Skripsi Full PDF

95
i HUBUNGANSKOR COGNITIVE TEST FOR DELIRIUM DENGAN LAMANYA MASA RAWAT INAP PADA PASIEN TRAUMA KAPITIS SEDANG DI IGD DAN RUANG FLAMBOYAN DI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI SKRIPSI Oleh : PANDU DAYKE SWARA NIM 10210018 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT BHAKTI WIYATA KEDIRI 2014

description

hdghdg

Transcript of Skripsi Full PDF

i

HUBUNGANSKOR COGNITIVE TEST FOR DELIRIUM

DENGAN LAMANYA MASA RAWAT INAP PADA

PASIEN TRAUMA KAPITIS SEDANG

DI IGD DAN RUANG FLAMBOYAN

DI RSUD GAMBIRAN

KOTA KEDIRI

SKRIPSI

Oleh :

PANDU DAYKE SWARA

NIM 10210018

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

BHAKTI WIYATA

KEDIRI

2014

ii

HUBUNGAN SKOR COGNITIVE TEST FOR DELIRIUM

DENGAN LAMANYA MASA RAWAT INAP PADA

PASIEN TRAUMA KAPITIS SEDANG

DI IGD DAN RUANG FLAMBOYAN

DI RSUD GAMBIRAN

KOTA KEDIRI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

Oleh :

PANDU DAYKE SWARA

NIM 10210018

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

BHAKTI WIYATA

KEDIRI

2014

iii

HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN SKOR COGNITIVE TEST FOR DELIRIUM

DENGAN LAMANYA MASA RAWAT INAP PADA

PASIEN TRAUMA KAPITIS SEDANG

DI IGD DAN RUANG FLAMBOYAN

DI RSUD GAMBIRAN

KOTA KEDIRI

SKRIPSI

Oleh :

PANDU DAYKE SWARA

NIM 10210018

Skripsi Telah Disetujui

Oleh :

SURAT PERYATAAN KEASLIAN TULISA

Mengetahui:

Program Studi S1 Keperawatan

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

Ely Isnaeni, S.Kep.,M.Kes

Ketua Program Studi

Pembimbing II

Paramita Ratna Gayatri, S.Kep.,Ns

Yuanita Wulandari S.kep.Ns,M.Kes

Pembimbing I

dr.Jessi Suryani, M.Kes

Anis Rosyiatul H. S.Kep,Ns,M.Kes

iv

LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN SKORE COGNITIVE TEST FOR DELIRIUM DENGAN

LAMANYA MASA RAWAT INAP PADA PASIEN TRAUMA KAPITIS

SEDANG DI IGD DAN RUANG FLAMBOYAN DI RSUD GAMBIRAN

KOTA KEDIRI

SKRIPSI

Telah diuji : 13 Mei 2014

Oleh Tim Penguji :

Penguji I : dr. Sri Muntamah ( )

Penguji II : Yanuar Eka Puji .A, S.Kep.,Ns ( )

Penguji III : dr. Jessi Suryani, M.Kes ( )

Penguji IV : Paramita Ratna Gayatri, S.Kep.,Ns ( )

Mengetahui :

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

dr. Ekawati Sutikno, MM.,M.Kes

Dekan

v

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Pandu Dayke Swara

NIM : 10210018

Program Studi : S1 Keperawatan

Judul Skripsi : HubunganSkorCognitive Test for Delirium Dengan

Lamanya Masa Rawat Inap Pada Pasien Trauma

Kapitis Sedang Di IGD dan Ruang Flamboyan di

RSUD Gambiran Kota Kediri.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar

hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau

pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah

hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Kediri,…………2014

Yang Membuat Pernyataan,

Pandu Dayke Swara

NIM. 10210018

vi

MOTTO

“Hidupadalah prosesdanhidupadalahbelajar

Tanpaadabatasusiadantanpaada kata tua

Jatuhberdirilagi,kalahmencobalagi,gagalbangkitlagi

Sampaituhanberkata “WaktunyaPulang” “.

“Setiap yang kitalakukanbiarlahjujur

Karenakejujuranituterlalupentingdalamsebuahkehidupan

Tanpakejujuranhidupsenantiasamenjadimainan orang”.

vii

ABSTRAK

Hubungan Skor Cognitive Test For Delirium Dengan Lamanya Masa Rawat

Inap Pada Pasien Trauma Kapitis Sedang di IGD dan Ruang Flamboyan

RSUD Gambiran Kota Kediri

Pandu Dayke Swara,Jessi Suryani I, Paramita Ratna Gayatri

II

Latar Belakang : Pasien trauma kapitis sedang memerlukan pemeriksaan

dan penanganan yang cepat dan tepat. Trauma kapitis sedang akan

menyebabkan gangguan neurologis ketika trauma kapitis sedang di dapatkan

kelainan tingkah laku yang early atau delayed, sindroma akut, gampang

marah, amnesia, dimensia, dan gangguan kognitif. Pasien trauma kapitis

sedang gambaran klinis yang sering terlihat adalah kegelisahan dengan

gangguan delirium, confusion, delusi dan agitasi.

Tujuan : Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan Skor Cognitive

Test for Delirium (CTD) terhadap lamanya masa rawat inap pada pasien

trauma kapitis sedang di IGD dan Ruang Flamboyan di RSUD Gambiran

Kediri.

Metode : Metode penelitian yang di gunakan adalah desain cross sectional

dengan sampel sebanyak 13 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah

accidental sampling. Alat ukur yang digunakan adalah kuisioner dengan 13

populasi.

Hasil Penelitian : Analisis yang digunakan adalah analisis bivariat

menggunakan hasil uji spearmen rank yang diperoleh nilai p = 0,00, dapat

dinyatakan bahwa nilai p < 0,05 ada hubungan yang signifikan antara skor

cognitive test for delirium terhadap lamanya masa rawat inap pada pasien

trauma kapitis sedang di IGD dan Ruang Flamboyan dengan koefisien

korelasinya 0,920 maka hubungan antara skor cognitive test for delirium

dengan lamanya masa rawat inap kuat.

Kesimpulan : Terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara

skor cognitive test for delirium dengan lamanya masa rawat inap pada

pasien trauma kapitis sedang di IGD dan Ruang Flamboyan RSUD

Gambiran Kota Kediri,dimana semakin rendah skor yang di peroleh maka

rawat inapnya akan semakin lama,jika skor yang di peroleh tinggi maka

akan semakin cepat masa rawat inapnya.

Kata Kunci : Trauma Kapitis Sedang, Skor Cognitive Test For Delirium,

Lamanya Rawat Inap.

viii

ABSTRACT

Tha Corelation Between Cognitive Test for Delirium With Duration

Hospitalization In Moderate Head Injury Patients at RSUD Gambiran

Kediri

Pandu Dayke Swara , Jessi Suryani I, Paramita Ratna Gayatri

II

Background : Patient head injury requires examination and treatment was

quick and precise . Moderate head injury will cause neurological disorders

when moderate head injury in behavior disorders get early or delayed , acute

syndrome , irritability , amnesia , dementia , and cognitive impairment .

Moderate head injury patients whose clinical picture is often seen with

anxiety disorders delirium , confusion , delusions and agitation.

Purpose : The purpose of this study was to determine the relationship of

Cognitive Test for Delirium score ( CTD ) of the length of hospitalization in

patients with moderate head injury in the emergency department at the

hospital and Flamboyan Space Gambiran Kediri .

Methods : The research method used is a cross-sectional design with a

sample of 13 people . The sampling technique used was accidental sampling

Measuring instrument used was a questionnaire and population of 13

people.

Results: The analysis used bivariate analysis using test results obtained

spearmen rank p = 0.00, it can be stated that the value of p < 0.05 was no

significant relationship between scores on the cognitive test for delirium,

length of hospitalization in trauma patients capitis was in the emergency and

Flamboyan Room with correlation coefficients of 0.920 then the

relationship between cognitive test for delirium scores with length of

hospitalization is very strong .

Conclusion : There is a statistically significant relationship between

cognitive test scores for delirium to the duration of hospitalization in

patients with moderate head injury in the emergency department and

hospital Flamboyan Room Gambiran Kediri , where the lower the score

obtained it will be a long hospitalization , if the score who obtained the

faster high hospitalization period .

Keywords : Moderate head injury , Cognitive Test Scores For Delirium ,

duration of hospitalization .

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan

bimbingan-Nya kami dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan

SkorCognitif Test For Delirium Dengan Lamanya Masa Rawat Inap Pada Pasien

Trauma Kapitis Sedang Di IGD dan Ruang FLAMBOYAN di RSUD Gambiran

Kota Kediri” dapat terselesaikan.

Bersama ini perkenankanlah kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-

besarnya kepada :

1. DR. Bambang Harsono, MBA, selaku Ketua Yayasan Pendidikan Bhakti

Wiyata

2. dr. Tarbinu Kasmono, MPH, selaku Rektor Institut Ilmu Kesehatan Bhakti

Wiyata Kediri yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk

menyelesaikan pendidikan

3. dr. Ekawati Sutikno, MM.,M.Kes, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Masyarakat Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

4. Ely Isnaeni, S.Kep.,M.Kes selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan Institut Ilmu

Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

5. dr. Jessi Suryani, M.Kes, selaku Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Paramita Ratna Gayatri, S.Kep.,Nsselaku Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

7. dr.Sri Muntamah selaku Penguji I yang telah bersedia menguji dan

memberikan arahan dalam skripsi ini.

8. Yanuar Eka Puji Astutik, S.Kep.,Ns selaku Penguji II yang telah bersedia

menguji dan memberikan arahan dalam skripsi ini.

x

9 Semua dosen Prodi S1 Keperawatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut

Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri, terimakasih atas semua ilmu yang

telah diberikan.

10 Kedua orang tua saya yang saya hormati, yang telah memberikan waktu,

biaya, doa dan dukungan selama saya mengikuti pendidikan.

11 Semua teman-teman S1 Keperawatan angkatan 2010 yang saya sayangi,yang

telah memberikan semangat,motivasi,dukungan selama penyusunan skripsi.

Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah

memberikan kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Kami sadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, tetapi kami

berharap skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Kediri,Oktober2013

Penulis

xi

DAFTAR ISI

HalamanJudul ................................................................................................... i

HalamanSampulDalam .................................................................................... ii

HalamanPersetujuan ......................................................................................... iii

HalamanPengesahan ........................................................................................ iv

SuratPernyataanKeaslian.................................................................................. v

Motto . ....................................................................................................... vi

Abstrak ....................................................................................................... vii

Abstract ....................................................................................................... viii

Kata Pengantar ................................................................................................. ix

Daftar Isi ......................................................................................................... xi

DaftarTabel ...................................................................................................... xiii

DaftarGambar ................................................................................................... xiv

DaftarLampiran ................................................................................................ xv

BAB I PENDAHULUAN

A. LatarBelakang ........................................................................................... 1

B. RumusanMasalah ...................................................................................... 5

C. TujuanPenelitian. ...................................................................................... 5

D. ManfaatPenelitian ..................................................................................... 6

E. PenelitianTerkait ....................................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Trauma Kapitis ............................................................................ 8

B. Konsep Cognitive Test For Delirium ........................................................ 20

C. Tingkat KesadaranDelirium ...................................................................... 22

D. Konsep Delirium ....................................................................................... 25

E. KerangkaKonsepPenelitian ....................................................................... 26

F. Hipotesis ................................................................................................... 30

BAB III METODE PENELITIAN

A. DesainPenelitian ....................................................................................... 27

B. Populasi, Sampel, dan Sampling ............................................................... 27

C. Variabelpenelitian ..................................................................................... 29

D. DefenisiOperasional .................................................................................. 30

E. Pengumpulan Data .................................................................................... 30

F. Instrument ................................................................................................. 31

G. TempatdanWaktupenelitian ...................................................................... 31

H. ProsedurPengumpulan, PengolahandanAnalisisData ............................... 31

xii

I. KerangkaKerja .......................................................................................... 34

J. EtikaPenelitian .......................................................................................... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. GambaranUmumLokasiPenelitian ............................................................ 36

B. Hasil ....................................................................................................... 36

C. Pembahasan ............................................................................................... 46

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................... 50

B. Saran ....................................................................................................... 51

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 53

LAMPIRAN .................................................................................................... 56

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel I

Tabel II

Tabel III

Tabel V.8

Derajat Kesadaran……………………………......................

Skala Koma Glasgow………………………………………...

Definisi Operasional…………………………………………

Hubugan antar variable………………………………………

18

18

30

45

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar I KerangkaKonsepPenelitian ........................................................ 25

Gambar II KerangkaKerjaPenelitian ........................................................... 34

Gambar V.1 UsiaResponden .......................................................................... 38

Ganbar V.2 JenisKelaminResponden ............................................................ 39

Gambar V.3 Agama Responden ..................................................................... 40

Gambar V.4 Tingkat PendidikanResponden .................................................. 41

Gambar V.5 PekerjaanResponden .................................................................. 42

Gambar V.6 SkorCognitive Test For Delirium .............................................. 43

Gambar V.7 Lama RawatInap ........................................................................ 44

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Penjelasan ........................................................................ 58

Lampiran 2 Lembar Permohonan Responden .................................................. 59

Lampiran 3 Lembar Informed Consent ............................................................ 60

Lampiran 4 Kisi-Kisi Kuisioner ....................................................................... 61

Lampiran 5 Data Homogenitas Pekerjaan ........................................................ 66

Lampiran 6 Data Homogenitas GCS ................................................................ 67

Lampiran 7 Data Frekuensi............................................................................... 68

Lampiran 8 UjiKorelasi .................................................................................... 72

Lampiran 9 Surat Permohonan Ijin Penelitian .................................................. 76

Lampiran 10 Surat Pengantar Penelitian .......................................................... 77

Lampiran 11 Surat JawabanPenelitian ............................................................. 78

Lampiran 12 Lembar Bimbingan Skripsi ......................................................... 79

Lampiran 13 Dokumentasi Penelitian .............................................................. 80

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Trauma kapitis merupakan suatu kegawatan yang paling sering

dijumpai di unit gawat darurat suatu rumah sakit. Menurut Hippocrates

bahwa tidak ada cedera kepala yang perlu dikhawatirkan serius yang bisa

memutus harapan dan juga tidak ada keluhan yang dapat diabaikan. Trauma

kapitis merupakan masalah kesehatan yang dapat menimbulkan kecacatan

dan terjadi terutama pada usia dewasa muda serta kerugian financial karena

kehilangan produktifitas dan biaya perawatan medis sekitar 100 milyar

dollar Amerika pertahunnya (Rizzo, 2006).

Amerika Serikat mencatat 1,7 juta kasus trauma kapitis, 52.000 pasien

meninggal dan selebihnya dirawat inap. Trauma kapitis juga merupakan

penyebab kematian ketiga dari semua jenis trauma yang dikaitkan dengan

kematian. Menurut penelitian yang dilakukan oleh National Trauma Project

di Islamic Republic of Iran bahwa diantara semua jenis trauma tertinggi

yang dilaporkanya sebanyak 78,7% trauma kapitis dan kematian paling

banyak disebabkan oleh trauma kapitis. Rata-rata rawat inap pada lelaki dan

wanita akibat terjatuh dengan diagnosa trauma kepala sebanyak 146,3

per100.000 dan 158,3 per100.000. Angka kematian trauma kapitis akibat

terjatuh lebih tinggi pada laki-laki dibanding perempuan yaitu sebanyak 26,9

per100.000 dan 1,8 per100.000. Bagi lansia pada usia 65 tahun keatas,

2

kematian akibat trauma kapitis mencatat 16.000 kematian dari 1,8 juta lansia

di Amerika yang mangalami trauma kapitis akibat terjatuh (Rizzo, 2006).

Insiden trauma kapitis pada tahun 2003 di RS Cipto Mangunkusumo

jumlah pasien trauma kapitis ringan sebanyak 70%, trauma kapitis sedang

sebanyak 15%, dan trauma kapitis berat sebanyak 10%-15%. Angka

kematian tertinggi sekitar 35%-50% akibat trauma kapitis berat, 5%-10%

akibat trauma kapitis sedang, sedangkan trauma kapitis berat tidak ada

angka kematian yang tercatat (Soertidewi, 2004). Data prevalensi trauma

kapitis di Jawa Timur pada tahun 2012 jumlah pasien trauma kapitis ringan

sebanyak 65%, trauma kapitis sedang sebanyak 25%, dan trauma kapitis

berat sebanyak 10%-20%

Berdasarkan hasil pendahuluan di RSUD Gambiran Kediri pada tahun

2013 pasien trauma kapitis ringan sebanyak 572, trauma kapitis sedang

sebanyak 114 pasien, trauma kapitis berat sebanyak 144 pasien.

Pasien trauma kapitis memerlukan pemeriksaan dan penanganan yang

cepat dan tepat (Gill, 2006). Trauma kapitis akan menyebabkan gangguan

neurologis (Srinivasan, 2006). Skala neurological telah diadopsi secara luas

sejak diperkenalkan pertama kali tahun 1974, dan telah menjadi standar

untuk komunikasi status mental pada pasien trauma (Gill, 2006). Ketika

trauma kapitis di dapatkan kelainan tingkah laku yang early atau delayed,

sindroma akut, gampang marah, amnesia, dimensia, dan gangguan kognitif

(Waszynski, 2004).

3

Pasien trauma kapitis gambaran klinis yang sering terlihat adalah

kegelisahan dengan gangguan delirium, confusion, delusi dan agitasi (Silver,

2004). Rao dan Lyketsos (2000) menyebutkan bahwa trauma kapitis

menimbulkan berbagai gangguan neuropsikiatri dengan gangguan kognitif

(delirium). Berdasarkan Jorge (2000) prevalensi delirium dilaporkan

mencapai 80% di Intensive Care Unit (ICU) dan sering dijumpai pada

trauma kapitis sedang dan berat (Kennedy, 2003).

Penilaian delirium dapat dinilai dengan adanya aras neural pada otak

yang menyatakan bahwa hemisfer kanan, baik korteks maupun subkorteks

yang mengalami lesi ataupun oedema, semakin dalam lesi maka akan

semakin lama durasi dalam delirium dan tentunya masa rawat inapnya juga

akan semakin lama (Waszynski, 2004). Lesi pada korteks berkaitan erat

dengan confusional state yang konsisten dengan kejadian delirium

(Waszynski, 2004).

Melakukan studi untuk menentukan perbedaan masa rawat inap pada

467 pasien medical surgical dengan atau tanpa delirium. Hasil penelitian

menyebutkan pasien dengan gangguan kognitif delirium dijumpai

penambahan lama rawat inap sekitar 4 hari (30%) masa rawat inap yang

lebih lama. Bourgeois (2006) melakukan studi untuk mencari hubungan

antara lamanya masa rawat inap dengan diagnosis gangguan kognitif non

schizophrenia pada kelompok geriatrik sebesar (11 hari) lebih singkat

dibandingkan yang lebih muda (14,4 hari). Siddiqi (2006) menunjukkan

hasil bahwa pasien delirium terjadi peningkatan lama rawat inap.

4

Borgaro dan prigatno (2002) melakukan studi untuk menilai

gangguan kognitif dan afektif selama stadium akut setelah trauma kapitis

dengan menggunakan Barrow Neurogical Institute Screen for Higher

Cerebral Fuction (BNIS) lebih efektif dibandingkan dengan hanya penilaian

dengan menggunakan Skala Koma Glsgow (SKG) sebagai prediksi lamanya

rawat inap di RS. Berdasarkan Kennedy (2003) untuk mencari alternatif

penilaian gangguan kognitif dan afektif setelah trauma kapitis dengan

menggunakan skor cognitive test for delirium (CTD). Hasil CTD

menyimpulkan perbedaan lebih spesifik antara delirium dan non delirium

pasien trauma kapitis dibandingkan dengan BNIS dan DSM-IV. Hart (1996)

sebelumnya melakukan uji validasi terhadap penggunaan CTD untuk

mengidentifikasi delirium dengan dimensia, depresi dan schizophrenia yang

dirawat di ICU, dengan hasil analisis menunjukkan CTD dalam

membedakan delirium dengan gangguan lainnya sebesar 95, 1%.

Dari ulasan tersebut penulis tertarik untuk meneliti hubungan antara

skor cognitive test for delirium (CTD) terhadap lamanya masa rawat inap

pada pasien trauma kapitis sedang dan penulis memilih Unit Emergency

baik pada Instalansi Gawat Darurat (IGD) dan Ruang Rawat Inap Bedah

(Flamboyan) Rumah Sakit Umum Daerah Gambiran Kediri sebagai lokasi

penelitian karena rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit umum yang

terbesar di Kediri dengan prevalensi perawatan pasien trauma kapitis sedang

yang cukup besar dan meningkat dari tahun ketahun.

5

B. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan Skor Cognitive Test for Delirium (CTD)

terhadap lamanya masa rawat inap pada pasien trauma kapitis sedang di IGD

dan Ruang Flamboyan di RSUD Gambiran Kediri?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan Skor Cognitive Test for Delirium (CTD)

terhadap lamanya masa rawat inap pada pasien trauma kapitis sedang di

IGD dan Ruang Flamboyan di RSUD Gambiran Kediri

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi Skor Cognitive Test for Delirium (CTD) pada

pasien trauma kapitis sedang di IGD dan Ruang Flamboyan di

RSUD Gambiran Kediri.

b. Mengidentifikasi lamanya rawat inap pasien trauma kapitis sedang di

IGD dan Ruang Flamboyan di RSUD Gambiran Kediri.

c. Menganalisis hubungan Skor Cognitive Test for Delirium (CTD)

terhadap lamanya masa rawat inap pada pasien trauma kapitis sedang

di IGD dan Ruang Flamboyan di RSUD Gambiran Kediri.

6

D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

Pengembangan Ilmu Pengetahuan khususnya keperawatan gawat

darurat yang berkaitan dengan Skor Cognitive Test for Delirium (CTD)

pada kasus trauma kapitis.

2. Praktis

a. Peneliti

Menambahan pengalaman dan penambahan wawasan dalam

pelaksanaan pasien trauma kapitis dengan melalakukan Skor

Cognitive Test for Delirium (CTD)

b. Institusi Pendidikan

Sebagai referensi tentang Skor Cognitive Test for Delirium

(CTD) pada pasien trauma kapitis sedang dengan lamanya rawat inap

c. Petugas kesehatan

Hasil penelitian diharapkan mampu menjadi bahan masukan

untuk meningkatkan dan mengembangkan Skor Cognitive Test for

Delirium (CTD) sebagai prediksi lamanya rawat inap pada pasien

trauma kapitis, serta lebih aplikatif dalam pelaksanaannya di

lapangan.

d. Peneliti selanjutnya

Sebagai referensi peneliti selanjutnya untuk mengembangkan

Skor Cognitive Test for Delirium (CTD) sebagai prediksi lamanya

rawat inap pada pasien trauma kapitis ringan sampai berat.

7

E. Penelitian Terkait

1. Dieudonne, (2010) dengan judul penelitian “Evaluation and Management

of Delirium In the Critically Patient. Penelitian ini bertujuan untuk

menentukan pengelolahan pasien delirium yang berada di ICU. Penelitian

ini menggunakan metode kualitatif untuk menilai faktor yang dominan

dalam pengelolahan delirium. Penelitian ini menggunakan instrumen

diantaranya adalah Cognitive Test for Delirium (CTD), Neelon and

Champagne Confusion Scale (NEECHAM), Delirium Detection Score

(DDS), Confusion Assessment Method (CAM) and Intensive Care

Delirium Screening Checklist (ICDSC). Hasil dari penelitian ini

instrument yang paling dapat mengambarkan delirium adalah Cognitive

Test for Delirium (CTD) dan Confusion Assessment Method (CAM).

2. Iqbal K.M, (2008) dengan judul Hubungan Cognitive Test for Delirium

(CTD) dengan Lamanya Masa Rawat Inap Pasien Trauma Kapitis

Sedang-Berat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara

lama rawat inap dengan CTD dan membandingkan dengan pemeriksanan

SKG. Metode yang digunakan adalah kuantitatif dengan non randomize

consecutive sampling. Sampel sebanyak 34 responden dengan hasil

paling singkat selama 10 hari rawat inap dengan menggunakan CTD,

sedangkan dengan SKG atara 6-10 hari masa rawat inap. Pada penelitian

ini tidak disebutkan jelas antara perbedaan trauma kapitis berat ataupun

sedang yang diglobalkan menjadi satu antara trauma kapitis dengan

delirium dan tidak mengalami delirium.

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Trauma Kapitis

1. Definisi

Trauma kapitis adalah trauma mekanik terhadap kepala baik secara

langsung ataupun tidak langsung yang menyebabkan gangguan fungsi

neurologi yaitu gangguan fisik, kognitif, fungsi psikososial baik temporer

maupun permanen (Asrini, 2008).

Trauma kapitis adalah suatu ruda paksa (trauma) yang menimpa

struktur kepala sehingga dapat menimbulkan kelainan strukturaldan atau

gangguan fungsional jaringan otak (Sastrodiningrat, 2007). Menurut Brain

Injury Association of America, trauma kapitis adalah suatu kerusakan pada

kepala, bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan

oleh serangan atau benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau

mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan

kognitif dan fungsi fisik (Langlois et al, 2006).

2. Patofisiologi

Trauma memegang peranan besar dalam menentukan berat

ringannya konsekuensi patofisiologis dari suatu trauma kapitis.Trauma

percepatan (aselerasi) terjadi jika benda yang sedang bergerak

membentur kepala, seperti trauma akibat pukulan benda tumpul, atau

karena kena lemparan benda tumpul.Trauma perlambatan

9

(deselerasi)terjadi jika kepala membentur objek yang secara relatif tidak

bergerak, seperti badan mobil atau tanah.Kedua kekuatan ini mungkin

terjadi secara bersamaan bila terdapat gerakan kepala tiba-tiba tanpa

kontak langsung, seperti yang terjadi bila posisi badan diubah secara

kasar dan cepat. Kekuatan ini bisa dikombinasi dengan pengubahan posisi

rotasi pada kepala, yang menyebabkan trauma regangan dan robekan

pada substansi alba dan batang otak (Israr dkk,2009).

Trauma primer, yang terjadi pada waktu benturan, mungkin karena

memar pada permukaan otak, laserasi substansi alba, trauma robekan

atau hemoragi. Sebagai akibat, trauma sekunder dapat terjadi sebagai

kemampuan autoregulasi serebral dikurangi atau tak ada pada area

trauma.Konsekuensinya meliputi peningkatan volume darah pada area

peningkatan permeabilitas kapiler, serta vasodilatasi arterial, semua

menimbulkan peningkatan isi intrakranial, dan akhirnya peningkatan

tekanan intrakranial (TIK). Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan

trauma otak sekunder meliputi hipoksia, hiperkarbia, dan hipotensi (Israr

dkk, 2009 ).

Pada trauma kapitis, dapat timbul suatu lesi yang bisa berupa

perdarahan pada permukaan otak yang berbentuk titik-titik besar dan

kecil, tanpa kerusakan pada duramater, dan dinamakan lesi kontusio.Lesi

kontusio di bawah area benturan disebut lesi kontusio “coup”, di seberang

area benturan tidak terdapat gaya kompresi, sehingga tidak terdapat

lesi.Jika terdapat lesi,maka lesitersebut dinamakan lesi

10

kontusio“countercoup”.Kepala tidak selalu mengalami akselerasi linear,

bahkan akselerasi yang sering dialami oleh kepala akibat trauma kapitis

adalah akselerasi rotatorik.Bagaimana caranya terjadi lesi pada akselerasi

rotatorikadalah sukar untuk dijelaskan secara terinci.Tetapi faktanya

ialah, bahwa akibat akselerasi linear dan rotatorikterdapat lesi

kontusiocoup, countercoup dan intermediate.Lesi kontusio

intermediateadalah lesi yang berada di antara lesi kontusiocoup dan

countercoup (Mardjono dan Sidharta, 2008)

Akselerasi atau deselerasi terjadi karena kepala bergerak dan

berhenti secara mendadak dan kasar saat terjadi trauma.Perbedaan

densitas antara tulang tengkorak (substansi solid) dan otak (substansi

semi solid) menyebabkan tengkorak bergerak lebih cepat dari muatan

intra kranialnya.Bergeraknya isi dalam tengkorak memaksa otak

membenturpermukaan dalam tengkorak pada tempat yang berlawanan

dari benturan (Israr dkk,2009).

Kerusakan sekunder terhadap otak disebabkan oleh siklus

pembengkakan dan iskemiaotak yang menyebabkan timbulnya efek

kaskade, yang efeknya merusak otak. Traumasekunder terjadi dari

beberapa menit hingga beberapa jam setelah trauma awal. Setiap kali

jaringan saraf mengalami trauma, jaringan ini berespon dalam pola

tertentu yang dapat diperkirakan, menyebabkan berubahnya kompartemen

intrasel dan ekstrasel. Beberapa perubahan ini adalah dilepaskannya

glutamin secara berlebihan, kelainan aliran kalsium,produksi laktat, dan

11

perubahan pompa natrium pada dinding sel yang berperan dalam

terjadinya kerusakan tambahan dan pembengkakan jaringan otak

(Mardjono dan Sidharta, 2008 ).

3. Jenis Trauma Kapitis

Traumakapitisterdiri dari dua yaitu trauma kapitis tertutup dan

terbuka (Sastrodiningrat, 2007).

a. Trauma kapitis tertutup

Merupakan fragmen-fragmen tengkorak yang masih intak atau utuh

pada kepala setelah luka.The Brain and Spinal Cord Organization

2009, mengatakan trauma kapitis tertutup adalah apabila suatu pukulan

yang kuat pada kepala secara tiba-tiba sehingga menyebabkan jaringan

otak menekan tengkorak (Sastrodiningrat, 2007).

b. Trauma kapitis terbuka

Luka tampak telah menembus sampai kepada dura

mater(Sastrodiningrat, 2007).Kemungkinan ketraumaan atau trauma

terbuka dibedakan menjadi adalah seperti berikut (Anderson, 2006).

1) Fraktur

Menurut American Accreditation Health Care Commission,

terdapat 4 jenis fraktur yaitu simple fracture, linear or hairline

fracture, depressed fracture, compound fracture. Pengertian dari

setiap fraktur adalah sebagai berikut:

a) Simple : retak pada tengkorak tanpa ketraumaan pada kulit.

12

b) Linear or hairline: retak pada kranial yang berbentuk garis

halus tanpa depresi, distorsi dan „splintering‟

c) Depressed: retak pada kranial dengan depresi ke arah otak.

d) Compound : retak atau kehilangan kulit dan splintering pada

tengkorak. Selain retak terdapat juga hematoma subdural

2) Luka memar (kontusio)

Luka memar adalah apabila terjadi kerusakan jaringan subkutan

dimana pembuluh darah (kapiler) pecah sehingga darah meresap ke

jaringan sekitarnya, kulit tidak rusak, menjadi bengkak dan berwarna

merah kebiruan.Luka memar pada otak terjadi apabila otak menekan

tengkorak.Biasanya terjadi pada ujung otak seperti pada

frontal,temporaldan oksipital.Kontusio yang besar dapat terlihat di

CT-Scan atau MRI (Magnetic Resonance Imaging) seperti luka

besar.Pada kontusiodapat terlihat suatu daerah yang mengalami

pembengkakan yang di sebut edema. Jika pembengkakan cukup

besar dapat mengubah tingkat kesadaran (Reisner, 2009)

3) Laserasi (luka robek atau koyak)

Luka laserasi adalah luka robek tetapi disebabkan oleh benda

tumpul atau runcing. Dengan kata lain, pada luka yang disebabkan

oleh benda bermata tajam dimana lukanya akan tampak rata dan

teratur. Luka robek adalah apabila terjadi kerusakan seluruh tebal

kulit dan jaringan bawah kulit. Luka ini biasanya terjadi pada kulit

13

yang ada tulang dibawahnya pada proses penyembuhan dan biasanya

pada penyembuhan dapat menimbulkan jaringan parut

4) Abrasi

Luka abrasi yaitu luka yang tidak begitu dalam, hanya

superfisial.Luka ini bisa mengenai sebagian atau seluruh kulit. Luka

ini tidak sampai pada jaringan subkutis tetapi akan terasa sangat

nyeri karena banyak ujung-ujung saraf yang rusak.

5) Avulsi

Luka avulsi yaitu apabila kulit dan jaringan bawah kulit

terkelupas,tetapi sebagian masih berhubungan dengan tulang kranial.

Dengan kata lain intak kulit pada kranial terlepas setelah

ketraumaan(Reisner, 2009)

4. Tanda dan Gejala Trauma Kapitis

Menurut Reisner (2009), gejala klinistrauma kapitis adalah seperti

berikut:

a. Battle sign (warna biru atau ekhimosis dibelakang telinga di atas os

mastoid)

b. Hemotipanum (perdarahan di daerah membran timpani telinga)

c. Periorbital ecchymosis (mata warna hitam tanpa trauma langsung)

d. Rhinorrhoe (cairan serobrospinalkeluar dari hidung)

e. Otorrhoe (cairan serobrospinal keluar dari telinga)

f. Pasien tertidur atau kesadaran yang menurun selama beberapa saat

kemudian sembuh.

14

g. Sakit kepala yang menetap atau berkepanjangan.

h. Mual atau dan muntah.

i. Gangguan tidur dan nafsu makan yang menurun.

j. Perubahan keperibadian diri.

5. Etiologi

Menurut Brain Injury Association of America, etiologi utama trauma

kapitis adalah karena terjatuh sebanyak 28%, kecelakaan lalu lintas

sebanyak 20%, karena disebabkan kecelakaan secara umum sebanyak 19%

dan kekerasan sebanyak 11% dan akibat ledakan di medan perang

merupakan penyebab utama trauma kepala (Langlois, 2006). Penyebab

utama terjadinya trauma kapitis adalah seperti berikut:

a. Kecelakaan Lalu Lintas

Kecelakaan lalu lintas adalah dimana sebuah kenderan bermotor

bertabrakan dengan kenderaan yang lain atau benda lain sehingga

menyebabkan kerusakan atau kecederaan kepada pengguna jalan raya.

Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab rawat inap pasien trauma

kapitis yaitu sebanyak 32,1 per100.000 populasi (Coronado, 2007).

b. Jatuh

Jatuh didefinisikan sebagai terlepas, turun atau meluncur ke

bawah dengan cepat karena gravitasi bumi, baik ketika masih di

gerakan turun maupun sesudah sampai ke tanah.Jatuh merupakan

penyebab rawat inap pasien trauma kapitis yaitu sebanyak29,8 setiap

100.000 populasi (Coronado, 2007).

15

c. Kekerasan

Kekerasan didefinisikan sebagai suatu perihal atau perbuatan

seseorang atau kelompok yang menyebabkan cedera atau matinya orang

lain, atau menyebabkan kerusakan fisik pada barang atau orang lain

(secara paksaan). Kekerasan adalah penyebab ketiga rawat inap pasien

trauma kapitis mencatat sebanyak 7,1 setiap 100.000 populasi di

Amerika Serikat(Coronado, 2007).

6. Pemeriksaan Trauma Kapitis

Pemeriksaan pada trauma kapitis menurut Greaves dan Johnson

(2002) dengan pemeriksaan kesadaran.Pemeriksaan kesadaran paling baik

dicapai dengan menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS). GCS

merupakan sistem skoring yang didasari pada tiga pengukuran, yaitu:

pembukaan mata, respon motorik, dan respon verbal. Nilai dari masing-

masing komponen dijumlahkan dan memberikan total nilai GCS.Nilai

terendah adalah 3 sedangkan nilai tertinggi adalah 15. Menurut Japardi

(2004), GCS bisa digunakan untuk mengkategorikan pasien menjadi

1. GCS < 9 : pasien koma dan trauma kapitis berat

Dengan Skala Koma Glasgow< 9 dalam 48 jam rawat inap di

Rumah Sakit.Hampir 100% trauma kapitis berat dan 66% trauma

kapitis sedang menyebabkan cacat yang permanen. Pada trauma kapitis

berat terjadinya trauma otak primer seringkali disertai trauma otak

sekunder apabila proses patofisiologi sekunder yang menyertai tidak

segera dicegah dan dihentikan (Parenrengi, 2004). Penelitian pada

16

pasien trauma kapitis secara klinisdan eksperimental menunjukkan

bahwa pada trauma kapitis berat dapat disertai dengan peningkatan

titer asam laktat dalam jaringan otak dan cairan serebrospinalis (CSS)

ini mencerminkan kondisi asidosis otak (Torner, 2006). Pasien trauma

kapitis berat, penelitian menunjukkan kadar rata-rata asam laktat 3,25

mmol/L (Parenrengi, 2004).

2. GCS 9 – 13 : trauma kapitis sedang

Dengan Skala Koma Glasgow 9-13, lesi operatif dan

abnormalitas dalam CT-scan dalam 48 jam rawat inap di Rumah

Sakit.Pasien mungkin bingung atau somnolennamun tetap mampu

untuk mengikuti perintah sederhana (SKG 9-13). Pada suatu penelitian

penderita trauma kapitis sedang mencatat bahwa kadar asam laktat

rata-rata 3,15 mmol/L (Parenrengi, 2004).

3. GCS > 13 : trauma kapitis ringan

Dengan Skala Koma Glasgow>13, tidak ada kelainan dalam CT-

scan, tiada lesi operatif dalam 48 jam rawat inap di Rumah

Sakit.Trauma kapitis ringan atau trauma kapitis ringan adalah

hilangnya fungsi neurologi atau menurunnya kesadaran tanpa

menyebabkan kerusakan lainnya. Trauma kapitis ringan adalah trauma

kapitis dengan GCS: 15 (sadar penuh) tidak kehilangan kesadaran,

mengeluh pusing dan nyeri kepala, hematoma, laserasi dan

abrasi(Parenrengi, 2004). Trauma kapitis ringan adalah cidara otak

karena tekanan atau terkena benda tumpul Trauma kapitis ringan

17

adalah trauma kapitis tertutup yang ditandai dengan hilangnya

kesadaran sementara.Pada penelitian ini didapat kadar laktat rata-rata

pada pasien trauma kapitis ringan 1,59 mmol/L (Parenrengi, 2004)

Derajat kesadaran tampaknya mempunyai pengaruh yang kuat

terhadap kesempatan hidup dan penyembuhan.GCS juga merupakan faktor

prediksi yang kuat dalam menentukan prognosa (Sastrodiningrat,

2007).Terdapat beberapa kontroversi saat menentukan GCS.Penentuan

skor GCS sesudah resusitasi kardiopulmonal, dapat mengurangi nilai

prediksi GCS.Pada beberapa pasien, skor mata dan skor verbal sulit

ditentukan pada mata yang bengkak dan setelah tindakan intubasi

endotrakeal. Skor motorik dapat menjadi prediksi yang kuat,penderita

dengan skor mototrik 1 (bilateral flaksid ) mempunyai mortalitas 90 %.

Adanya skor motorik yang rendah pada awal trauma dan usia di atas 60

tahun merupakan kombinasi yang mematikan (Sastrodiningrat, 2007).

Penentuan skor awal GCS yang dapat dipercaya dan belum diberi

pengobatan apapun atau sebelum tindakan intubasi mempunyai nilai yang

sangat penting (Sastrodiningrat, 2007).

18

Tabel IDerajat kesadaran gambaran klinik berdasarkan skala koma

Glasgow (Iqbal, 2008)

Kategori SKG Gambaran klinik CT scan otak

Minimal 15 Pingsan (-), defisit neurologik (-) Normal

Ringan 13-15 Pingsan < 10 menit, defisit

neurologik (-)

Normal

Sedang 9-12 Pingsan > 10 menit s/d 6 jam, defisit

neurologik (+)

Abnormal

Berat 3-8 Pingsan > 6 jam, defisit neurologik

(+)

Abnormal

Tabel IITabel skala koma Glasgow (Iqbal, 2008)

Eye Opening

Mata terbuka dengan spontan 4 Mata membuka setelah diperintah 3 Mata membuka setelah diberi rangsang nyeri 2 Tidak membuka mata 1

Best Motor Response

Menurut perintah 6 Dapat melokalisir nyeri 5 Menghindari nyeri 4 Fleksi (dekortikasi) 3 Ekstensi (decerebrasi) 2 Tidak ada gerakan 1

Best Verbal Response

Menjawab pertanyaan dengan benar 5

Salah menjawab pertanyaan 4 Mengeluarkan kata-kata yang tidak sesuai 3 Mengeluarkan suara yang tidak ada artinya 2 Tidak ada jawaban 1

4. Prosedur Imaging dalam Diagnosa Trauma Kapitis

a. X-ray Tengkorak

Peralatan diagnostik yang digunakan untuk mendeteksi fraktur

dari dasar tengkorak atau rongga tengkorak.CT scan lebih dipilih bila

dicurigai terjadi fraktur karena CT scan bisa mengidentifikasi

19

frakturdan adanya kontusio atau perdarahan.X-Ray tengkorak dapat

digunakan bila CT scan tidak ada (Sastrodiningrat, 2007).

b. CT-Scan

Penemuan awal computed tomography scanner ( CT Scan )

penting dalam memperkirakan prognosa trauma kapitis berat

(Sastrodiningrat, 2007). Suatu CT scan yang normal pada waktu

masuk dirawat pada pasien-pasien trauma kapitis berat berhubungan

dengan mortalitas yang lebih rendah dan penyembuhan fungsional

yang lebih baik bila dibandingkan dengan pasien-pasien yang

mempunyai CT scan abnormal. Hal di atas tidaklah berarti bahwa

semua pasien dengan CT scan yang relatif normal akan menjadi lebih

baik, selanjutnya mungkin terjadi peningkatanTIK dan dapat

berkembang lesi baru pada 40% dari pasien (Sastrodiningrat, 2007).

Pemeriksaan CT scantidak sensitif untuk lesi di batang otak

karena kecilnya struktur area yang trauma dan dekatnya struktur

tersebut dengan tulang di sekitarnya. Lesi seperti ini sering

berhubungan dengan outcome yang buruk (Sastrodiningrat, 2007).

c. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Magnetic Resonance Imaging (MRI) juga sangat berguna di

dalam menilai prognosa.MRI mampu menunjukkan lesidi substantia

albadan batang otak yang sering luput pada pemeriksaan CT Scan.

Ditemukan bahwa pasien dengan lesi yang luas pada hemisfer, atau

terdapat lesi batang otak pada pemeriksaan MRI, mempunyai prognosa

20

yang buruk untuk pemulihan kesadaran, walaupun hasil pemeriksaan

CT Scan awal normal dan tekanan intrakranial terkontrol baik

(Sastrodiningrat, 2007).

Pemeriksaan Proton Magnetic Resonance Spectroscopy (MRS)

menambah dimensi baru pada MRI dan telah terbukti merupakan

metode yang sensitif untuk mendeteksi TraumaAkson Difus (CAD).

Mayoritas pasien dengan trauma kapitis ringan sebagaimana halnya

dengan pasien trauma kapitis yang lebih berat, pada pemeriksaan MRS

ditemukan adanya CAD di korpus kalosum dan substantia alba.

Kepentingan yang nyata dari MRS di dalam menjajaki prognosa

trauma kapitis berat masih harus ditentukan, tetapi hasilnya sampai

saat ini dapat menolong menjelaskan berlangsungnya defisit

neurologik dan gangguan kognitif pada pasientrauma kapitis ringan

(Sastrodiningrat, 2007 ).

B. Cognitive Test For Delirium (CTD)

Cognitive Test For Delirium (CTD) berkembang sebagai metode

alternatif untuk diagnosis delirium sebagai gambaran kognitif(Kennedy,

2003). CTD merupakan suatu instrumen yang telah berkembang untuk

memberikan pemeriksaan terperinci mengenai fungsi neuropsikologikal

(orientasi, perhatian, memori, komprehensi dan konsentrasi) dan dapat

digunakan pada pasien dengan kemampuan berinteraksinya terhadap

pemeriksa dibatasi oleh immobilitas, intubasi dan tidak adanya kemampuan

verbal (Kennedy, 2003).

21

CTD digunakan pada kondisi intensive care yang mengalami gangguan

verbaldan motorik.Tes ini hanya memerlukan respon non verbal dalam

bentuk pointing, menganggukkan kepala atau mengangkat tangan. Penilaian

fungsi eksekutif dan fungsi kognitif non-verbal maka CTD dapat mengukur

fungsi hemisfer kanan yang ikut memainkan peranan penting dalam

patofisiologi delirium (Kennedy, 2003)

Instrumen CTD bermanfaat untuk memberikan karakterisasi

neuropsikologikal gangguan delirium, hubungannya terhadap gejala non-

kognitifdan aspek penting klinis lainnya seperti etiologiyang mendasari,

pengobatan yang tidak responsive dan perjalanan penyakit (Iqbal, 2008).CTD

terdiri dari limasubtest yang menunjukkan orientasi, rentang perhatian,

memori, komprehensi dan kewaspadaan. Skor mentah dari masing-masing

subtest dikonversi dalam bentuk skor 0-5, yang kemudian dijumlahkan untuk

mendapatkan skor total dari 0-15. Skoryag semakin kecil menunjukkan

semakin besarnya kemungkinan delirium (Iqbal, 2008).

Keneddy (2003) melakukan studi untuk menyelidiki kegunaan dari

CTD pada suatu populasi pasien dengan trauma kapitis.Jumlah sampel

sebanyak 65 pasien yang dievaluasi setiap minggunya menggunakan

kreteriaDSM-IV untuk delirium dan CTD. Hasil analisis status kognitif saat

pemulihan awal setelah trauma, didapati bahwa cutoff score optimal yang

kurang dari 22 dengan menggunakan CTD dapat mengidentifikasi delirium,

dengan sensitivitas sebesar 72% dan spesifitas 71% dibandingan dengan

diagnosis DSM-IV. Hart (1996) melakukan studi validasi terhadap

22

penggunaan CTD untuk mengidentifikasi delirium pada pasien dengan

delirium, dimensia dan depresi.Penelitaian tersebut di analisa menunjukkan

bahwa cutoffscore optimal dari CTD dalam membedakan delirium dari

gangguan lainnya yaitu sebesar <19. Nilai ini berhubungan dengan

sensitivitas sebesar 100% dan spesifisitas 95,1%. Follow-Up selanjutnya dari

seluruh pasien trauma kapitis yang dapat menyelesaikan pemeriksaan CTD

ternyata 42% tidak dapat menyelesaikan pemeriksaan Mini Mental State

Examination (MMSE), oleh karena tindakan pengobatan invasive yang

membatasi respons verbal dan kontrol motorik atau karena gangguan

berbicara.

C. Tingkat KesadaranUntuk Delirium

Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang

terhadap rangsangan dari lingkungan, tingkat kesadarankesadaran dibedakan

menjadi :

1. Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat

menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya,GCS : E4V5M6.

2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan

sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh, GCS : E3V4M5.

3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak,

berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal, GCS : E3V4M4.

4. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor

yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang

23

(mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban

verbal, GCS : E3V3M4.

5. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon

terhadap nyeri, GCS : E1V1M4.

6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap

rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin

juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya), GCS : E1V1M1.

Perubahan tingkat kesadaran dapat diakibatkan dari berbagai faktor,

termasuk perubahan dalam lingkungan kimia otak seperti keracunan,

kekurangan oksigen karena berkurangnya aliran darah ke otak, dan tekanan

berlebihan di dalam rongga tulang kepala.

Adanya defisit tingkat kesadaran memberi kesan adanya hemiparese

serebral atau sistem aktivitas reticular mengalami injuri.Penurunan tingkat

kesadaran berhubungan dengan peningkatan angka morbiditas (kecacatan) dan

mortalitas (kematian).

Jadi sangat penting dalam mengukur status neurologikal dan medis

pasien.Tingkat kesadaran ini bisa dijadikan salah satu bagian dari vital sign

(Kennedy, 2003).

Penyebab Penurunan Kesadaran

Penurunan tingkat kesadaran mengindikasikan difisit fungsi otak.

Tingkat kesadaran dapat menurun ketika otak mengalami kekurangan oksigen

(hipoksia), kekurangan aliran darah (seperti pada keadaan syok), penyakit

metabolic seperti diabetes mellitus (koma ketoasidosis), pada keadaan hipo

24

atau hypernatremia, dehidrasi, asidosis, alkalosis, pengaruh obat-obatan,

alkohol, keracunan, hipertermia, hipotermia, peningkatan tekanan intrakranial

(karena perdarahan, stroke, tomor otak), infeksi (encephalitis), epilepsi.

Mengukur Tingkat Kesadaran

Salah satu cara untuk mengukur tingkat kesadaran dengan hasil

seobjektif mungkin adalah menggunakan GCS (Glasgow Coma Scale). GCS

dipakai untuk menentukan derajat cidera kepala.Reflek membuka mata,

respon verbal, dan motorik diukur dan hasil pengukuran dijumlahkan jika

kurang dari 13, makan dikatakan seseorang mengalami cidera kepala, yang

menunjukan adanya penurunan kesadaran.

Metoda lain adalah menggunakan sistem AVPU, dimana pasien

diperiksa apakah sadar baik (alert), berespon dengan kata-kata (verbal), hanya

berespon jika dirangsang nyeri (pain), atau pasien tidak sadar sehingga tidak

berespon baik verbal maupun diberi rangsang nyeri (unresponsive).

Ada metoda lain yang lebih sederhana dan lebih mudah dari GCS dengan

hasil yang kurang lebih sama akuratnya, yaitu skala ACDU, pasien diperiksa

kesadarannya apakah baik (alertness), bingung / kacau (confusion), mudah

tertidur (drowsiness), dan tidak ada respon (unresponsiveness).

Pemeriksaan GCS

GCS (Glasgow Coma Scale) yaitu skala yang digunakan untuk

menilai tingkat kesadaran pasien, (apakah pasien dalam kondisi koma atau

tidak) dengan menilai respon pasien terhadap rangsangan yang diberikan

(Kennedy, 2003).

25

Respon pasien yang perlu diperhatikan mencakup 3 hal yaitu reaksi membuka

mata , bicara dan motorik. Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat

(score) dengan rentang angka 1 – 6 tergantung responnya.

Eye (respon membuka mata) :

(4) : spontan

(3) : dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).

(2) : dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan

kuku jari)

(1) : tidak ada respon

Verbal (respon verbal) :

(5) : orientasi baik

(4) : bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang )

disorientasi tempat dan waktu.

(3) : kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun

tidak dalam satu kalimat. Misalnya “aduh…, bapak…”)

(2) : suara tanpa arti (mengerang)

(1) : tidak ada respon

Motor (respon motorik) :

(6) : mengikuti perintah

(5) : melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi

rangsang nyeri)

(4) : withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi

stimulus saat diberi rangsang nyeri)

26

(3) : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada &

kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).

(2) : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh,

dengan jari mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).

(1) : tidak ada respon

Hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS disajikan dalam

simbol E…V…M…

Selanutnya nilai-nilai dijumlahkan.Nilai GCS yang tertinggi adalah 15 yaitu

E4V5M6 dan terendah adalah 3 yaitu E1V1M1.

Jika dihubungkan dengan kasus trauma kapitis maka didapatkan hasil :

GCS : 14 – 15 = CKR (cidera kepala ringan)

GCS : 9 – 13 = CKS (cidera kepala sedang)

GCS : 3 – 8 = CKB (cidera kepala berat

D. Delirium pada Trauma Kapitis

Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Desorders-4th

ed-Text Revision (DSM-IV-TR), delirium adalah sindroma yang ditandai

dengan gangguan kesadaran dan perubahan kognisi yang muncul dalam

waktu yang singkat (Sadock, 2003).

Delirium adalah sindrom gangguan kesadaran, yang ditandai dengan

penurunan kemampuan untuk memutuskan, mempertahankan

perhatian.Delirium adalah merupakan sindrom otak yang dimanifestasikan

27

oleh berbagai respon psikologis diantaranya kecemasan, ketakutan, dan

depresi (Sadock, 2003).

Batasan prevalensi delirium pada populasi umum adalah 0,4% untuk

orang yang berusia 18 tahun dan lebih serta 1,1% untuk orang yang berusia

55 atau lebih.Sekitar 10-30% pasien yang mengalami penyakit medis dan

dirawat inap mengalami delirium sekitar 15-60% pasien berusia tua

mengalami delirium sebelum atau selama di rawat di Rumah Sakit

(Waszynski, 2004).Alagiakrishnan dan Blanchette (2005) meyebutkan bahwa

delirium lazim dijumpai di USA. Pasien delirium ditemukan sekitar 14-56%

pada pasien berusia tua saat awal masuk ke rumah sakit,dan meningkat 10-

30% setelah rawatan di Rumah Sakit. Delirium dijumpai pada 40% pasien

yang dirawat di Intensive Care Units (ICU). Prevalensi 80% pasienakan

mengalami delirium saat mendekati kematian. Delirium sering dijumpai

dengan prevalensi mencapai 80% di Intensive Care Units (ICU) dan sekitar

69% ada pasien dengan trauma kapitis (Kennedy dkk, 2003).

Mekanisme patofisiologi terjadinya dan perkembangan delirium belum

jelas dan belum terperinci.Mekanisme delirium disebutkan berkaitan dengan

gangguan keseimbangan neurotransmitter yang memodulasi pengaturan

fungsi kognitif, tingkah laku.Sistem neurotransmitter utama yang terlibat

dalam patofisiologi delirium diantaranya dopamine dan asetilkholin, sistem

neurotransmitter lainnya yang dapat terlibat yaitu serotonin, peningkatan

aktifitas noradrenergik sentral dan kerusakan sistem enzim interneuronal

(Kennedy dkk, 2003).Delirium berkaitan dengan kerusakan batang otak

28

(formasio retikularis) yang berfungsi utama mengatur perhatian.Kerusakan

formasio retikularis dapat disebabkan oleh benturan atau trauma kapitis

sedang-sampai berat.

Bukti bahwa adanya defisiensi kolinergik pada delirium pertama,

faktor risiko delirium mencakup gangguan struktural otak yang berkaitan

dengan penurunan aktifitas asetilkholin.Kedua, aktifitas serum antikolinergik

yang tinggi berhubungan dengan keparahan delirium.Ketiga, terdapat bukti-

bukti yang berdasarkan riwayat percobaan klinis yang mengemukakan bahwa

penggunaan obat-obat antikolinesterase pada pengobatan penyakit Alzheimer

ternyata juga bermanfaat mengobati gejala-gejala delirium. Kesimpulan dari

patogenis delirium pada trauma kapitis adalah terganggunya respon otak yang

ditandai pelepasan interleukin yang menjadi penyebab delirium apabila

terjadinya trauma kapitis (Alagiakrishnan dan Blanchette,2005).

29

E. Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan

Gambar I .Kerangka Konsep Penelitian

Trauma Kapitis

Sedang

Lesi Fokal Lesi Multifokal

Kerusakan

korteks/subkorteks

Gangguan keseimbangan

neurotransmitter

Gangguan kesadaran dan fungsi

kognitif dalam waktu singkat

Delirium

Lamanya masa rawat inap

di RS

Skala Koma Glasgow CT Scan Kepala

= Diteliti

= Tidak Diteliti

Etiologi :

Kecelakaan Lalu

Lintas

Terjatuh

Kekerasan

CTD

30

F. Hipotesis

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H0 : Tidak Terdapat hubungan antara Skor Cognitive Test for Delirium

(CTD) terhadap lamanya masa rawat inap pada pasien trauma kapitis

di IGD dan Ruang Flamboyan di RSUD Gambiran Kediri

H1 :Terdapat hubungan antara Skor Cognitive Test for Delirium (CTD)

terhadap lamanya masa rawat inap pada pasien trauma kapitis di IGD

dan Ruang Flamboyan di RSUD Gambiran Kediri

31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian adalah pemilihan dan perumusan masalah serta

hipotesis untuk memberikan gambaran mengenai metode dan teknik yang hendak

digunakan dalam suatu penelitian (Tjokronegoro, 2008). Hal ini mencakup: desain

penelitian, populasi dan sampel,identifikasivariabel,definisi operasional,

instrumen Penelitian, lokasi dan waktu penelitian, prosedur, pengambilan dan

analisa data, kerang kerja, etika penelitian, keterbatasan.

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah sesuatu yang memungkinkan pemaksimalan

kontrol beberapa faktor yang biasa mempengaruhi saat hasil desain penelitian

merupakan suatu strategi penelitian dalam mengidentifikasi permasalahan

sebelum perencanaan akhir pengumpulan data digunakan untuk

mengidentifikasi struktur dimana penelitian dilaksanakan (Nursalam, 2013).

Berdasarkan tujuan penelitian, maka desain penelitian yang

digunakan adalah kuantitatif menggunakan desain cross sectional dengan

subjekdiobservasi hanya satu kali atau pengukuran variabel independen dan

dependen dilakukan pada kurun waktu yang sama (Nursalam, 2013).

B. Populasi, Sampel dan Sampling

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang

diteliti (Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah pasien

32

trauma kapitis sedang di RSUD Gambiran Kediri dengan jumlah total 114

orang dari bulan Januari – September 2013.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo,

2012).Dalam penelitian inimenggunakan Accidental Sampling.Penentuan

sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampeldengan

kriteria inklusi dan eksklusi.

a. Kriteria inklusi

1) Pasien yang mengalami trauma kapitis sedang.

2) Pasien atau keluarga memberikan persetujuan ikut dalam penelitian.

3) Pasien trauma kapitis sedang yang telah di tes dengan GCS dan

pemeriksaan CT-Scan.

b. Kriteria eksklusi

1) Pasien trauma kapitis sedang yang telah mengalami delirium

sebelum kejadian trauma berdasarkan anamnesa.

2) Pasien trauma kapitis sedang disertai penyakit lain (stroke,infeksi

dan tumor otak) berdasarkan klinis,laboratorium,CT scan kepala.

3) Pasien trauma kapitis sedang dengan keadaan tidak sadar.

33

3. Teknik sampling

Sampling adalah proses penyeleksian porsi dari populasi, untuk dapat

mewakili populasi, dan tekniksampling merupakan cara yang ditempuh dalam

pengambilan sampel agar memperoleh sampel-sampel yang benar sesuai

dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2013).Peneliti

menggunakanAccidental sampling yaitu merupakan pengambilan sampelyang

dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada di

suatu tempat sesuai dengan konteks penelitian (Notoatmodjo, 2012).

C. Variabel Penelitian

1. Variabel Independen

Suatu stimulus aktifitas yang dimanipulasi oleh peneliti untuk

menciptakan suatu dampak pada variabel dependen (Nursalam, 2013),

adapun variabel independen dalam penelitian ini adalahskor cognitive test

for delirium(CTD).

2. Variabel dependen

Adalah variabel respon atau output yang akan muncul sebagai

akibat dari manipulasi suatu variabel lainnya (Nursalam, 2013), adapun

variabel dependen adalah lamanya masa rawat inap.

34

D. Definisi Operasional

Tabel III .Definisi Operasional

E. Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah proses pendekatan kepada subjek dan proses

pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian

(Nursalam, 2004). Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan

dengan menggunakan instrument berupa kuisioner yang berisi beberapa

pertanyaan tertutup yang harus diisi oleh responden.

Variabel Definisi

Operasional Parameter

Alatu

kur Skala Skore

Independen:

Skor

cognitive test

for

delirium(CT

D).

Instrumen yang

digunakan

sebagai metode

alternatif untuk

delirium yang

sebelumnya telah

di tes dengan

GCS dan CT

scan serta

gambaran

kognitif pada

responden

trauma kapitis

sedang.

Cognitive Test for

Delirium (CTD)

terdiri dari lima

subtest yang

menunjukkan:

1. Orientasi

2. Perhatian

3. Memori

4. Komprehensi

5. Konseptual

K

U

I

S

I

O

N

E

R

Ordinal

Ringan: 11-15

Sedang : 6-10

Berat : 0-5

(Kennedy,

2003)

Dependen:

Lamanya

masa rawat

inap

Jumlah hari mulai

saat masuk

berobat ke rumah

sakit sampai saat

diperbolehkan

pulang pada

responden trauma

kapitis sedang.

Responden

menjalani

perawatan sesuai

dengan jumlah hari

tinggal di rumah

sakit sesuai advice

dokter.

R

E

K

A

M

M

E

D

I

K

Nominal

1 hari

2 hari

3 hari

4 hari

5 hari

…….dst.

35

Kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya

atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2005). Jenis kuisioner yang digunakan

adalah kuisioner terbuka, dimana pada setiap item pertanyaan responden

memilih jawaban yang disediakan yang terdiri dari 2 jawaban dengan skala

ordinal. Jawaban yang benar diberi nilai 1 dan jawaban yang salah diberi nilai

0, sehingga data yang diperoleh merupakan data berskala nominal . Pada saat

pengumpulan data,penalitimendampingi respondensecara langsung dalam

pengisian kuisioner, sehingga apabila responden kurang jelas dengan maksud

pertanyaan, bisa langsung bertanya pada peneliti.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berbentuk

kuisioner yang digunakan untuk mengukur skor cognitive test for

delirium(CTD).

G. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat : IGD dan Ruang Flamboyan RSUD Gambiran

2. Waktu : 7 April-25 April 2014

H. Prosedur, Pengolahan dan Analisa Data

1. Prosedur Pengumpulan Data

Teknik pengambilan data dalam penelitian ini meliputi :

36

a. Mengajukan surat ijin pengambilan data melalui Fakultas Kesehatan

Masyarakat IIK Bhakti Wiyata.

b. Mengajukan surat ijin penelitian serta pengambilan data di RSUD

Gambiran Kediri.

c. Mengajukan surat ijin penelitian serta pengambilan data di ruang IGD

dan Ruang FlamboyanGambiran Kediri.

2. Pengolahan Data

Data yang diperoleh merupakan data mentah sehingga belum

memberikan gambaran yang diharapkan, oleh karena itu perlu diolah

untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Selanjutnya dilakukan langkah-

langkah pengolahan data yang terdiri dari seleksi data dengan cara

memilah-milah data (langkah ini dimaksudkan untuk memilih data

yangrepresentatif yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya)

mengelompokkan data dan tabulasi data.

3. Analisa Data

Setelah data terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data dengan

tahapan sebagai berikut:

a. Editing

Dimaksudkan untuk melihat apakah data yang diperoleh sudah

terisi lengkap atau masih kurang lengkap

37

b. Coding

Mengklasifikasikan jawaban dari responden menurut macamnya.

Biasanya klasifikasi dilakukan dengan cara memberi tanda atau kode

berbentuk angka pada masing-masing jawaban.

c. Skoring

Skoring dilakukan pada skore cognitive test for delirium(CTD)

pada pasien trauma kapitis sedang, hasil dari kuisioner diolah dan

diberi skor, yaitu:

1) Ringan: 11-15

2) Sedang : 6-10

3) Berat : 0-5

Skoring dilakukan pada Lamanya masa rawat inap adalah dengan

nominal dengan menyebutkan lama hari perawatan yaitu 1 hari, 2 hari,

3 hari,……. dst hari

Teknik analisa data menggunakan bantuan uji korelasiSpearmen

Rank dengan program software SPSS 16 dan untuk menguji hubungan

Cognitive Test for Delirium (CTD) dengan lamanya masa rawat inap

pada pasien trauma kapitis sedang.

38

I. Kerangka Kerja

Gambar III.1 Kerangka kerja penelitian

Hubungan Skor Cognitive Test For Delirium Dengan Lamanya Masa

Rawat Inap Pada Pasien Trauma Kapitis Sedang Di IGD dan Rawat Inap

Flamboyan di RSUD Gambiran Kota Kediri

Populasi : Semua pasien trauma kapitis sedang di IGD dan Ruang

Flamboyan di RSUD Gambiran

Sampel : 13 pasien trauma kapitis

sedan gang sesuai dengan inklusi dan

eksklusi.

Desain Penelitian :Cross Sectional

Penyajian Data : Analisis Statistik uji

korelasi spearmen rank dengan SPSS

versi 16

Hasil Penelitian :p value

0,00 Dependen :Lamanya

Masa Rawat Inap. Independen :

Skor CTD

Tehnik sampling

:Accidental Sampling

Kesimpulan : Dengan hasil Penelitian p

value: 0,00 maka <0,05 dinyatakan H0

ditolak dan H1 diterima bahwa ada

hubungan dengan koefisien korelasi

0,920 kuat.

Alat Ukur :

Kuisioner

Alat Ukur :

Kuisioner

39

J. Etika Penelitian

Peneliti menjamin hak-hak responden dengan menjaga kerahasiaan

responden dan terlebih dahulu meminta persetujuan responden dan

mendokumentasikannya dalam format informed consent yang telah tersedia.

Selanjutnya memulai mengumpulkan data dengan tetap memperhatikan

etika, antara lain:

1. Informed Concent (persetujuan)

Bagi subjek yang memenuhi kriteria diberikan lembar pertanyaan

penelitian untuk bersedia menjadi responden disertai penjelasan tentang

segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian dan

manfaatnya.Apabila subjek menolak maka peneliti tidak boleh

memaksakan hak-hak subjek.

2. Anominity (tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan subjek peneliti tidak akan

mencantumkan nama responden, tetapi mencantumkan kode.

3. Confidentialy (rahasia)

Kerahasiaan informasi yang berasal dari responden dijamin oleh

peneliti, data hanya akan disajikan untuk kelompok tertentu yang

mempunyai kepentingan dengan penelitian ini.

40

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai Skor Cognitive Test For

Delirium dengan lamanya masa rawat inap pada pasien trauma kapitis

sedang. Pengambilan data penelitian dilakukan di IGD dan ruang

Flamboyan RSUD Gambiran Kota Kediri.Jumlah sampel dalam penelitian

ini adalah sebanyak 13 responden.Penelitian ini dilakukan pada tanggal 7

April 2014 sampai 25 April 2014 dengan pemberian kuisioner kepada

pasien.Berdasarkan hasil dari kuisioner diperoleh data tentang karakteristik

responden, skor delirium dan lama rawat inap.

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran umum lokasi penelitian

a. Kedudukan RSUD Gambiran Kota Kediri

RSUD Gambiran adalah rumah sakit tipe B Non pendidikan yang terletak

di barat kota Kediri. RSUD Gambiran berdiri pada tahun 1928 pada zaman

penjajahan pemerintahan Hindia Belanda. Adapun lokasi RSUD Gambiran

meliputi area seluas 15.275 m².

RSUD Gambiran mempunyai visi dan misi. Adapun visi adalah sebagai

rumah sakit terbaik di kota Kediri. Misi Rumah Sakit adalah memberikan

pelayanan kesehatan yang memuaskan, menjadikan rumah sakit pusat

41

rujukan pelayanan kesehatan untuk wilayah Kediri dan sekitarnya serta

menigkatkan kapasitas sumber daya manusia.

a. Jumlah Tenaga Kesehatan

Saat ini di RSUD Gambiran Kediri memiliki tenaga dokter

spesialis sejumlah 28 orang, dokter umum sejumlah 17 orang, dokter gigi

sejumlah 2 orang dan tenaga perawat sejumlah 266 orang yang terdiri dari

31 orang lulusan S1-keperawatan, 181 orang lulusan D3, 54 orang lulusan

SPK dan 53 orang lulusan Kebidanan (Sumber Kepegawaian RSUD

Gambiran Kediri 2014).

b. Gambaran Umum Intalasi Gawat Darurat RSUD Gambiran Kediri

RuanganInstalasi Gawat Darurat terdapat 9 ruang yaitu 1 ruang

pendaftaran, 1 ruang perawat, 1 ruangdokter, 1 ruang kamar mandi, 1

ruang mushola, 4 ruang untuk tindakan. Tenaga Medis di Ruang

IGDterdiri dari 6 dokter umum, 5 orang lulusan S1- Keperawatan, 17

orang lulusan D3 keperawatan, 8 orang lulusan D3 kebidanan dan 2 orang

cleaning service (Sumber Kepegawaian RSUD Gambiran Kediri 2014).

c. Gambaran Umum Ruang Flamboyan

Tenaga Medis di Bedah flamboyan terdiri dari paramedis 43 orang yang

terdiri dokter spesialis panyakit dalam 2 orang, dokter penyaki syaraf 2

orang, dokter penyakit mata 3 orang, dokter penyakit jantung 1 orang,

dokter spesialis bedah tulang 4 lulusan, S1- Keperawatan 11 orang, D3

kebidanan 1 orang, D3 18 orang, adminitasi 3 orang, ketata rumah tangga

42

6 orang, ahli gizi 1 orang, cleaning servise 4 orang (Sumber Kepegawaian

RSUD Gambiran Kediri 2014).

2. Karakteristik Responden

Data Umum

a. Usia

(Sumber: data primer, bulan Maret 2014)

Gambar IV.1 Distribusi frekuensi usia responden di IGD dan

Flamboyan RSUD Gambiran Kota Kediri Tahun

2014.

Dari diagram diatas menunjukkan bahwa rata-rata usia responden

di IGD dan Flamboyan RSUD Gambiran Kota Kediri 2014, menunjukkan

bahwa usia 15-37 Tahun terdapat 8 responden (62%) dan usia 38-60

Tahun terdapat 5 responden (38%).

62%

38%

n=13

15-37 Tahun 38-60 Tahun

43

b. jenis Kelamin

(Sumber: data primer, bulan Maret 2014)

Gambar IV.2 Distribusi frekuensi usia responden di IGD dan

Ruang Flamboyan RSUD Gambiran Kota Kediri

Tahun 2014.

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa jenis kelamin responden di

IGD dan Ruang Flamboyan RSUD Gambiran Kota Kediri 2014,

menunjukkan jenis kelamin perempuan terdapat 7 responden (54%) dan

jenis kelamin laki-laki terdapat 6 responden (46%).

54% 46%

n=13

Perempuan

Laki-laki

44

c. Tingkat Pendidikan

(Sumber: data primer, bulan Maret 2014)

Gambar IV.3 Distribusi frekuensi tingkat pendidikan responden di

IGD dan Ruang Flamboyan RSUD Gambiran Kota

Kediri Tahun 2014.

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan

responden di IGD dan Ruang Flamboyan RSUD Gambiran Kota Kediri

2014, menunjukkan pendidikan SMP berjumlah 6 responden (46%), dan

pendidikan SMA berjumlah 7 responden (54%).

46%

54%

n= 13

SMP SMA

45

d. Pekerjaan

(Sumber: data primer, bulan Maret 2014)

Gambar IV.4 Distribusi frekuensi pekerjaan responden di IGD

dan Ruang Flamboyan RSUD Gambiran Kota

Kediri Tahun 2014.

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa pekerjaan responden di IGD

dan Ruang Flamboyan RSUD Gambiran Kota Kediri 2014, menunjukkan

bahwa pekerjaan responden sebagai pelajar terdapat 5 responden

(38%),dan yang bekerja swasta terdapat 8 responden (62%).

38%

62%

n= 13

Pelajar Swasta

46

3. Karakteristik Variabel

Data Khusus

a. Skor Cognitive Test For Delirium

(Sumber: data primer, bulan Maret 2014)

Gambar IV.5 Distribusi frekuensi Skor Cognitive Test For

Delirium RSUD Gambiran Kota Kediri Tahun

2014.

Berdasarkan dari tabel diatas menunjukkan bahwa Skor Cognitive

Test For Dlirium (CTD) pada responden di IGD dan Ruang Flamboyan

RSUD Gambiran Kota Kediri,menunjukkan perolehan skor 11-15

31%

54%

15%

n= 13

11-15(Ringan) 6-10(Sedang) 0-5(Berat)

47

(Ringan) terdapat 4 responden (31%),skor 6-10 (Sedang) terdapat 7

responden (54%) dan skor 0-5 (Berat) terdapat 2 responden (15%).

b. Lama Di Rawat

(Sumber: data primer, bulan Maret 2014)

Gambar IV.6 Distribusi frekuensi lama rawat inap pada responden

di IGD dan Ruang Flamboyan RSUD Gambiran

Kota Kediri Tahun 2014.

Berdasarkan dari tabel diatas menunjukkan bahwa lama rawat inap

responden di IGD dan Ruang Flamboyan RSUD Gambiran Kota Kediri,

menunjukkan bahwa lamanya masa rawat inap dengan lama 3 hari terdapat

2 responden (15%),rawat inap selama 4 hari terdapat 2 responden

(15%),rawat inap selama 8 hari terdapat 2 responden (15%),rawat inap

15% 15%

15% 31%

8% 8%

8%

n= 13

3 Hari 4 Hari 8 Hari 9 Hari 11 Hari 16 Hari 18 Hari

48

selama 9 hari terdapat 4 responden (31%),rawat inap selama 11 hari

terdapat 1 responden (8%),rawat inap selama 16 hari terdapat 1 responden

(8%) dan rawat inap selama 18 hari terdapat 1 responden (8%)

4. Karakteristik Hubungan antar Variabel

Data yang telah diperoleh diolah dengan menggunakan statistik uji

Spearmen Rankuntuk melihat hubungan variabel independen dan variabel

dependen.

Tabel IV.7 Hubungan skor cognitive test for delirium dengan lamanya

masa rawat inap pada pasien trauma kapitis sedang di IGD

dan Ruang Flamboyan RSUD Gambiran Kota Kediri

Tahun 2014 (n=13).

Skor

CTD

F % Lama Di

rawat

F % P

value

Ringan 4 31 3 Hari 2 15

0,00

Sedang 7 54 4 Hari 2 15

Berat 2 15 8 Hari 2 15

9 Hari 4 31

11 Hari 1 8

16 Hari 1 8

18 Hari 1 8

Total 13 100 13 100

Berdasarkan tabulasi silang diatas dapat dilihat bahwa skor CTD

untuk klasifikasi delirium ringan terdapat 4 orang (31%),untuk klasifikasi

delirium sedang terdapat 7 orang (54%) dan untuk klasifikasi delirium

berat terdapat 2 orang (15%).Untuk masa rawat inap,pasien dengan rawat

inap selama 3 hari terdapat 2 orang (15%), rawat inap selama 4 hari

terdapat 2 orang (15%), rawat inap selama 8 hari terdapat 2 orang (15%),

rawat inap selama 9 hari terdapat 4 orang (31%), rawat inap selama 11 hari

49

terdapat 1 orang (8%), rawat inap selama 16 hari terdapat 1 orang (8%)

dan rawat inap selama 18 hari terdapat 1 orang (8%)

B. Pembahasan

1. Skor Cognitive Test For Delirium (CTD)

Skor Cognitive Test for Delirium terdiri dari lima subtest yang

menunjukkan orientasi, rentang perhatian, memori, komprehensi dan

kewaspadaan. Skor mentah dari masing-masing subtest dikonversi dalam

bentuk skor 0-5, yang kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan skor

total dari 0-15. Skor yag semakin kecil menunjukkan semakin besarnya

kemungkinan delirium (Iqbal, 2008).

Berdasarkan distribusi frekuensi skor CTD dapat di lihat bahwa

responden yang mendapat skor 11-15 di klasifikasikan delirium ringan

terdapat 4 orang (31%), untuk responden yang mendapat skor 6-10 di

klasifikasikan delirium sedang terdapat 7 orang (54%) dan responden yang

mendapat skor 0-5 di klasifikasikan delirium berat terdapat 2 orang (15%).

Maka berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian dapat di katakan

bahwa semakin tinggi skor yang didapatkan maka semakin ringan delirium

yang di alami pasien dan jika semakin rendah skor yang di dapatkan maka

semakin berat delirium yang dialami pasien.

Masalah kognitif hampir selalu muncul pada trauma kapitis dan

sering diikuti penyebab kerusakan lain di otak. Pada pasien trauma kapitis

sedang biasanya timbul masalah tingkah laku dan hampir selalu ditemukan

50

masalah kognitif terutama dengan perhatian, proses informasi, memori dan

fungsi konsentrasi (Kennedy, 2003)

2. Lama Masa Rawat Inap

Penilaian delirium dapat dinilai dengan adanya aras neural pada

otak yang menyatakan bahwa hemisfer kanan, baik korteks maupun

subkorteks yang mengalami lesi ataupun oedema, semakin dalam lesi

maka akan semakin lama durasi dalam delirium dantentunya masa rawat

inapnya juga akan semakin lama (Waszynski, 2004).

Bourgeois (2006) melakukan studi untuk mencari hubungan antara

lamanya masa rawat inap dengan diagnosisgangguan kognitif non

schizophrenia pada kelompok geriatrik sebesar (11 hari) lebih singkat

dibandingkan yang lebih muda (14,4 hari).

Berdasarkan distribusi frekuensi lama rawat inap dapat diketahui

bahwa rawat inap selama 3 hari terdapat 2 orang (15%), rawat inap selama

4 hari terdapat 2 orang (15%), rawat inap selama 8 hari terdapat 2 orang

(15%), rawat inap selama 9 hari terdapat 4 orang (31%), rawat inap selama

11 hari terdapat 1 orang (8%), rawat inap selama 16 hari terdapat 1 orang

(8%) dan rawat inap selama 18 hari terdapat 1 orang (8%). Jadi lamanya

masa rawat inap di tentukan dari keadaan pasien itu sendiri dan semakin

dalam lesi yang dialami pasien kemungkinan rawat inapnya akan semakin

lama.

51

3. Hubungan skor cognitive test for delirium dengan lamanya masa rawat

inap pada pasien trauma kapitis sedang.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data bahwa responden

yang mendapat skor antara 11-15 sebanyak 4 orang (31%) dengan skor

yang di kategorikan ringan ini maka rawat inap terhadap responden akan

semakin cepat dengan rata-rata 3,5 hari, sedangkan responden dengan skor

6-10 sebanyak 7 orang (54%) dengan skor yang dikategorikan sedang ini

maka rawat inap pada responden akan sedikit lebih lama yaitu dengan

rata-rata 9 hari dan responden dengan skor 5-0 sebanyak 2 orang (15%)

dengan skor yang di kategorikan berat maka rawat inap pada responden

akan lama yaitu rata-rata 17 hari rawat inap.

Berdasarkan hasil uji penelitian Spearmen Rank didapatkan p

value= 0,000 yang berarti kurang dari alpha (0,05), maka dapat dinyatakan

bahwa p value< 0,05, H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga dapat diambil

kesimpulan bahwa ada hubungan yang signifikan antara skor cognitive test

for delirium dengan lamanya masa rawat inap pada pasien trauma kapitis

sedang dengan koefisien korelasinya 0,920 maka hubungannya kuat.

Dimana semakin tinggi skor yang di dapatkan maka semakin cepat

masa rawat inap di rumah sakit,sedangkan semakin rendah skor yang

didapatkan maka semakin lama masa rawat inap di rumah sakit.

52

C. Keterbatasan penelitian

1. Peneliti menggunakan metode kuisioner yang di isi oleh peneliti sendiri

yang bersifat subjektif.

2. Jumlah responden penelitian hanya 13 responden sehingga data yang

diperoleh belum menggambarkan kondisi secara meluas, karena dengan

menggunakan responden dalam jumlah besar akan diperoleh gambaran

yang lebih nyata.

3. Karena keterbatasan waktu dan tenaga, ada beberapa responden yang

kurang kooperatif dan cermat dalam memberikan jawaban pada kuisioner.

53

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan :

1. Terdapat hubungan antara Skor Cognitive Test For Delirium dengan

lamanya masa rawat inap pada pasien trauma kapitis sedang.

2. Hubungan antara Skor Cognitive Test For Delirium dengan lamanya masa

rawat inap berdasar uji statistik spearmen rank menunjukkan p value=

0,000.

3. Kekuatan hubungan antara Skor Cognitive Test For Delirium dengan

lamanya masa rawat inap di dapatkan koefisien korelasinya 0,920 yang

berarti hubungan kedua variable tersebut kuat.

54

B. Saran

1. Bagi Instansi Keperawatan

Diharapkan kepada instansi keperawatan untuk lebih giat dalam

melakukan riset, pengembangan ilmu dan mensosialisasikan tentang

metode terbaru dalam melakukan pelaksanaan skor cognitive test for

delirium pada pasien trauma kapitis sedang.

2. Bagi RSUD Gambiran Kota Kediri

Diharapkan dapat menerapkan uji skor Cognitive Test For Delirium

(CTD) terhadap pasien trauma kapitis sedang untuk mengetahui tingkatan

delirium yang di alami pasien.

3. Bagi peneliti selanjutnya

a. Peneliti dapat mengisi kuisioner dengan di isikan oleh orang lain dengan

harapan data yang di peroleh lebih apa adanya dan objektif.

b. Dalam penelitian jumlah responden sangat mempengaruhi,untuk peneliti

selanjutnya di harapkan waktu untuk penelitian harus lebih lama dengan

tujuan untuk mendapatkan responden secara maksimal.

c. Peneliti harus bisa memilih waktu yang tepat untuk melakukan

penelitian,tidak hanya waktu tapi juga tenaga yang maksimal di harapkan

semua responden dapat membantu dalam penelitian secara kooperatif.

55

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, E.T. & McFarlane, J.2006. Buku Ajar Keperawatan Komunita: Teori

dan praktek (edisi 3). Jakarta:EGC

Arikunto, S. 2005. Manajemen Penelitian (ed rev). Jakarta: Rineka Cipta.

Alagiakrishnan, K and Blanchette, P. 2005. Delirium. Available from :

http://www.emedicine.com/med/topic3006.html,di akses tanggal 6 maret

2014,jam 08.45 WIB.

Asrini,S., 2008. Peranan Post Traumatic Amnesia (PTA) dan Parameter

Laboratorium sebagai Prediktor Terhadap Outcome pada Penderita

Trauma Kapitis Akut Ringan – Sedang. Departemen Neurologi Fakultas

Kedokteran USU/RSUP H. Adam Malik.

Borgaro, S.R. and Prigatano, G.P. 2002. Early Cognitive and Affective Sequelae of

Traumatic Brain Injury : A Study Using the BNI Screen for Higher

Cerebral Functions. Head Trauma Rehabil. 17(6):526-534.

Bourgeois . 2006. Cognitive-Disorder Diagnoses in Inpatient Psychosomatic-

Medicine Consultations : Associations journal with Age and Lenght of Stay.

Psychosomatics. 47:414-420.

Coronado V.G. 2007. Div of Violence Prevention. National Center for Injury

Prevention and Control, CDC 56(08);

167-170. Available from : http://www.cdc.gov/ncipc/factsheets/tbi.htm di

akses tanggal 6 maret 2014, jam 09.00 WIB

Dieudonne, .N.2010.Evaluation and Management of Delirium In the Critically

Patient: A Literature Review-University of Arizona.

Gill, M. 2006. A Comparison of Five Simplified Scales to the Out-of-hospital

Glasgow Coma Scales for the Prediction of Traumatic Brain Injury

Outcomes. Academic Journal Emergency Medicine. 13:968-73.

Hart, R.P. 1996. Validation of a Cognitive Test for Delirium in Medical ICU

Patients.Psychosomatics.37:533-546. Available from

:http://www.ispub.com/ostia/index.php?xml1Filepath=journals/ije/vol2n2/

Nigeria.xml di akses tanggal 6 maret 2014, jam 10.00 WIB

Iqbal,K.M.2008.Hubungan Skore Cognitive Test for Delirium dengan Lamanya

Masa Rawat Inap Pasien Trauma Kapitis Sedang-Berat.Tesis.Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.

56

56

Israr, Y.A., et al.2009. Cedera Kepala dan Fraktur Kruris. Faculty of Medicine –

University of Riau.

Japardi, I.,2004. Cedera Kepala. Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer.

Kennedy, R.E., et al. 2003. Use of the Cognitive Test for Delirium in Patients with

Traumatic Brain Injury. Psychosomatics. 44:283-289.

Langlois J.A., Rutland-Brown W., Thomas K.E., 2006. Traumatic brain injury in the

United States: emergency department visits, hospitalizations, and deaths.

Atlanta (GA): Centers for Disease Control and Prevention, National Center

for Injury Prevention and Control.

Mardjono, M., dan Sidharta, P.,2008.Mekanisme Trauma Susunan Saraf Pusat.

Dalam : Mardjono, M., dan Sidharta, P. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta :

Dian Rakyat, 250 - 260.

Notoatmodjo,S.,2012.Metodologi Penelitian Kesehatan (Edisi Revisi Cetakan

Kedua).Jakarta:Rineka Cipta

Nursalam. 2013.Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.

Parenrengi, M.A., 2004. Peranan Senyawa Oksigen Reaktif pada Cedera Kepala

Berat dan Pengaruhnya pada Gangguan Fungsi Enzim Akonitase dan

Kondisi Asidosis Primer Otak. Official Journal of The Indonesian

Neurosurgery Society; 2(3): 157-166.

Rao, V. and Lyketsos, C. 2000. Neurologi Sequelae of Traumatic Brain Injury.

Psychosomatics. 41:95-103.

Available from : http://www.emedicine.com/med/topic3006.html di akses

tanggal 7 maret 2014, jam 19.00 WIB

Reisner A., 2009. Understanding Traumatic Brain Injuries. Medical Director of

Children’sNeuroTraumaProgram.

http://www.choa.org/Menus/Documents/OurServices/Traumaticbrainiinjur

y2009.pdf. di akses tanggal 7 maret 2014, jam 18.30 WIB

Rizzo, M. 2006. Head Trauma, Brain Injury and Postconcussional Syndrome. In :

Johnson, R.T., Griffin, J.W. and McArthur, J.C. (Eds). Current Ther apy in

Neurologic Disease. 6th ed. pp 229-238. Mosby. St Louis.

Sastrodoningrat A.G. 2007. Pemahaman Indikator-Indikator Dini dalam

Menentukan Prognosa Cedera Kepala Berat, Universitas Sumatera Utara.

57

57

Siddiqi, N., House, A.O. and Holmes, J.D. 2006. Occurrence and Outcome of

Delirium in Medical In-patients : a Systemic Literature Review. Age and

Aging. 35:350-364.

Silver, J.M., Hales, R.E. and Yudofsky, S.C. 2004. Neuropsychiatric Aspects of

Traumatic Brain Injury. In : Yudofsky, S.C. and Hales, R.E. (Eds).

Essentials of Neuropsychiatry and Clinical Neurosciences, pp 241-277.

American Psychiatric Publishing Inc. Washington DC.

Soertidewi, L. 2004. Evaluasi Masalah pada Cedera Kranioserebral. Neurona.

21(2):26-34.

Available from: http://www.emedicine.com/med/topic3006.html di akses

tanggal 7 maret 2014, jam 20.00 WIB

Sadock, BJ. And Sadock, V.A., 2003. Kaplan & Sadock’s Synopsis of

Psychiatry. 9th

(eds). Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia

Tjokronegoro., 2008. Metodologi Penelitian BidangKedokteran (cetakan ketiga).

Jakarta: Balai Penerbit FakultasKedokteran Universitas Indonesia.

Waszynski, C.M. 2004. Confusion Assessment Method (CAM). Medsurg Nursing.

13(4):269-270. Available from

:http://www.choa.org/Menus/Documents/OurServices/ConfusionAssesment

Method2009.pdf. di akses tanggal 7 maret 2014,jam 21.30 WIB

58

58

Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Pandu Dayke Swara

NIM : 10210018

Universitas : Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

Saat ini sedang melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Skor

Cognitive Test For Delirium Dengan Lamanya Masa Rawat Inap Pada Pasien

Trauma Kapitis Sedang Di IGD dan Ruang Flamboyan di RSUD Gambiran Kota

Kediri”.

Berikut adalah beberapa hal yang perlu saya informasikan terkait dengan

keikutsertaan klien dan anggota keluarga sebagai responden dalam penelitian ini :

1. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan cognitive test for delirium

dengan lamanya masa rawat inap pada pasien trauma kapitis sedang di RSUD

Gambiran Kota Kediri.

2. Kegiatan penelitian ini telah mendapat persetujuan dari pihak RSUD

Gambiran yang telah dilakukan uji proposal di institusi

3. Apabila dalam jalannya penelitian ini responden merasa tidak nyaman maka

responden dapat mengundurkan diri dari partisipasi sebagai responden dan

apabila ada pertanyaan lebih lanjut dapat menghubungi saya (Pandu Dayke

Swara) di No Hp. 085655586889

4. Keikutsertaan dalam penelitian ini bukan suatu paksaan, melainkan atas dasar

sukarela.

5. Semua data yang dikumpulkan akan dirahasiakan dan tanpa nama. Data

hanya disajikan untuk pengembangan ilmu keperawatan.

Dengan penjelasan tersebut diatas, kami harap Bapak/Ibu/Saudara bersedia

menjadi responden penelitian ini. Atas kesediaannya saya ucapkan terima kasih.

Kediri,…………………..2014

Yang menerima penjelasan

_______________________

Peneliti

Pandu Dayke Swara

59

59

Lampiran 2

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada :

Yth. Bapak/Ibu/Saudara Calon Responden

Di RSUD Gambiran

Kediri

Dengan hormat,

Saya yang bertandatangan di bawah ini Pandu Dayke Swara, mahasiswa

Program Studi S1 Keperawatan Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri,

bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Skor Cognitive Test

For Delirium Dengan Lamanya Masa Rawat Inap Pada Pasien Trauma Kapitis

Sedang Di IGD dan Ruang Flamboyan di RSUD Gambiran Kota Kediri”.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka saya mohon kesediaan bapak/ibu/saudara

untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Kerahasiaan semua informasi akan

dijaga dan dipergunakan untuk kepentingan penelitian. Jika Bapak/Ibu/Saudara

tidak bersedia menjadi responden, maka tidak ada ancaman bagi

Bapak/Ibu/Saudara maupun keluarga. Jika Bapak/Ibu/Saudara bersedia menjadi

responden, maka saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara untuk

menandatangani lembar persetujuan yang saya lampirkan dan menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang saya sertakan. Atas perhatian dan kerjasamanya saya

ucapkan terimaksih.

Hormat saya,

Pandu Dayke Swara

60

60

Lampiran 3

FORMULIR PERSETUJUAN SUBJEK PENELITIAN

(Informed Consent)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : …………………………………

Umur : …………………………………

Jenis Kelamin : …………………………………

Alamat : …………………………………

Menyatakan bersedia untuk mengikuti penelitian tentang : HUBUNGAN

SKOR COGNITIVE TEST FOR DELIRIUM DENGAN LAMANYA

MASA RAWAT INAP PADA PASIEN TRAUMA KAPITIS SEDANG

DI IGD DAN RAWAT INAP FLAMBOYAN DI RSUD GAMBIRAN

KOTA KEDIRI,secara suka rela setelah mendapat penjelasan tentang

tujujan dan manfaat dari penelitian tersebut.

Kediri,…………2014

Responden

(…………………………)

Pelaksana Penelitian

(……….…………………)

Anis Rosyiatul H. S.Kep,Ns,M.Kes

61

61

Lampiran 4

Kisi-Kisi Kuisioner

No Variabel Sub Variabel NomorSoal Keterangan

1

SkorCogn

itive Test

For

Deliriumd

enganlam

anya masa

rawatinap

padapasie

n trauma

kapitissed

ang.

Skor Cognitive Test For

Delirium :

1. Orientasi

2. Perhatian

3. Memori

4. Komprehensi

5. Konseptual

1,2,3,4,5,6,7,8,9,10

,11,12,13,14,15.

Jawaban yang

benarakan di

berikannilai

1,danjawaban

yang

salahakan di

berikannilai 0.

62

62

KUISIONER PENELITIAN

COGNITIVE TEST FOR DELIRIUM DENGAN LAMANYA MASA

RAWAT INAP PADA PASIEN TRAUMA KAPITIS SEDANG

DI IGD DAN RUANG FLAMBOYAN DI RSUD GAMBIRAN KOTA

KEDIRI

Nama Inisial :

No. Register :

Usia :

Agama :

Pendidikan :

Pekerjaan :

MRS :

Tes Kognitif Delirium (CTD)

ORIENTASI

Baca dengan teliti dan lingkari jawaban yang anda inginkan !

1. Mengkoreksi bulan

a. Sebutkan 4 bulan yang lalu?

b. Sebutkan 2 bulan kedepan?

c. Bulan apa sekarang?

d. Sebutkan 4 bulan kedepan?

2. Mengkoreksi pukul

a. Sebutkan 3 jam kemudian?

b. Sekarang jam berapa?

c. Sebutkan 6 jam yang lalu?

d. Sebutkan 9 jam kemudian?

3. Mengkoreksi tempat. Dimana kamu berada sekarang?

a. Praktek dokter (rumah)?

b. Rumah pribadi

c. Rumah sakit

d. Perguruan tinggi (kampus)

63

63

PERHATIAN

4. Sebutkan apa saja yang ada di depan anda?

5. Sebutkan apa saja yang ada di belakang anda?

MEMORY

SAYA AKAN MENUNJUKKAN ANDA GAMBAR TENTANG BENDA

UMUM. PERHATIKAN DAN COBA INGAT LAGI SETIAP GAMBAR.

Tulis jawaban yang benar!

6. Gambar A:

…… …….. ……. ….. ……

7 Gambar B: …… …… …… …… ……

8. Berapa banyak gambar yang telah ditunjukkan kepada anda? Lingkari

jawaban yang benar!

5 3 10 7

Saya akan menambahkan gambar pada gambar sebelumnya

Jika pertanyaan yang saya tanyakan ada didalam gambar silahkan acungkan

jempol , jika tidak lambaikan tangan.

9. Gambar C

Bus (ada) Jagung (ada)

Gelas (tidak ada) Truk (tidak ada)

Kunci (tidak ada) Kursi Sofa (ada)

Meja (ada) Palu (tidak ada)

Kereta Api (ada) Gergaji (tidak ada)

10. Gambar D

Garpu (tidak ada) Sikat Gigi (tidak ada)

Sepeda (ada ) Kambing (ada)

Persik (ada) Celana (tidak ada)

Kucing (tidak ada) Anjing (ada)

Kemeja (ada) Hidung (ada)

64

64

KOMPREHENSI

11. Bentuk A

Akankah batu mengapung diatas air? (tidak)

Dapatkah kamu menggunakan palu untuk memukul paku? (ya)

Apakah sebatang besi dapat di potong dengan pisau? (ya)

Akankah air dapat menembus sepasang sepatu bot karet? (tidak)

12. Bentuk B

Akankah daun dapat mengapung diatas air? (ya)

Palu adalah alat yang baik untuk memotong kayu? (tidak)

Apakah selembar kertas dapat basah jika terkena air? (tidak)

Akankah sepasang sepatu karet mencegah air keluar? (ya)

KONSEPTUAL

Dari ke 4 benda dibawah ini mana yang tidak sejenis.Sebutkan yang tidak

sejernis!

13. Gambar A

Bis Kereta Sepeda Persik

Lengan Rumah Kaki Hidung

14. Gambar B

Meja Dipan Meja tulis Gaun

Pakaian Jagung Kemeja Sepatu

15. Jika saya menyebutkan huruf” H” maka hitumglah jumlah huruf “H” yang

telah disebutkan!

Contoh : H E G H F A D E H E A W H D

C E B H E G H F H E H D H E C I H D B H C F

65

65

Gambar A

Gambar B

Gambar C

Gambar D

66

66

LAMPIRAN 5

Data Homogenitas

RESPONDEN DI IGD RSUD GAMBIRAN

Nama Usia JenisKelamin Pendidikan Pekerjaan

A 15 Tahun Perempuan SMP Pelajar

B 60 Tahun Perempuan SMA Swasta

C 15 Tahun Laki-Laki SMP Pelajar

D 18 Tahun Laki-Laki SMA Pelajar

E 25 Tahun Perempuan SMA Swasta

F 32 Tahun Laki-Laki SMP Swasta

RESPONDEN DI RuangFlamboyan RSUD Gambiran

G 52 Tahun Laki-Laki SMP Swasta

H 45 Tahun Perempuan SMP Swasta

I 40 Tahun Perempuan SMA Swasta

J 19 Tahun Laki-Laki SMA Pelajar

K 20 Tahun Perempuan SMA Pelajar

L 41 Tahun Laki-Laki SMP Swasta

M 30 Tahun Perempuan SMA Swasta

67

67

Lampiran 6

Data Homogenitas

RESPONDEN DI IGD RSUD Gambiran

Nama Usia JenisKelamin Pendidikan GCS

A 15 Tahun Perempuan SMP 3-3-4

B 60 Tahun Perempuan SMA 3-4-5

C 15 Tahun Laki-Laki SMP 3-3-4

D 18 Tahun Laki-Laki SMA 3-3-4

E 25 Tahun Perempuan SMA 4-4-3

F 32 Tahun Laki-Laki SMP 3-4-4

RESPONDEN DI RuangFlamboyan RSUD Gambiran

G 52 Tahun Laki-Laki SMP 4-4-5

H 45 Tahun Perempuan SMP 4-4-5

I 40 Tahun Perempuan SMA 3-4-4

J 19 Tahun Laki-Laki SMA 4-5-5

K 20 Tahun Perempuan SMA 3-5-4

L 41 Tahun Laki-Laki SMP 4-4-5

M 30 Tahun Perempuan SMA 3-4-4

68

68

Lampiran 7

Frequencies

Statistics

Usia Jenis_Kelamin Agama Pendidikan Pekerjaan Skor_CTD Lama_di_rawat

N Valid 13 13 13 13 13 13 13

Missing 0 0 0 0 0 0 0

Frequency Table

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 15-37 Tahun 8 61.5 61.5 61.5

38-60 Tahun 5 38.5 38.5 100.0

Total 13 100.0 100.0

Jenis_Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Perempuan 7 53.8 53.8 53.8

Laki-laki 6 46.2 46.2 100.0

Total 13 100.0 100.0

69

69

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid SMP 6 46.2 46.2 46.2

SMA 7 53.8 53.8 100.0

Total 13 100.0 100.0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Pelajar 5 38.5 38.5 38.5

Swasta 8 61.5 61.5 100.0

Total 13 100.0 100.0

Skor_CTD

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 11-15 (Ringan) 4 30.8 30.8 30.8

6-10 (Sedang) 7 53.8 53.8 84.6

5-0 (Berat) 2 15.4 15.4 100.0

Total 13 100.0 100.0

70

70

Lama_di_rawat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 3 Hari 2 15.4 15.4 15.4

4 Hari 2 15.4 15.4 30.8

8 Hari 2 15.4 15.4 46.2

9 Hari 4 30.8 30.8 76.9

11 Hari 1 7.7 7.7 84.6

16 Hari 1 7.7 7.7 92.3

18 Hari 1 7.7 7.7 100.0

Total 13 100.0 100.0

71

71

Nonparametric Correlations

UjiHasilHubungan

Correlations

Skor_CTD Lama_di_rawat

Spearman's rho Skor_CTD Correlation Coefficient 1.000 .920**

Sig. (2-tailed) . .000

N 13 13

Lama_di_rawat Correlation Coefficient .920** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 13 13

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

72

Lampiran 8

Correlations

[UJI CORRELATION]

Correlations

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 Total

P1 Pearson

Correlation 1 .873

** .389 .600

* .764

** .873

** .722

** .600

* .389 .873

** .491 .600

* .873

** .667

** .873

** .893

**

Sig. (2-tailed) .000 .152 .018 .001 .000 .002 .018 .152 .000 .063 .018 .000 .007 .000 .000

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

P2 Pearson

Correlation .873

** 1 .491 .464 .607

* 1.000

** .600

* .464 .491 .732

** .339 .464 .732

** .764

** .732

** .821

**

Sig. (2-tailed) .000 .063 .081 .016 .000 .018 .081 .063 .002 .216 .081 .002 .001 .002 .000

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

P3 Pearson

Correlation .389 .491 1 .218 .600

* .491 .111 .218 1.000

** .491 .327 .218 .491 .444 .491 .603

*

Sig. (2-tailed) .152 .063 .435 .018 .063 .693 .435 .000 .063 .234 .435 .063 .097 .063 .017

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

73

P4 Pearson

Correlation .600

* .464 .218 1 .607

* .464 .873

** 1.000

** .218 .464 .875

** 1.000

** .464 .764

** .464 .798

**

Sig. (2-tailed) .018 .081 .435 .016 .081 .000 .000 .435 .081 .000 .000 .081 .001 .081 .000

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

P5 Pearson

Correlation .764

** .607

* .600

* .607

* 1 .607

* .491 .607

* .600

* .607

* .732

** .607

* .607

* .600

* .607

* .833

**

Sig. (2-tailed) .001 .016 .018 .016 .016 .063 .016 .018 .016 .002 .016 .016 .018 .016 .000

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

P6 Pearson

Correlation .873

** 1.000

** .491 .464 .607

* 1 .600

* .464 .491 .732

** .339 .464 .732

** .764

** .732

** .821

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .063 .081 .016 .018 .081 .063 .002 .216 .081 .002 .001 .002 .000

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

P7 Pearson

Correlation .722

** .600

* .111 .873

** .491 .600

* 1 .873

** .111 .600

* .764

** .873

** .600

* .667

** .600

* .800

**

Sig. (2-tailed) .002 .018 .693 .000 .063 .018 .000 .693 .018 .001 .000 .018 .007 .018 .000

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

P8 Pearson

Correlation .600

* .464 .218 1.000

** .607

* .464 .873

** 1 .218 .464 .875

** 1.000

** .464 .764

** .464 .798

**

Sig. (2-tailed) .018 .081 .435 .000 .016 .081 .000 .435 .081 .000 .000 .081 .001 .081 .000

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

74

P9 Pearson

Correlation .389 .491 1.000

** .218 .600

* .491 .111 .218 1 .491 .327 .218 .491 .444 .491 .603

*

Sig. (2-tailed) .152 .063 .000 .435 .018 .063 .693 .435 .063 .234 .435 .063 .097 .063 .017

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

P10 Pearson

Correlation .873

** .732

** .491 .464 .607

* .732

** .600

* .464 .491 1 .339 .464 1.000

** .491 1.000

** .821

**

Sig. (2-tailed) .000 .002 .063 .081 .016 .002 .018 .081 .063 .216 .081 .000 .063 .000 .000

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

P11 Pearson

Correlation .491 .339 .327 .875

** .732

** .339 .764

** .875

** .327 .339 1 .875

** .339 .600

* .339 .741

**

Sig. (2-tailed) .063 .216 .234 .000 .002 .216 .001 .000 .234 .216 .000 .216 .018 .216 .002

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

P12 Pearson

Correlation .600

* .464 .218 1.000

** .607

* .464 .873

** 1.000

** .218 .464 .875

** 1 .464 .764

** .464 .798

**

Sig. (2-tailed) .018 .081 .435 .000 .016 .081 .000 .000 .435 .081 .000 .081 .001 .081 .000

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

P13 Pearson

Correlation .873

** .732

** .491 .464 .607

* .732

** .600

* .464 .491 1.000

** .339 .464 1 .491 1.000

** .821

**

Sig. (2-tailed) .000 .002 .063 .081 .016 .002 .018 .081 .063 .000 .216 .081 .063 .000 .000

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

75

P14 Pearson

Correlation .667

** .764

** .444 .764

** .600

* .764

** .667

** .764

** .444 .491 .600

* .764

** .491 1 .491 .814

**

Sig. (2-tailed) .007 .001 .097 .001 .018 .001 .007 .001 .097 .063 .018 .001 .063 .063 .000

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

P15 Pearson

Correlation .873

** .732

** .491 .464 .607

* .732

** .600

* .464 .491 1.000

** .339 .464 1.000

** .491 1 .821

**

Sig. (2-tailed) .000 .002 .063 .081 .016 .002 .018 .081 .063 .000 .216 .081 .000 .063 .000

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

Total Pearson

Correlation .893

** .821

** .603

* .798

** .833

** .821

** .800

** .798

** .603

* .821

** .741

** .798

** .821

** .814

** .821

** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .017 .000 .000 .000 .000 .000 .017 .000 .002 .000 .000 .000 .000

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-

tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-

tailed).

76

76

Lampiran 9

77

77

Lampiran 10

78

78

Lampiran 11

79

79

Lampiran 12

80

80

Lampiran 13