SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii...

101
i SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH CABANG MAKASSAR Oleh NURHIKMA NIM 15.2300.057 PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PAREPARE 2019

Transcript of SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii...

Page 1: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

i

i

SKRIPSI

IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA PEMBIAYAAN

MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

CABANG MAKASSAR

Oleh

NURHIKMA

NIM 15.2300.057

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

PAREPARE

2019

Page 2: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

ii

ii

IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN

MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

CABANG MAKASSAR

Oleh

NURHIKMA

NIM 15.2300.010

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk MemperolehGelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Pada Program Studi Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

PAREPARE

2019

Page 3: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

iii

iii

IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN

MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

CABANG MAKASSAR

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai

Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Program Studi

Perbankan Syariah

Disusun dan diajukan oleh

NURHIKMA

NIM 15.2300.057

Kepada

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

PAREPARE

2019

Page 4: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

iv

iv

Page 5: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

v

v

Page 6: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

vi

vi

Page 7: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

vii

vii

KATA PENGANTAR

حيى انز ح بســــــــــــــــــى الله انز

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT berkat hidayah, taufik dan

maunah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tulisan ini sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan studi dan memperoleh gelar “Sarjana Ekonomi pada Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Islam” Institut Agama Islam Negeri Parepare.

Penulis menghaturkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Ibunda

tercinta Bayuri dan Ayahanda Asri yang telah memberikan do‟a tulusnya, sehingga

penulis mendapatkan kemudahan dalam menyelesaikan tugas akademik tepat pada

waktunya.

Penulis telah menerima banyak bimbingan dan bantuan dari Bapak Dr. H.

Rahman Ambo Masse, Lc., M.Ag. dan Dr. Damirah, S.E., M.M. selaku pembimbing

utama dan pembimbing pendamping, atas segala bantuan dan bimbingannya yang

telah diberikan, penulis ucapkan terima kasih.

Selanjutnya penulis juga mengucapkan dan menyampaikan terima kasih

kepada:

1. Bapak Dr. Ahmad Sultra Rustan, M.Si. sebagai Rektor IAIN Parepare

yang telah bekerja keras mengelola pendidikan di IAIN Parepare.

2. Bapak Dr. Muhammad Kamal Zubair, M.Ag. sebagai “Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Islam” dan Bapak Dr. Zainal Said, M.H. sebagai

“Wakil Dekan I FEBI” serta Bapak Drs. Moh Yasin Soumena, M.Pd.

sebagai “Wakil Dekan II FEBI”. atas pengabdiannya telah menciptakan

suasana pendidikan yang positif bagi mahasiswa (i) IAIN Parepare.

Page 8: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

viii

viii

3. Ibu An Ras Tri Astuti, M.E. sebagai “Ketua Prodi Perbankan Syariah”,

atas arahan dan bimbingannya sehingga penulis dapat menyelesaikan

tulisan ini dengan baik.

4. Bapak Dr. Fikri, S.Ag., M.HI. selaku Penasehat Akademik khusus untuk

penulis atas arahannya sehingga dapat menyelesaikan studi dengan baik.

5. Bapak dan Ibu dosen Program Studi “Perbankan Syariah” yang telah

meluangkan waktu mereka dalam mendidik penulis selama studi di IAIN

Parepare.

6. Bapak dan Ibu Staf dan admin Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah

membantu dan memberi support penulis selama studi di IAIN Parepare.

7. Kepala Perpustakaan IAIN Parepare beserta seluruh stafnya yang telah

memberikan pelayanan kepada penulis selama menjalani studi di IAIN

Parepare.

8. Pimpinan Bank BNI Syariah Cabang Makassar yang telah memberikan

izin untuk melakukan penelitian.

9. Sahabat-sahabat group Seperjuangan “A Team Management” Nakia Alfi,

Rasmiati dan Ramadana yang telah menjadi teman seperjuangan dikala

susah maupun senang dalam melaksanakan studi di IAIN Parepare.

10. Sahabat-sahabat Perbankan Syariah yang memotivasi penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini.

Penulis tak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

memberikan bantuan, baik moril maupun materil hingga skripsi ini dapat

diselesaikan. Semoga Allah SWT berkenan menilai segala kebaikan sebagai amal

jariyah dan memberikan rahmat pahala-Nya.

Page 9: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

ix

ix

Page 10: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

x

x

Page 11: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

xi

xi

ABSTRAK

Nurhikma, Implementasi Hybrid Contract Pada Pembiayaan Murabahah bil Wakalah di BNI Syariah Cabang Makassar (Dibimbing oleh H. Rahman Ambo Masse dan Damirah)

Hybrid contract yaitu menghimpun dua akad atau lebih dalam satu pembiayaan. Produk pembiayaan murabahah merupakan salah satu contoh produk pembiayaan yang seringkali dihimpun dengan akad wakalah yang bertujuan agar nasabah dapat dengan leluasa memilih barang yang dibutuhkan karena bank tidak mampu menyediakan semua barang keperluan nasabah. Penelitian ini membahas tentang Implementasi hybrid contract dalam pembiayaan murabahah bil wakalah dengan fokus penelitian untuk mengetahui ketentuan hybrid contract dalam pembiayaan murabahah bil wakalah dan implementasi ketentuan hybrid contract murabahah bil wakalah BNI Syariah KC Makassar.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Data primer dalam penelitian ini didapatkan melalui observasi dan wawancara langsung. Sedangkan data sekunder diperoleh dari literature seperti browser, buku-buku pedoman pembiayaan Mikro BNI Syariah KC Makassar dan contoh salinan akad murabahah bil wakalah BNI Syariah KC Makassar.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat ketentuan dan syarat-syarat pembiayaan murabahah bil wakalah yang tertuan dalam 22 pasal yang menegaskan mulai dari ketentuan pembiayaan hingga penyelesaian perselisihan dalam pembiayaan murabahah bil wakalah. Pengimplementasian murabahah bil wakalah pada BNI Syariah KC Makassar juga belum sepenuhnya sesuai dengan ketentuan Fatwa DSN-MUI No. 04 tahun 2000 tentang murabahah karena bank tidak menjelaskan harga beli bank terhadap objek murabahah tersebut kepada nasabah sehingga hal tersebut melanggar ketentuan Fatwa DSN-MUI No. 04 tahun 2000 bulir 6 tentang murabahah.

Kata Kunci: Implementasi, Hybrid Contract, Murabahah dan Wakalah.

Page 12: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

xii

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii

HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. iii

PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................................... iv

PENGESAHAN KOMISI PEMBIMBING ..................................................... v

PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ............................................................... vi

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................ x

ABSTRAK ....................................................................................................... xi

DAFTAR ISI .................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 5

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 5

1.4 Kegunaan Penelitian ....................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ....................................................... 6

2.2 Tinjauan Teoritis ............................................................................ 9

2.2.1 Teori Implementasi .............................................................. 9

Page 13: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

xiii

xiii

2.2.2 Variabel Untuk Mencapai Tujuan Implementasi ................. 10

2.2.3 Unsur-Unsur Implementasi .................................................. 12

2.2.4 Teori Hybrid Contract .......................................................... 13

2.2.5 Argumen Ulama Tentang Hybrid Contract ........................ 14

2.2.6 Jenis-Jenis Hybrid Contract Menurut Al-Imrani ................. 17

2.2.7 Hybrid Contract Yang Dilarang ........................................... 20

2.2.8 Contoh Produk Hybrid Contract Pada Bank Syariah........... 22

2.2.9 Unsur-Unsur Hybrid Contract Dalam Bank Syariah ........... 23

2.2.10 Teori Murabahah bil Wakalah............................................ 24

2.2.11 Dasar Hukum Akad Murabahah bil Wakalah .................... 25

2.2.12 Syarat Murabahah bil Wakalah .......................................... 29

2.2.13 Ketentuan Umum Murabahah bil Wakalah Pada LKS ...... 30

2.2.14 Rukun Murabahah bil Wakalah.......................................... 30

2.2.15 Pandangan Islam Tentang Murabahah bil Wakalah ........... 31

2.2.16 Skema Pembiayaan Murabahah bil Wakalah ..................... 32

2.2.17 Tujuan Pembiayaan Murabahah bil Wakalah .................... 33

2.2.18 Cara Pelaksanaan Murabahah bil Wakalah ........................ 33

2.3 Tinjauan Konseptual ...................................................................... 34

2.4 Bagan Kerangka Fikir .................................................................... 36

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ............................................................................... 37

3.2 Lokasi dan Waktu Penenlitian ........................................................ 37

3.3 Fokus Penelitian ............................................................................. 38

3.4 Jenis dan Sumber Data ................................................................... 38

Page 14: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

xiv

xiv

3.5 Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 39

3.6 Teknik Analisis Data ...................................................................... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum BNI Syariah Cabang Makassar......................... 41

4.2 Ketentuan Hybrid Contract pada Pembiayaan Murabahah bil Wakalah

di BNI Syariah Cabang Makassar ................................................. 42

4.2.1 Syarat Serta Ketentuan Murabahah bil Wakalah ................. 45

4.3 Implementasi Ketentuan Hybrid Contract Pada Pembiayaan Murabahah

bil Wakalah di BNI Syariah Cabang Makassar ............................. 60

4.3.1 Jenis Pembiayaan Konsumtif BNI Syariah .......................... 64

4.3.2 Alur Pembiayaan Murabahah Konsumtif ............................. 71

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 80

5.2 Saran ............................................................................................... 81

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 82

LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 85

Page 15: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

xv

xv

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Tabel Halaman

1 Persyaratan Dokumen pembiayaan konsumtif. 65

2 Persyaratan Dokumen pembiayaan khusus Fleksi Umrah

iB Hasanah. 69

Page 16: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

xvi

xvi

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Gambar Halaman

1 Skema Akad Murabahah bil Wakalah 32

2 Bagan Kerangka Fikir 36

Page 17: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

xvii

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Lampiran Judul Lampiran Halaman

1 Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 04/DSN/-

MUI/IV/2000 Tentang Murabahah

1

2 Struktur Organisasi BNI Syariah Cabang Makassar 6

3 Browsur Pembiayaan Konumtif Murabahah

7

4 Berita Acara Penandatanganan Akad Murabahah bil

Wakalah

8

5 Izin Melaksanakan Penelitian

9

6 Izin Penelitian

10

7 Rekomendasi Penelitian

11

8 Izin Selesai Meneliti

12

9 Surat Keterangan Wawancara (Pegawai BNI Syariah) 13

10 Surat Keterangan Wawancara (Nasabah) 19

11 Panduan Wawancara 22

12 Transkrip Wawancara 23

13 Dokumentasi 37

14 Riwayat Hidup Penulis 40

Page 18: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem Lembaga Keuangan, atau yang lebih khusus lagi disebut sebagai

aturan yang menyangkut aspek keuangan dalam sistem mekanisme keuangan suatu

Negara, telah menjadi instrumen penting dalam memperlancar jalannya pembangunan

suatu bangsa. Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam tentu saja

menuntut adanya sistem baku yang mengatur dalam kegiatan kehidupannya.

Termasuk diantaranya kegiatan keuangan yang dijalankan oleh setiap umat. Hal ini

berarti sistem baku termasuk dalam bidang ekonomi. Namun, didalam perjalanan

hidup umat manusia kini telah berada dalam sistem perekonomian yang bersifat

sekuler.

Khusus di bidang perbankan, sejarah telah mencatat, sejak berdirinya De

Javache Bank pada tahun 1872, telah menanamkan nilai-nilai sistem perbankan yang

sampai sekarang telah mentradisi di kalangan masyarakat Indonesia, tanpa kecuali

umat islam.

Suatu kemajuan yang cukup menggembirakan, menjelang abad XX terjadi

kebangkitan umat islam dalam segala aspek. Dalam sistem, keuangan, berkembang

pemikiran-pemikiran yang mengarah pada reorientasi sistem keuangan, yaitu yaitu

dengan menghapuskan instrumen utamanya yaitu bunga. Usaha tersebut dilakukan

dengan tujuan mencapai kesesuaian dalam melaksanakan prinsip-prinsip ajaran Islam

yang mengandung dasar-dasar keadilan, kejujuran dan kebajikan.

Page 19: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

2

Keberadaan perbankan Islam di tanah air telah mendapatkan pijakan kokoh

setelah lahirnya Undang-undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 yang direvisi

melalui Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998, yang dengan tegas mengakui

keberadaan dan berfungsinya Bank Bagi Hasil atau Bank Islam. Dengan demikian,

bank ini adalah yang beroperasi dengan prinsip bagi hasil. Bagi Hasil adalah prinsip

muamalah berdasarkan syari‟ah dalam melakukan kegiatan usaha bank.1

Secara teoritis, keunggulan perbankan syariah terletak pada sistem yang

berdasarkan atas prinsip bagi hasil (profit and lost sharing) dan berbagi resiko (risk

sharing) sistem ini diyakini para ulama sebagai jalan keluar untuk menghindari

penerimaan dan pembayaran (bunga)2 Bank syariah dengan sistem bagi hasil

dirancang untuk terbinanya kebersamaan dan menanggung resiko usaha dan berbagi

hasil usaha antara pemilik dana (shahibul mal) yang menyimpan uangnya di lembaga,

lembaga selaku pengelola dana (mudharib), dan masyarakat yang membutuhkan dana

yang bisa berstatus peminjam dana atau pengelola usaha. Pengelolaan dana tersebut

berdasarkan akad-akad yang disesuaikan dengan kaidah-kaidah muamalat. Dari segi

ada atau tidaknya kompensasi, fikih muamalat membagi akad menjadi dua bagian,

yaitu akad tabarru‟ dan akad tijarah.

Akad tabarru‟, yaitu segala macam perjanjian yang menyangkut non-profit

transaction (transaksi nirlaba). Transaksi ini pada hakikatnya bukan transaksi bisnis

untuk mencari keuntungan komersial. Akad tabarru‟ dilakukan dengan tujuan tolong-

menolong dalam rangka berbuat kebaikan. Namun demikian, pihak yang berbuat

kebaikan tersebut boleh meminta kepada counter part-nya untuk sekedar menutup

1Drs. Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah, Edisi Revisi (AMPYKPN; Yogyajarta,2005),

h. 15. 2Zainul Arifin, Memahami Bank Syariah Lingkup, Peluang, dan Prospek (Jakarta, 2000), h.

125.

Page 20: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

3

biaya (cover the cost) yang dikeluarkannya untuk dapat melakukan akad tabarru‟

tersebut. Akan tetapi, ia tidak boleh sedikitpun mengambil laba dari akad tabarru‟

itu.3Perbankan syariah akan dapat berkembang dengan baik apabila selalu

berorientasi pada demand masyarakat. Dengan bermodalkan UU dan nilai-nilai

moral, perbankan syariah harus mampu membuktikan bahwa keberadaannya mampu

melayani kebutuhan masyarakat. Memang perbankan syariah beroperasi dengan

sistem dan produk-produk yang berbeda dengan produk-produk perbankan

konvensional. Namun, perbankan Indonesia menyiapkan perangkat ketentuan yang

memungkinkan perbankan syariah dapat beroperasi secara optimal.

Sejak bunga sebagai instrumen profit pada lembaga keuangan disepakati

sebagai riba yang diharamkan menurut syariah, akad muamalah menempati tempat

tersebut sebagai mekanisme dan instrumen pengganti dalam memperoleh profit pada

lembaga keuangan syariah. Proses migrasi akad muamalah yang semula personal

(individu) menjadi institusi (lembaga) karena diadopsi dan diadaptasi oleh lembaga

keuangan menimbulkan kerumitan tersendiri yang dihadapi oleh praktisi lembaga

keuangan.

Kerumitan tersebut semakin terasa di era tranksaksi keuangan modern yang

semakin kompleks, karena dibutuhkan desain kontrak (akad) dalam bentuk yang tidak

hanya tunggal, tetapi mengkombinasikan beberapa akad, yang kemudian dikenal

dengan istilah hybrid contract atau al- uqud al-murakkabah atau multiakad. Bentuk

akad tunggal sudah tidak mampu merespon transaksi keuangan kontemporer yang

selalu bergerak dan terpengaruh oleh industri nasional, regional maupun

3Amir Machmud dan Rukmana ,Bank syariah teori, kebijakan, dan studi empiris di

Indonesia, h. 20.

Page 21: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

4

internasional.4 Istilah Hybrid contract pada bank syariah memang tidak asing lagi, hal

ini dikarenakan dalam produk pembiayaan mikro perbankan syariah banyak yang

menggunakan dua akad atau lebih dalam satu tranksaksi salah satunya pembiayaan

mikro murabahah bil wakalah yang ada di bank BNI Syariah terkhusus di bank BNI

Syariah KC Makassar. Menurut teori pengimplementasian murabahah bil wakalah

pada bank syariah yaitu barang secara prinsip harus menjadi milik bank terlebih

dahulu sehingga akad pertama yang harus digunakan adalah akad wakalah, setelah

akad wakalah berakhir baru kemudian menggunakan akad murabahah.

Berdasarkan pengamatan awal selama melakukan Program Pengalaman

Lapangan di BNI Syariah memang disana terdapat pembiayaan murabahah bil

wakalah yang diterapkan dan itu juga merupakan salah satu produk unggulan yang

banyak diminati oleh nasabah akan tetapi, diperkirakan terdapat kesenjangan terhadap

pengimplementasian hybrid contract pada pembiayaan murabahah bil wakalah yang

diterapkan disana, dimana akad murabahah dilakukan sebelum akad wakalah

berakhir. Dari permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh terkait

masalah tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana ketentuan hybrid contract pada pembiayaan murabahah bil

wakalah di BNI Syariah Cab. Makassar?

2. Bagaimana implementasi ketentuan hybrid contract pada pembiayaan

murabahah bil wakalah di BNI Syariah Cab. Makassar?

4Ali Amin Isfandiar, “Analisis Fiqh Muamalah tentang Hybrid Contract Model dan

Penerapannya pada lembaga Keuangan Syariah,” Vol. 10, No. 2 (November 2013), h.230-231.

http://e-journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/penelitian/article/download/361/570/ (diakses 10

januari 2019).

Page 22: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

5

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana ketentuan hybrid contract pada pembiayaan

murabahah bil wakalah di BNI Syariah Cab. Makassar.

2. Untuk mengetahui bagaimana implementasi ketentuan hybrid contract pada

pembiayaan murabahah bil wakalah di BNI Syariah Cab. Makassar.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:

1. Secara teoritis, sebagai salah satu kontribusi pemikiran untuk memberikan

khazanah atau wawasan ilmu pengetahuan tentang bagaimana mekanisme

pelaksanaan hybrid contract pada pembiayaan murabahah bil wakalah pada

BNI Syariah Cab. Makassar serta penelitian ini juga mampu menjadi sumber

reverensi teoritis untuk penelitian sejenis dimasa mendatang sehingga dapat

menghasilkan penelitian yang lebih konkrit yang terdapat dalam penelitian ini.

2. Secara praktis, sebagai salah satu acuan untuk meningkatkan kinerjanya,

sekaligus dapat memperbaiki kelemahan dan kekurangan yang ada di BNI

Syariah Cab. Makassar.

Page 23: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

6

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Sholihatin Khofsah NIM.14801015, Universitas Islam Negeri Maulana Malik

Ibrahim Malang, dengan judul “Implementasi Produk Murabahah Bil Wakalah

Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Ekonomi Peternak Sapi di Bmt Al-Hijrah Kan

Jabung”, dalam penelitian ini Sholihatin Khofsah lebih terfokus pada penerapan

sistem jual beli murabahah bil wakalah dalam pembiayaan peternak sapi di BMT al-

Hijrah KAN Jabung serta dampak dari penerapan sistem jual beli murabahah bil

wakalah dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi peternak sapi

Dalam hal ini mayoritas nasabah merasakan hal yang sama, yaitu pelaksanaan

atau implementasi pembiayaan murabahah bil wakalah ini dirasa efektif dan efisien

karena tidak membebankan nasabah dalam hal angsuran dan tidak disyaratkan

jaminan jika mengajukan pinjaman. Kemudian hasilnya dapat dirasa oleh para

nasabah atau peternak sapi bahwa hasil tersebut sangat membantu perekonomian

keluarga. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan

studi kasus dan lokasi penelitian dilakukan di BMT al-Hijrah KAN (Koperasi Argo

Niaga) Jabung Malang5.

Murni NIM.08.095.009, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)

Parepare, dengan judul “Penerapan Akad Wakalah Dalam Produk Murabahah Pada

Bank Muamalat Kota Parepare (Tinjauan Hukum Islam)”, dalam penelitian ini Murni

5Sholihatin Khofsah, “Implementasi Produk Murabahah Bil Wakalah Sebagai Upaya Untuk

Meningkatkan Ekonomi Peternak Sapi di Bmt Al-Hijrah Kan Jabung” (Tesis;Jurusan Ekonomi

Syariah: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2017) http://etheses.uin-

malang.ac.id/10194/ (diakses 5 januari 2019).

Page 24: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

7

lebih terfokus pada penerapan akad wakalah pada produk murabahah sebagai upaya

untuk mengetahui bagaimana pandangan hukum islam terhadap akad wakalah dalam

produk murabahah dimana dari hasil penelitian tersebut akad wakalah dalam produk

murabahah dibolehkan oleh islam karena sangat dibutuhkan oleh manusia dalam

kenyataan hidup sehari-hari Karena tidak semua orang mampu melaksanakan sendiri

semua urusannya, sehingga diperlukan seseorang yang bisa mewakilkannya dalam

menyelesaikan urusannya. Jenis penelitian yang digunakan yaitu desain deskriptif,

lokasi penelitian dilakukan di Bank Muamalat Cab. Parepare6.

Wike Ariska NIM.54151025, Universitas Islam Negeri Sumatera Medan,

dengan judul “Penerapan Akad Murabahah bil Wakalah Dalam Pembiayaan KUR

(Kredit Usaha Rakyat) Mikro di BRI Syariah KCP Stabat”, Dalam penelitian ini

Wike lebih terfokus pada penerapan Akad Murabahah bil Wakalah dalam

pembiayaan KUR (Kredit Usaha Rakyat) dimana dari hasil penelitian tersebut

penerapan pembiayaan murabahah yang dilakukan di Bank BRI Syariah KCP Stabat

menggunakan akad Murabahah bil Wakalah, Meskipun disana akad wakalahnya

dilakukan secara internal saja, yaitu antara pihak bank dan nasabah atau biasa disebut

dengan akad dibawah tangan, artinya untuk akad wakalah ini tidak di notariilkan.

Alasan Bank BRI Syariah KCP Stabat menggunakan akad Murabahah bil

Wakalah dalam pembiayaan KUR mikro adalah supaya memudahkan para nasabah

dalam membayar angsuran untuk pembelian barang modal kerja dengan margin yang

sudah ditetapkan yaitu 7% pertahun. Melalui pembiayaan KUR ini juga dapat

mempercepat perputaran modal bank yang disertai dengan pendapatan Bank BRI

6Murni, “Penerapan Akad Wakalah Dalam Produk Murabahah Pada Bank Muamalat Kota

Parepare (Tinjauan Hukum Islam)” (Skripsi Sarjana; Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam: STAIN

Parepare, 2013).

Page 25: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

8

Syariah KCP Stabat. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan

metode deskriptif. Penelitian ini juga menggunakan jenis penelitian Library Research

dan lokasi penelitian dilakukan di Bank BRI Syariah KCP Stabat7.

Dari ketiga penelitian yang diuraikan penulis diatas, dapat dilihat letak

perbedaan yang dilakukan oleh peneliti sekarang. Perbedaan masing-masing dapat

dilihat dari tempat penelitiannya yang sangat jelas kedua penelitian terdahulu masing-

masing fokus kepada penelitian di BMT AL-HIJRAH KAN JABUNG, Bank

Muamalat Kota Parepare dan BRI Syariah KCP Stabat. Titik fokus yang dilakukan

oleh peneliti sebelumnya juga berbeda dengan titik fokus yang dilakukan peneliti

sekarang. Peneliti pertama lebih terfokus pada sistem jual beli murabahah bil wakalah

yang diterapkan dalam pembiayaan peternak sapi di BMT AL-HIJRAH KAN

JABUNG dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi peternak sapi. Apakah benar-

benar dengan penerapan sistem jual beli murabahah bil wakalah kesejahteraan

perekonomian peternak sapi dapat meningkat.

Sedangkan, peneliti yang kedua memfokuskan penelitian tentang penerapan

akad wakalah dalam produk murabahah serta bagaimana pandangan hukum islam

terhadap akad wakalah dalam produk murabahah, apakah dengan penerapan akad

wakalah dalam produk murabahah dapat mengurangi kesyariahan produk murabahah.

dan untuk penelitian yang ketiga titik fokus penelitian tersebut hanya pada penerapan

akad Murabahah bil Wakalah dalam pembiayaan KUR (Kredit Usaha Rakyat) pada

bank BRI Syariah KCP Stabat.

7Wike Ariska, “Penerapan Akad Murabahah bil Wakalah Dalam Pembiayaan KUR (Kredit

Usaha Rakyat) Mikro di BRI Syariah KCP Stabat” (Skripsi;Program Studi Perbankan Syariah:

Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan, 2017) http://repository.uinsu.ac.id/3831/ (diakses 5

januari 2019).

Page 26: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

9

Sedangkan, peneliti sekarang lebih terfokus pada pengimplementasian hybrid

contract pada pembiayaan mikro murabahah bil wakalah di BNI Syariah Cabang

Makassar. apakah benar-benar terdapat ketidaksesuaian antara teori murabahah bil

wakalah dengan pengimplementasiannya di BNI Syariah Cabang Makassar dengan

menggunakan jenis penelitian lapangan (Field Research). Sedangkan, penelitian Jadi,

perbedaan penelitian yang telah dilakukan peneliti terdahulu dengan peneliti sekarang

sangatlah jelas perbedaannya mulai dari Lokasi/tempat penelitian, fokus penelitian,

serta metode penelitiannya.

2.2 Tinjauan Teoritis

2.2.1 Teori Implementasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia implementasi merupakan

pelaksanaan atau penerapan suatu program guna untuk mencapai suatu tujuan

kegiatan8. Menurut Guntur Setiawan, implementasi adalah perluasan aktivitas yang

saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya

serta memerlukan jaringan pelaksana birokrasi yang efektif9.

Menurut Nurdin Usman, implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi,

tindakan, atau adanya mekanisme suatu sitem. Implementasi bukan hanya sekedar

aktivitas, tetapi suatu kegiataan yang terencanadaan untuk mencapai tujuan

kegiatan10

.

8Kamus besar bahasa Indonesia Edisi keempat (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008),

h.529 9Guntur Setiawan, Implementasi dalam Birokrasi Pembangunan (Jakarta: Erlangga, 2004), h.

9. 10

Nurdin Usman, Konteks Implementasui Berbasis Kurikulum (Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama, 2002), h 6.

Page 27: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

10

2.2.2 Variable Untuk Mencapai Tujuan Implementasi Kebijakan.

1. Komunikasi (Communication):

Berkenaan dengan bagaimana kebijakan dikomunikasikan pada organisasi dan

atau public, ketersediaan sumberdaya untuk melaksanakan kebijakan, sikap dan

tanggap dari para pelaku yang terlibat dan bagaimana struktur organisasi pelaksana

kebijakan. Komunikasi dibutuhkan oleh setiap pelaksana kebijakan untuk mengetahui

apa yang harus mereka lakukan. Bagi suatu organisasi, komunikasi merupakan suatu

proses penyampaian informasi, ide-ide diantara para anggota organisasi secara timbal

balik dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan .keberhasilan komunikasi

ditentukan oleh 3 (tiga) indikator, yaitu penyaluran komunikasi, konsistensi

komunikasi dan kejelasan komunikasi. Faktor komunikasi dianggap penting, karena

dalam proses kegiatan yang melibatkan unsur manusia dan unsur sumber daya akan

selalu berurusan dengan permasalahan “bagaimana hubungan yang dilakukan”.

2. Ketersediaan sumberdaya (Resources):

Berkenaan dengan sumber daya pendukung untuk melaksanakan kebijakan

yaitu :

1. Sumber daya manusia:

Merupakan aktor penting dalam pelaksanaan suatu kebijakan dan

merupakan pontensi manusiawi yang melekat keberadaannya pada

seseorang meliputi fisik maupun non fisik berupa kemampuan seorang

pegawai yang terakumulasi baik dari latar belakang pengalaman ,

keahlian, keterampilan dan hubungan personal.

Page 28: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

11

2. Informasi:

Merupakan sumber daya kedua yang penting dalam implementasi

kebijakan. Informasi yang disampaikan atau diterima haruslah jelas

sehingga dapat mempermudah dan memperlancar pelaksanaan kebijakan

atau program.

3. Kewenangan:

Hak untuk mengambil keputusan, hak untuk mengarahkan pekerjaan

orang lain dan hak untuk memberi perintah.

4. Pendanaan:

Membiayai operasional implementasi kebijakan tersebut, informasi yang

relevan, dan yang mencukupi tentang bagaimana cara

mengimplementasikan suatu kebijakan, dan kerelaan atau kesanggupan

dari berbagai pihak yang terlibat dalam implementasi kebijakan tersebut.

Hal ini dimaksud agar para implementator tidak melakukan kesalahan

dalam mengimplementasikan kebijakan tersebut.

3. Sikap dan komitmen dari pelaksana program (Disposition):

Berhubugan dengan kesediaan dari para implementator untuk menyelesaikan

kebijakan public tersebut. Kecakapan saja tidak mencukupi tanpa kesediaan dan

komitmen untuk melaksanakan kebijakan. Disposisi menjaga konsistensi tujuan

antara apa yang ditetapkan pengambil kebijakan dan pelaksana kebijakan. Kunci

keberhasilan program atau implementasi kebijakan adalah sikap pekerja terhadap

penerimaan dan dukungan atas kebijakan atau dukungan yang telah ditetapkan.

Page 29: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

12

4. Struktur birokrasi (Bureaucratic Strukture),:

Berkenaan dengan kesesuaian organisasi birokrasi menjelaskan susunan tugas

dan para pelaksana kebijakan, memecahkannya dalam rincian tugas serta menetapkan

prosedur standar operasi11

2.2.3 Unsur-unsur Implementasi12

1. Unsur Pelaksana

Unsur pelaksana adalah implementator kebijakan yang diterangkan

Dimock & Dimock dalam Tachjan sebagai berikut:

“Pelaksana kebijakan merupakan pihak-pihak yang menjalankan kebijakan

yang terdiri dari penentuan tujuan dan sasaran organisasi, pengambilan

keputusan, perencanaan, penyusunan program, pengorganisasian,

penggerakkan manusia, pelaksanaan operasional, pengawasan serta

penilaian.

2. Program Yang Dilaksanakan

Suatu kebijakan publik tidak mempunyai arti penting tanpa tindakan-

tindakan riil yang dilakukan dengan program, kegiatan atau proyek.

Menurut Terry dalam Tachjan program merupakan;

Suatu program dapat didefinisikan sebagai rencana komprensif yang

mencakup penggunaan masa depan sumber daya yang berbeda dalam pola

terintegrasi dan membentuk urutan tindakan yang diperlukan dan jadwal

waktu untuk setiap dalam rangka mencapai tujuan yang dinyatakan. Make

11

http://perencanaankota.blogspot.com/2012/01/beberapa-teori-tentang-implementas.html,

(diakses tanggal 1 februari 2019).

12https://elib.unikom.ac.id/download.php?id=148736 (diakses tanggal 1 januari 2019).

Page 30: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

13

up dari sebuah program dapat mencakup tujuan, kebijakan, prosedur,

metode, standard anggaran.

3. Target Group atau Kelompok Sasaran

Tachjan mendefinisikan bahwa:

Target group yaitu sekelompok orang atau organisasi dalam masyarakat

yang akan menerima barang atau jasa yang akan dipengaruhi perilakunya

oleh kebijakan”

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan kelompok

sasaran dalam konteks implementasi kebijakan bahwa karakteristik yang

dimiliki oleh kelompok sasaran seperti: besaran kelompok, jenis kelamin,

tingkat pendidikan, pengalaman, usia serta kondisi sosial ekonomi

mempengaruhi terhadap efektivitas implementasi.

2.2.4 Teori Hybrid Contract

Menurut istllah fikih, kata multi akad merupakan terjemahan dari kata Arab

yaitu al-„uqud al-murakkabah yang berarti akad ganda (rangkap). Al-uqud al-

murakkabah. Kata ‘aqd secara etimologi artinya mengkokohkan, meratifikasi dan

mengadakan perjanjian. sedangkan secara terminology ‘aqd berarti mengadakan

perjanjian atau ikatan yang mengakibatkan munculnya kewajiban.

Akad murakkab menurut Nazih Hammad adalah “Kesepakatan dua pihak

untuk melaksanakan suatu akad yang mengandung dua akad lebih seperti jual beli

dengan sewa menyewa, hibah, wakalah, qard, muzara‟ah, sarf (penukaran mata

uang), syarkah, mudharabah dst, - sehingga semua akibat hukum akad-akad yang

terhimpun tersebut, serta semua hak dan kewajiban yang ditimbulkannya dipandang

Page 31: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

14

sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan, sebagaimana akibat hukum

dari satu akad.” Sedangkan menurut Al-„Imrani, akad murakkab adalah:

“Himpunan beberapa akad kebendaan yang dikandung oleh sebuah akad baik secara

gabungan maupun secara timbal balik. sehingga seluruh hak dan kewajiban yang

ditimbulkannya dipandang sebagai akibat hukum dari satu akad”13

2.2.5 Argumen Ulama Tentang Hybrid Contract

Salah seorang pakar ekonomi syariah di Indonesia Agustianto14

menjelaskan

bahwa perkembangan perbankan dan keuangan syariah mengalami kemajuan yang

sangat pesat dan menghadapi tantangan yang makin kompleks. Perbankan dan

lembaga keuangan syariah harus bisa memenuhi kebutuhan bisnis modern dengan

menyajikan produk-produk inovatif dan lebih variatif serta pelayanan yang

memuaskan. Tantangan ini menuntut para praktisi, regulator, konsultan, dewan

syariah dan akademisi bidang keuangan syariah untuk senantiasa aktif dan kreatif

dalam memberikan respons terhadap perkembangan tersebut. Para praktisi dituntut

secara kreatif melakukan inovasi produk; regulator membuat regulasi yang mengatur

dan mengawasi produk yang dilaksanakan oleh praktisi. Dewan syariah dituntut

secara aktif dan kreatif mengeluarkan fatwa-fatwa yang dibutuhkan industri sesuai

tuntutan zaman, dan akademisi pun dituntut memberikan pencerahan ilmiah dan

tuntunan agar produk maupun regulasi mendukung kebutuhan industri modern dan

benar-benar tidak menyimpan dari prinsip-prinsip syariah. Salah satu pilar untuk

menciptakan produk perbankan dan keuangan syariah dalam menyahuti tuntutan

13

Abdulahanaa, Mardhaniah, Kaedah-Kaedah Keabsahan Multi Akad Hybrid Contract

(2014), h. 47-49. http://repositori.stain-watampone.ac.id/59/ (11 januari 2019).

14Abdulahanaa, Mardhaniah, Kaedah-Kaedah Keabsahan Multi Akad Hybrid Contract h. 55.

Page 32: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

15

kebutuhan masyarakat modern, adalah pengembangan hybrid contract (multi akad).

Bentuk akad tunggal sudah tidak mampu merespon tranksaksi keuangan

kontemporer. Metode hybrid contract seharusnya menjadi unggulan dalam produk.

Harus dipahami, bahwa larangan two in one hanya terbatas dalam dua kasus

saja sesuai dengan sabda-sabda Nabi Muhammad Saw yang terkait dengan itu. Two

in one tidak boleh diperluas kepada masalah lain yang tidak relevan dan tidak pas

konteksnya. Para dosen, ahli ekonomi syariah, bankir syariah dan konsultan harus

mempelajari secara mendalam pandangan ulama tentang akad two in one dan al-

‘uqūd al-murakkabah, agar pemahaman terhadap desain kontrak syariah, bisa lebih

komprehensif, dinamis dan tidak kaku. Kekakuan itu bisa terjadi karena kedangkalan

metodologis syariah dan kelangkaan literatur yang sampai kepada kita.15

Memang ada tiga buah hadis Nabi Saw yang menunjukkan larangan

penggunaan hybrid contract. Ketiga hadis itu berisi tiga larangan, pertama larangan

bai‘ wa salaf, larangan kedua bai‘ataīni fibai‘atin, dan larangan ketiga safqataīni fi

shafqatin. Ketiga hadis itulah yang selalu dijadikan rujukan para konsultan dan bankir

syariah tentang larangan two in one. Namun harus dicatat, larangan itu hanya berlaku

kepada dua kasus, karena maksud hadis kedua dan ketiga sama, walaupun redaksinya

berbeda.

Mayoritas ulama Hanafiyah, sebagian pendapat ulama Malikiyah, ulama

Syafi‟iyah, dan Hanbali berpendapat bahwa hukum multi akad (hybrid contract)

adalah sah dan diperbolehkan menurut syariat Islam.Ulama yang membolehkan

beralasan bahwa hukum asal dari akad adalah boleh dan sah, tidak diharamkan dan

dibatalkan selama tidak ada dalil hukum yang mengharamkan atau

15

Abdulahanaa, Mardhaniah, Kaedah-Kaedah Keabsahan Multi Akad Hybrid Contract , h. 56.

Page 33: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

16

membatalkannya.16

Kecuali menggabungkan dua akad yang menimbulkan riba atau

menyerupai riba, seperti menggabungkan qard dengan akad yang lain, karena adanya

larangan hadis menggabungkan jual beli dan qard. Demikian pula menggabungkan

jual beli cicilan dan jual beli tunai (cash) dalam satu transaksi.17

Al-Syatiby menjelaskan perbedaan antara hukum asal dari ibadat dan

muamalat. Menurutnya, hukum asal dari ibadat adalah melaksanakan (ta‘abbud) apa

yang diperintahkan dan tidak melakukan penafsiran hukum. Sedangkan hukum asal

dari muamalat adalah mendasarkan substansinya bukan terletak pada praktiknya.

Dalam hal ibadah tidak bisa dilakukan penemuan atau perubahan atas apa yang telah

ditentukan, sementara dalam bidang muamalat terbuka lebar kesempatan untuk

melakukan perubahan dan penemuan yang baru, karena prinsip dasarnya adalah

diperbolehkan bukan melaksanakan (ta‘abbud). Pendapat ini didasarkan pada

beberapa nash yang menunjukkan kebolehan multi akad dan akad secara umum.

Pertama firman Allah dalam surat al-Maidah ayat 1:

فا يا أيا انذي بانعقد آيا أ

Terjemahnya:

Wahai orang-orang yang beriman penuhilah olehmu akad-akad itu.

Aqad (perjanjian) yang dimaksud dalam ayat ini mencakup: janji prasetia

hamba kepada Allah dan perjanjian yang dibuat oleh manusia dalam pergaulan

sesamanya, termasuk akad-akad māliyah atau tijāri. Pertumbuhan dan perkembangan

pesat aktivitas dan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) di Indonesia saat ini, seperti

16Abdulahanaa, Mardhaniah, Kaedah-Kaedah Keabsahan Multi Akad Hybrid Contract , h. 57.

17Agustianto, “Hybrid Contract dalam Keuangan Syariah,”Administrator. 25 September

2013. http://www.iaei-pusat.org/en/article/ekonomi-syariah/hybrid-contract-dalam-keuangan-syariah-1

(diakses tanggal 1 April 2019).

Page 34: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

17

perbankan syariah, asuransi syariah, pembiayaan syariah, obligasi syariah, dan lain

sebagainya menuntut para praktisi, regulator, dan bahkan akademisi bidang keuangan

syariah untuk senantiasa aktif dan kreatif dalam rangka memberikan respons terhadap

perkembangan tersebut. Para praktisi dituntut melakukan penciptaan berbagai produk;

regulator membuat regulasi yang mengatur dan mengawasi produk yang ditawarkan

dan dilaksanakan oleh praktisi; dan akademisi pun dituntut memberikan konsep,

pencerahan dan tuntunan agar produk maupun regulasi benar-benar tidak

menyimpang dari prinsip-prinsip syariah.18

2.2.6 Jenis-Jenis Hybrid Contract Menurut Al-‘Imrani19

1. Akad Bergantung/Akad Bersyarat (al-‘uqud al-mutaqabilah)

Taqabul menurut bahasa berarti berhadapan. Al-‘uqud al-mutaqabilahadalah

multiakad dalam bentuk akad kedua merespon akad pertama bergantung pada

sempurnanya akad kedua melalui proses timbal balik. Dengan kata lain, akad satu

bergantung pada akad lainnya (Imam Malik ibn Anas, 1323: 126).

Dalam tradisi fikih, mode l akad seperti ini sudah dikenal lama dan praktiknya

sudah banyak. Banyak ulama yang telah membahas tema ini, baik yang berkaitan

dengan hukumnya, atau model pertukarannya; misalnya antara akad pertukaran

(mu’awadhah) dengan akad tabarru‟, antara akad tabarru‟ dengan akad tabarru‟ atau

akad pertukaran dengan akad pertukaran. Ulama biasa mendefinisikan akad ini

dengan akad bersyarat (isytirath ‘aqd bi’aqd).

1. Akad Terkumpul (al-‘uqud al-mujtami’ah)

18

Agustianto, “Hybrid Contract dalam Keuangan Syariah,”Administrator. H. 58.

19Ali Amin Isfandiar, “Analisis Fiqh Muamalah tentang Hybrid Contract Model dan

Penerapannya pada lembaga Keuangan Syariah,” Vol. 10, No. 2 (November 2013), h. 214-217

http://e-journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/penelitian/article/download/361/570/ (diakses 10

januari 2019).

Page 35: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

18

Al-‘uqud al-mujtami’ah adalah multiakad yang terhimpun dalam satu akad.

Dua atau lebih akad terhimpun dalam satu akad. Multiakad yang mujtami’ahini dapat

terjadi dengan terhimpunnya dua akad yang memiliki akibat hukum berbeda di dalam

satu akad terhadap dua objek dengan satu harga, dua akad berbeda akibat hukum

dalam satu akad terhadap dua objek dengan dua harga, atau dua akad dalam satu akad

yang berbeda hukum atas satu objek dengan satu imbalan, baik dalam waktu yang

sama atau waktu yang berbeda.

2. Akad Berlawanan (al-‘uqud al-mutanaqidhah wa al-mutadhadah wa al-

mutanafiyah)

Ketiga istilah al-mutanaqidhah, al-mutadhadah, al-mutanafiyah memiliki

kesamaan bahwa ketiganya mengandung maksud adanya perbedaan. Tetapi ketiga

istilah ini mengandung implikasi yang berbeda.

Mutanaqidhah mengandung arti berlawanan, seperti pada contoh seseorang

berkata sesuatu lalu berkata sesuatu lagi yang berlawanan dengan yang pertama.

Sedangkan arti etimologi dari mutadhadah adalah dua hal yang tidak mungkin

terhimpun dalam satu waktu, seperti antara malam dan siang. Adapun arti dari

mutanafiyah adalah menafikan, lawan dari menetapkan.

Dari pengertian di atas, para ahli fiqih merumuskan maksud dari multiakad

(„uqud murakkabah) yang mutanaqidhah, mutadhadah, dan mutanafiyah, yaitu:

1. Satu hal dengan satu nama tidak cocok untuk dua hal yang berlawanan,

maka setiap dua akad yang berlawanan tidak mungkin dipersatukan dalam

satu akad.

Page 36: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

19

2. Satu hal dengan satu nama tidak cocok untuk dua hal yang berlawanan,

karena dua sebab yang saling menafikan akan menimbulkan akibat yang

saling menafikan pula.

3. Dua akad yang secara praktik berlawanan dan secara akibat hukum

bertolak belakang tidak boleh dihimpun.

4. Haram terhimpunnya akad jual beli dan sharf dalam satu akad. Mayoritas

ulama Maliki berpendapat akadnya batal karena alasan ketentuan hukum

kedua akad itu saling menafikan, yaitu bolehnya penundaan dan khiyar

dalam jual beli, sedang dalam sharf, penundaan dan khiyar tidal

dibolehkan.

5. Ada dua pendapat mengenai terhimpunnya jual beli dan ijarah, ada jual beli

dengan sharf dengan satu imbalan. Pertama mengatakan kedua akad batal

karena hukum dua akad berlawanan dan tidak ada prioritas satu akad atas

yang lain karenanya kedua akad tidak sah, karena keduanya dapat

dimintakan imbalan sebagai harga masing-masing. Oleh karena itu, kedua

akad tersebut boleh dimintakan imbalan secara bersamaan. Menurut

pendapat yang lain tidak sah, karena ketentuan hukumnya berbeda.

Dari pendapat ulama di atas disimpulkan bahwa multi akad yang

mutanaqidhah, mutadhadah, dan mutanafiyah adalah akad-akad yang tidak

boleh dihimpun menjadi satu akad. Meski demikian pandangan ulama

terhadap tiga bentuk multiakad tersebut tidak seragam.

3. Akad berbeda (al-‘uqud al-mukhtalifah)

Yang dimaksud dengan multiakad yang mukhtalifah adalah terhimpunnya dua

akad atau lebih yang memiliki perbedaan semua akibat hukum di antara kedua akad

Page 37: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

20

itu atau sebagainya. Seperti perbedaan akibat hukum dalam akad jual beli dan sewa,

dalam akad sewa diharuskan ada ketentuan waktu, sedangkan jual beli sebaliknya.

Contoh lain, akad ijarah dan salam. Dalam salam, harga salam harus diserahkan pada

saat akad ijarah (fi al-majlis), sedangkan dalam ijarah,harga sewa tidak harus

diserahkanada saat akad.

5. Akad sejenis (al-‘uqud al-mutajanisah)

Al-‘uqud al-murakkabah al-mutajanisah adalah akad-akad yang mungkin

dihimpun dalam satu akad, dengan tidak mempengaruhi di dalam hukum dan akibat

hukumnya. Multiakad jenis ini dapat terdiri satu jenis akad seperti akad jual beli dan

akad jual beli, atau dari beberapa jenis seperti akad jual beli dan sewa menyewa.

Multiakad jenis ini dapat pula terbentuk dari dua akad yang memiliki hukum yang

sama atau berbeda.

2.2.7 Hybrid Contract yang Dilarang

Dalam hadis, Nabi secara jelas menyatakan dua bentuk multi akad yang

dilarang yaitu:

1. Menggabungkan akad Bai’ (jual beli ) dan Salaf (pinjaman)

Dalam sebuah hadis disebutkan: “Dari Abu Hurairah, Rasulullah melarang

jual beli dan pinjaman”. (HR. Ahmad)

Misalnya Ali meminjamkan (qardh) sebesar 1000 dirham, lalu dikaitkan dengan

penjualan barang yang bernilai 900 dirham, tetapi harga penjualan itu tetap harga

1000 dirham. Seolah-olah Ali memberi pinjaman 1000 dengan akad qardh, dan

menjual barang seharga 900, agar mendapatkan margin 100 dirham. Di sini

Ali memperoleh kelebihan 100, karena harga penjualan barang menjadi Rp 1000.

Namun menurut Imrani, tidak selamanya diharamkan, karena jika harga barang sesuai

Page 38: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

21

dengan harga pasar, maka tidak menjadi masalah hybrid contract antara qardh dan

jual beli.

Ibn Qayyim berpendapat bahwa Nabi melarang multi akad antara akad salaf

(memberi pinjaman/qardh) dan jual beli, untuk menghindari terjurumus kepada riba

yang diharamkan. Namun, jika kedua akad itu terpisah (tidak tergantung, muallaq)

hukumnya boleh.

Penegasan : Larangan ini hendak menunjukkan bahwa qardh tidak boleh dikaitkan

dengan akad apapun, qardh adalah akad tabarru‟, bukan akad bisnis.

2. Menggabungkan akad Bai’ (jual beli ) dan Salaf (pinjaman)

Dalam sebuah hadis disebutkan: “Dari Abu Hurairah, Rasulullah melarang

jual beli dan pinjaman”. (HR. Ahmad) Misalnya Ali meminjamkan (qardh) sebesar

1000 dirham, lalu dikaitkan dengan penjualan barang yang bernilai 900 dirham, tetapi

harga penjualan itu tetap harga 1000 dirham.

Seolah-olah Ali memberi pinjaman 1000 dengan akad qardh, dan menjual

barang seharga 900, agar mendapatkan margin 100 dirham. Di sini Ali memperoleh

kelebihan 100, karena harga penjualan barang menjadi Rp 1000. Namun menurut

Imrani, tidak selamanya diharamkan, karena jika harga barang sesuai dengan harga

pasar, maka tidak menjadi masalah hybrid contract antara qardh dan jual beli.

Ibn Qayyim berpendapat bahwa Nabi melarang multi akad antara akad salaf

(memberi pinjaman/qardh) dan jual beli, untuk menghindari terjurumus kepada riba

yang diharamkan. Namun, jika kedua akad itu terpisah (tidak tergantung, muallaq)

Page 39: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

22

hukumnya boleh. Penegasan larangan ini hendak menunjukkan bahwa qardh tidak

boleh dikaitkan dengan akad apapun, qardh adalah akad tabarru‟, bukan akad bisnis.20

2.2.8 Contoh Produk Hybrid Contract Pada Bank Syariah

Mengacu pada jenis-jenis hybrid contract serta jenis hybrid contract yang

dilarang, terdapat beberapa contoh produk perbankan syariah yang masuk kategori

Hybrid Contract. Contoh tersebut antara lain:

1) Akad Murabahah, di mana di dalamnya juga terdapat akad wakalah apabila

pihak bank mewakilkan pengiriman pada supplier dan akad ujr atau

kesepakatan keuntungan yang akad diterima bank dari nasabah. Akad

murabahah merupakan kategori hybrid contract dengan akad bergantung

2) Akad wadiah dan mudharabah pada giro bank syariah. Terdapat akad utama

yakni titipan yang disertai dengan akad penambahan keuntungan. Dari akad

tersebut terdapat akad atau kesepakatan dalam menentukan keuntungan. Akad

tersebut masuk contoh hybrid contract kategori akad terkumpul.

3) Akad jual beli dan pinjaman (qard wal ijarah) di mana dalam akad ini, akad

jual beli dilakukan dengan pembayaran tertangguh (pinjaman). Sedangkan

akad pinjaman ditambah dengan ujr yang berarti upah atau keuntungan. Akad

tersebut masuk contoh hybrid contract kategori akad berlawanan.

4) Akad ijarah muntahiyah bi’ Itamlik. Merupakan konstruksi perjanjian sewa

beli yang dianggap sesuai dengan syariah. Sewa beli merupakan salah satu

bentuk perjanjian campuran antara jual-beli dan sewa-menyewa dan dalam

20Anggit Tinarbuka,”Multi Akad Hybrid Contract “Blog Anggit Tinarbuka.

http://elsyadii.blogspot.com/2015/01/multi-akad-hybrid-contract.html (diakses pada 3 Februari 2019)

Page 40: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

23

praktek sering disamakan dengan leasing. Akad tersebut masuk contoh hybrid

contract kategori akad berbeda.

5) Akad murabahah bil salam. Akad jenis ini merupakan gabungan akad sejenis

(jual-beli dan jual beli) dimana terdapat akad murabahah yang pembayarannya

tertanggung namun dibayar di muka dengan keuntungan. Akad tersebut masuk

contoh hybrid contract kategori akad sejenis.21

2.2.9 Unsur-unsur Hybrid Contract pada Perbankan Syariah

Unsur-unsur yang terdapat dalam hybrid contract tentu sama seperti unsur-

unsur atau rukun pada suatu akad, antara lain :

1) Shighat atau ijab dan Kabul;

2) Aqid‟ atau para pihak yang berakad;

3) Ma „qdl „alaih atau objek akad; dan

4) Maudhu al-aqd atau tujuan akad.22

Dari keempat unsur atau rukun akad di atas ada pernyataan lain mengenai hal

tersebut. Ulama Mazhab Hanafi menyebutkan bahwa para pihak dan objek akad

bukan termasuk unsure akad tetapi masuk kedalam syarat akad.23

Pendapat yang pula menyebutkan, bahwa unsur atau rukun akad adalah

shighat saja atau ijab dan qabul.posisi ijab dijadikan sebagai proposal positif sebagai

cara untuk mengutarakan niat, sedangkan qabul sebagai penerimaan.ijab bisa

diartikan sebagai konfirmasi kesanggupan dan keinginandan qabul sebagai bentuk

21

Yayuk, “Tinjauan Fiqh Muamalah Terhadap Hybrid Contract dalam Perbankan Syariah”

(Skrpsi;Jurusan Hukum Syariah Institu Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo, 2018) h. 47-48

http://etheses.iainponorogo.ac.id/5303/1/SKRIPSI%20YAYUK.pdf (diakses 2 januari 2019).

22Sahrani, Fikih Muamalah, 43-44.

23 Khosyi‟ah, Fiqh Muamalah Perbandingan, 76.

Page 41: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

24

itikad baik dalam penerimaan. Konfirmasi dan penerimaan menjadi esensi dalam

suatu akad syariah.24

2.2.10 Teori Murabahah bil Wakalah

Murabahah bil wakalah adalah jual beli dengan sistem wakalah. Dalam jual

beli dengan sistem ini Pihak Lembaga Keuangan mewakilkan pembeliannya kepada

nasabah, dengan demikian akad pertama adalah akad wakalah setelah akad wakalah

berakahir yang ditandai dengan penyerahan barang dari nasabah ke Lembaga

Keuangan Syariah kemudian ihak lembaga memberikan akad murabahah. Sesuai

dengan ketentuan Fatwa Dewan Syariah Nasional No:04/DSNMUI/IV/2000 pasal 1

ayat 9: “jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari

pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara

prinsip, menjadi milik bank”.25

Sesuai dengan ketentuan Fatwa DSN MUI akad

murabahah bil wakalah dapat dilakukan dengan syarat jika barang yang dibeli oleh

nasabah sepenuhnya sudah milik lembaga keuangan syariah, kemudian setelah barang

tersebut dimiliki lembaga keuangan syariah maka akad murabahah dapat dilakukan.

Akad murabahah bil wakalah adalah jual beli dimana lembaga keuangan

syariah mewakilkan pembelian produk kepada nasabah kemudian setelah produk

tersebut di dapatkan oleh nasabah kemudian nasabah memberikannya kepada pihak

lembaga keuangan syariah. Setelah barang tersebut di miliki pihak lembaga dan harga

dari barang tersebut jelas maka pihak lembaga menentukan margin yang didapatkan

24

Veithzal Rivai, Islamic Transaction Law in Business dari Teori ke Praktek, h. 16.

25http://alminist.blogspot.com/2014/09/himpunan-fatwa-dsn-mui-tentang-lembaga.html

(diakses pada 24 januari 2019).

Page 42: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

25

serta jangka waktu pengembalian yang akan disepakati oleh pihak lembaga keuangan

syariah dan nasabah.

2.2.11 Dasar Hukum Akad Murabahah bil Wakalah

Surah An-Nisa‟ ayat 29 :

تزاض تجارة ع تك انكى بيكى بانباطم إل أ آيا ل تأكها أي سكى يا أيا انذي ل تقها أ كى ي

الله اإ بكى رحي كا

Terjemahnya:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta

sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang

Berlaku dengan suka sama-suka diantara kamu. Dan janganlah kamu

membunuh dirimu[287]; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang

kepadamu.”26

Surah Al-Kahfi ayat 19 :

يا أ ى كى نبثى قانا نبثا ي نك بعثاى نيساءنا بيى قال قائم يكذ و قانا ربكى ي ا نبثى بع أعهى ب

ظز أيا أسكى طعايا فهيأتكى بزسق ديت فهي إنى ان ذ رقكى بكى أحدافابعثا أحدكى ب عز ل ي نيه ي

Terjemahnya:

“Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar merea saling bertanya di

antara mereka sendiri. berkatalah salah seorang di antara mereka: sudah berapa

lamakah kamu berada (disini?)”. mereka menjawab: “Kita berada (disini) sehari

26Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya: Edisi yang disempurnakan, (Jakarta: Widya

Cahya, 2011).

Page 43: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

26

atau setengah hari”. berkata (yang lain lagi): “Tuhan kamu lebih mengetahui

berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara

kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah

Dia Lihat manakah makanan yang lebih baik, Maka hendaklah ia membawa

makanan itu untukmu, dan hendaklah ia Berlaku lemah-lembut dan janganlah

sekali-kali menceritakan halmu kepada kepada seorangpun.”27

Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 04/DSN/-MUI/IV/2000 tentang

Murabahah

a. Ketentuan Umum Murabahah dalam Bank Syari‟ah:

1) Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang

bebas riba.

2) Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syari‟ah

Islam.

3) Bank membiayai sebagian atas seluruh harga pembelian barang

yang telah disepakati kualifikasinya.

4) Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank

sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba.

5) Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan

pembelian, misalnya jika pembelian secara utang.

6) Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah

(pemesan) dengan harga jual senilai harga beli plus

keuntungannya. Dalam kaitan ini bank harus memberitahu

27

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, (t.t.: t.p.) hlm.295.

Page 44: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

27

secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya

yang diperlukan.

7) Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut

pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati.

8) Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan

akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus

dengan nasabah.

9) Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli

barang dari pihak ketiga akad jual beli murabah harus

dilakukan setelah barang secara prinsip menjadi milik bank.

b. Ketentuan murabahah kepada nasabah

1) Nasabah mengajukan permohonan dan janji pembelian atau

suatu barang atau aset kepada bank.

2) Jika bank menerima permohonan tersebut. Ia harus membeli

terlebih dahulu aset yang dipesannya secara sah dengan

pedagang.

3) Bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah dan

nasabah harus menerima (membeli)-nya sesuai dengan janji

yang telah disepakatinya. Karena secara hukum janji tersebut

mengikat; kemudian kedua belah pihak harus membuat kontrak

jual beli

4) Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk

membayar uang muka saat menandatangani kesepakatan awal

pemesanan.

Page 45: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

28

5) Jika nasabahah kemudian menolak membeli barang tersebut

biaya riil bank harus dibayar dari uang muka tersebut.

6) Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus

ditanggung oleh bank, bank dapat meminta kembali sisa

kerugiannya kepada nasabah.

7) Jika uang muka memakai kontrak ‘urbum sebagai alternatif

dari uang muka, maka:

a) Jika nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut,

ia tinggal membayar sisa harga.

b) Jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik

bank maksimal sebesar kerugian yang ditanggung leh bank

akibat pembatalan tersebut; dan jika uang muka tidak

mencukupi, nasabah wajib melunasi kekurangannya.

c. Jaminan dalam murabahah

1) Jaminan dalam murabahah dibolehkan, agar nasabah serius

dengan pesanannya.

2) Bank dapat meminta nasabah menyediakan jaminan yang dapat

dipegang.28

28

Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No. 04/DSN/MUI/2000. Tanggal

26 Dzulhijjah 1420 H/1 April 2000 M tentang Murabahah. sites.google.com/site/alministfile/fatwa-dn-

mui/04-Murabahah.pdf. (diakses pada tanggal 24 januari 2019).

Page 46: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

29

2.2.12 Syarat Murabahah bil Wakalah29

Dalam jurnal tersebut monzer Khaf (Ramadhani, 2014) juga menjelaskan

bahwa hybrid contract murabahah dikatakan sesuai secara syariah apabila di tandai

dengan beberapa factor antara lain:

1. Bank memiliki barang tersebut secara fisik walaupun dalam jangka waktu

yang sangat pendek.

2. Bank dikenakan kewajiban atas barang selama barang tersebut masih

menjadi milik bank. Bank bukan hanya pemodal akan tetapi juga pemilik

barang tersebut.

3. Pada transaksi ini terdapat beberapa hal yaitu perintah untuk membeli, janji

untuk membeli, kontrak agen, dan dua kontrak penjualan.

4. Harus ada barang riil beredar dari satu tangan ke tangan yang lain.

5. Besarnya pembiayaan harus kurang dari biaya ditambah keuntungan.

6. Penjadwalan ulang pembayaran untuk kenaikan dan diskon tidak

diperbolehkan, sehingga tidak akan ada akumulasi atau penciptaan lapisan

utang.

7. Untuk pihak bank tranksaksi dimulai dengan uang tunai dan berakhir dengan

uang masuk.

8. Murabahah menciptakan utang pada nasabah mirip dengan pinjaman dibank

konvensional.

29

Kiki Priscillia Ramadhani, “Analisis Kesyariahan Penerapan Pembiayaan Murabahah:

Studi Kasus PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Kota Mojokerto” (Skripsi sarjana: Fakultas

Ekonomi Bisnis: Universitas Brawijaya, 2014)

https://jimfeb.ub.ac.id/indeks.php/jimfeb/article/views/957 (diakses pada 24 januari 2019).

Page 47: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

30

9. Utang murabahah tunduk pada jaminan, hipotek, dan juga langkah-langkah

mitigasi resiko gagal bayar lainnya.

10. Hal ini sederhana, mudah di mengerti dan rapi.

2.2.13 Ketentuan umum murabahah bil wakalah dalam lembaga keuangan

syariah

1. Lembaga keuangan syariah dan anggota harus melakukan akad murabahah

yang bebas riba.

2. Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syari‟ah Islam.

3. Lembaga keuangan syariah membiayai sebagian atau seluruh harga

pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya.

4. Anggota membayar barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu

tertentu yang telah disepakati.

5. Jika lembaga keuangan syariah hendak mewakilkan kepada anggota untuk

membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan

setelah barang secara prinsip menjadi, menjadi milik lembaga keuangan

syariah.30

2.2.14 Rukun Murabahah bil Wakalah

Dalam rukun murabahah bil wakalah sama dengan akad murabahah, namun

perbedaan dalam akad murabahah bil wakalah terdapat wakil dalam pembelian

barang.

1. Penjual (ba‟i)

2. Pembeli (musytary)

30Adiwarman Karim, Bank Islam; Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta:Raja Grafindo Persada,

2006), h. 280.

Page 48: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

31

3. Barang yang dibeli

4. Harga barang, dalam hal ini harga barang harus diketahui secara jelas yaitu

harga beli dan margin yang akan disepakati oleh kedua belah pihak.

Sehingga kedua belah pihak akan melakukan keputusan harga jual dan

jangka waktu pengangsuran.

5. Muwakil atau pemberi kuasa adalah pihak yang memberikan kuasa kepada

pihak lain.

6. Taukil atau objek akad

7. Shigat atau ijab dan Qabul

2.2.15 Pandangan Islam Tentang Murabahah bil Wakalah

Pandangan hukum Islam terhadap akad wakalah dalam produk murabahah

adalah dibolehkan oleh Islam karena sangat dibutuhkan oleh manusia dalam

kenyataan hidup sehari-hari karena tidak semua orang mampu melaksanakan sendiri

semua urusannya, sehingga sehingga dierlukan seseorang untuk mewakilkannya

dalam menyelesaikan urusannya31

. Perwakilan dalam ulama fiqih sepakat

mengatakan bahwa Al-wakalah dalam produk murabahah dibolehkan, dengan syarat

tidak terdapat unsur tipuan dalam perwakilan tersebut dan mashab maliki sepakat

mengatakan bahwa akad wakalah boleh ditentukan waktunya susuai dengan

kebutuhan orang yang diwakili dalam kontrak produk murabahah Bank BNI Syariah

cabang parepare.32

Jadi akad wakalah dalam produk murabahah hukumnya

31Murni, “Penerapan Akad Wakalah Dalam Produk Murabahah Pada Bank Muamalat Kota

Parepare (Tinjauan Hukum Islam)”, h. 64.

32Dahlan, Abdul Aziz, Ensiklopedia Hukum Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van

Haeve,2001), h. 1914.

Page 49: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

32

dibolehkan selama hal tersebut tidak mengandung unsur riba yang dapat merugikan

sesama manusia terhadap pihak peminjam yang mengalami masalah dalam pelunasan

hutangnya.

2.2.16 Skema Pembiayaan Murabahah Bil Wakalah Yang Benar Secara Teori

3. Beli 1. Pesan Barang

5. akad murabahah dan

barang jadi milik pembeli

4. Kirim barang atas nama bank 2. Akad Wakalah

Gambar 1. Skema Akad Murabahah bil Wakalah33

2.2.17 Tujuan Pembiayaan Murabahah bil Wakalah

Tujuan pembiayaan murabahah bil wakalah adalah untuk membiayai calon-

calon pengusaha, pengusaha mikro kecil yang akan memperbesar usahanya dan

pembiayaan yang sifatnya konsuntif seperti rumah, tanah, took, mobil, motor, dan

sebagainya. Menurut al-marghinani, adalah untuk melindungi konsumen yang tidak

berdaya terhadap tipu muslihat para pedagang yang curang karena konsumen itu tidak

memiliki keahlian dalam jual beli34

.

33

Kiki Priscillia Ramadhani, “Analisis Kesyariahan Penerapan Pembiayaan Murabahah:

Studi Kasus PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Kota Mojokerto”, h. 36

34Dimas Pandu Syahrangga, “Implementasi Produk Pembiayaan Murabahah bil Wakalah

Dalam Usaha Mikro di BRI Syariah Cabang Pati” (Skripsi Diploma III: Jurusan Perbankan Syariah:

Universitas Negeri Walisongo Semarang, 2017) h. 39

http://eprints.walisongo.ac.id/7271/3/BAB%20II.pdf (3 februari 2019).

Supplier Nasabah Bank

Page 50: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

33

2.2.18 Cara Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah bil Wakalah

1. Bank mengangkat nasabah sebagai agen bank.

2. Nasabah dalam kapasitasnya sebagai agen bank, melakukan pembelian

barang atas bahan baku produksi atas nama bank dan sebelum debitus

melunasi. pembiayaan ini maka sertifikat pembelian atas nama barang-

barang tersebut dipegang oleh bank.

3. Bank menjual barang atau bahan baku tersebut kepada nasabah dengan

harga sejumlah harga beli ditambah dengan keuntungan bank.

4. Nasabah membeli barang atau bahan tersebut dan pembayarannya dengan

cara tangguh (pada tanggal jatuh tempo)35

.

35

Kiki Priscillia Ramadhani, “Analisis Kesyariahan Penerapan Pembiayaan Murabahah:

Studi Kasus PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Kota Mojokerto”, h. 40

Page 51: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

34

2.3 Tinjauan Konseptual

Agar tidak terjadi keselahpahaman dalam memberikan pengertian, maka

peneliti memberikan sedikit penjelasan dari beberapa kata yang dianggap penting

agar mudah dipahami, yaitu sebagai berikut :

2.3.1 Implementasi sendiri berasal dari bahasa Inggris “to implement” artinya

mengimplementasikan. Tak hanya sekedar aktivitas, implementasi merupakan

suatu kegiatan yang direncanakan serta dilaksanakan dengan serius juga

mengacu pada norma-norma tertentu guna mencapai tujuan kegiatan.36

2.3.2 Hybrid Contract merupakan suatu kontrak perjanjian dimana dalam kontrak

tersebut terdapat lebih dari satu kontrak didalamnya.

2.3.3 Murabahah bil Wakalah merupakan salah satu pembiayaan mikro yang ada di

Bank syariah, dimana murabahah bil wakalah adalah jual beli dengan sistem

wakalah. Dalam hal ini pihak Lembaga Keuangan Syariah mewakilkan

pembeliannya kepada nasabah, dengan demikian akad pertama adalah akad

wakalah, setelah akad wakalah berakhir yang ditandai dengan penyerahan

barang dari nasabah kepada pihak Lembaga Keuangan Syariah barulah

kemudian pihak lembaga memberikan akad murabahah.

Berdasarkan pengertian diatas maka yang dimaksud dalam judul

penulis adalah suatu kegiatan yang telah direncakan kemudian dilaksanakan

berdasarkan beberapa ketentuan yang telah disepakati pada satu produk

pembiayaan mikro yang ada di Bank syariah yaitu Murabahah bil Wakalah.

Dimana dalam pembiayaan ini terdapat dua akad yang digunakan dalam satu

36

Alihamdan, “Pengertian Implementasi,” Blog Pelajaran.

https://blog.currentapk.com/implementasi/ (3 Februari 2019).

Page 52: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

35

kontrak perjanjian yaitu Murabahah dan Wakalah yang dikenal dengan istilah

Hybrid Contract akan tetapi, dalam pembiayaan tersebut kedua akad tidak

serta merta langsung dilaksanakan pada waktu yang bersamaan melainkan

akad pertama yang harus digunakan adalah akad wakalah dimana selesainya

akad tersebut ditandai dengan penyerahan barang yang telah dibeli oleh

nasabah atas nama bank kepada kepada lembaga barulah kemudian akad

murabahah boleh dilakukan dalam artian barang tersebut harus benar-benar

secara prinsip menjadi milik bank baru kemudian melakukan akad wakalah.

Page 53: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

36

2.4 Bagan Kerangka Pikir

Gambar 2. Bagan Kerangka Fikir

BNI Syariah Cabang

Makassar

Hybrid Contract

Implementasi

Unsur Pelaksana Kelompok sasaran Program yang

dilaksanakan

Murabahah bil Wakalah

Rukun Syarat

Page 54: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

37

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis penelitian

Jenis Penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian lapangan (Field

Research) yang dalam pengumpulan datanya dilakukan dengan mencari data yang

secara langsung dari lokasi penelitian.

Pendekatan yang penulis gunakan adalah pendekatan fenomenologi yang

merupakan pemaknaan etika dalam berteori dan berkonsep, bukan hendak

menampilkan teori dan konseptualisasi yang sekedar anjuran.37

Sehingga akan

menghasilkan deskripsi mengenai gambaran situasi yang diteliti serta pemaknaan

yang terkandung dalam data hasil pengamatan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti di Bank BNI Syariah Cabang

Makassar yang bertempat di kota Makassar Jalan DR. Sam Ratulangi, Sulawesi

Selatan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian yang digunakan penulis di dalam penyusunan penelitian di

BNI Syariah KC Parepare sekurang-kurangnya menggunakan waktu selama dua bula

37

Engkus Kuswarno, Metode Penelitian Komunikasi, (Yogyakarta: Widya Padjajaran, 2009).

37

Page 55: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

38

3.3 Fokus Penelitian

Umumnya objek penelitian ini adalah Hybrid Contract di BNI Syariah KC

Makassar. Penelitian ini terfokus pada implementasi pembiayaan murabahah bil

wakalah pada BNI Syariah KC Makassar serta mengetahui kesesuaian pembiayaan

murabahah bil wakalah ditinjau dari fatwa DSN nomor 04/DSN MUI/IV/2000

tentang murabahah.

3.4 Jenis dan sumber data yang digunakan

3.4.1 Sumber Data Primer

Data primer adalah data yang yang diperoleh langsung dari tangan pertama

peneliti. Sumber data primer adalah informan individu ataupun kelompok focus, ini

merupakan data yang dikumpulkan oleh peneliti sendiri dan merupakan data yang

belum pernah dikumpulkan sebelumnya.

3.4.2 Sumber Data Sekunder

Data sekunder, merupakan jenis data yang telah tersedia dimana peneliti

hanya perlu mencari tempat untuk mendapatkan data38

. data-data sekunder yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data yang telah dipublikasikan dalam buku

atau internet yang terkait hybrid contract terfokus pada pembiayaan murabahah bil

wakalah di BNI Syariah KC. Makassar.

38

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan dan Praktek, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2002), h. 187.

Page 56: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

39

3.5 Teknik Pengumpulan Data

3.5.1 Observasi

Observasi didefinisikan sebagai suatu proses melihat, mengamati, dan

mencermati serta “merekam” perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu.

Observasi ialah suatu kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk memberikan

suatu kesimpulan atau diagnosis.39

Peneliti akan melakukan pengamatan dan

pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diteliti, penelitian akan

dilakukan dengan melihat atau mengamati kejadian terkait implementasi hybrid

contract pada pembiayaan murabahah bil wakalah di BNI Syariah KC. Makassar.

3.5.2 Interview (wawancara)

Tekhnik ini penulis gunakan untuk mendapatkan data tentang sejarah berdiri,

prinsip operasional, visi dan misi, tujuan yang ingin dicapai oleh BNI Syariah KC

Makassar, adapun pihak yang akan diwawancarai adalah Kepala cabang BNI Syariah

KC Parepare serta karyawan BNI Syariah KC Makassar. Karena ciri-ciri utama

metode interview adalah kontak langsung dan tatap muka antara pencari informasi

dan pemberi informasi.

3.5.3 Dokumentasi

Proses dokumentasi dilakukan oleh peneliti guna untuk merekan hasil

tanggapan dari informan sebagai bentuk pertanggung jawaban dalam penelitian ini.

Baik itu dalam bentuk rekaman suara, rekaman video, foto ataupun file data.

39

Haris Herdiansyah, Wawancara, Observasi , dan Focus Groups, (2013). Jakarta: rajawali

pers. h. 131.

Page 57: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

40

3.6 Tekhnik Analisis Data

Setelah menghasilkan data dari hasil penelitian langsung yang dilakukan oleh

peneliti, langkah selanjutnya yakni meneliti keabsahan data tersebut dengan

menerapkan tekhnik analisis data sebagai berikut:

3.6.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan Data yang akam dilakukan oleh peneliti dalam hal

mengumpulkan data-data dari hasil penelitian untuk kemudian dilakukan langkah

selanjutnya. Hasil- hasil tersebut baik dari hasil wawancara, file data yang diperoleh

pada lembaga maupun catatan-catatan lapangan.

3.6.2 Reduksi Data

Setelah semua data dikumpulkan dari metode sebelumnya, langkah

selanjutnya peneliti akan mereduksi data dengan cara menggolongkan, membuang

yang tidak perlu, dan mengorganisasi data sedemikian rupa sehigga kesimpulan dapat

ditarik dan diverifikasi.

3.6.3 Triagulasi

Selain menggunakan reduksi data peneliti juga menggunakan Tekhnik

Triagulasi sumbernya yaitu mewawancarai beberapa informan yang berbeda sebagai

tekhnik mengecek keabsahan data.

3.6.4 Penyajian Data

Setelah data-data yang sebelumnya sudah dikumpulkan dan diklasifikasikan

dan di uji keabsahannya, langkah selanjutnya adalah peneliti akan mendeskripsikan

secara tertulis agar mudah dipahami dengan baik dan mempermudah penarikan

kesimpulannya.

Page 58: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

41

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum BNI Syariah Cabang Makassar

PT. Bank BNI Syariah KCU Makassar merupakan lembaga keuangan syariah

yang lokasinya sangat strategis dan sangat mudah di jangkau oleh masyarakat yang

beralamat di Jl. DR. Ratulangi, Parang, Kec. Mamajang, Kota Makassar, Sulawesi

Selatan. Yang semula berlokasi di jalan AP. Pettarani Ruko Sardony mulai tanggal 18

Mei 2017 berpindah ke Jalan DR. Sam Ratulangi, yang merupakan salah satu dari 8

aset gedung kantor Cabang BNI Syariah. Makassar sebagai ibukota provinsi Sulawesi

selatan yang merupakan kota metropolitan terbesar di Indonesia timur, serta

merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki laju pertumbuhan ekonomi

yang paling tinggi. Hal ini yang mendorong BNI Syariah untuk membuka layanan di

kota Makassar sejak tahun 2001.

Dengan adanya lokasi baru yang lebih strategis, lebih besar dan lebih nyaman

akan memberikan tambahan semangat baru bagi segenap karyawan BNI Syariah

untuk memberikan layanan yang lebih baik. Berkat dukungan seluruh stakeholders,

hingga Maret 2017 BNI Syariah tumbuh kea rah positif. Hal tersebut ditandai dengan

pertumbuhan aset sebesar 21.01% menjadi Rp 29,86% dan pertumbuhan Dana Pihak

Ketiga (DPK) sebesar 23,38%. Pertumbuhan tersebut diikuti dengan pertumbuhan

kinerja positif KC BNI Syariah Makassar Per Maret 2017 tercatat laba yang didapat

sebesar Rp 13,8 Miliar dengan total penghimpunan DPK sebesar Rp 596 Miliar dan

Pembiayaan sebesar Rp 561 Miliar. Hal tersebut menunjukan bahwa kehadiran BNI

Syariah disambut baik oleh masyarakat.

41

Page 59: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

42

4.2 Ketentuan Hybrid Contract pada Pembiayaan Murabahah bil Wakalah di

BNI Syariah Cabang Makassar

Produk pembiayaan merupakan salah satu produk dari bank BNI Syariah dan

bank-bank lainnya, yang merupakan pemberian fasilitas penyaluran dan penyediaan

dana dari pihak-pihak yang surplus unit untuk membantu memenuhi kebutuhan

pihak-pihak yang merupakan defisit unit salah satunya di Bank BNI Syariah Cabang

Makassar

Hybrid contract itu sendiri merupakan kesepakatan dua pihak untuk

melaksanakan suatu muamalah yang meliputi dua akad atau lebih. Istilah Hybrid

Contract atau penggunaan dua akad atau lebih dalam suatu pembiayaan pada instansi

lembaga keuangan memang banyak digunakan, hal tersebut merupakan cara bank

atau lembaga keuangan lainnya untuk mempermudah jalannya suatu pembiayaan

yang memerlukan akad pelengkap meskipun tidak semua pembiayaan memerlukan

akad pelengkap dan tidak semua akad boleh di gabungkan.

Menghimpun dua akad atau lebih dalam satu pembiayaan memang dibolehkan

menurut DSN MUI selaku otoritas ulama di Indonesia meskipun ada beberapa hadits

yang melarang transaksi tersebut. Akan tetapi sebenarnya menghimpun dua akad atau

lebih di haramkan apabila dua akad tersebut menimbulkan riba atau menyerupai riba

seperti menggabungkan qardh dengan akad yang lain, seperti qardh dengan jual beli.

Demikian pula menggabungkan jual beli cicilan dengan jual beli cash, meskipun

penggabungan akad tersebut dilarang akan tetapi hal tersebut masih banyak di

terapkan dalam beberapa kegiatan usaha. Sedangkan dalam praktik yang ada di bank

BNI Syariah Cabang Makassar implementasi hybrid contract yang diterapkan hanya

Page 60: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

43

murabahah bil wakalah, hal tersebut sesuai dengan apa nyang dijelaskan”Salam M

Bustan” bahwa:

“Disini kita hanya pake multiakad murabahah bil wakalah saja, kalau untuk pembiayaan lain belum ada yang pake dua akad atau lebih, yang murabahah bil wakalah saja yang diterapkan disini baru kita pakai kalau bank benar-benar tidak mampu atau tidak bisa turun tangan langsung untuk beli objek yang na mau nasabah, menurut pemahaman dari saya pribadi sebenarnya ini multiakad tidak sembarang diterapkan juga dilembaga keuangan syariah, ditakutkan kalau diterapkan juga terjadi penyimpangan didalamnya yang melanggar prinsip syariah”

40

Berdasarkan hasil wawancara diatas diperoleh data bahwa penggunaan hybrid

contract dalam pembiayaan yang diterapkan di BNI Syariah Cabang Makassar

hanyalah murabahah bil wakalah meskipun penerapan akad wakalah dalam

pembiayaan murabahah tidak selalu digunakan. Pihak bank lebih sering

menggunakan murabahah murni dalam produk pembiayaannya. penerapan akad

wakalah hanya dilakukan apabila bank benar-benar tidak bisa turun langsung

membeli objek murabahah yang di perlukan nasabah baru kemudian pihak bank

memberikan akad wakalah.

Dalam suatu pembiayaan penggunaan hybrid contract atau multiakad

memang tidak serta merta harus selalu digunakan dalam suatu pembiayaan,

penggunaan hybrid contract dalam pembiayaan hanya sebagai pelengkap saja apabila

pihak lembaga keuangan syariah memerlukan akad lain untuk membantu

memudahkan jalannya suatu pembiayaan.

Penggunaan hybrid contract juga tidak serta merta langsung diterapkan dalam

produk pembiayaan karena dalam hal ini memang ada akad yang sangat dilarang

untuk dihimpun dengan akad lain dikarenakan apabila kedua akad tersebut disertakan

maka, akan menimbulkan penyimpangan yang melanggar prinsip syariah yakni

40

Salam M Bustan“Consumer Financing Head” (Wawancara pada Tanggal 18 Juni 2019).

Page 61: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

44

seperti akad jual beli dengan Qard (memberi pinjaman), larangan ini bertujuan untuk

menghindari terjerumusnya seseorang kepada riba yang diharamkan, contohnya

seperti seseorang ingin membeli sebuah pulpen akan tetapi tidak memiliki uang dan

salah seorang lainnya ingin menjual pulpennya dengan harga 800, agar pulpennya

bisa laku dengan harga yang semula 800 menjadi harga 1.000, si penjual tersebut

meminjamkan uang kepada orang yang ingin membeli pulpen tersebut sebanyak

1.000 untuk kemudian uang tersebut dipakai untuk membeli pulpen yang tadinya

seharga 800 menjadi 1,000. Artinya pihak yang bertindak sebagai penjual dan

pemberi pinjaman tersebut memperoleh keuntungan lebih sebanyak 200 dari hasil

meminjamkan uang tersebut untuk membeli pulpen darinya. hal tersebut yang

menjadi salah satu contoh mengapa tidak semua akad dapat digabungkan.

Hybrid contract dalam pembiayaan murabahah bil wakalah artinya

menghimpun dua akad yang berbeda dalam satu pembiayaan yakni akad murabahah

dan akad wakalah yang memiliki ketentuan serta syarat-syarat dalam

pengimplementasiannya pada bank BNI Syariah Cabang Makassar yang telah diatur

dalam Surat Keputusan Pembiayaan (SKP) yang menjadi bagian tak terpisahkan

dalam akad Murabahah.

Berdasarkan hal tersebut apabila pembiayaan murabahah yang digunakan

disertakan dengan akad wakalah maka sesuai dengan kesepakatan para pihak dan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku bahwa akad pembiayaan murabahah harus di

dahului terlebih dahulu dengan akad wakalah. hal tersebut sesuai dengan penjelasan

“A. Kardita Savitri” Bahwa:

“Disini kalau pembiayaan yang di ambil pake akad murabahah bil wakalah itu memang harus kita dahulukan akad wakalah dulu karna itu memang sudah menjadi ketentuan yang tidak boleh kita ubah karna kan itu akad wakalah adalah akad pemberian kuasa dimana bank berikan

Page 62: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

45

kuasa kepada nasabah untuk membeli barang yang dia mau karna bank tidak punya stock barang yang dibutuhkan nasabah”

41

Hal senada juga dijelaskan oleh “Andi Wina” bahwa

“Sebenarnya, secara teori jika membahas mengenai akad yang harus didahulukan terlebih dahulu jika mengambil pembiayaan yang menggunakan akad murabahah bil wakalah tentunya kita harus mendahulukan akad wakalah karena jika barang secara prinsip belum menjadi milik bank sedangkan bank dengan nasabah telah melakukan penandatangan akad murabahah berarti itu sudah terjadi penyimpangan dong, artinya bank sudah menjual barang yang belum ada dan itu menunjukkan sifat gharar yang dilarang dalam islam. Kalau kita disini menjalankan pembiayaan tersebut sesuai dengan aturannya akan tetapi di bank-bank syariah lainnya dan tidak menutup kemungkinan juga Bank BNI Syariah cabang lain menjalankan pembiayaan tersebut tidak sesuai dengan ketentuannya, itu sebenarnya tergantung dari oknum-oknum yang bertanggung jawab didalamnya karena biasanya mereka ingin simplenya saja tanpa memikirkan apakah itu melanggar ketentuan atau tidak, kebanyakan dari mereka tidak mau repot kalau harus bolak balik tandatangani akad, jadi mereka langsung saja kasih akad murabahah sama wakalahnya untu tandatangani secara bersamaan meskipun barang secara pinsip belum jadi miliknya bank”

42

4.2.1 Syarat serta ketentuan Murabahah bil Wakalah

Syarat dan ketentuan akad murubahah bil wakalah dalam pembiayaan di bank

BNI Syariah Cabang Makassar tertuan dalam pasal-pasal sebagai berikut:

4.2.1.1 Pasal 1 Definisi

1) Akad pembiayaan Murabahah adalah akad pembiayaan suatu barang

dengan menegaskan harga belinya kepada nasabah dan nasabah membayar

kepada bank dengan harga jual bank, yaitu harga beli bank ditambah

keuntungan yang disepakati.

2) Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan berdasarkan akad ini.

41

Andi Kardita Savitri”Sales Officer”(Wawancara pada tamggal 18 Juni 2019).

42 Andi Wina”Sales Head”(Wawancara pada tanggal 18 juni 2019).

Page 63: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

46

3) Hari kerja adalah hari-hari dimana bank beroperasi untuk menjalankan

usahanya dan pada saat itu Bank Indonesia buka untuk menyelenggarakan

kliring antar bank.

4) Rekening pembiayaan adalah rekening yang dibuka oleh Bank untuk

mencatat atau mengadministrasikan realisasi dan pembayaran pembiayaan

Nasabah.43

4.2.1.2 Pasal 2 Pembiayaan

Pasal ini berisikan tujuan pembiayaan yang digunakan untuk pembelian

seperti apa serta perincian harga-harganya sehingga Nasabah dapat mengetahui

jumlah kewajiban atau utang yang harus dibayar oleh nasabah kepada Bank yang

meliputi :

1) Harga perolehan

2) Uang Muka

3) Harga beli Bank

4) Keuntungan Bank

5) Harga jual Bank44

4.2.1.3 Pasal 3 Tujuan Pembiayaan

Dalam pasal ini bersikan tujuan dari pembiayaan, apakah pembiayaan tersebut

untuk modal kerja, konsumtif atau investasi.45

43

Akad Murabahah BNI Syariah h. 1 (dikutip pada tanggal 18 Juni 2019).

44 Akad Murabahah BNI Syariah h. 1-2 (dikutip pada tanggal 18 Juni 2019).

45 Akad Murabahah BNI Syariah h. 2 (dikutip pada tanggal 18 Juni 2019).

Page 64: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

47

4.2.1.4 Pasal 4 Jangka Waktu

Dalam pasal ini berisikan jangka waktu pembiayaan yang diambil apakah 2

tahun, 5 tahun, 10 tahun dan sebagainya yang terhitung mulai dari jangka waktu

diberinya pembiayaan hingga jangka waktu selesainya pembiayaan.46

4.2.1.5 Pasal 5 Realisasi Pembiayaan

1) Bank akan melakukan realisasi pembiayaan setelah nasabah memenuhi

syarat-syarat dan ketentuan serta menandatangani Akad pembiayaan

murabahah

2) Bank akan merealisasikan dengan cara mengkredit rekening Tabungan

Nasabah sebagai wakil (kuasa) Bank sebagaimana surat kuasa yang

diberikan.47

4.2.1.6 Pasal 6 Pembayaran Angsuran Pembiayaan

1) Nasabah wajib melakukan pelunasan pembiayaan kepada bank secara

angsuran sesuai dengan jadwal angsuran pembiayaan terlampir yang

merupakan satu kesatuan dengan Akad ini dan harus lunas selambat-

lambatnya pada saat berakhirnya jangka waktu pembayaran.

2) Pembayaran angsuran pembiayaan dilakukan dengan cara Nasabah

melakukan setoran angsuran setiap hari kerja yang akan dipungut oleh

Bank dan dibukukan dalam rekening tabungan nasabah sebagai afiliasi,

yang selanjutnya dilakukan pendebetan oleh Bank untuk pembayaran

46

Akad Murabahah BNI Syariah h. 2 (dikutip pada tanggal 18 Juni 2019).

47 Akad Murabahah BNI Syariah h. 2 (dikutip pada tanggal 18 Juni 2019).

Page 65: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

48

angsuran pembiayaan, angsuran wajib tersedia di rekening tersebut

selambat-lambatnya pada tanggal angsuran

3) Jika kewajiban pembayaran nasabah berdasarkan Akad ini jatuh pada hari

di luar hari kerja, maka nasabah wajib melakukan pembayaran tersebut

selambat-lambatnya pada 1 (satu) hari kerja sebelumnya.

4) Pembukuan dan catatan-catatan yang ada pada Bank dan telah

diberitahukan oleh bank kepada nasabah merupakan bukti yang cukup dari

jumlah utang nasabah berdasarkan akad ini.48

4.2.1.7 Pasal 7 Ganti Rugi

Apabila nasabah dengan sengaja atau karena kelalaian terlambat atau tidak

melakukan pembayaran angsuran pembiayaan maka nasabah dikenakan ganti rugi

sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah kerugian riil yang diderita bank dan harus

dibayar lunas oleh nasabah kepada bank.49

4.2.1.7 Pasal 8 Penyelenggaraan Rekening Pembiayaan

1) Sebagai pelaksana dakam pembiayaan ini, bank membuka rekening

pembiayaan tersendiri atas nama nasabah yang dinamakan rekening

pembiayaan.

2) Penyelenggara rekening pembiayaan tersebut dilakukan oleh kantor cabang

Makassar dan/atau yang ditunjuk oleh pihak bank.

48

Akad Murabahah BNI Syariah h. 2 (dikutip pada tanggal 18 Juni 2019).

49 Akad Murabahah BNI Syariah h. 2 (dikutip pada tanggal 18 Juni 2019).

Page 66: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

49

3) Untuk keperluan administrasi, bank mewajibkan nasabah membuka

Rekening Tabungan pada Kantor Cabang Bank atau Kantor Cabang

Pembantu Mikro.

4) Dalam menggunakan rekening pembiayaan tersebut, nasabah tunduk pada

syarat/ketentuan mengenai pembukuan rekening yang berlaku pada bank.50

4.2.1.9 Pasal 9 Kuasa Bank Atas Rekening Nasabah

Untuk memenuhi kewajibannya kepada bank, dengan ini nasabah memberi

persetujuan dan kuasakepada bank, kuasa dan persetujuan tersebut merupakan bagian

yang tidak terpisahkan dari akad ini yang tidak akan berakhir oleh sebab–sebab yang

ditentukan oleh pasal 1813, pasal 1814 dan pasal 1816 KUH Perdata, untuk

membebani dan/atau mendebet Tabungan, Rekening Giro dan/atau Rekening

Pembiayaan dan/atauRekening lain Nasabah yang ada pada Bank, untuk pembayaran

pembiayaan, Denda, Ganti Rugi, premi asuransi,biaya-biaya pengikatan barang

agunan dan biayalainnya yang timbul karena dan untuk pelaksanaan akad ini.51

4.2.1.10 Pasal 10 Agunan

1) Segala harta kekayaan nasabah, baik yang bergerak maupun yang tidak

bergerak, baik yang sudah ada maupun yang aka nada dikemudian hari,

menjadi jaminan bagi pelunasan seluruh utang nasabah yang timbul karena

Akad ini.

2) Guna lebih menjamin pembayaran kembali pembiayaan, nasabah

menyerahkan agunan kepada Bank. Perubahan dan penggantian agunan-

50

Akad Murabahah BNI Syariah h. 3 (dikutip pada tanggal 18 Juni 2019).

51Akad Murabahah BNI Syariah h. 3 (dikutip pada tanggal 18 Juni 2019).

Page 67: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

50

agunan tersebut dapat dilakukan berdasarkan kesepakatan para pihak.

Sedangkan jenis dan pengikatan agunan tersebut sebagaimana tercantum

dalam rincian barang agunan tersebut serta biaya-biaya pengikatannya

menjadi beban nasabah.

3) Bukti-bukti pemilikan agunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal

ini harus diserahkan dan akta-akta pengikatan agunan yang berkaitan

dengan barang-barang agunan tersebut harus sudah ditandatangani oleh

pemegang hak dan bank serta diterima oleh bank sebelum dilakukan

penarikan/realisasi pembiayaan, kecuali ditentukan lain oleh bank.

4) Selamanya berlakunya akad ini, nasabah sepakat untuk melakukan

perpanjangan /pengurusan hak atas agunan. Apabila nasabah tidak

melakukan perpanjangan/pengurusan hak atas agunan,sedangkan bank

memandang perlu untuk melakukan perpanjangan/pengurusan hak atas

agunan, maka pengurusan perpanjangan/permohonan hak atas agunan

dapat dapat dilakukan oleh bank atau pihak ketiga yang ditunjuk atau

ditentukan oleh bank dan untuk itu nasabah memberikan kuasa kepada

bank untuk melakukan perpanjangan/pengurusan tersebut dan/atau

menunjuk pihak ketiga untuk melakukan pengurusan tersebut, namun

demikian hal tersebut bukan merupakan kewajiban bagi bank. Segala biaya

yang timbul akibat perpanjangan/pengurusan tersebut menjadi beban dan

wajib bayar nasabah, baik secara tunai maupun dengan mendebet rekening

nasabah yang ada pada bank.

5) Selama masih menjadi jaminan pembiayaan, nasabah wajib menanggung

ongkos-ongkos pemeliharaan dan perawatan-perawatan agunan tersebut.

Page 68: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

51

6) Setelah utang dinyatakan lunas oleh bank atau berdasarkan pertimbangan

bank barang-barang pada ayat (2) pasal ini sudah tidak diperlukan lagi

sebagai agunan pembiayaan, bank akan mengembalikan bukti-bukti

kepemilikan barang agunan tersebut kepada pemilik agunan yakni pihak

yang namanya tercantum sebagai pemilik atau pemegang hak dalam surat

bukti kepemilikan tersebut atau pihak yang menerima pengalihan hak atas

agunan atau kuasanya.52

4.2.1.11 Pasal 11 Asuransi

1) Nasabah wajib menutup asuransi jiwa, gangguan usaha dan/atau asuransi

kerugian atas barang-barang jaminan kepada perusahaan asuransi jiwa dan

perusahaan asuransi kerugian yang disepakati antara bank dengan nasabah.

Untuk ini nasabah menyetujui segala ketentuan /syarat –syarat asuransi

jiwa dan /atau asuransi kerugian.

2) Premi asuransi jiwa, gangguan usaha dan/atau premi asuransi kerugian atas

barang-barang jaminan dalam pelaksanaan akad ini harus sudah dibayar

lunas atau dicadangkan oleh nasabah dibawah penguasaan bank sebelum

dilakukan realisasi pembiayaan atau perpanjangan jangka waktu

pembiayaan.

3) Dalam polis asuransi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) pasal

ini, harus dicantungkan bangker‟s clause, sehingga jika ada pembayaran

ganti rugi dari pihak perusahaan asuransi, maka bank berhak untuk

memperhitungkan hasil pemabayaran klaim tersebut dengan seluruh

utang/kewajiban nasabah kepada bank.

52

Akad Murabahah BNI Syariah h. 3 (dikutip pada tanggal 18 Juni 2019).

Page 69: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

52

4) Guna pelaksanaan ketentuan pasal ini dengan ini nasabah member kuasa

kepada bank, kuasa mana merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

akad ini dan oleh karenanya kuasa ini tidak akan berakhir karena sebab-

sebab yang ditentukan oleh pasal 1813 KUH Perdata untuk menutup

asuransi atas beban nasabha dan menentukan macam resiko asuransi yang

harus ditutup, nilai asuransinya serta jangka waktunya, apabila nasabah

tidak melaksanakan kewajiban pada ayat (1) dan (2) pasal ini.53

4.2.1.12 Pasal 12 Beban Biaya-Biaya

1) Nasabah menyetujui untuk menanggung segala biaya-biaya yang

diperlukan berkenaan dengan pelaksanaan akad initermasuk biaya yang

diharuskan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2) Nasabah wajib membayar kepada bank secara bayar dimuka biaya-biaya

yang timbul karena dan waktu pelaksanaan akad ini.54

4.2.1.13 Pasal 13 Hak Bank Untuk Mengakhiri Jangka Waktu Pembiayaan

1) Menyimpan dari jangka waktu yang telah ditentukan dalam akad ini, bank

dapat mengakhiri jangka waktu pembiayaan dengan mengesampingkan

ketentuan pasal 1266 dan pasal 1267 kitab undang-undang Hukum Perdata,

sehingga nasabah wajib membayar lunas seketika dan sekaligus seluruh

utangnya dalam tenggang waktu yang ditetapkan oleh bank kepada

nasabah, apabila nasabah dinyatakan cedera janji (wanprestasi) berdasarkan

pasal 14 ayat (1) akad ini.

53

Akad Murabahah BNI Syariah h. 4 (dikutip pada tanggal 18 Juni 2019).

54Akad Murabahah BNI Syariah h. 4 (dikutip pada tanggal 18 Juni 2019).

Page 70: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

53

2) Apabila setelah berakhirnya jangka waktu pembiayaan karena sebab

apapun juga dan menurut pertimbangan bank, nasabah tidak melunasi

hutangnya berdasarkan akad ini, bank berhak mengambil tindakan hukum

dengan cara apapun dan melaksanakan haknya berdasarkan berdasarkan

akad ini dan/ atau dokumen jaminan yang merupakan satu kesatuan dan

bagian yang tak terpisahkan dengan akad ini.55

4.2.1.14 Pasal 14 Peristiwa Cidera Janji (WANPRESTASI)

1) Kejadian cedera janji (wanprestasi) timbul apabila terjadi salah satu atau

lebih dari kejadian-kejadian/peristiwa-peristiwa dibawah ini:

a. Nasabah tidak memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan dalam akad

ini

b. Nasabah tidak melakukan pelunasan pembiayaan yang jatuh tempo

c. Terjadi tunggakan atas kewajiban nasabah dan/atau tagihan lainnya

selama jangka waktu yang ditetapkan berdasar ketentuan regulator jasa

keuangan walaupun pembiayaan tersebut belum jatuh tempo.

d. Nasabah melakukan perbuatan dan/atau terjadinya peristiwa dalam

bentuk dan dengan nama apapun yang atas pertimbangan bank dapat

mengancam kelangsungan pembayaran pembiayaan nasabah sehingga

kewajiban nasabah kepada bank menjadi tidak terjamin sebagaimana

mestinya.

2) Nasabah menyetujui bahwa apabila terjadi kejadian cidera janji

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, secara sepihak dapat

55

Akad Murabahah BNI Syariah h. 4 (dikutip pada tanggal 18 Juni 2019).

Page 71: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

54

mengakhiri jangka waktu pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam pasal

13 akad ini.56

4.2.1.15 Pasal 15 Kewenangan Bank Dalam Rangka Penyelamatan dan

Penyelesaian Pembiayaan

Dalam rangka penyelamatan pembiayaan, bank berwenang melakukan hal-hal

sebagai berikut:

1) Menggunakan jasa pihak ketiga untuk melakukan penagihan pelunasan

pembiayaan, apabila dianggap perlu oleh pihak bank.

2) Memasuki objek agunan, memasang papan tanda, stiker atau bentuk-bentuk

lainnya yang dipasang atau dituliskan pada objek agunan pembiayaan tanpa

memerlukan persetujuan/izin terlebih dahulu dari nasabah.

3) Nasabah menyetujui bahwa tindakan-tindakan yang dilakukan bank dalam

pasal ini bukan merupakan tindakan pencemaran nama baik nasabah

ataupun perbuatan tidak menyenangkan dan bukan pula tindakan yang

melanggar hukum, sehingga nasabah tidak akan mengajukan gugatan

perdata maupun pidana.

4) Melakukan tindakan-tindakan dan upaya-upaya hukum lainnya yang

dianggap perlu oleh bank sebagai upaya penyelamatan dan penyelesaian

pembiayaan, baik yang dilakukan sendiri oleh bank maupun pihak ketiga

yang ditunjuk oleh bank.57

56

Akad Murabahah BNI Syariah h. 4-5 (dikutip pada tanggal 18 Juni 2019).

57Akad Murabahah BNI Syariah h. 5 (dikutip pada tanggal 18 Juni 2019).

Page 72: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

55

4.2.1.16 Pasal 16 Korespondensi

1) Setiap pemberitahuan/korespondensi mengenai akad ini dari satu pihak

kepada pihak lainnya harus disampaikan secara tertulis dan dapat melalui

kurir, surat tercatat atau faksimili kepada alamat Bank serta alamat

Nasabah.

2) Kecuali jika ditentukan lain dalam akad ini, maka segala pemberitahuan dan

korespondensi sehubungan dengan akad ini dianggap telah disampaikan :

a. Apabila tanggal penerimaan surat tersebut dikirim melaluikurir atau

diantar sendiri;

b. Apabila melalui surat tercatat, 5 (lima) hari kerja setelah pengiriman

surat tersebut;

c. Apabila melalui faksimili, pada saat berita tersebut diterima dengan

baik oleh pihak yang bersangkutan.

Apabila dilakukan leboh dari satu cara tersebut diatas, maka pemberitahuan

tersebut dianggap telah disampaikan memalui cara yang paling efektif.

Segala pemberitahuan dan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan

akad ini dilaksanakan dalam Bahasa Indonesia.

3) Setai perubahan alamat yang tercantum/diatur dalam ayat (1) pasal ini

wajib diberitahukan secara tertulis oleh pihak yang bersangkutan kepada

pihak lainnya selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja sebelumnya. Apabila

tidak ada pemberitahuan secara tertulis, maka alamat yang tercantum/diatur

Page 73: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

56

dalam akad ini adalah alamat terakhir yang tercatat pada masing-masing

pihak.58

4.2.1.17 Pasal 17 Keadaan Memaksa (Force Majeure)

1) Yang dimaksud dengan keadaan memaksa (force majeure) adalah suatu

peristiwa atau keadaan yang terjadi diluar kekuasaan atau kemampuan

salah satu atau para pihak, yang mengakibatkan salah satu atau para pihak

tidak dapat melaksanakan hak-hak dan atau kewajiban-kewajiban sesuai

dengan ketentuan dalam perjanjian ini, termasuk namun tidak terbatas pada

kebakaran, bencana alam, peperangan, aksi militer, huru hara, malapetaka,

pemogokan, epidemic, dan kebijaksanaan maupun peraturan pemerintah

atau penguasa setempat yang secara langsungdapat mempengaruhi

pemenuhan pelaksanaan perjanjian.

2) Dalam hal terjadi keadaan memaksa (force majeure), pihak yang mengalami

peristiwa yang dikategorikan sebagai keadaan yang memaksa (force

majeure) wajib memberitahukan secara tertulis tentang hal tersebut kepada

lainnya, dengan melampirkan bukti secukupnya dari kepolisian atau

instansi yang berwenang mengenai terjadinya keadaan memaksa (force

majeure) tersebut selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja terhitung

sejak terjadinya keadaan yang memaksa (force majeure) tersebut.

3) Bilamana dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kalender sejak diterimanya

pemberitahuan dimaksud, belum atau tidak ada tanggapan dari pihak yang

58

Akad Murabahah BNI Syariah h. 5-6 (dikutip pada tanggal 18 Juni 2019).

Page 74: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

57

menerima pemberitahuan, maka adanya peristiwa tersebut dianggap telah

disetujui oleh pihak tersebut.

4) Para pihak dapat menunda untuk melaksanakan isi akad ini, baik sebagian

maupun keseluruhan apabila kegagalan atau keterlambatan melaksanakan

kewajiban tersebut disebabkan karena keadaan memaksa (force majeure).

5) Setelah berakhir keadaan memaksa (force majeure), pihak yang mengalami

keadaan memaksa (force majeure) wajib segera melaksanakan kewajiban-

kewajiban yang tertunda.

6) Segala akibat yang timbul dari terjadinya force majeure menjadi tanggung

jawab masing-masing pihak.59

4.2.1.18 Pasal 18 Penyelesaian Perselisihan

1) Segala perselisihan yang timbul akibat akad ini antara para pihak berkenaan

dengan penafsiran dan/atau pelaksanaan akad ini, para pihak sepakat untuk

menyelesaikannya secara musyawarah untuk mufakat dengan tunduk pada

prinsip syariah.

2) Apabila dalam 30 (tiga puluh) hari kelender sejak dilakukan penyelesaian

perselisihan dengan cara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini

tidak tercapai kesepakatan, maka para pihak sepakat untuk

menyelesaikannya melalui Pengadilan Agama atau Pengadilan Agama

Makassar.60

59

Akad Murabahah BNI Syariah h. 6 (dikutip pada tanggal 18 Juni 2019).

60Akad Murabahah BNI Syariah h. 6-7 (dikutip pada tanggal 18 Juni 2019).

Page 75: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

58

4.2.1.19 Pasal 19 Domisili Hukum

Pasal ini berisikan domisili hukum yang dipilih dalam menyelesaikan

masalah yang timbul dikemudian hari.61

4.2.1.20 Pasal 20 Addendum

Hal-hal yang belum diatur dan/atau belum cukup diatur dan/atau diperlukan

perubahan syarat-syarat dalam akad ini, para pihak sepakat untuk menuangkan dalam

suatu persetujuan perubahan akad pembiayaan yang ditandatangani oleh para pihak,

yang merupakan satu kesatuan serta bagian yang tidak terpisahkan dari akad ini.62

4.2.1.21 Pasal 21 Tambahan

a) Didudukkan dalam akad pembiayaan murabahah angsuran.

b) Biaya-biaya yang timbul sebagai akibat pembiayaan ini menjadi beban

nasabah.

c) Saldo rekening tabungan afiliasi pembiayaan nasabah akad di blokir

sebesar 1 (satu) kali angsuran ditambah saldo minimum rekening tabungan

biaya pengelolaan rekening tabungan dan rekening pembiayaan setiap

bulannya sampai pembiayaan selesai,

d) Lain-lain cf. ketentuan yang berlaku di BNI Syariah.

e) Pembayaran angsuran harus dilakukan tepat waktu.

f) Setiap inormasi nasabah antara lain data nasabah, pengurus dan pemilik,

fasilitas penyedia dana, agunan, penjamin dan keuangan nasabah, akan

dilaporkan bank kepada Bank Indonesia atau Otoritas Jasa Keuangan atau

61

Akad Murabahah BNI Syariah h. 7 (dikutip pada tanggal 18 Juni 2019).

62 Akad Murabahah BNI Syariah h. 7 (dikutip pada tanggal 18 Juni 2019).

Page 76: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

59

instansi berwenang lainnya dalam Sistem Informasi Debitu (SID) atau

Sistem Layananan Informasi Keuangan (SLIK) atau melalui bentuk

layanan penyampaian lainnya yang diwajibkan dalam ketentuan yang

berlaku.63

4.2.1.22 Pasal 22 Penutup

1) Akad ini telah disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

termasuk ketentuan peraturan Otoritas Jasa Keuangan.

2) Lokasi penandatanganan akad ini yang dibuat dalam rangkap 2 (dua)

masing-masing bermeterai cukup dan mempunyai kekuatan pembuktian

yang sama bagi para pihak.64

63

Akad Murabahah BNI Syariah h. 7 (dikutip pada tanggal 18 Juni 2019).

64Akad Murabahah BNI Syariah h. 7 (dikutip pada tanggal 18 Juni 2019).

Page 77: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

60

4.3 Implementasi Ketentuan Hybrid Contract Pada Pembiayaan Murabahah bil

Wakalah di BNI Syariah Cabang Makassar

Terdapat beberapa macam Produk Pembiayaan yang ada di Bank BNI Syariah

Cabang Makassar yang diantaranya menggunakan akad murabahah yang merupakan

akad unggulan yang diterapkan di semua bidang perbankan syariah dalam produk

pembiayaannya. akad murabahah yang dalam penerapannya memang telah diatur

dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 04/DSN/-MUI/IV/2000 Tentang

Murabahah. jadi, secara prinsip dan aturan penerapan murabahah sesuai dengan

prinsip syariah. Produk pembiayaan murabahah memang salah satu produk yang

paling sering digunakan di Bank Syariah khususnya di BNI Syariah Cabang

Makassar. Proses pembiayaan yang menggunakan akad murabahah tersebut memiliki

beberapa tahap sebagaimana yang dijelaskan oleh “Salam M. Bustan” bahwa:

“Dalam tranksaksi Murabahah Murni awalnya itu nasabah melihat objek atau barang yang akan dibelinya terlebih dahulu kepada Supplier atau Develover baru kemudian, ini nasabah na sampaikan objek yang akan dia beli pada pihak bank, baru kemudian pihak bank pergi melihat objek yang disampaikan nasabah dari Supplier/Develover untuk diteliti barangnya dulu. setelah itu Bank kemudian meneliti berkas Nasabah apakah benar dia layak diberikan pembiayaan tersebut. kalau layak, Bank baru pergi beli barang yang di minta nasabah dari Supplier/Develover. Setelah barang menjadi miliknya Bank, baru Bank menjual kepada Nasabah dengan harga jual = harga beli + Margin yang disepakati bersama.”

65

Sejalan dengan hal tersebut dalam penerapan dan perkembangannya, akad

murabahah ini mengalami modifikasi. Yakni, setiap melakukan pembiayaan dengan

akad murabahah terkadang disertai dengan akad wakalah meskipun hal tersebut tidak

berlaku setiap melakukan pembiayaan murabahah. jika pihak bank masih bisa untuk

turun langsung dalam hal membeli objek murabahah yang diminta oleh nasabah,

65

Salam M Bustan “Consumer Financing Head”(Wawancara pada Tanggal 18 Juni 2019).

Page 78: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

61

pihak bank tidak perlu memberikan akad wakalah hal tersebut sesuai dengan

penjelasan “Salam M. Bustan” yang mengatakan bahwa:

“Sebenarnya disini, pembiayaan murabahah bil wakalah tidak selalu digunakan, artinya kadang kita juga lebih sering gunakan murabahah murninya saja. Selama kita masih bisa turun langsung untuk belikan nasabah barang yang dia mau contohnya itu kayak nasabah mau beli mobil. Itu biasanya kita pake murabahah murni ji karna masih bisaki handle ki itu, ituji biasa ki pake Murabahah bil Wakalah kalau kita tidak bisa turun langsung kayak produk BNI Griya IB Hasanah untuk merenovasi rumah atau ruko, kita sebagai pihak bank tidak mungkin pergi belikan pasir, semen kerikil dan lain-lain. Jadi biasanya kalau pembiayaan begitu kita baru pake Murabahah bil Wakalah.”

66

Berdasarkan hasil wawancara diatas peneliti juga melakukan wawancara

dengan salahsatu nasabah Bank BNI Syariah Cabang Makassar yang mengambil

pembiayaan menggunakan akad murabahah “Zurya Achmady M” yang mengatakan

bahwa:

“Pembiayaan yang saya ajukan itu untuk membeli rumah BTN yang rencananya nanti mau saya kontrakkan lagi tapi saya tanda tangani akad murabahah saja, tidak ada akad wakalahnya karna bank ji yang langsung beli bukan ji saya, setelah na beli bank baru saya yang beli lagi di bank secara angsuran”.

67

Berbeda halnya dengan pembiayaan murabahah murni tanpa menyertakan

akad wakalah didalamnya. Pelaksanaan pembiayaan murabahah dengan penyertaan

akad wakalah didalamnya memiliki tahapan yang berbeda pula dengan pembiayaan

yang hanya menggunakan akad murabahah murni dengan kata lain alur yang

dilakukan juga berbeda dengan adanya penyertaan akad wakalah tersebut.,

sebagaimana yang dijelaskan oleh “Muh Saleh” bahwa:

“Itu kalau kita sertakan akad wakalah dalam pembiayaan murabahah otomatis berubah juga skema alurnya, awalnya itu nasabah pergi na lihat objek yang dia mau atau dia ingin beli to, kemudian kalau objek barang

66

Salam M Bustan “Consumer Financing Head”(Wawancara pada Tanggal 18 Juni 2019).

67Zurya Achmad M “Karyawan Swasta”(Wawancara pada Tanggal 18 Juni 2019).

Page 79: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

62

yang dia mau sudah ada baru kemudian na sampaikan kepada bank, itu objek barang yang dia mau. Setalah bank melihat objek barang dan meneliti objek tersebut baru kemudian pihak bank meneliti berkas nasabah apakah nasabah tersebut layak untuk diberikan pembiayaan. kemudian apabila nasabah tersebut dinyatakan layak dan bank tidak mampu melaksanakan tugasnya barulah kemudian bank memberi akad wakalah kepada nasabah untuk membeli atas nama bank syariah dengan menggunakan akad murabahah bil wakalah kepada Supplier/Develover. Setelah objek murabahah dibeli oleh nasabah atas nama bank syariah, objek tersebut kembali diserahkan terlebih dahulu kepada Bank Syariah untuk diteliti kebenarannya.setelah barang menjadi milik Bank, barulah bank menjual kepada nasabah dengan harga jual = Harga Beli + Margin yang disepakati bersama.”

68

Akad murabahah adalah akad yang digunakan pada produk pembiayaan mikro

dan dalam pembiayaan mikro tersebut memiliki beberapa jenis berdasarkan tujuan

nasabah yang mengajukan permohonan pembiayaan. Beberapa tujuan nasabah

mengambil pembiayaan yaitu untuk modal kerja, Investasi dan konsumtif.

Pengungkapan harga pokok dalam pembiayaan murabahah murni maupun

murabahah bil wakalah pada bank BNI Syariah cabang mengalami sedikit perubahah

yakni tidak dijelaskannya harga pokok didalamnya karena dianggap mengurangi

kesyariahan pembiayaan tersebut sehingga masih banyak di kritisi mengenai hal

tersebut. Seperti yang dijelaskan oleh “Salam M Bustan” bahwa :

“Kalau pengungkapan harga pokok dan margin kepada nasabah disini sudah mengalami perubahan. Awalnya disini harga pokok atau harga beli kita jelaskan juga pada saat akad kepada nasabah tapi sekarang harga pokok tidak lagi kita sebutkan pada saat akad karna itu bisa mengurangi kesyariahannya. Contohnya, dulu itu kita jelaskan anggaplah uang muka 20juta, harga beli bank 100juta, keuntungan bank 50juta dan harga jual bank sebanyak 150 juta. Nah distu jelas sekali harga pokoknya kan. Seharusnya kalau kita mengikuti aturan syariah harusnya harga pokok tidak disebutkan karna dalam istilah syariah pokok dan margin ini satu kesatuan, yang disebutkan itu hanya harga jual bank, keuntungan bank, uang muka dan sisa kewajiban bank.”

69

68

Muh Saleh “Sales Assistant”(Wawancara pada Tanggal 20 Juni 2019).

69Salam M Bustan “Consumer Financing Head”(Wawancara pada Tanggal 20 Juni 2019).

Page 80: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

63

Berdasarkan hasil wawancara diatas, dalam ketentuan pasal 2 tentang

pembiayaan pada akad murabahah bil wakalah di bank BNI Syariah cabang makassar

telah mengalami sedikit perubahan karena dalam pembiayaan dengan akad

murabahah bil wakalah harga perolehan atau harga pokok sudah tidak lagi disebutkan

pada saat akad karena harga pokok dengan margin menurut pandangan bank BNI

Syariah KC Makassar merupakan satu kesatuan yang dianggap mengurangi

kesyariahan dari akad murabahah apabila dijelaskan pula mengenai harga pokoknya

sedangkan pada awalnya dalam ketentuan pasal 2 tentang pembiayaan murabahah bil

wakalah harus disebutkan harga beli dan margin keuntungan bank hal tersebut juga

sesuai dengan definisi pembiayaan murabahah yang tertuan dalam pasal 1 yakni akad

murabahah adalah akad pembiayaan suatu barang dengan menegaskan harga belinya

kepada nasabah dan nasabah membayar kepada bank dengan harga jual bank, yaitu

harga beli ditambah keuntungan yang disepakati.

Apabila bank tidak menegaskan harga pokok dari objek murabahah tersebut

hal itu juga melanggar ketentuan Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 04/DSN/-

MUI/IV/2000 tentang Murabahah bulir 6 yaitu “Bank kemudian menjual barang

tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual senilai harga beli ditambah

keuntungannya. Dalam kaitan ini bank harus memberitahu secara jujur harga pokok

barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan”.

Dalam pembiayaan mikro pada Bank BNI Syariah Cabang Makassar yang

menggunakan akad murabahah memiliki tujuan pembiayaan yang dipilih nasabah

apabila ingin melakukan pembiayaan dengan menggunakan akad murabahah bil

wakalah yakni untuk pembiayaan modal kerja, investasi dan konsumtif setinggi-

tingginys 50% dari tujuan produktif nasabah tersebut sesuai dengan ketentuan pasal 3

Page 81: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

64

tentang tujuan pembiayaan. pembiayaan mikro ini diperuntukan bagi wirausaha atau

pengusaha dengan lama usaha minimal 2 tahun.

4.3.1 Jenis-Jenis Pembiayaan Konsumtif BNI Syariah Cabang Makassar

Pada Bank BNI Syariah terdapat beberapa macam produk pembiayaan

konsumtif yang dilengkapi dengan keunggulan masing-masing yang dalam

pembiayaan tersebut semuanya menggunakan akad murabahah diantaranya :

4.3.1.1 BNI Griya IB Hasanah, yaitu fasilitas pembiayaan konsuntif untuk

membeli, membangun, merenovasi rumah/ruko ataupun untuk membeli

kavling siap bangun (KSB).70

a) Keunggulan

Jangka waktu pembiayaan sampai dengan 15 tahun atau 20 tahun (untuk

Nasabah Fixed Income.

Harga bersaing

Uang muka ringan

Angsuran tetap sampai dengan lunas

Bebas biaya provisi dan appraisal

Bebas biaya administrasi (khusus akad murabahah) dan tanpa denda

b) Persyaratan

Warga Negara Indonesia.

Usia Minimal 21 Tahun dan maksimal sampai dengan saat pensiun

pembiayaan pembiayaan harus lunas.

Berpenghasilan tetap dan masa kerja minimal 2 tahun.

Mengisi formulir dan melengkapi dokumen yang dibutuhkan.

70

Browsur Pembiayaan Konsumtif BNI Syariah (dikutip pada tanggal 20 Juni 2019).

Page 82: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

65

c) Dokumen yang dilengkapi

Dokumen Karyawan Pengusaha Profesional

1. Fotocopy KTP pemohon dan

suami/istri

2. Pasfoto 4x6cm pemohon dan

suami/istri

3. Fotocopy surat nikah/cerai/pisah

harta (jika pisah harta)

4. Fotocopy kartu keluarga

5. Fotocopy surat WNI, surat

keterangan ganti nama bagi WNI

keturunan

6. Fotocopy NPWP (pembayaran

diatas RP50 Juta)

7. Fotocopy rekening

Koran/tabungan 3 bulan terakhir

8. Asli slip gaji terakhir/surat

keterangan penghasilan

9. Asli surat keterangan masa kerja

dan jabatan terakhir

diperusahaan/instansi

Page 83: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

66

10. neraca dan laba rugi/ informasi

keuangan 2 tahun terakhir

11. Akte perusahaan, SIUP dan TDP

12. Fotocopy surat ijin praktek

profesi

13. Dokumen kepemilikan jaminan :

-Fotocopy sertifikat & IMB

-Surat pesanan/penawaran

-fotocopy bukti setoran PBB terakhir

-Rencana anggaran biaya (RAB)

14. Denah lokasi rumah tinggal

Tabel 4.1 Persyaratan Dokumen pembiayaan konsumtif

4.3.1.2 BNI Multiguna iB Hasanah, yaitu fasilitas pembiayaan konsumtif yang

diberikan kepada anggota masyarakat untuk pembelian barang dan

penggunaan jasa dengan agunan berupa rumah tinggal.71

a) Dokumen yang dilengkapi

Sesuai syarat BNI Griya iB Hasanah, butir 1 s/d 14

b) Keunggulan

71

Browsur Pembiayaan Konsumtif BNI Syariah (dikutip pada tanggal 20 Juni 2019).

Page 84: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

67

Uang muka ringan/tidak dipersyaratkan

Minimal pembiayaan Rp 50 Juta s/d Rp 2 Milyar

Jangka waktu pembiayaan sampai dengan 10 tahun

Angsuran tetap sampai dengan lunas dan tanpa denda

4.3.1.3 BNI Oto iB Hasanah, yaitu fasilitas pembiayaan untuk pembelian

kendaraan bermotor (Mobil/Motor) baru dengan agunan kendaraan bermotor

yang dibiayai dengan pembiayaan ini.72

a) Dokumen yang dilengkapi

Sesuai dengan BNI Griya iB Hasanah, butir 1 s/d 12

Dokumen kepemilikan jaminan (BPKB Kendaraan)

b) Keunggulan

Maksimal pembiayaan sampai dengan Rp 1 Milyar

Jangka waktu pembiayaan sampai dengan 5 Tahun

Harga bersaing

Angsuran tetap sampai dengan lunas dan tanpa denda

4.3.1.4 BNI Fleksi iB Hasanah, yaitu fasilitas pembiayaan konsumtif bagi

pegawai/karyawan suatu Perusahaan/Lembaga/Instansi untuk pembelian

barang dan penggunaan jasa sesuai Syariah Islam.73

a) Dokumen yang dilengkapi

Sesuai syarat BNI Griaya iB Hasanah, butir 1 s/d 9 untuk pegawai

b) Keunggulan

72

Browsur Pembiayaan Konsumtif BNI Syariah (dikutip pada tanggal 20 Juni 2019).

73 Browsur Pembiayaan Konsumtif BNI Syariah (dikutip pada tanggal 20 Juni 2019).

Page 85: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

68

Maksimal pembiayaan sampai dengan Rp 30 Juta atau Rp 300 Juta (untuk

nasabah kerjasama payroll)

Jangka waktu pembiayaan sampai dengan 5 tahun

Harga bersaing

Angsuran tetap sampai dengan lunas.

4.3.1.5 BNI Fleksi Umrah iB Hasanah, yaitu fasilitas pembiayaan konsumtif untuk

memenuhi kebutuhan pembelian manfaat jasa paket perjalanan ibadah

Umrah bekerjasama dengan biro perjalanan umrah.74

a. keunggulan.

Dapat membiayai perjalanan Ibadah Umrah orang tua/mertua, suami/istri

dan anak-anak dengan total pembiayaan sampai dengan Rp200 juta.

Jangka waktu pembiayaan sampai dengan 5 tahun (untuk nasabah payroll

BNI/BNI Syariah)

Angsuran pembiayaan tetap sampai dengan lunas

Tanpa denda

b. Persyaratan Umum

Warga Negara Indonesia (WNI) dengan Usia minimal 21 tahun

Pembiayaan lunas sebelum pensiun

Penghasilan tetap dengan repayment capacity sesuai ketentuan

74 Browsur Pembiayaan Konsumtif BNI Syariah (dikutip pada tanggal 20 Juni 2019).

Page 86: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

69

c. Persyaratan Dokumen, Uang muka dan Agunan

Tabel 4.2 Persyaratan Dokumen pembiayaan khusus Fleksi Umrah iB Hasanah

4.3.1.6 BNI Emas iB Hasanah, yaitu fasilitas pembiayaan konsumtif yang

diberikan untuk membeli emas logam mulia dalam bentuk batangan yang

diangsur secara rutin/tetap setiap bulannya.75

a. Persyaratan Umum

Berstatus sebagai pegawai aktif/professional/pengusaha

Berusaha minimal 21 tahun, pada saat pembiayaan lunas berusia

maksimum 60 tahun (usia pension)

Mempunyai penghasilan tetap dan kemampuan mengangsur

75 Browsur Pembiayaan Konsumtif BNI Syariah (dikutip pada tanggal 20 Juni 2019).

Dokumen Fixed Income

Payroll

Fixed Income

Payroll

Non Fixed

Income

Fotocopy KTP pemohon dan

Suami/Istri

NPWP

Surat nikah (yang telah menikah

& kartu keluarga)

Slip gaji

Legalitas usaha dan profesi

Rekening simpanan 3 bulan

Uang muka 0% 15% 30%

Agunan Tidak ada Ada Ada

Page 87: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

70

Mengisi formulir permohonan pembiayaan konsumtif serta wawancara

Fotocopy KTP dan NPWP

Kartu identitas pegawai (untuk pegawai)

b. Keunggulan

Angsuran tetap setiap bulannya selama masa pembiayaan sampai dengan

lunas.

Pembayaran angsuran melalui debet rekening secara otomatis

Jangka waktu pembiayaan minimal 2 sampai 5 tahun

Harga bersaing dan tanpa denda.

Realisasi pembiayaan pada Bank BNI Syariah Cabang Makassar dilakukan

apabila syarat serta ketentuan pembiayaan telah dipenuhi seperti verifikasi awal

melalui Bi Cheking nasabah, Kelengkapan berkas nasabah kemudian dilakukan

analisa terhadap data agunan nasabah hal tersebut yang didasarkan pada ketentuan

pasal 5 terkait realisasi pembiayaan.

Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh peneliti di Bank BNI Syariah

Cabang Makassar, diperoleh data tentang alur pembiayaan murabahah bil wakalah

yang dibedakan menjadi tiga tujuan yaitu pembiayaan modal kerja, investasi dan

konsumtif. Peneliti akan menjelaskan bagaimana alur pembiayaan konsumtif karena

secara garis besar ketiga tujuan pembiayaan tersebut alurnya sama yakni

menggunakan akad murabahah yang juga kadang menyertakan akad wakalah

didalamnya. Seperti yang dijelaskan oleh “Asdar” bahwa :

“Sebenarnya semuanya sama ji karna sama-sama menggunakan akad murabahah yang biasa juga kadang sertakan dengan akad wakalah. Investasi, konsumtif dan modal kerja, semua harus ada DPnya semua, kalau aturannya minimal 20%”.

76

76

Asdar”Consumer Processing Assistant”(Wawancara pada Tanggal 20 Juni 2019).

Page 88: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

71

4.3.2 Alur Pembiayaan Murabahah Konsumtif

1) Nasabah datang ke bank untuk mengajukan permohonan pembiayaan dengan

membawa persyaratan yang ditentukan. Sales assistant memverifikasi awal

permohonan pembiayaan nasabah, baik melalui BI Cheking ataupun melalui

data lapangan . Seperti yang dikatakan oleh “Fadliansyah” bahwa:

“BI Cheking adalah penentu untuk memberi pinjaman, kalau BI Chekingnya jelek mau diapa kasih lagi pinjaman, tahapan prosesnya itu banyak. Proses pengajuan pinjaman bukan bilang besar usahanya pasti banyak untungnya bisa layak diberikan pinjaman, tidak berpatokan dari situ. Yah kalau diperiksa ternyata jelek identitasnya itu nasabah nda bisa juga diberikan pinjaman tapi, kalau BI Chekingnya bagus usahanya juga bagus nah itu baru layak diberikan pinjaman, intinya kalau surat pengajuanmu sudah masuk di bagian marketing disitu mulaimi memang di periksa semua cuma disana pemeriksaanya masih kasar”.

77

Pada saat nasabah ingin mengajukan pembiayaan sangat penting untuk

dilakukan pengecekan terlebih dahulu BI Chekingnya. Karena BI Cheking

merupakan penentu layak atau tidaknya nasabah tersebut diberikan

pembiayaan meskipun usaha nasabah bagus akan tetapi pada saat diperiksa

dan ternyata BI Chekingnya jelek maka nasabah tersebut tidak dapat diberikan

pembiayaan karena untuk mendapatkan persetujuan pembiayaan dari bank,

nasabah harus memiliki usaha yang bagus serta BI Cheking yang bagus.

2) Sales assistant menyerahkan data agunan nasabah kepada Consumer

Financing Assistant (CPH) untuk kemudian dilakukan review dan dilakukan

analisa kembali terhadap data agunan nasabah. Ketentuan agunan pada bank

BNI Syariah Cabang Makassar merupakan sesuatu yang wajib adanya untuk

semua jenis ataupun tujuan pembiayaan baik itu yang bergerak ataupun tidak

bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan ada dikemudian hari. Itu

77

Fadliansyah”Sales Assistant”(Wawancara pada tanggal 24 Juni 2019).

Page 89: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

72

akan menjadi jaminan pelunasan seluruh utang nasabah. Hal tersebut sesuai

dengan penjelasan”Fadliansyah” bahwa:

“Kalau disini agunan itu wajib, apapun tujuan pembiayaannya semuanya wajib memberikan agunan mau itu pembiayaan konsumtif, modal kerja ataupun investasi, nilai agunannya juga kami perhitungkan, tidak mungkin dia ambil pembiayaan 500juta sedangkan nilai agunannya itu 100juta”

78

Pemberian agunan dalam pembiayaan murabahah juga telah sesuai dalam

Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 04/DSN/-MUI/IV/2000 ketentuan

jaminan dalam murabahah point pertama “Jaminan dalam murabahah

dibolehkan, agar nasabah serius dengan pesanannya”. Bukti kepemilikan

barang agunan tersebut juga harus diserahkan kepada pihak bank serta data

agunan tersebut harus ditandatangani oleh pemegang hak dan bank serta harus

diterima oleh bank sebelum direalisasikannya pembiayaan tersebut. hal itu

telah diatur dalam pasal 10 tentang agunan dalam ketentuan akad murabahah

dan semua rincian serta biaya-biaya pengikatan serta biaya premi asuransi

jiwa, gangguan usaha dan asuransi kerugian atas barang-barang jaminan harus

sudah dibayar lunas atau di cadangkan oleh nasabah dibawah penguasaan

bank sebelum dilakukan realisasi hal tersebut juga telah diatur dalam pasal 11

tentang asuransi serta beban biaya-biaya yang diatur dalam pasal 12 dalam

ketentuan akad murabahah.

3) Setelah dilakukan analisa terhadap data agunan nasabah oleh Consumer

Financing Assistant (CPH) selanjutnya, data tersebut di berikan kepada

pemutus yang memiliki tugas dan wewenang masing-masing. Seperti yang

dikatakan “Fadliansyah” bahwa:

78

Fadliansyah”Sales Assistant”(Wawancara pada tanggal 24 Juni 2019).

Page 90: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

73

“Kalau pemutus disini tidak hanya satu orang saja tapi, ada dua orang yang pertama itu ada Bussines Manager (BNM) kemudian ada juga yang dibilang Branch Manager, kalau pembiayaan yang diajukan itu maksimal 500 Juta berarti yang tangani itu Cuma Bussines Manager tapi, kalau pembiayaan yang diajukan itu lebihmi dari 500 Juta yang tangani itu Branch Manager.”

79

4) Setelah melalui tahap tersebut, selanjutnya data agunan nasabah diberikan

kepada bagian Financing Administrasi Head (FAH) untuk kemudian

diberikan surat keputusan kepada nasabah bahwa pengajuan pembiayaan

tersebut telah disetujui dan biaya-biaya yang timbul dalam proses itu akan di

bebankan kepada nasabah yang selanjutnya akan dibuatkan akad Murabahah

dan Wakalah.

5) Setelah semua proses penandatanganan akad murabahah dan wakalah selesai

selanjutnya Collection Assistant yang yang menjalankan tugasnya dalam hal

memantau angsuran nasabah sampai lunas. Pelunasan pembiayaan nasabah

kepada bank wajib dilakukan secara angsuran sesuai dengan jadwal angsuran

pembiayaan tersebut yang dilakukan mengunakan jasa layanan PUAN

(Penjemputan Uang Angsuran Nasabah) atau nasabah yang langsung ke bank

dalam hal melakukan setoran angsuran setiap hari kerja kemudian pihak bank

yang bertugas malakukan layanan PUAN ataupun yang menerima setoran

angsuran langsung dari nasabah akan dibukukan yang selanjutnya akan

dilakukan pendebetan oleh bank, hal tersebut sesuai dengan penjelasan

“Fadliansyah” bahwa:

“Kalau uang angsuran nasabah disini biasa dibayar langsung oleh nasabah di bank, ya kalau nasabah tidak datang membayar biasanya kita jemput. Disini ada yang namanya layanan PUAN (Penjemputan Uang Angsuran Nasabah) kalau untuk layanan itu kita lakukan secara bergilir”.

80

79

Fadliansyah”Sales Assistant”(Wawancara pada tanggal 24 Juni 2019).

80Fadliansyah”Sales Assistant”(Wawancara pada tanggal 24 Juni 2019).

Page 91: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

74

Hal tersebut juga telah diatur dalam ketentuan pembiayaan murabahah bil

wakalah pasal 6 tentang pembayaran angsuran pembiayaan.

Dari alur di atas dapat dideskripsikan bahwa ketika nasabah datang dan

mengajukan pembiayaan konsumtif kepada Bank BNI Syariah, maka pihak bank akan

menunjukan persyaratan apa saja yang harus dipenuhi sesuai dengan jenis

pembiayaan yang diambil. Selain itu juga akan dilakukan uji kelayakan nasabah

melalui BI Checking yang dilakukan oleh Sales assistant. Setelah nasabah sudah

melengkapi persyaratan yang yang telah ditetapkan oleh pihak bank dan pengecekan

BI Chekingnya bagus Maka selanjutnya, Consumer Financing Assistant (CPH) yang

akan memeriksa dan mereview kembali berkas atau data agunan nasabah. Selanjutnya

setelah melalui tahap tersebut dan dinyatakan layak, berkas tersebut selanjutnya

diberikan kepada pemutus yaitu Bussines Manager (BNM) yang menangani

pembiayaan maksimal Rp 500Juta dan apabila pembiayaan yang diminta lebih dari

itu maka akan dialihkan oleh Branch Manager.

Selanjutnya, pada bagian Financing Administrasi Head (FAH) akan

memberikan surat pemberitahuan kepada nasabah bahwa pembiayaan tersebut telah

disetujui dan seluruh biaya-biaya seperti notaris dan lain sebagianya akan dibebankan

kepada nasabah dan selanjutnya akan diberikan akad wakalah dan akad murabahah

hingga proses pembelian objek tersebut selesai. Barulah kemudian Collection

Assistant yang akan memantau angsuran nasabah tersebut sampai lunas.

Dalam pembiayaan murabahah bil wakalah pada Bank BNI Syariah Cabang

Makassar apabila dikemudian hari nasabah dengan sengaja atau karena lalai dan tidak

melakukan pemabayaran angsuran kepada bank, maka nasabah harus mengganti

kerugian bank yakni sebesar 100% dari jumlah kerugiaan rillnya yang wajib dibayar

Page 92: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

75

lunas oleh nasabah. Cara yang dilakukan pihak bank apabila terjadi hal seperti itu

telah diatur dalam ketentuan pembiayaan dalam akad murabahah bil wakalah pasal 7.

Pihak bank BNI Syariah KC Makassar akan mengirimkan surat peringatan terlebih

dahulu kepada nasabah yang bersangkutan melalui kurir atau diantar sendiri oleh

pihak bank sesuai pasal 16 tentang korespondensi. hal tersebut juga dijelasan oleh

“Fadliansyah” bahwa:

“Kalau ada nasabah yang bermasalah, seperti tidak mau membayar angsuran pembiayaannya, biasanya kita kasih dulu surat teguran kalau sudah dikasih dan nasabah belum juga melakukan kewajibannya baru kemudian kita turun langsung biasanya itu kalau agunan pembiayaanya itu berupa bangunan atau lahan kosong biasnya kita berikan papan tanda atau stiker”

81

Dalam ketentuan pasal 14 tentang peristiwa cedera janji dalam rangka

melakukan penyelamatan pembiayaan maka bank berwenang dalam hal memasang

papan tanda, stiker terhadap agunan nasabah atau menggunakan pihak ketiga untuk

melakukan penagihan pelunasan pembiayaan sesuai dengan ketentuan pasal 15. Hal

tersebut sesuai dengan penjelasan “Muh Saleh”

“Kalau seumpama nasabahnya tidak mampu lagi bayar angsuran pembiayaannya, kan ada jaminannya. Kalau sudah dikasih surat teguran lantas belum na tunaikan kewajibannya dan tidak ada konfirmasinya, baru kita turun untuk lakukan sesuatu sesuai dengan perintah atasan, kalau jaminannya rumah biasanya rumahnya kita kasih papan tanda.”

82

Sedangkan apabila terjadi wanprestasi atau cedera janji bank juga memiliki

wewenang untuk mengakhiri jangka waktu pembiayaan jika nasabah tidak mampu

membayar angsuran pembiayaannya dan nasabah wajib membayar lunas sekaligus

utangnya dengan tenggang waktu yang diberikan pihak bank. Hal tersebut telah diatur

81

Fadliansyah”Sales Assistant”(Wawancara pada tanggal 24 Juni 2019).

82Muh Saleh “Sales Assistant”(Wawancara pada Tanggal 25 Juni 2019).

Page 93: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

76

dalam ketentuan murabahah bil wakalah pasal 13. Hal tersebut sesuai dengan

penjelasan “Muh Saleh” Bahwa”

“Kalau nasabah tidak bisa penuhi kewajibannya disini kita punya wewenang untuk membatalkan perjanjian atau akadnya. Biasanya itu nasabah tidak bisa bayar angsurannya padahal sudah jatuh tempo kecuali, kan sesuatu yang akan terjadi dimasa yang akan datang tidak bisa diperkirakan misalnya nasabah mendapat musibah kebakaran atau dirampok kita pihak bank biasanya bisa memberikan toleransi pembayaran tapi, harus ada surat keterangan bahwa benar nasabah ini mendapat masalah seperti yang dinyatakan dari kepolisian”

83

Apabila dalam masa pembiayaan terjadi keadaan memaksa (Force majeure)

sesuai dengan hasil wawancara diatas seperti terjadi kebakaran ataupun bencana alam

yang dilengkapi dengan bukti secukupnya dari pihak yang berwenang mengenai

terjadinya keadaan memaksa tersebut sehingga nasabah tidak mampu memenuhi

kewajibannya dalam hal membayar angsuran pembiayaannya. Maka pihak bank akan

memberikan waktu hingga berakhirnya keadaan memaksa tersebut hal tersebut telah

diatur dalam pasal 17.

Dalam penyelenggaraan rekening pembiayaan yang telah diatur dalam

ketentuan pasal 8, pelaksanaan pembiayaan dengan akad murabahah bil wakalah

nasabah juga diwajibkan untuk membuka rekening pembiayaan serta rekening

tabungan tersendiri atas nama nasabah yang dilakukan di bank tempat pelaksanaan

pembiayaan tersebut yang digunakan untuk keperluan administrasi hal tersebut juga

sesuai dengan pasal 9 tentang kuasa bank atas rekening nasabah dan berkaitan denagn

pasal 21 tentang tambahan. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan “Asdar “ bahwa:

“Nasabah harus punya rekening tabungan dan rekening pembiayaan, karna memang itu sudah menjadi aturannya, kan nanti saldo rekening tabungan akan di blokir sebanyak ssatu kali angsuran, rekening

83

Saleh “Sales Assistant”(Wawancara pada Tanggal 25 Juni 2019).

Page 94: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

77

pembiayaan,biaya pengelolaan rekening dan lainnya setiap bulan sampai selesai pembiayaannya”

84

Jadi, bank miliki kuasa atas rekening nasabah untuk mendebet tabungan atau

rekening pembiayaan nasabah yang ada pada bank untuk keperluan pembayaran

pembiayaan, denda, ganti rugi dan lain sebagainya.

Apabila dalam masa pembiayaan terjadi perselisihan yang timbul akibat akad

maka, kedua pihak harus sepakat menyelesaikan perselisihan tersebut melaui

musyawarah dan dalam 30 hari hal tersebut telah dilakukan dan perselisihan belum

terselesaikan maka para pihak berhak untuk menyelesaikannya melalui Pengadilan

Negeri Makassar sesuai dengan ketentuan pasal 18 tentang penyelesaian perselisihan.

Itulah sebabnya dalam proses penandatangan akad terdapat domisili hukum yang

dipilih apabila terjadi perselisihan pada pasal 19. Hal tersebut sesuai dengan

penjelasan “Asdar” Bahwa:

“Kan dalam akad memang sudah dicantumkan apabila terjadi perselisihan antara kedua belah pihak maka proses penyelesainnya itu dulu dilakukan secara musyawarah kalau seumpa masalahnya belum juga bisa diselesaikan maka barulah kepengadilan”

85

Dalam pembiayaan murabahah bil wakalah dengan dua akad yang digunakan

dalam satu produk pembiayaan, maka pasti ada akad yang didahulukan dan ada juga

akad yang diakhirkan. Dalam proses penyertaan akad murabahah dan wakalah ini,

bank menggunakan akad wakalah terlebih dahulu untuk ditandatangani, setelah

barang secara prinsip sudah menjadi milik bank barulah kemudian pihak bank

memberikan akad murabahah untuk ditandatangani. Meskipun hal tersebut tidak

selalu dijalankan sesuai ketentuan oleh bank-bank syariah lainnya yang menggunakan

84

Asdar”Consumer Processing Assistant”(Wawancara pada Tanggal 25 Juni 2019).

85Asdar”Consumer Processing Assistant”(Wawancara pada Tanggal 25 Juni 2019).

Page 95: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

78

akad murabahah bil wakalah bahkan tidak menutup kemungkinan ada juga bank BNI

Syariah yang tidak mengikuti aturan tersebut. Seperti yang di katakan oleh”Salam M

Bustan”

“Sebenarnya, secara teori jika membahas mengenai akad yang harus didahulukan terlebih dahulu jika mengambil pembiayaan yang menggunakan akad murabahah bil wakalah tentunya kita harus mendahulukan akad wakalah karena jika barang secara prinsip belum menjadi milik bank sedangkan bank dengan nasabah telah melakukan penandatangan akad murabahah berarti itu sudah terjadi penyimpangan dong, artinya bank sudah menjual barang yang belum ada dan itu menunjukkan sifat gharar yang dilarang dalam islam. Kalau kita disini menjalankan pembiayaan tersebut sesuai dengan aturannya akan tetapi di bank-bank syariah lainnya dan tidak menutup kemungkinan juga Bank BNI Syariah cabang lain menjalankan pembiayaan tersebut tidak sesuai dengan ketentuannya, itu sebenarnya tergantung dari oknum-oknum yang bertanggung jawab didalamnya karena biasanya mereka ingin simplenya saja tanpa memikirkan apakah itu melanggar ketentuan atau tidak, kebanyakan dari mereka tidak mau repot kalau harus bolak balik tandatangani akad, jadi mereka langsung saja kasih akad murabahah sama wakalahnya untu tandatangani secara bersamaan meskipun barang secara pinsip belum jadi miliknya bank.”

86

Dalam hal tersebut peneliti juga melakukan wawancara dengan salahsatu

nasabah Bank BNI Syariah Cabang Makassar yang mengambil pembiayaan dengan

menggunakan akad murabahah bil wakalah “Irma Haryani” hasil wawancara sebagai

berikut:

“Kalau saya ini ambil pembiayaan Griya iB Hasanah untuk bangun kost putri, kebetulan dekat rumah ada lahan kosong daripada nda di manfaatkan jadi saya bangun saja kost-kost khusus putri, kalau pas akad itu saya tanda tangani akad wakalah dulu, saya yang beli semua bahan untuk bangun kost-kost ku baru saya tanda tangani lagi akad murabahah, sebenarnya mauka dulu tanda tangani langsung semua saja daripada saya kembali lagi cuma untuk tanda tangan tapi bilang bank tidak boleh, akad murabahah baru bisa di tanda tangani kalau selesai semua mi proses pembelian.”

87

86

Salam M Bustan “Consumer Financing Head”(Wawancara pada Tanggal 25 Juni 2019)

87Irma Haryani”Wiraswasta”(Wawancara pada Tanggal 26 Juni 2019).

Page 96: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

79

Berdasarkan hasil wawancara tersebut Bank BNI Syariah Cabang Makassar

benar-benar sudah menjalankan ketentuan yang berlaku dalam pembiayaan

murabahah bil wakalah bahwa akad yang harus didahulukan apabila mengambil

pembiayaan menggunakan akad murabahah bil wakalah adalah akad wakalah setelah

akad wakalah berakhir atau barang secara prinsip sudah menjadi milik bank sesuai

dengan ketentuan Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 04/DSN/-MUI/IV/2000

Tentang Murabahah bulir 9 bahwa “Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah

untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan

setelah barang, secara prinsip, menjadi milik bank” serta ketentuan dan syarat yang

ada dalam pembiayaan dengan akad murabahah bil wakalah telah diterapkan sesuai

dengan ketentuan-ketentuan tersebut.88

88

Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No. 04/DSN/MUI/2000 bulir 9.

Page 97: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

80

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil peneitian diatas, peneliti mengambil kesimpulan sebagai

berikut:

5.1.1 Ketentuan Hybrid Contract dalam pembiayaan murabahah bil wakalah pada

Bank BNI Syariah KC Makassar pada dasarnya sama saja dengan ketentuan

yang berlaku di BNI Syariah lainnya, hal tersebut dikarenakan dalam

ketentuannya telah disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan termasuk ketentuan Otoritas Jasa Keuangan yang kemudian diatur

kedalam beberapa pasal yang diantaranya membahas mengenai ketentuan

pembiayaan, tujuan dari pembiayaan, kewenangan bank dalam rangka

penyelamatan dan lain sebagainya.

5.1.2 Implementasi ketentuan hybrid contract pada pembiayaan murabahah bil

wakalah pada Bank BNI Syariah KC Makassar berdasarkan hasi penelitian

tersebut belum sepenuhnya sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.

Hal tersebut disebabkan karena perubahan ketentuan pembiayaan murabahah

bil wakalah pada bank BNI Syariah Cabang Makassar yang tertuan dalam pasal

2 tentang pembiayaan, dimana pengungkapan harga pokok tidak lagi

disebutkan pada saat akad, hal tersebut dikarenakan pemahaman bank BNI

Syariah Cabang Makassar bahwa pokok dan margin itu satu kesatuan sehingga

harga pokok atau harga beli atas objek murabahah tersebut tidak lagi boleh

disebutkan karena hal tersebut dapat mengurangi kesyariahan baik itu

pembiayaan dengan akad murabahah murni ataupun dengan akad murabahah

80

Page 98: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

81

bil wakalah sehingga melanggar ketentuan murabahah bil wakalah itu sendiri

yang tertuan dalam pasal 1 tentang definisi murabahah serta melanggar

ketentuan Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 04/DSN/-MUI/IV/2000 Tentang

Murabahah bulir 6. Sedangkan dalam proses penandatanganan akad murabahah

bil wakalah pada BNI Syariah Cabang Makassar telah sesuai dengan ketenuan

yang berlaku karena penandatanganan akad tersebut didahului dengan akad

wakalah apabila bank belum memiliki objek murabahah yang diperlukan

nasabah.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, peneliti memberikan beberapa kritik dan saran

kepada berbagai pihak yaitu:

1) Bagi Bank Syariah, harus bisa memberikan inovasi produk-produk

yang menggunakan akad hybrid contract sesuia dengan kebutuhan

transaksi masyarakat tanpa mengesampinkan produk yang sesuai

dengan ketentuan islam.

2) Bagi praktisi Bank Syariah, hedaknya meningkatkan kemampuan dan

pelayanan nasabah, utamanya produk-produk yang ditawarkan untuk

menghindari ketidakpahaman dan menghindari kemungkinan

terjadinya riba.

3) Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya bersedia mencari tema

pembahasan yang lain utamanya membahas mengenai sesuatu yang

lebih sensitive lagi yang kadang tidak terfikirkan oleh beberapa orang.

Page 99: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

82

DAFTAR PUSTAKA.

Al-Qur’an dan Terjemahan.

Afandi, Yazid. 2009. Fiqh Muamalah dan Implementasinya dalam Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: Logung Pustaka.

Arifin, Zainul. 2000. Memahami Bank Syariah Lingkup, Peluang, dan Prospek. Jakarta: t.p.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Ali, Zainuddin. 2008. Hukum Perbankan Syariah. Jakarta: Sinar Grafika Ofset.

Al-Mushih, Abdullah dan Shalah ash-Shawi. 2004. Fiqh Ekonomi Keuangan Islam. Jakarta: Darul Haq.

Dahlan, Ahmad. 2012. Bank Syariah Teoritik, Praktik, Kritik. Yogyakarta: Teras.

Dahlan dan Abdul Aziz. 2001. Ensiklopedia Hukum Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van Haeve.

Hafiduddin, Didin. 2003. Manajemen Syariah Dalam Praktek. Jakarta: Insani.

Herdiansyah, Haris. 2013. Wawancara, Observasi , dan Focus Groups. Jakarta: Rajawali pers.

Karim, Adiwarman. 2006. Bank Islam; Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Karim, Adiwarman. 2003. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: IIIT

Indonesia.

Machmud, Amir dan Rukmana. 2013. Bank syariah teori, kebijakan, dan studi empiris di Indonesia, t.t. t.th.

Muhammad. 2005. Manajemen Bank Syari’ah. Yogyakarta: AMPYKPN.

Muhadjir, Noeng. 1998. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin. Muslehuddin, Muhammad. 2002. Sistem Perbankan Dalam Islam. Jakarta: Rhineka

Cipta

Nur Aisyah, Binti. 2014. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta: Teras.

82

Page 100: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

83

Saeed, Abdullah. 2004. Menyonyal Bank Syariah: Kritik atas Interpretasi Bunga Bank Kaum Neo-Revivalis. Jakarta: ParamadinaSetiawan, Guntur. 2004. Implementasi dalam Birokrasi Pembangunan. Jakarta: Erlangga.

Syarifuddin, Amir. 2003. Garis-Garis Besar Fiqih. Jakarta: Prenada Media.

Suharsono. 2008. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Usman, Nurdin. 2002. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama. Wirdiyaningsih. 2005. Bank dan Asuransi Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana.

Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No. 10/DSN-MUI/2000.

Tanggal 28 Dzulhijjah 1420 H/13 April 2000 M tetang Murabahah.

sites.google.com/site/alministfile/fatwa-dsn-mui/10-Wakalah.pdf. (diakses

pada tanggal 24 Januari 2019)

Kuswarno, Engkus. 2009. Metode Penelitian Komunikasi. Yogyakarta: Widya

Padjajaran. http://www.unpad.ac.id/buku/fenomenologi-metodologi-

penelitian-komunikasi/ (diakses pada tanggal 22 februari 2019)

Abdulahanaa, Mardhaniah. 2014. Kaedah-Kaedah Keabsahan Multi Akad Hybrid

Contract. http://repositori.stain-watampone.ac.id/59/ (diakses pada tanggal 11

januari 2019)

Isfandiar, Ali Amin. 2013. “Analisis Fiqh Muamalah tentang Hybrid Contract Model dan Penerapannya pada lembaga Keuangan Syariah. “vol. 10 no. 2 (November 2013). http://e-journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/penelitian/article/download/361/570/ (diakses 10 januari 2019)

Khofsah, Solihatin. 2017. “Implementasi Produk Murabahah Bil Wakalah Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Ekonomi Peternak Sapi di Bmt Al-Hijrah Kan Jabung.” Tesis; Jurusan Ekonomi Syariah: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim: Malang. http://etheses.uin-malang.ac.id/10194/ (diakses 5 januari 2019)

Murni. 2013. “Penerapan Akad Wakalah Dalam Produk Murabahah Pada Bank Muamalat Kota Parepare (Tinjauan Hukum Islam)”. Skripsi Sarjana; Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam: STAIN Parepare.

Ramadhani, Kiki Priscilia. 2014. “Analisis Kesyariahan Penerapan Pembiayaan Murabahah: Studi Kasus PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Kota Mojokerto”https://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/view/957 (diakses 24 Januari 2019)

Page 101: SKRIPSI IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT PADA ...repository.iainpare.ac.id/755/1/15.2300.057.pdfii ii IMPLEMENTASI HYBRID CONTRACT DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DI BNI SYARIAH

84

Syahrangga, Dimas Pandu. 2017. “Implementasi Produk Pembiayaan Murabahah bil Wakalah Dalam Usaha Mikro di BRI Syariah Cabang Pati”. Skripisi Diploma III; Jurusan Perbankan Syariah: Universitas Negeri Walisongo Semarang. http://eprints.walisongo.ac.id/7271/3/BAB%20II.pdf (diakses pada 3 februari 2019)

Yayuk. 2018. “Tinjauan Fiqh Muamalah Terhadap Hybrid Contract dalam

Perbankan Syariah”. Skrpsi;Jurusan Hukum Syariah Institu Agama Islam Negeri Ponorogo. http://etheses.iainponorogo.ac.id/5303/1/SKRIPSI%20YAYUK.pdf (diakses 2 januari 2019)

Agustianto. 2013. ” Hybrid Contract dalam Keuangan Syariah.” Administrator 25

September. http://www.iaei-pusat.org/en/article/ekonomi-syariah/hybrid-contract-dalam-keuangan-syariah--1 (1 April 2019)

Alihamdan. 2019. “Pengertian Implementasi,” Blog Pelajaran.

https://blog.currentapk.com/implementasi/ (3 Februari 2019) Tinarbuka, Anggit. 2019. “Multi Akad Hybrid Contract,” Blog Anggit Tinarbuka.

http://elsyadii.blogspot.com/2015/01/multi-akad-hybrid-contract.html (3 Februari 2019)

http://alminist.blogspot.com/2010/08/fatwa-dsn-mui.html (diakses 5 januari 2019)

Repository.uin-suska.ac.id/8909/4/BAB%20III.pdf ( diakses 24 januari 2019)

http://perencanaankota.blogspot.com/2012/01/beberapa-teori-tentang-implementasi.html, (diakses tanggal 1 februari 2019)

https://elib.unikom.ac.id/download.php?id=148736 (diakses tanggal 1 januari 2019)