Skripsi jeki septiawan
description
Transcript of Skripsi jeki septiawan
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM PEMILIHAN
KELOMPOK PEMINATAN MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK
DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK HOME ROOM PADA SISWA KELAS
X DI SMA NEGERI 1 INDRALAYA
Skripsi Oleh:
JEKI SEPTIAWAN
NOMOR INDUK MAHASISWA 06081007003
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2013
ii
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM PEMILIHAN
KELOMPOK PEMINATAN MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK
DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK HOME ROOM PADA SISWA KELAS
X DI SMA NEGERI 1 INDRALAYA
Skripsi Oleh:
Jeki Septiawan
Nomor Induk Mahasiswa 06081007003
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Jurusan ilmu pendidikan
Pembimbing 1,
Dra. Harlina, M.Sc.
NIP. 195904251987032001
Pembimbing 2,
Drs. Romli Menarus, S.U., Kons.
NIP. 195110101979031003
Disahkan,
Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling
Dra. Rahmi Sofah, M.Pd., Kons.
NIP. 195902201986112001
iii
Telah diujikan dan lulus pada:
Hari : Jum’at
Tanggal : 06 Desember 2013
TIM PENGUJI
1. Ketua : Dra. Harlina, M.Sc.
2. Sekretaris : Drs. Romli Menarus, S.U., Kons.
3. Anggota : Dra. Rahmi Sofah., M.Pd., Kons.
4. Anggota : Drs. Syarifuddin Gani, M.Si., Kons.
5. Anggota : Dra. Kelanawaty Karim, M.Sc., Ed.
Indralaya, 06 Desember 2013
Ketua Program Studi Pendidikan
Bimbingan dan Konseling,
Dra. Rahmi Sofah., M.Pd., Kons.
NIP. 195902201986112001
iv
Dengan mengucapkan syukur kepada Allah SWT, skripsi ini saya persembahkan
kepada:
Ibunda (Maryani) dan Ayahanda (Abdul Habib) tercinta yang telah
membesarkan dan mendidik dengan penuh kasih sayang serta senantiasa
mengaharapkan keberhasilan Ananda.
Adik-adikku (Reni, Riki Riska, Dandi, Mita, Nina Dan Akhdan) yang selalu
mendukung, menyemangati dan menyayangiku.
Keponakan tercinta (Refina)
Paman dan bibi tercinta (uwak Icon, uwak Mif, uwak Lin dan bunce Ros).
Semua guru dan dosen (SDN 1 Giham Lunik, SLTPN 1 Sekincau, SMA Sentosa
Bhakti BTA, dan Bimbingan dan Konseling UNSRI) yang telah mendidikku.
Saudara-saudariku (Safria, Zuniri, Dedi, Saddam, Sigit, Bani, Andre, Bangga,
Gusli, Habib, Dikri, Ikbal, Slamet, Redha, Mahfud, Hendra, Delta, Metra, Didi
Tarik, Doni, Idil, Ridla, Kak Agus, Kak Arif, Kak Safri, Kak Topik, Kak Esan,
Kak Evin, Cahaya, Elta, Nurul, Rani, Miswa, Ria, Rinda, Lasma, Rani, Meti dan
yuk Yeni ) yang ku sayangi.
Teman-teman angkatan 2008 prodi Bimbingan dan konseling (Sari, Chili,
Chintia, Deti, Dewi, Diah, Dinar, Dwi, Eka, Eni, Heni, Yani, Husnul, Indira,
Lepi, Mareta, Mei, Meli, Mitra, Nur Kholifah, Nurkesi, Resti, Ria, Rika Astuti,
Rika Soraya, Rosalina, Siti, Sumarni dan Umul).
Keluarga DHO, Keluarga PROKEM, keluarga IKMB
CV. Amanah (kak Toni, Andre, Sufli, Ria, Dijhah, Winda, Dian, Siti & Veni )
Keluarga besar BEM FKIP dan BEM UNSRI.
Kakak dan adik tingkat Bimbingan dan konseling (angkatan 2005, angkatan
2006, angkatan 2007, angkatan 2009, angkatan 2010, angkatan 2011, angkatan
2012 dan angkatan 2013).
Almamater Tercinta.
Motto: “Dalam jernih yang terdalam pun terlihat”
“Mari menuju kemenangan”
Ucapan Terima Kasih
v
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana (S1)
pada Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya
Dengan selesainya penulisan skripsi ini, peneliti mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Dra. Harlina, M.Sc. selaku pembimbing I dan Bapak Drs. Romli Menarus,
S.U., Kons. Selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan arahan,
bimbingan, nasehat dan doa sehingga penulisan skripsi ini dapat penulis selesaikan
dengan baik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Sofendi, M.A., Ph.D. selaku
dekan fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sriwijaya, Bapak Drs.
Romli Menarus, S.U., Kons. Selaku ketua jurusan Ilmu Pendidikan, Ibu Dra. Rahmi
Sofah, M.Pd., Kons. Selaku ketua Program Studi Pendidikan Bimbingan dan
Konseling yang telah memberikan kemudahan dalam pengurusan administrasi
penulisan skripsi ini, Ibu Dra. Rahmi Sofah, M.Pd., Kons., Bapak Drs. Syarifuddin
Gani, M.Si., Kons. dan Ibu Dra. Kelanawaty Karim., M.Sc.Ed sebagai dosen
penguji yang telah memberikan massukan, kritikan dan saran dalam penyempurnaan
penulisan skripsi ini serta semua dosen Program Studi Pendidikan Bimbingan dan
Konseling.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Rasnianah, MM.
selaku kepala sekolah SMA N 1 Indralaya dan Ibu Siti Aminah, S.Pd. selaku guru
Bimbingan dan Konseling yang telah banyak membantu dan memberikan izin kepada
penulis dalam melakukan penelitian. Selain itu juga penulis mengucapkan terima
kasih kepada para Guru dan Stap Tata Usaha yang telah memberikan bantuan tenaga
dan pikiran selama penulis melakukan penelitian.
Penulis
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Jeki Septiawan
NIM : 06081007003
Program studi : Pendidikan Bimbingan dan Konseling
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Upaya Meningkatkan
Kemampuan Siswa dalam Pemilihan Kelompok Peminatan Melalui Bimbingan
Kelompok dengan Menggunakan Teknik Home Room pada Siswa Kelas X di SMA
Negeri 1 Indralaya” ini seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya
tidak melakukan menjiplak atau pengutipan dengan cara tidak sesuai dengan etika
keilmuan yang berlaku sesuai dengan peraturan menteri pendidikan nasional republik
indonesia nimor 17 tahun 2010 tentang pencegahan dan penanggulangan plagiat di
perguruan tinggi. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung sanksi yang dijatuhkan
kepada saya, apabila dikemudian hari adanya pelanggaran dan atau pengaduan dari
pihak lain terhadap keaslian karya ini.
Indralaya, 20 Desember 2013.
Yang membuat pernyataan,
Jeki Septiawan
NIM: 06081007003
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
LEMBAR PENGUJI ............................................................................................. iii
UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................ iv
PERSEMBAHAN DAN MOTTO ........................................................................ v
DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xii
ABSTRAK ............................................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2. Identifikasi Masalah............................................................. 6
1.3. Rumusan Masalah ................................................................ 8
1.4. Tujuan Penelitian ................................................................. 8
1.5. Manfaat Penelittian .............................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 10
2.1. Bimbingan Karier ................................................................ 10
2.2. Kelompok Peminatan........................................................... 16
2.3. Kelompok Peminatan dalam Kurikulum 2013 .................... 21
2.4. Bimbingan Kelompok .......................................................... 32
2.5. Bimbingan Kelompok Teknik Home Room ........................ 37
BAB III METODELOGI PENELITIAN ................................................... 40
3.1. Metode Penelitian ................................................................ 40
3.2. Prosedur Penelitian dan Langkah Tindakan ........................ 41
3.3. Lokasi Penelitian ................................................................. 51
vii
3.4. Waktu Penelitian .................................................................. 51
3.5. Subjek Pelitian ..................................................................... 51
3.6. Observer ............................................................................... 52
3.7. Variabel Penelitian............................................................... 52
3.8. Devenisi Operasional Penelitian .......................................... 53
3.9. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 55
3.10. Instrumen Pengmpulan Data................................................ 60
3.11. Analisis Penelitian ............................................................... 61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 64
4.1. Persiapan .............................................................................. 64
4.1.1. Adminiatrasi ........................................................................ 64
4.1.2. Instrumen ............................................................................. 64
4.1.3. Subjek Penelitian dan Pembentukan Kelompok .................. 66
4.1.4. Data Awal ............................................................................ 67
4.1.5. Jadwal dan Tempat .............................................................. 69
4.1.6. Bahan Materi ....................................................................... 69
4.1.7. Peralatan .............................................................................. 70
4.2. Penyajian Data ..................................................................... 70
4.2.1. Siklus I ................................................................................. 70
4.2.2. siklus II ................................................................................ 92
4.3. Pembahasan ......................................................................... 118
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...................................................... 123
5.1. Kesimpulan .......................................................................... 123
5.2. Saran .................................................................................... 125
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 127
LAMPIRAN………… ........................................................................................... 130 119
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Surat Administrasi Penelitian .................................................................................
Nama dan Absensi Kehadiran Siswa ......................................................................
Lembar Observasi Teknik Home Room .................................................................
Nilai Raport…. ........................................................................................................
Nilai UN……. .........................................................................................................
Hasil Tes Kecerdasan dan Bakat .............................................................................
Angket Minat Siswa. ...............................................................................................
Angket Peminatan Mandiri Siswa ...........................................................................
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Mata pelajaran wajib di sekolah menengah atas. ............................... 23
Tabel 2.2. Mata pelajaran peminatan dan mata pelajaran pilihan di sekolah
menengah atas………………. ........................................................... 24 17
Tabel 3.1. Kegiatan Pengumpulan Data Awal .................................................... 42
Tabel 3.2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Proses Pemberian Layanan
Bimbingan Kelompok Teknik Home Room ...................................... 59
Tabel 3.3. Katagori Tingkat aspek Pelaksanaan ................................................. 62
Tabel 3.4. Katagori Tingkat aspek Pelaksanaan Penempatan Kelompok
Peminatan ........................................................................................... 63
Tabel 4.1. Nama-Nama Anggota Kelompok Bimbingan .................................... 66
Tabel 4.2. Hasil wawancara kepada siswa mengenai komponen kelompok
peminatan ........................................................................................... 67
Tabel 4.3. Analisis Data Awal Kemampuan Minat Siswa dalam Memilih
Kelompok Peminatannya ................................................................... 69
Tabel 4.4. Perencanaan bimbingan kelompok siklus I ....................................... 71
Tabel 4.5. kegiatan tindakan bimbingan kelompok siklus I ............................... 72
Tabel 4.6. Hasil Angket Peningkatan aspek afektif dalam Pemilihan
Peminatan ........................................................................................... 85
Tabel 4. 7. Hasil Observasi Aspek Teknik Home Room pada
Pertemuan Pertama ............................................................................ 86
Tabel 4. 8. Hasil Observasi Aspek Teknik Home Room pada Pertemuan Kedua 87 76
Tabel 4.9. Perencanaan bimbingan kelompok siklus II ...................................... 90
Tabel 4.10. kegiatan bimbingan kelompok siklus II ............................................. 91
Tabel 4.11 Hasil Angket Peningkatan aspek afektif dalam Pemilihan Peminatan
siklus II .............................................................................................. 107 114
Tabel 4. 12. Hasil Observasi Aspek Teknik Home Room pada Pertemuan
Ketiga ................................................................................................. 108
x
Tabel 4. 13. Hasil Observasi Aspek Teknik Home Room pada
Pertemuan Empat ............................................................................... 109
Tabel 4. 14. Hasil Observasi Aspek Teknik Home Room pada Pertemuan
Kelima ............................................................................................... 110
Tabel 4.15. Peningkatan Skor Aspek Afektif dalam Memilih Kelompok Peminatan
oleh Para Siswa. ................................................................................. 114
Tabel 4.16. Analisis Dokumentasi Kelompok Peminatan Subjek Penelitian ........ 116
Tabel. 4.17. Pemilihan Kelompok Peminatan Mandiri Siswa ................................ 117
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Prosedur Penelitian........................................................................ 41
Gambar 3.2. Rancangan Penelitian .................................................................... 43
Gambar 3.3. Tahap I : Pembentukan.................................................................. 46
Gambar 3.4. Tahap II : Peralihan ....................................................................... 47
Gambar 3.5. Tahap III : Kegiatan ...................................................................... 48
Gambar 3.6. Tahap IV : Pengakhiran ................................................................ 49
xii
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM PEMILIHAN
KELOMPOK PEMINATAN MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK
DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK HOME ROOM PADA SISWA KELAS
X DI SMA NEGERI 1 INDRALAYA
ABSTRAK
Banyaknya permasalahan yang dialami siswa dalam menentukan kelompok
peminatannya, maka diperlukannya tindakan yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam melakukan pemilihan kelompok peminatannya secara tepat
dan mandiri. Penelitian ini diberikan kepada siswa kelas X SMA Negeri 1 Indralaya
yang mengalami permasalahan pemilihan kelompok peminatan. Jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian tindakan bimbingan dan konseling (PTBK) yang terdiri
dari dua siklus tindakan, setiap siklus terdapat tindakan percobaan, perbaikan dan
pemantapan. Hasil penelitian adalah terdapat perubahan kemampuan siswa yang
lebih baik dalam melakukan pemilihan kelompok minatnya, dimana sebelumnya para
siswa “tidak mampu” melakukan kelompok peminatan menjadi “mampu” melakukan
kelompok peminatannya secara tepat dan mandiri. Adapun peningkatan minat belajar
siswa dalam kelompok peminatannya yang muncul setelah tindakan digambarkan
dalam skala semantik deferensial, pada data awal rata-rata skor yang diperoleh dari
seluruh subjek penelitian sebesar 7,11 mengalami kenaikan sebesar 1,08 skor menjadi
8,19 skor pada siklus pertama dan pada siklus kedua terjadi kenaikan skor sebesar
0,27 menjadi 8,46 skor setiap pelajarannya, sehingga mampu mengurangi keraguan
dan mampu memotivasi minat belajar para siswa tersebut. Adapun pelaksanaan
bimbingan kelompok teknik home room yang diberikan berjalan dengan baik, dimana
aspek keterbukaan, aspek kenyaman, aspek keaktifan, aspek keakraban dan aspek
kepedulian pada saat panelitian dapat dimunculkan dalam kelompok bimbingan.
Kata kunci: Kelompok peminatan dan bimbingan kelompok teknik home room.
Skripsi mahsiswa program studi bimbingan dan konseling
Fakultas keguruan dan ilmu pendidiakan
Universitas sriwijaya
2013
Nama : Jeki Septiawan
NIM : 06081007003
Dosen pembimbing I : Dra. Harlina, M.Sc.
Dosen pembimbing II : Drs. Romli Menarus, S.U., Kons.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mengembangkan potensi siswa secara maksimal merupakan salah satu tujuan
sekolah dalam menciptakan sumbar daya manusia yang berkualitas dalam upaya
mencerdaskan dan untuk kemajuan sebuah bangsa. Seorang guru dituntut untuk
mampu membimbing dan mendidik para siswa secara maksimal sehingga para siswa
memahami bahan ajar yang di berikan oleh para guru tersebut. Oleh sebab itu para
guru harus mampu memahami kondisi dan keadaan para siswanya, baik itu bakat dan
minat siswa dalam mengikuti pendidikan, hal ini agar para guru mampu memenuhi
harapan yang diinginkan para siswa, sehingga para siswa memiiki motivasi diri untuk
mengikuti kegiatan pembelajaran yang diberikan.
Pasal 1 ayat (1) UU No. 20 tahun 2003 menyatakan bahwa: pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia serta keterampilan yang diperlukan yang diperlukan dirinya , masyarakat,
bangsa dan Negara. Dalam pasal 1 ayat (6) UU No. 20 tahun 2003 menyebutkan
bahwa konselor termasuk kedalam katagori pendidik.
Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 menjadi dasar hukum untuk membangun pendidikan
nasional dengan menerapkan prinsip demokrasi, desentralisasi, dan otonomi
pendidikan yang menjunjung tinggi hak asasi manusia. Sistem Pendidikan Nasional
diharapkan dapat mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi siswa sebagai
generasi penerus bangsa di masa depan, yang diyakini akan menjadi faktor
determinan bagi tumbuh kembangnya bangsa dan negara Indonesia sepanjang jaman
(Kementrian Kependidikan dan Kebudayaan, 2012:3-4).
1
2
Sebagai makhluk individu, manusia itu berbeda satu sama lain. Manusia
bersifat unik dalam cara berpikir, merasa, bercita maupun berperilaku. Manusia
sebagai makhluk pribadi memiliki kebebasan dan mengembangkan diri potensi
dirinya ke arah yang lebih baik. Sedangkan manusia sebagai makluk sosial adalah
dimana manusia hidup berinteraksi bersama dengan orang lain dalalm memenuhi
kebutuhan hidupnya. Interaksi manusia di dalam kelompok atau masyarakat akan
membentuk kepribadian serta peran-peran yang dimainkan individu dalam kehidupan
sosialnya.
Pada pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidak menutup kemungkinan guru
bimbingan dan konseling menghadapi dan menemukan para peserta didik yang
mengalami kesulitan untuk melanjutkan studinya yang lebih tinggi, dimana para
siswa merasa bingung dan ragu dalam menentukan minat dan jurusan yang akan
dipilihnya dikarenakan siswa kurang mampu untuk menemukan jurusan yang tepat
dan sesuai dengan kemampuannya. Serta pada kenyataannya tidak semua para peserta
didik yang lulus dari sekolahnya dapat melanjutkan pendidikannya ke sekolah yang
lebih tinggi, diantara para peserta didik ada yang langsung mencari pekerjaan dan
putus pendidikannya (Walgito, 2010: 27).
Dalam pendidikan di sekolah, perbedaan masing-masing siswa harus
diperhatikan karena dapat menentukan baik buruknya prestasi belajar siswa.
sedangkan tujuan sekolah yang mendasar adalah mengembangkan semua bakat dan
kemampuan siswa selama proses pendidikan. Hal inilah yang menjadi fokus para
pendidik agar para siswa tidak salah dalam memilih kelompok peminatan, dimana
para Siswa datang ke sekolah dengan berbagai kebutuhan, seperti halnya kebutuhan
akan peningkatan pengetahuan dan keterampilan, kebutuhan penyesuaian diri, dan
kebutuhan akan pemahaman tentang dunia kerja. Sebagian besar siswa tidak
termotivasi, depresi atau frustasi dan bahkan menjadi pribadi tidak sehat disebabkan
mereka tidak menemukan kebutuhannya. Hal inilah yang menyebabkan prestasi pada
siswa dapat menurun.
3
Kurangnya Pemahaman siswa tentang dirinya sendiri adalah hal yang menjadi
pusat perhatian para guru, agar para siswa tidak salah mengambil keputusan dalam
memililh kelompok peminatan, yang merupakan tanggung jawab para guru
bimbingan dan konseling dalam memberikan bimbingan karier kepada siswa.
Mengingat bahwa tugas seorang guru bimbingan dan konseling harus mampu
menempatkan dan menyalurkan para siswa yang sesuai dengan potensinya, sehingga
mampu berkembang secara optimal. Tidak sebaliknya, yang menjadikan
perkembangan siswanya terhambat karena salah dalam penempatan. Pada umumnya
Keinginan orangtua untuk memiliki anak dengan banyak prestasi terkadang membuat
orangtua menjadikan anak mereka sebagai obyek untuk mewujudkan impian mereka,
sehingga banyak pula para siswa yang terpaksa memilh kelompok peminatan yang
salah dan tak sesuai dengan minat dan kemampuannya
Menurut Bordin atau Pepinsky (Kementrian Kependidikan dan Kebudayaan,
2013: 51-52) permasalahan-permasalahan yang dialami siswa dalam menentukan
peminatannya berupa: 1) Tidak mampu dalam mengambil keputusan, 2) Secara
potensial mampu namun tidak yakin dan tidak percaya diri, serta tidak mendapat
dukungan lingkungan, 3) Siswa tidak mimiliki informasi yang cukup tentang
peminatan di sekolah, 4) Siswa kurang keterampilan dalam mengenal dirinya sendiri,
lingkungan, analisis data diri, dan mengambil keputusan secara bijak, 5) Adanya
konflik batin tentang peminatan yang akan dipilih, 6) Siswa cemas dalam memilih
meskipun tahu jurusan apa yang harus dipilihnya, namun ragu dalam memutuskan,
7) Serta siswa tidak merasa memiliki masalah dalam pemilihan peminatan atau
bersifat acuh.
Kementrian Kependidikan dan Kebudayaan (2012: 4) menyebutkan bahwa
kurikulum merupakan salah satu unsur kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan
proses berkembangnya kualitas potensi siswa, sehingga kurikulum yang
dikembangkan dengan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan sebagai instrumen
untuk mengarahkan siswa menjadi: (1) Manusia berkualitas yang mampu dan proaktif
menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; dan (2) Manusia terdidik yang
4
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan (3) Warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab.
Dalam kurikulum 2013 untuk menentukan kelompok peminatan harus
berdasarkan minat dan kemauan para siswa tersebut, tidak ada keterpaksaan siswa
dalam mengikuti pembelajaran kelompok minat mana yang akan mereka pilih,
sehingga bukan kesan sekolah yang memaksakan kegiatan pembelajaran kepada
siswa tetapi para siswa yang menginginkan untuk mengikuti kegiatan pembelajaran
yang sesuai minat dan potensi yang mereka miliki. Untuk itu diperlukannya
pemahaman, kesadaran dan kemandirian siswa dalam menentukan masa depan
kariernya, hal ini harus dilakukan berdasarkan keputusan yang matang dengan
pemahaman dan keterampilan secara bijaksana. Oleh sebab itu guru bimbingan dan
konseling harus mengamati, membimbing dan mengembangkan kemandirian para
siswanya.
Sedangkan Pembuatan kurikulum SMA/MA dirancang untuk memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar berdasarkan minat mereka. Struktur
kurikulum memperkenankan siswa melakukan pilihan dalam bentuk pilihan
kelompok peminatan, pilihan lintas minat, dan/atau pilihan pendalaman minat. (Nf,
2013). Hal ini tentu saja membutuhkan peran besar dari guru bimbingan dan
konseling dalam membimbingan dan mengarahkan pada siswa dalam
mengembangkan potensinnya secara maksimal.
Dalam artikel yang dimuat di web SMA Negeri 1 Kendari (2013)
menyebutkan penerapan kurikulum 2013 yang dilaksanakan pada Tahun pelajaran
2013/2014 tepatnya mulai tanggal 15 Juli 2013, sehingga kurikulum 2013 baru
disosialisasikan oleh pemerintah, hal ini menimbulkan berbagai pertanyaan bagi
masyarakat bagaimana bentuk peminatan? Sekolah mana saja akan akan
melaksanakan kurikulum 2013? bagaimana proses rekrutmen peminatan di setiap
satuan pendidikan? Pertanyaan ini bukan hanya muncul di masyarakat tetapi para
gurupun masih bertanya-tanya tentang sistem peminatan.
5
Berdasarkan informasi yang didapat dari salah seorang guru bimbingan dan
konseling di SMA Negeri 1 Indralaya, bahwa di sekolah tersebut telah melaksanakan
kurikulum 2013 dan telah melakukan kelompok peminatan berdasarkan kriteria
potensi dan minat para siswanya. Kriteria ini didapat dari hasil pengukuran serta tes
intelegensi dan bakat. Data juga didapat dari dokumen siswa ketika di SMP.
Pengelompokan peminatan ini telah diterapkan pada kelas X dan pembagian
kelompok peminatannya telah dilaksanakan pada bulan agustus 2013. Adapun dalam
pelaksanaan penempatan kelompok peminatan yang dilakukan kepada siswa, masih
terdapat beberapa siswa yang mengalami permasalahan dalam pemilihan kelompok
peminatannya dimana terdapat siswa yang pindah kelompok peminatan dan bimbang
dengan kelompok peminatan yang dipilihnya.
Sedangkan paket yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan dalam rangka realisasi bimbingan dan karier tersebut terdiri dari lima
paket, yaitu; pemahaman diri, nilai-nilai, pemahaman lingkungan, hambatan dan cara
mengatasi hambatan dan merencanakan masa depan. Semua ini akan menjadi ideal
apabila seluruh paket dapat diselesaikan sebelum pelaksanaan pengelompokan
peminatan dan sebaiknya terlaksana pada semester pertama dan kedua sehingga para
siswa sudah mantap pada saat pemilihan program pada tingkat selanjutnya, karena hal
tersebut sangat membantu para siswa dalam pemilihan program pendidikannya secara
mandiri dan bertanggung jawab (Walgito, 2010: 206-208).
Melihat kurikulum yang baru diterapkan di SMA Negeri 1 Indralaya, peneliti
berusaha untuk melakukan penelitian tindakan yang berkaitan pada pengelompokan
peminatan yang telah dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling di sekolah
tersebut berdasarkan kurikulum 2013, dengan meningkatkan pemahaman dan
keterampilan siswa dalam menentukan pilihan dan menyelesaikan permasalahan
kariernya secara mandiri dengan pemberian layanan yang sesuai dengan
permasalahan yang dihadapi. Oleh sebab itu penelitian yang tepat dilakukan dalam
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas bimbingan konseling atau disebut
6
PTBK dan tindakan yang akan dilakukan adalah berupa layanan bimbingan
kelompok teknik home room.
Dalam dunia pendidikan, penelitian tindakan menjadi sangat penting bagi
seorang pendidik, dimana penelitian ini memberikan keuntungan kepada para guru
maupun calon para guru karena penelitian tindakan dapat dilakukan dan terintegrasi
dengan praktik yang diselenggarakan dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini
dikarenakan dalam penelitian tindakan kelas dilakukan berdasarkan masalah yang
muncul dalam praktek pembelajaran, terdapat refleksi, berorientasi pada pemecahan
masalah, penguatan kualitas, menggunakan berbagai cara pengumpulan data,
memiliki siklus dan bersifat partisipatif. Hal ini pun dikarenakan dalam penelitian
tindakan bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan praktek pembelajaran serta
peningkatan pelayanan profesional guru dalam menangani proses pembelajaran
disekolah (Hidayat dan Badrujaman, 2012: 7-16).
Berbagai upaya pemerintah untuk mendorong para guru agar melakukan
penelitian tindakan ini. Salah satunya menjadikan penelitian tindakan sebagai syarat
bagi kenaikan pangkat dan menjadi salah satu penunjang penting dalam penilaian
portofolio sertifikasi guru. Kondisi ini tentunya menjadikan penelitian tindakan kelas
menarik banyak perhatian pendidik, baik dosen, mahasiswa, maupun guru. (Hidayat
dan Badrujaman, 2012: 7)
1.2. Identifikasi Masalah
1. Apakah bimbingan kelompok teknik home room dapat meningkatkan
pemahaman siswa terhadap dirinya sendiri, baik itu minat, bakat, potensi,
kemampuan dan karakter dirinya.
2. Apakah bimbingan kelompok teknik home room dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam mengambil keputusan.
3. Apakah bimbingan kelompok teknik home room dapat mengurangi ketidak
yakinan dan ketidak percayaan diri siswa terhadap kelompok peminatannya
seperti konflik batin, kecemasan dan keraguan.
7
4. Apakah bimbingan kelompok teknik home room dapat meningkatkan
informasi siswa tentang peminatan di sekolah.
5. Apakah bimbingan kelompok teknik home room dapat meningkatkan
keterampilan siswa dalam mengenal lingkungan, analisis data diri, dan
mengambil keputusan secara bijak.
6. Apakah bimbingan kelompok teknik home room dapat mengurangi rasa tidak
peduli siswa terhadapat pemilihan kelompok pemintannya.
7. Apakah bimbingan kelompok teknik home room dapat meningkatkan
pemahaman para siswa mengenai kelompok peminatan di sekolah menurut
kurikulum 2013.
8. Apakah bimbingan kelompok teknik home room dapat mengurangi
kebimbangan dan keraguan tentang kelompok peminatan yang akan dipilih
oleh para siswa.
9. Apakah bimbingan kelompok teknik home room dapat meningkatkan
keaktifan dan kemandirian siswa dalam menentukan kariernnya.
10. Apakah bimbingan kelompok teknik home room dapat mengurangi
kesalahpahaman akan pemahaman sekolah mengenai kurikulum 2013.
11. Apakah bimbingan kelompok teknik home room dapat meningkatkan
keterbukaan dan kerja sama siswa terhadapat orang tua, guru pembimbing
serta pihak sekolah dalam penempatan kelompok minat siswa tersebut.
1.3. Rumusan Masalah
Apakah dengan pemberian layanan bimbingan kelompok dengan
menggunakan teknik home room dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
pemilihan kelompok peminatan pada siswa kelas X di SMA Negeri 1 Indralaya?
1.4. Tujuan Penelitian
Meningkatkan kemampuan dan keterampilan siswa dalam menentukan dan
memutuskan kelompok peminatan yang akan dipilihnya secara tepat dan mandiri
8
sehingga meningkatkan motivasi belajar siswa dan mengurangi keraguan dalam
pemilihan kelompok peminatannya.
1.5. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Menambah referensi bimbingan dan konseling dalam bidang
bimbingan karier melalui layanan bimbingan kelompok dengan menggunakan
teknik home room terhadap usaha meningkatkan kemampuan, keterampilan
dan kemandirian siswa dalam pemilihan kelompok peminatan, sehingga para
siswa dapat berkembang secara maksimal dalam lingkungan yang sesuai
dengan kompetensi yang dimilikinyan dan ini dilakuakan secara sadar oleh
siswa tersebut.
2. Manfaat praktis
a. Bagi peneliti
Menambah pengalaman dan keahlian serta kompetensi dalam bimbingan
dan koseling dengan teknik home room dalam pemberian layanan
bimbingan kelompok kepada para siswa dalam usaha meningkatkan
kemampuan, keterampilan dan kemandirian siswa dalam menyelesaikan
permasalahan kariernya.
b. Bagi sekolah
Sebagai saran dan bahan pertimbangan dalam pelaksanaan
pengelompokan peminatan melalui bimbingan kelompok teknik home
room di sekolah tersebut yang sesuai dengan kurikulum 2013.
c. Bagi Guru
Adanya saran dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling dalam
memahami dan membimbing para siswa mengenai penempatan kelompok
peminatan, khususnya guru bimbingan konseling serta menambah teknik
dan metode pemberian layanan.
9
d. Bagi siswa
Membantu para siswa dalam memahami dirinya sendiri baik itu minat,
bakat, kemampuan dan karakter pribadinya, sehingga siswa mampu
memilih dan menentukan kelompok minat mana yang akan dipilihnya
secara bijaksana dan mandiri, serta siswa mampu menyelesaikan
permasalahan masa depan kariernya secara efektif dan mandiri.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. BIMBINGAN KARIER
2.1.1. Pengertian Karier
Menurut Murray (dikutif dalam Supriatna dan Budiman, 2006: 9) Karier
merupakan suatu rentangan aktivitas pekerjaan yang saling berhubungan, dengan
memajukan kehidupannya dengan melibatkan berbagai perilaku, kemampuan, sikap,
kebutuhan, aspirasi, dan cita-cita sebagai satu rentang hidupnya sendiri (the span of
one's' life).
Istilah karier dalam kehidupan sehari-hari sering disamakan dengan istilah-
istilah lain yang memiliki pengertian yang hampir sama. Winkel (2005: 213)
menyatakan bahwa dalam bahasa inggris kata karier memiliki arti kemiripan dengan
kata-kata employment, job, occupation, dan career. Kata employment dan job
mengandung makna bahwa seseorang mengerjakan sesuatu kegiatan dengan
mengorbankan tanaga, pikiran dan waktu dengan mendapatkan imbalan ekonomis.
Kata occupation mengandung makna bekerja dengan persiapan dan memperoleh
kepuasan pribadi namun masih terbatas pada waktu-waktu tertentu. Sedangkan kata
career lebih menekankan pada aspek sesorang memandang pekerjaanya sebagai
panggilan hidup dan kesadaran pribadi dengan meresapi seluruh pikiran dan perasaan
serta seluruh gaya hidup dalam mencapai kepuasannya. (life style), tanpa
mengesampingkan imbalan ekonomis dan non-ekonomis.
Berdasarkan pemahaman mengenai karier tersebut sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa karier adalah rentangan aktivitas pekerjaan suatu jabatan
pekerjaan seseorang dengan memiliki kompetensi dan kemampuan penguasaan
dibidang pekerjaannya sebagai perwujudan dan aktualisasi diri dalam menjalani
hidup dengan memenuhi kebutuhannya baik secara ekonomis maupun non-ekonomis
demi kepuasan hidup.
10
11
2.1.2. Pengertian Bimbingan Karier
Menurut Prayitno dan Amti (dikutip oleh Sucipto, 2008: 2) Bimbingan karier
merupakan salah satu bidang bimbingan dalam pelayanan bimbingan dan konseling
yang diberikan kepada individu agar dapat memahami diri dan tuntutan lingkungan
kariernya, sehingga dapat membuat pilihan dan menjalani kehidupan kariernya
dengan baik.
Menurut Munadir (dikutip oleh Kristina, 2011: 20-21) mengatakan bahwa
bimbingan karier merupakan suatu bimbingan yang berusaha membantu individu
dalam memecahkan masalah karier (pekerjaan) untuk memperoleh penyesuaian yang
sebaik-baiknya untuk masa depannya.
Bimbingan karier merupakan usaha untuk mengetahui dan memahami diri,
memahami apa yang ada dalam diri sendiri dengan baik, serta untuk mengetahui
dengan baik pekerjaan apa saja yang ada dan persyaratan apa yang dituntut untuk
pekerjaan itu (Walgito, 2010: 203)
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan karier adalah
sebagai upaya bantuan terhadap individu agar dapat mengenal dan memahami pribadi
dirinya sendiri, mengenal dunia kerja dan mengembangkan masa depan yang sesuai
dengan harapannya sehingga rentangan aktivitas pekerjaan suatu jabatan pekerjaan
karier yang digeluti dapat sesuai dengan kompetensi dan kemampuannya sebagai
perwujudan dan aktualisasi diri dalam menjalani hidup dengan memenuhi
kebutuhannya.
2.1.3. Tujuan Bimbingan Karier
Adapun tujuan dalam pelaksaan bimbingan karier adalah kegiatan yang
berusaha membantu siswa dalam menentukan dan memilih kariernya, hal ini tak
dapat muncul dengan secara sendirinya, tetapi diperlukannya suatu bimbingan, dan
arahan dari seorang konselor. Menurut Walgito (2010: 202) tujuan bimbingan karier
bagi siswa adalah sebagai berikut:
12
a. Dapat memahami dan menilai dirinya sendiri, terutama yang berkaitan dengan
potensi yang ada dalam dirinya mengenai kemampuan, minat, bakat, sikap,
dan cita-cita.
b. Menyadari dan memahami nilai-nilai yang ada dalam dirinya dan yang ada
dalam masyarakat.
c. Mengetahui berbagai jenis pekerjaan yang berhubungan dengan potensi yang
ada dalam dirinya, mengetahui jenis-jenis pendidikan dan latihanyang
diperlukan bagi suatu bidang tertentu, serta memahami hubungan usaha
dirinya yang sekarang dengan masa depan.
d. Memahami hambatan-hambatan yang mungkin timbul, yang disebabkan oleh
dirinya sendiri dan faktor lingkungan, serta mencari jalan untuk dapat
mengatasi hambatan-hambatan tersebut.
e. Para siswa dapat merencanakan masa depannya, serta menemukan karier dan
kehidupannya yang serasi atau sesuai.
Sedangkan tujuan pentingnya perencanaan karier menurut Dillar (dikutif
dalam Yusup, 2012: 23-25) adalah sebagai berikut:
a. Memperoleh kesadaran diri (acquiring self awareness and understanding).
b. Mencapai kepuasan pribadi (attaining personal satisfaction).
c. Mempersiapakan diri untuk memperoleh penempatan dan penghasilan yang
sesuai (preparing for adequate placement).
d. Efisiensi usaha dan penggunaan waktu (efficiently using time and effort).
Jadi tujuan bimbingan karier adalah mambantu individu dalam mengenal
dirinya dan membantu perencanaan masa depannya dalam mencapai kesuksesan yang
sesuai diharapkan, dimana tujuan bimbingan karier bagi siswa adalah sebagai berikut:
a. siswa dapat mengenal dan memahami dirinya.
b. siswa dapat mengenal dunia kerja.
c. Siswa mampu merencanakan masa depan yang sesuai dengan yang
diharapakannya.
13
d. Siswa mampu menentukan dan mengambil keputusan secara tepat dan
bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya sehingga mampu
mewujudkan dirinya secara bermakna.
2.1.4. Manfaat Bimbingan Karier
Bimbingan karier sangat mempengaruhi dalam pengambilan suatu keputusan
pemilihan karier yang tepat bagi siswa sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya.
Menurut Dillar (dalam Yusup, 2012: 26-27) manfaat yang diperoleh siswa jika ia
mampu merencanakan kariernya dengan baik adalah sebagai berikut:
a. Pengetahuan dan pemahaman akan diri sendiri akan lebih meningkat.
b. Mengetahui berbagai macam dunia karier dan pengetahuannya tentang dunia
kerja.
c. Cakap dalam membuat keputusan karier secara efektif.
d. Memperoleh informasi yang terarah mengenai karier yang tersedia.
e. Cakap memanfaatkan kesempatan karier yang sesuai dengan kemampuannya.
Jadi secara umum dapat disimpulkan bahwa manfaat bimbingan karier yaitu
Membantu siswa dalam memahami diri dan lingkungannya dalam mengambil
keputusan, merencanakan dan pengarahan kegiatan-kegiatan yang menuju kepada
karier (dunia kerja) yang diinginkannya dan cara hidup yang akan memberikan rasa
kepuasan karena sesuai dengan dirinya dan lingkungannya.
2.1.5. Kompetensi Pemberian Layanan Bimbingan Karier
Adapun kompetensi dasar yang harus dipenuhi dalam pemberian bimbingan
karier kepada siswa di sekolah yaitu: (Muslihuddin, dkk, dikutip oleh sudrajat,
2008:2)
a. Pemantapan pemahaman diri berkenaan dengan kecenderungan karier yang
hendak dikembangkan.
b. Pemantapan orientasi dan informasi karier pada umumnya dan karier yang
hendak dikembangkan secara khusunya.
14
c. Orientasi dan informasi terhadap dunia kerja dan usaha memperoleh
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan tuntutan hidup untuk
berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
d. Pengenalan berbagai lapangan perkerjaan yang dapat dimasuki setelah tamat.
e. Orientasi dan informasi terhadap pendidikan tambahan dan pendidikan yang
lebih tinggi, khususnya sesuai dengan karier yang hendak dikembangkan.
f. Khusus untuk sekolah menengah kejuruan (SMK) pelatihan diri untuk
ketrampilan kejuruan khusus lembaga kerja (instansi, perusahaan, industri dan
lain-lain) sesuai dengan program kurikulum sekolah menengah kejuruan yang
bersangkutan.
Dengan terpenuhinya kompetensi tersebut secara menyeluruh, maka
pelaksanaan bimbingan kareir yang akan diberikan kepada para siswa akan berjalan
lebih mudah dengan keefektifan dan efesiensi yang baik, sehingga dalam pemilihan
dan penentuan kehidupan kariernya lebih tepat dan sesuai dengan keinginnya dan
potensi yang dimilikinya. Dalam memenuhi kompetensi ini, peran guru bimbingan
dan konseling sangat diperlukan dalam memberikan bimbingan dan pengarahan,
sehingga dapat mengembangkan kepribadian siswa secara maksimal serta
mengurangi kesalahan dan kegagalan dalam kehidupan karier para siswanya.
2.1.6. Paket-Paket dalam Bimbingan Karier
Paket-paket bimbingan karier yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan (dikutip oleh Walgito, 2010: 206-208) dalam rangka realisasi
bimbingan karier terdiri dari 5 paket yang merupakan paket-paket acuan dan arahan
yang harus dilakukan seorang konselor dalam pemberian layanan bimbingan karier,
lima paket tersebut yaitu antara lain:
1. Pemahaman diri (paket I) yaitu membantu para siswa agar mengetahui dan
memahami siapa sebenarnya dirinya. Para siswa diharapkan dapat
mengetahui dan mamahami potensi, kemampuan, minat, bakat, dan cita-cita
mereka sendiri. Oleh karena itu, paket I terdiri dari:
15
a. Pengantar pemahaman diri.
b. Bakat, potensi dan kemampuan.
c. Cita-cita atau gaya hidup.
d. Sikap.
2. Nilai-nilai (paket II) yaitu: para siswa diharapkan dapat mengetahui dan
memahami nilai-nilai yang ada dalam dirinya dan yang ada dalam masyarakat.
Paket II ini mencakup:
a. Nilai kehidupan.
b. Salling menganal dengan nilai orang lain.
c. Pertentangan nilai-nilai dalam diri sendiri.
d. Pertentangan nilai-nilai diri sendiri dengan orang lain.
e. Nilai-nilai yang bertentangan dengan kelompok atau masyrakat.
f. Bertindak berdasarkan nilai-nilai sendiri.
3. Pemahaman lingkungan (paket III) yaitu: siswa diharapkan dapat mengetahui
dan memahami keadaan lingkungan, sehingga para siswa dapat mengambil
langkah dengan tepat. Paket ini mencakup:
a. Informasi pendidikan.
b. Kekayaan daerah dan pengembangannya.
c. Informasi jabatan.
4. Hambatan dan mengatasi hambatan (paket IV) yaitu: para siswa diharapkan
mengetahui dan memahami hambatan-hambatan apa yang ada dalam rangka
pencapaian tujuan (karier yang cocok) dan setelah mengetahui hambatannya
maka para siswa akan mencoba cara pemecahan atas hambatan yang ada.
Peket ini terdiri dari:
a. Faktor pribadi.
b. Faktor lingkungan.
c. Manusia dan hambatan.
d. Cara-cara mengatasi hambatan.
16
5. Merencanakan masa depan (paket V) yaitu: para siswa dituntut dapat
merencanakan masa depannya dalam kehidupan kariernya. Paket V ini terdiri
dari:
a. Menyusun infomasi diri.
b. Mengelola infomasi diri.
c. Mempertimbangkan alternatif.
d. Keputusan dan merencanakan masa depan.
2.2. KELOMPOK PEMINATAN
2.2.1. Pengertian Minat
Menurut Sukardi (1994: 83) minat merupakan salah satu unsur kepribadian
individu yang memegang peranan penting dalam pengembilan keputusan, dimana
minat mengarahkan tindakan individu terhadap suatu objek atas dasar senang dan
tidak senang, suka dan tidak suka. dan minat seseorang ini dapat diketahui melalui
pernyataan senang atau tidak senangnya terhadap objek. Untuk mengungkap lebih
detilnya minat seseorang sangat dipengaruhi dari aspek individual yaitu ranah
kemampuan (ability) dan ranah kepribadian (personality).
Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu dan adanya pilihannya bila orang tersebut diberi kebebasan untuk
memilih (Hurlock, dikutip oleh Aprianto, 2012: 7).
Menurut Bingham dan Daniel (dikutip oleh Aprianto, 2012: 7), minat adalah
kecenderungan orang untuk tertarik dalam suatu pengalaman dan untuk terus
demikian itu. Kecenderungan itu tetap bertahan sekalipun seseorang sibuk
mengerjakan hal lain. Kegiatan yang diikuti seseorang karena kegiatan itu menarik
baginya, merupakan perwujudan minatnya.
Menurut Slameto (dikutip oleh Aprianto, 2012: 8), minat juga dapat diartikan
sebagai suatu rasa lebih suka dan rasa keterkaitan pada suatu hal aktivitas, tanpa ada
yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan sesuatu hubungan
antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan
17
tersebut, semakin besar pula minat. Minat dapat diekspresikan melalui suatu
pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal dari pada hal
lainnya, dapat pula ditunjukkan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas.
Dari pengertian di atas, minat adalah suatu perasaan suka atau tertarik
terhadap suatu objek tanpa adanya keterpaksaan untuk melakukan suatu atau
aktivitas, dimana minat merupakan sumber motivasi individu yang memegang
peranan penting dalam pengembilan keputusan, sehingga semua kegiatan dan
aktivitas yang dilakukan berdasarkan keinginan dan kesadaran pribadinya sendiri.
2.2.2. Cara Mengukur Minat
Minat seseorang dapat dikenali dari sikap, pendapat dan tingkah laku yang
merupakan cerminan minat yang diinginkan seorang siswa. Menurut Super dan Crites
(dikutip oleh Sukardi 2008: 65) menyebutkan empat tipe cara mengetahui minat
yaitu:
1. Minat yang diekspresikan Ialah ekspresi verbal maupun yang perlakuan
mengenai hal yang disenangi dan tidak disenangi.
2. Minat yang dimanifestasikan yaitu minat yang akan nampak karena partisifasi
individu dalam kegiatan yang diberikan.
3. Minat yang dites yaitu minat dapat diketahui melalui pengukuran
menggunakan instrumentasi tertentu, seperti tes bakat.
4. Minat yang diinfentarisasikan, biasanya ditetapkan dengan daftar cek dan
catatan-catatan lainnya, sehingga mudah dianalisis dan dilakukan penilaian.
2.2.3. Minat Belajar
Menurut Ayuningtyas (dikutip oleh Mukminin, 2012: 11) minat belajar adalah
suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan yang menimbulkan keinginan untuk
berhubungan lebih aktif yang ditandai adanya hubungan perasaan senang tanpa ada
paksaan siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi dalam kelasnya akan
menimbulkan keninginan untuk berhubungan lebih aktif dengan proses belajar di
kelas seperti sering bertanya pada guru, rajin mengerjakan pekerjaan rumah, mencari
18
referensi materi pelajaran sekolah dengan rasa senang, ikhlas dalam menjalankan
kegiatan tanpa ada ada pemaksaan dari dalam dan dari luar individu.
Sedangkan menurut Widya (dikutip oleh Mukminin, 2012: 12) minat belajar
siswa merupakan rasa suka dan ketertarikan pada aktifitas belajar antara lain
membaca, menulis, serta tugas praktek, tanpa ada yang menyuruh. Siswa yang
memiliki minat belajar yang tinggi akan memperhatikan partisipasinya pada suatu
aktifitas yang dia minati khusus di kelas.
Kesimpulannya minat belajar adalah dorongan yang berasal dari dalam
individu yang meliputi emosi, konasi dan kognisi untuk merasa tertarik pada aktifitas
belajar di kelas. Hal ini di tandai dengan adanya rasa senang atas dasar kemauan
sendiri untuk mengikuti pembelajaran tersebut.
2.2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar
Sikap siswa terhadap minat yang dipilihnya sangat dipengaruhi dari beberapa
faktor yang kompleks yang membentuk kognisi, afeksi serta tingkah laku siswa
dalam memilih minat mana yang sangat disukai oleh siswa tersebut. Menurut
Hadinoto (dikutip oleh Aprianto 2012: 9), ada dua faktor yang mempengaruhi minat
seseorang, yaitu:
1. Faktor dari dalam (intrinsik) yaitu berarti bahwa sesuatu perbuatan memang
diinginkan karena seseorang senang melakukannya, orang tersebut senang
melakukan perbuatan itu demi perbuatan itu sendiri, dimana minat dari dalam
individu berupa keinginan atau senang pada perbuatan.
2. Faktor dari luar (ekstrinsik) yaitu berarti bahwa sesuatu perbuatan dilakukan
atas dasar dorongan atau pelaksanaan dari luar. Orang melakukan kegiatan ini
karena ia didorong atau dipaksa dari luar.
Sedangkan menurut Soemanto (dikutip oleh Mukminin, 2012: 16)
mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa adalah
sebagai berikut:
19
1. Faktor yang bersumber dari siswa itu sendiri
a. Tidak mempunyai tujuan yang jelas, jika tujuan belajar sudah jelas maka
siswa cenderung menaruh minat terhadap belajar. Sebab belajar
merupakan suatu kebutuhan. Besar kecilnya minat terhadap belajar
tergantung pada tujuan belajar yang jelas dari siswa.
b. Bermanfaat atau tidaknya sesuatu yang dipelajari bagi individu. Apabila
pelajaran kurang dirasakan bermanfaat bagi perkembangan dirinya, siswa
cenderung untuk menghindar.
c. Kesehatan yang sering mengganggu. Kesehatan ini sangat berpengaruh
dalam belajar, seperti sakit, kurang vitamin, hal ini akan mempengaruhi
siswa dalam belajarnya atau menjalankan tugas-tugasnya di kelas.
d. Adanya masalah atau kesukaran kejiwaan. Masalah atau kesukaran
kejiwaan misalnya gangguan emosional, rasa tidak senang,
gangguangangguan dalam proses berpikir akan berpengaruh pada minat
belajar siswa.
2. Faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah
a. Cara menyampaikan pelajaran
Dalam proses belajar-mengajar penyampaian pelajaran oleh guru sangat
menentukan minat belajar siswa. Apabila guru menguasai materi tetapi ia
kurang pandai dalam menerapkan metode belajar yang tepat akan
mempengaruhi minat belajar siswa.
b. Adanya konflik pribadi antara guru dengan siswa
Dengan adanya konflik pribadi antara guru dengan siswa ini akan
mengurangi minat pada mata pelajaran tetapi dengan adanya konflik
tersebut menyebabkan minat siswa berkurang lebih jauh lagi kemungkinan
bisa hilang.
c. Suasana lingkungan sekolah
Suasana lingkungan sekolah sangat berpengaruh terhadap minat belajar
siswa, suasana lingkungan disini termasuk iklim di sekolah, iklim belajar
20
suasana tempat dan fasilitas yang semuanya menimbulkan seseorang betah
dan tertuju.
d. perhatiannya kepada kegiatan belajar mengajar.
3. Faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga dan masyarakat
a. Masalah broken home. masalah yang terjadi dari pihak orang dan
lingkungan keluarga akan mempengaruhi minat belajar siswa.
b. Perhatian utama siswa dicurahkan kepada kegiatan-kegiatan di luar
sekolah. Pada saat ini di luar sekolah banyak sekali hal-hal yang dapat
menarik minat siswa yang dapat mengurangi minat siswa terhadap belajar
seperti kegiatan olah raga dan bekerja.
2.2.5. Ciri-ciri Minat Belajar Pada Siswa
Dalam kegiatan pembelajaran yang berlangsung, seorang guru dapat melihat
minat belajar siswa dalam mengikuti mata pelajaran dikelas. Minat belajar para siswa
tersebut memiliki ciri-ciri tertentu. Adapun menurut Slameto (dikutip oleh Mukminin,
2012: 17) siswa yang berminat terhadap sesuatu dalam belajar memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
a. Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengingat
sesuatu yang dipelajari secara terus-menerus. Siswa yang memiliki minat
yang tinggi terhadap pelajaran yang disenanginya ia akan memperhatikan
pelajaran itu secara terus-menerus tidak mudah terpengaruh oleh apapun,
misalnya kegaduhan suasana luar kelas, ajakan teman untuk bermain.
b. Ada rasa suka dan senang terhadap sesuatu yang diminati yaitu siswa yang
memiliki minat belajar yang tinggi akan belajar dengan senang, perasaan
bahagia, tidak ada perasaan yang membuatnya tertekan sehingga siswa akan
mudah untuk memahami materi yang telah diajarkan.
c. Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang diminati,
Siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi setelah memperoleh hasil dari
apa yang telah diusahakannya maka ia akan merasa puas dan bangga terhadap
21
jerih payahnya dalam memperoleh nilai belajar, seperti saat menerima raport
ia akan puas, menemukan referensi materi pelajaran yang sulit akan bangga,
dan merasa puas memecahkan masalah yang membuatnya tertarik seperti
mengerjakan soal matematika, fisika, kimia dan lainnya yang membuatnya
menantang.
d. Lebih menyukai suatu hal daripada yang lainnya, Siswa yang memiliki minat
belajar yang tinggi ia akan mengabaikan aktifitas atau kegiatan yang tidak
berhubungan dengan minatnya contoh Siswa akan mengabaikan ajakan teman
untuk pergi bermain bola, basket, pergi ke perpustaan dll ketika sedang
mempelajari pelajaran yang disukainya.
e. Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktifitas atau kegiatan, Siswa yang
berminat belajar yang tinggi maka ia akan mengikuti berbagai aktifitas yang
berhubungan dengan materi pelajaran yang mereka sukai seperti ikut karya
ilmiah, studi kampus, belajar kelompok dan membuat karya yang sesuai
dengan pelajaran yang diminatinya.
2.3. KELOMPOK PEMINATAN SMA DALAM KURIKULUM 2013
2.3.1. Bentuk Kelompok Peminatan di SMA dalam Kurikulum 2013
Dalam kurikulum 2013 Kelompok mata pelajaran Wajib dan Mata pelajaran
Pilihan di SMA dan SMK, dimana Mata pelajaran wajib sebanyak Sembilan mata
pelajaran dengan beban belajar 18 jam per minggu. Konten kurikulum (Kompetensi
Inti dan kompetensi dasar) dan kemasan konten serta label konten (mata pelajaran)
untuk mata pelajaran wajib bagi SMA dan SMK adalah sama. Struktur ini
menempatkan prinsip bahwa peserta didik adalah subjek dalam belajar dan mereka
memiliki hak untuk memilih sesuai dengan minatnya. struktur kelompok peminatan
akademik (SMA) memberikan keleluasaan bagi peserta didik sebagai subjek tetapi
juga berdasarkan pandangan bahwa semua disiplin ilmu adalah sama dalam
kedudukannya. Nama kelompok minat diubah dari IPA, IPS dan Bahasa menjadi
Matematika dan Sains, Sosial, dan Bahasa. Nama-nama ini tidak diartikan sebagai
22
nama kelompok disiplin ilmu karena adanya berbagai pertentangan fisolosfis
pengelompokan disiplin ilmu. Berdasarkan filosofi rekonstruksi sosial maka nama
organisasi kurikulum tidak terikat pada nama disiplin ilmu. (Kementrian
Kependidikan dan Kebudayaan, 2013: 16-17).
Peminatan dalam kurikulum 2013 ini mencakup kelompok mata pelajaran
wajib, kelompok mata pelajaran peminatan serta kelompok mata pelajaran
pendalaman dan lintas minat untuk peserta didik SMA/MA yang merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dan terintegrasi dalam program pelayanan bimbingan dan
konseling pada satuan pendidikan, khususnya dalam jenjang pendidikan menengah.
Artinya, program pelayanan bimbingan dan konseling pada satuan pendidikan harus
memuat pelayanan peminatan baik kelompok mata pelajaran maupun lintas minat
mata pelajaran. Upaya ini mengacu kepada program pelaksanaan kurikulum tahun
2013, khususnya terkait dengan peminatan akademik, pilihan lintas minat atau
pendalaman mata pelajaran, dan peminatan studi lanjutan. Program bimbingan dan
konseling dengan peminatan sepenuhnya berada di bawah tanggung jawab guru
bimbingan dan konseling (guru bimbingan dan konseling) atau Konselor di setiap
satuan pendidikan. (Arbani, 2013:ii)
Mata pelajaran pilihan terdiri atas pilihan akademik (SMA) serta pilihan
akademik dan vokasional (SMK). Mata pelajaran pilihan ini memberikan corak
kepada fungsi satuan pendidikan dan di dalamnya terdapat pilihan sesuai dengan
minat peserta didik. Beban belajar di SMA untuk Tahun X, XI, dan XII masing-
masing 43 jam belajar per minggu. Satu jam belajar adalah 45 menit (Kementrian
Kependidikan dan Kebudayaan, 2013: 16).
23
Terlampir di bawah adalah mata pelajaran wajib yang tersusun dalam
kurikulum 2013 (Kementrian Kependidikan dan Kebudayaan, 2013: 17).
Tabel 2.1. Mata pelajaran wajib di sekolah menengah atas.
MATA PELAJARAN
ALOKASI WAKTU
BELAJAR
X XI XII
KELOMPOK WAJIB
1 Pendidikan Agama 3 3 3
2 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 2 2 2
3 Bahasa Indonesia 4 4 4
4 Matematika 4 4 4
5 Sejarah Indonesia 2 2 2
6 Bahasa Inggris 2 2 2
7 Seni Budaya 2 2 2
8 Prakarya 2 2 2
9 Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan 2 2 2
Jumlah jam pelajaran kelompok wajib per minggu 23 23 23
KELOMPOK PEMINATAN
Mata pelajaran peminatan (SMA) 20 20 20
Mata pelajaran peminatan dan vokasi (SMK) 28 28 28
24
Terlampir di bawah adalah mata pelajaran peminatan dan mata pelajaran
pilihan yang tersusun dalam kurikulum 2013 (pendalaman minat dan lintas minat)
(Kementrian Kependidikan dan Kebudayaan, 2013: 17).
Tabel 2.2. Mata pelajaran peminatan dan mata pelajaran pilihan di sekolah menengah
atas.
Mata pelajaran Kelas
X XI XII
Kelompok Wajib 23 23 23
Peminatan Matematika Dan Sains
I 1 Matematika 3 4 4
2 Biologi 3 4 4
3 Fisika 3 4 4
4 Kimia 3 4 4
Peminatan Social
II 1 Geografi 3 4 4
2 Sejarah 3 4 4
3 Sosiologi dan Antropologi 3 4 4
4 Ekonomi 3 4 4
Peminatan Bahasa
III 1 Bahasa dan Sastra Indonesia 3 4 4
2 Bahasa dan Sastra Inggris 3 4 4
3 Bahasa dan Sastra Asing lainnya 3 4 4
4 Sosiologi dan Antropologi 3 4 4
Mata Pelajaran Pilihan
6 4 4
Jumlah pelajaran yang tersedia 73 75 75
Jumlah pelajaran yang harus ditempuh 41 43 43
25
2.3.2. Permasalahan yang Dialami Siswa dalam Menentukan Peminatan
Siswa dihadapkan dengan berbagai pilihan dalam kelompok peminatan, tentu
banyak hal yang mempengaruhi para siswa tersebut untuk menentukan pilihan mana
yang sesuai dengan potensi yang dimilikinya, sehingga menyebabkan para siswa
tersebut mengalami kebingungan dan keraguan menentukan pilihannya. Menurut
Bordin atau Pepinsky (Kemendiknas, 2013: 51-52), permasalahan-permasalahan yang
dialami siswa dalam menentukan peminatannya berupa:
a. Tidak mampu dalam mengambil keputusan.
b. Secara potensial mampu namun tidak yakin dan tidak percaya diri, serta tidak
mendapat dukungan lingkungan.
c. Siswa tidak mimiliki informasi yang cukup tentang peminatan di sekolah.
d. Siswa kurang keterampilan dalam mengenal dirinya sendiri, lingkungan. analisis
data diri, dan mengambil keputusan secara bijak.
e. Adanya konflik batin tentang peminatan yang akan dipilih.
f. Siswa cemas dalam memilih meskipun tahu jurusan apa yang harus dipihnya,
namun ragu dalam memutuskan (takut salah).
g. Siswa tidak merasa memiliki masalah dalam pemilihan peminatan atau bersifat
acuh.
2.3.3. Peran Guru Bimbingan dan Konseling SMA dalam Implementasi
Kurikulum 2013
Peminatan memberikan kesempatan yang cukup luas bagi peserta didik untuk
menempatkan diri pada jalur yang lebih tepat dalam rangka penyelesaian studi secara
terarah, sukses, dan jelas dalam arah pendidikan selanjutnya. Wilayah Peminatan
kelompok mata pelajaran dan mata pelajaran bagi peserta didik ini, dalam
keseluruhan program pendidikan satuan pendidikan dasar dan menengah merupakan
bidang pelayanan bimbingan dan konseling yang menjadi wilayah manajemen
bimbingan dan konseling dan wilayah tugas pokok guru bimbingan dan konseling
/Konselor dalam kerangka keseluruhan program pelayanan bimbingan dan konseling
26
pada satuan pendidikan. Pendalaman materi mata pelajaran merupakan bidang
pelayanan pembelajaran yang menjadi wilayah manajemen pembelajaran dan wilayah
tugas pokok guru Mata Pelajaran dalam kerangka keseluruhan program pembelajaran
pada satuan pendidikan. Data peminatan ini digunakan sebagai acuan bagi guru
bimbingan dan konseling /Konselor dalam memberikan pertimbangan kepada pihak-
pihak terkait dalam menentukan kebijakan terkait implementasi kurikulum 2013 di
tingkat satuan pendidikan. Buku Data Peminatan ini sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari implementasi kurikulum 2013 (Arbani, 2013:ii).
Esensial kurikulum 2013 adalah program peminatan. program peminatan ini
menuntut diungkapkannya potensi diri peserta didik dan kondisi keluarga serta
lingkungan sebagai aspek-aspek pokok yang dapat menentukan arah peminatan
peserta didik tersebut, oleh sebab itu peran guru bimbingan dan konseling dalam
kurikulum 2013 ini lebih besar pada kegiatan penempatan peminatan yang membantu
para siswa dalam menentukan dan memutuskan pemilihan kelompok peminatan mana
yang sesuai dengan potensi mereka (Kementrian Kependidikan dan Kebudayaan,
2013: 68).
Secara khusus menurut Wibowo (2013) tujuan pelayanan bimbingan dan
konseling dalam kelompok peminatan di SMA adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan di SMA/MA merupakan pendidikan untuk menyiapkan siswa menjadi
manusia dewasa yang mampu hidup mandiri di masyarakat.
2. Kemandirian tersebut didasarkan pada kematangan pemenuhan potensi dasar,
bakat, minat, dan keterampilan pekerjaan/karier.
3. Kurikulum SMA/MA memberikan kesempatan bagi siswa untuk memilih
kelompok mata pelajaran dan mata pelajaran tertentu sesuai dengan kemampuan
dasar umum (kecerdasan), bakat, minat dan kecenderungan pilihan masing-
masing siswa.
4. Setamat dari SMA/MA siswa dapat melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi
dibidang yang sesuai dengan pilihan dan pendalaman mata pelajaran ketika di
SMA/MA.
27
5. Setamat dari SMA/MA siswa dapat bekerja di bidang yang sesuai dengan pilihan
dan pendalaman mata pelajaran ketika di SMA/MA.
2.3.4. Aspek-Aspek Pemilihan dan Penetapan kelompok Peminatan
Untuk menentukan pemilihan dan penetapan kelompok peminatan yang sesuai
potensi siswa, ada beberapa aspek yang harus diperhatikan oleh guru bimbingan dan
konseling dalam pemberian layanan penempatan, dimana aspek-aspek ini sebagai
faktor penentu dalam menentukan keberhasilan penempatan siswa. Dalam
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2013: 65) menyebutkan aspek-aspek dalam
pemilhan dan penetapan kelompok peminatan adalah sebagai berikut:
1. Prestasi belajar peserta didik kelas VII, VIII dan IX serta nilai UN yang
diperoleh di SMP/MTS.
2. Prestasi non-akademik yang diperoleh dari SD/MI s/d SMP/MTS.
3. Minat belajar peserta didik berdasarkan angket saat pendaftaran maupun
pendataan.
4. Dukungan orang tua yang telah dikomunikasikan terlebih dahulu.
5. Data diteksi potensi peserta didik berupa tes peminatan yang baru
dilaksanakan di SMA/SMK.
6. Rekomendasi guru bimbingan dan konseling di SMP/MTS.
2.3.5. Langkah-Langkah Pokok Pelayanan Arah Peminatan di Sekolah oleh
Guru Bimbingan dan Konseling
Dalam pelayanan penempatan kelompok peminatan di sekolah, tentu guru
bimbingan dan konseling terlebih dahulu menentukan langkah-langkah yang harus
dilakukannya. Adapun langkah-langkah pokok pelayanan arah peminatan oleh guru
bimbingan dan konseling menurut Wibowo (2013) dan Kementrian Kependidikan
dan Kebudayaan (2013: 60-64) yaitu:
1. Langkah pertama: Pengumpulan data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data untuk peminatan
peserta didik tersebut dapat digunakan teknik tes maupun non tes. Teknik tes
28
seperti tes kepribadian, minat, bakat dll. Sedangkan teknik nontes dapat
berupa dokumentasi, angket, wawancara, dan observasi. Sedangkan Data yang
dikumpulkan yaitu dapat berupa:
a. Data pribadi siswa: kemampuan dasar umum (kecerdasan), bakat dan
minat serta kecenderungan potensi.
b. Keluarga.
c. Kondisi lingkungan.
d. Mata pelajaran wajib dan pilihan.
e. Sistem pembelajaran, termasuk Sistem Kredit Semester (SKS).
f. Informasi pekerjaan/karier.
g. Bahan informasi karier.
h. Bahan informasi pendidikan lanjutan.
i. Data kegiatan belajar.
j. Data hasil belajar.
k. Data khusus tentang siswa.
2. Langkah Kedua: informasi arah peminatan
Langkah ini dilakukan pada awal masuk sekolah yaitu pada masa
orientasi studi, memasuki kelas baru, dan menjelang akhir studi, siswa
diberikan informasi selengkapnya, sesuai dengan jenis dan jenjang satuan
pendidikan siswa, yaitu informasi tentang :
1) Sekolah ataupun program yang sedang mereka ikuti dan setamat dari
sekolah atau selepas dari kelas yang mereka duduki sekarang.
2) Kurikulum dan berbagai mata pelajaran baik yang wajib maupun pilihan
yang diikuti siswa, terutama berkenaan dengan pilihan arah minat
kelompok mata pelajaran dan mata pelajaran, pendalaman mata pelajaran
serta lintas mata pelajaran.
3) Informasi tentang karier atau jenis pekerjaan yang perlu dipahami dan/atau
yang dapat dijangkau oleh tamatan pendidikan yang sedang ditempuh
sekarang, terutam berkenaan dengan peminatan kejuruan.
29
4) Informasi tentang studi lanjutan setamat pendidikan yang sedang
ditempuh sekarang.
3. Langkah Ketiga : Identifikasi dan penetapan arah peminatan
Langkah ini terfokus pada kesesuaian antara kondisi pribadi siswa
dengan syarat-syarat atau tuntutan kelompok mata pelajaran dan mata
pelajaran pilihan, arah pengembangan karier, kondisi orang tua dan
lingkungan pada umumnya, terutama dalam rangka peminatan akademik,
kejuruan, pendalaman mata pelajaran, lintas minat mata pelajaran dan studi
lanjutan. Keadaan yang diinginkan ialah kondisi pribadi siswa benar-benar
cocok atau sejajar, atau setidak-tidaknya mendekati, dengan persyaratan dan
kesempatan yang ada. kesesuaian itu disertai dengan tersedianya fasilitas yang
ada di sekolah yang cukup memadai, serta dukungan moral dan finansial yang
memadai pula (terutama dari orang tuanya). Langkah ini dilaksanakan
melalui kontak langsung guru bimbingan dan konseling atau Konselor, guru
Mata Pelajaran, dan guru Wali Kelas dengan siswa melalui strategi
Transformasional-BMB3 yang mengajak siswa berpikir, merasa, bersikap,
bertindak, dan bertanggung jawab atas berbagai aspek pilihan yang tersedia
dan keputusan yang diambil (ABKIN dan ILO, 2011, dikutip oleh Wibowo,
2013 ).
4. Langkah Keempat : Penyesuaian
Apabila pilihan dan keputusan arah peminatan kelompok mata
pelajaran dan mata pelajaran tepat tetapi sekolah yang sedang atau akan
diikuti tidak tersedia pilihan yang diinginkan, maka siswa yang bersangkutan
dapat dianjurkan untuk mengambil pilihan itu di sekolah lain. Lebih jauh,
apabila pilihan dan keputusan tepat dan fasilitas di sekolah/madrasah tersedia,
tetapi dukungan finansial tidak ada, maka perlu dilakukan konseling
perorangan (dengan siswa dan orang tuanya untuk membahas kemungkinan
mencari bantuan atau beasiswa). Apabila pilihan dan keputusan tidak tepat,
maka siswa yang bersangkutan perlu mengganti pilihan kelompok mata
30
pelajaran dan mata pelajaran lain dan perlu dilakukan penyesuaian-
penyesuaian pada diri siswa dan pihak-pihak yang berkepentingan. Untuk ini
diperlukan layananan konseling perorangan bagi siswa yang bersangkutan.
5. Langkah Kelima: Monitoring dan tindak lanjut
guru bimbingan dan konseling atau Konselor, guru Mata Pelajaran,
dan guru Wali Kelas memonitor penampilan dan kegiatan siswa asuhnya
secara keseluruhan dalam menjalani program pendidikan yang diikutinya,
khususnya berkenaan dengan arah peminatan kelompok mata pelajaran dan
mata pelajaran yang dipilihnya. Perkembangan dan berbagai permasalahan
siswa perlu diantisipasi dan memperoleh pelayanan bimbingan dan konseling
secara komprehensif dan tepat.
2.3.6. Fungsi Asesmen Bimbingan dan Konseling dalam Kurikulum 2013
Asasmen adalah produk sistematis untuk mengumpulkan informasi yang
digunakan untuk membuat inferensi atau keputusan mengenai karakteristik seseorang.
Kegiatan asasmen ini dilakukan untuk memperoleh gambaran berbagai kondisi
individu dan lingkungannya sebagai dasar pengembangan program layanan
bimbingan dan konseling sesuai dengan kebutuhan (Kementrian Kependidikan dan
Kebudayaan, 2013: 6).
Asesmen yang dikembangkan adalah asesmen yang baku dan meliputi
beberapa aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor dalam kompetensi dengan
menggunakan indikator-indikator yang ditetapkan dan dikembangkan oleh guru
bimbingan dan konseling / Konselor sekolah. Asesmen yang diberikan kepada klien
merupakan pengembangan dari area kompetensi dasar pada diri klien yang akan
dinilai, yang kemudian akan dijabarkan dalam bentuk indikator-indikator. Pada
umumnya asesmen bimbingan konseling dapat dilakukan dalam bentuk laporan diri,
performance test, tes psikologis, observasi, wawancara, dan sebagainya. Asesmen
yang dilakukan sebelum, selama dan setelah konseling berlangsung dapat memberi
31
informasi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi klien
(Hengki dkk, 2012).
Asesmen merupakan hal yang penting dan harus dilakukan dengan berhati-
hati sesuai dengan kaidahnya. Kesalahan dalam mengidentifikasi karena asesmen
yang tidak memadai akan menyebabkan treatmen gagal; atau bahkan dapat memicu
munculnya konsekuensi dari tritmen yang merugikan diri klien. Meskipun menjadi
dasar dalam melakukan tritmen pada klien, tidak berarti konselor harus menilai (to
assess) semua latar belakang dan situasi yang dihadapi klien pada saat itu jika tidak
perlu. Hal itu berkaitan dengan apa saja yang relevan untuk mengembangkan
intervensi atau tritmen yang efektif, efisien, dan berlangsung lama bagi klien. Dengan
demikian asesmen akan benar-benar bisa memenuhi kriteria objektivitas dan
keadilan, sehingga keputusan yang akan diambil oleh klien dapat benar-benar sesuai
dengan kemampuan diri klien itu sendiri (Hengki dkk, 2012).
Dalam kurikulum 2013, asesmen hasil kegiatan bimbingan dan konseling
berfungsi sebagai fondasi dalam pemilihan kelompok peminatan di sekolah. Sebagai
bahan informasi dan pertimbangan dalam menentukan pilihan kelompok
peminatannya para siswa. program peminatan pada kurikulum 2013 menuntut
diungkapkannya potensi diri peserta didik dan kondisi keluarga serta lingkungan
sebagai aspek-aspek pokok yang dapat menentukan arah peminatan peserta didik
tersebut. Oleh sebab itu data asesmen ini sangat berguna dalam pelaksanaan kegiatan
bimbingan dan konseling menurut kurikulum 2013 karena esensial kurikulum 2013
adalah program peminatan. Data asesmen ini juga berguna dalam mengungkap
permasalah dan kendala-kendala yang dihadapi para siswa.
Prosesur asesmen menurut Urbina (2004, dikutip oleh Kementrian
Kependidikan dan Kebudayaan, 2013: 12) terdapat empat langkah kegiatan, yaitu:
1. Langkah pertama: Identifikasi masalah; adalah data asesmen pribadi apa yang
ingin diketahui dan akan dinilai.
32
2. Langkah kedua: Memilih dan mengimplementasikan metode asesmen; adalah
langkah memilih dan mengimplementasikan metode dalam pengumpulan data
informasi seperti: interview, tes, dan observasi.
3. Langkah ketiga: Mengevaluasi informasi asesmen; adalah kegiatan skoring,
interprestasi dan integrasi informasi dari keseluruhan metode asesman dan
sumber-sumber untuk menjawab pertanyaan.
4. Langkah keempat: Laporan hasil asesmen; adalah berupa laporan gambaran
individu yang dinilai, laporan hipotesis secara umum individu, dukungan
hipotesis dan informasi tentang individu, pengajuan rekomendasi dalam
hubungannya dengan alasan yang rasional (Kaufman dan Lichtenberger,
2002, dikutip oleh Kementrian Kependidikan dan Kebudayaan, 2013: 12).
2.4. BIMBINGAN KELOMPOK
2.4.1. Pengertian Bimbingan Kelompok
Pengertian bimbingan kelompok menurut Prayitno (2004: 1-3) adalah bentuk
layanan yang diberikan oleh konselor kepada konseli yang pelaksaannya dilakukan
secara berkelompok dengan mengaktifkan dinamika kelompok serta memanfaatkan
dinamika kelompok dalam mencapai tujuan bimbingan dan konseling. Dalam
bimbingan kelompok pembahasannya adalah topik-topik umum yang menjadi
kepudulian bersama atau permasalahan yang sama-sama perlu untuk dibahas secara
bersama.
Sedangkan menurut Sukardi (2008: 64) bimbingan kelompok adalah layanan
bimbingan yang memungkinkan dilakukan kepada sejumlah peserta didik dengan
memperoleh berbagai bahan sumber baik itu dari nara sumber tertentu (konselor)
maupun sumber informasi yang didapat dari sesama anggota kelompok, sehingga
berguna bagi perkembangan individu dalam memcahkan masalahnya serta
mengambil keputusan secara mandiri.
Jadi bimbingan kelompok adalah salah satu kegiatan layanan bimbingan dan
konseling yang dilakukan secara berkelompok dengan menggunakan dan
33
memanfaatkan dinamisasi kelompok dalam mencapai tujuan bimbingan dan
konseling, sehingga diperoleh informasi yang cukup banyak dalam memecahkan
permasalahan yang sama-sama dihadapi anggota kelompok dan berguna dalam
pengambilan keputusan dan tindakan apa yang sebaiknya dilakukan oleh anggota
kelompok.
2.4.2. Komponen Bimbingan dan Kelompok
1. Pemimpin kelompok
Menurut Prayitno (2004: 4-7) pimpinan kelompok adalah konselor yang
terlatih dan ahli dalam memberikan layanan bimbingan kelompok. Pimpinan
kelompok memiliki ketrampilan khusus dan memiliki karakteristi sebagai
pemimpin yaitu: mampu memimpin dan membentuk kelompok, mampu
mengarahkan kelompok, berwawasan luas, memiliki kemampuan hubungan
interpersonal yang hangat, sabar, baik, dan memberi kesempatan kepada
anggota untuk mengungkapkan pertanyaan dan informasi.
2. Anggota kelompok
Anggota kelompok adalah sekumpulan inndividu yang dibentuk berkelompok
oleh seorang konselor berdasarkan criteria yang diinginkan. Dalam
pelaksanaannya bimbingan kelompok yang memungkinkan dapat berjalan
dengan baik bila anggota kelompok antara 6-15 orang, karena pada kondisi ini
pengaturan dan pengawasan masih bisa dilakukan oleh seorang konselor
secara baik. Agar layanan bimbingan kelompok dapat berjalan dengan baik
maka keragaman atau heterogenitas sangat di perlukan dalam dinamisasi
kelompok, namun tidak berbeda dalam tingkat perkembangan dan
pendidikannya,serta setiap anggota kelompok merasa permasalahan yang
akan dibahas sama-sama diperlukan untuk dibahas (Prayitno 2004: 8-11).
34
2.4.3. Pendekatan dan Teknik Bimbingan Kelompok
Pendekatan dan teknik bimbingan kelompok menurut Prayitno (2004: 16-28)
adalah sebagai berikut:
a. Pembentukan kelompok
Kelompok layanan bimbingan kelompok dapat dibentuk melalui pengumpulan
sejumlah individu dengan memperhatikan aspek-aspek relative homogenitas
dan heteregonitas sesuai dengan bentuk kelompok yang ingin dibentuk
berdasarkan data-data yang ada yang menjadi pertimbangan dalam
pembentukan kelompok.
b. Tahap penyelanggaraan
1) Tahap pembentukan yaitu: tahap membentuk sekumpulan individu
menjadi sebuah kelompok.
2) Tahap peralihan yaitu: tahapan mengalihkan kegiatan awal kelompok ke
kegiatan yang lebih terarah.
3) Tahap kegiatan yaitu: tahapan kegiatan inti untuk membahas topic-topik
tertentu.
4) Tahap pengakhiran yaitu: tahapan akhir kegiatan untuk melihat kembali
hal apa yang telah dilakukan dan dicapai oleh kelompok, serta
perencanaan kegiatan lanjutan.
c. Teknik dalam kegiatan
Teknik dalam kegiatan bimbiangan dan konseling lebih
mengembangkan dinamika kelompok, yaitu: komunikasi multiarah secara efektif
dan terbuka, rangsangan inisiatif, dorongan minimal, responsive, kejelasan
penjelasan, pendalaman, argumentasi, dan pembahasan bersama, serta
terbuntuknya pola tingkah laku yang dikehendaki dengan cara pemberian
permainan kelompok dan dengan cara menyenangkan serta tidak kaku.
Pelaksanaan bimbingan kelompok dapat dilaksanakan melalui beberapa macam
teknik, hal ini disesuaikan dengan permasalahan dan tindakan bimbingan
kelompok mana yang sesuai dengan kondisis kelompok. Menurut Sukardi
35
(2008: 64) Pelaksanaan bimbingan kelompok dapat dilaksanakan melalui
beberapa teknik yaitu:
1) Home Room yang berfungsi untuk menyampaikan informasi dan
pengembangan.
2) Psikodrama yang berfungsi untuk keperluan terapi untuk masalah-
masalah psikologis.
3) Sosiodrama yang berfungsi untuk keperluan terapi bagi masalah-
masalah konflik social.
d. Waktu dan tempat
Waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok dapat
disepakati antar anggota kelompok maupun antara konselor dan anggota
kelompok. Untuk tempat dapat dilakukan ditempat terbuka maupun ditempat
tertutup seperti di dalam ruangan. Namun harus memperhatikan kenyamanan
dan kefokusan kegiatan yang akan dilaksanakan.
2.4.4. Asas-asas bimbingan kelompok
Dalam pelaksaan bimbingan kelompok terdapat asas-asas yang harus dipatuhi
oleh anggota kelompok, hal ini agar pelaksaan layanan yang diberikan dapat berjalan
dengan baik serta pelaksaan yang sukses, sehingga tujuan dari pelaksaan layanan ini
dapat terlaksana. Menurut Sukardi (2008: 46-51) asas-asas bimbingan dan konseling
yang harus ada dalam pelaksaan bimbingan kelompok yaitu:
1. Asas kesukarelaan
Dalam menggali permasalahan kehidupan konseli, tentu kesukarealaan
konseli dalam mengutarakan permasalahannya sangat diperlukan. Hal ini
sangat dibutuhkan dalam kegiatan identifikasi dan eksplorasi permasalahan,
sehingga kesukarelaan konseli dalam mengikuti kegiatan bimbingan dan
konseling sangat mempengaruhi keberhasilan pemberian layanan.
36
2. Asas keterbukaan
Keterbukaan disini berarti Kesediaan konseli dalam menerima saran-saran
dari luar dan juga ketersediaan konseli untuk membuka diri dalam
pengentasan permasalahannya, dimana konseli diharapkan bersikap sejujur
mungkin. Dengan keterbukaan ini permasalahan konseli mampu ditelaah dan
dikaji dengan baik.
3. Asas kekinian
Asas kekinian merupakan pembahasan permasalahan yang dirasakan konseli
saat ini, bukanya permasalahan yang telah berlalu mapun masalah yang akan
datang.
4. Asas kemandirian
Asas kemandirian disini yaitu mengambangkan kemampuan penyelesaian
permasalahan secara mandiri, walaupun awalnya dibantu oleh konselor,
namun mengembangkan kemandirian ini jadi prioritas kegiatan bimbingan
dan konseling, sehingga konseli tidak beregantung kepada konselor.
5. Asas kegiatan
Setiap tujuan hasil yang di peroleh selama kegiatan bimbingan dan konseling
harus diselenggarakan oleh konseli secara terarah dan diikuti oleh seluruh
anggota dengan fokus, sehingga ada perubahan yang signifikan, karena tanpa
adanya tindakan oleh konseli maka kegiatan bimbingan dan konseling akan
gagal.
6. Asas kedinamisan
Kedinamisan yang dimaksud adalah adanya gerakan, keaktifan dan
perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik, pembaharuan dan sesuatu
yang lebih maju. Bukan sekedar kegiatan yang berulang-ulang yang monoton.
7. Asas keterpaduan.
Keserasian antara pemberian layanan satu dengan pemberian layanan yang
lainya dalam bimbingan dan konseling sangat diperlukan, jangan sampai
37
malah bertentangan yang mampu menyebabkan kegagalan kegiatan
bimbingan dan konseling, karena hal ini justru menimbulkan permasalahan.
8. Asas kenormatifan.
Asas kenormatifan dimana semua kegiatan dan bentuk layanan yang diberikan
harus sesuai dengan norma-norma yang berlaku pada masyarakat, sehingga
tidak menimbulkan pelanggaran atas norma-norma yang ada.
2.5. Bimbingan Kelompok Teknik Home Room
2.5.1. Pengertian Bimbingan Kelompok Teknik Home Room
Menurut Nursalim (dikutip oleh Astari dkk, 2013: 30) home room adalah
suatu kegiatan bimbingan kelompok yang dilakukan dalam ruangan atau kelas dalam
bentuk pertemuan antara konselor atau guru dengan kelompok bimbingan untuk
membicarakan beberapa hal yang dianggap perlu terutama hal-hal atau masalah-
masalah yang berhubungan dengan pelajaran, masalah sosial, masalah tata tertib dan
moral, cara berpakaian, atau masalah-masalah lain di luar sekolah. Secara umum,
pelaksanaan bimbingan kelompok dengan menggunakan teknik home room hampir
sama dengan bimbingan kelompok pada umumnya, yang membedakan hanya suasana
kekeluargaan yang ditimbulkan.
Astari, dkk (2013: 30) menyebutkan bahwa bimbingan kelompok teknik home
room adalah teknik yang dapat digunakan secara berkelompok yang dilakukan dalam
suatu ruangan atau kelas dengan suasana keakraban seperti keluarga, dengan
menciptakan suasana dirumah yang menyenangkan dan akrab, siswa merasa aman
dan nyaman dalam mengungkapkan masalah-masalah yang dihadapi. Pertemuan yang
dilakukan ini hanya untuk membicarakan beberapa hal yang dianggap perlu terutama
hal-hal atau masalah-masalah yang berhubungan dengan pelajaran, kegiatan-kegiatan
sosial atau masalah diluar sekolah.
Sedangkan menurut Sukardi (2008: 64) pelaksanaan kegiatan bimbingan
kelompok dengan teknik home room berfungsi untuk menyampaikan informasi dan
38
pengembangan dimana dengan suasana yang menyenangkan, sehingga terjadi
dialogue yang bebas.
Dari pengertian di atas layanan bimbingan dan konseling dengan
menggunakan teknik home room merupakan suatu upaya menyampaikan informasi
dan mendorong perkembangan individu melalui dinamisasi kelompok dengan cara
mengusahakan suatu situasi atau hubungan yang lebih bersifat kekeluargaan seperti
suasana dirumah, dengan meningkatkan rasa keakraban (saling menghormati, saling
memahami, saling perhatian, saling peduli dan berbagi rasa), bertanggung jawab,
senang, aman dan nyaman, sehingga anggota lebih bebas dan leluasa dalam
menyampaikan tanggapan dan pertanyaannya.
2.5.2. Aspek Bimbingan Kelompok Teknik Home Room
Berdasarkan pengertian dari bimbingan kelompok teknik home room yang
telah dijelaskan, suasana rumah ataupun suasana kekeluargaan yang diharapkan
dalam tindakan ini dapat berupa aspek-aspek berikut ini, yaitu:
1. Aspek Ketertarikan
Para siswa tertarik mengikuti kegiatan yang diberikan selama kegiatan ini
berlangsung hingga berakhir, dimana para siswa tersebut secara sukarela
mengikuti kegiatan serta merasa butuhnya pembahasan terkait topik bahasan.
2. Aspek Keterbukaan
Paras siswa terbuka dalam menyampaikan tanggapan maupun pertanyaan
ketika pembahasan berlangsung secara jujur dan apa adanya.
3. Aspek Kenyamanan
Para siswa merasa nyaman selama kegiatan berlangsung, sehingga para siswa
tersebut tidak merasa tertekan dan terpaksa dalam mengikuti kegiatan.
4. Aspek Keaktifan
Para siswa aktif mengikuti kegiatan dengan memberikan masukan, perbaikan,
pemikirannya serta saran-saran yang baik untuk kelompoknya dengan tidak
hanya diam dan mendengarkan saja.
39
5. Aspek Keakraban
Para siswa merasa akrab antara satu dengan lainnnya, dimana para siswa
tersebut saling mengenal dan saling memahami dan interaksi yang
berlangsung pun tidak kaku.
6. Aspek kepedulian
Para siswa saling peduli terhadap permasalahan yang ada diantara anggota
kelompok tersebut dengan memberikan pertolongan pemecahan permasalahan
dan memberikan dorongan dan motivasi positif.
40
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis Penelitian Tindakan
Bimbingan dan konseling (PTBK). Menurut Elliot bahwa yang dimaksud dengan
penelitian tindakan ialah kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk
meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya terhadap seluruh prosesnya, telaah,
diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan pengaruh menciptakan
hubungan yang diperlukan antara evaluasi diri dari perkembangan profesional
(dikutip oleh Sunendar, 2008). Menurut Kemmis dan Taggart (dalam Hidayat dan
Badrujaman, 2012: 12) Penelitian tindakan adalah rangkaian kegiatan yaitu
perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Keempat rangkaian ini disebut satu
siklus. Dalam penelitian tindakan mengandung dua unsur, yaitu penelitian dan
tindakan. Menurut Hidayat dan Badrujaman (2012: 11) menjelaskan bahwa
penelitian adalah kegiatan mencari dan memperoleh informasi dengan cara
mencermati suatu obyek dengan menggunakan aturan metode tertentu. Sedangkan
tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu.
Sedangkan menurut Arikunto (2011: 236) dalam satu siklus sebaiknya
dilakukan dalam tiga tahap yaitu: percobaan, perbaikan dan pemantapan. Dalam
penelitian ini peneliti melakukannya dalam dua waktu persiklusnya dimana
pertemuan pertama dilakukan tahap percobaan dan tahap perbaikan, pada pertemuan
kedua dilakukannya pemantapan, maka dilanjutkan pada tahap berikutnya yaitu
refleksi.
Oleh sebab itu penelitian tindakan ini merupakan kegiatan yang disengaja
dengan kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas
tindakan di dalamnya. Rangkaian kegiatan disebut satu siklus bila berisi perencanaan,
tindakan, pengamatan dan refleksi. Dalam penelitian tindakan dilakukan beberapa
40
41
tindakan yang berulang atau dua siklus lebih dan satu siklus sebaiknya dilakukan
dalam tiga tahap yaitu: percobaan, perbaikan dan pemantapan.
3.2. Prosedur Penelitian dan Langkah Tindakan
3.2.1. Prosedur penelitian
Agar suatu penelitian mendapatkan hasil yang optimal, maka diperlukan
prosedur yang harus dilalui, yang berisikan langkah-langkah sistematis yang
menggambarkan kegiatan penelitian dari awal sampai dengan membuat laporan hasil
penelitian. Adapun prosedur penelitian ini dapat digambarkan dalam gambar berikut:
Gambar 3.1. Prosedur penelitian
Memilih masalah
Merumuskan masalah
Menentukan fokus masalah
Menentukan metode
Validasi data Menentukan sumber
data
Analisis data
Menarik kesimpulan
Menyusun laporan
42
3.2.2. Analisis Situasi
analisis situasi yaitu untuk melihat situasi lapangan yang akan dijadikan
tempat penelitian. Analisis situasi ini bertujuan untuk mendapat gambaran nyata
mengenai pelaksaan kegiatan pembelajaran di SMA Negeri 1 Indralaya atau disebut
data awal penelititan. Kegiatan ini berupa pengajuan surat izin penelitian, wawancara
dengan guru bimbingan dan konseling di sekolah tersebut, pengisian angket masalah
kelompok peminatan oleh siswa kelas X, kegiatan pra-tindakan, observasi kegiatan
pemberian layanan bimbingan dan konseling di sekolah tersebut.
Tabel 3.1. Kegiatan pengumpulan data awal
No Kegiatan Tanggal
1. Pengajuan surat izin penelitian. 09 Oktober 2013
2. Wawancara dengan guru bimbingan dan
konseling.
09 Oktober 2013
3. Pengumpulan data siswa kelas X. 10 Oktober 2013
4. Kegiatan pra-tindakan. 10 Oktober 2013
5. Observasi kegiatan pemberian layanan
bimbingan dan konseling yang telah
dilakukan.
10 Oktober 2013
6. Observasi kegiatan pengelompokan
peminatan yang telah dilakukan.
10 Oktober 2013
3.2.3. Rancangan siklus penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas
bimbingan dan konseling atau disebut PTBK yang dilakukan dalam beberapa siklus,
dalam penelitian ini pelaksanaan akan dilakukan dalam dua siklus. dimana masing-
masing siklus menurut menurut Kemmis dan Taggart dan sama halnya dengan John
Elliot mempunyai empat tahapan, yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan
refleksi (dalam Hidayat dan Badrujaman, 2012).
43
Gambar 3.2. Siklus Pelaksanaan
1. Perencanaan tindakan
Kegiatan ini merupakan prosedur awal dari sebuah siklus. Rencana tindakan
ini mencakup semua langkah secara rinci atau semua keperluan pelaksanaan
penelitian tindakan, dimulai dari:
a. Merencanakan tindakan yang akan dilaksanakan
Tindakan yang akan diberikan adalah layanan bimbingan kelompok teknik
home room, yaitu suatu metode yang berupaya menyampaikan informasi
dan mendorong perkembangan individu melalui dinamisasi kelompok
dengan kondisi kenyamanan seperti di rumah. Dalam penelitian ini teknik
home room digunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
memilih kelompok peminatan sesuai dengan minat dan potensi yang
dimilikinya. Tindakan bimbingan kelompok teknik home room ini akan
SIKLUS 1
SIKLUS 2
PELAKSANAAN
PELAKSANAAN
PENGAMATAN
REFLEKSI
REFLEKSI
PENGAMATAN PERENCANAAN
PERENCANAAN
44
direncanakan dan dilakukan dalam beberapa tahap kegiatan yaitu: tahap
pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan, dan tahap pembentukan.
b. Membuat satuan layanan bimbingan kelompok teknik home room.
Pembuatan Satlan ini berdasarkan perencaan tindakan yang akan
dilakukan.
c. Mengembangkan skenario layanan
Dalam hal ini, peneliti membuat skenario pembelajaran yang tertuang
dalam satuan layanan (satlan) dengan pelaksanaan tindakan yang sesuai
dengan tahap-tahap bimbingan kelompok teknik home room yang bersifat
menyamankan.
d. Menentukan topik bahasan
Dalam penelitian ini, peneliti menyajikan topik-topik bahasan tertentu
pada setiap pertemuan sebagai sarana meningkatkan kemampuan siswa
dalam memilih kelompok peminatan sesuai dengan minat dan potensi
yang dimilikinya.
e. Mempersiapkan instrument pengumpulan data
Mempersiapkan instrument pengumpulan data, yaitu peneliti menyiapkan
lembar angket pernyataan siswa yang memuat tentang kelompok
peminatan yang dipilihnya, lembar observasi sikap siswa yang merekam
data proses dan dampak tindakan yang dilakukan, dan lembar tes
kemampuan pemilihan kelompok peminatan siswa.
f. Mengembangakan format evaluasi tindakan dan kemampuan kelompok
peminatan siswa.
2. Pelaksaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan dilakukan dalam dua siklus (siklus I dan siklus II), tiap
siklus dilakukan dua dan tiga kali pertemuan dengan alokasi waktu satu kali
pertemuan 2 x 45 menit (2 jam pelajaran), sehingga dalam penelitian ini akan
dilakukan lima kali pertemuan. Dalam penelitian ini peneliti akan
45
memberikan treatment berupa layanan bimbingan kelompok teknik home
room kepada siswa.
Adapun langkah-langkah pelaksanaan tindakan bimbingan kelompok teknik
home room yaitu:
a. Tahap pembentukan kelompok, yaitu tahapan membentuk dan
mengumpulkan beberapa siswa kedalam satu kelompok bimbingan
yang siap dalam mengembangkan dinamika kelompok untuk mencapai
tujuan dari penelitian.
b. Tahap peralihan, yaitu tahap untuk mengalihkan kegiatan awal
kelompok pada kegiatan selanjutnya, sehingga lebih terarah dan
kejelasan tahap-tahapnya.
c. Tahap kegiatan, yaitu tahapan inti untuk membahas topik-topik yang
ditentukan sesui dengan tujuan dari penelitian.
d. Tahap pengakhiran, yaitu tahapan akhir dari kegiatan untuk melihat
kembali apa-apa yang sudah dilakukan dan dicapai oleh kelompok,
kepuasan pelaksaan kegiatan, serta merencanakan kegiatan
selanjutnya.
46
Gambar 3.3. Tahap I : pembentukan
Tema: - pengenalan diri
- pelibatan diri
- pemasukan
Tujuan:
1. Anggota memahami
pengertian dan kegiatan
kelompok dalam rangka
layanan bimbingan
kelompok.
2. Tumbuh susana kelompok.
3. Tumbuhnya minat anggota
mengikuti kegiatan
kelompok.
4. Tumbuhnya saling peduli,
mengenal, percaya,
menerima, dan membantu
di antara anggota.
5. Tumbuhnya suasana
nyaman, bebas dan
terbuka.
6. Dimulainya pembahasan
tentang tingkah laku dan
perasaan dalam kelompok.
Kegiatan:
1. Mengungkapkan pengertian
dan tujuan kegiatan
kelompok dalam rangka
pelayanan bimbingan
kelompok.
2. Menjelaskan cara-cara dan
peraturan kelompok serta
asas-asas kegiatan.
3. Saling memperkenalkan dan
mengungkapakan diri.
4. Teknik khusus
5. Permainan penghangatan dan
pengakraban.
Peranan pimpinan kelompok
1. Menampilkan doa untuk mengawali kegiatan.
2. Menampilkan diri secara ubtuh dan terbuka.
3. Menampilkan penghormatan kepada orang lain, hangat , tulus, bersedia
membantu dan penuh empati.
4. Sabagai contoh.
Tahap 1
pembentukan
47
Gambar 3.4. Tahap II : Peralihan
Tema: - pembangunan jembatan antara tahap pertama dan tahap ketiga
Tujuan:
1. Terbebasnya anggota dari
perasaan atau enggan,
ragu, malu, atau tidak
saling percaya untuk
memasuki tahap berikut.
2. Makin mantap suasana
kelompok dan
kebersamaan.
3. Makin mantapnya minat
untuk ikut serta dalam
kegiatan kelompok.
Kegiatan:
1. Menjelaskan kegiatan yang
akan ditempuh pada tahap
berikutnya.
2. Menawarkan sambil
mengamati apakah para
anggota sudah siap menjalani
kegiatan pada tahap
selanjutnya.
3. Membahas suasana yang
terjadi.
4. Meningkatkan kemampuan
keikutsertaan anggota.
5. Bila diperlukan kembali ke
beberapa aspek tahap
pertama.
Peranan pimpinan kelompok
1. Menerima suasana yang ada secara sabar dan terbuka.
2. Tidak mempergunakan cara-cara yang bersifat langsung atau mengambil
alih kekuasaan atau permasalahan.
3. Mendorong dibahasnya suasana perasaan.
4. Membuka diri, sebagai contoh dan penuh empati.
Tahap 2
peralihan
48
Gambar 3.5. Tahap III : Kegiatan
Tema: - kegiatan pencapaian tujuan (pembahasan topik tentang kelompok
peminatan)
Tujuan:
1. Terungkapnya secara
bebas topik yang
dirasakan, dipikirkan atau
dialami oleh anggota
kelompok.
2. Terbahasnya topik secara
mendalam dan tuntas.
3. Ikut sertanya seluruh
anggota secara aktif dan
dinamis dalam
pembahasan, baik yang
menyangkut unsur-unsur
tingkah laku, pemikiran
ataupun perasaan.
Kegiatan:
1. Masing-masing anggota
secara bebas mengemukakan
topik bahasan.
2. Menetapkan topik yangakan
dibahas terdahulu.
3. Anggota membahas topik
secara mendalam dan tuntas.
4. Kegiatan selingan.
Peranan pimpinan kelompok
1. Sebagai pengatur lalu lintas yang sabar dan terbuka.
2. Aktif namun tidak banyak bicara.
3. Menberikan dorongan dan penguatan serta penuh empati.
Tahap 3
kegiatan
49
Gambar 3.6. Tahap IV : Pengakhiran
Tema: penilaian dan tindak lanjut
Tujuan:
1. Terungkapnya kesan-
kesan anggota kelompok
tentang pelaksaaan
kegiatan.
2. Terungkapnya hasil
kegiatan kelompok yang
telah dicapai.
3. Terumuskannya rencana
kegiatan lebih lanjut.
4. Teetap dirasakannya
hubungan kelompok dan
rasa kebersamaan
meskipun kegiatan
berakhir.
Kegiatan:
1. Pimpinan kelompok
mengemukakan bahwa
kegiatan akan segera
berakhir.
2. Pimpinan kelompok dan
anggota kelompok
mengemukakan kesan dan
hasil-hasil kegiatan.
3. Membahas kegiatan lanjutan.
4. Mengemukakan pesan dan
harapan.
Peranan pimpinan kelompok
1. Sebagai pengatur lalu lintas yang sabar dan terbuka.
2. Aktif namun tidak banyak bicara.
3. Menberikan dorongan dan penguatan serta penuh empati.
Tahap 4
Pengahiran
50
3. Pengamatan
Kegiatan observasi dilakukan oleh peneliti bersamaan dengan pelaksanaan
tindakan. Data yang dikumpulkan pada tahap ini tentang pelaksanaan tindakan
dan rencana yang sudah dibuat serta dampak atau pengaruh tindakan, keadaan
dan kendala tindakan. yaitu berupa implementasi (pelaksanan) atau realisasi
dari semua rencana yang telah dibuat.
Adapun pemaparan data hasil pengamatan yang akan dilakukan adalah:
a. Pengamatan terhadap proses, baik prosedur pelaksanaannya maupun
keaktifan siswa selama beberapa kali pertemuan.
b. Pengamatan terhadap hasil sebelum dan sesudah tindakan.
4. Refleksi
Tahap ini merupakan tahapan untuk memproses data yang diperoleh saat
melakukan pengamatan. Data yang telah diperoleh kemudian ditafsirkan dan
dicari eksplanasinya dijadikan sebagai pelaporan, dimana refleksi itu sebagai
deskriptif atau tinjauan ulang proses pembalajaran, kendala yang dihadapi dan
hal baik apa yang akan dilakukan selanjutnya dan menyusun laporan layanan
bimbingan kelompok, menyampaikan laporan kepada pihak terkait dan
mendokumentasikan laporan.
Adapun langkah pelaksaan refleksi yang akan dilakukan yaitu:
a) Analisis data, berupa penggolongan berbagai macam data yang ada
kedalam katagori tertentu dan menyusun berbagai data dalam tiap
katagorinya sehingga memberikan informasi yang berharga mengenai
indikator keberhasilan.
b) Sintesis data, yaitu kegiatan mencari hubungan antara seluruh data pada
tiap katogori dan mentelaah apakah hasil yang dicapai ada hubungannya
dengan proses yang dilakukan.
51
3.3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan Di SMA Negeri 1 Indralaya yang terletak
di jalan lintas sumatra Km. 34 palembang-kayuagung Kec. Indralaya Kab.
Ogan ilir Sumatra selatan.
3.4. Waktu Penelitian
Karena dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan
bimbingan dan konseling (PTBK) yang terdiri dari dua siklus dan tiap siklus
dilakukan dua atau tiga kali pertemuan (pertemuan pertama merupakan
percobaan, sedangkan pertemuan kedua merupakan pemantapan dan
penguatan), maka penelitian akan dilakukan dalam lima kali pertemuan
pemberian tindakan layanan. Waktu penelitian ini akan dilakukan selama
sekitar satu bulan, dimulai dari izin penelitian, pelaksaan penelitian,
pengumpulan data hingga pengolahan data. Dimana pelaksanaan penelitian ini
akan dilakukan sejak tanggal 01 sampai dengan 31 oktober 2013.
3.5. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X yang ada di SMA
Negeri 1 Indralaya yang mempunyai permasalahan dalam menentukan minat
dan kariernya. Untuk mengetahui siswa-siswi yang mengalami permasalahan
kelompok peminatan ini, peneliti melakukan wawancara dengan guru
bimbingan dan konseling di sekolah tersebut dan menganalisis data
dokumentasi seluruh siswa kelas X dengan mengkatagorikan siswa-siswi
tersebut ke dalam beberapa kelompok sehingga dapat ditentukan siswa-siswi
mana yang sangat membutuhkan layanan bimbingan dan konseling dengan
segera.
Dalam penelitian ini tindakan diberikan kepada satu kelompok
bimbingan dengan jumlah anggota kelompok 9 orang. Penentuan anggota
kelompok didapat dari data hasil analisis dokumentasi dan wawancara dengan
guru bimbingan di sekolah tersebut.
52
Adapun langkah-langkah dalam menentukan subjek penelitian adalah sebagai
berikut:
1. Melakukan wawancara dengan guru bimbingan dan konseling kelas X.
2. Mengumpulkan data dokumentasi seluruh siswa-siswi kelas X.
3. Analisis data hasil wawancara dan hasil dokumentasi.
4. Memilih siswa yang mengelami kesulitan dalam penempatan kelompok
peminatan.
5. Mencari data dokumentasi lebih lengkap lagi tentang siswa yang akan diberi
tindakan.
6. Menentukan siswa-siswi yang akan diberi tindakan penelitian dan membentuk
kelompok bimbingan.
3.6. Observer
Observer dalam penelitian ini yaitu peneliti dan guru bimbingan dan
konseling yang ada dalam sekolah tersebut yang bertugas untuk mengevaluasi
pelaksaan kegiatan, serta rekan peneliti lainnya yang sekaligus bertindak sebagai
fotografer.
3.7. Variable penelitian
Variable adalah objek peneliti atau apa yang akan menjadi titik perhatian
suatu penelitian. Dalam penelitian ini terdapat dua variable yaitu variable independen
(bebas) dan variable dependen (terikat).
a. Variable independen dalam penelitian ini adalah pemberian layanan
bimbingan kelompok dengan teknik home room yang merupakan variable
yang mempengaruhi dalam penelitian atau dapat disebut juga variable bebas
penelitian yang mempengaruhi variable terikatnya (Sugiyono, 2010:39).
b. Variable dependen dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam
pemilihan kelompok peminatan yang merupakan variable yang keberadaannya
bergantung pada pada variable bebas dimana variabel dependen merupakan
53
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel
bebas (Sugiyono, 2010:39).
3.8. Definisi Operasional Variable
3.8.1. Bimbingan Kelompok Teknik Home Room
Bimbingan kelompok teknik home room adalah bagian dari layanan
bimbingan dan konseling yang memanfaatkan dinamisasi kelompok dengan
menciptakan suatu hubungan yang lebih bersifat kekeluargaan seperti suasana
dirumah, keakraban, rasa senang, rasa aman dan rasa nyaman.
Adapun langkah-langkah pelaksanaan tindakan bimbingan kelompok teknik
home room yaitu:
1. Tahap pembentukan kelompok, yaitu tahapan membentuk dan mengumpulkan
beberapa siswa kedalam satu kelompok bimbingan yang siap dalam
mengembangkan dinamika kelompok untuk mencapai tujuan dari penelitian.
a. Mengungkapkan pengertian dan tujuan kegiatan kelompok dalam rangka
pelayanan bimbingan kelompok.
b. Menjelaskan cara-cara dan peraturan kelompok serta asas-asas kegiatan.
c. Saling memperkenalkan dan mengungkapkan diri.
d. Teknik home room.
e. Permainan penghangatan dan pengakraban.
2. Tahap peralihan, yaitu tahap untuk mengalihkan kegiatan awal kelompok pada
kegiatan selanjutnya, sehingga lebih terarah dan kejelasan tahap-tahapnya.
a. Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya.
b. Menawarkan sambil mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani
kegiatan pada tahap selanjutnya.
c. Membahas suasana yang terjadi.
d. Meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota.
e. Bila diperlukan kembali ke beberapa aspek tahap pertama.
54
3. Tahap kegiatan, yaitu tahapan inti untuk membahas topik-topik yang ditentukan
sesui dengan tujuan dari penelitian.
a. Masing-masing anggota secara bebas mengemukakan topik bahasan.
b. Menetapkan topik yang akan dibahas.
c. Anggota membahas topik secara mendalam dan tuntas.
d. Kegiatan selingan.
4. Tahap pengakhiran, yaitu tahapan akhir dari kegiatan untuk melihat kembali apa-
apa yang sudah dilakukan dan dicapai oleh kelompok, kepuasan pelaksaan
kegiatan, serta merencanakan kegiatan selanjutnya.
a. Pimpinan kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera berakhir.
b. Pimpinan kelompok dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan hasil-
hasil kegiatan.
c. Membahas kegiatan lanjutan.
d. Mengemukakan pesan dan harapan
3.8.2. Kemampuan Siswa dalam Memilih Kelompok Peminatan
Kemampuan siswa dalam memilih kelompok peminatan adalah kemampuan
siswa untuk menentukan kelompok peminatan mana yang sesuai dengan potensi
bakat dan minat mereka secara tepat, kelompok peminatan ini dipilihnya secara
mandiri dan bertanggung jawab.
Berikut ini faktor yang mempengaruhi pemilihan kelompok peminatan oleh
siswa adalah sebagai berikut:
1. Pemahaman tentang dirinya sendiri, berupa pemahaman akan potensi,
kemampuan, minat, bakat, sikap dan cita-cita siswa sendiri yang merupakan
dasar penentuan kelompok peminatan yang akan mereka pilih.
2. Pemahaman siswa tentang nilai-nilai yang ada dalam dirinya dan yang ada
dalam masyarakat.
3. Pemahaman siswa tentang lingkungan, Berupa pengetahuan siswa tentang
pendidikan dan kehidupan masyarakat, kekayaan daerah dan
55
pengembangannya serta informasi tentang propesi dan peran yang ada dalam
lingkungan masyarakat.
4. Dorongan dan hambatan, berupa faktor pribadi, faktor lingkungan dan faktor
dari orang lain yang mempu mendorong mapun yang menghambat
perkembangan hidupnya.
5. Perencanaan masa depan, berupa keinginan dan harapan siswa di masa yang
akan datang.
3.9. Teknik Pengumpulan Data
3.9.1. Tes
Tes adalah seperangkat pertanyaan, latihan dan alat lainnya yang digunakan
dalam mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat
(Arikunto, 2010:193 ). Adapun jenis tes yang digunakan adalah tes prestasi yang
mengukur pencapaian hasil pembelajaran yang diberikan kepada para siswa dan
dilakukan setelah tindakan pembelajaran yang diberikan. Adapun yang menjadi faktor
analisisnya adalah kemampuan siswa dalam pemilihan kelompok peminatan
berdasarkan aspek-aspek penentu kelompok peminatan siswa, yaitu; nilai raport, nilai
UN, prestasi non akademik, minat siswa, rekomendasi guru BK di SMP, dan hasil tes
bakat siswa tersebut.
3.9.2. Angket
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan seperangkap pertanyaan atau pernyataan secara tertulis dan harus diisi
oleh responden. Angket berupa pengumpulan data dari responden dalam proses
penelitian yang digunakan untuk memperoleh informasi mengenai hal-hal yang ingin
diketahui oleh peneliti (Sugiyono, 2011: 142). Jenis angket yang digunakan dalam
penelitian ini jenis angket tertutup karena jawaban angket sudah disediakan, hal ini
mempermudah responden dalam mengisi angket dimana responden hanya tinggal
memilih saja. Dalam penelitian ini jenis angket yang digunakan adalah jenis angket
semantik deferansial yaitu suatu metode penilaian dengan menggunakan beberapa
56
butir nilai yang dibentuk dalam satu garis kontinyu yang menyatakan secara verbal 2
kutub penilaian yang ekstrem, tes ini diperkenalkan oleh Charles Osgood (Widhiarso,
2013: 2). Dalam penelitian ini, angket semantik deferansial dilakukan terhadap siswa
mengenai sikap mereka dalam pemilihan kelompok peminatan. Penilaian sikap
bertujuan untuk mengetahui tingkat minat siswa dalam tiap mata pelajaran, sehingga
dapat dianaliasi ketepatan siswa dalam memilih kelompok peminatannya berdasarkan
data analisis dokumentasi siswa, hal ini dilakukan pada tiap siklus tindakan, sehingga
didapat nilai peningkatan dan penguatan kemampuan siswa dalam memilih kelompok
peminatan yang tepat dan sesuai dengan aspek peminatannya.
Adapun yang menjadi faktor analisisnya adalah sikap siswa terhadap semua
mata pelajaran yang ada dalam sekolah tersebut, yaitu:
1. Mata pelajaran Agama.
2. Mata pelajaran Pendidikan pancasila kewarganegaraan.
3. Mata pelajaran Senibudaya.
4. Mata pelajaran Prakarya disekolah.
5. Mata pelajaran Matematika.
6. Mata pelajaran Biologi.
7. Mata pelajaran Fisika.
8. Mata pelajaran kimia.
9. Mata pelajaran Geografi.
10. Mata pelajaran Sejarah.
11. Mata pelajaran ekonomi.
12. Mata pelajaran Sosiologi dan Antropobiologi.
13. Mata pelajaran Bahasa indonesia.
14. Mata pelajaran Bahasa inggris.
15. Mata pelajaran Bahasa dan Sastra Asing.
Dimana analisis faktor dari mata pelajaran tersebut dapat digambarkan nomor 1 s/d 4
adalah kelompok mata pelajaran wajib, nomor 5 s/d 8 adalah kelompok mata
57
pelajaran matematika dan sain, nomor 9 s/d 12 adalah kelompok mata pelajaran ilmu
sosial, dan nomor 12 s/d 15 adalah kelompok mata pelajaran ilmu bahasa dan sastra.
Analisis minat dilakukan dengan meminta responden untuk menyatakan
pendapatnya tentang serangkaian pertanyaan yang disiapkan oleh peneliti dan
berkaitan dengan obyek yang diteliti dalam bentuk nilai yang berada dalam rentang
dua sisi. Dalam penelitian setiap pertanyaan masing-masing diukur dalam sepuluh
skala dan ujung-ujungnya ditutup dengan kata sifat yang secara kontras berlawanan.
Jenjang penilaian dalam menganalisis data digunakan 10 rentang nilai, skor 1
s/d 5 berupa pernyataan negatif dan 6 s/d 10 adalah pernyataan positif, dimana
polanya adalah sebagai berikut :
1 10
Negatif positif
Validitas dan Reabilitas Angket
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen. Arikunto (2006: 223), validitas suatu instrumen
dapat ditinjau dari beberapa segi, yaitu:
1) Validitas ramalan (Predicty Validity)
2) Validitas bandingan (Concurent Validity)
3) Validitas isi (Content Validity)
4) Validitas susunan (Construct Validity)
Dalam penelitian ini penulis menggunakan validitas susunan (Construct
Validity), yaitu instrumen dikonstruksikan dengan para ahli dengan cara dimintai
pendapatnya mengenai aspek-aspek yang diukur berdasarkan teori tertentu, sejauh
mana angket tersebut mengukur konstruk atau trait teoretik yang ingin diukur.
Sedangkan metode yang digunakan untuk meneliti validitas konstruk dan reabilitas
adalah analisis faktor (Sugiyono, 2010: 125).
58
3.9.3. Observasi
Observasi adalah suatu metode yang dilakukan dalam pengumpulan data
penelitian melalui pengamatan langsung terhadap objek penelitian yang dilengkapi
dengan format dan blangko pengamatan sebagai instrumen, dimana format yang
disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan
terjadi (Arikunto, 2010: 272)
Metode observasi ini digunakan untuk mengetahui taraf keaktifan,
kenyamanan dan keterbukaan siswa dalam kegiatan pemberian layanan bimbingan
kelompok teknik home room. Teknik observasi yang digunakan dalam dalam
pengumpulan data penelitian ini adalah teknik observasi partisipan, dimana dalam
teknik ini peneliti melaksanakan observasi secara langsung dalam mengamati dan
mencatat objek penelitian, sehingga peneliti secara langsung bersama objek yang
diselidiki dan menjadi bagian dari kelompok penelitian. Sedangkan teknik observasi
dari segi instrumentasi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik
observasi terstruktur atau dapat disebut juga dengan teknik observasi sistematik,
dalam hal ini peneliti telah merancang secara sistematis tentang apa yang akan
diamati yang dilengkapi dengan kategori atau indikator yang akan diamati.
Dalam penelitian ini, yang akan diobservasi adalah pelaksanaan kegiatan
layanan bimbingan kelompok teknik home room, sedangkan yang menjadi indikator
observasi yaitu:
a. Ketertarikan mengikuti kegiatan.
b. Keterbukaan siswa.
c. Kenyamanan siswa mengikuti kegiatan.
d. Keaktifan mengemukakan pendapat.
e. Keakraban antar anggota.
f. Kepedulian sesama anggota.
Adapun dalam pelaksanaan observasi ini adalah observasi yang terstruktur
atau sistematis yang menggunakan kategori-kategori yang relatif rinci, maka untuk
memudahkan dalam melakukan observasi peneliti menggunakan alat berupa daftar
59
cek (check list) sehingga penilaian hanya dengan memberikan tanda cek ( ) untuk
pilihan kategori yang tepat, kemudian dari kategori ini diberikan skor untuk
memperoleh nilai keefektifan kegiatan layanan bimbingan kelompok teknik home
room yang telah diberikan.
Tabel 3.2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Proses Pemberian Layanan
Bimbingan Kelompok Teknik Home Room
No. Nama siswa Aspek penilaian Keterangan
a b c d e f
1.
2.
3.
4.
….. Seterusnya…..
Keterangan:
a. Ketertarikan mengikuti kegiatan.
b. Keterbukaan siswa.
c. Kenyaman siswa mengikuti kegiatan.
d. Keaktifan mengikuti kegiatan dengan bertanya dan berpendapat.
e. Keakraban antar anggota.
f. Kepedulian sesama anggota.
3.9.4. Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang berarti barang-barang tertulis.
Dalam arti yang lebih luas dokumentasi bukan hanya barang yang tertulis saja, namun
semua barang yang memuat nilai sejarah yang merupakan barang peninggalan yang
memuat data-data yang diperlukan, yaitu data-data yang berhubungan mengenai hal-
hal atau variabel. Data-data tersebut berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, leger, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2010: 202).
Dokumentasi dalam penelitian ini berupa data-data mengenai siswa yang
60
berhubungan dengan data yang akan diteliti. Hasil dari analisis data dokumentasi ini
berguna dalam membantu peneliti untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan
subjek penelitian dengan variabel penelitian.
Data-data dokumentasi yang diperlukan antara lain yaitu:
a. Data prestasi belajar peserta didik kelas VII, VIII dan IX serta nilai UN yang
diperoleh di SMP/MTS.
b. Data prestasi non-akademik yang diperoleh dari SD/MI s/d SMP/MTS. Minat
belajar peserta didik berdasarkan angket saat pendaftaran maupun pendataan.
c. Data dukungan orang tua yang telah dikomunikasikan terlebih dahulu.
d. Data diteksi potensi peserta didik berupa tes peminatan yang baru
dilaksanakan di SMA/SMK.
e. Data rekomendasi guru bimbingan dan konseling di SMP/MTS.
Adapun langkah-langkah dalam kegiatan dokumentasi penelitian ini yaitu:
1. Mengumpulkan data tentang subjek observasi.
2. Analisis data dokumen.
3. Serta menyimpulkan hasil analisis data.
3.10 Instrument Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian menggunakan teknis tes, dimana
tes ini digunakan untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan siswa dalam
memilih dan menentukan kelompok peminatannya secara mandiri dengan tepat dan
dianalisis sesuai dengan aspek penempatan kelompok peminatan. Tes awal
merupakan data awal yang menjadi pembanding peningkatan pada tiap siklus
tindakan yang diberikan. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket
jenis semantik defferensial, hasil angket sebagai data pembantu dalam penelitian yang
digunakan dalam mengukur aspek afektif siswa. Penelitian ini juga menggunakan
teknik observasi, hal ini dilakukan dalam setiap kegiatan siklus tindakan, sehingga
mendapat gambaran tentang keefektifitasan pelaksanaan. Dokumentasi digunakan
untuk mengenal lebih dalam lagi mengenai subjek penelitian dan sebagai aspek
61
pembanding peningkatan kemampuan pemilihan kelompok peminatan yang
dilakuakan siswa.
3.11. Teknik Analisis Data
3.11.1. Tes Kemampuan Pemilihan Kelommpok Peminatan
Analisis tes ini setelah dilakukannya tes dengan memberikan lember soal
angket peminatan mandiri kepada subjek penelitian, yang berisi soal-soal peminatan,
kemudian memerintahkan para siswa menjawab dengan benar jawaban pada lembar
soal tersebut pada bagian kolom jawaban. Kemudian dianalisis berdasarkan aspek
penempatan kelompok peminatan siswa, yaitu; nilai raport, nilai UN, prestasi non
akademik, minat siswa, rekomendasi guru BK di SMP, dan hasil tes bakat siswa
tersebut.
3.11.2. Angket Semantik Deferensial
Analisis ini dilakukan dengan meminta responden untuk menyatakan
pendapatnya tentang serangkaian pertanyaan yang disiapkan oleh peneliti dan
berkaitan dengan obyek yang diteliti dalam bentuk nilai yang berada dalam rentang
dua sisi. Didalam penelitian setiap pertanyaan masing-masing diukur dalam sepuluh
skala dan ujung-ujungnya ditutup dengan kata sifat yang secara kontras berlawanan.
Jenjang penilaian dalam menganalisis data digunakan 10 rentang nilai yang
mengikuti pola sebagai berikut :
1 10
Negatif positif
Dari rencana analisis tersebut diperoleh:
Skor maksimal tiap pernyataan adalah 10.
Skor minimal tiap pernyataan adalah 1.
Median dari skor tiap pernyataan adalah 0.5 (10-1) = 4.5
Kriteria sikap responden berdasarkan rata-rata skor:
62
Sikap Positif x ≥ 6
Sikap Negatif x ≤ 5
3.11.3. Observasi
Langkah-langkah yang dilakukan dalam mengobservasi tindakan layanan
bimbingan kelompok teknik home room adalah sebagai berikut:
a. Pemberian tanda check () pada tiap deskriptor dilembar observasi.
b. Kemudian nilai tersebut dirata-rata dan dipersentase dengan menggunakan rumus:
Keterangan:
nm = Jumlah item dicek dari setiap aspek dafta cek
N = Jumlah seluruh item dari aspek daftar cek
100 = Bilangan tetap.
c. Nilai aspek layanan bimbingan kelompok teknik hemo room dikonfersikan dengan
kategori:
Tabel 3.3. Katagori Tingkat aspek Pelaksanaan
(Arikunto, 2010:245)
No. Persentase Kategori
1. 80-100 Sangat baik
2. 60-79 Baik
3. 40-59 Cukup baik
4. 20-39 Kurang baik
5. 0-19 Sangat kurang baik
Aktivitas = %100xN
nm
63
3.11.4. Dokumentasi
Dalam kegiatan analisis dokumentasi, data-data dokumen tentang subjek
penelitian yang diperoleh dari sekolah tersebut dianalisis dan dilakukan penilaian.
Metode dokumentasi ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan pedoman
dokumentasi dan check-list dengan mengkatagorikan subjek peneliti kedalam
katagori tertentu sesuai variabel.
Adapun langkah analisisnya adalah sebagai berikut:
a. Pemberian tanda check () pada tiap deskriptor tabel analisis.
b. Kemudian nilai tersebut dirata-rata dan dipersentase dengan menggunakan rumus:
Keterangan:
nm = Jumlah item dicek dari setiap aspek dafta cek
N = Jumlah seluruh item dari aspek daftar cek
100 = Bilangan tetap.
c. Nilai aspek layanan penempatan dikonfersikan dengan kategori:
Tabel 3.4. Katagori Tingkat aspek Pelaksanaan Penempatan Kelompok Peminatan
No. Persentase Kategori
1. 80-100 Sangat tepat
2. 60-79 Tepat
3. 50-59 Cukup tepat
4. 20-49 Kurang tepat
5. 0-19 Sangat kurang tepat
Aktivitas = %100xN
nm
64
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. PERSIAPAN
4.1.1. Administrasi
a. Surat izin penelitian
Izin penelitian di sekolah dilakukan pada tanggal 09 Oktober 2013,
adapun surat izin penelitian ini terlebih dahulu membuat permohonan kepada
fakultas sebagai prosedur untuk melakuakan penelitian dengan memenuhi
persyaratan-persyaratan penelitian dalam membuat skripsi (tugas akhir),
dalam membuat surat izin penelitian ini, terlebih dahulu harus memiliki
persetujuan pembimbing skripsi dan ketua jurusan ilmu pendidikan FKIP
UNSRI sehingga telah melalui berbagai pertimbangan dan penyempurnaan
penelitian, surat izin penelitian ini juga harus melalui persetujuan dari dinas
pendidikan setempat dan persetujuan dari sekolah tempat akan melaksanakan
penelitian ini dilaksanakan, sehingga topik yang akan diteliti sesuai dengan
permasalahan yang di hadapi dalam dunia pendidikan.
b. Menghubungi guru bimbingan dan konseling
Setelah mendapatkan izin penelitian dari dosen pembimbing, fakultas,
dinas pendidikan setempat dan dari sekolah tempat penelitian, kemudian
peneliti menghubungi guru bimbingan dan konseling yang ada di sekolah
tersebut dan memohon kesediaan kerjasama dan arahan dalam pelaksaan
penelitian yang akan dilakukan peneliti.
4.1.2. Instrumen
a. Angket,
Jenis angket yang dipersipkan dalam penelitian ini adalah angket
tertutup karena jawaban angket sudah disediakan, hal ini mempermudah
responden dalam mengisi angket dimana responden hanya tinggal memilih
saja. Dalam penelitian ini jenis angket yang digunakan adalah jenis angket
64
65
semantik deferansial yaitu suatu metode penilaian dengan menggunakan
beberapa butir nilai yang dibentuk dalam satu garis kontinyu yang
menyatakan secara verbal 2 kutub penilaian yang ekstrem. Dalam penelitian
ini, angket semantik deferansial dilakukan terhadap siswa mengenai sikap
mereka dalam pemilihan kelompok peminatan. Penilaian sikap bertujuan
untuk mengetahui tingkat minat siswa dalam tiap mata pelajaran yang ada,
sehingga dapat dianaliasi ketepatan siswa dalam memilih kelompok
peminatannya melalui angket tersebut berdasarkan data analisis dokumentasi
siswa, hal ini dilakukan pada tiap siklus tindakan, sehingga didapat nilai
peningkatan dan penguatan kemampuan siswa dalam memilih kelompok
peminatan yang tepat dan sesuai dengan aspek peminatannya.
b. Observasi
Lembar observasi dipersipakan dengan berbagai pertimbangan yang
disesuaikan dengan data yang diinginkan peneliti, Dalam penelitian ini, yang
akan diobservasi adalah pelaksaan kegiatan layanan bimbingan kelompok
teknik home room, dimana kondisi suasanan yang ingin dimunculkan dalam
dinamisasi kelompok yaitu:
g. Ketertarikan mengikuti kegiatan.
h. Keterbukaan siswa.
i. Kenyaman siswa mengikuti kegiatan.
j. Keaktifan mengemukakan pendapat.
k. Keakraban antar anggota.
l. Kepedulian sesama anggota.
Adapun dalam pelaksanaan observasi ini adalah observasi yang
terstruktur atau sistematis yang menggunakan kategori-kategori yang relatif
rinci, maka untuk memudahkan dalam melakukan observasi peneliti
menggunakan alat berupa daftar cek (check list) sehingga penilaian hanya
dengan memberikan tanda check ( ) untuk pilihan kategori yang tepat,
66
kemudian dari kategori ini diberikan skor untuk memperoleh nilai keefektifan
kegiatan layanan bimbingan kelompok teknik home room yang telah
diberikan.
4.1.3. Subjek Penelitian dan Pembentukan Kelompok
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X yang ada di SMA
Negeri 1 Indralaya yang mempunyai permasalahan dalam menentukan minat
dan kariernya. Dalam penelitian ini tindakan diberikan kepada satu kelompok
bimbingan dengan jumlah anggota kelompok 9 orang. Penentuan subjek
penelitian ini berdasarkan hasil wawancara dengan guru bimbingan dan
konseling dan data dokumentasi siswa-siswi kelas X. Adapun nama-nama
siswa-siswi tersebut yaitu:
Tabel 4.1. Nama-Nama Anggota Kelompok Bimbingan
No. Nama Kelas Keterangan
1. Al- Fatur Sayid M. X IPA 1 Meminta bimbingan karier
2. A. Rizki Kurniawan X IPA 1 Ragu dalam kelompok peminatan
3. Ida Rosidah X IPS 2 Pindah dari kelas IPA
4. M. Agung Pandu P. X IPA 1 Hasil tes bakat di IPS
5. Nurlela X IPS 1 Ragu dalam kelompok peminatannya
6. Rian Hendarsyah B. X IPA 2 Pindah dari kelas IPS
7. Uliya Septiani X IPS 2 Ragu dalam kelompok peminatan
8. Yuli Wulandari X IPS 2 Ingin di peminatan IPA
9. Yessi Permata Sari X IPA 3 Ragu dalam kelompok peminatannya
67
Hasil dari wawancara yang dilakukan terhadap subjek penelitian , para
siswa tidak mampu melakukan kelompok peminatannya secara mandiri dan
tepat. Hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.2. Hasil wawancara kepada siswa mengenai komponen-komponen
peminatan
No. Nama Pemahaman diri Pemahaman kelompok
peminatan keterangan
1. Al- Fatur S. M. Tidak pahaman Tidak pahaman Tidak mampu
2. A. Rizki K. Tidak pahaman Tidak pahaman Tidak mampu
3. Ida Rosidah Tidak pahaman Tidak pahaman Tidak mampu
4. M. Agung P. P. Tidak pahaman Tidak pahaman Tidak mampu
5. Nurlela Tidak pahaman Tidak pahaman Tidak mampu
6. Rian H. B. Tidak pahaman Tidak pahaman Tidak mampu
7. Uliya Septiani Tidak pahaman Tidak pahaman Tidak mampu
8. Yuli Wulandari Tidak pahaman Tidak pahaman Tidak mampu
9. Yessi P. S. Tidak pahaman Tidak pahaman Tidak mampu
4.1.4. Data Awal
a. Angket peminatan
Penyebaran angket aspek afektif peminatan siswa, merupakan
pengumpulan data awal sebelum dilakukan tindakan yang dijadikan data awal.
b. Wawancara dengan guru bimbingan dan konseling
Wawancara dengan guru bimbingan dan konseling dilakukan untuk
mengetahui keadaan subjek penelitian, baik prestasi dan permasalahan yang
dihadapi siswa dalam pemilihan kelompok peminatannya. Hasil dari
wawancara ini adalah bahwa beberapa subjek penelitian telah mengalami
perpindahan kelompok peminatan, beberapa subjek penelitian ragu akan
kelompok peminatannya dan beberapa subjek penelitian ini juga masih sedikit
pemahaman tentang potensi dan bakat yang dimiliki, sehingga mengurangi
tingkat keberhasilan dalam penempatan kelompok peminatan yang dilakukan
sekolah. Hal ini tentu memunculkan keraguan dari siswa tersebut dan dari
pihak sekolah tentang ketepatan penempatan kelompok peminatan yang telah
dilakukan terhadap beberapa siswa.
68
c. Pengumpulan dokumen data subjek penelitian
Pengumpulan dokumen data subjek penelitian disesuaikan dengan data
yang akan dianalisis, dalam penelitian ini data yang ingin dicari mengenai
pemilihan kelompok peminatan, data ini diperoleh dari guru bimbingan dan
konseling di sekolah tersebut yang telah melakukan pengelompokan
peminatan. Adapun data-data dokumentasi yang telah dikumpulkan yaitu:
1) Data prestasi belajar peserta didik kelas VII, VIII dan IX serta nilai UN
yang diperoleh di SMP/MTS.
2) Data prestasi non-akademik yang diperoleh dari SD/MI s/d SMP/MTS.
Minat belajar peserta didik berdasarkan angket saat pendaftaran maupun
pendataan.
3) Data dukungan orang tua yang telah dikomunikasikan terlebih dahulu.
4) Data diteksi potensi peserta didik berupa tes peminatan yang baru
dilaksanakan di SMA/SMK.
5) Data rekomendasi guru bimbingan dan konseling di SMP/MTS.
d. Pengamatan kegiatan pemberian layanan bimbingan dan konseling yang telah
dilakukan di sekolah tersebut.
e. Pengamatan kegiatan pengelompokan peminatan yang telah dilakukan guru
bimbingan dan konseling di sekolah tersebut.
69
Adapun hasil analisis yang dilakukan penelti terhadap data awal yang
diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3. Analisis Data Awal Kemampuan Minat Siswa dalam Memilih Kelompok
Peminatannya
No. Nama kelas
Wawancara Dokumentasi (IPA/IPS)
Hasil Guru
BK siswa Raport
Minat
siswa
Minat
orang
tua
Tes
bakat
1. Al- Fatur S. M. X IPA 1 Ragu Ragu IPA Ragu IPA IPA Tidak mampu
2. A. Rizki K. X IPA 1 Ragu Ragu IPA Ragu IPA IPS Tidak mampu
3. Ida Rosidah X IPS 2 Ragu Ragu IPA Ragu IPA IPS Tidak mampu
4. M. Agung P. P. X IPA 1 Ragu Ragu IPA Ragu IPA IPS Tidak mampu
5. Nurlela X IPS 1 Ragu Ragu IPS Ragu IPS IPS Tidak mampu
6. Rian H. B. X IPA 2 Ragu Ragu IPA Ragu IPA IPS Tidak mampu
7. Uliya Septiani X IPS 2 Ragu Ragu IPS Ragu IPS IPS Tidak mampu
8. Yuli Wulandari X IPS 2 Ragu Ragu IPA Ragu IPA IPS Tidak mampu
9. Yessi P. S. X IPA 3 Ragu Ragu IPA Ragu IPA IPS Tidak mampu
4.1.5. Jadwal dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan selama dua kali siklus. Dengan tiap siklus
dua sampai tiga kali pertemuan. Dalam memberikan tindakan layanan,
penelitian ini akan dilaksanakan dalam dua minggu, penelitian dimulai dari
tanggal 8 oktober 2013 sampai tanggal 23 Oktober 2013. Penelitian ini akan
dilaksanakan di lingkungan SMA N 1 indralaya, tindakan layanan bimbingan
kelompok teknik home room ini dapat dilaksanakan di dalam ruangan maupun
di taman sekolah, dengan memperhatikan kenyamanan dan situasi yang
kondusip. Adapun tempat yang dapat dijadikan pelaksanakan penelitian ini
yaitu; mushola sekolah, ruang bimbingan dan konseling, gazebo sekolah,
taman di bawah pohon rindang dan tempat-tempat yang sesuai lainnya.
4.1.6. Bahan Materi
Bahan materi yang dipersiapkan dalam penelitian ini merupakan
materi yang berhubungan dengan topik-topik kelompok peminatan dan
kehidupan karier masa depan siswa. Bahan materi yang akan diberikan kepada
subjek penelitian ini dapat berupa materi tentang kelompok peminatan, cara
dan prosdur memilih kelompok peminatan, materi ini juga dapat mengacu
70
pada peket bimbingan karier yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan dalam rangka realisasi bimbingan dan karier. Bahan materi
dapat berupa pemahaman diri, nilai-nilai, pemahaman lingkungan, hambatan
dan cara mengatasi hambatan dan merencanakan masa depan. Semua ini akan
menjadi ideal apabila seluruh materi tersebut dapat diselesaikan sebelum
pelaksanaan pengelompokan peminatan.
4.1.7. Peralatan
Peralatan yang dipersiapkan dalam penelitian ini adalah berupa alat-alat
tulis, alas tempat duduk, makanan ringan, Perlengkapan game dan peralatan
lainnya yang dapat membantu dan mempermudahkan pelaksanaan penelitian.
4.2. PENYAJIAN DATA (SIKLUS I DAN II)
4.2.1. Siklus I
1. Perencanaan
Sebelum pelaksanaan tindakan pada siklus satu, peneliti membuat
perencanaan tindakan yang akan diberikan pada siswa. Dalam perencaan ini,
peneliti dapat merancang sekenario jalannya kegiatan dalam menumbuhkan
suasana yang diinginkan dan dalam usaha menimbulkan data-data yang
diinginkan peneliti. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan layanan
bimbingan kelompok dengan teknik home room, dengan memunculkan suasana
yang akrab dan menyenangkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
melakukan pemilihan kelompok peminatan secara tepat dan mandiri. Pada tiap
pertemuan, peneliti telah membuat perencaan mengenai topik bahasan yang akan
diberikan, jumlah pertemuan dan bentuk kegiatan pada tiap pertemuannya.
Adapun dalam perencaan siklus satu ini peneliti akan melakukan pertemuan
sebanyak dua kali pemberian layanan.
71
Tabel 4.4. Perencanaan Bimbingan Kelompok Siklus I
No. Pertemuan Topik
bahasan
Alokasi
waktu
Bentuk kegiatan
1. Pertemuan ke-
1
Kelompok
peminatan
45 menit - Pembasanan pengertian
Kelompok peminatan
- Pembahasan macam-macam
kelompok peminatan
- Pembahasan Faktor penentu
kelompok peminatan
- Pembahasan Kelompok mata
pelajaran wajib, peminatan dan
pilihan.
2. Pertemuan ke-
2
Kelompok
peminatan
60 menit - Pembasanan pengertian
Kelompok peminatan
- Pembahasan macam-macam
kelompok peminatan
- Pembahasan Faktor penentu
kelompok peminatan
- Pembahasan Kelompok mata
pelajaran wajib, peminatan dan
pilihan.
72
2. Pelaksaan Tindakan dan Pengamatan
Siklus pertama dilaksanakan pada tanggal 11 oktober 2013 sampai dengan
tanggal 14 oktober 2013, dengan jumlah pertemuan sebanyak dua kali. Pada
umumnya pembahasan diselenggarakan dengan alokasi 60 menit, namun dalam
pelaksaannya waktu yang digunakan pada tiap pertemuan berkurang kedua
menjadi 80 menit, hal ini dikarenakan siswa kurang memahami tentang
kelompok peminatan serta para anggota kelompok sangat antusias dalam
mengajukan pertanyaan kepada tutor atau peneliti. Untuk topik bahasan yang
dilaksanakan sesuai dengan perencaan yang dibuat. Yaitu
Tabel 4.5. kegiatan tindakan bimbingan kelompok siklus I
No. Pertemuan Topik
bahasan
Alokasi
waktu
Bentuk kegiatan
1. Pertemuan ke-1 Kelompok
peminatan
60 menit - Pembasanan pengertian
Kelompok peminatan
- Pembahasan macam-macam
kelompok peminatan
- Pembahasan Faktor penentu
kelompok peminatan
- Pembahasan Kelompok mata
pelajaran wajib, peminatan dan
pilihan.
2. Pertemuan ke-2 Kelompok
peminatan
70 menit - Pembasanan pengertian
Kelompok peminatan
- Pembahasan macam-macam
kelompok peminatan
- Pembahasan Faktor penentu
kelompok peminatan
- Pembahasan Kelompok mata
pelajaran wajib, peminatan dan
pilihan.
73
Berikut ini gambaran proses pelaksaan kegiatan bimbingan kelompok
peminatan yang telah dilaksanakan oleh peneliti pada setiap pertemuannya :
Pertemuan ke-1
1) Konteks
Fokus penelitian : Meningkatkan kemampuan siswa dalam memilih kelompok
peminatan
Topik bahasan : Mengenal pengertian kelompok peminatan
Waktu : Jum’at, 11 oktober 2013 / pukul 11.08 – 12.02
Tempat : Taman sekolah SMA N 1 Indralaya
Jumlah siswa : 6 (enam) orang
2) Rekaman fakta
a. Pembentukan
Peneliti membuka pertemuan dengan mengucapkan salam dan sapaan “apa
kabar semuanya” dan dijawab oleh semua siswa dengan antusias, dimana perhatian
peserta tertuju pada pembicara pada saat itu. Peneliti juga tidak lupa mengucapkan
terimakasih karena kehadiran seluruh peserta kelompok. Kemudian peneliti
memeriksa seluruh peserta dan didapatkan tiga peserta yang tidak dapat mengikuti
kegiatan dikarenakan ada persiapan lomba yang diikuti peserta tersebut. peneliti
membuka kegiatan dengan bersama-sama peserta secara resmi, dilanjutkan dengan
doa bersama. Selanjutnya peneliti memberikan gambaran umum kegiatan yang akan
dilaksanakan, mengungkapkan pengertian dan tujuan kegiatan kelompok dalam
rangka pelayanan bimbingan kelompok, menjelaskan cara-cara dan peraturan
kelompok serta asas-asas kegiatan sehingga seluruh anggota memahami apa yang
harus dilakukan dan apa yang tidak harus dilakukan. Kegiatan selanjutnya saling
memperkenalkan dan mengungkapakan diri masing-masing anggota.
Pada tahap pembentukan ini juga peneliti memberikan permainan
penghangatan dan pengakraban sehingga tumbuhnya minat anggota mengikuti
kegiatan, munculnya perasaan suasana kelompok, kelompok berupa keakraban,
nyaman, saling peduli, mengenal, percaya, menerima, dan saling membantu di antara
74
anggota. Adapun permainan penghangatan yang dilakukan yaitu “menjelaskan nama
karakter dan sifat masing-masing berdasarkan hurup dalam nama”. Para siswa diundi
sehingga menimbulkan ketegangan dan meningkatkan konsentrasi semua anggota.
Peneliti memberikan kalimat humor agar mencairkan ketegangan, sehingga seluruh
peserta terbuka dalam mengemukakan pendapatnya. Dalam permainan tersebut
sekaligus pengenalan peserta kepada seluruh anggota. Game ini mampu
meningkatkan suasana yang diinginkan dalam teknik home room yaitu keakraban.
Kegiatan pembentukan ini diakhir dengan peneliti membahas tentang tingkah
laku dan perasaan yang muncul pada peserta kelompok, dimana peserta merasa
senang dan menyetujui untuk melaksanakan kegiatan selanjutnya.
b. Peralihan
Pada tahap ini peneliti menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap
berikutnya. Dimana peneliti menawarkan sambil mengamati apakah para anggota
sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya dan membahas kembali suasana
yang terjadi, hal ini dilakukan untuk menarik dan memantapkan keikutsertaan peserta
untuk melanjutkan kegiatan. Para peserta menjawab semua dan secara kompak bahwa
mereka sepakat untuk ikut dan melanjutkan kegiatan.
c. Kegiatan
Sebelum membuka topik pembahasan, peneliti melakukan berbagai
pertanyaan terbuka terhadap siswa mengenai kelompok peminatan, pemahaman diri
dan komponen-kemponen dalam melakukan peminatan. pada awal penelitian ini
siswa tidak memahami pengertian dari kelompok peminatan, pengertian dan
pemahaman dari bakat, potensi, kemampuan dan minat yang dimilikinya, tentu saja
hal ini menyebabkan siswa tidak mempunyai kemampuan dalam menentukan
kelompok peminatannya sendiri.
Pk : “Oya sudah tau belum tentang kelompok peminatan?”
Seluruh anggota terdiam sebentar,
Rizki : “Pak kelompok peminatan itu apa ya?”
Nurlela : “Ia pak! Sebenarnya kelompok peminatan itu apa ya?”
75
Diawal kegiatan peneliti menjelaskan dan membuka topik mengenai
kelompok peminatan, peneliti mengajukan pertanyaan kepada para peserta apakah
mereka tahu apa yang dimaksud dengan kelompok peminatan, dari hasil jawaban
peserta, didapat bahwa banyak dari para anggota tidak mengerti mengenai apa yang
dimaksud dengan kelompok peminatan. Ada beberapa peserta yang mengajukan
pertanyaan kembali kepada peneliti “sebenarnya kelompok peminatan itu apa ya
pak?”. Selama kegiatan berlangsung, peneliti lebih banyak aktif menjelaskan dari
pengertian kelompok peminatan, terkadang para peserta mengajukan pertanyaan
kembali selama peneliti menjelaskan dan ada beberapa peserta yang ikut menjawab
dari pertanyaan peserta lainnya juga. Dalam penjelasan, terkadang peneliti
mengajukan pertanyaan kepada seluruh peserta dan hal ini dijawab oleh seluruh
peserta, namun ada beberapa siswa yang diam karena tidak tahu dikarenakan
kurangnya informasi yang dimiliki, sehingga munculnya pertanyaan-pertanyaan
lanjutan sesama peserta dan kepada peneliti,tentu saja hal ini membuat suasana lebih
hidup dan dinamis.
Pk : “Kelompok peminatan adalah kelompok pembelajaran sesuai dengan
disiplin ilmu tertentu, seperti IPA, IPS dan Bahasa”
Yessi : “Oh, seperti kelas IPA dan IPS ya pak”
Pk : “Ia Yessi, oya anak-anak kalau di sekolah ini ada kelompok pemintan
apa saja?”
Seluruh anggota : “Cuma IPA dan IPS pak!
Ida : “Oya pak, perbedaan antara kelompok peminatan sama jurusan itu
dimananya?”
Seluruh anggota : “Ia pak, bedanya dimana ya?”
Ulia : Sambil berbisik kepada Ida “oya Ida, kelas IPA dan kelas IPS kan
sama-sama belajar matematika, tapi jumlah jam pelarannya yang
berbeda?”
Ida : Sambil berbisik kepada Ulia, “ia Ulia, jumlah jam belajarnya yang beda ya!"
76
Selama kegiatan berlangsung, terkadang ada beberapa siswa yang aktif
bertanya dan aktif menjawab pertanyaan yang muncul dalam kelompok, ada juga
siswa yang membuat kegaduhan serta adanya pertentangan kecil mengenai pendapat
mereka masing-masing mengenai topik tersebut dikarenakan perbedaan pendapat.
Ketika ada siswa yang membuat kegaduhan dan keluar dari pembahasan topik yang
dibicarakan, peneliti meluruskan kembali pembahasan topik tersebut. Ada suatu
ketika peneliti dan peserta sedang menjelaskan dan mengeluarkan pendapatnya
mengenai topik kelompok peminatan dan ada beberapa siswa membuat kegaduhan,
peserta lain menasehati temannya, hal ini dikarenakan peserta yang menasehati
tersebut terganggu dan ia menginginkan peserta untuk fokus pada pembahasan serta
agar peserta lainnya untuk menghargai peneliti dan orang yang sedang berbicara.
Ketika ada kesempatan peneliti untuk berbicara, peneliti menesahati para peserta
untuk saling menghargai, peneliti membuat peraturan bahwa untuk peserta yang
bertanya menunjuk tangan dan hanya ada satu orang saja yang berbicara ketika
kegiatan berlangsung. Semua peserta menyepakati aturan tersebut, sehingga kegiatan
selanjutnya berjalan dengan kondusif.
Dalam pelaksaan kegiatan ini, terkadang peneliti membuat rasa humor untuk
mengatasi ketegangan diantara peserta, serta untuk menarik perhatian dari seluruh
para peserta. Hal ini membuat para peserta lebih terbuka dan tidak kaku dalam
Nurlela : “Oya teman-teman bisakah kalian diam sebentar, kan bapaknya lagi
menjelaskan” berbicara pelan kepada selruh anggota yang sedang ribut
Pk : “Kita harus menghormati teman kita yang sedang berbicara, kan tidak
enak bila kita yang berbicara tapi diacuhkan saja!”
Riski : “Jadi pelajaran pilihan itu bisa mengambil mata pelajaran dari
kelompok peminatan yang berbeda ya pak?”
Pk : “Ia Riski, kelompok peminatan IPA bisa mengambil mata pelajaran dari
kelompok pemintan IPS, dan sebaliknya.
77
mengajukan pendapat. Dalam penjelasannya juga peneliti sering memberi contoh-
contoh pengalaman dan tentu saja menarik peserta untuk mengajukan pertanyaan
diluar topik bahasan dan peneliti menjawab langsung secara singkat dan efektif.
d. Pengakhiran
Peneliti mengemukakan bahwa kegiatan akan segera berakhir. Selanjutnya
peneliti mengemukakan kesan dan hasil dari pelaksaan kegiatan. Kenudian peneliti
menugaskan untuk menuliskan kesan, pesan, saran, harapan dan kritik di selembar
kertas, selama sekitar lima menit semua siswasudah mengumpulkan lembar
tugasnya. Kemudian peneliti menugaskan para peserta untuk mencari bahan materi
mengenai pemahaman diri (bakat, minat, potensi dan kecerdasan) dan kelompok
peminatan kurikulum 2013, hal ini untuk memudahkan para peserta dalam
pembahasan dan diskusi pada pertemuan selanjutnya. Kemudian peneliti membahas
kegiatan lanjutan mengenai waktu dan tempat kegiatan selanjutnya serta topik yang
kan dibahas. Sebelum acara ditutup seluruh anggota berdoa bersama, kemudian
peneliti mengungkapkan ucapan terima kasih dan maaf bila terdapat kesalahan dan
diakhiri dengan salam.
3) Hasil pengamatan
a. Aspek teknik home room
1) Ketertarikan siswa dalam mengikuti kegiatan sangat antusias,hal ini
dikarenakan topik yang dibahas merupakan hal baru bagi para siswa tersebut.
2) Siswa mulai terbuka satu sama yang lainnya, hal ini disebabkan permaianan
penghangatan yang diberikan, namun belum terbuka seluruhnya dikarenakan
para peserta baru saling mengenal satu sama lainnya.
3) Kenyaman siswa mengikuti kegiatan mulai tampak, namun keegoisan
beberapa peserta menyebabkan siswa saling memotong pembicaraan peserta
yang sedang memberikan tanggapan dan pendapatnya.
4) Keaktifan semua peserta dalam memberikan tanggapan dan pertanyaan cukup
tinggi, dimana para peserta saling menonjolkan diri mereka masing-masing.
78
5) Keakraban peserta mulai terbentuk, namun masih sebatas teman yang sekelas,
hal ini dikarenakan peserta barumengenal satu sama lainnya.
6) Kepedulian antar peserta cukup rendah, hal ini karena tingkat keegoisan yang
tinggi
Aspek pemahaman topik bahasan
1) Siswa memahami pengetian dari kelompok peminatan, hal ini dengan
memberikan contoh seperti pada penjurusan kelas pada kurikulum
sebelumnya namun lebih dikembangkan lagi pada pengembangan minat
siswa.
2) Siswa mampu membagi berbagai macam kelompok peminatan yang ada, yaitu
kelompok peminatan sain, ips dan bahasa, namun pada sekolah yang mereka
tempati hanya terdapat dua kelompok peminatan yaitu ipa dan ips.
3) Siswa kurang memahami faktor apa saja yang menentukan dalam pemilihan
kelompok peminatan, namun hal ini sudah dijelaskan oleh peneliti dan
kurangnya penanggapan dan diskusi dikarenakan kurangnya pemahaman dan
informasi peserta.
4) Peserta mulai memahami mengenai kelompok mata pelajaran peminatan,
pelajaran wajib dan pelajaran pilihan.
4) Implikasi
1) Suasana yang akrab merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam
pelaksaan kegiatan bimbingan kelompok teknik home room, oleh sebab itu
peneliti perlu menciptakan suasana yang lebih hangat, nyaman dan
menyenangkan dalam menggali keterbukaan dan kekeluargaan antara sesama
anggota.
2) Penggunaan permainan penghangatan sangat diperlukan dalam mencairkan
suasana yang kaku dan menegangkan ketika pelaksanaan tindakan
berlangsung dalam menciptakan suasana yang diinginkan.
3) Siswa kurang memahami tentang topik pembahasan sehingga kedinamisan
kelompok kurang memuaskan. Oleh sebab itu perlunya perencanaan
79
penugasan dan perintah agar siswa memiliki informasi yang dapat dibahas
bersama pada kegiatanselanjutnya.
4) Tempat yang nyaman sangat mempengaruhi keberhasilan pelaksaan tindakan.
5) Penentuan waktu tindakan harus dibahas bersama untuk menentukan waktu
yang tepat dan sesuai dengan jadwal yang dimiliki peserta masing-masing.
6) Waktu pelaksaan tepat sangat mempengaruhi tingkat kehadiran peserta
kelompok.
Pertemuan ke-2
1) Konteks
Fokus penelitian : Meningkatkan kemampuan siswa dalam memilih kelompok
peminatan
Topik bahasan : Mengenal pengertian kelompok peminatan
Waktu : Senin, 14 Oktober 2013 / pukul 13.10-14.34
Tempat : Ruangan mushola sekolah SMA N 1 Indralaya
Jumlah siswa : 9 (Sembilan) orang
2) Rekaman fakta
a. Pembentukan
Peneliti membuka pertemuan dengan mengucapkan salam dan sapaan “apa
kabar semuanya” dan dijawab oleh semua siswa dengan antusias dan para peserta
tertuju pada pembicara pada peneliti. Peneliti juga tidak lupa mengucapkan
terimakasih karena kehadiran seluruh peserta kelompok. Kemudian peneliti
memeriksa seluruh peserta, dimana seluruh peserta dapat mengikuti kegiatan
dikarenakan telah waktu telah disepakati pada pertemuan pertama, dilanjutkan
dengan doa bersama. Selanjutnya peneliti memberikan gambaran umum kegiatan
yang akan dilaksanakan, mengungkapkan pengertian dan tujuan kegiatan kelompok
secara singkat, dikarenakan para peserta telah diberi penjelasan pada pertemuan
pertama, kemudian meminta peserta untuk menanyakan mengenai hal yan kurang
dimengerti, menjelaskan cara-cara dan peraturan kelompok serta asas-asas kegiatan
80
sehingga seluruh anggota memahami apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak
harus dilakukan. Kegiatan selanjutnya berkenalan kembali untuk lebih mengakraban
peserta.
Peneliti memberikan permainan penghangatan dan pengakraban sehingga
tumbuhnya minat anggota mengikuti kegiatan, munculnya perasaan suasana
kelompok, kelompok berupa keakraban, menyenangkan dan keterbukaan. Adapun
permainan penghangatan yang dilakukan yaitu “Memperagakan 10 macam propesi”
tanpa bersuara dan dengan satu gerakan berulang bagi tiap siswa. Para siswa diundi
sehingga menimbulkan ketegangan dan meningkatkan konsentrasi semua anggota.
Ketika peserta memperagakan salah satu propesi, peserta lainnya mencoba
menjawab dan ketika terjadi kesalahan para peserta saling teretawa lepas.
Permaianan ini mampu meningkatkan suasana yang diinginkan dalam pelaksaaan
teknik home room yaitu keakraban.
Kegiatan pembentukan ini diakhir dengan peneliti membahas tentang tingkah
laku dan perasaan yang muncul pada peserta kelompok, dimana peserta merasa
senang dan menyetujui untuk melaksanakan kegiatan selanjutnya.
b. Peralihan
Pada tahap ini peneliti menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap
berikutnya. Dimana peneliti menawarkan sambil mengamati apakah para anggota
sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya dan membahas kembali suasana
yang terjadi, hal ini dilakukan untuk menarik dan memantapkan keikutsertaan peserta
untuk melanjutkan kegiatan. Para peserta menjawab semua dan secara kompak bahwa
mereka sepakat untuk ikut dan melanjutkan kegiatan.
c. Kegiatan
Diawal kegiatan, peneliti membahas topik yang telah dilaksanakan pada
pertemuan sebelumnya. Dimana peneliti menjelaskan hasil pembahasan pertemuan
sebelumnya secara singkat. Kemudian peneliti mengajukan pertanyaan kepada para
peserta mengenai pengertian dari kelompok pemintan, didapat bahwa ada beberapa
siswa yang memahami pengertian dari kelompok peminatan dan memberikan
81
tanggapan terhadap pertanyaan yang diberikan, peneliti memberikan kesampatan
pada peserta tersebut menjelaskan kepada seluruh anggota dan peserta lainnya
menanggapinya secara bergantian. Peneliti menjelaskan topik yang akan dibahas
adalah mengenai kelompok peminatan, seperti topik pada pertemuan pertama, namun
kali ini akan dibahas secara mendalam dan rinci. Peneliti memberikan pertanyaan
kepada seluruh peserta apakah para peserta memahami seluruhnya mengenai
kelompok peminatan. Terlihat ekspresi dari seluruh peserta kelompok bahwa mereka
masih ragu-ragu mengenai pertanyaan dari peneliti dan sebagian peserta
menjawabnya dengan perkataan “belum terlalu tau kak”. Kemudian disepakati untuk
membahas ulang pengertian dari kelompok peminatan.
Selama kegiatan berlangsung, peneliti mencoba mengarahkan dan meluruskan
jawaban yang kurang tepat yang diutarakan peserta kelompok, terkadang para
peserta pun mengajukan pertanyaan kepada peneliti mengenai hal yang tak
diketauinya. Dalam penjelasan, terkadang peneliti mengajukan pertanyaan kepada
seluruh peserta dan hal ini dijawab oleh seluruh peserta, namun ada beberapa siswa
yang diam karena tidak tahu dikarenakan kurangnya informasi yang dimiliki dan ini
lebih terlihat pada siswa yang sebelumnya pada pertemuan pertama tidak hadir,
sehingga dengan munculnya suasana lebih hidup dan dinamis dengan keterbukaan
untuk mengemukakan pertanyaan maupun tanggapan sangat memberikan informasi
bagi peserta yang kurang memahami topik.
Pk : “Oya anak-anak, ada yang bisa membantu bapak menjelaskan
pengertian dari kelompok peminatan?”
Rizki : “Saya pak”
Nurlela : “Saya pak”
Pk : “Baiklah silahkan Rizki yang menjelaskannya lebih dahulu, kemudian Nurlela
juga nanti menjelaskannya ya!”
82
Agung : “Jadi kita bisa mengambil mata pelajaran dari jurusan yang berbeda ya
Nurlela?”
Nurlela : “IA Agung, misalnya jurusan IPS bisa mengambil mata pelajaran dari
jurusan IPA”
Rian : “Tapi sekarang kita kan belum ada pemilihan mata pelajaran lintas minat
ya?”
Yessi : “Oya Rian kata guru wali kelas kami, pelajaran pilihan nantinya sesuai
minat kita masing-masing, tapi baru diterapkan pada semester depan.”
Fatur : “Oya pak mata pelajaran sejarah umum yang kami pelajari sekarang itu
namanya pelajaran lintas minat ya? Padahal kami jurusan IPA”
Pk : “Oh, kalian ada mata pelajaran sejarahnya ya, tapi siapa yang
menentukannya?”
Rizki : “bukan kami yang memilihnya pak! Waktu kami masuk sekolah ini
sudah ada mata pelajarannya pak.”
Pk : “Menurut bapak itu yang namanya pelajaran lintas minat anak-anak, dan
kemungkinan untuk semester pertama ini langsung ditentukan oleh kebijakan
sekolahnya karena hal terntentu.”
Agung : “Pak, bagaimana caranya menentukan kelompok peminatan itu ya
pak?”
Pk : “Menurut kurikulum yang baru ini, dalam menentukan kelompok
peminatan yang harus diperhatikan sebelum memutuskannya yaitu: nilai
raport, nilai UN, prestasi yangsering didapat, minat belajar, rekomendasi
guru BK di SMP, dukungan orang tua dan hasil tes bakat.”
Rizki : “Pantasan awal masuk kemaren kami disuruh mengumpulkan raport ya
pak, dan juga ada tes bakatnya juga.”
83
Dengan jumlah peserta yang banyak dan keaktifan yang tinggi tentu membuat
kegaduhan, berbeda dengan pertemuan sebelumnya yang lebih sedikit, untuk siswa
yang membuat kegaduhan dan keluar dari pembahasan topik yang dibicarakan,
peneliti meluruskan kembali pembahasan topik tersebut. ketika peneliti dan peserta
sedang menjelaskan dan mengeluarkan pendapatnya mengenai topik kelompok
peminatan, ada beberapa siswa membuat kegaduhan, peserta lain menasehati
temannya, hal ini disebabkan ada beberapa siswa yang secara sadar menginginkan
bagi seluruh peserta untuk fokus pada pembahasan serta agar peserta lainnya untuk
menghargai peneliti dan orang yang sedang berbicara. Ada suatu ketika peserta sudah
terlalu ribut, sehingga peserta yang sedang menanggapi tidak terdengar suaranya,
peneliti menyuruh peserta yang menanggapi tersebut untukberhenti menjelaskan,
seluruh peserta kelompok diam seketika, peneliti sengaja mendiamkan beberapa saat.
Kemudian menasehati untuk mencipatakan suasan yang kondusif dengan berbicara
satu-satu setelah peneliti mempersilahkannya. Selesai menasehati peneliti kemudian
mempersilahkan peserta yang sedang menjelaskan tersebut untuk meneruskan
kembali kegiatannya.
Rizki : “Jadi bila harapan orang tua kita sama dengan jurusan yang kita minati
itu sangat mempengaruhi dukungan nantinya dalam menentukan karier
kita ya pak.”
Yessi : “benar pak kata Rizki, soalnya aku disusruh masuk kelas IPA, soalnya
orang tuaku mengharapkan aku jadi seorang dokter pak, dan setidaknya
jadi seorang perawat.”
Ulia : “Oya yuli kita kan sedang membahas kelompok peminatan, jadi jangan
ribut dong”
Yuli : “ia-ia” sambil menggerutu.
84
Dalam pelaksaan kegiatan ini, terkadang peneliti membuat rasa humor untuk
mengatasi ketegangan diantara peserta, serta untuk menarik perhatian dari seluruh
para peserta. Hal ini membuat para peserta lebih terbuka dan tidak kaku dalam
mengajukan pendapat. Dalam penjelasannya juga peneliti sering memberi contoh-
contoh pengalaman dan tentu saja menarik peserta untuk mengajukan pertanyaan
diluar topik bahasan dan peneliti menjawab langsung secara singkat dan efektif.
d. Pengakhiran
Peneliti mengemukakan bahwa kegiatan akan segera berakhir, namun terdapat
siswa yang menginginkan kegiatan dilanjutkan ke sesi sharing / bertukar pendapat
dan berdikusi diluar topik pembahasan. Selanjutnya peneliti mengemukakan kesan
dan hasil dari pelaksaan kegiatan, dilanjutkan dengan pengisian angket yang
sebelumnya dibagikan peneliti, terjadi kegaduhan pada saat pemberian angket
tersebut dan para siswa menganalisi lembar angket. Peneliti menjelaskan cara
pengisian angket tersebut seperti penyebarab angket ketika awal pertemuan
pembentukan kelompok sebagai data awal. Kemudian peneliti menugaskan untuk
menuliskan kesan, pesan, saran, harapan dan kritik dibalik lembar angket untuk
memudahkan peeliti menganalisis dan siswa pun dapat dengan cepat menulis tanpa
harus menyiapkan kertas terlebih dahulu, selama sekitar sepuluh menit semua
siswasudah mengumpulkan lembar tugasnya. Kemudian peneliti menugaskan para
peserta untuk mencari bahan materi kegiatan selanjutnya mengenai pemahaman diri
(bakat, minat, potensi dan kecerdasan), hal ini untuk memudahkan para peserta
dalam pembahasan dan diskusi pada pertemuan selanjutnya. Kemudian peneliti
membahas kegiatan lanjutan mengenai waktu dan tempat kegiatan selanjutnya.
Sebelum acara ditutup seluruh anggota berdoa bersama, kemudian peneliti
mengungkapkan ucapan terima kasih dan maaf bila terdapat kesalahan dan diakhiri
dengan salam.
85
3) Hasil pengamatan
Aspek teknik home room
1) Ketertarikan siswa dalam mengikuti kegiatan tidak seantusias pada
pertemuan pertama, hal ini dikarenakan topik sudah dibahas sebelumnya,
namun permainan penghangatan dapat membuat ketertariak siswa untuk
mengikuti kegiatan, hal ini disebabkan para peserta kegiatan ini
menyenangkan dan menambah wawasan mereka.
2) Siswa mulai terbuka satu sama yang lainnya, hal ini disebabkan permaianan
penghangatan yang diberikan, para peserta mulai saling mengenal satu sama
lainnya dan memahami sifat dan karakter satu sama lainnya.
3) Kenyaman siswa mengikuti kegiatan mulai tampak, namun keegoisan
beberapa peserta menyebabkan siswa saling memotong pembicaran peserta
yang sedang memberikan tanggapan dan pendapatnya, hal ini juga disebabkan
jumlah peserta yang lebih banyak dan hadir seluruhnya sehingga mengurangi
kontrol dari peneliti. Namun tingkat kenyaman siswa cukup tinggi, hal ini
dikarenakan siswa memiliki pola kebiasaan yang ribut sehingga mereka sudah
saling memahami dan terbiasa. Hal ini juga dikarenakan kontrol dari peneliti
yang membuat peraturan untuk berbicara satu-persatu.
4) Keaktifan semua peserta dalam memberikan tanggapan dan pertanyaan cukup
tinggi, dimana para peserta saling menonjolkan diri mereka masing-masing.
5) Keakraban peserta mulai terbentuk, dimana sikap simpati dan empati siswa
mulai terbentuk dalam kegiatan berlangsung.
6) Kepedulian antar peserta masih cukup rendah, hal ini karena tingkat keegoisan
yang tinggi dan kegaduhan yang terjadi lebih banyak dari pertemuan
pertama.
7) Pada pertemuan kedua ini kondisi peserta lebih ribut dikarenakan kurangnya
kemampuan kontrol peneliti terhadap peserta kelompok yang banyak.
86
Aspek pemahaman topik bahasan
1) Siswa memahami pengetian dari kelompok peminatan, hal ini dengan
memberikan contoh seperti pada penjurusan kelas pada kurikulum
sebelumnya namun lebih dikembangkan lagi pada pengembangan minat
siswa.
2) Siswa mampu membagi berbagai macam kelompok peminatan yang ada, yaitu
kelompok peminatan Sain, IPS dan Bahasa, namun pada sekolah yang mereka
tempati hanya terdapat dua kelompok peminatan yaitu IPA dan IPS.
3) Siswa mulai memahami faktor apa saja yang menentukan dalam pemilihan
kelompok peminatan, topik ini lebihnbanyak dibahas dikarenakan kurangnya
pemahaman dan informasi peserta pada topik tersebut.
4) Peserta memahami mengenai kelompok mata pelajaran peminatan, pelajaran
wajib dan pelajaran pilihan yang ada disekolah.
4) Implikasi
1) Suasana yang akrab merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam
pelaksaan kegiatan bimbingan kelompok teknik home room, oleh sebab itu
peneliti perlu menciptakan suasana yang lebih hangat, nyaman dan
menyenangkan dalam menggali keterbukaan dan kekeluargaan antara sesama
anggota.
2) Penggunaan permainan penghangatan sangat diperlukan dalam mencairkan
suasana yang kaku dan menegangkan ketika pelaksanaan tindakan
berlangsung dalam menciptakan suasana yang diinginkan.
3) Perencanaan penugasan dan perintah mencari bahan materi sangat berguna
dalam meningkatkan dinamisasi kelompok, dimana para peserta memiliki
banyak informasi yang dapat dibahas bersama dalam diskusi pembahasan.
4) Tempat yang nyaman sangat mempengaruhi keberhasilan pelaksaan tindakan.
5) Penentuan waktu tindakan harus dibahas bersama untuk menentukan waktu
yang tepat dan sesuai dengan jadwal yang dimiliki peserta masing-masing,
87
sehingga para pesertakelompok dapat hadir seluruhnya untuk mengikuti
kegiatan.
6) Waktu pelaksaan tepat sangat mempengaruhi tingkat kehadiran peserta
kelompok.
7) Kemampuan kontrol peneliti sangat mempengaruhi tingkat kondusifitas
selama jalannya kegiatan.
3. Reflaksi Siklus I
Reflaksi siklus I dilakukan setelah selesai implementasi satu paket tindakan
(satu siklus) dengan mengumpulkan semua data hasil pengamatan, wawancara, dan
angket siswa.
a. Dilihat dari Keberhasilan
Berdasarkan perekaman data didapat bahwa teknik home rome dalam
pemberian layanan bimbingan kelompok dapat membantu siswa memahami
mengenai topik yang dibahas dengan memanfaatkan dinamisasi kelompok.
Pelaksaaan teknik home room ini dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
memilih kelompok pemintannya, hal ini dapat dilihat dari data hasil angket pada
siklus pertama yang mengalami peningkatan minat setelah dilakukan pemberian
layanan tindakan sebesar 1,08 skor pada tiap mata pelajaran sesuai kelompok
peminatannya, dimana data angket kemampuan siswa dalam memilih kelompok
peminatan sebesar 7,11skor yang mengalami peningkatan pada hasil siklus pertama
menjadi 8,19 skor. Hasil angket dapat dilihat pada tabel berikut ini:
88
Tabel 4.6. Hasil Angket Peningkatan aspek afektif dalam Pemilihan Peminatan
No. Nama Kelas skor Kenaikan
skor Data awal Siklus I
1. Al- Fatur Sayid M. IPA 8,25 9,00 0,75
2. A. Rizki Kurniawan IPA 8,00 8,75 0,75
3. Ida Rosidah IPS 2,75 7,25 4,50
4. M. Agung Pandu P. IPA 7,00 7,75 0,75
5. Nurlela IPS 7,50 8,50 1,00
6. Rian Hendarsyah b. IPA 8,75 9,25 0,50
7. Uliya Septiani IPS 6,25 6,25 0,00
8. Yuli Wulandari IPS 7,50 8,50 1,00
9. Yessi Permata Sari IPA 8,00 8,50 0,50
Rata-rata skor penilaian 7,11 8,19 1,08
89
b. Dilihat dari Kegiatan Pelaksanaan
Sedangkan pada kegiatan tindakan yang dilaksanakan, situasi yang
diharapkan muncul pada aspek-aspek bimbingan kelompok teknik home room pada
pertemuan pertama yaitu: aspek ketertarikan 100 %, keterbukaan 67 %, kenyamanan
67 %, keaktifan 83 %, keakraban 33 % dan kepedulian 67 %. Rata-rata aspek yang
diingikan sebesar 70 %. Sehingga pelaksanaan tindakan pertama berjalan dengan
“baik”. Walaupun pada aspek keakraban terlaksana “kurang baik”, hal ini
dikarenakan peserta baru bertemu dan melakukan perkenalan. Untuk lebih rincinya
lihat tabel hasil observasi dibawah ini:
Tabel 4.7. Hasil Observasi Aspek Teknik Home Room pada Pertemuan Pertama
No. Aspek Jumlah
peserta
Aspek yang
muncul
persentasi Tingkat
peaksanaan
1. Ketertarikan 6 orang 6 peserta 100 % Sangat baik
2. Keterbukaan 6 orang 4 peserta 67 % Baik
3. Kenyamanan 6 orang 4 peserta 67 % Baik
4. Keaktifan 6 orang 5 peserta 83 % Baik
5. Keakraban 6 orang 2 peserta 33 % Kurang baik
6. kepedulian 6 orang 4 peserta 67 % baik
Rata-rata persentasi kemunculan 70 % baik
90
Pada pertemuan kedua, kemunculan aspek situasi yang diinginkan pada
bimbingan kelompok teknik home room yaitu: ketertarikan 100%, keterbukaan 67 %,
kenyamanan 100 %, keaktifan 83 %, keakraban 100 % dan kepedulian 100%. Hal
ini dapat disebut pelaksaan tindakan yang dilakukan terlaksana dengan “sangat baik”
dengan rata-rata aspek yang muncul sebesar 92 %. Untuk aspek keterbukaan bila
dilihat dari persentasi kemunculannya sebesar 67 %, ini memiliki perbedaan yang
ketara dengan aspek-aspek lainya. Hal ini dapat disebabkan dengan jumlah siswa
lebih banyak dari pada saat pertemuan pertama, pada pertemuan ini seluruh peserta
menghadiri pelaksaan kegiatan bimbingan kelompok yang dilakukan peneliti. Adapun
jumlah peserta yang hadir pada hari ini sebanyak 9 orang. Untuk lebih rincinya lihat
tabel hasil observasi dibawah ini:
Tabel 4.8. Hasil Observasi Aspek Teknik Home Room pada Pertemuan Kedua
No. Aspek Jumlah
peserta
Aspek yang
muncul
persentasi Tingkat
pelaksaan
1. Ketertarikan 9 orang 9 peserta 100 % Sangat baik
2. Keterbukaan 9 orang 5 peserta 67 % baik
3. Kenyamanan 9 orang 9 peserta 100 % Sangat baik
4. Keaktifan 9 orang 8 peserta 83 % Sangat baik
5. Keakraban 9 orang 9 peserta 100 % Sangat baik
6. kepedulian 9 orang 9 peserta 100 % Sangat baik
Rata-rata persentasi kemunculan 92 % Sangat baik
91
c. Dilihat dari Sisi Peserta
Pada pertemuan pertama, ada siswa yang tidak hadir mengikuti pelaksaan
kegiatan bimbingan kelompok yang dilakukan peneliti sebanyak tiga orang
dikarenakan peserta tersebut mengikuti perlombaan yang diadakan sekolah, sehingga
kegiatan tetap untuk dilanjutkan meskipun tidak dihadiri seluruh peserta kelompok.
Pada pertemuan pertama dan kedua, siswa sangat antusias mengikuti kegiatan,
karena baru pertama kali bimbingan kelompok yang dilakukan oleh seorang guru
disebabkan kepada mereka dan juga dikarenakan topik yang dibahas masih asing dan
merupakan informasi baru yang didengar oleh para peserta. Para peserta memiliki
sikap ego yang lumayan tinggi seperti siap menonjolkan diri dan ingin banyak
didengarkan. Pada pertemuan kedua dengan jumlah peserta yang hadir 9 orang,
tingkat kegaduhan pada pertemuan ini lebih tinggi dari pada pada pertemuan pertama,
hal ini karena jumlah siswa yang lebih banyak dan berkurangnya kemampuan kontrol
peneliti terhadap peserta.
d. Dilihat dari Sisi Perencaan
Tidak sesuainya alokasi waktu pada perencaan terhadap pelaksaaan, dimana
jumlah waktu pada perencanaa pertemuan pertama selama 45 menit menjadi 60
menit. Sedangkan pada perencanaan pertemuan kedua selama 45 menit menjadi 70
ment. Hal ini dikarenakan peneliti menggunakan contoh yang cukup rinci ketika
menjelaskan kepada para peserta kelompok dan penjelasan yang berulang-ulang
dikarenakan peserta kurang memahami topik pembahasan. Untuk jalannya kegiatan
sesuai dengan yang direncanakan.
e. Keputusan Hasil Refleksi
Berdasarakan refleksi siklus I maka diambil keputusan untuk melanjutkan ke siklus
ke II dengan perbaikan- perbaikan sebagai berikut:
1) Pengarahan dalam menumbuhkan sikap simpati dan empati dan saling
menghargai sangat diperlukan, hal ini dapat dilakukan dengan nasehat-nasehat
selingan.
92
2) Agar para peserta kelompok lebih kondusif dan saling menghargai maka peneliti
harus meningkatkan kemampuan dalam mengontrol peserta.
3) motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan bimbingan kelompok dapat
dikembangkan dengan kegiatan yang menyenangkan, menggunakan permainan
penghangatan diawal kegiatan sangat membantu tercipatanya suasana yang
diinginkan dan lebih hangat.
4) Agar pelaksaan kegiatan lebih dinamis, maka keaktifan diskusi harus ditingkatkan
dan tentu saja pemahaman dan informasi mengenai topik yang dimiliki peserta
harus banyak, hal ini dapat dilakuakan dengan cara pemberian tugas kepada
peserta untuk mencari bahan meteri mengenai topik pembahasan yang dilakukan
dlam pertemuan selanjutnya.
5) Perencaan bersama sangat mempengaruhi kegiatan dalam pertemuan selanjutnya.
Sehingga dalam pelaksaannya nantu dapat dilakukan dengan seefektif mungkin
dan seefisiensi mungkin.
6) Menjelaskan asas-asas bimbingan dan konseling pada awal pertemuan sangat
membantu dalam pelaksanaan kegiatan.
7) Diperlukannya aturan-aturan bersama dalam seluruh kegiatan, hal ini untuk
mengurangi dan mencegah munculnya tingkah laku negatif.
8) Memanfaatkan waktu dengan efektif dan efisiensi dapat mengurangi penggunaan
waktu yang sia-sia.
4.2.2. Siklus II
1. Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi penelitian pada siklus pertama, peneliti
memutusakan untuk memperbaiki langkah-langkah yang mengurangi kualitas
ataupun menanggulangi hambatan-hambatan yang kemungkinan muncul, seperti hal-
hal yang tidak diinginkan dan muncul pada siklus pertama. Hasil refleksi tersebut
akan dijadikan landasan perencaan pada siklus kedua, sehingga siklus kedua dapat
berjalan dengan baik. Sebelum pelaksanaan tindakan pada siklus kedua, peneliti
93
membuat perencanaan tindakan yang akan diberikan pada siswa. Dalam perencaan
ini, peneliti dapat merancang sekenario jalannya kegiatan dalam menumbuhkan
suasana yang diinginkan dan dalam usaha menimbulkan data-data yang diinginkan
peneliti. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan layanan bimbingan kelompok
dengan teknik home room, dengan memunculkan suasana yang akrab dan
menyenangkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam melakukan pemilihan
kelompok peminatan secara tepat dan mandiri. Pada tiap pertemuan, peneliti telah
membuat perencaan mengenai topik bahasan yang akan diberikan, jumlah pertemuan
dan bentuk kegiatan pada tiap pertemuannya. Adapun dalam perencaan siklus satu ini
peneliti akan melakukan pertemuan sebanyak tiga kali pertemuan pemberian
layanan. Adapun gambaran perencanaan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.9. Perencanaan bimbingan kelompok siklus II
No. Pertemuan Topik
bahasan
Alokasi
waktu Bentuk kegiatan
1. Pertemuan ke-1 Pemahaman
diri 60 menit
Diskusi pembahasan tentang
pengertian pemahaman diri, bakat,
minat, potensi dan cita-cita.
2. Pertemuan ke-2 Pemahaman
diri sendiri 60 menit
Diskusi pembahasan tentang
mengenal diri sendiri, memahami
bakat, potensi dan kemampuan
diri sendiri serta memahami cita-
cita dan minatnya sendiri,
3. Pertemuan ke-3
Memilih
kelompok
peminatan
60 menit
Menentukan kelompok peminatan
secara mandiri dan menentukan
mata pelajaran pilihannya sendiri.
94
2. Pelaksaan Tindakan dan pengamatan
Siklus II dilaksanakan pada tanggal 16 Oktober 2013 sampai dengan tanggal
21 Oktober 2013, dengan jumlah pertemuan sebanyak tiga kali. Pada umumnya
pembahasan diselenggarakan dengan alokasi 60 menit, namun dalam pelaksaannya
waktu yang digunakan pada tiap pertemuan bertambah jadi 70-90 menit, hal ini
dikarenakan game yang memerlukan waktu yang lama serta siswa kurang memahami
tentang kelompok peminatan serta para anggota kelompok sangat antusias dalam
mengajukan pertanyaan kepada tutor atau peneliti. Untuk topik bahasan yang
dilaksanakan sesuai dengan perencaan yang dibuat. Yaitu
Tabel 4.10. pelaksanaan bimbingan kelompok siklus II
No. Pertemuan Topik bahasan Alokasi
waktu
Bentuk kegiatan
1. Pertemuan ke-1 Pemahaman diri 90 menit Diskusi pembahasan tentang
pengertian pemahaman diri,
bakat, minat, potensi dan cita-
cita.
2. Pertemuan ke-2 Pemahaman diri
sendiri
60 menit Diskusi pembahasan tentang
mengenal diri sendiri,
memahami bakat, potensi dan
kemampuan diri sendiri serta
memahami cita-cita dan
minatnya sendiri,
3. Pertemuan ke-3 Memilih
kelompok
peminatan
70 menit Menentukan kelompok
peminatan secara mandiri dan
menentukan mata pelajaran
pilihannya sendiri.
95
Pertemuan ke-3
1) Konteks
Fokus penelitian : Meningkatkan kemampuan siswa dalam memilih kelompok
peminatan.
Topik bahasan : Pengertian pemahaman diri, bakat, minat, potensi dan cita-
cita.
Waktu : Rabu, 16 Oktober 2013 / pukul 12.17-13.50.
Tempat : Mushola sekolah SMA N 1 Indralaya.
Jumlah siswa : 3 (tiga) orang.
2) Rekaman fakta
a. Pembentukan
Peneliti membuka pertemuan dengan mengucapkan salam dan sapaan “apa
kabar semuanya” dan dijawab oleh semua siswa dengan antusias, dimana perhatian
peserta tertuju pada pembicara pada saat itu. Peneliti juga tidak lupa mengucapkan
terimakasih karena kehadiran seluruh peserta kelompok. Kemudian peneliti
memeriksa seluruh peserta dan didapatkan enam peserta yang tidak dapat mengikuti
kegiatan dikarenakan ada sebagian peserta yang mengikuti ujian tengah semester dan
lainnya remedial ujian. peneliti membuka kegiatan dengan bersama-sama peserta
secara resmi, dilanjutkan dengan doa bersama. Selanjutnya peneliti memberikan
gambaran umum kegiatan yang akan dilaksanakan, mengungkapkan pengertian dan
tujuan kegiatan kelompok dalam rangka pelayanan bimbingan kelompok secara
singkat, menjelaskan kembali cara-cara dan peraturan –peraturan kelompok serta
asas-asas kegiatan sehingga seluruh anggota memahami apa yang harus dilakukan
dan apa yang tidak harus dilakukan. Kegiatan selanjutnya saling memperkenalkan
dan mengungkapakan diri masing-masing anggota.
Pada tahap pembentukan ini juga peneliti memberikan permainan
penghangatan dan pengakraban sehingga tumbuhnya minat anggota mengikuti
kegiatan, munculnya perasaan suasana kelompok, kelompok berupa keakraban,
nyaman, saling peduli, mengenal, percaya, menerima, dan saling membantu di antara
96
anggota. Adapun permainan penghangatan yang dilakukan yaitu permainan
“pertanyaan kejujuran berkaitan perencanaan karier”. Para peserta yang mendapat
giliran mendapatkan pertanyaan dari seluruh peserta dan juga peneliti. Dalam
kegiatan ini seluruh peserta terbuka menceritakan perencaan kehidupan kariernya,
terkadang siswa menceritakan masalah kehidupannya yang bersifat lebih privasi
tentang keluarga dan ekonomi. Seluruh peserta menceritakan mimpi-mimpi dan cita-
cita yang diharapkannya, permasalahan yang menghambat impian mereka,
kemampuan, kelemahan dan kekuatan yang dimiliki mereka masing-masing. Rasa
simpati, empati, kepedulian dan keakraban tumbuh dalam diri seluruh peserta,
sehingga perasaan kekeluargaan timbul sangat kuat diantara peserta. Ketika siswa
menceritakan permasalah hidupnya ada salah satu peserta yang menangis dan ini
menimbulkan respon empati dari seluruh peserta dengan memberikan motivasi dan
dorongan. Permainan ini mampu meningkatkan suasana yang diinginkan dalam
teknik home room yaitu kekeluargaan.
Kegiatan pembentukan ini diakhir dengan peneliti membahas tentang tingkah
laku dan perasaan yang muncul pada peserta kelompok, dimana peserta merasa
terharu dan saling peduli. Kemudian peneliti menanyakan untuk melanjutkan
kegiatan ke tahap selanjutnya dan para peserta menyetujui untuk melaksanakan
kegiatan selanjutnya.
b. Peralihan
Pada tahap ini peneliti menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap
berikutnya. Dimana peneliti menawarkan sambil mengamati apakah para anggota
sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya dan membahas kembali suasana
yang terjadi, hal ini dilakukan untuk menarik dan memantapkan keikutsertaan peserta
Yessi : “cita-cita lela apa ya?”
Riski : “ia lela, cita-cita nurlela apa ya?”
Nurlela : “cita-cita lela sih ingin menjadi Dosen Bahasa atau Guru Bahasa”
97
untuk melanjutkan kegiatan. Para peserta menjawab semua dan secara kompak bahwa
mereka sepakat untuk ikut dan melanjutkan kegiatan.
c. Kegiatan
Diawal kegiatan peneliti menjelaskan dan membuka topik mengenai
pengertian pemahaman diri, bakat, minat, potensi dan cita-cita, peneliti mengajukan
pertanyaan kepada para peserta apakah mereka tahu apa yang dimaksud dengan
pengertian pemahaman diri, bakat, minat, potensi dan cita-cita, dari hasil jawaban
peserta, didapat bahwa banyak dari para menanggapi pertanyaan dari peneliti.
Kemudian penelliti meminta seluruh peserta untuk menerangkan pemahaman mereka
tentang topik yang dibahas secara bergantian. Kemudian peneliti memintas seluruh
peserta merangkung hasil pembahasan berdasarkan pemahaman masing-masing
peserta. Selama kegiatan berlangsung, peserta lebih banyak aktif menjelaskan dan
menanggapi topik bahasan, terkadang para peserta mengajukan pertanyaan kepada
peneliti tentang materi yang sulit mereka pahami. Dalam kegiatan layanan ini peneliti
lebih banyak memerintah dan melakukan pertanyaan dan para peserta secara sukarela
menjawab dan menanggapinya, sehingga suasana dalam kegiatan ini lebih hidup dan
dinamis.
Pk : “coba kalian jelaskan apa pengertian dari bakat menurut kalian sendiri!”
Nurlela: “bakat itu adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir pak”
Pk : “yups, benar lela. Kalau menurut yessi bagaimana?”
Yessi : “bakat itu kemampauan yang terpendam pak”
Pk : “Riski!”
Rizki : “bakat itu keahlian pada suatu bidang tertentu pak”
98
d. Pengakhiran
Peneliti mengemukakan bahwa kegiatan akan segera berakhir. Namun para
peserta menginginkan kegiatan untuk diteruskan dan peneliti mengusulkan agar
ditutup terelebih dahulu dan dilanjutkan dengan acara sharing-sharing, para peserta
menyetujui unutk meenutup acara kegiatan ini dan dilanjutkan dengan sharing-
sharing diluar topik setelah acara ditutup. Selanjutnya peneliti mengemukakan kesan
dan hasil dari pelaksaan kegiatan. Kemudian peneliti menanyakan kesan, pesan,
saran, harapan dan kritik kepada peneliti. Peserta menjawab dengan spontan bahwa
kegiatan ini menyenangkan dan menambah banyak informasi serta sangat akrab,
kemudian penaliti menugaskan untuk menuliskan kesan, pesan, saran, harapan dan
kritik di selembar kertas, selama sekitar lima menit semua siswasudah
mengumpulkan lembar tugasnya. Kemudian peneliti menugaskan para peserta untuk
memahami materi mengenai pemahaman diri (bakat, minat, potensi dan kecerdasan)
dan kelompok peminatan kurikulum 2013 serta memahami bakat, potensi dan minat
mereka masing-masing berdasarkan nilai raport SMP, nilai UN, piagam-piagam yang
dimiliki, cita-cita, dukungan orangn tua dan Hobby, hal ini untuk memudahkan para
peserta dalam pembahasan dan diskusi pada pertemuan selanjutnya. penugasan ini
juga diberikan kepada peserta yang tidak hadir pada pertemuan kali ini dengan
meminta para peserta yang hadir untuk memberi tahu teman-temannya yang tidak
hadir. Kemudian peneliti membahas kegiatan lanjutan mengenai waktu dan tempat
kegiatan selanjutnya serta topik yang kan dibahas. Sebelum acara ditutup seluruh
anggota berdoa bersama, kemudian peneliti mengungkapkan ucapan terima kasih dan
maaf bila terdapat kesalahan dan diakhiri dengan salam.
3) Hasil pengamatan
Aspek teknik home room
1) Ketertarikan siswa dalam mengikuti kegiatan sangat antusias,hal ini
dikarenakan topik yang dibahas merupakan hal yang dibutuhkan oleh peserta.
99
2) Siswa sangat terbuka satu sama yang lainnya, hal ini disebabkan permaianan
penghangatan yang diberikan oleh peneliti dan sikap peneliti yang penuh
penerimaan dan perhatian.
3) Kenyaman siswa mengikuti kegiatan sangat tampak,karena para peserta saling
menghargai dan saaling peduli satu sama lainnya.
4) Keaktifan semua peserta dalam memberikan tanggapan dan pertanyaan cukup
tinggi, karena seluruh peserta aktif memberikan tanggapan dan pertanyaan.
5) Peserta sangat akrab,hal ini dapat dilihat dari sikap peduli dan saling
memahami satu dengan yang lainnya serta seluruh peserta yang hadir sudah
saling mengenal.
6) Kepedulian antar peserta cukup tinggi, hal ini dapat dilihat dari sikap saling
memberika masukan dan motivasi terhadap permasalahan yang dihadapi
masing-masing.
Aspek pemahaman topik bahasan
1) Siswa memahami pengertian dari pemahaman diri, bakat, minat, potensi dan
cita-cita.
2) Topik pembahasan digali hingga mendalam dan tuntas.
4) Implikasi
1) Suasana yang akrab merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam
pelaksaan kegiatan bimbingan kelompok teknik home room, oleh sebab itu
peneliti perlu menciptakan suasana yang lebih hangat, nyaman dan
menyenangkan dalam menggali keterbukaan dan kekeluargaan antara sesama
anggota.
2) Penggunaan permainan penghangatan sangat diperlukan dalam mencairkan
suasana yang kaku dan menegangkan ketika pelaksanaan tindakan
berlangsung dalam menciptakan suasana yang diinginkan.
3) Siswa cukup memahami tentang topik pembahasan sehingga kedinamisan
kelompok cukup memuaskan. Oleh sebab itu perencanaan penugasan dan
perintah memahami terlebih dahulu tentang materi yang akan dibahas pada
100
kegiatan selanjutnya sangat membantu dalam pelaksaan kegiatan untuk
meningkatkan kedinamsisan kelompok.
4) Tempat yang nyaman sangat mempengaruhi keberhasilan pelaksaan tindakan.
5) Penentuan waktu tindakan harus dibahas bersama untuk menentukan waktu
yang tepat dan sesuai dengan jadwal yang dimiliki peserta masing-masing.
6) Waktu pelaksaan yang tidak tepat sangat mempengaruhi tingkat kehadiran
peserta kelompok, dimana pada pelaksaan pertemuan kali ini peserta sangat
sedikit yang hadir mengikuti pelaksanaan, hal ini dikarenakan jam belajar
siswa tidak dapat diganggu serta adanya pelajaran tambahan ketiak pulang
sekolah yang wajib diikuti peserta kelompok di sekolah tersebut.
Pertemuan ke-4
1) Konteks
Fokus penelitian : Meningkatkan kemampuan siswa dalam memilih kelompok
peminatan.
Topik bahasan : Mengetahui bakat, minat, potensi dan cita-cita yang dimiliki.
Waktu : Jum’at, 18 oktober 2013 / pukul 09.00-10.03.
Tempat : Ruang baca SMA N 1 Indralaya.
Jumlah siswa : 8 (delapan) orang.
2) Rekaman fakta
a. Pembentukan
Peneliti membuka pertemuan dengan mengucapkan salam dan sapaan “apa
kabar semuanya” dan dijawab oleh semua siswa dengan antusias, dimana perhatian
peserta tertuju pada pembicara pada saat itu. Peneliti juga tidak lupa mengucapkan
terimakasih karena kehadiran seluruh peserta kelompok. Kemudian peneliti
memeriksa seluruh peserta dan didapatkan satu peserta yang tidak dapat mengikuti
kegiatan tanpa kabar berita. peneliti membuka kegiatan dengan bersama-sama
peserta secara resmi, dilanjutkan dengan doa bersama. Selanjutnya peneliti
memberikan gambaran umum kegiatan yang akan dilaksanakan, mengungkapkan
101
pengertian dan tujuan kegiatan kelompok dalam rangka pelayanan bimbingan
kelompok secara singkat, menjelaskan kembali cara-cara dan peraturan –peraturan
kelompok serta asas-asas kegiatan sehingga seluruh anggota memahami apa yang
harus dilakukan dan apa yang tidak harus dilakukan. Kegiatan selanjutnya saling
memperkenalkan dan mengungkapakan diri masing-masing anggota.
Pada tahap pembentukan ini juga peneliti memberikan permainan
penghangatan dan pengakraban sehingga tumbuhnya minat anggota mengikuti
kegiatan, munculnya perasaan suasana kelompok, kelompok berupa keakraban,
nyaman, saling peduli, mengenal, percaya, menerima, dan saling membantu di antara
anggota. Adapun permainan penghangatan yang dilakukan yaitu permainan
“Menjelaskan Potensi, bakat dan minat yang dimiliki sendiri”, permainan ini
dilakukan bersarkan penugasan pada pertemuan sebelumnya . peserta diundi dengan
menggunakan penunjuk arah yang di letakkan ditengah- tengah lingkaran peserta,
Para peserta yang mendapat giliran, ditunjuk untuk menjelaskan Potensi, bakat dan
minat yang dimiliki dengan alasan yang tepat. Permainan ini mampu meningkatkan
suasana yang diinginkan dalam teknik home room yaitu keterbukaan dan
memudahkan dalam tahap kegiatanp membahasan topik untuk mengetahui potensi,
bakat dan minat yang dimiliki para peserta masing-masing.
Kegiatan pembentukan ini diakhir dengan peneliti membahas tentang tingkah
laku dan perasaan yang muncul pada peserta kelompok, dimana peserta merasa
senang dan merasa diperhatikan. Kemudian peneliti menanyakan untuk melanjutkan
kegiatan ke tahap selanjutnya dan para peserta menyetujui untuk melaksanakan
kegiatan selanjutnya.
b. Peralihan
Pada tahap ini peneliti menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap
berikutnya. Dimana peneliti menawarkan sambil mengamati apakah para anggota
sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya dan membahas kembali suasana
yang terjadi, hal ini dilakukan untuk menarik dan memantapkan keikutsertaan peserta
102
untuk melanjutkan kegiatan. Para peserta menjawab semua dan secara kompak bahwa
mereka sepakat untuk ikut dan melanjutkan kegiatan.
c. Kegiatan
Diawal kegiatan peneliti menjelaskan dan membuka topik mengenai
pengertian pemahaman diri, bakat, minat, potensi dan cita-cita berdasarkan hasil
pertemuan sebelumnya, peneliti mengajukan pertanyaan kepada para peserta apakah
mereka sudah tahu apa bakat, potensi dan minat yang dimilikinya, dari hasil jawaban
peserta, didapat bahwa sebagian dari peserta telah mengetahui apa bakat, potensi dan
minat yang mereka miliki. Kemudian peneliti menanyakan satu persatu peserta
tentang bakat, potensi dan minat yang dimiliki peserta, peserta menanggapi
pertanyaan peneliti dan menjelaskannya secara terperinci. Kemudian peneliti
meminta seluruh peserta menanggapi hasil dari pembahasan salah satu peserta yang
menjelaskan tentang bakat, potensi dan minatnya tersebut. Pembahasan bakat, minat
dan potensi masing-masing peserta dilakukan hingga seluruh siswa mendapat giliran
menjelaskan dan mendapatkan tanggapan dari seluruh peserta kelompok. Selama
kegiatan berlangsung, peserta lebih banyak aktif menjelaskan dan menanggapi topik
bahasan, terkadang para peserta mengajukan pertanyaan kepada peneliti apakah bakat
yang mereka sebutkan telah tepat dan sesuai dengan bakat yang dimilikinya, di akhir
penjelasan tiap peserta, peneliti dan seluruh peserta meramalkan bakat apa yang ada
pada tiap siswa tersebut berdasarkan analisi bakat, minat dan potensi yang ada pada
siswa tersebut. Dalam kegiatan layanan ini peneliti lebih banyak memerintah dan
melakukan pertanyaan dan para peserta secara sukarela menjawab dan
menanggapinya, ketika paneliti menerangkan, seluruh peserta mendengarkan dengan
penuh perhatian, sehingga suasana dalam kegiatan ini lebih hidup dan dinamis.
Pk : “Coba kalian jelaskan apa pengertian dari bakat menurut kalian
sendiri!”
Fatur : “Bakat itu adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir pak”
Pk : “Yups, benar fatur. Kalau menurut Uliyabagaimana?”
Uliya : “Bakat itu kemampuan yang terpendam pak”
Pk : “Riski!”
Rizki : “bakat itu keahlian pada suatu bidang tertentu pak”
103
Pk : “Coba kalian jelaskan apa pengertian dari minat menurut kalian sendiri!
coba Yuli jelaskan!”
Yuli : “Minat itu kemauan yang berasal dari dalam diri seseorang pak”
Pk : “Ok, bagus jawabanmu Yuli. Kalau menurut Agung bagaimana?”
Agung : “Minat adalah rasa senang dan tidak senang terhadap sesuatu pak”
Pk : “Kalau menurut Rian minat itu apa ya!”
Rian : “Oya pak minat itu adalah sumber motivasi untuk seseorang memilih
hal tertentu atau melakukan sesuatu”
Pk : “Coba kalian jelaskan apa pengertian dari potensi menurut kalian
sendiri! Yang pertama kali menjelaskan adalah……Coba Rizki
menjelaskannya!”
Riski : “Potensi adalah kemampuan yang terlihat maupun yang tak terlihat dan
itu belum secara maksimal, sehingga bisa dikembengkan lagi pak”
Pk : “Tepat jawabanmu Rizki. Menurut Agung penjelasan dari potensi itu
apa?”
Agung : “Potensi itu adalah kekuatan maupun keahlian yang belum berkembang
secara maksimal juga pak”
Pk : “Coba Yessi beri kesimpulan tentang pengertian dari bakat yang sudah
dijelaskan oleh teman-teman yang lain!”
Yessi : “Kesimpulannya adalah bakat merupakan kemampuan yang terpendam
yang dibawa sejak lahir dimana bila dikembangkan secara maksimal
maka orang tersebut akan menjadi seorang yang profesional dibidang
tertentu dan menguasai bidang tersebut secara mendalam atau ahli”
104
d. Pengakhiran
Peneliti mengemukakan bahwa kegiatan akan segera berakhir. Kemudian
peneliti menanyakan kesan, pesan, saran, harapan dan kritik kepada peneliti. Peserta
menjawab dengan spontan bahwa kegiatan ini menyenangkan dan menambah banyak
informasi serta sangat akrab, kemudian penaliti menugaskan untuk menuliskan
kesan, pesan, saran, harapan dan kritik di selembar kertas, selama sekitar lima menit
semua siswasudah mengumpulkan lembar tugasnya. Kemudian peneliti menugaskan
para peserta untuk memahami materi mengenai pemahaman diri (bakat, minat,
potensi dan kecerdasan) dan kelompok peminatan kurikulum 2013, hal ini untuk
memudahkan para peserta dalam pembahasan dan diskusi pada pertemuan
selanjutnya. Kemudian peneliti membahas kegiatan lanjutan mengenai waktu dan
tempat kegiatan selanjutnya serta topik yang kan dibahas. Sebelum acara ditutup
seluruh anggota berdoa bersama, kemudian peneliti mengungkapkan ucapan terima
kasih dan maaf bila terdapat kesalahan dan diakhiri dengan salam.
3) Hasil pengamatan
Aspek teknik home room
1) Ketertarikan siswa dalam mengikuti kegiatan sangat antusias,hal ini
dikarenakan topik yang dibahas merupakan pemahaman tentang diri pesert itu
sendiri..
2) Siswa sangat terbuka satu sama yang lainnya, hal ini disebabkan permaianan
penghangatan yang menuntut semua peserta untuk lebih terbuka menjelaskan
tentang dirinya sendir.
3) Kenyaman siswa dalam mengikuti kegiatan tampak munncul, karena para
siswa sudah saling akrab dan saling mengenal satu dengan yang lainnya.
4) Keaktifan semua peserta dalam memberikan tanggapan dan pertanyaan cukup
tinggi, karena seluruh peserta aktif memberikan tanggapan dan pertanyaan
serta peserta menjelaskan dengan rinci tentang dirinya kepada seluruh peserta.
5) Peserta cukup akrab,hal ini dapat dilihat dari sikap peduli dan saling
memahami satu dengan yang lainnya serta seluruh peserta yang hadir sudah
105
saling mengenal, hail ini dapat dilihat dari para peserta saling menanggapi
penjelasan dari peserta lainya.
6) Kepedulian antar peserta cukup tinggi, hal ini dapat dilihat dari sikap saling
memberika masukan,arahan dan motivasi mengenai bakat yang dimiliki
masing-masing peserta.
Aspek pemahaman topik bahasan
1) Siswa sudah mengetahui ramalan bakat, minat dan potensi masing-masing.
2) Topik pembahasan digali hingga mendalam dan tuntas.
4) Implikasi
1) Suasana yang akrab merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam
pelaksaan kegiatan bimbingan kelompok teknik home room, oleh sebab itu
peneliti perlu menciptakan suasana yang lebih hangat, nyaman dan
menyenangkan dalam menggali keterbukaan dan kekeluargaan antara sesama
anggota.
2) Penggunaan permainan penghangatan sangat diperlukan dalam mencairkan
suasana yang kaku dan menegangkan ketika pelaksanaan tindakan
berlangsung dalam menciptakan suasana yang diinginkan.
3) Siswa cukup memahami tentang topik pembahasan sehingga kedinamisan
kelompok cukup memuaskan. Oleh sebab itu perencanaan penugasan dan
perintah memahami terlebih dahulu tentang materi yang akan dibahas pada
kegiatan selanjutnya sangat membantu dalam pelaksaan kegiatan untuk
meningkatkan kedinamsisan kelompok.
4) Tempat yang nyaman sangat mempengaruhi keberhasilan pelaksaan tindakan.
5) Penentuan waktu tindakan harus dibahas bersama untuk menentukan waktu
yang tepat dan sesuai dengan jadwal yang dimiliki peserta masing-masing.
6) Waktu pelaksaan yang tepat sangat mempengaruhi tingkat kehadiran peserta
kelompok, dimana pada pelaksaan pertemuan kali ini peserta banyak yang
menghadiri dan mengikuti pelaksanaan. namun ada satu peserta yang tidak
hadir tanpa kabar berita, kemungkinan ada kesibukan pribadi yang mendesak.
106
Pertemuan ke-5
1) Konteks
Fokus penelitian : Meningkatkan kemampuan siswa dalam memilih kelompok
peminatan.
Topik bahasan : Menentukan kelompok peminatan secara mandiri dan
menentukan mata pelajaran pilihannya sendiri.
Waktu : Senin, 21 Oktober 2013 / pukul 09.00-10.13.
Tempat : Taman sekolah SMA N 1 Indralaya.
Jumlah siswa : 7 (tujuh) orang.
2) Rekaman fakta
a. Pembentukan
Peneliti membuka pertemuan dengan mengucapkan salam dan sapaan “apa
kabar semuanya” dan dijawab oleh semua siswa dengan antusias, dimana perhatian
peserta tertuju pada pembicara pada saat itu. Peneliti juga tidak lupa mengucapkan
terimakasih karena kehadiran seluruh peserta kelompok. Kemudian peneliti
memeriksa seluruh peserta dan didapatkan dua peserta yang tidak dapat mengikuti
kegiatan dikarenakan ikut perlombaan. peneliti membuka kegiatan dengan bersama-
sama peserta secara resmi, dilanjutkan dengan doa bersama. Selanjutnya peneliti
memberikan gambaran umum kegiatan yang akan dilaksanakan, mengungkapkan
pengertian dan tujuan kegiatan kelompok dalam rangka pelayanan bimbingan
kelompok secara singkat, menjelaskan kembali cara-cara dan peraturan –peraturan
kelompok serta asas-asas kegiatan sehingga seluruh anggota memahami apa yang
harus dilakukan dan apa yang tidak harus dilakukan. Kegiatan selanjutnya saling
memperkenalkan dan mengungkapakan diri masing-masing anggota.
Pada tahap pembentukan ini juga peneliti memberikan permainan
penghangatan dan pengakraban sehingga tumbuhnya minat anggota mengikuti
kegiatan, munculnya perasaan suasana kelompok, kelompok berupa keakraban,
nyaman, saling peduli, mengenal, percaya, menerima, dan saling membantu di antara
anggota. Adapun permainan penghangatan yang dilakukan yaitu permainan “urutan
107
angka”, dimana peserta mengurutkan angka-angka dengan kelipatan tertentu. Peserta
bergantian berputar searah jarum jam menyubutkan angka-angka. Ketika siswa telat
atau lambat menyebutkannya, siswa tersebut mendapat hukuman setelah ada dua
peserta lainnya yang mendapat hukuman juga, mereka disuruh berdiri ditengah
lingkaran untuk bernyanyi dan menari. Seluruh peserta merasa senang dengan
permainan ini sehingga mencairkan susana yang kaku.
Kegiatan pembentukan ini diakhir dengan peneliti membahas tentang tingkah
laku dan perasaan yang muncul pada peserta kelompok, dimana peserta merasa
senang. Kemudian peneliti menanyakan untuk melanjutkan kegiatan ke tahap
selanjutnya dan para peserta menyetujui untuk melaksanakan kegiatan selanjutnya.
b. Peralihan
Pada tahap ini peneliti menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap
berikutnya. Dimana peneliti menawarkan sambil mengamati apakah para anggota
sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya dan membahas kembali suasana
yang terjadi, hal ini dilakukan untuk menarik dan memantapkan keikutsertaan peserta
untuk melanjutkan kegiatan. Para peserta menjawab semua dan secara kompak bahwa
mereka sepakat untuk ikut dan melanjutkan kegiatan.
c. Kegiatan
Pada awal kegiatan peneliti menjelaskan dan membuka topik mengenai
pengertian pemahaman diri, bakat, minat, potensi dan cita-cita berdasarkan hasil
pertemuan sebelumnya, peneliti mengajukan pertanyaan kepada para peserta apakah
mereka sudah tahu apa bakat, potensi dan minat yang dimilikinya, dari hasil jawaban
peserta, didapat bahwa sebagian dari peserta telah mengetahui apa bakat, potensi dan
minat yang mereka miliki. Kemudian peneliti menanyakan satu persatu peserta
tentang bakat, potensi dan minat yang dimiliki peserta, seluruh peserta menanggapi
pertanyaan peneliti dan menjelaskannya secara singkat. Kemudian peneliti memulai
pembahasan mengenai cara memilih kelompok peminatan. Pertama kali yang dibahas
dalam kegiatan ini adalah cara dalam menentukan kelompok peminatan, syarat-syarat
memililih kelompok peminatan tertentu seperti sebagai pilihan pertamanya siswa
108
harus mengetahui jika memiliki nilai rata-rata Mata pelajaran yang ia minati pada
semester 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan UN ≥ 7,00 dan nilai mata pelajaran yang ia minati lebih
tinggi dari pada mata pelajaran peminatan lainnya , memiliki Prestasi Non Akademik
yang relevan dengan bidang mata pelajaran yang ia minati (dapat berupa piagam
terbanyak yang dimiliki), dukungan dan perhatian orang tua, rekomendasi dari guru
disebabkan SMP/MTs dan relevan dengan hasil tes bakat dan minat. Kemudian
peneliti memberikan kertas kosong kepada peserta, setelah seluruh peserta
mendapatkan kertas kosong, kemudian peneliti menegaskan para peserta untuk
menyebutkan dan menuliskankelompok peminatan mana yang nilai terbesar dalam
raport ketika di SMP/MTs, piagam yang didominasi dan relevan dengan salah satu
kelompok peminatan, kelompok peminatan yang diharapkan orang tua, rekomendasi
dari guru disebabkan di SMP/MTs, dan data hasil tes bakat dan minat, serta cita-cita
yang diharapkan peserta. setelah semua peserta mengisi tugas yang diberikan peneliti,
peneliti meminta agar para siswa menentukan dan menuliskan kelompok peminatan
mana yang sesuai dengan bakat, potensi dan minat yang dimiliki. Kemudian peneliti
meminta para perserta kelompok untuk menceritakan hasil tugas tersebut kepada
seluruh peserta dengan penjelasannya serta meminta untuk semua peserta
menanggapinya. Pembahasan ini dilakukan satu-persatu para peserta mengenai
kelompok peminatan yang sudah ditentukannya, sampai seluruh peserta kebagian
untuk membahas kelompok peminatannya masing-masing.
Rizki : “Saran dari saya untuk Yuli sebaiknya Yuli memilih kelompok
peminatan yang sesuai dengan bakat yang dimiliki oleh Yuli sendiri, hal
itu kan sudah terlihat dari nilai raport, nilai UN dan hasil tes bakat,
meskipun orang tua Yulli menginginkan di kelompok peminatan Sains
dan mengarahkan Yuli masuk ke Fakultas kedokteran yang nantinya
membuat Yulli sulit mengukuti pelajaran kan malah menjadi beban dan
masalah nantinya”
109
Diakhir tahap kegiatan ini, peneliti melakukan evaluasi pemahaman siswa
terhadap topik yang dilakukan dengan memberikan tes kemampuan siswa dalam
melakukan pemilihan kelompok peminatan secara mandiri berdasarkan komponen
dalam menentukan kelompok peminatannya.
Dalam kegiatan layanan ini peneliti lebih banyak memerintah dan menanggapi
hasil penjelasan peserta dan ikut menanggapinya kelompok peminatan yang telah
ditentukan oleh para peserta. hal ini dilakukan agar kegiatan berjalan dengan baik dan
efektif, serta mengurangi kesalahan para peserta dalam mementukan pilihannya
terhadap kelompok peminatannya.
d. Pengakhiran
Peneliti mengemukakan bahwa kegiatan akan segera berakhir. Kemudian
peneliti menanyakan kesan, pesan, saran, harapan dan kritik kepada peneliti. Peserta
menjawab dengan spontan bahwa kegiatan ini menyenangkan dan menambah banyak
informasi serta para peserta yakin dengan kelompok peminatan yang dipilihya.
Kemudian peneliti mengajak para peserta untuk berdiri dan bernyanyi bersama.
Setelah bernyanyi bersama dan duduk kembali, peneliti menerangkan bahwa kegiatan
Yessi : “Menurut Yessi pribadi bila pilihan kelompok peminatan yang dipilih
oleh Lela cukup tepat, soalnya sudah sesuai dengan minat yang
dimilikinya, itu juga sesuai dengan cita-cita lela nantinya yang ingin
menjadi akuntansi”
Fatur : “Setelah dipertimbangkan, saran dari Nurlela tadi bisa saya terima,
memang sebaiknya saya harus menguasai mata pelajaran sains, terlebih
lagi mata pelajaran biologi. Karena dalam jurusan kedokteran pelajaran
biologi sangat dibutuhkan, termasuk juga pelajaran kimia. Dan untuk
masuk jurusan kedokteran itu cukup sulit apa lagi buku mata kuliahnya
banyak dari bahasa inggris, jadi saya harus menguasai lagi bidang-bidang
ilmu tersebut”
110
bimbingan kelompok ini berakhir dan tidak diadakan lagi kedepannya bersama
dengan peneliti. Para peserta menanggapinya dengan nada kecewa dan mengharapkan
masih ada pertemuan-pertemuan seperti ini untuk selanjutnya dan peneliti
menanggapi dan menjelaskan dengan alasan terbaik agar para peneliti tidak begitu
kecewa. Sebelum acara ditutup seluruh anggota berdoa bersama, kemudian peneliti
mengungkapkan ucapan terima kasih dan maaf bila terdapat kesalahan dan diakhiri
dengan salam.
3) Hasil pengamatan
Aspek teknik home room
1) Ketertarikan siswa dalam mengikuti kegiatan sangat antusias,hal ini
dikarenakan topik yang dibahas merupakan pemahaman tentang diri peserta
itu sendiri..
2) Siswa sangat terbuka satu sama yang lainnya, hal ini disebabkan permaianan
penghangatan yang menuntut semua peserta untuk lebih terbuka menjelaskan
tentang dirinya sendiri.
3) Kenyaman siswa dalam mengikuti kegiatan tampak munncul, karena para
siswa sudah saling akrab dan saling mengenal satu dengan yang lainnya serta
fokus dalam pembahasan.
4) Keaktifan semua peserta dalam memberikan tanggapan dan pertanyaan cukup
tinggi, karena seluruh peserta aktif memberikan tanggapan dan pertanyaan
serta peserta menjelaskan dengan rinci tentang dirinya kepada seluruh peserta.
5) Peserta cukup akrab,hal ini dapat dilihat dari sikap peduli dan saling
memahami satu dengan yang lainnya serta seluruh peserta yang hadir sudah
saling mengenal, hail ini dapat dilihat dari para peserta saling menanggapi
penjelasan dari peserta lainya.
6) Kepedulian antar peserta cukup tinggi, hal ini dapat dilihat dari sikap saling
memberika masukan,arahan dan motivasi mengenai bakat yang dimiliki
masing-masing peserta.
111
Aspek pemahaman topik bahasan
1) Siswa sudah mampu menentukan dalam memilih kelompok peminatannya.
2) Topik pembahasan digali hingga tuntas.
3) Para peserta yakin akan kelompok peminatan yang dipilihnya
4) Implikasi
1) Suasana yang akrab merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam
pelaksaan kegiatan bimbingan kelompok teknik home room, oleh sebab itu
peneliti perlu menciptakan suasana yang lebih hangat, nyaman dan
menyenangkan dalam menggali keterbukaan dan kekeluargaan antara sesama
anggota.
2) Penggunaan permainan penghangatan sangat diperlukan dalam mencairkan
suasana yang kaku dan menegangkan ketika pelaksanaan tindakan
berlangsung dalam menciptakan suasana yang diinginkan.
3) Siswa cukup memahami tentang topik pembahasan sehingga kedinamisan
kelompok cukup memuaskan. Oleh sebab itu perencanaan penugasan dan
perintah memahami terlebih dahulu tentang materi yang akan dibahas pada
kegiatan selanjutnya sangat membantu dalam pelaksaan kegiatan untuk
meningkatkan kedinamsisan kelompok.
4) Tempat yang nyaman sangat mempengaruhi keberhasilan pelaksaan tindakan.
5) Penentuan waktu tindakan harus dibahas bersama untuk menentukan waktu
yang tepat dan sesuai dengan jadwal yang dimiliki peserta masing-masing.
6) Waktu pelaksaan yang k tepat sangat mempengaruhi tingkat kehadiran
peserta kelompok, dimana pada pelaksaan pertemuan kali ini peserta banyak
yang menghadiri dan mengikuti pelaksanaan. namun ada satu peserta yang
tidak hadir tanpa kabar berita, kemungkinan ada kesibukan pribadi yang
mendesak.
7) Pengarahan dan penjelasan dari peneliti sangat membantu para peserta dalam
menentukan kelompok peminatan yang dipilihnya
112
3. Reflaksi siklus II
Reflaksi siklus I dilakukan setelah selesai implementasi satu paket tindakan
(satu siklus) dengan mengumpulkan semua data hasil pengamatan, wawancara, dan
angket siswa.
a. Dilihat dari keberhasilan
Berdasarkan perekaman data didapat bahwa teknik home rome dalam
pemberian layanan bimbingan kelompok dapat membantu siswa memahami
mengenai topik yang dibahas dengan memanfaatkan dinamisasi kelompok.
Pelaksaaan teknik home room ini dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
memilih kelompok pemintannya, hal ini dapat dilihat dari data hasil angket minat
pada siklus pertama yang mengalami peningkatan setelah dilakukan pemberian
layanan tindakan sebesar 0,27 skor pada tiap mata pelajaran sesuai kelompok
peminatannya, dimana data angket minat dalam memilih kelompok peminatan pada
siklus pertama sebesar 8,19 skor yang mengalami peningkatan pada hasil siklus
kedua menjadi 8,46 skor. Hasil angket dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.11. Angket Peningkatan aspek afektif dalam Pemilihan Peminatan siklus II
No. Nama Kelas skor Kenaikan
skor Siklus I Siklus II
1. Al- Fatur Sayid M. IPA 9,00 9,00 0,00
2. A. Rizki Kurniawan IPA 8,75 9,00 0,25
3. Ida Rosidah IPS 7,25 8,00 0,75
4. M. Agung Pandu P. IPA 7,75 8,25 0,50
5. Nurlela IPS 8,50 8,75 0,25
6. Rian Hendarsyah b. IPA 9,25 9,25 0,00
7. Uliya Septiani IPS 6,25 7,00 0,75
8. Yuli Wulandari IPS 8,50 8,50 0,00
9. Yessi Permata Sari IPA 8,50 8,50 0,00
Rata-rata skor penilaian 8,19 8,46 0,27
113
b. Dilihat dari kegiatan pelaksanaan
Sedangkan pada kegiatan tindakan yang dilaksanakan, situasi yang
diharapkan muncul pada aspek-aspek bimbingan kelompok teknik home room pada
pertemuan ketiga yaitu: aspek ketertarikan 100 %, keterbukaan 100 %, kenyamanan
100 %, keaktifan 100 %, keakraban 100 % dan kepedulian 100%. Rata-rata aspek
yang diingikan sebesar 100%. Sehingga pelaksanaan tindakan pertama berjalan
dengan “sangat baik”, hal ini dikarenakan peserta hadir hanya tiga orang sehingga
tingkah laku yang dinginkan dalam teknik home room ini dapat dibentuk dengan
sangat baik. Untuk lebih rincinya lihat tabel hasil observasi dibawah ini:
Tabel 4. 12. Hasil Observasi Aspek Teknik Home Room pada Pertemuan Ketiga
No. Aspek Jumlah
peserta
Aspek yang
muncul
persentasi Tingkat
peaksanaan
1. Ketertarikan 3 orang 3 peserta 100 % Sangat baik
2. Keterbukaan 3 orang 3 peserta 100 % Sangat baik
3. Kenyamanan 3 orang 3 peserta 100 % Sangat baik
4. Keaktifan 3 orang 3 peserta 100 % Sangat baik
5. Keakraban 3 orang 3 peserta 100 % Sangat baik
6. kepedulian 3 orang 3 peserta 100 % Sangat baik
Rata-rata persentasi kemunculan 100 % Sangat baik
114
Pada pertemuan keempat, kemunculan aspek situasi yang diinginkan pada
bimbingan kelompok teknik home room yaitu: ketertarikan 100%, keterbukaan 75 %,
kenyamanan 100 %, keaktifan 75 %, keakraban 50 % dan kepedulian 88 %. Hal ini
dapat disebut pelaksaan tindakan yang dilakukan terlaksana dengan “sangat baik”
dengan rata-rata aspek yang muncul sebesar 81 %. Untuk aspek keakraban bila dilihat
dari persentasi kemunculannya sebesar 50 %, ini memiliki perbedaan yang ketara
dengan aspek-aspek lainya. Hal ini dapat disebabkan dengan adanya siswa yang
sedang sakit, ada siswa yang pendiam serta ada siswa yang baru hadir dua kali
pertemuan, pada pertemuan ini ada satu peserta yang tidak menghadiri pelaksaan
kegiatan bimbingan kelompok yang dilakukan peneliti. Adapun jumlah peserta yang
hadir pada hari ini sebanyak 8 orang. Untuk lebih rincinya lihat tabel hasil observasi
dibawah ini:
Tabel 4. 13. Hasil Observasi Aspek Teknik Home Room pada Pertemuan Empat
No. Aspek Jumlah peserta Aspek yang
muncul
persentasi Tingkat
pelaksaan
1. Ketertarikan 8 orang 8 peserta 100 % Sangat baik
2. Keterbukaan 8 orang 6 peserta 75 % baik
3. Kenyamanan 8 orang 8 peserta 100 % Sangat baik
4. Keaktifan 8 orang 6 peserta 75 % baik
5. Keakraban 8 orang 4 peserta 50 % Cukup baik
6. kepedulian 8 orang 7 peserta 88 % Sangat baik
Rata-rata persentasi kemunculan 81 % Sangat baik
115
Pada pertemuan terakhir, kemunculan aspek situasi yang diinginkan pada
bimbingan kelompok teknik home room yaitu: ketertarikan 100%, keterbukaan 100
%, kenyamanan 100 %, keaktifan 71 %, keakraban 100 % dan kepedulian 100 %.
Hal ini dapat disebut pelaksaan tindakan yang dilakukan terlaksana dengan “sangat
baik” dengan rata-rata aspek yang muncul sebesar 95 %. Untuk aspek keaktifan bila
dilihat dari persentasi kemunculannya sebesar 75 %, ini memiliki perbedaan yang
paling kecil dengan aspek-aspek lainya. Hal ini dapat disebabkan dengan adanya
siswa yang sedang sakit dan ada satu siswa yang pendiam . pada pertemuan ini ada
dua peserta yang tidak menghadiri pelaksaan kegiatan bimbingan kelompok yang
dilakukan peneliti. Adapun jumlah peserta yang hadir pada hari ini sebanyak 7 orang.
Untuk lebih rincinya lihat tabel hasil observasi dibawah ini:
Tabel 4.14. Hasil Observasi Aspek Teknik Home Room pada Pertemuan Kelima
No. Aspek Jumlah
peserta
Aspek yang
muncul
persentasi Tingkat
pelaksaan
1. Ketertarikan 7 orang 7 peserta 100 % Sangat baik
2. Keterbukaan 7 orang 7 peserta 100 % Sangat baik
3. Kenyamanan 7 orang 7 peserta 100 % Sangat baik
4. Keaktifan 7 orang 5 peserta 71 % baik
5. Keakraban 7 orang 7 peserta 100 % sangat baik
6. kepedulian 7 orang 7 peserta 100 % Sangat baik
Rata-rata persentasi kemunculan 95 % Sangat baik
116
c. Dilihat dari sisi peserta
Pada pertemuan ketiga, terdapat peserta kelompok yang tidak hadir mengikuti
pelaksaan kegiatan bimbingan kelompok yang dilakukan peneliti sebanyak enam
orang dikarenakan peserta tersebut mengikuti perlombaan yang diadakan sekolah,
adanya ujian mid semester serta adanya ujian remedial, namun kegiatan tetap untuk
dilanjutkan meskipun tidak dihadiri seluruh peserta kelompok. Pada pertemuan
keempat yang hadir sebanyak delapan orang dan pada kelima yang menghadiri
pertemuan sebanyak tujuh orang. Pada pertemuan ke-empat dan ke-lima para peserta
yang tidak hadir ada yang tanpa berita dan ada yang memiliki kegiatan lain yang
lebih penting. Setiap kali pertemuan masing-masing siswa sangat antusias mengikuti
kegiatan, karena kegiatan yang diberikan menyenangkan dan informasi atau topik
pembahasan sangat dibutuhkan oleh para peserta. dalam siklus kedua pemberian
pelaksaan kegiatan berjalan dengan baik, para peserta sangat senang mengikuti
kegiatan, ketidak hadiran siswa dalam mengikuti kegiatan dikarenakan adanya
hambatan atau kegiatan lain yang lebih penting.
d. Dilihat dari sisi perencaan
Adanya perubahan waktu pelaksaan tidak dapat dihindari, hal ini disebabkan
padatnya aktivitas para peserta dalam mengikuti pembelajran disekolah, baik
pelajaran dikelas mapun kegiatan ekstrakulikuler sepulang sekolah serta ada
beberapa siswa yang mengikuti kegiatan lomba, pelaksaan kegiatan ini pun harus
menyesuaikan dengan kondisi para peserta. Adapun alokasi waktu pada perencaan
terhadap pelaksaaan, dimana jumlah waktu pada perencanaa pertemuan ke-tiga
selama 45 menit menjadi 50 menit. Sedangkan pada perencanaan pertemuan ke-
empat selama 45 menit menjadi 60 menit dan pada pertemuan ke-lima, dalam
perencanaanya selama 45 menit menjadi 60 menit. Hal ini dikarenakan pembahasan
yang mendalam dan tuntas. Untuk jalannya kegiatan sesuai dengan yang
direncanakan.
117
e. Keputusan hasil refleksi
Berdasarakan refleksi siklus II maka diambil keputusan sebagai berikut:
1) Secara umum kemampuan siswa dalam memilih kelompok peminatannya
mengalami peningkatan dan menambah keyakinan mereka setelah
dilaksanakannya tindakan pemberian layanan bimbingan kelompok teknik
home room.
2) Rasa kekeluargaan yang timbul dalam pemberian tindakan bimbingan
kelompok teknik home room dapat meningkatkan dinamisasi kelompok dan
dapat dimanfaatkan dalam pembahasan suatu topik dengan dalam dan tuntas
serta memberikan masukan kepada tiap peserta sehingga muncul sikap saling
membimbing kearah yang baik diantara peserta.
3) Perencaan waktu pelaksaan dalam kegiatan bimbingan kelompok yang terdiri
dari para peserta yang terbagi dari bermacam kelas sangat sulit disepakati. Hal
ini mempengaruhi tingkat kehadiran peserta.
4) Permainan penghangatan dalam tindakan bimbingan kelompok sangat
membantu dalam pelaksaan bimbingan kelompok teknik home room.
5) Penugasan dalam mencari materi pembahasan sangat mambantu dalam
meningkatkan dinamisasi kelompok dalam kegiatan diskusi, baik memberikan
tanggapan, memberikan pertanyaan maupun memberikan saran dan masukan
antara para peserta.
6) perencaaan yang dibuat oleh peneliti maupun perencaan bersama sangat
mampengaruhi dalam keberhasilan tindakan yang diberikan.
7) Peraturan-peraturan tambahan yang lebih jelas dan tepat sangat membantu
kelancaran dalam pelaksaan tindakan yang diberikan.
118
4.3. PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian siklus I dan siklus II yang diperoleh bahwa adanya
peningkatan kemampuan siswa dalam memilih kelompok peminatan yang sesuai
dengan potensi, bakat dan minatnya, hal ini dapat dilihat dari perbandingan data awal
dengan data hasil, dimana para siswa “tidak mampu “melakukan kelompok
peminatan pada data awal menjadi mampu melakukan kelompok peminatannya
secara “tepat”. Dalam memilih kelompok peminatannya, para siswa yang semula ragu
apakah sudah tepat atau tidak tepatnya kelompok peminatan yang telah dipilihnya
menjadi lebih yakin dan percaya diri serta memotivasi siswa untuk mengembangkan
potensi dibidang peminatannya. Peningkatan yang terjadi pada peserta tersebut
setelah diberikannya tindakan bimbingan kelompok teknik home room.
Berdasarkan lembar angket peminatan, setelah siklus pertama terjadi
peningkatan skor yang cukup tinggi dibandingkan data awal penelitian. Pelaksaaan
teknik home room ini dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memilih
kelompok pemintannya, hal ini dapat dilihat dari data hasil angket pada siklus
pertama yang mengalami peningkatan setelah dilakukan pemberian layanan tindakan
sebesar 1,08 skor pada tiap mata pelajaran sesuai kelompok peminatannya, dimana
data angket kemampuan siswa dalam memilih kelompok peminatan sebesar 7,11skor
yang mengalami peningkatan pada hasil siklus pertama menjadi 8,19 skor.
Sedangakan pada siklus kedua peningkatan yang terjadi lebih kecil dari pada siklus
pertama. hal ini dapat dilihat dari data hasil angket pada siklus kedua yang
mengalami peningkatan setelah dilakukan pemberian layanan tindakan sebesar 0,27
skor dibandingkan siklus pertama pada tiap mata pelajaran sesuai kelompok
peminatannya, dimana data angket kemampuan siswa dalam memilih kelompok
peminatan pada siklus pertama sebesar 8,19 skor yang mengalami peningkatan pada
hasil siklus kedua menjadi 8,46 skor. Sehingga total kenaikan kemampuan siswa
dalam memilih kelompok pemintannya sebesar 1,35 skor tiap pelajaran dalam
kelompok peminatannya setelah tindakan yang diberikan peneliti. Peningkatan
119
kemampuan siswa dalam memilih kelompok pemintannya setelah diberi tindakan
bimbingan kelompok teknik home room dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.15. Peningkatan Skor Aspek Afektif dalam Memilih Kelompok
Peminatan oleh Para Siswa.
No. Nama Kelas skor
Data awal Siklus I Siklus II
1. Al- Fatur Sayid M. IPA 8,25 9,00 9,00
2. A. Rizki Kurniawan IPA 8,00 8,75 9,00
3. Ida Rosidah IPS 2,75 7,25 8,00
4. M. Agung Pandu P. IPA 7,00 7,75 8,25
5. Nurlela IPS 7,50 8,50 8,75
6. Rian Hendarsyah b. IPA 8,75 9,25 9,25
7. Uliya Septiani IPS 6,25 6,25 7,00
8. Yuli Wulandari IPS 7,50 8,50 8,50
9. Yessi Permata Sari IPA 8,00 8,50 8,50
Rata-rata skor penilaian 7,11 8,19 8,46
Rata-rata Kenaikan skor siklus I = 1,08 skor
Rata-rata Kenaikan skor siklus II = 0,27 skor
Total kenaikan = 1,35 skor
Tindakan bimbingan kelompok yang menggunakan teknik home room dapat
meningkatkan keakraban para siswa, dimana teknik home room ini sebagian peserta
memungkinkan mejadi seperti layaknya keluarga atapun bisa menjadi teman yang
akrab. Hal ini dapat dilihat ketika pelaksaan tindakan serta bimbingan dari peneliti,
dimana hasil observasi yang dilakukan peneliti terhadap aspek yang muncul dalam
teknik home room yaitu dapat berupa Ketertarikan, Keterbukaan, Kenyamanan,
Keaktifan, Keakraban dan kepedulian hal ini dapat dilihat pada aspek-aspek yang
muncul dalam setiap pertemuan. Pada pertemuan pertama tingkat aspek yang
diinginkan dalam teknik home room ini rata-rata sebesar 70%, hasil observasi
tersebut merupakan hasil observasi pertama ketika siswa pertama kali melakukan
pertemuan dan berkenalan, sehingga tingkat aspek yang muncul dikatagorikan “baik”.
120
pada pertemuan kedua aspek yang muncul sebesar 92% , hal ini mengalami
peningkatan dari pada pertemuan sebelumnya. Sedangkan pertemuan ketiga, tingkat
aspek yang muncul sebesar 100 %, hal ini disebabkan peserta yang hadir hanya tiga
orang. Dimana perhatian peneliti dapat tertuju kepada seluruh peserta dan tingginya
kemampuan tingkat kontrol peneliti terhadap peserta, sehingga peneliti mampu
memunculkan sikap-sikap yang diinginkan peneliti pada para peserta. pada
pertemuan ke-empat tingkat aspek yang muncul sebesar 81%, namun dengan tingkat
lebih intens dan frekuensi yang lebih banyak, dan pertemuan terakhir aspek yang
muncul sebesar 95 %, dengan tingkat sebesar ini, tentu saja aspek yang diinginkan
dalam pelaksaan tindakan dapat dikatagorikan sangat baik. Setelah pengakhiran
kegiatan tindakan ini, memungkinkan beberapa peserta akan lebih akrab kedepannya
walaupun berbeda kelas.
121
Berdasarkan hasil analisis dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti kepada
kelompok subjek penelitian, penempatan kelompok peminatan yang telah dilakukan
telah tepat berdasarkan kelompok peminatan siswa pada saat peneletian berlangsung,
hal ini dapat dilihat dari data analisis dokumentasi dengan ketepatan 85 %, namun
siswa telah mengalami pemindahan kelompok peminatan sebelumnya, karena tidak
sesuai dengan minat yang diinginkan oleh para siswa tersebut dan tidak tepat. Adapun
hasil analisis dokumentasi peneliti sesuai dengan kelompok kelas peminatan yang
sekarang ditempatinya, hal ini data dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.16. Analisis Dokumentasi Kelompok Peminatan Subjek Penelitian
Setelah dilakukannya tindakan layanan yang diberikan oleh peneliti, siswa
mampu melakukan pemilihan kelompok peminatannya secara mandiri, hal ini
mengalami peningkatan kemampuan siswa tersebut dalam menentukan kelompok
peminatan yang sebelumnya tidak mampu. Dimana pada awal penelitian siswa tidak
memahami pengertian dari kelompok peminatan, pengertian dan pemahaman dari
No. Nama
Kelompok peminatan IPA atau IPS
Hasil
analisis
Persent
asi Raport
SMP Piagam
Minat
siswa
Harapan
orang
tua
Rekom
endasi
BK
1. Al- Fatur
Sayid M.
IPA IPA IPA IPA - IPA 100 %
2. A. Rizki
Kurniawan
IPA - IPA IPA - IPA 100 %
3. Ida Rosidah IPA IPS IPS IPA - IPS 50 %
4. M. Agung
Pandu P.
IPA - IPA IPA - IPA 100 %
5. Nurlela IPS IPS IPS IPS - IPS 100 %
6. Rian
Hendarsyah.
IPA - IPA IPA - IPA 67 %
7. Uliya Septiani IPS - IPS IPS - IPS 100 %
8. Yuli
Wulandari
IPA IPS IPS IPA - IPS 50 %
9. Yessi Permata
Sari
IPA IPA IPA IPA - IPA 100 %
Rata-rata 85 %
122
bakat, potensi, kemampuan dan minat yang dimilikinya, tentu saja hal ini
menyebabkan siswa tidak mempunyai kemampuan dalam menentukan kelompok
peminatannya sendiri. Adapun kemampuan siswa dalam melakukan pemilihan
kelompok peminatannya secara mandiri dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel. 4.17. Pemilihan Kelompok Peminatan Mandiri Siswa
No. Nama Data awal
Hasil
Analisis
Peneliti
Peminatan
Mandiri
Siswa
Keterangan
1. Al- Fatur Sayid M. Tidak mampu IPA IPA Tepat
2. A. Rizki Kurniawan Tidak mampu IPA IPA Tepat
3. Ida Rosidah Tidak mampu IPS IPS Tepat
4. M. Agung Pandu P. Tidak mampu IPA IPA Tepat
5. Nurlela Tidak mampu IPS IPS Tepat
6. Rian Hendarsyah. Tidak mampu IPA IPA Tepat
7. Uliya Septiani Tidak mampu IPS IPS Tepat
8. Yuli Wulandari Tidak mampu IPS IPS Tepat
9. Yessi Permata Sari Tidak mampu IPA IPA Tepat
123
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Secara umum, bimbingan kelompok teknik home room dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam memilih kelompok peminatannya secara mandiri pada
siswa kelas X di SMA N 1 Indralaya. Dari hasil penelitian siklus I dan siklus II
diperoleh kesimpulan bahwa adanya peningkatan kemampuan siswa dalam memilih
kelompok peminatan yang sesuai dengan potensi, bakat dan minatnya, hal ini dapat
dilihat dari perbandingan data awal dengan data hasil, dimana para siswa “tidak
mampu” melakukan kelompok peminatan pada data awal menjadi mampu
melakukan kelompok peminatannya secara “tepat”. Dalam memilih kelompok
peminatannya, para siswa yang semula ragu apakah sudah tepat atau tidak tepatnya
kelompok peminatan yang telah dipilihnya menjadi lebih yakin dan percaya diri serta
memotivasi siswa untuk mengembangkan potensi dibidang peminatannya.
Peningkatan yang terjadi pada peserta tersebut setelah diberikannya tindakan
bimbingan kelompok teknik home room.
Penelitian ini juga mampu meningkatkan minat belajar siswa dalam
kelompok peminatannya. Hal tersebut dapat dilihat pada peningkatan rata-rata skor
peminatan yang diperoleh dari para peserta kelompok penelitian dari setiap
pertemuannya. Peningkatan minat siswa tersebut yang berada pada katagori “tepat”
menjadi “sangat tepat” pada kemampuannya dalam memilih kelompok peminatannya
secara mandiri, serta perubahan sikap peserta terhadap kelompok peminatannya yang
sebelumnya ragu-ragu dan tidak yakin menjadi sangat yakin dan percaya diri bahwa
itulah kelompok peminatan yang tepat serta mampu memotivasi siswa dalam
mengembangkan potensi dan kemampuannya yang sesuai dengan bakat dan
minatnya.
Tindakan bimbingan kelompok yang menggunakan teknik home room ini juga
dapat meningkatkan keakraban para peserta kelompok yang sebelumnya tidak saling
123
124
mengenal, dimana teknik home room ini sebagian peserta memungkinkan mejadi
seperti layaknya keluarga atapun bisa menjadi teman yang akrab, sehingga para siswa
tersebut kedepannya dapat saling membantu dan saling tolong menolong serta saling
memperhatikan. Hal ini dapat dilihat dalam pelaksanaan kegiatan tindakan yang
diberikan peneliti selama penelitian berlangsung, dimana sikap kekeluargaan para
peserta telah dimunculkan dan dikembangkan.
Temuan Temuan Penting
Berdasarkan penelitian telah dilakukan oleh peneliti, ditemukan beberapa hal penting
selama kegiatan penelitian berlangsung, yaitu:
1. Pada awal penelitian, siswa belum memahami pengertian kelompok peminatan
dan komponen-komponen dalam menentukan kelompok peminatan, dan siswa
belum memiliki pemahaman tentang dirinya pribadi (minat, bakat, kecerdasan,
potensi dan kemampuan dirinya). Hal ini tentu saja menyebabkan siswa tidak
mampu memilih kelompok peminatannya secara mandiri.
2. Penggunaan permainan penghangatan di awal kegaiatan ternyata sangat
membantu terciptanya suasana yang menyenangkan sehingga menimbulkan
aspek-aspek yang diinginkan dan meningkatkan kedinamisan kelompok.
3. Pemberian penugasan mencari materi topik pembahasan selanjutnya sangat
membantu dalam menambah informasi yang dimiliki para peserta kelompok,
sehingga kedinamisan kelompok dalam kegiatan dapat meningkat.
4. Penjelasan asas-asas bimbingan kelompok dan pembuatan aturan-aturan
tambahan dapat membantu terciptanya situasi yang kondusif dan menimbulkan
prilaku-prilaku yang diinginkan.
5. Sikap hangat, penerimaan dan simpati peneliti mampu meningkatkan aspek-
aspek yang ingin dimunculkan dalam teknik home room.
6. Saran dan nasehat dari peneliti mampu meningkatkan sikap kekeluargaan para
peserta kelompok dan menambah keyakinan serta motivasi belajar siswa dalam
kelompok peminatannya.
125
B. SARAN
1. Saran Untuk Penelitian Selanjutnya
Berdasarkan temuan selama penelitian tindakan yang dilakukan peneliti
terhadap siswa kelas X di SMA N 1 Indralaya, Peneliti memberikan saran-saran
untuk penelitian lanjutan sebagai berikut:
a. Pemahaman tentang kelompok peminatan dan pemahaman tentang diri siswa
itu sendiri harus diberikan oleh guru sebelum melakukan kelompok peminatan
dengan layanan orientasi dan bimbingan karier kepada seluruh siswa.
b. Mengingat penelitian ini baru berjalan dua siklus, maka peneliti lain
diharapkan dapat melanjutkan untuk mendapatkan temuan yang lebih
signifikan, namun, perlu diingat jumlah pertemuan dalam satu siklusnya
sebaiknya tidak terlalu banyak dan materi topik pembahasan yang fariatif,
sehingga menghindari kebosan siswa dari kegiatan yang monoton.
c. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini tingkat kevaliditasannya
masih kurang memuaskan. Peneliti selanjutnya dapat mengembangkan
instrumen yang lebih baik lagi dan lebih standar.
d. Dalam penelitian ini, peneliti hanya memberikan tindakan kebeberapa siswa
kelas sepuluh. Mengingat jumlah siswa yang terlalu banyak, maka sebaiknya
tindakan yang diberikan dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam
penelitian ini dilakukan secara klasikal ataupun layanan informasi, karena
layanan kelompok ini lebih cocok untuk para siswa yang sangat
membutuhkan tindakan.
e. Dalam penelitian lanjutan, sebaiknya subjek penelitian dalam bimbingan
kelompok diberikan terhadap para siswa yang satu kelas, hal ini untuk
menghindari benturan jadwal waktu dalam penelitian.
126
2. Saran untuk penerapan hasil
Berdasarkan temuan selama penelitian tindakan yang dilakukan peneliti
terhadap siswa kelas X di SMA N 1 Indralaya, Peneliti memberikan saran-saran
untuk penerapan hasil yaitu sebagai berikut:
a. Guru bimbingan dan konseling perlu menguasai layanan bimbingan kelompok
teknik home room, sehingga dapat digunakan terhadap permasalahan-
permasalahan yang lebih mendesak kepada beberapa siswa yang sangat
membutuhkannya.
b. Sebaiknya bimbingan karier diberikan kepada siswa sebelum dilaksanakannya
penempatan kelompok pemianatan yang dilaksanakan sekolah, sehingga
menambah ketepatan dalam pengelompokan peminatan kepada para siswa.
c. Sebelum menentukan kelompok peminatan kepada para siswa, guru
bimbingan dan konseling harus memperhatikan aspek-aspek dalam pemilhan
dan penetapan kelompok peminatan secara lengkap dan dianalisis dengan
baik. Adapun aspek-aspek tersebut yaitu:
1) Prestasi belajar peserta didik kelas VII, VIII dan IX serta nilai UN yang
diperoleh di SMP/MTS.
2) Prestasi non-akademik yang diperoleh dari SD/MI s/d SMP/MTS.
3) Minat belajar peserta didik berdasarkan angket saat pendaftaran maupun
pendataan.
4) Dukungan orang tua yang telah dikomunikasikan terlebih dahulu.
5) Data diteksi potensi peserta didik berupa tes peminatan yang baru
dilaksanakan di SMA/SMK.
6) Rekomendasi guru bimbingan dan konseling di SMP/MTS.
d. Bimbingan kelompok teknik home room ini dapat diberikan kepada para
siswa yang mengalami permasalahan dalam penempatan kelompok
peminatannya, seperti keraguan dalam pemeilihan kelompok peminatan
maupun salah didalam penempatannya.
127
DAFTAR PUSTAKA
Arbani. 2013. Data Peminatan Peserta Didik Kelas X. Tangerang: SMAN 12 Kota
Tangerang.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
------------. 2010. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
----------. 2011. Penilaian dan Penelitian Bidang Bimbingan dan konseling.
Yogyakarta: Aditya Media.
Astari, Ratih Febri.2013. Penerapan Bimbingan Kelompok Teknik Home Room
Untuk Meningkatkan Sikap Mandiri pada Siswa Kelas VII SMP N 1
Tanjunganom Nganjuk. Diakses pada tanggal 25 Juli 20013.
ejournal.unesa.ac.id/index.php/index/index.
Eko Prastowo Aprianto. 2012. Minat Siswa Putra Kelas Atas SD Negeri dan MI di
Desa Kaliwungu Kecamatan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara
Terhadap Ekstrakurikuler Sepakbola. Diakses pada tanggal 26 Juli 2013.
eprints.uny.ac.id.
Hidayat, Dede Rahmat dan Badrujaman, A. 2012. Penelitian Tindakan dalam
Bimbingan dan konseling. Jakarta: Indeks.
Kementrian Kependidikan dan Kebudayaan. 2012. Dokumen Kurikulum 2013.
Jakarta: Dekdikbud.
----------. 2013. Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 Untuk Guru
Bimbingan Dan Konseling /Konselor: Asasmen dalam Bimbingan dan
konseling. Jakarta: Depdikbud.
----------. 2013. Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 Untuk Guru
Bimbingan Dan Konseling /Konselor: Praktik Pelayanan Peminatan
Peserta Didik. Jakarta: Depdikbud
----------. 2013. Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 Untuk Guru
Bimbingan Dan Konseling/Konselor: Implementasi Pelayanan Bimbingan
dan konseling. Jakarta: Depdikbud.
Kristina, Dwi. 2011. Implementasi Bimbingan Karier Pada Siswa SMK Tata Busana
(Studi di SMK Ma’arif Al-Munawwir Krapyak Sewon Bantul Yogyakarta).
Diakses pada tanggal 19 Agustus 2013. repository.UINsunankalijaga.edu
128
Mukminin, Mohamad Amiril. 2013. Hubungan Antara Persepsi Terhadap Iklim
Kelas dengan Minat Belajar Pada Siswa di Kelas Enrichment MAN Kota
Blitar. Diakses pada tanggal 25 Juli 2013. digilib.sunan-ampel.ac.id.
Nf. 2013. Peminatan dalam Kurikulum 2013.p Diakses pada tanggal 25 Juli 2013.
http://www.sman1kendari.sch.id/index.php/sistem-informasi/berita-
sekolah/44-peminatan-dalam-kurikulum-2013.
Prayitno. 2004. Layanan bimbingan kelompok konseling kelompok. Padang: fakultas
ilmu pendidikan UNP.
Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Sucipto. 2008. Hubungan Antara Kesesuaian Tipe Kepribadian dan Model
Lingkungan dengan Kematangan Arah Pilihan Karier (Studi pada Siswa
SMK N 1 Padang). Diakses pada tanggal 19 Agustus 2013.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sukardi, Dewa Ktut. 1994. Tes dalam Konseling Karier. Surabaya: Usaha Nasional.
-----------. 2008. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan konseling Di
Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Sunendar, Tatang. 2008. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa
Barat: penelitian tindakan kelas. Diakses pada tanggal 20 Agustus
2013.http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/21/penelitian-
tindakan-kelas-part-ii/.
Supriatna dan Budiman, Nandang. 2006. Bimbingan Karier di SMK. Diakses pada
tanggal 19 Agustus 2013.
Walgito, Bimo. 2010. Bimbingan Dan Konseling (Studi dan Karier).Yoyakarta: Andi
Wibowo, Mungin Eddy. 2013. Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Dalam
Implementasi Kurikulum 2013. Diakses pada tanggal 01 September 2013.
http//jati-rinakriatmaja.blogspot.com/2013/04/peran-Guru-bimbin gan-
dan-konseling_2521 html.htm
Widhiarso, Wahyu. 2013. Semantik deferensial. Diakses pada tanggal 24 September
2013. Fakultas Psikologi IGM.
129
Winkel, W.S,.2005. Bimbingan Dan Konseling Di Intitusi Pendidikan, Edisi Revisi.
Jakarta: Gramedia.
Yandri, H., Zulfikar dan Yeni Satroma Dewi. 2012. Penggunaan Hasil Assessment
Dalam Bimbingan Dan Konseling. Diakses pada tanggal 01 September
2013.http://counselingcare.blogspot.com/2012/06/assessment/dalam/bimbi
ngan dan konseling.html.html.
Yusup, M. Fajar. 2012. Efektivitas Bimbingan Kelompok Menggunakan Teknik
Permainan Untuk Mengembangkan Perencanaan Karier Peserta Didik
(Penelitian Pra Eksperimen Terhadap Peserta Didik Kelas X SMA Negeri
19 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012). Diakses pada tanggal 19 Juni 2013.
repository.upi.edu.