SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel...

116
SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM PENGEMBANGAN KOMODITAS PADA KAWASAN STRATEGI KABUPATEN DI KABUPATEN BONE Oleh: A.RAHMAWATI Nomor Induk Mahasiswa: 105610527915 PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

Transcript of SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel...

Page 1: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

SKRIPSI

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM PENGEMBANGAN

KOMODITAS PADA KAWASAN STRATEGI KABUPATEN

DI KABUPATEN BONE

Oleh:

A.RAHMAWATI

Nomor Induk Mahasiswa: 105610527915

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

Page 2: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

i

SKRIPSI

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM PENGEMBANGAN

KOMODITAS PADA KAWASAN STRATEGI KABUPATEN DI

KABUPATEN BONE

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Ilmu Administrasi Negara

Disusun dan Diajukan Oleh:

A.RAHMAWATI

Nomor Stambuk: 105610527915

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

Page 3: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

ii

Page 4: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

iii

Page 5: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

iv

HALAMAN PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Mahasiswa : A.Rahmawati

Nomor Stambuk : 105610527915

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyatakan bahwa benar skripsi ini adalah karya saya sendiri dan bukan hasil

plagiat dari sumber lain. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan

apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik berpa pencabutan gelar akademik dan pemberian

sanksi lainnya sesuai dengan aturan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah

Makassar.

Makassar, 10 Februari 2020

Yang Menyatakan,

A.Rahmawati

Page 6: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

v

KATA PENGANTAR

“ Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang”

Assalamu „Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh”

Puji Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul: “Implementasi Kebijakan Program

Pengembangan Komoditas Pada Kawasan Strategi Kabupaten Di Kabuapten

Bone”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat

dalam memperoleh gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara pada Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud

tanpa adanya bantuandan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang

terhormat:

1. Kedua orang tua tercinta yaitu Bapak Andi Jufri dan Ibunda Andi Murni

yang telah melahirkan, membesarkan, mendidik, mengarahkan, dan

senantiasa mendoakan serta memberikan bantuan yang tidak ternilai baik

moral maupun materil, nasehat serta pengorbanan yang tak terhingga dalam

melalui hari demi hari dalam kehidupan ini.

2. Ayahanda Dr. Muh. Isa Ansari, M.Si selaku Pembimbing I dan Ayahanda

Dr. Anwar Parawangi, M.Si selaku Pembimbing II yang senentiasa

meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan.

3. Ibunda Dr. Hj. Ihyani Malik S,Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Polik Universitas Muhammdiyah Makassar.

Page 7: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

vi

4. Kakanda Nasrulhaq, S.Sos., M,PA selaku Ketua Jurusan Ilmu

Administrasi Negara dan Kakanda Nurbiah Tahir ,S.Sos, M.Ap selaku

Sekertaris Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Administrasi Negara oleh limpahan ilmu

yang diberikan kepada penulis sebagai bekal dimasa akan datang.

6. Bapak dan Ibu Staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Muhammadiyah Makassar.

7. Buat teman-teman seperjuangan di Jurusan Ilmu Administrasi Negara

Angkatan 2015, Penulis mengucapkan terima kasih atas kebersamaan dan

pengertiannya selama ini.

Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya

membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi penelitian ini

bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang

membutuhkan.

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, 10 Februari 2020

Penulis,

A.Rahmawati

Page 8: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

vii

ABSTRAK

A.RAHMAWATI, Muh. Isa Ansari dan Anwar Parawangi. Implementasi Kebijakan Program Pengembangan Komoditas pada Kawasan Strategii Kabupaten di Kabupaten Bone.

Penelitian ini bertujuan mengetahui menganalisis dan mendeskkripsikan implementasi kebijakan program pengembangan komoditas pada kawasan strategi Kabupaten di Kabupaten Bone. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Jumlah informan dalam penelitian sebanyak 15 orang. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data melalui reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Implementasi Kebijakan Program Pengembangan Komoditas pada Kawasan Strategi di Kabupaten Bone sudah bagus, hal ini diliat dari kerjasama implementor dalam melaksanakan tugasnya akan tetapi ada kesulitan yang dialami pemerintah khususnya dalam menyediakan data dan informasi mengenai komoditas unggulan yang dimiliki KSK. Program pengembangan komoditas pada KSK di Kabupaten Bone khusunya di Kecamatan Palakka, Awangpone dan Barebbo sangat membantu meningkatkan pendapatan masyarakat setempat dengan adanya program ini masyarakat bisa mengetahui bagaimana cara mengembangkan komoditas unggulan di wilayah KSK tersebut itu sudah terealisasikan dengan baik di wilayah KSK.

Kata Kunci :Implementasi Kebijakan, Program Pengembangan Komoditas

Page 9: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGAJUAN SKRIPSI ......................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii

HALAMAN PENERIMAAN TIM ............................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH.................. iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... v

ABSTRAK ...................................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................. viii

DAFTAR TABEL........................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................ 5 C. Tujuan Penelitian ................................................................. 5 D. Kegunaan Penelitian ............................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 7

A. Konsep Implementasi Kebijakan ......................................... 7 B. Teori Implementasi Kebijakan Menurut Para Ahli .............. 11

1. Implementasi Kebijakan Sabatier dan Mazmanian ..................... 11

2. Implementasi Kebijakan Van Meter dan Van Horn .................... 15

3. Model Politik Administrasi dari Grindle .................................... 24

4. Implementsi kebijakan menurut Edwards III .............................. 31

5. implementasi Kebijakan Soren C. Winter .................................. 38

C. Pengembangan Komoditas ................................................... 44 D. Kerangka Pikir ..................................................................... 46 E. Fokus Penelitian ................................................................... 47 F. Deskripsi Fokus Penelitian .................................................. 48

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 50

A. Waktu dan Lokasi Penelitian ....................................... 50 B. Jenis danTipe Penelitian .............................................. 50

Page 10: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

ix

C. Sumber Data .............................................................. 51 D. Informan Penelitian..................................................... 51 E. Teknik Pengumpulan Data .......................................... 52 F. Teknik Analisis Data ................................................... 53 G. Keabsahan Data ........................................................ 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................... 56 A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................. 56

1. Profil Kabupaten Bone ............................................. 56 B. Profil Kawasan Strategi Kabupaten (KSK) .................... 61

1. Profil Kecamatan Palakka ........................................ 61 2. Profil Kecamatan Awangpone .................................. 62 3. Profil Kecamatan Barebbo ....................................... 63

C. Sumber Daya Alam ...................................................... 64 D. Hasil Penelitian ........................................................... 74

1. Perilaku organisasi dan antarorganisasi (organizational

and inter-organizational behavior). ................................. 75 2. Perilaku Birokrasi Level Bawah (Street Level

Bureaucracy) .................................................................... 86 3. Perilaku Kelompok Sasaran (target grup behavior .......... 89

BAB V KESIMPULAN .................................................................. 94 A. Kesimpulan ................................................................ . 94 B. Saran ........................................................................... 95

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 97 LAMPIRAN ...................................................................................... 99

Page 11: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

x

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Daftar Nama-Nama Informan .......................................................... 52

Tabel 4.1 Rincian Lahan ................................................................................. 56

Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, Per-Kecamatan dan Jumlah Kelurahan

Kabupaten Bone 2018 ................................................................... 58

Tabel 4.3 Jumalah Desa/Kelurahan KSK ........................................................ 64

Tabel 4.4 Pengairan Irigasi ............................................................................. 66

Tabel 4.5 Luas Penggunaan Lahan ................................................................. 67

Tabel 4.6 Luas Panen Tanaman Pangan dan Palawija pada KSK .................. 68

Tabel 4.7 Produksi Tanaman Pangan dan Palawija pada KSK ........................ 69

Tabel 4.8 Luas Panen Tanaman Perkebunan Menurut Jenisnya pada KSK .... 70

Tabel 4.9 Produksi Tanaman Perkebunan Menurut Jenisnya pada KSK......... 71

Tabel 4.10 Populsi Ternak dan Unggas Menurut Jenisnya pada KSK ............ 72

Tabel 4.11 Luas Areal Tambak Menurut Jenis Komoditas pada KSK ............ 73

Tabel 4.12 Produksi Tambak Menurut Jenisnya pada KSK ............................ 73

Page 12: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Implementasi Kebijakan Menurut Mazmanian dan Zabatier ..... 14

Gambar 2.2 Model Implementasi Kebijakan Menurut Van Meter dan Van Horn ..... 17

Gambar 2.3 Teori Model Politik Administrasi dari Grindle ...................................... 25

Gambar 2.4 Model Implementasi Kebijakan Publik Edwards III .............................. 32

Gambar 2.5 Model Implementasi Kebijakan Publik Soren C.winter......................... 39

Gambar 2.6 Kerangka Pikir........................................................................................ 47

Gambar 4.1Peran Instansi Terkait Dalam Pengembangan KSK .............................. 82

Page 13: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberhasilan pembangunan suatu negara tidak terlepas dari andil

pemerintah dalam menghasilkan atau mengeluarkan kebijakan sesuai

permasalahan yang dihadapinya. Salah satu komponen proses kebijakan sebagai

solusi, maka kebijakan publik menjadi penting untuk diformulasikan,

diimplementasikan dan dievaluasi. Proses kebijakan publik berbentuk

implementasi program atau kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah.

Menjalankan proses implementasi kebijakan baik berupa program maupun

kegiatan seringkali mengalami distorsi, sehingga kebijakan tersebut memberikan

dampak kegagalan suatu kebijakan publik dalam pengimplementasian program

dan kebijakan. Atas dasar itu maka diperlukan sebuah model implementasi

kebijakan publik yang harus lahir dari serangkaian input, proses dan output yang

terencana dan berkesinambungan.

Perkembangan proses implementasi kebijakan publik telah

terimplementasikan sebagai sebuah kajian administratif secara kompleks. Tentu

kompleksitas implementasi kebijakan publik ini selalu berkembang sesuai dengan

permasalahan publik yang dihadapi oleh pemerintah dalam mengimplementasikan

kebijakannya. Banyak masalah implementasi kebijakan yang belum efektif

dikarenakan para implementer kebijakan belum mampu mengaktualisasikan

kebijakan tersebut secara efektif.

Page 14: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

2

Salah satu permasalahan kebijakan yang perlu mendapatkan implementasi

dari para implementor pemerintah di dalam menangani dan memberikan solusi

dalam kaitannya dengan permasalahan publik adalah pengembangan program

komoditas pada kawasan strategi kabupaten di Kabupaten Bone. Proses

implementasi dari program ini sering mengalami permasalahan atau kendala

dalam pelaksanaannya khususnya yang berkaitan dengan implementasi perilaku

organisasi dan antar organisasi (Organizational and Inter-Organizational

behavior), perilaku level bawah (Street Level Buraucratic behavior ) dan perilaku

target sasaran (Target Group bevavior).

Kawasan strategi kabupaten adalah kawasan diwilayah kabupaten yang

dinilai memiliki potensi dan prospek untuk dapat mengaktifkan kegiatan-kegiatan

ekonomi lokal di kabupaten, dalam rangka mengentaskan kemiskinan,

mengurangi pengangguran, dan memacu pengembangan wilayah guna

mengurangi kesenjangan antar wilayah. Adapun kawasan strategi kabupaten

dimaksud yaitu Kecamatan Barebbo, Awangpone, Palakka. Ketiga kecematan ini

memiliki karakter atau potensi wilayah berbeda satu sama lain dalam rangka

pengembangan komoditas diwilayah tersebut. Atau dengan kata lain masing-

masing wilayah kawasan staregi kabupaten memiliki potensi komoditas yang

berbeda-beda pula.

Pengembangan komoditas unggulan KSK di Kabupaten salah satu

dukungan pemerintah adalah regulasi antara lain regulasinya adalah: UU 26

Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Bab 1 ketentuan Umum, Pasal 1: Kawasan

Strategi Kabupaten/Kota adalah wilayah yang penataan ruangnya diperioritaskan

Page 15: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

3

karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup Kabupate/Kota

terhadap Ekonomi,Sosial, Budaya, dan Lingkungan.

Penetapan kawasan startegi kabupaten ini dibentuk berdasarkan Peraturan

Daerah Nomor 2 Tahun 2013, tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW),

BAB V Penetapan Kawasan Strategi Pasal 48 ayat 3. Hal ini dimaksudkan dengan

harapan dapat memberikan imbas positif bagi pertumbuhan ekonomi diwilayah

sekitarnya melalui pemberdayaan sektor/sub sektor unggulan sebagai penggerak

ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah administratif

kabupaten dikatakan strategis berdasarkan konsep PNPM PISEW, ( Program

nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri – Pengembangan Imprastruktur

Sosial Ekonomi Wilayah) yakni; kawasan itu memiliki komoditas atau sektor

unggulan yang dapat dikelolah dalam suatu kegiatan bisnis. Dapat menghidupkan

kegiatan ekonomi lokal dikawasan dan wilayah tersebut. Artinya, jika kawasan

dan aktivitas bisnis dikawasan itu dikelolah dengan baik, maka dapat memberikan

iuran yang signifikan terhadap pendapatan daerah.

Selanjutnya untuk mengetahui Kawasan Strategi Kabupaten Di Kabupaten

Bone dapat diketahui Pasal 49 yakni:

- pengembangan budidaya rumput laut, udang, kepting, ikan Bandeng

ditetapkan sebagaimana wilayah Kec.Awangpone dan Kec.Barebbo.

- kawasan pertanian pengembangan tanaman pangan ditetapkan

sebagaimana wilayah Kec.Barebbo

- kawasan perkebunan pengembangan ditetapkan sebagaimana wilayah

Kec.Palakka

Page 16: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

4

- kawasan peternakan pengembangan ditetapkan sebagaimana wilayah

Kec.Barebbo dan Kec.Palakka

Memahami fenomena tersebut di atas, maka permasalahan pokok yang akan

dijawab dari penelitian ini adalah kecenderungan pembangunan ditingkat lokal

pedesaan belum mampu meningkatkan kemampuan pedesaan terutama di

kalangan masyarakat petani. Disinilah diperlukan kemampuan perilaku

implementasi organisasi dan antar organisasi artinya pengembangan implementasi

kebijakan sangat tergantung dari sumber daya organisasi yang ikut berpartisipasi

dengan kemampuan membangun jaringan hubungan mata rantai yang saling

berpengaruh. Atas dasar itu, maka perlu ada kajian secara khusus tentang kondisi

dan karakteristik masyarakat di pedesaan, khususnya pada kawasan strategi

kabupaten untuk menjawab permasalahan yang menggejala dan perlu upaya untuk

program pengembangan komoditas yang bersentuhan dengan kesejahteraan

masyarakat sesuai dengan pencapaian kinerja dan hasil dari para implementor

menjalankan kebijakan program pengembangan komoditas pada kawasan strategi

kabupaten.

Artinya implementor diharuskan memahami keinginan dari suatu kebijakan

yakni kebijakan solusi untuk mencapai tujuan program, karena keberhasilan

program pengembangan sangat tergantung dari perilaku organisasi, sumber daya

manusia dan kemampuan membangun jaringan hubungan mata rantai yang saling

berpengaruh. Atas dasar ini, maka peneliti tertarik untuk mengangkat judul:

Implementasi Kebijakan Program Pengembangan Komoditas pada

Kawasan Startegi Kabupaten Di Kabupaten Bone.

Page 17: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka adapun rumusan masalah

diatas sebagai berikut:

1. Bagaimana perilaku organisasi dan antar organisasi dalam menentukan

keberhasilan implementasi program pengembangan komoditas pada

kawasan strategi kabupaten di Kabupaten Bone?

2. Bagaimana perilaku birokrasi level bawah dalam memahami implementasi

program pengembangan komoditas pada kawasan strategi kabupaten di

Kabupaten Bone?

3. Bagaimana perilaku kelompok sasaran terhadap keberhasilan program

pengembangan komoditas pada kawasan strategi kabupaten di Kabupaten

Bone?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka adapun rumusan masalah

diatas sebagai berikut:

1. Bagaimana perilaku organisasi dan antar organisasi dalam menentukan

keberhasilan implementasi program pengembangan komoditas pada

kawasan strategi kabupaten di Kabupaten Bone?

2. Bagaimana perilaku birokrasi level bawah dalam memahami implementasi

program pengembangan komoditas pada kawasan strategi kabupaten di

Kabupaten Bone?

Page 18: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

6

3. Bagaimana perilaku kelompok sasaran terhadap keberhasilan program

pengembangan komoditas pada kawasan strategi kabupaten di Kabupaten

Bone

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini meliputi:

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi sebagai bahan

pemikiran dan meneliti lebih jauh masalah yang berkaitan dengan

implementasi Kebijakan Program pengembangan komoditas Pertanian

pada Kawasan strategi kabupaten di Kabupaten Bone.

2. Hasil penelitian ini dapat digunakan atau dimanfaatkan oleh peneliti

berikutnya sebagai bahan referensi atau perbandingan pada peneliti

berikutnya.

Page 19: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Implementasi Kebijakan

Kamus Besar Bahasa Indonesia mengemukakan bahwa implementasi berarti

pelaksan atau penerapan. Kata implementasi biasanya dikaitkan dengan suatu

kegiatan yang lakukan agar ddapat mencapai tujuan tertentu. Implementasi juga

sering disebut sebagai suatu proses rangkaian suatu kegiatan akan ditindak lanjuti

setelah sebuah rencana dan kebijaksanaan ditetapkan yang terdiri atas

pengambilan keputusan.

Sebuah kebijakan berbeda dengan apa yang telah direncanakan. Hal itu

disebabkan distorsi implementasi kebijakan yang merupakan isu penting bagi para

impelementor untuk mengatasinya dengan harapan agar suatu desain kebijakan

dapat diterapkan dengan sukses (Schnider dan Ingram, 2017).

Secara timologis, implementasi dapat didefinisikan sebagai suatu aktivitas

yang berkaitan dengan penyelesaian pekerjaan dengan penggunaan sarana untuk

memperoleh hasil atau mencapai maksud yang diinginkan. Implementasi adalah

sebuah proses interaksi antara penentuan tujuan dan tindakan untuk mencapai

tujuan tersebut. Jadi inti dasar suatu implementasi adalah “membangun

hubungan” dan mata rantai agar supaya kebijakan bisa berpengaruh terhadap

kebijakan (Nawi, 2018).

Pengertian implementasi kebijakan mengandung unsur-unsur: 1) proses,

yaitu serangkaian aktivitas atau aksi nyata yang dilakukan untuk mewujudkan

sasaran/tujuan yang telah ditetapkan, 2) tujuan, yaitu sesuatu yang hendak dicapai

Page 20: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

8

melalui aktivitas yang dilaksanakan, dan 3) hasil dan dampak yaitu manfaat nyata

yang dirasakan oleh kelompok sasaran.

Van Meter dan Van Horn (Agustino, 2008) mendefenisikan implementasi

kebijakan ialah suatu tindakan yang akan dilakukan baik oleh individu maupun

dalam kelompok dan pejabat-pejabat pemerintah dan swasta yang ditujukan demi

tercapainya tujuan-tujuan yang telah ditentukan oleh sebuah keputusan

kebijaksanaan, mereka menekankan bahwa tahapan implementasi baru terjadi

selama proses legitimasi dilalui dan pengalokasian sumber daya, dana yang telah

disepakati tidak pada saat dimulai pada saat tujuan dan sasaran kebijakan publik

ditetapkan, tetapi tahap implementasi.

Kebijakan mengisyaratkan keinginan untuk berbuat sesuai struktur

implementasi. Suatu desain kebijakan yang berbeda dapat memengaruhi

implementasi dalam skala lebih luas. Nugroho (2016) menyatakan implementasi

kebijakan dalam prinsipnya adalah suatu cara agar sebuah kebijakan tersebut

dapat terlaksana dengan baik demi mencapai tujuannya. Untuk menjalanjan suatu

kebijakan publik, ada dua pilihan langkah yaitu dengan cara langsung

melaksanakan dalam bentuk program kebijakan atau melalui langkah

memformulasikan kebijakan turunan dari kebijakan tersebut.

Implementasi kebijakan publik dilaksanakan dalam dua wujud yaitu wujud

program dan kebijakan publik tambahan. Pada prinsipnya implementasi kebijakan

publik dalam bentuk program diimplementasikan ke bawah dalam bentuk proyek,

kegiatan dan pemanfaatan yang sesuai dengan tujuan pemerintah dan publik.

Implementasi kebijakan publik biasanya diwujudkan dalam bentuk kebijakan

Page 21: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

9

undang-undang atau perda yaitu suatu jenis implementasi kebijakan yang perlu

mendapatkan penjelasan atau yang biasa sering disebut sebagai peraturan

pelaksana. Implementasi kebijakan tersebut secara operasional antara lain

keputusan dan instruksi presiden, keputusan menteri, keputusan dinas, keputusan

kepala daerah dan lainnya. Implementasi kebijakan ini pada dasarnya merupakan

wujud program yang dijadikan proyek untuk berbagai kegiatan pelaksanaan

(Nugroho, 2016).

Implementasi kebijakan dari suatu organisasi sangat erat kaitannya dengan

serangkaian implementasi yaitu misi, visi, strategi dan cara, kebijakan, program,

proyek dan kegiatan yang menghasilkan umpan balik. Nugroho (2016)

menyatakan misi adalah yang pertama karena melekat pada organisasi sebagai

wujud dalam menghadirkan atau mengeksiskan sebuah kebijakan. misi yang

menentukan kemana arah dari suatu visi yang melekat dalam suatu organisasi.

Dari visi inilah lahir sebuah strategi yang membawa suatu organisasi

mengembangkan implementasi kebijakannya yang sejalan dengan program

proyek dan kegiatannya. Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah suatu

implementasi kebijakan yang diterakan dalam suatu organisasi mulai dari misi

sampai pada pemanfaatan dari suatu proses yang memerlukan adanya umpan

balik. Pada prinsipnya implementasi merupakan aktivitas yang berdasar pada

rumusan kebijakan yang dilaksanakan untuk pencapaian tujuan kegiatan. lah

untuk menegaskan sesuai dengan desain struktur proses implementasi.

Implementasi kebijakan juga erat kaitannya dengan wujud pelaksanaan

dalam mempertanyakan kebijakan yang dilaksanakan dalam mewujudkan adanya

Page 22: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

10

sebuah pembuatan prosedur implementasi kebijakan yang sesuai dengan alokasi

sumber daya untuk dapat dikembalikan pengimplementasiannya sesuai dengan

evaluasi implementasi yang diterapkan (Nugroho, 2016).

Dalam inti permasalahan suatu implementasi kebijakan merupakan

bagaimana suatu kebijakan itu dibuat dan apakah kebijakan dibuat sesuai dengan

ketersediaan sumber daya. Untuk dapat mewujudkan langkah tersebut maka,

diperlukan adanya implementasi kendali yang kemudian dievaluasi. Dalam

melaksanakan suatu implementasi kebijakan, ada faktor-faktor yang

mempengaruhi suatu implementasi kebijakan untuk mengetahui kebijakan

tersebut dapat berjalan dengan baik atau tidak. Menurut Edward III dalam

Sutarmin (2016) yang mengemukakan bahwa implementasi kebijakan akan

menjadi efektif apabila ditentukan oleh sumber daya, struktur organisasi

komunikasi, serta disposisi atau sikap. tersedianya sumber daya yang dibutuhkan

untuk melaksanakan kebijakan, adanya struktur organisasi dalam melaksanakan

kebijakan, Komunikasi berkaitan dengan kebijakan yang dihubungkan dengan

komunikasi pada organisasi atau publik, sikap dan tanggap dari pihak yang

terlibat dan sumberdaya berkenaan dengan ketersediaan sumber daya pendukung

khususnya sumber daya manusia.

Keberhasilan atau kegagalan suatu implementasi kebijakan dapat diukur

dari sudut kemampuannya secara nyata dalam meneruskan dan

mengoperasionalkan program-program yang telah dirancangkan sebelumnya.

Dengan munculnya implementasi kebijakan dalam bentuk nyata maka secara

otomatis mendapatkan garansi dari terlaksananya program dengan baik.

Page 23: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

11

Kebijakan implementasi sama peliknya dengan kebijakan formulasi, maka perlu

diperhatikan berbagai faktor yang akan mempengaruhinya (dalamMustari, 2013:

131).

Setelah membahas mengenai konsep implementasi kebijakan publik maka

pada bagian selanjutnya diuraikan model-model implementasi kebijakan publik

yang diperkenalkan oleh: Model teori Grindle, Sabatier dan Mazmanian, Edward

III, Van Meter dan Van Horn, Soren C. Winter.

B. Teori Implementasi Kebijakan Menurut Para Ahli

1. Teori Implementasi Kebijakan Sabatier dan Mazmanian

Sabatier dan Mazmanian (1979) mengembangkan model kontrol efektif

dan pencapaian. Menurutnya pendekatan tahapan-tahapan kebijakan tidak

dapat membantu untuk memahami proses dalam pembuatan kebijakan karena

pendekatan ini membagi suatu proses menjadi serangkaian bagian yang tidak

artifisial dan realistis. Oleh sabab itu, dari sudut pandang ini dalam

implementasi dan pembuatan kebijakan menjadi satu proses yang sama.

Sabatier dan Mazmanian mendukung sintesis gagasan teoritis top-down dan

bottom-up menjadi enam syarat yang dapat mencukupi dan harus ada agar

implementasi yang efektif dari tujuan kebijakan telah dinyatakan secara legal.

Enam syarat dimaksudkan adalah:

a) tujuan yang jelas dan konsisten,sehingga dapat menjadi standar evaluasi dan

sumber daya.

Page 24: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

12

b) Teori kausal yang memadai, dan dapat memastikan untuk kebijakan itu

mengandung suatu teori yang akurat tentang bagaimana cara melahirkan

perubahan.

c) Struktur implementasi yang di susun secara legal supaya membantu pihak-

pihak yang akan mengimplementasikan kebijakan dan kelompok-kelompok

yang menjadi sasaran kebijakan tersebut.

d) Para pelaksana implementasi yang ahli dan berkomitmen yang mengunakan

kebijaksanaan mereka untuk mencapai tujuan kebijakan.

e) Dukungan dari kelompok kepentingan dan “penguasa” di legislative dan

eksekutif.

f) Perubahan dan kondisi sosial ekonomi yang tidak melemahkan dukungan

kelompok dan penguasa atau tidak dapat meruntuhkan teori kausal yang

mendasari kebijakan.

Zabatier (1986), memodifikasi model mereka pada tahun (1973),

berdasarkan riset di Eropa dan Amerika. Mereka mengembangkan kerangka

implementasi kebijakan,mengidentifikasi tiga variabel bebas (independen

variabel) yang mempengaruhi keberhasilan implementasi, yaitu: variabel (1)

mudah atau sulitnya mengendalikan masalah yang di hadapi, meliputi indikator

(i) keragaman prilaku kelompok sasaran, (ii) kesukaran teknis (iii) ruang

lingkup perubahan prilaku yang diinginkan. (iv) dan presentase kelompok

sasaran dibandingkan dengan jumlah penduduk, Variabel (2) kemampuan

dalam kebijakan untuk mensistematiskan proses dalam implementasinya,

dengan indikator (i) kejelasan dan konsistensi tujuan, (ii) keterpaduan hirarki

Page 25: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

13

dalam dan diantara lembaga pelaksana, (iii) aturan keputusan dari badan

pelaksana (iv) ketepatan alokasi sumber daya, (v) rekruitmen pejabat

pelaksana, (vi) akses pihak luar secara formal. Variabel (3) pengaruh langsung

variabel politik/kepentigan terhadap tujuan yang termuat dalam

kebijakan,meliputi indikator (i) dukungan politik, (ii) kondisi sosial ekonomi

dan teknologi, (iii) dukungan dari pejabat atasan, (iv) sikap dan sumber daya

yang dimiliki kelompok, (v) serta komitmen dan kemampuan pejabat

pelaksana.

Masmanian dan Zabatier mengklasifikasikan proses implementasi

kebijakan kedalam tiga variabel, yaitu:

1) Variabel Independen

Mudah-tidaknya suatu masalah ddapat dikendalikan yang berkenaan

dengan suatu indikator masalah teori dan teknis dalam pelaksanaan, objek,

keragaman dan perubahan seperti apa yang dikehendaki.

2) Variabel intervening

Diartikan sebagai suatu kemampuan dalam kebijakan untuk

menstrukturkan proses implementasi dengan indikator konsistensi tujuan

dan kejelasan. Sehingga dapat dipergunakan dengan teori kausal, sumber

dana, ketepatan alokasi, keterpaduan hirarkis di antara lembaga pelaksana,

prekrutan pejabat pelaksana, aturan pelaksana dari lembaga pelaksana yang

memiliki keterbukaan kepada pihak luar, serta variabel diluar kebijakan

yang dapat mempengaruhi proses implementasi sehingga berkenaan dengan

indikator sosial-ekonomi dan teknologi, sikap dan risorsis konstituen,

Page 26: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

14

dukungan publik, dukungan pejabat yang lebih tinggi, serta komitmen dan

kualitas kepemimpinan dari pejabat pelaksana.

3) Variabel dependen

Yaitu suatu tahap proses implementasi kebijakan publik yang

menggunakan 5 (lima) tahapan, yang terdiri dari: Pertama, pemahaman

tentang lembaga/badan pelaksana dalam bentuk tersusunya kebijakan

pelaksana. Kedua, hasil yang nyata,. Ketiga, penerimaan atas hasil nyata

Ke-empat, kepatuhan terhadap objek. kelima, tahapan yang mengarah pada

revisi atas kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan, baik sebagian maupun

keseluruhan suatu kebijakan yang bersifat mendasar.

Proses Implementasi

Stages (dependent variables) in the implementation process

Gambar 2.1: Model implementasi kebijakan menurut Mazmanian dan Sabatier (1983)

Model Zabatier dan Mazmanian mempertimbangkan kondisi-kondisi

yang menghambat ataupun mendorong keberhasilan implementasi, yang

mencakup karakteristik masalah, daya dukung peraturan, faktor non peraturan.

Tractability of the problem

1. Technical difficulties 2. Diversity of target group behaviour 3. Target group as a percentage of the population 4. Extent of behavioural change required

Ability of statute to structure implementation

1. Clear and consisten objectives 2. Incorporation of adequate causal theory 3. Initial allocation of financial resources 4. Hierarchical integration within and a mong

implementing agencies 5. Decision rulers of implementing agencies 6. Recruitment of implementing officials 7. Formal access by out siders

Nonstatutory variables affecting

implementation:

1. Socioeconomic conditions and technologi 2. Public support 3. Attitudes and resources of constituency

groups 4. Support from sovereigns 5. Commitment and leadership skill of

implementing officials

Policy outputs of

implementing

agencies

Compliance with policy outputs by target groups

Actual impacts

of policy

outputs

Perceived

impacts of policy outputs

Major revision

in statute

Page 27: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

15

Model ini memandang implementasi sebagai output dan outcomes. gambar

berikut menyajikan Model Sabatier dan Mazmanian.

Model Sabatier berusaha mengukur keberhasilan implementasi dari segi

kesesuaian output kebijakan dan kesesuaian dampak aktual kebijakan.

Keunggulan kompleksitas dan kejelasan pemetaan variabel-variabel

implementasi seingga dapat menghasilkan pemahaman yang sangat luas

tentang mengapa output dan dampak implementasi kebijakan bervariasi dari

satu ke lain kebijakan atau dari satu ke lain lokasi. Keterbatasan model Sabatier

adalah sebagian dari variabel yang dicakup tidak kontekstual yaitu variabel

karakteristik masalah yang dianggap sebagai suatu kelompok variabel

predictor. Mazmanian dan Zabatier (1983) sebagaimana terlihat pada gambar

di atas mengungkapkan bahwa keberhasilan implementasi kebijakan publik

dipengaruhi setidaknya oleh tiga variabel yaitu; (1) karakteristik masalah, (2)

karakteristik kebijakan, (3) lingkungan kebijakan.

2. Teori Implementasi Kebijakan Van Meter dan Van Horn

Van Meter and Van Horn (1975), mendefenisikan implementasi

kebijakan, merupakan tindakan yang digunakan baik individu atau kelompok-

kelompok pejabat pemerintah atau swasta, yang diarahkan agar dapat

tercapainya suatu tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan.

Pandangan keduanya mengandaikan bahwa suatu implementasi kebijakan

berjalan secara linier dari kebijakan publik, implementor dan kinerja kebijakan.

Meter dan Horn mengemukakan suatu model dasar yang mencakup enam

variabel yang membentuk keterkaitan antara kebijakan dengan kinerja. Dalam

Page 28: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

16

model ini, variabel terikat adalah kinerja, yang didefenisikan sebagai tingkat

sejauh mana standar-standar dan tujuan-tujuan kebijakan yang direalisasikan.

Adapun variabel-variabel yang membentuk keterkaitan antara kebijakan

dengan kinerja tersebut adalah:

1) Standard an tujuan (standards and objectives)

2) Sumber daya (keuangan) (resources)

3) Karakteristik organisasi pelaksana (characteristics of the implementing

agencies)

4) Komunikasi antar organisasi dan aktifitas penguatan (interorganizational

communication and enforcement activities)

5) Sikap para pelaksana (disposition of implementors). Dan

6) Kondisi-kondisi ekonomi, sosial dan politik (economic, sosial and political

conditions)

Faktor-faktor tersebut selain terkait dengan kinerja kebijakan, juga saling

berkaitan satu dengan yang lainnya. Model implementasi yang dikemukakan

Van Meter and Van Horn dapat dilihat pada gambar berikut:

Page 29: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

17

Public Policy Performance

Gambar 2.2 : Model implementasi kebijakan Van Meter dan Van Horn

Model pendekatan implementasi kebijakan yang dirumuskan Van Meter

dan Van Horn disebut dengan model implementasi kebijaka. Proses

implementasi ini adalah sebagai proses sebuah abstraksi dalam suatu

pengejewantahan kebijakan yang pada dasarnya dilakukan agar dapat meraih

kinerja implementasi kebijakan yang tinggi yang berlangsung dalam hubungan

pada berbagai variabel. Model ini dapat memberikan petunjuk bahwa dalam

implementasi kebijakan itu dapat berjalan secara linear dari keputusan politik,

pelaksana dan kinerja kebijakan publik.

Secara rinci variabel-variabel implementasi kebijakan publik model Van

Meter dan Van Horn (1974) dijelaskan sebagai berikut:

1) Standar dan sasaran kebijakan/ukuran dan tujuan kebijakan

Kinerja implementasi kebijakan diukur dari tinggkat keberhasilannya dan

juga ukuran dan tujuan kebijakan yang sifatnya realistis dengan sosio-kultur

yang ada di level pelaksana kebijakan. Ketika ukuran dan sasaran terlalu ideal

Interorganizational

communication and

enforcement

activities

The disposition

of

implementers

Characteristics of

implementing

agencies

Economic, social,

and political

conditions

Standards and

objectives

Resources

Page 30: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

18

(utopis), maka kebijakan akan sulit untuk dilaksanakan .Van Meter dan Van

Horn telah mengemukakan bahwa untuk mengukur kinerja implementasi

kebijakan tentunya dengan menggunakan standar dan target sasaran tertentu

yang wajib untuk dicapai oleh para pelaksana kebijakan, kinerja kebijakan

pada dasarnya merupakan penilaian atas tingkat ketercapaian dalam standar

dan sasaran tersebut.

Pemahaman tentang standar dan sasaran untuk tujuan kebijakan yaitu

sangat penting. Implementasi kebijakan biasanya akan gagal (frustrated)

apabila para pelaksana (officials), sepenuhnya kurang menyadari terhadap

standar dan sasaran tujuan kebijakan. Standar dan tujuan kebijakan mempunyai

hubungan yang erat kaitannya dengan sikap terhadap para pelaksana

(implementors). Arah siakap (disposisi) para pelaksana (implementors)

terhadap standar dan tujuan kebijakan juga merupakan suatu hal yang

“crucial”. Implementors mungkin menjadi gagal dalam mewujudkan

kebijakan, dikarenkan mereka menolak atau tidak mengerti apa yang menjadi

tujuan suatu kebijakan.

2) Sumber daya

Setiap tahap implementasi menuntut agar adanya sumber daya manusia

yang berkualitas dan sesuai dengan pekerjaan yang diberikan oleh kebijakan

yang ditetapkan secara politik. Manusia yaitu sebagai sumber daya yang sangat

terpenting dalam menentukan keberhasilan suatu implementasi kebijakan, hal

ini dikarenakan Keberhasilan dalam implementasi kebijakan sangat tergantung

dari kemampuan dalam memanfaatkan sumber daya yang tersedia khususnya

Page 31: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

19

sumber daya manusia. Selain sumber daya manusia, sumber daya finansial dan

waktu menjadi perhitungan yang penting dalam keberhasilan implementasi

kebijakan. Sumber daya kebijakan (policy resources) tidak kalah pentingnya

dengan komunikasi. Dalam Sumber daya kebijakan ini harus juga tersedia

untuk memperlancar administrasi implementasi suatu kebijakan. Sumber daya

ini terdiri atas dana atau intensif lain untuk memperlancar pelaksanaan

(implementasi) dalam suatu kebijakan. Kurangnya atau terbatasnya dana atau

intensif lain dalam implementasi kebijakan, merupakan sumbangan besar

terhadap kegagalan implementasi kebijakan.

3) Karakteristik organisasi pelaksana

Pusat perhatian terhadap agen pelaksana yaitu sebagai organisasi formal

dan organisasi informal yang akan terlibat dalam mengimplementasikan

kebijakan. Hal ini penting ddikarenakan kinerja implementasi kebijakan akan

sangat dipengaruhi oleh ciri yang sangat tepat serta cocok dengan para agen

pelaksanannya. Hal ini berkaitan dengan konteks kebijakan yang akan

dilakukan pada beberapa kebijakan yang dituntut pelaksana kebijakan yang

ketat dan disiplin. Pada konteks lain diperlukan agen dalam pelaksana yang

demokratis dan persuasif. Selain itu, cakupan atau luas wilayah menjadi suatu

pertimbangan penting untuk menentukan agen pelaksana kebijakan.

Terdapat dua karakteristik organisasi pelaksana dalam hal ini krakteristik

utama dari struktur birokrasi adalah prosedur-prosedur kerja standar (SOP=

Standard Operating Procedures) dan fragmentasi (Edward III, 1980).

Page 32: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

20

a) Standard Operating Procedures (SOP). SOP dikembangkan untuk respon

internal terhadap suatu keterbatasan waktu dan sumber daya dari pelaksana

dan keinginan agar keseragaman dalam bekerjanya organisasi-organisasi

yang kompleks dan tersebar luas. SOP ini bersifat rutin didesainkan agar

situasi tipikal dimasa lalu mungkin mengambat dalam perubahan kebijkan

karena tidak sesuai dengan situasi atau program baru. SOP sangat mungkin

menghalangi suatu implementasi kebijakan-kebijakan baru yang

membutuhkan cara-cara kerja baru atau tipe-tipe personil baru agar

mengimplementasikan kebijakan. Semakin besar kebiajakan membutuhkan

perubahan dalam cara-cara yang rutin dari suatu organisasi, semakin besar

probabilitas SOP menghambat jalanya implementasi.

b) Fragmentasi. Fragmentasi berasal terutama dari tekanan-tekanan di luar

unit-unit birokrasi, seperti kelompok-kelompok kepentingan, pejabat-

pejabat eksekutif, konstitu komite-komite legislatif, Negara dan sifat

kebiajakan yang dapat mempengaruhi organisasi birokrasi public.

Fragmentasi yaitu penyebaran tanggung jawab terhadap wilayah dalam

kebijakan diantara beberapa unit organiasi. “Fragmentation is the dispersion

of responsibility for a policy area among several organizational units.”

Semakin banyak actor-aktor dan badan-badan yang terlibat dalam suatu

kebijakan tertentu dan semakin saling berkaitan dengan keputusan-

keputusan mereka, maka akan semakin kecil kemungkinan keberhasilan

dalam implementasi. Edward juga menyatakan bahwa secara umum,

Page 33: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

21

semakin koordinasi yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan dalam

suatu kebijakan, semakin kecil pula peluang untuk berhasil.

4) Komunikasi antar organisasi terkait dan suatu kegiatan-kegiatan

pelaksanaan

Agar kebijakan public bias dapat dilaksanakan secara efektif, menurut

Van Meter dan Van Hort apa yang akan menjadi standar tujuan harus dipahami

oleh para individu (implementors). Yang akan bertanggung jawab atas

pencapaian suatu standard an tujuan kebijakan, karena itu standard an tujuan

harus dikomunikasikan pada para pelaksana. Komunikasi dalam kerangka

penyampaian informasi kepada para pelaksana dalam kebijakan tentang apa

yang menjadi standard an tujuan dan harus konsisten dan seragam (consistency

and uniformity) dari berbagai sumber informasi.

Jika tidak adyaan kejelasan dan konsistensi serta keseragaman terhadap

suatu standard an tujuan kebijakan, maka akan menjadi standar dan tujuan

kebijakan sulit agar bias dicapai. Dengan kejelasan itu, para pelaksana

kebijakan akan mengetahui apa yang diharapkan darinya dan mengetahui apa

yang harus dilakukan. Dalam suatu organisasi publik, komunikasi sering yaitu

proses yang sulit dan komplek. Proses pentransferan berita kebawah di dalam

organisasi atau dari suatu organisasi ke organisasi lain, dan ke komunikator

lain, sering mengalami ganguan (distortion) baik disengaja maupun tidak. Jika

sumber komunikasi yang berbeda dapat memberikan interpretasi yang tidak

sama (inconsistent) terhadap suatu standard an tujuan, atau sumber informasi

sama dalam memberikan interpretasi yang penuh dengan pertentangan

Page 34: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

22

(conflicting), maka pada suatu saat pelaksana kebijakan akan menemukan suatu

kejadian yang lebih sulit agar dapat melakukan suatu kebijakan secara intensif.

Dengan demikian, prospek implementasi kebijakan yang efekti, sanagt

ditentukan oleh komunikasi kepada para pelaksana kebijakan secara akurat dan

konsisten (accuaracy and consistency). Disamping itu, koordinasi ju7ga

merupakan suatu mekanisme yang ampuh dalam implementasi kebijakan.

Semakin baik koordinasi komunikasi diantara pihak-pihak yang terlibat dalam

implementasi kebijakan, maka kesalahannya akan semakin kecil, demikian

sebaliknya.

5) Disposisi atau sikap para pelaksana

Menurut pendapat Van Meter dan Van Hornt: “ sikap dalam penerimaan

atau penolakan dari agen pelasana kebijakan akan sangat mempengaruhi

keberhasilan atau kegagalan dalam implementasi kebijakan publik. Hali ini

sangat mungkin terjadi karena kebijakan yang akan dilaksanakan bukanlah

suatu hasil formulasi warga setempat yang akan mengenal betul suatu

permasalahan dan persoalan yang mereka rasakan. Tetapi kebijakan publik

biasanya bersifat top down yang sangat mungkin para pengambil keputusan

tidak mengetahui bahkan tak mampu menyentuh kebutuhan, keinginan atau

permasalahan yang harus diselesaikan”.

Sikap mereka itu dipengaruhi dengan adanya pandangan terhadap suatu

kebijakan dengan cara melihat pengaruh kebijakan itu terhadap suatu

kepentingan-kepentingan dalam organisasinya dan kepentingan-kepentingan

pribadinya. Implementasi kebijakan diawali dengan penyaringan (befiltered)

Page 35: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

23

lebih dahulu melalui persepsi dari pelaksana (implementors) dalam batas mana

kebijakan itu dilaksankan. Terhadap tiga macam elemen respon dapat

mempengaruhi kemampuan dan kemauannyauntuk melaksanakan suatu

kebijakan, antara lain terdiri dari pertama, pengetahuan (cognition),

pemahaman dan pendalaman (comprehension and understanding) terhadap

kebijakan. Kedua, arah respon mereka apakah menerima, netral atau menolak

(acceptance, neutrality, and rejection), dan ketiga, instansi terhadap kebijakan.

Pemahman tentang maksud umum dari suatu standar dan tujuan

kebijakan adalah penting. Karena, bagaimanapun juga implementasi kebijakan

yang berhasil, bias jadi gagal (frustated) ketika para pelaksana (officials), tidak

sepenuhnya menyadari terhadap standar dan tujuan kebijakan. Arah disposisi

para pelaksana (implementors) terhadap standard an tujuan kebijakan. Arah

disposisi para pelaksana (implementors) terhadap standard an tujuan kebijakan

juga merupakan hal yang “crucial”. Implementors mungkin bias jadi gagal

dalam melaksanakan kebijakan, dikarenakan mereka menolak apa yang

menjadi tujuan suatu kebijakan.

Sebaliknya, penerimaan yang menebar dan mendalam terhadap standard

an tujuan kebijakan diantara mereka yang bertanggung jawab untuk

melaksankan kebijakan tersebut, adalah merupaka suatu potensi yang besar

terhadap keberhasilan implementasi kebijakan. Pada akhirnya, intesitas

disposisi para pelaksana (implementors) dapat mempengaruhi pelaksana

(performance) kebijakan. Kurangnya atau terbatasnya intensitas disposisi ini,

akan bias menyebabkan gagalnya implementasi kebijakan.

Page 36: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

24

6) Lingkungan sosial, ekonomi dan politik

Hal terakhir yang perlu diperhatikan guna menilai kinerja implementasi

adalah sejauh mana lingkungan eksternal turut mendorong keberhasilan

kebijakan publik. Lingkungan sosial, ekonomi dan politik yang tidak kondusif

dapat menjadi sumber masalah dari kegagalan kinerja implementasi kebijakan.

Karena itu, upaya implementasi kebijakan mensyaratkan kondisi lingkungan

eksternal yang kondusif.

3. Teori Model Politik Administrasi dari Grindle

Model politik - administratif dari grindle (1980) berasumsi bahwa tugas

implementasi adalah menetapkan suatu mata rantai yang memungkinkan arah

kebijakan umum direalisasikan sebagai suatu hasil dari aktifitas pmerintahan.

Dalam hal ini, kebijakan pemerintahan diterjemahkan ke dalam program

tindakan guna mencapai tujuan yang dinyatakan dalam kebijakan tersebut.

Program tindakan itu sendiri dapat dijabarkan lagi ke dalam proyek-proyek

spesifik yang mudah dilaksanakan. Kebijakan adalah pernyataan arah, tujuan,

sarana yang bersifat lyas dan umum. Proses implementasi hanya dapat dimulai

apabila arah kebijakan umum dan tujuan sudah dinyatakan secara spesifik,

program tindakan sudah didesain, dan dana telah dialokasikan untuk

pelaksanaannya.

Model implementasi Grinndle mencakup dua kelompok faktor yang

secara potensial dapat menyebabkan implementasi kebijakan berhasil atau

gagal, yaitu: muatan kebijakan (policy content) dan konteks implementasi.

Variabel terikat didalam model adalah outcomes kebijakan namun tetap

Page 37: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

25

mempertimbangkan struktur implementasi yaitu dengan mempertanyakan

tentang apakah program dan proyek dilaksanakan sesuai rencana.

Model Implementation as a Political and Administrative Process

Gambar 2. 3 : Sumber : Merilee S. Grindle , 1980 : 11

Model Grindle menyajikan struktur kebijakan yang desentralistik,

dimana ada ruang bagi aparat pelaksana untuk menjabarkan kebijakan melalui

perumusan program dan kegiatan . dengan demikian model ini lebih

komprehensif dibandingkan kedua model yang telah dijelaskan sebelumnya.

Keterbatasan dari model grindle adalah kriteria tentang keberhasilan

implementasi, yakni dampak, relatif sulit didentifikasi dalam jangka pendek.

Perubahan-perubahan pada individu maupun masyarakat yang ditimbulkan

oleh suatu kebijakan pada umumnya baru dapat diidentifikasi setelah priode

waktu yang panjang.

Page 38: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

26

Grindle menyimpulkan bahwa implementasi adalah proses administrasi

dan politik. Proses kebijkan hanya dapat dimulai apabila tujuan-tujuan dan

sasaran-sasaran yang semula bersifat umum yang telah diperinci, program-

program aksi telah dirancang dan sejumlah dan/biaya telah dialokasikan untuk

mewujudkan tujuan dan sasaran tersebut. Keberhasilan proses implementasi

kebijakan sampai kepada tercapainya hasil tergantung kepada kegiatan

program yang telah dirancang dan pembiayaan cukup, selain dipengaruhi oleh

Content of Policy (isi kebijakan) dan Contex of Implemntation (konteks

implemntasinya). Grindle merumuskan model implementasi sebagai berikut.

Isi kebijakan yang dimaksud meliputi:

1) Kepentingan yang terpenuhi oleh kebijakan (interst affected)

2) Jenis manfaat yang dihasilkan (tipe of benefit)

3) Derajat perubahan yang diinginkan (exten of change envisioned)

4) Kedudukan pembuat kebijaka (site of decision making)

5) Para pelaksana program ( program implementators)

6) Sumber daya yang dikerahkan (resources commited)

Sedangkan konteks implementasi yang dimaksud:

1) Kekuasaan (power) dan strategi actor yang terlibat (interest startegi of

actors involved)

2) Karakteristik lembaga dan peguasa ( institution and regime characteristics)

3) Kepatuhan dan daya tanggap pelaksana (compliance and responsiveness).

Menurut Grindle kebijakan yang menyangkut banyak kepentigan yang

saling berbeda lebih sulit diimplementasikan, sehingga konten kebijakan

Page 39: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

27

merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam

merumuskan suatu kebijakan dan konteks kebijakan mempengaruhi proses

impleemntasinya. Maksud konten adalah bahwa kebijakan yang akan diambil

dipengaruhi oleh:

1) Kepentingan yang dipengaruhi (terpengaruh oleh kebijakan); bahwa setiap

kebijakan yang akan diambil akan mempertimbangkan dampak terhadap

aktivitas politik yyang distimulasi oleh proses pengambilan keputusan.

Dalam hal ini reaksi/tindakan publik melihat pada perubahan yang akan

terjadi secara sosial, politik dan ekonomi. Penolakan dan kekerasan, serta

perebutan untuk mencari keuntungan dari suatu kebijakan seringkali

menjadi ukuran dari hal ini. Sehubungan dengan kepentingan yang

terpengaruh, maka dari sudut proses implementasi maka dipahami bahwa

keputusan-keputusan yang telah dibuat pada tahap rancangan atau

perumusan berpengaruh terhadap lancer atau tidaknya implementasi. Bahwa

kebijakan yang diimplementasikan untuk menimbulkan perubahan-

perubahan dalam hubungan sosial, politik dan ekonomi pada umumnya

merangsang munculnya perlawanan dari pihak-pihak yang kepentingannya

2) terancam, misalnya tuan tanah yang menentang usaha perombakan radikal

dalam bidang agrarian.

3) Tipe/jenis manfaat yang akan dihasilkan; bahwa proses implementasi untuk

sebagian besar dipengaruhi oleh macam tujuan-tujuan yang ingin dicapai

dan oleh dengan cara mana tujuan-tujuan itu dirumuskan. Bahwa program

yang memberikan manfaat secara kolektif (collective good) akan

Page 40: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

28

mendapatkan dukungan dalam implementasinya, dan sebaliknya. Program

yang menyediakan manfaat kolektif dapat membangkitkan tuntutan bersama

(bersifat kategoris), sementara yang menyediakan manfaat yang dapat

dibagi habis kemungkinan membangkitkan jenis tuntutan yang berbeda

(bersifat partikularistik) dan mempertajam konflik dan persaingan diantara

mereka yang akan memproleh manfaat.

4) Derajat perubahan yang diharapkan, bahwa program yang ditetapkan yang

mengharapkan akan adanya sedikit perubahan perilaku di masyarakat akan

mudah untuk diimplementasikan, tetapi untuk program yang dirancang pada

perubahan yang mendasar dimasyarakat dalam jangka panjang akan sulit

diimplementasikan. Perbedaan yang menyangkut perubahan perilaku yang

dikehendaki pada pihak yang menerima manfaat dari program tertentu

mempengaruhi implementasi. Derajat perubahan berkaitan dengan

penyesuaian perilaku dan partisipasi dari pihak penerima

program/kebijakan.

5) Keduduk/letak pengambilan keputusan (pembuat kebijakan); bahwa

kebijakan tertentu berkaitan dengan kewenangan dan kerumitan dalam

pegambilan keputusan terhadap tingkat (nasional dan lokal) dan jumlah

orang atau unti dalam pengambilan keputusan. Setiap keputusan tersebut

akan diambil, misalnya ditingkat departemen (pemerintah pusat) atau

tingkat dinas (pemerintah daerah) dan akan berdampak terhadap

implementasi dari kebijakan tersebut (Grindle;1980). Semakin tersebar

posisi impleentasi, baik secara geografis maupun secara organisatoris-

Page 41: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

29

administrasif maka semakin sulit pula tugas-tugas implementasi, sebabnya

karena makin banyak jumlah satuan-satuan pengambilan keputusan yang

terlibat didalammnya.

6) Pelaksanaan program, bahwa keputusan yang dibuat dalam tahapan

formulasi kebijakan akan mengindikasikan siapa yang akan ditugaskan

untuk melaksanakan berbagai macam program (lintas geografi dan

organisasi), kebijakan dengan lintas geografi dan organisasi yang tinggi

akan lebih sulit menjalankan program (kebijakan) dan semakin memerlukan

pemberian kewenangan pengambilan keputusan (merujuk Pressman dan

Wildavsky; 1973). Keputusan yang dibuat pada saat perumusan kebijakan

dapat menunjukkan siapa yang akan ditugasi untuk mengimplementasikan

program yang ada. Dalam hubungan tersebut maka dapat ditetapkan secara

dini adanya perbedaan peran pada berbagai satuan birokrasi yang akan

terlibat langsung dalam pengelolaan program.

7) Sumber daya yang dikerahkan/dilibatkan, bahwa setiap keputusan diambil

akan berakibat pada pemenuhan sumber daya yang dibutuhkan untuk

mengimplementasikan program yang telah ditetapkan. Kemungkinan terjadi

perbedaan keberhasilan implementasi yang diakibatkan oleh perbedaan

kapasitas birokrasi dalam pengelola keberhasilan program (Grindle; 1980).

Konteks (lingkungan) politik, pelaksanaan kebijakan dipengaruhi oleh:

a) Kekuasaan, kepentingan dan strategi dari actor yang terlibat; bahwa akan

mengimplementasikan mungkin mencakup banyak aktor. Keseluruhan aktor

tersebut mungkin secara intensif atau tidak, tergantung konten dari program

Page 42: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

30

dan strukturnya dimana kebijakan tersebut dilaksanakan. Masing-masing

aktor mungkin memiliki kepentingan-kepentingan dalam kebijakan/program

dengan membuat tuntutan (permintaan) atas pengalokasian prosedur-

prosedur (Grindle;1980). Seringkali tujuan dari aktor bertentangan dengan

aktor lainnya, termasuk pada hasil dan konsekuensi siapa mendapatkan apa

akan ditentukan melalui strategi, sumberdaya dan posisi kekuasaan masing-

masing aktor.

b) Karakteristik lembaga dan penguasaan/resim; bahwa apa yang

diimplementasikan mungkin merupakan hasil dari perhitungan politik dari

perhitungan politik dari kepentingan dan persaingan antar kelompok untuk

mendapatkan sumber daya yang terbatas, respon dari petugas yang

mengimplementasikan, dan tindakan-tindakan elit politik, semuanya

berinteraksi dalam konteks kelembagaan masing-masing. Analisis atas

implementasi dari program yang spesifik dalam interaksinya akan

mempertimbangkan penilaian kapabilitas kekuasaan dari para aktor,

kepentingan-kepentingannya, dan strategi untuk mencapainya, serta

karakteristik dari penguasa.

c) Ketaatan/kepatuhan dan daya tanggap; bahwa dalam upaya untuk mencapai

tujuan, birokrat berhadapan dengan dua masalah yang timbul dari interaksi

antar lingkungan program dan administrasi program. Yang pertama, birokrat

harus berhadapan dengan masalah yang berkaitan dengan bagaimana

menjaga ketaatan agar hasil akhir dari kebijakan dapat dicapai walaupun

mereka harus menangani berbagai interaksi diantara aktor yang

Page 43: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

31

berkepentingan dalam implementasi kebijakan tersebut. Yang kedua,

bagaimana responsivitas dari birokrat terhadap keinginan-keinginan dari

mereka yang akan menerima manfaat dari pelayanan diberikannya agar

tujuan kebijakan dan program dapat tercapai. Agar efektif maka

implementor harus memiliki seni dalam berpolitik dan harus memahami

dengan baik lingkungan dimana mereka akan merealisasikan kebijakan dan

program-programnya.

Model-model top-down berasumsi bahwa tujuan-tujuan kebijakan

dispesifikasi oleh para pembuat kebijakan dan bahwa masalah-masalah

implementasi dapat diminimalisasi dengan cara memprogramkan secara

eksplisit prosedur implementasi. Kebijakan menurut perspektif top-down

mempresentasikan pandangan-pandangan pembuat kebijakan. Keberhasilan

implementasi seringkali dilihat dari derajat sejauh mana tindakan-tindakan

pejabat pelaksana dan kelompok sasaran bersesuaian dengan tujuan-tujuan

yang dinyatakan dalam keputusan otoritatif.

4. Teori Implementsi Kebijakan Menurut Edwards III

Model Edwards III (1980) mempertimbangkan empat faktor kritis atau

variabel di dalam mengimplementasikan kebijakan publik, yaitu: faktor-faktor

internal organisasi ini berpengaruh secara langsung terhadap implementasi,

tetapi juga saling tergantung satu dengan yang lainnya. Edward menilai bahwa

masalah utama administrasi publik rendahnya perhatian terhadap implementasi.

Secara tegas dikatakan bahwa „without effective implementation the decision of

policymakers will not bee carried out successfully‟. Edward III melihat empat

Page 44: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

32

isu pokok (faktor penentu) yang perlu mendapatkan perhatian agar

impkementasi kebijakan menjadi efektif, yang digambarkan dalam kerangka

model implementasi sebagai berikut:

Model implementasi dari Edward III menggunakan faktor yang berfokus

di dalam struktur pemerintah untuk menjelaskan proses implementasi.

Penekanan pada proses ini dilandasi asumsi bahwa kalau para implementor

mengikuti sepenuhnya standar pelaksanaan yang telah ditentukan oleh pembuat

kebijakan maka dengan sendirinya output dan outcomes kebijakan yang

diinginkan akan tercapai. Kenyataan menunjukkan bahwa kebanyakan

kebijakan yang dibuat pemerintah tidak pernah sempurna, dan tidak bebas dari

kekuatan-kekuatan sosial, ekonomi dan politik yang melengkapinya.

Pendekatan yang digunakan dalam menganalisis implementasi kebijakan

tentang konservasi energy adalah teori yang dikemukakan oleh George C.

Edwards III. implementasi dapat dimulai melalui kondisi abstrak dan sebuah

pertanyaan tentang apakah syarat agar implementasi kebijakan dapat berhasil,

menurut George C. Edwards III ada empat variabel dalam kebijakan public

Communication

Disposition

Bureaucratic

Structure

Implementation

Resources

Gambar 2.4 : Model Implementasi Kebijakan Publik Edwards III

Page 45: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

33

yaitu komunikasi (Communicattions), sumber daya (Resources), sikap

(dispositions atau attitudes) dan struktur birokrasi (bureaucratic structure).

Ke empat faktor diatas harus dilaksanakan secara simultan karena antar

satu dengan yang lainnya memiliki keterkaitan yang kuat. Tujuan kita adalah

meningkatkan pengetahuan tentang implementasi kebijakan. Penyederhanaan

pengertian dengan dengan cara diturunkan (membreakdown) melalui

eksplanasi implementasi kedalam komponen prinsip. Implementasi kebijakan

merupakan suatu proses dinamis yang dimana meliputi interaksi banyak faktor.

Sub kategori dari faktor-faktor yang mendasar ditampilkan sehingga dapat

diketahui pengaruhnya terhadap implementasi. Faktor-faktor yang

mempengaruhi dalam implementasi menurut George C. Edwards III sebagai

beikut:

1) Komunikasi

Faktor ini dalam Implementasi akan berjalan efektif dan efisien apabila

ukuran dan tujuan kebijakan yang dipahami oleh individu-individu yang

bertanggung jawab dalam pencapaian tujuan kebijakan. kejelasan ukuran dan

tujuan kebijakan dengan demikian perlu dikomunikasikan secara tepat dengan

para pelaksana. Keseragaman serta Konsistensi terhadap ukuran dasar dan

tujuan perlu adanaya komunikasi yang baik sehingga implementors dapat

memahami secara tepat terhadap ukuran maupun tujuan kebijakan tersebut.

Komunikasi dalam suatu organisasi adalah suatu proses yang amat kompleks.

Seseorang biasa menggunakannya atau menyebarluaskannya hanya untuk

kepentingan tertentu. Disamping itu adanya informasi yang berbeda juga akan

Page 46: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

34

menhasilkan interpretasi yang berbeda pula. Agar implementasi dapat

terlaksana dengan efektif, tentunya ada yang bertanggungjawab dalam

mengambil sebuah keputusan dan harus memahami apakah mereka dapat

melaksanakannya. Bahwasanya implementasi kebijakan harus diterima oleh

semua pihak dan personel agar dapat memahami secara jelas dan akurat terkait

dengan maksud dan tujuan kebijakan. Jika ada aktor pembuat kebijakan telah

melihat adanya ketidakjelasan dalam spesifikasi kebijakan maka tentunya

mereka tidak memahami tentang apa yang sesungguhnya yang akan diarahkan.

Para implementor kebijakan akan merasa bingung dengan apa yang mereka

lakukan sehingga jika dipaksakan tidak akan mendapatkan hasil yang

efektifdan optimal. kurangnya komunikasi kepada para implementor secara

serius akan berdampak pada implementasi kebijakan.

2) Sumberdaya

Komponen sumberdaya ini terdiri jumlah staf, keahlian dari para

pelaksana atau staf tersebut, informasi yang jelas dan relevan agar cukup

untuk mengimplementasikan kebijakan dan pemenuhan sumber-sumber terkait

dalam pelaksanaan program, adanya kewenangan yang menjamin bahwa

program dapat diarahkan kepada sebagaimana yang diharapkan, serta adanya

fasilitas-fasilitas pendukung yang dapat dipakai untuk melakukan kegiatan

program seperti dana dan sarana prasarana.

Bukan suatu masalah jika adanya sikap konsisten dalam implementasi

program dan akuratnya komunikasi yang dikirim,apabila personel yang

mempunyai tanggungjawab untuk melaksanakan program mengalami

Page 47: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

35

kekurangan sumberdaya dalam melakukan tugasnya, maka Sumberdaya

manusia yang tidak memadai baik dari segi jumlah maupun kemampuan akan

berdampak pada tidak terlaksananya program secara efektif dikarenakan

mereka tidak mampu melakukan pengawasan dengan baik. Dengan demikian,

Jika jumlah personil pelaksana kebijakan terbatas maka upaya yang dilakukan

adalah dengan meningkatkan kemampuan para pelaksana untuk menjalankan

program kebijakan tersebut. Oleh sebab itu perlu adanya peningkatan

manajemen sumber daya manusia yang baik agar dapat meningkatkan kinerja

program kebijakan. Kurangnya kemampuan pelaksana program ini disebabkan

karena kebijakan konservasi energi merupakan hal yang baru bagi mereka

dimana dalam melaksanakan program ini membutuhkan skillyang khusus,

paling tidak mereka harus menguasai teknik-teknik tentang kelistrikan.

Informasi merupakan bagian sumberdaya yang sangat penting bagi

pelaksanaan kebijakan. Ada dua bentuk informasi yaitu informasi yang terkait

bagaimana cara menyelesaikan kebijakan/program serta bagi pelaksanaan

harus mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan dan informasi tentang

data pendukung kepatuhan kepada peraturan pemerintah dan undang-undang.

bukti dilapangan menunjukkan bahwa tingkat pusat kebutuhan yang diperlukan

para pelaksana dilapangan. Kurangnya informasi dan pemahaman tantang

bagaimana melaksanakan kebijakan memiliki konsekuensi langsung seperti

para oknum pelaksana tidak bertanggungjawab atas tugas yang diberiakan,

kemudian pelaksana tidak ada di tempat kerja sehingga menimbulkan masalah

baru. Implementasi kebijakan membutuhkan ketaatan organisasi dan individu

Page 48: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

36

pelaksana terhadap peraturan pemerintah yang yang berlaku. Selain itu,

Sumberdaya yang dibutuhkan adalah kewenangan untuk menentukan

bagaimana program dilakukan, kewenangan untuk mengatur/membelanjakan

keuangan, baik penyediaan uang, pengadaan staf, serta pengadaan supervisor.

Fasilitas yang diperlukan untuk melaksanakan kebijakan/program harus

terpenuhi seperti kantor, peralatan kantor, serta dana yang mencukupi tanpa

fasilitas ini mustahil program dapat berjalan.

3) Sikap (Disposisi)

faktor yang mempengaruhi efektif atau tidaknya implementasi kebijakan

ialah sikap implementor. Jika implementor setuju dengan poin atau bagian isi

dari kebijakan tersebut, maka mereka akan melaksanakan dengan senang hati

tetapi jika pandangan mereka berbeda dengan pembuat kebijakan maka proses

implementasi akan mengalami kesulitan dan bahkan akan menimbulkan

banyak masalah. Ada tiga bentuk sikap atau respon implementor terhadap

kebijakan; yaitu adanya kesadaran implementor, dan petunjuk pelaksana untuk

merespon program kearah penerimaan dan penolakan, serta intensitas dari

respon tersebut. Para pelaksana mungkin memahami maksud sasaran program

namun seringkali tujuannya tidak tercapai secara tepat dikarenakan mereka

menolak tujuan yang ada didalammya sehingga secara diam mereka alihkan

dan menghindari implementasi program tersebut. Selain itu dukungan para

pejabat pelaksana juga sangat dibutuhkan agar dapat mencapai tujuan dan

sasaran program.

Page 49: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

37

Dukungan dari pimpinan sangat berdampak pada pelaksanaan program

agar dapat mencapai tujuan secara efektif. wujud dari dukungan pimpinan ini

adalah dengan menempatkan kebijakan menjadi prioritas program,

menempatkan pelaksana dengan orang-orang yang mendukung program, serta

memperhatikan keseimbangan daerah, agama, jenis kelamin, suku, dan

karakter demografi yang lain. selain itu, indikator ini menyediakan dana yang

cukup guna memberikan insentif bagi para pelaksanan program agar mereka

mendukung dan bekerja secara total dalam melaksankan kebijakan/program.

4) Struktur Birokrasi

Struktur birokrasi tidak dapat dilepaskan dari badan pelaksana suatu

kebijakan, Struktur birokrasi adalah karakteristik, norma-norma, dan pola-pola

hubungan yang terjadi berulang-ulang badan-badan eksekutif mempunyai

hubungan baik potensial maupun nyata dengan apa yang mereka memiliki

dalam menjalankan kebijakan. Van Meter dan Van Horn menunjukkan

beberapa unsur yang mungkin berpengaruh terhadap suatu organisasi dalam

implementasi kebijakan, yaitu:

a) Kompetensi dan ukuran staf suatu badan

b) Tingkat pengawasan hirarkis terhadap keputusan-keputusan sud unit dan

proses-proses dalam badan pelaksana

c) Sumber-sumber politik suatu organisasi (misalnya dukungan di antara

anggota legislatif dan eksekutif)

d) Tingkat komunikasi “terbuka” yaitu jaringan kerja komunikasi

horizontal maupun vertical secara bebas serta tingkat kebebasan yang

Page 50: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

38

secara relative tinggi dalam komunikasi dengan individu-individu di luar

organisasi

e) Vitalitas suatu organisasi

f) Kaitan formal dan informal suatu badan dengan badan pembuat

keputusan atau pelaksana keputusan.

Bila sumberdaya cukup untuk melaksanakan suatu kebijakan dan para

implementor mengetahui apa yang harus dilakukan, implementasi masih gagal

ketika struktur birokrasi yang ada menghalangi koordinasi yang diperlukan

dalam melaksanakan kebijakan. Kebijakan yang kompleks membutuhkan

kerjasama banyak pihak, serta pemborosan sumberdaya akan mempengaruhi

hasil implemetasi. Perubahan yang dilakukan tentunya akan berdampak pada

individu dan secara umum akan mempengaruhi sistem dalam birokrasi.

5. Teori Implementasi Kebijakan Soren C. Winter

Model lain yang menarik yang juga termasuk dalam kategori generasi

ketiga ini dan mendapat perhatian dari banyak ahli adalah “integrated

implementation model” yang dikembangkan oleh Soren C. Winter (2003).

Mereka melihat implementasi sebagai suatu hal yang tidak berdiri sendiri,

mereka meperkenalkan pandangannya sebagai „model integrated‟. Model

integrated menunjukkan bahwa sukses implementasi ditentukan mulai dari

formulasi sampai evaluasi, yang dengan sendirinya berarti ada keterkaitan

antara proses politik dan administrasi, sebagaimana terlihat pada gambar

berikut:

Page 51: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

39

Feedback

Gambar 2.5: Model Implementasi Kebijakan Publik Soren C. Winter

Jika merujuk pada model di atas, maka terlihat dengan jelas bahwa

implementasi kebijakan sangat dipengaruhi design kebijakan yang pada

dasarnya lahir atau ditentukan oleh formulasi kebijakan itu kebijakan. Hal lain

yang juga berpengaruh adalah keadaan sosial ekonomi masyarakat. Suatu

kebijakan bias jadi akan sangat terpengaruh dengan lingkungan dimana

kebijakan itu dijalankan,. Sementara itupula menurut Winter, implementasi itu

sendiri berkaitan dengan perilaku antar organisasi terkait, perilaku organisasi

terdepan sebagai pelaksana kebijakan serta berhubungan dengan perilaku

kelompok sasaran kebijakan.

Variabel-varabel yang mempengaruhi proses implementasi kebijakan

sebagai berikut:

1) Perilaku organisasi dan antarorganisasi (Organizational and inter-

organizational behavior).

Organizational

and Interorganizational

Implementation

Street-Level

Bureaucratic

Behavior

Target Group

Behavior

Policy

Design

Policy

Formulation

- Conflict - Symbolic Policy

Out Come Performance

Page 52: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

40

Dimensi-dimensinya adalah komitmen dan koordinasi antar organisasi.

Penerapan kebijakan publik dalam mencapai hasil yang optimal, jarang

berlangsung dengan kelompok sendiri, tanpa menggunakan organisasi lain

sebagai pendukung atau piranti pelaksana. Implementasi kebijakan

memerlukan hubungan antar organisasi untuk membawa perubahan kebijakan

umum ke dalam aturan yang jelas, dan ini berlangsung secara berkelanjutan

dalam proses sosial yang dapat mengkonversi arah kebijakan melalui tindakan.

Proses implementasi dapat diterapkan melalui banyak cara. Salah satu cara

diantaranya adalah implementasi kebijakan dapat terpenuhi dalam suatu

organisasi. Tetapi, agar kinerja implementasi lebih efesien dan efektif,

memerlukan kerjasama dan koordinasi dengan berbagai organisasi, atau

bagian-bagian organisasi itu. Tingkat implementasi dapat ditempuh pada

organisasi formal, sementara administrasi pemerintahan dapat diterapkan

melalui hasil kebijakan.

Perkembangan hubungan antarorganisasi belakangan kian popular,

sehingga para praktisi dan sarjana melahirkan istilah „kolaboratif‟ yang

menentukan dam mempengaruhi hasil suatu program. Beberapa tahun terakhir

muncul istilah yang lebih dikenal „jaringan‟, dan ‟manajemen jaringan‟. Istilah

secara keseluruhan dikenal dalam hubungan koordinasi antar organisasi yang

dapat meningkatkan dan mementukan pola implementasi kebijakan. Faktor

selanjutnya adalah proses implementasi kebijakan organisasi dan antar

organisasi ditandai oleh adanya komitmen dan koordinasi (Winter,2003).

Dalam tataran implementasi, komitmen dimaksudkan adalah kesepakatan

Page 53: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

41

bersama dengan instansi terkait dalam menjaga stabilitas organisasi dan

jaringan antar organisasi yang ada, dalam kaitannya dengan pelaksana

program. Hal tersebut dimaksudkan untuk menjaga kemungkinan munculnya

rasa egoisme di antara organisasi pelaksana program yang dapat

mempengaruhi hasil akhir dari suatu implementasi. Kontribusi suatu organisasi

terhadap implementasi sangat tergantung input yang diterima dari hubungan

inter organisasi secara timbal balikdan saling bergantung satu sama lain.

Dengan demikian, proses implementasi kebijakan kebijakan dicapai pada titik

optimal dalam merealisasikan kebutuhan dan kepentingan.

Pada tataran koordinasi pola hubungan antar organisasi sangat urgen dan

berpengaruh terhadap penetuan strategi suatu implementasi. Pegaturan suatu

kebijakan publik dapat diterapkan melalui dua atau lebih organisasi. Sebab,

bagaimanapun, implementasi kebijakan sangatlah rumit, dan tantangan atas

tindakan yang direncanakan lebih besar, sehingga kemungkinan untuk

bekerjasama secara khas akan lebih rumit. Itulah sebabnya, kadangkala akibat

„kerumitan‟ tadi membuat permasalahan kebijakan terbengkalai. Pemerintah

belum bias menerapkan kebijakan yang menyentuh akar permasalahan antara

yang satu dengan lainnya.

2) Perilaku Birokrasi Level Bawah (Street Level bureaucratic behavior).

Dimensinya adalah diskreasi. Variabel selanjutnya menjadi faktor kunci

dalam implementasi kebijakan adalah perilaku birokrasi level bawah. Hal ini

dimaksudkan sebagai kemampuan untuk melaksanakan dan mejalankan

program-program sebagai keputusan penting dengan menggunakan pengaruh

Page 54: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

42

yang lebih dominan diluar kewenangan formal (diskresi). Sehingga menurut

Lipsky;1980, dalam Parawangi ( 2011 ) bahwa perilaku pelaksanaan kebijakan

secara sistematis adakalanya „menyimpang‟ dari tugas terkait dengan

kewenangan selaku pelaksana kebijakan. Mereka lebih mengutamakan

hubungan dengan masyarakat dalam penyampaian kebijakan. Karena itu,

birokrasi level bawah menjadi aktor yang esensial dalam implementai

kebijakan public, dan kinerjanya sangat konsisten dengan standar program

yang berkaitan dengan aktivitasnya (Parawangi,2011).

Kontribusi pemikiran Lipsky sangat penting untuk memahami model

implementasi yang satu ini, dan teorinya lebih khusus terhadap mekanisme

dalam menjelaskan berbagai kebiajkan dan konsekuensinya. Birokrasi level

bawah bekerja dalam situasi yang ditandai dengan berbagai kebutuhan

masyarakat. Mereka berupaya mengatasi permasalahan dan membuat prioritas

kebijakan, mengontrol dan memodifikasi tujuan kebijakan berdasarkan

persepsi masyarakat. Michael Lipsky (1980) mengambarkan birokrasi level

bawah ini sebagai “jabatan yang berhubungan langsung dengan masyarakat”.

Dan secara substansial, mereka memiliki pertimbangan sekaitan dengan

tugasnya masing-masing. Bahkan, berdasarkan posisinya ditengah masyarakat

itu, mereka memilki peluang lebih besar dalamputusan kebijakan. Mereka

dapat memberi pertimbangan, menggunakan pengaruhnya diluar kewenangan

formal, sebagaimana Lipsky menyebut bahwa dalam implementasi kebijakan

pengaruh lebih dominan berasal dari pekerja lefel bawah ini.

Page 55: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

43

Pekerja level bawah ini pada prinsipnya mempunyai pilihan pada hasil

mana yang harus dicapai, dan bagimana cara melakukannya. Demikian halnya

tokoh masyarakat, lembaga adat, konselor dan semacammnya, secara rutin

berhubungan dengan birokrasi level bawah. Mereka ini mengabdikan diri

sebagai “warga Negara yang membantu menciptakan dan melakukan

pelayanan public berdasarkan norma”.

3) Perilaku kelompok sasaran (target grup behavior).

Perilaku kelompok sasaran (target grup behavior) yang tidak hanya

memberi pengaruh pada efek/dampak kebijkan, tetapi juga mempengaruhi

kinerja birokrat/aparat tingkat bawah. Dimensinya mencakup respon positif

dan negatif masyarakat dalam mendukung atau tidak mendukung kebijakan.

Variabel perilaku target grup dalam implementasi kebijakan publik

adalah sekelompok orang, organisasi, atau individu penerimaa jasa yang

berperan bukan hanya dari sisi dampak kebijakan, tetapi juga dalam

mempengaruhi kinerja implementasi program memalui tindakan positif dan

negatif (Winter:2003). Dengan demikian, kinerja implementasi program sangat

dipengaruhi oleh karakteristik partisispasi yakni mendukung atau menolak.

Model ini merupakan kerangka kerja yang menyajikan mekanisme dan menjadi

faktor kunci yang dapat mempengaruhi hasil akhir dari suatu implementasi.

Tentang siapa kelompok sasaran yang akan dipengaruhi perilakunya oleh

kebijakan, dan seberapa jauh dapat mematuhi atau menyesuaikan diri terhadap

kebijakan yang diimplementasikan, sangat tergantung kepada kesesuaian isi

kebijakan (program) dengan harapan mereka. Hal yang tak kalah pentingnya

Page 56: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

44

adalah faktor komunikasi, ikut berpengaruh terhadap penerimaan kebijakan

oleh sekelompok sasaran. Terjadinya „error‟ dan „distorsi‟ atau proses

komunikasi menjadi titik lemah dalam mencapai evektivitas pelaksanaan

kebijakan (Parawangi,2011).

Tingkat kegagalan suatu implementasi kebijakan, sangat berbeda-beda

satu sama lain. Berdasarkan model implementasi kebijakan Winter di atas,

maka kelebihan yang dimilki adalah kemampuan menginterasikan dan

menyederhanakan bebrapa model implementasi menjadi stau model yang tidak

rumit terutama pada aringan organisasi. Kelemahannya adalah tidak

menjelaskan lebih rinci pengertian perilaku dan mengidentifikasi faktor-faktor

yang ikut berpengaruh dalam proses implementasi kebijakan.

C. Pengembangan Komoditas

pengembangan kawasan strategi, ada beberapa hal yang menjadi

pertimbangan penting antara lain adalah kesesuaian lahan dan keragaman sifat

lahan yang akan sangat menentukan jenis komoditas yang dapat diusahakan serta

tingkat produktivitasnya. Hal ini disebabkan setiap jenis komoditas membutuhkan

persyaratan sifat wilayah/kawasan yang spesifik untuk berkembang (Djaenudin,

2014). Keragaman sifat lahan ini merupakan modal dasar yang dapat digunakan

sebagai pertimbangan dalam menentukan pewilayahan komoditas. Selain itu, yang

tidak kalah pentingnya adalah aspek manajemen dalam pengelolaan lahan yang

didasarkan pada sifat lahan untuk mencapai produktivitas yang berkelanjutan.

Pengembangan komoditas ini penting untuk dilakukan dengan selalu

mengutamakan potensi yang dimiliki, dan yang menjadi langkah awalnya yaitu

Page 57: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

45

dengan melalui pewilayahan komoditas. Pewilayahan komoditas harus sesuai

berdasarkan dengan daya dukung lahan yang diartikan agar produktivitas yang

diusahakan dapat berjalan dengan optimal. rencana pembangunan yang didasari

oleh pewilayahan akan dapat mengurangurngi terjadinya persaingan baik jenis

maupun produksi komoditas antar wilayah sehingga peluang pasar akan semakin

terjamin. Untuk mendukung pengembangan potensi tersebut dibutuhkan suatu

analisis yang menyeluruh yang meliputi berbagai aspek penting, seperti (1)

menentukan komoditas unggulan yang tepat, sesuai dengan data-data hasil

produksi yang ada; (2) mengetahui komoditas apakah yang sesungguhnya paling

disukai oleh stakeholder selaku pelaku, sehingga dapat ditentukan kebijakan yang

dapat mendukung keberhasilan program pengembangan komoditas; dan (3)

analisis tentang kesesuaian lahan terhadap komoditas yang ada, upaya ini penting

untuk dapat memetakan dengan jelas daya dukung dan lingkungan yang ada.

Menurut Badan Litban pertanian (2003) komoditas unggulan merupakan

komoditas andalan yang memiliki posisi strategis untuk dikembangkan disuatu

wilayah yang penetapannya didasarkan pada berbagai pertimbangan baik secara

teknis (kondisi tanah dan iklim) maupun social ekonomi dan kelembagaan

(penguasaan teknologi, kemampuan sumber daya, manusia, infrastruktur dan

kondisi social budaya setempat).

Penetapan komoditas unggulan disuatu wilayah menjadi suatu keharusan

dengan pertimbangan bahwa komoditas-komoditas yang mampu bersaing secara

berkelanjutan dengan komoditas yang sama di wilayah yang lain adalah

komoditas diusahakan secara efesien dari sisi teknologi dan social ekonomi serta

Page 58: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

46

memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif. Selain itu kemampuan suatu

wilayah untuk memproduksi dan memasarkan komoditas yang sesuai kondisi

lahan dan iklim diwilayah tertentu juga sangat terbatas.

Komoditas unggulan merupakan suatu bentuk yang memiliki potensi yang

dipandang sebagai cara untuk dipersaingkan dengan produk sejenis di daerah lain,

karena selain memiliki keunggulan komparatif juga memiliki efesiensi usaha yang

tinggi (Tambunan dalam nadira, 2004).

Komoditas unggulan merupakan hasil usaha masyarakat yang mempunyai

tingkat peluang pemasaran tinggi dan sehingga dapat memberikan keuntungan

bagi masyarakat. Kenggulan suatu komoditas juga masih dapat dibagi menjadi

dua indikator yaitu keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif.

Keunggulan komparatif adalah keunggulan yang dimiliki dengan dasar potensi

yang ada sehingga dapat membedakannya dengan daerah yang lain. Keunggulan

komparatif dapat berupa sumber daya alam, sumber daya manusia. Sedangkan

keunggulan kompetitif adalah keunggulan yang dimiliki oleh suatu organisasi

untuk dapat bersaing dengan daerah lain.

Berdasarkan pendapat diatas tentang wilayah komoditas maka dipandang

perlu untuk pengembangan wilayah komoditas dikabupaten dalam rangka

meningktkan taraf hidup petani.

D. Kerangka Pikir

Kerangka pikir mengacu kepada teori model implementasi dari Soren

C.Winter. 2004: 207) menyatakan implementasi kebijakan Program

pengembangan komoditas meliputi input formulasi kebijakan sesuai isu dan

Page 59: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

47

masalah yang dihadapi. Proses implementasi kebijakan pengembangan meliputi

perilaku organisasi dan antar organisasi, level bawah dan kelompok sasaran untuk

mencapai tujuan keberhasilan program, dalam hal ini Implementasi Kebijakan

program pengembangan komoditas pada kawasan strategi kabupaten di

Kabupaten Bone. Lebih jelasnya digambarkan kerangka pikir sebagai berikut:

Gambar 2. 6

Kerangka Pikir

E. Fokus penelitian

Fokus penelitian ini yaitu implementasi kebijakan program pengembangan

komoditas pada Kawasan strategi kabupaten di Kabupaten bone. Implementasi

kebijakan pengembangan komoditas di liat dari perilaku organisasi dan antar

organisasi, perilaku birokrasi level bawah dan perilaku kelompok sasaran pada

Kawasan strategi kabupaten khususnya di Kec.Palakka, Kec. Awangpone dan

Kec.Barebbo.

Implementasi Kebijakan Program Pengembangan Komoditas Pada Kawasan Strategi Kabupaten Di Kabupaten Bone

Perilaku Organisasi dan Antar Organisasi

Perilaku Level Bawah

Perilaku Kelompok Sasaran.

Pengembangan Komoditas Unggulan Pada Kawasan Strategi Kabupaten di Kabupaten Bone

- Komitmen - Koordinasi

- Diskresi

- Respon Positif - Respon Negatif

Page 60: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

48

F. Deskripsi fokus penelitian

Deskripsi fokus penelitian merupakan penjelasan atau uraian masing-masing

dari fokus yang diamati untuk memberikan kemudahan dan kejelasan tentang

pengamatan. Lebih jelasnya yaitu diuraikan sebagai berikut:

1. Implementasi Kebijakan program pengembangan komoditas pelaksanaan

kebijakan Program pengembangan komoditas yang diterapkan pada

Kawasan strategi kabupaten di Kabupaten Bone. Implementasi kebijakan

Program Pengembangan berdasarkan pada model implementasi Soren C.

Winter sebagai berikut:

a. Perilaku organisasi dan antar organisasi dimensinya komitmen dan

koordinasi. Komitmen organisai yaitu kesepakatan bersama dengan

instansi terkait dalam menjaga stabilitas organisasi dan jaringan

antarorganisasi yang ada, dalam kaitannya dengan pelaksanaan program

pengembangan komoditas pada kawasan startegi kabupaten di

Kabupaten Bone. adapun kawasan startegi kabupaten yang dimaksud

disini yaitu Kecamatan Palakka, Awanagpone, Barebbo. Sedangkan

Koordinasi dilakukan,baik dalam hal pengambilan keputusan terutama

dalam penyediaan data dan informasi maupun dalam hal pelaksanaan

kegiatan.

b. Perilaku birokrasi level bawah adalah sikap dan tindakan yang

ditunjukkan dalam implementasi kebijakan program pengembangan

komoditas pada kawasan strategi kabupaten pada tingkat level bawah,

perilaku birokrasi level bawah dimensinya yaitu Diskresi. Birokrasi

Page 61: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

49

level bawah sebagai jabatan yang berhubungan langsung dengan

masyarakat.

c. Perilaku kelompok sasaran dimensinya Respon positif dan Respon

negatif sikap dan tindakan yang ditunjukkan dalam implementasi

kebijakan program pengembangan komoditas pada Kawasan strategi

kabupaten yang ditunjukkan kepada kelompok sasaran yaitu

Kelompok Tani/masyarakat petani

2. Kawasan strategi kabupaten merupkan wilayah yang memiliki penataan

ruang yang juga diperioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat

penting dalam lingkup kabupaten/kota untuk keberhasilan implementasi

kebijakan pengembangan komoditas.

Page 62: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

50

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu penelitian dilakukan selama dua bulan mulai dari bulan November

sampai dengan Januari 2020. Lokasi penelitian yang menjadi tempat meneliti

yaitu pada Kawasan Strategi Kabupaten Tepatnya di Kecamatan Palakka,

Kecamatan Awangpone dan Kecamatan Barebbo Kabupaten Bone.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

1. Jenis Penelitian

Berkaitan dengan tujuan penelitian adalah untuk memberikan gambaran

mengenai implementasi kebijakan program perkembangan komoditas pada

kawasan strategi kabupaten di Kabupaten bone. Khusunya di Kec.Palakka,

Kec.Awangpone dan Kec.Barebbo. maka penelitian ini harus dapat menilai

secara langsung bagaimana perkembangan komoditas unggulan di wilayah

KSK. Sehingga peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif.

2. Tipe Penelitian

Tipe penelitian adalah deskriptif. peneliti bermaksud untuk memberikan

suatu gambaran mengenai masalah-masalah yang ada yang berkaitan

dengan implementasi kebijakan program pengembangan komoditas pada

kawasan strategi kabupaten di Kabupaten Bone. Khususnya di Kec.Palakka,

Kec. Awangpone, dan Kec.Barebbo.

Page 63: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

51

C. Sumber Data

Dalam pengumpulan data digunakan prosedur data yang terdiri dari:

1. Data primer

Data primer yaitu untuk mencari data yang akurat dalam pengembangan

komoditas pada kawasan strategi kabuapten di kabuapten bone, khususnya

di Kec. Palakka, Kec.Awangpone dan Kec.Barebbo.

2. Data sekunder merupakan data yang diperoleh oleh peneliti secara tidak

langsung, yang berupa dokumen-dokumen dan berbagai dokumentasi.

D. Informan Penelitian

Informan penelitian adalah orang yang memahami tentang informasi dari

obyek penelitian dan teknik pemilihan informan yang digunakan dalam penelitian

ini adalah purposive penentuan informan secara sengaja, teknik penentuan

informan dengan pertimbangan tertentu yang menurut sumber datanya adalah

orang yang ahli tentang bidang tersebut. Adapun informan yang di maksud

adalah:

1. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Holtikultur dan Perkebunan

2. Dinas Kelautan dan perikanan

3. Camat Kec.Palakka, Kec.Awangpone dan Kec.Barebbo

4. penyuluh

5. Kelompok tani/masyarakat petani

Page 64: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

52

Tabel 3.1 Daftar Nama-Nama Informan

No Nama Inisial Jabatan Ket

1. A. Zainal, A.Z Kabid infrastruktur dan pengembangan wilayah

Bapeda

2. Musliadi MS Kasi produksi dan tanaman pangan

Dinas pertanian tanaman pangan, Holtikultura dan Perkebunan

3. Sukmawati SW Kasi produksi perkebunan

Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Holtikultura dan Perkebunan

4. Muhammad Amin MA Kabid Pengelolaan Pembudidayaan Ikan

Dinas Kelautan dan Perikanan

5. H.Arlandy HA Sekertaris camat Kantor Kec.Palakka

6. Hj.Faidah HF Sekertaris camat Kantor Kec.Awangpone

7. Andi Asman Sulaiman AS Camat Kantor Kec.Barebbo

8 Ari AR Masyarakat Awangpone 9 Faisal FA Masyarakat Barebbo 10 Rustang RU Masyarakat Palakka 11 Suradi SR Masyarakat Palakka 12 Risman RS Masyarakat Awangpone 13 Akifa Aksa AA Penyuluh Palakka 14 Darmawati DA Penyuluh Awangpone 15 Abdullah AB Penyuluh Barebbo

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan faktor yang penting untuk

mensukseskan penelitian. Hal ini berkaitan dengan cara mengupulkan data, siapa

sumbernya dan alat yang digunakan. Sehingga untuk memperoleh data yang benar

Page 65: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

53

dan akurat untuk mampu menjawab permasalahan penelitian, maka pengumpulan

data yang digunakan antara lain:

1. Observasi lapangan

Observasi lapangan merupakan pengawasan dan pencatatan yang

sistematis terhadap gejalah-gejalah dalam objek penelitian, observasi

dilakukan dengan cara melihat secara langsung pengembangan komoditas

unggulan di wilayah KSK khususnya di Kec.Palakka, Kec.Awangpone

dan Kec.Barebbo.

2. Wawancara

Wawancara yaitu memperoleh makna yang rasional dengan melakukan

percakapan secara berhadapan langsung (face to face) dengan informan.

Kegiatan ini dilakukan secara santai namun sistematis, dimana informan

dapat menggeluarkan ide, pandangan dan perasaan secara natural.

3. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu bukti yang mendukung penelitian, dokumentasi dalam

bentuk foto, rekaman maupun catatan hasil wawancara pada saat

melakukan penelitian dengan pihak-pihak yang bersangkutan.

F. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis data secara kualitatif

dimana peneliti terjun langsung kelapangan untuk memperoleh data radi awal

hingga akhir penelitian. Kemudian data yang telah didapat diolah secara

sistematis dan logis, yaitu dengan menggambarkan kenyataan dan keadaan yang

terjadi pada objek penelitian secara apa adanya, yang diperoleh baik dari subyek

Page 66: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

54

peneliti maupun informasi penelitian untuk mendapatkan kesimpulan. Adapun

tahap dalam analisis data penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Reduksi Data (data reduction)

Mereduksi data, yaitu dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti,

peneliti merekam semua data yang diperoleh dan kemudian memilih hal-hal

yamg pokok dan memfokuskan sesuai dengan fokus penelitian. Dengan

demikian, data yang telah direduksi dapat memberikan suatu gambaran yang

lebih jelas mengenai pengembangan komoditas pada kawasan stratgi

kabupaten di kabupaten bone. Khusunya di Kec. Palakka, Kec. Awangpone

dan Kec. Barebbo.

2. Penyajikan Data (data display)

Setelah data dirangkum peneliti akan menyajikan data dalam bentuk suatu

uraian singkat, bagan, hubungan antara kategori dan jenisnya, sehingga

peneliti akan lebih muda menjelaskan mengenai hal yang telah diteliti dan

dapat menarik sebuah kesimpulan.

3. Penarikan Kesimpulan (conclution drawing and verification)

Langkah ketiga dari analisis dalam penelitian ini adalah penarikan

kesimpulan dan verifikasi. Yaitu dari hasil penelitian ini, peneliti

memberikan gambaran mengenai pengembangan komoditas pada kawasan

strategi kabupaten di Kabupaten Bone. Khusunya di Kec.Palakka, Kec.

Awangpone dan Kec. Barebbo.

Page 67: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

55

G. Pengabsahan Data

Keabsahan data dalam penelitian ini diperiksa dengan menggunakan

trianggulasi. Dimana triangulasi bermakna saling dengan mengadakan

pengecekan akan keberadaan data yang dikumpulkan dari sumber data

menggunakan teknik pengumpulan data yang lain dan melakukan pengecekan

pada waktu yang berbeda.

1. Triangulasi Sumber

Teriangulasi sumber dalam hal ini peneliti melakukan triangulasi sumber

dengan cara mencari informasi dari sumber lain atas informasi yang

didapat dari informasi sebelumnya.

2. Triangulasi Metode

Triangulasi metode untuk menguji akuratnya sebuah data maka peneliti

menggunakan trianggulasi metode menggunakan teknik yang berbeda

dengan teknik yang digunakan sebelumnya.

3. Triangulasi waktu

Triangulasi waktu berkenaan dengan waktu pengambilan data penelitian.

Page 68: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

56

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Profil Kabupaten Bone

Kabupaten Bone adalah salah satu Daerah otonom di Provinsi Sulawesi

Selatan, Indonesia. Ibukota kabupaten ini terletak dikota Watampone. Dengan

berpegang motto sumange’ teallara’ (teguh dalam keyakinan kukuh dalam

kebersamaan), Kabupaten Bone akan menjadi pemerintah dan masyarakat yang

mampu menghadapi segala tantangan sehingga dapat bersaing di era globalisasi.

Kabupaten Bone juga sebagai salah satu daerah yang berada di pesisir timur

Sulawesi selatan yang memiliki posisi strategis dalam perdagangan barang dan

jasa di kawasan Indonesia Timur. Kabupaten Bone memiliki luas 4.559 km²

dengan rincian lahan sebagai berikut:

Tabel 4.1: Rincian Lahan

No Nama Lahan Luas Lahan

1 Persawahan 88.449 Ha

2 Ladang 120.525 Ha

3 Tambak 11.148 Ha

4 Perkebunan Negara/Swasta 43.052,97 Ha

5 Hutan 145.037 Ha

6 Padang rumput dan lainnya 10.503, 48 Ha

Page 69: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

57

a. Administrasi Pemerintah

Kabupaten Bone memiliki warisan budaya dan kaya dengan pesan moral.

Pesan kemanusian yang mencerminkan kecerdasan manusia Bone pada masa lalu

dalam menghadapi kehidupan, dan menjawab berbagai tantangan pembangunan.

Secara Administratif kabupaten ini terletak 174 km kearah timur Kota Makassar,

berada pada posisi 4013‟-5006‟ Lintang Selatan dan antara 119042'-120

40‟ Bujur

Timur, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Wajo dan Soppeng

2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sinjai dan Gowa

3) Sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Bone

4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Maros, Pangkep dan Barru.

Page 70: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

58

b. Pembagian Administratif

Berdasarkan data Kabupaten Bone dalam Angka Tahun 2018 yang

diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Bone, jumlah penduduk

Kabupaten Bone sekitar 738.515 jiwa, terdiri dari 27 Kecamatan dan 372

Desa/Kelurahan. Adapun rinciannya sebagai berikut:

Tabel 4.2: Nama, Luas Wilayah Per-Kecamatan dan Jumlah Kelurahan Kabupaten

Bone 2018

Kecamatan

Jumlah Kelurahan/

Desa

Luas Wilayah

Administrasi Terbangun

(km2)

(%)

Terhadap Total

(Ha)

(%)

Terhadap Total

Bontocani 11 46,335 10.16 241.82 2.24

Kahu 20 18,950 4.16 595.85 5.52

Kajuara 18 12,413 2.72 491.11 4.55

Salomekko 8 84,91 1.86 222.22 2.06

Tonra 10 20,032 4.39 187.31 1.73

Patimpeng 11 13,047 2.86 244.93 2.72

Libureng 20 34,425 7.55 482.59 4.47

Mare 18 26,350 5.78 367.62 3.42

Sibulue 20 15,580 3.42 273.42 4.38

Cina 12 14,750 3.24 395.14 3.66

Barebbo 18 11,420 2.50 387.82 3.59

Ponre 9 29,300 6.43 203.02 1.88

Lappariaja 9 13,800 3.03 362.60 3.36

Lamuru 12 20,800 4.56 395.87 3.66

Tellu limpoe 11 31,810 6.98 210.08 1.94

Bengo 9 16,400 3.60 395.80 3.66

Ulaweng 15 16,167 3.55 380.69 3.52

Page 71: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

59

Palakka 15 11,532 2.53 341.22 3.16

Awangpone 18 11,070 2.43 421.41 3.90

Tellu siattinge 17 15,930 3.49 591.76 5.48

Amali 15 11,913 2.61 326.77 3.03

Dua Boccoe 22 13,900 3.05 421.61 3.90

Ajangale 12 14,490 3.18 454.87 4.21

Cenrana 16 14,360 3.15 339.09 3.14

T.Riattang Barat 8 5,368 1.18 637.56 5.90

Tanete Riattang 8 2,379 0.52 701.38 6.49

T.Riattang Timur 8 4,888 1.07 528.53 4.89

Jumlah 372 455,900 100 10,082 100

Sumber: BPS, Kabupaten Bone dalam Angka 2018

c. Jumlah Penduduk

Penduduk Kabupaten Bone berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2018

sebanyak 754.894 jiwa yang terdiri atas 360.971 jiwa penduduk laki-laki dan

393.923 jiwa penduduk perempuan. Dibadingkan dengan proyeksi jumlah

penduduk tahun 2017, penduduk Bone mengalami pertumbuhan sebesar 0,52

persen. Sementara itu besarnya angka rasio jenis kelamin tahun 2018 penduduk

laki-laki terhadap penduduk perempuan sebesar 91,63.

Kepadatan penduduk di Kabupaten Bone tahun 2018 mencapai 166

jiwa/km2 kepadatan penduduk di 27 Kecamatan cukup beragam dengan kepadatan

penduduk tertinggi terletak di Kecamatan Tanete Riattang dengan kepadatan

sebesar 2,235 jiwa/km2 dan terendah di Kecamatan bontocani sebesar 34 jiwa/km2

d. Visi Misi Kabupaten Bone

1) Visi Kabupaten Bone adalah “Masyarakat Bone yang Mandiri, Berdaya

Saing, dan Sejahtera”. Mandiri yaitu kemampuan nyata pemerintah daerah

Page 72: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

60

dan masyarakatnya dalam mengatur dan mengurus kepentingan

daerah/rumah tangganya sendiri menurut prakarsa dan aspirasi

masyarakatnya termasuk didalamnya upaya yang sungguh-sungguh secara

bertahap mampu mengurangi ketergantungan terhadap pihak-pihak lain

namun tetap melakukan kerja sama dengan daerah-daerah lain yang saling

menguntungkan. Berdaya saing yaitu mengandung makna terwujudnya

kemampuan masyarakat Kabupaten Bone untuk memanfaatkan

keunggulan inovasi, komparatif dan kompetitif yang berbasis sumber daya

lokal dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan sehingga

mampu besaing secara regional, nasional bahkan internasional. Sejahtera

yaitu mengandung makna semakin masyarakat dalam memenuhi

kebetuhan dasar yang berkelanjutan dalam aspek ekonomi, pendidikan,

kesehatan, politik, sosial budaya, lingkungan hidup yang dilingkupi

dengan suasana kehiupan yang religius, aman dan kondusif serta didukung

infrastruktur dan tata kelolah pemerintah yang baik.

2) Misi, dalam rangka mewujudkan visi tersebut, maka ditetapkan misi

sebagai berikut:

a) Meningkatkan tata kelolah pemerintah yang baik, bersih dan bebas

korupsi, kolusi dan Nepotisme (KKN).

b) Mengembangkan kemandirian ekonomi dan meningkatkan taraf hidup

masyarakat.

c) Meningkatkan akses, pemerataan dan kualitas pelayanan kesehatan,

pendidikan dan sosial dasar lainnya.

Page 73: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

61

d) Mengoptimalkan akselerasi pembangunan daerah berbasisi desa dan

kawasan pedesaan.

e) Mendorong penciptaan iklim investasi yang kondusif untuk

pengembangan usaha dan mengembangkan inovasi daerah dalam

peningkatan pelayanan public.

f) Meningkatkan budaya politik, penegakan hukum, dan seni budaya

dalam kemajemukan masyarakat.

B. Profil Kawasan Strategi Kabupaten (KSK)

Kawasan Strategi Kabupaten yang dimaksud adalah ada tiga kecamatan

yaitu Kecamatan Palakka, Kecamatan Awangpone dan Kecamatan Barebbo.

1. Profil Kecamatan Palakka

Kecamatan Palakka merupakan Ibukota dari Kabupaten Bone dan salah satu

dari 27 Kecamatan yang berada di Kabupaten Bone. Kata Palakka sendiri

mempunyai arti menang dan arti sejarahnya yaitu tangga untuk menuju

kemenangan dan tangga untuk menduduki singasana kerajaan (pada zaman

kerajaan) sehingga menjadi sebuah Kecamatan yang saat ini bernama Kecamatan

Palakka, yang Ibukota Kecamatannya terletak di Ureng.

a) Keadaan Geografis dan Topografi

Keadaan topografi Kecamatan Palakka merupakan daerah berbentuk

dataran yang mempunyai jarak tempuh 14 km dari Ibukota Kecamatan ke

Ibukota Kabupaten. Secara administratif Kecamatan Palakka terdiri dari 15

Desa/Kelurahan. Luas Kecamatan Palakka memiliki luas wilayah 11,532

km2 dengan kordinat geografis berada pada 40 30‟27” LS dan 1200 12‟52”

Page 74: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

62

BT dengan ketinggian rata-rata 114 Mdpl. sebelah Utara berbatasan

dengan Kecamatan Awangpone dan Kecamatan Tellu Siattingnge, sebelah

Selatan berbatasan dengan Kecamatan Barebbo dan Kecamatan Ponre,

sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tanete Riattang Barat,

sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Ulaweng.

2. Profil Kecamatan Awangpone

Kecamatan Awangpone merupakan Ibukota dari Kabupaten Bone dan salah

satu dari 27 Kecamatan yang berada di Kabupaten Bone. Kata Awangpone

mulanya terdiri dari beberapa wanua yang pada awal terbentuknya kerajaan Bone

(1330) bernama Tanete Riawang yang artinya suatu “Lompo” atau padang yang

luas terletak disebelah Utara Bone sehingga menjadi sebuah Kecamatan yang saat

ini bernama Kecamatan Awangpone yang Ibukota Kecamatan Terletak di

Lappoase dengan arti Lumbung padi.

a) Keadaan Geografis dan Topografi

Keadaan topografi Kecamatan Awangpone merupakan daerah berbentuk

dataran yang mempunyai jarak tempuh 7 Km2 dari Ibukota Kecamatan ke

Ibukota Kabupaten. Secara administratif Kecamatan Awangpone terdiri

dari 18 Desa/Kelurahan. Luas Kecamatan Awangpone memiliki luas

wilayah 11,070 km2 dengan kordinat Geografis berada pada 4028‟36” LS

dan 120018‟01” BT dengan ketinggian rata-rata 40 Mdpl. Sebelah Utara

berbatasan dengan Kecamatan TelluSiatinge, Kecamatan Amali dan

Kecamatan Cenrana, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan

Palakka, Kecamatan Tanete Riattang, Kecamatan Tanete Riattang Timur,

Page 75: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

63

dan Kecamatan Tanete Riattang Barat, sebelah Timur berbatasan dengan

Teluk Bone, sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tanete Riattang

Barat.

3. Profil Kecamatan Barebbo

Kecamatan Barebbo merupakan Ibukota dari Kabupaten Bone dan salah

satu dari 27 Kecamatan yang berada di Kabupten Bone. Dikatakan Barebbo

karena terkenal dengan panen padinya pada musim rendengan (Bare) karena

apabila panenya berhasil dapat mencukupi kebetuhan seluruh Kabupaten Bone

khususnya padi, yang akhirnya menjadi sebuah Kecamatan yang saat ini bernama

Kecamatan Barebbo, yang Ibukota Kecamatan terletak di desa Apala.

a) Keadaan Geografis dan Topografi

Keadaan topografi Kecamatan Barebbo merupakan Kategori Lokasi

Pesisir yang mempunyai jarak tempuh 10 Km2 dari Ibukota Kecamatan ke

Ibukota Kabupaten. Secara administratif Kecamatan Barebbo terdiri dari

18 Desa/Kelurahan. Luas Kecamatan Barebbo memiliki luas wilayah

11,420 Km2 dengan kordinat geografisnya berada pada 40 36‟33” LS dan

1200 18‟53” BT dengan ketinggian rata-rata 40 Mdpl. Sebelah Utara

berbatasan dengan Kecamatan Tanete Riattang, Kecamatan Tanete

Riattang Barat, Kecamatan Tanete Riattang Timur dan Kecamatan

Palakka, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sibulue dan

Kecamatan Cina, sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Bone, sebelah

Barat berbatasan dengan Kecamatan Ponre.

Page 76: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

64

C. Sumber daya alam

Secara geografis, Kawasan Strategi Kabupaten berada pada jasirah sebelah

Timur Kabupaten Bone. Terletak pada posisi 04023‟ – 04037 LS dan 120

12‟ –

120023‟ BT dengan batas wilayah sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan

Tellu Siattinge, dan sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cina dan

Sibulue, sedangkan sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Ulaweng dan

sebelah Timur berbatasan dengan Tanete Riattang Barat dan Teluk Bone.

Kondisi topografi KSK berada pada ketinggian 0 – 25 m (7.862 Ha), 25 –

100 m (17.825 Ha), 100 – 500 m (10.768 Ha). Keadaan jenis Tanahnya yaitu

berupa Allufial 4.110 Ha, Gleihumus 1.902 Ha, Regosol 170 Ha, Grumusol 2.855

Ha, Rasial dan Litosol 4.052 Ha dan Mediteran 23.208 Ha. Luas Wilayah KSK

adalah 340,30 km2 atau 7,46% dari luas Kabupaten Bone. Secara administratif

terbagi atas 3 Kecamatan yaitu Kecamatan Palakka, Kecamatan Awangpone, dan

Kecamatan Barebbo.

Jumlah Desa/Kelurahan KSK Sebanyak 51 yang dirincikan pada table

dibawah ini:

Tabel 4.3: Jumlah Desa/Kelurahan KSK

No

Kec.Barebbo Kec.Awangpone Kec.Palakka

Desa Luas

(Km2) Desa

Luas

(Km2) Desa

Luas

(Km2)

1 Cempaniga 4,63 Buluampare 4,15 Siame 4,31

2 Bacu 5,30 Carebbu 5,10 Cinennung 11,04

3 Cingkang 4,32 Abbanuang 4,73 Pasempe 9,76

4 Congko 4,58 Paccing 7,01 Lemoape 15,14

Page 77: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

65

5 Cinnong 5,50 Maccope 11,06 Usa 9,33

6 Lampoko 6,00 Mallari 7,57 Ureng 4,66

7 Wollangi 7,46 Kading 7,71 Mico 10,57

8 Kajaolaliddong 4,70 Cakke Bone 3,90 Bainag 4,97

9 Samaelo 3,98 Lappoase 5,36 Passipo 6,88

10 Parippung 7,51 Cumpiga 4,50 Tanah Tengah

7,10

11 Mario 8,70 Awalogading 3,90 Tirong 3,32

12 Sugiale 7,00 Jaling 6,44 Panyili 6,54

13 Kampunon 7,33 Mapolo Ulaweng

5,50 Matbua 6,01

14 Corowalie 7,31 Unra 6,60 Maduri 5,81

15 Talungeng 6,80 Kajuara 4,75 Melle 9,88

16 Barebbo 10,10 Carigading 4,50

17 Watu 5,66 Matuju 8,58

18 Kading 7,40 Latekko 9,34

Jumlah 114,28 110,70 115,32

Sumber: Kabupaten Bone Dalam Angka Tahun 2019

1. Penggunaan Lahan

Sumberdaya lahan merupakan salah satu saran produksi yang sangat

penting. Lahan merupakan salah satu faktor produksi yang mempengaruhi besar

kecilnya hasil produksi. Lahan yang luas disertai sistem garapan yang baik, akan

mendatangkan hasil yang maksimal yang pada gilirannya akan meningkatkan

kesejahteraan petani. Karena itu, setiap lahan sedapat mungkin digarap dan

dimanfaatkan secara omptimal utamanya disektor pertanian dengan

memperhatikan kelestarian sumber daya alam. Tidaklah heran, sekiranya lahan

Page 78: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

66

yang tersedia petani senantiasa berupaya melakukan pola garapan ekstensifikasi

dan intensifikasi.

Lahan sawah yang paling luas adalah di Kecamatan Awangpone yaitu 5.659

Ha, yang terdiri dari lahan sawah irigasi teknis seluas 2.130 Ha, irigasi sederhana

0 Ha dan sawah tanda hujan 3.529 Ha sedangkan irigasi ½ teknis dan irigasi non

PU tidak ada. Selanjutnya lahan sawah Dikecamatan Barebbo dengan luas 5.428

Ha, yang terdiri dari sawah irigasi 3.787 Ha, lahan sawah irigasi ½ teknis seluas 0

Ha, irigasi sederhana 0 Ha, sawah tadah hujan seluas 1.461 Ha dan tidak ada

irigasi non PU.

Sedangkan luas lahan sawah yang terendah adalah di Kecamatan Palakka

2.654 Ha, dimana ketersediaan sarana pengairan yang dimilki masih relative

rendah yaitu hanya memiliki pengairan irigasi teknis seluas 587 Ha, dan sawah

tadah hujan seluas 2.067 Ha sebagian lainnya berupa irigasi sederhana, irigasi ½

teknis dan irigasi non PU, masing-masing 0 Ha.

Tabel 4.4: Pengairan Irigasi

NO Kecamatan Irigasi Teknis

Irigasi ½Teknis

Irigasi sederhana

Irigasi Non PU

Tadah Hujan

Jumlah

1 Palakka 587 0 0 0 2.067 2.654

2 Awangpone

2.130 0 0 0 3.529 5.659

3 Barebbo 3.787 0 0 0 1.461 5.248

Jumlah 6.504 0 0 0 7.057 113.561

Sumber: Kabupaten Bone Dalam Angka 2018

Secara umum pengairan lahan sawah pada KSK masih perlu mendapat

perhatian dalam pembangunannya. Perhatian tersebut terutama diharapkan dalam

Page 79: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

67

rangka meningkatkan produksi komoditas para petani. Hal ini terlihat dari masih

banyaknya sawah yang berupa sawah tadah hujan yaitu mencapai 52,04%.

Adapun potensi lahan kering dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.5: Luas Penggunaan Lahan

No Kecamatan Tegalan

/Kebun

Ladang Padang Rumput

Tambak Perkebunan

Lainnya

1 Palakka 6,029 0 105 2 1.511 0

2 Awangpone 1.807 351 5 0 1.934 1.657

3 Barebbo 1.322 0 0 0 2.646 708

Jumlah 9.158 351 110 2 3.490 2.365

Sumber: Kabupaten Bone Dalam Angka 2018

Luas penggunaan lahan pada setiap Kecamatan sangat bervariasi. Tetapi

tidak memiliki hubugan yang signifikan dengan luas wilayah. Jenis penggunaan

lahan kering yang paling tinggi adalah tegalan/kebun seluas 9.158 Ha selanjutnya

perkebunan dengan luas 3.490 Ha dan ladan 351 Ha. Potensi pada rumput yang

paling luas berada pada dikecamatan palakka yakni seluas 105 Ha. Sementara itu,

penggunaan lahan untuk tambak hanya ada di Kecamatan palakka dengan luas Ha

dan di Kecamatan ini memilki lahan tegalan/kebun terluas yakni 6.029 Ha.

a. Luas dan Produksi Tanaman Pangan dan Palawija

Subsektor tanaman pangan terdiri dari tanaman padi, jagung, ubi jalar,

ubi kayu, kacang tanah, kacang kedelai, kacang hijau. Produksi subsektor

tanaman pangan ini bervariasi pada masing-masing Kecamatan.

Tanaman pangan dan palawija tertinggi adalah di Kecamatan Barebbo

yaitu seluas 28.049 Ha, kemudian Kecamatan Awangpone 9.090 Ha, dan

Page 80: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

68

Kecamatan Palakka seluas 7.021 Ha. Luas panen untuk komoditas padi

mendominasi pada ketiga Kecamatan tersebut mencapai 19.662 Ha (64.85%)

hal ini dipengaruhi oleh tingginya minat petani didukung fungsi irigasi yang

baik dan curah hujan yang tinggi dalam memanfaatkan lahan yang dimiliki

untuk menanam padi.

Tabel 4.6: Luas Panen Tanaman Pangan dan Palawija pada KSK

Luas Panen (Ha)

No Komoditas Kec.

Palakka

Kec

Awangpone

Kec.

Barebbo Jumlah %

1 Padi 3.643 6.669 9.310 19.662 64.81

2 Jagung 1.278 876 1.481 3.635 11.98

3 Ubi jalar 24 12 18 54 0.17

4 Ubi kayu 52 18 38 108 0.35

5 Kacang tanah 239 869 296 1.404 4.63

6 Kacang kedelai 1.178 436 2.737 4.951 16.32

7 Kacang hijau 67 150 289 506 1.66

Jumlah 7,021 9.090 28,049 30,320 100,00

Sumber: Kabupaten Bone Dalam Angka 2018

Kalau curah hujan tinggi, maka irigasi akan berfungsi dengan baik.

Dengan demikian, petani lebih condong untuk menanam padi, dari pada

tanaman palawija, atau tanaman lainnya, terutama tanaman ubi jalar dan ubi

kayu atau jagung. Kondisi ini terutama pada lahan sawah dataran rendah yang

mudah dijangkau oleh irigasi. Sementara pada lahan tada hujan hanya

mengandalkan curah hujan untuk menanam padi.

Adapun produksi tanaman pangan dan palawija pada setiap Kecamatan

tersebut tertinggi adalah di Kecamatan Barebbo dengan jumlah produksi

57.209 ton, selanjutnya menyusun awangpone sebanyak 42.170 ton, dan

Page 81: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

69

Kecamatan Palakka sebanyak 20.992 ton. Komoditas yang memiliki produksi

tertinggi diantara komoditas lainnya adalah padi dengan jumlah 97.785 ton

(81,24%) dari total produksi tanaman pangan dan palawija disusul jagung

dengan jumlah 16.591 ton atau 13.78 % pada ketiga Kecamatan tersebut.

Tabel 4.7: Produksi Tanaman Pangan dan Palawija pada KSK

Produksi (ton)

No Komoditas Kec.

Palakka

Kec Awangpon

e

Kec. Barebbo

Jumlah %

1 Padi 21.770 35.273 57.612 97.785 81.24

2 Jagung 6.443 4.040 8.171 16.591 13.78

3 Ubi jalar 236 97 147 257 0,21

4 Ubi kayu 452 153 351 440 0,37

5 Kacang tanah 410 1.552 514 2.379 2,32

6 Kacang kedelai 3.329 826 5.434 1.476 1,23

7 Kacang hijau 95 200 455 1.029 0,85

Jumlah 20,992 42,170 57.209 120.371 100,00

Sumber: Kabupaten Bone Dalam Angka 2018

b. Luas dan Produksi Perkebunan

Perkebunan mempunya peranan yang penting didalam pengembangan

pertanian baik ditingkat regional maupun nasional. Tanaman perkebunan

merupakan tanaman perdagangan yang cukup potensial untuk dikembangkan.

Karena itu, pada wilayah KSK tanaman perkebunan menjadi komoditas yang

diharapkan dapat mengangkat prekonomian lokal. Hal tersebut terutama

ditunjang oleh luas areal pada ketiga kecamatan tersebut.

Page 82: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

70

Tabel 4.8: Luas Panen Tanaman Perkebunan Menurut Jenisnya pada KSK

Luas Areal (Ha)

No Komoditas Kec.

Palakka Kec

Awangpone Kec.

Barebbo Jumlah %

1 Kopi 0 0 7 7 0,017

2 Cengkeh 0 0 9 9 0,22

3 Lada 0 0 0 0 0

4 Kakao 824 825 533 2.202 54,19

5 Kelapa 658 501 827 1.986 48,88

6 Jamu mente 267 67 165 499 12,28

7 Kemiri 46 76 38 160 3,93

8 Tebu rakyat 0 0 0 0 0

Jumlah 995 1.489 1.579 4.063 100,00

Sumber: Kabupaten bone dalam angka 2018

Wilayah KSK paling banyak diusahakan di Kecamatan Barebbo yaitu

1.579 Ha yang terdiri dari tanaman kakao seluas 533 Ha, jambu mente seluas

165 Ha kelapa 267 Ha, dan kemiri 38 Ha. Untuk tanaman kopi seluas 7 Ha

pemanfaatan areal yang ada banyak digunakan untuk tanaman kakao yaitu

seluas 2.202 Ha (54,19%), menyusun luas areal tanaman kelapa seluas 1.986

Ha (48,88%), kemudian tananam jambu mente seluas 499 Ha (12.28%). Dan

selebihnya untuk tanaman kemiri, cengkeh dan kopi. Namun untuk tanaman

cengkeh dan kopi hanya ada di Kecamatan Barebbo. Untuk mengetahui

produksi tanaman perkebunan di KSK dapat dilihat table di bawah ini:

Page 83: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

71

Tabel 4.9: Produksi Tanaman Perkebunan Menurut Jenisnya pada KSK

Produksi (ton)

No Komoditas Kec.

Palakka Kec

Awangpone Kec.

Barebbo Jumlah %

1 Kopi 0 0 1 1 0,03

2 Cenkeh 0 0 0 0 0,00

3 Lada 0 0 0 0 0,00

4 Kakao 318 481 374 1.173 39,05

5 Kelapa 480 378 215 1.073 35,72

6 Jambu mente 25 537 66 628 20,90

7 Kemiri 32 55 42 129 4,29

8 Tebu rakyat 0 0 0 0 0,00

Jumlah 855 1.451 698 3.004 100,00

Sumber: Kabupaten bone dalam angka 2018

Kecamatan yang memiliki produksi perkebunan yang besar adalah

Kecamatan Awangpone sebanyak 1.451 ton dari semua jenis komoditas.

Komoditas kakao dan kelapa merupakan komoditas perkebunan diwilayah

KSK yang cukup besar dibandingan komoditas lainnya yaitu masing-masing

sebanyak 1.173 ton (39,05%) dan 1.073 (35,72%). Disusul komoditas jambu

mente senbayak 628 ton (20,90%).

c. Populasi Ternak Pembangunan subsektor peternakan tidak hanya untuk meningkatkan

populasi dan produksi ternak dalam usaha memperbaiki gizi masyarakat, akan

tetapi juga untuk meningkatkan pendapatan peternak, populasi ternak pada

tahun 2015 dapat dilihat pada table di bawah ini:

Page 84: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

72

Tabel 4.10: Populasi Ternak dan Unggas Menurut Jenisnya pada KSK

Populasi (ekor)

No Jenis Ternak Kec.

Palakka Kec

Awangpone Kec.

Barebbo Jumlah %

1 Sapi 12.875 17.504 11.455 41.834 18.83

2 Kerbau 0 21 0 21 0.009

3 Kuda 575 583 358 1.516 0.68

4 Kambing 128 483 144 755 0.33

5 Ayam buras 119.599 150.970 126.126 110.260 49.63

6 Ayam ras 13.995 13.942 16.777 44.714 20.12

7 Itik 0 20.512 2.519 23.031 10.36

Jumlah 147.172 204.015 157.379 222.131 100.00

Sumber : Kabupaten Bone Dalam Angka 2018

Usaha peternakan banyak dilakukan di kecamatan Awampone mencapai

204/015 ekor, Untuk wilayah KSK ini populasi ternak yang banyak adalah

Ayam Buras mencapai 110.260 ekor (49.63%) dan ayam ras sebanyak 44.714

(20.12%). Sapi sebanyak 41.834 ekor (18.83%). Petani mengusahakn ternak

sapi sebagai sumber penghasilan tambahan meningkat harga dan permintaan

sapi cukup tinggi.

d. Luas Areal Dan Produksi Perikanan

Usaha perikanan tambak pada wilayah KSK hanya terdapat di kecamatan

Awampone dan Kecamatan Barebbo yang merupakan daerah pesisir pantai.

Kecamatan Palakka berada pada topografi yang terbukti sampai penggunaan

sehingga tidak ada masyarakat yang mengusahakan budidaya tambak.

Berikut potensi luas areal tambak dapat dilihat di bawah ini:

Page 85: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

73

Tabel 4.11: Luas Areal Tambak Menurut Jenis Komoditas pada KSK

Luas Areal (Ha)

No Tambak Kec.

Palakka Kec

Awangpone Kec.

Barebbo Jumlah %

1 Udang 0 98 14 112 15,95

2 Kepiting 0 25 10 35 4,99

3 Rumput Laut 0 237 153 390 55.56

4 Bandeng 0 95 70 165 23.50

Jumlah 0 455 257 782 100.00

Sumber : Kabupaten Bone Dalam Angka 2018

Luas areal peternakan di KSK sebagian besar berada di Kecamatan

Awampone yaitu seluas 455 Ha, meliputi rumput lauk jenis komoditas

tertinggi sampai mencapai 390 Ha (55.56%), kemudian udang seluas 112 Ha,

(15.95%), Bandeng seluas 165 Ha (23.50%) dan kepiting seluas 35 Ha

(4.99%). Sementara di Kecamatan Barebbo luas areal tambak hanya 247 Ha,

yang juga didominasi oleh usaha tambak rumut laut seluas 152 Ha.

Secara keseluruhan pada wilayah KSK areal tambak rumput laut

menempati urutan pertama di banding luas areal tambak tambak untuk

komoditas lainnya yaitu seluas 390 Ha (55,56%). Selanjutnya untuk

mengetahui produksi tambak setiap jenis komoditas perikanan di wilayah

KSK dapat dilihat pada table di bawah ini:

Tabel 4.12: Produksi Tambak Menurut Jenisnya pada KSK

Produksi (ton)

No Komoditas Kec.

Palakka Kec

Awangpone Kec.

Barebbo Jumlah %

1 Udang 0 98 14 112 15,95

Page 86: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

74

2 Kepiting 0 25 10 35 4,99

3 Rumput Laut 0 237 153 390 55,56

4 Bandeng 0 95 70 165 23,50

Jumlah 0 455 247 782 100.00

Sumber : Kabupaten Bone Dalam Angka 2018

Produksi tambak yang tertinggi adalah di Kecamatan Barebbo yaitu

3.108 ton yang terdiri dari rumput lauk 2.455 ton, banden 457 ton, udang 139

ton dan kepiting 58 ton, Adapun produksi tambak di Kecamatan Awampone

sebanyak 2.968 ton yang terdiri dari rumput laut 2.475 ton, bandeng 258 ton,

udang 129 ton dan kepiting 106 ton, Secara keseluruhan pada kedua

kecamatan tersebut, produksi rumut laut yang tertinggi yaitu sebanyak 4.930

ton (81,13%) dan terendah adalah produksi kepiting sebanyak 164 ton

(2,69%).

Jika di bandingkan dapat diketahui bahwa produktivitas perikanan

tambak di kecamatan Barebbo lebih tinggi disbanding Kecematan

Awampone. Luas areal di Kecamatan Barebbo lebih sedikit disbanding

Kecamatan Awampone tapi dari segi produksi Kecamatan Barebbo lebih

tinggi dibanding Kecamatan Awampone.

D. Hasil Penelitian

Implementasi kebijakan secara sederhana dapat diartikan sebagai proses

menerjemahkan peraturan ke dalam bentuk tindakan. Dalam praktiknya

implementasi kebijakan merupakan suatu proses yang begitu kompleks bahkan

jarang bermuatan politis karena wujudnya intervensi berbagai kepentingan. Jadi,

Page 87: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

75

implementasi kebijakan adalah menjalankan konten atau isi kebijakan ke dalam

aplikasi yang diamanatkan oleh kebijakan itu sendiri.

Sementara itu, keberhasilan suatu implementasi kebijakan dapat diukur atau

dilihat dari proses dan pencapaian tujuan hasil akhir (output), yaitu: tercapai atau

tidaknya tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Selain itu, implementasi kebijakan

dapat dilihat dari prosesnya dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan

program sesuai dengan yang ditentukan, yaitu melihat pada action program dari

individual project dan yang kedua apakah tujuan program tersebut tercapai.

Berdasarkan model implementasi kebijakan yang dikembangkan oleh Soren

C. Winter terdapat tiga variabel yang sangat menentukan keberhasilan

implementasi suatu kebijakan, yaitu:

1. Perilaku organisasi dan antarorganisasi (organizational and inter-

organizational behavior.

Salah satu faktor aspek keberhasilan implementasi kebijakan program

pengembangan komoditas pada kawasan strategi kabupaten di kabupaten

Bone adalah perilaku organisasi dan antar organisasi meliputi dua komponen,

yaitu komitmen dan koordinasi .

a. Komitmen organisai

Komitmen organisai yaitu kesepakatan bersama dengan instansi

terkait dalam menjaga stabilitas organisasi dan jaringan antarorganisasi

yang ada, dalam kaitannya dengan pelaksanaan program pengembangan

komoditas pada kawasan startegi kabupaten di Kabupaten Bone adapun

kawasan startegi kabupaten yang dimaksud disini yaitu Kecamatan

Page 88: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

76

Palakka, Awanagpone, Barebbo.Tidak mudah untuk menjaga stabilitas

jaringan dimaksud, karena tentunya terdapat berbagai kepentingan yang

diemban oleh masing-maing instansi yang terlibat.Disinilah komoditas

dibutuhkan untuk tidak mengedepankan kepentingan masing-masing

dalam mencapai tujuan program pengembangan komoditas pada kawasan

strategi kabupaten di Kabupaten Bone khusunya di Kecamatan Palakka,

Awangpone dan Barebbo.

Hasil wawancara peneliti dengan kepala bidang infrastruktur dan

pengembangan wilayah mengenai bagaimana bentuk komitmen program

pengembangan komoditas pada kawasan strategi kabupaten di Kabupaten

Bone mengatakan:

“ Bentuk komitmennya seperti komitmen tertulis yang dimaksud komitemen tertulis seperti SK yang diperintahkan oleh pak bupati kepada instansi–instansi terkait atau dinas-dinas terkait untuk menjalankan program pengembangan komoditas pada kawasan strategi kabupaten di Kabupaten Bone”. ( Hasil wawancara AZ.

Tanggal 11 november 2019). Adapun hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa bentuk

komitmen instansi terkait atau dinas terkait seperti komitmen tertulis yang

di keluarkan oleh pak bupati itu yang akan di jalankan dalam program

pengembangan komoditas unggulan pada kawasakan strategi kabupaten

khususnya di kec. palakka, awangpone dan barebbo. Sedangkan

Dalam proses pengembangan komoditas tanaman pangan dan

palawija dan perkebunan. Hasil wawancara peneliti dengan kasi produksi

dan tanaman pangan dan kasi produksi perkebunan, mengenai bagaimana

proses pengembangannya dia mengatakan bahwa:

Page 89: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

77

“proses pengembangannya seperti kita mengadakan sosialisasi di 3

Kecamatan itu mengenai bagaimana cara mengelolah sawah yang baik dan benar misalnya diharapkan para petani agar merubah pola pikir dalam mengelolah sawah yang selama ini pakai metode tabur bibit, merubah kepola tanam”.(Hasil wawancara MS.Tanggal 13

November 2019). Sedangkan hasil wawancara peneliti dengan Kasi produksi

perkebunan mengatakan bahwa:

“proses pengembangan dalam bidang perkebuna itu dari tahun ke tahun semakin menurun hal ini dikarenakan masyarakat lebih memilih bertani dari pada berkebun dengan alasan penghasilanya sangat jauh berbeda ketika dia bertani daripada berkebun adapun masyarakat yang masih berkebun itu khususnya daerah awangpone kita memberikan bantuan berupa bibit-bibit kelapa cuman yang kita berikan satu kelompok saja, karena dipalakka dan barebbo itu masyarakatnya lebih memilih bertani”.(Hasil wawancara SW.

Tanggal 13 november 2019) Adapun hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa

diharapkan para petani merubah pola pikir yang selama ini mengelolah

sawahnya pakai metode tabur merubah ke pola tanam agar penghasilan

yang mereka dapatkan nanti lebih meningkat dari sebelumnya. Sedangkan

dalam bidang perkebunan khususnya kecamatan awangpone yang telah

diberikan bantuan kepada pemerintah itu cuman satu kelompok saja,

kemudian palakka dan barebbo tidak diberikan bantuan lagi karena

masyarakat yang dulunya sering berkebun sekarang lebih memilih bertani

saja. hal ini membuktikan bahwa yang 3 kecamatan ini dari segi

perkebunanya dari tahun ketahun semakin menurun.

Adapun hasil wawancara peneliti dengan Kabid Pengelolaan dan

Pembudidayaan ikan Mengatakan Bahwa:

Page 90: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

78

“ proses pengembangan komoditas perikanan dan kelautan sudah

dikatakan berhasil, khususnya komoditas rumput laut itu sudah diekspor sampai ke Cina” (hasil wawancara MA. Tanggal 14 November 2019). Komoditas perikanan dan Kelautan sudah dikatakan berhasil

khususnya di Kecamatan Awangpone dan Barebbo karena sudah diekspor

sampai ke luar negri seperti yang dikatakan Kabid Pengelolaan dan

Pembudidayaan Ikan. Inilah salah satu bentuk keberhasilan pemerintah

dalam pengembangan pembudidayaan.

Hasil wawancara peneliti dengan sekertaris camat di kecamatan

palakka mengatakan bahwa:

“Telah melaksanakan program ini dengan masyarakat, dan

memberikan informasi secara langsung kepada masyarakat tentang program pengembangan komoditas pada kawasan strategi Kabupaten, dan masyarakat yang ada di Kecamatan Palakka menerima dengan baik adanya perogram komoditas, maka masyarakat antusias dengan adanya program ini karena program ini mampu meningkatkan prekonomian masyarakaat di Kecamatan Palakka khususnya dari segi komoditas pertanian peternakan dan perkebunan telah meningkat karena adanya program pengembangan komoditas pada Kawasan startegi kabupaten di Kabupaten Bone.(Hasil wawancara HA. Tanggal 18 november 2019).

Makna bahwa perilaku antar organisasi berdasarkan komitmen telah

diimplementasikan oleh Camat Palakka tentang pentingnya program

pengembangan komoditas ini disukseskan di kawasan strategi kabupaten,

sehingga Camat menghimbau kepada setiap instansi yang terkait untuk

terlibat langsung dalam program ini, berkomitmen bersama mewujudkan

program tersebut.

Sementara Hasil wawancara peneliti dengan sekertaris camat di

Kecamatan Awangpone mengatakan bahwa:

Page 91: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

79

” komitmen Program pengembangan komoditas pada kawasan

strategi kabupaten di kabupaten Bone khususnya kecamatan awangpone sangat membantu prekonomian masyarakatnya, dan masyarakat Kecamatan Awangpone juga menerima dan merespon baik perogram pengembangan komoditas, pengembangan komoditas ini sangat bermanfaat untuk masyarakat karena telah meningkatkan penghasilan masyarakat khususnya pertanian, peternakan, perikanan dan perkebunan”.(Hasil wawancara HF. Tanggal 20 november 2019).

Makna wawancara ini memperlihatkan bahwa Pemerintah

Kecamatan Awangpone telah berkomitmen untuk mengimplementasikan

program pengembangan komoditas pada kawasan strategi yang sangat

bermanfaat dalam meningkatkan penghasilan dan pendapatan bagi petani,

peternak, perikanan dan perkebunan. Intinya program antar organisasi ini

sangat dibutuhkan masyarakat di Awangpone.

Hasil wawancara peneliti dengan Camat di Kecamatan Barebbo

Mengatakan bahwa:

“ komitmen terhadap Program Pengembangan komoditas pada kawasan strategi kabupaten di Kabupaten Bone khususnya di Kecamatan Barebbo ini sudah terealisasikan dengan baik seperti yang di katakana Pak Camat Kecamatan Barebbo pada saat itu dia mengatakan bahwa semua organisasi yang berkaitan dengan masyarakat yang ada di Kecamatan Barebbo ini ikut berpartisipsi terhadap program ini dan mensosialisasikan kepada masyarakat. dengan adanya program ini sangat membantu prekonomian masyarakat khususnya dari segi komoditas pertanian perkebunan,peternakan, perikanan dan kelautan, Pak Camat Kecamatan Barebbo sangat mengharapkan adanya pengembangan Komoditas pada kawasan strategi penghasilan masyarakat meningkat, dan prekonomian masyarakat Kecematan Barebbo semakin meningkat pula”.(Hasil wawancara AS. Tanggal 21 november 2019).

Page 92: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

80

Hasil wawancara bermakna bahwa implementasi program

pengembangan komoditas telah terealisasi dan dijalankan oleh pihak yang

terkait dan berkomitmen untuk mengimplementasikan sesuai dengan

pengembangan komoditas untuk meningkatkan pendapatan masyarakat di

Kecamatan Barebbo. Program antar organisasi terus diintensifkan guna

meningkatkan keikutsertaan instansi terkait dalam membantu peningkatan

pendapatan masyarakat.

Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan makna wawancara

tersebut yang intinya bahwa telah terimplementasikan program

pengembangan komoditas di kawasan strategi khususnya di tiga

kecamatan yaitu Kecamatan Palakka, Awangpone dan Barebbo dengan

melibatkan berbagai pihak secara sektoral dalam rangka meningkatkan

pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

b. Koordinasi Organsisasi

Salah satu faktor urgen yang berpengaruh dalam jaringan

antarorganisasi dan berpengaruh terhadapa penentuan starategi ekonomi

daerah adalah koordinasi (Tjokroamidjojo, 1994: Sutan, 2001: Alwi,2007).

koordinasi dilakukan dengan organisasi lintas sektor selaku pelaksana

program pengembangan komoditas pada KSK di Kab.Bone, terikat dalam

jaringan pertumbuhan ekonomi daerah. Koordinasi dilakukan,baik dalam

hal pengambilan keputusan terutama dalam penyediaan data dan informasi

maupun dalam hal pelaksanaan kegiatan.

Page 93: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

81

Menurut Malon dikutip oleh Masl koordinasi adalah the act

managing interdependencies between aktivities (tindakan yang salin

ketergantungan untuk mengelolah antarara kegiatan). Pengertian ini

menunjukkan bahwa kegiatan-kegiatan yang sifatnya kompleks

memerlukan adanya koordinasi agar kegiatan dapat ,menghasilkan output

yang maksimal (Borgatti,1996:1). Kerumitan organisasi dapat

menyebabkan koordinasi biasanya tidak berjalan sesuai yang diharapkan.

Hasi wawancara peneliti dengan Kepala Bidang infrastruktur dan

pengembangan wilayah mengatakan:

“koordinasinya dalam bentuk pertemuan dengan instansi terkait mengenai program pengembangan komoditas pada wilayah KSK adapun komoditas yang dimaksud itu pertanian, perkebunan, dan perikanan yang 3 kecamatan itu, Bapeda sebagai Tim sekertariat dan sekertariat itu semua persoalan administrasi, dokumen, rapat/pertemuan, itu menjadi otoritas Bapeda kemudian hasil dari perkembangan itu diserahkan kepada otoritas teknis seperti dinas, pemerintah kecamatan, lurah dan desa. Kemudian pemerintah kecamatan lurah dan desa baik dari pembibitan sampai ke pemasarannya kalau orang-orang/masyarakat tidak bisa berfungsi maka dinas lumpuh siapa yang punya otoritas yaitu kecamatan, lurah dan desa disitu letak startegisnya bapeda untuk berkoordinasi di tiga kecamatan itu”. (Hasil wawancara AZ.Tanggal 11 November 2019)

Hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa koordinasinya

dalam bentuk pertemuan dengan instansi terkait dalam menjalankan

program tersebut. Kemudian Bapeda sebagai Tim sekertariat, dan peran

bapeda adalah dia mengatur semua persoalan administrasi, dokumen

rapat/pertemuan itulah otoritas bapeda kemudian pengembangannya

diserahkan kepada dinas, pemerintah kecamatan, lurah dan desa. Baik dari

pembibitanya sampai kepemasarannya.

Page 94: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

82

Untuk melihat seperti apa koordinasi antara organisasi dalam

pengembangan Ksk, dan bagaimana organisasi ini berjalan dan

membangun jaringan baik secara vertikal maupun secara lintas sektor

dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4.1: Peran Instansi Terakit Dalam Pengembangan KSK.

Pelaksanaan Koordinasi UP-KSK dengan SKPD Kabupaten

Berlangsung pada saat pembahasan perencanaan, Pelaksanaan Program,

dan Evaluasi program-program UP-KSK dan program-program SKPD di

Kawasan Strategi Kabupaten. Tugas dan fungsi pelayanan masyarakat, dan

program-program yang sifatnya Non-Cost Recovery merupakan fungsi dan

fungsi SKPD, sedangkan tugas dan program beriorentasi bisnis di bawah

D

Pemerintah Provinsi Kebijakan dan dorongan tk.provinsi Dukungan dalam penyususnan

kerangka kerja Fasilitasi dukungan, Teknis,

Administrasi dan Keuangan Penciptaan iklim yang kondusif

ksk Pemerintah Kabupatgen

Pengelolaan administrasi Dukungan

terhadapPenyelesaian Persoalan Daerah

Penyelesaian Persoalan Daerah

Keseimbangan Pelayanan Pusat sbg Fungsi dokumentasi

UP-KSK Persiapan rencana Pembangunan Usulan untuk proyek Pengawasan

Pelaksanaan Pemilihan Sub Proyek Persiapan Pra PS Bertindak atas nama

pemerintah Implementasi

Dukungan terhadap Pengembangan KSK oleh Instansi Terkait

Page 95: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

83

kendali UP-KSK dalam melaksanakan tugas dibantu oleh sejumlah

manajer. Setiap bagian ini memiliki fungsi dan peran masing-masing:

Kepala UP-KSK bertanggung jawab kepada Tim Koordinasi

Kabupaten mengenai rencana dan Pelaksanaan, Rencana

Pengembangan Kawasan Strategi Kabupaten, serta kinerja

pengelolaan KSK pada umumnya.

Manajer Perencan dan Evaluasi UP-KSK bertanggung jawab

kepada kepala UP-KSK dalam hal perencanaan pengembangan

KSK, serta evaluasi pengembangan KSK.

Manajer Oprasional UP-KSK bertanggung jawab kepada kepala

UP-KSK dalam hal pemasaran dan kerjasama dalam

operasionalisasi pelaksanaan program KSK.

Manajer Keuangan UP-KSK bertanggung jawab kepada Kepala

UP-KSK, dalam hal pengelolaan keuangan

Manajer Umum UP-KSK bertanggung jawab kepada Kepala UP-

KSK dalam hal dan kerumahtanggan.

Kepala Satuan Unit Bisnis (SUB) KSK adalah penanggung jawab

pengelolaan untuk suatu kegiatan bisnis tertentu, yang bertanggung

jawab kepada kepala UP-KSK, melalui manajer UP-KSK yang

bersangkutan. Dalam melaksanakan tugasnya, setiap manager

dibantu oleh bagian dan seksi masing-masing kebutuhan.

Pelaksanaan serta pengelolaan KSK, akan menggunakan dan

melibatkan SKPD yang terkait berdasarkan tupoksinya masing-masing.

Page 96: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

84

Untuk itu, tingkat koordinasi sangat diperlukan mutlak adanya. Hal itu,

demi untuk menghindari terjadinya tumpang tindih atas pengelolaan suatu

jenis komoditas. Misalnya, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan

Perkebunan Kabupaten Bone akan mengurusi kegiatan investasi pada

komoditas unggulan pertanian dan perkebunan di KSK. Dinas Kelautan

dan Perikanan mengurusi kegiatan investasi pada komoditas unggulan

tambak udang/kepiting, rumput laut terutama pada wilayah pelaksanan

budidaya tambak. Dinas Perhubungan, yang banyak konsentrasi tentang

jaringan jalan yang menghubungkan antara satu wilayah dengan lainnya.

Dengan demikian, perekonomian bisa maju karena jarak tempuh dari

tempat produksi kepasar bisa lebih cepat.

Penggerak ekonomi lokal sebagaimana tujuan program KSK alan

lebih dinamis. Pemanfaatan sumber daya lokal akan lebih efektif, karena

semua potensi yang dimiliki diberdayakan berdasarkan kapasitasnya

sebagai kawasan budidaya. Suatu kawasan yang ditetapkan dengan fungsi

utama untuk membudidayakan komoditas unggulan atas dasar kondisi,

potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan.

Pada sisi lain, pengembangn Kawasan Strategi Kabupaten ini dengan

mencermati aspek-aspek pengembangan masyarakat melalui: Pendekatan

Partisipatif yang diarahkan pada penguatan kapasitas masyarakat,

penguatan kelembagaan masyarakat, pengembangan kemitraan, dan lain-

lain. Pengembangan masyarakat semacam itu, diarahkan menuju

masyarakat dengan sikap mental dan perilku produktif, efesienn, peduli

Page 97: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

85

lingkungan, serta berwawasan modern, dengan tetap memelihara dan

mengembangkan nilai-nilai positif yang sudah berkembang di dalam

masyarakat itu sendiri.

Untuk memperoleh suatu rencana pengembangan KSK di Kabupaten

Bone secara menyeluruh, terpadu dan berkelanjutan, telah disusun pula

berupa: Rencana Induk Pengembangan KSK (lima tahunan) dan Rencana

Pengusahaan/bisnis dalam rencana aksi tahunan. Sementara pengelolaan

Kawasan Strategi Kabupaten yang dilakukan, tetap berpedoman pada

prinsip-prinsip yang diatur dalam Peraturan Mentri Dalam Negeri No.29

Tahun 2008 tentang pengembangan Kawasan Strategi Cepat tumbuh di

Daerah, yaitu:

Penciptaan iklim usaha yang kondusif bagi pengembangan

investasi.

Kepastian hokum tentang jaminan keamanan investasi,

kemudahan dan transparansi pengelolaan perijinan usaha melalui

pelayanan satu pintu, keharmonisan hubungan investor dengan

tenaga kerja, keadilan diatara pelaku usaha di hulu dengan di hilir.

Keterpaduan program dan kegiatan instansi sektoral di pusat,

provinsi, dan kabupaten/kota, dengan kegiatan pelaku usaha

masyarakat sesuai dengan kebutuhan.

Peningkatan keterkaitan bisnis saling menguntungkan antara

pelaku usaha dan antarkawasan, seperti mengupayakan

Page 98: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

86

keterkaitan pengembangan pusat pertumbuhan dengan sentra

produksi di kawasan lainnya.

Pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya buatan secara

optimal dan berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan

masyarakat.

Pengutamaan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi guna

meningkatkan dayaguna dan hasiguna industry pengolahan

didalam negeri berbahan baku lokal dengan tujuan ekspor dalam

bentuk barang jadi.

2. Perilaku Birokrasi Level Bawah (Street Level Bureaucracy)

Salah satu faktor yang memahami implementasi kebijakan program

pengembangan komoditas pada kawasan strategi kabupaten di Kabupaten

Bone adalah perilaku birokrasi level bawah dimensinya yaitu diskresi.

Diskresi adalah kemampuan untuk melaksanakan dan menjalankan

program-program sebagai keputusan penting dengan menggunakan

pengaruh yang lebih dominan diluar kewenagan formal

(diskresi).Sehingga menurut Lipsky; 1980, dalam Parawangi (2011) bahwa

perilaku pelaksanaan kebijakan secara sistematis adakalanya

„menyimpang‟ dari tugas terkait dengan kewenangan selaku pelaksana

kebijakan.Mereka lebih mengutamakan hubungan dengan masyarakat

dalam penyampaian kebijakan. Karena itu, birokrasi level bawah menjadi

aktor yang esensial dalam implementasi kebijakan public, dan kinerjanya

Page 99: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

87

sangat konsisten dengan standar program yang berkaitan dengan

aktivitasnya.

Selanjutnya perilaku birokrasi level bawah yang dimaksudkan disini

adalah kemampuan Lembaga kemasyarakatan desa (LKD), Lembaga

pemberdayaan masyarakat desa(LPMD) dan Badan permusyawaratan

desa(BPD), dalam menjalankan program pengembangan komoditas pada

kawasan strategi kabupaten di Kabupaten Bone. Kemampuan LKD,LPMD

dan BPD sebagai implementor program pengembangan komoditas pada

kawasan strategi kabupaten di Kabupaten Bone sudah merupakan

ketetapan dalam program ini. Adapun hasil wawancara ditiga Kecamatan

yaitu Kec. Palakka, Kec. Awangpone dan Kec. Barebbo. Peneliti

melakukan wawancara dengan pihak penyuluh program di Kecamatan

Palakka sebagai berikut:

”Sebagai penyuluh pertanian saya telah mengimplementasikan secara diskresi program pengembangan komoditas dengan melibatkan lembaga-lembaga yang ada di bawah seperti : LKD, LPMD dan BPD itu justru yang melahirkan pengembangan desa mereka semua bersinergi dan alangkah senagnya kami karena mereka bekerja berkelompok dan bisa menyelesaikan hal berat seperti contohnya kemarin ada program tanam padi secara berpindah tempat ketiga lembaga ini bekerja sama dan menyampaikan/mensosialisasikan kepada seluruh kelompok tani/masyarakat petani yang ada diwilayah KSK. tentang bagaimana cara menanam padi yang baik dan bisa meningkatkan produksi petani dan dengan adanya ketiga lembaga ini maka program ini berhasil dijalankan”.(Hasil wawancara AA. Tanggal 3 Desember 2019). Makna hasil wawancara bahwa ini merupakan salah satu peran aktif

ketiga lembaga ini yaitu LKD, LPMD dan BPD. Dalam mensukseskan

program pengembangan komoditas pada KSK. Tanpa adanya lembaga-

Page 100: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

88

lembaga ini banyak masyarakat yang tidak mengetahui bagaimana cara

menanam padi yg baik dan bisa meningkatkan produksi petani. Diskresi

menjadi penting bagi penyuluh dalam mengimplementasikan program

pengembanan komoditas kepada pihak-pihak yang terkait.

Selanjutnya peneliti mewawancara dengan pihak penyuluh program

di Kecamatan Awangpone:

“Sebagai penyuluh di bidang peternakan telah mengimplementasikan diskresi program yang berkaitan dengan produksi hasil peternakan sapi, kambing, dan unggas yang sangat potensial untuk diimplementasikan dengan melibatkan pihak yang terkait utamanya dokter hewan, pedagang ternak dan petani ternak guna meningkatkan produksi hasil ternak yang dikelolanya. Karena itu, keterlibatan semua pihak melalui diskresi ini penyuluh mempunyai andil besar untuk memberikan penyuluhan, pencerahan, pendampingan dan konseling sesuai dengan implementasi program tersebut”(Hasil wawancara DA. Tanggal 4 Desember 2019). Hasil wawancara bermakna bahwa diskresi mengenai program

pengembangan komoditas ternak telah teraktualisasikan dengan

melibatkan berbagai pihak untuk membantu penyuluh dalam melakukan

pencerahan, pendampingan dan konseling tentang peternakan dan

peningkatan produksi peternakan.

Peneliti mewawancara dengan pihak penyuluh program di

Kecamatan Barebbo sebagai berikut:

“Sebagai penyuluh bidang perikanan, telah melakukan diskresi yang berkaitan program pengembangan komoditas dalam rangka meningkatkan hasil tangkapan perikanan laut dan menambah pendapatan masyarakat dari aktivitas melaut sebagai nelayan penangkap ikan atau menjual ikan pada pasar untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahtearan nelayan. Pihak level bawah yang terlibat yaitu penyuluh perikanan, pedagang ikan dan masyarakat yang berusaha di bidang perikanan untuk berpartisipasi melakukan pengembangan komoditas perikanan”(Hasil wawancara AB Tanggal 9 Desember 2019).

Page 101: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

89

Makna hasil wawancara ini menegaskan bahwa telah

diimplementasikan secara diskresi program pengembangan komoditas di

bidang perikanan untuk melibatkan pihak terkait seperti pengusaha

perikanan, pedagang perikanan, nelayan dan pihak-pihak lainnya untuk

memberikan nilai tambah hasil penangkapan ikan dalam rangka

meningkatkan pendapatan nelayan.

Atas uraian hasil wawancara dan pemaknaan di atas, disimpulan

bahwa telah diimplementasikan program pengembangan komoditas secara

diskresi yang dilakukan oleh penyuluh dan pihak terkait dalam rangka

meningkatkan produktivitas hasil tangkapan ikan dan penjualan ikan untuk

mendapatkan nilai tambah ekonomis bagi masyarakat Bone secara umum

dan nelayan secara khusus.

3. Perilaku Kelompok Sasaran (target grup behavior)

Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan kebijakan

program pengembangan komoditas pada kawasan strategi Kabupaten di

Kabupaten Bone adalah perilaku kelompok sasaran dimensinya yaitu

respon positif dan respon negatif.

Perilaku kelompok sasaran tidak hanya memberi pengaruh pada

efek/dampak kebijakan tetapi juga mempengaruhi kinerja aparat tingkat

bawah, jika dampak yang ditimbulkan baik maka kinerja aparat tingkat

bawah juga baik demikian sebaliknya. Perilaku kelompok sasaran meliputi

respon positif dan respon negatif masyarakat dalam mendukung atau tidak

Page 102: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

90

mendukung suatu kebijakan yang disertai adanya umpan baik berupa

tanggapan kelompok sasaran terhadap kebijakan yang dibuat.

Adapun hasil wawancara salah satu anggota kelompok tani di

Kecamatan Palakka mengatakan bahwa:

”Respon saya mengenai program KSK ini, saya sangat merespon

dengan baik karena pemerintah masih peduli dengan masyarakatnya, secara tidak langsung pemerintah telah membantu perekonomian masyarakat dan pemerintah telah mengarahkan dan memperlihatkan bagaimana proses pengembangan komoditas unggulan di wilayah KSK masing-masing. Sedangkan respon negatif masih banyak masyarakat belum mengetahui/memahami tentang program pengembangan komoditas ungulan di wilayah KSK”.(Hasil wawancara SR. Tanggal 18 November 2019). Wawancara ini memberi makna bahwa kelompok tani beserta

anggotanya telah mendapatkan penyuluhan sesuai informasi dari pihak

yang mengembangkan tugas untuk meningkatkan produksi komoditas

pertanian dan perkebunan, yang sangat membantu dalam meningkatkan

pendapatan petani dengan menggunakan bibit unggul di wilayah kawasan

strategi kabupaten di Kabupaten Bone.

Demikian pula dengan yang dikatakan salah satu masyarakat petani

di Kecamatan Palakka mengatakan bahwa:

“mendukung program ini akan tetapi kebanyakan yang menerima

bantuan berupa bibit, itu orang-orang tertetentu yang dekat dengan kepala desa”. (Hasil wawancara HR. Tanggal 18 November 2019). Selanjutnya peneliti mewawancara dengan salah satu masyarakat

yang ada di Kecamatan Awangpone mengatakan bahwa:

“saya sangat merespon dengan baik akan tetapi ini perlu

dikembangkan karena banyak kekurangan yang terjadi, contohnya masih ada anggota organisasi yang tidak bekerja secara profesional

Page 103: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

91

dan masih mementingkan diri sendiri dari pada kepentingan bersama”. (Hasil wawancara S. Tanggal 19 November 2019). Selanjutnya peneliti mewawancara dengan anggota kelompok

peternak di Kecamatan Awangpone mengatakan bahwa:

“Saya sebagai peternak merasa bersyukur mendapatkan penyuluhan

dari instansi terkait di bidang peternakan yang memberikan banyak informasi tentang cara beternak sapi, kambing dan unggas yang dapat meningkatkan produksi hasil peternak yang sangat membantu dalam mengusahakan bidang peternakan yang saya geluti dan Alhamdulillah hasil produksi ternak saya sangat membantu pendapatan rumah tangga. Untuk itu respon positif dari program ini dapat meningkatkan produksi dan pendapatan saya, sedangkan respon negatif masih perlu peningkatan frekuensi penyuluhan dan pendampingan dalam sosialisasi program. (Hasil wawancara RS. Tanggal 20 November 2019). Makna wawancara ini menegaskan bahwa petani merasakan hasil

program pengembangan komoditas di bidang peternakan, yang sangat

membantu dalam melakukan aktivitas beternak, khususnya dalam

mengupayakan produksi peternakan yang digeluti peternak dan membantu

peternak untuk meningkatkan pendapatannya dari hasil produksi ternak

yang dapat membiayai kebutuhan rumah tangganya.

Peneliti mewawancara dengan anggota kelompok nelayan di

Kecamatan Barebbo sebagai berikut:

“Program pengembangan komoditas ini memberi manfaat dan telah

diimplementasikan oleh para nelayan, khususnya dalam mengusahakan kegiatan perekonomian di bidang perikanan, utamanya bantuan pemberian kapal, alat tangkap ikan, dan tempat penjualan ikan, sehingga saya sebagai nelayan mendapatkan kemudahan untuk melaut menangkap ikan dan menjual hasil tangkapan yang sangat membantu pendapatan rumah tangga. Adapun respon positif dari program ini meningkatkan produksi perikanan dan pendapatan nelayan. Sedangkan respon negatif perlu sosialisasi kebijakan pemerintah atas kegiatan pengelolaan hasil tangkapan ikan nelayan”. (Hasil wawancara AR. Tanggal 21

November 2019).

Page 104: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

92

Demikian pula yang dikatakan salah satu masyarakat yang ada di

Kecamatan Barebbo mengatakan bahwa:

“mendukung adanya program tersebut karena kita dikalangan masyarakat dibentuk dalam satu kelompok sehingga kita saling membantu akan tetapi bantuan yang diberikan pemerintah itu belum merata”. (Hasil wawancara SR. Tanggal 21 November 2019). Makna hasil wawancara nelayan merasakan manfaat dan kegunaan

program pengembangan komoditas yang sangat membantu nelayan untuk

melakukan atau pergi melaut menangkap ikan dan hasil produksi

tangkapan ikan dapat dijual dengan tersedianya pasar penjualan ikan di

mana nelayan dapat menjual hasil tangkapannya dan terus termotivasi

untuk meningaktkan hasil tangkapannya. Program pengembangan

komoditas sangat mendukung peningkatan pendapatan nelayan.

Hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa respon positif

atau negatif tentang program pengembangan komoditas pada kawasan

strategi Kabupaten di Kabupaten Bone yaitu kurangnya komunikasi

masyarakat dan pemerintah setempat sehingga masih banyak masyarakat

tidak mengetahui adanya program pengembangan komoditas ini,

masyarakat perlu tahu mengenai program ini, karena program ini sangat

berdampak positif bagi masyarakat itu sendiri, sehingga mampu

meningkatkan prekonomian masyarakat di wilayah KSK khususnya

komoditas pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan, dan

masyarakat sangat mengharapkan kepada pemerintah agar memaksimalkan

hubungan komunikasi atau informasi pemerintah dengan masyarakat

Page 105: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

93

supaya masyarakat lebih gampang mendapatkan informasi terkait dengan

pengembangan komoditas unggulan.

Page 106: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

94

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai implementasi kebijakan program

pengembangan komoditas pada kawasan strategi kabupaten di Kabupaten Bone.

1. Kebijakan program pengembangan komoditas pada kawasan strategi

kabupaten telah diimplementasikan di Kec. Palakka, Kec. Awangpone, dan

Kec. Barebbo yang memiliki potensi dan prospek untuk meningkatkan

pendapatan dan pengentasan kemiskinan, mengurangi pengangguran dan

pengembangan wilayah di Kabupaten Bone.

2. Perilaku organisasi dan antarorganisasi telah mengimplementasikan

program pengembangan komoditas sesuai dengan komitmen dan

koordinasi. Komitmen implementasi kebijakan program pengembangan

komoditas pada kawasan strategi kabupaten di Kec. Palakka, Kec.

Awangpone dan Kec. Barebbo sudah bagus. Hal tersebut dapat dilihat dari

kerjasama implementor dalam melaksanakan tugasnya. Sedangkan

koordinasi masih menemukan kerumitan karena memerlukan kebijakan

khusus melalui dua atau lebih organisasi. Hal ini belum efektifnya sistem

koordinasi dalam menyediakan data dan informasi mengenai komoditas

unggulan yang dimiliki KSK di Kabupaten Bone

3. Perilaku birokrasi level bawah telah diimplementasikan diskresi perilaku

birokrai level bawah sesuai kemampuan lembaga kemasyarakatan desa

(LKD), Lembaga pembedayaan masyarakatan desa (LPMD), dan Badan

permusyawaratan desa (BPD), dalam menjalankan program

Page 107: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

95

pengembangan komoditas pada kawasan strategi kabupaten sudah berjalan

dengan baik, ketiga lembaga-lembaga ini bekerjasama untuk

mensosialisasikan/menyampaikan kepada masyarakat tentang bagaimana

cara pengembangan komoditas unggulan diwilayah KSK di Kabupatten

Bone.

4. Perilaku kelompok sasaran diimplementasikan sesuai respon positif dan

respon negatif respon kelompok tani/masyarakat petani terhadap program

ini bagus dan masyarakat sangat mendukung program ini karena program

ini masyarakat dapat menetahui bagaimana cara bertani, beternak, dan

menagkap ikan yang bagus dan benar untuk meningkatkan pendapatan dan

kesejahteraan masyarakat diwilayah KSK Kabupaten Bone.

B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberikan

saran untuk lebih meningkatkan kelancaran dalam implementasi Kebijakan

Program Pengembangan Komoditas Pada Kawasan Strategi Kabupaten Di

Kabupaten Bone khususnya Kecamatan Palakka, Kecamatan Awampone,

Kecamatan Barebbo, di antaranya sebagai berikut:

1. Dalam sebuah organisasi, di butuhkan komitmen yang bagus, agar tercapai

tujuan bersama dalam mengembangkan prekonomian masyarakat khusunya

di Kec.Palakka, Kec. Awangpone dan Kec. Barebbo

2. Para pelaksana (implementor) lebih mematuhi aturan-aturan dalam

implementasi kebijakan program lembaga-lembaga yang ada seperti : LKD,

LPMD dan BPD agar hasilnya benar-benar dinikmati seperti apa yang

menjadi tujuan utamanya.

Page 108: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

96

3. lembaga-lembaga LKD, LPMD dan BPD lebih diperhatikan lagi dan di

sosialisasikan karena terdapat masyarakat yang belum mengetahui apa itu

LKD, LPMP dan BPD.

4. Meningkatkan hubungan komunikasi dengan masyarakat agar masyarakat

lebih bisa memahami bagaimana pengembangan komoditas unggulan di

wilayah KSK, dan mengikuti aturan yang sudah ditetapkan lembaga LKD,

LPMD, BPD supaya tujuan utama bisa kita raih bersama.

Page 109: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

DAFTAR PUSTAKA

Apter, Bresnick, 2017. Public Administration. London: ELBS and MacDonald and Evans.

Aan Komariah dan Djam‟an Satori, 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung: Alfabeta.

Djaenuddin, 2014. Pengembangan Kawasan Strategi yang Produktif. Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo.

Garbin, Briyan, 2017. Autonomy in Concept and Theory of Public Policy.

Published by American Press, USA.

Hendrik, Hermanto, 2015. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. (Penyunting: Darwin Muhadjir). Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Indriyani, Marzuki, 2014. Identifikasi Tantangan Administrasi Publik. Penerbit Pustakajaya, Jakarta.

Miller, J, 2016. Bureacracy Public Administration: Theory and Practice. Published by John Wiley and Sons, California.

Mustari, Nuryanti, 2013. Implementasi Kebijakan Publik , Makassar Membumi Publishing.

Nawi, Rusdin, 2018. Reinventing Government dalam Model Analisis Kebijakan Pelayanan Birokrasi di Indonesia. Jurnal Universitas SatriaMakassar.

Nugroho, Riant, 2016. Kebijakan Publik: Formulasi, Implementasi dan Evaluasi. Jakarta: Elex Media Komputindo.

------------------, 2016. Public Policy: Dinamika Kebijakan, Analisis Kebijakan dan Manajemen Kebijakan. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Parawangi, Anwar ,2011 ; Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (Studi Kasus Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah Di Kabupaten Bone). Disertasi, Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar.

Schnider, Goggin, and Ingram, Malcolm L, 2017. Implementation Theory and Practice, Toward a Third Generation. USA: Scott, Foresman and Company Purwanto, Erwan, Agus Sulistyastuti, Dyah Ratih, 2015. Implementasi Kebijakan Publik, Yogyakarta: Gava Media.

Pratomosunu, S, 2015. Kebijakan Program Pemerintah Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Ghalia Indonesia.

97

Page 110: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

98

Robbins, Stephen P, 2014. Teori Organisasi: Struktur, Desain dan Aplikasi. Alih Bahasa: JusufUdaya, Lic., Ec. Penerbit Arcan, Jakarta.

Suratman,2017. Generasi Implementasi Evaluasi Kebijakan Publik. Yogyakarta: capiya publishing

Schnider, Goggin, and Ingram, Malcolm L, 2017. Implementation Theory and Practice, Toward a Third Generation. USA: Scott, Foresman and Company

Temmar, R, 2018. Basic Concept of Policy Sciences. New York: Marcel Dekker Inc.

Wahab, Solichin Abdul, 2001. Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara, Jakarta: Bumi Askara.

Winter, Soren C, 2004. Implementation Perspectives: Statue and Reconsideration. Dalam Peters, B Guy and Pierre, Jon, 2003. Handbook of Public Administration. London: Sage Publications Ltd.

98

Page 111: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

99

L

A

M

P

I

R

A

N

Page 112: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

100

Wawancara dengan Sekertaris Camat di Kantor Kecamatan Awangpone

Kabupaten Bone, Ibu Hj. Faidah, S.STP ( Bone, 20 November 2019).

Wawancara dengan Camat Palakka Andi Asman Sulaiman S.Sos, MM di Kantor

Kecamatan Palakka Kabupaten Bone.

Page 113: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

101

Wawancara dengan Seketaris Camat di Kantor Kecamatan Palakka Kabupaten

Bone, Bapak H. Arlandy S.Sos ( Bone, 18 November 2019).

Wawancara dengana salah satu kelompok tani Kecamatan Palakka Kabupaten

Bone, Bapak Suradi (Bone, 18 November 2019),

Page 114: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

102

Wawancara dengan kasi produksi perkebunan di Kantor Dinas Tanaman pangan,

Holtikultura dan Perkebunan Kabupaten Bone (Bone, 13 November 2019)

Wawancara dengan kasi produksi dan tanaman pangan di Kantor Dinas Pertanian

Tanaman Pangan, Holtikultura dan Perkebunan Kabupaten Bone, (Bone, 13

November 2019).

Page 115: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

103

Wawancara dengan salah satu kelompok tani di kecamatan Barebbo Kabupaten

Bone, Bapak pak Ari (Bone 21 November 2019).

Page 116: SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM … · 2020. 3. 11. · BAB III METODE PENELITIAN ... Tabel 4.2 Nama, Luas, Wilayah, ... ekonomi daerah dan wilayah. Kawasan dalam suatu wilayah

104