SKRIPSI KOORDINASI PEMERINTAH DESA DALAM UPAYA ... · kelompok tani tersebut, bagaimana mereka...
Transcript of SKRIPSI KOORDINASI PEMERINTAH DESA DALAM UPAYA ... · kelompok tani tersebut, bagaimana mereka...
SKRIPSI
KOORDINASI PEMERINTAH DESA DALAM UPAYA
PEMBERDAYAAN KELOMPOK TANI DI DESA BONTOMARANNU
KABUPATEN GOWA
Disusun dan diusulkan oleh:
NURUL HASMI APRILIANA
NomorStambuk: 10561 05474 15
PROGRAMSTUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTASILMU SOSIAL DANILMU POLITIK
UNIVERSITASMUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
iii
KOORDINASI PEMERINTAH DESA DALAM UPAYA
PEMBERDAYAAN KELOMPOK TANI DI DESA BONTOMARANNU
KABUPATEN GOWA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Administrasi Negara
Disusun dan Diajukan Oleh
NURUL HASMI APRILIANA
Nomor Stambuk : 10561 05474 15
Kepada
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
iv
v
vi
vii
ABSTRAK
Nurul Hasmi Apriliana. 2020. Koordinasi Pemerintah Desa Dalam Upaya
Pemberdayaan Kelompok Tani Di Desa Bontomarannu Kabupaten Gowa
(dibimbing oleh Fatmawati dan Nasrul Haq)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Koordinasi Pemerintah Desa
dalam Upaya Pemberdayaan Kelompok Tani Desa Bontomarannu Kabupaten
Gowa. Jenis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif dengan informan
sebanyak 9 orang. Teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam,
observasi langsung, dokumentasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Komunikasi yang di lakukan oleh
pemerintah desa dengan kelompok-kelompok tani yang efektif tanpa
mengedapankan ego masing-masing kelompok mampu menghasilkan koordinasi
yang baik guna menunjang bentuk-bentuk proses pemberdayaan para petani,
pemerintah desa dan segenap kelompok tani sangat sadar betapa pentingnya
koordinasi,semua upaya dalam pemberdayaan para petani atau kelompoktani akan
lebih maksimal lagi, dan koordinasi sangatlah penting antara pemerintah desa
dengan kelompok tani yang dapat menghasilkan bentuk koordinasi seperti hasil
kerja yang maksimal dan juga mengetahui segala kebutuhan kelompok tani di
lapangan.
Kata kunci: Koordinasi, Pemberdayaan Kelompok Tani
viii
KATA PENGANTAR
Penulis panjatkan rasa syukur yang tidak terhingga kehadirat Allah SWT,
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikanskripsiyang berjudul“ Koordinasi Pemerintah Desa Dalam Upaya
Pemberdayaan Kelompok Tani Di Desa Bontomarannu Kabupaten Gowa”.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Ibu Dr. Ihyani Malik, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Muhammadiyah Makassar
2. Bapak Nasrul Haq, S.Sos., MPA selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar
3. Ibu Dr. Fatmawati, M.Si selaku Pembimbing I dan Bapak Nasrul Haq, S.Sos.,
MPA selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya
membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
4. Bapak Dr. Burhanuddin, S.Sos, M.Si selaku Penasehat Akademik selama
menempuh kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Makassar.
5. Para Dosen Jurusan Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
6. Kedua orang tua H.Taufik dan Hj.Nony Nuryati Serta segenap keluarga yang
ix
senantiasa memberikan semangat dan bantuan, baik moril maupun materil.
7. Untuk sahabat saya Ani, Arnis, Syarifah, Rahmi, Jurman dan kakak senior
Iswadi (Chua), Kak Anto yang tidak pernah berhenti memberikan bantuan baik
moril maupun material.
8. Untuk teman-teman seperjuangan Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Angkatan 2015 untuk dukungan dan bantuannya
saya ucapkan terima kasih.
9. Untuk Seluruh Aparat Desa Romangloe, Desa Nirannuang dan pegawai Dinas
Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Gowa yang telah bersedia
peneliti wawancara dan telah membantu dalam proses penelitian saya ucapkan
banyak terima kasih.
10. Untuk semua pihak yang telah membantu saya menyelesaikan skripsi ini yang
tidak dapat saya sebutkan satu persatu terima kasih banyak atas bantuannya.
Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun
sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat
memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.
Makassar, 17 Februari 2020
Nurul Hasmi Apriliana
x
DAFTAR ISI
Lembar Pengajuan Skripsi.......................................................................... ii
Lembar Persetujuan .................................................................................... iii
Lembar Penerimaan TIM .......................................................................... iv
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ............................................. v
Abstrak .......................................................................................................... vi
Kata Pengantar............................................................................................. vii
Daftar Isi ....................................................................................................... ix
Daftar Tabel .................................................................................................. xi
Daftar Gambar ............................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian......................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian....................................................................... 10
E. Kegunaan Penelitian .................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Koordinasi .................................................................. 12
B. Konsep Pemerintahan………………………………………… 24
C. Pemberdayaan ………………………………………………. 33
D. Konsep Kelompok …………………………………………. 36
E. Kerangka Pikir.......................................................................... 43
F. Fokus Penelitian ....................................................................... 44
G. Deskripsi Fokus Penelitian ....................................................... 45
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian.................................................... 47
B. Jenis dan Tipe Penelitian .......................................................... 47
C. Sumber Data ............................................................................. 48
xi
D. Informan Penelitian .................................................................. 49
E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 50
F. Teknik Analisis Data ................................................................ 51
G. Pengabsahan Data .................................................................... 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Singkat dan Lokasi Penelitian ................................ 54
B. Koordinasi Pemerintah Desa dan Upaya Pemberdayaan
Kelompok Tani Desa Bontomarannu Kabupaten Gowa .......... 69
C. Faktor pendukung dan penghambat Koordinasi Pemerintah Desa
dalam Upaya Pemberdayaan Kelompok Tani Desa Bontomarannu
Kabupaten Gowa ……………………………………………. 83
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................... 87
B. Saran ......................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Informan ................................................................................................. 49
Tabel Kondisi Kepegawaian ............................................................................ 59
Tabel Struktur Kepemimpinan dan Pelayanan Publik ..................................... 66
Tabel Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian....................................... 66
Tabel Susunan Kepemimpinan ........................................................................ 69
Tabel Data Perkembangan Pemberdayaan Kelompok Tani ………………….70
DAFTAR GAMBAR
Gambar Kerangka Pikir.................................................................................... 44
Gambar Struktur Organisasi ............................................................................ 63
Gambar Langkah-Langkah Alur Penerimaan Bantuan ……………………… 72`
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelompok tani adalah kumpulan para petani yang terikat secara non
formal atas dasar keserasian, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi,
sumberdaya), keakraban, kepentingan bersama dan saling mempercayai, serta
mempunyai pimpinan untuk mencapai tujuan bersama. Pembentukan kelompok
tani merupakan suatu usaha pembangunan pertanian yang berfungsi untuk
memperlancar hasil pertanian dan memberikan wadah yang kokoh di pedesaan
dan merupakan tempat untuk memperkuat kerjasama diantara para petani
dalam kelompok untuk menghadapi berbagai macam ancaman, tantangan,
hambatan, dan gangguan. Pertanian merupakan salah satu sektor utama bagi
mata pencaharian penduduk di Kabupaten Gowa. Sehubungan dengan itu maka
masyarakat adalah kelompok tani yang berkembang. Adanya kelompok tani
mempunyai tujuan bekerja sama dalam mengelolah lahan pertanian dengan
baik untuk meningkatkan hasil produksi pertanian yang maksimal sehingga
para anggota petani bisa merasakan dampak yang positif bagi kehidupannya
yang berujung pada kesejahteraan anggota petani.
Kelompok tani sebagai lembaga media kerjasama merupakan wadah dan
sarana dalam membangun relasi untuk memenuhi kebutuhan dalam kegiatan
usaha tani yang dijalankan anggotanya. Selain itu, untuk menjalankan perannya
sebagai wahana kerjasama bagi anggota kelompok, pengurus kelompok harus
mampu memperkuat, memperlancar dan sekaligus mendorong terwujudnya
1
kerjasama yang saling menguntungkan, baik antar anggota maupun dengan
pihak lain. Kedisiplinan setiap anggota dan pengurus kelompok dalam mentaati
kesepakatan yang telah dibuat secara bersama seperti melakukan pertemuan
sesuai dengan jadwal yang telah dibuat bersama, melakukan kerjasama dengan
pihak lain dalam memenuhi kebutuhan usaha taninya. Kegiatan kerjasama ini
terjalin atas dasar suatu hubungan yang saling membutuhkan dan
menguntungkan baik bagi kelompok tani maupun penyediaan sarana dan jasa
pertanian, dan juga kerjasama ini didasari atas rasa saling percaya terhadap
para pelaku kerjasama.
Koordinasi antar organisasi/lembaga pada saat ini sangat berperan
penting dalam sebuah organisasi untuk dapat tercapainya produktifitas,
efisiensi, dan efektifitas, dari setiap kegiatan perlu diadakan antar organisasi
terkait bahkan perlu sebuah tim pekerja (Team Work) yang lebih stratejik untuk
melaksanakan kegiatan. Konsep koordinasi diartikan sebagai suatu bentuk
menyatukan kegiatan dan unit kerja suatu instansi atau organisasi, sehingga
organisasi dapat bekerja sama dan bergerak menjadi satu kesatuan yang saling
berhubungan untuk melaksanakan tugas guna untuk mencapai tujuan
organisasi.
Koordinasi adalah peran penting dalam organisasi untuk mencapai suatu
tujuan koordinasi yang efektif. Untuk mencapai tujuan koordinasi yang efektif
meliputi komunikasi dan tujuan yang jelas (Suminar, 2015). Karena itu dalam
penelitian ini koordinasi atau kerjasama antara Pemerintah Desa dan kelompok
tani Desa Bontomarannu diciptakan untuk membangun kerja sama antara
pemerintah dan kelompok tani dalam membangun pertanian di Desa
Bontomarannu. Koordinasi diartikan sebagai bentuk penyesuaian atau
penyelarasan kegiatan yang saling berhubungan dan penyusunan individu dan
kelompok antar organisasi yang dilakukan secara teratur guna untuk mencapai
tujuan organisasi. Kesejahteraan rakyat adalah tujuan utama Negara dalam
mewujudkannya, diperlukan mekanisme dalam kebijakan publik yang dibuat.
Dalam mewujudkan kesejahteraan, permasalahan yang timbul menjadi
tantangan tersendiri bagi penyelenggara kebijakan publik Pemerintah sebagai
wadah penyedia layanan publik yang dibutuhkan oleh masyarakat luas harus
bertanggung jawab dan terus berusaha untuk memberikan pelayanan yang
prima demi peningkatan pelayanan publik. Perbaikan pelayanan publik
menjadi suatu bentuk pekerjaan besar Pemerintah Indonesia semenjak gerakan
reformasi telah berhasil menggusur rezim orde baru banyak perubahan yang
telah dilakukan.
Adanya peraturan Menteri Pertanian Nomor 273/KPTS/OT.160/4/2007
pada tanggal 13 April 2007 Tentang pedoman pembinaan kelembagaan petani
merupakan salah satu bagian dari peranan Pemerintah untuk mensejahterahkan
rakyatnya dalam hal ini petani, petani diatur dan ditata dalam wadah kelompok
tani di tiap Desa ditingkat Kecamatan sehingga memudahkan proses
penyuluhan pertanian. Kabupaten Gowa merupakan salah satu Kabupaten di
Sulawesi Selatan yang mayoritas masyarakatnya adalah petani dan tergabung
dalam kelompok tani yang ada di Kecamatan. Di Kecamatan Bontomarannu
sendiri terdapat 2 kelompok tani (data dari Dinas Pertanian) dan tersebar di dua
Desa yaitu Desa Romangloe dan Desa Nirannuang.
Berdasarkan penelitian terdahulu Suradisastra (2006). Pemberdayaan
petani melalui kelembagaan kelompok tani merupakan salah satu metode
pemberdayaan masyarakat yang tepat untuk memungkinkan mereka dapat
meningkatkan kualitas hidupnya. Lembaga kecil ini merupakan suatu bentuk
organisasi kerja sama yang membuat masyarakat mampu mengembangkan
respon yang sesuai dengan logika dan menjadi suatu wadah yang menyatukan
para petani secara horizontal maupun vertikal. Tahun 2007 awalnya jumlah
kelompok tani yang terbentuk di Desa Popontolen berjumlah 5 kelompok
(Citawaya, Sukamaju, Makmur, Soeangi dan Jaya) namun dalam perjalanannya
saat ini hanya tinggal 1 yang aktif yaitu kelompok tani Soeangi.
Sedangkan penelitian terdahulu Menurut Soetomo, (2011:88),
Masyarakat berada pada posisi marginal disebabkan karena kurang memiliki
kedua unsur, kewenangan dan kapasitas. Kondisi tersebut sering juga disebut
masyarakat kurang berdaya atau powerless, sehingga tidak mempunyai peluang
untuk mengatur masa depannya sendiri. Hal itulah yang dianggap sebagai
penyebab utama kondisi kehidupannya tidak sejahtera. Hal itu sangat sejalan
dengan kondisi sosial kemasyarakatan yang ada di daerah Sulawesi Barat yang
kaya akan Sumber Daya Alam khususnya di bidang Pertanian. Kesejahteraan
masyarakat Sulawesi Barat dapat di ciptakan (created) melalui pengembangan
industri berbasis sektor pertanian (agroindustry). Agro industri adalah kegiatan
industri yang mengolah hasil-hasil pertanian sebagai industri hilir yang
berlokasi di perdesaan dan secara fungsional dapat meningkatkan posisi tawar
petani dalam meraih nilai tambah, Menurut Hapsah dalam Burhanuddin
(2007:95) kurangnya koordinasi antar pemerintah pusat dan daerah, tidak
maksimalnya bimbingan dan supervise oleh UPTD Pertanian Kecamatan
Malunda, program pendidikan dan pelatihan masih belum bisa memberikan
pemahaman kepada masyarakat agar menjual kakao terfermentasi demi
menambah nilai jual. Hal inilah yang membuat tertarik untuk meneliti tentang
peran pemerintah daerah dalam pemberdayaan masyarakat petani kakao di
Desa Kayuangin Kecamatan Malunda Kabupaten Majene.
Kelompok tani merupakan salah satu sarana atau alur kerjasama antara
sesama petani dalam kelompok tani dan antar kelompok tani serta hubungan
dengan pemerintah serta sarana untuk mengembangkan para petani di
Indonesia. Pendekatan kelompok tani salah satunya melalui suatu aktivitas
yang biasa dilakukan yaitu penyuluhan pertanian. Fungsi dari penyuluhan
pertanian sendiri adalah pengambilan keputusan atau kesepakatan bersama
dalam kelompok juga berkaitan dengan pendapat atau opini seseorang terhadap
kelompoknya. Faktor lain yang dapat membantu mewujudkan kelompok tani
yang efektif dan berkelanjutan adalah kepemimpinan yang ada dalam
kelompok tani tersebut, bagaimana mereka dapat untuk memanajemen,
menerima, mengirimkan, dan menindak lanjuti informasi yang di dapat.
Kelompok tani dibentuk atas dasar untuk memecahkan permasalan individu
petani secara swadaya maupun kepentingan kebijakan dari pemerintah melalui
dinas.
Dalam upaya atau usaha menuju pembangunan pertanian yang lebih
maju, peran kelembagaan pertanian sangat perlu didorong untuk memberikan
kontribusi terhadap hal tesebut. Kelembagaan pertanian menjadi sebuah
penggerak utama atau alat alternatif untuk mencapai kemajuan pertanian.
Kelompok tani ini juga menjadi salah satu kelembagaan pertanian yang
berperan penting karena kelompok tani merupakan pelaku utama dalam upaya
pembangunan pertanian.
Upaya menggiatkan kelompok tani memang bukan hal yang mudah.
Banyak hal yang menjadi tantangan terutama pada jaman sekarang ini.
Otonomi daerah menjadi salah satu hal yang secara langsung maupun tidak
langsung akan berdampak pada eksistensi kelompok tani. Ada kecenderungan
pemerintah daerah kurang memberikan perhatian terhadap kelembagaan
pertanian khususnya kelompok tani. Padahal kelembagaan kelompok tani
merupakan aset yang mampu dibilang sangat berharga dalam rangka menuju
pembangunan pertanian yang maju dan modern mengingat bahwa di sebagian
besar daerah, pertanian menjadi basis sektor pembangunan. Pemerintah di
Negara-negara berkembang termasuk Indonesia telah mencanangkan berbagai
macam program Pedesaan yaitu, (1) Pembangunan pertanian, (2)
Industrialisasi pedesaan, (3) Pembangunan masyarakat Desa terpadu, dan (4)
Strategi pusat pertumbuhan. Program pembangunan pertanian, merupakan
program untuk meningkatkan output dan pendapatan para petani, juga untuk
menjawab keterbatasan pangan di pedesaan , bahkan untuk memenuhi
kebutuhan dasar industri kecil dan kerumah tanggaan, serta untuk memenuhi
kebutuhan ekspor produk pertanian bagi Negara maju. Program industrialisasi
pedesaan yang berbasis pertanian, merupakan peningkatan nilai tambah suatu
produk untuk akhirnya dapat meningkatkan nilai jual dari produk tersebut
sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Program pembangunan
masyarakat terpadu, tujuan utamanya untuk meningkatkan produktivitas,
memperbaiki kualitas hidup penduduk dan memperkuat kemandirian.
Enam unsur dalam pembangunan masyarakat terpadu, yaitu :
pembangunan pertanian dengan padat karya, memperluas kesempatan kerja,
intensifikasi tenaga kerja dengan industri kecil, mandiri dan meningkatkan
partisipasi dalam pengambilan keputusan, mengembangkan perkotaan yang
dapat mendukung pembangunan pedesaan, mebangun kelembagaan kelompok
tani yang dapat melakukan koordinasi proyek multisektor. Selanjutnya
program strategi pusat pertumbuhan, merupakan alternatif untuk menetukan
jarak ideal antara pedesaan dengan Kota, sehingga Kota benar-benar berfungsi
sebagai pasar atau saluran distribusi hasil produksi. Cara yang ditempuh adalah
membangun pasar didekat Desa. Pasar ini difungsikan sebagai pusat
penampungan hasil produksi Desa, dan pusat informasi tentang hal-hal
berkaitan dengan kehendak konsumen dan kemampuan produsen.
Adapun bentuk koordinasi Pemerintah Desa dengan Dinas Pertanian
Kabupaten Gowa yaitu adanya perbaikan irigasi, pemberian bantuan fasilitas,
baik itu bantuan berupa alat tani maupun bibit dan pupuk. Maka pemerintah
Desa memiliki peran penting dalam kemajuan kelompok tani di Desa
Bontomarannu di Kabupaten Gowa. Pemerintah tidak bisa begitu saja
membiarkan kelompok tani larut pada ketertinggalan. Oleh karena itu,
Pemerintah Desa harus berkoordinasi dengan Dinas Pertanian baik itu dalam
perbaikan irigasi, bantuan penyediaan berupa alat pertanian, bibit maupun
pupuk. Pemerintah Desa berperan sebagai alat bantu atau penyambung
komunikasi antara Kelompok tani ke Pemerintah yang menyediakan bantuan
keperluan Kelompok tani.
Adapun masalah yang ada di desa Romangloe dan Desa Nirannuang
Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa yaitu tidak adanya bantuan serta
kurangnya koordinasi baik itu dari pemerintah desa maupun pemerintah daerah
yang bisa membantu kelompok tani dalam mengelola lahan persawahan
maupun lahan perkebunan. Persoalan diatas mengakibatkan kesejahteraan
petani hanya menjadi impian saja ketika tidak dibenahi. Kelompok tani di
Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa ini masih memiliki berbagai
persoalan diantaranya dengan rendahnya tingkat pendidikan dari anggota
kelompok tani maka terkadang kurang mampu menerima inovasi baik berupa
cara tanam dari pelatihan maupun penyuluhan, Banyaknya petani yang masih
membeli bibit maupun pupuk di agen-agen atau distributor.
Adapun bentuk koordinasi Pemerintah Desa dengan Dinas Pertanian
dalam permberdayaan Kelompok Tani yaitu; 1) penguatan sumberdaya
kelompok tani secara langsung dengan petani sendiri sebagai anggota
kelompok tani menjadi subjek dan motor penggerak kemajuan kelompok tani
dengan fasilitas kelembagaan atau organisasi sendiri, 2) pengembangan
kelembagaan dan organisasi kemasyarakatan secara langsung memberdayakan
petani, 3) mengembangkan teknologi tepat guna bagi pemberdayaan kelompok
tani, 4) menciptakan iklim kondusif yg memungkinkan berkembangnya
keberdayaan dan kemandirian kelompok tani, 5) mengembangkan pola kerja
sama antara kelompok tani dengan kelompok tani lainnya dan antara kelompok
tani dengan pihak lain. Hal inilah yang membuat peneliti merasa tertarik untuk
meneliti bagaimana sebenarnya“ Koordinasi Pemerintah Desa Dalam Upaya
Pemberdayaan Kelompok Tani Desa di Kecamatan Bontomarannu
Kabupaten Gowa’’
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Koordinasi Pemerintah Desa dalam Upaya Pemberdayaan
Kelompok Tani Desa Bontomarannu Kabupaten Gowa ?
2. Apa Faktor Pendukung dan Penghambat Koordinasi Pemerintah Desa dalam
Upaya Pemberdayaan Kelompok Tani Desa Bontomarannu Kabupaten
Gowa?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui Koordinasi Pemerintah Desa dalam Upaya
Pemberdayaan Kelompok Tani Desa Bontomarannu Kabupaten Gowa ?
2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat Pemerintah Desa
dalam Upaya Pemberdayaan Kelompok Tani Desa Bontomarannu
Kabupaten Gowa ?
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat akademik dapat dijadikan referensi dari informasi untuk
pembahasan dalam melakukan perubahan pelayanan publik dan
pendalaman ilmu pengetahuan.
2. Manfaat praktis dapat dijadikan masukan bagi pemerintah dalam
melakukan kinerjanya.
E. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Melalui hasil penelitian ini. Peneliti berhak dapat dijadikan referensi
bagi dunia perguruan tinggi khususnya Ilmu Administrasi Negara. Guna
mengembangkan lebih luas dan mendalam mengenai “Koordinasi antar
pemerintah daerah dan masyarakat dalam pemberdayaan kelompok tani di
Kabupaten Gowa”.
2. Kegunaan Praktis
Penelitian ini juga memberikan kegunaan bagi pihak-pihak berikut:
a. Pemerintah Kabupaten Gowa
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan pertimbangan
bagi pemberian pelayanan yang berkualitas guna memenuhi kepuasan
masyarakat dalam menerima pelayanan dan juga sebagai bahan evaluasi
dalam pelaksanaan Koordinasi Pemerintahan Dan Masyarakat Dalam
Pengelolaan Kelompok Tani Di Kabupaten Gowa.
b. Peneliti
Penelitian ini dapat menjadi perluasan pengetahuan dan pemahaman
lebih mendalam mengenai Koordinasi Antar Pemerintah Daerah Dan
Masyarakat Dalam Pemberdayaan Kelompok Tani Di Kabupaten Gowa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Koordinasi
1. Pengertian Koordinasi
Handoko (2005), menyebutkan bahwa koordinasi adalah
kegiatan pada satuan yang terpisah (bidang-bidang atau departemen-
departemen fungsional) dalam pencapaian tujuan organisasi secara
efektif dan efisien. Handayaningrat (dalam Tamim, 2002)
menyebutkan bahwa koordinasi merupakan usaha menyatukan
kegiatan dari satuan kerja/unit organisasi sehingga organisasi bergerak
menjadi satu kesatuan yang bulat untuk melaksanakan seluruh tugas
organisasi dalam mencapai tujuan. Dalam pelaksanaannya, koordinasi
seharusnya diterapkan dalam keseluruhan proses pembangunan sejak
awal perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian sampai
hingga evaluasinya. Jadi dalam hal ini koordinasi meliputi keseluruhan
proses manajemen pembangunan.
Koordinasi menyangkut semua kelompok, orang, unit organisasi,
sumber daya organisasi dan yang bekerja sama dalam setiap
organisasi. Jasin (2011) menyebutkan bahwa fungsi koordinasi adalah
mengsinkronisasikan dan menyelaraskan kegiatan unit departemen
organisasi untuk mncapai hasil akhir yang sama. Tanpa koordinasi,
terjadi pemborosan waktu, daya upaya dan uang sangat banyak untuk
mencapai tujuan dari suatu organisasi. Koordinasi yang baik dimulai
12
dari sikap pegawai, saling percaya dan integrasi kegiatan tetap dan
terus menerus dari seluruh anggota manajemen dan angkatan kerja,
moral yang tingi dan semangat kelompok yang baik. Fungsi koordinasi
akan tercapai bila didukung oleh seluruh anggota dalam suatu
organisasi, jadi dapat disimpulkan bahwa fungsi dari koordinasi adalah
untuk mengefisienkan kinerja setiap komponen dalam organisasi untuk
mencapai hasil yang maksimal dari tujuan organisasi.
Koordinasi di perlukan dalam pekerjaan tim untuk
menggerakkan dan mengimbangi tim dengan memberikan pekerjaan
yang cocok kepada masing-masing anggota dan menjaga agar kegiatan
dilaksanakan dengan keselarasan. Menurut MC Farland yang dikutip
oleh Handayaningrat (2004) bahwa koordinasi merupakan proses
dimana pemimpin menjamin kesatuan tindakan bawahannya dalam
mengembangkan pola usaha kelompok secara teratur dalam
pencapaian tujuan bersama. Dari beberapa pandangan tersebut jelas
menunjukkan bahwa pelaksanaan pekerjaan dalam lingkup organisasi
pemerintah yang bertujuan memberikan pelayanan kepada warga
masyarakat diperlukan adanya keterpaduan kerja yang membutuhkan
koordinasi termasuk dalam hal ini adalah Pembinaan Kelompok Tani
di Desa Bontomarannu Kabupaten Gowa.
Dalam sebuah organisasi Pimpinan perlu melakukan proses
koordinasi kepada anggota organisasi dalam menyelesaikan tugas.
Ndraha (2011:290), berpendapat bahwa jika dilihat dari sudut
normatif, koordinasi yaitu kewenangan untuk menyelaraskan,
menyeimbangkan dan menggerakkan kegiatan yang spesifik atau
berbeda agar semuanya mengarah pada pencapaian tujuan tertentu
yang telah ditetapkan. Dari sudut fungsional, koordinasi dilakukan
untuk mengefektifkan pembagian kerja dan mengurangi dampak
negatif spesialisasi. Dengan adanya pembagian kerja, penyampaian
informasi yang jelas dan pengkomunikasian yang tepat dari manajer
kepada bawahan maka setiap bawahan mengerjakan pekerjaannya
sesuai dengan yang diperintahkan oleh manajer. Tanpa koordinasi,
setiap pekerjaan karyawan perusahaan tidak akan tercapai.
Hasibuan (2006:85) menyebutkan bahwa: “Koordinasi
merupakan kegiatan mengintegrasikan, mengarahkan, dan
mengkoordinasikan unsur manajemen dan pekerjaan para bawahan
dalam proses pencapaian tujuan organisasi. Handayaningrat (2002:54)
berpendapat bahwa koordinasi yaitu menggerakkan dan mengimbangi
tim dengan memberikan kegiatan dan lokasi pekerjaan yang cocok
kepada para bawahan . Menurut Terry dalam buku Hasibuan (2006 :
85) koordinasi adalah usaha yang sinkron dalam menyediakan jumlah
waktu yang tepat, dan mengarahkan keteraturan pelaksanaan dalam
menghasilkan kesatuan tindakan dan harmonis pada sasaran yang telah
ditetapkan. koordinasi memiliki syarat-syarat yakni :
a. Kesatuan tindakan dan saling bekerja sama
b. Harus menghargai satu sama lain
Dengan ini koordinasi sebagai usaha penyesuaian kerja antar anggota
organisasi hingga tidak terjadi kesimpang siuran dan tumpang tindih, hal ini
berarti pekerjaan dapat terselesaikan seefisien mungkin. Jadi koordinasi
merupakan proses pengintegrasian tujuan dan pembagian kerja agar
mempunyai keselarasan dalam pencapaian tujuan yang ditetapkan dalam
sebuah organisasi. Kekuatan sebuah organisasi tergantung kepada
kemampuannya dalam menyusun berbagai sumberdayanya untuk mencapai
suatu tujuan. Dapat disimpulkan bahwa koordinasi adalah tindakan
pimpinan dalam mengusahakan adanya penyelarasan antara pekerjaan dan
tugas yang diberikan kepada bawahan atau bagian yang satu dengan yang
lain.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Koordinasi
Hasibuan (2006:88) mengemukakan bahwa faktor yang
mempengaruhi dalam koordinasi adalah sebagai berikut:
a. Kesatuan Tindakan
Kesatuan tindakan yaitu kewajiban pimpinan dalam memperoleh
koordinasi yang baik dalam mengatur jadwal waktu kegiatan dan
mngatur setiap kegiatan individu sehingga adanya keselarasan dalam
mencapai hasil sebagaimana yang dimaksudkan bahwa kesatuan tindakan
dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan tujuan yang telah
direncanakan. Oleh karena itu, konsep kesatuan tindakan merupakan inti
dari koordinasi. Koordinasi memerlukan kesadaran tiap anggota
organisasi agar saling menyesuaikan diri dan tugas yang telah diberikan
kepada anggota organisasi yang lain agar anggota organisasi yang
lainnya tidak berjalan secara idividu atau bergerak sendiri-sendiri.
b. Komunikasi
Komunikasi adalah salah satu kebutuhan dalam kehidupan
manusia. Komunikasi berasal dari kata communication, yaitu dalam
bahasa latin memiliki arti berpartisipasi atau memberitahukan. Dalam
organisasi komunikasi sangat berperan penting karena dengan
komunikasi, pimpinan menyampaikan informasi atau tugas kepada
bawahannya melalui komunikasi. Dalam koordinasi, komunikasi tidak
dapat dipisahkan dari koordinasi karena dengan komunikasi sebagian
besar jumlah anggota dalam organisasi melakukan proses koordinasi dan
ditentukan melalui adanya komunikasi.
c. Pembagian Kerja
Pembagian kerja merupakan perincian tugas dan pekerjaan kepada
tiap individu dalam organisasi agar setiap anggota organisasi
bertanggung jawab dalam pelaksanaan tugas yang telah diberikan oleh
manajer. Secara teoretis tujuan dalam organisasi yaitu untuk mencapai
tujuan atau target bersama dimana individu dalam suatu organisasi tidak
bisa mencapai tujuan secara perseorangan. Dua kelompok organisasi
yang berkeja bersama secara kooperatif dan dikoordinasikan dapat
mencapai hasil yang baik dari pada dilakukan perseorangan. Oleh karena
itu di dalam sebuah organisasi, tiang dasarnya yaitu prinsip pembagian
kerja. Prinsip pembagian kerja maksudnya yaitu jika organisasi
diharapkan untuk mendapatkan hasil yang baik dalam usaha mencapai
tujuan, maka perlu dilakukan pembagian kerja. Dengan pembagian kerja
diharapkan dapat berfungsi dalam mewujudkan tujuan organisasi.
3. Tipe-tipe Koordinasi
Tipe koordinasi dibagi menjadi dua yaitu koordinasi vertikal dan
koordinasi horizontal. Organisasi mempunyai tipe koordinasi yang
disesuaikan dengan kebutuhan yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas
agar pencapaian tujuan terlaksana dengan baik. Kedua tipe ini biasanya
terdapat dalam organisasi (Hasibuan 2006:86).
Makna tipe koordinasi ini dapat dilihat dari penjelasan sebagai
berikut.
a. Koordinasi vertikal merupakan kegiatan pengarahan dan penyatuan yang
dilakukan atasan terhadap kegiatan kesatuan atau unit kerja yang berada
di bawah wewenang dan tanggung jawabnya. Tegasnya, atasan
mengkoordinasi secara langsung seluruh anggota yang berada di bawah
tanggung jawabnya. Sehingga koordinasi vertikal secara relatif mudah
dilakukan, karena atasan dapat memberikan sanksi kepada aparat yang
sulit untuk diatur.
b. Koordinasi horizontal merupakan pengkoordinasikan tindakan atau
kegiatan pengarahan dan penyatuan kegiatan dalam organisasi atau
instansi yang sederajat. Sehingga koordinasi horizontal dibagi menjadi
dua yaitu interdisciplinary dan interrelated. Interdisciplinary merupakan
suatu koordinasi dalam mewujudkan, menyatukan tindakan,
mengarahkan, dan menciptakan kedisiplinan antara unit satu dengan yang
lainnya pada unit yang sama tugasnya. Sedangkan Interrelated adalah
koordinasi antar instansi beserta unit-unit yang berbeda fungsinya, tapi
instansi yang satu dengan yang lainnya saling bergantung yang levelnya
setingkat. Koordinasi horizontal ini sulit dilakukan karena koordinator
tidak bisa memberikan sanksi kepada aparat yang sulit diatur karena
kedudukannya setara.
4. Tujuan koordinasi
Beberapa pengertian diatas, dapat dimengerti bahwa koordinasi adalah
suatu hal yang harus ada bagi setiap organisasi, baik organisasi pemerintah
maupun organisasi swasta. Koordinasi sangat berperan penting dalam
mengarahkan bawahan untuk mencapai tujuan sesuai dengan yang
direncanakan perusahaan.
Hasibuan (2006:86) mengemukakan bahwa koordinasi sangat
berperan penting dalam organisasi, yaitu :
a. Agar orang dan pekerjaannya diselaraskan serta diarahkan dalam
pencapaian tujuan perusahaan.
b. Agar mencegah terjadinya percekcokan, kekacauan dan kekosongan
pekerjaan.
c. Agar semua tugas, kegiatan, dan pekerjaan terintegrasi kepada sasaran
yang diinginkan.
d. Agar sarana dan prasarana digunakan dalam pencapaian tujuan
5. Sifat-sifat Koordinasi
Sifat-sifat koordinasi yaitu :
a) Koordinasi menekankan pandangan menyeluruh oleh seorang
koordinator dalam pencapaian tujuan.
b) Koordinasi bersifat statis bukan dinamis.
c) Koordinasi meninjau pekerjaan secara keseluruhan.
Asas koordinasi merupakan asas skala tingkatan (hierarki) yang
berarti koordinasi dilakukan berdasarkan jenjang kekuasaan dan tanggung
jawab disesuaikan dengan jenjang yang berbeda dengan yang lain, ini
merupakan kekuasaan mengkoordinasi yang harus bekerja melalui proses
formal.
Dalam berbagai literatur dijumpai berbagai definisi tentang
koordinasi. Mooney dan Relley (dalam Handayaningrat,2002:88-89)
menjelaskan koordinasi sebagai pencapaian usaha kelompok secara teratur
dan kesatuan tindakan dalam mencapai tujuan bersama. Senada dengan
pengertian tersebut (Sutarto, 2002:127) menjelaskan bahwa koordinasi
adalah proses dimana pimpinan mengembangkan pola yang teratur dalam
usaha kelompok diantara bawahannya dan dalam usaha tujuan bersama.
Penekanan pada kesatuan tindakan dan peranan pimpinan dalam
koordinasi Nampak memperoleh perhatian dari para ahli yaitu dengan
menitik beratkan proses yang mengatur tata hubungan yang menjadi satu
kebulatan yang terintegrasi. Keberhasilan koordinasi adalah tanggung jawab
dari pimpinan dan koordinasi itu merupakan pusat kekuatan. Kebutuhan
akan koordinasi berbeda untuk suatu organisasi dengan yang lain dan
kebutuhan itu tergantung pada sifat tugas yang dijalankan dan kebutuhan
komunikasi serta ketergantungan dari berbagai satuan dalam menjalankan
pekerjaan mereka. Semakin tergantung pekerjaan mereka dengan kegiatan
maka semakin perlu koordinasi, kalau tidak maka pelaksanaan akan semakin
efisien.
Bukan hanya kerja sama dan kesatuan tindakan semata tetapi juga
menyangkut sinkronisasi, integrasi, penentuan waktu kegiatan dan
pengarahan yang menghasilkan penyelarasan, keseluruhan kegiatan ini
menjadi obyek sekaligus memberikan andil bagi pencapaian efektivitas dan
efisien sebesar-besarnya.
Chenema (dalam Kamil, 2003) menyatakan bahwa ada empat faktor
yang menjadi penyebab mengapa koordinasi dibutuhkan dalam
pembangunan daerah. Pertama untuk meningkatkan efisiensi penggunaan
sumberdaya yang terbatas dan untuk mengurangi terjadinya konflik tujuan
diantaranya berbagai unit pemerintah yang tumbuh dengan cepat. Kedua
menjamin kesatuan tindakan/kebijaksanaan pemerintah pada tingkat
operasional. Ketiga memantapkan kaitan yang efektif diantara unit-unit
pemerintahan sedemekian rupa sehingga dapat saling membantu satu sama
lainnya. Keempat mengurangi gejala timbulnya tumpang tindih baik dalam
fungsional maupun dalam pelaksanaan kegiatan.
6. Masalah Koordinasi
Sekalipun pada umumnya telah disadari pentingnya koordinasi dalam
proses administrasi/manajemen pemerintahan, tetapi kenyataannya dalam
praktek tidak jarang ditemukan berbagai masalah yang menyebabkan kurang
efektifnya pelaksanaan koordinasi yang diperlukan, sehingga pencapaian
sasaran/tujuan tidak selalu berjalan sebagaimana yang diharapkan.
Handayaningrat (1989:129) berbagai faktor yang dapat menghambat
tercapainya koordinasi itu adalah sebagai berikut.
a. Hambatan-hambatan dalam koordinasi vertikal (struktural). Dalam
koordinasi vertikal (struktural) sering terjadi hambatan-hambatan
disebabkan perumusan tugas, wewenang dan tanggung jawab tiap tiap
satuan kerja (unit kerja) kurang jelas. Disamping itu adanya hubungan
dan tata kerja serta prosedur kurang dipahami oleh pihak yang
bersangkutan dan kadang-kadang timbul keragu-raguan diantara mereka.
Sebenarnya hambatan-hambatan yang demikian itu tidak perlu karena
antara yang mengkoordinasikan dan yang dikoordinasikan ada hubungan
komando dalam susunan organisasi yang bersifat hierarkis.
b. Hambatan-hambatan dalam koordinasi fungsional. Hambatan-hambatan
yang timbul pada koordinasi fungsional baik yang horizontal maupun
diagonal disebabkan karena antara yang mengkoordinasikan dengan yang
dikoordinasikan tidak terdapat hubungan hierarkis (garis komando).
Sedangkan hubungan keduanya terjadi karena adanya kaitan bahkan
interdepedensi atas fungsi masing-masing.
Adapun hal-hal yang biasanya menjadi hambatan dalam pelaksanaan
koordinasi antara lain.
a. Para pejabat sering kurang menyadari bahwa tugas yang dilaksanakannya
hanyalah merupakan sebagian saja dari keseluruhan tugas dalam
organisasi untuk mencapai tujuan organisasi tersebut.
b. Para pejabat sering memandang tugasnya sendiri sebagai tugas yang
paling penting dibandingkan dengan tugas-tugas lain.
c. Adanya pembagian kerja atau spesialisasi yang berlebihan dalam
organisasi.
d. Kurang jelasnya rumusan tugas atau fungsi, wewenang dan tanggung
jawab dari masing-masing pejabat atau satuan organisasi.
e. Adanya prosedur dan tata kerja yang kurang jelas dan berbelit-belit dan
tidak diketahui oleh semua pihak yang bersangkutan dalam usaha
kerjasama.
f. Kurangnya kemampuan dari pimpinan untuk menjalankan koordinasi
yang disebabkan oleh kurangnya kecakapan, wewenang dan
kewibawaan.
g. Tidak atau kurangnya forum komunikasi diantara para pejabat yang
bersangkutan yang dapat dilakukan dengan saling tukar menukar
informasi dan diciptakan adanya saling pengertian guna kelancaran
pelaksanaan kerjasama.
7. Usaha-Usaha Memecahkan Masalah Koordinasi
Handayaningrat (1989:130) untuk mengatasi masalah-masalah dalam
koordinasi yang ditimbulkan oleh hal-hal seperti tersebut di atas, berbagai
usaha yang perlu dilakukan secara garis besarnya dapat dikelompokkan
dalam berbagai bentuk seperti:
a. Mengadakan penegasan dan penjelasan mengenai tugas/ fungsi,
wewenang tanggung jawab dari masing-masing pejabat/satuan organisasi
yang bersangkutan.
b. Menyelesaikan masalah-masalah yang mengakibatkan koordinasi yang
kurang baik, seperti sistem dan prosedur kerja yang berbelit-belit,
kurangnya kemampuan pimpinan dalam melaksanakan koordinasi.
c. Mengadakan pertemuan-pertemuan staf sebagai forum untuk tukar
menukar informasi, pendapat, pandangan dan untuk menyatukan persepsi
bahasa dan tindakan dalam menghadapi masalah-masalah bersama.
Usaha untuk mengatasi masalah-masalah koordinasi maka penerapan
prinsip fungsionalisasi dalam rangka peningkatan hubungan kerja menuntut
berbagai hal seperti:
a. Adanya pelembagaan dimana semua fungsi organisasi tertampung.
b. Adanya pembinaan pelembagaan.
c. Adanya personalisasi kepemimpinan, sehingga ketergantungan kepada
seorang pejabat tertentu menjadi berkurang.
d. Adanya tata kerja yang jelas.
e. Adanya forum koordinasi yang efektif.
f. Adanya informasi pimpinan yang menyeluruh dan sempurna.
g. Adanya jalur informasi yang bersifat multi arah terbuka.
Berdasarkan uraian di atas dengan berpedoman kepada prinsip
fungsionalisasi, diharapkan permasalahan koordinasi dapat diselesaikan
dengan sebaik-baiknya dan dapat dihindarkan kemungkinan timbulnya
masalah-masalah, yang apabila tidak dipecahkan akan mengakibatkan
berbagai hal yang tidak diinginkan seperti tidak efisien, tumpang tindih,
kekaburan, pemborosan, dan sejenisnya.
8. Indikator Koordinasi
Handayaningrat (1989:80), koordinasi dalam proses manajemendapat
diukur melalui indicator:
a. Komunikasi
b. Kesadaran Pentingnya Koordinasi
c. Kompetensi Partisipan
d. Kesepakatan, Komitmen, dan Insentif Koordinasi
e. Kontinuitas Perencanaan
Pendapat dari Handayaningrat tersebut diatas oleh peneliti selanjutya
dijadikan alat ukur untuk mengukur pengaruh koordinasi setelah diuraikan
berbagai pendapat diatas.
B. Konsep Pemerintahan
1. Pemerintah Daerah
Pemerintah atau Government dalam bahasa Indonesia berarati
pengarahan dan administrasi yang berwenang atas kegiatan orang orang
dalam sebuah negara, negara bagian, atau kota dan sebagainya. Bisa juga
berarti lembaga atau badan yang menyelenggarakan pemerintahan negara,
negara bagian, atau kota, dan sebagainya. Menurut W.S Sayre (1960)
pemerintah dalam definisi terbaiknya adalah sebagai organisasi dari negara
yang memperlihatkan dan menjalankan kekuasaannya. Selanjutnya menurut
David Apter (1977) pemerintah adalah satuan anggota yang paling umum
yang memiliki tanggung jawab tertentu untuk mempertahankan sistem yang
mencakupnya dan monopoli praktis yang menyangkut kekuasaan
paksaannya.
Selanjutnya, Daerah adalah lingkungan pemerintah: wilayah, daerah
diartikan sebagai bagian permukaan bumi; lingkungan kerja pemerintah,
wilayah; selingkup tempat yang dipakai untuk tujuan khusus, wilayah;
tempat-tempat sekeliling atau yang dimaksud dalam lingkungan suatu kota,
tempat yang terkena peristiwa sama, bagian permukaan tubuh.
Lain hal nya dengan C.F Strong yang menyebutkan bahwa
Pemerintahan Daerah adalah organisasi dimana diletakkan hak untuk
melaksanakan kekuasaan berdaulat atau tertinggi. Pemerintahan dalam arti
luas merupakan sesatu yang lebih besar daripada suatu badan atau
kelompok. Berdasarkan Pasal 18 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia
dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi dibagi atas
kabupaten dan kota. Daerah provinsi, kabupaten dan kota mempunyai
pemerintah daerah yang diatur dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah.
Kemudian pada Pasal 1 Angka 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 Tentang Pemerintahan Daerah, menyatakan bahwa Pemerintahan
daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah
Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi
seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945. Pemerintah daerah yang merupakan
sub-sistem dari sistem penyelenggaraan pemerintahan nasional memiliki
kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.
Kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangga ini mengandung
tiga hal utama didalamnya yaitu :
a. Pemberian tugas dan wewenang untuk menyelesaikan suatu kewenangan
yang sudah diserahkan kepada Pemerintah Daerah;
b. Pemberian kepercayaan dan wewenang untuk memikirkan, mengambil
inisiatif dan menetapkan sendiri cara-cara penyelesaian tugas tersebut;
dan
c. Dalam upaya memikirkan, mengambil inisiatif dan mengambil keputusan
tersebut mengikut sertakan masyarakat baik secara langsung maupun
DPRD.
Pengertian Pemerintah Daerah menurut pasal 1 angka 3 Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah adalah
Kepala daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Daerah yang
memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah otonom. Secara historis eksistensi pemerintahan daerah telah dikenal
sejak masa pemerintahan kerajaan-kerajaan nenek moyang dahulu sampai
pada sistem pemerintahan yang diberlakukan oleh pemerintah jajahan.
Demikian pula mengenai sistem kemasyarakatan dan susunan
pemerintahannya mulai dari tingkat desa, kampung, nagari, atau dengan
istilah lainnya sampai pada puncak pimpinan pemerintahan. Disamping itu
upaya membuat perbandingan sistem pemerintahan yang berlaku di
beberapa negara lain, juga amat penting untuk dijadikan pertimbangan bagi
pembentukan pemerintahan daerah.
Disahkannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1945 merupakan awal
mula peraturan tentang pemerintahan daerah di Indonesia sejak
kemerdekaan. Ditetapkannya Undang-Undang tentang pemerintahan daerah
tersebut merupakan resultan dari berbagai pertimbangan tentang sejarah
pemerintahan kita dimasa kerajaan-kerajaan serta pada masa kolonialisme.
Dengan demikian dikeluarkan produk hukum selanjutnya tentang
Pemerintahan daerah hingga terakhir di tahun 2014 ialah Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Amandemen Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 memberikan
landasan konstitusional bagi penyelenggaraan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Negara Indonesia menganut paham demokrasi dan
nomokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, termasuk pemerintahan
daerah. Berdasarkan Pasal 18 Ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan bahwa pemerintahan daerah
provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
Kemudian lebih lanjut didalam bagian penjelasan Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 di jelaskan bahwa Penyelenggaraan pemerintahan
daerah berbeda dengan penyelenggaraan pemerintahan di pusat yang terdiri
atas lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif, penyelenggaraan
pemerintahan daerah dilaksanakan oleh DPRD dan kepala daerah. DPRD
dan kepala daerah berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
daerah yang diberi mandat rakyat untuk melaksanakan urusan pemerintahan
yang diserahkan kepada daerah. Dengan demikian maka DPRD dan kepala
daerah berkedudukan sebagai mitra sejajar yang mempunyai fungsi yang
berbeda. DPRD mempunyai fungsi pembentukan Perda, Anggaran dan
pengawasan, sedangkan kepala Daerah melaksanakan fungsi pelaksanaan
atas Perda dan kebijakan Daerah. Dalam mengatur dan mengurus Urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah tersebut, DPRD dan kepala
Daerah dibantu oleh Perangkat Daerah.
Dalam mengimplementasikan strategi tersebut, maka diperlukan beberapa
langkah prinsip koordinasi di setiap tahap proses pemberdayaan
operasional sebagai berikut:
1. Langkah I; mendorong dan membimbing petani agar mampu bekerjasama
di bidang ekonomi secara berkelompok. Anggota kelompok haruslah
terdiri dari petani yang mempunyai kepentingan sama dan saling percaya,
sehingga akan tumbuh kerjasama yang kompak dan serasi. Bimbingan dan
bantuan kemudahan yang diberikan oleh instansi pembina atau pihak lain
haruslah yang mampu menumbuhkan kemandirian kelompok tani tersebut.
2. Langkah II; menumbuhkembangkan kelompok tani melalui; (1)
peningkatan fasilitasi dan akses permodalan bagi petani dalam kerangka
pengembangan skala usaha, (3) peningkatan posisi tawar (bargaining
position) melalui konsolidasi petani dalam satu wadah kelompok tani
untuk menyatukan gerak ekonomi secara berkelompok dalam tiap rantai
pasok, dari pra produksi sampai pemasaran. (4) peningkatan fasilitasi dan
pembinaan kepada organisasi kelompok, serta (5) peningkatan efisiensi
usahatani.
3. Langkah III; meningkatkan kapasitas SDM petani melalui berbagai
kegiatan pendampingan, dan latihan yang dirancang secara khusus bagi
pengurus dan anggota, seperti kursus kewirausahaan, manajemen
partisipatif, pengembangan motivasi berprestasi dan magang/studi
banding. Peningkatan kapasitas SDM petani ini perlu mendapat perhatian
yang serius, terutama upaya pengembangannya yang harus dilakukan
secara terpadu dan menyeluruh agar keberadaan organisasi petani dapat
meningkatkan kesejahteraan petani, bukan dijadikan sebagai kuda
tunggangan untuk kepentingan politik, sosial dan ekonomi pihak-pihak
tertentu.
Dalam upaya penguatan kelompok tani ini, secara teknis dilakukan
oleh Penyuluh Pertanan Lapangan (PPL). Meskipun demikian
pendampingan pembinaan kelompok tani juga dapat dilakukan oleh LSM,
dan organisasi lainnya yang dipandang mampu dan berpengalaman dalam
melakukan pemberdayaan masyarakat. Dalam hal ini tugas pendamping
adalah mengembangkan partisipasi, sikap, pengetahuan dan keterampilan
kelompok tani dan anggotanya dalam mencapai tujuan yang telah
disepakati bersama.
2. Pemerintah Desa
Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan
nama lain dan yang dibantu oleh perangkat Desa atau yang disebut
dengan nama lain. Pemerintah Desa yang dipimpin oleh Kepala Desa.
Kepala Desa dibantu oleh sekretaris Desa dan perangkat Desa.
Perangkat desa terdiri dari atas kepala-kepala urusan, pelaksana
urusan, dan kepala dusun. Kepala-kepala urusan membantu sekretaris
Desa menyediakan data dan informasi dan memberi pelayanan.
Pelaksanaan urusan adalah pejabat yang melaksanakan urusan rumah
tangga desa di lapangan. Kepala dusun adalah wakil Kepala Desa di
wilayahnya.
Urusan rumah tangga desa adalah urusan yang berhak diatur dan
diurus oleh Pemerintah Desa sendiri. Untuk mengatur dan mengurus
urusannya, Pemerintah Desa membuat peraturan desa. Peraturan desa
dibuat oleh Kepala Desa bersama dengan BPD. Peraturan desa
dilaksanakan oleh Kepala Desa dan dipertanggung jawabkan kepada
rakyat melalui BPD.
Pemerintahan Desa merupakan bagian dari Pemerintahan
Nasional yang penyelenggaraannya ditujukan pada pedesaan.
Pemerintah Desa adalah suatu proses dimana usaha-usaha masyarakat
desa yang bersangkutan dipadukan dengan usaha-usaha pemerintah
untuk meningkatkan taraf hidup masyrakat (Maria Eni Surasih, 2002:
23). Sebelum lahirnya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintah Daerah berlaku kebijakan Pemerintah Desa dengan
Undang-Undang Pemerintah Desa No. 5 Tahun 1979 yang menyatakan
bahwa desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah
penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya
kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan
terendah langsung dibawah camat dan berhak menyelenggarakan
rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Rumusan tersebut memuat konsep hak untuk
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri, namun juga disebutkan
bahwa desa merupakan organisasi pemerintahan terendah dibawah
camat.
Undang-Undang Nomor. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah menempatkan desa sebagai kesatuan masyarakat hukum yang
berhak dan berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan hak asal-usul desanya. Undang-
undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
dipandang terlalu liberal dan federalistik, sehingga dikhawatirkan
dapat mengancam keutuhan NKRI. Pembagian kewenangan terlalu
mutlak pada daerah membuat perimbangan kekuasaan antara pusat dan
daerahah tidak proporsional, sehingga kontrol pusat dan provinsi
terhadap daerah hilang.
3. Tugas dan Fungsi Pemerintah Desa
Mengingat unit pemerintahan desa adalah bagian integral dari
pemerintahan nasional, maka pembahasan tentang tugas dan fungsi
pemerintah desa tidak terlepas dari tugas dan fungsi pemerintahan nasional
seperti yang telah diuraikan dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2004
pada pasal 127 tentang tugas pokok Kepala Desa yaitu :
a. Pelaksanaan kegiatan pemerintahan desa
b. Pemberdayaan masyarakat
c. Pelayanan masyarakat
d. Penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum
e. Pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum
Menurut Zainun (2004) terdapat empat kunci pokok tugas dan fungsi
administrasi dan manajemen pemerintahan Indonesia yaitu :
a. Perumusan dan penetapan kebijakan umum.
b. Kepemimpinan.
c. Pengawasan.
d. Koordinasi.
Keempat fungsi administrasi dan manajemen ini akan diterapkan pada
setiap tingkat pemerintahan yang ada dalam susunan pemerintahan negara
Republik Indonesia. Berdasarkan tugas fungsi pemerintahan tersebut, berarti
pemerintah desa sebagai bagian integral dari pemerintahan nasional juga
menyelenggarakan fungsi-fungsi tersebut meskipun dalam ruang lingkup
yang lebih sempit. Oleh unit pemerintahan desa seperti halnya pemerintah
desa sebagai unit pemerintahan terendah mempunyai 3 fungsi pokok yaitu :
a. Pelayanan kepada masyarakat
b. Fungsi operasional atau manajemen pembangunan
c. Fungsi ketatausahaan atau registrasi eseluruhan tugas dan fungsi
administrasi pemerintah desa tersebut, tidak akan terlaksana dengan baik,
manakala tidak ditunjang dari aparatnya dengan melaksanakan sebaik-
baiknya apa yang menjadi tanggung jawab masing-masing aparat.
Menyadari betapa pentingnya tugas administrasi pemerintahan desa,
maka yang menjadi keharusan bagi Kepala Desa dan aparatnya adalah
berusaha untuk mengembangkan kecakapan dan keterampilan mengelola
organisasi pemerintahan desa termasuk kemampuannya untuk melaksanakan
tugas-tugas dibidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.
C. Pemberdayaan
Pemberdayaan merupakan upaya memberdayakan baik terhadap
individu maupun kelompok orang atau kelompok masyarakat agar mereka
memiliki kemampuan untuk mengatasi permasalahannya. Pemberdayaan
selalu terkait dengan penggalian dan pengembangan potensi masyarakat.
Menurut Sulistiyani, (2004:79), pemberdayaan merupakan upaya
meningkatkan harkat lapisan masyarakat dan pribadi manusia. Upaya ini
meliputi:
1. Penyediaan berbagai masukan dan penigkatan taraf pendidikan.
Meningkatkan pendidikan dengan apa yang dimiliki dengan fasilitas
yang ada dan memperkuat modal.
2. Mendorong dan memotivasi, sehingga dapat meningkatkan kesadaran
akan potensinya dalam menciptakan suasana untuk berkembang.
3. Memperkuat daya dan potensi, yang dimiliki dengan langkah-langkah
positif dalam memberdayakan/mengembangkan sesuatu dengan tujuan
yang ada.
Dalam konteks pemberdayaan petani perlu dilakukan kegiatan-kegiatan
mengembangkan kelompok tani sebagai lembaga tani yang tangguh, terutama di
bidang ekonomi, sosial, dan budaya melalui kelompok tani ini dengan
menfasilitasi proses pembelajaran petani dan masyarakat pelaku agribisnis,
membantu menciptakaniklim usaha yang menguntungkan, memberikan
rekomendasi dan mengusahakan akses-akses petani ke sumber-sumber informasi
dan sumberdaya lainnya demi memecahkan masalah kelompok tani, menjadikan
lembaga penyuluhan pertanian sebagai wadah mediasi dan intermediasi terutama
menyangkut teknologi untuk kepentingan agribisnis. Selanjutnya pada bagian ini
peneliti menyimpulkan hasil penelitian dengan menyesuaikan kondisi objektif
dilapangan :
1. Menciptakan Iklim
Setelah mencermati kondisi objektif dilapangan dan menyesuaikan dengan
teori yang diuraikan diatas maka penulis menyimpulkan bahwa pemerintah
Kecamatan Bontomarannu tidak memiliki strategi dalam upaya
memberdayakan kelompok tani sehingga kemudian kondisi iklim dan
suasana dinamika kelompok tani belum mencerminkan hasil yang
produktif demi kesejateraan mereka.
2. Memperkuat Daya
Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu anggota
masyarakat,tetapi juga pranata-pranatanya.Demikian pula pembaharuan
institusi-institusi sosial danpengintegrasiannya ke dalam kegiatan
pembangunan serta peranan masyarakat didalamnya. Yang terpenting
disini adalah peningkatan partisipasi rakyat dalam prosespengambilan
keputusan yang menyangkut diri dan masyarakatnya. Oleh karena
itu,pemberdayaan masyarakat amat erat kaitannya dengan pemantapan,
pembudayaan,pengamalan demokrasi.
3. Melindungi
Memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam proses
pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh
karenakurangberdaya dalam menghadapi yang kuat. Pemihakan yang
dimaksud adalah segala upaya yang dilakukan harus terarah atau tepat
ditujukan kepada yang memerlukan.Melindungi harusdilihat sebagai upaya
untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang.Pemberdayaan
masyarakat bukan membuatmasyarakat menjadi makin tergantung pada
berbagai program pemberian (charity).Dengan demikian tujuan akhirnya
adalah memandirikan masyarakat, memampukan, dan membangun
kemampuan untuk memajukandiri ke arah kehidupan yang lebih baik
secara berkesinambungan.
D. Konsep Kelompok Tani
1. Pengertian Kelompok Tani
Kelompok tani adalah kelembagaan petanian atau peternak yang
dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi
lingkungan (sosial, ekonomi dan sumberdaya) dan keakraban untuk
meningkatkan dan mengembangkan usaha anggotanya serta ditumbuh
kembangkan dari, oleh dan untuk petani yang saling mengenal, akrab,
saling percaya, mempunyai kepentingan dalam berusaha tani,
kesamaan baik dalam hal tradisi, pemukiman, maupun hamparan lahan
usaha tani (Pusat Penyuluhan Pertanian, 2012).
Kelompok tani di definisikan sebagai kumpulan orang-orang tani
atau petani, yang terdiri atas petani dewasa, pria atau wanita tua dan
muda, yang terkait secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas
dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada di lingkungan
pengaruh dan pimpinan seorang kontak tani Mardikanto (1996).
Kelompok tani merupakan sebuah lembaga yang menyatukan para
petani secara horizontal dan dapat dibentuk beberapa unit dalam satu
desa, bisa berdasarkan komoditas, areal tanam pertanian dan gender
(Syahyuti, 2007). Dengan demikian, untuk mengetahui gerak
pembangunan pertanian perlu perhatian terhadap kelompok tani yang
ada di desa (Hariadi, 2011).
Kelompok tani didefinisikan sebagai sebuah kelembagaan di
tingkat petani yang dibentuk untuk mengorganisasikan para petani
dalam menjalankan kelompok tani berperan dalam meningkatkan
pengetahuan, sikap dan keterampilan petani (Thomas, 2008).
Kelompok tani akan membantu usaha taninya (Hermanto dan
Swastika, 2011). Kelompok tani pada hakikatnya adalah untuk
menggerakkan sumber daya manusia petani. Pembinaan petani yang
tergabung dalam keanggotaan untuk memfasilitasi segala kebutuhan
mulai dari pembelian sarana produksi sampai penanganan pasca panen
dan pemasarannya (Hariadi, 2011). Kelompok tani juga menjadi titik
penting untuk menjalankan dan menterjemahkan konsep hak petani ke
dalam kebijakan, strategi, dan program yang layak dalam satu kesatuan
utuh dan pengembangan ke dalam langkah operasional (Djiwandi,
1994). Kelompok tani memiliki tiga fungsi utama yaitu sebagai unit
belajar, unit kerjasama, dan unit produksi. Apabila ketiga unit tersebut
sudah berjalan, maka diarahkan untuk menjadi unit kelompok usaha.
Keberhasilan kelompok tani menjalani fungsi –fungsi tersebut tidak
lepas dari pengaruh kerja keras anggota dalam kegiatan kelompok
untuk mencapai tujuan yang telah disepakati bersama (Dinas Pertanian,
1997).
Kelompok tani juga diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian
Nomor 82 Tahun 2013 Tentang Pedoman Pembinaan Kelompok Tani
dan Gabungan Kelompok Tani yang mendefinisikan bahwa “kelompok
tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas
dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan sosial,
ekonomi, dan sumberdaya, kesamaan komoditas, dan keakraban untuk
meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota”.
Berbagai macam peluang dan Hambatan timbul dalam usaha tani
sesuai dengan lingkungan sosial ekonomi setempat. Oleh karena itu
diperlukan pengembangan kelompok tani ke dalam suatu organisasi
yang jauh lebih besar. Beberapa kelompok tani bergabung kedalam
gabungan kelompok tani (Gapoktan). Penggabungan dalam gapoktan
terutama dilakukan oleh kelompok tani yang berada dalam suatu
wilayah administrasi Kecamatan (Anomius,2007 :4). Peraturan
Menteri Pertanian (permentan) No.273 Tahun 2007 tentang Pedoman
Pembinaan Kelembagaan Petani menyebutkan bahwa kelompik tani
adalah kumpulan petani/peternak/perkebun yang di bentuk atas dasar
kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi,
sumber daya ) dan keeakraban untuk meningkatan dan
mengembangkan usaha tani anggota.
Sosiologi pertanian mengamati obyek secara mikro dan makro.
Pusat perhatian sosiologi pertanian sebagai sosiologi-mikro adalah
usaha pertanian keluarga, pertanian kolektif dan sisteem sosial usaha
pertanian lainya ( Plank, 1993:6). Kelompok tani merupakan lembaga
yang menyatukan para petani secara horizontal dan dapat dibentuk
beberapa unit dalam satu desa. Kelompok tani juga dapat dibentuk
berdasarkan komoditas, area pertanian, dan gender. (Saptana dkk;
2004).
2. Fungsi Kelompok Tani
Peranan merupakan seperangkat harapan yang ditujukan pada diri
seseorang dan hal-hal yang seharusnya dilaksanakan. Kegiatan atau
aktivitas yang berkaitan dengan status dalam masyarakat/lingkungannya
disebut sebagai peranan individu/kelompok yang bersangkutan. Jadi hal-hal
yang menjadi harapan terhadap diri seseorang/kelompok dan seharusnya
dilaksanakan oleh orang/kelompok tersebut merupakan peran
seseorang/kelompok yang bersangkutan. Sesuai Surat Keputusan Menteri
Pertanian Nomor: 273/Kpts/OT.160/4/. “ Kelompok Tani berperan dan
berfungsi sebagai kelas belajar, unit produksi usaha tani, dan wahana
kerjasama antara anggota kelompok”.
a. Sebagai Kelas Belajar
Kelompok tani sebagai kelas belajar bagi petani merupakan wadah bagi
setiap anggotanya untuk berinteraksi guna meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, sikap dalam usaha tani yang lebih baik dan
menguntungkan serta berperilaku lebih mandiri untuk mencapai
kehidupan yang lebih sejahtera. Dalam kelas belajar mengajar ini
diarahkan agar anggota–anggota kelompok memiliki kemampuan dalam
hal.
b. Sebagai Unit Produksi Usaha Tani
Kelompok tani merupakan satu kesatuan unit usaha tani untuk
mewujudkan kerja sama dalam mencapai skala ekonomi yang lebih
menguntungkan. Upaya peningkatan peranan kelompok tani sebagai unit
produksi berorientasi kepada agri bisnis dan agro industri dan hal ini
dilakukan dengan peningkatan berbagai kemampuan yang merupakan
tugas dan tanggung jawab kelompok
c. Sebagai Wahana Kerjasama Antara Anggota Kelompok
Kelompok tani merupakan tempat untuk memperkuat kerjasama antara
sesama petani dalam kelompok untuk menghadapi berbagai ancaman,
tantangan hambatan dan gangguan. Untuk dapat mengatasi ataupun
untuk menekan resiko tersebut maka kelompok tani dapat
menanggulangi/mengatasinya dengan cara memperkuat dan menjalin
kerjasma diantara sesama petani dalam kelompok. Untuk dapat
memperkuat dan menjalin kerjasama tersebut, maka kelompok tani
sebagai wahana kerjasama antara anggota kelompok harus meningkatkan
berbagai kemampuan.
3. Kemampuan dan Ciri Kelompok Tani
Berdasarkan tingkat kemampuan kelompok tani, dikenal empat belas
kemampuan kelompok tani dengan ciri-ciri untuk setiap kelompok adalah
sebagai berikut:
a. Kelompok Pemula:
1) Kelompok tani masih belum aktif.
2) Tahap pembentukan kelompok masih awal.
3) Pimpinan formal.
4) Kegiatan kelompok bersifat informatif.
b. Kelompok Lanjut:
1) Kelompok ini menyelenggarakan kegitan-kegitan terbatas.
2) Kegiatan kelompok dalam perencanaan.
3) Pimpinan formal aktif.
4) Kontak tani mampu memimpin gerakan kerjasama kelompok tani.
c. Kelompok Madya
1) Kelompok tani menyelenggarakan kegiatan kerjasama usaha.
2) Pimpinan formal kurang menonjol.
3) Kontak tani dan kelompok tani bertindak sebagai pimpinan kerjasama
usaha tani.
4) Berlatih mengembangkan program sendiri.
d. Kelompok Utami
1) Hubungan melembaga dengan koperasi.
2) Perencanaan program tahunan untuk meningkatkan produktivitas dan
pendapatan.
3) Program usaha tani terpadu.
4) Program diusahakan dengan usaha koperasi.
5) Pemupukan modal dan pemilikan atau penggunaan benda modal
4. Keuntungan Pembentukan Kelompok Tani
Beberapa keuntungan dari pembentukan kelompok tani antara lain
sebagai berikut:
a. Eratnya interaksi dalam kelompok dan semakin terbinanya
kepemimpinan kelompok.
b. Terarahnya peningkatan secara cepat tentang jiwa kerjasama antar petani.
c. Cepatnya proses perembesan (difusi) penerapan inovasi (teknologi) baru.
d. Naiknya kemampuan rata-rata pengembalian pinjaman petani.
e. Meningkatnya orientasi pasar, baik yang berlkaitan dengan masukan
(input) maupun produk yang dihasilkannya.
f. Dapat membantu efisiensi pembagian air irigasi serta pengawasannya
oleh petani sendiri.
5. Unsur Pengikat Dalam Kelompok Tani
Dalam unsur pengikat kelompok tani meliputi sebagai berikut :
a. Adanya kepentingan yang sama diantara para anggotanya.
b. Adanya kawasan usaha tani yang menjadi tanggung jawab bersama
diantara para anggotanya.
c. Adanya kader tani yang berdeedikasi untuk menggerakkan para petani
dan kepemimpinannya diterima oleh sesama petani lainnya.
d. Adanya kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya oleh sekurang
kurangnya sebagian besar anggotanya.
e. Adanya dorongan atau motivasi dari tokoh masyarakat setempat untuk
menunjang program yang telah ditentukan.
E. Kerangka Pikir
Kerangka pikir dibuat untuk mempermudah proses penelitian
Karena mencakup tujuan dari penelitian itu sendiri, tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui proses koordinasi antar pemerintah daerah
dan kelompok tani di Desa Bontomarannu Kabupaten Gowa. Penulis
menggunakan teori Handayaningrat (1989) yang digunakan dalam
kerangka indikator yang dijadikan penelitian yaitu komunikasi, kesadaran
pentingnya koordinasi, kompetensi partisipan, kesepakatan, komitmen,
dan intensif koordinasi serta kontinuitas perencanaan dengan
menggunakan indikator tersebut kemudian dijadikan acuan peneliti
mengenai kolaborasi pemerintah desa dan kelompok tani desa
bontomarannu kabupaten gowa.
Gambar 1. Kerangka Pikir
F. Fokus Penelitian
Dari judul penelitian ini yakni koordinasi pemerintah desa dan
kelompok tani Desa Bontomarannu Kabupaten Gowa, maka penulis
memberikan fokus pada penelitian ini terdiri dari beberapa Indikator
untuk dijabarkan, diantaranya komunikasi, kesadaran pentingnya
koordinasi, kompetensi partisipan, kesepakatan, komitmen, dan intensif
koordinasi dan kontiunitas perencanaan
Faktor Pendukung
- Komunikasi yang
intens
- Adanya sosial
media sebagai alat
komuikasi
Keberhasilan Kordinasi Pemerintah
Desa dalam Upaya Pemberdayaan
Kelompok Tani Desa
Bontomarannu Kabupaten Gowa
Koordinasi Pemerintah Desa
Indikator Koordinasi menurut
Handayaningrat (1989)
- Komunikasi
- Kesadaran Pentingnya
Koordinasi
- Kompetensi Partisipan
- Kesepakatan, Komitmen,
dan Intensif Koordinasi
- Kontinuitas Perencanaan
Faktor
Penghambat
- Jaringan
internet
- ketelambatan
informasi
G. Deskripsi Fokus Penelitian
Berdasarkan skema kerangka pikir di atas maka dapat kita
kemukakan definisi fokus sebagai berikut :
1. Koordinasi yaitu Pemerintah Desa kerja sama dengan Dinas Pertanian
melakukan perkembangan kelompok tani melalui peningkatan sumberdaya,
pengembangan kelembagaan serta pengembangan teknologi kelompok tani
di Desa Romangloe, Desa Nirannuang, dalam Kelompok tani di Kecamatan
Bontomarannu Kabupaten Gowa.
2. Komunikasi adalah Pemerintah Desa bekerja sama dengan Dinas Pertanian
melakukan komunikasi yang efektif dan komunikasi yang intensif untuk
menunjang berbagai aspek khususnya mengenai upaya melakukan
pemberdayan Kelompok Tani. dan Kelompok tani terkait kerjasama yang
dilakukan di dua Desa yaitu Desa Romangloe dan Desa Nirannuang yang
ada di Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa .
3. Kesadaran Pentingnya Koordinasi adalah Pemerintah Desa dengan Dinas
Pertanian bekerja sama dalam hal pentingnya kesadaran koordinasi maka
semua upaya dalam pemberdayaan para petani atau Kelompok Tani akan
lebih maksimal sehingga menghasilkan bentuk koordinasi seperti hasil kerja
yang maksimal dan juga mengetahui segala kebutuhan Kelompok Tani di
lapangan yang dilakukan di dua Desa yaitu Desa Romangloe dan Desa
Nirannuang yang ada di Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa.
4. Kompetensi Partisipan adalah Pemerintah Desa dengan Dinas Pertanian
melakukan koordinasi dalam hal pemenuhan fasilitas sarana dan prasarana
untuk Kelompk Tani di tiap desa serta sosialisasi atau penyuluhan dengan
kelompok-kelompok tani untuk pengembangan sumberdaya yang di desa-
desa di dua Desa yaitu Desa Romangloe dan Desa Nirannuang yang ada di
Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa.
5. Kesepakatan, Komitmen, dan Insentif Koordinasi adalah melakukan rapat-
rapat yang diadakan Pemerintah Desa berkoordinasi dengan kelompok tani
dalam upaya pemberdayaan Kelompok Tani juga berkomitmen dalam
membangun maupun memberdayakan kelompok tani dengan berbagai
upaya dengan cara lebih mengedepankan kepentingan persoalan pertanian
dan tetap mendengar masukan dan keluhan semua warga masyarakat petani
yang dilakukan di dua Desa yaitu Desa Romangloe dan Desa Nirannuang
yang ada di Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa.
6. Kontinuitas Perencanaan adalah Perencanaan lanjutannya itu Pemerintah
Desa dengan Dinas Pertanian melakukan seperti penyuluhan dengan
praktek dilapangan yang dilakukan Kelompok tani yang dilakukan di dua
Desa yaitu Desa Romangloe dan Desa Nirannuang yang ada di Kecamatan
Bontomarannu Kabupaten Gowa.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu Dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlangsung selama kurang lebih 2 (dua) bulan. Penelitian
ini dilaksanakan di Kantor Desa Nirannuang dan Desa Romangloe Kecamatan
Bontomarannu Kabupaten Gowa, dasar penelitian ini dilakukan agar kita
mengetahui bagaimana koordinasi Pemerintah Desa dan kelompok tani Desa di
Kecamatan Bontomarannu di Kabupaten Gowa.
B. Jenis Dan Tipe Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yakni mendeskripsikan
tentang koordinasi Pemerintah Desa dan kelompok tani Desa di Kecamatan
Bontomarannu Kabupaten Gowa.
1. Sehubungan dengan hal yang diteliti adalah fenomena sosial, maka
dibutuhkan informasi mendalam melalui pendeskripsian berdasarkan
ungkapan maupun bahasa masing-masing informan sehingga dapat
diungkap makna sebenarnya dari informasi yang diperoleh.
2. Tipe penelitian adalah fenomenologi yang dimaksudkan untuk memberikan
gambaran secara jelas mengenai masalah yang diteliti berdasarkan
pengalaman yang telah dialami informan. Masalah yang akan diteliti
koordinasi Pemerintah Desa dan kelompok tani di Desa Bontomarannu di
Kabupaten Gowa.
47
C. Sumber Data
Sumber data adalah tempat dimana peneliti memperoleh data yang
diperlukan selama melaksanakan penelitian. Adapun sumber data pada
penelitian ini yaitu
1. Data Primer
Data primer merupakan data empiris yang diperoleh dari informan
berdasarkan hasil wawancara. Pada penelitian ini data yang diperoleh
peneliti melalui hasil wawancara atau tanya jawab langsung dengan
informan yang terlibat dalam tipe penelitian ini adalah fenomenologi yang
dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara jelas mengenai masalah
yang diteliti berdasarkan pengalaman yang telah dialami informan. Masalah
yang akan diteliti koordinasi Pemerintah Desa dan kelompok tani di Desa
Bontomarannu di Kabupaten Gowa.
2. Data Sekunder
Data yang diperoleh peneliti melalui dari berbagai laporan-laporan atau
dokumen-dokumen yang bersifat informasi tertulis dan dikumpulkan yang
digunakan dalam penelitiaan tipe penelitian ini adalah fenomenologi yang
dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara jelas mengenai masalah
yang diteliti berdasarkan pengalaman yang telah dialami informan. Masalah
yang akan diteliti koordinasi Pemerintah Desa dan kelompok tani di Desa
Bontomarannu di Kabupaten Gowa.
D. Informan Penelitian
Informan penelitian ini adalah orang-orang yang dianggap mampu
memberikan informasi yang selengkap-lengkapnya mengenai pelaksanaan
pelayanan. Dalam penelitian ini informan yang peneliti maksudkan adalah
pegawai, baik pimpinan maupun bawahan yang terlibat dalam pelaksanaan
koordinasi pemerintah desa dan kelompok tani di Desa Bontomarannu di
Kabupaten Gowa. Adapun yang akan dijadikan informan dalam penelitian ini
adalah :
Tabel informan 1
No Nama Informan Inisial Jabatan/Status Jumlah
1. Hj.Rizkayana Sabir
SP,M.Ap RS
Kasubag Umum dan
Kepegawaian 1
2. Muhammad Ilyas
Nurhan MIN
Kabag.
Sarana&Prasarana 1
3. Arifin Bunga AFB Kades Nirannuang 1
4. Muh. Azis Nai MAN Kades Romangloe 1
5. Saharuddinmaja SHM Ketua Kelompok Tani
Nirannuang 1
6. Jamaludding nawing JMN Ketua Kelompok Tani
Desa Romangloe 1
7. Baharuddin Nompo BDN Masyarakat
Nirannuang 1
8. Sakaria Ilyas Bella SIB Masyarakat desa
Romangloe 1
9. Rahim Sua RHS Masyarakat desa
Nirannuang 1
Total Informan 9
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang relevan, penelitian ini menggunakan dua
teknik pengumpulan data yakni :
1. Teknik observasi
Teknik ini dilakukan peneliti dengan cara melakukan pengamatan dan
pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang benar-benar terjadi
di kelompok tani kabupaten Gowa Kegiatan pengamatan terhadap objek
penelitian ini untuk memperoleh keterangan-keterangan data yang lebih
akurat dan untuk mengetahui relevansi antara jawaban responden dan
kenyataan yang terjadi dilapangan dalam hal pelaksanaan koordinasi
pemerintah desa dan kelompok tani di Desa Bontomarannu di Kabupaten
Gowa
2. Teknik wawancara.
Teknik ini dilakukan peneliti dengan cara mengadakan Tanya jawab secara
lisan dan mendalam terhadapat beberapa informan yang diambil sebagai
sampel baik dari kepala dinas, kepala bidang ,maupun masyarkat yang ada
di Kabupaten Gowa yang dianggap mampu meberikan informasi yang
akurat terkait akuntabilitas pelaksanaan pelayanan.
3. Dokumentasi
Teknik ini merupakan pengumpulan data melalui dokumen-dokumen atau
buku-buku yang berkaitan erat dengan Koordinasi antar Pemerintah daerah
dan masyarakat dalam pemberdayaan kelompok tani di kabupaten Gowa
sehingga menunjang kerelevanan data. Metode dokumentasi di gunakan
untuk mengungkap serta melengkapi informasi yang erat kaitannya dengan
pokok dari permasalahan.
F. Teknik Analisis Data
Adapun teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini
dikemukakan oleh Miles dan A.Michael Hurman dalam Sugiyono (2012 : 92)
memiliki tiga langkah sebagai berikut:
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal yang pokok dan
memfokuskan pada hal yang penting. Reduksi data juga berarti komponen
pertama dalam analisis data yang memperpendek, mempertegas dan
membuang hal yang dirasa tidak penting ataupun tidak berkaitan dengan
fokus penelitian sehingga penarikan kesimpulan dapat dilakukan.
2. Penyajian Data (Data Display)
Penyajian data adalah bentuk rakitan data dalam uraian singkat.
Menyajikan data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah
bersifat naratif. Hal ni dimaksudkan untuk memahami apa yang terjadi
secara lebih mudah.
3. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing)
Langkah terakhir dari model ini adalah penarikan kesimpulan. Kesimpulan
dalam penelitian mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang
dirumuskan sejak awal namun juga tidak, karena masalah dan rumusan
masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan
berkembang setelah peneliti ada di lapangan. Kesimpulan penelitian
kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum ada yang
berupa deskripsi atau gambaran yang sebelumnya belum jelas menjadi
jelas.
G. Pengabsahan Data
Menurut Sugiyono (2012:121) uji keabsahan data meliputi uji
kredibilitas data, uji transferability, uji depenability, dan uji comfirmability .
Keabsahan data pada penelitian ini di periksa menggunakan uji kredibilitas
data yang di lakukan dengan teknik triangulasi. Triangulasi merupakan
pengecekan dengan berbagai cara, berbagai sumber, dan berbagai waktu.
Dengan demikian terdapat tiga triangulasi dalam keabsahan data, yaitu
triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu.
1. Triangulasi sumber
Triagulasi sumber adalah membandingkan cara mengecek ulang derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui sumber yang berbeda.
Misalnya membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara,
membanding apa yang dikatakan umum dengan yang di katakana pribadi,
membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang ada pada
Koordinasi antar Pemerintah daerah dan masyarakat dalam pemberdayaan
kelompok tani di Kabupaten Gowa.
2. Triangulasi teknik
Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber
yang sama dengan teknik yang berbeda. Dalam penelitian ini akan
menggunakan teknik observasi dan wawancara untuk mengecek data yang
diperoleh dengan teknik pengumpulan data sebelumnya
3. Triangulasi waktu
Triangulasi waktu digunakan untuk validitas data yang berkaitan dengan
pengecekan data berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.
Perubahan suatu proses dan perilaku manusia mengalami perubahan dari
waktu ke waktu. Untuk mendapatkan data yang sah melalui observasi pada
penelitian ini akan di adakan pengamatan tidak hanya satu kali pengamatan
saja, sehingga data yang diperoleh.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran singkat dan Lokasi Penelitian
1. Tugas, Fungsi, dan Struktur Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura
Kab. Gowa
Berdasarkan Peraturan Bupati Gowa nomor 65 Tahun 2016 tentang
Susunan Organisasi, Kedudukan, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas
Tanaman Pangan dan Hortikultura. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Kepala
Dinas, Sekretaris dan Kepala Bidang dapat dilihat pada uraian sebagai
berikut:
a. Kepala Dinas
1) Kepala Dinas mempunyai tugas pokok memimpin dan melaksanakan
urusan Pemerintah Daerah di Bidang Tanaman Pangan dan
Hortikultura berdasarkan kewenangan dan tugas pembantuan sesuai
peraturan perundang-undangan dan pedoman yang berlaku untuk
kelancaran tugas.
2) Kepala Dinas dalam malaksanakan tugas sebagaiman dimaksud pada
ayat (1) di atas, menyelenggarakan fungsi :
a) Perumusan kebijakan urusan pemerintahan bidang tanaman pangan
dan hortikultura;
b) Pelaksanaan kebijakan urusan pemerintahan bidang tanaman
pangan dan hortikultura;
54
c) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan urusan pemerintahan bidang
tanaman pangan dan hortikultura
d) Pelaksanaan administrasi Dinas
e) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati terkait tugas
dan fungsinya.
b. Sekretaris
1) Sekretariat dipimpin oleh Sekretaris mempunyai tugas pokok
membantu Kepala Dinas dalam melaksanakan koordinasi kegiatan,
memberikan pelayanan teknis dan administrasi penyusunan
perencanaan dan pelaporan, keuangan dan umum dan kepegawaian
dalam lingkungan Dinas.
2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di
atas, Sekretaris menyelenggarakan fungsi :
a) Pengkoordinasian pelaksanaan tugas dalam lingkungan dinas;
b) Pengkoordinasian penyusunan perencanaan dan pelaporan;
c) Pengkoordinasian urusan umum dan kepegawaian;
d) Pengkoordinasian pegelolaan administrasi keuangan; dan
e) Pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai bidang tugasnya.
c. Kepala Bidang Tanaman Pangan
1) Bidang Tanaman Pangan dipimpin oleh kepala bidang yang
mempunyai tugas pokok membantu kepala dinas dalam
mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan tanaman pangan meliputi
pengembangan produksi, pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian
dan pengawasan pelaksanaan program kegiatan produksi padi, jagung
dan serealia lainnya dan aneka kacang dan umbi sesuai lingkup
tugasnya untuk pelaksanaan tugas pembantuan.
2) Untuk melaksanakan tugas senagaimana dimaksud pada ayat (1) di
atas, Kelapa Bidang Tanaman pangan mempunyai fungsi :
a) Perumusan kebijakan teknis bidang tanaman pangan meliputi
tanaman padi, jagung dan Serealia lainnya dan aneka kacang dan
umbi;
b) Pelaksanaan kebijakan teknis bidang tanaman pangan meliputi
tanaman padi, jagung dan Serealia lainnya dan aneka kacang dan
umbi;
c) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan bidang tanaman pangan
meliputi tanaman padi, jagung dan Serealia lainnya dan aneka
kacang dan umbi;
d) Pelaksanaan administrasi bidang tanaman pangan meliputi tanaman
padi, jagung dan Serealia lainnya dan aneka kacang dan umbi;
e) Pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai bidang tugasnya.
d. Kepala Bidang Holtikultura
1) Bidang Hortikultura dipimpin oleh Kepala Bidang yang mempunyai
tugas pokok memimpin dan melaksanakan penyusunan, pelaksanaan
kebijakan dan pemberian bimbingan teknis, pengawasan serta
pemantauan dan evaluasi di Bidang Hortikultura berdasarkan
pedoman yang berlaku agar tercipta kelancaran pelaksanaan tugas.
2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di
atas, Kepala Bidang Hortikultura mempunyai fungsi :
a) Penyusunan kebijakan, pembinaan dan pengawasan perbenihan dan
produksi di bidang pengembangan tanaman sayuran;
b) Penyusunan kebijakan, pembinaan dan pengawasan perbenihan dan
produksi di bidang pengembangan tanaman buah;
c) Penyusunan kebijakan, pembinaan dan pengawasan perbenihan dan
produksi di bidang pengembangan tanaman hias dan tanaman obat;
e. Kepala Bidang Pasca Panen dan Pembiayaan
1) Bidang Pasca Panen dan Pembiayaan dipimpin oleh seorang Kepala
Bidang, yang mempunyai tugas pokok membantu kepala bidang
dalam penyiapan bahan penyusunan kebijakan, pelaksanaan, dan
pemberian bimbingan teknis serta pemantauan dan evaluasi dibidang
pasca panen dan pembiayaan tanaman pangan dan hortikultura
berdasarkan pedoman yang berlaku agar tercipta kelancaran
pelaksanaan tugas.
2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di
atas, ke Kepala Bidang mempunyai fungsi :
a) Penyusunan kebijakan, pembinaan dan pengawasan perbenihan dan
produksi di bidang pasca panen dan pembiayaan;
b) Penyusunan kebijakan, pembinaan dan pengawasan perbenihan dan
produksi di bidang pasca panen dan pembiayaan;
c) Penyusunan kebijakan, pembinaan dan pengawasan perbenihan dan
produksi di bidang bidang pasca panen dan pembiayaan;
f. Kepala Bidang Sarana dan Prasarana
1) Bidang Prasarana dan Sarana dipimpin oleh Kepala Bidang yang
mempunyai tugas pokok membantu kepala dinas dalam pembinaan,
kerjasama, pemantauan dan evaluasi kegiatan pengembangan sarana
produksi dan kelembagaan petani, pengelolaan lahan dan perluasan
areal Tanaman Pangan dan Hortikultura berdasarkan pedoman yang
berlaku agar tercipta kelancaran pelaksanaan tugas.
2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di
atas, kepala bidang prasarana dan sarana mempunyai fungsi:
a) Penyusunan kebijakan, pemberian dukungan, penyediaan
pengawasan dan evaluasi program Rehabilitasi dan Pengembangan
Lahan
b) Penyusunan kebijakan, pemberian dukungan, penyediaan
pengawasan dan evaluasi program pengkajian iklim dan tata guna
air
c) Penyusunan kebijakan, pemberian dukungan, penyediaan
pengawasan dan evaluasi program perlindungan tanaman, pupuk
dan pestisida
2. Sumber Daya Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten
Gowa
Jumlah aparatur Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kab.Gowa
berdasarkan data dari Sub Bagian Umum dan Kepegawaian sampai Bulan
Desember Tahun 2016 berjumlah 138 orang. Komposisi jabatan dalam
struktur organisasi Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten
Gowa dapat dilihat pada tabel 1. Berdasarkan data yang ditampilkan pada
Tabel 1, dengan jenjang eselon dan jenis kelaimin, Dinas Tanaman Pangan
dan Hortikultura melaksanakan fungsi pelayanan di Bidang Pertanian.
Tabel 2
Kondisi Kepegawaian Berdasarkan Eselon dan Jeni Kelamin
No Uraian Eselon
II
Eselon
III
Eselon
IV Staf
Jenis Kelamin
LK PR
1 Kepala Dinas 1 - - - 1 -
2 Sekretaris - 1 3 14 9 9
3 Bidang Tanaman
Pangan
- 1 3 12 10 6
4 Bidang Holtikultura - 1 3 8 4 8
5 Bidang Pasca Panen
dan Pembiyaan
- 1 3 7 1 10
6 Bidang Prasarana
dan Sarana
- 1 3 7 7 4
7 Kelompok Jabatan
Fungisonal
- - - 61 33 28
Jumlah 1 5 15 109 65 65
Sumber : Subbagian Umum dan Kepegawaian Dinas Tanaman Pangan &
Holtikultura Kabupaten Gowa
Kapasitas dan kapabilitas karyawan berkaitan erat dengan tingkat
pendidikannya. Berdasarkan data yang ditampilkan pada Tabel 2, tingkat
pendidikan karyawan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten
Gowa yang paling banyak adalah pendidikan S1 sebanyak 98 orang (75,38
%). Tingkat pendidikan bagian terbesar dari karyawan Dinas Tanaman
Pangan dan Hortikultura Kabupaten Gowa ini merupakan modal dasar yang
penting dalam peningkatan kinerja Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura
Kabupaten Gowa secara umum.
Jumlah karyawan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten
Gowa yang menamatkan pendidikan S2 tercatat ada 23 orang, S1 tercatat
sebanyak 98 orang dan paling banyak kedua yaitu S2 sebanyak 23 orang
yang secara persentase, jumlah tersebut mencapai 17,69% dari seluruh
karyawan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Gowa, hal
ini tentu menjadi modal dasar yang besar dalam menjalankan tugas pokok
dan fungsi Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Gowa.
Namun demikian, kendala dalam ketersediaan SDM yang menjadi isu
strategis di Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kab Gowa adalah
mengenai kualitas dan kuantitas pejabat fungsional. Sekalipun kebijakan
internal Pemerintah Daerah telah memperlihatkan keberpihakan terhadap
pejabat fungsional, tetapi belum menarik minat pegawai lainnya untuk
mengambil jalur karir sebagai pejabat fungsional.
Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Gowa dibentuk
berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pembentukan
dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah. Pembangunan pertanian,
khusunya tanaman pangan dan hortikultura, memiliki peran yang sangat
strategis dalam perekonomian di Kabupaten Gowa. Peran tersebut
digambarkan melalui penyediaan bahan pangan, penyerapan tenaga kerja,
sumber pendapatan serta pelestarian lingkungan.
3. Visi dan Misi Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten
Gowa
Visi adalah rumusan umum mengenai keadaaan yang diinginkan
terwujud pada akhir periode perencanaan. Visi sangat terkain dengan cita-
cita atau keinginan suatu daerah untuk menggunakan seluruh potensinya
yang dideskripsikan secara ringkas dan jelas yang dapat dicapai dalam kurun
waktu tertentu melalui implementasi rencana strategis yang telah ditetapkan.
Dalam rangka perumusan visi dan misi Dinas Tanaman Pangan dan
Hortikultura mengacu dan memperhatikan visi dan misi Bupati dan Wakil
Bupati Gowa terpilih yaitu : Visi Kabupaten Gowa “Terwujudnya
masyarakat yang berkualitas, mandiri dan berdaya saing dengan tata kelola
pemerintahan yang baik”. Sedangkan misi Kabupaten Gowa adalah :
a. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia berbasis pada hak-hak
dasar, kesetaraan gender, nilai budaya dan agama.
b. Meningkatkan perekonomian daerah berbasis pada potensi unggulan dan
ekonomi kerakyatan.
c. Meningkatkan pembangunan infrastruktur berorientasi pada
interkonektisitas antar wilayah dan sektor.
d. Meningkatkan Pengembangan wilayah kecamatan, desa dan kelurahan.
e. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik, bersih dan
demokratis.
Adapun visi dan misi Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura
Kabupaten Gowa diuraikan sebagai berikut :
Visi Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Gowa
adalah :
“Terwujudnya Gowa menjadi Wilayah Pengembangan Produksi
Tanaman Pangan dan Hortikultura Berkualitas”
Misi merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan agar tujuan
organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik sesuai dengan visi yang
telah di tetapkan. Dengan adanya misi diharapkan seluruh pegawai dan
pihak yang berkepentingan (Stake Holders) dapat mengenal Dinas Tanaman
Pangan dan 26 Hortikultura Kabupaten Gowa dan mengetahui peran serta
program – programnya juga hasil yang akan diperoleh dimasa yang akan
datang. Adapun Misi Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten
Gowa adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan produksi padi, palawija dan hortikultura
2. Meningkatkan penerapan teknologi pertanian berbasis lingkungan dan
penguatan penyuluhan serta kelembagaan.
3. Meningkatkan perbaikan penanganan pasca panen, pengolahan hasil dan
pemasaran.
4. Gambar Struktur Organisasi Dinas Pertanian Kabupaten Gowa
Adapun struktur organisasi dinas pertanian Kabupaten Gowa Struktur
terdiri dari Kepala Dinas sebagai stakeholder pemerintahan dibantu oleh
sekertaris dan subag umum dan kepegawaian serta kemudian memiliki
empat bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Gambar 2 : Struktur Organisasi Dinas Pertanian
Di Kecamatan Bontomarannu sendiri terdapat 2 desa yang memiliki
kelompok tani (data dari Dinas Pertanian) dan tersebar di dua Desa yaitu
Desa Romangloe dan Desa Nirannuang. Adapun profil atau latar belakang
dari ke-dua Desa tersebut yaitu:
Kepala Dinas
Sekretaris
Subag.
Umum dan
Kepegawaian
Sebag.
Perencanaan
dan Pelaporan Subag.
Keuangan
Bid. Pasca
Panen &
pembiayaan
Seksi pasca
panen &
pengelolaan
Seksi
pengembanga
n usaha &
pembiayaan
Seksi
pemanfaatan
sumber daya
Bid. Sarana & prasatana
Seksi pengkajian iklim
& tata guna air
Seksi rehabilitasi &
pengembangan lahan
Seksi perlindangan
tanaman pupuk &
pestisida
Bid.
Holtikultura
Seksi buah
Seksi sayuran
Seksi tanaman
hias &
tanaman obat
Bid. Tanaman pangan
Seksi Padi
Seksi jagung &
serealia
Seksi aneka
kacang & umbi
UPTD
a. Latar Belakang Desa Romangloe
Secara adminsitratif, Desa Romangloe merupakan bagian dari
kecamatan Bontorannu Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan
dengan luas wilayah 1628 Ha. Jarak desa dengan ibu kota kecamatan
adalah 8 km dengan waktu tempuh 15 menit dengan kendaraan bermotor.
Dari ibu kota kabupaten berjarak 17 km dengan waktu tempuh sekitar 30
menit. Potensi yang dimiliki Desa Romangloe adalah lahan perkebunan
dan lahan persawahan sampai saat ini pengelolaannya masih kurang
maksimal karena jaringan irigasi yang belum maksimal.
b. Letak Geografis
Desa Romangloe secara geografis berada di ketinggian antara 5-50
m (diatas permukaan laut). Dengan keadaan curah hujan rata-rata dalam
pertahun antara 135 hari s/d 160 hari, serta suhu rata-rata pertahun adalah
28 s/d 35^C.
Secara administrasi Desa Romangloe terletak di wilayah kecamatan
Bontomarannu Kabupaten Gowa.
1) Demografi Batas Desa
a) Disebelah utara : Berbatasan dengan Desa
Nirannuang
b) Disebelah selatan : Berbatasan dengan sungai
Jene’berang/Kab
Takalar
c) Disebelah barat : Berbatasan dengan Desa Sokkolia
/Desa
Mata Allo
d) Disebelah timur : Berbatasan dengan Bili-bili
2) Luas wilayah desa dalam tata guna lahan
Luas wilayah Desa Romangloe 1628 Ha terdiri dari :
a) Sawah : 75,58 Ha
b) Laha kering : 876,74 Ha
c) Tambang Gol C : 8,00 Ha
d) Pemukiman : 667,68 Ha
3) Wilayah Desa Romangloe terdiri dari 2 dusun yaitu :
a) Wilayah dusun Samaya teridir dari dari 3 rukun warga dan 7 rukun
tetangga
(1) RK 01 Samaya 3 RT
(2) RK 02 Samaya 2 RT
(3) RK 03 Samaya 2 RT
b) Wilayah dusun Bonto-bontoa terdiri dari 2 Rukun Warga dan 4
Rukun Tetangga:
(1) RK 01 Bonto-bontoa 2 RT
(2) RK 02 Bonto-bontoa 2 RT
c. Struktur Kepemimpinan dan Pelayanan Publik
Adapun tabel dibawah ini adalah struktur kepemimpinan dan
pelayan publik ialah sebagai beriku
Table 3
No. NAMA JABATAN
1. Muh. Azis Nai Kepala Desa
2. Tahir S.Ag Sekretaris Desa
3. Jumriati Bendahara Desa
4. Haruna Kaur Pemerintahan
5. Najamuddin Kaur Pembangunan
6. Hasmah Kaur Umum
d. Jumlah penduduk menurut mata pencaharian
Adapun tabel jumlah penduduk menurut mata pencaharian sebagai
berikut dapat di lihat dari jenis pekerjaan dan presentase jumlah
penduduk, sekitar 25% mata pencaharian masyarakat didesa di
rannuang ialah petani dan dan lebih banyak di bandingkan dengan jenis
pekerjaan lainnya.
Tabel 4
No. Jenis Pekerjaan Jumlah Presentase dari
jumlah penduduk
1. PNS 46 3,54%
2. POLRI 2 0,15%
3. TNI 3 0,23%
4. PENSIUNAN 30 2,31%
5. PEDAGANG 92 7,09%
6. PETANI 329 25,38&
7. PERTUKANGAN 86 6,63%
8. WIRAUSAHAWAN 137 10,57%
9. PETERNAK 3 0,23%
10. BURUH 112 8,64%
11. PERBENGKELAN 12 0,92%
12. JASA 46 3,54%
13. KARYAWAN
SWASTA 213 16,43%
14. SOPIR 168 12,96%
15. TENAGA HONOR 17 1,31%
Jumlah 1296 100%
e. Latar belakang Desa Nirannuang
Awalnya Desa Nirannuang adalah salah satu Dusun dari Desa
Pakkatto yang merupakan Desa induk dari Desa Nirannuang, namun
karena pertumbuhan penduduknya dan demi tercapainya pelayanan yang
maksimal terhadap masyarkat maka pada tahun 1990 Nirannuang resmi
dimekarkan dan berdiri sebagai Desa persiapan, selama kurang lebih 3
tahun sebagai desa persiapan yang mulanya dikepalai oleh Bapak Laupe
Azis, maka pada tahun 1993 diadakan pemilihan kepala desa untuk
pertama kalinya dan pada tahun itu juga desa Nirannuang resmi menjadi
desa yang definitive dan berdiri sendiri.
1) Gambaran Umum Desa
- Luas desa : Kurang lebih 6 KM persegi
- Jumlah penduduk : 2936 Jiwa
- Jumlah kepala keluarga : 674 KK
- Musim hujan : Oktober - Maret
- Musim kemarau : April – September
2) Batas wilayah
- Sebelah utara : Kecamatan Pattallassang
- Sebelah timur : Desa Romangloe
- Sebelah selatan : Desa Mata Allo
- Sebelah barat : Desa Pakkatto
3) Penduduk berdasarkan Agama
- ISLAM : 2.874 Jiwa
- KRISTEN : 57 Jiwa
- HINDU : 5 Jiwa
4) Penduduk berdasarkan pekerjaan
- Petani : 1.057 jiwa
- Buruh Harian : 264 jiwa
- Karyawan Swasta : 234 jiwa
- PNS : 15 jiwa
- Wiraswasta : 121 jiwa
- TNI : 12 jiwa
- Polri : 3 jiwa
- Perawat Honorer : 3 jiwa
- Pensiunan : 20 jiwa
- Pelajar : 662 jiwa
- IRT : 379 ji wa
- Tidak bekerja : 166 jiwa
5) Sususnan Kepemimpinan
Adapun susunan kepemimpinan desa dirannuang ialah sebagai
berikut:
Tabel 5 Susunan Kepemimpinan
No. NAMA JABATAN
1. Arifin Bunga, S.Ip Kepala Desa
2. Mujahid Budiman Sekretaris Desa
3. Si’ar Ramadhan, SE Kaur Administrasi
4. Hasrullah Kaur Pemerintahan
5. Muh. Nasrun Kaur Pembangunan
6. Murniati Kaur Kesra
7. St. Aminah Kaur Keuangan
8. Ninik Fitria. A Kaur Umum
B. Koordinasi Pemerintah Desa dalam Upaya Pemberdayaan Kelompok
Tani Desa Bontomarannu Kabupaten Gowa
Berdasarkan penjelasan yang telah dibahas pada bab sebelumnya bahwa
berpedoman kepada prinsip fungsionalisasi, diharapkan permasalahan
koordinasi dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya dan dapat dihindarkan
kemungkinan timbulnya masalah-masalah, yang apabila tidak dipecahkan akan
mengakibatkan berbagai hal yang tidak diinginkan seperti tidak efisien,
tumpang tindih, kekaburan, pemborosan, dan sejenisnya. Maka sangat perlu
upaya koordinasi yang stabil dalam menunjang pemberdayaan kelompk tani
yang ada di kecamatan Bontomarannu.
Indikator Koordinasi yang dimaksud yaitu :
a. Komunikasi
b. Kesadaran Pentingnya Koordinasi
c. Kompetensi Partisipan
d. Kesepakatan, Komitmen, dan Insentif Koordinasi
e. Kontinuitas Perencanaan
Segala bentuk proses kerjasama dalam upaya pemberdayaan para
kelompok tani yang ada di kecamatan Bontomarannu perlu adanya koordinasi
yang baik sehingga tidak terjadi permasalahan yang tidak pernah kita
harappkan, koordinasi sangat menunjang jalan proses kerjasama dalam hal
upaya pemberdayaan para kelompok tani. Adapun data perkembangan
pemberdayaan kelompok tani di Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa
sebagai berikut:
Tabel 6 Data Perkembangan Pemberdayaan Kelompok Tani
Perkembangan
pemberdayaan
kelompok tani
Kategori Interval Jumlah
(kelompok)
Presentase
Perkembangan
kelompok tani
secara
keseluruhan
Sangat tinggi
Tinggi
Rendah
Sangat
rendah
82,60-99,00 66,10-82,50 49,60-66,00 33,00-49,50
0
0
18
12
0,00
0,00
60,00
40,00
Jumlah 30 100,00
Sumber: Analisis Data Primer Perkembangan Pemberdayaan Kelompok Tani Januari-Februari 2020
Berdasarkan Tabel tersebut dapat diketahui bahwa tingkat perkembangan
kelompok tani secara keseluruhan dalam menjalakan fungsinya sebesar 60,00%
berada pada kategori rendah, 40,0% berada pada kategori sangat rendah.
Menurut responden tingkat perkembangan kelompok tani dalam menjalakan
fungsinya sebagian besar berada pada kategori rendah. Hal ini menunjukkan
bahwa tingkat perkembangan kelompok tani dalam menjalakan fungsinya
belum dijalankan dan dilakukan dengan baik sesuai dengan ketentuan yang
ada.
1. Komunikasi
Yang dimaksud komunikasi adalah bagaimana dalam hal menunjang
koordiansi yang baik maka perlu adanya komunikasi yang baik sehingga
koordinasi berjalan lancer dan menunjang berbagai hal pendukung dalam
pemberadayaan para kelompok tani.
Adapun hasil wawancara yang dilakukan dengan RIS Kasubag
Umum dan Kepegawaian Tanaman Pangan dan Holtikultura Gowa terkait
komunikasi sebagai berikut:
“Saya sebenarnya tidak begitu paham bagaimana selama ini
komunikasi yang terjalin dibawah antara pemerintah desa dan para
kelompok tani mengenai ini, tapi selama ini kalau ada informasi-informasi
tentang bantuan untuk kelompok tani turun ke desa-desa itu selalu cepat,
tidak pernah ada yang ketinggalan, tidak tau kalau kepala desanya masing-
masing apakah kepala desanya sendiri yang kasih tau mereka kalau ada
bantuan petani atau kelompok tani sendiri yang tau informasinya kalau ada
bantuan, yang jelasnya komunikasi antara pemerintah desa dan kelompok
tani harusnya lebih efektif lagi supaya tidak ada kericuhan,sedangkan untuk
kelompok tani informasi yang ingin mendapatkan bantuan harus melalui
Tahap yaitu harus memasukkan berupa Proposal yang di dalamnya surat
permohonan yang ditunjukkan kepada bapak kepala dinas, yang di
dalamnya ada tanda tangan ketua kelompok tani, penyuluh dan upt dan
pemerintah desa, dilengkapi dengan CPCL (Calon Petani Calon Lokasi)”.
Gambar 3 langkah-langkah Alur Penerima Bantuan
(Hasil wawancara dengan RIS, pada tanggal 04 Desember 2019).
Sesuai dengan penjelasan oleh informan di atas, dapat diketahui
bahwa komunikasi yang terjadi selama ini tidak begitu berjalan
sebagaimana mestinya, karena beberapa informasi mengenai bentuk
bantuan-bantuan bagi para kelompok tani itu biasanya langsung dari kepala
desa sendiri dan juga terakadang dari luar desa artinya kelompok tani sendiri
yang mencari tau informasi tersebut.
Lanjut wawancara dengan AFB selaku kepala Desa Nirannuang yang
ada di kecamatan Bontomarannu terkait Komunikasi sebagi berikut:
“Tanggapan saya dek selaku kepala desa Nirannuang kalau efektif
komunikasi kita pasti semuanya berjalan lancar kalau tidak efektif pasti
rusak kerjaan, jadi selama ini kami selaku pemerintah desa selalu
berkoordinasi membangun komunikasi dengan kelompok tani yang ada di
desa ini, setiap ada kegiatan-kegiatan pertanian pasti kami selalu
mengundang para petani atau kelompok tani di desa kita ini, setiap ada
datang informasi mengenai bantuan pertanian pasti kita cepat kasi tau semua
petani melalui kelompok taninya”. (Hasil wawancara dengan AFB, pada
tanggal 04 Desember 2019)
Permohonan Dispasi Bidang
Teknis
Bidang Tanaman Pangan
Identifikasi dan
Verifikasi bidang
tanaman Pangan
Setelah Sesuai
Baru di Buatkan
Daftar
Penerimaan
Lanjut wawancara dengan SHM selaku ketua kelompok Tani di Desa
Nirannuang terkait komunikasi sebagai berikut :
“Penting sekali itu komunikasi, kalau tidak pernah komunikasi dengan
pemerintah desa pasti sulit berkembang apalagi untuk pemberdayaan
pertanian di desa, pasti sangat sulit, jadi memang perlu komunikasi yang
efektif supaya kalau ada informasi-informasi dari Dinas Tanaman Pangan
dan Holtikultura kita bisa cepat tahu, jadi memang perlu sekali pemerintah
desa dan kita sebagai kelompk tani melakukan komunikasi yang efektif
supaya koordinasi kami lancer tidak ada salah-salah diantara kita” . ”. (Hasil
wawancara dengan SHM, pada tanggal 04 Desember 2019).
Sesuai dengan penjelasan informan diatas, bahwa setiap bentuk
komunikasi sangat diperlukan untuk menunjang koordinasi dalam setiap
informasi-informasi mengenai bentuk bantuan pertanian dari Dinas
Tanaman Pangan dan Holtikultura, setiap informasi yang ada akan selalu
dikirim dari dinas terkait turun melalui Kepala Desa dan turun lagi ke para
Kelompok Tani. Pemerintah Desa dan Kelompok tani harus selalu
membangun komunikasi yang efektif agar segala bentuk pemberdayaan
Pertanian di desa-desa mampu berjalan efektif dan efisien.
Lanjut wawancara dengan RHM selaku masyarakat/petani di Desa
Nirannuang terkait komunikasi, sebagai berikut:
“Terkait komunikasi yang saya liat, itu biasa lewat grup sosmed, saya kan
juga bagian dari kelompok tani, jadi setiap ada informasi dari pak desa pasti
kami semua tau, kalau ada pupuk datang kami cepat ke kantor desa, kalau
ada rapat-rapat kami juga cepat tau, jadi penting sekali yang namanya
komunikasi supaya koordinasi yang kita bangun terus ini bisa berjalan
dengan harapan kita semua, kalau tidak ada komunikasi pasti tidak bisa kita
koordinasi dengan siapapun termasuk pemerintah desa, jadi penting sekali
memang ada komunikasi yang terbangun yang lancar”
Sesuai dengan penjelasan informan diatas, bahwa segala sesuatunya
harus dengan komunikasi yang intens, tanpa komunikasi yang intens maka
koordinasi tidak akan bisa berjalan sebagai mana mestinya. Dalam upaya
pemberdayaan kelompok tani, pemerintah desa perlu melakukan komunikasi
yang intensif, baik secara langsung ataupun melalui alat komunikasi seperti
Handphone atau melalui sosmed.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan diatas maka
dapat disimpulkan bahwa untuk menunjang koordinasi yang baik maka
komunikasi yang efektif dan komunikasi yang intensif sangatlah diperlukan
juga untuk menunjang berbagai aspek khususnya mengenai upaya
melakukan pemberdayan Kelompok Tani. Sejauh ini upaya Pemerintah
Desa untuk melakukan pemberdayaan Kelompok Tani yaitu terus menjalin
komunikasi yang efektif dan mengedepankan kebutuhan bersama bukan
kepentingan sendiri. Komunikasi yang efektif tanpa mengedapankan ego
masing-masing kelompok mampu menghasilkan koordinasi yang baik guna
menunjang bentuk-bentuk proses pemberdayaan para petani, namun tidak
dapat dipungkiri terkadang terjadi miss komunikasi antara Pemerintah Desa
dan Kelompok Tani.
2. Kesadaran Pentingnya Koordinasi
Kesadaran Pentingnya Koordinasi adalah pengetahuan dan ketaatan
yang dilakukan antara Pemerintah Desa dan Kelompok Tani terkait
kerjasama yang dilakukan di dua Desa yang ada di Kecamatan
Bontomarannu Kabupaten Gowa. Dengan adanya koordinasi yang jelas
antara Pemerintah Desa dengan Kelompok Tani memberikan hasil yang
ekefektif, tingkat pemberdayaan kelompok akan lebih besar jika masing-
masing yang bersangkutan taat akan koordinasi. Koordinasi yang taat akan
menghasilkan nilai yang lebih.
Adapun wawancara yang dilakukan oleh MAN selaku kepala desa
Romangloe terkait kesadaran pentingnya koordinasi sebagai berikut:
“Yaa jelas, sangat penting itu koordinasi disetiap agenda yang mau kita
buat, apalagi kerjasama dengan kelompok tani untuk melakukan
pemberdayaan petani. Sangat jelas koordinasi yang baik pasti hasilnya juga
baik, tidak mungkin tidak. Sering saya ingatkan selaku kepala desa kepada
para petani di desa romangloe ini, bahwa kalau ada yang mereka butuhkan
segerta melapor atau beritau kami, jangan menunda-nunda dan lama, karena
jika koordinasi tidak terbangun pasti ada kerancuan di desa, apalagi tentang
pertanian, kita selalu menjaga itu Alhamdulillah hasilnya juga jelas
pertanian di desa Romangloe ini cukup baik” (Hasil wawancara dengan
MAN, pada tanggal 05 Desember 2019)
Lanjut wawancara dengan JMN selaku ketua Kelompok Tani di Desa
Romangloe terkait kesadaran pentingnya koordinasi sebagai berikut:
“Selama ini teman-teman di kelompok tani selalu kompak untuk terus
membangun pertanian atau membantu setiap petani yang merasa kesusahan,
Alhamdulillah dengan koordinasi yang jelas hasilnya sangat kita nikmati
semua, tapi ada hal yang kami masih sangat harapkan dengan pemerintah
desa, karna masih ada jalan tani dan irigasi untuk sewah dan lahan itu belum
memadai, tapi kami terus berupaya untuk terus bangun koordinasi dengan
pemerintah desa, agar beberapa keluhan teman-teman petani bisa teratasi,
bisa diselesaikan” (Hasil wawancara dengan JMN, pada tanggal 05
Desember 2019)
Sesuai dengan penjelasan kedua informan diata, dapat diketahui
bahwasanya sejauh ini kesadaran dalam koordianasi yang kedua pihak
rasakan sangatlah penting untuk menunjang setiap pekerjaan atau kegiatan
yang memerlukan kerjasama, koordinasi selama ini yang terbangun juga tak
dapat dipungkiri sering terjadi miss komunikasi tapi itu hanya sebentar tidak
berkelanjutan. Selama ini Pemerintah Desa juga sering kali mengingakan
Kelompok Tani agar terus melakukan koordinasi sehingga informasi-
informasi yang masuk ke pemerintah desa itu selalu cepat diterima dan
dijalankan.
Lanjut wawancara dengan AFB selaku Kepala Desa Nirannuang
terkait kesadaran pentingnya koordinasi, sebagai berikut :
“Itu sudah pasti sangat penting, kalau tidak ada koordinasi pasti tidak jelas
arah kelompok tani ini untuk bergerak membantu para petani, karena tidak
mungkin mereka bisa jalan sendiri tanpa bantuan pemerintah desa, artinya
harus selalu ada koordinasi yang jelas supaya hasil kerja kelompok tani
lebih sukses dan kami juga yang ada di kantor desa bisa bekerja lebih
maksimal lagi untuk pemberdayaan para petani, dan juga kita bisa tau apa-
apa saja kebutuhan kelompk tani dilapangan”
Sesuai dengan penjelasan informan diatas, yang artinya Pemerintah
Desa juga sangat mengharapkan dengan adanya koordinasi yang baik dari
Kelompok Tani, selain dapat membantu dalam pembangunan pertanian juga
dapat mengetahui segala kebutuhan Kelompok Tani dilapangan, sehingga
pemberdayaan Kelompok Tani dapat lebih maksimal lagi.
Lebih lanjut lagi wawancara dengan SHM selaku Kelompok Tani
Desa Nirannuang terkait kesadaran pentingnya koordinasi, sebagai berikut:
“Kami kelompok tani anggap koordinasi itu memang sangat penting, kalau
ditanya bagaimana hasil dari koordinasi dengan pemerintah desa, yah
hasilnya kami selalu dipanggil oleh pak desa untuk membahas apa-apa saja
yang akan kita kerjakan untuk terus memberdayakan para petani, dan kami
juga sering menyampaikan keluhan-keluhan kami sama pak desa, jadi
memang kesadaran kita akan pentingnya koordinasi itu memang sangat
penting sekali, karena kalau tidak pasti kami juga dikelompok tani kesulitan
kalau ada kebutuhan dilapangan, memang koordinasi itu penting sekali”.
(Hasil wawancara dengan SHM, pada tanggal 05 Desember 2019)
Sesuai dengan penjelasan informan diatas, bahwa kesadaran
pentingnya koordinasi sangatlah penting dan dengan koordinasi yang baik
tidak saling ego maka segalanya akan menghasilkan hasil koordinasi yang
baik salah satunya adanya komunikasi secara langsung antara Pemerintah
Desa dengan Kelompok Tani dengan membahas segala bentuk agenda atau
kegiatan kedepannya untuk pemberdayaan para petani atau Kelompok
Petani, juga sebagai media/memberitahukan segala kebutuhan para
Kelompok Tani di lapangan sehingga menunjang aktivitas di lapangan.
Berdasarkan pernyataan dari keempat informan diatas, penulis dapat
menyimpulkan terkait kesadaran pentingnya koordinasi yaitu dengan
pentingnya kesadaran koordinasi maka semua upaya dalam pemberdayaan
para petani atau Kelompok Tani akan lebih maksimal lagi, koordinasi
sangatlah penting antara Pemerintah Desa dengan Kelompok Tani yang
dapat menghasilkan bentuk koordinasi seperti hasil kerja yang maksimal
dan juga mengetahui segala kebutuhan Kelompok Tani di lapangan.
3. Kompetensi partisipan
Kompetensi partisipan adalah keterlibatan pejabat yang berwenang
dan ahli di bidangnya yang dilakukan antara Pemerintah Desa dan
Kelompok tani terkait kerjasama yang dilakukan di dua Desa yang ada di
Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa. Kompetensi partisipan ini
merasionalkan bagaimana hasil yang ada jika koordinasi berjalan secara
efektif atau menjadi nila dasar dari koordinasi itu sendiri. Kompetensi
partisipan ini menilai sejauh manakah keterlibatan Pemerintah Desa dalam
upayanya memberdayakan Kelompok Tani, karena tanpa adanya koordinasi
dengan kelompok tani maka akan sulit mengembangkan atau sulit
melakukan pemberdayaan petani.
Adapun wawancara dengan MIN selaku Kabag. Sarana dan prasaran
dinas tanaman pangan dan holtikultura Kabupaten Gowa terkait kompetensi
partisipan, sebagai berikut :
”Yang saya ketahui sampai saat ini, keterlibatan pemerintah itu sampai ke
fasilitas sarana dan prasarana pertanian turun ke kelompok-kelompok tani,
contoh seperti di Desa Romangloe, awal tahun ini (2019) kami telah
menyalurkan bantuan traktor dan mesin penggiling padi yang baru,
sebenarnya di Desa Romangloe itu sudah ada mesin penggiling padinya, tapi
karna sudah rusak jadi pak Desa Romangloe menyurat permohonan mesin
penggiling padi jadi kami berikan mesin itu, dan juga di Desa Nirannuang
itu jadi selama tahun 2019 itu kami sering melakukan sosialisasi-sosialisasi
di bantu dengan kelompok tani yang ada di desa itu, kami juga turun melihat
kondisi lahan persawahan dan kondisi irigasi yang ada, dan rencananya
tahun 2020 itu pemerintah akan meninjau seluruh lahan pertanian dan akan
membuat irigasi baru se-kabupaten Gowa jadi bukan hanya di Desa
Romangloe saja sama Desa Nirannuang” (Hasil wawancara dengan MIN,
pada tanggal 06 Desember 2019).
Sesuai dengan penjelasan informan diatas, bahwa keterlibatan
pemerintah dalam upaya pemberdayaan petani atau Kelompok Tani itu
sudah mereka lakukan, Pemerintah Dinas ataupun Pemerintah Desa yang
ada, sudah melakukan koordinasi dalam pemenuhan fasilitas sarana dan
prasarana untuk Kelompk Tani di tiap desa, salah satunya pemberian
bantuan traktor dan mesin penggiling padi, juga turun melakukan
sosialisasia atau penyuluhan dengan kelompok-kelompok tani yang di desa-
desa.
Lanjut wawancara dengan JMN selaku ketua Kelompok Tani Desa
Romangloe terkait kompetensi partisipan, sebagai berikut :
“Partisipasinya pemerintah selama ini hanya turun melakukan penyuluhan
ke petani-petani, selain itu biasa kalau ada rapat-rapat di kantor desa
kelompok tani selalu dilibatkan dan membahas program-program kerja
untuk pertanian, kalau ada bantuan kami selalu dipanggil untuk menerima
bantuan tersebut” (Hasil wawancara dengan JMN, pada tanggal 06
Desember 2019).
Berdasarkan penyataan dari kedua informan diatas, maka penulis
dapat menyimpulkan bahwa kompetensi partisipan pemerintah Desa
dianggap cukup dalam keterlibatannya untuk terus memberdayakan para
Kelompok Tani di desa-desa, akan tetapi yang seharusnya Pemerintah Desa
harus lebih maksimal lagi bentuk partisipasinya atau keterlibatannya
sehingga kelompk tani lebih progresif dalam melakukan program-program
kerja pertanian di desa.
4. Kesepakatan, Komitmen, dan Insentif Koordinasi
Kesepakatan, Komitmen, dan Insentif Koordinasi adalah bentuk
kesepakan, pelaksana, sanksi, dan sarana memotivasi berupa materi yang
dilakukan antara Pemerintah Desa dan Kelompok Tani terkait kerjasama
yang dilakukan di Desa Bontomarannu Kabupaten Gowa. Kesepakatan dan
komitmen selalu menjadi jalan koordinasi yang tepat untuk melakukan
program-program pemberdayaan Kelompok Tani, jika tidak ada kesepakatan
makan koordinasi tidak mampu berjalan, dari hasil kesepakatan tersebut
barulah program kerja pemberdayaan kelompok tani bisa dijalankan secara
efektif dan maksimal, dan juga perlu adanya insentif koordinasi yang jelas.
Adapun wawancara yang dilakukan dengan AFB selaku Kepala Desa
Nirannuang terkait kesepakatan, komitmen, dan insentif koordinasi,
sebaagai berikut :
“Kesepakatan yang terjadi di desa selama ini berbagai program yang kita
sepakati bersama dengan kelompok tani, kalau tidak ada kesepakatan pasti
tidak bisa jalan program-program kerja yang kita buat sebelumnya, bikin
program kerja tentang pertanian juga sebenarnya bagian dari kesepakatan
antara kami dengan kelompok tani, karena kita telah bersepakat maka kita
terus berkoordinasi untuk bisa jalankan ini program-program kerja”. (Hasil
wawancara dengan AFB, pada tanggal 07 Desember 2019).
Sesuai dengan penjelasan informan diatas, dapat diketahui
bahwasanya dengan adanya kesepakatan yang terbangun maka segala
bentuk program kerja akan berjalan sesuai harapan, dari hasil rapat dengan
Kelompok Tani menghasilkan kesepakatan-kesepakatan seperti program
pembinaan petani, penyuluhan bagi petani dan lain-lainnya. Hal ini
membuktikan bahwa dengan adanya kesepakatan maka koordinasi akan
terus berjalan dengan sesuai harapan.
Lanjut wawancara dengan SHM selaku Ketua Kelompok Tani yang
ada di Desa Nirannuang terkait kesepakatan, komitmen, dan insentif
koordinasi sebagai berikut :
“Kesepakatan kami dengan pemerintah desa itu bagaimana membangun
pertanian yang lebih maksimal lagi, dan juga kami anggap hasil kesepakatan
yang sudah ada itu telah berjalan sesuai harapan pera petani di desa ini, tapi
masih ada juga petani masyarakat yang kurang peduli, seperti bisa kalau ada
sosialisasi atau penyuluhan itu beberapa warga tidak hadir, nah ini yang
kami upayakan dengan pemerintah desa agar masyarakat sepenuhnya yang
berlatar belakang petani bisa diajak kerjasama agar tidak terjadi masalah
dilain hari” (Hasil wawancara dengan SHM, pada tanggal 07 Desember
2019).
Hal ini sesuai hasil obeservasi sebelumnya yang dilakukan oleh
penulis, bahwa selama ini antara Pemerintah Desa dengan Kelompok Tani
terus berkoordinasi dengan membangun program kerja mengenai peratanian,
beberapa program kerja yang ada seperti pengadaan pupuk, pengusulan
perbaikan irigasi, rutin melakukan penyuluhan berkoordinasi dengan
pemerintah, namun ternyata masih saja ada masyarakat yang kurang peduli
dengan apa yang dilakukan oleh pemerintah desa dengan kelompok tani
yang ada.
Lanjut wawancara dengan BDN selaku masyarakat atau petani di Desa
Nirannuang terkait kesepakatan, komitmen, dan insentif koordinasi, sebagai
berikut:
“Harapan kami sebagai warga itu, selain apa yang pemerintah desa dan
kelompok tani sudah sepakati kami juga berharap lebih untuk membantu
warga yang masih kesulitan untuk mendapatkan pupuk dan juga harusnya
pemerintah membangun irigasi secepat mungkin, kalau hanya itu-itu saja
yang dilakukan tidak bisa berkembang ini pertanian”. (Hasil wawancara
dengan BDN, pada tanggal 07 Desember 2019)
Sesuai dengan penjelasan informan diatas, dapat diketahui bahwa
harapan warga sebagai petani sangat berharap lebih dari apa yang
Pemerintah Desa dan kelompok tani sepakati untuk terus melaksanakan
program-program pertanian, harapan yang lebih dimaksud ada secepatnya
membangun irigasi tambahan agar hasil pertanian warga desa bisa lebih
maksimal lagi.
Dari pernyataan informan diatas, maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa kesepakatan, komitmen dan insentif koordinasi, kesepakatan yang
terbangun selama ini hasil dari rapat-rapat yang diadakan pemerintah
berkoordinasi dengan kelompok tani sangatlah menunjang dalam upaya
pemberdayaan Kelompok Tani, mereka juga berkomitmen dalam
membangun maupun memberdayakan kelompok tani dengan berbagai
upaya dengan cara lebih mengedepankan kepentingan persoalan pertanian
dan tetap mendengar masukan dan keluhan semua warga masyarakat petani
yang ada di Desa-desa.
5. Kontinuitas Perencanaan
Kontinuitas Perencanaan adalah umpan balik dan perubahan yang
dilakukan antara Pemerintah Desa dan Kelompok Tani terkait kerjasama
yang dilakukan di dua Desa yang ada di Kecamatan Bontomarannu
Kabupaten Gowa. Sebuah perencanaan tidak hanya pada jangka pendek,
tetapi juga harus dengan perencanaan yang berjangka panjang atau
berkelanjutan, koordinasi Pemerintah Desa dalam perencanaan yang
berkelanjutan akan memililki hasil yang baik, perencanaan yang
berkelanjutan dari hasil kesepakatan dalam upaya pemberdayaan Kelompok
Tani, mampu dijalankan dengan koordinasi yang efektif.
Adapun wawancara dengan MAN selaku kepala desa Romangloe
terkait kontinuitas perencanaan, sebagai berikut :
“Perencanaan yang berkelanjutan tentunya pasti ada, karena kalau hanya
sekedar menghasilkan kesepakatan untuk sementara saja itu memang tidak
efektif, karna ini menyangkut pertanian kelangsungan hidup kita semua di
desa ini, contoh kalau soal perencanaan lanjutan, kan kita ada program
penyuluhan, nah setelah kita lakukan penyuluhan maka kita sama-sama
turun ke lapangan untuk prakteknya, contoh saat penanamn jagung dan
kacang panjang, ada lagi yang baru ini kita coba hasilkan yaitu tanam buah
naga, nah yang seperti ini kita coba buatkan program lanjutan, kita akan
terus melakukan program-program lanjutan yang langsung bersentuhan
dengan para petani” (Hasil wawancara dengan MAN, pada tanggal 07
Desember 2019)
Sesuai dengan penjelasan diatas, bahwasanya segala program atau
hasil kesepakatan sebelumnya tetap ada yang namanya perencanaan
lanjutan, karena jika tidak ada program lanjutan maka kesepakatan atau
program yang telah ditentukan sebelumnya maka hasilnya tidak akan
maksimal, ada banyak perencanaan lanjutan yang telah dibuat oleh
Pemerintah Desa yang berkoordinasi dengan kelompok Tani.
Lanjut wawancara dengan SIB selaku masyarakat/petani di Desa
Romangloe terkait Kontinuitas Perencanaan, sebagai berikut :
“Yang saya liat itu, kalau program lanjutan pemerintah desa dengan para
kelompok tani itu ada seperti kalau sudah penyuluhan ada praktek langsung
kayak waktu kita coba tanam bibit buah naga, disitu kita langsung diajar
cara tanamnya, kalau yang lainnya pasti ada perencanaan lanjutannya”
(Hasil wawancara dengan bapak SIB, pada tanggal 07 Desember 2019)
Lanjut wawancara dengan JMN selaku Ketua Kelompok Tani di Desa
Romangloe terakait kontinuitas perencanaan, sebagai berikut :
“Perencanaan lanjutannya yang ada itu kayak kalau sudah penyuluhan pasti
ada praktek dilapangan, seperti pembagian pupuk itu tetap berkelanjutan tiap
tahunnya, jadi harus memang ada yang namanya perencanaan lanjutan kalau
tidak ada kita juga kesulitan kayak itu tadi pupuk gratis dari pemerintah’.
(Hasil wawancara dari JMN, pada tanggal 07 Desember 2019)
Berdasarakan pernyataan informan diatas, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa segala bentuk kontinuitas perencanaan sangat
diperlukan, mengingat hasil jangka panjang yang diharapakan oleh semua
pihak, jika program jangka pendek saja yang berjalan maka tidak akan
menghasilkan nilai yang positif hanya sekedar saat itu saja, jadi sangat
diperlukan perencanaan lanjutam untuk menunjang segala aspek program
kerja pertanian yang ada di desa-desa.
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Koordinasi Pemerintah Desa dalam
Upaya Pemberdayaan Kelompok Tani Desa Bontomarannu Kabupaten
Gowa
Faktor pendukung merupakan penunjang yang mendorong, mendukung,
memperlancar segala bentuk persiapan atau pekerjaan yang akan kita kerjakan,
sedangkan faktor penghambat merupakan hal-hal yang menjadi penghambat,
penyumbat dari persiapan atau pekerjaan yang akan kita kerjakan. Dari kedua
faktor ini merupakan dinamika–dinamika dalam sebuah keputusan atau sebuah
komitmen yang telah terbangun sebelumnya.
Dalam upaya Pemerintah Desa yang terus berkoordinasi dengan berbagai
aspek, akan selalu ada yang mendorong lancarnya bentuk program kerja
maupun hambatan dalam upaya memberdayakan kelompok tani.
1. Faktor Pendukung
Adapun wawancara yang dilakukan dengan RIS selaku Kasubag Umum dan
Kepegawaian Tanaman Pangan dan Holtikultura terkait faktor Pendukung,
sebagai berikut :
“Sebenarnya selama ini kalau faktor pendukungnya itu komunikasi yang
lancar atau intens, dan juga setiap ada informasi terkait pertanian, kami
selalu sigap mengundang tiap-tiap pemerintah desa yang ada di kabupaten
Gowa khususnya ini dua desa, dan bagusnya juga yang terasa sekarang kan
sudah ada sosmed atau sosial media, nah disitu biasa kami juga sering
komunikasi lewat WA atau Facebook”. (Hasil Wawancara dengan RIS ,
pada tanggal 09 Desember 2019).
Lanjut wawancara dengan MAN selaku Kepala Desa Romangloe
terkait faktor pendukung, sebagai berikut :
“Alhamudillah selama ini kami pemerintah desa menggap bahwa banyak
sekali faktor atau sumber-sumber pendukung, ketika kami berkoordinasi
dengan pemerintah dalam hal ini kepala dinas, itu cepat direspon, dan kami
juga semangat bergerak jika seperti itu, selain itu, didukung juga sama
media sosial kayak adami WA, ini WA bagusnya biar kita dimana pasti
informasi masuk semua, karena ada group-group, nah seprti itu kami anggap
faktor yang mendukung semuanya akhir jalan juga semua hasil-hasil rapat
dengan kelompok tani dan warga, apa yang mau dikerjakan yah bisa
diketahui semuanya, kita bisa video call, jadi kalau ada mau dilaporkan di
lapangan, tidak perlu lagi repot-repot turun langsung tinggal video call saja”.
(Hasil wawancara dengan MAN, pada tanggal 09 Desember 2019).
Berdasarkan penjelasan kedua informan diatas, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa yang menjadi faktor pendukung koordinasi
Pemerintah desa dalam upaya pemberdayaan Kelompok Tani yaitu
komunikasi yang intensif, karena dengan komunikasi yang lancar maka
koordinasi yang kita lakukan itu akan sesuai harapan dan juga faktor
pendukungnya seperti adanya sosial media sebagai alat komunikasi yang
efektif, faktor pendukung ialah yang mejadi pendorong tercapainya tujuan,
dengan komunikasi yang intensif dan manfaat sosial media dalam
berkoordinasi dianggap efektif dan efisien dalam koordinasi.
2. Faktor penghambat
Faktor penghambat merupakan kebalikan dari faktor pendukung, jika tadi
ialah hal-hal yang mendorong dan mendukung kelancaran untuk menggapai
sebuah tujuan, maka faktor penghambat ialah hal-hal yang menghambat dan
menyulitkan kita dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Dalam hal ini koordinasi Pemerintah Desa yang dianggap menjadi
penghambat dalam upaya memberdayakan Kelompok Tani.
Adapun wawancara dengan RIS selaku Kasubag Umum dan
Kepegawaian Tanaman Pangan dan Holtikultura terkait faktor penghambat,
sebagai berikut:
“Nah, ini yang selalu menghambat sebenarnya banyak sekali, setiap kita
berkoordinasi dengan pemerintah desa dibawah untuk mengagendakan
pertemuan-pertemuan dalam hal membahas masalah pertanian, itu kadang
tidak tepat waktu, banyak yang ngaret, itu dimaklumi juga karena jarak yang
jauh ada desa yang di dataran tinggi, di ujung perbatasan bontonompo
takalar dll, ada juga yang biasa menghambat seperti kalau ada hal kecil yang
dipermasalahkan sama kelompok tani itu selalu mau rebut, padahal biasa
diselesaikan baik-baik, kurangnya bentuk kerjasama”. (Hasil wawancara
dengan bapak SPT, pada tanggal 09 Desember 2019)
Lanjut wawancara dengan AFB selaku Kepala Desa Nirannuang
terkait faktor penghambat. Sebegai berikut:
“Selama ini yang selalu menghambat itu kalau ada agenda-agenda rapat
pasti banyak yang tidak hadir, suka terlambat, kadang kita juga hubungi
melalui telepon atau kita WA pasti susah tembus, nah ini karena jaringan
telepon seluler dan jaringan internet sebenarnya yang menjadi penghambat,
setiap kami ingin berkoordinasi dengan kelompok tani juga pasti
dihambatan itu, dan juga masih banyak anggota kelompok tani yang tidak
menggunakan HP, jadi kadang informasi yang masuk itu lambat diterima
oleh para kelompok tani hanya sebagian, jadi dalam pemberdayaan
kelompok tani disitu biasa menjadi penghambat, tapi bisa terselesaikan
juga”.
Berdasarkan penjelasan informan diatas, maka penulis dapat
menyimpulkan yang menjadi faktor penghambat ialah bentuk komunikasi
yang sedikit sulit dikarenakan jaringan internet atau jaringan telepon yang
masih belum terjangkau hingga kepelosok-pelosok, begitupula dengan
beberapa Kelompok Tani sebagian masih ada yang belum menggunakan
handphone sehingga mengakibatkan keterlambatan informasi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di jelaskan pada bab sebelumnya
mengenai Koordinasi Pemerintah Desa dalam Upaya Pemberdayaan Kelompok
Tani Desa di Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa, maka dari itu
penulis menyimpulkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan penjelesan sebelumnya bahwa permasalahan koordinasi dapat
diselesaikan dengan sebaik-baiknya dan dapat dihindarkan kemungkinan
timbulnya masalah-masalah, yang apabila tidak dipecahkan akan
mengakibatkan berbagai hal yang tidak diinginkan seperti tidak efisien,
tumpang tindih, kekaburan, pemborosan, dan sejenisnya. Maka pemerintah
desa berupaya memperdayakan kelompok tani yang ada di Kecamatan
Bontomarannu dengan melakukan komunikasi, kesadaran pentingnya
koordinasi, kompetensi partisipan, kesepakatan, komitmen, dan insentif
koordinasi lalu kontinuitas perencanaan sehingga tidak terjadi permasalahan
yang tidak pernah diharapkan, karena melalui koordinasi sangat menunjang
jalan proses kerja sama dalam hal upaya pemberdayaan para Kelompok
Tani.
2. Adapun faktor pendukung dan penghambat koordinasi Pemerintah Desa
dalam upaya pemberdayaan kelompk tani yaitu faktor pendukungnya seperti
adanya sosial media sebagai alat komunikasi yang efektif, faktor pendukung
ialah yang mejadi pendorong tercapainya tujuan, dengan komunikasi yang
87
intens dan manfaat sosial media dalam berkoordinasi dianggap efektif dan
efisien dalam koordinasi. Faktor penghambat ialah bentuk komunikasi yang
sedikit sulit dikarenakan jaringan internet atau jaringan telepon yang masih
belum terjangkau hingga kepelosok-pelosok, begitu pula dengan beberapa
kelompok tani sebagian masih ada yang belum menggunakan handphone
atau masih ada yang belum memiliki handphone, sehingga mengakibatkan
keterlambatan informasi.
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan di atas,
penulis memberikan saran yang bertujuan untuk kebaikan kelompok tani
desa Roamangloe dan desa Dirannuang, sebagai berikut:
1. Agar dilakukan koordinasi tentang pemberdayaan kelompok tani
termasuk program yang sedang dijalankan untuk pengadaan infrastruktur
pertanian dengan mengoptimalkan potensi kelompok tani sebagai media
penunjang pemberdayaan kelompok tani.
2. Dari hasil koordinasi pemerintah desa, akan diketahui yang mana yang
masih layak dipertahankan dan mana yang harus diubah sesuai dengan
perkembangan zaman. Kemudian ketika merancang strategi yang baru
sebaiknya pemerintah desa melakukan koordinasi dan kerjasama yang
lebih intensif dengan intansi terkait sambil memperhatikan kelebihan dan
kekurangan kelompok tani. Dengan demikian akan dihasilkan strategi
yang tepat yang dapat diterima dan dimamfaatkan oleh semua pihak,
khususnya untuk pemberdayaan kelompok tani
88
DAFTAR PUSTAKA
Anomius, 2007 . Ragam Media Tanam.
Ashari, Saptana dan Purwanti. 2004. Dinamika Kemitraan Usaha Agribisnis
Berdaya Saing dan Berkelanjutan. Jakarta:Erlangga.
Burhanuddin, T. 2007 . Menata Masa depan Sulawesi Barat. Makassar : PT. Satria
Media.
Djiwandi, 1994 . Pengaruh Dinamika Kelompok Tani Terhadap Kecepatan
Adopsi.
Hariadi, Sinarru.2011. Dinamika Kelompok Tani: Teori dan Aplikasinya. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Hasibuan, Malayu S.P, 2006, Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah. Edisi
Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.
Handayaningrat. 1989. Manajemen Konflik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Handayaningrat, Soewarno. 2004. Administrasi Pemerintahan dalam
Pembangunan Nasional. Jakarta: CV Haji Masagung. 2002. Pengantar
Studi Administrasi dan Managemen. Jakarta: Gunung
Agung.Handayaningrat, Soewarno. 2004. Administrasi Pemerintahan
dalam Pembangunan Nasional. Jakarta: CV Haji Masagung.
Handoko, T Hani. 2005. Manajemen. Yogyakarta: BPFE.
Hermanto dan Swastika.2011. Penguatan Kelompok Tani: langkah awal
peningkatan hasil pertanian. Surakarta. Universitas 11 Maret
Jasin, 2011. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta : PT Raja Gafindo Persada.
Kamil. 2003. Pengaturan Koordinasi Pemerintahan. Bandung : PT
RemajaRosdakarya.
Ndraha, Taliziduhu. 2011. Kybernology (Ilmu Pemerintahan Baru). Jakarta:
Rineka Cipta.
Plank, 1993 . Sosiologi Pertanian.
PedomanPenulisanPenelitiandanSkripsiFakultasIlmuSosialdanIlmuPolitikUniversi
tas Muhammadiyah Makassar 2014..
Soetomo, 2011. Pemberdayaan Masyarakat. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Sugiyono, 2012.MetodePenelitian; Kuantitatif, Kualitatif, dan R&B. Bandung
Alfabeta.
Sulistyani. 2004. Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Suminar, R. (2015). Koordinasi Antar Instansi Pemerintah Kota Bandar Lampung
Dalam Pelaksanaan Program Pengembangan Kota Hijau (Doctoral
dissertation, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik).
Suradisastra. 2006. Revitalisasi Kelembagaan Untuk Percepatan Pembangunan
Sektor Pertanian dalam Otonomi Daerah. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi
Bogor. Jurnal Analisa Kebijakan Pertanian. Volume 4 No 4 Desember
2006.
Surasih. 2002. Pemerintaha Desa Dan Implementasinya. Jakarta : Erlangga.
Syahyuti, 2007 . Gabungan Kelompok Tani ( Gapoktan ) Sebagai Kelembagaan.
Thomas, 2008 . Kepemimpinan dan Kolaborasi Dalam Dunia Kerja Kompetetif.
Mardikanto, T. 1996. Penyuluhan Pembangunan Kehutanan Departemen
Kehutanan. Jakarta. Jurnal Peran Kelompok Tani Dalam Penerapan
Teknologi Pertanian. Volume 29 No 2 Desember 2011.
Zainun, 2004 . Aspek-Aspek Motivasi. Bandung: PT Bintang Jaya.
PERUNDANG-UNDANGAN :
Dinas Pertanian, 1997
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 273/KPTS/OT.160/4/2007 pada tanggal 13
April 2007 Tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani.
Pusat Penyuluhan Pertanian,2012
Undang-Undang Pemerintah Desa No. 5 Tahun 1979.
Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah menempatkan
Desa sebagai kesatuan masyarakat hukum.
Undang-Undang No.23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pada Pasal 127 Tentang Tugas Pokok
Kepala Desa.
Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 273/Kpts/OT.160/4/. “ Kelompok
Tani berperan dan berfungsi sebagai kelas belajar, unit produksi usaha tani, dan
wahana kerjasama antara anggota kelompok.
L
A
M
P
I
R
A
N
Dokumentasi Di Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura
Kabupaten Gowa
(Kepala Desa Romang Loe)
( Kepala Desa Nirannuang )
RIWAYAT HIDUP
Nurul Hasmi Apriliana, Lahir pada tanggal 04 April
1998 di Sungguminasa. Anak Tunggal dan merupakan
buah cinta dari pasangan H.Taufik dan Hj.Nony Nuryati.
Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak
Paud Bontoamani pada tahun 2004. Pada tahun itu juga
penulis melanjutkan pendidikan di sekolah dasar di SDN Unggulan Bontomanai
dan tamat pada tahun 2009. Kemudian melanjutkan pendidikan di Mts Negeri
Balang-Balang dan tamat pada tahun 2012. Kemudian melanjutkan pendidikan
tingkat sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Bontomarannu dan tamat pada
tahun 2015. Berkat usaha dan kerja keras yang disertai doa pada tahun 2020
penulis berhasil lulus di jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar Program Strata Satu (S1).
Penulis sangat bersyukur di beri kesempatan oleh Allah SWT bias menimba ilmu
yang merupakan bekal dimasa depan. Saat ini penulis berharap dapat
mengamalkan ilmu yang telah di peroleh dengan baik dan membahagiakan orang
tua serta berusaha menjadi manusia yang berguna bagi Agama, Keluarga,
Masyarakat, Bangsa dan Negara.