SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI...

84
SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI MILITER YANG DIPIMPIN OLEH AMERIKA SERIKAT DI AFGHANISTAN MASA PEMERINTAHAN GEORGE W. BUSH Oleh : YEYEN MAGREYENI SINAPA 106083003762 HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2012

Transcript of SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI...

Page 1: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

SKRIPSI

KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI MILITER

YANG DIPIMPIN OLEH AMERIKA SERIKAT DI

AFGHANISTAN MASA PEMERINTAHAN GEORGE W. BUSH

Oleh :

YEYEN MAGREYENI SINAPA

106083003762

HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2012

Page 2: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI MILITER YANG DIPIMPIN

OLEH AMERIKA SERIKAT DI AFGHANISTAN MASA

PEMERINTAHAN GEORGE W. BUSH

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar

Sarjana Ilmu Sosial

Oleh: Yeyen Magreyeni Sinapa106083003762

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2012

Page 3: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI

MILITER YANG DIPIMPIN OLEH AMERIKA SERIKAT DI

AFGHANISTAN MASA PEMERINTAHAN GEORGE W. BUSH” telah

diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta pada 6 Maret 2012. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu

syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.sos) Program Strata 1 (S1) Jurusan

Hubungan Internasional.

Jakarta, 28 Maret 2012

Page 4: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

iv

ABSTRAK

Skripsi ini menganalisis keterlibatan NATO dalam invasi Amerika Serikat diAfghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian ini adalah untukmenganalisis keterlibatan NATO dalam operasi militer yang dipimpin oleh Amerikadi Afghanistan serta untuk mengetahui efektifitas peran NATO dalam operasi militeryang dipimpin oleh Amerika Serikat di Afghanistan. Penelitian ini dilakukan melaluistudi pustaka. Peneliti menemukan bahwa keterlibatan NATO di Afghanistan denganmelakukan operasi militer di berbagai daerah di Afghanistan belum menunjukankemampuan NATO untuk membantu Afghanistan menyelesaikan problematika yangterjadi di dalam negerinya. Ketidakefektifan tersebut disebabkan oleh banyak hal,salah satunya adalah belum berpengalamannya NATO dalam melakukan peranorganisasinya diluar kawasan Eropa. Akibatnya, kebijakan yang dikeluarkan belumsecara efektif menyentuh akar masalah yang ada di Afghanistan.

Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah organisasiinternasional. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan mendeskripsikanintervensi yang dilakukan oleh NATO di Afghanistan selama masa pemerintahanGeorge W. Bush.

Kata kunci: NATO, Afghanistan, invasi Amerika Serikat di Afghanistan

Page 5: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat, hidayah serta izin-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul “Keterlibatan NATO Dalam Operasi Militer yang Dipimpin Oleh

Amerika Serikat di Afghanistan Masa Pemerintahan George W. Bush."

Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah

mendorong dan membimbing penulis, baik tenaga, ide-ide, maupun pemikiran. Oleh

karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Bahtiar Effendy sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dina Afrianty, Ph.D., sebagai Ketua program studi Hubungan Internasional,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Agus Nilmada Azmi, S.Ag, MSi., sebagai Sekretaris program studi Hubungan

Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

4. Adian Firnas M.Si., sebagai Dosen Pembimbing Skripsi penulis. yang telah

memberikan arahan, saran, dan ilmunya hingga penulisan skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik.

Page 6: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

vi

5. Nazaruddin Nasution, SH, M.A., sebagai Dosen Pembimbing Akademik penulis.

6. Bapak/Ibu Dosen program studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan

Imu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah

mengajarkan berbagai ilmu dan telah membantu penulis dalam menyelesaikan

tugasnya sebagai mahasiwi.

7. Yang tercinta Kakek dan Nenek, Taharudin (alm) & Ratna beserta kedua orang tua

Ayahanda Al Fauzi Zans dan Ibunda Anita Warti yang telah memberikan

dorongan dan doa restu, baik moral maupun material selama penulis menuntut

ilmu.

8. Kakak-kakak dari penulis, Riza, Arny, Firman yang memberikan dukungan

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Sahabat-sahabat terbaik penulis; Maya Damayanti, Mawar Meirizka Ramdhani,

Nurhasanah, Siti Alfiyah, Siti Hasanawati, Tulus Mira Solikah . Terima kasih atas

persahabatan dan dukungan yang diberikan kepada penulis dalam proses

pembuatan skripsi ini .

10. Sahabat-sahabat seperjuangan penulis di HI; Rosy Kamalia, Lilis Widyasari, Iyul

Yanti, yang telah sama-sama berjuang, membantu dan memberikan berbagai

masukan dalam proses pembuatan skripsi ini.

Page 7: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

vii

11. Teman-teman Mahasiswa/Mahasiswi program studi Hubungan Internasional kelas

B dan A angkatan 2006 dan seluruh teman-teman Mahasiswa program studi

Hubungan Internasional.

12. Teman-teman KKN Garut/ Laskar Bintang 2009 terima kasih atas dukungan yang

telah diberikan selama proses pembuatan skripsi ini.

Semua pihak yang telah turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini namun

tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih. Semoga dengan segala bantuan

yang tidak ternilai harganya ini mendapat imbalan di sisi Allah SWT sebagai amal

ibadah, Amin. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis

harapkan demi perbaikan-perbaikan ke depan.

Jakarta, 19 Desember 2011

Yeyen Magreyeni Sinapa

Page 8: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

vii

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI................................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR..................................................................................................... v

DAFTAR ISI...............................................................................................................vii

DAFTAR SINGKATAN ............................................................................................ ix

BAB I PENDAHULUAN

1. LatarBelakang Masalah ................................................................................. 1

2. Pertanyaan Penelitian .................................................................................... 5

3. Tujuan Penelitian........................................................................................... 5

4. Tinjauan Pustaka............................................................................................ 5

5. Kerangka Pemikiran ...................................................................................... 8

5.1.Organisasi Internasional ..................................................................... 8

5.2.Keamanan Kolektif ........................................................................... 11

5.3.Aliansi ............................................................................................... 13

6. Metoda Penelitian ........................................................................................ 14

7. Sistematika Penulisan .................................................................................. 15

BAB II STRATEGI NATO PASCA PERANG DINGIN

1. Sejarah Terbentuknya NATO..................................................................... 18

2. Struktur Sipil dan Militer NATO

2.1. Struktur Sipil NATO ......................................................................... 22

2.2 Struktur Militer NATO...................................................................... 23

Page 9: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

viii

3. Konsep Strategi Keamanan NATO Masa Perang Dingin .......................... 28

4. Konsep Strategi Keamanan NATO Pasca Perang Dingin.................................... 30

BAB III KETERLIBATAN NATO DALAM INVASI AMERIKA SERIKAT DI

AFGHANISTAN MASA PEMERINTAHAN GEORGE W. BUSH

1. Kemitraan Startegis Amerika Serikat dan NATO............................ 36

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi keterlibatan NATO Dalam

Invasi Amerika Serikat di Afghanistan Masa Pemerintahan George

W. Bush............................................................................................. 40

Faktor internal

1. Artikel 5 North Atlantic Treaty................................................ 40

Faktor Eksternal

1. Ancaman Terorisme ................................................................. 43

2. Mandat Dewan Keamanan PBB............................................... 45

3. Pemerintahan Taliban............................................................... 47

3. Intervensi Militer NATO di Afghanistan.......................................... 50

4. Efektivitas Peran NATO Dalam Operasi Militer yang dipimpin Oleh

Amerika Serikat Di Afghanistan Masa Pemerintahn George W.

Bush .................................................................................................. 63

BAB IV KESIMPULAN

1. Kesimpulan ....................................................................................... 66

2. Saran.................................................................................................. 68

DaftarPustaka............................................................................................................... xiv

Page 10: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

ix

DAFTAR SINGKATAN

ARRC : Allied Command Europe Rapid Reaction Force

CJTF : Combine Task Force

DPC : Defence Planning Committee

ESDI : European Security and Defence Identity

IFOR : Implementation Force

ISAF : International Security Assistance Force

MC : Military Committee

NAC : North Atlantic Council

NACC : North Atlantic Cooperation Council

NATO : North Atlantic Treaty Organisation

NPG : Nuclear Planning Group

NSC : NATO’s Strategi Concept

OSCE : The Organization for Security and Cooperation in Europe

PfP : Partnership for Peace

PBB : Perserikatan Bangsa-Bangsa

SAC : Supreme Allied Commanders

SACEUR : Supreme Allied Commander Europe

SACLANT : Supreme Allied Commander Atlantic

Page 11: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

x

SFOR : Stabilitation Force

WEU : Western European Union

Page 12: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Aliansi adalah bentuk kerjasama keamanan dalam bentuk formal atau informal

yang terdiri dari dua atau lebih anggota negara yang berdaulat.1 Aliansi muncul

sebagai akibat adanya perasaan tidak aman masing-masing negara terhadap

ancaman dari negara lain, sehingga keinginan untuk membentuk kekuatan

bersama diantara beberapa negara untuk membendung ancaman maupun

mempertahankan diri menjadi solusi. Sebagai salah satu contoh aliansi adalah

NATO, yang juga berperan sebagai suatu organisasi internasional. NATO

merupakan aliansi yang dibentuk Amerika Serikat bersama dengan 12 negara-

negara Eropa Barat (Belanda, Belgia, Denmark, Inggris, Italia, Islandia,

Luxemberg, Norwegia, Prancis, dan Portugal) pada masa Perang Dingin tahun

1949 yang bertujuan untuk membendung sikap ekspansif (bebas) Uni Soviet.2

Pada tahun 1991 Uni Soviet runtuh dan Pakta Warsawa dibubarkan, menandai

hancurnya Blok Timur dan sekaligus berakhirnya Perang Dingin.

Konsekuensinya, tugas NATO seharusnya berakhir. Namun, Amerika Serikat

sebagai pemimpin NATO terus mempertahankan aliansi tersebut yaitu dengan

cara melakukan langkah adaptasi terhadap strategi keamanannya, dengan tetap

kepada fungsi utamanya, memberikan jaminan keamanan bagi anggotanya.

Perubahan strategi NATO dimulai dengan diadopsinya NATO’s Strategi Concept

1 Irwanda Anastasia, Kebijakan Keamanan NATO Dalam Konflik Kosovo: Tinjauan Intervensi

Militer NATO Dalam Konflik Kosovo(1998-1999), Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, Universitas Indonesia 2001, h. 16-17. 2 NATO handbook: Partnership and cooperations, Brussel: NATO office and Information Press,

2001, h.11.

Page 13: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

2

(NSC) dan Declaration and Peace and Cooperation pada pertemuan para kepala

pemerintah dan negara NATO di Roma Bulan November 1991. NSC merupakan

bentuk upaya NATO mengatasi masalah irrelevance dilemma (tidak lagi adanya

ancaman monothic massive and simoultaneous attack Pakta Warsawa) yang

dihadapi NATO, melalui perlunya peningkatan kegiatan NATO yang lebih luas

melalui strategi out of area.3 Strategi out of area tersebut mendasari perlunya

perluasan aktifitas NATO di luar kawasan dalam menghadapi perkembangan yang

terjadi di negara-negara tersebut melalui operasi di luar kawasan (menjaga

perdamaian/peacekeeping) dan formulasi baru dalam hubungannya dengan

negara-negara bekas anggota Pakta Warsawa tersebut.

Selain merubah strategi keamanannya, para anggota NATO juga berusaha

mencari ”peran baru” untuk NATO. Maka, pada tahun 1999 dalam KTT

Washington para anggota NATO menetapkan bahwa peran baru bagi NATO

tersebut adalah memerangi ancaman seperti terorisme dan proliferasi senjata

nuklir.4 Akan tetapi, ancaman-ancaman tersebut kurang mendapat perhatian dari

para anggota NATO dikarenakan tidak adanya ancaman terorisme dan proliferasi

senjata nuklir yang terlalu mengancam keamanan wilayah Atlantik Utara.

Serangan terorisme di wilayah Atlantik utara baru terjadi pada tahun 2001,

tepatnya pada hari selasa, 11 September 2001, di Amerika Serikat, dimana pada

saat itu para teroris berhasil membajak pesawat Boeing 767 milik maskapai

American Airlines dan kemudian menghantamkannya ke menara utara gedung

World Trade Center di New York City serta pesawat ketiga yang menabrak

Gedung Putih Pentagon sedangkan pesawat ke empat yang berniat menabrak

3 Ibid, h. 44.

4 http://www.fas.org/sgp/crs/row/RL33627.pdf, diakses pada tanggal 4 Februari 2011.

Page 14: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

3

Gedung Washington D.C. jatuh lebih dulu di Sommerset County, Pennsylvania,

setelah aksinya di gagalkan oleh para penumpangnya. 5

Akibat serangan teroris tersebut, Jumlah korban seluruhnya mencapai lebih

dari 3000 jiwa, termasuk 19 orang pembajak keempat penerbangan sipil yang

digunakan dalam serangan tersebut, dilaporkan, 2.829 jiwa tewas di WTC,

termasuk para penumpang American Airlines Flight 11 dan United Airlines Flight

175, serta 453 petugas keamanan masyarakat yang menangani keadaan darurat

tersebut, di mana para korban yang tewas berasal dari 90 negara di seluruh dunia.

Sedangkan jumlah korban tewas di Pentagon mencapai 189 jiwa, termasuk 64

orang dalam pesawat American Airlines Flight 77. Sedangkan 44 orang lainnya

tewas ketika United Airlines Flight 93 jatuh di Pennsylvania Barat. 6

Dahsyatnya bencana yang ditimbulkan akibat serangan 11 September tersebut,

telah menghantui kredibilitas pemerintahan George W. Bush. Oleh karena itu,

beberapa saat setelah serangan terjadi, Bush langsung menuduh kelompok Al

Qaedah pimpinan Osama bin Laden sebagai tersangka utama dalam serangan 11

September.7 Selain itu, Amerika Serikat juga melancarkan tuduhannya kepada

Afghanistan, karena negara ini oleh Amerika Serikat dianggap telah memberikan

perlindungan kepada Osama Bin Laden. Sebelum terjadinya serangan 11

September, Amerika Serikat memang telah mengidentifikasi pemerintah Taliban

di Afghanistan sebagai pelindung dan pendukung Al Qaedah.8 Maka, ketika

Taliban menolak menyerahkan Al Qaedah terkait dengan tragedi 11 September,

5 Rahmi Fitriyanti, “Kajian Mengenai legalitas Formal Use Of Force Amerika Serikat terhadap

Afghanistan,” Orbit: Jurnal Hubungan Internasional, Vol. 1 No.1, Jakarta: Pusat Kajian Hubungan

Intenasional, UIN, Januari 2008, h. 66. 6 Ibid h. 66.

7 Ibid, h. 68.

8 Ibid, h. 68.

Page 15: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

4

Amerika Serikat lalu memutuskan untuk sekaligus menyerang pemerintah Taliban

dan gerakan Al Qaedah. Dalam penyerangannya ke Afghanistan Amerika Serikat

merasa perlu memobilisasikan dukungan dari berbagai negara seperti dari Cina,

Rusia, termasuk dari NATO.

Sebagai pimpinan NATO, Amerika Serikat yang pada saat itu dipimpin oleh

George W. Bush, meminta kepada Sekretaris Jenderal NATO yaitu Lord

Robertson dan seluruh anggota NATO untuk bersedia ikut dalam invasi yang akan

dilakukan oleh Amerika Serikat di Afghanistan pada tanggal 07 Oktober 2001.

Namun, dari pihak NATO hanya Inggris saja yang langsung menyetujui

permintaan Amerika Serikat tersebut sedangkan anggota NATO yang lain tidak

langsung menyetujui karena para anggota NATO ingin memastikan terlebih

dahulu apakah serangan tersebut benar berasal dari luar negeri atau bukan. Setelah

melakukan penyelidikan, akhirnya pada tanggal 4 Oktober 2001, Dewan NATO

menyatakan bahwa serangan yang dilakukan pada tanggal 11 September tersebut

benar berasal dari luar negeri yang dilakukan oleh Osama bin Laden bersama

dengan kelompok teroris pimpinannya yaitu Al Qaeda dan pada saat itu juga

NATO merespon ajakan untuk ikut dalam inavasi Amerika Seriakt di

Afghanistan.

Afghanistan sendiri adalah negara ketiga untuk NATO melaksanakan strategi

out areanya setelah sebelumnya pernah dilakukan di Bosnia dan Kosovo dan juga

sekaligus menjadi negara pertama untuk NATO melaksanakan peran barunya

memerangi ancaman terorisme.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik mengangkat

permasalahan tersebut untuk dilakukan penelitian dengan judul "Keterlibatan

Page 16: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

5

NATO Dalam Operasi Militer yang Dipimpin oleh Amerika Serikat di

Afghanistan Masa Pemerintahan George W. Bush.

2. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan mendasar yang menjadi acuan penelitian ini adalah:

1. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi keterlibatan NATO

dalam operasi militer yang dipimpin oleh Amerika Serikat di

Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush?

2. Apakah keterlibatan NATO dalam operasi militer yang dipimpin oleh

Amerika Serikat di Afghanistan sudah berjalan dengan efektif?

3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan antara lain:

1. untuk mengetahui dan menganalisis keterlibatan NATO dalam Invasi

Amerika Serikat ke Afganistan masa Pemerintahan George W. Bush

2. untuk memahami faktor-faktor yang mendorong NATO melibatkan

diri dalam invasi Amerika Serikat ke Afghanistan.

3. untuk mengetahui efektivitas peran NATO dalam Invasi Amerika

Serikat ke Afganistan masa Pemerintahan George W. Bush

4. Tinjauan Pustaka

Beberapa penelitian sudah dilakukan seputar masalah ketelibatan NATO di

Afghanistan. Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Vincent Morelli dan Paul

Belkin dengan judul “NATO in Afghanistan: A Test of the Transatlantic

Alliance” tahun 2009. Penelitian Vincent dan Paul menjelaskan tentang para

anggota NATO yang sejak KTT di Washington tahun 1999, berusaha mencari

peran ”baru” bagi NATO, agar organisasi internasional tersebut mampu

Page 17: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

6

beroperasi diluar kawasan Eropa untuk memerangi ancaman yang muncul seperti

terorisme dan proliferasi senjata nuklir.

Ancaman seperti terorisme sendiri baru terjadi pada tahun 2001, tepatnya di dua

gedung penting milik Amerika Serikat yaitu gedung World Trade Center dan

Pentagon. Akibat serangan terorisme tersebut, pemerintah Amerika Serikat

memutuskan untuk menyerang Afghanistan dikarenakan pemerintah negara

tersebut yaitu Taliban dianggap telah menyembunyikan Osama Bin laden. Dengan

meminta bantuan sekutunya yaitu NATO, akhirnya pada tanggal 7 Oktober 2001

Amerika Serikat menyerang Afghanistan. Bagi NATO, Afghanistan adalah negara

pertama baginya untuk melaksanakan peran barunya memerangi terorisme dan

juga dijadikan sebagai tes aliansi politik dan uji kemampuan militer para pasukan

NATO.9 Di tahun 2003, setelah dua tahun berada di Afghanistan atas permintaan

PBB dan Pemerintah Republik Islam Afghanistan NATO mengambil alih

pimpinan ISAF (International Security Assistance Force). ISAF di bawah

kepemimpinan NATO berlangsung dalam empat tahap. Tahap pertama tahun

2003-2004 ISAF di bawah pimpinan NATO pindah ke bagian utara Afghanistan,

yang di dominasi oleh pasukan Perancis dan Jerman. Tahap kedua dimulai pada

Mei 2005, ISAF di bawah pimpinan NATO pindah ke bagian barat Afghanistan,

yang di dominasi oleh pasukan Italia dan Spanyol. Tahap ke tiga yang

berlangsung pada tanggal 31 Juli 2006 ISAF pindah ke bagian selatan

Afghanistan yang merupakan markas dari Taliban. Tahap ke empat dimulai pada

5 Oktober 2006, dalam tahap ini Amerika Serikat mengirimkan 10.000 sampai

12.000 pasukannya sendiri untuk ISAF. Di Dalam tahap ke empat ini ISAF

9 http://www.fas.org/sgp/crs/row/RL33627.pdf, diakses pada tanggal 4 Februari 2011.

Page 18: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

7

diminta untuk dapat memperkuat pasukannya agar menguasai seluruh wilayah

yang ada di Afghanistan. Namun dalam tugas memimpin ISAF tersebut NATO

menemui beberapa kendala diantaranya: harus menopang pemerintahan yang

lemah di Kabul, menggunakan kemampuan militer di negara yang sangat jauh dan

mempunyai medan yang sangat kasar, dan membangun kembali negara yang

hancur akibat perang dan terganggu akibat perdagangan narkotika.

Selain itu, penelitian lain juga dilakukan oleh Budiman dengan judul

“Perubahan Struktur Komando NATO Pasca Tragedi 11 September 2001” pada

tahun 2005.10

Hasil penelitiannya, Budiman mengungkapkan bahwa pasca tragedi

11 September, Amerika Serikat berusaha menjaga keamanan wilayah dan warga

negaranya dari kemungkinan terjadinya serangan terorisme berikutnya sebagai

sebuah kepentingan yang mendapatkan prioritas utama. Berbagai usaha dilakukan

oleh pemerintah Amerika Serikat untuk mewujudkan kepentingan nasionalnya

tersebut, salah satu caranya adalah dengan melakukan perubahan di dalam

struktur komando militer NATO. dalam struktur komando milter yang baru,

NATO membentuk dua komando yaitu Allied Command Operations (ACO) dan

Allied Command Transformation (ACT). ACO bertugas untuk melaksanakan

kegiatan operasional sedangkan ACT bertugas untuk melaksanakan transformasi

di dalam tubuh NATO. Selain itu NATO juga membentuk NATO Response Force

(NRF) yaitu sebuah pasukan yang fleksibel dan mampu merespon segala macam

situasi.

Skripsi ini dibuat untuk memberikan sumbangsih ilmu terkait keterlibatan

NATO dalam invasi Amerika Serikat di Afghanistan Jika pada penelitian Vincent

10

Budiman, Perubahan Struktur Komando NATO pasca 11 September 2001, Skripsi S1 Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, 2005, h. 74.

Page 19: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

8

dan Paul menitikberatkan pada kepemimpinan NATO dalam ISAF, maka analisa

penulis dalam skripsi ini lebih difokuskan pada intervensi militer yang dilakukan

oleh NATO di Afghanistan. Sedangkan dalam penelitian Budiman yang

membahas perubahan dalam struktur komando militer NATO, maka skripsi ini

memfokuskan pembahasan pada faktor-faktor yang mempengaruhi keterlibatan

NATO dalam operasi militer yang dipimpin oleh Amerika Serikat di Afghanistan

masa pemerintahan George W. Bush

5. Kerangka Pemikiran

Untuk menganalisa sebuah permasalahan tentunya kita harus memiliki alat

untuk dapat mengetahuinya secara mendalam yaitu teori, yang merupakan

penjelasan cukup mendasar mengenai bagaimana, mengapa dan kapan peristiwa

itu terjadi. Dengan kata lain teori merupakan alat prediksi. Lebih jelasnya teori

berfungsi untuk memahami, memberikan kerangka hipotesis secara logis

disamping menjelaskan maksud terhadap berbagai fenomena yang ada.11

Tanpa

menggunakan teori maka fenomena-fenomena serta data-data yang ada akan sulit

dimengerti. Di sisi lain dari teori juga dapat berupa sebuah bentuk pernyataan

yang menghubungkan beberapa konsep secara logis dan sistematis.12

Konsep yang saya gunakan dalam menjelaskan dan menjawab pertanyaan

yang ada pada rumusan masalah yaitu organisasi internasional, aliansi, dan

keamanan kolektif.

5.1 Organisasi Internasional

Menurut Theodore A. Couloumbus dan James H. Wolfe organisasi

internasional merupakan suatu struktur formal dan berkelanjutan yang dibentuk

11

Lisa Harrison, Metodologi Penelitian Politik, PT.Kencana,Jakarta:2007. h 7 12

Mohtar Mas‟oed, Ilmu hubungan internasional disiplin dan metodologi, LP3ES, Jakarta,

1990,h 217.

Page 20: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

9

atas suatu kesepakatan antara anggota-anggota (pemerintah dan pemerintah) dari

dua atau lebih negara berdaulat dengan tujuan untuk mengejar kepentingan

bersama para anggotanya.13

Selain itu A. Le Roy Bennet mengemukakan organisasi internasional

merupakan suatu perikatan antar subjek yang melintasi batas-batas negara dimana

perikatan tersebut terbentuk berdasarkan suatu perjanjian dan memiliki organ

bersama.14

Pada dasarnya konsep organisasi internasional itu sendiri dikategorikan

menjadi dua bagian yaitu:

1. Organisasi antar pemerintah (inter-Governmental Organizations/ IGO);

anggotanya terdiri dari delegasi resmi pemerintah negara-negara.

Contoh: World Trade Organization (WTO).

2. Organisasi non-pemerintah (Non-Governmental Organizations/ NGO);

terdiri dari kelompok-kelompok swasta di bidang keilmuan,

keagamaan, kebudayaan, bantuan teknik atau ekonomi, dan

sebagainya. Contoh: World Wildlife Fund (WWF).

Sementara itu, berbeda dengan A. Leroy Bennet, H. G. Schermers yang

membagi organisasi internasional menjadi dua yaitu:15

1. organisasi yang bersifat universal; organisasi yang keanggotaannya

terdiri dari negara-negara tanpa membedakan sistem pemerintahannya

atau sistem pemerintahannya. Contoh: PBB.

13

Theodore A. Couloumbus dan James H. Wolfe, ”Introduction to International Relation: Power

and Justice,” dalam Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani, Pengantar Ilmu

Hubungan Internasional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005, h.92. 14

Ibid, h.93. 15

H. G. Schermers, International Organization” dalam Sri Setianingsih Suwardi, Hukum

Organisasi Internasional, Jakarta: UI Press, 2004, h. 31

Page 21: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

10

2. organisasi internasional terbatas; organisasi yang keanggotannya

didasarkan pada kriteria tertentu. Contoh: NATO. NATO dalam

keanggotaannya tidak semata-mata didasarkan pada letak geografis

dari anggotanya saja tetapi lebih ditekankan kepada kepentingan

politik.

Sementara fungsi dari organisasi internasional menurut A. Leroy Bennet

adalah:

1. Menyediakan hal-hal yang dibutuhkan bagi kerjasama yang dilakukan

antar negara dengan tujuan menghasilkan keuntungan yang besar bagi

seluruh bangsa.

2. Memperbanyak saluran komunikasi antar pemerintahan, sehingga

ketika masalah muncul ke permukaan, ide-ide dapat bersatu.16

Peranan organisasi internasional sendiri dalam pandangan pendekatan

liberalisme dianggap membawa dampak yang signifikan terhadap perilaku aktor

negara dan non-negara dalam politik global. organisasi internasional tidak hanya

menjadi alat seperti yang dikemukakan oleh kaum realis tetapi lebih dari itu

lembaga-lembaga internasional menyediakan pedoman kerjasama bagi negara-

negara dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapi bersama.17

Sebagai contoh untuk menjelaskan signifikansi dari pendekatan liberal yang

menekankan peran lembaga internasional ini, dapat kita lihat dari kerjasama

internasional yang paling maju yaitu NATO yang telah mengalami perluasan

jumlah anggota paska Perang Dingin berakhir dan bahkan 13 negara mantan

anggota Blok Timur pimpinan Uni Soviet telah menyatakan diri bersedia

16

A. Leroy Bennet , “International Organization,” dalam Sri Setianingsih Suwardi, Hukum

Organisasi Internasional, Jakarta: UI Press, 2004, h. 5-6. 17

Aleksius Jemadu, Politik Global dalam Teori dan Praktik, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008, h. 49

Page 22: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

11

bergabung dengan NATO. Kemajuan yang dialami oleh NATO tersebut sekaligus

membantah klaim kaum realis yang melihat persoalan kedaulatan negara secara

kaku. Peranan lembaga internasional tidak hanya terlihat dalam kemajuan

kerjasama global maupun regional tetapi juga dalam pemberlakuan rezim

internasional pada berbagai isu yang sifatnya membatasi perilaku nation state

seperti lingkungan hidup, hak asasi manusia, perang melawan terorisme dan

pencucian uang, proliferasi senjata nuklir dan perlindungan hak kekayaan

intelektual.18

5.2. Keamanan Kolektif (Collective Security)

Menurut Joshua S. Goldstein, Keamanan kolektif adalah sistem kerjasama

keamanan yang melihat ke dalam untuk menjamin terjaganya dan terpeliharanya

keamanan dalam sebuah kelompok negara-negara berdaulat. NATO adalah salah

satu contoh organisasi yang menganut sistem keamanan kolektif dimana para

anggota NATO bersama-sama menjaga keamanan anggotanya dan apabila ada

satu negara anggota mendapat serangan maka negara anggota pun ikut membantu

sesama negara anggota.19

Keamanan kolektif yang merupakan sebuah pandangan tua, hingga saat ini

masih terus dianut dan masih mengalami perubahan-perubahan seiring dengan

berjalannya waktu. Pada abad ke-20 keamanan kolektif paling tidak telah

mengalami tiga era perubahan, yaitu setelah Perang Dunia Pertama, Perang Dunia

Kedua, dan setelah Perang Dingin. Arnold Wolfers dalam bukunya ”Discord and

Collaboration” menyatakan bahwa ”Promosi sistem keamanan kolektif telah

menciptakan situasi psikologis dimana Amerika Serikat tidak dapat

18

Ibid, h. 50. 19

Joshua S. Goldstein, International Relation, 5th

Edition, Washington D.C.: Pearson Education,

2004, h. 123-124.

Page 23: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

12

mengembalikan kepada konsep awalnya, bukan karena konsep keamanan kolektif

telah dapat diwujudkan, namun karena jutaan umat manusia percaya bahwa

keamanan kolektif dapat dilaksanakan. Keamanan kolektif telah menjadi simbol

utama dari sebuah harapan yang akan dibangun oleh semua bangsa-bangsa

dimana perang tidak akan terjadi lagi.20

Inis L. Claude dalam artikelnya yag berjudul ”Collective Security as an

Approach to Peace” menjelaskan bahwa keamanan kolektif dapat dipandang

sebagai kompromi antara pemerintahan internasional dan perimbangan kekuatan

(Balance of Power).21

Konsep perimbangan kekuatan dipandang sebagai sistem

yang menghancurkan dan tidak cukup baik untuk memelihara keamanan dan

perdamaian. Sedangkan pemerintahan internasional dianggap sebagai sesuatu hal

yang utopis dan sulit untuk dicapai untuk saat ini. Oleh karena itulah sistem

keamanan kolektif dipandang sebagai jalan tengah dalam upaya memelihara dan

menjaga keamanan dan perdamaian internasional.

Terlibatnya NATO dalam kasus invasi Amerika Serikat terhadap Afghanistan,

karena Amerika Serikat yang merupakan salah satu anggota NATO telah

mendapat serangan terorisme pada tanggal 11 September 2001 yang dilakukan

oleh Osama bin Laden beserta jaringannya yaitu Al Qaedah, yang diduga

mendapat perlindungan dari Taliban yang merupakan pemimpin negara

Afghanistan. Maka dari itu, NATO bersedia ikut serta bersama dengan Amerika

Serikat melalukan perang di Afghanistan.

20

http://www.mtholyoke.edu/acad/intrel/pol116/wolfers.htm, diakses pada tanggal 24 Agustus

2011. 21

http://www.colorado.edu/conflict/peace/treatment/collsec.htm, diakses pada tanggal 24 Agustus

2011.

Page 24: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

13

5.3. Aliansi

Konsep aliansi menurut George Modelski adalah bentuk kerjasama keamanan

dalam bentuk formal atau informal yang terdiri dari dua atau lebih anggota negara

yang berdaulat.22

Aliansi mengutamakan kebijakan untuk mendukung

kepentingan-kepentingan keamanan anggotanya dan memfasilitasi tujuan-tujuan

tertentu dari kepentingan bersama organisasinya. NATO merupakan organisasi

internasional formal yang menyediakan forum pengaturan bersama untuk

mengevaluasi dan mengendalikan kebijakan keamanannya.

Sedangkan Douglas T. Stuart melihat bahwa aliansi merupakan perjanjian

formal antar negara untuk melakukan aksi bersama sebagai salah satu bentuk

respons terhadap situasi politik tertentu.23

Evolusi eksistensi NATO sebagai aliansi pertahanan kolektif yang solid

dirancang untuk menangkal dan mempertahankan diri dari ancaman militer

langsung pihak lawan, memiliki kewajiban-kewajiban aliansinya tercantum dalam

Pasal 5 perjanjian NATO yang menyatakan bahwa semua serangan militer yang

ditujukan untuk melawan salah satu atau lebih Negara anggota NATO yang

berada di Amerika utara atau Eropa secara tidak langsung menjadi serangan

yang ditujukan kepada seluruh Negara anggota, dan menjadi tanggungan

bersama”.

22

Irwanda Anastasia, Kebijakan Keamanan NATO Dalam Konflik Kosovo: Tinjauan Intervensi

Militer NATO Dalam Konflik Kosovo(1998-1999), Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, Universitas Indonesia, 2001, h. 16-17. 23

Douglas T. Stuart, The Future of the European, Alliance, Problem and Oppourtunities for

Coalition strategie, dalam Gary L. Guertener (ed), Collective Security in Europe, United States:

Startegies Studies institute, 1992.

Page 25: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

14

Pasal 5 tersebut direalisasikan salah satunya dalam membantu Amerika

Serikat dalam memerangi Jaringan Al Qaeda di Afganistan yang telah berhasil

menghancurkan Gedung WTC dan Pentagon di Amerika Serikat tahun 2001 lalu.

Jack C Plano dan Roy Olton memberikan definisi yang lebih spesifik

tentang aliansi. Mereka mengatakan bahwa :

”Aliansi adalah suatu bentuk persetujuan formal antara dua Negara militer

Jika salah satu Negara yang menjadi anggota perjanjian tersebut di serang Oleh

pihak lawan dan tujuan lainnya untuk mengembangkan kepentingan bersama”.

Alasan pembentukan aliansi berkaitan erat dengan:

1. kebutuhan domestik, dalam hal ini adalah kepentingan-kepentingan

Amerika Serikat dan Eropa, seperti kepentingan ekonomi, politik,

kepentingan keamanan.

2. Adanya persepsi ancaman bersama seperti potensi ancaman Uni Soviet

pada waktu Perang Dingin, dan ancaman terorisme yang dilakukan

oleh kelompok teroris seperti Al Qaeda.24

6. Metoda Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif.

penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

24

Jack C Plano and Roy Olton,The International Relations Dictionary, 3rd

Edition,

California:ABC-Clio Inc, 1982, h. 158.

Page 26: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

15

diamati.25

Penelitian kaulitatif sendiri dapat dianalisis dalam berbagai format,

diantaranya kajian peluang yang ditawarkan oleh format riset observasi (termasuk

observasi partisipan), wawancara, riset sumber dokumen dan riset media.26

Proses pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah melalui teknik

penelitian kepustakaan yaitu pengumpulan data sekunder. Data sekunder yang

dimaksud adalah data-data yang diperoleh dari beberapa tulisan orang lain yang

telah dipublikasikan, seperti pada situs http://www.nato.int, http://daccess-dds-

ny.un.org, dan http://www.isaf.nato.int. selain itu juga disertai dengan data-data

yang berasal dari buku, jurnal, artikel, media cetak dan media lainnya , yang

penulis peroleh dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Universitas Indonesia, LIPI

(Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), Perpustakaan Nasional, dan

Perpustakaan Umum Freedom. Data-data sekunder yang digunakan oleh penulis

kebanyakan dari internet, dikarenakan kurangnya informasi mengenai keterlibatan

NATO di Afghanistan.

7. Sistematika Penulisan

Penulis membagi makalah ini menjadi 4 bab, dimana masing-masing bab

dirinci secara singkat dan sederhana, pembagian bab serta perinciannya dapat

dijelaskan, sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

2. Pertanyaan Penelitiaan

3. Tujuan Penelitian

4. Tinjauan Pustaka

25

Nurul Zuriah, Metodelogi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori Aplikasi Jakarta: Bumi

Aksara, 2006, h. 92. 26

Lisa Harrison, Metodologi Penelitian Politik, Jakarta: Kencana, 2007, h 89.

Page 27: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

16

5. Kerangka pemikiran

5.1. Organisasi Internasional

5.2. Aliansi

5.3. Keamanan Kolektif (Collective Security)

6. Metode Penelitian

6.1. Bentuk Penelitian

6.2. Teknik Pengumpulan Data

7. Sistematika Penulisan

BAB II STRATEGI NATO PASCA PERANG DINGIN

1. Sejarah Terbentuknya NATO

1.1. Struktur Sipil dan Militer NATO

1.1.1. Struktur Sipil NATO

1.1.2 Militer NATO

2. Konsep Strategi Keamanan NATO Masa Perang Dingin

3. Konsep Strategi Keamanan NATO Pasca Perang Dingin

BAB III KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI

MILITER YANG DIPIMPIN OLEH AMERIKA SERIKAT

DI AFGHANISTAN MASA PEMERINTAHAN GEORGE W.

BUSH

1. Kemitraan Startegis Amerika Serikat dan NATO

Page 28: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

17

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterlibatan NATO Dalam

Operasi Militer yang dipimpin Oleh Amerika Serikat di

Afghanistan Masa Pemerintahan George W. Bush

3. Intervensi Militer NATO di Afghanistan

4. Efektifitas Peran NATO Dalam Operasi Militer yang dipimpin

Oleh Amerika Serikat di Afghanistan

BAB IV KESIMPULAN

1. Kesimpulan

2. Saran

Page 29: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

18

BAB II

STRATEGI NATO PASCA PERANG DINGIN

Dalam bab II ini akan membahas mengenai strategi NATO pasca perang

dingin. Pembahasan ini dalam bab ini akan diawali oleh sejarah terbentuknya

NATO. Kemudian dilanjutkan oleh pembahasan mengenai strategi NATO masa

perang dingin dan strategi NATO pasca perang dingin.

Pembagian pembahasan dalam dua periode ini dilakukan agar pembahasan

dapat berjalan secara periodik sehingga lebih mudah dalam mengurutkan kejadian

serta sebab akibatnya.

1. Sejarah Terbentuknya NATO

Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau dalam bahasa Inggris biasa disebut

dengan North Atlantic Treaty Organisation (NATO) adalah sebuah organisasi

internasional untuk keamanan bersama yang didirikan pada 4 April 1949 dengan

penandatangan North Atlantic Treaty di Washington D.C. oleh 12 negara

(Belanda, Denmark, Inggris, Italia, Islandia, Luxemberg, Perancis, dan Portugal)

ditambah dua negara Amerika Utara (Amerika Serikat dan Kanada)27

. Collective

security merupakan landasan terbentuknya NATO. Konsep ini dapat menjelaskan,

mengapa negara-negara bergabung dalam wadah keamanan bersama. Adanya

perasaan tidak aman yang dirasakan oleh suatu negara menyebabkan mereka

harus menggabungkan diri dalam suatu kekuatan yang besar sehingga jaminan

keamanan atas dirinya semakin besar, dan hal ini terjadi pada negara anggota

NATO.

27

http://www.nato.int/cps/en/natolive/topics_52044.htm, diakses pada tanggal 07 Oktober 2010.

Page 30: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

19

Pada masa perang dingin, kiprah NATO Sangat signifikan sebagai salah satu

kekuatan blok, yaitu blok barat. NATO pada saat itu mempunyai kekuatan Sangat

besar yang tidak ada tandingannya. Terbukti, eksistensi NATO mendapat reaksi

cepat dari kekuatan blok timur dengan terbentuknya Pakta Warsawa yang

bertujuan mengimbanginya. Disini konsep keseimbangan kekuatan diterapkan.

Kedua organisasi pakta pertahanan ini saling unjuk kekuatan dan pengaruh yang

bertujuan agar tidak ada dominasi diantara keduanya. Runtuhnya Uni Soviet juga

menyebabkan ambruknya Pakta Warsawa. NATO pun melakukan serangkaian

adaptasi dengan perubahan konstelasi dan kontestasi politik global. Sebelum

terorisme berkembang di dunia, NATO tidak hanya memaknai konsep keamanan

secara militer, tetapi diperluas lagi. NATO seringkali melakukan aksi

humanitarian intervention sebagai instrumen perlindungan keamanan manusia

dari kejahatan perang. Yugoslavia dapat dijadikan contoh menarik. NATO

melakukan aksi humanitarian intervention terhadap Yugoslavia karena telah

dianggap membahayakan keamanan manusia pada sekitar tahun 1997.

Dalam operasionalnya, NATO dilandasi oleh prinsip-prinsip yang menjadi

landasannya.28

1. Solidaritas : berkomitmen menciptakan perdamaian dunia.

2. Freedom : menjaga kebebasan dan keamanan negara-negara anggotanya.

3. Demokrasi : menjaga nilai-nilai demokrasi.

4. Transatlantik link : membentuk hubungan keamanan transatlantik.

Prinsip-prinsip dasar ini harus dipatuhi oleh anggota NATO secara

keseluruhan. Prinsip-prinsip ini memberikan kekuatan bagi NATO dalam setiap

28

http://www.nato.int/cps/en/natolive/organisation.htm, diakses pada tanggal 07 Oktober 2010.

Page 31: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

20

melakukan aktivitasnya. Selain itu, prinsip NATO juga tertuang dalam tujuannya,

pada perjanjian pasal 5,“semua serangan militer yang ditujukan untuk melawan

salah satu atau lebih Negara anggota NATO yang berada di Amerika utara atau

Eropa secara tidak langsung menjadi serangan yang ditujukan kepada seluruh

Negara anggota, dan menjadi tanggungan bersama”. Jika serangan militer itu

benar-benar terjadi, seluruh anggota NATO memiliki hak untuk membantu segera

dengan memberikan bantuan militer dan pertahanan demi menjaga dan

melestarikan keamanan kawasan atlantik utara.

Keanggotaaan NATO pada awalnya berjumlah 12 negara. Yunani dan Turki

bergabung pada masa perang dingin tepatnya pada tahun 1952. Pada 7 Mei 1954

Inggris dan Amerika Serikat menolak upaya Uni Soviet untuk bergabung dalam

NATO. Jerman Barat sebaliknya diajak bergabung dalam NATO pada saat

ditandangani Persetujuan Paris, 23 Oktober 1954, Jerman Barat dan Italia masuk

dalam Western European Union (WEU). Enam bulan kemudian Jerman Barat

menjadi Anggota NATO, 5 Mei 1955. sembilan hari setelah Jerman Barat

bergabung ke dalam NATO, Pakta Warsawa dibentuk. Uni Soviet, Albania,

Bulgaria, Czechoslovakia, Jerman Timur, Hungaria, Polandia dan Romania

menandatangani Traktat Warsawa, 14 Mei 1955. secara ideologis para anggota

Pakta Warsawa sama-sama menganut komunisme.29

Perluasan NATO berlanjut Spanyol menjadi anggota NATO yang ke 16 pada

30 Mei 1982. hasil refendum yang diadakan Perdana Menteri Felipe Gonzalez

pada 12 Maret 1986 menunjukkan bahwa rakyat Spanyol mendukung agar

29

http://www.nato.int/cps/en/natolive/topics_52044.htm, , diakses pada tanggal 07 Oktober 2010

Page 32: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

21

Spanyol tetap dalam NATO, tanpa berpartisipasi dalam NATO’s integrated

military Structure.30

Berakhirnya perang dingin dan dibubarkannya Pakta Warsawa tidak

menyurutkan hasrat untuk menambah keanggotaan NATO, dengan masuknya

Jerman Timur di tahun 1990, Polandia, Czechoslovakia, Hungaria pada 12 Maret

1999. Dengan perluasan NATO ini maka perbatasannya jauh bergeser ke timur,

langsung bersebelahan dengan Rusia. Di tahun 2004 banyak negara pecahan Uni

Soviet yang bergabung dengan NATO diantaranya Bulgaria, Estonia, Latvia,

Lithuania, Romania, Slowakia, Slovenia, dan di tahun 2009 Albania dan

Kroasia.31

Para penandatangan perjanjian menyatakan keinginan mereka untuk

hidup damai dengan semua negara di dunia dan juga mempertegas prinsip PBB

unutk memelihara perdamaian dan keamanan internasional dan juga untuk

menjaga stabilitas wilayah Atlantik Utara.

Adapun yang menjadi tugas utama NATO adalah:32

1. Menjamin Keamanan Eropa dengan berdasarkan demokrasi dan

kepercayaan bahwa selalu ada cara-cara damai untuk menyelesaikan suatu

konflik.

2. Memberikan kesempatan kepada negara-negara anggotanya untuk saling

berkonsultasi satu sama lain dalam setiap hal yang dapat mempengaruhi

kepentingan negara-negara anggotanya, termasuk perkembangan yang

dapat mengancam keamanannya, dan juga memfasilitasi kerjasama

berdasarkan kepentingan bersama.

30

http://www.nato.int/cps/en/natolive/topics_52044.htm, , diakses pada tanggal 07 Oktober 2010 31

http://nasional.kompas.com/read/2009/04/08/06201121/memaknai.esensi.nato.setelah.60.tahun,

diakses pada tanggal 7 Oktober 2010. 32

http://www.nato.int/docu/handbook/2001/hb0102.htm NATO Fundamental Security Task,

diakses pada tanggal 7 Oktober 2010.

Page 33: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

22

3. NATO berfungsi sebagai penangkal dan sebagai suatu pertahanan dari

setiap agresi yang dapat mengancam wilayah negara-negara anggotanya.

4. NATO berfungsi untuk memelihara stabilitas dan keamanan dengan cara

membina hubungan baik dan melakukan kerjasama dengan negar-negara

mitranya.

5. NATO harus mengembangkan adanya kesamaan wawasan mengenai

keamanan internasional dan tujuan dari diadakannya kerjasama.

2. Struktur Sipil dan Militer NATO

2.1. Struktur Sipil

Struktur sipil NATO sejak awal pembentukkannya pada tanggal 4 April

sudah banyak mengalami perubahan. Perubahan dalam badan-badan NATO

dilakukan untuk menyesuaikan kondisi organisasi dengan perubahan lingkungan

eksternal pasca perang dingin. Tetapi tidak semua badan yang ada dalam NATO

mengalami perubahan, seperti Dewan Atlantik Utara (North Atlantic Council).33

Dewan ini masih merupakan pemegang komando tertinggi dalam organisasi

NATO. Di dalam North Atlantic Council setiap negara akan mempunyai

perwakilan, yang mempunyai tugas untuk membahas semua permasalahan atau

isu-isu yang menyangkut perdamaian dan keamanan Negara anggotanya. Di

dalam organisasi NATO setiap negara mempunyai hak yang sama, setiap

persetujuan dicapai melalui kata sepakat, dan tidak dilakukan sistem pemungutan

suara seperti voting atau keputusan dengan suara terbanyak dan hal itu berarti

setiap keputusan diambil dengan suara bulat. Jika suatu keputusan telah diambil

maka keputusan tersebut akan mengikat setiap negara anggotanya dan jika ada

33

http://www.nato.int/docu/handbook/2001/hb070101.htm, diakses pada tanggal 7 Oktober 2010.

Page 34: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

23

negara yang tidak setuju dengan keputusan tersebut maka hal itu harus

disampaikan kepada dewan (council).34

Dalam struktur NATO ada dua badan penting yang mempunyai tugas untuk

mengatur operasionalisasi organisasi. Defence Planning committee (DPC)

merupakan bagian dari North Atlantic Council (NAC) dan DPC dikepalai oleh

sekretaris Jendral NATO. DPC berfungsi untuk mengatur setiap kegiatan sipil dan

militer organisasi.35

Setiap negara anggota NATO mempunyai perwakilan di

dalam DPC kecuali Perancis. Badan lainnya yang mempunyai peran penting sama

seperti DPC yang berada di bawah kewenangan NAC adalah NPG (Nuclear

Planning Group). Di dalam NPG tersebut terdiri dari seluruh perwakilan menteri-

menteri pertahanan negara anggota yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang

dilakukan oleh DPC dengan demikian Perancis tidak termasuk dalam NPG. Setiap

NPG melakukan pertemuan dipimpin oleh Sekretaris Jenderal. NPG mempunyai

tugas dalam kegiatan NATO yeng berhubungan dengan kebijakan-kebijakan yang

berhubungan dengan masalah persenjataan dan kekuatan nuklir.36

2.2. Struktur Militer NATO

NATO merupakan salah satu aliansi militer. Selama Perang Dingin NATO

bertujuan untuk mencegah adanya ancaman yang dilakukan oleh Uni Soviet,

NATO menciptakan suatu strategi yang dapat melindungi Eropa dari ancaman

Uni Soviet. Struktur kekuatan NATO tersebut meliputi penggunaan senjata

konvensional dan senjata nuklir. Sejak perang dingin berakhir, peran NATO

mengalami perubahan.NATO tidak hanya berfungsi sebagai pertahanan, tetapi

juga berfungsi sebagai penjaga perdamaian. Agar dapat efektif dalam

34

http://www.nato.int/docu/handbook/2001/hb070101.htm, diakses pada tanggal 7 Oktober 2010. 35

http://www.nato.int/cps/en/natolive/topics_49201.htm, diakses pada tanggal 07 Oktober 2010 36

http://www.nato.int/cps/en/natolive/topics_50069.htm, diakses pada tanggal 10 Oktober 2010.

Page 35: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

24

melaksanakan fungsinya sebagai penjaga perdamaian, NATO menciptakan suatu

badan yang disebut dengan Integrated Military Force.37

Dalam Organisasi NATO, keputusan politik untuk mengambil tindakan militer

merupakan wewenang dari Sekretaris Jendral. Sekretaris Jenderal mendapatkan

wewenang tersebut dari North Atlantic Council. Dalam NATO ada komando

tertinggi Supreme Allied Commanders (SAC) yang bertanggung jawab untuk

melalukan operasi militer NATO. Kedua Komando tersebut mempunyai tugas

untuk mengawasi semua asset militer di dalam wilayah wewenang tanggung

jawabnya masing-masing. Kedua SAC tersebut adalah Supreme Allied

Commander Europe (SACEUR)38

dan Supreme Allied Commander Atlantic

(SACLANT).39

SACEUR bertanggung jawab untuk mengatur dan

mengembangkan kemampuan kekuatan pertahanan yang dibutuhkan dalam

bidang manajemen krisis, kemanusiaan, dan melindungi kepentingan aliansi.40

Selain itu SACEUR juga bertindak sebagai jurubicara resmi dari NATO.

SACEUR dan SACLANT masin-masing bertanggung jawab kepada komisi

militer (military committee) NATO.41

Military Committee (MC) adalah pemegang wewenang tertinggi yang

beranggotakan kepala staff militer masing-masing anggota. Military Committee

berada dibawah kewenangan politik NAC dan DPC. Military Committee terdiri

dari kepala staf setiap Negara anggota, yang mengadakan pertemuan sedikitnya

tiga kali dalam setahun atau kapanpun diperlukan. Military Committee mempunyai

37

http://www.nato.int/docu/handbook/2001/hb1201.htm, diakses pada tanggal 10 Oktober 2010. 38

NATO handbook: Partnership and cooperations, Brussel, : NATO Office of Information and

Press, 2001 h.259. 39

Ibid, h. 259 40

Ibid, h. 264. 41

http://www.nato.int/cps/en/natolive/topics_49608.htm, diakses pada tanggal 10 Oktober 2010.

Page 36: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

25

tugas untuk mengkoordinasi aktifitas-aktifitas militer NATO. Setiap kepala staf

memilih perwakilan militer tetap yang berfungsi sebagai anggota komite militer

yang dipilih tiga tahun sekali. Hanya Iceland yang negaranya tidak mempunyai

kekuatan militer.42

Dalam sidang komite, komite militer mengadakan pertemuan yang dilakukan

secara dimarkas besar NATO di Brusel untuk mengkaji kembali kekuatan dan

strategi militer NATO. Komite militer bertanggung jawab untuk memformulasi

dan merekomendasikan kepada badan-badan politik NATO, mengenai tindakan-

tindakan apa saja yang diperlukan untuk menjamin pertahanan bersama dan

adanya satu kebijakan untuk tentara NATO yang dikirimkan kepada operasi-

operasi militer yang berbeda-beda seperti dibekas negara Yugoslavia.43

Komite

militer membantu untuk mengembangkan konsep strategi aliansi dan melakukan

sejumlah dan melakukan sejumlah penilaian dalam aset NATO. Dalam waktu

krisis dan perang, komite militer dapat berfungsi sebagai suatu badan yang

memberikan nasehat kepada Defence Planning Committee mengenai penggunaan

kekuatan militer.

Untuk mendukung pekerjaan para stafnya NATO mempunyai jaringan yang

sangat luas. International Military Staff terdiri dari para personel militer yang

telah dipilih oleh NATO. Bekerja demi tujuan bersama aliansi dan bukan demi

negaranya sendiri. Agar dapat mengatur sejumlah besar tugas-tugas yang

diberikan, maka IMS dibagi dalam lima bagian.44

42

http://www.nato.int/cps/en/natolive/topics_49608.htm, diakses pada tanggal 10 Oktober 2010. 43

http://www.nato.int/cps/en/natolive/topics_49608.htm, diakses pada tanggal 10 Oktober 2010 44

NATO handbook: Partnership and cooperations, Brussel, : NATO Office of Information and

Press, 2001, h. 242-244.

Page 37: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

26

1. Planning and Policy division

Divisi ini bertugas untuk mengembangkan dan mengkoordinasikan

kebijakan pertahanan dan perencanaan startegis NATO dengan komite

militer. Kegiatan-kegiatan tersebut mencakup penilaian dan mempelajari

lingkungan strategis dimana NATO harus bertindak. Penilaian ini

mencakup pengkajian pertahanan yang diadakan setahun sekali, yang

berguna untuk menciptakan untuk menciptakan tingkat kekuatan militer

yang dibitihkan untuk mencapai tujuan organisasi.

2. Operation Division

Divisi operasi bertanggung jawab untuk memberi nasehat kepada militer

mengenai rencana operasi dan manjemen operasi. Selain itu divisi ini juga

bertugas untuk mengkoordinasikan pengiriman sejumlah pasukan dalam

setiap operasi yang dilakukan oleh aliansi.

3. Intelligence Division

Divisi intelejen bertanggung jawab untuk mengumpulkan setiap informasi

yang dibutuhkan memperlancar operasi NATO. Divisi intelejen bertugas

untuk memonitor setiap kejadian diseluruh dunia dan mendapat informasi

dari setiap negara anggotanya.

4. Cooperation and Regional Security Division

Divisi kerjasama dan keamanan regional bertugas untuk melakukan

kerjasama dengan negara-negara non-NATO dan menciptakan keamanan

di benua Eropa dan di wilayah lainnya diluar Eropa. Divisi ini dalam

melakukan tugasnya melibatkan negara-negara non-NATO dalam operasi

Page 38: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

27

penjaga perdamaian (peacekeeping) dan operasi membangun perdamaian

(peacebuilding).45

5. Logistic Armaments and Resource Divison

Divisi ini bertugas untuk menjamin terpenuhinya setiap peralatan yang

dibutuhkan oleh NATO dalam melakukan operasinya. Divisi ini bertugas

untuk menjamin bahwa pasukan NATO menggunakan persenjataan dan

sistem komunikasi yang sesuai dengan jenis operasi yang dilakukannya.

NATO juga mempunyai tiga kekuatan utama (three primary forces) yang

digunakan untuk membantu setiap kegiatan operasi yang dilakukannya dan untuk

memenuhi apa yang menjadi tujuan strategisnya:46

1. Immediate and Rapid Reaction Forces

Pasukan ini merupakan pasukan yang sangat terlatih dan siap siaga untuk

dikirimkan dalam setiap misi NATO. Pasukan ini terdiri dari pasukan

darat dan laut. Setiap negara anggota yang tergabung dalam Integrated

Military Structure saling bergantian untuk menjaga kesiapan unit-unit

pasukannya dalam siap siaga penuh apabila terjadi sustu krisis.

2. Main Defense Forces

Tugas pasukan ini adalah mencegah negara lain melakukan tindakan

agresi yang dilakukan terhadap negara-negara anggota NATO. Kekuatan

ini terdiri dari kekuatan konvensional dan kekuatan nuklir yang bertugas

untuk menangani setiap ancaman yang mungkin terjadi terhadap anggota

NATO. Ada empat pasukan multinasional yang ditempatkan di Jerman.

Pasukan ini juga dpat digunakan sebagai penjaga perdamaian.

45

Ibid, h. 243. 46

Ibid, h.258.

Page 39: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

28

3. Augmentation Forces

Pasukan ini merupakan pasukan cadangan NATO. Pasukan ini dapat

digunakan untuk memperkuat pasukan NATO kapanpun jika diperlukan.

4. Konsep Strategi Keamanan NATO Masa Perang Dingin

Konsep strategi keamanan NATO pada waktu pertama kali NATO di kenal

dengan sebutan The Strategic Concept for the defence of The North Atlantic area.

Strategi tersebut dikembangkan antara Oktober 1949 dan April 1950, dirancang

sebagai operasi skala besar untuk mempertahankan wilayah negaranya dari

kemungkinan serangan yang dilakukan oleh Uni Soviet. Pada bulan Desember

1954, NATO mengembangkan strategi Massive Retaliation (pembalasan secara

besar-besaran). Strategi ini menekankan pada pentingnya konsep deterrence

(penangkalan), dimana jika terdapat ancaman yang dapat mengganggu keutuhan

wilayah negara anggotanya, maka NATO akan melakukan tindakan dengan

menggunakan cara apapun, termasuk penggunaan senjata nuklir untuk

menyelesaikan masalah tersebut.47

strategi Massive Retaliation ini banyak menimbulkan kritik dikalangan ahli

strategi sipil maupun militer. Salah satu kritik yang diajukan adalah dengan

menggantungkan diri pada kekuatan nuklir, jika serangan yang dilakukan oleh

Uni Soviet menggunakan kekuatan konvensional, maka tindakan pembalasan

yang dilakukan oleh Amerika Serikat akan menghancurkan peradaban seluruh

manusia. Oleh karenanya strategi Massive Retaliation dianggap sebagai kebijakan

yang tidak bermoral dari beresiko tinggi.48

47

Ibid, h.43. 48

Anna Rinto Juliastuti, Kebijakan NATO di Eropa Timur Periode 1990-1996, Skripsi S1 Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, 1997, h.38.

Page 40: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

29

Akibat banyaknya kritik terhadap strategi Massive Retaliation, maka Pada

tahun 1950-an NATO memulai pembahasan mengenai kemungkinan untuk

merubah pendekatan strategi Massive Retaliation tersebut, dan pembahasan ini

berlangsung sampai tahun 1967. pada tanggal 9 Mei 1967 setelah melalui

perdebatan yang panjang, maka strategi Massive Retaliation digantikan dengan

strategi Flexible Respond.49

Strategi Flexible Respond ini menuntut NATO untuk

mempunyai kapabilitas guna merespons berbagai ancaman militer dari Pakta

Warsawa dengan tingkat respons yang tepat.50

NATO perlahan-perlahan mulai mencari cara untuk mengurangi bahaya dan

untuk mencari dasar untuk mengembangkan hubungan yang lebih lanjut melalui

hubungan yang baik dengan Uni Soviet dan negara-negara lain anggota Pakta

Warsawa. Pada tahun 1967 dikeluarkan Harmed Report, yang mendirikan

pertahanan dan dialog termasuk didalamnya pengendalian senjata, sebagai

pendekatan NATO yang baru.

Sebelumnya di tahun 1966, ketika NATO masih membahas tentang Strategi

Flexible Respond,51

Perancis secara mengejutkan menyatakan diri keluar dari

keanggotaan NATO. Hal tersebut dipicu oleh pertentangan-pertentangan yang

sering dialami Perancis dengan Amerika Serikat. Pertentangan tersebut dapat

dlihat ketika Perancis memberikan usulan mengenai pembentukan Dewan

Pimpinan yang terdiri dari tiga negara yaitu Amerika Serikat, inggris dan

Perancis, namun, ditolak oleh Presiden Eisenhower (AS) dengan alasan bahwa

jika Dewan Pimpinan dilanjutkan maka hal itu akan memudarkan peranan NATO

49

http://www.nato.int/cps/en/natolive/topics_56626.htm, diakses pada tanggal 15 Maret 2012. 50

Ibid, 39. 51

G. paskalina Moningka, Latarbelakang Sikap Presiden Mitterland Terhadapa Keputusan NATO

Mengenai Penempatan Euromissile, Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Indonesia,1989, h.33.

Page 41: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

30

yang difokuskan pada negara-negara anggota yang mayoritas terdapat di Eropa

Barat.52

Puncak pertentangan antara Perancis dan Amerika Serikat ketika Amerika

Serikat dan Inggris membuat suatu persetujuan yang diberi nama anglo American.

Di dalam persetujuan anglo American tersebut, Inggris bersedia membantu

Amerika Serikat dengan memberikan sebagian senjata nuklirnya. Hal ini membuat

Presiden Perancis yaitu Charles de Gaulle menjadi tidak suka. De Gaulle

menyatakan Perancis harus bisa mengembangkan kekuatannya nuklirnya sendiri

tanpa membaginya dengan negara lain. De gaulle sangat sadar bahwa kekuatan

militernya sendiri terlampau kecil untuk memungkinkan negara tersebut

memegang peranan utama di dunia. Masalah ini akhirnya membuat Perancis

memutuskan untuk keluar dari NATO pada tanggal 7 Maret 1966.53

Walaupun

begitu, ini tidak berarti Perancis keluar sepenuhnya dari NATO, De Gaulle

menyatakan bahwa Perancis masih bersedia terus untuk bekerjasama dengan

Pakta Pertahanan Atlantik Utara. Walaupun, Perancis tidak keluar sepenuhnya

dari NATO, De Gaulle tetap meminta agar markas besar NATO yang berada di

Perancis segera dipindahkan, maka atas permintaan Perancis tersebut akhirnya

markas besar NATO dipindahkan ke Brussel, Belgia.54

5. Konsep Strategi Keamanan NATO Pasca Perang Dingin

Pasca perang dingin yang ditandai oeh runtuhnya Uni Soviet ternyata tidak

membuat dunia khususnya Eropa menjadi aman tetapi malah memunculkan

ancaman keamanan baru seperti konflik etnis, migrasi, konflik perbatasan,

pelanggaran hak asasi manusia dan instabilitas politik dan ekonomi di sejumlah

52

Ibid, h.33. 53

http://www.nato.int/history/index.html, diakses pada tanggal 16 Maret 2012. 54

http://www.nato.int/cps/en/natolive/topics_52044.htm, diakses pada tanggal 16 Maret 2012.

Page 42: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

31

negara Eropa Timur dan Tengah yang memiliki potensi dapat meluas ke negara

lain atau secara langsung mengganggu kepentingan keamanan negara anggota

aliansi. Perkembangan yang terjadi tersebut menandai perubahan baru lingkungan

keamanan di Eropa dan menuntut NATO untuk melakukan langkah adaptasi

terhadap strategi keamanannya, dengan tetap kepada fungsi utamanya,

memberikan jaminan keamanan bagi anggotanya.

Perubahan strategi NATO dimulai dengan diadopsinya NATO’s Strategi

Concept (NSC) dan Declaration and Peace and Cooperation pada pertemuan para

kepala pemerintah dan negara NATO di Roma Bulan November 1991.55

NSC

merupakan bentuk upaya NATO mengatasi masalah ”irrelevance dilemma (tidak

lagi adanya ancaman monothic massive and simoultaneous attack Pakta

Warsawa)56

yang dihadapi NATO, melalui perlunya peningkatan kegiatan NATO

yang lebih luas melalui strategi out of area.57

Strategi out of area tersebut

mendasari perlunya perluasan aktifitas NATO di luar kawasan dalam menghadapi

perkembangan yang terjadi di negara-negara tersebut tersebut melalui operasi di

luar kawasan (menjaga perdamaian/peacekeeping) dan formulasi baru dalam

hubungannya dengan negara-negara bekas anggota Pakta Warsawa tersebut.

Pada intinya konsep baru strategi NATO adalah menggabungkan suatu

pendekatan keamanan yang didasarkan kepada dialog dan kerjasama dengan

memelihara kemampuan NATO Collective defence.58

Konsep ini mencerminkan

tugas baru NATO yang meliputi (1) pengembangan proses kerjasama, dialog dan

55

NATO handbook: Partnership and cooperations, Brussel: NATO office and Press, 2001 h. 44. 56

Monothic massive and simoultaneous attack Pakta Warsawa adalah ancaman secara besar-

besaran yang dilakukan sendiri oleh Pakta Warsawa dan penyerangannya dilakukan pada waktu

bersamaan. 57

Ibid, h. 44. 58

http://www.nato.int/cps/en/natolive/topics_59378.htm, diakses pada tanggal 15 Maret 2012.

Page 43: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

32

kemitraan dengan negara Eropa Tengah dan Timur serta negara lain dalam The

Organization for Security and Cooperation in Europe (OSCE), (2) kerjasama

yang lebih erat dengan institusi lain di bidang keamanan Eropa seperti OSCE,

Western European Union (WEU) dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), serta

merumuskan struktur komando dan kekuatan baru yang mencerminkan perubahan

dan perkembangan lingkungan tersebut.59

Dibidang militer, NATO mengurangi ketergantungan terhadap senjata nuklir

dan melakukan perubahan kekuatan militernya melalui pengurangan secara

signifikan tingkat kekuatan dan kesiagaan, dan menyiapkan tingkat kekuatan

NATO untuk mampu melaksanakan misi-misi baru seperti crisis management dan

peacekeeping, dengan tetap menjaga kemampuan collective defence.60

Langkah NATO untuk menata kembali postur pertahanannya sudah dimulai

jauh sebelum KTT Roma tahun 1991. Aliansi menganggap perlu untuk

membentuk pasukan yang secara cepat dan fleksibel, dapat beraksi menghadapi

berbagai kemungkinan ancaman baru karena menurunnya Soviet. Pada tahun

1990 Markas NATO di Eropa (SHAPE) membentuk pasukan gerakan cepat

NATO yang bernama ARRC (Allied Command Europe Rapid Reaction Force)

yang dimaksudkan untuk mampu menangkal berbagai kemungkinan resiko yang

berasal dari wilayah periphery (wilayah pinggiran/pedesaan) NATO di Eropa

Timur, mulai dari operasi perdamaian hingga pecahnya perang saudara. Dalam

pertemuan NAC tahun 1991, ARRC, yang telah memenuhi persyaratan

institutional NATO dalam menghadapi berbagai tingkat crisis management Pasca

Perang Dingin, berada di bawah komando Inggris dan akan beroperasi pada tahun

59

Ibid, h. 45. 60

Ibid h. 46.

Page 44: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

33

1995. ARRC merupakan kekuatan darat NATO yang berada di bawah kendali

SACEUR yang fleksibel dalam mendukung operasi out of area di berbagai

wilayah konflik.

Sementara itu, dalam upaya mendukung struktur kekuatan NATO agar lebih

fleksibel dan responsif terhadap kondisi keamanan di Eropa, pada pertemuan Para

Pemimpin NATO di Brussels tahun 1994 diperkenalkan konsep CJTF (Combine

Task Force)61

yang memfasilitasi NATO dengan kemampuan untuk merespon

berbagai tingkat misi dan tugas dari collective defence hingga crisis management

dan peacekeeping sebagai langkah operasional konsep out of area peran NATO.

Strategi CJTF tentunya dapat mendukung NATO untuk melaksanakan operasi

bersama dengan negara-negara mitra NATO lain, sebagaimana dalam misi

peacekeeping Implementation Force (IFOR)62

tahun 1995 maupun dalam misi

Stabilitation Force (SFOR)63

tahun 1996 dalam penyelesaian konflik Bosnia

Herzegovina. Strategi CJTF tersebut juga dapat digunakan sebagai instrumen bagi

NATO dalam menyediakan dukungan bagi operasi-operasi yang dilakukan WEU,

61

CJTF merupakan suatu (grup) kekuatan yang melibatkan dua negara atau lebih – tidak eksklusif-

dengan menggunakan berbagai kekuatan (laut, udara, atau darat) untuk melaksanakan operasi/misi

militer seperti operasi peacekeeping, peace enforcement dan kemanusiaan. CJTF menggunakan

peralatan yang efisien dan fleksibel dan NATO dapat turut serta dengan menempatkan

kekuatannya atau memanfaatkan fasilitas NATO, atas pertimbangan kasus per kasus oleh NAC.

(Lihat NATO Office of Information an Press, Brussel, 2001, h. 253-254). 62

The NATO-Led IFOR dibentuk berdasarkan ketentuan (Anex I) perjanjian Damai Bosnia

tanggal 14 Desember 1995. perjanjian tersebut mewajibkan pihak bertikai untuk menarik mundur

kekuatannya dari wilayah perbatasan kedua belah pihak sebagai tindak lanjut genjatan senjata

yang telah disetujui sebelumnya. Adapun tugas IFOR adalah implementasi di bidang militer dalam

menjamin genjatan senjata, proses penarikan mundur , dan pengumpulan senjata berat ke kantong.

Serah terima tugas operasi dilakukan dari UNPROFOR kepada IFOR (SACEUR) tanggal 20

Desember 1995. pasukan IFOR terdiri dari atas 60.000 orang yang diantaranya berasal dari

anggota NATO bersama 14 negara PfP dan 4 negara mitra lainnya. 63

The NATO-Led SFOR dibentuk dalam rangka meneruskan tugas IFOR yang berakhir 20

Desember 1996 berdasarkan resolusi DK-PBB tanggal 12 Desember 1996. Tugas SFOR adalah

implementasi di bidang militer dalam menjamin stsbilitas keamanan dalam mendukung proses

perdamaian pasca pemilu Bosnia tahun bulan September 1996. adapun tugas lainnya memberikan

bantuan bagi organisasi sipil seperti UNHCR (pengungsi). Kontingen SFOR terdiri anggota

NATO bersama 18 negara anggota mitra PfP dan 4 negara mitra lainnya dengan jumlah total

pasukan sebanyak 31.000 orang. (Lihat NATO Office of Information an Press, Brussel, 2001,

h.249-250)

Page 45: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

34

sebagai bentuk kontribusi NATO dalam membangun European Security and

Defence Identity (ESDI).

Di bidang politik, strategi NATO adalah lebih diarahkan pada upaya

meningkatkan dialog, kerjasama dan kemitraan dnegan negara-negara Eropa

Timur dan Tengah di bidang keamanan dan bidang terkait lainnya. Hal ini terkait

dengan dikeluarkannya Deklarasi London pada bulan Juli 1990 yang menyatakan

konsep baru NATO mengenai Eropa sebagai one geopolitical and cultural entity,

tidak lagi dibatasi oleh blok yang bermusuhan, dan memandang pakta warsawa

bukan lagi sebagai ancaman utama. Strategi NATO tersebut menjembantani bagi

upaya kerjasama yang lebih erat dengan Eropa Timur dan Tengah dalam

mendukung stsbilitas keamanan kawasan.

Pada tahun 1991 terjadi krisis di Yugoslavia dan di tahun itu juga terjadi

Peristiwa Coup di Rusia. Untuk mengatasi kedua permasalahan tersebut, pada

bulan Desember 1991 NATO mendirikan sebuah forum yang diberi nama North

Atlantic Cooperation Council (NACC) NACC memiliki peranan konstruktif

dalam memfasilitasi transisi struktur bipolar dan konfrontasi Eropa pada masa

Perang Dingin menuju suatu pola baru kerjasama dan dialog antara anggota

aliansi dengan lawannya di Timur.64

Untuk memperdalam tingkat kerjasamanya, pada pertemuan di Brussel tahun

1994, NATO kemudian membentuk Partnership for Peace (PfP) yang

mengundang negara-negara anggota NACC dan OSCE untuk berpartisipasi dalam

program kerjasama NATO melalui operational role, termasuk keikutsertaan

dalam operasi peacekeeping, crisis management dan kemanusiaan. PfP merupakan

64

Ronald D. Asmus, dkk, Can NATO Survive, The Washington Quarterly, Vol.19 no. 2,

Cambridge: Mit, 1996, h. 86.

Page 46: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

35

forum kerjasama politik dan keamanan antara NATO dengan negara mitranya atas

dasar bilateral dan membangun kerjasama yang lebih kuat melalui semangat

kerjasama praktis berdasarkan kemampuan dan kepentingan negara mitra tersebut.

Page 47: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

36

BAB III

KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI MILITER

YANG DIPIMPIN OLEH AMERIKA SERIKAT DI AFGHANISTAN

MASA PEMERINTAHAN GEORGE W. BUSH

Afghanistan adalah sebuah negara di Asia Tengah yang menjadi fokus

perhatian internasional setelah terjadinya tragedi 11 September 2001 di Amerikat

Serikat. Afghanistan ialah negeri yang bergunung-gunung, walau ada dataran di

utara dan barat daya dan Afghanistan merupakan tempat dari sejumlah suku

diantaranya yaitu: Pashto 42%, Tajik 27%, Hazara 9%, Uzbek 9%, Aimak4%;

Turkmen 3%, Baluchi 2% dan sisanya 4%.65

Pada bab tiga ini penulis akan

melihat latar belakang histroris dari konflik yang terjadi, operasi militer di

Afghanistan yang dilakukan selama masa pemerintahan George W. Bush,

selanjutnya akan dibahas mengenai keterlibatan NATO di Afghanistan, operasi-

operasi militer yang dilakukan oleh NATO di Afghanistan, dan efektifitas peran

NATO dalam invasi Amerika Serikat di Afghanistan.

1. Kemitraan Strategis Amerika Serikat dan NATO

NATO adalah sebuah organisasi regional yang anggotanya tidak hanya berasal

dari benua Eropa saja tetapi juga ada yang berasal dari luar benua Eropa yaitu

Amerika Serikat, sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh oleh H. G.

Schermers dalam tulisannya International Law as Applied by International Courts

and Tribunals bahwa di dalam organisasi regional tidak semata-mata didasarkan

pada letak geografis anggotanya, tetapi regional di sini lebih ditekankan kepada

65

http://www.state.gov/r/pa/ei/bgn/5380.htm, diakses pada tanggal 17 Mei 2011.

Page 48: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

37

kepentingan politik daripada geografis, hal tersebut dapat dilihat dari beberapa

alasan bergabungnya Amerika Serikat ke dalam NATO.66

Pertama, NATO dibutuhkan sebagai penjamin untuk memelihara keamanan

dan kebebasan Eropa dari berbagai ancaman. Komitmen Amerika Serikat

terhadap keamanan Eropa melalui penempatan tentaranya dalam NATO di Eropa

merupakan ”kebijakan asuransi ” untuk mencegah munculnya ancaman dominasi

kekuatan lain atau konflik terbuka di Eropa. Bagi Amerika Serikat, biaya yang

harus ditanggung dengan menempatkan ribuan pasukannya ke dalam NATO pada

saat damai lebih kecil daripada harus mengirimkan ratusan ribu tentara untuk

memadamkan konflik yang muncul akibat tidak adanya suatu kekuatan lain yang

dapat menjamin keamanan Eropa, seperti yang terjadi pada 2 Perang Dunia lalu.67

Kedua, NATO dibutuhkan untuk menjaga stabilitas politik dan ekonomi di

Eropa yang memiliki pengaruh besar pada perekonomian Amerika Serikat.

Komitmen Amerika Serikat terhadap pertahanan bersama di Eropa diperlukan

untuk menjamin stabilitas ekonomi Amerika Serikat. Ketiga, NATO merupakan

”kendaraan” yang dapat digunakan untuk memperkuat dan memperluas faham

kebebasan dan demokrasi di Eropa. Keterlibatan Amerika Serikat dalam NATO

akan memperkukuh upaya terciptanya NATO sebagai komunitas bangsa yang

demokrasi. NATO tidak hanya mewakili sebagai ”zona damai dan aman” namun

juga sebagai zona ”demokrasi”.

Sejak awal terbentuknya NATO, peran Amerika Serikat terhadap kebijakan

NATO sangat menentukan. Hal ini terlihat dengan kepimpinan Amerika Serikat

66

Sri Setianingsih Suwardi, Hukum Organisasi Internasional, Jakarta: UI Press, 2004, h. 31. 67

Armin Rachmat, Perubahan Strategi Keamanan NATO Periode 1989-1999: “Analisis Atas

Kemitraan Strategis,” Tesis S2 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Pasca Sarjana,

Depok: Universitas Indonesia, 2004, h. 109-110.

Page 49: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

38

sebagai komandan utama militer dalam struktur SACEUR dan SACLANT yang

bertanggung jawab terhadap Military Committee, sebagai badan otoritas tertinggi

militer NATO, meskipun langkah tersebut selalu mendapat gugatan dari negara-

negara Eropa lainnya. Pengaruh Amerika Serikat juga terlihat dalam pengambilan

kebijakan politik NATO, seperti diterimanya konsep PfP atas atas usulan Les

Aspin (AS) oleh seluruh anggota NATO dan ditolaknya pencalonan Ruud Lubers

sebagai Sekjen NATO oleh Amerika Serikat meskipun sebagian besar negara

anggota NATO sudah mendukung Ruud Lubers.68

Dominasi Amerika Serikat yang lain dalam NATO juga dapat dilihat pada

masa kepemimpinan George W. Bush. Pada masa Bush, Amerika Serikat

meminta kepada seluruh negara anggota NATO agar ikut dalam invasi Amerika

Serikat di Irak yang bertujuan menggulingkan pemerintahan Saddam Hussein.

Untuk mendapat dukungan dari NATO agar mau membantu dalam invasi ke Irak

tidaklah mudah bagi Amerika Serikat, karena ada beberapa anggota NATO yang

tidak setuju dengan rencana invasi Amerika Serikat ke Irak. Seperti Perancis yang

secara tegas menolak ajakan Amerika Serikat untuk menyerang Irak. Hal yang

sama juga dilakukan oleh anggota NATO lainnya yaitu Jerman yang menentang

aksi militer terhadap Irak. Namun, pada pertemuan KTT NATO di Praha pada

tanggal 21 November 2002, NATO akhirnya menyetujui untuk ikut dalam invasi

Amerika Serikat ke Irak dan menyatakan NATO allians stand united in their

commitment to take effective action to assist and support the efforts of the UN to

ensure full and immediate compliance by Iraq, without conditions or restrictions,

68

Ibid, h.111.

Page 50: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

39

with UNSCR 1441.69

Dari 19 negara NATO, yaitu Kanada, Denmark, Spanyol,

Belanda, Yunani, Islandia, Italia, Portugal, Norwegia, Turki, Inggris, Polandia,

Ceko dan Hongaria memberikan dukungannya kepada Amerika Serikat hanya 4

negara yang menentang invasi Amerika Serikat ke Irak yaitu Belgia, Perancis,

Jerman, dan Luxemberg.

Invasi Amerika Serikat ke Irak baru dimulai pada tanggal 20 Maret 2003

dengan kode Operation Iraqi Freedom, tujuannya adalah untuk melucuti senjata

pemusnah masal Irak, mengakhiri dukungan Saddam Hussein kepada terorisme,

dan memerdekakan rakyat Irak. Amerika Serikat menyediakan mayoritas pasukan

untuk invasi ini, dengan dukungan dari pasukan NATO yang terdiri dari 45.000

tentara Inggris, 200 tentara Polandia dan juga pasukan dari Australia sebanyak

200 tentara. Sebelum perang tersebut dilangsungkan, presiden George W. Bush

memberikan pernyataan bahwa perang akan dilaksanakan jika dalam waktu

kurang dari 95 menit setelah batas akhir ultimatum 2x24 jam yang ditetapkan

Amerika Serikat kepada presiden Saddam Hussein, untuk mengundurkan diri dari

jabatannya dan meninggalkan Irak beserta keluarganya. Namun hingga batas

waktu yang ditetapkan habis, presiden Irak, Saddam Hussein tetap tidak mau

mengundurkan diri dari jabatannya dan tetap bertahan di istana kepresidenan Irak

di Baghdad. Oleh karena itu, pasukan sekutu melancarkan serangannya ke

beberapa kota besar di Irak. Setelah presiden George W. Bush menyampaikan

pidatonya, Amerika Serikat dan sekutunya meluncurkan rudal-rudal Tomahawk

sebanyak 40 buah yang dilepaskan dari kapal-kapal perang dan kapal selam

69

Prague Summit Statement on Iraq, 21 November 2002, http://www.nato.int/docu/pr/2002/p02-

133e.htm, diakses pada tanggal 17 Mei 2011..

Page 51: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

40

Amerika Serikat yang berada di Laut Merah dan Teluk Persia, yang ditujukan

untuk menyerang berbagai sarana-sarana penting di kota Baghdad.

Walaupun, rencana perang Amerika Serikat tersebut mendapat protes dari

rakyat di berbagai belahan dunia, namun Amerika Serikat dan sekutunya tetap

saja melanjutkan rencana tersebut dan akhirnya dibuktikan dengan serangan

Amerika Serikat ke Irak. Sekarang ini, perang telah usai dan Irak berhasil

diduduki oleh pasukan Amerika Serikat dan sekutunya.

Permintaan Amerika Serikat agar NATO ikut dalam invasinya tidak hanya di

Irak saja, namun juga di Afghanistan, negara yang oleh Amerika Serikat dianggap

sebagai negara sarang teroris. Afghanistan sendiri menjadi negara ketiga bagi

NATO untuk melaksanakan strategi out areanya setelah sebelumnya pernah

dilakukan di Bosnia dan Kosovo dan sekaligus juga menjadi negara pertama

untuk NATO melaksanakan peran barunya untuk memerangi ancaman terorisme.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterlibatan NATO Dalam Invasi

Amerika Serikat di Afghanistan

Faktor Internal

Bagian ini akan menunjukan bahwa terdapat faktor internal yang

mempengaruhi NATO mau ikut terlibat dalam invasi Amerika Serikat di

Afghanistan. Faktor internal yang mempengaruhi NATO tersebut yaitu artikel 5

North Atlantic Treaty yang merupakan pasal utama dari NATO.

1. Artikel 5 North Atlantic Treaty

Artikel 5 North Atlantic Treaty merupakan pasal prinsip dasar dari NATO.

Artikel 5 NATO ini berisi:

”Para anggota setuju bahwa sebuah serangan bersenjata terhadap satu atau

lebih dari mereka di Eropa atau Amerika Utara akan dianggap sebagai serangan

Page 52: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

41

terhadap semua anggota. Selanjutnya mereka setuju bahwa, jika serangan

bersenjata itu terjadi, setiap anggota, dalam menggunakan hak untuk

mempertahankan diri secara pribadi maupun secara bersama-sama seperti yang

tertaung dalam pasal ke-51 dari piagam PBB, akan membantu anggota yang

diserang jika penggunaan kekuatan semacam itu, baik sendiri maupun bersama-

sama, dirasakan perlu, termasuk penggunaan pasukan besenjata, untuk

mengembalikan dan menjaga keamanan wilayah Atlantik Utara.70

Pasal ini diberlakukan jika sebuah anggota Pakta Warsawa melancarkan

serangan terhadap para sekutu Eropa dari NATO, hal tersebut akan dianggap

sebagai serangan terhadap seluruh anggota (termasuk Amerika Serikat sendiri)

yang mempunyai kekuatan militer terbesar dalam persekutuan tersebut dan

dengan ini dapat memberikan pembalasan paling besar. Tetapi kekhawatiran

terhadap kemungkinan serangan dari Eropa Barat ternyata tidak menjadi

kenyataan. Pasal tersebut baru mulai digunakan untuk pertama kalinya pasca

terjadinya peristiwa 11 September 2001. Sehari setelah peristiwa tersebut presiden

George W. Bush meminta kepada seluruh dunia untuk bekerjasama memerangi

terorisme, terutama kepada sekutunya di Eropa yaitu NATO.

Pada tanggal 12 September 2001, presiden Bush menemui Sekretaris Jenderal

NATO yaitu Lord Robertson dan meminta kepadanya untuk memberlakukan

Artikel 5 Traktat Washington. Namun, dari pihak NATO hanya Inggris saja yang

langsung menyetujui permintaan Amerika Serikat tersebut sedangkan anggota

NATO yang lain tidak langsung menyetujui karena para anggota NATO ingin

memastikan terlebih dahulu apakah serangan tersebut benar berasal dari luar

negeri atau bukan, jika benar serangan yang diarahkan kepada Amerika Serikat

berasal dari luar negeri, maka serangan terorisme tersebut akan dianggap sebagai

tindakan yang dicakup oleh Artikel 5 NATO. Setelah melakukan penyelidikan,

70

http://www.nato.int/terrorism/five.htm, diakses pada tanggal 17 Mei 2011.

Page 53: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

42

akhirnya pada tanggal 4 Oktober 2001, Dewan NATO menyatakan bahwa

serangan yang dilakukan pada tanggal 11 September tersebut benar berasal dari

luar negeri yang dilakukan oleh Osama bin Laden bersama dengan kelompok

teroris pimpinannya yaitu Al Qaeda dan pada saat itu juga NATO merespon

permintaan Amerika Serikat akan pemberlakuan Artikel 5 NATO dengan

menyetujui langkah-langkah untuk memperluas pilihan-pilihan yang digunakan

dalam kampanye melawan terorisme. Langkah-langkah tersebut antara lain adalah

pembagian hasil intelejen, izin untuk melewati wilayah udara bagi setiap pesawat

tempur Amerika Serikat dan negara-negara anggota lainnya, akses ke pelabuhan

dan pangkalan udara, bantuan kepada negara yang terancam sebagai akibat

dukungan mereka terhadap NATO, penerjunan angkatan laut NATO ke wilayah

selatan Mediterania, dan penugasan pesawat Airbone Early Warning untuk

melakukan patroli di wilayah udara Amerika Serikat. Bantuan yang diberikan oleh

NATO kepada Amerika Serikat dalam invasi di Afghanistan tersebut sesuai

dengan konsep aliansi yang dinyatakan oleh Douglas T. Stuart yaitu perjanjian

formal antar negara untuk melakukan aksi bersama sebagai salah satu bentuk

respons terhadap situasi politik tertentu.71

Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang mempengaruhi NATO terlibat dalam invasi Amerika

Serikat di Afghanistan adalah ancaman terorisme yang terjadi di Amerika Serikat

pada tanggal 11 September 2001, resolusi Dewan Keamanan PBB, dan

pemerintah Taliban di Afghanistan yang oleh Amerika Serikat dianggap telah

71

. Douglas T. Stuart, “The Future of the European, Alliance, Problem and Oppourtunities for

Coalition strategie”, dalam Gary L. Guertener (ed), Collective Security in Europe, United

States: Startegies Studies institute, 1992.

Page 54: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

43

melindungi Osama bin Laden beserta jaringan Al Qaeda dan juga dianggap tidak

bersifat demokratis terhadap rakyatnya.

1. Ancaman Terorisme

Menurut konvensi PBB tahun 1939, terorisme adalah segala bentuk tindak

kejahatan yang ditujukan langsung kepada negara dengan maksud menciptakan

bentuk teror terhadap orang-orang tertentu atau kelompok orang atau masyarakat

luas.72

Menurut Sukawarsini Djelantik terorisme adalah serangan-serangan

terkoordinasi yang dilakukan individu atau kelompok sub-nasional yang bertujuan

membangkitkan perasaan teror kepada sekelompok masyarakat.73

Apabila Konvensi PBB dan Sukawarsini Djelantik memandang terorisme

sebagai suatu bentuk teror tehadap sekelompok orang atau masyarakat, lainnya

hal dengan NATO yang memandang terorisme sebagai bentuk ancaman yang

tidak mengenal perbatasan, kebangsaan atau agama, oleh karena itu ancaman

terorisme ini merupakan tantangan bagi masyarakat internasional yang harus

ditangani secara bersama-sama.74

Terorisme sendiri bukanlah merupakan hal baru, namun menjadi aktual

terutama sejak terjadinya peristiwa World Trade Center (WTC) di New York,

Amerika Serikat pada tanggal 11 September 2001 di Amerika Serikat, dimana

pada saat itu para teroris berhasil membajak pesawat Boeing 767 milik maskapai

American Airlines dan kemudian menghantamkannya ke menara utara gedung

World Trade Center di New York City serta pesawat ketiga yang menabrak

72

http://www.dephan.go.id/modules.php?name=Sections&op=viewarticle&artid=56, diakses pada

tanggal 22 Oktober 2011. 73

Sukawarsini Djelantik, Terorisme (Tinjauan Psikologi Politis, Peran Media, Kemiskinan, dan

Keamanan Nasional,) Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2010, h. 183. 74

http://www.nato.int/terrorism/index.htm, diakses pada tanggal 23 Oktober 2011.

Page 55: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

44

Gedung Putih Pentagon sedangkan pesawat ke empat yang berniat menabrak

Gedung Washington D.C. jatuh lebih dulu di Sommerset County, Pennsylvania,

setelah aksinya di gagalkan oleh para penumpangnya.75

Tidak lama setelah peristiwa 11 September tesebut, presiden George W. Bush

langsung menuduh Osama Bin Laden dan jaringan Al Qaedah yang di pimpinnya

sebagai tersangka utama dalam serangan 11 September. Tuduhan ini merupakan

yang kesekian kalinya setelah terjadinya aksi pengeboman terhadap sebuah hotel

di Yaman (1992), gedung World Trade centre di New York (1993), basis

penjagaan nasional di Riyadh, Arab Saudi (1995), basis militer Amerika Serikat di

Dahran, Arab Saudi (1996), Kedutaan Besar di Kenya, Tanzania (1998), serta

kapal USS Cole di Yaman. Untuk tuduhan atas aksi pengeboman yang di lakukan

oleh Osama di gedung WTC dan Pentagon, Amerika Serikat mempunyai

beberapa alasan mengapa Osama Bin Laden ditetapkan sebagai tersangka utama,

Amerika Serikat melihat beberapa indikasi yang membuat kekejaman terjadi pada

11 September 2001 merupakan tanggung jawab Osama bin Laden dan jaringan Al

Qaeda, menurut Amerika Serikat adalah:76

Sebelum peristiwa 11 September terjadi, Osama bin Laden telah

mengeluarkan fatwa yang mewajibkan setiap orang muslim untuk

membunuh warga Amerika Serikat, sipil maupun militer.

Pada Agustus dan September, mata-mata Osama bin Laden diperintahkan

untuk kembali ke Afghanistan sebelum 10 September.

75

Rahmi Fitriyanti, “Kajian Mengenai legalitas Formal Use Of Force Amerika Serikat terhadap

Afghanistan,” Orbit: Jurnal Hubungan Internasional, Vol. 1 No.1, Jakarta: Pusat Kajian Hubungan

Intenasional, UIN, Januari 2008, h. 66. 76

Abdul Halim Mahally, “Membongkar Ambisi Global Amerika Serikat,” Jakarta : Pustaka Sinar

Harapan, 2003, h. 108.

Page 56: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

45

Seorang teman dekat Osama bin Laden diketahui merancang secara

matang serangan 11 September.

Dari 19 pembajak, setidaknya 3 orang diantaranya merupakan anggota

jaringan Al Qaeda. Setidaknya seorang pembajak terlibat dalam serangan

kapal angkatan laut Amerika Serikat USS Cole dan melakukan

pengeboman di kedutaan Amerika Serikat di Kenya dan Tanzania.

Berdasarkan penelusuran terhadap gerakan pembajak sebelum 11

September, para penyidik menemukan beberapa diantara mereka bertemu

dengan orang suruhan Osama bin Laden dan secara teratur menerima uang

dari jaringan Al Qaeda.

Akibat adanya fakta-fakta tersebut akhirnya Amerika Serikat memutuskan

untuk menangkap Osama bin Laden beserta jaringan Al Qaeda dengan cara

melakukan operasi milter di Afghanistan pada tanggal 7 Okotber 2001, hal

tersebut dilakukan karena Amerika Serikat mencurigai Osama dan jaringannya

bersembunyi di Afghanistan.

2. Mandat Dewan Keamanan PBB

Faktor ekstenal kedua yang mendorong NATO terlibat dalam invasi Amerika

Serikat di Afghanistan adalah resolusi Dewan Keamanan PBB. Pada tanggal 20

Desember 2001, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi nomor 1386

tentang pembentukan tentara untuk Afghanistan yang dinamakan International

Security Assistance Force (ISAF) yang betugas untuk membantu Otoritas Interim

Afghanistan dalam pemeliharaan keamanan di Kabul dan sekitarnya, melindungi

rakyat Afghanistan, membangun kemampuan pasukan keamanan Afghanistan,

sehingga mereka dapat mengambil tanggung jawab memimpin keamanan di

Page 57: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

46

negara mereka sendiri.77

Resolusi 1386 tersebut mendukung resolusi yang telah

dikeluarkan oleh Dewan Keamanan PBB sebelumnya yaitu resolusi 1378 (2001)

mengenai antiterorisme sehari setelah serangan teroris 11 September 2001,78

dan

Resolusi 1383 (2001) mengenai antiterorisme serta desakan untuk menggalang

kerjasama internasional dalam mencegah dan memberantas teroris.79

Di tahun 2003, tepatnya pada tanggal 11 Agustus, Dewan Keamanan PBB

menyerahkan kepemimpinan ISAF kepada NATO, yang sebelumnya

kepemimpinan ISAF tersebut hanya dipegang oleh Dewan Keamanan PBB. Para

anggota NATO menyambut baik tugas tersebut karena ini merupakan operasi

militer pertama NATO di luar wilayah Eropa dan merupakan operasi terbesar

NATO. Di dalam ISAF NATO mempunyai tanggungjawab atas koordinasi,

komando, perencanaan kekuatan, termasuk penyediaan kekuatan dan markas

besar komandan di Afghanistan

Pada tanggal pada tanggal 13 Oktober 2003, Dewan Keamanan PBB kembali

mengeluarkan resolusi nomor 1510 (2003) yang menyatakan tentang otoritas dari

Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) untuk jangka waktu satu tahun

dan memperluas operasinya di luar ibukota Kabul yaitu ke wilayah Utara, Barat,

dan Selatan Afghanistan.80

Resolusi 1510 yang dikeluarkan oleh Dewan

Keamanan tersebut, disambut baik oleh pemerintah Afghanistan, yang sudah lama

menuntut bahwa ISAF diperluas untuk menegaskan kembali kontrol pemerintah

77

http://daccess-dds-ny.un.org/doc/UNDOC/GEN/N01/708/55/PDF/N0170855.pdf?OpenElement,

diakses pada tanggal 17 Oktober 2011. 78

http://daccess-dds-ny.un.org/doc/UNDOC/GEN/N01/638/57/PDF/N0163857.pdf?OpenElement,

diakses pada tanggal 17 Oktober 2011. 79

http://daccess-dds-ny.un.org/doc/UNDOC/GEN/N01/681/09/PDF/N0168109.pdf?OpenElement,

diakses pada tanggal 17 Oktober 2011. 80

http://daccess-dds-ny.un.org/doc/UNDOC/GEN/N03/555/55/PDF/N0355555.pdf?OpenElement,

diakses pada tanggal 17 Oktober 2011.

Page 58: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

47

atas negara. Berikut keterangan tentang ISAF, ketika baru dibawah komando

NATO:

lokasi afghanistan

Markas Besar Kabul

aktif Desembe 2001-Sekarang

Komandan ISAF Letnan Jenderal Goetz Gliemeroth

(Jerman)/ Agustus 2003-Februari 2004

Wakil Komandan ISAF Letnan Jenderal JB Dutton (Inggris)/

Juli 2002- Mei 2004

kepala Staf ISAF

Rob Bertholee (Belanda)/ Agustus

2003- Desember 2004.

Kekuatan Pada tanggal 11 Agustus 2003, ISAF

terdiri dari 5.000 personil dari 29

negara

kontributor Personil Militer 29 negara anggota NATO seperti,

Amerika Serikat, Inggris, Italia,

Perancis, Jerman, Belanda, Denmark,

Kanada, Belgia, Spanyol, Turki,

Polandia.81

3. Pemerintahan Taliban

Demokrasi dapat diartikan sebagai suatu bentuk keseteraan yang dimiliki

oleh individu dalam suatu kelompok atau perkumpulan kolektif, terutama dalam

hal-hal yang menyangkut kepentingan bersama dari kelompok tersebut.82

Dengan

kata lain, apabila dikaitkan dengan konsep negara, maka demokrasi mencakup

prinsip kembar kendali rakyat atas proses pembuatan keputusan kolektif dan

kesamaan hak-hak dalam menjalankan kendalai tersebut.

81

http://www.isaf.nato.int, diakses pada tanggal 18 Oktober 2011. 82

Dina Susanti dan Farah Monika, Peran AS dalam Transisi Rejim di Negara Lain: Studi Kasus

Afganistan, Global Jurnal Politik Internasional Vol. 7 No. 2 (Mei 2005), h. 41.

Page 59: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

48

Saat ini, demokrasi dianggap sebagai prinsip utama oleh negara-negara di

dunia, seperti Amerika Serikat, maupun oleh sebuah organisasi negara-negara

barat seperti NATO. Mereka percaya bahwa demokrasi dapat meningkatkan

perdamaian dan keamanan, mendukung pasar yang lebih bebas dan terbuka,

melindungi hak asasi manusia (HAM) dan kebebasan fundamental, serta efektif

dalam melawan kejahatan internasional dan terorisme. oleh karena itu, hal-hal

positif dalam demokrasi tersebut harus dapat disebarkan secara global, sehingga

negara-negara lain juga dapat merasakan berbagai dampak positif dari demokrasi

tersebut, dan semakin memperbaiki sistem intenasional secara keseluruhan.83

Isu demokratisasi, terutama dalam hal ini meningkatkan demokratisasi di

negara-negara lain semakin ditingkatkan oleh Amerika Serikat terutama setelah

peristiwa 11 September 2001, dimana Amerika Serikat mengalami serangan di

dalam wilayahnya sendiri. Serangan terorisme tersebut semakin menguatkan

keinginan mereka untuk meningkatkan demokrasi di negara-negara yang masih

dikuasai oleh rejim yang otoriter. Dengan mengajak NATO yang memang juga

sangat menjunjung tinggi prinsip demokrasi, akhirnya Amerika Serikat

memutuskan untuk melaksanakan penyebarluasan demokrasi pertama kali di

Afghanistan.

Di pilihnya Afghanistan oleh Amerika Serikat dan NATO untuk

melakukan penyebarluasan demokrasi disebabkan oleh negara tersebut masih

dipimpin oleh rejim otoriter bernama Taliban. Memang, ada pemimpin negara

yang dalam memimpin negaranya tidak jauh berbeda seperti yang dilakukan oleh

Taliban di Afghanistan, yang tidak di invasi oleh Amerikat Serikat karena

83

Ibid, h. 42.

Page 60: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

49

dilatarbelakangi oleh faktor kedekatan dua negara, salah satu contohnya adalah

negara Mesir. Kedekatan Mesir dan Amerika Serikat karena kedua negara tersebut

memiliki kepentingan masing-masing untuk keberlangsungan negaranya. Amerika

Serikat bersedia membantu ekonomi Mesir asalkan Mesir berusaha menyediakan

cadangan minyaknya yang ada di Timur Tengah.84

hal inilah yang membuat

hubungan Mesir dan Amerika Serikat tetap baik sampai sekarang. Berbeda halnya

dengan Afghanistan yang walaupun sama-sama memiliki pemimpin otoriter tetap

saja Amerika Serikat melalukan invasi di negara tersebut.

Ada beberapa hal yang melatarbelakangi Amerika Serikat bersama dengan

NATO melakukan invasi ke Afghanistan. diantaranya, Taliban oleh Amerika

Serikat dituduh telah memberikan perlindungan kepada Osama bin Laden yang

oleh Amerika Serikat dianggap sebagai pihak yang harus bertanggungjawab atas

tragedi 11 September 2001. Selain itu Dalam memimpin negara Afghanistan,

Taliban oleh Amerika Serikat dianggap terlalu bersikap otoriter kepada rakyatnya,

terutama kepada kaum wanita. Kaum wanita yang selama empat dekade leluasa

melakukan aktivitas sosialnya dan mendominasi aktivitas Kabul, tiba-tiba oleh

Taliban dilarang keluar rumah, kecuali memakai Burqa. Selain itu Taliban juga

melarang masyarakat untuk mendengarkan segala bentuk musik, kaset dan tape

recorder, dan masih banyak lagi larangan lain yang dikeluarkan oleh Taliban

untuk masyarakat. Larangan-larangan tersebut diikuti dengan ancaman hukuman,

bahkan terjadi penangkapan dari rumah ke rumah. Atas dasar itulah pemerintah

84

Yon Machmudi, “Palestina dan Keegoisan Para Pemimpin Arab,” diakses dari

staff.ui.ac.id/internal/070603201/.../4oTahunJatuhnyaJerussalem.doc, pada 19 Maret 2012.

Page 61: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

50

Amerika Serikat bersama dengan NATO merasa perlu melakukan perubahan

terhadap pemerintahan Afghanistan.85

Intervensi Militer NATO di Afghanistan

Intervensi militer Amerika Serikat dan NATO mulai dilaksanakan pada 07

Oktober 2001 dengan nama operasi Operation Enduring Freedom86

yang

bertujuan menghancurkan pertahanan Taliban dan Al Qaeda yang dipusatkan di

wilayah Kabul, ibukota Afghanistan dan juga di kota Jalababad. Operation

Enduring Freedom sendiri bukan operasi NATO, meskipun banyak mitra koalisi

NATO adalah anggota NATO. Dalam seranagan pertama ini Amerika Serikat

dibantu oleh Sekitar 27.000 pasukan NATO.87

Operation Enduring Freedom

tersebut, dilakukan pada malam hari dengan 50 rudal Tomhawk yang

ditembakkan dari pesawat B-2 dan F-18, ditambah lagi dengan 15 pesawat

pengebom dan 25 pesawat penyerang yang berpengkalan di kapal induk.

Sebelumnya di tanggal 19 September 2001, Amerika Serikat telah mengirimkan

pasukan tempurnya ke basis militer mereka yang berada di di Teluk Persia.

Serangan demi serangan terus dilakukan oleh pasukan Amerika Serikat dan

Inggris, dan dalam beberapa hari, sebagian besar tempat pelatihan Al-Qaeda

sudah mengalami kerusakan yang cukup parah. Hal yang sama juga terjadi pada

pusat pertahanan udara Taliban. Walaupun telah menurunkan berbagai kekuatan

militernya, hasil invasi militer tersebut belum dapat memperlihatkan hasil yang

maksimal pada awal pelaksanaannya.

85

Abdul Halim Mahally, Membongkar Ambisi Global Amerika Serikat, Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan, 2003, h. 68. 86

Iwan Hadibroto, Dkk., “Di Balik Perseteruan AS vs Taliban: Perang Afganistan”, Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, 2002, h. 27. 87

http://fpc.state.gov/documents/organization/71867.pdf, diakses pada tanggal 18 Maret 2012.

Page 62: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

51

Pada hari keempat, Amerika Serikat bersama dengan NATO mulai berani

melakukan penyerangan di siang hari menggunakan pesawat yang terbang lebih

rendah. Di Kabul, pasukan Taliban membalas dengan meriam-meriam anti-

pesawat yang bagi penyerang tidak ada artinya.88

Di tanggal 15 Oktober, terjadi lagi serangan besar dari pasukan NATO.

Sepanjang hari, pesawat pengebom datang bergelombang menghantam sasaran

militer di Barat laut Kabul. Dalam serangan selama 9 hari itu, Amerika Serikat

Telah menjatuhkan sedikitnya 2.000 bom dan peluru kendali. Dari sejumlah

serangan tersebut ada yang salah sasaran, di antaranya, menghancurkan gedung

pangan milik Palang Merah Internasional (ICRC). Akibat serangan bom tersebut,

banyak korban berjatuhan yang kebanyakan berasal dari masyarakat sipil bukan

dari pasukan Taliban hal tersbut dikarenakan pasukan Taliban sudah sejak lama

meninggalkan sasara-sasaran militer yang diluluh lantakan itu.89

Setelah melakukan aksi pengeboman selama hampir dua minggu dengan

menggunakan pesawat, Amerika Serikat mulai menggelar pasukan dan mulai

membuka babak baru dengan melakukan serangan di darat. Serangan darat

pertama pada jumat 19 Oktober 2001 dengan 100 anggota pasukan komando

Rangers AD dan kesatuan elite lainnya di wilayah dekat Kandahar hanya

berlangsung singkat. Pasukan komando tersebut masuk dengan helikopter selama

beberapa jam, tetapi kemudian ditarik kembali.

Pada tanggal 9 November 2001, dimulailah pertempuran untuk merebut

wilayah Mazar-i-Sharif. Dalam pertempuran yang cukup singkat ini, pihak

pasukan NATO akhirnya berhasil menguasai kota dan membuat pasukan Taliban

88

Ibid, h. 28. 89

Ibid, h. 29.

Page 63: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

52

mengundurkan diri ke wilayah selatan dan timur.90

Tanggal 10 November 2001,

pasukan NATO berhasil menguasai 5 provinsi di sebelah utara Afghanistan dalam

waktu yang cukup singkat. Keberhasilan pasukan NATO tersebut dalam merebut

wilayah Mazar-i-Sharif telah memicu jatuhnya posisi Taliban itu sendiri.91

Akhirnya pada tanggal 12 November 2001, pasukan Taliban mulai

mengundurkan diri dari wilayah Kabul, dan keesokan harinya, tanggal 13

November, NATO dengan dukungan pasukan khusus angkatan darat Amerika

Serikat bergerak menuju Kabul. Untuk mendukung operasi serangan darat

tersebut, Amerika Serikat membangun pangkalan di garis depan di kawasan yang

yang dikuasai oleh kelompok oposisi Aliansi Utara dengan kapasitas 600 tentara,

di pangkalan ini tersedia petugas keamanan, makanan, perawatan medis dan

dukungan evakuasi. Pasukan Amerika Serikat menghujani Kabul dengan bom dan

Rudal, Aliansi Utara merebut Kabul dengan mudah dan mengusir pasukan

Taliban.

Setelah Aliansi Utara dan Amerika Serikat berhasil menguasai Mazar-i-Sharif,

Kabul, dan Herat, selanjutnya kawasan Kandahar menjadi sasaran. Dengan

menguasai Kandahar, akan memberikan peluang yang besar bagi pasukan

Amerika Serikat untuk menangkap anggota kelompok Taliban sebanyak mungkin.

Untuk tujuan itu, Amerika Serikat mengerahkan kontingen pasukan konvensional.

Pada tanggal 25 November 2001 dikerahkan dua unit ekspedisi korps marinir

untuk menguasai landasan Dolangi yang letaknya 90 kilometer barat daya

Kandahar.92

Marinir berhasil mendarat dan menguasai pangkalan Dolangi tersebut

90

Dina Susanti dan Farah Monika, Peran AS dalam Transisi Rejim di Negara Lain: Studi Kasus

Afganistan, Global Jurnal Politik Internasional Vol. 7 No. 2 (Mei 2005) h. 49. 91

Ibid, 49. 92

Bagus Dharmawan, Petaka di Gunung Afgan, Jakarta: Penerbit Kompas, 2003, h. 16.

Page 64: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

53

yang disiapkan untuk pesawat-pesawat Hercules yang akan membawa pasukan

tambahan untuk mengepung Kandahar.

Pasukan Amerika Serikat dan pendukung pemerintah Hamid Karzai

mempersiapkan diri selama dua pekan lamanya, lalu mengambil posisi strategis

untuk menaklukkan Kandahar. Karzai berupaya agar orang-orang Taliban

menyerah dengan damai dan mengalihkan kekuasaan atas Kandahar. Sebelum

masuk ke Kandahar, pesawat-pesawat tempur Amerika Serikat memborbardir

posisi pertahanan Taliban. Sehingga Taliban memutuskan siap menyerah tanpa

syarat dan bersedia untuk berunding bersama Karzai. Tanggal 5 Desember empat

orang utusan Taliban berunding dengan Karzai. Pada tanggal 7 Desember Kazai

dan para Pendukungnya memasuki Kandahar, koalisi antara Amerika Serikat dan

pendukung Karzai menyebabkan militer Taliban di Kandahar menyerahkan diri.

Walaupun begitu Amerika Serikat gagal dalam menangkap Osama Bin Laden.93

Para anggota Al-Qaeda dan pasukan Taliban yang tertangkap oleh tentara

Amerika Serikat kemudian dikirim ke Guantanamo yang terletak di Kuba.

Sebenarnya kebijakan pemerintah Amerika Serikat di bawah kepemimpinan

George Walker Bush yang menampung tahanan di Guantanamo merupakan

penerusan kebujakan dari masa periode Presiden George Bush Sr di masa lalu,

dalam rangka menjalankan kebujakan perang melawan terorisme setelah

pengeboman menara kembar World Trade Center, di New York, pada tahun 2001

silam.

Setelah Kabul jatuh ke tangan Amerika Serikat dan NATO, pada bulan

Desember 2001 faksi-faksi yang di Afghanistan dan menjadi oposisi dari Taliban

93

Ibid, h. 16.

Page 65: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

54

mengadakan pertemuan di Bonn, Jerman dan pertemuan tersebut disponsori oleh

PBB. Dalam pertemuan tesebut diperoleh kesepakatan untuk membentuk suatu

stabilitas dan pemerintahan di Afghanistan melalui dibentuknya pemerintahan

interim (sementara) dan menciptakan suatu proses menuju pembentukan

pemerintahan yang lebih permanen. Maka, melalui kesepakatan yang disebut

sebagai Kesepakatan Bonn itu, dibentuklah pemerintahan interim Afghanistan dan

mulai bertugas sejak tanggal 22 Desember 2001 dengan Hamid Karzai sebagai

pemimpinnya. Otoritas interim ini memegang tampuk kepentingan selama enam

bulan sambil mempersiapkan terbentuknya ”Loya Jirga” (Parlemen Tradisional

Afghanistan) pada pertengahan bulan Juni 2002 yang akan memutuskan bentuk

dari struktur otoritas Transisional. Otoritas Trasisional ini, diketuai oleh Presiden

Hamid Karzai, mengubah namanya pemerintahan Afghanistan menjadi ”Negara

Islam Transisional Afghanistan” (TISA/Transitional Islamic State of

Afghanistan).94

Pengakuan dan dukungan terhadap pemerintahan interim di

Afghanistan tersebut ditunjukkan oleh Amerika Serikat Ryan Crokcker, mantan

Dubes Amerika Serikat di Syria sebgai pimpinan kedutaan di Kabul.

Tahun 2002 Amerika Serikat bersama dengan NATO, pasukan non-Nato, dan

Tentara Afghanistan melaksanakan sebuah operasi yang diberi nama Operasi

Anaconda.95

Operasi Anaconda berlangsung di awal Maret 2002 di mana militer

Amerika Serikat dan CIA Paramilitary Officers,, bekerja sama dengan pasukan

sekutu militer Afghanistan, Nato dan pasukan non-Nato berusaha untuk

menghancurkan al-Qaeda dan pasukan Taliban di lembah Shahi-Kot dan Arma

Pegunungan tenggara Zormat. Operasi Anaconda dilaksanakan antara tanggal 2

94

http://www.state.gov/r/pa/ei/bgn/5380.htm diakses pada tanggal 07 Januari 2011. 95

http://www.globalsecurity.org/military/world/afghanistan/shahi-khot.htm, diakses pada tanggal

3 Februari 2011.

Page 66: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

55

Maret dan 16 Maret 2002, 1000-1.700 pasukan AS dan 1000-1500 milisi pro-

pemerintah Afghanistan dan 20096

tentara dari NATO berjuang melawan 300

sampai 1.000 pejuang al-Qaeda dan Taliban untuk memperoleh kendali lembah

Shahi kot. pasukan Taliban dan al-Qaeda bersembunyi dan menyerang di antara

gua-gua dan pegunungan di daerah pegunungan tenggara Zormat dan menembak

pasukan AS berusaha untuk mengamankan daerah itu dengan mortir dan senapan

mesin berat. Pasukan AS telah memperkirakan kekuatan pemberontak di lembah

Shahi-Kot di 150 sampai 200, tetapi kemudian informan memberitahukan kalau

kekuatan yang sebenarnya adalah dari 500 sampai 1.000 pejuang. Pasukan AS

memperkirakan bahwa mereka telah menewaskan sedikitnya 500 pejuang selama

masa pertempuran. Namun, operasi penyerangan yang sudah direncankan secara

matang oleh pasukan Amerika Serikat mengalami kegagalan karena pergerakan

helikopter pengintai pasukan Amerika Serikat sudah diketahui oleh Taliban.

Ketika helikopter pasukan Amerika Serikat dan pasukan infanteri bergerak

melakukan penyergapan, tiba-tiba mereka disambut oleh tembakan beruntun

pasukan Taliban. Helikopter Amerika Serikat maupun pasukan Amerika Serikat

dihujani oleh tembakan dan mortir dari pasukan Taliban yang bersembunyi dan

melakukan penyerangan dari dalam gua di atas gunung-gunung. Pasukan Amerika

Serikat kewalahan menghadapinya, bahkan beberapa Helikopter lik mereka rusak

parah. Penyergapan tersebut menuai kegagalan dari pihak Amerika Serikat,

meskipun korban yang berjatuhan banyak di pihak Taliban yaitu total dari sekitar

300 -1000 pejuang taliban yg meninggal mencapai 800 orang, sedangkan 2000

tentara amerika yang meninggal mencapai 15 0rang dan 82 luka –luka.

96

http://www.globalsecurity.org/military/world/afghanistan/shahi-khot.htm, diakses pada tanggal

3 Februari 2011.

Page 67: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

56

Tahun 2004 Amerika Serikat bersama dengan NATO mengirim 2000 pasukan

tambahan ke Afghanistan untuk meningkatkan perburuan terhadap osama bin

Laden dan tokoh-tokoh Al-Qaeda serta kelompok Taliban lain. Pasukan tambahan

ini akan memperkuat 12.000 pasukan yang sudah sudah berada di negara itu.

Amerika Serikat melancarkan serangan baru ke Afghanistan setelah penambahan

pasukan tersebut. Serangan tersebut dinamakan Operasi Desert Storm,97

yang

bertujuan untuk menghancurkan sisa-sisa Taliban. Taliban pun tidak tinggal diam,

mereka melakukan serangan dengan bentuk konfrontasi, dengan menyerang

konvoi kendaraan militer. Bahkan taliban juga berhasil menembak jatuh

helikopter-helikopter Amerika Serikat yang melakukan patroli ataupun yang

melakukan serangan terhadap pejuang Taliban. Keberhasilan Taliban

menjatuhkan helikopter-helikopter tempur Amerika Serikat tersebut semakin

membuat Taliban bersemangat untuk meningkatkan serangan-serangannya. Di

tahun ini juga Amerika Serikat membantu Afghanistan untuk melaksanakan

pemilu pertamanya dan dalam pemilu ini Amerika Serikat memberi dukungan

penuh kepada Hamid Karzai untuk menjadi Presiden Afghanistan.98

Namun,

karena Amerika Serikat terlalu banyak ikut campur dalam pemilu ini, banyak

kandidat yang mengancam memboikot hasil pemilihan presiden serta menuntut

adanya pemilihan ulang.99

Pada tanggal 31 Oktober 2004, hasil pemilihan presiden sudah dapat

diketahui, dimana Hamid Karzai sudah jelas memenangkan pemilihan tersebut,

mendapatkan 55 persen suara. Kemenangan ini diumumkan pada awal November

2004.

97

Bagus Dharmawan, Petaka di Gunung Afgan, Jakarta: Penerbit Kompas, 2003, h. 19. 98

Ibid, h. 19. 99

Ibid, h. 20.

Page 68: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

57

Di bulan Mei tepatnya pada tanggal 15 Mei 2006, 10 ribu pasukan NATO dan

pasukan Tentara Nasional Afghanistan menggelar Operasi Mountain Thrust

dibawah komando Amerika Serikat. Operasi itu dirancang untuk melacak

keberadaan para pasukan Taliban, menghancurkan kegiatan teroris mereka dan

memberikan keamanan bagi sebuah lingkungan yang aman bagi pembangunan

kembali di wilayah-wilayah selatan dan baratdaya negara.100

Dalam operasi itu para pasukan NATO dan pasukan Tentara Nasional

Afghanistan berhasil menyita 74 senjata ringan dan 14 senapan mesin berat,

namun akibat operasi ini banyak korban yang berjatuhan dari pihak Taliban

maupun dari pihak Tentara Nasional Afghanistan Sekitar 149 pasukan Taliban

tewas dan tiga Tentara Nasional Afghanistan tewas.

Pada 2 September 2006, tentara NATO dan tentara Afghanistan yang terdiri

dari 2000 pasukan melakukan Operasi Medusa di distrik Panjwayi, provinsi

Kandahar, yang selama ini menjadi pusat perlawanan Taliban. Tujuan dari operasi

ini adalah .untuk membentuk pemerintahan di kota Panjwayi. Pasukan yang

terlibat dalam Operasi Medusa ini sebanyak 2000 dari pasukan NATO yaitu dari

Kanada, Belanda, Amerika Serikat, Inggris, Denmark dan 2000 dari Tentara

Nasional Afghanistan. Akibat operasi tersebut Sekitar 500 pejuang Taliban tewas

dan 4 pasukan Kanada juga tewas dalam serangan tersebut101 dan hasil dari operasi

ini adalah NATO berhasil menggangu struktur komando dalam jaringan

Taliban.102

100

http://articles.cnn.com/keyword/operation-mountain-thrust, diakses pada tanggal 3 Februari

2011. 101

http://id.voi.co.id/berita-internasional/timur-tengah/1426-pasukan-internasional-serang-

taliban.html, diakses pada tanggal 5 Februari 2011. 102

http://www.metrotvnews.com/read/newsvideo/2006/09/04/23479/-Empat-Tentara-Kanada-

Tewas-di-Afghanistan-/82, diakses pada tanggal 10 November 2010.

Page 69: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

58

Tanggal 16 September 2006 sebagai tindak lanjut dari Operasi Medusa,

NATO kembali melancarkan sebuah operasi yang diberi nama Operasi Mountain

Attack Tujuannya adalah untuk untuk membersihkan basis Taliban dari Provinsi

Timur Afghanistan dan untuk proyek-proyek rekonstruksi seperti sekolah, fasilitas

kesehatan, dan gedung pengadilan.

Operasi ini melibatkan 3000 pasukan NATO yang didominasi oleh Amerika

Serikat, sekitar 4.000 polisi dan Tentara Nasional Afghanistan. Operasi itu

dipusatkan di provinsi Paktika, Khost dan Ghazni, Afghanistan timur, dan di

Logar, Afghanistan tengah, yang berdampingan dengan ibukota.

Serangan kedua berlangsung di bagian timurlaut ibukota provinsi Tirin Kot.

Pasukan koalisi dan Afghanistan menyerbu satu kompleks Taliban yang

digunakan sebagai tempat pertemuan dan perlindungan bagi gerilyawan Taliban

guna merencanakan dan melancarkan operasi terhadap warga Afghanistan

setempat. Dalam operasi tersebut 5 pasujan Taliban tewas dan dari operasi

tersebut para pasukan berhasil menyita 3,5 kg opium.

Operasi Falcon Summit adalah operasi NATO yang dipimpin oleh Kanada,

operasi ini dimulai tanggal 15 Desember 2006, tujuan dari operasi ini adalah

untuk mengusir pasukan Taliban dari Panjawi dan Zhari.103

Pada tanggal 15 Desember dini hari pesawat NATO menyerang sebuah pos

komando milik pasukan Taliban menggunakan bom, roket. Pada hari itu juga

NATO menjatuhkan Airborne leaflet propaganda104

kepada penduduk di daerah

103

http://id.voi.co.id/arsip/1426-pasukan-internasional-serang-taliban.htm, diakases pada tanggal 4

Februari 2011. 104

Airborne leaflet propaganda adalah perang psikologis yang digunakan dalam konflik militer

asing untuk mengubah perilaku orang-orang di wilayah yang dikuasi musuh, (lihat

www.encyclo.co.uk/define/Airborne%20leaflet%20propaganda), diakses pada tanggal 2 februari

2011.

Page 70: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

59

Panjawi. Pertama, memberi peringatan kepada penduduk tentang konflik yang

akan datang, kedua mengharuskan penduduk untuk memberikan dukungan kepada

NATO, dan yang ketiga memberi peringatan kepada pasukan Taliban untuk

meninggalkan daerah Panjawi, apabila tidak mau meninggalkan daerah tersebut

pasukan Taliban akan menghadapi pasukan NATO.

Pada tanggal 19 Desember 2006 serangan dimulai, sebuah serangan dari

Artileri Kanada dan serangan tank membuat posisi Taliban menjadi lemah dan

akhirnya menewaskan sekitar 60 pasukan Taliban.

Operasi Achilles.105

Operasi ini dipimpin oleh ISAF dari Inggris yang dimulai

pada tanggal 6 Maret 2007. Operasi ini memusatkan perhatian pada perbaikan

keamanan di daerah tempat persembunyian para ekstrimis Taliban yaitu di

provinsi Helmand, penyelundup narkotika dan elemen-elemen lainnya yang

berusaha menggoyang pemerintah Afghanistan. Operasi Achilles melibatkan lebih

dari 4.500 pasukan NATO dan hampir 1.000 pasukan Afghanistan di provinsi

Helmand. Selain melakukan operasi Achilles NATO juga melakukan Operasi

Volcano.106

Operasi Volcano tesebut merupakan bagian dari operasi Achilles,

yang melibatkan melibatkan pasukan Inggris, tujuannya adalah untuk mengusir

basis Taliban yang berada di dekat bendungan listrik tenaga air Kajakai. Pasukan

yang ikut dalam operasi tersebut terdiri dari 42 pasukan komando Royal Marinir

dan 59 pasukan komando Royal Engineers Namun operasi tersebut tidak terlalu

berjalan dengan lancar karena para pasukan mendapat serangan dari basis Taliban,

mereka menyerang menggunakan senapan serbu, senapan mesin, dan granat roket.

105

http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=89778:pasukan-

internasional-serang-taliban-di-afghanistan-selatan&catid=16&Itemid=29, diakses pada tanggal 2

februari 2011. 106

http://search.defensenews.com/sp?aff=1100&keywords=Marines+clear+Taliban+from+key+Af

ghan.

Page 71: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

60

Untuk membalas serangan tersebut para pasukan membalas dengan menggunakan

senjata mortir.

Tanggal 3 April 2007 pasukan Amerika Serikat bersama dengan Tentara

Nasional Afghanistan menyerbu sebuah komplek Taliban yang berada di provinsi

Helmand, setelah mendapat kabar bahwa di dalam kompleks tersebut

bersembunyi seorang komandan Taliban, akibat penyerbuan tersebut 10 pasukan

Taliban tewas dan dua tertangkap, namun komandan Taliban tersebut tidak

berhasil tertangkap.107

Tanggal 30 April 1000 pasukan ISAF bersama dengan Tentara Nasional

Afghanistan berusaha membuat Pasukan Taliban keluar dari desa Geresh dan

desa-desa sekitarnya melalui Lembah Sangin, namun akibat serangan tersebut,

130 pasukan Taliban tewas.

Pada tanggal 30 Mei 2007 NATO kembali melakukan operasi dengan nama

Operation Lastay Kulang atau Pickaxe Handle di selatan provinsi Helmand,

operasi ini merupakan kelanjutan dari operasi Achilles. Pasukan yang ikut dalam

operasi tersebut terdiri dari 2000 pasukan ISAF dan 2000 tentara pasukan

Afghanistan. Tujuan dari operasi ini adalah untuk menghapus kekuatan Taliban

yang kehadirannya mengancam keamanan dan stabilitas kota Sangin.108

Dalam operasi ini pertempuran dimulai pada malam hari, para pasukan NATO

melakukan serangan udara dengan menggunakan American Divisi Airborne ke-

82. selain itu pesawat Chinook juga ikut ambil bagian dalam operasi tersebut.

107

http://search.defensenews.com/sp?aff=1100&keywords=Marines+clear+Taliban+from+key+Af

ghan, diakses pada 3 Februari 2011.

108

http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=89778:pasukan-

internasional-serang-taliban-di-afghanistan-selatan&catid=16&Itemid=29, diakses pada tanggal 2

februari 2011.

Page 72: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

61

akibat pertempuran tersebut lima pasukan Amerika Serikat, satu pasukan Inggris

dan satu pasukan Kanada tewas.

Pada tanggal 2 Juni NATO mengklaim bahwa mereka telah berhasil menahan

beberapa pejuang Taliban, sedangkan pada tanggal 5 Juni terjadi serangan udara

yang menewaskan 24 pejuang Taliban yang berada di Selatan Afghanistan.

Tanggal 6 Juni Seorang tentara Inggris tewas dalam baku tembak di sebuah

kompleks Taliban dan pada tanggal 8 terjadi pertempuran dan serangan udara

yang mengakibatkan 30 pejuang Taliban tewas dan terluka. Hasil dari operasi ini

adalah terpilihnya gubernur kota Sangin.109

Tanggal 24 Juli 2007 NATO kembali melakukan operasi dengan nama operasi

Hammer di selatan provinsi Helmand di Afghanistan di daerah antara Heyderabad

dan Mirmandab. Operasi ini bertujuan untuk mengusir Basis Taliban yang berada

diatas lembah Geresh di provinsi Helmand dan untuk memperluas pengaruh dan

pengawasan pemerintah Afghanistan yang terpilih secara demokratis. Sebanyak

1.500 pasukan ISAF yang kebanyakan dari pasukan Inggris yaitu The Dragoons

Light, The First Batalyon Pengawal Grenadier dan 500 tentara Afghanistan

mengambil bagian dalam operasi itu. Selama awal operasi para pasukan hanya

berjaga-jaga di kanal Nahr e-Seraj sambil mencari basis Taliban sebelum Royal

Engineers mendirikan basis operasi bersama ke depan. tentara ISAF dan Tentara

Nasional Afghanistan terus bergerak melalui daerah yang dikuasai Taliban yaitu

daerah utara, selatan dan ke timur lembah Geresh .awal November operasi

berakhir dengan hasil pasukan koalisi berhasil menguasai wilayah selatan sungai

Helmand.

109

http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=89778:pasukan-

internasional-serang-taliban-di-afghanistan-selatan&catid=16&Itemid=29, diakses pada tanggal 2

februari 2011

Page 73: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

62

Operasi Harekate Yolo (bahasa Persia: untuk penegakan ke depan) adalah

operasi yang melibatkan pasukan ISAF dari NATO dan tentara Afghanistan.

Operasi ini diluncurkan pada akhir Oktober dan terdiri dari sekitar 160 pasukan

ISAF yang kebanyakan dari pasukan Jerman dan 400 tentara nasional

Afghanistan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi persembunyian Taliban di

provinsi Badakhshan dan untuk mengusir militan.110

Serangan tahap kedua, Operasi Harekate Yolo II, diluncurkan pada tanggal 1

November. Operasi ini melibatkan 260 tentara Norwegia, 300 pasukan Jerman,

900 anggota Tentara Nasional Afghanistan, dan juga pasukan Italia, Hongaria,

dan Spanyol Pada hari pertama operasi pasukan ISAF berhasil menangkap

beberapa pemberontak yang melakukan serangan terhadap pasukan ISAF dan juga

melakukan serangan bunuh diri yang kemudian melukai 3 orang pasukan Jerman.

Antara tanggal 1 November dan 6 November pasukan ISAF yang berasal dari

Jerman Norwegia bersama dengan Tentara Nasional Afghanistan memerangi

gerilyawan Taliban di distrik Ghowrmach. Dalam pertempuran tersebut banyak

korban berjatuhan dari pihak Taliban sementara dari pihak ISAF dan Tentara

Nasional Afghanistan tidak ada korban. Hasil dari operasi ini pasukan ISAF dan

Tentara Nasional Afghanistan berhasil mengusir pasukan taliban dari distrik

Ghowrmach.

Operasi Karez adalah operasi militer NATO yang dilaksanakan pada tanggal

13-23 Mei 2008. operasi tersebut melibatkan pasukan ISAF yang berasal dari

Jerman Norwegia dan Tentara Nasional Afghanistan. Tujuan dari operasi Karez

110

http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=89778:pasukan-

internasional-serang-taliban-di-afghanistan-selatan&catid=16&Itemid=29, diakses pada tanggal 2

februari 2011.

Page 74: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

63

adalah untuk mengusir para pasukan Taliban yang berkumpul kembali pasca

Operasi Harekate Yolo.

Pada hari pertama operasi para pasukan sudah mendapat serangan dari para

pasukan Taliban. Pasukan Taliban menyerang dengan menggunakan senapan

serbu, senapan mesin dan granat roket, mereka menyerang dari jarak sekitar 1200

meter, namun serangan tersebut dapat diatasi oleh pasukan ISAF Jerman dan

mereka berhasil mengusir para pasukan Taliban.

3. Efektifitas Peran NATO Dalam Operasi Militer yang dipimpin Oleh

Amerika Serikat di Afghanistan Masa Pemerintahan George W. Bush

Menurut Chester A. Crocker efektifitas dapat didefinisikan sebagai

terhindarnya kondisi konflik yang makin memburuk. Dalam situasi lain dapat

berarti kemajuan marjinal dalam menstabilisasi, membendung, dan mengawasi

krisis kemanusiaan serta menyebarnya konflik ke wilayah lain.111

Hal ini perlu dikemukakan karena dalam menganalisa efektifitas peran

NATO dalam invasi Amerika Serikat di Afghanistan, kondisi yang ditemui jauh

dari ideal. Kepemimpinan NATO dalam ISAF serta berbagai operasi militer yang

telah dilakukan belum menunjukan kemampuan NATO untuk membantu

Afghanistan menyelesaikan problematika yang terjadi di dalam negerinya.

Ketidakefektifan tersebut disebabkan oleh banyak hal, salah satunya

adalah belum berpengalamannya NATO dalam melakukan peran organisasinya

diluar kawasan Eropa. Akibatnya, kebijakan yang dikeluarkan belum secara

efektif menyentuh akar masalah yang ada di Afghanistan. Afghanistan tetap

dalam kondisi memprihatikan bahkan lebih memprihatikan dibanding pada saat

111

Barokah Zuliati, Efektifitas Intervensi Kemanusiaan PBB di Somalia (1992-1995) dan (1994),

Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, 2000, h. 34.

Page 75: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

64

Taliban masih memimpin Afghanistan. Rakyat Afghanistan memang kini telah

terbebas dari aturan-aturan ketat Taliban. Rakyat Afghanistan kini telah memiliki

pemerintahan yang stabil dan diakui oleh dunia internasional, Tapi rakyat

Afghanistan masih belum terbebas dari kekerasan bersenjata dan bahkan

kekerasan bersenjata saat ini memasuki era yang lebih mengerikan: bom bunuh

diri, penculikan bahkan „pembantaian‟ warga sipil oleh tentara multinasional.112

Kondisi perekonomian Afghanistan saat ini juga tak jauh berbeda dengan di

era kekuasaan Taliban. Pengangguran masih begitu tinggi. Pemerintahan

Afghanistan pimpinan Presiden Hamid Karzai yang diakui oleh dunia

internasional ternyata tidak serta merta membawa investasi dunia ke negara itu.

Pemerintahan Afghanistan saat ini sebaliknya dikenal sebagai pemerintah yang

penuh nepotisme dengan korupsi yang sangat merajalela, dua hal yang tidak

terjadi di era Taliban.113

Selain tidak bisa membuat kondisi Afghanistan menjadi lebih baik, NATO

juga belum bisa mematikan ancaman terorisme yang ada di Afghanistan,

walaupun Osama bin Laden sudah tewas. Hal tersebut dikarenakan oleh beberapa

faktor, pertama, Terorisme acap kali hanya ditangani secara parsial dan pragmatis

sesuai dengan standar ganda negara-negara adidaya. Padahal, fenomena semacam

itu harus diberantas secara menyeluruh hingga ke akar-akarnya. Sayangnya,

pemerintahan AS di era Presiden Bush mendefinisikan fenomena terorisme secara

112

http://www.analisadaily.com/news/read/2011/10/10/16548/10-tahun-perang-

afghanistan/#.T2cIhlJjRI4, diakses pada tanggal 18 Maret 2012. 113

http://www.analisadaily.com/news/read/2011/10/10/16548/10-tahun-perang-

afghanistan/#.T2cIhlJjRI4, diakses pada tanggal 18 Maret 2012.

Page 76: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

65

tidak sempurna dan hanya terfokus pada kelompok Taliban dan jaringan Al

Qaeda.114

Kedua, Penekanan Barat yang hanya memaksakan model keamanannya

secara sepihak di Afghanistan, tanpa mempedulikan kompleksitas kondisi kultural

dan sosial negara ini merupakan salah satu penyebab utama kegagalan strategi

militer Barat di Afghanistan. Apalagi, Amerika Serikat dan NATO acap kali

berupaya melemahkan posisi pemerintahan dan kedaulatan nasional Afghanistan

sebagaimana yang sering diungkapkan sendiri oleh Presiden Hamid Karzai. Tentu

saja langkah semacam itu, makin menyulut kemarahan dan kebencian rakyat

Afghanistan terhadap pasukan asing.115

Dari uraian diatas mengenai peran efektivitas NATO di Afghanistan diketahui

bahwa kehadiran NATO di Afghanistan ternyata belum mampu membuat rakyat

Afghanistan menjadi lebih merdeka dibanding pada saat dipimpin oleh Taliban

dan NATO juga belum bisa membuat ancaman terorisme yang ada di Afghanistan

menjadi hilang.

114

http://indonesian.irib.ir/index.php?option=com_content&task=view&id=15602&Itemid=59,

diakses pada tanggal 07 Juni 2011. 115

http://indonesian.irib.ir/index.php?option=com_content&task=view&id=15602&Itemid=59,

diakses pada tanggal 07 Juni 2011.

Page 77: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

66

BAB IV

PENUTUP

I.V.1. Kesimpulan

Skripsi ini telah melakukan penelitian tentang Keterlibatan NATO dalam

operasi militer yang dipimpin oleh Amerika Serikat di Afghanistan. Dengan

menggunakan studi pustaka penulis berkesimpulan, bahwa NATO yang pasca

perang dingin mengalami disfungsi akibat tidak adanya ancaman keamanan

terhadap kepentingan para negara-negara anggotanya, dengan keruntuhan Uni

Soviet dan bubarnya Pakta Warsawa yang menandai kemenangan blok liberal

Amerika Serikat dalam periode ketegangan perang dingin, mampu menjawab

keraguan dunia internasional tentang relevansi dan eksistensinya sebagai

organisasi pakta pertahanan dengan melibatkan diri dalam sejumlah aksi, salah

satunya aksi melawan terorisme.

NATO melakukan aksi melawan terorisme untuk pertama kalinya di negara

Afghanistan bersama Amerika Serikat. Dipilihnya Afghanistan sebagai negara

pertama untuk melawan aksi terorisme karena disinyalir di negara tersebut

berkembang gerakan terorisme yang dilakukan oleh kelompok bernama Al Qaeda

pimpinan Osama bin Laden yang merupakan tersangka pengeboman di gedung

WTC dan Pentagon di Amerika Serikat pada tanggal 11 September 2001.

Dalam aksi melawan terorisme di Afghanistan, NATO secara efektif

mengerahkan semua kekuatan militernya untuk melakukan serangkaian operasi

militer di daerah-daerah yang ada di Afghanistan, dengan menggunakan teknologi

Page 78: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

67

yang canggih. Operasi Amerika Serikat dan NATO dimulai pada tanggal 7

Oktober 2001 dengan nama Operasi Enduring Freedom.

Dari operasi-operasi militer yang digelar oleh NATO di wilayah-wilayah

Afghanistan tersebut, ternyata telah memberikan pengaruh yang sangat besar bagi

negara Afghanistan, baik itu pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Pengaruh

positif yaitu dengan diadakannya berbagai operasi militer Amerika Serikat

bersama dengan NATO berhasil menggulingkan pemerintahan Taliban yang

dianggap sangat otoriter terhadap rakyatnya, Afghanistan berhasil melaksanakan

pemilu pertamanya pada tanggal 9 Oktober 2004 yang akhirnya dimenangkan

oleh Hamid Karzai, sedangkan pengaruh negatif akibat dilaksanakannya invasi di

negara ini adalah keamanan di negara ini menjadi tidak pulih akibat sering

diadakannya operasi militer, terorisme yang ada di Afghanistan juga tetap masih

ada walaupun pimpinan Al Qaeda yaitu Osama bin Laden sudah tewas pada

tanggal 1 Mei 2011 lalu. Selain itu, kondisi perekonomian Afghanistan juga tak

jauh berbeda dengan di era kekuasaan Taliban. Pengangguran masih begitu tinggi.

Pemerintahan Afghanistan pimpinan Presiden Hamid Karzai yang diakui oleh

dunia internasional ternyata tidak serta merta membawa investasi dunia ke negara

itu. Pemerintahan Afghanistan saat ini sebaliknya dikenal sebagai pemerintah

yang penuh nepotisme dengan korupsi yang sangat merajalela, dua hal yang tidak

terjadi di era Taliban.

Dengan demikian, keberadaan NATO di Afghanistan tidak dapat membantu

mengatasi masalah keamanan dan masalah ekonomi di Afghanistan tapi malah

berganti menjadi pemicu ketdakstabilan di negara ini. Hal ini membuat rakyat

Afghanistan menjadi takut dan kalut, selain itu operasi-operasi militer yang

Page 79: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

68

dilakukan oleh NATO juga menimbulkan banyak korban baik warga sipil maupun

pasukan NATO sendiri.

Saran

Saran yang ingin penulis berikan yaitu sebaiknya Amerika Serikat

bersama dengan NATO mengakhiri invasi di Afghanistan, dengan cara menarik

seluruh pasukannya dari Afghanistan. Hal tersebut dilakukan agar Afghanistan

tidak menjadi Vietnam kedua bagi Amerika Serikat dan dapat mengatur

pemerintahannya sendiri tanpa harus ada campur tangan dari negara lain. selain

itu, penghentian invasi tersebut harus segera dilakukan agar tidak lagi ada korban

dari pihak sipil maupun pasukan NATO yang berjatuhan.

Demikianlah skripsi penulis tentang Keterlibatan NATO dalam operasi

militer yang dipimpin oleh Amerika Serikat di Afghanistan. Penulis menyadari

bahwa di dalam skripsi masih banyak kekurangan, namun penulis berharap skripsi

ini akan dapat memberi manfaat untuk melihat seberapa besar keterlibatan NATO

dalam invasi Amerika Serikat ke Afghanistan.

Page 80: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

xiv

Daftar PustakaBukuBennet, Leroy A, International Organization.” Dalam Sri Setianingsih Suwardi,

Hukum Organisasi Internasional, Jakarta: UI Press, 2004.

Couloumbus Theodore A dan Wolfe James H. ”Introduction to InternationalRelation: Power and Justice.” Dalam, Anak Agung Banyu Perwita dan. YanyanMochamad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, Bandung: PT. RemajaRosdakarya, 2005.

Dharmawan, Bagus. Petaka di Gunung Afgan, Jakarta: Penerbit Kompas, 2003.Donelly, Jack, “The Past, The Present and The Future Prospect.“ Dalam Milton J.

Esman and Shibley Telhamic (eds), International Organization and EthnicConflict, (London: the Cornel University Press, 1995.

Djelantik, Sukawarsini. Terorisme (Tinjauan Psikologi Politis, Peran Media,Kemiskinan, dan Keamanan Nasional,) Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2010.

Goldstein, Joshua S. International Relation, 5th Edition, Washington D.C.: PearsonEducation, 2004.

Hadibroto, Iwan. Dkk. Di Balik Perseteruan AS vs Taliban: Perang Afganistan.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002.

Harrison, Lissa. Metodologi Penelitian Politik, Jakarta: Kencana, 2007.

Maulani, Z.A. Perang Afghanistan: Perang Menegakkan Hegemoni Amerika di AsiaTengah. Jakarta: Dalancang Seta, 2002.

Mahally, Abdul Halim. Membongkar Ambisi Global Amerika Serikat, Jakarta:Pustaka Sinar Harapan, 2003.

Mas’oed, Mochtar. Ilmu Hhubungan Internasional Disiplin dan Metodologi, ,Jakarta:LP3ES, 1990.

NATO Handbook: Partnership and Cooperation, Brussels: NATO Office ofInformation and Press, 2001.

Page 81: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

xv

Nye, Joseph Jr. Understanding International Conflicts: An introduction To Theoryand History, York: Harper Collins College Publisher, 1993.

Plano, Jack C and Olton, Roy,The International Relations Dictionary, 3rd Edition,California:ABC-Clio Inc, 1982.

Schermers, H.G. “International Organization.” Dalam Sri Setianingsih Suwardi,Hukum Organisasi Internasional, Jakarta: UI Press, 2004

Stuart, Douglas T. The Future of the European, Alliance, Problem andOppourtunities for Coalition strategie, dalam Gary L. Guertener (ed), CollectiveSecurity in Europe, United States: Startegies Studies institute, 2001.

Wedgwood, Ruth. Al Qaeda, Military Commissions, and American Self Defensedalam Demetrios James Caraley (ed), September 11, Terrorist Atttacks, and U.S.Foreign Policy. New York: The Academy of Political Science, 2002.

Zuriah, Nurul. Metodelogi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori Aplikasi Jakarta:Bumi Aksara, 2006.

Skripsi dan Tesis:Anastasia, Irwanda. Kebijakan Keamanan NATO Dalam Konflik Kosovo: Tinjauan

Intervensi Militer NATO Dalam Konflik Kosovo(1998-1999),” Skripsi S1 FakultasIlmu Sosial dan Ilmu Politik, Depok: Universitas Indonesia, 2001.

Budiman, Perubahan Struktur Komando NATO pasca 11 September 2001, Skripsi S1Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, 2005.

Moningka, Paskalina G. Latarbelakang Sikap Presiden Mitterland TerhadapaKeputusan NATO Mengenai Penempatan Euromissile Skripsi S1 Fakultas IlmuSosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, 1989.

Juliastuti, Anna Rinto. Kebijakan NATO di Eropa Timur Periode 1990-1996, SkripsiS1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, 1997.

Rachmat, Armin. Perubahan Strategi Keamanan NATO Periode 1989-1999: AnalisisAtas Kemitraan Strategis, Tesis S2 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ProgramPasca Sarjana, Depok: Universitas Indonesia, 2004.

Page 82: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

xvi

Zuliati, Barokah Efektifitas Intervensi Kemanusiaan PBB di Somalia (1992-1995)dan (1994), Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UniversitasIndonesia, 2000.

JurnalAsmus, D. Ronald, Kugler, dkk. “Can NATO Survive,” The Washington Quarterly,

Vol.19 no. 2, Cambridge: MIT Press, 1996

Fitriyanti, Rahmi. “Kajian Mengenai legalitas Formal Use Of Force Amerika Serikatterhadap Afghanistan,” Orbit: Jurnal Hubungan Internasional, Vol. 1 No.1, Jakarta:Pusat Kajian Hubungan Intenasional, UIN, Januari 2008.

Susanti, Dina dan Monika, Farah. “Peran AS dalam Transisi Rejim di Negara Lain:Studi Kasus Afganistan,” Global Jurnal Politik Internasional Vol. 7 No.2 Depok:Universitas Indonesia, 2005.

Internethttp://www.nato.int/cps/en/natolive/organisation.htm, diakses pada tanggal 7 Oktober

2010.

http://www.nato.int/docu/handbook/2001/hb0102.htm NATO Fundamental SecurityTask, diakses pada tanggal 7 Oktober 2010.

http://www.nato.int/docu/handbook/2001/hb070101.htm, diakses pada tanggal 7Oktober 2010.

http://www.nato.int/docu/handbook/2001/hb070102.htm, diakses pada tanggal 07Oktober 2010.

http://www.nato.int/docu/handbook/2001/hb070103.htm, diakses pada tanggal 10Oktober 2010.

http://www.nato.int/cps/en/natolive/topics_49608.htm, diakses pada tanggal 10Oktober 2010.

http://www.nato.int/cps/en/natolive/topics_52044.htm, diakses pada tanggal 07Oktober 2010.

Page 83: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

xvii

http://nasional.kompas.com/read/2009/04/08/06201121/memaknai esensi nato setelah60 tahun diakses pada tanggal 7 Oktober 2010.

http://www.metrotvnews.com/read/newsvideo/2006/09/04/23479/-Empat-Tentara-Kanada-Tewas-di-Afghanistan-/82, diakses pada tanggal 10 November 2010.

http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=89778:pasukan-internasional-serang-taliban-di-afghanistan selatan diakses pada tanggal 2februari 2011.

http://www.fas.org/sgp/crs/row/RL33627.pdf diakses pada tanggal 4 Februari 2011http://id.voi.co.id/berita-internasional/timur-tengah/1426-pasukan-internasional-

serang- taliban.html diakses pada tanggal 5 Februari 2011.

http://www.state.gov/r/pa/ei/bgn/5380.htmdiakses pada tanggal 17 Mei 2011.http://www.americanforeignrelations.com/A-D/index.html, diakses pada tanggal 24

Agustus 2011.

http://www.nato.int/terrorism/index.htm, diakses pada tanggal 23 Oktober 2011.http://www.dephan.go.id/modules.php?name=Sections&op=viewarticle&artid=56

diakses pada tanggal 22 Oktober 2011.

http://www.isaf.nato.int, diakses pada tanggal 18 Oktober 2011.

Prague Summit Statement on Iraq, 21 November 2002,http://www.nato.int/docu/pr/2002/p02-133e.htm, diakses pada tanggal 17 Mei 2011.

http://daccess_dds_ny.un.org/doc/UNDOC/GEN/N01/708/55/PDF/N0170855.pdf?OpenElement, diakses pada tanggal 17 Oktober 2011.

http://daccess_dds_ny.un.org/doc/UNDOC/GEN/N01/638/57/PDF/N0163857.pdf?OpenElement, diakses pada tanggal 17 Oktober 2011.

http://daccess_dds_ny.un.org/doc/UNDOC/GEN/N01/681/09/PDF/N0168109.pdf?OpenElement, diakses pada tanggal 17 Oktober 2011.

Page 84: SKRIPSI KETERLIBATAN NATO DALAM OPERASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24200/1/Yeyen.pdf · Afghanistan masa pemerintahan George W. Bush. Tujuan penelitian

xviii

http://daccess_dds_ny.un.org/doc/UNDOC/GEN/N03/555/55/PDF/N0355555.pdf?OpenElement, diakses pada tanggal 17 Oktober 2011.

http://articles.cnn.com/keyword/operation-mountain-thrust, diakses pada tanggal 3Februari 2012.

http: //internasional.kompas.com/read/2011/05/02/09541176/Osama.binLaden.Tewas, diakses pada tanggal 18 Maret 2012.

http://www.analisadaily.com/news/read/2011/10/10/16548/10-tahun-perang-afghanistan/#.T2cIhlJjRI4, diakses pada tanggal 18 Maret 2012.

http://www.news.detik.com/read/2011/05/03/180347/1631677/10/pks-tewasnya-osama-tak-matikan-al-qaeda diakses pada tanggal 18 Maret 2012..