SKRIPSI HUBUNGAN SELF EFFICACY DAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP …
Transcript of SKRIPSI HUBUNGAN SELF EFFICACY DAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP …
i
SKRIPSI
HUBUNGAN SELF EFFICACY DAN DUKUNGAN SUAMI
TERHADAP PEMERIKSAAN PAP SMEAR PADA PUS DI
KELURAHAN PANDEAN KOTA MADIUN
Oleh :
AYU ARARAS ANGROSOWANI
201503010
PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
TAHUN 2019
ii
SKRIPSI
HUBUNGAN SELF EFFICACY DAN DUKUNGAN SUAMI
TERHADAP PEMERIKSAAN PAP SMEAR PADA PUS DI
KELURAHAN PANDEAN KOTA MADIUN
Diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan dalam mencapai gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh :
AYU ARARAS ANGROSOWANI
201503010
PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
TAHUN 2019
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui
oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti
ujian skripsi.
SKRIPSI
HUBUNGAN SELF EFFICACY DAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP
PEMERIKSAAN PAP SMEAR PADA PUS DI KELURAHAN PANDEAN
KOTA MADIUN
Menyetujui,
Pembimbing I
Avicena Sakufa M, S.KM.,M.Kes
NIS. 2015 0114
Menyetujui,
Pembimbing II
H. Edy Bachrun, S.KM., M.Kes
NIS. 2005 0003
Mengetahui,
Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat
Avicena Sakufa Marsanti, S.KM.,M.Kes
NIS. 2015 0114
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Skripsi dan dinyatakan telah
memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
(SKM).
Pada Tanggal
Dewan Penguji
1. Ketua Dewan Penguji : Riska Ratnawati, S.KM.,M.Kes (………………)
2. Penguji 1 : Avicena Sakufa M, S.KM.,M.Kes (..……………)
3. Penguji 2 : H. Edy Bachrun, S.KM .,M.Kes (...……………)
Mengesahkan
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Ketua,
Zaenal Abidin, S.KM.,M.Kes (Epid)
NIS. 2016 0130
v
LEMBAR PERSEMBAHAN
Dengan segenap rasa syukur kepada Allah Subhanallahu wata‟ala, saya
persembahkan skripsi ini kepada:
1. Allah Subhanallahu wata‟ala, karena hanya atas ridho dan karunia-Nya
skripsi ini dapat dibuat dan diselesaikan tepat waktu.
2. Surgaku, kedua orang tuaku bapak Nanang Setyo H.N dan mama Erna
Agustin yang sangat saya hormati, banggakan, dan cintai sepenuh hati
yang selama ini memberikan semangat, jerih payah, doa, dan dukungan
tiada henti untuk kesuksesan dan kelancaran mengerjakan skripsi ini.
3. Adik saya Arief Nur Muhammad Ilham yang senantiasa membantu
meminjamkan laptopnya selama proses mengerjakan skripsi ini.
4. Putra Hudayana dan keluarga yang selalu memberikan semangat, doa,
dan dukungan baik moril maupun materil serta membantu saya dalam
mendokumentasikan penelitian.
5. Sahabat dan teman terbaik Catharina Riska, Chania Hasna, Charisma
Liestyana, dan Rifka Januarinda atas waktu, motivasi, saran, serta
kesabarannya membantu saya selama pengerjaan skripsi ini.
6. Bapak ibu dosen STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun yang
senantiasa memberikan ilmu yang bermanfaat dan membimbing saya
dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Seluruh kawan S1 Kesehatan Masyarakat angkatan 2015 yang
memberikan bantuan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
vi
HALAMAN PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Ayu Araras Angrosowani
NIM : 201503010
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri dan
didalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan dalam memperoleh gelar
sarjana di suatu perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya. Pengetahuan
yang diperoleh dari hasil penerbitan baik yang sudah maupun belum atau tidak
dipublikasikan, sumbernya dijelaskan dalam tulisan dan daftar pustaka.
Madiun, 15 Agustus 2019
Ayu Araras Angrosowani
NIM. 201503010
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Ayu Araras Angrosowani
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat dan Tanggal Lahir : Madiun, 13 September 1996
Agama : Islam
Alamat : Jl. Sekolahan No 7 Kelurahan Banjarejo Kecamatan
Taman Kota madiun
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan : 1. SDN Banjarejo Madiun Tahun 2009
2. SMPN 10 Madiun Tahun 2012
3. SMAN 1 Madiun Tahun 2015
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayahnya –Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan
Self Efficacy dan Dukungan Suami Terhadap Pemeriksaan Pap Smear Pada PUS
Di Kelurahan Pandean Kota Madiun” ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penyusunan proposal skripsi ini tentunya tidak lepas dari bimbingan dan
dukungan moral kepada saya, untuk itu saya sampaikan terimakasih kepada:
1. dr. Agung Sulistya Wardani, M.Mkes selaku Kepala Dinas Kesehatan
Kota Madiun.
2. Silverina K,S.KM., M.Kes selaku Kepala Puskesmas Demangan Kota
Madiun yang telah mengijinkan peneliti untuk mengambil sejumlah data
di Kelurahan Pandean Kota Madiun untuk menyusun proposal penelitian
ini.
3. Zaenal Abidin, S.KM.,M.Kes selaku ketua STIKES Bhakti Husada Mulia
Madiun.
4. Avicena Sakufa Marsanti, S.KM.,M.Kes selaku ketua Progra Studi Kesehatan
Masyarakat STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun dan selaku pembimbing I
yang telah membina, menyediakan waktu, tenaga , memberikan saran atau
masukan, dan pikiran untuk membimbing penulis dalam menyusun skripsi
sehingga dapat selesai tepat waktu.
5. H. Edy Bachrun, S.KM.,M.Kes selaku pembimbing II yang telah membina,
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing penulis dalam
menyusun skripsi sehingga dapat selesai tepat waktu.
6. Riska Ratnawati, S.KM., M.Kes selaku dewan penguji yang senantiasa
mendampingi, memberikan saran atau masukan, dan membantu kelancaran
sidang skripsi.
7. Seluruh manajemen Puskesmas Demangan Kota Madiun yang telah
mengizinkan dan membantu penulis dalam penelitian.
ix
8. Keluarga yang selalu memberikan support dan doa yang terbaik.
9. Teman-teman Program Studi Kesehatan Masyarakat Stikes Bhakti Husada
Mulia Madiun yang saling mendukung dan bekerjasama dalam menyelesaikan
tugas akhirnya.
Proposal Skripsi ini telah penulis susun seoptimal mungkin, namun penulis
menyadari bahwa masih tedapat kekurangan dalam laporan ini. Demi perbaikan
skripsi ini, maka diharapkan adanya kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun.
Madiun, 15 Agustus 2019
Penyusun
x
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun
2019
ABSTRAK
Ayu Araras Angrosowani
Hubungan Self Efficacy Dan Dukungan Suami Terhadap Pemeriksaan Pap
Smear Pada Pus Di Kelurahan Pandean Kota Madiun
81 halaman + 15 tabel + 3 gambar + 6 lampiran
LatarBelakang: Pap smear sebagai salah satu pemeriksaan skrining yang penting
untuk mendeteksi adanya karsinoma serviks sejak dini. Dari ke 6 puskesmas yang
terdapat di kota madiun terdapat salah satu Puskesmas yang belum memenuhi
target sasaran (sebesar 80%) dalam pemeriksaan pap smear yaitu, Puskesmas
Demangan yang baru menunjukkan angka capaian sebesar 17%. Dengan jumlah
peserta 314 dari total PUS sebanyak 2367 orang. Dari hasil pemeriksaan pap
smear pada Puskesmas Demangan dengan hasil terendah yaitu di Kelurahan
Pandean pada tahun 2018 hanya terdapat 63 orang. Permasalahan yang dikaji
dalam penelitian ini adalah keikutsertaan PUS untuk ikut melaksanakan program
pap smear. Dengan tujuan mengetahui hubungan self efficacy dan dukungan suami
terhadap pemeriksaan pap smear pada PUS di Kelurahan Pandean Kota Madiun.
Metode: Menggunakan penelitian deskriptif Analitik dengan pendekatan
rancangan cross sectional. Sampel terdiri dari 110 responden. Data dianalisis
dengan menggunakan uji Chi-Square dengan derajat kemaknaan 0,05.
Hasil: Hasil penelitian didapatkan hubungan self efficacy (p value= 0,029 : RP=
6,2) dan dukungan suami (p value= 0,735 : RP= 1,4).
Kesimpulan dan saran: ada hubungan self efficacy terhadap pemeriksaan pap
smear pada PUS di Kelurahan Pandean Kota Madiun. Tidak ada hubungan
dukungan suami dengan pemeriksaan pap smear pada PUS di Kelurahan Pandean
Kota Madiun. Diperlukannya upaya lebih, dukungan sosial, serta edukasi bagi
para PUS (istri) untuk mencegah terjadinya kanker serviks dan meningkatkan
pemeriksaan program pap smear.
Kata Kunci : Self Efficacy, Dukungan Suami, Pap Smear
Kepustakaan: 27 (2012-2018)
xi
PUBLICH HEALTH PROGRAM
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2019
ABSTRACT
Ayu Araras Angrosowani
Relationship between Self Efficacy and Husband Support for Pap Smear
Examination in Fertile Age Couples in Pandean Village, Madiun City
81 pages + 15 tables + 3 images + 6 attachments
Background: From the 6 health center located in the city of Madiun there is one
health center that has not met the target (by 80%) in the pap smear examination,
namely, the new Demangan Community Health Center shows a achievement rate
of 17%. With the number of participants 314 of the total Fertile Couples of 2367
people. From the results of the pap smear examination at Demangan Health
Center with the lowest results, namely in Pandean Village in 2018 there were only
63 people. The problem examined in this study is the participation of fertile
couples to participate in pap smear programs. In order to find out the relationship
between self efficacy and husband support for pap smear examinations on Fertile
Couples in Pandean Village Madiun City.
Method: Using descriptive analytical research with cross sectional design
approach. The sample consisted of 110 respondents. Data were analyzed using the
Chi-Square test with a significance egree of 0.05.
Results: The results of the study found a relationship of self efficacy (p value =
0.029: RP = 6.2) and husband support (p value = 0.735: RP = 1.4).
Conclusions and suggestions: there is a relationship between self efficacy
against pap smear examination in Fertile Couples in Pandean Village, Madiun
City. There is no relationship between husbandsupport and pap smear
examination at Fertile Age Couples in Pandean Village, Madiun City. The need
for more efforts, social support, and education for Fertile Age Couples (wife) to
prevent cervical cancer and increase examination of the pap smear program..
Keywords: Self Efficacy, Husband Support, Pap Smear
Literature: 27 (2012-2018)
xii
DAFTAR ISI
Sampul Luar ................................................................................................... i
Sampul Dalam ................................................................................................ ii
Lembar Persetujuan ...................................................................................... iii
Lembar Pengesahan ....................................................................................... iv
Lembar Persembahan ................................................................................... v
Halaman Pernyataan .................................................................................... vi
Daftar Riwayat Hidup ................................................................................... vii
Kata Pengantar .............................................................................................. viii
Abstrak ........................................................................................................... x
Abstract ........................................................................................................... xi
Daftar Isi ......................................................................................................... xii
Daftar Tabel .................................................................................................... xvi
Daftar Gambar ............................................................................................... xv
Daftar Lampiran ........................................................................................... xvi
Daftar Istilah .................................................................................................. xvii
Daftar Singkatan ............................................................................................ xviii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 5
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 6
1.5 Keaslian Penelitian ................................................................................ 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjuan Umum Tentang Pap Smear ...................................................... 9
2.2 Tinjauan Umum Tentang Self Efficacy ................................................. 14
2.3 Tinjauan Umum Tentang Dukungan Keluarga ..................................... 28
2.4 Tinjauan Umum Tentang PUS ............................................................. 35
2.5 Faktor- Faktor Yang Berhubungan Tentang Pap Smear ...................... 36
2.6 Kerangka Teori ..................................................................................... 44
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep .................................................................................. 45
3.2 Hipotesis ................................................................................................ 46
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ................................................................................... 47
4.2 Populasi dan Sampel ............................................................................. 48
4.3 Teknik Sampling ................................................................................... 50
4.4 Kerangka Kerja Penelitian .................................................................... 51
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ...................................... 52
4.6 Instrumen Penelitian .............................................................................. 54
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................. 57
4.8 Prosedur Pengumpulan Data ................................................................. 58
4.9 Teknik Analisis Data ............................................................................ 60
4.10 Etika Penelitian .................................................................................... 61
xiii
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum ................................................................................. 63
5.2 Hasil Penelitian ..................................................................................... 64
5.3 Pembahasan .......................................................................................... 70
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ........................................................................................... 78
6.2 Saran ..................................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 80
LAMPIRAN .................................................................................................... 83
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel ..............................................................53
Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Self Efficacy ..........................................................55
Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Dukungan Suami ...................................................55
Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas pemeriksaan pap smear .........................................56
Table 4.5 Hasil Uji Reliabilitas ............................................................................57
Tabel 4.7 Realisasi Kegiatan ................................................................................57
Tabel 4.8 Coding Variabel Penelitian .................................................................59
Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur .......................................65
Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan .................65
Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan .................................66
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Self Efficacy .......................................................67
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Dukungan Suami .................................................67
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Pemeriksaan Pap Smear ......................................68
Tabel 5.7 Tabel silang Self Efficacy ....................................................................69
Tabel 5.8 Tabel Silang Dukungan Suami .............................................................70
xv
DAFTAR GAMBAR
2.6 Gambar Kerangka Teori ..................................................................................44
3.1 Gambar Kerangka Konsep ..............................................................................45
5.1 Peta Kelurahan Pandean .................................................................................64
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Ijin Pengambilan Data Awal
Lampiran 2 : Kartu Bimbingan Tugas Akhir
Lampiran 3 : Surat Ijin Penelitian
Lampiran 4 : Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Self Efficacy
Lampiran 5 : Hasil Uji Validiatas Dan Reliabilitas Dukungan Suami
Lampiran 6 : Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Pap Smear
Lampiran 7 : Input Data Univariat Dan Bivariat
Lampiran 8 : Hasil Distribusi Frekuensi Responden
Lampiran 9 : Hasil Bivariat Self Efficacy
Lampiran 10: Hasil Bivariat Dukungan Suami
Lampiran 11: Kuesioner
Lampiran 12: Penelitian Terhadap Responden
xvii
DAFTAR ISTILAH
Pap Smear : Pemeriksaan deteksi dini kanker serviks
Self Efficacy : Keyakinan akan kemampuan untuk mencapai sesuatu pada
diri sendiri
Ginekologi : Dokter (petugas kesehatan)
Premalignant : Prakeganasan
Malignancy : Tumor
Endometrium : Lapisan terdalam pada rahim
Skrining : Deteksi dini suatu penyakit
Displasia : Pembentukan sel secara tidak beraturan
Tuba Fallopi : Buluh rahim atau dua saluran yang menghubungkan
ovarium mamalia betina dengan rahim
kemoterapi : Pengobatan kanker
Ovarium : Indung telur
Ovulasi : Proses pelepasan ovum (sel telur)
Maturitas : Kedewasaan (kematangan)
Menstruasi :Proses keluarnya darah dari vagina yang terjadi akibat
siklus bulanan alami pada tubuh wanita
Ovule :Tempat bersemayamnya sel telur
Sitologi :Cabang biologi yang berhubungan dengan studi sel,
struktur, fungsi, dan biokimia
Menopause :Berakhirnya siklus menstruasi secara alami saat wanita
memasuki usia 45- 55 tahun
Self Control :Kemampuan seseorang untuk mengendalikan dirinya secara
sadar agar menghasilkan perilaku yang tidak merugikan
orang lain
Self Regulatory : Kemampuan
Cross Sectional :Kemampuan yang dimiliki manusia berupa kemampuan
berfikir
Independent : Variabel bebas dalam penelitian
Dependent : Variabel terikat dalam penelitian
Confidennality : Kerahasiaan
Beneficience : Manfaat
Justice : Adil
Non Maleficence : Tidak Membahayakan
xviii
DAFTAR SINGKATAN
BPS : Badan Pusat Statistik
HPV : Human Papiloma Virus
HIV : Human Immunodeficiency Virus
IUD : Infrauterine Device
IVA : Inspeksi Visual Asam Asetat
PUS : Pasangan Usia Subur
SADANIS : Pemeriksaan Payudara Klinis
WHO
: World Health Organization
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan perempuan merupakan salah satu indikator pencapaian kesehatan
di dunia, termasuk di Indonesia. Masalah kesehatan perempuan masih menjadi
tugas bagi pemerintah dan tenaga kesehatan, terkait tingginya angka kematian ibu.
Penyebab tingginya angka kematian ibu salah satunya kanker serviks yang
merupakan penyakit pada sistem reproduksi yang disebabkan oleh 70% HPV
(Human Papiloma Virus) onkogenik tipe 16 dan 18 (Silalahi Veronica,dkk,2016).
Pap smear sebagai salah satu pemeriksaan skrining yang penting untuk
mendeteksi adanya karsinoma serviks sejak dini. Pap smear sangat penting di
Indonesia mengingat WHO menempatkan Indonesia sebagai negara dengan
jumlah penderita kanker serviks terbanyak di dunia. Dilihat dari hasil data, tiap
harinya 20 dari 40 wanita di Indonesia yang terdiagnosa kanker serviks meninggal
dunia (Media Komunikasi Publik Kemenkes RI, 2015).
Kendala yang selama ini ditemukan dalam usaha skrining kanker serviks
adalah keengganan wanita diperiksa karena malu, kerepotan, keraguan akan
pentingnya pemeriksaan, kurangnya pengetahuan tentang pentingnya
pemeriksaan, takut terhadap kenyataan hasil pemeriksaan yang akan dihadapi,
ketakutan merasa sakit pada saat pemeriksaan, tidak diizinkan suami serta rasa
segan diperiksa oleh dokter pria atau pun bidan dan kurangnya dukungan keluarga
terutama suami (Rahma, 2011).
2
Menurut World Health Organization (WHO) di seluruh dunia, kanker serviks
adalah kanker tersering pada wanita dengan perkiraan 570.000 kasus baru pada
tahun 2018 yang mewakili 7,5% dari semua kematian akibat kanker wanita. Lebih
dari 85% di antaranya terjadi di daerah yang kurang berkembang termasuk
Indonesia (Rio Susi, Sri Eunike,2017)
Kanker payudara dan kanker leher rahim merupakan jenis kanker yang
tertinggi prevalensinya pada perempuan di Indonesia. Kedua kanker ini dapat
ditemukan pada tahap yang lebih dini, namun 70% penderita kanker baru
mengetahui bahwa mereka sudah berada pada stadium lanjut. Kanker leher rahim
dapat ditemukan pada tahap sebelum kanker (lesi prakanker) dengan metode
Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) dan pap smear. Jika ditemukan pada tahap
lebih dini dapat menurunkan angka kematian dan menghemat pembiayaan
kesehatan yang sangat tinggi, terutama dari kedua kanker ini. Di Indonesia sampai
dengan tahun 2017 sudah dilakukan deteksi dini kanker leher rahim dan payudara
terhadap 3.040.116 perempuan usia 30-50 tahun (2,98%). Pemeriksaan dilakukan
menggunakan metode Pemeriksaan Payudara Klinis (SADANIS) untuk deteksi
dini kanker payudara dan pemeriksaan IVA atau Pap Smear untuk deteksi dini
kanker leher rahim (Kemenkes RI, 2017)
Terkait dengan program pencegahan kanker serviks, Kementerian Kesehatan
telah menargetkan sampai dengan tahun 2025 sebesar 80% wanita usia 30-50
tahun harus melakukan deteksi dini kanker serviks. Tingginya jumlah penderita
kanker idealnya di imbangi dengan penyediaan pelayanan kesehatan dalam
membantu pencegahan kanker itu sendiri dengan skrining tanda dan gejala dini
3
dan diperlukan trainer di setiap wilayah Indonesia untuk memberikan pelatihan
kepada tenaga kesehatan tentang deteksi dini (Kemenkes RI, 2015).
Jumlah keseluruhan penderita kanker serviks di Jawa Timur mencapai 1.844
kasus. Pemeriksaan IVA atau pap smear dilakukan pada perempuan usia 30-50
tahun. Di Jawa Timur perempuan yang diperiksa IVA atau Pap Smear sebanyak
192.169 perempuan (3,07%) dan hasil positif pemeriksaan sebanyak 9.494
perempuan (4,94%). (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2017)
Di Kota Madiun pada Tahun 2017 dilakukan pemeriksaan Leher Rahim dan
Payudara dilaksanakan bersamaan, dengan jumlah yang diperiksa sebanyak 2.980
orang atau sebanyak 24,09% dari jumlah penduduk perempuan berumur 30-50
Tahun sebesar 12.370 orang (Hasil Proyeksi Estimasi BPS).(Profil Kesehatan
Kota Madiun 2017)
Dari ke 6 puskesmas yang terdapat di kota madiun terdapat salah satu
Puskesmas yang belum memenuhi target sasaran (sebesar 80%) dalam
pemeriksaan pap smear yaitu, Puskesmas Demangan yang baru menunjukkan
angkai capaian sebesar 17%. Dengan jumlah peserta 314 dari total PUS sebanyak
2367orang. (Dinas Kesehatan Kota Madiun, 2017).
Pada wilayah kerja Puskesmas Demangan terdapat 5 Kelurahan yaitu Taman,
Kuncen, Josenan, Pandean, dan Demangan. Dari hasil pemeriksaan pap smear
pada Puskesmas Demangan dengan hasil terendah yaitu di Kelurahan Pandean
pada tahun 2018 hanya terdapat 63 orang. Sedangkan target pemeriksaan di
Puskesmas pada setiap Kelurahan sebesar 215 orang.
4
Untuk meningkatkan partisipasi PUS dalam pemeriksaan pap smear,
Puskesmas Demangan mengadakan program-program khusus salah satunya yaitu
diadakannya kegiatan penyuluhan. Kegiatan tersebut dilakukan oleh petugas
kesehatan yang bekerja sama dengan tokoh masyarakat. Kegiatan penyuluhan
membahas tentang kanker serviks, pentingnya program pap smear, serta manfaat
mengikuti pap smear secara rutin.
Menurut penelitian Artiningsih Tahun 2011, bahwa sikap sangat berpengaruh
terhadap peilaku wanita usia subur dalam melakukan deteksi dini kanker serviks.
Wanita menolak dilakukan pap smear karena rasa malu dan tidak diizinkan oleh
suami. Hal ini menunjukkan bahwa wanita enggan melakukan pemeriksaan pap
smear karena itu merupakan hal yang sangat tabu dan harus mendapat persetujuan
dari keluarga (suami) terlebih dahulu. Kuatnya tradisi dalam keluarga
memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan (dalam Reza Tiffany,2014).
Penelitian yang dilakukan oleh Salma pada Tahun 2013 menunjukan bahwa
52,2% wanita yang mendapat dukungan suami cenderung melakukan pemeriksaan
Pap Smear dibandingkan wanita yang tidak mendapat dukungan. Seseorang
melakukan sesuatu karena mendapat dukungan dan dorongan dari orang
disekitarnya yang menganjurkan untuk hidup sehat. Untuk melakukan upaya
pencegahan seseorang membutuhkan dukungan dari semua pihak seperti
keluarga(Suami), teman dekat, petugas kesehatan, tokoh agama, dan tokoh
masyarakat (dalam Benedikta Klasia,2016).
5
Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti ingin meneliti tentang “hubungan self
efficacy dan dukungan suami terhadap pemeriksaan pap smear pada PUS
(Pasangan Usia Subur) di Kelurahan Pandean?”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut, “Apa ada hubungan self efficacy dan dukungan
suami terhadap pemeriksaan pap smear pada PUS di Kelurahan Pandean?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan self efficacy
dan dukungan suami terhadap pemeriksaan pap smear pada PUS di
Kelurahan Pandean.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi self efficacy PUS terhadap pemeriksaan pap smear di
Kelurahan Pandean.
2. Mengidentifikasi dukungan suami pada PUS terhadap pemeriksaan pap
smear di kelurahan Pandean.
3. Menganalisis hubungan self afficacy pada PUS terhadap pemeriksaan pap
smear di Kelurahan Pandean.
4. Menganalisis hubungan dukungan suami pada PUS terhadap pemeriksaan
pap smear di Kelurahan Pandean.
6
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Masyarakat
Informasi yang diperoleh tentang pengaruh self efficacy dan dukungan
suami terhadap pemeriksaan pap smear pada PUS dapat digunakan sebagai
motivasi maupun upaya pencegahan (preventif) untuk melaksanakan pap
smear.
1.4.2 Bagi Puskesmas
Dapat memberikan masukan kepada Puskesmas mengenai pengaruh
self efficacy dan dukungan suami terhadap pemeriksaan pap smear pada PUS
untuk melakukan upaya pencegahan yang lebih tepat kepada sasaran.
1.4.3 Bagi STIKES Bhakti HusadaMuliaMadiun
Dapat menjadi tambahan kepustakaan (bahan referensi) dan untuk
memperkaya pustaka yang sudah ada sehingga dapat dimanfaatkan oleh
peserta didik berikutnya dalam proses pendidikan. Serta mendapatkan
keilmuan baru tentang pentingnya melakukan pap smear yang bermanfaat
bagi seluruh anggota atau kayawan wanita yang sudah dinyatakan sebagai
PUS(Pasangan Usia Subur) di isntitusi.
1.4.4 Bagi Peneliti
Dapat memperoleh keterampilan, pengalaman, dan wawasan mengenai
pengaruh self efficacy dan dukungan suami terhadap pemeriksaan pap smear
pada PUS yang dapat diterapkan dan dikembangkan lebih lanjut.
7
1.5 Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
No Judul Penelitian Nama dan
Tahun Penelitian
Rancangan
Penelitian
Variabel
Penelitian Hasil Penelitian
1. Self Efficacy Wanita Usia
Subur Untuk Melakukan Pap
Smear Ditinjau Dari
Pengetahuan Dan Dukungan
Suami.
Suci Anggraeni, 2016. Di
Desa Sumber Wilayah Kerja
Puskesmas Karangan
Trenggalek
Penelitian
kuantitatif
menggunakan
pendekatan
Crossectional.
Pengetahuan
dan Dukungan
suami.
Hasil analisis statistik
menunjukan nilai
signifikansi sebesar
0,000<(α=0,05)
bahwa H1 diterima
yaitu pengaruh
pengetahuan dan
dukungan suami
terhadap self eficacy
wanita usia subur
Pengetahuan dan
dukungan suami
mempengaruhi self
eficacy sebesar
51,9% dan
dipengaruhi oleh
faktor lain yang tidak
diteliti sebesar
48,1%.
2. Hubungan Motivasi dengan
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Wanita Usia
Subur dalam Melakukan Pap
Smear di Kecamatan
Cipondoh, Kota Tangerang.
Rayhana,Hatfina Izzati,
2016. di Kecamatan
Cipondoh, Kota Tangerang
Studi
deskriptif
dengan
metode
kuantitatif dan
cross sectional
Karakteristik,
pengetahuan,
sikap, sosialisasi
puskesmas,
keterjangkauan,
dukungan suami
Sebanyak 15
responden (20%)
melakukan pap
smear. Dukungan
suami dan
pengetahuan
memiliki hubungan
signifikan terhadap
keikutsertaan pap
smear (p<0,05).
Sedangkan variabel
sikap memiliki
sedikit hubungan
(p=0,066).
3. Faktor Personal, Self
Efficacy, Dan Upaya
Pencegahan Kanker Serviks
Pada Perempuan Usia
Produktif. Ni Ketut Alit
Armini, Iqlima Dwi Kurnia,
Fani Lailatul Hikmah,2016.
Wilayah kerja Puskesmas
Kenjeran Surabaya
Deskriptif
korelatif
dengan
pendekatan
cross sectional
Personal, factor
self efficacy
prevention
Hubungan antara
faktor personal dan
upaya pencegahan
kanker serviks
menghasilkan
p=0,025 sedangkan
variabel self efficacy
dengan upaya
pencegahan kanker
serviks pada WUS
menghasilkan
p=0,094.
8
Beberapa hal yang membedakan peneltian ini dengan penelitian sebelumnya
adalah:
1. Tahun pelaksanaan penelitian yaitu tahun 2019.
2. Tempat penelitian yaitu di Kelurahan Pandean Kota Madiun.
3. Desain penelitian yaitu menggunakan metode deskriptif analitik dengan
pendekatan cross sectional.
4. Analisis data menggunkan analisis univariat dan bivariat.
5. Pengolahan data menggunkan uji chi square.
6. Variable dependent (variabel bebas) yaitu self efficacy dan dukungan
suami.
7. Variable independent (variabel terikat) yaitu pemeriksaan pap smear.
9
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Tentang Pap Smear
2.1.1 Definisi Pap Smear
Pemeriksaan uji pap (pap Smear) adalah pengamatan sel-sel yang di
eksfoliasi dari genetalia wanita. Uji pap telah terbukti dapat menurunkan kejadian
kanker serviks yang ditemukan stadium pra kanker, ceoplasia, intraepitel serviks
(NIS). (Syafrudin, Hamidah 2009).
Tes papanikolau atau Pap Smear adalah metode skrining ginekologi.
Dilakukan pertama kali oleh Georgis Papanikolaou untuk menemukan proses-
proses premalignant atau prakeganasan dan malignancy atau keganasan di leher
rahim bagian luar, dan infeksi dalam leher rahim bagian dalam endometrium.
Skrining secara teratur dapat mencegah sebagian besar kasus kanker serviks. Tes
pap dapat mendeteksi perubahan awal sel leher rahim (displasia) sebelum berubah
menjadi kanker. Pap Smear juga dapat mendeteksi sebagian besar kanker serviks
pada tahap awal (Emillia, dalam Ulul Azmi 2017).
Pap smear merupakan suatu metode untuk pemeriksaan sel cairan dinding
leher rahim dengan menggunakan mikroskop untuk mendeteksi kanker serviks,
yang dilakukan secara mudah, cepat, tidak sakit, serta hasil yang akurat (Wijaya,
dalam Ulul Azmi 2017).
10
Pap Smear adalah suatu metode pemeriksaan sel-sel yang diambil dari
serviks yang kemudian di periksa di bawah mikroskop untuk melihat
perubahan-perubahan yang terjadi dari sel tersebut (Saraswati Lia Karisma,
2011).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Pap Smear adalah
pemeriksaan deteksi dini kanker serviks yang disebabkan oleh virus HPV
dengan membawa hasil tes pada laboratorium (dibawah mikroskop) dengan
lebih akurat.
2.1.2 Indikasi pap smear
Wanita yang dianjurkan untuk melakukan tes pap smear biasanya
mereka yang tinggi aktivitas seksualnya. Namun tidak menjadi kemungkinan
juga wanita yang tidak mengalami aktivitas seksualnya memeriksakan diri.
Berikut ini adalah wanita-wanita sasaran tes pap smear yaitu :
1. Wanita yang berusia muda sudah menikah atau belum menikah namun
aktivitas seksualnya sangat tinggi.
2. Wanita yang berganti-ganti pasangan sesual atau pernah menderita HIV
atau kutil kelamin.
3. Wanita yang berusia diatas 30 tahun atau lebih.
4. Wanita yang memakai alat kontrasepsi lebih dari 5 tahun (terutama dengan
hormonal dan IUD).
5. Wanita dengan keputihan kronis.
6. Wanita yang sudah monopause dan mengeluarkan darah pervaginam.
7. Wanita yang sering berganti-ganti pasangan seks.
11
8. Sesering mungkin jika hasil pap smear menunjukkan abnormal sesering
mungkin setelah penilaian dan pengobatan prakanker maupun kanker
serviks.
2.1.3 Tujuan Pap Smear
Adalah menemukan sel abnormal atau sel yang dapat berkembang
menjadi kanker termasuk infeksi HPV (Syafrudin, Hamidah 2009).
2.1.4 Manfaat Pap Smear
Manfaat pap smear secara rinci dapat dijabarkan sebagai berikut
(Manuaba, dalam Ulul Azmi 2017).
1. Diagnosis dini keganasan
Pap smear berguna dalam mendeteksi dini kanker serviks, kanker korpus
endometrium, keganasan tuba fallopi, dan mungkin keganasan ovarium.
2. Perawatan ikutan dari keganasan
Pap smear berguna sebagai perawatan ikutan setelah operasi dan setelah
mendapat kemoterapi dan radiasi.
3. Interpretasi hormonal wanita
Pap smear bertujuan untuk mengikuti siklus menstruasi dengan ovulasi
atau tanpa ovulasi, menentukan maturitas kehamilan, dan menentukan
kemungkinan keguguran pada hamil muda.
4. Menentukan proses peradangan
Pap smear berguna untuk menentukan proses peradangan pada berbagai
infeksi bakteri dan jamur.
12
2.1.5 Wanita yang dianjurkan pap smear
Wanita Usia Subur (WUS) merupakan masa terpenting bagi wanita dan
berlangsung kira-kira 33 tahun dimana organ reproduksinya berfungsi dengan
baik antara umur 17-45 tahun. Wanita dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan Pap Smear ke dokter, baik bagi mereka yang telah melakukan
pertama kali berhubungan seksual maupun yang sudah melakukan melakukan
hubungan seksual (sudah menikah). Wanita yang dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan Pap Smear sebagai berikut :
1. Wanita yang berusia muda sudah menikah atau belum namun aktivitas
seksualnya tinggi.
2. Wanita yang berganti-ganti pasangan seksual atau pernah mencerita HPV
(Human Papilloma Virus) atau kutil kelamin
3. Wanita yang berusia diatas 35 tahun
4. Sesering mungkin jika hasil pap smear menunjukkan abnormal
5. Sesering mungkin setelah penilaian dan pengobatan prakanker maupun
kanker serviks
6. Wanita yang menggunaka pil KB (Sukaca dalam Arindi Lolyta 2018).
2.1.6 Waktu untuk melakukan pap smear
Pemeriksaan Pap Smear dapat dilakukan kapan saja kecuali pada saat
haid karena darah atau sel dari dalam rahim dapat mengganggu keakuratan
hasil Pap Smear, namun waktu yang tepat untuk melakukan Pap Smear
adalah satu atau dua minggu setelah berakhir masa menstruasi.
13
Adapun waktu untuk melakukan Pap Smear secara teratur dari segi usia
adalah:
1. Usia < 21 tahun dan aktif seksual: 3 tahun sekali
2. Usia 21-29 tahun: 3 tahun sekali
3. Usia 30- 65 tahun: 3-5 tahun sekali jika hasil tes sebelumnya negatif
2.1.7 Syarat-syarat Pap Smear
Syarat-syarat yang harus dilakukan dalam pemeriksaan Pap Smear
antara lain:
1. Mengisi blanko permintaan secara lengkap.
2. Jangan lakukan pemeriksaan lainnya sebelum pengambilan sampel.
3. Sebaiknya dilakukan diluar menstruasi, kecuali pada perdarahan vagina
abnormal sampel dapat diambil dengan melakukan tampon vagina sebelum
mengambil sampel.
4. Bila pasien menggunakan obat berupa vagina ovule, harus dihentikan
seminggu sebelum pengambilan sampel.
5. Untuk pasien paska persalinan, paska pembedahan, atau paska radiasi
hanya bisa dilakukan setelah penyembuhan untuk menghindari adanya sel
inflamasi yang dapat menganggu interpretasi pemeriksaan sitologi.
6. Pada kasus yang dicurigai adanya keganasan endometrium, disarankan
untuk mengambil sampel pada fornik posterior atau melakukan kerokan
pada endometrium secara langsung.
7. Sebelum melakukan pemeriksaan, pertama kali akan diminta untuk
mengosongkan kandung kemih.
14
8. Tidak melakukan pemeriksaan Pap Smear saat sedang hamil, sebaiknya
dilakukan atau tiga bulan setelah melahirkan atau darah nifas sudah bersih.
9. Tidak melakukan hubungan seksual minimal 2x24 jam (Emilia, dalam
Ulul Azmi 2017).
2.1.8 Interpretasi Hasil Pap Smear
Terdapat banyak sistem dapat menginterpretasikan hasil pemeriksaan
pap smear, berikut ini dijelaskan kalsifikasi Papanicolaou membagi hasil
pemeriksaan menjadi 5 kelas yaitu :
1. Kelas I : Tidak ada sel abnormal
2. Kelas II : Terdapat gambaran sitologi atipik, namun tidak ada indikasi
adanya keganasan.
3. Kelas III : Gambaran sitologi yang dicurigai keganasan, dysplasia ringan
sampai sedang.
4. Kelas IV : Gambaran sitologi dijumpai displasia berat.
5. Kelas V : Keganasan.
2.2 Tinjauan Umum Tentang Self Efficacy (Efikasi Diri) Terhadap Pap
Smear.
2.2.1 Definisi Self Efficacy
Albert Bandura (dalam Baron dan Byrne, 2004) mencetuskan teori tentang
efikasi diri (self efficacy), yaitu perasaan akan kemampuan kita dalam
mengerjakan suatu tugas, perasaan bahwa diri kita kompeten dan efektif
(Triningtyas Diana Ariswanti, 2016).
15
Self efficacy adalah keyakinan yang dipegang seseorang tentang
kemampuannya dan juga hasil yang akan ia peroleh dari kerja kerasnya
mempengaruhi cara mereka berperilaku, Bandura (dalam Ni‟mah Ainun, 2014).
Alwisol (dalam Ni‟mah Ainun, 2014) mendefinisikan self efficacy adalah
penilaian, apakah dapat melakukan tindakan yang baik dan buruk, tepat atau
salah, bisa atau tidak mengerjakan sesuai dengan dipersyaratkan. Efficacy ini
berbeda dengan aspirasi (cita-cita), karena cita-cita menggambarkan sesuatu yang
ideal yang seharusnya dapat dicapai, sedangkan efficacy menggambarkan
penilaian kemampuan diri.
Sedangkan Feist & Feist (dalam Ni‟mah Ainun, 2014) menyatakan bahwa
self efficacy sebagai “keyakinan individu bahwa mereka mampu untuk melakukan
suatu tindakan yang akan menghasilkan sesuatu yang duharapkan”. Manusia
bertindak dalam suatu situasi bergantung pada hubungan timbal balik dari
perilaku, lingkungan, dan kondisi kognitif, terutama faktor-faktor kognitif yang
berhubungan dengan bahwa mereka mampu atau tidak mampu melakukan suatu
tindakan untuk menghasilkan pencapaian yang diinginkan dalam suatu situasi.
2.2.2 Dimensi Self Efficacy
1. Dimensi tingkat (Level / Magnitude)
Dimensi ini mengacu pada derajat kesulitan tugas individu, yang mana
individu merasa mampu untuk melakukannya. Penilaian self efficacy pada setiap
individu akan berbeda-beda, baik pada saat menghadapi tugas yang mudah atau
tugas yang sulit. Ada individu yang memiliki self efficacy tinggi hanya pada tugas
yang bersifat mudah dan sederhana, namun ada pula yang memiliki self efficacy
16
tinggi pada tugas yang bersifat sulit dan rumit. Individu dapat merasa mampu
melakukan suatu tugas mulai dari tugas yang sederhana, agak sulit, dan teramat
sulit.
Hal ini akan disesuaiakan dengan batas kemampuan yang dirasakan untuk
memenuhi tuntutan perilaku yang dibutuhkan bagi masing-masing tingkat atau
tingkat tuntutan tugas dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat
kepandaian/kecerdikan, usaha, ketepatan, produktifitas, dan pengaturan diri (self
regulation). Mengingat pentingnya program pap smear sebagai upaya pencegahan
kanker serviks PUS dapat atau tidak melakukan pemeriksaan tersebut berdasarkan
keyakinan masing-masing.
2. Dimensi kekuatan (Strength)
Dimensi ini menunjuk pada seberapa yakin individu dalam menggunakan
kemampuannya pada pengerjaan tugas. Dengan self efficacy, kekuatan untuk
usaha yang lebih besar mampu di dapat. Individu yang memiliki keyakinan yang
kurang kuat untuk menggunakan kemampuan yang dimilikinya dapat dengan
mudah menyerah apabila menghadapi hambatan dalam menyelesaikan suatu
tugas. Sebaliknya, individu yang memiliki keyakinan yang kuat akan
kemampuannya akan terus berusaha meskipun menghadapi satu hambatan.
Dengan adanya motivasi dalam diri (niat) PUS dalam upaya pencegahan penyakit
kanker serviks dan berbagai dukungan dari keluarga (terutama suami), teman ,
atau petugas kesehatan setempat tentunya akan mampu menjalani tes pap smear.
17
3. Dimensi Generalisasi (Generality)
Generality menjelaskan keyakinan individu untuk menyelesaikan tugas-tugas
tertentu dengan tuntas dan baik. Disini setiap individu memiliki keyakinan yang
berbeda-beda sesuai dengan tugas-tugas yang berbeda pula. Ruang lingkup tugas-
tugas yang dilakukan bisa berbeda dan tergantung dari persamaan derajat
aktivitas, kemampuan yang diekspresikan dalam hal tingkah laku, pemikiran dan
emosi, kualitas dari situasi yang ditampilkan dan sifat individu dalam tingkah laku
secara langsung ketika menyelesaikan tugas. Dengan melihat pengalaman (hasil
tes) dari orang lain serta pengetahuan yang cukup akan memunculkan keberanian
akan pemeriksaan pap smear dengan rutin tanpa adanya suatu paksaan.
2.2.3 Sumber-Sumber Terbentuknya Self Efficacy
Berdasarkan teori self efficacy Bandura (dalam Ni‟mah Ainun, 2014)
menyebutkan keyakinan efficacy turut berkembang sepanjang hayat. Self efficacy
pribadi itu didapatkan, dikembangkan atau diturunkan melalui salah satu atau dari
kombinasi dari empat sumber berikut:
1. Pengalaman Penguasaan.
Keberhasilan membangun keyakinan yang kuat akan kemanjuran pribadi
seseorang. Kegagalan merusaknya, terutama jika kegagalan terjadi sebelum rasa
kemanjuran mapan.Jika orang hanya mengalami kesuksesan yang mudah, mereka
datang untuk mengharapkan hasil yang cepat dan mudah berkecil hati karena
kegagalan. Rasa kemanjuran yang tangguh membutuhkan pengalaman dalam
mengatasi hambatan melalui upaya gigih. Tujuan dalam mengajarkan bahwa
kesuksesan biasanya membutuhkan upaya yang berkelanjutan. Setelah orang
18
menjadi yakin mereka memiliki apa yang diperlukan untuk berhasil, mereka
bertahan dalam menghadapi kesulitan dan dengan cepat rebound dari
kemunduran. Dengan bertahan melalui masa-masa sulit, mereka muncul lebih
kuat darinya kesulitan.
2. Model Sosial
Melalui pengalaman perwakilan yang disediakan oleh model sosial. Melihat
orang yang mirip dengan dirinya berhasil oleh upaya berkelanjutan menimbulkan
keyakinan bahwa mereka juga memiliki kemampuan yang sebanding untuk
berhasil. Dengan cara yang sama, mengamati kegagalan orang lain meskipun
upaya yang tinggi menurunkan penilaian pengamat atas kemanjuran mereka
sendiri dan melemahkan upaya mereka. Dampak pemodelan pada persepsi self-
efficacy sangat dipengaruhi oleh kesamaan yang dirasakan dengan model. Itu
semakin besar persamaan yang diasumsikan, semakin persuasif keberhasilan dan
kegagalan model. Jika orang melihat model sangat berbeda dari diri mereka yang
dirasakan self-efficacy mereka tidak banyak dipengaruhi oleh perilaku model dan
hasil yang dihasilkannya.Pengaruh pemodelan lebih dari sekadar memberikan
standar sosial yang dapat digunakan untuk menilai seseorang untuk kemampuan
diri sendiri.
3. Persuasi Verbal
Cara ketiga untuk memperkuat self efficacy adalah dengan persuasi verbal.
Persuasi verbal berhubungan dengan dorongan atau hambatan yang diterima oleh
seseorang dari lingkungan sosial yang berupa pemaparan mengenai penilaian
secara verbal dan tindakan dari orang lain, baik secara disengaja maupun tidak
19
disengaja. Individu mendapat bujukan atau sugesti untuk percaya bahwa ia dapat
mengatasi dihadapinya. Persuasi verbal ini dapat mengarahkan individu untuk
berusaha lebih gigih untuk mencapai tujuan dan kesuksesan. Sumber yang
dipercaya pengaruhnya dalam meningkatkan self efficacy, semakin dipercaya
sumber persuasi verbal maka akan semakin berpengaruh pada self efficacy begitu
pun sebaliknya.
4. Kondisi Fisik Dan Emosi
Faktor terakhir yang mempengaruhi self efficacy adalah kondisi fisik dan
emosi (somatic and emotional state). Seseorang juga mengandalkan pada kondisi
fisik dan emosi untuk menilai kemampuan mereka. Reaksi stres dan ketegangan
akan dianggap sebagai tanda bahwa mereka akan memiliki perfoma yang buruk,
sehingga akan menurunkan self efficacy mereka.
Dalam aktivitas yang melibatkan kekuatan dan stamina, orang akan menilai
kelelahan, dan rasa sakit mereka sebagai tanda dari kelemahan. Dalam hal ini
bukan reaksi fisik dan emosi yang penting, tetapi bagaimana mereka mengetahui
dan mengartikan kondisi fisik dan emosi mereka. Seseorang yang yakin akan
kondisi emosi dan fisik mereka akan mempunyai self efficacy yang lebih besar,
sedangkan mereka yang ragui dengan keadaan mereka maka akan melemahkan
self efficacy mereka.
2.2.4 Proses Terjadinya Self Efficacy
Dalam penelitian Bandura pada tahun 1994 mengemukakan bahwa terdapat
empat proses psikologis dalam self efficacy yang turut berperan dalam diri
manusia yaitu :
20
1. Proses Kognitif
Proses kognitif merupakan proses berpikir, di dalamnya pemerolehan,
pengorganisasian, dan penggunaan informasi. Sebagian besar tingkah laku
individu diatur oleh pemikiran mengenai tujuan yang igin dicapai. Tujuan tersebut
dipengaruhi oleh penilaian diri mengenai kapabilitas atau kemampuan yang
dimilikinya. Perolehan informasi mengenai dunia kerja dan karir secara umum
tersebut diorganisasikan oleh proses kognitif.
Keyakinan diri mempengaruhi bagaimana individu tersebut menafsirkan
keadaan, membentuk skenario, dan memvisualisasikan masa depan yang
direncanakan. Informasi dari hasil pengorganisasi tersebut menjadi pengatahuaan
dasar yang akan digunakan sebagai alternatif pilihan karirnya. Selanjutnya
individu mengevaluasi alternatif-alternatif dari informasi tersebut dan menetapkan
pilihan karir berdasarkan alternatif-alternatif tersebut.
Fungsi kognitif adalah memungkinkan individu untuk memprediksikan suatu
kejadian dan mengembangkan cara untuk mengontrol hal-hal yang dapat
mempengaruhi kehidupan mereka. Untuk dapat memprediksi dan
mengembangkan cara tersebt diperlukan pemprosesan informasi melalui kognitif.
Proses kognitif ini juga dipengaruhi oleh bagaimana kepribadian yang dimiliki
oleh seseorang. Bagaimana cara pandangnya, baik itu terhadap dirinya maupun
orang lain dan kejadian disekitarnya berhubungan dengan self efficacy seseorang
dalam suatu aktivitas tertentu melalui mekanisme self regulatory.
21
1. Proses Motivasi
Kebanyakan motivasi manusia dibangkitkan melalui kognitif atau pikiran.
Individu memberi motivasi atau dorongan bagi diri mereka sendiri dan
mengarahkan tindakan melalui tahap-tahap pemikiran sebelumnya. Mereka
membentuk suatu keyakinan tentang apa yang dapat mereka lakukan.
Mengantisipasi hasil dari suatu tindakan, membentuk tujuan bagi diri mereka
sendiri dan merencanakan tindakan- tindakan yang diperlukan dalam mencapai
tujuan.
2. Proses Afeksi
Proses afektif merupakan proses pengaturan kondisi emosi dan reaksi
emosional. Keyakinan individu akan kemampuan coping mereka, turut
mempengaruhi tingkatan stres dan depresi seseorang saat mereka menghadapi
situasi yang sulit. Persepsi self efficacy tentang kemampuannya mengontrol
sumber stress memiliki peranan akan kemampuannya untuk mengontrol situasi
cenderung tidak memikirkan hal-hal yang negatif. Mereka cepat menyerah dalam
menghadapi masalah dalam hidupnya dan merasa usahanya tidak efektif.
Individu yang merasa tidak mampu mengontrol situasi cenderung mengalami
tingkat kecemasan yang tinggi, selalu memikirkan kekurangan mereka,
memandang lingkungan sekitar penuh dengan ancaman, membesar-besarkan
masalah kecil, dan terlalu cemas pada hal-hal kecil yang sebenarnya jarang terjadi.
Individu dengan self efficacy yag sangat rendah tidak akan mencoba untuk
mengatasi masalahnya, karena mereka percaya apa yang mereka lakukan tidak
akan membawa perbedaan.
22
3. Proses Seleksi
Manusia merupakan bagian dari lingkungan tempat dimana mereka berada.
Kemampuan individu untuk memilih aktivitas dan situasi tertentu, turut
mempengaruhi dampak dari suatu kejadian. Individu cenderung menghindari
aktivitas dan situasi yang diluar batas kemampuan mereka. Bila individu merasa
yakin bahwa mereka mampu menangani suatu situasi, maka mereka cenderung
tidak menghindari situasi tersebut. Dengan adanya pilihan yang dibuat, individu
kemudian meningkatkan kemampuan, minat dan hubungan sosial mereka yang
lainnya.
2.2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Self Efficacy
Bandura (dalam Ni‟mah Ainun, 2014) menyatakan bahwa faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi self efficacy pada diri individu antara lain :
1. Budaya
Budaya mempengaruhi self efficacy melalui nilai (values), kepercayaan
(belief). Dan proses pengaturan diri ( self-regulatory process) yang berfungsi
sebagai sumber penilaian self efficacy dan juga sebagai konsekuensi dari
keyakinan akan self efficacy. Dengan demikian melalui kepercayaan PUS akan
manfaat tes pap smear akan mempermudah menjalankannya.
2. Jenis kelamin
Jenis kelamin juga berpengaruh terhadap self efficacy. Hal ini dapat dilihat dari
penelitian Bandura (1997) yang menyatakan bahwa wanita self efficacy lebih
tinggi dalam mengelola perannya. Wanita yang memiliki peran selain sebagai ibu
23
rumah tangga juga sebagai wanita karir akan memiliki self efficacy yang tinggi
dibandingkan dengan pria yang bekerja.
Pada penelitian yang lainnya pada beberapa bidang pekerjaan tertentu pria
memiliki self efficacy yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita, begitu juga
sebaliknya self efficacy wanita unggul dalam beberapa pekerjaan dibandingkan
dengan pria. Pria biasanya memiliki self efficacy yang tinggi dengan pekerjaan
yang menuntut keterampilan teknis matematis. Kanker serviks banyak menyerang
seorang wanita dengan demikian peran wanita untuk melakukan tes pap smear
akan sangat penting bagi kesehatan yang lebih baik di masa mendatang.
3. Insentif eksternal
Faktor lain yang dapat mempengaruhi self efficacy individu adalah insentif
yang diperolehnya. Bandura menyatakan salah satu faktor yang dapat
meningkatkan self efficacy adalah competent contingens incentive, yaitu insentif
yang diberikan oleh orang lain yang mereflesikan keberhasilan seseorang.
Dukungan berupa suport dan memperhatikan perkembangan di sebelum maupun
sesudah pemeriksaaan. Dukungan tersebut bisa didapatkan melalui suami, anak,
teman, maupun orang lain.
4. Status atau peran individu dalam lingkungan
Individu akan memiliki status yang lebih tinggi akan memperoleh derajat
kontrol yang lebih besar sehingga self efficacy yang dimilikinya juga tinggi.
Sedangkan individu yang memiliki status yang lebih rendah akan memiliki
kontrol yang lebih kecil sehingga self efficacy yang dimilikinya juga rendah.
24
Semakin tinggi tingkat pendidikan maka pengetahuan yang di dapatkan akan
semakin mempengaruhi PUS dalam melakukan tes pap smear.
2.2.6 Fungsi Self Efficacy
Menurut Bandura 1986 (dalam Ni‟mah Ainun, 2014) Self efficacy memiliki
fungsi dan berbagai dampak dari penilaian self efficacy sebagai berikut:
1. Pemilihan Aktivitas
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia seringkali dihadapkan dengan
pengambilan keputusan, meliputi pemilihan tindakan dan lingkungan sosial yang
ditentukan dari penilaian efficacy manusia tersebut. Seseorang cenderung untuk
menghindar dari situasi yang diyakini melampaui kemampuan diri mereka, dan
sebaliknya mereka akan mengerjakan sesuatu yang dinilai mampu untuk mereka
lakukan. Self efficacy yang tinggi akan dapat memacu keterlibatan aktif dalam
suatu kegiatan atau tugas yang kemudian akan meningkatkan kompetensi
seseorang. Sebaliknya, self efficacy yang rendah dapat mendorong seseorang
untuk menarik diri dari lingkungan dan kegiatan sehingga dapat mennghambat
perkembangan potensi yang dimilikinya.
2. Usaha dan Daya Tahan
Penilaian terhadap efficacy juga menentukan seberapa besar usaha yang
dilakukan seseorang dan seberapa lama ia akan bertahan dalam menghadapi
hambatan atau pengalaman yang tidak menyenangkan. Semakin tinggi self
efficacy seseorang maka semakin besar dan gigih pula usaha yang dilakukan.
Ketika dihadapkan dengan kesulitan, individu yang memiliki self efficacy yang
tinggi akan mengeluarkan usaha yang besar untuk mengatasi tantangan tersebut.
25
Sedangkan orang yang meragukan kemampuannya akan mengurangi usahanya
atau bahkan menyerah sama sekali.
3. Pola Berpikir dan Reaksi Emosional
Penilaian mengenai kemampuan seseorang juga mempengaruhi pola berpikir
dan reaksi emosialnya selama interaksi aktual dan terinspirasi dengan lingkungan.
Individu yang menilai dirinya memiliki self efficacy rendah merasa tidak mampu
dalam mengatasi masalah atau tuntutan lingkungan, hanya akan terpaku pada
kekurangannya sendiri dan berpikir kesulitan yang mungkin timbul lebih berat
dari kenyataannya.
Self efficacy juga dapat membentuk pola berpikir kausal. Dalam mengatasi
persoalan yang sulit, seseorang yang memiliki self efficacy yang tinggi akan
menganggap kegagalan terjadi karena kurangnya usaha yang dilakukan.
Sedangkan orang yang memiliki self efficacy rendah lebih menganggap kegagalan
disebabkan kurangnya kemampuan yang ia miliki.
2.2.7 Pengaruh Self Efficacy Pada Tingkah Laku
Menurut Bandura (dalam Ni‟mah Ainun, 2014) self efficacy akan
mempengaruhi bagaimana individu merasakan, berpikir, memotivasi diri sendiri,
dan bertingkah laku. Self efficacy atau kapabilitas yang dimiliki individu akan
mempengaruhi tingkah lakunya dalam beberapa hal, seperti:
1. Tindakan individu, self efficacy menentukan kesiapan individu dalam
merencanakan apa yang harus dilakukannya. Individu dengan keyakinan diri
tinggi tidak mengalami keragu-raguan dan mengetahui apa yang harus
dilakukannya.
26
2. Usaha, self efficacy mencerminkan sebarapa besar upaya yang dikeluarkan
individu untuk mencapai tujuannya.
3. Daya tahan individu dalam menghadapi hambatan atau rintangan dan
kegagalan, individu dengan self efficacy tinggi mempunyai daya tahan yang
kuat dalam menghadapi rintangan atau kegagalan, serta dengan mudah
mengembalikan rasa percaya diri setelah mengalami kegagalan. Individu juga
beranggapan bahwa kegagalan dalam mencapai tujuan adalah akibat dari
kurangnya pengetahuan, bukan karena kurangnya keahlian yang dimilikinya.
Hal ini membuat individu berkomitmen terhadap tujuan yang ingin dicapainya.
Apabila individu telah memiliki pilihan karir yang sesuai dengan minatnya,
maka ia tidak akan mudah menyerah jika menemukan hambatan dalam proses
pencapaian tujuannya. Individu akan menganggap kegagalan sebagai bagian
dari proses, dan tidak menghentikan usahanya.
4. Ketahanan individu terhadap keadaan tidak nyaman, dalam situasi tidak
nyaman, individu dengan self efficacy diri tinggi menganggap sebagai suatu
tantangan, bukan merupakan sesuatu yang harus dihindari. Ketika individu
mengalami keadaan tidak nyaman dalam usaha untuk mencapai tujuan yang
diminati, ia akan tetap berusaha bertahan dengan mengabaikan
ketidaknyamanan tersebut dan berkonsetrasi penuh.
5. Pola pikir, situasi tertentu akan mempengaruhi pola pikir individu dengan self
efficacy tinggi, pola pikirnya tidak mudah terpengaruh oleh situasi lingkungan
dan tetap memiliki cara pandang yang luas dari beberapa sisi. Cara pandang
27
individu yang luas memungkinkan individu memiliki alternatif pilihan karir
yang banyak dari bidang yang diminati.
6. Stres dan depresi, bagi individu yang memiliki self efficacy rendah, kecemasan
yang dibangkitkan oleh stimulus tertentu akan membuatnya mudah merasa
tertekan. Jika perasaan tertekan tersebut berkelanjutan, maka dapat
mengakibatkan depresi. Dalam upaya memilih karir yang sesuai dengan
minatnya, jika individu menganggap realitas sulitnya jalur yang harus
ditempuh, prospek dunia kerja di masa depan dan sebagainya sebagai sumber
kecemasan, dan individu meragukan kemampuannya, maka individu akan
menjadi lebih mudah tertekan.
7. Tingkat pencapaian yang akan terealisasikan, individu dengan self efficacy
tinggi dapat membuat tujuan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki serta
mampu menentukan bidang karir atau pendidikan sesuai dengan minat dan
kemampuannya tersebut.
Dari hasil penelitian ulfiana Elisa 2013 menunjukkan bahwa sebagian besar
responden sebanyak 81,1% mempunyai kemampuan diri mampu untuk
melakukan papsmear dan 18,9% responden tidak mampu melakukan papsmear.
Kemampuan diri (Self Efficacy), kemampuan diri dalam membangun representasi
kepercayaan diri pada situasi tertentu yang dimiliki seseorang sehingga mereka
dapat melakukan coping pada situasi beresiko tinggi tanpa kambuh ke kebiasaan
mereka yang tidak sehat atau beresiko tinggi. Seseorang yang mempunyai self
efficacy maka akan lebih besar mencapai ke arah tujuan dan lebih besar untuk
mengadopsi atau merekomendasi perilaku.
28
Orang yang memilih perasaan tinggi yakin bahwa dia akan berhasil, sehingga
dia akan melaksanakan tugasnya dengan cepat dan percaya diri.Sedangkan orang
dengan self efficacy yang rendah yakin bahwa ia akan gagal. Dalam hal ini
wanita pasangan usia subur yang mempunyai usaha untu meningkatkan
kesehatannya dengan cara mencegah ancaman penyakit kanker leher rahim akan
mampu melaksanakan usahanya itu dengan cara melakukan pap smear.
Dari 96 responden yang diteliti sebanyak 57 (59,4%) responden kadang-
kadang yakin/percaya diri untuk melakukan Pap Smear (Anggraeni Suci tahun
2017).
Awodele, et al (dalam Suantika Putu,dkk, 2018) di negara Nigeria dimana
dari 200 perawat yang diteliti 99% mengatakan bahwa mereka sadar akan bahaya
kanker serviks dan perlunya pemeriksaan pap smear sebagai upaya pencegahan.
Akan tetapi seluruh responden tidak mampu untuk melakukan pemeriksaan
tersebut dikarenakan self efficacy yang kurang dan tidak adanya waktu untuk
melakukan pemeriksaan, adanya keyakinan terhadap perasaan tidak nyaman akan
pemeriksaan, biaya, dan tidak tersedianya tempat untuk melakukan pap smear.
2.3 Tinjauan Umum Tentang Dukungan Sosial Keluarga Terhadap
Pemeriksaan Pap Smear
2.3.1 Definisi Dukungan Keluarga
Dukungan sosial adalah suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu
yang diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya, sehingga sesorang akan
29
tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai, dan
mencintainya (Cohen Dan Sme dalam Harnilawati , 2013).
Dukungan sosial keluarga adalah sebagai suau proses hubungan antara
keluarga dengan lingkungan sosial (friedman, dalam Harnilawati, 2013).
Dalam semua tahap, dukungan sosial keluarga menjadikan keluarga
mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal, sehingga akan
meningkatkan kesehatan dan adaptasi mereka dalam kehidupan.
Studi- studi tentang dukungan keluarga telah mengkonseptualisasi
dukungan sosial sebagai koping keluarga, baik dukungan-dukungan yang
bersifat eksternal maupun internal tebukti sangat bermanfaat. Dukungan
sosial keluarga eksternal antara lain sahabat, pekerjaan, tetangga, sekolah,
keluarga besar, kelompok sosial, keompok rekreasi, tempat ibadah, dan
praktisi kesehatan. Dukungan sosial keluarga antara lain dukungan suami atau
istri dari saudara kandung atau dukungan dari anak (Friedman, dalam
Harnilawati, 2013).
2.3.2 Ciri- Ciri Dukungan Keluarga
Menurut house (Smet, dalam Harnilawati, 2013) setiap bentuk
dukungan sosial keluarga mempunyai ciri-ciri antara lain:
1. Informatif, yaitu bantuan informasi yang disediakan agar dapat digunakan
oleh seseorang dalam menanggulangi persoalan-persoalan yang dihadapi,
meliputi pemberian nesehat, pengarahan ide-ide atau informasi lainnya
yang dibutuhkan dan informasi ini dapat disampaikan kepada orang lain
yang mungkin menghadapi persoalan yang sama atau hampir sama.
30
2. Perhatian emosional, setiap orang pasti membutuhkan bantuan afeksi dari
orang lain, dukungan ini berupa dukungan simpatik dan empati, cinta dan
kepercayaan dan penghargaan. Dengan demikian seseorang yang
menghadapi persoalan merasa dirinya tidak menanggung beban sendiri
tetapi masih ada orang lain yang memperhatikan, mau mendengar segala
keluhannya bersimpati dan empati terhadap persoalan yang dihadapinya,
bahkan membantu memecahkan masalah yang dihadapinya.
3. Bantuan instrumental, bantuan bentuk ini bertujuan untuk mempermudah
sesorang dalam melakukan aktivitasnya berkaitan dengan persoalan-
persoalan yang dihadapinya, misalkan dengan menyediakan peralatan
lengkap dan memadai bagi penderita, ,menyediakan obat-obat yang di
butuhkan dan lain-lain.
4. Bantuan penilaian, yaitu suatu bentuk penghargaan yang diberikan
sesorang kepada pihak lain berdasarkan kondisi sebenarnya dari penderita.
Penilaian ini bisa positif dan negatif yang mana pengaruhnya sangat berarti
bagi seseorang. Berkaitan dengan dukungan sosial keluarga maka
penilaian yang sangat membantu adalah penilaian yang positif. Efek dari
dukungan sosial terhadap kesehatan dan kesejahteraan berfungsi
bersamaan. Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan sosial yang
adekuat terbukti dengan menurunya mortalitas, lebih mudah sembuh dari
sakit, fungsi kognitif, fisik dan kesehatan emosi. Di samping itu, pengaruh
positif dari dukungan sosial keluarga adalah pada penyesuaian terhadap
kejadian dalam kehidupan yang penuh dengan stress.
31
2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Dukungan
Keluarga
Menurut Friedman (dalam Fitriana Farokta 2017) menyangkut struktur
kekuasaan keluarga, ada faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan peran
suami meliputi :
1. Kelas sosial
Fungsi dari peran suami tentu dipengaruhi kepentingan dan kebutuhan
yang ada dalam keluarga.
2. Bentuk keluarga
Keluarga dengan orang tua tunggal jelas berbeda dengan orang yang
masih lengkap, demikian juga antara keluarga inti dengan keluarga besar
yang beragam dalam pengambilan keputusan dan kepentingan akan
rawan konflik peran.
3. Latar belakang keluarga
Kesadaran dan kebiasaan keluarga. Kesadaran merupakan titik temu atau
equilibrium dari berbagai pertimbangan dan perbandingan yang
menghasilkan keyakinan.
4. Sumber daya keluarga.
Sumber daya atau pendapatan keluarga merupakan penerimaan seseorang
sebagai imbalan atas semua yang telah dilakukan dengan tenaga atau
pikiran seseorang terhadap orang lai atau organisasi lain.
32
5. Siklus keluarga
Sesuai dengan fungsi keluarga yang sedang dialami juga merupakan hal
yang dapat mempengaruhi peran karena perbedaan kebutuhan dan
kepentingan.
2.3.4 Jenis Dukungan Keluarga
1. Dukungan instrumental, yaitu keluaraga merupakan sumber pertolongan
praktis dan konkrit.
2. Dukungan informasional, yaitu keluraga berfungsi sebagai sebuah kolektor
dan disseminator (penyebar informasi).
3. Dukungan penilaian (appraisal), yaitu keluarga bertindak sebagai sebuah
umpan balik, membimbing, dan menengahi pemecahan masalah dan
sebagai sumber dan validator identitas keluarga.
4. Dukungan emosional, yaitu keluarga sebagai sebuah tempat yang aman
dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu pengusaan dalam
emosi (dalam Harnilawati, 2013).
2.3.5 Dukungan Suami
Suami adalah anggota keluarga yang memiliki peran penting dalam
kehidupan seorang istri. Dukungan moral dan motivasi dari suami sangat
dibutuhkan oleh seorang istri (Dagun dalam Musyriqoh S, 2016).
Upaya pencegahan kanker serviks berupa dukungan suami dapat
diwujudkan melalui berbagai tindakan seperti dukungan sosial dalam
melakukan pemeriksaan deteksi dini dengan Inspeksi Visual dengan Asam
Asetat (IVA) atau Pap smear. Dukungan keluarga terutama suami mengacu
33
kepada dukungan sosial yang dipandang oleh suami dapat diakses untuk
keluarga. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat
mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan
(Friedman, Bowden& Jones dalam Musyriqoh S, 2016 ).
1. Faktor-Faktor Dukungan Suami
a. Budaya
Masyarakat di berbagai wilayah Indonesia yang umumnya masih
tradisional (Patrilineal), menganggap wanita tidak sederajat dengan kaum
pria, dan wanita hanyalah bertugas untuk melayani kebutuhan dan
keinginan suami saja. Anggapan seperti ini dapat mempengaruhi
perlakuan suami terhadap istri. Masyarakat jawa dikenal dengan istilah
kancawringking atau teman belakang untuk menyebut istri.
Hal ini menunjukkan bahwa perempuan tempatnya bukan di depan
sejajar dengan laki-laki, melainkan di belakang atau di dapur, karena
dalam konsep budaya Jawa wilayah kegiatan istri adalah seputar dapur
untuk peran memasak, sumur sumur untuk peran mencuci, dan dapur
untuk peran melayani kebutuhan biologis suami. Pemetaan bagi wilayah
perempuan semacam ini kemudian dirangkaikan dengan tugas istri
macak yaitu berhias untuk menyenangkan suami, manak yaitu
melahirkan, dan masak, yaitu menyiapkan makanan bagi keluarga (Rizal,
Suryaningtyas, dalam Musyriqoh 2016).
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Sebuah
kebudayaan turun temurun dilakukan, misalnya di bidang kesehatan
34
masyarakat melakukan perawatan, cara, pemakaian obat, dan tindakan
yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun-temurun.
Menurut penelitian Nurwidodomengatakan bahwa pentingnya kesehatan
bagi seseorang, maka masyarakattradisional Madura memiliki
mekanisme untuk menjaga kesehatannya. Jauh sebelum melakukan
upaya-upaya yang sifatnya pengobatan, masyarakat telah memiliki
konsep pencegahan agar tidak terjadi penyakit. Wanita Madura
meminum ramuan untuk perawatan alat deproduksi seperti galian
rapetatorapet wangi.
b. Pendapatan
Masyarakat mempergunakan sekitar 75-100% penghasilan untuk
membiayai seluruh keperluan hidupnya. Berdasarkan perhitungan
tersebut dapat diperkirakan bahwa pada akhirnya ibu tidak melakukan
pemeriksaan Pap smear atau IVA kepelayanan kesehatan. Secara nyata
dapat dikemukakan bahwa pemberdayaan suami perlu dikaitkan dengan
pemberdayaan ekonomi keluarga sehingga kepala keluarga harus
memperhatikan kesehatan keluarganya.
c. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan akan mempengaruhi wawasan dan pengetahuan
suami sebagai kepala rumah tangga. Semakin rendah pengtahuan suami
maka akses terhadap informasi kesehatan bagi keluarga akan berkurang
sehingga suami akan kesulitan untuk mengambil keputusan secara efektif
35
2. Jenis-jenis Dukungan Suami
a. Dukungan psikologis
Mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian orang yang
bersangkutan. Misalnya menemani istri saat periksa kesehatan (Musbikin,
dalam Fitriana Farokta 2017).
b. Dukungan sosial
Dukungan yang bersifat nyata dan dalam bentuk materi semisal kesiapan
finansial, suami menyisihkan dana khusus untuk keperluan pemeriksaan
c. Dukungan informasi
Suami harus memberikan perhatian kepada masalah istri misalnya
berdiskusi mengenai perkembangan yang terjadi (Arief, dalam Fitriana
Farokta 2017).
d. Dukungan lingkungan
Perlakuan ini dapat menimbulkan rasa senang dalam diri istri dan tenaga
kesehatan. Suami akan mengambil peran besar dalam turut menjaga
kesehatan kejiwaan istrinya agar tetap stabil, tenang dan bahagia.
2.4 Tinjauan Umum Tentang PUS (Pasangan Usia Subur)
Pasangan suami istri yang istrinya berumur antara 15-49 tahun, dan secara
operasional pula pasangan suami istri yang istrinya berumur kurang dari 15 tahun
dan telah kawin atau istri berumur lebih dari 49 tahun tetapi belum menopause.
Pasangan usia subur yang di maksud dalam penelitian ini adalah PUS yang
istrinya berusia 30-49 tahun, hal ini disebabkan karena PUS tersebut memiliki
36
kemungkinan melahirkan sedikit atau tidak melahirkan lagi sehingga tidak akan
terjadi penambahan anak pada PUS tersebut (Nuriana Fella, 2016).
2.5 Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Pemeriksaan Pap Smear
Lawrence Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat
kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok,
yakni faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor di luar perilaku (non
behaviour causes). (Lestari Titik, 2015).
Selanjutnya perilaku itu sendiri di tentukan atau terbentuk dari 3 faktor:
2.5.1 Faktor Pendorong (predisposing factors)
Faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku
seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, dan pendidikan sebagainya.
1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadinya setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmojo, dalam Anggraeni Suci 2017).
Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan yang tercakup dalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
37
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah di terima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu
tentang apa yang dipelajari antara lain dapat menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan
dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau pengguaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.
d. Analisis (analisys)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek kedalam komponen-kompenen, tetapi masih didalam struktur organisasi
dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat
dari penggunaan kata kerja dapat menggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
38
e. Sintesis (sintesys)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyususn
formulasin baru dari formulasin-formulasin yang sudah ada. Misalnya dapat
menyusun, merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan dan sebagainya
terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo,dalam Masturoh Eminia 2016).
Kurangnya pengetahuan wanita tentang kanker serviks sebagai salah satu
sebab keterlambatan diagnosis sehingga pasien datang dalam kondisi kanker
sudah stadium lanjut, keadaan umum yang lemah juga status sosial ekonomi
yang rendah, keterbatasan sumber daya, sarana dan prasarana (Rasjidi, dalam
Setianingsih Fitri 2017).
Pengetahuan tentang kanker serviks dan pap smear adalah kemampuan
responden dalam memahami tentang hal-hal yang berkaitan dengan kanker
serviks, meliputi penyebab, gejala, factor risiko, sumber informasi, dan
pencegahan, serta berkaitan dengan pap smear, meliputi manfaat, biaya, tempat
layanan, dan sumber informasi (Linadi Kinanthi Estu,2013).
39
2. Sikap
Suatu proses penilaian yang dilakukan seseorang terhadap suatu objek atau
situasi yang disertai adanya perasaan tertentu dan memberikan dasar kepada orang
tersebut untuk membuat respons atau berperilaku dalam cara yang tertentu yang
dipilihnya (Lestari Titik, 2015).
Sikap tentang kanker serviks dan pap smear adalah reaksi atau respon tertutup
responden berkaitan dengan kanker serviks dan pap smear. Respon tersebut dapat
berupa kewaspadaan, kerentanan, dan penilaian tentang praktik (Linadi Kinanthi
Estu,2013).
3. Pendidikan PUS
Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah menerima informasi
sehingga semakin banyak pula menerima pengetahuan yang dimilikinya, dan jika
tingkat pendidikan rendah, maka menghambat perkembangan perilaku seseorang
terhadap penerimaan informasi, dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
Menurut Purba Evi M, (dalam Masturoh Eminia 2016) bahwa ibu atau wanita
usia subur yang mempunyai pendidikan tinggi lebih banyak yang melakukan
pemeriksaan deteksi dini kanker serviks yaitu sebanyak 65,3%.
2.5.2 Faktor Pemungkin (enabling factors)
Faktor –faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau
tindakan. Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana
atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan misalnya: Puskesmas, Posyandu,
Rumah Sakit, tempat pembuangan air, tempat pembuangan sampah, tempat olah
raga, makanan bergizi dan lain-lain.
40
1. Akses Informasi atau Media Massa
Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan
yang didapat tentang kesehatan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Notoatmodjo
(dalam Masturoh Eminia 2016) yang menyatakan bahwa pengetahuan dapat
diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai sumber informasi sehingga
dapat membentuk suatu keyakinan bagi seseorang. Salah satu faktor yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang adaah informasi atau penyuluhan dari
orang-orang yang berkompeten seperti bidan, kader dan tenaga kesehatan lainya.
2. Keterjangkauan Biaya
Biaya pengobatan adalah banyaknya uang yang dikeluarkan seseorang untuk
melakukan pengobatan penyakit yang dideritanya. Kemampuan masing-masing
orang untuk mengeluarkan biaya pengobatan berbeda, dipengaruhi oleh
kemampuan ekonomi keluarga. Apabila kemampuan ekonomi keluarga cukup,
ada kemungkinan seseorang dapat mengeluarkan biaya untuk pengobatan
penyakitnya. Keluarga dengan kemapuan ekonomi kurang, kecil kemungkinan
mampu menyisihkan uang untuk biaya pemeriksaan.
2.5.3 Faktor Penguat (reinforcing factors)
Faktor penguat merupakan faktor-faktor yang memperkuat atau justru
memperlunak untuk terjadinya perilaku tertentu. Sumber penguat bergantung dari
jenis program. Penguat bisa positif maupun negatif bergantung pada sikap dan
perilaku orang lain yang berkaitan dan sebagian diantaranya lebih kuat dari pada
yang lain dalam mempengaruhi perilaku.
41
Dalam hal ini yang termasuk dalam faktor penguat meliputi pendapat,
dukungan, kritik baik dari keluarga, teman, lingkungan bahkan dari petugas
kesehatan itu sendiri. Faktor-faktor pendorong merupakan penguat terhadap
timbulnya sikap dan niat untuk melakukan sesuatu atau berperilaku. Suatu pujian,
sanjungan dan penilaian yang baik akan memberikan memotivasi, sebaliknya
hukuman dan pandangan negatif sesorang akan menjadi hambatan proses
terbentuknya perilaku (Notoatmodjo, dalam Masturoh Eminia 2016).
1. Dukungan Petugas Kesehatan
Menurut WHO (dalam Masturoh Eminia 2016 ) apabila seseorang itu penting
untuknya, maka apa yang ia katakan atau perbuatannya cenderung untuk dicontoh.
Orang-orang yang dianggap penting ini sering disebut kelompok referensi
(reference group) antara lain; guru, alim ulama, kepala adat (suku), kepala desa
dan sebagainya. Petugas kesehatan (Bidan di Desa) sebagai salah satu orang yang
berpengaruh dan dianggap penting oleh masyarakat sangat berperan dalam
terjadinya perilaku kesehatan pada masyarakat.
Peran petugas kesehatan disini adalah memberikan pengetahuan tentang
kanker serviks dan pentingnya deteksi dini, serta memberikan motivasi kepada
wanita yang sudah menikah untuk melakukan deteksi dini kanker serviks. Faktor
dari tenaga kesehatan itu sebagai pendorong atau penguat dari individu untuk
berperilaku. Hal ini dikarenakan petugas tersebut ahli dibidangnya sehingga
dijadikan tempat untuk bertanya dan pemberi input atau masukan untuk
pemanfaatan pelayanan kesehatan.
42
2. Dukungan Suami
Dukungan suami dapat menjadi faktor penguat (reinforcing factor) seseorang
melakukan pemeriksaan pap smear. Suami adalah orang yang paling dekat
dengan wanita, bahkan menjadi seorang yang dapat mempengaruhi keputusan
yang diambil seorang wanita. Di masyarakat keputusan suami dan keluarga
terdekat dalam mengijinkan istri adalah pedoman penting karena dukungan suami
dapat menimbulkan ketenangan batin dan perasaan senang dalam diri istri. Bila
suami tidak mengijinkan maka pengambilan keputusan tidak akan terlaksana
dengan baik (Lawrence, dalam Anggraeni Suci 2017)
3. Dukungan Teman Sebaya atau Rekan Kerja
Pola pembentukan perilaku manusia berawal dari terbentuknya pikiran yang
kemudian dikirim ke otak untuk diproses sebelumnya kemudian direpresentasikan
menjadi sebuah tindakan dan perilaku. Perilaku yang terus menerus ini berubah
menjadi kebiasaan berlanjut menjadi pembentukan karakter dan sistem keyakinan
manusia. Karakter terbentuknya pikiran dan menguatkan sebuah informasi
menjadi system keyakinan dalam pikiran seseorang adalah apa yang dilihat,
didengar dan dirasakan.
Friedman (dalam Masturoh Eminia 2016) mengatakan bahwa sebelum
seseorang mencari pelayanan kesehatan, biasanya mencari nasihat dari keluarga
atau teman. Peran keluarga/ teman sangat penting dalam aspek perawatan
kesehatan yang terdiri dari hubungan yang erat satu dengan yang lain, saling
ketergantungan sebagai bagian dari lingkungan sosial, memberi perasaan aman,
secara sosial menumbuhkan.
43
Teman adalah orang yang kita kenal dan memiliki hubungan baik dengan
orang itu. Teman dapat menjadi sumber informasi yang berpengaruh dalam
memberikan informasi kepada wanita. Dalam hal ini informasi dari teman
hendaknya dapat memberi pengetahuan yang benar tentang deteksi ini kanker
serviks, sehingga dapat meningkatkan tindakan mereka dalam mencegah penyakit
kanker serviks tersebut (Sofiana,dalam Masturoh Eminia 2016).
44
2.6 Kerangka Teori
Gambar 2.6 Kerangka Teori
Sumber: Teori Lawrence Green (Masturoh Eminia, 2016)
Faktor
Predisposisi
1.Pengetahuan
2. Sikap
3. Pendidikan
Faktor Enabling
1.Keterjangkauan
Biaya
2. Akses
Informasi atau
Media Massa
Faktor
Reinforcing
1.Dukungan
Petugas
Kesehatan
2. Dukungan
Suami/Keluarga
3. Dukungan
Teman Sabaya
atau kerja
Perilaku
(Tindakan) PUS
dalam
melaksanakan
deteksi dini
kanker serviks
dengan metode
pap smear.
Self efficacy
45
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep berasal dari kerangka teori dan biasanya berkonsentrasi
pada suatu bagian dari kerangka teori. Kerangka konseptual adalah kerangka yang
dipakai sebagai landasan berfikir dalam kegiatan ilmu. Kerangka ini didapatkan
dari konsep ilmu atau teori yang dipakai sebagai landasan penelitian.
Kerangka konsep lazimnya disajikan dalam bentuk bagan yang berisi suatu
rangkaian konstruk atau konsep, definisi dan proposisi yang saling berhubungan
yang menyajikan pandangan sitemastis tentang suatu fenomena dengan
mencirikan hubungan antara variabel-variabel dengan tujuan untuk menjelaskan
dan memprediksi fenomena tersebut (Rosjidi, Isro‟in, Wahyuni, 2017). Berikut
kerangka konsep yang akan diteliti :
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Self efficacy
Dukungan Suami
Pemeriksaan Pap
Smear pada PUS
Variabel Bebas
(Independent Variable)
Variabel Terikat
(Dependent Variable)
46
3.2 Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan dugaan tentang hubungan antara dua variabel
atau lebih. Hipotesis selalu mengambil bentuk kalimat pernyataan dan secara
umum maupun khusus menghubungkan variabel yang satu dengan variabel lain
(Rosjidi, Isro‟in, Wahyuni, 2017).
Ditinjau dari operasi rumusnya, ada dua jenis hipotesis yaitu :
1. Hipotesis alternatif (Ha) adalah hipotesis yang menyatakan adanya hubungan
atau pengaruh antara variabel independent dengan variabel dependent.
2. Hipotesis nihil (H0) yaitu hipotesis yang menyatakan tidak ada hubungannya
atau pengaruh antara variabel independent dengan variabel dependent.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Ha: Ada hubungan self efficacy dengan pemeriksaan pap smear.
2. Ha: Ada hubungan dukungan suami terhadap pemeriksaan pap smear.
47
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif Analitik.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini dengan rancangancross
sectional. Metode penelitian deskriptif analitik digunakan untukmemecahkan atau
menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasisekarang.Penelitian ini
dilakukan dengan menempuh langkah-langkahpengumpulan data, kalasifikasi,
pengolahan, membuat kesimpulan dan laporan (Setiadi dalam Azmi Ulul, 2017).
Rancangan cross sectional (potong lintang) adalah rancangan yang mencakup
semua jenis penelitian yang pengukuran variabel-variabel dilakukan hanya satu
kali pada satu saat. Bentuk rancangan ini adalah variabel bebas dan terikat diukur
pada saat yang sama (Rosjidi Cholik Harun,dkk,2017).
Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahuihubungan self efficacy dan
dukungan suami terhadap pemeriksaan pap smear pada PUS (pasangan usia
subur) di kelurahan Pandeandengan cara menggambarkan secara detail dan
dilakukan dengan cara menyebarkan Kuesioner dalam kurun waktu tertentu.
4.2 Populasi dan Sampel Penelitian
4.2.1 Populasi
Populasi adalah kelompok subjek yang menjadi sasaran penelitian.
Populasi penelitian ini adalah seluruh Pasangan Usia Subur di Kelurahan
48
Pandean, dengan jumlah sasaran 151 orang yang berumur kurang atau lebih dari
30 tahun.
4.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu
sehingga dapat mewakili populasinya (Notoatmodjo, dalam SiregarYuki F, 2017).
Sampel dalam penelitian ini adalah PUS yang terdapat di Kelurahan Pandean.
Besar sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus Solvin sebagai
berikut (Nursalam dalam Rustam Sri W, 2016):
n = N z
1 + N (d)2
Keterangan :
N: Besar Populasi
n: Besar Sampel
d: Tingkat kepercayan atau ketepatan yang diinginkan
(Notoatmodjo dalam Rustam Sri W, 2016)
Maka :
N= 151
d2= 0,5
n = N z
49
1 + N (d)2
n = 151z
1 + 151 (0,5)2
n = 151 z
1 + 151 (0,0025)
n = 151z
1 + 0,377
n = 151z
1,37
n = 110,21
n =110
Dari perhitungan rumus diatasdidapatkan hasil akhir yaitu 110
responden.Sampel dalam penelitian ini adalah PUS di Kelurahan Pandean Kota
Madiun.Pengambilan sampel mengacu pada kriteria inklusi dan eksklusi yang di
tetapkan oleh peneliti.
50
1. Kriteria Inklusi adalah dimana subjek penelitian dalam sampel penelitian yang
memenuhi syarat sebagai sampel yaitu:
a. WUS atau PUS (istri)yang berusia kurang dari 21 tahun sampai dengan 45
tahun.
b. PUS yang tinggal satu rumah.
2. Kriteria Eksklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian tidak mewakili sampel
karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel yaitu:
a. PUS yang tidak bersedia menjadi responden.
b. PUS yang istrinya terdaftar di Puskesmas namun sedang bekerja di luar negeri.
4.3 Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan suatu proses seleksi sampel yang digunakan
dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel mewakili
seluruh keseluruhan populasi yang ada (Siregar, Yuki F, 2017).
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah probabilistik sampling
yaitu dengan menggunakan metode Simple Random Sampling, yaitu setiap
anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi
sebagai sampel. Prosedur pengambilan sampel dengan undian:
1. Peneliti mendaftar semua anggota populasi.
2. Setelah selesai didaftar, kemudian masing-masing anggota populasi diberi
nomor dalam satu kertas kecil-kecil.
3. Kertas kecil-kecil tersebut kemudian digulung atau dilinting.
51
4. Gulungan kertas tersebut kemudian dimasukkan kedalam wadah (misalnya
kotak atau kaleng) yang dapat digunakan untuk mengaduk sehingga tempatnya
tersusun secara acak.
5. Setelah proses pengadukan dianggap sudah merata, kemudian peneliti atau
orang lain yang diawasi peneliti mengambil lintingan kertas satu per satu
sampai diperoleh sejumlah sampel yang diperlukan.
4.4 Kerangka Kerja Penelitian
Dalam penyusunan skripsi ini kerangka kerja penelitiannya sebagai berikut :
Populasi :
PUS di Kelurahan Pandean Kota Madiun sejumlah 151
orang
Sampel :
Sampel penelitian berjumlah 110 orang
Teknik sampling : simple random sampling
Desain penelitian kuantitatif dengan menggunakan
metode cross sectional
Pengolahan data dengan menggunbakan uji chi square
Penyajian hasil dan kesimpulan
52
Gambar 4.1 Kerangka kerja penelitian
4.5 Variabel Penelitian
4.5.1 Definisi Variabel Penelitian
Variabel adalah konsep yang dapat diukur dan hasil pengukurannya bervariasi.
Variabel ada yang dapat diukur secara langsung dan ada yang tidak dapat diukur secara
tidak langsung dinamakan variabel laten (Sarmanu, 2017).
1. Variabel Independent (bebas)
Variabel bebas adalah stimulus aktivitas yang dimanipulasi oleh penelitian untuk
menciptakan suatu dampak (Nursalam dalam Arindi Lolyta C, 2018).Variabel
independent dalam penelitian ini adalah self efficacy dan dukungan suami.
2. Variabel Dependent (terikat)
Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas
(Notoatmodjo dalam Arindi Lolyta C, 2018). Variabel dependent dalam penelitian
ini adalah pemeriksaan pap smear.
4.5.2 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati
dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat diamati artinya
memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara
cermat terhadap suatu objek atau fenomena yang kemungkinan dapat diulangi
oleh orang lain (Nursalam dalam Arindi Lolyta C, 2018).
53
Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel
Variabel
Penelitian
Definisi
Operasional Parameter
Alat
Ukur Skala Skor
Kriteria
1 2 3 4 5 6
Independent :
Self Efficacy
Keyakinan individu
(PUS) akan
kemampuannya
untuk sukses dalam
melakukan
pemeriksaan pap
smear.
1. Tingkatan (level)
2. Kekuatan
(strength)
3. Generalisasi
(generality)
Kuesioner Nominal 1. Tidak: 0
2. Ya :1
1. Tidak Yakin jika
<50%
2.Yakin jika ≥ 50%
Independent :
Dukungan Suami
Dukungan suami
terhadap istri dalam
pemeriksaan Pap
smear.
1. Informatif
2. Emosional
3. Instrumental
4. Penilaian atau
penghargaan
Kuesioner Nominal 1. Tidak: 0
2. Ya: 1
1. Tidak Mendukung:
jika < 50%
2.Mendukung jika ≥
50%
Dependent :
Pemeriksaan Pap
Smear
Dilakukannya
pemeriksaan
deteksi dini kanker
leher rahim
(serviks) pada PUS
1. Usia < 21 tahun aktif
seksual : 3 tahun
sekali
2. Usia 21-29 tahun : 3
tahun sekali
3. Usia 30-65 tahun : 3-
5 tahun sekali jika
hasil tes sebelumnya
negatif
Kuesioner Nominal 1. Tidak:0
2. Ya:1
1.Tidak Rutin: < 3
tahun sekali
2. Rutin: ≥ 3-5 tahun
sekali
54
4.6 Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah alat atau fasilitas yang
digunakanpeneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan
hasilnyalebih baik. Dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih
mudahdiolah (Arikunto dalam Azmi Ulul, 2017). Adapun instrumen penelitian
yang dubutuhkan adalah sebagi berikut:
1. Kuesioner atau angket, yaitu yang digunakan sebagai alat ukur atau instrumen
pengumpulan data oleh peneliti.
2. Alat rekam berupa HP(handphone) atau kamera yang digunakan untuk proses
dokumentasi.
3. Bolpoin yang digunakan untuk menulis atau mengisi kuesioner.
4. Buku catatan yang digunakan untuk menuliskan hal-hal penting pada proses
tanya jawab.
Sebelum kuesioner digunakan dalam penelitian ini, kuesioner diuji coba
terlebih dahulu dengan mengukur validitas dan reabilitas kuesioner tersebut.
4.6.1 Uji Validitas
Prinsip validitas bertujuan untuk mengetahui kemampuan instrument untuk
mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, dalam Siregar Yuki F, 2017). Untuk
mengetahui validitas kuesioner atau checklist dilakukan dengan membandingkan
nilai r tabel dengan nilai r hitung. Nilai r tabel dilihat pada tabel r dengan
menggunakan df=n-2. Bila r hasil > r tabel, maka pertanyaan tersebut valid. Uji
validitas yang digunakan adalah pearson product moment. Jadi jika responden 20
maka df= 20-2= 18, maka r tabel 0,444. Pernyataan dikatakan valid apabila r
55
hitung > r tabel. Dapat dilihat dari Corrected Item Total Correlation. Untuk
menguji validitas pada penelitian ini dapat dilakukan di tempat atau lokasi yang
memiliki karakteristik yang sama dengan lokasi yang akan diteliti oleh peneliti
dengan jumlah responden sebanyak 20 orang yang dilakukan di Kelurahan
Josenan Kota Madiun.
Hasil pengolahan data untuk uji validitas variabel Self Efficacy dapat dilihat
dari tabel berikut:
Tabel 4.2 Hasil uji validitas self efficacy
No r hitung r tabel keterangan
1. 0,461 0,444 Valid
2. 0,704 0,444 Valid
3. 0,510 0,444 Valid
4. 0,558 0,444 Valid
5. 0,525 0,444 Valid
6. 0,612 0,444 Valid
Sumber: data primer diolah, 2019
Hasil pengolahan data untuk uji validitas variabel dukungan suami dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3 Hasil uji validitas dukungan suami
No r hitung r tabel Keterangan
1. 0,627 0,444 Valid
2. 0,530 0,444 Valid
3. 0,692 0,444 Valid
4. 0,503 0,444 Valid
5. 0,702 0,444 Valid
6. 0,462 0,444 Valid
Sumber: data primer diolah, 2019
Hasil Hasil pengolahan data untuk uji validitas variabel pap smear dapat
dilihat pada tabel berikut:
56
Tabel 4.4 Hasil uji validitas pemeriksaan pap smear
No r hitung r tabel Keterangan
1. 0,892 0,444 Valid
Sumber: data primer diolah, 2019
Hasil pengujian validitas menunjukkan bahwa r hitung lebih besar dari pada
r tabel.Artinya seluruh item kuesioner penelitian memiliki hubungan yang
signifikan dengan total skor. Maka variabel adalah “valid” atau sah digunakan
sebagai instrumen pengukuran dalam suatu penelitian.
4.6.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo Siregar Yuki F,
2017).Untuk mengetahui reliabilitas kuesioner atau checklist dilakukan dengan
membandingkan nilai r tabel dengan r hasil.Dalam uji reliabiltas sebagai nilai r
hasil adalah nilai alpha.Bila r alpha > dari r tabel, maka pertanyaan tersebut
reliable.Uji reliabilitas dapat dilakukan secara bersama-sama terhadap seluruh
pernyataan.Jika nilai α > 0,060 maka reliable.Uji reliabilitas menggunakan Alpha
Cronbach.
Uji reliabilitas instrumen bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat
alat ukur dapat mengukur secara konsisten objek yang akan diukur. Hasil
pengukuran yang relatif sama menunjukkan bahwa ada toleransi terhadap
perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran tersebut.
Apabila dari waktu ke waktu perbedaan sangat besar, maka hasil pengukuran
tidak dapat dipercaya dan dikatakan alat ukur tidak reliabel.
Hasil pengujian reliabilitas dapat dilihat pada tabel berikut:
57
Tabel 4.5 Hasil uji reliabilitas
No Variabel Alpha
hitung
Alpha
Cronbach
Keterangan
1. Self Efficacy 0,707 0,6 Reliabel
2. Dukungan Suami 0,640 0,6 Reliabel
3. Pemeriksaan Pap
Smear
0,1000 0,6 Reliabel
Sumber: data primer diolah, 2019
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pengujian reliabilitas
terhadap setiap item-item pernyataan adalah reliabel dan dapat digunakan untuk
penelitian karena nilai α > 0,6.
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.7.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Pandean (wilayah kerja Puskesmas
Demangan) Kota Madiun.
4.7.2 Waktu Penelitian
Tabel 4.7 Realisasi Kegiatan
No Keterangan Waktu Pelaksanaan
1. Pengajuan judul 1 Feb 2019
2. Penyusunan proposal skripsi 2 Feb – 10 Mei 2019
3. Seminar proposal skripsi 20 Mei 2019
4. Revisi proposal skripsi 28 Mei 2019
5. Penelitian 28 Juni- 20 Juli 2019
6. Konsultasi skripsi 22 Juli 2019
7. Seminar hasil 15 Agustus 2019
8. Revisi skripsi 17 Agustus-24
Agustus 2019
4.8 Prosedur Pengumpulan Data
4.8.1 Teknik Pengumpulan Data
58
Data yang diperoleh, terbagi atas dua jenis data, yaitu :
1. Data primer
Yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya. Data primer diperoleh dari
hasil penyebaran kuesioner kepada responden yaitu PUS yang terdaftar pada
Puskesmas Demangan Kota Madiun.
2. Data sekunder
Yaitu data yang tidak didapat langsung dari sumbernya, melainkan didapatkan
dari pihak lain. Data sekunder ini diperoleh peneliti dari Puskesmas Demangan di
bidang KIA yaitu, total PUS baik yang sudah mengikuti kegiatan pap smear
maupun belum dalam kurun waktu 3 tahun terakhir (2016-2018).
4.8.2 Teknik Pengolahan Data
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yangdiperoleh
atau dikumpulkan dan dilakukan setelah data terkumpul.Padatahapan ini peneliti
menghitung banyaknya kuesioner yang telah diisi,kemudian dijumlahkan
semuanya. Pada proses pengecekan tersebutdiperiksa apakah jawaban yang ada di
kuesioner sudah lengkap (semuapertanyaan sudah terisi jawabannya), jelas
(jawaban pertanyaan apakahtulisannya sudah jelas terbaca), relevan (jawaban
yang tertulis apakahrelevan dengan pertanyaan), dan konsisten (apakah antara
beberapapertanyaan yang berkaitan dengan isi jawaban konsisten). Dan
ternyatasemua responden telah memenuhi persyaratan maka dilanjutkan ke
prosespemberian kode.
59
2. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadapdata
yang terdiri dari beberapa kategori. Coding juga merupakan merubahdata
berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka/bilangan coding (Hastono dalam
Azmi Ulul, 2017).Pemberian kode dilakukan setelah semua data
telahdikumpulkan.
Tabel 4.8 Coding variabel penelitian
No Variabel Kategori Coding
1. Self efficacy
- Tidak
- Ya
0
1
2. Dukungan suami
- Tidak
Ya
0
1
3. Pemeriksaan pap smear - Tidak
Ya
0
1
3. Entry Data
Data yang telah dikumpulkan kemudian dimasukkan ke dalam program data
dan kemudian membuat distribusi umur dan penyakit, faktor perilaku, faktor
lingkungan, dan faktor pelayanan kesehatan.
4. Cleaning (Pembersihan Data)
Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan kembalidata
yang sudah dimasukkan apakah ada kesalahan atau tidak. Proses yang dilakukan
setelah data masuk ke dalam computer.Data akan diperiksa apakah adalah
kesalahan atau tidak, jika terdapat datayang salah, diperiksa oleh pross cleaning
ini.
60
4.9 Teknik Analisis Data
Analisa data dilakukan setelah semua data terkumpul dengan melalui
beberapa tahap, yaitu editing untuk memeriksa data responden dan memastikan
bahwa semua jawaban telah diisi, kemudian data yang sesuai diberi kode untuk
memudahkan melakukan tabulasi dan analisa data, selanjutnya memasukkan
(entry) data ke komputer dan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan
teknik komputerisasi. Analisa data yang dilakukan meliputi analisa univariat dan
bivariat.
1. Analisa Univariat
Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan untuk menganalisis tiap
variabel dari hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi
yang dinarasikan (Notoatmodjo,2012). Analisis ini digunakan untuk memberikan
gambaran umum terhadap data hasil penelitian. Data tersebut diwajibkan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi hanya menghasilkan distribusi dan presentase
dari tiap variabel independentyaitu self efficacy dan dukungan suamiserta
variabeldependent yaitu pemeriksaan pap smear.
2. Analisa Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan yang
bermakna secara statistik antara variabel independent dengan variabel dependentdengan
uji chi square menggunakan program SPSS versi 16. Melalui uji chi square dengan nilai
α = 0,05, jika nilai p< 0,05 maka terdapat hubungan dan jika nilai p ≥ 0,05 maka tidak
61
terdapat hubungan. Jika chi square tidak memenuhi syarat akan dilakukan uji
alternatifnya, yaitu Fisher. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel.
Ketentuan yang berlaku pada uji chi square yaitu:
a. Bila tabelnya 2x2, dan tidak ada nilai E<5 maka uji yang dipakai sebaiknya “
ContinuityCorrection”.
b. Bila tabel 2x2, dan ada nilai E<5 maka uji yang dipakai adalah “Fisher’s Exact Test”.
c. Bila tabelnya lebih dari 2x2 maka digunakan uji “Pearson Ci Square”.
Syarat pembacaan hasil output Chi square dalam spss yaitu:
1. Jika nilai RP > 1, artinya ada hubungan dan variabel tersebut menjadi faktor resiko.
2. Jika nilai RP < 1, artinya ada hubungan namun variabel tersebut tidak menjadi faktor
resiko.
3. Jika nilai RP = 1, artinya variabel bebas tersebut tidak menjadi faktor resiko.
4. Derajat kepercayaan (Confident Interval 95%), batas kemaknaan α= 0,05 (5%).
4.10 Etika Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan etika penelitian berdasarkan Nursalam dalam
Siregar Yuki F, 2017) :
1. Confidentiality (kerahasiaan)
Informasi dari responden dijamin kerahasiaannya oleh peneliti. Kerahasiaandijamin
dengan tidak mencantumkan identitas responden pada lembarkuesioner serta informasi
akan disimpan dan tidak dapat diakses oleh oranglain. Selanjutnya lembar pengisian data
disimpan sebagai prosespengumpulan data selesai. Informasi yang telah didapatkan oleh
peneliti tidakdisebarkan ke orang lain hanya digunakan untuk kepentingan penelitian saja.
2. Beneficience (manfaat)
Prinsip ini mengharuskan peneliti untuk memperkecil resiko danmemaksimalkan
manfaat baik manfaat untuk kepentingan manusia secara individu atau masyarakat secara
62
keseluruhan.Penelitian ini memiliki resiko sangat rendah karena pada penelitian ini hanya
diberikan pertanyaan dalam bentuk kuesioner dan tidak dilakukan perlakuan ataupun ujia
coba.
3. Justice (adil)
Dalam peelitian, peneliti harus adil terhadap responden. Semua respondendiberikan
kuesioner yang sama tanpa membeda-bedakan. Responden akandiberi penjelasan
kemudian mengisi lembar kuesioner yang sama.
4. Non maleficence (tidak membahayakan)
Prinsip ini adalah kewajiban untuk tidak membahayakan
respondenpenelitian.Responden berhak memutuskan dengan sukarela dengan apakah ikut
ambil bagian dalam penelitian tanpa resiko yang merugikan.Pada penelitian ini resikonya
sangat kecil dikarenakan tidak melakukan uji coba, responden hanya dimintai
kesediaannya mengisi lembar kuesioner.
63
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum
5.1.1 Kondisi Umum Kelurahan Pandean
Secara geografis letak Kelurahan Pandean berada di wilayah selatan Kota
Madiun Jawa Timur. Wilayah Kelurahan Pandean didominasi oleh penggunaan
lahan pemukiman padat penduduk, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Pangongangan dan Kecamatan
Manguharjo.
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Demangan dan Taman serta
Kecamatan Taman.
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Banjarejo, Taman, dan Kejuron
serta Kecamatan Taman.
d. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Nambangan Kidul dan Nambangan
Lor serta Kecamatan Manguharjo.
64
Gambar 5.1 Peta Kelurahan Pandean
Secara administratif Kelurahan Pandean terdapat 18 RW dan 59 RT
dengan jumlah penduduk 10.750 jiwa yang terdiri dari 5.237 jiwa penduduk laki-
laki dan 5.513 jiwa penduduk perempuan.
5.2 Hasil Penelitian
5.2.1 Data Umum
Sesuai dengan penelitian populasi yang telah dilakukan oleh peneliti, maka
peneliti memperoleh data dari responden berdasarkan umur, pendidikan terakhir,
dan pekerjaan. Sehingga dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
1. Karakteristik umur PUS (istri) di Kelurahan Pandean Kota Madiun.
Berdasarkan hasil penelitian karakteristik responden berdasarkan umur PUS
(istri) di Kelurahan Pandean Kota Madiun Tahun 2019 dapat dilihat pada tabel
di bawah ini:
65
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur PUS (istri) di
Kelurahan Pandean Kota Madiun Tahun 2019
No Umur Jumlah Persentase (%)
1. 15-26 24 21,8 %
2. 27-37 44 40%
3. 38-49 42 38,2%
TOTAL 110 100
Sumber: Data Primer 2019
Berdasarkan tabel 5.1 diatas dapat diketahui presentase pada kelompok umur
responden PUS (istri) di Kelurahan Pandean Kota Madiun tahun 2019 dengan
menggunakan SPSS 16.0, presentase tertinggi terdapat pada umur 27-37 tahun
sebesar 40% dengan jumlah 44 responden.
2. Karakteristik tingkat pendidikan PUS (istri) di Kelurahan Pandean Kota
Madiun .
Berdasarkan hasil penelitian karakteristik responden pada tingkat pendidikan
terakhir di Kelurahan Pandean Kota Madiun Tahun 2019 dapat dilihat pada tabel
di bawah ini:
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pendidikan
terakhirPUS (istri) di Kelurahan Pandean Kota Madiun Tahun 2019
No Pendidikan Jumlah Persentase (%)
1. DASAR(SD-SMP) 11 10,0%
2. MENENGAH (SMA) 93 84,5%
3. TINGGI
(DIPLOMA/SARJANA)
6 5,5%
TOTAL 110 100
Sumber: Data Primer 2019
Berdasarkan tabel 5.2 diatas dapat diketahui presentase pada kelompok
pendidikan terakhir responden PUS(istri) di Kelurahan Pandean Kota Madiun
66
Tahun 2019 dengan menggunakan SPSS 16.0, presentase tertingi terdapat pada
kelompok Pendidikan SMA (Sekolah Menengah Atas) sebesar 84,5% dengan
jumlah responden 93 responden.
3. Karakteristik pekerjaan PUS (istri) di Kelurahan Pandean Kota Madiun
Berdasarkan hasil penelitian karakteristik responden berdasarkan pekerjaan di
Kelurahan Pandean Kota Madiun Tahun 2019.
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaanPUS (istri) di
Kelurahan Pandean Kota Madiun Tahun 2019
No Pekerjaan Jumlah Persentase (%)
1. Ibu Rumah Tangga 77 70%
2. PNS 3 2,7%
3. Wiraswasta 11 10%
4. Petani 0 0%
5. Lain-Lain 19 17,3%
TOTAL 110 100
Sumber: Data Primer 2019
Berdasarkan tabel 5.3 diatas dapat diketahui presentase pada kelompok
pekerjaan responden PUS (istri) di Kelurahan Pandean Kota Madiun Tahun 2019
dengan menggunakan SPSS 16.0, mayoritas pekerjaan terdapat pada kelompok
Ibu Rumah Tangga (IRT) sebesar 70% dengan jumlah 77 responden.
5.2.2 Data Khusus
1. Hasil Self Efficacy terhadap pemeriksaan Pap Smear
Dari hasil penilaian diperoleh data distribusi responden berdasarkan self
efficacy PUS (istri) di dapat hasil sebagai berikut:
67
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Self Efficacyterhadap pemeriksaan pap smearPUS
(istri) di Kelurahan Pandean Kota Madiun Tahun 2018
No Self Efficacy PUS (istri) Jumlah (n) Presentase (%)
1. Tidak Yakin 104 94,5%
2. Yakin 6 5,5%
Total 110 100
Sumber: Data Primer 2019
Berdasarkan tabel 5.4 diatas dapat diketahui PUS (istri) yang yakin terhadap
pemeriksaan pap smear sebanyak 5,5% dengan jumlah 6 responden. Sedangkan
PUS (istri) yang tidak yakin terhadap pemeriksaan pap smear sebanyak 94,5 %
dengan jumlah 104 responden.
2. Hasil Penilaian Dukungan Suami pada Terhadap Pemeriksaan Pap Smear pada
PUS (istri)
Dari hasil penelitian diperoleh data distribusi responden berdasarkan dukungan
suami di dapat dari hasil sebagai berikut:
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi dukungan suami terhadap pemeriksaan pap
smearpada PUS (istri) di Kelurahan Pandean Kota Madiun Tahun 2019
No Dukungan Suami pada
PUS (istri)
Jumlah (n) Presentase (%)
1. Tidak Mendukung 93 84,5%
2. Mendukung 17 15,5%
Total 110 100
Sumber: Data Primer 2019
Berdasarkan tabel 5.5 diatas dapat diketahui suami PUS (istri) yang tidak
mendukung pemeriksaan pap smearsebanyak 84,5% dengan jumlah 93 responden.
Sedangkan suami yang mendukung sebanyak 15,5% dengan jumlah 17 responden.
68
3.Hasil Penilaian pemeriksaan pap smear pada PUS (istri)
Dari hasil penelitian diperoleh data distribusi responden berdasarkan
pemeriksaan pap smear yang dilakukan oleh PUS (istri) didapat hasil sebagai
berikut:
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi pemeriksaan pap smear yang dilakukan PUS (istri)
di Kelurahan Pandean Kota Madiun Tahun 2019
No Pemeriksaan Pap Smear Jumlah (n) Presentase (%)
1. Tidak Rutin 88 80%
2. Rutin 22 20%
Total 110 100
Sumber: Data Primer 2019
Berdasarkan tabel 5.6 diatas dapat diketahui PUS (istri) yang tidak rutin
melakukan pap smear sebanyak 80% dengan jumlah 88 responden. Sedangkan
PUS (istri) yang rutin melakukan pap smear sebanyak 20% dengan jumlah 22
responden.
Pada analisis bivariat, variabel independent (self efficacy dan dukungan
suami) dihubungkan dengan variabel dependent (pemeriksaan pap smear).
Penelitian ini menggunakan uji statistic dengan uji cgi square dengan α= 0,05 dan
diolah dengan aplikasi SPPS 16.0 for windows.
1. Hubungan antara Self Efficacyterhadap pemeriksaan pap smear pada PUS
(istri)
Dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil dari tabulasi silang tentang
hubungan self efficacy terhadap pemeriksaan pap smear pada PUS (istri) sebagai
berikut:
69
Tabel 5.7 Tabulasi silang self efficacy terhadap pemeriksaan pap smearpada PUS
(istri) di Kelurahan Pandean Kota Madiun Tahun 2019
Self Efficacy
Pemeriksaan Pap Smear
Tidak
Rutin
Rutin Total P-
value
Rp
95%
CI
N % N % N %
Tidak Yakin
85 82,5% 18 17,5% 103 100,0% 0,029 6,296
(1,296-
30,598) Yakin 3 42,9% 4 57,1% 7 100,0%
Sumber: Data Primer 2019
Berdasarkan tabel 5.7 diatas dapat diketahui bahwa PUS (istri) yang tidak
rutin melakukan pap smear dengan sikap tidak yakin lebih banyak yaitu 85 orang
(82,5%) dibandingkan sikap yakin yaitu sebanyak 3 orang (42,9%) .
Hasil analisis uji Chi- Square, hubungan self efficacy terhadap pemeriksaan
pap smear pada PUS (istri) menunjukkan bahwa nilai signifikansi yaitu 0,029
kurang dari α= 0,05. Maka, dapat diambil kesimpulan bahwa secara uji statistik
ada hubungan antara self efficacy dengan pemeriksaan pap smear. Hasil
perhitungan resiko didapatkan nilai RP > 1 yang artinya self efficacy menjadi
faktor resiko terhadap pemeriksaan pap smear.PUS (istri) yang yakin 6,296 kali
memiliki peluang untuk rutin melakukan pap smear dibandingkan PUS (istri)
yang tidak yakin.
2. Hubungan Dukungan suami terhadap pemeriksaan pap smear pada PUS (istri)
Dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil dari tabulasi silang tentang
hubungan dukungan suami terhadap pemeriksaan pap smearpada PUS (istri)
sebagai berikut:
70
Tabel 5.8 Tabulasi silang dukungan suami terhadap pemeriksaan pap smear pada
PUS (istri) di Kelurahan Pandean Kota Madiun Tahun 2019
Dukungan suami
Pemeriksaan Pap Smear
Tidak
Rutin
Rutin Total P-
valu
e
Rp
95%
CI
N % N % N %
Tidak Mendukung
76 80,9
%
18 19,
1%
94 100,0
%
0,73
5
1,404
(0,406-
4,877) Mendukung 12 75,0
%
4 25,
0%
16 100,0
%
Sumber: Data Primer 2019
Berdasarkan tabel 5.8 diatas, diketahui bahwa PUS (istri) yang tidak rutin
melakukan pap smear dengan tidak mendapatkan dukungan dari suami lebih
banyak yaitu 76 orang (80,9%) dibandingkan dengan PUS (istri) yang
mendapatkan dukungan yaitu 12 orang (75,0%).
Hasil uji Chi-Square hubungan antara dukungan suami terhadap
pemeriksaan pap smear pada PUS(istri) menunjukkan bahwa nilai signifikansi
yaitu 0,735 lebih dari α = 0,05. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa secara uji
statistik tidak ada hubungan antara dukungan suami terhadap pemeriksaan pap
smearpada PUS (istri). Hasil perhitungan resiko didapatkan nilai RP >1 namun
range 0,406-4,877 (tidak melewati angka 1) yang artinya dukungan suami tidak
menjadi faktor resiko terhadap pemeriksaan pap smear.
5.3 Pembahasan
5.3.1Self Efficacy terhadap pemeriksaan pap smear
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat self efficacy PUS (istri) di
Kelurahan Pandean Kota Madiun yang menyatakan Tidak Yakin 94,5% dengan
jumlah 104 responden.
71
Dari 110 responden terdapat beberapa faktor yang menunjukkan bahwa
self efficacy PUS (istri) mayoritas tidak yakin sebesar 94,5% dikarenakan tidak
diinginkannya PUS (istri) jika diperiksa oleh dokter atau petugas kesehatan laki-
laki. Serta dari berbagai aktivitas yang cukup padat seperti bekerja atau mengurus
anak, dengan semikian PUS (istri) belum bisa meluangkan waktu untuk ikut serta
dalam pemeriksaan pap smear. Sebagian PUS (istri) juga merasa malu, cemas,
bahkan takut terhadap proses pemeriksaaan pap smear karena menyangkut hal
sensitif jika mengetahui hasil pap smear nantinya.
Self efficacy merupakan keyakinan serta kemampuan seseorang dalam
melakukan suatu bentuk kontrol diri terhadap keberfungsian individu itu sendiri
dan kejadian dalam lingkungan. Efikasi diri dilandaskan dari agen manusia,
efikasi merujuk pada keyakinan diri seseorang bahwa orang tersebut memiliki
kemampuan untuk melakukan suatu perilaku (Feist&Feist,2010) .
Dengan demikian penelitian ini sesuai dengan penelitian Ni ketut, Dwi
iqlima, Lailatul Fani (2017) bahwa hasil penelitian menunjukkan rata-rata
responden mengalami kecemasan sebelum melakukan pemeriksaan kanker
serviks. Dikarenakan responden masih belum menjalalani proses pemeriksaan
IVA atau pap smear terkait dengan upaya pencegahan kanker serviks.
Hal ini juga sesuai dengan penelitian Bandura, dalam Ni‟mah Ainun yang
menyatakan budaya mempengaruhi self efficacy melalui nilai (values),
kepercayaan (belief). Dan proses pengaturan diri ( self-regulatory process) yang
berfungsi sebagai sumber penilaian self efficacy dan juga sebagai konsekuensi dari
keyakinan akan self efficacy.
72
Faktor lain yang dapat mempengaruhi self efficacy individu adalah insentif
yang diperolehnya. Bandura menyatakan salah satu faktor yang dapat
meningkatkan self efficacy adalah competent contingens incentive, yaitu insentif
yang diberikan oleh orang lain yang mereflesikan keberhasilan seseorang.
Dukungan berupa suport dan memperhatikan perkembangan di sebelum maupun
sesudah pemeriksaaan. Dukungan tersebut bisa didapatkan melalui suami, anak,
teman, maupun orang lain.
Dari faktor tersebut menurut peneliti, yang dapat atau harus dilakukan
PUS (istri) agar tidak cemas atau takut akan pemeriksaan pap smear terlebih
dahulu mencari informasi (sharing) kepada keluarga, tetangga, ataupun teman
yang sudah berpenegalaman melakukan pap smear. Dengan mengetahui informasi
tersebut tentunya akan menambah rasa yakin kemudian mampu melakukan pap
smear dengan rutin. Karena pada dasarnya program pap smear sangatlah penting
khususnya bagi para WUS untuk mencegah terjadinya kanker serviks.
5.3.2 Dukungan Suami Terhadap Pap Smear
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan suami terhadap pemeriksaan
pap smear pada PUS (istri) di Kelurahan Pandean Kota Madiun yang menyatakan
tidak mendukung pemeriksaan pap smear sebanyak 84,5% dengan responden 93
orang.
Dari 110 responden yang menyatakan tidak mendapatkan dukungan
sebanyak 84,5% dikarenakan tidak pernah diberikannya informasi tentang pap
smear oleh suami atau anggota keluarga lainnya. Dari segi dukungan instrumental
yang di dapatkan oleh istri, suami tidak ada waktu untuk mengantar serta
73
menemani saat pemeriksaan dikarenakan kesibukan bekerja ataupun sedang
berkepentingan di luar kota. Suami ataupun anggota keluarga yang lain juga
kurang mampu jika menyiapkan biaya untuk pemeriksaan pap smear jika
pengobatan dilakukan secara mandiri.
Dukungan suami adalah upaya yang diberikan oleh suami baik secara
mental, fisik, maupun sosial (Effendi& Mukhfudli,2009).
Hal ini sesuai dengan penelitian Siregar Yuki F (2017), yang menyatakan
bahwa wanita yang mendapatkan dukungan sosial yang baik cenderung
melakukan pemeriksaan Pap smear.Dukungan sosial yang dimaksud
adalahdukungan dari suami, keluarga, teman. Besarnya kontribusi dukungan dari
orang atau kelompok terdekat akan memperkuat alasan bagi seseorang untuk
melakukan pemeriksaan Pap smear.
Oleh karena itu, dalam rangka mengubah paradigma dan pencapaian
kesehatan masyarakat khususnya kesehatan wanita. Dengan demikian diharapkan
suami dan keluarga dapat memberikan dukungan dan memotivasi Ibu untuk
melakukan pemeriksaan pap smear secara rutin dan tepat waktu.
Menurut peneliti, dukungan suami ataupun keluarga yang lain tidak hanya
berupa dukungan penilaian ataupun penghargaan (support) saja namun istri juga
membutuhkan adanya dukungan secara instrumental maupun emosional. Seperti
meluangkan untuk mengantarkan dan menemani istri serta mengingatkan untuk
pap smear kembali dan ikut mengontrol hasil pemeriksaaan.
74
5.3.3 Pemeriksaan Pap Smear
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar PUS (istri) yang tidak
rutin melakukan pap smear di Kelurahan Pandean Kota Madiun sebanyak 88%
dengan jumlah responden sebanyak 88 orang.
Hal tersebut dikarenakan adanya berbagai faktor dari PUS (istri) sendiri dan
adanya kepentingan yang tidak dapat ditinggalkan faktor tersebut bertepatannya
jadwal pemeriksaan dengan menstruasi, tidak ada yang mengurus anak
dikarenakan suami bekerja, serta keperluan yang mendadak yang tidak bisa
ditinggalkan.Tidak sedikit pula PUS (istri) yang lupa dengan jadwal pemeriksaan.
Pap smear merupakan suatu metode pemeriksaan sel-sel yang diambil dari
leher rahim dan kemudian diperiksa d bawah mikroskop.Pap smear merupakan
tes yang aman dan murah yang telah disepakati bertahun-tahun lamanya untuk
mendeteksi kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel leher rahim (Diananda,
2009).
Menurut peneliti, langkah yang harus dilakukan agar rutin melakukan pap
smear yaitu membuat kesepakatan terlebih dahulu dengan suami ataupun keluarga
yang lain jika akan mengikuti pap smear untuk menjaga anak (meminta tolong).
Jika terbentur dengan waktu menstruasi atau kepetingan penting lainnya bisa ikut
program pap smear periode kedua yang dilaksanakan oleh Puskesmas setempat.
5.3.4 Hubungan Self Efficacy Terhadap Pemeriksaan Pap Smear Pada PUS
(Istri)
Berdasarkan hasil analisis bivariat menggunakan Chi – Square untuk
mengetahui hubungan antara self efficacy terhadap pemeriksaan pap smear pada
75
PUS di Kelurahan Pandean diperoleh nilai p (0,029) < α (0,05) yang diartikan
bahwa ada hubungan antara self efficacy terhadap pemeriksaan pap smear pada
PUS di kelurahan pandean. Dengan frekuensiPUS (istri) yang tidak rutin dan tidak
yakin sebesar 82,5% dengan jumlah 85 responden, sedangkan PUS yang
rutinnamun tidak yakin hanya 17,5% atau berjumlah 18 orang. Dan hasil RP=
6,296 yang berarti PUS (istri) yang yakin memiliki peluang 6,296 kali untuk rutin
melakukan pap smear.
Faktor yang mempengaruhi self efficacy adalah kondisi fisik dan emosi
(somatic and emotional state).Seseorang juga mengandalkan pada kondisi fisik
dan emosi untuk menilai kemampuan mereka. Reaksi stres dan ketegangan akan
dianggap sebagai tanda bahwa mereka akan memiliki perfoma yang buruk,
sehingga akan menurunkan self efficacy mereka.
Jenis kelamin juga berpengaruh terhadap self efficacy.Hal ini dapat dilihat dari
penelitian Bandura (1997) yang menyatakan bahwa wanita self efficacynya lebih
tinggi dalam mengelola perannya. Wanita yang memiliki peran selain sebagai ibu
rumah tangga juga sebagai wanita karir akan memiliki self efficacy yang tinggi
dibandingkan dengan pria yang bekerja.
Orang dengan self efficacy tinggi mereka mampu mendekati tugas sulit
sebagai tantangan yang harus dikuasai bukan sebagai ancaman yang dihindari
seseorang dengan self efficacy tinggi percaya bahwa mereka mampu melakukan
sesuatu untuk mengubah kejadian-kejadian di sekitarnya (Shohifatul dalam
Anggraeni S, 2017).
76
Menurut peneliti,Self Efficacy masyarakat khusunya PUS (istri) di
Kelurahan Pandean sebenarnya sudah terlihat meningkat, mereka paham akan
kesehatan pentingnya menjaga kesehatan reproduksi. Para petugas kesehtatan
kader setempat juga berperan aktif untuk memberikan informasi (penyuluhan) dan
mengajak para PUS (istri) agar mengikuti program pap smear secara gratis dari
pemerintah yang dilaksanakan oleh Puskesmas setempat. Namun sebagian besar
para PUS (istri) untukmembuang rasa takut akan pemeriksaan pap smear masih
sangat rendah.Hal ini yang menjadi penghambat PUS (istri) tidak rutin melakukan
pap smear.
5.3.5 Hubungan Dukungan Suami Terhadap Pemeriksaan Pap Smear Pada
PUS (Istri)
Berdasarkan hasil analisis bivariat menggunakan Chi – Square untuk
mengetahui hubungan antara dukungan suami terhadap pemeriksaan pap smear
pada PUS di Kelurahan Pandean diperoleh nilai p (0,0735) > α (0,05) yang
diartikan bahwa tidak ada hubungan antara dukungan suami terhadap pemeriksaan
pap smear pada PUS di kelurahan pandean. Dengan nilai RP=1,404 yang berarti
dukungan suami bukan menjadi faktor resiko terhadap pemeriksaan pap smear.
Dengan frekuensi PUS (istri) yang tidak rutin dan tidak mendapat dukungan
sebesar 80,9% atau sejumlah 76 orang, sedangkan PUS (istri) yang rutin namun
tidak mendapatkan dukungan yaitu 19,1% atau 18 orang.
Sumber dukungan banyak diperoleh individu dari lingkungan sekitarnya,
oleh karena itu sumberdukungan keluarga ini efektif bagi individu yang
memerlukan. Sumber dukungan suami merupakan aspek yang penting untuk
77
peningkatan kesehatan reproduksi maka perlu diketahui dan dipahami. Cara untuk
mengukur dukungan suami kepada istri dapat dilihat dengan cara memberikan
dukungan informasi, empati, simpati, menolong jika mengalami kesulitan, serta
memberikan penilaian seperti pujian ataupun teguran (Nursalam dalam Anggraeni
S, 2017).
Salah satu faktor yang dapat meningkatkan perilaku wanita usia subur
untuk deteksi dini kanker serviks adalah dukungan sosial yang dapat diberikan
oleh suami, karena keluarga terutama suami dapat lebih aktif dan lebih kuat dalam
memberikan baik bantuan secara emosional maupun instrumental (Linadi dalam
Winarni A, 2016).
Menurut peneliti, dukungan suami di Kelurahan Pandean sudah baik. Hal
ini dibuktikan istri mendapatkan ijin dan semangat setiap waktu untuk melakukan
pap smear. Namun dengan terbatasnya kewajiban untuk mencari nafkah (bekerja),
suami tidak punya waktu untuk mengantar ataupun menemani istri saat
pemeriksaan.Pihak keluarga lain maupun tetangga juga kurang dalam memberikan
dukungan sosialnya karena keterbatasan kepentingan masing-masing (sedang
bekerja atau tidak mempunyai waktu jika PUS menitipkan anak). Hal tersebut
yang mempengaruhi rutinitas PUS (istri) dalam pemeriksaan pap smear.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Pada bab ini akan dibahas kesimpulan dan saran dari hasil penelitian tentang
hubungan self efficacy dan dukungan suami terhadap pemeriksaan pap smear
pada PUS di Kelurahan Pandean Kota Madiun, sebagai berikut:
1. PUS (istri) di Kelurahan Pandean Kota madiun sebagian besar menyatakan
tidak yakin terhadap pemeriksaan pap smear sebanyak 94,5%.
2. PUS (istri) yang tidak mendapat dukungan suami sebagian besar sebanyak
85,5%.
3. Ada hubungan self efficacy terhadap pemeriksaan pap smear pada PUS di
Kelurahan Pandean Kota madiun dengan hasil p value = 0,029, RP (95% CI)=
6,296 (1,296-30,598).
4. Tidak ada hubungan dukungan suami terhadap pemeriksaan pap smear pada
PUS di Kelurahan Pandean Kota Madiun dengan hasil p= 0,735, RP (95% CI)=
1,404 (0,406-4,877).
79
6.2 Saran
1. Bagi masyarakat (PUS)
Diperlukan suatu upaya untuk lebih meningkatkan kepedulian pada diri sendiri
dalam hal kesehatan reproduksi guna mencegah terjadinya penyakit kanker
serviks serta dibutuhkan dukungan suami dan anggota keluarga lain maupun
tetagga atau teman baik berupa dukungan informasional, instrumental, emosional,
maupun penilaian (penghargaan). Jika PUS (istri) berhalangan untuk ikut serta
dalam pemeriksaan periode pertama dapat mengikuti pemeriksaan pada periode
selanjutnya (kedua) di tahun yang sama yang dilaksanakan oleh pihak Puskesmas
setempat.
2. Bagi Stikes Bhakti Husada Mulia
Informasi dari penelitian ini diharapakan mendorong pihak institusi untuk
dapat berperan dalam melakukan penyuluhan atau memberikan edukasi kepada
PUS tentang pemeriksaan pap smear.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya, peneliti sarankan untuk melakukan penelitian
lanjutan tentang hal-hal yang berhubungan dengan pap smear dan mengambil
faktor lain seperti pengetahuan ataupun pengaruh penyuluhan tentang adanya
program pap smear sehingga dapat mempengaruhi keikutsertaan PUS dalam
pemeriksaan pap smear agar lebih meningkat kedepannya.
80
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, Suci. 2017. Self Efficacy Wanita Usia Subur Untuk Melakukan Pap
Smear Ditinjau Dari Pengetahuan Dan Dukungan Suami. Viva
Medika.10(18):90.Diakses Pada Tanggal 31 Januari melalui:
http://ejournal.uhb.ac.id/index.php/VM/article/view/145/117
Arindi, Lolyta C. 2018. Hubungan Sikap Dan Motivasi Pasangan Usia Subur
Dengan Pemeriksaan Pap Smear.Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Insan. Cendekia Medika.Diakses pada tanggal 14 April
melalui:https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&ul
Azmi, ulul. 2017. Analisis Gambaran Faktor Wanita Usia Subur (WUS)
Terhadap Pemeriksaan Pap Smear Di Rsud. Lanto Dg. Pasewang
Jeneponto. Skripsi.UIN Alauddin Makassar.Diakses pada tanggal 11
Februari melalui:https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url
Benedikta, klasia. 2016. Gambaran Dukungan Suami Terhadap Deteksi Dini
Kanker Serviks Pada Pasangan Usia Subur Di Rt I Dusun Ngasem Desa
Timbulharjo Sewon Bantul Yogyakarta . Karya Tulis Ilmiah. Stikes Jenderal
Achmad Yani Yogyakarta. Diakses pada tanggal 11 februari melalui:
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository
.unjay.ac.id/2532/1/klesia
Fitriana,farokta.2017.Dukungan Suami Dengan Minat Ibu Dalam Pemilihan
KontrasepsiIUD.Skripsi.Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia
Medika Jombang.Diakses pada tanggal 15 Maret
melalui:https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&ur
Harnilawati, 2013.Konsep Dan Proses Keperawatan Keluarga.Sulawesi Selatan:
Pustaka As Salam.
Kemenkes RI. 2015. InfoDATINPusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan
RI.Jakarta.
Lestari, Titik. 2015. Kumpulan Teori Untuk Kajian Pustaka Penelitian Kesehatan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Masturoh, Eminia.2016. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Wanita Usia Subur
(WUS) Dalam Melakukan Deteksi Dini Kanker Serviks Metode Inspeksi
Visual Asam Asetat (Iva).Skripsi.Universitas Negeri Semarang.Diakses
pada tanggal 16 maret
melalui:https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url
81
Media komunikasi kementrian RI, 2015. http:mediakom sehat
negeriku.com/penderita-kanker-di-indonesia meningkat/.Diunduh pada
tanggal 27 Februari 2019.18.00
Musyriqoh, S. 2016. Hubungan Dukungan Suami Dengan Perilaku Pencegahan
Terhadap Kanker Serviks Pada Wanita Dewasa Awal Di Desa Balung Lor
Kecamatan Balung Kabupaten Jember.Skripsi.Universitas Jember.Diakses
pada tanggal 12 April melalui
:https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&ur
Ni‟mah, Ainun.2014. Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Self Efficacy
dalam Menyelesaikan Skripsi PadaMahasiswa Jurusan Bimbingan Dan
Konseling Universitas Negeri Semarang. Skripsi.Universitas Negeri
Semarang.Diakses pada tanggal 17 Februari
melalui:https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&ur
Nuriana Fella. 2016. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap KB Dengan Jumlah
Anak Terakhir Pada PUS Akseptor Di Kelurahan Pakintelan Kecamatan
Gunungpati Kota Semarang.Skripsi.Universitas Negeri Semarang.Diakses
padatanggal 19 Maret melalui:
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url
Profil Kesehatan Jawa Timur.Cakupan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Dengan
Metode 4A Dan Kanker Payudara Dengan Pemeriksaan Klinik (CBE) Dan
Kabupaten Kota.2017.Diakses pada tanggal 18 Maret
melalui:https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url
Profil Kesehatan Kota Madiun.Cakupan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim
Dengan Metode Iva Dan Kanker Payudara Dengan Pemeriksaan Klinis
(Cbe) Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Kota Madiun. Lampiran
26.2017. Diakses pada tanggal 23 Februari
melalui:https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://di
nkes.madiunkota.go.id/wpcontent/uploads/2018/10/PROFILKESEHATAN2
017.pdf&ved=2ahUKEwigrOjc0a3iAhWg_XMBHXRdA1gQFjAAegQICh
AC&usg=AOvVaw1hwdIOSa_zK10bzxc7Wxq_
Rahma, RA. 2012. Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Minat WUS (Wanita
Usia Subur) Dalam Melakukan Pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Dengan
Pulasan Asam Asetat) Di Desa Pangebatan Kecamatan Karanglewas
Kabupaten Banyumas.Jurnal Ilmiah Kebidanan. 3(1): 5.Diakses pada
tanggal 21 Februari
melalui:https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url
Rosjidi Cholik H, Isro‟in Laily, Wahyuni Nurul S. 2017. Penyusunan Proposal
dan Laporan Penelitian Step by Step. Ponorogo:Unmuh Ponorogo Press.
82
Rio Susi, Sri Eunike. 2017.Persepsi Tentang Kanker Serviks Dan Upaya
Prevensinya Pada Perempuan Yang Memiliki Keluarga Dengan Riwayat
Kanker.Jurnal Kesehatan Reproduksi. 4(3):4-11.Diakses pada tanggal 25
Januari melalui:https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url
Rustam, Sri Wahyuni. 2016. Gambaran Tingkat Pengetahuan Pasangan Usia
Subur Tentang Alat Kontrasepsi KondomSebagai Salah Satu Pencegahan
HIV/AIDS Di Lingkungan Butadidia Kelurahan Mawang. Skripsi.
Universitas Islam Negeri Alauddin Makasar. Diakses pada tanggal 17 Maret
melalui: https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url
Sarmanu. 2017. Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif ,Kualitatif, Dan
Statistika. Surabaya. Airlangga University Press.
Setianingsih, Fitri. 2017. Hubungan Pengetahuan WUS Tentang Deteksi Dini
Kanker Serviks Dengan Upaya Pencegahan Yang Dilakukan WUS Di
Puskesmas Turi Sleman. Universitas „Aisiyah. Yogyakarta. Diakses pada
tanggal 22 Maret melalui:
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url
Silalahi, Veronica,dkk. 2016. Efektivitas Audio visual dan Booklet sebagai Media
Edukasi untuk Meningkatkan Perilaku Skrining IVA. Jurnal MKMI.
14(3):305. Diakses pada tanggal 4 Maret melalui:
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url
Siregar, Yuki F. 2017. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Wanita Usia
Subur (WUS) Melakukan Pap Smear Di Kecamatan Medan Tuntungan Kota
Medan. Skripsi.Universitas Sumatra Utara.Diakses pada tanggal 23 Februari
melalui:https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url
Suantika Putu Inge Ruth, dkk. 2018. Faktor Yang Berhubungan Dengan
Partisipasi Perawat Dalam Melakukan Pap Smear (Literature Review).
Jurnal Keperawatan. 4(1):31. Diakses pada tanggal 26 Maret
melalui:https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url
Syafrudin, Hamidah. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Triningtyas, Diana Ariswanti. 2016. Bimbingan Konseling Pribadi Sosial.
Magetan: CV. AE Media Grafika.
Ulfiana, Elisa. 2013. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Niat Wanita Pasangan
Usia Subur Untuk Pap Smear Di Wilayah Kelurahan kedungmundu Wilayah
Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang. Jurnal Kebidanan. 2(4):59.
Diakses pada tanggal 7 Februari
melalui:https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url
83
Lampiran 1
Surat izin pengambilan data awal
84
Lampiran 2
Suratizinpenelitiandari KESBANGPOL
85
Lampiran 3
Kartu bimbingan tugas akhir
86
87
Lampiran 4
HasilUjiValiditasdanReliabilitas
1. Self efficacy
Correlations
Notes
Output Created 22-Jun-2019 12:13:09
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 20
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.
Cases Used Statistics for each pair of variables are
based on all the cases with valid data for
that pair.
Syntax CORRELATIONS
/VARIABLES=soal_self_efficacy_1
soal_self_efficacy_2 soal_self_efficacy_3
soal_self_efficacy_4 soal_self_efficacy_5
soal_self_efficacy_6 total_skor
/PRINT=TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.
88
Resources Processor Time 00:00:00.109
Elapsed Time 00:00:00.172
Correlations
soal_
self_
effica
cy_1
soal_sel
f_efficac
y_2
soal_s
elf_effi
cacy_3
soal_sel
f_efficac
y_4
soal_self
_efficacy
_5
soal_self_
efficacy_6 total_skor
soal_self_effic
acy_1
Pearso
n
Correlat
ion
1 .302 -.010 -.010 .328 .414 .461*
Sig. (2-
tailed)
.196 .966 .966 .158 .069 .041
N 20 20 20 20 20 20 20
soal_self_effic
acy_2
Pearso
n
Correlat
ion
.302 1 .101 .101 .612** .503
* .704
**
Sig. (2-
tailed) .196
.673 .673 .004 .024 .001
N 20 20 20 20 20 20 20
soal_self_effic
acy_3
Pearso
n
Correlat
ion
-.010 .101 1 .596** .533
* .212 .510
*
Sig. (2-
tailed) .966 .673
.006 .015 .369 .022
89
N 20 20 20 20 20 20 20
soal_self_effic
acy_4
Pearso
n
Correlat
ion
-.010 .101 .596** 1 .123 .212 .558
*
Sig. (2-
tailed) .966 .673 .006
.605 .369 .011
N 20 20 20 20 20 20 20
soal_self_effic
acy_5
Pearso
n
Correlat
ion
.328 .612** .533
* .123 1 .287 .525
*
Sig. (2-
tailed) .158 .004 .015 .605
.220 .017
N 20 20 20 20 20 20 20
soal_self_effic
acy_6
Pearso
n
Correlat
ion
.414 .503* .212 .212 .287 1 .612
**
Sig. (2-
tailed) .069 .024 .369 .369 .220
.004
N 20 20 20 20 20 20 20
total_skor Pearso
n
Correlat
ion
.461* .704
** .510
* .558
* .525
* .612
** 1
Sig. (2-
tailed) .041 .001 .022 .011 .017 .004
90
N 20 20 20 20 20 20 20
*. Correlation is significant at
the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at
the 0.01 level (2-tailed).
2. Dukungansuami
Correlations
Notes
Output Created 22-Jun-2019 12:46:56
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 20
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.
Cases Used Statistics for each pair of variables are
based on all the cases with valid data for
that pair.
91
Syntax CORRELATIONS
/VARIABLES=soal_dukungan_suami_1
soal_dukungan_suami_2
soal_dukungan_suami_3
soal_dukungan_suami_4
soal_dukungan_suami_5
soal_dukungan_suami_6 total_skor
/PRINT=TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.
Resources Processor Time 00:00:00.093
Elapsed Time 00:00:00.093
[DataSet0]
Correlations
soal_du
kungan_
suami_1
soal_duk
ungan_su
ami_2
soal_duku
ngan_sua
mi_3
soal_du
kungan_
suami_4
soal_duk
ungan_su
ami_5
soal_duk
ungan_su
ami_6
total_s
kor
soal_dukungan_s
uami_1
Pearso
n
Correlat
ion
1 .378 .286 -.066 .356 .378 .627**
Sig. (2-
tailed)
.100 .222 .783 .123 .100 .003
N 20 20 20 20 20 20 20
92
soal_dukungan_s
uami_2
Pearso
n
Correlat
ion
.378 1 .126 .290 .236 -.067 .530*
Sig. (2-
tailed) .100
.597 .215 .317 .780 .016
N 20 20 20 20 20 20 20
soal_dukungan_s
uami_3
Pearso
n
Correlat
ion
.286 .126 1 .154 .356 .630** .692
**
Sig. (2-
tailed) .222 .597
.518 .123 .003 .001
N 20 20 20 20 20 20 20
soal_dukungan_s
uami_4
Pearso
n
Correlat
ion
-.066 .290 .154 1 .533* -.174 .503
*
Sig. (2-
tailed) .783 .215 .518
.015 .463 .024
N 20 20 20 20 20 20 20
soal_dukungan_s
uami_5
Pearso
n
Correlat
ion
.356 .236 .356 .533* 1 .000 .702
**
Sig. (2-
tailed) .123 .317 .123 .015
1.000 .001
N 20 20 20 20 20 20 20
93
soal_dukungan_s
uami_6
Pearso
n
Correlat
ion
.378 -.067 .630** -.174 .000 1 .462
*
Sig. (2-
tailed) .100 .780 .003 .463 1.000
.040
N 20 20 20 20 20 20 20
total_skor Pearso
n
Correlat
ion
.627** .530
* .692
** .503
* .702
** .462
* 1
Sig. (2-
tailed) .003 .016 .001 .024 .001 .040
N 20 20 20 20 20 20 20
**. Correlation is significant at the
0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05
level (2-tailed).
94
Reliability
Notes
Output Created 22-Jun-2019 12:47:48
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File 20
Matrix Input
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics are based on all cases with
valid data for all variables in the
procedure.
95
Syntax RELIABILITY
/VARIABLES=soal_dukungan_suami
_1 soal_dukungan_suami_2
soal_dukungan_suami_3
soal_dukungan_suami_4
soal_dukungan_suami_5
soal_dukungan_suami_6
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA.
Resources Processor Time 00:00:00.047
Elapsed Time 00:00:00.046
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 20 100.0
Excludeda 0 .0
Total 20 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in
the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
96
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.640 6
3. Pap smear
Correlations
Notes
Output Created 26-Jun-2019 10:59:14
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File 20
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics for each pair of variables are
based on all the cases with valid data
for that pair.
97
Syntax CORRELATIONS
/VARIABLES=soal_pap_smear_1
total_skor
/PRINT=TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.
Resources Processor Time 00:00:00.078
Elapsed Time 00:00:00.079
Correlations
soal_pap_smear
_1 total_skor
soal_pap_smear_1 Pearson Correlation 1 .892**
Sig. (2-tailed) .000
N 20 20
total_skor Pearson Correlation .892** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 20 20
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
98
Reliability
Notes
Output Created 26-Jun-2019 10:59:27
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File 20
Matrix Input
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics are based on all cases with
valid data for all variables in the
procedure.
Syntax RELIABILITY
/VARIABLES=soal_pap_smear_1
total_skor
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA.
Resources Processor Time 00:00:00.000
Elapsed Time 00:00:00.062
99
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 20 100.0
Excludeda 0 .0
Total 20 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
1.000 2
100
Reliability
Notes
Output Created 22-Jun-2019 12:14:12
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 20
Matrix Input
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.
Cases Used Statistics are based on all cases with valid
data for all variables in the procedure.
Syntax RELIABILITY
/VARIABLES=soal_self_efficacy_1
soal_self_efficacy_2 soal_self_efficacy_3
soal_self_efficacy_4 soal_self_efficacy_5
soal_self_efficacy_6
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA.
Resources Processor Time 00:00:00.031
Elapsed Time 00:00:00.016
101
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 20 100.0
Excludeda 0 .0
Total 20 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.707 6
102
Lampiran 5
TabulasiUjiChi Square
UMUR PENDIDIKAN PEKERJAAN
SELF
EFFICACY
DUKUNGAN
SUAMI PAP SMEAR
2.0 3.0 1.0 1.0 0.0 1.0
3.0 2.0 1.0 0.0 0.0 0.0
1.0 3.0 5.0 0.0 1.0 0.0
3.0 2.0 1.0 1.0 0.0 0.0
1.0 3.0 5.0 1.0 0.0 1.0
1.0 4.0 5.0 0.0 1.0 0.0
3.0 3.0 3.0 0.0 0.0 1.0
2.0 3.0 1.0 1.0 1.0 1.0
1.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
1.0 3.0 1.0 1.0 1.0 0.0
1.0 3.0 1.0 0.0 1.0 0.0
1.0 3.0 1.0 0.0 1.0 0.0
3.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
2.0 3.0 1.0 0.0 0.0 1.0
2.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
1.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
1.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
2.0 2.0 1.0 0.0 0.0 0.0
3.0 3.0 1.0 0.0 0.0 1.0
2.0 4.0 5.0 0.0 0.0 0.0
3.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
1.0 4.0 5.0 0.0 0.0 0.0
3.0 4.0 2.0 0.0 0.0 0.0
2.0 3.0 5.0 0.0 0.0 0.0
3.0 3.0 5.0 0.0 0.0 0.0
2.0 3.0 5.0 0.0 0.0 0.0
1.0 4.0 2.0 0.0 0.0 0.0
1.0 3.0 5.0 0.0 0.0 0.0
3.0 3.0 5.0 0.0 0.0 0.0
3.0 2.0 3.0 0.0 0.0 0.0
2.0 3.0 5.0 0.0 0.0 0.0
103
3.0 3.0 5.0 0.0 0.0 0.0
2.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
3.0 1.0 1.0 0.0 0.0 0.0
2.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
2.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
3.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
2.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
3.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
3.0 3.0 5.0 0.0 0.0 0.0
3.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
3.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
2.0 3.0 3.0 0.0 0.0 0.0
2.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
1.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
3.0 1.0 5.0 0.0 0.0 0.0
1.0 3.0 3.0 0.0 0.0 0.0
2.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
2.0 3.0 1.0 0.0 0.0 1.0
3.0 3.0 1.0 0.0 0.0 1.0
3.0 3.0 1.0 0.0 0.0 1.0
1.0 3.0 3.0 0.0 0.0 1.0
2.0 3.0 1.0 0.0 0.0 1.0
2.0 3.0 1.0 0.0 0.0 1.0
2.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
2.0 3.0 3.0 0.0 0.0 0.0
2.0 2.0 1.0 0.0 0.0 0.0
3.0 2.0 1.0 0.0 0.0 0.0
1.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
1.0 3.0 5.0 0.0 0.0 0.0
3.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
1.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
2.0 3.0 5.0 0.0 0.0 0.0
3.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
3.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
2.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
2.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
2.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
2.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
1.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
2.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
2.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
104
1.0 3.0 3.0 0.0 0.0 0.0
3.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
1.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
1.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
2.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
2.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
2.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
2.0 3.0 5.0 0.0 0.0 0.0
3.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
2.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
2.0 3.0 3.0 0.0 0.0 0.0
3.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
3.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
3.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
3.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
3.0 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0
3.0 3.0 1.0 0.0 0.0 1.0
3.0 3.0 1.0 0.0 0.0 1.0
1.0 3.0 1.0 0.0 0.0 1.0
3.0 3.0 5.0 0.0 0.0 1.0
2.0 3.0 1.0 0.0 0.0 1.0
1.0 3.0 1.0 0.0 0.0 1.0
2.0 3.0 1.0 0.0 1.0 0.0
2.0 3.0 3.0 0.0 1.0 0.0
2.0 3.0 1.0 0.0 1.0 0.0
2.0 3.0 1.0 0.0 1.0 0.0
3.0 2.0 1.0 0.0 1.0 1.0
2.0 4.0 2.0 0.0 0.0 0.0
3.0 3.0 1.0 0.0 1.0 0.0
2.0 3.0 1.0 0.0 1.0 1.0
2.0 3.0 1.0 0.0 1.0 0.0
3.0 3.0 3.0 0.0 1.0 0.0
3.0 3.0 3.0 0.0 0.0 0.0
3.0 3.0 5.0 0.0 0.0 0.0
3.0 2.0 1.0 0.0 1.0 0.0
3.0 2.0 1.0 0.0 0.0 1.0
3.0 3.0 1.0 0.0 1.0 1.0
2.0 3.0 1.0 1.0 0.0 0.0
105
Lampiran 6
TabulasiHasilKarakteristikResponden
Frequencies
Notes
Output Created 18-Jul-2019 19:31:51
Comments
Input Data C:\Users\HP\Documents\PAP
SMEAR\UNI DAM BIVA\OUTPUT.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File 110
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics are based on all cases with
valid data.
Syntax FREQUENCIES
VARIABLES=UmurPendidikanPekerjaa
n
/STATISTICS=STDDEV MEAN
MEDIAN MODE
/ORDER=ANALYSIS.
106
Resources Processor Time 00:00:00.016
Elapsed Time 00:00:00.015
Statistics
Umur Pendidikan Pekerjaan
N Valid 110 110 110
Missing 0 0 0
Mean 2.16 2.94 1.92
Median 2.00 3.00 1.00
Mode 2 3 1
Std. Deviation .761 .455 1.539
Frequency Table
Umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 20-30 24 21.8 21.8 21.8
31-40 44 40.0 40.0 61.8
41-50 42 38.2 38.2 100.0
Total 110 100.0 100.0
107
„
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid SD 2 1.8 1.8 1.8
SMP 9 8.2 8.2 10.0
SMA 93 84.5 84.5 94.5
SARJANA 6 5.5 5.5 100.0
Total 110 100.0 100.0
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid IBU RUMAH TANGA 77 70.0 70.0 70.0
PNS 3 2.7 2.7 72.7
WIRASWASTA 11 10.0 10.0 82.7
LAIN-LAIN 19 17.3 17.3 100.0
Total 110 100.0 100.0
108
Lampiran 7
TabulasiHasilUjiChi SquareSelf Efficacy
Crosstabs
Notes
Output Created 17-Jul-2019 20:50:01
Comments
Input Data C:\Users\HP\Documents\KARAKTERIS
TIK RESPOND\OUTPUT.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File 110
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics for each table are based on
all the cases with valid data in the
specified range(s) for all variables in
each table.
109
Syntax CROSSTABS
/TABLES=Selfefficacy BY Papsmear
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ RISK
/CELLS=COUNT ROW COLUMN
TOTAL
/COUNT ROUND CELL.
Resources Processor Time 00:00:00.047
Elapsed Time 00:00:00.079
Dimensions Requested 2
Cells Available 174762
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
selfefficacy * papsmear 110 100.0% 0 .0% 110 100.0%
110
selfefficacy * papsmearCrosstabulation
papsmear
Total TIDAK RUTIN RUTIN
selfefficacy TIDAK YAKIN Count 85 18 103
% within selfefficacy 82.5% 17.5% 100.0%
% within papsmear 96.6% 81.8% 93.6%
% of Total 77.3% 16.4% 93.6%
YAKIN Count 3 4 7
% within selfefficacy 42.9% 57.1% 100.0%
% within papsmear 3.4% 18.2% 6.4%
% of Total 2.7% 3.6% 6.4%
Total Count 88 22 110
% within selfefficacy 80.0% 20.0% 100.0%
% within papsmear 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 80.0% 20.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
111
Pearson Chi-Square 6.446a 1 .011
Continuity Correctionb 4.205 1 .040
Likelihood Ratio 5.078 1 .024
Fisher's Exact Test .029 .029
Linear-by-Linear Association 6.387 1 .011
N of Valid Casesb 110
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,40.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for selfefficacy
(TIDAK YAKIN / YAKIN) 6.296 1.296 30.598
For cohort papsmear =
TIDAK RUTIN 1.926 .815 4.550
For cohort papsmear =
RUTIN .306 .142 .658
N of Valid Cases 110
112
Lampiran 8
TabulasiHasilUji SquareDukunganSuami
Crosstabs
Notes
Output Created 17-Jul-2019 20:28:26
Comments
Input Data C:\Users\HP\Documents\KARAKTERIS
TIK RESPOND\OUTPUT.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File 110
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated
as missing.
Cases Used Statistics for each table are based on all
the cases with valid data in the
specified range(s) for all variables in
each table.
113
Syntax CROSSTABS
/TABLES=Dukungansuami BY
Papsmear
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ RISK
/CELLS=COUNT ROW COLUMN
TOTAL
/COUNT ROUND CELL.
Resources Processor Time 00:00:00.156
Elapsed Time 00:00:00.125
Dimensions Requested 2
Cells Available 174762
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
dukungansuami * papsmear 110 100.0% 0 .0% 110 100.0%
114
dukungansuami * papsmearCrosstabulation
papsmear
Total TIDAK RUTIN RUTIN
dukungansuami TIDAK
MENDUKUNG
Count 76 18 94
% within dukungansuami 80.9% 19.1% 100.0%
% within papsmear 86.4% 81.8% 85.5%
% of Total 69.1% 16.4% 85.5%
MENDUKUNG Count 12 4 16
% within dukungansuami 75.0% 25.0% 100.0%
% within papsmear 13.6% 18.2% 14.5%
% of Total 10.9% 3.6% 14.5%
Total Count 88 22 110
% within dukungansuami 80.0% 20.0% 100.0%
% within papsmear 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 80.0% 20.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .293a 1 .589
115
Continuity Correctionb .041 1 .839
Likelihood Ratio .279 1 .597
Fisher's Exact Test .735 .402
Linear-by-Linear Association .290 1 .590
N of Valid Casesb 110
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,20.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
dukungansuami (TIDAK
MENDUKUNG /
MENDUKUNG)
1.407 .406 4.877
For cohort papsmear =
TIDAK RUTIN 1.078 .799 1.454
For cohort papsmear =
RUTIN .766 .298 1.970
N of Valid Cases 110
116
Lampiran 9
Kuesioner
Lampiran A: Lembar Informed
SURAT PERNYATAAN
Kepada:
Calonresponden
Denganhormat, yang bertandatangan di bawahini:
Nama : AyuAraras
Nim :201503010
Alamat : Jl. Sekolahan No 7 Madiun
Bermaksud akanmengadakanpenelitiandenganjudul “ HubunganSelf
EfficacydanDukunganSuamiTerhadapPemeriksaanPap SmearPada PUS di
KelurahanDemangan Kota Madiun” . Penelitianinitidakakanmenimbulkanakibat
yang merugikanbagiandasebagairespondenmaupunkeluarga.
Kerahasiaansemuainformasiakandijagadandipergunakanuntukkepentinganpeneliti.
Jikaandatidakbersediamenjadiresponden,
makatidakadaancamanbagiandamaupunkeluarga.Jikaandabersediamenjadirespond
en, makasayamohonkesediaanuntukmenandatanganilembarpersetujuan yang
sayalampirkandanmenjawabpertanyaan-pertanyaan yang
sayasertakan.Atasperhatiandankesediaanyamenjadirespondensayaucapkanterimak
asih.
Hormatsaya,
AyuAraras
Nim. 201503010
Koderesponden:
117
Lampiran B: LembarConsent
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertandatangan di bawahini:
Nama :
Alamat :
menyatakanbersediamenjadisubyek (responden) dalampenelitiandari:
Nama : AyuAraras
Nim : 201503010
Program Studi : KesehatanMasyarakat
Judul : HubunganSelf
EfficacydanDukunganSuamiTerhadapPemeriksaanPap
SmearPada PUS di KelurahanDemangan Kota Madiun.
Denganinisayamenyatakansecarasukarelauntukikutsebagaisubyekpenelitia
ninisertabersediamenjawabsemuapertanyaandengansadardansebenar-benarnya.
Peneliti
AyuAraras
Madiun, ……. ......... 2019
Tandatangandannamaterang
Koderesponden:
118
Lembar C: Instrument
KUESIONER
PetunjukPengisian:
Jawablahpertanyaandibawahinidengammemberikantanda check list (√)
padatempat yang telahtersediadanisilahtitik-titikjikaadapertanyaan yang
harusdijawab.
A. Data Demografi
1. Nama :
2. TanggalLahir :
3. Tingkat PenddidikanTerakhir :
4. PekerjaanIbu : ( )
Iburumahtangga
( ) Pegawainegri
( ) Wiraswasta
( ) Petani
( ) Lain-lain: ….
B. Data faktor-faktor PUS melakukanpap smear
Petunjukpengisian :
Berikantanda Check list (√) untukjawaban yang menurutIbubenar.
( )SD (
)SMP
( )SMA ( )SARJANA
Koderesponden:
119
N
o
Pertanyaandarisegiself efficacy Y
A
TID
AK
1. Apakahibupernahmelakukanpap smear?
2. Dari berbagaiaktivitas yang
ibulakukanapakahibubersediamenyempatkanwaktuu
ntukmelakukanpap smearsecararutin?
3. Jikapetugaskesehatan yang melakukantindakan pap
smear adalahseoranglaki-
lakiapakahibubersediamelaksanakan pap smear?
4. Jikahasilpap smeardinyatakanpositif,
Apakahibumelakukantahappengobatanselanjutnya?
5. Apakahbiayapap smearcukupmurah?
6. Apakahjarakantararumahdengantempatpap
smearjauh?
No Pertanyaandarisegidukungansuami YA TIDAK
1. Apakahsuamimemberikaninformasitentangpem
eriksaan pap smear?
2. Apakahsuamimemberikanijinuntukpemeriksaan
pap smear?
3. Apakahsuamimenyediakanbiayauntukpemeriks
aan pap smear?
4. Apakahsuamiikutmengantarkankerumahsakitat
aupuskesmasuntukpemeriksaaan pap smear?
5. Apakahsuamimendampingisampai proses
pemeriksaanselsesai?
6. Apakahsuamimemberikansemangatuntukmelak
ukan pap smear?
No Pertanyaandarisegipemeriksaanpap smear YA TIDAK
1. Apakahiburutinmelakukanpap smear?
120
Lampiran 10
Suratselesaipenelitian
121
Lampiran 11
PenelitianTerhadapResponden
1. Penelitianbersamaibukader di salahsatuPosyandubalita
2. Penelitianterhadap PUS (istri)
122
3. PenelitianTerhadap PUS (Istri)
4. Memintatandatangan PUS (istri)
untuksuratpersetujuansebagairesponden