SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum...

108
i PERKEMBANGAN PERNIKAHAN ADAT TUMPENG DESA JETAK, KECAMATAN GETASAN, KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam Oleh : NOPIANA NIM 21110022 JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2015

Transcript of SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum...

Page 1: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

i

PERKEMBANGAN PERNIKAHAN ADAT TUMPENG

DESA JETAK, KECAMATAN GETASAN, KABUPATEN SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh

Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh :

NOPIANA

NIM 21110022

JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2015

Page 2: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

ii

NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING

Lamp : 4 (empat) eksemplar

Hal : Pengajuan Naskah Skripsi

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga

Di Salatiga

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan,

arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa:

Nama : NOPIANA

Nim : 21110022

Jurusan : Syari‟ah

Program Studi : Ahwal Al-Syakhsiyyah

Judul : PERKEMBANGAN PERNIKAHAN ADAT

TUMPENG DI DESA JETAK, KECAMATAN

GETASAN, KABUPATEN SEMARANG.

Dapat diajukan kepada Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga untuk diujikan

dalam sidang munaqasyah.

Demikian persetujuan pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian

dan digunakan sebagaimana mestinya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Salatiga, 09 April 2015

Pembimbing

Haryo Aji Nugroho,S, Sos., MA

NIP.19731104 199903 1 002

Page 3: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

iii

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

FAKULTAS SYARI’AH

Jl. NakulaSadewa 5 No. 9 Telp. (0298) 3419400 Faks. 323433 Salatiga 50722

http://www.iainsalatiga.ac.id e-mail: [email protected]

PENGESAHAN

PERKEMBANGAN PERNIKAHAN ADAT TUMPENG DI DESA JETAK,

KECAMATAN GETASAN, KABUPATEN SEMARANG

OLEH

NOPIANA

NIM :21110022

Telah dipertahankan di depan Sidang Munaqosyah Skripsi Fakultas Syari‟ah,

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari Rabu tanggal 18 April

2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana

Hukum Islam

Dewan Sidang Munaqasyah

Ketua Penguji : Dra. Siti Zumrotun, M.Ag. ______________

Sekretaris Penguji : Haryo Aji Nugroho,S.Sos., MA. ______________

Penguji I : Farkhani, S.HI., MH. ______________

Penguji II : Luthfiana Zahriani, SH., MH. ______________

Salatiga, 18 April 2015

Dekan Fakultas Syari‟ah

Dra. Siti Zumrotun, M.Ag.

NIP. 19670115 199803 2 002

N

I

P

.

Page 4: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertandatangan dibawah ini;

Nama : NOPIANA

Nim : 21110022

Jurusan : Ahwal Al- Syakhsiyyah

Fakultas : Syari‟ah

Judul Skripsi :PERKEMBANGAN PERNIKAH ADAT

TUMPENG DI DESA JETAK, KECAMATAN

GETASAN, KABUPATEN SEMARANG

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya

saya sendiri bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan

orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode

etik ilmiah

Salatiga, 18 April 2015

Yang menyatakan

Nopiana

Page 5: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

v

MOTO

DALAM KEHIDUPAN ADA DUA PILIHAN,

INGIN JADI ORANG YANG KALAH ATAU INGIN JADI

ORANG YANG MENANG?

KARNA HIDUP ADALAH SEBUAH PILIHAN, KItA SENDIRI

YANG MENENTUKAN PILIHAN TERSEBUT.

“Jadilah Seperti Karang di Lautan yang Kuat dihantan

Ombak dan Kejarlah hal yang Bermanfaat Untuk Diri

Sendiri dan Orang Lain, Karena Hidup Hanyalah Sekali.

Ingat Hanya Pada Allah Apapun dan di Manapun Kita

Berada Hanya Dia-lah Tempat Meminta dan Memohon”

Page 6: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

vi

PERSEMBAHAN

Penulis mempersembahkan skripsi ini kepada:

1. Kepada Bapak Haryo Aji Nugroho, S.Sos., M.A yang

dengan sabar dan tak pernah lelah membimbing, sehingga

penulis dapat menyelesaikan tulisan ini

2. Keluarga besar, terutama ibu Tukiyem dan bapak Yoto

Kasno yang tak henti-hentinya memberikan dukungan

serta Do’anya.

3. Kakakku Eka Daryati dan Eko Budi Santoso yang selalu

mendukung dan mendoakanku

4. Keponakanku Adesya Nauvalin Fikiria Rabani.

5. Imamku Rohmat Ihsan Suwarno yang selalu memberi

semangat kepadaku untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Sahabatku Khaya Ulin Najah yang menemaniku

menyelesaikan skripsi ini.

7. Temanku Ulya Liala Mubarokah yang selalu menemaniku

melalukan observasi ke lapangan

Page 7: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

vii

8. Dan kepada Teman teman yang selalu memberi motivasi

seperti Rita, Ari, Ita, Leni dan Rissa

9. Dan segenap pembaca

Page 8: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

viii

KATA PENGANTAR

بسم اهلل الرحمن الرحيم

Alkhamdulillah Wa Syukurillah Puji syukur senantiasa penulis panjatkan

kehadirat Allah SWT, yang Maha Rahmandan Maha Rahim yang telah

mengangkat manusia dengan berbagai keistimewaan. Dan hanya petunjuk dan

tuntunan-Nya, penulis mempunyai kemampuan dan kemauan sehingga penulisan

skripsi ini bisa terselesaikan

Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan, penulis

menyadari bahwa tugas penulisan ini bukanlah tugas yang ringan, tetapi

merupakan tugas yang berat. Akhirnya dengan berbekal kekuatan dan kemauan

dan bantuan semua pihak, maka penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.

Dengan terbentuknya skripsi ini, penulis haturkan banyak terimakasih

yang tiadataranya kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd Selaku Rektor Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Salatiga

2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syari‟ah Institut

Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

3. Bapak Sukron Makmun, M.Si. selaku Ketua Jurusan Ahwal al-

Syakhshiyyah.

Page 9: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

ix

4. Bapak Moh Khusen M.Ag., M.A. selaku dosen pembimbing akademik

yang telah sabar dan banyak memberikan bimbingan dan arahan agar

penulis menjadi pribadi yang lebih baik.

5. Bapak Haryo Aji Nugroho, S.Sos., M.A yang meluangkan waktunya

untuk membimbing saya untuk penyelesaian skripsi ini

6. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan perpustakaan dan bagian

administrasi yang telah membantu proses penyusunan skripsi.

7. Bapak Kasno dan Ibu Tukiyem tercinta, terimakasih atas segala doa dan

yang tiada henti terlantun untuk keberhasilan putrinya.

8. Kakakku tersayag Eka Daryati dan Eko Budi Santoso yang selalu

memberi semangat dan dukungan.

9. Imamku Rohmat Ihsan Suwarno terimakasih atas Do‟a dan dukunganya.

10. Om Tutur dan Bulek Maryatai yang memberikan do‟a dan dukungannya

11. Lex Tugimin Supriyadi yang selalu menduungku

12. Bpak Sumadi al Bakah dan ibu Harni yang selalu mendukung dan

mendoakanku

13. Teman-teman seperjuangan AS angkatan 2010, terutama Ulin, Ulya, Rita,

Ari, Ita, Leni terimakasih atas segala kebersamaannya selama ini.

14. Bapak-ibu narasumber yang telah bersedia memberikan keterangannya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Nama-nama yang

dipakai adalah nama samaran sesuai permintaan narasumber.

15. Bapak Sutrimo selaku Kepala Desa Jetak yang telah memberikan izin

kepada penulis untuk melakukan obsevasi di Desa Jetak.

Page 10: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

x

16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-satu yang telah

memberikan bantuan dan dorongan hingga selesainya penyusunan skripsi

ini.

Dengan segenap kesadaran penulis mengakui bahwa masih

banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Besar harapan penulis

atas segala respon, saran dan kritik dari pembaca yang budiman. Akhirnya

hanya kepada Allah SWT penulis berserah diri dan semoga apa yang

tertulis dalam Skripsi ini bisa bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri

dan para pembaca pada umumnya. Amin yarobbal „Alamin.

Salatiga, 18 April 2015

Penulis

Nopiana

Nim 21110022

Page 11: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

xi

ABSTRAK

Nopiana, PERKEMBANGAN PERNIKAHAN ADAT TUMPENG DI DESA

JETAK, KECAMATAN GETASAN, KABUPATEN SEMARANG. Skripsi.

Fakultas Syari‟ah. Jurusan Ahwal AL-Syakhshiyyah. Institut Agama

Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Haryo Aji Nugroho, S.Sos., M.A

Kata Kunci : Pernikahan adat tumpeng

Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui alasan-alasan dan

mengetahui pressepsi masyarakat di Desa Jetak dalam pelaksanaan pernikahan

adat tanpa shigot akad ijab qobul dan mahar. Pertanyaan utama yang ingin di

jawab melalui penelitian ini adalah 1) Bagaimana kondisi sosial keagamaan Desa

Jetak? 2) bagaimana perkembangan tradisi pernikahan adat tumpeng di Desa

Jetak? 3) Sejauh mana pertentangan pernikahan adat tumpeng di Desa Jetak

dengan syariat pernikahan Islam menurut tinjauan fiqih dan undang-undang?

Untuk menjawab pertanyaaan tersebut maka peneliti menggunakan metode

field research (penelitian lapangan). pengumpulan data melalui obsevasi dan

wawancara terhadap perangkat Desa, Pemangku adat, pemuka Agama dan pelaku

pernikahan adat tumpeng dan beberapa buku untuk mendukung penelitian ini.

Masyarakat yang memangkuat dengan tradisi kejawennya membuat

perkembangan keagamaan di Desa Jetak melambat, kurangnya pemuka agama

atau ustad untuk memberikan pengetahuan agama kepada masyarakat menjadi

salah satu faktor utama, selain itu tingkat pendidikan, faktor ekonomi masyarakat

yang rendah juga berpengaruh terhadap perkembangan pernikahan adat tumpeng

di desa Jetak. Di Desa Jetak ini pernah berkembang tradisi pernikahan tumpeng

dimana pernikahan orang Islam tanpa menggunakan syari‟at ijab qobul dan

mahar, namun seiring berkembangnya jaman dan upaya penyuluhan KUA tradisi

tumpengan sekarang telah berubah. Tradisi tumpengan kini hanya sebagai tradiasi

pelengkap ijab qobul saja. Namun demikian nikah tumpeng sesekali masih

dilakukan masyarakat yang memiliki masalah untuk menikah secara resmi,

memilih menikah adat untuk melegalkan pernikahannya. Dalam pelaksanaan

pernikahan, khususnya yang masih menggunakan pernikahan adat tumpeng masih

menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul saat pernikahan sesuai dengan pasal 14 Inpres Tahun 1991 dan pasal 30

KHI tentang kewajiban calon mempelai laki-laki untuk membayar mahar kepada

calon mempelai wanita.

Page 12: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………. i

PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………………… ii

PENGESAHAN KELULUSAN.........…………………..…………….... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ……………………………… iv

MOTTO ………………………………………………………………… v

PERSEMBAHAN ………………………………………………………. vi

KATA PENGANTAR …………………………………………………... vii

ABSTRAK ………………………………………………………………. x

DAFTAR ISI …………………………………………………………… xi

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ……………………………………….... 1

B. Penggasan Istilah ………………………………………………….. 4

C. Rumusan Masalah ……………………………………………….... 5

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian………………………………...... 5

E. Metode Penelitian…………………………………………………. 6

F. Sistematika Penulisan …………………………………………..... 10

Page 13: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

xiii

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Tinjauan Pustaka …………………………………………………. .. 12

B. Kerangka Pemikiran ………………………………………. .. 18

1. Pengertian Perkawinan dan Manfaat perkawinan…………...... .. 18

2. Dasar Hukum Pernikahan…………….……………………........ 22

a. Pernikahan Dalam Hukum Islam………………………….... 22

1). Rukun dan Syarat Pernikahan………………………….... 25

2). Akad dan Syarat Ijab Kabul…………………………....... 28

3). Mahar Menurut Hukum Islam………………………….... 33

b. Pernikahan Dalam Hukum Positif………………………....... 35

3. Hikmah dan Manfaat Nikah…………………………………...... 39

4. Pengertian dan Pernikahan Adat……………………………....... 42

a. Pengertian Pernikahan Adat………………….................. 42

b. Hukum Adat Ditaati Oleh Masyarat…………………….. 46

c. Kelebihan Dan Fungsi Adat…………………………….. 47

d. Kelemahan Hukum Adat………………………………... 48

BAB III: HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Penduduk Di Desa Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten

Semarang ………………………………………………………... 49

1. Desa Getasan Dalam Lintas Sejarah........................................... 49

2. Letak Geografis dan Kondisi Administratif Desa Jetak…….... 51

3. Kondisi Kependudukan atau Demografi…………………….... 52

Page 14: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

xiv

a. Populasi Desa Jetak............................................................... 52

b. Tingkat Pendidikan ……………………………………….. 53

c. Pekerjaan Dan Usia Kerja………………………………..... 54

d. Keadaan Sosial Keagamaan Masyarakat………………....... 55

B. Pofil Pelaku Pernikahan Adat Tumpeng……….............................. 57

C. Tradisi Pernikahan di Desa Jetak…......................………................ 60

D. Faktor Terjadinya Pernikahan Adat Tumpeng di Desa Jetak…….... 70

E. Persepsi Masyarakat Jetak Tentang Pernikahan Adat Tumpeng....... 73

F. Dampak Pernikahan Adat Tumpeng.................................................. 77

G. Perubahan Budaya Pernikahan Adat Tumpeng di Desa Jetak........... 78

BAB IV: ANALISIS

A. Tradisi Pernikahan di Desa Jetak...................................................... 83

B. Pelaksanaan Pernikahan Adat Tumpeng Dalam Tinjauan Ilmu

Fiqh................................................................................................... 84

C. Analisis Pernikahan Adat Tumpeng Menurut Undang-Undang No1 Tahun

1974……………………………………………………………… 86

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………………. 90

B. Saran …………………………………………………………….. 92

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 15: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Suatu pernikahan dimaksudkan untuk mewujudkan keluarga

(rumah tangga) yang bahagia dan kekal yang diliputi perasaan cinta kasih

dan sayang. Karena dalam pernikahan tidak hanya menyatukan dua insan

yang dalam sebuah rumah tangga, pernikahan merupakan sebuah ritual

yang sangat sakral yang menjadi tempat bertemunya dua insan yang saling

mencintai, dua keluarga yang sebelumnya belum saling mengenal antara

satu dengan yang lainnya tanpa ada lagi batasan yang

menghalangi.”Pernikahan adalah satu sunatullah yang umum berlaku

pada semua makhluk Tuhan baik manusia, hewan, tumbuhan” (Sabiq,

1990 : 6). Dengan pernikahan manusia dapat membentuk keluarga dan

memgembangkan keturunan yang baik.

Salah satu tujuan syari‟at Islam adalah memelihara kelangsungan

perkawinan yang sah, menurut agama dan diakui oleh undang-undang dan

diterima sebagai budaya masyarakat

Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) disebutkan bahwa

pernikahan adalah akad yang sangat kuat atau mitsaqon ghalizan untuk

mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.

Sedangkan Undang-Undang No.1 tahun 1974 tentang perkawinan (UUP)

memberikan pengertian perkawinan sebagai ikatan lahir batin antara

Page 16: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

2

seorang laki-laki dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan

untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Tujuan pernikahan adalah untuk

mewujudkan kehidupan rumah tangg yang sakinah, mawaddah,

warahmah. Meskipun demikian banyak pihak-pihak yang dengan sengaja

mencoba untuk mengotori dan memanfaatkan sesuatu yang sakral ini

hanya untuk mendapatkan keuntungan baik yang berupa materi maupun

hanya untuk sekedar dapat terpenuhi hasrat biologisnya semata, atau

mungkin dengan alasan-alasan yang lain. Oleh karena itu berbagai

permasalahanpun akhirnya muncul.

Syarat sah pernikahan harus diperhatikan baik menurut agama

maupun hukum Negara. Dalam fiqh sunnahnya, Sabiq, (1990 : 78)

menyebutkan ada dua sarat sahnya pernikahan. Pertama, perempuannya

halal dikawin oleh laki-laki yang ingin menjadikannya istri Kedua, aqad

nikahnya dihadiri para saksi. Dalam Kitab al-Fiqh „Ala al- Al-

Arba‟ah.Imam Safi‟i mengemukakan bahwa rukun nikah ada lima yaitu

calon mempelai laki-laki, calon mempelai perempuan, wali, dua orang

saksi, dan sighat (ijab qabul) (Jaziri,1999 : 12).

Di Indonesia pernikahan dikatakan sah apabila memenuhi rukun

dan syarat yang telah ditentukan oleh KHI dan Undang-Undang No 1

tahun 1974 tentang pernikahan. Pernikahan yang sah menurut KHI salah

satunya bila memenuhi hukum Islam dan dicatatkan sesuai dengan pasal

dua ayat satu Undang-Undang No 1 tahun 1974 tentang pernikahan dan

Page 17: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

3

Undang-Undang No 1 tahun 1979 pasal 2 ayat 2 tentang pencatatan

perkawinan. Pernikahan yang dilakukan hanya sesuai dengan syarat rukun

nikah dalam Islam, tanpa dicatatkan di hadapan Pegawai Pencatat Nikah

(PPN) dinamakan pernikahan siri (Nurhaidi, 2003 : 5). Penikahan siri

adalah sah menurut agama tetapi “cacat” menurut hukum positif di

Indonesia. Pernikahan harus dicatatkan Pencatat Nikah (PPN) di KUA

bagi yang beragama Islam dan di Kantor Catatan Sipil bagi yang non

muslim, sehingga mempunyai bukti yang otentik. Padahal jika mereka

tahu dan sadar akan hukum pernikahan sirri ini akan banyak menimbulkan

persoalan-persoalan yang kelak mungkin terjadi bukan hanya bagi istri

tetapi akan mungkin berdampak pula dengan anak yang dilahirkannya.

Seorang laki-laki yang menikahi seorang perempuan wajib

menyerahkan mahar kepada istrinya. Berdosa bila seseorang suami tidak

menyerahkan mahar kepada istrinya. Meskipun UU perkawinan tidak

mengatur sama sekali tentang mahar dalam perkawinan, namun KHI

mengatur tentang keharusan membayar mahar dalam pasal 30 adapun

pasal 30 menyatakan bahwa “Calon mempelai pria wajib membayar mahar

kepada calon mempelai wanita yang jumlah, bentukdan jenisnya

disepakati oleh kedua belah bihak”(Syarifudin, 2006 : 97).

Namun pada prakteknya yang terjadi di masyarakat Desa Jetak

Kecamatan Getasan biasanya melangsungkan pernikahan dengan cara

adat, yang dilangsungkan secara sederhana dengan mengundang sesepuh

Page 18: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

4

yang biasaya berhak untuk menikahkan. Dan pernikahan adat ini tidak

menggunakan ijab dan qhobul dan mahar.

Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengkaji dan mendalami

lebih lanjut fenomena yang terjadi di Desa Jetak Kecamatan Getasan

dalam skripsi yang berjudul “PERKEMBANGAN PERNIKAHAN ADAT

TUMPENG DI DESA JETAK, KECAMATAN GETASAN,

KABUPATEN SEMARANG”

B. Penegasan Istilah

Agar tidak terjadi kekliruan dalam penafsiran judul di atas maka

penulis perlu menjelaskan sebagai berikut:

1. Pernikahan adat tumpeng

Pernikahan adat tumpeng adalah pernikahan adat umat muslim

Desa Jetak dengan pemotongan nasi tumpeng tanpa ijab qobul

dan mahar tanpa sesuai syari‟at Islam

2. Tinjauan normatif dan sosiologis

Tinjuan normatif yang dimaksud di sini adalah norma-

norma islam atau hukum Islam yang mengantur tentrng

pernikahan dan bagaiamana hukum Islam memandang

pernikahan adat tumpeng yang terjadi masyarakat. Sedangkan

tinjauan sosiologisnya adalah pendekatan untuk mengetahui

latar belakang sosiol kultural masyarakat dalam menyikapi

Page 19: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

5

pernikahan adat tumpeng yang ada di desa mereka dan

ketentuan hukum Islam

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan permasalahan

sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi kehidupan sosial keagamaan masyarakat

Desa Jetak?

2. Bagaimanakah perkembangan tradisi pernikahan adat tumpeng

di Desa Jetak?

3. Sejauhmana pertentangan pernikahan adat tumpeng di Desa

Jetak dengan syariat pernikahan Islam menurut tinjauan fikih

dan undang-undang?

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan urian rumusan masalah di atas maka tujuan dari

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimanakah kehidupan sosial agama

masyarakat Desa Jetak,

2. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan tradisi pernikahan

adat tumpeng di Desa Jetak.

Page 20: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

6

3. Untuk mengetahui sejauhmana pertentangan pernikahan adat

tumpeng terhadap syariat pernikahan Islam menurut tinjauan

fiqih dan undang-undang,

E. Metode penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah

field research (penelitian lapangan) yaitu penelitian terjun langsung

kelapangan guna mengadakan penelitian pada objek yang dibahas

yaitu bagaimana tata cara seseorang menetukan waktu-waktu yang

baik untuk melangsungkan ijab kabul dan mengetahui persepsi

masyarakat, selain itu penelitian ini termasuk penelitian kualitatif,

karena dalam penelitian ini bertujuan untuk mengungkap gejala secara

menyeluruh melalui pengumpulan data di lapangan dan memanfaatkan

dari peneliti sebagai instrument kunci.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian

misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistic dan

dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu

konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai

metode ilmiah (Moleong, 2009 : 6).

Sedangkan dalam penelitian ini penulis menggunakan

pendekatan sosiologis yang digunakan untuk mengetahui bagaimana

Page 21: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

7

pelaksanaan ijab qabul perkawinan dengan sistem perhitungan waktu

masyarakat Jawa muslim dengan adat tumpeng dan perkembangannya

Desa Jetak .

Yang dimaksud pendekatan sosiologis adalah melakukan

penyelidikan dengan melihat fenomena masyarakat atau peristiwa

sosial, politik dan budaya untuk memahami hukum yang berlaku di

masyarakat (Soekanto, 1986 : 4-5).

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dialakukan di wilayah Desa Jetak, kecamatan

Getasan, Kabupaten Semarang. Peneliti memilih lokasi ini karena di

wilayah Desa jetak ini cukup banyak terjadi praktek pernikahan adat

tumpeng, sebagian besar masyarakat melakukan praktik pernikahan

adat tumpeng.

3. Sumber Data

a. Data primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya

baik melalui wawancara, observasi maupun laporan dalam

bentuk dokumen tidak resmi yang kemudian diolah oleh

penulis. Sumber utama adalah pelaku pernikahan adat

Page 22: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

8

tumpeng, pemangku adat, pemuka agama, masyarakat dan

perangkat desa.

b. Data sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen-

dokumen resmi, buku-buku yang berhubungan dengan obyek

penelitian, hasil peneliti dalam bentuk laporan, bentuk skripsi

dan peraturan perundang-undangan (Ali, 2009 : 106).

4. Prosedur Pengumpulan Data

a. Metode Wawancara

Metode wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan

oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara

(Arikunto, 1998 : 115). Peneliti melakukan wawancara terhadap

pelaku nikah adat tumpeng dan anggota keluarga yang tinggal satu

rumah dengan mereka untuk mendapatkan data sebanyak-

banyaknya sesuai dengan fokus penelitian. Wawancara juga

dilakukan dengan pelaku, tokoh masyarakat dan tokoh agama guna

mengetahui pandangan mereka tentang nikah adat tumpeng. Semua

itu dilakukan untuk mengetahui keadaan sosial keagamaan

masyarakat dan prosesi tradisi pernikahan adat tumpeng.

b. Dokumentasi

Page 23: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

9

Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal

atau variabel yang berupa catatan dan buku. Metode ini sumber

datanya masih tetap, dan belum berubah. Dengan metode

dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tapi benda mati

(Arikunto, 1998 : 236).

Hal tersebut dilakukan peneliti untuk mencari data

mengenai beberapa hal, baik yang berupa catatan dan data dari

kantor kelurahan Desa Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten

Semarang. Metode tersebut digunakan sebagai pelengkap dalam

memperoleh data. Dokumen yang dimaksud seperti data monografi

dari kelurahan dan buku-buku mengenai pernikahan dan

pernikahan adat yang menunjang penelitian ini.

5. Analisis Data dan keabsahan data

Selama pengumpulan data dilapangan data sudah mulai

dianalisis dengan mengklasifikasikan data sesuai fokus penelitian

sehingga dapat diketahui kekurangan agar segera dapat

melengkapi. Semua data terkumpul dan terklasifikasi secara rinci

digunakan untuk memeparkan pola atau struktur dari masalah yang

dikaji dengan penginterpretasikan data untuk menjawab masalah

penelitian

Data yang berhasil diperoleh akan dicek keabsahannya

dengan metode triangulasi, metode triangulasi adalah teknik

Page 24: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

10

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain

dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian

(Moloeng, 2004 : 330). Pengecekan keabsahan data dilakukan

karena dikhawatirkan masih adanya kesalahan atau kekliruan yang

terlewati oleh penulis. Pengecekan dilakukan dengan cara

membandingkan (croos cek) hasil pengamatan dengan data

hasil wawancara, membandingkan apa yang dikatakan informan

satu dengan informan yang lain, maupun membandingkan hasil

wawancara dengan dokumen yang berkaitan.

F. Sistematika Penulisan

BAB 1: Pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah, fokus

penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kajian

pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II: Tinjuan umum dan kerangka pemikiran tentang pernikahan adat

tumpeng, dalam bab ini memaparkan tentang pernikahan

tumpeng perpektif UU No. 1 Tahun 1974, pernikahan adat

prespektif KHI dan perkawinan adat menurut hukum Islam.

BAB III: Pernikahan adat tumpeng di Desa Jetak memaparkan seluruh

hasil yang peneliti lakukan yang meliputi letak geografis dan

kondisi lingkungan Desa Jetak, sejarah Desa Jetak, struktur

sosial dan kehidupan sosial, budaya dan agama masyarakat Desa

Jetak.

Page 25: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

11

BAB IV: Tinjauan hukum Islam dan undang-undang di Indonesia terhadap

pernikahan adat tumpeng di Desa Jetak. Bab ini menganalisis

praktek pernikahan adat tumpeng di Desa Jetak, faktor-faktor

yang mempengaruhi terjadinya pernikahan adat tumpeng,

mengulas penyebab yang melatar belakangi pasangan suami istri

melakukan pernikahan adat tumpeng, serta prespektif

masyarakat setempat tentang pernikahan adat tumpeng.

BAB V: Penutup; Bab ini berisi kesimpulan dan saran sebagaimana hasil

penelitian.

Page 26: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIRAN

A. Tinjauan Pustaka

Studi tentang pernikahan adat telah banyak dilakukan. Beberapa

studi tentang pernikahan adat diantaranya karya Isroi (2012), Wicaksono

(2012), Syarif (2010), Eka (2013), Mochammad (2013). Penelitian Isro‟i

(2012) dengan judul Larangan Menikah Pada Bulan Muharram dengan

Adat Jawa Prespektif Hukum Islam (Studi Kasus di Desa Bangkok

Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali). Pada studi ini

menggunakan pendekatan historis. Pendekatan ini memungkinkan penulis

mengetahui asal mula adanya larangan menikah di bulan Muharram. Jenis

penelitian adalah penelitian kualitatif dimana sumber data menggunakan

sumber hasil observasai, wawancara.Penelitian ini membahas tentang

faktor-faktor yang mendorong masyrakat tidak melakukan pernikahan

pada bulan Muharram dan pandangan hukum Islam terhadap pernikahan

yang dilakukan pada bulan Muharram. Sehingga penelitian ini hanya

membahas tentang dasar larangan menikah pada bulan Muharram saja.

Adapun hasil penelitian ini disimpulkan bahwa menurut hukum Islam

tentang lrangan menikah pada bulan Muharram itu tidak benar, karena

menikah merupakan sunatullah yang sangat dianjurkan oleh agama Islam.

Waktu pelaksanaan pernikahan tersebut di dalam hukum Islam tidak ada

dalil yang menyebutkan waktu tertentu. Selain itu dalam hukum Islam

tidak pernah membeda-bedakan hari, karena hari dan bulan dianggap baik.

Page 27: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

13

Studi kedua dilakukan oleh Wicaksono (2012) dengan judul “

Fenomena Pertukaran Istri dan Berbagai Dampaknya( Studi Kasus di

Dukuh Gumul, Desa Ngasinan, Kecamatan Susukan Kab Semarang)”.

Penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field research),

sumber data yang diperoleh data primer dan data sekunder, teknik

pengumpulan data adalah dengan wawancara dan obsevasi. Penelitian ini

dapat disimpulkan bahwa: pertama pertukaran istri di Dukuh Gumul

adalah keadaan dimana satu kelompok penduduk di Dukuh tersebut yang

sudah beristri dan saling menukarkan istri masing-masing. Pertukaran istri

ini bermotif mencari keturunan, faktor ekonomi lemah, untuk ritual dan

fungsi rekreatif. Yang kedua dampak yang ditimbulkan dari pertukaran

istri yang terjadi di Dukuh Gumul adalah status keturunan anak yang

dilahirkan menjadi rancu dan tidak jelas. Ketiga tentang reaksi pasif warga

terhadap perilaku pasangan yang melakukan pertukaran istri tersebut.

Masyarakat tidak mengambil tindakan menasehati atau memberi larangan

terhadap apa yang mereka lakukan. Reaksi masyarakat sekitar terhadap

pasangan yang melakukan pertukaran istri cenderung hanya bersifat

preventif baiak lewat pertemuan-pertemuan rutin warga.

Peneliti tentang pernikahan adat ketiga oleh Syarif (2010) dengan

judul Larangan Melangkai Kakak Dalam Perkawinan Adat Mandailing

(Desa Sirambes Kecamatan Panyambungan Barat Mandaling Natal).

Penelitian ini juga menggunakan metode kualitatif. Syarif melakukan

penelitian langsung melalui metode wawancara, observasi dan

Page 28: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

14

pengumpulan dokumen arsip Dalam penelitian ini terdapat 3 poin penting,

yaitu: pertama adalah setatus hukum perkawinan melangkahi kakak, dalam

fikih maupun Kompilasi Hukum Islam tidak ada larangan melangkahi

kakak dalam perkawinan, karena dalam undang-undang tidak

melarangnya, pernikahannya tetap sah, karena ini hanya ada dalam

peraturan adat disuatu desa saja. Yang kedua tanggapan masyarakat dan

para pemuka agama di Desa Sirambas, masyarakat masih mempertahankan

kebiasaan adat yang berlaku di desanya, walapun larangan pernikahan

melangkahi kakak sudah dianggap hal yang tidak tabu lagi, tetapi ada

beberapa orang tua yang masih melarang anaknya dengan alasan tersebut.

Pernikahan melangkahi kakak boleh dilakukan, tetapi mempelai harus

memberikan sesuatu untuk diberikan kepada kakaknya, walau tidak

ditentukan besarannya, dengan suka rela dan tidak memberatkan pihak

laki-laki. yang ketiga pandangan menurut fikih dan KHI, dalam fikih tidak

melarang pernikahan melangkahi kakak, hanya saja seseorang yang sudah

saatnya untuk menikah harus menyegerakannya, bahkan untuk menolak

lamaran yang sudah sekufu pun tidak dibenarkan, oleh karena itu melarang

seorang yang akan menikah adalah perbuatan yang diharamkan. Karena

ajuran untuk menikah sangat jelas dalam Al-qur‟an dan Hadis. Menurut

KHI, dalam KHI tidak ada larangan melangkahi kakak maupun adik,

sedangkan tentang uang pelangkahan ada 2 kategori yang diatur, pertama

apabila uang pelangkahan tersebut dianggap sebagai persyaratan maka itu

tidak dibenarkan. Yang ke dua, apabila uang pelangkahan itu hanya

Page 29: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

15

sekedar pemberian yang diberikan oleh keluarga laki-laki kepada

kakaknya, tanpa pemberian patokan, sehingga tidak memberatkan keluarga

laki-laki maka ini sesuai kaidah fikih tidaklah bertentangan dengan hukum

Islam.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Eka (2013) yang berjudul

Tradisi Kawin Lari Dalam Perkawinan Adat Di Desa Ketapang

Kecamatan SungkaiSelatan Kabupaten Lampung Utara Propinsi Lampung

Dalam Perspektif Hukum Islam. Penelitian ini menggunakan metode

kualitataif, dengan melakukan penelitian langsung ke lokasi penelitian,

sumber data yang didapatkan dengan data primer dan data sekunder,

pengumpulan data dengan metode observasai, wawancara, analisis data

yang dibagi menjadi dua yaitu: deduktif dan kualitatif. Faktor-faktor yang

melatarbelakangi tradisi kawin lari ini adalah tidak direstuinya orang tua,

syarat-syarat pembayaran dan pembiayaan yang terlalu tinggi, laki-laki

dan perempuan telah melakukan zina, faktor budaya atau tradisi adat.

Tradisi kawin lari ini dianggap jalan yang paling baik, karena pasangan

telah melakukan keputusan sepihak tanpa merundingkan dengan orang tua

mereka. Jika dilihat dengan perspektif hukum Islam adalah: pertama,

hukum Islam memerintahkan bagi kaum perempuan untuk keluar rumah

tanpa disertai dengan muhrimnya. Kedua, bertentangan dengan perintah

untuk berbakti kepada orang tua karena dengan adanya kawin lari orang

tua merasa kecewa dan sakit hati terhadap apa yang telah diperbuat oleh

anak mereka. Ketiga, hukum Islam melarang pria dan wanita yang bukan

Page 30: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

16

muhrimnya untuk tinggal bersama karena dikhawatirkan akan terjadi hal-

hal yang mendekati zina. Keempat, tuntunan agama Islam uang mahar

pemberian calon suami kepada calon istri disesuaikan dengan kemampuan

calon suami dan tidak boleh memberatkannya

Penelitian terakhir yang berkaitan dengan adat dilakukan oleh

Mochammad (2013) dengan berjudul Pelaksanaan Ijab Kabul Pernikahan

Dengan Sistem Pitungan Jawa (Studi Kasus Di Desa Jetak, Kecamatan

Getasan Kabupaten Semarang). Penelitian ini mengunakan metode filed

research kualitatif untuk melakukan penelitian seputar tata cara seseorang

menetukan waktu-waktu yang baik untuk melangsungkan ijab qabul dan

mengetahui persepsi masyarakat. Hasil temuan penelitian ini adalah

mengenai:

1. Alasan-alasan para pelaku pelaksanaan ijab kabul terikat oleh

waktu, yaitu:

a. Masyarakat menggunakan waktu dalam menentukan

pelaksanaan ijab kabul pernikahan karena sudah menjadi tradisi

turun temurun yang diwariskan oleh nenek moyang dahulu.

b. Dengan menggunakan penentuan waktu dalam pelaksanaan

ijab qabul penikahan, keluarga yang menikah akan terhindar

dari semua ancaman marabahaya.

c. Jika seseorang sudah tahu dan mempercayai dengan waktu

pelaksanaan ijab qabul pernikahan, mereka harus

menggunakannya. Selain dalam hajat pernikahan pun mereka

Page 31: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

17

juga harus menggunakan waktu-waktu yang dipercayainya

waktu baik, jika dilanggar dipercaya akan mendapatkan

marabahaya.

2. Persepsi para tokoh agama dan tokoh masyarakat tentang

pelaksanaan ijab kabul pernikahan dengan sistem perhitungan

waktu sangatlah beragam, dari yang setuju dengan alasan supaya

mendapat kemantaban sampai beralasan untuk melestarika warisan

nenek moyang zaman dahulu. Begitu juga dengan tanggapan yang

tidak setuju dengan pelaksanaan ijab kabul dengan sistem

perhitungan waktu karena mereka beralasan dalam syari‟at Islam

tidak ada.

3. Ilmu fikih menganggap tradisi itu adalah sebagai kebudayaan

masyarakat, tidak ada yang disalahkan karena ilmu fikih adalah

ilmu yang bersumber dari nash Al Qur‟an dan Hadist, sedangkan

tradisi atau kebudayaan bersumber dari para leluhur yang lebih

dahulu masuk ke tanah Jawa khususnya. Ajaran yang masuk di

tanah Jawa yang di bawakan oleh para wali juga tidak lepas dari

tradisi-tradisi Jawa. Para wali memasukkan ajaran Islam ke Jawa

dengan muatan-muatan budaya Jawa. Jadi dengan adanya budaya-

budaya Jawa tidak bisa ditolak langsung dengan aturan ilmu fikih

yang bersumber dari syari‟at Islam. Tradisi tersebut termasuk

dalam „urfal-fasid karena dalam pelaksanaannya masih

menggunakan unsur-unsur mistik.

Page 32: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

18

Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa

peneliti mengenai pernikahan adat. Ada perbedaan dengan penelitian yang

saya teliti. Jika penelitian yang telah dilakukan berkutat dengan larangan

menikah di bulan Muharram dan pernikahan yang terikat dengan pitungan,

maka penelitian saya ini menyangkut pernikahan tanpa ijab qobul dan

mahar, dengan judul Perkembangan Pernikahan Adat Tumpeng Desa

Jetak, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.

B. Kerangka Pikiran

1. Pengertian Pernikahan

Pengertian perkawinan dalam UU No. 1 Tahun 1974 adalah ikatan

lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri

dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan

kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Sedangkan dalam

Kompilasi Hukum Islam perkawinan menurut hukum Islam adalah

pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitssaqanghalidzan untuk

mentaati perintah Allah Swt. dan melaksanakannya merupakan ibadah.

Al Qur‟an menjuluki pernikahan dengan mitsaqanghalizhan, janji

yang sangat kuat. Ini mengisyaratkan bahwa pernikahan itu merupakan

perjanjian serius antara mempelai pria (suami) dengan mempelai

perempuan (istri). Karena pernikahan yang sudah dilakukan itu harus

dipertahankan kelangsungannya. Sungguhpun talak (perceraian) itu

Page 33: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

19

dimungkinkan (dibolehkan) dalam Islam, tetapi Rasulullah SAW.

menjulukinya sebagai perbuatan halal yang dibenci Allah. Dan itulah

sebabnya mengapa dalam akad nikah harus ada saksi minimal dua orang,

disamping wali nikah meskipun tentang status hukumnya apakah dia

sebagai rukun atau hanya tergolong syarat sah nikah tetap diperdebatkan

oleh para ulama (fuqaha) (Amin, 2005: 50).

Meneruskan keturunan adalah sunatullah yang berlaku pada semua

makhluk untuk melangsungkan hidupnya. Beberapa penulis juga terkadang

menyebut pernikahan dengan kata perkawinan. Dalam bahasa Indonesia,

“perkawinaan” berasal dari kata “kawin” yang menurut bahasa artinya

membentuk keluarga dengan lawan jenis, melakukan hubungan kelamin

atau bersetubuh. Istilah kawin digunakan secara umum untuk tumbuhan,

hewan dan manusia. Berbeda dengan menikah hanya digunakan pada

manusia karena mengandung keabsahan secara hukum nasional, adat

istiadat dan terutama menurut agama. Menurut Islam nikah adalah akad

atau ikatan karena dalam suatu proses pernikahan terdapat ijab

(pernyataan penyerahan dari pihak perempuan) dan qobul (pernyatan

penerimaan dari pihak laki-laki). Adapun menurut syarak, nikah adalah

akad serah terima antara laki-laki dan seorang perempuan dengan tujuan

untuk saling memuaskan satu samama lainnya dan untuk membentuk

sebuah bahtera rumah tangga yang sakinah serta masyarakat yang

sejahtera (Tihami&Sahrani, 2009 : 6-8).

Page 34: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

20

Pernikahan dalam literatur fiqh berbahasa Arab disebut dengan dua

kata, yaitu nikah dan zawaj. Kedua kata ini yang terpakai dalam kehidupan

sehari-hari orang Arab dan banyak terdapat dalam Al Qur‟an dan Hadist

Nabi. Kata na-ka-ha banyak terdapat dalam Al Qur‟an dengan arti kawin,

(Syarifuddin, 2006:35)seperti dalam Surat An Nisa‟ ayat 3:

ٱنغاء يثى ى فٱكحا يا طاب نكى ي خفتى ألا تقغطا ف ٱنت إ

ح خفتى ألا تعذنا ف ع فئ سب ث ثه ألا نك أدى كى ر يا يهكت أ ذة أ

) ٣(تعنا

Artinya: Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil

terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu

mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi

: dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku

adil, Maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki.

yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya

(Departemen Agama Republik Indonesia, 1989 : 115).

Demikian pula dengan kata za-wa-ja dalam Al Qur‟an dalam arti

kawin, seperti pada Surat Al Ahzab ayat 37:

ٱتاق ٱللا جك ك ص أيغك عه ت عه ع أ عه عى ٱللا إر تقل نهازي أ تخف ف فغ ا ا فه أحق أ تخشى ٱللا تخشى ٱنااط يبذ ك يا ٱللا

حشج ف ؤي عهى ٱن ل ك كا نك ج ا طشا ص ا ذ ي قضى ص

أ كا طشا ا ا ي ى إرا قض ج أدعائ يفعل أص ٣٣ يش ٱللا

Artinya: Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap

Istrinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak

ada keberatan bagi orang mukmin untuk (mengawini) isteri-isteri anak-

anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan

keperluannya daripada isterinya. dan adalah ketetapan Allah itu pasti

terjadi (Departemen Agama Republik Indonesia, 1989 : 673).

Nikah, menurut bahasa: al jam‟u dan al dhamu yang artinya

kumpul. Makna nikah (zawaj) bisa diartikan dengan aqdu al-tazwij yang

artinya akad nikah.Juga bisa diartikan (wath‟ual-zaujah) bermakna

Page 35: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

21

menyetubuhi istri atu suami. Definisi yang hampir sama dengan di atas

juga di kemukakan oleh rahmat hakim bahwa kata nikah berasal dari

bahasa arab “nikahun”, yang merupakan masdar atau asal kata dari kata

kerja “nakaha”, sinonimnya “tazawwaja” kemudian di terjemahkan

dalam bahasa Indonesia sebagai perkawinan. Kata nikah sering juga

dipergunakan sebab telah masuk dalam bahasa Indonesia.

Sehingga pernikahan adalah suatu hal yang mempunyai akibat yang

luas di dalam hubungan hukum antara suami dan istri. Dengan perkawinan

timbul suatu ikatan yang berisi hak dan kewajiban, seperti kewajiban

untuk bertempat tinggal yang sama, setia kepada satu sama lain, kewajiban

untuk memberi belanja rumah tangga, hak waris dan sebagainya (Afandi,

1997 : 93).

Tujuan pernikahan dalam Islam adalah untuk memenuhi tuntutan

hajat tabiat kemanusiaan, berhubungan antara laki-laki dengan seorang

perempuan dalam rangka mewujudkan suatu keluarga yang bahagia

dengan dasar cinta dan kasih sayang, untuk memperoleh keturunan yang

sah dalam masyarakat dengan mengikuti ketentuan-ketentuan yang telah

diatur oleh syari‟ah.Adapun tujuan pernikahan dibagi menjadi lima hal

yaitu:

a. Memperoleh keturunan yang sah yang akan melangsungkan

keturunan serta memberkembangkan suku-suku bangsa manusia.

b. Memenuhi tuntutan naluriah hidup kemanusiaan.

c. Memelihara manusia dari kejahatan dan kerusakan.

Page 36: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

22

d. Membentuk dan mengatur rumah tangga yang menjadi basis yang

pertama dari masyarakat yang besar di atas dasar kecintaan dan

kasih sayang.

e. Menumbuhkan kesungguhan berusha mencari rezeki penghidupan

yang halal, dan memeperbesar rasa tangguang jawab (Ramulyo,

1996 : 227).

2. Dasar Hukum Pernikahan

a. Pernikahan Menurut Hukum Islam

Hukum Nikah (Perkawinan), yaitu hukum yang mengatur

hubungan antara manusia dengan sesamanya yang menyangkut

penyaluran kebutuhan biologis antar jenis, dan hak serta kewajiban

yang berhubungan dengan akibat perkawinan tersebut, (Tihami dan

Sohari, 2010 : 8) di dalam Al Qur‟an ada beberapa dasar hukum

perkawinan, Seperti halnya dalam Al Qur‟an surat An-Nuur32:

إيائكى إ كا عبادكى ي هح ٱنصا ى يكى أكحا ٱل ى عع عهى فقشاء غ ٱللا ۦ ي فضه ٣٣ ٱللا

Artinya: Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian

diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari

hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu

yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan

mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha Luas (pemberian-

Nya) lagi Maha mengetahui (Departemen Agama Republik

Indonesia, 1989 : 549).

Dalam Al Qur‟an surat an Nisaa‟ ayat 1 yang berbunyi:

Page 37: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

23

ا خهق ي حذة أا ٱنااط ٱتاقا سباكى ٱنازي خهقكى ي افظ

جا بۦ ص ٱنازي تغاءن ٱتاقا ٱللا غاء ا سجال كثشا بثا ي كى سقبا عه كا ا ٱللا ٱلسحاو إ ١

Artinya: Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-

mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari

padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya

Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang

banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan

(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain,

dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah

selalu menjaga dan mengawasi kamu (Departemen Agama

Republik Indonesia, 1989 : 114).

Dengan melihat kepada hakikat perkawinan itu merupakan

akad yang membolehkan laki-laki dan perempuan melakukan

sesuatu yang sebelumnya tidak dibolehkan, maka dapat dikatakan

bahwa hukum asal perkawinan itu adalah boleh atau mubah.

Namun dengan melihat kepada sifatnya sebagai sunnah Allah dan

sunnah rasul, tentu tidak mungkin dikatakan bahwa hukum asal

perkawinan itu hanya semata mubah. Dengan demikian, dapat

dikatakan bahwa melangsungkan akad perkawinan disuruh oleh

agama dan dengan telah berlangsungnya akad perkawinan itu,

maka pergaulan laki-laki dan perempuan menjadi mubah

(Syarifuddin, 2006 : 43).

Perkawinan yang sunnatullah pada dasarnya adalah mubah

tergantung pada tingkat kemaslahtannya. Oleh karena itu,

perkawinan yang asalnya mubah, dapat berubah menurut ahkamal-

Page 38: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

24

khamsah (hukum yang lima) sesuai perubahan keadaan,(Tihami

dan Sohari, 2010 : 10). yaitu:

Nikah wajib.

Nikah diwajibkan bagi orang yang telah mampu yang akan

menambah taqwa. Nikah juga wajib bagi orang yang telah mampu,

yang akan menjaga jiwa dan menyelamatkannya dari perbuatan

haram. Kewajiban ini tidak akan terlaksana kecuali dengan nikah.

Nikah haram.

Nikah diharamkan bagi orang yang tahu bahwa dirinya

tidak mampu melaksanakan hidup berumah tangga melaksanakan

kewajiban lahir seperti memberi nafkah, pakaian, tempat tinggal,

dan kewajiban batin seperti mencampuri istri.

Nikah sunnah.

Nikah disunnahkan bagi orang-orang yang sudah mampu

tetapi ia masih sanggup mengendaliakn dirinya dari perbuatan

haram, dalam hal seperti ini maka nikah lebih baik dari pada

membujang karena membujang tidak diajarkan oleh Islam.

Nikah mubah,

Page 39: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

25

yaitu bagi orang yang tidak berhalangan untuk nikah dan

dorongan untuk nikah belum membahayakan dirinya, ia belum

wajib nikah dan tidak haram bila tidak nikah.

Lepas dari hukum pernikahan yang beraneka ragam ini,

yang pasti pada satu sisi Nabi Muhammad SAW. Menganjurkan

para pemuda yang memiliki kemampuan biaya hidup supaya

melakukan pernikahan; sementara pada sisi yang lain, Nabi

melarang keras umat Islam melakukan tabattul (membujang

selamanya) (Amin, 2005 : 93).

1). Rukun dan Syarat Sah Pernikahan

Rukun yaitu sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah

atau tidaknya suatu pekerjaan (ibadah), dan sesuatu itu termasuk

dalam rangkaian pekerjaan itu, seperti adanya calon pengantin laki-

laki atau perempuan dalam perkawinan.

Syarat yaitu sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah

atau tidaknya suatu pekerjaan atau (ibadah), tetapi sesuatu itu tidak

termasuk dalam rangkaian pekerjaan itu, seperti menutup aurat

saah sholat atau menurut Islam calon pengantin laki-laki/

perempuan harus beragama Islam. Sah yitu pekerjaan atau ibadah

yang memenuhi rukun dan syarat. Pernikahan yang di dalamnya

terdapat akad, layaknya akad-akad lain yang memerlukan adanya

Page 40: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

26

persetujuan kedua belah pihak yang mengadakan akad

(Tihami&Sahrani, 2009 : 12).

Syarat syah pernikahan memiliki beberapa rukun-rukun

yang harus dilakukan yaitu: Pertama, untuk melangsungkan

pernikahan harus ada mempelai yang dinikahkan. Mempelai harus

laki-laki dan perempuan. Adapun syarat mempelai laki-laki adalah:

seorang laki-laki, bukan berasal dari mahram calon istri, tidak

terpaksa atas kemauan sendiri, jelas orangnya dan tidak sedang

ihram. Sedangkan Syarat istri adalah: Perempuan, Tidak ada

halangan syarak yaitu tidak bersuami bukan mahram dan tidak

sedang iddah, Merdeka atas kemauan sendiri, Jelas orangnya dan

Tidak sedang berihram.

Kedua adalah mempelai harus ada yang menikahkan. Orang

yang menikahkan disebut wali. Syarat wali dalah: Baligh, berakal,

merdeka, laki-laki Islam, adil dan tidak sedang ihram atau

umrah.Wali nikah ada tiga jenis yaitu wali mujbir, wali nasab dan

wali hakim. Wali mujbir adalah mereka yang mempunyi garis

keturunnan ke atas dengan perempuan yang akan menikah. Mereka

yang termasuk wali mujbir adalah ayah dan seterusnya keatas

menurut garis pariental.Sedangkan wali nasab adalah saudara laki-

laki sekandung, sebapak, paman beserta garis keturunannya

menurut garis pariental (laki-laki). Dan yang terakhir wali hakim

Page 41: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

27

adalah wali yang ditunjuk dengan kesepakatan dua belah pihak

(calon suami istri). Walinikah termasuk syarat dan rukun nikah.

Ketiga, dalam pernikahan harus hadir dua orang saksi yang

menyaksikan pernikahan tersebut. Saksi harus memenuhi ketentuan

persyaratan sesuai dalam agama Islam. Adapun syarat menjadi

saksi nikah adalah: Baligh, Berakal, Merdeka, Laki-laki, Islam,

Adil, Mendengar dan melihat (tidak bisu), Mengerti maksud ijab

qobul, Kuat ingatannya, Berakhlak baik, Tidak sedang menjadi

wali. Adanya dua orang saksi dan syarat-syarat menjadi saksi

termasuk salah satu dari rukun dan syarat pernikahan. Keempat

adalah harus adanya shigot ijab qobul.

Dari empat rukun nikah di atas yang paling penting adalah

ijab qobul antara yang mengadakan dengan yang menerima akad.

Sedangkan yang dimaksud syarat pernikahan adalah syarat yang

berhubungan dengan rukun-rukun pernikahan yaitu syarat-syarat

bagi calon mempelai, wali, saksi dan ijab qobul. Akad nikah atau

pernikahan yang tidak dapat memenuhi syarat dan rukun nikah

menjadikan pernikahan tidak sah menurut hukum

(Tihami&sahrani, 2009 : 12).

2). Akad dan Syarat Ijab Qobul

Page 42: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

28

Rukun yang pokok dalam perkawinan ridhonya laki-laki

dan perempuan dan persetujuan mereka untuk mengikat hidup

berkeluarga karena perasaan ridho dan setuju bersifat kewajiban

yang tidak dapat dilihat dengan mata kepala karena itu harus ada

perlambangan yang tegas untuk menunjukan kemauan mengadakan

perikatan bersuami istri, perlambangan itu di utarakan dengan kata-

kata oleh kedua belah pihak yang mengadakan akad (Sabiq, 1980 :

53).

Akad nikah adalah perjanjian yang berlangsung antara dua

pihak yang melangsungkan pernikahan dalam bentuk ijab dan

qobul, ijab adalah perjanjian penyerahan dari pihak pertama

sedangkan qobul adalah penerimaan dari pihak ke dua

(Sayarifuddin, 2006 : 61). Ijab qobul merupakan senyawa yang

tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya,

bahkan dalam pengucapannya selalu disyaratkan harus diucapkan

secara berdampingan dalam arti tidak boleh terselang dan diselang

dengan hal-hal lain yang tidak memiliki hubungan dengan proses

ijab qobul (Amin, 2005 : 54).

Menurut Sabiq (1980: 53) akad yang mempunyai akibat-

akibat hukum pada suami istri haruslah memenuhi syarat-syarat

sebagai berikut:

Page 43: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

29

Pertama, Calon mempelai laki-laki dan wali calon

pengantin perempuan sudah tamyiz. Bahwa orang yang melakukan

akad nikah harus sudah mumayyiz atau tepatnya telah dewasa atau

berakal sehat. Itulah sebabnya kenapa orang gila dan anak kecil

yang belum bisa membedakan antara perbuatan yang benar dan

salah, serta perbuatan yang manfaat dan madhorot, akad nikah

tidak dianggap sah. Dalam rangka syarat mumayyiz inilah fiqih

munakahad dan Undang-ungang perkawinan harus selalu saja

mencantumkan batas-batas minimal usia kawin (nikah).

Kedua, Ijab qabul dalam satu majelis maksudnya, akad

nikah dilakukan dalam satu majelis, dalam konteks pengertian

harus beriringan antara pengucapan (ikrar) ijab dan qabul. Dalam

kalimat lain, ikrar ijab qabul tidak boleh diselingi dengan aktivitas

atau pernyatan lain yang tidak ada relevansinya dengan

kelangsungan akad nikah itu sendiri.

Ketiga, Hendaklah ucapan qabul tidak menyalahi ucapan

ijab, kecuali kalau lebih baik dari ucapan ijabnya sendiri yang

menunjukkan pernyataan persetujuannya lebih tegas.

Keempat, Para pihak yang melakukan akad nikah

(mempelai suami atau yang mewakili dan mempelai perempuan

atau wali atau yang mewakilinya) harus mendengar secara jelas dan

memahami maksud dari ikrar atau pernyataan yang disampaikan

Page 44: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

30

masing-masing pihak.Jika salah satu pihak apalagi keduanya tidak

memahami akad yang dilakukan lebih-lebih jika terjadi

pertentangan antara keduanya tentang akad yang mereka lakukan,

akad nikah dianggap tidak sah.

a) Kata-kata dalam Ijab Qabul

Di dalam melakukan ijab qabul haruslah dipergunakan

kata-kata yang dapat dipahami oleh masing-masing pihak yang

melakukan akad nikah sebagai menyatakan kemauan yang

timbul dari kedua belah pihak untuk nikah, dan tidak boleh

menggunakan kata-kata yang samar atau kabur (Sabiq, 1980 :

55).

b) Ijab Qabul Bukan dengan Bahasa Arab

Para ahli fiqh sependapat, ijab qabul boleh dilakukan

dengan bahasa selain Arab, asalkan memang pihak-pihak yang

berakad baik semua atau salah satunya tidak tahu bahasa Arab.

Mereka berbeda pendapat bagaimana bila kedua belah pihak

paham bahasa Arab dan bisa melaksanakan ijab qabulnya

dengan bahasa ini.

Ibnu Qudamah dalam kitab Mughni mengatakan: bagi

orang yang mampu mempergunakan bahasa Arab dan ijab

qabulnya, tidak sah menggunakan selain bahasa Arab.

Demikianlah salah satu dari pendapat Imam Syafi‟i. Menurut

Imam Abu Hanifah boleh, sebab ia telah menggunakan kata-

Page 45: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

31

kata tertentu yang dipergunakan dalam ijab qabul sebagaimana

juga dalam bahasa Arab. Tapi bagi kami (Ibnu Qudamah) tidak

menggunakan kata-kata Arab “nikah dan tazwij”, padahal ia

mampu, hukumnya tidak sah. Adapun orang yang tidak pandai

bahasa Arab ia boleh menggunakan bahasanya sendiri, karena

bahasa lain memang ia tidak mampu, sehingga kewajibannya

menggunakan lafadz Arab gugur, seperti bagi orang yang bisu.

Tetapi ia perlu menggunakan lafadz lain yang khusus yang

maknanya sama dengan lafadz Arab yang digunakan dalam

ijab qabul, dan bagi orang yang tidak pandai berbahasa Arab

tidak wajib mempelajari kata-kata ijab qabul bahasa Arab ini.

Tetapi Abu Khatthab berkata: ia wajib belajar, sebab bahasa

Arab termasuk syarat sahnya ijab qabul, yang karena itu bagi

orang yang mampu wajib mempelajarinya, seperti halnya

dengan mengucapkan takbir shalat (Sabiq, 1980 : 57).

c) Ijab Qabul Orang Bisu

Ijab qabul orang bisu sah dengan isyaratnya, bilamana

dapat dimengerti, sebagaimana halnya dengan akad jual

belinya yang sah dengan jalan isyaratnya, karena isyaratnya itu

mempunyai makna yang dapat dimengerti. Tetapi kalau salah

satu pihaknya tidak memahami isyaratnya, ijab qabul tidak sah,

sebab yang melakukan ijab qabul hanyalah antara dua orang

yang bersangkutan itu saja. Masing-masing pihak yang berijab

Page 46: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

32

qabul wajib dapat mengerti apa yang dilakukan oleh pihak

lainnya (Sabiq, 1980 : 59).

d) Ijab Qabulnya Orang yang Gaib (Tidak Hadir)

Bilamana salah seorang dari pasangan pengantin tidak bias

hadir tetapi tetap mau melanjutkan akad nikahnya, maka

wajiblah ia mengirim wakilnya atau menulis surat kepada

pihak lainnya meminta diakad nikahkan, dan pihak yang lain

ini jika memang mau menerima hendaklah dia menghadirkan

para saksi dan membaca isi suratnya kepada mereka, atau

menunjukkan wakilnya kepada mereka dan mempersaksikan

kepada mereka didalam majelisnya bahwa akad nikahnya telah

diterimanya. Dengan demikian qabulnya dianggap masih

dalam satu majlis (Sabiq, 1980 : 59).

3). Mahar Menurut Hukum Islam

Secara istilah mahar diartikan sebagai “ harta yang

menjadi hak istri dari suaminya dengan adanya akad nikah

atau dukhul”

Allah ta‟ala berfirman dalam QS.Al-Ahzab:50

ا ت أجض س اجك اناهت ءات ا اا ا حهها أس ا ا ا ا ناب

Artinya

Page 47: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

33

“hai Nabi, sesungguhnya Kami telah menghalalkan

bagimu istri-istrimu yang telah kamu berikan

maskawinnya,”(QS. Al-ahzab:50).

Mahar tidak memeiliki batas tertinggi atau terendah.

Rasululllah saw bersabda: “mahar yang paling baik adalah

mahar yang paling mudah” Rasulullah saw bersabda:

“perempuan yang paling besar berkahnya adalah perempuan

yang paling ringan maharnya”.hal ini karena mahar bukanlah

harga untuk membeli kenikmatan bagi laki-laki, namun

pemberian (nihlah), yaitu pemberian yang tidak memerlukan

balasan. Allah berfirman:

فغا ء ي نكى ع ش فئ طبا حهت ت ءاتا ٱنغاء صذق

ش فكه ٤ ا ا يا

“berikanlah maskawin atau (mahar) kepada wanita

(yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh

kerelaan,,,,,” (QS. An-nisa‟:4).

Mahar ada dua jenis macam yaitu: musamma dan

mahar mistil. Mahar musamma adalah mahar yang disepakati

oleh pengantin laki-laki dan perempuan yang disebut dalam

akad.

Mahar mistil adalah mahar yang seharusnya diberikan

kepada perempuan atau diterima oleh perempuan, sama dengan

perempuan lain, umurnya, kecantikannya, hartanya, akalnya,

agamanya, kegadisannya, kejandaannya, dan negerinya sama

ketika akad nikah dilangsungkan (Sabiq, 1981 : 69).

Page 48: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

34

Tidak adanya pernikahan syighar dalam Islam

dijelaskan pula dalam hadis yang diriwayat oleh Tirmidzi

عهاى:ل شغا س ف ال عال و قال س عل للا صم للا عه

Arinya: “ Rasulullah saw berkata tidak ada syighar

dalam Islam”

Dalam ketentuan pasal 14 KHI tersebut tidak

disebutkan mahar sebagai rukun nikah. Pasal 34 KHI ayat (1)

menentukan bahwa mahar bukan merupakan rukun dalam

perkawinan. Meskipun mahar bukan merupakan merupakan

rukun nikah, tetapi pasal 30 KHI menentukan bahwa calon

mempelai laki-laki wajib membayar mahar kepada calon

mempelai perempuan yang jumlah, bentuk dan jenisnya

disepakati oleh kedua belah pihak, yaitu calon mempelai

perempuan dan calon mempelai laki-laki. Ketentuan pasal 30

dan 34 KHI sesuai dengan mahar yang ditentukan dalam surat

An- nisaa ayat 4 dan ayat 20, dan surat Al-baqorah ayat 236

(Djubaidah, 2010 : 130).

Hukum memberikan mahar dalam Islam adalah wajib.

Karena itu Islam mengharamkan pernikahan syighar.

Rasullullah saw melarang pernikahan syighar yang

digambarkan sebagai berikut:

“ada seorang laki-laki yang menikahkan laki-laki lain

dengan anak perempuannya, dengan syarat si laki-laki lain

tersebut harus menikahkan anak perempuannya dengan laki-

Page 49: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

35

laki yang pertama, tanpa ada mahar di antara mereka

berdua.”(Washfi,2005 : 315).

b. Pernikahan Dalam Hukum Positif

Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria

dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan

membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal

berdasarkan ketentuan Yang Maha Esa.

Bagi suatu Negara dan bangsa seperti Indonesia adalah

undang-undang perkawinan nasional yang sekaligus

menampung prinsip-prrinsip dan memberikan landasan hukum

perkawinan yang selama ini mennnnjadi pegangan dan telah

berlaku bagi berbagai golongan dalam masyarakat. Dalam

Undang-undang No. 1 Tahun 1974 menurut Undang-undang,

perkawinan itu ialah ikatan antara seseorang pria dan seorang

wanita (Hadikusuma, 2007: 6).

Dalam penjelasan ditegaskan lebih rinci bahwa sebagai

negara berdasarkan pancasila, dimana sila yang pertama adalah

ketuhana Yang Maha Esa, maka pernikahan mempunyai

hubungan yang erat sekali dengan agama atau kerohanian

sehingga perkawinan bukan saja mempunyai unsur lahir atau

jasmani tetapi unsur batin atau rohani juga mempunyai peran

yang penting (Sudarsono, 2005 : 9).

Page 50: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

36

Dengan adanya ikatan lahir dan batin inilah perkawinan

merupakan suatu perbuatan hukum di samping perbuatan

keagamaan sebagai perbuatan hukum karena perbuatan itu

menimbulkan akibat-akibat hukum baik berupa hak atau

kewajiban bagi keduanya, sedangkan sebagai akibat perbuatan

keagamaan karena dalam pelaksanaannya selalu dikaitkan

dengan ajaran-ajaran dari masing-masing agama dan

kepercayaan yang sejak dahulu sudah memberi aturan-aturan

bagaimana perkawinan itu harus dilakukan. Kemudian dalam

pasal 2 ayat 1 Undang-undang No. 1 tahun 1974 perkawinan

adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing

agamanya dan kepercayaannya itu. Ini berarti bagi umat Islam

pernikahan itu sah apabila dilakukan menurut hukum

perkawinan Islam. Begitu pula bagi penganut agama yang lain

yang diakui di Indonesia (Syahuri, 2013 : 23).

Undang-undang ini juga menentukan bahwa pernikahan

harus didasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai (pasal

6 ayat 1). Hal ini dikarenakan pernikahan mempunyai maksud

agar suami istri dapat membentuk keluarga yang kekal dan

bahagia, dan sesuai pula dengan hak asai manusia, maka suatu

pernikhan harus memdapat persetujuan dari kedua calon suami

istri tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Undang-undang

Page 51: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

37

No, 1 tahun 1974 menganut beberapa prinsip dalam

pernikahan yaitu:

Pertama, Tujuan pernikahan adalah membentuk keluarga

yang bahagia dan kekal untuk itu suami-istri perlu saling

membantu, melengkapi agar masing-masing dapat

mengembangkan kepribadiannya membantu dan mencapai

kesejahteraan material dan sepiritual.

Kedua, Pernikahan yang sah bilamana dilakukan menurut

hukum masing-masing agamanya dan kepercayannya itu; dan

disamping itu tiap-tiap pernikahan harus dicatat menurut

peraturan perundang-undangan yang berlakku. Pencatan tiap-

tiap perkawinan adalah sama halnya dengan pencatatan

peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan seseorang,

misalnya kelahiran, kematian yang dinyatakan dalam surat-

surat keterangan suatu akte yang juga dimuat dalam daftar

pencatatan.

Ketiga,Undang-undang ini menganut asas monogami.

Hanya apabila dikehendaki oleh yang bersangkutan, seorang

suami boleh mempunyai istri lebih dari seorang dengan syarat

yang telah ditetapkan oleh undang-undang dan diputuskan oleh

pengadilan.

Page 52: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

38

Keempat, calon suami istri harus matang secara jiwa dan

raganya untuk melangsungkan pernikahan, agar dapat

mewujudkan tujuan pernikahan secara baik tanpa berakhir pada

perceraian dan mendapat keturunan yang baik dan sehat. untuk

itu harus dicegah adanya pernikahan antara calon suami yang

masih di bawah umur. Di samping itu, pernikahan mempunyai

hubungan dengan masalah kependudukan yaitu batas umur

yang lebih rendah bagi seorang wanita untuk menikah

mengakibatan laju kelahiran yang lebih tinggi jika

dibandingkan dengan batas umur yang lebih tinggi. Oleh sebab

itu undang-undang ini menentukan batas umur seseorang untuk

melangsungkan perkawinan, untuk wanita yaitu 16 tahun dan

untuk laki-laki yaitu 19 tahun.

Kelima, Tujuan pernikahan adalah untuk membentuk

keluarga yang kekal dan sejahtera. Maka Undang-undang ini

mengandung prinsip mempersukar terjadinya perceraian untuk

dapat memungkinkan perceraian harus ada alasan-alasan

tertentu dan harus dilakukan di depan sidang pengadilan.

Keenam, Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan

hak dan kedudukan suami baik dalam kehidupan rumah tangga

maupun dalam pergaulan masyarakat, sehingga dengan

demikian segala sesuatu dalam keluarga dapat dirundingkan

Page 53: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

39

dan diputuskan bersama oleh suami istri

(Sosroatmojo&Aulawi, 1978 : 35).

Untuk menjamin kepastian hukum maka pernikahan

berikut segala sesuatu yang berhubungan dengan pernikahan

yang terjadi sebelum Undang-undang ini berlaku yang

dijalankan menurut hukum yang telah ada adalah sah.

Demikian pula mengenai sesuatu hal undang-undang ini tidak

mengatur, dengan sendirinya berlaku ketentuan yang ada

(Sudarsono, 2005 : 9).

3. Hikmah Pernikahan

Islam menganjurkan dan menyegerakan kawin sebagaimana

tersebut karena ia mempunyai pengaruh yang baik bagi pelakunya

sendiri, masyarakat dan seluruh umat manusia (Sabiq, 1980 : 18).

Adapun hikmah nikah adalah:

Pertama, Sesungguhnya naluri seks merupakan naluri yang paling

kuat dan keras yang selamanya menuntut adanya jalan keluar.

Bilamana jalan keluar tidak dapat memuaskannya, maka banyaklah

manusia yang mengalami goncang dan kacau serta menerobos jalan

yang jahat. Dan kawinilah jalan alami dan biologis yang paling baik

dan sesuai untuk menyalurkan dan memuaskan naluriah seks ini.

Dengan kawin badan jadi segar, jiwa jadi tenang, mata terpelihara dari

Page 54: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

40

melihat yang haram dan perasaan tenang menikmati barang yang

halal. Seperti yang diisyaratkan oleh firman Allah QS.Ar-Ruum: 21

ج أفغكى أص خهق نكى ي ۦ أ ت ءا ي كى جعم ب ا ا إن ا نتغك

و تفكاش ت نق نك ل ا ف ر إت سح ة دا ٣١ يا

Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia

menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu

cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya

diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang

demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang

berfikir (Departemen Agama Republik Indonesia, 1989 : 644).

Kedua, Menikah, jalan terbaik untuk membuat anak-anak menjadi

mulia, memperbanyak keturunan, melestarikan hidup manusia serta

memelihara nasab yang oleh Islam sangat diperhatikan.

Ketiga, Naluri kebapakan dan keibuan akan tumbuh saling

melengkapi dalam suasana hidup dengan anak-anak dan akan tumbuh

pula perasaan-perasaan ramah, cinta dan sayangyang merupakan sifat-

sifat baik yang menyempurnakan kemanusiaan seseorang.

Keempat, Menyadari tanggung jawab beristri dan menanggung

anak-anak menimbulkan sikap rajin dan sungguh-sungguh dalam

memperkuat bakat dan pembawaan seseorang.Ia akan cekatan bekerja,

karena dorongan tanggung jawab dan memikul kewajibannya,

sehingga ia akan banyak bekerja dan mencari penghasilan yang dapat

memperbesar jumlah kekayaan dan memperbanyak produksi.

Page 55: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

41

Kelima, Pembagian tugas, dimana yang satu mengurusi dan

mengatur rumah tangga, sedangkan yang lain bekerja di luar, sesuai

dengan batas-batas tanggung jawab antara suami istri dalam

menangani tugas-tugasnya.

Dengan perkawinan di antaranya dapat membuahkan tali

kekeluargaan, memperteguh kelanggengan rasa cinta antara keluarga

dan memperkuat hubungan kemasyarakatan yang memang oleh Islam

direstui, ditopang dan ditunjang. Karena masyarakat yang saling

menunjang lagi saling menyayangi merupakan masyarakat yang kuat

lagi bahagia.

4. Adat dan Pernikahan Adat

a. Pengertian Pernikahan Adat

Adat adalah kebiasaan suatu masyarakat yang bersifat ajeg

(dilakukan terus menerus), dipertahankan oleh para pendukungnya. Jika

kebiasaan itu telah bertahan selama bertahun-tahun dan telah berurat

akar di dalam hati nurani anggota masyarakatnya, ia menjadi

kebudayaan (Rato, 2011 : 1).

Hukum adat berasal dari kata „Hukum‟ dan „adat‟ kata „Hukum‟

berasal kata bahasa arab huk‟m dan kata „adat‟ berasal dari kata adah.

Hukum adalah bentuk tunggal dari kata jamak „ahkam‟ yang berarti

Page 56: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

42

suruhan, perintah, atau ketentuan. Misalnya al-ahkam al-khomsah=

hukum yang lima yaitu fardh (wajib), haram (larangan), mandub atau

sunnah (anjuran), makruh (celaan) dan jaiz mubah atau halal

(dibolehkan) (Reto, 2011 : 4).

Hukum Adat adalah hukum tidak tertulis, yang merupakan

pedoman bagi sebagian besar orang-orang Indonesia dan dipertahankan

dalam pergaulan hidup sehari-hari baik di kota maupun di Desa. Hukum

Adat senantiasa tumbuh dari suatu kebutuhan hidup yang nyata, cara

hidup dan pandangan hidup yang keseluruhannya merupakan

kebudayaan masyarakat tempat hukum adat itu berlaku. Hukum adat

adalah merupakan bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia.

Perkawinan adat adalah suatu pernikahan yang memakai syistem

atau aturan huku adat disuatu daerah, pernikahan ini ada 3 jenis yaitu:

Pertama, pernikahan patrinial (Batak, Ambon) ialah suatu

pernikahan diaman yang berkuasa hak mewaris dalam keluarga adalah

seorang laki-laki (mewaris kedudukan, harta).

Kedua, pernikahan Matrinial (Mninangkabau) ialah suatau

pernikahan dimana yang berhak mewarisi atau yang berkuasa adalah

perempuan.

Ketiga, pernikahan Parental (Jawa) ialah suatu pernikahan dimana

yang berhak mewarisi adalah anak laki-laki dan anak perempuan.

Page 57: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

43

Menurut hukum adat, perkawinan bukan hanya mengenai orang-

orang yang bersangkutan (sebagai suami istri) melainkan juga

merupakan kepentingan seluruh keluarga dan bahkan masyarakat

adatpun ikut berkepentingan dalam hal perkawinan itu. Bagi hukum

adat perkawinan adalah perbuatan-perbuatan yang tidak hanya bersifat

keduniaan, melainkan juga bersifat kebatinan atau keagamaan (Syahuri,

2013 : 64). Sehingga dapat disimpulkan, perkawinan adalah

kepentingan keluarga dan masyarakat baik masyarakat sedesa maupun

masyarakat adat (Ngani, 2012 : 36).

Tujuan pekawinan menurut hukum adat pada umumnya adalah

mempertahankan dan meneruskan kelangsungan hidup dan kehidupan

masyarakat adatnya. Namun karena system kekerabatan dan

kekeluargaan masing-masing masyarakat berlainan maka penekanan

dari tujuan perkawinanpun disesuaikan dengan sistem kekeluargaannya,

misalnya pada masyarakat adat patrinial perkawinan mempunyai tujuan

untuk mempertahankan garis keturunan bapak sedangkan pada

masyarakat matrilineal perkawinan bertujuan untuk mempertahankan

garis keturunan ibu. Mengenai batas umur perkawinan, hukum adat

tidak mengaturnya. Oleh karena itu, diperbolehkan perkawinan anak-

anak yang masih di bawah umur meskipun dalam hal ini keduanya baru

bisa hidup bersama sebagai suami istri setelah menjadi baligh atau

dewasa.

Page 58: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

44

Pada umumnya suatu perkawinan adat didahului dengan

pertunangan. Pertunangan adalah hubungan hukum yang dilakukan

antara orang tua pihak laki–laki dengan orang tua pihak perempuan

untuk maksud mengingat tali perkawinan anak–anak mereka dengan

jalan peminangan (Syuhuri, 2013 : 64).

Hukum adat di Indonesia itu sendiri pada umumnya menjelaskan

bahwa perkawinan bukan saja berarti sebagai perikatan perdata, tetapi

juga merupakan perikatan adat dan sekaligus merupakan perikatan

kekerabatan dan ketetanggan. Jadi terjadinya suatu ikatan perkawinan

bukan semata-mata membawa akibat terhadap hubungan keperdataan,

seperti hak dan kewajiban suami-istri, harta bersama, kedudukan anak,

hak dan kewajiban orang tua, tetapi juga menyangkut hubungan adat

istiadat kewarisan, kekeluargaan, kekerabatan dan ketetanggaan serta

menyangkut upacara-upacara adat dan keagamaan. Begitu juga

menyangkut kewajiban mentaati perintah dan larangan keagamaan, baik

dalam hubungan manusia dengan Tuhannya (ibadah) maupun

hubungan manusia dengan sesama manusia (muamalah) dalam

pergaulan hidup agar selamat di dunia dan di akhirat.

Perkawinan dalam arti “perkawinan adat” ialah perkawinan yang

mempunyai akibat hukum terhadap hukum adat yang berlaku dalam

masyarakat bersangkutan. Seelah terjadi ikatan perkawinan maka

timbul hak-hak dan kewajiban-keajiban orang tua (termasuk anggota

keluarga atau kerabat) menurut hukum adat setempat yaitu dalam

Page 59: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

45

pelaksanaan upacara adat dan selanjutnya dalam peran serta membina

dan memelihara kerukunan, keutuhan dan kelanggengan dari kehidupan

anak-anak mereka yang terikat dalam perkawinan,

Menurut hukum adat di Indonesia perkawinan itu dapat berbentuk

dan bersistem perkawinan jujur diman lamaran dilakukan pihak pria

kepada pihak wanita dan setelah perkawinan istri mengikuti tempat

kedudukan dan kediaman suami. Kemudian perkawinan semenda

diaman pelamar dilakukan oleh pihak wanita kepada pihak pria dan

setelah perkawinan suami mengikuti tempat kedudukan dan kediaman

istri. Perkawinan bebas yaitu dimana pelamar dilakukan oleh pihak pria

dan setelah perkawinan kedua suami istri bebas menentukan tempat

kedudukan dan kediaman mereka dan menurut kehendak mereka.

Dari berbagai penjelasan di atas telah ditarik suatu kesimpulan

bahwa bagaimanapun tata tertib adat yang harus dilakukan oleh mereka

yang akan melangsungkan perkawinan menurut bentuk dan sistem

perkawinan yang berlaku dalam masyarakat, karena UU No 1 tahun

1974 tidak mengaturnya.

b. Hukum Adat Ditaati Oleh Masyarakat

Hukm adat secara historis empiris hukum adat selalu dipatuhi

oleh warga masyarakat karena adanya sistem kepercan yang amat

berakar dalam hati warganya, sehingga mampu mengendalikan perilaku

Page 60: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

46

dan perbuatan para pemeluknya dari sifat-sifat negatif. Disamping itu

juga karena secara material dan formal, hukum adat berasal dari

masyarakat itu sendiri, atau merupakan kehendak kelompok.1

Pada dasarnya hukum adat dipatuhi karena: pertama, hukum adat

berasal dari masyarakat itu sendiri, dan konsekwensinya masyarakat

harus mematuhi aturan tersebut. Yang kedua, sesuai dengan jiwa dan

rasa keadilan yang dimiliki oleh masyarakat. Yang ketiga, memiliki

akibat hukum yang apabila tidak ditaati akan menimbulkan sanksi bagi

para pelakunya.2

c. Kelebihan dan Fungsi Hukum Adat

Walaupun hukum adat mempunyai kelemahan, hukum adat juga

mempunyai kelebihan yaitu: Responsiv, Tidak kaku, Sesuai rasa

keadilan. Sedangkan fungsi hukum adat adalah: Pertama, Sebagai alat

pengatur tata tertib hubungan masyarakat. Kedua, Sebagai suatu sarana

untuk mewujudkan keadilan sosial lahir dan batin.Ketiga Sebagai

sarana penggerak pembangunan. Keempat, Sebagai fungsi kritis

(Soeroso, 2002 : 36).

Manfaat hukum adat adalah untuk mengarahkan manusia

menunggal dengan alam, kerabat, dan sesama manusia lain. Hukum

adat tradisional mengarahkan manusia untuk menuju kepada yang

1 Heru kuswanto(http://herukuswanto.blogspot.com)

2 Fatahilla (http://fatahilla.blogspot.com)

Page 61: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

47

tunggal yaitu alam. Alam yang dimaksud adalah kosmos baik makro

kosmos maupun mikro kosmos. Makro kosmos adalah alam semesta

dan mikro kosmos adalah diri sendiri. Kemanunggalan alam adalah

kemanunggalan manusia dengan alam atau antara alam termasuk

masyarakat dengan diri sendiri (Rato, 2011 : 73).

d. Kelemahan Hukum Adat

Hukum adat mempunyai beberapa kekurangan diantaranya karena

hukum adat, berawal dari kebutuhan dan menjadi kebiasaan yang terus

menerus dilakukan dan hal itu menjadi adat kebiasaan yang wajib bagi

suatu masyarakat tersebut. Hukum adat mempunyai tiga kelemahan

yaitu: Kurangnya kepastian hukum, terus berubah-ubah, tidak ada

pencatatan mengenai peristiwa peristiwa penting.3

3 Fatahilla(http://fatahilla.blogspot.com).

Page 62: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

48

BAB III

Gambaran Umum Desa Jetak, Kecamatan Getasan,

Kabupaten Semarang

A. Gambaran Umum Penduduk di Desa Jetak

1. Desa Getasan Dalam Lintas Sejarah

Desa Getasan merupakan sebuah Desa yang tidak berdiri begitu saja,

akan tetapi ada certita turun menurun yang dimulai dari sebuah perjalanan

panjang seorang pasangan pengembara, yang konon merupakan salah seorang

pemdiri dan pemberi nama-nama desa di Desa Getasan.Pengembara ini

bernama KI Ageng Serang dan NYI Ageng Serang.

Perang gagatan Serang Salatiga ini menjadi awal mula perjuangan KI

Ageng Serang dan NYI Ageng Serang untuk melawan para penjajah belanda.

KI dan Nyi Ageng serang lari kearah selatan untuk beristirahat dan berfikir

untuk melawan penjajah. Ki Ageng Serang berkata jika nanti ada rejane

jaman Dusun ini dinamakan “Pos Tingkir”. Kemudian KI dan NYI Ageng

Serang berlarinlagikearah selatan ada sebuah tempat yang banyak bunga

Wora-wari disini beliau berkata lagi jika nanti ada rejane jaman Dusun ini Di

namakan “Kembang Sari”

Ki Ageng Serang dan Nyi Ageng Serang melanjutkan perjalanannya

berlari ke arah Barat untuk beristirahat sebentar dan mengadakan pertemuan

Page 63: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

49

untuk mengatur siasat perang, beliau berkata jika nanti ada rejane jaman

Dusun ini di namakan “PATEMON”. Setelah pertemuan selesai beliau

melanjutkan perjalanan ke arah Barat di sinilah lapak Kuda beliau jatuh dan

beliau berkata jika nanti ada rejane jaman Dusun ini dunamakan “WATU

LAPUK”.

Kemudian Ki Ageng Serang melanjutkan perjalannannya ke arah

Barat sampai di tempak yang bernama Dusun Weru, melanjutkan lagi

perjalanannya ke arah Utara dan disinilah beliau mengeluh bahwa beliau

merasa Keloro-loro. Dan beliau berkata jika nanti ada rejane jaman Dusun ini

dinamakan “TOSORO”. Beliau meneruskan kembali perjalannanya ke arah

Utara sampai di Gumuk Preng di tempat inilah KI Ageng Serang jatuh karena

terkena ranting pohon bambu (preng) yang menancap diperutnya. Disinilah

Ki Ageng Serang meninggal dunia, nama beliaupun diganti dengan “KI

Carang Pati”. Di tempat Ki Ageng Serang meninggal inilah dinamakan Dusun

“Kemiri” dan makam KI Ageng Serang bernama “NGLALIS”.

Setelah KI Ageng Serang meninggal Nyi Ageng Serang melanjutkan

perjalannannya ke arah Timur disini kereta kudanya melawti jalan yang

berlubang beliau berkata jika nanti ada rejanr jaman dusun ini dinamakan

“Legok” . kemudian beliau melanjutjan perjalannya lahi ke arah Timur dan

kendali kudanya putus dan beliau terjatuh, beliau berkata jika nanti ada rejane

jaman dusun ini dinamakan “Kendal” yang berasal dari kata kendali. Sampai

akirnya beliau menetap di Dusun ini sampi ajal menjemputnya, kemudian

Page 64: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

50

beliau dimakamkan di samping suaminya Ki Ageng Serang di pemakaman

“NGLALIS”. Desa Jetak awalnya bernama desa Kendal namun karena

bersamaan dengan kelurahan Kendal itu tidak baik. Maka pak lurah desa

Jetak datang ke Gungung menemui seorang juru kunci untuk meminta

pendapat. Dikarenakan ada pohon bulu yang rungkat atau Tumbang dan

dilihat kelurahan Kendal tidak baik maka diganti dengan Kelurahan Kendal

Jetak karena disamping jalan kanan, kiri, banyak jeglongan atau lobang kok

ngantak-antak maka di sebut Kelurahan Kendal Jetak berasal dari kata

Ngantak-anatak. (Wawancara dengan mbh Sabar tanggal 24 April 2015)

2. Letak geografis dan Kondisi Administratif Desa Jetak

Desa Jetak terletak di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang

Propinsi Jawa Tengah. Desa Jetak adalah sebuah desa yang cukup ramai

terletak di lereng kaki Gunung Merbabu dengan jalannya naik turun dan

udaranya sejuk. Walaupun Desa Jetak ini jauh dari pusat pemerintahan,

namun akses menuju Desa Jetak ini cukup mudah. Desa ini dapat ditempuh

dengan dua jalan alternatif, dapat ditempuh melalui jalan Argomulyo Salatiga

sekitar 15 km dari kota Salatiga. Dapat pula ditempuh melalui Kembangsari

Tengaran sekitar 10 km dari pasar Kembangsari. Terdapat dua jenis angkutan

umun menuju desa ini, yaitu: angkot (mini bus) kuning no 1 jurusan

Kembangsari Kendal dan angkot (mini bus) warna biru angkota no 16 jurusan

Taman Sari-Randuacir sehingga mempermudah perjalanan penulis dalam

melakukan penelitian.

Page 65: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

51

Luas wilayah Desa Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang

mencapai 294 Ha, yang terdiri dari hutan, ladang dan pemukiman. Wilayah

Desa Jetak berseberangan dengan Desa Samirono Kecamatan Getasan /

Kelurahan Kumpul Rejo Kecamatan Argomulyo. Di sebelah selatan

berbatasan dengan Desa Patemon Kecamatan Tengaran / Desa Jlarem

Kecamatan Ampel sementara di sebelah barat berbatasan dengan Desa Tajuk

Kecamatan Getasan. Dan Sebelah timur berseberangan dengan Desa

Randuacir Kecamatan Argomulyo. Jarak orbitasi Desa jetak dari pusat

pemerintahan kecamatan adalah 5 km. Kemudian jarak Desa ini dari Ibukota

Kabupaten adalah 33 km. Sedangkan jarak Desa Jetak dari Ibukota Provinsi

adalah 54 km.

Desa Jetak terbagi atas dua belas dusun terdiri dari 13 RW dan 33 RT.

Beberapa dusun di Desa Jetak diantaranya: Setugur, Gajian, Jayan, Dukuh,

Tosoro A, Tosoro B, Weru A, Weru B, Kemiri, Jetak, Legok dan Kendal.

3. Kondisi Kependudukan atau Demografi

a. Populasi Desa Jetak

Desa Jetak kecamatan Getasan Kabupaten Semarang mempunyai

penduduk yang berjumlah 3820 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga (KK)

1154 KK. Data monografi Bulan Oktober tahun 2013 menyebutkan bahwa

total jumlah penduduk laki-laki berjumlah 1.946 jiwa sedangkan perempuan

1.874 jiwa. Sedangkan jumlah perangkat desa/ kelurahan terdiri dari KASI,

Page 66: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

52

KAUR 5 orang, Kadus 12 Orang, BPD 5 Orang, Pembina RT/RW terdiri dari

33RT dan 13 RW. Sedangkan jumlah kelembagaan Desa terdiri atas LKMD 8

Orang, PKK 67 Orang, dan Karang Taruna 27 Orang.

Untuk memperlancar kegiatan administrasi pemerintah, di Desa Jetak

terdapat perangkat Desa, mulai dari kepala Desa hingga ketua RT (Rukun

Tetangga). Desa Jetak tebagi dalam dua belas dusun yaitu Setugur, Gajian,

Jayan, Dukuh, Tosoro A, Tosoro B, Weru A, Weru B, Kemiri, Jetak, Legok,

Kendal yang masing-masing dusun mempunyai satu ketua RW dan beberapa

RT.

b. Tingkat Pendidikan

Kondisi pendidikan masyarakat Jetak sangat memprihatinkan karena

masih banyak masyarakat yang tidak mengenyam bangku sekolah. Kondisi

ekonomi yang serba pas-pasan bahkan kurang layak menjadikan masyarakat

tidak mengenyam pendidikan kecuali sebagian masyarakat yang mampu yang

bisa memperoleh pendidikan yang tinggi. Hal tersebut tampak dari data di

bawah ini. Sumber Data: Monografi Bulan Oktober 2013.

Tabel 3.1 Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Jetak

No. Keterangan Jumlah

1. Taman Kanak-Kanak 144 Orang

2. Sekolah Dasar 1167 Orang

3. SMP 334 Orang

4. SMU/SMA 289 Orang

5. Akademi/ D1-D3 62 Orang

6. Sarjana. Yang menempuh pendidikan 43 Orang

Page 67: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

53

di Yogyakarta dan Semarang

7. Pondok Pesantren 30 Orang

8. Tidak sekolah/ tidak sekolah 1.046 Orang

Angka ini menunjukkan betapa jelas banyak masyarakat yang tidak

mengenyam bangku pendidikan secara layak. Masyarakat setempat

berkesimpulan bahwa lemahnya tingkat pendidikan adalah karena masalah

biaya namun peneliti melihat ini dipengaruhi karena mereka tidak memiliki

kultur bersekolah.

c. Pekerjaan dan Usia Kerja

Kebanyakan masyarakat Desa Jetak menggantungkan hidup mereka

dengan bercocok tanam dan jasa serabutan. Mata pencaharian yang mereka

jalani setiap hari, yang dilaksanakan oleh remaja yang masih muda sekitar

usia 20 tahun hingga penduduk yang berusia 45 tahun masih meneruskan

bercocok tanam. Beberapa masyarakat ada juga yang mempunyai usaha

interpreneur yaitu selepan kayu yaitu Pak Abadi dan ternak sapi lemon atau

sapi daging dan sapi perah hampir semua masyarakat memelihara sapi. Ada

juga yang mempunyai pabrik susu yang bernama ANDINI. Mereka yang

tidak mampu memanfaatkan potensi lokal harus bekerja luar daerah sebagai

buruh.

Wanita lajang dan ibu-ibu usia 20 hingga 40 tahun ada yang berangkat

keluar negeri sebagai TKI yang berjumlah 15 Orang yang sebagian besar

Page 68: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

54

bertujuan ke Malaysia dan Arab Saudi. Umumnya mereka bekerja sebagai

pembantu rumah tangga.

d. Keadaan Sosial Keagamaan Masyarakat

Di Desa Jetak mayoritas penduduknya beragama Islam walaupun ada

juga yang beragama Kristen dan Budha. Tetapi dalam kehidupan mereka

saling menghormati terhadap pemeluk agama Islam, begitu juga sebaliknya

yang dilakukan oleh pemeluk agama mayoritas tidak ada diskriminasi atau

pengucilan terhadap warga minoritas, mereka hidup rukun berdampingan.

Tabel 3.2 Jumlah Sarana Ibadah

No. Keterangan Jumlah

1. Masjid 14 Buah

2. Mushola 4 Buah

3. Gereja 3 Buah

4. Wihara 1 Buah

Data Monografi Bulan Oktober Tahun 2013

Meskipun banyak rumah peribadatan yang ada di Desa Jetak, tetapi

belum dimanfaatkan secara maksimal oleh para penduduk. Contohnya masjid

dan mushola yang banyak, belum banyak masyarakat yang menjalankan

sholat di Masjid. Dari sekian banyak masjid yang ada, salah satu yang sudah

aktif adalah Masjid yang ada di Dusun Kendal.

Di Desa Jetak juga terdapat TPA dan BTQ yang masih berlangsung

sampai saat ini, biasanya kegiatan TPA dan BTQ dilakukan setiap harinya di

Page 69: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

55

kediaman Bapak Jono dan di kediaman Bapak Sualim. Masyarakat desa Jetak

sebenarnya mempunyai banyak tokoh Agama yang berjumlah 8 orang yang

disegani oleh masyarakat, salah satu contohnya adalah Bapak Jono yang

selalu diberi tugas untuk mengajar TPA dan Pak Amin Ahmadi yang

dipercaya masyarakat untuk memimpin do‟a yang dilafalkan dengan bahasa

Arab dan Jawa jika ada acara tertentu yang dilakukan, sedangkan pak Amin

Tasho yang memimpin Tahlil. Dan para pemuka agama yang lain biasanya

melakukan kegiatan dengan mengisi pengajian rutin ibu-ibu yang hanya anak

remaja putri dan ibu-ibu yang mendatanginya karena pengajian ini memang

dikhususkan untuk wanita dalam pengajian tersebut dan mengajar TPA dan

melakukan kegiatan keagamaan lainnya.

Dalam kehidupan sehari-hari penduduk Desa Jetak tampak tidak

menggambarkan adanya konflik yang berarti di masyarakat. Mereka hidup

rukun saling berdampingan dalam bermasyarakat. Hal ini terlihat dari sikap

gotong royong masyarakat ketika ada kegiatan di Desa, misalnya kerja bakti,

hajatan perkawinan dan kematian. Selain itu di Desa Jetak ini juga ada tradisi

nyadran berupa ziarah kubur yang dilaksanakan pada bulan Sya‟ban dan ada

juga tradisi saparan yang dilaksanakan di bulan Safar. Tradisi ini tetap

mereka jalankan walaupun zaman sudah modern. Hal ini karena masyarakat

Desa Jetak sangat menghargai warisan para leluhur atau nenek moyang

mereka.

Page 70: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

56

Masih adanya tradisi-tradisi seperti itu mempercayai hari-hari baik

dalam pernikahan berdasarkan dengan syarat pernikahan Islam. Masyarakat

tampak masih sangat menghargai warisan para leluhur dan nenek moyang

berupa kepercayaan-kepercayaan dan tradisi Jawa. Kondisi multikultur

membentuk sikap toleran di masyarakat Jetak. Membentuk sikap terkesan

lebih toleran dan bisa selaras antara syari‟at dan budaya, kondisi sosial

keagamaan demikian membuat tradisi-tradisi lama masih bertahan. Salah

satunya adalah tradisi unik pelaksanaan ijab qabul tradisional yang bernama

pernikahan adat tumpeng.

B. Profil Pelaku Pernikahan Adat Tumpeng

Banyak keterangan tentang pernikahan adat tumpeng ini yang

diperoleh dari narasumber atau pelaku pernikahan adat tumpeng itu sederi,

ada 3 pasangan pelaku pernikahan tumpeng itu sendiri. Yang pertama adalah

bapak Paimin dan ibu Jumini pasangan ini menjelaskan mengapa beliau

menikah menggunakan adat tumpeng. Beliau menikah dengan pernikahan

adat ini sudah 10 tahun yang lalu tepatnya tahun 2005. Pada dasarnya mereka

tau tatacara pencatatan pernikahan yang sebenarnya, namun ada alasan yang

melatarbelakangi mereka untuk melangsungkan pernikahan adat ini, pihak

laki-laki melakukukan pernikahan ini karena awalnya sudah mendapatkan

desakan dari keluarga pihak perempuan, karena anak perempuannya sudah

mengandung, dan dapat tekanan dari lingkungan untuk segera melangsungkan

pernikahan, dan pernikahan yang dilangsungkan dengan cara pernikahan adat

Page 71: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

57

tumpeng yang hanya sah secara lingkungan saja. Akan tetapi pernikahan adat

tumpeng ini tidak berlangsung lama adat tumpeng itu, karena pasangan ini

sepakat untuk mencatatkan pernikahan mereka karena, atas dasar saling

mencintai dan telah mempunyai anak sehingga mereka mantap untuk

mencatatkan pernikahannya. Dengan kata lain pasangan ini melakukan

pembaharuaan nikah dengan alasan untuk mempermudah anaknya agar dapat

mendapatkan haknya.

Pasangan yang kedua bapak Maryono dan ibu Pariyah berbeda

masalahnya dengan pelaku pernikahan adat yang pertama, Maryono menikahi

Pariyah sebagai istri ke dua karena Maryono telah menikah dan mempunyai

anak. Pasangan ini melakukan poligami dengan cara melakukan pernikahan

dengan pernikahan adat tumpeng. Pasangan ini menggunakan adat tumpeng

karena lebih aman tidak diketahui istri pertama. Nikah tumpeng juga

dianggap praktis bagi mempelai laki-laki. Pihak laki-laki tidak direpotkan

dengan tatacara pegajuan poligami di pengadilan karena rumit. Sedangkan

jika melakukan pernikahan dengan pernikahan tumpeng ini tidak ada aturan

yang menyangkut persyaratan untuk menikah, sehingga laki-laki ini memilih

pernikahan dengan cara adat saja. Namun pernikahan ini tidak berlangsung

lama karena pernikahan adat yang dilakukanya diketahui oleh istri

pertamanya sehingga pasangan Maryono dan Pariyah bercerai dengan cara

mereka tanpa ada tatacara perceraian melainkan hanya sekedar ucapan “kita

sudah tidak ada hubungan lagi” dan kesepakatan antara pasangan poligami

Page 72: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

58

ini. Akibat perceraian ini anak tidak dapat mendapatkan haknya baik

pengakuan sebagai anak sampai nafkah untuk anak tersebut.

Pasangan yang ketiga bapak Budi dan ibu Erna kasus Budi dan Erna

ini banyak terjadi dalam masyarakat, yaitu pasangan menikah usia di bawah

umur. Saat menikah Budi dan Erna keduanya masih berumur 16 tahun

sementara Erna telah mengandung dan Orang tua keduabelah pihak

memutuskan untuk menikahkan menggunakan adat tumpeng terlebih dahulu

karena umur anaknya yang masih di bawah umur, pernikahan ini dilakukan

untuk memperoleh sisi praktis karena pernikahan di bawah umur tidak

diperbolehkan negara dan mereka menganggap pernikahan ini sah karena

mereka menganggap pernikahan ini sebagai pernikahan siri yang telah banyak

dilakukan. Pasangan ini tidak berpisah tetapi memilih untuk melakukan

pembaharuan nikah. Dan beberapa pasangan yang lain, yang mempunyai

masalah yang sama dengan pasangan Budi dan Erna banyak yang

memutuskan untuk mengakiri pernikahan adat yang mereka jalani.

Walupun pernikahan ini tidak dilakukan atau dirayakan secara besar-

besaran, orang tua tetap mencarikan waktu yang baik untuk melakukan

pernikahan tumpeng ini karena itu sudah menjadi adat kebiasaan untuk

mencarikan waktu yang baik untuk melangsungkan pemotongan nasi

tumpeng yang menjadikan sahnya hubungan mereka.

C. Tradisi Pernikahan di Desa Jetak

Page 73: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

59

Sebagaimana adat pernikahan pada umumnya dalam masyarakat Jetak

juga berrlaku pertunangan atau lamaran sebelum mereka resmi menikah.

Pertunangan adalah subuah fase sebelum berlangsungnya pernikahan, dimana

pihak laki-laki telah mengadakan prosesi lamaran kepada pihak keluarga

perempuan dan telah tercapai kesepakatan antara keduabelah pihak untuk

mengadakan pernikahan. Pihak laki-laki akan memberitahukan terlebih

dahulu tentang kedatangan kerumah pihak perempuan untuk lamarannya.

Lamaran ini bisa dilakukan oleh orang tua pihak laki-laki bisa juga mengirim

utusan.

Pertunangan baru mengikat apabila pihak laki-laki telah memberikan

kepada pihak perempuan tanda pengikat yang kelihatan (peningset atau

panjer) biasanya berupa cincin. Pertunangan ini bisa diartikan sebagai

persetujuan pihak laki-laki dengan pihak perempuan sebelum

dilangsungkannya suatu pernikahan. Walaupun belum ada ijab qobul namun

lamaran ini membawa dampak yang baik. Karena pihak perempuan yang

telah dipinang oleh laki-laki tidak beleh menerima pinangan laki-laki lain.

Setelah pinangan atau lamaran telah dilakukan kemudian mereka

mengadakan kesepakatan untuk melakukan hajatan atau mantu. Dalam

menentukan hari baik untuk mengadakan mantu ditanyakan kepada salah

seorang yang tahu tentang hari baik (pitungan jawa). Karena sangat penting

untuk masyarakat Jetak percaya dengan pitungan tersebut. (wawancara

dengan Mbh Sabar tanggal 08 Febuari 2015).

Page 74: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

60

Dalam melaksanakan pernikahan di Desa Jetak ini bisa dikategorikan

menjadi empat yakni tradisi mantu, ngunduh mantu, slametan dan tumpengan

(pernikahan adat) yang dilakukan dengan sederhana hampir sama dengan

slametan.

Mantu

Dalam tradisi atau budaya Jawa, pesta pernikahan bisa disebut dengan

mantu. Kata mantu berasal dari kata seng di eman-eman metu. Atau anak

perempuan atau laki-laki yang selama ini di eman-eman harus dilepaskan

untuk menjadi milik Orang lain. Untuk melangsungkan mantu atau acara

pernikahan biasanya masyarkat Jetak mencari hari baik dengan mendatangi

Mbah Sabar selaku pemangku adat sebelum dilangsungkan resepsi.

Sebelum pernikhan dilangsungkan ada beberapa prosesi yang harus

dilakukan baik oleh pihak laki-laki ataupun pihak perempuan antara lain

Pertama, kangkroh yaitu mengumpulkan sanak saudara juga tetangga

untuk musyawarah tentang hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan-

pekerjaan mantu. Siapa yang bertugas menyebarkan undangan-undangan,

among tamu, sinoman, adang (masak), pemasangan tratak dan lain-lain.

Dalam tahap ini biasanya keluarga membentuk panita guna melaksanakan

kegiatan sebelum, bertepatan dan sesudah hajatan.

Mantu, tahap ini bertujuan untuk menciptakan nuansa bahwa hajatan

mantu telah tiba dan ada beberapa acara dalam tahap ini yaitu:

Page 75: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

61

Pasang tratag dan tarub. Pemasangan tratag atau deklet yang

dilanjutkan dengan pemasangan tarub digunakan sebagai tanda resmi bahwa

akan ada hajatan mantu di rumah yang bersangkutan. Tarub dibuat menjelang

acara inti. Ciri kahs tarub adalah dominasi hiasan daun kelapa muda (janur),

hiasan warna-warni dan kadang disertai uborampe nasi gurih, nasi asahan,

nasi glondong, kolak ketan dan apem.

Kembar mayang berasal dari kata “kembar” artinya sama dan “

mayang” arinya bunga pohon jambe atau sering disebut Sekar Kalpataru

Dewandaru, yaitu lambang kesehatan dan keslametan jika pawiwahan telah

selesai, kembar mayang dibuang diperempatan jalan dengan maksud agar

pengantin selalu ingat asal muasal hidup ini yaitu bapak dan ibu. Barang-

barang kembar mayang adalah:

a. Batang pisang 2-3 pohon, untuk hiasan.

b. Bambu aur untuk penusuk (sujen) secukupnya

c. Janur kuning

d. Daun-daunan: daun kemuning, beringin, beserta ranting-rantinganya,

daun apa-apa daun girang dan daun andong.

e. Nanas dua buah yang sudah masak

f. Bunga melati, kantil,dan mawar merah dan putih.

g. Kelapa muda dua buah.

Tahapan tahapan lain seperti pasang tuwuhan (pasren) Tuwuhan

dipasang di pintu masuk menuju tempat duduk pengantin. Tuwuhan biasanya

berupa tambahan-tambahan yang masing-masing mempunyai makna. Janur

Page 76: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

62

harapanya agar pengantin memperoleh nur atau cahanya yang terang dari

Maha Kuasa. Tradisi ini masih dilakukan oleh masyarakat Jetak dan masih

dilaksanakan sampai sekarang. Tahapan-tahapan tersebut antara lain:

a. Malam midodareni adalah malah sebelum adat nikah, yaitu malam

melepas masa lajang bagi kedua calon pengangtin. Acara ini dilakukan di

rumah calon mempelai perempuan. Dalam acara ini ada cara nyantrik

untuk memastikan calon mempelai laki-laki hadir dalam akad nikah dan

sebagai bukti bahwa keluarga calon pengantin perempuan benar-benar siap

melakukan prosesi pernikahan di hari berikutnya. Midodareni berasal dari

kata “widodaren” (bidadari), lalu menjadi midodareni yang berarti

membuat keadaan calon pengantin seperti bidadari. Dalam pewayangan

kecantikan dan ketampanan calon pengantin diibaratkan sebagai Dewi

Kumarantih dan Dewa Kuma Jaya.

b. Puncak acara mantu. Peristiwa penting dalam hajatan mantu adalah ijab

qobul dimana sepasang calon pengantin bersumpah dihadapan naib yang

disaksikan wali, pinisepuh dan orang tua kedua belah pihak serta beberapa

tamu undangan.

c. Selanjutnya upacara puncak yang terdiri dari berbagai tahapan. Salah

satunya setelah melalui tahap panggih, pengangtin diantara duduk di

sasana ringga, di sana dilakukan tatacara upacara adat Jawa.

d. Timbangan. Bapak pengantin putri duduk diantara pasangan pengantin,

kaki kanan diduduki pengantin putra, kaki kiri diduduki pengantin putri,

Page 77: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

63

dialog singkat antara antara bapak dan ibu pengantin putri berisi

pernyataan bahwa masing-masing pengantin sudah seimbang.

e. Kecar-kecur pengantin putra mengucurkan penghasilan kepada pengantin

putri berupa uang receh beserta kelengkapannya. Mengandung arti

pengantin pria akan bertanggung jawab memberi nafkah kepada

keluarganya,

f. Dulang. Antara pengantin pria dan pengantin wanita saling menyuapi. Hal

ini mengandung kiasan kalu memadu kasih diantara keduanya (simbol

seksual).

g. Sungkeman, sungkeman adalah ungkapan bakti kepada orang tua, serta

memohon doa restu. Caranya berjongkok dengan sikap seperti orang

menyembah, menyentuh lutut orang tua pengantin perempuan, mulai dari

pengantin putri diikuti pengantin putra, baru kemudian kepada bapak dan

ibu pengntin putra.

Selatin tradisi upacara tersebut di atas, tradisi lain setelah acara itu

selesai biasanya dilakukan sehari setelah acara puncak acara yaitu makan

jenang sumsum bersama, makan jenang sumsum ini bertujuan untuk

menghilangkan rasa capek setelah berhari-hari berkerja untuk persiapan

puncak acara. Ada juga tradisi ater-ataer. Memberi nasi dan lauk pauk kepada

para tetangga terutama yang terlibat terhadap acara walimahan tersebut.

Ngunduh mantu

Page 78: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

64

Kata ngunduh menitik yang dilakukan khusus oleh orang tua dari

mempelai laki-laki, yang berarti mendatangkan mempelai berdua dirumah

orang tua mempelai laki-laki, biasanya setelah lima hari anak laki-laki itu

berada di rumah mertuanya sejak hari dilangsungkan pernikahanya. Ada juga

yang melakukan ngunduh mantu dalam waktu sehari hal ini biasanya

dikarenakan jarak rumah mereka berdekatan. Ngunduh mantu sepenuhnya

menjadi tanggung jawab dari keluarga mempeklai laki-laki, ngunduh mantu

dalam tradisi masyarakat desa Jetak jika dilihat dari jenis kegotong-

royongannya dibedakan menjadi dua macam yaitu menerima sumbangan atau

nompo-nompo dan yang tidak menerima sumbangan atau ora nomp. Ngunduh

mantu biasanya dilakukan lebih sederhana karanea tidak banyak upacara yang

dipakai hanya tradisi dari upacara serah terima dari wakil pengantin pihak

perempuan kepada keluarga pihak laki-laki.

Tradisi Jawa dahulu sangat kental, sekarang sudah mulai ada

perubahan. Saat ini upacara-upacara walimah lebih bersifat sederhana dan

hanya mengambil yang inti. Dalam ngunduh mantu biasanya hanya terdiri

dari acara sebagai berikut:

a. Pembukaan

b. Pembacaan ayat-ayat suci Al qur‟an

c. Serah terima dari pihak pengantin perempuan kepada pihak keluarga

menpelai laki-laki.

d. Mauidlah hasanah dari kyai atau tokoh agama.

e. Penutup.

Page 79: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

65

Perubahan ini dipengaruhi oleh keadaan ekonomi masing-masing

keluarga, kepercayaan, dan juga tingkat pengetahuan keagamaan masyarakat.

Prosesi Pernikahan Adat Tumpeng

Pernikahan adat tumpeng ini lazimnya sama dengan pernikahan

lainya, proses sebelum terjadinya pernikahan juga sama. Yaitu dengan

kedatangan pihak keluarga mempelai laki-laki ke rumah pihak perempuan

untuk melamar calon mempelai perempuan. Dalam proses lamaran ini tidak

ada tanda pengikat pertunangan. Dalam kesempatan ini biasanya kedua belah

pihak telah membuat kesepakatan antara kedua belah pihak untuk

melangsungkan pernikahan secara adat. Setelah kesepakatan tercapai pihak

keluarga mempelai perempuan biasanya mencarai hari baik untuk

melangsungkan pernikahan adat ini dengan datang ke pemangku adat untuk

mencari pitungan atau hari baik menurut adat Jawa.

Prosesi atau tatacara pernikahan tumpeng dilakukan dengan cara yang

sangat sederhana. Orang tua mempelai perempuan mengumpulkan tetangga di

sekitar rumah untuk menyaksikan kegiatan pernikahan tersebut, pernikahan

ini berlangsung dengan tanda pemotongan tumpeng yang dilakukan oleh

orang yang paling tua atau yang disegani dalam masyarakat, pernikhan yang

dilangsungkan tidak menggunakan shigot ijab qobul sesuai dengan syari‟at

Islam melainkan dengan kata-kata atau ucapan bahasa Jawa yang sangat

Page 80: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

66

sederhana “seksenono wong loro iki wes sah dadi bojone di tengeri soko

nugel tumpeng iki”.

Pernikahan adat tumpeng ini sebuah pernikahan yang dilangsungkan

secara adat yaitu pernikahan yang dilakukan secara sederhana dengan

menyiapkan nasi tumpeng dan mengundang (tonggo teparo) atau tetangga

rumah untuk menyaksikan berlangsungnya pernikahan dan moden Jawa

untuk mendoakan nasi tumpeng tersebut sebelum berlangsungnya

pemotongan tumpeng sebagi tanda bahwa pasangan tersebut telah menjadi

suami-istri.

Selain ikrar ijab yang menggunakan bahasa Jawa pernikahan ini juga

tidak menggunakan maskawin atau mahar yang diberikan untuk mempelai

perempuan dari mempelai laki-laki. Sebelum terlaksana pernikahan juga

harus melewati beberapa ritual adat yaitu dengan penetapan hari baik untuk

melangsungkan pernikahan, pemasangan kembar mayang di pelaminan,

malam midodareni, pelepasan ayam di sungai ketika melewati sungai besar,

sampai membuat sesajen yang diletakkan di perempatan jalan atau di sungai

dan diletakkan di sebuah ruangan sepi di tempat yang melangsungkan

pernikahan.

Dalam pernikahan adat tumpeng ini syarat dan rukun nikah tidak

terpenuhi yaitu tidak dipakainya Shigot ijab qobul dan tidak ada pemberian

mahar saat pelaksanaan pernikahan, namun ada shigot yang dipakai untuk

mengganti shigot ijab qobul sebuah pernikahan.

Page 81: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

67

Dalam perhitungan tahun ini pergantiannya setiap 8 tahun sekali atau

sewindu. Sedangkan untuk perhitungan waktu pelaksanaannya ijab qabul

pernikahan Mbah Sabar sudah menentukannya waktu-waktu yang tepat untuk

melangsungkannya yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.3 Daftar Waktu-Waktu Yang dianggap Tepat Untuk

menikah

Sumber Data: hasil wawancara dengan Mbah Sabar tanggal 08 Febuari

2015

Penggunaan waktu dan hari baik ini bukan hanya dilakukan untuk

hajatan pernikahan saja tetapi dalam mendirikan rumah atau bangunan

No. Hari Jam/Waktu

1. Senin 11.00

2. Selasa 14.00

3. Rabu 10.00 dan 22.00

4. Kamis 07.00 dan 08.00

5. Jum‟at 10.00

6. Sabtu 11.00

7. Minggu 07.00 dan 08.00

Page 82: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

68

masyarakat juga menggunakan hari dan waktu yang baik pula. Sedangkan

pada bulan Suro atau Muharram tidak digunakan untuk menyelenggarakan

hajatan pernikahan, mendirikan rumah, ataupun bangunan karena mereka

takut mendapat malapetaka dan marabahaya. Hal tersebut sudah mereka taati

sejak dari nenek moyang dulu tidak ada yang melangsungkan kegiatan atau

hajatan pada bulan Suro atau Muharram. (hasil wawancara dengan Mbah

Sabar tanggal 08 febuari 2015).

Pernikahan adat tumpeng ini ada yang sangat menarik, karena

pernikahan yang dilakukan sangat sederhana dan tidak dicatatkan baik oleh

pemangku adat maupun kepala Desa. Sehingga jika terjadi perceraian dalam

pernikahan ini tidak ada aturan atau proses untuk perceraian. Hanya dengan

kesepakatan suami-istri untuk berpisah maka pernikahan yang telah dijalani

terputus ketika kedua pasangan ini telah sepakat untuk berpisah. Karena hal

inilah berimbas pada pembagian harta waris untuk anak-anak yang lahir dari

pernikahan adat tumpeng ini.

D. Fakror Terjadinya Pernikahan Adat Tumeng di Desa Jetak

Pernikahan adat tumpeng ini ada beberapa faktor yang melatar

belakangi terjadinya pernikahan adat tumpeng yaitu:

Pertama, faktor pendidkan. Masyarakat Desa Jetak rata-rata hanya

mengenyam pendidukan SD dan banyak yang tidak mengenyam pendidkan,

hal ini terjadi karena biaya yang cukup mahal dan juga kurangnya motivasi

Page 83: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

69

dari orang tua jika ada satu atu dua orang yang mengenyam pendidikan yang

cukup tinggi juga tidak bisa melakukan perubahan yang banyak untuk

merubah tradisi yang sudah lama berlangsung di Desa Jetak.

Kedua, faktor ekonomi menjadi salah satu faktor yang menyebabkan

pernikahan ini berlangsung lama. Masyarakat yang mayoritas yang memiliki

mata pencaharian sebagai bertani. Dalam mengerjakan pertanian dibagi

menjadi dua yaitu petani murni yang mengerjakan lahan pertanianya sendiri

dan juga buruh tani. Hal ini sangat berpengaruh terhadap pola pernikahan

yang ada di Desa Jetak karena kurangnya pengalaman atau pergaulan yang

terbatas membuat pernikahan ini berlangsung lama dan terus-menerus

dilakukan.

Ketiga, faktor agama menjadi faktor yang sangat berpengaruh. Karena

masyrakat yang kurang memahami agama Islam dan banyak juga masyarakat

yang menggunakan Islam kejawen, dan kurangnya tokoh agam yang mampu

memberikan pengetahuan agama yang lebih terhadap masyarakat, Membuat

pernikahan adat ini menjadi tradisi yang berlangsung sangat lama.

Secara umum nikah tumpeng tidak lagi dilakukan masyarakat muslim

kecuali sebatas sebagai perlengkapan upacara. Namun kasus-kasus yang

dialami warga membuat mereka harus kembali melakukan pernikahan

tumpeng walau kemudian ada yang tetap mengulangnya sesuai syari‟at dan

hukum.

Page 84: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

70

Dari hasil wawancara di Desa Jetak dapat diambil beberapa alasan

mengapa mereka memilih melangsungkan pernikahan menggunakan

pernikahan adat tumpeng. Adapun alasan-alasan yang banyak dikemukakan

oleh masyarakat adalah sebagai berikut:

a. Masyarakat menggunakan pernikahan adat tumpeng karena pernikahan

ini sudah menjadi kebiasaan atau tradisi sejak dahulu untuk melegalkan

sebuah hubungan pernikahan.

b. Beberapa pasangan atau calon pasutri telah tertangkap tangan melakukan

hubugan suami-istri dan telah hamil Sehingga masyarakat memutuskan

untuk menikahkan pasangan tersebut dengan pernikahan adat tumpeng.

c. Untuk mempelai pasutri yang masih di bawah umur biasanya lebih

memilih menggunakan pernikahan adat ini, karena untuk melangsugkan

pernikahan yang sah dan dicatatkan di KUA, harus mengajukan

dispensasi. Mereka tidak mau untuk menunggu umur mereka cukup,

untuk menikah.

d. Pernikahan tumpeng dipilih untuk wanita atau pria yang sudah menikah,

Dan ketahuan ada hubungan dengan orang lain. Mereka menggunakan

pernikahan ini agar hubungan mereka sah. Dan tidak menjadi cibiran

dimasyarakat

e. Biasanya pasangan menggunakan pernikahan adat ini sebelum

melangsungkan pernikahan secara resmi di KUA. Karena menurut

mereka. Pernikahan tumpeng adalah pernikahan siri.

Page 85: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

71

f. Bagi mereka yang tidak mau menggunakan pernikahan adat. Mereka

menganggap pernikahan ini tidak sah karena tidak memenuhi rukun dan

syarat pernikahan (hasil wawancara pak jono tanggal 27 Januari 2015).

Dari berbagai alasan kenapa masyarakat menikah menggunakan

pernikahan adat tumpeng dapat ditarik kesimpulan bahwa pernikahan adat

tumpeng ada 5 macam yaitu pernikahan yang memang melangsungkan

budaya adat, pernikahan karena masih di bawah umur, pernikahan karena

telah berbadan dua, pernikahan yang ingin mempunyai istri lebih dari satu

dan pernikahan yang memeng menggunakan tumpeng dulu baru dicatatkan ke

KUA.

E. Persepsi Masyarakat Jetak Tenang Pernikahan Adat Tumpeng

Menurut bapak Mujiono, bapak Abadi, bapak Hardiono Kemin, bapak

Sukimin, bapak Sarwono, dan ibu Agus Tina, ibu Sri Kustinawati, ibu Sri

Lestari, Merka berlatar pendidikan yang lumayan tinggi dan diantaranya ada

pemuka Agama : tidak setuju karena pernikahan yang sebenarnya menurut

syariat Islam menggunakan ijab qobul.

Menurut Pak Amin Ahmadi yang berusia 66 Tahun selaku mantan

modin. Beliau juga sebagai salah satau tokoh agama di Desa Jetak. Beliau

tidak setuju dengan pernikahan tumpeng karena pernikahkan tumpeng ini

tidak sesuai dengan syari‟at Islam karena tidak terpenuhinya rukun dan syarat

pernikahan. Pak Amin Ahmadi mengatakan pernikahan itu biasa disebut

dengan pernikahan haram karena sama saja pasangan suami istri yang

Page 86: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

72

menikah tumpeng belum syah secara Agama, maka hubungan pasutri yang

dilakukan sama saja dengan zina. Menurutnya pada zaman Rasuullullah tidak

ada pernikahan yang semacam itu.

Sedangkan Pak Sualim yang berusi 40 Tahun beliau adalah pemuka

Agama, pak Sualim menjelaskan tentang pernikaan adat ini sedikit berbeda

karena beliau tidak setuju dengan pernikahan itu. Pergeseran pernikahan

tumpeng terjadi sejak bertambahnya pemuka Agama Desa Jetak dan selalu

dilakukan sosialosasi ke masyarakat tentnag pencatatan pernikahan dan

pernikahan yang sah menurut syari‟at Islam sosialisi yang dilakukan oleh

KUA berbuah manis karena pernikahan adat dengan cara yang dahulu sudah

jarang dilakukan karna pernikahan itu tidak sah karena tidak sesuai syari‟at

Islam.

Menurut Pak Jono yang berusia 39 Tahun selaku pemuka Agama dan

juga tokoh adat Desa Jetak beliau jelas mengatakan pernikahan itu tidak sah

dan haram. Karena tidak adanya ikrar ijab qabul di antara kedua belah pihak.

Namun pak Jono tidak berani mengambil tindakan lebih jauh karena

pernikahan itu sudah sering berlangsung dan terkadang tidak dilakukan di

Desa Jetak.

Menurut Pak Abadi berusia 40 Tahun selaku lurah PJ sementara. Pak

Abadi berpendapat pernikahan adat tumpeng ini memang telah berlangsung

sangat lama. Beliau berpendapat pernikahan adat tumpeng ini tidak sah

karena tidak terpenuhinya syarat dan ijab qabul saat pernikahan. Namun ada

beberapa masyarakat juga berpendapat setuju tentang pernikahan adat

Page 87: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

73

tumpeng tersebut walaupun sudah berbeda dengan pernikahan adat yang

terdahulu. Yang penting unsur adat yang terdapat dalam pernikahan adat itu

masih dijalankan dan untuk melestaraikan kebiasaan yang sudah menjadi

tradisi di Desa Jetak. Sehingga pernikhan adat tumpeng sekarang ini hanya

pemotongan tumpeng saja saat malam midodareni dan ijab qobul

pernikahannya sudah sesuai dengan syari‟at dan sudah terpenuhinya mahar

untuk mempelai perempuan. Akan tetapi tradisi-tradisi lainnya masih

dipercayai dan dijalankan sampai sekarang salah satunya peletakan bunga-

bunga atau kebar mayang yang diletakkan di perempatan jalan, pelepasan

ayam ketika melewati sungai, sampai penghitungan waktu yang baik untuk

menyelenggarakan ijab qabul dan resepsi pernikahan.

Sedangkan beberapa masyarakat yang setuju dengan akad nikah yang

dipakai di Desa Jetak adalah Bapak Jarwono, bapak Suwarno bapak Parji,

bapak Tukimin, bapak Suparno, bapak Wagimin, bapak Marto bolot, bapak

Sumarto Pupon. Dan ibu Sulastri, ibu Sumiyati, ibu Sutini. Mengatakan

bahwa setuju karena ini warisan nenek moyang yang harus dilanjutkan karena

pernikahan ini sama dengan pernikahan siri.

Menurut pak Parji pernikahan adat ini telah berlangsung sangat lama.

Beliau berpendapat bahwa beliau setuju dengan pernikahan adat tumpeng ini

karna dulu beliau dan keluarganya juga melangsungkan pernikahan dengan

pernikahan adat.

Sedangkan menurut pak Marto Bolot pernikahan adat tumpeng harus

tetap dilakukan karna ini warisan dan sudah menjadi adat istiadat tumpengan

Page 88: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

74

saat pernikahan berlangsung. Hal yang sama juga dikatakan oleh bapak

Suparno, bapak Wagimin, ibu Sulastri, ibu sutini, ibu sumiyati dan bapak

Sumarto Pupon

Dari wawancra dengan masyarakat Desa Jetak ada beberapa yang

setuju dengan pernikahan ini diantaranya : Bapak Jarwono, bapak Suwarno,

bapak Parji, bapak Tukimin bapak Suparno, bapak Wagimin, bapak Marto

Bolot dan lainnya yang setuju menggunakan ijab dengan cara mereka. Namun

dengan seiringnya waktu dengan perkembangan zaman telah terjadi

perubahan besar dalam pelaksanaan pernikahan di Desa mereka. Dengan

menggati shigot jawa yang berbunyi “Seksenono nak bocah loro iki wes dadi

bojone saiki ditengeri soko nugel tupeng iki”. dengan shigot ijab qobul sesuai

dengan syariat Islam.

Dari hasil wawancara kepada masyarakat Desa Jetak kebanyakan

penduduk sangat berpegang teguh kepada tradisi-tradisi Jawa. Apa lagi dalam

hal pernikahan mereka sangat berhati-hati dalam persiapan pelaksanaan

sampai pada acara pernikahannya. Namun ada beberapa pendapat

masyarakat, dengan latar belakang pendidikan yang berbeda maka terdapat

juga perbedaan tentang penafsiran pernikahan adat ini. Pernikahan yang tidak

memenuhi rukun dan syarat nikah ini telah menjadi kebiasaan yang pernah

berlangsung lama di Desa Jetak. Meskipun masyarakat mayoritas beragama

Islam tapi tidak semua mengerti tentang syari‟at Agama Islam khususnya

tetang pernikahan, hal ini dibuktikan dengan adanya pernikahan tumpeng

yang hanya dilakukan oleh masyarakat yang beragama Islam saja.

Page 89: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

75

Menurut Mbah Sabar pernikahan adat tumpeng memang sudah

menjadi adat kebiasaan di Desa Jetak sejak dahulu, pernikahan adat ini hanya

dilakukan oleh masyarakat yang beragama Islam saja. Semua pernikahan

adalah sama artinya yaitu untuk melangsungkan hidup untuk memperoleh

keturunan. Mbah Sabar lebih menekankan pitungan waktu yang baik untuk

melangsungkan pernikahan, dalam pernikahan adat tumpeng juga sama

dengan pernikahan lainnya yaitu harus menghitung waktu baik untuk

melangsungkan pernikahan. Mbah sabar yang berusia sekitar 65 Tahun

beliau sebagai sesepuh atau dukun sangat mendukung dengan perubahan yang

terjadi di Desa mereka terutama tentang pelaksanaan ijab qobul pernikahan

sesuai dengan syari‟at Islam dan pemberian mahar untuk mempelai

perempuan. Karena menurut Mbah Sabar adat Jawa yang lainnya masih

berjalan dengan baik dengan masih dilakukannya pitungan menentukan hari

baik untuk menikah, malam widodarenan, dan pemotongan tumpeng saat

malam widodaren, sampai kebiasaan nyadran. Mbah Sabar sangat setuju

dengan pernikahan yang sesuai dengan syari‟at, karena menurutnya ia sendiri

adalah seorang muslim.

F. Dampak Pernikahan Adat Tumpeng Terhaap Istri dan Anak

Dalam pernikahan adat tumpeng ini cara pembagian harta waris tidak

ada aturannya. Sehingga pembagian waris bergantung kepada orang tua

masing-masing. Biasanya pembagian harta waris tidak dibedakan antara anak

perempuan atau anak laki-laki, karena keduanya dianggap sama. Namun ada

Page 90: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

76

beberapa anak tidak dapat memperoleh warisan dari orang tuanya kerena

memang orang tua sengaja tidak memberikan, dan anakpun tidak dapat

menuntut untuk meminta wariasan dari orang tuanya karena tidak mempunyai

bukti yang otentik.

Pada dasarnya masyarakat jetak dan Kendal sangat memahami

tatacara pencatatan sebuah ikatan pernikahan. Namun masyarakat

kebanyakan memcatatkan pernikahanya setelah ikatan pernikahan adat itu

telah berlangsung untuk beberapa saat. Kemudian baru mencatatkan

pernikahannya ke KUA (Kantor Urusan Agama). Mereka berpendapat bahwa

sama antara pernikahan adat dengan pernikahan siri yang sah secara agama,

merka menganggap pernikahan adat itu juga sah. Karena pernikahan adat

tumpeng memang sah secara linggungan. Hal inilah dampak kerugian yang

ditimbulkan dari pernikahan adat tumpeng ini, tidak hanya dampak terhadap

wanita atau istri dampak terhadap anak biasanya yang paling besar. Karena

anak kesuitan untuk melakukan kegiatan administrasi di desa.

G. Perubahan Budaya Pernikahan Adat Tumpeng di Desa Jetak

Perubahan kebudayaan pada suataub masyarakat keniscayaan dan

tidak dapat dielakkan. Masyarakat yang tidak pernah statis selalu dinamis

berubah dari suatu keadaan ke keadaan lainnya yang disebabkan berbagai

faktor. Perubahan ini dimaksudkan sebagai wujud tanggapan manusia

terhadap tanggapan lingkungannya.

Page 91: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

77

Jika ditinjau dari teori perubahan kebudayaan, perubahan pernikahan

adat tumpeng menjadi pernikahan yang sesuai syari‟at ini menggambarkan

bahwa perubahan kebudayaan di Desa Jetak terjadi secara perlahan-lahan

Pernikahan dan bertahap. Setiap masyarakat mengalami evolisi yang berbeda-

beda. Oleh karena itu masyarakat menunjukkan kebudayaan yang berbeda-

beda. Salah satu anggota masyarakat dikenal telah maju, sedangkan

masyarakat yang lain masih dianggap atau tergolong sebagai masyarakat yang

belum maju. Hanya saja masyarakat maju di Desa Jetak ini belum mencapai

standar masyarakat maju sebagaimana yang terjadi di kota. Walau masyarakat

Desa Jetak ini sudah berubah namun pola kehidupan desa masih sangat kental

dipraktikkan oleh masyarakat. Perubahan kebudayaan itu terjadi hanya pada

model pernikahan adat menjadi pernikahan resmi secara agama dan Negara.

Sedangkan budaya atau tradisi yang lainnya tidak berubah.

Karena pernikahan adat tumpeng yang dilakukan saat ini berbeda

dengan pernikahan adat tumpeng yang dahulu. Pernikahan adat tumpeng

sekarang dilakukan hanya untuk sebagai pelengkap ritual saja, karena

pernikahan yang berlangsung di Desa Jetak sekarang pernikahan yang lazim

dilakukan oleh masyarakat muslim yang lainnya dengan memakai ijab qobul

dan mahar dengan ketentuan syarat dan rukun nikahnya terpenuhi. Namun

nasi tumpeng tetap digunakan dalam pernikahan ini, hanya saja berdeda

fungsinya dengan yang dulu, nasi tumpeng dipakai saat malam midodareni

dan dipotong tepat pukul 12 malam sebagi pelengkap ritual malam

midodareni. Pemberian mahar dilakukan pada saat ijab qobul. Dan

Page 92: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

78

pelaksanaan ikrar ijab qobul dilakukan sesuai waktu yang telah ditetapkan

dengan pitungan Jawa. Kemudian baru dilakukan resepsi pernikahan dengan

tatacara atau adat Jawa yang biasanya dilakukan.

Sosialisasi yang gencar dilakukan oleh Kementrian Agama dan KUA

dan peran pemuka agama untuk memperkenalkan pernikahan yang sah secara

Agama dan Negara. Perubahan dalam proses pernikahannya yaitu pernikahan

yang biasa tidak menggunakan shigot ijab qobul, sekarang menggunakan ijab

qobul dan pemberian mahar untuk calon mempelai perempuan. Nasi tumpeng

yang dahulunya menjadi kebiasaan masyarakat Jetak, masih dilakukan namun

hanya sebatas perlengkapan acara pernikahan. Akan tetapi berbeda dengan

cara dan penggunaannya dengan pernikahan adat tumpeng yang dahulu. Jika

dulu nasi tumpeng dipotong untuk menandai pernikahan itu sudah sah,

sedangkan nasi tumpeng saat ini dibuat pada saat malam midodareni dan

hanya di tempat mempelai petempuan saja yang menyiapkan nasi tumpeng

tersebut dalam adat jawa yatu “ngandapaken widodari sakeng kayangan

engkang ngayomi temantan temnten”. Dalam nasi tumpeng terdapat macam-

macam pernak pernik yang di pakai adalah bawang putih, bawang merah,

cabe merah, cabe hijau, daun sirih, rokok kretek, uang kertas berbagai

macam pernak pernik ini di tusuk diletakkan di atas nasi tumpeng bersamaan

dengan ingkung ayam. Yang dipakai hanya kepala, sayap dan kaki ayam.

Yang menandakan seribu kurang satu itu bagian bidadari “ngramboko” di

dalam tumpeng yang akan menunggu temanten sekalian. Dan yang

memotong tumpengannya adalah pengantennya itu sendiri, pemotongan

Page 93: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

79

tumpeng dilakukan tepat pukul 12 malam yang disebut malam midodaran.

Dan pagi harinya baru menyelenggarakan ijab qobul pernikahan dan syukuran

atas pernikahan tersebut. Selain sosialisasi yang gencar dilakukan ada

beberapa faktor yang mendorog terjadinya perubahan tradisi pernikahan adat

tumpeng yaitu:

a. Pertama, faktor pendidikan, masyarakat desa Jetak yang awalnya

tidak berpendidikan yang cukup, sehingga tidak mempunyai ilmu

yang memadai. Saat ini banyak geberasi muda yang menempuh

pendidikan sampai dengan SMA, Pesantren bahkan di bangku

kuliah sehingga sudah banyak masyarakat yang memiliki

pengalaman dan pengetahuan, sehingga mereka lebih memiliki

pandangan yang luas dalam hal menentukan pernikahan.

b. Kedua, faktor agama. Menjadi faktor yang sangat penting dalam

perubahan perkembangan tradisi pernikahan adat ini, karena hanya

yang beragama Islam saja yang melakukan pernikahan adat

tumpeng ini. Dengan berkembangnya jaman masyarakat desa

Jetak sudah banyak yang mengenyam pendidikan yang semakin

tinggi dan pengetahuan masyarakat tentang agam Islampun mulai

bertambah, bertambahnya para ulama atau pemuka agama di desa

ini juga menjadi salah satu faktor perkembangan pernikahan di

Desa Jetak.

c. Ketiga, faktor ekonomi. Ini memiliki hubungan erat dengan

tingkat pendidikan . banyak pemuda atau pemudi di desa Jetak ini

Page 94: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

80

sekarang tidak lagi mengandalkan bertani seperti orang tuanya,

banyak pemuda-pemudi yang memiliki ijazah dan bekal yang

memedai maka mereka bisa bekerja di pabrik-pabrik dengan gaji

mingguan atau bulan, hal ini membuat perekonomiannya lebih

baik dari sebelumnya. Banyak juga masyarakat yang bekerja di

luar kota atau luar Negri, hal ini memicu terjadinya perubahan

pernikahan adat tumpeng dengan pengalaman tau mendapatkan

istri dari tempat mereka berkerja.

d. Keempat, faktor pengalaman. Dengan ijazah yang mereka miliki.

Kemudian mereka mencari pekerjaan diluar wilayah Desa Jetak.

Masyarakat yang awalnya hanya petani menjadi buruh pabrik,

berdagang di pasar dan lain-lainnya, dengan inilah masyarakat

dapat berkomunikasi dengan masyarakat lain di luar Desa Jetak.

Di sinilah mereka mencoba merubah cara pandang mereka

mengenai pernikahan adat yang awalnya mengikuti tradisi nenek

moyong yang melakukan pernikahan adat tumpeng, sekarang

banyak masyarakat yang tidak bercita-cita menikahkan anak

mereka dengan pernikahan adat tumpeng. Perubahan pernikahan

adat ini tampak sangat besar tetapi tidak mempengaruhi budaya

kejawen lainnya hanya saja perubahan terdapat pada cara

pernikahannya saja.

Page 95: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

81

BAB IV

Analisis Pernikahan Adat Tumpeng Dalam Tinjauan Fikih dan

Undang-Undang No 1 Tahun 1974

A. TRADISI PERNIKAHAN ADAT DI DESA JETAK

Pernikahan adat tumpeng adalah sebuah pernikahan yang

dilakukan secara adat, pernikahan yang dilakukan secara sederhana dengan

pemotongan nasi tumpeng sebagai tanda bahwa pernikahan ini telah resmi

tanpa dipakianya shigot ijab qobul dan mahar. Namun seiring

berkembangnya jaman pernikahan adat yang telah menjadi tradisi di Desa

Jetak ini berangsur-angsur mengalami perubahan terutama dalam hal

pernikahan. Jika pernikahan tumpeng dulu hanya ditandai dengan

pemotongan nasi saja dan disaksikan lingkungan, pernikahan adat yang

berlaku sekarang adalah pernikahan tumpeng sebagai pelengkap ritual saja

karena pernikahan yang berlangsung sekrang menggunakan shigot ijab

qobul dan pemberian mahar, namun masih ada ritual-ritual jawa yang

masih dilakukan karena ini telah menjadi tradisi di Desa Jetak.

B. PELAKSANAAN PERNIKAHAN ADAT TUMPENG DALAM

TINJAUAN ILMU FIQH

Page 96: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

82

Dalam masalah pernikahan adat ini sangat jelas hukumnya bahwa

pernikahan adat tumpeng tidak sah. Karena tidak terpenuhinya rukun dan

syarat pernikahan. Bahkan jelas dikatakan bahwa segala syarat yang ada

dalam Al qur‟an harus terpenuhi, hal ini dibuktikan dengan sabda

Rasulullah;

كل شر ط ليس في كاتا ب للا فهى با طل وان كان مائة شر ط

“tiiap-tiap syarat yang tidak ada dalam di dalam kitab Allah

adalah batal, sekalipun ada seratus syarat”(Sabiq, 1980 : 80).

Syarat yang dimaksut adalah syarat syarat tersebut tidak

mengandung kemaslahatan dalam perkawian dan tidak pula termasuk

dalam rangkaiannya. Dalam ketentuan membayar mahar saat

perkawinanpun wajib dilakukan karena sudah menjadi tanggung jawab

suami untuk memberikan mahar kepada istrinya dan ketentuan mahar

sebenarnya sudah diatur namun ada hadis yang meringankan ketentuan

mahar itu untuk laki-laki yang benar-benar tidak mampu, sesuai dengan

sabda Rasulullah SAW yang bahwa:

التمس ولى خا تما مه حد يد

“carilah walupun cincin dari besi.(HR. Muslim)”. Hadis ini

menunjukan keharusan membayar mahar walaupun dengan sesuatu yang

sedikit. Adapun ijma‟ telah terjadi konsensus sejak masa kerasullan beliau

Page 97: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

83

sampai sekarang atas disyaratkannya mahar dan wajib hukumnya (Azzam

& Hawwas, 2009 : 177).

Jika ada seseorang menikah tanpa menetapkan jumlah maharnya

terlebih dahulu bahkan mensyaraktan tanpa mahar sama sekali, maka

perkawinan itu tidak sah. Demikian pendapat golongan Malik dan Ibnu

Hazam. Jika ada syarat tanpa mahar sama sekali, maka pernikahannya

batal. Sabda Rosulullah:

لقىل رسى ل للا صلى ا هلل و سلم كل شر ط ليس في كتا ب للا

و جل فهى با طل عز

“karena sebagai sabda Rosulullah sebagi berikut: setiap syarat di

luar ketentuan hukum Allah adalah batal”(Sabiq, 1980 : 68)

Pernikahan adat tumpeng ini tidak sesuai dengan Agama Islam

karena tidak terpenuhinya syarat dan rukun nikah. Dan sudah dipertegas

dengan hadis di atas bahwasanya nikah tanpa mahar adalah batal

hukumnya. Pernikahan adat tumpeng yang lama dari sudut pandang Islam

tidak sah hukumnya. Tradisi ini hanya sah menurut adat setempat saja

tidak memiliki kekuatan hukum syari”at.

Perkawinan yang disembunyikan atau tidak terpenuhinya rukun

dan syarat pernikahan berdasarkan hukum Islam adalah pernikahan yang

tidak sah jika mereka tetap melanjutkan hubungan pernikahannya, menurut

Ummar bin Khottob mereka termasuk melakukan zina, maka layak

mendapatkan hukuman jilid (dera atau cambuk) (Djubaidah, 2010 : 154).

Page 98: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

84

C. ANALISIS PERNIKAHAN ADAT TUMPENG MENURUT

UNDANG NO 1 TAHUN 1974

Dalam undang undang No 1 Tahun 1974 dan KHI telah diatur

segala sesuatu tentang pernikahan. Dalam pasal 2 (1) undang-undang No 1

Tahun 1974 pernikahan dianggap sah apabila dilakukan menurut hukum

masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu. Dan pasal 2 (2) tiap-

tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Hal ini tidak dilaksanakan dalam pernikahan adat tumpeng

karena tidak adanya pencatatan pernikahan yang dilakukan baik oleh

pasangan yang menikah maupun oleh pemerintah Desa. Dan pasal 14

Inpres No1 Tahun 1991 tentang KHI tentang rukun nikah jelas dikatakan

harus ada calon mempelai wanita, calon mempelai laki-laki, Wali nikah,

Dua orag saksi, ijab dan qabul. Beberapa hal dalam pernikahan adat yang

tidak sesuai dengan ketentuan di atas adalah tidak adanya shigot ijab qobul

dan dan fungsi wali dalam pernikahan ini. Jika pernikahan ini dilakukan

secara diam-diam maka tidak ada saksi yang hadir untuk dimintai

pertanggungjawaban. Dalam pasal 40 Undang-undang No 1 Tahun 1974

menyebutkan bahwa apabila seorang suami bermaksud untuk beristri lebih

dari seorang maka ia wajib mengajukan permohonan secara tertulis kepada

Pengadilan. Sedangkan dalam pernikahan adat tumpeng tidak mengajukan

permohonan ke Pengadilan karenan memang dalam pernikahan ini

memang tidak ada pencatatan. Dan Undang-undang No 1 tahun 1974 pasal

7 ayat 1 adalah perkawinan hanya diijinkan jika pihak pria sudah mencapai

Page 99: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

85

umur 19 (Sembilan belas) tahun dan pihak perempuan sudah mencapai

umur 16(enam belas) tahun dan dalam peraturan Mentri Agama No 11

tahun 2007 tentang pencatatan nikah Bab IV pasal 8 apabila seorang calon

suami belum berusia 19 tahun dan seorang calon istri belum berusia 16

tahun harus mendapat dispensasi dari pengadilan. Dalam kasus pernikahan

adat ini paling banyak praktik pernikahan adat dikarenakan faktor usia

yang masih di bawah umur dan ketidakmauan untuk mengajukan

dispensasi di Pengadilan. Dan pasal 30 KHI menentukan bahwa calon

mempelai laki-laki wajib membayar mahar kepada calon mempelai

perempuan yang jumlah, bentuk dan jenisnya disepakati oleh kedua belah

pihak, yaitu calon mempelali laki-laki dan perempuan. Namun dalam

pernikahan adat tumpeng ini tidak menggunakan mahar.

Dalam pasa 5l sampai 59 KHI mengtur tentang poligami dan

syarat poligami dalam pasal 57 Pengadilan Agama hanya memberikan

izin kepada seorang suami yang akan beristri lebih dari seorng apabila: a)

istri tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai istri. b) istri mendapat

cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan. c) istri tidak

dapat melahirkan keturunan. Dalam pernikahan adat ini pelaku pernikahan

adat tumpeng ada beberapa yang berpologami dengan cara pernikahan adat

ini karena pihak laki-laki tidak mengajukan permohonan ke Pengadilan

untuk mendapatkan izin beristri lebih dari Seorang atau poligami.

Page 100: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

86

Sedangkan pernikahan adat tumpeng ini dilakukan dengan

sederhana dan tidak dicatatkan karena dengan pemotongan nasi tumpeng

sudah sah pernikahan mereka tanpa adanya ijab qobul dan mahar untuk

mempelai perempuan namun pernikahan ini berbeda dengan pernikahan

siri, jika pernikahan yang memenuhi rukun dan syarat pernikahan namun

titak atau belum dicatatkan Kantor Urusan Agama (KUA). Tetapi dalam

kasus pernikahan adat ini jelas pernikahan adat ini tidak memenuhi rukun

dan syarat pernikahan. Pernikahan semacam ini hampir sama denga samen

laven (kumpul kebo).

Sebenarnya rancangan undang-undang mengenai samen leven

yang berlaku untuk seluruh warga Indonesia baru merupakan wacana ,

karena baru dirumuskan dalam rancangan undang-undang Republik

Indonesia tentang Kitap Undang-undang Pidana Tahun 2008 RUU-

KUHAP 2008 akan tetapi masih sebagai ius constituendum. Bahwa setiap

orang yang melakukan hidup bersama sebagai suami-istri di luar

pernikahan yang sah, dipidana dengan pidana penjara 5 tahun. Hukum

yang bersifat komulatif yaitu hukuman denda dan penjara dan hukuman

denda sebesar Rp 75.000.000,00 menurut pasal 8 RUU-KUHP 2008.

Dengan adanya peraturan perundang-undangan ini sebenarnya dapat

dijadikan patokan untuk mencegah adanya praktik pernikahan yang seperti

nikah tumpeng ini, karena memang berlawanan dengan syari‟at Agama

(Djubaidah, 2010 : 156).

Page 101: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

87

Aturan pernikahan menurut Agama Islam dan Undang-undang

pernikahan bahwa pernikahan yang syah harus tercapaianya syarat dan

rukun nikah dan pernikahan itu dilakukan dengan cara yang benar yaitu

dengan terjadinya ijab dan qabul diantara kedua belah pihak dan

pemberian mahar. Pernikahan semacam ini sama saja dengan pelegalan

sex saja. Karena tidak adanya kekuatan hukum yang menaungi pernikahan

tersebut dan tidak adanya kepastian setatus yang jelas. Karena pernikahan

ini haya diakui dan dianggap sah oleh lingkungan saja, dan banyak

kerugian yang muncul setelah pernikahan adat tumpeng ini. Karena

biasanya nasab anak yang lahir dari pernikahan adat ini jatuhnya ke ibunya

dan diakui anak setelah ibunya menikah resmi dengan pasangan hidup

yang baru. Bahkan berakibat pada saat pembagian waris karena anak tidak

dapat meminta dan menuntut haknya kepada ayahnya karena tidak adanya

kekuatan hukum yang dimiliki oleh anak.

Page 102: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

88

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan yang digunakan

untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam rumusan masalah.

Kesimpulan tersebut antara lain:

1. Kehidupan sosial keagamaan masyarakat Desa Jetak salah satu yang

melatar belakangi pernikahan adat tumpeng adalah pengetahuan

keagamaan yang masih sangat minim, kurangnya pemuka agama yang

berkompeten, tingkat pendidikan yang masih rendah dikarenakan

masih banyak masyarakat yang tidak bersekolah atau yang bersekolah

hanya sampai tingkat SD, dan faktor ekonomi juga mejadi salah satu

alasan yang melatar belakangi pernikahan adat tumpeng karena

masyarakat Desa Jetak mayoritas bertani sehinga masyarakat lebih

memilih menikahkan anaknya dengan pernikahan adat tumpeng

karena tidak adanya biaya,

2. Di desa ini pernah berlaku pernikahan adat tumpeng. Pernikahan

tersebut sekarang tidak mendominasi lagi. Tumpeng yang dulu

digunakan sebagai bukti sahnya pernikahan pasangan mempelai saat

ini hanya digunakan sebagai pelengkap prosesi adat. Pernikahan adat

tumpeng yang masih digunakan di desa Jetak adalah pernikahan yang

dilaksanakan oleh pasangan yang mempunyai masalah atau kendala

Page 103: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

89

ketika hendak menikah secara resmi dan untuk dianggap sah oleh

negara maupun oleh agama yang mayoritas dipeluk oleh masyarakat

yaitu Islam.

3. Pertentangan pernikahan adat tumpeng dengan syariat dan ditinjau

dari fiqih dan Undang-undang. Dalam pernikahan yang masih

menggunakan pernikahan adat tumpeng ini melanggar ketentuan-

ketentuan dalam Undang-undang No 1 tahun 1974 pasal pasal 2 tiap-

tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang

berlaku, pasal 14 Inpres No 1 tahun 1991 tentang rukun nikah jelas

dikatakan harus ada calon mempelai wanita, calon mempelai laki-laki,

wali nikah, dua orang saksi dan ijab qobul. Pasal 30 KHI bahwa calon

mempelai laki-laki wajib membayar mahar kepada calon mempelai

perempuan yang jumlah, bentuk dan jenisnya disepakati oleh kedua

belah pihak yaitu calon mempelai laki-laki dan calon mempelai

wanita. Pasal 40 undang-undang No 1 Tahun 1974 apabila seorang

laki-laki bermaksud untuk beristri lebih dari seorang maka ia wajib

mengajukan permohonan secara tertulis kepada Pengadilan dan KHI

pasal 55-59 terutama pasal 57 tentang Peradilan Agama hanya

memberikan izin kepada seorang suami yang akan beristri lebih dari

seorang apabula: istri tidak dapat menjalankan kewajibanya sebagi

istri, istri terdapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat

disembuhkan, dan istri tidak dapat melahirkan keturunan. Dan

Undang-undang no 1 tahun 1974 pasal 7 ayat 1 adalah pernikahan

Page 104: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

90

hanya diijinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan

pihak perempuan sudah mencapai umur 16 tahun dan peraturan

Mentri Agama No 11 tahun 2007 pasal 8 apabila calon suami belum

berusia 19 tahun dan seorang istri belum berusia 16 tahun harus

mendapat dispensasi dari pengadilan.

B. Saran

1. Pemuka agama lebih intensif memperkenalkan dan mengajarkan

aturan-aturan atau ketentuan yang ada dalam agama Islam. Hal ini

dilakukan agar masyarakat lebih mengetahui bagaimana hukum-

hukum yang terdapat dalam al-Qur‟an. Ajaran yang disampaikan tidak

sertamerta menyalahkan atau menghilangkan adat yang telah ada

terlebih dahulu agar tidak muncul berbagai konflik dalam masyarakat.

2. Kepada KUA sebagai lembaga negara yang mengurusi pernikahan

masyarakat serta penyuluh keagamaan Islam yang bekerja sama

dengan para pemuka agama lebih gencar melakukan usaha

pendalaman ilmu agama dan pendampingan pada saat pelaksanan

kegiatan keagamaan. Salah satu usaha yang bisa dilakukan adalah

mengadakan pelayanan pembaharuan pernikahan bagi pasangan yang

melakukan pernikahan adat tumpeng yang menginginkan pernikahan

mereka resmi dan diakui oleh agama dan negara.

3. Kepada pemerintah Desa agar lebih mendukung dan berperan serta

dalam kegiatan KUA dan pemuka agama dalam pelaksanaan kegiatan

Page 105: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

91

penyuluhan keagamaan. Dukungan yang diberikan seharusnya bisa

mengawal berjalannya hukum pernikahan positif serta adat yang ada

agar dapat berjalan beriringan dan seimbang. Pemerintah desa juga

dapat mencegah adanya konflik dalam masyarakat yang muncul akibat

perubahan yang terjadi dalam hukum adat mereka.

4. Kepada masyarakat desa Jetak, dengan adanya pemeluk agama yang

beragam dan adanya tradisi adat, diharapkan masyarakat dapat terus

rukun dan dapat menjalankan kewajiban sebagai umat beragama dan

sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi nilai adat di

lingkungannya.

5. Perguruan Tinggi Islam, termasuk di dalamnya adalah IAIN Salatiga

merupakan lembaga yang sangat besar peranannya untuk memajukan

ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pengetahuan Islam. Untuk itu

hendaknya IAIN Salatiga memiliki kompetensi di bidangnya. Dimulai

dari sarana dan prasarana, administrasi, serta pelayanan akademik agar

mencetak lulusan-lulusan yang kompeten di bidang ilmu pengetahuan

Islam pula.

6. Penulis berharap agar jurusan syariah khususnya program studi ahwal

al-syakhshiyyah membuka peluang yang sebesar-besarnya kepada

mahasiswa untuk melaksanakan penelitian yang berhubungan dengan

kajian sosiologis kemasyarakatan. Hal ini bertujuan untuk membuka

wawasan mengenai permasalahan sosial yang ada di masyarakat yang

sangat beragam.

Page 106: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Slamet dan Aminudin. 1999. Fikih Munakahat. Bandung: CV. Pustaka

Setia

Afandi, Ali. 1997. Hukum Waris, Hukum Keluarga, Hukum Pembuktian. Jakarta:

PT Rineka Cipta

Al Zajiri, Abdurahman. 1999. Kitap Fikih „Ala al Madzahib Al Arba‟ah juz IV.

Lebanon : Darl Fikr

Ali, Zainudin. 2009. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.

Arikunto, Suharsini.1998. Prosedur Penelitian. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia

Azzam, Abdul Aziz Muhamad &Hawwas, Abdul Wahhab Sayyed. 2009. Fikih

Munakahat Khitap Nikah dan Talak. Jakarta: Sinar Grafika Offset

Departemen Agama Republik INDONESIA. 1989. Al Qur‟an Dan Terjemahan.

Bandung: Gema Risalah Press.

Djubaidah, Neng. 2010. Pencatatan Perkawinan dan Perkawinan Dicatat.

Jakarta: Sinar Grafika

Dominikus, Rato. 2011. Hukum Adat(suatu pengantar singkat memahami hukum

adat di Indonesia). Yogyakarta: LaksBang PREESindo.

Hadikusuma, Hilman. 2007. Hukum Perkawinan Indonesia. Bandung: Mundur

Maju

Isro‟i, Muhammad. 2012. Larangan Menikah Pada Bulam Muharram Dengan

Adat Jawa Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus di Desa Bangkok

Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali). Skripsi tidak

diterbitkan. Salatiga: Jurusan Syariah STAIN Salatiga

Moloeng, Lexy. 2004. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya

Muhammad, Khusen Ali. 2014. Pelaksanaan Ijab Kabul Pernikahan Dengan

system Pitungan Jawa (Studi Kasus di Desa Jetak kecamatan Getasan

Kabupaten Semarang). Skripsi Tidak diterbitkan. Salatiga: Jurusan

Syariah STAIN Salatiga

Muljana, Slamet. 2006. Tafsir Sejarah Nagarakertagama. Yogyakarta: LKiS.

Page 107: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

Nurhaedi, Deni. 2003. Perkawinan dan Azhari Akmal Taringan 2006. Hukum

Pewrdata Islam di Indonesia Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam

dari Fikih UU No 1/1974 sampai KHI. Jakarta: Kencana

Nico, Ngani. 2012. Perkembangan Hukum Adat di Indonesia. Yogyakarta:

Pustaka Yusistia

Novi, Susanti, Diah Eka. 2013. Tradisi Kawin Lari Dalam Perkawinan Adat di

Desa Ketapang Kecamatan Sungkai Selatan Kbupaten Lampung

Utara Propinsi Lampung Dalam Prespektif Hukum Islam. Sekripsi

Tidak di Terbitkan Salatiga: Jurusan Syariah STAIN Salatiga

Ramulyo, Mohd Idris. 1996. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: antara fikih

dan undang-undang perkawinan. Jakarta: Kencana

Sabiq, Sayyid. 1980. Fiqih Sunnah Jilid 6. Bandunga : Al Ma‟arif.

Sastroatmojo dan Wasit, Alulawi, 1978. Hukum Perkawinan Di Indonesia.

Jakarta: Bulan Bintang.

Sudarsono, 1991. Hukum Perkawinan Nasional. Jakarta: PT Renika Cipta.

Summa, Muhammad Amin. 2004. Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Syarifuddin, Amir. 2006. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fikih

Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan. Jakarta: Kencana

Syarif, Muhammad. 2013. Larangan Melangkahi Kakak Dalam Perkawianan

Adat Manndailing (Desa Sirambes Kecamatan Panyambungan Barat

Mandailing Natal). Skripsi tidak diterbitkan. Jakarta: Jurusan Syariah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ter Haar. 1994. Asas-asas dan Susunan Hukum Adat. Jakarta: PT Pradnya

Paramita.

Tihami, Dan Sahrani, Drs. Suhari. 2009. Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah

Lengkap. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Washfi, Muhammad.2005. Mencapai keluarga Barokah. Yogyakarta: Mitra

Pustaka

Wicaksono, Galih. 2012. Fenomena Pertukaran Istri Dan Berbagai Dampaknya

(Studi Kasus di Dukuh Gumul, Desa Ngasinan Kecamatan Susukan

Kab Semarang). Sekripsi tidak diterbitkan. Salatiga: Jurusan Syariah

STAIN Saltiga

Page 108: SKRIPSI Gelar Sarjana dalam Hukum Islame-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/473/1/Nopiana...menginggalkan salah satu rukun dan syarat pernikahan yaitu tidak dipakainya ijab qobul

Zuhri, Saifudin. 2009. Ushul Fiqh Akal Sebagai Sumber Hukum Islam.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Heru khusuwanto. Dosen, Narotama.co.id/files/2011/modul-modul-Perkawinan-1-

Hkukum Perkawinan.pdf

http://fatahila.bogspot.com/2008/06/hukum-adat-sebagai-hukum-yang-tidak.html

http://ixe-11.blogspot.com/2012/07/pengertian-dan-definisi-

adat.html#ixzz3NS0Enzvz