Skripsi LARASITA.pdf

download Skripsi LARASITA.pdf

of 84

Transcript of Skripsi LARASITA.pdf

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1. LATAR BELAKANG

    Perkembangan zaman yang semakin pesat mengakibatkan tuntutan

    pemenuhan berbagai kebutuhan masyarakat menjadi semakin meningkat,

    terutama kepada institusi birokrasi. Keluhan masyarakat terhadap kurangnya

    kualitas pelayanan merupakan salah satu indikator yang menunjukkan belum

    memadainya pelayanan yang diberikan oleh aparatur birokrasi.

    Tuntutan dan kebutuhan masyarakat tersebut merupakan tantangan bagi

    birokrasi untuk dapat memberikan pelayanan yang terbaik serta untuk dapat

    melaksanakan fungsinya dengan baik.Untuk itu, institusi birokrasi perlu

    menerapkan strategi peningkatan pelayanan yang tanggap terhadap kebutuhan-

    kebutuhan masyarakat yang menghendaki kualitas pelayanan.Penataan dan

    pembinaan, dan pendayagunaan aparatur yang gagap teknologi sangat

    diperlukan untuk menghadapi tantangan perkembangan zaman ini untuk dapat

    mencapai pelayanan publik yang berkualitas sesuai dengan yang didambakan

    masyarakat.

    Pembekalan keterampilan dan pengetahuan akan teknologi menjadi

    kebutuhan bagi aparatur birokrasi saat ini. Peningkatan tuntutan dan kebutuhan

    masyarakat haruslah diimbangi dengan peningkatan keterampilan dan

    kompetensi aparatur birokrasinya juga. Selain itu, dituntut juga kinerja yang

    efektif dan efisien. Dengan ini, pelayanan terhadap masyarakat benar-benar

    menjadi prioritas utama dan para aparat birokrasi sebagai pelayan masyarakat

    akan lebih mampu melayani, mengayomi, dan menumbuhkan partisipasi

  • 2

    masyarakat, sehingga birokrasi yang baik dan sesuai dengan harapan serta

    aspirasi masyarakat dapat tercipta.

    Berbagai inovasi mengenai pelayanan telah banyak dilakukan oleh

    sebagian besar instansi publik. Hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya untuk

    mewujudkan pelayanan kepada masyarakat yang lebih baik, mudah serta

    terjangkau. Dan juga sebagai jawaban kepercayaan yang telah diberikan oleh

    masyarakat terhadap kinerja dari birokrasi pelayanan publik yang notabene

    selama ini mendapatkan image kurang memuaskan dari sebagian besar

    kalangan masyarakat yang mengurus pelayanan baik itu pelayanan perizinan

    maupun pelayanan non perizinan seperti proses pengurusan yang terlalu

    berbelit-belit, memakan waktu yang terlalu panjang serta memakan biaya yang

    mahal.

    Corak permasalahan yang biasa terjadi pada Kantor Badan Pertanahan

    Nasional (BPN) yang cenderung mengitari pengurusan sertifikasi tanah adalah

    birokrasi yang rumit dan tidak praktis, serta perilaku sejumlah oknum yang

    mengambil keuntungan. Kondisi semacam ini berdampak negatif karena

    masyarakat menjadi apatis dalam mengurus sertifikasi tanah di Kantor BPN.

    Padahal sertifikasi tanah itu sangat penting, tidak hanya untuk legalitas

    kepemilikan tanah.Namun jika dilihat dari perspektif ekonomi, Sertipikat tanah

    dapat dimanfaatkan juga oleh masyarakat untuk mendapatkan modal usaha,

    sehingga masyarakat dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahterannya.

    Adapun upaya yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah

    mengenai pelayanan publik adalah dengan cara mencari formula-formula baru

    yang dapat membantu masyarakat untuk memenuhi berbagai kebutuhannya.

    Salah satu instansi publik yang melakukan inovasi pelayanan publik adalah pada

  • 3

    Kantor Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia. Berdasarkan pada

    Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 18

    Tahun 2009 tentang LARASITA Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia

    maka secara resmi LARASITA diterapkan di seluruh kantor Badan Pertanahan

    Nasional. LARASITA (Layanan Rakyat Sertipikat Tanah) merupakan sebuah

    program baru dari Kantor Badan Pertanahan Nasional. Adapun yang menjadi

    fokus dari program ini adalah memberikan kepastian hukum dalam proses serta

    memudahkan bagi masyarakat yang hendak melakukan sertifikasi tanah,

    sekaligus memotong mata rantai pengurusan Sertipikat tanah dan meminimalisir

    biaya pengurusan.

    LARASITA dibangun dan dikembangkan untuk mewujudnyatakan amanat

    pasal 33 ayat (3) UUD 1945, Undang-Undang Pokok Agraria serta seluruh

    peraturan perundang-undangan di bidang pertanahan. Pengembangan

    LARASITA berangkat dari kehendak dan motivasi untuk mendekatkan Badan

    Pertanahan Nasional dengan masyarakat, sekaligus mengubah paradigma

    pelaksanaan tugas pokok dan fungsi BPN dari menunggu atau pasif menjadi aktif

    atau proaktif (Pendahuluan Undang-Undang No.18 Tahun 2009 Tentang

    LARASITA BPN-RI).

    Layanan Rakyat untuk Sertifikasi Tanah (LARASITA) merupakan

    program yang memadukan teknologi informasi dengan pelayanan petugas BPN

    dalam bentuk pelayanan bergerak, diharapkan mampu menghapus praktik

    persoalan Sertipikat tanah dan memberikan kemudahan serta akses yang murah

    dan cepat dalam mewujudkan kepastian hukum. Tujuannya, adalah untuk

    menembus daerah-daerah yang sulit dijangkau, sehingga masyarakat yang

    tinggal di daerah terpencil tersebut dengan mudah mendapatkan pelayanan

  • 4

    pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang jauh dan biaya transportasi yang

    besar.

    Program Layanan Rakyat untuk Sertifikasi Tanah (LARASITA) ini bisa

    dinikmati warga makassar. Dengan program ini ditargetkan sertifikasi 122.740

    persil tahun ini dapat tercapai. Program mutakhir dari Badan Pertanahan

    Nasional (BPN) ini bertujuan untuk mempercepat waktu, memperpendek jarak,

    dan memudahkan pengurusan sertifikasi tanah. Untuk lebih mengefektifkan

    implementasi, menurut Van Meter dan Van Horn salah satu variabel yang

    mempengaruhi efektivitas pelaksanaan adalah komunikasi, dan bentuk

    komunikasi dalam program LARASITA adalah sosialisasi, diharapkan dengan

    adanya sosialisasi yang dilakukan oleh jajaran pegawai BPN, baik itu sosialisasi

    internal maupun eksternal LARASITA dapat berjalan lancar. Hal ini dimaksudkan

    sebagai sebuah program baru, sosialisasi internal lebih bertujuan untuk

    pembinaan dan pelatihan bagi para pegawai yang secara teknis berhubungan

    dengan IT (Information Technology) LARASITA.

    Sedangkan sosialisasi eksternal bertujuan untuk menyampaikan kepada

    masyarakat luas bahwa dalam rangka pembangunan di bidang pertanahan, BPN

    mempunyai sebuah program baru yang dikenal dengan sebutan LARASITA,yaitu

    sebuah program penerbitan Sertipikat tanah secara cepat, mudah dan

    terjangkau.

    Dengan LARASITA, kantor pertanahan menjadi mampu

    menyelenggarakan tugas-tugas pertanahan dimanapun target kegiatan berada.

    Pergerakan tersebut juga akan memberikan ruang interaksi antara aparat Badan

    Pertanahan Nasional khususnya aparatur BPN Kota Makassar dengan

    masyarakat sampai pada tingkat kecamatan, kelurahan/desa, dan tingkat

  • 5

    komunitas masyarakat, di seluruh wilayah kerjanya, terutama pada lokasi yang

    jauh dari kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Makassar. Berdasarkan latar

    belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan

    penelitian dengan judul Implementasi Program LARASITA (Layanan Rakyat

    Untuk Sertipikasi Tanah) di Kota Makassar.

    I.2. Rumusan Masalah

    Arikunto (1993:17) menguraikan bahwa agar penelitian dapat

    dilaksanakan sebaik-baiknya, maka penulis harus merumuskan masalahnya

    sehingga jelas dari mana harus mana memulai, ke mana harus pergi, dan

    dengan apa ia melakukan penelitian. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

    pentingnya perumusan masalah adalah agar diketahui arah jalan suatu

    penelitian. Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka permasalahan

    yang akan diangkat pada penelitian ini adalah :

    1. Bagaimanakah implementasi Layanan Rakyat Sertipikat Tanah

    (LARASITA) pada Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kota

    Makassar?

    I.3 Tujuan Penelitian

    Berdasarkan Latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan yang

    hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

    1. Untuk mengetahui bagaimana Implementasi Layanan Rakyat Sertipikat

    Tanah (LARASITA) pada Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN)

    Kota Makassar?

  • 6

    I.4 Manfaat Penelitian

    Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

    berikut :

    1. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu

    sumbangan pemikiran kepada Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kota

    Makassar dan juga sebagai bahan masukan dalam mengevaluasi

    kebijakan khususnya dalam hal program penerbitan Sertipikat tanah

    lainnya.

    2. Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan penulis

    mendalami tentang konsep maupun penerapan LARASITA (Layanan

    Rakyat Sertipikat Tanah).

    3. Sebagai suatu karya ilmiah, hasil penelitian ini diharapkan dapat

    menjadi salah satu referensi bagi mereka yang hendak melakukan

    penelitian mengenai Sertipikat tanah dan juga diharapkan akan lebih

    melengkapi ragam penelitian pada kajian Ilmu Administrasi Negara.

  • 7

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1. LANDASAN TEORI

    II.1.1 Konsep Pelaksanaan (Implementasi)

    Dalam setiap perumusan suatu kebijakan apakah menyangkut program

    maupun kegiatan-kegiatan selalu diiringi dengan suatu tindakan pelaksanaan

    atau implementasi. Karena betapapun baiknya suatu kebijakan tanpa

    implementasi, maka tidak akan banyak berarti. Berikut disampaikan beberapa

    pengertian implementasi menurut para ahli.

    Pengertian pelaksanaan seperti yang dikemukakan oleh Pariata Westra

    dan Kawan-kawan (1991: 256) adalah :

    Aktivitas atau usaha-usaha yang dilakukan untuk semua rencana dari kebijaksanaan yang telah dirumuskaan dan ditetapkan, dan dilengkapi segala kebutuhan alat-alat yang diperlukan, siapa yang melaksanakan, dimana pelaksanaannya, kapan waktu mulai dan berakhirnya dan bagaimana cara yang harus dilaksanakan. Pengertian pelaksanaan kebijakan, dikemukakan oleh Syukur Abdullah

    (1987: 10), adalah :

    Suatu rangkaian tindak lanjut, setelah sebuah rencana dan kebijaksanaan ditetapkan yang terdiri atas pengambilan keputusan, langkah-langkah strategi maupun operasional yang ditempuh guna mewujudkan suatu program ataupun kebijaksanaan menjadi kenyataan guna mencapai sasaran dari program yang ditetapkan semula. Adapun definisi Pelaksanaan (Implementasi) menurut Daniel Mazmanian

    dan Paul Sabatier (1983; 61) sebagaimana yang dikutip dalam buku Leo

    Agustino (2006;139), yaitu :

  • 8

    Pelaksanaan (implementasi) kebijakan adalah pelaksanaan keputusan kebijaksanaan dasar, biasanya dalam bentuk Undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin dibatasi, menyebutkan secara tegas tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau mengatur proses implementasinya. Van Meter dan Van Horn (Budi Winarno, 2002; 102) membatasi

    pelaksanaan (Implementasi) sebagai :

    Tindakan-tindakan yang dilakukan individu-individu (kelompok-kelompok) pemerintah maupun swasta yang diarhakan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan sebelumnya. Michael Howlet dan M. Ramesh (1995;11) dalam buku Subarsono (2006;

    13), bahwa :

    Pelaksanaan (Implementasi) adalah proses untuk melaksanakan kebijakan supaya mencapai hasil.

    Dalam proses implementasi (pelaksanaan) sekurang-kurangnya terdapat

    tiga unsur yang penting dan mutlak, seperti yang dikemukakan oleh Syukur

    Abdullah (1987;11) , yaitu :

    a. Adanya program atau kebijakan yang dilaksanakan

    b. Target Groups, yaitu kelompok masyarakat yang menjadi sasaran,

    dan diharapkan dapat menerima manfaat dari program tersebut,

    perubahan atau peningkatan:

    c. Unsur pelaksana (Implementor), baik organisasi atau perorangan,

    yang bertanggungjawab dalam pengelolaan, pelaksanaan dan

    pengawasan dari proses implementasi tersebut.

  • 9

    Grindle menjelaskan bahwa pelaksanaan (Implementasi) kebijakan akan

    dipengaruhi oleh isi kebijakan dan konteks kebijakan. Yang termasuk isi

    kebijakan yaitu :

    a. Kepentingan

    b. Jenis manfaat

    c. Derajat perubahan yang diinginkan

    d. Kedudukan pembuat kebijakan

    e. Pelaksana

    f. Sumber daya

    Sedangkan konteks kebijakan terdiri dari :

    a. Kekuasaan

    b. Karakteristik lembaga

    c. Kepatuhan

    Keberhasilan pelaksanaan (Implementasi) kebijakan akan ditentukan oleh

    banyak variabel atau faktor, dan masing-masing variabel tersebut saling

    berhubungan satu sama lain. Dalam pandangan Edwards III yang dikutip dalam

    buku Subarsono (2006;90), implementasi atau pelaksanaan kebijakan

    dipengaruhi oleh empat variabel, yaitu :

    a. Komunikasi, yaitu keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan

    agar implementor mengetahui apa yang harus dilakukan, dimana

    yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan harus ditransmisikan

    kepada kelompok sasaran (target Group) sehingga akan mengurangi

    distorsi implementasi

    b. Sumberdaya (resource), meskipun isi kebijakan telah dikomunikasikan

    secara jelas dan konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan

  • 10

    sumber daya manusia untuk melaksanakan, maka implementasi tidak

    akan berjalan efektif. Sumberdaya tersebut dapat berwujud sumber

    daya manusia, misalnya kompetensi implementor dan sumber daya

    finansial

    c. Sikap birokrasi dan pelaksana (disposisi ) adalah watak dan

    karakteristik yang dimiliki oleh implementor. Apabila implementor

    memiliki disposisi yang baika, maka implementor tersebut dapat

    menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh

    pembuat kebijakan. Edward III(1980:98) menyatakan bahwa sikap

    dari pelaksana kadangkala menyebabkan masalah apabila sikap atau

    cara pandangnya berbeda dengan pembuat kebijakan. Oleh karena

    itu untuk mengantisipasi hal tersebut, kita dapat

    mempertimbangkan/memperhatikan aspek penempatan pegawai

    (pelaksana) dan insentif.

    d. Faktor Struktur Birokrasi, merupakan susunan komponen (unit-unit)

    kerja dalam organisasi yang menunjukkan adanya pembagian kerja

    serta adanya kejelasan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan yang

    berbeda-beda diintegrasikan atau dikoordinasikan, selain itu struktur

    organisasi juga menunjukkan spesialisasi pekerjaan, saluran perintah

    dan penyampaian laporan (Edward III 1980;125). Struktur organisasi

    yang terlalu panjang akan cenderung melemahkan pengawasan dan

    menimbulkan red-type, yakni prosedur birokrasi yang rumit dan

    kompleks yang menjadikan aktivitas organisasi tidak fleksibel. Aspek

    dari struktur organisasi adalah Standard operating Procedure (SOP)

    dan fragmentasi.

  • 11

    Berdasarkan beberapa teori yang telah dikemukakan oleh para ahli

    tersebut diatas, guna pembatasan dalam penelitian ini maka peneliti memilih

    pendekatan yang dikemukakan oleh Edward III, yang dianggap relevan dengan

    materi pembahasan dari objek atau masalah yang diteliti. Hal ini bukan berarti

    bahwa peneliti menjustifikasi teori-teori lain tidak lagi relevan dalam

    perkembangan teori pelaksanaan suatu program atau kebijakan, melainkan lebih

    kepada mengarahkan peneliti agar lebih fokus terhadap variabel- variabel yang

    dikaji melalui penelitian ini, sehinggapenelitian ini lebih terarah dan membantu

    dalam menjawab tujuan dari penelitian ini.

    Edward III (Subarsono, 2006:90) menyarankan untuk memperhatikan

    empat faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan suatu program atau

    kebijakan sehingga pelaksanaan atau implementasi dari program atau kebijakan

    bisa menjadi efektif, yaitu ;

    a. Komunikasi

    Komunikasi merupakan suatu hal yang sangat menentukan keberhasilan

    pencapaian tujuan dari pelaksanaan atau implementasi suatu program/kebijakan.

    Komunikasi menyangkut proses penyampaian informasi atau transmisi, kejelasan

    informasi tersebut serta konsistensi informasi yang disampaikan. Pengetahuan

    atas hal-hal yang mereka kerjakan dapat berjalan apabila komunikasi berjalan

    dengan baik, sehingga setiap keputusan kebijakan dan peraturan pelaksanaan

    harus dikomunikasikan kepada bagian personalia yang tepat.

    Komunikasi sangat penting, karena suatu program hanya dapat

    dilaksanakan dengan baik apabila jelas bagi para pelaksana, dimana komunikasi

    diperlukan agar para pembuat keputusan dan para implementer akan semakin

  • 12

    konsisten dalam melaksanakan setiap kebijakan atau program yang akan

    diterapkan dalam masyarakat

    Ada tiga indikator yang dapat digunakan dalam mengukur keberhasilan

    aspek komunikasi ini, yaitu :

    1. Transmisi, yaitu penyaluran komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan

    suatu hasil implementasi atau pelaksanaan yang baik pula. Seringkali yang

    terjadi dalam proses transmisiini yaitu adanya salah pengertian, hal ini terjadi

    karena komunikasi pelaksanaan tersebut telah melalui beberapa tingkatan

    birokrasi, sehingga hal yang diharapkan terdistorsi di tengah jalan.

    2. Kejelasan informasi, dimana komunikasi atau informasi yang diterima oleh

    pelaksana kebijakan haruslah jelas dan tidak membingungkan. Kejelasan

    informasi kebijakan tidak selalu menghalangi pelaksanaan kebijakan atau

    program, dimana pada tataran tertentu para pelaksana membutuhkan

    fleksibilitas dalam melaksanakan program, tetapi pada tataran yang lain maka

    hal tersebut justru akan menyelewengkan tujuan yang hendak dicapai oleh

    kebijakan yang telah ditetapkan.

    3. Konsistensi informasi yang disampaikan, yaitu perintah ataupun informasi

    yang diberikan dalam pelaksanaan suatu komunikasi haruslah jelas dan

    konsisten untuk dapat diterapkan dan dijalankan. Apabila perintah yang

    diberikan seringkali berubah-ubah, maka dapat menimbulkan kebingungann

    bagi pelaksana dilapangan.

    b. Sumberdaya

    Meskipun isi kebijakan telah dikomunikasikan secara jelas dan

    konnsisten, akan tetapi pelaksana atau implementor kekurangan sumber daya

    untuk melaksanakan kebijakan, maka implementasi tidak akan berjalan secara

  • 13

    efektif. Sumber daya adalah faktor penting untuk pelaksanaan program agar

    efektif, dimana tanpa sumberdaya maka program atau kebijakan hanya

    sekedar kertas dokumen.

    Edward III (1980:53) menyatakan bahwa hal ini meliputi empat

    komponen, yaitu :

    1. Staf (staff), dimana kuantitas dan kualitas pelaksana yang memadai

    merupakan hal yang penting dalam implementasi atau pelaksanaan

    program

    2. Informasi (Information) yang dibutuhkan guna pengambilan keputusan

    3. Kewenangan (outhority) tugas dan tanggungg jawab

    4. Fasilitas (Facilities) yang dibutuhkan dalam pelaksanaan, dimana seorang

    pelaksana mungkin mempunyai staf yang memadai, mungkin memahami

    apa yang harus dilakukan, dan mungkin mempunyai wewenang untuk

    melaksanakan tugasnya, tetapi tanpa fasilitas yang memadai untuk

    melakukan koordinasi mmaka besar kemungkinan pelaksanaan program

    yang direncanakan tidak akan berhasill dengan efektif

    c. Dispoisi atau attitudes

    Disposisi adalah sikap dan komitmen aparat pelaksana terhadap

    program, khususnya dari mereka yang menjadi pelaksana atau implementor

    dari program, dalam hal ini teruutama adalah aparatur birokrasi. Apabila

    implementor memiliki disposisi yang baik, maka dia akan menjalankan

    kebijakan dengan baik seperti yang diinginkan oleh pembuat kebijakan atau

    program,sedangkan apabila implementor atau pelaksana memiliki sikap yang

    berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi atau

    pelaksanaan program juga menjadi tidak efektif. Edward III (1980:98)

  • 14

    menyatakan bahwa dua aspek yang perlu diperhatikan dalam mengatasi

    dampak dan sikap birokrat atau pelaksanan yang sering kali

    mengesampingkan pelaksanaan program yang telah dibuat, yaitu :

    1. Penempatan pegawai (staffing the bureaucracy), dimana sikap dari para

    aparat birokrasi kadangkala menyebabkan masalah apabila sikap

    ataupun cara pandangnya berbeda dengan pembuat kebijakan. Apabila

    mendapat maslah dalam pelaksanaan program khususnya dari perilaku

    aparat birokrasi pelaksana. Hal ini diselesaikan dengan

    mempertimbangkan pengangkatan eksekutif, sistem pelayanan publik,

    sistem aturan kepegawaian dan metode-metode personel yang sudah

    ada.

    2. Insentif (incentivies), dimana mengganti susunan pegawai pada birokrasi

    pemerintahan adalah hal yang tidak mudah dan hal tersebut tidak

    menjamin proses pelaksanaan berjalan lancar. Teknik lain yang dapat

    digunakan adalah dengan mengubah insentif. Memanipulasi atau

    mengubah insentif pembuat kebijakan pada level atas diharapkan dapat

    mempengaruhi kinerja atau tindakannya.

    d. Struktur birokrasi

    Struktur organisasi adalah susunan komponen (unit-unit) kerja dalam

    organisasi yang menunjukkan adanya pembagian kerja serta danya kejelasan

    bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan yang berbeda-beda diintegrasikan

    atau dikoordinasikan, selain itu struktur organisasi juga menunjukkan

    spesialisasi pekerjaan, saluran perintah dan penyampaian laporan.

    Struktur organisasi yang yang bertugas mengimplementasikan atau

    melaksanakan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

  • 15

    implementasi atau pelaksanaan program. Edward III (1980: 125) menyatakan

    bahwa aspek-aspek dari struktur birokrasi yaitu :

    1. Adanya suatu SOP (Standard Operation Procedure) yang mengatur tata

    aliran pekerjaan dan pelaksana program. SOP juga memberikan

    keseragaman dalam tindakan para pegawai dalam organisasi yang

    kompleks dan luas, dimana dalam pelaksanaannya dapat menghasilkan

    fleksibilitas yang sangat baik (Seseorang dapat dipindahkan dari suatu

    lokasi ke lokasi yang lain) serta adanya keadilan dalam pelaksanaan aturan

    2. Fragmentasi (fragmentation) adanya penyebaran tanggungjawab pada

    suatu area kebijakan diantara beberapa unit organisasi. Adapun akibat dari

    adanya fragmentasi yaitu menyebabkan penyebaran tanggung jawab

    dalam hal ini mengakibatkan koordinasi kebijakan menjadi sulit, dimana

    sumber daya dan kebutuhan atas kewenangan untuk menyelesaikan

    masalah yang timbul kadangkala tersebar diantara beberapa unit birokrasi.

    Oleh sebab itu perlu adanya kekuatan pemusatan koordinasi antara unit-

    unit yang terkait dan hal tersebut bukan hal yang mudah.Keempat faktor

    tersebut mempengaruhi keberhasilan proses pelaksanaan atau

    implementasi dan saling mempengaruhi satu faktor dengan faktor yang

    lain.

    Menurut Jeffri L.Pressman and Aaron B.Wildavski (dalam Jones 1996 :

    295), mengartikan implementasi sebagai sebuah proses interaksi antara suatu

    perangkat tujuan dan tindakan yang mampu untuk meraihnya. Implementasi

    adalah kemampuan untuk membentuk hubungan-hubungan lebih lanjut dalam

    rangkaian sebab akibat yang menghubungkan tindakan dengan tujuan.

  • 16

    Perangkat-perangkat yang dimaksud antara lain adalah sebagai berikut :

    adanya orang atau pelaksana, uang dan kemampuan organisasi atau yang

    sering disebut dengan resources. Dengan demikian berdasar pada pendapat

    diatas dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai tujuan dari implementasi

    tersebut dibutuhkan: manusia, anggaran, dan juga kemampuan organisasi

    ataupun instansi seperti teknologi informasi.

    Sementara itu, Van Meter dan Van Horn (dalam Winarno, 2002:101)

    membatasi implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan

    oleh individu-individu (atau kelompok-kelompok) pemerintah maupun swasta

    yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam

    keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya.

    Implementasi merupakan penerapan sesuatu yang memberikan efek atau

    dampak. Dengan kata lain bahwa implementasi merupakan sebuah penempatan

    ide , konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga

    memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan

    maupun nilai dan sikap. Lineberry (dalam Putra, 2003:81) menyatakan bahwa

    proses implementasi memiliki elemen-elemen sebagai berikut :

    1. Pembentukan unit organisasi baru dan staf pelaksana

    2. Penjabaran tujuan kedalam berbagai aturan pelaksana

    3. Koordinasi berbagai sumber dan pengeluaran kepada kelompok

    sasaran, pembagian tugas di dalam dan di antara dinas-dinas atau

    badan pelaksana

    4. Pengalokasian sumber-sumber untuk mencapai tujuan

  • 17

    II.1.2 Model Implementasi Kebijakan

    Menurut Van Meter dan Van Horn (dalam Subarsono, 2005: 99) ada

    enam variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi, yakni :

    a) Standar dan Sasaran kebijakan

    Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga

    dapat direalisasikan. Apabila standar dan kebijakan kabur, maka akan

    terjadi muti interpretasi dan mudah menimbulkan konflik diantara para

    agen implementasi.

    b) Sumber Daya

    Implementasi kebijakan perlu dukungan sumber daya, baik sumber

    daya manusia maupun sumber daya non manusia.

    c) Komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas Dalam

    implementasi program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi

    lain. Untuk itu diperlukan koordinasi dan kerja sama antar instansi bagi

    keberhasilan suatu program.

    d) Karakteristik agen pelaksana Agen pelaksana mencakup struktur

    birokrasi, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam

    brokrasi, yang semuanya akan mempengaruhi implementasi suatu

    program.

    e) Kondisi sosial, ekonomi, dan politik Variabel ini mencakup sumber

    daya ekonomi, lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan

    implementasi kebijakan; sejauh mana kelompokkelompok kepentingan

    dapat memberikan dukungan bagi implementasi kebijakan;

    karakteristik para partisipan, yakni mendukung atau menolak;

  • 18

    Komunikasi Antar Organisasi Dan Kegiatan

    Pelaksanaan

    Ukuran dan tujuan kebijakan

    Kinerja Implemen

    tasi Karakteristik

    badan Pelaksana

    Sumber daya

    Disposisi Pelaksana

    Lingkungan ekonomi dan sosial politik

    bagaimana sifat opini publik yang ada di lingkungan; dan apakah elit

    politik mendukung implemantasi kebijakan.

    f) Disposisi implementor

    Disposisi implementor ini mencakup tiga hal, yakni: (a) respon

    implementor terhadap kebijakan yang akan dipengaruhi kemauannya

    untuk melaksanakan kebijakan; (b) kognisi, yakni pemahamannya

    terhadap kebijakan, dan (c) intensitas disposisi implementor, yakni

    prefensi nilai yang dimiliki oleh implementor.

    Gambar 1. Model implementasi Kebijakan Van Meter dan Van Horn

    Sumber : Subarsono, 2005 : 100

  • 19

    II.1.3 Tahap-tahap Implementasi Kebijakan

    Implementasi kebijakan yang telah ditetapkan haruslah berjalan efektif.

    Untuk mencapai hal ini diperlukan tahap-tahap implementasi kebijakan. Brian W.

    Hoogwood dan Lewis A. Gunn (Solichin Abdul Wahab, 1991, 36) menguraikan

    ada beberapa tahapan implementasi yaitu :

    Tahapan I, memuat kegiatan pokok sebagai berikut :

    a. Menggambarkan rencana suatu program dengan penetapan tujuan

    secara jelas

    b. Menentukan standar pelaksanaan

    c. Menentukan biaya yang akan digunakan beserta waktu pelaksanaan

    Tahapan II,

    Merupakan pelaksanaan program dengan mendayagunakan struktur staf,

    sumber daya, prosedur, biaya serta metode.

    Tahapan III, memuat kegiatan pokok sebagai berikut :

    a. Menentukan jadwal

    b. Melakukan pemantauan

    c. Mengadakan pengawasan untuk menjamin kelancaran pelaksanaan

    program. Dengan demikian jika terdapat penyimpangan atau pelanggaran

    dapat diambil tindakan yang sesuai dengan segera.

    II.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Implementasi Program

    a) Standar dan Sasaran kebijakan

    Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat

    direalisasikan. Apabila standar dan kebijakan kabur, maka akan terjadi muti

    interpretasi dan mudah menimbulkan konflik diantara para agen implementasi.

  • 20

    b) Sumber Daya

    Implementasi kebijakan perlu dukungan sumber daya, baik sumber daya

    manusia maupun sumber daya non manusia.

    c) Komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas Dalam implementasi

    program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain. Untuk itu

    diperlukan koordinasi dan kerja sama antar instansi bagi keberhasilan suatu

    program.

    d) Karakteristik agen pelaksana Agen pelaksana mensakup struktur

    birokrasi, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam brokrasi,

    yang semuanya akan mempengaruhi implementasi suatu program.

    e) Kondisi sosial, ekonomi, dan politik Variabel ini mencakup sumber

    daya ekonomi, lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi

    kebijakan; sejauh mana kelompokkelompok kepentingan

    dapat memberikan dukungan bagi implementasi kebijakan; karakteristik para

    partisipan, yakni mendukung atau menolak; bagaimana sifat opini publik yang

    ada di lingkungan; dan apakah elit politik mendukung implemantasi kebijakan.

    f) Disposisi implementor

    Disposisi implementor ini mencakup tiga hal, yakni: (a) respon implementor

    terhadap kebijakan yang akan dipengaruhi kemauannya untuk melaksanakan

    kebijakan; (b) kognisi, yakni pemahamannya terhadap kebijakan, dan (c)

    intensitas disposisi implementor, yakni prefensi nilai yang dimiliki oleh

    implementor.

  • 21

    II.3 Pengertian Program

    Secara umum pengertian program adalah penjabaran dari suatu

    rencana. Dalam hal ini program merupakan bagian dari perencanaan. Sering

    pula diartikan bahwa program adalah kerangka dasar dari pelaksanaan

    suatu kegiatan. Untuk lebih memahami mengenai pengertian program,

    berikut ini akan dikemukakan defenisi oleh beberapa ahli:

    Pariata Westra dkk, (1989:236) mengatakan bahwa:

    Program adalah rumusan yang membuat gambaran pekerjaan yang akan dilaksanakan beserta petunjuk cara-cara pelaksanaannya

    Hal yang sama dikemukakan oleh Sutomo Kayatomo (198:162) yang

    mengatakan bahwa:

    Program adalah rangkaian aktivitas yang mempunyai saat permulaan yang harus dilaksanakan serta diselesaikan untuk mendapatkan suatu tujuan

    Menurut manullang (1987:1) mengatakan bahwa:

    Sebagai unsur dari suatu perencanaan, program dapat pula dikatakan sebagai gabungan dari poltik, prosedur dan anggaran, yang dimaksudkan untuk menetapkan suatu tindakan untuk waktu yang akan dating

    S.P. Siagian, (2006:117) mengemukakan bahwa:

    Perumusan program kerja merupakan perincian daripada suatu rencana. Dalam hubungannya dengan pembangunan nasional program kerja itu berwujud berbagai macam bentuk dan kegiatan

    Dengan penjabaran yang tepat terlihat dengan jelas paling sedikit

    lima hal, yaitu:

    1. Berbagai sasaran konkrit yang ingin dicapai.

  • 22

    2. Jangka waktu yang yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan

    tertentu.

    3. Besarnya biaya yang diperlukan beserta identifikasi sumbernya.

    4. Jenis-jenis kegiatan operasional yang akan dilaksanakan

    5. Tenaga kerja yang dibutuhkan, baik ditinjau dari sudut kualifikasinya

    maupun ditinjau dari segi jumlahnya.

    Suatu program yang baik menurut Bintoro Tjokroamidjojo (1984:181)

    harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

    1. Tujuan yang dirumuskan secara jelas.

    2. Penentuan peralatan yang terbaik untuk mencapai tujuan tersebut.

    3. Suatu kerangka kebijaksanaan yang konsisten atau proyek yang saling

    berkaitan untuk mencapai tujuan program seefektif mungkin.

    4. Pengukuran dengan ongkos-ongkos yang diperkirakan dan keuntungan-

    keuntungan yang duharapkan akan dihasilkan program tersebut.

    5. Hubungan dalam kegiatan lain dalam usaha pembangunan dan program

    pembangunan lainnya.

    6. Berbagai upaya dalam bidang mamajemen, termasuk penyediaan tenaga,

    pembiayaan, dan lain-lain untuk melaksanakan program tersebut. Dengan

    demikian, dalam menentukan suatu program harus dirumuskan secara

    matang sesuai dengan kebutuhan agar dapat mencapai tujuan melalui

    partisipasi dari masyarakat.

    Dengan beberapa pendapat tersebut di atas maka dapat disimpulkan

    bahwa program adalah serangkaian tindakan atau aktivitas untuk dapat

    melaksanakan sesuai dengan target rencana yang telah ditetapkan.

  • 23

    II.4. Konsep LARASITA (Layanan Rakyat Sertipikasi Tanah)

    II.4.1 Pengertian LARASITA

    Sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Tentang

    LARASITA Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, dalam pasal 1

    dikatakan bahwa dalam rangka mendekatkan pelaksanaan tugas pokok dan

    fungsi Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia kepada masyarakat

    dikembangkan pola pengelolaan pertanahan yang disebut dengan LARASITA.

    LARASITA adalah kebijakan inovatif yang beranjak dari pemenuhan rasa

    keadilan yang diperlukan, diharapkan dan dipikirkan oleh masyarakat. LARASITA

    merupakan Layanan Rakyat untuk Sertifikasi Tanah. Program ini memadukan

    teknologi informasi dengan pelayanan petugas BPN dalam bentuk pelayanan

    bergerak, diharapkan mampu menghapus praktik persoalan Sertipikat tanah dan

    memberikan kemudahan serta akses yang murah dan cepat dalam mewujudkan

    kepastian hukum. Tujuannya, adalah untuk menembus daerahdaerah yang sulit

    dijangkau, sehingga masyarakat yang tinggal di daerah terpencil tersebut dengan

    mudah mendapatkan pelayanan pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

    jauh dan biaya transportasi yang besar.

    LARASITA juga merupakan layanan sistem front office mobile secara

    online dengan kantor pertanahan setempat. Sehingga seluruh proses pelayanan

    dari mobil/sepeda motor Larasita saat itu juga langsung terdata di kantor

    pertanahan.Penerbitan Sertipikat tanah yang dilaksanakan oleh kantor BPN

    berdasarkan atas Undang-Undang Pokok Agraria mengenai pendaftaran tanah.

    Pendaftaran tanah merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh

    pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur meliputi

    pengumpulan, pengolahan, pembukuan, penyajian, pemeliharaan data fisik, data

  • 24

    yuridis dalam bentuk peta, daftar mengenai bidang bidang tanah dan satuan-

    satuan rumah susun termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-

    bidang tanah yang sudah ada haknya, hak millik atas satuan rumah susun dan

    hak-hak tertentu yang membebaninya (Pasal 1 Ayat 1 Peraturan Pemerintah

    Nomor 24 Tahun 1997).

    Dalam Pasal 3 PP No.24 Tahun 1997 tentang pendaftaran tanah, adapun

    yang menjadi tujuan pendaftaran tanah adalah sebagai berikut :

    a. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada

    pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-

    hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya

    sebagai pemegang hak yan bersangkutan.

    b. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang

    berkepentingan termasuk pemerintah agar dengan mudah dapat

    memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan

    hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah

    susun yang sudah terdaftar.

    c. Untuk terselenggarakannya tertib administrasi pertanahan.

    Dalam rangka pembangunan di bidang pertanahan maka pemerintah

    telah menetapkan suatu kebijaksanaan khusus yang dikenal dengan istilah Catur

    Tertib Pertanahan yang meliputi :

    a. Tertib Hukum Pertanahan

    b. Tertib Administrasi Pertanahan

    c. Tertib Penggunaan Tanah

    d. Tertib Pemeliharaan Tanah dan Lingkungan Hidup

    Berdasarkan Catur Tertib Pertanahan diatas, berarti BPN disini memiliki

  • 25

    fungsi melaksanakan pengurusan hak-hak atas tanah dalam rangka memelihara

    tertib administrasi pertanahan. Dimana Tertib Administrasi Pertanahan juga

    merupakan salah satu dari tujuan pendaftaran tanah. Dalam hubungan

    LARASITA dengan pelaksanaan Catur Tertib Pertanahan tersebut maka segala

    sesuatu yang menyangkut bidang pertanahan harus diselesaikan melalui

    prosedur hukum yang berlaku bukan diselesaikan dengan mempergunakan

    kekerasan ataupun mempergunakan kekuasaan.

    II.4.2 Tugas Pokok dan Fungsi LARASITA

    LARASITA menjalankan tugas pokok dan fungsi yang ada pada kantor

    pertanahan. Namun sesuai dengan sifatnya yang bergerak, pelaksanaan tugas

    pokok dan fungsi tersebut diperlukan pemberian atau pendelegasian

    kewenangan yang diperlukan guna kelancaran pelaksanaan di lapangan.

    Dengan demikian LARASITA menjadi mekanisme untuk:

    1. Menyiapkan masyarakat dalam pelaksanaan pembaruan agraria

    nasional (reforma agraria);

    2. Melaksanakan pendampingan dan pemberdayaan masyarakat di

    bidang pertanahan;

    3. Melakukan pendeteksian awal atas tanah-tanah terlantar;

    4. Melakukan pendeteksian awal atas tanah-tanah yang diindikasi

    bermasalah;

    5. Memfasilitasi penyelesaian tanah yang bermasalah yang mungkin

    diselesaikan di lapangan;

    6. Menyambungkan program BPN RI dengan aspirasi yang

    berkembang di masyarakat;

  • 26

    7. Meningkatkan dan mempercepat legalisasi aset tanah.

    II.4.3 Manfaat LARASITA

    1. Pelayanan kepada masyarakat lebih dekat

    2. Beban biaya masyarakat menjadi lebih ringan

    3. Masyarakat langsung dilayani petugas BPN

    4. Kepastian pelayanan yang bertanggung jawab

    5. Proses lebih cepat

    II.4.4 Jenis Pelayanan LARASITA

    1. Pendaftaran Tanah Untuk Pertama Kali

    2. Pengakuan dan Penegasan Hak Sporadik

    3. Pemecahan Sertipikat

    4. Pemisahan Sertipikat

    5. Penggabungan Sertipikat

    6. Pengembalian Batas

    7. Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah

    8. Pengukuran Ulang dan Pemetaan Bidang Tanah

    9. Peralihan Hak Hibah

    10. Peraliahn Hak Jual Beli

    11. Peralihan Hak Pembagian Hak Bersama

    12. Peralihan Hak Pewarisan

    13. Peralihan Hak Tukar Menukar

    14. Peralihan Hak Dari Hak Guna Bangunan Menjadi Hak Milik

    15. Salinah Warkah / Peta / Surat Ukur

    16. Sertipikat Wakaf Untuk Tanah Terdaftar

  • 27

    II.5 Kerangka Pikir

    Kerangka berpikir ialah penjelasan terhadap gejala yang menjadi objek

    permasalahan kita. Kerangka berpikir disusun berdasarkan tinjauan pustaka dan

    hasil penelitian yang relevan.

    Agar apa yang diuraikan dalam penelitian ini dapat dipahami dengan jelas

    maka penulis membuat kerangka berpikir sebagaimana tertera pada gambar di

    bawah ini:

    Gambar 2. Kerangka Pikir

    Efektifiktas Program LARASITA di Kota

    Makassar

    Implementasi Program (LARASITA) di Kota

    Makassar

    Penerima Manfaat Program LARASITA di

    Kota Makassar

    Enam variabel yang mempengaruhi

    implementasi kebijakan

    1. Standar dan sasaran kebijakan

    2. Sumberdaya 3. Komunikasi antar

    organisasi dan penguatan aktivitas

    4. Karakteristik agen pelaksana;

    5. Disposisi implementor 6. Lingkungan kondisi

    sosial, ekonomi dan politik

  • 28

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    III.1. Pendekatan Penelitian

    Agar penelitian ini lebih terarah. Pada penelitian ini penulis menggunakan

    pendekatan kualitatif deskriptif yaitu terbatas pada usaha mengungkapkan suatu

    masalah atau keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat

    mengungkapkan fakta dan memberikan gambaran secara obyektif tentang

    keadaan sebenarnya dari objek yang diteliti, dalam Hadari Nawawi (2007 : 33-

    34). Selanjutnya Sugiono (2003 : 11) berpendapat bahwa pada penelitian

    kualitatif, teori diartikan sebagai paradigma. Penelitian kualitatif bertujuan untuk

    mengungkapkan informasi kualitatif sehingga lebih menekankan pada masalah

    proses dan makna dengan cara mendeskripsikan sesuatu masalah.

    Dasar teoritis dalam pendekatan kualitatif adalah pendekatan interaksi

    simbolik, diasumsikan bahwa objek orang, situasi dan peristiwa tidak memiliki

    pengertian sendiri, sebaliknya pengertian itu diberikan kepada mereka.

    Pengertian yang diberikan orang pada pengalaman dan proses penafsirannya

    bersifat esensial serta menentukan. Penelitian ini juga menginterpretasikan atau

    menterjemahkan dengan bahasa peneliti tentang hasil penelitian yang diperoleh

    dari informan dilapangan sebagai wacana untuk mendapat penjelasan tentang

    kondisi yang ada menghubungkan variabel-variabel dan selanjutnya akan

    dihasilkan diskripsi tentang obyek penelitian

  • 29

    III.2 Lokasi Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di Kota Makassar dengan melihat bahwa

    program LARASITA yang dikeluarkan oleh BPN Kota Makassar di laksanakan di

    seluruh kecamatan yang ada di Makassar.

    III.3 Tipe dan Dasar Penelitian

    Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe studi

    kasus. Studi kasus digunakan untuk melacak peristiwa-peristiwa kontemporer,

    bila peristiwa yang relevan tak dapat dimanipulasi. Studi kasus yang digunakan

    dalam penelitian ini adalah studi kasus deskriptif. Menurut Prof. Dr. Robert K. Yin

    (2000 : 5), kasus deskriptif yaitu studi kasus tunggal yang hanya mencakup

    sebuah lingkungan sosial (Cornerville) dan satu periode waktu. Sedangkan dasar

    penelitian adalah mengecek kembali dengan wawancara kepada

    narasumber/informan yang berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai hal-hal yang

    berhubungan dengan rumusan masalah penelitian.

    III.4. Fokus Penelitian

    Fokus penelitian digunakan sebagai dasar dalam pengumpulan data

    sehingga tidak terjadi bias terhadap data yang diambil. Untuk menyamakan

    pemahaman dan cara pandang terhadap karya ilmiah ini, maka penulis akan

    memberikan penjelasan mengenai maksud dan focus penelitian terhadap

    penulisan karya ilmiah ini.

    Fokus penelitian merupakan penjelasan dari kerangka konsep. Adapun

    variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

    implementasi program layanan rakyat untuk sertipikasi tanah yang telah

    dilaksanakan sejak tahun 2009 di Kota Makassar,bagaimana proses impelemtasi

    yang dilaksanakan dengan memperhatikan beberapa indikator diantaranya:

  • 30

    1. Standar dan sasaran kebijakan

    2. Sumberdaya

    3. Komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas

    4. Karakteristik agen pelaksana;

    5. Disposisi implementor

    6. Lingkungan kondisi sosial, ekonomi dan politik

    Dalam penelitian karya ilmiah ini, penulis mmenggunakan pendekatan

    tujuan (goal approach) dalam mengukur keberhasilan implementasi program

    LARASITA di Kota Makassar. Penedekatan proses itu sendiri bertujuan untuk

    melihat sejauh mana efektifitas pelaksanaan program dari semua kegiatan

    proses internal atau mekanisme organisasi.

    III.5 Informan

    Informan adalah orang yang dapat memberikan informasi tentang situasi

    dan kondisi latar penelitian. Informan ini harus banyak pengalaman tentang

    penelitian, serta dapat memberikan pandangannya dari dalam tentang nilai-nilai,

    sikap, proses dan kebudayaan yang menjadi latar penelitian setempat. Dalam

    penelitian ini informan yang peneliti maksudkan adalah semua provider yang

    terkait dengan impelementasi program LARASITA di Kota Makassar, yakni

    seluruh staff Kantor BPN Kota Makassar, dan juga masyarakat yang

    memanfaatkan program tersebut .

    III.6 Jenis Dan Sumber Data

    III.6.1. Data primer

    Data primer yaitu yang diperoleh secara langsung pada sumber data yaitu

    pada kantor BPN Kota Makassar dan beberapa daerah yang memanfaatkan

  • 31

    program LARASITA yang bersangkutan dengan cara pengamatan atau observasi

    dan wawancara pada informan untuk mendapatkan jawaban yang berkaitan

    dengan

    III.6.2. Data sekunder

    Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung untuk

    mendukung penulisan pada penelitian ini melalui dokumen atau catatan yang

    ada serta tulisan-tulisan karya ilmiah dari berbagai media, literatur-literatur,

    arsip-arsip resmi yang dapt mendukung kelengkapan data primer yang

    senantiasa berkaitan dengan masalah

    III.7. Teknik Pengumpulan Data

    1. Wawancara Sistematik

    Wawancara sistematik adalah wawancara yang dilakukan dengan

    terlebih dahulu pewawancara mempersiapkan pedoman (guide) tertulis

    tentang apa yang hendak ditanyakan kepada responden. Pedoman

    wawancara tersebut digunakan oleh pewawancara sebagai alur yang

    harus diikuti, mulai dari awal sampai akhir wawancara, karena biasanya

    pedoman tersebut telah tersusun sedemikian rupa sehingga merupakan

    sederetan pertanyaan, dimulai dari hal-hal yang mudah dijawab oleh

    responden sampai dengan hal-hal yang lebih kompleks.

    2. Observasi

    Observasi adalah pengumpulan data yang digunakan untuk

    menghimpun data penelitian, data penelitian tersebut dapat diamati oleh

    peneliti. Dalam arti bahwa data tersebut dihimpun melalui pengamatan

    peneliti melalui penggunaan pancaindra.

  • 32

    Studi Dokumen (Dokumentasi)

    Studi dokumen yaitu cara pengumpulan data dan telaah pustaka,

    dimana dokumen-dokumen yang dianggap menunjang dan relevan

    dengan permasalahan yang akan diteliti baik berupa literatur, laporan

    tahunan, majalah, jurnal, tabel, karya tulis ilmiah dokumen peraturan

    pemerintah dan Undang-Undang yang telah tersedia pada lembaga yang

    terkait dipelajari, dikaji dan disusun/dikategorikan sedemikian rupa

    sehingga dapat diperoleh data guna memberikan informasi berkenaan

    dengan penelitian yang akan dilakukan.

    III.8. Teknik Analisis Data

    Untuk menghasilkan dan memperoleh data yang akurat dan objektif

    sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dalam penelitian ini, maka analisis data

    yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif dengan

    cara analisis konteks dari telaah pustaka dan analisis pernyataan dari hasil

    wawancara dari informan. Dalam melakukan anlisis data peneliti mengacu pada

    beberapa tahapan yang terdiri dari beberapa tahapan antara lain:

    1. Pengumpulan informasi melalui wawancara terhadap key informan

    yang compatible terhadap penelitian kemudian observasi langsung ke

    lapangan untuk menunjang penelitian yang dilakukan agar

    mendapatkan sumber data yang diharapkan.

    2. Reduksi data (data reduction) yaitu proses pemilihan, pemusatan

    perhatian pada penyederhanaan, tranformasi data kasar yang muncul

    dari catatan-catatan di lapangan selama meneliti tujuan diadakan

  • 33

    transkrip data (transformasi data) untuk memilih informasi mana yang

    dianggap sesuai dengan masalah yang menjadi pusat penelitian

    dilapangan.

    3. Uji Confirmability, Uji confirmability berarti menguji hasil penelitian.

    Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang

    dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar

    confirmability-nya.

    4. Penyajian data (data display) yaitu kegiatan sekumpulan informasi

    dalam bentuk teks naratif, grafik jaringan, tabel dan bagan yang

    bertujuan mempertajam pemahaman penelitian terhadap informasi

    yang dipilih kemudian disajikan dalam tabel ataupun uraian

    penjelasan.

    Pada tahap akhir adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi (conclution

    drawing/ verification), yang mencari arti pola-pola penjelasan, konfigurasi yang

    mungkin, alur sebab akibat dan proposisi. penarikan kesimpulan dilakukan

    secara cermat dengan melakukan verifikasi berupa tinjauan ulang pada catatan-

    catatan di lapangan sehingga data-data di uji validitasnya.

  • 34

    BAB IV

    DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

    A. LETAK WILAYAH

    Kota Makassar terletak di pesisir pantai Barat bagian Selatan pulau

    Sulawesi. Secara geografis, Kota Makassar berada pada garis lintang antara

    053130,81 - 05146,49 LS dan garis bujur antara 119 2819 1193231

    BT, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

    - Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pangkajene

    Kepulauan;

    - Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Maros;

    - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa;

    - Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar.

    Wilayah Kota Makassar yang berbatasan langsung dengan Selat

    Makassar mempunyai garis pantai sepanjang 32 km yang membentang dari arah

    Selatan ke Utara, membujur ke arah Timur Laut. Wilayahnya mencakup

    beberapa pulau, diantaranya ada 13 pulau yang mempunyai nama, yaitu : Pulau

    Kayangan, Pulau Lae-Lae, Pulau Lanjukang, Pulau Langkai, Pulau Lumu-Lumu,

    Pulau Bone Batang, Pulau Barang Lompo, Pulau Barangkeke, Pulau

    Kodingarenglompo, Pulau Samalona dan Pulau-pulau kecil lainnya.

    B. LUAS WILAYAH

    Luas Wilayah Kota Makassar adalah 17.577 Ha. Secara umum

    konfigurasi bentuk wilayah Kota Makassar termasuk datar dan menurut

    morfologi regional merupakan deretan pegunungan Lompobattang yang

  • 35

    berelief rendah. Keadaan topogratifinya datar hingga berombak

    dengan ketinggian berkisar antara 0-25 meter di atas permukaan laut.

    Satuan relief di daerah ini pada umumnya ditutupi aluvium hasil

    sedimentasi rawa, pantai dan sungai serta material hasil gunung api,

    dengan kemiringan lereng 0-2 %.

    Bentuk lahan adalah hasil bentukan asal aluvial di beberapa

    tempat mempunyai ketinggian yang sangat rendah dari permukaan laut

    sehingga sering tergenang dan merupakan rawa-rawa. Bentuk lahan ini

    dijumpai disekitar muara Sungai Tallo dan Sungai Jeneberang yang

    secara geomorfologi dikategorikan sebagai dataran banjir sungai.

    Selanjutnya daerah yang mempunyai bentuk topografi berombak

    sebagai bagian terkecil dari wilayah Kota Makassar hanya dijumpai di

    Wilayah Utara dan Timur yang secara administratif termasuk Kecamatan

    Biringkanaya.

    C. ADMINISTRASI

    Secara administratif Kota Makassar sebagai Ibukota Propinsi

    Sulawesi Selatan, mempunyai luas wilayah 17.577 Ha atau 0,28 % dari

    luas wilayah Sulawesi Selatan, terdiri dari 14 Kecamatan 143 Kelurahan.

    Dari 14 Wilayah Kecamatan, Kecamatan Tamalate yang

    merupakan wilayah terluas yaitu : 1,997 Ha dan Kecamatan Mariso yang

    merupakan wilayah Kecamatan terkecil dengan luas wilayah : 0, 182 Ha.

    Gambaran Luas Wilayah perkecamatan dalam Kota Makassar

    dapat dilihat pada tabel 1.daftar kecamatan kota makassar :

  • 36

    No. NAMA KECAMATAN LUAS WILAYAH (Ha)

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    8.

    9.

    10.

    11.

    12.

    13.

    14.

    MARISO

    MAMAJANG

    TAMALATE

    MAKASSAR

    UJUNG PANDANG

    WAJO

    BONTOALA

    UJUNG TANAH

    TALLO

    PANAKKUKANG

    BIRINGKANAYA

    TAMALANREA

    MANGGALA

    RAPPOCINI

    182.000

    542.000

    1.997.000

    251.000

    263.000

    199.000

    209.000

    593.000

    583.000

    1.686.000

    4.654.000

    3.352.000

    2.433.000

    947.000

    JUMLAH 17.577.000

  • 37

    Secara geografis wilayah Kota Makassar berbatasan dengan :

    a. Sebelah Utara dengan Kabupaten Pangkep

    b. Sebalah Timur berbatasan dengan Kabupaten Maros

    c. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Gowa dan Takalar

    d. Sebelah Barat dengan Selat Makassar

    Badan pertanahan nasional terbentuk sesuai dengan keputusan presiden

    republik Indonesia dengan nomor 26 tahun 1988, pada tahun 2006 diadakan

    perubahan struktur baik di BPN pusat, kanwil, maupun kantor pertanahan

    kota/kabupaten. Berdasarkan peraturan kepala badan pertanahan nasional

    republic Indonesia untuk melaksanakan fungsi badan pertanahan nasional

    didaerah maka berdasarkan keputusan badan pertanahan nasional nomor 1

    tahun 1989 dibentuklah kantor pertanahan ditingkat kota dan kabupaten.

    Sebelas agenda Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia :

    1. Membangun kepercayaan masyarakat pada badan pertanahan nasional

    RI.

    2. Meningkatkan pelayanan dan pelaksanaan pendaftaran tanah serta

    sertipikasi tanah secara menyeluruh di seluruh Indonesia.

  • 38

    3. Memastikan penguatan atas hak-hak tanah.

    4. Menyelesaikan persoalan-persoalan pertanahan di daerah-daerah korban

    bencana alam dan di daerah-daerah konflik diseluruh tanah air.

    5. Menangani dan menyelesaikan perkara, masalah, sengketa dan konflik

    pertanahan di seluruh Indonesia secara sistematis.

    6. Membangun sistem informasi dan manajemen pertanahan (SIMTANAS)

    dan sistem pengamanan dokumen pertanahan di seluruh Indonesia.

    7. Menangani masalah KKN serta meningkatkan partisipasi dan

    pemberdayaan masyarakat.

    8. Membangun database penguasaan dan pemilikan tanah

    9. Melakasanakan secara konsisten semua peraturan perundang-undangan

    pertanahan yang telah ditetapkan.

    10. Menata kelembagaan pertanahan nasional.

    11. Mengembangkan dan memperbaharui politik, hukum dan kebijakan

    pertanahan.

  • 39

    IV.I.Badan Pertanahan Kota Makassar

    Kantor pertanahan kota Makassar adalah instansi vertical badan

    pertanahan nasional kota/kabupaten yang berada dibawah tanggung jawab

    kepada kepala kantor wilayah badan pertanahan nasional provinsi Sulawesi

    selatan. Dimana mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dan fungsi

    BPN yang bersangkutan yang dipimpin oleh seorang kepala.

    IV.2 Visi, misi dan motto pelayanan Kantor

    IV.2.1 Visi Kantor

    Bersertipikatnya seluruh Bidang Tanah dalam Wilayah Kota Makassar

    Tahun 2020.

    IV.2.2 Misi

    1. Meningkatnya Penyelesaian Sertipikat Hak Atas Tanah.

    2. Meningkatkan Pemanfaatan, Penggunaan, Penguasaan, dan Kepemilikan

    Tanah yang Efektif.

  • 40

    3. Memberikan Jaminan Kepastian Hukum dan Kepastian Hak serta

    Perlindungan Hukum kepada Masyarakat dan Investor.

    4. Mendukung Peningkatan Ekonomi Masyarakat dalam Rangka

    Mewujudkan Makassar sebagai Kota Maritim, Niaga, Pendidikan, Budaya

    dan Jasa yang Berorientasi Global, Berwawasan lingkungan dan Paling

    Bersahabat.

    IV.2.3 Motto Pelayanan Pegawai

    Satukan Tekad Tiada Hari Tanpa Penyerahan Sertipikat. Motto pelayanan

    masyarakat Pelayanan Cepat Tepat Akurat Akuntable dan Berkeadilan. Janji

    layanan Mudah, Cepat, dan Transparan

    Dalam menyelenggarakan tugas, kantor pertanahan nasional mempunyai

    fungsi :

    1. Penyusunan rencana, program, dan penganggaran dalam rangka

    pelaksanaan tugas pertanahan.

    2. Pelayanan, perijinan, dan rekomendasi dibidang pertanahan

    3. Pelaksanaan survey, pengukuran, dan pemetaan dasar, pengukuran, dan

    pemetaan bidang, pembukuan tanah, pemetaan tematik, dan survey

    potensi tanah.

    4. Pelaksanaan penatagunaan tanah, landreform, konsolidasi tanah, dan

    penataan pertanahan wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, perbatasan, dan

    wilayah tertentu

  • 41

    5. Pengusulan dan pelaksanaan penetapan hak tanah, pendaftaran hak

    tanah, pemeliharaan data pertanahan dan administrasi tanah asset

    pemerintah.

    6. Pelaksanaan pengendalian pertanahan, pengelolaan tanah Negara, tanah

    terlantar dan tanah kritis, peningkatan partisipasi dan pemberdayaan

    masyarakat..

    7. Penanganan konflik, sengketa dan perkara tanah.

    8. Pengkordinasian pemangku kepentingan pengguna tanah.

    9. Pengelolaan sistem informasi manajemen pertanahan nasional

    (SIMTANAS)

    10. Pemberian penerangan dan informasi pertanahan kepada masyarakat,

    pemerintah dan swasta.

    11. Pengkoordinasian, penelitian, dan pengembangan.

    12. Pengkoordinasian pengembangan sumberdaya manusia pertanahan.

    13. Pelaksanaan urusan tata usaha, kepegawaian, keuangan, sarana dan

    prasarana, perundang-undangan serta pelayanan pertanahan

    IV.3 Sumber Daya Manusia

    a. Berdasarkan golongan :

    - Golongan IV : 2 orang

    - Golongan III : 59 orang

    - Golongan II : 9 orang

    - Golongan I : 7 orang

    b. Berdasarkan sub bagian dan seksi :

    - Tata usaha : 15 orang

  • 42

    - Survey, pengukuran dan pemetaan : 13 orang

    - Hak tanah dan pendaftaran hak : 28 orang

    - Pengaturan dan penataan pertanahan : 4 orang

    - Pengendalian dan pemberdayaan : 4 orang

    - Sengketa konflik dan perkara : 6 orang

    IV.4 Loket Pelayanan Kantor

    Dalam Kantor Pertanahan Kota Makassar untuk mengoptimalkan

    pelayanan maka dia lakukan dengan sistem loket, adapun loket-loket tersebut

    adalah :

    Loket 1 : Informasi Pelayanan

    Loket 2 : Berkas penerimaan permohonan

    2.A Pelayanan :

    - Kegiatan Pengukuran

    - Pengembalian Batas

    - Kutipan SU

    2.B Pelayanan :

    - Konversi/Pengakuan

    - Pemberian Hak

  • 43

    - Peningkatan Hak

    2.C Pelayanan :

    - Pendaftaran SK

    - Peningkatan hak RSS

    - Pemecahan/Pemisahan/Penggabungan

    - Penggantian Sertipikat

    2.D Pelayanan :

    - Pengecekan Sertipikat

    - SKPT

    2.E Pelayanan :

    - Peralihan Hak

    - Roya

    - Pemasangan Hak Tanggungan

    Loket 3

    - Pelayanan Administrasi Pembayaran/Keuangan

    Loket 4

    - Pelayanan administrasi Penyerahan Hasil Pekerjaan

  • 44

    IV.5 Struktur Organisasi

    Sesuai dengan peraturan KBPN no : 4 tahun 2006 maka dirancang

    struktur organisasi kantor pertanahan kota Makassar. Kantor pertanahan kota

    Makassar dipimpin oleh seorang kepala kantor yang bertanggung jawab kepada

    Kepala Badan Pertanahan Nasional.

    Kepala kantor pertanahan kota Makassar, membawahi :

    Kepala sub bagian tata usaha, membawahi :

    - Kepala urusan umum dan kepegawaian

    - Kepala urusan perencanaan dan keuangan

    Kepala seksi survey, pengukuran dan pemetaan, membawahi :

    - Kepala sub seksi pengukuran dan pemetaan

    - Kepala sub seksi tematik dan potensi tanah

    Kepala seksi hak tanah dan pendaftaran tanah, membawahi :

    - Kepala sub seksi penetapan hak tanah

    - Kepala sub seksi pengaturan tanah pemerintah

    - Kepal sub seksi pendaftaran hak

    - Kepala sub seksi peralihan, pembebanan hak dan PPAT

    Kepala seksi pengaturan dan penetaan pertanahan, membawahi :

    - Kepala sub seksi penatagunaan tanah dan kawasan tertentu

    - Kepala sub seksi landreform dan konsolidasi tanah

    Kepala seksi pengendalian dan pemberdayaan, membawahi :

    - Kepala sub seksi pengendalian pertanahan

    - Kepala sub seksi pemberdayaan masyarakat

    Kepala seksi sengketa, konflik dan perkara, membawahi :

  • 45

    - Kepala sub seksi perkara pertanahan

    - Kepala sub seksi sengketa dan konflik pertanahan

  • 46

    IV.6 Hasil Penelitian dan Pembahasan

    IV.6.1 Hasil Penelitian

    Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan pada Kantor

    Badan Pertanahan Nasional Kota Makassar, maka dapat digambarkan hasil

    penelitian sebagai berikut:

    1. Implementasi Program LARASITA ( Layanan Rakyat Untuk Sertipikasi

    Tanah) di Kota Makassar .

    Implementasi Program LARASITA di Kota Makassar, dapat dilihat dengan

    membandingkan antara sasaran kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah

    dengan penerima manfaat kebijakan. Artinya, apabila isi kebijakan yang

    dikeluarkan dapat memberikan manfaat yang baik bagi masyarakat penerima

    kebijakan maka kebijakan tersebut dianggap berhasil Sebaliknya, apabila

    Masyarakat mengangap bahwa program yang dikeluarkan oleh pemerintah tidak

    cukup efektif maka kebijakan tersebut dianggap gagal .

    Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Van Meter dan Van

    Horn (dalam Subarsono, 2005: 99) ada enam variabel yang mempengaruhi

    kinerja implementasi, yakni :

    a) Standar dan Sasaran kebijakan

    b) Sumber Daya

    c) Komunikasi antar organisasi

    d) Karakteristik agen pelaksana

    e) Kondisi sosial, ekonomi, dan politik.

    f) Disposisi implementor

  • 47

    .

    Jika kita memperhatikan sudah sangat banyak daftar yang melakukan

    permohonan mengenai sertipikasi tanah.seperti data yang di dapatkan dari seksi

    pengendalian dan pemberdayaan.

    Tabel.2 Daftar permohonan sejak 2009-2011 di program LARASITA

    No. Jenis Kegiatan Permohonan

    Keterangan Masuk Selesai Sisa

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    Balik Nama

    Hak Tanggungan

    .

    Roya

    Tukar Menukar

    Ganti Nama

    Cassie

    800

    540

    460

    14

    4

    3

    660

    494

    430

    14

    4

    3

    140

    36

    30

    -

    -

    -

    J u m l a h 1821 1605 206

    Adapun sasaran dari pelaksanaan program LARASITA (Layanan rakyat

    untuk sertipikasi tanah) adalah memudahkan masyarakat dalam pengurusan

  • 48

    tanah utamanya masyrakat yang berada di daerah terpencil,Hal ini juga terdapat

    dalam UU No.18 Tahun 2009 yang menyatakan bahwa LARASITA bersifat

    pendekatan terhadap masyarakat dalam rangka pengurusan tanah. maka

    berdasarkan hasil wawancara dan observasi oleh peneliti, maka dapat dijabarkan

    sebagai berikut :

    Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan yang mengkoordinir kegiatan

    LARASITA di Kota Makassar berharap bahwa dengan adanya program yang

    dikeluarkan oleh BPN RI tentang LARASITA sebagaimana seperti yang tertuang

    dalam pendahuluan Undang-Undang No.18 Tahun 2009 Tentang LARASITA

    BPN-RI dimana berangkat dari kehendak dan motivasi untuk mendekatkan

    Badan Pertanahan Nasional dengan masyarakat, sekaligus mengubah

    paradigma pelaksanaan tugas pokok dan fungsi BPN dari menunggu atau pasif

    menjadi aktif atau proaktif.Melalui program ini diharapkan masyarakat mampu

    melakukan pengurusan tanah secara terjangkau,mudah,dan cepat.

    Seperti hal yang diutarakan oleh Kepala Kantor Pertanahan Kota

    Makassar) bahwa :

    Jika Bapak Joyo ingin membuat kantor pertanahan di setiap kelurahan/kecamatan berapa biaya yang akan dikeluarkan,namun jika melalui program LARASITA ini memungkinkan pengurusan tanah dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien

    (Hasil wawancara pada tanggal 17 April 2012)

    Hal tersebut juga dikemukan oleh Kasi Pengendalian dan Pemberdayaan

    bahwa :

    Kebanyakan Masyarakat menganggap bahwa pengurusan sertipikat tanah dan lain sebagainya itu sangat lama dan mahal,hal ini dikarenakan mereka sendiri yang menggunakan jasa calo sehingga mereka sendiri yang mengalami kesulitan.dimana di Makassar ini biro jasa terdapat sekitar 600 orang,oleh karena itu dengan adanya program LARASITA dianggap dapat memotong hal-hal dan jaringan yang seperti itu (Hasil wawancara pada tanggal 17 April 2012)

  • 49

    Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa dengan adanya

    program LARASITA dianggap lebih memudahkan masyarakat dalam proses

    pengurusan tanah serta dianggap mampu memutus jaringan penerima jasa

    pengurusan tanah atau calo sehingga masyarakat bisa langsung mengurusnya

    melalui LARASITA.seperti yang dikemukakan oleh salah satu masyarakat

    penerima manfaat program LARASITA, bahwa ;

    Pada awalnya saya malas mengurus sertipikat tanah,karena sangat berbelit-belit dan biaya yang mahal,namun setelah LARASITA ada di kelurahan kalukuang saya menganggap bahwa kepengurusan sertipikat tanah tidak serumit yang saya bayangkan

    (Hasil wawancara pada tanggal 17 April 2012)

    Dengan program LARASITA juga diharapkan dapat memberikan

    pelayanan prima di seluruh kecamatan yang ada di Kota Makassar sebagaimana

    yang dikemukakan oleh Kasi Pengendalian dan Pemberdayaan bahwa :

    Program LARASITA dilaksanakan di 7 Kecamatan prioritas,namun tidak menutup kemungkinan kecamatan lain yang non-prioritas kami akan kunjungi jika terdapat waktu luang dan kecamatan lain telah terselesaikan

    (Hasil Wawancara pada tanggal 17 April 2012)

    Pernyataan dari Kasi Pengedalian dan Pemberdayaan diperkuat dengan

    data data dari BPN Kota Makassar mengenai Kecamatan dan Kelurahan yang

    dikunjungi oleh LARASITA.

  • 50

    Adapun Lokasi Kegiatan LARASITA adalah di 7 Kecamatan meliputi :

    Tabel 3. Daerah Prioritas Kunjungan LARASITA

    No. Kecamatan Kelurahan

    1. Kecamatan Tamalate Kelurahan Barombong dan Jongayya

    2. Kecamatan Tamalanrea Kelurahan Tamalanrea,

    Tamalanrea Jaya,

    Tamalanrea Indah,dan Kapasa

    3. Kecamatan Manggala Kelurahan Borong,

    Tamangapa,Antang,Batua,Kapasa

    4. Kecamatan Tallo Kel.Rappokalling,dan Kalukuang

    5. Kecamatan Mariso Kel.Lette,dan Pannambuang

    6. Kecamatan Biringkanaya Kel.Bulorokeng,Paccerakkang,Pai,

    dan Sudiang raya

    7. Kecamatan Bontoala Kel.Wajo Baru,Tompo Balang,dan

    Bontoala tua. Sumber BPN Kota Makassar Tahun 2012

    Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa secara keseluruhan

    jumlah kecamatan yang prioritas dikunjungi oleh LARASITA terdapat 7

    Kecamatan dan 22 Kelurahan.

  • 51

    Secara sederhana jumlah pendaftaran tanah melalui LARASITA yang

    telah dilaksanakan 1 Januari 30 Desember 2011 sebagai berikut :

    Tabel 4.Pengurusan Tanah Melalui LARASITA

    No.

    Jenis Kegiatan /

    Pelayanan

    Permohonan yang

    masuk

    Realisasi

    Keterangan

    1.

    2.

    3.

    4.

    Pendaftaran Pertama kali

    Roya

    Balik Nama

    Peningkatan Hak

    290

    16

    35

    290

    -

    16

    35

    290

    Dalam proses

    selesai

    selesai

    selesai

    Jumlah 631 341 Sumber BPN Kota Makassar Tahun 2012

    Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa cukup besar

    kontribusi yang diberikan oleh program LARASITA di Kota Makassar guna

    meningkatkan proses penyelesaian masalah-masalah yang menyangkut dengan

    pertanahan khususnya di daerah-daerah terpencil.

    2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Implementasi

    Dalam implementasi atau pelaksanaan suatu kebijakan/program

    dipengaruhi oleh berbagai faktor, begitupun dengan pelaksanaan program

    LARASITA ( Layanan Rakyat Untuk Sertipikasi Tanah) di Kota Makassar. Sesuai

    dengan tujuan penelitian yang hendak melihat implementasi program LARASITA

    dengan memperhatikan variabel-variabel yang mempengaruhi. Adapun

    berdasarkan hasil wawancara dan observasi peneliti, maka dapat dijabarkan

    sebagai berikut :

  • 52

    a. Standar dan sasaran kebijakan / ukuran dan tujuan kebijakan

    Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilannya dari

    ukuran dan tujuan kebijakan yang bersifat realistis dengan sosio-kultur yang ada

    di level pelaksana kebijakan.Sama halnya pada kantor BPN Kota Makassar

    dimana dengan dikeluarkannya program LARASITA maka para implementor

    harus mengetahui sasaran dan tujuan dari kebijakan tersebut. Pemahaman

    tentang maksud umum dari suatu standar dan tujuan kebijakan adalah penting.

    Implementasi kebijakan yang berhasil, bisa jadi gagal (frustated) ketika para

    pelaksana (officials), tidak sepenuhnya menyadari terhadap standar dan tujuan

    kebijakan. Standar dan tujuan kebijakan memiliki hubungan erat dengan disposisi

    para pelaksana (implementors). Arah disposisi para pelaksana (implementors)

    terhadap standar dan tujuan kebijakan juga merupakan hal yang crucial.

    Implementors mungkin bisa jadi gagal dalam melaksanakan kebijakan,

    dikarenakan mereka menolak atau tidak mengerti apa yang menjadi tujuan suatu

    kebijakan

    Sasaran dan tujuan yang jelas dan terarah sangatlah penting guna

    menyukseskan program yang ingin dilaksanakan.

    Seperti hal yang diutarakan oleh Kepala Kantor BPN Kota Makassar bahwa:

    Program LARASITA ini sebenarnya memiliki tujuan yang sangat membantu bagi masyarakat pedesaan yang memiliki akses sulit dalam pengurusan tanah,Bapak Joyo Winoto juga membuat program ini guna lebih mendekatkan BPN kepada seluruh rakyat agar mereka dapat lebih mudah dalam proses pengurusan tanah (Hasil wawancara tanggal 17 April 2012)

    Hal yang serupa pula dikemukankan oleh Kasi Pengendalian dan

    Pemberdayaan,bahwa :

  • 53

    Sebetulnya filosofi dari dikeluarkannya program LARASITA ini adalah agar masyarakat lebih mudah dalam mengurus sertipikasi tanah,seluruh proses dan syarat-syarat yang dibutuhkan sama halnya dengan yang ada dikantor cuma bedanya kami menjemput berkas dan mendatangi wilayah-wilayah dan pelosok daerah yang sulit untuk mereka jika datang ke kantor BPN Kota Makassar

    Berdasarkan dari hasil wawancara di atas maka dapat disimpulkan bahwa

    sasaran dari program LARASITA adalah masyarakat daerah-daerah pelosok

    yang memiliki akses yang sulit untuk kepengurusan sertipikasi tanah.dan

    tujuannya adalah agar mereka lebih mudah dalam melakukan proses

    kepengurusan sertipikasi tanah.

    b. Sumber daya

    Keberhasilan implementasi kebijakan sangat tergantung dari kemampuan

    memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Manusia merupakan sumber daya

    yang terpenting dalam menentukan keberhasilan suatu implementasi kebijakan.

    Setiap tahap implementasi menuntut adanya sumber daya manusia yang

    berkualitas sesuai dengan pekerjaan yang diisyaratkan oleh kebijakan yang telah

    ditetapkan secara apolitik. Selain sumber daya manusia, sumber daya finansial

    dan waktu menjadi perhitungan penting dalam keberhasilan implementasi

    kebijakan. Sumber daya merupakan salah satu faktor penting dalam proses

    implementasi atau pelaksanaan suatu program, dimana tanpa adanya dukungan

    dari sumber daya yang memadai, baik itu berupa jumlah maupun kemampuan

    ataupun keahlian para pelaksana program, pelaksanaan suatu program tidak

    akan mencapai tujuannya.

  • 54

    1.Kualitas dan Kuantitas Pelaksana

    Dalam pelaksanaan suatu program tentu saja perlukan pelaksana guna

    mendukung terlaksananya program dengan baik. Tanpa adanya personil untuk

    melaksanakan suatu program, maka kebijakan atau program apapun tidak dapat

    berjalan dengan baik dan hanya akan tinggal sebagai dokumen tanpa ada

    realisasinya. Oleh karena itu ketersediaan pelaksana yang cukup serta

    berkompetensi dalam mendorong keberhasilan suatu program sangat diperlukan

    Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Kantor BPN Kota

    Makassar,bahwa :

    Pelatihan-pelatihan yang dberikan kepada seluruh staf sering dilaksanakan seperti arahan-arahan mengenai LARASITA sehingga mereka pastinya sudah tau tentang teknis dalam pelaksanaan program ini,malah pada waktu itu eselon 1 yang memberikan arahan di puncak,bogor (Hasil wawancara pada tanggal 17 April 2012)

    Hal tersebut juga dipertegas oleh Kasi Pengendalian dan

    Pemberdayaan,bahwa :

    Kami sudah memberikan kepada para pegawai bagaimana petunjuk teknis dalam LARASITA baik berupa proses multimedia,karena di dalam mobil itu ada komputer yang sudah terhubung langsung dengan kantor.Kalau untuk pelatihan secara teknis permohonan sertipikasi tentunya mereka sudah mengetahui karena pegawai yang di turunkan untuk LARASITA ini adalah pegawai BPN juga,jadi mereka sudah sering berhubungan dengan masalah tersebut,baik itu mengenai persyaratan maupun informasi lain yang terkait dengan pengurusan tanah (Hasil wawancara pada tanggal 17 April 2012)

    Dalam hal ketersediaan sumberdaya pelaksana, didalamnya termasuk

    adalah jumlah pelaksana atau kuantitas yang memadai, Hal ini sesuai yang

    dikemukakan lebih lanjut oleh Sekretaris Kasi Pengendalian dan Pemberdayaan

    yang menyatakan bahwa :

    Semua yang ikut ambil bagian dari LARASITA ini adalah seluruh pegawai BPN Kota Makassar yang telah di SK kan langsung oleh Bapak

  • 55

    Walikota,namun di prioritaskan kepada pegawai bagian pemberdayaan dan pengendalian (Hasil wawancara pada tanggal 16 Aril 2012)

    Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa informan tersebut diatas,

    dapat diketahui bahwa secara kuantitas pelaksana dari program LARASITA ini

    sudah sangat memadai dan hal yang paling penting adalah partisipasi aktif oleh

    pihak-pihak yang terkait, karena jumlah pelaksana yang mencukupi merupakan

    salah satu aspek yang mempengaruhi kinerja dan pelaksanaan program.

    Selain jumlah pelaksana yang memadai juga diperlukan adanya

    pelaksana yang kompeten dalam menjalankan program tersebut, karena apabila

    jumlah pelaksana telah mencukupi, namun tanpa diimbangi dengan kemampuan

    atau keahlian dalam menjalankan program, maka dalam proses pelaksanaannya

    tidak dapat berjalan dengan maksimal. Ketersediaan sumber daya manusia yang

    terampil merupakan hal yang sangat penting agar pelaksanaan program lebih

    efisien dan efektif, dimana kadangkala pelaksanaan suatu kegiatan terhambat

    bukan karena jumlah pelaksana yang tidak memadai, tetapi lebih pada

    kurangnya kualitas sumber daya manusia sebagai pelaksana.

    Pada pelaksanaan program LARASITA ini, menurut kepala seksi

    pengendalian dan pemberdayaan bahwa :

    Para pelaksana program LARASITA secara umum memiliki kemampuan yang memadai, terlebih lagi telah dilakukan beberapa kali pelatihan sehingga secara langsung dapat menambah keterampilan dan keahlian masing-masing pelaksana dalam melaksanakan tugasnya masing-masing. (hasil wawancara pada tanggal 12 April 2012)

  • 56

    Sebagaimana diketahui bahwa latar belakang dan tingkat pendidikan

    seseorang sangat berpengaruh terhadap pengetahuan dan pemahaman dalam

    menjalankan tugas dan tanggung jawab. Belau juga menambahkan bahwa :

    Para pelaksana program LARASITA pada umumnya memiliki latar belakang pendidikan yang hampir sama. Rata-rata merupakan lulusan Strata-1 (S-1). (Hasil wawancara pada tanggal 12 April 2012)

    Berdasarkan hasil wawancara tersebut diatas , maka dapat diketahui

    bahwa secara umum keterampilan dan keahlian para pelaksana sudah sangat

    memadai.

    2. Sumber Daya Kebijakan

    Sumber daya kebijakan (policy resources) tidak kalah pentingnya dengan

    komunikasi. Sumber daya kebijakan ini harus juga tersedia dalam rangka untuk

    memperlancar administrasi implementasi suatu kebijakan. Sumber daya ini terdiri

    atas dana atau insentif lain yang dapat memperlancar pelaksanaan

    (implementasi) suatu kebijakan. Kurangnya atau terbatasnya dana atau insentif

    lain dalam implementasi kebijakan, adalah merupakan sumbangan besar

    terhadap gagalnya implementasi kebijakan.

    Seperti yang dikemukakan oleh Sekretaris Kepala Seksi Pengendalian

    dan Pemberdayaan,bahwa:

    Untuk dana yang dibutuhkan oleh LARASITA itu semua dari pusat,untuk perbaikan kendaraan dan kebutuhan keperluan penyelengaraan LARASITA tidak pernah mengalami kesulitan,kami tidak pernah meminta uang makan ataupun tambahan gaji dari pimpinan karena kami tahu bahwa ini adalah tugas kami cuma bedanya kantornya ada di dalam mobil (hasil wawancara pada tanggal 12 April 2012)

  • 57

    Hal yang sama dipertegas oleh kepala seksi pengendalian dan

    pemberdayaan,bahwa :

    Saya rasa untuk pendanaan program LARASITA ini tidak mengalami kendala,walaupun dana yang dikeluarkan dari pusat namun untuk anggaran tersebut telah di anggarkan oleh bendahara BPN Kota Makassar,sehingga untuk segala jenis pendanaan dapat di selesaikan secepat mungkin dalam rangka guna suksesnya program ini (hasil wawancara pada tanggal 17 April 2012)

    Dari hasil wawancara tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa

    untuk masalah pembiayaan dalam hal program LARASITA ini sudah

    terdistribusikan secara baik,sehingga program dapat terlaksana sebagaimana

    mestinya karena sebagaimana yang dikemukan oleh Van Horn dan Varn Meter

    bahwa selain sumber daya manusia, sumber daya finansial dan waktu menjadi

    perhitungan penting dalam keberhasilan implementasi kebijakan.

    c. Komunikasi antar organisasi terkait dan kegiatan-kegiatan pelaksanaan

    Agar kebijakan publik bisa dilaksanakan dengan efektif, menurut Van

    Horn dan Van Mater (dalam Widodo 1974) apa yang menjadi standar tujuan

    harus dipahami oleh para individu (implementors). Yang bertanggung jawab atas

    pencapaian standar dan tujuan kebijakan, karena itu standar dan tujuan harus

    dikomunikasikan kepada para pelaksana. Komunikasi dalam kerangka

    penyampaian informasi kepada para pelaksana kebijakan tentang apa menjadi

    standar dan tujuan harus konsisten dan seragam (consistency and uniformity)

    dari berbagai sumber informasi.

    Jika tidak ada kejelasan dan konsistensi serta keseragaman terhadap

    suatu standar dan tujuan kebijakan, maka yang menjadi standar dan tujuan

    kebijakan sulit untuk bisa dicapai. Dengan kejelasan itu, para pelaksana

  • 58

    kebijakan dapat mengetahui apa yang diharapkan darinya dan tahu apa yang

    harus dilakukan. Dalam suatu organisasi publik, pemerintah daerah misalnya,

    komunikasi sering merupakan proses yang sulit dan komplek. Proses

    pentransferan berita kebawah di dalam organisasi atau dari suatu organisasi ke

    organisasi lain, dan ke komunikator lain, sering mengalami ganguan (distortion)

    baik yang disengaja maupun tidak. Jika sumber komunikasi berbeda memberikan

    interprestasi yang tidak sama (inconsistent) terhadap suatu standar dan tujuan,

    atau sumber informasi sama memberikan interprestasi yang penuh dengan

    pertentangan (conflicting), maka pada suatu saat pelaksana kebijakan akan

    menemukan suatu kejadian yang lebih sulit untuk melaksanakan suatu kebijakan

    secara intensif.

    Dalam upaya pencapaian keberhasilan pelaksanaan program LARASITA

    ini, salah satu aspek yang perlu diperhatikan adalah berupa adanya komunikasi

    yang berjalan dengan baik diantara pihak-pihak yang terkait. Apa yang menajadi

    tujuan dan sasaran kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran

    (target group), sehingga akan mengurangi distorsi implementasi atau

    pelaksanaan dalam upaya pencapaian tujuan dari suatu program. Komunikasi

    dalam hal ini menyangkut tentang cara atau upaya dalam proses penyampaian

    informasi, selain pentingnya informasi sebagai pendukung dalam komunikasi,

    juga diperlukan proses transmisi atau penyampaian informasi, kejelasan dan

    konsistensi atas informasi.

    1).Transmisi atau penyampaian informasi

    Proses penyampaian informasi mengenai program dari suatu kebijakan,

    yaitu terjadi antara pembuat kebijakan dan pelaksanan program, agar apa yang

  • 59

    diharapkan oleh pembuat kebijakan dapat tercapai. Selain itu penyampaian

    informasi juga harus dilakukan antara pelaksana program kebijakan dengan

    target group dalam hal ini adalah masyarakat penerima manfaat LARASITA.

    Proses penyampaian informasi antara pembuat kebijakan dengan

    pelaksanan menyangkut keterkaitan antara keputusan yang telah dibuat dengan

    aturan mengenai pelaksanaannya, termasuk petunjuk teknis pelaksanaan,

    sehingga pelaksana tidak mengalami kesalahan dalam melaksanakan program

    yang bersangkutan.

    Berdasarkan penjelasan dari sekretaris kepala seksi pengendalian dan

    pemberdayaan yang menyatakan bahwa :

    Proses penyampaian informasi mengenai program LARASITA telah dijelaskan melalui beberapa peraturan pemerintah yang dikirim langsung ke kantor BPN Kota Makassar. Sedangkan tata cara pelaksanaan program, telah diberikan melalui pelatihan-pelatihan. (Hasil wawancara pada tanggal 16 April 2012)

    Hal yang serupa juga dikemukakan oleh kepala seksi pengendalian dan

    pengawasan bahwa :

    Penyaluran informasi mengenai prosedur pelaksanaan program dilakukan melalui pelatihan-pelatihan serta arahan yang dilakukan oleh kepala kantor ataupun saya sendiri, dimana para petugas yang akan melayani LARASITA dibekali dengan beberapa pengetahuan tentang tujuan dan tata cara pelaksanaan program ini. (hasil wawancara pada tanggal 17 April 2012)

    Berdasarkan hasil wawancara tersebut diketahui bahwa penyampaian

    informasi dari pembuat kebijakan kepada pelaksana diberikan melalui pelatihan-

    pelatihan serta penyebaran peraturan-peraturan yang terkait dengan program

    LARASITA.

    Selain penyampaian informasi dari pembuat kebijakan dengan pelaksana

    program seperti yang telah dikemukakan tersebut diatas, maka yang tidak kalah

  • 60

    pentingnya adalah penyampaian informasi dari pelaksana program kepada target

    group atau masyarakat khususnya penerima manfaat LARASITA. Agar penerima

    manfaat yang dimaksud mengerti tentang sasaran ataupun manfaat dari

    program tersebut. Adapun pada program LARASITA sistem penyampaian isi dan

    tujuan dari program ini kepada masyarakat khususnya masyarakat penerima

    manfaat LARASITA di pelosok-pelosok daerah, dilakukan melalui proses

    sosialisasi dengan sebelumnya memberikan surat sosialiasasi kepada lurah

    terkait untuk kemudian di follow up dan disosialisasikan kepada masyarakat

    sekitar .

    Hal ini sesuai dengan pernyataan dari sekretaris kepala seksi

    pengendalian dan pemberdayaan, yang menyatakan bahwa:

    Proses penyampaian informasi kepada masyarakat sudah dilakukan melalui beberapa proses sosialisasi, surat penugasan dari bapak walikota 1 minggu sebelum kami sosialisasi sudah dikirim ke keluruhan sehingga pada saat kami sosialisasi masyarakat sudah berkumpul di kantor lurah terkait. (Hasil wawancara pada tanggal 16 April 2012)

    Hal ini juga dibenarkan oleh salah satu masyarakat yang memanfaatkan

    program LARASITA, bahwa:

    Program LARASITA ini saya dengar setelah disosialisasikan oleh pak lurah,sehingga pada saat orang dari BPN datang saya sudah di kantor lurah mendengarkan sosialisasi tersebut. Oleh karena itu saya bisa mengetahui bahwa ada suatu program yang sedang berjalan di kelurahan tamalanrea. (hasil wawancara pada tanggal 19 April 2012)

    Hal serupa juga dibenarkan oleh salah satu masyarakat yang

    memanfaatkan program ini, bahwa :

    Program ini saya tahu dari sosialisasi yang dilakukan pegawai BPN di kelurahan dia sampaikan bahwa LARASITA katanya salah satu tempat kami mengurus sertipikasi tanah,balik nama,atau roya jadi tidak usah ke kantor BPN (Hasil wawancara pada tanggal 19 april 2012)

  • 61

    Namun berbeda dengan apa yang disampaikan oleh salah satu

    sekretaris kelurahan kalukuang,bahwa:

    Kalau untuk surat memang kami sudah terima,tapi saya tidak pernah mendengar kalau ada orang dari BPN yang sosialisasi di kantor lurah,Cuma mereka langsung datang dan mobil LARASITAnya mereka parkir di depan kantor lurah (hasil wawancara pada tanggal 17 April 2012)

    Berdasarkan hasil wawancara tersebut diatas dapat diketahui bahwa

    penyampaian informasi dari pelaksana ke masyarakat khususnya penerima

    manfaat LARASITA yaitu melalui sosialisasi di kantor kelurahan,belum berjalan

    secara optimal dan menyeluruh sehingga ada beberapa kelurahan yang masih

    kurang mendapatkan informasi dari LARASITA itu sendiri.

    Dengan demikian, prospek implementasi kebijakan yang efektif, sangat

    ditentukan oleh komunikasi kepada para pelaksana kebijakan secara akurat dan

    konsisten (accuracy and consistency) (Van Mater dan Varn Horn, dalam Widodo

    1974). Disamping itu, koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam

    implementasi kebijakan. Semakin baik koordinasi komunikasi di antara pihak-

    pihak yang terlibat dalam implementasi kebijakan, maka kesalahan akan semakin

    kecil, demikian sebaliknya.

    2).Kejelasan informasi

    Selain penyampaian informasi mengenai prosedur dan tujuan program,

    maka aspek lain yang tidak kalah pentingnya, yaitu adanya kejelasan atas

    informasi yang disampaikan. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari

    kebingungan dan perbedaan persepsi antara pembuat kebijakan,, pelaksana dan

    masyarakat.

  • 62

    Hal ini dikemukakan oleh Kepala seksi pengendalian dan pemberdayaan,

    bahwa :

    Petunjuk pelaksana atas hal-hal yang mesti dilakukan oleh pelaksana, sejauh ini sudah jelas dan dipahami oleh semua pihak yang terlibat, semuanya sudah tahu apa yang menjadi kewajiban masing-masing dan prosedur pelaksanaannya. Selain itu para pelaksana sudah dibekali dengan beberapa peraturan pemerintah yang terkait dengan pelaksanaan program tersebut. (Hasil wawancara pada tanggal 17 Aprilt 2012)

    Berdasarkan penjelasan kepala seksi pengendalian dan pemberdayaan

    tersebut, dapat disimpulkan bahwa kejelasan informasi bagi pelaksana sejauh ini

    sudah baik, selain itu semuanya telah dijelaskan dalam petunjuk pelaksanaan

    dan beberapa peraturan-peraturan pemerintah. Dengan adanya kejelasan

    informasi mengenai tujuan dan petunjuk pelaksanaan maka dapat mendukung

    dalam pelaksanaan guna mencapai tujuan.

    Selain kejelasan informasi dari pembuat kebijakan kepada pelaksana,

    maka hal yang tidak kalah pentingnya adalah kejelasan informasi bagi

    masyarakat khususnya bagi wajib pajak.

    Adapun mengenai kejelasan informasi mengenai program kepada

    masyarakat penerima manfaat LARASITA, disampaikan oleh salah satu

    penerima manfaat bahwa: