SKRIPSI...karena berkat rahmat, karunia, dan pertolongannya jugalah akhirnya penulis dapat...
Transcript of SKRIPSI...karena berkat rahmat, karunia, dan pertolongannya jugalah akhirnya penulis dapat...
SKRIPSI
PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK
JALANAN DI KOTA MAKASSAR
Oleh:
Andi Wahyudi
Nomor Induk Mahasiswa 105610476813
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
SKRIPSI
PERAN DINAS SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK
JALANAN DI KOTA MAKASSAR
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi dan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara (S.SOS)
Disusun dan Diajukan Oleh:
ANDI WAHYUDI
Nomor Stambuk : 105610476813
Kepada
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
iv
HALAMAN PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama Mahasiswa : Andi Wahyudi
Nomor Induk Mahasiswa : 105610476813
Program Studi : Administrasi Negara
Menyatakan bahwa benarskripsi ini adalah karya saya sendiri dan bukan hasilplagiat
dari sumber lain. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila
dikemudian hari ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik
berupa pencabutan gelar akademik dan pemberian sanksi lainnya sesuai dengan
aturan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Makassar.
Makassar, 28 Februari 2020
Yang Menyatakan,
Andi Wahyudi
v
ABSTRAK
Andi Wahyudi, Jaelan Usman dan Ansyari Mone. Peran Dinas Sosial Dalam
Pembinaan Anak Jalanan Di Kota Makassar
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran Dinas Sosial
dalam pembinaan Anak Jalanan di Kota Makassar, apa program dalam pembinaan
anak jalanan tersebut serta untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat
pemerintah kota dalam penanganan anak jalanan di Kota Makassar. Jenis
penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif untuk mendeskripsikan dan
menejelaskan peran Dinas Sosial dalam pembinaan anak jalanan di kota
Makassar. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Adapun informan penelitian dalam penelitian ini
adalah 1 orang Kepala Seksi Pembinaan, 2 orang staf pekerja sosial dan 2 orang
Satpol PP, serta 5 Anak sebagai informan pendukung. Teknik analisis data yang
digunakan adalah data penelitian Kualitatif. Pemeriksaan keabsahan data
dilakukan dengan triangulasi sumber dan metode.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dinas Sosial berperan dalam
penanganan anak jalanan sebagai pengganti orang tua, guru, perawat, dan
pengawas untuk anak jalanan itu sendiri. terdapat beberapa program Dinas Sosial
dalam pembinaan anak jalanan yang terbagi menjadi 3 program yaitu program
pembinaan pencegahan, pembinaan lanjutan dan pembinaan rehabilitasi. Program
pembinaan pencegahan dilakukan dengan cara Patroli melalui Tim Reaksi Cepat
Saribattang atau disingkat dengan (TRC) yang dibentuk tahun 2014 oleh
pemerintah Kota Makassar. Program pembinaan lanjutan yaitu melakukan
identifikasi, assesment, dan home visit pada anak jalanan. Program pembinaan
rehabilitasi yaitu merujuk pada suatu lembaga yaitu YKP2N ketika anak jalanan
terindikasi narkoba atau mengisap lem. Hambatan yang dihadapi pemerintah
dalam menangani anak jalanan salah satunya belum adanya penampungan khusus
untuk anak jalanan. Implikasi penelitian ini adalah memberikan bimbingan
keagamaan kepada kedua orang tua anak jalanan agar kiranya bisa menyadari
tanggung jawab mereka dan membuatkan panti sosial khusus anak jalanan yang
dibina langsung oleh Dinas Sosial Kota Makassar.
Kata kunci: Peran, Dinas Sosial, Anak Jalanan
vi
ABSTRACT
Andi Wahyudi, Jaelan Usman and Ansyari Mone. The Role of Social Services
in the Coaching of Street Children in Makassar City
This study purposed to find out how the role of the Social Service in fostering
Street Children in Makassar City, what were the programs in fostering street
children and to find out the supporting factors and obstacles of the city
government in handling street children in Makassar City. This study used
descriptive qualitative to describe and explain the role of the Social Service in the
development of street children in Makassar City. Data collection techniques were
observation, interview and documentation. The research informants in this study
were 1 Head of Development Section, 2 staff of social workers and 2 members of
Satpol PP, and 5 Children as supporting informants. The data analysis technique
used qualitative research data. Checking the validity of the data uses triangulating
sources and methods.
The results showed that the Social Service played a role in handling street children
as a substitute for parents, teachers, nurses, and supervisors for street children
themselves. There were several Social Service programs in the development of
street children that were divided into 3 programs, namely prevention programs,
further development and rehabilitation assistance. The prevention program was
carried out by Patrol through the Saribattang Rapid Reaction Team (TRC) formed
in 2014 by the Goverment of Makassar City . The advanced coaching program
was identifying, assessing and visiting home on street children. Rehabilitation
development program that refered to an institution that was YKP2N when street
children were indicated drugs. One of the obstacles faced by the government in
handling street children; there was no specific shelter for street children. The
implication of this study was to provide religious guidance to the parents of street
children so that they could be aware of their responsibilities and made social care
specifically for street children who were fostered directly by the Makassar City
Social Service.
Keywords: Role, Social Service, Street Children
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan terimakasih kehadirat Allah SWT
karena berkat rahmat, karunia, dan pertolongannya jugalah akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan seksama. Serta tidak lupa pula sholawat dan
salam penulis sampaikan kepada junjungan besar kita Nabi Muhammad SAW,
karena berkat perjuangan beliau dahulu sehingga saat ini kita dapat rasakan
manisnya islam dan iman sebagai agama yang kita anut.
Skripsi yang berjudul ”Peran Dinas Sosial Dalam Pembinaan Anak
Jalanan di Kota Makassar” yang dalam penulisan skripsi ini banyak ditemui
berbagai hambatan dan rintangan. Namun dengan kesungguhan yang dimiliki
penulis serta bantuan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Terimakasih untuk Almarhumah Ibu Andi Rosdiana S.pd dan
Almarhum Ir. Andi Sulaiman Ishak selaku orang tua penulis yang telah menjadi
inspirasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, karena berkat dukungannya
semasa hidup, kasih sayang, cinta, dan doa dalam mengasuh dan mendidik
peneliti dengan sabar dan ikhlas membimbing peneliti dari kecil hingga di akhir
hidupnya, semoga menjadi amal ibadah bagi mereka dan Allah SWT senantiasa
memberi rahmat dan hidayahnya kepada mereka. Dan kepada sepupuku
Muhammad Syaiful Anam yang selalu setia menamiku melakukan kegiatan
penelitian dan berbagai pengurusan lainnya. Atas bantuan yang telah diberikan,
viii
maka penulis mengucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada yang
terhormat :
1. Bapak Dr. Jaelan Usman, M.si selaku Pembimbing I dan Drs. H. Ansyari
Mone, M.pd selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya
membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
2. Ibu Dr. Ihyani Malik, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Muhammadiyah Makassar
3. Bapak Nasrul Haq, S.Sos., MPA selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar
4. Ibu Nurbiah Tahir, S.Sos., M.AP yang senantiasa memberikan info terkini
mengenai kebijakan kampus
5. Kedua orang tua dan segenap keluarga yang senantiasa memberikan semangat
dan bantuan, baik moril maupun materil.
6. Terimakasih kepada seluruh pengelola Dinas Sosial Kota Makassar yang telah
memberikan informasi yang dibutuhkan peneliti.
7. Seluruh dosen yang telah memberikan pengetahuan selama penulis mengikuti
perkukiahan akademik, serta pegawai tata usaha yang telah banyak membantu
mahasiswa dalam proses kelancaran kegiatan akademik Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Unismuh Makassar.
8. Kepada sahabat sahabat terbaikku Muhammad Yusuf, Firman Alamsyah,
Muhammad Firman Armawan Hatta yang telah memberikan motivasi dan
dukungan dalam penulisan skripsi ini.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... ii
HALAMAN PENERIMAAN TIM ................................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN...................................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
BAB I. PENDAHULUAN
A. LatarBelakang…………………………………………………................. 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Definisi dan Teori ........................................................................ 6
B. Konsep Pembinaan ................................................................................... 9
C. Konsep Anak Jalanan ............................................................................... 16
D. Kerangka Pikir ......................................................................................... 22
E. Fokus Penelitian ....................................................................................... 25
F. Deskripsi Fokus Peneitian ........................................................................ 25
xi
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................... 29
B. Jenis dan Tipe Penelitian ......................................................................... 29
C. Sumber Data ........................................................................................... 31
D. Informan Penelitian ................................................................................. 31
E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 33
F. Teknik Analisis Data ............................................................................... 33
G. Keabsahan Data .......................................................................................... 34
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................................ 37
B. Profil Dinas Sosial Kota Makassar .......................................................... 41
C. Peran Dinas Sosial Dalam Pembinaan Anak Jalanan ............................. 43
D. Hambatan yang dihadapi Dinas Sosial Dalam Pembinaan Anak Jalanan di
Kota Makassar ............................................................................................. 57
E. Faktor Pendukung Dinas Sosial Dalam Pembinaan Anak Jalanan .............. 58
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 60
B. Saran ....................................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 64
LAMPIRAN .................................................................................................. 66
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak merupakan aset bangsa yang sangat berharga dalam menentukan
kelangsungan hidup, kualitas dan kejayaan suatu bangsa yang akan datang, untuk
menjadi aset bangsa yang berharga, anak mempunyai hak dan kebutuhan hidup
yang perlu dipenuhi yaitu hak dan kebutuhan akan makan dan zat gisi, kesehatan,
bermain, kebutuhan emosional pengembangan moral, pendidikan serta
memerlukan lingkungan keluarga dan lingkungan sosial yang mendukung bagi
kelangsungan hidup, tumbuh kembang dan perlindungannya, anak juga berhak
atas peluang dan dukungan untuk mewujudkan dan mengembangkan diri dan
kemampuannya.
Dalam Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 yang sebelumnya di kenal
dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2002, namun mengalami perubahan pada
era kepemimpinan Presiden Dr. Susilo Bambang Yudhoyo pada tanggal 17
Oktober 2014 dan diundangkan pada hari itu juga oleh Menkumham Amir
Syamsudin. Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan anak menyebutkan
bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang
masih dalam kandungan. Anak juga merupakan amanah dan karunia Tuhan yang
harus dijaga, karena anak mempunyai masa depan yang memiliki harkat martabat
sebagai manusia seutuhnya yang tidak dapat dikurangi apalagi dilanggar siapapun.
2
Perlindungan Anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi Anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan,
serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Kenyataannya tidak semua anak mendapatkan kebebasan ataupun
kebutuhan yang diinginkan serta tidak semua anak merasakan masa-masa indah.
Sebab masih ada anak yang berperan ganda, dan pada usia 14 sampai 16 tahun
sudah terbebani oleh pekerjaan mencari nafkah yang seharusnya mereka hanya
menimba ilmu pengetahuan maupun pendidikan.
Anak yang bekerja dan turun ke jalan terjadi karena faktor-faktor
dorongan dari orang tua atau anak itu sendiri memilih untuk hidup di jalanan. Hal
ini menimbulkan masalah anak jalanan tidak henti-hentinya menjadi sorotan
permasalahan yang tidak ada ujung pangkalnya (penelitian Wedaratiningsih,
2010).
Lembaga pemerintah maupun lembaga-lembaga non pemerintah (LSM
maupun masyarakat) wilayah Kota Makassar perlu lebih memberikan perhatian
dan sumber dayanya untuk melindungi anak jalanan, baik dari segi pisik maupun
psikis. Sesuai dengan pasal 55 ayat 1 Undang-Undang Perlindungan Anak,
Pemerintah wajib menyelenggarakan pemeliharaan dan perawatan anak jalanan,
baik dalam lembaga maupun di luar lembaga dan pasal 4 Undang-Undang
Perlindungan Anak , “Setiap anak berhak mendapat hidup, tumbuh, berkembang
dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan,
serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”.
3
Data UNICEF tahun 2016 sebanyak 2,5 juta anak Indonesia tidak dapat
menikmati pendidikan lanjutan yakni sebanyak 600 ribu anak usia sekolah dasar
(SD) dan 1,9 juta anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP).4 Hal ini sangat
memperihatinkan, tentunya fenomena ini tidak terlahir dari faktor tunggal arus
modernisasi ada hal lain yang melatar belakangi sebagai contoh krisis ekonomi
yang tak kunjung usai, yang mengakibatkan perkembangan jumlah anak jalanan
dan putus sekolah yang belakangan ini semakin menggelembung. Seiring
perkembangan pesat anak jalanan dan anak putus sekolah di berbagai sudut jalan,
selain memprihatinkan dari segi kemanusiaan di sisi yang sama ternyata ada juga
yang melahirkan permasalahan sosial baru yang cukup meresahkan.
Kuantitas anak jalanan di Indonesia semakin banyak jumlahnya dan
secara kualitas makin beragam. Seperti yang dibicarakan oleh Rasiyo 2011
(Sekretaris Daerah Provinsi), sekitar 11 juata anak di Provinsi Jawa Timur perlu
mendapatkan perlindungan agar bisa tumbuh dan berkembang dengan baik.
Bahwa dari jumlah penduduk di Jawa Timur yang mencapai 37.476.011 jiwa,
terdapat sekitar 11 juta jiwa di antaranya sekitar 30 persen adalah anak berusia 0-
13 tahun (REPUBLIK.CO.ID, SURABAYA).
Di Kota Makassar keberadaan anak jalanan dapat terlihat di tempat-
tempat umum seperti di persimpangan jalan tol reformasi, Jl.A. Pangerang Petta
Rani dan Jl. Sultan Awaluddin, persimpangan jalan mesjid raya dan Jl.
G.Latimojong, persimpangan Jl. S. Saddang dan Jl. Veteran, persimpangan Jl.
Monginsidi dan Jl. Veteran, persimpangan Jl. Landak baru dan Jl. Veteran. Di
terminal, tempat pembuangan sampah dan berkeliaran di kantor-kantor
4
pemerintah dan swasta. Sebagian besar anak jalanan di Kota Makassar merupakan
pendatang dari beberapa kabupaten di Sulawesi Selatan antara lain Kabupaten
Jeneponto, Maros, Pangkep, Gowa dan Takalar bahkan ada yang dari luar
Sulawesi yakni dari Jawa, Lombok dan Kalimantan. Anak jalanan ini adalah anak-
anak dari para pendatang yang mencoba mencari penghidupan lebih baik di Kota
Makassar. Data terakhir jumlah anak jalanan di Kota Makassar tahun 2008
sebanyak 876 anak. (penelitian Ronawaty Anasirun, 2011).
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengangkat masalah
ini dalam penelitian yang berjudul “Peran Dinas Sosial Dalam Pembinaan Anak
Jalanan di Kota Makassar”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan masalah utama penelitian, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana peran Dinas Sosial dalam pembinaan anak jalanan di Kota
Makassar ?
2. Apa faktor pendukung dan penghambat pemerintah kota dalam penanganan
anak jalanan di Kota Makassar
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka yang menjadi tujuan penelitian ini,
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui peran Dinas Sosial dalam pembinaan Anak Jalanan di Kota
Makassar.
5
2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pemerintah kota dalam
penanganan anak jalanan di Kota Makassar.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat praktis
a. Sebagai input pemerintah di Kota Makassar khususnya Dinas Sosial
untuk menjadi acuan dalam pemerintah selanjutnya dalam menangani
permasalahan kasus Anak Jalanan Di kota Makassar.
b. Sebagai bahan kajian atau studi banding bagi Dinas Sosial dan pihak
lain yang menjalankan peran.
2. Manfaat Teoritis
a. Sebagai salah satu bahan bacaan atau sumber refrensi yang dimiliki
oleh Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Makassar.
b. Sebagai salah satu sumber data dan informasi atau bahan refrensi
dasar bagi para mahasiswa dan peneliti yang berminat untuk
melakukan penelitian;
c. Sebagai salah satu sumber data, informasi, dan refrensi tambahan
dalam Ilmu Administrasi publik.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Definisi dan Teori
1. Konsep Peran
Kata peran dalam Kamus Bahasa Indonesia berarti “pemain sandiwara”.
Sedangkan peranan seperangkat yang diharapkan oleh orang yang berkedudukan
dalam masyarakat. Pengertian peranan menurut Soerjono Soekanto merupakan
aspek dinamis kedudukaan apabila seseorang melaksanakan hak dan
kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan.
Peranan juga diartikan sebagai suatu perilaku yang diharapkan oleh orang
lain dari seseorang yang menduduki status tertentu. Peranan-peranan yang tepat
yang dipelajari sebagai bagian dari proses sosialisasi dan kemudian diambil alih
oleh para individu.
Peranan yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dalam
pergaulan masyarakat.Posisi seseorang dalam masyarakat yaitu merupakan unsur
statis yang menunjukkan tempat individu pada organisasi masyarakat, peranan
lebih banyak menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri, dan sebagai suatu proses.
Robert Linton (1936), seorang antropolog, telah mengembangkan Teori
Peran. “Teori Peran menggambarkan interaksi sosial dalam terminologi aktor-
aktor yang bermain sesuai dengan apa-apa yang ditetapkan oleh budaya.
7
Menurut Linton, peranan ini dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan
jenis, yaitu peran yang ditentukan atau diberikan (asribed) dan peran yang di
perjuangkan (achived). Peran yang ditentukan artinya peran-peran yang bukan
merupakan hasil prestasi dirinya atau berkat usahanya, melainkan semata-mata
karena pemberian orang lain.
Robert Linton (1936), seorang antropolog, telah mengembangkan Teori
Peran. “Teori Peran menggambarkan interaksi sosial dalam terminologi aktor-
aktor yang bermain sesuai dengan apa-apa yang ditetapkan oleh budaya. Sesuai
dengan teori ini, harapan-harapan peran merupakan pemahaman bersama yang
menuntun kita untuk berperilaku dalam kehidupan sehari-hari”.
Menurut teori ini, seseorang yang mempunyai peran tertentu misalnya
sebagai dokter, mahasiswa, orang tua, wanita, dan lain sebagainya, diharapkan
agar seseorang tadi berperilaku sesuai dengan peran tersebut, baik individu
maupun kelompok. Mengapa seseorang mengobati orang lain, karena dia adalah
seorang dokter. Jadi karena statusnya adalah dokter maka dia harus mengobati
pasien yang datang kepadanya, begitu pula dengan Dinas Sosial Perilaku
ditentukan oleh peran sosial.
Menurut Newell yang dikutip oleh Dadang, menjelaskan bahwa peran
adalah sama dengan perilaku dalam kedudukan tertentu dan mencakup perilaku
itu sendiri dan sikap serta nilai yang melekat dalam perilaku..
Berbagai istilah untuk orang-orang dalam teori peran. Orang-orang yang
mengambil bagian dalam interaksi sosial dapat dibagi dalam dua golongan
sebagai berikut :
8
a. Aktor dan pelaku, yaitu orang yang sedang berprilaku menuruti suatu peran
tertentu.
b. Target (sasaran) atau orang lain, yaitu orang yang mempunyai hubungan
dengan aktor dan perilakunya.
2. Wujud perilaku dalam peran (Performance)
Peran diwujudkan dalam perilaku oleh aktor. Wujud perilaku dalam
peran ini nyatadan bervariasi, berbeda-beda dari satu aktoryang lain. Variasi
tersebut dalam teori peran dipandang normal dan tidak ada batasnya.
Teori peran tidak cenderung mengklarifikasikan istilah-istilahnya
menurut perilaku khusus, melainkan berdasarkan klarifikasinya pada sifat asal
dari perilaku dan tujuannya (motivasinya). Sehingga, wujud perilaku peran dapat
digolongkan misalnya kedalam jenis hasil kerja, hasil sekolah, hasil olahraga,
pendisiplinan anak, pencari nafkah, pemeliharaan ketertiban,dan lain sebagainya.
Peran dilihat wujudnya dari tujuan dasarnya atau hasil akhirnya, terlepas
dari cara mencapai tujuan atau hasil tersebut. Namun tidak menutup kemungkinan
adanya cara-cara tertentu dalam suatu peran yang mendapat sanksi dari
masyarakat. Suatu cara menjadi penting dalam perwujudan peran, ketika caraitu
bertentangan dengan aspek lain dari peran. Dengan demikian, seorang aktor bebas
untuk menentukan cara-caranya sendiri selama tidak bertentangan dengan setiap
aspek dari peran yang diharapkan darinya.
9
3. Kedudukan dan Perilaku Orang Dalam Peran
Kedudukan adalah sekumpulan orang yang secara bersama-sama
(kolektif) diakui perbedaannya dari kelompok-kelompok yang lain berdasarkan
oleh seseorang dalam kedudukannya didalam organisasi untuk melakukan sesuatu
sesuai dengan bidang tugas dan wewenangnya masing masing. Fungsi lembaga
atau instuisi disusun sebagai pedoman atau haluan bagi organisasi tersebut dalam
melaksanakan kegiatan dan mencapai tujuan organisasi.
B. Konsep Pembinaan
1. Pengertian Pembinaan menurut beberapa ahli
Pembinaan adalah suatu proses penggunaan manusia, alat peralatan, uang,
waktu, metode dan sistem yang didasarkan pada prinsip tertentu untuk pencapaian
tujuan yang telah ditentukan dengan daya dan hasil yang sebesar-besarnya”.
(Musanef,1991:11).
Menurut Mitha Thoha (2008 : 207) Pembinaan adalah Suatu tindakan,
proses, hasil, atau pernyataan yang lebih baik. Dalam hal ini menunjukkan adanya
kemajuan, peningkatan pertumbuhan, evolusi atas berbagai kemungkinan,
berkembang atau peningkatan atas sesuatu.
Dalam hal suatu pembinaan menunjukkan adanya suatu kemajuan
peningkatan, atas berbagai kemungkiinan peningkatan, unsur dari pengertian
pembinaan ini merupakan suatu tindakan, proses atau pernyataan dari suatu tujuan
dan pembinaan menunjukkan kepada “perbaikan” atas sesuatu istilah pembinaan
hanya diperankan kepada unsur manusia, oleh karena itu pembinaan haruslah
mampu menekan dan dalam hal-hal persoalan manusia. Hal ini sejalan dengan
10
pendapat Miftah Thoha dalam bukunya yang berjudul “Pembinaan Organisasi”
mendefinisikan, pengertian pembinaan bahwa :
1. Pembinaan adalah suatu tindakan, proses, atau pernyataan menjadi
lebih baik.
2. Pembinaan merupakan suatu strategi yang unik dari suatu sistem
pambaharuan dan perubahan (change).
3. Pembinaan merupakan suatu pernyataan yang normatif, yakni
menjelaskan bagaimana perubahan dan pembaharuan yang berencana
serta pelaksanaannya.
4. Pembinaan berusaha untuk mencapai efektivitas, efisiensi dalam suatu
perubahan dan pembaharuan yang dilakukan tanpa mengenal berhenti.
(Miftah,1997:16-17).
Dalam buku Tri Ubaya Sakti yang dikutip oleh Musanef dalam bukunya
yang berjudul Manajemen Kepegawaian di Indonesia disebutkan bahwa, yang
dimaksud dengan pengertian pembinaan adalah : “Segala suatu tindakan yang
berhubungan langsung dengan perencanaan, penyusunan, pembangunan,
pengembangan, pengarahan, penggunaan serta pengendalian segala sesuatu secara
berdaya guna dan berhasil guna”. (Musanef,1991:11).
Menurut Poerwadarmita (dalam bukharistyle.blogspot.com :2012).
Pembinaan adalah suatu usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara
berdaya guna berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
Secara umum pembinaan disebut sebagai sebuah perbaikan terhadap
pola kehidupan yang direncanakan. Setiap manusia memiliki tujuan hidup tertentu
11
dan ia memiliki keinginan untuk mewujudkan tujuan tersebut. Apabila tujuan
hidup tersebut tidak tercapai maka manusia akan berusaha untuk menata ulang
pola kehidupannya.
Pengertian Pembinaan Menurut Psikologi Pembinaan dapat diartikan
sebagai upaya memelihara dan membawa suatu keadaan yang seharusnya terjadi
atau menjaga keadaan sebagaimana seharusnya. Dalam manajemen pendidikan
luar sekolah, pembinaan dilakukan dengan maksud agar kegiatan atau program
yang sedang dilaksanakan selalu sesuai dengan rencana atau tidak menyimpang
dari hal yang telah direncanakan.
Secara konseptual, pembinaan atau pemberkuasaan (empowerment),
berasal dari kata ’power’ (kekuasaan atau keberdayaan). Karenanya, ide utama
pembinaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan. Kekuasaan
seringkali dikaitkan dan dihubungkan dengan 12 kemampuan individu untuk
membuat individu melakukan apa yang diinginkan, terlepas dari keinginan dan
minat mereka.
Pembinaan secara etimologi berasal dari kata bina. Pembinaan adalah
proses, pembuatan, cara pembinaan, pembaharuan, usaha dan tindakan atau
kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan baik.
Dalam pelaksanaan konsep pembinaan hendaknya didasarkan pada hal
bersifat efektif dan pragmatis dalam arti dapat memberikan pemecahan persoalan
yang dihadapi dengan sebaik- baiknya, dan pragmatis dalam arti mendasarkan
12
fakta-fakta yang ada sesuai dengan kenyataan sehingga bermanfaat karena dapat
diterapkan dalam praktek.
Pembinaan menurut Masdar Helmi adalah segala hal usaha, ikhtiar dan
kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan dan pengorganisasian serta
pengendalian segala sesuatu secara teratur dan terarah.
Ketidak tercapaian apa yang diharapkan akan sangat mempengaruhi
kondisi seseorang tersebut baik secara psikis maupun mental. Di sini peran
pembinaan ini sangat diperlukan guna me-refresh kondisi prsikis dan mental
seseorang agar kembali agar tidak mengalami depresi, dan hal ini sangat
membantu agar apa yang direncanakan tadi dapat tercapai dengan baik.
2. Fungsi Pembinaan
Untuk mendapatkan hasil kerja yang baik, maka diperlukan adanya
pegawai-pegawai yang setia, taat, jujur, penuh dedikasi, disiplin dan sadar akan
tanggung jawab yang dibebankan kepadanya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan kepegawaian yang berlaku, fungsi pembinaan diarahkan untuk :
a) Memupuk kesetiaan dan ketaatan.
b) Meningkatkan adanya rasa pengabdian rasa tanggung jawab, kesungguhan
dan kegairahan bekerja dalam melaksanakan tugasnya.
c) Meningkatkan gairah dan produktivitas kerja secara optimal.
d) Mewujudkan suatu layanan organisasi dan pegawai yang bersih dan
berwibawa.
13
e) Memperbesar kemampuan dan kehidupan pegawai melalui proses
pendidikan dan latihan yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan
organisasi (wadah yang ditentukan).
3. Karakteristik Pembinaan
Menurut French dan Bell yang dikutip oleh Miftah Thoha dalam bukunya
Pembinaan Organisasi mengidentifikasikan karakteristik pembinaan, yaitu :
a) Lebih memberikan penekanan walaupun tidak eksklusif pada proses
organisasi dibandingkan dengan isi yang subtantif.
b) Memberikan penekanan pada kerja tim sebagai suatu kunci untuk
mempelajari lebih efektif mengenai berbagai perilaku.
c) Memberikan penekanan pada manajemen yang kolaboratif dari budaya
kerja tim.
d) Memberikan penekanan pada manajemen yang berbudaya sistem
keseluruhan.
e) Mempergunakan model “action research”.
f) Mempergunakan ahli-ahli perilaku sebagai agen pembaharuan atau
katalisator.
g) Suatu pemikiran dari usaha-usaha perubahan yang ditujukan bagi proses-
proses yang sedang berlangsung.
h) Memberikan penekanan kepada hubungan-hubungan kemanusiaan dan
sosial.
14
Dengan memahami karakteristik diatas, membedakan setiap perubahan,
pengembngan atau pembinaan yang dapat dijadikan suatu ukuran yang dapat
membedakan antara pembinaan dengan usaha-usaha pembaharuan dan pembinaan
lainnya.
4. Proses Pembinaan
a). Teknik Pembinaan
Teknik pembinaan merupakan suatu pekerjaan yang sangat kompleks,
yang ditujukan untuk melaksanakan setiap kegiatan. Teknik yang dimaksud
adalah bagaimana setiap pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya mempunyai
hasil yang sempurna dengan mencapi efisiensi. Penggunaan daripada teknik ini
tidak hanya untuk mencapi efisiensi, tetapi juga terhadap kualitas pekerjaannya
dan keseragaman daripada hasil yang diharapkan. Teknik ialah berhubungan
dengan cara atau jalan bagaimana suatu kebijakan itu dilakukan.
Teknik pembinaan bertujuan untuk mengetahui secara pasti arus daripada
informasi yang diperlukan, yang diperoleh dari suatu kegiatan pembinaan yang
berwujud data-data, dimana setiap orang terlibat lebih mendetail dan telah
dipraktekkan secara luas di dalam kegiatan pembinaan. Teknik-teknik dalam suatu
pembinaan yang fokusnya luas dan pada umumnya berjangka panjang, seperti
pendapat Mintzberg yang dikutip oleh Alfonsus Sirait dalam bukunya Manajemen
menggambarkan empat cara mengenai teknik-teknik dalam suatu pembinaan,
yaitu :
1. Teknik Adaptif (teknik yang berliku-liku).
15
Teknik yang sifatnya relatif dan terfragmentasi serta fleksibilitas, yakni
suatu teknik yang mampu berjalan berliku-liku dalam menghadapi suatu
hambatan.
2. Teknik Perencanaan (planning strategy).
Teknik ini memberikan kerangka pedoman dan petunjuk arah yang
jelas. Menurut teknik ini perencana tingkat puncak mengikuti suatu
prosedur sistematik yang mengharuskan menganalisis lingkungan dan
lembaga/organisasi, sehingga dapat mengembangkan suatu rencana
untuk bergerak ke masa depan.
3. Teknik Sistematik dan Terstruktur.
Teknik yang berdasarkan pilihan yang rasional mengenai peluang dan
ancaman yang terdapat di dalam lingkungan dan yang disusun begitu
rupa, supaya sesuai dengan misi dan kemampuan lembaga/organisasi.
4. Teknik Inkrementalisme Logis.
Merupakan suatu teknik perencanaan yang mempunyai gagasan yang
jells mengenai tujuan lembaga/organisasi dan secara informal
menggerakan lembaga/organisasi ke arah yang diinginkan. Dengan
teknik ini paling sesuai dengan situasi tertentu untuk mendorong
lembaga/organisasi secara tahap demi tahap menuju sasarannya.
Atas dasar itu, maka salah satu alternatif harus dipilih atau sudah menentukan
pilihannya daripada beberapa alternatif itu.
16
C. Konsep Anak Jalanan
1. Pengertian Anak Jalanan
Anak jalanan, tekyan, arek kere, anak gelandangan, atau kadang disebut
juga secara eufemistis sebagai anak mandiri. Usulan Rano Karno tatkala ia
menjabat sebagai Duta Besar UNICEF, sesungguhnya mereka adalah anak-anak
yang tersisih, marginal, dan teralienasi dari perlakuan kasih sayang karena
kebanyakan dalam usia yang relatif dini sudah harus berhadapan dengan
lingkungan kota yang keras, dan bahkan sangat tidak bersahabat. Di berbagai
sudut kota, sering terjadi, anak jalanan harus bertahan hidup dengan cara-cara
yang secara sosial kurang atau bahkan tidak dapat diterima masyarakat umum,
sekedar untuk menghilangkan rasa lapar dan keterpaksaan untuk membantu
keluarganya. Tidak jarang pula mereka dicap sebagai pengganggu ketertiban dan
membuat kota menjadi kotor, sehingga yang namanya razia atau penggarukan
bukan lagi hal yang mengagetkan mereka.
Marginal, rentan, eksploitatif adalah istilah-istilah yang sangat tepat
untuk menggambarkan kondisi dan kehidupan anak jalanan. Marginal karena
mereka melakukan jenis pekerjaan yang tidak jelas jenjang kariernya, kurang
dihargai, dan umumnya juga tidak menjanjikan prospek apapun dimasa depan.
Rentan karena resiko yang harus ditanggung akibat jam kerja yang sangat panjang
benar-benar dari segi kesehatan maupun sosial sangat rawan. Adapun disebut
eksploitatif karena mereka biasanya memiliki posisi tawar-menawar (bargaining
position) yang sangat lemah, tersubordinasi, dan cenderung menjadi objek
17
perlakuan yang sewenang-wenang dari ulah preman atau oknum aparat yang tidak
bertanggung jawab.
Farid menjelaskan bahwa sebagai bagian dari pekerja anak (child
labour), anak jalanan sendiri sebenarnya bukanlah kelompok yang homogen.
Mereka cukup beragam, dan dapat dibedakan atas dasar pekerjaannya,
hubungannya dengan orang tua atau orang orang dewasa yang terdekat, waktu dan
jenis kegiatannya di jalanan, serta jenis kelaminnya. Menurut Surbakti dkk
berdasarkan kajian di lapangan, secara garis besar anak jalanan dibedakan dalam
tiga kelompok.
Pertama, children on the street, yakni anak-anak yang mempunyai
kegiatan ekonomi sebagai pekerja anak di jalan, namun masih mempunyai yang
kuat dengan orang tua mereka. Sebagian penghasilan mereka di jalanan diberikan
kepada orang tuanya.Fungsi anak jalanan pada kategori ini adalah untuk
membantu memperkuat penyangga ekonomi keluarganya karena beban atau
tekanan kemiskinan yang ditanggung tidak dapat diselesaikan sendiri oleh kedua
orang tuanya.
Kedua, children of the sreet, yakni anak-anak yang berpartisipasi penuh
dijalanan, baik secara sosial maupun ekonomi.Beberapa diantara mereka masih
mempunyai hubungan dengan orang tuanya, tetapi frekuensi pertemuan mereka
tidak menentu.Banyak diantara mereka adalah anak-anak yang karena suatu sebab
biasanya kekerasan, lari atau pergi dari rumah.Berbagai penelitian menunjukkan
bahwa anak-anak pada kategori ini sangat rawan terhadap perlakuan salah, baik
secara sosial-emosional, fisik maupun seksual.
18
Ketiga, children from families of the street, yakni anak-anak yang
berasal dari keluarga yang hidup di jalanan. Walaupun anak-anak ini mempunyai
hubungan kekeluargaan yang cukup kuat, tetapi hidup mereka terombang-ambing
dari satu tempat ketempat yang lain dengan segala resikonya. Salah satu ciri
penting dari kategori ini adalah pemampangan kehidupan jalanan sejak anak
masih bayi, bahkan sejak masih dalam kandungan. Di Indonesia, kategori ini
dengan mudah ditemui di berbagai kolong jembatan, rumah-rumah liar sepanjang
rel kereta api, dan sebagainya, walau secara kuantitatif jumlahnya belum diketahui
secara pasti.
Disini juga menjelaskan tentang aspek dan masalah yang kerap dihadapi
anak jalanan yaitu sebagai berikut:
1. Aspek pendidikan: sebagian besar putus sekolah karena waktunya habis
dijalan.
2. Aspek intimidasi: mnjadi sasaran tindak kekerasan anak jalanan yang
lebih dewasa, kelompok lain, petugas dan razia.
3. Aspek penyalahgunaan obat dan zat adiktif: ngelem, minuman keras, pil
BK dan sejenisnya.
4. Aspek kesehatan: rentang penyakit kulit, PMS, gonorhoe, paru-paru.
5. Aspek tempat tinggal: umumnya di sembarang tempat, di gubuk-gubuk
arau di pemukiman kumuh.
6. Aspek resiko kerja: tertabrak, pengaruh sampah.
7. Aspek hubungan dengan keluarga: umumnya renggang, dan bahkan
tidak berhubungan.
19
8. Aspek makanan: seadanya, kadang mmengais dari tempat sampah,
kadang beli.
2. karakteristik anak jalanan adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan usia
Direktorat Kesejahteran Anak, Keluarga dan Lanjut Usia, Departemen
Sosial memaparkan bahwa anak jalanan adalah anak yang sebagian besar
waktunya dihabiskan untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan atau
tempat-tempat umum lainnya, usia mereka berkisar dari 6 tahun sampain 18
tahun. Selain itu dijelaskan oleh Departemen Sosial RI, indikator anak jalanan
menurut usianya adalah anak yang berusia berkisar antara 6 sampai 18 tahun Dari
penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa yang dapat dikategorikan sebagai
anak jalanan adalah yang memiliki usia berkisar antara 6 sampai 18 tahun.
2. Berdasarkan pengelompokan
Menurut Surbakti dkk, berdasarkan hasil kajian di lapangan, secara garis
besar anak jalanan dibedakan dalam 3 kelompok yaitu: Pertama, Children on the
street, yakni anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi – sebagai pekerja
anak- di jalan, tetapi masih mempunyai hubungan yang kuat dengan orang tua
mereka. Sebagian penghasilan mereka dijalankan pada kategori ini adalah untuk
membantu memperkuat penyangga ekonomi keluarganya karena beban atau
tekanan kemiskinan yang mesti ditanggung tidak dapat diselesaikan sendiri oleh
kedua orang tuanya.
Kedua, Children of the street, yakni anak-anak yang berpartisipasi penuh
di jalanan, baik secara sosial maupun ekonomi. Beberapa diantara mereka masih
20
mempunyai hubungan dengan orang tuanya, tetapi frekuensi pertemuan mereka
tidak menentu. Banyak diantara mereka adalah anak-anak yang karena suatu
sebab lari atau pergi dari rumah. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa anak-
anak pada kategori ini sangat rawan terhadap perlakuan salah, baik secara sosial,
emosional, fisik maupun seksual.
Ketiga, Children from families of the street, yakni anak-anak yang
berasaldari keluarga yang hidup di jalanan. Meskipun anak-anak ini mempunyai
hubungan kekeluargaan yang cukup kuat, tetapi hidup mereka terombang-ambing
dari satu tempat ke tempat lain dengan segala risikonya. Salah satu ciri penting
dari kategori ini adalah pemampangan kehidupan jalanan sejak anak masih bayi,
bahkan sejak anak masih dalam kandungan. Di Indonesia kategori ini dengan
mudah dapat ditemui di berbagai kolong jembatan, rumah-rumah liar sepanjang
rel kereta api dan pinggiran sungai, walau secara kuantitatif jumlahnya belum
diketahui secara pasti.
3. Berdasarkan ciri-ciri fisik dan psikis
a) Ciri fisik: warna kulit, rambut kemerah-merahan, kebanyakan berbadan
kurus, pakaian tidak terurus,dan
b) Ciri psikis meliputi: mobilitas tinggi, acuh tak acuh, penuh curiga,
sangat sesnsitif, berwatak keras, serta kreatif.
Dapat disimpulkan bahwa karakteristik anak jalanan berdasarkan ciri-ciri
fisik dan psikis mereka adalah:
1) Ciri-ciri fisik
a. Penampilan dan warna kulit kusam
21
b. Rambut kemerah-merahan
c. Kebanyakan berbadan kurus
d. Pakaian tidak terurus
2) Ciri-ciri psikis
a. Mobilitas tinggi
b. Acuh tak acuh
c. Penuh curiga
d. Sangat sensitif
e. Berwatak keras
f. Kreatif
3. Kategori Anak Jalanan
Adapun kategori anak jalanan adalah:
1) Anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi dijalanan yang masih
memiliki hubungan dengan keluarga. Ada dua kelompok anak jalanan
dalam kategori ini, yaitu anak-anak yang tinggal bersama orang tuanya
dan senantiasa pulang kerumah setiap hari, dan anak-anak yang
melakukan kegiatan ekonomi dan tinggal dijalanan namun masih bisa
mempertahankan hubungan dengan keluarga dengan cara pulang baik
berkala ataupun dengan jadwal yang tidak rutin.
2) Anak-anak yang menghabiskan seluruh atau sebagian besar waktunya
dijalanan dan tidak memiliki hubungan atau ia memutuskan hubungan
dengan orang tua atau keluarganya.
22
3) Anak-anak yang menghabiskan seluruh waktunya dijalanan yang berasal
dari keluarga yang hidup atau tinggalnya juga dijalanan.
4) Anak berusia 5-18 tahun yang rentan bekerja dijalanan, anak yang rentan
bekerja dijalanan, dan/atau yang bekerja dan hidup dijalanan yang
menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup
sehari-hari.
Seorang anak yang mempunyai cita-cita yang tidak tercapai, karena ada
sebuah faktor perekonomian keluarga, sehingga mereka mencari uang tambahan
jajan dengan cara mengamen dijalan dan lain-lain.
D. Kerangka Pikir
Robert Linton (1936), seorang antropolog, telah mengembangkan Teori
Peran. “Teori Peran menggambarkan interaksi sosial dalam terminologi aktor-
aktor yang bermain sesuai dengan apa-apa yang ditetapkan oleh budaya. Sesuai
dengan teori ini, harapan-harapan peran merupakan pemahaman bersama yang
menuntun kita untuk berperilaku dalam kehidupan sehari-hari”.
Menurut teori peran, seseorang yang mempunyai peran tertentu misalnya
sebagai dokter, mahasiswa, orang tua, wanita, dan lain sebagainya, diharapkan
agar seseorang tadi berperilaku sesuai dengan peran tersebut, baik individu
maupun kelompok. Mengapa seseorang mengobati orang lain, karena dia adalah
seorang dokter. Jadi karena statusnya adalah dokter maka dia harus mengobati
pasien yang datang kepadanya, begitu pula dengan Dinas Sosial Perilaku
ditentukan oleh peran sosial.
23
Dinas Sosial berperan sebagai orang tua anak jalanan bertanggung
jawab dan bekerja sama dengan program rumah singgah untuk menangani anak
jalanan yang masih membutuhkan bimbingan dan kasih sayang orang tua. Dinas
Sosial berperan sebagai pengganti guru dalam bidang pendidikan, sebagai dokter
untuk bidang kesehatan, dan sebagai pengawas dalam bentuk pendampingan
secara menyeluruh.
24
Lebih jelasnya dapat dilihat dari bagan kerangka pikir penelitian sebagai
berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian
Peran Dinas Sosial Dalam
Pembinaan Anak Jalanan Di kota
Makassar
Peran Dinas Sosial
dalam pembinaan anak
jalanan sebagai :
1. Orang tua
2. Guru
3. Dokter
4. Pengawas
Faktor Penghambat
1. Keterbatasan
dana
2. Anak jalanan
yang
bertambah
tiap tahunnya
3. kurangnya
tempat pusat
pembinaan
Faktor Pendukung
1. Adanya Political
will, yaitu basis
keyakinan publik
terhadap
pemerintah
2. badanya
lembaga panti
sosial
3. Terbentuknya
koordinasi
Efektivitas pembinaan anak jalanan
25
E. Fokus Penelitian
Berdasarkan judul dan teori yang digunakan, maka yang menjadi fokus
dari penelitian ini adalah Peran Dinas Sosial dalam pembinaan anak jalanan, dan
faktor faktor apa saja yang dapat menghambat dan mendukung kebijakan Dinas
Sosial dalam pembinaan anak jalanan di Kota Makassar.
F. Deskripsi Fokus Penelitian
Berdasarkan Kerangka fikir maka dapat di kemukakan deskripsi fokus
penelitian ini sebagai berikut :
1. Peran Dinas Sosial dalam pembinaan anak jalanan di Kota Makassar
merupakan unsur pelaksana urusan pemerintah daerah dibidang sosial,
yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah dalam
menangani kasus atau permasalahan Anak Jalanan di Kota Makassar yang
diatur pada Peraturan Daerah Kota Makasar Nomor 2 Tahun 2008 Tentang
Pembinaan Anak Jalanan, Gelandangan, Pengemis, dan Pengamen di Kota
Makassar.
2. Dinas Sosial berperan sebagai orang tua anak jalanan bertanggung jawab
dan bekerja sama dengan program rumah singgah untuk menangani anak
jalanan yang masih membutuhkan bimbingan dan kasih sayang orang tua.
Sedangkan bagi anak yang tidak memiliki orang tua atau keluarga akan di
bawa ke tempat panti untuk diberi hak asuh, pendidikan, bimbingan dan
perawatan.
26
3. Dinas Sosial berperan sebagai pengganti guru di bidang pendidikan
memberikan edukasi terhadap anak jalananan yang masih dalam usia
sekolah melalui bimbingan yang dilaksanakan pada program rumah
singgah agar si anak jalanan setidaknya mempunyai bekal ilmu yang sama
dengan anak anak pada umumnya.
4. Dinas Sosial berperan sebagai dokter di bidang kesehatan menangani anak
yang ketahuan memiliki masalah kesehatan dan keterkaitan dengan
narkoba. Anak yang diketahui memiliki masalah kesehatan dan keterkaitan
dengan narkoba maka akan di berikan pelayanan berupa perawatan dan
rehabilitasi layaknya pelayanan seorang dokter terhadap pasiennya.
5. Dinas Sosial berperan sebagai pengawas pada keseluruhan program dalam
pembinaan anak jalanan dimulai dari program pembinaan pencegahan,
program pembinaan lanjutan, dan program pembinaan rehabilitasi.
6. Faktor penghambat yang dimaksud adalah setiap upaya yang dilakukan
oleh Dinas Sosial dalam melakukan pembinaan Anak Jalanan mempunyai
hambatan seperti keterbatasan dana, faktor anak jalanan yang bertambah
tiap tahunnya, dan kurangnya tempat pusat pembinaan untuk menampung
anak jalanan.
7. Faktor pendukung yang di maksud adalah setiap upaya yang dilakukan
Dinas sosial yang di dukung oleh beberapa faktor seperti Political will,
yaitu basis keyakinan publik terhadap pemerintah. Jika saja publik yakin
bahwa pemerintah mempunyai political will, maka publik akan
memberikan nilai bagus kepada pemerintah, kemudian adanya lembaga
27
panti sosial untuk menampung anak jalanan, walaupun ini dinilai masih
belum sepenuhnya efektiv dikarenakan jumlah tempatnya yang masih
terbatas, namun sudah cukup membantu untuk pelaksanaan pembinaan
anak jalanan, dan terakhir itu terbentuknya koordinasi, baik itu dari
instansi terkait, LSM, serta unsur masyarakat.
8. Efektivitas pembinaan anak jalanan yaitu tercapainya tujuan pemerintah
melalui Dinas Sosial dalam pembinaan anak jalananan berjalan dengan
efektiv apabila jumlah tiap tahunnya terus berkurang dan masyarakat
merasa aman dan nyaman dari gangguan anak jalanan.
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kantor Dinas Sosial Kota Makassar (Jl. Arif
Rahman Hakim No.50, Ujung Pandang Baru, Kec. Tallo, Kota Makassar), dan di
Jalan AP Pettarani, sekitaran (Fly Over). Adapun pemilihan tempat penelitian
berdasarkan pertimbangan karena di lokasi tersebut dapat dengan mudah dijumpai
anak jalanan, usia mereka yang relatif masih muda dan seharusnya masih dalam
tahap belajar serta merasakan sebuah pendidikan selayaknya tidak hidup sebagai
anak jalanan baik di jalan raya, mesjid-mesjid, pasar, tempat hiburan, restoran dan
tempat tempat keramaian lainnya.
Waktu penelitian dimulai setelah sidang proposal skripsi dilaksanakan
dengan memakan waktu maksimal 2 bulan untuk proses penelitiannya yakni 23
Desember 2019 sampai 21 februari 2020, Dengan tujuan untuk memperoleh data
yang lebih maksimal.
B. Jenis dan Tipe Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian deskriptif dengan
menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif menurut Strauss dan
Corbin adalah penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuuan yang tidak
dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau
cara-cara dari kuantifikasi (pengukuran).
30
Menurut Lexy J. Moleong dan John W. Creswell, pendekatan kualitatif
merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Yang
membedakan antara pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif adalahh
asumsi filosofis yang dibawa peneliti ke dalam penelitiannya, jenis strategi yang
digunakan peneliti, dan metode spesifik yang diterapkan untuk melaksanakan
strateginya.
Pendekatan kualitatif tidak mencari hubungan atau pengaruh antar
variabel-variabel tetapi untuk memperoleh pemahaman lebih mendalam mengenai
suatu fenomena, sehingga akan dapat diperoleh teori.
Alasan peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan
menggunakan pendekatan kualitatif karena peneliti akan menyajikan data dalam
bentuk naratif-deskriptif dalam kontekspenelitian daribeberapa informan, dengan
cara wawancara dan ditunjang dengan berbagai referensi kepustakaan yang
membahas informasi yang berkaitan sehingga peneliti dapat meneliti secara lebih
mendalam mengenai judul penelitian yang digunakan oleh peneliti, yaitu
berkaitan denganperan Dinas Sosial dalam pembinaan anak jalanan di Kota
Makassar.
2. Tipe penelitian
Tipe penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian yang bersifat studi kasus yaitu penelitian yang dilakukan terfokus
pada suatu kasus tertentu untuk diamati dan dianalisi secara cermat sampai
31
tuntas.Yaitu berkaitan dengan peran Dinas Sosial dalam pembinaan anak
jalanan di Kota Makassar.
C. Sumber Data
Sumber data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari pengamatan langsung
(observasi), dan wawancara yang dilakukan penulis dari Kantor Dinas
Sosial Kota Makassar dalam pelaksanaan pembinaan anak jalanan.
2. Data sekunder, yaitu data pendukung yang dikumpulkan melalui berbagai
dokumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diteliti mengenai
bagaimana peran dinas Sosial dalam pembinaan anak jalanan di Kota
Makassar.
D. Informan Penelitian
Teknik penentuan informan yang dilakukan oleh peneliti dalam
penelitian ini adalah purpose sampling, menurut Sugiono “teknik purposive
sampling” adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan
tertentu (Sugioyono,2010).
Informan (narasumber) di dalam penelitian ini untuk di wawancarai
secara mendalam dilakukan dengan cara penelitian memilih orang tertentu
yang dipandang memiliki pengetahuan dan informasi mengenai peran dinas sosial
dalam pembinaan anak jalanan di kota Makassar.
32
TABEL 3.1 DATA INFORMAN PENELITIAN
INISIAL UMUR JABATAN
KK 37 Kasi Pembinaan
HH 40 Pekerja Sosial
NI 32 Pekerja Sosial
SS 38 Satpol PP
AW 32 Satpol PP
OL 10 Anak Jalanan
RS 9 Anak Jalanan
A 12 Anak Jalanan
R 9 Anak Jalanan
AN 12 Anak Jalanan
AC
NO
1.
2
3
4.
5.
6
7.
8.
9.
10.
.
NAMA
Kamil Kamaruddin,SE
Hasna Hapsari S.Sos
Nurman Ilmi
Syarifuddin Syarif
Awaluddin
Olleng
Resky
Aco
Ramdan
Ancul
Total 10 Orang
33
Keterangan : Total Informan berjumlah 10 orang, terdiri dari : 1 kepala seksi
pembinaan anak jalanan, 2 Pekerja Sosial, 2 Satpol PP, dan 5
Anak Jalanan.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi, adalah pengamatan langsung ke lapangan dengan cara
memantau dan mencatat data atau fakta sesuai dengan fokus penelitian.
Peneliti melakukan observasi dengan mengamati langsung ke lapangan,
yaitu kantor Dinas Sosial Kota makassar, dan lokasi tempat biasa di
jumpai anak jalanan.
2. Wawancara, merupakan proses tanya jawab secara langsung yang
ditujukan terhadap infoman di lokasi penelitian dengan menggunakan
panduan atau pedoman wawancara, sehingga data yang diperoleh dari hasil
wawancara tersebut merupakan data pendukung bagi terlaksananya
penelitian.
3. Dokumentasi, yaitu dengan menggunakan catatan-catatan yang ada di
lokasi penelitian serta sumber-sumber yang relevan dengan obyek
penelitian. Tujuan peneliti menggunakan metode ini untuk memperoleh
data yang lebih akurat dan lebih jelas serta menjadi pendukung dari
observasi dan wawancara.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data ialah langkah selanjutnya untuk mengelola data dimana data
yang diperoleh, dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa untuk
34
menyimpulkan persoalan yang diajukan dalam menyusun hasil penelitian. Dalam
model ini terdapat 3 (tiga) komponen pokok. Menurut Miles dan Huberman
Dalam Sugiyono (2012), ketiga komponen pokok tersebut antara lain yaitu :
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Data yang diperoleh di lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu
dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan makin lama peneliti di
lapangan, maka jumlah data akan makin banyak, dan kompleks. Untuk itu
perlu dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.
2. Penyajian Data (Data Display)
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya.
3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi (Conclusion Drawing/Verification)
Langkah ketiga dalam analisis data kulitatif adalah penarikan kesimpulan dan
verifikasi.Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada
tahap pengumpulan data berikutnya.Tetapi apabila data kesimpulan data yang
dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan
konsisten saat peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data, maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
35
G. Pengabsahan Data
Salah satu cara yang digunakan oleh peneliti dalam pengujian kredibilitas
data adalah dengan triangulasi. Menurut Sugiyono (2012), Triangulasi diartikan
sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai
waktu. Lebih lanjut Sugiyono (2012), membagi triangulasi ke dalam tiga macam,
yaitu:
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah
diperoleh melalui beberapa sumber. Dalam hal ini peneliti melakukan
pengumpulan dan pengujian data yang telah diperoleh melalui hasil
pengamatan, wawancara dan dokumen-dokumen yang ada.Kemudian
peneliti membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara, dan
membandingkan hasil wawancara dengan doumen yang ada.
2. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber
yang sama dengan teknik yang berbeda. Dalam hal ini data yang diperoleh
dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi dan dokumen.Apabila
dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut, menghasilkan data
yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada
sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana
yang dianggap benar atau mungkin semuanya benar karena sudut
pandangnya berbeda-beda.
36
3. Triangulasi Waktu
Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan
dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar,
belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga
lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat
dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara,
observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil
uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang
sehingga sampai ditemukan kepastian datanya. Triangulasi dapat juga
dilakukan dengan cara mengecek hasil peneitian, dari tim peneliti lain yang
diberi tugas melakukan pengumpulan data.
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kota Makassar (Makassar kadang dieja Macassar, Mangkasar;
dari 1971 hingga 1999 secara resmi dikenal sebagai Ujungpandang atau Ujung
Pandang) adalah sebuah kotamadya dan sekaligus ibu kota Provinsi Sulawesi
Selatan. Kotamadya ini adalah kota terbesar pada 5°8′S 119°25′E Koordinat:
5°8′S 119°25′E, di pesisir barat daya pulau Sulawesi, berhadapan dengan Selat
Makassar.
Kota Makassar (Macassar, Mangkasar, Ujung Pandang (1971-1999))
adalah salah satu kota metropolitan di Indonesia dan sekaligus sebagai ibu kota
provinsi Sulawesi Selatan. Kota Makassar merupakan kota terbesar keempat di
Indonesia dan terbesar di Kawasan Timur Indonesia. Sebagai pusat pelayanan di
Kawasan Timur Indonesia (KTI), Kota Makassar berperan sebagai pusat
perdagangan dan jasa, pusat kegiatan industri, pusat kegiatan pemerintahan,
simpul jasa angkutan barang dan penumpang baik darat, laut maupun udara dan
pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan.
Secara administrasi kota ini terdiri dari 14 kecamatan dan 143 kelurahan.
Kota ini berada pada ketinggian antara 0-25 m dari permukaan laut. Penduduk
Kota Makassar pada tahun 2000 adalah 1.130.384 jiwa yang terdiri dari lakilaki
557.050 jiwa dan perempuan 573.334 jiwa dengan pertumbuhan rata-rata 1,65 %.
38
1) Letak : Koordinat 5°8′S 119°25′E di pesisir barat daya pulau Sulawesi,
menghadap Selat Makassar.
2) Batas : Selat Makassar di sebelah barat, Kabupaten Pangkajene Kepulauan
di sebelah utara, Kabupaten Maros di sebelah timur dan Kabupaten Gowa
di sebelah selatan.
3) Masyarakat Kota Makassar terdiri dari beberapa etnis yang hidup
berdampingan secara damai. Penduduk Makassar kebanyakan dari Suku
Makassar, sisanya berasal dari suku Bugis, Toraja, Mandar, Buton,
Tionghoa, Jawa dan sebagainya. Mayoritas penduduknya beragama Islam
4) Pembagian Wilayah : Kota Makassar dibagi menjadi 14 kecamatan, 143
kelurahan, 885 RW dan 4446 RT.
5) Kondisi Geografis : Ketinggian Kota Makassar bervariasi antara 0 - 25
meter dari permukaan laut, dengan suhu udara antara 20° C sampai dengan
32° C. Kota Makassar diapit dua buah sungai yaitu: Sungai Tallo yang
bermuara disebelah utara kota dan Sungai Jeneberang bermuara pada
bagian selatan kota. Lihat juga kondisi geografi makassar selengkapnya.
6) Luas wilayah : 128,18 km² (Total 175,77 km2).
Luas wilayah kecamatan :1 Tamalanrea : 31,84 km²; 2 Biringkanaya
48,22 km²; 3 Manggala 24,14 km²; 4 Panakkukang 17.05 km²; 5 Tallo 5,83 km²; 6
Ujung Tanah 5,94 km²; 7 Bontoala 2,10 km²; 8 Wajo 1,99 km²; 9 Ujung Pandang
2, 63 km²; 10 Makassar 2,52 km²; 11 Rappocini 9,23 km²; 12 Tamalate 20,21
km²; 13 Mamajang 2,25 km²; 14 Mariso 1,82 km²
39
7. Kepadatan Penduduk : 6.646,5/km²
8. Jumlah penduduk : 1,168,258 jiwa.
Makassar berbatasan dengan Selat Makassar di sebelah barat, Kabupaten
Kepulauan Pangkajene di sebelah utara, Kabupaten Maros di sebelah timur
dan Kabupaten Gowa di sebelah selatan.
Kota ini tergolong salah satu kota terbesar di Indonesia dari aspek
pembangunannya dan secara demografis dengan berbagai suku bangsa yang
menetap di kota ini. Suku yang signifikan jumlahnya di kota Makassar adalah
suku Makassar, Bugis, Toraja, Mandar, Buton, Jawa, dan Tionghoa. Makanan
khas Makassar yang umum dijumpai seperti Coto Makassar, Roti Maros,
Jalangkote, Kue Tori, alubutung, Pisang Ijo, Sop Saudara dan Sop Konro.
BATAS WILAYAH
Makassar memiliki wilayah seluas 128,18 km². Dengan batas wilayah
Kota Makassar sebagai berikut :
a. Bagian Timur berbatasan dengan Kabupaten Maros
b. Bagian Barat berbatasan dengan Selat Makassar
c. Bagian Utara berbatasan dengan Kabupaten Maros
d. Bagian selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa
Kota Makassar mempunyai posisi strategis karena berada di
persimpangan jalur lalu lintas dari arah selatan dan utara dalam propinsi di
40
Sulawesi, dari wilayah kawasan Barat ke wilayah kawasan Timur Indonesia dan
dari wilayah utara ke wilayah selatan Indonesia. Dengan kata lain, wilayah kota
Makassar berada koordinat 119 derajat bujur timur dan 5,8 derajat lintang selatan
dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari permukaan laut. Kota
Makassar merupakan daerah pantai yang datar dengan kemiringan 0 - 5 derajat ke
arah barat, diapit dua muara sungai yakni sungai. Tallo yang bermuara di bagian
utara kota dan sungai Jeneberang yang bermuara di selatan kota.
Luas wilayah kota Makassar seluruhnya berjumlah kurang lebih 175,77
Km2 daratan dan termasuk 11 pulau di selat Makassar ditambah luas wilayah
perairan kurang lebih 100 Km².Jumlah kecamatan di kota Makassar sebanyak 14
kecamatan dan memiliki 143 kelurahan. Diantara kecamatan tersebut, ada tujuh
kecamatan yang Tanah, Tallo, Tamalanrea dan Biringkanaya berbatasan dengan
pantai yaitu kecamatan Tamalate, Mariso, Wajo, Ujung
Kota Makassar sendiri berdekatan dengan sejumlah kabupaten yakni sebelah utara
dengan kabupaten Pangkep, sebelah timur dengan kabupaten Maros, sebelah
selatan dengan kabupaten Gowa dan sebelah barat dengan Selat Makassar.
Dari gambaran selintas mengenai lokasi dan kondisi geografis Makassar,
memberi penjelasan bahwa secara geografis, kota Makassar memang sangat
strategis dilihat dari sisi kepentingan ekonomi maupun politik. Dari sisi ekonomi,
Makassar menjadi simpul jasa distribusi yang tentunya akan lebih efisien
dibandingkan daerah lain. Memang selama ini kebijakan makro pemerintah yang
seolah-olah menjadikan Surabaya sebagai home base pengelolaan produk-produk
41
draft kawasan Timur Indonesia, membuat Makassar kurang dikembangkan secara
optimal. Padahal dengan mengembangkan Makassar, otomatis akan sangat
berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat di kawasan Timur
Indonesia dan percepatan pembangunan. Dengan demikian, dilihat dari sisi letak
dan kondisi geografis - Makassar memiliki keunggulan komparatif dibanding
wilayah lain di kawasan Timur Indonesia. Saat ini Kota Makassar dijadikan inti
pengembangan wilayah terpadu Mamminasata.
Penduduk Kota Makassar tahun 2010 tercatat sebanyak 1.339.374 jiwa yang
terdiri dari 661.379 laki-laki dan 677.995 perempuan. Sementara itu komposisi
penduduk menurut jenis kelamin dapat ditunjukkan dengan rasio jenis kelamin
penduduk kota Makassar, yaitu sekitar 92,17 % yang berarti setiap 100 penduduk
wanita terdapat 92 penduduk laki-laki. Penduduk Makassar kebanyakan dari Suku
Makassar, sisanya berasal dari suku Bugis, Toraja, Mandar, Buton, Tionghoa,
Jawa dan sebagainya.
B. Profil Dinas Sosial Kota Makassar
1. Latar Belakang
Dinas Sosial Kota Makassar terletak di Jalan Arif Rahman Hakim No. 50
Makassar, Kelurahan Ujung pandang Baru, kecamatan Tallo Kota Makassar,
berada pada tanah seluas 499m2, dengan bangunan fisik gedung berlantai 2 dan
berbatasan dengan :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kantor Kecamatan Tallo Kota Makassar
a. Sebelah Selatan berbatasan dengan Perumahan Rakyat
b. Sebelah Barat berbatasan dengan Jalan Ujung Pandang Baru
42
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Perumahan Rakyat
2. Visi dan Misi Dinas Sosial Kota Makassar
Berdasarkan tugas pokok dan fungsi Dinas Sosial, Maka Visi Dinas Sosial
Kota Makassar adalah sebagai berikut :
Pengendalian permasalahan sosial berbasis masyarakat tahun 2014
maknanya adalah manusia membutuhkan kepercayaan diri yang dilandasi oleh
nilai-nilai kultur lokal yang diarahkan kepada aspek tatanan kehidupan dan
penghidupan untuk menciptakan kemandirian lokal sebagai upaya pemenuhan
kebutuhan dasar, peningkatan keterampilan kerja, ketentraman, kedamaian, dan
keadilan sosial bagi dirinya sendiri, keluarga dan lingkungan sosial
masyarakatnya, serta mendorong tingkat partisipasi sosial masyarakat dalam ikut
melaksanakan proses pelayanan kesejahteraan sosial masyarakat.
Misi Dinas Sosial Sebagai berikut :
Meningkatkan partisipasi sosial masyarakat melalui pendekatan kemitraan dan
pemberdayaan sosial masyarakat dengan semangat kesetiakawanan sosial
masyarakat.
Memperkuat ketahan sosial dalam mewujudkan keadilan sosial melalui upaya
memperkecil kesenjangan sosial dengan memberikan pehatian kepada warga
masyarakat yang rentan dan tidak beruntung.
a. Mengembangkan sistem perlindungan sosial
b. Melakukan jaminan sosial
c. Pelayanan rehabilitasi sosial secara optimal
d. Mengembangkan pemberdayaan sosial.
43
3. Adapun tujuannya sebagai berikut :
a) Meningkatkan Kualitas pelayanan kesejahteraan sosial yang berpartabat
sehingga tercipta kemandirian lokal penyandang masalah kesejahteraan
sosial (PMKS).
b) Meningkatkan pendayagunaan sumber daya dan potensi aparatur
(Struktural dan Fungsional) dengan dukungan sarana dan prasarana yang
memadai untuk mampu memberikan pelayanan di bidang kesejahteraan
sosial yang cepat, berkualitas dan memuaskan.
c) Meningkatkan koordinasi dan partisipasi sosial masyarakat/ stakehoders
khususnya Lembaga Sosial Masyarakat dan Orsos Serta pemerhati di
bidang kesejahteraan sosial masyarakat.
Dinas Sosial Kota Makassar mempunyai tugas pokok yaitu melaksanakan
sebagian tugas pokok sesuai kebijakan walikota dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, merumuskan kebijaksanaan, mengoordinasikan, dan
mengendalikan tugas-tugas dinas.
C. Peran Dinas Sosial Dalam Pembinaan Anak Jalanan
Pembinaan terhadap masyarakat yang terpinggirkan dan di anggap lemah
merupakan hal yang harus selalu diperhatikan terutama pihak terkait. Jika yang
menjadi fokus permasalahan adalah anak jalanan, maka perhatian diarahkan pada
banyak pihak yang terkait secara langsung maupun tidak langsung ada
hubungannya dengan anak jalanan, misalnya keluarga anak jalanan tersebut dan
masyarakat di mana anak jalanan menjadi bagian di dalamnya. Dinas Sosial Kota
Makassar mempunyai peran penting dalam melaksanakan program pembinaan
44
anak jalanan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan anak jalanan. Salah satu
upaya perwujudan kesejahteraan anak jalanan adalah melalui kegiatan pembinaan.
Hasil wawancara penelitian yang dilakukan peneliti kepada salah
satu responden yaitu Bapak Kamil Kamaruddin,SE selaku Kepala Seksi
Pembinaan Anjal (anak jalanan) & Gepeng (gelandangan pengemis dan
pengamen) (Dinas Sosial Kota Makassar) dapat keterangan-keterangan tentang
peran Dinas Sosial dalam pembinaan anak jalanan. Beliau mengatakan
bahwasanya peran Dinas Sosial Kota Makassar terhadap pembinaan anak jalanan
mengacu pada Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 2 Tahun 2008 tentang
pembinaan anak jalanan, gelandangan, pengemis, dan pengamen di Kota
Makassar. Dalam peraturan tersebut ada 3 hal yang penting, yaitu : Program
pembinaan pencegahan, program pembinaan lanjutan, dan program pembinaan
rehabilitasi anak jalanan.
1) Peran Sebagai Orang Tua
Dinas Sosial Kota Makassar memerankan perannya sebagai pengganti
orang tua melalui tahap program pembinaan pencegahan, yang dilaksanakan oleh
Tim Reaksi Cepat Saribattang atau disingkat dengan (TRC Saribattang) yang
dibentuk pada tahun 2014 oleh Pemerintah Kota Makassar dan dilanjut dengan
program pembinaan lanjutan guna memaksimalkan proses penanganan anak
jalanan di Kota Makassar.
Orang tua yang seharusnya bertanggung jawab penuh untuk memenuhi
kebutuhan anak dan memberikan asupan kasih sayang, maka disini peran Dinas
45
Sosial untuk memenuhi kebutuhan dasar tersebut melalui beberapa rangkaian
program dan kerja sama dengan lembaga yang terkait seperti Rumah Perlindungan
Sosial Anak atau disingkat dengan (RSPA) di RSPA inilah mereka dibina dan
diberikan kebutuhan mendasar orang tua terhadap anaknya.
“Di RSPA itu mereka di identifiasi atau di assesement sehingga dapat di
tentukan, apakah mereka di pulangkan ke orangtuanya ataupun tetap di
RSPA di dibina selayaknya orang tua terhadap anaknya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Hasnah Hapsari (40 tahun)
selaku sakti peksos, RPSA merupakan tempat transit bagi anak jalanan. Mereka
dibawa kesana untuk diidentifikasi dan diassesment. Identifikasi tersebut adalah
pendataan terhadap anak jalanan yang meliputi nama, umur,alamat, orang tua dan
keterangan lain seperti masih sekolah atau tidak, penyebab turun ke jalan dan
sebagainya.
Proses Identifikasi ini nantinya akan diketahui dari mana anak jalanan
tersebut berasal, jika anak tersebut berasal dari luar daerah maka akan langsung
dipulangkan, sedangkan yang berasal dari dalam daerah akan dipulangkan atau
menunggu dijemput oleh orang tuanya.“setelah dilakukan assesment pada anak
jalanan, maka dilakukan home visit pada anak jalanan demi mengetahui masalah
yang dihadapi anak jalanan.
Dia juga menjelaskan bahwa Home visit merupakan langkah yang
diambil sebagai upaya mengetahui lebih dalam mengenai kondisi anak serta
kondisi keluarganya.
Dari home visit tersebut, nanti akan diketahui mengenai latar belakang
keluarganya, kondisi perekonomian orang tuanya, penyebab anak
46
turun ke jalan dan bila terjadi bisa ditemukan bentuk eksploitasi anak.
“Malaska pulang dirumah karena bapakku sukaka na pukul, baru kalo
pulang malam suka mabuk”
Hasil wawancara singkat dengan seorang anak jalanan bernama Aco dan
reski adiknya mengaku dia enggan pulang ke rumah orang tuanya di karenakan
orang tuanya kerap berlaku kasar kepadanya.
“Mamakku ji yang suruh saya cari uang di jalan, sama jka juga mamakku
biasa disini”
Berbeda halnya dengan Olleng (10 tahun) yang berhasil di wawancara disekitaran
jalan fly over pettarani mengaku beraktifitas dijalan oleh karena suruhan orang
tuanya, tak jarang pula dia beserta ibunya melakukan kegiatan di jalan bersama.
Dari keterangan-keterangan tersebut, juga akan ditinjau kembali melalui
tetangga dan lingkungan masyarakat setempat agar nantinya bisa diperoleh data
yang benar. Apakah anak tersebut akan dikembalikan kepada keluarganya, atau
akan dirujuk ke YKP2N untuk di rehabilitasi dan atau akan diberikan pelatihan
keterampilan kerja bagi anak jalanan, semua itu tergantung dari hasil assesment
dan home visit yang dilakukan Dinas Sosial Kota Makassar.
“Yang kemarin kemarin itu banyak kita temui anak jalanan di sekitaran
pantai losari, ternyata setelah di identifikasi dia berasal dari keluarga
yang utuh dan terbilang masih mampu, cuman anaknya memang yang
kurang perhatian dari orang tuanya makanya dia memilih untuk ikut
temannya di jalanan, karena dia merasa lebih mendapat perhatian disana”
Hasil wawancara dengan ibu Nurman ilmi selaku sakti peksos
menambahkan bahwa kebanyakan anak jalanan yang di temui di pantai losari
ialah anak jalanan yang masih mempunyai keluarga yang utuh dan beralasan
mereka melakukan aktifitas di jalan hanya karena ikutan ikutan dengan temannya,
47
mereka biasanya beraktifitas pada siang hari dengan meminta minta ataupun
memalak orang. anak jalanan tersebut agar kiranya si pelaku anak jalanan dapat
sadar akan pentingnya peran orang tua terhadap anaknya.
“Biasanya itu proses assesment dilakukan kadang di Kantor Dinas
Sosialnya langsung kadang juga di kantor Rumah Perlindungan Trauma
Centre yang sebelumnya berada di jalan turikale (Monumen Korban 40
Ribu Jiwa). Tapi jarang jarangji ada yang nginap disini, kadang dalam
satu minggu tidak ada sama sekali, dan paling lama kalo nginap 3 hari
ji”.
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Widya selaku sakti peksos
yang memberikan informasi mengenai alur proses penanganan anak jalanan
hingga keluarnya dari Rumah Perlindungan Trauma Centre menjelaskan bahwa
proses assesment dan identifikasi anak jalanan kadang di lakukan di kantor Dinas
Sosial Kota Makassar kadang pula dilakukan di kantor Rumah Perlindungan
Trauma Centre. Anak yang di jemput orang tuanya langsung biasanya hanya
diberikan pembinaan kemudian dipulangkan, namun anak yang tidak dijemput
oleh orang tuanya, akan di inapkan di Rumah Perlindungan Trauma Centre untuk
diberikan pembinaan selama 3 hari.
(2) Peran Sebagai Guru
Program home visit atau rumah singgah pada tahap pembinaan lanjutan
juga memberikan kebutuhan dasar pendidikan pada anak dengan menyesuaikan
usia anak dengan pembelajaran yang diberikan terhadap anak tersebut sehingga
kurang lebih mereka dapat mengikuti pelajaran anak pada umumnya.
“Setelah proses identifikasi dan ditentukan akan dipulangkan atau
menetap maka bagi anak yang menetap itu dibina dan diberikan
pendidikan dasar anak pada umumnya sehingga paling tidak dia tidak
ketinggalan dengan anak pada umumnya di bidang pendidikan”.
48
Hasil wawancara dengan ibu Hasnah Hapsari selaku sakti pekerja sosial
yang kebetulan sedang bertandang di kantor Dinas Sosial memberikan sedikit
arahan mengenai kegiatan apa saja yang di berikan oleh Program Rumah Singgah
terhadap anak jalanan yang behasil dijaring oleh Tim Reaksi Cepat Saribattang
atau di disingkat dengan TRC Saribattang.
Selain memberikan bimbingan di bidang pendidikan disana juga
diberikan arahan keterampilan sesuai dengan bakat yang dimiliki masing-
masing anak agar nantinya setelah lepas dari Home Visit anak jalanan
mempunyai nilai seni yang bisa dipakai dan kembangkan untuk menghasilkan
uang dan memenuhi kebutuhannya.
Dalam program pmbinaan lanjutan, saat identifikasi dan assesment pada
anak jalanan dilakukan dengan tiga pendekatan yaitu pendekatan persuasif,
pendekatan komunikatif dan komunikasi interpersonal. Hal ini dilakukan untuk
mempermudah kegiatan identifikasi dan assessment agar anak jalanan tidak
merasa enggan untuk mengungkapkan apa yang menyebabkan mereka turun
kejalanan.
Pendekatan yang digunakan dalam menangani anak jalanan di Dinas
Sosial Kota Makassar yaitu :
1) Pendekatan Persuasif, Pendekatan persuasif yaitu pendekatan yang
digunakan dengan tujuan untuk meyakinkan serta membujuk orang lain.
Komunikasi persuasif adalah komunikasi yang bertujuan untuk
mengubah atau memengaruhi kepercayaan, sikap, dan perilaku
seseorang sehingga bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh
49
komunikator.
2) Pendekatan Komunikatif, Bahasa komunikatif adalah bahasa yang biasa
digunakan pada wilayah dimana sedang terjadi proses komunikasi,
tidak terpaku pada satu bahasa saja, mudah diterima, mudah dipahami
dan mudah untuk ditanggapi atau mendapatkan feedback. Oleh karena
itu, perlu untuk mengembangkan bahasa komunikatif sebagai bahasa
pengantar dalam membina anak jalanan. Dengan bahasa yang
komunikatif maka akan mengurangi rasa kaku, monoton, dan akan lebih
menarik bagi komunikan, pada akhirnya diharapkan mampu mencapai
tujuan dalam proses pembinaan.
3) Pendekatan Interpersonal atau Komunikasi interpersonal adalah
komunikasi yang terjadi antara dua orang atau lebih yang biasanya tidak
diatur secara formal. Dalam komunikasi interpersonal, setiap partisipan
menggunakan semua elemen dari proses komunikasi. Misalnya,
masing-masing pihak akan membicarakan latar belakang dan
pengalaman masing-masing dalam percakapan tersebut.
3) Peran Sebagai Dokter
Dalam perkembangan program pembinaan lanjutan yang di laksanakan
oleh Dinas Sosial Kota Makassar dengan lembaga yang terkait, terdapat tahap
program pembinaan rehabilitasi setelah proses identifikasi dan assesment pada
tahap pembinaan lanjutan yang memungkinkan anak jalanan untuk di rujuk ke
lembaga Yayasan Kelompok Penyalahgunaan Pengguna Narkoba atau disingkat
dengan (YKP2N) di Jalan FaisalXII Makassar yang berada dibawah naungan
50
Kementerian Sosial.
Dari Program tersebut Dinas Sosial bekerja sama dengan YKP2N
menangani anak yang ketahuan memiliki masalah kesehatan dan keterkaitan
dengan narkoba. Anak yang diketahui memiliki masalah kesehatan dan
keterkaitan dengan narkoba maka akan di berikan pelayanan berupa perawatan
dan rehabilitasi layaknya pelayanan seorang dokter terhadap pasiennya. Walaupun
Dinas Sosial tidak secara langsung terjun dalam program tersebut, namun Dinas
Sosial tetap memiliki andil dalam bentuk pengendalian dan pengawasan.
Anak jalanan yang tidak memiliki masalah atau tidak terindikasi narkoba
atau menghisap lem hanya disuruh membuat surat pernyataan agar tidak turun ke
jalan lagi. Namun, tidak sedikit juga anak jalanan yang mengalami masalah
seperti menghisap lem yang sangat marak terjadi pada anak jalanan.
Anak jalanan yang diassesment dan diketahui menghisap lem, mereka
langsung di rujuk ke Yayasan Kelompok Penyalahgunaan Pengguna Narkoba
(YPK2N) di Jalan FaisalXII Makassar yang berada dibawah naungan
Kementerian Sosial. Disana mereka direhabilitasi selama enam bulan. Disana para
pecandu mengikuti kegiatan sejak pagi hingga waktu tidur. Diantaranya seminar,
shalat, olahraga dan berbagai kegiatan lain yang sifatnya pembinaan agar mereka
bisa keluar dari perilaku lama menjadi manusia yang lebih disiplin.
Jika anak jalanan yang terdeteksi menghisap lem atau obat-obatan
lainnya seorang perempuan, maka anak tersebut hanya diberikan motivasi dan
dikembalikan kepada keluarganya berhubung belum adanya panti rehabilitasi
khusus untuk perempuan.
51
Dinas Sosial Kota Makassar tidak hanya bekerja sama dengan panti
Sosial rehabilitasi YKP2N tetapi bekerja sama pula dengan PSMP Toddopuli
(Panti Sosial Marsudi Putra). Jika anak jalanan diketahui merupakan anak yang
nakal dan mempunyai masalah dengan hukum, maka akan dirujuk ke PSMP
Toddopuli di Salodong yang juga berada dibawah naungan Kementerian Sosial.
Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) merupakan Panti sosial yang mempunyai
tugas memberikan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi anak nakal agar mampu
mandiri dan berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat.
(4) Peran Sebagai Pengawas
Dinas Sosial berperan sebagai pengawas mencakup pada keseluruhan
program dalam pembinaan anak jalanan dimulai dari program pembinaan
pencegahan, program pembinaan lanjutan, dan program pembinaan rehabilitasi
a) Pengawasan pada program pembinaan pencegahan
Pada program pembinaan pencegahan Dinas Sosial berperan mengawasi
anak jalanan dari tahap pertama yaitu patroli anak jalanan yang rutin dilaksanakan
oleh Tim Reaksi Cepat Saribattang atau disingkat dengan (TRC Saribattang).
Pada proses ini Dinas Sosial melakukan patroli di jalan jalan yang terindikasi
banyak dijumpai anak jalanan, seperti di jalan AP Pettarani (sekitaran fly over),
Boulevard (terowongan), dan pengayoman.
Team Reaksi Cepat Saribattang atau yang disingkat (TRC) Saribattang, adalah
tim yang di gagas oleh pemerintah dan dibentuk oleh Dinas Sosial Kota Makassar
untuk memaksimalkan kinerja terkait penanganan anak jalanan, gepeng dan
pengemis di Kota Makassar. Dari segi nama TRC Saribattang dulunya hanya
52
disebut “Patroli Anak Jalanan” kemudian di ubah semenjak tahun 2014 dan
dibentuk menjadi TRC Saribattang, dari segi anggotanya pun sudah lebih banyak
dari sebelumnya pada tahun 2016 yang hanya berjumlah 22 orang. Tidak hanya
itu, dari segi fasilitas patroli saat ini lebih memadai seperti mobil saribattang yang
ada sejak tahun 2015 lalu.
“Saya sudah lama bergabung dengan tim yang menangani anak jalanan
secara langsung sebelum namanya berubah menjadi TRC Saribattang,
dulu masih disebut Patroli Anak Jalanan saja”
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan bapak Syarifuddin (35
tahun) salah satu anggota Satpol PP, dia mengatakan bahwa sudah lama bekerja
sama dengan Dinas Sosial dalam menangani Anak Jalanan sejak tahun 2010
namun pada saat itu namanya belum berganti menjadi TRCsaribattang melainkan
Patroli Anak jalanan saja. Namun setelah TRC Saribattang terbentuk pada tahun
2014, barulah dia masuk dalam keanggotaan Team Reaksi Cepat (TRC)
Saribttang.
“Dari program dan penanganannya, tentu ada perkembangannya apalagi
posko TRC Saribattang rencananya akan ditambahkan fasilitas seperti
komputer, dispenser dan anggota yang selalu standby”
Menurut Bpk Kamil Kamaruddin,SE selaku Kasi pembinaan anak
jalanan, Gepeng, dan pengamen program Dinas Sosial dalam menangani anak
jalanan mengalami perkembangan seperti jumlah tim dan berbagai fasilitas
lainnya serta kegiatannya pun tentu mengalami perkembangan.
Dalam perkembangannya, program pembinaan pencegahan atau patroli
anak jalanan mengalami kemajuan seperti halnya tim yang hanya dikenal dengan
53
sebutan patroli anjal sekarang dikenal dengan Team Reaksi Cepat (TRC)
Saribattang. Dinas Sosial tadinya hanya memiliki satu unit mobil patroli sekarang
sudah memiliki dua unit mobil patroli ini sudah memiliki mobil ambulance yaitu
mobil Dalmas dan mobil Saribattang.
“Saya sudah lama bergabung dengan tim yang menangani anak jalanan
secara langsung sebelum namanya berubah menjadi TRC Saribattang,
dulu masih disebut Patroli Anak Jalanan saja”
Berdasarkan hasil wawancara dengan Awaluddin (32 tahun)
menambahkan bahwa anak jalanan yang biasanya terjaring razia oleh tim TRC
Saribattang adalah orang yang sama, dalam artian pelaku anak jalanan tersebut
tidak jera dengan petugas dan selalu ingin kembali berkatifritas di jalan, hal ini
tentunya membuat petugas TRC harus bekerja maksimal.
Dia juga menambahkan bahwa anak jalanan yang tidak menganggu
ketertiban umum seperti anak yang menjual air, tisu, koran, manisan ditempat
umum misalnya di depan toko-toko atau tempat perbelanjaan lainnya tidak akan
dirazia. Tetapi mereka yang menjual, dan sebagainya di jalanan tepatnya di lampu
merah akan di razia dan di tindak lanjuti.
Tahun 2019 personil dari tim patroli atau yang sekarang dikenal dengan
Team Reaksi Cepat (TRC) Saribattang berjumlah 33 orang terdiri dari ketua tim,
sekertaris tim, 6 orang anggota Polisi Polrestabes, 6 orang anggota Satpol PP Kota
Makassar, dan sisanya 19 orang dari Dinas Sosial. Jumlah personil dari tim
patroli sebelumnya hanya berjumlah 22 orang pada tahun 2017 dan saat ini
personil TRC Saribattang jumlahnya ada 33 orang.
54
“Saya tidak berani mengatakan asal usul daerah anak jalanan itu dari mana
saja, takutunya nanti ada daerah yang terpojokkan dengan pernyataan
saya, yang jelas tidak semua anak jalanan itu berasal dari Kota
Makassar”.
Berdasarkan hasil wawancara saya dengan Bapak Kamil Kamaruddin,SE
selaku Kepala Seksi Pembinaan Anjal (anak jalanan) & Gepeng (gelandangan
pengemis dan pengamen) (Dinas Sosial Kota Makassar) mengatakan bahwa anak
jalanan yang biasanya ditemukan pada saat operasi kemudian di identifikasi
memang ada beberapa yang berasal dari daerah lain wilayah sulsel, namun dia
tidak ingin menambahkan dari daerah mana saja asal anak jalanan tersebut.
Dia juga menambahkan bahwa asal dari daerah manapun tidaklah begitu
penting, yang terpenting ialah jika anak jalanan tersebut beraktifitas di Kota
Makassar maka sudah menjadi tugas Dinas Sosial kota Makassar untuk
menanganinya. Dia juga berkoordinasi dengan beberapa pihak pemerintah daerah
yang bersangkutan, untuk bekerja sama menangani permasalahan.
“Bisa dikatakan keseluruhan program Dinas Sosial dalam pembinaan anak
jalanan itu sudah berjalan 90% dari tingkat keberhasilannya, itu di tinjau
dari beberapa program yang rutin kita jalankan”
Hasil wawancara saya dengan bapak Kamil Kamaruddin,SE mengenai
seberapa besar tingkat keberhasilan Dinas Sosial Kota Makassar dalam pembinaan
anak jalanan di Kota Makassar sudah mencapai 90% keberhasilan ditinjau dari
programnya dan dalam peningkatan tiap tahunnya.
Tugas Team Reaksi Cepat (TRC) Saribattang sesuai dengan SK Walikota
yaitu melakukan patroli penjangkauan di semua titik lampu merah yang ada di
55
kota Makassar, yang dimuat dalam sebuah kegiatan bernama pembinaan dan
patroli anak jalanan tahun anggaran 2019. Dalam melakukan patroli ini peran
Satpol PP dan Kepolisian hanya sebagai pengawal dan penjaga bila mana ada
sesuatu yang tidak diinginkan ketika ada di jalan. Sedangkan petugas yang
melakukan penjaringan langsung adalah dari Dinsos.
Dalam program pembinaan anak jalanan memiliki beberapa proses yaitu
ketika anak jalanan di razia oleh TRC (Team Reaksi Cepat) saribattang maka
tim TRC melakukan;
a) Pendataan awal seperti identitas anak jalanan, identitas orang tua,
alamat, pekerjaan orang tua dan sebagainya.
b) Dari hasil pendataan awal, maka TRC saribattang merujuk pada sakti
peksos untuk melakukan assesment,
c) Dari hasil assesment tersebut, sakti peksos melakukan home visit atau
peninjauan langsung rumah tempat tinggal anak jalanan agar lebih
mengetahui dan mendalami masalah yang dihadapi anak jalanan
tersebut.
d) Dari hasil home visit tersebut dapat diambil satu tindakan (rujukan)
untuk membantu anak jalanan tersebut.
b) Pengawasan pada program pembinaan lanjutan
Dinas Sosial melakukan pengawasan ke tempat lembaga yang bekerja
sama dengan pihak Dinas Sosial guna melakukan pembinaan terhadap anak
jalanan yaitu di RSPA atau Rumah Perlindungan Sosial Anak di Jl. Datuk
Ribandang, La'latang, Kec. Tallo, Kota Makassar.
Dalam program ini Dinas Sosial rutin mengawasi jalannya proses
identifikasi dan assesment yang di laksanakan di RSPA, kemudian juga turut andil
dalam melakukan proses penjaringan sebelum kemudian di bawa ke RSPA guna
56
melakukan identifikasi dan assesment.
c) Pengawasan pada program pembinaan rehabilitasi
Dinas Sosial yang bekerja sama dengan Panti rehabilitasi YKP2N turut
andil dalam melakukan proses pembinaan dalam bentuk pengawasan dan
pengendalian anak jalanan. Hal ini dapat dipastikan dari hasil wawancara singkat
dengan ibu Hasnah Hapsari selaku sakti peksos yang secara kebetulan sedang
bertandang di kantor Dinas Sosial Kota Makassar.
“Keseluruhan program pembinaan yang dimulai dari program
pembinaan pencegahan, pembinaan lanjutan, dan pembinaan
rehabilitasi itu tidak lepas dari pihak Dinas Sosial, dan tetap
melakukan koordinasi dengan pimpinan lembaga”.
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Hasnah Hapsari dapat di tarik
kesimpulan bahwa keseluruhan proses yang di laksanakan oleh pihak Dinas Sosial
dalam pembinaan anak jalanan tidak terlepas dari pengawasan dari Dinas Sosial
itu sendiri. Dalam melakukan pembinaan rehabilitasi anak jalanan, Dinas Sosial
Kota Makassar bekerja sama dengan Yayasan Kelompok Penyalahgunaan
Pengguna Narkoba (YKP2N). Anak jalanan yang tidak memiliki masalah atau
tidak terindikasi narkoba atau menghisap lem hanya disuruh membuat surat
pernyataan agar tidak turun ke jalan lagi. Namun, tidak sedikit juga anak jalanan
yang mengalami masalah seperti menghisap lem yang sangat marak terjadi pada
anak jalanan.
57
5. Hambatan yang Dihadapi Dinas Sosial dalam Pembinaan Anak Jalanan di
Kota Makassar
Dapat disimpulkan bahwa kendala-kendala/hambatan yang dihadapi
dalam pembinaan anak jalanan ini adalah keterbatasan dana untuk mendirikan
rumah singgah/panti sosial yang selama ini digunakan adalah milik Pmerintah
Provinsi Sulawesi Selatan. Disamping itu, sumber daya manusia dari Dinas Sosial
sendiri hanya sedikit dan sangat kurang untuk diturunkan dalam membina dan
membimbing anak jalanan, sehingga instansi lain turut ikutserta menangani
pembinaan anak jalanan tersebut. Maka dari itu mereka belum bisa menjalankan
implementasi tersebut secara efektif dan efesien secara maksimal.Ada beberapa
hambatan atau kendala dalam pemberdayaan anak jalanan, yaitu sebagai berikut:
1. Kurangnya sarana dan prasarana utama yaitu panti rehabilitasi sosial
atau penampungan untuk anak jalanan yang tertangkap, dan mobil
pengangkut untuk anak jalanan tersebut tidak dimiliki oleh Dinas
Sosial. Selama ini alat transportasi tersebut berasal dari Dinas Sosial
dan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan.
2. Kurangnya anggaran dana dalam program pemberdayaan dan
pembinaan anak jalanan. Selama ini berjalannya program
pemberdayaan dan pembinaan anak jalanan, berasal dari Dinas Sosial
dan Tenaga Kerja Kota Makassar yang mana seluruh pendanaannya
berasal dari pusat. Karena terbatasnya anggaran yang diperoleh dari
alokasi anggaran sangat minim, maka penertiban, pemberdayaan,
58
pembinaan anak jalanan sangat terkendala. Hal ini dapat dimaklumi
setiap tahun Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS),
semakin meningkat, sedangkan anggaran Pusat harus dapat dibagi ke
seluruh wilayah negara Republik Indonesia.
3. Kurangnya kesadaran masyarakat. Masyarakat yang terjaring pada
penertiban anak jalanan ini ialah kategori anak-anak, remaja, lanjut
usia yang beraktifitas di lampu merah. Pada dasarnya adalah faktor
ekonomi dan lingkup internal keluarga yang tidak menasehati
keluarganya, sehingga terjadilah penyimpangan anak jalanan.
Sosialisasi yang diberikan ketika dalam penertiban baik pemberian
nasihat, pembinaan mental dan rohani, ternyata sangat sulit karena
dengan mengemis di jalanan lebih mudah dalam mendapatkan uang
tanpa bersusah payah dan akhirnya setelah dibina selama 3-7hari
mereka kembali kejalanan. Sedangkan masalah lainnya adalah,
seringkali masyarakat memberikan sesuatu kepada anak jalanan yang
berada di jalanan, baik berupa uang atau lainnya, seakan-akan mereka
berjiwa sosial, padahal dengan kejadian seperti ini dapat
menyebabkan tumbuh suburnya anak jalanan yang berada di jalanan.
6). Faktor pendukung Dinas Sosial dalam pembinaan anak jalanan
. Faktor pendukung yang di maksud adalah setiap upaya yang dilakukan Dinas
sosial yang di dukung oleh beberapa faktor seperti
a) Political will, yaitu basis keyakinan publik terhadap pemerintah. Jika
59
saja publik yakin bahwa pemerintah mempunyai political will, maka
publik akan memberikan nilai bagus kepada pemerintah,
b) adanya lembaga panti sosial untuk menampung anak jalanan, walaupun
ini dinilai masih belum sepenuhnya efektiv dikarenakan jumlah
tempatnya yang masih terbatas, namun sudah cukup membantu untuk
pelaksanaan pembinaan anak jalanan.
c) terbentuknya koordinasi, baik itu dari instansi terkait, LSM, serta unsur
masyarakat agar tercapainya tujuan bersama yaitu efektivitas
pembinaan anak jalanan.
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan dari peneliti serta uraian
diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Peran Dinas Sosial dalam pembinaan anak
jalanan menjalankan perannya sebagai aktor bagi anak jalanan sesuai dengan
penerapan teori oleh Robert Linton seorang antropolog yang mengemukakan
Teori Peran. Dia menggambarkan interaksi sosial dalam terminologi aktor-aktor
yang bermain sesuai dengan apa-apa yang ditetapkan oleh budaya. Sesuai dengan
teori ini, harapan-harapan peran merupakan pemahaman bersama yang menuntun
kita untuk berperilaku dalam kehidupan sehari-hari”.
Menurut teori ini, seseorang yang mempunyai peran tertentu misalnya
sebagai dokter, mahasiswa, orang tua, wanita, dan lain sebagainya, diharapkan
agar seseorang tadi berperilaku sesuai dengan peran tersebut, baik individu
maupun kelompok. Maka berdasarkan dari teori ini Dinas Sosial menjalankan
perannya sebagai orang tua, guru, dokter, dan pengawas untuk anak jalanan itu
sendiri sesuai dengan penjabaran teori robert linton yang mengungkapkan bahwa
dalam peran harus jelas target dan sasarannya, dalam hal ini yaitu si anak jalanan
itu sendiri.
Dinas Sosial berperan sebagai orang tua anak jalanan bertanggung jawab
dan bekerja dengan program rumah singgah untuk menangani anak jalanan yang
masih membutuhkan bimbingan dan kasih sayang orang tua. Dinas Sosial
61
berperan sebagai pengganti guru dalam bidang pendidikan, sebagai dokter untuk
bidang kesehatan, dan sebagai pengawas dalam bentuk pendampingan secara
menyeluruh.
Peran Dinas Sosial itu sendiri dalam pembinaan anak jalanan adalah
melakukan penanganan melalui 3 program yaitu : Program pembinaan
pencegahan, Program pembinaan lanjutan, dan program pembinaan rehabilitasi
anak jalanan. Program pembinaan pencegahan ini dilakukan dengan kegiatan
patroli seti ap hari secara rutin oleh Tim Reaksi Cepat Saribattang atau yang
disingkat dengan (TRC) yang di bentuk oleh Dinas Sosial Kota Makassar untuk
memaksimalkan kinerja terkait anak jalanan di Kota Makassar. Program
pembinaan lanjutan adalah kegiatan yang dilakukan Dinas Sosial Kota Makassar
untuk menetahui alasan anak turun ke jalanan dengan cara identifikasi atau
assesment di RSPA (Rumah Perlindungan Sosial Anak). Program pembinaan
rehabilitasi anak jalanan adalah kerja sama Dinas Sosial Kota makasar dengan
Yayasan Kelompok Penyalahgunaan Pengunaan Narkoba atau biasa di singkat
dengan (YKP2N), anak jalanan yang di assesment dan diketahui menggunakan
narkoba atau mengisap lem dan semacamnya maka mereka langsung di rujuk di
YKP2N di Jalan Faisal XII Makassar yang berada di naungan Kementrian Sosial.
Dalam menjalankan programnya, Dinas Sosial Kota Makassar masih
menemui hambatan yang dihadapi oleh Dinas Sosial itu sendiri yaitu:
keterbatasan dana, faktor anak jalanan yang bertambah tiap tahunnya, dan
kurangnya tempat pusat pembinaan untuk menampung anak jalanan. Adapun
faktor pendukung dalam menjalankan programnya ialah: adanya faktor Political
62
will, yaitu basis keyakinan publik atau masyarakat terhadap pemerintah, kemudian
adanya lembaga panti sosial untuk menampung anak jalanan, walaupun ini dinilai
masih belum sepenuhnya efektiv dikarenakan jumlah tempatnya yang masih
terbatas, namun sudah cukup membantu pihak Dinas Sosial dalam pelaksanaan
pembinaan anak jalanan, dan terkahir yaitu terbentuknya koordinasi, baik itu dari
instansi terkait, LSM, serta unsur masyarakat.
Melihat permasalahan yang telah ditangani oleh Dinas Sosial Kota
Makassar dalam pembinaan anak jalanan sejauh ini hasil yang dicapai sudah
berjalan dengan baik, namun belum sepenuhnya terealisasi dengan sempurna.
B. Saran
1. Disarankan kepada Dinas Sosial Kota Makassar agar memberikan
bimbingan keagamaan kepada orang tua anak jalanan agar bisa menyadari
tanggung jawab mereka terhadap anak yang telah dititipkan Allah swt.
2. Disarankan kepada kepala serta pegawai Dinas Sosial Kota Makassar agar
kegiatan/program pembinaan anak jalanan lebih diingatkan dan
dikembangkan agar anak jalanan memiliki bekal untuk meraih kehidupan
yang lebih baik lagi.
3. Disarankan kepada Dinas Sosial Kota Makassar dan pemerintah setempat
untuk dapat bekerja sama dengan menangkap anak jalanan yang
berkeliaran.
4. Disarankan kepada Dinas Sosial Kota Makassar membuat semacam
kampanye kepada masyarakat luas untuk peduli dan meningkatkan
63
kesadaran terhadap anak-anak jalanan yang ada di Indonesia ini khususnya
di Makassar melalui poster, iklan, layanan dan sebagainya.
5. Disarankan kepada masyarakat untuk bekerja sama dengan Dinas Sosial
Kota Makassar dalam menanggapi anak jalanan, agar anak jalanan tidak
semakin marajalela berkeliaran dijalanan.
64
DAFTAR PUSTAKA
Andi F.F., Zulkifly A., Syamsiar S.R. Faktor Risiko Kanker Ovarium di RSUP
Wahidin Sudirohusodo Makassar. 2014.
Ayuningsih, Diah. (2010). Psikologi Perkembangan Anak. Yogyakarta: Pustaka
Larasati.
Bagong Suyanto , Sri Sanituti Hariadi. (2000) .Pekerja Anak Masalah, Kebijakan,
dan Upaya Penanganannya. Surabaya : Lutfiansyah Meditama.
Bagong Suyanto, 2010. Masalah Sosial Anak. Edisi Revisi. Jakarta: PT. Fajar
Interpratama Mandiri.
Barzan. B. (1999). Panti Asuhan sebagai Lingkungan Keluarga. Yogyakarta:
Rineka Cipta.
Bukharistyle.blogspot.com :2012 Apa Pengertian Dari Pembinaan.
Cooley (1902) atau Mead (1934), hubungan antara aktor dan target.
Creswell W. John. 2010, Research Desaign Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,
dan Mixed, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Departemen Sosial R.I. 2004. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor: Kep/03/M.PAN/1/2004 tentang Jabatan Fungsional Pekerja
Sosial dan Amgla Kreditnya.Bandung: Departemen Sosial R.I Biro
Kepegawaian dan Hukum.
Irwanto, Anak Yang Membutuhkan Perlindungan Khusus di Indonesia : Analisis
Situasi, Jakarta : KPM Unika Atma Jaya. Masduki, 2003. Radio Siaran dan
Demokratisasi, Jendela: Yogyakarta.
Kalida, Muhsin dan Bambang Sukamto. Jejak Kaki Kecil di Jalanan.
Yogyakarta: Cakruk Publishing, 2012.
Masta Rosida, Peran Dinas Sosial Kota Medan Dalam Pemberdayaan Anak
Jalanan Di Kecamatan Medan Tembung : “Skripsi” (Universitas Islam
Negeri Medan, 2017)
Moleong Lexy J. 2004, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mulianti, Revitalisasi Peran Dinas Sosial Kota Makassar Dalam Penanganan
Anak Jalanan Di Kota Makassar :”Skripsi” (Universitas Islam Negeri
Makassar, 2017)
65
Musanef. 1991. Manajemen Kepegawaian Di Indonesia. Jakarta: CV Haji
Masagung
Novrizal, Muhammad. 2009. Peranan Rumah Perlindungan Sosial Anak (RPSA)
dalam Penanganan Anak Jalanan di Kota Semarang‟. Skripsi. Semarang:
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.
Robert Linton. 1936. Role Theory, (online), ( http : // home. unpar. ac. id/ ... /
PERSPEKTIF%20DALAM%20PSIKOLOGI%20SOSIAL.doc, diakses 13
Oktober 2009).
Secord dan Backman (1964) jenis-jenis harapan.
Soekanto, Soerjono, 2002, Teori Peranan, Jakarta, Bumi Aksara.
Soekanto,Soerjono. 2010. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Rajawali Pers.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suyatno, 2010. Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM).
http://suyatno.blog.undip.ac.id [1 Desember 2011].
Syarifuddin dan Asrul, Kepemimpinan Pendidikan Kontemporer (Bandung:
Citapustaka Media, 2013).
Thoha , Miftah. 1997, Pembinaan Organisasi (Proses Diagnosa dan Intervensi),
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
White, Ben dan Indrasari Tjandranigsih, 1998. Child Workersi in Indonesia.
Bandung: Yayasan Akatiga.
Sumber Perundang-Undangan
Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 2 tahun 2008 Tentang Pembinaan Anak
Jalanan Gelandangan Pengemis Dan Pengamen Di kota Makassar.
Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak.
66
L
A
M
P
I
R
A
N
67
RIWAYAT HIIDUP
Andi Wahyudi Lahir di Kota Makassar Kecamatan Rappocini Kelurahan
Kassi-Kassi Provinsi Sulawesi Selatan pada tanggal 8 Juni 1993, anak ke 6 dari 7
bersaudara dari pasangan ayahanda Andi Sulaiman Ishak dan Ibunda Andi
Rosdianah. Penulis masuk Sekolah Dasar Negeri Emmy Saelan Kota Makassar
Pada tahun 2000 dan Tammat Tahun 2006, Di Tahun 2006 penulis melanjutkan
pendidikan pada Sekolah Menengah Pertama Negeri 33 Kota Makassar Dan
Tammat pada Tahun 2009. Pada Tahun yang sama, Penulis melanjutkan
pendidikan pada Sekolah Menengah Atas Negeri 9 Kota Makassar Dan Tammat
2012.
Kemudian pada tahun 2013 Penulis melanjutkan Pendidikan di
Universitas Muhammadiyah Makassar melalui jalur Tes pada Program Strata Satu
(S1) di Program Studi Pengembangan Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Uniamuh Makassar. Untuk memperoleh gelar Sarjana
Sosial penulis menyelesaikan Skripsi dengan judul “Peran Dinas Sosial Dalam
Pembinaan Anak Jalanan Di Kota Makassar”.
68
LAMPIRAN 1
Pedoman Wawancara Di Kantor Dinas Sosial Kota Makassar
A. Pertanyaan Umum
1. Bagaimana profil Kantor Dinas Sosial Kota Makassar?
2. Sejak kapan Kantor Dinas Sosial Kota Makassar berdiri?
3. Bagaimana latar belakang Kantor Dinas Sosial kota Makassar dalam pembinaan
anak Jalanan?
4. Apa saja manfaat Kantor Dinas Sosial Kota Makassar?
B. Pertanyaan Tujuan Penelitian
1. Bagaimana peran Kantor Dinas Sosial Kota Makassar dalam Pembinaan Anak
Jalanan?
2. Apa saja program yang di lakukan oleh Kantor Dinas Sosial Kota Makassar
dalam Pembinaan Anak Jalanan?
3. Dimana saja lokasi yang paling sering di temukan Anak Jalanan di Kota
Makassar?
4. Hambatan apa saja yang dihadapi oleh Kantor Dinas Sosial Kota Makassar
dalam Pembinaan Anak Jalanan?
5. Sarana apa saja yang ada di Kantor Dinas Sosial Kota Makassar dalam
Pembinaan Anak Jalanan?
6. Masalah apa yang sering dihadapi Kantor Dinas Sosial Kota Makassar dalam
Pembinaan Anak Jalanan?
7. Apa faktor penyebab adanya Anak Jalanan di Kota Makassar?
8. Bagaimana tingkat keberhasilan Kantor Dinas Sosial Kota Makassar dalam
Pembinaan Anak Jalanan?
69
9. Bagaimana perkembangan yang terjadi setelah adanya Dinas Sosial Kota
Makassar dalam Pembinaan Anak Jalanan?
70
LAMPIRAN 2 Tabel 1. Daftar Informan Penelitian
INISIAL UMUR JABATAN
KK 37 Kasi Pembinaan
HH 40 Pekerja Sosial
NI 32 Pekerja Sosial
SS 38 Satpol PP
AW 32 Satpol PP
OL 10 Anak Jalanan
RS 9 Anak Jalanan
A 12 Anak Jalanan
R 9 Anak Jalanan
AN 12 Anak Jalanan
AC
NO
1.
2
3
4.
5.
6
7.
8.
9.
10.
.
NAMA
Kamil Kamaruddin,SE
Hasna Hapsari S.Sos
Nurman Ilmi
Syarifuddin Syarif
Awaluddin
Olleng
Resky
Aco
Ramdan
Ancul
Total 10 Orang
71
Keterangan : Total Informan berjumlah 10 orang, terdiri dari : 1 kepala seksi
pembinaan anak jalanan, 2 Pekerja Sosial, 2 Satpol PP, dan 5
Anak Jalanan.
72
No.2 Gambar Struktur Organisasi
STRUKTUR ORGANISASI DINAS SOSIAL KOTA MAKASSAR
TAHUN 2019
KEPALA DINAS
DR.H. MUKHTAR
TAHIR,M.Pd SEKERTARIS
ASVIRA ANWAR
KUBA,S.P,M.Si
KASUBAG UMUM &PEG
Andi. Nurqalbi, ST
KASUBAG KEUANGAN KASUBAG.PERE
NCANAAN DAN
PELAPORAN
Dra. YUYUN
YUIAWATI,M.Si
KABID UKS
Dra. HARTATI
KABID REHSOS
HAIDAR HAMZAH
KABID BJKS
BURHANUDDIN
GHALIB SE,MM
KABID
BIMBINGAN
Dra, ENY
ADRIYANI,
M,Si
KASI PENYL.
SOSIAL &
PENELITIAN
HATMA S.Sos
KASI
REHAB.PACA
HASNAH A. Sos,
M.si
KASI
PENANGANAN
KORBAN
BENCANA
Drs.H.ABD
RAHMAN,M,Si
KASI.
BIMB.ORSOS
& ANAK
TERLANTAR
DANIEL
LAISOUW, SE
73
Keterangan : Gambar Struktur Organisasi di ambil pada saat melakukan
wawancara di Kantor Dinas Sosial Kota Makassar (Jl. Arif
Rahman Hakim No.50, Ujung Pandang Baru, Kec. Tallo, Kota
Makassar, Sulawesi Selatan) pada tanggal 26 Desember 2019
KASI PK & PMKS
NUR ATI,S.Pd
KASI REH.
TUNA SOSIAL
SUHARTTINY
S, SE
KASI.PEMB.
FAKIR
BURHANUDDI
N, SE
KASI BIMB
SUMBANGA
N SOSIAL
KASI PEMB.KT
&PSKS
NUHARSYAH, SH
KASI PEMB.
ANJAL & GEPENG
KAMIL
KAMARUDDI, SE
KASI
JAMINAN
KESEJ.SOSIAL
LA HERU,
S.Sos, M.Si
KASI
PELETARIAN
SITTI
FARIDA,
S.Sos,M.Si
74
LAMPIRAN 3
(Foto Dokumentasi Wawancara)
No. 1 (Foto didepan Kantor Dinas Sosial Kota Makassar)
Keterangan : Foto didepan kantor Dinas Sosial Kota Makassar (Jl. Arif
Rahman Hakim No. 50, Ujung Pandang Baru, Kec. Tallo, Kota Makassar)
pada saat melakukan Wawancara. 26 Desember 2019
75
No. 2 (Foto dimobil TRC Saribattang)
Keterangan : Foto diambil pada saat selesai melakukan wawancara di kantor
Dinas Sosial Kota Makassar dengan beberapa informan. 26 Desember 2019
No.3 (foto wawancara dengan bapak Kamil Kamaruddin S.E, (Kepala Seksi
Pembinaan Anjal & Gepeng.
76
No. 4 Foto wawancara dengan Ibu Hasna Hapsarim S.Sos (Staff pekerja
sosial)
Keterangan : foto pada saat wawancara dengan ibu Hasnah hapsari yang
menahan pulang ketika wawancara dengan bapak Kamil kamaruddin telah
selesai, dan memberikan tambahan informasi lainnya.
77
No.5 Foto wawancara dengan bapak Syarifuddin Syam (Satpol PP)
Keterangan : Foto pada saat melakukan wawancara dengan bapak
Syarifuddin Syam (Satpol PP) mengenai anak jalanan di lapangan dan
mengenai TRC Saribattang.
78
No.6 ( Foto wawancara dengan anak jalanan)
Keterangan : Foto pada saat ingin melakukan wawancara dengan ibu si anak
jalanan, namun menghadapi kendala si ibu enggan untuk di wawancarai.
79
Keterangan : Foto wawancara dengan anak jalanan yang awalnya enggan
untuk di ajak berbicara, namun akhirnya berbicara setelah di beri upah
berupa uang.
80
No.7 (Foto wawancara dengan pekerja sosial di kantor UPT. Rumah
Perlindungan dan Trauma Centre) jl.Abdullah Daeng Sirua No.6
Keterangan : Foto wawancara dengan ibu widya selaku sakti peksos yang
bertugas di kantor UPT. Rumah Perlindungan Dan Rumah Centre.
81
Keterangan : Foto di gambar alur layanan kesejahteraan sosial, setelah
melakukan wawancara dengan ibu widya selaku sakti pekerja sosial di
kantor UPT. Rumah Perlindungan Dan Rumah Centre.
82
Keterangan : Foto di depan kantor UPT . Rumah Perlindungan Dan Rumah
Centre sebelum pulang.