SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

101
SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOADAN PEMERINTAH DESA DALAM PEMBERIAN SANKSI TERHADAP PELANGGARAN PAPPASANGDI KECAMATAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA NISMA Nomor Stambuk :105641107416 PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

Transcript of SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

Page 1: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

SKRIPSI

KOMUNIKASI “AMMATOA” DAN PEMERINTAH DESA DALAM

PEMBERIAN SANKSI TERHADAP PELANGGARAN “PAPPASANG” DI

KECAMATAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA

NISMA

Nomor Stambuk :105641107416

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

Page 2: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

i

KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA DALAM

PEMBERIAN SANKSI TERHADAP PELANGGARAN “PAPPASANG” DI

KECAMATAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Ilmu Pemerintahan

Disusun dan diajukan Oleh

NISMA

Nomor Induk Mahasiswa: 105641107416

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

Page 3: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

ii

Page 4: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

iii

Page 5: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH

Mahasiswa yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Nisma

Nomor Stambuk : 105641107416

Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa Skripsi ini benar

adalah hasil karya sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa Skripsi ini

merupakan duplikat, tiruan, plagiat atau di buat oleh orang lain, maka gelar yang

di peroleh Skripsi ini karenanya batal demi hukum.

Makassar, 20 Desember 2020

Yang Menyatakan,

Nisma

Page 6: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

v

ABSTRAK

NISMA. Komunikasi Ammatoa dan Pemerintah Desa dalam

pemberian sanksi terhadap pelanggaran “Pappasang”di Kecamatan

Kajang Kabupaten Bulukumba (dibimbing oleh Budi Setiawati dan Nur

Khaerah).

Komunikasi sebagai sebuah proses dimana suatu ide dialihkan dari

sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah

tingkah laku mereka proses komunikasi tiap individu biasanya berbeda tergantung

dimana orang tersebut berkomunikasi dan dengan siapa dia berkomunikasi. Cara

komunikasi yang digunakan dalam hal ini adalah Dialog tatap muka yaitu proses

yang dilakukan oleh pihak pemerintah dan masyarakat dengan membicarakan atau

berdiskusi mengenai langkah yang dipilih sebagai langkah yang paling efektif

bagaimana Komunikasi Ammatoa dengan Pemerintah Desa dalam pemberian

sanksi terhadap pelanggaran pappasang di Kecamatan Kajang Kabupaten

Bulukumba. Meskipun pemerintah desa dihargai, tetapi dalam sistem pemberian

sanksi ataupun pelanggaran masih saja jarang terjadi diskusi antara pemerintah

desa dengan Ammatoa.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Komunikasi Ammatoa dan

Pemerintah Desa dalam pemberian sanksi terhadap pelanggaran “Pappasang”di

kecamatan kajang kabupaten Bulukumba. Jenis penelitian yang digunakan adalah

kualitatif yakni suatu bentuk penelitian yang bertujuan untuk memberikan

gambaran umum sebagai macam data yang dikumpul dari lapangan secara

objektif dengan tipe fenomenologi. Teknik pengumpulan data yang digunakan

adalah observasi, wawancara terhadap sejumlah informan. Analisis data dengan

menggunakan model analisa interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

Komunikasi Ammatoa dan Pemerintah Desa dalam pemberian sanksi terhadap

pelanggaran “Pappasang”di kecamatan kajang kabupaten Bulukumba masih

jarang terjadi diskusi, hal ini dilihat dari indikator (1) Aprehensi komunikasi , (2)

Self- Disclosure , (3) Penilaian sosial , dan (4) Penetrasi sosial. Faktor Faktor

penghambat keharmonisan yang dihindari pasangan beda agama yaitu (a) Labeling,

(b) Dichotomiying, dan (c) Assuming inflexibility.

Kata Kunci : Komunikasi, Ammatoa, Pemerintah Desa, Pemberian Sanksi

Page 7: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillah, penulis memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT,

yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Komunikasi Ammatoa dan Pemerintah Desa

dalam pemberian sanksi terhadap pelanggaran “Pappasang”di kecamatan kajang

kabupaten Bulukumba”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat

dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa

adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada seluruh pihak yang telah menemani penulis selama ini. Skripsi ini penulis

persembahkan kepada yang tercinta terkhusus dan teristimewa untuk kedua

Orangtua dan juga suami Penulis, Orangtua dan suami tercinta yang tiada henti-

hentinya mendoakan dan memberikan dorongan baik moril maupun materil,

kepercayaan, kesabaran, serta senantiasa mengalunkan doa dan kasih sayang yang

tak henti-hentinya kepada penulis. Doa dan dedikasi yang selalu diberikan kepada

penulis dan menjadi motivasi terbesar penulis dalam menyelesaikan studinya.

Selain itu skripsi ini selesai juga berkat dukungan dari berbagai pihak. Oleh

karena itulah dalam kesempatan ini penulis ucapkan terimakasih dan rasa hormat

yang sebesar-besarnya kepada:

1. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar. Bapak Prof. Dr. H. Ambo

Asse, M.Ag

2. Ibu Dr. Hj Budi Setiawati, M.Si selaku Pembimbing I dan Ibu Nur Khaerah,

S.IP., M.IP selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya

Page 8: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

vii

membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

3. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Ibu Dr. Nuryanti Mustari, S.IP.,M.Si selaku Ketua Prodi Ilmu Pemerintahan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Para Bapak dan Ibu Dosen-dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang

selama ini memberikan ilmunya kepada penulis serta dorongan dan semangat

yang selalu diberikan.

6. Seluruh staff dan pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang

senantiasa membantu penulis dalam pengurusan administrasi.

7. Para sahabat penulis yang selalu menghibur dan menemani.

8. Semua pihak yang telah memberikan bantuannya kepada penulis.

Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun

sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat

memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Makassar, 12 April 2021

Nisma

Page 9: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii

PENERIMAAN TIM ............................................................................................. iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH....................................... iv

ABSTRAK ............................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi

DAFTAR ISI........................................................................................................ viii

DAFTAR TABEL ................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................... 8

C. Tujuan Penelitian......................................................................... 8

D. Manfaat penelitian....................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. TinjauanKonsep/ Teori ............................................................. 12

1. Teori Komunikasi .................................................................. 12

2. Konsep Pemerintahan Desa berdasarkan UU Desa.............. 17

3. Konsep Pemerintahan desa Adat Kajang Ammatoa .............. 18

B.Kerangka Fikir............................................................................ 24

C. Deskrifsi Fokus Penelitian ........................................................ 25

BAB III METODE PENELITIAN

A. Waktu dan lokasi penelitian ...................................................... 27

B. Jenis dan tipe penelitian ............................................................ 27

C. Sumber Data .............................................................................. 28

D. Informan penelitian ................................................................... 28

Page 10: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

ix

ix

E. Teknik pengumpulan data ......................................................... 29

F. Teknik analisis data ................................................................... 30

G. Teknik pengabsahan data .......................................................... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Wilayah ...................................................... 33

B. Hasil Penelitian ........................................................................ 53

1. Komunikasi Antar Pribadi................................................ 53

a.Aprehensi Komunikasi ...................................................... 53

b. Self- Disclosure ................................................................ 56

c. Penilaian Sosial ................................................................ 59

d. Penetrasi Sosial ................................................................ 61

2. Fakor Penghambat ............................................................ 64

a. Labeling ............................................................................ 64

b. Dichotomiying....................................................................................... 65

c. Assuming inflexibility ............................................................................ 67

C. Pembahasan ....................................................................................................... 68

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................... 74

B. Saran ......................................................................................... 76

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 77

LAMPIRAN

Page 11: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

x

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1.3 Daftar Informan Penelitian ......................................................................... 29

Tabel 2.4 Luas Wilayah Menurut Kelurahan/ Desa di Kecamatan Kajang tahun 2020

............................................................................................................................. 34

Tabel 3.4 Luas Wilayah Menurut Dusun di Desa Tanah Towa tahun 2020

............................................................................................................................. 36

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk ....................................................................................... 37

Page 12: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

xi

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.3 Kerangka Pikir ........................................................................................ 24

Page 13: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Komunikasi antarorganisasi dilakukan untuk bertukar informasi dengan

tujuan yang sudah ditetapkan baik secara formal ataupun non formal.

Komunikasi merupakan suatu hal yang sulit dipisahkan dari kehidupan

manusia. Disadari atau tidak manusia sebagai mahkluk sosial senantiasa

tidakakan lepas dari suatu proses-proses komunikasi baik secara verbal

maupun non verbal.

Komunikasi sebagai sebuah proses dimana suatu ide dialihkan dari

sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah

tingkah laku mereka proses komunikasi tiap individu biasanya berbeda

tergantung dimana orang tersebut berkomunikasi dan dengan siapa dia

berkomunikasi. Karakter tersebut tentu memunculkan suatu pola perilaku

komunikasi yang berbeda antara individu yang satu dengan individu lain

maupun masyarakat satu dengan masyarakat lainnya. Perilaku komunikasi

diartikan sebagai suatu tindakan komunikasi yang meliputi tindakan verbal

maupun tindakan non verbal atau disebut perilaku komunikasi verbal dan

perilaku komunikasi non verbal. Komunikasi dan budaya adalah dua hal yang

tak dapat dipisahkan.

Budaya dan Komunikasi tak dapat dipisahkan oleh karena budaya tidak

hanya menetukan siapa bicara dengan siapa, tentang apa dan bagaimana

orang menyampaikan pesan makna yang ia miliki untuk pesandan kondisi-

Page 14: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

2

kondisinya untuk mengirim memperhatikan dan menafsirkan pesan

pernyataan di atas mengindikasikan bahwa salah satu hal yang juga dapat

berpengaruh besar dalam pola perilaku komunikasi adalah budaya.

Indonesia menjadi salah satu negara yang mendapat pengaruh yang

sangat besar dari globalisasi. Indonesia dianggap sebagai pasar potensial

berkembangnya budaya asing indonesia merupakan negara yang luas dan

memiliki kepadatan penduduk yang cukup tinggi. Mereka mendiami wilayah

dengan kondisi georafis yang bervariasi mulai dari pegunungan, tepian hutan,

pesisir, dataran rendah, pedesaan hingga perkotaan kondisi geografis tersebut

kemudian menjadikan Indonesia menjadi salah satu negara yang kaya akan

kebudayaan.

Tetapi terdapat satu daerah di Indonesia yang masih menjunjung tinggi

budaya atau kearifan lokalnya seperti suku Kajang yang terdapat di

Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba, wilayah desa tanah toa terdiri atas

9 (sembilan) dusun dan kesembilan dusun tersebut masuk dalam (ilalang

embayya) yaitu dusun Balagana, Jannaya, Sobbu, Benteng, Pangi, Bongkina,

Tombolo, Lurayya, dan dusun Balambina, sementara dua dusun lainnya

berada diluar kawasan adat (Ipantarang embayya).

Wilayah Kajang dalam merupakan wilayah adat tempat hukum adat

kajang berlaku masyarakat adat kajang beternak, mengembala, dan bercocok

tanam diwilayah adat kajang dalam. Ciri khas masyarakat adat Kajang

terletak pada pakaian berwarna hitam yang mereka kenakan sehari-hari dan

berjalan kaki tanpa mengenakan alas kaki. Kain dari pakaian yang dikenakan

Page 15: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

3

merupakan hasil tenunan sendiri segala bentuk barang elektronik tidak di

pergunakan diarea kajang dalam, aturan tersebut juga berlaku bagi siapapun

yang ingin masuk ke wilayah adat (Satriani, 2017).

Masyarakat adat Kajang memiliki ketua adat beserta pemangku adat.

ketua adat disebut dengan Ammatoa yaitu orang yang bersih hatinya dan

dipilih dengan ritual tertentu. Salah satu bagian yang terus dipertahankan oleh

masyarakat adat Kajang adalah pelestarian terhadap lingkungan dengan cara

menjaga hutan. Dalam Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Bulukumba

Nomor 19 tahun 2019 tentang pengukuhan, pengakuan hak, dan perlindungan

hak masyarakat hukum adat Ammatoa kajang. Hal tersebut juga diatur dalam

hukum adat, mereka contohnya apabila salah satu masyarakat ingin

menebang pohon maka orang tersebut harus menanam dua bibit kemudian

merawat dengan baik hingga waktu yang ditentukan barulah orang tersebut

boleh menebang satu pohon. Hutan dikawasan adat terdiri atas dua yaitu

hutan yang dapat ditebang dimanfaatkan serta hutan keramat yang hanya

boleh dipergunakan untuk acara ritual adat.

Adapun bentuk pelanggaran peraturan adat seperti menebang pohon

dihutan, berpakaian berwarna merah, menggunakan elektronik, mencuri,

silariang, dan memakai kendaraan didalam kawasan adat Ammatoa. Setiap

aturan tersebut juga memiliki sanksi adat bagi siapapun yang melanggar.

Dalam kepercayaan masyarakat adat kajang, turiek arakna (sesuatu yang

dipercaya mengatur segala kehidupan dipercaya menurunkan perintahnya

kepada masyarakat kajang dalam bentuk pappasang atau pasang-Pasang

Page 16: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

4

berarti pesan-pesan tidak dimaknai secara harfiah semata. Karena pesan yang

dimaksud dalam wahyu tersebut adalah keseluruhan pengetahuan dan

pengalaman tentang segala aspek dan lika-liku yang berkaitan dengan

kehidupan yang dipesankan secara lisan dan penuh makna yang mendalam

tentang (tidak ada yang tertulis) oleh nenek moyang mereka dari generasi ke

generasi (Rahmayani, 2017).

Pasang yang diturunkan kepada Ammatoa harus di taati, dipatuhi dan

dilaksanakan oleh masyarakat adat Ammatoa. Jika mereka melanggar pasang

maka mereka akan mendapatkan ganjaran dan hukuman atas perbuatannya.

Masyarakat adat kajang memiliki cara tersendiri dalam menerapkan sanksi

atas perbuatan yang tidak sesuai dengan aturan adat. Adapun yang berwenang

dalam melakukan proses dan pemecahan masalah yaitu semacam lembaga

adat setempat yang dipercayakan kepada Ammatoa sebagai pemimpin dan

segenap pemangku adat yang dapat menjalankan sidang adat untuk

menyelesaikan masalah yang terjadi, dimana sanksi adat yang dikeluarkan

oleh Ammatoa bersifat pasti dan tetap. (Rahmayani, 2017)

Masyarakat Kajang terbagi dalam dua bagian yakni masyarakat

kajang dalam dan masyarakat Kajang luar. Masyarakat Kajang dalam

dipimpin oleh satu petua yang disebut Ammatoa yang artinya bapak yang

dituakan, menurut sejarah Ammatoa adalah ”Tu mariolo” atau “mula tau”

manusia pertama yang diciptkan Tu Riek A‟ra‟na (Tuhan) di bumi yang pada

waktu itu hana berupa laut maha luas dengan sebuah daratan yang menjulang.

Tempat itu menyerupai tempurung kelapa dan disebut tombolo.

Page 17: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

5

Masyarakat Ammatoa mudah dikenal karna menampakkan ciri-ciri yang

membedakan dari kelompok sosial lainnya. spesifikisinya bukan saja nampak

pada atribut yang dikenakan seperti baju, celana yang hampir menyentuh

lutut, sarung, daster (ikat kepala yang dikenakan bagi kaum laki-laki atau

bisa disebut dengan passapu) yang semuanya berwarna hitam, menggunakan

kuda sebagai sarana transportasi, tata cara hubungan sosial, tata cara

memperlakukan alam serta tindakan religi yang semuanya sangat khas.

Masyarakat Kajang sangat patuh dengan perintah Ammatoa sehingga

apabila ada masyarakat luar yang melakukan komunikasi dengan masyarakat

Kajang Dalam dengan tujuan mempengaruhi dan mengubah pola pikir

masyarakat Kajang Dalam maka masyarakat Kajang Dalam tidak bisa

langsung menerima atau menanggapi karena ada aturan “pasang”yang

mengikat dan semua keputusan harus melalui pemimpin adat (Ammatoa),

sehingga komunikasi tidak berjalan secara efektif.

Mempertahankan adat dan nilai-nilai kultur yang dianut adalah

tanggung jawab kepala Desa Tanah toa, masyarakat kajang serta Ammatoa

dalam mengikat erat solidaritas dari masyarakat kajang untuk tetap

mempertahankan kebudayaannya. Disinilah pemimpin adat (Ammatoa)

membentuk pola komunikasi. Pola komunikasi adalah merupakan proses

komunikasi dalam menyampaikan sebuah pesan dari anggota satu kepada

anggota lain di dalam suatu organisasi, maupun dalam kelompok masyarakat

tertentu. Contoh kasus/ permasalahan di dalam Kawasan adat Ammatoa

Page 18: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

6

seperti berpose/ berfoto-foto, memakai sandal, memakai pakaian yang

berwarna merah,menebang pohon di hutan didalam kawasan adat.

Masyarakat adat Ammatoa merupakan komunitas adat yang bertempat

di Desa Tanah Toa, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba. Ammatoa

merupakan gelar bagi pemimpin dalam komunitas adat ini yang dipilih

berdasarkan aturan adat, kekhasan komunitas ini terletak pada perilaku dan

keseharian masyarakatnya yang tetap memegang teguh nilai-nilai luhur dan

keyakinan adat Ammatoa Kajang, berjarak 56 km dari Kota Bulukumba.

Untuk memasuki Kawasan adat Ammatoa terlebih dahulu harus melalui pintu

masuk menggunakan pakaian adat Kajang berwarna Khas hitam.

Dalam perkembangannya meskipun Ammatoa sebagai Kepala adat

memiliki peranan penting dalam pemerintahan kawasan adat, keberadaan

pemerintah diluar kawasan adat tetap diakui. Bahkan karena dianggap lebih

berpendidikan, pemerintah diluar Kawasan adat Ammatoa Kajang juga sangat

dihormati. Pemerintah dalam hal ini adalah Camat, Bupati, Desa dan

seterusnya. Bukti penghormatan ini terlihat dalam upacara adat sebuah

pertemuan dimana pejabat pemerintah mendapat kappara dengan jumlah

piring lebih banyak dari Ammatoa. kappara adalah baki yang berisi sejumlah

piring dengan beragam makanan. Dengan kappara ini pula kedudukan

seseorang akan terlihat karena semakin besar sebuah kappara atau semakin

banyak piringnya maka semakin tinggi kedudukannya (Faisal, 2015)

Cara komunikasi yang digunakan dalam hal ini adalah dialog tatap

muka yaitu proses yang dilakukan oleh pihak pemerintah dan masyarakat

Page 19: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

7

dengan membicarakan atau berdiskusi mengenai langkah yang dipilih sebagai

langkah yang paling efektif bagaimana Komunikasi Ammatoa dengan

Pemerintah Desa dalam pemberian sanksi terhadap pelanggaran pappasang di

Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba. Meskipun pemerintah desa

dihargai, tetapi dalam sistem pemberian sanksi ataupun pelanggaran masih

saja jarang terjadi diskusi antara pemerintah desa dengan Ammatoa.

Berdasarkan aliran patuntung yang dianut dengan berpedoman pada

Pasang Ri Kajang masyarakat suku Ammatoa Kajang harus menjaga

keseimbangan hidup dengan alam dan para leluhur, suku ini memiliki

beberapa perbedaan dibanding suku lainnya di Sulawesi Selatan, seperti gaya

hidup, adat istiadat, sejarah, tradisi dan kepercayaan. Mereka mengutamakan

kesederhanaan dalam hidup dan tidak perlu hidup berlebihan karena dianggap

akan menimbulkan konflik-konflik di antara masyarakat yang pada akhirnya

menghasilkan ketidak harmonisan dalam masyarakat tersebut.

Oleh karena itu, penting untuk mengetahui Komunikasi Ammatoa dan

Pemerintah Desa dalam pemberian sanksi terhadap pelanggaran “pappasang”

di Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba yang dijadikan sumber hukum

dalam memproses setiap permasalahan yang dilimpahkan kepada Ammatoa

sebagai pemimpin dan bagaimana metode bekerja dari sebuah lembaga adat

tersebut. Maka penulis mengangkatnya dalam sebuah penelitian yang bakal

dilakukan dengan judul “Komunikasi Ammatoa dan Pemerintah Desa

dalam pemberian sanksi terhadap pelanggaran “Pappasang”di

Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba.

Page 20: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

8

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, penulis merumuskan

masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana komunikasi antar pribadi Ammatoa dengan pemerintah desa

dalam pemberian sanksi terhadap pelanggaran “pappasang” di Kecamatan

Kajang Kabupaten Bulukumba?

2. Bagaimana factor penghambat komunikasi antarpribadi Ammatoa dengan

pemerintah Desa dalam pemberian sanksi terhadap pelanggaran

“Pappasang” di Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka penelitian ini

bertujuan untuk :

1. Untuk mengetahui komunikasi antarpribadi Ammatoa dengan pemerintah

desa dalam pemberian sanksi terhadap pelanggaran Pappasang di

Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba

2. Untuk mengetahui faktor penghambat komunikasi antarpribadi Ammatoa

dengan pemerintah desa dalam pemberian sanksi terhadap pelanggaran

Pappasang di Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba.

Page 21: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

9

D. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

1. Secara teoritis

Penelitian yang akan dilakukan ini dapat dijadikan bahan studi

perbandingan selanjutnya serta akan menjadi sumbangsi pemikiran ilmiah

untuk melengkapi kajian-kajian yang dapat mengarahkan pada

pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pada Komunikasi Ammatoa

dan pemerintah Desa dalam pemberian sanksi terhadap pelanggaran

Pappasang di kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba.

2. Secara praktis

Hasil penelitian ini dapat diharapkan menjadi salah satu sumbangan

pemikiran serta bahan masukan untuk pelaksanaan bagaimana komunikasi

Ammatoa dan Pemerintah Desa dalam pemberian sanksi terhadap

pelanggaran “Pappasang” di Kacamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba.

Page 22: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu oleh Amin Rais Mahasiswa Universitas Islam

Negeri Makassar Fakultas Syariah dan Hukum Jurusan Ilmu Hukum,

dengan judul tentang Peranan Ammatoa dalam pemberian sanksi tindak

pidana pencurian di kawasan adat Ammatoa kecamatan Kajang kabupaten

Bulukumba, selanjutnya diramu ke dalam sub masalah atau pertanyaan

penelitian, yaitu : 1). Bagaimana proses pembuktian tindak pidana pencurian

di kawasan adat Ammatoa? 2).Bagaimana sistem pemberian sanksi terhadap

pelaku pencurian di kawasan adat Ammatoa? Jenis penelitian ini adalah

penelitian kualitatif dengan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

yuridis dan sosiologis. Data diperolah dari Galla Puto (Juru Bicara

Ammatoa), Kepala Desa Tanah Towa, Masyarakat dan pemuda desa tanah

toa. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara,

observasi, dokumentasi, dan penelusuran berbagai literature atau referensi.

Tehnik pengelolaan dan analisis data dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu

reduksi data, penyajian, dan pengambilan kesimpulan.

Hasil yang dicapai dari penelitian ini yaitu, 1). Mengetahui sistem

ritual adat pada proses pembuktian terhadap pelaku pencurian di kawasan

adat Ammatoa Kecamatan Kajang, yang pada intinya proses pembuktian

dilakukan dengan tiga cara yang pertama patunra (disumpah) orang yang

dicurigai dipanggil oleh Ammatoa untuk mengakui namun apabila tidak ada

Page 23: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

11

pengakuan maka pelaku dipatunra (disumpah) yang ke dua dilakukan Tunu

Panrolik (bakar linggis) orang yang dicurigai dan seluruh masyarakat adat

wajib hadir ketika proses pelaksanaan upacara tunu panrolik dilaksanakan

dan setiap orang yang hadir memegan lingis yang merah membara dan

apabila bersalah akan terbakar dan bila tidak bersalah tidak akan merasakan

panasnya linggis tersebut, ketiga Tunu Passau (membakar dupa) upacara ini

dilaksanakan apabila upacara tunu panrolik tidak berhasil menemukan

pelakunya, dan tunu passau dimaksudkan agar pencuri di dalam kawasan

adat mendapat hukuman langsung dari Turi‟e‟ A‟ra‟na berupa musibah

yang bisa terjadi secara beruntun. Musibah itu bukan hanya bagi si pelaku,

tetapi dapat juga terjadi pada keluarganya terutama keturunannya.

Selanjurtnya 2). Mengetahui sistem pemberian sanksi adat terhadap pelaku

pencurian di kawasan adat Ammatoa Kecamatan Kajang

Selanjutnya Penelitian terdahulu dilakukan oleh Eva Rahmayani

Universitas Hasanuddin Makassar Jurusan Departemen Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 2017 dengan judul, Pola Perilaku

Komunikasi Masyarakat di Kawasan adat Ammatoa Kajang (Dibimbing

oleh Muh. Nadjib dan Kahar). Tujuan penelitian ini adalah; (1) untuk

mengetahui Pola perilaku komunikasi masyarakat di Kawasan adat

Ammatoa Kajang; (2) untuk mengetahui sarana yang digunakan oleh

masyarakat di Kawasan adat Ammatoa dalam berkomunikasi. Penelitian ini

dilaksanakan di Kawasan adat Ammatoa, Desa Tana Towa, Kecamatan

Kajang, Kabupaten Bulukumba. Informan penelitian ini adalah pemimpin

Page 24: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

12

adat, dua pemangku adat dan salah satu masyarakat Kawasan adat Ammatoa

Kajang. Informan penelitian ditentukan secara purposive sampling

berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Tipe penelitian ini bersifat deskriptif

kualitatif dengan pendekatan etnografi. Data primer dikumpulkan melalui

observasi dan wawancara, dan data sekundernya dikumpulkan melalui hasil

studi pustaka yang terkait dengan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa pola perilaku komunikasi masyarakat di Kawasan adat Ammatoa

dipengaruhi oleh adat istiadat mereka yang masih dipertahankan hingga saat

ini. Sarana komunikasi yang mereka gunakan juga menunjukkan bagaimana

mereka begitu menghargai leluhur mereka dengan tidak menggunakan hal-

hal yang berbau teknologi.

B. Tinjauan Konsep/ Teori

1. Komunikasi

Istilah “Komunikasi” merupakan terjemahan dari bahasa inggris

Communication yang dikembangkan di Amerika Serikat dan komunikasi berasal dari

unsur persuratkabaran, yakni journalism. Adapun pengertian komunikasi bisa dilihat

dari dua sudut, yaitu dari sudut bahasa (etimologi) dan dari sudut istilah (terminologi).

Komunikasi menurut bahasa atau etimologi dalam ensiklopedi umum diartikan

sebagai perhubungan,.

Pengertian komunikasi secara etimologi ini memberi pengertian bahwa

komunikasi hendaknya dilakukan dengan lambang-lambang atau bahasa yang

mempunyai kesamaan arti antara seorang yang memberi pesan dengan orang yang

menerima peasan.Karena „communis‟ bisa diberi arti sama makna atau sama arti

Page 25: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

13

sehingga lambang-lambang yang diberikan itu merupakan milik bersama antar orang

yang memberi lambang dengan orang yang menerima lambang.

Komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat fundamental bagi

seseorang dalam hidup masyarakat. Schramm (cangara,2012) menyebutkan

bahwa komunikasi dan masyarakat adalah dua kata kembar yang tidak dapat

dipisahkan satu sama lainnya. Sebab tanpa komunikasi tidak mungkin

masyarakat terbentuk, sebaliknya tanpa masyarakat tidak mungkin dapat

mengembangkan komunikasi. Komunikasi adalah suatu proses

penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain melalui proses tertentu

sehingga tercapai apa yang dimaksudkan atau diinginkan oleh kedua pihak.

Definisi komunikasi dapat dibagi menjadi dengan dua bentuk

diantaranya:

a. Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi (interpersonal communications) adalah

proses saling bertukar informasi serta pemindahan pengertian antara dua

individu atau lebih di dalam suatu kelompok kecil manusia.

Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang berlangsung antara dua

orang,. terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Model Komunikasi ini

dapat berlangsung secara tatap muka, dan melalui telepon. Secara umum,

komunikasi antarpribadi dapat diartikan sebagai suatu proses pertukaran makna

antara pelaku yang berkomunikasi.

Komunikasi antarpribadi juga merupakan suatu pertukaran, yaitu tindakan

menyampaikan dan menerima pesan secara timbal balik. Sedangkan makna,

Page 26: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

14

sesuatu yang dipertukarkan dalam proses tersebut adalah kesamaan pemahaman

diantara orang-orang yang berkomunikasi terhadap pesan-pesan yang digunakan

dalam proses komunikasi.

Menurut Trenholm dkk (Suranto 2011) mendefinisikan komunikasi

interpersonal sebagai komunikasi antara dua orang yang berlangsung secara tatap

muka (Komunikasi diadik). Sifat komunikasi ini adalah spontan dan informal,

saling menerima respon balik dengan maksimal, partisipan berperan fleksibel.

1. Aprehensi komunikasi

2. Self-Disclosure

3. Penilaian sosial

4. Penetrasi sosial

Menurut RD Nye (2004) mengemukakan dalam pelaksanaan

komunikasi antarpribadi, juga mempunyai hambatan-hambatan yaitu:

a. Labeling

orang lain enggan untuk berteman, berkomunikasi dengannya. Labeling yaitu

terjadi apabila seseorang memberikan atribut mengenai sifat tertentu pada

orang lain dengan asumsi bahwa orang tersebut bertanggung jawab atas atribut

itu. Seperti halnya ada orang yang sudah terkenal meminjam uang, tetapi tidak

membayar atau ada orang yang sering bohong, maka tersebut akan diberi label

“bohong” yang mengakibatkan

b. Dichotomiying

Dichotomiying yaitu menduakan alternatif melakukan persepsi atau menilai

diri sendiri atau menilai orang lain. Misalnya: ada seorang guru yang

Page 27: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

15

mencintai muridnya, maka akan terjadi dua alternatif. Jika muridnya kurang

pintar, maka ia akan serba salah, diberi nilai sesuai dengan pekerjaannya

ataukah diberi nilai yang besar. Jika dinilai dengan kecil, maka bagaimana

hubungannya selanjutnya. Tapi bila diberi nilai bagus, maka tidak sesuai

dengan hasil yang dikerjakannya.

c. Assuming Inflexibelity

Assuming inflexibility yaitu menganggap seseorang tidak fleksibel atau

kaku. Misalnya: orang lain selalu dianggap tidak fleksibel, kaku, dan lain-lain.

Hal ini akan menghambat dalam menjalin komunikasi.

b. Komunikasi Antar Organisasi

Komunikasi antarorganisasi (organization communications) adalah

proses dimana pembicara memberikan informasi secara sistematis dan

memindahkan pengertian kepada orang-orang didalam organisasi dan

juga kepada orang-orang dan lembaga-lembaga diluar organisasi namun

masih terkait dengan organisasi tersebut. Komunikasi organisasi yaitu

bentuk pertukaran pesan antara unit-unit komunikasi yang berada dalam

organisasi tertentu. Organisasi sendiri terdiri dari unit-unit komunikasi

dalam hubungan-hubungan hirarkis antara yang satu dengan yang

lainnya dan berfungsi dalam satu lingkungan (sendjaja 2014).

komunikasi adalah satu pandangan dan strategi yang akan

membentuk alat dan rangka kerja untuk sesuatu perkara yang hendak

dilaksanakan dalam proses komunikasi teori akan membina bentuk dan

kaidah komunikasi yang hendak dibuatter dapat dua aspek utama yang

Page 28: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

16

dilihat secara tidak langsung dalam bidang ini sebagai satu bidang

pengkajian yang baru.

Aspek pertama ialah perkembangan dari beberapa sudut atau

kejadian seperti teknologi komunikasi, perindustrian dan politik dunia.

Teknologi komunkasi contohnya radio, televisi, telefon, setelit,

rangkaian komputer telah menghasilkan ide untuk mengetahui apakah

kesan perkembangan teknologi komunikasi terhadap individu

masyarakat dan penduduk disebuaah negara. Perkembangan politik

dunia memperlihatkan bagaimana kesan politik terhadap publik

sehingga menimbulkan propaganda dan pendapat umum, seterusnya

perkembangan perindustrian seperti perminyakan dan perkapalan

menuntut betapa perlunya komunikasi yang berkesan untuk

meningkatkan produktiviitas dan kualitas agar mencapai maksud dan

tujuan organisasi tersebut

Aspek kedua ialah dari sudut kajian dimana para pelajar

berminat untuk mengkaji bidang bidang yang berkaitan dengan

komunikasi seperti mereka yang dari bidang psikologi sosial mengkaji

penggunaan teknologi baru terhadap kesan tayangan animasi kepada

anak-anak, propaganda nazi yang mampu mempengaruhi pendengar

sehingga mereka patuh dan bersatu. selanjutnya kajian awal penyelidik

atas perindustrian yang pada separuh abad ke-20 tertuju kepada

memenuhi keinginan sektor pemasaran untuk mengetahui komunikasi

dengan lebih dekat setelah peengiklanan menunjukan kepentingannya.

Page 29: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

17

Oleh karena itu, bidang komunikasi mngambil langkah dan maju

kedepan setelah berlakunya pengembangan dari sudut teknologi

komunikasi, perindustrian dan politik dunia serta kajian-kajian yang

telah dilakukan. Sehinggga bidang komunikasi menjadi bidang

pengkajian yang baru dan mula diminati oleh banyak orang. Dalam

perkembangannya banyak para ahli yang mendefinisikan mengenai

teori komunikasi salah satu yang sering menjadi rujukan adalah

pendapat Borman, ia berpendapat bahwa teori komunikasi adalah suatu

istilah atau perkataaan yang merupakan seluruh perbincangan dan

analisis dan dibuat secara berhati-hati, sistematik dan sadar.

2. Konsep Pemerintahan Desa berdasarkan UU Desa

Pemerintah Desa atau disebut pemdes adalah lembaga pemerintah

yang bertugas mengelolah wilayah tingkat desa. Lembaga ini diatur

melalui peraturan pemerintah No.72 Tahun 2005 tentang pemerintahan

desa yang diterbitkan untuk melaksanakan ketentuan pasal 216 ayat (1)

undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemeritahan daerah.

Pemimpin pemerintah desa seperti tertuang dalam paragraph 2 pasal 14

ayat (1) adalah kepala desa yang bertugas menyelenggarakan urusan

pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan.

Dalam menjalankan pemerintahannya kepala desa memiliki

beberapa kewenangan seperti kewenangan memimpin penyelenggaraan

pemerintahan berdasarkan kebijakan. Penyelenggaraan pemerintahan ini

Page 30: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

18

nantinya tidak ditetapkan sendiri, melainkan akan ditetapkan bersama

dengan badan perwakilan Desa (BPD).

Kepala Desa juga berwenang untuk mengajukan rancangan

peraturan desanya sendiri yang sesuai dengan UU, membina kehidupan

perekonomian masyarakat desa hingga mengordinasikan segala elemen

yang ada dalam melakukan pembangunan desa secara partisipatif untuk

kemajuan dan kepentingan desa. Tak hanya itu saja kepala desa juga dapat

mewakili desanya baik untuk dalam maupun diluar peradilan yang yang

mana juga dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakili selama hal

tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada juga

melaksanakan wewenang lainnya sesuai dengan aturan perundang-

undangan.

3. Konsep Pemerintahan Desa Adat Kajang Ammatoa

Ammatoa berada di Desa Tanah Towa Kecamatan Kajang,

Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Gerbang masuk berupa pendopo

kayu dengan atap dari jerami dengan bernuansa hitam ada papan nama yang

menggantung besar bertuliskan “ Selamat datang di kawasan adat

Ammatoa”

Menurut Ammatoa cara hidup kita disini diatur oleh pasang. Pasang

semacam petuah yang tidak tertulis yang disampaikan secara lisan kepada

leluhur.pasang meliputi beberapa unsur dalam kehidupan baik mengatur

bidang kelangsungan hidup dan lain-lain (Rais 2017).

Page 31: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

19

Desa Tanah Towa itu memiliki perbedaan dengan desa yang ada di

Kajang diantarnya ialah:

a. Berdasarkan data administrasi pemerintahan desa pada tahun 2012 jumlah

penduduk secara keseluruhan meliputi kawasan Ilalang Embayya maupun

Ipantara Embayya adalah sebanyak 4.073 jiwa, terdiri atas laki laki 1.904

jiwa dan perempuan berjmlah 2.19 jiwa. Jumlah penduduk itu tersebar

kedalam 9 dusun, yakni Dusun Balagana, Sobbu, Benteng, Pangi,

Bongkina, Tombolo, Jannaya, Lurayya, dan Dusun Balambina

b. Kawasan Adat Kajang luar (Ipantarang Embayya) telah membentuk

perkampungan tersendiri, berbeda dengan pola perkampungan masyarakat

(Ipantarang Embayya) dimana posisi rumah tersebut diatur berderet

sebelah menyeblah sepanjang jalan. Sedangkan pada perkampungan

kawasan Ilalang Embayya berkelompok rumah di dirikan di tengah tengah

kebun keluarga dengan arah bangunan rumah berlawanan arah dengan

borong karama‟ (Hutan keramat). Sehingga semua rumah menghadap

kebarat dan beratata rapi serta berjejer dari utara keselatan pada barisan

depan rumah terdapat pagar batu kali setinggi satu meter

c. Sistem teknologi yang dipergunakan dalam kawasan untuk melakukan

pekerjaan dalam memenuhi kebetuhan hidup mereka, seperti dalam hal

mengolah lahan pertanian, mereka pantang atau tabu mempergunakan

piranti produk teknologi modern yangb dapat meningkatkan hasil mutu

sector pertanian, misalnya penggunaan traktor, pekerjaan bertani dilakukan

penggarapan lahan sampai pada tahap panen, semuanya dilakukan secara

Page 32: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

20

sederhana dengan menggunakan teknolgi yang masih tradisional.

Penggarapaan sawah dilakukan dengan menggunakan tenaga kerbau atau

sapi untuk menarik bajak

d. Didalam kawasan (Ilalang Embayya) tidak ada yang bisa memakai listrik,

memakai sandal dan memakai pakaian yang berwarna merah

e. Terdapat beberapa upacara yang dilakukan untuk membuktikan pelaku

pencuriann melalui ritual/ upacara Adat: Patunra (disumpah), Attunu

panrolik (membakar linggis), tunu passau(membakar dupa).

f. Bentuk larangan adat yang bersumber dari pasang salah satunya adalah

pencurian yang dilakukan didalam kawasan adat kajang. Adapun bentuk

bentuk sanksi yang dilakukan bagi mereka yang terbukti melakukan

pencurian, berbeda beda tergantung tingkan pelanggaran yang dilakukan

didalam kawasan adat. Agar sanksi sanksi tersebut dapat berjalan dengan

efektif. Maka ditetapkanlah ketentuan yang mengklasifikasi tiga jenis

sanksi dan jumlah denda yang harus dibayar kedalam tiga kategori yaitu:

pelanggaran berat, pelanggaran sedang dan pelanggaran ringan.

g. Masyarakat Ammatoa kajang dipimpin oleh seorang Bohe Amma yang

bantu oleh 2 pemangku adat atau disebut Galla (menteri) yang memiliki

tugas masing masing (syarifuddin,2014).

Terdapat beberapa upacara yanng dilakukan untuk membuktikan

pelaku pencurian ritual/ upacara adat yaitu:

1) Patunra (sumpah)

Page 33: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

21

Patunra atau disumpah dilakukan atau ada orang dicurigai, orang

dicurigai dipanggil oleh Ammatoa untuk ditannya dan Ammatoa dalam hal

ini mempunyai kelebihan untuk membaca tingkah orang yang berbohong.

Ammatoa dalam memberikan pertanyaan melihat gerak gerik ketika orang

itu ditanya dan ketika Ammatoa melihat ada kebohongan yang

disembunyikan oleh orang yang curigai dan tidak mau mengaku maka

orang tersebut akan disumpah.

2) Attunu Panrolik (Membakar Linggis)

Sebelum upacara Attunu Panrolik (bakar linggis) dilaksankan seluruh

pemangku adat dikumpulkan dan akan lebih dulu dilakukan abborong

(bermusyawarah) setelah itu mengumumkan dan memerintahkan kepada

orang kepercayaan untuk disampaikan kepada seluruh masyarakat adat akan

diadakan tunu panrolik hari sekian dan jam sekian maka dari itu seluruh

warga masyarakat adat tidak boleh ada yang keluar dari kawasan semuanya

harus berkumpul tepat waktu sebelum upacara dilaksanakan dan ketika ada

orang yang tidak hadir maka dia akan dipanggil oleh Ammatoa untuk

ditanya setiap orang yang hadir diharuskan memegang linggis yang sudah

dibakar oleh Puto Duppa hingga merah membara.

Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui siapa pelaku pencuri

sebenarnya. Jika seorang yang memegang linggis itu tidak bersalah, maka ia

akan tidak merasakan panasnya linggis. Dan demikian sebaliknya, barang

siapa yang tangannya terluka maka dialah pelakunya selanjutnya jika terjadi

Page 34: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

22

seorang terdakwa menolak dakwaan atau pelanggaraan hukum dan tidak

dapat diidentifikasi, maka upaya hukum lain.

3) Tunu passau (Membakar Dupa)

Tunu Passau (Membakar Linggis) sebelum upacara tunu passau

dilakukan maka seluruh pemangku adat dikumpulkan untuk dilakukan

abborong. Setelah disepekati dalam musyawarah bahwa akan dilakukan

tunu passau maka Ammatoa memerintakan Puto Kaharu keturuan dari

“Bungko Pabbu” untuk melakukan upacara tunu passau tanpa dihadiri oleh

warga masyarakat pengumuman tersebut berisikan tentang diadakannya

upacara attunu passau, karena diketahuinya bahwa telah terjadi pencurian

dalam kawasan adat tanpa diketahui pelakunya, dan telah pula dilakukan

upaya dengan cara attunu panrolik penyampaian pengumuman itu

dilakukan setiap hari selama satu bulan penuh. Adapun cara

penyampaiannya, yakni baik dari mulut ke mulut maupun dengan memukul

gendang yang ada dirumah Ammatoa dengan irama tertentu yang makanya

dapat dipahami oleh setiap warga masyarakat adat.

Ammatoa dipilih secara tradisional dan memerintah dalam batas waktu

yang tidak tertentu. Ammatoa dipilih tidak hanya terbatas pada kalangan

keluargaa Ammatoa sebelumnya, tetapi siapapun juga ,sebab orang orang

yang naturungi pammase atau orang yang mendapat rahmat dari yang kuasa

(Ahmad M,dkk 2014)

Adapun syarat- syarat untuk dipilih menjadi Ammatoa adalah sebagai

berikut:

Page 35: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

23

a) Ahli dalam hal pasang

b) Tidak pernah dilihat oleh masyarakat melakukan sesuatu yang dianggap

tidak baik seperti berdusta, minum tuak, berjudi, ataupun menipu serta

perbuatan orang lain tercelah

c) Konsisten dengan apa yang ia ucapkan

d) Perbuatannya sesuai dengan ucapannya atau satunya kata dengan perbuatan

e) Diyakini oleh masyarakat memiliki kesaktian dan memiliki wibawa serta

disegani dan dihormati oleh masyarakat banyak

Ammatoa memiliki daerah kekuasaan yang terdiri atas kampung

kampung dan kumpulan atas beberapa kampung yang dikepalai oleh

seorang Galla yang merupaka n hasil dari pilihan rakyat Galla biasanya

diambil dari kalangan turunan adat sendiri di daerahnya masing masing.

Selain itu seorang Galla harus memiliki ilmu pengetahuan yang cukup serta

memiliki kharisma di masyarakatnya.selanjutnya seorang Ammatoa yang

terpilih memiliki kewajiban untuk mengayomi dan menciptakan

kesejahteraan bagi rakyatnya. Ia tidak boleh melanggar aturan aturan yang

telah ditetapkan oleh pasang kalau Ammatoa melanggar pasang maka

ibaratnya ia seperti tunas yang memanjang kemudian tiba tiba patah dan

layu, kalau ia menghindari pasang maka kepalanya akan menjadi gundul

(Ahmad M,dkk.2014).

Page 36: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

24

C. Kerangka Fikir

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah bagaimana komunikasi

Ammatoa dan pemerintah desa dalam pemberian sanksi terhadap pelanggaran

“pappasang” di Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba. Maka penulis

membangun kerangka pemikiran sebagai fokus dalam penelitian yang

berdasarkan teori.

Bagan 1.2 Kerangka Fikir

C. Fokus Penelitian

Komunikasi “Ammatoa” Dan Pemerintah Desa Dalam Pemberian Sanksi

Terhadap Pelanggaran “Pappasang” Dikecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba

Efektifitas Komunikasi “Ammatoa” Dan Pemerintah Desa Dalam pemberian

Sanksi Terhadap pelanggaran“Pappasang” Di Kecamatan Kajang Kabupaten

Bulukumba

Komunikasi antar pribadi

(Trenholm dkk (Suranto 2011))

1. Aprehensi komunikasi

2. Self disclosure

3. Penilaian sosial

4. Penetrasi sosial

Faktor penghambat

komunikasi

(RD Nye (2004))

Page 37: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

25

D. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini berasal dari latar belakang masalah, kemudian

dirumuskan dalam rumusan masalah dan dikaji berdasarkan teori dalam

tinjauan pustaka. Adapun fokus penelitian yang bersangkutan dari rumusan

masalah adalah Desa Tanah Towa Kecamatan Kajang, Kabupaten

Bulukumba.

E. Deskripsi Fokus Penelitian

Adapun Komunikasi “Ammatoa” Dan Pemerintah Desa Dalam

Pemberian Sanksi Terhadap Pelanggaran “Pappasang” Dikecamatan Kajang

Kabupaten Bulukumba yaitu:

1. Komunikasi Aprehensi merupakan kondisi fakta seseorang yang

mengetahui bahwa dirinya saat berkomunikasi dengan orang lain. Melalui

proses komunikasi antara pribadi, seseorang dapat mengetahui sikap dan

juga sifat dirinya sendiri yang tidak diketahui ketika tidak berinteraksi

dengan orang lain.

2. Self-Disclosure (model pengungkapan diri) merupakan proses

mengungkapkan informasi pribadi kita pada orang lain ataupun sebaliknya,

dalam hal ini menjelaskan diri kita kepada orang lain yang bersifat pribadi.

3. Penilaian sosial menyatakan makin besar perbedaan antara pendapat

pembicara dan pandangan pendengarnya maka maka akan makin besar juga

perubahan sikapnya, sejauh pesan tersebut berada dalam wilayah

penerimanya.

Page 38: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

26

4. Penetrasi sosial menjelaskan bagaimana kedekatan hubungan itu

berkembang, gagal untuk berkembang ataupun berhenti. Seperti halnya

bawang merah kita menguliti dari ljuar hingga kedalamnya.

5. Labeling yaitu terjadi apabila seseorang memberikan atribut mengenai sifat tertentu

pada orang lain dengan asumsi bahwa orang tersebut bertanggung jawab atas atribut

itu.

6. Dichotomiying, yaitu menduakan alternatif melakukan persepsi atau menilai diri

sendiri atau menilai orang lain. Misalnya: ada seorang guru yang mencintai muridnya,

maka akan terjadi dua alternatif. Jika muridnya kurang pintar, maka ia akan serba

salah, diberi nilai sesuai dengan pekerjaannya ataukah diberi nilai yang besar. Jika

dinilai dengan kecil, maka bagaimana hubungannya selanjutnya. Tapi bila diberi nilai

bagus, maka tidak sesuai dengan hasil yang dikerjakannya.

7. Assuming Inflexibelity, yaitu menganggap seseorang tidak fleksibel atau kaku.

Misalnya: orang lain selalu dianggap tidak fleksibel, kaku, dan lain-lain. Hal ini akan

menghambat dalam menjalin komunikasi.

Page 39: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

27

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan lokasi penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan 2 (dua) bulan setelah pelaksanaan

seminar proposal dan lokasi penelitian dilakukan di Kantor Desa Tanah Towa

Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba. Adapun alasan memilih obyek

lokasi ini penelitian tersebut adalah karena Masyarakat adat Ammatoa

merupakan komunitas adat yang bertempat di Desa Tanah Towa, Kecamatan

Kajang, Kabupaten Bulukumba. Dalam perkembangannya meskipun Ammatoa

sebagai Kepala adat memiliki peranan penting dalam pemerintahan kawasan

adat, keberadaan pemerintah diluar kawasan adat tetap diakui. Bahkan karena

dianggap lebih berpendidikan, pemerintah diluar Kawasan adat Ammatoa

Kajang juga sangat dihormati. Pemerintah dalam hal ini adalah Camat, Bupati,

Desa dan seterusnya.

B. Jenis dan tipe penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis metode penelitian

kualitatif.metode ini mengerahkan peneliti menghimpun data dengan

melakukan pengamatan yang lebih saksama,mencakup deskripsi dalam konteks

yang mendetail dengan disertai catatan-catatan hasil wawancara dan analisis

dokumen yang mendukung penelitian.

Tipe penelitian yang digunakan adalah tipe fenomenologi. Fenomenologi

adalah studi tentang pengetahuan yang berasal dari kesadaran atau cara kita

memaknai suatu obyek dan peristiwa yang menjadi pengalaman seseorang

Page 40: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

28

secara sadar. Selain itu juga fenomenologi merupakan gagasan relitas sosial,

fakta sosial atau fenomena sosial yang menjadi masalah.

C. Sumber Data

Sumber data merupakan data yang diperoleh apabila peneliti

menggunakan teknik wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber

data tersebut responden (orang yang merespon/menjawab pertanyaan-

pertanyaan dari peneliti). Apabila peneliti menggunakan teknik dokumentasi,

maka catatan yang digunakan menjadi sumber data,.

1.Data primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti sendiri atau

dirinya sendiri ini adalah data yang belum pernah dikumpulkan sebelumnya

baik dengan cara tertentu atau pada periode waktu tertentu. Data yang

diperoleh dari hasil interview kepada informan yang dijadikan subyek

penelitian.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang di kumpulkan oleh orang lain, bukan

peneliti itu sendiri. Data ini biasanya berasal dari penelitian lain yang di

lakukan oleh lembaga-lembaga atau organisasi.

D. Informan Penelitian

Informan (narasumber) penelitian adalah seseorang yang, karena memiliki

informasi (data) banyak mengenai objek yang sedang diteliti, dimintai

informasi mengenai objek penelitian tersebut. Lazimnya informan atau

narasumber penelitian ini ada dalam penelitian yang subjek penelitiannya

Page 41: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

29

berupa kasus (satu kesatuan unit), antara lain yang berupa lembaga atau

organisasi atau institusi (pranata) sosial.

Adapun informan dalam penelitian tentang” Komunikasi Ammatoa dan

Pemerintah Desa dalam pemberian sanksi terhadap pelanggaran “pappasang”

di Kecamatan Kajang,Kabupaten Bulukumba adalah sebagai berikut :

Tabel 1.3 Informan Penelitian

NO DAFTAR INFORMAN JUMLAH

1. Kepala Desa Tanah Towa (Kajang Dalam) 1 orang

2. Kepala Desa Bonto Baji ( Kajang Luar) 1 orang

3. Tokoh Masyarakat 2 orang

4. Orang pernah Melanggar 3 orang

5. Kepala Adat 1 orang

JUMLAH 8 orang

E. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini adalah penelitian lapangan ,maka teknik pengumpulan data

yang digunakan adalah:

1. Dokumentasi adalah sebuah cara yang dilakukan untuk menyediakan

dokumen-dokumen dengan menggunakan bukti yang akurat dari pencatatan

sumber-sumber informasi khusus dari karangan/ tulisan, wasiat, buku,

undang-undang.

2. Wawancara merupakan percakapan antara dua orang atau lebih dan

berlangsung antara narasumber dan pewawancara.

Page 42: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

30

3. Observasi yaitu mendatangi langsung tempat atau objek penelitian demi

memperoleh data sesuai terkait dengan hukum adat kajang yang hanya

berlaku dikawasan adat Ammatoa

F. Teknik analisis data

Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2012) penelitian

kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus

sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data,

yaitu data reducation, data display, dan conclusion drawing/ verification,

setelah peneliti melakukan pengumpulan data, maka peneliti melakukan

anticipatory sebelum melakukan reduksi data, setelah data direduksi maka

langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data dengan penyajian data

dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan

sejenisnya. Setelah itu adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi yang

dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti yang valid dan konsisten

mengenai “ Komunikasi Ammatoa dan Pemerintah Desa Dalam Pemberian

Sanksi Terhadap Pelanggaran “Pappasang” di Kecamatan Kajang, Kabupaten

Bulukumba”.

G. Teknik pengabsahan data

Sugiyono (2012) Data penelitian yang dikumpulkan diharapkan dapat

menghasilkan penelitian yang bermutu atau data yang kredibel, oleh karena itu

peneliti melakukan pengabsahan data dengan berbagai hal sebagai berikut :

1. Perpanjangan Masa Penelitian

Page 43: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

31

Peneliti akan melakukan perpanjangan masa pengamatan jika data yang

dikumpulkan dianggap belum cukup, maka dari itu peneliti dengan melakukan

pengumpulan data, pengamatan dan wawancara kepada informan baik dalam

bentuk pengecekan data maupun mendapatkan data yang belum diperoleh

sebelumnya.

2. Pencermatan Pengamatan

Data yang diperoleh peneliti dilokasi penelitian akan diamati secara

cermat untuk memperoleh data yang bermakna. Oleh karena itu, peneliti akan

memperhatikan dengan secara cermat apa yang terjadi dilapangan sehingga

dapat memperoleh data yang sesungguhnya.

3. Triangulasi

Teknik triangulasi, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan

data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama.

Peneliti menggunakan observasi partisipasif, wawancara mendalam dan

dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Tujuan dari

triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi

lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah

dikemukakan (Sugiyono 2009)

Untuk keperluan triangulasi maka dilakukan tiga cara yaitu :

a. Triangulasi metode: Jika informasi yang diperoleh berasal dari hasil

wawancara misalnya, perlu diuji dengan hasil observasi dan seterusnya.

Dengan ungkapan lain, kebenaran (keabsahan) informasi diperiksa dengan

teknik pengumpulan data yang berbeda.

Page 44: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

32

b. Triangulasi peneliti: Jika informasi yang diperoleh salah seorang anggota

tim peneliti diuji oleh anggota tim yang lain, berarti data diperiksa melalui

peneliti (pengumpul data) yang berbeda.

c. Triangulasi sumber: Jika informasi tertentu misalnya ditanyakan kepada

responden yang berbeda atau antara responden dengan dokumentasi.

d.Triangulasi situasi: Bagaimana penuturan seorang responden jika dalam

keadaan ada orang lain dibandingkan dengan dalam keadaan sendiri.

e. Triangulasi teori: Apakah ada keparalelan penjelasan dan analisis atau tidak

antara satu teori dengan teori yang lain terhadap data hasil penelitian

Page 45: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

33

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Wilayah

1. Gambaran Umum Kabupaten Bulukumba

Kabupaten Bulukumba terletak di bagian selatan pulau Sulawesi

dan berjarak kurang lebih 153 kilometer dari ibukota Propinsi Sulawesi

Selatan. Adapun batas-batas wilayah administrasi Kabupaten Bulukumba

adalah:

a) Sebelah Utara, berbatasan dengan Kabupaten sinjai

b) Sebelah Timur, berbatasan gengan teluk Bone

c) Sebelah Selatan, berbatasan dengan laut Flores

d) Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Bantaeng

Luas wilayah Kabupaten Bulukumba sekitar 1.154,67 km atau

sekitar 2,5 persen dari luas wilayah Sulawesi Selatan yang meliputi 10

Kecamatan dan terbagi kedalam 27 kelurahan dan 109 desa. Ditinjau dari

segi luas Kecamatan Gantarang dan Bulukumpa merupakan dua wilayah

kecamatan terluas masing-masing seluas 173,51 km dan 171,33 km sekitar

30 persen dari luas kabupaten.

2. Gambaran Umum Kecamatan Kajang

a. Letak Geografis

Kecamatan Kajang salah satu di Kecamatan Bulukumba dengan

luas wilayah 129,09 km. adapun batas- batas wilayah administrasi

Kecamatan Kajang adalah:

Page 46: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

34

1) Sebelah Utara, berbatasan dengan Kabupaten Sinjai

2) Sebelah Timur, berbatasan dengan Kecamatan Bulukumpa

3) Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Sinjai

4) Sebelah Barat, berbatasan dengan teluk Bone

Kecamatan Kajang terbagi menjadi 19 Desa/ Kelurahan yakni

Desa Bonto Biraeng, Desa Bonto Marannu, Desa Lembang,Desa

Lembang Lohe, Kelurahan Tanah jaya, Kelurahan Laikang, Desa

Pantama, Desa Possi Tanah, Desa Lembanna, Desa Tambangan, Desa

Sangkala, Desa Bonto Baji, Desa Pattiroang, Desa Sapanang, Desa

Batunilamung, Desa Tanah Towa, Desa Malleleng, Desa Mattoanging

dan Desa Lolisang

Table 2.4. Luas Wilayah Menurut Kelurahan/ Desa di Kecamatan

Kajang tahun 2020

NO Desa/ kelurahan Luas (km)

1. Bonto Biraeng 7,55

2. Bonto Marannu 7,00

3. Lembang 9,00

4. Lembang Lohe 5,00

5. Tanah Jaya 6,30

6. Laikang 7,00

7. Pantama 4,00

8. Possi Tanah 4,20

9. Lembanna 4,73

Page 47: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

35

10. Tambangan 13,00

11. Bonto Baji 8,50

12. Sangkala 7,20

13. Pattiroang 8,18

14. Sapanang 8,80

15. Batunilamung 4,20

16. Tanah Towa 5,25

17. Malleleng 11,10

18. Mattoanging 4,05

19. Lolisang 4,00

Jumlah 129,06

Sumber: Kecamatan Kajang dalam Angka 2020

Pada tabel dapat diketahui bahwa Desa Tambangan memiliki luas

terbesar dengan luas wilayah 13.00 km, sedangkan Desa Pantama dan

Desa Lolisang memiliki wilayah terkecil dengan luas 4,00 km.

b. Kondisi Aspek Fisik Dasar

1) Topografi

Kecamatan Kajang terdiri atas 0-221 mdpl terdiri 4 Desa/ Kelurahan

pantai yakni kelurahan Tanah Jaya, Kelurahan Laikang, Desa Pantama

dan Desa Lolisang. Sedangkan Desa lainnya bukan Pantai yakni terdiri

atas 15 desa dengan Desa Tanah Towa sebagai wilayah tertinggi di

Kecamatan Kajang dengan ketinggian 221 mdpl.

Page 48: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

36

2) Klimotologi

Curah hujan di Desa Tanah Towa rata-rata 5745 mm/tahun dengan

suhu rata-rata antara 13-29 C dengan kelembapan udara 70% pertahun.

3. Gambaran Umum Desa Tanah Towa

a) Letak Geografis

Desa Tanah Towa merupakan salah satu desa di Kecamatan Kajang

Kabupaten Bulukumba dimana terdapat kawasan adat Amma Toa

kajang dengan luas wilayah 729 Ha.

Adapun batas-batas wilayah administrasi Desa Tanah Towa adalah:

1) Sebelah Utara, berbatasan dengan Desa Batunilamung

2) Sebelah Timur, berbatasan dengan Desa Bonto Baji

3) Sebelah Selatan, berbatasan dengan Desa Malleleng

4) Sebelah Barat, berbatasan dengan Desa Pattiroang

Tabel 5. Luas Wilayah Menurut Dusun di Desa Tanah Towa

tahun 2020

NO DUSUN Luas (Ha)

1. Benteng 87

2. Sobbu 69

3. Balagana 54

4. Lurayya 51

5. Balambina 62

6. Pangi 64

7. Jannaya 18

8. Bongkina 20

9. Tombolo 31

JUMLAH 456

Tabel 3.4 Sumber: Profil Desa Tanah Towa Tahun 2020

Page 49: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

37

Pada tabel 5 dapat diketahui bahwa Dusun Benteng memiliki lus

terbesar dengan luas wilayah 87 Ha, sedangkan Dusun Jannaya

memiliki wilayah terkecil dengan luas 18 Ha.

b) Kondisi Demografi

Pada tahun 2020 jumlah penduduk di Desa Tanah Towa sebanyak

4261 jiwa dengan penduduk laki-laki sebesar 2013 jiwa sedangkan

jumlah penduduk perempuan sebesar 2248 jiwa yang tersebar di 9

dusun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 7. berikut ini:

Tabel 6. Banyaknya penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa

Tanah Towa Tahun 2020

NO Dusun Laki-laki

(jiwa)

Perempuan

(jiwa)

Jumlah

(jiwa)

1. Balagana 290 328 618

2. Jannaya 165 158 323

3. Benteng 190 220 410

4. Pangi 249 308 557

5. Bongkina 182 198 380

6. Tombolo 196 242 438

7. Luraya 235 260 495

8. Balambina 199 168 367

9. Sobbu 307 366 673

Jumlah 2013 2248 4261

Tabel 4.4 Sumber: Profil Desa Tanah Towa Tahun 2020

Page 50: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

38

Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk terbanyak

terdapat di Dusun Sobbu baik jumlah penduduk secara keseluruhan dan

penduduk per jenis kelamin yakni sebesar 673 jiwa. Untuk jumlah penduduk

laki-laki sebesar 307 jiwa sedangkan jumlah penduduk perempuan sebesar

366 jiwa.

Masyarakat Desa Tanah Towa sebagian besar merupakan bagian dari

masyarakat suku Kajang atau dikenal dengan suku Ammatoa Kajang dengan

bahasa yang digunakan adalah bahasa konjo. Desa Tanah towa berdasarkan

aturan adat yang telah disepakati oleh pemerintah dibagi menjadi 2 bagian

yakni ilalang embayya adalah kawasan adat dimana aturan adat

diberlakukan dan ipantarang embayya merupakan kawasan diluar kawasan

ada.

Struktur Pemerintah Desa Tanah Towa

1. Kepala Desa : Salam,SE

2. Sekretaris : Muhammad Abbas,S.Sos

3. Kasi Pemerintahan : Jamaluddin Muslim

4. Kasi Kesejahteraan : Muh.Rifai

5. Kaur Umum : Zainuddin

6. Kaur Perencanaan : Rosmawati

7. Kaur Keuangan : Kamaluddin,Se

8. Kepala Dusun Balagana : Muhammad Jafar

9. Kepala Dusun Jannaya : Arman

10. Kepala Dusun Sobbu : Suharto

Page 51: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

39

11. Pj.Kepala Dusun Benteng : Salam,SE

12. Kepala Dusun Bongkina : Baharuddin.B

13. Kepala Dusun Pangi : Bolong Hamsa

14. Kepala Dusun Tombolo : Asdar

15. Kepala Dusun Balambina : Abul Rahim

16. Kepala Dusun Luraya : Hamsin

4. Profil Adat Ammatoa

Kawasan adat Ammatoa bertempat di Desa Tanah Towa terletak

disebelah utara dalam wilayah Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba

Provinsi Sulawesi Selatan. Masyarakat Desa Tanah Towa sebagian besar

merupakan bagian dari masyarakat suku kajang atau dikenal dengan suku

Ammatoa Kajang dengan bahasa yang digunakan adalah bahasa konjo.

Desa Tanah Towa berdasarkan aturan adat yang telah disepakati oleh

pemerintah dibagi menjadi 2 bagian yakni Ilalang embayya adalah kawasan

adat dimana aturan adat diberlakukan dan Ipantarang embayya merupakan

kawasan diluar kawasan adat.

Pada awalnya seluruh Desa Tanah Towa merupakan kawasan adat,

namun adanya pengaruh modernisasi dan keinginan masyarakat untuk keluar

dari kawasan adat, hingga pada saat ini kawasan adat Ammatoa terdiri dari 7

dusun yakni Dusun Pangi, Dusun Sobbu, Dusun Balambina, Dusun Lurayya,

Dusun Benteng, Dusun Tombolo, dan Dusun Bongkina dengan luas 729 Ha.

Kawasan adat disebut dengan Ilalang embayya sedangkan daerah luar

kawasan disebut Ipantarang embayya yakni mencakup Dusun Jannaya dan

Page 52: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

40

Dusun Balagana. Kawasan adat tidak diperbolehkan adanya modernisasi

ataupun kemewahan masuk dalam kawasan sehingga dikenal juga dengan

tanh kamase-masea, berbeda dengan dengan Ipantarang embayya yang telah

mengalami modernisasi untuk fasilitas pendidikan, kesehatan, pemerintah

terletak diluar kawasan adat, begitupun dengan prasarana modern hanya

terdapat di luar kawasan adat seperti jalan aspal, jaringan air bersih dan

jaringan telekomunikasi.

Pasang ri kajang atau pesan dari Kajang merupakan suatu pesan,

petuah, petunjuk, arahan dan aturan bagi masyarakat adat Ammatoa Kajang

dalam menjalankan kehidupannya. Pasang mencakup segala aspek kehidupan

yakni hubungan dengan Tuhan, hubungan manusia dengan alam dan

hubungan manusia dengan manusia untuk mencapai kehidupan yang baik

dengan konsep tau kamase-mase (orang yang hidup sederhana).

Konsep taukamase-mase dalam pasang ri kajang diwujudkan baik

dalam kehidupan ekonomi untuk masyarakat adat yang selalu merasa cukup,

lingkungan yang untuk menciptakan kawasan yang lestari melalui konservasi

lingkungan serta pengelolaan sumber daya alam yang arif serta sosial adalah

nilai yang dibangun dalam masyarakat adat adalah sama rata, gotong royong

dan saling menghargai satu sama lain.

Rasa persaudaraan yang kuat antar masyarakat adat sangat tinggi.

berdasarkan paham tentang gotong royong dan bersatu agar dapat saling

membantu dan adat tetap lestari. Komitmen komunitas adat Ammatoa

terhadap pasang merupakan suatu kekuatan dalam pasang dikenal folosopi:

Page 53: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

41

Abbulo sipappa‟, A‟lemo sibatu, Tallang sipahua, manyu‟ siparampe , lingu

sipakainga‟, sallu‟ riajoa, ammolo riadahang;

1) Abbulo sipappa‟ adalah sebatang bambu yang di jadikan simbol pemersatu

untuk menjaga harmonisasi antara pemimpin dan yang dipimpin, serta

antara sesame warga masyarakat. Pasang tersebut menjelaskan bahwa

suatu masyarakat dapat hidup bersatu dan harmonis jika warganya

menyatu dengan pimpinannya bagaikan sebatang pohon bambu yang

tumbuh subur dengan ranting dan dedaunan yang lengkap ditopan oleh

akar-akar yang kuat.

2) A‟lemo sibatu merupakan simbol kebulatan tekat untuk bersatu bagaikan

jeruk sebiji. Jeruk dijadikan simbol karena bentuknya bulat dan terdiri atas

beberapa komponen, mulai ndari kulit, isi dan rasanya bervariasi. Kulit

jeruk terdiri atas kulit luar yang telah membungkus seluruh isinya.

Sementara isi jeruk berupa ulasan-ulasan didalamnya terdiri atas butiran-

butiran yang berlapis-lapis di sertai dengan beberapa biji. Hal itu

menggambarkan komunitas adat yang terdiri atas Ammatoa sebagai

pelindung yang berpedoman pada pasang diibaratkan sebagai kulit jeruk

yang berfungsi melindungi isinya. Sedangkan warga masyarakat memiliki

sifat dan perilaku yang berbeda-beda diibaratkan sebagai isi jeruk yang

rasanya beraneka ragam.

3) Tallang sipahua‟ manyu‟ siparampe merupakan nilai yang mengandung

perasaan empati dan solidaritas untuk membantu sesamanya. Esensi dari

perasaan empati adalah melyani perasaan orang lain melalui perasaan diri

Page 54: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

42

sendiri. Adanya perasaan empati mendorong seseorang untuk membantu

atau menolong sesamanya wujud tolong menolong tersebut tampak pada

berbagai kegiatan sosial maupun kegiatan individu dan keluarga dalam

masyarakat, misalnya kegiatan membangun rumah, kegiatan pertanian,

upacara perkawinan, kelahiran, akkattere, kematian dan sebagainya.

Wujud kepedulian Ammatoa adalah senantiasa hadir dalam berbagai

undangan yang dilakukan oleh warga masyarakat, memberikan

pertolongan atau pengobatan kepada yang sakit dan memberikan nasehat

kepada warga masyarakat terutama yang melakukan kesalahan atau

pelanggaran adat.

4) Sallu ri ajoka, ammulu ri adahang, nani gaukang sikontu passuroanna

pammarenta (mengikuti alur yang telah ditentukan pada waktu membajak

dan mengikuti seruan dari dari pemerintah). Maksudnya adalah

melaksanakan segala ketentuan yang digariskan dalam pasang maupun

kesepakatan dalam abborong, demikian pula seruan dari pemerintah.

Ketentuan tersebut harus dilaksanakan secara tegas dan tepat sasaran.

Ammatoa menuntun warga masyarakat melaksanakan ketentuan dan aturan

tersebut dalam rangka stabilitas kehidupan dalam masyarakat.

Adapun Tupoksi dari mentri-Mentri Ammatoa kajang yaitu sebagai

berikut. Ammatoa sebagai pemimpin yang tertinggi dalam masyarakat adat

Kajang yang mempunyai tugas dan wewenang sebagai mana yang

diamanatkan olehTu Rie‟A‟ra‟na, Ammatoa juga dibantu oleh seperangkat

aparat adat lainnya :

Page 55: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

43

1. Galla‟ Pantama: statusnya sebagai kepala pemerintahan dalam struktural

pemerintahan adat.

2. Galla‟ Lombo‟: Adalah sebagai mentri luar Negeri adat Kajang. Bertugas

mengurusi daerah-daerah kawasan Ammatoa. Sekarang Galla

Lombo‟sebagai Kepala Desa Tana Toa.

3. Galla‟Anjuru: tugasnya adalah mengurus permasalahan nelayan. Dalam

peta bahwa secara keseluruhan Tanah adat Kajang berdekatan dengan laut,

meskipun banyak yang tergeser oleh orang yang tidak bertanggung jawab

atas persoalan tanah.

4. Galla‟ Kajang: bertugas mendampingi Galla Pantama dalam

mengendalikan pemerintahan adat serta pesta adat.

5. Galla‟ Puto: adalah mentri penerangan, tugasnya sebagai juru bicara

Ammatoa.

Adat Limayya pada mulanya dijabat oleh Putra-Putri Ammatoa pertama.

Setelah itu jabatan tersebut dipegang oleh keturunan mereka berdasarkan

petunjuk pasang. Sedangkan Karaeng Tallua salah satu perangkat adat dalam

struktur pemerintahan adat Ammatoa, memiliki tiga personel yaitu: Karaeng

Kajang, Karaeng Nilau , dan Karaeng Tambangan. Tugas yang dipercayakan

oleh Karaeng Tallua itu mendampingi Galla Pantama pada setiap

berkelangsungannya pesta upacara adat.

Ada beberapa jenis pappasang Ammatoa:

1) Perkawinan (pabbuntingan)

Page 56: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

44

Didalam kawasan adat Ammatoa ini tidak boleh memakai dekor, foto dan

pengantin tidak boleh menggunakan aksesoris apapun yang bisa

digunakan oleh pengantin tersebut adalah sarung hitam dan baju kai‟

( baju pokko)

2) Kematian

Apabila ada orang meninggal harus diadakan abbasing dan kelong

basing. Basing ini dilakukan pada saat sementara meninggal dan diambil

harinya dan dihitung dengan angka ganjil selama 3 bulan dan keluarga

yang meniggal harus memakai sarung dan setiap harinya melakukan

abbohong (bagi perempuan) dan laki-lakinya mengenakan passapu

3) Andingingi

Andingingi ini dilakukan di tengah hutan dilakukan satu kali dalam

setahun. Mereka yang datang harus memakai baju hitam dan memakai

sarung dan tidak boleh menggunakan aksesoris apapun itu dan tidak

boleh meneban pohon. Jika ada yang melanggar maka siap untuk

dikenakan sanksi

4) Akkattere

Akkattere ini dilakukan pada orang yang mampu saja

Dalam kehidupan masyarakat adat Ammatoa dilakukan pula upaya

pengendalian yakni terdapat hukum adat yakni berupa sanksi dan proses

pengadilan yang unik adalah :

1. Hukum Adat

Page 57: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

45

Setiap pelanggaran yang dilakukan dalam kawasan adat Ammatoa akan

mendapatkan sanksi berupa hukum adat.

a. Hukuman paling ringan atau disebut juga cappa ba‟bala adalah keharusan

membayar denda sebesar Rp 6.000.000

b. Satu tingkat diatasnya adalah tangnga ba‟bala dengan denda sebesar Rp

8.000.000

c. Denda paling tinggi adalah poko ba‟bala dengan denda 12.000.000

Ada dua bentuk hukuman lain di atas hukuman denda yaitu:

a. Tunu panroli, caranya masyarakat adat berkumpul dan harus memegang

linggis (tunu panroli) yang membara setelah dibakar. Bagi orang yang

tidak bersalah maka mereka tidak merasakan panas dari linggis yang

dibakar tersebut, sementara untuk orang yang bersalah akan merasakan

panas dari linggis tersebut.

b. Tunu Passau, jika tersangka lari dari hukuman dengan meninggalkan

Kawasan adat Ammatoa maka pemangku adat akan menggunakan

Tunu Passau caranya Ammatoa akan membakar kemenyang dan

membaca mantra yang dikirimkan kepada pelaku agar jatuh sakit atau

meninggal secara tidak wajar.

Adanya hukum adat dan pemimpin yang sangat tegas dalam

menegakkan hukum membuat masyarakat kawasan adat Ammatoa Kajang

sangat tertib dan mematuhi segala peraturan dan hukum adat sejak dipilih

sebagai pemimpin adat.

a. Ekonomi

Page 58: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

46

Interpretasi kesederhanaan dapat dilihat dari upaya menciptakan

masyarakat yang kuat dan tahan terhadap intervensi ataupun modernisasi

yang terus berkembang sehingga mereka tetap mengandalkan perangkat

tradisional dalam mengelola sumber daya alam mereka agar dapat

bertahan hidup. Masyarakat Kawasan adat Ammatoa menganut sistem

perekonomian tradisional dimana masyarakat memusatkan kegiatan

ekonominya hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan pribadinya karena

mereka selalu bersyukur dan merasa cukup dengan apa yang mereka

miliki.

b. Pertanian dan perkebunan

Kegiatan pertanian dan perkebunan dalam kawasan adat Ammatoa

memperlihatkan tentang alam agar hasil produksi baik dan alam tetap

terjaga. Dalam pemanfaatan lahan untuk pertanian juga diatur dalam

pasang yang berbunyi “punna donor koko, punna lappara galung” artinya

jika lahan berbukit cocok untuk kebun, jikia lahannya dasar cocok untuk

sawah.

c. Beternak

Kegiatan beternak dalam kawasan adat Ammatoa Kajang seperti

beternak ayam, sapi, kuda dan kerbau. Ternak tersebut dibuatkan kandang

dan diberi makan agar tidak keluar dan dikhawatirkan dapat merusak

tanaman atau hutan atau pemilik dapat membawa ternaknya mencari

makan namun harus dijaga. Ternak selain di komsumsi juga digunakan

untuk membantu aktivitas masyarakat adat Ammatoa. Sapi dan kerbau

Page 59: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

47

digunakan dalam kegiatan membajak sawah yang masih bersifat

tradisional sedangkan kuda merupakan alat transportasi masyarakat adat.

d. Menenun

Sistem ekonomi tradisional berpengaruh terhadap niat yang

digunakan dalam kegiatan ekonomi yang juga bersifat tradisional seperti

alat penenun sarung hitam yang masih menggunakan alat tenung bukan

mesin (ATBM) yang dilakukan oleh kaum wanita yang dilakukan dikolom

rumah. sarung hitam atau tope le‟leng merupakan ikon dari masyarakat

adat Ammatoa Kajang yang khas. Kain hitam tersebut berasal dari benang

putih yang diwarnai dengan daun tarung yakni sejenis tumbuhan yang

menghasilkan warna hitam selama beberapa bulan daun tarung kemudian

direndam beberapa hari dalam wadah.

Pasang tidak mengatur secara khusus mengenai penolakan

terhadap modernisasi kecuali untuk aspal. Namun segala bentuk

modernisasi yang dianggap merusak atau mengganggu dalam kawasan

adat tidak di perbolehkan misalnya dalam penggunaan senso (mesin

pemotong kayu) tidak diperbolehkan masuk dalam kawasan adat karena

menyebabkan kebisingan dan dapat memotong pohon lebih banyak

sementara dalam pasang yang berbunyi “punna nitabbangngi kajua,

nipapprangngangi angngurangi bosi appatanre tumbusu napau

turiolowa” artinya jika kayu ditebang akan mengurangi hujan,

mengganggu mata air. Hal tersebut menjadi dasar bagi masyarakat adat

menolak senso untuk mencegah eksploitasi berlebihan sehingga mereka

Page 60: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

48

memotong pohon secara tradisional (menggunakan parang) karena

prosesnya yang lama akan menjadi acuan untuk mengambil seperlunya

saja.

Dalam kawasan adat Ammatoa Kajang. Ammatoa sebagai kepala

suku merupakan pimpinan dalam kawasan adat atau disebut pemerintah

adat. Sementara keberadaan pemerintah diluar kawasan adat tetap diakui

keduanya memiliki peran masing-masing punna lanro tana lanibicara

jarunggi Ada‟a. banning panjai‟i pammarentayya, mingka punna

pammarentaang lani bicara (Atoran pammarentah), nakua jarunggi

pammarentaang, banning panjai‟i Ada‟a. Maksud dari pasang tersebut

adalah dalam kawasan adat masing-masing pemerintah memiliki peran.

Pemerintahan adat mengurus adat sedangkan pemerintah diluar kawasan

adat mengurusi pemerintahan seperti untuk pencatatan sipil dan pelestarian

kawasan adat dari luar. Tidak terdapat bangunan sekolah formal dalam

kawasan adat di karena peraturan adat yang melarang adanya modernisasi

sehingga dibangun SDN 351 Kawasan yang terletak di Dusun Sobbu tepat

didepan pintu gerbang Kawasan adat Ammatoa untuk anak-anak Kajang

Dalam yang seragam sekolahnya berbeda dengan seragam pada umunnya

yakni berwarna putih hitam sehingga untuk mengurangi angka buta huruf

dalam kawasan adat, Pemerintah membangun balla a‟baca (rumah

membaca) untuk masyarakat ada. Bentuk balla a‟baca berupa rumah

panggung yang didalamnya tidak terdapat kursi karna siswa akan duduk

bersila. Aturan adat tidak melarang masyarakat untuk mengenyam

Page 61: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

49

pendidikan namun mereka yang yang berpendidikan harus memanfaatkan

ilmunya dengan baik dan mampu memberikan kontribusi terhadap

pelestarian adat.

Tugas dan Fungsi Masing-Masing Pemangku Adat Ammatoa

Ada‟ 5 Ri Tanah Kekea

1. Galla Pantama

2. Galla Kajang

3. Galla Lombo‟

4. Galla Puto

5. Galla Malleleng

Karaeng 3

1. Ana‟ Karaeng(Moncong Buloa)

2. Sulehatan

3. La‟biria

Ada‟ 7 Ri Tanah Lohea

1. Galla Anjuru

2. Galla Bantalang

3. Galla Sapa

4. Galla Sangkala

5. Galla Ganta

6. Tutoa Sangkala

7. Tutoa Ganta

Pemahaman Pasang Tentang Kehidupan

Page 62: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

50

a. Hubungan pemahaman Adat Dengan Manusia

b. Hubungan pemahaman Adat Dengan Alam

c. Hubungan pemahaman Adat Dengan Agama

Pemahaman Pasang Tentang Kematian

a. Hubungan pemahaman Adat Dengan Manusia

b. Hubungan pemahaman Adat Dengan Alam

c. Hubungan pemahaman Adat Dengan Agama

Keunikan Dan Keperibadian Masyarakat Adat Amma Toa Kajang Hidup

Sederhana

a. Berpakaian Hitam

b. Rumah Seragam

c. Tidak Pakai Sandal

Bentuk Ritual Yang Dilakukan Ammatoa Secara Umum Serta Maksud

Dan Tujuannya

1. Pa‟nganro

2. Andingingi

3. Appasono‟

4. Attunu Passau

5. Attunu Panroli

Batas wilaya kawasan adat Ammatoa

1. Sirangka‟na alam si ahona butta

2. Tanuntung, tammatto, buatana, sangkala lombo‟, sape, solo‟, kaili,

salaparang

Page 63: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

51

3. Limba, doro, tuli,sangkala

Bentuk Dan Warna Pakaian

a. Sarun Hitam

b. Passapu

c. Baju Hitam

d. Celana Putih/Hitam

Bentuk Rumah Dan Makna

1. Model

Model dan keadaan rumah Masyarakat adat Ammatoa berbentuk

seragam seragam yang memiliki 3 bagian;

a. Ruang Tamu berada pada bagian depan sekaligus tempat Dapur dan

tempat cuci kaki.

b. Ruang keluarga berada pada bagian tengah

c. Ruang belakan agak tinggi sekitar 30 cm dari bagian depan dan

tengah sebagai tempat (Kamar Tidur) bagi Anak Perempuan (Dara)

2. Atap

Atap rumah komunitas masyarakat adat semua terbuat dari daun

Pohon Sagu (Kaluku Lohe)

3. Tiang

Jumlah tiang rumah-rumah Komunitas adat sebanyak 16 Btg dan di tanam

masuk kedalam tanah sekitar 1mtr karena tanah tidak boleh terpisah dari

kehidupan manusia.

Page 64: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

52

Bentuk Kegiatan Pribadi Masyarakat Adat

a. Pakkatterang Pesta Pakkatterang ini dilakukan bagi orang yang

mampu saja semacam orang naik Haji

b. Taro Bogoro

c. Kalomba

d. Pa‟buntingan

e. Dampo‟

f. Lajo-Lajo (Acara Kematian)

Bentuk Seni Dan Hiburan Masyarakat Adat

a. Kelong Jaga

b. Kelong Osong

c. Pa‟bitte Passapu

d. Pangngaru

e. Pa‟basing

Jenis Hutan Adat

a. Borong Karrasa (Hutan Keramat) Hutan adat yang tidak boleh

diganggu sedikitpun juga.

b. Borong Battasaya (Hutan Penyangga) Hutan adat yang digunakan

kepada Masayarakat Adat yang terkena Bencana atau musibah atas

persetujuan Ammatoa dan Pemangku adat.

Page 65: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

53

c. Borong Rajja‟(Hutan Rakyat) hutan yang di tanam di atas kebun

masayarakat sendiri dan dimiliki oleh masyarakat adat masing-

masing

Mata Pencaharian Masyarakat Adat

1. Pertanian

2. Peternakan

3. Pengrajin

Struktur pemerintahan Ammatoa

a. Ammatoa : pemimpin yang tertinggi dalam masyarakat adat kajang

b. Galla puto : Juru bicara ammatoa

c. Galla pantama : kepala pemerintahan dalam struktural pemerintahan

adat

d. Galla Kajang: Bertugas mendampingi galla pantama dalam

mengendalikan pemerintahan adat serta pesta adat

e. Galla Lombo‟:Bertugas mengurusi daerah-daerah kawasan ammatoa

f. Galla Anjuru: Mengurus permasalahan Nelayan

g. Galla Bantalang : Membantu ammatoa untuk menjalankan tugas-

tugas dalam wilayahnya masing-masing

h. Galla Sapa: Membantu ammatoa untuk menjalankan tugas-tugas

dalam wilayahnya masing-masing

i. Galla Sangkala : Accidong adat

j. Galla Ganta : Accidong adat

k. Tutoa sangkala : Accidong adat

Page 66: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

54

l. Tutoa ganta : Accidong adat

B. Hasil Penelitian

1. Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi yang berlangsung

dengan tatap muka antar dua orang atau lebih secara verbal atau non verbal.

Bisa secara direncakan bisa juga dengan secara ototidak atau biasa kita

kenal secara dadakan. Gunanya teori komunikasi antar pribadi diantaranya

yaitu komunikasi untuk saling berbagi informasi atau komunikasi yang

didasari atas perasaan dari tiap-tiap individu keindividu lain atau dari tiap

kelompok ke kelompok lain.

Adapun teori-teori yang termasuk dalam teori komunikasi antar

pribadi yaitu:

a. Aprehensi komunikasi

Aprehensi komunikasi adalah salah satu kondisi kognitif, kondisi

dimana seseorang mengetahui dengan sadar bahwa dirinya memiliki rasa

khawatir dan ketakutan selama terjadinya komunikasi sehingga

menjadikan ia orang yang mati rasa karena tidak memiliki pikiran dan

perasaan apapun bahkan hingga tidak memahami sebab akibat social.

Komunikasi Aprehensi merupakan kondisi fakta seseorang yang

mengetahui bahwa dirinya saat berkomunikasi dengan orang lain. Melalui

proses komunikasi antara pribadi, seseorang dapat mengetahui sikap dan

juga sifat dirinya sendiri yang tidak diketahui ketika tidak berinteraksi

dengan orang lain.

Page 67: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

55

Berikut hasil wawancara penulis dengan Kepala Desa Tanah Towa

mengenai Aprehensi komunikasi:

“ Saya berharap masyarakat memahami adat istiadat atau

pappasang nenek moyang sampai saat ini, masyarakat Tanah Toa

harus mengetahui sanksi-sanksi yang dikeluarkan oleh Ammatoa

dengan melakukan komunikasi dengan pemerintah setempat”.

(hasil wawancara informan AS 25 oktober 2020).

Berdasarkan wawancara dari informan diatas dalam hal Aprehensi

komunikasi dapat dipahami bahwa saling mengingatkan satu sama lain

agar pasang nenek moyang tetap terjaga dengan baik. Selanjutnya

wawancara penulis dengan warga masyarakat Desa Tanah Towa,

mengenai Aprehensi komunikasi:

“iya sering dikunjungi oleh beberapa artis dan mereka juga

menggunakan pakaian yang berwarna hitam dan tidak

menggunakan sandal, dengan itu komunikasi masyarakat dan orang

yang datang ke kajang terjaga dengan baik karna kami paham adat

istiadat disini” (hasil wawancara UD 29 Oktober 2020).

Berdasarkan wawancara dari informan UD dalam hal Aprehensi

komunikasi ini dapat dipahami bahwa dalam menghargai pappasang,

setiap orang yang masuk kawasan tanah toa wajib mengikuti aturan adat

yang berlaku maka sebagai masyarakat kajang dalam (Ammatoa)

diwajibkan bersama-sama membangun adat istiadat karena pemahaman

adat istiadat yang dimiliki masyarakat. Lanjut hasil wawancara penulis

dengan Kepala Desa Kajang luar mengenai Aprehensi komunikasi:

“ kehidupan masyarakat Desa Tanah Towa khususunya di dalam

kawasan Ammatoa bisa dibilang tak tersentuh oleh modernisasi, tak

akan ditemui benda elektronik, telepon selular dan listrik. Bahkan

mobil dan motor pun tak dapat masuk dikawasan Ammatoa

masyarakat desa yang akses jalannya masih didominasi bebatuan.

Pendopo di gerbang masuk Ammatoa seakan menjadi pembatas

kehidupan modern dan kehidupan adat khas suku kajang”

(Wawancara AH 5 November 2020).

Page 68: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

56

Berdasarkan hasil wawancara dari informan diatas mengenai

Aprehensi komunikasi dapat dipahami bahwa masyarakat Ammatoa

belum tersentuh oleh modernisasi, hidup dengan kesederhanaannya yang

berbeda dengan desa-desa lainnya tetapi mereka tidak pernah ada niat

untuk pindah dari desa tersebut dkarenakan ada hal yang dipegang teguh

oleh masyarakat Ammatoa. Selanjutnya wawancara penulis dengan

warga masyarakat desa Tanah Towa

“ Kalau Hp ada beberapa masyarakat yang punya, tapi tidak dipake

kalau di Kawasan Adat. Orang yang punya Hp masih tetap

mematuhi aturan adat di kawasan, kalau mau masuk ke kwasan Hp

nya di titip sama keluarga yang tinggal diluar. Dan kalau dibawah

masuk Hpnya dimatikan dan baru dinyalakan lagi kalau lagi ada

aktivitas diluar kawasan adat Ammatoa”(wawancara 10 November

2020).

Berdasarkan wawancara informan diatas dapat dipahami bahwa

masyarakat di kawasan adat Ammatoa berusaha untuk tetap menjaga dan

melestarikan warisan leluhur mereka dengan adat istiadatnya serta tetap

berpegang teguh pada pasang yang merupakan pedoman hidup mereka,

salah satunya adalah dengan tidak menggunakan alat komunikasi dalam

bentuk apapun, baik yang sederhana maupun yang modern.

Kemudian kesimpulan secara keseluruhan berkaitan dengan

indikator Aprehensi komunikasi bahwa saling mengingatkan satu sama

lain agar pasang nenek moyang tetap terjaga dengan baik. Dalam

menghargai pappasang, setiap orang yang masuk kawasan tanah toa

wajib mengikuti aturan adat yang berlaku maka sebagai masyarakat

kajang dalam (Ammatoa) diwajibkan bersama-sama membangun adat

istiadat karena pemahaman adat istiadat yang dimiliki masyarakat.

Page 69: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

57

Masyarakat Ammatoa belum tersentuh oleh modernisasi, hidup dengan

kesederhanaannya yang berbeda dengan desa-desa lainnya tetapi mereka

tidak pernah ada niat untuk pindah dari desa tersebut dkarenakan ada hal

yang dipegang teguh oleh masyarakat Ammatoa. Masyarakat di kawasan

adat Ammatoa berusaha untuk tetap menjaga dan melestarikan warisan

leluhur mereka dengan adat istiadatnya serta tetap berpegang teguh pada

pasang yang merupakan pedoman hidup mereka, salah satunya adalah

dengan tidak menggunakan alat komunikasi dalam bentuk apapun, baik

yang sederhana maupun yang modern.

b. Self- Disclosure

Self disclosure adalah bagian dari kajian komunikasi perspektif

internasional. Fokus utama dalam tindak komunikasi adalah aspek

interaksi yang melibatkan indicator sebagai individu sosial, ini digunakan

juga untuk mengembangkan potensi kemanusiaan melalui interaksi

sosial, kemudian pada self disclosure komunikasi yang terjadi ketika

individu berani membuka diri dan menyatakan informasi tentang dirinya.

Informasi yang diungkapkan adalah informasi mendalam. Self-Disclosure

(model pengungkapan diri) merupakan proses mengungkapkan informasi

pribadi kita pada orang lain ataupun sebaliknya, dalam hal ini

menjelaskan diri kita kepada orang lain yang bersifat pribadi.

Berikut hasil wawancara penulis dengan Kepala Desa Tanah Towa

mengenai Self disclosure:

“Saya selama menjadi kepala desa disini dek setiap mau

berkomunikasi dengan masyarakat kajang dalam harus didampingi

Page 70: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

58

oleh tokoh adat karena tidak sembarang yang bisa berkomunikasi

dengan masyarakat kajang dalam, biasa saya ketemu untuk

berinteraksi langsung mengenai kondisi masyarakat kajang dalam

makanya itu diskusi kami jarang terjadi karena tidak bisa setiap

hari kesana apa lagi setiap ada pelanggaran harus diskusi lagi

pemberian sanksi”. (hasil wawancara informan AS 25 oktober

2020).

Berdasarkan wawancara dari informan diatas dalam hal Self

disclosure dapat dipahami bahwa komunikasi tatap muka antara

pemerintah desa dengan Ammatoa jarang terjadi, diskusi sanksi

pelanggaran ketika ada masyarakat yang melanggar jarang terjadi

sehingga keputusan sepihak di lakukan oleh Ammatoa. Selanjutnya

wawancara penulis dengan warga masyarakat Desa Tanah Towa,

mengenai Self disclosure:

“kita disini samaji sama dengan masyarakat umumnya, kalau

ketemu dijalan saling menyapa, kalau menghadiri acara adat

dikawasan juga begitu, kalau ada Ammatoa kita juga cerita cerita,

tapi kalau cerita yang penting kadang juga ada tempat dan

waktunya jadi tidak sembarang.” (hasil wawancara UD 29 Oktober

2020).

Berdasarkan wawancara dari informan diatas dalam hal Self

disclosure dapat dipahami bahwa komunikasi yang dilakukan

masyarakat dengan Ammatoa seperti umumnya akan tetapi terkait

sanksi pelanggaran ada tempat dan waktu tertentu untuk di diskusikan.

Lanjut hasil wawancara mengenai Self disclosure penulis dengan AH

selaku Kepala Desa Kajang luar:

“Kita dikawasan ada ini semuanya sama terlepas dari jabatan yang

kita peroleh. Jadi tidak ada batasan, asal tetapki bisa jaga sikap

kalau bicara sama orang yang tinggi posisinya, saling menghormati

dan menghargai sesama” (Wawancara 5 November 2020).

Berdasarkan wawancara dari informan diatas mengenai Self

disclosure dapat dipahami bahwa masyarakat setiap orang semuanya

Page 71: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

59

sama jadi sanksi yang diberlakukan juga sama akan tetapi tetap

menghargai dan menghormati orang yang mempunyai jabatan.

Selanjutnya wawancara penulis dengan warga masyarakat desa Tanah

Towa mengenai Self disclosure :

“ kalau ada tamu dari luar mau masuk mengetahui adat istiadat di

kawasan ini, harus kesini dulu (rumah Galla Lombo) baru bisa masuk

”(wawancara UP 10 November 2020).

Berdasarkan wawancara informan diatas dapat dipahami bahwa

bahwa ketika masyarakat luar ataupun tamu yang datang harus melapor

terlebih dahulu di Rumah Galla Lombo agar mengetahui adat istiadat dan

diharap tidak melanggar adat istiadat didaerah Kajang.

Kemudian kesimpulan secara keseluruhan berkaitan dengan

indicator Self disclosure bahwa komunikasi tatap muka antara

pemerintah desa dengan Ammatoa jarang terjadi, diskusi sanksi

pelanggaran ketika ada masyarakat yang melanggar jarang terjadi

sehingga keputusan sepihak di lakukan oleh Ammatoa. Komunikasi yang

dilakukan masyarakat dengan Ammatoa seperti umumnya akan tetapi

terkait sanksi pelanggaran ada tempat dan waktu tertentu untuk di

diskusikan. Masyarakat setiap orang semuanya sama jadi sanksi yang

diberlakukan juga sama akan tetapi tetap menghargai dan menghormati

orang yang mempunyai jabatan. Ketika masyarakat luar ataupun tamu

yang datang harus melapor terlebih dahulu di Rumah Galla Lombo agar

mengetahui adat istiadat dan diharap tidak melanggar adat istiadat

didaerah Kajang.

Page 72: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

60

c. Penilaian sosial

Orang biasa melakukan dua hal dalam menerima pesan, yakni

mengontraskan dan mengasimilasikan. Kontras adalah distorsi

perspektual yang mengantarkan pada palarisasi ide. Sebagai contoh

mengontraskan pandangan kopi itu bermanfaat bagi kesehatan juga kopi

itu merugikan kesehatan, Sedangkan similasi menunjukkan kekeliruan

dalam melakukan penilaian yang bertentangan. Penilaian sosial

menyatakan makin besar perbedaan antara pendapat pembicara dan

pandangan pendengarnya maka maka akan makin besar juga perubahan

sikapnya, sejauh pesan tersebut berada dalam wilayah penerimanya.

Berikut hasil wawancara penulis dengan AS selaku Kepala Desa

Tanah Towa mengenai Penilaian sosial :

“ Tidak ada alat komunkasi yang digunakan, disini komunikasi dari

mulut ke mulut, musyawarah dan gotong royong, jangankan alat

komunikasi, listrik saja disini tidak dipasang di kawasan ada, kita

mau perbaiki jalan juga tidak bisa oleh Ammatoa (pemimpin adat)

dikarenakan masih teguhnya adat lelulur”. (hasil wawancara

informan SL 25 oktober 2020).

Berdasarkan hasil wawancara dari informan diatas dalam indikator

Penilaian sosial dapat dipahami bahwa komunikasi yang dilakukan yakni

dari mulut ke mulut sehingga tidak ada alat komunikasi yang digunakan.

Keputusan pembangunan desa seperti perbaikan jalan masih saja dilarang

oleh Ammatoa dikarenakan menghilangkan adat leluhur sehingga peran

pemerintah desa belum sepenuhnya didapatkan. Selanjutnya hasil

wawancara penulis dengan warga masyarakat Desa Tanah Towa,

mengenai Penilaian sosial :

Page 73: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

61

“Menurut saya ini hal yang positif untuk masyarakat dikawasan

adat, kalau komukasi lewat mulut ke mulut, musyawarah dan

gotong royong masyarakat saling ketemu jadi bisa memperkuat

persaudaraan tanpa ada masuknya budaya luar sesuai dengan

passang bahwa kita harus menjaga adat istiadat disini.” (hasil

wawancara UD 29 Oktober 2020).

Bedasarkan hasil wawancara dari informan diatas dalam hal Penilaian

sosial dapat dipahami bahwa komunikasi dengan cara mulut ke mulut

adalah hal positif dikawasan adat, nasyarakat akan selalu berdiskusi

untuk memperkuat persaudaraan tanpa masuknya budaya luar sehingga

tetap menjaga adat istiadat yang ada. Lanjut hasil wawancara penulis

dengan AH selaku Kepala Desa Kajang luar mengenai Penilaian sosial :

“ disini kalau mau masuk kawasan adat tidak boleh bawa alat

komunikasi karna itu dilarang ,jadi kalau mau masuk disini simpan

alat komunikasi dulu baru bisa masuk supaya menghargai adat

disini” (Wawancara 5 November 2020).

Berdasarkan wawancara dari informan diatas mengenai Penilaian

social dapat dipahami bahwa dalam kawasan adat tidak diperbolehkan

menggunakan alat komunikasi yang ada, jadi ketika didalam kawasan

alat komunikasi harus disimpan untuk menghargai adat dikawasan

tersebut. Selanjutnya wawancara penulis dengan informan warga

masyarakat desa Tanah Towa Penilaian sosial :

“kita ini kan berada di wilayah dengan warisan leluhur yang akan

selalu dijaga dan dilestarikan dengan adat istiadat yang telah turun

temuru, kalau masyarakat disini mengunakan alat komunikasi

seperti masyarakat diluar sana, itu berarti telah menyimpang dari

ajaran leluhur dan melanggar isi pasang yang mengajarkan kita

untuk selalu hidup sederhana”(wawancara UP10 November 2020).

Berdasarkan wawancara informan diatas mengenai Penilaian sosial

dapat dipahami bahwa kajang merupakan wilayah dengan warisan

leluhur yang selalu dijaga oleh masyarakat ataupun pemerintah setempat,

Page 74: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

62

sehingga larangan penggunaan alat komunikasi masih berl;aku dan

disetujui oleh pemerintah desa setempat.

Kemudian kesimpulan keseluruhan dari informan diatas terkait

Penilaian sosial bahwa kajang merupakan wilayah dengan warisan

leluhur yang selalu dijaga oleh masyarakat ataupun pemerintah setempat,

sehingga larangan penggunaan alat komunikasi masih berl;aku dan

disetujui oleh pemerintah desa setempat. Komunikasi yang dilakukan

yakni dari mulut ke mulut sehingga tidak ada alat komunikasi yang

digunakan. Keputusan pembangunan desa seperti perbaikan jalan masih

saja dilarang oleh Ammatoa dikarenakan menghilangkan adat leluhur

sehingga peran pemerintah desa belum sepenuhnya didapatkan, dalam

kawasan adat tidak diperbolehkan menggunakan alat komunikasi yang

ada, jadi ketika didalam kawasan alat komunikasi harus disimpan untuk

menghargai adat dikawasan tersebut. Komunikasi dengan cara mulut ke

mulut adalah hal positif dikawasan adat, nasyarakat akan selalu

berdiskusi untuk memperkuat persaudaraan tanpa masuknya budaya luar

sehingga tetap menjaga adat istiadat yang ada.

d. Penetrasi sosial

yang menyatakan kedekatan antar pribadi itu berlangsung secara

bertahap kemudian dilakukan berurutan dimulai dari tahap biasa hingga

tahap intim. Penetrasi sosial menjelaskan bagaimana kedekatan

hubungan itu berkembang, gagal untuk berkembang ataupun berhenti.

Page 75: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

63

Seperti halnya bawang merah kita menguliti dari ljuar hingga

kedalamnya.

Berikut hasil wawancara penulis dengan AS selaku Kepala Desa

Tanah Towa mengenai Penetrasi sosial :

“ kalau komunikasi tuhan itu, selain melaksanakan shalat dan

ibadah yang juga dilakukan oleh masyarakat lain diluar sana, kita

disini mengadakan ritual adat yang dipimpin oleh Ammatoa

diwaktu-waktu tertentu”. (hasil wawancara informan AS 25

oktober 2020).

Berdasarkan hasil wawancara dari informan diatas dalam hal

Penetrasi social dapat dipahami bahwa masyarakat masih kental akan

ritual adat yang dipimpin oleh Ammatoa diwaktu tertentu yang dianggap

sebagai jalur komunikasi dengan Tuhan. Selanjutnya hasil wawancara

penulis dengan warga masyarakat Desa Tanah Towa, mengenai

Penetrasi sosial :

“ kita disini mengadakan ritual adat sebagai bentuk komunikasi kita

dengan tuhan, ritual adatnya macam-macam, ritual yang dilakukan

sebagai acara tuntutan dan selamatan hajat terhadap keberadaan

dunia akhirat..” (hasil wawancara UD 29 Oktober 2020).

Berdasarkan hasil wawancara informan diatas dalam hal Penilaian

sosial dapat dipahami bahwa dalam pengadaan ritual adat sebagai bentuk

komunikasi dengan tuhan dilakukan dengan macam-macam ritual

sebagai acara tuntutan dan selamatan hajat terhadap keberadaan dunia

akhirat. Lanjut hasil wawancara penulis dengan AH Selaku Kepala desa

Kajang luar mengenai Penetrasi sosial :

“ kalau ada masyarakat yang mengadakan acara seperti perkawinan

atau sunatan, orang itu datang ke rumah Amma dan pemangku adat

untuk dipanggil sebagai tamu kehormatan” (Wawancara AH 5

November 2020).

Page 76: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

64

Berdasarkan wawancara dari informan diatas mengenai Penetrasi

sosial dapat dipahami bahwa ketika ada masyarakat yang melaksanakan

perkawinan maka masyarakat tersebut wajib datang kerumah Ammatoa

dan pemangku adat untuk dipoanggil sebagai tamu kehormatan.

Selanjutnya hasil wawancara penulis dengan informan warga masyarakat

desa Tanah Towa Penetrasi sosial :

“ kalau mau mengadakan ritual, kita kumpul dulu kemudian dibagi

tugasnya masing masing, apa –apa yang mau disiapkan setelah

semuanya tersedia kita berangkat sama-sama ke tempat

ritual”(wawancara UP 10 November 2020).

Berdasarkan hasil wawancara informan diatas mengenai penetrasi

sosial dapat dipahami bahwa ketika mengadakan ritual masyarakat

diharapkan untuk kumpul kemudian diberikan tugas masing-masing

sebelum berangkat ketempat ritual.

Kemudian kesimpulan secara keseluruhan dari informan diatas

terkait indikator Penetrasi Sosial bahwa masyarakat masih kental akan

ritual adat yang dipimpin oleh Ammatoa diwaktu tertentu yang dianggap

sebagai jalur komunikasi dengan Tuhan. Dalam pengadaan ritual adat

sebagai bentuk komunikasi dengan tuhan dilakukan dengan macam-

macam ritual sebagai acara tuntutan dan selamatan hajat terhadap

keberadaan dunia akhirat, ketika ada masyarakat yang melaksanakan

perkawinan maka masyarakat tersebut wajib datang kerumah Ammatoa

dan pemangku adat untuk dipoanggil sebagai tamu kehormatan. Ketika

mengadakan ritual masyarakat diharapkan untuk kumpul kemudian

diberikan tugas masing-masing sebelum berangkat ketempat ritual.

Page 77: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

65

2. Faktor Penghambat

Komunikasi adalah proses dimana pembicara memberikan

informasi secara sistematis dan memindahkan pengertian kepada orang-

orang didalam organisasi dan juga kepada orang-orang dan lembaga-

lembaga diluar organisasi namun masih terkait dengan organisasi tersebut.

Komunikasi organisasi yaitu bentuk pertukaran pesan antara unit-unit

komunikasi yang berada dalam organisasi tertentu. Dalam pelaksanaan

komunikasi antarpribadi, juga mempunyai hambatan-hambatan yaitu:

a. Labeling

Labeling yaitu terjadi apabila seseorang memberikan atribut mengenai sifat

tertentu pada orang lain dengan asumsi bahwa orang tersebut bertanggung jawab

atas atribut itu. Berikut hasil wawancara penulis dengan AS selaku Kepala

Desa Tanah Towa mengenai Labeling :

“kami memberikan suatu kepercayaan kepada Ammatoa untuk

memerintah di daerah kajang tetapi segala kepercayaan itu biasanya

terlupakan bahwa ada pemetrintahan desa yang lebih berhak

memberi keputusan atas masyarakat”. (hasil wawancara informan

SL 25 oktober 2020).

Berdasarkan hasil wawancara dari informan diatas dalam indikator

Labeling dapat dipahami bahwa pemerintah desa setempat telah

memberikan kepercayaan kepada Ammatoa terhadap keputusan adat akan

tetapi Ammatoa sering kali melupakan pemerintah desa dalam

pengambilan keputusan. Lanjut hasil wawancara penulis dengan AH

selaku Kepala Desa Kajang luar mengenai Labeling :

“disini kami telah percaya kepada Ammatoa dalam upacara adat

ataupun keputusan adat akan tetapi keputusan sepihak yang telah

Page 78: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

66

terjadi beberapa kali sering saja melupakan pemerintahan desa”

(Wawancara 5 November 2020).

Berdasarkan wawancara dari informan diatas mengenai Labeling

dapat dipahami bahwa dalam pengambilan keputusan adat pemerintah

desa telah mempercayai Ammatoa akan tetapi sering saja keputusan

diluar adat diambil sepihak oleh Ammatoa sehingga melupakan

pemerintah desa.

Kemudian kesimpulan keseluruhan dari informan diatas terkait

Labeling bahwa pemerintah desa setempat telah memberikan

kepercayaan kepada Ammatoa terhadap keputusan adat akan tetapi

Ammatoa sering kali melupakan pemerintah desa dalam pengambilan

keputusan. Dalam pengambilan kepitusan adat pemerintah desa telah

mempercayai Ammatoa akan tetapi sering saja keputusan diluar adat

diambil sepihak oleh Ammatoa sehingga melupakan pemerintah desa.

b. Dichotomiying

Dichotomiying yaitu menduakan alternatif melakukan persepsi atau menilai

diri sendiri atau menilai orang lain. Misalnya: ada seorang guru yang mencintai

muridnya, maka akan terjadi dua alternatif. Jika muridnya kurang pintar, maka ia

akan serba salah, diberi nilai sesuai dengan pekerjaannya ataukah diberi nilai yang

besar. Jika dinilai dengan kecil, maka bagaimana hubungannya selanjutnya. Tapi

bila diberi nilai bagus, maka tidak sesuai dengan hasil yang dikerjakannya.

Berikut hasil wawancara penulis dengan AS selaku Kepala Desa

Tanah Towa mengenai Dichotomiying :

“setiap jalur komunikasi dilakukan bukan setiap kali karena selain

Ammatoa yang tidak dapat setiap hari ditemui kami juga punya

Page 79: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

67

banyak pekerjaan dikantor jadi komunikasi hanya dilakukan

biasanya sekali-kali saja”. (hasil wawancara informan SL 25

oktober 2020).

Berdasarkan hasil wawancara dari informan diatas dalam indikator

Dichotomiying dapat dipahami bahwa jalur komunikasi tidak setiap saat

dilakukan kana faktor kesibukan dikantor desa begitupun dengan

Ammatoa yang tidak dapat ditemui setiap saat sehingga keterbatasan

komunikasi tatap muka masih jarang terjadi. Lanjut hasil wawancara

penulis dengan AH selaku Kepala Desa Kajang luar mengenai Penilaian

sosial :

“ketika Ammatoa mengambil keputusan sepihak tanpa ada

komunikasi dengan kami pemerintah desa kami hanya menegur

secara baik-baik karena bagaimanapun Ammatoa adalah orang

yang di tuakan.” (Wawancara 5 November 2020).

Berdasarkan wawancara dari informan diatas mengenai Labeling

dapat dipahami bahwa ketika Ammatoa mengambil keputusan sepihak

pihak pemerintah desa menegur secara baik karena mengingat Ammatoa

adalah orang yang di tuakan.

Kemudian kesimpulan keseluruhan dari informan diatas terkait

Dichotomiying bahwa jalur komunikasi tidak setiap saat dilakukan kana

faktor kesibukan dikantor desa begitupun dengan Ammatoa yang tidak

dapat ditemui setiap saat sehingga keterbatasan komunikasi tatap muka

masih jarang terjadi, ketika Ammatoa mengambil keputusan sepihak

pihak pemerintah desa menegur secara baik karena mengingat Ammatoa

adalah orang yang di tuakan.

c. Assuming Inflexibelity

Assuming inflexibility yaitu menganggap seseorang tidak fleksibel atau

Page 80: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

68

kaku. Misalnya: orang lain selalu dianggap tidak fleksibel, kaku, dan lain-lain. Hal

ini akan menghambat dalam menjalin komunikasi.

Berikut hasil wawancara penulis dengan AS selaku Kepala Desa

Tanah Towa mengenai Assuming Inflexibelity :

“ketika pengambilan keputusan terhadap sanksi yang dilakukan

sepihak oleh Ammatoa katanya kami pemerintah desa belum paham

sepenuhnya atas apa itu sanksi yang telah dilanggar”. (hasil

wawancara informan SL 25 oktober 2020).

Berdasarkan hasil wawancara dari informan diatas dalam indikator

Assuming Inflexibelity dapat dipahami bahwa ketika Ammatoa melakukan

keputusan sepihak terkait keputusan pemberian sanksi karena Pemerintah

Desa kurang paham atas sanksi ataupun pelanggaran adat. Lanjut hasil

wawancara penulis dengan AH selaku Kepala Desa Kajang luar

mengenai Assuming Inflexibelity :

“kami pihak pemerintah desa masih selalu percaya atas Ammatoa

karena seperti kita ketahui dia pihak yang dituakan dan apa saja dia

ketahui.” (Wawancara 5 November 2020).

Berdasarkan wawancara dari informan diatas mengenai Assuming

Inflexibelity dapat dipahami bahwa Ammatoa selalu dipercaya pihak yang

dituakan oleh karena itu pihak Pemerintah Desa selalu masih percaya.

Kemudian kesimpulan keseluruhan dari informan diatas terkait

Assuming Inflexibelity bahwa ketika Ammatoa melakukan keputusan

sepihak terkait keputusan pemberian sanksi karena pemerintah desa

kurang paham atas sanksi ataupun pelanggaran adat, Ammatoa selalu

dipercaya pihak yang dituakan oleh karena itu pihak pemerintah desa

selalu masih percaya.

Page 81: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

69

C. Pembahasan

1. Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi yang berlangsung dengan

tatap muka antar dua orang atau lebih secara verbal atau non verbal. Bisa

secara direncakan bisa juga dengan secara ototidakatau biasa kita kenal secara

dadakan. Gunanya teori komunikasi antar pribadi diantaranya yaitu

komunikasi untuk saling berbagi informasi atau komunikasi yang didasari

atas perasaan dari tiap-tiap individu ke individu lain atau dari tiap kelompok

ke kelompok lain.

a. Aprehensi komunikasi

Komunikasi Aprehensi merupakan kondisi fakta seseorang yang

mengetahui bahwa dirinya saat berkomunikasi dengan orang lain. Melalui

proses komunikasi antara pribadi, seseorang dapat mengetahui sikap dan

juga sifat dirinya sendiri yang tidak diketahui ketika tidak berinteraksi

dengan orang lain.

Aprehensi komunikasi saling mengingatkan satu sama lain agar

pasang nenek moyang tetap terjaga dengan baik. Dalam menghargai

pappasang, setiap orang yang masuk kawasan tanah toa wajib mengikuti

aturan adat yang berlaku maka sebagai masyarakat kajang dalam

(Ammatoa) diwajibkan bersama-sama membangun adat istiadat karena

pemahaman adat istiadat yang dimiliki masyarakat. Masyarakat

Ammatoa belum tersentuh oleh modernisasi, hidup dengan

kesederhanaannya yang berbeda dengan desa-desa lainnya tetapi mereka

Page 82: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

70

tidak pernah ada niat untuk pindah dari desa tersebut dkarenakan ada hal

yang dipegang teguh oleh masyarakat Ammatoa. Masyarakat di kawasan

adat Ammatoa berusaha untuk tetap menjaga dan melestarikan warisan

leluhur mereka dengan adat istiadatnya serta tetap berpegang teguh pada

pasang yang merupakan pedoman hidup mereka, salah satunya adalah

dengan tidak menggunakan alat komunikasi dalam bentuk apapun, baik

yang sederhana maupun yang modern, hal tersebut sesuai dengan teori

yang dikatakan schramm (cangara,2012) tentang komunikasi antar

pribadi.

b. Self- Disclosure

Self disclosure adalah bagian dari kajian komunikasi perspektif

internasional. Fokus utama dalam tindak komunikasi adalah aspek

interaksi yang melibatkan indicator sebagai individu sosial, ini digunakan

juga untuk mengembangkan potensi kemanusiaan melalui interaksi

social.

Komunikasi tatap muka antara pemerintah desa dengan Ammatoa

jarang terjadi, diskusi sanksi pelanggaran ketika ada masyarakat yang

melanggar jarang terjadi sehingga keputusan sepihak di lakukan oleh

Ammatoa. Komunikasi yang dilakukan masyarakat dengan Ammatoa

seperti umumnya akan tetapi terkait sanksi pelanggaran ada tempat dan

waktu tertentu untuk di diskusikan. Masyarakat setiap orang semuanya

sama jadi sanksi yang diberlakukan juga sama akan tetapi tetap

menghargai dan menghormati orang yang mempunyai jabatan. Ketika

Page 83: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

71

masyarakat luar ataupun tamu yang datang harus melapor terlebih dahulu

di Rumah Galla Lombo agar mengetahui adat istiadat dan diharap tidak

melanggar adat istiadat didaerah kajang, yang sesuai denag teori

komunikasi antar pribadi oleh schramm (cangara,2012).

c. Penilaian sosial

Orang biasa melakukan dua hal dalam menerima pesan, yakni

mengontraskan dan mengasimilasikan. Kontras adalah distorsi

perspektual yang mengantarkan pada palarisasi ide.

Penilaian sosial, kajang merupakan wilayah dengan warisan

leluhur yang selalu dijaga oleh masyarakat ataupun pemerintah setempat,

sehingga larangan penggunaan alat komunikasi masih berl;aku dan

disetujui oleh pemerintah desa setempat. Komunikasi yang dilakukan

yakni dari mulut ke mulut sehingga tidak ada alat komunikasi yang

digunakan. Keputusan pembangunan desa seperti perbaikan jalan masih

saja dilarang oleh Ammatoa dikarenakan menghilangkan adat leluhur

sehingga peran pemerintah desa belum sepenuhnya didapatkan, dalam

kawasan adat tidak diperbolehkan menggunakan alat komunikasi yang

ada, jadi ketika didalam kawasan alat komunikasi harus disimpan untuk

menghargai adat dikawasan tersebut. Komunikasi dengan cara mulut ke

mulut adalah hal positif dikawasan adat, nasyarakat akan selalu

berdiskusi untuk memperkuat persaudaraan tanpa masuknya budaya luar

sehingga tetap menjaga adat istiadat yang ada, maka hal diatas sesuai

dengan teori oleh schramm (cangara,2012).

Page 84: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

72

d. Penetrasi sosial

Kedekatan antar pribadi itu berlangsung secara bertahap kemudian

dilakukan berurutan dimulai dari tahap biasa hingga tahap intim.

Penetrasi social menjelaskan bagaimana kedekatan hubungan itu

berkembang , gagal untuk berkembang ataupun berhenti. Seperti halnya

bawang merah kita menguliti dari ljuar hingga kedalamnya.

Penetrasi Sosial masyarakat masih kental akan ritual adat yang

dipimpin oleh Ammatoa diwaktu tertentu yang dianggap sebagai jalur

komunikasi dengan Tuhan. Dalam pengadaan ritual adat sebagai bentuk

komunikasi dengan tuhan dilakukan dengan macam-macam ritual

sebagai acara tuntutan dan selamatan hajat terhadap keberadaan dunia

akhirat, ketika ada masyarakat yang melaksanakan perkawinan maka

masyarakat tersebut wajib datang kerumah Ammatoa dan pemangku adat

untuk dipoanggil sebagai tamu kehormatan. Ketika mengadakan ritual

masyarakat diharapkan untuk kumpul kemudian diberikan tugas masing-

masing sebelum berangkat ketempat ritual, sesuai yang dijelaskan oleh

teori komunikasi antar pribadi oleh

schramm (cangara,2012).

2. Faktor Penghambat

Komunikasi adalah proses dimana pembicara memberikan

informasi secara sistematis dan memindahkan pengertian kepada orang-

orang didalam organisasi dan juga kepada orang-orang dan lembaga-

lembaga diluar organisasi namun masih terkait dengan organisasi tersebut.

Page 85: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

73

Dalam pelaksanaan komunikasi antarpribadi, juga mempunyai hambatan-hambatan

yaitu:

a. Labeling

Labeling yaitu terjadi apabila seseorang memberikan atribut mengenai sifat

tertentu pada orang lain dengan asumsi bahwa orang tersebut bertanggung jawab

atas atribut itu.

Pemerintah desa setempat telah memberikan kepercayaan kepada

Ammatoa terhadap keputusan adat akan tetapi Ammatoa sering kali

melupakan pemerintah desa dalam pengambilan keputusan. Dalam

pengambilan kepitusan adat pemerintah desa telah mempercayai

Ammatoa akan tetapi sering saja keputusan diluar adat diambil sepihak

oleh Ammatoa sehingga melupakan pemerintah desa, hal tersebut seperti

yang dikatakan RD Nye (2019)

b. Dichotomiying

Dichotomiying yaitu menduakan alternatif melakukan persepsi atau menilai

diri sendiri atau menilai orang lain.

Jalur komunikasi tidak setiap saat dilakukan kana faktor kesibukan

dikantor desa begitupun dengan Ammatoa yang tidak dapat ditemui

setiap saat sehingga keterbatasan komunikasi tatap muka masih jarang

terjadi, ketika Ammatoa mengambil keputusan sepihak pihak pemerintah

desa menegur secara baik karena mengingat Ammatoa adalah orang yang

di tuakan.

Page 86: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

74

c. Assuming Inflexibelity

Assuming inflexibility yaitu menganggap seseorang tidak fleksibel atau

kaku. Misalnya: orang lain selalu dianggap tidak fleksibel, kaku, dan lain-lain. Hal

ini akan menghambat dalam menjalin komunikasi.

Ketika Ammatoa melakukan keputusan sepihak terkait keputusan

pemberian sanksi karena pemerintah desa kurang paham atas sanksi

ataupun pelanggaran adat, Ammatoa selalu dipercaya pihak yang

dituakan oleh karena itu pihak pemerintah desa selalu masih percaya.

Page 87: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

75

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai komunikasi Ammatoa Dan

Pemerintah Desa dalam Pemberian Sanksi terhadap Pelanggaran

Pappasang di Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut:

a. komunikasi antar pribadi yaitu: (1)Aprehensi komunikasi bahwa

Masyarakat di kawasan adat Ammatoa berusaha untuk tetap menjaga dan

melestarikan warisan leluhur mereka dengan adat istiadatnya serta tetap

berpegang teguh pada pasang yang merupakan pedoman hidup mereka,

salah satunya adalah dengan tidak menggunakan alat komunikasi dalam

bentuk apapun, baik yang sederhana maupun yang modern. (2) Self

disclosure bahwa Ketika masyarakat luar ataupun tamu yang datang

harus melapor terlebih dahulu di Rumah Galla Lombo agar mengetahui

adat istiadat dan diharap tidak melanggar adat istiadat didaerah kajang.

(3) Penilaian sosial bahwa kajang merupakan wilayah dengan warisan

leluhur yang selalu dijaga oleh masyarakat ataupun pemerintah setempat,

sehingga larangan penggunaan alat komunikasi masih berlaku dan

disetujui oleh pemerintah desa setempat. Komunikasi dengan cara mulut

ke mulut adalah hal positif dikawasan adat, nasyarakat akan selalu

berdiskusi untuk memperkuat persaudaraan tanpa masuknya budaya luar

sehingga tetap menjaga adat istiadat yang ada. (4) Penetrasi Sosial bahwa

Page 88: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

76

Dalam pengadaan ritual adat sebagai bentuk komunikasi dengan tuhan

dilakukan dengan macam-macam ritual sebagai acara tuntutan dan

selamatan hajat terhadap keberadaan dunia akhirat, ketika ada

masyarakat yang melaksanakan perkawinan maka masyarakat tersebut

wajib datang kerumah Ammatoa dan pemangku adat untuk dipanggil

sebagai tamu kehormatan. Ketika mengadakan ritual masyarakat

diharapkan untuk kumpul kemudian diberikan tugas masing-masing

sebelum berangkat ketempat ritual.

b. Faktor penghambat komunikasi yaitu: (1) Labeling bahwa pemerintah

desa setempat telah memberikan kepercayaan kepada Ammatoa terhadap

keputusan adat akan tetapi Ammatoa sering kali melupakan pemerintah

desa dalam pengambilan keputusan. (2) Dichotomiying bahwa jalur

komunikasi tidak setiap saat dilakukan karena faktor kesibukan dikantor

desa begitupun dengan Ammatoa yang tidak dapat ditemui setiap saat

sehingga keterbatasan komunikasi tatap muka masih jarang terjadi, ketika

Ammatoa mengambil keputusan sepihak pihak pemerintah desa menegur

secara baik karena mengingat Ammatoa adalah orang yang di tuakan. (3)

Assuming Inflexibelity bahwa ketika Ammatoa melakukan keputusan

sepihak terkait keputusan pemberian sanksi karena pemerintah desa

kurang paham atas sanksi ataupun pelanggaran adat, Ammatoa selalu

dipercaya pihak yang dituakan oleh karena itu pihak pemerintah desa

selalu masih percaya.

Page 89: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

77

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan diatas, ada beberapa

saran penulis sebagai berikut:

1. Ammatoa dalam kapasitasnya sebagai pemimpin tertinggi komunitas

adat Kajang, dimana dalam melaksanakan tugasnya yang diamanahkan

oleh Tu Rie‟ Ara‟ na, dibantu oleh sejumlah perangkat adat agar

struktur kepemimpinan dan adat istiadat tetap eksis hingga saat ini.

maka diharapkan kepada pihak pemerintah tidak terlalu banyak

mengambil alih urusan dan kekuasaan adat, agar kepemimpinan

Ammatoa tetap mempunyai kewenangan/ kekuasaan untuk

menentukan dan memberikan sanksi kepada masyarakat.

2. Ammatoa selaku pemimpin adat di kawasan adat Ammatoa Kecamatan

Kajang Kabupaten Bulukumba dalam memutuskan sanksi hendaklah

berdasarkan pasang

Page 90: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

78

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah,Ahmad M,dkk.2014. „Ammatoa: Komunitas Tradisional Kajang di

Tengah Komunikasi dan informasi‟ jurnal Komunikasi KAREBA vol.3

No.2

Akhmad,A.K. 1991 komunikasi Ammatoa dikajang Bulukumba; suatu

peranKepercayaan dalam pelestarian Lingkungan Hidup. Makassar: FPS

Universitas Hasanuddin.

Asriani. Skripsi Perspektif Islam Terhadap Konsep Ajaran Patuntung di Kec.

Kajang Kab. Bulukumba.Unhas: 2012.

Akib Yusuf, Ammatoa Komunitas Berbaju Hitam, Makassar: Pustaka

Repleksi,2008

Eva Rahmayani,2017‟pola komunikasi di kawasan adat Ammatoa kajang‟ jurnal

komunikasi KAREBA vol.6No.2 juli-Desember 2017

Hafid Abdul, Ammatoa Dalam Kelembagaan Komunitas Adat Kajang , Makassar:

De La Macca, 2013

Hamzah, Aminah , Nilai-Nilai luhur Budaya spiritual Masyarakat Ammatoa

Kajang, ujung pandang: Kanwil Depdikbud Prov .Sul-Sel,1982.

Katu, Samiang . 2000, pasang ri kajang tentang Akomodasi islam dengan Budaya

Lokal diSulawesi Selatan, pusat pengkajian Islam & Masyarakat, Makassar.

Katu, Mas Alim.Tasawuf Kajang.Cet. I; Makassar: Pustaka Refleksi, 2005

Kearifan Manusia Kajang.Makassar, Pustaka Refleksi, 2008

Koentjaraningrat. Arti Antropologi Untuk Indonesia Masa ini.

Djakarta:LembagaIlmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), 1969. Pengantar

Antropologi, Jakarta: PD Aksara baru, 1972.

Lureng, Abd Gaffar.Pasang ri Kajang: Suatu Pendekatan Antropologi.

Makassar:Maulana Malik, 2013.

Mattualada 1964 Ammatoa:salah satu Manifestasi Kebudayaan di Indonesia.

Ujung Pandang:FS-Universitas Hasanuddin

Red Berry Uchy, Kajang Ammatoahttp://uchy-red blogspot.co id/2011/11 Kajang-

Ammatoa-desa-tanatoa- kecamatan html

Page 91: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

79

Sirajuddin, Munirah. Mencermati Makna Pasang ri Kajang Sulawesi Selatan.

Makassar:Citra Adi Bangsa, 2000.

Syaputra,Dedy,Skripsi. Sistem Pemerintahan Adat Suku Kajang Kab. Bulukumba

Sulawesi-Selatan Dalam Perspektif Fiqih Siyasah.Yogyakarta:Sunan

Kalijaga,2009.

Sukman 1993 Arsitektur Ammatoa Kajang di Sulawesi Selatan: Karakteristik dan

Beberapa Aspek Simbolik dalam perwujudan Rumah Tinggal. Tesis

Program Pascasarjana Yogyakarta: UniversitasGajah Mada.

Tika Zainuddin, dkk, Ammatoa, Makassar: Pustaka Repleksi,2008

Yusuf, Akib.Potret Manusia Kajang, Cet. 1; Makassar: Pustaka Refleksi,

2003..Ammatoa Komunitas Berbaju Hitam.Cet. II;Makassar: Pustaka

Refleksi,2008.

Page 92: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

LAMPIRAN

Gambar Struktur Organisasi

Gambar 1. Gerban Pintu Masuk Kawasan Adat Ammatoa

Page 93: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

Gambar 2. Tempat Istrahat Tamu Ammatoa

Gambar 3. Rumah salah satu Warga Desa Tanah Towa

Page 94: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

Wawancara dengan Kepala Desa Tanah Towa

Wawancara dengan Kepala Desa Tanah Towa

Page 95: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

Wawancara dengan masyarakat

Wawancara dengan Masyarakat Desa Tanah Towa

Page 96: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …
Page 97: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …
Page 98: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …
Page 99: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …
Page 100: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …
Page 101: SKRIPSI KOMUNIKASI AMMATOA DAN PEMERINTAH DESA …

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nisma, dilahirkan di Kecamatan Kajang Kabupaten

Bulukumba, Dusun Saukang, Desa Bonto Baji, pada

hari selasa 12 mei 1998. Anak pertama dari 4 bersaudara

pasangan Udding dan Sia. Penulis menyelesaikan

pendidikan di SD 311 Luraya Kecamatan Kajang pada

Tahun 2010, pada Tahun itu juga penulis melanjutkan

pendidikan ke jenjang selanjutnya di SMP 20

Bulukumba Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba dan tamat pada tahun

2013 kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMA 5 Bulukumba,

Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba dan selesai pada tahun 2016. Pada

tahun 2016 kemudian peneliti melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya

yaitu di perguruan Tinggi Universitas Muhammadiyah Makassar (UNISMUH)

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Pemerintahan. Pada tahun

2021 ininakan mengantarkan penulis meraih gelar Sarjana Strata (S1) dalam

karya ilmiah dengan judul “Komunikasi Ammatoa dengan Pemerintah Desa

dalam pemberian sanksi terhadap pelanggaran Pappasang di Kecamatan

Kajang, Kabupaten Bulukumba”.