SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30071/1/3111413022.pdf · vii 9. Rekan-rekan UKM...

53
i DAMPAK REFORMASI TERHADAP REGULASI DAN POLA SIARAN RADIO REPUBLIK INDONESIA (RRI) WILAYAH SEMARANGTAHUN 1998-2016 SKRIPSI Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial Pada Universitas Negeri Semarang Oleh: Nuriyanti 3111413022 JURUSAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017

Transcript of SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30071/1/3111413022.pdf · vii 9. Rekan-rekan UKM...

Page 1: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30071/1/3111413022.pdf · vii 9. Rekan-rekan UKM Penelitian Unnes dan ERC Fakultas Ilmu Sosial yang membantu secara moril serta tulus menjadi

i

DAMPAK REFORMASI TERHADAP REGULASI DAN POLA SIARAN RADIO REPUBLIK INDONESIA (RRI) WILAYAH SEMARANGTAHUN

1998-2016

SKRIPSI

Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial

Pada Universitas Negeri Semarang

Oleh:

Nuriyanti

3111413022

JURUSAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2017

Page 2: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30071/1/3111413022.pdf · vii 9. Rekan-rekan UKM Penelitian Unnes dan ERC Fakultas Ilmu Sosial yang membantu secara moril serta tulus menjadi

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skipsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian

Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Unnes pada:

Hari : Jumat

Tanggal : 4 Agustus 2017

Page 3: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30071/1/3111413022.pdf · vii 9. Rekan-rekan UKM Penelitian Unnes dan ERC Fakultas Ilmu Sosial yang membantu secara moril serta tulus menjadi

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas

Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada:

Hari : Jumat

Tanggal : 18 Agustus 2017

Page 4: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30071/1/3111413022.pdf · vii 9. Rekan-rekan UKM Penelitian Unnes dan ERC Fakultas Ilmu Sosial yang membantu secara moril serta tulus menjadi

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil

karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau

seluruhnya. Pendapat atau temuan dari orang lain yang terdapat dari skripsi ini

dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Agustus 2017

Nuriyanti

NIM.3111413022

Page 5: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30071/1/3111413022.pdf · vii 9. Rekan-rekan UKM Penelitian Unnes dan ERC Fakultas Ilmu Sosial yang membantu secara moril serta tulus menjadi

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto An athlete can not run with money in his pocket. He must run with hopes in his

heart and dreams in his head (Emil Zapotek).

Persembahan 1. Orang tua kebanggaanku dan anugerah tuhan dalam hidupku, Ibu

Hadijah dan Bapak Supena terima kasih atas doa dan dukungan

kalian.

2. Keluarga besar Emak Sar’ah yang amat kusayangi, terima kasih

atas dukungan moral dan materi untuk menyelesaikan studi di

Perguruan Tinggi.

3. Dr.Rostaman,M.Si dan Ibu Anna Taviana terima kasih atas

dukungannya sehingga saya bisa merasakan bangku kuliah.

4. Guru-guru hebat yang mendukung terselesaikannya skripsi ini

Prof.Dr.Wasino.M.Hum dan Bapak Andy Suryadi S.Pd,M.Pd.

5. Guru-Guru hebat yang mendukung untuk terus mengembangkan

diri selama masa studi, Drs.Ngabiyanto M.Si, Ibu Antari Ayuning

Arsy M.Si, Drs.Solehatul Mustofa MA, serta orang tua keduaku

Ibu Siti Maryam S.Pd.

6. Sahabat-sahabatku, Salim Zahid dan Elis Rosidah Mardiah S.Sos

terima kasih atas dukungan kalian selama menjadi mahasiswa, ada

dalam suka maupun duka.

7. Adik-adikku dan Kakak-kakakku pengurus ERC dan UKM

Penelitian terima kasih telah menjadi sahabat dan pendukungku

untuk menyelesaikan studi.

8. Rekan-rekan seperjuangan Ilmu Sejarah 2013 SOHU teman

berbagi suka dan duka serta penebar kekonyolan yang mengundang

tawa yang juga telah mewarnai masa-masa selama menjadi

mahasiswa.

9. Kucing-kucingku yang semakin menua, saksi hidup dalam masa

menempuh pendidikan, saksi saat aku menangis memaksa ingin

kuliah.

Page 6: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30071/1/3111413022.pdf · vii 9. Rekan-rekan UKM Penelitian Unnes dan ERC Fakultas Ilmu Sosial yang membantu secara moril serta tulus menjadi

vi

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan karunia serta ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini dengan judul “Dampak Reformasi Terhadap Regulasi dan Pola Siaran Radio

Republik Indonesia (RRI) Wilayah Semarang Tahun 1998-2016”

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan tenaga, pikiran, dan

dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ungkapan

rasa terima kasih yang tulus kepada:

1. Prof.Dr.Wasino,M.Hum selaku Pembimbing 1 Skripsi, yang telah sabar

membimbing dengan tulus hingga skripsi ini selesai tepat pada

waktunya.

2. Andy Suryadi,M.Pd selaku Pembimbing 2 Skripsi, yang selalu sabar

mengoreksi kekeliruan dalam penulisan sehingga skripsi ini tersusun

lebih rapi dri sebelumnya.

3. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) yang telah memberikan

Beasiswa Bidikmisi hingga akhir studi.

4. Rektor Universitas Negeri Semarang, Prof.Dr.Faturakhman M.Hum

yang telah memberikan kesempatan kuliah di Universitas Negeri

Semarang.

5. Dekan Fakultas Ilmu Sosial Drs.Moh Solehatul Mustofa MA yang selalu

memberikan dukungan selama masa studi.

6. Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Drs Ngabiyanto M.Si, yang

memberikan semangat serta dukungan untuk belajar dan berkompetisi.

7. Ketua Jurusan Sejarah Dr.Hamdan Tri Atmaja, S.Pd,M.Pd yang telah

memudahkan administrasi dan mendukung menyelesaikan studi.

8. Kaprodi Ilmu Sejarah yang sedang menyelesaikan studi doktoral di

Universiti Teknologi Malaysia, Moh.Sokheh,SPd,MA, yang selalu

mendukung mahasiswanya untuk lulus tepat waktu.

Page 7: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30071/1/3111413022.pdf · vii 9. Rekan-rekan UKM Penelitian Unnes dan ERC Fakultas Ilmu Sosial yang membantu secara moril serta tulus menjadi

vii

9. Rekan-rekan UKM Penelitian Unnes dan ERC Fakultas Ilmu Sosial

yang membantu secara moril serta tulus menjadi sahabat.

10. Siti Maryam,S.Pd beserta Staff Pegawai Mawa Unnes yang telah

banyak membantu dalam pendanaan kompetisi selama masa studi.

11. Kakak-kakak dan sahabatku tercinta, Salim Zahid, Imada Septyaningsih,

Billy Cahya, dan Elis Rosidah Mardiah yang selalu mendukung, ada

disaat suka dan duka.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena

kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini

memberikan manfaat bagi penulis pada khususnya, jurusan sejarah, akademisi dan

para pembaca pada umumnya.

Semarang, Agustus 2017

Penulis

Page 8: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30071/1/3111413022.pdf · vii 9. Rekan-rekan UKM Penelitian Unnes dan ERC Fakultas Ilmu Sosial yang membantu secara moril serta tulus menjadi

viii

SARI

Nuriyanti. 2017. Dampak Reformasi Terhadap Regulasi dan Pola Siaran RRI

Wilayah Semarang Tahun 1998-2016. Jurusan Sejarah. Fakultas Ilmu Sosial.

Universitas Negeri Semarang.Pembimbing Prof.Dr.Wasino M.Hum. Andy

Suryadi S.Pd,M.Pd.125 Halaman.

Kata Kunci: Radio, Reformasi, Siaran.

Gerakan Reformasi diakibatkan ketidakpuasan terhadap Rezim Soeharto

karena dianggap terjadi berbagai penyelewengan kekuasaan (abuse of power), sehingga menimbulkan tuntutan masyarakat pro Reformasi untuk mengubah

struktural Pemerintahan. Radio Republik Indonesia Wilayah Semarang memiliki

citera corong pemerintah Orde Baru adalah stasiun radio yang dijadikan tujuan

demonstran untuk menyampaikan aspirasinya pada era Gerakan Reformasi Mei

1998 di Kota Semarang.

Tuntutan Reformasi menjadikan RRI Semarang mengubah orientasi dan

fungsi,mengingat RRI sebelumnya merupakan radio pemerintah yang

menggunakan manajemen versi pemerintah harus berubah menjadi radio publik

yang independen, netral dan mandiri.

Penelitian ini dilakukan oleh peneliti dengan tujuan diantaranya: (1)

Menganalisis regulasi dan pola siaran RRI pada masa Orde Baru, (2) menganalisis

perubahan regulasi pada masa awal reformasi (3) menganalisis dampak

implementasi regulasi terhadap fungsi dan pola siaran. Penelitian ini

menggunakan metode penelitian sejarah meliputi empat tahap diantaranya: (1)

Heuristik yakni tahap pencarian sumber primer berupa wawancara narasumber

sezaman dan ahli teknis, selain itu data sekunder berupa pencarian arsip

Perundang-Undangan, Peraturan Pemerintah, maupun Surat Edaran (2) kritik

sumber primer maupun sekunder, berupa pemilahan dan uji kesesuaian serta

kredibilitas sumber (3) interpretasi data, dan (4) historiografi atau langkah akhir

berupa penyusunan tulisan.

Hasil dari penelitian ini adalah (1) Reformasi berdampak pada perubahan

struktural teknis, non teknis, dan status RRI Wilayah Semarang dari Unit

Pelaksana Teknis (UPT), Perusahaan Jawatan (Perjan), dan LPP sebagai imbas

dari perubahan regulasi atas perubahan rezim. (2) Pola Siaran yang menjadi dasar

acuan acara RRI tidak banyak berubah persentasenya, hanya saja konten pada

acara RRI banyak berubah, adanya penambahan jam siaran iklan termasuk

penggunaan bahasa asing, sudah mulai digunakan yang semula dilarang pada

masa Orde Baru. (3) RRI Wilayah Semarang memiliki pemancar yang kuat dan

memiliki teknologi paling canggih diantara radio-radio lainnya di Semarang

dengan pembiayaan penuh dari pemerintah. Namun, siaran masih dikontrol oleh

pusat sehingga tidak bisa bersaing ketat dengan radio-radio swasta di kota

Semarang.

Page 9: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30071/1/3111413022.pdf · vii 9. Rekan-rekan UKM Penelitian Unnes dan ERC Fakultas Ilmu Sosial yang membantu secara moril serta tulus menjadi

ix

DAFTAR ISI

Hal COVER ............................................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................................... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ........................................................................ iii

PERNYATAAN ................................................................................................ iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v

KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi

SARI ................................................................................................................ viii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xi

DAFTAR SINGKATAN .................................................................................. xii

DAFTAR ISTILAH ........................................................................................ xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................... 6

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 6

1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 6

1.5 Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 7

1.6 . Kajian Pustaka .......................................................................................... 8

1.7 Metodologi Penelitian ................................................................................ 8

1.8 Kerangka Pemikiran ................................................................................ 16

1.9 Sitematika Penulisan ................................................................................ 16

BAB 2 REGULASI DAN POLA SIARAN RADIO REPUBLIK INDONESIA WILAYAH SEMARANG PADA MASA ORDE BARU

2.1 Regulasi Masa Orde Baru RRI Wilayah Semarang ... Error! Bookmark not defined.

2.1.2 Regulasi Siaran Radio Pada Masa Orde Baru .......................................... 2

2.2 Pola Siaran Pada Masa Orde Baru ............................................................ 24

Page 10: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30071/1/3111413022.pdf · vii 9. Rekan-rekan UKM Penelitian Unnes dan ERC Fakultas Ilmu Sosial yang membantu secara moril serta tulus menjadi

x

2.2.1 Substansi Siaran RRI Wilayah Semarang .......................................... 25

2.2.2 Pola Prosentase Siaran RRI Wilayah Semarang ................................. 27

BAB III RRI WILAYAH SEMARANG MASA PERALIHAN DAN PERUBAHAN REGULASI SIARAN RADIO MASA REDORMASI 1998-2016

3.1 RRI Wilayah Semarang Pada Masa Peralihan Orde Baru ke Reformasi .... 35

3.2 Regulasi Pasca Orde Baru sebagai Tuntutan Reformasi ............................ 38

3.3 Kedudukan dan Status Hukum RRI Masa Awal Reformasi ....................... 42

3.4 Standar Operasional dan Jangkauan Siar .................................................. 38

BAB IV DAMPAK IMPLEMENTASI REGULASI MASA REFORMASI TERHADAP POLA SIARAN RRI WILAYAH SEMARANG 1998-2016

4.1 Dana Siaran Iklan dan Perubahan Struktur Organisasi masa LPP .............. 57

4.2 Prosentase Siaran dan jam siar RRI Wilayah Semarang pada masa LPP.... 64

4.3 Substansi dan Orientasi Siaran RRI Wilayah Semarang pasca Regulasi LPP

....................................................................................................................... 69

4.4 RUU RTRI, Orientasi Pasar dan Revisi UU No 32 Tahun 2002 ............... 73

BAB V PENUTUP

4.1 Simpulan ................................................................................................. 74

4.2 Saran ........................................................................................................ 76

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 58

Page 11: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30071/1/3111413022.pdf · vii 9. Rekan-rekan UKM Penelitian Unnes dan ERC Fakultas Ilmu Sosial yang membantu secara moril serta tulus menjadi

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Pedoman Pengambilan data ……………………………………….. 81

Daftar Pertanyaan Wawancara …………………………………….. 82

Data Umum Informan ……………………………………………… 85

Transkrip Wawancara ………………………………………………. 86

Surat Pengantar Ijin Penelitian dari Dekan FIS …………………….. 98

RAS RRI Wilayah Semarang ……………………………………… 99

Salinan Arsip Undang-Undang No 11 Tahun 1966 ………………… 102

Salinan Arsip Undang-Undang No 24 Tahun 1997 ………………… 104

Surat Keputusan Menpen RI No 132 Tahun 1998 ………………….. 105

Surat Keputusan Menpen RI No. 134 Tahun 1998 …………………. 108

Peraturan Pemerintah No 37 Tahun 2000 …………………………. 111

Arsip Undang-Undang No 32 Tahun 2002 …………………………. 113

Arsip Peraturan Pemerintah No 12 Tahun 2005 ……………………. 116

Salinan Arsip Peraturan Pemerintah No 50 Tahun 2005 ………….. . 119

Daftar Nama Kepala RRI Semarang ………………………………. . 122

Arsip Koran ………………………………………………………… 123

Dokumentasi Penelitian ……………………………………………. 126

Page 12: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30071/1/3111413022.pdf · vii 9. Rekan-rekan UKM Penelitian Unnes dan ERC Fakultas Ilmu Sosial yang membantu secara moril serta tulus menjadi

xii

DAFTAR SINGKATAN

APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

GBHN : Garis Besar Haluan Negara

LPP : Lembaga Penyiaran Publik

KPI : Komisi Penyiaran Indonesia

Kepres : Ketentuan Presiden

Menpen : Menteri Penerangan

Perjan : Perusahaan Jawatan

Permen : Peraturan Pemerintah

PROLEGNAS : Program Legislasi Nasional

RAS : Rancangan Acara Siaran

RUU : Rancangan Undang-Undang

RRI : Radio Republik Indonesia

RTRI : Radio Televisi Republik Orde Baru

UPT : Unit Pelaksana Teknis

SK : Surat Keputusan

Page 13: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30071/1/3111413022.pdf · vii 9. Rekan-rekan UKM Penelitian Unnes dan ERC Fakultas Ilmu Sosial yang membantu secara moril serta tulus menjadi

xiii

DAFTAR ISTILAH

Corong Orde Baru : Media pembentuk opini masyarakat terhadap

rezim Orde Baru

Konten : Substansi

Likuidasi : Pembubaran

Narrow Casting : Siaran yang ditujukan pada khalayak tertentu

Lembaga Penyiaran : penyelenggara penyiaran, baik lembaga penyiaran

publik, lembaga penyiaran swasta, lembaga

penyiaran komunitas maupun lembaga penyiaran

berlangganan yang dalam melaksanakan tugas,

fungsi, dan tanggung jawabnya berpedoman pada

peraturan perundang-undangan yang berlaku

Pers : Badan yang memuat penerbitan media massa

secara berkala

Penyiaran : kegiatan pemancarluasan siaran melalui

sarana pemancaran dan/atau sarana transmisi di

darat, di laut atau di antariksa dengan

menggunakan spektrum frekuensi radio melalui

udara,kabel,dan/atau media lainnya untuk dapat diterima

secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan

perangkat penerima siaran.

Reformasi : Peruahan suau sistem yang telah ada dalam suatu

pemerintahan

Regulasi : Peraturan yang ditetapkan oleh Pemerintah yang

mempengaruhi badan-badan lain

Rezim : Serangkaian peraturan yang mengatur pelaksanaan

pemerintahan dan interaksinya dengan masyarakat.

On Air : Penayangan lewat media radio

Off Air : Penayangan langsung di tempat kejadian

Pola : Susunan

Relay : Menggerakan kembali/disiarkan kembali dengan

menggunakan piranti agar lebih diketahui bnyak

orang

Page 14: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30071/1/3111413022.pdf · vii 9. Rekan-rekan UKM Penelitian Unnes dan ERC Fakultas Ilmu Sosial yang membantu secara moril serta tulus menjadi

xiv

Siaran : Pesan atau rangkaian pesan dalam bentuk

suara, gambar, atau suara dan gambar atau yang

berbentuk grafis, karakter, baik yang bersifat

interaktif maupun tidak, yang dapat diterima melalui

perangkat penerima siaran.

Frekuensi Radio : Gelombang elektromagnetik yang dipergunakan

untuk penyiaran dan merambat di udara serta ruang

angkasa tanpa sarana penghantar buatan,

merupakan ranah publik dan sumber daya alam

terbatas.

Page 15: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30071/1/3111413022.pdf · vii 9. Rekan-rekan UKM Penelitian Unnes dan ERC Fakultas Ilmu Sosial yang membantu secara moril serta tulus menjadi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Radio merupakan media infomasi yang menggunakan frekuensi dalam

menyampaikan pesan yang diterima secara auditif oleh publik. Radio Republik

Indonesia (RRI) adalah radio resmi milik pemeritah Republik Indonesia yang

menjadi saksi bisu perjalanan bangsa Indonesia dari masa Orde Lama hingga

Reformasi.

RRI Semarang merupakan salah satu stasiun radio yang dikelola

pemerintah dan berpusat di Jakarta. RRI Wilayah Semarang berstatus RRI

Madya atau tipe kelas B didirikan di Pusat Kota Semarang sebagai Ibu Kota Jawa

Tengah. RRI Cabang Madya Semarang berlokasi di Jalan Ahmad Yani 144 - 146

Semarang dengan luas area 10.532 m2, terdiri atas tiga bangunan utama yaitu

auditorium, perkantoran dan studio. Sejak tahun 2005, jumlah karyawan sebanyak

241 orang.

RRI Semarang lahir pada tahun 1930-an dengan sebuah studio kecil

berkekuatan 150 watt bertempat di arena pasar malam Jalan Veteran dengan

dilengkapi alat-alat yang dirakit sendiri oleh teknisi-teknisi pribumi. Sebelum

menjadi RRI awalnya bernama Radio Semarang dan didirikan oleh orang-orang

yang mencintai seni, beranggotakan 1000 orang dan setiap anggota dikenai iuran

setengah rupiah ( S. Satmoko dan Gayatri, M. Handayani,2007:12).

Page 16: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30071/1/3111413022.pdf · vii 9. Rekan-rekan UKM Penelitian Unnes dan ERC Fakultas Ilmu Sosial yang membantu secara moril serta tulus menjadi

2

Pendirian RRI berlandaskan pada semangat Proklamasi 17 Agustus 1945, dengan

tujuan: (1) menjadikan radio sebagai alat perjuangan bangsa dan Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI) untuk membela dan menegakkan kedaulatan dan

kemerdekaan negara pada khususya menggalang persatuan dan kesatuan nasional

serta membangun cita-cita kemerdekaan pada umumnya, (2) menjadikan radio

sebagai alat komunikasi antara pemerintah dengan rakyat dan antara rakyat

dengan rakyat, dan (3) pembinaan jiwa dan semangat Proklamasi 17 Agustus

1945. Adapun norma dan moral siaran yang ditetapkan, yaitu bahwa tiap pegawai

RRI harus yakin dan setia kepada perjuangan RRI, dan mengutamakan

kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi, golongan, dan aliran

dalam membina penyiaran radio. Sedangkan semboyannya, dalam keadaan apa

pun siaran RRI tidak boleh lenyap dari udara (Abidin, 1985 dalam

Cahyono,28:2012).

Demikian pula RRI Wilayah Semarang sebagai cabang dari pusat RRI

Jakarta, memegang prinsip tersebut pada masa awal kemerdekaan karena secara

aspek struktural dan organisasi, studio-studio di daerah sebagai cabang-cabangnya

yang bertanggung jawab penuh atas segala penyiaran di masing-masing lokasi

merujuk pada sistem jaringan dalam status kelembagaan. RRI merupakan satu

unit yang tidak bisa dipisahkan dengan pusatnya dari sejak Orde Lama hingga

sekarang.

Sejak Orde Lama hingga Orde Baru RRI sama-sama dikendalikan, hanya

saja orientasinya yang berbeda. Pada masa Orde Lama diarahkan untuk

Page 17: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30071/1/3111413022.pdf · vii 9. Rekan-rekan UKM Penelitian Unnes dan ERC Fakultas Ilmu Sosial yang membantu secara moril serta tulus menjadi

3

menyuarakan semboyan-semboyan perjuangan sementara pada masa Orde Baru

siaran diarahkan untuk mendukung kebijakan pembangunan.

Kebijakan pada masa Orde Baru, tentunya berpengaruh pula terhadap

kebijakan pers pada waktu itu. Pers disubordinasikan ke dalam sistem politik dan

pemerintahan sehingga setiap lembaga komunikasi termasuk media massa

cenderung diarahkan sejalan dengan kebijakan politik yang sedang berlangsung.

Sementara itu, RRI sebagai lembaga pers penyiaran pemerintah hanya

menyampaikan pesan-pesan informasi yang baik-baik saja, yang sejalan dengan

program pembangunan seperti tercantum dalam Garis Besar Haluan Negara

(GBHN) (Martono,2014:12). Hal ini berarti RRI tidak memiliki kebebasan dalam

siarannya pada suatu rezim yang sedang berkuasa.

Kedudukan RRI pada masa Orde Baru diatur berdasarkan Keputusan

Presiden (Kepres) No. 44 dan 45 tahun 1974 dan Surat Keputusan Menteri

Penerangan (SK Menpen) Nomor 55B tahun 1975 tentang Susunan Organisasi

Departemen Penerangan dan memposisikan RRI Seluruh Indonesia sebagai Unit

Pelaksana Teknis di lingkungan Direktorat Jenderal Radio, Televisi dan Film.

Hal ini menempatkan RRI di seluruh Indonesia tidak lebih hanya menjadi corong

pemerintah, alat propaganda, dan instrument kekuasaan dalam memanipulasi

kesadaran publik, siapa pun yang memimpin RRI harus tunduk pada kekuasaan

Orde Baru yang otoriter. Sementara itu siarannya bersifat Top Down

(Cahyono.2012,2012:39).

Ketidakpuasan terhadap rezim Soeharto yang dianggap otoriter sehingga

terjadi berbagai penyelewengan kekuasaan (abuse of power) disertai krisis

Page 18: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30071/1/3111413022.pdf · vii 9. Rekan-rekan UKM Penelitian Unnes dan ERC Fakultas Ilmu Sosial yang membantu secara moril serta tulus menjadi

4

berkepanjangan menimbulkan tuntutan masyarakat pro Reformasi untuk

mengubah sistem struktural pemerintahan melalui gerakan Reformasi yang

memuncak pada Mei 1998.

Reformasi membawa slogan pro-rakyat akibat adanya anggapan

otoriterisme rezim Orde Baru sehingga memberi hembusan pengaruh yang

signifikan terhadap kinerja parlemen untuk membuat undang-undang (UU) yang

sejalan dengan kepentingan publik pro reformasi, tidak terkecuali sistem

penyiaran yang dinilai otoritarian mulai direvisi menuju sistem penyiaran yang

demokratis pro-publik, dan menanggalkan segala produk rezim Orde Baru.

Maka berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37

Tahun 2000, tentang Pendirian Perusahaan Jawatan (Perjan) menjadikan status

RRI sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berkarakteristik tidak

mencari keuntungan, memberikan pelayanan kepada publik, bagian dari suatu

departemen pemerintah, dipimpin oleh seorang kepala yang bertanggung jawab

langsung kepada Menteri atau Direktur Jenderal Departemen yang bersangkutan

dan status karyawannya adalah pegawai negeri (PP/37/2000). Sedangkan maksud

dan tujuan Perjan adalah menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa barang

dan jasa yang bermutu dan menandai bagi pemenuhan hajat orang banyak.

(Rencana Induk LPP RRI 2011-2016).

Status RRI mengacu pada UU No 37 Tahun 2000. Namun, siaran masih

mengacu pada UU No 24 Tahun 1997 yang dianggap produk hukum rezim Orde

Baru. Maka dari itu, melalui proses yang panjang, maka UU No 24 Tahun 1997

dicabut dan diberlakukan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang

Page 19: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30071/1/3111413022.pdf · vii 9. Rekan-rekan UKM Penelitian Unnes dan ERC Fakultas Ilmu Sosial yang membantu secara moril serta tulus menjadi

5

Penyiaran yang menetapkan RRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik (LPP)

hingga saat ini. Pasal 14 Undang Undang Nomor 32/2002 menegaskan bahwa

RRI adalah LPP yang bersifat independen, netral, tidak komersil dan berfungsi

melayani kebutuhan masyarakat. Perubahan ini menyebabkan pergeseran peran

RRI, dari yang semula sebagai lembaga milik negara (state owned oriented)

menjadi lembaga milik publik (publik oriented) (ps 4/UU No 32/2002). RRI

sebagai LPP juga dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 11 dan 12

Tahun 2005 penjabaran lebih lanjut dari Undang Undang Nomor 32/2002 tentang

perubahan RRI menjadi LPP RRI.

Perjalanannya perubahan RRI dalam status maupun peran sudah beberapa

kali berubah, tidak dapat dipungkiri bahwa hal ini terjadi karena imbas dari

perubahan sistem pemerintahan yang terjadi di Negara Indonesia. Pada awal

kemerdekaan hingga zaman Presiden Soeharto, RRI adalah radio yang dipakai

sebagai alat pemerintah yang menyiarkan hal-hal positif dari pemerintah.

Perubahan status kedudukan berpengaruh terhadap siaran Radio Republik

Indonesia inilah yang merupakan fenomena menarik diteliti mengingat RRI yang

sebelumnya merupakan radio pemerintah yang menggunakan manajemen pola

siaran versi pemerintah harus berubah menjadi radio publik yang independen,

netral dan mandiri. Untuk mengetahui proses perubahan yang dilakukan RRI

dalam menyesuaikan diri dengan statusnya sebagai LPP, maka peneliti

menganalisis terkait regulasi dan pola siaran yang merupakan dampak dari

reformasi. Maka dai itu, peneliti mengangkat judul Dampak Reformasi

Page 20: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30071/1/3111413022.pdf · vii 9. Rekan-rekan UKM Penelitian Unnes dan ERC Fakultas Ilmu Sosial yang membantu secara moril serta tulus menjadi

6

Terhadap Regulasi Dan Pola Siaran Radio Republik Indonesia (RRI)

Wilayah Semarang Tahun 1998-2016.

1.2.Berdasarkan Latar Belakang tersebut maka diketahui beberapa

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana regulasi dan pola siaran Radio Republik Indonesia (RRI) masa

Orde Baru ?

2. Bagaimana regulasi dan pola siaran Radio Republik Indonesia (RRI) masa

Reformasi ?

3. Bagaimana dampak Reformasi terhadap regulasi dan pola siaran RRI

Wilayah Semarang 1998-2016?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan Permasalahan diatas maka yang hendak dicapai dalam penelitian

ini adalah:

1. Menjelaskan dan menganalisis regulasi dan pola siaran Radio Republik

Indonesia (RRI) pada masa Orde Baru .

2. Menjelaskan dan menganalisis perubahan Regulasi dan Pola siaran Radio

Republik Indonesia (RRI) masa Reformasi

3. Menjelaskan dan menganalisis dampak Reformasi terhadap regulasi dan

pola siaran RRI Wilayah Semarang 1998-2016

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Page 21: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30071/1/3111413022.pdf · vii 9. Rekan-rekan UKM Penelitian Unnes dan ERC Fakultas Ilmu Sosial yang membantu secara moril serta tulus menjadi

7

Manfaat Teoritis Yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah memberikan

sumbanga penelitian sejarah khususnya sejarah Lokal.

2. Manfaat Praktis

Manfaat Praktis yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

a. Menambah pengetahuan terkait dampak Reformasi terhadap regulasi

dan pola siaran Radio Republik Indonesia (RRI) Semarang Tahun

1998-2016.

b. Sebagai Kajian sejarah untuk penelitian selanjutnya mengenai media

informasi dari masa ke masa Radio Republik Indonesia Semarang.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Skripsi ini perlu adanya pembatasan ruang lingkup spasial dan ruang

lingkup temporal agar tidak terjadi perluasan dan pembahasan masalah. Ruang

lingkup spasial adalah batasan tempat terjadinya suatu peristiwa sejarah. Ruang

lingkup spasial dalam penulisan skripsi ini adalah Kota Semarang yang

merupakan Ibu Kota Daerah Provinsi Jawa Tengah sebagai tempat dimana Radio

Republik Indonesia cabang Semarang berdiri. Berdasarkan pandangan subjektif

penulis, Semarang merupakan salah satu pusat perpolitikan Jaa Tengah dan secara

kuantitas memiliki jumlah pendengar radio yang paling banyak di tingkat

nasional.

Ruang Lingkup temporal adalah batasan waktu yang dijadikan dalam

penulisan sejarah. Ruang Lingkup temporal dalam penulisan skripsi ini yaitu yang

pada tahun 1998 yang merupakan puncak gerakan Reformasi yang merupakan

Page 22: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30071/1/3111413022.pdf · vii 9. Rekan-rekan UKM Penelitian Unnes dan ERC Fakultas Ilmu Sosial yang membantu secara moril serta tulus menjadi

8

dasar untuk mengubah segala kebijakan pemerintah serta menjadi tonggak awal

kebebasan pers cetak maupun penyiaran, khususnya pers penyiaran pemerintah

Radio Republik Indonesia. Sementara kurun waktu tahun 2016 terkini

(kontemporer) yang djadikan acuan penulis sebagai dampak perkembangan Radio

Republik Indonesia sebagai corong pemerintah hingga menjadi Lembaga

Penyiaran Publik (LPP) yang mengubah orientasi siarannya.

1.6 . Kajian Pustaka

Salah satu penunjang dalam penelitian ini, digunakan beberapa buku yang

dijadikan acuan sebagai dasar keilmiahan suatu kajian.

Dalam buku yang berjudul Komunkasi dan Regulasi Penyiaran (2005)

Muhamad Mufid, menjelaskan tentang landasan seputar teoritisasi ilmu

komunikasi terkait penyiaran. Sementara itu, penulis buku ini memaparkan

perkembangan dan sejarah komunikasi dan penyiaran di Indonesia .

Penulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan interkontekstual faktor-

faktor yang mempengaruhi masa transisi regulasi penyiaran media dari ‘state

oriented regulation’ menuju market dominated regulation. Dalam buku ini juga

dijelaskan hubangan antara stuktur variasi market dan state dan agensi kelompok

civil society seperti organisasi jurnalis dan kelompok kepentingan lain dalam hal

ini berhubungan dengan perspektif ekonomi-politik media masa yang

kontruktivisme.

Page 23: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30071/1/3111413022.pdf · vii 9. Rekan-rekan UKM Penelitian Unnes dan ERC Fakultas Ilmu Sosial yang membantu secara moril serta tulus menjadi

9

Buku ini memuat regulsi yang dijadikan acuan penyiaran radio sejak masa

Orde Baru dan kebijkan-kebikana yang menuai pro kontra, yaitu UUU No 24

tahun 1997 hingga UU No 32 Tahun 2002

David T. Hill dalam bukunya berjudul Pers Masa Orde Baru (2011)

memberi warna tersendiri dalam pemikirannya mengenai perkembangan media. Ia

berpendidikan sarjana mengenai Asian Studies di Australian National University

di Canberra . Buku yang ditinjau dalam skripsi ini ditulis pada tahun 1995 dan

baru diterjemahkan pada tahun 2011. Sebelumnya buku ini ditulis dalam bahasa

Inggris dan telah beredar luas di kampus-kampus luar negeri. Buku ini mengkaji

peran media di masa Orde Baru yang digunakan sebagai sarana propaganda

pemerintah untuk menggerakan pembangunan nasional dan menjadi alat yang

penting dalam memelihara serta membantu beranak pinaknya legitimasi Orde

Baru.

Buku ini menggarisbawahi perkembangan pers sepanjang Orde Baru

dengan mencatat secara khusus periode-periode dimana pemerintah melancarkan

aksi-aksi anti pers dan liberalisasi serta ekspansi ekonomi yang berlangsung,

mengkaji lebih jauh apa, mengapa, bagaimana media yang berkembang pada

masa Orde Baru untuk kepentingan intelektual dan implementasi pada masa

reformasi dewasa ini kedepan. Sehingga penulis memahami poin-poin penting

akar permasalahan dominasi penguasa terhadap pers khususnya pers penyiran RRI

yang diklaim sebagai milik pemerintah pada masa Orde Baru, yang mana

siarannya dimaksudkan untuk menyiarkan program-program pemerintah pada

masa Orde Baru.

Page 24: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30071/1/3111413022.pdf · vii 9. Rekan-rekan UKM Penelitian Unnes dan ERC Fakultas Ilmu Sosial yang membantu secara moril serta tulus menjadi

10

Buku ini mendukung dalam penyusunan skripsi yang ditulis secara

tematik dan kronologis oleh penulis, dimana penulis memahami regulasi pers pada

masa Orde Baru hingga pengguliran UU No 24 Tahun 1997.

Selanjutnya buku laporan berseri yang berjudul Memetakan Kebijakan

Media di Indonesia (2012) yang ditulis oleh Yanuar Nugroho, Muhammad Fajri

Siregar, dan Shinta Laksmi. Buku ini merupakan hasil penelitian kerjasama antara

Center for Innovation Policy Governance (CIPG), Hivos, dan University of

Manchester Business School yang didukung oleh Ford Fondation.

Penelitian ini mengkaji dinamika kebijakan media di Indonesia. Penelitian

ini bermanfaat dalam setidaknya dua aspek, pertama, penelitian ini membuka dan

mencermati karakter publik media terutama yang terkait dengan keberpihakan

media terhadap publik yang sampai sekarang hanya merupakan asumsi atau

disepelekan, kedua, riset ini mengkonfirmasi aspek, bagaimana permasalahan dan

kontradiksi media memberi ruang terhadap agenda politis yang berujung pada

kemerosotan fungsi sosial media massa itu sendiri.

Salah satu temuan dalam penelitian ini adalah Reformasi 1998 merupakan

titik balik dan dianggap sebagai landasan utama dalam upaya memastikan hak-hak

warga negara atas media. Setelah itu, muncul amandemen UUD 1945 dan UU

Hak Asasi Manusia. Kajian ini mengulas dua kebijakan pasca-reformasi menjadi

kerangka hukum dan peraturan media, yaitu UU Pers No. 40/1999 dan UU

Penyiaran No. 32/2002 yang berdampak terhadap orientasi siaran pemerintah

maupun swasta.

Page 25: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30071/1/3111413022.pdf · vii 9. Rekan-rekan UKM Penelitian Unnes dan ERC Fakultas Ilmu Sosial yang membantu secara moril serta tulus menjadi

11

1.7 Metodologi Penelitian

Dalam sebuah Penelitian dibutuhkan suatu metode ilmiah yang

menyangkut masalah cara kerja untuk obyek yang mendasari sebuah kajian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah

yang menguji dan menganalisa secara kritis rekaman masa lampau. Penelitian ini

difokuskan pada regulasi dan pola siaran Radio Republik Indonesia Wilayah

Semarang pada masa Orde Baru awal reformasi hingga 2016. Adapun langkah-

langkah yang digunakan dalam proses penelitian ini menurut Kuntowijoyo

(1995:9) adalah:

1. Pengumpulan data (Heuristik )

Heuristik adalah kegiatan dalam mengumpulkan dan mencari sumber

yang berhubungan dengan penelitian. bahwa heuristik adalah sebuah kegiatan

mencari sumber-sumber untuk mendapatkan data-data, atau materi sejarah atau

evidensi sejarah.

Usaha-usaha yang dilakukan oleh penulis dalam mengumpulkan sumber

ini yakni dengan mencari sumber lisan maupun tulisan, arsip, jurnal, buku, dan

surat kabar, dan sumber tertulis lainnya yang relevan untuk pengkajian

permasalahan yang akan dikaji.

Sumber primer harus ditemukan, karena sumber sekunder tidak cukup

untuk digunakan sebagai kajian analisis sejarah. Sumber primer yang penulis

gunakan yaitu dokumen-dokumen yang berasal dari Depkominfo maupun

langsung dari kantor RRI Semarang, yang dicocokan melalui metode wawancara

Adapun teknik pengumpulan data dalam langkah ini yaitu:

Page 26: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30071/1/3111413022.pdf · vii 9. Rekan-rekan UKM Penelitian Unnes dan ERC Fakultas Ilmu Sosial yang membantu secara moril serta tulus menjadi

12

a. Studi Pustaka, studi pustaka merupakan kegiatan untuk memperoleh data

berupa buku, majalah serta koran yang relevan dengan permasalahan yang

dikaji. Dalam langkah ini peneliti melakukan pencarian sumber tertulis di

Perpustakaan Jurusan Sejarah, Perpustakaan Pusat Universitas Negeri

Semarang, Perpustakaan Wilayah Jawa Tengah, dan Perpustakaan Kota

Semarang.

b. Studi dokumen, studi dokumen merupakan kegiatan mencari data

mengenai hal hal yang berkaitan dengan penelitian berupa arsip,

menitikberatkan pada analisis atau interpretasi bahan tertulis berdasarkan

konteksnya . Bahan tersebut dapat berupa tulisan yang terpublikasi, buku,

surat kabar, majalah, artikel ilmiah, dan sejenisnya. Penulis mencari

sumber dokumen, diantaranya di Dinas Komunikasi dan Informatika Kota

Semarang dan Kantor RRI Wilayah Semarang.

c. Wawancara (interview) merupakan salah satu metode pengumpulan data

apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

permasalahan yang harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin

mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dengan jumlah

responden yang sedikit. Seorang peneliti dalam melakukan wawancara

perlu memperhatikan beberapa faktor yaitu informan (responden), topik,

situasi, kemampuan pewawancara menggunakan teknik wawancara, dan

faktor sosial budaya yang mempengaruhi interaksi antara pewawancara

dengan informan. Peneliti harus menyiapkan instrumen berupa pertanyaan

dalam proses wawancara sebagai pedoman penelitian, peneliti juga

Page 27: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30071/1/3111413022.pdf · vii 9. Rekan-rekan UKM Penelitian Unnes dan ERC Fakultas Ilmu Sosial yang membantu secara moril serta tulus menjadi

13

menggunakan alat bantu seperti tape recorder, dan material lain yang

dapat membantu pelaksanaan wawacara.

Sementara itu, Narasumber wawancara dalam skripsi ini diantaranya:

a. Kepala Bidang Programa Siaran LPP RRI Wilayah Semarang,

Dwi Okto Gunarso S.Sos

b. Kepala Perencana dan Evaluasi Program Siaran, Titik Hendriyana

S.S. MM

c. Kepala Bidang Tata Usaha LPP RRI Wiayah Semarang, Adi

Suyono,S.Ip,MM.

2. Kritik Sumber (Verifikasi)

Untuk mendapatkan otentisitas dan kredibilitas sumber, peneliti mencoba

melakukan kritik sumber. kritik adalah kerja intelektual dan rasional yang

mengikuti metodologi sejarah guna mendapatkan objektivitas suatu kejadian.

Dalam metodologi sejarah kritik sumber meliputi dua tahapan, yaitu kritik

eksternal dan kritik internal. Kritik eksternal adalah usaha mendapatkan otentisitas

sumber dengan melakukan penelitian fisik terhadap suatu sumber. Kritik eksternal

selalu dilakukan sesuai dengan anak zaman, terkait dengan sumber-sumber yang

didapat, peneliti melakukan kritik eksternal dengan melihat karya-karya dari

aspek pengarang, penerbit dan tahun terbit. Kritik sumber adalah sebuah proses

untuk mengevaluasi validitas dan otensitas sumber sejarah. Kritik sumber

menghubungkan antar sumber yang membutuhkan proses interpretasi dan

penjelasan dalam hubungan fakta. (Wasino,2006 dalam Wasino &Endah,2017).

Otensitas Sumber, peneliti melakukan pengujian atas asli tidaknya sumber,

Page 28: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30071/1/3111413022.pdf · vii 9. Rekan-rekan UKM Penelitian Unnes dan ERC Fakultas Ilmu Sosial yang membantu secara moril serta tulus menjadi

14

berarti ia menyeleksi segi-segi fisik dari sumber yang ditemukan. Pada dokumen

tertulis perundang-undangan dsar penyusunan regulasi yang berkaitan dengan

Penyiaran, peneliti melihat gaya tulis arsip dan tinta yang digunakan selain itu

mengecek kembali asal arsip apabila berasal dari situs online, peneliti melihat

situs tersebut resmi atau tidak.

a. Otensitas Sumber, peneliti melakukan pengujian atas asli tidaknya

sumber, berarti ia menyeleksi segi-segi fisik dari sumber yang ditemukan.

Pada dokumen tertulis perundang-undangan dsar penyusunan regulasi

yang berkaitan dengan Penyiaran, peneliti melihat gaya tulis arsip dan

tinta yang digunakan selain itu mengecek kembali asal arsip apabila

berasal dari situs online, peneliti melihat situs tersebut resmi atau tidak.

b. Kesahihan sumber (kredibilitas). Sebagaimana telah dikemukakan dalam

uraian terdahulu, bahwa kesaksian dalam sejarah merupakan faktor paling

menentukan sahih dan tidaknya bukti atau fakta sejarah itu sendiri, Penulia

mmpertimbangkan betul sumber informan sebelum mewawancarai lebih

lanjut dan mengecek status kepegawaiannya, keahliannya, dan lama

bekerja di RRI Wilayah Semarang. Sementara itu, penulis melakukan

pengendalian atau pengecekan proses-proses itu serta untuk mendeteksi

adanya kekeliruan dalam pengambilan data yang mungkin terjadi.

3. Interpretasi,

Interpretasi yaitu memaknai atau memberikan penafsiran terhadap fakta-

fakta yang diperoleh dengan cara menghubungkan satu sama lainnya. Pada tahap

Page 29: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30071/1/3111413022.pdf · vii 9. Rekan-rekan UKM Penelitian Unnes dan ERC Fakultas Ilmu Sosial yang membantu secara moril serta tulus menjadi

15

ini penulis mencoba untuk menafsirkan fakta-fakta yang diperoleh selama

penelitian.

Penafsiran atas fakta harus dilandasi sikap obyektif . Kalaupun subyektif

harus rasional bukan mengedepankan emosional. Rekonstruksi sejarah harus

menghasilkan sejarah yang benar atau mendekati kebenaran. (Wasino,2007:73).

Maka dari itu, tahapan interpretasi atau penafsiran peneliti mencoba

melakukan tafsiran se-rasional mungkin serta selalu mencantumkan sumber yang

digunakan. Dalam tahapan interpretasi ini, peneliti melakukan dua hal, yaitu

dengan analisis dan sintesis. Pada tahapan analisis, peneliti menguraikan bahasan

yang akan dikaji . Kemudian tahap sintesis peneliti mencoba menyatukan dan

mengambil kesimpulan.

4. Historiografi

Langkah terakhir metode sejarah ialah historiografi, yakni merupakan cara

penulisan, pemaparan atau penulisan laporan hasil penelitian sejarah yang telah

dilakukan. Penulis berusaha memberikan gambaran yang jelas mengenai proses

penelitian dari fase awal hingga akhir (penarikan kesimpulan).

Fakta dan maknanya harus dirangkai secara kronologis/diakronis dan

sistematis, menjadi tulisan sejrah sebagai kisah. Kedua sifat uraian itu harus

benar-benar tampak , karena kedua hal itu merupakan bagian ciri karya sejarah

ilmiah, sekaligus ciri sejarah sebagai ilmu. Selain kedua hal tersebut, penulisan

sejarah khususnya sejarah yang bersifat ilmiah juga harus memerhatikan kaidah-

kaidah penulisan karya ilmiah pada umumnya (Wasino,2007:83).

Page 30: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30071/1/3111413022.pdf · vii 9. Rekan-rekan UKM Penelitian Unnes dan ERC Fakultas Ilmu Sosial yang membantu secara moril serta tulus menjadi

16

1.8 Kerangka Pemikiran

Penulisan sebuah skripsi memerlukan rangkaian fakta yang disusun secara

kronologis dan analitis. Analisa sebuah peristiwa akan memerlukan teori yang

relevan dengan masalah yang akan dikupas.

Landasan teoretis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori

strukturasi, teori ini diperkenalkan sosiolog Anthony Giddens tahun 1979,

dalam penelitiannya Giddens mendiskripsikan tentang institusi sosial

kelompok dan organisasi diproduksi, direproduksi, dan ditransformasi melalui

penggunaan aturan-aturan sosial. Aturan-aturan yang dibuat kelompok berfungsi

bagi perilaku para anggotanya. Giddens memandang struktur sosial sebagai

pedang bermata dua, struktur dan aturan yang diciptakan membatasi perilaku

anggota organisasi dan kelompok, akan tetapi aturan yang sama membuat

anggota mampu memahami dan berinteraksi dengan orang lain (West dan Turner,

2008).

Terhadap gambaran konseptual ini penulis melihat bahwa sebagai bagian

dari sistem kenegaraan, maka kepentingan nasional, negara dan bangsa yang

dirumuskan oleh kalangan pembuat kebijakan akan menentukan mekanisme

operasional media massa dalam menjalankan fungsi dan tujuannya. Sehingga

perubahan rezim mengubah fungsi media massa maupun orientasi siarannya.

Sehingga penulis melakukan pendekatan ilmu politik dalam mengatur

kekuasaan suatu rezim yang sedang berlangsung dalam mempengaruhi opini

public secara Top Down maupun Bottom Up.

Page 31: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30071/1/3111413022.pdf · vii 9. Rekan-rekan UKM Penelitian Unnes dan ERC Fakultas Ilmu Sosial yang membantu secara moril serta tulus menjadi

17

1.9 Sitematika Penulisan

Untuk lebih memudahkan pembaca dalam memahami isi pembahasan ini,

terlebih dahulu penulis menguraikan sistematika penulisan. Sistematika Penelitian

ini terdiri dari lima bab. Adapun sistematika penulisan adalah sebagai berikut :

Bab I, Merupakan pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan istilah, ruang lingkup, kejian

pustaka, metode penelitian, dan kerangka teori.

Bab II, merupakan tulisan tematik terkait regulasi dan pola siaran RRI

Wilayah Semarang pada masa Orde Baru menjelang masa awal reformasi.

Bab III, merupakan ulasan terkait regulasi dan pola siaran yang diterapkan

pada masa awal jatuhnya Orde Baru hingga reformasi

Bab IV, menjelaskan dampak implementasi dan regulasi yang diterapkan

oleh pemerintah terhadap pola siaran dan struktural RRI Wilayah

Semarang

BAB V, bab ini merupakan bab terakhir yang mengungkapkan simpulan

dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan dan merupakan jawaban atas

pertanyaan permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian.

Page 32: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30071/1/3111413022.pdf · vii 9. Rekan-rekan UKM Penelitian Unnes dan ERC Fakultas Ilmu Sosial yang membantu secara moril serta tulus menjadi

2

BAB II

REGULASI DAN POLA SIARAN RADIO REPUBLIK INDONESIA

WILAYAH SEMARANG PADA MASA ORDE BARU

2.1.2 Regulasi Siaran Radio Pada Masa Orde Baru

Radio Republik Indonesia merupakan media informasi siaran publik resmi

milik pemerintah dan menjadi saksi perjalanan sejarah Republik Indonesia. Radio

ini memiliki slogan “sekali mengudara, tetap mengudara” slogan dari radio ini

dapat terwujud hingga saat ini, dimana sekarang RRI masih tetap mengudara. RRI

merupakan radio yang mempunyai posisi yang strategis, sebab realitasnya RRI

masih merupakan satu-satunya radio berjaringan nasional dan mampu

menjangkau hampir seluruh wilayah Indonesia (Pusdati RRI 2016).

Radio Republik Indonesia Semarang merupakan radio cabang madya

yang siarannya dikendalikan pusat. RRI harus patuh terhadap regulasi pers yang

sewaktu-waktu selalu berubah mempengaruhi fungsi dan siaran. Berdasarkan

analisa penulis, setiap kebijakan diterapkan sesuai otoritas penguasa yang sedang

menjalankan kekuasaan di Indonesia sehingga setiap rezim yang berkuasa

memengaruhi siaran dan memiliki otoritas untuk mengalihkan fungsi RRI

sehingga RRI tidak sepenuhnya memegang prinsip pers. RRI sebagai media pers

penyiaran tentu memiliki fungsi sama halnya dengan pers cetak sebagai alat

perjuangan pada masa revolusi hingga peralihan.

Pada hari-hari awal kemerdekaan istilah pers perjuangan menyimbolkan

peran media sebagai pendamping perjuangan nasional. Presiden Soekarno pernah

sengaja menggunakan media sebagai alat revolusi dan difungsikan untuk

Page 33: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30071/1/3111413022.pdf · vii 9. Rekan-rekan UKM Penelitian Unnes dan ERC Fakultas Ilmu Sosial yang membantu secara moril serta tulus menjadi

3

mengontrol agenda politik dan pembangunannya (Yanuar,2012:35). Meski begitu,

Indonesia baru memiliki kebijakan formal yang mengatur media dan pers pertama

kali pada 1966, atau sekitar 21 tahun setelah Kemerdekaan. Undang-Undang

Pers (UU 11/1966) yang meregulasi media cetak dan prinsip-prinsip pers

nasional jelas mengatur penggunaan media sebagai alat ideologis, dengan secara

harfiah menyatakan pers nasional berkewajiban membina persatuan dan

kekuatan-kekuatan progresif revolusioner dalam perjuangan menentang

imperialisme, kolonialisme, neo-kolonialisme, feodalisme, liberalisme,

komunisme, dan fasisme/diktatur (UU Pers No. 11/1966 Pasal 2). Hal-hal yang

tidak mendukung kebijakan pemerintahan saat itu bisa dikenakan sanksi

pemberangusan. KUHP menjadi landasan hukum di zaman “Demokrasi

Terpimpin”. Persbreidel Ordonanntie dan Haatzaai Artikelen masih sering

menjadi “senjata” dan diberlakukan untuk membungkam pers, walaupun produk

hukum itu sesungguhnya merupakan produk kolonial. (Martono,2014:11).

Pada masa Orde Baru, Indonesia memasuki peralihan zaman,

penyelenggaraan pemerintahan yang lebih fokus dengan pembangunan ekonomi

mempengaruhi kebijakan pers pada waktu itu. Pers disubordinasikan ke dalam

sistem politik dan pemerintahan sehingga setiap lembaga komunikasi termasuk

media massa cenderung diarahkan sejalan dengan kebijakan politik yang sedang

berlangsung. Pada masa tersebut, regulasi di bidang pers ditemui dengan

perubahan perundangan yaitu Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1966 tentang

Ketentuan-ketentuan Pokok Pers, sebagaimana telah diubah dengan Undang-

Undang Nomor 4 Tahun 1967 dan diubah lagi dengan Undang-Undang Nomor 21

Page 34: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30071/1/3111413022.pdf · vii 9. Rekan-rekan UKM Penelitian Unnes dan ERC Fakultas Ilmu Sosial yang membantu secara moril serta tulus menjadi

4

Tahun 1982 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1966

Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pers. Di bawah payung perundangan yang

berlaku pada masa Orde Baru berkuasa, siaran pers penyiaran dikontrol dibawah

pengawasan pemerintah (Martono,2014:12). Pers berdampak pada siaran RRI

sebagai radio resmi milik pemerintah yang dikenal sebagai corong penguasa

untuk menyampaikan program-program pemerintah dan pro terhadap seluruh

kebijakan rezim Orde Baru.

Kedudukan RRI pada masa Orde Baru diatur berdasarkan Keputusan

Presiden (Kepres) No. 44 dan 45 tahun 1974 dan Surat Keputusan Menteri

Penerangan (SK Menpen) Nomor 55B tahun 1975 tentang Susunan Organisasi

Departemen Penerangan; keberadaan tipe B termasuk RRI Wilayah Semarang

sebagai Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Direktorat Jenderal Radio, Televisi

dan Film yang berkedudukan di ibukota Provinsi Dengan kedudukan sebagai

UPT, posisi RRI di seluruh Indonesia tidak lebih hanya menjadi corong

pemerintah, alat propaganda, dan instrument kekuasaan dalam memanipulasi

kesadaran publik. Siapa pun yang memimpin RRI harus tunduk pada kekuasaan

Orde Baru yang otoriter. Akibatnya, RRI menjadi kurang disukai oleh banyak

kalangan terutama masyarakat yang terdidik dan kelompok kritis karena

program-program siaran RRI cenderung monoton, menggurui, dan top down.

Makin hari, munculnya perasaan tidak senang terhadap RRI bertambah besar,

apalagi setelah pilihan media makin beragam. Perasaan tidak suka terhadap RRI

terutama terjadi pada kelompok anak-anak, remaja, dan kalangan pemuda.

(Cahyono.2012,2012:39).

Page 35: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30071/1/3111413022.pdf · vii 9. Rekan-rekan UKM Penelitian Unnes dan ERC Fakultas Ilmu Sosial yang membantu secara moril serta tulus menjadi

5

Berikut hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan salah satu

narasumber :

“Pada saat Orde Baru dulu kami ini populernya disebut corong pemerintah.

Karena sebagai media kami ini meneruskan apa yang sudah menjadi instruksi

dari pemerintah artinya apa,instruksi itu terkait bahwa sebagai radio RRI

meneruskan kebijakan-kebijakan regulasi dari semua kementrian, istilah yang

dikenal adalah top-down. Instruksi dari pusat, dari kementrian, dari Presiden

turun ke kementrian, kementrian diteruskan pada dinas-dinas terkait. Fungsi

kami hanya menyampaikan informasi berdasarkan intruksi dari pusat”

(Titiek Hendriama, Wawancara Pada 5 Mei 2017)

Media RRI bersifat instruktif karena peraturan Orde Baru memang hanya

memposisikannya sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT). RRI tidak bisa bergerak

secara leluasa. Siaran pun diatur berdasarkan orientasi pembangunan pada masa

Orde Baru dan engacu pada Garis Besar Haluan Negara (GBHN).

Hasil wawancara tersebut sesuai dengan data dari pusat informasi RRI,

bahwasannya pada masa Orde Baru segala aturan yang dilaksanakan oleh RRI

wilayah Semarang bersumber dari pusat dibawah naungan Departemen

Penerangan mengacu fungsinya, RRI berfungsi sebagai media edukasi sebagai

media penyeimbang siaran-siaran radio swasta (Pusdatin RRI,20016).

Jika diamati pada masa Orde Baru banyak kebijakan neoliberal

diimplementasikan di Indonesia diantaranya keputusan menambahkan investasi

asing yang mulai dilakukan pada tahun 1974 dan kepemilikan saham asing

meningkat hingga 100 % pada tahun 1994 (Erik,2017:28). Hal ini juga

mempengaruhi industri pers yang sebagian besar dikuasai oleh pribumi, sehingga

memudahkan untuk mendapatkan izin pendirian pers swasta lokal maupun

nasional. Kesempatan selebar-lebarnya dalam membuka kesempatan investasi

Page 36: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30071/1/3111413022.pdf · vii 9. Rekan-rekan UKM Penelitian Unnes dan ERC Fakultas Ilmu Sosial yang membantu secara moril serta tulus menjadi

20

untuk investor asing yang sebenarnya bertentangan dengan paham pendiri bangsa

Indonesia.

Terkait siaran yang berhubungan dengan radio pada masa berlangsungnya

Orde Baru, seringkali mengalami perubahan. Berikut perubahan regulasi pada

masa Orde Baru dalam buku Laporan Memoir Masa Bhakti 1998-1999 yang

diterbitkan oleh Departemen Penerangan RI, diantaranya:

Surat Keputusan Menteri penerangan Nomor 226 Tahun 1984 tentang

wajib relai RRI sudah diperbaharui dengan surat keputusan Menteri Penerangan

Nomor 134 Tahun 1998. Dalam SK tersebut Radio Siaran non RRI hanya

mewajibkan relai siaran berita sentral sebanyak 3 kali pukul 06.00, 13.00, dan

19.00 WIB setiap hari, yang sebelumnya 18 kali (Menpen ps 1/134/1998) (2)

Surat Keputusan Menteri Penerangan No 242 Tahun 1977 Juncto No

245b/kep/MNRPRN/1985 tentang pengukuhan PRSSNI Sebagai pengganti telah

diterbitkan Surat Keputusan (3) Menteri Penerangan No 18A/SK/MENPEN/1998

mengenai organisasi radio siaran swasta nasional di Indonesia. Dengan terbitnya

SK Menpen tersebut, maka membuka kesempatan untuk mendirikan organisasi

radio siaran swasta nasional selain PRSSNI.

Aturan selanjutnya, (4) Surat edaran Direktur Jenderal Radio, Nomor

1351/1993 tentang ketentuan penyelenggaraan dan mekanisme perizinan radio

swasta, diperbaharui dengan surat edaran direktur Jenderal Radio No

1/SE/RTF/K-IV/IX/1998 tentang ketentuan persyaratan dan tatacara memperoleh

rekomendasi penyelenggaraan Siaran Radio Swasta dengan diterbitkanya surat

keputusan menteri penerangan nomor 183A/SK/MENPEN/1998 dan Surat Edaran

Page 37: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30071/1/3111413022.pdf · vii 9. Rekan-rekan UKM Penelitian Unnes dan ERC Fakultas Ilmu Sosial yang membantu secara moril serta tulus menjadi

21

Direktur Jendral Radio, Televisi dan Film Nomor 01/SERTF/K-IV/IX/1998, telah

membuka kesempatan bagi masyarakat luas untuk mendirikan organisasi radio

siaran swasta/nasional diluar PRSSNI. bagi masyarakat penguasaha yang ingin

mendirikan stasiun penyiaran radio siaran swasta hanya cukup dengan

rekomendasi Kepala Kantor Wilayah Departemen Penerangan dan Gubernur

setempat. (5) UU nomor 24 tahun 1997 tentang penyiaran telah ditinjau kembali

oleh tim yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Penerangan RI No.

141/SK/MENPEN/1998 Tentang Tim penyusunan RUU tentang Ketentuan-

ketentuan Media Massa RUU tentang media massa tersebut telah disampaikan ke

sekretariat kabinet untuk selanjutnya diteruskan ke DPR RI. (Departemen

Penerangan,1999:468).

Perubahan regulasi pada masa Orde Baru tersebut tidak mengubah status

RRI Wilayah Semarang. Berdasarkan kebijakan pada masa pendiriannya hingga

masa Orde Baru, RRI Wilayah Semarang berstatus sebagai Unit Pelaksana

Teknis (UPT) (1945-1998). Status tersebut diterapkan oleh RRI seluruh

Indonesia.

Page 38: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30071/1/3111413022.pdf · vii 9. Rekan-rekan UKM Penelitian Unnes dan ERC Fakultas Ilmu Sosial yang membantu secara moril serta tulus menjadi

22

Berikut Struktur Organisasi RRI Semarang saat berstatus Unit Pelaksana Teknis

Bagan 2: Struktur Organisasi RRI Semarang Periode Unit Pelaksana Teknis

(UPT) Tahun 1945-1998.

Sumber: Ruang SDM Kantor RRI Wilayah Semarang Tahun 2017

Sebagaimana telah disepakati, RRI Wilayah Semarang sebagai media

siaran pemerintah tipe B (cabang madya), memiliki struktur seperti diatas.

Struktur organisasi pada masa UPT ini lebih sederhana. Berdasarkan struktur

organisasi RRI tipe B tersebut, pembagiannya adalah sebagai berikut:

1. Kepala Stasiun bertugas mengkoordinasi seluruh kegiatan

dilingkungan staff RRI.

2. Bagian Tata Usaha: Bertanggungjawab terhadap semua kegiatan

dilingkungan Sub Bag TU, melakukan koordinasi, dan konsultasi

dengan seksi-seksi lain, menyusun rencana kegiatan Sub Bag TU

sebagai pedoman kerja, serta mendistribusikan tugas kepada staf di

KEPALA STASIUN RRI REGIONAL 1 SEMARANG

KASI

SIARAN

KASI PEMBERITAAN KASI TEKNIK

KASUBSI

REPORT

ASE

KASUBSI

BRAULK

OM

KASUBSI

DOKUME

NTASI

KASUBSI

PROGAM

A

KASUB

SI

PERIKL

KASUBSI

SIARAN

KATA

KASUB

SI

PRODU

KASUB

SI

SARAN

KASUBSI

PEMANCA

R

KEPALA BAGIAN TATA

USAHA

KAUR

UMUM

KAUR

KEUANGAN

KAUR

PERLENGKAPAN

Page 39: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30071/1/3111413022.pdf · vii 9. Rekan-rekan UKM Penelitian Unnes dan ERC Fakultas Ilmu Sosial yang membantu secara moril serta tulus menjadi

23

lingkungan Sub Bagian TU sesuai dengan prosedur kerja.

Mengevaluasi dan membina staf di lingkungan Tata Usaha (TU),

memeriksa konsep laporan seperti surat-surat dinas atau konsep surat-

surat tentang kepegawaian serta memberikan catatan perbaikan,

memeriksa konsep DUK, Daftar Gaji,SPK, Kontrak, dan bukti

penagihan berdasarkan data dan ketentuan yang berlaku serta memaraf

untuk ditandatangani oleh Kepala Stasiun Kepala RRI Semarang

sebagai tanda persetujuan, melaksanakan tugas lain sesuai dengan

intruksi Kepala Stasiun RRI Wilayah Semarang.

3. Kasi Siaran, Bertugas melaksanakan perencanaan dan evaluasi

program, pertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan di lingkungan

seksi siaran, menyusun langkah kegiatan siaran sebagai pedoman

kerja, Kepala bagian Progama bertugas memberikan petunjuk dan

pengarahan kepada staf di lingkungan siaran, serta engusulkan

Rencana Anggaran Biaya Siaran (RABS).

4. Kasi Pemberitaan bertugas melaksanakan produksi berita ulasan dan

dokumentasi, liputan, dan olahraga, bertanggungjawab terhadap

seluruh kegiatan yang ada di lingkungan seksi pemberitaan. Selain itu

juga menyusun jadwal redaksi dan membuat laporan redaksi.

5. Kasi Teknis, bertugas menyusun sumberdaya tugas teknologi

berdasarkan spesialisasi kerja yakni diantaranya melakanakan tugas di

bidang teknik studio, multimedia, transmisi, sarana dan prasarana

(Tupoksi, Kantor RRI Wilayah Semarang Tahun 2017).

Page 40: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30071/1/3111413022.pdf · vii 9. Rekan-rekan UKM Penelitian Unnes dan ERC Fakultas Ilmu Sosial yang membantu secara moril serta tulus menjadi

24

2.2 Pola Siaran Pada Masa Orde Baru

Pemerintahan Orde Baru merupakan pemerintahan yang melakukan

kontrol terhadap pers agar difungsikan untuk mendukung program-program

pemerintah. Salah satunya Radio milik pemerintah beserta teknologi penyiarannya

dikuasai oleh pemerintah. Indonesia, tidak seperti kebanyakan negara maju dan

berkembang lainnya, kemajuan teknologi di Indonesia dikuasai negara. Sebanyak

80 persen pendanaan R&D berasal dari pemerintah. Hal yang sama yang sama

juga terlihat dari besarnya anggaran yang disalurkan ke industri strategis yang

menunjukan komitmen pemerintah untuk membuat industri milik negara menjadi

tulang punggung. Dalam hal ini pemerintah ingin memperlihatkan diri sebagai

promotor utama perkembangan teknologi Indonesia (Ray dalam Prisma,1995:92).

Teknologi dalam rujukan tersebut adalah seluruh teknologi yang berkaitan

dengan hajat hidup orang banyak, salah satunya adalah teknologi penyiaran dan

kontrol satelit yang diluncurkan pada masa tersebut menyebabkan permerintah

terkesan mengekang (over protected ). Namun pada masa tersebut tidak menutup

kemungkinan terjadi liberalisasi media sebagai bentuk lain pemasukan negara

karena longgarnya peraturan dalam mengatur media swasta.

Selain itu, dampak kemudahan mendapatkan SIUPP Radio Swasta dengan

dikeluarkannya regulasi Menteri Penerangan No 18A/SK/MENPEN/1998

mendukung berdirinya media-media siaran maupun cetak swasta. Kebijakan

tersebut memengaruhi pola substansi siaran RRI Wiayah Semarang agar mampu

bersaing dengan swasta dengan pola siar dilakukan kontrol dari pusat.

Page 41: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30071/1/3111413022.pdf · vii 9. Rekan-rekan UKM Penelitian Unnes dan ERC Fakultas Ilmu Sosial yang membantu secara moril serta tulus menjadi

25

2.2.1 Substansi Siaran RRI Wilayah Semarang

Pada masa pemerintahan Orde Baru, RRI orientasinya lebih cenderung

kepada siaran pembangunan, karena siarannya lebih banyak bermuatan pesan

pembangunan. Bahkan dalam menggali materi siaran lebih banyak bersifat

instruktif dan bukan hasil keinginan serta kebutuhan pendengar. Siaran RRI

Wilayah Semarang bersifat top-down berdasarkan instruksi dari pusat saat

berstatus UPT.( Titiek Hendriama, wawancara pada 5 Mei 2017).

Telah dijelaskan sebelumnya, Unit Pelaksana Teknis (UPT) diberlakukan

sejak awal berdirinya RRI Semarang dari tahun 1945-1998 dan masih berada

dalam naungan Departemen Penerangan. Teknologi penyiaran dan jam siar pun

diatur dari pusat. Substansi siaran pun disesuaikan dengan agenda politik dan

program-program pemerintah.

Pada awal berdirinya program siaran RRI Semarang hanya terdapat satu

programa saja yaitu programa Berita Nasional yang merupakan siaran dari pusat

(sekarang Programa III). Periode UPT didominasi oleh informasi-informasi

politik, karena pada masa orde lama sampai reformasi RRI difungsikan sebagai

corong pemerintah. Kemudian pada tahun 1992 diberlakukan Programa II dimana

segmentasi pasarnya adalah anak muda. Sedangkan program siaran hiburan RRI

periode UPT yaitu pertunjukan wayang kulit. (Titiek Hendriama, wawancara pada

5 Mei 2017).

Hasil wawancara tersebut mendukung peernyataan bahwa RRI memiliki

media strategis yang bermuatan politis. Mengacu pada beberapa sumber, saat itu

pemerintah Presiden Soeharto menggunakan RRI untuk membentuk

Page 42: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30071/1/3111413022.pdf · vii 9. Rekan-rekan UKM Penelitian Unnes dan ERC Fakultas Ilmu Sosial yang membantu secara moril serta tulus menjadi

26

Kelompencapir. Kelompencapir (Kelompok Pendengar, Pembaca, dan Pemirsa)

yang merupakan kegiatan pertemuan untuk petani dan nelayan di Indonesia.

Merujuk kumpulan artikel yang dibukukan oleh Cahyono, Profesor

Sejarah Universitas Gadjah Mada, Djoko Suryo menceritakan, lewat RRI lah

petani-petani berprestasi dari berbagai daerah dijaring. Waktu itu pula, ketika

acara Kelompencapir berlangsung, seluruh masyarakat bisa mendengarkan petani

beradu kepintaran tentang pengetahuannya di seputar pertanian seperti cara

bertanam, memilih bibit, masalah pupuk,dan sebagainya. Berkat media RRI-pula,

program Kelompencapir ini berhasil mendapatkan penghargaan dari FAO dimana

pada tahun 1984 Indonesia berhasil mencapai swasembada pangan. (Cahyono

(ed),2012:53).

Pemegang otoritas untuk semua urusan pers termasuk pers penyiaran

sejenis RRI adalah Menteri Penerangan yang duduk di institusi kuat Departemen

Penerangan. Selain itu ada pula wewenang di tangan Direktorat Jederal

Pembinaan Pers dan Grafika yang memantau organisasi-organisasi pers. Tugasnya

memastikan bahwa organisasi pers tunduk pada pemerintah. Bukan hanya RRI

tetapi juga radio-radio swasta dan media cetak yang telah berdiri (T Hill,2011:71).

Berdasarkan UU no. 5/TH.1964 dalam rangka usaha penertiban dan

pengarahan kepada hal-hal yang positif, maka pada tahun 1970, pemerintah

mengeluarkan Peraturan Pemerintah no. 55 tahun 1970 tentang radio siaran non

pemerintah yang mengatakan bahwa radio non pemerintah berfungsi sosial

sebagai alat pendidik, alat penerangan dan alat hiburan, dan bukan untuk kegiatan

politik. Dalam peraturan itu ditentukan bahwa radio siaran non pemerintah harus

Page 43: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30071/1/3111413022.pdf · vii 9. Rekan-rekan UKM Penelitian Unnes dan ERC Fakultas Ilmu Sosial yang membantu secara moril serta tulus menjadi

27

berfungsi sosial sebagai alat pendidik, alat penerangan, dan alat hiburan, bukan

alat untuk kegiatan politik (pp 55/1970).

2.2.2 Pola Prosentase Siaran RRI Wilayah Semarang

RRI menempatkan banyak sumberdaya untuk menjangkau lebih banyak

pendengar nasional. Ekspansi jangkauan siaran RRI dilakukan melalui

pengembangan stasiun-stasiun siaran dan fasilitas relai, yang semakin meningkat

setelah peluncuran satelit palapa pada 1976 dan palapa generasi B. Hingga decade

90’an RRI berusaha mengembangkan jaringan nasional kedua, Sementara itu Pro

2, yang dioperasikan sebagai jaringan komersial, berkolaborasi dengan

konglomerasi bisnis swasta besar. Jaringan ini tidak tidak terikat oleh konvensi-

konvensi RRI yang lama mengenai penempatan iklan hanya disela-sela program

dan berusaha menanamkan citra muda yang lebih fashionable. (Mufid,2005:44).

Maka dari itu tahun 1992 PRO 2 pun dioperasikan di Semarang yang

bernama Metro Atlas sampai dengan tahun 1995. Dengan bergantinya manajemen

baru maka berubah pula namanya menjadi Citra Atlas yang saat itu memiliki visi

dunia musik dan informasi. Walaupun acara tersebut ditujukan untuk kawula

muda tetapi program acaranya setiap jam akan di putar siaran berita, jumlah siaran

untuk berita dengan musik lebih banyak beritanya. (Wawancara dengan Titiek

Hendriama, 5 Mei 2017).

Melihat fenomena tersebut, RRI nampaknya bersaing dengan radio-radio

swasta yang dianggap memenuhi permintaan pendengar dan lebih berorientasi

pasar sehingga, persaingan antar radio swasta dan pemerintah pun dimulai.

Didirikannya Pro 2 di RRI Wilayah Semarang sebagaimana intruksi dari pusat

Page 44: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30071/1/3111413022.pdf · vii 9. Rekan-rekan UKM Penelitian Unnes dan ERC Fakultas Ilmu Sosial yang membantu secara moril serta tulus menjadi

28

merupakan bentuk penyesuaian radio pemerintah agar bisa diterima oleh semua

kalangan, khususnya kawula muda.

Gelombang Siaran yang dimiliki oleh RRI Wiayah Semarang pada tahun

1945-1991 diantaranya siaran daerah sebagai siaran pusat pemberdayaan

masyarakat yang melayani segmen masyarakat daerah dan berita Jaringan

nasional dengan porsi iklan layanan masyarakat tidak boleh lebih dari 10%. Tapi

Pada masa Menteri Harmoko, iklan dilarang (Dwi Okto Gunarso, wawancara pada

23 April 2017).

Berdasarkan data yang dikumpulkan saat wawancara, RRI Semarang

sebagai lembaga siaran milik pemerintah pun hanya memiliki porsi iklan 10%

non niaga sama halnya seperti TVRI pada masa Orde Baru. Namun, jika melihat

kondisi sebelumnya RRI tidak boleh menerima iklan

Berdasarkan literature yang ditulis David T Hill, pada bulan desember

1972 Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPP) menjadi satu-satunya

organisasi induk bidang periklanan yang mendapat pengakuan dari pemerintah.

Namun, perannya tidak terlalu banyak. Bahkan, pada pidato Presiden tentang

Anggaran Nasional di depan DPR pada 1981 mengumumkan larangan terhadap

pemasangan iklan di saluran televisi nasional (TVRI) dengan tujuan pemerataan

pada pers-pers yang lemah (T Hill,2011 87-88).

Siaran yang dimiliki oleh RRI Wilayah Semarang pada Tahun 1992-2001

diantarnya: Pro 1: sebagai siaran Pusat Pemberdayaan Masyarakat yang

melayani segmen masyarakat yang luas sampai pedesaan. Program Daerah terdiri

dari informasi 25%, pendidikan 10 %, budaya 10%,hiburan 45%, dan iklan 10%.

Page 45: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30071/1/3111413022.pdf · vii 9. Rekan-rekan UKM Penelitian Unnes dan ERC Fakultas Ilmu Sosial yang membantu secara moril serta tulus menjadi

29

Disiarkan di FM 89,0 Mhz. Segmen pedengar dewasa. Pada tahun 1994 didirikan

Pro II : Sebagai siaran Pusat Kreativitas Anak Muda yang melayani masyarakat

muda di perkotaan. Informasi 30 %, Pendidikan 5%, hiburan 40%, iklan 25%.

Disiarkan di Fm 95,3Mhz dengan segmen pendengar para remaja dan pemuda.

Pro III : Jaringan berita Nasional Siaran berita 60%, hiburan 25%, dan iklan

15%. Sementara itu, siaran wajib yaitu Forum Nasional Pancasila (FNP) yang

wajib direlai oleh radio-radio swasta. Disiarkan di FM 90,6. Pengelolaan dan

muatan siaran diserahkan kepada RRI Semarang berdasarkan standar pola siaran

dari pusat. Sementara yang paling pokok selain dari Pro 1 adalah relay berita

Nasional dari Pusat. Sementara itu siaran wajib pada Pro III Forum Nasional

Pancasila (FNP) harus direlay oleh RRI Cabang Madya dan Kota pada masa

Orde Baru. Siaran ini kemudian dihapuskan pada masa Reformasi karena

dianggap tidak sesuai dan merupakan doktrin oleh masyarakat pro reformasi

(Programa dan Evaluasi Siaran Kantor RRI Semarang Tahun 2017).

RRI Semarang menggunakan pola prosentase siaran sepenuhnya dari pusat

pada Pro 1 dan Pro 3, tetapi berhak mengisi acara siaran hiburan disesuaikan

dengan kebutuhan masyarakat Jawa Tengah pada Pro 2 berupa kebudayaan

siaran wayang kulit dan menyisipkan lagu-lagu Jawa (Titiek Hendriama,

Wawancara pada 5 Mei 2017).

Berdasarkan data yang dihimpun oleh penulis bahwa pola persentase tidak

banyak begitu berubah, hanya saja substansi dari siaran pasca reformasi banyak

yang berubah. RRI Wiayah Semarang memiliki anggung jawab menyiarkan

kearifan lokal budaya Jawa Tengah dan mendpatkan segemen pendengar lebih

Page 46: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30071/1/3111413022.pdf · vii 9. Rekan-rekan UKM Penelitian Unnes dan ERC Fakultas Ilmu Sosial yang membantu secara moril serta tulus menjadi

30

banyak. Namun dilain hal, RRI Wilayah Semarang harus bersaing ketat dengan

radio-radio swasta bahkan televisi yang dianggap lebih terkini.

Page 47: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30071/1/3111413022.pdf · vii 9. Rekan-rekan UKM Penelitian Unnes dan ERC Fakultas Ilmu Sosial yang membantu secara moril serta tulus menjadi

74

BAB V

PENUTUP

4.1 Simpulan

Berdasarkan uraian skripsi diatas, dapat disimpulkan diantaranya:

pertama, pada masa Orde Baru, kedudukan RRI diatur berdasarkan Keputusan

Presiden (Kepres) No. 44 dan 45 tahun 1974 dan Surat Keputusan Menteri

Penerangan (SK Menpen) Nomor 55B tahun 1975 tentang Susunan Organisasi

Departemen Penerangan; Teberadaan tipe B (Cabang Madya), termasuk RRI

Wilayah Semarang difungsikan sebagai Unit Pelaksana Teknis di lingkungan

Direktorat Jenderal Radio, Televisi dan Film yang berkedudukan di ibu kota

Provinsi. Auran umum tetap mengacu pada Undang-Undang Nomor 21 Tahun

1982 tentang ketentuan pokok pers harus dikontrol dibawah pengawasan

pemerintah. Sementara itu porsi siaran dengan pola 75% berita telah ditetapkan

oleh pemerintah pusat. Terkait siaran, RRI yang difungsikan sebagai lembaga

pers penyiaran pemerintah hanya menyampaikan pesan-pesan informasi yang

baik-baik saja, yang sejalan dengan program pembangunan seperti tercantum

dalam GBHN. Pada Programa 1 (Pro 1) seluruh RRI termasuk RRI Wilayah

Semarang wajib me relay program Kelompencapir merupakan singkatan dari

Kelompok Pendengar, Pembaca, dan Pemirsa yang merupakan kegiatan

pertemuan untuk petani dan nelayan berprestasi di Indonesia yang bertujuan

untuk memberdayakan masyarakat.

Page 48: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30071/1/3111413022.pdf · vii 9. Rekan-rekan UKM Penelitian Unnes dan ERC Fakultas Ilmu Sosial yang membantu secara moril serta tulus menjadi

75

Kedua, Reformasi menuntut perubahan berbagai aspek termasuk

perubahan struktural sistem pemerintahan. Sebagai dampak dari tuntutan

reformasi, pada bulan Oktober Tahun 1999 era kepemimpinan Abdurrahman

Wahid. Departemen Penerangan yang menaungi RRI dihapuskan RRI yang

awalnya berstatus Unit Pelaksana Teknis (UPT) berubah menjadi Perusahaan

Jawatan (Perjan) . Pada masa awal reformasi Undang-undang No 24 Tahun 1997

Tentang Penyiaran menuai pro dan kontra karena dianggap sebagai produk Orde

Baru. Kemudian pada tahun 2002 diterbitkan UU No 32 Tahun 2002 sebagai

jawaban dari tuntutan reformasi. Maka dari itu, diterbitkanlah UU No 32 tahun

2002 Tentang Penyiaran bahwa RRI mendeklarasikan diri sebagai radio publik

sebagaimana tuntutan reformasi, dengan prosentase siaran terpusat pada radio

induknya di Jakarta. Sementara isi siaran tetap bertujuan untuk mendidik

masyarakat selain itu RRI difungsikan sebagai media persatuan dan berstatus

Lembaga Peniaran Publik.

Ketiga, dampak dari Gerakan Reformasi Terhadap RRI Wilayah

Semarang diantaranya: pertama Reformasi berdampak pada perubahan

struktural teknis, non teknis, dan status RRI Wilayah Semarang dari masa Unit

Pelaksana Teknis (UPT), Perusahaan Jawatan (Perjan), dan LPP sebagai imbas

dari perubahan regulasi atas perubahan rezim. Kedua, pola siaran RRI Semarang

tidak banyak berubah, hanya saja konten pada acara RRI banyak berubah, selain

itu adanya penambahan jam siaran iklan termasuk penggunaan bahasa asing, yang

semula dilarang pada masa Orde Baru, kini pada pasca terbitnya UU No 32

Tahun 2002 tentang Penyiaran menjadi diperbolehkan. Ketiga, pasca Reformasi

dan terlepas dari Departemen Penerangan, RRI meningkatkan teknologinya

bahkan merambah ke mobile. Dampaknya, RRI Wilayah Semarang memiliki

pemancar yang kuat dan teknologi paling canggih diantara radio-radio lainnya di

Page 49: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30071/1/3111413022.pdf · vii 9. Rekan-rekan UKM Penelitian Unnes dan ERC Fakultas Ilmu Sosial yang membantu secara moril serta tulus menjadi

76

Semarang dengan pembiayaan penuh dari pemerintah. Namun, siaran masih

dikontrol oleh pusat sehingga tidak bisa bersaing ketat dengan radio-radio swasta

di kota Semarang.

4.2 Saran

Jangkauan siaran RRI Wilayah Semarang cukup luas untuk menjangkau

daerah-daerah di Jawa Tengah, siaran budaya lokal dan tradisional pun pernah di

relay radio swasta Swedia. Namun sayangnya dalam lingkup lokal RRI Semarang

masih kalah saing dengan program-program siaran radio swasta.

Penulis berharap RRI Semarang dapat berinovasi melalui pendekatan off

air untuk menjaring lebih banyak pendengar ketika program disiarkan on .

Page 50: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30071/1/3111413022.pdf · vii 9. Rekan-rekan UKM Penelitian Unnes dan ERC Fakultas Ilmu Sosial yang membantu secara moril serta tulus menjadi

58

DAFTAR PUSTAKA Arsip

Salinan Arsip Undang-Undang No 11 Tahun 1966 Tentang Pers

Salinan Arsip Undang-Undang No 24 Tahun 1997 Tentang Penyiaran.

Salinan Arsip Surat Keputusan Menteri Penerangan Republik Indonesia No 132

Tahun 1998 Tentang Ketentuan Untuk Menapatkan Surat Izin Usaha

Penerbitan Pers.

Salinan Arsip Surat Keputusan Menteri Penerangan Republik Indonesia No 134

Tahun 1998 Tentang Perubahan Wajib Relai Siara RRI, Penggunaan

Bahasa Siaran, Bahan Siaran, dan Penyelenggaran Berita Oleh Radio

Siaran Non RRI.

Salinan Arsip Peraturan Pemerintah No 12 Tahun 2005 Tentang Lembaga

Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia.

Salinan Arsip Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2000

Tentang Pendirian Perusahaan Jawatan Radio Republik Indonesia.

Salinan Arsip UU No 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran.

Jurnal

Dault Gultom, Amry. “Kajian implementasi radio siaran digital di Indonesia”.

Jurnal Komunikasi. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber

Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Vol. 13 No.2.(133-150). 2015.

Eka Martiana. “Permasalahan Rancangan Undang-Undang RTRI”. Jurnal RechtsVinding .Jakarta. Volume 12 No 3 Tahun 2014.

Effendy, Rochmad. “Mengurangi Potensi Ruang Publik Lembaga Penyiaran.

Publik Dalam Upaya Demokratisasi”. Jurnal Komunikasi.Universitas

Merdeka Malang Vol 4 No 2 Januari 2014.

Erik Aditya Ismail (dkk). “Defend Against Pressure (Study Government Policy on

The Cigarette Industry)”. International Journal of Applied Business and Economic Research. Vo 7 No 15 Diakses 24 Juli 2017 Pada laman

www.serialjournal.com.

Martono,Joko. “Kebebsan Pers di Indonesia Pada Era Reformasi Dan Ekonomi

Politik Media”. Jurnal Insani. Vol 1. No 1 11-20 Desember 2014.

Page 51: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30071/1/3111413022.pdf · vii 9. Rekan-rekan UKM Penelitian Unnes dan ERC Fakultas Ilmu Sosial yang membantu secara moril serta tulus menjadi

59

Masduki. “UU Khusus LPP: Solusi Transformasi RRI-TVRI”.Jurnal Komunikasi,ISSN. Vol 7 No 2. April 2013.

O’Mahen, “Patrick, A Big Bird effect? The interaction among public

broadcasting, publik subsidies, and political knowledge”. University of Michigan: Journal European Political Science Review, (8:2,311-322), 25

Februari 2015.

Rachmiatie,Atie. Kosistensi Penyelenggaraan RRI dan TVRI sebagai Lembaga

Penyiaran Publik. Jurnal Mediator. Dikti Vol 7 No 2 Desember 2016.

Rosalia, Naiza.”Faktor-faktor Penting Daya Tarik Stasiun Radio Bagi Pendengar

Radio Di Kota Semarang”. Jurnal Interaksi. Universitas Diponegoro:

Vol 1 No 1, 2012.

S. Satmoko, S. Gayatri, M. Handayani. “Format majalah udara pada siaran

pedesaan di RRI (Radio Republik Indonesia) Semarang” . Jurnal Sosial Ekonomi Peternakan : Vol 3 No 1 January, 2007.

Wasino & Endah Tutik. “Peasant Economy Under The Plantation Capitalism”. Journal Eknomi dan Bisnis Terindeks Scopus.97(5): 253-271. 2017

Buku

Cahyono,M.Faried (Ed).2012.Radio Melintasi Zaman. Banjarnegara: Aliansi

Jurnalis Independen Yogyakarta & Radio Republik Indonesia dan PT

Sukses Mandiri Press.

Hidajanto Djamal & Andi Fachruddin. 2011. Dasar-Dasar Peniaran : Sejarah, Organisasi, Operasional, dan Regulasi. Jakarta: Prenada Media Grup.

J,A Denny.2006. Jatunya Soeharto dan Transisi Demokrasi Indonesia.

Yogyakarta: LKIS.

Kuntowijoyo.1995.Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang.

Masduki. 2005. Regulasi Penyiaran: Dari Otoriter Ke Liberal. Yogyakarta:

LKIS.

Masduki.2003.Kebebasan Pers dan Kode Etik Jurnalistik. Yogyakarta: UII

Press.

Mendel,Toby. Publik Boadcasting: A Comparative Legal Survey. Paris: United

Nations Educational Scientific And Cultural Organization (UNESCO).

Page 52: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30071/1/3111413022.pdf · vii 9. Rekan-rekan UKM Penelitian Unnes dan ERC Fakultas Ilmu Sosial yang membantu secara moril serta tulus menjadi

60

Mufid, Muhamad.2005. Komunikasi dan Regulasi Penyiaran. Jakarta: Prenada

Media .

Nugroho, Y., Siregar, MF., Laksmi, S. 2012. Memetakan Kebijakan Media di Indonesia (Edisi Bahasa Indonesia). Laporan. Bermedia, Memberdayakan Masyarakat: Memahami kebijakan dan tatakelola media di Indonesia melalui kacamata hak warga negara. Kerjasama riset antara Centre for Innovation Policy and Governance dan HIVOS Kantor Regional Asia

Tenggara, didanai oleh Ford Foundation. Jakarta: CIPG dan HIVOS.

Standar Operasi Prosedur (SOP) Peralatan RRI 2010 Direktorat Sumberdaya

Teknologi Tahun 2010.

Sudibyo, Agus. 2004. Ekonomi Politik Media Penyiaran. Yogyakarta: Balai

Pustaka.

T Hill,David.2007.Pers Di Masa Orde Baru.Terjemahan. Jakarta: Pustaka

Yayasan Obor Indonesia.

Tim Penyusun.2009. Tupoksi RRI Wilayah Semarang.Semarang: RRI Madya

Semarang.

Rencana Acara Siaran RRI Wilayah Semarang 2016.Semarang: RRI Cabang

Madya Semarang.

Rencana Induk LPP RRI 2011-2016. Jakarta: Radio Republik Indonesia Pusat

Surokim.2012. Ekonomi Politik Media Penyiaran Lokal. Johor Bahru: Universiti

Teknologi Malaysia.

Tim Penulis.1999. Memoir Bhakti Departemen Penerangan: Laporan Kemajuan Departemen Penerangan RI Tahun 1999.Jakarta: Departemen

Penerangan.

Wasino. 2007. Dari Riset Hingga Tulisan Sejarah. Semarang: Universitas Negeri

Semarang.

Wiryawan, Hari.2007. Dasar – Dasar Hukum Media. Yogyakarta : Pustaka

Pelajar.

Skripsi

Aryono.2009.Jalan Mendaki Menuju Reformasi: Gerakan Mahasiswa di Semarang Tahun 1990-1998. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri

Diponegoro.

Page 53: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30071/1/3111413022.pdf · vii 9. Rekan-rekan UKM Penelitian Unnes dan ERC Fakultas Ilmu Sosial yang membantu secara moril serta tulus menjadi

61

Internet

Mars News Letter.2010.Persentase Pendengar Setia Radio di Indonesia di laman

https://marsnewsletter.wordpress.com/2010/01/13/pen)den ar-setia-radio

capai-37/ . Diakses pada 31 April 2017

Suryadi,Petrus.2001.RRI Milik Publik Setelah 65 Tahun. Pada situs

http://travel.kompas.com/read/2010/09/13/05483238/RRI.Milik.Publik.Se

Telah.65.Tahun). Diakses Pada 2 Mei 2017

Majalah

Ray David. Kemampuan Teknologi dan Ekonomi Indonesia. Majalah Prisma, No

XXIV Setember 1995

Koran

Suara Merdeka. 1998. Rebut RRI Minta Tuntutan Disiarkan Tiga Kali.

05.15.Mei. Hal 2.

Suara Merdeka. 1998. Mahasiswa Duduki Gubernuran Copot Baliho Presiden

dan Wapres.05.15.Mei. Hal 2.

Rochman Zulianto.2002. Radio Reformasi Harapan Untuk RRI.Wacana dalam

Suara Merdeka.09.11.Hal 12

Wawancara Lisan Wawancara Adi Suyono,8 Mei 2017

Wawancara Dwi Okto Gunarso, 28 April 2017

Wawancara Titiek Hendriama, 5 Mei 2017