SKRIPSI HUBUNGAN KEAKTIFAN MENGIKUTI SENAM …repo.stikesicme-jbg.ac.id/968/2/SKRIPSI...
Transcript of SKRIPSI HUBUNGAN KEAKTIFAN MENGIKUTI SENAM …repo.stikesicme-jbg.ac.id/968/2/SKRIPSI...
i
SKRIPSI
HUBUNGAN KEAKTIFAN MENGIKUTI SENAM LANSIA DENGAN
KESEIMBANGAN TUBUH PADA LANSIA
(Studi di Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang
Kabupaten Jombang)
YOYOK ARI WIBOWO
14.321.0099
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2018
ii
HUBUNGAN KEAKTIFAN MENGIKUTI SENAM LANSIA DENGAN
KESEIMBANGAN TUBUH PADA LANSIA
(Studi di Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang
Kabupaten Jombang)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada program
Studi S1 Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Kesehatan
Insan Cendikia Medika Jombang
YOYOK ARI WIBOWO
14.321.0099
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2018
iii
iv
v
vi
PERSETUJUAN SKRIPSI
Judul : HUBUNGAN KEAKTIFAN MENGIKUTI SENAM LANSIA
DENGAN KESEIMBANGAN TUBUH PADA LANSIA (di Posyandu
Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang)
Nama : Yoyok Ari Wibowo
NIM : 14.321.0099
TELAH DISETUJUI KOMISI PEMBIMBING
PADA TANGGAL………….
Pembimbing utama Pembimbing anggota
Endang Y,S.Kep.,Ns.,M.Kes. Nining Mustika .N,SST.,M.Kes NIK 04.08.119 NIK 02.08.127
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Inayatur Rosyidah.S.Kep,M.Kep
NIK 04.05.053
vii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi ini telah diajukan oleh :
Nama : Yoyok Ari Wibowo
NIM : 14.321.0099
Judul : HUBUNGAN KEAKTIFAN MENGIKUTI SENAM LANSIA
DENGAN KESEIMBANGAN TUBUH PADA LANSIA (di
Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten
Jombang)
Telah berhasil dipertahankan dan diuji dihadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program S1 Ilmu
Keperawatan
Komisi Dewan Penguji
Ketua Dewan Penguji : Hindyah Ike Suhariati, S.Kep.,Ns.,M.Kep ( )
NIK 04.06.059
Penguji I : Endang Yuswatiningsih, S.Kep.,Ns.,M.Kes ( )
NIK 04.08.119
Penguji II : Nining Mustika Ningrum, SST.,M.Kes ( )
NIK 02.08.127
Ditetapkan di : JOMBANG
Pada tanggal :
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis di lahirkan di madiun 27 juni 1996, penulis merupakan anak ke
tiga dari 4 bersaudara dari pasangan bapak Paiman dan Ibu Nyamiati .
Tahun 2008 penulis lulus dari SDN 06 Sugihwaras Saradan Madiun, tahun
2011 penulis lulus SMPN 1 Saradan Madiun, Tahun 2014 Penulis lulus SMAN 1
Saradan Madiun, dan pada tahun 2014 penulis lulus seleksi masuk STIKes Insan
Cendikia Medika JombangmMelalui Jalur PMDK gelombang 1. Penulis memilih
program studi s1 keperawatan dari lima pilihan program studi yang ada si STIKes
ICME Jombang
Demikian riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya
Jombang juni 2018
Yoyok Ari Wibowo
143210099
ix
MOTTO
Ingat Target Jangan Santai
x
PERSEMBAHAN
Seiring dengan do’a dan puji syukur peneliti persembahkan skripsi ini untuk :
1. Allah SWT, yang selalu member kemudahan disetiap langkah, member
petunjuk, membuka pintu kesabaran, dan selalu membimbing ke jalan yang
Engkau ridhoi. Tidak lupa sholawat dan salam selalu terlimpahkan kepada
kehadirat Rasullah Muhammad S.A.W.
2. Ibu Nyamiati dan Bapak Paiman tercinta. Tak ada kata yang pantas ananda
ucapakan selain beribu – ribu “Terima Kasih” Karena telah mendo’akan
penulis dalam pengharapan – pengharapan yang pasti. Kesabaran dalam
do’amu menjadi suksesnya penulis dikemudian hari. Tidak ada do’a yang
terkabulkan selain do’a dari orang tua yang tulus dan ikhlas. Terima kasih
kepada kedua orang tua tercinta yang telah berusaha susah payah banting
tulang untuk merawat dan membesarkan penulis sampai saat ini dengan penuh
cinta dan kasih sayang walaupun penulis sebagai anaknya sering melakukan
hal – hal yang bisa membuat hatinya terluka.
3. Kakak tercinta Teguh S,S,B dan Adek Priyo Noris sofiyan, R, Terima kasih
atas do’a dan semangatnya selama ini. Terima kasih atas canda tawa kita
selama ini. Hanya karya kecil ini yang dapat adik persembahkan. Maaf adik
belum bisa menjadi adik yang terbaik, tapi adik akan selalu berusaha menjadi
yang terbaik, agar bisa menjadi sosok berbakti, sholehah bermanfaat dan dapat
menjadi kebanggan bagi kedua orang tua.
4. Keluarga Besar, kupersembahkan untuk kalian karya kecil yang sederhana ini.
Terima kasih selalu menghujaniku dengan cinta dan kasih sayang dan cerita –
xi
cerita penuh inspirasi. Dari kalian saya bisa belajar. Terima kasih selalu
mendo’akanku.
5. Dosen – dosen S1 Keperawatan STIKES ICME Jombang dan Almamater saya
yang selalu member bimbingannya. Khusunya kepada Ibu Endang
Yuswatiningsih, S.Kep.,Ns.,M. Kepdan Ibu Nining Mustika Ningrum,
S.Kep.,Ns.,M.Kes yang telah sabar memberikan bimbingan kepada penulis.
6. Terima kasih buat perpustakaan STIKES ICME yang telah meminjamkan
buku koleksinya untuk bahan refereni saya dalam mengerjakan skripsi ini.
7. Teman – teman seperjuangan Angkatan 2014 Prodi S1 Keperawatan kelas 8B
dan 8A, Terima kasih untuk kekompakkan dan kerjasama serta selalu
mendukung, menemani, menghibur dan memberikan banyak kebahagiaan.
8. Kekasihku Lailatul Fitrika terima kasih sudah menemaniku selama ini, terima
kasih atas semangat dan supportmu dan terima kasih atas semua kebaikanmu
untukku, kupersembahkan karya kecilku ini untukmu dan semoga kamu selalu
menemaniku disampingku selamanya.
xii
ABSTRAK
HUBUNGAN KEAKTIFAN MENGIKUTI SENAM LANSIA DENGAN
KESEIMBANGGAN TUBUH PADA LANSIA
( Stdi di posyandu lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang
Kabupaten Jombang )
Yoyok Ari Wibowo* Endang Yuswatiningsih* *Nining Mustika Ningrum***
Pendahuluan :Penurunan fungsi dan kekuatan otot akan mengakibatkan
penurunan kemampuan mempertahankan keseimbangan postural atau keseimbangan
tubuh lansia maka akan meningkatkan resiko jatuh pada lansia Tujuan : penelitian ini
adalah menganalisis hubungan keatifan mengikuti senam lansia dengan keseimbangan
tubuh pada lansia.
Metode : Desain penelitian ini menggunakan cross sectional populasi tersebut
semua lansia yang ada di posyandu lansia dengan jumlah sampel 30 responden. Teknik
pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling,
pengumpulan data untuk keaktifan menggunakan lembar observasi dan keseimbangan
tubuh menggunakan lembar observasi berg belance scale, pengolahan data dengan cara
editing, coding, scoring,tabulating,dan analisis data mengunakan uji rank spearman.
Hasil : penelitian menunjukan keaktifan keaktifan mengikuti senam lansia
sebagaian besar sangat aktif sebanyak 19 orang (63,3%), keseimbangan tubuh pada lansia
setengahnya memiliki keseimbangan tubuh dengan resiko jatuh rendah sebanyak 15
orang (50,0%), hasil uji rank spearman di dapatkan nilai 0,015 <α = 0,05 maka H1
diterima. Kesimpulan : dalam penelitian ini ada hubungan keaktifan mengikuti senam lansia
dengan keseimbangan tubuh pada lansia.
Kata kunci : Keaktifan, Senam, Keseimbangan Tubuh, Lansia
xiii
RELATION OF ACTIVITY FOLLOWING GYMNASTICS WITH
BODY BALANCE ON ELDERLY
(Studies at Elderly Posyandu Denanyar Village Jombang District)
Yoyok Ari Wibowo* Endang Yuswatiningsih* *Nining Mustika Ningrum***
Premilinary : Decreased function and muscle strength will lead to decreased
ability to maintain postural balance or balance of the elderly body will increase the risk
of falling in the elderly. Purpose : of this study is to analyze the relationship of activity
following elderly gymnastics with body balance in elderly.
Method : The design of this study used a cross sectional population of all elderly
people in posyandu with a sample of 30 respondents. The sampling technique used in this
research is simple random sampling, data collection for activity using observation sheet
and body balance using observation sheet berg belance scale, data processing by editing,
coding, scoring, tabulating, and data analysis using spearman rank test.
Result : of this study showed that activity following gymnastics mostly very
active as many as 19 people (63,3%), body balance in another elderly have body balance
with low risk as low as 15 people (50,0%), rank spearman test result get value 0,015< α
= 0,05 then H1 is accepted.
Conclusio : in this research there is relation of activeness follow gymnastics
elderly with body balance on elderly.
Keywords: liveliness, gymnastics, body balance, elderly
xiv
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, serta shalawat salam
selalu tercurahkan kepada Rasullah SWA atas segala petunjuk dan karunianya
sehingga peneliti dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Hubungan Keaktifan
Mengikuti Senam Lansia Dengan Keseimbangan Tubuh Pada Lansia Di Posyandu
Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang” Skripsi ini
disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada program studi S1
Keperawatan pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika
Jombang.
Peneliti menyadari sepenuhnya, tanpa bantuan berbagai pihak skripsi ini
tidak akan terwujud. Untuk itu dengan rasa bangga perkenankan peneliti
menyampaikan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada Allah SWT dan
junjungan Nabi Muhammad SAW, karena atas ridhonya saya dapat
menyelesaikan pendidikan ini. Dalam penyusunan Skripsi ini peneliti telah
banyak mendapatkan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti
mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat Inayatur
Rosyidah.S.Kep.NS.M.Kep selaku ketua prodi S1 Keperawatan STIKES ICME
Jombang, Endang Y,S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku pembimbing 1 dan Nining Mustika
N.SST.,M.Kes selaku pembimbing 2 yang telah memberikan bimbingan dan
petunjuk kepada peneliti serta telah meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga
hingga terselesaikannya Skripsi ini. Kedua orang tua dan sahabat yang selalu
memberi dukungan dan semangat baik materi maupun spiritual selama menempuh
pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Insan Cendekia Medika Jombang hingga
xv
terselaikannya Skripsi ini. Serta semua pihak yang tidak bisa penelti sebutkan satu
persatu, yang telah memberikan dorongan dan bantuannya dalam penyusunan
skripsi ini.
Peneliti menyadari masih banyak ketidaksempurnaan dalam menyusun
Skripsi ini. Oleh karena itu diharapkan kritik maupun saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan Skripsi ini. Semoga Skripsi ini mendapat ridho
dari Allah SWT dan dapat bermanfaat bagi semua.
Jombang, mei 2018
Peneliti
xvi
DAFTAR ISI
SAMPUL LUAR ........................................................................................... i
SAMPUL DALAM ........................................................................................ ii
SURAT KEASLIHAN .................................................................................. iii
SURAT BEBAS PLAGIAT .......................................................................... iv
SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT .............................................. v
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... vi
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................... viii
MOTTO ....................................................................................................... ix
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... x
ABSTRAK ..................................................................................................... xii
ABSTRACT ................................................................................................... xiii
KATA PENGANTAR .................................................................................... xiv
DAFTAR ISI .................................................................................................. xvi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xviii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xx
DAFTAR LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH .............................. xxi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian......................................................................... 4
xvii
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Lansia ..................................................................... 5
2.2. Senam Lansia ................................................................................ 14
2.3. Konsep Dasar Lansia ..................................................................... 17
2.4. Keaktifan ....................................................................................... 24
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual ..................................................................... 27
3.2 Hipotesis ......................................................................................... 28
BAB 4 METOE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian ............................................................................... 29
4.2 Rancangan Penelitian ..................................................................... 29
4.3 Waktu Dan Tempat Penelitian ....................................................... 30
4.4 Populasi, Sampel, Sampling ........................................................... 30
4.5 Kerangka Kerja .............................................................................. 32
4.6 Identifikasi Variabel ....................................................................... 33
4.7 Definisi Operasional ....................................................................... 33
4.8 Pengumpulan Dan Analisa Data ................................................... 35
4.9 Etika Penelitian .............................................................................. 41
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian... ........................................................................... 43
5.2 Pembahasan .................................................................................... 47
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan. ................................................................................... 55
6.2 Saran ............................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Alat Ukur Keseimbangan menggunakan BBS ............................ 10
Tabel 4.1 Definisi Operasional ................................................................... 34
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden bedasarkan umur di Posyandu
Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten
Jombang pada bulan April 2018 ................................................ 43
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden bedasarkan jenis kelamin di
Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang
Kabupaten Jombang pada bulan April 2018 .............................. 44
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden bedasarkan tingkat pendidikan
di Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang
Kabupaten Jombang pada bulan April 2018. ............................ 44
Table 5.4 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan responden di
Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang
Kabupaten Jombang pada bulan April 2018. ............................. 45
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan keaktifan
mengikuti senam lansia di Posyandu lansia Desa Denanyar
Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang bulan April 2018. ... 45
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi responden bedasarkan keseimbangan
tubuh pada lansia di Posyandu lansia Desa Denanyar
Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang bulan April 2018. .. 46
Tabel 5.8 Tabulasi silang Hubungan keaktifan mengukuti senam lansia
dengan keseimbangan tubuh pada lansia di posyandu lansia
Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang bulan
April 2018. ........................................................................................... 46
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual .................................................................. 27
Gambar 4.4 Kerangka kerja ............................................................................ 32
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden .................................. 59
Lampiran 2 Informed Consent ....................................................................... 60
Lampiran 3 Lembar Kueisioner Penelitian .................................................... 61
Lampiran 4 Alat Ukur Tes Keseimbangan Tubuh Mengunakan (BBS) ........ 62
Lampiran 5 Lembar Pernyataan Dari Perpustakanan ..................................... 66
Lampiran 6 Surat ijin penelitian Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang ....... 67
Lampiran 7 Surat ijin penelitian Puskesmas Pulo Lor ................................... 68
Lampiran 8 Surat ijin pemberian penelitian Desa Denanyar ........................ 69
Lampiran 9 Tabulasi data penelitian ............................................................. 70
Lampiran 10 Output SPSS ............................................................................... 72
Lampiran 11 Jadwal Kegiatan Penyusunan Skripsi ......................................... 75
Lampiran 12 Lembar Konsultasi ...................................................................... 76
xxi
DAFTAR LAMBANG
1. H1/Ha : hipotesis alternatif
2. % : prosentase
3. : alfa (tingkat signifikansi)
4. X : perlakuan
5. 01 : Pretes (tes awal)
6. 02 : post test (tes akhir)
7. N : jumlah populasi
8. n : jumlah sampel
9. d2 : Tingkat signifikan/tingkat kesalahan yang dipilih
10. > : lebih besar
11. < : lebih kecil
DAFTAR SINGKATAN
STIKes : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
ICMe : Insan Cendekia Medika
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses penuaan pasti akan di alami setiap manusia, proses penuaan
tentunya akan berdampak pada beberapa faktor dalam kehidupan sosial,
ekonomi dan kesehatan, karena dengan bertambahnya usia tubuh juga akan
mengalami kelemahan baik melalui faktor alamiah maupun penyakit yang
akan di derita oleh manusia tersebut, tubuh mulai mengalami ganguan
keseimbangan yang di sebabkan oleh kelemahan otot, dikarenakan oleh faktor
alamia yang mengakibatkan penurunan kekuatan dan kontraksi otot, elastisitas
dan fleksibilitas otot, serta kecepatan dan waktu reaksi. Penurunan fungsi dan
kekuatan otot akan mengakibatkan penurunan kemampuan mempertahankan
keseimbangan postural atau keseimbangan tubuh lansia maka akan
meningkatkan resiko jatuh pada lansia.(Utami,2017).
Menurut penelitian yang di lakukan oleh (centers for disease control
prevention, cdc, 2014 di Amerika serikat) adalah sebesar 30% lansia umur 65
tahun jatuh setiap tahunya. Separuh dari angka tersebut mengalami jatuh
berulang dan 1800 kejadian pertahun menyebapkan kematian. Di Indonesia,
prevalensi cedera pada penduduk usia lebih dari 55 tahun mencapai 22%,
dimana 65% diantaranya dikarenakan jatuh (Riskesdas, 2013). Tercatat di
Indonesia penghuni panti sebanyak 30 lansia atau sekitar 43,47 % mengalami
jatuh (Utami, 2017)
2
Perubahan bentuk tubuh sangatlah penting dalam menjaga kesetabilan
dan keseimbangan tubuh pada lansia, dengan bertambahnya umur dan
perubahan bentuk tubuh mengakibatkan ganguan fungsional otot yaitu
terjadinya perubahan kekuatan otot elastisitas dan fleksibilitas otot, serta
kecepatan dalam melakukaan kegiatan sehari – hari Gangguan keseimbangan
tubuh disebabkan karena penurunan kekuatan otot, kontraksi otot, elastisitas
dan fleksibilitas otot dan ganguan visual pendengaran maka tubuh tidak dapat
mengontrol keseimbangan dan kesetabilan tubuh, sehingga sering mengalami
kelemahan otot yang mengakibatkan lansia mudah jatuh maka masalah yang
dihadapi pada lansia adalah mudah terjatuh yang di sebabkan oleh
keterbatasan fisik, kesulitan melakukan aktifitas sehari hari, luka memar,
lecet, terkilr, ganguan pernafasan, patah tulang, perawatan di rumah sakit dan
kematian (Pruboseno, 2008).
Solusi yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya ganguan
keseimbangan tubuh dengan cara melakukan senam lansia, sehingga dapat
meregangkan otot – otot persendian dan memperlancar sirkulasi darah dan
menjaga kesehatan mental maupun fisiknya, diharapkan dengan aktifitas
tersebut dapat berguna bagi hidupnya, sehingga lansia dapat meningatkan
daya kontrol keseimbangan tubuh. dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari,
untuk dapat melakukan semua aktifitas tersebut lansia memerlukan dukungan
keluarga maupun orang yang ada di sekitarnya dan dukungan sosial (Kuntjoro
2012).
3
Berdasarkan latar belakang di atas senam lansia sangatlah penting
dilakukan karena untuk menjaga keseimbangan tubuh pada lansia menjaga
kekuatan otot maupun gerak sendi yang terbatas pada lansia maka peneliti
tertarik untuk mengambil judul pengaruh mengikuti senam lansia terhadap
keseimbangan tubuh pada lansia di Posyandu Lansia Desa Denanyar
Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan keaktifan mengikuti senam lansia dengan
keseimbangan tubuh pada lansia di Posyandu Lansia Desa Denanyar
Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Menganalis hubungan keaktifan mengikuti senam lansia dengan
keseimbangan tubuh pada lansia di Posyandu Lansia Desa Denanyar
Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi keatifan mengikuti senam lansia di Posyandu
Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang
b. Mengidentifikasi keseimbangan tubuh lansia di Posyandu Lansia
Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang
4
c. Menganalisis hubungan keatifan mengikuti senam lansia dengan
keseimbangan tubuh di posyandu lansia di Posyandu Lansia Desa
Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Meningkatkan ilmu pengetahuan dan Menjadi wacana baru untuk
memperkaya teori dan ilmu pengetahuan khususnya pengaruh pada
senam lansia terhadap keseimbangan tubuh pada lansia untuk
mengurangi resiko jatuh pada lansia dan menambah pengetahuan pada
bidang keperawatan khususnya keperawatan gerontik dan keperawatan
keluarga.
1.4.2 Manfaat Praktis
Diharapkan penelitian ini dapat berguna bagi masyarakat secara
umum khususnya bagi klien, keluarga, dan bagi perawat untuk
dijadikan informasi sebagai salah satu pengetahuan tentang hubungan
keaktifan mengikuti senam lansia yang berdampak pada keseimbangan
tubuh.
5
BAB 2
TINJAUAN PUATAKA
2.1 Konsep Keseimbangan Tubuh
2.1.1 Pengertian Keseimbangan Tubuh
Keseimbangan (balance) adalah kemampuan untuk mempertahankan
sistem saraf otot tersebut dalam suatu posisi atau sikap yang efisien selagi
kita bergerak (Prasetyo dan Indardi,2015).
Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan
keseimbangan tubuh ketikaditempatkan di berbagai posisi. Definisi
menurut (O’Sullivan dalam Hakim 2013).
Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan pusat
gravitasi pada bidang tumpu terutama ketika saat posisi tegak. Menurut
(Hakim, dkk. 2013) keseimbangan tubuh kemampuan tubuh dalam
mempertahankan saraf otot untuk mempertahankan posisi atau sikap yang
efisien pada saat melakukan aktifitas sehari hari. Keseimbangan
merupakan penyebab utama yang sering mengakibatkan seorang lanjut
usia mudah jatuh terutama saat aktivitas berjalan (Widodo dan
Kusumawati, 2014).
2.1.2 Macam Macam Keseimbangan.
Menurut (Suhartono ,2005), keseimbangan diklasifikasikan
manjadi dua kelompok, yaitu :
a. Keseimbangan Statik
Keseimbangan statik adalah suatu keadaan dimana seseorang dapat
memelihara keseimbangan tubuhnya pada suatu posisi tertentu selama
jangka waktu tertentu.
6
b. Keseimbangan Dinamik
Keseimbangan dinamik merupakan keseimbangan pada saat
tubuh melakukan gerakan atau saat berdiri di atas landasan yang
bergerak (dynamic standing) yang akan menempatkannya dalam
kondisi yang tidak stabil, dan pada keadaan ini kebutuhan akan control
keseimbangan postural semakin meningkat.
Misal : Kesimbangan saat berjalan, naik di atas perahu, ataupun
berlari diatas treadmill.
2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan.
Menurut (Binhasyim, 2008), faktor-faktor yang mempengaruhi
keseimbangan tubuh diantaranya adalah :
1. Pusat gravitasi (Center of Gravity-COG)
Pusat gravitasi terdapat pada semua obyek, pada benda. Pusat
gravitasi terletak tepat di tengah benda tersebut. Pusat gravitasi adalah
titik utama pada tubuh yang akan mendistribusikan massa tubuh secara
merata. Bila tubuh selalu ditopang oleh titik ini, maka tubuh dalam
keadaan seimbang. Pada manusia, pusat gravitasi berpindah sesuai
dengan arah atau perubahan berat. Pusat gravitasi manusia ketika
berdiri tegak adalah tepat di atas pinggang diantara depan dan
belakang vertebra sakrum ke dua.
2. Garis gravitasi (Line of Gravity-LOG)
Garis gravitasi merupakan garis imajiner yang berada vertical
melalui pusat gravitasi dengan pusat bumi. Hubungan antara garis
7
gravitasi, pusat gravitasi dengan bidang tumpu adalah menentukan
derajat stabilitas tubuh.
3. Bidang tumpu (Base of Support-BOS)
Bidang tumpu merupakan bagian dari tubuh yangberhubungan
dengan permukaan tumpuan. Ketika garis gravitasi tepat berada di
bidang tumpu, tubuh dalam keadaan seimbang. Stabilitas yang baik
terbentuk dari luasnya area bidang tumpu. Semakin besar bidang
tumpu, semakin tinggi stabilitas. Misalnya berdiri dengan kedua kaki
akan lebih stabil dibanding berdiri dengan satu kaki. Semakin dekat
bidang tumpu dengan pusat gravitasi, maka stabilitas tubuh makin
tinggi.
4. Usia
Usia seseorang semakin tua akan mengalami kemunduran fisik,
yang terjadinya tidak dapat dihindari oleh siapapun, tetapi lambat
cepatnya proses tersebut bergantung pada masing masing individu
yang bersangkutan. Kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit
mengendur, rambut memutih, pendengaran kurang jelas, penglihatan
semakin memburuk, gerakan lambat. Semakin tua usia seseorang,
maka keseimbangan tubuh mereka berkurang ditandai dengan
kemunduran fisik (Nugroho, 2008).
5. Postur (posisi atau sikap tubuh)
Tubuh dapat membentuk banyak postur yang memungkinkan
tubuh dalam posisi yang nyaman selama mungkin. Pada saat berdiri
tegak, hanya terdapat gerakan kecil yang muncul dari tubuh, yang
8
biasa di sebut dengan ayunan tubuh. Luas dan arah ayunan diukur dari
permukaan tumpuan dengan menghitung gerakan yang menekan di
bawah telapak kaki, yang di sebut pusat tekanan (center of pressure24
COP). Jumlah ayunan tubuh ketika berdiri tegak di pengaruhi oleh
faktor posisi kaki dan lebar dari bidang tumpu.
6. Pengalaman terdahulu
Pengalaman atau riwayat terdahulu pada lansia pernah mengalami
kecelakaan (jatuh) yang mengakibatkan tulang patah, sehingga
mempengaruhi keseimbangan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
2.1.4 Fisiologi Keseimbangan Tubuh
Fisiologi tubuh paling penting dalam menjaga keseimbangan adalah
proprioception. Proprioception merupakan kemampuan untuk merasakan
posisi bagian sendi atau tubuh dalam gerak. Bagian yang bertanggung
jawab untuk proprioception umumnya terletak di sendi, tendon, ligamen,
dan kapsul sendi sementara tekanan reseptor sensitif terletak di fasia dan
kulit (Fitriyansah, dkk., 2014).
Kemampuan tubuh untuk mempertahankan koordinasi pada posisi
berdiri dan mencegah terjadinya resiko jatuh, bergantung pada koordinasi
sistem muskuloskeletal, neurologi dan system penglihatan.
Perubahan-perubahan Keseimbangan Tubuh pada Lansia
1. Perubahan pada sistem muskuloskeletal
Perubahan yang terjadi pada sistem musculoskeletal adalah
berkurangnya massa dan kekuatan otot, berkurangnya massa dan
kekuatan tulang (Mauk, 2010). Lansia mengalami penurunan kekuatan
9
dan kelenturan otot seperti kekuatan genggaman tangan, kekuatan kaki
berkurang pada pria, genggaman tangan dan kekuatan kaki pada
wanita.
2. Perubahan dalam gaya berjalan
Sejalan dengan proses menua, pergerakan motorik kasar yang
dibutuhkan untuk mempertahankan postur dan gaya berjalan
mengalami perubahan. Gaya berjalan pada lansia ditandai dengan
penurunan kecepatan, langkah kaki diseret, langkah pendek, langkah
ragu, penurunan lambaian langan, dan postur membungkuk. Perubahan
ini umum lerjadi pada lansia yang berusia di atas 80 tahun. Perubahan
kecepatan pergerakan dan kemampuan untuk mempertahankan postur
tubuh tegak dapat mempengaruhi keseimbangan lansia dan
meningkatkan resiko jatuh pada lansia (Dewi, 2014).
2.1.5 Alat Ukur Keseimbangan
Alat ukur yang dapat yang dapat digunakan untuk memperkirakan
risiko jatuh dan mengukur keseimbangan pada lansia adalah dengan Skala
Keseimbangan Berg (Berg Balance Scale (BBS)). BBS terdiri dari 14 item
fungsional yang diberi skala 0-4. Skor 0 diberikan jika lansia tidak dapat
melaksanakan tugas dan skor 4 diberikan jika lansia dapat menyelesaikan
tugas. Skor total adalah 56. Item tugas meliputi mobilitas seperti
berpindah, berdiri tanpa bantuan, duduk ke berdiri, berdiri tandem,
berputar 360˚, dan berdiri satu kaki. Pelaksanaan tugas tersebut
membutuhkan waktu kira-kira 15 menit dan membutuhkan dua kursi,
stopwatch. penggaris 40cm dan ruangan. BBS merupakan instrumen yang
10
memiliki sensitifitas dan spesifisitas serta merupakan tes keseimbangan
fungsional yang valid dan reliabel (Achmanagara,2012).
Tes Up and Go dapat dilakukan untuk mengkaji mobilitas dan fungsi
keseluruhan lansia. Minta lansia untuk bangkit dari kursinya, berjalan
lurus sejauh 10 kaki, kemudian berbalik arah dan berjalan dan selanjutnya
duduk kembali di kursi. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan tugas ini adalah 10 detik. Jika lansia membutuhkan waktu yang
lebih banyak, hal ini mengindikasikan lansia beresiko mengalami
gangguan dalam fungsi ambulasi (Dewi, 2014).
2.1.6 Alat ukur BBS (Berg Balance Scale )
Berg balance scale (BBS) merupakan skala untuk mengukur
keseimbangan static dan dinamik secara objektif, yang terdiri dari 14 item
tugas keseimbangan (balance task) yang umum dalam kehidupan sehari-
hari. (Umphred et al, 2013 dalam dinda eorbathriek, 2017)
No Item
keseimbangan Skor (0-4)
1. Duduk ke berdiri 4 = dapat berdiri tanpa menggunakan tangan
dan menstabilkan independen.
3 = mampu berdiri secara independen
menggunakan tangan.
2 = mampu berdiri menggunakan tangan
setelah mencoba.
1 = perlu bantuan minimal untuk berdiri atau
menstabilkan
0 = perlu asisten sedang atau maksimal untuk
berdiri.
2. Berdiri tanpa
penunjang
4 = dapat berdiri dengan aman selama 2
menit.
3 = mampu berdiri 2 menit dengan
pengawasan.
2 = dapat berdiri 30 detik yang tidak
dibantu/ditunjang.
1 = membutuhkan beberapa waktu untuk
11
No Item
keseimbangan Skor (0-4)
mencoba berdiri 30 detik yang tidak
dibantu.
0 = tidak dapat berdiri secara mandiri selama
30 detik
3
.
Duduk tanpa
penunjang
4 = bisa duduk dengan aman dan aman
selama 2 menit
3 = bisa duduk 2 menit dengan pengawasan
2 = mampu duduk selama 30 detik
1 = bisa duduk 10 detik
0 = tidak dapat duduk tanpa penunjang
4. Berdiri ke duduk 4 = duduk dengan aman dengan
menggunakan minimal tangan
3 = mengontrol posisi turun dengan
menggunakan tangan
2 = menggunakan punggung kaki terhadap
kursi untuk mengontrol posisi turun
1 = duduk secara independen tetapi memiliki
keturunan yang tidak terkendali
0 = kebutuhan membantu untuk duduk.
5. Transfer 4 = dapat mentransfer aman dengan
penggunaan ringan tangan
3 = dapat mentransfer kebutuhan yang pasti
aman dari tangan
2 = dapat mentransfer dengan pengawasan
1 = membutuhkan satu orang untuk
membantu
0 = membutuhkan dua orang untuk
membantu atau mengawasi
6. Berdiri dengan
mata tertutup
4 = dapat berdiri 10 detik dengan aman
3 = dapat berdiri 10 detik dengan
pengawasan
2 = mampu berdiri 3 detik
1 = tidak dapat menjaga mata tertutup 3 detik
tapi tetap aman
0 = membutuhkan bantuan agar tidak jatuh
7. Berdiri dengan
kaki rapat
4 = mampu menempatkan kaki bersama-sama
secara independen dan berdiri 1 menit
aman
3 = mampu menempatkan kaki bersama-sama
secara independen dan berdiri 1 menit
dengan pengawasan
2 = mampu menempatkan kaki bersama-sama
secara mandiri tetapi tidak dapat tahan
selama 30 detik
1 = memerlukan bantuan untuk mencapai
12
No Item
keseimbangan Skor (0-4)
posisi tapi mampu berdiri 15 kaki
bersama-sama detik
0 = memerlukan bantuan untuk mencapai
posisi dan tidak dapat tahan selama 15
detik
8. Menjangkau ke
depan dengan
tangan
4 = dapat mencapai ke depan dengan percaya
diri 25 cm (10 inci)
3 = dapat mencapai ke depan 12 cm (5 inci)
2 = dapat mencapai ke depan 5 cm (2 inci)
1 = mencapai ke depan tetapi membutuhkan
pengawasan
0 = kehilangan keseimbangan ketika
mencoba / memerlukan dukungan
eksternal
9. Mengambil barang
dari lantai
4 = dapat mengambil sandal aman dan mudah
3 = dapat mengambil sandal tetapi
membutuhkan pengawasan
2 = tidak dapat mengambil tetapi mencapai 2-
5 cm (1-2 inci) dari sandal dan menjaga
keseimbangan secara bebas
1 = tidak dapat mengambil dan memerlukan
pengawasan ketika mencoba
0 = tidak dapat mencoba / membantu
kebutuhan untuk menjaga dari kehilangan
keseimbangan atau jatuh
10. Menoleh ke
belakang
4 = tampak belakang dari kedua sisi dan berat
bergeser baik
3 = tampak belakang satu sisi saja sisi lain
menunjukkan pergeseran berat badan
kurang
2 = hanya menyamping tetapi tetap
mempertahankan keseimbangan
1 = perlu pengawasan saat memutar
0 = butuh bantuan untuk menjaga dari
kehilangan keseimbangan atau jatuh
11. Berputar 360
derajat
4 = mampu berputar 360 derajat dengan
aman dalam 4 detik atau kurang
3 = mampu berputar 360 derajat dengan
aman satu sisi hanya 4 detik atau kurang
2 = mampu berputar 360 derajat dengan
aman tetapi perlahan-lahan
1 = membutuhkan pengawasan yang ketat
atau dengan lisan
0 = membutuhkan bantuan saat memutar
12. Menempatkan kaki 4 = mampu berdiri secara independen dengan
13
No Item
keseimbangan Skor (0-4)
bergantian di
bangku
aman dan menyelesaikan 8 langkah
dalam 20 detik
3 = mampu berdiri secara mandiri dan
menyelesaikan 8 langkah dalam> 20
detik
2 = dapat menyelesaikan 4 langkah tanpa
bantuan dengan pengawasan
1 = dapat menyelesaikan> 2 langkah perlu
assist minimal
0 = membutuhkan bantuan agar tidak jatuh /
tidak mampu untuk mencoba
13. Berdiri dengan
satu kaki didepan
4 = mampu menempatkan tandem kaki secara
independen dan tahan 30 detik
3 = mampu menempatkan kaki depan
independen dan tahan 30 detik
2 = dapat mengambil langkah kecil secara
mandiri dan tahan 30 detik
1 = kebutuhan membantu untuk melangkah
tapi dapat menyimpan 15 detik
0 = kehilangan keseimbangan saat melangkah
atau berdiri
14. Berdiri dengan
satu kaki
4 = mampu mengangkat kaki secara
independen dan tahan> 10 detik
3 = mampu mengangkat kaki secara
independen dan tahan 5-10 detik
2 = mampu mengangkat kaki secara
independen dan tahan ≥ 3 detik
1 = mencoba untuk angkat kaki tidak bisa
tahan 3 detik tetapi tetap berdiri secara
independen.
0 = tidak dapat mencoba kebutuhan
membantu untuk mencegah jatuhnya.
Scoring: Skala lima poin, mulai dari 0-4. "0" menunjukkan tingkat terendah fungsi
dan "4" tingkat fungsi tertinggi. Skor Total = 56
Interpretasi: 41-56 = risiko jatuh rendah
21-40 = risiko jatuh menengah
0 -20 = risiko jatuh tinggi
14
2.2. Senam Lansia
2.2.1. Pengertian Senam Lansia
Senam lansia adalah olahraga ringan yang mudah dilakukan, tidak
memberatkan dan dapat diterapkan pada lansia. Aktivitas olah raga akan
membantu tubuh lansia agar tetap bugar (anggriya, 2010).
2.2.2. Tujuan Senam Lansia
Menurut (Debra 2015) tujuan dari senam lansia, antara lain:
1. Membantu memperkuat otot.
2. Mengurangi rasa nyeri atau sakit pada sendi.
3. Memperbaiki keseimbangan.
4. Menstimulasi produksi cairan pelumas pada sendi.
2.2.3. Gerakan Senam Lansia
1. Bahu
a. Jangkauan lengan ke depan, angkat satu atau kedua lengan ke depan
(jaga agar kedua lengan tetap tenggelam pada tahap ini), kemudian
angkat ke atas setinggi mungkin. Jika satu lengan tangan lemah, lengan
yang satunya dapat membantu.
b. Jangkauan lengan ke samping, perlahan angkat kedua lengan
kesamping. Telapak tangan tetap menghadap ke bawah dan lengan
tenggelam seperti di dalam air, turunkan lengan.
c. Lingkaran lengan, angkat kedua lengan ke depan sampai berada di
bebebapa inci ke bawah permukaan air, Jaga agar kedua siku tetap
lurus. Buat lingkaran kecil dengan lengan.Secara bertahap benarkan
15
ukuran lingkaran. Kemudian kurangi ukuran lingkaran, buat lingkaran
ke dalam dan ke luar,
2. Siku
a. Menekuk siku, tekuk kedua siku dan sentuhkan ibu jari ke bahu.
Rilekskan siku dan lengan diluruskan.
b. siku ditekuk, lengan dibalikkan. Tahan lengan lurus ke depan. tangan
ke atas, dan telapak tangan menghadap ke depan Menekuk siku
sampai ujung jari tangan menyentuh bahu. Rileks dan luruskan siku.
3. Pergelangan tangan dan jari-jari
a. Lengan terbalik, tahan kedua lengan lurus di depan. Telapak tangan
menghadap kelangit-langit. Kemudian balikkan kedua telapak tangan
menghadap kelantai.
b. Menekuk pergelangan tangan, tahan kedua tangan lurus ke depan dan
tekuk pergelangan tangan ke bawah dan ke atas.
c. Berdiri dengan tegak tangan diluruskan dan mengatap ke langit
gerakanJari menggenggam dan membuka
d. Telapak tangan membuka ke atas, sontuhkan ujung ibu jari ke jari-jari
lainnya secara bergantian.
4. Pinggul dan lutut
a. Berdiri dengan tegak kemudian angkat lutut kaki kanan terlebih
dahulu ke depan. Kembalikan kaki kanan dengan posisi lurus lakukan
secara bergantihan pada kaki kiri.
16
b. Berdiri dengan tegak kemudian angkat kaki kanan terlebih dahulu ke
belakang. kembalikan kaki kanan dengan posisi lunas lakukan secara
bergantihan pada kaki kiri.
c. Berdiri dengan tegak ayunkan kaki kanan ke samping, rilekskan lutut
untuk menjaga keseimbangan dan kembalikan kaki kanan dengan
posisi semula. Lakukan secara bergantian di kaki kiri.
d. Peregangan betis, berdiri tegak dengan kedua kaki agar torbuka dan
kakikiri ke depan. Jaga tubuh tetap lurus, condongkan badan ke depan,
perlahan biarkan lutut sebelah kiri menekuk Jaga lutut sebelah kanan
tetap lurus dan tumit lurus. Tahan selama lima detik, kembali ke posisi
awal. Lakukan bergantian dengan kaki sebelah kiri.
e. Letakkan kedua tangan ke pinggul dan tanpa menggerakkan kaki,
tekuk perlahan kearah kanan, kemudian kembali ke posisi awal dan
tekuk ke kiri. Jangan memutar atau menarik batang tubuh ke samping.
5. pengelangan dan jari jari kaki
a. Berdiri tegak angkat kaki ke depan, tekuk pergelangan kaki dan tunjukkan
jari kaki ke depan. Lakukan secara bergantian pada kaki karuan dan kiri.
b. Jari kaki mengeriting, lingkarkan jari kaki ke bawah. Lakukan secara
bergantian pada kaki kanan dan kiri.
2.2.3. Manfaat Senam
Senam lansia bermanfaat dalam mengurangi kejadian kegemukan,
Meregangkan otot-otot sendi dan tulang, serta memperbaiki keadaan mental
lansia dan manfaat senam lansia dapat memperlancar proses degenerasi
karena perubahan usia, mempermudah untuk menyesuaikan kesehatan
17
jasmani dalam kehidupan (adaptasi), Jenis olahraga yang biasa dilakukan
pada lanjut usia antara lain adalah senam lansia. Aktivitas olahraga ini akan
membantu tubuh tetap bugar dan segar karena melatih tulang tetap kuat,
mendorong jantung bekerja optimal. Kesegaran jasmani yang baik bila
jantung dan peredaran darah baik sehingga tubuh seluruhnya dapat
menjalankan fungsinya dalam waktu cukup lama. Senam lansia disamping
memiliki dampak positif terhadap peningkatan fungsi organ tubuh juga
berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh manusia setelah
latihan teratur. Lansia yang awalnya memiliki kondisi rentan lalu sering
mengikuti senam atau olahraga, biasanya akan mengalami perbaikan
mobilitas, gaya berjalan, keseimbangan, serta berkurangnya kesulitan saat
bangkit dari kursi atau menaiki tangga (Potter and Perry, 2009).
2.3. konsep Dasar Lansia
2.3.1. Pengertian Lansia
Lansia merupakan suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia, memasuki proses lansia berarti mengalami kemunduran misalnya
kemunduran fisik yang di tandai kulit kendur rambut mulai memutih gigi
mulai ompong pendengaran mulai kurang jelas pengelihatan kabur gerakan
lambat dan figur tubuh mulai tidak proposional (Nasrullah,2016)
Menurut (Bandiyah, 2009) usia lanjut adalah suatu kejadian yang pasti
akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya
tidak bisa dihindari oleh siapapun, namun manusia dapat berupaya untuk
menghambat kejadiannya.
18
Menurut pendapat (Nugroho, 2006). Lansia merupakan lanjutan dari
usia dewasa yang terdiri dari fase presenium yaitu lansia yang berusia 55-65
tahun, dan fase senium yang kurang lebih ber umur 65 tahun. Lansia adalah
seorang laki laki dan perempuan yang menginjak umur 60 tahun atau lebih,
baik secara fisik berkemampuan (potensial) maupun dalam suatu hal
sehingga menyebapkan lansia tidak berperan aktif dalam pembangunan
(tidak potensial)(Depkes RI,2003).
2.3.2. Batasan Batasan Lansia
WHO mengelompokkan lansia menjadi 4 kelompok yang meliputi:
1. Usia pertengahan (Midle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun
2. Lanjut usia (Elderly) ialah antara 60 dan 74 tahun
3. Lanjut usia tua(Old) ialah antara 75 dan 90 tahun
4. Usia sangat tua (Very old) ialah usia diatas 90 tahun (Padilla, 2013).
Menurut Prof Dr. Koesoemanto setyonegoro, membagi periodisasi
biologis perkembangan manusia sebagai berikut (Padila, 2013)
1. Usia dewasa muda (elderly adulthood) usia 18/20-25 tahun.
2. Usia dewasa penuh (midlle years) atau mituritas usia 25-60/65 tahun
3. Lanjut usia (geriatric age) usia >65/70 tahun, terbahi atas
A. Young old (usia 70-75 tahun)
B. Old (usia 75-80 tahun)
C. Very old (usia > 80 tahun)
Menurut (Departemen Kesehatan RI, 2006) mengelompokkan lansia
menjadi tiga, yaitu :
19
a. Virilitas (prasenium) yaitu masa persiapan usia lanjut yang
menampakkan kematangan jiwa (usia 55-59 tahun)
b. Usia lanjut dini (senescen) yaitu kelompok yang mulai memasuki masa
usia lanjut dini (usia 60-64 tahun)
c. Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif
(usia 65-74 tahun)
Dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 1998
tentang Kesejahteraan Lanjut yang tertulis Dalam pasal 1 ayat 2 Undang-
undang No. 13 Tahun 1998 tersebut dinyatakan bahwa yang dimaksud
dengan lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun keatas baik pria
maupun wanita.
2.3.3. Faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan
Menurut (Bandiyah ,2009) faktor-faktor yang mempengaruhi ketuaan
adalah :
1. Keturunan
2. Nutrisi
3. Status kesehatan
4. Pengalaman hidup
5. Lingkungan
6. StressT
2.3.4. Perubahan yang terjadi pada lansia perubahan fisik
1. Sel
a. Lebih sedikit jumlahnya.
b. Lebih besar ukurannya.
20
c. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan
intraseluler.
d. Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal dan darah dan hati.
e. Jumlah sel otak menurun.
f. Terganggunya mekanisme perbaikan sel.
g. Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%.
2. Sistem pernafasan
a. Berat otak menurun 10-20% (setiap orang berkurang sel saraf otaknya
dalam setiap harinya).
b. Cepat menurunnya hubungan persyarafan.
c. Lembar dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan
stress.
d. Mengecilnya saraf panca indra.
e. Mengurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya
syaraf pencium dan perasa, lebih sensitive terhadap perubahan suhu
dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
f. Kurang sensitive terhadap sentuhan.
3. Sistem pendengaran
a. Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam
terutama terhadap bunyi atau suara-suara nada-nada tinggi, suara yang
tidak jelas, sulit mengeri kata-kata 50% terjadi pada usia di atas umur
65 tahun.
b. Membrane timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.
21
c. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami
ketegangan jiwa/stres.
4. Sistem penglihatan
a. Stringter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
b. Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, jelas
menyebabkan gangguan penglihatan.
c. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap
kegelapan lebih lambat, dan sudah melihat dalam cahaya gelap.
d. Hilangnya daya akomodasi.
e. Menurunnya lapangan pandang, berkurang luas pandanganya.
f. Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala.
(Bandiyah, 2009).
2.3.5. Ciri – Ciri Lansia
Menurut (Hurlock, 2010) terdapat beberapa ciri-ciri orang lanjut usia,
yaitu:
1. Usia lanjut merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan
faktor psikologis. Kemunduran dapat berdampak pada psikologis lansia.
Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia.
Kemunduran pada lansia semakin cepat apabila memiliki motivasi yang
rendah, sebaliknya jika memiliki motivasi yang kuat maka kemunduran
itu akan lama terjadi.
22
2. Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas
Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat
dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia
dan diperkuat oleh pendapat-pendapat klise yang jelek terhadap lansia.
Pendapat-pendapat klise itu seperti : lansia lebih senang
mempertahankan pendapatnya daripada mendengarkan pendapat orang
lain.
3. Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami
kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya
dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari
lingkungan.
4. Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia membuat lansia
cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia lebih
memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Karena perlakuan yang
buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk.
2.3.6 Proses Menua
1. Definisi
Menua adalah proses suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang tidak
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang
telah melalui tahap-tahap kehidupannya, yaitu neonatus, toddler, pra
23
school, school, remaja, dewasa dan lansia. Tahap berbeda ini di mulai baik
secara biologis maupun psikologis (Padila, 2013).
2. Aspek Fisiologik dan Patologik Akibat Proses Menua
Perubahan akibat proses menua dan usia biologis, dengan makin
lanjutnya usia seseorang maka kemungkinan terjadinya penurunan
anatomik dan fungsional atas organ-organnya makin besar. Peneliti Andres
dan Tobin (seperti di kutip oleh Kane) mengintroduksi Hukum 1% yang
menyatakan bahwa fungsi organ-organ akan menurun sebanyak satu
persen setiap tahunnya setelah usia 30 tahun walaupun penelitian oleh
Svanborg menyatakan bahwa penurunan tersebut tidak sedramatis seperti
di atas, tetapi memang terdapat penurunan yang fungsional dan nyata
setelah usia 70 tahun. Sebenarnya lebih tepat bila dikatakan bahwa
penurunan anatomik dan fungsi organ tersebut tidak dikaitkan dengan
umur kronologik melainkan dengan umur biologiknya. Dapat disimpulkan,
mungkin seseorang dengan usia kronologik baru 55 tahun sudah
menunjukkan berbagai penurunan anatomik dan fungsional yang nyata
akibat umur biologiknya yang sudah lanjut sebagai akibat tidak baiknya
faktor nutrisi, pemeliharaan kesehatan, dan kurangnya aktivitas. Penurunan
anatomik dan fungsional dari organ-organ tersebut akan menyebabkan
lebih mudah timbulnya penyakit pada organ tersebut. Batas antara
penurunan fungsional dan penyakit seringkali para ahli lebih suka
menyebutnya sebagai suatu perburukan gradual yang manifestasinya pada
organ tergantung pada ambang batas tertentu dari organ tersebut dan pada
24
dasarnya tergantung atas: derajat kecepatan terjadinya perburukan atau
deteriorisasi, tingkat tampilan organ yang dibutuhkan
Pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa pada seorang lanjut usia,
perbedaan penting dengan perkataan lain: pertanda penuaan adalah bukan
pada tampilan organ atau organisme saat istrahat, akan tetapi bagaimana
organ atau organisme tersebut dapat beradaptasi terhadap stres dari luar
(Kane, 2010).
2.4. Keaktifan
2.4.1 Pengertian Aktif
Pada umumnya usia lanjut menganggap penyakit sebagai hal biasa,
sehingga jarang memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan seperti
posyandu lansia. Kurang aktifnya lansia dalam memanfaatkan pelayanan
kesehatan di posyandu lansia ini dapat menyebabkan kondisi kesehatan
mereka tidak dapat terpantau dengan baik, sehingga disaat mengalami
suatu resiko penyakit akibat penurunan kondisi tubuh, dikhawatirkan dapat
berakibat fatal dan mengancam jiwa mereka.
Keaktifan mengikuti senam lansia adalah dimana lansia mengikuti
kegiatan senam lansia secara teratur, terukur serta terencana dan tujuannya
untuk meningkatkan kemampuaan fungsional olah raga
Menurut (Rahayu, 2009 dalam Anggraini dkk, 2013) menyatakan
bahwa frekuensi ideal kunjungan ke posyandu lansia dalam setahun adalah
12 kali kunjungan, karena posyandu lansia diselenggarakan setiap satu
bulan sekali. Apabila lansia memiliki frekuensi kunjungan yang tinggi
maka dapat terpantau dengan baik status kesehatanya. Keaktifan lansia
25
dalam mengikuti kegiatan di posyandu lansia dikatakan aktif jika
mengikuti kegiatan posyandu ≥ 6 kali dalam satu tahun, tidak aktif jika
mengikuti kegiatan posyandu < 6 kali dalam satu tahun.
2.4.2. Faktor pengaruh lansia mengikuti senam
Faktor–faktor yang mempengaruhi lansia dalam mengikuti kegiatan
posyandu lansia (senam lansia) adalah :
1. Pengetahuan lansia
Pengetahuan lansia akan manfaat senam lansia ini dapat diperoleh
dari pengalaman pribadi dalam kehidupan sehariharinya. Lansia yang
menghadiri kegiatan posyandu, akan mendapatkan penyuluhan tentang
bagaimana cara hidup sehat dengan segala keterbatasan atau masalah
kesehatan yang melekat pada mereka. Pengalaman serta pengetahuan
lansia menjadi pendorong minat atau motivasi mereka untuk selalu
mengikuti kegiatan posyandu lansia/senam lansia (Purnama, 2010
dalam dian mahara suseno, 2012)
2. motivasi lansia
Motivasi adalah apa yang membuat sesorang bertindak, motivasi
merupakan dampak dari interaksi seseorang dengan situasi yang
dihadapinya (Nursalam, 2008dalam dian suseno, 2012)
3. Dukungan keluarga
Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau
kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan senam lansia. Keluarga bisa
menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan diri
untuk mendampingi atau mengantar lansia, mengingatkan lansia jika
26
lupa jadwal senam lansia, dan berusaha membantu mengatasi segala
permasalahan bersama lansia. (Erfandi,2008 dalam dian mahara suseno,
2012)
4. Kondisi fisik lansia
Mengingat kondisi fisik yang lemah sehingga mereka tidak bisa
mengunakan sarana dan prasarana, maka pemanfaatan pelayanan
kesehatan adalah menyediakan sarana dan fasilitas yang khusus bagi
lansia.
2.4.3 Kriteria keaktifan
Pedoman penelitian yang telah di modifikasi oleh LPPL adalah
sebagai berikut
a. Sangat aktif : 85-100%
b. Aktif :70-84%
c. Cukup aktif : 55-69%
d. Kurang aktif : 40-45 %
e. Sangat kurang aktif :0-39%
27
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka Konsep adalah suatu uraian dan visualisasi tentang hubungan
atau kaitan antara konsep – konsep atau variable – variable yang akan di amati
atau di ukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmojo, 2012). Adapun
kerangka konsep adalah sebagai berikut :
Keterangan :
: Variabel yang tidak diteliti
: Variabel yang diteliti
Gambar 3.1 : Kerangka konseptual Hubungan keaktifan mengikuti senam Lansia
dengan keseimbangan tubuh lansia di Posyandu Lansia Desa
Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang
Keaktifan mengikuti Senam lansia
1. Pengetahuan tentang manfaat
posyandu
2. Dukungan keluarga
3. Motivasi lansia
4. Kondisi fisik lansia
Keseimbangan tubuh lansia
Berg belance scale
(BBS)
Risiko jatuh rendah
Factor yang mempengaruhi
keseimbangan tubuh pada lansia :
1. Pusat gravitasi
2. Garis gravitasi
3. Bidang tumpu
4. Usia
5. Postur atau sikap tubuh
6. Pengalaman terdahulu
Resiko jatuh menengah
Risiko jatuh tinggi
Sangat aktif Aktif Cukup aktif Kurang aktif Sangat kurang aktif
28
3.2 Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul
(Arikunto, 2010).
Dari kajian di atas tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
H1 : Ada hubungan mengikuti senam lansia dengan keseimbangan tubuh
Pada Lansia Usia 60 – 95 Tahun di Posyandu Lansia Desa Denanyar
Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang
29
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1.Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Analitik Korelasional.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai
variabel mandiri, baik satu variabel lebih (independen) tanpa membuat
perbandingan atau menghubungkan dengan variabel yang lain (Sugiyono,
2012). Metode penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat positifisme, digunakan untuk meneliti pada
populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel pada umumnya
dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk
menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2012).
4.2.Desain penelitian
Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan analitik
korelasional dengan desain penelitain cross sectional. Penelitian cross
sectional merupakan suatu penelitian yang mempelajari hubungan antara
faktor resiko (independen) dengan faktor efek (dependen), dimana melakukan
observasi atau pengukuran variabel sekali dan sekaligus pada waktu yang
sama (Rianto, 2011).
30
4.3.Waktu dan tempat penelitian
4.3.1. Waktu
Waktu penelitian ini dilakukan pada Februari 2018 sampai Juni dan
pengambilan data dilaksanakan pada bulan April 2018
4.3.2. Tempat
Lokasi dalam penelitian ini adalah Posyandu Lansia Desa Denanyar
Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang
4.4.Populasi, sampel dan sampling
4.4.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan obyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti dan
kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,2011). Dalam penelitian ini
populasi yang digunakan adalah semua lansia yang mengikuti senam
lansia sebanyak 32 orang.
4.4.2. Sampel
Sampel tertidiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat
dipergunakan sebagai subyek penelitian (Nursalam, 2013).
Menurut (Nursalam, 2011) mencari sampel menggunakan rumus :
n = N
1 + N (d2)
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d2 = Tingkat signifikan/ tingkat kesalahan yang dipilih (d2 = 0,05)
31
n = N
1 + N(d2)
= 32
1 + 32(0,052)
= 32
1+ 32.0,0025
= 32
1,08
= 30
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagian lansia di
Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten
Jombang berjumlah 30 lansia
4.4.3. Sampling
Sampling adalah suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam
penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili
keseluruhaan populasi yang ada (Hidayat,2010). Dalam penelitian ini
menggunakan probability sampling dengan metode random sampling
yaitu pengambilan sampel dengan cara acak tanpa memperhatikan strata
yang ada dalam anggota populasi (Hidayat,2014).Cara pengambilan
sampel dengan melakukan undian semua populasi seperti arisan dan yang
keluar dari undian tersebut yang akan dijadikan sampel.
32
4.5. Kerangka kerja
Kerangka kerja adalah tahapan dalam suatu penelitian pada
kerangka kerja disajikan alur penelitian terutama variabel yang akan
digunakan dalam penelitian (Notoatmodjo,2010).
Gambar 4.4 : Kerangka kerja hubungan keaktifan mengikuti senam lansia dengan
keseimbangan tubuh.
Penyusunan proposal
Sampling
Simple random sampling
Sampel
Sebagian lansia yang berada di posyandu lansia sebanyak 30 orang
Desain penelitian
Mengunakan analitik korelasional dengan metode cross sectional
Pengumpulan data
Dalam penelitian ini pengumpulan data menggunakan observasi
Pengolahan data
Pengolahaan data dengan editing, coding, scoring dan tabulating.
Penyajian hasil penelitian
Populasi
Semua lansia yang berada di posyandu lansia sebanyak 32 orang
Analisa Data Korelasi spearman
Variabel independent
Keaktivan mengikuti senam lansia
Variabel dependent
Keseimbangan tubuh lansia
33
4.6. Identifikasi variabel
4.6.1. Variabel
Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda
terhadap sesuatu.
a. Variabel Independent
Variabel independen adalah stimulus aktivitas yang dimanipulasi oleh
penelitian untuk menciptakan suatu dampak (Nursalam,2013).
Variabel independent dalam penelitian ini adalah keaktifan mengikuti
senam lansia.
b. Variabel Dependent
Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel
bebas (Nursalam,2013). Variabel dependentdalam penelitian ini adalah
keseimbangan tubuh pada lansia.
4.7. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang
diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat
diamati artinya memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau
pengukuran secara cermat terhadap suatu obyek atau fenomena yang
kemungkinan dapat diulangi oleh orang lain (Nursalam,2013).
34
Tabel 4.6 Definisi operasional hubungan keatifan mengikuti senam lansia
dengan keseimbangan tubuh lansia
Variabel Definisi
Operasional
Parameter Alat Ukur Skala Kategori/ skor
Variabel
independent :
keaktifan
mengikuti
senam lansia
lansia mengikuti
kegiatan senam
lansia secara
teratur, terukur
serta terencana
dan tujuannya
untuk
meningkatkan
kemampuaan
fungsional olah
raga
Frekuensi
kehadiran
mrngikuti senam
lansia.
Absensi Ordinal Skor
1. 85-100%
2. 70-87%
3. 55-69%
4. 40-45%
5. 0-39%
Kategori
1. Sangat aktif
2. Aktif
3. Cukup aktif
4. Kurang aktif
5. Sangat
kurang aktif
Anggraini,(2013)
Variabel
dependent :
Keseimbangan
tubuh pada
lansia
Kemampuan
untuk
mempertahankan
system saraf otot
dalan posisi atau
sikap yang efisien
selagi bergerak
(Prasetyo dan
Indriardi,2015)
1. Duduk ke berdiri
2. Berdiri tanpa
penunjang
3. Duduk tanpa
penunjang
4. Berdiri ke duduk
5. Transfer
6. Berdiri dengan
mata tertutup
7. Berdiri dengan
kaki rapat
8. Menjangkau ke
depan dengan
tangan
9. Mengambil
baramg dari lantai
10. Menoleh ke
belakang
11. Berputar 360
derajat
12. Menempatkan
kaki bergantian di
bangku
13. Berdiri dengan
kaki satu kedepan
14. Berdiri dengan
satu kaki
Berg balance
scale (BBS)
Ordinal Skor
1. 41-56
2. 21-40
3. 0-20
Kategori
1. dengan
resiko jatuh
Rendah
2. dengan
resiko jatuh
Menengah
3. dengan
resiko jatuh
Tinggi
Achmanagara,
(2012)
35
4.8. Pengumpulan dan analisa data
4.8.1. Instrumen
Instrumen adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasinya lebih
baik (cermat, lengkap, sistematis) sehingga mudah diolah (Saryono,
2010).Instrumen yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi.
Pengumpulan data keseimbangan tubuh mengunakan Berg balance scale
(BBS). Pada instrumen ini terdiri dari 14 test keseimbangan tubuh dengan
mengidentifikasi Duduk ke berdiri, Berdiri tanpa penunjang , Duduk tanpa
penunjang , Berdiri ke duduk, Transfer, Berdiri dengan mata tertutup,
Berdiri dengan kaki rapat , Menjangkau ke depan dengan tangan,
Mengambil baramg dari lantai, Menoleh ke belakang, Berputar 360
derajat, Menempatkan kaki bergantian di bangku, Berdiri dengan kaki satu
kedepan, Berdiri dengan satu kaki.
4.8.2. Prosedur penelitian
Prosedur penelitian dilakukan dengan pengumpulan data,
pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan
proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu
penelitian (Nursalam, 2008). Dalam melakukan penelitian ini, peneliti
melakukan pengumpulan data dengan cara :
1. Peneliti mengurus perizinan surat pengantar penelitian kepada institusi
STIKES ICME Jombang.
2. Menyerahkan surat perizinan penelitian dari STIKES ICME Jombang
kepada dinas kesehatan kabupaten Jombang.
36
3. Mengadakan pendekatan kepada responden untuk mendapatkan
persetujuan menjadi responden.
4. Menjelaskan kepada calon responden tentang penelitian dan bersedia
menjadi responden dipersilahkan untuk menandatangani informed
consent.
5. Peneliti memberikan pengarahan test keseimbangan tubuh
6. Peneliti mengkoreksi apakah semua pengarahan sudah di mengerti
7. Peneliti melihat daftar absensi mulai bulan februari sampai bulan april
dan melakukan test keseimbangan tubuh 10-15 menit dan peneliti
menilai responden untuk mengetahui keseimbangan tubuhnya
8. Setelah data terkumpul maka peneliti melakukan editing, coding,
scoring, tabulating, dan di uji mengunakan uji korelasi spearment
9. Penyajian hasil penelitian.
10. Penyusunan laporan penelitian.
4.8.3 Pengolahan dan Analisa Data
Menurut Hidayat (2009) setelah angket dari responden terkumpul,
selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan cara sebagai berikut :
a. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau
setelah data terkumpul.
b. Coding
Coding adalah kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap
data yang terdiri atas beberapa kategori. Pembagian kode ini sangat
37
penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer.
Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya
dalam satu buku untuk memudahkan kembali melihat dan arti suatu
kode dari suatu variabel.
1. Responden
R1 = Responden 1
R2 = Responden 2
R3 = Responden 3
2. Jenis kelamin
JK1 = Laki-laki
JK2 = Perempuan
3. Umur
U1 = 60 - 65 tahun
U2 = 66-70 tahun
U3 = 70-74 ahun
4. Kategori tingkat seimbang
Kode 1 = risiko jatuh rendah
Kode 2 = risiko jatuh menengah
Kode 3 = risiko jatuh tinggi
5. Kategori keaktifan
Kode A = Sangat aktif
Kode B = aktif
Kode C = Cukup aktif
Kode D = Kurang aktif
38
Kode E= Sangat kurang aktif
6) Pekerjaan
Ibu rumah tangga = Pk1
Swasta = Pk2
PNS = Pk3
TNI/Polisi = Pk4
Tani/Nelayan = Pk5
Lainnya = Pk6
7) Pendidikan
Tidak Sekolah = Pd1
SD = Pd2
SMP = Pd3
SMA = Pd4
D3/S1 = Pd5
c. Scoring
Tahap ini dilakukan setelah ditetapkan kode jawaban atau
hasil observasi sehingga setiap jawaban responden atau hasil
observasi dapat diberikan skor (Suryanto, 2011).
Kategori keseimbangan
Skor 41-56 = resiko jatuh rendah
Skor 21-40 = resiko jatuh menengah
Skor 0 -20 = resikojatuh tinggi
39
Kategori keaktifan
Skor 85-100% = Sangat aktif
Skor 70-84% = aktif
Skor 55-69%= Cukup aktif
Skor 40-45% = = Kurang aktif
Skor 0-39% = Sangat kurang aktif
d. Tabulating
Tabulating adalah mengelompokkan data ke dalam satu tabel tertentu
menurut sifat-sifat yang dimiliki. Pada data ini dianggap bahwa data telah
diproses sehingga harus segera disusun dalam suatu pola format yang telah
dirancang.
Adapun hasil pengolahan data tersebut diinterpretasikan
menggunakan skala kumulatif :
100 % = seluruhnya
76% - 99% = hampir seluruhnya
51% - 75% = sebagian besar dari responden
50% = setengah responden
26 %- 49% = hampir dari setengahnya
1 % - 25 % = sebagian kecil dari responden
0 % = tidak ada satupun dari responden
(Arikunto, 2010).
40
4.8.4 Analisa Data
1. Analisa Univariat
Analisis univariate dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian.
Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan
persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010) yaitu keaktifan mengikuti
senam lansia dan keseimbangan tubuh pada Lansia.
Untuk mengukur keaktifan mengunakan persentase lansia . Pada
penilaian keaktifan disediakan lima kriteria keaktifan.
f. Sangat aktif : 85-100%
g. Aktif :70-84%
h. Cukup aktif : 55-69%
i. Kurang aktif : 40-45 %
j. Sangat kurang aktif :0-39%
Untuk mengetahui sejauh mana tingkat keseimbangan tubuh
seseorang apakah tinggi,menengah, rendah, menggunakan alat ukur
(Berg balance scale) dengan 14 pengukuran dan 3 kategori skor:
a. Resiko jatuh tinggi : 41-56
b. Resiko jatuh menengah : 21-40
c. Resiko jatuh rendah : 0-20
2.Analisa Bivariat
Analisa data untuk mengetahui hubungan keaktifan mengikuti
senam lansia dengan keseimbangan tubuh lansia di Posyandu Lansia
Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang Skala
variabel keaktifan adalah ordinal dan skala variabel keseimbangan
41
ordinal adalah ordinal, pada uji statistik penerimaan hipotesis
menggunakan uji korelasi spearman rank. Diperoleh nilai p kemudian
dibandingkan dengan α 0,05 p value > α (0,05) maka H0 diterima atau
H1 ditolak, yang berarti tidak ada hubungan keaktifan mengikuti
senam lansia dengan keseimbngan tubuh. P value < α (0,05) maka H0
ditolak atau H1 diterima, yang berarti ada ada hubungan keaktifan
mengikuti senam lansia dengan keseimbangan tubuh.
4.9. Etika penelitian
Sebelum penelitian dilakukan peneliti mengajukan permohonan
kepada STIKES ICME JOMBANG untuk mendapatkan rekomendasi dan
surat permohonan ijin kepada kepala dinas kesehatan di Jombang , setelah
mendapatkan persetujuan barulah melaksanakan penelitian dengan
menekankan masalah etika yang meliputi :
1. Lembar persetujuan menjadi responden ( Informed consent )
Lembar ini diberikan kepada responden, peneliti menjelaskan maksud
dan tujuan penelitian dilakukan serta dampak yang terjadi sebelum
dan sesudah penelitian. Jika responden bersedia diteliti maka
responden harus menandatangani lembar persetujuan, jika tidak
bersedia diteliti maka peneliti tidak akan memaksa.
2. Anonimity ( tanpa nama )
Untuk menjaga kerahasiaan subyek penelitian, maka peneliti tidak
akan mencantumkan nama subyek pada lembar pengumpulan data
yang diisi, lembaran tersebut hanya akan diberi nomor kode tertentu.
42
3. Confidentiality
Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh
peneliti dan tidak akan mempengaruhi harga diri / status remaja putri
dimasyarakat.
43
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Gambaran lokasi penelitian
1. Letak Geografis Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang
terletak pada dataran rendah, sebagian besar wilayah desa merupakan
dataran. Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang sebagian
besar adalah tanah pertanian dan pemukiman.
Jarak desa dengan pusat pemerintahan kabupaten : ± 1 km
Jarak desa dengan ibu kota propinsi Jawa Timur : ± 79 km
2. Batas wilayah
Sebelah utara : Desa Banjardowo dan Kecamatan Tembelang
Selebah selatan : Kecamatan Diwek dan Jogoroto
Sebelah Barat : Kecamatan Perak
Sebelah Timur : Kecamatan Peterongan
5.1.2. Data umum
1. Karakteristik responden bedasarkan umur
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden bedasarkan umur di Posyandu
Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten
Jombang pada bulan April 2018
No Umur Frekuensi Presentase (%)
1
2
3
60-65 tahun
66-70 tahun
70-74 tahun
5
11
14
16,7
36,7
46,7
Total 30 100
Sumber : Data Primer, 2018.
44
Bedasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa hampir
setengahnya responden berumur 70-74 tahun sebanyak 14 orang
(46,7%).
2. Karakteristik responden bedasarkan jenis kelamin
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden bedasarkan jenis kelamin di
Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang
Kabupaten Jombang pada bulan April 2018 .
No Jenis kelamin Frekuensi Presentase (%)
1
2
Perempuan
Laki-laki
30
0
100
0
30 100
Sumber : Data Primer, 2018.
Bedasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa seluruh
responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 30 orang (100%).
3. Karakteristik responden bedasarkan pendidikan
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden bedasarkan tingkat pendidikan
di Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang
Kabupaten Jombang pada bulan April 2018.
No Pendidikan Frekuensi Presentase (%)
1
2
3
4
Tidak sekolah
SD
SMP
SMA
6
18
2
4
20,0
60,0
6,7
13,3
Total 30 100
Sumber : Data Primer, 2018.
Bedasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebagaian besar
berpendidikan SD sebanyak 18 responden (60,0%).
45
4. Karakteristik responden bedasarkan pekerjaan
Table 5.4 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan responden di
Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang
Kabupaten Jombang pada bulan April 2018.
No Pekerjaan Frekuensi Persentase %
1
2
3
4
5
Ibu rumah tangga
Swasta
Pns
TNI/ Polri
Tani/ nelayan
20
1
3
1
5
66,7
3,3
10,0
3,3
16,7
Total 30 100
Sumber : Data Primer, 2018.
Bedasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa sebagaian besar
responden bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak 20 responden
(66,7%).
5.1.3. Data khusus
1. Keaktifan mengikuti senam lansia
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan keaktifan
mengikuti senam lansia di Posyandu lansia Desa
Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang bulan April
2018.
No Keaktifan mengikuti senam lansia Frekuensi Presentase (%)
1
2
3
4
5
Sangat aktif
Aktif
Cukup aktif
Kurang aktif
Sangat kurang aktif
19
8
3
0
0
63,3
26,7
10,0
0
0
Total 30 100
Sumber: Data skunder, 2018
Bedasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa sebagaian besar
responden di Posyandu lansia denanyar memiliki keaktifan sangat
aktif sebanyak 19 orang (63,3%).
46
2. Keseimbangan tubuh pada lansia
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi responden bedasarkan keseimbangan
tubuh pada lansia di Posyandu lansia Desa Denanyar
Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang bulan April 2018.
No Keseimbangan tubuh Frekuensi Presentase (%)
1
2
3
Resiko Jatuh Rendah
Resiko Jatuh Menengah
Resiko Jatuh Tinggi
15
11
4
50,0
36,7
13,3
Total 30 100
Sumber: Data Primer, 2018
Bedasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa setengahnya
responden di Posyandu lansia denanyar memiliki keseimbangan
tubuh dengan resiko jatuh rendah sebanyak 15 orang (50,0%).
3. Hubungan keaktifan mengukuti senam lansia dengan keseimbangan
tubuh pada lansia di posyandu lansia Desa Denanyar Kecamatan
Jombang Kabupaten Jombang.
Tabel 5.8 Tabulasi silang Hubungan keaktifan mengukuti senam lansia
dengan keseimbangan tubuh pada lansia di posyandu lansia
Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang bulan
April 2018.
Keaktifan mengikuti
senam lansia
Keseimbangan tubuh (resiko jatuh)
Rendah Menengah Tinggi Total
F % F % F % F %
Sangat aktif
Aktif
Cukup
12
3
0
63,3
37,5
0,0
6
4
1
31,6
50,0
33,3
1
1
2
5,3
12,5
66,7
19
8
3
100
100
100
Jumlah 15 50,0 11 36,7 4 13,3 30 100
Uji rank spearman p value 0.015
Sumber: Data primer, 2018
Bedasarkan tabel 5.7 menunjukkan bahwa sebagian besar
responden sangat aktif mengikuti senam sebanyak 19 orang (63,3%)
dan memiliki keseimbangan dengan resiko jatuh yang rendah
sebanyak 15 orang (50,0%).
47
Analisa data mengunakan rank spearman dengan SPSS pada
taraf kesalahan 5%. Berdasarkan uji rank spearman antara variabel
akses keaktifan mengikuti senam lansia dengan keseimbangan tubuh
lansia di Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang.
Diperoleh nilai p = 0.015 hasil tersebut lebih kecil dari taraf
signifikan yang di gunakan α 0,05, dengan kata lain ada hubungan
antara keaktifan mengikuti senam lansia dengan keseimbangan tubuh
pada lansia di Posyandu Lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang
Kabupaten Jombang. Untuk menilai tingkat hubungan didapatkan
hasil nilai p = 0,015 dimana nilai tingkat hubungan berada pada
kisaran 0,00-0,019. Yang berarti pada penelitian ini memiliki
hubungan rendah (Sugiyo, 2012).
5.2. Pembahasan.
5.2.1. Keaktifan lansia mengikuti senam lansia
Bedasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa sebagian besar responden
yang aktif mengikuti senam lansia di Posyandu lansia denanyar sangat aktif
sebanyak 19 orang (63,3%). Dan sebagaian kecil responden aktif mengikuti
senam lansai sebanyak 8 orang (26,7%) dan yang sebagaian kecil respinden
cukup mengikuti senam lansia sebanyak 3 orang (10,0%)
Menurut peneliti responden yang sangat aktif mengikuti senam lansia
ditunjukan dari nilai distribusi frekuensi didapatkan nilai yang paling tinggi
yaitu dengan tingkat sangat aktif yang menyatakan bahwa jika mereka aktif
mengikuti kegiatan senam lansia 2 kali dalam 1 Minggu mereka akan dapat
48
menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh mereka, selain itu senam lansia
juga dapat berfungsi mencegah terjadinya kekakuan sendi dan kekakuan
otot
Menurut teori Anggiya, (2010) Senam lansia adalah olahraga ringan
yang mudah dilakukan, tidak memberatkan dan dapat diterapkan pada
lansia. Aktivitas olah raga akan membantu tubuh lansia agar tetap bugar dan
senam lansia bertujuan untuk memperkuat otot, mengurangi rasa nyeri atau
sakit pada sendi, memperbaiki keseimbangan dan menstimulus produksi
cairan pelumas pada sendi agar lansia tidak mudah mengalami kekakuat
pada sendi dan otot Debra (2015). Sedangkan teori Rahayu, (2009) dalam
Anggraini dkk, (2013) menyatakan bahwa frekuensi ideal kunjungan ke
posyandu lansia dalam setahun adalah 12 kali kunjungan, karena posyandu
lansia diselenggarakan setiap satu bulan sekali. Apabila lansia memiliki
frekuensi kunjungan yang tinggi maka dapat terpantau dengan baik status
kesehatanya.
Faktor – faktor yang mempengaruhi keaktifan dalam mengikuti
senam lansia meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan.
Berdasarkan table 5.1 di dapatkan hasil bahwa setengahnya berumur 70-74
tahun sejumlah 14 responden 46,6%. Menurut peneliti bertambahnya usia
lansia akan menyebabkan kemunduran faktor fisik dan sering mengalami
sakit sakitan sehingga dalam menjaga kesehatanya lansia memanfaatkan
pelayanan kesehatan untuk menjaga kebugaran dan kesehatan tubuhnya di
posyandu atau di Puskesmas terdekat.
49
Menurut terori dari (Nasrullah, 2016) Lansia merupakan suatu
keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia, memasuki proses lansia
berarti mengalami kemunduran misalnya kemunduran fisik yang di tandai
kulit kendur rambut mulai memutih gigi mulai ompong pendengaran mulai
kurang jelas pengelihatan kabur gerakan lambat dan figur tubuh mulai tidak
proposional, dan menurut (Ekasari ,2008) bahwa seiring peningkatan usia,
terjadi peningkatan kebutuhan pelayanan khusus yang berbasis masyarakat.
Berdasarkan tabel 5.2 di dapatkan bahwa seluruh responden
berjenis kelamin perempuan sebanyak 30 responden 100%. Menurut peneliti
perempuan lebih dominan mengikuti kegiatan masyarakat dibandingkan laki
laki karena perempuan lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dan
perempuan juga suka dengan kegiatan kumpul kumpul dengan teman
semama jenis dan seusianya untuk sekedar berbincang bincan maupun
arisan dan perempuan lebih banyak di bandingkan laki laki di lihat dari
(BPS,2014) yang menyatakan bahwa di indonesia lansia perempuan lebih
tinggi 1,11 % dibanding laki-laki.
Berdasarkan tabel 5.3 di dapatkan bahwa sebagaian besar
responden berpendidikan SD sebanyak 18 responden 60,0 % menurut
peneliti pendidikan berpengaruh besar terhadap pengetahuan kesehatanya
dan kesadaran lansia dalam menjaga kesehatan termasuk mengikuti kegiatan
di posyandu lansia
Menurut teori dari (Irawan, 2010) Tingkat pendidikan akan
mempengaruhi tingkat pengetahuan, semakin tinggi tingkat pendidikan
50
maka tingkat pengetahuan terkait kesadaran dalam mengikuti kegiatan dan
menjaga kesehatan juga akan tinggi.
Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa sebagian besar
responden bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak 20 responden
(66,7%). Menurut peneliti lansia yang bekerja sebagai ibu rumah tangga
lebih memanfaatkan pelayanan kesehatan karena ibu rumah tangga lebih
banyak waktu di bandingkan dengan pekerjaan lainya, hal ini sejalan dengan
teori dari penelitian (Rosyid, 2009) bahwa pekerjaan merupakan faktor yang
mempengaruhi kunjungan lansia ke posyandu dimana pemanfatan posyandu
yang baik lebih banyak dilakukan oleh lansia yang tidak bekerja. Menurut
(Hastono, 2009) bahwa lansia yang bekerja akan lebih sibuk sehingga tidak
ada waktu untuk berkunjung ke posyandu dibanding dengan lansia yang
tidak bekerja.
5.2.2. Keseimbangan tubuh pada lansia
Bedasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa sebagian besar responden di
Posyandu lansia denanyar memiliki keseimbangan tubuh dengan resiko
jatuh rendah sebanyak 15 orang (50,0%).sebagaian kecil memiliki
keseimbangan tubuh dengan resiko jatuh menengah sebanyak 11 orang
(36.7%) dan sebagaian kecilnya lagi memiliki keseimbangan tubuh dengan
resiko jatuh sebesar 4 orang (13,3%) yang di ukur mengunakan test
keseimbangan tubuh dengan berg belance scale.
Menurut peneliti lansia yang aktif mengikuti senam lansia akan
memiliki tingkat resiko jatuh yang rendah dikarenakan dengan lansia yang
aktif mengikuti senam maka lansia tidak mengalami ganguan keseimbangan
51
tubuh seperti perubahan system muskoloskletal seperti penurunan kekuatan
dan keleturan otot dan perubahan gaya berjalan jika lansia mengalami
kekurangan cairan pelumas pada sendi dan pengalaman terdahulu yang di
alamai oleh lansia.
Hal ini sejalan dengan teori Menurut (Hakim, dkk, 2013)
keseimbangan tubuh kemampuan tubuh dalam mempertahankan saraf otot
untuk mempertahankan posisi atau sikap yang efisien pada saat melakukan
aktifitas sehari hari. Menurut (Widodo dan Kusumawati, 2014).
Keseimbangan merupakan penyebab utama yang sering mengakibatkan
seorang lanjut usia mudah jatuh terutama saat aktivitas berjalan dan
melakukan aktivitas sehari – hari.
Faktor – faktor yang mempengaruhi keseimbangan tubuh lansia
meliputi umur, dan pekerjaan. Berdasarkan table 5.1 di dapatkan hasil
bahwa setengahnya berumur 70-74 tahun sejumlah 14 responden 46,6%.
Menurut peneliti bertambahnya usia lansia akan menyebabkan menurunya
kerja orga tubuh sehingga tubuh tidak dapat bekerja secara optimal dan
dapat mengakibatan ganguan keseimbangan tubuh. Menurut terori dari
(Nasrullah, 2016) Lansia merupakan suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia, memasuki proses lansia berarti mengalami kemunduran
misalnya kemunduran fisik yang di tandai kulit kendur rambut mulai
memutih gigi mulai ompong pendengaran mulai kurang jelas pengelihatan
kabur gerakan lambat dan figur tubuh mulai tidak proposional,
Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa sebagian besar
responden bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak 20 responden
52
(66,7%). Menurut peneliti lansia yang bekerja sebagai ibu rumah tangga
sangat rawan sekali terjadinya ganguan keseimbangan tubuh karena lansia
tersebut sangatlah kurang melakukan aktifitas dan beresiko tinggi terjadi
ganguan keseimbangan tubuh seperti perubahan pada system
musculoskeletal dan perubahan gaya berjalan. Menurut teori dari (Mauk,
2010) yaitu Perubahan yang terjadi pada sistem musculoskeletal adalah
berkurangnya massa dan kekuatan otot, berkurangnya massa dan kekuatan
tulang (Dewi, 2014). Perubahan kecepatan pergerakan dan kemampuan
untuk mempertahankan postur tubuh tegak dapat mempengaruhi
keseimbangan lansia dan meningkatkan resiko jatuh pada lansia (Dewi,
2014).
5.2.3. Hubungan keaktifan mengikuti senam lansia dengan keseimbagan tubuh
pada lansia
Bedasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa sebagian besar
responden yang aktif mengikuti senam lansia di Posyandu lansia denanyar
sangat aktif sebanyak 19 orang (63,3%). Dan Bedasarkan tabel 5.6
menunjukkan bahwa sebagian besar responden di Posyandu lansia denanyar
memiliki keseimbangan tubuh yang rendah sebanyak 15 orang (50,0%).
Berdasarkan dari hasil analisa kedua variable yang di uji menggunakan
spearman rank dengan SPSS pada taraf kesalahan 5%. Berdasarkan uji
rank spearman antara variable akses keaktifan mengikuti senam lansia
dengan keseimbangan tubuh lansia di Desa Denanyar Kecamatan Jombang
Kabupaten Jombang. Diperoleh nilai p = 0.015 < α = 0,05 maka H1
diterima.
53
Menurut peneliti senam lansia sangat penting sekali di lakukan oleh
lansia agar terhindar dari resiko jatuh karena senam lansia ditujukan untuk
penguatan daya tahan dan kelenturan tulang dan sendi, sehingga
muskoloskletal yang menurun dapat di perbaiki, Penerapan latihan fisik
melalui aktifitas olahraga berupa Senam Sehat bagi lansia akan membantu
menjaga serta membiasakan otot dan sendi agar tetap bergerak, karena
dengan bergerak secara tidak langsung akan menjaga otot dan sendi agar
tidak mengalami penurunan fungsi yang akan berdampak pada penurunan
kemampuannya dalam menunjang mobilitas lansia. Berbagai macam variasi
gerakan Senam Sehat dapat dengan mudah diaplikasikan kepada lansia
karena telah disesuaikan dengan kondisi fisik lansia. Senam lansia terdiri
dari berbagai macam gerakan, tidak hanya terfokus pada satu gerakan saja,
hal ini membuat seluruh fungsi tubuh lansia menjadi terlatih dan secara
tidak langsung akan menjaga fungsi tubuhnya agar dapat bekerja secara
maksimal.
Menurut teori (Ismiadi, 2014) dalam (ariu dewi, 2016) Aktifitas senam
lansia akan membantu tubuh lansia agar tetap bugar dan tetap segar, karena
senam lansia mampu melatih tulang tetap kuat dean menjaga kelenturan
tulang dan sendi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh
(Feby Ayunda Putri, Yani Dewi Suryani dan Susanti Dharmika, 2015) yang
54
berjudul keseimbangan dengan metode Timed Up And Go Test (TUGT)
pada lansia yang mengikuti dan tidak mengikuti senam lansia yang
menyatakan bahwa ganguan keseimbangan merupakan salah satu masalah
penting pada lansia dan merupakan penyebab utama lansia mudah jatuh,
beberapa faktor yang mempengaruhi keseimbangan adalah instrnsik dan
extrinsik. Senam merupakan salah satu aktifitas fisik yang apabila dilakukan
secara teratur dapat meningkatkan keseimbangan. Hasil survey yang di
lakukan oleh ( Riskesdas ,2013) adalah sebesar 30% lansia umur 65 tahun
jatuh setiap tahunya. Separuh dari angka tersebut mengalami jatuh berulang
dan 1800 kejadian pertahun menyebapkan kematian. Di Indonesia,
prevalensi cedera pada penduduk usia lebih dari 55 tahun mencapai 22%,
dimana 65% diantaranya dikarenakan jatuh.
55
BAB 6
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di posyandu lansia Desa
Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang pada bulan april 2018
dengan 30 orang dapat disimpulkan bahwa :
1. Keaktifan mengikuti senam lansia di Posyandu lansia Desa Denanyar
Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang sebagaian besar sangat aktif .
2. Keseimbangan tubuh lansia di Posyandu lansia Desa Denanyar Kecamatan
Jombang Kabupaten Jombang setengahnya memiliki keseimbangan tubuh
yang memiliki resiko jatuh rendah.
3. Ada hubungan mengikuti senam lansia dengan keseimbangan tubuh pada
lansia di Posyandu lansia Desa Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten
Jombang.
6.2 Saran
1. Bagi Responden
Responden diharapkan untuk menjaga kesehatanya dengan
memperiksakan secara rutin dan selalu menerapkan gaya hidup sehat agar
tidak terjadi masalah kesehatan seperti ganguan keseimbangan tubuh yang
dapat beresiko jatuh pada tubuh lansia.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan bagi tenaga kesehatan untuk lebih aktif dalam menggugah
semangat lansia dalam mengikuti senam lansia di posyandu lansia Desa
56
Denanyar Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang dengan cara
memberikan motivasi dan memberikan senam yang bervarian dalam
setiap kegiata posyandu supaya lansia tidak merasa bosan datang ke
posyandu.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Pada penelitian ini belum dapat menjelaskan lebih luas mengenai
responden yang mengalami gangguan keseimbangan , sehingga untuk
penelitian selanjutnya diharapkan melakukan penelitian dengan
pendekatan studi kualitatif dan menambahkan kelompok kontrol sehingga
mendapatkan hasil penelitian yang lebih jelas serta pada perilaku yang
lebih nyata.
57
DAFTAR PUSTAKA
Annaflsah, Z, Dkk. 2012. Pengaruh Senam Lansia Terhadap Keseimbangan Tubuh
yang Diukur Menggunakan Romberg Tesr pada Lansia Sehat Studi di Desa
Plamongsari Kecamatan Pedurungan Semarang. Vol. 4. No. 2.
Ashar, Permata, H. 2016. Gambaran Persepsi Faktor Resiko Jatuh pada Panti Werdah
Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan. Program Studi Keperawatan Fakultas
Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
Eorobatriek, D. 2017. Pengaruh Latihan CAWTHORNE-COOKSEY terhadap Penurunan
Resiko Jatuh pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdah Budi Mulia 3 Margaguna
Jakarta Selatan.
Istiqomah. 2017. Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Lansia Dengan Demensi Dirumah
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang Ganding Semarang. Departemen Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.
Kusnanto, dkk. 2007. Peningkatan Stabilitas Postural pada Lansia Melalui Balance
Exercise. Vol.1. No. 2. PSIK FK UNAIR.
Noorhidayah, D. 2016. Hubungan Postur Tubuh dengan Jatuh pada Lanjut Usia.
Program Studi S1 Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhamadiyah
Surakarta.
Notoatmojo, S. 2010. Metode penelitian kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta.
Nugroho, W. 2000. Mekanisme Keseimbangan Postural Pada Lansia. 10 Mei 2010
Nursalam. 2013. Konsep dan penerapan metodelogi penelitian ilmu keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Padila.2013. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta. Nuha Medika.
Putri, F, A, Dkk. 2015. Keseimbangan dengan Metode Time Up and Go Test pada
Lansia yang Mengikuti dan TIdak MEngikuti Senam Lansia. Program Pendidikan
Sarjana Kedokteran Universitas Islam Bandung.
Rahmadani, Carolina P. K. 2016. Pengaruh Latihan Jalan (Tanden Stance) terhadap
Penigkatan Keseimbangan untuk Mengurangi Resiko Jatuh pada Lansia. Program
Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Raharjo, D, R, Dkk. 2015.Pengaruh Senam Lansia terhadap Kebugaran Lansia di Panti
Werdah Majapahit Mojokerto. Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri
Surabaya.
Takarini, N. dkk. 2012. Alat Ukur Sederhana untuk Kongnitif Keseimbangan dan
Aktifitas Fungsional Lansia. Jilid 1. Jurusan Fisioterapi Kementrian kesehatan
Politeknik Kesehatan Surakarta.
58
Sugiono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan : Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Suseno, Dian, M. 2012. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Lansia dalam
Mengikuti Kegiatan Posyandu Lansia di Desa Kauman Kecamatan Polanharjo
Kabupaten Klaten. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Mohammadyah
Surakarta.
Utami, Nita. 2017. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Resiko Jatuh pada Lansia di
Desa Krasakan Lumbungrejo Tempel Sleman Yogyakarta.
Eorobatriek, D. 2017. Pengaruh Latihan CAWTHORNE-COOKSEY terhadap Penurunan
Resiko Jatuh pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdah Budi Mulia 3 Margaguna
Jakarta Selatan.
59
Lampiran 1
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada :
Yth. Calon Responden Penelitian
Dengan Hormat,
Saya mahasiswa S1 Keperawatan program studi ilmu keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang, bermaksud melaksanakan
penelitian mengenai “hubungan keaktifan mengikuti senam lansia terhadap
keseimbangan tubuh lansia”
Saya mengharap kesediaan saudara-saudara sekalian untuk menjadi responden
dalam penelitian saya ini. Informasi yang didapatkan, saya jamin kerahasiaan dan
hanya dipergunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan dan tidak akan saya
gunakan untuk maksud-maksud lainnya.Apabila saudara bersedia menjadi
responden, saya mohon untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi rsponden
terlampir.
Atas perhatiaan dan kesediaannya saya ucapkan terima kasih.
Jombang, April 2018
Yang membuat pernyataan
YOYOK ARI WBOWO
14.321.0099
60
Lampiran 2
INFORMED CONSENT
Yang betanda tangan dibawah ini
Nama ( inisial ) :
Alamat ( inisial ) :
Setelah mendapat keterangan secukupnya serta mengetahui manfaat dan resko
dari penelitian yang berjudul “hubungan keaktifan mengikuti senam lansia terhadap
keseimbangan tubuh lansia” . Menyatakan bersedia atau tidak bersedia ikut terlibat
sebagai responden. Saya percaya data yang dihasilkan akan dijaga kerahasiaannya.
Jombang, April 2018
Responden
61
Lampiran 3
LEMBAR KUEISIONER PENELITIAN
PetunjukPengisian :
1. Untuk data umum, isilah sesuai dengan kondisi anda.
2. Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai menurut pendapat anda.
3. Berilah tanda (√) pada kotak yang telah disediakan yang anda anggap benar.
A. KARATERISTIK RESPONDEN :
1. Jenis Kelamin :
: Laki – Laki
: Perempuan
2. Umur
: 60 - 66 tahun
: 66 - 70 tahun
: 70 - 74 tahun
3. Pendidikan
: Tdk sekolah
: SD
: SMP
: SMA
: Perguruan Tinggi
4. Pekerjaan
: Ibu rumah tangga
: Swasta
: PNS
: TNI/Polisi
:Tani/Nelayan
: Lainnya
5. Agama
: Islam
: Lainnya
62
Lampiran 4
Alat ukur BBS (Berg Balance Scale )
Berg balance scale (BBS) merupakan skala untuk mengukur keseimbangan static
dan dinamik secara objektif, yang terdiri dari 14 item tugas keseimbangan (balance
task) yang umum dalam kehidupan sehari-hari.
No Item
keseimbangan Skor (0-4)
1. Duduk ke berdiri 4 = dapat berdiri tanpa menggunakan tangan dan
menstabilkan independen.
3 = mampu berdiri secara independen menggunakan
tangan.
2 = mampu berdiri menggunakan tangan setelah
mencoba.
1 = perlu bantuan minimal untuk berdiri atau
menstabilkan
0 = perlu asisten sedang atau maksimal untuk berdiri.
2. Berdiri tanpa
penunjang
4 = dapat berdiri dengan aman selama 2 menit.
3 = mampu berdiri 2 menit dengan pengawasan.
2 = dapat berdiri 30 detik yang tidak dibantu/ditunjang.
1 = membutuhkan beberapa waktu untuk mencoba
berdiri 30 detik yang tidak dibantu.
0 = tidak dapat berdiri secara mandiri selama 30 detik
3
.
Duduk tanpa
penunjang
4 = bisa duduk dengan aman dan aman selama 2 menit
3 = bisa duduk 2 menit dengan pengawasan
2 = mampu duduk selama 30 detik
1 = bisa duduk 10 detik
0 = tidak dapat duduk tanpa penunjang
4. Berdiri ke duduk 4 = duduk dengan aman dengan menggunakan minimal
tangan
3 = mengontrol posisi turun dengan menggunakan
tangan
2 = menggunakan punggung kaki terhadap kursi untuk
mengontrol posisi turun
1 = duduk secara independen tetapi memiliki keturunan
63
yang tidak terkendali
0 = kebutuhan membantu untuk duduk.
5. Transfer 4 = dapat mentransfer aman dengan penggunaan ringan
tangan
3 = dapat mentransfer kebutuhan yang pasti aman dari
tangan
2 = dapat mentransfer dengan pengawasan
1 = membutuhkan satu orang untuk membantu
0 = membutuhkan dua orang untuk membantu atau
mengawasi
6. Berdiri dengan
mata tertutup
4 = dapat berdiri 10 detik dengan aman
3 = dapat berdiri 10 detik dengan pengawasan
2 = mampu berdiri 3 detik
1 = tidak dapat menjaga mata tertutup 3 detik tapi tetap
aman
0 = membutuhkan bantuan agar tidak jatuh
7. Berdiri dengan
kaki rapat
4 = mampu menempatkan kaki bersama-sama secara
independen dan berdiri 1 menit aman
3 = mampu menempatkan kaki bersama-sama secara
independen dan berdiri 1 menit dengan
pengawasan
2 = mampu menempatkan kaki bersama-sama secara
mandiri tetapi tidak dapat tahan selama 30 detik
1 = memerlukan bantuan untuk mencapai posisi
tapi mampu berdiri 15 kaki bersama-sama detik
0 = memerlukan bantuan untuk mencapai posisi dan
tidak dapat tahan selama 15 detik
8. Menjangkau ke
depan dengan
tangan
4 = dapat mencapai ke depan dengan percaya diri 25
cm (10 inci)
3 = dapat mencapai ke depan 12 cm (5 inci)
2 = dapat mencapai ke depan 5 cm (2 inci)
1 = mencapai ke depan tetapi membutuhkan
pengawasan
0 = kehilangan keseimbangan ketika mencoba /
memerlukan dukungan eksternal
9. Mengambil barang 4 = dapat mengambil sandal aman dan mudah
64
dari lantai 3 = dapat mengambil sandal tetapi membutuhkan
pengawasan
2 = tidak dapat mengambil tetapi mencapai 2-5 cm (1-2
inci) dari sandal dan menjaga keseimbangan secara
bebas
1 = tidak dapat mengambil dan memerlukan
pengawasan ketika mencoba
0 = tidak dapat mencoba / membantu kebutuhan untuk
menjaga dari kehilangan keseimbangan atau jatuh
10. Menoleh ke
belakang
4 = tampak belakang dari kedua sisi dan berat bergeser
baik
3 = tampak belakang satu sisi saja sisi lain
menunjukkan pergeseran berat badan kurang
2 = hanya menyamping tetapi tetap mempertahankan
keseimbangan
1 = perlu pengawasan saat memutar
0 = butuh bantuan untuk menjaga dari kehilangan
keseimbangan atau jatuh
11. Berputar 360
derajat
4 = mampu berputar 360 derajat dengan aman dalam 4
detik atau kurang
3 = mampu berputar 360 derajat dengan aman satu sisi
hanya 4 detik atau kurang
2 = mampu berputar 360 derajat dengan aman tetapi
perlahan-lahan
1 = membutuhkan pengawasan yang ketat
atau dengan lisan
0 = membutuhkan bantuan saat memutar
12. Menempatkan kaki
bergantian di
bangku
4 = mampu berdiri secara independen dengan aman
dan menyelesaikan 8 langkah dalam 20 detik
3 = mampu berdiri secara mandiri dan menyelesaikan 8
langkah dalam> 20 detik
2 = dapat menyelesaikan 4 langkah tanpa bantuan
dengan pengawasan
1 = dapat menyelesaikan> 2 langkah perlu assist
minimal
0 = membutuhkan bantuan agar tidak jatuh / tidak
65
mampu untuk mencoba
13. Berdiri dengan
satu kaki didepan
4 = mampu menempatkan tandem kaki secara
independen dan tahan 30 detik
3 = mampu menempatkan kaki depan independen dan
tahan 30 detik
2 = dapat mengambil langkah kecil secara mandiri dan
tahan 30 detik
1 = kebutuhan membantu untuk melangkah tapi dapat
menyimpan 15 detik
0 = kehilangan keseimbangan saat melangkah atau
berdiri
14. Berdiri dengan
satu kaki
4 = mampu mengangkat kaki secara independen dan
tahan> 10 detik
3 = mampu mengangkat kaki secara independen dan
tahan 5-10 detik
2 = mampu mengangkat kaki secara independen dan
tahan ≥ 3 detik
1 = mencoba untuk angkat kaki tidak bisa tahan 3 detik
tetapi tetap berdiri secara independen.
0 = tidak dapat mencoba kebutuhan membantu untuk
mencegah jatuhnya.
Scoring: Skala lima poin, mulai dari 0-4. "0" menunjukkan tingkat terendah fungsi dan
"4" tingkat fungsi tertinggi. Skor Total = 56
Interpretasi: 41-56 = risiko jatuh rendah
21-40 = risiko jatuh menengah
0 -20 = risiko jatuh tinggi
66
Lampiran 5
67
Lampiran 6
68
Lampiran 7
69
Lampiran 8
70
Lampiran 9
1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 100 Sgt aktif 1
2 2 1 2 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 11 68,75 Cukup 3
3 2 1 3 2 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 13 81,25 Aktif 2
4 2 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 100 Sgt aktif 1
5 2 1 1 5 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 13 81,25 Aktif 2
6 2 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 100 Sgt aktif 1
7 2 2 2 5 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 14 87,5 Sgt aktif 1
8 2 2 1 5 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 93,75 Sgt aktif 1
9 2 2 2 5 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 10 62,5 Cukup 3
10 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 14 87,5 Sgt aktif 1
11 2 2 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 13 81,25 Aktif 2
12 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 100 Sgt aktif 1
13 2 2 2 5 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 93,75 Sgt aktif 1
14 2 2 4 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 14 87,5 Sgt aktif 1
15 2 2 2 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 12 75 Aktif 2
16 2 2 4 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 100 Sgt aktif 1
17 2 3 2 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 11 68,75 Cukup 3
18 2 3 2 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 14 87,5 Sgt aktif 1
19 2 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 100 Sgt aktif 1
20 2 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 13 81,25 Aktif 2
21 2 3 2 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 14 87,5 Sgt aktif 1
22 2 3 2 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 12 75 Aktif 2
23 2 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 100 Sgt aktif 1
24 2 3 4 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 13 81,25 Aktif 2
25 2 3 2 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 14 87,5 Sgt aktif 1
26 2 3 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 100 Sgt aktif 1
27 2 3 4 4 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 13 81,25 Aktif 2
28 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 100 Sgt aktif 1
29 2 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 14 87,5 Sgt aktif 1
30 2 3 2 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 93,75 Sgt aktif 1
Skor
No.
Resp
.
DATA UMUM
Jenis
KelaminUmur
Pendi
dikan
Peker
jaanAgama
%
TABULASI DATADATA KHUSUS
KEAKTIFAN MENGIKUTI SENAM LANSIA
BULAN MARET BULAN APRILKategori Kode
1 2 3 4 1 2 3 4
71
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 3 3 3 3 2 2 3 4 3 3 2 2 4 4 41 Rendah 1
2 2 2 2 1 1 0 2 1 1 2 1 0 1 1 17 Tinggi 3
3 2 3 2 1 2 2 2 2 0 2 1 2 1 1 23 Menengah 2
4 3 4 3 4 3 3 2 2 4 2 3 2 3 3 41 Rendah 1
5 2 1 2 2 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 19 Tinggi 3
6 2 3 3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 33 Menengah 2
7 2 3 2 3 2 3 2 1 1 2 2 1 1 1 26 Menengah 2
8 2 1 2 1 2 2 2 1 1 2 2 1 1 1 21 Menengah 2
9 2 4 4 4 3 3 2 3 3 3 2 3 2 1 39 Menengah 2
10 2 1 1 2 1 0 1 0 0 1 0 1 2 1 13 Tinggi 3
11 3 2 3 2 2 2 2 4 2 2 3 2 3 3 35 Menengah 2
12 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 54 Rendah 1
13 4 4 4 1 2 3 3 2 2 2 2 1 2 4 36 Menengah 2
14 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 51 Rendah 1
15 4 4 3 3 4 2 3 4 3 2 2 1 2 2 39 Menengah 2
16 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 54 Rendah 1
17 1 2 2 1 2 1 1 2 1 0 2 0 1 2 18 Tinggi 3
18 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 55 Rendah 1
19 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 55 Rendah 1
20 2 2 3 2 4 2 3 3 4 3 3 4 2 3 40 Menengah 2
21 2 3 2 3 3 2 3 3 2 2 1 3 2 4 35 Menengah 2
22 4 4 4 4 4 2 3 4 2 4 4 4 4 3 50 Rendah 1
23 3 2 2 1 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 32 Menengah 2
24 2 3 2 4 3 3 2 4 3 3 4 4 4 4 45 Rendah 1
25 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 52 Rendah 1
26 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 54 Rendah 1
27 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 2 2 45 Rendah 1
28 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 53 Rendah 1
29 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 53 Rendah 1
30 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 56 Rendah 1
Kategori Kode
TABULASI DATA KHUSUS
No.
Resp
.
KESEIMBANGAN TUBUH LANSIA
BERG BALANCE SCALESkor
72
Lampiran 10
Frequency Table
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 2 30 100,0 100,0 100,0
Umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
1 5 16,7 16,7 16,7
2 11 36,7 36,7 53,3
3 14 46,7 46,7 100,0
Total 30 100,0 100,0
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
1 6 20,0 20,0 20,0
2 18 60,0 60,0 80,0
3 2 6,7 6,7 86,7
4 4 13,3 13,3 100,0
Total 30 100,0 100,0
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
1 20 66,7 66,7 66,7
2 1 3,3 3,3 70,0
3 3 10,0 10,0 80,0
4 1 3,3 3,3 83,3
5 5 16,7 16,7 100,0
Total 30 100,0 100,0
Agama
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 30 100,0 100,0 100,0
Keaktifan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Sgt aktif 19 63,3 63,3 63,3
Aktif 8 26,7 26,7 90,0
Cukup 3 10,0 10,0 100,0
Total 30 100,0 100,0
73
BBS
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Rendah 15 50,0 50,0 50,0
Menangah 11 36,7 36,7 86,7
Tinggi 4 13,3 13,3 100,0
Total 30 100,0 100,0
74
Crosstabs
Keaktifan * BBS Crosstabulation
BBS Total
Rendah Menangah Tinggi
Keaktifan
Sgt aktif
Count 12 6 1 19
% within Keaktifan 63,2% 31,6% 5,3% 100,0%
% of Total 40,0% 20,0% 3,3% 63,3%
Aktif
Count 3 4 1 8
% within Keaktifan 37,5% 50,0% 12,5% 100,0%
% of Total 10,0% 13,3% 3,3% 26,7%
Cukup
Count 0 1 2 3
% within Keaktifan 0,0% 33,3% 66,7% 100,0%
% of Total 0,0% 3,3% 6,7% 10,0%
Total
Count 15 11 4 30
% within Keaktifan 50,0% 36,7% 13,3% 100,0%
% of Total 50,0% 36,7% 13,3% 100,0%
Nonparametric Correlations
Correlations
Keaktifan BBS
Spearman's rho
Keaktifan
Correlation Coefficient 1,000 ,441*
Sig. (2-tailed) . ,015
N 30 30
BBS
Correlation Coefficient ,441* 1,000
Sig. (2-tailed) ,015 .
N 30 30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
75
Lampiran 11
JADWAL KEGIATAN PENYUSUNAN SKRIPSI
No. Jadwal Penelitian Februari Maret April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Konsultasi Judul
2. Menyusun dan
Konsultasi Bab 1
3. Studi Pendahuluan
4. Menyusun dan
Konsultasi Bab 2
5. Menyusun dan
Konsultasi Bab 3
6. Menyusun dan
Konsultasi Bab 4
7. Konsultasi lembar
observasi, lampiran
depan dan belakang
8. ACC proposal
penelitian
9. Sidang Proposal
10. Revisi proposal
11. Pengambilan data
12. Pengolahan data
13. Menyusun dan
konsultasi Bab 5
dan Bab 6
14. Konsultasi Lembar
awal dan akhir
kelengkapan skripsi
15. Sidang Skripsi
76
Lampiran 12
77
78