai
t-hitung sebesar -2,278 dengan tingkat signifikan 0,009. Hasil pengujian
menunjukkan nilai signifikan sebesar 0,009 < 0,05 dan nilai t-hitung sebesar –
2,278 sehingga dapat dibuktikan bahwa H4 diterima, dengan arti bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara earnings bath terhadap manajemen laba pada
perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ 45 tahun 2009-2010.
5. Pengaruh ukuran perusahaan (SIZE) terhadap manajemen laba (DA)
79
Berdasarkan dari hasil uji t, variabel ukuran perusahaan (SIZE) menunjukkan nilai
t-hitung sebesar -0,776 dengan tingkat signifikan 0,444. Hasil pengujian
menunjukkan nilai signifikan sebesar 0,444 > 0,05 dan nilai t-hitung sebesar –
0,776 sehingga dapat dibuktikan bahwa H5 ditolak, dengan arti bahwa tidak
terdapat pengaruh yang signifikan antara ukuran perusahaan terhadap manajemen
laba pada perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ 45 tahun 2009-2010
6. Pengaruh presentase jumlah saham yang disetor terhadap manajemen laba
Berdasarkan dari hasil uji t, variabel presentase jumlah saham yang disetor
(STOCK) menunjukkan nilai t-hitung sebesar 0,411 dengan tingkat signifikan
0,684. Hasil pengujian menunjukkan nilai signifikan sebesar 0,411 > 0,05 dan
nilai t-hitung sebesar 0,684 sehingga dapat dibuktikan bahwa H6 ditolak, dengan
arti bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara presentase jumlah
saham yang disetor ke BEI terhadap manajemen laba pada perusahaan yang
terdaftar dalam indeks LQ 45 tahun 2009-2010.
4.2.6 Uji Kelayakan Model
4.2.6.1 Uji Koefesien Determinasi (R²)
Koefisien determinasi (R²) digunakan untuk mengukur seberapa jauh
model menerangkan variasi variabel dependen (Gozali, 2011). Nilai koefisien
determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat
terbatas. Untuk mengetahui hasil pengujian koefisien determinasi dapat dilihat
dari tabel berikut :
Tabel 4.13
80
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,798a ,636 ,561 9,7343606E8
a. Predictors: (Constant), STOCK, DEBT, EPRESS, TAXPLAN, SIZE, EBATH
Sumber : Lampiran 10 data diolah
Hasil analisis linear berganda tersebut dapat terlihat dari adjusted R-
square sebesar 0,636 yang menunjukkan bahwa manajemen laba sebagai variabel
dependen dipengaruhi oleh variabel independen yaitu perencanaan pajak, earnings
pressure, tingkat hutang, earnings bath, ukuran perusahaan, dan presentase
jumlah saham yang disetor sebesar 56,1%, sisanya yaitu 43,9% dipengaruhi
variabel lain yang belum diteliti dalam penelitian.
4.2.6.2 Uji Signifikan Simultan (Uji Statitik F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh
secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat (Ghozali, 2011). Uji
ini digunakan untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama (simultan)
variabel-variabel independen yaitu perencanaan pajak, earnings pressure, tingkat
hutang, earnings bath, ukuran perusahaan, dan presentase saham yang disetor
terhadap variabel dependen manajemen laba pada perusahaan yang terdaftar
dalam indeks LQ 45 tahun 2009 sampai 2010. Hasil analisis regresi berganda
simultan dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 4.14
81
Uji Statistik F
ANOVAb
Model
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 4,803E19 6 8,004E18 8,447 ,000a
Residual 2,748E19 29 9,476E17
Total 7,551E19 35
a. Predictors: (Constant), STOCK, DEBT, EPRESS, TAXPLAN, SIZE, EBATH
b. Dependent Variable: DA
Sumber : Lampiran 10 data diolah
Dari tabel 4.12 diatas dapat dilihat bahwa model persamaan ini memiliki
nilai F-hitung 8,447 dengan tingkat signifikan sebesar 0,000. Pada uji F tersebut
memiliki nilai kurang dari 0,005 yaitu 0,000, hal itu menunjukkan bahwa
manajemen laba dapat dijelaskan oleh seluruh variabel independen. Sehingga
dapat ditarik kesimpulan, variabel perencanaan pajak, earnings pressure, tingkat
hutang, earnings bath, ukuran perusahaan, dan presentase jumlah saham yang
disetor secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap manajemen laba
pada perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ 45 tahun 2009 dan 2010.
4.3 Pembahasan
Pada bagian ini akan dijelaskan tentang masing-masing hasil penelitian
untuk setiap hipotesis yang telah dilakukan pengujian. Dalam penelitian ini
tedapat satu hipotesis yang di uji menggunakan uji beda One Sample T-Test yaitu
H1, dan H2 sampai dengan H7 di uji menggunakan regresi berganda. Pembahasan
hasil penelitian untuk masing-masing hipotesis adalah sebagai berikut :
82
4.3.1 Hipotesis 1 (Uji Beda Manajemen Laba dalam Merespon
Perubahan Tarif Pajak)
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui respon penurunan tarif pajak
penghasilan terhadap manajemen laba dengan menggunakan uji sample t-test. Uji
sample t-test ini digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan tingkat
discretionary accrual pada tahun sebelum penurunan tarif pajak yaitu sebesar
25% yang diefektifkan pada tahun 2009 dan 25% pada tahun 2010 serta ditambah
pengurang 5% untuk perusahaan yang menyetorkan sahamnya ke bursa efek
minimal 40%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa H1 untuk tahun 2009 diterima,
sedangkan H1 untuk tahun 2010 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pada tahun 2009 perusahaan melakukan praktik manajemen laba sebagai respon
atas perubahan tarif pajak sedangkan pada tahun 2010 perusahaan tidak
melakukan manajemen laba sebagai respon terhadap perubahan tarif pajak. Pada
hasil diatas menunjukkan, perusahaan melakukan manajemen laba pada tahun
2009 ketika tarif pajak penghasilan sebesar 28% diefektifkan dengan cara
menurunkan laba. Hal tersebut berarti bahwa, perusahaan cenderung mengakui
pendapatan dan mempercepat beban biaya pada tahun 2009 karena terdapat
perubahan tarif pajak penghasilan badan yaitu sebesar 28% yang diefektifkan
pada tahun 2009. Hasil tersebut sesuai dengan teori agensi yang digunakan pada
penelitian ini, teori agensi menjelaskan adanya perbedaan kepentingan antara
pihak agent dan principal sehingga meyebabkan terjadinya asimetri informasi,
dimana agent memiliki banyak informasi internal mengenai kinerja perusahaan
83
dibandingkan pihak principal. Pihak agent akan melakukan berbagai cara untuk
memaksimalkan keadaan ekonomi perusahaan tanpa sepengetahuan dari pihak
principal. Penurunan tarif pajak tersebut dapat menjadi taxation motivation bagi
perusahaan untuk melakukan manajemen laba. Praktik manajemen laba dapat
dinilai menggunakan discretionary accrual karena discretionary accrual
merupakan pengakuan akrual yang bebas yang tidak diatur dengan peraturan
tertentu (sesuai dengan kebijakan masing-masing manajemen), akrual sendiri
merupakan jumlah penyesuaian akuntansi yang dibutuhkan untuk mengubah arus
kas operasi menjadi laba bersih. Sehingga dapat dikatakan bahwa, pihak agent
atau pengelola perusahaan (manajemen) melakukan manajemen laba untuk
mengatur arus kas (cash flow) agar perusahaan dapat menentukan laba dan
menghitung serta membayarkan pajaknya berdasarkan pada laba yang diperoleh.
Sedangkan pada tahun diefektifkan tarif pajak penghasilan sebesar 25%
pada tahun 2010, perusahaan tidak melakukan manajemen laba dengan cara
menurunkan laba (income decreasing). Hal ini dikarenakan adanya penurunan
tarif pajak yang setiap tahun semakin turun sehingga pajak yang harus dibayarkan
oleh perusahaan atas pendapatan yang diperoleh juga semakin rendah. Perubahan
tarif pajak progresif ke tarif pajak tunggal ditambah dengan pengurangan sebesar
5% untuk perusahaan go public yang menyetor dan memperdagangkan sahamnya
minimal 40% ke bursa efek sehingga hal tersebut tentu akan memberikan
keuntungan tersendiri bagi perusahaan karena semakin kecil pajak yang akan
mereka bayarkan. Pada hasil ini, teori agensi tidak terbukti karena perusahaan
84
tidak memanfaatkan keadaan dimana terjadi penurunan tarif pajak sehingga pihak
agent tidak terdorong untuk melakukan praktik manajemen laba
Berdasarkan peraturan PP No.45 Tahun 1995 Tentang Pelanggaran
Kegiatan di Bidang Pasar Modal pada pasal 61, dimana jika perusahaan
melakukan pelanggaran atas ketentuan perundang-undangan dibidang pasar modal
dapat dikenakan sanksi administratif (www.bapepam.go.id). Sehingga,
perusahaan wajib menyajikan dan melaporkan hasil kinerja keuangannya dengan
benar dan tanpa memanipulasi laba. Selain itu, perusahaan juga akan kehilangan
kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya apabila terbukti melakukan
manipulasi laba.
Hasil penelitian ini sesuai dengan Tyani Linda dan Didik Ardiyanto (2010)
yang menunjukkan bahwa ada laporan yang dilaporkan lebih rendah oleh
perusahaan dengan cara menurunkan laba. Namun, hasil penelitian ini
bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Abdul Slamet dan Provita
Wijayanti (2012) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nilai
discretionary accrual yang berarti penurunan tarif pajak tidak direspon oleh
perusahaan dengan melakukan manajemen laba.
4.3.2 Hipotesis 2 (Pengaruh Perencanaan Pajak Terhadap Manajemen
Laba)
Insentif pajak merupakan fasilitas perpajakan yang disediakan secara legal
oleh pemerintah kepada wajib pajak berupa penurunan tarif pajak tertentu untuk
memperkecil beban pajak yang harus dibayar (Widyawati, 2014). Insentif pajak
dapat digunakan sebagai penghematan pajak untuk melakukan manajemen laba.
85
Sehingga dapat dikatakan, penghematan pajak tersebut memungkinkan bagi
manajemen untuk melakukan manajemen laba (Subagyo dan Oktavia, 2010).
Berdasarkan hasil penelitian diatas, perencanaan pajak (taxplan) tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan sampel.
Hasil ini dapat disebabkan oleh rentang waktu penurunan tarif pajak efektif tahun
2009 dan tahun 2010 yang tidak terlalu lama sehingga perusahaan belum terlalu
siap untuk melakukan perencanaan pajak guna mendapatkan penghematan pajak.
Selain itu bisa juga disebabkan karena perusahaan mempertimbangkan
konsekuensi yang akan diterima apabila mereka melakukan perencanaan pajak
untuk memperoleh penghematan pajak sebagai praktek manajemen laba.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian Norma Saraswati (2012), tidak
terdapat pengaruh perencanaan pajak (tax plan) terhadap manajemen laba. Namun
penelitian ini bertentangan dengan penelitian Maxon Wijaya (2011) dan Dwi
Martini dan Subagyo dan Oktavia (2010). Penelitian mereka menunjukkan hasil
bahwa perencanaan pajak berpengaruh terhadap manajemen laba.
4.3.3 Hipotesis 3 (Pengaruh Earnings Pressure Terhadap Manajemen Laba)
Perusahaan yang memiliki laba lebih dari target atau sama dengan tahun
sebelumnya maka nilai perusahaan juga akan meningkat, sehingga penurunan tarif
pajak digunakan sebagai alat untuk meminimalkan beban pajak yang harus
dibayar ke pemerintah dengan cara mengurangi/ menekan laba. Perusahaan
cenderung melakukan penurunan akrual yang bersifat menurunkan laba untuk
86
melakukan perataan laba jika laba yang diperoleh telah melebihi target yang
ditetapkan (Maxon Wijaya dan Dwi Martini, 2011).
Pada hasil penelitian diatas, variabel earnings pressure berpengaruh secara
negatif dan signifikan terhadap manajemen laba. Hal tersebut berarti bahwa
perusahaan menggunakan negatif accrual untuk mengurangi/ menekan laba
(earnings pressure) jika laba ditahun berjalan telah melebihi target untuk
mengurangi beban pajak yang wajib mereka bayarkan kepada pemerintah.
Sedangkan apabila laba perusahaan tidak melebihi target maka perusahaan
cenderung akan melakukan income smoothing yaitu menggeserkan laba tahun
mendatang ke tahun berjalan dimana laba tidak melebihi target. Hasil tersebut
diatas sesuai dengan teori agensi yang digunakan pada penelitian. Pada teori
agensi, antara pihak agent dan principal diasumsikan seperti individu yang
semata-mata hanya termotivasi untuk kepentingan dirinya sendiri sehingga
menimbulkan perbedaan kepentingan dimana setiap individu tersebut akan
melakukan berbagai cara untuk memenuhi kepentingannya. Banyak cara yang
bisa dilakukan oleh pihak agent maupun principal, namun dalam hal ini kedua
pihak memiliki batas informasi yang berbeda-beda, pihak agent adalah pihak yang
memiliki lebih banyak informasi tentang kinerja internal perusahaan serta
bagaimana pertumbuhan perusahaan, namun sebaliknya principal tidak memiliki
informasi kinerja yang cukup terhadap bagaimana hasil kerja agent sehingga
menyebabkan ketidakseimbangan informasi. Oleh sebab itu, pihak agent memiliki
banyak kemungkinan untuk melakukan praktik manajemen laba salah satunya
87
dengan cara melakukan penekanan laba (earnings pressure) sebagai respon atas
penurunan tarif pajak penghasilan badan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Maxon
dan Martini (2011) serta Slamet dan Provita (2012) yang menunjukkan bahwa
earnings pressure berpengaruh terhadap manajemen laba. Namun, penelitian ini
bertentangan dengan hasil dari Oktavia (2012) yang menunjukkan bahwa
earnings pressure tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
4.3.4 Hipotesis 4 (Pengaruh Tingkat Hutang Terhadap Manajemen Laba)
Pada hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa tingkat hutang tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba. Guenther (1994) dan Watts dan
Zimmermen (1986) dalam Maxon dan Martini (2011) menyatakan bahwa
perusahaan mendapatkan keuntungan dalam bentuk pengurangan pajak yang
berhubungan dengan pembayaran bunga atas hutang. Bunga hutang yang tinggi
akan mengurangi beban pajak perusahaan sehingga hal itu akan menjadi faktor
perusahaan untuk meningkatkan hutangnya.
Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat hutang tidak berpengaruh
terhadap manajemen, hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat hutang
yang dimiliki oleh perusahaan maka semakin tinggi pula bunga hutang yang harus
dibayarkan. Hutang merupakan tax shield atau pengurang pajak karena
perusahaan memiliki kewajiban untuk membayar bunga kepada pihak yang
memberikan hutang (kreditur). Sehingga, perusahaan tidak perlu melakukan
manajemen laba dengan cara menurunkan laba ditahun penurunan tarif pajak agar
88
pajak yang dbayar ke pemerintah menjadi semakin rendah, karena hutang dan
beban bunga yang harus mereka bayarkan ke pihak yang memberikan hutang akan
menjadi pengurang pajak bagi perusahaan.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Slamet dan
Provita (2012) dan Gede Roikhatul (2014) bahwa tingkat hutang tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba karena perusahaan akan memperoleh
pengurangan pajak apabila perusahaan memiliki tingkat hutang yang tinggi.
Namun, penelitian ini bertolak belakang dengan Okatvia (2012) dan Tyani Linda
dan Ardiyanto (2012) yang menunjukkan hasil bahwa tingkat hutang berpengaruh
terhadap manajemen laba.
4.3.5 Hipotesis 5 (Pengaruh Earnings Bath Terhadap Manajemen Laba)
Hasil penelitian variabel earnings bath berpengaruh terhadap manajemen
laba. Earnings bath adalah tindakan yang dilakukan manajer untuk memperkecil
total akrual agar mendapat kompensasi di masa mendatang ketika laba perusahaan
kecil (Yin dan Cheng, 2004) dalam Maxson dan Martini (2011). Menurut Chaney
(1995) dalam Subagyo dan Oktavia (2010) menyatakan bahwa apabila laba yang
diperoleh oleh perusahaan rendah (dibawah target), maka manajer cenderung
melakukan “big bath”. Earnings bath dilakukan dengan menggeser laba periode
yang memiliki laba tinggi ke periode yang labanya rendah. Apabila pada periode
berjalan memiliki laba yang lebih rendah maka perusahaan cenderung menggeser
laba periode mendatang ke periode berjalan untuk meningkatkan lab periode
berjalan yang lebih rendah.
89
Penelitian ini menunjukkan bahwa earnings bath berpengaruh terhadap
manajemen laba. Pengaruh earnings bath terhadap manajemen laba tersebut
dikarenakan tidak adanya keuntungan atas suatu keadaan tertentu serta perusahaan
tidak dapat menghindarinya, pola ini biasa disebut dengan talking bath. Sehingga
apabila perusahaan tidak memperoleh laba seperti yang yang telah ditargetkan
maka perusahaan akan melakukan manajemen laba dengan cara mengakui dan
membebankan biaya-biaya yang akan datang dan mengakui kerugian berjalan
sehingga dapat menaikkan laba periode berjalan (Riiyanti dan Syafrudin, 2012)
dalam Gede Roikhatul (2014).
Manajamen laba merupakan tindakan dimana pihak manajer (agent)
memberikan informasi-informasi tertentu yang tidak sesuai dengan keadaan
sebenarnya. Salah satu cara yang bisa dilakukan oleh manajer untuk memanipulasi
informasi keuangannya yaitu dengan earnings bath. Hal tersebut sesuai dengan
konsep teori agensi yaitu setiap individu pasti memiliki kepentingannya masing-
masing, dan pada hal ini manajer merupakan pihak yang lebih banyak memiliki
informasi tentang perusahaan sehingga manajer (agent) akan melakukan berbagai
cara untuk memenuhi kepentingannya.
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan
oleh Subagyo dan Oktavia (2010), Maxson dan Martini (2011), serta Slamet dan
Provita (2012) yang menunjukkan bahwa earnings bath tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba.
90
4.3.6 Hipotesis 6 (Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen
Laba)
Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini menunjukkan ukuran perusahaan
yang diproksikan dengan logaritma total asset tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap manajemen laba. Semakin besar perusahaan maka semakin besar pula
asset yang dimiliki sehingga modal yang ditanamkan pada perusahaan juga
semakin besar (Ristiyanti dan Syafruddin, 2012) dalam Gede Roikhatul (2014).
Sehingga perusahaan yang besar dan telah memiliki kepercayaan dari masyarakat
dan investor akan meyampaikan kinerja keuangannya secara benar dan tidak
memanipulasi laba.
Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba. Berarti bahwa perusahaan tidak perlu
melakukan manajemen laba untuk menarik minat investor karena semakin besar
perusahaan maka semakin besar pula asetnya sehingga investor akan tertarik
untuk menanamkan modalnya kepada perusahaan besar.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Subagyo dan
Oktavia (2010), Maxson dan Martini (2011), dan Tyani Linda dan Ardiyanto
(2012) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba. Namun hasil penelitian ini, bertentangan dengan Desmiyanti,
dkk (2009) yang menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap
manajemen laba.
91
4.3.7 Hipotesis 7 (Pengaruh Presentase Jumlah Saham yang Disetor
Terhadap Manajemen Laba)
Hasil penelitian dari variable presentase jumlah saham yang disetor ke
bursa efek menunjukkan bahwa presentase jumlah saham yang disetor tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan sampel. Dalam UU No.
36 Tahun 2008, terdapat penurunan tarif pajak efektif yaitu 28% di tahun 2009
dan 25% ditahun 2010, dan tarif pajak masih bisa berkurang 5% untuk perusahaan
go public yang menyetor dan memperdagangkan sahamnya ke bursa efek.
Penelitian ini menunjukkan bahwa presentase saham yang disetor tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
perusahaan tidak melakukan manajemen laba karena pengaruh dari peraturan
pengurangan 5% untuk perusahaan yang menyetor dan memperdagangkan
sahamnya ke BEI. Bagi perusahaan go public, tanpa perlu mereka melakukan
manajemen laba perusahaan telah mendapat keuntungan dari peraturan tersebut
sehingga beban pajak yang mereka bayarkan otomatis akan berkurang dengan
saham yang dimiliki oleh masyarakat sebesar 40%. Hal itu tentu saja dapat
menekan praktik manajemen laba. Hasil penelitian sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Subagyo dan Oktavia (2010) dan Norma Saraswati (2012)
menunjukkan bahwa presentase jumlah saham yang disetor tidak mempengaruhi
manajemen laba. Namun penelitian ini, bertentangan dengan hasil penelitian
Slamet dan Provita (2012) dan Tyani Linda, Ardiyanto (2012) yang menyatakan
bahwa presentase jumlah saham yang disetor tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba.
92
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Sebagai bagian akhir dari penelitian ini, maka dalam bab V ini akan
disampaikan kesimpulan, keterbatasan penelitian, serta saran mengenai penelitian
ini. Kesimpulan, keterbatasan, serta saran yang dituliskan pada bab ini
berdasarkan pada hasil penelitian, khususnya dari hasil pengujian hipotesis.
Adapun kesimpulan, keterbatasan penelitian, serta saran tersebut adalah sebagai
berikut :
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengujian regresi linear berganda yang telah dilakukan, dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada tahun 2009 terbukti bahwa terdapat praktik manajemen laba atas respon
penurunan tarif pajak penghasilan badan. Sedangkan pada tahun 2010 tidak
terbukti terdapat praktik manajemen laba sebagai respon adanya penurunan
tarif pajak penghasilan badan. Hal tersebut berarti bahwa tidak setiap tahun
dimana terdapat penurunan tarif pajak penghasilan badan direspon oleh
perusahaan untuk melakukan praktik manajemen laba.
2. Insentif pajak (tax plan) tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Semakin baik perencanaan pajak yang dilakukan perusahaan tidak
membuktikan bahwa perusahaan memanfaatkan perencanaan pajak tersebut
untuk melakukan praktik manajemen laba.
93
3. Earnings pressure berpengaruh terhadap manajemen laba. Semakin besar
laba yang diperoleh perusahaan, maka semakin besar kemungkinan
perusahaan melakukan praktik manajemen laba dengan cara menekan laba
tahun berjalan ke tahun yang labanya dibawah target.
4. Tingkat utang (debt) tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Tinggi
rendahnya tingkat utang yang dimiliki oleh perusahaan tidak mempengaruhi
perusahaan untuk melakukan praktik manajemen laba
5. Earnings bath berpengaruh terhadap manajemen laba. Semakin rendah laba
(rugi) yang diperoleh oleh perusahaan maka semakin besar kemungkinan
perusahaan melakukan praktik manajemen laba dengan cara menggeser laba
tahun berjalan ke tahun dimana laba perusahaan tidak mencapai target.
6. Ukuran perusahaan (size) tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Besar
kecilnya ukuran perusahaan tidak mempengaruhi perusahaan untuk
melakukan praktik manajemen laba.
7. Jumlah saham yang disetor ke BEI (stock) tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba. Perusahaan yang menyetorkan lebih dari 40% atau kurang
dari 40% sahamnya ke BEI tidak menentukan apakah perusahaan tersebut
melakukan manajemen laba sehubungan dengan adanya peraturan pajak
penghasilan badan yang memberikan tambahan pengurangan sebesar 5%
untuk perusahaan yang menyetor dan memperdagangkan minimal 40%
sahamnya ke BEI.
94
5.2 Keterbatasan
Adapun keterbatasan pada penelitian ini adalah :
1. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini sama dengan
variabel independen pada penelitian terdahulu.
2. Sampel data yang digunakan pada penelitian ini terlalu sedikit, karena
menggunakan LQ 45 dan dikurangi dengan berbagai kriteria sehingga hasil
akhir sampel hanya 21 perusahaan per tahun
3. Jangka waktu yang digunakan dalam penelitian ini terlalu singkat, yaitu 2009
dan 2010 (2 tahun)
5.3 Implikasi
Berdasarkan pada hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini,
diharapkan dapat bermanfaat untuk banyak pihak. Dari penelitian ini diharpkan
bisa menjadi acuan bagi :
1. Calon Investor dan Investor
Penelitian ini akan memberikan pengetahuan kepada calon investor maupun
investor agar lebih selektif dalam memilih perusahaan yang akan dijadikan
tempat untuk berinvestasi. Salah satu pertimbangan yang bisa diambil dari
hasil penelitian ini yaitu bahwa investor bisa melihat perusahaan-perusahaan
yang mengambil manfaat atas penurunan tarif pajak penghasilan dengan
melakukan manajemen laba, dimana perusahaan dapat menaikkan atau
menurunkan laba untuk mendapatkan keuntungan dari kondisi-kondisi
tertentu.
95
2. Pemegang Saham
Pemegang saham merupakan pihak penting dalam perusahaan, dengan adanya
penelitian ini maka pemegang saham dapat lebih mengantisipasi terjadinya
manajemen laba. Adanya kondisi dimana terjadi penurunan tarif pajak akan
memperbesar kemungkinan manajemen mengambil manfaat dengan
melakukan manajemen laba karena manajemen adalah pihak yang memiliki
informasi kinerja perusahaan lebih detail dari pada pemegang saham.
3. Akademisi
Penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi pihak akademisi untuk
melakukan penelitian yang sejenis dan bisa lebih mengembangkan lagi
penelitian yang akan digunakan.
5.4 Saran
Saran yang diajukan untuk penelitian selanjutnya yaitu :
1. Selain variabel-variabel yang sama seperti yang digunakan peneliti terdahulu,
peneliti selanjutnya dapat menambahkan variabel independen lain yang
mempengaruhi manajemen laba untuk memperkuat hasil penelitiannya.
2. Apabila peneliti selanjutnya ingin menggunakan LQ 45 sebagai sampel data,
dapat ditambahkan tahun yang lebih panjang sehingga sampel data yang akan
diteliti menjadi semakin banyak.
3. Apabila peneliti selanjutnya ingin menggunakan LQ 45 sebagai sampel data,
agar penelitiannya lebih menarik dan memiliki hasil yang berbeda dengan
penelitian terdahulu, maka peneliti dapat membuat dua penelitian yang
berbeda karena pada LQ 45 terdiri dari berbagai macam sektor perusahaan,
96
dua penelitian tersebut yaitu penelitian untuk perusahaan yang bergerak pada
sektor perbankan dan penelitian untuk perusahaan yang bergerak pada sektor
non perbankan sehingga hasil penelitian akan lebih variatif.
97
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, Ferry dan Anna Purwaningsih (2011), “Pengaruh Perencanaan Pajak Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Non Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”, Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Badan Pengawas Pasar Modal. www.bapepam.go.id
Belkoui, Ahmed Riahi (2007), “Accounting Theory”, Cambridge: The University Press
Brigham, Eugene dan Joel F Houston, 2001. Manajemen Keuangan II Jakarta:Salemba Empat
Dechow, P.M., R.G. Sloan, and A.P. Sweeney (Spring 1996), “Causes and Consequences of Earnings Manipulation: Analysis of Firms The SEC”, Contemporary Accounting Research, page 1-36.
Eisenhardt, Kathleen M. (1989), “Agency Theory : An Assesment and Review”, Stanford University, Academy of Managemen Review, Vol 14 No. 1, (57-74).
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Guenther, David. “Earnings Management in Response to Corporate Tax Rate Change : Evidence from the 1986 Tax Reform Act”, The Accounting Review, 1994 (230-243).
Healy, Paul M., James M. Wahlen, “A Review of The Earnings Managements Literature and Its Implications for Standard Setting”, American Accounting Associati Accounting Horizon, Vol. 13 No 4, page 365-383, Desember 1999
Indonesian Stock Exchange. www.idx.co.id
Jones, J. J. (1991). Earnings management during import relief investigations. Journal of Accounting Research, 29(2) 193-228.
Kasmir. “Manajemen Perbankan”, Edisi pertama. Cetakan PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Linda Ardilla, Tyani dan Didik Ardiyanto (2012), “Perubahan Tarif Pajak Penghasilan Badan 2008 Dan Pengaruh Insentif Pajak-Non Pajak Terhadap Manajemen Laba”, Universitas Diponegoro.
98
Oktavia (2012), “Dampak Perubahan Tarif Pajak Penghasilan Badan Terhadap Perilaku Manajemen Laba”, Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Krida Wacana.
PMK-238/PMK-03/2008 “Tentang Penurunan Tarif Pajak Penghasilan”.
PP No.45 Tahun 1995 “Tentang Pelanggaran Kegiatan di Bidang Pasar Modal” pada Pasal 61
Satwika, Anisa dan Theresia Woro Damayanti (2005), “Deteksi Manjemen Laba Melalui Beban Pajak Tangguhan”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. XI.
Scholes, M.S., G.P. Wilson and M.A. Wolfson. “Firms’ Responses to Anticipated Reduction in Tax Rates: The Tax Reform Act of 1986. Journal of Accounting Research. 1992: 161-185.
Scoot, Willieam R., (2003), “Financial Accounting Theory”, Third Edition, Pretince-Hall, Toronto, Canada.
Slamet, Abdul dan Provita Wijayanti (2012), “Respon Perubahan Tarif Pajak Penghasilan, Insentif Dan Non-Insentif Pajak Terhadap Manajemen Laba”, Conference In Business, Accounting and Management (CBAM), Vol. 1 No. 1, December 2012, Page 1 – 14
Subagyo, Oktavia (2010), “Manajemen Laba Sebagai Respon Atas Perubahan Tarif PajakPenghasilan Badan Di Indonesia”, Simposium Nasional Akuntasi XIII Purwokerto, Juli 2010.
Sumomba, Christina Ranty, YB. Sigit Hutomo (2012), “Pengaruh Beban Pajak Tangguhan Dan Perencanaan Pajak Terhadap Manajemen Laba”, KINERJA, Volume 16, No.2, (103-115), Tahun 2012.
Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Tarif Pajak Penghasilan
Wahyu Ristiyanti, Anik dan Muchamad Syafruddin (2012), “Manajemen Laba Sebagai Respon Perubahan Tarif Pajak Penghasilan Badan Pada Perusahaan ManufakturYang Terdaftar Di Bei”, Diponegoro Journal Of Accounting, Volume 1, No.2, Halaman 1-15, Tahun 2012.
Watts, Ross L., dan Jerold L. Zimmerman (1990), “Possitive Accounting Theory : A Ten Year Prespective”. The Accounting Review, January, Page 131-156
Widyawanti (2014), “Analisis Pengaruh Perubahan Tarif Pajak Penghasilan Sesuai Uu No. 36 Tahun 2008 Terhadap Praktik Earnings Management Sebagai Motivasi Penghematan Pph Badan”, Fakultas Ekonomika Dan Bisnis UniversitasDiponegoro, Maret 2014.
99
Wijaya, Maxon dan Dwi Martini (2011), “Praktik Manajemen Laba Perusahaan Dalam Menanggapi Penurunan Tarif Pajak Sesuai UU No. 36 Tahun 2008”, Simposium Nasional Akuntansi XIV Aceh, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Juli 2011.
Wook Choi, Won and Hyun-Ah Lee (2013), “Management Of Accrual Components In Response To Corporate Income Tax Rate Changes: Evidence From Korea”, The Journal of Applied Business Research, Volume 29, Number 5, September/October.
Yen, Jennifer, and Agnes Cheng (2004), “Earnings Management of Profit Firms and Loss Firm in Response to Tax Rate Redductions”, Review of Accounting and Finance, Volume 3, Page 67-92
Yuliani (2013), “Pengaruh Penurunan Tarif Pajak Penghasilan Badan Menurut Uu No. 36 Tahun 2008, Insentif Pajak Dan Nonpajak Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Di Indonesia”, Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas Diponegoro, April 2013.
100
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Sampel Data Perusahaan dalam Daftar LQ 45 (2009 dan 2010)
TAHUN 2009
Januari – Juli Agustus – Desember
No. Kode Keterangan No. Kode Keterangan
1 ADRO Adaro Energy Tbk 1 AALI Astra Agro Lestari Tbk
2 AKRA AKR Corporindo 2 ADRO Adaro Energy Tbk
3 ANTMAneka Tambang (Persero) Tbk 3 ANTM
Aneka Tambang (Persero) Tbk
4 AALI Astra Agro Lestari Tbk 4 ASII Astra International Tbk
5 ASII Astra International Tbk 5 BBCA Bank Central Asia Tbk
6 UNSPBakrie Sumatra Plantation Tbk 6 BBNI Bank Negara Indonesia
7 BBCA Bank Central Asia Tbk 7 BBRIBank Rakyat Indonesia Tbk
8 BNGA Bank Niaga Tbk 8 BDMN Bank Danamon Tbk
9 BDMN Bank Danamon Tbk 9 BISI Bisi International
10 BNIIBank International Indonesia Tbk 10 BLTA Berlian Laju Tanker Tbk
11 BMRIBank Mandiri (Persero) Tbk 11 BMRI
Bank Mandiri (Persero) Tbk
12 BBNI Bank Negara Indonesia 12 BNBR Bakrie & Brothers Tbk
13 PNBN Bank Pan Indonesia 13 BRPT Barito Pasific Tbk
14 BBRIBank Rakyat Indonesia Tbk 14 BTEL Bakrie Telecom Tbk
15 BRPT Barito Pasific Tbk 15 BUMI Bumi Resources Tbk
16 BYAN Bayan Resource Tbk 16 DEWA Darma Henwa
17 BLTA Berlian Laju Tanker Tbk 17 ELSA Elnusa Tbk
18 BISI Bisi International Tbk 18 ELTYBakrieland Development Tbk
19 CPINCharoen Pokhpand Indonesia 19 ENRG Energi Mega Persada Tbk
20 CTRA Ciputra Development Tbk 20 GGRM Gudang Garam Tbk
21 ELSA Elnusa Tbk 21 INCOInternational Nickel Indonesia Tbk*
22 SMCB Holcim Indonesia Tbk* 22 INDFIndofood Sukses Makmur Tbk*
23 INKPIndah Kiat Pulp & Paper Tbk* 23 INDY Indika Energy Tbk
101
24 INDY Indika Energy Tbk 24 INKPIndah Kiat Pulp & Paper Tbk*
25 ITMG Indo Tambangraya Megah 25 INTPIndocement Tunggal Prakasa Tbk
26 INTPIndocement Tunggal Prakasa Tbk 26 ISAT Indosat Tbk*
27 INDFIndofood Sukses Makmur Tbk* 27 ITMG Indo Tambangraya Megah
28 ISAT Indosat Tbk* 28 JSMR Jasa Marga Tbk
29 INCOInternational Nickel Indonesia Tbk* 29 KLBF Kalbe Farma Tbk
30 JSMR Jasa Marga Tbk 30 LPKR Lippo Karawaci
31 KLBF Kalbe Farma Tbk 31 LSIP PP London Sumatera
32 LPKR Lippo Karawaci 32 MEDCMedco Energi International Tbk*
33 MEDCMedco Energi International Tbk* 33 MIRA Mitra Rajasa
34 MIRA Mitra Rajasa 34 PGASPerusahaan Gas Negara (Persero) Tbk*
35 PGASPerusahaan Gas Negara (Persero) Tbk* 35 PNBN Bank Pan Indonesia
36 LSIP PP London Sumatera 36 PTBATambang Batubara Bukit Asam Tbk*
37 SGRO Sampoerna Agro 37 SGRO Sampoerna Agro
38 SMGR Semen Gresik 38 SMCB Holcim Indonesia Tbk*
39 PTBATambang Batu Bara Bukit Asam Tbk 39 SMGR Semen Gresik
40 TLKMTelekomunikasi Indonesia Tbk* 40 TINS Timah Tbk
41 TINS Timah Tbk 41 TLKMTelekomunikasi Indonesia Tbk*
42 TBLA Tunas Baru Lampung Tbk 42 TRUBTruba Alam Manunggal Engineering
43 UNVR Unilever Indonesia Tbk 43 UNSPBakrie Sumatera Plantation Tbk*
44 UNTR United Tractors Tbk* 44 UNTR United Tractors Tbk*
45 WIKAWijaya Karya (Persero) Tbk 45 UNVR Unilever Indonesia Tbk
102
TAHUN 2010
Februari – Juli Agustus – Desember
No. Kode Keterangan No. Kode Keterangan
1 AALI Astra Agro Lestari Tbk 1 AALI Astra Agro Lestari Tbk
2 ADRO Adaro Energy Tbk 2 ADRO Adaro Energy Tbk
3 ANTMAneka Tambang(Persero) Tbk* 3 ANTM
Aneka Tambang(Persero) Tbk
4 ASII Astra International Tbk* 4 ASII Astra International Tbk
5 BBCA Bank Central Asia Tbk 5 ASRI Alam Sutra Realty Tbk
6 BBNI Bank Negara Indonesia 6 BBCA Bank Central Asia Tbk
7 BBRI Bank Rakyat Indonesia Tbk 7 BBNI Bank Negara Indonesia
8 BDMN Bank Danamon Tbk 8 BBRI Bank Rakyat Indonesia Tbk
9 BISI Bisi International 9 BBTNBank Tabungan Negara (Persero) Tbk
10 BLTA Berlian Laju Tanker Tbk 10 BDMN Bank Danamon Tbk
11 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk 11 BIPIBenakat Petroleum Energy Tbk
12 BNBR Bakrie & Brothers Tbk 12 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk
13 BRPT Barito Pasific Tbk 13 BMTR Global Mediacom Tbk
14 BTEL Bakrie Telecom Tbk 14 BNBR Bakrie & Brothers Tbk
15 BUMI Bumi Resources Tbk 15 BRPT Barito Pasific Tbk
16 DEWA Darma Henwa 16 BSDE Bumi Serpong Damai Tbk
17 ELSA Elnusa Tbk 17 BTEL Bakrie Telecom Tbk
18 ELTY Bakrieland Development Tbk 18 BUMI Bumi Resources Tbk
19 ENRG Energi Mega Persada Tbk 19 DEWA Darma Henwa
20 GGRM Gudang Garam Tbk 20 DOID Delta Dunia Makmur Tbk
21 HEXA Hexindo Adiperkasa Tbk 21 ELSA Elnusa Tbk
22 INCO
International Nickel Indonesia Tbk
22 ELTYBakrieland Development Tbk
23 INDFIndofood Sukses Makmur Tbk 23 ENRG Energi Mega Persada Tbk
24 INDY Indika Energy Tbk 24 GGRM Gudang Garam Tbk
25 INKPIndah Kiat Pulp & Paper Tbk
25 INCO
International Nickel Indonesia Tbk
26 INTPIndocement Tunggal Prakasa Tbk 26 INDF
Indofood Sukses Makmur Tbk
27 ISAT Indosat Tbk 27 INDY Indika Energy Tbk
28 ITMGIndo Tambangraya Megah
28 INTPIndocement Tunggal Prakasa Tbk
29 JSMR Jasa Marga Tbk 29 ISAT Indosat Tbk
30 KLBF Kalbe Farma Tbk 30 ITMGIndo Tambangraya Megah
103
31 LPKR Lippo Karawaci 31 JSMR Jasa Marga Tbk
32 LSIP PP London Sumatera 32 KLBF Kalbe Farma Tbk
33 MEDCMedco Energi International Tbk 33 LPKR Lippo Karawaci
34 MIRA Mitra Rajasa 34 LSIP PP London Sumatera
35 PGASPerusahaan Gas Negara (Persero) Tbk 35 MEDC
Medco Energi International Tbk
36 PTBA
Tambang Batubara Bukit Asam Tbk
36 PGASPerusahaan Gas Negara (Persero) Tbk
37 SGRO Sampoerna Agro 37 PTBATambang Batubara Bukit Asam Tbk
38 SMCB Holcim Indonesia Tbk 38 SMCB Holcim Indonesia Tbk
39 SMGR Semen Gresik 39 SMGR Semen Gresik
40 TINS Timah Tbk 40 TINS Timah Tbk
41 TLKMTelekomunikasi Indonesia Tbk 41 TLKM
Telekomunikasi Indonesia Tbk
42 TRUBTruba Alam Manunggal Engineering 42 TRUB
Truba Alam Manunggal Engineering
43 UNSPBakrie Sumatera Plantation Tbk 43 UNSP
Bakrie Sumatera Plantation Tbk
44 UNTR United Tractors Tbk 44 UNTR United Tractors Tbk
45 UNVR Unilever Indonesia Tbk 45 UNVR Unilever Indonesia Tbk
LAMPIRAN 2
104
Daftar Perusahaan Setelah dilakukan Purposive Sampling
Tabel 4.1
Sampel Penelitian
No. Kode Perusahaan Nama Perusahaan
1 ADRO Adaro Energy Tbk
2 ANTM Aneka Tambang Tbk
3 ALII Astra Argo Lestari Tbk
4 ASII Astra Internasional Tbk
5 BRPT Barito Pasific Tbk
6 ELSA Elnusa Tbk
7 INDY Indika Energy Tbk
8 INTP Indocement Tunggal Perkasa Tbk
9 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
10 ISAT Indosat Tbk
11 JSMR Jasa Marga Tbk
12 KLBF Kalbe Farma Tbk
13 LPKR Lippo Karawaci
14 PGAS Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk
15 LSIP PP London Sumatera
16 SMGR Semen Gresik Tbk
17 SMCB Semen Holcim Tbk
18 TLKM Telekomunikasi Indonesia Tbk
19 TINS Timah Tbk
20 UNVR Unilever Indonesia Tbk
21 UNTR United Tractors Tbk
LAMPIRAN 3
105
Statistik Deskriptif
Tabel 4.3
Hasil Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DA 42 -8,8455E9 4,3661E9 -1,049917E9 2,5620082E9
TAXPLAN 42 -30,4513 19,5946 -,141010 6,8942912
EPRESS 42 -,1778 ,2710 ,024776 ,0827652
DEBT 42 ,1463 ,6677 ,407440 ,1607971
EBATH 42 0 1 ,55 ,504
SIZE 42 22,0258 25,4494 23,537326 ,9196580
STOCK 42 0 1 ,36 ,485
Valid N (listwise) 42
106
LAMPIRAN 4
Uji Normalitas
Data Sebelum Terdistribusi Normal
Gambar 4.1Hasil Uji Normalitas Sebelum Mengeluarkan Outlier
107
Gambar 4.2Hasil Uji Normalitas Sebelum Mengeluarkan Outlier
Hasil Skewness dan Kurtosis (sebelum mengeluarkan outlier)
Tabel 4.4Hasil Skewness dan Kurtosis Sebelum Mengeluarkan Outlier
Descriptive Statistics
N
Std.
Deviation Skewness Kurtosis
Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic Std. Error
Unstandardized
Residual
42 2,1775536
6E9
-,236 ,365 2,112 ,717
Valid N (listwise) 42
108
Outlier
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Unstandardized Residual 42 100,0% 0 ,0% 42 100,0%
Descriptives
Statistic Std. Error
Unstandardize
d Residual
Mean -,0000014 3,36003825E8
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound -6,7857349E8
Upper Bound 6,7857349E8
5% Trimmed Mean 38052921,6519235
Median -2,4253375E8
Variance 4,742E18
Std. Deviation 2,17755366E9
Minimum -6,21804E9
Maximum 5,26835E9
Range 1,14864E10
Interquartile Range 1,85700E9
Skewness -,236 ,365
Kurtosis 2,112 ,717
109
Extreme Values
Case Number Value
Unstandardized Residual Highest 1 37 5,26835E9
2 5 4,72218E9
3 9 4,24064E9
4 26 2,65759E9
5 39 2,06730E9
Lowest 1 42 -6,21804E9
2 1 -5,23306E9
3 29 -4,01895E9
4 14 -2,49200E9
5 17 -1,64257E9
110
Tabel 4.5Perusahan yang Diindikasi Sebagai Outlier
No. Kode Perusahaan Nama Perusahaan Tahun
1 UNTR United Tractor Tbk 2010
2 SMGR Semen Gresik Tbk 2010
3 INTP Indocement Tunggal Perkasa Tbk 2010
4 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 2009
5 BRPT Barito Pasific Tbk 2009
6 ADRO Adaro Energy Tbk 2009
111
Uji Normalitas (data terdistribusi normal)
Gambar 4.3Hasil Normalitas Setelah Mengelurkan Outlier
112
Gambar 4.4Hasil Normalitas Setelah Mengelurkan Outlier
Skewness dan Kurtosis (setelah mengeluarkan outlier)
Tabel 4.6Hasil Skewness dan Kurtosis Setelah Mengeluarkan Outlier
Descriptive Statistics
N
Std.
Deviation Skewness Kurtosis
Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic Std. Error
Unstandardized
Residual
36 8,86078925E
8
,618 ,393 ,803 ,768
Valid N (listwise) 36
113
LAMPIRAN 5
Uji Asumsi Klasik
Uji Multikolinearitas
Tabel 4.7Uji Multikolonieritas
LAMPIRAN 6
Uji Asumsi Klasik
114
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
TAXPLAN ,796 1,256
EPRESS ,760 1,315
DEBT ,637 1,570
EBATH ,623 1,606
SIZE ,699 1,430
STOCK ,741 1,349
a. Dependent Variable: DA
Uji Autokorelasi
Tabel 4.8Uji Autokorelasi
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea -2,42534E8
Cases < Test Value 18
Cases >= Test Value 18
Total Cases 36
Number of Runs 16
Z -,845
Asymp. Sig. (2-tailed) ,398
a. Median
LAMPIRAN 7
115
Uji Asumsi Klasik
Uji Heteroskedastisitas
Gambar 4.5Uji Heteroskedastisitas
Tabel 4.9Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) 1,377E8 2,777E9 ,050 ,961
TAXPLAN -13488567,925 15229236,957 -,175 -,886 ,383
EPRESS -5,532E8 1,500E9 -,075 -,369 ,715
DEBT 1,123E9 8,032E8 ,308 1,398 ,173
EBATH 1,153E8 2,534E8 ,102 ,455 ,652
SIZE 1912459,416 1,257E8 ,003 ,015 ,988
STOCK -77508077,799 2,464E8 -,064 -,315 ,755
a. Dependent Variable: ABSUT
LAMPIRAN 8
116
Analisis Regresi Linear Berganda
Tabel 4.10Analisis Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardize
d
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 4,494E9 4,506E9 ,997 ,327
TAXPLAN -27750495,356 24712011,902 -,141 -1,123 ,271 ,796 1,256
EPRESS -9,335E9 2,433E9 -,493 -3,836 ,001 ,760 1,315
DEBT -2,436E9 1,303E9 -,262 -1,869 ,072 ,637 1,570
EBATH -1,142E9 4,112E8 -,394 -2,778 ,009 ,623 1,606
SIZE -1,584E8 2,040E8 -,104 -,776 ,444 ,699 1,430
STOCK 1,643E8 3,998E8 ,053 ,411 ,684 ,741 1,349
a. Dependent Variable: DA
117
LAMPIRAN 9
Uji Hipotesis
Uji Beda t-Test (One Sample t-Test)
Tabel 4.11Pengujian Nilai Discretionary Acrrual Tahun 2009
One-Sample Statistics
N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
DA09 18 -1,131840E9 1,6076276E9 3,7892146E8
One-Sample Test
Test Value = 0
t df Sig. (2-tailed)
Mean
Difference
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
DA09 -2,987 17 ,008 -1,1318399E9 -1,931294E9 -3,323855E8
Tabel 4.12
Pengujian Nilai Discretionary Accrual Tahun 2010
One-Sample Statistics
N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
DA10 18 -6,187175E8 1,3105998E9 3,0891134E8
One-Sample Test
Test Value = 0
t df Sig. (2-tailed) Mean Difference
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
118
One-Sample Statistics
N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
DA10 -2,003 17 ,061 -6,1871749E8 -1,270463E9 33028472,03346
0
LAMPIRAN 10
Uji Kelayakan Model
Uji Koefisien Determinasi (R²)
Tabel 4.13Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,798a ,636 ,561 9,7343606E8
a. Predictors: (Constant), STOCK, DEBT, EPRESS, TAXPLAN, SIZE, EBATH
Uji Signifikan Simultan (Uji Statistik F)
Tabel 4.14
Uji Statistik F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 4,803E19 6 8,004E18 8,447 ,000a
Residual 2,748E19 29 9,476E17
Total 7,551E19 35
a. Predictors: (Constant), STOCK, DEBT, EPRESS, TAXPLAN, SIZE, EBATH
b. Dependent Variable: DA
119
LAMPIRAN 11
2009 2010
No. Kode NI CFO TACC No. Kode NI CFO TACC
1 ADRO 4.367.252.000 7.097.275.000 -2.730.023.000 1 ADRO 2.207.313.000 2.589.628.000 -382.315.000
2 ANTM 604.307.088 995.409.694 -391.102.606 2 ANTM 1.683.399.992 2.004.573.531 -321.173.539
3 ALII 1.660.649.000 1.984.894.000 -324.245.000 3 ALII 2.016.780.000 2.946.657.000 -929.877.000
4 ASII 10.040.000.000 11.335.000.000 -1.295.000.000 4 ASII 14.366.000.000 2.907.000.000 11.459.000.000
5 BRPT 560.961.000 1.048.230.000 -487.269.000 5 BRPT -558.630.000 773.066.000 -1.331.696.000
6 ELSA 773.066.000 288.389.000 484.677.000 6 ELSA 63.906.000 34.030.000 29.876.000
7 INDY 725.670.170 130.167.146 595.503.024 7 INDY 772.723.177 -533.540.825 1.306.264.002
8 INTP 2.746.654.071 3.184.421.623 -437.767.552 8 INTP 3.224.941.884 3.376.092.402 -151.150.518
9 INDF 2.075.861.000 2.314.507.000 -238.646.000 9 INDF 2.075.861.000 6.909.950.000 -4.834.089.000
10 ISAT 1.498.245.000 4.051.209.000 -2.552.964.000 10 ISAT 647.174.000 6.838.884.000 -6.191.710.000
11 JSMR 992.693.559 1.074.805.701 -82.112.142 11 JSMR 1.193.486.669 1.533.256.109 -339.769.440
12 KLBF 929.003.740 1.363.583.440 -434.579.700 12 KLBF 1.286.330.026 1.253.907.863 32.422.163
13 LPKR 388.053.495 115.733.565 272.319.930 13 LPKR 525.345.786 -689.995.773 1.215.341.559
14 PGAS 6.229.043.496 6.952.934.696 -723.891.200 14 PGAS 6.239.361.270 9.545.180.246 -3.305.818.976
15 LSIP 707.487.000 881.167.000 -173.680.000 15 LSIP 1.033.329.000 1.377.227.000 -343.898.000
16 SMGR 3.326.487.957 4.246.497.651 -920.009.694 16 SMGR 3.633.219.892 3.359.268.278 273.951.614
17 SMCB 895.751.000 1.542.865.000 -647.114.000 17 SMCB 828.422.000 1.061.726.000 -233.304.000
18 TLKM 11.332.140.000 29.715.574.000
-18.383.434.00
0 18 TLKM 11.536.999.000 27.758.763.000-
16.221.764.000
19 TINS 313.751.000 1.472.820.000 -1.159.069.000 19 TINS 947.936.000 783.764.000 164.172.000
20 UNVR 3.044.107.000 3.280.710.000 -236.603.000 20 UNVR 3.386.970.000 3.619.189.000 -232.219.000
21 UNTR 3.817.541.000 5.101.022.000 -1.283.481.000 21 UNTR 3.872.931.000 2.423.881.000 1.449.050.000
TABULASI DATA (TOTAL AKRUAL)
120
LAMPIRAN 12
TABULASI DATA (NON DISCRETIONARY ACCRUAL)
2009No. Kode TACC TACT REV REC AT NDACC
1 ADRO -2.730.023.00042.360.347.00
0 8.845.518.000-
15.210.043.000 7.415.677.000 8845518001
2ANTM -391.102.606
10.245.041.000 -880.610.883 -8.773.884.065 2.890.601.952 -880610881,9
3 ALII -324.245.000 6.519.791.000 -736.934.000 -8.011.126.000 2.444.959.000 -736933998,4
4 ASII -1.295.000.000 8.074.000.000 1.462.000.000-
89.485.000.000 20.761.000.000 1462000014
5 BRPT -487.269.00016.375.286.00
0-
3.929.958.000-
17.181.211.000 9.809.342.000 -39299579986 ELSA 484.677.000 4.207.629.000 1.118.418.000 -3.280.880.000 1.332.583.000 1118418001
7 INDY 595.503.02411.683.614.75
2 1.208.721.360 -1.276.105.999 1.189.110.159 1208721360
8 INTP -437.767.55213.276.270.23
2 795.958.018 -8.435.169.080 7.773.278.914 795958019,2
9 INDF -238.646.000 395.913.090-
1.658.449.000 -3.684.311.300 10.796.021.000 -1658448963
10 ISAT -2.552.964.00051.693.323.00
0 1.137.382.000 -1.144.413.300 44.428.807.000 1137382001
11 JSMR -82.112.14216.174.263.94
7 338.367.991 -3.288.960.668 11.506.755.706 338367991,912 KLBF -434.579.700 6.482.446.670 1.209.981.284 -6.673.425.556 1.398.127.877 1209981285
13 LPKR 272.319.93011.787.777.00
0 1.179.429.234 -2.015.171.090 1.245.661.350 1179429234
14 PGAS -723.891.20025.550.580.00
0 5.230.430.335 -1.114.346.009 17.329.189.330 523043033615 LSIP -173.680.000 4.391.528.000 -646.467.000 -3.129.674.000 1.603.497.000 -646466998,9
16 SMGR -920.009.69410.602.964.00
0 2.178.003.749 -1.078.454.261 4.014.143.323 217800374917 SMCB -647.114.000 7.265.366.000 602.827.000 -4.771.376.000 5.460.935.000 602827001,4
18 TLKM-
18.383.434.00091.256.250.00
0 3.511.089.000 54.726.313.200 76.419.897.000 351108900019 TINS -1.159.069.000 578.500.300 -134.322.600 1.339.391.800 1.269.801.000 -134322600,120 UNVR -236.603.000 7.484.990.000 2.669.061.000 -1.431.989.000 3.035.915.000 2669061001
21 UNTR -1.283.481.00024.404.828.00
0 1.338.687.000-
23.483.548.000 11.835.726.000 1338687001
121
TABULASI DATA
(NON DISCRETIONARY ACCRUAL)
2010No. Kode TACC TACT REV REC AT NDACC
1 ADRO -382.315.00040.600.921.00
0 -2.248.687.000 -2.446.165.100 8.810.252.000 -22486870002 ANTM -321.173.539 9.939.996.438 32.929.964 -7.131.486.396 2.952.396.841 32929965,013 ALII -929.877.000 7.571.399.000 1.419.438.000 -7.373.615.000 2.686.910.000 1419438001
4 ASII 11.459.000.00088.938.000.00
0 3.146.500.000 -89.135.000.00024.363.000.00
0 3146500001
5 BRPT -1.331.696.00016.015.188.00
0 -2.571.910.000 -13.372.873.000 9.175.086.000 -25719099996 ELSA 29.876.000 3.678.566.000 548.555.000 -2.894.201.000 1.304.586.000 548555001,1
7 INDY 1.306.264.00211.458.782.98
7 1.296.887.345 -1.880.149.173 1.895.719.411 1296887345
8 INTP -151.150.51815.346.145.67
7 5.613.489.209 -9.221.228.633 7.702.769.475 5613489210
9 INDF -4.834.089.00040.382.953.00
0 1.006.041.000 -3.499.683.60011.737.142.00
0 1006041000
10 ISAT -6.191.710.00055.041.487.00
0 972.329.000 -1.040.318.60043.571.010.00
0 972329000,8
11 JSMR -339.769.44018.952.129.33
4 686.583.981 -3.668.370.516 1.369.510.797 686583981,312 KLBF 32.422.162 7.032.496.663 1.139.441.536 -7.804.636.999 1.605.266.031 1139441537
13 LPKR 1.215.341.55912.127.644.01
0 560.211.594 -2.463.624.958 1.206.374.544 560211594,3
14 PGAS -3.305.818.97612.951.308.16
1 -4.366.109.300 -1.267.126.761 7.622.560.326 -436610929915 LSIP -343.898.000 4.845.380.000 392.971.000 -3.173.735.000 1.728.694.000 392971001
16 SMGR 273.951.61412.951.308.16
1 -4.366.109.300 -1.267.126.761 7.622.560.326 -4366109299
17 SMCB -233.304.00010.437.249.00
0 16.708.000 -5.352.350.000 7.893.251.000 16708001,27
122
18 TLKM -16.221.764.00097.814.160.00
0 951.663.000 71.497.748.50075.832.408.00
0 95166300019 TINS 164.172.000 4.855.712.000 629.398.000 92.437.414.400 1.361.918.000 629397981,220 UNVR -232.219.000 8.701.262.000 1.443.367.000 -16.679.334.000 4.148.778.000 1443367002
21 UNTR 1.449.050.00029.700.914.00
0 8.081.989.000 -24.027.002.00013.261.374.00
0 8081989001
LAMPIRAN 13
TABULASI DATA (DISCRETIONARY ACCRUAL)
2009No. Kode TACC TACT NDACC DACC1 ADRO -2.730.023.000 42.360.347.000 8845518001 -88455180012 ANTM -391.102.606 10.245.041.000 -880610881,9 880610881,93 ALII -324.245.000 6.519.791.000 -736933998,4 736933998,44 ASII -1.295.000.000 80.740.000.000 1462000001 -14620000015 BRPT -487.269.000 16.375.286.000 -3929957998 39299579986 ELSA 484.677.000 4.207.629.000 1118418001 -11184180017 INDY 595.503.024 11.683.614.752 1208721360 -12087213608 INTP -437.767.552 13.276.270.232 795958019,2 -7959580199 INDF -238.646.000 39.591.309.000 -1658449000 165844900010 ISAT -2.552.964.000 51.693.323.000 1137382001 -113738200111 JSMR -82.112.142 16.174.263.947 338367991,9 -33836799212 KLBF -434.579.700 6.482.446.670 1209981285 -120998128513 LPKR 272.319.930.372 11.787.777.000 1179429234 -117942921114 PGAS -723.891.200 25.550.580.000 5230430336 -523043033615 LSIP -173.680.000 4.391.528.000 -646466998,9 646466998,916 SMGR -920.009.694 10.602.964.000 2178003749 -217800374917 SMCB -647.114.000 7.265.366.000 602827001,4 -60282700118 TLKM -18.412.778.000 91.256.250.000 3511089000 -3511089000
123
19 TINS -1.159.069.000 5.785.003.000 -1343226000 134322600020 UNVR -236.603.000 7.484.990.000 2669061001 -266906100121 UNTR -1.283.481.000 24.404.828.000 1338687001 -1338687001
TABULASI DATA
(DISCRETIONARY ACCRUAL)
2010No. Kode TACC TACT NDACC DACC
1ADRO -382.315.000
40.600.921.000 -2248687000 2248687000
2ANTM -391.102.606 9.939.996.438 32929965,01 -32929965,05
3 ALII -324.245.000 7.571.399.000 1419438001 -1419438001
4 ASII -1.295.000.00088.938.000.00
0 3146550001 -3146550001
5 BRPT -1.331.696.00016.015.188.00
0 -2571909999 2571909999
6 ELSA 29.876.000 3.678.566.000 548555001,1 -548555001,1
7 INDY 1.306.264.00211.458.782.98
7 1296887345 -1296887345
8 INTP -151.150.51815.346.145.67
7 5613489210 -5613489210
9 INDF -238.646.00040.382.953.00
0 1006041000 -1006041000
10 ISAT -2.552.964.000 55.041.487.00 972329000,8 -972329000,8
124
0
11 JSMR -339.769.44018.952.129.33
4 686583981,3 -686583981,3
12 KLBF 32.422.162 7.032.496.663 1139441537 -1139441537
13 LPKR272.319.930.37
212.127.644.01
0 560211594,3 -560211571,8
14 PGAS -723.891.20028.670.439.79
2 1714437461 -1714437461
15 LSIP -173.680.000 4.845.380.000 392971001 -392971001
16SMGR -920.009.694
12.951.308.161 -4366109299 4366109299
17SMCB 273.951.614
12.951.308.161 16708001,27 -16708001,25
18TLKM
-16.221.764.000
97.814.160.000 951663000 -951663000,2
19 TINS -1.159.069.000 4.855.712.000 629397981,2 -629397981,4
20UNVR -232.219.000 8.701.262.000 1443367002 -1443367002
21 UNTR 1.449.050.00029.700.914.00
0 8081989001 -8081989001
LAMPIRAN 14
TABULASI DATA (TAXPLAN)
2009No. Kode PTI CTE TACT TAXPLAN1 ADRO 8.578.381.000 -4119101000 42.360.347.000 0,1539422632 ANTM 784.017.742 157.054.718 9.939.996.438 0,0062847363 ALII 2.500.426.000 -770.778.000 7.571.399.000 0,1942702114 ASII 16.402.000.000 3.958.000.000 88.938.000.000 0,0071348585 BRPT 1.146.416.000 -335.060.000 16.375.286.000 0,0400638186 ELSA 668.782.000 -203.514.000 4.207.629.000 0,0928724857 INDY 896.766.959 -158.255.808 11.683.614.752 0,035036294
125
8 INTP 3.796.326.872 1.026.999.653 13.276.270.232 0,0027094869 INDF 4.063.813.000 -1.207.032.000 40.382.953.000 0,05806657210 ISAT 2.231.993.000 -677.265.000 55.041.487.000 0,02365893611 JSMR 1.093.893.631 190.616.135 16.174.263.947 0,00715173712 KLBF 1.471.072.194 -416.782.713 6.482.446.670 0,12783490113 LPKR 526.658.019.870 -90.172.627.542 12.127.644.010 19,5946445114 PGAS 8.247.172.354 -1.814.303.974 28.670.439.792 0,1438245215 LSIP 1.008.139.000 -300.652.000 4.845.380.000 0,12030654416 SMGR 4.655.188.285 1.302.433.159 12.951.308.161 7,87226E-0517 SMCB 1.296.978.000 -296.416.000 10.602.964.000 0,06220617618 TLKM 22.447.021.000 -6.404.123.000 97.814.160.000 0,129728547
19 TINS 549.163.000.000235.391.000.00
0 4.855.712.000 -16,8101732620 UNVR 4.248.590.000 -1.205.236.000 7.484.990.000 0,31995249221 UNTR 544.238.000 -1.594.543.000 24.404.828.000 0,071581313
TABULASI DATA (TAXPLAN)
2010No. Kode PTI CTE TACT TAXPLAN1 ADRO 5.049.918.000 -2.668.668.000 40.600.921.000 0,0968240972 ANTM 2.272.623.684 656.708.882 12.310.731.099 -0,0071931523 ALII 2.964.040.000 -860.388.000 8.791.799.000 0,1821467944 ASII 21.031.000.000 4.027.000.000 112.857.000.000 0,0109053945 BRPT 131.950.000 -870.801.000 16.015.188.000 0,0564332126 ELSA 94.176.000 -35.644.000 3.678.566.000 0,0160899657 INDY 908.459.052 130.148.864 11.458.782.987 0,0084621468 INTP 4.248.475.826 1.029.914.055 15.346.145.677 0,0020985669 INDF 5.432.375.000 -1.497.567.000 47.275.955.000 0,060404084
126
10 ISAT 1.081.817.000 -357.798.000 52.818.187.000 0,0118946211 JSMR 1.476.349.354 -298.101.591 18.952.129.334 0,03520390312 KLBF 1.770.434.609 -429.040.641 7.032.496.663 0,12394592313 LPKR 719.253.651.770 -124.732.732.990 16.155.384.919 18,8510609614 PGAS 8.063.173.537 -1.599.773.802 32.087.430.994 0,11267861215 LSIP 1.381.782.000 -348.453.000 5.561.433.000 0,12476973116 SMGR 4.772.623.381 1.063.509.283 15.562.998.946 0,00833043617 SMCB 1.147.957.000 303.129.000 12.951.308.161 -0,00124618718 TLKM 21.416.351.000 -5.546.039.000 99.758.447.000 0,10926520119 TINS 1.127.327.000 179.369.000.000 5.881.108.000 -30,4512633120 UNVR 4.538.643.000 -1.153.995.000 8.701.262.000 0,26302572521 UNTR 5.061.260.000 -1.186.745.000 29.700.914.000 0,082558402
LAMPIRAN 15
TABULASI DATA (EPRESS)
2009No.
Kode laba th berjalan laba th lalu TA (awal thn)EPRESS
1 ADRO 4.459.280.000 949.987.000 33.720.170.000 0,1040712 ANTM 595.230.900 1.369.041.851 10.245.040.780 -0,075533 ALII 1.729.648.000 2.715.518.000 6.519.791.000 -0,151214 ASII 12.444.000.000 11.298.000.000 80.740.000.000 0,0141945 BRPT 797.924.000 -3.875.735.000 17.243.721.000 0,2710356 ELSA 469.493.000 140.027.000 3.317.816.000 0,0993027 INDY 738.511.151 1.084.764.077 8.710.186.004 -0,039758 INTP 2.748.585.917 1.745.582.169 11.286.706.863 0,088866
127
9 INDF 2.856.781.000 1.798.270.000 39.591.309.000 0,02673610 ISAT 1.554.728.000 1.905.285.000 51.693.323.000 -0,0067811 JSMR 882.211.713 721.900.286 14.642.760.013 0,01094812 KLBF 1.049.667.116 825.504.633 8.703.832.411 0,02575413 LPKR 436.485.392 396.857.987 11.787.777.210 0,00336214 PGAS 6.432.868.380 805.223.393 25.550.580.442 0,22025515 LSIP 707.487.000 927.555.000 4.921.310.000 -0,0447216 SMGR 3.352.755.126 2.543.959.976 10.602.963.724 0,0762817 SMCB 912.305.000 281.296.000 8.208.985.000 0,07686818 TLKM 16.042.898.000 14.673.113.000 91.256.250.000 0,0150119 TINS 313.772.000 1.342.351.000 5.785.003.000 -0,177820 UNVR 3.043.354.000 2.411.762.000 6.504.736.000 0,09709721 UNTR 3.849.695.000 2.685.435.000 22.847.721.000 0,050957
TABULASI DATA (EPRESS)
2010No.
Kode laba th berjalan laba th lalu TA (awal thn)EPRESS
1 ADRO 2.381.250.000 4.459.280.000 42.360.347.000 -0,04906
2 ANTM 1.674.924.411 595.230.900 9.939.996.438 0,108621
3 ALII 2.103.652.000 1.729.648.000 7.571.399.000 0,049397
4 ASII17.004.000.00
0 12.444.000.000 88.938.000.000 0,051272
5 BRPT -738.851.000 811.620.000 16.570.259.000 -0,09357
6 ELSA 64.004.000 469.493.000 4.207.629.000 -0,09637
128
7 INDY 778.310.188 738.511.151 11.683.614.752 0,003406
8 INTP 3.224.681.003 2.746.654.071 13.276.515.634 0,036005
9 INDF 3.934.808.000 2.856.781.000 40.382.953.000 0,026695
10 ISAT 724.019.000 1.554.728.000 55.041.487.000 -0,01509
11 JSMR 1.184.495.808 882.211.713 16.174.263.947 0,018689
12 KLBF 1.343.978.968 1.049.667.116 6.482.446.670 0,045401
13 LPKR 594.520.918 436.485.392 12.127.644.010 0,013031
14 PGAS 6.463.399.734 6.432.868.380 28.670.439.792 0,001065
15 LSIP 1.033.329.000 707.487.000 4.845.380.000 0,067248
16 SMGR 3.659.114.098 3.352.755.126 12.351.308.161 0,024804
17 SMCB 830.382.000 912.305.000 7.265.366.000 -0,01128
18 TLKM15.870.312.00
0 16.042.898.000 97.814.160.000 -0,00176
19 TINS 947.958.000 313.772.000 4.855.712.000 0,130606
20 UNVR 3.384.648.000 3.043.354.000 7.484.990.000 0,045597
21 UNTR 3.874.515.000 3.849.695.000 24.404.828.000 0,001017
LAMPIRAN 16
TABULASI DATA (DEBT)
2009 2010No. Kode TL TA DAR No. Kode TL TA DAR
1 ADRO 24.848.413.000 42.360.347.000 0,586596 1 ADRO 21.970.369.000 40.600.921.000 0,54113
2 ANTM 1.748.127.419 9.939.996.438 0,175868 2ANTM 2.700.896.801 12.310.731.099 0,219394
3 ALII 1.144.783.000 7.571.399.000 0,151198 3 ALII 1.334.542.000 8.791.799.000 0,151794
129
4 ASII 40.006.000.000 88.938.000.000 0,449819 4 ASII 54.168.000.000 112.857.000.000 0,47997
5 BRPT 7.573.990.000 16.375.286.000 0,462526 5 BRPT 8.145.729.000 16.015.188.000 0,508625
6 ELSA 2.286.168.000 4.207.629.000 0,543339 6 ELSA 1.728.408.000 3.678.566.000 0,469859
7 INDY 6.338.950.794 11.683.614.752 0,54255 7 INDY 6.002.888.394 11.458.782.987 0,523868
8 INTP 2.572.076.052 13.276.270.232 0,193735 8 INTP 2.245.547.627 15.346.145.677 0,146326
9 INDF 24.886.781.000 40.382.953.000 0,616269 9 INDF 22.423.117.000 47.275.955.000 0,474303
10 ISAT 36.753.204.000 55.041.487.000 0,667736 10 ISAT 34.581.701.000 52.818.187.000 0,654731
11 JSMR 8.428.822.898 16.174.263.947 0,521126 11 JSMR 10.592.662.910 18.952.129.334 0,558917
12 KLBF 1.691.512.395 6.482.446.670 0,260937 12 KLBF 1.260.361.432 7.032.496.663 0,17922
13 LPKR 6.838.712.415 12.127.644.010 0,563895 13 LPKR 7.975.967.958 16.155.384.919 0,493703
14 PGAS 15.892.626.383 28.670.439.792 0,554321 14 PGAS 16.986.447.547 32.087.430.994 0,52938
15 LSIP 1.007.328.000 4.845.380.000 0,207895 15 LSIP 1.031.915.000 5.561.433.000 0,185548
16 SMGR 2.633.214.059 12.951.308.161 0,203316 16 SMGR 3.423.243.056 15.562.998.946 0,21996
17 SMCB 3.949.183.000 10.602.964.000 0,37246 17 SMCB 3.611.246.000 12.951.308.161 0,278833
18 TLKM 47.636.512.000 97.814.160.000 0,48701 18 TLKM 43.343.664.000 99.758.447.000 0,434486
19 TINS 1.425.361.000 4.855.712.000 0,293543 19 TINS 1.678.033.000 5.881.108.000 0,285326
20 UNVR 3.776.415.000 7.484.990.000 0,504532 20 UNVR 4.652.409.000 8.701.262.000 0,534682
21 UNTR 10.453.748.000 24.404.828.000 0,428348 21 UNTR 13.535.508.000 29.700.914.000 0,455727
LAMPIRAN 17
TABULASI DATA (EBATH)
2009 2010No. Kode EAT
JML EKUITAS ROE
No. Kode EAT
JML EKUITAS ROE
1 ADRO 4.459.280.000 17.444.891.000 25,5621 1 ADRO 2.381.250.000 18.576.441.000 12,81866
2 ANTM 595.230.900 8.148.939.490 7,304397 2 ANTM 1.674.924.411 12.310.732.099 13,6054
130
3 ALII 1.729.648.000 6.226.365.000 27,77942 3 ALII 2.103.652.000 7.211.687.000 29,17004
4 ASII 12.444.000.000 39.894.000.000 31,19266 4 ASII 17.004.000.000 49.310.000.000 34,48388
5 BRPT 797.924.000 6.454.343.000 12,36259 5 BRPT -738.851.000 5.859.051.000 -12,6104
6 ELSA 469.493.000 1.909.678.000 24,58493 6 ELSA 64.004.000 1.937.289.000 3,303792
7 INDY 738.511.151 5.331.922.407 13,85075 7 INDY 778.310.188 5.438.332.251 14,31156
8 INTP 2.748.585.917 10.680.725.404 25,73408 8 INTP 3.224.681.003 13.077.390.156 24,65844
9 INDF 2.856.781.000 10.115.495.000 28,24163 9 INDF 3.934.808.000 16.784.671.000 23,44287
10 ISAT 1.554.728.000 17.957.690.000 8,657728 10 ISAT 724.019.000 17.850.646.000 4,055982
11 JSMR 882.211.713 7.183.378.636 12,28129 11 JSMR 1.184.495.808 7.740.013.867 15,30354
12 KLBF 1.049.667.116 4.310.437.877 24,35175 12 KLBF 1.343.978.968 5.373.784.301 25,00992
13 LPKR 436.485.392 4.887.241.499 8,93112 13 LPKR 594.520.918 7.709.908.346 7,711128
14 PGAS 6.432.868.380 11.732.080.390 54,83144 14 PGAS 6.463.399.734 13.868.573.016 46,60465
15 LSIP 707.487.000 3.813.465.000 18,55234 15 LSIP 1.033.329.000 4.554.105.000 22,69006
16 SMGR 3.352.755.126 10.197.679.028 32,87763 16 SMGR 3.659.114.098 12.006.438.613 30,47627
17 SMCB 912.305.000 10.602.964.000 8,604245 17 SMCB 830.382.000 12.951.308.161 6,411569
18 TLKM 16.042.898.000 38.652.260.000 41,50572 18 TLKM 15.870.312.000 44.418.742.000 35,72886
19 TINS 313.772.000 3.430.064.000 9,147701 19 TINS 947.958.000 4.202.766.000 22,55557
20 UNVR 3.043.354.000 3.702.819.000 82,19019 20 UNVR 3.384.648.000 4.045.419.000 83,66619
21 UNTR 3.849.695.000 24.404.828.000 15,77432 21 UNTR 3.874.515.000 16.136.383.000 24,01105
LAMPIRAN 18
TABULASI DATA (SIZE)
2009 2010
No. Kode TA SIZE No. Kode TA SIZE
1 ADRO 42.360.347.000 24,46948 1 ADRO 40.600.921.000 24,42706
2 ANT 9.939.996.438 23,01983 2 ANTM 12.310.731.099 23,23374
131
M
3 ALII 7.571.399.000 22,74764 3 ALII 8.791.799.000 22,89709
4 ASII 88.938.000.000 25,21121 4 ASII112.857.000.00
0 25,44939
5 BRPT 16.375.286.000 23,51904 5 BRPT 16.015.188.000 23,4968
6 ELSA 4.207.629.000 22,16017 6 ELSA 3.678.566.000 22,02579
7 INDY 11.683.614.752 23,18145 7 INDY 11.458.782.987 23,16202
8 INTP 13.276.270.232 23,30924 8 INTP 15.346.145.677 23,45413
9 INDF 40.382.953.000 24,42167 9 INDF 47.275.955.000 24,57927
10 ISAT 55.041.487.000 24,73135 10 ISAT 52.818.187.000 24,69012
11 JSMR 16.174.263.947 23,50669 11 JSMR 18.952.129.334 23,66518
12 KLBF 6.482.446.670 22,59236 12 KLBF 7.032.496.663 22,67381
13 LPKR 12.127.644.010 23,21875 13 LPKR 16.155.384.919 23,50552
14 PGAS 28.670.439.792 24,07913 14 PGAS 32.087.430.994 24,19173
15 LSIP 4.845.380.000 22,30129 15 LSIP 5.561.433.000 22,43912
16 SMGR 12.951.308.161 23,28446 16 SMGR 15.562.998.946 23,46816
17 SMCB 10.602.964.000 23,0844 17 SMCB 12.951.308.161 23,28446
18 TLKM 97.814.160.000 25,30634 18 TLKM 99.758.447.000 25,32602
19 TINS 4.855.712.000 22,30342 19 TINS 5.881.108.000 22,49501
20 UNVR 7.484.990.000 22,73617 20 UNVR 8.701.262.000 22,88673
21 UNTR 24.404.828.000 23,91805 21 UNTR 29.700.914.000 24,11444
LAMPIRAN 19
TABULASI DATA (STOCK)
2009 2010No.
Kode SAHAM YG
STOCK No.
Kode SAHAM YG BEREDAR
STOCK
132
BEREDAR1 ADRO 19,50% 0 1 ADRO 40,13% 12 ANTM 35% 0 2 ANTM 35% 03 ALII 20,32% 0 3 ALII 20,32% 04 ASII 49,89% 1 4 ASII 49,85% 15 BRPT 27,38% 0 5 BRPT 27,33% 06 ELSA 20,66% 0 6 ELSA 20,62% 07 INDY 19,36% 0 7 INDY 18,96% 08 INTP 4,79% 0 8 INTP 35,97% 09 INDF 49,95% 1 9 INDF 49,95% 110 ISAT 20,71% 0 10 ISAT 15,61% 011 JSMR 27,93% 0 11 JSMR 26,47% 012 KLBF 46,44% 1 12 KLBF 43,34% 113 LPKR 58,74% 1 13 LPKR 70,83% 114 PGAS 44,78% 1 14 PGAS 43,03% 115 LSIP 35,57% 0 15 LSIP 35,58% 016 SMGR 23,21% 0 16 SMGR 48,99% 117 SMCB 22,67% 1 17 SMCB 22,67% 018 TLKM 42,13% 0 18 TLKM 37,16% 019 TINS 35,00% 0 19 TINS 35% 020 UNVR 15% 1 20 UNVR 15% 021 UNTR 40,50% 0 21 UNTR 40,50% 1
133