SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual...

74
EFEKTIVITAS OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM MENGAWASI PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH DI KOTA JAMBI (Studi Kasus Otoritas Jasa Keuangan Kota Jambi) SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Dalam Ilmu Syariah Oleh: Fitra Kusuma NIM: SM.120328 PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 1440 H/2018 M

Transcript of SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual...

Page 1: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

EFEKTIVITAS OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM MENGAWASI

PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH DI KOTA JAMBI

(Studi Kasus Otoritas Jasa Keuangan Kota Jambi)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)

Dalam Ilmu Syariah

Oleh:

Fitra Kusuma

NIM: SM.120328

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN

JAMBI

1440 H/2018 M

Page 2: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah
Page 3: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah
Page 4: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah
Page 5: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

iv

MOTTO

الدهار الخرة ول تىس وصيبك مه وابتغ فيما آتاك الله

إليك ول تبغ الفساد في ويا وأحسه كما أحسه الله الد

ل يحب المفسديه الرض إنه الله

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu

(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari

(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah

telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)

bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

(QS Al-Qashash [28] : 77)

Page 6: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

v

PERSEMBAHAN

Sujud syukur kupersembahkan pada ALLAH yang Maha Kuasa,

berkat dan rahmat detak jantung, denyut nadi, nafas dan putaran roda

kehidupan yang diberikan-Nya hinga saat ini saya dapat

mempersembahkan skripsi ini pada orang-orang tersayang:

Kedua orang tuaku Bapak (Selamat) dan Ibundaku (Nurhayati)

Tercinta yang tak pernah lelah membesarkanku dengan penuh kasih

sayang, serta memberi dukungan, perjuangan, motivasi dan

pengorbanan dalam hidup ini. Terima kasih buat Bapak dan Ibu.

Pengisi Ruang Hati (Idayanti S.Pt) yang selalu menyemangatiku,

memberi motivasi dan dukungan, Doa serta rasa sayang dan cintanya

yang begitu indah buatku. Thank’s for your love.

Untuk Dosen Pembimbing (Bapak Prof. Dr. H. A. Husein Ritonga,

MA dan Bapak Drs. A. Faruk, MA) yang selalu sabar dalam

membimbing dan membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Serta untuk seluruh sahabat-sahabat yang selalu mendukung dan

membantu dalam menyelesaikan skripsi saya ini. Terima kasih untuk

semuanya.

Page 7: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

vi

Page 8: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

vii

Page 9: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

viii

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya keingintahuan mengenai

proses pengawasan serta Efektivitas Otoritas Jasa Keuangan terkait fungsinya

dalam mengawasi perbankan terutama dalam mengawasi dan mengatur perbankan

syariah. Tujuan adanya penelitian ini ialah untuk mengetahui bagaimana porses

pengawasan yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan terhadap perbankan syariah

di kota jambi dan efektivitasnya dalam perkembangan perbankan syariah di

daerah kota jambi. Skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif deskiptif

dengan metode pengumpulan data melalui observasi dan wawancara. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan penulis, diperoleh hasil dan kesimpulan sebagai berikut:

pertama, proses pengawasan yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan di

daerah jambi hanya dapat dilakukan untuk perbankan syariah yang berkantor

pusat di Jambi, sementara untuk perbankan syariah yang tidak berkantor pusat di

Jambi, pengawasan dilakukan secara langsung oleh Otoritas Jasa Keuangan Pusat.

Kedua, proses pengawasan yang dapat dilakukan terhadap perbankan syariah di

Kota Jambi khususnya dalam dunia perbankan syariah, hanya pada Unit Usaha

Syariah Bank Pemerintah Daerah Jambi. Ketiga, untuk melakukan pengawasan

terhadap perbankan syariah, Otoritas Jasa Keuangan bekerjasama dengan Dewan

Pengawas Syariah yang terdapat pada perbankan syariah tersebut. Keempat,

kontribusi yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan selama ini guna mendukung

perkembangan perbankan syariah ialah dengan melakukan sosialisasi kepada

masyarakat untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang perbankan

syariah, khususnya dalam bidang perbankan syariah, Otoritas Jasa Keuangan juga

berkontribusi dalam membantu permasalahan konsumen terhadap perbankan

sehingga dapat diselesaikan dengan baik.

Page 10: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

ix

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ................................................ i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................... ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN .......................................................... iii

MOTTO ..................................................................................................... iv

PERSEMBAHAN ...................................................................................... v

KATA PENGANTAR ............................................................................... vi

ABSTRAK ................................................................................................. viii

DAFTAR ISI .............................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................... 8

C. Tujuan dan kegunaan penelitian...................................................... 8

D. Batasan Masalah.............................................................................. 9

E. Kerangka Teori................................................................................ 9

F. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 16

BAB II METODE PENELITIAN ............................................................ 18

A. Pendekatan Penelitian ..................................................................... 18

B. Jenis dan Sumber Data .................................................................... 18

C. Instrumen Pengumpulan Data ......................................................... 19

D. Teknik Analisi Data ........................................................................ 20

E. Sistematika Penulisan ..................................................................... 22

Page 11: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

x

BAB III GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN.................... 24

A. Sejarah Singkat Otoritas Jasa Keuangan ......................................... 24

B. Tujuan Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan ................................ 25

C. Visi, dan Misi Otoritas Jasa Keuangan ........................................... 25

D. Nilai Strategis dan Strategi Otoritas Jasa Keuangan Dalam

Pencapaian Visi dan Misi ................................................................ 26

E. Struktur Organisasi Lembaga Otoritas Jasa Keuangan ................... 29

F. Asas Otoritas Jasa Keuangan .......................................................... 32

G. Ruang Lingkup Wewenang Otoritas Jasa Keuangan ...................... 33

BAB IV PEMBAHASAN .......................................................................... 44

A. Proses Pengawasan Yang Dilakukan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap

Perbankan Syariah Di Kota Jambi .................................................. 44

B. Efektivitas Otoritas Jasa Keuangan Dalam Mengawasi Perkembangan

Perbankan Syariah Di Kota Jambi .................................................. 50

BAB V PENUTUP ..................................................................................... 59

A. Kesimpulan ..................................................................................... 59

B. Saran ................................................................................................ 60

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 61

CURICULUM VITAE .............................................................................. 63

Page 12: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Muamalah merupakan hal yang sangat urgen dalam kehidupan manusia,

sebab dengan muamalah ini manusia dapat berhubungan satu sama lain yang akan

menimbulkan hak dan kewajiban, sehingga akan tercipta segala sesuatu yang

diinginkan dalam mencapai kebutuhan hidupnya. Hal tersebut sesuai dengan

makna muamalah itu sendiri, yaitu sebagai hukum keduniaan. Misalnya, dalam

persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-

menyewa.1

Muamalah sebagai sistem sosial kemasyarakatan Islam, dapat dipahamkan

dari tujuan syariah (maqasid al-syariah) dalam rangka terpeliharanya lima hal

yang bersifat mutlak (khamsa al-Dharuri) bagi manusia, yaitu agama, jiwa, akal,

keturunan danharta benda. Dalam kitabnya al-Muwafaqat fi Usul al-Syari’ah,al-

Syatibi mengemukakan bahwa tujuan utama Allah SWT mensyriatkan hukum-

Nya adalah untuk kemaslahatan manusia di dunia dan di akhirat. Karena itu, taklif

dalam bidang hukum mestilah bermuara pada tujuan hukum tersebut.2

Bermuamalah, termasuk kegiatan ekonomi, pada dasarnya adalah kegiatan

manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak, baik dalam bentuk

produksi, konsumsi, distribus, maupun kegiatan-kegiatan lainnya.3 Dalam

kegiatan muamalah transaksi yang dilakukan, secara sederhana transaksi diartikan

1M. Hasbi Umar, Filsafat Fiqh Muamalat Kontemporer, (Jakarta, PT RajaGrafindo

Persada, 2014), hlm. 207. 2 Ibid, Hlm. 20

3 Ibid, Hlm. 55

Page 13: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

2

peralihan hak dan kepemilikan dari satu tangan ke tangan lain. Ini merupakan satu

cara dalam sistem muamalah Islam untuk memperoleh harta disamping

mendapatkannya sendiri sebelum menjadi milik seseorang, dan ini merupakan

cara yang paling lazim dalam mendapatkan hak. Transaksi itu secara umum

dalam Al-Qur’an harus diartikan dengan tijarah. Cara berlangsungnya tijarah ini,

menurut Al-Qur’an harus dengan prinsip suka sama suka dan bebas dari unsure

penipuan untuk mendapatkan sesuatu yang ada manfaatnya dalam pergaulan

hidup di dunia ini.4

Pada Al-Qur’an surat Al-Kahfi : 46 dan An-Nisa : 14 dijelaskan bahwa

kebutuhan manusia atau kesenangan manusia terhadap harta sama dengan

kebutuhan manusia terhadap anak atau keturunan. Jadi, kebutuhan manusi

terhadap harta meupakan kebutuhan yang mendasar. Karena harta sebagai titipan,

manusia tidak memiliki harta secara mutlak sehingga dalam pandangan tentang

harta,terdapat hak orang lain seperti zakat harta dan lain-lainnya.5

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini berdampak

pula pada mekanisme pengelolaan dan penataan harta yang beredar dikalangan

umat manusia sebagai anugerah dari Allah SWT. dan segala bentuk harta yang

diamanahkan Allah kepada manusia harus dikelola dengan baik sesuai dengan

prinsip Islam sebagai landasan dasar muamalah maliyah demi kemakmuran

manusia itu sendiri. Untuk mewujudkan cita-cita yang tersebut di atas, maka

manusia mulai mengembangkan peradabannya dengan mencetuskan berbagai

wadah dan fasilitas yang dimanfaatkan bersama dalam proses pengelolaan harta

4 Ibid, Hlm. 208

5 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, 2013), hlm. 12-13

Page 14: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

3

yang berputar di antara mereka. Salah satu produk yang berfungsi sebagai wadah

pengelolaan harta dari peradaban manusia adalah bank.

Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan

usahanya. Menurut Fuad Mohd. Fachruddin bahwa yang dimaksud dengan bank

menurut istilah adalah suatu perusahaan yang memperdagangkan utang –piutang,

baik yang berupa uangnya sendiri maupun orang lain. Perbankan Indonesia

dalam menjalankan fungsinya berasaskan demokrasi ekonomi dan menggunakan

prinsip kehati-hatian. Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai

penghimpun dan penyalur dana masyarakat serta bertujuan untuk menunjang

pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan

pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional,

kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Perbankan memiliki kedudukan

yang strategis, yakni sebagai penunjang kelancaran sistem pembayaran,

pelaksanaan kebijakan moneter dan pencapaian stabilitas sistem keuangan,

sehingga diperlukan perbankan yang sehat, transparan dan dapat

dipertanggungjawabkan.

Sebagai lembaga formal, bank diharapkan dapat mengakomodir seluruh

kebutuhan manusia tentang pengelolaan harta mereka. Pengelolaan harta tersebut

dapat diimplementasikan dalam bentuk bisnis berbasis syariat Islam.6

Berkembangnya bank-bank dengan landasan Syariah Islam diberbagai

Negara pada dekade 1970-an, memiliki pengaruh yang sangat besar pula bagi

6Ibid, hlm. 284.

Page 15: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

4

Indonesia. Indonesia adalah Negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki

beragam suku bangsa, agama dan bahasa dengan jumlah penduduk 240 juta lebih.

Meskipun bukan Negara Islam, Indonesia merupakan Negara dengan penduduk

muslim terbesar di dunia dengan jumlah penduduk beragama Islam sebanyak

88%. Semakin majunya sistem keuangan dan perbankan serta semakin

meningkatnya kesejahteraan, kebutuhan masyarakat, khususnya Muslim. Oleh

karena itulah menyebabkan semakin besarnya kebutuhan masyarakat terhadap

layanan jasa perbankan yang sesuai dengan prinsip Syariah.7

Atas dasar dorongan kebutuhan masyarakat terhadap layanan jasa

perbankan syariah itulah, akhirnya bank syariah pertama kali berdiri pada tahun

1992. Semenjak itu, pemerintah Indonesia perlahan mulai memperkenalkan dual

banking sistem, yaitu perbankan Syariah dan perbankan Konvensional. Komitmen

pemerintah dalam usaha pengembangan perbankan syariah baru mulai dirasakan

sejak tahun 1998 yang memberikan ruang dan kesempatan yang luas kepada bank

syariah untuk dapat berkembang.8

Sesuai labelnya bank syariah adalah institusi keuangan yang berbasis

syariat Islam. Hal ini berarti bahwa secara makro bank syariah merupakan

institusi keuangan yang memposisikan dirinya sebagai pemain aktif dalam peran

mendukung dan memainkan kegiatan investasi untuk masyarakat sekitarnya.

Dalam kacamata mikro, bank syariah adalah institusi keuangan yang menjamin

seluruh aktivitas investasi yang menyertainya telah sesuai dengan hukum

ekonomi syariah. Untuk itu, diperlukan adanya pengawasan yang baik.

7Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007),

hlm. 203. 8Ibid, hlm. 203.

Page 16: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

5

Dalam sejarah umat Islam lembaga pengawas disebut dengan Hisbah.

Secara terminologi Ibnu Taimiyah mendefinisikan hisbah sebagai lembaga yang

mempunyai wewenang untuk menegakkan amr ma’ruf nahy munkar yang bukan

termasuk wewenang umara (penguasa). Namun, definisi yang lebih spesifik

dikemukakan oleh Rafiq Yunus al-Mishri, hisbah adalah petugas yang bertugas

mengawasi pasar serta tingkah laku masyarakat.

Berdasarkan definisi diatas setidaknya ada tiga poin penting mengenai

hisbah, yaitu hisbah merupakan institusi atau lembaga yang secara khusus

dibentuk pemerintah, tugas utama hisbah ialah amr ma’ruf nahy munkar, dan

tugas khusus hisbah adalah mengawasi berbagai kegiatan ekonomi di pasar, serta

menjaga mekanisme pasar agar berjalan normal.9

Hisbah disyariatkan dalam Islam berdasarkan isyarat yang terdapat dalam

Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 104:

Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru

kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang

munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”10

Dapat dikatakan hisbah menjadi dasar terbentuknya lembaga-lembaga

pengawas pada saat ini. Itu juga berarti bahwa pembentukan lembaga pengawas

pada saat ini mengekor pada sejarah yang telah ada pada zaman Rasulullah SAW.

terbukti pada lembaga pengawas terutama dalam hal pengawasan dibidang

9 Rozalinda, Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Aktifitas Ekonomi, (Jakarta:

PT. RajaGrafindo Persada, 2014), Hlm. 175-176 10

Q.S. Ali Imran ayat: 104

Page 17: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

6

ekonomi khususnya perbankan sangat diperhatikan, ditambah lagi dengan

pesatnya perkembangan bank syariah mendorong pemerintah untuk dapat cepat

dan tanggap dalam mengawasi perkembangan bank syariah tersebut.

Saat ini di Indonesia, perkembangan bank-bank syariah sangat signifikan.

Perkembangan dapat dilihat dari banyaknya bermunculan bank-bank syariah yang

dengan cepat mewarnai perputaran ekonomi di bidang jasa pengelola dan

penyaluran keuangan. Namun perlu adanya peran pemerintah untuk dapat

memastikan keabsahan dan kebenaran prinsip-prinsip syariah yang diterapkan

pada perbankan syariah tersebut. Untuk itu perlu adanya lembaga pengawas yang

mengawasi secara menyeluruh sehingga perbankan syariah tersebut benar-benar

menerapkan prinsip syariah secara baik.

Selanjutnya perlu adanya pendekatan yang dilakukan guna mengetahui

dan memastikan keIslaman pada suatu bank. Pendekatan yang digunakan secara

luas untuk memastikan keIslaman dari perbankan Syariah ditingkat sektor swasta

adalah badan pengawas agama atau di Indonesia lebih dikenal dengan nama

Dewan Pengawas Syariah (DPS). Hal ini untuk memastikan bahwa aktivitas

sehari-hari bank Islam adalah untuk area mobilisasi dan alokasi sumber daya yang

sesuai dengan Hukum Ekonomi Syari’ah.11

Dalam dunia perbankan terdapat pula

lembaga pengawas perbankan yang langsung berada dibawah naungan

pemerintah, yaitu Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah lembaga negara yang dibentuk

berdasarkan UU Nomor 21 Tahun 2011 yang berfungsi menyelenggarakan sistem

11

Abdullah Saeed, Bank Islam dan Bunga, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008 ), hlm.

188.

Page 18: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

7

pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di

dalam sektor jasa keuangan baik di sektor perbankan, pasar modal, dan sektor jasa

keuangan non-bank seperti Asuransi, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan

Lembaga Jasa Keuangan lainnya. OJK merupakan lembaga pengawasan yang

dilatarbelakangi kebutuhan akan pentingnya suatu lembaga pengawas yang

mampu mengatur sekaligus memberikan arahan kepada perbankan agar berjalan

sesuai dengan ketentuan hukum yang ada. Selain itu, OJK juga melakukan

pengawasan secara menyeluruh terhadap lembaga keuangan, baik itu pinsip yang

digunakan maupun mekanisme pengelolaan keuangan yang dilakukan. Sebelum

ada OJK pengawasan industri keuangan berjalan terpisah di bawah dua regulator

yaitu Bank Indonesia yang mengawasi perbankan dan Bapepam-LK (Lembaga

Keuangan) yang mengawasi pasar modal dan industri keuangan non-bank.12

OJK memang belum lama ini ikut berperan di dalam dunia pengawasan

perbankan. Sehingga masyarakat belum begitu mengetahui tentang kinerjanya

dan menganggap bahwa OJK hanya sebagai lembaga pengawas yang mengawasi

perbankan konvensional, namun pada kenyataannya OJK mengawasi seluruh

lembaga-lembaga keuangan ataupun badan lain yang menyelenggarakan

pengelolaan dana masyarakat, baik itu secara konvensional ataupun secara

syariah.

Namun masih dirasakan kurangnya efektivitas OJK sebagai lembaga

pengawasan bagi perbankan syariah, menimbulkan asumsi dan keraguan bagi

masyarakat tentang efektifitas OJK sebagai lembaga pengawasan perbankan,

12

Buku Saku OJK, hlm. 2

Page 19: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

8

khususnya perbankan syariah. Hal ini dikarenakan kurangnya sosialisasi yang

dilakukan oleh pihak lembaga OJK itu sendiri kepada masyarakat luas terkait

dengan apa saja fungsi dan wewenang OJK sebagai salah satu lembaga

pengawasan dalam bidang keuangan khususnya perbankan syariah. Masih

banyaknya permasalahan yang terjdi pada parkembangan lembaga keuangan

syariah juga menjadi hal yang menjadi tolak ukur efektivitas OJK dalam

melakukan pengawasan, mulai dari permasalahan prinsip-prinsip syariah yang

diterapkan hingga kurangnya ketegasan hukum terhadap perbankan syariah yang

belum sepenuhnya menerapkan prinsip syariah.

Berdasarkan permasalahan tersebut, untuk itulah penulis mengangkat

penelitian tentang “Efektivitas Otoritas Jasa Keuangan Dalam Mengawasi

Perkembangan Perbankan Syariah Di Kota Jambi (Studi Kasus Otoritas

Jasa Keuangan Kota Jambi)”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses pengawasan yang dilakukan OJK terhadap perbankan

syariah di Kota Jambi?

2. Bagaimana efektivitas Otoritas Jasa Keuangan dalam mengawasi

perkembangan perbankan syariah di Kota Jambi?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini ialah:

1. Untuk mengetahui bagaimana proses pengawasan yang dilakukan oleh

Otoritas Jasa Keuangan terhadap perbankan syariah di kota Jambi

Page 20: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

9

2. Untuk mengetahui dan memahami tingkat efektivitas Otoritas Jasa

Keuangan terhadap perkembangan perbankan syariah di kota Jambi

Kegunaan penelitian ini meliputi beberapa hal, antara lain:

1. Bagi para mahasiswa agar dapat mengembangkan pemikiran yang lebih

luas dari penelitian ini. Khusus bagi mahasiswa Hukum Ekonomi Syariah

agar mampu memahami dan mengembangkan secara luas.

2. Bagi masyarakat luas agar mampu mengerti dan memahami secara jelas

tentang fungsi, dan kewenangan serta kontribusi dari kerja otoritas jasa

keuangan terhadap perkembangan perbankan syariah.

3. Bagi masyarakat luas agar mampu mengerti dan memahami secara jelas

tentang fungsi, dan kewenangan serta kontribusi dari kerja Otoritas Jasa

Keuangan terhadap perkembangan syariah.

D. Batasan Masalah

Berdasarkan judul penelitian yang penulis angkat, maka tumpuan utama

yang dibahas dalam karya ilmiah ini ialah tentang efektivitas Otoritas Jasa

Keuangan terhadap perkembangan perbankan syariah di kota Jambi, yaitu dalam

hal pengawasan, pengaturan dan perlindungan terhadap perbankan syariah.

Batasan masalah ini penulis sampaikan agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam

pembahasan, baik terhadap penulis maupun pembaca.

E. Kerangaka Teori

1. Fungsi dan Wewenang Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

OJK berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan

yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan.

Page 21: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

10

Sementara berdasarkan pasal 6 dari UU No 21 Tahun 2011, tugas utama dari OJK

adalah melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap:

a. Kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan;

b. Kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal;

c. Kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga

Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya.

Adapun wewenang yang dimiliki OJK adalah sebagai berikut:

a. Terkait Khusus Pengawasan dan Pengaturan Lembaga Jasa Keuangan Bank

yang meliputi:

1. Perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran dasar,

rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan dan sumber daya manusia,

merger, konsolidasi dan akuisisi bank, serta pencabutan izin usaha bank;

2. Kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana, produk

hibridasi, dan aktivitas di bidang jasa;

3. Pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank yang meliputi:

likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio kecukupan modal

minimum, batas maksimum pemberian kredit, rasio pinjaman terhadap

simpanan dan pencadangan bank; laporan bank yang terkait dengan

kesehatan dan kinerja bank; sistem informasi debitur; pengujian kredit

(credit testing); dan standar akuntansi bank;

4. Pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehati-hatian bank, meliputi:

manajemen risiko; tata kelola bank; prinsip mengenal nasabah dan anti-

Page 22: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

11

pencucian uang; dan pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan

perbankan; serta pemeriksaan bank.

b. Terkait Pengaturan Lembaga Jasa Keuangan (Bank dan Non-Bank) meliputi:

1. Menetapkan peraturan dan keputusan OJK;

2. Menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan;

3. Menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK;

4. Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis

terhadap Lembaga Jasa Keuangan dan pihak tertentu;

5. Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter

pada lembaga jasa keuangan;

6. Menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengelola,

memelihara, dan menatausahakan kekayaan dan kewajiban;

7. Menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.

c. Terkait pengawasan lembaga jasa keuangan (bank dan non-bank) meliputi:

1. Menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa

keuangan;

2. Mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh Kepala

Eksekutif;

3. Melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan

konsumen dan tindakan lain terhadap lembaga jasa keuangan, pelaku, dan

atau penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam

peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan;

Page 23: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

12

4. Memberikan perintah tertulis kepada lembaga jasa keuangan dan atau

pihak tertentu;

5. Melakukan penunjukan pengelola statuter;

6. Menetapkan penggunaan pengelola statuter;

7. Menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan

pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di sektor jasa

keuangan;

8. Memberikan dan atau mencabut: izin usaha, izin orang perseorangan,

efektifnya pernyataan pendaftaran, surat tanda terdaftar, persetujuan

melakukan kegiatan usaha, pengesahan, persetujuan atau penetapan

pembubaran dan penetapan lain.13

2. Perkembangan Perbankan Syariah

Deregulasi perbankan dimulai sejak tahun 1983. Pada tahun tersebut, BI

memberikan keleluasaan kepada bank-bank untuk menetapkan suku bunga.

Pemerintah berharap dengan kebijakan deregulasi perbankan maka akan tercipta

kondisi dunia perbankan yang lebih efisien dan kuat dalam menopang

perekonomian. Pada tahun 1983 tersebut pemerintah Indonesia pernah berencana

menerapkan "sistem bagi hasil" dalam perkreditan yang merupakan konsep dari

perbankan syariah.

Pada tahun 1988, Pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Deregulasi

Perbankan 1988 (Pakto 88) yang membuka kesempatan seluas-luasnya kepada

bisnis perbankan harus dibuka seluas-luasnya untuk menunjang pembangunan

13

Buku Saku OJK, hlm. 5-9

Page 24: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

13

(liberalisasi sistem perbankan). Meskipun lebih banyak bank konvensional yang

berdiri, beberapa usaha-usah perbankan yang bersifat daerah yang berasaskan

syariah juga mulai bermunculan.

Inisiatif pendirian bank Islam Indoensia dimulai pada tahun 1980 melalui

diskusi-diskusi bertemakan bank Islam sebagai pilar ekonomi Islam. Sebagai uji

coba, gagasan perbankan Islam dipraktekkan dalam skala yang relatif terbatas di

antaranya di Bandung (Bait At-Tamwil Salman ITB) dan di Jakarta

(Koperasi Ridho Gusti).

Tahun 1990, Majelis Ulama Indonesia (MUI) membentuk kelompok kerja

untuk mendirikan Bank Islam di Indonesia. Pada tanggal 18 – 20 Agustus 1990,

Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyelenggarakan lokakarya bunga bank dan

perbankan di Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Hasil lokakarya tersebut kemudian

dibahas lebih mendalam pada Musyawarah Nasional IV MUI di Jakarta 22 – 25

Agustus 1990, yang menghasilkan amanat bagi pembentukan kelompok kerja

pendirian bank Islam di Indonesia. Kelompok kerja dimaksud disebut Tim

Perbankan MUI dengan diberi tugas untuk melakukan pendekatan dan konsultasi

dengan semua pihak yang terkait.

Sebagai hasil kerja Tim Perbankan MUI tersebut adalah berdirilah bank

syariah pertama di Indonesia yaitu PT Bank Muamalat Indonesia (BMI), yang

sesuai akte pendiriannya, berdiri pada tanggal 1 November 1991. Sejak tanggal 1

Mei 1992, BMI resmi beroperasi dengan modal awal sebesar Rp.

106.126.382.000,-

Page 25: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

14

Pada awal masa operasinya, keberadaan bank syariah belum memperoleh

perhatian yang optimal dalam tatanan sektor perbankan nasional. Landasan

hukum operasi bank yang menggunakan sistem syariah, saat itu hanya diakomodir

dalam salah satu ayat tentang "bank dengan sistem bagi hasil" pada UU No. 7

Tahun 1992; tanpa rincian landasan hukum syariah serta jenis-jenis usaha yang

diperbolehkan.

Pada tahun 1998, pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat melakukan

penyempurnaan UU No. 7/1992 tersebut menjadi UU No. 10 Tahun 1998, yang

secara tegas menjelaskan bahwa terdapat dua sistem dalam perbankan di tanah air

(dual banking system), yaitu sistem perbankan konvensional dan sistem perbankan

syariah. Peluang ini disambut hangat masyarakat perbankan, yang ditandai dengan

berdirinya beberapa Bank Islam lain, yakni Bank IFI, Bank Syariah Mandiri,

Bank Niaga, Bank BTN, Bank Mega, Bank BRI, Bank Bukopin, BPD Jabar dan

BPD Aceh dll.

Pengesahan beberapa produk perundangan yang memberikan kepastian

hukum dan meningkatkan aktivitas pasar keuangan syariah, seperti: (i) UU No.21

tahun 2008 tentang Perbankan Syariah; (ii) UU No.19 tahun 2008 tentang Surat

Berharga Syariah Negara (sukuk); dan (iii) UU No.42 tahun 2009 tentang

Amandemen Ketiga UU No.8 tahun 1983 tentang PPN Barang dan Jasa. Dengan

telah diberlakukannya Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan

Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka pengembangan industri perbankan

syariah nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan akan

mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat lagi. Dengan progres

Page 26: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

15

perkembangannya yang impresif, yang mencapai rata-rata pertumbuhan aset lebih

dari 65% pertahun dalam lima tahun terakhir, maka diharapkan peran industri

perbankan syariah dalam mendukung perekonomian nasional akan semakin

signifikan. Lahirnya UU Perbankan Syariah mendorong peningkatan jumlah BUS

dari sebanyak 5 BUS menjadi 11 BUS dalam kurun waktu kurang dari dua tahun

(2009-2010).

Sejak mulai dikembangkannya sistem perbankan syariah di Indonesia,

dalam dua dekade pengembangan keuangan syariah nasional, sudah banyak

pencapaian kemajuan, baik dari aspek kelembagaan dan infrastruktur penunjang,

perangkat regulasi dan sistem pengawasan, maupun awareness dan literasi

masyarakat terhadap layanan jasa keuangan syariah. Sistem keuangan syariah kita

menjadi salah satu sistem terbaik dan terlengkap yang diakui secara internasional.

Per Juni 2015, industri perbankan syariah terdiri dari 12 Bank Umum Syariah, 22

Unit Usaha Syariah yang dimiliki oleh Bank Umum Konvensional dan 162 BPRS

dengan total aset sebesar Rp. 273,494 Triliun dengan pangsa pasar 4,61%. Khusus

untuk wilayah Provinsi DKI Jakarta, total aset gross, pembiayaan, dan Dana Pihak

Ketiga (BUS dan UUS) masing-masing sebesar Rp. 201,397 Triliun, Rp. 85,410

Triliun dan Rp. 110,509 Triliun.

Pada akhir tahun 2013, fungsi pengaturan dan pengawasan perbankan

berpindah dari Bank Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan. Maka pengawasan dan

pengaturan perbankan syariah juga beralih ke OJK. OJK selaku otoritas sektor

jasa keuangan terus menyempurnakan visi dan strategi kebijakan pengembangan

sektor keuangan syariah yang telah tertuang dalam Roadmap Perbankan Syariah

Page 27: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

16

Indonesia 2015-2019 yang dilaunching pada Pasar Rakyat Syariah 2014.

Roadmap ini diharapkan menjadi panduan arah pengembangan yang berisi

insiatif-inisiatif strategis untuk mencapai sasaran pengembangan yang

ditetapkan.14

F. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan salah satu langkah penting dalam melakukan

penelitian. Karena tinjauan pustaka berfungsi sebagai penyedia informasi terkait

penelitian-penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian yang akan

dilakukan. Hal ini penting untuk menghindari terjadinya pengulangan (duplikasi)

dan membimbing peneliti tentang apa yang perlu diselidiki lebih lanjut.

Adapun penelitian-penelitian terdahulu yang pernah membahas tentang

Otoritas Jasa Keuangan ialah:

1. Skripsi mahasiswa dari Universitas Hasanudin Makassar yang bernama

Muhammad Firmansyah. Beliau meneliti dengan judul “Kewenangan Otoritas

Jasa Keuangan (OJK) Sebagai Lembaga Pengawasan Perbankan di

Indonesia”. Skripsi yang di bahas oleh Muhammad Firmansyah ini terfokus

kepada pembahasan mengenai pengawasan perbankan di Indonesia dan

hubungan ojk dengan bank Indonesia.

2. Skripsi mahasiswi dari Universitas Jember yang bernama Retta Christina

Sinaga. Beliau meneliti dengan judul “Aspek Hukum Pengalihan Pengawasan

Perbankan Kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK)”. Skripsi ini terfokus

14

http://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-syariah/Pages/Sejarah-Perbankan-Syariah.aspx

Page 28: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

17

kepada aspek hukum yang yang dipakai terhadap pengalihan pengawasan

perbankan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

3. Skripsi mahasiswi Universitas Airlangga yang bernama Mirza Nindya Putri.

Beliau meneliti dengan judul “Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan dalam

Rangka Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa Perbankan”. Fokus skripsi

ini ialah pada perlindungan konsumen perbankan yang dilakukan OJK.

Yang membedakan skripsi yang penulis buat dengan penelitian-penelitian

terdahulu ialah pada pokok pembahasan utama, yaitu penelitian ini memuat

tentang efektivitas Otoritas Jasa Keuangan dalam pengawasan terhadap perbankan

syariah di Kota Jambi. Jadi, yang menjadi fokus utamanya ialah efektivitas OJK

terhadap perkembangan bank syariah.

Page 29: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

18

BAB II

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Adapun paradigma penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini

ialah bersifat kualitatif. Pendekatan yang digunakan penulis bersifat

fenomenologi atau yang juga sering disebut sebagai kualitatif deskriptif.15

Pendekatan ini ialah dengan melakukan penciuman lapangan untuk dapat

memperoleh hasil yang sesuai dengan praktek yang ada.

B. Jenis dan Sumber Data

Secara umum jenis data dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu

data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data primer adalah data pokok yang diperlukan dalam penelitian, yang

diperoleh secara langsung dari sumbernya ataupun dari lokasi objek penelitian,

atau keseluruhan data hasil penelitian yang diperoleh dilapangan. Dalam

penelitian ini data primer diperoleh dari hasil penelitian langsung terhadap pejabat

Otoritas Jasa Keuangan Kota Jambi.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data atau sejumlah keterangan yang diperoleh secara

tidak langsung atau melalui sumber perantara. Data ini diperoleh dari dengan cara

mengutip dari sumber lain, sehingga tidak bersifat authentik, karena sudah

15

Fakultas Syariah IAIN STS Jambi, Pedoman Penulisan Skripsi, Edisi Revisi, (Jambi:

Syariah Press IAIN STS Jambi, 2014 ), hlm. 32.

Page 30: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

19

diperoleh dari tangan kedua, ketiga, dan seterusnya.16

Dalam hal data sekunder ini

dapat diperoleh dari dokumen-dokumen atau buku.

C. Instrumen Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi dalam penelitian ini adalah sebagai instrumen untuk

mendapatkan data utama dalam menilai hubungan birokrasi dan politik. Teknik

yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi non partisipasi.

Kedudukan peneliti hanya sebagai pengamat dan selama proses observasi akan

dibuat catatan-catatan untuk keperluan analisis dan pengecekan data kembali.

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara dan terwawancara.17

Instrumen ini

digunakan untuk mendapatkan data mentah dari informan, sehingga dapat

ditemukan data baru yang tidak terdapat dalam dokumen. Data mentah ini adalah

data utama dalam penelitian ini yang diperoleh oleh peneliti secara langsung dari

informan yang bermanfaat untuk menjawab persoalan penelitian.18

Jadi, dalam

penelitian ini data mentah tersebut langsung didapat dari staf ataupun yang

berwenang di kantor Otoritas Jasa Keuangan.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah catatan tertulis tentang berbagai kegiatan atau

peristiwa pada masa yang lampau baik berupa gambar maupun yang bersifat

16

Ibid, hlm.34. 17

Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2008), hlm. 186 18

Fakultas Syariah IAIN STS Jambi, Pedoman.., hlm. 34.

Page 31: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

20

catatan. Dalam sebuah penelitian, semua dokumentasi yang berhubungan dengan

penelitian yang bersangkutan perlu dicatat sebagai sumber informasi.19

Dalam

penelitian ini yang menjadi dokumentasi, yaitu laporan-laporan pengawasan yang

dilakukan OJK terhadap perbankan syariah di Kota Jambi.

D. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian menjelaskan tentang alat-alat analisis,

perspektif dan model analisis. Kerangka teoritis yang dibangun harus dijadikan

sebagai dasar untuk model analisis.20

Bogdan dan Biklen menyatakan bahwa analisis data kualitatif adalah

upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,

memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya,

mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang

dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.21

Mengingat bahwa tulisan ini membahas mengenai hubungan antara

Otoritas jasa keuangan terhadap perbankan syariah yang mana menyangkut

kontribusi yang diberikan OJK dalam mempengaruhi perkembangan bank syariah

di kota Jambi.

Berdasarkan hal tersebut maka data-data yang diperoleh dalam penelitian

ini akan di analisis dengan menggunakan beberapa teknik analisis yang dapat

membantu dalam menguraikan data-data yang di dapat dalam penelitian, adapun

analisis yang digunakan, yaitu:

19

W. Gulo, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Gasindo, 2007), Hlm. 123 20

Fakultas Syariah IAIN STS Jambi, Pedoman…, hlm.51-52 21 Lexy J. Moleong, Metodeologi Penelitian Kualitatif, (Bandung, PT. Remaja

Rosdakarya, 2008), Hlm. 248

Page 32: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

21

1. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, serta dicari tema dan polanya. Dengan

demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas,

dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan

mencarinya apabila diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan,

seperti komputer, notebook, dan lain sebagainya.

Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan

dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan. Oleh karena

itu, apabila peneliti dalam melakukan penelitian menemukan segala sesuatu yang

dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki pola, justru itulah yang harus

dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data.

Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang memerlukan

kecerdasan, keleluasaan, dan kedalaman wawasan yang tinggi. Bagi peneliti yang

masih baru, dalam melakukan reduksi data dapat mendiskusikan dengan teman

atau orang lain yang dipandang cukup menguasai permasalahan yang diteliti.

Melalui diskusi itu, wawasan peneliti akan berkembang, sehingga dapat

mereduksi data-data yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang

signifikan.22

2. Display Data (Penyajian Data)

Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan

antar kategori, dan sejenisnya. Menurut Miles dan Huberman, yang paling sering

22

http://www.ssbelajar.net/2012/11/pengolahan-data-kualitatif.html

Page 33: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

22

digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks

yang bersifat naratif.

Dengan adanya penyajian data, maka akan memudahkan untuk memahami

apa yang terjadi, dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah

dipahami tersebut.

3. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang

sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran

suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau bahkan gelap, sehingga

setelah diteliti menjadi jelas. Kesimpulan ini dapat berupa hubungan kausal atau

interaktif, maupun hipotesis atau teori.23

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan berisi mengenai garis besar skripsi ini, yang

dimaksudkan untuk mempermudah pemahaman tentang garis besar isi penelitian

ini secara keseluruhan. Skripsi ini terbagi dalam beberapa bab, yaitu:

BAB I: Bab ini membahas mengenai pendahuluan yang mencakup latar

belakang, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, batasan masalah,

serta tinjauan pustaka.

BAB II: Bab ini membahas mengenai Metode Penelitian yang didalam bab

ini mencakup, jenis dan sumber data, instrumen pengumpulan data, teknik

analisis data serta sistematika penulisan.

23

Ibid

Page 34: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

23

BAB III: Bab ini membahas mengenai gambaran umum tempat penelitian

yang menjelaskan mengenai tempat dimana penulis akan melakukan penelitian.

BAB IV: Bab ini membahas mengenai pembahasan dan hasil dari

penelitian yang mencakup kontribusi pihak Otoritas Jasa Keuangan terhadap

perbankan Syariah dan proses pengawasan yang dilakukan.

BAB V: Bab ini adalah bab penutup yang di dalamnya berisi kesimpulan

dari hasil penelitian, saran dan ucapan terima kasih kepada pihak yang telah turut

andil dalam penyelesaian skripsi ini.

Page 35: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

24

BAB III

GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN

A. Sejarah Singkat Otoritas Jasa Keuangan

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah lembaga Negara yang dibentuk

berdasarkan UU Nomor 21 tahun 2011 yang berfungsi menyelenggarakan sistem

pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di

dalam sektor jasa keuangan baik di sektor perbankan, pasar modal, dan sektor jasa

keuangan non-bank seperti asuransi, dana pensiun, lembaga pembiayaan, dan

lembaga jasa keuangan lainnya. Secara lebih lengakap, OJK adalah Lembaga

independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, OJK mempunyai fungsi,

tugas dan wewenang perngaturan, pengawasan, pemeriksaan dan penyidikan

sebagaimana dimaksud dalam undang-undang Nomor 21 tersebut.

Sebelum ada OJK pengawasan industri keuangan berjalan terpisah di

bawah dua regulator, yaitu Bank Indonesia yang mengawasi perbankan dan

Bapepam-LK (Lembaga Keuangan) yang mengawasi pasar modal dan industri

keuangan non-bank.

Tugas pengawasan industri keuangan non-bank dan pasar modal secara

resmi beralih dari Kementrian Keuangan dan Bapepam-LK ke OJK pada 31

Desember 2012. Sedangkan pengawasan di sector perbankan beralih ke OJK pada

31 Desember 2013 dan Lembaga Keuangan Mikro pada tahun 2015.24

24

Buku Saku OJK, hlm. 2-3

Page 36: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

25

B. Tujuan Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan

Pasal 4 UU Nomor 21 Tahun 2011 tentang OJK menyebutkan bahwa OJK

dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan

terselenggara secara teratur, adil, transparan, akuntabel dan mampu mewujudkan

sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, serta mampu

melindungi kepentingan konsumen maupun masyarakat. Dengan pembentukan

OJK, maka lembaga ini diharapkan dapat mendukung kepentingan sektor jasa

keuangan secara menyeluruh sehingga meningkatkan daya saing perekonomian.

Selain itu, OJK harus mampu menjaga kepentingan nasional, antara lain, meliputi

sumber daya manusia, pengelolaan, pengendalian, dan kepemilikan di sektor jasa

keuangan dengan tetap mempertimbangkan aspek positif globalisasi. OJK

dibentuk dan dilandasi dengan prinsip-prinsip tata kelola yang baik, yang meliputi

independensi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, transparansi, dan kewajaran

(fairness).25

C. Visi dan Misi Otoritas Jasa Keuangan

1. Visi dan Misi Otoritas Jasa Keuangan

Visi OJK adalah menjadi lembaga pengawas industri jasa keuangan yang

terpercaya, melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat dan mapu

mewujudkan industri jasa keuangan menjadi pilar perekonomian nasional yang

berdaya saing global serta dapat memajukan kesejahteraan umum.

Misi OJK adalah:

25

Ibid, hlm. 3-4

Page 37: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

26

a. Mewujudkan terselenggaranya seluruh kegiatan di dalam sektor jasa

keuangan secara teratur, adil, transpaan dan akuntabel;

b. Mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjuatan dan

stabil;

c. Melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.26

D. Nilai Strategis dan Strategi Otoritas Jasa Keuangan Dalam Pencapaian

Visi dan Misi

Dalam Otoritas Jasa Keuangan beberapa nilai strategis dan juga strategi

sangat diperlukan, hal ini guna untuk menjadi acuan dalam memutuskan dan juga

mengambil kesimpulan dalam setiap permasalahan dalam pengawasan lembaga

perbankan syariah yang dihadapi oleh Otoritas Jasa Keuangan guna demi

mencapai visi dan misi. Berikut ini adalah nilai strategis dalam Otoritas Jasa

Keuangan antara lain:

Integritas; bertindak objektif, adil, dan konsisten sesuai dengan kode etik

dan kebijakan organisasi dengan menjunjung tinggi kejujuran dan

komitmen.

Profesionalisme; bekerja dengan penuh tanggung jawab berdasarkan

kompetensi yang tinggi untuk mencapai kinerja terbaik.

Sinergi; berkolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan baik

internal maupun eksternal secara produktif dan berkualitas.

26

Ibid, hlm. 4

Page 38: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

27

Inklusif; terbuka dan menerima keberagaman pemangku kepentingan

serta memperluas kesempatan dan akses masyarakat terhadap industri

keuangan

Visioner; memiliki wawasan yang luas dan mampu melihat kedepan

(Forward looking) serta dapat berpikir di luar kebiasaan (Out of The Box

Thinking).

Dengan adanya nilai strategi tersebut diatas bisa menjadi pedoman

pengambilan keputusan dalam menanggapi setiap masalah khusunya masalah

pengawasan dalam perbankan syariah. Selain itu, diperlukan adanya strategi

dalam menghadapi masalah terkait dengan pebankan. Berikut ini adalah beberapa

strategi yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan dalam rangka pencapaian

visi dan misinya, OJK memiliki delapan strategi utama:

Strategi 1: Mengintegrasikan pengaturan dan pengawasan lembaga

keuangan. Tujuannya adalah untuk mengurangi dan menghilangkan

duplikasi serta pengaturan yang terpisah-pisah melalui harmonisasi

kebijakan. Dengan demikian akan diperoleh nilai tambah berupa

peningkatan ensi kebijakan pengurangan arbitrasi sehingga mendorong

kesetaraan dalam industri keuangan, pengurangan biaya terhadap industri

dan masyarakat. Integrasi akan mengacu pada Arsitektur Pengembangan

Sektor Jasa Keuangan yang mensinergikan berbagai master plan yang

telah disusun sebelumnya di Bank Indonesia dan Bapepam-LK.

Strategi 2: Meningkatkan kapasitas pengaturan dan pengawasan. Strategi

ini ditempuh melalui adopsi kerangka peraturan yang lebih baik dan

Page 39: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

28

disesuaikan dengan kompleksitas, ukuran, integrasi dan konglomerasi

sektor keuangan. Selain itu juga akan dikembangkan metode pengawasan

termutakhir dan bersifat holistik bagi seluruh sektor keuangan, termasuk

penyempurnaan metode penilaian risiko dan deteksi dini permasalahan di

lembaga keuangan.

Strategi 3: Memperkuat ketahanan dan kinerja sistem keuangan. Strategi

ini ditempuh dengan memberikan fokus pada penguatan likuiditas dan

permodalan bagi seluruh lembaga keuangan, sehingga lebih tangguh dalam

menghadapi risiko baik dalam masa normal maupun krisis.

Strategi 4: Mendukung peningkatan stabilitas sistem keuangan. Selain

mengatur dan mengawasi industri keuangan secara individual, OJK juga

menganalisis dan memantau potensi risiko sistemik di masing-masing

individual lembaga keuangan. Kewenangan untuk melakukan pengawasan

secara integrasi akan memberi ruang bagi OJK untuk memantau secara

lebih dalam berbagai kemungkinan risiko dan mengambil langkah-langkah

mitigasinya, terutama risiko yang terjadi di konglomerasi keuangan.

Strategi 5: Meningkatkan budaya tata kelola dan manajemen risiko di

lembaga keuangan. Budaya tata kelola dan manajemen risiko yang baik

harus menjadi jiwa dalam kegiatan di sektor keuangan. Untuk itu OJK

akan menerapkan prinsip-prinsip tata kelola dan manajemen risiko yang

setara di seluruh lembaga jasa keuangan. Tidak kalah pentingnya adalah

pengembangan budaya integritas yang menuntut kepemimpinan yang kuat

dan berkarakter. Untuk itu ke kedepan OJK akan memberikan bobot lebih

Page 40: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

29

pada penilaian aspek ini dalam proses oper test pengurus lembaga

keuangan.

Strategi 6: Membangun sistem perlindungan konsumen keuangan yang

terintegrasi dan melaksanakan edukasi dan sosialisasi yang masif dan

komprehensif. Strategi ini diperlukan untuk mengefektifkan dan

memperkuat bentuk-bentuk perlindungan konsumen yang selama ini

masih tersebar, sehingga bersama sama dengan kegiatan edukasi dan

sosialisasi akan mewujudkan level yang sama antara lembaga jasa

keuangan dengan konsumen keuangan.

Strategi 7: Meningkatkan profesionalisme sumberdaya manusia. Strategi

ini diperlukan untuk menjawab kebutuhan akan capacity building bagi

pengawas.

Strategi 8: Meningkatkan tata kelola internal dan quality assurance. Untuk

keperluan ini, OJK akan menerapkan standar kualitas yang konsisten di

seluruh level organisasi, menyelaraskan antara tujuan OJK dengan

kebutuhan pemangku kepentingan antara lain membuka dialog dengan

industri secara berkala, dan memastikan pengambilan keputusan yang

tepat sehingga memberikan manfaat bagi masyarakat.

E. Struktur Orgasnisasi Lembaga Otoritas Jasa Keuangan

Struktur organisasi terdiri atas:

1. Dewan Komisioner OJK

2. Pelaksana kegiatan operasional.

Struktur Dewan Komisioner terdiri atas:

Page 41: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

30

1. Ketua merangkap anggota

2. Wakil Ketua sebagai Ketua Komite Etik merangkap anggota

3. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan merangkap anggota

4. Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal merangkap anggota

5. Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Jasa

Pembiayaan dan Lembaga Jasa Keungan Lainnya merangkap anggota

6. Ketua Dewan Audit merangkap anggota

7. Anggota yang membidangi Edukasi dan Perlindungan Konsumen

8. Anggota ex-officio dari Bank Indonesia yang merupakan anggota Dewan

Gubernur Bank Indonesia

9. Anggota ex-officio dari Kementrian Keuangan yang merupakan pejabat

setingkat eselon I kementrian Keuangan.

Pelaksana kegiatan operasional terdiri atas:

1. Ketua Dewan Komisioner memimpin bidang Manajemen Strategis I

2. Wakil Ketua Dewan Komisioner memimpin bidang Manajemen Strategis

II

3. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan memimpin bidang Pengawasan

sektor Perbankan

4. Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal memimpin bidang Pengawsan

Sektor Pasar Modal

5. Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga

Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya memimpin bidang

Pengawasan Sektor IKNB

Page 42: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

31

6. Ketua Dewan Audit memimpin bidang Audit Internal dan Manajemen

Risiko

7. Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan

Konsumen memimpin bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen.27

OJK dipimpin oleh sembilan Dewan Komisioner yang kepemimpinannya

bersifat kolektif dan kolegial. Susunan Dewan Komisioner tersebut terdiri atas:

1. Seorang Ketua

2. Seorang Wakil Ketua

3. Seorang Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan

4. Seorang Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal

5. Seorang Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non-Bank

6. Seorang Ketua Dewan Audit

7. Seorang anggota yang membidangi Edukasi dan Perlindungan Konsumen

8. Seorang ex- dari Bank Indonesia

9. Seorang ex-officio dari Kementerian Keuangan

Jabatan yang ada di OJK, yaitu Untuk membantu tugasnya Dewan

Komisioner mengangkat pejabat struktural maupun fungsional antara lain Deputi

Komisioner, direktur, dan pejabat di bawahnya.

Para Deputi Komisioner adalah pejabat yang langsung berada di bawah

Dewan Komisioner. Berikut ini adalah sembilan pembidangan Deputi Komisioner

OJK:

1. Deputi Komisioner Manajemen Strategis I

27

Ibid, hlm. 13-15

Page 43: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

32

2. Deputi Komisioner Manajemen Strategis IIA

3. Deputi Komisioner Manajemen Strategis II B

4. Deputi Komisioner Audit Internal, Managemen Risiko dan Pengendalian

Kualitas

5. Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal I

6. Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal II

7. Deputi Komisioner Pengawas Industri Keuangan Non Bank I

8. Deputi Komisioner Pengawas Industri Keuangan Non Bank II

9. Deputi Komisioner Edukasi dan Perlindungan Konsumen

Dalam mengemban fungsi dan tugasnya OJK memiliki pegawai yang

berasal dari Bank Indonesia dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga

Keuangan.

F. Asas Otoritas Jasa Keuangan

Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, Otoritas Jasa Keuangan

berlandaskan asas-asas sebagai berikut:

1. Asas Independensi, yakni independen dalam pengambilan keputusan dan

pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang OJK, dengan tetap sesuai peraturan

perundang-undangan yang berlaku;

2. Asas Kepastian Hukum, yakni asas dalam Negara yang mengutamakan

landasan peraturan perundang-undangan dan keadilan dalam setiap kebijakan

penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan;

Page 44: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

33

3. Asas Kepentingan Umum, yakni asas yang membela dan melindungi

kepentingan konsumen dan masyarakat serta memajukan kesejahteraan

umum;

4. Asas keterbukaan, yakni asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat

untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif

tentang penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan, dengan tetap

memperhatikan perlindungan hak asasi pribadi dan golongan, serta rahasia

Negara, termasuk rahasia sebagaimana ditetapkan dalam peraturan

perundang-undangan;

5. Asas profesionalitas, yakni asas yang mengutamakan keahlian dalam

pelaksanaan tugas dan wewenang Otoritas Jasa Keuangan, dengan tetap

berlandaskan pada kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan;

6. Asas Integritas, yakni asas yang berpegang teguh pada nilai-nilai moral dalam

setiap tindakan dan keputusan yang diambil dalam penyelenggaraan Otoritas

Jasa Keuangan;

7. Asas Akuntabilitas, yakni asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan

hasil akhir dari setiap kegiatan penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan

harus dapat dipertanggungjawabkan kepada publik.28

G. Ruang Lingkup Wewenang Otoritas Jasa Keuangan

Otoritas Jasa Keuangan sebagai suatu lembaga pengawasan lembaga jasa

keuangan memiliki wewenang dalam mengawasi lembaga jasa keuangan yang

bukan hanya perbankan saja, namun juga lembaga keuangn non-bank. Sebagai

28

Ibid, hlm. 11-12

Page 45: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

34

lembaga pengawas, Ojk memiliki ruang lingkup yang cukup luas. Ruang Lingkup

yang luas berguna bagi pemilik lembaga jasa keuangan yang memiliki lebih dari 1

lembaga jasa keuangan (Konglomerasi keuangan).

Adapun OJK mengawasi lembaga jasa keuangan baik itu bank maupun

non-bank dengan beberapa hal, antara lain:

1. Pengawasan Perbankan

Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan

usaha. Fungsi utama perbankan Indonesia adalah penghimpun dan penyalur dana

masyarakat serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional

dalam rangka meningkatkan pemerataan pemangunan dan hasil-hasilnya,

pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, kearah peningkatan taraf hidup

rakyat banyak. Dalam menjalankan fungsinya, perbankan berasaskan demokrasi

ekonomi dan dngan prinsip kehati-hatian.

Perbankan memiliki kedudukan yang strategis, yakni sebagai penunjang

kelancaran sistem pembayaran, pelaksanaan kebijakan moneter dan pencapaian

stabilitas sistem keuangan, sehingga diperlukan perbankan yang sehat, transparan

dan dapat dipertanggungjawabkan. Perbankan dalam menjalankan tugasnya juga

diawasi oleh lembaga pengawas perbankan salah satunya ialah Otoritas Jasa

Keuangan. Pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan, kesehatan, aspek

kehati-hatian, dan pemeriksaan bank merupakan lingkup pengaturan dan

pengawasan microprudential yang menjadi tugas dan wewenang Otoritas Jasa

Keuangan. Berikut ini merupakan jenis-jenis perbankan di Indonesia antara lain:

Page 46: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

35

a. Bank Umum dan BPR Konvensional

Bank Konvensional adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya

secara konvensional dan berdasarkan jenisnya terdiri atas Bank Umum dan Bank

Perkreditan Rakyat (BPR). Bank Umum Konvensional menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat

deposito, tabungan dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu serta

memberikan kredit, menerbitkan surat utang membeli dan menjual, memindahkan

dana, menempatkan dana, menerima pembayaran dan lain-lain. Sedangkan BPR

menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito

berjangka, tabungan dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu serta

memberikan kredit.

Pengaturan dan pengawasan yang dilakukan OJK terhadap perbankan

ialah memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha bank

tertentu, menetapkan peraturan, melaksanakan pengawasan bank serta

mengenakan sanksi terhadap bank. Pengaturan dan pengawasan ini bertujuan

untuk mengoptimalkan fungsi perbankan di Indonesia agar tercipta sistem

perbankan yang sehat secara menyeluruh maupun individual, dan mampu

memelihara kepentingan masyarakat dengan baik, berkembang secara wajar dan

bermanfaat bagi perekonomian nasional.

Kewenangan yang dimiliki oleh OJK terhadap perbankan meliputi

beberapa hal, yaitu kewenangan memberikan izin, mengatur, mengawasi dan

kewenangan memberikan sanksi. Kewenangan memberikan izin merupakan

kewenangan OJK untuk dapat menetapkan tata cara perizinan dan pendirian suatu

Page 47: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

36

bank. Kewenangan untuk mengatur ialah untuk menetapkan ketentuan yang

menyangkut aspek usaha dan kegiatan perbankan. kewenangan mengawasi

merupakan hak OJK untuk dapat mengawasi perbankan secara langsung maupun

tidak langsung. Kewenangan untuk memberikan sanksi merupakan suatu

ketetapan oleh OJK untuk dapat menjatuhkan sanksi sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan terhadap bank yang melanggar.

Sistem pengawasan yang dilakukan OJK terhadap perbankan dengan

menggunakan dua sistem pendekatan, yaitu pengawasan berdasarkan kepatuahan

dan pengawasan berdasarkan resiko. Pengawsan berdasarkan kepatuhan

merupakan sistem pengawasan yang memantau kepatuhan bank terhadap

ketentuan-ketentuan yang terkait dengan operasi dan pengelolaan bank di masa

lalu dengan tujuan untuk memeastiakn bahwa bank telah beroperasi dan dikeloa

secara baik dan benar menurut prinsip kehati-hatian. Pengawasan berdasarkan

resiko merupakan pengawasan bank menggunakan strategi dan metodologi

berdasarkan resiko yang memungkinkan pengawas bank dapat mendeteksi resiko

yang signifikan secara dini dan mengambil tindakan pengawasan yang sesuai dan

tepat waktu.29

b. Bank Umum dan BPR Syariah

Sesuai dengan UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Bank

Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan berdasarkan prinsip syariah.

Selain itu, UU Perbankan Syariah juga mengamanahkan bank syariah untuk

menjalankan fungsi sosial dengan menjalankan fungsi seperti lembaga baitul mal,

29 Ibid, Hlm. 66-76

Page 48: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

37

yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah atau dana

sosial lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat dan

menghimpun wakaf tunai untuk disalurkan kepada pengelola wakaf sesuai

kehendak pemberi wakaf.

Pelaksanaan fungsi pengaturan dan pengawasan perbankan syariah dari

aspek pelaksanaan prinsip kehati-hatian dan tata kelola yang baik dilaksanakan

OJK sebagaimana halnya pada pebankan konvensional, namun dengan pengaturan

dan sistem pengawasan yang disesuaikan dengan kekhasan sistem operasional

perbankan syariah. Masalah pemenuhan prinsip syariah memang hal yang unik

bagi bank syariah, karena pada hakikinya bank syariah adalah bank yang

menawarkan prosuk yang sesuai prinsip syariah. Kepatuhan pada prinsip sariah

menjadi sangat fundamental karena hal inilah yang menjadi alasan dasar

eksistensi bank syariah. Dalam fungsi pengawasan yang dilakukan dengan OJK

terhadap prinsip syariah yang diterapkan perbankan syariah, OJK bekerja sama

dengan Dewan Pengawas Syariah.

2. Pengawasan Pasar Modal

Berdasarkan Undang-undang No. 8 Tahun 1995 Pasal 1 Angka 13

dijelaskan bahwa pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan

Penawaran Umum dan Perdagangan Efek, perusahaan public yang berkaitang

dengan Efek yang diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan

Efek.30

30

Buku Saku OJK, Hal. 186

Page 49: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

38

Di Indonesia, lembaga yang berwenang atas seluruh kegiatan Pasar Modal

adalah Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Hal ini tertuang dalam Undang-undang No.

21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, dimana OJK berfungsi

menyelenggarakan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. Salah satu tugas

adalah mengatur dan mengawasi kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal.

OJK dalam struktur Pasar Modal di Indonesia memiliki kedudukan tertinggi dan

merupakan lembaga Negara yang bersifat Independen dengan fungsi, tugas dan

wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan dan penyidikan di sektor Pasar

Modal.31

Dalam konteks penegakan hukum, adapun kewenangan yang dimiliki OJK

ialah Pemeriksaan di sektor Pasar Modal dan Penyidikan sektor jasa keuangan.

OJK berwenang untuk melakukan pemeriksaan terhadap Sektor Pasar Modal.

Pemeriksaan dilakukan pada saat ditemukan adanya dugaan pelanggaran terhadap

peraturan perundang-undangan di sektor Pasar Modal. Dalam melakukan

pemeriksaan OJK berwenang untuk meminta keterangan dan konfirmasi,

memeriksa catatan, pembukuan dan dokumen lain dari pihak yang dianggap perlu.

Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan oleh OJK, dapat diambil tindakan

pembinaan atau pengenaan sanksi administratif atas pelanggaran ketentuan

perundang-undangan di sektor Pasar Modal. Jika dari hasil pemeriksaan

ditemukan adanya indikasi pelanggaran ketentuan pidana Pasar Modal, maka

hasil pemeriksaan tersebut dapat ditingkatkan ketahap penyidikan.

31

Ibid, Hal. 187-188

Page 50: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

39

Penyidikan dilakukan pada saat ditemukan adanya dugaan pelanggaran

ketentuan pidana Pasar Modal yang mengakibatkan kerugian bagi kepentingan

Pasar Modal dan membahayakan kepentingan pemodal dan masyarakat atau

apabila tidak tercapai penyelasaian atas kerugian yang telah timbul. Penyidikan

dilakukan oleh OJK untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang diperlukan

tentang tindak pidana di sektor Pasar Modal yang terjadi, menemukan tersangka,

serta mengetahui besarnya kerugian yang ditimbulkan. Jenis tindak pidana di

sektor Pasar Modal diantaranya financial fraud, penipuan, manipulais pasar, dan

perdagangan orang dalam (insider trading).

3. Perasuransian

Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan

pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan

asuransi sebagai imbalan untuk memberikan perggantian kepada tertanggung atau

pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul dan sebagainya

yang menimbulkan resiko bagi pemegang polis. Usaha perasuransian adalah

segala usaha menyangkut jasa pertanggung atau pengelolaan resiko,

pertanggungan ulang resiko, pemasaran dan distribusi produk asuransi atau

produk asuransi syariah.

Dalam peraturan OJK No. 73/POJK.05/2016 tentang tata kelola

perusahaan yang baik bagi perusahaan perasuransian, pada pasal dua ayat satu

dijelaskan bahwa perushaan perasuransian wajib enerapkan prinsip tata kelola

perusahaan yang baik dalam setiap kegiatan usahanya pada seluruh tingkatan atau

jenjang organisasi. Pada ayat 2 pasal 2 POJK No. 73 dikatakn bahwa prinsip tata

Page 51: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

40

kelola perusahaan yang baik meliputi keterbukaan, akuntabilitas,

pertanggungjawaban, kemandirian dan kesetaraan. Dalam POJK No. 73 tersebut

di atur pula tentang perushaan asuransi yang wajib mengungkapkan hal-hal

penting kepada OJK yang meliputi pengunduran diri atau pemberhentian auditor

eksternal, transaksi material dengan pihak terkait, klaim material yang diajukan

oleh atau terhadap perushaan perasuransian, benturan kepentingan yang sedang

berlangsung atau yang mungkin yang akan terjadi dan informasi material lain

mengenai perusahaan.

4. Dana Pensiun

Dana pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan

program yang menjanjikan manfaat pensiun. Program pensiun tersebut

memberikan penghasilan berkelanjutan kepada peserta ketika memasuki usia

pensiun atau terjadi hal-hal yang tidak diharapkan.

Penghasilan yang dimaksud dalah manfaat pensiun yang merupakan

pembayaran berkala yang dibayarkan kepada peserta pada saat dan dengan cara

yang ditetapkan dalam peraturan dana pensiun.

5. Lembaga Pembiayaan

Secara umum, setiap transaksi pembiayaan yang dilakukan oleh lebaga

pebiayaan selalu melibatkan pihak yang membutuhkan pembiayaan, obyek yang

dibiayai dan pihak yang menyediakan pembiayaan. Kegiatan usaha perusahaan

pembiayaan ialah pebiayaan investasi, pembiayaan modal kerja, pembiayaan

multiguna dan kegiatan usaha pembiayaan lain berdasarkan persetujuan OJK.

Page 52: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

41

Selain itu, pada cara pembiayaan yang dilakukan oleh perusahaan

pembiayaan terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari OJK. Berikut ini

adalah beberapa contoh pembiayaan dengan persetujuan OJK:

Sewa Pembiayaan

Jual dan Sewa-Balik (sale and lease back)

Anjak Piutang (Factoring)

Pembelian dengan Pembayaran secara Angsuran

Pembiayaan Proyek

Pembiayaan Infrastruktur

Fasilitas Modal Usaha

6. Lembaga Jasa Keuangan Khusus

Pada umumnya lembaga jasa keuangan khusus, dibagi atas lima bagian,

yaitu: 1) Perusahaan Penjaminan, 2) Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia, 3)

PT. Sarana Multigriya Financial (Persero), 4) PT Pegadaian (Persero), dan 5)

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Kegiatan pada perusahaan penjaminan

yaitu perlindungan atau proteksi atas resiko kerugian yang mungkin terjadi,

dimana resiko kerugian tersebut harus dapat diukur secara financial.

Perusahaan penjaminan ini juga merupakan satu-satunya lembaga jasa

keuangan khusus yang berlandaskan hukum pada peraturan Otoritas Jasa

Keuangan nomor 5/POJK.05/2014 tentang perizinan usaha dan kelembagaan

penjaminan, peraturan Otoritas Jasa Keuangan nomor 6/POJK.05/2014 tentang

penyelenggaraan usaha lembaga penjaminan dan juga peraturan Otoritas Jasa

Keuangan nomor 7/POJK.05/2014 tentang pemeriksaan lembaga penjaminan.

Page 53: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

42

7. Lembaga Keuangan Mikro

Lembaga ini merupakan salah satu lembaga keuangan non-bank yang

melakukan kegiatan usaha jasa pengembangan usaha dan pemberdayaan

masyarakat, baik yang didirikan pemerintah atau masyarakat. Lembaga keuangan

mikro adalah lembaga keuangan yang khusus didirikan untuk memberikan jasa

pengembangan usaha dan peberdayaan masyarakat, baik melalui pinjaman atau

pembiayaan dala usaha skala mikro kepada anggota dan masyarakat, pengelolaan

simpanan, aupun pemberian jasa konsultasi pengembangan usaha yang tidak

semata-mata mencari keuntungan. Dasar hukum yang digunakan pada lembaga ini

terkait pada peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) yang antara lain:

POJK Nomor 12/POJK.05/2014 tentang perizinan usaha dan kelembagaan

lembaga keuangan mikro

POJK Nomor 13/POJK.05/2014 tentang Penyelenggaraan usaha lembaga

keuangan mikro

POJK Nomor 14/POJK.05/2014tentang pembinaan dan pengawasan

lembaga jasa keuangan mikro

Kewajiban memperoleh izin usaha lembaga keuangan mikro yang telah

berdiri dan telah beroperasi sebelum berlakunya undang-undang lembaga

keuangan mikro serta belum mendapatkan izin usaha berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, wajib memperoleh izin usaha melalui

pengukuhan sebagai lembaga keuangan mikro kepada OJK. Permohonan izin

usaha baru atau pengukuhan sebagai lembaga keuangan mikro disampaikan

Page 54: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

43

kepada kantor regional/kantor OJK/direktorat lembaga keuangan mikro sesuai

tempat kedudukan lembaga keuangan mikro.

Lembaga keuangan mikro wajib menyampaikan laporan keuangan secara

berkala setiap 4 (empat) bulan untuk periode yang berakhir pada tanggal 30 april,

31 Agustus dan 31 Desember kepada OJK. Penyampaian laporan keuangan

dilakukan paling lambat pada akhir bulan berikutnya. Ketentuan mengenai lapoan

keuangan lembaga keuangan mikro diatur dala surat edaran OJK. Larangan bagi

lembaga keuangan mikro dalam melakukan kegiatan usaha, yang diatur dalam

pasal 2 POJK nomor 13 tahun 2014 tentang penyelenggaraan usaha lembaga

keuangan mikro, yaitu melakukan kegiatan usaha di luar kegiatan usaha.

Pembinaan, pengaturan dan pengawasan lembaga keuangan mikro

dilakukan oleh OJK. Selain itu, dalam melakukan pembinaan lembaga keuangan

mikro, OJK melakukan koordinasi dengan kementrian yang menyelenggarakan

urusan koperasi dan kementrian dalam negeri. Kemudian, pebinaan dan

pengawasan lembaga keuangan mikro di delegasikan kepada pemerintah daerah

kabupaten atau kota atau pihak lain yang ditunjuk.

Page 55: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

44

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Proses Pengawasan yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap

Perbankan Syariah di Kota Jambi

Bank syariah merupakan lembaga keuangan yang mengelola dana

masyarakat yang menggunakan sistem syariah. Akad yang dilakukan di dalam

perbankan syariah memiliki dimensi duniawi dan ukhrawi karena berlandaskan

hukum Islam. Setiap akad dalam perbankan syariah, baik dalam hal barang,

pelaku transaksi maupun ketentuan lainnya harus memenuhi ketentuan akad

seperti rukun dan syarat.32

Berdasarkan UU No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah, dalam

pasal 2 dikatakan bahwa perbankan syariah dalam melakukan kegiatan usahanya

berasaskan prinsip syariah, demokrasi ekonomi dan prinsip kehati-hatian. Selain

itu, UU Perbankan Syariah juga mengamanahkan bank syariah untuk menjalankan

fungsi sosial dengan menjalankan fungsi seperti lembaga baitul mal, yaitu

menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah atau dana sosial

lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat dan menghimpun

wakaf tunai untuk disalurkan kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai kehendak

pemberi wakaf (wakif).

Pelaksanaan fungsi pengaturan dan pengawasan perbankan syariah dari

aspek pelaksanaan prinsip kehati-hatian dan tata kelola yang baik dilaksanakan

32 Mustafa Edwin Nasution, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana,

2007), Hlm. 294

Page 56: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

45

oleh OJK sebagaimana halnya pada perbankan konvensional, namun dengan

pengaturan dan sistem pengawasan yang disesuaikan dengan kekhasan sistem

operasional perbankan syariah. Masalah pemenuhan prinsip syariah memang hal

yang unik bank syariah, karena hakikinya bank syariah adalah bank yang

menawarkan produk yang sesuai dengan prinsip syariah. Kepatuhan pada prinsip

syariah menjadi sangat fundamental karena hal inilah yang menjadi alasan dasar

eksistensi bank syariah. Selain itu, kepatuhan pada prinsip syariah dipandang

sebagai sisi kekuatan bank syariah. Dengan konsisten pada norma dasar dan

prinsip syariah maka kemaslahatan berupa kestabilan sistem, keadilan dalam

berkontrak dan terwujudnya tata kelola yang baik dapat terwujud.

Sistem dan mekanisme untuk menjamin pemenuhan kepatuhan syariah

yang menjadi isu penting dalam pengaturan bank syariah. Dalam kaitan ini

lembaga yang memiliki peran penting adalah Dewan Syariah Nasional (DSN)

MUI. Undang-undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah memberikan

kewenangan kepada MUI yang fungsinya dijalankan oleh organ khususnya yaitu

DSN-MUI untuk menerbitkan fatwa kesesuaian syariah suatu produk bank

Perbankan syariah termasuk dalam lembaga bank menjadi objek

pengawasan OJK yang tertera dalam UU No. 21 Tahun 2011 dalam pasal 6 (a),

sesuai dengan pasal tersebut dikatakan bahwa OJK melaksanakan tugas

pengawasan dan pengaturan terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan.

Selanjutnya pada Peraturan Otoritas Jasa Keungan (POJK) No. 24/POJK.03/2015

Tentang Produk dan Aktivitas Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, pada pasal 2

dikatakan bahwa kegiatan usaha bank dalam menerbitkan produk dan

Page 57: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

46

melaksanakan aktivitas harus menerapkan prinsip syariah, prinsip kehati-hatian,

dan prinsip perlindungan nasabah. Tampak jelas dalam POJK tersebut bahwa

perbankan syariah diawasi secara khusus oleh OJK, bukan hanya dalam kegiatan

perbankan namun juga dalam penerapan prinsip syariah perbankan tersebut.

menegaskan bahwa seluruh produk perbankan syariah hanya boleh ditawarkan

kepada masyarakat setelah bank mendapat fatwa dari DSN-MUI dan memperoleh

ijin dari OJK. Pada tataran operasional pada setiap bank syariah juga diwajibkan

memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang fungsinya ada dua, pertama

fungsi pengawasan syariah dan kedua fungsi advisory (penasehat) ketika bank

dihadapkan pada pertanyaan mengenai apakah suatu aktivitasnya sesuai syariah

apa tidak, serta dalam proses melakukan pengembangan produk yang akan

disampaikan kepada DSN untuk memperoleh fatwa. Selain fungsi-fungsi itu,

dalam perbankan syariah juga diarahkan memiliki fungsi internal audit yang fokus

pada pemantauan kepatuhan syariah untuk membantu DPS, serta dalam

pelaksanaan audit eksternal, OJK juga mengharuskan agar auditor eksternal yang

digunakan bank syariah adalah auditor yang memiliki kasi dan kompetensi di

bidang syariah.

Pembinaan dan pengawasan bank syariah secara umum relatif serupa

dengan perbankan konvensional, antara lain menyangkut kewajiban bank untuk

memelihara tingkat kesehatan, kewajiban untuk menyampaikan laporan kegiatan

usahanya baik kepada pengawas maupun kepada publik, kewajiban untuk

memberikan informasi yang diminta pengawas bank termasuk untuk kepentingan

pemeriksaan on site, maupun kewajiban memenuhi standar atau ketentuan

Page 58: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

47

prudensial lainnya. Di samping itu, sebagai entitas publik diatur pula penugasan

kepada kantor akuntan publik atau pihak relevan lainnya untuk turut melakukan

pemeriksaan kewajaran laporan keuangan bank.

Di dalam melakukan pengawasan, OJK memiliki kewenangan untuk

memeriksa dan mengambil data/dokumen dari setiap tempat yang terkait dengan

bank maupun data/ dokumen dan keterangan dari setiap pihak yang menurut

penilaian OJK memiliki pengaruh terhadap bank, serta memerintahkan bank

melakukan pemblokiran rekening tertentu. Sebagaimana pada pengawasan bank

konvensional, OJK melaksanakan pengawasan off site, pemeriksaan on site,

mengenakan sanksi dan melakukan penyidikan kepada bank syariah. Selain itu

pengawasan bank syariah juga menggunakan dua pendekatan yaitu compliance

based supervision dan risk based supervision. Khusus untuk pengawasan aspek

kepatuhan bank syariah juga mencakup kepatuhan terhadap prinsip syariah.

Selanjutnya, pada POJK No. 8/POJK. 03/2014 tentang Penilaian

Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, dijelaskan bahwa OJK

sebagai lembaga pengawasan terhadap lembaga keuangan juga mengatur

mengenai penilain kesehatan perbankan syariah. Dalam pasal 2 ayat (3) dikatakan

bahwa bank umum syariah wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank

baik secara individual maupun secara konsolidasi. Selain bank umum syariah,

pada ayat (4) juga diatur bahwa Unit Usaha Syariah juga wajib melakukan

penilaian tingkat kesehatan secara individual. Pada pasal 3 ayat (1), penilaian

tingkat kesehatan bank dilakukan sendiri oleh perbankan tersebut. Namun setelah

itu wajib melaporkan hasil dari penilaian tersebut kepada OJK.

Page 59: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

48

Dalam proses pengawasan, OJK juga melakukan penilaian tingkat

kesehatan perbankan syariah setiap semester untuk posisi akhir bulan Juni dan

Desember, ini dilakukan sesuai dengan POJK No. 8/POJK. 03/2014 pasal 4 ayat

(1). Apabila terdapat perbedaan antara penilaian yang dilakukan perbankan

syariah dengan hasil penilaian yang dilakukan oleh OJK, maka OJK wajib

memanggil pihak perbankan dan melakukan prudential meeting guna mengetahui

tentang perbedaan yang terjadi dalam penilaian tingkat kesehatan perbankan

syariah tersebut. Namun, apabila masih terjadi perbedaan tingkat penilaian

tersebut maka yang akan dipakai adalah tingkat penilaian yang dilakukan oleh

OJK.

Dari pembahasan-pembahasan tersebut, tampak jelas bahwa perbankan

syariah mendapat perhatian khusus oleh OJK dalam hal pengawasan, ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan penulis di kantor perwakilan OJK di Kota

Jambi, berdasarkan wawancara yang penulis lakukan terhadap staf OJK yang

menjabat sebagai Pengawas Bank Junior, yaitu ibu Rahmi Azmi. Beliau

mengatakan:

“Pengawasan yang OJK lakukan terhadap perbankan syariah bersifat

khusus terutama pada pengawasan prinsip-prinsip yang dipakai pada bank

syariah tersebut seperti murabahah, mudharabah dan lain-lainnya”.33

Dalam penerapan prinsip syariah pada Bank Umum Syariah dan Unit

Usaha Syariah, pengawasan yang dilakukan oleh OJK bekerjasama dengan

Dewan Pengawas Syariah (DPS) bank syariah tersebut. Berdasarkan hasil

33

Wawancara 14 November 2016 dengan Staf OJK

Page 60: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

49

wawancara yang dilakukan dengan staf OJK, kerjasama yang terjadi ialah OJK

sebagai Lembaga Pengawas menerima laporan dari DPS tentang perkembangan

dan penerapan prinsip syariah pada bank syariah. Staf OJK yang penulis

wawancarai mengatakan :

“pengawasan yang kami (OJK) lakukan terhadap penerapan prinsip

syariah ialah dengan bekerjasama dengan DPS, dimana OJK menerima laporan

tentang produk syariah ataupun penerapannya serta apabila terdapat produk

baru yang akan diluncurkan”34

Namun setelah melakukan penelitian secara mendalam terhadap fungsi

dan wewenang OJK Kota Jambi pada saat ini, penulis menemukan bahwa fungsi

OJK yang ada di Jambi masih kurang efektif dalam melakukan pengawasan

terhadap lembaga keuangan khususnya perbankan. Kurang efektifnya dikarenakan

OJK hanya mampu mengawasi perbankan atau lembaga keuangan yang berpusat

di Jambi. Sehingga dalam cakupan OJK pada saat ini, lembaga keuangan yang

mampu diawasi secara penuh ialah perbankan milik pemerintah daerah. Dalam hal

syariah khususnya kini hanya mampu mengawasi Unit Uasaha Syariah (UUS)

Bank BPD Jambi.

Walau dalam fungsi pengawasan yang dilakukan OJK terhadap lembaga

keuangan khususnya perbankan dirasa masih kurang efektif namun semua itu

bukan berarti lembaga keuangan tersebut tidak diawasi. Dalam proses

pengawasannya, lembaga keuangan yang tidak berpusat di Jambi langsung di

34

Ibid

Page 61: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

50

awasi oleh OJK pusat. Semua itu dikarenakan setiap lembaga keuangan yang

tidak berpusat di suatu provinsi menjadi tanggung jawab OJK pusat.

Dalam wawancara yang dilakukan penulis dengan staf OJK, dikatakan bahwa:

“kami sebagai OJK yang berdiri di Cabang, tidak mengawasi lembaga

keuangan yang tidak berpusat di cabang, pengawasan dilakukan langsung oleh

OJK pusat, tugas kami nantinya hanya menemani pengawas OJK pusat saat turun

kelapangan dalam melakukan pengawasan”35

Pada kenyataannya berdasarkan UU No. 21 Tahun 2011, OJK merupakan

lembaga independen yang bebas dari campur tangan pihak lain, namun dalam

proses kerja yang terjadi masih banyak hal-hal yang kurang maksimal. Masih

banyak pada saat ini terutama fungsi yang dijalan kan pada OJK cabang yang

belum sesuai. Pengawasan ini kurang efektif dikarenakan OJK cabang belum bisa

melakukan pengawasan kepada perbankan yang tidak berpusat di cabang.

B. Efektivitas Otoritas Jasa Keuangan dalam Mengawasi Perkembangan

Perbankan Syariah

Berdasarkan UU No. 21 Tahun 2011, OJK berkontribusi dalam hal

pengawasan, pengaturan dan perlindungan. Sejak berlakunya UU tersebut, OJK

telah berusaha seefektif mungkin dalam hal pengawasan lembaga keuangan, baik

itu lembaga keuangan perbankan maupun non-bank.

Sejak tanggal 31 Desember 2012, fungsi, tugas dan wewenang pengaturan

dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal, Perasuransian,

Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya

35

Wawancara staf OJK, Ibu Rahmi Azmi

Page 62: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

51

beralih dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan - Kementerian

Keuangan ke OJK.

Sejak 31 Desember 2013 fungsi, tugas dan wewenang pengaturan dan

pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan beralih dari BI ke OJK.36

Walaw telah beralih kepada OJK, bukan berarti BI tidak melakukan pengawasan

sama sekali. BI tetap melakukan pengawasan terhadap perbankan dalam hal

macroprudential karna tetap menjadi tugas dan wewenang BI. Dalam rangka

pengaturan dan pengawasan macroprudential, OJK berkoordinasi dengan BI

untuk melakukan himbauan moral kepada perbankan.

Di samping pengaturan dan pengawasan kepada bank syariah, OJK

juga mengembangkan kegiatan edukasi untuk meningkatkan pemahaman

masyarakat atas produk dan jasa perbankan syariah. Namun, berbeda dari kegiatan

edukasi pada perbankan konvensional, edukasi perbankan syariah juga ditujukan

untuk meningkatkan preferensi masyarakat memanfaatkan produk dan jasa

perbankan syariah. Hal ini mengingat skema layanan syariah masih tergolong baru

bagi kebanyakan konsumen dibandingkan skema produk perbankan konvensional,

sementara kapasitas promosi dan keluasan jaringan layanan perbankan syariah

yang seharusnya mendukung proses edukasi dimaksud masih relatif terbatas

dibandingkan bank-bank konvensional.

Untuk dapat meningkatkan efektivitas pengawasan dengan baik, kerjasama

yang terjadi antara OJK dan BI yang sejalan dengan UU OJK dan UU BI meliputi

beberapa hal, yaitu:

36

OJK, Booklet Perbankan Indonesia 2014, hlm. 19

Page 63: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

52

1. Bekerjasama dan berkoordinasi dalam pelaksanaan tugas sesuai dengan

kewenangan masing-masing

2. Pertukaran informasi Lembaga Jasa Keuangan serta pengelolaan sistem

pelaporan bank dan perusahaan pembiayaan oleh BI dan OJK

3. Penggunaan kekayaan dan dokumen yang dimiliki dan/atau digunakan BI

oleh OJK

4. Pengelolaan pejabat dan pegawai BI yang dialihkan atau dipekerjakan

pada OJK.37

Dalam kerjasama yang terjadi antara OJK dan BI, dibentuk sebuah tim

yang disebut Tim Transisi. Tim Transisi tersebut bertugas membantu kelancaran

pelaksanaan tugas Dewan Komisioner dengan wewenang untuk mengidentifikasi

dan memverifikasi kekayaan, infrastruktur, informasi, dokumen dan hal lain yang

terkait dengan pengaturan dan pengawasan Lembaga Jasa Keuangan dan

mempersiapkan pengalihan penggunaannya ke OJK.

Secara umum OJK selaku otoritas pengaturan dan pengawasan sektor jasa

keuangan berupaya agar pelaksanaan tugas dan fungsinya dapat membawa sector

jas keuangan berjalan teratur, kredibel dan berkelanjutan. Untuk itu, OJK sebagai

lembaga pengawasan lembaga keungan mencanangkan delapan program strategis,

yaitu:

1. Integrasi pengaturan dan pengawasan lembaga keuangan,

2. Peningkatan kapasitas pengaturan dan pengawasan,

3. Penguatan ketahanan dan kinerja sistem keuangan,

37

Ibid, hlm. 20

Page 64: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

53

4. Peningkatan stabilitas sistem keuangan,

5. Peningkatan budaya tata kelola dan manajemen risiko di lembaga

keuangan,

6. Pembentukan perlindungan konsumen keuangan yang terintegrasi serta

melaksanakan edukasi dan sosialisasi yang massif dan komprehensif,

7. Peningkatan profesionalisme sumber daya manusia, dan

8. Peningkatan tata kelola internal dan quality assurance.

Selain kedelapan program strategis tersebut, ada 3 kegiatan strategis

lainnya yang juga menjadi garapan OJK yaitu kerjasama domestik dan

internasional, persiapan pengalihan fungsi pengawasan dan pengaturan perbankan

ke OJK dan kegiatan yang dilaksanakan oleh Dewan Komisioner Ex-Officio.38

OJK memiliki wewenang dalam hal pengaturan dan pengawasan untuk

dapat memberikan dan mencabut izin bank. Pengawasan yang dilakukan pada saat

ini terhadap perbankan dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu pengawasan

berdasarkan kepatuhan dan pengawasan berdasarkan resiko.

38

Ibid, Hlm. 21

Page 65: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

54

Gambar 1.

Siklus Pengawasan Berdasarkan Risiko

Pengawasan/pemeriksaan bank berdasarkan risiko dilakukan terhadap

jenis-jenis risiko sebagai berikut :

Tabel 1. Jenis-jenis Risiko Bank

Jenis-Jenis Risiko Bank

Risiko

Kredit

Risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan counterparty

memenuhi kewajibannya.

Risiko

Pasar

Risiko yang timbul karena adanya pergerakan variabel pasar

(adverse movement) dari portofolio yang dimiliki oleh bank yang

dapat merugikan bank. Variabel pasar antara lain suku bunga dan

nilai tukar.

Page 66: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

55

Risiko

Likuiditas

Risiko yang antara lain disebabkan bank tidak mampu memenuhi

kewajiban yang telah jatuh tempo.

Risiko

Operasional

Risiko yang antara lain disebabkan adanya ketidakcukupan dan

atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia,

kegagalan sistem atau adanya problem eksternal yang

mempengaruhi operasional bank.

Risiko

Hukum

Risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek yuridis.

Kelemahan aspek yuridis antara lain disebabkan adanya tuntutan

hukum, ketiadaan peraturan perundang-undangan yang

mendukung atau kelemahan perikatan seperti tidak dipenuhi

syarat sahnya kontrak dan pengikatan agunan yang tidak

sempurna.

Risiko

Reputasi

Risiko yang antara lain disebabkan adanya publikasi negatif yang

terkait dengan kegiatan usaha bank atau persepsi negatif terhadap

bank.

Risiko

Strategi

Risiko yang antara lain disebabkan penetapan dan pelaksanaan

strategi bank yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang

tidak tepat atau kurangnya responsifnya bank terhadap perubahan

eksternal.

Risiko

Kepatuhan

Risiko yang disebabkan bank tidak mematuhi atau tidak

melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain

yang berlaku.

Pengawasan berdasarkan kepatuhan (Compliance Based Supervision)

merupakan pemantauan kepatuahan bank terhadap ketentuan-ketentuan yang

terkait dengan operasi dan pengleloan bank di masa lalu dengan tujuan untuk

memastikan bahwa bank telah beroperasi dan dikelola secara baik menurut prinsip

kehati-hatian. Sedangkan pengawasan berdasarkan resiko merupakan pengawasan

menggunakan strategi dan metodologi berdasarkan resiko yang memungkinkan

pengawas bank dapat mendeteksi resiko yang signifikan dan dapat mengambil

tindakan pengawasan yang sesuai dan tepat waktu.39

Selain melakukan pengawasan berdasarkan pendekatan diatas,

pengawasan dilakukan melalui dua cara yaitu pengawasan langsung (on-site

39

Ibid, hlm. 26

Page 67: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

56

supervision) dan pengawasan secara tidak langsung (off-site supervision).

Pemeriksaan secara langsung terdiri dari pemerikasaan umum dan pemeriksaan

khusus dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran keadaan keuangan bank dan

untuk memantau tingkat kepatuhan bank terhadap peraturan yang berlaku, serta

untuk mengetahui apakah terdapat praktik-praktik tidak sehat yang dapat

membahayakan kelangsungan perbankan. Pengawasan secara tidak langsung

dilakukan melalui alat pemantauan seperti laporan berkala yang disampaikan

perbankan, laporan hasil pemeriksaan dan informasi lainnya.40

Selama berdiri dan berjalannya OJK, perbankan syariah secara umum

masih mampu mempertahankan kinerja positif yang disertai berjalannya fungsi

intermediasi dengan baik. Perkembangan industri perbankan syariah cukup baik

tercermin dari peningkatan aset, simpanan dan penyaluran dana, demikian pula

dengan permodalan dan profitabilitas industri perbankan syariah yang juga tetap

terpelihara.

Selain dalam hal keuangan dan aset perbankan syariah, perkembangan

perbankan syariah juga dapat dilihat dalam hal peningkatan jumlah kantor cabang

perbankan syariah tersebut. Pada POJK No. 2 Tahun 2016 tentang Pengembangan

Jaringan Kantor Perbankan Syariah Dalam Rangka Stimulus Perekonomian

Nasional Bagi Bank. POJK tersebut secara khusus mengatur tentang

pengembangan bank syariah melalui pembangunan jaringan kantor cabang.

OJK berkontribusi langsung dalam perkembangan bank syariah, selain

dalam hal pengawasan yang dilakukan, secara khusus juga dikeluarkannya aturan-

40

Ibid, hlm. 25

Page 68: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

57

aturan yang dapat menunjang kinerja perbankan syariah dan menunjang

kelangsungan industri perbankan syariah tersebut. Selain pengawasan dan

pengaturan, OJK juga melindungi kepentingan perbankan dan

nasabah/masyarakat.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis pada OJK di Kota Jambi,

tingkat efektivitas yang dilakukan OJK terhadap perbankan syariah baik itu dalam

hal pengawasan, pengaturan dan perlindungan, dilakukan dengan berupaya sebaik

mungkin. Meskipun di akui oleh narasumber bahwa masih kurang maksimalnya

tingkat efektivitas OJK terhadap perkembangan perbankan syariah di Kota Jambi,

dikarenakan banyaknya perbankan syariah yang tidak berpusat di Kota Jambi.

Namun dalam berjalannya waktu OJK yakin akan mampu melakukan hal yang

maksimal guana mendukung perkembangan perbankan syariah di Kota Jambi.

Sementara untuk pengawasan yang dapat dilakukan secara maksimal oleh

OJK di kota Jambi, ialah pengawasan yang dilakukan terhadap Unit Usaha

Syariah (UUS) Bank Pemerintah Daerah Jambi. Namun untuk tahap awal yang

dilakukan guna menunjang kemajuan perbankan syariah, OJK telah melakukan

berbagai sosialisasi terhadap seluruh kalangan, baik itu masyarakat biasa, pada

sekolahan, maupun pada tingkat perkuliahan. Bahkan bukan hanya pada kota

Jambi saja, namun juga melakukan sosialisasi pada tingkat kabupaten-kabupaten

di Provinsi Jambi.

Sosialisasi dilakukan agar masyarakat mampu mengerti dan memahami

tentang keuangan syariah, khususnya tentang perkembangan perbankan syariah.

OJK juga menginginkan agar dengan dilaksanakannya sosialisasi tersebut, minat

Page 69: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

58

menabung masyarakat di bank syariah akan menjadi besar. Dengan besarnya

minat menabung masyarakat di bank syariah, maka kemajuan keusangan syariah

khususnya di bidang perbankan syariah akan semakin pesat.

Dalam penerapannya dalam melakukan sosialisasi menggunakan berbagai

macam cara mulai dari seminar, forum-forum diskusi dan lain-lain. ojk sebagai

lembaga pengawas perbankan syariah juga berperan dalam pemberian informasi

yang berguna bagi nasabah pebankan syariah tentang kesehatan bank syariah

maupun penerapan prinsip syariah dalam suatu perbankan syariah. Secara

fungsional, OJK berkerjasama dengan lembaga pengawas syariah yang berada

pada naungan MUI, yaitu Dewan pengawas syariah.

Dalam upaya meningkatkn perkembangan perbankan syariah, efektivitas

OJK sebagai lembaga pengawas yang memiliki wewenang penuh terhadap

lembaga keuangan syariah di Indonesia menjadi tumpuan terpenting dalam

memberikan informasi dan pemahaman kepada masyarakat yang ingin

mengetahui secra penuh tentang perbankan syariah. Masyarakat menilai OJK

sebagai lembaga yang memberikan tolak ukur yang baik terhadap perkembangan

dan kesehatan perbankan syariah.

Page 70: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

59

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari berbagai uraian pada pembahasan yang penulis kemukakan, penulis

menarik beberapa kesimpulan yang merupakan fakta-fakta baru yang sebelumnya

tidak diketahui masyarakat pada umumnya tentan Otoritas Jasa Keuangan sebagai

lembaga pengawas keuangan. OJK merupakan lembaga pengawas yang langsung

dibawah kendali pemerintah. Adapun kesimpulan yang dapat diambil ialah:

1. OJK dibentuk berdasarkan UU No. 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa

Keuangan. Tujuan pembentukan OJK agar seluruh kegiatan di sektor jasa

keuangan terselenggara secara teratur, transparan, adil, akuntabel dan

mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secra berkelanjutan

dan stabil serta mampu melindungi kepentingan konsumen maupun

masyarakat. Pengawasan yang dilakukan OJK terhadap perbankan syariah,

dalam hal ini OJK bekerja sama dengan Dewan Pengawas Syariah (DPS)

untuk mengawasi mengenai prinsip-prinsip syariah yang digunakan oleh

perbankan syariah. OJK sebagai lembaga pengawas independen, menerima

laporan –laporan dari DPS mengenai perkembangan produk maupun akan

adanya produk baru yang akan dikeluarkan bank syariah.

2. OJK sebagai lembaga pengawas lembaga keuangan, khususnya perbankan

syariah dirasa masih kurang efektif dalam hal melakukan pengawasn terhadap

perbankan syariah di kota Jambi. Meskipun dirasa maih kurang efektif dalam

mengawasi, dari hasil wawancara yang penulis lakukan, OJK telah berperan

Page 71: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

60

aktif terhadap perkembangan lembaga keuangan syariah. Dan dari hasil

penelitian yang penulis lakukan, OJK di kota Jambi telah melakukan berbagai

sosialisasi kepada masyarakat maupun lembaga-lembaga terkait mengenai

keuangan syariah, khususnya mengenai pengelolaan dana syariah yang dalam

hal ini sangat berperan ialah perbankan syariah.

B. Saran

1. Otoritas Jasa Keuangan yang berada pada daerah cabang seharusnya

mengawasi secara langsung cabang-cabang lembaga keuangan atau

khususnya perbankan syariah didaerah tanpa harus OJK pusat yang

mengawasi.

2. Dalam hal pengawasan prinsip syariah yang terdapat pada perbankan syariah,

seharusnya OJK sebagai lembaga pengawas tidak hanya bekerja sama dengan

Dewan Pengawas Syariah (DPS) namun juga memiliki tenaga ahli di bidang

ilmu islam yang dapat mengerti tentang prinsip-prinsip syariah.

3. Untuk lembaga yang juga melindungi kepentingan konsumen, OJK juga

harus lebih mensosialisasikan fungsi tersebut agar masyarakat secara luas

memahami dan dapat dengan cepat meminta perlindungan kepada OJK

apabila mengalami permasalahan dengan lembaga keuangan.

Page 72: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

61

DAFTAR PUSTAKA

A. Literatur

Abdullah Saeed, Bank Islam dan Bunga, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.

Ascaraya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2007.

Buku Saku OJK, 2014.

Fakultas Syariah IAIN STS Jambi, Pedoman Penulisan Skripsi, Edisi Revisi,

Jambi Syariah Press IAIN STS Jambi, 2014.

Kuat Ismanto, Manajemen Syariah, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2009.

Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2008.

M. hasbi Umar, Filsafat Fiqh Muamalat Kontemporer, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2014.

Mustafa Edwin Nasution, Pengenalan Eksekutif Ekonomi Islam, Jakarta: Kencana,

2007.

OJK, Booklet Perbankan Indonesia, 2014.

Rozalinda, Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada aktifitas Ekonomi,

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014.

W. Gulo, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT. Gasindo, 2007.

B. Lain-lain

http://www.hukumsumberhukum.com/2014/06/apa-itu-pengertian-hukum-

ekonomi.html.

Page 73: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

62

https://naifu.wordpress.com/2011/12/28/dewan-pengawasan-syariah-dasar-

hukum-persyaratan-anggota-serta-tugas-dan-wewenangnya/.

http://eprint.uny.ac.id/8957/3/BAB%202-08502241019.pdf

http://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-syariah/pages/Sejarah-Perbankan-

Syariah.aspx

http://www.ssbelajar.net/2012/11/pengolahan-data-kualitatif.html.

Page 74: SKRIPSI - Islamic Universityrepository.uinjambi.ac.id/2460/1/SM120328_Fitra Kusuma...persoalan jual beli, utang piutang, kerja sama dagang, dan perserikatan atau sewa-menyewa.1 Muamalah

63

CURRICULUM VITAE

A. Identitas Diri

Nama : Fitra Kusuma

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Tempat/ Tgl. Lahir : Jambi, 18 Juli 1994

NIM : SM. 120328

Alamat : Jl. Raden Patah, No.38, Rt.02, Kelurahan

Sijinjang, Kecamatan

Jambi Timur, Kota Jambi.

No. Telp/Hp : 081384710367

Nama Ayah : Selamat

Nama Ibu : Nurhayati

B. Riwayat Pendidikan

Pendidikan Formal

a. SD/MI, tahun lulus : SDN 17 Kota Jambi,2006

b. SMP/MTs, tahun lulus : SMPN 10 Kota Jambi, 2009

c. SMA/MA, tahun lulus : SMAN 9 Kota Jambi, 2012